pengaruh model discovery learning pada materi …digilib.unila.ac.id/54933/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI SISTEM
PENCERNAAN MANUSIA TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR KOGNITIF PESERTA DIDIK KELAS VIII
SMP NEGERI 1 PUGUNG TANGGAMUS
(Skripsi)
Oleh
WERDA BARIROH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGARUH DISCOVERY LEARNING PADA MATERI SISTEM
PENCERNAAN MANUSIA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN
HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1
PUGUNG TANGGAMUS
Oleh
WERDA BARIROH
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh Discovery Learning terhadap
aktivitas dan hasil belajar kognitif peserta didik kelas VIII semester ganjil SMP
Negeri 1 Pugung Tanggamus pada pembelajaran IPA Biologi materi “Sistem
Pencernaan Manusia”. Desain yang digunakan yaitu nonequivalent pretes-postes
control group design. Sampel penelitian adalah kelas VIII1 dan VIII3 berjumlah 50
peserta didik yang dipilih melalui teknik cluster random sampling.
Hasil aktivitas peserta didik dianalisis secara deskriptif menggunakan bantuan
program Microsoft Excel, sedangkan nilai pretes-postes dan n-Gain dianalisis
dengan uji Independent Sample t-test pada taraf kepercayaan 5% menggunakan
program SPSS 17.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari
penggunaan model Discovery Learning terhadap aktivitas dan hasil belajar
kognitif peserta didik. Aktivitas peserta didik pada kelas eksperimen memiliki
peningkatan dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua dengan kriteria sangat
aktif. Model Discovery Learning berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar
kognitif peserta didik. Hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model
Discovery Learning berpengaruh terhadap aktivitas belajar dan hasil belajar
kognitif peserta didik pada materi pokok “Sistem Pencernaan Manusia”.
Kata kunci: aktivitas belajar, discovery learning, hasil belajar, sistem pencernaan
manusia
PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI SISTEM
PENCERNAAN MANUSIA TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1
PUGUNG TANGGAMUS
Oleh
WERDA BARIROH
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunung Batin Baru pada 06 Januari 1996,
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak
Darmanto dengan Ibu Siti Jueriah. Penulis beralamat di Jl. Nila
No. 19 Perumahan SITE A , Gunung Madu Plantations,
Lampung Tengah.
Nomor HP 082279765537. Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-
kanak Satya Dharma Sudjana Gunung Madu (2003-2004), SD Negeri 4 Filial 6
Gunung Madu (2004-2009), SMP Satya Dharma Sudjana Gunung Madu (2009-
2012), SMAS YP Unila Bandar Lampung (2012-2014). Pada tahun 2014, penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis melaksanakan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Sekincau dan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Giham Suka Maju, Kecamatan Sekincau, Kabupaten
Lampung Barat, Liwa(Tahun 2017) dan penelitian pendidikan di SMP Negeri 1
Pugung Tanggamus (Tahun 2018).
viii
Motto
“Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan maka Allah memberi
kemudahan padanya di dunia dan akhirat. Barang siapa merintis jalan mencari ilmu
maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.”
(HR. Muslim)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS.Al-Insyirah: 6)
“Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan , harus menjaga diri agar tidak
tertidur”
(Richard Wheeler)
ix
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyanyang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi rabbil „alamin, dengan mengucap syukur kepada Allah SWT
karena atas karunia rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Teriring doa, rasa syukur, dan segala kerendahan hati.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk orang-
orang yang sangat berharga dalam hidupku:
Ayahku (Darmanto) dan Ibuku (Siti Jueriah)
yang senantiasa mencintaiku dan menyayangiku dengan penuh kasih sayang,
mendoakanku agar aku menjadi orang yang sukses, mengorbankan segalanya
untuk kebahagiaanku dan cita-citaku, menasehatiku agar aku menjadi pribadi
yang lebih baik lagi dan tidak pernah menyerah, kalian merupakan motivasi
terbesarku dan aku berjanji akan membahagiakan kalian.
Adik-adik Perempuanku (Wanda Amalia D dan Wida Nuraini D )
yang ingin aku bahagiakan.Mereka selalu menghiburku dan menyayangiku.
Para Pendidikku (Guru dan Dosen)
yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat, membimbingku tanpa lelah,
nasehat-nasehat yang berharga, dan kasih sayang yang tulus.
serta
Almamaterku tercinta. Universitas Lampung
x
SANWACANA
Alhamdulillah Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
berjudul “Pengaruh Model Discovery Learning pada Materi Sistem Pencernaan
Manusia Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Kelas VIII
di SMP Negeri 1 Pugung Tanggamus”.
Penulis menyadari dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita. M.Si., selaku Ketua Jurursan PMIPA FKIP Universitas
Lampung;
3. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi dan selaku Pembimbing I yang telah dengan sabar membimbing
hingga skripsi ini selesai;
4. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan
saran, bimbingan, dan motivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan;
5. Drs. Darlen sikumbang, M.Biomed., selaku pembahas atas kritik dan saran
perbaikan yang sangat berharga;
6. Dr. Neni Hasnunidah.,S.Pd., M.Si., selaku dosen Pembimbing Akadermik;
7. Neni yulianita, S.Si., selaku guru mitra yang telah memberikan izin dan
bantuan selama proses penelitian;
xi
8. Seluruh dewan guru, staff, dan siswa-siswi kelas VIII.1 dan VIII.3 SMP N 1
Pugung Tanggamuus atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian
berlangsung;
9. Temanku tim skripsi Ninda, Cherry,Shella, Lusi, Elan, Nurul, Puput, Nurlida,
atas bantuan, dukungan, motivasi, serta kerjasamanya;
10. Sahabatku Ayu, Diana, Ajeng, Herfita, Rahmalia, Marizha, Adi dan atas doa,
bantuan, dan motivasi dalam menyusun skripsi ini;
11. Sahabatku sejak kecil Anisa dan Mega yang selalu mendengarkan keluh kesah
dan curhatanku selama penyusunan skripsi ini;
12. Teman-teman kosanku Vera, Melda, Adik Ica, dan Adik Diah, atas doa dan
motivasi selama Penulis menyusun skripsi ini.
Bandarlampung, November 2018
Penulis
Werda Bariroh
xii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9
E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA.................................................................................. 11
B. Discovery Learning................................................................................ 12
C. Aktivitas Belajar Peserta Didik ...................................................... ...... 19
D. Hasil Belajar Kognitif........................................................................... 22
E. Tinjauan Materi Sistem Pencernaan Manusia ...................................... 28
F. Kerangka Pikir ..................................................................................... 36
G. Hipotesis .............................................................................................. 38
III. METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 39
B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 39
C. Desain Penelitian ................................................................................. 40
D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian.......................................................... 40
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................... 42
F. Teknik Analisis Data............................................................................ 44
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 55
B. Pembahasan ..................................................................................... 60
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................................... 66
B. Saran ................................................................................................ 66
xiii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Silabus ................................................................................................... 71
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .......................................... 73
3. Lembar Kerja Peserta Didik .................................................................. 86
4. Soal Pretes dan Postes Peserta Didik .................................................... 92
5. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik ............................ 95
6. Hasil Analisis Perhitungan aktivitas Peserta Didik............................... 97
7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Soal Pretes-Postes
Peserta Didik ......................................................................................... 99
8. Hasil Uji Independet Sampel T-Test ..................................................... 130
9. Hasil Uji Homogenitas dan Normalitas ................................................ 131
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Desain Pretes-Postes Kelompok Non-Ekuivalen ................................. 40
2. Tabulasi Data Nilai Pretes-Postes dan n-Gain ..................................... 44
3. Tabulasi Perbandingan Nilai Pretes-Postes n-Gain .............................. 44
4. Hasil Analisis Validitas Instrumen Soal ............................................... 45
5. Indeks Validitas .................................................................................... 45
6. Kriteria Validitas Instrumen ................................................................. 46
7. Indeks Reabilitas................................................................................... 46
8. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik ........................... 49
9. Kategori Penilaian Aktivitas Peserta Didik……………………........... 51
10. Interpretasi n-Gain Aspek Kuantitatif......................................... ......... 52
11. Hasil Analisis Angket Aktivitas Belajar ............................................... 55
12. Perbandingan Nilai Pretes, Postes dan n-Gain Kelas......................... .. 56
13. Uji Statistik Pretes, Postes dan n-Gain Kognitif Peserta didik............ 57
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................................ 37
2. Hubungan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat ......................... 37
3. Persentase Aktivitas Belajar Peserta Didik ............................................. 57
4. Rata-rata Nilai Pretes-Postes Peserta Didik............................................. 58
5. Nilai n-Gain Kelas Kontrol dan Eksperimen .......................................... 59
1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia telah dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya melalui pendidikan. Pendidikan memiliki
peranan yang sangat penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Dalam dunia
pendidikan terdapat berbagai aspek yang harus diajarkan pada peserta didik,
salah satu yang ingin diwujudkan adalah keterampilan fisikal (hardskill) dan
keterampilan mental (softskill) (Permendikbud No. 22 tahun 2016: 6).
