pengaruh metode diskusi dan pemberian …/pengaruh... · dalam tesis tersebut diberi citasi dan...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH METODE DISKUSI DAN PEMBERIAN TUGAS
DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA
(Penelitian Pada Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar Kebumen, Kelas VII, Materi Besaran dan Satuan, Semester Gasal, Tahun Pelajaran 2009 / 2010)
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
OLEH: SUHARJO S830908224
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
ii
PENGARUH METODE DISKUSI DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN
KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
(Penelitian Pada Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar Kebumen, Kelas VII, Materi Besaran dan Satuan, Semester Gasal, Tahun Pelajaran 2009 / 2010)
Disusun Oleh:
Suharjo
S830908224
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Tanggal : ..………………….2010
Dewan Pembimbing:
Jabatan Nama Tanda Tangan
Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd …………..
NIP. 19520116 198003 1 001
Pembimbing II: Dra. Suparmi, MA, Ph.D …………..
NIP. 19520915 197603 2 001
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd NIP. 19520116 198003 1 001
iii
PENGARUH METODE DISKUSI DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN
KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
(Penelitian Pada Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar Kebumen, Kelas VII, Materi Besaran dan Satuan, Semester Gasal, Tahun Pelajaran 2009 / 2010)
Disusun Oleh:
Suharjo S830908224
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Dewan Penguji
Jabatan N a m a Tanda Tangan Tanggal Ketua Prof. Dr. H. Ashadi. ..…………. …….....…. NIP. 19510702 197501 1 001
Sekretaris Drs. Cari MA. MSc. Ph.D ..…………. …….....…. NIP. 131472636
Anggota Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ..…………. …….....…. NIP. 19520116 198003 1 001
Anggota Dra. Suparmi, MA, Ph.D ..…………. …….....…. NIP. 19520915 197603 2 001
Mengetahui
Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 19520116 198003 1 001
Direktur PPs UNS,
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D NIP. 19570820 198503 1 004
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,saya :
Nama : SUHARJO
NIM : S.830908224
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul: PENGARUH METODE
DISKUSI DAN PEMBERIAN TUGAS DITINJAU DARI MOTIVASI
BERPRESTASI DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA (Penelitian Pada Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar Kebumen
Tahun Pelajaran 2009 / 2010) adalah karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam tesis tersebut diberi citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Februari 2010
Yang membuat pernyataan
Suharjo NIM.S.830908224
v
ABSTRAK Suharjo, S.830908224, 2010. "Pengaruh Metoda Diskusi dan Pemberian Tugas Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar Semester I Tahun Pelajaran 2009 / 2010)" Tesis, Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, Pembimbing II: Dra. Suparmi, MA.Ph.D, Program Studi Pendidikan Sains, Program Pasacasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1). Perbedaan prestasi belajar Fisika terhadap penggunaan metode Diskusi dan Pemberian Tugas, (2). Perbedaan prestasi belajar Fisika pada tingkat Motivasi Berprestasi siswa tinggi dan rendah, (3). Perbedaan prestasi belajar Fisika pada tingkat Kreativitas siswa tinggi dan rendah, (4). Interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar Fisika, (5). Interaksi antara metode pembelajaran dengan krativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika, (6). Interaksi antara motivasi berprestasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika, (7). Interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, dan krativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan telah dilaksanakan pada bulan Juli 2009 – Januari 2010 di SMP Negeri 1 Karanganyar.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan penentuan sampel menggunakan teknik Cluster random sampling, terdiri dari 2 kelas. Kelas VII B menggunakan metode diskusi dan kelas VII C menggunakan metode pemberian tugas. Data diambil dari tes untuk prestasi belajar siswa, sedangkan angket untuk motivasi berprestasi dan kreativitas siswa. Untuk uji hipotesis menggunakan ANOVA dengan desain faktorial 2 x 2 x 2.
Dari data analisis bisa disimpulkan bahwa: (1).Tidak ada perbedaan prestasi belajar Fisika terhadap penggunaan metode Diskusi dan Pemberian Tugas, (p-value = 0,658 > 0,050); (2). Ada perbedaan prestasi belajar Fisika pada tingkat Motivasi Berprestasi siswa tinggi dan rendah, (p-value = 0,041 < 0,050); (3). Ada perbedaan prestasi belajar Fisika pada tingkat Kreativitas siswa tinggi dan rendah, (p-value = 0,001 < 0,050). (4). Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar Fisika, (p-value = 0,155 > 0,050); (5). Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan krativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika, (p-value = 0,783 > 0,050); (6). Ada interaksi motivasi berprestasi dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika, (p-value = 0,017 < 0,050) (7). Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi, dan krativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika, ((p-value = 0,719 > 0,050). Semua siswa memberikan respon positif bagi yang memiliki motivasi berprestasi dan kreativitas siswa tinggi maupun rendah terhadap penggunaan metode diskusi dan pemberian tugas.
vi
ABSTRACT
Suharjo, S830908224, 2010. "The effect of student’s discussion and recitation method overviewed from student’s motivation and creativity. (case study of physical quantity and unit for seventh grade students of SMP N 1 Karanganyar Academic Year 2009 / 2010). The Thesis, advisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, advisor II: Dra. Suparmi, MA.Ph.D, Science Education Program of Post Graduate Work, Sebelas Maret University of Surakarta.
The purposes of the research are to know: (1). the different of student achievement between students who learn using discussion and recitation methods (2). the different of student’s achievement between students who have high and low prior knowledge, (3). the different of students achievement between students who have high and low level creativity, (4). the interaction between discussion and recitation methods and students prior knowledge, (5). the interaction between discussion and recitation methods and students creativity (6). the interaction between motivation and creativity (7). the interaction among discussion and recitation methods, motivation, and students creativity. The research used experimental method and was conduced from July 2009 – January 2010 at SMP N 1 Karanganyar
The population was all students in grade VII and sample was taken using cluster random sampling, consisted of 2 classes, VII B treated using discussion method and VII C treated using recitation method. The data was collected using test method for students’ achievement and creativity, and questionere for student motivation. The hypotheses were tested using ANOVA with 2 x 2 x 2 factorial design.
From the data analysis can be concluded that: (1). there is no differences in students’ achievement between students who learn using discussion and recitation methods, (p-value = 0,658 > 0,050); (2).there is a difference in students’ achievement between students who have high and low motivation, (p-value = 0,041 < 0,050); (3). there is a difference in students’ achievement between students who have high and low creativity level, (p-value = 0,001 < 0,050). (4). there is no interaction between teaching learning methods and student motivation, (p-value = 0,155 > 0,050); (5). there is no interaction between teaching learning method and students creativity, (p-value = 0,783 > 0,050); (6). there is interaction between prior knowledge and creativity (p-value = 0,017 < 0,050) (7). there is no interaction among discussion and recitation methods, motivation, and student creativity (p-value = 0,719 > 0,050). So there are interaction between learning methods, prior knowledge, and performance of student creativity to the learning achievement of science. All the students who have high or low achievement level, motivation and creativity, give positive responses to the using of discussion and recitation methods.
vii
MOTTO
v Satu menit kesuksesan menghapus kegagalan bertahun-tahun (Robert
Browing)
v Untuk hal-hal yang harus kita pelajari sebelum melakukannya, pelajarilah
dengan mengerjakannya (Aristoteles)
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
Istri dan anak-anaku tercinta
Sahabat-sahabatku Pendidikan Sains angkatan September 2008
Almamaterku
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alla SWT yang telah
melimpahkan rohkmat hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaian penelitian dengan judul “Pengaruh Metode diskusi Dan Pemberian
Tugas Ditinjau Dari Motivasi Dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Siswa” (Studi Kasus Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar Kabupaten
Kebumen Pada Materi Besaran dan Satuan Tahun Pelajaran 2009 / 2010 Semester
Gasal) untuk memenuhi sebagaian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Fisika.
Penyelesain dalam penulisan penelitian ini tidak terlepas bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Direktur Pasca Sarja Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan
memberikan segala fasilitas kepada penulis dalam menempuh pendidikan pada
program pasca sarjana.
2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sains Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Dosen
Pembimbinga Mata Kuliah Metodologi Penelitian, yang telah memberikan
dorongan semangat, pengarahan, pemikiran yang sangat berharga dalam
penyusunan penelitian ini.
3. Ibu Dra. Suparmi MA, Ph.D selaku pembimbing yang telah memberikan
sumbangan pemikiran dan pengarahan yang sangat berharga selama
penyusunan penelitian ini.
x
4. Segenap dosen Program Pascasarjana Program Pendidikan Sains Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Drs. Cari, MA, M.Sc, Ph.D, Prof. Dr. Sutarno, M.Sc,
Ph.D, Dr. Sentot, Dr. Ashadi, Drs. Haryono, M.Pd, Prof. Drs. Suranto, M.Sc.
Ph.D, Drs. M. Masykuri, M. Si, Dr. Sarwanto, S.Pd, M. Si. yang telah
memberikan pendalaman ilmu kepada penulis.
5. Kepala SMP Negeri 1 Karanganyar Kabupaten Kebumen yang nantinya akan
memberikan ijin penelitian.
6. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah
SWT memberi imbalan yang sebanyak-banyaknya.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
senantuiasa penulis harapkan. Semoga segala amal baik Bapak / Ibu dan rekan–
rekan mendapat imbalan pahala yang setimpal dari Alloh SWT, dan apabila dalam
penyusunan tesis penelitian ini banyak kekurangan dan kesalahan kami mohon
maaf yang sebesar–besarnya.
Surakarta, Februari 2010
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xx
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................... 12
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 13
D. Perumusan Masalah .................................................................... 14
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 14
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 15
xii
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN
MASALAH...................................................................................... 17
A. Kajian Teori ........................................................................... 17
1. Masalah Belajar................................................................ 17
2. Metode Diskusi ............................................................... 26
3. Metode Pemberian Tugas................................................. 29
4. Motivasi Berprestasi ........................................................ 34
5. Kreativitas ........................................................................ 42
6. Prestasi Belajar................................................................. 47
7. Materi Besaran dan Satuan .............................................. 52
B. Penelitian Yang Relevan ....................................................... 67
C. Kerangka Berpikir.................................................................. 69
D. Hipotesis................................................................................. 75
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 77
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 77
B. Metode Penelitian ................................................................. 78
C. Penetapan Populasi dan Sampel........................................... 79
D. Instrumen Penelitian ............................................................. 80
E. Variabel Penelitian................................................................ 82
F. Tahapan Penelitian................................................................ 83
G. Uji Coba Instrumen .............................................................. 84
H. Teknik Analisis Data............................................................. 96
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 109
A. Deskripsi Data....................................................................... 109
B. Pengujian Prasyarat Analisis................................................. 117
C. Pengujian Hipotesis............................................................... 119
D. Pembahasan Hasil Analisis Data........................................... 125
E. Keterbatasan Penelitian......................................................... 138
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................ 139
A. Kesimpulan .......................................................................... 139
B. Implikasi................................................................................ 141
C. Saran-saran ........................................................................... 144
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 146
LAMPIRAN – LAMPIRAN............................................................................ 149
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel. 2.1 Bentuk-bentuk belajar .................................................................... 24
Tabel 2.2 Satuan baku dan satuan tak baku ................................................... 55
Tabel 2.3. Satuan-satuan pada besaran pokok ................................................ 56
Tabel 2.4. Satuan-satuan pada besaran turunan .............................................. 57
Tabel 2.5. Kesetaraan satuan panjang. ............................................................ 59
Tabel 2.6. Kesetaraan satuan massa................................................................ 62
Tabel 2.7. Kesetaraan satuan waktu................................................................ 64
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ........................................................................... 77
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian..................................................................... 78
Tabel 3.3 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif. 86
Tabel 3.4 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Kreativitas............. 86
Tabel 3.5 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Motivasi ................ 87
Tabel 3.6 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Penilaian Kognitif 89
Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Kreativitas........... 89
Tabel 3.8 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen motivasi .............. 90
Tabel 3.9 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif ....... 92
Tabel 3.10 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Kreativitas ................... 92
Tabel 3.11 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Motivasi....................... 93
Tabel 3.12 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif.... 95
Tabel 3.13 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kreativitas
Siswa ............................................................................................. 95
Tabel 3.14 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Motivasi .. 95
xv
Tabel 3.15 Tata letak pada rancangan anava tiga jalan isi sel tidak sama ...... 100
Tabel 3.16 Rangkuman hasil anava tiga jalan................................................. 105
Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika................................ 109
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi belajar Fisika Pada Kelas
Metode Diskusi ............................................................................ 110
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi belajar Fisika Pada Kelas
Metode Pemberian Tugas ............................................................. 110
Tabel 4.4 Deskripsi Data Skor Motivasi Berprestasi siswa.......................... 112
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi pada Kelas Metode
Diskusi........................................................................................... 113
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Motivasi pada Kelas Metode Pemberian Tugas113
Tabel 4.7 Deskripsi Data Kreativitas Siswa.................................................. 115
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas Metode Diskusi ...... 116
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas Metode Pemberian
Tugas ............................................................................................. 116
Table 4.10 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian.......................... 118
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas................................................ 119
Tabel 4.12 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Belajar Fisika ............ 120
Tabel 4.13 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar dan Faktor
Motivasi......................................................................................... 122
Tabel 4.14 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar dan Faktor
Kreativitas .................................................................................... 123
Tabel 4.15 Rangkuman Probabilistik Interaksi............................................... 124
Tabel 4.16 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi Faktor Metode Diskusi dan
Motivasi Berprestasi...................................................................... 130
Tabel 4.17 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi dengan Faktor Metode
Pemberian Tugas dan Motivasi Berprestasi .................................. 131
xvi
Tabel 4.18 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi dengan Faktor Metode
Diskusi dan Kreativitas ................................................................. 133
Tabel 4.19 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi dengan Faktor Metode
Pemberian Tugas dan Kreativitas.................................................. 134
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Hubungan Antara Besaran, Nilai dan satuan ............................... 53
Gambar 2.2 Mistar ........................................................................................... 59
Gambar 2.3 Jangkaa Sorong ............................................................................ 60
Gambar 2.4 Mikrometer Skrup ........................................................................ 61
Gambar 2.5 Satuan Massa................................................................................ 61
Gambar 2.6a. Neraca Dua Lengan ................................................................... 63
Gambar 2.6b. Neraca Dua Lengan................................................................... 63
Gambar 2.7 Alat Pengukur Waktu (Arloji)...................................................... 64
Gambar 2.8 Alat Pengukur Waktu (Stopwath) ................................................ 65
Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Fisika pada kelas Metode Diskusi ... 111
Gambar 4.2 Histogram Prestasi Belajar Fisika pada kelas Metode Pemberian
Tugas ............................................................................................. 111
Gambar 4.3 Histogram skor Motivasi Berprestasi siswa pada kelas Metode
Diskusi .......................................................................................... 114
Gambar 4.4 Histogram skor Motivasi Berprestasi siswa pada kelas Metode
Pemberian Tugas........................................................................... 114
Gambar 4.5 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas Metode Diskusi .. 116
Gambar 4.6 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas Metode Pemberian
Tugas ............................................................................................. 117
Gambar 4.7 Grafik Uji ANOM Motivasi Berprestasi terhadap Prestasi Belajar
Físika ............................................................................................. 122
Gambar 4.8 Grafik Uji ANOM Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Físika. 123
Gambar 4.9 Grafik interaksi faktor Motivasi berprestasi dan Kreativitas
terhadap Prestasi............................................................................ 124
Gambar 4.10 Grafik Uji ANOM Metode terhadap Prestasi Belajar Física ..... 127
xviii
Gambar 4.10 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Motivasi berprestasi
terhadap Prestasi Belajar Besaran dan satuan ............................... 132
Gambar 4.11 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Kreativitas terhadap
Prestasi Belajar Besaran dan satuan.............................................. 134
Gambar 4.13 Grafik efek mean faktor Metode pembelajaran, Motivasi berprestasi
dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Besaran dan satuan ..... 137
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus kelas Demonstrasi ....................................................... 149
Lampiran 2. RPP Diskusi.............................................................................. 151
Lampiran 3. RPP Tugas ............................................................................... 168
Lampiran 4. Kisi-kisi Instrumen Angket Motivasi Berprestasi .................... 185
Lampiran 5. Instrumen Angket Motivasi Berprestasi .................................. 186
Lampiran 6. Kisi-kisi Angket Kreativitas Belajar Físika.............................. 198
Lampiran 7. Instrumen Angket Kreativitas Belajar Físika ........................... 198
Lampiran 8. Kisi-kisi Prestasi Belajar ........................................................ 213
Lampiran 9. Soal Tes Prestasi Belajar .......................................................... 214
Lampiran 10. Hasil Uji Coba Motivasi berprestasi ....................................... 220
Lampiran 11. Hasil Uji Coba Kreativitas ..................................................... 221
Lampiran 12. Hasil Uji Coba Prestasi Belajar ............................................... 222
Lampiran 13. Data Hasil Penelitian ............................................................... 223
Lampiran 14. Deskripsi Data ........................................................................ 226
Lampiran 15. Analisis Data Penelitian ......................................................... 229
Lampiran 16. Uji Hipótesis ........................................................................... 236
Lampiran 17. Data Murni............................................................................... 252
Lampiran 18. Hasil Try Out Motivasi berprestasi ......................................... 256
Lampiran 19. Hasil Try Out Kreativitas ........................................................ 257
Lampiran 20. Hasil Try Out Prestasi Belajar ................................................. 258
Lampiran 21. Ijin Penelitian..........................................................................
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka meningkatkan pendidikan dan peningkatan pembangunan
nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, maju, tangguh, mandiri, cerdas dan kreatif, terampil berdisiplin,
profesional, bertanggung jawab dan berproduksi serta sehat jasmani dan rohani
maka diperlukan perbaikan dalam bidang pendidikan. Hal ini sesuai yang
tercantum dalam GBHN 1993 (TAP MPR RI NO.II/MPR/1993 tentang GBHN).
Perbaikan di bidang pendidikan perlu diadakan usaha-usaha untuk menuai
hasil belajar yang baik, terutama dalam proses belajar mengajar. Untuk mencapai
tujuan tersebut Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
lembaga-lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta dengan melalui
peningkatan mutu guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan sarana dan
prasarana pendidian yang memadai. Peningkatan mutu guru di dalamnya
menyangkut maslah peningkatan: penguasaan materi, kemampuan memilih
metode yang tepat, kemapuan mengelola kelas, menggunkan alat peraga yang
efektif dalam menyampaikan materi pelajaran.
Conny Semiawan (1992: VII) berpendapat bahwa “kita tidak dapat
mengharapkan kemajuan yang pesat dan berarti dalam dunia pendidikan tanpa
membenahi proses belajar mengajar”. Dalam kurun waktu lebih dari 60 tahun
xxi
Negara Indonesia merdeka, kita semakin menyadari kekurangan–kekurangan yang
mendasar. Salah satu kekurangan itu justru pada inti kegiatan pendidikan itu
sendiri yaitu proses belajar mengajar yang melibatkan anak didik dan pendidik
yaitu guru dan mutlak mendapatkan kemajuan yang pesat dan berarti khususnya
dalam pendidikan, maka kegiatan proses belajar mengajar perlu adanya
pembenahan-pembenahan, sehingga duduk, mendengar, mencatat dan
menghafalkan perlu dikembangkan cara belajar siswa aktif. Proses belajar
mengajar memerlukan adanya langkah-langkah yang sistematis untuk mencapai
hasil yang diharapkan.
S. Nasution, (1982 : 75) “faktor pengajar yaitu guru juga mempunyai proses
belajar mengajar, seperti kepribadian, pengalaman mengajar, kemampuan dan
metode penyampaian serta motivasi”. Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan
dengan baik jika terdapat interaksi antara guru dengan siswa dan juga antar siswa
dengan siswa itu sendiri. Sehingga kreatifitas guru dalam memilih, merancang dan
melakukan pendekataan teknik dan metode dalam proses belajar mengajar sangat
diperlukan. Namun demikian hasil dari belajar siswa tersebut, masih banyak
dipengaruhi beberapa faktor, baik yang timbul dari luar maupun dari dalam anak
itu sendiri. Misalnya sarana prasarana, alat peraga, buku dan sumber belajar.
metode pembelajaran yang digunakan ,kemampuan siswa, kesiapan, minat,
intelegensi motivasi dan kreatifitas siswa.
Pelajaran fisika mempunyai peranan dan pengaruh yang sangat besar
terhadap kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan
teknologi, karena fisika merupakan sarana untuk berfikir logis dan dedukatif
xxii
sehingga penguasaan materi fisika bagi siswa sangatlah penting untuk
pengembangan di masa mendatang. Pada semester pertama kelas tujuh SMP
materi materi yang diajarkan meliputi pengukuran yang didalamnya memuat
besaran dan satuan,asam,basadan garam,klasifikasi materi,konsep zat,pemuaian,
kalor dan perpindahan, perubahan zat,reaksi fisika dan kimia .Materi besaran dan
satuan merupakan materi yang banyak diaplikasikan pada kehidupan sehari – hari
dan juga dasar daripembelajaran pada materi fisika yang lain. Kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa minat belajar fisika masih rendah, prestasi belajar
fisika materi besaran dan satuan belum menunjukan hasil yang diharapkan.
Bahkan mata pelajaran fisika masih dianggap pelajaran yang menakutkan
sehingga prestasi belajar fisika masih di bawah prestasi belajar mata pelajaran
yang lain. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian, ulangan umum, rata-rata
nilainya menunjukkan hasil yang kurang dari yang diharapkan.
Guru adalah “salah satu faktor yang menentukan keberhasilan peserta didik
dalam belajar. Mendidik merupakan perbuatan yang kompleks, dituntut
kemampuan personal, profesional dan sosiokultural secara terpadu dalam proses
belajar mengajar” (Mulyoto dalam Subri Sutikno, 2003: V). Dalam Proses
pembelajaran, guru harus memperhatikan perkembangan kreativitas peserta didik
yang bersangkutan. Dikatakan kompleks karena dituntut penguasaan materi dan
metode teori dan praktek dalam interaksi dengan peserta didik, juga karena
sekaligus mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai dan
ketrampilan dalam proses belajar mengajar. Menjadikan keharusan bagi guru
xxiii
untuk mempelajari, memahami dan mendalami hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan proses belajar mengajar.Metode pembelajaran
Guru yang efektif adalah mampu menerapkan kurikulum dan metode
mengajar yang inovatif serta mampu memperluas dan menambah pengetahuan
metode-metode pembelajaran, dan menjadi guru yang memiliki kompetensi
profesional artinya kompetensi profesional guru adalah sebagai penguasaan yang
luas, mendalam dari bidang studi yang diajarkan serta memilih dan menggunakan
berbagai metode mengajar di kelas. Proses pendidikan memang harus terencana
dan sistematis agar hasil yang diperoleh bisa optimal.
Menurut Wina Sanjaya (2006: 2) “Proses pendidikan yang terencana itu
diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini
berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar”. Pendidikan
tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaimana
memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak. Dengan
demikian dalam pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan secara
seimbang. Pendidikan yang hanya mementingkan salah satu diantaranya tidak
akan dapat membentuk manusia yang berkembang secara utuh.
Suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus
berorientasi pada siswa (student active learning). Pengetahuan dasar yang
diperoleh diharapkan dapat dikembangkan di dalam diri siswa, sehingga di dalam
diri siswa dapat terbentuk sikap ilmiah yang akan mewarnai setiap tindakan dan
sikap dalam kehidupan sehari-hari, dan tentunya dapat juga digunakan untuk
xxiv
mengembangkan potensi diri, daya kreasi dan inovasi yang dimiliki siswa dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era global.
Disamping itu kekurangtepatan pemilihan metode pembelajaran adalah
termasuk penyebabnya. Kecenderungan para guru untuk menggunakan metode
pembelajaran yang konvensional yaitu ceramah sudah menjadi kebiasaan,
walaupun banyak metode dan pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif,
seperti pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning),
inkuiri, inkuiri terbimbing, diskusi, eksperimen, demontrasi, metode proyek,
metode resitasi atau pemberian tugas, tanya jawab, observasi, pengajaran otentik,
pengajaran berbasis kerja dan masih banyak lagi metode inovatif lainnya,
sehingga metode ceramah yang digunakan di dalam pembelajaran berujung pada
kejenuhan siswa untuk menerima pelajaran IPA Fisika yang semestinya sangat
menarik berubah menjadi membosankan. Upaya pemerintah dan para pemerhati
pendidikan telah melakukan langkah-langkah untuk mengurangi agar para guru
tidak lagi menggunakan metode ceramah atau diskusi informasi dalam
pembelajaran IPA Fisika dan beralih kepada metode pembelajaran yang inovatif
dan variatif (innovative and varieative learning) adalah dengan banyak
menawarkan dan mensosialisasikannya melalui: pelatihan-pelatihan, workshop,
seminar, lokakarya, LKG, dan MGMP maupun dalam forum-forum ilmiah.
Akibat dari keengganan para guru menggunakan metode pembelajaran yang
inovatif dan variatif salah satunya adalah kurangnya interaksi antara siswa dan
guru. Metode ceramah cenderung hanya satu arah, sehingga menyebabkan siswa
kurang berani mengemukakan pendapatnya, karena tidak ada kesempatan untuk
xxv
bertanya, berdiskusi ataupun mengeluarkan pendapatnya. Kreativitas siswa juga
akan terhenti karena siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan ide-
idenya yang kreatif, Kreativitas (creativity) siswa adalah termasuk salah satu
faktor internal yang akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Proses
pembelajaran pada hakekatnya adalah untuk mengembangkan aktifitas dan
kreativitas (activity and creativity) siswa melalui berbagai interaksi dan
pengalaman belajar. Dalam berbagai penelitian oleh Gibb, dapat disimpulkan
bahwa Kreativitas dapat dikembangkan dengan jalan memberi kepercayaan,
komunikasi yang bebas, pengarahan diri, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat.
Menurut Uzer Usman dan Setiawati (1993: 11-12) “Dalam kegiatan belajar-
mengajar anak golongan kreatif lebih mampu menemukan masalah-masalah dan
mampu memecahkannya pula, sehingga guru perlu memberi kesempatan yang
seluas-luasnya kepada anak yang kreatif sehingga bakat dan minatnya dapat
berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya”. Untuk itu maka kreativitas
peserta didik dalam proses pembelajaran sangat penting untuk diperhatikan dan
dikembangkan.
Runco dalam A. Iskak (2006: 6) mengatakan: “Creativity is the ability to
think about something in a novel and unusual ways and to come up with
unconventional problems”. Kreativitas adalah kemampuan dalam menggunakan
pikiran (cognitive) untuk menemukan sesuatu yang baru dan memecahkan
masalah dengan cara-cara yang berbeda dari yang sudah ada (unusual,
unconventional solution). Modalitasnya adalah bahwa siswa memiliki
kemampuan berpikir, yang kemudian digunakan untuk obyek kerja yaitu
xxvi
pemecahan masalah-masalah (menemukan sesuatu yang baru) yang pada intinya
juga bagaimana siswa dapat memecahkan masalah-masalah (problem solving)
dalam sains (IPA Fisika)
Disamping kreativitas, di dalam belajar peserta didik memiliki kekhasan
gaya berpikir masing-masing. Menurut Bobby DePorter dan Paul Hernacki (2007:
122) “untuk menentukan dominasi otak dan bagaimana memproses informasi
maka digunakan model yang dikembangkan oleh Gregorc. Kajian investigasinya
menyimpulkan ada dua dominasi otak, yaitu persepsi konkret dan abstrak,
kemampuan pengaturan secara sekuensial dan acak”. Dalam proses pembelajaran
kadang seorang guru dibuat bingung oleh peserta didiknya dengan sikap-sikap
yang kadang membuat emosi, tetapi perlu disadari bahwa setiap peserta didik
memiliki gaya berpikir yang berbeda. Bobby DePorter dan Paul Hernacki
membagi Gaya Berpikir menjadi empat yaitu: Sekuensial Abstrak, Sekuensial
Konkret, Acak Abstrak dan Acak Konkret. Orang yang termasuk dalam dua
kategori sekuensial cenderung memiliki dominasi otak kiri, dan orang yang
berpikir secara acak cenderung memiliki dominasi otak kanan. Disinilah
pentingnya seorang guru menyadari sehingga seorang guru tidak salah dalam
memilih metode pembelajaran yang digunakan.
Cronbach mengatakan bahwa: Learning is shown by a change in behavior
as a result of experience, demikian juga Spears memberi batasan: Learning is to
observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow
direction, atau Geoch mengatakan: Learning is a change in performance as a
result of practice. Maka menurut Sardiman (2007: 20) “Belajar itu senantiasa
xxvii
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain
sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subyek belajar itu mengalami
atau melakukannya, jadi tidak verbalistik”. Dari pendapat tersebut maka dapat
dikatakan bahwa dalam pembelajaran IPA Fisika siswa di dalam belajar harus bisa
mengalami dan melakukan serta merasakannya sendiri.
