pengaruh motif khas kain tenun tradisional subahnaleetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/ayuni purnama s....

86
i i PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALE TERHADAP HARGA JUAL DI DESA SUKARARA KECAMATAN JONGGAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH Oleh: AYUNI PURNAMA S NIM. 152.145.018 JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM MATARAM 2019

Upload: phunghuong

Post on 25-Aug-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

i

i

PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALE

TERHADAP HARGA JUAL DI DESA SUKARARA

KECAMATAN JONGGAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Oleh:

AYUNI PURNAMA S NIM. 152.145.018

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM 2019

Page 2: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

ii

PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALE

TERHADAP HARGA JUAL DI DESA SUKARARA

KECAMATAN JONGGAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh: AYUNI PURNAMA S

NIM. 152.145.018

JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

MATARAM 2019

Page 3: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh Ayuni Purnama S, NIM. 152.145.018 yang berjudul

“Pengaruh Motif Khas Kain Tenun Tradisional Subahnale Terhadap Harga Jual di

Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah” telah memenuhi

syarat dan disetujui untuk di uji.

Disetujui pada tanggal, Desember 2018.

Di bawah bimbingan

Pembimbing I

Drs. Ma’ruf, SH., M.Ag

NIP:196505141997031003

Pembimbing II

Muh. Baihaqi, M.S.I NIP:197808102006041002

Page 4: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

iv

NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram, Desember 2018.

Hal : Ujian Skripsi

Yang Terhormat

Rektor UIN Mataram

di Mataram

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.

Di sampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan

koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama Mahasiswa : Ayuni Purnama S

NIM : 152.145.018

Jurusan / Prodi : Ekonomi Syari’ah

Judul :Pengaruh Motif Khas Kain Tenun Tradisional

Subahnale Terhadap Harga Jual Di Desa Sukarara

Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah

telah memenuhi syarat untuk di ajukan dalam sidang munaqasyahs skripsi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Mataram. Oleh karena itu, kami

berharap agar skripsi ini dapat segera di munaqasyahkan.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Pembimbing I

Drs. Ma’ruf, SH., M.Ag

NIP:1965505141997031003

Pembimbing II

Muh. Baihaqi, M.S.I NIP: 197808102006041002

Page 5: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

vi

PENGESAHAN

Skripsi oleh: Ayuni Purnama S, NIM: 152.145.018 dengan judul: “Pengaruh

Motif Khas Kain Tenun Tradisional Subahnale Terhadap Harga Jual di Desa

Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah”, telah dipertahankan di

depan dewan penguji Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam (FEBI) UIN Mataram pada tanggal 03 Januari 2019 untuk mencapai gelar

Sarjana Ekonomi (S.E).

Dewan Penguji

1. Ketua sidang/ Pembimbing I

Drs. Ma’ruf, SH., M. Ag NIP. 196505141997031003

(_________________)

2. Sekretaris sidang/ Pembimbing II

Muh. Baihaqi, M.S.I NIP.197808102006041002

(_________________)

3. Penguji I

Hj. Siti Nurul Khaerani, M.M. NIP.197504122003122002

(_________________)

4. Penguji II

H. Bahrur Rosyid, M.M NIP.1978102112009121002

(_________________)

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Dr. H. Ahmad Amir Azis, M.Ag NIP. 197111041997031001

Page 6: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

vii

MOTTO

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. 1

1 Al-Qur’an Al-Karim Surat Anissa Ayat 29

Page 7: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

viii

PERSEMBAHAN

“Skripsi ini saya persembahkan untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta, Subuh dan Rohati. Terimakasih untuk curahan kasih sayang, cinta, doa, dorongan, semangat dan pengorbanan tiada tara. Semoga Allah SWT membalas semua pengorbanan Ayahanda dan Ibunda, Suamiku tercinta (Suherman, S.Pd.I) , adik-adik ku tercinta (M. Azis Firdaus dan M. yazil Firmansyah), seluruh keluarga besarku terimakasih atas doa dan senyum semangat dari kalian. dan teman-teman seperjuangan ES A canda tawa kalian, serta Almamaterku UIN Mataram tercinta”

Page 8: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah, Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan dan kesempatan serta nikmat-Nya kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kepada Rasulullah, Nabi Muhammad SAW sang pembawa

kebenaran, perombak kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan.

Selama penyusunan Skripsi ini banyak sekali kesulitan dan hambatan yang

penulis hadapi. Akan tetapi, atas bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak

akhirnya Skripsi ini dapat penulis selesaikan walaupun jauh dari kesempurnaan.

Oleh sebab itu, maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya

kepada pihak yang telah memberikan bimbangan dan motivasi kepada penulis

dalam menyelesaikan proposal ini. Adapun ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada:

1. Bapak Drs. Ma’ruf, SH., M.Ag selaku pembimbing I dan Bapak Muh.

Baihaqi, M.S.I, selaku pembimbing II yang sabar memberikan saran,

bimbingan dan pengarahan selama penyusunan Skripsi ini, sehingga bisa

terselesaikan.

2. Bapak, H. Bahrur Rosyid, M.M selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syari’ah

(UIN) Mataram.

3. Bapak Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam UIN Mataram.

Page 9: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

x

4. Bapak Dr. H. Mutawali, M.Ag.selaku Rektor UIN Mataram.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ekonomi Syari’ah ilmu dan bimbingan yang

telah diberikan serta seluruh civitas Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam UIN Mataram.

6. Almamaterku tercinta UIN Mataram

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih kurang sempurna.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis khusunya.Amiin.

Mataram, 27 Desember 2018 Penulis, Ayuni Purnama S

Page 10: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................. iii

NOTA DINAS .............................................................................................. iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... v

PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

ABSTRAK ................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL........................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ....................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 5

1. Manfaat Teoritis ....................................................... 5

2. Manfaat Praktis ........................................................ 5

D. Definisi Operasional........................................................ 5

1. Pengertian Kain Tenun .............................................. 6

2. Motif Kain Tenun ...................................................... 6

Page 11: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

xii

3. Harga Jual ................................................................. 6

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka ................................................................. 8

B. Krangka Berfikir ............................................................. 9

1. Pengertian Kain Tenun .............................................. 9

2. Motif Kain Tenun ...................................................... 10

3. Harga Jual .................................................................. 10

C. Hipotesis penelitian ......................................................... 15

BAB 1II METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 17

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian...................................... 17

B. Populasi dan Sampel ....................................................... 17

1. Populasi .................................................................... 17

2. Sampel ....................................................................... 18

C. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................ 19

1. Waktu Penelitian ....................................................... 19

2. Tempat Penenlitian ................................................... 19

D. Variabel Penenlitian ....................................................... 20

1. Variabel Dependen ................................................... 20

2. Variabel Independen ................................................ 20

E. Desain Penenlitian .......................................................... 20

F. Instrumen atau dan Bahan Penenlitian ........................... 22

G. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 23

1. Observasi .................................................................. 23

Page 12: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

xiii

2. Angket ...................................................................... 24

3. Dokumentasi ............................................................ 24

H. Teknik Analisis Data ...................................................... 25

1. Uji Validasi dan Uji Reabilitas ................................ 25

2. Uji Hipotesis ............................................................. 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................. 30

A. Hasil Penelitian .............................................................. 30

1. Deskripsi dan Hasil Penelitian ................................. 30

2. Deskripsi variabel Penelitian..................................... 38

B. Pembahasan ..................................................................... 59

BAB V PENUTUP ............................................................................ 66

A. Kesimpulan .................................................................... 66

B. Saran ............................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

xiv

PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONALSUBAHNALE

TERHADAP HARGA JUAL DI DESA SUKARARA KECAMATAN

JONGGAT KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Oleh : AYUNI PURNAMA S

152.145.018

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Motif Khas Kain Tenun Tradisional Subahnale terhadap harga jual di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian yang dilakukan ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan ex post facto. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang kain tenun yang berjumlah 100 pedagang. Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan random sampling dimana cara pengambilan sampel secara acak.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, metode angket, dan metode dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan kolerasi product moment pearson. Di peroleh nilai rhitung = 0.801 dan rtabel 0.2960 pada taraf signifikan 5% dan uji t diperoleh nilai thitung = 2.269 dan ttabel 0.05 pada tarf signifikan 5%. Hal ini membuktikan bahwa thitung ≥ ttabel

dengan demikian thitung ≥ ttabel (2.269 ≥ 0.05) dan analisis regresi sederhana diperoleh sebesar Y = 10.308 + 0.335 X.

Kata Kunci : Motif khas kain Tenun dan Harga Jual

Page 14: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki berbagai macam corak kain tradisional, masing-

masing etnik memiliki jenis kain tradisionalnya. Jenis-jenis ini

memperlihatkan betapa kayanya hasil kreativitas negeri ini yang memiliki

aneka ragam suku bangsa. Variasi kain dari segi bahan pembuatan sampai

ragam hiasnya bernilai seni yang tinggi. Kekayaan ini telah menjadi rebutan

bangsa-bangsa lain sejak dahulu, seperti halnya kain jenis batik yang diklaim

bangsa lain, sehingga mesti diperjuangkan kembali oleh negara kita untuk

kembali diakui bahwa batik merupakan warisan tradisi leluhur bangsa

Indonesia sebagaimana telah diakui lembaga dunia.2

Pulau Lombok merupakan pulau yang memiliki keindahan dan

beraneka ragam kekayaan obyek wisata alam, seni budaya serta kerajinan

tangan tradisional yang sangat mengagumkan. diantaranya adalah kerajinan

tenun tradisional atau "songket". Kain Tenun adalah seni tradisional Pulau

Lombok yang memiliki keindahan yang unik dan berbeda. Desa Sukarare

merupakan desa sadar wisata tenunan yang ada di Lombok, selain Desa Sade

dan Desa Banyumulek. Sukarare terletak di Kecamatan Jonggat Kabupaten

Lombok Tengah.

2Sumolang Steven, “Kain Tenun Tradisional “Kofo” Di Sangihe” (Jakarta: Direktorat

Tradisi, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011), cet. Ke-1, hlm.7.

1

Page 15: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

2

Sukarara adalah sebuah desa yang terkenal dengan kerajinan tenun

tradisional atau songket. Sebagian besar perempuan yang tinggal di desa ini

bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para orang tua sudah

mengajarkan atau mewariskan kerajinan tenunnya kepada anak

perempuannya sehingga kerajinan tenun masih tetap ada hingga sekarang.3

Berdasarkan wawancara dengan salah satu pedagang di sukarara yaitu

Bapak Naf mengatakan bahwa, para penenun mengalami kesulitan dalam

pembuatan kain tenun khas sukarara disebabkan motifnya yang begitu rumit

dan untuk menyelesaikannya membutuhkan waktu yang lama. Uniknya, di

setiap desa tersebut, para kaum perempuannya di wajibkan untuk bisa

menenun, atau dalam bahasa Sasak disebut nyesek. Kemahiran dalam

menenun ini wajib karena dijadikan syarat pernikahan.4

Hasil tenunan khas Sukarara adalah Sarung Songket. Biasanya sarung

tersebut digunakan pada saat upacara adat, seperti pesat besar atau begawe

beleq. Ciri khas tenunan dari desa Sukarara ini adalah tenunan memakai

benang emas, desa ini telah dikenal menjadi salah satu obyek wisata yang

banyak dikunjungi oleh para tamu nusantara maupun mancanegara.

