pengaruh model active knowledge sharing terhadap …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/artikel...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP
HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI
SMA NEGERI PURWODADI
Oleh:
Dian Novita sari¹, Ria dwi Jayati, M.Pd.², Yuni Krisnawati, Mp.d³
¹Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
²𝒅𝒂𝒏³ Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Active Knowledge
Sharing terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA negeri Purwodadi’.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen. Populasi dalam
penelitian yaitu seluruh siswa kelas XI SMA Negeri Purwodadi Tahun Ajaran
2016/2017 berjumlah 95 siswa. Sampel penelitian dipilih dengan teknik Simple
Random Sampling, teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes
berbentuk pilihan ganda sebanyak 24 soal. Teknik analisis data tes dilakukan
dengan (uji-t). Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung (4,28) dan ttabel (2,00)
untuk taraf signifikansi α = 0,05, hal ini berarti thitung (4,28) > ttabel (2,00). Maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain, hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini dapat diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
model Active Knowledge Sharing terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI
SMA negeri Purwodadi.
Kata Kunci: Model Active Knowledge Sharing, Hasil Belajar, Biologi.
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk menyiapkan
peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya agar mampu menghadapi
kehidupan yang akan datang. Johari (2014) mengemukakan bahwa biologi sebagai
proses terdiri dari kelompok keterampilan proses yang meliputi, mengamati,
membuat pertanyaan, menggunakan alat, menggolongkan atau mengelompokkan,
menerapkan konsep dan melakukan percobaan. Namun pada kenyataannya
pembelajaran biologi dianggap sulit bagi siswa, dan dalam pembelajarannya hanya
sebatas mentransfer pengetahuan saja, sehingga siswa hanya sulit untuk memahami
materi.
Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri Purwodadi dengan guru biologi kelas
X pada 13 April 2016 pembelajaran biologi masih sering menggunakan model
pembelajaran konvensional. Proses pembelajaran yang selama ini dilakukan yaitu
menggunakan metode ceramah dan diskusi. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
untuk mata pelajaran Biologi di SMA Negeri Purwodadi yaitu 7,5. Hasil belajar
biologi siswa tahun 2016 di kelas X SMA Negeri Purwodadi dari 202 siswa,
terdapat 102 siswa (50,50%) yang dinyatakan belum tuntas belajar, dan 100 siswa
(49,50%) dinyatakan tuntas. Masih adanya hasil belajar siswa yang belum
mencapai KKM disebabkan kurangnya dorongan dari dalam diri siswa untuk
belajar dan siswa bersifat pasif. Pada saat proses pembelajaran hanya siswa tertentu
saja yang aktif berbicara sedangkan siswa lainnya lebih banyak diam sehingga
proses pembelajaran cenderung pasif. Selain itu, pengaruh lingkungan serta
kurangnya perhatian dari orang tua terhadap siswa menyebabkan motivasi belajar
siswa menurun sehingga hasil belajarnya pun tidak mampu mencapai standar nilai
yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan
salah seorang siswa di SMA Negeri Purwodadi mengatakan bahwa motivasi siswa
akan terdorong dari bagaimana cara guru menyampaikan materi pelajaran, siswa
lebih menyukai belajar dengan berkelompok, siswa lebih suka belajar dengan
teman, siswa malu bertanya dengan guru karena merasa takut sehingga lebih suka
bertanya dengan teman apabila ada materi pelajaran yang tidak dipahami, selama
ini keaktifan belajar siswa masih kurang.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa tersebut
yaitu dengan menggunakan pembelajaran aktif. Salah satu model pembelajaran
aktif yang dapat digunakan yaitu Active Knowledge Sharing. Zaini (2008:22)
mengemukakan bahwa Active Knowledge Sharing dapat membawa peserta didik
untuk siap belajar materi pelajaran dengan cepat, dapat digunakan untuk melihat
tingkat kemampuan peserta didik disamping untuk membentuk kerjasama tim.