Ilmu Pengetahuan Alam (science) dewasa ini berkembang begitu pesat,
terutama di bidang Fisika. Teknologi sudah sangat maju, untuk itu seorang guru
IPA semestinya harus menerapkan metode-metode pembelajaran yang variatif dan
inovatif yang dapat mendukung kreativitas siswa agar dapat muncul dan
berkembang seiring dengan modalitas gaya berpikir yang sudah dimiliki oleh para
peserta didik masing-masing. Guru jangan hanya berorientasi semata-mata pada
hasilnya saja, akan tetapi harus juga tetap memperhatikan prosesnya, sehingga
para guru dituntut untuk cerdas memilih metode pembelajaran yang tepat yang
sesuai dengan sifat mata pelajaran, dan materi yang akan diajarkan.
Besaran dan Satuan adalah salah satu materi yang penting dalam IPA Fisika
dan agak sulit karena hasil belajar siswa belum memenuhi KKM yang dipatok.
Disamping itu materi ini juga sangat berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari
baik yang berkaitan dengan kegiatan di seputar rumah atau masyarakat maupun
sampai pada penerapan teknologi dan industri, serta penghematan energi.
Sehingga Besaran dan Satuan sangat baik untuk dibahas.
Pembelajaran berbasis masalah, adalah suatu model pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa
xxviii
untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah,
serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran. Dari sini jelas bahwa dunia nyata (contextual) dan segala permasalahan
perlu mendapat jawaban-jawaban yang tepat, untuk itulah metode ini sangat
diperlukan. Supaya pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada
pelaksanaannya bisa berjalan efektif dan efisien maka, pada pelaksanaanya juga
dapat digunakan dengan metode-metode yang sesuai dengan materi yang
diajarkan maupun model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Metode diskusi salah satu metode pembelajaran yang sering dilakukan oleh
guru. Dalam metode diskusi terdapat interaksi antara dua atau lebih dari individu
yang terlibat saling tukar menukar pendapat atau informasi, memecahkan masalah
dapat juga semua aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar maupun pengamat.
Metode diskusi dalam proses belajar mempunyai beberapa keunggulan.
Roestiyah N.K (1986: 74) menjelaskan tentang kebaikan metode diskusi sebagai
berikut (1). Menyadarkan siswa bahwa setiap masalah dapat dipecahkan dengan
berbagai cara bukan hanya dengan satu cara saja. (2). Menyadarkan siswa bahwa
dengan berdiskusi mereka saling mengemuakakan pendapat secara konstruktif
sehingga dapat diperoleh suatu keputusan yang lebih baik. (3). Membiasakan
siswa suka mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnnya sendiri sehingga tunbuh sikap toleran. (4). Menumbuhkan
kesanggupan pada siswa untuk merumuskan pikirannya secara teratur dalam
bentuk pendapat yang dapat diterima orang lain.
xxix
Sedangkan Mulyani Sumantri (2001: 125) menjelaskan tentang kekuatan
metode diskusi sebagai berikut (1). Dapat mendorong partisipasi siswa secara
aktif baik sebagai partisipan, penanya, penyanggah maupun sebagai moderator.
(2). Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa ataupun
terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah. (3). Menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis dan partisipasi demokratis. (4). Melatih kestabilan
emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang lain dan tidak
memaksakan pendapat sendiri sehingga tercipta kondisi memberi dan menerima
(take and give). (5). Keputusan yang diambil kelompok akan lebih baik daripada
berfikir sendiri. Dari pendapat Rostiyah dan Mulyani, pada prinsipnya kebaikan
diskusi adalah dapat menyadarkan siswa bahwa setiap masalah dapat diselesaikan
dengan cara mengkomunikasikan pendapat pribadi dengan mendengarkan
pendapat orang lain, dan penyelesaian masalah lebih dapat dipertanggung
jawabkan. Diskusi dapat mengaktifkan siswa untuk berfrkir kritis dan kreatif.
Dengan metode diskusi, hasil yang diharapkan siswa mampu memecahkan
masalah yang diberikan oleh guru dengan cara menghubungkan permasalahan
dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. dalam pernyataan berikut dan mampu
menjelaskan dihadapan siswa lain maupun guru.
Selain pembelajaran menggunakan metode diskusi pembelajaran juga dapat
dilakukan dengan menggunakan metode pemberian tugas. Metode ini merupakan
cara menyajikan meteri pelajaran melelui penugasan siswa untuk melakukan suatu
pekerjaan. Jenis pemberian tugas dapat secara individu atau kelompok (Petunjuk
atau pelaksanaan KBM, 1995). Pemberian tugas dalam kehidupan sehari-hari
xxx
sering disebut pekerjaan rumah, yaitu tugas khusus pada siswa untuk mengerjakan
sesuatu di luar jam pelajaran. Dengan memberi pekerjaan rumah atau tugas–tugas
diluar jam pelajaran yang disusun sedemikian rupa melatih sifat kemandirian, rasa
tanggung jawab dan kedisiplinan siswa, yang ikut mempengaruhi dalam prestasi
belajar. Selanjutnya Winarno Surakhmat (2004), menyatakan bahwa “tugas
pekerjaan rumah merupakan salah satu metode mengajar, yaitu metode pemberian
tugas belajar (resitasi), metode ini tidak sekedar memberi tugas untuk dikerjakan
di rumah saja, tetapi dapat juga di laboratorium, di perpustakaan atau di tempat-
tempat lain baik secara individu maupun secara kelompok”. Tujuan dari
pemberian tugas atau pekerjaan rumah dalam proses belajar mengajar yaitu
memberi kesempatan untuk melatih hal-hal yang dipelajari, atau menyelidiki hal-
hal yang berhubungan dengan apa yang sedang dipelajari peserta didik.
Disamping itu tugas pekerjaan rumah merupakan latihan untuk menemukan cara-
cara belajar yang baik, pemberian tugas dapat dilakukan sebelum dan sesudah
proses belajar mengajar di kelas. Tugas sebelum proses belajar mengajar
dimaksudkan agar dapat menciptakan kaitan yang kuat antara rangsangan yang
berupa materi pelajaran dengan respon yang berupa kesiapan belajar. Sedangkan
tugas setelah proses belajar mengajar dimaksudkan agar setelah proses belajar
mengajar kemampuan yang telah terbentuk dari belajar akan semakin kuat
tertanam dalam diri siswa dan semakin bertahan lama.
Pembelajaran fisika bertitik dari pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan ketelitian pengamatan dan melaksanakan aktivitas ilmiah hal ini
xxxi
mengandung, pengertian bahwa dalam proses pembelajaran siswa harus dilibatkan
secara keseluruhan. Berdasar latar belakang masalah, penulis melakukan
penelitian guna mengetahui keefektifan pembelajaran Fisika dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran dengan metode diskusi dan pemberian
tugas ditinjau dari motivasi berprestasi dan kreativitas siswa untuk konsep besaran
dan satuan. Karena itu penulis mengambil judul penelitian “Pengaruh metode
diskusi dan pemberian tugas ditinjau dari motivasi berprestasi dan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar siswa.” Penelitian dilakukan pada siswa SMP
Negeri 1 Karanganyar Kebumen,kelas VII,Materi besaran dan satuan, semester
gasal, tahun pelajaran 2009 / 2010.
Keberhasilan seorang siswa dalam belajar di sekolah ditandai adanya prestai
belajar. Untuk melakukan usaha dalam mencapai kesuksesan atau puncak prestasi
sudah tentu diperlukan banyak hal, terutama yang berkaitan dengan proses
mengajar bagi guru dan belajar bagi siswa. Pembelajaran fisika mengacu pada
penalaran yang tinggi. Pemahaman suatu konsep akan sangat membantu siswa
memahami bahasan yang lebih luas sehingga akan dicapai prestasi belajar fisika
yang tinggi. Dalam buku pembelajaran fisika dikatakan bahwa apabila faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar dapat dikelola dengan baik maka proses belajar
fisika akan berjalan dengan baik. Dengan demikian hasil belajar fisika akan baik
pula.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain:
(1) Faktor yang berasal dari siswa, antara lain: kemampuan, minat, bakat motivasi
xxxii
dan kreativitas. (2) Faktor yang berasal dari luar diri siswa antara lain: lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, fasilitas belajar, guru. Fasilitas belajar termasuk
juga di dalamnya penggunaan metode.
B. Indentifikasi Masalah
Dari uraian yang telah dikemukaan pada latar belakang masalah, maka
permasalahan dalam penilitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar, Kebumen tahun pelajaran 2009 / 2010.
2. Minat belajar siswa pada pelajaran fisika masih rendah.
3. Guru belum memperhatikan kondisi psikologis anak.
4. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, padahal
untuk pembelajaran fisika dapat digunakan metode tanya jawab, diskusi,
demonstrasi, pemberian tugas.
5. Guru kurang kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenagkan.
6. Siswa berkesan bahwa pelajaran fisika membosankan.
7. Siswa kurang berani menyampaikan pendapat dan ide-idenya.
8. Motivasi belajar siswa dalam belajar fisika masih rendah
9. Kreativitas belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika masih rendah
10. Masih rendahnya prestasi belajar pada pelajaran fisika.
C. Pembatasan masalah
Mengingat jumlah waktu yang tersedia terbatas, maka perlu adanya
pembatasan runag lingkup permasalahan pembatasan ini dimaksudkan agar
pelaksanakan dan pembahasan penelitian mencapai tujuan yang diharapkan,
xxxiii
namun tidak mengurangi sifat ilmiah dari pembahasan sehingga bermanfaat dalam
dunia pendidikan pada umumnya. Adapun pembatasan permasalahan tersebut
adalah
1. Subyek penelitian.
Subyek penelitian adalah siswa kelas VII semester gasal SMP Negeri 1
Karanganyar, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009 / 2010.
2. Obyek penelitian
Obyek penelitian ini dibatasi pada permasalahan:
a. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada
diskusi dan pemberian tugas.
b. Materi pembelajaran dibatasi pada materi pokok Besaran dan Satuan.
c. Motivasi dan kreativitas dibatasi pada motivasi berprestasi dan
kreativitas siswa dalam pembelajaran fisika pada konsep Besaran dan
Satuan.
d. Prestasi belajar siswa kelas VII dibatasi pada aspek kognitif materi
pokok Besaran dan Satuan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang dan indentifikasi masalah maka
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh pembelajaran dengan metode diskusi dan pemberian
tugas terhadap prestasi belajar fisika?
2. Apakah ada pengaruh tingkat motivasi berprestasi siswa tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar fisika?
xxxiv
3. Apakah ada pengaruh tingkat kreativitas siswa tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar fisika?
4. Apakah ada interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, pemberian
tugas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika?
5. Apakah ada interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, pemberian
tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika?
6. Apakah ada interaksi antara motivasi berprestasi dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar fisika?
7. Apakah ada interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, pemberian
tugas, motivasi berprestasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa yaitu metode diskusi dan metode pemberian tugas, motivasi
berprestasi siswa, tingkat kreativitas siswa yang sesuai untuk pelajaran fisika.
Adapun tujuan yang diharapkan dan hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh pembelajaran dengan metode diskusi dan pemberian tugas terhadap
prestasi belajar fisika.
2. Pengaruh tingkat motivasi berprestasi siswa tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar fisika.
3. Pengaruh tingkat berkreativitas siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar fisika.
xxxv
4. Interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, pemberian tugas
dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika.
5. Interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, pemberian tugas
dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika.
6. Interaksi antara motivasi berprestasi dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar fisika.
7. Interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, pemberian tugas,
motivasi berprestasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dan kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis.
a. Sebagai tambahan referensi bagi guru dalam pembelajaran fisika dengan
metode diskusi dan pemberian tugas.
b. Memberikan latihan pada siswa dalam mempelajari materi fisika dengan
metode diskusi dan pemberian tugas.
c. Memberikan alternativ pilihan bagi guru dalam mengajar, mana yang lebih
baik dan lebih tepat antara menggunakan metode diskusi dan pemberian
tugas.
d. Menambah refrensi yang sudah ada sehingga penelitian ini dapat
digunakan sebagai landasan untuk penelitian berikutnya.
2. Manfaat praktis
xxxvi
a. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pembelajarsn dengan metode
diskusi dan pemberian tugas antara siswa yang satu dengan siswa yang
lain.
b. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh motivasi berprestasi dan
kreatifitas antara siswa yang satu dengan yang lain untuk meningkatkan
prestai belajar.
c. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan bagi guru fisika untuk
memperluas wawasan pembelajaran khususnya dengan metode diskusi dan
pemberian tugas.
xxxvii
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR
DAN PERUMUSAN MASALAH
A. Kajian Teori
1. Masalah Belajar
a. Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Banyak orang yang beranggapan, bahwa
yang dimaksud belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada juga yang
berpendapat belajar adalah menyerap pengetahuan, yang berarti orang harus
mengumpulkan fakta-fakta sebanyak-banyaknya yang dapat dihafalkan.
Menurut Slameto (2003: 13), belajar adalah “suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan”. Ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah:
Perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan
fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan dalam
belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah,
perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Belajar adalah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh
bagian atau domain yang meliputi domain kognitrif, afektif dan psykomotoris,
menekankan pentingnya emosi, perasaan, komunikasi yang terbuka dan nilai-nilai
yang dimiliki siswa. Jadi hendaknya guru lebih menekankan nilai-nilai kerja
sama, saling membantu dan menguntungkan dan kreatifitas untuk diaplikasikan
xxxviii
dalam proses pembelajaran. Menurut Vygotsky dalam Esa Nurwahyuni dan
Baharudin (2007: 142) mengatakan bahwa belajar adalah “sebuah proses yang
melibatkan dua elemen penting, pertama belajar merupakan proses secara biologi
sebagai proses dasar, kedua proses secara psiko-sosial sebagai proses yang lebih
tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya”. W.S. Winkel
(1994:53), mengatakan bahwa Belajar adalah “suatu aktifitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan dapat berupa suatu hasil yang baru atau
pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap”. Perubahan itu bersifat relatif, konstan
dan berkelas, hasil belajar dapat berupa hasil yang utama, dapat juga berupa hasil
sebagai efek sampingan, proses belajar dapat berlangsung dengan penuh
kesadaran, dapat juga tidak demikian.
Belajar, sebagai salah satu karakteristik yang membedakan manusia dengan
mahkluk lain merupakan aktifitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia,
bahkan tiada hari tanpa belajar. Jadi pengertian belajar itu sangat luas dan tidak
hanya sebagai kegiatan di bangku sekolah saja. Belajar dapat membawa
perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun
ketrampilan. Dengan perubahan tersebut si pelaku akan terbantu dalam
memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Sementara itu W.S. Winkel (Darsono 2001: 4) mengemukakan belajar
adalah “suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-
xxxix
pengetahuan keterampilan dan nilai sikap”. Dengan demikian belajar merupakan
hasil interaksi antara individu dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan
kemampuan tingkah laku dan keterampilan kearah yang lebih baik. Selanjutnya
belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu sebagai berikut: (a).
Berhuhungan dengan cara informasi atau materi pelajaran kepada siswa melalui
penerimaan atau penemuan. (b). Menyangkut cara bagaimana siswa dapat
mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang merupakan fakta-fakta,
konsep-konsep dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa yang
telah ada. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan
pada siswa baik dalam bentuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan
yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh
materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau
mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep-knsep atau lain-lain)
yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi, siswa
itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu, tanpa
menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur
kognitifnya, hal ini terjadi belajar hapalan.
Jika sesorang mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep
fisika), pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar
pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang
tersebut. Proses internalisasi akan terjadi sungguh-sungguh (yang berarti proses
belajar terjadi secara optimal). Pengetahuan yang dipelajari itu dibagi dalam tiga
tahap sebagai berikut: (1). Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran suatu
xl
pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan
benda-benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata. (2). Tahap ikonik,
yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu
direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual, gambar, atau
diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang
terdapat pada tahap aktif. (3). Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran
suatu pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk
simbol-simbol abstrak. (Depdiknas, 2004: 8).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor intern (faktor
dari dalam siswa) dan faktor ekstern (faktor dari luar siswa). (1). Faktor intern
(faktor dari dalam siswa), antara lain: inteligensi, minat, bakat, motifasi,
kesiapan. (2). Faktor ekstern (faktor dari luar siswa), antara lain: metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pelajaran, metode belajar, (Slametto, 2003 : 55-69)
b. Teori Belajar
Teori belajar yang mendukung, dalam penelitian ini, diantaranya adalah
teori belajar kognitif, menurut pandangan psikologi kognitif. Pengetahuan
dibangun dalam pikiran siswa dan belaiar merupakan hasil interaksi antara apa
yang diketahui, dan apa yang dilakukan ketika belajar.
Penilitian ini juga menggunakan teori kontruktivisme. Menurut pandangan
kontruktivisme, belajar adalah membangun atau menciptakan pengetahuan dengan
cara mencoba memberi arti pada pengetahuan sesuai dengan pengalamannya.
Pengetahuan itu adalah kontruksi manusia dan secara konstan manusia mengalami
xli
pengalaman-pengalaman baru, sehingga pengetahuan itu tidak stabil. Pemahaman
siswa tentang pengetahuan akan semakin mendalam dan kuahkan masalah,
menemukan sesuatu dan mencoba mengemukakan ide-ide yang bermanfaat bagi
dirinya. Teori-teori belajar lain yang relevi penelitian ini diantaranya:
1) Teori Belajar Piaget
Jean Piaget menyatakan bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yakni: asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses
penyantun (pengitegrasian) informasi baru ke sturktur kognitif yang sudah ada
dalam benak peserta didik. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke
dalam situasi baru, sedangkan equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan
antara asimilassi dan akomodasi (penyeimbang). Selanjutnya menurut Piaget,
proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif. Oleh
karena itu Piaget mengelompokan menjadi empat tahap, yaitu: (a). Tahap
Sensorimotorik (usia 0 – 2) tahun, selama periode ini anak mengatur alam dengan
indra-indranya dan dengan tindakan-tindakan. (b). Tahap Pra-opersional (usia 2 –
7) tahun, pada tahap ini anak belum mampu melakukan operasi matematika
seperti (sensori) dan dengan tindakan-tindakan motorik menambah, mengurangi,
dan lain sebagainya. (c). Tahap Operasional (usia 7 – 11) tahun, tahap ini
merupakan permulaan anak mulai berfikir secara rasional, akan tetapi belum dapat
berurusan dangan materi-materi abstrak seperti hipotesis. Pada periode ini sifat
egosentris dalam berkomunikasi berubah menjadi sosiosentris. (d). Tahap
Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas), anak pada periode ini tidak perlu
berfikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret. Anak
xlii
sudah mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak. Dalam pembelajaran fisika
anak setingkat SMP / MTs telah mempunyai kemampuan berfikir formal,
sehingga dalam pembelajaran fisika tidak harus melihat benda-benda
sesungguhnya. Peserta didik tingkat SMP / MTs dengan kemampuaan berfikir
abstrak, akan mampu melaksanakan pembelajaran dengan metode diskusi dan
pemberian tugas.
2) Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne ada lima katagori pemrosesan informasi dalam hasil belajar
yang disebut: “The Domains of Learning”. Lima yang dimaksud adalah sifat
motoris, sifat verbal, sifat kognitif, sifat afektif, dan sifat psikomotorik, yaitu: (a).
Ketrampilan Motoris, ketrampilan ini membutuhkan koordinasi dari berbagai
gerakan badan misalnya, kemampuan melakukan kegiatan praktikum yang
menggunakan berbagai macam alat listrik, mikroskop, dan lain sebagainya. Orang
yang memiliki ketrampilan motorik mampu melakukan suatu rangkaian gerak–
gerik jasmani dalam urutan tertentu, yang melibatkan perpaduan otot, urat, dan
persendian secara langsung. Ketrampilan ini dicirikan oleh otomatisme, artinya
rangkaian gerakan tersebut berlangsung secara teratur, lancar, dan supel, tampa
dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan atau mengapa
diikuti urutan gerakan-gerakan tertentu. (b). Infomasi Verbal, merupakan
kemampuan untuk menuangkan pengetahuan dalam bentuk bahasa yang memadai
sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Kemampuan ini diperoleh
sebagai hasil belajar di sekolah, dari kata-kata yang diucapkan seseorang, dari
radio, televisi, dan media lainnya. (c). Kemampuan Intelektual, merupakan
xliii
kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri
dalam bentuk suatu representasi. Kemampuan ini memungkinkan seseorang
berinteraksi dengan lingkungannya melalaui penggunaan simbol-simbol (huruf,
angka, kata, dan gambar) atau gagasan-gagasan. (d). Strategi Kognitif, merupakan
organisasi keterampilan yang internal yang diperlukan dalam belajar, mengingat,
dan berpikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual karena
diajukan ke dunia luar dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat sekali serta
memerlukan perbaikan secara terus menerus. (e). Sikap, merupakan kemampuan
internal yang sangat berbperan dalam mengambil tindakan. Orang yang memiliki
sifat yang jelas akan mampu memilih secara tegas diantara beberapa
kemungkinan. Kemampuan ini tidak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, dan
juga tidak dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti domain yang lain.
Selanjutnya di dalam pembelajaran fisika menuntut keaktifan dan keikutsertaan
siswa dalam menemukan konsep, seperti uraian teori belajar Gagne di atas bahwa
hasil belajar meliputi lima katagori. Hasil belajar fisika yang sesuai dengan teori
belajar yang dikemukan oleh Gagne yaitu meliputi keterampilan motorik (aspek
psikomotorik), keterampilan intlektual (kognitif) dan sikap (aspek afektif).
3) Teori Belajar David Ausubel
Ausubel, menyatakan bahwa:
Belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau penyajian materi pelajaran pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan dinggat oleh siswa. (Ratna Wilis Dahar, 1989: 110)
xliv
Selanjutnya pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat
dikomunikasikan pada peserta didik dalam bentuk belajar penerimaan yang
menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupun dalam bentuk belajar
penemuan yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan sendiri sebagian
atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, peserta didik
mengubungkan atau mengaitkan informasi tersebut pada pengetahuan (berupa
konsep-konsep atau lain-lain) yang sudah dimilikinya. Hal ini memungkinkan
terjadinya belajar bermakna, yaitu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-
konsep yang relevan dengan struktur kognitif peserta didik. Selanjutnya peserta
didik dapat pula mencoba-coba menghafalkan informasi baru tersebut tanpa
menghubungkannya pada konsep-konsep yang telah ada pada struktur kognitifnya
dalam hal ini terjadi belajar hafalan. Kesimpulannya belajar adalah suatu proses
yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang baik perubahan
dalam pengetahuan, ketrampilan maupun nilai-nilai sikap atau tingkah laku yang
baru sebagai interaksi dengan lingkungan. Belajar juga merupakan usaha yang
dilakukan seseorang agar dapat memperoleh yang diinginkannya. Dalam proses
belajar memerlukan waktu dan tahapan agar dapat mencapai hasil yang optimal.
Hal ini dapat digambarkan dalam tabel 2.1:
Tabel. 2.1 Bentuk-bentuk belajar
Belajar dapat berupa Secara Hafalan Belajar Bermakna No
Secara Penerimaan
Secara Penemuan
Secara Penerimaan Secara Penemuan
1 Materi disajikan dalam bentuk final
Materi ditemukan oleh siswa
Materi disajikan dalam bentuk final
Materi ditemukan oleh siswa
xlv
2
Siswa menghafal materi yang disajikan
Siswa menghafal materi
Siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitifnya
Siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitifnya.
(Ratna Willis Dahar, 1989: 110)
Belajar dapat secara hafalan dengan penerimaan materi yang disajikan
dalam bentuk final,secara penemuan materi ditemukan oleh siswa itu
sendiri,sedang belajar bermakna secara penerimaan materi disajikan dalam bentuk
final cara pemuannya materi ditemukan oleh siswa.
Pembelajaran fisika konsep besaran dan satuan sangat erat hubungannya
dengan peristiwa yang ditemukan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Segala sesuatu yang dipelajari peserta didik pada konsep besaran dan satuan dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, ini merupakan konsep pembelajaran
bermakna yang dikemukan oleh Ausubel.
4) Teori Belajar Bruner
Menurut Bruner belajar merupakan proses kognitif yang melibatkan tiga
proses yang berlangsung hampir bersamaan. Bruner dalam Ratna Wilis Dahar
(1989: 101) menyatakan bahwa: ketiga proses itu ialah (a). Memperoleh
informasi, (b). Transformasi informasi dan (c). Menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan. Ini berarti dalam belajar Bruner menekankan pada apa yang
dilakukan siswa terhadap informasi yanng diterimanya dan pada apa yang
dilakukan siswa setelah siswa menerima informasi itu. Bruner mengembangkan
model pembelajaran penemuan yaitu mencari pengetahuan secara aktif oleh
manusia sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Dalam proses belajar Bruner
mementingkan partisipasi aktif dari siswa dan mengenal dengan baik adanya
perbedaan kemampuan melalui pengalaman atau eksperimen.Penemuan pada
diskusi guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menumbuhkan suatu
xlvi
aturan melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili sumbernya.
Selanjutnya siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran
umum yang didiskusukan dalam kelompoknya. Penemuan pada pemberian tugas
yaitu mencari pengetahuan secara aktif oleh siswa sehingga memperoleh hasil
yang terbaik. Dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari
siswa dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan melalui
pengalaman atau eksperimen Sesuai dengan uraian tentang belajar, dapat
disimpulkan bahwa hasil latihan atau pengalaman belajar adalah suatu proses
maka harus tahap demi tahap sesuai dengan perkembangannya. Belajar ditandai
dengan adanya perubahan tingkah laku.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu metode dalam pembelajaran yang
sering dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Dalam metode diskusi ini intetaksi
antara dua atau lebih individu yang terlibat saling tukar menukar pengalaman,
informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang
pasif sebagai pendengar. Menurut Mulyani Sumantri (2001: 124) metode diskusi
diartikan sebagai siasat “penyampaian bahan pengajaran yang melibatkan peserta
didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik
bahasan yang bersifat problematic”. Guru, peserta didik dan atau kelompok
peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan
dalam diskusi. Dalam menggunakan metode diskusi guru harus pandai-pandai
menempatkan diri, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan efektif.
Roestiyah N.K (1986: 72-73) menjelaskan tentang peranan dan tugas guru dalam
diskusi sebagai berikut: Peranan guru dalam diskusi: (1). Menjaga jangan sampai
xlvii
pembicaraan keluar dari materi yang ditentukan. (2). Mengarahkan semua anggota
aktif dalam diskusi. (3). Menciptakan suasana yang menyenangkan.
Tugas guru dalam diskusi (1). Sebagai pengatur lalu lintas jalannya diskusi
antara lain: (a). Mengajukkan pertanyaan pada siswa. (b). Menjaga suasana agar
diskusi tampak hidup. (c). Menjaga agar tidak dikuasai oleh siswa yang pandai.
(d). Memberikan kesempatan yang lebih pada siswa yang pasif. (e). Mengatur
semua anggota sehingga mengerti dengan jelas hasil diskusi. (2). Sebagai pemberi
umpan balik, maksudnya: Jika ada pertanyaan dari siswa, guru memberikan
umpan balik dengan pertanyaan yang lebih spesifik atau dilemparakan pada siswa
yang lain. (3). Sebagai penunjuk jalan dalam pemecahan masalah antara lain: (a)
Kalau pertanyaan keluar dari permasalahan, guru mengarahkan. (b). Kalau tidak
ada pertanyaan, guru membantu memberikan pertanyaan yang mengarahkan pada
permasalahan.
Agar dalam diskusi siswa menyadari akan langkah menuju pusat pemecahan
masalah, maka diperlukan langkah-langkah khusus yaitu merumuskan masalah,
mengajukan hipotesis, mengumpulkan data yang relevan dan mengevaluasi
alternatif pemecahan masalah.
Penggunaan metode diskusi bertujuan untuk: (1). Melatih siswa
mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan
menyimpulkan bahasan. (2). Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional.
(3). Mengembangkan kemampuan berfikir sendiri dalam memecahkan masalah
sehingga tumbuh rasa percaya diri. (4). Mengembangkan keberhasilan siswa
dalam menemukan pendapat. (5). Berani memberikan sikap-sikap terhadap isu-isu
xlviii
kontroversial. (6). Melatih siswa berani mengemukakan pendapat tentang suatu
masalah. (Mulyani Sumantri, 2001: 124). Dari beberapa tujuan penggunaan
metode diskusi menurut Mulyani, pada prinsipnya adalah melatih siswa berani
mengungkapkan dan mengkomunikasikan pendapat dihadapan orang lain dan
berani mengambil kesimpulan atas penyelesaian suatu masalah.
Metode diskusi dalam proses belajar mempunyai beberapa keunggulan.
Roestiyah N.K (1986: 74) menjelaskan tentang kebaikan metode diskusi sebagai
berikut (1). Menyadarkan siswa bahwa setiap masalah dapat dipecahkan dengan
berbagai cara bukan hanya dengan satu cara saja. (2). Menyadarkan siswa bahwa
dengan berdiskusi mereka saling mengemuakakan pendapat secara konstruktif
sehingga dapat diperoleh suatu keputusan yang lebih baik. (3). Membiasakan
siswa suka mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnnya sendiri sehingga tunbuh sikap toleran. (4). Menumbuhkan
kesanggupan pada siswa untuk merumuskan pikirannya secara teratur dalam
bentuk pendapat yang dapat diterima orang lain.
Sedangkan Mulyani Sumantri (2001: 125) menjelaskan tentang kekuatan
metode diskusi sebagai berikut (1). Dapat mendorong partisipasi siswa secara
aktif baik sebagai partisipan, penanya, penyanggah maupun sebagai moderator.
