pengaruh model problem based learning (pbl)...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) SISWA
PADA MATERI LAJU REAKSI (Kuasi Eksperimen di MAN Mauk Kabupaten Tangerang)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk
Memenuhi Prasyarat Mencapai Gelar Sarjana Strata 1 (S.Pd)
Disusun Oleh:
AAN HANAFIAH
1110016200009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aan Hanafiah
NIM : 1110016200009
Jurusan : Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia
Alamat : Jl.Raya Mauk Km. 20 Desa Tegal Kunir Kelurahan Banyu Asih
RT 013/003 Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang, Banten,
15530
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa Skripsi yang berjudul Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL)
Terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa pada Materi Laju Reaksi
adalah benar karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
1. Nama Pembimbing I : Tonih Feronika, M.Pd.
NIP : 19760107200501107
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia
2. Nama Pembimbing II : Burhanudin Milama, M.Pd.
NIP : 197702012008011011
Jurusan/Program Studi :Pendidikan Kimia
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
saya sendiri.
Jakarta, 26 Maret 2015
Yang Menyatakan
AAN HANAFIAH
ABSTRAK
Aan Hanafiah, 1110016200009, “ Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap keterampilan Proses sains Siswa pada Materi Laju Reaksi.” Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universias Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruhmodel Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada materi laju reaksi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Mauk Kabupaten Tangerang. Metode yang digunakan adalah quasi eksperiment,dengan desain nonequivalent control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing berjumlah 27 siswa. Pengambilan data menggunakan instrumen berupa tes uraian keterampilan proses sains. Analisis data menggunakan uji-t, data hasil perhitungan perbedaan rata-rata kedua kelas diperoleh thitungsebesar7,32, sedangkan ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar 2,00 sehingga thitung> Rttabel. yang menunjukkan bahwa hipotesis alternatif (H1) diterima, artinya terdapat pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada materi laju reaksi. Kata Kunci : Model Problem Based Learning (PBL), Keterampilan Proses Sains (KPS), Materi Laju Reaksi.
ABSTRACT
Aan Hanafiah, 1110016200009, “The Influence of Problem Based Learning Modelon Science Process Skills Students in Reaction Rate Material.” Thesis, Chemistry Education Program, Science Education Departement, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training of Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta
This study aims to know influence of problem based learning modelon science process skills students in reaction rate material. This study Carrieed Out on November 2014 in Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Mauk Tangerang Regency. Quasi Experiments used as a method of this study with nonequivalent control group design. The sampel was taken by using purposive sampling technique. A subject of study amount of 27 students in each control class and experimental class. The data took by using science process skill test instrument. Test-t used for analysis of data and the result of the average of both class are obtained the value of t-count was equal 7,23 and t-table 7,32 while t-table on significant level 0,05 is aqual 2,00 so t-count> t-table and it means that alternative hypotesis (H1) has been accepted so there are an influence of problem based learning (PBL) modelon science process skills students in reaction rate material.
Keyword: Problem Based Learning (PBL), Science Process Skill, Reaction Rate Material
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT Rabb semesta alam, atas segala kasih,
sayang, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning
TerhadapKeterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Laju Reaksi”.
Skripsi ini ditujukan sebagai prasyarat memperoleh gelar sarjana Strata I (S1)
pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat tidak terlaksana
tanpa adanya bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mendidikasikan karya ilmiah ini sekaligus
mengucapkan terima kasih yang seluas-luasnya,
yaitu kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dedi Irwandi, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Tonih Feronika M,Pd sebagai pembimbing I yang telah memberikan
waktu, tenaga, pikiran dan motivasi dalam membimbing penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Burhanudin Milama, M.Pd, sebagai pembimbing II yang telah
memberikan waktu, tenaga, pikiran dan motivasi dalam membimbing
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Drs. M. Ja’far, M.M, selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Mauk Kabupaten Tangerang.
7. Ajis Sahrozi, S.Si, selaku guru bidang studi kimia Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Mauk Kabupaten Tangerang.
i
8. Khususon untuk Ibu, Ibu, Ibu, Abah, Teh Lilis, Teh Tety, Syifa, Eki,
semua aa, teteh, dan ade yang dengan ikhlas memberikan doa, dukungan,
perhatian kepada penulis, terimaksih telah menjadi keluarga yang hebat.
9. Naihaiku yang siap setia dan selalu bersedia bekerja sama dan sama-sama
bekerja.
10. Abi Muiz, Abah Azis, Pak Adnan, Pak Noval, Pak Musa, Ka Mimi, dan
rekan-rekan pengurus serta donatur yayasan Rydha (www.rumahyatim.id)
yang telah memotivasi dan membantu kelancaraan proses study penulis.
11. Teman-teman seperjuangan pendidikan kimia angkatan 2010 yang telah
menjadi kawan-kawan istimewa, mendukung, mendoakan, belajar
bersama, dan membangun cerita terbaik selama 4 tahun lebih.
12. Rekan-rekan UKM hebat; Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syahid,
Himpunan Qori-qoriah Mahasiswa (HIQMA) UIN Syahid, Lembaga
Tahfidz dan Ta’lim Quran (LTTQ) masjid Fathullah UIN Syahid, Holy Al-
Quran Institute (HAQI) Abahata Aljabari, Komunitas Pemuda Rydha
(KOPER), yang membantu penulis merasa menjadi mahasiswa
sesungguhnya dalam proses study di UIN Syahid Jakarta.
13. Sahabat-sahabat ter-istimewa, Pondokan Assalam Blok B Barokah (BBB:
manjoy, diano, anyios, yayi, maria, ochi, ita, teh mirna), Bangsal A6
(mpik, windy, sechi, uty, jeann, ivo, apri), Srikandi-srikandi HIQMA,
Atangindun (lela, weiwin, rohma, ka ani), Bukan Akhwat Biasa, dan para
Akhwat tangguh, semoga Allah kekalkan ukhuwah kita.
14. Siswa/i kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Mauk Kabupaten
Tangerang atas kerjasama selama proses penelitian.
15. Semua pihak yang tidak mampu penulis disebutkan satu persatu yang ikut
terlibat selama penulisan skripsi ini, Jazakumullah.
Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada. Karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini, besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan membutuhkannya.
Jakarta, 26 Maret 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. viii
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 5
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................................... 5
D. Perumusan Massalah ........................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 6
BAB II : KAJIAN TEORI ........................................................................................... 7
A. Landasan Teori ................................................................................................... 7
1. Belajar dan Pembelajaran ........................................................................... 7
2. Pengertian Model Pembelajaran ................................................................ 8
3. Problem Based Learning (PBL) ................................................................ 9
a. Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah .......... 11
b. Peran Guru dalam Problem Based Learning ................................... 12
c. Pengalaman Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ........... 13
d. Desain Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah ............... 13
e. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah ............................... 15
iii
f. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ......................... 15
4. Keterampilan Proses Sains Siswa ............................................................. 18
a. Pendekatan Keterampilan Proses Sains ............................................ 19
b. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya ........ 20
c. Peranan Guru dalam Mengembangkan Keterampilan Proses Sains
(KPS) .................................................................................................... 23
5. Laju Reaksi .................................................................................................. 24
a. Pengertian Laju Reaksi ....................................................................... 25
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi ............................. 26
B. Kerangka Berpikir ............................................................................................. 28
C. Penelitian Relevan ............................................................................................. 31
D. Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 32
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................... 33
B. Metode dan desain Penelitian ......................................................................... 33
1. Metode Penelitian ...................................................................................... 34
2. Desain Penelitian ....................................................................................... 34
C. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 35
D. Variabel Penelitian ........................................................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 36
1. Data Proses Pembelajaran ........................................................................ 36
2. Data Keterampilan Proses Sains siswa ................................................... 37
3. Lembar Kerja Siswa .................................................................................. 37
4. Lembar Observasi ....................................................................................... 37
F. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 38
1. Validitas ...................................................................................................... 39
2. Reliabilitas .................................................................................................. 40
3. Tingkat Kesukaran ..................................................................................... 41
4. Daya Beda ................................................................................................... 42
G. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 47
iv
1. Teknik Prasyarat Analisis Data ................................................................ 47
2. Teknik Analisis Keterampilan Proses Sains........................................... 51
3. Hipotesis Statistik ...................................................................................... 52
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................................. 53
1. Hasil Pretes Keteranpilan Proses Sains Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ................................................................................................. 53
2. Hasil Postes Keteranpilan Proses Sains Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ................................................................................................. 55
B. Analisis Data Tes Keterampilan Proses Sains .............................................. 57
1. Uji Prasyarat Sampel ................................................................................. 57
a. Uji Normalitas Pretes .......................................................................... 57
b. Uji Homogenitas Pretes ...................................................................... 58
c. Uji Hipotesis Pretes ............................................................................. 58
2. Uji Prasyarat Analisis Data ...................................................................... 59
a. Uji Normalitas Postes ......................................................................... 59
b. Uji Homogenitas Postes ..................................................................... 60
c. Uji Hipotesis Postes ............................................................................ 61
C. Pembahasan ....................................................................................................... 62
BAB V : PENUTUP .................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 76
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ................................ 15
Tabel 2.2 “Proses 7 Langkah” PBL menurut M.Taufiq Amir ............................... 17
Tabel 2.3 Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya .......................................... 21
Tabel 3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 34
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 38
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Butir ............................................................................... 39
Tabel 3.4 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ............................................. 40
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ................................................................ 41
Tabel 3.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran ................................................................. 42
Tabel 3.7 Hasil Uji Tingkat kesukaran Instrumen ................................................... 42
Tabel 3.8 Interpretasi Daya Beda ............................................................................... 43
Tabel 3.9 Hasil Uji Beda ............................................................................................. 43
Tabel 3.10 Hasil Validasi Kisi-kisi 29 Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains
(KPS) .......................................................................................................... 44
Tabel 3.11 Kisi-kisi 12 Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains yang digunakan
dalam penelitian ........................................................................................ 45
Tabel 3.12Kriteria Interpretasi Skor .......................................................................... 51
Tabel 4.1 Hasil Pretes Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ............................................................................................... 54
Tabel 4.2 Presentase Ketercapaian Keterampilan Proses Sains Pretes Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................................................... 54
Tabel 4.3 Hasil Postes Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ................................................................................................ 55
vi
Tabel 4.4 Presentase Ketercapaian Keterampilan Proses Sains Postes Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen ............................................................... 56
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ..... 57
Tabel.4.6Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .. 58
Tabel 4.7 Uji Kesamaan Rerata Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... 59
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ..... 60
Tabel 4.9 Hasil Uji Honogenitas Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .. 60
Tabel 4.10Uji Kesamaan Rerata Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 61
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Investigatoin Of Process Skill .............................................................. 23
Gambar 2.2 Ilustrasi Konsentrasi .............................................................................. 26
Gambar 2.3 Ilustrasi Luas Permukaan ..................................................................... 27
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................. 30
Gambar 4.1 Perbandingan Rerata Postes Kelas Kontrol & Kelas Eksperimen ... 63
Gambar 4.2 Presentasi Nilai Keterampilan Proses Sains Pretes dan Postes Kelas
Eksperimen ........................................................................................... 65
Gambar 4.3Jawaban Siswa A Pada Keterampilan Proses Sains Indikator
Mengajukan Pertanyaan ...................................................................... 69
Gambar 4.4 Jawaban Siswa B Pada Keterampilan Proses Sains Indikator
Mengajukan Pertanyaan ...................................................................... 69
Gambar 4.5 Jawaban Siswa A Pada Keterampilan Proses Sains Indikator
Prediksi ................................................................................................. 70
Gambar 4.6 Jawaban Siswa B Pada Keterampilan Proses Sains Indikator
Prediksi .................................................................................................. 70
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol .......................... 76
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ................... 83
Lampiran 3 : Analisis Indikator ................................................................................. 105
Lampiran 4 : Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains .............................. 111
Lampiran 5 : Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Instrumen Penelitian
Keterampilan Proses Sains (KPS) ...................................................... 119
Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa 1 ........................................................................ 123
Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa 2 ......................................................................... 132
Lampiran 8 : Data Presentasi (%) Ketercapaian Pretes KPS Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ............................................................................. 143
Lampiran 9 : Data Presentasi (%) Ketercapaian Postes KPS Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ............................................................................... 146
Lampiran 10 : Data uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol ...................................... 149
Lampiran 11 : Data uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen .............................. 151
Lampiran 12 : Data uji Normalitas Postes Kelas Kontrol ..................................... 153
Lampiran 13 : Data uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen .............................. 155
Lampiran 14 : Data Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Kontrol ........................... 157
Lampiran 15 : Data Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Eksperimen ................... 160
Lampiran 16 : Data Distribusi Frekuensi Postes Kelas Kontrol .......................... 163
Lampiran 17 : Data Distribusi Frekuensi Postes Kelas Eksperimen ................... 166
Lampiran 18 : Data Uji Homogenitas Pretes .......................................................... 169
Lampiran 19 : Data Uji Homogenitas Postes .......................................................... 171
Lampiran 20 : Data Uji Hipotesis Pretes ................................................................. 173
ix
Lampiran 21 : Data Uji Hipotesis Postes .................................................................. 175
Lampiran 22 : Surat Pernyataan Validasi Instrumen Dosen .................................. 177
Lampiran 23 : Surat Pernyataan Validasi Instrumen Guru .................................... 178
Lampiran 24 : Surat Bukti Penelitian ....................................................................... 179
Lampiran 25 : Lembar Pengamatan Pembelajaran ................................................. 181
Lampiran 26 : Uji Referensi ...................................................................................... 187
Lampiran 27 : Dokumentassi Kegiatan Proses Belajar Mengajar Kelas Kontrol
dan Eksperimen .......................................................................... 196
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Anies R.
Baswedan, memaparkan fakta-fakta pendidikan Indonesia dengan tema “Gawat
Darurat Pendidikan di Indonesia”, beliau memaparkan beberapa berita baik di
dunia pendidikan diantaranya yaitu: jumlah institusi pendidikan dasar dan
menengah terus meningkat sejak jaman kemerdekaan, dan salah satu kinerja baik
Indonesia pada pemetaan kapasitas berinovasi menunjukkan bahwa Indonesia
mendudukui posisi ke 30 dari 142 negara, hal ini setara dengan Selandia Baru dan
lebih baik dari Spanyol dan Hongkong. Akan tetapi kabar buruk dibidang
pendidikan salah satunya adalah berdasarkan pemetaan Trends in International
Mathrmatics and Science Studies (TIMSS) tahun 2011 menunjukkan bahwa
Indonesia termasuk pada peringkat 40 dari 42 negara pada bidang literasi sains.1
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, megungkapkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Berbagai
perubahan yang terjadi di berbagai lini kehidupan kita di era pengetahuan ini,
terutama pekembangan teknologi informasi dan komunikasi haruslah dianggap
penting oleh dunia pendidikan, agar institusi pendidikan dapat terus bertahan dan
mendapatkan apresiasi tinggi maka institusi pendidikan juga harus berubah
menyesuaikan diri dan memperbaiki diri, dan salah satu aspek yang harus
1 Baswedan, Anies R. Gawat Darurat Pendidikan Indonesia. (Jakarta: Kemendikbud RI, 2014)
2 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1.
1
2
diperbaiki adalah proses belajar mengajar.3 Bercermin pada tujuan pendidikan
nasional yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”4
Cita-cita bangsa Indonesia adalah terbentuknya manusia pancasila bagi
seluruh warga negaranya, tujuan pendidikan telah disejajarkan dengan cita-cita
tersebut. Semua institusi atau lembaga pendidikan harus mengarahkan segala
kegiatan di sekolahnya bagi pencapaian tujuan itu.5
Proses pembelajaran IPA yang menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar, maka hakikat IPA menurut Depdiknas 2006 memiliki 4 unsur yaitu:
sikap, proses, produk, dan aplikasi.6 Unsur proses tersebut merupakan prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah, yang meliputi penyusunan hipotesis,
perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan,
kesimpulan.7
Kenyataannya, setiap manusia akan dihadapkan kepada masalah yang
kompleks.8 Hal ini menyebabkan pembelajaran berbasis pemecahan masalah amat
diperlukan, salah satu metode yang banyak diadopsi untuk menunjang dan
memberdayakan pembelajar adalah metode Problem Based Learning (PBL)
3 M.Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan melalui Problem based Learning. (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010) h.3
4 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3.
5 Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) h.142
6Zulfianai,dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,2009) h.46-47
7Zulfianai,dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,2009) h.47
8Wina Sanjaya. Strategi Pembelajatran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.(Jakarta: Kharisma Purta Utama.2006) h.215
3
dengan ciri pemberian ‘masalah’ dan biasanya masalah yang diberikan memiliki
konteks dengan dunia nyata.9
Pembelajaran berbasis masalah memiliki keterkaitan erat dengan
keterampilan proses sains siswa, karena beberapa alasan diperlukannya
keterampilan proses sains siswa adalah bahwa keterampilan proses sains siswa
memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan
dan memberi bekal siswa untuk membentuk konsep sendiri dengan cara
bagaimana mempelajari sesuatu.10
Pengantar Kurikulum 2013, menyatakan bahwa tantangan internal terkait
dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk
usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun)
lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang
tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai
puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab
itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar
sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan
menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan
melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.11
Afrizon dkk, mengungkapkan hasil pengamatan dalam penelitian yang
dilakukannya dilihat dari sisi peserta didik dan pendidik dalam proses
pembelajaran, maka: 1) masih banyak peserta didik yang cenderung hanya
menerima materi yang diajarkan, tanpa mau menelaah lebih dalam dan
berkelanjutan; 2) kurangnya inisiatif siswa untuk bertanya kepada guru; 3) jika
ditanya contoh dalam kehidupan sehari-hari, maka siswa akan memberikan
jawabannya sesuai dengan yang diberikan oleh guru; 4) kemampuan guru dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran yang menantang masih kurang; 5)
9 M.Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan melalui Problem based Learning. (Jakarta: Prenada Media Grup, 2010) h.12
10 Ibid. h.51 11Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013Tentang
Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. h.1-2
4
pembelajaran yang dilaksanakan kurang bermakna dibuktikan dengan
ketidaksiapan dalam kuis di akhir pembelajaran.12
Salah satu cara mencapai tujuan-tujuan tertentu, para siswa dihadapkan
dengan situasi yang bermasalah agar mereka peka terhadap masalah, dan
kepekaan terhadap masalah dapat ditimbulkan jika sikap para siswa dihadapkan
pada situasi yang membutuhkan pemecahan, oleh karea itu para guru hendaknya
mendorong siswa untuk melihat masalah, merumuskannya, dan berdaya upaya
untuk memecahkannya sejauh taraf kemampuan para siswa.13 Subali dalam
penelitiannya mengutip kalimat dari Rezba, bahwa perlu dipahami juga bahwa
keterampilan proses sains terintegrasi sudah merupakan aplikasi keterampilan
proses sains yang digunakan untuk pemecahan masalah.
Penelitian Saputri, Jurnal penelitian tahun 2013 tentang “Pembelajaran
Berbasis Masalah Berorientasi Keterampilan Proses Pada Pembelajaran Fisika di
SMP”. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pada
pembelajaran berbasis masalah berorientasi keterampilan proses terhadap hasil
belajar siswa. dan penelitian lain yaitu Muderawan dkk, Pascasarjan Universitas
Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. “Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Proyek Dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Keterampilan Proses Sains Ditinjau
Dari Gaya Kognitif Siswa”. Dari hasil analisis data dengan Anava dua jalur,
Model pembelajaran berbasis proyek mampu memberikan nilai keterampilan
proses sains yang terbaik.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu kiranya ada sebuah bahan kajian
yang mendalam tentang apa pengaruh model Problem Based Learning ini, dapat
diterapkan dalam sebuah proses pembelajaran untuk melatih kemampuan
pemecahan permasalahan dan melatih keterampilan proses sains siswa, sehingga
dapat memberi masukan, khusuusnya kepada guru tentang pembelajaran berbasis
masalah yang menurut Tan (2003) merupakan pendekatan pembelajaran yang
12 Renol Afrizon, Dkk. Peningkatan Periaku Berkarakter Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas Ix Mtsn Model Padang Pada Mata Pelajaran Ipa-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction. (Universitas Negeri Padang: Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika 1(2012) ISSN: 2252-3014).
13Conny Semiawan, dkk. Pendekatan Proses Sains. (Jakarta: PT Gramedia, 1985) h.13
5
relevan dengan abad ke-21 dan umumnya kepada para ahli dan praktisi
pendidikan yang memusatkan perhatiannya pada pengembangan dan inovasi
sistem pembelajaran.14
Berdasarkan paparan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh tentang “Model Problem Based Learning
(PBL) terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, didapat
identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Masih banyak peserta didik yang cenderung pasif, hanya menerima materi
yang diajarkan, tanpa mau menelaah lebih dalam dan berkelanjutan (minimnya
Keterampilan Proses Sains Siswa);
2. Kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang
menantang masih kurang;
3. Belum terbiasanya peserta didik dihadapkan dengan pembelajaran-
pembelajaran yang berbasis masalah.
C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan yang dipaparkan, maka perlu dibatasi
yaitu sebagai berikut:
1. Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa yang diidentifikasi meliputi:
keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, menginterpretasi, memprediksi,
mengajukan pertanyaan, berhiptesis, merencanakan percobaan, menggunakan
alat dan bahan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah Problem Based Learning (PBL)
atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan pendekatan yang digunakan
adalah diskusi dan praktikum.
3. Pokok bahasan/materi yang akan diteliti adalah materi Laju Reaksi
14 Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h..230
6
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat
dirumuskan masalah yanga akan diteliti adalah sebagai berikut: seberapa besar
pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Proses
Sains (KPS) Siswa?
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar pengaruh
model Problem Based Learning (PBL) terhadap presentasi nilai dan kategori
keberhasilan Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada materi laju reaksi.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang aktif dan
menyenangkan, serta dapat lebih memudahkan siswa dalam memahami materi
dengan bermakna melalui keterampilan proses sains dan model pembelajaran
berbasis masalah.
2. Bahan masukan bagi guru dan calon guru atau perangkat sekolah tentang
penggunaan model pembelajaran PBL yang dapat membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan proses sains siswa.
3. Sebagai bahan pemikiran untuk perkembangan dan penelitian selanjutnya
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teoritis 1. Belajar dan Pembelajaran
Perkembangan intelektual terjadi saat individu berhadapan dengan
pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka ingin memecahkan masalah
yang dimunculkan, dan dalam upaya mendapatkan ilmu, individu berusaha
mengaitkan pengetahuan awal yang dimilikinya kemudian membangun pengertian
baru.1
Belajar dan Pembelajaran yang disusun oleh Suyono dan Hariyanto,
banyak menungkapkan definisi belajar menurut para ahli pendidikan, diantaranya
menurut Crow and Crow (ahli pendidikan yang menganut behaviorisme), belajar
merupakan diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.
Sedangkan menurut Gagne (ahli pendidikan yang menganut empirisme) belajar
merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan
kecenderugan manusia, seperti sikap, minat atau nilai dan perubahan kemampuan,
yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.2 Dari
pendapat para ahli tersebut, Suyono dan Hariyanto menyimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan
kepribadian.3
Pembelajaran dapat didefinisikan dengan berbagai cara, seperti yang
diungkapkan oleh Ward dalam bukunya Pengajaran Sains berdasarkan Cara Kerja
Otak bahwa pembelajaran merupakan proses yang menghasilkan perubahan
kapasitas mental, keterampilan motorik, kesejahteraan emosi, motivasi,
1 Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.244 2 Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya,2011) h.12 3 Ibid. h.9
7
8
keterampilan sosial, sikap, dan struktur kognisi yang berkelanjutan.4 Pembelajaran
dapat dipengaruhi oleh kepercayaan diri pembelajar (merasa diri pandai atau
tidak), dan juga dipengaruhi oleh efektifitas guru dalam membuat keterhubungan.5
2. Pengertian Model Pembelajaran Prawiradilaga dalam bukunya Prinsip Desain Pembelajaran
menungkapkan istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur
kerja yang teratur dan sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau
penjelasan berikut saran yang menunjukkan bahwa suatu model desain
pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar
teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem, dan
sebagainya. Dan penulis menambahkan bahwa tentu saja semua ini mengacu pada
penyelenggaran proses belajar dengan baik.6 Setara dengan istilah metode
pembelajaran, yaitu istilah model mengajar atau model pembelajaran dalam
beberapa buku sumber memaknainya sama, tetapi ada juga yang
membedakannya.7 Seperti yang dituliskan oleh Zulfiani dkk dalam buku Strategi
Pembelajaran Sains, Perbedaan istilah pendekatan, metode, dan model memiliki
pengertian masing-masing yaitu; pendekatan menekankan pada strategi dalam
perencanaan; sedangkan metode merupakan teknik, bagaimana cara materi akan
diajarkan kepada siswa; sedangkan model adalah rencana atau pola yang dapat
dipakai untuk merancang mekanisme suatu pengajaran meliputi sumber belajar,
lingkungan belajar dan kurikulum.8
Rusman dalam buku Model-Model Pembelajaran mengungkapkan bahwa
penelitian tentang model pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa ahli di
Amerika Serikat yaitu March Belth. Penelitian tentang kegiatan pembelajaran
4Hellen Ward. Pengajaran Sains berdasarkan Cara Kerja Otak.(Jakarta:PT. Indeks,2010) Edisi Bahasa Indonesia. h.17
5 Ibid, h.19 6 Dewi Salma Prawiradilaga. Prinsip Desain pembelajaran.(Jakarta: Prenada Media
Group,2007) h.33 7 Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya,2011) h.19 8Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta:Lembaga Penelitian UIN
Jakarta,2009) h.117
9
berusaha menemukan model pembelajaran. Model-model yang ditemukan dapat
diubah, diuji kembali dan dikembangkan, selanjutnya dapat diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran berdasarkan pola pembelajaran yang digunakan.9 Rusman juga mengutip kalimat Joyce & Weil dalam bukunya yang
mengungkapkan bahwa model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun
berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model
pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologi,
sosiologi, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung.10 Model
pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.11 Buku Strategi Pembelajaran Sains menuliskan bahwa model memiliki
tahapan yaitu: 1) sintaks/pentahapan merupakan penjelasan pengoperasian model;
2) sistem sosial bagaimana penjelasan tentang peranan guru dan pembelaja; 3)
prinsip-prinsip reaksi menjelaskan bagaimana sebaiknya guru bersikap dan
berespon terhadap aktifitas siswa; 4) sistem pendukung menjelaskan hal-hal yang
diperlukan sebagai kelengkapan model di luar manusia.12
3. Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning pertamakali diperkenalkan pada awal tahun
1970-an di Universitas Mc Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai satu
upaya menemukan solusi diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan
sesuai situasi yang ada.13
Barell dalam bukunya Problem Based Learning An Inquiry Approach,
mengungkapkan bahwa “Problem Based Learning (PBL) can be defined as an
inquiry process that resolves question, curiosities, doubts, and uncertainties about
9 Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.131 10 Ibid. h.132 11 Ibid. h.133 12 Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta,2009) h.117-118 13 Rusman. Op.cit.. h.242
10
complex phenomena in life.14a problem is any doubt, difficulty, or uncertainty that
invites or or needs some kind of resolution”.15
Arends seorang profesor Educational Leadership sekaligus dekan di
Central Connecticut State University mengungkapkan bahwa “the essence of PBL
consist of presenting students with authentic and meaningfull problem situation
that can serve as springboards for infestigations and inquairy.”16 Arends juga
menyampaikan bahwa PBL tidak akan terjadi kecuali guru membuat lingkungan
kelas dimana terjadi pertukaran ide-ide yang jujur dan terbuka.17
Problem Based Learning (PBL) biasa juga disebut dengan Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM), Rusman dalam bukunya mengutip definisi PBM
menurut Tan bahwa PBM atau PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran,
kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja
kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat membedayakan,
mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
berkesinambungan.18
Buku Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning, Amir
merumuskan masalah dalam PBL yang dapat disajikan saat pembelajaran
meliputi: 1) kinerja yang tidak sesuai; 2) situasi yang menuntut perhatian atau
peningkatan; 3) mencari cara yang lebih baik atau hal yang baru; 4) fenomena
yang menjadi misteri atau belum dapat dipecahkan; 5) adanya kesenjangan dalam
informasi dan pengetahuan; 6) masalah pengambilan keputusan.19 Dengan
menggunakan masalah-masalah seperti itulah, model pembelajaran yang
dinamakan PBL dilaksanakan, dan masalah diberikan di awal sebagai pemicu
proses pembelajaran.20 Wina Sanjaya mengungkapkan hakikat masalah dalam
pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut:
14John Barell. Problem Based Learning An Inquiry Approach. (California:Corwin Press,2007) h.3
15 Ibid. 16 Richad I Arends, Learning to Teach. (New York: McGraw-Hill, 2007) h.380 17 Ibid. 18 Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.229 19M.Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. (Jakarta: Prenada
Media Group, 2009) h.18-20 20 Ibid. h.20
11
“Hakikat masalah dalam PBM/PBL adalah gap atau kesenjanagan antara situasi nyata dengan kondisi yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan keluhan, keriasuan, atau kecemasan. Oleh karena itu materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang yang bersumber dari bukusaja, akan tetapi dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai kurikulum yang berlaku.”21 a. Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau (PBL) tertulis
rangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah. Maka terdapat 3 ciri utama pada konsep
dasar dan karakteristik dalam strategi Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:22
Pertama, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah tidak mengharapkan
siswa hanya mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran,
akan tetapi diharapkan siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari, dan
mengolah data, dan menyimpulkan; Kedua, aktifitas pembelajaran diarahkan
untuk menyelesaikan masalah; Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Rusman mengutip kalimat Boud dan Feletti (1997) yang mengemukakan
bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi yang paling signifikan
dalam pendidikan. Dan juga mengutip kalimat margeston (1994)
mengemukakan bahwa kurikulum Pembelajaran Berbasis Masalah membantu
untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat
dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif.23
1) Masalah, Pedagogi, dan Pembelajaran Berbasis Masalah
Masalah dapat mendorong keseriusan, inquiri, dan berpikir dengan cara
yang bermakna dan sangat kuat (powerful). Pendidikan memerlukan
perspektif baru dalam menemukan berbagai permasalahan dan cara
memandang sesuatu permasalahan.24
2) Masalah dan Multiple Prespective
21Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:Kencana,2011).h.215
22Ibid. h.214-215 23 Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.230 24 Ibid. h.230-231
12
Kita perlu menyadari bahwa seluruh proses kognitif dan aktifitas mental
yang terlibat seperti Isu-isu yang ada di dunia nyata merupakan disiplin
silang dan melibatkan perspektif yang saling berhubungan, sehingga kita
membutuhkan pandangan yang luas tentang berbagai hal dan perpaduan dari
setiap perbedaan pengetahuan dasar yang saling berhubungan.25 John Barell
mengungkapkan mengenai problematic situation mutliple prespectives on
PBL bahwa “PBL can be more interdisiplinary than pursuing within only
one subject area”.26 Pertanyaan dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
mencakup berbagai disiplin ilmu dan tidak hanya satu subjek area.
3) Teori belajar, Konstruktivisme dan Pembelajaran Berbasis Masalah
Segi pedagogis, Rusman merangkum teori Schmidt (1993); Savery dan
Duffy (1995); serta Hendry dan Murphy (1995); bahwa pembelajaran
berbasis masalah atau Problem Based Learning didasarkan pada teori
belajar konstruktivisme, dengan salah satu cirinya adalah pemahaman
diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan
belajar.27 Ketika tujuan PBL lebih luas, maka permasalahan pun menjadi
lebih kompleks dan proses PBL membutuhkan siklus yang lebih panjang.
b. Peran Guru dalam Problem Based Learning
Guru harus menggunakan model pembelajaran yang akan menggerakkan
siswa menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar sepanjang
hayat. Peran guru dalam PBL berbeda dengan peran guru dalam kelas. Guru
dalam PBL, terus berpikir tentang beberapa hal, yaitu:28
1) Bagaimana guru dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang
ada di dunia nyata, sehingga siswa dapat menguasai hasil belajar?
2) Bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses pemecahan masalah,
pengarahan diri, dan belajar dengan teman sebaya?
