pengaruh model pembelajaran pemecahan masalah
DESCRIPTION
ReferensiTRANSCRIPT
1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH BERBASIS KONSEP DAN KEMAMPUAN ANALISIS TERHADAP
PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMA BRAWIJAYA SMART SCHOOL MALANG
Alesa Martin1, Eddy Supramono, dan Chusnana I.Y. Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Malang (UM)
1e-mail: [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini dilatarbelakangi hasil studi observasi di salah satu SMA swasta di kota Malang yang menunjukkan kemampuana analisis siswa masih kurang dengan indikasi rendahnya nilai ulangan harian akibat kurang terlatih dalam mengembangkan kemampuan bernalar dan analisis untuk memecahkan permasalahan. Untuk minimalkan hal yang ditemukan oleh peneliti saat observasi, diperlukan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan kemampuan analisis. Salah satu alternatif yang digunakan adalah model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep. Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu, dengan rancangan penelitian Pretest-Posttest Non-equivalent Control Group Design . Instrumen yang digunakan untuk penelitian mencakup perangkat observasi kelas, tes prestasi belajar, tes kemampuan analisis, skenario pembelajaran, lembar kerja siswa, dan lembar kerja pemecahan masalah. Data penelitian ini berupa data prestasi belajar dan data kemampuan analisis siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji regresi terhadap data prestasi belajar dan data kemampuan analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan analisis siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep lebih baik dari kemampuan analisis siswa yang belajar secara konvensional. Besar pengaruh kemampuan analisis kelas eksperimen terhadap prestasi belajar siswa adalah (49,6%) dan besar pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa pada kelas kontrol (20,4%)
Kata kunci: Pemecahan masalah berbasis konsep, kemampuan ansalisis, prestasi belajar.
Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains
yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif
dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika sebagai
alat, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya
diri (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 6). Kemampuan analisis yang
dilatihkan dalam pembelajaran fisika akan menyebabkan siswa memiliki
2
kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan. Hal ini
sejalan dengan ungkapan Setyowibowo (2006) yang menyatakan bahwa
“kemampuan analisis yang dilatihkan pada siswa, menyebabkan siswa akan
cenderung berpikir kritis”. Dengan demikian kemampuan analisis perlu
dilatihkan dalam pembelajaran fisika.
Hasil observasi terhadap proses pembelajaran fisika pada kelas XI salah
satu SMA swasta, yaitu SMA Brawijaya Smart School (BSS) Malang pada
semester gasal 2012/2013, diketahui bahwa kemampuan analisis siswa di SMA
tersebut masih kurang. Salah satu indikasinya adalah skor nilai untuk soal ulangan
mata pelajaran Fisika yang berbeda dari contoh soal atau soal latihan yang telah
dibahas bersama masih rendah, meskipun konsep dasar fisikanya sama dengan
soal latihan. Skor nilai ulangan siswa kelas XI SMA BSS dapat dilihat pada Tabel
1, dimana nilai tersebut masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) yang sudah ditetapkan, yaitu 75.
Tabel 1 Nilai Rata-rata Ulangan Harian (UH) Kelas XI IPA SMA BSS Malang
Kelas Rata-rata UH KKM XI IPA 1 59,5 75 XI IPA 2 56,5 75 XI IPA 3 58,0 75
Sumber: Guru Fisika Kelas XI IPA SMA BSS Malang.
Temuan lain dalam observasi tersebut adalah kegiatan pembelajaran fisika
yang dilakukan oleh guru menekankan pada proses hafalan. Selain itu berdasarkan
pengakuan siswa, pembelajaran fisika tidak pernah melakukan praktikum, padahal
sarana laboratorium untuk fisika ada. Guru juga mengakui lebih memilih
menggunakan metode ceramah dan latihan soal dalam pembelajaran fisika terkait
dengan waktu yang terbatas dan materi yang cukup banyak.
Proses pembelajaran ini tidak tidak sejalan dengan hakikat orang belajar
dan hakikat orang mengajar menurut pandangan konstruktivis. Belajar menurut
konstruktivis merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi arti teks, dialog,
pengalaman fisis, dan lain-lain (Wirtha dan Rapi, 2008). Suparno (dalam Wasis,
2006) menjelaskan bahwa belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan
3
menghubungkan pengalaman atau bahanyang dipelajari dengan pengertian yang
sudah dipunyai seseorang sehingga pengertian dikembangkan .