Di sepanjang jalan desa ini banyak toko-toko yang menjual kain tenun

dari desa setempat maupun dari desa sekitarnya. Para wanita di desa dengan

pakaian adat sasak selalu siap mendemontrasikan ketrampilan mereka.

Namun selain kain songket yang dikenal saat ini ternyata banyak wanita yang

3Efendi Norman, Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat,

Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat”, Vol 7 Nomor 1, Maret 2017, hlm.77. 4Naf, Wawancara, Sukarara, 7 April 2018.

Page 16: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

3

masih melakukan kegiatan menenun ini dengan cara tradisional atau klasik.

Disamping untuk menjaga adat istiadat juga sebagai daya tarik wisata.

Pembuatan kain tenun cara klasik atau tradisional ini adalah dari sejak

mempersiapkan pembuatan benang serta pembuatan zat warna. Pembuatan

benang secara tradisional dengan menggunakan pemberat yang diputar-putar

dengan jari-jari tangan, pemberat tersebut berbentuk seperti gasing terbuat

dari kayu atau terakota. Bahan membuat benang selain kapas, kulit kayu,

serat pisang, serat nanas, daun palem dan sebagainya. Pembuatan zat

warnanya terdiri dari dua warna biru dan merah. Warna biru didapatkan dari

indigo atau Mirinda Citrifonela atau mengkudu. Selain itu ada pewarna dari

tumbuhan lain seperti kesumba (sono keling), yang pasti masih sangat kuno.5

Di Desa Sukarara ini, pada awalnya hanya para wanita yang bekerja

sebagai penenun, karena terdapat sebuah mitos bahwa apabila kaum pria

mengerjakan tenenunan, maka pria tersebut akan mandul. Namun lambat laun

mitos itu mulai ditinggalkan. Dan pada saat sekarang, dan beberapa pria yang

juga bekerja sebagai penenun. Biasanya, para pria mengerjakan Tenunan ikat,

sementara kaum wanita mengerjakan Tenunan Songket.6

Ada bermacam bahan dasar yang dibuat menjadi kain tenun. Seperti

benang katun, nilon, sutra, benang perak dan benang mersis yang di

datangkan dari luar Pulau Lombok. Sedangkan untuk bahan pewarna,

masyarakat Desa Sukarara masih menggunakan pewarna alami. Seperti kulit

kayu mahoni, biji buah asam, daun sirih, dan kunyit. Namun mereka juga

5Sudarman Agus, “KainTenun Songket Sukarara”, dalamhttp//www.ditpertais.net/artikel/amin01, diakses tanggal 10 April 2018, Pukul 11.30.

6 Naf, Wawancara, Sukarara, 7 Mei 2018

Page 17: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

4

menggunakan benang yang sudah berwarna, untuk tenunan warna-warna

tertentu.7

Berbagai macam motif terdapat di Desa Sukarara sebanyak 13 motif.

Namun motif yang paling disukai dan menjadi ikon desa ini adalah motif

“Subahnale”.8 Dalam jual beli kain tenun tradisional, motif kain tenun sangat

menentukan harga. Semakin bagus bentuk motifnya maka harganya semakin

mahal.

Permasalahan yang terjadi di sukarara adalah yang pertama pembuatan

motifnya yang begitu rumit,waktu yang dibutuhkan sangat lama dan biaya

yang banyak karena motif yang menggunakan benang emas membutuhkan

biaya yang banyak.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul: Pengaruh Motif Khas Kain Tenun Tradisional

Subahnale Terhadap Harga Jual Di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat

Kabupaten Lombok Tengah.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam suatu penelitian harus jelas, hal ini

untuk menghindari meluasnya masalah yang dibahas. Dalam penelitian ini

permasalahan hanya dibatasi atau terfokus pada Pengaruh Motif Khas Kain

Tenun Tradisional Subahnale Terhadap Harga Jual di Desa Sukarara

Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Berdasarkan latar

7 Sudarman Agus, “KainTenun Songket Sukarara”,

dalamhttp//www.ditpertais.net/artikel/amin01, diakses tanggal 10 April 2018, Pukul 11.30 8 Efendi Norman, Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok

Tengah, Nusa Tenggara Barat”, Vol 7 Nomor 1, Maret 2017, hlm.78.

Page 18: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

5

belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang diangkat dari

penelitian ini adalah: Apakah Motif khas Kain Tenun Tradisional Subahnale

Berpengaruh Terhadap Harga Jual di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat

Kabupaten Lombok Tengah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Motif Khas

Kain Tenun Tradisional Subahnale Terhadap Harga Jual Di Desa Sukarara

Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.

Adapun secara garis besar manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu

manfaat yang bersifat teoretis dan manfaat yang bersifat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi perkembangan

ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan motif kain tenun

teradisional dalam harga jual.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi bagi para penenun bahwa pentinganya

meningkatkan motif kain tenun tradisional terhadap peningkatan

harga jual.

b. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai motif kain tenun

tradisional.

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dari pembaca, peneliti perlu

menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul di atas yakni:

Page 19: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

6

1. Pengertian Kain Tenun Tradisional

a. Kain Tenun Tradisional

Menurut Ali kain tenun merupakan hasil kerajinan yang berupa

bahan atau kain yang dibuat dari benang (kapas, serat, sutera) dengan

menggunakan pakan secara melintang pada lungsi.9 Penjelasan ini di

pertegas dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia yaitu:

Tenun adalah bahan kerajinan berupa bahan kain yang dibuat dari benang serat, kapas, sutera. Dengan cara memasukkan pakan secara melintang pada lungsi dua kelompok benang yang membujur disebut lungsi, sedangkan benang yang melintang disebut pakan.10

2. Motif Kain Tenun

Di dalam kain tenun tradisional terdapat berbagai macam motif kain

tenun, akan tetapi yang menjadi fokus peneliti adalah motif Subahnale.

a. Motif Subahnale

Konon dulu ada seorang penenun yang merasa puas dengan

hasil tenunannya, kemudian mengucapkan kalimat “Subhanallah“

yang artinya Maha Suci Allah. Motif subahnale mempunyai makna

keikhlasan dan kesabaran, serta bentuk berserah diri kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

3. Harga Jual

Menurut Hansen dan Mowen mendefinisikan, harga jual adalah

jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli

9Ali, “KBBI”dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, et.al. (ed),Ensiklopedia Nasional

Indonesia, Jilid 16, (Jakarta: PTCipta Adi Pustaka, 1998), hlm. 104. 10Ibid.hlm. 242.

Page 20: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

7

atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan.11 Harga

jual merupakan harga yang dibebankan pada penerima barang (pembeli)

kemudian biaya ditentukan kepada berbagai jenis jasa yang

ditawarkan.12Harga jual adalah harga yang ditetapkan oleh produsen

kepada konsumen atas barang dan jasa yang diperolehnya senilai biaya

produksi ditambah dengan keuntungan yang diharapkan oleh produsen.

11Mulyadi, “Pengertian Harga Jual dan Metode Menentukan Harga

Jual”,dalamhttps://jalurbaru.blogspot.com, diaksestanggal 17April 2018, pukul 12.17. 12 Kasmir, Pemasaran Bank. (Jakarta: Prenada Media, 2005).hlm.152.

Page 21: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka ini peneliti mencoba mengemukakan dari isi

skripsi terdahulu yang membahas kain tenun tradisional.

1. Mardiyanti. Kain Tenun Tradisional Dusun Sade, Desa Rembitan

Pujut Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat Tahun 2016. Hasil

penelitian terdahulu lebih fokus pada makna simbolis dan nilai fungsi

yang terdapat pada kain tenun tradisional di dusun sade. Perbedaan

penelitian ini terletak pada fokus dan tempat yang diteliti antara Dusun

Sade dengan Desa Sukarare. Jika penelitian Mardiyanti lebih

menekankan pada makna simbol dan nilai fungsi, sedangkan peneliti

lebih fokus pada pengaruh motif khas kain tenun tradisional terhadap

penentuan harga jual di desa sukarara kec. Jonggat Kabupaten Lombok

Tengah.13

2. Darmawan. Pelaksanaan Produksi Tenun Songket Di Desa Sukarara

Dalam Memenuhi Kebutuhan Pendapatan Masyarakat UNIZAR

Tahun 2007. Hasil penelitian terdahulu lebih fokus pada permasalahan

tentang bagaimana menganalisis produksi kain tenun songket di Desa

Sukarara. Sedangkan peneliti lebih fokus pada pengaruh motif khas

13 Mardiyanti, Kain Tenun Tradisional Dusun Sade, Desa Rembitan Pujut Lombok

Tengah Nusa Tenggara Barat (Skripsi, FBS UNY, Yogyakarta, 2016)

8

Page 22: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

9

kain tenun tradisional terhadap penentuan harga jual di desa sukarara

kec. Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.14

3. Lisyawati Nurcahyani. Strategi Pengembangan Produk Kain Tenun

Ikat Sintang. Hasil penelitian terdahulu lebih fokus pada permasalahan

tentang strategi pengembangan, ragam hias dan kain tenun ikat

sintang. Perbedaan penelitian ini terletak pada fokus dan tempat yang

diteliti antara Balai Pelestarian Nilai budaya Kalimantan dengan

Sukarara. Jika peneliti Lisyawati Nurcahyani lebih menekankan pada

strategi pengembangan, ragam hias dan kain tenun ikat, sedangkan

peneliti lebih fokus pada pengaruh motif khas kain tenun tradisional

subahnale terhadap harga jual di desa sukarara kecamatan jonggat

kabupaten Lombok tengah.15

B. Kerangka Berfikir

1. Pengertian Kain Tenun

Menurut Ali dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia) tenun

merupakan hasil kerajinan yang berupa bahan atau kain yang dibuat dari

benang (kapas, serat, sutera) dengan menggunakan pakan secara melintang

pada lungsi.16

Dalam pendapat Budiyono mengungkapkan bahwa tenun merupakan

teknik dalam pembuatan kain yang dibuat dengan azaz (prinsip) yang

14 Darmawan, Pelaksanaan Produksi Tenun Songket di Desa Sukarara dalam Memenuhi

Kebutuhan Pendapatan Masyarakat (skripsi UNIZAR, 2007). 15 Lisyawati Nurcahyani, Strategi Pengembangan Produk Kain Tenun Ikat Sintang

(skripsi Balai Pelestarian Nilai Kebudayaan Kalimantan, 2018). 16Ali, “KBBI”dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, et.al. (ed),Ensiklopedia Nasional

Indonesia, Jilid 16, (Jakarta: PTCipta Adi Pustaka, 1998), hlm. 104.

