pengaruh motivasi, pengetahuan serta tindakan olahraga ... · pengetahuan dan tindakan olahraga...
TRANSCRIPT
PENGARUH MOTIVASI, PENGETAHUAN SERTA
TINDAKAN OLAHRAGA TERHADAP TINDAKAN
KONSUMSI PANGAN PELAKU FITNESS USIA DEWASA
FERNANDO TANDAYU
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI, SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh
Motivasi, Pengetahuan serta Tindakan Olahraga terhadap Tindakan
Konsumsi Pangan Pelaku Fitness Usia Dewasa adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Fernando Tandayu
NIM I24090041
ABSTRAK
FERNANDO TANDAYU. Pengaruh Motivasi, Pengetahuan serta Tindakan
Olahraga terhadap Tindakan Konsumsi Pangan Pelaku Fitness Usia Dewasa.
Dibimbing oleh MOHAMMAD DJEMDJEM DJAMALUDIN.
Olahraga fitness merupakan olahraga yang diduga berkaitan erat
dengan konsumsi pangan pelakunya dalam rangka mewujudkan tujuan
berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari
karakteristik individu, motivasi, pengetahuan serta tindakan olahraga
terhadap tindakan konsumsi pangan responden pelaku fitness khususnya
konsumsi karbohidrat dan protein. Populasi dalam penelitian ini adalah
individu yang berolahraga di Fit For Two Fitness Center dengan contoh
individu yang berusia minimal 17 tahun, telah berolahraga fitness minimal 2
bulan dan tidak menderita penyakit diabetes, asam urat, ginjal dan alergi
protein yang diambil menggunakan metode pengambilan contoh penilaian
sebanyak 110 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi,
pengetahuan maupun tindakan olahraga tidak berpengaruh nyata terhadap
konsumsi karbohidrat dan protein pada responden yang diteliti.
Kata Kunci: Fitness, Konsumsi Pangan, Motivasi, Pengetahuan, Olahraga
ABSTRACT
FERNANDO TANDAYU. The Effect of Motivation, Knowledge and
Exercise Practice toward Adult Regular Exerciser’s Dietary Practices.
Supervised by MOHAMMAD DJEMDJEM DJAMALUDIN.
Regular exercisers generally adopt different dietary practices from
inactive people to chase their goal. This research was aimed to analyze the
effect of individual characteristics, motivation, knowledge and exercise
practice toward participant’s dietary practices, focusing in carbohydrate and
protein consumption. Population in this research were anyone who
exercising at Fit for Two Fitness Center with sample involved were persons
whom aged 17 years old minimal, did exercise for 2 months long and did
not perform any disease such as diabetics, high uric acid, kidney or kidney
stone and protein alergy. Result showed that motivation, knowledge and
exercise practice did not perform any strong effect toward carbohydrate and
protein consumption among participant’s dietary consumption.
Key word: Exercise, Fitness, Food Consumption, Knowledge, Motivation
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
FERNANDO TANDAYU
PENGARUH MOTIVASI, PENGETAHUAN SERTA
TINDAKAN OLAHRAGA TERHADAP TINDAKAN
KONSUMSI PANGAN PELAKU FITNESS USIA DEWASA
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pengaruh Motivasi, Pengetahuan serta Tindakan Olahraga
terhadap Tindakan Konsumsi Pangan Pelaku Fitness Usia
Dewasa
Nama : Fernando Tandayu
NIM : I24090041
Disetujui oleh
Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, M.Sc
Pembimbing
Diketahui oleh
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas kasih
karunia dan penyertaan–Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Desember
2013 adalah perilaku konsumen dengan judul Pengaruh Motivasi,
Pengetahuan serta Tindakan Olahraga terhadap Tindakan Konsumsi Pangan
Pelaku Fitness Usia Dewasa.
Melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian
skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan pada:
1. Ibunda Juita Kumala serta Ayahanda Charles Tandayu yang tiada
hentinya terus menyemangati penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah
ini.
2. Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah membimbing serta mengarahkan penulis selama proses
penyusunan karya ilmiah ini.
3. Ir. Melly Latifah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama proses perkuliahan penulis di IPB.
4. Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku dosen pemandu seminar yang
telah membantu memperlancar jalannya seminar.
5. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si serta Dr. Ir. Herien Puspitawati,
M.Sc, M.Sc selaku dosen penguji sidang skripsi yang telah memberikan
saran bermanfaat untuk penyempuranaan karya ilmiah ini.
6. Bapak Arif Yanto Wijaya serta Bapak Nahrudin yang telah mengizinkan
penulis untuk melakukan penelitian di Fit For Two Fitness Center Bogor.
7. Reza Pratama yang banyak membantu penulis dalam penyelesaian karya
ilmiah ini melalui ilmu dan nasehat seputar penyusunan skripsi.
8. Bagus Pramudito serta Diego Armando yang membantu penulis selama
proses penelitian berlangsung.
9. Teman-teman seperjuangan Febrika Setiyawan, Ismail Fajri, Tri
Rachmawati, Vivi Priliyanti, Riki Fauzi Somantri yang saling berbagi
suka duka dan saling menguatkan selama proses penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Walaupun demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembacanya.
