pengaruh model pembelajaran pemecahan masalah

11

Click here to load reader

Upload: b4rret

Post on 21-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Referensi

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Model Pembelajaran Pemecahan Masalah

1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH BERBASIS KONSEP DAN KEMAMPUAN ANALISIS TERHADAP

PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMA BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG

Alesa Martin1, Eddy Supramono, dan Chusnana I.Y. Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Malang (UM)

1e-mail: [email protected]

ABSTRAK: Penelitian ini dilatarbelakangi hasil studi observasi di salah satu SMA swasta di kota Malang yang menunjukkan kemampuana analisis siswa masih kurang dengan indikasi rendahnya nilai ulangan harian akibat kurang terlatih dalam mengembangkan kemampuan bernalar dan analisis untuk memecahkan permasalahan. Untuk minimalkan hal yang ditemukan oleh peneliti saat observasi, diperlukan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan kemampuan analisis. Salah satu alternatif yang digunakan adalah model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep. Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu, dengan rancangan penelitian Pretest-Posttest Non-equivalent Control Group Design . Instrumen yang digunakan untuk penelitian mencakup perangkat observasi kelas, tes prestasi belajar, tes kemampuan analisis, skenario pembelajaran, lembar kerja siswa, dan lembar kerja pemecahan masalah. Data penelitian ini berupa data prestasi belajar dan data kemampuan analisis siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji regresi terhadap data prestasi belajar dan data kemampuan analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan analisis siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep lebih baik dari kemampuan analisis siswa yang belajar secara konvensional. Besar pengaruh kemampuan analisis kelas eksperimen terhadap prestasi belajar siswa adalah (49,6%) dan besar pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa pada kelas kontrol (20,4%)

Kata kunci: Pemecahan masalah berbasis konsep, kemampuan ansalisis, prestasi belajar.

Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains

yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif

dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik

secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika sebagai

alat, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya

diri (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 6). Kemampuan analisis yang

dilatihkan dalam pembelajaran fisika akan menyebabkan siswa memiliki

Page 2: Pengaruh Model Pembelajaran Pemecahan Masalah

2

kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan. Hal ini

sejalan dengan ungkapan Setyowibowo (2006) yang menyatakan bahwa

“kemampuan analisis yang dilatihkan pada siswa, menyebabkan siswa akan

cenderung berpikir kritis”. Dengan demikian kemampuan analisis perlu

dilatihkan dalam pembelajaran fisika.

Hasil observasi terhadap proses pembelajaran fisika pada kelas XI salah

satu SMA swasta, yaitu SMA Brawijaya Smart School (BSS) Malang pada

semester gasal 2012/2013, diketahui bahwa kemampuan analisis siswa di SMA

tersebut masih kurang. Salah satu indikasinya adalah skor nilai untuk soal ulangan

mata pelajaran Fisika yang berbeda dari contoh soal atau soal latihan yang telah

dibahas bersama masih rendah, meskipun konsep dasar fisikanya sama dengan

soal latihan. Skor nilai ulangan siswa kelas XI SMA BSS dapat dilihat pada Tabel

1, dimana nilai tersebut masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum

(KKM) yang sudah ditetapkan, yaitu 75.

Tabel 1 Nilai Rata-rata Ulangan Harian (UH) Kelas XI IPA SMA BSS Malang

Kelas Rata-rata UH KKM XI IPA 1 59,5 75 XI IPA 2 56,5 75 XI IPA 3 58,0 75

Sumber: Guru Fisika Kelas XI IPA SMA BSS Malang.

Temuan lain dalam observasi tersebut adalah kegiatan pembelajaran fisika

yang dilakukan oleh guru menekankan pada proses hafalan. Selain itu berdasarkan

pengakuan siswa, pembelajaran fisika tidak pernah melakukan praktikum, padahal

sarana laboratorium untuk fisika ada. Guru juga mengakui lebih memilih

menggunakan metode ceramah dan latihan soal dalam pembelajaran fisika terkait

dengan waktu yang terbatas dan materi yang cukup banyak.