Berdasarkan uraian latar belakang oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang
“Pengaruh Model Active Knowledge Sharing Terhadap Hasil Belajar Biologi
Siswa Kelas XI SMA Negeri Purwodadi”.
B. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran
Menurut Mulyatiningsih (2010:227) model pembelajaran merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan penyelenggaraan proses belajar mengajar dari
awal sampai akhir. Menurut Trianto (2011:53) model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan yang
menggambarkan proses belajar mengajar melalui prosedur yang sistematis dan
digunakan sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dalam proses kegiatan
pembelajaran dikelas dari awal sampai akhir untuk mencapai tujuan belajar.
2. Model Active Knowledge Sharing
Menurut Zaini (2008:22) Active Knowledge Sharing (saling tukar pengetahuan)
adalah salah satu cara yang dapat membawa peserta didik untuk siap belajar materi
pelajaran dengan cepat, dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan peserta
didik disamping untuk membentuk kerjasama tim, dapat dilakukan pada hampir
semua mata pelajaran. Menurut Silberman (2009:82) Active Knowledge Sharing
adalah sebuah cara yang bagus untuk menarik peserta didik dengan segera kepada
materi pelajaran, dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan para
peserta didik selagi, pada saat yang sama melakukan beberapa bangunan tim (team
building), Active knowledge sharing tersebut bekerja dengan beberapa pelajaran
dan dengan beberapa materi pelajaran. Berdasarkan beberapa penjelasan dapat
disimpulkan bahwa Active Knowledge Sharing merupakan salah satu cara yang
dapat menarik peserta didik untuk siap mempelajari materi pelajaran dengan cepat,
selain untuk membentuk kerjasama tim, dapat melihat tingkat kemampuan peserta
didik, menumbuhkan interaksi diantara sesama siswa, dan dapat membantu siswa
dalam menyelesaikan masalah saat proses pembelajaran sesuai dengan materi yang
diajarkan.
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Active Knowledge Sharing
Menurut Silberman (2009:84) mengemukakan bahwa variasi dari Active
Knowledge Sharing yaitu dapat menggunakan kartu indeks, untuk menulis
informasi yang mereka yakini akurat mengenai materi pembelajaran.
Langkah-langkah model pembelajaran Active Knowledge Sharing adalah sebagai
berikut:
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan garis besar materi yang akan
dipelajari dan memberikan motivasi belajar.
b. Guru menyajikan informasi kepada siswa tentang materi pelajaran yang
diajarkan dengan bahan bacaan berupa handout untuk dibaca.
c. Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok dengan jumlah 3-4 orang tiap
kelompok belajar lalu menjelaskan cara diskusi.
d. Guru menyediakan lembar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran.
e. Guru memberikan sebuah kartu indeks yang dapat digunakan untuk mencatat
jawaban yang didapat, dan siswa dapat saling berbagi pengetahuan melalui
kartu indeks tersebut, dengan menunjukkannya kepada siswa lainnya.
f. Guru memberikan waktu kepada masing-masing siswa untuk menjawab lembar
pertanyaan secara tertulis yang telah disediakan dengan cara setiap siswa
bertanya pada siswa dalam kelompoknya, dan bertanya antar kelompok yang
diwakili oleh satu orang saja.
g. Salah satu siswa perwakilan dari kelompok diminta untuk presentasikan
jawabannya di depan kelas, kemudian siswa dalam kelompoknya hanya boleh
memberikan bantuan atau masukan pada temannya yang presentasi, sedangkan
siswa kelompok lain bisa menyangkal dan membuat pertanyaan baru yang
terkait dengan materi untuk dijawab siswa yang presentasi.
h. Guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk dan meluruskan perbedaan
pendapat siswa terhadap pertanyaan yang tidak diketahui atau diragukan
jawabannya.
4. Kelebihan dan kelemahan Active Knowledge sharing
Kelebihan dan kelemahan Active Knowledge sharing yaitu sebagai berikut:
Kelebihan Active Knowledge sharing Anggrahini (2014).