Selain itu proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru berdasarkan
temuan pada observasi tersebut kurang menunjang siswa untuk mengembangkan
kemampuan analisisnya, karena siswa lebih banyak berperan sebagai penerima
informasi dari guru dan kegiatan siswa dalam pembelajaran hanya
mendengarkan, dan mencatat penjelasan guru. Guerin (2006) mengungkapkan
bahwa “dampak dari belajar hanya sebatas menghapal, mengakibatkan siswa
kurang memiliki keterampilan analisis dan kemampuan memecahkan masalah“.
Salah satu upaya untuk mengembangkan potensi siswa secara maksimal
adalah dengan mengembangkan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir ini
perlu dilatihkan dalam pembelajaran di sekolah. Salah satu bentuk kemampuan
berpikir adalah kemampuan berpikir analisis. Di antara kemampuan berpikir yang
perlu dilatihkan dalam pembelajaran fisika adalah kemampuan berpikir analisis
(Lusnayanti, 2012). Bersamaan dengan pendapat tersebut Maloney (2002)
menyatakan bahwa saat siswa dihadapkan pada sebuah masalah, siswa
menggunakan pengetahuan dasarnya untuk menggambarkan masalah dengan
membuat beberapa startegi pilihan, jika kemudian siswa tidak dapat
mengidentifikasi beberapa penerapan rumus, atau tidak puas dengan hasil
penerapan tersebut, maka siswa perlu melakukan analisis konsep kembali.
Mashadi (2005), menyatakan bahwa siswa harus dipancing daya
analisisnya dalam pembelajaran, karena dengan siswa dilatih kemampuan
analisisnya dalam pembelajaran, maka siswa senantiasa menggunakan, melatih,
dan mengembangkan kemampuannya. Dengan mengembangkan kemampuan
analisis ini diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat.
Prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan baik jika siswa memahami
materi dengan baik. Pemahaman siswa pada materi pelajaran dengan mudah dapat
tercapai jika siswa mampu menghubungkan informasi atau materi pelajaran yang
baru dalam struktur kognitifnya. Proses penghubungan dalam struktur kognitif
dapat dilakukan salah satunya dengan penggunaan kemampuan analisis.
Pembelajaran yang dijadikan alternatif yang diduga dapat menumbuhkan
kemampuan analisis siswa adalah model pembelajaran pemecahan masalah
4
berbasis konsep (PMBK). Karena model pembelajaran ini merupakan suatu
model pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dalam membangun
pengetahuannya guna memecahkan masalah berdasarkan konsep-konsep yang
telah dibangun oleh siswa itu sendiri (Leonard, et al, 1999: 3).
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan manfaat dari model
pembelajaran PMBK. Suharni (2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan PMBK efektif untuk meningkatkan kemampuan analisis
siswa. Karim (2001) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa mahasiswa
yang diberi model pembelajaran PMBK terlihat antusias dan bersemangat, karena
mereka bukan hanya mendapat informasi tentang suatu konsep fisika, bahkan
mereka mengalami konsep itu.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka masalah
yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini adalah “Bagaimanakah
pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep pada
kelas XI SMA Brawijaya Smart School (BSS) Malang ?”.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Brawijaya Smart School Malang.
Populasi dalam penelitian ini diambil dengan teknik porposive sampling. Dengan
menggunakan pengambilan sampel secara porposive sampling diperoleh dua kelas
sebagai kelas sampel, yaitu kelas eksperimen merupakan kelas yang belajar
dengan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep (kelas PMBK)
dan kelas kontrol yang belajar dengan model pembelajaran konvensional (kelas
konvensional). Satu kelas uji coba untuk menguji instrumen yang akan dijadikan
sebagai tes prestasi belajar pada kelas PMBK dan kelas konvensional.