Proses pembelajaran ini tidak tidak sejalan dengan hakikat orang belajar

dan hakikat orang mengajar menurut pandangan konstruktivis. Belajar menurut

konstruktivis merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi arti teks, dialog,

pengalaman fisis, dan lain-lain (Wirtha dan Rapi, 2008). Suparno (dalam Wasis,

2006) menjelaskan bahwa belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan

Page 3: Pengaruh Model Pembelajaran Pemecahan Masalah

3

menghubungkan pengalaman atau bahanyang dipelajari dengan pengertian yang

sudah dipunyai seseorang sehingga pengertian dikembangkan .

Selain itu proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru berdasarkan

temuan pada observasi tersebut kurang menunjang siswa untuk mengembangkan

kemampuan analisisnya, karena siswa lebih banyak berperan sebagai penerima

informasi dari guru dan kegiatan siswa dalam pembelajaran hanya

mendengarkan, dan mencatat penjelasan guru. Guerin (2006) mengungkapkan

bahwa “dampak dari belajar hanya sebatas menghapal, mengakibatkan siswa

kurang memiliki keterampilan analisis dan kemampuan memecahkan masalah“.

Salah satu upaya untuk mengembangkan potensi siswa secara maksimal

adalah dengan mengembangkan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir ini

perlu dilatihkan dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu bentuk kemampuan

berpikir adalah kemampuan berpikir analisis. Di antara kemampuan berpikir yang

perlu dilatihkan dalam pembelajaran fisika adalah kemampuan berpikir analisis

(Lusnayanti, 2012). Bersamaan dengan pendapat tersebut Maloney (2002)

menyatakan bahwa saat siswa dihadapkan pada sebuah masalah, siswa

menggunakan pengetahuan dasarnya untuk menggambarkan masalah dengan

membuat beberapa startegi pilihan, jika kemudian siswa tidak dapat

mengidentifikasi beberapa penerapan rumus, atau tidak puas dengan hasil

penerapan tersebut, maka siswa perlu melakukan analisis konsep kembali.

Mashadi (2005), menyatakan bahwa siswa harus dipancing daya

analisisnya dalam pembelajaran, karena dengan siswa dilatih kemampuan

analisisnya dalam pembelajaran, maka siswa senantiasa menggunakan, melatih,

dan mengembangkan kemampuannya. Dengan mengembangkan kemampuan

analisis ini diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik jika siswa memahami

materi dengan baik. Pemahaman siswa pada materi pelajaran dengan mudah dapat

tercapai jika siswa mampu menghubungkan informasi atau materi pelajaran yang

baru dalam struktur kognitifnya. Proses penghubungan dalam struktur kognitif

dapat dilakukan salah satunya dengan penggunaan kemampuan analisis.

Pembelajaran yang dijadikan alternatif yang diduga dapat menumbuhkan

kemampuan analisis siswa adalah model pembelajaran pemecahan masalah

Page 4: Pengaruh Model Pembelajaran Pemecahan Masalah

4

berbasis konsep (PMBK). Karena model pembelajaran ini merupakan suatu

model pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dalam membangun

pengetahuannya guna memecahkan masalah berdasarkan konsep-konsep yang

telah dibangun oleh siswa itu sendiri (Leonard, et al, 1999: 3).

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan manfaat dari model

pembelajaran PMBK. Suharni (2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan PMBK efektif untuk meningkatkan kemampuan analisis

siswa. Karim (2001) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa mahasiswa

yang diberi model pembelajaran PMBK terlihat antusias dan bersemangat, karena

mereka bukan hanya mendapat informasi tentang suatu konsep fisika, bahkan

mereka mengalami konsep itu.

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka masalah

yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini adalah “Bagaimanakah

pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep pada

kelas XI SMA Brawijaya Smart School (BSS) Malang ?”.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Brawijaya Smart School Malang.

Populasi dalam penelitian ini diambil dengan teknik porposive sampling. Dengan

menggunakan pengambilan sampel secara porposive sampling diperoleh dua kelas

sebagai kelas sampel, yaitu kelas eksperimen merupakan kelas yang belajar

dengan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep (kelas PMBK)

dan kelas kontrol yang belajar dengan model pembelajaran konvensional (kelas

konvensional). Satu kelas uji coba untuk menguji instrumen yang akan dijadikan

sebagai tes prestasi belajar pada kelas PMBK dan kelas konvensional.