Page 23: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

10

sederhana yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan

melintang.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tenun adalah kain

yang dibuat dari benang kapas, sutera yang terjadi diselembaran kain

dengan proses persilangan benang-benang memanjang (lungsi) dan

melebar (pakan) berdasar suatu pola tertentu dengan bantuan alat tenun.

2. Motif Kain Tenun

Di dalam kain tenun tradisional terdapat berbagai macam motif kain,

akan tetapi yang menjadi fokus peneliti adalah motif subahnale.

a. Motif Subahnale

Konon dulu ada seorang penenun yang merasa puas dengan hasil

tenunannya, kemudian mengucapkan kalimat “Subhanallah“ yang

artinya Maha Suci Allah. Motif subhanale mempunyai makna

keikhlasan dan kesabaran, serta bentuk berserah diri kepada Tuhan

Yang Maha Esa.17

3. Harga Jual

a. Pengertian Harga

Harga dalam ekonomi termasuk salah satu unsur bauran

pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Harga dalam bahasa

inggris dikenal sebagai price, sedangkan dalam bahasa arab berasal

dari kata tsaman atau si’ru yakni nilai sesuatu dan harga yang terjadi

suka sama suka (an-taradin) pemakaian kata tsaman lebih umum

17 Usri Indah Handayani, dkk, Kain Songket Lombok (Departemen Pendidikan Nasional Kantor Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Nusa Tenggara Barat, 2000), hlm. 21

Page 24: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

11

daripada kata qimah yang menunjukkan harga ril yang telah

disepakati. Sedangkan si’ru adalah harga ditetapkan untuk barang

dagangan.18

Harga dalam teori ekonomi islam, tidak berbeda dengan ekonomi

konvensional, harga di tentukan oleh keseimbangan permintaan dan

penawaran. Keseimbangan ini terjadi bila antara penjual dan pembeli

bersikap saling merelakan. Teori harga dalam analisi ekonomi mikro

tersirat dalam tulisan-tulisan Ibnu Taimiyyah (1263-1328). Ibnu

Taimiyyah menjelaskan tsaman mitsli merupakan harga yang

terbentuk dari kekuatan permintaan dan penawaran.19

Pendapatnya itu merujuk pada sabda Rasulullah Saw.,

“menetapkan harga terlalu tinggi terhadap orang yang tak sadar adalah

riba” (ghaban al-mustarsil riba). System ekonomi Islam menganut

prinsip pasarbebas dan pasar persaingan sempurna. Persaingan sehat

disini bukan persaingan sempurna dalam arti modern sekarang, tetapi

persaiangan yang bebas dari spekulasi, penimbunan, penyeludupan,

dan lain-lain.

b. Penetapan Harga Menurut Para Ulama Fiqih

Islam sangat konsen pada masalah keseimbangan harga, terutama

pada bagaimana peran Negara dalam mewujudkan kestabilan harga

dan bagaimana mengatasi masalah ketidakstabilan harga. Para ulama

berbeda pendapat mengenai boleh tidaknya Negara menetapkan harga.

18 Rozalinda, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers 2014), hlm. 154 19 Ibid,160

Page 25: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

12

Sebagian ulama menolak peran Negara untuk menetapkan

harga, sebagian ulama lain membenarkan Negara untuk menetapkan

harga. Perbedaan pendapat ini berdasarkan adanya hadist yang

diriwayatkan oleh anas sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu.

Yang artinya “sesungguhnya Allah yang maha penetap harga, yang

menyempitkan dan melapangkan serta pemberi rezeki.20

Ulama Zahiriyah sebagian ulama Malikiyah sebagian ulama

Syafiiyah sebagian ulama Hanabilah dan imam Asy-Syaukani

menyatakan berdasarkan hadist ini dalam kondisi apapun penentapan

harga oleh pemerintah tidak dapat dibenakan, jika dilakukan

hukumnya haram. Pematokan harga merupakan suatu kezaliman.

Menurut mereka, baik harga itu melonjak tinggi yang disebabkan oleh

tingginya permintaan, maupun ulah spekulan maupun faktor alam,

segala bentuk camour tangan pemerintah dalam penetapan harga tidak

diperbolehkan.

Ibnu Qudhamah al-Maqdisi, salah seorang pemikir terkenal

dari mazhab hambali berpendapat, pemerintah tidak memeliki

wewenang untuk menetapkan harga bagi penduduk, penduduk boleh

menjual barang mereka dengan harga berapa pun mereka sukai.

Madzahab hambali dan syafi’i menyatakan bahwa Negara tidak

mempunyai hak untuk menetapkan harga. Dalil yang dijadikan

pegangan adalah hadist riwayat anas ibnu malik di atas. Menurut

20 Ibid,169

Page 26: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

13

madzahab Maliki, jika terjadi harga yang terjadi di pasar dan sesorang

menetapkan harga yang lebih tinggi dari harga yang sebenarnya,

perbuatan meraka itu harus dihentikan.21

c. Pengertian Harga Jual

Menurut Hansen dan Mowen mendefinisikan, harga jual

adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada

pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau

diserahkan.22 Harga jual adalah harga yang ditetapkan oleh produsen

kepada konsumen atas barang dan jasa yang diperolehnya senilai

biaya produksi ditambah dengan keuntungan yang diharapkan oleh

produsen.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa harga jual adalah jumlah moneter yang

dibebankan oleh produsen kepada konsumen atas barang dan atau jasa

yang diperolehnya senilai biaya produksi ditambah dengan

keuntungan yang diharapkan oleh produsen.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga jual, diantaranya:

1) Faktor biaya

2) Faktor bukan biaya

3) Keadaan prekonomian

4) Permintaan dan penawaran pasar

21 Ibid, 170 22Mulyadi, “Pengertian Harga Jual dan Metode Menentukan Harga

Jual”,dalamhttps://jalurbaru.blogspot.com, diaksestanggal 17April 2018, pukul 12.17.

Page 27: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

14

5) Elastisitas permintaan

6) Citra atau kesan masyarakat

e. Metode penentuan harga jual

Menurut Herman ada beberapa metode penetapan harga (methods

of price determination) yang dapat dilakukan budgeter dalam

perusahaan, yaitu:

1) Metode Taksiran

Metode taksiran (judgemental method), metode ini biasa

digunakan oleh perusahaan yang baru saja berdiri karena dilakukan

dengan menggunakan prediksi tanpa menggunakan data statistik.

Oleh karena itu kekurangan dari metode ini adalah tingkat

keakuratan prediksi sangat rendah.

2) Metode Berbasis Pasar

Harga pasar saat ini (current market price), metode ini dipakai

apabila perusahaan mengeluarkan produk baru, yaitu hasil

modifikasi dari produk yang lama. Perusahaan akan menetapkan

produk baru tersebut seharga dengan produk yang lama.

Penggunaan metode ini murah dan cepat.Harga pesaing (competitor

price), metode ini menetapkan harga produknya dengan

mereplikasi langsung harga produk perusahaan saingannya untuk

produk yang sama atau berkaitan. Harga pasar yang disesuaikan

(adjusted current markerprice), penyesuaian dapat dilakukan

berdasarkan pada faktor eksternal dan internal. Dengan metode ini,

Page 28: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

15

perusahaan mengidentifikasi harga pasar yang berlaku pada saat

penyiapan anggaran dengan melakukan survey pasar atau

memperoleh data sekunder.

3) Metode Berbasis Biaya

Biaya penuh plus tambahan tertentu (full cost plus mark-

up), dalam metode ini budgeter harus mengetahui berapa proyeksi

full cost untuk produk tertentu. Full cost adalah seluruh biaya yang

dikeluarkan dan atau dibebankan sejak bahan baku mulai diproses

sampai produk jadi siap untuk dijual. Hasil penjumlahan antara full

cost dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (required

profitmargin) yang ditentukan oleh direktur pemasaran atau

personalia yang diberikan wewenang dalam penetapan harga, akan

membentuk proyeksi harga untuk produk itu pada tahun anggaran

mendatang.

C. Hipotesis Penelitian

Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai dua kata

“hupo” (sementara) dan “thesis” (pernyataan atau teori). Karena hipotesis

merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka

perlu diuji kebenarannya. Kemudian para ahli menafsirkan arti hipotesisi

adalah dugaan terhadap hubungan anata dua variable atau lebih. Atas dasar

definisi tersebut dapat diartikan bahwa hipotesisi adalah jawaban atau dugaan

Page 29: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

16

sementara yang harus diuji kebenarannya.23 Hipotesis dibedakan menjadi

beberapa bentuk, yaitu: 24

1. Hipotesis Nol (HO) : Hipotesis yang bersifat netral atau dapat juga

didefinisiskan suatu pernyataan tentang parameter yang bertentangan

dengan keyakinan penelitian.

2. Hipotesis Alternatif (HA) : Merupakan hipotesis anggapan dasar

penelitian terhadap suatu masalah yang sedang dikasi bersifat tidak

netral..

Berdasarkan kajian teoretis dan hasil-hasil penelitian di atas yang

sudah dilakukan maka adapun hipotesis penelitian dalam penelitian ini

adalah :

1. Ha: “Ada Pengaruh yang Positif antara Motif Khas Kain Tenun

Tradisional terhadap Penentuan Harga Jual di Desa Sukakara, Jonggat

Lombok Tengah”.

2. Ho: “Tidak Ada Pengaruh yang Positif antara Motif Khas Kain Tenun

Tradisional terhadap Penentuan Harga Jual di Desa Sukakara, Jonggat

Lombok Tengah”.

23 Syofian Siregar, M.M, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hlm. 65

24 Ibid, hlm. 89

Page 30: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kuantitatif dimana penelitian kuantitatif adalah suatu strategi pemecahan

masalah dalam penelitian dengan menggunakan analisis statistik berdasarkan

data kuantitatif yang dikumpulkan melalui angket atau quasioner dari subjek

penelitian.25

Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ex post facto di

mana pendekatan ex post facto merupakan pendekatan yang digunakan untuk

meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan

oleh peneliti.26 Sedangkan analisis statistik yang digunakan adalah analisis

regresi. Peneliti menggunakan analisis ini adalah untuk mempelajari

bagaimana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulanya.27 Populasi

itu merupakan keseluruhan atau himpunan semua individu atau benda yang

25Zuldafrial, Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta: Media Perkasa, 2012), hlm. 4. 26Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2016), hlm. 55. 27Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, (Bandung: Alfabeta, 2014),

hlm. 80.

17

Page 31: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

18

menjadi sasaran atau objek yang dituju dalam penelitian atau yang akan

menjadi bahan pembicaraan dalam melakukan penelitian.

Adapun yang dimaksud populasi disini adalah seluruh penjual yang

ada di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah yang

berjumlah 100 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan

dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu. Bila menentukan data yang akan diteliti teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan Non probability

sampling yaitu dengan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel.28

Untuk menentukan ukuran sampel, dilakukan pengambilan sampel

dengan menggunakan rumus:29

Keterangan:

n= Jumlah Sampel

28 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta. 2009.

hlm. 84. 29 Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif,(Jakarta: Rajawali

Pers. 2008), hlm.181

Page 32: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

19

N = Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan

Jumlah populasi adalah 100 dan tingkat kesalahan yang dikehendaki

adalah 15%, penulis menggunakan tingkat kesalahan 15% agar penulis

mudah dalam melakukan perhitungan dalam penelitian, maka jumlah

sampel yang digunakan adalah:

maka:

=

( )

=

=

= 30, 7692307692 (dibulatkan menjadi 30).