Pada abad 21 ini, masalah-masalah sosial ilmiah terus berkembang dalam
lingkungan masyarakat melalui media cetak dan media lainnya seperti
rekayasa genetika, teknologi reproduksi, keamanan pangan, pemanfaatan
nuklir, bayi tabung dan lain sebagainya. Masalah–masalah seperti ini
menuntut siswa untuk dapat membuat keputusan pribadi dan memberikan
argumentasinya agar tidak terjebak dalam isu–isu negatif yang menyebar
dimasyarakat. Menurut Silviana (2015: 547), siswa sebagai generasi masa
depan, dipersiapkan untuk terampil mengambil peran dalam masalah yang
terkait sosial-ilmiah. Maka dari itu, pembelajaran sains sudah seharusnya
menghubungkan konsep sains dalam permasalahan sosial.
2
Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukan sumber daya
manusia, maka peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib
dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perubahan zaman.
Masalah peningkatan mutu pendidikan sangat berhubungan dengan masalah
proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang sementara ini dilakukan di
lembaga-lembaga pendidikan masih banyak yang mengandalkan cara-cara
lama dalam penyampaian materinya. Di masa sekarang banyak orang
mengukur keberhasilan suatu pendidikan hanya dilihatdari segi hasil.
Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya,
baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran
tingkat keberhasilannya selama dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas
yang telah dilakukan di sekolah-sekolah (Depdiknas, 2006: 1).
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mampu
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan.
Harapan yang utama dalam pembelajaran IPA agar peserta didik aktif
dalam membangun pengetahuannya sendiri, serta mampu menggunakan
penalarannya dalam memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi
(Kemendikbud, 2013: 1). Namun berdasarkan hasil survei yang dilakukan
oleh PISA (Programme for International Student Assessment)
menyatakan bahwa prestasi peserta didik di Indonesia pada bidang studi
IPA menduduki peringkat ke-64 dari 65 negara peserta pada tahun 2012.
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan literasi
3
sains peserta didik di Indonesia masih tergolong rendah, kemampuan
literasi sains peserta didik tersebut diantaranya adalah cara peserta didik
mengidentifikasi masalah ilmiah, menggunakan fakta ilmiah, memahami
sistem kehidupan dan memahami penggunaan peralatan sains (PISA,
2011: 11). Sedangkan hasil studi yang telah dilakukan TIMSS (Trends In
Mathematics and Science Study) menunjukkan bahwa prestasi peserta
didik Indonesia menduduki peringkat ke-40 dari 42 negara peserta pada
tahun 2011 (TIMSS, 2011: 32). Hasil ini menggambarkan bahwa
rendahnya kompetensi peserta didik Indonesia salah satunya terjadi
akibat adanya kelemahan dalam pembelajaran IPA.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilaksanakan, aktivitas belajar di
SMP Negeri 1 Pugung Tanggamus masih tergolong rendah. Hal ini
dikarenakan kurangnya interaksi antara peserta didik dengan pendidik maupun
sesama peserta didik dalam pembelajaran IPA Terpadu. Hal ini ditandai
dengan jarangnya peserta didik bertanya ataupun menyanggah pertanyaan
yang diajukan, pada saat pendidik menerangkan materi, peserta didik tidak
aktif dalam menanyakan materi yang belum jelas sehingga peserta didik
mengalami kesulitan dalam memahami materi tersebut. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi pasif.
Aktivitas yang timbul dari peserta didik akan mengakibatkan pula
terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan hasil belajar di sekolah. Aktivitas belajar erat kaitannya dengan
keaktivan peserta didik di dalam kelas. Menurut (Hamalik, 2001: 171)
4
Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas peserta didik dalam proses belajar,
mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa
keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa
keterampilan terintegrasi yaitu mengobservasi mengklasifikasi, memprediksi,
mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Aktivitas belajar yang
tinggi seorang peserta didik akan sungguh-sungguh aktif dalam hal belajar
mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam hal belajar.
Peran pendidik yang sangat dominan, tidak memberikan kesempatan
peserta didik untuk mengembangkan segala kemampuannya dalam
menemukan pengetahuan melalui proses pengamatan, pemecahan
masalah, dan keterampilan tentang mengati lingkungan alam. IPA
merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah, menganalisis tentang
keadaan alam padahal yang terjadi disekitar kita, sehingga keterlibatan
peserta didik secara aktif untuk mencari tahu dan menemukan merupakan
hal yang penting dalam kegiatan pembelajaran dengan menyesuaikan
model pembelajaran yang tepat.
Berdasarkan wawancara kepada pendidik mata pelajaran IPA yang
dilakukan di SMP Negeri 1 Pugung Tanggamus, diperoleh informasi
bahwa nilai mata pelajaran IPA masih sangat rendah dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 65, hanya sekitar
45% peserta didik yang memperoleh nilai mata pelajaran IPA di atas
KKM atau > 65. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran masih
didominasi oleh pendidik (teacher centered) sehingga peserta didik tidak
5
terpacu untuk menemukan sendiri atau mencari informasi-informasi
mengenai materi kajian pelajaran yang sedang dipelajari yang dapat lebih
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Hal ini sesuai dengan Djamarah (2010: 97) menyatakan tingkat
keberhasilan hasil belajar peserta didik sebagai berikut: (1)
Istimewa/Maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh
anak didik; (2) Baik sekali/Optimal, apabila sebagian besar (76% sampai
dengan 99%) bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik; (3)
Baik/Minimal, apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik hanya 60%
sampai dengan 75 % saja; dan (4) Kurang, apabila bahan pelajaran
dikuasai kurang dari 60%.
Model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi
masalah tersebut adalah model pembelajaran discovery learning.
Pembelajaran dengan penemuan peserta didik didorong untuk belajar
sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip, dan pendidik mendorong peserta didik untuk
memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
mereka menemukanp rinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri (Slavin,
2005: 256) yang dalam hal ini digunakan dua kelas yaitu kelas
eksperimen dengan perlakuan discovery learning serta kelas kontrol
sebagai kelas pembanding dengan perlakuan diskusi.
6
Discovery learning adalah salah satu model pembelajaran berbasis
pendekatan saintifik. Pembelajaran berbasis discovery learning ditandai
dengan kegiatan peserta didik yang belajar untuk mengenali masalah,
solusi, mencari informasi yang relevan, mengembangkan strategi solusi,
dan melaksanakan strategi yang dipilih (Borthick dan Jones, 2010: 112).
Dalam kolaborasi pembelajaran penemuan, peserta didik diharapkan
mampu dalam komunitas praktik, memecahkan masalah bersama-sama.
Sehingga model pembelajaran penemuan atau discovery learning
memerlukan adanya kerjasama antara beberapa peserta didik untuk saling
membantu, sehingga lebih mudah dalam menemukan penyelesaian
masalah (Suparno, 2007: 75).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model discovery learning dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif peserta didik SMP. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2015: 23) dengan judul
pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap
hasil belajar biologi peserta didik kelas XI SMAN 2 Bayang Kabupaten
Pesisir Selatan. Penelitiannya menujukkan bahwa discovery learning
dapat meningkatkan hasil belajar biologi peserta didik kelas XI SMAN 2
Bayang. Penelitian lainnya dilakukan oleh Sakaloat (2016: 34) yang
menyimpulkan bahwa penerapan model discovery learning berpengaruh
terhadap hasil belajar Biologi peserta didik kelas VII SMPN 31 Padang
Tahun 2015/2016.
7
Peserta didik diharapkan dapat menemukan fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitar dan masyarakat secara langsung, maka peserta didik perlu
mengamati dan menemukan secara langsung yang ada di lingkungan
sekitarnya. Proses penemuan dapat dilakukan dengan praktikum atau
observasi. Hal itu akan memberikan pengalaman pengalaman belajar kepada
para peserta didik memperoleh kemampuan dasar dalam mentransfer konsep-
konsep pengetahuan, sehingga dikemudian hari para peserta didik memiliki
kemampuan untuk mengembangkan dirinya lebih lanjut. Dalam proses
pembelajaran ini, pendidik hanya bertindak sebagai pembimbing dan
fasilitator yang mengarahkan peserta didik untuk menemukan konsep atau
prinsip. Materi sistem pencernaan membahas tentang struktur dan fungsi
organ sistem pencernaan manusia dan kelainan atau penyakit pada organ
sistem pencernaan manusia serta upaya untuk menjaga kesehatan sistem
pencernaan.
Peserta didik juga tidak cukup hanya dengan menghafal teori-teori pada
materi ini saja, namun perlu melalui proses penemuan fakta secara langsung.
Proses penemuan bisa dilakukan dengan cara percobaan/eksperimen
sederhana, observasi atau wawancara, pengumpulan data-data pendukung,
hingga akhirnya dapat mengkomunikasikannya, sehingga diharapkan dapat
menjadi pengalaman nyata dalam pembelajaran. Berangkat dari hal tersebut,
peneliti melihat peluang untuk menerapkan pembelajaran yang bermakna dan
berkesan karena merupakan proses dari penemuan. Hal ini yang menjadi
motivasi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model
8
Discovery Learning pada Pembelajaran Sistem Pencernaan pada Manusia
Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Kognitif Peserta didik SMP Negeri 1
Pugung Tanggamus”.
B. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh signifikan model discovery learning terhadap
aktivitas belajar peserta didik SMP Negeri 1 Pugung Tanggamus kelas VIII
pada materi Sistem Pencernaan pada Manusia?
2. Apakah ada pengaruh signifikan model discovery learning terhadap hasil
belajar kognitif SMP Negeri 1 Pugung Tanggamus kelas VIII pada materi
Sistem Pencernaan pada Manusia?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui signifikansi model Discovery Learning terhadap hasil
belajar kognitif peserta didik SMP Negeri 1 Pugung Tanggamus kelas VIII
pada materi Sistem Pencernaan Pada Manusia.
2. Untuk mengetahui signifikansi model Discovery Learning terhadap
aktivitas belajar SMP Negeri 1 Pugung Tanggamus kelas VIII pada materi
Sistem Pencernaan Pada Manusia.
9
D. Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pendidik, menjadi salah satu model pembelajaran yang inovasi dalam
meningkatkan keterampilan metakognisi peserta didik melalui model
discovery learning.
2. Bagi Peserta didik, melatih peserta didik agar lebih aktif dalam belajar,
antusias, dan mampu menghubungkan antar konsep dalam menyelesaikan
permasalahan, dan meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Bagi peneliti, memberikan pengalaman dan menambah pengetahuan
sebagai calon pendidik IPA dalam pembelajaran dengan menggunakan
model discovery learning.
3. Peneliti lain, Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan referensi untuk mempermudah penelitian selanjutnya terkait dengan
model pembelajaran discovery learning.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau
benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan sesorang
(Depdikbud, 2001: 845).
2. Discovery learning merupakan strategi yang digunakan untuk
mengarahkan peserta didik agar memecahkan masalah secara aktif
menemukan pengetahuan sendiri dibawah pengawasan pendidik
(Mulyatiningsih, 2012: 234). Sintaks discovery learning sebagai berikut:
10
stimulation (pemberian rangsangan), Problem statement ( identifikasi
maslah), data collection (pengumpulan data), data processing (
pemrosesan data), verification (pembuktian), generalizaztion (menarik
kesimpulan).
3. Materi pada penelitian ini adalah materi “Sistem Pencernaan” SMP kelas
VIII semester ganjil dengan KD 3.5. Menganalisis sistem pencernaan pada
manusia dan memahami gangguan yang berhubungan dengan sistem
pencernaan, serta upaya menjaga kesehatan sistem pencernaan.
4. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP
Negeri 1 Pugung Tanggamus pada semester ganjil tahun pelajaran
2018/2019 yang terdiri atas 5 kelas dan berjumlah 140 peserta didik.
Sampel pada penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII3 (kelas
eksperimen) dan kelas VIII1 (kelas kontrol) yang tiap kelas berjumlah 25
peserta didik.
5. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas peserta didik dalam proses
belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis.
6. Hasil belajar kognitif adalah sesuatu yang dicapai setelah mengikuti
kegiatan belajar-mengajar ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh dari
hasil evaluasi/tes pada setiap akhir siklus. Indikator soal dikembangkan
berdasarkan Taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson dan
Karthwohl (2001: 66-88) yaitu mengingat (C1), memahami (C2),
meneraprkan (C3), menganalisis (C4), menilai (C5) dan menciptakan (C6).
11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA
Seperti halnya setiap ilmu pengetahuan, IPA mempunyai objek dan
permasalahan jelasya itu berobjek benda-benda alam dan mengungkapkan
misteri (gejala-gejala) alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan
pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh (Usman, 2006: 97),IPA merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang
tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
observasi dan eksperimen. Komponen penting dalam IPA yaitu ada tiga,
komponen tersebut yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan,
komponen tersebut yaitu produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah
(Sanjaya, 2009: 204).
IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta
serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran
IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa,
hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA
yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan
melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana cara
produk sains ditemukan. Keterampilan proses dalam pembelajaran IPA
12
meliputi keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Kedua
keterampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPAyaitu fakta,
konsep,generalisasi, hukum dan teori-teori baru.Sehingga perlu diciptakan
kondisi pembelajaran IPA yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan ingin
tahu (Depdiknas, 2006: 1).
Menurut Carin dan Sund (Puskur, 2007: 1) bahwa IPA sebagai pengetahuan
yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan
berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen. Merujuk pada
pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi
empat unsur utama yaitu :
1. Sikap :rasa ingin tahu tentang benda,fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang
dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat terbuka.
2. Proses : prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah meliputi
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen dan percobaan,
evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan.
3. Produk: berupa fakta, prinsip, teori dan hukum.
4. Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan
sehari- hari.
B. Discovery Learning
Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan
pengajaran per seorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada
13
generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif
di dalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan
melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa
dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau
prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan
melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-
prinsip untuk diri mereka sendiri (Johnson, 2007: 187).
Metode discovery diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang
mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain
percobaan, sebelum sampai pada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan
pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Penggunaan metode
discovery dalam proses belajar mengajar, memperkenankan siswa-siswanya
menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau
diceramahkan saja (Suryosubroto, 2009: 122).
Ditinjau dari katanya, discover menurut Ilahi (2012: 29) berarti menemukan,
sedangkan discovery adalah penemuan. Dalam kaitannya dengan pendidikan,
discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental
intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat
diterapkan di lapangan. Dengan kata lain kemampuan intelektual.
Menurut Wilcox (Slavin, 1977: 11) dalam buku Hosnan (2014: 280)
penemuan(discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini
14
menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap
suatu disiplin ilmu melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Menurut Nur dalam Suprihatiningrum (2016: 241) pembelajaran dengan
penemuan merupakan suatu komponen penting dalam konstruktivis yang telah
memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan.Ide pembelajaran penemuan
(discovery learning) muncul dari keinginan untuk memberi rasa senang
kepada siswa dalam “menemukan” sesuatu oleh mereka sendiri, dengan
mengikuti jejak para ilmuwan.Menurut Budiningsih (2012: 43) model
Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui
proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.
a) Tujuan Discovery Learning
Tujuan Pembelajaran discovery learning yang dikemukakan oleh
Kemendikbud No. 58 (2014) yaitu untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa. Berpikir kritis ini dengan cara melatih siswa untuk
mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan melalui
sintaksnya seperti pada tahap stimulation (stimulasi) siswa diajak untuk
mengamati dan menanya, tahap problem statement (perumusan masalah)
siswa diajak untuk menanya dan mengumpulkan informasi, tahap data
collection (pengumpulan data) siswa diajak untuk mencoba dan
mengamati, tahap data processing (pengolahan data) siswa diajak untuk
menalar dan menanya dan tahap terakhir verification (verifikasi) siswa
diajak untuk menalar, dan mengkomunikasikan.
15
Bell (1978) dalam buku Hosnan (2014: 284) mengemukakan beberapa
tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai
berikut:
a) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara
aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi
banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan
digunakan.
b) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan
pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak
meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
c) Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu
dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam menemukan.
d) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara
kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta
mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.
e) Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan-
keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari
melalui penemuan lebih bermakna. Keterampilan yang dipelajari
dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah
ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar
yang baru.
16
b) Karakteristik Discovery Learning
Tiga ciri utama belajar menemukan menurut Herdian dalam Hosnan,
(2014: 284) yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk
menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2)
berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru
dan pengetahuan yang sudah ada. Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran
konstruktivisme tersebut, penerapannya di dalam kelas menurut Hosnan
(2014: 287) adalah sebagai berikut:
1) Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar.
2) Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan
beberapa waktu kepada siswa untuk merespon.
3) Mendorong siswa berpikir kritis.
4) Siswa terlibat aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru atau siswa
lainnya.
5) Siswa terlibat dalam pengetahuan yang mendorong dan menantang
terjadinya diskusi.
6) Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-
materi interaktif.
Dari teori belajar kongnitif serta ciri dan penerapan teori konstruktivisme
tersebut dapat melahirkan strategi discovery learning.
c) Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning
Menurut Marzano (1992: 280) dalam Hosnan (2014: 287) selain kelebihan
yang diuraikan di atas, masih ditemukan beberapa kelebihan dari model
penemuan itu yaitu sebagai berikut:
17
a) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yangdisajikan.
b) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-
temukan).
c) Mendukung kemampuan problem solving (pemecahan masalah) siswa.
d) Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru.
Dengan demikian siswa juga terlatih menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
e) Siswa belajar sebagaimana belajar.
f) Belajar menghargai diri sendiri.
g) Memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer.
h) Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.
i) Hasil belajar discovery learning mempunyai efek lebih baik karena
materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi
dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses
penemuan.
j) Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir bebas.
k) Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan
dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
Menurut Hamalik dalam Hosnan (2014: 286) kekurangan dari model
pembelajaran Discovery Learning yaitu:
1) Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar
yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator,
motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Untuk seorang guru
ini bukan pekerjaan yang mudah karena itu guru memerlukan waktu
18
yang banyak.Dan sering kali guru merasa belum puas kalau tidak
banyak memberi motivasi dan membimbing siswa belajar dengan baik.
2) Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan karena bagi siswa
yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir
atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis
atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. Di
pihak lain justru menyebabkan akan timbulnya kegiatan diskusi.
3) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi
secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
4) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk
mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.
5) Tidak menyediakan kesempatan - kesempatan bagi berpikir yang akan
ditemukan oleh siswa telah dipilih lebih dahulu oleh guru, dan proses
penemuannya adalah dengan bimbingan guru
d) Langkah-langkah Discovery Learning
Permendikbud No.59 Kurikulum 2013 mengemukakan bahwa untuk
mengubah kondisi pembelajaran yang pasif menjadi efektif dan kreatif
pembelajaran yang awalnya teacher oriented to student oriented (guru
berorientasi pada orientasi siswa), serta siswa dapat menemukan informasi
sendiri, maka diperlukan langkah-langkah pengaplikasian model discovery
learning yang dilakukan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran.
Langkah awal dimulai dari perencanaan, dilanjutkan dengan persiapan,
pelaksanaan dan evaluasi.
19
Adapun langkah-langkah persiapan discovery learning menurut Hosnan
(2014:289) adalah sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan pembelajaran.
2) Melaksanakan identifikasi karakter peserta didik (kemampuan awal,
minat, gaya belajar, dan sebagainya).
3) Memilih materi pelajaran yang akan dipelajari.
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara
induktif.
5) Mengembangkan bahan ajar yang berupa contoh - contoh, ilustrasi,
tugas, dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.
6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang kongkrit ke abstrak.
7) Melakukan penilaian proses dari hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan beberapa teori metode discovery learning dapat disintesakan
bahwa metode discovery learning merupakan suatu metode penemuan
untuk mengembangkan kinerja siswa dalam belajar dengan menggunakan
metode ini siswa diharapkan mampu dalam mengeksplorasi pengetahuan
siswa dalam belajar.
C. Aktivitas Belajar Siswa
Menurut (Hamalik, 2001: 171) Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas
siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan
psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan
kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu
20
mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan
dan mengkomunikasikan. Keterampilan terintegrasi terdiri dari
mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam
bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan
dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusunhipotesis,
mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan
melaksanakan eksperimen. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak
adabelajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan
prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman,
2001: 93).
Djamarah (2002 : 30) mengatakan bahwa belajar sambil melakukan
aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan
yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama di dalam benak anak
didik. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar adalah merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses
interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas
yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan
adanya aktivitas siswa dalamproses pembelajaran terciptalah situasi belajar
aktif, seperti yang dikemukakan oleh Natawijaya dalam Depdiknas
(2005:31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang
menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional
guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif,
afektif dan psikomotor”.
21
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator. Menurut Suwarsi dalam Sudarsono (2000:62) menyatakan
bahwa “dalam proses belajar dibutuhkan suatu keaktifan belajar karena
dapat menyebabkan terjadinya suatu kegiatan yang membawa perubahan
ke arah yang lebih baik bagi diri siswa. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa
dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin.
Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya
pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan
prestasi. Banyak aktivitas belajar yang dapat dilakukan anak- anak di
kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul D. Diedrich dalam
Nasution (2000:9), Membuat bentuk-bentuk dari aktivitas belajar ini
kedalam golongan-golonganyaitu antara lain:
a. Kegiatan-kegiatan visual (Visual activities) Seperti membaca, melihat
gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan
mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (Oral activities) Seperti mengemukakan suatu
fakta atau prinsip atas suatu materi pelajaran, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, memberikan saran, mengemukakan
pendapat, wawancara dan diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Listening Activities) Seperti
mendengarkan penyajian bahan, medengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarakan
radio.
22
d. Kegiatan-kegiatan menulis (Writing activities) Seperti menulis cerita,
membuat laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, dan
mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar (Drawing activities) Seperti
menggambar, membuat grafik, membuat peta diagram, membuat pola
dan sebagainya.
f. Kegiatan-kegiatan metrik (Motor activities) Seperti melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain,
berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
g. Kegiatan-kegiatan mental (Mental activities)
D. Hasil Belajar Kognitif
Penilaian yang dilakukan oleh guru dikelas terkait dengan kegiatan belajar
mengajar menurut Sani (2015: 201) merupakan sebuah proses
menghimpun fakta dan dokumen belajar siswa untuk melakukan perbaikan
program pembelajaran. Oleh sebab itu, kegiatan penilaian proses dan hasil
belajar membutuhkan informasi yang bervariasi dari setiap siswa atau
kelompok siswa. Guru dapat melakukan penilaian dengan mengumpulkan
catatan pertemuan, observasi, portofolio, catatan harian, produk, ujian,
data hasil interview, survei dan lain sebagaianya. Penilaian yang tepat
dapat memberikan cerminan atau refleksi peristiwa pembelajaran yang
dialami siswa.
Hasil belajar kognitif merupakan bagian terpenting dalam
pembelajaran.Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada
23
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik.Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil
belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
pengajaran dari puncak proses belajar.
Secara teoritis menurut taksonomi Bloom tujuan pendidikan yang harus
dicapai dalam hasil belajar dibagi menjadi tiga domain, yaitu:
a. Kognitif (proses berfikir)
Ranah kognitif merupakan bagian yang paling banyak dinilai oleh pendidik
karena berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam menguasai
pembelajaran. Menurut Suryanto (2009:260-261) pengklasifikasian ranah
kognitif oleh Bloom yang direvisi oleh Krathwoll terbagi menjadi enam
yaitu:
1) Pengetahuan (C1)
Merupakan jenjang proses berpikir yang paling sederhana. Butir soal
akan dikatakan mengukur kemampuan proses berpikir ingatan jika
butir soal tersebut hanya meminta pada peserta didik untuk
mengingat kembali tentang segala sesuatu yang telah diberikan
dalam proses pembelajaran seperti mengingat nama, istilah, rumus,
gejala, dan sebagainya tanpa menuntut kemampuan untuk memahami
atau menggunakannya.
24
2) Pemahaman (C2)
Merupakan jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari
pengetahuan. Butir soal dikatakan mengukur kemampuan proses
berpikir pemahaman jika butir soal tersebut tidak hanya meminta
pada peserta didik untuk mengingat kembali segala sesuatu selama
proses pembelajaran tetapi peserta didik tersebut harus mengerti,
dapat menangkap arti dari materi serta dapat melihatnya dari
beberapa segi.
3) Penerapan (C3)
Merupakan jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari
pemahaman. Butir soal dikatakan mengukur kemampuan proses
berpikir penerapan jika butir soal jika butir soal tersebut meminta
pada peserta didik untuk memilih menggunakan, atau menggunakan
dengan tepat suatu rumus, metode, konsep, prinsip, hukum, teori,
atau dalil jika dihadapkan pada situasi baru.
4) Analisis (C4)
Jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari penrapan.
Butir soal dikatakan mengukur kemampuan proses berpikir analisis
jika butir soal tersebut meminta pada peserta didik untuk merinci
atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan antar bagian pada
situasi itu.
25
5) Evaluasi (C5)
Merupakan jenjang proses berfikir yang lebih kompleks darianalisis.
Butir soal dikatakan mengukur kemampuan proses berpikir evaluasi
jika butir soal tersebut meminta peserta didik untuk membuat
pertimbangan atau menilai terhadap sesuatu berdasarkan kriteria-
kriteria yang ada.
6) Kreasi (C6)
Merupakan jenjang proses berpikir yang paling kompleks. Proses
berpikir ini menghendaki peserta didik untuk menghasilkan suatu
produk yang baru sebagai hasil kreasinya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti hanya akan fokus pada tingkat kognitif
C1, C2,C3 dan C4 sesuai dengan langkah-langkah model pembalajaran
discovery learning yang akan diterapkan dalam penelitian ini.
1) Ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi,
dan nilai. Menurut Kurniawan (2014: 11-12) hasil belajar ranah afektif
yaitu merujuk pada hasil belajar yang berupa kepekaan rasa atau emosi.
Jenis hasil belajar ranah ini terdiri dari lima jenis tahapan pula. Kelima
jenis ranah afektif itu meliputi:
1) Penerimaan
Kemampuan menjadi peka tentang sesuatu dan menerima
sebagaiapa adanya
26
2) Partisipasi
Kerelaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
3) Penilaian dan Penentuan Hidup
Kemampuan memberikan nilai dan menemukan sikap
4) Organisasi
Kemampuan membentuk sistem nilai sebagai pedoman hidup.
5) Pembentukan Pola Hidup
Kemampuan menghayati nilai sehingga menjadi pegangan hidup.
2) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi
motorik manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Simpson (2011: 56) menyatakan bahwa hasil belajar
psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu. Ranah psikomotorik tersebut adalah:
1) Persepsi (Perseption)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu
gerakan.Persepsi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan
diskriminasi yang tepat antara dua perangsang ayau lebih.,
berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada
masing-masing rangsangan.
2) Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukangerakan.
Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya
dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian
27
gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan
jasmani dan rohani.