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Arikunto, 2009). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari

variabel bebas ,yaitu model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep

dan kemampuan analisis, sedangkan variabel terikat berupa prestasi belajar. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian semu (quasi experimental). Sampel

terdiri atas dua kelas yaitu kelas eksperimen yang diberi perlakuan berupa model

pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep (kelas PMBK) dan kelas

Page 5: Pengaruh Model Pembelajaran Pemecahan Masalah

5

kontrol yang diberi pembelajaran konvensional (kelas konvensional). Desain

penelitian ini adalah Pretest-Posttest Non-equivalent Control Group Design,

dengan rancangan penelitian seperti pada Tabel 1.

Tabel 2 Rancangan Eksperimen Pretest-Postest Non-equivalent Control Group Design

Kelas Pretes Perlakuan Postes

PMBK Y1 X Y2 konvensional Y3 - Y4

(Sugiyono, 2009: 116)

Keterangan:

PMBK : Kelas yang belajar dengan model pemecahan masalah berbasis konsep Konvensional : Kelas yang belajar dengan model pembelajaran konvensional X : Perlakuan yang diberikan pada kelas PMBK. Y1 : Pretes siswa kelas PMBK Y2 : Postes siswa kelas PMBK Y3 : Pretes siswa kelas konvensional Y4 : Postes siswa kelas konvensional

Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Kerja Siswa

(LKS), Lembar Kerja Pemecahan Masalah (LKPM), Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), dan lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran

pemecahan masalah berbasis konsep.

Hasil pengamatan dan data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis

dengan statistik parametrik dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows.

Hipotesis dalam penilitian ini dianalisis dengan uji regresi linier.

HASIL

Data penelitian yang diperoleh terdiri dari data pretes, data postes dan data

kemampuan analisis dari kelas yang belajar dengan model pembelajaran

pemecahan masalah berbasis konsep dan kelas kontrol yang dideskripsikan pada

Tabel 3.

Page 6: Pengaruh Model Pembelajaran Pemecahan Masalah

6

Tabel 3. Rekapitulasi Data Pretes, Postes, dan Kemampuan Analisis Siswa.

Data Kelas Mean Standar Deviasi Varian

Pretes PMBK 39.05 7.18 51.55 Konvensional 40.25 7.86 61.78

Postes PMBK 85.50 9.99 104.76 Konvensional 78.25 14.08 195.00

Kemampuan Analisis PMBK 65.14 13.50 182.23 Konvensional 57.50 16.51 272.16

Berdasarkan ketiga data tersebut, dicari pengaruh kemampuan analisis

terhadap prestasi belajar siswa dengan menggunakan uji regresi linier. Sebelum

dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Hasil uji

normalitas disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Normalitas.

Data Kelas Signifikansi Keterangan

Pretes PMBK 0,083 normal

Konvensional 0,064 normal

Postes PMBK 0,241 normal

Konvensional 0.011 normal

Kemampuan

Analisis

PMBK 0,111 normal

Konvensional 0,181 normal

Berdasarkan data pada Tabel 4, terlihat bahwa nilai signifikansi postes

kelas konvensional kecil dari 0,05. Untuk melihat apakah data tersebut memenuhi

kriteria normal, maka dilakukan uji Skewnes dan Kurtosis pada data postes.

Sehingga diperoleh bahwa data postes untuk kelas konvensional terdistribusi

normal.

Selain syarat normal, data yang akan dianalisis juga harus homogen. Uji

homogenitas dilakukan terhadap data penelitian menggunakan uji Levene’s Test

menghasilkan angka signifikan = 1,000 untuk data pretes, angka signifikansi =

0,550 untuk data postes dan angka signifikan = 0,281 untuk data kemampuan

analisis. Tampak bahwa angka signifikansi yang diperoleh untuk ketiga data lebih

besar dari 0,05. Ini berarti bahwa pretes, postes dan kemampuan analisis siswa

berasal dari sebaran data yang memiliki varian yang homogen.

Page 7: Pengaruh Model Pembelajaran Pemecahan Masalah

7

Oleh karena data berdistribusi normal dan variannya homogen, maka

dilanjutkan uji hipotesis penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah,

“Pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa pada kelas PMBK

lebih baik dari kelas konvensional”. Berikut disajikan hasil analisis uji regresi

hipotesis nol untuk digunakan sebagai pengambilan kesimpulan.

Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Kelas R Square F Sig.

(ANOVA)

a b t Sig.