1) Membuat siswa aktif
2) Dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
3) Menumbuhkan komunikasi dan interaksi antar siswa.
4) Membantu siswa memecahkan masalah yang diberikan guru.
5) Membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
6) Mampu mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki siswa yang berakibat
meningkatnya hasil belajar siswa.
Kelemahan Active Knowledge Sharing Asnia (2014)
1) Guru dituntut bekerja keras untuk menyiapkan alat pembelajaran antara lain
soal dan lembar jawab.
2) Guru dituntut lebih memotivasi siswa untuk memiliki persiapan masing-masing
sebelum memulai pembelajaran.
3) Kondisi kelas akan ribut apabila guru tidak mampu mengontrol kelas.
4) Jumlah siswa yang besar dalam satu kelas menjadikan guru kurang maksimal
untuk mengamati kegiatan belajar.
5) Apabila pengetahuan siswa kurang maka siswa akan sulit untuk melakukan
pembelajaran secara aktif.
6) Memerlukan waktu yang lama.
5. Hasil Belajar
Menurut Jihad, dkk (2013:15) hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi
milik siswa sebagi akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir yang diperoleh
siswa setelah melakukan proses belajar mengajar, hasil belajar tersebut dapat
berupa nilai maupun perubahan tingkat laku yang terjadi pada siswa. Slameto
(2010) menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar:
Faktor-faktor intern (faktor yang berasal dari dalam diri individu).
Faktor-faktor intern yaitu meliputi faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat
tubuh), faktor psikologis (Intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
kesiapan), faktor kelelahan (kelelahan jasmani dan kelelahan rohani).
Faktor-faktor ekstern (faktor yang berasal dari luar diri individu). Faktor-faktor
ekstern yaitu meliputi faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antaranggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar
belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran), faktor
masyarakat.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, hasil belajar akan berhasil
apabila tidak terdapat gangguan pada faktor-faktor yang mempengaruhi siswa
dalam belajar.
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian
eksperimen. Adapun rancangan penelitian berbentuk Control Group Pretest-
posttest Design, dimana peneliti membedakan dua perlakuan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen siswa siswa diberi pengajaran
dengan menggunakkan model Active knowledge Sharing sedangkan pada kelas
kontrol siswa diberi pengajaran dengan menggunakkan model konvensional.
Bentuk desainnya berupa Control Group Pretest-Posttest Design dapat dilihat pada
Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Control Group Pretest-Posttest
Kelas Pre-test Treatment Pos-test
E 𝑂 𝑋1 𝑂
K 𝑂 - 𝑂
Sumber: Arikunto, (2010:125)
Keterangan:
E : Kelompok eksperimen
K : Kelompok kontrol
X1 : Perlakuan/Treatmen pembelajaran menggunakan model Active
Knowledge Sharing
- : Perlakuan/Treatmen pembelajaran menggunakan model
konvensional
O : Pretest dan Posttest
Menurut Arikunto (2010:173) menemukakan Populasi adalah “Keseluruhan subjek
penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA
Negeri purwodadi. Menurut Arikunto (2010:174) mengemukakan bahwa sampel
adalah ”Sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Dalam penelitian ini, “Teknik
pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menggunakan teknik Simple
random sampling, yaitu dengan cara undian dari populasi yang berjumlah 95 orang
siswa yang terdiri dari dua kelas untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas
kontrol, teknik ini dilakukan karena tiap kelas dari seluruh subjek mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel”. Berdasarkan hasil
pengundian maka ditetapkan kelas XI. IPA 2 yang berjumlah 32 siswa sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI. IPA 3 yang berjumlah 31 siswa sebagai kelas kontrol.