Bogor, Juni 2014
Fernando Tandayu
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 4
KERANGKA PEMIKIRAN 4
METODE PENELITIAN 6
Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian 6
Teknik Pengambilan Contoh 6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 10
Definisi Operasional 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Karakteristik responden 13
Motivasi 13
Pengetahuan 17
Tindakan olahraga 17
Konsumsi Pangan 19
Hubungan antar variabel 21
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap karbohidrat indeks glikemik
tinggi 26
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi protein 27
Pembahasan 28
SIMPULAN DAN SARAN 31
Simpulan 31
Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 34
DAFTAR TABEL
1 Jenis variabel yang dikumpulkan 8 2 Reliabilitas dan validitas instrumen penelitian 9 3 Sebaran karakteristik responden 14 4 Sebaran nilai motivasi dan uji beda rata-rata motivasi
olahraga responden 15 5 Sebaran nilai motivasi dan uji beda rata-rata motivasi
makan responden 16 6 Sebaran nilai pengetahuan responden 17 7 Sebaran tindakan olahraga responden 18 8 Nilai rata-rata, standar deviasi, nilai ekstrem serta uji beda
konsumsi pangan responden per hari dalam gram 19 9 Rata-rata serta nilai uji beda konsumsi karbohidrat dan
protein responden 20 10 Koefisien korelasi karakteristik dengan konsumsi pangan 21 11 Koefisien korelasi motivasi olahraga dengan konsumsi
pangan 23 12 Koefisien korelasi motivasi makan dengan konsumsi
pangan 24 13 Koefisien korelasi pengetahuan dan tindakan olahraga
dengan konsumsi pangan 25 14 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi
karbohidrat indeks glikemik tinggi 27 15 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi protein 28
DAFTAR GAMBAR
16 Kerangka pemikiran tentang pengaruh motivasi,
pengetahuan dan tindakan olahraga terhadap tindakan
konsumsi pangan pelaku fitness usia dewasa 5 17 Kerangka pengambilan contoh 7
DAFTAR LAMPIRAN
18 Kuesioner penelitian 34
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Sumarwan (2011a), gaya hidup mencerminkan perilaku
seseorang dalam menggunakan uang, memanfaatkan waktu dan bagaimana
cara ia hidup. Suhardjo (1988) menyatakan bahwa keluarga atau rumah
tangga tidak memiliki identitas dan nilai–nilai yang sama, sehingga akan
mempunyai gaya hidup dan keunikan tersendiri. Namun, cara hidup yang
berhubungan dengan kebiasaan makan dan perilaku kesehatan masih
terdapat kesamaan.” Ini berarti bahwa dapat diperoleh gambaran tentang
gaya hidup masyarakat yang berhubungan dengan kebiasaan makan dan
perilaku kesehatan.
Olahraga fitness, merupakan olahraga yang diduga memiliki
keterkaitan dengan gaya hidup seseorang. Hal ini terlihat dari fenomena
para pelakunya yang mengkonsumsi berbagai jenis alternatif sumber
karbohidrat selain nasi putih, seperti nasi merah, oatmeal, serealia, ubi madu,
roti gandum, ubi manis. Hal ini diduga terkait dengan sifat karbohidrat
tersebut yang memiliki indeks glikemik lebih rendah dari nasi putih.
Karbohidrat tersebut dimanfaatkan oleh para pelaku fitness untuk mencapai
tujuan tubuh yang lebih sehat dan langsing.
Menurut Rimbawan dan Siagian (2004), pangan yang memiliki indeks
glikemik rendah memberikan dua keunggulan khusus bagi orang yang ingin
mengurangi berat tubuh yakni memberikan rasa kenyang dalam waktu yang
cukup lama serta membantu membakar lebih banyak lemak tubuh namun
massa otot yang berkurang lebih sedikit. Cara ini juga lebih mudah karena
tidak perlu menahan rasa lapar dan yang dilepaskan benar–benar lemak
tubuh.
Hasil penelitian Julianti (2002) dalam Sumarwan (2011a)
menunjukkan bahwa 55 persen wanita menempatkan motivasi menurunkan
berat badan sebagai prioritas utama dalam mengikuti olahraga di pusat
kebugaran. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh pelaku fitness
berjenis kelamin wanita ingin menurunkan berat badan mereka, dan
konsumsi pangan sumber karbohidrat yang memiliki indeks glikemik
rendah merupakan bagian dari cara yang tepat untuk mewujudkannya dari
sudut pandang ilmu gizi. Berangkat dari hal tersebut, muncullah suatu
pertanyaan apakah pelaku fitness wanita akan mengurangi konsumsi nasi
putih sebagai pangan pokok dan lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat
dengan indeks glikemik lebih rendah untuk mewujudkan tujuan mereka.
Selain karbohidrat sebagai sumber energi, terlihat pula pola konsumsi
protein yang tinggi pada pelakunya dalam rangka melakukan hipertrofi atau
peningkatan massa otot. Hal ini terlihat pada kelompok berjenis kelamin
laki–laki. Penelitian kebiasaan makan yang dilakukan oleh Vega dan
Jackson (1996) terhadap binaragawan (BB) dan olahragawan non-
binaragawan (non-BB) di sebuah fitness center di Maryland, USA
menunjukkan bahwa pada kelompok binaragawan, konsumsi padi-padian,
buah dan sayuran berwarna tidak memenuhi panduan piramida makanan,
sementara konsumsi daging lebih dari 2 kali lipat konsumsi yang disarankan
2
piramida makanan sebesar 3 porsi per hari baik laki-laki maupun perempuan
aktif.