25 Ibid. h.231 26 John Barell. Problem Based Learning An Inquiry Approach. (California:Corwin
Press,2007) h.5 27 Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.231 28 Ibid. h.234
13
3) Bagaimana siswa memandang dirinya sendiri sebagai pemecah masalah
yang aktif?
Guru atau pendidik dalam memfasilitasi proses PBL, menurut Amir harus
mengaitkan berbagai proses langkah PBL dengan: 1) pengetahuan pembelajar
sebelumnya; 2) pengalaman pemelajar sebelumnya; 3) konteks dunia nyata
yang akan dihadapi; 4) konsep dan teori yang ada, baik yang sudah dipelajari
maupun yang belum; 5) berbagai fakta dan gagasan yang ada diseputar
masalah yang yang sedang disajikan.29
c. Pengalaman Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Inti dari pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran siswa.
beberapa hal penting yang harus mendapat perhatian adalah:30
1) Memperkirakan kesiapan siswa, meliputi dasar pengetahuan,
kedewasaan berfikir, dan kekuatan motifasinya;
2) Mempersiapkan siswa dalam hal cara berfikir dan kemampuan dalam
rangka melakukan pekerjaan secara kelompok, membaca, mengatur waktu,
dan menggali informasi;
3) Merencanakan proses dalam bentuk langkah-langkah cycle problem
best learning;
4) Menyediakan sumber bimbingan yang tepat menjamin bahwa ada akhir
yang merupakan hasil akhir.
d. Desain Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
1) Akar desain Masalah
Akar desain masalah adalah masalah yang riil berupa kenyataan hidup,
pendidikan dan pelatihan para guru, harus mampu menunjukkan
bagaimana menangani situasi riil dalam dunia pendidikan. Bahkan
terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik dalam pendidikan.
Menurut Hick, Rusman merangkum bahwa ada empat hal yang harus
29M.Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. (Jakarta: Prenada Media Group, 2009) h.45
30 Rusman.Op.Cit., h.240-241
14
diperhatikan ketika membicarakan masalah yaitu : a) Memahami masalah;
b) Kita tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut; c)
Adanya keinginan menyelesaikan masalah; d) Adanya keyakinan mampu
memecahkan masalah tersebut.31
2) Menentukan tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
Tujuan PBM adalah untuk membantu peserta didik mengembangkan
pengetahuan fleksibel yang dapat diterapkan pada banyak situasi.32
penguasaan isi belajar dari disiplin ilmu heuristik dan pengembangan
keterampilan pemecahan masalah. PBM juga berhubungan dengan belajar
tentang kehidupan yang lebih luas (life wide learning), keterampilan
memaknai informasi, kolaboratif dan belajar tim, dan keterampilan berfikir
reflektif dan evaluatif.33
3) Desain Masalah
Pada dasarnya kompleksitas masalah yang dihadapi sangat bergantung
pada latar belakang dan profil para siswa desain masalah memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:34
a) Karakteristik
Masalah nyata dalam kehidupan, adanya relefansi denagn kurikulum,
tingkat kesulitan dan tingkat kompleksitas masalah, masalah memiliki
kaitan dengan berbagai disiplin ilmu, keterbukaan masalah, sebagai
produk akhir.
b) Konteks
Masalah tidak terstruktur menanatang, memotivasi, dan memiliki
elemen baru.
c) Sumber dan lingkungan belajar
31 Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.237 32Martinis Yamin. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. (Jakarta:
Referensi,2013) h.63-64 33 Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.238 34 Ibid. h.238
15
Adanya bimbingan dan proses memecahakan masalah dan
menggunakan sumber, adanya sumber informasi, dan hal-hal yng
diperlukan dalam proses pemecahan masalah
d) Presentasi
Menggunakan skenario masalah, menggunakan video klip, audio,
jurnal, majalah, dan website.
e. Implementasi Pembelajaran Berbasisi Masalah
Kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa implementasi adalah
pelaksanaan, penerapan. Setiap perubahan, bukan saja diperlukan adanya
kemauan untuk berubah, akan tetapi kesiapan untuk menyongsong
perubahan yang membawa implikasi terhadap sisi lain dari pendidikan itu
sendiri. Pada sekolah misalnya, segala perangkat keras dan lunak, dari staf
sampai pada tingkat pimpinan sekalipun harus memiliki kemauan, kesiapan,
dan kemampuan dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian itu.35
f. Langkah-Langkah Problem Based Learning (PBL)
Beberapa literatur, dapat ditemukan langkah-langkah (sintak) yang
berbeda, berikut akan dipaparkan menurut dari beberapa sumber. Dalam
buku Learning to Teach yang ditulis Arends menyebutkan syntax of
Problem Based Learnin, sebagai berikut: .36
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase Indikator Tingkah laku guru
1 Orientasi siswa pada
masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelskan
logistik yang diperlukan dan memotivasi siswa
terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah
2 Mengorganisasi siswa
untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
35 Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.241 36 Richad I Arends, Learning to Teach. (New York: McGraw-Hill, 2007) h.394
16
berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing
pengalaman individual
atau kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
dan membantu mereka untuk berbagai tugas
dengan temannya
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melaukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan
Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika
menjelaskan 6 langkah Strategi PBM/PBL yang kemudian ia namakan
metode pemecahan masalah (Problem Solving), yaitu:37
1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang
kan dipecahkan;
2) Menganalisis masalah, langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang;
3) Merumuskan hipotesis, langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilkinya;
4) Mengumpulkan data, langkah siswa mencari dan menggambarkan
informasi yang diperlukan;
5) Pengujian hipotesis, langkah siswa mengambil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang
diajukan;
6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
37Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta:Kencana,2011). h.217
17
Literatur lain, Jhonson & Jhonson mengemukakan ada 5 langkah strategi
PBL/PMB melalui kegiatan kelompok.38
1) Mendefinisikan masalah, merumuskan masalah dari peristiwa tertentu
atau yang mengandung isu konflik;
2) Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya
masalah, serta menganalisis faktor yang mendukung dan menghambat;
3) Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang teelah
dirumuskan melalui diskusi kelas;
4) Menentukan dan menetapkan strategi pilihan, yaitu mengambil
keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan;
5) Melakuakan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Buku Inovasi Pendidikan melalui PBL, Amir menyampaikan bahwa
proses PBL akan dapat dijalankan bila pengajar siap dengan segala
perangkat yang diperlukan (masalah, formulir pelengkap, dan lain-lain).
Pemelajarpun sudah harus memahami prosesnya dan telah membentuk
kelompok-kelompok kecil yang umumnya setiap kelompok menjalankan
proses yang sering dikenal dengan “Proses 7 Langkah” yaitu sebagai
berikut:39
Tabel 2.2 “Proses 7 Langkah” PBL menurut M.Taufiq Amir
Langkah 1
Mengklarifikasi istilah dan
konsep yang belum jelas
Memastikan setiap anggota memahami
berbagai istilah dan konsep yang ada dalam
masalah.
Langkah 2
Merumuskan Masalah
Fenomena yang ada dalam masalah
menuntut penjelasan hubungan-hubungan
apa yang terjadai di antara fenomena itu.
Langkah 3
Menganalisis Masalah
Anggota mengeluarkan pengertahuan
terkait apa yang sudah dimiliki anggota
38Ibid. 39M.Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. (Jakarta: Prenada
Media Group, 2009) h.24-25
18
tentang masalah.
Langkah 4
Menata Gagasan Anda dan
secara sistematis
menganalisisnya dengan dalam
Analisis adalah upaya memilah-milah
sesuatu menjadi bagian-bagian yang
membnetuknya.
Langkah 5
Memformulasikan tujuan
pembelajaran
Tujuan pembelajaran akan dikaitkan
dengan analisis masalah yang dibuat.
Langkah 6
Mencari Informasi tambahan
dari sumber lain (diluar diskusi
kelompok)
Setiap anggota harus mampu belajar sendiri
dengan efektif untuk tahapan ini, agar
mendapat iformasi yang relevan.
Langkah 7
Mensintesa (menggabungkan
san menguji informasi baru,
dan membuat laporan.
Dari laporan yang dipresentasikan
dihadapan kelompok lain, setiap kelompok
akan mendapatkan inofrmasi-informasi
baru.
4. Keterampilan Proses Sains
Sukmadinata mengungkapkan bahwa keterampilan merupakan kecakapan-
kecakapan khusus yang yang dikuasai seseorang.40 Sedangkan sains merupakan
rangkaian konsep dan skema konseptual yang saling berhubungan dan
dikembangkan dari hasil eksperimentasi atau observasi yang sesuai untuk
eksperimentasi atau observasi berikuntnya.41
Terdapat tiga kemampuan dalam IPA, yaitu : 1) kemampuan mengetahuai
apa yang diamati, 2) kemampuan memprediksi apa yang belum terjadi, dan
kemampuan untuk menguji tidak lanjut eksperimen, dan 3) dikembangkannya
sikap ilmiah.42
40Nana Syaodih Sukmadinata. Pengemabangan Kurikulum Teori dan Praktek. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya.2007) h.128
41Zulfiani dkk. Strategi Pembelajaran Sains.(jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.2009).h.46
42 Ibid. h.47
19
Sejak kurikulum 1984 Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah, pada
lampiran di dalam bab pokok pelaksanaan kurikulum tersurat bahwa proses
belajar mengajar dilaksanakan dengan pendekatan keterampilan, proses; begitu
juga kurikulum 1994 Pendidikan Dasar dan Sekolah Menengah Umum
menekankan penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pengajaran IPA.
Dengan demikian, lanjut Nuryani dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar
Biologi, jelaslah bahwa aspek proses dituntut dalam pembelajaran IPA.43
a. Pendekatan Keterampilan Proses Sains
Ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan
keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari, Semiawan
dkk mengungkapkan empat alasan sebagai berikut: 1) perkembangan ilmu
pengetahuan berkembang sangat pesat sehingga tak mungkin lagi para guru
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa; 2) para ahli psikologi
sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan
abstrak jika disertai contoh-contoh konkret; 3) penemuan ilmu pengetahuan
tidak bersifat, mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif; dan 4)
dalam proses belajar-mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak
dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dari anak didik.44
SAPA (Science A Process Approach) pendekatan keterampilan proses sains
(KPS) merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada proses
IPA.45
Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau
intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat
karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikiranya.
Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin
mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan, atau
peraktikan alat. Dan dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka
43 Nuryani, R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005) h.76
44 Conny Semiawan, dkk. Pendekatan Proses Sains. (Jakarta: PT Gramedia, 1985) h.14-15
45 Nuryani, R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005) h.78
20
berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.46
Terlatihnya siswa menggunakan keterampilan proses ini akan memudahkan
dalam menerapkan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari (pemecahan
masalah), dan peran guru dengan demikian adalah sebagai fasilitator.47
Keteramplan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang biasa
dilakukan ilmuan untuk memperoleh pengetahuan.48 Beberapa alasan
keterampilan proses sains diperlukan dalam pendidikan dasar dan menegah
ialah:49
1) Memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan,
2) Memberi bekal sisiwa untuk membentuk konsep sendiri dari cara
bagaimana mempelajari sesuatu,
3) Membantu sisiwa mengembangkan dirinya,
4) Sangat membantu sisiwa yang masih pada taraf berpikir konkret, dan
5) Mengembangkan kretifitas siswa.
b. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya
Keterampilan Proses Sains terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu
sama lain sebenarnya tidak dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus
dalam masing-masing keterampilan proses tersebut.50
1) Melakukan pengamatan (observasi)
2) Menafsirkan pengamatan (interpretasi)
3) Mengelompokkan (klasifikasi)
4) Meramalkan (prediksi)
5) Berkomunikasi
46 Ibid. h.78 47 Zulfianai,dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta,2009) h.52 48Ibid. h.51 49 Ibid. 50 Nuryani, R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang,
2005) h.78-81
21
6) Berhipotesis
7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan
8) Menerapakan konsep atau prinsip
9) Mengajukan pertanyaan
Berikut ini adalah tabel keterampilan proses sains dan indikatornya menurut
Harlen (1992).51
Tabel 2.3 Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya
Keterampilan
Proses Sains
Indikator
Observasi • Mengguanakan sebanyak mungkin indra
• Menggunakan fakta relevan
Klasifikasi
• Mencatat setiap pengamatan
• Mencari perbedaan/ persamaan
• Mengontraskan ciri-ciri
• Membandingkan
• Mencari dasar pengelompokan
• Menghubungkan hasil pengamatan
Interpretasi • Menghubungkan hasil pengamatan
• Menemukan pola dalam 1 seri pengamatan
• Menyimpulkan
Prediksi
• Menggunakan pola/hasil pengamatan
• Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada
keadaan yang belum diamati
Mengajukan
Pertanyaan
• Bertanya apa, mengapa, bagaimana
• Bertanya untuk meminta penjelasan
• Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang
hipotesis
51 Zulfianai,dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,2009) h.56
22
Berhipotesis • Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan
penjelasan dari satu kejadian
• Menyadari bahwa satu penjelasan perlu diuji
kebenarannyadengan memperoleh bukti
Merencanakan
Percobaan
• Menentukan alat dan bahan yang dibutuhkan
• Menetukan variabel/faktor penetu
• Meentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat
Menggunakan Alat
dan Bahan
• Memakai alat dan bahan
• Mengetahui menggunakan alat dan bahan
• Mengetahui bagaiamna menggunaka alat dan bahan
Menerapkan Konsep • Menerapkan konsep pada situasi baru
• Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk
menjelaskan apa yang sedang terjadi
Bekomunikasi • Memberikan data empiris hasil percobaan dengan
tabel/grafik/diagram
• Menyampaikan laporan sistematis
• Menjelaskan hasil percobaan
• Membuat grafik
• Mendiskusikan hasil kegiatan
Eksperimentasi -
Harlen menyampaikan “the layout avoids any indication of a hierarchy or
sequence in the use of process skills.”52 Harlen menyampaikan bahwa gambar ini
dapat digunakan secara keseluruhan, bukan hirarki.
52 Wynne Harlen dan Jos Elstgeest, dalam UNESCO Source for science in the primary school. (paris: Unesco Publising, 1992) h.26
23
Gambar 2.1 Investigatoin Of Process Skill
Teori ini menunjukkan bahwa pencapaian keterampilan proses sains bisa
dicapai secara keseluruhan, tidak harus bertahap.
c. Peranan Guru dalam Mengembangkan Keterampilan Proses Sains
Secara umum peran guru terutama berkaitan dengan pengalaman mereka
membantu siswa mengembangkan keterampilan proses sains, mengutip kalimat
Harlen (1992) sedikitnya terdapat lima aspek yang perlu diperhatikan oleh guru
dalam berperan mengembangkan keterampilan proses.53
Pertama, memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses
dalam melakukan eksplorasi materi dan fenomena. Kedua, memberi
kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dan juga diskusi
kelas. Ketiga, mendengarkan pembicaraan siswa dalam mempelajari prodi
mereka untuk menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk gagasan
mereka. Keempat, membantu siswa untuk menyadari keterampilan-
keterampilanyang mereka perlukan adalah penting sebagai bagian dari proses
53 Nuryani, R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005) h.82
24
mereka sendiri. Kelima, memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan
keterampilan, khususnya ketepatan dalam observasi dan pengukuran.54
4. Laju Reaksi Pengantar Kurikulum 2013, Kompetensi Inti (KI.3) yang ingin dicapai dari
materi kimia kelas XI adalah memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah didalamnya terdapat Kompetensi Dasar (KD) dari KI diatas yang
mencakup materi laju reaksi adalah KD 3.5 memahami pengertian laju reaksi
berdasarkan data hasil percobaan; dan KD 3.6 memahami teori tumbukan
(tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju reaksi dan orde reaksi
serta terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Inti 4 yaitu mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan, mencakup KD 4.6 yaitu
mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan untuk
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, suhu,
katalis, ukuran); KD 4.7 Menentukan orde reaksi berdasarkan interpretasi data
percobaan.
Hal ini memberikan peluang besar untuk diterapkannya pembelajaran yang
inovatif, karena materi ini cukup abstrak membahas tumbukan partikel yang tidak
dapat diindera secara langsung, juga sangat erat kaitannya dengan kehidupan
nyata. Sehingga model PBL dapat diterapkan dalam materi ini dengan metode
percobaan singkat (demonstrasi) dan hasilnya akan didiskusikan bersama agar
54 Nuryani, R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005) h.82
25
memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk aktif mempelajari,
menganalisis, dan menyimpulkan proses pembelajaran dengan model PBL ini.
a. Pengertian Laju Reaksi
Menurut teori tumbukan reaksi kimia terjadi karena adanya benturan antar
partikel zat yang bereaksi sehingga menghasilkan zat baru. Kecepatan
terbentuknya produk dari suatu reaksi disebut laju reaksi. Dalam modulnya,
Azizah memaparkan bahwa reaksi kimia berjalan pada tingkat yang berbeda,
beberapa diantaranya berjalan sangat lambat, misalnya penghancuran kaleng
aluminium oleh udara atau penghancuran botol plastik oleh sinar matahari,
yang memerlukan waktu bertahun-tahun bahkan berabad-abad. Beberapa reaksi
lain berjalan sangat cepat misalnya nitrogliserin yang mudah meledak. Selain
itu beberapa reaksi dapat berjalan cepat atau lambat bergantung pada
kondisinya, misalnya besi mudah berkarat pada kondisi lembab, tetapi di
lingkungan yang kering, misalnya di gurun besi berkarat cukup lambat.55
Laju atau kecepatan didefinisikan sebagai jumlah suatu perubahan tiap
satuan waktu. Satuan waktu dapat berupa detik, menit, jam, hari atau tahun.
Sebagai contoh, seseorang lari dengan kecepatan 10 km/jam. Artinya orang
tersebut telah berpindah tempat sejauh 10 km dalam waktu satu jam.56
Bagaimanakah cara menyatakan laju dari suatu reaksi? Dalam reaksi kimia,
perubahan yang dimaksud adalah perubahan konsentrasi pereaksi atau produk.
Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi akan
makin sedikit, sedangkan produk makin banyak. Laju reaksi dinyatakan
sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju bertambahnya produk. Satuan
konsentrasi yang digunakan adalah molaritas (M) atau mol per liter (mol. L-1).
Satuan waktu yang digunakan biasanya detik (dt). Sehingga laju reaksi
mempunyai satuan mol per liter per detik (mol. L-1. dt-1 atau M.dt-1).57
55 Utiya Azizah. Laju Reaksi.(Jakarta:Depdiknas: 2004).h.6 56 Ibid, h.7 57 Ibid.
26
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laju Reaksi
1) Konsentrasi
Kita telah tahu bahwa jumlah mol spesi zat terlarut dalam 1 liter larutan
dinamakan konsentrasi molar. Bila konsentrasi pereaksi diperbesar dalam
suatu reaksi, berarti kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak
kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat laju reaksi. Bila partikel
makin banyak, akibatnya lebih banyak kemungkinan partikel saling
bertumbukan yang terjadi dalam suatu larutan, sehingga reaksi bertambah
cepat. Perhatikan Gambar 2.1, apa yang terjadi bila dalam suatu kolam makin
banyak perahu yang berjalan? Pasti akan terjadi banyak kemungkinan saling
bertabrakan.58
Gambar 2.2 Ilustrasi
Konsentrasi
Makin banyak perahu dalam
kolam, makin banyak terjadi
tabrakan
2) Luas Permukaan Sentuh
Simak kubus pada Gambar 2.3 yang panjang sisinya 5 cm, kemudian anda
pecah-pecah menjadi delapan buah kubus dengan ukuran masingmasing sama,
yaitu panjang sisinya 2,5 cm. Berapakah luas permukaan kubus sebelum dan
sesudah dipecah-pecah? Sebelum dipecah, luas permukaan kubus sebesar 6
muka × luas muka (150 cm2). Setelah dipecah menjadi 8 bagian, luas
permukaan kubus menjadi 8 kubus × 6 muka × luas muka (300 cm2). Jadi,
semakin kecil (halus) ukuran butiran zat padat, semakin besar luas
permukaannya. Akibatnya, peluang untuk terjadinya reaksi semakin besar.
Suatu zat akan bereaksi apabila bercampur dan bertumbukan. Pada
pencampuran reaktan yang terdiri dari dua fasa atau lebih, tumbukan
58 Utiya Azizah. Laju Reaksi.(Jakarta:Depdiknas.2004).h.26
27
berlangsung pada bagian permukaan zat. Padatan berbentuk serbuk halus
memiliki luas permukaan bidang sentuh yang lebih besar daripada padatan
berbentuk lempeng atau butiran. Semakin luas permukaan partikel, maka
frekuensi tumbukan kemungkinan akan semakin tinggi sehingga reaksi dapat
berlangsung lebih cepat.59
Gambar 2.3 Ilustrasi Luas Permukaan
Untuk total volume yang sama, semakin
kecil kubus semakin besar luas
permukaannya.
3) Suhu
Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi
gerak atau energi kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering
terjadi. Dengan frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif yang mampu menghasilkan reaksi juga semakin
besar. Suhu atau temperatur ternyata juga memperbesar energi potensial suatu
zat. Zat-zat yang energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan sukar
menghasilkan tumbukan efektif. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut tidak
mampu melampaui energi aktivasi. Dengan menaikkan suhu, maka hal ini
akan memperbesar energi potensial, sehingga ketika bertumbukan akan
menghasilkan reaksi..60
4) Katalis
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat terjadinya reaksi,
tetapi pada akhir reaksi dapat diperoleh kembali. Fungsi katalis adalah
menurunkan energi aktivasi, sehingga jika ke dalam suatu reaksi ditambahkan
59 Permana, Irvan. Memahami Kimia SMA/MA Untuk Kelas XI.(Jakarta: Pusat Perbukuan, Departmen Pendidikan Nasional. 2009) h.52
60Budi Utami, dkk. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam. (Jakarta: CV.HaKa MJ,2009). h.84
28
katalis, maka reaksi akan lebih mudah terjadi. Hal ini disebabkan karena zat-
zat yang bereaksi akan lebih mudah melampaui energi aktivasi.61
B. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah
yang penting.62 Para siswa memang memiliki sejumlah pengetahuan, naumun banyak
pengetahuan itu diterima dari guru sebagai informasi, sedagkan mereka sendiri
tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau informasi
itu, akibatnya pengetahuan itu tidak bemakna dalam kehidupan sehari-hari.63 Dengan mengetahui bahwa minimnya para siswa memahami secara
mendalam pada suatu materi pelajaran, juga belum terbiasanya siswa dihadapkan
dengan pembelajaran-pembelajaran berbasis pemecahan masalah, padahal ketika
siswa terjun dimasyarakat dan lingkungan sebenarnya nanti, maka bertemunya
masalah mulai dari yang sederhana sampai pada masalah yang amat kompleks,
dan mau tidak mau hal tersebut harus dihadapi. Sehingga belajar, yang merupakan
proses pembentukan kebiasan dan pola perubahan tingkah laku, adalah situasi dan
kondisi yang paling tepat melatih peserta didik untuk mengembangkan potensi,
melatih pola kebiasanan, menjaga perilaku, dan perubahan-perubahan lain yang
membawa pada kualitas kehidupan yang lebih baik. Menurut departemen pendidikan nasional, terdapat tiga kemampuan dalam
IPA, yaitu : 1) kemampuan mengetahuai apa yang diamati, 2) kemampuan
memprediksi apa yang belum terjadi, dan kemampuan untuk menguji tidak lanjut
eksperimen, dan 3) dikembangkannya sikap ilmiah.64
61Ibid. 62Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
(Bandung:Alfabeta,2009). h.60 63 Conny Semiawan, dkk. Pendekatan Proses Sains. (Jakarta: PT Gramedia, 1985) h.6 64 Zulfiani,dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta,2009) h.47
29
Tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan
situasi yang menggiring anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan
eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri.65
Dengan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan memproseskan
perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta daan
konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.66
Terlatihnya siswa menggunakan keterampilan proses ini akan
memudahkan dalam menerapkan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari
(pemecahan masalah), dan peran guru dengan demikian adalah sebagai
fasilitator.67
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) lebih menekankan pada pemecahan
masalah secara autentik seperti masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari.68
Dari paparan teori diatas, dapat ditentukan titik temu antara pembelajaran
dengan model PBL dan keterampilan proses sains siswa yang ingin dicapai pada
materi laju reaksi dalam mata pelajaran kimia yang masuk dalam ranah sains/IPA.
Usaha yang paling sederhana tetapi real yang dapat dilakukan dalam proses
pembelajaran adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran
yang baik, dibutuhkan inovasi dalam pembelajaran untuk memicu perubahan ke
arah perkembangan siswa tersebut maka model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) diharapkan dapat memicu motivasi dan melatih keterampilan
proses sains diri siswa tersebut sehingga hal ini bisa menjadi langkah menuju
perubahan kesadaran siswa untuk selalu memanfaatkan waktu belajar sebaik
mungkin. Alur kerangka berpikir dapat digambarkan secara praktis mengnai
pembelajaran berbasis masalah/Problem Based Learning (PBL) terhadap
65 Conny Semiawan, dkk. Pendekatan Proses Sains. (Jakarta: PT Gramedia, 1985) h.15 66 Ibid, h.18 67 Zulfiani,dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta,2009) h.52 68 Martinis Yamin. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. (Jakarta: Referensi,
2013) h.63-64
30
Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada mata pelajaran Kimia sebagai
berikut:
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir
trea
tmen
t
belum terbiasanya siswa dihadapkan dengan pembelajaran-pembelajaran berbasis pemecahan masalah
RPP PBL KPS
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
5
Orientasi siswa pada
masalah
1 Observasi Klasifikasi
Mengorganisasi siswa untuk belajar 2 Prediksi
Mengajukan pertanyaan
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 4
Interpretassi Menerapkan konsep
yang
diu
kur
Berhipotesis Merencanakan percobaan Menggunakan alat dan
bahan
Membimbing pengalaman individual
atau kelompok
3
SISWA
Terlatihnya siswa menggunakan keterampilan proses ini akan memudahkan dalam menerapkan konsep
sains dalam kehidupan sehari-hari (pemecahan masalah)
Siswa tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau informasi
31
C. Penelitian yang Relevan Skripsi yang disusun oleh Susanti tahun 2014 yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains
Siswa Pada Materi Laju Reaksi” hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap keterampilan proses sains siswa dengan hasil uji-t data posttest
menunjukkan bahwa thitung (6,13) lebih besar dibandingkan ttabel (1,99).69
Jurnal mengenai sikap terhadap pembelajaran berbasis masalah pada
kurikulum baru kesehatan Turki yang judul aslinya adalah Attitudes Toward
Problem Based Learning in a New Turkish Medicine Curriculum, penelitian ini
menyimpulkan, dari kedua kelas yang menjadi sampel penelitian selama dua kali
dalam dua tahun tersebut baik wanita atau laki-laki memiliki sikap positif
terhadap PBL. Sebagian besar siswa dapat memanfaatkan web untuk pengetahuan
dari berbagai disiplin ilmu untuk memecahkan memecahkan masalah PBL.70 Jurnal tahun 2009 Universitas Negeri Yogyakarta, Muhson dalam
penelitiannya yaitu Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa
melalui Penerapan Problem Based Learning, hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa implementasi metode PBL mampu meningkatkan minat belajar
mahasiswa, dan proses pembelajaran dengan metode PBL telah mampu
meningkatkan pemahaman mahasiswa.71
Jurnal 2013 Muderawan dkk, Pascasarjan Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia. “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam
Pembelajaran Kimia Terhadap Keterampilan Proses Sains Ditinjau Dari Gaya
Kognitif Siswa”. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment yang
bertujuan untuk menyelidiki perbedaan keterampilan proses sains antara
69 Wulan Susanti. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Laju Reaksi.(Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:2014). Skripsi Pendidikan Kimia. h.63
70 Ayfer Alfer, Attitudes Toward Problem Based Learning in a New Turkish Medicine Curriculum.World Applied Sciences Journal 4 (6): 830-836, ISSN 1818-4952 © IDOSI Publications, 2008
71 Ali Muhson, Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa melalui Penerapan Problem Based Learning. Jurnal Kependidikan Volume 39, Nomor 2, November 2009, hal. 171-182
32
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil penelitian, menunjukkan
bahwa model pembelajaran berbasis proyek dapat diterapkan oleh guru-guru di
sekolah khususunya pada topik laju reaksi dan kesetimbangan kimia guna
mengoptimalkan perolehan keterampilan proses sains siswa.72
Selaras dengan penelitian yang dilakukan Fauziah, Abdullah, dan Hakim
yaitu tentang Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran
Berbasis Masalah, hasil penelitiannya menunjukkan RPP berbasis pendekatan
saintifik melalui model pembelajaran PBL berhasil memotivasi dan menanmkan
sikap internal pada peserta didik.73
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Hipotesis nol (H0) : tidak terdapat pengaruh model Problem Based Learning
(PBL) terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada materi laju reaksi.
Hipotesis Kerja (H1) = terdapat pengaruh model Problem Based Learning
(PBL) terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada materi laju reaksi.
72 IB. Siwa, I W. Muderawan dkk, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Keterampilan Proses Sains Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa. e-journal Pascasarjan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Jurnal vol.3 tahun 2013
73Resti Fauziah, dkk. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. (Bandung:INVOTEC,Volume IX, No.2,Agustus 2013). h.177
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil, yaitu pada tanggal 10 sampai
29 November 2014 pada materi Laju Reaksi. Penelitian ini dilakukan di kelas XI
IPA Madrasah Aliyah Mauk Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang.
B. Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan tujuannya, metode penelitian dapat diklasifikasikan menjadi
penelitian dasar (basic research), penelitian terapan (applied research), dan
penelitian pengembangan (research and development).1 Berdasarkan klasifikasi
tersebut, maka penelitian ini termasuk pada penelitian terapan. Karena dilakukan
dengan tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori
yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.
Penyusunan penelitian ini dilakukan penelitian kuantitatif, menurut Nana
Syaodih Sukmadinata dalam bukunya metode penelitian pendidikan, bahwa dalam
penelitian kuantitatif menggunakan instrumen-instrumen yang formal, standar dan
bersifat mengukur.2 Hasil penelitian kuantitatif disajikan dalam bentuk deskripsi
dengan menggunakan angka-angka statistik.3 Penelitian kuantitatif bertujuan
untuk menguji suatu teori yang menjelaskan tentang hubungan antara kenyataan
sosial, pengujian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah teori yang
ditetapkan didukung oleh kenyataan atau bukti-bukti empiris atau tidak.4
Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk menguji adakah pengaruh
model pembelajaran Problem Based Learning terhadap Keterampilan Proses
Sians siswa yang diujikan pada siswa-siswi kelas XI IPA MAN Mauk.
1Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung:Alfabeta,2009). h.4
2Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya) h.95
3Ibnu Hadjar. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada) h.30
4Ibid. h.34
33
34
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi
Eksperiment, bentuk desain ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.5 Hal tersebut dikarena sampel pada
penelitian ini tidak akan diambil secara acak dari populasi yang ada karena siswa
secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok/kelas.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design,
pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih
secara random.6 Kedua kelompok diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal
siswa, apakah terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol atau tidak. Setelah itu keduanya diberi perlakuan, kelompok yang diberi
perlakuan dengan model Problem Based Learning (PBL) dinamakan kelompok
Eksperimen, dan kelompok pembanding yang diberikan perlakuan pendekatan
konvensional dinamakan kelompok kontrol. Dan setelah itu diberikan postest.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Sebelum Perlakuan Sesudah
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Keterangan: O1 = Tes Awal O2 = Tes akhir X1 = Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) X2 = Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional
5 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2009). h.77
6Ibid. h.79
35
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan sebjek penelitian.7 Dalam literatur lain
dikatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang memempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.8 Populasi pada
penelitian ini adalah siswa-siswi MAN Mauk Kabupaten Tangerang. Tahun ajaran
2013-2014.
Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.9 Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel.10 Artinya sampel dalam penelitian ini tidak dipilih
secara acak karena ada syarat yang harus dipenuhi sampel untuk dilakukannya
penelitian ini, sampel yang di ambil adalah siswa-siswa IPA.