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan
teknik pengumpulan data berupa teknik tes. Tes dilakukan dua kali yaitu pada saat
awal pembelajaran (Pretest) dan pada akhir pembelajaran (Posttest). Tes dilakukan
dalam bentuk pilihan ganda.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri Purwodadi pada siswa kelas XI yang
berjumlah 95 siswa yang terbagi menjadi 3 kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA
3. Kelas yang terpilih untuk menjadi sampel penelitian yaitu siswa kelas XI IPA 2
sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol. Waktu
penelitian dimulai tanggal 10 Oktober 2016 s.d. 10 November 2016. Jumlah
pertemuan tatap muka dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan dengan rincian, yaitu
Pretest masing-masing pada kelas eksperimen dan kontrol, proses pembelajaran
dengan menggunakan model Active Knowledge Sharing pada kelas eksperimen dan
proses pembelajaran dengan menggunakan model konvensional pada kelas kontrol
serta dilanjutkan Posttest pada masing-masing kelas eksperimen dan kontrol.
Sebelum penelitian dilakukan peneliti terlebih dahulu melaksanakan uji coba
instrumen pada tanggal 10 Oktober 2016. Kemudian mengadakan Pretest untuk
mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi struktur jaringan hewan
vertebrata dan mengaitkan dengan fungsinya pada tanggal 13 Oktober 2016 di kelas
eksperimen dan Pretest di kelas kontrol pada tanggal 14 Oktober 2016. Selanjutnya
dilakukan kegiatan pembelajaran atau perlakuan dengan menerapkan model Active
Knowledge Sharing pada kelas eksperimen pada tanggal 18, 20, dan 25 Oktober
2016, serta perlakuan dengan pembelajaran model konvensional pada kelas kontrol
pada tanggal 18, 21, dan 25 Oktober 2016.
Kemudian dilakukan kegiatan Posttest pada tanggal 27 Oktober 2016 di kelas
eksperimen dan Posttest pada tanggal 28 Oktober 2016 di kelas kontrol untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa. Dalam menilai hasil tes pada kelas
eksperimen dan kontrol, peneliti berpedoman pada KKM yang ditetapkan SMA
Negeri Purwodadi, yaitu bila siswa memperoleh nilai ≥ 75 dinyatakan tuntas,
sedangkan bila siswa memperoleh nilai < 75 dinyatakan tidak tuntas.
a. Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa (Pretest)
Tes kemampuan awal siswa (Pretest) dilaksanakan pada pertemuan pertama pada
tanggal 13 Oktober 2016. Kegiatan ini dilakukan dengan pemberian tes berbentuk
pilihan ganda. Tujuan dilakukannya tes ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar
pengetahuan siswa tentang materi struktur jaringan hewan vertebrata dan
mengaitkan dengan fungsinya sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan
model Active Knowledge Sharing pada kelas eksperimen dan pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol. Tes kemampuan awal (Pretest) dilakukan di kelas
yang terpilih sebagai sampel penelitian. Hasil tes awal (Pretest) siswa, diketahui
bahwa nilai rata-rata Pretest kelas eksperimen sebesar 39,84 dan nilai rata-rata
Pretest kelas kontrol adalah 39,55. Sedangkan simpangan baku pada kelas
eksperimen sebesar 10,87 dan pada kelas kontrol 8,57.
Hasil Pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut ini:
Tabel 4.1
Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku pada Tes Awal (Pretest)
Kelas N �̅� S
Eksperimen 32 39,84 10,87
Kontrol 31 39,55 8,57
b. Hasil Tes Kemampuan Akhir Siswa (Posttest)
Tes akhir (Posttest) dilakukan setelah siswa diberikan perlakuan dengan
menggunakan model Active Knowledge Sharing pada kelas eksperimen dan
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Hasil tes akhir (Posttest) siswa,
diketahui bahwa nilai rata-rata Posttest kelas eksperimen adalah 80,63 dan nilai
rata-rata kelas kontrol adalah 72,19. Sedangkan nilai simpangan baku pada kelas
eksperimen sebesar 7,40 dan pada kelas kontrol sebesar 8,96. Lebih jelasnya hasil
analisis data hasil Posttest kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada Tabel
4.2 berikut:
Tabel 4.2
Nilai Rata-Rata (�̅�) dan Simpangan Baku (S) Hasil Posttest
Kelas N �̅� S
Eksperimen 32 80,63 7,40
Kontrol 31 72,19 8,96
Nilai rata-rata kemampuan awal dan kemampuan akhir masing-masing kelas dapat
dilihat pada Grafik 4.1.