Konsumsi daging grup BB mencapai 8.6 ± 4.0 porsi pada laki-laki
dan 6.6 ± 5.1 porsi pada perempuan. Sementara pada kelompok non-BB,
konsumsi makanan mereka tidak memenuhi panduan piramida makanan
untuk seluruh grup, kecuali produk susu dan daging pada kelompok pria.
Namun, distribusi konsumsi diantara grup makanan lebih baik dibandingkan
dengan kelompok BB. Pelaku fitness non BB laki-laki mengkonsumsi
daging sebanyak rata-rata 3.5 ± 3.4 porsi per hari sementara pelaku fitness
non BB perempuan mengkonsumsi 1.7 ± 1.3 porsi per hari.
Penelitian Oliver, Leon dan Hernandez (2010) di Sevilla terhadap 415
individu yang secara rutin berolahraga di pusat kebugaran menunjukkan
bahwa sebesar 42.7 persen responden laki-laki menggunakan suplemen
protein sementara hanya sekitar 3.2 persen perempuan yang menggunakan
suplemen tersebut. Analisis regresi logistik yang dilakukan dalam penelitian
tersebut menunjukkan bahwa penggunaan suplemen protein lebih umum di
kalangan pelaku fitness pria (P=0.0001; OR= 151.845).
Menurut Almatsier (2001), asupan protein yang berlebihan dapat
menyebabkan obesitas karena pangan sumber protein biasanya juga tinggi
lemak. Selain itu, kelebihan asam amino memberatkan ginjal dan hati yang
harus mengeluarkan kelebihan nitrogen. Kelebihan protein juga dapat
menimbulkan dehidrasi, asidosis, diare, peningkatan amoniak darah,
peningkatan pada ureum darah dan demam.
Perilaku-perilaku yang telah dipaparkan pada paragraf di atas menjadi
suatu indikasi bahwa pelaku olahraga fitness termasuk kelompok yang
rentan sehingga peneliti tertarik untuk meneliti perilaku konsumsi pangan
pada pelaku olahraga fitness.
Perumusan Masalah
Fitness merupakan olahraga untuk meningkatkan kebugaran. Banyak
orang yang datang ke fitness center dengan berbagai macam tujuan. Ada
yang ingin menurunkan berat badan, menaikkan berat badan, membentuk
massa otot, menjaga kesehatan atau sekedar mencari kenalan. Hal ini turut
menentukan pola olahraga dan pola makan yang akan mereka gunakan
untuk mencapai hasil sesuai dengan motivasi setiap anggotanya. Seorang
wanita yang ingin mendapatkan badan yang langsing akan memiliki pola
makan yang berbeda dengan pria yang ingin membentuk massa otot maupun
dengan anggota yang ingin sekedar mencari keringat atau menjaga
kesehatannya. Untuk mewujudkan suatu keberhasilan, diperlukan suatu
informasi dan strategi seputar olahraga, kesehatan dan pola makan. Oleh
karena itu, pertukaran informasi seputar kesehatan antar anggota fitness
center umum terjadi seperti teknik latihan, jenis–jenis latihan, frekuensi
latihan serta informasi tentang makanan yang sebaiknya dikonsumsi dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Informasi tersebut didapatkan dari
instruktur, rekan berlatih yang dianggap lebih senior atau dari majalah-
majalah populer. Menurut Giriwijoyo dan Sidik (2012) , masih banyak pusat
kebugaran/fitness center yang tidak memiliki instruktur yang berkualifikasi
3
pendidikan olahraga atau kesehatan sehingga peserta berolahraga
menggunakan alat–alat tanpa pengetahuan yang tepat. Hal ini dapat memicu
timbulnya peredaran informasi yang belum tentu dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Sebagai contoh
informasi untuk mengkonsumsi protein sebanyak 2 gr/kg dalam rangka
meningkatkan massa otot. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Vega dan
Jackson (1996) bahwa kelompok binaragawan (BB) menekankan konsumsi
daging sementara konsumsi grup pangan lainnya menjadi tidak seimbang.
Menurut Vega dan Jackson (1996), pelaku olahraga khususnya
binaragawan gagal dalam menerapkan prinsip gizi dasar untuk mendapatkan
diet yang seimbang. Perhatian terhadap berat badan dan tujuan tertentu
seperti memaksimalkan massa otot sekaligus meminimalisasi kadar lemak
tubuh menjadi faktor utama dalam pemilihan makanan mereka. Oleh karena
itu, tindakan konsumsi para pelaku fitness ini merupakan suatu fenomena
yang menarik untuk diteliti.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan–
permasahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
1 Adakah perbedaan pada konsumsi pangan antara responden laki-laki dan
perempuan pelaku fitness?
2 Bagaimana karakteristik individu responden dan pengaruhnya
terhadap tindakan konsumsi pangan responden?
3 Apa motivasi olahraga dan pemilihan makanan responden serta
pengaruhnya terhadap tindakan konsumsi pangan responden?
4 Bagaimana pengetahuan olahraga dan gizi responden dan
pengaruhnya terhadap tindakan konsumsi pangan responden?