PMBK 0,496 18,708 0,000 0,534 51,400 4,325 0,000

Konvensional 0,204 4,602 0,046 0,382 56,539 2,145 0,046

Berdasarkan hasil uji regresi tersebut maka dapat diambil simpulan bahwa

pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar dapat diprediksi dengan

regresi linier. Hal ini dapat dilihat dari nilai F yang diperoleh lebih besar dari Ftabel

(18,708 > 4,38 dan 4,602 > 4,41).

Persamaan regresi linier untuk memprediksi prestasi belajar untuk kelas

PMBK adalah Y = 0,534 X + 51,400 dan untuk kelas konvensional adalah Y =

0,382 X + 56,539. Koefisien X dan konstanta pada persamaan diperoleh dari

kolom a dan b.

Untuk melihat apakah koefisien a memiliki arti dalam persamaan regresi

tersebut, maka dilakukan uji t yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai t =

4,325 > ttabel = 2,093 untuk kelas PMBK dan t = 2,145 > ttabel = 2,101 untuk kelas

konvensional, artinya bahwa nilai koefisien a memiliki arti yang signifikan dalam

persamaan regresi linier.

Besar pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa di

kelas PMBK yaitu sebesar 49,6 %, sedangkan pada kelas konvensional

kemampuan analisis memberi pengaruh sebesar 20,4 % terhadap prestasi belajar

siswa. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh kemampuan analisis terhadap

prestasi belajar siswa di kelas PMBK lebih baik daripada kelas konvensional.

Keterlaksanaan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep

pada pembelajaran 1, 2, 3, dan 4 pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 6

berikut.

Page 8: Pengaruh Model Pembelajaran Pemecahan Masalah

8

Tabel 6. Rekapitulasi Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Berbasis Konsep

Pembelajaran Observer Persentase Keterlaksanaan (%) 1 O1 76,92

O2 69,23 2 O1 76,92

O2 76,92 3 O1 84,61

O2 84,61 4 O1 84,61

O2 84,61 Rata-rata 79,80 %

PEMBAHASAN

Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

prestasi belajar fisika antara siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan

model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep dengan siswa yang

mendapat pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional

berdasarkan nilai mean prestasi belajar kedua kelas. Temuan ini menunjukkan

bahwa pembelajaran dengan model pemecahan masalah berbasis konsep lebih

baik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa daripada model pembelajaran

yang sering digunakan oleh guru di kelas.

Prestasi belajar fisika siswa ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, di

antaranya adalah perkembangan kognitif siswa termasuk di dalamnya kemampuan

analisis. Siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi prestasi belajar yang

diperoleh juga tinggi. Dari temuan yang diperoleh terdapat perbedaan kemampuan

analisis antara kelas PMBK dan kelas konvensional. Nilai rata-rata (mean)

kemampuan analisis kelas PMBK lebih tinggi dari rata-rata kemampuan analisis

kelas konvensional, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pemecahan

masalah berbasis konsep lebih baik dalam melatihkan kemampuan analisis siswa.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian Suharni (2008) yang menyatakan bahwa

pembelajaran dengan pemecahan masalah berbasis konsep efektif untuk

meningkatkan kemampuan analisis siswa.

Kemampuan analisis siswa tersebut juga dipengaruhi oleh berbagai faktor,

salah satunya model pembelajaran. Oleh sebab itu, guru harus secara selektif

Page 9: Pengaruh Model Pembelajaran Pemecahan Masalah

9

memilih model pembelajaran yang cocok untuk pokok bahasan tertentu agar

tujuan pembelajaran yang ditetapkan tercapai (Wirtha dan Rapi, 2008).