(2). Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa ataupun
terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah. (3). Menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis dan partisipasi demokratis. (4). Melatih kestabilan
emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang lain dan tidak
memaksakan pendapat sendiri sehingga tercipta kondisi memberi dan menerima
xlix
(take and give). (5). Keputusan yang diambil kelompok akan lebih baik daripada
berfikir sendiri. Dari pendapat Rostiyah dan Mulyani, pada prinsipnya kebaikan
diskusi adalah dapat menyadarkan siswa bahwa setiap masalah dapat diselesaikan
dengan cara mengkomunikasikan pendapat pribadi dengan mendengarkan
pendapat orang lain, dan penyelesaian masalah lebih dapat dipertanggung
jawabkan. Dengan diskusi dapat mengaktifkan siswa untuk berfrkir kritis dan
kreatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode diskusi mempunyai
keunggulan diantaranya: melibatkan secara langsung dalam proses belajar
sehingga siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan materi
pembelajaran, dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap
ilmiah, dapat memperoleh kepercayaan dan kemampuan sendiri, sikap sosial dan
demokrasi siswa dapat berkembang. Selain itu metode diskusi juga mempunyai
beberapa kelemahan diantaranya: hasil dari diskusi tidak dapat diperkirakan
bagaimana hasilnya, dalam diskusi dapat didominasi oleh siswa-siswa yang
pandai, memerlukan waktu yang banyak sampai dapat mengambil kesimpulan
dalam diskusi.
Penggunakan metode diskusi dalam proses belajar mengajar pada dasarnya
merupakan proses pemecahan masalah yang harus dilakukan oleh siswa agar
terjadi belajar bermakna. Dengan demikian siswa dapat mengoptimalkan dalam
mencurahkan pengetahuan yang dimiliki dan dituntut mampu menghubungkan
konsep-konsep yang sudah dimiliki dengan proses pemecahan masalah.
3. Metode Pemberian Tugas
l
Metode mengajar ialah cara tertentu yang digunakan oleh pengajar untuk
menyampaikan bahan pengajar kepada para siswa. Tujuannya ialah untuk
memudahkan guru mengajar dan memudahkan siswa memahami bahan pengajar
(petunjuk pelaksanaan PMB, 1995: 30). Metode pemberian tugas (resitasi) adalah
cara mengajar atau menyajikan materi melalui penugasan siswa untuk melakukan
suatu pekerjaan. Jenis pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok
(Petunjuk atau pelaksanaan PBM, 1995: 14).
Tugas terstruktur dalam kehidupan sehari-hari sering disebut pekerjaan
rumah, yaitu tugas khusus pada siswa untuk mengerjakan sesuatu di luar jam
pelajaran (Winarno Surakhmad, 1980: 91). Selanjutnya Winarno Surakhmad
menyatakan bahwa pekerjaan rumah merupakan salah satu metode mengajar,
yaitu metode pemberian tugas belajar (resitasi). Metode ini tidak sekedar memberi
tugas untuk dikerjakan di rumah saja, karena siswa dalam mempelajari dan
mengerjakan tugas-tugas tidak hanya di rumah, tapi dapat di laboratorium, di
perpustakaan, atau di tempat-tempat lain baik secara individual maupun secara
kelompok. Tujuan pemberian tugas pekerjaan rumah dalam proses belajar
mengajar ialah memberi kesempatan untuk melatih hal-hal yang dipelajari, atau
menyelidiki hal-hal yang berhubungan dengan apa yang sedang dipelajari.
Disamping itu tugas pekerjaan rumah merupakan latihan untuk menemukan cara-
cara belajar yang baik.
Pemberian tugas terstruktur dapat dilakukan sebelum dan sesudah proses
belajar mengajar di kelas. Tugas sebelum proses belajar mengajar dimaksud untuk
menciptakan keterkaitan yang kuat antara rangsangan yang berupa materi
li
pelajaran dengan respon yang berupa kesiapan belajar. Sedangkan tugas setelah
proses belajar mengajar dimaksudkan agar sesudah proses belajar mengajar
kemampuan yang telah terbentuk dari belajar akan semakin kuat tertanam dalam
diri peserta didik dan semakin bertahan lama (Suharto, 1989: 3).
Adjai Robinson dalam Catur Sutejo (1995: 20) mengatakan bahwa “untuk
menciptakan situasi yang menggairahkan dan membuat siswa cenderung untuk
berpartisipasi secara akktif dalam proses belajar mengajar adalah dengan
menyediakan pekerjaan rumah”. Salah satu tekhnik pemberian tugas yang
diharapkan dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa adalah pemberian tugas
terstruktur sebelum materi yang berhubungan dengan tugas tesebut diajarkan.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan metode pemberian
tugas adalah: (1). Guru memberikan tugas kepada siswa, (2). Siswa mengerjakan
tugas dan (3). Guru menilai hasil-hasil yang telah dicapai oleh siswa.
Pemberian tugas terstruktur sebelum materi diajarkan akan mendorong
siswa untuk belajar sendiri, sehingga dapat aktif mengikuti kegiatan pendidikan
dan hasil belajarnya optimal. Memberi tugas terstruktur sebelum materi yang
berhubungan dengan tugas-tugas tersebut diajarkan akan memberi kesempatan
kepada siswa untuk belajar sendiri dan menemukan konsep sendiri (Catur Sutejo,
1995: 20). Kelebihan-kelebihan tugas terstruktur yang diberikan sebelum materi
diajarkan menurut Catur Sutejo (1995: 25) adalah sebagai berikut: (1). Pemberian
tugas tersetruktur sebelum materi diajarkan akan menciptakan pengaruh yang kuat
antara rangsangan yang berupa materi pelajaran dengan respon yang berupa
lii
kesiapan belajar, sebab dengan adanya tugas terstruktur sebelum materi diajarkan
siswa dituntut untuk belajar lebih dahulu sebelum materi diajarkan. (2).
Pemberian tugas terstruktur sebelum materi diajarkan akan menyebabkan siswa
menemukan sendiri konsep-konsep materi yang dipelajarinya, sebab dengan
pemberian tugas tersetruktur sebelum materi diajarkan dituntut untuk mengerti
tentang materi yang akan diajarkan dan terampil dalam menyelesaikan tugas-tugas
secara mandiri.
Surachman dalam tesisnya membuktikan bahwa, pemberian “FIome
Assigment” banyak membantu keberhasilan siswa dalam belajar, karena banyak
memberikan bantuan dalam pembentukan kesiapan dan kesempatan mengenal apa
yang mereka hadapi sebelum mengikuti kegiatan selanjutnya. Tugas berarti bahwa
pengajar memberi tugas tertentu dalam jangka waktu tertentu dan dengan suatu
kontrol untuk menjaga kemurnian hasil tugas. Tujuan utama dari pemberian tugas
adalah agar peserta didik melakukan kegiatan belajar di rumah. Tugas yang
diberikan pengajar dapat berupa masalah yang harus dipecahkan atau prosedur
yang harus dilakukan.
Metode pemberian tugas dapat mengembangkan kemandirian peserta didik,
merangsang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab
peserta didik, membina kebiasaan mencari serta mengolah informasi secara
mandiri (Daru Wahyuningsih, 2007: 25). Sedang menurut Syaiful Sagala (2005)
“Tugas merangsang peserta didik untuk aktif belajar baik secara individu maupun
secara kelompok”. Tugas yang diberikan oleh pengajar dapat pula digunakan
untuk mengecek bahan yang telah dipelajari walaupun tidak menutup
liii
kemungkinan dalam mengerjakan tugas, peserta didik tidak bekerja sendiri. Tetapi
yang terpenting dalam pemberian tugas adalah peserta didik mengulang materi
yang telah diberikan dan bereksplorasi dengan acuan tugas dari guru. Dengan
adanya pemberian tugas, diharapkan para siswa terpacu untuk menyelesaikan
tugas sebaik-baiknya, sehingga penguasaan akan materi yang telah diberikan akan
menjadi petualangan tersendiri bagi peserta didik.
Keunggulan pemberian tugas antara lain: (1). Pengetahuan yang diperoleh
pesereta didik dari prestasi belajar, hasil percobaan atau hasil penyelidikan yang
banyak berhubungan dengan minat atau bakat yang berguna untuk hidup mereka
akan lebih meresap dan tahan lama. (2). Peserta didik berkesempatan memupuk
perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan
mandiri. (3). Tugas dapat lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru,
lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas wawasan tentang apa yang
dipelajari. (4). Tugas dapat membina kebiasaan peaserta didik untuk mencari dan
mengolah sendiri informasi dan komunikasi, hal ini diperlukan hubungan dengan
abad informasi dan komunikasi yang maju sedemikian pesat dan cepat. (5).
Metode pembeerian tugas dapat membuat siswa bergairah dalam belajar yang
dilakukan dengan berbagai variasi sehingga tidak membosankan.
Kelemahan metode Pemberian Tugas antara lain: (1). Seringkali siswa
melakukan penipuan pada diri sendiri dimana mereka hanya meniru hasil
pekerjaan orang lain, tanpa mengalami proses belajar. (2). Tugas hanyalah sekedar
melepaskan tanggung jawab bagi pengajar. Adapun cara mengatasi kelemahan
dari metode pemberian tugas antara lain adalah: (1). Tugas yang diberikan kepada
liv
siswa hendaknya jelas, sehingga siswa mengerti apa yang harus dikerjakan. (2).
Tugas yang diberikan pada siswa memperhatikan perbedaan individu masing-
masing. (3). Waktu untuk mengerjakan tugas harus cukup, terkontrol atau dalam
pengawasan yang sistimatis atas tugas yang diberikan sehingga mendorong siswa
untuk belajar dengan sungguh-sungguh. (4). Tugas yang diberikan hendaknya
mempertimbangkan, minat dan perhatian siswa. (5). Mendorong siswa untuk
mencari, mengatami dan menyelesaikan tugas yang diberikan. (6). Diusahakan
tugas yang diberika bersifat praktis dan ilmiah. (7). Bahan pelajaran yang
ditugaskan agar diambilkan dari hal-hal yang dikenal siswa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pemberian Tugas Terstruktur
(PTT) sebelum materi diajarkan akan lebih menantang dan mendorong atau
memberi motivasi siswa untuk belajar. Selain itu juga akan lebih banyak
memberikan motivasi kepada siswa untuk menyiapkan diri dalam mengikuti
KBM dengan perhatian yang lebih, sehingga nantinya diharapkan dapat memberi
hasil belajar yang lebih baik dibanding dengan yang tidak diberi tugas terstruktur.
Selanjutnya siswa diharapkan dapat meningkatkan daya serap materi IPA.
4. Motivasi Berprestasi
a. Penngertian Motivasi
Menurut Winkel (1983: 24), mengartikan prestasi sebagai bukti
keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Sekolah yang menerapkan kurikulum
berbasis kompetensi harus mempunyai dorongan dan harapn yang tinggi untuk
meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolah. Perilaku “ingin berprestasi
secara terus menerus menjadi kebiasaan hidup (habitat) warga sekolah dalam
lv
menjalankan tugasnya sehari-hari”. Menurut Tirtonegoro (1984: 26) “Prestasi
dinilai dan diukur dari usaha belajar yang dinyatakan dengan simbol, angka,
huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai anak
dalam periode tertentu”. Sedangkan menurut Arifin (1993: 3) menyatakan bahwa
prestasi adalah “kemampuan, ketrampilan dan sikap seseorang dalam
menyelesaikan suatu hal”. Indikartor motivasi berprestasi terdiri dari: (1). Harapan
untuk sukses, (2). Kekawatiran akan gagal, (3). Keinginan untuk memperoleh
nilai yang tinggi. Sedangkan Harrocks yang dikutip oleh Parwinando Agus
Pertiwi (2004), prestasi adalah kebutuhan psikologis untuk memperoleh,
mencapai, menerima, menangkap dan sebagainya. Untuk mencapai hasil yang
terbaik dalam kegiatan belajar, pada dasarnya berkaitan erat dengan harapan untuk
sukses, kekhawatiran akan gagal dan keinginan memperoleh nilai yang tinggi. Hal
ini dapat diwujudkan apabila siswa mau bekerja keras dalam menghadapi tugas-
tugas belajar. Kebutuhan berafiliasi tercermin dalam terwujudnya situasi
bersahabat dengan orang lain. Kebutuhan berprestasi terwujud dalam keberhasilan
melakukan tugas-tugas yang dibebankan. Jadi motivasi berprestasi adalah
dorongan mental dari seseorang yang menggerakkan dan mengarahkan siswa
untuk mencapai prestasi dalam segala hal guna memenuhi kebutuhan
psikologisnya. Untuk menumbuhkan harapan prestasi yang tinggi maka guru
harus memiliki komitmen bahwa peserta didiknya dapat mencapai tingkat prestasi
yang maksimal, walaupun dengan segala keterbatasan sumber daya pendidikan di
sekolah. Demikian juga siswa, harus mempunyai motivasi yang tinggi untuk
lvi
selalu meningkatkan diri untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan
kemampuannya.
Dikaitkan dengan kegiatan belajar, motivasi ditinjau dari segi potensi dapat
berupa sikap, sedangkan penampakannya berupa perilaku belajar. Adapun
pengertian belajar menurut (Sardiman, A.M 2001: 21) adalah “seabgai rangkaian
kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju ke arah perkembangan pribadi
manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa dalam
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik”. Dengan demikian, motivasi belajar
dapat diartikan sebagai daya penggerak pendorong dan kemauan dalam diri siswa
yang akan menimbulkan dan memberikan arah pada kegiatan belajar menuju
perkembangan pribadi manusia yang seutuhnya.
b. Jenis-jenis Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di rumah motivasi
merupakan hal yang penting. Setidaknya para siswa harus memiliki motivasi
untuk belajar, karena kegiatan belajar akan berhasil dengan baik apabila siswa
yang bersangkutan mempunyai motivasi yang kuat. Motivasi belajar pada diri
siswa muncul karena kesadaran dari dalam diri siswa sendiri atau karena adanya
pengaruh dari luar. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a) Motivasi Instriksik
Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri
siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk
lvii
dalam motivasi instrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan
kebutuhannya terhadap materi tersebut. Misalnya untuk kehidupan masa depan
siswa yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal itu Soemardi Suryabrata (1992:
9) mengatakan bahwa motivasi instrinsik adalah “motivasi yang timbul dari dalam
diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan maupun bantuan orang lain,
bahwa aktivitas atau tingkah laku yang muncul dalam keadaan kebutuhan-
kebutuhan telah terpengaruhi seperti tingkah laku bermain yang ditunjukkan oleh
anak yang memiliki instrintik”. Organisme atau individu memiliki kekuatan dan
kendali atas tingkah lakunya sendiri. Motivasi akan tampil bilamana terjadi
kesenjangan antara pengalaman masa lampau dan informasi baru, artinya individu
akan termotivasi untuk bertingkah laku apabila dalam dirinya terdapat
kesenjangan antara sesuatu yang telah diketahui dengan apa yang belum
diketahuinya. Siswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan
menjadi orang yang terdidik, berpengalaman, ahli dalam bidang tertentu. Satu-
satunya jalan untuk menuju ketujuan yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa
belajar tidak mungkin akan tercapai. Dorongan yang menggerakan hal itu
bersumber pada suatu kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang
yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi itu memang muncul dari
kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan
seremoni (Sardiman A.M, 2001: 90)
b) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu
siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar (Muhibbin
lviii
Syah 2003: 152). Pujian dan hadiah, peraturan / tata tertib sekolah, suri teladan
orang tua, guru dan seterusnya merupkan contoh-contoh konkret motivasi
ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar diri seseorang. Menurut
(Sardiman, 2001: 89) menjelaskan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan faktor dari luar situasi belajar seperti
angka, kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan, dan persaingan.
Motivasi yang bersifat negatif misalnya sindirian tajam, cemoohan, dan hukuman.
Motivasi ekstrinsik dipakai sebab pelajaran-pelajaran sering tidak dengan
sendirinya menarik dan guru kurang mampu untuk membangkitkan minat siswa.
Guru dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar siswa giat belajar,
antara lain: (a). Memberi angka; (b). Hadiah, (c). Saingan, (d). Hasrat untuk
belajar, (e). Ego-involvement, (i). Pemberian tugas, (j). Pujian, (k). Teguran dan
kecaman, (l). Sarkasme dan celaan, (m). Hukuman, (n). Standar atau taraf aspirasi,
(o). Minat, (p). Suasana yang menyenangkan, (q). Teguran yang diakui diterima
baik oleh murid (S. Nasution, 1995: 78)
Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan
tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar, movitasi sangat penting sebab
kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga komponen-
komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi
siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Dalam perspektif psikologi
kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi instrinsik
lix
karena lebih murni dan langgeng serta tidak tergantung pada dorongan atau
pengaruh orang lain. Selanjutnya, dorongan mencapai prestasi dan dorongan
memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan juga memberi
pengaruh kuat dan relatif langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau
dorongan dari orang tua dan guru (Muhibbin Syah, 2003: 152). Diantara kedua
jenis motivasi tersebut, motivasi instrinsik mempunyai peranan cukup besar dalam
kegiatan belajar dibandingkan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik umumnya
lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk belajar dari pada motivasi
ekstrinsik, karena kemauan belajar tersebut berasal dari kesadaran dari masing-
masing individu.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa motivasi instrinsik mempunyai
sifat lebih penting, sehingga perlu ditumbuhkan agar timbul keinginan untuk
belajar pada diri siswa tidak dikarenakan oleh hal-hal lain seperti takut dimarahi
guru atau orang tua, takut dihukum, malu pada teman dan sebagainya. Apabila
keinginan siswa hanya dilandasi faktor-faktor seperti itu maka motivasi yang
mendorong belajar timbulnya atas dasar keterpaksaan sehingga hasil yang dicapai
tidak optimal. Sebaiknya jika keinginan dan usaha belajar itu datangnya dari diri
sendiri, maka harapan untuk mencapai hasil yang mencerminkan kemampuannya
dapat dioptimalkan.
c. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat merupakan suatu energi penggerak dari dalam diri
siswa yang menimbulkan aktifitas belajar sehingga menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah belajar sehingga tujuan yang dikehendaki
dapat tercapai. Motivasi sendiri menurut (Sardiman, A.M.2001: 81) dimiliki
lx
setiap orang yang menunjukkan cirri-ciri sebagai berikut: (1). Tekun menghadapi
tugas, dapat bekerja terus menurut dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti
sebelum selesai. (2). Ulet menghadapi kesulitan, tidak lekas putus asa, tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berhasil sebaik mungkin, tidak cepat puas
dengan hasil yang telah dicapai. (3). Menunjukkan minat terhadap bermacam-
macam masalah untuk orang dewasa, misalnya masalah pembangunan agama,
politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap segala
tindak kriminal, amoral, dan sebagainya. (4). Lebih senang bekerja sendiri. (5).
Tidak cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif. (6). Dapat mempertahankan
pendapatnya, kalau sudah yakin akan sesuatu. (7). Tidak mudah melepaskan hal
yang diyakini itu. (8). Senang mencari dan memecahkan masalah.
Menurut pandangan Maslow dalam E. Koeswara (1989: 222) setiap individu
bermotivasi untuk mengaktualisasikan diri. Maslow menemukan 15 ciri orang
yang mampu mengaktualisasikan diri, ciri-ciri tersebut adalah: (1). Kemampuan
mengamati suatu realitas secara efisien, apa adanya dan terbatas dari
subyektivitas, (2). Dapat menerima diri sendiri dan orang lain serta kodrat, (3).
Berprilaku spontan, sederhana dan wajar, (4). Terpusat pada masalah dan
tugasnya, (5). Memiliki kebutuhan privasi atau kemandirian yang tinggi, (6).
Memiliki kebebasan dan kemandirian terhadap lingkungan dan kebudayaan, (7).
Dapat menghargai dengan rasa hormat dan penuh gairah, penemuan, kegiatan
intelektual atau kegiatan persahabatan, (9) Memiliki rasa keterkaitan, solidaritas
kemanusiaan yang tinggi, (10) Dapat menjalin hubungan pribadi yang wajar, (11)
lxi
Memiliki watak terbuka bebas prasangka, (12). Memiliki standar kesusilaan yang
tinggi, (13). Memiliki rasa humor terpelajar, (14). Memiliki kreativitas dalam
bidang kehidupan, seperti pengetahuan, kesenian, atau keterampilan hidup
tertentu, (15). Memiliki otonomi tinggi. Begitu juga pendapat Roger dalam
Dimyati dan Mudjiono (1999: 93) bahwa ciri-ciri setiap individu berkembang
menjadi seorang berkualitas diri penuh adalah: (1). Terbuka terhadap segala
pengalaman hidup, (2). Menjalani kehidupan secara berkepribadian, (3). Percaya
pada diri sendiri, (4). Memiliki rasa kebebasan, (5). Memiliki kreativitas. Menurut
Robinson dalam Bistar Panjaitan (1997), indikator motivasi berprestasi terdiri
dari: (1). Harapan untuk sukses, (2). Bekerja keras, (3). Kekhawatiran akan gagal,
(4). Keinginan untuk memperoleh nilai yang tinggi. Untuk mencapai hasil yang
terbaik dalam kegiatan belajar, pada dasarnya berkaitan erat dengan harapan untuk
sukses, kekhawatiran akan gagal dan keinginan memperoleh nilai yang tinggi. Hal
ini dapat terwujud apabila siswa mau bekerja keras dalam menghadapi tugas-tugas
belajar.
d. Pentingnya Motivasi Berprestasi dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar di rumah maupun di Sekolah motivasi berprestasi
merupakan hal yang penting. Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang
terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan
mengorganisasikan tingkah laku manusia (Martin Handoko, 1992: 9). Pernyataan
ini menunjukkan bahwa motivasi ini merupakan faktor pendorong mengapa
seseorang melakukan suatu perbuatan. Motiavasi dapat mempengaruhi adanya
kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan hal tersebut, motivasi dapat
lxii
berfungsi: (1). Mendorong manusia berbuat, dengan kata lain motivasi sebagai
motor penggerak yang melepaskan energi. (2). Menentukan arah perbuatan,
maksudnya adalah untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. (3). Menyeleksi
perbuatan, maksudnya adalah untuk menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan secara serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan yang tidak bermanfaat (Sudirman, 2001: 83). Sedangkan menurut
Dimyati (1999: 85) bagi siswa motivasi sangat penting dalam rangka untuk: (1).
Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil belajar (2).
Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar dibandingkan dengan teman
sebaya. (3). Mengarahkan kegiatan belajar, sebagai ilustrasi setelah ia ketahui
bahwa dirinya belum belajar secara serius terbukti masih banyak bersenda gurau
misalnya. Maka siswa akan merubah tingkah laku. (4). Membesarkan semangat
belajar. (5). Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian
bekerja yang berkesinambungan. Individu dilatih untuk menggunakan sedemikian
cara belajar sehingga dapat berhasil. Motivasi berprestasi menurut peneliti adalah
suatu sikap yang membangun siswa untuk berbuat, menentukan arah dan memberi
semangat untuk meraih prestasi belajar.
e. Alat Ukur Motivasi Berprestasi
Alat ukur motivasi berprestasi berupa angket, indikator yang digunakan
diambil dari Robinson. Ada empat indikator yang digunakan, yaitu harapan untuk
sukses, bekerja keras, kekhawatiran akan gagal dan keinginan memperoleh nilai
yang tinggi. Indikator tersebut dijabarkan dalam instrument dengan menggunakan
alternatif jawaban berupa skala sikap yang dikemukakan oleh Likert. Skala ini
lxiii
disusun dalam bentuk pernyataan dan diikuti oleh lima respon yang menunjukkan
tingkatan yaitu selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Masing-
masing item dibuat pernyataan positif dan negatif untuk mengetahui ketetapan
dalam bersikap.
5. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Perkataan kreativitas sering kita dengar dalam percakapan sehari hari,
namun tidak semua orang yang memahami arti penggunaan kreativitas secara
pasti dari. Menurut West (2000: 14) kreativitas adalah penyatuan pengetahuan
dari berbagai bidang pengalaman yang berlainan untuk ide-ide yang baru dan
lebih baik. Kreatilitas adalah pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan
imajinasi, ditafsirkan bahwa kreatititas adalah sebagai suatu bentuk karya cipta
baru yang dapat diterima oleh kalangan umum serta berguna untuk dipertahankan
dan memuaskan kepentingan manusia pada periode tertentu. Batasan lain tentang
kreativitas disampaikan oleh Conny (1992: 229), menyatakan bahwa “Kreativitas
adalah kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkan dalam
pemecahan masalah-masalah konsep”. Csikzentmihalyi (1996: 23) berpendapat
bahwa kreativitas adalah bentuk dari aktifitas mental yaitu suatu pemahaman yang
terjadi pada bagian dalam orang istimewa. Pendapat lain dikemukakan oleh
Torrance yang dikutip oleh Burden dan Byrd (1999: 260) kreativitas adalah proses
penciptaan pendapat atau hipotesis yang berpusat pada ide-ide, menguji hipotesis,
memodifikasi dan mengunjungi kembali hipotesis serta mengkomunikasikan
hasilnya. Individu yang kreativitasnya tinggi kadang mendemonstrasikan ciri khas
lxiv
yang tidak dimiliki orang lain. Pendapat John Haefele yang dikutip The Liang Gie
(1995: 243) mendefinisikan kreativitas adalah “suatu proses dari manusia yang
dapat menciptakan gagasan baru dari gambaran angan-angan, ingatan, karangan
dan konsep yang telah dimiliki”. Walaupun rumusan para ahli di atas berfariasi
namun pada prinsipnya ada kesamaan bahwa orang yang kreatif mampu
menciptakan ide baru, yang hal tersebut tidak dimiliki oleh semua orang.
Kreativitas adalah ungkapan dari keunikan individu dalam interaksi dengan
lingkungan, dari kepribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide
baru dan produk yang inovatif .
Hal senada dikemukakan oleh Utami Munandar (1999: 21) yang
mengatakan bahwa kreativitas adalah “kemampuan untuk menciptakan produk
baru. Ciptaan ini tidak perlu seluruh produk baru, namun bisa saja hal ini
merupakan gabungan atau kombinasi, sedang unsur-unsurnya sudah ada
sebelumnya”. Kreativitas adalah bila seseorang menghasikan prospektif baru dan
sesuatu yang baru tersebut dapat di terima secara sadar. Pendapat lain juga
dikemukakan Seidel yang dikutip oleh Julius Candra (1994: 15) mengatakan
bahwa kreativitas adalah “kemampuan untuk menghubangkan dan mengaitkan,
kadang-kadng dengan cara ganjil namun mengesankan, dan ini merupakan dasar
mendayagunakan kreatif dari daya rohani dalam bidang atau lapangan manapun”.
Jadi kreativitas merupakan proses mental yang kompleks dari berbagai jenis
ketrampilan khas manusia yang dapat melahirkan pengungkapan yang unik,
berbeda orisinil, sama sekali baru.
lxv
Dari beberapa pendapat di atas menunjukan bahwa dalam kreativitas ada
unsur-unsur: (1). Kemampuan membuat modifikasi dari suatu yang baru dan asli
yang sudah ada. (2). Merupakan proses mental yang unik untuk memproduk
sesesuatu yang baru, berbeda dan asli serta menekankan pada proses dan bukan
produk. Jelas kemampuan di atas tidak dimiliki oleh semua orang melainkan
hanya orang-orang tertentu yang dikatakan orang kreatif. Kreativitas merupakan
sesuatu proses, aktifitas, dan modifikasi yang baru, sehingga dapat mendatangkan
hasil yang berguna dan dapat dimengerti.
b. Kepribadian orang yang kreatif
Manusia yang kreatif adalah mereka yang mempunyai kemampuan luar
biasa untuk menyesusikan diri dalam segala situasi dan dengan ketrampilanntya ia
mampu melaksanakan pekerjaan untuk mencapai apa yang diinginkan.
Csikszentmihalyi (1996: 52) mengatakan bahwa sebagian besar ilmuwan terkenal
terlihat tertarik terhadap sejumlah peristiwa dan mengadakan eksperimen pada
masa kecil mereka. Hal tersebut menunjukan indikasi sikap kreatif pada diri
mereka. Menurut Csikszentmihalyi (1996) ciri-ciri kepribadian yang kreatif
adalah sebagai berikut: (1). Individu yang kreatif rnempunyai energi fisik yang
besar, yang memungkinkan bekerja berjam jam. (2). lndividu yang kreatif cerdas
dan cerdik. Suatu saat memiliki kebijakan, tetapi juga dapat seperti anak-anak. la
mampu berfikir konvergen dan divergen. (3). Individu yang kreatif memiliki
kombinasi antara sikap berani dan disiplin. Kreativitas memerlukan kerja
keuletan, ketekunan, untuk menyelesaikan masalah, dengan mengatasi masalah
yang sering dihadapi. (4). Individu yang kreatif memiliki salah satu alternatif
lxvi
antara lain fantasi dan kenyataan. Kedua hal tersebut dibutuhkan untuk
memisahkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan masa sekarang tanpa
menghilangkan sentuhan masa lalu individu yang kreatif menunjukkan
kecenderungan yang berbeda dalam merangkaikan hal yang bersifat introversi
maupun ekstroversi. Sebagian besar diantara kita cenderung untuk menjadi salah
satu di atas. Sebaliknya individu yang kreatif mampu mengekspresikan kedua ciri
tersebut pada saat yang sama. (6). Individu yang kreatif dapat bersikap rendah diri
dan bangga akan karyanya pada saat yang sama. (7). lndividu yang kreatif yang
menunjukan kecenderungan andragoni, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari
stereotip gender maskuli-feminim. (8). Individu yang kreatif cenderung mandiri,
suka menentang. (9). Kelanyakan orang yang kreatif sangat suka dengan
pekerjaan mereka, tetapi juga sangant objektif dalam penilaian karyanya. (10).