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data hasil tes
kemampuan awal siswa (Pretest) dan data hasil tes kemampuan akhir siswa
(Posttest) berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal jika χ2hitung <
χ2tabel dan data tidak berdistribusi normal jika χ2
hitung > χ2tabel untuk taraf signifikan
α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 1). Hasil uji normalitas data ditunjukkan
pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Data pada kelas Eksperimen dan Kontrol
Kelas χ2hitung χ2
tabel Keterangan
Pretest Posttest Pretest Posttest
Eksperimen 0,7523 4,4844 11,070 11,070 Berdistribusi
Normal
Kontrol 1,8757 2,1710 11,070 11,070 Berdistribusi
Normal
Berdasarkan Tabel, maka data hasil Pretest pada kelas eksperimen diketahui nilai
χ2hitung < χ2
tabel (0,7523 < 11,070) dan kelas kontrol diketahui nilai χ2hitung < χ2
tabel
(1,8757 < 11,070). Pada data hasil Posttest kelas eksperimen diketahui nilai χ2hitung
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pretest Posttest
39,84
80,63
39,55
72,19
Eksperimen
Kontrol
< χ2tabel (4,4844 < 11,070) dan data hasil Posttest kelas kontrol diketahui nilai χ2
hitung
< χ2tabel (2,1710 < 11,070). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut
berdistribusi normal.
Perhitungan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui varians Pretest dan
Posttest bersifat homogen atau tidak. Kriteria pengujiannya adalah jika Fhitung <
Ftabel, maka kedua varians kelompok data tersebut adalah homogen. Jika Fhitung ≥
Ftabel, maka kedua varians kelompok data tersebut adalah tidak homogen. Hasil
perhitungan analisis data tentang uji homogenitas varians Pretest dan Posttest dapat
dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji Homogenitas pada Pretest dan Posttest
Tes DK
Pembilang:
Penyebut
Fhitung Ftabel Keterangan
Tes Awal 31:30 1,61 1,84 Homogen
Tes Akhir 31:30 1,47 1,84 Homogen
Hasil uji homogenitas Pretest dan Posttest tersebut, menunjukkan bahwa varians
kedua kelompok pada kelas eksperimen dan kontrol adalah homogen, karena Fhitung
< Ftabel.
Setelah data diketahui berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji “t”. Berdasarkan hasil perhitungan,
uji kesamaan dua rata-rata Pretest diperoleh thitung (0,12) dan ttabel (2,00) dan uji
kesamaan dua rata-rata Posttest diperoleh thitung (4,28) dan ttabel (1,67) menunjukkan
bahwa thitung > ttabel dengan taraf kepercayaan yaitu α = 0,05 dan drajat kebebasan
dk = (n1 + n2 – 2) = 32 + 31 – 2 = 63, maka Ha diterima dan H0 ditolak. Data dapat
dilihat pada Tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Tes 𝒕𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 DK 𝒕𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Kesimpulan
Pretest 0,12 63 2,00 Ha ditolak dan H0 diterima
Posttest 4,28 63 1,67 Ha diterima dan H0 ditolak
Berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata diatas, hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima kebenarannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh model Active Knowledge Sharing terhadap hasil belajar biologi siswa
kelas XI SMA Negeri Purwodadi.
2. Pembahasan
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh model
Active Knowledge Sharing terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA
Negeri Purwodadi dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh model Active
Knowledge Sharing terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA Negeri
Purwodadi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata Pretest kelas
eksperimen sebesar 39,84 dan nilai rata-rata Pretest kelas kontrol adalah 39,55
dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata pada kedua kelas masih sama-sama rendah.