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2009). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
variabel bebas ,yaitu model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep
dan kemampuan analisis, sedangkan variabel terikat berupa prestasi belajar. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian semu (quasi experimental). Sampel
terdiri atas dua kelas yaitu kelas eksperimen yang diberi perlakuan berupa model
pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep (kelas PMBK) dan kelas
5
kontrol yang diberi pembelajaran konvensional (kelas konvensional). Desain
penelitian ini adalah Pretest-Posttest Non-equivalent Control Group Design,
dengan rancangan penelitian seperti pada Tabel 1.
Tabel 2 Rancangan Eksperimen Pretest-Postest Non-equivalent Control Group Design
Kelas Pretes Perlakuan Postes
PMBK Y1 X Y2 konvensional Y3 - Y4
(Sugiyono, 2009: 116)
Keterangan:
PMBK : Kelas yang belajar dengan model pemecahan masalah berbasis konsep Konvensional : Kelas yang belajar dengan model pembelajaran konvensional X : Perlakuan yang diberikan pada kelas PMBK. Y1 : Pretes siswa kelas PMBK Y2 : Postes siswa kelas PMBK Y3 : Pretes siswa kelas konvensional Y4 : Postes siswa kelas konvensional
Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Kerja Siswa
(LKS), Lembar Kerja Pemecahan Masalah (LKPM), Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran
pemecahan masalah berbasis konsep.
Hasil pengamatan dan data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis
dengan statistik parametrik dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows.
Hipotesis dalam penilitian ini dianalisis dengan uji regresi linier.
HASIL
Data penelitian yang diperoleh terdiri dari data pretes, data postes dan data
kemampuan analisis dari kelas yang belajar dengan model pembelajaran
pemecahan masalah berbasis konsep dan kelas kontrol yang dideskripsikan pada
Tabel 3.
6
Tabel 3. Rekapitulasi Data Pretes, Postes, dan Kemampuan Analisis Siswa.
Data Kelas Mean Standar Deviasi Varian
Pretes PMBK 39.05 7.18 51.55 Konvensional 40.25 7.86 61.78
Postes PMBK 85.50 9.99 104.76 Konvensional 78.25 14.08 195.00
Kemampuan Analisis PMBK 65.14 13.50 182.23 Konvensional 57.50 16.51 272.16
Berdasarkan ketiga data tersebut, dicari pengaruh kemampuan analisis
terhadap prestasi belajar siswa dengan menggunakan uji regresi linier. Sebelum
dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Hasil uji
normalitas disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Normalitas.
Data Kelas Signifikansi Keterangan
Pretes PMBK 0,083 normal
Konvensional 0,064 normal
Postes PMBK 0,241 normal
Konvensional 0.011 normal
Kemampuan
Analisis
PMBK 0,111 normal
Konvensional 0,181 normal
Berdasarkan data pada Tabel 4, terlihat bahwa nilai signifikansi postes
kelas konvensional kecil dari 0,05. Untuk melihat apakah data tersebut memenuhi
kriteria normal, maka dilakukan uji Skewnes dan Kurtosis pada data postes.
Sehingga diperoleh bahwa data postes untuk kelas konvensional terdistribusi
normal.
Selain syarat normal, data yang akan dianalisis juga harus homogen. Uji
homogenitas dilakukan terhadap data penelitian menggunakan uji Levene’s Test
menghasilkan angka signifikan = 1,000 untuk data pretes, angka signifikansi =
0,550 untuk data postes dan angka signifikan = 0,281 untuk data kemampuan
analisis. Tampak bahwa angka signifikansi yang diperoleh untuk ketiga data lebih
besar dari 0,05. Ini berarti bahwa pretes, postes dan kemampuan analisis siswa
berasal dari sebaran data yang memiliki varian yang homogen.
7
Oleh karena data berdistribusi normal dan variannya homogen, maka
dilanjutkan uji hipotesis penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah,
“Pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa pada kelas PMBK
lebih baik dari kelas konvensional”. Berikut disajikan hasil analisis uji regresi
hipotesis nol untuk digunakan sebagai pengambilan kesimpulan.
Tabel 5. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Kelas R Square F Sig.
(ANOVA)
a b t Sig.