Teknik yang dipilih adalah purposive sampling yang dikenal dengan
sampling pertimbamgan, yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti jika
peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan atau tujuan tertentu, hanya
mereka yang ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan
sampel yang diperlukan.11 Pada penelitian ini, yang ditetapkan sebagai sampel
adalah siswa/i kelas XI IPA, karena pemilihan materi yaitu laju reaksi, yang akan
diukur pengaruh perlakuan model PBL terhadap KPS siswa. Adapun
pertimbangan pemilihan sampel untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah
berdasarkan pertimbangan guru dan nilai rata-rata pretes yang dilakukan sebelum
treatment, dengan mempertimbangkan pengambilan sampel kelas sesuai
kemampuan kognitif rata-rata siswa kelas tersebut. Sampel pada penelitian ini
7Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.(Jakarta:Rineka Cipta,2010).h.173
8Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung:Alfabeta,2009). h.80
9Ibid, h.81 10 Ibid. h.84 11 Riduwan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula.
(Bandung: Alfabeta, 2007)h.63
36
diambil sebanyak 54 siswa terdiri dari 27 sampel kelas kontrol dan 27 sampel
kelas eksperimen siswa kelas XI MAN Mauk.
D. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas (X) merupakan variabel yang mempengaruhi variabel
terikat/dependen (Y). Sedangan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas. Pada penelitian ini model Problem Based Learning sebagai
variabel bebas (X) dan Keterampilan Proses Sains Siswa sebagai variabel terikat
(Y).
E. Teknik Pengumpulan Data Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian,
yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas
pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data.12 Pada penelitian ini data dikumpulkan dengan sebagai
berikut:
1. Data proses pembelajaran
Bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model PBL, maka
dibutuhkan data-data yang melengkapi hasil penelitian ini. Data ini didapat
dari pelaksanaan pembelajaran yang diperoleh melalui dokumentasi berupa
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan foto kegiatan pembelajaran.
Dokumentasi akan digunakan peneliti sebagai bukti dari penelitian ini, yaitu
model PBL yang di terapkan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap
keterampilan proses sains siswa. dokumentasi dalam penelitian ini adalalah
RPP yaitu RPP kelas kontrol dan RPP kelas eksperimen.
12 Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung:Alfabeta,2009). h.137
37
2. Data Keterampilan Proses Sains Siswa
Data Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa diperoleh melalui indikator
Keterampilan Proses Sains berdasarkan instrumen yang disusun dan telah
divalidasi dalam bentuk soal pretes dan postes.
3. Lembar Kerja Siswa
Pedoman umum prngembangan bahan ajar dari Diknas, mengartikan
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) atau Student Work Sheet adalah lembaran-
lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.13 Sementara
menurut pandangan lain, LKS bukan merupakan Lembar kegiatan Siswa,
melainkan Lembar Kerja Siswa, yaitu materi ajar yang sudah dikemas
sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari secara
mandiri.14
LKS ini disusun berdasarkan KI dan KD yang sesuai dengan materi yang
akan dipelajari. Juga disusun untuk memadukan pembelajaran berbasis
permasalahan nyata dilingkungan sekitar, dengan pengasahan keterampilan
proses sains siswa. LKS yang disusun merupakan lembar sederhana sebagai
panduan praktikum.
4. Lembar Observasi
Peneliti meminta bantuan observer untuk mengamati proses pembelajaran
dengan model PBL. Observasi ini bersifat terstruktur, telah dirancang secara
sistematis tentang apa yang akan diamati. Lembar observasi ini berfungsi
untuk memantau keterlaksanaan proses pembelajaran sesuai tahapan model
pembelajaran Problem Based Learning yang berisi aktivitas keterampilan
proses sains (Lampiran 6).
Secara ringkas, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah seperti yang digambarkan pada Tabel 3.2. Berikut ini di jelaskan teknik
pengumpulan data berdasarkan jenis dan instrumen yang digunakan:
13 Andi Prastowo. Panduan kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. (Diva Press).h.203 14 Ibid,h.204
38
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Jenis Data Teknik
Pengumpulan Data
Instrumen
Penelitian
KPS Siswa kelas eksperimen sebelum dan
setelah perlakuan pembelajaran model
Problem Based Learning; dan KPS siswa
sebelum dan setelah perlakuan
pembelajaran konvensional
Melaksanakan Pretes
dan Postest
12 Butir soal
Uraian
Pengamatan pembelajaran dengan model
Problem Based Learning
Mengamati kegiatan
siswa belajar dan guru
mengajar
Lembar
Observasi
Pembelajaran
Tabel 3.2 menjelaskan bahwa dalam teknik pengumpulan data, data utama
yang digunakan sebagai alat ukur penelitian atau instrumen adalah tes uraian KPS,
adapun yang lain seperti lembar observasi, LKS, dan dokumentasi proses
penelitian adalah sebagai penguat atau bukti bahwa penelitian ini betul betul
terlaksana.
F. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa tes yang
mengukur keterampilan proses sains siswa. Tes merupakan alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur dengan cara atau aturan yang
telah ditentukan.15 Tes yang akan digunakan untuk pretest dan postest adalah
berupa tes uraian. Pada tahap awal, disusun sebanyak 29 butir soal yang telah
disesuaikan dengan indikator keterampilan proses sains dan indikator KI dan KD,
tahapan selanjutnya adalah tes uraian tersebut divalidasi isi oleh validator ahli
dalam hal ini adalah guru dan dosen, dan tahap terakhir adalah dilakukan uji
15 Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar evaluasi Pendidikan. (Jakarta:Bumi Aksara,2012) h.67
39
kepada siswa, sebelum tes uraian tersebut akan diseleksi untuk menjadi intrumen
penelitian (Lampiran 4 dan 5).
Adapun pengujian yang dilakukan pada instrumen ini agar layak
digunakan sebagai instrumen penelitian adalah uji validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya beda. berikut ini langkah-langkah yang dilakukan dalam uji
coba istrumen ini:
1. Validitas
Sebuah data atau informasi dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan
senyatanya.16 Validitas instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah
validitas isi (content validity), yaitu dengan mengukur tujuan khusus tertentu
yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.17 uji statistik yang
digunanakan yakni uji korelasi Produk Moment:18
Keterangan:
𝑟𝑟𝑥𝑥𝑥𝑥 = koefisien antara variabel X dan variabel Y
𝑋𝑋 = skor tiap item dari respon uji coba variabel X
𝑌𝑌 = skor tiap item dari respon uji coba variabel X
𝑁𝑁 = jumlah responden
Valid atau tidaknya butir soal dapat diketahui dengan membandingkan 𝑟𝑟𝑥𝑥𝑥𝑥
dengan rtabel dengan produk momen α = 0,05. Perhitungan validitas soal dalam
penelitian ini memanfaatkan kemajuan teknologi yaitu menggunakan software
anates versi 4,0.
Dengan menggunakan kriteria acuan untuk validitas butir soal sebagai
berikut:19
16 Ibid, h.72 17 Ibid.82 18 Ibid, h.87 19 Ibid, h. 89
40
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Butir
No Rentang Kriteria
1 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
2 0,60 – 0,79 Tinggi
3 0,40 – 0,59 Sedang
4 0,20 – 0,39 Rendah
5 0,00 – 0,19 Sangat rendah
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik.20
Selanjutnya akan dihitung koefisien reliabilitas dengan menggunakan rumus
KR-20 sebagai berikut:21
𝑟𝑟11 = 𝑘𝑘
𝑘𝑘 − 1 �1 −
∑𝑝𝑝𝑖𝑖𝑞𝑞𝑖𝑖𝑠𝑠𝑠𝑠2
�
Keterangan:
𝑟𝑟11 = koefisien reliabilitas tes
𝑘𝑘 = jumlah butir
𝑝𝑝𝑖𝑖𝑞𝑞𝑖𝑖= varians skor butir
𝑝𝑝𝑖𝑖 = proporsi jawaban benar untuk butir nomor i
𝑞𝑞𝑖𝑖 = proporsi jawaban salah untuk butir nomor i (q = 1-p)
𝑠𝑠𝑠𝑠2 = varians dari skor total
Untuk menginterpretasikan nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh adalah
dengan melihat tabel berikut ini:22
20 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.(Jakarta:Rineka Cipta,2010).h.221
21 Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.113.
22 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h.49
41
Tabel 3.4 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen
Interval koefisien Kriteria 0,8 ≤ 𝑟𝑟 ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,6 ≤ 𝑟𝑟 < 0,80 Tinggi
0,40 ≤ 𝑟𝑟 < 0,70 Sedang 0,20 ≤ 𝑟𝑟 < 0,40 Rendah
< 0,20 Kecil
Perhitungan uji reliabilitasdalam penelitian ini menggunakan software
Anates versi 4.0. hasil uji reliabilitas instrumen tes dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Statistik
rhitung 0,79
Kesimpulan Tinggi
3. Tingkat kesukaran
Indeks kesukaran rentangnya dari 0,0 – 1,0, semakin besar indeks
menunjukkan semakin mudah butir soal, karena dapart dijawab dengan benar
oleh sebagian besar atau seluuh siswa (indeks 0,0 menunjukkan butir sangat
sukar, sedangkan indeks 1,0 menunjukkan butir sangat mudah).23 Hasil
hitungnya merupakan proporsi atau perbandingan antara siswa yang menjawab
benar dengan keseluruhan siswa yang mengikuti test, dirumuskan sebagai
berikut:
keterangan: P = Proporsi/ indeks kesukaran
B = jumlah siswa yang menjawab benar
N = jumlah peserta test
23 Sofyan, op, cit., h.103
42
Untuk menginterpretasikan nilai tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh
dapat dilihat pada tabel berikut:24
Tabel 3.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks tingkat kesukaran Kriteria tingkat kesukaran
P = 0 – 0,25 Sukar
P = 0,26 - 0,75 Sedang
P = 0,76 – 1 Mudah
Perhitungan tingkat kesukaran menggunakan software Anates versi 4.0 dapat
dilihat pada tabel 3.7 berikut ini:
Tabel 3.7 Hasil Uji Tingkat kesukaran Instrumen
Kategori Soal Jumlah Soal Presentase
Sangat sukar 12 41,40%
Sukar 10 34,50%
Sedang 7 24,10%
Jumlah 29 100%
4. Daya beda
Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam
membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan
siswa yang kurang pandai, kondisi ini mengacu pada distribusi normal, dapat
dirumukan sebagai berikut:
Daya beda yang baik adalah D > 0,30
𝐷𝐷 = indeks daya beda satu butir soal tertentu
𝐵𝐵𝐵𝐵 = banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
𝐵𝐵𝐵𝐵 = banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
𝑁𝑁 = banyaknya peserta tes
24Ibid, h.103-104
43
Berikut ini interpretasi kriteria daya beda:
Tabel 3.8 Interpretasi Daya Beda
Indeks Daya Beda Kriteria Validitas
Dp < 0,00 Sangat Buruk, harus dibuang
0,00 < Dp 0,20 Jelek (poor), sebaiknya dibuang
0,20 < Dp 0,40 Cukup (satisfactory)
0,40 < Dp 0,70 Baik (good)
0,70 < Dp ,100 Baik sekali (excellent)
Pengujian daya beda dalam penelitian ini menggunakan software Anates
versi 4.0, tabel 3.9 berikut ini merupakan hasil perhitungan daya beda:
Tabel 3.9 Hasil Uji Beda
Kategori Soal Jumlah Soal Presentase
Baik 6 21%
Cukup 10 35%
Jelek 12 41%
Sangat Jelek 1 3%
Jumlah 29 100%
Tabel 3.9 menunjukkan 1 soal memiliki daya beda yang sangat jelek sehingga
harus dibuang, dalam penelitian ini tidak menggunakan soal tersebut
dikarenakan daya beda yang sangat jelek dan tidak valid.
Setelah diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda, maka
didapat hasil uji instrumen yang valid dan tidak valid, tabel berikut ini
menunjukkan hasil validasi 29 kisi-kisi instrumen tes keterampilan proses sains:
44
Tabel 3.10 Hasil Validasi Kisi-kisi 29 Instrumen Tes Keterampilan Proses
Sains
Catatan : tanda * menunjukkan soal yang tidak valid (tidak signifikan)
Indikator Pembelajaran Indikator KPS
Nomor Soal
3.7.1 Menganalisis faktor-faktor laju reaksi berdasarkan data hasil perobaan
Observasi 1, 2*
Klasifikasi 3, 4* 4.7.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi
Menggunakan alat dan bahan
15*, 16
4.7.5 Merancang percobaan orde reaksi Merencanakan Percobaan
23, 24*
4.7.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Menggunakan alat bahan
13, 14*
4.7.6 Melakukan percobaan orde reaksi Menggunakan alat bahan
25*, 26
4.7.3 Menyimpulkan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Interpretasi 5, 6
3.7.2 Menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil perobaan Menerapkan
Konsep 21
22
3.7.1 Menganalisis faktor-faktor laju reaksi berdasarkan data hasil perobaan
Menerapkan Konsep
7*
Prediksi 8*, 29
4.7.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi
Mengajukan Pertanyaan
9, 10
4.7.3 Menyimpulkan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Menerapkan Konsep
17, 18
4.7.4 Menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Berhipotesis 11 Menerapkan Konsep
12
Berkomunikasi 19*, 20
4.7.2 Melakukan percobaan orde reaksi Berkomunikasi 27, 28*
45
Tabel 3.10 menunjukkan sebanyak 29 instrumen tes uraian keterampilan
proses sains yang telah disusun dan diujikan kepada siswa, 10 soal dinyatakan
tidak valid dan 19 soal dinyatakan valid dengan menggunakan software Anates
v.4. Akan tetapi jumlah soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian adalah
hanya sebanyak 12 soal, hal tersebut dikarenakan beberapa alasan yaitu: 1) karena
kedua belas soal telah mewakili setiap indikator pembelajaran dan indikator
keterampilan proses sains, sehingga 7 dari 19 soal yang valid tidak digunakan
sebagai instrumen; 2) instrumen ini berupa tes uraian, sehingga peneliti hanya
memilih jumlah terkecil dari jumlah total instrumen yang valid dan mewakili
setiap indikator pembelajaran dan indikator KPS, 12 soal dipilih agar tidak
memberatkan siswa dalam menjawab soal-soal yang diberikan, dan mampu
mencukupi alokasi waktu sekitar 60 menit.
Setelah ke 29 instrumen tes keterampilan proses sains di uji validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda dilakukan menggunaan Anates versi
4.0, maka didapat 12 istrumen pilihan yang akan digunakan dalam penelitian
sebagai berikut:
Tabel 3.11 Kisi-kisi 12 Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains yang
digunakan dalam penelitian
Indikator Pembelajaran Indikator KPS Nomor
urut
Nomor
soal
3.7.1 Menganalisis faktor-faktor laju reaksi
berdasarkan data hasil perobaan
Observasi 1 1
Klasifkasi 2 2
Prediksi 29 12
4.7.7 Menyimpulkan hasil percobaan
mengenai orde reaksi
Menerapkan Konsep 21 8
4.7.1 Merancang percobaan faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi
Mengajukan
Pertanyaan 10 4
4.7.2 Melakukan percobaan faktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi
Menggunakan Alat
dan Bahan 13 6
4.7.3 Menyimpulkan hasil percobaan faktor- Interpretasi 6 3
46
faktor yang mempengaruhi laju reaksi
4.7.4 Menyajikan hasil percobaan faktor-
faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Berhipotesis 11 5
4.7.5 Merancang percobaan mengenai orde
reaksi
Merencanakan
Percobaan 23 9
4.7.6 Melakukan percobaan mengenai orde
reaksi
Menggunakan Alat
dan Bahan 26 10
3.7.2 Menentukan orde reaksi berdasarkan
data hasil perobaan
Menerapkan Konsep 22 7
4.7.8 Menyajikan hasil percobaan mengenai
orde reaksi
Berkomunikasi 27 11
Tabel 3.11 menunjukkan kisi-kisi 12 soal yang dipilih sebagai instrumen
dalam penelitian. Indikator pembelajaran 3.7.1 mencakup 3 indikator KPS yaitu
observasi, klasifikasi, dan prediksi; Indikator pembelajaran 3.7.2 mencakup 1
indikator KPS yaitu menerapkan konsep; Indikator pembelajaran 4.7.1 mencakup
indikator KPS yaitu mengajukan pertanyaan; Indikator pembelajaran 4.7.2
mencakup indikator KPS yaitu menggunakan alat dan bahan; Indikator
pembelajaran 4.7.3 mencakup indikator KPS yaitu interpretasi; Indikator
pembelajaran 4.7.4 mencakup indikator KPS yaitu berhipotesis; Indikator
pembelajaran 4.7.5 mencakup indikator KPS yaitu merencanakan percobaan ;
Indikator pembelajaran 4.7.6 mencakup indikator KPS yaitu menggunakan alat
dan bahan; Indikator pembelajaran 4.7.7 mencakup indikator KPS yaitu
menerapkan konsep; dan terakhir Indikator pembelajaran 4.7.8 mencakup
indikator KPS yaitu berkomunikasi. Sehingga dari 10 indikator pembelajaran dan
10 indikator KPS dirangkum menjadi 12 soal valid yang digunakan sebagai
instrumen penelitian. Sisa soal yang valid lainnya dieliminasi atau tidak
digunakan sebagai intrumen. Kolom nomor urut adalah urutan nomor dari 29
instrumen sebelum validasi, dan nomor soal adalah urutan nomor soal dari 12 soal
yang digunakan dalam penelitian.
47
1. Teknik Analisis Data Data penelitian yang diperoleh, selanjutnya diolah dengan tujuan agar
hasilnya dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian dan
menguji hipotesis. Pengolahan data penelitian menggunakan ststistik.
1. Teknik Analisis Data Instrumen Tes
a. Uji Prasyarat Analisis Data
1) Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan suatu pengujian sekelompok data untuk
mengetahui apakah distribusi data tersebut membentuk kurva normal
atau tidak.25 Uji normalitas yang paling sederhana adalah membuat
grafik distribusi frekuensi atau skor yang ada.26 Sebelum dikenai rumus
statistik tertentu, normalitas sebaran suatu data haruslah sudah
diketahui, maka uji normalitas data tersebut haruslah sudah dilakukan
sebelum penerapan suatu rumus statistik untuk pengujian hipotesis.
dengan kata lain analisis statistik yang peratama dikakukan dalam
rangka analisis data adalah analisis yang berupa uji normalitas.27
Uji normalitas yang digunakan adalah uji lilifors, yaitu uji
normalitas secara non parametrik.28 Langkah-langkah uji lilifors adalah
sebagai berikut:29
Lo = | F(Zi) – S(Zi) |
Keterangan:
Lo = Harga Mutlak terbesar
F(Zi) = peluang angka baku
S(Zi) = proporsi angka baku
a) Urutkan data sampel dari yang terkecil sampai yang paling terbesar
b) Tentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus:
25 Yusri. Statistika Sosial Aplikasi dan Interpretasi. (Jogjakarta: Graha ilmu, 2009) h.139 26 Agus Irianto. Statistik Konsep dasar dan Aplikasinya. (jakarta: Prenada Media Grup).
h.272 27 Burhan Nurgiayantoro, dkk. Statistik Terapan. (jogjakarta: Gadjah Mada University
Press) h.104-105 28 Yusri. Statistika Sosial Aplikasi dan Interpretasi. (Jogjakarta: Graha ilmu, 2009) h.139 29 Sudjana. Metode Statistik. (Bandung: Tarsito, 2005), Cet. Ke-3, h.466
48
𝑍𝑍𝑖𝑖 =𝑋𝑋𝑖𝑖 − 𝑋𝑋���
𝑆𝑆
Keterangan:
Zi = Skor Baku
= Nilai Rata-rata
Xi = Skor data ke-i
S = Simpangan Baku
c) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi
berdasarkan tabel Z, dan sebut dengan F (Zi)
Jika Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel
Jika Zi < 0, maka F (Zi) = 1- (0,5 + nilai tabel)
d) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2,..,Zn yang lebih atau sama
dengan Zi jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka:
Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya |F(Zi) – S(Zi)|
e) Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut, nilai ini disebut Lo
Lo = max |F(Zi) – S(Zi)|
f) Interpretasikan dengan membandingkannya pada tabel L
g) Kesimpulan:
Jika Lo < Lt : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal
Lo > Lt : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi
normal
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berasal dari data yang ragamnya sama atau tidak. Uji homogenitas
dilakukan pada pasangan skor pretest dan postest dengan
49
menggunakan uji Fisher. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah:30
a) Menentukan varians
b) Menghitung nilai F (homogenitas) dengan rumus:
Keterangan:
F = nilai Uji F
𝑆𝑆12= ragam terbesar
𝑆𝑆22= ragam terkecil
c) Menentukan nilai homogenitas, adapaun kriteria pengujian
untuk uji homogenitas adlah Fh<Ft pada taraf signifikansi (α) =
0,05 maka data berdistribusi homogen. Jika Fh>Ft, maka data
berdistribusi tidak homogen.
b. Uji Hipotesis
Kegiatan sebuah penelitian adakalanya dimaksudkan untuk
menguji keadaan atau sesuatu yang terdapat dalam suatu kelompok,
seperti ingin meneliti apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara
keadaan atau sesuatu yang terdapat kelompok-kelompok tersebut.31jika
hal itu menjadi tujuan penelitian, teknik statistik berupa uji beda adalah
tepat untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan diantara
kelompok-kelompok yang diuji.32
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Data
terdistribusi normal dan homogen. Uji hipotesisi untuk data yang
30 Ibid, h.249 31 Burhan Nurgiantoro. Statistika Terapan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
2002) h.168 32 Ibid
50
terdistribusi normal dan homogen dengan uji statistik parametrik berupa
uji t sesuai persamaan berikut:33
Keterangan:
�̅�𝑥1= rata-rata skor kelompok eksperimen
�̅�𝑥2= rata-rata skor kelompok kontrol
𝑆𝑆𝑔𝑔= ragam gabungan
𝑆𝑆12= ragam kelompok eksperimen
𝑆𝑆22= ragam kelompok kontrol
𝑛𝑛1= jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
𝑛𝑛2 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
Langkah selanjutnya adalah:
a) Mengajukan hipotesis
b) Menghitung nilai t hitung
c) Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus
d) Menentukan nilai t-tabel dengan α = 0,05
e) Menguji hipotesis
Jika –t.tabel < t.hitung <t.tabel maka Ho diterima pada tingkat
kepercayaan 0,95. Jika thitung -ttabel atau ttabel thitung, maka Ho
diterima pada tingkat kepercayaan 0,95.
33 Ibid, h.171
51
2. Teknik Analisis Keterampilan Proses Sains
Analisis Kemampuan proses merupakan suatu tahapan yang harus
dilakukan dalam mengadakan pengendalian kualitas proses statistik, dan
mendefinisikan kemampuan proses memenuhi spesifikasi atau mengukur
kinerja proses.34
Tes keterampilan proses sains digunakan untuk mengetahui
gambaran, keteramplian proses sains siswa. Tahapan analisisnya sebagai
berikut:
a) Menjumlahkan indikator yang teramati
b) Menghitung presentase aspek keterampilan proses sains siswa dalam
kelompok, dengan mengggunakan rumus:
Keterangan:
S = nilai yang dicari
R = jumlah skor yang dijawab benar
N = Skor maksimum
Data yang diperoleh kemudian diinterpretasikan kedalam kriteria nilai
sebagai berikut: 35
Tabel 3.12 Kriteria Interpretasi Skor
Presentase (%) Keterangan
81 – 100 Sangat Baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 40 Kurang
0 – 20 Sangat Kurang
34 Dhorothea Wahyu Ariani. Pengendalian Kualitas Statistik.(Jogjakarta: Andi Offset) h.174
35 Riduan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta), h.89
52
3. Hipotesis Statistik
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Ho : μA = μB
Ha : μB > μB
Keterangan:
Ho : Tidak terdapat perbedaan keterampilan proses sains siswa
antara siswa yang mendapat pembelajaran melalui model
pembelajaran problem based learning dengan siswa yang
mendapat pembelajaran secara konvensional.
Ha : Terdapat perbedaan keterampilan proses sains siswa yang lebih
baik terhadap siswa yang mendapat pembelajaran melalui model
pembelajaran problem based learning dibandingkan siswa yang
mendapat pembelajaran secara konvensional.
μA : Rata-rata skor nilai KPS siswa yang diajarkan dengan model
Problem Based Learning (PBL)
μB : Rata-rata skor nilai KPS siswa yang diajarkan dengan metode
konvensional.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Data hasil pretest dan postest kedua kelas, yaitu kelas XI IPA 2 sebagai
sampel kelas eksperimen dan XI IPA 3 sebagai sampel kelas kontrol, pretets
diujikan sebelum proses belajar mengajar dilakukan pada materi laju reaksi
sedangkan postest diujikan setelah pembelajaran dilakukan menggunakan model
problem based learning untuk kelas eksperimen, dan pembelajaran konvensional
untuk kelas kontrol pada materi laju reaksi. Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa diukur dengan menggunakan
instrumen tes urian (essai) sebanyak 12 soal yang telah memenuhi kriteria 10
indikator KPS dan telah mewakili setiap indikator dari Kompetensi Dasar (KD)
materi laju reaksi. Instrumen berupa tes yang yang digunakan juga telah
memenuhi kelayakan uji, adapun uji-uji yang dilakukan meliputi uji validitas oleh
ahli dan siswa, uji reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda. Sehingga
instrumen ini layak digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains kimia
siswa. Selain itu penelitian ini dilengkapi data pendukung berupa lembar observasi
belajar siswa dan mengajar guru yang berfungsi untuk mengawasi keterlaksanaan
model problem based learning saat kegiatan belajar mengajar belangsung.
1. Hasil Pretets Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Perbandingan nilai rata-rata hasil pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen, kelas kontrol dipilih karena hasil rata-rata lebih tinggi daripada
kelas eksperimen. Berikut ini adalah tebel perbandingan hasil pretes kelas
kontrol dan kelas eksperimen:
53
54
Tabel 4.1 Hasil Pretest Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Data Pretes
Kontrol Eksperimen Nilai Terendah 3,00 1,00 Nilai Tertinggi 14,00 12,00 Mean 8,67 8,54 Median 10,00 10,00 Modus 9,00 10,00 Simpangan Baku 3,09 2,79 Jumlah Siswa 27 27
Tabel 4.1 menunjukkan dapat dibandingkan nilai rerata pretest
kelas kontrol yaitu 8,67 (XI IPA 3) dan kelas eksperimen 8,54 (XI IPA 2).
Nilai rerata 8,67 lebih tinggi dibanding 8,54 sehingga kelas XI IPA 3 yang
dipilih untuk dijadikan kelas kontrol. (Lampiran 13 dan 14).
Hasil presentasi pretest keterampilan proses sains pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat dari tebel berikut ini:
Tabel 4.2 Presentase Ketercapaian Keterampilan Proses Sains Pretest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
PRETEST No Indikator KPS Kontrol Kategori Eksperimen Kategori 1 Observasi 25,00 kurang 18,52 sangat kurang 2 Klasifikasi 21,30 kurang 26,85 kurang 3 Interpretasi 18,50 sangat kurang 22,22 kurang 4 Prediksi 6,48 sangat kurang 9,26 sangat kurang 5 Mengajukan Pertanyaan 76,90 Baik 82,40 sangat baik 6 Berhipotesis 32,40 kurang 6,48 sangat kurang 7 Merencanakan Percobaan 4,63 sangat kurang 5,55 sangat kurang 8 Menggunakan Alat dan Bahan 3,24 sangat kurang 4,17 sangat kurang 9 Menerapkan Konsep 3,24 sangat kurang 3,24 sangat kurang 10 Bekomunikasi 0 sangat kurang 2,78 sangat kurang
Jumlah 191,69 sangat kurang 181,47 sangat kurang Rerata 19,17 18,15
55
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata pretest keterampilan proses sains
pada kelas kontrol termasuk kategori sangat kurang atau sangat rendah (19,17),
sedangkan untuk kelas ekperimen juga termasuk pada kategori sangat rendah
(18,15). Keterampilan proses sains tertinggi dari masing masing kelas kontrol
dan kelas eksperimen adalah sama-sama mengajukan pertanyaan dengan nilai
masing-masing secara berurutan yaitu 76,90 dan 82,40. Dan keterampilan
proses sains terendah adalah berkomunikasi 0 persen pada kelas kontrol dan
2,78 persen untuk keterampilan berkomunikasi pada kelas eksperimen.
(Lampiran 7).
2. Hasil Postest Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Nilai rata-rata hasil postest kelas kontrol dan kelas eksperimen yang telah
diberikan perlakuan model pembelajaran masing-masing, maka didapat tebel
perbandingan hasil postes kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Postets Keterampilan Proses Sains Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Data Postest
Kontrol Eksperimen Nilai Terendah 4,00 5,00 Nilai Tertinggi 18,00 33,00 Mean 10,22 21,79 Median 11,00 23,00 Modus 10,00 22,00 Simpangan Baku 3,48 5.56 Jumlah Siswa 27 27
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dapat dilihat nilai rerata hasil postest kelas
ekperimen dan kelas kontrol berturut-turut adalah 21,79 dan 10,22. Sedangkan
simpangan baku masing-masing adalah 5.56 dan 3,48. (Lampiran 15 dan 16).
Hasil presentasi postest keterampilan proses sains pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen dapat dilihat dari tebel berikut ini:
56
Tabel 4.4 Presentase Ketercapaian Keterampilan Proses Sains Postest
Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
POSTEST No Indikator KPS Kontrol Kategori Eksperimen Kategori 1 Observasi 25,90 Kurang 61,11 Baik 2 Klasifikasi 21,30 Kurang 42,59 Cukup 3 Interpretasi 21,30 Kurang 42,59 Cukup 4 Prediksi 13,89 Kurang Sekali 22,22 Kurang 5 Mengajukan Pertanyaan 70,40 Baik 90,74 Baik Sekali 6 Berhipotesis 51,90 Cukup 40,74 Kurang 7 Merencanakan Percobaan 10,19 Kurang Sekali 43,52 Cu kup 8 Menggunakan Alat dan Bahan 6,94 Kurang Sekali 40,74 Kurang 9 Menerapkan Konsep 16,20 Kurang Sekali 34,72 Kurang 10 Bekomunikasi 0,93 Kurang Sekali 58,33 Cukup
Jumlah 238,95 Kurang
477,30 Cukup
Rerata 23,89 47,73
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan cukup signifikan dari
hasil postest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada kelas kontrol, nilai
presentasi tertinggi ada pada indikator mengajukan pertanyaan dengan nilai
70,40 untuk kategori baik. Dan pada kelas ekperimen, nilai presentasi
tertinggi juga ada pada indikator mengajukan pertanyaan dengan nilai 90,74
untuk kategori baik sekali. Sedangkan nilai presentasi terkecil di kelas kontrol
ada pada indikator berkomunikasi dengan nilai 0,93 untuk kategori kurang
sekali dan pada kelas eksperimen pada indikator merencanakan percobaan
dengan nilai 7,4 untuk kategori kurang sekali. (Lampiran 8)Indikator soal pada
keterampilan proses sains berhipotesis yaitu, diberikan rumusan masalah,
siswa dapat menyusun hipotesis terhadap suatu percobaan pengaruh luas
permukaan terhadap laju reaksi. Hasil postest menunjukkan kelas kontrol
mendapatkan nilai 51,93 untuk kategori cukup, sedangkan kelas eksperimen
mendapat nilai 40,74 untuk kategori kurang. Hal ini menunjukkan bahwa
kelas kontrol memiliki nilai berhipotesis lebih tinggi dari kelas eksperimen,
akan tetapi dilihat dari pretest dan postest kelas eksperimen, nilai pada
keterampilan proses sains berhipotesis tetap menunjukkan kenaikan dari 6,48
57
menjadi 40,74. Artinya kelas eksperimen yang ditreatment menggunakan
model PBL tetap memberikan pengaruh terhadap keterampilan proses sains
tanpa mempertimbangkan pengaruh luar dari kelas kontrol.