3) Respon Terpimpin (Guided Response)
Tahap awal mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk
di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
4) Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil
dengan meyakinkan dan cakap. Ini mencakup kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar karena sudah
dilatih secukupnya tanpa memperhatikan contoh yang diberikan.
5) Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri daripola-
pola gerakan yang kompleks. Gerakan kompleks mencakup
kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri
atas beberapa komponen, dengan lancar,tepat, dan efisien. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang
berurutan dan menggabungkan beberapa sub keterampilan
menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur.
6) Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan
dalam berbagai situasi.Adaptasi ini mencakup kemampuan untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik
dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan taraf
keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
28
7) Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau
permasalahan tertentu.Penciptaan atau kreativitas adalah mencakup
kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru,
seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.Dari tiga domain
di atas, peneliti hanya akan meneliti domain kognitif yaitu C1,C2,C3
dan C4. Keterbatasan waktu merupakan salah satu alasan peneliti
tidak dapat meneliti ketiga nya.
E. Tinjauan Materi Sistem Pencernaan Manusia
Salah satu kompetensi dasar mata pelajaran IPA SMP adalah memahami
sistem pencernaan pada manusia dan memahami gangguan yang
berhubungan dengan sistem pencernaan, serta upaya menjaga kesehatan
sistem pencernaan. Untuk mencapai KD tersebut, pembelajaran IPA
diarahkan pada materi pokok sistem pencernaan yaitu terdiri dari zat
makanan, organ pencernaan, enzim pencernaan, kelainan atau penyakit
pada sistem pencernaan, serta upaya menjaga kesehatan sistem
pencernaan.
Makanan yang masuk di dalam tubuh akan melalui serangkaian proses
yang sebelum akhirnya diserap oleh sel-sel tubuh. Oleh karena itu,
makanan harus diubah terlebih dahulu menjadi bentuk yang dapat diserap
oleh sel tubuh. Proses itu dinamakan pencernaan. Proses pencernaan
29
dilakukan oleh sekumpulan organ pencernaan yang ada di dalam tubuh
(Pujiyanto, 2014: 143).
Sistem perncernaan adalah proses menghancurkan makanan menjadi zat-
zat sederhana sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel jaringan
tubuh tubuh secara fisika maupun secara kimia (Pearce, 2006: 176). Sistem
pencernaan makan manusia digambarkan secara lengkap seperti berikut :
1) Zat - Zat Makanan yang Diperlukan Tubuh
Menurut Pujiyanto (2014: 144) makanan dikatakan bergizi jika
mengandung nutrisi yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang cukup.
Setidaknya makanan mengandung nutrisi berupa karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral. Berikut ini adalah pembahasannya.
a) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan suatu molekul yang tersusun atas rangkaian
atom-atom C (karbon), H (hidrogen), dan O (oksigen) dengan rumus
molekul 𝐶O). Karbohidrat yang terkandung dalam berbagai jenis
bahan makanan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok,yaitu:
monosakarida, disakarida, dan polisakarida (Kemendikbud, 2014:
140).
b) Protein
Protein merupakan senyawa kimia yang tersusun atas unsur-
unsurhidrokarbon, yaitu C (karbon), H (hidrogen), dan O (oksigen),
serta N (nitrogen) dan membentuk rangkaian yang disebut asam
amino/peptide. Dua kelompok asam amino penyusun protein, yaitu
asam amino esensial dan nonesensial. Protein berfungsi untuk
30
menghasilkan jaringan baru, sumber energi, dan pembentuk antibodi
(Irnaningtyas, 2013: 242-244).
c) Lemak
Lemak merupakan rangkaian hidrokarbon yang mengandung P
(fosfat). Setiap molekul lemak tersusun atas asam lemak dan gliserol.
Sumber lemak dapat berasal dari hewan dan disebut dengan lemak
hewani, misalnya lemak daging, mentega, susu, ikan basah, telur dan
minyak ikan. Sumber lemak yang bersal dari tumbuhan disebut lemak
nabati. Contohnya adalah kelapa, kemiri, kacang-kacangan, dan
alpukat. Lemak berfungsi sebagai cadangan energi dan pelarut
vitamin A, D, E, dan K (Kemendikbud, 2014: 141).
d) Vitamin
Vitamin dibutuhkan dalam jumlah sedikit, tetapi harus ada di dalam
tubuh. Vitamin berfungsi sebagai koenzim dan biokatalisator yang
mengatur proses metabolisme tubuh (Irnaningtyas, 2013: 246).
e) Mineral
Seperti halnya vitamin, mineral juga sangat dibutuhkan oleh tubuh
walaupun dalam jumlah relative kecil. Mineral berfungsi untuk proses
pembangunan sel, membantu reaksi kimia tubuh, mengangkut oksigen
ke seluruh tubuh, serta pembentukan dan pemeliharaan tulang
(Kemendikbud, 2014: 148).
f) Sistem Pencernaan pada Manusia
Proses pencernaan makanan berlangsung secara mekanik dan kimiawi.
Pencernaan secara mekanik melibatkan saluran pencernaan, sedangkan
31
pencernaan secara kimia melibatkan enzim-enzim pencernaan yang
berasal dari kelenjar pencernaan (Pujiyanto, 2014: 158). Sistem
pencernaan pada manusia meliputi saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Saluran pencernaan terdiri atas mulut, kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus. Kelenjar pencernaan
terdapat pada ludah, lambung, pankreas, dan hati (Irnaningtyas, 2013:
265). Berikut ini penjelasan singkat mengenai organ saluran pencernaan
dan kelenjar pencernaan.
a) Saluran Pencernaan
1. Mulut
Di dalam rongga mulut, terdapat gigi, lidah, dan kelenjar air liur
(saliva). Air liur mengandung mukosa (lendir), senyawa antibakteri
dan enzim amilase. Pencernaan makanan di rongga mulut terjadi
secara mekanik dan kimiawi (Kemendikbud, 2014: 150-151).
2. Kerongkongan
Kerongkongan merupakan gelang-gelang tulang rawan yang
digerakkan oleh otot lurik dan otot polos, yang bekerja secara
bergantian meremas dan mendorong yang disebut gerakperistaltik,
sehingga bolus makanan masuk ke dalam lambung (Campbell, 2012:
40).
3. Lambung
Setelah dari esophagus, makanan masuk ke lambung. Di dalam
lambung terjadi pencernaan mekanik dan kimia.Secara mekanik otot
lambung berkontraksi mengaduk-aduk bolus. Secara kimiawi bolus
32
tercampur dengan getah lambung yang mengandung HCl, enzim pepsin,
dan renin. Setelah melalui proses pencernaan selama 2-4 jam bolus
menjadi bahan berwarna kekuningan yang disebut kimus (bubur usus).
Kimus akan masuk sedikit demi sedikit ke dalam usus halus
(Kemendikbud, 2014: 152).
4. Usus halus
Usus halus merupakan kompartemen kanal alimentaris terpanjang
dengan panjang 6 mm. Bagian 25 cm pertama atau lebih dari usus halus
membentuk duodenum, persilangan jalur utama digesti. Disinilah kimus
dari lambung bercampur dengan getah – getah pencernaan dari
pankreas, hati, kantung empedu, serta sel kelenjar dari usus halus
sendiri (Campbell, 2012: 42).
5. Usus besar
Kanal alimentaris berakhir di usus besar, yang mencakup kolon, sekum,
dan rektum. Usus halus bersambung dengan usus besar pada
sambungan berbentuk T, tempat sebuah sfingter mengontrol pergerakan
material. Salah satu lengan T merupakan kolon sepanjang 1,5 meter
yang mengarah ke rektum dan anus fungsinya untuk memulihkan air
yang telah memasuki kanal alimentaris sebagai getah-getah pencernaan.
Lengan lain membentuk kantong yang disebut sekum yang berfungsi
untuk memfermentasi material yang teringesti. Umbai cacing,
penjuluran serupa jari dari sekum manusia, memiliki peranan kecil dan
tak tergantikan dalam imunitas (Campbell, 2012: 54).
33
6. Anus
Rektum merupakan bagian akhir dari usus besar. Rektum merupakan
tempat penampungan sementara sisa – sisa pencernaan sebelum
dikeluarkan melalui lubang pengeluaran yang disebut anus (Pujiyanto,
2014: 163).
b) Kelenjar Pencernaan
Kelenjar pencernaan berperan untuk menghasilkan enzim-enzim
dalam membantu pencernaan makanan secara kimiawi. Menurut
Irnaningtyas (2013: 267-270) kelenjar pencernaan terdiri dari :
1. Kelenjar saliva
Di dalam mulut terdapat tiga pasang kelenjar saliva, yaitu
kelenjar parotid, submandibula, dan sublingual. Fungsi kelenjar
saliva yaitu melarutkan makanan untuk pengecapan rasa,
melumasi makanan agar mudah ditelan, dan menguraikan
amilum menjadi maltosa.
2. Pankreas
Pankreas terletak secara horizontal di bagian belakang bawah
lambung. Enzim-enzim yang terdapat di pankreas yaitu
tripsinogen, kimotripsin, lipase, amilase, karboksipeptidase,
aminopeptidase, dipeptidase.