Model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep ini mengacu

pada pandangan konstruktivisme (Suharni, 2008: 10). Sesuai dengan pernyataan

Leonard, et al (1999) bahwa model pembelajaran pemecahan masalah

berbasis konsep dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menganalisis

dan bernalar serta memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan atau

konsep yang telah dibangun oleh siswa sendiri. Dalam model pembelajaran

ini siswa diarahkan untuk membangun konsep sendiri, kemudian setelah

konsep-konsep tersebut dibangun, diharapkan siswa dapat menghubungkan

konsep-konsep tersebut sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

Mengacu pada hasil penelitian yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa dengan

menggunakan pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep, sehingga guru

dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam usaha meningkatkan

kemampuan analisis dan prestasi belajar fisika siswa. Hasil temuan tersebut

didukung oleh pernyataan Mashadi (2005), bahwa siswa harus dipancing daya

analisisnya dalam pembelajaran, karena dengan siswa dilatih kemampuan

analisisnya dalam pembelajaran, maka siswa senantiasa menggunakan, melatih,

dan mengembangkan kemampuannya. Dengan mengembangkan kemampuan

analisis ini diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif data pada penelitian ini dilakukan uji

regresi untuk mengetahui berapa besar sumbangan efektif kemampuan analisis

terhadap prestasi belajar siswa. Dari uji regresi didapat bahwa bentuk regresi yang

menggambarkan pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar adalah

berbentuk regresi linear. Artinya siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi

akan diikuti dengan prestasi yang tinggi. Besar pegaruh kemampuan analisis

terhadap prestasi belajar siswa pada kelas PMBK adalah 49,6% sedangkan untuk

kelas kovensional sebesar 20,4%. Berdasarkan temuan tersebut dapat diketahui

bahwa 50,4% untuk kelas PMBK dan 79,6% untuk kelas konvensional ternyata

prestasi belajarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk dalam

penelitian.

Page 10: Pengaruh Model Pembelajaran Pemecahan Masalah

10

Dalam kegiatan penelitian ini, proses belajar mengajar menggunakan lima

langkah pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep sesuai dengan

pendapat Leonard et al (1999), yaitu penelusuran konsep awal, pengasahan dan

pengelompokan konsep, mengembangkan kemampuan analisis dan bernalar,

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, dan menyusun pengetahuan

dalam ingatan. Keterlaksanaan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis

konsep yang dimaksud dalam penelitian ini terbatas pada keterlaksanaan skenario

pembelajaran yang telah dirancang oleh peneliti yang mengacu pada tahapan-

tahapan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep. Persentase

keterlaksanaan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep pada

penelitian ini adalah 79,80% dengan kriteia baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data hasil penelitian dan pembahasan

yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa

besar pengaruh kemampuan analisis siswa yang belajar dengan model

pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep lebih tinggi terhadap prestasi

belajar siswa daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran

konvensional.

Mengingat bahwa model pembelajaran pemecahan masalah berbasis

konsep memiliki keunggulan dari model pembelajaran konvensional dalam

mengembangkan kemampuan analisis siswa yang akhirnya dapat memperbaiki

prestasi belajar siswa, maka kepada guru fisika SMA disarankan untuk

mempertimbangkan pembelajaran ini sebagai strategi pembelajaran bidang fisika.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Fisika Sekolah Menengah Atasdan Madrasah Aliyah. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Guerin, Bill. 2006. Pendidikan Indonesia Sangat Ketinggalan. Media Asia Times. (Online). http://www.anandkrishna.org/phpBB3/viewtopic.php?f=11&t=40, diakses 10 April 2012.

Page 11: Pengaruh Model Pembelajaran Pemecahan Masalah

11

Leonard, J. W, Gerace, J. W, Dufresne, J. R, dan Mestre, P. J. 1999. Concept Based Problem Solving: Combining Educational Research Result and Practical Experience to Create a Framework for Learning Physics and to Derive Effective Classroom Practice. (Online). http://umpreg.physics.umass.edu/library/gerace_1999.cbl/download, diakses 10 April 2012.

Lusnayanti, Lusi. 2012. Penerapan Metode Pembelajaran Know-Want-Learn (K-W-L) Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Fisika Dan Mengetahui Profil Kecerdasaan Emosional Siswa SMA. . Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UPI

Maloney, David. 2002. The Relationship Between Mathematics Preparation and Concepttual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Score. American Journal Physics of education Vol. 70 No. 12.

Mashadi. 2005. Guru Matematika dan Fisika Jangan Hanya Ajari Teori ”Kuasai Konsep untuk Pancing Daya Analisis Siswa”. (Online). http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0505/02/1101.htm, diakses 12 Maret 2012.

Setyowibowo. 2006. Latih Daya Analisis Agar Kritis. (Online). http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/0506/01/11.htm, diakses 12 Maret 2012.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharni. 2008. Efektivitas Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Berbasis Konsep Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa SMA. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UPI