Sehingga jumlah sampel penelitian ini ditentukan sebesar 30

orang

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2018.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat

Kabupaten Lombok Tengah. Peneliti memilih tempat ini sebagai lokasi

penelitian karena di Desa ini khususnya pedagang terdapat masalah yang

peneliti angkat menjadi sebuah judul. Selain itu, lokasi ini merupakan

Page 33: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

20

tempat yang mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mempermudah

melakukan penelitian.

D. Variabel Penelitian

Hach dan Farady dalam Sugiono mendefinisikan variabel adalah sebagai

atribut dari seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang

dengan orang lain atau satu objek dengan objek yang lainya.30 Jadi variabel

adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulanya.

Berdasarkan pendahuluan dan rumusan masalah yang telah dibentuk

maka Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat karena adanya variabel independen (bebas). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah motif khas kain tenun tradisional.

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.31 Adapun

variabel independen dalam penelitian ini adalah harga jual.

E. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Oleh karena itu penelitian yang

30Ibid., hlm. 38. 31 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta.

2009, hlm. 39

Page 34: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

21

berjudul pengaruh motif khas kain tenun terhadap penentuan harga jual ini

menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan untuk menganalisis data

yang sudah terkumpul menggunakan statistik analisis regresi. Pada umumnya

peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari

keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam

koefisien korelasi. Karena penelitian ini bersifat kuantitatif, maka data dan

informasi akan bersifat kuantitatif juga. Oleh karna itu diperlukan perhitungan

yang memerlukan angka dengan menggunakan analisis statistik.

Mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti. Langkah–

langkah ini erat sekali hubungannya dengan data yang akan di kumpulkan,

untuk memperoleh data dalam penelitian ini peneliti menggunakan sebuah

angket dan dokumentasi. Dimana angket terdiri dari motif khas kain tenun dan

penentuan harga jual. Dokumentasi untuk mendapatkan data penjual dan

pengambilan gambar saat menenun dan pengisian angket. Yang akan di

analisis dalam penelitian ini adalah angket motif khas kain tenun dan harga

jual.

Data yang terkumpul kemudian dianalisisyaitu analisis uji prasarat dan

analisis hipotesis dengan menggunakan rumus regresi sederhana untuk

mengetahui hipotesis yaitu: Terdapat Pengaruh Motif Khas Kain Tenun

Terhadap Harga Jual di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten

Lombok Tengah.

Page 35: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

22

F. Instrumen atau Alat dan Bahan Penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya mudah dan hasilnya lebih baik, dalam

arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah.32

Instrumen yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah berupa

butir- butir soal dalam angket yang sesuai dengan masing-masing indikator

untuk mengukur motif khas kain tenun dan penentuan harga jual. Adapun

skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dimana skala likert

adalah skala yang yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.33

Berikut ini skor jawaban pengukuran skala likert yang diambil dari buku:

Sugiono

Tabel 1.1

Kriteria penskoran angket

Alternatif Jawaban Skor Jawaban

Sangat setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

32Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 160.

33Sugiono, Metode..., hlm. 93.

Page 36: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

23

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses penngumpulan data primer dan

sekunder dalam suatu penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang

sangat penting, karena data yang dikumpulkan akan digunakan untuk pemecahan

masalah yang sedang diteliti atau untuk menguji hipotesisi yang telah

dirumuskan.34 Untuk memperoleh data yang dikehendaki sesuai dengan

permasalahan dalam skripsi ini, maka penulis menggunakan metode sebagai

berikut :

1. Observasi

Metode observasi atau pengamatan langsung adalah metode

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat

secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki.35 Observasi adalah metode

pengumpulan data dengan penggunaan pancaindra kita untuk mendapatkan

data.

Adapun metode observasi yang digunakan peneliti adalah observasi

kegiatan pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung

terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan

penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek

penelitian tersebut. Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan

pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian khususnya di Desa

Sukarara Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.

34 Ir. Syofian Siregar, M.M. “Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif” (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2013) hlm. 39 35Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT . Reamaja Rosda

karya, 2007),hlm.174

Page 37: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

24

2. Angket

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan

data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung berta nya jawab dengan

responden).36Angket merupakan alat pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian dengan teknik komunikasi tidak langsung dengan sumber

data. Dalam angket komunikasi dilakukan secara tertulis. Data yang akan

dikumpulkan dijabarkan dalam bentuk pertanyaan secara tertulis dan

responden memberi jawaban secara tertulis juga.37

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data data mengenai motif khas

kain tenun terhadap penentuan harga jual.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, artinya barang-barang

tertulis. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan

mencatat data-data yang sudah ada.38 Dalam upaya mengumpulkan data

dengan cara dokumentasi peneliti menelusuri berbagai macam dokumen

antara lain buku, majalah, koran, notulen rapat, peraturan-peraturan dan

sumber informasi lain.39

Dalam hal ini peneliti memanfaatkan arsip atau data-data yang berkaitan

dengan motif khas kain tenun, seperti buku, jurnal yang berhubungan

dengan motif khas kain tenun.

36Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2016), hlm. 219. 37Zuldafrial, Penelitian…, hlm. 50. 38Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Penerbit SIC, 2001), hlm.

103 39Sandjaja dan Albertus Heriyanto, panduan penelitian, hlm. 146.

Page 38: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

25

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Validasi dan Uji Reliabilitas

a. Uji Validasi

Uji validasi adalah suatu data yang dapat dipercaya kebenarannya

sesuai dengan kenyataan. Untuk mengukur keampuhan instrument

penelitian, peneliti menggunakan uji validitas konstruk yakni yang

berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur

pengertian suatu konsep yang diukurnya.40 Uji validitas dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis, yang

menghitung koefisiensi korelasi antara skor item dengan skor

totalnya, dengan menggunakan prosedur statistik person’s product

moment correlation. Biasanya syarat minimum yang dapat memenuhi

syarat adalah r > 0,3. Sehingga apabila korelasi dengan skor total

kurang dari 0,3 maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak

valid.

Rumus yang digunakan untuk uji validitas konstruk dengan teknik

korelasi product moment adalah:41 Berikut ini perhitungan korelasi

yang digunakan untuk melakukan uji validitas sebagai berikut:

∑ (∑ )(∑ )

√ *∑ (∑ )* ∑ (∑ )+

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

40Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis,Edisi Kedua (Jakarta:

Rajawali Pers,2011), hlm. 47 41 Ibid,77

Page 39: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

26

∑x = Jumlah nilai dari skor butir

∑y = Jumlah nilai dari skor total

N = Jumlah subyek

∑xy = Jumlah perkalian skor butir dengan skor total

∑x2 =Jumlah kuadrat dari skor butir

∑y2 = Jumlah kuadrat dari skor total

Untuk mendapatkan data yang akurat, pengolahan data dilakukan

dengan bantuan program Microsoft Excel 2010.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil

konsistensi alat ukur yang biasanyan menggunakan kuesioner, apabila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama

dengan menggunakan alat pengukura yang sama pula.42Intinya adalah

untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai dapat diandalkan dan

dipercaya.

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengukur

reliabilitas suatu instrument penelitian, tergantung dari skala yang

digunakan.43 Dalam penelitian ini, teknik untuk mengukur reliabilitas

instrument penelitian adalah dengan menggunakan teknik Alpha

Cronbach, kriteria suatu instrument penelitian dikatakan reliabel

dengan menggunakan teknik ini bila koefisien reliabilitas (r11 ) > 0,60.

Rumus cronbach alpha adalah sebagai berikut:

42 Ibid, hlm. 55 43 Ibid, hlm. 57

Page 40: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

27

( )

Keterangan :

r = Rata-rata korelasi antar item

k = Jumlah item

untuk memudahkan penelitian, pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS versi 16.0 (Statistical

Program for Sosial Science).

Tabel 2.1

Kriteria Reliabilitas

Harga r Keterangan

0,00-0,20

0,21-0,40

0,41-0,60

0,61-0,80

0,81-1,00

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

2. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi adalah salah satu analisis data statistik yang

memanfaatkan hubungan antara dua variabel, yaitu variabel

independen dan variabel dependen untuk memperoleh suatu

persamaan regresi. Dalam penelitian ini persamaan regresi yang

diperoleh dapat digunakan untuk melihat sejauh mana motif khas kain

Page 41: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

28

tenun dalam mempengaruhi harga jual. Dalam hal ini peneliti

menggunakan analisis regresi linier sederhana yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh atau tingkat keefektifan variabel independen

(Motif Khas) terhadap suatu variabel dependen (Harga Jual).

Regresi linier sederhana adalah regresi linier yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh dari variabel bebas (independent Variable)

terhadap variabel terikat (dependent variable), atau dengan kata lain

untuk mengetahui seberapa jauh perubahan variabel bebas dalam

mempengaruhi variabel terikat. Dalam analisis regresi sederhana,

pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel bebas (Y), dapat dilihat

dari rumus berikut:

Y = a + b X

Keterangan:

Y = Nilai yang diprediksikan

a = Konstanta atau bila harga X = 0

b = koefesien regresi

X = Nilai variabel indevenden

Jika β = 0 berarti variabel independen (X) tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen (Y), sedangkan jika β ≠ 0 berarti variabel

independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

b. Uji Persial (T)

Uji T digunakan untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh

variable independen terhadap variable dependen secara persial.

Page 42: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

29

Diperlukan uji hipotesis atau uji persial (uji t). dalam pengujian

hipotesis ini peneliti menggunakan alat bantu olah data statistik SPSS

versi 16.0 dengan ketentuan jika nilai thitung > ttabel maka hipotesis

dapat diterima, dan sebaliknya, jika thitung < ttabel maka hipotesis

di tolak.

Page 43: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi dan Hasil Penelitian

a. Letak Geografis

Desa Sukarara merupakan sebuah desa wisata yang terletak di

Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa

Tenggara Barat. Desa ini memiliki luas sekitar 7,55 Km2( Monografi

Desa Sukarara Tahun 2001 ).

Secara alam dan administrasi,batas-batas desa ini ialah : Bagian Utara

berbatasan dengan Desa Batutulis dan Nyerot,Bagian Selatan

berbatasan dengan Desa Batujai dan Desa Ungga,Bagian Timur

berbatasan dengan Desa Puyung dan Bagian Barat berbatasan dengan

Desa Labulia dan Kabupaten Lombok Barat. Desa ini terbagi atas 10

dusun dimana pusat kepemerintahan ada di Desa Puyung( menurut

letak kantor desa ).

Secara alamiah,kondisi atraksi wisata ini sangat baik dengan

konfigurasi lahan dataran,600 meter diatas Permukaan laut. Bentang

alam pedesaan menjadi salah satu objek menarik dari desa ini.