3. Hati
Hati berfungsi untuk menyekresikan empedu untuk
mengemulsikan dan mengabsorbsi lemak, mempertahankan
34
homeositas gula darah, menyimpan gula dalam bentuk
glukagon, dan menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein.
4. Empedu
Empedu berupa kantong berbentuk sperti terong, berukuran 8-10
cm, berwarna hijau, dan terdapat pada lekukakan di bawah lobus
kanan hati. Empedu berfungsi menyimpan cairan empedu yang
disekresikan oleh sel-sel hati.
g) Gangguan pada Sistem Pencernaan dan Upaya Pencegahannya
Gangguan sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain pola makan yang salah,program diet yang ekstrim,
bulimia, gaya hidup, makanan yang tidak sehat, atau proses pemasakan
atau penyimpanan makanan yang salah (Irnaningtyas, 2013: 273).
Menurut Kemendikbud (2017: 193-196) gangguan sistem pencernaan
dan upaya pencegahannya antara lain sebagai berikut.
a) Obesitas
Obesitas adalah salah satu kondisi tubuh memiliki kandungan lemak
berlebih, sehingga dapat menimbulkan efek negatif pada kesehatan.
Obesitas umumnya disebabkan karena konsumsi makanan yang
berlebih dan kurangnya aktivitas tubuh. Upaya untuk mencegah atau
menangani obesitas adalah dengan berolahraga dan mengatur pola
makan.
b) Karies gigi
Karies gigi atau gigi berlubang merupakan kerusakan akibat infeksi
bakteri yang merusak lapisan gigi sehingga merusak struktur gigi. Pada
35
umumnya hal ini disebabkan karena kurangnya menjaga kebersihan
mulut. Oleh karenanya, upaya pencegahannya dengan memperhatikan
kebersihan mulut caranya minimal menyikat gigi 2 kali sehari dan
berkumur dengan obat kumur.
c) Maag (Gastritis)
Sakit Mag merupakan penyakit yang menyebabkan terjadinya
peradangan atau iritasi pada lapisan lambung. Maag dapat diakibatkan
peningkatan asam lambung, stres, makan tidak teratur, mengkonsumsi
makanan yang terlalu pedas atau asam, dan infeksi bakteri
Helicobacter pylori. Mag dapat dicegah dengan cara makan teratur,
makan secukupnya, cuci tangan sebelum makan, menghindari
makanan yang memicum produksi asam lambung berlebih seperti
makanan asam, pedas, dan kopi.
d) Hepatitis
Hepatitis merupakan penyakit peradangan pada hati. Virus hepatitis B
merupakan penyebab utama, selain itu disebabkan juga oleh bakteri,
jamur, protozoa, dan penggunaan obat secar terus menerus.
e) Diare
Diarea dalah penyakit pada saluran usus besar yang disebabkan oleh
infeksi bakteri dan protozoa, seperti Entamoeba coli. Upaya
pencegahan diare dengan menjaga kebersihan makanan, cuci tangan
sebelum makan, minum air yang dimasak atau air kemasan yang
higienis, dan jaga kebersihan diri.
36
f) Kontipasi
Konstipasi merupakan kondisi feses keras atau kering sehingga sulit
dikeluarkan. Penyebabnya adalah kurangnya asupan makanan berserat
atau kurang minum. Upaya pencegahannya adalah tidak sering
menahan buang air besar, makan makanan yang berserat, dan minum
cukup banyak air.
F. Kerangka Pikir
Berdasarkan masalah yang terjadi dalam penerapan kurikulum 2013, terdapat
beberapa metode yang harus diterapkan oleh guru, salah satunya adalah
metode discovery learning atau metode menemukan suatu konsep pada proses
pembelajaran. Masalah yang terjadi pada lokasi yang akan diteliti yakni di
SMP Negeri 1 Pugung Tanggamus yaitu guru Biologi di sekolah tersebut
masih menggunakan metode konvensional, belum menerapkan model
discovery learning dengan kemungkinan yang menyebabkan aktivitas siswa di
dalam kelas masih tergolong pasif, sehingga hasil belajar pun dapat dikatakan
tergolong rendah jika dilihat dari nilai ulangan harian siswa. Oleh sebab itu,
berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas peneliti akan mengkaji
mengenai “Pengaruh Model Discovery Learning Pada Materi Sistem
Pencernaan Manusiaterhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Kognitif Peserta
Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Pugung Tanggamus”.
37
Kerangka penelitian disajikan pada Gambar di bawah ini:
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran yang diharapkan mampu
meningkatkan hasil belajarkognitif siswa. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat.Variabel bebas ditunjukkan dengan
penggunaan model pembelajaran discovery learning, sedangkan variabel terikat
ditunjukkan hasil belajar Kognitif siswa.
Hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada gambar
di bawah ini:
Gambar 2. Hubungan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Keterangan : X : Discovery Learning
Y1 :Aktivitas belajar
Y2 : Hasil Belajar Siswa
Peningkatan Hasil Belajar Kognitif
Siswa
Model Discovery Learning
Tuntutan Global
Diimbangi Pendidikan
yang berkualitas
X
Y2
Y1
38
G. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. H0 : Tidak ada pengaruh signifikan Model Discovery Learning
terhadap aktivitas belajar.
H1 : Ada pengaruh signifikan Model Discovery Learningterhadap
aktivitas belajar.
2. H0 : Tidak ada pengaruh signifikan Model Discovery Learning
terhadap hasil belajar kognitif siswa.
H1 : Ada pengaruh signifikan Model Discovery Learning terhadap
Hasil belajar.
39
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pugung Tanggamus kelas VIII
yang beralamatkan di Jalan Raya Rantau Tijang Kecamatan Pugung
Tanggamus pada bulan Oktober 2018.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII di SMP
Negeri 1 Pugung Tanggamus yang berjumlah 145 orang yang terbagi dalam
5 kelas. Dua kelompok sampel yang ditetapkan sebagai sampel, yaitu kelas
VIII1 dan VIII3 Adapun jumlah sampel sebanyak 50 peserta didik. Teknik
pengambilan sampel dengan cluster random sampling, yang peneliti gunakan
yaitu dengan cara mengacak kelas dari populasi peserta didik kelas VIII SMP
Negeri 1 Pugung Tanggamus yang terbagi dalam 5 kelas. Teknik pengambilan
sampel ini dilakukan dengan cara undian dalam penentuan sampel kelas yang
digunakan. Menurut Sugiyono (2010: 120) Cluster sampling adalah cara
penentuan sampel dengan unit populasi yang akan diacak bukan individu-
individu dari anggota populasi melainkan rumpun populasi sebagai unit
sampel penelitian.
40
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan eksperimen semu dengan desain yang digunakan
pretes-postes kelompok non equivalen (Riyanto, 2001: 42). Dalam penelitian
ini terdapat dua kelas yang menjadi sampel yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen yang homogen. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan dengan
menggunakan model discovery learning, sedangkan pada kelas kontrol dengan
model konvensional. Kedua kelompok diberikan perlakuan pretes dan postes.
Pretes dilakukan sebelum perlakuan untuk mengetahui keadaan kelompok
sebelum diberi perlakuaan dan postes dilakukan setelah perlakuan. Hasil pretes
dan postes pada kedua kelompok subjek kemudian dibandingkan. Desain ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1. Desain Pretes-Postes Kelompok Non-ekuivalen
Kelompok Pretes Variabel Bebas Posttes
Eksperimen Y1 X Y2
Kontrol Y3 - Y4
Diadaptasi dari Sugiyono (2010: 112)
Keterangan
X = Perlakuan dikelas eksperimen menggunakan model Discovery learning
Y1 = Pretes pada kelas eksperimen
Y2 = Postes pada kelas eksperimen
Y3 = Pretes pada kelas kontrol
Y4 = Postes pada kelas kontrol
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas tiga tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
41
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah
tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.
c. Membuat dan menyusun instrumen penelitian.
d. Membuat perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Silabus, Lembar Kerja Peserta didik (LKS).
e. Membuat instrumen berupa lembar aktivitas belajar.
f. Membuat soal pretes dan postes.
g. Melakukan uji validasi instrumen oleh pembimbing.
h. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
i. Menganalisis hasil uji validitas dan uji coba instrumen penelitian.
j. Melakukan revisi instrumen penelitian.
k. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas yang diteliti.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:
a. Peserta didik mengerjakan soal prestes yang telah diberikan pada saat
proses pembelajaran.
b. Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan model
discovery learning pada pembelajaran serta mengobservasi jalannya
pembelajaran dengan bantuan observer.
c. Memberikan angket aktivitas belajar untuk diisi oleh peserta didik
sebelum pembelajaran
d. Guru melaksanakan pembelajaran dengan model konvensional tanpa
42
perlakuan
e. Memberikan tes akhir (postes) untuk mengukur peningkatan
keterampilan argumentasi peserta didik setelah diberi perlakuan
(treatment).
f. Memberikan angket aktivitas belajar untuk diisi oleh peserta didik
sesudah pembelajaran.