B. Analisis Data Tes Keteampilan Proses Sains 1. Uji Prasyarat Sampel
Setelah dilakukan penelitian dan diperoleh data dari masing-masing
kelas, maka selanjutnya yang ingin didapat adalah hasil uji hipotesis, akan
tetapi terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat sampel terhadap hasil
penelitian, diantaranya adalah uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas Pretest
Hasil uji normalitas menggunakan uji liliefors menunjukkan data
terdistribusi normal. Hasil uji normalitas pretest kelas kontrol dan
kelas eksperimen dapat dilihat dari nilai Lhitung dan Ltabel, sebagaimana
tabel berikut ini:
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Data Pretes
Kesimpulan Kontrol Eksperimen
N 27 27 Lhit Ltabel
Data Berdistribusi
Normal
Lhitung 0,14 0,15
Ltabel 0,17 0,17
Tabel 4.5 dapat disimpulkan nilai hasil pretest kedua kelas kontrol
dan eksperimen berdistribusi secara normal. Syarat data berdistribusi
secara normal jika Lhit Ltabel. Lhitung didapat dari nilai mutlak F(Zi)-
S(Zi) terbesar. Sedangkan menentukan Ltabel dari nilai kritis uji
Liliefors Ltabel = n
886,0 . Nilai Lhitung pretes kelas kontrol kelas
eksperimen berturut-turut 0,14 dan 0,15, nilai keduanya lebih kecil dari
nilai Ltabel 0,17. (Lampiran 9 dan 10)
58
b. Uji Homogenitas Pretest
Kedua sampel penelitian tersebut telah dinyatakan berdistribusi
normal, uji selanjutnya adalah menentukan homogenitas yang
dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau
populasi. Adapun syarat uji homogenitas yaitu sampel dinyatakan
homogen jika Fhitung < Ftabel. Berikut ini hasil uji homogenitas pretest
menggunakan uji fischer:
Tabel.4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretets Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Statistik
S2 Kontrol 7,15
S2 Eksperimen 7,19
Fhitung 1,00
Ftabel 1,93
Kesimpulan Homogen
Tabel 4.6 hasil uji homogenitas pretest kelas kontrol dan kelas
eksperimen diperoleh Fhitung = 1,00, dan didapat Ftabel dari harga
distribusi F dengan taraf signifikan (α) = 0,05 dan jumlah siswa 52
(n1=26, n2 = 26) adalah 1,93, nilai tersebut menunjukkan bahwa Fhitung
< Ftabel. Dengan demikian, dapat disimpulkan data pretest kelas kontrol
dan kelas eksperimen adalah homogen. (Lampiran 17)
c. Pengujian Hipotesis Pretest
Pengujian data selanjutnya adalah uji hipotesis, yang dilakukan
setelah uji normalitas dan homogenitas. Uji ini menggunakan uji-t (t
test) untuk menguji hipotesis nihil Ho yang menyatakan bahwa “tidak
ada perbedaan hasil pretest antara siswa kelas eksperimen dengan
siswa kelas kontrol” dan H1 yang menyatakan “terdapat perbedaan
hasil pretest antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas
59
kontrol”. Hasil uji kesamaan rerata kelas eksperimen dan kelas kontrol
tertera pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7 Uji Kesamaan Rerata Pretest Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Data Uji “t”
Kontrol Eksperimen
Rerata 8,67 8,54
t-hitung 0,18
t- tabel 2,00
Kesimpulan Ho diterima, tidak terdapat perbedaan yang signifikan
Tabel 4.7 dari uji-t nilai pretest yang telah dilakukan pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan taraf signifikan 5 % (0,05)
dan derajat kebebasan df = (n1 + n2) – 2 = (27+27) – 2 = 52 maka
diperoleh ttabel = 2,00 dan thitung = 0,18265 atau dibulatkan menjadi
0,18. Dengan kriteria H0 diterima jika –ttabel < thitung< ttabel dan H0
ditolak jika –ttabel > thitung > ttabel , maka hasil uji-t menunjukkan
bahwa 0,18 ≤ 2,00 atau thitung ttabel, sehingga H0 diterima, sehingga
H0 yang berbunyi: “Tidak terdapat perbedaan hasil pretest antara
siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol”, diterima.
Hipotesis menunjukan bahwa kedua kelas, baik kelas eksperimen
maupun kelas kontrol pantas dijadikan sampel penelitian, karena
mewakili populasi sampel dan memiliki kemampuan yang sama.
2. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas Postest
Hasil uji normalitas menggunakan uji liliefors menunjukkan data
terdistribusi normal. Hasil uji normalitas postest kelas kontrol dan
kelas eksperimen dapat dilihat dari nilai Lhitung dan Ltabel, sebagaimana
tabel berikut ini:
60
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Postest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Data Pretest
Kesimpulan Kontrol Eksperimen
N 27 27 Lhit Ltabel
Data Berdistribusi
Normal
Lhitung 0,15 0,09
Ltabel 0,17 0,17
Tabel 4.5 dapat disimpulkan nilai hasil postest kedua kelas kontrol
dan eksperimen berdistribusi secara normal. Syarat data berdistribusi
secara normal jika Lhit Ltabel. Lhitung didapat dari nilai mutlak F(Zi)-
S(Zi) terbesar. Sedangkan menentukan Ltabel dari nilai kritis uji
Liliefors Ltabel = n
886,0 . Nilai Lhitung postets kelas kontrol kelas
eksperimen berturut-turut 0,15 dan 0,09, nilai keduanya lebih kecil dari
nilai Ltabel 0,17 (Lampiran 11 dan 12).
b. Uji Homogenitas Postest
Hasil uji homogenitas postest kelas kontrol dan kelas eksperimen
menggunakan uji fischer:
Tabel 4.9 Hasil Uji Honogenitas Postest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Statistik
S2 Kontrol 17,95
S2 Eksperimen 27,46
Fhitung 1,53
Ftabel 1,93
Kesimpulan Homogen
Tabel 4.9 hasil uji homogenitas postets kelas kontrol dan kelas
eksperimen diperoleh Fhitung = 1,53 dan didapat Ftabel dari harga
distribusi F dengan taraf signifikan (α) = 0,05 dan jumlah siswa 52
61
(n1=26, n2 = 26) adalah 1,93, nilai tersebut menunjukkan bahwa Fhitung
< Ftabel. Dengan demikian, dapat disimpulkan data postest kelas kontrol
dan kelas eksperimen adalah homogen.
c. Pengujian Hipotesis Postes
Hasil uji kesamaan postes rerata kelas eksperimen dan kelas
kontrol tertera pada tabel berikut ini:
Tabel 4.10 Uji Kesamaan Rerata Postes Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Data Uji “t”
Kontrol Eksperimen
Rerata 10,22 21,88
t-hitung 7,32
t- tabel 2,00
Kesimpulan Ho ditolak, Terdapat perbedaan yang signifikan
Tabel 4.10 dari uji-t nilai postes yang telah dilakukan pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen dengan taraf signifikan 5 % (0,05) dan
derajat kebebasan df = (n1 + n2) – 2 = (27+27) – 2 = 52 maka
diperoleh ttabel = 2,00 dan thitung = 7,32. Dengan criteria: H0 diterima
jika –ttabel < thitung< ttabel dan H0 ditolak jika –ttabel > thitung > ttabel , maka
hasil uji-t menunjukkan bahwa 7,32 ≥ 2,00 atau thitung ≥ ttabel, sehingga
H0 ditolak, dan H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan keterampilan proses sains siswa yang lebih baik terhadap
siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran
problem based learning dibandingkan siswa yang mendapat
pembelajaran secara konvensional pada materi ajar laju reaksi kimia.
(Lampiran 20)
62
C. Pembahasan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh
model pembelajaran problem based learning terhadap keterampilan proses sains
siswa pada materi laju reaksi. Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis data
penelitian yang dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Mauk Kabupaten
Tangerang, didapat kesimpulan dari hasil uji normalitas serta uji homogenitas
pretes dan postest kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah Lhit Ltabel (uji
normalitas) dan Fhitung < Ftabel (uji homogenitas), hal tersebut menunjukkan bahwa
data telah berdistribusi secara normal dan homogen sehingga dapat dilakukan
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t.
Sebelum diterapkan model pembelajaran pada masing-masing sampel
kelas konrtrol dan kelas eksperimen, pengujian hipotesis terhadap pretest kedua
kelas menunjukkan bahwa Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan
keterampilan proses sains yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen, dengan thitung lebih kecil dari ttabel (0,18 < 2,00) atau dengan kata lain
kelas kontrol dan kelas ekperimen memiliki keterampilan proses sains awal yang
sama (homogen).
Setelah diterapkan model pada masing-masing sampel, yaitu model problem
based learning dengan praktikum pada kelas eksperimen dan metode
konvensional mengikuti kebiasaan guru mengajar diterapkan pada kelas kontrol,
maka diperoleh perbedaan yang cukup signifikan pada nilai rerata postest
kelompok eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. Seperti tertera pada gambar
berikut ini:
63
Gambar 4.1 Perbandingan Rerata Postest Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Gambar 4.1, menunjukkan nilai rerata postest kelas kontrol sebesar 10,22
dan kelas eksperimen sebesar 21,79, selisih nilai keduanya sebesar 11,57 secara
umum menggambarkan kemampuan penguasaan keterampilan proses sains siswa
kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran problem based
learning lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol yang menggunakan metode
konvensional. Hal ini sesuai dengan teori yang mengungkapkan bahwa
keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau
intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat
karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikiranya.1
Pengujian hipotesis terhadap data postest kelas kontrol dan kelas
eksperimen menggunakan Uji-t menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
pada penggunaan model pembelajaran problem based learning materi laju reaksi
untuk kelas eksperimen, hal tersebut dibuktikan dari hasil perhitungan nilai thitung
yang lebih besar dari ttabel (7,32 ≥ 2,00) yang artinya H0 yang berbunyi: “Tidak
terdapat perbedaan keterampilan proses sains siswa antara siswa yang mendapat
pembelajaran melalui model problem based learning dengan siswa yang
mendapat pembelajaran secara konvensional”, ditolak. (Perhitungan dapat dilihat
1 Nuryani, R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang, 2005) h.78
0
5
10
15
20
25
Kontrol Eksperimen
10,22
21,79
Nilai Rerata Postest
Nilai Rerata Postes
64
pada Lampiran 18). Sesuai dengan teori yang diungkapkan Rusman dalam
bukunya mengutip definisi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) menurut Tan
bahwa PBM atau Problem Based Learning (PBL) merupakan inovasi dalam
pembelajaran, kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui
proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat
membedayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan
berpikirnya secara berkesinambungan.2
Mengutip kalimat Harlen, sedikitnya terdapat lima aspek yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam berperan mengembangkan keterampilan proses.3
Pertama, memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses
dalam melakukan eksplorasi materi dan fenomena. Kedua, memberi kesempatan
untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dan juga diskusi kelas. Ketiga,
mendengarkan pembicaraan siswa dalam mempelajari prodi mereka untuk
menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk gagasan mereka. Keempat,
membantu siswa untuk menyadari keterampilan-keterampilanyang mereka
perlukan adalah penting sebagai bagian dari proses mereka sendiri. Kelima,
memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan keterampilan, khususnya
ketepatan dalam observasi dan pengukuran.4
Terlatihnya siswa menggunakan keterampilan proses ini akan
memudahkan dalam menerapkan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari
(pemecahan masalah), dan peran guru dengan demikian adalah sebagai
fasilitator.5
2 Rusman. Model-model Pembelajaran.(Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010) h.229 3 Nuryani, R. Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: Universitas Negeri Malang,
2005) h.82 4 ibid 5 Zulfianai,dkk. Strategi Pembelajaran Sains. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta,2009) h.52
65
Indikator keterampilan proses sains yang diukur pada penelitian ini
sebanyak sepuluh indikator, yaitu: Observasi, Klasifikasi, Interpretasi, Prediksi,
Mengajukan Pertanyaan, Berhipotesis, Merencanakan Percobaan, Menggunakan
Alat dan Bahan, Menerapkan Konsep dan Berhipotesis. Gambar dibawah ini
menunjukkan peningkatan presentassi keterampilan proses sains hasil pretest dan
postest pada kelompok eksperimen.
Gambar 4.2 Presentasi Nilai Keterampilan Proses Sains Pretest dan
Postest Kelas Eksperimen
Gambar 4.2 menunjukkan perolehan nilai keterampilan proses sains
masing-masing siswa pada materi laju reaksi kimia pada sesaat sebelum mendapat
perlakuan kegiatan pembelajaran (pretest) dan sesaat setelah perlakuan model
pembelajaran pada masing-masing kelas (postest). Dari 12 soal uraian yang
dikerjakan oleh siswa, masing-masing indikator KPS diwakili oleh satu soal,
kecuali pada indikator menggunakan alat dan bahan dan menerapkan konsep
terdiri dari dua soal, ini disebabkan untuk memenuhi indikator dari kompetensi
dasar materi laju reaksi.
0102030405060708090
100
Pretes
Postes
66
Indikator yang diukur dalam instrumen penelitian ini berjumlah 10
indikator sesuai yang dipaparkan oleh Harlen dalam bukunya UNESCO Source
for science in the primary school, diantaranya yaitu: keterampilan Observasi,
Klasifikasi, Interpretasi, Prediksi, Mengajukan Pertanyaan, Berhipotesis,
Merencanakan Percobaan, Menggunakan Alat dan Bahan, Menerapkan Konsep,
dan Berkomunikasi.6
Indikator pertama yang diukur adalah keterampilan Observasi siswa, nilai
pretest dan postest menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan yaitu dari
18,52% menjadi 61,11%, selisihnya sebesar 42,59% menunjuukan bahwa
keterampilan observasi siswa meningkat dua kali lipat dari semula, pada proses
pembelajaran dengan model problem based learning, siswa dihadapkan dengan
wacana-wacana yang diawali pada masalah, membantu siswa untuk lebih terampil
dalam mengamati suatu peristiwa. Bentuk soal uraian yang diberikan adalah untuk
menguji keterampilan pengamatan siswa terhadap perbedaan hasil reaksi, lamanya
waktu dan jenis bahan yang digunakan saat percobaan pengaruh luas permukaan
terhadap laju reaksi.
Indikator yang selanjutnya diukur adalah keterampilan klasifikasi siswa,
nilai pretest dan postest meningkat dari 26,85% menjadi 42,59%, presentasinya
meningkat 15,74% dari semula. Dalam instrumen soal yang mengukur
keterampilan ini, siswa diminta untuk mengurutkan laju reaksi dari yang paling
cepat ke yang paling lambat dan menjelaskan penyebabnya.
Keterampilan proses sains interpretasi siswa meningkat dari 22,22%
menjadi 42,59% sehingga terjadi peningkatan keterampilan interpretasi atau
menafsirkan sebesar 20,37% setelah diberikan perlakuan model pembelajaran
problem based learning. Dari instrumen ini, siswa diminta menyimpulkan hasil
pengamatan dan menyimpulkan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi.
Keterampilan proses sains predikisi pretes dan postes meningkat dari
9,26% menjadi 22,22%. Hasil ini menunjukkan bahwa setelah perlakuan
6 Wynne Harlen dan Jos Elstgeest, dalam UNESCO Source for science in the primary school. (paris: Unesco Publising, 1992) h.26
67
pembelajaran dengan model problem based learning terjadi peningkatan sebesar
12,96% dari keterampilan prediksi siswa kelas eksperimen. Dalam tes uraian ini,
diberikan data hasil percobaan, siswa diminta memprediksi kecepatan reaksi
berdasarkan bentuk bahan (reaktan).
Keterampilan proses sains mengajukan pertanyaan adalah keterampilan
dengan presentasi tertinggi dibanding indikator KPS lainnya, presentasinya
meningkat dari 82,4% menjadi 90,74% sehingga kategori KPS termasuk pada
“Baik Sekali”. Selisih pretest dan postest yaitu sebesar 8,34%, hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan mengajukan pertanyaan kelas eksperimen
cukup tinggi, disebabkan rasa ingin tahu yang tinggi. Soal yang diberikan berupa
wacana faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, siswa diminta mengajukan
pertanyaan apa, bagaimana, atau mengapa, untuk menjelaskan percobaan
Keterampilan proses sains berhipotesis meningkat dari 6,48% menjadi
40,74% selisih pretest dan postest yaitu sebesar 34,26%, peningkatan ini sangat
signifikan sehingga menunjukkan bahwa siswa mampu menyusun hipotesis
sebelum melakukan percobaan. Dalam tes uraian, siswa diberikan rumusan
masalah, dan siswa diminta menyusun hipotesis terhadap suatu percobaan
pengaruh luaspermukaan terhadap laju reaksi
Keterampilan proses sains merencanakan percobaan meningkat dari 5,55%
menjadi 43,52% selisih pretest dan postest yaitu sebesar 37,97%, sama seperti
keterampilan berhipotesis, maka keterampilan merencanakan percobaan setelah
penerapan model problem based learning menunjukkan hasil yang signifikan.
Selisih menunjukkan peningkatan lebih dari tujuh kali lipat dari semula. Dalam
soal uraian, siswa diberikan tujuan percobaan, kemudian siswa diharaapkan dapat
menyiapkan kebutuhan percobaan orde reaksi
Keterampilan proses sains menggunakan alat dan bahan meningkat dari
4,17% menjadi 40,74% selisih pretest dan postest yaitu sebesar 36,57%, hasil ini
menunjukkan nilai yang signifikan terhadap penerapan model problem based
learning. Siswa diberikan tujuan percobaan, kemudian siswa diminta menuliskan
langkah kerja percobaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
68
Keterampilan proses sains menerapkan konsep meningkat dari
3,24%menjadi 34,722% selisih pretest dan postest yaitu sebesar 31,482%,
sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah penerapan model pembelajaran
problem based learning meningkat secara signifikan sebesar 31,482%. Dalam
soal uraian ini, diujikan keterampilan menerapkan konsep matematis siswa,
diberikan tabel hasil percobaan, siswa diminta menentukan besarnya orde reaksi
Keterampilan proses sains berkomunikasi meningkat dari hasil presentasi
pretest 2,78% menjadi 58,33% dari hasil presentasi postest, sehingga memiliki
peningkatan presentasi sebesar 55,55%. Peningkatan terebut menunjukkan angka
yang sangat signifikan, hal ini mejelaskan bahwa penerapan model problem based
learning saat praktikum dilaksanakan memberikan hasil yang positif untuk
keterampilan berkomunikasi siswa. bentuk soal atau test uraian adalah siswa
diberikan data, kemudian siswa diminta dapat menyajikan data hasil percobaan
melalui grafik orde reaksi.
Berdasarkan Gambar 4.2 yang menunjukkan presentasi rerata nilai
keterampilan proses sains pretest dan postest kelas eksperimen, maka dapat dilihat
bahwa presentasi nilai tertinggi ada pada indikator mengajukan pertanyaan,
dengan nilai pretest sebesar 70,40% dan nilai postest sebesar 90,74%. Hal ini
ditunjukkan dalam beberapa jawaban siswa seperti berikut ini:
Gambar 4.3 Jawaban Siswa A Pada Keterampilan Proses Sains
Indikator Mengajukan Pertanyaan
69
.
Gambar 4.4 Jawaban Siswa B Pada Keterampilan Proses Sains
Indikator Mengajukan Pertanyaan
Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 merupakan 2 contoh jawaban dari 27 sampel
siswa kelas eksperimen pada soal keterampilan proses sains indikator mengajukan
pertanyaan. Berdasarkan kunci jawaban yang telah divalidasi, jawaban yang tepat
adalah siswa mampu memberikan pertanyaan tentang apa/bagaimana/
mengapa/berapa terkait wacana dan perobaan laju reaksi (pertanyaan dibebaskan
kepada siswa, dengan syarat tidak keluar konteks laju reaksi). Adapun pada
pedoman penskoran, skor maksimal (4) diberikan pada siswa yang menyusun
empat pertanyaan; skor (3) diberikan pada siswa yang menyusun tiga pertanyaan;
skor (2) diberikan pada siswa yang menyusun dua pertanyaan; dan skor (1)
diberikan pada siswa yang hanya menyusun satu pertanyaan saja. Dari data hasil
postest siswa kelas eksperimen menunjukkan sebanyak 20 siswa menjawab
dengan skor maksimal yatu menyusun 4 pertanyaan, diantara pertanyaan yang
disusun siswa meliputi pertanyaan tentang apa yang terjadi jika reaktan serbuk
dan lempengan direaksikan dengan larutan, apa yang menyebabkan cepat-lambat
reaksi tersebut dapat terjadi, dan apakah akan berpengaruh sama pada bahan yang
lainnya. Dari data tersebut menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa
pada indikator mengajukan pertanyaan termasuk dalam kategori tinggi, hal ini
juga dibuktikan saat proses pembelajaran berlangsung, siswa bersama
kelompoknya diberi kesempatan untuk menyusun pertanyaan terkait
permasalahan dan wacana dalam LKS, sekaligus menyusun jawabannya,
kemudian antara kelompok saling bertukar pertanyaan yang telah disusun. Dari
70
aktifitas diskusi dan bertukar pertanyaan menunjukkan bahwa keterampilan
mengajukan pertanyaan siswa termasuk kategori sangat baik.
Presentasi terendah terdapat pada keterampilan proses sains siswa dengan
indikator memprediksi. Presentasi pretest sebesar 13,89% (kategori sangat
kurang) dan postest sebesar 22,22% (kategori kurang). Berikut ini contoh jawaban
siswa pada soal keterampilan proses sains siswa indikator memprediksi:
Gambar 4.5 Jawaban Siswa A Pada Keterampilan Proses Sains
Indikator Prediksi
Gambar 4.6 Jawaban Siswa B Pada Keterampilan Proses Sains
Indikator Prediksi
Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 merupakan 2 contoh jawaban dari 27 sampel
siswa kelas eksperimen pada soal keterampilan proses sains indikator
memprediksi. Indikator soal ini adalah: “Diberikan data hasil percobaan, siswa
dapat memprediksi kecepatan reaksi berdasarkan bentuk bahan (reaktan)”.
Berdasarkan kunci jawaban yang telah divalidasi, jawaban yang tepat adalah:
“Reaksi yang paling tinggi kelajuannya adalah percobaan No.3 yaitu bentuk
serbuk magnesium dengan larutan HCL 0,75 M. Ini disebabkan faktor luas
permukaan serbuk magnesium dan konsentrasi HCl yang tinggi. Sehingga reaksi
71
ini cepat bereaksi dibandingkan luas permukaan bentuk lempeng magnesium, baik
yang konsentrasi HCl 0,50 M maupun konsentrasi HCl 0,75 M. Adapaun
pedoman penskoran menunujukkan bahwa siswa yang mendapat skor tertinggi (4)
adalah siswa yang menjawab benar nomor percobaan yang paling tinggi laju
reaksinya, dan menjelaskan kedua alasan tingginya laju reaksi (konsentrasi dan
luas permukaan); siswa yang mendapat skor (3) adalah siswa yang menjawab
benar nomor percobaan yang paling tinggi laju reaksinya, dan menjelaskan salah
satu alasan tingginya laju reaksi (konsentrasi atau luas permukaan); siswa yang
mendapat skor (2) yaitu siswa yang hanya menjelaskan alasan tingginya laju
reaksi (konsentrasi dan luas permukaan); dan terakhir siswa yang mendapat skor
(1) hanya mejawab benar pilihan jawaban percobaan yang paling tingi laju
reaksinya.
Lebih dari setengah sampel kelas eksperimen yaitu sebanyak 17 siswa
menjawab soal keterampilan proses sains indikator memprediksi dengan
memperoleh skor sangat rendah (1), hal ini menunjukkan keterampilan proses
sains siswa pada indikator memprediksi termasuk dalam kategori rendah. Hasil
uji postest menunjukkan kebanyakan siswa hanya bisa memprediksi kecepatan
reaksi zat tersebut, akan tetapi tidak dapat menjelaskan sebab hal itu terjadi.
Beberapa siswa menjelaskan alasannya hanya saja jawaban siswa kurang tepat,
sehingga rerata presentasi keterampilan proses sains indikator prediksi termasuk
dalam kategori rendah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL ) memiliki pengaruh terhadap
Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada materi laju reaksi. Hasil uji-t postes
menunjukkan bahwa thitung (7,32) lebih besar dibanding ttabel (2,00), sehingga
thitung ≥ R ttabel yang menunjukkan bahwa hipotesis alternatif (H1) diterima, artinya
terdapat perbedaan keterampilan proses sains siswa yang lebih baik terhadap
siswa yang mendapat pembelajaran melalui model problem based learning
dibandingkan siswa yang mendapat pembelajaran secara konvensional. Data
postes kelas eksperimen menunjukkan peningkatan rerata presentasi nilai
keterampilan proses sains dari 18,15% menjadi 47,73%. Adapun keterampialan
proses sains tertinggi pada kelas eksperimen adalah mengajukan pertanyaan
(90,74%), sedangkan yang paling rendah adalah keterampilan prediksi (22,22%).
B. Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengemukakan beberapa
saran untuk perbaikan di masa mendatang yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian menggunakan model pembelajaran Problem based
Learning, dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada
materi laju reaksi, sehingga model ini dapat diterapkan oleh guru dalam
proses pembelajaran.
2. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan agar mengukur indikator
keterampilan proses sains menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning dengan metode praktikum.
72
DAFTAR PUSTAKA
Afrizon, Renol., Ratnawulan, dan Fauzi. 2012. Peningkatan Pelriaku Berkarakter Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang Pada Mata Pelajaran IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction. Universitas Negeri Padang: Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika ISSN: 2252-3014 volume 1.
Ali, Muhson. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa
melalui Penerapan Problem Based Learning. Jurnal Kependidikan Volume 39 Nomor 2. hal. 171-182.
Amir, M Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan melalui Problem based Learning.
Jakarta: Prenada Media Grup. Arends, Richad I . 2007. Learning to Teach. New York: McGraw-Hill. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:Rineka Cipta. ____ 2012. Dasar-dasar evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Ariani, Dhorothea Wahyu. Pengendalian Kualitas Statistik.Jogjakarta: Andi
Offset Ayfer Alfer, 2008. Attitudes Toward Problem Based Learning in a New Turkish
Medicine Curriculum. World Applied Sciences Journal 4 (6): 830-836, ISSN 1818-4952 © IDOSI Publications.
Azizah, Utiya. 2004. Laju Reaksi.Jakarta: Depdiknas . Barell, Jhon. 2007. Problem Based Learning An Inquiry Approach. California:
Corwin Press. Baswedan, Anies R. 2014. Gawat Darurat Pendidikan Indonesia. Jakarta:
Kemendikbud RI. Damanik, Heni Akhwat. 2013. Sistem Pendidikan Indonesia Antara Masalah Dan
Solusi. Bogor:Kompasiana. Fauziah, Resti., Abdullah, dan Hakim. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika
Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Bandung: INVOTEC, Volume IX No.2.
73
74
Hadjar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Harlen, Wynne dan Jos Elstgeest, 1992. UNESCO Source for science in the
primary school. Paris: Unesco Publising. Herlanti, Yanti. 2006. Tanya Jawab Seputar Penelitian Tindakan Sains, Jakarta:
Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah. Irianto, Agus. Statistik Konsep dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Prenada Media
Grup Irvan, Permana. 2009. Memahami Kimia SMA/MA Untuk Kelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departmen Pendidikan Nasional. Nurgiantoro, Burhan. 2002 Statistika Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Muderawan, IW., Siwa, dan Tika. 2013. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek
Dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Keterampilan Proses Sains Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa. e-journal pascasarjana UPG volume 3.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013Tentang
Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Prastowo, Andi. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Diva Press. Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007 Prinsip Desain pembelajaran. Jakarta: Prenada
Media Group. R, Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri
Malang. Riduwan.2007. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta. Romauli, Tiona. dkk. 2009. Indikator-indikator Penilaian Pelaksanaan Problem-
Based Learning Berdasarkan Pembelajaran Konstruktif, Mandiri, Kolaboratif dan Konstektual di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. (Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia)
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta:Kencana.
75
Sari, Devi Diyas. 2012. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Pembelajaran IPA Kelas VIII SMP Negeri 5 Sleman.Yogyakarta: Skripsi UNY.
Semiawan, Cony dkk. 1985. Pendekatan Proses Sains. Jakarta: PT Gramedia. Sofyan, Ahmad. Tonih Feronika dan Burhanudin Milama. 2006. Evaluasi
Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.Jakarta: UIN Jakarta Press. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung:Alfabeta. Sukardjo. 2007. Sains Kimia SMA. Jakarta: Sinar Grafika. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.cet.ke-7.
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. ____ Pengemabangan Kurikulum Teori dan Praktek. 2007. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Susanti, Wulan. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Laju Reaksi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Skripsi Pendidikan Kimia.
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep
Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab
II Pasal 3. Utami, Budi. 2009. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI Program Ilmu Alam. Jakarta:
CV.HaKa MJ. Ward, Hellen. 2010. Pengajaran Sains berdasarkan Cara Kerja Otak. Jakarta:PT.
Indeks. Yamin, Martins. 2013. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta:
Referensi. Yusri. 2009. Statistika Sosial Aplikasi dan Interpretasi. Jogjakarta: Graha ilmu. Zulfiani, Tonih Feronika dan Kinkin Suartini. 2009. Strategi Pembelajaran Sains.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : MAN MAUK Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Pertemuan Ke- : 1 dan 2 Alokasi Waktu : 3 jam pelajaran Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya dlm
kehidupan sehari-hari &industri Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang memengaruhi laju
reaksi Indikator :
• Menjelaskan pengertian kemolaran dan penggunaannya. • Menuliskan ungkapan laju reaksi (v). • Menjelaskan persamaan laju reaksi dan tingkat reaksi serta penentuannya. • Menentukan tingkat reaksi berdasarkan data hasil eksperimen.
I. Tujuan Pembelajaran • menjelaskan pengertian kemolaran dan penggunaannya; • menuliskan ungkapan laju reaksi (v); • menjelaskan persamaan laju reaksi dan tingkat reaksi serta penentuannya; • menentukan tingkat reaksi berdasarkan data hasil eksperimen; • membaca grafik kecenderungan orde reaksi.
II. Uraian Materi Pembelajaran • Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan. • Laju reaksi menunjukkan perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi per satuan waktu. • Orde reaksi menunjukkan besar pengaruh konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi.
III. Metode Pembelajaran Ceramah, diskusi, pemberian tugas.
76
Lampiran 1
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan Ke-1 a. Kegiatan Awal (Apersepsi)
Guru mengingatkan kembali pengertian mol yang telah dipelajari di kelas X. b. Kegiatan Inti
• Mendeskripsikan pengertian kemolaran dan penggunaannya. • Berlatih menghitung molaritas suatu larutan. • Menuliskan ungkapan laju reaksi melalui diskusi kelas. • Menuliskan persamaan laju reaksi dan tingkat reaksi melalui diskusi kelas.
c. Kegiatan Akhir (Penutup) Guru dan siswa membuat simpulan tentang molaritas dan cara-cara menentukan molaritas.
Pertemuan Ke-2 a. Kegiatan Awal (Apersepsi)
Guru mengingatkan kembali pengertian laju dan orde reaksi yang telah dipelajari b. Kegiatan Inti • Menentukan tingkat reaksi berdasarkan data hasil eksperimen. • Menggambarkan grafik reaksi orde nol, reaksi orde satu, dan reaksi orde dua.
c. Kegiatan Akhir (Penutup) Menyimpulkan tentang cara mengungkapkan laju reaksi, persamaan reaksi, dan orde reaksi. Selanjutnya, guru melakukan penilaian
V. Alat dan Sumber Belajar • Buku Kimia SMA kelas (Erlangga, Michael Purba) dan KIMIA SMA XI (Erlangga, J.M.C. Johari) • Buku SAINS KIMIA SMA XI (Galaxy Puspa Mega, Atep Sujana)
VI. Penilaian Siswa mengerjakan Latihan dan kuis Tangerang, ...................... Mengetahui,
Kepala Madrasah,
D R S. M. J A ’F A R, M M NIP. 195905081987031003
Guru Kimia,
A Z I S S A H R O J I, S.S i NIP.
77
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : MAN MAUK Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Pertemuan Ke- : 2 Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang memengaruhi laju
reaksi Indikator :
• Membuat dan menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi. • Menyimpulkan pengaruh konsentrasi, suhu, dan luas permukaan bidang sentuh pada laju reaksi berdasarkan hasil pengamatan.
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat • membuat dan menafsirkan grafik dari data percobaan tentang faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi; • menyimpulkan pengaruh konsentrasi, suhu, dan luas permukaan bidang sentuh pada laju reaksi berdasarkan hasil pengamatan;
II. Uraian Materi Pembelajaran Laju reaksi dipengaruhi beberapa faktor, antara lain konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh, suhu, dan katalis.