Namun,secara Fisik,Desa ini masih terlihat seperti desa biasa yang

tidak menunjukan karakteristik desa wisata secara detail. Tanpa

adanya pengeloalaan yang maksimal menjadikan desa ini tidak terlihat

Page 44: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

31

seperti sebuah desa biasa,mulai dari penanggulangan sampah serta

kebersihan lainya.44

b. Kondisi Sarana Prasarana

Desa Ini merupakan sebuah desa yang memiliki atrkasi seni Tenun

khas Lombok yang cukup menarik untuk dikunjungi.

Namun,disebabkan masih belum terlihatnya pengembangan yang

maksimal,ketersidian sarana dan prasaran belum maksimal. Industri

perumahan serta beberapa toko-toko kecil memang menjadi salah satu

target utama karena menjadi sentral kegiatan pembuatan kain Tenun

Songket itu sendiri juga memiliki sarana dan prasarana yang belum

memenuhi standar seperti ketersedian Toilet yang bersih dan tempat

parker yang memadai.

Desa ini mengandalkan PLN sebagai pemasok listrik utama serta

PDAM untuk pemasokan air dengan kondisi yang baik,namun

sebagian masih menggunakan air sumur. Jalan Raya Praya, satu-

satunya jalan raya yang mengarah ke Desa Sukarara. Melewati jalan

berkelok dan masuk ke gang dengan kondisi jalan beraspal seadanya

dengan jarak 500 meter dari jalan raya. Di sana akan menemukan

beberapa toko merangkap rumah dan juga menjadi tempat workshop

kegiatan menenun.45

44 Dokumentasi, Profil Desa Sukarara, 28 September 2018. 45 Ibid.,

Page 45: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

32

c. Kondisi Sosio Ekonomi Budaya

Secara umum warga Desa Sukarara bermata pencaharian sebagai

Petani dan Penenun. Profesi Penenun pun didominasi oleh kaum

perempuan sebagai matapencaharian sekaligus budaya setempat yang

menyatakan bahwa setiap perempuan harus dapat menenun untuk

dapat menikah. Sampai saat ini yang berkembang hanya artshop-

artshop kecil yang ada di setiap pinggir jalan desa. Banyak penduduk

yang menjadikan rumah mereka sekaligus sebagai artshop kecil

untuk menawarkan hasil tenun mereka langsung ke wisatawan atau

menjualnya ke artshop besar yang ada di Desa Sukarara sesuai

pesanan. Bahkan ada pula yang menjualnya melalui pengepul kain

tenun yang memasarkan produknya ke luar kota/daerah. Desa Sukarara

memiliki potensi wisata yang cukup menarik terutama.

1) Atraksi Wisata

Desa Sukarara, di sinilah pusat penjualan berbagai kain tenun

songket dan ikat khas Lombok tersedia. Kaum perempuan Desa

Sukarara dengan pakaian adat Sasak akan menyambut pengunjung

yang datang dan selalu siap mendemonstrasikan keterampilan

mereka dalam menenun. Pada halaman toko atau rumah workshop,

biasanya akan ada beberapa penenun yang memperagakan cara

menenun kain songket. Mulai dari mengolah benang hingga

menjadi selembar kain, perempuan-perempuan Desa Sukarara

mendemonstrasikan dengan sangat terampil.

Page 46: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

33

Mulai mencobanya ternyata sangat sulit. Memerlukan tenaga

ekstra dan keahlian khusus bila belum terbiasa. Kaum perempuan

di Desa Sukarara memang wajib belajar menenun. Sejak kecil

mereka sudah diajari cara menenun kain mulai dari motif yang

sederhana hingga akhirnya mencapai motif yang paling sulit. Para

ibu mewariskan brire, salah satu alat untuk menenun kepada anak

perempuan mereka.

Ada aturan unik yang berlaku di desa ini, kaum perempuan

Desa Sukarara yang belum bisa menenun tapi nekat melakukan

pernikahan maka akan kena sangsi denda. Dendanya bisa berupa

uang, hasil panen padi, atau beras. Aturan ini tidak berlaku untuk

kaum pria, meski ada pula kaum pria yang bekerja sebagai

penenun kain ikat. Aturan ini dibuat bukan untuk diskriminasi

gender tetapi bertujuan agar kaum perempuan bisa mandiri dan

tidak bergantung pada kaum pria.

Masuk ke dalam toko atau rumah workshop, kita akan melihat

galeri kain tenun. Waerna-warni kain yang cerah dengan motif

yang indah berjejer secara lengkap. Ini bukan museum kain tenun

songket ataupun ikat, kain yang dipajang memang untuk dijual

kepada pengunjung yang datang.

Ada dua jenis kain tenun yang terdapat di galeri ini, kain

tenun ikat dan kain tenun songket. Tenun songket hanya dibuat

oleh kaum perempuan dengan alat manual. Pengerjaannya yang

Page 47: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

34

manual membuat waktu tenun menjadi lama. Satu songket bisa

selesai dalam 1 atau 2,5 bulan apabila motif yang dikerjakan

tergolong sulit. Tidak heran apabila harga satu kain songket tenun

khas Lombok bisa jutaan rupiah. Sulit dan lamanya waktu

pembuatan songket membuat harga kain tenun ini lebih mahal

dibandingkan dengan kain ikat.

2) Aksesibilitas

Untuk dapat menuju desa ini,wisatawan harus menelusuri

Jalan Raya Praya, berkelas jalan Kabupaten denagn lebar 4,5 meter

yang merupakan satu-satunya jalan raya yang mengarah ke Desa

Sukarara. Melewati jalan berkelok dan masuk ke gang dengan

kondisi jalan beraspal seadanya dengan jarak 500 meter dari jalan

raya. Di sana akan menemukan beberapa toko merangkap rumah

dan juga menjadi tempat workshop kegiatan menenun.

Adapun jarak tempat wisata ini dari Ibukota Kecamatan adalah

6 km,jarak dari Ibukota Kabupaten 15 Km,jarak dari Kota

Mataram 40 km,Jarak dari Bandara Internasional Praya adalah 20

Km,dan jarak dari Pelabuhan Laut Lembar adalah 30 km.

3) Sarana Wisata

Desa ini belum memiliki pengembangan sebagai obyek wisata

yang baik,karena kurang perhatian Pemerintah khususnya dalm

mensosialisai bisnis wisata kepada warga kampung sehingga

Industri perumahan masih menjadi salah satu masalah bagi

Page 48: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

35

pengembangan desa ini. Dengan demikikan,saran wisata yang

disediakan pun masih minim,seperti adanya akomodasi

terdekat,restoran, dan tempat parkir yang seadanya.

Kegiatan menenun umunya terpusat pada industry rumahan yang

mana penjurusan kegiatan ini dilatar belakangi oleh budaya,tanpa

memperhatikan manfaat ekonomi secara maksimal dari sector

pariwisata. Hanya ada beberapa workshop kecil yang menampilkan

beberapa wanita melakukan kegiatan menenun dan menjual kain-

kain hasil tenun disana,namun hanya terdapat beberapa motif saja.

Sedangkan masih banyak motif lain yang menarik dan tidak

dipajang. Penyewaan kain untuk berfoto juga dapat menjadi sebuah

fasilitas berpotensi menambah daya tarik dari wisatawan untuk

membuat referensi baginya tuk dating di lain waktu

4) Pengelola

Desa Sukarara sendiri tidak memiliki otonomi tersendir yang

artinya masih ada di bawah naungan desa Puyung. Tanah di desa

Sukarara memang merupakan tanah adat warisan Leluhur di bawah

Kepemerintahan kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.

Ada beberapa usaha pemerintah serta beberapa komunitas

untuk memajukan daerah ini seperti, Program Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Provinsi NTB yang telah menetapkan beberapa misi

sebagai arahan dalam mengimplementasikan program dan

kegiatan. Misi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB Tahun

Page 49: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

36

2009-2013 di mana salah satunya mewujudkan SDM profesional

yang berdaya saing di bidang budaya dan pariwisata.

Guna mewujudkan visi dan misi diperlukan suatu strategi

melaksanakan kegiatan bimbingan, supervisi dan apresiasi

pengembangan kebudayaan dan pariwisata serta meningkatkan

efektivitas peran sebagai regulator dan fasilitator dalam

peningkatan komoditas SDM di bidang kebudayaan dan

pariwisata.

Program yang dilakukan dalam pengembangan kualitas SDM

sector pariwisata melalui Bintek Pramuwisata Madya, Bintek

Balawisata,Bintek Bidang Perhotelan, Bintek Biro Perjalanan

Wisata, Bintek Cinderamata, Bintek Pengelolaan Objek dan Daya

Tarik Wisata, Bintek Pedagang kakilima dan sopir taksi.

Penyuluhan sadar wisata dan sadar budaya, melalui :

a) Penyuluhan sadar wisata bagi masyarakat, pelajar, mahasiswa

dan aparatur.

b) Pembinaan kelompok sadar wisata (Pokdarwis)

c) Penyuluhan kepariwisataan bagi calon TKI.

Dari beberapa program pengembangan kualitas SDM

pariwisata dan budaya tersebut, belum terlihat secara jelas khusus

untuk pengrajin, namun lebih dibuat secara umum yakni pada

kegiatan kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Keterampilan yang

dimiliki oleh pengrajin selama ini memang diperoleh secara turun

Page 50: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

37

termurun dari mereka anak-anak karena terbiasa membantu orang

tua (ibu) menenun. Bahkan untuk variasi motif kain pun

didapatpembelajaran dari orang tua mereka atau dari kerabat/teman

yang mendapat pengetahuan motif baru.

5) Permasalahan

Seperti yang telah dijabarkan di atas, pengembangan industri

dan kerajinan rakyat terutama industri rumah tangga masih bersifat

lokal dan sering merupakan sampingan, untuk industri rumah

tangga kebanyakan dikerjakan oleh kaum perempuan dan belum

menjurus ke pasaran bisnis. Sedangkan kerajinan juga

kebanyakan dikerjakan oleh kaum perempuan, walaupun sifat

kerajinan ini telah menembus pasaran mancanegara tapi di bawah

lisensi (nama) daerah lain.

Kondisi Umum SDM Pengrajin Desa Sukarara Usaha

pariwisata yang berkembang di Desa Sukarara belum banyak

yang berkembang. Sampai saat ini yang berkembang hanya

artshop-artshop kecil yang ada di setiap pinggir jalan desa. Banyak

penduduk yang menjadikan rumah mereka sekaligus sebagai

artshop kecil untuk menawarkan hasil tenun mereka langsung ke

wisatawan atau menjualnya ke artshop besar yang ada di Desa

Sukarara sesuai pesanan. Bahkan ada pula yang menjualnya

melalui pengepul kain tenun yang memasarkan produknya ke luar

kota/daerah. Salah satu masalah juga adalah otonomi daerah yang

Page 51: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

38

masih berada dibawah Desa Puyung sehingga semua alokasi dana

terbagi menjadi dua yaitu desa Puyung dan Desa Sukarara.46

2. Deskripsi variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari motif khas kain tenun

sebagai variabel bebas (independen), dan harga jual sebagai variabel

terikat (dependen). Data variabel-variabel tersebut diperoleh dari hasil

kuesioner yang telah disebar, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari

tabel 1.1 berikut ini:

a. Deskripsi variabel motif khas kain tenun sukarara (Variabel

X)

1) Dalam pembuatan motif khas subahnale membutuhkan waktu

yang lama.