Menurut Slameto (2010) kesiapan perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena
jika siswa belajar dan pada dirinya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan
lebih baik. Rendahnya nilai rata-rata siswa tersebut terjadi karena siswa belum siap
dan menguasai materi serta belum diberikan perlakuan model apapun pada proses
pembelajaran.
Pertemuan pertama menggunakan model Active Knowledge Sharing di kelas
eksperimen dalam materi struktur jaringan ditemui beberapa hambatan yang
dihadapi siswa, yaitu pengetahuan siswa masih kurang, terlihat dari beberapa siswa
masih ada yang bingung ketika menjawab soal yang diberikan oleh peneliti, dan
kondisi kelas sedikit ribut saat siswa saling bertukar pengetahuan untuk menjawab
soal. Hal tersebut disebabkan karena siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran
dengan menggunakkan model Active Knowledge Sharing sehingga memerlukan
penyesuaian terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan pendapat Asnia (2014) tentang
kelemahan Active Knowledge Sharing yaitu kondisi kelas akan ribut apabila guru
tidak mampu mengontrol kelas, jumlah siswa yang besar dalam satu kelas
menjadikan guru kurang maksimal untuk mengamati kegiatan belajar, apabila
pengetahuan siswa kurang maka siswa akan sulit untuk melakukan pembelajaran
secara aktif.
Solusi yang dilakukan peneliti untuk mengatasi hal tersebut adalah memberi
pengarahan kembali kepada siswa yang masih bingung terhadap model Active
Knowledge Sharing, menjelaskan kepada siswa bahwa mereka harus saling
membantu dan berbagi pengetahuan apa saja yang mereka ketahui terhadap soal
yang diberikan kepada teman yang ingin mengetahui jawabannya, dan peneliti juga
memberikan penjelasan kepada siswa agar hanya perwakilan salah satu dari
masing-masing kelompok saja yang bertanya kepada kelompok lain sementara
sisanya tetap berdiskusi di tempat, sehingga kelas tidak menjadi ribut. Pada saat
pertemuan kedua menggunakkan model Active Knowledge Sharing, terlihat tidak
ada lagi siswa yang merasa bingung, kondisi kelas tidak begitu ribut seperti pada
pertemuan pertama, siswa menuliskan informasi penting kedalam kartu indeks
untuk diberitahuan kepada teman lainnya, mereka saling mengutarakan
pengetahuan mereka masing-masing terhadap teman yang bertanya sehingga
mereka dapat memacahakan masalah dalam menjawab soal tentang materi macam-
macam jaringan berdasarkan lokasinya secara bersama.
Pada pertemuan ketiga menggunakan model Active Knowledge sharing, terlihat
beberapa kelebihan dari model Active Knowledge sharing yaitu siswa menjadi aktif
karena sibuk mencari jawaban, komunikasi antar siswa berkembang dengan baik
karena saling bertanya dan memberikan informasi dari pengetahuan tentang materi
yang mereka ketahui, sehingga siswa mampu menyelesaikan masalah yang
diberikan oleh peneliti, siswa merasa senang belajar bersama temannya. Hal ini
sesuai dengan kelebihan Active Knowledge sharing menurut Anggrahini (2014)
yaitu, membuat siswa aktif, dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran, menumbuhkan komunikasi dan interaksi antar siswa, membantu
siswa memecahkan masalah yang diberikan guru, membuat proses pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan, mampu mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki
siswa yang berakibat meningkatnya hasil belajar siswa.
Sedangkan pada kelas kontrol peneliti melakukan tiga kali pertemuan dengan
menggunakan model konvensional. Proses pembelajaran dilakukan dengan metode
ceramah, diskusi dan tugas. Pada setiap pertemuan di kelas kontrol siswa lebih
banyak mendengarkan materi, dan mendiskusikan secara bersama pertanyaan yang
diberikan oleh peneliti dan diakhir pembelajaran siswa diberikan tugas. Pada
pertemuan pertama siswa diberikan tugas untuk mengumpulkan hasil laporan
membandingkan struktur jaringan hewan melalui sumber buku. Pada pertemuan
kedua siswa diberikan tugas menyusun informasi yang diperolehnya dalam bentuk
tabel yang berisi nama jaringan, ciri-ciri, gambar dan lokasi. Pada pertemuan ketiga
siswa melanjutkan tugas dengan menambahkan fungsi jaringan ke dalam tabel.