III. Metode Pembelajaran Ceramah, diskusi, pemberian tugas.
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan Ke-2 a. Kegiatan Awal (Apersepsi)
78
Lampiran 1
Guru memimpin diskusi kelas untuk mengingatkan kembali penulisan laju reaksi dan orde reaksi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
b. Kegiatan Inti • Membuat kesimpulan tentang pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan reaksi melalui diskusi kelompok.
c. Kegiatan Akhir (Penutup) Guru dan siswa membuat simpulan tentang percobaan mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
V. Alat dan Sumber Belajar
• Buku Kimia untuk SMA kelas XI semester 1 (Erlangga, Michael Purba) • Buku SAINS KIMIA SMA XI (Galaxy Puspa Mega, Atep Sujana) • Buku KIMIA SMA XI (Erlangga, J.M.C. Johari) • Kimia 2 SMA XI (Yudhistira, Sandri)
VI. Penilaian
Guru menilai keaktifan siswa dalam melakukan percobaan.
Tangerang, ...................... Mengetahui,
Kepala Madrasah,
D R S. M. J A ’F A R, M M NIP. 195905081987031003
Guru Kimia,
A Z I S S A H R O J I, S.S i NIP.
79
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : MAN MAUK Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Pertemuan Ke- : 3 Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya dlm
kehidupan sehari-hari &industri Kompetensi Dasar : 3.2 Memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi serta terapannya
dlm kehidupan sehari-hari Indikator :
• Menjelaskan peranan konsep laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari dan industri. I. Tujuan Pembelajaran
• menjelaskan pengertian dan peranan energi pengaktifan dengan menggunakan diagram; II. Uraian Materi Pembelajaran
• Pengaruh konsentrasi, luas permukaan & suhu dapat dijelaskan dg postulat dasar teori tumbukan • Konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh, dan suhu berbanding lurus dengan laju reaksi. • Fungsi katalis dalam reaksi kimia adalah menurunkan energi pengaktifan. • Konsep laju reaksi dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan industri. • Penerapan pengaruh luas permukaan bidang sentuh trhdp laju reaksi tjd pada industri makanan. • Kebanyakan industri kimia menggunakan katalis dalam proses produksinya.
III. Metode Pembelajaran Ceramah, diskusi, dan pemberian tugas
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan Ke-3 a. Kegiatan Awal (Apersepsi)
Guru mengingatkan faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi pada pertemuan sebelumnya.
80
Lampiran 1
b. Kegiatan Inti • Mendeskripsikan pengaruh konsentrasi, luas permukaan bidang sentuh, dan suhu terhadap laju reaksi dengan teori tumbukan melalui
diskusi kelompok. • Mendeskripsikan pengertian energi pengaktifan melalui diskusi kelas. • Menyebutkan penerapan konsep laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari melalui diskusi
c. Kegiatan Akhir (Penutup)
Guru dan siswa membuat simpulan tentang teori tumbukan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi laju reakasi dan tentang pengertian energi pengaktifan. Menyimpulkan tentang penerapan konsep laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Selanjutnya, guru melakukan penilaian
d. Alat dan Sumber Belajar • Buku Kimia SMA kelas XI (Erlangga, Michael Purba) dan KIMIA SMA XI (Erlangga, J.M.C. Johari) • Buku SAINS KIMIA SMA XI (Galaxy Puspa Mega, Atep Sujana) • Kimia 2 SMA XI (Yudhistira, Sandri)
V. Penilaian Siswa mengerjakan Latihan dan kuis
Tangerang, ...................... Mengetahui,
Kepala Madrasah,
D R S. M. J A ’F A R, M M NIP. 195905081987031003
Guru Kimia,
A Z I S S A H R O J I, S.S i NIP.
81
Lampiran 1
L. Penilaian
Pada setiap kegiatan pembelajran peserta didik, dilakukan penilaian keterampilan proses sains siswa pada waktu: sebelum proses pembelajaran(pretest); dan saat setelah selesai pembelajaran(postest). Penilaian ini merupakan instrumen tes berupa soal uraian yaitu: Soal Pretes-Postes (terlampir)
Petunjuk penilaian: 1. Soal Pretest-Postest dan Lembar Kerja Siswa
Skor maskimal 4 • Menjawab lengkap (skor 4) • Cukup lengkap (skor 3) • Kurang lengkap (skor 2) • Tidak lengkap (skor 1) • Tidak menjawab (skor 0)
Jakarta, ....... Mengetahui Kepala SMA .... Guru Mata Pelajaran Kimia .................................. .. ................................ NIP. NIP.
82
Lampiran 1
83
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (kelas eksperimen)
Satuan Pendidikan : MAN MAUK Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Laju Reaksi Alokasi Waktu : 2 JP (2 x 40 menit) Pertemuan : Pertama
A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.7 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan. 4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.
83
Lampiran 2
C. Indikator 4.7.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 4.7.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 4.7.3 Menyimpulkan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 4.7.4 Menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menganalisis faktor-faktor laju reaksi berdasarkan data hasil percobaan 2. Siswa dapat menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil perobaan 3. Siswa dapat merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi 4. Siswa dapat melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi 5. Siswa dapat menyimpulkan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi 6. Siswa dapat menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
E. Materi Pembelajaran
“LAJU REAKSI”
84
Lampiran 2
1. Pengertian Laju Reaksi Laju reaksi menyatakan laju berkurangnya jumlah reaktan atau laju bertambahnya jumlah produk dalam satuan waktu. Satuan
jumlah zat bermacammacam, misalnya gram, mol, atau konsentrasi. Sedangkan satuan waktu digunakan detik, menit, jam, hari, ataupun tahun. Dalam reaksi kimia banyak digunakan zat kimia yang berupa larutan atau berupa gas dalam keadaan tertutup, sehingga dalam laju reaksi digunakan satuan konsentrasi (molaritas) (James E. Brady, 1990). Perhatikan reaksi berikut.
Pada awal reaksi, reaktan ada dalam keadaan maksimum sedangkan produk ada dalam keadaan minimal. Setelah reaksi berlangsung, maka produk akan mulai terbentuk. Semakin lama produk akan semakin banyak terbentuk, sedangkan reaktan semakin lama semakin berkurang.
Dari percobaan penentuan laju reaksi menunjukkan bahwa laju reaksi akan menurun dengan bertambahnya waktu, ini berarti ada hubungan antara konsentrasi zat yang tersisa saat itu dengan laju reaksi. Pada percobaan - percobaan menunjukkan bahwa umumnya laju reaksi tergantung pada konsentrasi awal dari zat-zat pereaksi, pernytaan ini dikenal dengan Hukum Laju Reaksi atau Persamaan laju reaksi.
Secara umum untuk reaksi : p A + q B → r C
V = k [ A]m [B]n
dimana, v = laju reaksi ( mol dm-3 det-1 )
k = tetapan laju reaksi
m = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap A
n = tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap B
[A] = konsentrasi awal A ( mol dm-3)
[B] = konsentrasi awal B (mol dm-3)
Reaktan Produk
85
Lampiran 2
Tingkat reaksi total adalah jumlah total dari tingkat reaksi semua pereaksi, tingkat reaksi nol (0) berarti laju reaksi tersebut tidak teropengaruh oleh konsentrasi pereaksi, tetapi hanya tergantung pada harga tetapan laju reaksi (k). Harga k tergantung pada suhu, jika suhunya tetap harga k juga tetap. Persamaan laju reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi , tetapi melalui percobaan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi a) Konsentrasi
Kita telah tahu bahwa jumlah mol spesi zat terlarut dalam 1 liter larutan dinamakan konsentrasi molar. Bila konsentrasi pereaksi diperbesar dalam suatu reaksi, berarti kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat laju reaksi. Bila partikel makin banyak, akibatnya lebih banyak kemungkinan partikel saling bertumbukan yang terjadi dalam suatu larutan, sehingga reaksi bertambah cepat. Apa yang terjadi bila dalam suatu kolam makin banyak perahu yang berjalan? Pasti akan terjadi banyak kemungkinan saling bertabrakan (Utiya Azizah,2004).
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi ini dapat dijelaskan dengan model teori tumbukan. Makin tinggi konsentrasi berarti makin banyak molekul-molekul dalam setiap satuan luas ruangan, dengan
demikian tumbukan antar molekul makin sering terjadi, semakin banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan untuk menghasilkan tumbukan efektif semakin besar, dan reaksi berlangsung lebih cepat. b) Suhu
Umumnya kenaikan suhu mempercepat reaksi, dan sebaliknya penurunan suhu memperlambat reaksi. Bila kita memasak nasi dengan api besar akan lebih cepat dibandingkan api kecil. Bila kita ingin mengawetkan makanan (misalnya ikan) pasti kita pilih lemari es, mengapa? Karena penurunan suhu memperlambat proses pembusukan. Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu. Bagaimana hal ini dapat terjadi? Ingat, laju reaksi ditentukan oleh jumlah tumbukan. Jika suhu dinaikkan, maka kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Sehingga pergerakan partikel-partikel pereaksi makin cepat, makin cepat pergerakan partikel akan menyebabkan terjadinya tumbukan antar zat pereaksi makin banyak, sehingga reaksi makin cepat. Umumnya kenaikan suhu sebesar 100C menyebabkan kenaikan laju reaksi sebesar dua sampai tiga kali. Kenaikan laju reaksi ini dapat dijelaskan dari gerak molekulnya. Molekul-molekul dalam suatu zat kimia selalu bergerak-gerak. Oleh karena itu, kemungkinan terjadi tabrakan antar molekul yang ada. Tetapi tabrakan itu belum berdampak apa-apa bila energi yang dimiliki oleh molekul-molekul itu tidak cukup untuk menghasilkan tabrakan yang efektif (Utiya Azizah,2004).
86
Lampiran 2
Harga tetapan laju reaksi (k) akan berubah bila suhunya berubah, kenaikan sekitar 10oC akan menyebabkan harga tetapan laju reaksi menjadi dua atau tiga kali. Dengan naiknya harga tetapan laju reaksi (k), maka reaksi akan menjadi lebih cepat. Jadi dengan naiknya suhu akan mengakibatkan laju reaksi akan berlangsung makin cepat.
Hal tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tumbukan, yaitu bila terjadi kenaikan suhu maka molekul - molekul yang bereaksi akan bergerak lebih cepat, sehingga energi kinetiknya tinggi. Karena energi kinetiknya tinggi maka energi yang dihasilkan pada tumbukan antar molekul akan menghasilkan energi yang besar dan cukup untuk berlangsungnya reaksi. Dengan demikian semakin tinggi suhu berarti akan kemungkinan terjadinya tumbukan yang menghasilkan energi juga semakin banyak, dan berakibat reaksi berlangsung lebih cepat. Bila pada setiap kenaikan ∆toC suatu reaksi berlangsung n kali lebih cepat maka laju reaksi pada t2 (V2) bila dibandingkan laju reaksi pada t1 (V1) dapat dirumuskan :
( )
∆
−
= tt2t
nVV 12
c) Luas permukaan
Untuk reaksi heterogen (fasenya tidak sama), misalnya logam seng dengan larutan asam klorida, laju reaksi selain dipengarhui oleh konsentrasi asam klorida juga dipengaruhi oleh kondisi logam seng. Dalam jumlah (massa) yang sama butiran logam seng akan bereaksi lebih lambat habis daripada serbuk seng.
Reaksi terjadi antara molekul - molekul asam klorida dalam larutan dengan atom-atom seng yang bersentuhan langsung dengan asam klorida. Pada butiran seng atom - atom seng yang bersentuhan langsung dengan asam klorida lebih sedikit daripada pada serbuk seng, sebab atom-atom seng yang bersetuhan hanya atom seng yang ada dipermukaan butiran, tetapi bila butiran seng tersebut dipecah menjadi butiran - butiran yang lebih kecil, atau menjadi serbuk, maka atom-atom seng yang semula didalam akan berada dipermukaan dan terdapat lebih banyak atom seng yang secara bersamaan bereaksi dengan larutan asam klorida. Dengan menggunakan teori tumbukan dapat dijelaskan bahwa semakin luas permukaan zat padat semakin banyak tempat terjadinya tumbukan antar partikel zat yang bereaksi.
87
Lampiran 2
d) Katalis
Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan menambahkan suatu zat ke dalamnya, tetapi zat tersebut pada waktu reaksi selesai ternyata tidak berubah, misalnya pada peruraian kalium klorat untuk menghasilkan gas oksigen dengan persamaan reaksi : 2 KClO3(s) → 2 KCl(s) + 3 O2(g) berlangsung pada suhu tinggi dan berjalan lambat, tetapi dengan penambahan kristal MnO2 ke dalamnya ternyata reaksi akan dapat berlangsung dengan lebih cepat pada suhu yang lebih rendah. Setelah semua KClO3 terurai ternyata MnO2 masih tetap ada (tidak berubah). Dalam reaksi tersebut MnO2 disebut sebagai katalisator.
Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa dirinya mengalami perubahan yang kekal. Suatu katalisator mungkin dapat terlibat dalam proses
reaksi atau mengalami perubahan selama reaksi berlangsung, tetapi setelah reaksi itu selesai maka katalistor akan diperoleh kembali dalam jumlah yang sama.
Katalisator mempercepat reaksi dengan cara mengubah jalannya reaksi, dimana jalur reaksi yang ditempu tersebut mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah daripada jalur reaksi yang biasanya ditempuh, jadi dapat dikatakan bahwa katalisator berperan di dalam menurunkan energi aktivasi.
3. Orde Reaksi Tingkat reaksi (orde reaksi) tidak sama dengan koefisien reaksi. Orde reaksi hanya dapat ditentukan melalui percobaan. Tingkat
reaksi total adalah jumlah tingkat reaksi untuk setiap pereaksi. Orde reaksi menunjukkan hubungan antara perubahan konsentrasi pereaksi dengan perubahan laju reaksi. Hubungan antara kedua besaran ini dapat dinyatakan dengan grafik orde reaksi.
a) Pada reaksi orde nol, laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi
88
Lampiran 2
b) Pada reaksi orde satu, laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi. Jika konsentrasi dinaikkan dua kali, maka laju reaksinya pun akan dua kali lebih cepat dari semula, dst.
c) Pada reaksi orde dua, kenaikan laju reaski akan sebanding dengan kenaikan konsentrasi pereaksi pangkat dua. Bila konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali, maka laju reaksinya akan naik menjadi empat kali lipat dari semula.
Dengan demikian, jika konsentrasi suatu zat dinaikkan a kali, maka laju reaksinya menjadi b kali; sehingga orde reaksi terhadap
zat tersebut adalah:
dimana x = orde reaksi F. Model & Metode Pembelajaran
• Model : Problem Based Learning • Metode : Eksperiment (Praktikum)
G. Sumber Belajar :
1. Buku Kimia kelas XI 2. Lembar kerja 3. Situs internet
89
Lampiran 2
H. Alat yang digunakan:
1. Gelas kimia 50ml 2. Neraca O-hauss/ neraca digital 3. Spatula 4. Kaca arloji 5. Gelas ukur 10 ml 6. Mortal dan alu 7. Batang pengaduk
8. Kaki tiga 9. Kasa asbes 10. Botol semprot 11. Tabung reaksi 12. Termometer
I. Bahan/zat yang digunakan:
1. Soda Kue
2. CH3COOH
3. CaCO3 (s)
4. HCl (aq)
5. Natrium Tiosulfat
6. Larutan H2O2 5%
7. Larutan FeCl3
8. Larutan NaCl
9. Aquades
90
Lampiran 2
J. Kegiatan Pembelajaran
Langkah PBL Kegiatan guru Kegiatan Siswa &
Keterampilan Proses yang diamati
waktu
Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan
• Guru mengucapkan salam untuk membuka kegiatan pembelajaran dan meminta siswa memimpin doa
• Mengelompokkan siswa kedalam 6 kelompok (1kelompok terdiri dari 5 siswa)
• Membagikan lembar kerja yang berisi permasalahan laju reaksi yang harus dipecahkan dan berisi prosedur kerja percobaan
• Mengarahkan proses pembelajaran • Mengapersepsi siswa dengan
memberikan stimulus permasalahan laju reaksi yang dikaitkan dengan hukum kekekalan energi pada materi termokimia dalam kehidupan sehari-hari secara umum.
• Siswa menjawab salam dan berdoa • Membentuk kelompok berdasarkan kesepakatan • Mengamati dan mempelajari lembar kerja yang
diberikan • Siswa memperhatikan dengan seksama • Aktif memulai diskusi dengan kelompok
5’
91
Lampiran 2
Kegiatan Inti
Orientasi siswa pada masalah
(Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelsakan logistik yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah)
• Memaparkan tujuan pembelajaran berbasis masalah laju reaksi
• Membimbing siswa untuk mengamati
permasalahan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dalam wacana LKS
• Mengarahkan dan memotivasi siswa
untuk memecahkan permasalahan tentang faktor konsentrasi dan suhu yang mempengaruhi laju reaksi.
• Menghimbau siswa agar mencatat hubungan antara permasalahan laju reaksi dalam wacana dengan percobaan yang akan dilakukan.
• Memberikan kesempatan pada siswa
untuk bertanya apa, bagaimana, kenapa, dll, mengenai pemecahan masalah laju reaksi dan percobaan yang akan dilakukan
• Siswa menyimak dengan baik
• Siswa mengamati / mengobservasi permasalahan laju reaksi dalam wacana LKS (Observasi)
• Siswa mendiskusikan pemecahan masalah dengan kelompok
• Siswa mencatat setiap temuan hasil pengamatan (Klasifikasi)
• Siswa bertanya terkait pemecahan masalah wacana dalam LKS dan percobaan yang akan dilakukan (Mengajukan pertanyaan)
5’
5’
2’
5’
92
Lampiran 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
(Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut)
• Mengarahkan dan membimbing siswa untuk memahami laju reaksi (membaca teori terlebih dahulu) kemudian menyusun hipotesis sebelum percobaan dimulai
• Mengarahkan siswa untuk memprediksi kemungkinan hasil percobaan
• Mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah dengan membuktikannya melalui percobaan
• Mengarahkan siswa menentukan alat dan bahan yang digunakan untuk percobaan laju reaksi
• Mengarahkan siswa untuk melakukan percobaan dan menggunakan alat bahan dengan tepat
• Membimbing siswa melakukan percobaan faktor-faktor laju reaksi
• Siswa menyusun hipotesis setelah membaca teori laju reaksi (Berhipotesis)
• Siswa memprediksi kemungkinan hasil percobaan (Prediksi)
• Siswa menelaah prosedur di LKS dengan baik untuk melakukan percobaan
• Siswa bersama kelompok menentukan alat dan bahan apa yang digunakan untuk percobaan (merencanakan percobaan )
• Siswa memahami bagaimana menggunakan alat dan bahan secara tepat (menggunakan alat dan bahan)
• Melakukan percobaan pengaruh suhu terhadap laju
3’
3’
3’
15’
93
Lampiran 2
1. Membimbing percobaan pengaruh suhu terhadap laju reaksi
2. Membimbing percobaan pengaruh suhu terhadap laju reaksi
reaksi
• Melakukan percobaan konsentrasi terhadap laju reaksi
15’
Membimbing pengalaman individual atau kelompok
(Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,)
• Membimbing siswa untuk mencatat setiap pengamatan saat percobaan berlangsung dan menghubungkan hasil pengamatan dengan masalah laju reaksi dalam LKS
• Menghimbau setiap siswa untuk membuka wawasan yang luas melalui berbagai sumber untuk menentukan pemecahan masalah
• Mengarahkan siswa untuk menganalisis pemecahan masalah laju reaksi berdasarkan percobaan
• Siswa menghubungkan hasil pengamatan dengan
masalah dalam wacana LKS (Interpretasi)
• Siswa bersama kelompok tekun memahami LKS dan menelaah sumber-sumber lain
• Siswa bersama kelompok berdiskusi untuk menganalisis dan mencatat setiap hasil pengamatan
(Menerapkan konsep)
5’
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
(Membantu siswa dalam
• Mengarahkan siswa membuat skema proses dan hasil percobaan sesuai yang dilakukan
• Siswa membuat skema percobaan (Berkomunikasi)
5’
94
Lampiran 2
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya)
• Menghimbau setiap kelompok untuk menyusun laporan hasil percobaan
(menyusun laporan sementara)
• Siswa aktif berdisikusi untuk menyimpulkan aktivitas selama percobaan dan memecahkan masalah
Siswa bersama kelompok, menyusun laporan hasil percobaan. (Berkomunikasi)
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
(Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan)
• Menyampaikan fakta-fakta terkait percobaan
• Memberikan kesempatan pada siswa untuk saling bertanya
• Membimbing siswa menyimpulkan percobaan dan memecahkan masalah
• Siswa bersama perwakilan kelompok menjelaskan hasil percobaan (Berkomunikasi)
• Siswa bertanya
• Siswa menyimpulkan (interpretasi)
5’
Penutup
• Meriview pertanyaan-pertanyaan
• Memutup pembelajaran dengan berdoa dan mengucap salam
• Siswa menyimak
• Siswa berdoa
4’
95
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : MAN MAUK Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Laju Reaksi Alokasi Waktu : 2 JP (2 x 40 menit) Pertemuan : Kedua
Indikator Pembelajaran
4.7.5 Merancang percobaan mengenai orde reaksi
4.7.6 Melakukan percobaan mengenai orde reaksi
4.7.7 Menyimpulkan hasil percobaan mengenai orde reaksi
4.7.8 Menyajikan hasil percobaan mengenai orde reaksi
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat merancang percobaan orde reaksi 2. Siswa dapat melakukan percobaan orde reaksi 3. Siswa dapat menyimpulkan orde reaksi 4. Siswa dapat menyajikan orde reaksi
Kegiatan Pembelajaran
Langkah PBL Kegiatan guru Kegiatan Siswa & Keterampilan Proses yang diamati
waktu
Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan • Guru mengucapkan salam untuk membuka kegiatan pembelajaran dan meminta siswa memimpin doa
• Siswa menjawab salam dan berdoa • Membentuk kelompok berdasarkan kesepakatan
5’
96
Lampiran 2
• Membagikan lembar kerja
• Mengapersepsi siswa dengan memberikan stimulus permasalahan laju reaksi antara pengaruh suhu dan konsentrasi dengan luas permukaan, katalis dan orde reaksi
• Mengamati dan mempelajari lembar kerja yang diberikan
• Siswa memperhatikan dengan seksama • Aktif memulai diskusi dengan kelompok
Kegiatan Inti
Orientasi siswa pada masalah
(Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelsakan logistik yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah)
• Membimbing siswa untuk mengamati
permasalahan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dalam wacana LKS
• Mengarahkan dan memotivasi siswa
untuk memecahkan permasalahan tentang faktor luas permukaan dan katalis yang mempengaruhi laju reaksi.
• Menghimbau siswa agar mencatat hubungan antara permasalahan laju reaksi dalam wacana dengan percobaan yang akan dilakukan.
• Siswa mengamati / mengobservasi permasalahan laju
reaksi dalam wacana LKS (Observasi)
• Siswa mendiskusikan pemecahan masalah dengan kelompok
• Siswa mencatat setiap temuan hasil pengamatan (Klasifikasi)
15’
97
Lampiran 2
• Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya apa, bagaimana, kenapa, dll, mengenai pemecahan masalah laju reaksi dan percobaan yang akan dilakukan
• Siswa bertanya terkait pemecahan masalah wacana dalam LKS dan percobaan yang akan dilakukan (Mengajukan pertanyaan)
Mengorganisasi siswa untuk belajar
(Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut)
• Mengarahkan dan membimbing siswa untuk memahami laju reaksi (membaca teori terlebih dahulu) kemudian menyusun hipotesis sebelum percobaan dimulai
• Mengarahkan siswa untuk memprediksi kemungkinan hasil percobaan
• Mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah dengan membuktikannya melalui percobaan
• Mengarahkan siswa menentukan alat dan bahan yang digunakan untuk percobaan laju reaksi
• Mengarahkan siswa untuk melakukan percobaan dan menggunakan alat
• Siswa menyusun hipotesis setelah membaca teori laju reaksi (Berhipotesis)
• Siswa memprediksi kemungkinan hasil percobaan (Prediksi)
• Siswa menelaah prosedur di LKS dengan baik untuk melakukan percobaan
• Siswa bersama kelompok menentukan alat dan bahan apa yang digunakan untuk percobaan (merencanakan percobaan )
• Siswa memahami bagaimana menggunakan alat dan
5’
98
Lampiran 2
bahan dengan tepat
• Membimbing siswa melakukan percobaan faktor-faktor laju reaksi
1. Membimbing percobaan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
2. Membimbing percobaan pengaruh katalis terhadap laju reaksi
3. Menentukan orde reaksi
bahan secara tepat (menggunakan alat dan bahan)
• Melakukan percobaan pengaruh suhu terhadap laju reaksi
• Melakukan percobaan konsentrasi terhadap laju reaksi
• Melakukan percobaan orde reaksi
10’
10’
15’
Membimbing pengalaman individual atau kelompok
(Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,)
• Membimbing siswa untuk mencatat setiap pengamatan saat percobaan berlangsung dan menghubungkan hasil pengamatan dengan masalah laju reaksi dalam LKS
• Menghimbau setiap siswa untuk membuka wawasan yang luas melalui berbagai sumber untuk menentukan pemecahan masalah
• Mengarahkan siswa untuk menganalisis
pemecahan masalah laju reaksi berdasarkan percobaan
• Siswa menghubungkan hasil pengamatan dengan masalah dalam wacana LKS (Interpretasi)
• Siswa bersama kelompok tekun memahami LKS dan menelaah sumber-sumber lain
• Siswa bersama kelompok berdiskusi untuk menganalisis dan mencatat setiap hasil pengamatan (Menerapkan konsep)
5’
99
Lampiran 2
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
(Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya)
• Mengarahkan siswa membuat skema proses dan hasil percobaan sesuai yang dilakukan
• Menghimbau setiap kelompok untuk menyusun laporan hasil percobaan
• (menyusun laporan sementara)
• Siswa membuat skema percobaan (Berkomunikasi)
• Siswa aktif berdisikusi untuk menyimpulkan aktivitas selama percobaan dan memecahkan masalah
• Siswa bersama kelompok, menyusun laporan hasil percobaan. (Berkomunikasi)
10’
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
(Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan)
• Memberikan kesempatan untuk siswa memaparkan hasil pengamatannya selama percobaan
• Memberikan kesempatan pada siswa untuk saling bertanya
• Membimbing siswa menyimpulkan percobaan dan memecahkan masalah
• Siswa bersama perwakilan kelompok menjelaskan hasil percobaan (Berkomunikasi)
• Siswa bertanya
• Siswa menyimpulkan (interpretasi)
7’
Penutup
• Menyampaikan fakta-fakta terkait percobaan
• Meriview pertanyaan-pertanyaan
• Memutup pembelajaran dengan berdoa dan mengucap salam
• Siswa menyimak
• Siswa berdoa
3’
100
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : MAN MAUK Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : XI/1
Materi Pokok : Laju Reaksi Alokasi Waktu : 1 JP (1 x 40 menit) Pertemuan : Ketiga
Indikator 3.7.1 Menganalisis faktor-faktor laju reaksi berdasarkan data hasil perobaan 3.7.2 Menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil perobaan
Tujuan
1. Siswa mampu menganalisis faktor-faktor laju reaksi berdasarkan data hasil perobaan
2. Siswa dapat menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil perobaan
Kegiatan Pembelajaran Langkah PBL Kegiatan guru Kegiatan Siswa &
Keterampilan Proses yang diamati waktu
Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan • Guru mengucapkan salam untuk membuka kegiatan pembelajaran dan meminta siswa memimpin doa
• Mengapersepsi siswa dengan menghubungkan percobaan yang telah dilakukan dengan fakta-fakta alam kehidupan sehari-hari
• Siswa menjawab salam dan berdoa
• Siswa memperhatikan dengan seksama
5’
101
Lampiran 2
Kegiatan Inti
Orientasi siswa pada masalah
(Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelsakan logistik yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat dalam aktifitas pemecahan masalah)
• Mengarahkan siswa untuk mediskusikan
pertanyaan-pertanyaan yang dibuat saat percobaan yang telah dilakukan
• Siswa siswa bersama kelompok
mendiskusikan pertanyaan yang dibuat dan mempekirakan jawabannya (Menerapkan Konsep)
5’
Mengorganisasi siswa untuk belajar
(Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut)
• Membimbing siswa berdiskusi secara terbuka bersama setiap kelomok untuk saling bertukar pertanyaan dan jawaban yang disusun masing-masing kelompok
• Siswa dan bersama kelompok aktif berdiskusi bersama kelompok lain (bertukar peranyaan dan jawaban)
10’
Membimbing pengalaman individual atau kelompok
(Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,)
• Membimbing siswa menyelesaikan hasil pemecahan masalah faktor-faktor yang mempengauhi laju reaksi dan membantu siswa menetukan perhitungan orde reaksi
• Siswa menyelesaikan hasil pemecahan masalah faktor-faktor yang mempengauhi laju reaksi dan mampu menetukan perhitungan orde reaksi
5’
102
Lampiran 2
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
(Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya)
• Membantu siswa menyelesaikan laporan praktikum 4 faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi
• siswa menyelesaikan laporan praktikum 4 faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi
7’
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
(Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan)
• Membantu siswa memeriksa hasil pemecahan masalah faktor-faktor yang mempengaruhi laju rekasi dan orde reaksi
• Menyimpulkan pembelajaran laju reaksi secara keseluruhan
• Siswa memahami jalannya materi dari pemecahan masalah dan percobaan yang telah dilakukan
• Siswa menyimak kesimpulan yang guru sampaikan
5’
Penutup
• Menyampaikan fakta-fakta terkait percobaan
• Meriview pertanyaan-pertanyaan
• Memutup pembelajaran dengan berdoa dan mengucap salam
• Siswa menyimak
• Siswa berdoa
3’
103
Lampiran 2
L. Penilaian
Pada setiap kegiatan pembelajran peserta didik, dilakukan penilaian keterampilan proses sains siswa pada tiga waktu yaitu: sebelum proses pembelajaran(pretest); saat proses pembelajaran berlangsung(LKS dan lembar observasi pembelajaran); dan saat setelah selesai pembelajaran(postest). Penilaian ini terdiri dari dua jenis instrumen yatu tes berupa soal uraian dan nontes berupa lembar observasi pembelajaran. Instrumen utama (primer) yang digunakan adalah tes: baik dalam pretest, postest, atau soal-soal dalam LKS, dan instrumen pelengkap (sekunder) adalah lembar pengamatan pembelajaran.
1. Soal Pretes-Postes (terlampir) 2. Lembar Kerja Siswa (terlampir) 3. Lembar observasi pembelajaran (terlampir)
Petunjuk penilaian: 1. Soal Pretest-Postest dan Lembar Kerja Siswa
Skor maskimal 4 • Menjawab lengkap (skor 4) • Cukup lengkap (skor 3) • Kurang lengkap (skor 2) • Tidak lengkap (skor 1) • Tidak menjawab (skor 0)
Jakarta, ....... Mengetahui Kepala SMA .... Guru Mata Pelajaran Kimia .................................. .. ................................ NIP. NIP.
104
Lampiran 2
105
Lampiran 3
ANALISIS INDIKATOR
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/semester : XI IPA/1
Tahun Pembelajaran : 2013/2014
Mata Pelajaran/materi : Kimia/ Laju Reaksi
A. Kompetensi Inti : 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah; 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar :
3.7 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan. 4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.
C. Indikator
3.7.1 Menganalisis faktor-faktor laju reaksi berdasarkan data hasil perobaan 3.7.2 Menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil perobaan 4.7.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 4.7.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 4.7.3 Menyimpulkan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 4.7.4 Menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 4.7.5 Merancang percobaan mengenai orde reaksi
105
Lampiran 3
4.7.6 Melakukan percobaan mengenai orde reaksi 4.7.7 Menyimpulkan hasil percobaan mengenai orde reaksi 4.7.8 Menyajikan hasil percobaan mengenai orde reaksi
Kompetensi Dasar Indikator Materi Kegiatan guru Kegiatan siswa Tahap PBL Indikator KPS
3.7 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan.