5 Bagaimana tindakan olahraga responden dan pengaruhnya terhadap
tindakan konsumsi pangan responden?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan konsumsi
pangan antara responden laki-laki dan perempuan serta pengaruh motivasi
dan pengetahuan serta tindakan olahraga terhadap tindakan konsumsi
pangan pada pelaku fitness usia dewasa
Tujuan Khusus
1 Menganalisis perbedaan konsumsi pangan antara responden laki-laki dan
perempuan
2 Menganalisis karakteristik individu responden dan pengaruhnya terhadap
tindakan konsumsi pangan responden
3 Menganalisis motivasi olahraga dan pemilihan pangan responden serta
pengaruhnya terhadap tindakan konsumsi pangan responden
4 Menganalisis pengetahuan gizi responden serta pengaruhnya terhadap
tindakan konsumsi pangan responden
4
5 Menganalisis tindakan olahraga responden serta pengaruhnya terhadap
tindakan konsumsi pangan responden
Manfaat Penelitian
1 Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu prasyarat dalam
mendapatkan gelar sarjana sains Ilmu Keluarga dan Konsumen sekaligus
memberikan manfaat sebagai sumber informasi bagi keprofesian penulis.
2 Bagi pengembangan keilmuan keluarga dan konsumen, penelitian ini
memberikan gambaran tentang tindakan konsumsi pangan pelaku fitness
usia dewasa sehingga dapat menjadi dasar acuan perlindungan
konsumen yang terlibat dalam aktivitas fisik, khususnya olahraga fitness.
3 Bagi pelaku fitness, penelitian ini memberikan gambaran tentang
tindakan konsumsi contoh yang berolahraga fitness beserta analisis
manfaat dan dampaknya sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan
dalam memutuskan tindakan konsumsi yang akan dilaksanakan untuk
mendapatkan kesehatan yang optimal.
4 Bagi pemilik fitness center, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan
gambaran tindakan olahraga dan tindakan konsumsi anggotanya.
KERANGKA PEMIKIRAN
Perilaku merupakan totalitas pemahaman dan aktivitas yang terjadi
pada diri seseorang yang dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti
pengalaman, fasilitas dan sosiobudaya serta faktor internal seperti persepsi,
pengetahuan, keyakinan, keinginan, motivasi, niat dan sikap. Benyamin
Bloom mengklasifikasikan perilaku ke dalam 3 ranah yakni pengetahuan,
sikap dan tindakan. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya sementara sikap merupakan
suatu kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Tindakan
merupakan gejala akhir yang tercermin dalam perilaku yang dapat diamati
dengan indera.
Perilaku merupakan hasil akhir jalinan berbagai gejala kejiwaaan.
Gejala kejiwaan tersebut adalah pengenalan (kognisi), perasaan (emosi) dan
kehendak (konasi). Aspek kehendak merupakan suatu tenaga atau kekuatan
yang mendorong seseorang untuk bertindak, sebagai respons terhadap
stimulus. Motivasi, sebagai bagian dari aspek kehendak, memegang peranan
penting dalam hal tindakan makan karena makan merupakan kebutuhan
manusia dan adanya kebutuhan tersebut memicu dorongan/motivasi dengan
tujuan memenuhi kebutuhan. Apabila seseorang pergi ke suatu pusat
kebugaran untuk melakukan aktivitas olahraga secara berulang tentu
memiliki tujuan yang akan diraihnya, sehingga motivasi menjadi salah satu
aspek penting untuk diketahui.
Pengetahuan memiliki hubungan yang sangat erat dengan perilaku
makan sehat dan prediktor kuat bagi bagi konsumsi beberapa bahan pangan
5
seperti padi-padian, produk susu, daging, kacang serta air sementara
konsumsi daging yang begitu tinggi pada kalangan binaragawan memiliki
keterkaitan dengan tujuan memaksimalkan massa otot dan meminimalisasi
kadar lemak. Hubungan masing-masing variabel dapat diamati pada gambar
1.
Karakteristik
Responden
- Jenis Kelamin
- Usia
- Pendidikan
- Pendapatan
- Indeks Massa Tubuh
Tindakan
konsumsi
Pengetahuan Gizi dan
Kesehatan
Motivasi olahraga
Motivasi pemilihan
makanan
Tindakan
olahraga
Gambar 1 Kerangka pemikiran tentang pengaruh motivasi, pengetahuan dan
tindakan olahraga terhadap tindakan konsumsi pangan pelaku
fitness usia dewasa
6
METODE PENELITIAN
Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan menggunakan desain cross sectional study,
yakni studi yang dilakukan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan.
Penelitian dilakukan di daerah Bogor dengan pertimbangan efisiensi.
Penelitian dilakukan secara purposive di Fit for Two Fitness Center di Bukit
Cimanggu City Bogor dengan pertimbangan populasi memenuhi kriteria
untuk dilakukan penelitian. Waktu penelitian dilakukan selama bulan
Desember 2013.
Teknik Pengambilan Contoh
Teknik pengambilan contoh menggunakan metode pengambilan
contoh penilaian (judgemental sampling). Menurut Sumarwan et al. (2011b),
metode pengambilan contoh penilaian merupakan metode yang
mengharuskan responden memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Dalam
penelitian ini kriteria tertentu yang harus dimiliki responden adalah minimal
telah berolahraga fitness selama 2 bulan sehingga tidak semua anggota
fitness center dapat dilibatkan.