Tabel 1.1 Pernyataan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 3 3.0 3.0 3.0

TS 6 6.0 6.0 6.0

S 10 10.0 10.0 21.0

SS 11 11.0 11.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (1), pada indikator 1 bahwa 3%

46 Ibid.,

Page 52: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

39

atau 3 responden menyatakan sangat tidak setuju, 6% atau 6

responden menyatakan tidak setuju, 10% atau 10 responden

menyatakan setuju, dan 11% atau 11 responden menyatakan sangat

setuju dengan pembuatan motif khas kain tenun membutuhkan

waktu yang lama.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti akan menjelaskan lebih

rinci agar dapat dipahami mengenai pernyataan 1 bawha 3

responden dari kalangan perempuan

2) Motif khas subahnale adalah kain tenun yang pembuatannya

cukup rumit.

Tabel 2.1 Pernyataan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 3 3.0 3.0 3.0

TS 5 5.0 5.0 5.0

S 11 11.0 11.0 22.0

SS 11 11.0 11.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (2), pada indikator 2 bahwa 3%

atau 3 responden menyatakan sangat tidak setuju, 5% atau 5

responden menyatakan tidak setuju, 11% atau 11 responden

Page 53: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

40

menyatakan setuju, dan 11% atau 11 responden menyatakan sangat

setuju dengan motif khas subahnale adalah kain tenun yang

pembuatannya cukup rumit.

3) Motif khas kain tenun subahnale dibuat dari kain sutra atau

kain kapas.

Tabel 3.1 Pernyatan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 11 11.0 11.0 11.0

TS 11 11.0 11.0 11.0

S 7 7.0 7.0 8..0

SS 1 1.0 1.0 100.0

Total 30 30.0 100.0

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (3), pada indikator 3 bahwa 11%

atau 11 responden menyatakan sangat tidak setuju, 11% atau 11

responden menyatakan tidak setuju, 7% atau 7 responden

menyatakan setuju, dan 1% atau 1 responden menyatakan sangat

setuju dengan kain tenun dibuat dari kain sutra atau kain kapas.

Page 54: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

41

4) Kualitas kain Motif khas subahnale sangat bagus.

Tabel 4.1 Pernyataan 4

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 8 8.0 8.0 8.0

TS 3 3.0 3.0 11.0

S 8 8.0 8.0 11.0

SS 11 11.0 11.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (4), pada indikator 4 bahwa 8%

atau 8 responden menyatakan sangat tidak setuju, 3% atau 3

responden menyatakan tidak setuju, 8% atau 8 responden

menyatakan setuju, dan 11% atau 11 responden menyatakan sangat

setuju dengan motif khas kain tenun selalu berbeda-beda.

Page 55: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

42

5) Motif khas subahnale menggunakan pewarna alami.

Tabel 5.1 Pernyataan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 3 3.0 3.0 3.0

TS 15 15.0 15.0 15.0

S 7 7.0 7.0 12.0

SS` 5 5.0 5.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (5), pada indikator 5 bahwa 3%

atau 3 responden menyatakan sangat tidak setuju dengan semua

motif khas kain tenun menggunakan pewarna alami, 15% atau 15

responden menyatakan tidak setuju, 7% atau 7 responden

menyatakan setuju, dan 5% atau 5 responden menyatakan sangat

setuju dengan semua motif khas kain tenun menggunakan pewarna

alami.

Page 56: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

43

6) Dalam pembuatan motif khas subahnale membutuhkan

ketelitian.

Tabel 6.1

Pernyataan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 4 4.0 4.0 4.0

TS 5 5.0 5.0 9.0

S 12 12.0 12.0 17.0

SS 9 9.0 9.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (6), pada indikator 6 bahwa 4%

atau 4 responden menyatakan sangat tidak setuju, 5% atau 5

responden menyatakan tidak setuju, 12% atau 12 responden

menyatakan setuju, dan 9% atau 9 responden menyatakan sangat

setuju dengan setiap pembuatan motif khas kain tenun memiliki

tingkat kesulitan yang berbeda-beda.

Page 57: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

44

7) Motif khas subahnale banyak diminati pembeli manca Negara.

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (7), pada indikator 7 bahwa 2%

atau 2 responden menyatakan sangat tidak setuju, 6% atau 6

responden menyatakan tidak setuju, 6% atau 6 responden

menyatakan setuju, dan 16% atau 16 responden menyatakan sangat

setuju dengan tingkat kesulitan motif khas kain tenun

mempengaruhi waktu pembuatan.

Tabel 7.1

Pernyataan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 2 2.0 2.0 2.0

TS 6 6.0 6.0 6.0

S 6 20.0 20.0 22.0

SS 16 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Page 58: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

45

8) Motif khas subahnale banyak diminati pembeli lokal.

Tabel 8.1

Pernyataan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 2 2.0 2.0 2.0

TS 7 7.0 7.0 7.0

S 13 13.0 13.0 21.0

SS 8 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber Data : Output SPSS 16.0

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (8), pada indikator 8 bahwa 2%

atau 2 responden menyatakan sangat tidak setuju, 7% atau 7

responden menyatakan tidak setuju, 13% atau 13 responden

menyatakan setuju, dan 8% atau 8 responden menyatakan sangat

setuju dengan motif khas di setiap daerah itu berbeda.

Page 59: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

46

b. Deskripsi variabel harga jual (variabel Y)

1) Kerumitan motif khas subahnale mempengaruhi harga jual.

Tabel 1.2

Pernyataan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 14 46.7 46.7 46.7

TS 9 30.0 30.0 76.7

S 5 16.7 16.7 93.3

SS 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (1), pada indikator 1 bahwa 14%

atau 14 responden menyatakan sangat tidak setuju (dengan skor 1),

9% atau 9 responden menyatakan tidak setuju (dengan skor 2), 5%

atau 5 responden menyatakan setuju (dengan skor 3), dan 2% atau

2 responden menyatakan sangat setuju (dengan skor 4) bahwa

kerumitan jenis motif khas mempengaruhi harga jual.

Page 60: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

47

2) Pembuatan motif khas subahnale membutuhkan biaya yang

mahal.

Tabel 2.2 Pernyataan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 5 16.7 16.7 16.7

TS 15 50.0 50.0 66.7

S 9 30.0 30.0 96.7

SS 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (2), pada indikator 2 bahwa 5%

atau 5 responden menyatakan sangat tidak setuju (dengan skor 1),

15% atau 15 responden menyatakan tidak setuju (dengan skor 2),

9% atau 9 responden menyatakan setuju (dengan skor 3), dan 1%

atau 1 responden menyatakan sangat setuju (dengan skor 4) bahwa

pembuatan motif khas nanas membutuhkan biaya yang mahal.

Page 61: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

48

3) Motif subahnale adalah kain yang harga jualnya tinggi.

Tabel 3.2 Pernyataan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 11 36.7 36.7 36.7

TS 10 33.3 33.3 70.0

S 9 30.0 30.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (3), pada indikator 3 bahwa 11%

atau 11 responden menyatakan sangat tidak setuju (dengan skor 1),

10% atau 10 responden menyatakan tidak setuju (dengan skor 2),

dan 9% atau 9 responden menyatakan setuju (dengan skor 3),

bahwa motif ragi genep adalah kain yang harga jualnya tinggi.

Page 62: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

49

4) Saya mematok harga dari 500.000 – 1.000.

Tabel 4.2 Pernyataan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 11 36.7 36.7 36.7

TS 9 30.0 30.0 66.7

S 7 23.3 23.3 90.0

SS 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (4), pada indikator 4 bahwa 11%

atau 11 responden menyatakan sangat tidak setuju (dengan skor 1),

9% atau 9 responden menyatakan tidak setuju (dengan skor 2), 7%

atau 7 responden menyatakan setuju (dengan skor 3), dan 3% atau

3 responden menyatakan sangat setuju (dengan skor 4) harga jual

motif khas subahnale tinggi.

Page 63: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

50

5) Saya menentukan harga sesuai syariat islam

Tabel 5.2

Pernyataan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 9 30.0 30.0 30.0

TS 11 36.7 36.7 66.7

S 10 33.3 33.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (5), pada indikator 5 bahwa 9%

atau 9 responden menyatakan sangat tidak setuju (dengan skor 1),

11% atau 11 responden menyatakan tidak setuju (dengan skor 2),

dan 10% atau 10 responden menyatakan setuju (dengan skor 3),

bahwa Tingkat motif khas kain tenun memiliki keuntungan yang

berbeda.

Page 64: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

51

6) Masyarakat sangat puas dengan motif khas subahnale

Tabel 6.2 Pernyataan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 6 20.0 20.0 20.0

TS 13 43.3 43.3 63.3

S 11 36.7 36.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber Data : Output SPSS 16.0

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (6), pada indicator 6 bahwa 6%

atau 6 responden menyatakan sangat tidak setuju (dengan skor 1),

13% atau 11 responden menyatakan tidak setuju (dengan skor 2),

dan 11% atau 11 responden menyatakan setuju (dengan skor 3),

bahwa Tingkat kesulitan pembuatan motif khas kain tenun

mempengaruhi biaya.

Page 65: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

52

7) Harga kain tenun subahnale berubah sesuai permintaan pasar.

Tabel 7.2

Pernyataan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 8 26.7 26.7 26.7

TS 16 53.3 53.3 80.0

S 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai pernyataan (7), pada indicator 7 bahwa 8%

atau 8 responden menyatakan sangat tidak setuju (dengan skor 1),

16% atau 16 responden menyatakan tidak setuju (dengan skor 2),

dan 6% atau 6 responden menyatakan setuju (dengan skor 3),

bahwa Tingkat kesulitan mempengaruhi harga jual.

Page 66: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

53

8) Harga yang ditawarkan di pasar lebih tinggi dibandingkan

harga aslinya.

Tabel 8.2

Pernyataan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid STS 9 30.0 30.0 30.0

TS 14 46.7 46.7 76.7

S 6 20.0 20.0 96.7

SS 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa tanggapan responden

mengenai pernyataan (8), pada indikator 8 bahwa 9% atau 9 responden

menyatakan sangat tidak setuju (dengan skor 1), 14% atau 14

responden menyatakan tidak setuju (dengan skor 2), 6% atau 6

responden menyatakan setuju (dengan skor 3), dan 1% atau 1

responden menyatakan sangat setuju (dengan skor 4), bahwa Motif

khas kain tenun memiliki keuntungan yang tinggi.