PMBK 0,496 18,708 0,000 0,534 51,400 4,325 0,000
Konvensional 0,204 4,602 0,046 0,382 56,539 2,145 0,046
Berdasarkan hasil uji regresi tersebut maka dapat diambil simpulan bahwa
pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar dapat diprediksi dengan
regresi linier. Hal ini dapat dilihat dari nilai F yang diperoleh lebih besar dari Ftabel
(18,708 > 4,38 dan 4,602 > 4,41).
Persamaan regresi linier untuk memprediksi prestasi belajar untuk kelas
PMBK adalah Y = 0,534 X + 51,400 dan untuk kelas konvensional adalah Y =
0,382 X + 56,539. Koefisien X dan konstanta pada persamaan diperoleh dari
kolom a dan b.
Untuk melihat apakah koefisien a memiliki arti dalam persamaan regresi
tersebut, maka dilakukan uji t yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5. Nilai t =
4,325 > ttabel = 2,093 untuk kelas PMBK dan t = 2,145 > ttabel = 2,101 untuk kelas
konvensional, artinya bahwa nilai koefisien a memiliki arti yang signifikan dalam
persamaan regresi linier.
Besar pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa di
kelas PMBK yaitu sebesar 49,6 %, sedangkan pada kelas konvensional
kemampuan analisis memberi pengaruh sebesar 20,4 % terhadap prestasi belajar
siswa. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh kemampuan analisis terhadap
prestasi belajar siswa di kelas PMBK lebih baik daripada kelas konvensional.
Keterlaksanaan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep
pada pembelajaran 1, 2, 3, dan 4 pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 6
berikut.
8
Tabel 6. Rekapitulasi Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Berbasis Konsep
Pembelajaran Observer Persentase Keterlaksanaan (%) 1 O1 76,92
O2 69,23 2 O1 76,92
O2 76,92 3 O1 84,61
O2 84,61 4 O1 84,61
O2 84,61 Rata-rata 79,80 %
PEMBAHASAN
Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
prestasi belajar fisika antara siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan
model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep dengan siswa yang
mendapat pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional
berdasarkan nilai mean prestasi belajar kedua kelas. Temuan ini menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan model pemecahan masalah berbasis konsep lebih
baik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa daripada model pembelajaran
yang sering digunakan oleh guru di kelas.
Prestasi belajar fisika siswa ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, di
antaranya adalah perkembangan kognitif siswa termasuk di dalamnya kemampuan
analisis. Siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi prestasi belajar yang
diperoleh juga tinggi. Dari temuan yang diperoleh terdapat perbedaan kemampuan
analisis antara kelas PMBK dan kelas konvensional. Nilai rata-rata (mean)
kemampuan analisis kelas PMBK lebih tinggi dari rata-rata kemampuan analisis
kelas konvensional, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pemecahan
masalah berbasis konsep lebih baik dalam melatihkan kemampuan analisis siswa.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Suharni (2008) yang menyatakan bahwa
pembelajaran dengan pemecahan masalah berbasis konsep efektif untuk
meningkatkan kemampuan analisis siswa.
Kemampuan analisis siswa tersebut juga dipengaruhi oleh berbagai faktor,
salah satunya model pembelajaran. Oleh sebab itu, guru harus secara selektif
9
memilih model pembelajaran yang cocok untuk pokok bahasan tertentu agar
tujuan pembelajaran yang ditetapkan tercapai (Wirtha dan Rapi, 2008).