Pada kelas kontrol terlihat siswa merasa bosan mendengarkan materi yang
dijelaskan oleh peneliti, dan apabila mata pelajaran biologi terdapat di jam akhir
siswa terlihat agak lesu untuk menerima pelajaran.
Setelah dilakukannya proses pembelajaran dengan model Active Knowledge
sharing pada kelas eksperimen dan proses pembelajaran dengan model
konvensional pada kelas kontrol selanjutnya dilakukan Post-test. Sedangkan nilai
rata-rata Posttest kelas eksperimen adalah 80,63 dan nilai rata-rata kelas kontrol
adalah 72,19. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa setelah
diberikan perlakuan dengan menggunakkan model Active Knowledge Sharing
tentang struktur jaringan hewan vertebrata dan mengaitkan dengan fungsinya di
SMA Negeri Purwodadi lebih baik dari pada menggunakkan model pembelajaran
konvensional. Pada pembelajaran kelas eksperimen dengan menggunakan model
Active Knowledge Sharing siswa diberikan bahan bacaan berupa handout yang
dapat membantu siswa untuk siap belajar, mau tidak mau siswa harus aktif ikut
serta dalam proses pembelajaran karena siswa diberikan tugas untuk bekerjasama
dalam kelompoknya menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Dengan
begitu siswa terdorong untuk belajar secara cepat dan saling bertukar pengetahuan
sehingga dapat menjaga hubungan baik antar siswa.
Model Active Knowledge Sharing juga dapat menarik minat siswa karena proses
belajar yang menyenangkan, siswa dapat saling bertanya dan menyelesaikan
masalahnya dengan mencari informasi dari siswa lainnya sehingga model Active
Knowledge Sharing dapat meningkatkan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2010) yaitu faktor
psikologis (minat, motif, kesiapan) dan faktor ekstern yaitu meliputi faktor sekolah
(relasi siswa dengan siswa).
Berdasarkan hasil perhitungan uji kesamaan dua rata-rata Post-test diperoleh thitung
(4,28) dan ttabel (2,00) menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Hal ini berarti bahwa hasil
belajar biologi siswa yang menggunakkan model Active Knowledge sharing lebih
baik dari hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Dengan demikian terdapat pengaruh model Active Knowledge sharing terhadap
hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA Negeri Purwodadi. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukkan oleh peneliti sebelumnya yaitu, penelitian
oleh Nafi’ah, A. D., Dwiastuti, S., & Adi, B. P. (2012) melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Penggunaan Model Active Knlowledge Sharing Terhadap Hasil Belajar
Ditinjau dari Minat Belajar Siswa SMA N 2 Karanganyar”. Menunjukkan bahwa
model Active Knowledge Sharing berpengaruh terhadap hasil belajar biologi pada
ranah kognitif.
Penelitian oleh Rahayu, L. S., Gusmaweti., & Deswati L. (2013) melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Model Active Knowledge Sharing
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP N 2 Sintuk Toboh Gadang
Kabupaten Padang Pariaman”. Menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan
model Active Knowledge Sharing terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VII
SMP N 2 Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman. Penelitian oleh Adi
Sunaryo & Rr. Hapsari Peni (2013) melakukan penelitian tentang “Perbedaan Hasil
Belajar Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Active Knowledge Sharing
dibandingkan dengan Model Pembelajaran Langsung Pada Standar Kompetensi
Memahami sifat Dasar Sinyal Audio di SMK Negeri 2 Surabaya”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil uji-t Posttest eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol, nilai Posttest kelas kontrol dengan menerapkan pembelajaran langsung
adalah sebesar 76,5 dan rata-rata nilai Posttest kelas eksperimen dengan
menggunakan pembelajaran Active Knowledge Sharing adalah sebesar 80,07.