1. Uji Validasi Data

Pengujian validitas data ini dilakukan kepada sampel yang

berjumlah 30 orang responden dari jumlah pedagang motif khas

Page 67: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

54

kain tenun. Uji validitas dilakukan untuk mengukur apa yang ingin

di ukur. Untuk menguji validitas masing-masing item pernyataan

dari variabel penelitian. Suatu variabel dikorelasikan dengan nilai

total masing-masing butir pernyataan dengan menggunakan teknik

product moment.

a. Uji Validitas variabel motif khas (X)

Tabel 3.1

Uji Validitas Motif Khas

No Variabel r hitung r tabel Keterangan

1 X. 1 0.583 0.3061 Valid

2 X. 2 0.716 0.3061 Valid

3 X. 3 0.701 0.3061 Valid

4 X. 4 0.580 0.3061 Valid

5 X. 5 0.430 0.3061 Valid

6 X. 6 0.762 0.3061 Valid

7 X. 7 0.745 0.3061 Valid

8 X. 8 0.606 0.3061 Valid

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh

peneliti dapat diketahui bahwa semua item pernyataan kuesioner

untuk variabel motif khas (X) sebanyak 8 item pernyataan adalah

valid.

Page 68: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

55

b. Uji Validitas Variabel Harga Jual (Y)

Tabel 4.1

Uji validitas harga jual

No Variabel r hitung r table Keterangan

1 Y. 1 0.801 0.3061 Valid

2 Y. 2 0.482 0.3061 Valid

3 Y. 3 0.412 0.3061 Valid

4 Y. 4 0.442 0.3061 Valid

5 Y. 5 0.654 0.3061 Valid

6 Y. 6 0.561 0.3061 Valid

7 Y. 7 0.61 0.3061 Valid

8 Y. 8 0.661 0.3061 Valid

Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh

peneliti dapat diketahui bahwa semua item pernyataan kuesioner

untuk variabel harga jual (Y) sebanyak 8 item pernyataan adalah

valid.

Page 69: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

56

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah butir-butir

pernyataan dalm kuesioner penelitian konsistensi atau tidak. Dalam

penelitian ini uji reliabilitas dilakukan kepada kuesioner (angket)

yang telah diisi oleh 30 responden motif khas kain tenun

tradisional.

Table 5. 1

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Reliability coefficient Cronbach Alpha keterangan

X 8 item 0.791 Reliable

Y 8 item 0.694 Reliable

Sumber Data : Data Primer diolah

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing

variabel memiliki Cronbach Alpha lebih dari 0.60 (a > 0.60),

sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel X dan Y adalah

reliabel.

3. Analisis Data

a. Analisis Regresi Sederhana

Dalam upaya untuk mengetahui dan memprediksi nilai

suatu variabel respon (Y) berdasarkan nilai variabel predicator

(X) dimana jumlah variabel predicator hanya ada satu,

diperlukan uji atau analisis regresi sederhana. Dalam

penelitian ini model persamaan regresi sederhana yang

Page 70: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

57

disususn untuk mengetahui efektifitas Motif Khas Kain Tenun

(sebagai variabel independen) dan Harga Jual (sebagai variabel

dependen). Dalam perhitungan regresi sederhana ini peneliti

menggunakan program SPSS versi 16.0, berikut adalah hasil

dari SPSS 16.0

Tabel 6.1

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.308 2.757 3.739 .000

X .335 .148 .394 2.269 .005

a. Dependent Variable: Y Sumber Data : Data Primer diolah

Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana pada tabel di atas di

peroleh koefesien untuk variabel bebas X = 0.335 dan konstanta sebesar

10.308 sehingga model persamaan regresi yang diperoleh adalah :

Y = a + b X

Y = 10.308 + 0.335

Dimana :

X = variabel bebas atau independen (Motif Khas Kain Tenun Tradisional)

Y = variabel terikat atau dependen (Harga Jual)

Nilai konstanta (Y) sebesar 10.308, koefesien regresi X (Motif Khas Kain

Tenun Tradisional) dari perhitungan linear sederhana didapat nilai

Koefesien regresi = 0.335.

Page 71: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

58

b. Uji Hipotesis Menggunakan Uji T (Uji Persial)

Tabel 7.1

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.308 2.757 3.739 .000

X .335 .148 .394 2.269 .005

a. Dependent Variable: Y

Sumber Data : Data Primer diolah

Hasil dari data di atas dapat dikatakan bahwa hasil dari

pengaruh label halal menunjukkan nilai t hitung adalah 2.269 dan

nilai signifikansi sebesar 0.05. berarti nilai signifikansi berada di

atas 0.01 (0.05 > 0.01), artinya bahwa ada pengaruh antara motif

khas kain tenun tradisional ( X) terhadap harga jual (Y), atau kata

lain Ha diterima, dimana Ha berbunyi “ada pengaruh yang positif

antara motif khas kain tenun tradisional terhadap harga jual di desa

sukakara kecamatan jonggat kabupaten lombok tengah”. Dan

sebaliknya Ho ditolak dimana Ho berbunyi “tidak ada pengaruh

yang positif antara motif khas kain tenun tradisional terhadap harga

jual di desa sukakara kecamatan jonggat kabupaten lombok

tengah”.

4. Hasil Analisis Data

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada 30

orang responden menggambarkan:

Page 72: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

59

a. Dari pernyataan variabel X (Motif Khas Kain Tenun

Tradisional) item yang sangat berpengaruh adalah item ke- 6

yaitu masyarakat sangat puas dngan motif khas subahnale. Hal

ini ditunjukkan dengan item tersebut memiliki nilai rhitung yang

paling tinggi dibandingkan item yang lainnya yaitu 0.762.

dengan demikian motif khas kain tenun tradisional sangat

efektif terhadap harga jual

b. Dari pernyataan variabel Y (harga jual) item yang sangat

berpengaruh adalah item ke- 1 yaitu dalam pembuatan motif

khas subahnale membutuhkan waktu yang lama. Hal ini

ditunjukkan dengan item tersebut memiliki nilai rhitung yang

paling tinggi dibandingkan item yang lainnya yaitu 0.801.

Berdasarkan analisis data, hasil perhitungan regresi linear

sederhana tentang pengaruh motif khas kain tenun tradisional

(X) harga jual (Y) diperoleh persamaan regresi Y = 10.308 +

0.335x berdasarkan pengujian hipotesis statistik diperoleh nilai

Rhitung = 2.269 dan nilai Rtabel (5%) = 0.05 sehingga 2.269 >

0.05 sehingga diambil keputuan bahwa HO ditolak karena

Rhitung > Rtabel artinya ada pengaruh yang positif antara motif

khas kain tenun tradisional dengan harga jual.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data statistik yang dilakukan peneliti,

diketahui bahwa motif khas kain tenun tradisional subahnale memiliki

Page 73: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

60

pengaruh terhadap harga jual di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat,

Kabupaten Lombok Tengah.

Motif khas subahnale merupakan motif yang sangat lama dalam

pembuatannya dikarenakan dibutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam

mengerjakannya. Sesuai dengan temuan di lapangan, bahwa kain tenun khas

subahnale tersebut membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya.

Disamping pembuatannya yang membutuhkan waktu cukup lama, motif khas

subahnale juga sangat rumit dalam pengerjaannya dikarenakan corak motifnya

juga berbeda dengan motif yang lain. Sehingga dibutuhkan kesungguhan

dalam pengerjaannya. Di dalam pembuatan kain tenun teradisional,

dibutuhkan pula bahan yang berasal dari kain kapas maupun kain sutra untuk

memperindah kualitas kain tenun tersebut. Sehingga kain tenun dan motif

khas subahnale yang dihasilkan akan terlihat indah dan bagus. Disamping itu

juga di dalam menenun, penenun membutuhkan bahan pewarna dalam

mewarani kain tenun motif khas subahnale yang akan ditenun. Di dalam

mewarnai harus dibutuhkan pula ketelitian setiap kain tenun motif khas

subahnale yang akan di beri warna sesuai makna filosofisnya. Berdasarkan

temuan yang di amati oleh peneilit, bahwa kain tenun motif khas subahnale

sangat diminati oleh pembeli yang berasal dari mancanegara. Dikarenakan

motif atau corak kain tenun yang sangat indah, disamping itu juga kualitas

kain yang digunakan sangat bagus. Di samping itu pula motif khas subahnale

bukan hanya diminati oleh pembeli yang berasal dari mancanegara saja, tetapi

pembeli local pun sangat tertarik dengan kain tenun khas subahnale.

Page 74: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

61

Motif subahnale adalah bentuk rasa syukur dan rasa puas yang di

dirasakan oleh penenun pada saat pembuatan telah selesai, sesuai dengan teori

di sebagai berikut: Konon dulu ada seorang penenun yang merasa puas dengan

hasil tenunannya, kemudian mengucapkan kalimat “Subhanallah“ yang artinya

Maha Suci Allah. Motif subhanale mempunyai makna keikhlasan dan

kesabaran, serta bentuk berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.47

Didalam penentuan harga jual motif khas kain tenun tradisional sangat

di tentukan sejauh mana kerumitan dalam pengerjaannya. Jika bahan-bahan

yang digunakan sangat banyak, maka harga jual pun akan sangat tinggi.

Begitu pula jika pengerjaan membutuhkan waktu yang sangat lama dan rumit,

maka harga jual pun akan sangat berpengaruh dalam penentuan harga juan

kain tenu motif khas subahnale. Sesuai dengan temuan peniliti di lapangan

bahwa teori yang di kemukakan oleh Ibnu Taimiyyah bertolak belakang

dengan temuan di lapangan. Ibnu Taimiyyah menjelaskan tsaman mitsli

merupakan harga yang terbentuk dari kekuatan permintaan dan penawaran.48

Sedangkan temuan di lapangan mengatakan bahwa penawaran dan permintaan

tidak memperngaruhi harga jual motif khas subahnale.

Sedangkan Harga jual adalah harga yang ditetapkan oleh produsen

kepada konsumen atas barang dan jasa yang diperolehnya senilai biaya

produksi ditambah dengan keuntungan yang diharapkan oleh produsen.

Harga dalam ekonomi termasuk salah satu unsur bauran pemasaran yang

47 Usri Indah Handayani, dkk, Kain Songket Lombok (Departemen Pendidikan Nasional

Kantor Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Nusa Tenggara Barat, 2000), hlm. 21

48 Ibid,160

Page 75: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

62

menghasilkan pendapatan. Harga dalam bahasa inggris dikenal sebagai price,

sedangkan dalam bahasa arab berasal dari kata tsaman atau si’ru yakni nilai

sesuatu dan harga yang terjadi suka sama suka (an-taradin) pemakaian kata

tsaman lebih umum daripada kata qimah yang menunjukkan harga ril yang

telah disepakati. Sedangkan si’ru adalah harga ditetapkan untuk barang

dagangan.49

Harga dalam teori ekonomi islam, tidak berbeda dengan ekonomi

konvensional, harga di tentukan oleh keseimbangan permintaan dan

penawaran. Keseimbangan ini terjadi bila antara penjual dan pembeli bersikap

saling merelakan. Teori harga dalam analisi ekonomi mikro tersirat dalam

tulisan-tulisan Ibnu Taimiyyah (1263-1328). Ibnu Taimiyyah menjelaskan

tsaman mitsli merupakan harga yang terbentuk dari kekuatan permintaan dan

penawaran.50

Pendapatnya itu merujuk pada sabda Rasulullah Saw., “menetapkan harga

terlalu tinggi terhadap orang yang tak sadar adalah riba” (ghaban al-mustarsil

riba).