3. Tahap Akhir
Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilakukan antara lain:
a. Mengolah data hasil tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) dan
instrumen pendukung penelitian lainnya.
b. Membandingkan hasil analisis data tes antara sebelum perlakuan dan
setelah diberi perlakuan untuk menentukan apakah terdapat pengaruh
signifikan antara pembelajaran dengan model discovery learning
dengan tanpa model discovery learning.
c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari
langkah-langkah menganalisis data.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif pada penelitian ini berupa data hasil belajar peserta
didik yang didapat dari pretes dan postes pada materi perubahan
lingkungan. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dan postes
dalam bentuk n-Gain.
43
b. Data kualitatif
Data kualitatif pada penelitian ini berupa data angket aktivitas belajar.
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Teknik Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes tertulis
pada penelitian ini digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta
didik melalui soal pretes dan pretes dalam bentuk soal pilihan ganda.
Pada penelitian ini dilakukan dua kali tes untuk mengetahui hasil
belajar peserta didik yaitu pretes dan pretes yang diberikan kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Data berupa nilai pretes yang diambil
pada pertemuan awal dan nilai pretes pada pertemuan kedua. Nilai
pretes diambil sebelum pembelajaran, sedangkan nilai postes diambil
setelah pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
soal yang diberikan adalah berupa soal pilihan jamak.
Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :
S = R x 100
N
Keterangan :
S = Nilai yang diharapkan (dicari).
R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar.
N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut.
(Purwanto, 2008: 112).
44
Tabel 2.Tabulasi Data Nilai Pretes, Postes, dan n-Gain Kelas
No. Nama Peserta
Didik
Nilai
Pretes
Nilai
Postes Rata-rata n-Gain
1.
2.
dst.
X Sd
Ket: = Rata-rata; Sd = Standar deviasi
Perhitungan rata-rata nilai akhir hasil belajar menggunakan rumus:
Rata-rata nilai pretes peserta didik =
Rata-rata nilai pretes peserta didik =
Rata-rata N-gain peserta peserta didik =
Tabel 3. Tabulasi Perbandingan Nilai Pretes, Postes, dan n-Gain
No. Kelas X Sd
n-Gain Intrepetasi
n-Gain Pertemuan I
(Pretes)
Pertemuan II
Pretes)
1. Kontrol
2. Eksperimen
Ket: = Rata-rata; Sd = Standar deviasi
F. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Instrumen Tes
Adapun uji instrumen tes pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Instrumen tes hasil belajar berupa soal pilihan jamak yang digunakan
45
untuk pretes dan postes. Sebelum digunakan, instrumen terlebih dahulu
diuji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan bantuan program
SPSS 17.0. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen tes
yang digunakan telah memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai
pengumpul data. Instrumen tes diujikan pada peserta didik yang telah
mendapatkan materi Sistem Pencernaan, yaitu kelas IX di SMP Negeri
19 Bandar Lampung.
Validitas soal instrumen tes ditentukan dengan membandingan nilai rhitung
dan rtabel. Nilai rhitung didapatkan dari hasil perhitungan dengan SPSS 17.0
dan nilai rtabel (product moment) didapatkan dari tabel nilai kritik sebaran
r dengan jumlah sampel yang digunakan (n) = 31 dan taraf signifikansi
5%. Menurut Arikunto (2010: 75) intrumen tes dikatakan valid apabila
nilai rhitung > rtabel. Hasil perhitungan SPSS 17.0 dapat dilihat pada
Lampiran 10.
Tabel 4. Hasil Analisis Validitas Instrumen Soal
No. Kriteria Soal Nomor soal Jumlah Soal
1 Valid 2,3,4,9,10,11,12,13,
15,16,17,21,22,23,24,
25,26,30,31,32,33,39,
40.
23
2 Tidak valid 1,5,6,7,8,14,18,19,2
27,28,29,34,35,36,38
17
Arikunto (2010: 75) menjelaskan bahwa koefesien korelasi dapat
diinterpretasikan ke dalam tingkat validitas sebagai berikut:
Tabel 5. Indeks Validitas
Koefesien Korelasi Kriteria Validitas
0,81 - 1,00 Sangat tinggi
0,61 - 0,80 Tinggi
46
0,41 - 0,60 Cukup
0,21 - 0,40 Rendah
0,00 - 0,20 Sangat rendah
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa terdapat 21 soal yang
valid dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 6. Kriteria Validitas Instrumen
Nomor soal Jumlah soal Kriteria validitas
6
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen tes ditentukan menggunakan rumus Alpha
Cronbach dengan membandingkan rii dan rtabel . Instrumen tes dikatakan
reliabel jika rii ≥ r tabel. Nilai Alpha Cronbach menurut Arikunto (2010:
196) dapat diperoleh dari perhitungan SPSS atau dapat dihitung
menggunakan rumus berikut.
Keterangan :
rii : Reabilitas
k : Banyak butir yang valid
∑ : Jumlah varians butir
: Varians total
Tabel 7. Indeks Reabilitas
Koefesien Korelasi Kriteria Validitas
0,00 - 0,199 Sangat lemah
0,20 - 0,399 Lemah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat kuat
(Sumber: Sugiyono, 2012: 184).
b
t
47
Nilai Alpha Cronbach (rii) yang diperoleh sebesar 0,724 (reliabilitas
kuat). Hal ini menunjukkan bahwa nilai rii ≥ rtabel, sehingga instrumen tes
dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar
c. Uji Daya Beda Soal
Daya beda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa
yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus berikut:
Keterangan:
D : daya pembeda
BA : banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar
BB : banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar
JA : banyaknya siswa kelompok atas
JB : banyaknya siswa kelompok bawah
(Arikunto, 2010: 213).
Adapun kriteria indeks daya pembeda dalam Arikunto (2010: 218) adalah:
Tabel 11. Kriteria Indeks Daya Pembeda
Indeks daya pembeda Kriteria
0,00 - 0,20 Buruk
0,21 - 0,40 Cukup
0,41 - 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
Negatif Tidak baik, harus dibuang
Berdasarkan hasil uji, didapatkan 6 soal yang memiliki daya pembeda
dengan kriteria buruk, 10 soal dengan kriteria cukup, 10 soal dengan
48
kriteria baik, 8 soal dengan kriteria baik sekali, dan 6 soal dengan kriteria
tidak baik.
d. Tingkat Kesukaran Soal
Analisis taraf kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal
tersebut mudah atau sukar. Indeks kesukaran (dificult index) adalah
bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal (Arikunto,
2010: 207). Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal dapat
digunakan SPSS atau persamaan berikut:
P = B
JS
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : banyaknya siswayang menjawab benar
JS : jumlah siswayang mengikuti tes
(Arikunto, 2010: 208).
Adapun indeks kesukaran dalam Arikunto (2010: 210) sebagai berikut:
Tabel 12. Kriteria Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran Kriteria
0,00 - 0,30 Soal sukar
0,31 - 0,70 Soal sedang
0,71 - 1,00 Soal mudah
Berdasarkan hasil analisis SPSS 17.0 diperoleh 9 soal yang termasuk
kriteria sukar, 21 soal termasuk kriteria sedang dan 10 soal termasuk
kriteria mudah. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 12.
49
e. Data Aspek Kualitatif (Kuesioner Aktivitas Belajar )
Data kualitatif dalam penelitian ini berupa aktivitas peserta didik selama
pembelajaran dan angket tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran
menggunakan bahan ajar berbasis kearifan lokal yang telah dipelajarinya.
Data angket tanggapan pendidik dan peserta didik dianalisis secara
deskriptif menggunakan model Miles dan Huberman. Tahapan yang
dilakukan dalam teknik analisis data pada model tersebut yaitu reduksi data,
model data, dan penarikan/verifikasi kesimpulan. Teknik ini digunakan
untuk menganalisis data secara interaktif dan berlangsung terus-menerus
sampai tuntas sehingga datanya jenuh (Emzir, 2011: 129-135).
1. Pengolahan Data Aktivitas Peserta Didik
Data aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran diperoleh
melalui observasi. Data tersebut dianalisis menggunakan teknik
deskriptif persentase aktivitas peserta didik dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
Tabel 8. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik
No Nama
Aspek yang diamati
A B C D E
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1
2
3
4
Dst
Jumlah skor
Skor Maksimum
Persentase (%)
Kriteria
Catatan : Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai
(dimodifikasi dari Sudjana, 2005 : 69)
50
Keterangan:
A : Memperhatikan penjelasan pendidik saat proses pembelajaran.
1. Peserta didik tidak mendengarkan penjelasan pendidik.
2. Peserta didik mendengarkan penjelasan pendidik, namun
tidak mencatat materi yang dijelaskan.
3. Peserta didik mendengarkan penjelasan pendidik dan
mencatat materi yang dijelaskan.
B : Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas
kelompok.
1. Peserta didik tidak bekerja sama dengan teman dalam
menyelesaikan tugas kelompok.
2. Peserta didik bekerja sama mengerjakan tugas kelompok,
tetapi tidak sesuai dengan materi yang dipelajari.
3. Peserta didik bekerja sama mengerjakan tugas kelompok
sesuai dengan materi yang dipelajari.