Sikap terbuka dan sensitif pada individu yang kreatif sering membuatnya
menderita dan jengkel jika banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih
payahnya, namun juga dapat menjadikan kegembiraan. Pada umumnya orang
yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, memiliki kegembiraan
yang menyukai aktivitas yang kreatif. Sedang ciri pribadi orang yang kreatif
menurut Utami Munandar (1999: 71) adalah rasa ingin tahu yang meluas dan
medalam, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan
atau usulan terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat,
mempunyai rasa keindahan yang dalam, menonjol dalam salah satu bidang seni,
mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandnag, mempunyai
rasa humor yang luas, mempunyai daya imajinasi, dan orisinil dalam ungkapan
lxvii
gagasan dalam pemecahan suatu masalah. Senada dengan ciri-ciri pribadi kreatif
Julius Chandra (1994: 49) mengelompokan segi-segi mental orang kreatif antara
lain: hasrat untuk mengubah hal-hal yang sebaiknya menjadi lebih baik, kepekaan
bersifat terbuka terhadap segala sesuatu, minat untuk menggali lebih dalam dari
yang tampak dipermukaan, rasa ingin tahu semangat yang tidak pernah berhenti
untuk mempertanyakan, mendalami sikap berfikir yang mengarah untuk
pemaksaan yang mendalam pula, konsentrasi, mampu menekuni sesuatu
permasalahan hingga menguasai seluruh bagiannya, siap mencoba dan
melaksanakannya, bersedia mencurahkan tenaga dan waktu untuk mencari dan
mengembangkan, kesabaran uratuk memecahkan permasalahan dalam detailnya.
Ortimisme memerlukan antusiasme (kegairahan) dan rasa percaya diri, serta
mampu bekerja sama, sanggup beriktiar secara praduktif bersama orang lain.
Walaupun ada perbedaan pengungkapan, rumusan dan pengelampokan namun
pada prinsipnya pendapat para ahli tersebut di atas tidak jauh berbeda dan
akhirnya dapat disampaikan bahwa ciri menonjol pribadi yang kreatif adalah: (1).
Imajinatif: (2). Mempunyai prakarsa (inisiatil). (3). Rasa ingin tahu. (4). Mandiri
(ulet). (5). Penuh energi dan bersibuk diri, serta (6). Berani mengambil resiko
dalam pendirian dan keyakinan. Ciri di atas sangat diinginkan oleh pendidik
terhadap para siswa, dengan ini diharapkan adanya inovasi dalam pelajaran.
Secara naluri kreativitas memang terkandung di dalam diri manusia walaupun
dengan tingkat kreativitas tinggi belum tentu para siswa pembelajarannya dapat
maksimal dan optimal.
c. Pengukuran Kreativitas
lxviii
Ada beberapa alat untuk mengukur kreativitas seseorang yang masing-
masing mempunyai ciri dan tujuan tertentu. Menurut Utami Munandar (1999):
(1). Tes kemampuan berfikir divergen Guilford, Tes ini menurut penggunaan
kemampuan berfikir lancar, lentur, orisinil dan terperinci. Tes berfikir kreatif dari
Guilford ini untuk populasi remaja orang dewasa. (2). Tes kemampuan berfikir
Kreatif Torrance. Tes Torrance dimaksudkan untuk memicu ungkapan secara
simultan ungkapan beberapa opersi mental kreatif yang terutama mengukur
kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi. Tes berfikir ini terdiri dari dua
bentuk yaitu verbal dan bentuk vigural. (3). Tes bepikir kreatif-produksi
menggambar suatu hal yang dikontruksi oleh Jellin dan Urban yang disebut tes for
Creuliw Thinking Drawing Produktion (TCT-DP). Responden diminta untuk
menyelesaikan gambar yang tidak lengkap. (4). Tes berfikir kreatif dengan bunyi
dan kata. Tes ini produksi Torrance Kathena, dan Sounds and Images yang
menampilkan rangsang dalam bentuk suara bunyi dari yang sederhana sampai
yang numit. (5). Tes berfikir kreatif dengan Inventory Kathena-Torfance. Tes ini
dengan cara pengamatan diri seseorang dalam bentuk daftar pemeriksa kuesioner
dan inventory. Tes tersebut di atas semuanya dari luar negeri sehingga memiliki
karakteristik dengan budaya luar negeri. Di Indonesia telah ada tes kreativitas
verbal. Tes ini berdasarkan pada struktur intelek dari Guildford, terdiri dari enam
sub tes yang semuannya mengukur operasi berfikir kreatif secara operasi
tercermin dari kelancaran, fleksibilitas, dan orisinilitas dalam berfikir (Utami
Munandar, 1999: 73).
lxix
Dalam penelitian ini tes berfikir kreatif yang digunakan adalah mengacu pada
kreativitas belajar Fisika. Tes yang dibuat berbentuk angket yang pembuatan seluruh soal
berpedoman pada cirri-ciri berpikir kreatif yang telah disimpulkan penulis diantaranya:
(1). Imajinatif; (2). mempunyai prakarsa (inisiatif); (3). Rasa ingin tahu; (4). Mandiri
(ulet); (5) Penuh energi dan bersibuk diri; (6) Berani mengambil resiko dalam pendirian
dan keyakinan.
6. Prestasi Belajar
a) Prestasi
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah
dicapai, dikerjakan, dan sebagainya (Poerwodarminto, 1994: 123). Dalam proses
pembelajaran, hasil belajar dinyatakan dengan prestasi belajar. Salah satu cara
untuk mengetahui prestasi belajar siswa adalah dilakukan evaluasi atau penilaian.
Evaluasi hasil belajar merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran, pengolahan,
penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil
belajar atau prestasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan menurut Sumadi
Suryabrata dalam Prasetyo (2000: 10), “Prestasi adalah hasil yang dicapai dalam
satu latihan pengalaman didukung oleh kesadaran seseorang atau siswa untuk
belajar”. Sedang menurut Fudyartanto dalam Prasetyo (2000: 10), “Prestasi adalah
taraf kemampuan anak untuk menguasai sejumlah pengetahuan dan ketrampilan
yang tiap orangnya berbeda”.
Prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah
melalui kegiatan belajar yang dipengaruhi oleh kecerdasan (intelligence),
penguasaan awal, usaha yang dilakukan, dan kesempatan yang tersedia. Belajar
sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh
suatu bentuk pembahasan perilaku yang relatif menetap.
lxx
Menurut kamus Bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (2007: 700) menyatakan bahwa “Prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampitan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru”.
Jadi dengan adanya nilai yang diberikan guru akan dapat digunakan sebagai
penentu prestasi belajar peserta didik.
b) Prestasi Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang telah dicapai oleh
seseorang dapat dilakukan dengan tes. Dalam proses pembelajaran, tipe prestasi
atau hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa penting untuk
diketahui oleh guru, agar guru dapat merancang / mendesain pembelajaran secara
tepat dan bermakna. Howard Kingsley dalam Nana Sujana (2006) membagi hasil
belajar menjadi tiga tipe, yaitu: (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan
dan pengertian, serta (3). Sikap dan cita-cita. Masing-masing tipe hasil belajar
dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Prestasi
belajar merupakan salah satu penentu keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Untuk menentukan prestasi belajar ini digunakan tes yang dilakukan
setelah siswa mendapat materi pelajaran tersebut atau setelah kegiatan belajar
mengajar selesai. Prestasi belajar ditunjukkan dengan menggunakan nilai atau
skor, apabila prestasi belajar siswa tinggi maka dapat mencapai ketuntasan dalam
belajar. Sedang fungsi prestasi belajar diantaranya: sebagai indikator kualitas dan
kuantitas pengetahuan yang ada pada peserta didik. Sebagai bahan informasi
lxxi
dalam inovasi pendidikan. Sebagai indikator intern dan ekstern dari lembaga
pendidikan. Sebagai indikator terhadap daya serap anak didik pada materi yang
dipelajarinya. Sebagai salah satu faktor penentu kelanjutan studi. Sebagai lambang
pemuas keingintahuan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.
Dapat disimpulkan bahwa pretasi belajar dapat dijadikan indikator atau petunjuk
untuk mengetahui tingkat prestasi belajar yang dimiliki peserta didik setelah menerima
pengalaman belajar. Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan
nasional menggunakan klasifikasi menurut prestasi belajar dari Benyamin S. Bloom yang
secara garis besar membagi prestasi belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psykomotoris.
Belajar menurut Thorndike, yang dikutip oleh Winkel, WS (1986: 59)
Belajar adalah “membentuk asosiasi antara perangsang stimulus yang mengenai
organisme melalui susunan syaraf dan reaksi (respon) yang diberikan oleh
organisme itu terhadap perangsang tadi. Sehingga dapat diartikan bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan, perubahan
tidak dapat disebut belajar apabila tidak disebabkan oleh perubahan atau keadaan
sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan oleh obat–obatan. Belajar
dapat dirumuskan sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku sebagai akibat (hasil) pengalaman yang lalu. Belajar adalah suatu tingkah
laku sebagai hasil pengalaman, tingkah laku dapat bersifat jasmaniah, jadi
kelihatan indra penglihatan tetapi dapat juga bersifat intelektual atau memperoleh
suatu sikap sehingga tidak mudah dilihat. Belajar merupakan suatu proses timbul
dan berubah tingkah lakunya, perbuatan belajar mengandung semacam perubahan
dalam diri sesorang yang melakukan perbuatan sikap. Perubahan itu dapat
lxxii
dinyatakan sebagai suatu kecakapan, suatu kebiasaan, suatu sikap atau suatu
pengertian, sebagai pengetahuan atau apresiasi penerimaan, penghargaan,
perbuatan yang menghasilkan bahan yang maju kesuatu yang lebih maju lagi dan
perubahan-perubahan itu didapat atas dasar latihan-latihan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan-perubahan
dalam diri sesorang baik perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan maupun
nilai-nilai sikap atau tingkah laku yang baru sebagai interaksi dengan lingkungan.
Menurut kamus bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (2007: 700) menyatakan bahwa “prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran yang lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan
oleh guru”. Jadi dengan adanya nilai yang diberikan guru akan dapat digunakan
sebagai penentu prestasi belajar peserta didik. Prestasi belajar merupakan salah
satu penentu keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk
menentukan prestasi belajar ini digunakan tes yang dilakukan setelah siswa
mendapat materi pelajaran tersebut atau setelah kegiatan belajar mengajar selesai,
prestasi belajar ditunjukan dengan nilai atau skor, apabila prestasi belajar siswa
tinggi dapat disimpulkan bahwa proses kegiatan belajar mengajar tersebut berhasil
atau dapat mencapai ketuntasan dalam belajar. Fungsi prestasi belajar diantaranya:
(a). Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai peserta
didik, (b). Sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, (c). Sebagai
indikator terhadap daya serap anak didik pada materi yang dipelajari, (d). Sebagai
indiator intern dan ekstern dari lembaga pendidikan, (e). Sebagai salah satu faktor
lxxiii
penentu kelanjutan studi, (f). Sebagai lambang pemuas keingintahuan siswa dalam
mengikuti kegitan belajar. Sehingga dapat disimpulkah bahwa prestasi belajar
dapat dijadikan petunjuk atau indikator untuk mengetahui tingkat prestasi belajar
yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar. Jadi prestasi
belajar adalah prestasi setelah siswa mengalami proses pembelajaran dan
merupakan tingkat penguasaan siswa terhadap materi ajar. Dalam sistim
pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan nasional menggunakan
klasifikasi menurut prestasi belajar dari Ben Yamin S. Bloom yang secara garis
besar membagi prestasi belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah sikomotoris.
7. Materi Besaran dan Satuan
a. Pengertian Besaran dan Satuan
Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat diukur besarnya dan hasilnya
dinyatakan dalan suatu bilangan tertentu. Misalnya: meja dapat diukur panjang
dan lebarnya, seorang siswa dapat diukur tingginya, balok penghapus dapat diukur
volumenya, kapur dapat diukur massanya, ruang kelas dapat diukur luasnya dan
badan dapat diukur suhunya.
Besaran adalah sesuatu yang mempunyai nilai sehingga dapat dilakukan
pengukuran misalnya: panjang, masa, waktu, luas, volume, dan sebagainya.
Besaran dibagi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok
adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan atau telah didefinisikan terlebih
dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain, sedang besaran turunan adalah
besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran berdasarkan cara
lxxiv
memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu: (1). Besaran Fisika
yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh dari pengukuran
maka harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa. Massa merupakan
besaran fisika karena massa dapat diukur dengan menggunakan neraca. (2).
Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan.
Satuan adalah sesuatu yang digunakan sebagai pembanding suatu besaran
dan untuk menyatakan nilai dalam suatu pengukuran, misalnya: meter, Kg, sekon,
m2, m3, dst. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan suatu satuan,
yang dinyatakan dalam nilai atau angka.Dalam melakukan pengukuran selalu
berhubungan dengan besaran dan satuan, untuk memperjelas hubungan tersebut dapat
dilihat pada gambar 2.1
Panjang Meja Belajar Empat Jengkal
Besaran Massa gula
Nilai 250
Satuan gram
Besaran Nilai Satuan
Perjalanan waktu kesekolah 20 Menit
Besaran Nilai Satuan
Luas ruang belajar 48 M2
Besaran Nilai Satuan
lxxv
Gambar2.1. Hubungan antara besaran, nilai dan satuan
Dari contoh gambar 2.1. dapat dilihat bahwa panjang, massa, waktu dan luas
merupakan besaran. Jengkal, gram, menit dan m2 merupakan satuan dan empat,
250, 20 dan 48 merupakan nilai.
1) Besaran Pokok
Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya didefinisikan sendiri tidak
dijabarkan dari besar lain. Ada tujuh besaran pokok yaitu: (1). Panjang. (2).
Massa. (3). Waktu. (4). Kuat arus listrik. (5). Suhu. (6). Intensitas cahaya. (7).
Jumlah zat. Dari ketujuh besaran pokok tersebut di atas, yang dibahas disini hanya
tiga besaran pokok saja yaita panjang, massa dan waktu.
2) Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari satuan
besaran pokok. Untuk menjelaskan besaran turunan dapat dilihat contoh di bawah
ini:
(1) Luas = panjang x lebar
Panjang dan lebar adalah besaran pokok, yaitu panjang. Jadi besaran luas
diturunkan dari besaran pokok panjang.
(2) Volume = panjang x lebar x tinggi
Panjang, lebar dan tinggi termasuk besaran pokok, yaitu panjang. Jadi
besaran volume juga diturunkan dari besaran pokok, yaitu panjang.
(3) Kecepatan = hWaktutempu
Jarak
lxxvi
Jarak termasuk besaran pokok, yaitu panjang. Sedangkan waktu tempuh juga
termasuk besaran pokok, yaitu waktu. Jadi besaran kecepatan merupakan
besaran turunan yang diturunkan dari besaran pokok, yaitu panjang dan
waktu.
(4) Percepatan = Waktu
Kecepa tan
Kecepatan merupakan besaran turunan dari besaran pokok, yaitu panjang
dan waktu. Sedangkan waktu tempuh merupakan besaran pokok, yaitu
waktu. Jadi percepatan merupakan besaran turunan yang diturunkan dari
besaran pokok, yaitu panjang dan waktu
(5) Gaya = massa x percepatan
Massa merupakan besaran pokok. Sedangkan percepatan merupakan besaran
turunan yang diturunkan dari besaran pokok yaitu panjang dan waktu. Jadi
gaya merupakan besaran turunan yang diturunkan dari besaran pokok, yaitu
massa, panjang dan waktu.Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3
a) Sistem Satuan Internasional
Zaman duhulu apabila orang ingin mengukur sesuatu benda pada mulanya
menggunakan anggota badannya sebagai satuan untuk pengukuran yang dilakukan
tersebut, seperti hasta, depa dan jengkal. Selain itu dikenal pula satuan-satuan
yang berkembang di masyarakat seperti tumbak, bata, bau, kaki, petak, pathok dan
lain sebagainya. Satuan-satuan tersebut merupakan satuan tak baku. Maksudnya
adalah satuan yang apabila dipergunakan dalam pengukuran, hasil pengukurannya
berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain. Sedangkan satuan baku
lxxvii
adalah satuan yang apabila dipergunakan dalam pergukuran, hasil pengukurannya
sama antara orang yang satu dengan yang lainnya. Syarat satuan baku yang baik
adalah: bersifat tetap tidak terpengaruh suhu, dan tempat, mudah ditiru atau
dihasilkan, bersifat Internasional. Sedangkan satuan yang bersifat kedaerahan dan
tidak berlaku secara umum karena nilai dan satuannya tidak sama disebut satuan
tidak baku. Dari kesimpulan tersebut dapat dilihat contoh seperti dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Satuan baku dan satuan tak baku
Besaran Satuan Baku Satuan Tak Baku
Panjang Kilometer, meter, centimeter Kaki, jengkal, depa
Massa Kilogram, gram, milligram Mug, tempurung, kaleng
Volume Meter / centimeter, kubik, liter Botol, gayung
Luas Meter persegi, hektar Batok, pathok
Pada besaran panjang satuan bakunya kilometer, meter, centimeter, satuan
tak bakunya kaki, jengkal, depa. Hasil pengukuran suatu besaran selalu
dinyatakan dengan satuan. Satuan yang digunakan untuk menyatakan besar suatu
besaran harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat tersebut sebagai
berikut: (a). Bersifat intenasional, artinya dapat digunakan dieluruh dunia. (b).
Bersifat tetap, artinya tidak berubah karena pengaruh apapun. (c). Mudah ditiru,
artinya mudah diperbanyak untuk keperluan sehari-hari.
Pada tahun 1960 sistem satuan diresmikan pemakaiannya secara
internasional oleh The Conference General des Pords et Measures (CGMP).
Sistem tersebut dinamakan Sistem Internasional (SI). Sistem satuan Internasional
terdiri dari (1). Satuan panjang adalah meter, (2). Satuan massa adalah kilogram
lxxviii
dan (3). Satuan waktu adalah Sekon. Sehingga sistem SI disebut juga sistem
MKS.lihat table 2.3. Selain sistem MKS ada sistem lain yang disebut sistem cgs,
sistem cgs terdiri dari (1). Satuan panjang adalah centimeter, (2). Satuan Massa
adalah gram, dan (3). Satuan waktu adalah sekon lihat table 2.3. masih ada system
besaran turunan luas dalam SI meter persegi, dalam cgs centimeter persegi,
volume dalam SI meter kubik dalam cgs centimeter kubik lihat tabel 2.4. Besaran
dalam Fisika dibedakan menjadi dua macam yaitu: Besaran pokok dan besaran
turunan, besaran pokok adalah suatu besaran yang satuannya didefinisikan atau
ada standar dasar penetapan besaran tersebut, seperti terlihat pada tabel 2.3 dan
2.4:
Tabel 2.3. Satuan-satuan pada besaran pokok
Besaran Pokok Simbol Satuan SI / MKS Satuan cgs
Panjang l Meter (m) centimeter (cm)
Massa m Kilogram (Kg) Gram (gr)
Waktu t Sekon (s) Sekon (s)
Kuat Arus Listrik i Ampere (A) -
Suhu T Kelvin (K) -
Intensitas Cahaya I Cendela (ed) -
Jumlah Zat N Mole (mol) -
Besaran pokok panjang, symbol l satuan SI/MKS meter ( m ) dan satuan cgs
centimeter ( cm )
lxxix
Sedangkan besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran
pokok seperti pada contoh tabel berikut:
Tabel 2.4. Satuan-satuan pada besaran turunan
Besaran Pokok Simbol /
Rumus Satuan SI / MKS Satuan cgs
Luas A = p.l m2 cm2
Volume V = p.l.t m3 cm3
Kecepatan V = s/t m/s cm/s
Gaya F = m.a Kg.m/s2 = N Gr.cm/s2
Tekanan P = F/A N / m2 = pascal dyne / cm2
Usaha W = F.s Nm = kg.m2/s2 =
joule
Gr.cm2/s2 = erg
Besaran pokok luas , simbol / rumus A= pxl , satuan SI/MKS m2 , satuan cgs cm2.
b. Pemilihan materi
Materi dalam penelitian ini adalah besaran dan satuan. Hal ini berdasarkan
beberapa pertimbangan, pertama secara teknis diajarkan di kelas VII semester 1.
Kedua secara esensial materi ini merupakan dasar dari materi-materi fisika SMP
khusus dijenjang lebih tinggi pada umumnya dan ketiga secara psikologis anak
mampu dan dapat mendasari berfikir secara logis dan terstruktur dengan metode
diskusi maupun metode pemberian tugas.
c. Pengukuran
1) Besaran Pokok dan Pengukurannya
a) Satuan Panjang
Satuan panjang dalam SI adalah meter (berasal dari kata metron, artinya
mengukur). Pada mulanya para ilmuwan di Paris Perancis menetapkan bahwa satu
lxxx
meter = 1/10.000.000 x jarak antara kutub utara ke khatulistiwa yang melalui kota
Paris. Lalu diukurkan pada logam campuran Platina-Iridium yang bersuhu tetap
00C dan panjang Platina-Iridium inilah yang kemudian ditetapkan sebagai panjang
1 meter standar. Berdasarkan hasil pengukuran ini, maka satu meter, adalah
panjang antara dua gores garis sejajar pada ujung-ujung meter standar pada batang
logam Platina-Iridium pada suhu 00C.
Meter standar yang asli disimpan di Bureu International Des Poids Et
Measures di kota Severs dekat Paris (Perancis). Berhubung para ilmuwan
beranggapan bahwa meter standar itu tidak praktis, karena dapat berubah dan
dapat rusak maka pada tahun 1960 panjang satu meter standar diganti dengan
yang lebih praktis, mudah, tidak berubah dan tidak gampang rusak, yaitu satu
meter = 1.650.763,73 kali panjang gelombang sinar jingga yang dihasiikan gas
krypton-68 di dalam ruang hampa pada suatu lecutan listrik. Panjang satu meter
standar masih dapat dibagi-bagi lagi dalam satuan yang lain, lihat tabel 2.5.
Tabel 2.5. Kesetaraan satuan panjang.
Penilisan dalam bentuk Satuan panjang yang lain
Satuan panjang dalam meter Desimal Baku
1 milimeter (mm) 1/1000 0.001 10-3
1 centimeter (cm) 1/100 0.01 10-2
1 desimeter (dm) 1/10 0.1 10-1
1 dekameter (dam) 10 10 101
1 hektometer (hm) 100 100 102
1 kilometer (km) 1000 1000 103
lxxxi
Satuan panjang yang lain1milimeter( mm ) satuan panjang dalam meter
1/1000
Penulisan dalam bentuk decimal 0,001, penulisan dalam bentuk baku 10-3 .
Untuk mengukur panjang suatu benda dapat dipergunakan berbagai jenis
alat ukur sebagai berikut:
(a) Mistar
Mistar merupakan salah satu alat ukut uang sering digunakan siswa di
sekolah. Mistar terbagi dalam dalam tiga satuan yaitu mili meter (mm), centi
meter (cm), dam inci,1 inci sama dengan 2,54 centimeter, 1centimeter sama
dengan 10 milimeter untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Mistar
Mistar biasanya digunakan para siswa untuk menggambar garis dengan
ukuran tertentu. Selain itu digunakan oleh para arsitektur untuk membuat gambar /
denah bangunan rumah. Meteran banyak digunakan oleh pedagang kain dan
penjahit. Rol meter banyak digunakan oleh pegawai bangunan. 1 inchi = 2,54 cm,
1 yard = 91,44 cm, 1 mil = 1.609,34 cm, dan 1 feet = 30,48 cm.
(b) Jangka Sorong
Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar atau dimensi
dalam dari suatu benda, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. Bagian–bagian dari
jangka sorong adalah rahang tetap mempunyai skala utama dan rahang sorong (
dapat digeser – geser ) memiliki skala nonius, sehingga jangka sorong memiliki
lxxxii
dua skala yaitu skala utama dan skala nonius atau vernier. Jangka sorong biasanya
digunakan untuk mengukur panjang suatu benda atau garis tengah (diameter)
sebuah tabung (silinder), diameter bola, benda yang berbentuk bulat (lingkaran),
panjang benda-benda kecil dan kedalaman suatu lubang. Alat ini mempunyai
ketelitian sampai 0,1 mm.
Gambar 2.3. Jangka sorong mampu mengukur sampai 0,1 mm.
(c) Mikrometer Skrup
Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur dimensi (diameter) luar
suatu benda yang sangat pendek atau kecil, seperti diameter kawat atau ketebalan
suatu benda yang tipis seperti terlihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. Gambar micrometer skrup
Alat ukur ini mempunyai ketelitian sampai 0.01 mm. Nilai ketelitian adalah
nilai panjang terkecil yang masih dapat diukur oleh alat ukur tersebut.
lxxxiii
Cara kerja mikrometer skrup adalah jika selubung luar dengan skala 50
diputar satu kali maka rahang geser dan selubung akan bergerak maju atau
mundur. Jarak maju mundurnya rahang geser sejauh 0,5 mm/50 menghasilkan
tingkat ketelitian 0,01 mm.
b) Satuan Massa
Gambar 2.5. Kilogram standar yang disimpan di Sevres, Paris,Perancis.
Massa adalah banyaknya (jumlah) zat yang terkandung pada suatu benda.
Satuan massa dalam ST adalah kilogram. Satu kilogram standar = massa standar
yang terbuat dari sebuah silinder Platina-Iridium. Perlu diketahui bahwa massa
satu kilogram standar sama juga dengan massa 1 liter air murni pada sahu 4°C.
Kilogram standar yang asli disimpan di kota Severs, dekat Paris, Perancis. Selain
satuan massa kilogram standar, ada juga satuan massa yang lain, lihat tabel 2.6
Tabel 2.6. Kesetaraan satuan massa.
Penulisan dalam bentuk Satuan massa yang lain
Satuan massa dalam
kilogram Desimal Baku
1 miligram (mg) 1/1.000.000 0.000001 10-6
1 centigram 1/100.000 0.00001 10-5
1 decigram 1/10.000 0.0001 10-4
1 gram 1/1.000 0.001 10-3
lxxxiv
1 dekagram 1/100 0.01 10-2
1 hektogram 1/10 0.1 10-1
1 kuintal 100 100 102
1 ton 1.000 1000 10-3
Satuan massa 1miligram ( mg )satuan dalam kilogram 1/1.000.000
penulisan dalam bentuk decimal 0.000001, penulisan dalam bentuk baku 10 -6.
Dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya telah terbiasa menggunakan
istilah berat untuk massa. Misalnya 1 karung padi beratnya 80 kg. Di dalam fisika
perkataan tersebut tidak tepat atau salah, sebab satuan kg bukanlah merupakan
satuan berat melainkan satuan massa. Jadi yang benar adalah 1 karung padi
massanya 80 kg. A1at-alat yang digunakan untuk mengukur massa disebut dengan
neraca atau timbangan. Di bawah ini dikemukakan beberapa macam neraca yang
sering digunakan dalam laboratorium, antara lain:
(1) Neraca Sama Lengan
Neraca sama lengan banyak digunakan untuk pengukuran massa emas, perak
dan sebagainya. Ketelitiannya mencapai 0,001 gram atau 1 miligram.
.
Gambar 2.6a. Neraca dua lengan. Gambar 2.6a. Neraca tiga lengan.
(2) Neraca Ohaus
lxxxv
Neraca Ohaus sangat praktis digunakan dalam laboratorium karena proses
pengukurannya lebih cepat dan tepat. Ketelitiannya sampai 0,1 gram atau 100
miligram, batas ukurnya 300 gram.
(3) Neraca Mekanik Meja
Neraca ini banyak digunakan di pasar atau toko untuk mengukur massa
dagangan. Ketelitiannya sangat rendah sampai 50 gram.
b) Satuan Waktu
Satuan besaran pokok waktu adalah sekon (detik). Menurut para ahli IPA,
satu sekon standar semula diambil dari waktu yang diperlukan oleh bumi untuk
berputar mengelilingi sumbunya 1 kali putaran. Adapun 1 kali putaran, waktu
yang diperlukan 24 jam. Dengan demikian 24 jam - 24 x 60 menit x 60 sekon = 1
hari matahari rata-rata. Jadi satu sekon = 1/ (214 x 60 x 60 ) = 1/ 86.400 hari
matahari rata-rata. Mengingat perputaran bumi mengelilingi sumbunya selalu
berubah, maka pada tahun 1967 definisi l sekon ditetapkan. Satu sekon standar =
waktu yang diperlukan atom Caesium-133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631.770
kali. Satuan waktu yang lain dapat dilihat pada tabel 2.7
Tabel 2.7. Kesetaraan satuan waktu
Satuan waktu yang lain Satuan waktu dalam sekon Penulisan dalam bentuk baku
1 menit 60 6.103
1 Jam 3.600 3,6.103
1 hari 86.400 8.6.103
lxxxvi
Untuk mengukur besar waktu dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya
digunakan alat pengukur waktu sebagai berikut:
(a) Arloji
Alat ukur waktu yang lazim digunakan orang dalam keseharian adalah
arloji. Arloji analog umumnya mempunyai tiga jarum penunjuk yaitu jarum jam,
jarum menit dan jarum sekon. Jarum jam bergerak satu skala tiap satu jam, jarum
menit bergerak satu skala tiap menit, sedangkan jarum sekon bergeraak satu skala
tiap sekon. Satu jam lamanya sama dengan enampuluh menit dan satu menit
lamanya sama dengan enam puluh sekon. Jam menunjukkan tanggal 10 pukul
08.23 lihat gambar 2.7.