Berdasarkan hasil uji validitas yang telah dilakukan oleh peneliti dapat

diketahui bahwa semua item pernyataan kuesioner untuk variabel motif khas

(X) sebanyak 8 item pernyataan adalah valid. Yang pertama menurut Ibnu

Taimiyah mengatakan bahwa

49 Rozalinda, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers 2014), hlm. 154 50 Ibid,160

Page 76: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

63

Selain uji validitas, selanjutnya dilakukan uji reabilitas dapat diketahui

bahwa masing-masing variabel memiliki Cronbach Alpha lebih dari 0.60 (a >

0.60), yaitu 0.791, 0.694 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel X

dan Y adalah reliabel. Sedangkan berdasarkan hasil analisis regresi sederhana

di peroleh koefesien untuk variabel bebas X = 0.335 dan konstanta sebesar

10.308 sehingga model persamaan regresi yang diperoleh adalah :

Y = a + b X

Y = 10.308 + 0.335

Selain uji regresi sederhana, dilakukan uji T dikatakan bahwa hasil dari

pengaruh label halal menunjukkan nilai t hitung adalah 2.269 dan nilai

signifikansi sebesar 0.05. berarti nilai signifikansi berada di atas 0.01 (0.05 >

0.01), artinya bahwa ada pengaruh antara motif khas kain tenun tradisional (

X) terhadap harga jual (Y), atau kata lain Ha diterima, di mana Ha berbunyi

“ada pengaruh yang positif antara motif khas kain tenun tradisional terhadap

harga jual di desa sukakara kecamatan jonggat kabupaten lombok tengah”.

Dan sebaliknya Ho ditolak dimana Ho berbunyi “tidak ada pengaruh yang

positif antara motif khas kain tenun tradisional terhadap harga jual di desa

sukakara kecamatan jonggat kabupaten lombok tengah”.

Dari pernyataan variabel X (Motif Khas Kain Tenun Tradisional) item

yang sangat berpengaruh adalah item ke- 6 yaitu Setiap pembuatan motif khas

kain tenun memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Hal ini ditunjukkan

dengan item tersebut memiliki nilai rhitung yang paling tinggi dibandingkan

Page 77: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

64

item yang lainnya yaitu 0.762. dengan demikian motif khas kain tenun

tradisional sangat efektif terhadap harga jual

Dari pernyataan variabel Y (harga jual) item yang sangat berpengaruh

adalah item ke- 1 yaitu Kerumitan jenis motif khas mempengaruhi harga

jual. Hal ini ditunjukkan dengan item tersebut memiliki nilai rhitung yang

paling tinggi dibandingkan item yang lainnya yaitu 0.801

Motif khas kain tenun sangat penting dalam proses menentukan harga jual

salah satunya pada saat transaksi jual beli karena dengan mengetahui motif

khas kain tenun masing-masing akan memudahkan seseorang dalam

menentukan harga jual dan memahami informasi baru terkait dengan kain

tenun.

Adanya pengaruh motif khas kain tenun terhadap harga jual membuktikan

bahwa dengan adanya motif khas kain tenun yang berbeda-beda mempunyai

pengaruh terhadap berbagai aspek dalam proses menentukan harga jual.

Apabila motif khas kain tenun sudah terkombinasi dan harga jual sudah

ditentukan dengan baik maka tujuan pemasaran akan tercapai dengan baik

sesuai dengan harapan. Dengan mengenali motif khas kain tenun maka harga

jual akan mudah diminati oleh pembeli.

Pengrajin/penjual harus memperhatikan bahan atau kain yang dibuat dari

benang (kapas, serat, sutera) dengan menggunakan pakan secara melintang

pada lungsi sesuai dengan pendapat Ali dalam (Kamus Besar Bahasa

Indonesia) adalah tenun merupakan hasil kerajinan yang berupa bahan atau

Page 78: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

65

kain yang dibuat dari benang (kapas, serat, sutera) dengan menggunakan

pakan secara melintang pada lungsi.

Dengan demikian, motif khas kain tenun dan harga jual memiliki

pengaruh yang sangat penting dalam pemasaran kain tenun tradisional karena

dengan begitu semua informasi akan mudah dipahami oleh pembeli.

Page 79: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV di atas dapat disimpulkan

bahwa: ada pengaruh motif kain tenun tradisonal subahnale terhadap harga

jual di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah. Hal

ini terbukti dari hasil analisis uji hipotesis dengan menggunakan korelasi

product moment pearson diperoleh nilai rhitung (0.801) rtabel (0.3061) pada

taraf signifikansi 5%, dan Uji t diperoleh thitung (2.269) ≥ ttabel (0.05) hal ini

menunjukkan, bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan (H0) ditolak. Hasil

analisis regresi sederhana diperoleh persamaan regresi Y = 10.308 + 0.335 X,

yang berarti, bahwa motif khas kain tenun tradisional subahnale berpengaruh

signifikan terhadap harga jual.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka peneliti memberikan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Bagi Lokasi Penelitian ; diharapkan pemerintah setempat melakukan

pendataan terhadap para pengrajin. Selain itu, para pengrajin juga

diharapkan mampu membuat beragam jenis motif khas kain tenun

tradisional subahnale dalam meningkatkan ketertarikan pengunjung.

2. Bagi Kampus ; diharapkan pihak kampus dapat memberikan referensi dan

promosi ke pihak-pihak terkait yang mungkin dapat membantu dalam

mengembangkan budaya kain tenun tradisonal subahnale.

Page 80: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

67

3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian untuk

mengetahui pengaruh motif khas kain tenun tradisional subahnale terhadap

harga jual dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai refrensi atau

sumber informasi tambahan sehingga diharapkan kekurangan-kekurangan

yang ada pada penelitian ini dapat lebih disempurnakan.

4. Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat memberikan kontribusi berdasarkan

hasil penelitian yang ada, sehingga penjualan kain tenun khas subahnale

tersebut dapat meningkat dengan signifikan.

Page 81: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

68

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Tradisi, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011, cet. Ke-1.

Efendi Norman, Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat”, Vol 7 Nomor 1, Maret 2017.

Handayani Usri Indah, dkk, Kain Songket Lombok (Departemen Pendidikan Nasional Kantor Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Nusa Tenggara Barat, 2000)

Kain Tenun Songket”, dalam Kompas, tanpa tahun,

Kartiwa Suwati, “Kain Tenun Tradisional Nusa Tenggara”, (Jakarta Selatan: PT Gramedia, 1994).

Mulyadi, “Pengertian Harga Jual dan Metode Menentukan Harga Jual”,dalam https://jalurbaru.blogspot.com, diaksestanggal 17 April 2018, pukul 12.17.

Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif,(Jakarta: Rajawali Pers. 2008)

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016). Rozalinda, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers 2014)

Sabilirrosyad, Ethnomathematics Sasak: Eksplorasi Geometri Tenun Suku Sasak Sukarara Dan Implikasinya Untuk Pembelajaran, Jurnal Tasqif, Volume.14, No.1 Juni 2016.

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015).

Suharsimi Arikunto, Menejmen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009).

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006).

Sumolang Steven, “Kain Tenun Tradisional “Kofo” Di Sangihe” (Jakarta:

Direktorat Tradisi, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011), cet. Ke-1.

Zuldafrial, Penelitian Kuantitatif, (Yogyakarta: Media Perkasa, 2012)

Page 82: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

69

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 83: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

70

IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : 2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

3. usia saat ini : 17 s.d 25 26 s.d 35

: 36 s.d 45 >45

4. Pendidikan terakhir : Tidak sekolah SMP/ Sederajat

SMA/Sederajat Diploma

S.1/S2/Sederajat

5. Pekerjaan saat ini : Pelajar Wiraswasta

Mahasiswa Wirausaha

Buruh Ibu Rumah Tangga 6. Penghasilan Per Bulan : < Rp. 1.000.000

Rp. 1.000.000- 2.000.000 >Rp. 2.000.000

Petunjuk pengisian : Silahkan Anda pilih jawaban yang menurut Anda paling sesuai dengan kondisi yang Anda alami atau rasakan, dengan cara memberikan (√) pada pilihan jawaban yang tersedia dari mulai skala 1 (Sangat Tidak Setuju) sampai 4 (Sangat Setuju) Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju

Page 84: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

71

Motif Khas (x)

No Pernyataan Jawaban

STS TS S SS 1 2 3 4

1 Dalam pembuatan motif khas subahnale membutuhkan waktu yang lama

2 Motif khas subahnale adalah kain tenun yang pembuatannya cukup rumit

3 Motif khas kain tenun subahnale dibuat dari kain sutra atau kain kapas

4 Kualitas kain Motif khas subahnale sangat bagus

5 Motif khas subahnale menggunakan pewarna alami

6 Dalam pembuatan motif khas subahnale membutuhkan ketelitian

7 Motif khas subahnale banyak diminati pembeli manca Negara

8 Motif khas subahnale banyak diminati pembeli local

Harga jual (y)

No Pernyataan Jawaban

STS TS S SS 1 2 3 4

1 Kerumitan motif khas subahnale mempengaruhi harga jual

2 Pembuatan motif khas subahnale membutuhkan bi aya yang mahal

3 Motif subahnale adalah kain yang harga jualnya tinggi

4 Saya mematok harga dari 500.000 – 1.000.000

5 Saya menentukan harga sesuai syariat islam

6 Masyarakat sangat puas dengan motif khas subahnale

7 Harga kain tenun subahnale berubah sesuai permintaan pasar

8 Harga yang ditawarkan di pasar lebih tinggi dibandingkan harga aslinya

Page 85: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

75

Page 86: PENGARUH MOTIF KHAS KAIN TENUN TRADISIONAL SUBAHNALEetheses.uinmataram.ac.id/1859/1/Ayuni Purnama S. 152145018.pdf · bekerja sebagai penenun, bahkan sejak dari anak – anak, para

76

DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. Identitas Diri

Nama : Ayuni Purnama S Tempat / Tanggal lahir : Bulang, 31 Desember 1996 Alamat Rumah : Semoyang, Kec.

Praya Timur, Kab. Lombok

Tengah Nama Ayah : Subuh Nama Ibu : Rohati

B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal

a. SD/MI, Tahun Lulus : 2008 b. SMP/MTS, Tahun Lulus : 2011 c. SMA/SMK/MA, Tahun Lulus : 2014

2. Pendidikan Nonformal (Jika Ada) C. Pengalaman Organisasi

1. Organisasi Eksternal HMI (Himpunana Mahasiswa Islam) 2. Organisasi Eksternal FORMAS (Forum Mahasiswa

Semoyang)

Mataram, 26 Desember 2018 Ayuni Purnama S