Populasi penelitian ini adalah semua peserta fitness di Fit for Two
Fitness Center Bukit Cimanggu City yang terdaftar sebagai anggota. Contoh
penelitian adalah laki–laki maupun perempuan yang berusia minimal 17
tahun, telah melakukan olahraga fitness minimal selama 2 bulan dan tidak
menderita penyakit yang mengharuskan pembatasan terhadap konsumsi
suatu makanan. Pertimbangan pemilihan contoh berdasarkan usia adalah
karena pada usia ini di Indonesia seseorang telah dianggap cukup dewasa
untuk menentukan apa yang ingin dimakannya. Waktu minimal keterlibatan
selama 2 bulan dalam olahraga fitness dijadikan salah satu syarat contoh
diikutsertakan dalam penelitian karena aspek ini berkaitan dengan variabel
yang akan diteliti yakni motivasi dan tindakan olahraga. Contoh dengan
penyakit yang mengharuskan pembatasan terhadap makanan tidak
diikutsertakan karena variabel penyakit tidak diteliti. Jumlah contoh
penelitian sebanyak 110 orang, namun hanya 77 orang yang diikutsertakan
dalam analisis karena terkait kelengkapan data. Kerangka pengambilan
contoh dapat dilihat pada Gambar 2.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer
dikumpulkan menggunakan kuesioner yang dikembangkan. Kuesioner yang
dikembangkan bertujuan untuk melihat karakteristik individu, motivasi
olahraga dan motivasi pemilihan makanan; pengetahuan rekomendasi
olahraga dan pengetahuan gizi serta tindakan olahraga dan tindakan
konsumsi contoh. Data karakteristik individu diadaptasi dari model perilaku
konsumsi pangan (Pelto 1980) sementara data motivasi olahraga
7
dikembangkan dari Reasons for Exercise Inventory (Silberstein et al. 1988
dalam Fielder 2008).
Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh
Kuesioner tersebut membagi domain motivasi olahraga dalam 7
domain, namun dalam penelitian ini disederhanakan menjadi 3 domain
mengikuti Strelan, Mehaffey dan Tiggemann (2003) dalam Prichard dan
Tiggemann (2008). Data Tindakan olahraga diadaptasi dari Prichard dan
Tiggemann (2008) meliputi frekuensi dan durasi olahraga yang
digabungkan menjadi total waktu olahraga mengikuti Burgess, Grogan dan
Burwitz (2006) serta penambahan item pertanyaan lama menekuni olahraga.
Pengunjung
fitness center
Anggota Non-anggota
Tidak memenuhi
syarat
Memenuhi syarat
1. Berusia minimal 17 tahun
2. Telah menjalankan olahraga
fitness minimal selama 2 bulan
3. Tidak menderita penyakit
tertentu yang membatasi konsumsi
makanan
4. Bersedia ikut dalam penelitian
Kerangka
sampling
Ikut serta dalam
penelitian
Tidak ikut serta
dalam penelitian
8
data pengetahuan olahraga dikembangkan dari American Adult’s Knowledge
of Exercise Recommendations Morrow et al. (2004), data pengetahuan gizi
dikembangkan dari ilmu gizi dasar. Data motivasi pemilihan makanan
dikembangkan dari Food Choice Questionnaire (Steptoe, Pollard dan
Wardle 1995). Tindakan konsumsi diukur menggunakan Food Frequency
Questionnaire yang mengukur beberapa bahan pangan yang termasuk dalam
golongan karbohidrat dan protein, terdiri atas 12 item untuk mengukur
karbohidrat dan 10 item untuk mengukur protein. Data dikumpulkan secara
tatap muka. Variabel yang dikumpulkan tersedia pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis variabel yang dikumpulkan
Variabel Data Kategori
Jenis Kelamin Nominal 1 : Laki – laki
2 : Perempuan
Usia Rasio 1 : ≤ 20 tahun
2 : 21-40 tahun
3 : 41-60 tahun
Agama Nominal 1 : Islam
2 : Kristen Protestan
3 : Kristen Katolik
4 : Buddha
Pendidikan Rasio 1 : ≤ 12 tahun
2 : 13-16 tahun
3 : >16 tahun
Suku Nominal 1 : Jawa
2 : Sunda
3 : Chinese
4 : Campuran
5 : Lainnya
Pekerjaan Nominal 1 : Mahasiswa
2 : Pegawai Swasta
3 : Wiraswasta
4 : IRT
5: Lainnya
Pendapatan Rasio 1 : 0-5 000 000
2 : 5 000 001-10 000
000
3 : >10 000 000
Status Gizi Ordinal 1 : kurus (17.0-18.4)
2 : normal (18.5-24.9)
3 : bb berlebih
(25.0-26.9)
4 : gemuk (27.0-28.9)
5 : obesitas (≥ 29.0)
Motivasi Olahraga Ordinal 1 : Sangat rendah
9
Variabel Data Kategori
2 : Rendah
3 : Cukup tinggi
4 : Tinggi
Motivasi pemilihan
makanan
Ordinal 1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Cukup tinggi
4 : Tinggi
Pengetahuan
kesehatan
Ordinal 1 : Kurang (< 60)
2 : Sedang (60-80)
3 : Baik (> 80)
Pengetahuan gizi Ordinal 1 : Kurang (< 60)
2 : Sedang (60-80)
3 : Baik (> 80)
Lama menekuni
olahraga
Rasio 1 : 2-12 bulan
2 : 13-24 bulan
3 : >24 bulan
Frekuensi olahraga Rasio 1 : 1-2 kali per minggu
2 : 3-4 kali per minggu
3 : 5-7 kali per minggu
Durasi olahraga Rasio 1 : 0-60 menit
2 : 61-120 menit