Gambar 2.7. Alat pengukur waktu mempunyai ketelitian sampai 1 sekon.
(b) Stopwatch
lxxxvii
Gambar 2.7. Alat ukur wakiu ini mempunyai ketelitian sampai 0;1 sekon.
Satu skala gambar besar menunjukkan satu detik , satu putaran jarum besar sama
degan enam puluh detik. Satu skala gambar kecil menunjukkan satu menit,sehingga satu
skala pada skala gambar kecil sama dengan enam puluh skala gambar besar lihat gambar
2.7.
Untuk mengukur selang waktu yang lebih singkat, misalnya selang waktu dari
lomba lari 100 m, lebih tepat jika digunakkan stopwatch. Ada dua jenis stopwatch yaitu
stopwatch analog dan stop watch digital, stopwatch ini cara pengoperasiannya sama yaitu
dengan menekan tombol, tekan pertama mulai, tekan kedua berhenti dan tekan ketiga
kembali keangka nol
(c) Jam atom Caesium
Ketelitian jam atom caesium sangat tinggi sehingga karena selama 3.000 tahun
kesalahan / keterlambatan hanya 1 sekon..
2) Besaran Turunan dan Pengukurannya
Di atas telah dijelaskan bahwa luas, volume dan kecepatan merupakan contoh, dari
besaran turunan. Adapun cara pengukurannya adalah setiagai berikut
(a) Luas bangun datar
20 cm 15 cm
Gambar 1.1
Gambar bidang datar persegi panjang dengan ukuran panjang 20 centimeter,,lebar
15 centimeter.
Luas bidang dari gambar tersebut di atas dapat dicari sebagai berikut:
Diketahui : p = 20 cm, l = 15 cm
Ditanya : A = …. ?
lxxxviii
Dijawab A = p.l
= 20 cm .15 cm
= 300 cm2
= 3 x 10-1 m2
(b) Volume Balok
Gambar 1.2
Gambar bangun ruang balok, dengan ukuran panjang 20 centimeter, lebar 15
centimeter, tinggi 10 centimeter.
Volume dari gambar tersebut di atas dapat dicari sebagai berikut:
Diketahui : p = 15 cm, l = 20 cm dan t = 10 cm
Ditanya : V = ….?
Dijawah : V = p.l.t
= 15 cm . 20 cm . 10 cm
= 3000 cm3
= 3 x 10-3 m3
(c) Pengukuran Kecepatan
Ali berangkat ke sekolah menempuh waktu 20 menit, jarak antara rumah dan
sekolah 3,6 km. Maka kecepatan Ali dalam perjalanan adalah.....
Diketahui : = 20 menit = 1200s, s = 3,6 Km = 3600 m
Ditanya : = v = ….?
Dijawab : = v = ts
= 3600 m / 1200 s
15 cm
10 cm 20 cm
lxxxix
= sm3
B. Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan penelitian terdahulu yang
ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan, agar dapat memberi
gambaran yang jelas.
1. Dalmudi (2004: 116), dengan judul “Pengaruh strategi pembelajaran
dengan pendekatan petakonsep dan metode diskusi terhadap prestasi belajar fisika
ditinjau dari motivasi berprestasi dan kreativitas siswa”. Dikatakan bahwa tidak
ada pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran, motivasi berprestasi dan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika, sehingga siswa yang tingkat
motivasinya tinggi atau rendah dan siswa yang tingkat kreativitasnya tinggi atau
rendah cenderung tidak ada perbedaan prestasi belajar fisika bila diajar dengan
pendekatan peta konsep atau dengan metode diskusi. Perbedaan dengan penelitian
ini yaitu pada variabel bebasnya pembelajaran fisika dengan menggunakan
metode diskusi dan pemberian tugas, variabel moderator motivasi berprestasi
yang meliputi motivasi berprestasi tinggi dan rendah, variabel terikatnya Prestasi
belajar yang dimaksud adalah tingkat penguasaan siswa pada mata pelajaran
Fisika pada materi pokok Besaran dan Satuan berdasarkan hasil belajar yang
dicapai siswa. Indikatornya adalah nilai tes siswa yang diberikan pada akhir
kegiatan proses belajar mengajar ,tempat penelitian mupun siswanya SMP Negeri
1 Karanganyar Kebumen.
xc
2. Catur Sutejo (2004), menngatakan bahwa “Penggunaan metode
pemberian tugas menyebabkan siswa lebih giat belajar dan bekerja secara aktif
daripada dengan mendengarkan secara pasif”. Winarno Surachmad (2004),
menurutnya keutungan metode pemberian tugas dalam proses belajar mengajar
antara lain: (1). Pengetahuan yang diperoleh siswa dari belajar, eksperimen atau
hasil percobaan yang banyak behubungan dengan minat mereka dan berguna
untuk hidupnya, akan lebih lama diingat, (2). Siswa berkesempatan memupuk
perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri
sendiri. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel bebas penelitian ini
pembelajaran fisika dengan menggunakan metode diskusi dan pemberian tugas,
variabel moderator pada penelitian ini motivasi berprestasi yang meliputi motivasi
berprestasi tinggi dan rendah, variabel terikat pada penelitian ini prestasi belajar
,yang dimaksud prestasi belajar adalah tingkat penguasaan siswa pada mata
pelajaran Fisika pada materi pokok Besaran dan Satuan berdasarkan hasil belajar
yang dicapai siswa. Indikatornya adalah nilai tes siswa yang diberikan pada akhir
kegiatan proses belajar mengajar ,tempat penelitian mupun siswanya SMP Negeri
1 Karanganyar Kebumen.
3. Wawan Dwi Cahyono (2007) dengan judul “Penggunaan Pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Metode Demonstrasi dan Diskusi
Terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau dari Kreativitas Siswa”. Penelitian ini
berhasil menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara metode mengajar
dengan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika. Perbedaan dengan penelitian ini
xci
adalah pada model pembelajaran, materi pelajaran dan tinjauan yang digunakan
pada penelitian, tempat dan waktu penelitian.
4. Daru Wahyuningsih (2007) dengan judul “Pengaruh Metode Pemberian
Kuis, Pemberian Tugas, dan Kemampuan Menalar terhadap Prestasi Belajar
Dalam Pembelajaran Bahasa Pemrograman Turbo Pascal”. Penelitian ini berhasil
menunjukkan metode pemberian tugas, Kreativitas dan daya penalaran siswa
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu
pada variabel bebasnya pembelajaran fisika dengan menggunakan metode diskusi
dan pemberian tugas, variabel moderator motivasi berprestasi yang meliputi
motivasi berprestasi tinggi dan rendah, variabel terikatnya Prestasi belajar pada
tingkat penguasaan siswa pada mata pelajaran Fisika pada materi pokok Besaran
dan Satuan hasil belajar yang dicapai siswa. Indikatornya adalah nilai tes siswa
yang diberikan pada akhir kegiatan proses belajar mengajar ,tempat penelitian
mupun siswanya SMP Negeri 1 Karanganyar Kebumen.
C. Kerangka Berfikir
Guru dalam keseharian mempunyai tugas utama adalah mengajar, mengajar
bukanlah tugas yang ringan bagi seorang guru dalam menghadapi sekelompok
siswa, kemajuan pengetahuan yang komplek menuntut guru untuk meningkatkan
keberhasilan dalam proses belajar mengajar dengan segala permasalahannya.
Guru harus dapat memilih pendekatan pembelajaran yang tepat untuk
menyampaikan materi pelajaran pada siswanya. Karena pendekatan pembelajaran
merupakan jalan yang harus ditempuh oleh guru dan peserta didik dalam
mencapai standar kompetensinya. Metode pembelajaran merupakan salah satu
xcii
alternatif yang bisa dijadkan pilihan bagi guru untuk mencapai standar kompetensi
yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran. Pembelajaran dengan metode
diskusi dan metode pemberian tugas adalah kegiatan pembelajaran yang langkah
kegiatannya sudah direncanakan dan disusun terlebih dahulu sehingga dalam
pelaksanaannya guru tidak keliru dalam penggunaan alat bantu yang digunakan.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, kajian teori, penelitian yang
relevan, dan materi pelajaran penulis berasumsi:
1. Pengaruh metodediskusi dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar.
Metode diskusi adalah suatu cara untuk menyajikan pelajaran, guru
memberi kesempatan pada siswa untuk menyampaikan pendapat secara ilmiah
untuk mengumpulkan pendapat sehingga dapat menyimpulkan suatu alternatif
dalam memecahkan suatu masalah. Metode diskusi mempunyai keunggulan
diantaranya: melibatkan secara langsung dalam proses belajar sehingga siswa
dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan materi pembelajaran, dapat
menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah, dapat
memperoleh kepercayaan dan kemampuan sendiri, sikap sosial dan demokrasi
siswa dapat berkembang.
Selain itu metode diskusi juga mempunyai beberapa kelemahan
diantaranya: hasil dari diskusi tidak dapat diperkirakan bagaimana hasilnya, dalam
diskusi dapat didominasi oleh siswa-siswa yang pandai, memerlukan waktu yang
banyak sampai dapat mengambil kesimpulan dalam diskusi. Walaupun kedua
metode tersebut mempunyai karakteristik yang hampir sama yaitu memecahkan
atau menyelesaikan masalah tugas yang diberikan guru baik secara individu atau
xciii
kelompok ,mengingat siswa SMP Negeri 1 karanganyar siswa sebagian besar
berasal dari pedesaan dengan jarak tempuh yang cukup jauh,namun siswa
mayoritas cerdas dantrampil mengingat sekolah pilihan pertama , Namun diduga
metode diskusi lebih baik dari pada metode pemberian tugas.
Metode pembelajaran tersebut, materi besaran dan satuan merupakan salah
satu materi pelajaran yang sangat tepat apabila diajarkan menggunakan metode
diskusi dan metode pemberian tugas. Karena dalam materi besaran dan satuan ,
banyak sekali masalah terutama masalah besaran , satuan baku, satuan tak
baku,satuan SI , satuan cgs dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, yang dapat
dicoba untuk digali dan dicoba untuk dipecahkan oleh para siswa.Pelaksanaan
pembelajaran Fisika pada materi besaran dan satuan menggunakan metode diskusi
dan pemberian tugas, memberi kesempatan pada siswa untuk lebih meningkatkan
kemandirian dalam belajar dengan belajar sendiri maupun berdiskusi yang terkait
dengan pemecahan masalah. Dengan demikian, siswa akan terus berlatih untuk
mengembangkan sikap berpikir kritis, bertanggung jawab, bekerjasama,
mengatur waktu, terhadap proses pembelajarannya sendiri, penggunaan teknologi
tepat guna, bekerja dalam kerangka multi disiplin, etika dalam dunia kerja,
berpikir kreatif, pengambilan keputusan, kepemimpinan, melakukan riset dan
memecahkan masalah. Dengan demikian maka diduga ada pengaruh pembelajaran
dengan metode diskusi dan metode pemberian tugas terhadap prestasi belajar
siswa.
2. Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar.
xciv
Motivasi berprestasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan siswa untuk mencapai prestasi guna memenuhi kebutuhan
psikologisnya. Untuk menumbuhkan harapan prestasi yang tinggi maka guru
harus memiliki komitmen bahwa siswa dapat mencapai tingkat prestasi yang
maksimal, walaupun dengan segala keterbatasan sumber daya pendidikan di
sekolah. Demikian juga siswa, harus mempunyai motivasi yang tinggi untuk
selalu meningkatkan diri untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan
kemampuannya., motivasi ditinjau dari segi potensi dapat berupa sikap,
sedangkan penampakannya berupa perilaku belajar. Siswa memiliki motivasi yang
berbeda-beda, yang bermotivasi tinggi akan lebih mudah menerima dan
memahami materi pelajaran dibanding siswa yang bermotivasi rendah. Materi
pelajaran yang baru merupakkanan kelanjutan dari materi pelajaran sebelumnya,
sehingga diharapkan siswa yang bermotivasi lebih tinggi akan mencapai prestasi
belajar yang lebih baik dari pada siswa yang bermotivasi sedang, atau rendah.
Ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi tinggi adalah (1). Tekun menghadapi
tugas, dapat bekerja terus menurut dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti
sebelum selesai. (2). Ulet menghadapi kesulitan, tidak lekas putus asa, tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berhasil sebaik mungkin, tidak cepat puas
dengan hasil yang telah dicapai. (3). Menunjukkan minat terhadap bermacam-
macam masalah untuk orang dewasa, misalnya masalah pembangunan agama,
politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap segala
tindak kriminal, amoral, dan sebagainya. (4). Lebih senang bekerja sendiri. (5).
Tidak cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, hal-hal yang bersifat mekanis,
xcv
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif. (6). Dapat mempertahankan
pendapatnya, kalau sudah yakin akan sesuatu. (7). Tidak mudah melepaskan hal
yang diyakini itu. (8). Senang mencari dan memecahkan masalah. Maka diduga
siswa yang memiliki motivasi tinggi prestasi belajarnya lebih baik dibandingkan
siswa yang memiliki motivasi rendah.
3. Pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar.
Kreativitas mengandung beberapa unsur yaitu: kemampuan membuat
modifikasi dari suatu yang baru dan asli yang sudah ada, merupakan proses
mental yang unik untuk memproduk sesesuatu yang baru, berbeda dan asli serta
menekankan pada proses dan bukan produk. Jelas kreativitas tidak dimiliki oleh
semua orang melainkan hanya orang-orang tertentu yang dikatakan orang kreatif.
Kreativitas merupakan sesuatu proses, aktifitas, dan modifikasi yang baru,
sehingga dapat mendatangkan hasil yang berguna dan dapat dimengerti.Dari
uraian diatas maka asumsi penulis siswa yang mempunyai kreativitas yang tinggi
akna lebih berprestasi dalam belajar fisika daripada siswa yang mempunyai
kreativitas sedang atau rendah.
4. Pengaruh diskusi dan pemberian tugas dengan motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar fisika.
Dengan mengetahui karakteristik model pembelajaran metode diskusi dan
metode pemberian tugas, serta pengertian motivasi dengan kondisi di SMP Negeri
1 Karanganyar. Peneliti berasumsi bahwa antara model pembelajaran penggunaan
metode diskusi, metode pemberian tugas, motivasi siswa terdapat interaksi yang
signifikan dan mempunyai perbedaan terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang
xcvi
diberi pembelajaran dengan metode diskusi, dan pemberian tugas serta motivasi
yang tinggi akan cepat memahami dalam mempelajari konsep-konsep fisika
sehingga dapat berprestasi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi
pembelajaran dengan metode diskusi dan pemberian tugas, bermotivasi rendah.
5. Pengaruh metode diskusi dan pemberian tugas dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar.
Dengan mengetahui karakteristik, antara keunggulan, kekurangan antara
metode diskusi dan pemberian tugas, peneliti berasumsi bahwa terdapat interaksi
yang signifikan terhadap prestasi belajar fisika. Siswa yang diberi pembelajaran
dengan metode diskusi dan pemberian tugas serta mempunyai kreativitas tinggi
akan berprestasi lebih tinggi dibanding siswa yang diberi pembelajan dengan
metode diskusi dan metode pemberian tugas tetapi mempunyai kreativitas rendah.
6. Pengaruh motivasi berprestasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar.
Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam
encapaian prestasi belajar, sehingga memudahkan proses belajar ,sedangkan
kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan produk baru, ciptaan ini tidak
perlu seluruh produk baru, namun bisa saja hal ini merupakan gabungan atau
kombinasi, sedang unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya,untuk menerima
pelajaran yang baru diperlukan pengetahuan dari bahan-bahan yang lama yang
telah dipelajari pada waktu yang lalu. Peneliti berasumsi ada interaksi antara
siswa bermotivasi tinnggi dan mempunyai kreativitas tinggi terhadap prestasi
belajar.
xcvii
7. Pengaruh metode diskusi dan pemberian tugas, motivasi dan kreativitas
terhadap prestasi belajar.
Belajar fisika akan mudah dipahami dan diingat para siswa bila siswa
melakukan sendiri, menemukan sendiri, saling bertukar pikiran, beradu
argumentasi dan ada tugas-tugas yang harus dikerjakan. Dengan mengetahui
karakteristik pembelajaran , metode diskusi, metode pemberian tugas, motivasi
dan kreativitas siswa, peneliti berasumsi terdapat interaksi yang saling
berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika, Siswa yang diberi pembelajaran
dengan metode diskusi, serta mempunyai motivasi dan kreativitas tinggi akan
berprestasi lebih baik dibanding siswa yang diberi pembelajaran dengan metode
pemberian tugas serta mempunyai motivasil meskipun kreativitasnya tinggi juga.
Interaksi metode diskusi, metode pemberian tugas, motivasi, dan kreativitas
terhadap prestasi belajar .
Dengan variasi metode pembelajaran untuk mendukung pendekatan
pembelajaran fisika diharapkan dapat membangkitkan minat, aktifitas belajar,
motivasi berprestasi dan kreativitas siswa sehingga diharapkan peningkatan
prestasi siswa dalam pelajaran Fisika. Dari uraian di atas terdapat keterkaitan
antara metode diskusi dan metode pemberian tugas terhadap prestasi belajar
dalam materi pokok Besaran dan Satuan, serta motivasi berprestasi siswa dan
kreativitas siswa sehingga dapat memuculkan adanya suatu hipotesis.
D. Hipothesis
Berdasarkan kajian teori serta kerangka berfikir pada penelitian ini, maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
xcviii
1. Terdapat pengaruh pembelajaran dengan metode diskusi dan metode
pemberian tugas terhadap prestasi belajar.
2. Terdapat pengaruh siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan
rendah terhadap prestasi belajar fisika.
3. Terdapat pengaruh tingkat kreativitas siswa tinggi dengan tingkat kreativitas
siswa rendah terhadap prestasi belajar fisika.
4. Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, metode
pemberia tugas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisaka.
5. Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, metode
pemberia tugas dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisaka.
6. Terdapat interaksi antara motivasi berprestasi dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar fisika.
7. Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan metode diskusi, pemberian
tugas, motivasi berprestasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar fisika.
xcix
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1
Karanganyar Kebumen pada semester ganjil tahun pelajaran 2009 / 2010, dengan
harapan penelitian ini dapat bermanfaat, efektif dan efisien.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009, seperti
ditunjukkan pada tabel 3.1 di bawah ini:
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agst. Sept. Okt.
1 Pengajuan Judul 2 Penyusunan Proposal 3 Perizinan
4 Penyusunan instrumen
Pembelajaran
5 Penyusunan instrumen tes 6 Uji coba instrumen 7 Analisis ujicoba
8
Proses pembelajaran
menggunakan metode
diskusi
9
Proses pembelajaran
menggunakan metode
pemberian tugas
10 Pengambilan data 11 Analisis data 12 Penyusunan Laporan
c
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan mengambil dua kelompok secara acak, normal dan homogen.
Kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda dalam hal strategi pembelajaran,
yang satu diberi pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi dan yang lain
dengan menggunakan metode pemberian tugas. Masing-masing kelompok ditinjau
dari motivasi berprestasi dan kreativitas siswa dengan kategori tinggi dan rendah.
Pada akhir eksperimen kedua kelompok diuji dengan alat ukur yang sama
dan hasilnya merupakan data eksperimen. Data ini kemudian diolah dengan
menggunakan statistik analisis variansi tiga jalan dengan desain faktorial (2 x 2 x
2). Maksudnya, dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas dan masing-
masing variabel mempunyai dua kategori. Adapun rancangan desain faktorial (2 x
2 x 2) dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 : Rancangan Penelitian
Metode Pembelajaran (A) Metode Diskusi
(A1) Metode Pembagian Tugas
(A2) Kreativitas
Siswa Tinggi ( C1 )
A1B1C1 A2B1C1 Motivasi Berprestasi
Tinggi (B1)
Kreativitas Siswa Rendah
( C2 ) A1B1C2 A2B1C2
Kreativitas Siswa Tinggi
( C1 ) A1B2C1 A2B2C1 Motivasi
Berprestasi Rendah
(B2) Kreativitas
Siswa Rendah ( C2 )
A1B2C2 A2B2C2
Dari Tabel 3.2 dapat dituliskan bahwa siswa yang memiliki tingkat motivasi
berprestasi tinggi dan kreativitas siswa tinggi diberi pembelajaran dengan
ci
menggunakan metode diskusi menghasilkan prestasi belajar Fisika sebesar
A1B1C1, sedangkan siswa yang memiliki tingkat motivasi berprestasi tinggi dan
kreativitas siswa rendah diberi pembelajaran dengan menggunakan metode
diskusi menghasillkan prestasi belajar A1B2C1. Selanjutnya, siswa yang memiliki
tingkat motivasi berprestasi tinggi dan kreativitas siswa tinggi diberi pembelajaran
dengan menggunakan metode pemberian tugas menghasilkan prestasi belajar
fisika sebesar A2B1C1, sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
dan kreativitas siswa rendah diberi pembelajaran menggunakan metode pemberian
tugas menghasilkan prestasi belajar A2B1C2. Selanjutnya siswa yang memiliki
motivasi rendah dan kreativitas tinggi diberi pembelajaran dengan menggunakan
metode diskusi menghasilkan prestasi belajar fisika sebesar A1B2C1, sedangkan
siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah dan kreativitas rendah diberi
pembelajaran dengan metode diskusi, menghasilkan prestasi belajar fisika
A1B2C2. Selanjutya siswa yang memiliki tingkat motivasi berprestasi rendah dan
kreativitas tinggi diberi pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian
tugas, menghasilkan prestasi belajar fisika sebesar A2B2C1, sedangkan siswa yang
memiliki motivasi berprestasi rendah kreativitas rendah diberi pembelajaran
dengan menggunakan metode pemberian tugas, menghasilkan prestasi belajar
fisika sebesar A2B2C2.
C. Penetapan Populasi dan Sampel
1. Penetapan Populasi
cii
Menurut Suharsimi Arikunto (1996) populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1
Karanganyar, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009 / 2010, dengan jumlah
280 siswa yang terdiri dari 7 kelas.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (1996) sampel adalah wakil atau sebagian dari
populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini diambil dua kelas secara acak
dengan melalui undian dari semua kelas VII SMP Negeri 1 Karanganyar,
Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2009 / 2010 satu kelas sebagai kelompok
eksperimen pertama adalah kelas VII B sebanyak 40 siswa dan satu kelas lagi
sebagai kelompok eksperimen kedua adalah kelas VII C sebanyak 40 siswa.
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, alat pengumpul data adalah instrumen tes. Instrumen
tes ini terdiri dari angket motivasi berprestasi, angket kreativitas dan item tes
prestasi belajar. Masing-masing instrumen dibuat oleh peneliti dengan cara diuji
cobakan terlebihdahulu untuk mendapatkan instrumen yang layak sebagai
instrumen penelitian. Adapun tempat uji coba instrumen adalah SMP Negeri 2
Adimulyo Kebumen. Analisis item soal terdiri dari indeks kesukaran, daya
pembeda, validitas dan reliabilitas. Penjelasan masing-masing analisis adalah
sebagai berikut:
Instrumen pada penelitian ini antara lain meliputi: (1). Desain pembelajaran
beserta format kegiatan untuk kelas eksperiman pertama; (2). Desain
pembelajaran beserta format kegiatan untuk kelas eksperimen kedua; (3). Angket
ciii
motivasi berprestasi untuk mendapatkan data tentang motivasi siswa dalam
belajartermasuk tinggi dan rendah ; (4). Angket kreativitas siswa untuk
mendapatkan tingkat kreativitas siswa termasuk tinggi atau rendah; (5). Soal-soal
tes prestasi belajar Fisika pada materi besaran dan satuan untuk mendapatkan
data prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika kelas VII.
Pada kelas eksperimen pertama, instrumen desain pembelajaran Fisika
kelas VII pada materi materi besaran dan satuan disusun berdasarkan kurikulum
IPA Fisika SMP tahun 2006 atau KTSP dan mengacu pada pendekatan metode
diskusi. Pada kelas eksperimen yang kedua instrumen desain pembelajaran Fisika
kelas VII pada materi besaran dan satuan disusun berdasarkan kurikulum IPA
Fisika SMP tahun 2006 atau KTSP dan mengacu pada pendekatan dengan
metode pemberian tugas, dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
,menyusun silabus, rencana pembelajaran lembar kerja siswa yang dapat dilihat
pada lampiran.
Untuk mengukur prestasi belajar Fisika maka disusun instrumen soal-soal
tes prestasi belajar Fisika pada materi besaran dan satuan dengan menggunakan
silabus IPA Fisika SMP kelas VII pada kurikulum 2006 atau KTSP. Soal-soal tes
prestasi belajar Fisika ini terdiri dari soal-soal untuk mengukur prestasi belajar
siswa berdasarkan aspek kognitif pada siswa. Dalam menyusun tes prestasi ini
menggunakan rambu-rambu Taksonomi Bloom. Disamping itu catatan lapangan
yang mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung
berikut interaksi antara guru dengan siswa, siswa yang terkait dengan
pembelajaran Fisika dengan melalui metode diskusi dan metode pemberian tugas.
civ
Untuk mengukur dan mengetahui motivasi berprestasi pada siswa
digunakan instrumen yang berupa angket motivasi, terdapat beberapa pertanyaan
tentang diri siswa yang berkenaan dengan dorongan, semangat keinginan untuk
berprestasi dalam belajar fisika.l, setiap kelompok atau soal terdiri dari empat
pernyataan, kemudian siswa disuruh untuk memilih satu diantaranya yang paling
menggambarkan dirinya. Tidak ada jawaban yang salah ataupun benar, setiap
siswa akan memberikan jawaban yang berbeda, yang penting bersikap jujur.
Instrumen lainya yang digunakan untuk mengukur kreativitas disusun
berdasarkan pada ciri-ciri berpikir kreatif yang telah disimpulkan di depan antara
lain: imajinatif, inisiatif, rasa ingin tahu, mandiri dan ulet, penuh energi dan
bersibuk diri, serta berani mengambil resiko dalam pendirian dan keyakinan.
Sedangkan skala pengukuran angket kreativitas ini menggunakan skala Likert.
Adapun alat pengumpul data pada penelitian ini terdiri dari dua macam
yaitu berupa angket dan tes. Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang
motivasi berprestasi dan tingkat kreativitas siswa pada kelas VII SMP Negeri 1
Karanganyar Kabupaten Kebumen tahun pelajaran 2009 / 2010. Sedangkan alat
tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar Fisika pada
materi besaran dan satuan.
E. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri dari tiga variabel (variable) sebagai
berikut:
1. Variabel Bebas
cv
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pengaruh pembelajaran fisika
dengan menggunakan metode diskusi dan pemberian tugas. Definisi
operasionalnya adalah kegiatan pembelajaran yang pada proses pembelajarannya
menggunakan atau memunculkan masalah dunia nyata (contextual) sebagai suatu
konteks bahan pemikiran bagi siswa dalam memecahkan masalah untuk
memperoleh pengetahuan (konsep) dari suatu materi pelajaran, dan untuk
memecahkan masalah tersebut, menggunakan metode diskusi dan pemberian
tugas.
1. Variabel moderator
Variabel moderator yang digunakan dalam penelitian ini pertama adalah
motivasi berprestasi yang meliputi motivasi berprestasi tinggi dan motivasi
berprestasi rendah, difinisi operasional dari motivasi berprestasi adalah daya
penggerak pendorong dan kemauan dalam diri siswa yang akan menimbulkan dan
memberikan arah pada kegiatan belajar menuju perkembangan pribadi manusia
yang seutuhnya. Sedang variabel moderator yang kedua adalah kreativitas siswa
yang meliputi kreativitas siswa tinggi dan kreativitas siswa rendah, difinisi
opeerasional dari kreativitas siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk
menciptakan atau mewujudkan sesuatu hal yang baru yang sebelumnya belum
pernah mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
2. Variabel Terikat
Pada penelitian ini variabel terikatnya adalah prestasi belajar Fisika. Prestasi
belajar yang dimaksud adalah tingkat penguasaan siswa pada mata pelajaran
Fisika pada materi pokok Besaran dan Satuan berdasarkan hasil belajar yang
cvi
dicapai siswa. Indikatornya adalah nilai tes siswa yang diberikan pada akhir
kegiatan proses belajar mengajar.
F. Tahapan Penelitian
Adapun tahapan penelitian yang dilalui adalah:
1. Tahap Persiapan Pembelajaran
Agar penelitian ini tetap terjaga kualitas pelaksanaan eksperimennya maka
peneliti sebelumnya mempersiapkan komponen-komponen yang akan digunakan
di dalam pembelajaran sesuai dengan pendekatan dan metode yang digunakan.