3.7.1 Menganalisis faktor-faktor laju reaksi berdasarkan data hasil perobaan
faktor-faktor laju reaksi (suhu, konsentrasi, luas permukaan, dan katalis)
Membimbing siswa untuk menguraikan pemecahan masalah faktor-faktor laju reaksi dan memeriksa hasil pemecahan masalah faktor-faktor laju reaksi
Siswa menganalisis hasil pemecahan masalah dari setiap percobaan faktor-faktor laju reaksi
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
• Menerapkan Konsep
• Mengajukan Pertanyaan
• Berkomunikasi • Interpretasi
3.7.2 Menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil perobaan
orde reaksi Mengarahkan siswa untuk menghitung orde reaksi, menguraikan pemecahan masalah orde reaksi dan memeriksa hasil pemecahan masalah orde reaksi
Siswa menghitung orde reaksi, menganalisis hasil pemecahan masalah dari percobaan orde reaksi, dan menyimpulkan hasil akhir
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
• Menerapkan Konsep
106
Lampiran 3
mengenai percobaan tentang orde reaksi
4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.
4.7.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
faktor-faktor laju reaksi (suhu, konsentrasi, luas permukaan, dan katalis)
Membimbing siswa untuk mengamati dan mencatat setiap pengamatan permasalahan mengenai faktor-faktor laju reaksi dan memberikan kesempatan untuk bertanya
Siswa mengamati / mengobservasi permasalahan laju reaksi, mencatat, dan bertanya
Orientasi siswa pada masalah
• Observasi • Klasifikasi
• Mengajukan Pertanyaan
4.7.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
faktor-faktor laju reaksi (suhu, konsentrasi, luas permukaan, dan katalis)
Mengarahkan dan membimbing siswa untuk memprediksi, menyusun hipotesis, merencanakan Percobaan, menggunakan alat dan bahan, serta melakukan percobaan
Siswa memprediksi kemungkinan hasil percobaan dan menyusun hipotesis, merencanakan percobaan dan mampu menentukan dan menggunakan alat dan bahan
Mengorganisasi siswa untuk belajar
• Prediksi
• Berhipotesis • Merencanakan
Percobaan • Menggunakan
Alat dan Bahan
4.7.3 Menyimpulkan
faktor-faktor laju reaksi
Membimbing siswa untuk
Siswa menghubungkan
Membimbing pengalaman
• Interpretasi
107
Lampiran 3
hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
(suhu, konsentrasi, luas permukaan, dan katalis)
menghubungkan hasil pengamatan dengan masalah laju reaksi dalam LKS, dan Mengarahkan siswa untuk menganalisis pemecahan masalah laju reaksi berdasarkan percobaan
hasil pengamatan dengan masalah dalam wacana LKS, dan bersama kelompok mendiskusikan pemecahan maslahnya.
individual atau kelompok
• Menerapkan Konsep
4.7.4 Menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
faktor-faktor laju reaksi (suhu, konsentrasi, luas permukaan, dan katalis)
Mengarahkan siswa untuk membuat skema proses dan hasil percobaan sesuai yang dilakukan dan menyusun laporan sementara hasil percobaan
Siswa membuat skema percobaan dan bersama kelompok menyusun laporan hasil percobaan.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
• Berkomunikasi
4.7.5 Merancang percobaan mengenai orde reaksi
orde reaksi Membimbing siswa untuk mengamati dan mencatat setiap pengamatan permasalahan mengenai faktor-faktor laju reaksi dan memberikan kesempatan untuk
Siswa mengamati / mengobservasi permasalahan laju reaksi, mencatat, dan bertanya
Orientasi siswa pada masalah
• Observasi • Klasifikasi
• Mengajukan Pertanyaan
108
Lampiran 3
bertanya
4.7.6 Melakukan percobaan mengenai orde reaksi
orde reaksi Mengarahkan dan membimbing siswa untuk memprediksi, menyusun hipotesis, merencanakan Percobaan, dan menggunakan alat dan bahan
Siswa memprediksi kemungkinan hasil percobaan dan menyusun hipotesis, merencanakan percobaan dan mampu menentukan dan menggunakan alat dan bahan
Mengorganisasi siswa untuk belajar
• Prediksi • Berhipotesis • Merencanakan
Percobaan • Menggunakan
Alat dan Bahan
4.7.7 Menyimpulkan hasil percobaan mengenai orde reaksi
orde reaksi Membimbing siswa untuk menghubungkan hasil pengamatan dengan masalah laju reaksi dalam LKS, dan Mengarahkan siswa untuk menganalisis pemecahan masalah laju reaksi berdasarkan percobaan
Siswa menghubungkan hasil pengamatan dengan masalah dalam wacana LKS, dan bersama kelompok mendiskusikan pemecahan maslahnya
Membimbing pengalaman individual atau kelompok
• Interpretasi
• Menerapkan Konsep
4.7.8 orde reaksi Mengarahkan siswa Siswa membuat Mengembangkan dan menyajikan
• Berkomunikasi
109
Lampiran 3
Menyajikan hasil percobaan mengenai orde reaksi
untuk membuat skema proses dan hasil percobaan sesuai yang dilakukan dan menyusun laporan sementara hasil percobaan
skema percobaan dan bersama kelompok menyusun laporan hasil percobaan.
hasil karya
110
Lampiran 4
KISI-KISI INSTRUMEN
(Pretest-Postest)
Keterampilan Proses Sains Siswa
Satuan Sekolah : MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Mauk
Mata Pelajaran : Kimia
Pokok Bahasan : Laju Reaksi
Kelas : XI IPA
Tipe Tes : Uraian
Jumlah Soal : 12 (Telah Divalidasi)
Kompetensi Dasar : 3.7 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan. 4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.
111
Lampiran 4
SOAL YANG DIGUNAKAN
Indikator Pembelajaran Indikator KPS Nomor
urut soal
3.7.1 Menganalisis faktor-faktor laju reaksi berdasarkan data hasil
perobaan
Observasi 1
Klasifkasi 2
Prediksi 12
4.7.7 Menyimpulkan hasil percobaan mengenai orde reaksi Menerapkan Konsep 8
4.7.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi
Mengajukan Pertanyaan 4
4.7.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi
Menggunakan Alat dan Bahan 6
4.7.3 Menyimpulkan hasil percobaan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
Interpretasi 3
4.7.4 Menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
Berhipotesis 5
4.7.5 Merancang percobaan mengenai orde reaksi Merencanakan Percobaan 9
4.7.6 Melakukan percobaan mengenai orde reaksi Menggunakan Alat dan Bahan 10
3.7.2 Menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil perobaan Menerapkan Konsep 7
4.7.8 Menyajikan hasil percobaan mengenai orde reaksi Berkomunikasi 11
112
Lampiran 4
Indikator Pembelajaran Indikator Soal Indika tor
KPS Butir Soal
3.7.1 Menganalisis faktor-faktor laju reaksi berdasarkan data hasil perobaan
Diberikan gambar proses laju reaksi. Siswa dapat mengamati peristiwa pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi dan mengamati perbedaan lamanya laju reaksi pada bahan yang berbeda
Observasi
1. Amati gambar berikut ini!
Apa saja yang membedakan ketiga reaksi tersebut, mengapa demikian? Jelaskan.
Diberikan berbagai bentuk percobaan laju reaksi, siswa dapat mengelompokkan percobaan, membandingkan kecepatan laju reaksi berdasarkan faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Klasifikasi
2. Urutkan bahan berikut dari yang paling lambat bereaksi ke bahan yang paling cepat bereaksi, kemudian jelaskan alasannya: a. Serbuk CaCO3 + larutan HCl 2 M b. Padatan CaCO3 + larutan HCl 2 M c. Serbuk CaCO3 + suhu tinggi + larutan HCl 2 M
4.7.5 Merancang percobaan mengenai orde reaksi
Diberikan tujuan percobaan, siswa dapat menyiapkan kebutuhan percobaan orde reaksi
Merencanakan Percobaan
9. Percobaan mengenai orde reaksi bertujuan untuk menentukan berapa besar orde reaksi tersebut, maka apa saja yang harus disiapkan untuk melakukan percobaan ini?
113
Lampiran 4
4.7.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Diberikan tujuan percobaan, siswa dapat menuliskan langkah kerja percobaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Mengguanakan alat dan bahan
6. Susunlah langkah percobaan, jika kamu ingin membuktikan bahwa penambahan katalis dapat mempengaruhi laju reaksi.
4.7.6 Melakukan percobaan mengenai orde reaksi
Siswa dapat menuliskan langkah percobaan dan menjelaskan tujuan melakukan pengenceran pada percobaan orde reaksi
Menggunakan alat dan bahan
10. Saat percobaan menentukan orde reaksi, dilakukan pengenceran dengan aquades, jelaskan tujuan melakukan pengenceran ini?
114
Lampiran 4
4.7.3 Menyimpulkan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Diberikan data hasil percobaan, siswa dapat menyimpulkan hasil pengamatan dan menyimpulkan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Interpretasi
3. Berikut ini merupakan prosedur dan hasil pengamatan:
Prosedur Pengamatan Menyiapkan 2 buah tabung reaksi. Mengisi
tabung pertama dengan bongkahan batu pualam sebanyak 2 gram lalu menambahkan 1mL HCl 2 M
Mengisi tabung kedua dengan gerusan batu pualam (CaCO3) sebanyak 2 gram, lalu menambahkannya dengan 1 mL HCl 2 M
Mengamati laju reaksi kedua tabung tersebut
Tabung pertama, membutuhkan sampai laju reaksi berhenti selam detik. Sedangkan tabung membutuhkan waktu 180 detik s laju reaksi berhenti.
Buatlah kesimpulan dari percobaan yang dilakukan dan susunlah definisi laju reaksi berdasarkan percobaan yang dilakukan.
3.7.2 Menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil perobaan
Diberikan tabel hasil percobaan, siswa dapat menentukan besarnya orde reaksi
Menerapkan Konsep
7. Direaksikan gas hidrogen dan nitrogen monoksida seperti persamaan reaksi berikut: H2(g) + 2NO(g) H2O (g) + N2 (g) Dan disajikan data hasil percobaan sebagai berikut: No [NO] awal M [H2] awal
M Laju reaksi Mdt-1
1 2 3 4
0,02 0,02 0,04 0,04
0,01 0,02 0,02 0,04
12 48 192 384
Tentukan orde reaksi terhadap NO
115
Lampiran 4
4.7.7 Menyimpulkan hasil percobaan mengenai orde reaksi
8. Hasil percobaan antara karbon monoksida dengan oksigen berdasarkan reaksi berikut 2CO (g) + O2 (g) 2CO2 (g) Diperoleh data sebagaimana tersaji dalam tabel: Percobaan Konsentrasi mula-mula Laju Reaksi Mdt-1
[CO] [O2] 1 2 3 4
2 x 10-3
4 x 10-3
4 x 10-3
4 x 10-3
2 x 10-3
2 x 10-3
3 x 10-3
6 x 10-3
2 x 10-6
8 x 10-6
12 x 10-6
24 x 10-6 Berapakah orde reaksi total CO dan O2 ?
3.7.1 Menganalisis faktor-faktor laju reaksi berdasarkan data hasil perobaan
Diberikan data hasil percobaan, siswa dapat memprediksi kecepatan reaksi berdasarkan bentuk bahan (reaktan)
Prediksi
12. Berikut ini adalah data percobaan reaksi antara logam magnesium (Mg) dengan asam klorida (HCl) Percobaan Bentuk
Magnesium [HCl]
1 Lempeng 0,75 M 2 Serbuk 0,50 M 3 Serbuk 0,75 M
Jelaskan reaksi mana yang paling tinggi laju reaksinya?
116
Lampiran 4
4.7.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Diberikan wacana faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, siswa dapat mengajukan pertanyaan apa, bagaimana, atau mengapa; untuk menjelaskan percobaan
Mengajukan Pertanyaan
4. Pernahkah kamu memakan sate? Perhatikanlah sate yang kalian makan atau perhatikan apa yang dilakukan oleh tukang sate ketika sedang membakar sate. Perhatikanlah potongan dari sate tersebut. Bagaimanakah ukuran potongannya? Sate dipotong kecil-kecil dan tipis. Mengapa demikian? Sate dipotong kecil dan tipis untuk mendapatkan luas permukaan yang lebih luas dibandingkan daging yang dipotong besar dan tebal, hal tersebut supaya proses pematangan sate lebih cepat. Untuk membuktikanya, seorang siswa melakukan percobaan dengan membandingkan reaksi batu kapur (CaCO3 serbuk) dan (CaCO3 bongkahan) ke dalam asam klorida (HCl). Dari wacana tersebut, pertanyaan seperti apa saja yang mungkin diajukan dalam percobaan tersebut? (minimal 4)
4.7.4 Menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksisi
Diberikan rumusan masalah, siswa dapat menyusun hipotesis terhadap suatu percobaan pengaruh luaspermukaan terhadap laju reaksi
Berhipotesis
5. Seseorang akan melakukan percobaan tentang pengaruh luas permukaan sate terhadap kecepatan kematangan sate. Rumusan masalah yang dibuat adalah “Apakah luas permukaan berpengaruh terhadap kecepatan kematangan sate?” Berdasarkan teori yang Anda baca tentang pengaruh luas permukaan bidang terhadap laju reaksi, maka buatlah hipotesis dari masalah tersebut.
4.7.8 Diberikan data, siswa dapat setiap Berkomunikasi 11. Orde reaksi menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi.
117
Lampiran 4
Menyajikan hasil percobaan mengenai orde reaksi
menyajikan data hasil percobaan melalui grafik orde reaksi
Beberapa orde reaksi yang umum terdapat dalam persamaan reaksi kimia beserta maknanya sebagai berikut: • Orde reaksi nol : suatu reaksi kimia dikatakan mempunyai orde nol, jika besarnya
laju reaksi tersebut tidak dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. • Orde reaksi satu : menjelaskan bahwa apabila besarnya laju reaksi berbanding
lurus dengan besarnya konsentrasi pereaksi. Artinya, jika konsentrasi pereaksi dinaikkan dua kali semula, maka laju reaksi juga akan meningkat besarnya sebanyak (2)1 atau 2 kali semula juga.
• Orde reaksi dua menjelaskan bahwa jika konsentrasi pereaksi dinaikkan 2 kali semula, maka laju reaksi akan meningkat sebesar (2)2 atau 4 kali semula. Apabila konsentrasi pereaksi dinaikkan 3 kali semula, maka laju reaksi akan menjadi (3)2
atau 9 kali semula. Dari ketiga orde reaksi tersebut, sajikanlah masing-masing orde reaksi dalam bentuk grafik.
118
Lampiran 5
KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN
INSTRUMEN PENELITIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
(Prates-Postes)
Jumlah soal tervalidasi : 12 butir soal uraian
No Kunci Jawaban Pedoman Pensekoran 1 Perbedaan yang diamati adalah:
1. Jenis/bentuk CaCO3 terdiri dari 3 macam yaitu (serbuk, butiran, kepingan)
2. Jumlah gas/gelembung yang dihasilkan bebeda • CaCO3serbuk = banyak gelembung • CaCO3butiran = sedang • CaCO3 kepingan = sedikit gelembung
Penjelasan, perbedaan banyaknya gas/gelembung yang muncul pada reaksi CaCO3+HCl adalah disebabkan luas permukaan CaCO3, semakin luas permukaan bidang sentuh maka makin cepat reaksinya (banyak gas/gelembung) urutan luas permukaan serbuk > butiran > kepingan
4 = menyebutkan 2 perbedaan (jenis CaCO3dan banyaknya gas) yang teramati; menjelaskan sebab terjadi perbedaan; dan mengaitkan dengan luas permukaan. 3 = hanya menyebutkan 1 perbedaan yang teramati; menjelaskan sebab terjadi perbedaan; dan mengaitkan dengan luas permukaan. 2 = hanya menyebutkan 1 perbedaan yang teramati; menjelaskan sebab terjadi perbedaan atau hanya mengaitkan dengan luas permukaan. 1 = hanya menyebutkan perbedaan yang teramati
2 Urutan yang paling lambat bereaksi ke yang paling cepat: b. Padatan CaCO3 + larutan HCl 2 M a. Serbuk CaCO3 + larutan HCl 2 M c. Serbuk CaCO3 + suhu tinggi + larutan HCl 2 M
penjelasan: (b) reaksi tercepat ke-3 (paling lambat), wujud padatan menyebabkan luas pemukaannya lebih kecil dibanding serbuk, sehingga reaksi lebih lambat. (a) reaksi tercepat ke-2, wujud serbuk memiliki luas permukaan lebih luas dibanding padatan (c) reaksi paling cepat, wujud sebuk memiliki luas permukaan lebih luas dibanding padatan ditambah dengan suhu yang tinggi menyebabkan enegi kinetik lebih tinggi. Sedangkan konsentrasi ketiga reaksi sama-sama 2 M, maka tidak menjadi pembanding
4 = mengurutkan semuanya dengan benar dan menjelaskan ketiganya dengan benar 3 = mengurutkan dengan benar dan menjelaskan 2 poin reaksi dengan benar 2 = mengurutkan dengan benar dan menjelaskan 1point reaksi dengan benar/ menjelaskan tapi kurang tepat 1 = mengurutkan dengan benar
3 Kesimpulan • Berdasarkan data hasil pengamatan, reaksi
4 = menjawab 4 poin dengan benar 3 = menjawab 3 poin dengan benar
119
Lampiran 5
paling cepat ada pada tabung ke-2, waktu yang dibutuhkan adalah 180 detik
• Ini disebabkan luas permukaan batu pualam serbuk > bongkahan
• Maka, dari percobaan ini membuktikan bahwa luas permukaan bidang sentuh dapat mempengaruhi laju reaksi
• Konsentrasi HCl tidak berpengaruh karena sama-sama 2 M (atau siswa mendefinisikan laju reakai)
2 = menjawab 2 poin dengan benar 1 = menjawab 1 poin dengan benar
4 Bertanya tentang • Apa • Bagaimana • Mengapa • Berapa
Terkait wacana dan perobaan laju reaksi (pertanyaan dibebaskan kepada siswa, dengan syarat tidak keluar konteks laju reaksi)
4= membuat 4 pertanyaan 3 = membuat 3 pertanyaan 2 = membuat 2 pertanyaan 1 = membuat 1 pertanyaan
5 Berdasarkan materi laju reaksi yang telah dipelajari, hipotesisnya adalah ukuran potongan sate mempengaruhi cepat-lambat laju reaksi.
4 = Berdasarkan materi laju reaksi yang telah dipelajari, hipotesisnya adalah ukuran potongan sate mempengaruhi cepat-lambat laju reaksi. 3 = Berdasarkan materi laju reaksi yang telah dipelajari, hipotesisnya adalah ukuran potongan sate mempengaruhi cepatnya laju reaksi. 2 = Berdasarkan materi laju reaksi yang telah dipelajari, hipotesisnya adalah ukuran potongan sate mempengaruhi lambatnya laju reaksi. 1 = Berdasarkan materi laju reaksi yang telah dipelajari, hipotesisnya adalah ukuran potongan sate mempengaruhi laju reaksi.
6 1. Menyiapkan 3 tabung reaksi letakkan dalam rak tabung reaksi
2. Mengisi ketiga tabung reaksi dengan 5 mL H2O2 3. Memberi label pada masing-masing tabung,
tabung 1 sebagai pembanding 4. Tabung reaksi ke-2 tambahkan dengan 5 tetes
larutan NaCl 5. Tabung reaksi ke-3 tambahkan dengan 5tetes
larutan FeCl3 6. Mengamati perbedaan ketiga tabung 7. Mencatat hasil pengamatan
4 = menuliskan 7 langkah percobaan 3 = menuliskan 5-6 langkah percobaan 2 = menuliskan 4 langkah percobaan 1 = menuliskan 1-3 langkah percobaan
120
Lampiran 5
8 Misalkan: m adalah orde reaksi terhadap CO dan n adalah orde reaksi terhadap O2, maka perhitungan orde reaksi masing-masing sebagai berikut:
Orde reaksi CO ( pangkat m : percobaan 1 dan 2) 𝑉𝑉1𝑉𝑉2
= 𝑘𝑘[𝐶𝐶𝐶𝐶]𝑚𝑚[O2]𝑛𝑛
𝑘𝑘[𝐶𝐶𝐶𝐶]𝑚𝑚[O2]𝑛𝑛
2 𝑥𝑥 10−6
8 𝑥𝑥 10−6=
𝑘𝑘[2 𝑥𝑥 10−3]𝑚𝑚[2𝑥𝑥 10−3]𝑛𝑛
𝑘𝑘[4 𝑥𝑥 10−3]𝑚𝑚[2𝑥𝑥10−3]𝑛𝑛 14
= 12
𝑚𝑚
m = 2 Orde reaksi O2 ( pangkat n: percobaan 2 dan 4)
𝑉𝑉2𝑉𝑉4
= 𝑘𝑘[𝐶𝐶𝐶𝐶]𝑚𝑚[O2]𝑛𝑛
𝑘𝑘[𝐶𝐶𝐶𝐶]𝑚𝑚[O2]𝑛𝑛
8 𝑥𝑥 10−6
24 𝑥𝑥 10−6= 𝑘𝑘[4 𝑥𝑥 10−3]𝑚𝑚[2𝑥𝑥 10−3]𝑛𝑛
𝑘𝑘[4 𝑥𝑥 10−3]𝑚𝑚[6 𝑥𝑥10−3]𝑛𝑛 13
= 13
𝑚𝑚
n = 1 Orde reaksi total = m + n = 2+1=3
4 = tulis rumus; diketahui; proses; jawaban benar 3 = rumus; proses; jawaban benar 2 = proses jawaban benar 1 = proses; jawaban salah
7 f Dengan menggunakan tabel data hasil percobaan maka dapat diasumsikan bahwa x merupaka orde reaksi dari 𝐻𝐻2, sedangkan y adalah orde reaksidari NO. Maka nilai
orde reaksi terhadap NO adalah..
𝑉𝑉3𝑉𝑉2
= 𝑘𝑘[𝐻𝐻2]𝑥𝑥[𝑁𝑁𝐶𝐶]𝑦𝑦
𝑘𝑘[𝐻𝐻2]𝑥𝑥[𝑁𝑁𝐶𝐶]𝑦𝑦
19248
= 𝑘𝑘[0,02]𝑥𝑥[0,04]𝑦𝑦
𝑘𝑘[0,02]𝑥𝑥[0,02]𝑦𝑦
4 = 2𝑦𝑦
y = 2
4 = tulis rumus; diketahui; proses; jawaban benar 3 = rumus; proses; jawaban benar 2 = proses jawaban benar 1 = proses; jawaban salah
9 yang harus disiapkan: 1. Menyiapkan narium tiosutfat 0,2 M 2. Menyiapkan HCl 0,2 M 3. Menyiapkan aquades untuk pengenceran 4. Menyiapkan gelas kimia reaktor 5. Menyiapkan gelas ukur 6. Menyiapkan stopwatch 7. Kertas putih betanda X
4 = menyebutkan 7 hal yang harus disiapkan sebelum percobaan 3 = minimal 5-6 seperti yang disebut dalam kunci 2 = minimal 3-4 seperti yang disebut dalam kunci 1 =hanya menjawab 1-2 jawaban yang disebutkan dalam kunci
10 1. Pengeceran bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi yang bervariasi.
4 = menjawab 5 tujuan dengan benar 3 = menjawab 3 tujuan dengan benar
121
Lampiran 5
2. Konsentrasi yang bervariasi bertujuan untuk mendapatkan waktu reaksi yang bervariatif
3. sehingga akan didapat nilai laju reaksi yang bervariatif
4. selanjutnya akan disajikan dalam grafik 5. Untuk menentukan orde reaksi
2 = menjawab 2 tujuan dengan benar 1 = menjawab 1 tujuan dengan benar
11 1. Orde reaksi nol
2. Orde reaksi satu
3. Orde reaksi dua
4 = menggambarkan ke tiga grafik 1, 2, dan 3 disertai keretangsn 3 = menggambarkan dua grafik, tidak disertai keterangan 2 = hanya menggambarkan 1 grafik diseratai keterangan 1 = 1 grafik atau lebih tanpa keterangan
12 Reaksi yang paling tinggi kelajuannya adalah percobaan no.3 yaitu bentuk serbuk magnesium dengan larutan HCL 0,75 M. • Ini disebabkan faktor luas permukaan serbuk
magnesium dan konsentrasi HCl yang tinggi. • Sehingga reaksi ini cepat bereaksi dibandingkan luas
permukaan bentuk lempeng magnesium. Baik yang konsentrasi HCl 0,50 M maupun konsentrasi HCl 0,75 M
4 = menjawab benar nomor percobaan yang paling tinggi laju reaksinya, dan menjelaskan kedua alasan tingginya laju reaksi (konsentrasi dan luas permukaan) 3 = menjawab benar nomor percobaan yang paling tinggi laju reaksinya, dan menjelaskan salah satu alasan tingginya laju reaksi (konsentrasi atau luas permukaan) 2 = hanya menjelaskan alasan tinnginya laju reaksi (konsentrasi dan luas permukaan) 1 = hanya mejawab benar pilihan jawaban percobaan yang paling tingi laju reaksinya
122
Lampiran 6
KOMPETENSI INTI :
3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR :
3.7 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan orde
reaksi berdasarkan data hasil percobaan.
4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.
INDIKATOR PEMBELAJARAN
3.7.1 Menganalisis faktor-faktor laju reaksi berdasarkan data hasil perobaan 3.7.2 Menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil perobaan 4.7.1 Merancang percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 4.7.2 Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 4.7.3 Menyimpulkan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 4.7.4 Menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
123
Lampiran 6
Judul Percobaan :
‘Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan Orde Reaksi’
Tujuan percobaan :
“Menyelidiki pengaruh suhu, konsentrasi terhadap laju reaksi”
Baca dan amati wacana berikut ini
Pernahkah kalian pergi ke pasar ikan atau melihat ikan segar yang dijual di
supermarket? Ikan-ikan yang dijual selalu diletakan dalam wadah yang diberi es.
Mengapa demikian?tahukah kalian? Ikan-ikan tersebut disimpan dalam wadah es
supaya tahan lama dan tidak cepat membusuk. Temperature sangat rendah akan
memperlambat proses pembusukan ikan atau memperlambat reaksi pembusukan
yang disebabkan oleh bakeri-bakteri tertentu.
Ketika kalian mereaksikan 15 mL larutan Natrium tiosulfat dengan
10mL larutan Asam Klorida (HCl) yang akan memnghasilkan endapan putih.
Reaksi tersebut berlangsung lama, apa yang akan kalian lakukan untuk
memepercepat proses reaksinya?
Baca dengan cermat wacana berikut dan beri garis bawah pada masalah yang
kalian temukan dalam wacana tersebut!
Wacana 1
124
Lampiran 6
Baca dan amati wacana berikut ini !
Apakah yang kalian ketahui dengan pemakaian kaporit (CaOCl2) yang
digunakan untuk kolam renang? Kaporit adalah senyawa yang digunakan untuk
membersihkan kuman-kuman yang ada dalam kolam renang. Ketepatan
konsentrasi larutan kaporit yang digunakan sangat menentukan kebersihan kolam
renang tersebut. Apabila konsentrasinya terlalu rendah, maka larutan kaporit
tersebut tidak cukup kuat untuk mematikan kuman-kuman dalam kolam tersebut.
Mari buktikan dengan percobaan berikut !
Bila pada percobaan kalian ditugaskan untuk mereaksikan 1 gram soda
kue kedalam 20 mL asam asetat(asam cuka). Apa yang akan kalian lakukan
untuk mempercepat reaksinya?
Wacana 2
125
Lampiran 6
Diskusikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut bersama teman sekelompokmu! Berdasarkan wacana !!
Jawab:
Hal –hal yang diketahui
Wacana 1:
..........................................................
..........................................................
..........................................................
.wacana 2:
..........................................................
..........................................................
..........................................................
Dari wacana tersebut, masalah apa saja yang dapat kamu amati? Coba identifikasi dan tuliskan
Hal –hal yang belum diketahui
Wacana 1:
..............................................................
..............................................................
..............................................................
wacana 2:
..............................................................
..............................................................
..............................................................
Jawab:
Wacana 1 : ................................................................................................................................................................................................................................................................................
Wacana 2 : ................................................................................................................................................................................................................................................................................
Klasifikasi - menghubungkan
Berdasarkan hasil pengamatanmu, bagaimana hubungan masalah yang kalian amati dengan percobaan yang dilakukan?
126
Lampiran 6
Tuliskan setiap pertanyaan yang kalian ingin tahusebelum melakukan percobaan?
Wacana Pertanyaan 1 1 ......
2 ...... 3 ......
2 1 ...... 2 ...... 3 ......
Mengajukan pertanyaan
Berdasarkan permasalahan dalam wacana, apakah yang ingin kamu ketahui lebih lanjut?
Rasa penasaranmu, akan dijawab melalui percobaan yang akan dilakukan secara berkelompok
Jawab:
Hipotesis wacana 1 : ....................................................................................................
Hipotesis wacana 2 : ...................................................................................................
Berhipotesis
Berdasarkan teori dan wacana dalam LKS yang telah kalian pahami, maka bagaimana hasil percobaan yang seharusnya diperoleh?
Jawab:
Prediksi wacana 1 : ....................................................................................................
Prediksi wacana 2 : ...................................................................................................
Prediksi
Berdasarkan wacana diatas, sebelum kalian memulai percobaan, bagaimana prediksi hasil percobaan yang akan diperoleh?
127
Lampiran 6
Okey, let’s enjoy our experiences ^_^
Berikut ini adalah alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan, kelompokkanlah berdasarkan percobaan yang akan dilakukan!!
1. Gelas kimia 50 ml 2. Tabung reaksi 3. Kaki tiga 4. Kasa asbes 5. Pipet tetes 6. Gelas ukur 10 ml 7. Batang pengaduk
8. Neraca O-hauss/ neraca analitik 9. Larutan Asam asetat (CH3COOH) 10. Larutan Asam klorida (HCl) 11. Larutan Natriumklorida (NaCl) 12. Larutan Natrium tiosulfat 13. Soda kue 14. Korek api
Kelompokkanlah alat dan bahan yang akan digunakan, rencanakan percobaan dan bersiaplah untuk bereksperimen...
Jawab:
1. ....... 2. ....... 3. ....... 4. ....... 5. ....... 6. .......
Menggunakan alat dan bahan
Tuliskan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan mengenai pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Jawab:
1. ....... 2. ....... 3. ....... 4. ....... 5. ....... 6. .......
Menggunakan alat dan bahan
Tuliskan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan mengenai pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
128
Lampiran 6
A. Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi No 10mL Na2S2O3(aq) 10mL
HCl(aq)
Waktu Reaksi (detik)
Yang diamati
1 40 0C
2 50 0C
3 60 0C
Gambarkan skema percobaan yang kalian lakukan dalam bentuk flowchart..
Skema percobaan pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Skema percobaan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Setelah melakukan percobaan, catatlah setiap proses percobaan yang kalian amati... Tuliskan data yang kalian dapat pada tabel dibawah ini !
129
Lampiran 6
B. Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi No CH3COOH(aq) NaHCO3(aq) Waktu Reaksi
(detik) Yang diamati
1 0,5 M
2 1,0 M
3 1,5 M
a. Teori yang berhubungan dengan masalah pada wacana 1 ……………………………………………………………………………...……………………………………………………………………………...……………………………………………………………………………............................................……………………………………………………………………………............ ……………………………………………………………………………...............
b. Teori yang berhubungan dengan masalah pada wacana 2 ……………………………………………………………………………...……………………………………………………………………………...……………………………………………………………………….....................................…....………………………………………………………………………........................ ……………………………………………………………………………..........
a. Solusi untuk masalah dalam wacana 1 ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
b. Solusi untuk masalah dalam wacana 2 ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Jelaskan teori yang berhubungan dengan factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang berkaitan dengan masalah dalam wacana diatas.
interpretasi
Berdasarkan teori yang kalian temukan, bagaimanakah cara menyelesaikan masalah-masalah yang telah kalian identifikasi dalam setiap wacana? Menerapkan konsep
130
Lampiran 6
Garfik X-Y dimana x merupakan factor yang mempengaruhi laju reaksi dan Y merupakan
waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.