3 : >120 menit
Total waktu olahraga Rasio 1: 0-300 menit
2: 301-600 menit
3: > 600 menit
Konsumsi karbohidrat Rasio -
Konsumsi protein Rasio -
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah diukur
reliabilitas dan validitasnya. Pengujian dilakukan di Muscledome Gym di
daerah Bintaro Tangerang Selatan. Jumlah responden dalam pengujian
instrumen adalah 31 orang. Reliabilitas dan validitas instrumen dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Reliabilitas dan validitas instrumen penelitian
Variabel Cronbach alpha Validitas
Motivasi olahraga 0.782 0.342-0.658
Motivasi makan 0.759 0.313-0.574
Pengetahuan kesehatan 0.716 0.345-0.690
Pengetahuan gizi 0.666 0.307-0.606
Tabel 1 Jenis variabel yang dikumpulkan (lanjutan)
10
Pengolahan dan Analisis Data
Data akan dikodekan, dimasukkan, dinilai dan dibersihkan
menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan analyzing menggunakan
aplikasi statistik. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan
inferensia. Analisis deskriptif yang dilakukan meliputi frekuensi distribusi,
standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata dan tabulasi
silang. Analisis deskriptif dilakukan untuk menganalisis karakteristik
individu contoh meliputi jenis kelamin, umur, agama, lama pendidikan
formal, suku, pendapatan serta status gizi; motivasi olahraga; motivasi
makan; pengetahuan; tindakan olahraga serta tindakan konsumsi pangan
individu.
Analisis inferensia yang dilakukan meliputi uji hubungan, dan uji
beda dan regresi linier berganda. Uji hubungan digunakan untuk
menganalisis hubungan antara variabel karakteristik individu, motivasi,
pengetahuan serta tindakan olahraga dengan tindakan konsumsi pangan
contoh, sementara uji beda rata-rata digunakan untuk menganalisis
perbedaan antara contoh berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Uji beda
rata-rata yang digunakan adalah independent sample T-test, uji hubungan
yang digunakan adalah uji korelasi Pearson Product Moment (PPM) untuk
variabel umur, lama pendidikan formal, pendapatan, indeks massa tubuh,
motivasi, pengetahuan, lama berolahraga fitness, frekuensi olahraga, durasi
olahraga dengan tindakan konsumsi sementara uji korelasi Spearman Rank
digunakan untuk menguji hubungan antara jenis kelamin dengan tindakan
konsumsi. Uji pengaruh digunakan untuk melihat pengaruh jenis kelamin,
umur, lama pendidikan formal, pendapatan, indeks massa tubuh, motivasi,
pengetahuan serta total waktu berolahraga terhadap konsumsi karbohidrat
dan protein contoh.
Pengategorian status gizi mengikuti Kurniasih et al. (2010) sementara
pengategorian variabel motivasi menggunakan interval kelas (Slamet 1993
dalam Pratama 2013). Pengategorian pengetahuan menggunakan Khomsan
(2000) sementara pengategorian variabel lainnya berdasarkan frekuensi
sebaran terbanyak.
Contoh Variabel motivasi
Interval kelas yang dihasilkan:
1,00-1,75 = Sangat rendah 2,51-3,25 = Cukup tinggi
1,76-2,50 = Rendah 3,26-4,00 = Tinggi
Variabel pengetahuan
Kurang= <60%
Sedang= 60%-80%
Baik= >80%
11
Uji regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari
karakteristik individu, motivasi, pengetahuan serta tindakan olahraga
terhadap tindakan konsumsi karbohidrat dan protein contoh. Model
persamaan regresi (Faisal 2008) yang digunakan untuk penelitian ini adalah
Y=b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+c
dengan
b= N -
– dan c=
-b
Keterangan:
Y = variabel terikat, yaitu tindakan konsumsi
b1-15 = konstanta regresi
c = konstanta regresi
X1 = jenis kelamin
X2 = umur
X3 = lama pendidikan formal
X4 = pendapatan
X5 = indeks massa tubuh
X6 = motivasi
X7 = pengetahuan
X8 = total waktu olahraga (tindakan olahraga)
N = jumlah populasi
Definisi Operasional
Dewasa: Kelompok yang berusia lebih atau sama dengan 17 tahun
Indeks glikemik: Tingkatan pangan menurut efeknya terhadap kadar gula
darah
Karbohidrat: Sumber energi yang berasal dari tumbuh – tumbuhan berupa
serealia seperti padi, gandum, jagung maupun umbi – umbian
Karbohidrat berindeks glikemik rendah: Jenis karbohidrat dengan nilai
indeks glikemik dibawah 55
Karbohidrat berindeks glikemik sedang: Jenis karbohidrat dengan nilai
indeks glikemik antara 55 hingga 70
Karbohidrat berindeks glikemik tinggi: Jenis karbohidrat dengan nilai
indeks glikemik melebihi 70
Motivasi makan untuk kesehatan: alasan memilih makanan dengan
mempertimbangkan makanan yang bergizi, mengandung protein tinggi dan
yang membuat tubuh tetap sehat sebagai aspek utama