C : Peserta didik mengajukan pertanyaan saat proses pembelajaran.
1. Peserta didik tidak mengajukan pertanyaan saat proses
pembelajaran.
2. Peserta didik mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah
pada materi yang dipelajari.
3. Peserta didik mengajukan pertanyaan yang mengarah dan
sesuai dengan materi yang dipelajari
D : Peserta didik memberikan tanggapan pada kelompok lain saat
diskusi.
1. Peserta didik tidak memberikan tanggapan saat diskusi.
2. Peserta didik memberikan tanggapan, tetapi tidak disertai
dengan alasan yang logis.
3. Peserta didik memberikan tanggapan disertai dengan alasan
yang logis.
E : Peserta didik mempertahankan pendapatnya saat diskusi
1. Peserta didik tidak mempertahankan pendapat saat diskusi.
2. Peserta didik memberikan tanggapan, tetapi tidak konsisten.
3. Peserta didik konsisten mempertahankan pendapat.
1) Menghitung rata–rata persentase aktivitas menurut Sudjana (2002:
67) yaitu dengan menggunakan rumus:
X =
Keterangan :
X = Rata-rata persentase aktivitas peserta didik
∑xi = Jumlah skor yang diperoleh
n = Jumlah skor maksimum
∑ xi
n x 100%
51
2) Menentukan kriteria dari persentase aktivitas belajar peserta didik
dengan menggunakan bahan ajar berbasis kearifan lokal.
Hasil perhitungan dalam bentuk persentase diinterpretasikan dengan
kriteria deskriptif persentase, kemudian ditafsirkan dengan kalimat
bersifat kualitatif. Kriteria indeks aktivitas peserta didik tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 13. Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Peserta Didik No. Persentase (%) Kriteria
1. 81-100 Sangat baik
2. 61-80 Baik
3. 41-60 Cukup baik
4 21-40 Kurang baik
5 0-20 Sangat kurang baik
Sumber: dimodifikasi dari Widoyoko (2012: 111-115)
Setelah diperoleh rata-rata skor aktivitas peserta didik, kemudian
diterjemahkan dalam kriteria yang dapat dilihat pada tabel indeks
aktivitas peserta didik sesuai klasifikasi pada tabel di bawah ini.
Tabel 14. Klasifikasi Persentase Aktivitas Peserta Didik Persentase aktivitas peserta didik (%) Interpretasi
0,00-29,99 Sangat Rendah
30,00 – 54,99 Rendah
55,00 – 74,99 Sedang
75,00 – 89,99 Tinggi
90,00 – 100,00 Sangat Tinggi
Sumber: Dimodifikasi dari Hake dalam Belina (2008: 37).
f. Data Aspek Kuantitatif (Hasil Belajar)
Sebelum melakukan analisis dan pengolahan data, nilai yang diperoleh
dari pretes dan postes pada kelas eksperimen dan kontrol dihitung sesuai
dengan rumus berikut:
52
Skor atau Jawaban Benar
Nilai = x 100
Skor Total
Kemudian dilakukan analisis data kuantitatif dengan melakukan uji n-
Gain. Perhitungan n-Gain diperoleh dari skor pretes dan postes masing-
masing kelas eksperimen dan kontrol. Data hasil belajar yang akan
dianalisis, ditransformasikan menjadi n-Gain (g) yang diperoleh dari skor
pretes dikurang skor postes dibagi dengan skor maksimal dikurang skor
pretes. Jika ditulis dalam persamaan sebagai berikut:
Skor Pretes – Skor Pretes
g =
Skor Maksimal – Skor Pretes
Tabel 10. Interpretasi n-Gain Aspek Kuantitatif
Gain Interpretasi
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
(Sumber: Meltzer, 2002).
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan bantuan
program SPSS 17.0, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji
normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Menurut Sudjana (1992: 466), uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah
data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau
tidak. Untuk pengujian normalitas ini adalah menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov.
53
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
b. Kriteria Pengujian
H0 diterima jika sig > 0,05 atau L hitung < L tabel.
H0 ditolak jika sig < 0,05 atau L hitung > L tabel (Santoso, 2010: 46).
2. Uji Homogenitas
Apabila masing-masing data berdistribusi secara normal maka
dilanjutkan dengan uji homogenitas. Menurut Sudjana (2002: 250) uji
homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua kelompok
sampel memiliki varian yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini
menggunakan uji Levene Tes pada taraf signifikasi 5% atau = 0,05.
Rumusan hipotesis yaitu:
H0= Kedua sampel memiliki varians sama
H1= Kedua sampel memiliki varians berbeda
Kriteria pengujian:
H0 diterima jika sig. > 0,05 atau F hitung < F tabel.
H0 ditolak jika sig. < 0,05 atau F hitung > F tabel (Trihendradi, 2009:122).
3. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar
peserta didik pada aspek kognitif antara peserta didik kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Untuk menguji hipotesis digunakan uji perbedaan dua rata-rata
54
dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan Independent Sampel t-Tes dengan taraf signifikan 5%.
1. Rumusan hipotesis yaitu:
H0 = Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen dan kelas kontrol
H1= Terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
dan kelas kontrol
2. Kriteria pengujiannya yaitu:
Jika nilai sig. (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika nilai sig.(2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima (Sutiarso,
2011: 41).
63
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Model discovery learning berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas
belajar peserta didik.
2. Model discovery learning berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar
kognitif peserta didik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan sebagai berikut:
1. Pendidik dan peserta didik diharapkan memiliki kerjasama yang baik agar
dapat mewujudkan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.
2. Penggunaan model discovery learning dapat digunakan sebagai referensi
pembelajaran biologi dalam meningkatkan aktivitas belajar dan hasil
belajar kognitif peserta didik .
3. Sebelum melakukan penelitian sebaiknya peneliti membuat perencanaan
kegiatan yang lebih matang sehingga pembelajaran akan lebih efektif .
67
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W., Krathwohl, D. R., Airasian, P. W., Chruishank, K. A., Mayer,
R.E., Pintrich, P. R., Raths, J., dan Wittarock, M. 2001. A Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of
Educational Objectives). Abridge Edition. David McKay Company. New
York. 336 hlm.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Budiningsih, A. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta
Campbell. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Depdiknas. 2002. Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas 9
hlm.
. 2003. Undang- Undang Sistem Pendidikan nasional Nomor 20 Tahun
2003. http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf. 12 hlm.
_________.2006. Mutu Pendidikan Berdasarkan Undang-Undang. Jakarta.
Diakses dari http://www.depdiknas.go.id pada hari Selasa 10 Oktober
2018 Pukul 19.00 WIB
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
298 hlm.
Fitriana, D. 2013. Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa ( LKS ) IPA Terpadu
Berbasis Model Connected Untuk Siswa SMP/MTs. Skripsi. Universitas
Yogyakarta.
Hamalik, O. 2008.Kurikulum dan Pembelajaran. Sinar Grafika. Jakarta.
_________. 2012. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad
21. Ghalia Indonesia. Bandung.
68
Ilahi, M.T. 2012. Nasionalisme Dalam Bingkai Pluralitas Bangsa: Paradigma
Pembangunan & Kemandirian Bangsa. Ar-ruzz Media.Depok.
Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA/MA kelas XI. Erlangga. Jakarta.
Kemendikbud. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 70 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan.
Balai Pustaka. Jakarta. 220 hlm.
___________. 2014. Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MtsKelas VIII Semester 2.
Kemendikbud. Jakarta.189 hlm.
___________. 2016. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar
Proses Pendidikan dan Menengah. Kemendikbud. Jakarta.
Pearce, E. C. 2006.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT.Gramedia. Jakarta
Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan dengan SPSS 12.Gramedia. Jakarta.
Pujiyanto, S. 2014. Menjelajah Dunia Biologi 2 untuk Kelas XI SMA dan MA. PT.
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Jakarta.
Purwanto, N. 2008.Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja
RosdaKarya. Bandung.
Sani, R. A. 2015. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kuriklum 2013.PT.
Bumi Aksara. Jakarta.
Sanjaya, W. 2008.Perancangan dan Desain Sistem Pembelajaran. Prenada Media
Group. Jakarta.378 hlm.
_________. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kencana Prenada Media
Group. Jakarta.
Slavin, R. E. 2005.Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik diterjemahkan
oleh NarilitaYusron. Nusa Media. Bandung.
Simpson. 2011. Psikologi Pembelajaran. Grasindo. Jakarta. Sudjana, N.2002.Metode Statistika Edisi keenam.Tarsito. Bandung. _________. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.PT Remaja
Rosdakarya. Bandung. 180 hlm.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D).Alfabeta. Bandung.
69
Suryabroto. 1997. Hakekat Inovasi Pembelajaran. Rineka Cipta. Bandung.
TIMSS & PIRLS International Study Center. 2011. TIMSS 2011 Mathematics.
Achievement. Organization for Economic Cooperation and Development.
2011. PISA 2011 Result In Focus what 15 years old know and what they
can do with what they know. Colombia University. New York.
Usman, U. 2006. Menjadi Guru Profesiona lII. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.