1. pengaruh suhu terhadap laju reaksi
2. pengaruh konsentrasi terhadap laju
reaksi
Buatlah grafik dari data hasil perngamatan yang telah kalian peroleh dari
percobaan! mengkomunikasikan
y
x
y
x
131
Lampiran 7
KOMPETENSI INTI :
3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
KOMPETENSI DASAR :
3.7 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan menentukan orde
reaksi berdasarkan data hasil percobaan.
4.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi.
INDIKATOR PEMBELAJARAN
3.7.1 Menganalisis faktor-faktor laju reaksi berdasarkan data hasil perobaan 3.7.2 Menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil perobaan 4.7.5 Merancang percobaan mengenai orde reaksi 4.7.6 Melakukan percobaan mengenai orde reaksi 4.7.7 Menyimpulkan hasil percobaan mengenai orde reaksi 4.7.8 Menyajikan hasil percobaan mengenai orde reaksi
132
Lampiran 7
Judul Percobaan :
‘Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan Orde Reaksi’
Tujuan percobaan :
“Menyelidiki pengaruh luas permukaan, katalis terhadap laju reaksi, dan menentukan orde reaksi”
Baca dan amati wacana berikut ini
Tentunya kalian pernah memakan sate bukan? Sate daging atau sate ayam.
Perhatikanlah sate yang kalian makan atau perhatikan tukan sate yang sedang
membakar sate! Perhatikanlah potongan dari sate tersebut! Bagaimanakah
potongannya? Sate dipotong kecil-kecil dan tipis. Mengapa demikian? Sate
dipotong kecil dan tipis untuk mendapatkan luas permukaan yang lebih luas
dibandingkan daging yang besar dan tebal, hal tersebut supaya proses
pematangan sate lebih cepat.
Pada saat praktikum, kalian ditugaskan untuk mereaksikan 2 gram
batu kapur (CaCO3) kedalam 10 mL asam klorida (HCl). Langkah apa yang
akan kalian lakukan agar batu pualam(batu kapur) tersebut cepat bereaksi
dan larut dengan HCl?
Baca dengan cermat wacana berikut dan beri garis bawah pada masalah yang
kalian temukan dalam wacana tersebut!
Wacana 3
133
Lampiran 7
Baca dan amati wacana berikut ini !
Pernahkah kalian mengamati pertumbuhan kecambah? Mengapa kecambah
dapat tumbuh berkemang dan memanjang? ternyata hal tersebut dipegaruhi
adanya hormon yang terdapat dalam tanaman atau tumbuhan, salah satu hormone
yang terlibat dalam pertumbuhan tanaman adalah hormone auksin. Auksin
berfungsi sebagai katalisator atau zat yang dapat mempercepat suatu
pertumbuhan atau perkembangan sel.
Dalam sebuah percobaan kalian akan memproduksi gas oksigen dengan cara
mendekomposisikan atau menguraikan larutan hydrogen peroksida (H2O2) 5%
yang direaksikan dengan larutan natrium klorida (NaCl), namun produksi
oksigen tersebut sangat sedikit. Apa yang kalian lakukan untuk mempercepat
dan memperbanyak produksi oksigen dalam reaksi tersebut?
Wacana 4
134
Lampiran 7
Baca dan amati wacana berikut ini !
Reaksi kimia yang kita amati berlangsung dengan laju yang berbeda-beda.
Ada yang berlangsung sangat cepat, misalnya pembakaran kertas, bom, atau
kembang api/petasan. Namun, ada pula yang berlangsung sangat lambat, misalnya
proses perkaratan besi.
Melihat fenomena tersebut, tentu kalian bertanya mengapa hal tersebut terjadi ? Tentu
kalian mengingat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi reaksi.
Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Dimana
semakin besar konsentrasi pereaksi maka makin cepat reaksi berlangsung. Hal ini
disebabkan semakin besar konsentrasi berarti jarak antarmolekul akan semakin
rapat/padat, sehingga semakin banyak/mudah terjadi tumbukan yang menghasilkan
reaksi, sehingga laju reaksi juga semakin cepat.
Dengan mengetahui pengaruh konsentasi terhadap laju reaksi maka kita ingin
mengetahui sejauh mana pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi melalui
perhitungan secara matematis. Salah satu cara mengkaji secara matematis
pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju reaksi ialah dengan menentukan orde
reaksinya.
135
Lampiran 7
Diskusikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut bersama teman sekelompokmu! Berdasarkan wacana !!
Jawab:
Hal –hal yang diketahui
Wacana 3:
..........................................................
..........................................................
..........................................................
............
wacana 4:
..........................................................
..........................................................
..........................................................
Dari wacana tersebut, masalah apa saja yang dapat kamu amati? Coba identifikasi dan tuliskan
Hal –hal yang diketahui
Wacana 3:
..........................................................
..........................................................
..........................................................
............
wacana 4:
..........................................................
..........................................................
..........................................................
Jawab:
Wacana 3 : ................................................................................................................................................................................................................................................................................
Wacana 4 : ................................................................................................................................................................................................................................................................................
Klasifikasi - menghubungkan
Berdasarkan hasil pengamatanmu, bagaimana hubungan masalah yang kalian amati dengan percobaan yang dilakukan?
136
Lampiran 7
Tuliskan setiap pertanyaan yang kalian ingin tahusebelum melakukan percobaan?
Wacana Pertanyaan 3 1 ......
2 ...... 3 ......
4 1 ...... 2 ...... 3 ......
Mengajukan pertanyaan
Berdasarkan permasalahan dalam wacana, apakah yang ingin kamu ketahui lebih lanjut?
Rasa penasaranmu, akan dijawab melalui percobaan yang akan dilakukan secara berkelompok
Jawab:
Hipotesis wacana 3 : ....................................................................................................
Hipotesis wacana 4 : ...................................................................................................
Berhipotesis
Berdasarkan teori dan wacana dalam LKS yang telah kalian pahami, maka bagaimana hasil percobaan yang seharusnya diperoleh?
Jawab:
Prediksi wacana 3 : ....................................................................................................
Prediksi wacana 4 : ...................................................................................................
Prediksi
Berdasarkan wacana diatas, sebelum kalian memulai percobaan, bagaimana prediksi hasil percobaan yang akan diperoleh?
137
Lampiran 7
Okey, let’s enjoy our experiences ^_^
Berikut ini adalah alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan, kelompokkanlah berdasarkan percobaan yang akan dilakukan!! 1. Gelas kimia 50 ml 2. Tabung reaksi 3. Kaki tiga 4. Kasa asbes 5. Pipet tetes 6. Gelas ukur 10 ml 7. Batang pengaduk 8. Mortal alu
9. Neraca O-hauss/ neraca analitik
10. Padatan CaCO3 (s) 11. Larutan Asam asetat
(CH3COOH) 12. Larutan Asam klorida
(HCl) 13. Larutan H2O2
14. Larutan Natrium klorida (NaCl)
15. Larutan FeCl3 16. Larutan Natrium tiosulfat
(Na2S2O3) 17. Soda kue 18. Korek api
Kelompokkanlah alat dan bahan yang akan digunakan, rencanakan percobaan dan bersiaplah untuk bereksperimen...
Jawab:
1. ....... 2. ....... 3. ....... 4. ....... 5. ....... 6. .......
Menggunakan alat dan bahan
Tuliskan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan mengenai pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
Jawab:
1. ....... 2. ....... 3. ....... 4. ....... 5. ....... 6. .......
Menggunakan alat dan bahan
Tuliskan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan mengenai pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Jawab:
1. ....... 2. ....... 3. ....... 4. ....... 5. ....... 6. .......
Menggunakan alat dan bahan
Tuliskan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan menentukan orde reaksi
138
Lampiran 7
Gambarkan skema percobaan yang kalian lakukan dalam bentuk flowchart..
Skema percobaan pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
Skema percobaan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Skema percobaan menentukan orde reaksi
139
Lampiran 7
A. Pengaruh Luas Permukaan Terhadap Laju Reaksi No CaCO3(s) 10mL HCl Waktu Reaksi
(detik) Yang diamati
1 Padatan
2 Serbuk kasar
3 Serbuk halus
B. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
Tabung Larutan Pengamatan
I H2O2
II H2O2 + NaCl
III H2O2 + FeCl3
C. Menentukan Orde Reaksi Tabel pengamatan I
Volume HCl 2 M
Volume (mL) Molaritas
Na2S2O3
Waktu
(sekon) 1/(waktu) Na2S2O3
0,2M air
Jumlah Volum
10 20 0 30
10 15 5 30
10 10 10 30
10 5 15 30
Tabel pengamatan II
Volume Na2S2O3
0,2M
Volume (mL) Molaritas
HCl
Waktu
(sekon) 1/(waktu)
HCl 2M air Jumlah Volum
20 10 0 30
20 7,5 2,5 30
20 5 5 30
Setelah melakukan percobaan, catatlah setiap proses percobaan yang kalian amati... Tuliskan data yang kalian dapat pada tabel dibawah ini !
140
Lampiran 7
a. Teori yang berhubungan dengan masalah pada wacana 3 ……………………………………………………………………………...……………………………………………………………………………...……………………………………………………………………………............................................……………………………………………………………………………............ ……………………………………………………………………………...............
b. Teori yang berhubungan dengan masalah pada wacana 4 ……………………………………………………………………………...……………………………………………………………………………...……………………………………………………………………….....................................…....………………………………………………………………………........................ ……………………………………………………………………………..........
a. Solusi untuk masalah dalam wacana 3 ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
b. Solusi untuk masalah dalam wacana 4 ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Garfik X-Y dimana x merupakan factor yang mempengaruhi laju reaksi dan Y merupakan
waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.
1. pengaruh Luas Permukaan
terhadap laju reaksi
2. pengaruh katalis terhadap laju
reaksi
Jelaskan teori yang berhubungan dengan factor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yang berkaitan dengan masalah dalam wacana diatas.
interpretasi
Berdasarkan teori yang kalian temukan, bagaimanakah cara menyelesaikan masalah-masalah yang telah kalian identifikasi dalam setiap wacana? Menerapkan konsep
Buatlah grafik dari data hasil perngamatan yang telah kalian peroleh dari
percobaan! mengkomunikasikan
y
x
y
x
141
Lampiran 7
dari percobaan yang telah kalian lakukan dari wacana 1 sampai wacana 4 mengenai pemecahan masalah laju reaksi, maka buatlah laporan selama dalam format sebagai berikut!!
Laporkan percobaan kalian dalam format laporan INDIVIDU sebagai berikut..
Ditulis tangan di kertas folio bergaris
1. Cover 2. Judul percobaan 3. Tujuan percobaan 4. Landasan teori 5. Alat dan bahan 6. Langkah kerja 7. Hasil pengamatan, perhitungan, dan
grafik 8. Pembahasan 9. Kesimpulan 10. Daftar pustaka
Tahap 10 Berkomunikasi
Contoh cover
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
Judul percobaan
Disusun Oleh:
Nama
NIS
Pada bagian PEMBAHASAN, jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Apa pengertian laju, reaksi dan laju reaksi?
2. Mengapa suatu reaksi berjalan dengan waktu (lama) yang berbeda-beda?
3. Tuliskan setiap reaksi kimia larutan yang kalian lakukan percobaannya
4. Tuliskanlah kesimpulan hasil pemecahan masalah dari wacana diatas
5. Berikan 1 contoh lain peranan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
133
Lampiran 8
Data Presentasi (%) Ketercapaian Pretes Indikator KPS Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
1. Kelas Kontrol
SKOR NILAI PRETEST KELAS KONTROL (XI IPA 3)
NO NAMA SISWA NOMOR SOAL
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Aaz Nurazijah 1 0 0 4 0 0 0 0 0 1 0 0 6 2 Abizal Alfarobie 0 2 1 4 2 0 0 0 1 0 0 1 11 3 Bella 2 1 1 4 3 0 0 0 0 0 0 0 11 4 Eneng Martini 1 0 1 4 3 0 0 0 0 0 0 1 10 5 Fahrul Bahri 1 0 2 0 2 0 0 0 1 1 0 0 7 6 Husniatul Najah 1 0 1 1 0 0 0 0 0 2 0 1 6 7 Husnul Kholifah 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 8 Ila Kholilah 0 2 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 6 9 Indri Emalia 1 0 0 4 0 0 0 0 0 1 0 0 6
10 Megawati 1 2 1 4 3 0 0 0 0 0 0 0 11 11 Muhammad Syarul 1 0 1 4 0 0 1 0 0 0 0 0 7 12 Nita Sri melati 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 13 Nova Sugihaprina 2 1 1 3 3 0 0 0 4 0 0 0 14 14 Nur Fikril Mujaddid 2 2 0 3 0 0 0 0 0 0 0 1 8 15 Nur Fitri 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 4 16 Nur Safitri 2 3 2 4 0 1 1 1 0 0 0 0 14 17 Rully Chaerul F 1 1 1 3 3 0 0 0 0 0 0 0 9 18 Runiya 1 0 1 4 3 0 0 0 0 0 0 0 9 19 Siti Alinda 1 0 0 4 0 0 0 0 0 1 0 1 7 20 Siti Ardianti 1 2 1 3 3 4 0 0 0 0 0 0 14 21 Siti Ardianti julhijjah 2 0 0 4 4 0 0 0 0 0 0 0 10 22 Siti Badriah 0 3 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 7 23 Siti Hayatunnufus 1 0 0 4 0 0 1 0 0 0 0 0 6 24 Sunengsih 0 3 2 2 0 1 1 0 0 0 0 0 9 25 Viratu Evaa 1 0 0 3 0 1 0 0 0 0 0 0 5 26 Wardah Damiyati 1 0 1 4 3 0 1 0 0 0 0 0 10
27 Yuni Maulida Awaliyah 1 0 1 4 3 0 0 0 0 0 0 0 9
jumlah 27 23 20 83 35 8 5 2 6 6 0 7 222 Presentasi rerata 25 21,29 18,52 76,85 32,41 7,41 4,63 1,85 5,55 5,55 0 6,48
143
Lampiran 8
Presentasi KPS Pretes Kelas Kontrol No Indikator KPS Nomor Soal Presentasi Kategori 1 Observasi 1 25 % kurang 2 Klasifikasi 2 21,3 % kurang 3 Interpretasi 3 18,5 % sangat kurang 4 Prediksi 12 6,5 % sangat kurang 5 Mengajukan Pertanyaan 4 76,9 % Baik 6 Berhipotesis 5 32,4 % kurang 7 Merencanakan Percobaan 9 4,6 % sangat kurang 8 Menggunakan Alat dan Bahan 6, 10 3,2 % sangat kurang 9 Menerapkan Konsep 7, 8 3,2 % sangat kurang
10 Bekomunikasi 11 0 % sangat kurang
2. Eksperimen SKOR NILAI PRETEST KELAS EKSPERIMEN (XI IPA 2)
NO NAMA SISWA NOMOR SOAL
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Ainun Wirika 1 1 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 6 2 Amelia Sahriawati 0 0 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 5 3 Asep Nurakhman 0 1 1 3 3 0 1 1 0 0 0 0 10 4 Badriyah 0 2 2 4 3 0 0 0 0 0 0 0 11 5 Bella Novitasari 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3 6 Cucun Sunayah 0 1 1 4 1 1 0 0 1 0 0 1 10 7 Dita Nana Aprilia 1 2 2 4 0 1 0 0 0 0 0 0 10 8 Eka Yulianti 1 3 1 4 0 1 0 0 0 1 0 0 11 9 Encun Hasunah 0 1 1 4 4 1 0 0 0 0 0 0 11
10 Euis Muflihah 0 1 2 4 3 0 0 0 0 0 0 0 10 11 Frili Fitriani 0 1 1 3 1 0 0 0 1 0 0 0 7 12 Heni Aprianti 1 2 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 8 13 Husnul Khotimah Z 1 0 1 4 3 0 0 0 1 0 0 0 10 14 Ilham Jatikusumah 1 1 1 4 0 0 1 1 0 0 1 0 10 15 Kasnilawati 1 2 1 4 0 0 0 0 1 0 0 1 10 16 Khaeriyah 1 0 1 4 3 1 0 0 0 0 1 0 11 17 Khoeriyah 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 5 18 M.Apifudin 1 0 1 4 0 0 1 1 0 0 1 0 9 19 M.Fahmi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 20 M.Firdaus 1 1 0 4 2 0 0 0 0 0 0 1 9 21 M.Khoirur Rohman 1 3 1 3 0 1 0 0 0 0 0 1 10 22 Nur Siti Diniah 1 2 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6
144
Lampiran 8
Presentasi KPS Pretes Kelas Eksperimen No Indikator KPS Nomor Soal Presentasi Kategori 1 Observasi 1 18,52 sangat kurang 2 Klasifikasi 2 26,85 kurang 3 Interpretasi 3 22,22 kurang 4 Prediksi 12 9,26 sangat kurang 5 Mengajukan Pertanyaan 4 82,4 sangat baik 6 Berhipotesis 5 6,48 sangat kurang 7 Merencanakan Percobaan 9 5,55 sangat kurang 8 Menggunakan Alat dan Bahan 6, 10 4,17 sangat kurang 9 Menerapkan Konsep 7, 8 3,24 sangat kurang
10 Bekomunikasi 11 2,78 sangat kurang
23 Paryatul Jannah 1 1 1 3 3 0 0 0 0 1 0 1 11 24 Reisya Auliya Putri 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 1 5 25 Rosul 1 1 1 2 3 0 0 1 0 0 0 0 9 26 Sriwahyuni 1 2 0 4 0 0 0 0 1 0 0 3 11 27 Windi Herliyanah 2 0 1 4 3 0 0 0 0 0 0 0 10
Jumlah 20 29 24 89 37 7 3 4 6 2 3 10 229 Presentasi Rerata 18,52 26,85 22,22 82,41 34,26 6,48 2,78 3,7 5,556 1,85 2,78 9,26
145
Lampiran 9
Data Presentasi (%) Ketercapaian Postes KPS Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
1. Kelas Kontrol
SKOR NILAI POSTES KELAS KONTROL (XI IPA 3)
NO NAMA SISWA NOMOR SOAL
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Aaz Nurazijah 1 1 0 0 4 0 3 0 0 0 0 1 10 2 Abizal Alfarobie 2 3 2 4 4 0 1 0 0 0 0 0 16 3 Bella 1 0 0 4 4 0 1 0 8 0 0 0 18 4 Eneng Martini 0 0 0 4 3 0 1 0 2 0 0 1 11 5 Fahrul Bahri 1 0 0 2 3 2 1 0 0 0 0 0 9 6 Husniatul Najah 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 5 7 Husnul Kholifah 2 3 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 8 8 Ila Kholilah 2 2 0 1 3 0 1 0 0 0 0 0 9 9 Indri Emalia 0 1 2 4 0 0 0 0 0 0 0 1 8
10 Megawati 1 2 1 4 3 0 0 0 0 0 0 0 11 11 Muhammad Syarul 0 0 0 4 0 1 2 1 0 0 0 1 9 12 Nita Sri melati 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 4 13 Nova Sugihaprina 1 1 1 4 0 1 0 0 0 0 0 1 9 14 Nur Fikril Mujaddid 1 1 0 4 1 0 0 0 1 0 0 1 9 15 Nur Fitri 1 0 0 2 3 2 1 0 0 0 0 0 9 16 Nur Safitri 2 2 3 4 3 1 1 1 0 0 0 0 17 17 Rully Chaerul F 0 0 1 3 3 1 3 0 0 0 0 0 11 18 Runiya 1 1 1 3 4 1 1 0 0 0 0 0 12 19 Siti Alinda 2 2 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 9 20 Siti Ardianti 1 1 0 4 3 0 0 0 0 0 0 1 10 21 Siti Ardianti julhijjah 1 0 0 4 3 0 0 0 0 0 0 0 8 22 Siti Badriah 2 1 2 2 1 1 3 3 0 0 0 1 16 23 Siti Hayatunnufus 0 1 1 4 4 2 1 0 0 0 0 1 14 24 Sunengsih 1 0 1 4 1 1 2 3 0 0 0 1 14 25 Viratu Evaa 1 0 1 2 3 0 0 0 0 0 0 2 9 26 Wardah Damiyati 1 0 0 3 0 1 1 0 0 0 0 0 6
27 Yuni Maulida Awaliyah 1 1 0 2 3 0 2 0 0 0 0 0 9
jumlah 28 23 23 76 56 15 26 9 11 0 1 15 280
presentasi rerata 25,9 21,3 21,3 70,37 51,85 14 24 8,33 10,19 0 0,93 13,89 10,4
146
Lampiran 9
Presentasi KPS Pretes Kelas Eksperimen No Indikator KPS Nomor Soal Presentasi Kategori 1 Observasi 1 25,9 Kurang 2 Klasifikasi 2 21,3 Kurang 3 Interpretasi 3 21,3 Kurang 4 Prediksi 12 13,89 Kurang Sekali 5 Mengajukan Pertanyaan 4 70,4 Baik 6 Berhipotesis 5 51,9 Cukup 7 Merencanakan Percobaan 9 10,19 Kurang Sekali 8 Menggunakan Alat dan Bahan 6, 10 6,94 Kurang Sekali 9 Menerapkan Konsep 7, 8 16,2 Kurang Sekali
10 Bekomunikasi 11 0,93 Kurang Sekali
2. Kelas Eksperimen
SKOR NILAI POSTES KELAS EKSPERIMEN (XI IPA 2)
NO NAMA SISWA NOMOR SOAL
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Ainun Wirika 2 2 2 4 3 4 1 1 3 0 1 0 23 2 Amelia Sahriawati 4 2 2 3 0 2 1 0 3 1 4 1 23 3 Asep Nurakhman 3 1 1 4 1 2 1 0 0 1 4 1 19 4 Badriyah 3 1 2 4 4 3 1 3 0 1 1 1 24 5 Bella Novitasari 3 2 1 3 1 2 0 0 2 1 1 1 17 6 Cucun Sunayah 2 1 2 4 3 2 3 0 3 1 1 1 23 7 Dita Nana Aprilia 2 3 3 4 0 2 1 1 3 1 0 1 21 8 Eka Yulianti 3 1 2 3 1 2 3 3 2 2 4 3 29 9 Encun Hasunah 2 1 1 4 0 2 0 2 0 2 4 4 22 10 Euis Muflihah 3 1 2 4 3 3 3 3 0 1 3 1 27 11 Frili Fitriani 2 1 0 3 1 2 1 0 3 1 1 1 16 12 Heni Aprianti 2 1 1 3 1 3 3 3 2 1 4 1 25 13 Husnul Khotimah Z 2 3 2 4 1 3 1 1 3 1 2 1 24 14 Ilham Jatikusumah 4 4 2 4 4 4 2 2 2 1 4 0 33 15 Kasnilawati 3 3 2 4 1 2 3 3 3 1 4 0 29 16 Khaeriyah 2 1 3 4 3 2 0 0 2 1 1 0 19 17 Khoeriyah 2 2 2 4 3 3 1 0 3 1 3 1 25 18 M.Apifudin 1 1 2 4 3 3 3 3 0 1 4 0 25 19 M.Fahmi 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 5 20 M.Firdaus 3 1 1 4 0 4 3 3 2 0 1 1 23
147
Lampiran 9
21 M.Khoirur Rohman 2 3 2 4 3 4 3 1 3 1 3 1 26 22 Nur Siti Diniah 3 3 2 4 0 2 1 0 2 1 1 1 20 23 Paryatul Jannah 3 1 1 4 1 2 3 3 3 1 3 0 21 24 Reisya Auliya Putri 2 3 2 3 1 3 1 0 3 1 1 1 21 25 Rosul 2 1 2 4 3 0 1 0 0 1 4 1 19 26 Sriwahyuni 2 2 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 11 27 Windi Herliyanah 3 1 2 4 3 0 1 2 0 1 3 1 21
jumlah 66 46 46 98 44 62 41 34 47 26 63 24 591 presentasi rerata 61,1 42,59 42,6 90,74 40,74 57,4 38 31,5 43,52 24,1 58,3 22,2
Presentasi KPS Postes Kelas Eksperimen No Indikator KPS Nomor Soal Presentasi Kategori 1 Observasi 1 61,11 Baik 2 Klasifikasi 2 42,59 Cukup 3 Interpretasi 3 42,59 Cukup 4 Prediksi 12 22,22 Kurang 5 Mengajukan Pertanyaan 4 90,74 Baik Sekali 6 Berhipotesis 5 40,74 Kurang 7 Merencanakan Percobaan 9 43,52 Cukup 8 Menggunakan Alat dan Bahan 6, 10 40,74 Kurang 9 Menerapkan Konsep 7, 8 34,72 Kurang
10 Bekomunikasi 11 58,33 Cukup
148
Lampiran 10
Data uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol
DATA UJI NORMALITAS PRETES KELAS KONTROL (XI IPA 3)
No Xi
f-kum Xi2
Xi -
Zi f (Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|
1 3 1 9 8,592593 -5,59259 -1,80892 0,035231 0,037037 0,001806 2 4 2 16 8,592593 -4,59259 -1,48547 0,068709 0,074074 0,005365 3 5 3 25 8,592593 -3,59259 -1,16202 0,122613 0,111111 0,011502 4 6
8
36 8,592593 -2,59259 -0,83857 0,200854 0,296296 0,095442 5 6 36 8,592593 -2,59259 -0,83857 0,200854 0,296296 0,095442 6 6 36 8,592593 -2,59259 -0,83857 0,200854 0,296296 0,095442 7 6 36 8,592593 -2,59259 -0,83857 0,200854 0,296296 0,095442 8 6 36 8,592593 -2,59259 -0,83857 0,200854 0,296296 0,095442 9 7
12
49 8,592593 -1,59259 -0,51512 0,303233 0,444444 0,141211 10 7 49 8,592593 -1,59259 -0,51512 0,303233 0,444444 0,141211 11 7 49 8,592593 -1,59259 -0,51512 0,303233 0,444444 0,141211 12 7 49 8,592593 -1,59259 -0,51512 0,303233 0,444444 0,141211 13 8 13 64 8,592593 -0,59259 -0,19167 0,423999 0,481481 0,057483 14 9
18
81 8,592593 0,407407 0,131776 0,552419 0,666667 0,114247 15 9 81 8,592593 0,407407 0,131776 0,552419 0,666667 0,114247 16 9 81 8,592593 0,407407 0,131776 0,552419 0,666667 0,114247 17 9 81 8,592593 0,407407 0,131776 0,552419 0,666667 0,114247 18 9 81 8,592593 0,407407 0,131776 0,552419 0,666667 0,114247 19 10 20 100 8,592593 1,407407 0,455226 0,675527 0,740741 0,065214 20 10 100 8,592593 1,407407 0,455226 0,675527 0,740741 0,065214 21 11
23 121 8,592593 2,407407 0,778676 0,781915 0,851852 0,069937
22 11 121 8,592593 2,407407 0,778676 0,781915 0,851852 0,069937 23 11 121 8,592593 2,407407 0,778676 0,781915 0,851852 0,069937 24 14
27
196 8,592593 5,407407 1,749026 0,959857 1 0,040143 25 14 196 8,592593 5,407407 1,749026 0,959857 1 0,040143 26 14 196 8,592593 5,407407 1,749026 0,959857 1 0,040143 27 14 196 8,592593 5,407407 1,749026 0,959857 1 0,040143
jumlah 232 2242 x ̅ 8,592593 83,03704
std.dev 3,091667
1. Lo/Lhitung diambil dari nilai F(Zi)-S(Zi) terbesar.
Lhitung = 0,141211
2. Menentukan Ltabel dari nilai kritis uji Liliefors.
149
Lampiran 10
Ltabel = 27886,0
= 196,5886,0 = 0,170515
Uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukan bahwa Lhit < Ltabel (0,141211 < 0,170515). Ltabel didapat dari (0,886/√27 dengan derajat signifikan 95%. Maka dapat disimpulkan data tersebut terdistribusi normal.
150
Lampiran 11
Data uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen
DATA UJI NORMALITAS PRETES KELAS EKSPERIMEN (XI IPA 2) No
Xi f-
kum Xi2
Xi -
Zi f (Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|
1 1 1 1 8,518519 -7,51852 -2,69245 0,003546 0,037037 0,033491 2 3 2 9 8,518519 -5,51852 -1,97624 0,024064 0,074074 0,05001 3 5
5 25 8,518519 -3,51852 -1,26002 0,103832 0,185185 0,081353
4 5 25 8,518519 -3,51852 -1,26002 0,103832 0,185185 0,081353 5 5 25 8,518519 -3,51852 -1,26002 0,103832 0,185185 0,081353 6 6 7 36 8,518519 -2,51852 -0,90191 0,183553 0,259259 0,075706 7 6 36 8,518519 -2,51852 -0,90191 0,183553 0,259259 0,075706 8 7 8 49 8,518519 -1,51852 -0,5438 0,293291 0,296296 0,003005 9 8 9 64 8,518519 -0,51852 -0,18569 0,426345 0,333333 0,093012
10 9 12
81 8,518519 0,481481 0,172423 0,568448 0,444444 0,124003 11 9 81 8,518519 0,481481 0,172423 0,568448 0,444444 0,124003 12 9 81 8,518519 0,481481 0,172423 0,568448 0,444444 0,124003 13 10
21
100 8,518519 1,481481 0,530533 0,702129 0,777778 0,075649 14 10 100 8,518519 1,481481 0,530533 0,702129 0,777778 0,075649 15 10 100 8,518519 1,481481 0,530533 0,702129 0,777778 0,075649 16 10 100 8,518519 1,481481 0,530533 0,702129 0,777778 0,075649 17 10 100 8,518519 1,481481 0,530533 0,702129 0,777778 0,075649 18 10 100 8,518519 1,481481 0,530533 0,702129 0,777778 0,075649 19 10 100 8,518519 1,481481 0,530533 0,702129 0,777778 0,075649 20 10 100 8,518519 1,481481 0,530533 0,702129 0,777778 0,075649 21 10 100 8,518519 1,481481 0,530533 0,702129 0,777778 0,075649 22 11
26
121 8,518519 2,481481 0,888643 0,812902 0,962963 0,150061 23 11 121 8,518519 2,481481 0,888643 0,812902 0,962963 0,150061 24 11 121 8,518519 2,481481 0,888643 0,812902 0,962963 0,150061 25 11 121 8,518519 2,481481 0,888643 0,812902 0,962963 0,150061 26 11 121 8,518519 2,481481 0,888643 0,812902 0,962963 0,150061 27 12 27 144 8,518519 3,481481 1,246753 0,893756 1 0,106244
Jumlah 230 2162 x ̅ 8,518519 80,07407
std.dev 2,79244
1. Lo/Lhitung diambil dari nilai F(Zi)-S(Zi) terbesar.
Lhitung = 0,150061
2. Menentukan Ltabel dari nilai kritis uji Liliefors.
151
Lampiran 11
Ltabel = 27886,0
= 196,5886,0 = 0,170515
Uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukan bahwa Lhit < Ltabel (0,150061 < 0,170515). Ltabel didapat dari (0,886/√27 dengan derajat signifikan 95%. Maka dapat disimpulkan data tersebut terdistribusi normal.