Motivasi makan untuk peningkatan mood: alasan memilih makanan
dengan mempertimbangkan makanan yang dapat menghibur dan membuat
rileks sebagai aspek utama
Motivasi makan untuk kenyamanan: alasan memilih makanan dengan
mempertimbangkan makanan yang mudah disiapkan, dapat dimasak dengan
mudah, dapat dibeli dengan mudah di toko yang dekat dengan tempat
12
tinggal atau tempat kerja serta tidak membutuhkan waktu lama dalam
penyiapannya sebagai aspek utama
Motivasi makan berdasarkan daya tarik indra: alasan memilih makanan
dengan mempertimbangkan makanan yang tampilannya baik, rasa serta
tekstur yang enak sebagai aspek utama
Motivasi makan berdasarkan kealamiahan kandungan: alasan memilih
makanan dengan mempertimbankan makanan yang tidak mengandung
bahan-bahan kimiawi/buatan sebagai aspek utama
Motivasi makan berdasarkan harga: alasan memilih makanan dengan
mempertimbangkan harga yang murah dan terjangkau sebagai aspek utama
Motivasi makan untuk kontrol berat badan: alasan memilih makanan
dengan mempertimbangkan makanan yang membantu mengontrol berat
berat badan sebagai aspek utama
Motivasi makan berdasarkan kebiasaan: alasan memilih makanan
dengan mempertimbangkan makanan yang tidak asing/familiar serta
makanan yang menyerupai makanan sewaktu kecil
Motivasi olahraga: Alasan mengapa seseorang datang ke Fitness Center
dan berolahraga secara rutin, dibedakan menjadi 3 alasan besar yakni
motivasi untuk penampilan, motivasi untuk kebugaran dan kesehatan serta
motivasi untuk kesenangan
Motivasi olahraga untuk penampilan: motivasi olahraga untuk
mengontrol berat badan, mendapatkan penampilan fisik dan mengencangkan
otot
Motivasi olahraga untuk kebugaran dan kesehatan: motivasi olahraga
untuk mendapatkan kesehatan dan kebugaran
Motivasi olahraga untuk kesenangan: motivasi olahraga untuk
mendapatkan kesenangan dan peningkatan mood
Motivasi pemilihan makanan: Alasan yang melatarbelakangi makanan
yang dikonsumsi seseorang, dibedakan menjadi 8 yakni motivasi untuk
kesehatan, motivasi berdasarkan kealamiahan kandungan, motivasi untuk
kontrol berat badan, motivasi berdasarkan harga, motivasi untuk mood,
motivasi untuk kenyamanan, motivasi berdasarkan daya tarik indra serta
motivasi berdasarkan kebiasaan
Olahraga Fitness: Olahraga yang dilakukan di fitness center atau pusat
kebugaran, meliputi angkat beban, olahraga aerobik alat maupun aerobik
kelas
Pangan: Semua bahan yang dapat dijadikan makanan bagi manusia
Pangan sumber karbohidrat: Pangan yang mengandung karbohidrat
sebagai komponen utamanya
Pangan sumber protein: Pangan yang mengandung protein sebagai
komponen utamanya
Pelaku fitness: Orang yang mengunjungi fitness center, terdaftar sebagai
member dan telah berlatih rutin minimal selama 2 bulan
Pengetahuan kesehatan: Pengetahuan tentang rekomendasi olahraga untuk
memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh
Pengetahuan gizi: Pengetahuan seseorang tentang kandungan gizi dalam
makanan
13
Protein: Bagian terbesar tubuh manusia setelah air dan mengandung unsur
nitrogen
Tindakan konsumsi: Perilaku menghabiskan pangan meliputi jenis yang
dikonsumsi serta jumlah rata-rata konsumsi
Tindakan olahraga: Lama terdaftar sebagai member di Fitness Center,
frekuensi olahraga per minggu serta durasi olahraga dalam satu sesi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden
Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah jenis
kelamin, usia, agama, lama pendidikan formal, suku, pekerjaan, pendapatan
serta status gizi.
Mayoritas responden yang berpartisipasi berada pada kategori dewasa
awal (21-40 tahun), beragama Islam dan telah menempuh pendidikan di
universitas. Mayoritas responden laki-laki berasal dari suku Jawa sementara
mayoritas responden perempuan berasal dari suku Jawa atau Sunda. Ada
sekitar 14.9 persen responden laki-laki dan 6.7 persen responden perempuan
yang berasal dari suku campuran. Mayoritas responden memiliki
pendapatan pada rentang 0 hingga 5 juta rupiah baik laki-laki maupun
perempuan. Ini dapat dikaitkan dengan pekerjaan mayoritas responden laki-
laki yang bekerja sebagai mahasiswa dan responden perempuan sebagai ibu
rumah tangga.
Sekitar dua dari lima (42.6%) responden laki-laki mengalami
kelebihan berat badan sementara hanya sekitar satu dari sepuluh orang
responden perempuan yang memiliki indeks massa tubuh pada kategori
tersebut. Terdapat perbedaan yang nyata antara usia, lama pendidikan,
pendapatan dan indeks massa tubuh responden laki-laki dengan perempuan.