Persiapan yang disiapkan peneliti pada tahap ini adalah: (a). Penyusunan standar
kompetensi dan kompetensi dasar serta indikator yang ingin dicapai pada
pembelajaran yang dilaksanakan; (b). Penyusunan desain pembelajaran yang
mengacu pada langkah-langkah atau sintaks pembelajaran menggunakan
pendekatan berbasis masalah dengan menggunakan metode diskusi dan pemberian
tugas; (c). Menyusun format kegiatan pembelajaran; (d). Menyiapkan alat dan
bahan yang digunakan untuk pelaksanaan diskusi dan tugas oleh siswa; (e).
Menyiapkan format penilaian; (f). Penyusunan soal-soal tes untuk mengukur
prestasi belajar Fisika.
2. Tahap Pelaksanaan pembelajaran
Tahap ini dilaksanakan proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Supaya
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
berbasis masalah dengan menggunakan metode diskusi dan metode pemberian
tugas (resitasi) ini berjalan dengan baik maka peneliti harus melaksanakan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana dan desain pembelajaran yang telah
dipersiapkan.
cvii
3. Tahap Pasca Pelaksanaan Pembelajaran
Tahap ini adalah tahap dimana telah selesai pelaksanaan proses
pembelajaran. Pada tahap ini peneliti mengadakan penilaian kegiatan siswa dan
mengevaluasi proses pembelajaran yang telah selesai dilaksanakan.
G. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen tes prestasi belajar Fisika aspek kognitif, motivasi
berpreatasi dan tes angket kreativitas siswa digunakan dalam penelitian, maka
perlu dilakukan uji coba atau try out untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
soal instrumen. Uji coba dilaksanakan pada kelas VII E SMP N 2 Adimulyo,
Kabupaten Kebumen dengan alasan kelas tersebut tidak digunakan dalam sampel
penelitian. Letak kelas VII E SMP Negeri 2 Adimulyo jauh dari SMP Negeri 1
Karanganyar yaitu sekolah dan kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian.
Guru IPA yang mengajar juga berbeda, ada kesetaraan tingkat kemampuan yang
sama dengan kelas eksperimen dan kedua sekolah sama-sama sekolah standar
nasional.
Uji instrumen tes prestasi belajar Fisika, motivasi berprestasi dan
kreativitas siswa terdiri dari (1).Tingkat kesukaran, (2). Daya pembeda, (3).
Validasi, dan (4). Reliabilitas. Adapun penjelasan dari masing-masing tes tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Taraf Kesukaran
Indeks kesukaran (difficulty indek) adalah bilangan yang menunjukkan
sukar dan mudahnya item soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai
dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran item soal.
cviii
Rumus untuk menghitung indeks kesukaran adalah sebagai berikut:
P = JSB
(Suharsimi Arikunto, 1997: 212)
Keterangan:
P : indek kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal A dengan betul.
JS : Jumlah seluruh peserta tes.
Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Soal dengan P= 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
2) Soal dengan P= 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
3) Soal dengan P= 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah
a) Instrumen Tes Prestasi Belajar ranah kognitif
Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penelitian kognitif yang dilakukan
terangkum pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif
Indek Kesukaran Jumlah Soal Sukar
Sekali Sukar Sedang Mudah Mudah Sekali
22 1 6 1 10 4
Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif yang dipakai
dalam tes penelitian instrumen penilaian kognitif soal sukar sekali tidak dipakai
yaitu nomor 13, soal sukar dipakai semua, soal sedang dipakai semua, dan soal
mudah dipakai semua, serta kategori soal mudah sekali tiga soal diperbaiki, satu
cix
saol musah sekali tidak dipakai pada nomor 16. Untuk lebih rinci dapat dilihat
pada lampiran 13.
b) Instrumen Kreativitas
Untuk data kreativitas digunakan tes yang dibuat peneliti dengan diuji
cobakan atau try outkan terlebih dahulu. Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen
kreativitas yang dilakukan terangkum pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Kreativitas
Indek Kesukaran Jumlah
Soal Sukar Sekali
Sukar Sedang Mudah Mudah Sekali
60 0 1 30 29 0
Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen kreativitas yang dipakai dalam tes
penelitian instrumen penilaian kreativitas sejumlah 60 soal yang terdiri soal satu
sukar diperbaiki, sedang 30 soal diperbaiki sembilan, dan 29 soal mudah
diperbaiki sebelas soal. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 14.
c) Instrumen Motovasi
Untuk data Motovasi digunakan tes yang dibuat peneliti dengan diuji
cobakan atau try outkan terlebih dahulu. Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen
motivasi yang dilakukan terangkum pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Motivasi
Indek Kesukaran Jumlah
Soal Sukar Sekali
Sukar Sedang Mudah Mudah Sekali
50 0 3 12 35 0
cx
Taraf kesukaran soal Instrumen Motivasi sejumlah 50 soal,sukar sekali
tidak ada, sukar 3 soal , sedang 12 soal, mudah 35 soal, mudah sekali tidak ada.
Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen motivasi yang dipakai dalam tes
penelitian instrumen penilaian motivasi soal sukar diperbaiki semua, dua soal
diperbaiki pada kategori sedang, dan sepuluh soal diperbaiki pada kategori
mudah. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 15.
2. Daya Pembeda
Daya pembeda item soal adalah kemampuan item soal. Untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi. Indeks diskriminasi antara -1,00 sampai dengan 1,00.
D = BAB
B
A
A PPJ
B
J
B-=+
(Suharsimi Arikunto, 1997: 218)
Keterangan :
D : indeks diskriminasi.
JA : banyaknya peserta tes kelompok atas
JB : banyaknya peserta tes kelompok bawah.
BA : banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar.
BB : banyaknya pescrta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar.
cxi
Indeks diskriminasi diklasifikasikan sebagai berikut:
D : 0,00 sampai dengan 0,20 : jelek (poor).
D : 0,20 sampai dengan 0,40 : cukup (satisfactory).
D : 0,40 sampai dengan 0,70 : baik (good).
D : 0,70 sampai dengan 1,00 : baik sekali (exellent).
D : Negatif semuanya tidak baik, jadi semua jenis item soal yang
mempunyai nilai D negative sebaiknya dibuang saja.
a. Instrumen Tes Prestasi Belajar ranah kognitif
Hasil uji daya pembeda instrumen penelitian kognitif yang dilakukan
terangkum pada table 3.6.
Tabel 3.6 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Penilaian Kognitif
Daya Pembeda Jumlah
Soal Sangat Membedakan
Lebih Membedakan
Cukup Membedakan
Kurang Membedakan
Sangat Kurang Membedakan
22 0 0 8 11 3
Hasil uji daya pembeda Instrumen Penilaian Kognitif dari sejumlah 22
soal , soal sanagat membedakan 0, lebih membedakan 0, cukup membedakan 8
soal, kurang membedakan 11 soal, dan sangatb kurang membedakan 3soal. Dari
hasil uji daya pembeda soal instrumen penilaian kognitif ada satu soal yang
diperbaiki pada daya pembeda sangat kurang membedakan dan dua soal tidak
dipakai pada daya pembeda kurang membedakan, untuk nomor butir soal yang
tidak dipai yaitu nomor 13 dan 16. Agar lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 13.
cxii
b. Instrumen Kreativitas
Hasil uji daya pembeda instrumen Kreativitas yang dilakukan terangkum
pada table 3.7.
Tabel 3.7 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen Kreativitas
Daya Pembeda Jumlah Soal Sangat
Membedakan Lebih
Membedakan Cukup
Membedakan Kurang
Membedakan Sangat Kurang Membedakan
60 6 10 21 14 9
Hasil uji daya pembeda Instrumen Kreativitas sejumlah 60 soal, sangat
membedakan 6 soal lebih membedakan 10 soal, cukup membedakan 21 soal,
kurang membedakan 14 soal, sangat kurang membedakan 9 soal. Dari hasil uji
daya pembeda soal instrumen kreativitas ada tujuh soal yang diperbaiki pada daya
pembeda sangat kurang membedakan, sepuluh soal diperbaiki pada daya pembeda
kurang membedakan, tiga soal diperbaiki pada daya pembeda cukup
membedakan, dan satu soal diperbaiki pada daya pembeda lebih membedakan,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 14.
c. Instrumen Motivasi
Hasil uji daya pembeda instrumen motivasi yang dilakukan terangkum pada
table 3.8.
Tabel 3.8 Rangkuman hasil uji daya pembeda Instrumen motivasi
Daya Pembeda Jumlah Soal Sangat
Membedakan Lebih
Membedakan Cukup
Membedakan Kurang
Membedakan Sangat Kurang Membedakan
50 3 3 20 13 11
cxiii
Hasil uji daya pembeda Instrumen motivasi sejumlah 50 soal, sangat
membedakan 3 soal, lebih membedakan 3 soal, cukup membedakan 20 soal,
kurang membedakan 13 soal, sangat kurang membedakan 11 soal. Dari hasil uji
daya pembeda soal instrumen motivasi ada lima soal yang diperbaiki pada daya
pembeda sangat kurang membedakan, delapan soal diperbaiki pada daya pembeda
kurang membedakan, dan dua soal diperbaiki pada daya pembeda cukup
membedakan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 15.
3. Validitas
Butir soal dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar
terhadap skor total. Dengan kata lain dapat dikemukakan di sini bahwa butir soal
memiliki validitas yang tinggi jika skor pada butir soal mempunyai kesejajaran
dengan skor total (korelasi).
Rxy = { }{ }å åå å
å å å--
-2222 )()(
))((
YYNXXN
yXXYN
Keterangan
rxy : Koefisien korelasi antara skor butir soal X dan skor total Y
N : Jumlah item soal
SX : Jumlah seluruh skor X
SY : Jumlah seluruh skor Y
SXY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor total Y
Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi ada dua cara, yaitu:
cxiv
1) Melihat harga koefisien korelasi, kemudian diinterprestasikan sebagai berikut :
0,80 – 0,99 : sangat tinggi
0,60 – 0,79 : tinggi
0,40 – 0,59 : cukup
0,20 – 0,39 : rendah
0,00 – 0,19 : sangat rendah
2) Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik product moment sehingga dapat
diketahui signifikan tidaknya koefisien korelasi.
a) Instrumen Tes Prestasi Belajar ranah kognitif
Hasil uji validitas instrumen penelitian kognitif yang dilakukan terangkum pada
table 3.9.
Tabel 3.9 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif
Kriteria Variabel
Jumlah Soal Valid Tidak Dipakai
Soal materi uji Besaran dan Satuan 22 20 2
Hasil uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif sejumlah 22 soal , valid 20
soal,tidak dipakai 2 soal. Berdasarkan hasil uji coba prestasi belajar IPA kelas VII
SMP pada materi pokok Besaran dan Satuan setelah dilakukkan pengujian
sebelum pelaksanaan eksperimen / perlakuan, dari 22 butir soal tes diperoleh 20
butir soal tes valid. Butir soal yang tidak dipakai yaitu nomor 13 dan 16.
Perhitungan selengkapnya untuk validasi instrumen tes prestasi belajar IPA dapat
dilihat pada lampiran 13.
cxv
b) Instrumen Kreativitas
Hasil uji validitas instrumen penelitian instrument kreativitas yang
dilakukan terangkum pada table 3.10.
Tabel 3.10 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Kreativitas
Kriteria Variabel Jumlah
Soal Valid Tidak Dipakai
Soal materi uji Kreativitas Siswa 60 37 23
Hasil uji Validitas Instrumen Kreativitas, sejumlah 60 soal, valid 37 soal,
tidak dipakai 23 soal. Hasil uji coba kemampuan menalar siswa setelah dilakukan
pengujian didapatkan 37 butir soal valid dari 60 soal yang diujicobakan. Butir soal
yang tidak dipakai diperbaiki semua. Perhitungan selengkapnya untuk validitas
instrumen kemampuan menalar siswa dapat dilihat pada lampiran 14.
c) Instrumen Motivasi
Hasil uji validitas instrumen penelitian instrument motivasi yang dilakukan
terangkum pada table 3.11.
Tabel 3.11 Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen Motivasi
Kriteria Variabel Jumlah
Soal Valid Tidak Dipakai
Soal materi uji Kreativitas Siswa 50 35 15
Hasil uji coba kemampuan menalar siswa setelah dilakukan pengujian
didapatkan 35 butir soal valid dari 50 soal yang diujicobakan. Butir soal yang
tidak dipakai diperbaiki semua. Perhitungan selengkapnya untuk validitas
instrumen kemampuan menalar siswa dapat dilihat pada lampiran 15.
cxvi
4. Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Untuk menghitung reliabilitas tes prestasi
menggunakan rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson 20 yang dikenal
dengan K-R. 20:
r11 = úúû
ù
êêë
é -úûù
êëé
-å
2
2
1 S
pqS
nn
(Suharsimi Arikunto, 1997: 1998)
Keterangan :
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
n : banyaknya butir soal
S2 : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
P : Proporsi subyek yang menjawab butir soal dengan benar.
q : Proporsi subyek yang menjawab butir soal dengan salah (q=1-p)
Spq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q
Untuk menghitung koefisien reliabilitas instrument angket dengan menggunakan
Cronbach Alpha adalah sebagai berikut:
Keterangan:
r = koefisian reliabilitas instrumen (cronbach alpha)
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
å 2bs = total varian butir
2ts = total varian
cxvii
Menurut masidjo (1995): Standar koefisien untuk Reliabilitas adalah:
Koefisien 0,91 – 1,00 sangat tinggi
Koefisien 0,71 – 0,90 tinggi
Koefisien 0,41 – 0,70 cukup
Koefisien 0,21 – 0,40 rendah
Koefisien negatif – 0,20 rendah sekali
a. Instrumen Tes Prestasi Belajar ranah kognitif
Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian kognitif yang dilakukan terangkum
pada table 3.12.
Tabel 3.12 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal-soal uji Besaran dan Satuan 22 0,825 tinggi
Hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif sejumlah 22 soal,
reliabilitas 0.825, kreteria tinggi. Berdasarkan uji coba tes prestasi belajar IPA
siswa kelas VII SMP pada materi pokok Besaran dan Satuan sebelum pelaksanaan
eksperimen / perlakuan, dari 22 butir soal diperoleh 20 butir soal tes reliabel.
Perhitungan selengkapnya untuk reliabilitas instrumen tes prestasi belajar IPA
dapat dilihat pada lampiran 13.
b. Instrumen Kreativitas
Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian kreativitas yang dilakukan
terangkum pada table 3.13.
Tabel 3.13 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kreativitas Siswa
cxviii
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal-soal uji Kreativitas 60 2,560 tinggi
Hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kreativitas Siswa sejumlah 60 soal
reaqbilitas 2,560, kreteria tinggi. Hasil uji coba tes kreativitas siswa dilakukan
pengujian didapatkan 37 soal tes reliabel dari 60 soal tes yang diuji cobakan.
Perhitungan selengkapnya untuk reabilitas instrumen kemampuan menalar siswa
dapat dilihat pada lampiran 14.
c. Instrumen Motivasi
Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian kreativitas yang dilakukan
terangkum pada table 3.14.
Tabel 3.14 Rangkuman hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Motivasi
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal-soal uji Kreativitas 50 3,574 tinggi
Hasil uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Motivasi sejumlah 50 soal,
reliabilitas 3,574, kreteria tinggi.Hasil uji coba tes kreativitas siswa dilakukan
pengujian didapatkan 35 soal tes reliabel dari 50 soal tes yang diuji cobakan.
Perhitungan selengkapnya untuk reabilitas instrumen kemampuan menalar siswa
dapat dilihat pada lampiran 15.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasarat Analisis
Analisis data dilakukan untuk mengetahui kebenaran hipotesis yang
diajukan. Dalam penelitian ini digunakan teknik anava tiga jalan denga frekuensi
isi sel sama. Untuk dapat menggunakan anava, sebelumnya harus dilakukan uji
prasarat analisis sebagai berkut:
a. Uji Normalitas
cxix
Untuk mengetahui apakah sempel berasal dari populasi yang
berdistribusinormal dengan menggunakan metode Liliefors, dengan hipotesis
sebagai berikut:
1) Hipotesis
Ho = Sampel berasal dari populasi yang tidak berdristribusi normal
H1 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Untuk pengijian hipotesis digunakan rumus:
L0max = [F(zi) – S(zi) ]
Dengan zi = s
XXi - , F(zi) = P (z ≤ zi) (Suharsimi Arikunto, 2006)
S (zi) = Proporsi cacah z ≤ zi terhadap seluruh cacah zi.
2) Taraf signifikasi
a = Taraf signifikansi
3) Keputusan uji
Lo > Ltabel = Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
Lo ≤ Ltabel = Sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau
tidak digunakan Bartlett:
a) Hipotesis
Ho : 21s ¹ 2
2s atau 21s ¹ 2
3s atau 22s ¹ 2
3s atau 22s ¹ 2
4s ... (populasi
tidak homogen)
H1 : 21s = 2
2s = 23s = 2
4s (populasi homogen)
cxx
X2 = c303,2
[ ò log MSerr - å( ò logj SJ2 )]
c = 1 + )1(3
1-k
[ å fj1
- f1
]
MSerr = åå
f
SS j
SSJ = å 2X - nj
X Jå
S2 = nj
SS j
Dengan k = cacah sampel
f = Derajat kebebasan untuk MSerr
= N – k
j = 1, 2, 3, ... ,k
nj = Cacah pengukuran pada sampel k – j
N = Cacah semua pengukuran
b) Daerah kritik
c) DK = 1 ; 0,05
d) Keputusan Uji
Ho diterima jika Xhitung > Xtabel untuk a = 0,05
Ho ditolak jika Xhitung £ Xtabel untuk a = 0,05
2. Pengujian Hipotesis
a. Anava
cxxi
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang
telah diajukan diterima atau ditolak. Untuk menguji hipotesis tersebut analisis
yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan frekuensi isi sel tidak
sama.
1) Asumsi
a) Populasi-populasi berdistribusi normal
b) Populasi-populasi homogen
c) Sampel dipilih secara acak
d) Variabel terikat berskala pengukuran interval
e) Variabel bebas berskala pengukuran nominal
2) Model
Xijk = µ + α1 + βj + (α β)ij + εijk
dimana Xij : observasi pada subjek ke –k di bawah faktor pertama
katagori ke-i dan faktor kedua katagori ke-j
X : variabel terikat
i : 1,2,3, ... ,p p = banyaknya baris
j : 1,2,3,... ,q q = banyaknya kolom
k : 1,2,3, ... , n n = banyaknya data amatan
µ : rerata dari seluruh data amatan
α1 : efek faktor satu katagori i terhadap Xijk
βj : efek faktor daua katagori j terhadap Xijk
(α β)ij : kombinasi efek faktor satu dan dua terhadap Xijk
εijk : Kesalahan pada Xijk
3) Hipotesis
cxxii
a) Pengaruh penggunaan metode diskusi dan pemberian tugas terhadap
prestasi belajar peserta didik
HoA : Tidak ada pengaruh metode diskusi dan pemberian tugas terhadap
prestasi belajar peserta didik
H1A : Ada pengaruh metode demonstrasi dan eksperimen terhadap
prestasi belajar pesertadidik.
b) Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar peserta didik
HoB : Tidak ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar
peserta didik
H1B : Ada pengaruh motivasi siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar peserta didik.
c) Pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar peserta didik
HoC : Tidak ada pengaruh kreativitas siswa tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar peserta didik
H1C : Ada pengaruh kreativitas siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar peserta didik.
d) Interaksi antara penggunaan metode diskusi dan pemberian tugas terhadap
prestasi belajar peserta didik
HoABC : Tidak ada interaksi antara penggunaan metode diskusi dan
pemberian tugas, motivasi dan kreativitas terhadap prestasi
belajar peserta didik
cxxiii
H1ABC : Ada interaksi antara penggunaan metode . diskusi dan pemberian
tugas, motivasi dan kreativitas terhadap prestasi belajar peserta
didik
4) Komputasi
a) Data sel
Tabel 3.15 Tata letak pada rancangan anava tiga jalan isi sel tidak sama
B1 B2 B C A
C1 C2 C1 C2
A1 A1B1C1 A1B1C2 A1B2C1 A1B2C2 A A2 A2B1C1 A2B1C2 A2B2C1 A2B2C2
Dari tabel 3.15 dapat diterangan bahwa:
A1B1C1. : Prestasi belajar Fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi
berprestasi tinggi dan kreativitas tinggi diberi pembelajaran
menggunakan pendekatan dengan metode diskusi.
A1B1C2 : Prestasi belajar Fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi
berprestasi tinggi dan kreativitas rendah diberi pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi.
A2B1C1 : Prestasi belajar Fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi
berprestasi tinggi dan kreativitas tinggi diberi pembelajaran dengan
menggunakan metode pemberian tugas.
A2B1C2 : Prestasi belajar Fisika siswa yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi dan kreativitas rendah diberi pembelajaran dengan
menggunakan metode pemberian tugas.
cxxiv
A1B2C1 : Prestasi belajar Fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi
berprestasi rendah dan kreativitas tinggi diberi pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi.
A1B2C2 : Prestasi belajar Fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi
berprestasi rendah dan kreativitas rendah diberi pembelajaran dengan
metode diskusi.
A2B2C1 : Prestasi belajar Fisika selanjutnya siswa yang memiliki tingkat motivasi
berprestasi rendah dan kreativitas tinggi diberi pembelajaran dengan
menggunakan metode pemberian tugas.
A2B2C2 : Prestasi belajar Fisika siswa yang memiliki tingkat motivasi
berprestasi rendah dan kreativitas rendah diberi pembelajaran dengan
menggunakan metode pemberian tugas.
b) Hipotesis
1) (H0)1 : a1 = 0 untuk semua harga i
(H1)1 : a1 > 0 untuk paling sedikitnya satu harga i
2) (H0)2 : Bj = 0 untuk semua harga j
(H1)2 : Bj > 0 untuk paling sedikitnya satu harga j
3) (H0)3 : Yk = 0 untuk semua harga k
(H1)2 : Yk > 0 untuk paling sedikitnya satu harga k
4) (H0)12 : aBij = 0 untuk semua pasang harga (i, j)
(H1)12 : aBij > 0 untuk paling sedikitnya satu pasang harga (i, j)
5) (H0)13 : ayik = 0 untuk semua pasang harga (i, k)
(H1)13 : ayik > 0 untuk paling sedikitnya satu pasang harga (i, k)
cxxv
6) (H0)23 : Byjk = 0 untuk semua pasang harga (j, k)
(H1)23 : Byjk > 0 untuk paling sedikitnya satu pasang harga (j, k)
7) (H0)123 : aByijk = 0 untuk semua pasang harga (i, j, k)
(H1)123 : aByijk > 0 untuk paling sedikitnya satu pasang harga (i, j,
k)
c) Statistik Uji
Hipotesis 1 : Fa = RKa / RKg
Hipotesis 2 : Fb = RKb / RKg
Hipotesis 3 : Fc = RKc / RKg
Hipotesis 4 : Fab = RKab / RKg
Hipotesis 5 : Fac = RKac / RKg
Hipotesis 6 : Fbc = RKbc / RKg
Hipotesis 7 : Fabc = RKabc / RKg
Yang mana:
RKa = JKa / dba
RKa = JKa / dbRKa
RKa = JKa / db
RKa = JKa / db
RKa = JKa / db
RKa = JKa / db
RKa = JKa / db
RKa = JKa / db
Dimana:
cxxvi
dba = (p-1)
dbb = (q-1)
dbc = (r-1)
dbab = (p-1) (q-1)
dbac = (p-1) (r-1)
dbbc = (q-1) (r-1)
dbabc = (p-1) (q-1) (r-1)
dbg = N-pqr
Sedangkan Jumlah Kuadrat (JK) diperoleh dari:
1) Komponen JK
(1) G2 / pqr
(2) SÓ Ai2 / qr
(3) Sj Bj2 / pr
(4) Sk Ck2/ pq
(5) SÓ Sj Ai2 Bj
2 / r
(6) SÓ Sk Ai2 Ck
2 / q
(7) Sj Sk Aj2 Bk
2 / p
(8) SÓ Sj Sk Ai2 Bj
2 Ck2 / r
2) JK dihitung dengan menggunakan sinbol-simbol dari 1) yaitu:
JKa = hn { (3) – (1) }
JKb = hn { (4) – (1) }
JKc = hn { (5) – (1) }
cxxvii
JKab = hn { (6) – (4) – (3) + (1) }
JKac = hn { (7) – (5) – (3) + (1) }
JKbc = hn { (8) – (5) – (4) + (1) }
JKabc = hn { (9) – (8) – (7) – (6) – (4) – (3) + (1) }
JKg = Si Sj SkJKijk (+)
JKt = hn {(9) – (1)} + Si Sj SkJKijk
dengan
hn =
å å å1
1j k
ijkn
pqr
d) Daerah Kritik
Daerah kritik atau daerah penolakan untuk H0 masing-masing
perlakuan adalah sebagai berikut:
Fa = {Fa / Fa > Fa;dba;N-pgr}
Fb = {Fb / Fb > Fa;dba;N-pgr}
Fc = {Fc / Fc > Fa;dba;N-pgr}
Fab = {Fab / Fab > Fa;dba;N-pgr}
Fac = {Fac / Fac > Fa;dba;N-pgr}
Fbc = {Fbc / Fbc > Fa;dba;N-pgr}
Fabc = {Fabc / Fabc > Fa;dba;N-pgr}
e) Keputusan Uji
(H0)1, (H0)2, (H0)3, (H0)12, (H0)13, (H0)23, (H0)123, ditolak apabila
harga statistik uji ayng bersesuaian melebihi harga kritik masing-masing
cxxviii
yaitu : {Fa / Fa > Fa;dba;N-pgr}, {Fb / Fb > Fa;dba;N-pgr}, {Fc / Fc > Fa;dba;N-pgr},
{Fab / Fab > Fa;dba;N-pgr}, {Fac / Fac > Fa;dba;N-pgr}, {Fbc / Fbc > Fa;dba;N-pgr},
{Fabc / Fabc > Fa;dba;N-pgr}.
a. Rangkuman Hasil Anava tiga Jalan
Tabel 3.16 Rangkuman hasil anava tiga jalan
Sumber Variasi JK db RK Statistik Uji P
Kolom (A) JKa dba RKa Fa
Baris (B) JKb dbb RKb Fb < a
Baris (C) JKc dbc RKc Fc atau
Interaksi (AB) JKab dbab RKab Fab > a
Interaksi (AC) JKac dbac RKac Fac
Interaksi (BC) JKbc dbbc RKbc Fbc
Interaksi (ABC) JKabc dbabc RKabc Fabc
Galat JKg dbg RKg
Total JKt dbt
b. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variansi, apabila hasil
analisis variansi menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Tujuan dari uji lanjut
anava ini adalah untuk melakukan pengecekan terhadap rerata setiap pasangan
kolom, baris dan pasangan sel sehingga diketahui pada bagian mana sajakah
terdapat rerata yang berbeda. Selanjutnya dalam penelitian ini digunakan uji lanjut
anava metode Komparansi Ganda dengan Uji Scheffe. Langkah-langkahnya
sebagai berikut:
cxxix
1) Mengidentifikasi semua pasangan komparansi rataan yang ada. Jika terdapat k
perlakukan, maka ada 2
)1( -kk pasangan rataan.
2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparansi tersebut.
HOAS: µA1 = µA2 Tidak ada perbedaan pembelajaran Fisiks melalui
metode diskusi dan pemberian tugas terhadap prestasi
belajar Fisika.
H1AS: µA1 ¹ µA2 Ada perbedaan pembelajaran Fisika melalui metode
diskusi dan pemberian tugas terhadap prestasi belajar
Fisika.
HOAS: µB1 = µB2 Tidak ada perbedaan pembelajaran Fisika ditinjau dari
motivasi berprestasi katagori tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar Fisika.
H1AS: µB1 ¹ µB2 Ada perbedaan pembelajaran Fisika ditinjau dari
motivasi berprestasi katagori tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar Fisika.
HOAS: µC1 = µC2 Tidak ada perbedaan pembelajaran Fisika ditinjau dari
kreativitas siswa katagori tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar Fisika.
H1AS: µC1 ¹ µC2 Ada pengaruh pembelajaran Fisika terstruktur ditinjau
dari kreativitas siswa katagori tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar Fisika.