152
Lampiran 12
Data Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol
DATA UJI NORMALITAS POSTES KELAS KONTROL (XI IPA 3) No
Xi f-
kum Xi2
Xi -
Zi f (Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)|
1 4 1 16 10,55556 -6,55556 -1,88439 0,029756 0,037037 0,0072809 2 5 2 25 10,55556 -5,55556 -1,59694 0,055139 0,074074 0,0189346 3 6 3 36 10,55556 -4,55556 -1,30949 0,095184 0,111111 0,0159271 4 8
6 64 10,55556 -2,55556 -0,73459 0,231294 0,222222 0,0090716
5 8 64 10,55556 -2,55556 -0,73459 0,231294 0,222222 0,0090716 6 8 64 10,55556 -2,55556 -0,73459 0,231294 0,222222 0,0090716 7 9
12
81 10,55556 -1,55556 -0,44714 0,327386 0,444444 0,1170587 8 9 81 10,55556 -1,55556 -0,44714 0,327386 0,444444 0,1170587 9 9 81 10,55556 -1,55556 -0,44714 0,327386 0,444444 0,1170587
10 9 81 10,55556 -1,55556 -0,44714 0,327386 0,444444 0,1170587 11 9 81 10,55556 -1,55556 -0,44714 0,327386 0,444444 0,1170587 12 9 81 10,55556 -1,55556 -0,44714 0,327386 0,444444 0,1170587 13 10
16
100 10,55556 -0,55556 -0,15969 0,436561 0,592593 0,1560316 14 10 100 10,55556 -0,55556 -0,15969 0,436561 0,592593 0,1560316 15 10 100 10,55556 -0,55556 -0,15969 0,436561 0,592593 0,1560316 16 10 100 10,55556 -0,55556 -0,15969 0,436561 0,592593 0,1560316 17 11
19 121 10,55556 0,444444 0,127755 0,550829 0,703704 0,152875
18 11 121 10,55556 0,444444 0,127755 0,550829 0,703704 0,152875 19 11 121 10,55556 0,444444 0,127755 0,550829 0,703704 0,152875 20 12 21 144 10,55556 1,444444 0,415205 0,661004 0,777778 0,1167738 21 12 144 10,55556 1,444444 0,415205 0,661004 0,777778 0,1167738 22 14
23 196 10,55556 3,444444 0,990103 0,838938 0,851852 0,0129137
23 14 196 10,55556 3,444444 0,990103 0,838938 0,851852 0,0129137 24 16 25 256 10,55556 5,444444 1,565002 0,941209 0,925926 0,0152828 25 16 256 10,55556 5,444444 1,565002 0,941209 0,925926 0,0152828 26 17 26 289 10,55556 6,444444 1,852451 0,968019 0,962963 0,0050565 27 18 27 324 10,55556 7,444444 2,139901 0,983819 1 0,0161814
jumlah 285 3323 x ̅ 10,55556 123,0741
std.dev 3,478874
1. Lo/Lhitung diambil dari nilai F(Zi)-S(Zi) terbesar.
Lhitung = 0,150061
2. Menentukan Ltabel dari nilai kritis uji Liliefors.
153
Lampiran 12
Ltabel = 27886,0
= 196,5886,0 = 0,170515
Uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukan bahwa Lhit < Ltabel (0,150061 < 0,170515). Ltabel didapat dari (0,886/√27 dengan derajat signifikan 95%. Maka dapat disimpulkan data tersebut terdistribusi normal.
154
Lampiran 13
Data Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen
NILAI UJI NORMALITAS POSTES KELAS EKSPERIMEN
No Xi f-
kum Xi2
Xi -
Zi f (Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)| 1 5 1 25 21.88889 -16.8889 -3.0358 0.0012 0.037037 0.0358377 2 11 2 121 21.88889 -10.8889 -1.9573 0.02515 0.074074 0.0489193 3 16 3 256 21.88889 -5.88889 -1.0586 0.1449 0.111111 0.0337909 4 17 4 289 21.88889 -4.88889 -0.8788 0.18976 0.148148 0.0416074 5 19
7 361 21.88889 -2.88889 -0.5193 0.30178 0.259259 0.0425202
6 19 361 21.88889 -2.88889 -0.5193 0.30178 0.259259 0.0425202 7 19 361 21.88889 -2.88889 -0.5193 0.30178 0.259259 0.0425202 8 20 8 400 21.88889 -1.88889 -0.3395 0.3671 0.296296 0.0708069 9 21
12
441 21.88889 -0.88889 -0.0278 0.43653 0.444444 0.0079178 10 21 441 21.88889 -0.88889 -0.0278 0.43653 0.444444 0.0079178 11 21 441 21.88889 -0.88889 -0.1598 0.43653 0.444444 0.0079178 12 21 441 21.88889 -0.88889 -0.1598 0.43653 0.444444 0.0079178 13 22 13 484 21.88889 0.11111 0.01997 0.50797 0.481481 0.0264859 14 23
17
529 21.88889 1.11111 0.19973 0.57915 0.62963 0.0504768 15 23 529 21.88889 1.11111 0.19973 0.57915 0.62963 0.0504768 16 23 529 21.88889 1.11111 0.19973 0.57915 0.62963 0.6296296 17 23 529 21.88889 1.11111 0.19973 0.57915 0.62963 0.0504768 18 24 19 576 21.88889 2.11111 0.37948 0.64783 0.703704 0.0558691 19 24 576 21.88889 2.11111 0.37948 0.64783 0.703704 0.0558691 20 25
22 625 21.88889 3.11111 0.55923 0.712 0.814815 0.1028156
21 25 625 21.88889 3.11111 0.55923 0.712 0.814815 0.1028156 22 25 625 21.88889 3.11111 0.55923 0.712 0.814815 0.1028156 23 26 23 676 21.88889 4.11111 0.73899 0.77004 0.851852 0.0818087 24 27 24 729 21.88889 5.11111 0.91874 0.82088 0.888889 0.0680039 25 29 26 841 21.88889 7.11111 1.27825 0.89942 0.962963 0.0635434 26 29 841 21.88889 7.11111 1.27825 0.89942 0.962963 0.0635434 27 33 27 1089 21.88889 11.1111 1.99727 0.9771 1 0.0228981
591 jumlah 21.8888889 rerata 5.56315719 standar deviasi
1. Lo/Lhitung diambil dari nilai F(Zi)-S(Zi) terbesar.
Lhitung = 0.1028156
2. Menentukan Ltabel dari nilai kritis uji Liliefors.
155
Lampiran 13
Ltabel = 27886,0 =
196,5886,0
= 0,170515
Uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukan bahwa Lhit < Ltabel (0.1028156 < 0,170515). Ltabel didapat dari (0,886/√27 dengan derajat signifikan 95%. Maka dapat disimpulkan data tersebut terdistribusi normal.
156
Lampiran 13
Data Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen
NILAI UJI NORMALITAS POSTES KELAS EKSPERIMEN
No Xi f-
kum Xi2
Xi -
Zi f (Zi) S(Zi) |F(Zi)-S(Zi)| 1 5 1 25 21.88889 -16.8889 -3.0358 0.0012 0.037037 0.0358377 2 11 2 121 21.88889 -10.8889 -1.9573 0.02515 0.074074 0.0489193 3 16 3 256 21.88889 -5.88889 -1.0586 0.1449 0.111111 0.0337909 4 17 4 289 21.88889 -4.88889 -0.8788 0.18976 0.148148 0.0416074 5 19
7 361 21.88889 -2.88889 -0.5193 0.30178 0.259259 0.0425202
6 19 361 21.88889 -2.88889 -0.5193 0.30178 0.259259 0.0425202 7 19 361 21.88889 -2.88889 -0.5193 0.30178 0.259259 0.0425202 8 20 8 400 21.88889 -1.88889 -0.3395 0.3671 0.296296 0.0708069 9 21
12
441 21.88889 -0.88889 -0.0278 0.43653 0.444444 0.0079178 10 21 441 21.88889 -0.88889 -0.0278 0.43653 0.444444 0.0079178 11 21 441 21.88889 -0.88889 -0.1598 0.43653 0.444444 0.0079178 12 21 441 21.88889 -0.88889 -0.1598 0.43653 0.444444 0.0079178 13 22 13 484 21.88889 0.11111 0.01997 0.50797 0.481481 0.0264859 14 23
17
529 21.88889 1.11111 0.19973 0.57915 0.62963 0.0504768 15 23 529 21.88889 1.11111 0.19973 0.57915 0.62963 0.0504768 16 23 529 21.88889 1.11111 0.19973 0.57915 0.62963 0.6296296 17 23 529 21.88889 1.11111 0.19973 0.57915 0.62963 0.0504768 18 24 19 576 21.88889 2.11111 0.37948 0.64783 0.703704 0.0558691 19 24 576 21.88889 2.11111 0.37948 0.64783 0.703704 0.0558691 20 25
22 625 21.88889 3.11111 0.55923 0.712 0.814815 0.1028156
21 25 625 21.88889 3.11111 0.55923 0.712 0.814815 0.1028156 22 25 625 21.88889 3.11111 0.55923 0.712 0.814815 0.1028156 23 26 23 676 21.88889 4.11111 0.73899 0.77004 0.851852 0.0818087 24 27 24 729 21.88889 5.11111 0.91874 0.82088 0.888889 0.0680039 25 29 26 841 21.88889 7.11111 1.27825 0.89942 0.962963 0.0635434 26 29 841 21.88889 7.11111 1.27825 0.89942 0.962963 0.0635434 27 33 27 1089 21.88889 11.1111 1.99727 0.9771 1 0.0228981
591 jumlah 21.8888889 rerata 5.56315719 standar deviasi
1. Lo/Lhitung diambil dari nilai F(Zi)-S(Zi) terbesar.
Lhitung = 0.1028156
2. Menentukan Ltabel dari nilai kritis uji Liliefors.
Lampiran 13
Ltabel = 27886,0 =
196,5886,0
= 0,170515
Uji normalitas dengan uji Liliefors menunjukan bahwa Lhit < Ltabel (0.1028156 < 0,170515). Ltabel didapat dari (0,886/√27 dengan derajat signifikan 95%. Maka dapat disimpulkan data tersebut terdistribusi normal.
Lampiran 14
Data Hasil Penelitian
Daftar Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Kontrol
1. Nilai Pretes
NILAI URUT PRETES KELAS KONTROL (XI IPA 3) No Nama Nilai Pretes 1 Nita Sri melati 3 2 Husnul Kholifah 4 3 Nur Fitri 5 4 Viratu Evaa 6 5 Aaz Nurazijah 6 6 Husniatul Najah 6 7 Ila Kholilah 6 8 Indri Emalia 6 9 Siti Hayatunnufus 7
10 Fahrul Bahri 7 11 Muhammad Syarul 7 12 Siti Alinda 7 13 Siti Badriah 8 14 Nur Fikril Mujaddid 9 15 Rully Chaerul F 9 16 Runiya 9 17 Sunengsih 9 18 Yuni Maulida Awaliyah 9 19 Siti Ardianti julhijjah 10 20 Wardah Damiyati 10 21 Eneng Martini 11 22 Bella 11 23 Megawati 11 24 Nova Sugihaprina 14 25 Nur Safitri 14 26 Siti Ardianti 14 27 Abizal Alfarobie 14
2. Menentukan distribusi frekuensi
a. Banyaknya Sampel (n) = 27
157
Lampiran 14
b. Banyaknya kelas interval (K)
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 27
K = 1 + 3,3 (1,43)
K = 1 + 4,719
K = 5,719
K = 5 atau K = 6
c. Rentangan (R)
R = data terbesar – data terkecil
R = 14-3
R = 11
d. Panjang Kelas Interval (P)
P = 𝑅𝑅𝐾𝐾
atau P = 𝑅𝑅𝐾𝐾
P = 115
P = 116
P = 2,2=3 P =1,8=2
Yang digunakan adalah P =3 dengan K =5
e. Tabel Distribusi
No Kelas Interval fi fik xi xi² fixi fixi² 1 3 – 5 3 3 4 16 12 48 2 6 – 8 10 13 7 49 70 490 3 9 – 11 10 23 10 100 100 1000 4 12 – 14 4 27 13 169 52 676
Jumlah 27 - 34 334 234 2214
f. Mean = ∑ fixi∑ fi
= 23427
158
Lampiran 14
= 8,67
g. Median = BB + p (n2 – fks
fi)
= 8,5 + 3 (272 −10
10)
= 8,5 + 3(0,35)
= 8,5 + 1,05
= 9,55 (dibulatkan menjadi 10)
Median data pretest kelas kontrol berkisar di angka atau nilai 10.
h. Modus 1 = BB + p ( b1b1+b2
)
= 5,5 + 3 ( 77+0
)
= 5,5 + 3 (1)
= 8,5 (dibulatkan menjadi 9)
Modus data pretest kelas kontrol berkisar pada nilai 9.
Modus 2 = BB + p ( b1b1+b2
)
= 8,5 + 3 ( 00+4
)
= 8,5 + 3 (0)
= 11,,5 (dibulatkan menjadi 12)
Modus data pretest kelas kontrol berkisar pada nilai 12.
i. Standar Deviasi dengan Microsoft Excel SD = [ =STDEV(N3:N29) ] SD = 3,0917
j. Varians (S2) S2 = SD2
= (3,0917)2
= 9,5584
159
Lampiran 15
Data Hasil Penelitian
Daftar Distribusi Frekuensi Pretes Kelas Eksperimen
1. Nilai Pretes
NILAI URUT PRETES KELAS EKSPERIMEN (XI IPA 2) No Nama Nilai Pretes 1 M.Fahmi 1 2 Bella Novitasari 3 3 Khoeriyah 5 4 Amelia Sahriawati 5 5 Reisya Auliya Putri 5 6 Nur Siti Diniah 6 7 Ainun Wirika 6 8 Frili Fitriani 7 9 Heni Aprianti 8
10 M.Apifudin 9 11 M.Firdaus 9 12 Rosul 9 13 Windi Herliyanah 10 14 M.Khoirur Rohman 10 15 Kasnilawati 10 16 Ilham Jatikusumah 10 17 Husnul Khotimah Z 10 18 Euis Muflihah 10 19 Dita Nana Aprilia 10 20 Cucun Sunayah 10 21 Asep Nurakhman 10 22 Eka Yulianti 11 23 Khaeriyah 11 24 Paryatul Jannah 11 25 Badriyah 11 26 Encun Hasunah 11 27 Sriwahyuni 12
2. Menentukan distribusi frekuensi
a. Banyaknya Sampel (n) = 27
a. Banyaknya kelas interval (K)
160
Lampiran 15
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 27
K = 1 + 3,3 (1,43)
K = 1 + 4,719
K = 5,719
K = 5 atau K = 6
b. Rentangan (R)
R = data terbesar – data terkecil
R = 12 – 1
R = 11
c. Panjang Kelas Interval (P)
P = 𝑅𝑅𝐾𝐾
atau P = 𝑅𝑅𝐾𝐾
P = 115
P = 116
P = 2,2 =2 P = 1,8 =2
Yang digunakan adalah P =2 dengan K =5
d. Tabel distribusi
No Kelas
Interval fi fik xi xi² fixi fixi² 1 1 – 2 1 1 1,5 2,25 1,5 2,25 2 3 – 4 1 2 3,5 12,25 3,5 12,25 3 5 – 6 5 7 5,5 30,25 27,5 151,25 4 7 – 8 2 9 7,5 56,25 15 112,5 5 9 – 10 12 21 9,5 90,25 114 1083 6 11 – 12 6 27 11,5 132,25 69 793,5
Jumlah 27 - 57 323,5 230,5 2154,75
161
Lampiran 15
a. Mean = ∑ fixi∑ fi
= 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐,𝟓𝟓
27
= 8,537
b. Median = BB + p (n2 – fks
fi)
= 8,5 + 2 (272 −2
12)
= 8,5 + 2(0,958)
= 8,5 + 01,916
= 10,4 (dibulatkan menjadi 10)
Median data pretest kelas eksperimen berkisar di angka atau nilai 10.
c. Modus = BB + p ( b1b1+b2
)
= 8,5 + 2 ( 1010+6
)
= 8,5 + 2 (0,625)
= 8,5+ 1,25
= 9,75 (dibulatkan menjadi 10)
Modus data pretest kelas eksperimen berkisar pada nilai 10.
b. Standar Deviasi dengan Microsoft Excel SD = [ =STDEV(N42:N68) ] SD = 2,7924
c. Varians (S2) S2 = SD2
= (2,7924)2
= 7,7977
162
Lampiran 16
Data Hasil Penelitian
Daftar Distribusi Frekuensi Postes Kelas Kontrol
1. Nilai Postes
NILAI URUT POSTES KELAS KONTROL (XI IPA 3) No Nama Nilai Postes 1 Nita Sri melati 4 2 Husniatul Najah 5 3 Wardah Damiyati 6 4 Husnul Kholifah 8 5 Indri Emalia 8 6 Siti Ardianti julhijjah 8 7 Ila Kholilah 9 8 Muhammad Syarul 9 9 Nova Sugihaprina 9
10 Nur Fikril Mujaddid 9 11 Nur Fitri 9 12 Viratu Evaa 9 13 Yuni Maulida Awaliyah 10 14 Fahrul Bahri 10 15 Aaz Nurazijah 10 16 Siti Ardianti 10 17 Eneng Martini 11 18 Megawati 11 19 Rully Chaerul F 11 20 Siti Alinda 12 21 Runiya 12 22 Siti Hayatunnufus 14 23 Sunengsih 14 24 Siti Badriah 16 25 Abizal Alfarobie 16 26 Nur Safitri 17 27 Eneng Martini 18
2. Menentukan distribusi frekuensi
a. Banyaknya Sampel (n) = 27
163
Lampiran 16
b. Banyaknya kelas interval (K)
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 27
K = 1 + 3,3 (1,43)
K = 1 + 4,719
K = 5,719
K = 5 atau K = 6
c. Rentangan (R)
R = data terbesar – data terkecil
R = 18-4
R = 14
d. Panjang Kelas Interval (P)
P = 𝑅𝑅𝐾𝐾
atau P = 𝑅𝑅𝐾𝐾
P = 145
P = 146
P = 2,8 = 3 P =2,3 =2
Yang digunakan adalah P =3 dengan K =5
e. Tabel Distribusi
No Kelas Interval fi fik xi xi² fixi fixi² 1 4 – 6 3 3 5 25 9 75 2 7 – 9 9 12 8 64 72 576 3 10 – 12 9 21 11 121 99 1089 4 13 – 15 2 23 14 196 28 392 5 16 - 18 4 27 17 289 68 1156
Jumlah 27 - 55 695 276 3288
f. Mean = ∑ fixi∑ fi
164
Lampiran 16
= 27627
= 10,22
g. Median = BB + p (n2 – fks
fi)
= 9,5 + 3 (272 −9
9)
= 9,5 + 3(0,5)
= 9,5 + 1,5
= 11
Median data pretest kelas kontrol berkisar di angka atau nilai 11.
h. Modus 1 = BB + p ( b1b1+b2
)
= 6,5 + 3 ( 00+7
)
= 6,5 + 3 (0)
= 6,5 (dibulatkan menjadi 7)
Modus data pretest kelas kontrol berkisar pada nilai 7.
Modus 2 = BB + p ( b1b1+b2
)
= 9,5 + 3 ( 66+0
)
= 9,5 + 3 (1)
= 12,5 (dibulatkan menjadi 13)
Modus data pretest kelas kontrol berkisar pada nilai 13. Rata-rata modus = (7 + 13)/2 =10
i. Standar Deviasi dengan Microsoft Excel SD = [ =STDEV(AL3:AL29) ] SD = 3,4789
j. Varians (S2) S2 = SD2
= (3,4789)2
= 12,103
165
Lampiran 17
Data Hasil Penelitian
Daftar Distribusi Frekuensi Postes Kelas Eksperimen
1. Nilai Postes
No No Nilai Postes 1 M.Fahmi 5 2 Sriwahyuni 11 3 Frili Fitriani 16 4 Bella Novitasari 17 5 Asep Nurakhman 19 6 Rosul 19 7 Khaeriyah 19 8 Nur Siti Diniah 20 9 Dita Nana Aprilia 21
10 Paryatul Jannah 21 11 Reisya Auliya Putri 21 12 Windi Herliyanah 21 13 Encun Hasunah 22 14 Ainun Wirika 23 15 Amelia Sahriawati 23 16 M.Firdaus 23 17 Cucun Sunayah 23 18 Badriyah 24 19 Husnul Khotimah Z 24 20 Khoeriyah 25 21 M.Apifudin 25 22 Heni Aprianti 25 23 M.Khoirur Rohman 26 24 Euis Muflihah 27 25 Kasnilawati 29 26 Eka Yulianti 29 27 Ilham Jatikusumah 33
2. Menentukan distribusi frekuensi
a. Banyaknya Sampel (n) = 27
166
Lampiran 17
b. Banyaknya kelas interval (K)
K = 1 + 3,3 log n
K = 1 + 3,3 log 27
K = 1 + 3,3 (1,43)
K = 1 + 4,719
K = 5,719
K = 5 atau K = 6
c. Rentangan (R)
R = data terbesar – data terkecil
R = 29 – 5
R = 24
d. Panjang Kelas Interval (P)
P = 𝑅𝑅𝐾𝐾
atau P = 𝑅𝑅𝐾𝐾
P = 245
P = 246
P = 4,8= 5 P = 4
Yang digunakan adalah P =5 dengan K = 5
e. Tabel distribusi
No Kelas Interval Fi fik xi xi² fixi fixi² 1 5 – 9 1 1 7 49 7 49 2 10 – 14 1 2 12 144 12 144 3 15 – 19 5 7 17 289 85 1445 4 20 – 24 12 19 22 484 264 5808 5 25 – 29 7 26 27 729 189 5103 6 30– 33 1 27 31.5 992.25 31.5 992.25
Jumlah 27 - 85 2687.25 588.5 13541.25
f. Mean = ∑ fixi∑ fi
167
Lampiran 17
= 𝟓𝟓𝟓𝟓𝟓𝟓.𝟓𝟓
27
= 21,79
g. Median = BB + p (n2 – fks
fi)
= 19,5 + 5 (272 −5
12)
= 19,5 + 5(0,70)
= 19,5 + 3,5
= 23
Median data postest kelas eksperimen berkisar di angka atau nilai 23.
h. Modus = BB + p ( b1b1+b2
)
= 19,5 + 5 ( 77+5
)
= 19,5 + 5 (0,58)
= 19,5 + 2,9
= 22,40 (dibulatkan menjadi 22)
Modus data postes kelas eksperimen berkisar pada nilai 22.
i. Standar Deviasi dengan Microsoft Excel SD = [ =STDEV(O3:O29) ] SD = 5,563
j. Varians (S2) S2 = SD2
= (5,563)2
= 30,948
168
Lampiran 18
DATA UJI HOMOGENITAS PRETES
No Kelas sampel dk = n-1 Varians (S2) Kesimpulan 1 Kontrol 26 7,15 Homogen 2 Eksperimen 26 7,19
Perhitungan Uji Homogenitas Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen
1) Hipotesis:
Ha : Terdapat perbedaan antara varians data 1 dan varians data 2 (tidak
homogen)
H0 : Tidak terdapat perbedaan antara varians data 1 dan varians data 2
(homogen).
2) Hipotesis Statistik:
Ha : σP
221 ≠ σP
211
H0 : σP
221 = σP
211
3) Kriteria pengujian H0 yaitu:
a) Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima (varians dua populasi homogen)
b) Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak (varians dua populasi tidak homogen)
4) Menentukan dk pembilang (varians terbesar) dan dk penyebut (varians
terkecil)
dk1 = 27 – 1 = 26
dk2 = 27 – 1 = 26
5) Menghitung Fhitung:
F = Varian data terbesarVarian data terkecil
= 7,190
7,15
= 1,005717929 (dibulatkan menjadi 1,00)
169
Lampiran 18
6) Menghitung Ftabel:
Taraf signifikasi (∝) = 0,10
Ftabel = F1/2 ∝ R ((dk varian terbesar (n) – 1), (dk varian terkecil (n) – 1))
= F1/2, 0,10 ((27–1), (27–1))
= F0,05 (26, 26)
Dengan menggunakan tabel uji F didapat Ftabel = 1,929213 (dibulatkan
menjadi 1,93)
7) Pengujian H0:
Ternyata 1,005717929 ≤ 1,929213 atau Fhitung ≤ Ftabel, sehingga H0 diterima
(homogen)
8) Kesimpulan:
a) H0 yang berbunyi: “tidak terdapat perbedaan varians data 1 dengan
varians data 2”, diterima (homogen). Hal ini menyatakan bahwa
diantara varians data 1 (varians data pretest kelas eksperimen) dengan
varians data 2 (varians data pretest kelas kontrol) tidak menunjukan
perbedaan variasi data kelompok.
b) Sebaliknya, Ha yang berbunyi : “Terdapat perbedaan antara varians data 1
dan varians data 2” ditolak (tidak homogen)
170
Lampiran 19
DATA UJI HOMOGENITAS POSTES
No Kelas sampel dk = n-1 Varians (S2) Kesimpulan 1 Kontrol 26 17,95 Homogen 2 Eksperimen 26 27,46
Perhitungan Uji Homogenitas Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen
1) Hipotesis:
Ha : Terdapat perbedaan antara varians data 1 dan varians data 2 (tidak
homogen)
H0 : Tidak terdapat perbedaan antara varians data 1 dan varians data 2
(homogen).
2) Hipotesis Statistik:
Ha : σP
221 ≠ σP
211
H0 : σP
221 = σP
211
3) Kriteria pengujian H0 yaitu:
a) Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima (varians dua populasi homogen)
b) Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak (varians dua populasi tidak homogen)
4) Menentukan dk pembilang (varians terbesar) dan dk penyebut (varians
terkecil)
dk1 = 27 – 1 = 26
dk2 = 27 – 1 = 26
5) Menghitung Fhitung:
F = Varian data terbesarVarian data terkecil
= 27,46
17,95
= 1,5298080 = 1,53
171
Lampiran 19
6) Menghitung Ftabel:
Taraf signifikasi (∝) = 0,10
Ftabel = F1/2 ∝ R ((dk varian terbesar (n) – 1), (dk varian terkecil (n) – 1))
= F1/2, 0,10 ((27–1), (27–1))
= F0,05 (26, 26)
Dengan menggunakan tabel uji F didapat Ftabel (Mc.Exel =FINV(0,005;26;26)
= 1,929213 (dibulatkan menjadi 1,93)
7) Pengujian H0:
Ternyata 1,5298080 ≤ 1,929213 atau Fhitung ≤ Ftabel, sehingga H0 diterima
(homogen)
8) Kesimpulan:
a) H0 yang berbunyi: “tidak terdapat perbedaan varians data 1 dengan
varians data 2”, diterima (homogen). Hal ini menyatakan bahwa
diantara varians data 1 (varians data postes kelas eksperimen) dengan
varians data 2 (varians data postes kelas kontrol) tidak menunjukan
perbedaan variasi data kelompok.
b) Sebaliknya, Ha yang berbunyi : “Terdapat perbedaan antara varians data 1
dan varians data 2” ditolak (tidak homogen)
172
Lampiran 20
PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS PRETEST
No Kelompok Jumlah
sampel
Nilai
rata-
rata
Varians
(s2)
thitun
g ttabel Kesimpulan
1. Eksperimen 27 8,537 7,190 0,18 2,00 Ho diterrima
2. Kontrol 27 8,67 7,15
1) Hipotesis:
H0 :
H1 :
2) Hipotesis statistik:
H0 : 𝜇𝜇1 = 𝜇𝜇2
H1 : 𝜇𝜇1 ≠ 𝜇𝜇2
3) Uji statistik:
Karena ragam σR1 = σR2, maka:
thitung = 𝑥𝑥�1− 𝑥𝑥�2
𝑆𝑆𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔�1𝑛𝑛1
+ 1𝑛𝑛2
= 8,67−8,537
2,677� 127+
127
= 0,133
2,677√0,074
= 0,133
2,677 x 0,272
= 0,133
0,7283305
Tidak terdapat perbedaan hasil pretest antara siswa kelas eksperimen
dengan siswa kelas kontrol
Terdapat perbedaan hasil pretest antara siswa kelas eksperimen
dengan siswa kelas kontrol
𝑠𝑠𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 = �(𝑛𝑛1−1)𝑠𝑠12 + (𝑛𝑛2−1)𝑠𝑠22
𝑛𝑛1 + 𝑛𝑛2 − 2
= �(27−1) 7,15 + (27−1) 7,190
27 + 27 − 2
= �185,9 + 186,9452
= �372,8452
= √7,17 = 2,677
173
Lampiran 20
= 0,18265 (dibulatkan menjadi 0,18)
4) Menghitung ttabel:
• Taraf signifikasi (∝) = 0,05
• db = n1 + n2 – 2
= 27 + 27 – 2
= 52
Dengan menggunakan tabel nilai kritis distribusi t didapat t(0,05;52) = 2,006647 (dibulatkan menjadi 2,00)
5) Kriteria pengujian:
Karena hipotesis bersifat dua arah sehingga,
H0 diterima jika –ttabel < thitung< ttabel
H0 ditolak jika –ttabel > thitung > ttabel
6) Pengujian H0:
Ternyata 0,18265 ≤ 2,006647 atau thitung ≤ R ttabel, sehingga H0 diterima.
7) Kesimpulan:
H0 yang berbunyi: “Tidak terdapat perbedaan hasil pretest antara siswa kelas
eksperimen dengan siswa kelas kontrol”, diterima. Hipotesis menunjukan
bahwa kedua kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol pantas
dijadikan sampel penelitian, karena mewakili populasi sampel dan memiliki
kemampuan yang sama, maka kelas eksperimen dan kontrol dapat dilanjutkan
pada pemberian tindakan atau treatment.
174
Lampiran 21
PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS POSTES
No Kelas
Sampel
Jumlah
sampel
Nilai
rata-
rata
Varians
(s2) ttabel thitung Kesimpulan
1. Eksperimen 27 21,88 27,46
2,00 7,32 Ho ditolak
2. Kontrol 27 10,22 17,95
1) Hipotesis:
H0 : Tidak terdapat perbedaan keterampilan proses sains siswa antara siswa
yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran problem based
learning dengan siswa yang mendapat pembelajaran secara konvensional.
H1 : Terdapat perbedaan keterampilan proses sains siswa yang lebih baik
terhadap siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran
problem based learning dibandingkan siswa yang mendapat pembelajaran
secara konvensional.
2) Hipotesis statistik:
H0 : 𝜇𝜇1 = 𝜇𝜇2
H1 : 𝜇𝜇1 ≠ 𝜇𝜇2
3) Uji statistik:
Karena ragam σR1 = σR2, maka:
thitung = 𝑥𝑥�1− 𝑥𝑥�2
𝑆𝑆𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔�1𝑛𝑛1
+ 1𝑛𝑛2
= 27,46−17,95
4,78� 127+
127
= 9,51
4,78 √0,074
= 9,51
4,78 x 0,272
= 9,511,30
𝑠𝑠𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 = �(𝑛𝑛1−1)𝑠𝑠12 + (𝑛𝑛2−1)𝑠𝑠22
𝑛𝑛1 + 𝑛𝑛2 − 2
= �(27−1) 27,46+ (27−1)17,95
27 + 27 − 2
= �713,96 + 466,7052
= �1180,6652
= �22,705 = 4,7649 = 4,78
175
Lampiran 21
= 7,32
4) Menghitung ttabel:
• Taraf signifikasi (∝) = 0,05
• db = n1 + n2 – 2
= 27 + 27 – 2
= 52
Dengan menggunakan tabel nilai kritis distribusi t didapat t(0,05;66) = 2,006647 (dibulatkan menjadi 2,00)
5) Kriteria pengujian:
Karena hipotesis bersifat dua arah sehingga,
H0 diterima jika –ttabel < thitung< ttabel
H0 ditolak jika –ttabel > thitung > ttabel
1) Pengujian H0:
Ternyata 7,32 ≥ 2,006647 atau thitung ≥ R ttabel, sehingga H0 ditolak.
6) Kesimpulan:
H0 yang berbunyi: “Tidak terdapat perbedaan keterampilan proses sains siswa
antara siswa yang mendapat pembelajaran melalui model problem based
learning dengan siswa yang mendapat pembelajaran secara konvensional”,
ditolak. Dengan demikian penelitian ini menunjukan bahwa keterampilan
proses sains terhadap siswa yang mendapat pembelajaran model problem based
learning lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran
secara konvensional.
.
176
Lampiran 22
Validasi Ahli
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
177
Lampiran 23
Validasi Ahli
Guru Bidang Studi Kimia Madrasah Aliyah Negeri Mauk
178
Lampiran 24
179
Lampiran 24
180
Lampiran 25
181
Lampiran 25
182
Lampiran 25
183
Lampiran 25
184
Lampiran 25
185
Lampiran 25
186
Lampiran 26
187
Lampiran 26
188
Lampiran 26
189
Lampiran 26
190
Lampiran 26
191
Lampiran 26
192
Lampiran 26
193
Lampiran 26
194
Lampiran 26
195
Lampiran 27
Dokumentassi kegiatan proses belajar mengajar Kelas Kontrol dan
Eksperimen
Gambar kegiatan mengerjakan soal postest kelas eksperimen
Gambar kegiatan mengerjakan soal postest kelas kontrol
Gambar kegiatan disuksi kelas eksperimen
196