Sehingga hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Active
Knowledge Sharing lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran
langsung.
E. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diketahui bahwa nilai rata-rata
Pretest kelas eksperimen sebesar 39,97 dan nilai rata-rata Pretest kelas kontrol
adalah 39,55. Sedangkan nilai rata-rata Posttest kelas eksperimen adalah 80,63 dan
nilai rata-rata kelas kontrol adalah 72,19. Serta pada pengujian hipotesis dengan uji
“t”, diperoleh thitung (4,28) dan ttabel (2,00) menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan
taraf kepercayaan yaitu α = 0,05 dan drajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2) = 32 + 31
– 2 = 63, maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dengan kata lain, hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh model Active Knowledge Sharing terhadap hasil
belajar bilogi siswa kelas XI SMA Negeri Purwodadi.
F. DAFTAR PUSTAKA
Angrahini, M., Maridi., & Ariyanto, J. 2014. Pengaruh Peggunaan Active
Knowledge Sharing terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau dari Gaya
Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran
2012/2013. BIO-PEDAGOGI, 3 (1), 37-46.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi
2010. Jakarta: Rineka Cipta.
Asnia, A., Mujamil, J., & Hadeli, L. 2014. Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa Kelas XI IPA Melalui Strategi Pembelajaran Tipe Active Knowledge
Sharing di SMA Negeri 2 Tanjung Raja. Jurnal Penelitian Pendidikan
Kimia, 1 (2), 126-130.
Dewi, A. N., Dwiastuti, S., & Adi, B. P. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Active
Knowledge Sharing terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Minat Belajar
Siswa SMA N 2 Karanganyar. Proceeding Biology Education Conference,
9 (1), 29-33. Paper dipresentasikan di Universitas Sebelas Maret.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamzah, A. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematik. Jakarta: Rajawali Pers.
Jihad, A. & Haris, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Marjan, J., Putu, B. A., & Nyoman, G. A. S. 2014. Pengaruh Pembelajaran
Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan
Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok
Timur Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Pasca Sarjana UNDIKSHA,
4 (1).
Muliyatiningsih, E. 2010. Pembelejaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM). Depok: DI P4TK Bisnis dan Pariwisata.
Pratama, M. T. W. 2013. Urgensi Taksonomi Bloom Domain Kognitif Versi Baru
Dalam Kurikulum 2013. (Online).
http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANTANGANPENGAJAR/geb
c14044715667.pdf (Diakses tanggal 15 Juli 2016)
Rahayu, L. S., Gusmaweti., & Deswati L. 2013. Pengaruh Penggunaan Model
Active Knowledge Sharing terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII
SMP N 2 Sintuk Toboh Gadang Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal
Pendidikan Biologi, 2 (4), 1-12.
Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Predana Media.
Silberman, M. L. 2009. Active learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. (Sarjuli, dkk.
Terjemahan).Yogyakarta: YAPPENDIS.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudarmawanto & Asto, I. G. P. B. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Aktif
dengan Pendekatan Active Knowledge Sharing dan Active Debate terhadap
Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar siswa. Jurnal Penelitian Teknik
Elektro, 1 (2), 121-128.
Sudijono, A. 2013. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudjana. 2005. Metode Stastistik Pendidikan. Bandung: PT. Tarsito Bandung.
Sugiyono. 2013. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sunaryo, A., & Hapsari, Rr. P. 2013. Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang
Menggunakan Model Pembelajaran Active Knowledge Sharing
Dibandingkan dengan Model Pembelajaran Langsung pada Standar
Kompetensi Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio di SMK Negeri 2
Surabaya. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 2 (3), 963-968.
Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Warsono & Hariyanto. 2013. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Zaini, H., Munthe, B., & Aryani, S. A. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.