3) Menentukan tingkat signifikansi α (taraf signifikansi yang dipilih sama dengan
pada uji analisis variansinya)
cxxx
4) Mencari statistik uji F dengan menggunakan persamaan:
a. Komparansi rataan antar baris
Fio – jo = ( ) 2
11÷÷ø
öççè
æ+
-
joio
joio
nnRKG
XX (3.35)
b. Komparansi rataan antar kolom
Foi – oj = ( ) 2
11÷÷ø
öççè
æ+
-
ojoi
ojoi
nnRKG
XX (3.36)
c. Komparansi rataan antar sel pada kolom yang sama
Fij – kj = ( ) 2
11÷÷ø
öççè
æ+
-
ikij
ikij
nnRKG
XX (3.37)
d. Komparansi rataan antar sel pada baris yang sama
Fij – kj = ( ) 2
11÷÷ø
öççè
æ+
-
ikij
ikij
nnRKG
XX (3.38)
5) Menentukan daerah kritik dengan persamaan:
a. Komparansi rataan antar baris
DKio- jo = Fio – jo ≥ (p – 1) Fα;p – 1 ; N – pq
b. Komparansi rataan antar kolom
DKoi- oj = Foi – oj ≥ (p – 1) Fα;q – 1 ; N – pq
c. Komparansi rataan antar sel pada kolom yang sma (sel ij dan sel kj)
DKij – kj = Fij – kj ≥ (pq – 1) Fα; (p-1)(q-1);N-pq
d. Komparansi rataan antar sel pada baris yang sama (sel ij dan sel ik)
DKij-ik = Fij-ik ≥ (pq – 1) Fα; (p-1)(q-1);N-pq
cxxxi
Dimana xi. : rerata pada baris ke –i
xj. : rerata pada baris ke –j
x.i : rerata pada kolom ke –i
x.j : rerata pada kolom ke-j
xij : rerata pada sel ij
xkj : rerata pada sel kj
xik : rerata pada sel ik
ni. : cacah observasi pada baris ke-i
nj. : cacah observasi pada baris ke –i
n.i : cacah observasi pada kolom ke-i
n.j : cacah observasi pada kolom ke-j
nij : cacah observasi pada sel ij
nkj : cacah observasi pada sel kj
nik : cacah observasi pada sel ik
e. Menentukan keputusan uji
f. Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada
cxxxii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari Motivasi berprestasi
siswa, Kreativitas, dan nilai prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan
satuan. Data diperoleh dari SMP Negeri 1 karanganyar kabupaten Kebumen kelas
VII B sebagai kelas experimen yang menggunakan metode Diskusi, serta VII C
sebagai kelas experimen yang menggunakan metode Pemberian Tugas.
1. Prestasi Belajar Fisika
Prestasi merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru. Seseorang dikatakan belajar jika
menunjukkan terjadinya perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Dalam
penelitian ini prestasi belajar Fisika dibatasi pada aspek kognitif saja. Adapun soal
tes prestasi dan hasil belajar Fisika siswa secara lengkap tersaji pada lampiran
hasil analisa data Untuk memudahkan dalam pembacaan data hasil belajar Fisika,
ringkasan dari lampiran tersebut disajikan pada tabel 4.1,
Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika
Total Metode Count Mean StDev Minimum Median Maximum Diskusi 40 81,50 10,16 55,00 80,00 100,00 Tugas 40 82,40 9,98 55,00 84,00 100,00
Pada sampel yang diberi pembelajaran dengan metode diskusi terdapat 40
siswa dengan rerata 81,50, standart deviasi 10,16, nilai terendah 55,00, median
cxxxiii
80,00 dan nilai tertinggi 100,00, sedangkan sampel yang diberi pembelajaran
dengan metode pemberian tugas terdapat 40 siswa dengan rerata 82,40, standart
deviasi 9,98, nilai terendah 55,00, median 84,00 dan nilai tertinggi 100,00.
Sedangkan distribusi frekuensi nilai prestasi belajar Fisika siswa pada kelas yang
menggunakan metode pembelajaran Diskusi dan Pemberian Tugas disajikan pada
tabel 4.2 dan 4.3. untuk lebih jelas maka dibuatkan histogram pada gambar 4.1
menggunakan tabel 4.2 dan histogram pada gambar 4.2. menggunakan tabel 4.3
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi belajar Fisika Pada Kelas Metode Diskusi
Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen
53 - 60 1 56,5 1 2,50%
61 - 68 3 64,5 4 7,50%
69 - 76 10 72,5 14 25,00%
77 - 84 13 80,5 27 32,50%
85 - 92 10 88,5 37 25,00%
93 - 100 3 96,5 40 7,50%
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi belajar Fisika Pada Kelas Metode Pemberian Tugas
Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen
53 - 60 1 56,5 1 2,50%
61 - 68 2 64,5 3 5,00%
69 - 76 8 72,5 11 20,00%
77 - 84 16 80,5 27 40,00%
85 - 92 9 88,5 36 22,50%
93 - 100 4 96,5 40 10,00%
Dari tabel 4.2 dan 4.3 distribusi frakwensi prestasi belajar dengan
metode diskusi dan pemberian tugas ditunjukkan dengan histogram
berikut:
cxxxiv
Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Fisika pada kelas Metode Diskusi Pada kelas pertama interval 53 – 60 frekwensi 1, kelas kedua interval 61 –
68 frekwensi 3 kelas ketiga interval 69 – 76 frekwensi10, kelas keempat
interval 77 – 84 frekwensi 13, kelas kelima interval 85 – 92 frekwensi 10, kelas
keenam interval 93 – 100 frekwensi 3.
Gambar 4.2 Histogram Prestasi Belajar Fisika pada kelas Metode Pemberian Tugas
cxxxv
Pada kelas pertama interval 53 – 60 frekwensi 1, kelas kedua interval 61 –
68 frekwensi 2, kelas ketiga interval 69 – 76 frekwensi8, kelas keempat interval
77 – 84 frekwensi 16, kelas kelima interval 85 – 92 frekwensi 9, kelas keenam
interval 93 – 100 frekwensi 4.
2. Data Motivasi berprestasi Siswa
Motivasi ialah suatu tenaga dalam diri manusia yang menimbulkan,
mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi ini dipengaruhi
oleh kekuatan yang berupa pengalaman massa lampau, taraf intelegensi,
kemampuan fisik, situasi lingkungan dan cita-cita hidup.
Tabel 4.4 Deskripsi Data Skor Motivasi Berprestasi siswa
Metode = Diskusi Total K-Motiv Count Mean StDev Minimum Median Maximum Rendah 13 149,62 7,34 134,00 152,00 158,00 Tinggi 27 168,26 8,70 159,00 167,00 193,00
Metode = Tugas Total K-Motiv Count Mean StDev Minimum Median Maximum Rendah 22 144,41 9,03 121,00 144,50 155,00 Tinggi 18 168,33 6,83 160,00 166,00 181,00
Motivasi berprestasi rendah metode diskusi terdapat 13 siswa, rerata
149,62, standart deviasi 7,34, skor minimum 134,00, median 152,00, skor
maksimum 158,00, Motivasi berprestasi tinggi metode diskusi terdapat 27 siswa,
rerata 168,26, standart deviasi 8,70, skor minimum 159,00, median 167,00, skor
maksimum 193,00. Motivasi berprestasi rendah metode pemberian tugas terdapat
22 siswa, rerata 144,41, standart deviasi 9,03, skor minimum 121,00, median
144,00, skor maksimum 155,00, Motivasi berprestasi tinggi metode pemberian
tugas terdapat 18siswa, rerata 168,33, standart deviasi 6,83, skor minimum
160,00, median 166,00, skor maksimum 181,00.
cxxxvi
Data tentang Motivasi berprestasi siswa diperoleh melalui angket ukur
Motivasi berprestasi. Adapun skor hasil ukur motivasi berprestasi ditampilkan
dalam bentuk rentang frekuensi maupun histogram. Data motivasi berprestasi dari
masing-masing kelompok disajikan pada tabel 4.5 dan 4.6 di bawah.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi pada Kelas Metode Diskusi
Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen
132 - 140 2 136 2 5,00%
141 - 149 3 145 5 7,50%
150 - 158 8 154 13 20,00%
159 - 167 15 163 28 37,50%
168 - 176 8 172 36 20,00%
177 - 185 3 181 39 7,50%
186 - 194 1 190 40 2,50%
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Motivasi pada Kelas Metode Pemberian Tugas
Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen
120 - 128 1 124 1 2,50%
129 - 137 3 133 4 7,50%
138 - 146 8 142 12 20,00%
147 - 155 10 151 22 25,00%
156 - 164 8 160 30 20,00%
165 - 173 5 169 35 12,50%
174 - 182 5 178 40 12,50%
Untuk memperjelas distribusi frekwensi motivasi berprestasi pada kelas
metode diskusi maupun distribusi frekwensi motivasi berprestasi pada kelas
metode pemberian tugas di atas, berikut adalah histogram motivasi berprestasi
disajikan pada gambar 4.3 dan 4.4,
cxxxvii
Gambar 4.3 Histogram skor Motivasi Berprestasi siswa pada kelas Metode Diskusi Pada kelas pertama interval 132 – 140 frekwensi 2, kelas kedua interval
141 – 149 frekwensi 3, kelas ketiga interval 150 – 158 frekwensi 8, kelas
keempat interval 159 – 167 frekwensi 15, kelas kelima interval 168 – 176
frekwensi 8, kelas keenam interval 177 – 185 frekwensi 3.
Gambar 4.4 Histogram skor Motivasi Berprestasi siswa pada kelas Metode Pemberian Tugas
Pada kelas pertama interval 120 – 128 frekwensi 1, kelas kedua interval
129 – 137 frekwensi 3, kelas ketiga interval 138 – 146 frekwensi 8, kelas
cxxxviii
keempat interval 147 – 155 frekwensi 10, kelas kelima interval 156 – 164
frekwensi 8, kelas keenam interval 165 – 173 frekwensi 5.
3. Data Kreativitas Siswa
Setiap peserta didik mempunyai level Kreativitas yang berbeda. Tingkat
Kreativitas diukur menggunakan perangkat berupa angket. Adapun skor hasil
angket tersebut dari masing-masing kelompok disajikan pada tabel 4.7 ,
Tabel 4.7 Deskripsi Data Kreativitas Siswa
Metode = Diskusi
Total K-Kreativ Count Mean StDev Minimum Median Maximum Rendah 16 170,69 11,19 142,00 176,00 183,00 Tinggi 24 195,67 8,46 185,00 191,00 215,00
Metode = Tugas Total K-Kreativ Count Mean StDev Minimum Median Maximum Rendah 18 169,50 10,21 146,00 172,50 182,00 Tinggi 22 195,95 9,04 186,00 194,00 216,00
Kreativitas siswa rendah metode diskusi terdapat 16 siswa, rerata 170,69,
standart deviasi 11,19, skor minimum 142,00, median 176,00, skor maksimum
183,00, kreativitas siswa tinggi metode diskusi terdapat 24 siswa, rerata 195,67,
standart deviasi 8,46, skor minimum 185,00, median 191,00, skor maksimum
205,00. Kreativitas siswa rendah metode pemberian tugas terdapat 18 siswa,
rerata 169,50, standart deviasi 10,21, skor minimum 146,00, median 172,50, skor
maksimum 182,00, Kreativitas siswa tinggi metode pemberian tugas terdapat 22
siswa, rerata 195,95, standart deviasi 9,04, skor minimum 186,00, median
194,00, skor maksimum 216,00.Distribusi frekuensi skor hasil angket Kreativitas
siswa pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran Diskusi dan Pemberian
Tugas disajikan pada tabel 4.8 dan 4.9 .
cxxxix
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas Metode Diskusi
Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen
140 - 152 2 146 2 5,00% 153 - 165 3 159 5 7,50% 166 - 178 9 172 14 22,50% 179 - 191 16 185 30 40,00% 192 - 204 7 198 37 17,50% 205 - 217 3 211 40 7,50%
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas Metode Pemberian Tugas
Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen
145 - 156 2 150,5 2 5,00%
157 - 168 5 162,5 7 12,50%
169 - 180 9 174,5 16 22,50%
181 - 192 12 186,5 28 30,00%
193 - 204 7 198,5 35 17,50%
205 - 216 5 210,5 40 12,50%
Untuk memperjelas distribusi frekwensi pada kelas dengan metode diskusi
dan metode pemberian tugas, berikut adalah histogram Kreativitas yang disajikan
pada gambar 4.5 dan 4.6,
Gambar 4.5 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas Metode Diskusi
cxl
Pada kelas pertama interval 140 – 152 frekwensi 2, kelas kedua interval
153 – 165 frekwensi 3, kelas ketiga interval 166 – 178 frekwensi 9, kelas
keempat interval 179 – 191 frekwensi 16, kelas kelima interval 192 – 204
frekwensi 7, kelas keenam interval 205 – 217 frekwensi 3.
Gambar 4.6 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas Metode Pemberian Tugas Pada kelas pertama interval 145 – 156 frekwensi 2, kelas kedua interval
157 – 168 frekwensi 5, kelas ketiga interval 169 – 180 frekwensi 9, kelas
keempat interval 181 – 192 frekwensi 12, kelas kelima interval 193 – 204
frekwensi 7, kelas keenam interval 205 – 216 frekwensi 5.
B. Pengujian Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu uji statistik yang digunakan untuk
mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan dengan bantuan
cxli
software Minitab 15 series. Komputasi selengkapnya terdapat pada lampiran hasil
analisa data dan ringkasan hasilnya disajikan pada tabel 4.10 .
Table 4.10 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian
No. Data Metode p-
value Ryan-Joiner
Distribusi Data
1 Prestasi - >0,100 0,996 Normal 2 Prestasi Diskusi >0,100 0,996 Normal 3 Prestasi Pemberian
Tugas >0,100 0,993 Normal
4 Motivasi - >0,100 0,996 Normal 5 Motivasi Diskusi >0,100 0,991 Normal 6 Motivasi Pemberian
Tugas >0,100 0,992 Normal
7 Kreativitas - >0,100 0,992 Normal 8 Kreativitas Diskusi >0,100 0,984 Normal
9 Kreativitas Pemberian Tugas
>0,100 0,996 Normal
Dari hasil Uji Normalitas data prestasi, Motivasi berprestasi, dan Kreativitas
di atas, yang diuji dengan kriteria Ryan-Joiner (RJ) didapatkan bahwa p-value >
0,05 untuk Uji Normalitas yang dilakukan. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka
dapat diambil keputusan bahwa data Prestasi, Motivasi berprestasi dan Kreativitas
berdistribusi normal. Kriteria uji normalitas adalah “tolak hipotesis null (data
tidak menyalahi kriteria berdistribusi normal) jika p-value < alpha 5%”.
2. Uji Homogenitas
Tujuan dari uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah sampel
berasal dari populasi yang berditribusi dari variansi homogen atau tidak. Uji
homogenitas yang peneliti gunakan adalah metode uji F. Adapun sebagai
pendukung keputusan dilakukan juga uji Levene. Variabel terikat untuk uji ini
adalah prestasi belajar Fisika, sedangkan sebagai faktornya adalah metode
pembelajaran (Diskusi dan Pemberian Tugas), Motivasi berprestasi dan
cxlii
Kreativitas siswa. Hasil uji homogenitas disajikan dalam tabel 4.11 dan hasil
analisis selengkapnya disajikan pada lampiran hasil analisa data.
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas
p-value
No. Respon Faktor F Test / Bartlett’s
Test
Levene’s Test
Keputusan
1 Prestasi Metode 0,913 0,704 Homogen
2 Prestasi K-Motiv 0,455 0,477 Homogen
3 Prestasi K-
Kreativ 0,608 0,647 Homogen
Dari tabel 4.11 terlihat bahwa semua nilai sehingga semua Ho
yang diajukan (data prestasi tidak menyalahi kriteria homogenitas) tidak ditolak.
Hal ini berarti bahwa homogenitas data prestasi berdasarakan faktor Metode,
kategori Motivasi berprestasi dan tingkat Kreativitas siswa terpenuhi, sehingga uji
selanjutnya, yaitu uji Anova dapat dilakukan.
C. Pengujian Hipotesis
Dalam berbagai kasus, diperlukan pengujian signifikansi perbedaan tidak
hanya antara dua mean sampling, tetapi juga antara tiga, empat atau lebih. Salah
satu alternatif pengujian yang disertakan Minitab 15 untuk kasus seperti yang
diperkirakan di atas adalah prosedur uji hipotesis Analysis of Variance, ANOVA.
1. Analisis Variansi
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Anova tiga jalan
sebab, faktor yang terlibat dan bertindak sebagai variabel bebas sejumlah tiga
cxliii
faktor, yaitu metode pembelajaran, Motivasi berprestasi dan Kreativitas siswa.
Adapun rangkuman hasil analisis variansi tiga jalan dengan frekuensi sel tidak
sama dapat dicermati pada tabel 4.12 sedangkan hasil lengkapnya tercantum pada
lampiran hasil analisa data.
Tabel 4.12 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Belajar Fisika
Source DF Seq SS Adj SS Seq MS F P Metode 1 16,20 41,50 16,20 0,20 0,658 K-Motiv 1 296,49 214,41 296,49 3,61 0,041 K-Kreativ 1 1022,43 221,07 1022,43 12,46 0,001 Metode*K-Motiv 1 169,45 56,00 169,45 2,07 0,155 Metode*K-Kreativ 1 6,30 0,62 6,30 0,08 0,783 K-Motiv*K-Kreativ 1 493,93 453,60 493,93 6,02 0,017 Metode*K-Motiv*K-Kreativ 1 10,67 10,67 10,67 0,13 0,719 Error 72 5906,34 5906,34 82,03 Total 79 7921,80 S = 9,05718 R-Sq = 25,44% R-Sq(adj) = 18,19%
Hasil tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan penolakan
Hipotesis penelitian sebagai berikut:
a. H01: Tidak ada pengaruh penggunaan metode Diskusi dan Pemberian Tugas
terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan, tidak ditolak
sebab p-value metode = 0,658 > 0,050.
b. H02: Tidak ada pengaruh Motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar Fisika
pada materi Besaran dan satuan ditolak sebab p-value Motivasi berprestasi
siswa = 0,041 < 0,050.
c. H03: Tidak ada pengaruh Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada
materi Besaran dan satuan ditolak sebab p-value Kreativitas siswa = 0,001 <
0,050.
d. H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan Motivasi
berprestasi terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan
cxliv
tidak ditolak sebab p-value interaksi metode dan Motivasi berprestasi = 0,155
> 0,050.
e. H013: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan Kreativitas
terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan tidak ditolak
sebab p-value interaksi metode dan Kreativitas = 0,783 > 0,050.
f. H023: Tidak ada interaksi antara Motivasi berprestasi dan Kreativitas terhadap
prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan ditolak sebab p-value
interaksi antara Motivasi berprestasi dan Kreativitas = 0,017 < 0,050.
g. H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, Motivasi berprestasi,
dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan
tidak ditolak sebab p-value interaksi antara metode, Motivasi berprestasi dan
Kreativitas = 0,719 > 0.050.
Dari beberapa hipotesis diatas ada hasil yang nilai probabilitasnya lebih
kecil daripada alpha (p-value < α), maka ada langkah statistik lebih lanjut untuk
mengetahui Motivasi berprestasi dan Kreativitas mana yang memberikan
pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Fisika, dan bagaimana bentuk
interaksi kedua faktor tersebut.
2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan
Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui
karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji
komparasi dilakukan pada hipotesis H02, H03, dan H023.
Hasil Anova yang perlu diuji lebih lanjut adalah hasil pada H12, yaitu: “ada
pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran
cxlv
dan satuan”, dan hasil pada H13, yaitu: “ada pengaruh Kreativitas terhadap prestasi
belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan”.
Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui motivasi pembelajaran mana yang
memiliki pengaruh paling signifikan tersaji dalam tabel 4.13 tentang rangkuman
anova satu jalan berikut,
Tabel 4.13 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar dan Faktor Motivasi
Source DF SS MS F P K-Motiv 1 875,0 875,0 9,69 0,003 Error 78 7046,8 90,3 Total 79 7921,8 S = 9,505 R-Sq = 11,05% R-Sq(adj) = 9,91%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ------+---------+---------+---------+--- Rendah 35 78,200 8,828 (--------*---------) Tinggi 45 84,867 9,997 (-------*--------) ------+---------+---------+---------+--- 77,0 80,5 84,0 87,5 Pooled StDev = 9,505
Rangkuman anova satu jalan prestasi belajar dan faktor motivasi
ditunjukkan pada level rendah terdapat 35 siswa, rerata78,200, standart deviasi
8,828 , pada level tinggi terdapat 45 siswa ,rerata 84,867, , standart deviasi 9,997.
Gambar 4.7 Grafik Uji ANOM Motivasi Berprestasi terhadap Prestasi Belajar Fisika
cxlvi
Dari grafik uji lanjutanava terlihat bahwa siswa dengan motivasi tinggi
prestasi belajarnya lebih baik dari pada siswa dengan motivasi rendah, siswa
dengan motivasi tinggi mempunyai rerata 84,867, motivasi rendah mempunyai
rerata 78,200.
Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui Kreativitas mana yang memiliki
pengaruh paling signifikan tersaji dalam tabel 4.14 tentang rangkuman anova satu
jalan .
Tabel 4.14 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar dan Faktor Kreativitas
Source DF SS MS F P K-Kreativ 1 1006,9 1006,9 11,36 0,001 Error 78 6914,9 88,7 Total 79 7921,8 S = 9,416 R-Sq = 12,71% R-Sq(adj) = 11,59%
Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev -------+---------+---------+---------+-- Rendah 34 77,824 9,849 (--------*---------) Tinggi 46 85,000 9,085 (-------*-------) -------+---------+---------+---------+-- 77,0 80,5 84,0 87,5 Pooled StDev = 9,416
Rangkuman anova satu jalan prestasi belajar dan faktor kreativitas
ditunjukkan pada level rendah terdapat 34 siswa, rerata77,824, standart deviasi
9,849 , pada level tinggi terdapat 46 siswa ,rerata 85,000, , standart deviasi 9,085.
cxlvii
Gambar 4.8 Grafik Uji ANOM Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika
Dari grafik uji lanjutanava terlihat bahwa siswa dengan kreativitas tinggi
prestasi belajarnya lebih baik dari pada siswa dengan kreativitas rendah, siswa
dengan kretivitas tinggi mempunyai rerata 85,000, kreativitas rendah mempunyai
rerata 77,824.Kecenderungan Motivasi berprestasi siswa memberikan efek
berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Fisika, demikian juga dengan
Kreativitas siswa memberikan pengaruh yang signifikan. Untuk mengetahui pola
interaksi kedua faktor tersebut, perhatikan grafik pola interaksi berikut,
Gambar 4.9 Grafik interaksi faktor Motivasi berprestasi dan Kreativitas terhadap Prestasi
cxlviii
Untuk lebih memahami detail pola interaksi selengkapnya, informasi hasil
uji Anova satu jalan tersaji pada tabel berikut,
Tabel 4.15 Rangkuman Probabilistik Interaksi
Motivasi Kreativitas Statistik Diskusi Pemberian Tugas N = 20 16
Mean = 85,950 P=0,314 88,813 Stdev = 8,370 8,370
Tinggi
P=0,009
p=0,150
N = 7 2 Mean = 74,290 P=0,587 79,500
Tinggi
Rendah
Stdev = 12,050 6,360 N = 4
p=0,205* p=0,024**
p=0,001* p=0,021** 6
Mean = 76,750 p=0,934 77,167 Stdev = 6,898 7,859
Tinggi
p=0,649
p=0,798
N = 9 16 Mean = 79,333 p=0,803 78,313
Rendah
Rendah
Stdev = 9,899 9,617 )* Motivasi, )** Kreativitas. Dengan motivasi tinggi, kreativitas tinggi dengan metode diskusi terdapat 20
siswa, rerata 85,950, standart deviasi 8,370,dengan metode pemberian tugas
terdapat 16 siswa, rerata 88,813 , standart deviasi 8,370, p-value=0,314.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh
penggunaan metode pembelajaran Diskusi dan Pemberian Tugas terhadap prestasi
belajar Besaran dan satuan, apakah ada pengaruh Motivasi berprestasi terhadap
prestasi belajar Besaran dan satuan, apakah ada pengaruh Kreativitas terhadap
prestasi belajar Besaran dan satuan, apakah ada interaksi antara metode dan
Motivasi berprestasi siswa, apakah ada interaksi antara metode dan Kreativitas
siswa, apakah ada interaksi antara Motivasi berprestasi dan Kreativitas siswa, dan
cxlix
apakah ada interaksi antara metode pembelajar an, Motivasi berprestasi dan
Kreativitas terhadap prestasi belajar Besaran dan satuan.
Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Diskusi dan Pemberian Tugas. Pengukuran Motivasi berprestasi siswa dilakukan
sebelum pembelajaran Besaran dan satuan berlangsung melalui perangkat
observasi, sedangkan untuk mengetahui Kreativitas siswa dilakukan dengan
tes/angket Kreativitas. Observasi yang dilakukan sebelum proses pembelajaran
dimaksudkan untuk mendapatkan motivasi keseharian. Setelah pembelajaran
selesai dilakukan tes kemampuan kognitif untuk mengukur prestasi belajar materi
Besaran dan satuan.
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama
diperoleh p-value metode pembelajaran = 0,658 > 0,050 maka Ho (tidak ada
perbedaaan pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar)
tidak ditolak, ini berarti bahwa antara metode Diskusi dan Pemberian Tugas tidak
memiliki perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar Besaran dan satuan siswa.
Kedua metode pembelajaran ini sama kuat pengaruhnya terhadap prestasi belajar
Fisika pada materi Besaran dan satuan, dimana metode Pemberian Tugas lebih
unggul hasilnya meskipun hasil keduanya sudah memenuhi harapan. Hal ini dapat
dilihat pada rata-rata nilai prestasi belajar Fisika yang menunjukkan telah
memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM: 60) yang dipatok, siswa yang
dibelajar kan dengan metode Diskusi dan Pemberian Tugas masing-masing
reratanya 81,50 dan 82,40. Dengan demikian kedua metode pembelajaran ini
cl
sama-sama dapat digunakan dalam pembelajaran Fisika khususnya pada materi
Besaran dan satuan, tentunya dengan metode Pemberian Tugas sebagai pilihan
utamanya.
Hasil uji lanjut yang dilakukan (lampiran 13 analisa data halaman 220)
memberikan informasi bahwa kedua kelas, Diskusi dan Pemberian Tugas masing-
masing memperoleh rerata prestasi 81,50 dan 82,40 dengan hasil p-value sebesar
0,690. Hasil tersebut jelas menggambarkan tidak adanya perbedaan antar kedua
metode tersebut. Dengan demikian kedua model pembelajaran ini sama-sama
dapat digunakan dalam pembelajaran khususnya pada materi besaran dan satuan
dengan pilihan terbaiknya pada metode pembelajaran Pemberian Tugas. Metode
diskusi merupakan suatu teknik instruksional yang melibatkan siswa secara
berkelompok untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan perpaduan
teori-teori yang dieksplorasi dari buku - buku,pada metode diskusi siswa yang
kurang jelas dapat bertanya pada kanggota kelompoknya. Sedangkan metode
Pemberian Tugas adalah suatu metode yang digunakan guru pada saat proses
pembelajaran kepada siswa sehingga siswa memiliki sesuatu yang wajib, yang
harus dilakukan baik secara individual maupun kelompokbagi siswa yang tidak
dapat menyelesaikan tugasnya dapat bertanya pada orang lain, teman,saudara ,
orang tua. Pada dasarnya penggunaan metode pembelajaran metode Diskusi dan
Pemberian Tugas sangat tepat untuk mengejar ketertinggalan materi. Meski sama-
sama berhasil mengantarkan siswa memperoleh prestasi di atas batas kriteria
minimal, masih dapat dicermati kecenderungan metode Pemberian Tugas yang
memiliki arah pengaruh positif, sedangkan metode Diskusi cenderung negatif,
cli
lebih rendah reratanya daripada rearata total data nilai. Untuk lebih jelasnya
perhatikan pada gambar 4.10.
Gambar 4.10 Grafik Uji ANOM Metode terhadap Prestasi Belajar Fisika
2. Hipotesis Kedua
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh Motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar Besaran dan satuan, p-value Motivasi berprestasi siswa =
0,041 < 0,050. Uji lanjut menunjukkan bahwa Motivasi berprestasi memberikan
pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan
satuan, p-value Motivasi berprestasi siswa = 0,003 < 0,050. Motivasi sendiri
menunjukkan cirri-ciri: Tekun menghadapi tugas, dapat bekerja terus menurut
dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai. Ulet menghadapi
kesulitan, tidak lekas putus asa, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk
berhasil sebaik mungkin, tidak cepat puas dengan hasil yang telah dicapai.
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa,
misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan,
pemberantasan korupsi, penentangan terhadap segala tindak kriminal, amoral, dan
clii
sebagainya. Lebih senang bekerja sendiri. Tidak cepat bosan pada tugas-tugas
yang rutin, hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga
kurang kreatif. Dapat mempertahankan pendapatnya, kalau sudah yakin akan
sesuatu. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. Senang mencari dan
memecahkan masalah. Bila diberikan tugas maka siswa segera menyelesaikan,
bila mendapat kesulitan segera bertanya pada orang lain,maka anak yang
bermotivasi tinggi akan lebih tinggi pula.
Hasil tersebut menandakan adanya pengaruh Motivasi berprestasi terhadap
prestasi Besaran dan satuan. Jika diperhatikan lagi pada hasil rerata kedua
Motivasi berprestasi diperoleh informasi bahwa rerata prestasi siswa yang
Motivasi berprestasinya tinggi dan rendah masing-masing 84,867 dan 78,200. Hal
itu berarti bahwa faktor Motivasi berprestasi siswa menunjang keberhasilan proses
pembelajaran, karena faktor Motivasi berprestasi ternyata dalam penelitian ini
berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Besaran dan satuan. Motivasi
berprestasi siswa memberikan efek dengan arah yang berbeda terhadap
pencapaian prestasi belajar Besaran dan satuan, dimana siswa yang memiliki
Motivasi berprestasi rendah maupun tinggi mendapatkan prestasi yang signifikan
berbeda. Siswa dengan Motivasi berprestasi tinggi memiliki kemampuan yang
lebih baik dalam menyelesaikan masalah-masalah Besaran dan satuan dibanding
siswa yang memiliki Motivasi berprestasi rendah. untuk lebih jelasnya,
perhatikanlah gambar hasil uji lanjut mean pada gambar 4.7 .