Model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep ini mengacu
pada pandangan konstruktivisme (Suharni, 2008: 10). Sesuai dengan pernyataan
Leonard, et al (1999) bahwa model pembelajaran pemecahan masalah
berbasis konsep dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menganalisis
dan bernalar serta memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan atau
konsep yang telah dibangun oleh siswa sendiri. Dalam model pembelajaran
ini siswa diarahkan untuk membangun konsep sendiri, kemudian setelah
konsep-konsep tersebut dibangun, diharapkan siswa dapat menghubungkan
konsep-konsep tersebut sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Mengacu pada hasil penelitian yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar siswa dengan
menggunakan pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep, sehingga guru
dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam usaha meningkatkan
kemampuan analisis dan prestasi belajar fisika siswa. Hasil temuan tersebut
didukung oleh pernyataan Mashadi (2005), bahwa siswa harus dipancing daya
analisisnya dalam pembelajaran, karena dengan siswa dilatih kemampuan
analisisnya dalam pembelajaran, maka siswa senantiasa menggunakan, melatih,
dan mengembangkan kemampuannya. Dengan mengembangkan kemampuan
analisis ini diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif data pada penelitian ini dilakukan uji
regresi untuk mengetahui berapa besar sumbangan efektif kemampuan analisis
terhadap prestasi belajar siswa. Dari uji regresi didapat bahwa bentuk regresi yang
menggambarkan pengaruh kemampuan analisis terhadap prestasi belajar adalah
berbentuk regresi linear. Artinya siswa yang memiliki kemampuan analisis tinggi
akan diikuti dengan prestasi yang tinggi. Besar pegaruh kemampuan analisis
terhadap prestasi belajar siswa pada kelas PMBK adalah 49,6% sedangkan untuk
kelas kovensional sebesar 20,4%. Berdasarkan temuan tersebut dapat diketahui
bahwa 50,4% untuk kelas PMBK dan 79,6% untuk kelas konvensional ternyata
prestasi belajarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk dalam
penelitian.
10
Dalam kegiatan penelitian ini, proses belajar mengajar menggunakan lima
langkah pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep sesuai dengan
pendapat Leonard et al (1999), yaitu penelusuran konsep awal, pengasahan dan
pengelompokan konsep, mengembangkan kemampuan analisis dan bernalar,
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, dan menyusun pengetahuan
dalam ingatan. Keterlaksanaan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis
konsep yang dimaksud dalam penelitian ini terbatas pada keterlaksanaan skenario
pembelajaran yang telah dirancang oleh peneliti yang mengacu pada tahapan-
tahapan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep. Persentase
keterlaksanaan model pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep pada
penelitian ini adalah 79,80% dengan kriteia baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data hasil penelitian dan pembahasan
yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa
besar pengaruh kemampuan analisis siswa yang belajar dengan model
pembelajaran pemecahan masalah berbasis konsep lebih tinggi terhadap prestasi
belajar siswa daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran
konvensional.
Mengingat bahwa model pembelajaran pemecahan masalah berbasis
konsep memiliki keunggulan dari model pembelajaran konvensional dalam
mengembangkan kemampuan analisis siswa yang akhirnya dapat memperbaiki
prestasi belajar siswa, maka kepada guru fisika SMA disarankan untuk
mempertimbangkan pembelajaran ini sebagai strategi pembelajaran bidang fisika.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Fisika Sekolah Menengah Atasdan Madrasah Aliyah. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Guerin, Bill. 2006. Pendidikan Indonesia Sangat Ketinggalan. Media Asia Times. (Online). http://www.anandkrishna.org/phpBB3/viewtopic.php?f=11&t=40, diakses 10 April 2012.
11
Leonard, J. W, Gerace, J. W, Dufresne, J. R, dan Mestre, P. J. 1999. Concept Based Problem Solving: Combining Educational Research Result and Practical Experience to Create a Framework for Learning Physics and to Derive Effective Classroom Practice. (Online). http://umpreg.physics.umass.edu/library/gerace_1999.cbl/download, diakses 10 April 2012.
Lusnayanti, Lusi. 2012. Penerapan Metode Pembelajaran Know-Want-Learn (K-W-L) Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Fisika Dan Mengetahui Profil Kecerdasaan Emosional Siswa SMA. . Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UPI
Maloney, David. 2002. The Relationship Between Mathematics Preparation and Concepttual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Score. American Journal Physics of education Vol. 70 No. 12.
Mashadi. 2005. Guru Matematika dan Fisika Jangan Hanya Ajari Teori ”Kuasai Konsep untuk Pancing Daya Analisis Siswa”. (Online). http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0505/02/1101.htm, diakses 12 Maret 2012.
Setyowibowo. 2006. Latih Daya Analisis Agar Kritis. (Online). http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/0506/01/11.htm, diakses 12 Maret 2012.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suharni. 2008. Efektivitas Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Berbasis Konsep Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa SMA. Skripsi tidak diterbitkan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UPI