3. Hipotesis Ketiga
cliii
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh Kreativitas
terhadap prestasi belajar Fisika (p-value Kreativitas siswa = 0,001 < 0,050) dalam
proses pembelajaran. Kreativitas siswa memberikan pengaruh terhadap prestasi
belajar Fisika materi Besaran dan satuan. Uji lanjut menunjukkan bahwa
Kreativitas siswa memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan (p-value Kreativitas siswa
= 0,001 < 0,050). Hal ini terjadi karena kemampuan Kreativitas yang sifatnya
personal bisa mengarahkan siswa pada ketidakmandegan, dalam arti
memunculkan perasaan selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya,
sehingga memacu siswa untuk selalu memperbaiki apa yang sudah dikuasai dan
dipahaminya, khususnya dalam pembelajaran Fisika materi Besaran dan satuan.
Tingkat Kreativitas siswa dapat dikatakan memberikan efek berbeda
terhadap pencapaian prestasi belajar Fisika, dimana siswa yang memiliki tingkat
Kreativitas tinggi dan rendah mendapatkan rerata prestasi berbeda,siswa yang
memiliki kreativitas tinggi akan memperoleh prestasi yang tinggi yaitu 85,000
dengan standar deviasi 9,085 dan siswa yang memiliki kreativitas rendah akan
memperoleh prestasi yang redah yaitu 77,824 dengan besar standar deviasi 9,849.
Untuk lebih memahami signifikansinya, perhatikan tabel 4.14 dan gambar 4.8 .
4. Hipotesis Keempat
Hasil analisis data dari uji hipotesis sebelumnya menunjukkan bahwa tidak
ada pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar materi Besaran dan
satuan, dan tidak demikian dengan Motivasi berprestasi sehingga hasil uji
interaksi menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara faktor metode
cliv
pembelajaran dan Motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar materi Besaran
dan satuan (p-value interaksi metode dan Motivasi berprestasi = 0,155 > 0,050).
Hasil uji lanjutnya memperlihatkan p-value = 0,205 pada Metode Diskusi, dimana
siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mendapatkan prestasi lebih baik
(82,93 dan 78,54) dan p-value = 0,001 pada Metode pemberian Tugas, dimana
siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi rendah mendapatkan prestasi tidak
lebih baik daripada siswa dengan Motivasi Berprestasi tinggi (78,000 dan 87,778).
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 4.16 dan tabel 4.17.
Tabel 4.16 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi Faktor Metode Diskusi dan Motivasi Berprestasi
Source DF SS MS F P K-Motiv 1 169 169 1,67 0,205 Error 38 3853 101 Total 39 4022 S = 10,07 R-Sq = 4,20% R-Sq(adj) = 1,68% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev --+---------+---------+---------+------- Rendah 13 78,54 8,88 (---------------*----------------) Tinggi 27 82,93 10,58 (----------*----------) --+---------+---------+---------+------- 73,5 77,0 80,5 84,0 Pooled StDev = 10,07
Rangkuman anava satu jalan prestasi belajar dengan faktor metode diskusi
motivasi berprestasi ditunjukkan pada level rendah terdapat 13 siswa, rerata78,54,
standart deviasi 8,88 , pada level tinggi terdapat 27 siswa ,rerata 82,93, standart
deviasi 10,58.
Tabel 4.17 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi dengan Faktor Metode Pemberian
Tugas dan Motivasi Berprestasi
Source DF SS MS F P K-Motiv 1 946,5 946,5 12,25 0,001 Error 38 2937,1 77,3 Total 39 3883,6
clv
S = 8,792 R-Sq = 24,37% R-Sq(adj) = 22,38% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev --+---------+---------+---------+------- Rendah 22 78,000 9,003 (-------*-------) Tinggi 18 87,778 8,524 (--------*-------) --+---------+---------+---------+------- 75,0 80,0 85,0 90,0 Pooled StDev = 8,792
Rangkuman anava satu jalan prestasi belajar dengan faktor metode
pemberian tugas motivasi berprestasi ditunjukkan pada level rendah terdapat 22
siswa, rerata78,00, standart deviasi 9,003 , pada level tinggi terdapat 18 siswa
,rerata 87,778, standart deviasi 8,524.
Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan metode Pemberian Tugas
berinteraksi dengan Motivasi berprestasi tinggi siswa. Untuk lebih jelasnya lagi
dalam memaknai interaksi metode pembelajaran dengan Motivasi berprestasi
perhatikan gambar 4.10.
clvi
Gambar 4.10 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Motivasi berprestasi terhadap
Prestasi Belajar Besaran dan satuan
Dari gambar 4.10 diperoleh informasi bahwa arah pengaruh kedua faktor
memungkinkan terjadinya interaksi pengaruh namun tidak memiliki alasan yang
kuat untuk dikatakan berinteraksi. Dengan jelas gambar memperlihatkan bahwa
siswa yang dibelajarkan dengan metode Pemberian Tugas lebih baik hasilnya
daripada Diskusi dan siswa dengan Motivasi berprestasi tinggi lebih baik hasilnya
daripada yang rendah saat dibelajarkan dengan Metode Diskusi dan Pemberian
Tugas, dengan hasil maksimal diperoleh siswa dengan kecenderungan motivasi
berprestasi tinggi dan dibeljarkan dengan metode Pemberian Tugas. Jadi, disinilah
letak kemungkinan untuk terjadinya interaksi. Interaksi terjadi pada level Motivasi
Tinggi dan dibelajarkan dengan metode Pemberian Tugas.
5. Hipotesis Kelima
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penggunaan
metode pembelajaran terhadap prestasi Besaran dan satuan dan ada pengaruh
Kreativitas terhadap prestasi belajar Besaran dan satuan. Meski keduanya
berpengaruh, hasil uji statistik memperlihatkan bahwa tidak terjadi interaksi
pengaruh antara faktor metode pembelajaran dengan Kreativitas pada prestasi
belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan (p-value interaksi metode dan
Kreativitas = 0,783 > 0,050). Kenyataan tersebut mengindikasikan bahwa
penggunaan metode pembelajaran memperlihatkan kecenderungan selaras dengan
efek Kreativitas siswa sehingga belum mengindikasikan terjadinya interaksi kedua
faktor. Hasil uji lanjut ternyata memberikan keputusan sebaliknya, ada interaksi
antara metode pembelajaran dengan Kreativitas. Dimana, hasil uji interaksi untuk
clvii
Kreativitas dengan metode Diskusi diperoleh p-value sebesar 0,024. Pada siswa
dengan kategori Kreativitas tinggi memperoleh rerata 84,417 dan yang
berkreativitas rendah 77,125. Sedangkan p-value untuk interaksi Kreativitas
dengan metode Pemberian Tugas 0,021. Pada siswa dengan kategori Kreativitas
tinggi memperoleh rerata 85,636 dan yang bermotivasi rendah 78,444.
Berdasarkan hasil tersebut diperoleh informasi bahwa terjadi interaksi pada level
metode pembelajaran. Untuk lebih jelas lagi dalam memaknai interaksi metode
pembelajaran dengan Kreativitas siswa perhatikan tabel 4.18 dan tabel 4.1 serta
gambar 4.11 .
Tabel 4.18 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi dengan Faktor Metode Diskusi dan Kreativitas
Source DF SS MS F P K-Kreativ 1 510,4 510,4 5,52 0,024 Error 38 3511,6 92,4 Total 39 4022,0 S = 9,613 R-Sq = 12,69% R-Sq(adj) = 10,39% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev -----+---------+---------+---------+---- Rendah 16 77,125 10,819 (--------*---------) Tinggi 24 84,417 8,737 (-------*-------) -----+---------+---------+---------+---- 75,0 80,0 85,0 90,0 Pooled StDev = 9,613
Rangkuman anava satu jalan prestasi belajar dengan faktor metode diskusi
kreativitas siswa ditunjukkan pada level rendah terdapat 16 siswa, rerata77,125,
standart deviasi 10,819 , pada level tinggi terdapat 24 siswa ,rerata 84,417,
standart deviasi 8,737.
Tabel 4.19 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi dengan Faktor Metode Pemberian Tugas dan Kreativitas
Source DF SS MS F P K-Kreativ 1 512,1 512,1 5,77 0,021 Error 38 3371,5 88,7 Total 39 3883,6
clviii
S = 9,419 R-Sq = 13,19% R-Sq(adj) = 10,90% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev -----+---------+---------+---------+---- Rendah 18 78,444 9,173 (----------*----------) Tinggi 22 85,636 9,614 (---------*---------) -----+---------+---------+---------+---- 76,0 80,0 84,0 88,0 Pooled StDev = 9,419
Rangkuman anava satu jalan prestasi belajar dengan faktor metode
pemberian tugas kreativitas siswa ditunjukkan pada level rendah terdapat 18
siswa, rerata78,444, standart deviasi 9,173 , pada level tinggi terdapat 22 siswa
,rerata 85,636, standart deviasi 9,614.
Gambar 4.11 Grafik interaksi Metode pembelajaran dan Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Besaran dan satuan 6. Hipotesis Keenam
Hasil analisis data menunjukkan ada interaksi antara Motivasi berprestasi
dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi Besaran dan satuan (p-
value interaksi antara Motivasi berprestasi dan Kreativitas = 0,017 < 0,050). Hasil
ini merupakan konsekuensi dari dua keputusan sebelumnya yaitu Motivasi
berprestasi yang berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar, dan demikian
juga Kreativitas berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Besaran dan
clix
satuan. Secara parsial motivasi berprestasi memberikan pengaruh positif terhadap
pencapaian prestasi demikian juga halnya dengan Kreativitas.,sehingga logis
apabila kedua variabel ini menunjukkan adanya interaksi terhadap prestasi belajar
Besaran dan satuan. Hanya saja, dari hasil statistik tidak serta merta menunjukkan
hal yang demikian pada seluruh level interaksinya, hanya beberapa bagian saja
yang menunjukkan terjadinya pola interaksi.
Untuk itu perlu diteliti pada setiap sel interaksi keduanya, ternyata
berdasarkan pada tabel 4.15 yang merangkum hasil probabilistik interaksi,
diketahui bahwa Motivasi berprestasi dan Kreativitas berinteraksi pada level
Motivasi berprestasi tinggi yang dibelajarkan dengan metode Diskusi (p-value =
0,009) dimana siswa yang memiliki Kreativitas tinggi memperoleh rerata prestasi
85,950 dan siswa yang memiliki Kreativitas rendah memperoleh rerata prestasi
74,290. Sedangkan pada level Motivasi berprestasi tinggi yang dibelajarkan
dengan metode Pemberian Tugas tidak terjadi perbedaan yang signifikan (p-value
= 0,150) dimana siswa yang memiliki Kreativitas tinggi memperoleh rerata
prestasi 88,813 dan siswa yang memiliki Kreativitas rendah memperoleh rerata
prestasi 79,500.
Interaksi pengaruh tidak terjadi pada level Motivasi berprestasi Rendah
yang dibelajarkan dengan Pemberian Tugas (p-value = 0,798) dimana siswa yang
memiliki Kreativitas tinggi memperoleh rerata prestasi 79,500 dan siswa yang
memiliki Kreativitas rendah memperoleh rerata prestasi 78,313. Sedangkan pada
level Motivasi berprestasi tinggi yang dibelajarkan dengan Metode Diskusi (p-
value = 0,6490) dimana siswa yang memiliki Kreativitas tinggi memperoleh
clx
rerata prestasi 76,750 dan siswa yang memiliki Kreativitas rendah memperoleh
rerata prestasi 79,333. Untuk mengetahui pola interaksi kedua faktor tersebut
perhatikan gambar 4.9.
7. Hipotesis Ketujuh
Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode
pembelajaran, Motivasi berprestasi, dan Kreativitas (p-value interaksi antara
metode, Motivasi berprestasi dan Kreativitas = 0,719 > 0,050). Seperti yang telah
dijabarkan di atas, secara mandiri faktor Motivasi dan Kreativitas berpengaruh
signifikan terhadap perolehan prestasi belajar Fisika siswa, ternyata tidak
memperlihatkan pengaruh signifikan dalam hal interaksi dengan faktor lainnya,
yaitu Metode Pembelajaran. Berdasarkan tabel 4.15 yang merangkum hasil
probabilistik interaksi, diketahui bahwa metode, Motivasi berprestasi dan
Kreativitas berinteraksi pada beberapa level. Level tersebut adalah Motivasi
berprestasi tinggi dan Kreativitas tinggi metode Diskusi (rerata prestasi 85,950)
dan metode Pemberian Tugas (rerata prestasi 88,813) yang merupakan level
interaksi dengan perolehan rerata tertinggi. Untuk mengetahui pola interaksi
sepenuhnya dari ketiga faktor tersebut perhatikan tabel 4.15 .
clxi
Gambar 4.13 Grafik efek mean faktor Metode pembelajaran, Motivasi berprestasi dan
Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Besaran dan satuan
Berdasarkan gambar 4.13 diperoleh informasi bahwa baik Motivasi
Berprestasi (Tinggi – Rendah) dan Kreativitas siswa (tinggi – rendah) sama-sama
memiliki tren positif sedangkan Metode Pembelajaran (Diskusi – Pemberian
Tugas) sebaliknya, memperlihatkan tidak adanya perbedaan, hanya sedikit di atas
rerata untuk metode pemberian tugas.
Secara umum penelitian ini dapat mengambil dua hal penting sebagai
berikut: a). Penggunaan metode pembelajaran Pemberian Tugas dan Kreativitas
tinggi berpengaruh signifikan, terutama bagi siswa dengan Motivasi berprestasi
tinggi, mereka akan menunjukkan laju pemahaman konsep Besaran dan satuan
dengan lebih cepat. b). Interaksi antara Motivasi Berprestasi dengan Kreativitas
memberikan sumbangan besar terhadap pemahaman siswa akan konsep Fisika
pada materi Besaran dan satuan terutama pada siswa yang memiliki Motivasi
clxii
berprestasi tinggi dan Kreativitas tinggi yang dibelajarkan dengan metode
Pemberian Tugas. Hal ini disebabkan karena metode Pemberian Tugas lebih
berkesan bagi siswa.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini, meskipun sudah direncanakan dan melalui proses evaluasi
sebelum dilaksanakan, tidak terlepas juga dari keterbatasannya. Adapun beberapa
hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Kreativitas siswa hanya
diukur pada level tinggi dan rendah saja, tidak memberikan kesempatan pada
terukurnya level menengah untuk kedua faktor. Sedangkan kategori motivasi
siswa, yang mestinya lebih dari tiga hanya diamati dua saja. Selain itu,
Kreativitas siswa yang diukur adalah Kreativitas siswa rata-rata, tidak pada saat
proses pembelajaran itu sendiri berlangsung. Hal ini menyebabkan biasnya
pengaruh metode pembelajaran terhadap pencapaian prestasi, terutama jika akan
melihat pengaruh metode terhadap perubahan kreativitas siswa.
clxiii
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tidak ada pengaruh penggunaan metode Diskusi dan Pemberian Tugas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi
besaran dan satuan. Kedua model pembelajaran ini sama kuat pengaruhnya terhadap prestasi belajar Fisika pada
materi materi besaran dan satuan. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata nilai prestasi belajar yang menunjukkan lebih
tinggi daripada kriteria ketuntasan minimal (KKM: 60) yang dipatok. Rerata pada kelas yang dibelajarkan melalui
metode diskusi adalah 81,50. Sedangkan pada siswa yang dibelajarkan dengan metode pemberian tugas tugas
diperoleh rerata 82,40; sama-sama memenuhi harapan. Metode Pemberian Tugas materi besaran dan satuan lebih
unggul hasilnya meskipun hasil keduanya sudah memenuhi harapan..
2. Ada pengaruh Motivasi Berprestasi siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi besaran dan satuan . Hasil uji
lanjutnya memberikan informasi dimana siswa yang memiliki kategori motivasi berprestasi tenggi mendapatkan
rerata prestasi relatif lebih tinggi yaitu 84,867 sedangkan siswa yang memiliki kategori motivasi berprestasi rendah
mendapatkan rerata prestasi 78,200. Ada pengaruh Motivasi Berprestasi siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada
materi besaran dan satuan. Uji lanjut menunjukkan bahwa p-value Motivasi berprestasi siswa = 0,003 < 0,050 .
3. Ada pengaruh Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi besaran dan satuan. Uji lanjut menunjukkan
bahwa p-value Kreativitas siswa = 0,001 < 0,050. Tingkat Kreativitas siswa memberikan efek berbeda terhadap
pencapaian prestasi belajar Fisika, dimana siswa yang memiliki tingkat Kreativitas tinggi dan rendah mendapatkan
rerata prestasi berbeda, yaitu 85,000 dengan standar deviasi 9,085 dan 77,824 dengan besar standar deviasi 9,849.
4. Tidak ada interaksi pengaruh antara metode pembelajaran dengan Motivasi Berprestasi terhadap prestasi belajar
Fisika pada materi besaran dan satuan. Hasil uji lanjutnya memperlihatkan p-value = 0,205 pada Metode Diskusi,
dimana siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mendapatkan prestasi lebih baik (82,93 dan 78,54) dan p-
value = 0,001 pada Metode pemberian Tugas, dimana siswa yang memiliki Motivasi Berprestasi rendah mendapatkan
prestasi tidak lebih baik daripada siswa dengan Motivasi Berprestasi tinggi (78,000 dan 87,778).
5. Tidak ada interaksi pengaruh antara metode pembelajaran dengan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada
materi besaran dan satuan. meskipun nampak tidak terdapat interaksi, ternyata Hasil uji interaksi untuk Kreativitas
dengan metode Diskusi diperoleh p-value sebesar 0,024. Pada siswa dengan kategori Kreativitas tinggi memperoleh
rerata 84,417 dan yang berkreativitas rendah 77,125. Sedangkan p-value untuk interaksi Kreativitas dengan metode
Pemberian Tugas 0,021. Pada siswa dengan kategori Kreativitas tinggi memperoleh rerata 85,636 dan yang
bermotivasi rendah 78,444.
6. Ada interaksi pengaruh antara Motivasi Berprestasi dengan Kreativitas terhadap prestasi Fisika pada materi besaran
dan satuan. Hasil statistik tidak serta merta menunjukkan hal yang demikian, Motivasi berprestasi dan Kreativitas
clxiv
berinteraksi pada level Motivasi berprestasi tinggi yang dibelajarkan dengan metode Diskusi (p-value = 0,009)
dimana siswa yang memiliki Kreativitas tinggi memperoleh rerata prestasi 85,950 dan siswa yang memiliki
Kreativitas rendah memperoleh rerata prestasi 74,290. Sedangkan pada level Motivasi berprestasi tinggi yang
dibelajarkan dengan metode Pemberian Tugas tidak terjadi perbedaan yang signifikan (p-value = 0,150) dimana siswa
yang memiliki Kreativitas tinggi memperoleh rerata prestasi 88,813 dan siswa yang memiliki Kreativitas rendah
memperoleh rerata prestasi 79,500.
7. Tidak ada interaksi pengaruh antara metode pembelajaran, Motivasi Berprestasi dan Kreativitas terhadap prestasi
belajar Fisika pada materi besaran dan satuan. Faktor Metode, Motivasi berprestasi dan Kreativitas berinteraksi pada
beberapa level. Level tersebut adalah Motivasi berprestasi tinggi dan Kreativitas tinggi metode Diskusi (rerata
prestasi 85,950) dan metode Pemberian Tugas (rerata prestasi 88,813) yang merupakan level interaksi dengan
perolehan rerata tertinggi.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang metode
diskusi dan metode Pemberian Tugas ;
a. Tidak ada pengaruh prestasi belajar fisika pada materi Besaran dan Satuan
antara penggunaan metode diskusi dan pemberian tugas, penggunaan kedua
metode dapat meningkatkan prestasi belajar sehingga kedua metode dapat
digunakan dalam pembelajaran fisika khususnya materi besaran dan
satuan.
b. Ada pengaruh prestasi belajar fisika pada materi Besaran dan Satuan siswa
yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah,
siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi berprestasi lebih baik dari
pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, sehingga dalam
proses pembelajaran fisika, guru harus lebih menciptakan kondisi yang
dapat meningkatkan motivasi siswa untuk berprestasi .
clxv
c. Ada perbedaan prestasi belajar fisika pada materi Besaran dan Satuan
dengan tingkat kreativitas siswa . Pada penggunaan metode diskusi dan
pemberian tugas, siswa yang mempunyai kreativitas siswa tinggi berprestai
lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kreativitas siswa rendah,
sehingga kreativitas siswa berpengaruh pada prestasi belajar siswa, guru
harus menciptakan kondisi siswa memberikan layanan, sehingga siswa
dapat mengembangkan kreativitas.
d. Tidak ada interaksi yang signifikan antara metode diskusi dan pemberian
tugas dengan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar fisika pada
materi Besaran dan Satuan , kedua metode dan motivasi berprestasi sama-
sama berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar sehingga kedua
metode dan motivasi berprestasi siswa perlu diperhatikan dalam proses
belajar sehingga peningkatan prestasi belajar fisika dapat maksimal.
e. Tidak ada interaksi antara metode diskusi dan pemberian tugas dengan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi Besaran dan
Satuan . Penggunaan metode dan kreativitas siswa memberikan pengaruh
positif dalam peningkatan prestasi belajar, sehingga penggunaan kedua
metode dan kreativitas siswa perlu diperhatikan dalam pembelajaran.
f. Ada interaksi antara motivasi berprestasi dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar fisika materi Besaran dan Satuan, motivasi berprestasi tinggi
dan kreativitas siswa tinggi akan lebih baik dari pada siswa yang
bermotivasi berprestasi rendah dan kreativitas siswa rendah, sehingga
motivasi dan kreativitas siswa berpengaruh pada prestasi belajar siswa,
clxvi
guru harus mampu menumbuhkan motivasi siswa, guru juga harus
menciptakan kondisi siswa, sehingga siswa dapat mengembangkan
kreativitas.
g. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, motivasi berprestasi dan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika, baik penggunaan metode,
motivasi dan kreativitas sama-sama dapat meningkatkan prestasi pada
pelajaran fisika materi besaran dan satuan .
2. Implikasi Praktis
Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah siswa yang dibelajarkan
dengan metode Diskusi dan Pemberian Tugas ternyata mendapatkan prestasi
belajar Fisika yang sudah memenuhi harapan.untuk mengajarkan fisika
materi besaran dan satuan dapat menggunakan kedua metode ,namun guru
perlu memperhatikan motivasi dan kreativitas siswa. Metode Pemberian
Tugas menjadikan konsep yang dibelajarkan menjadi lebih mudah diterima
siswa sehingga mampu mendongkrak semangat siswa untuk mendapatkan
prestasi maksimal daripada metode Diskusi. Oleh sebab itu, untuk
meningkatkan prestasi belajar Fisika khusus pada materi besaran dan satuan
sebaiknya tidak diberikan melalui metode diskusi.
C. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dapat dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Saran untuk Guru
clxvii
a. Materi fisika sebagian besar memerlukan motivasi dan kreativitas yang
tinggi, misalkan pada konsep besaran dan satuan. Untuk mengajarkan konsep
yang demikian maka diperlukan metode sebagai penguat informasi belajar
yang mampu menyederhanakan konsep logika sehingga mudah dipahami
siswa. Selain itu, guru fisika perlu memperhatikan motivasi siswa dan
sekaligus menerapkan metode baru dalam mengajarkan pembelajaran fisika
pada materi pokok Besaran dan Satuan . Prioritas pemilihan sebuah metode
mengacu pada kemudahan, kebertahapan dan kemenarikannya serta
karakteristik materi itu sendiri.
b. Dalam penggunaan metode diskusi yang perlu diperhatikan guru adalah
anggota kelompok diskusi jangan terlalu besar paling banyak 5 siswa, ada
pemerataan siswa yang bermotivasi dan kreativitas dalam tiap kelompok
diskusi, dalam setiap topik diskusi perlu melakukan pertukaran anggota
kelompok. Kita beri pujian bagi kelompok yang berprestasi serta guru harus
membagi waktu dengan cermat,memberikan bimbingan yang lebih dan
tekun.
c. Dalam penggunaan metode pemberian tugas harus ada pengontrolan dalam
pelaksanaan tugas, memberikan ulasan, tugas jangan terlalu banyak dan
terlalu sulit karena akan mnyebabkan kejenuhan dan kebosanan siswa.Untuk
mengajarkan konsep-konsep Fisika diperlukan metode sebagai media belajar
yang sesuai dengan karakter materi ajar dan karakater siswa sehingga metode
membantu siswa pada kondisi senang, rileks dan mudah untuk menerima dan
memahami materi.
clxviii
2. Saran untuk para peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan
penelitian sejenis. Perlu melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang
metode yang tepat digunakan dalam proses pengajaran di kelas sesuai dengan
karakter materi yang dibelajarkan. Tidak semua siswa menerima dengan baik efek
setiap metode pembelajaran karena setiap anak memiliki motivasi dan kreativitas
belajarnya sendiri. Penelitian mengenai penerapan metode lain yang dapat
mempermudah siswa dalam memecahkan permasalahan dalam belajar Fisika
terutama yang berkaitan dengan pemilihan metode pembelajaran yang sesuai
dengan karakter materi belum banyak digali.
clxix
DAFTAR PUSTAKA
, 2008. Creativity and critical thinking in the globalised university. http://www.highbeam.com/doc/1P3-1547401631.htm
, 2009. Besaran dan Satuan. Tersedia pada http://alljabbar.files. wordpress.com/2008/03/01-besaran-dansatuan.pdf. Diakses tanggal 17 September 2009.
, 2009. Direct Instruction. Tersedia pada http://edutechwiki.unige. ch/en/Direct_instruction. Diakses tanggal 17 September 2009.
Arends, Richard, I. 1998. Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill
Companies.
Ausubel, D.P. 1977. Social Learning Theory: Englewood Cliffs. N.J: Prentice
Hall.
Barlow, Daniel Lenox. 1985. Educational Psychology, The Teaching Learning Process Chicago. The Moody Bible Institue.
Bartlett, F.C. 1932. Remembering. Cambridge. Cambridge University: Press.
BCaplin, J.P. 1972. Dictionary of Psycology, Fifth Printing. New York: Dell Publising Co. Inc.
Beam, High. 2008. Creative activity and its impact on student learning - issues of implementation. http://www.highbeam.com/doc/1P3-1547401701.html
Dansereu, J.P. 1972. Dictionary of Psicology. Fifth Printing. New York: Dell Publising Co. Inc.
Dansereu, D.F. 1987. Technical learning strategies. Engineering Education, 77, 288-284
Dimyati dan Mudjiyono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ginsenburg, H & Opper, S. 1988. Piaget’s Theory of Intellectual Development (3ed). Neglewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Gleitman, Henry. 1986. Psycology:(2th ed). New York: W.W. Norton &
Company.
clxx
Hawk. P.P. 1986. Using graphic organizers to increase achievement in middle school life scince. Science Education.
Hintzman, Douglas L. 1978. The psycology of Learning and Memory. San Francisco: W. H. Freeman & Company.
Koeswara, E. 1989. Motivasi (Teori dan penelitiannya). Bandung: Angkasa.
Kristy, Ausdemore.2005.An Overview of Direct Instruction. Quortly Journal, tersedia pada http://www.newhorison.org
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mulyani Sumantri. 2001.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Maulana.
Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Neisser, J. 1976. Cognitive and reality: Principles and implications of cognitive psychology. San Framcisco: W. H. Freeman.
Ngalim Purwanto.1986. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remadja Karya.
Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Paul Suparno, 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
Piaget, J. 1981. The Psycology Intelligence. Totowa, NJ: Little field.
Purnomo, P. 1996. “Strategi Pengajaran”. Yogyakarta: Universitas Sanata
Darma.
Ratna Willis. 1989. Teori-Teory Belajar. Jakarta: Erlangga
Reber, Arthur, S. 1988. The Penguin Dictionary of Psychology. Ringwood Victoria : Penguin Books Austaliav Ltd.
Roestiyah N.K. 1986. Didaktik / Metodik. Jakarta: Bina Aksara
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Gradindo Persada.
Sobri Sutikno. 2003. Menuju Pendidikan Bermutu. Lombok Nusa Tenggara: Pratama Press.
clxxi
Soeharjo. 2002. Statistik Terapan, Analisis Varian dan Jalur. Surakarta: Pascasarjana UNS.
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Suharsimi Arikunto. 1991. Managemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Surya, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Cetakan Ketiga Bandung: FIP-FKIP.
Surya, M. 1983. Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Utami Munandar. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
W. Tuckman, Bruce. 1999. A Tripartite Model of Motivation for Achievement. http://dennislearningcenter.osu.edu/all-tour/apa99paper.htm
Wadsworth, BJ. 1989. Piaget’s Theory of Cognitive and Affective Development (4th ed). New York: Longman.
Winkel, W.S. 1996. Psychology Pengajaran. Jakarta: Gramedia.