Responden perempuan yang berpartisipasi dalam penelitian ini
memiliki rata-rata usia yang lebih lama dari responden pria (37.20 tahun
dengan 31.45 tahun). Rata-rata responden perempuan juga menempuh
pendidikan sedikit lebih lama dari responden laki-laki (14.57 tahun dengan
14.47 tahun) namun rata-rata pendapatan responden laki-laki menunjukkan
nilai yang jauh lebih tinggi dari pendapatan perempuan (12 juta berbanding
4.7 juta) yang disebabkan oleh mayoritas responden perempuan adalah ibu
rumah tangga yang tidak memiliki pendapatan dalam konteks individu. Data
mengenai karakteristik tersedia pada Tabel 3.
Motivasi
Motif atau motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti
dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku.
Menurut Terry (1986) dalam Notoatmodjo (2010), motivasi merupakan
keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan, tindakan, tingkah laku atau perilaku.
14
Motivasi yang diukur dalam penelitian ini meliputi motivasi olahraga dan
motivasi makan.
Tabel 3 Sebaran karakteristik responden
Karakteristik yang diteliti Laki-Laki Perempuan p
n % n %
Usia (tahun)
0.02* ≤ 20 9 19.1 1 3.3
21-40 25 53.2 17 56.7
41-60 13 27.7 12 40.0
Agama
-
Islam 32 68.1 19 63.3
Kristen Protestan 5 10.6 6 20.0
Kristen Katolik 9 19.1 5 16.7
Buddha 1 2.1 0 0.0
Lama pendidikan (tahun)
0.048* ≤ 1 16 34.0 9 30.0
13-16 27 57.4 20 66.7
> 16 4 8.5 1 3.3
Suku
-
Jawa 11 23.4 9 30.0
Sunda 10 21.3 9 30.0
Chinese 9 19.1 2 6.7
Campuran 7 14.9 2 6.7
Lainnya 10 21.3 8 26.6
Pekerjaan
-
Mahasiswa 14 29.8 1 3.3
Pegawai Swasta 12 25.5 7 23.3
Wiraswasta 11 23.4 3 10.0
Ibu rumah tangga 0 0.0 14 46.7
Lainnya 10 21.3 5 16.7
Pendapatan
0.048* 0-5.000.000 31 66.0 23 76.7
5.000.001-10.000.000 6 12.8 3 10.0
> 10.000.000 10 21.3 4 13.3
Indeks massa tubuh
0.00**
17.0-18.4 (kurus) 0 0.0 1 3.3
18.5-24.9 (normal) 27 57.4 25 83.3
25.0-26.9 (bb berlebih) 8 17.0 3 10.0
27.0-28.9 (gemuk) 6 12.8 0 0.0
≥ 9.0 obesitas 6 12.8 1 3.3
* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01
Motivasi olahraga
Motivasi olahraga dikelompokkan menjadi 3 domain, yakni motivasi
olahraga untuk penampilan, motivasi olahraga untuk kesehatan dan
15
kebugaran serta motivasi olahraga untuk kesenangan (Strelan, Mehaffey dan
Tiggemann 2003 dalam Prichard dan Tiggemann 2008). Data mengenai
motivasi olahraga dapat diamati pada Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran nilai motivasi dan uji beda rata-rata motivasi olahraga
responden
Atribut Laki-Laki Perempuan p
n % n %
Penampilan
0.54
Sangat rendah (7-12.25) 1 2.1 0 0.0
Rendah (12.26-17.50) 9 19.1 4 13.3
Cukup tinggi (17.51-22.75) 32 68.1 20 66.7
Tinggi (22.76-28.00) 5 10.6 6 20.0
Kesehatan dan kebugaran
0.23
Sangat rendah (3-5.25) 0 0.0 0 0.0
Rendah (5.26-7.50) 1 2.1 0 0.0
Cukup tinggi (7.51-9.75) 32 68.1 18 60.0
Tinggi (9.76-12.00) 14 29.8 12 40.0
Kesenangan
0.83
Sangat rendah (7-12.25) 1 2.1 0 0.0
Rendah (12.26-17.50) 9 19.1 7 23.3
Cukup tinggi (17.51-22.75) 32 68.1 21 70.0
Tinggi (22.76-28.00) 5 10.6 2 6.7
* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01
Mayoritas responden baik laki-laki maupun perempuan memiliki
motivasi untuk penampilan, kesehatan dan kesenangan yang berimbang dan
berada pada kategori cukup tinggi (Tabel 4). Ini berarti tidak ada satu
dimensi yang sangat mendominasi alasan responden datang dan berolahraga
fitness. Hasil uji beda menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata
antara motivasi olahraga responden laki-laki maupun perempuan baik
motivasi untuk mendapatkan penampilan, kesehatan maupun kesenangan.
Mayoritas responden menginginkan ketiga atribut itu secara bersamaan
sebagai alasan berolahraga fitness.
Motivasi makan
Motivasi makan dibedakan menjadi 8 domain yang terdiri atas
motivasi makan untuk kesehatan, mood, kenyamanan, daya tarik indra,
kealamiahan kandungan, harga, kontrol berat badan dan kebiasaan (Steptoe,
Pollard dan Wardle 1995). Data mengenai motivasi makan dapat diamati
pada Tabel 5.
16
Tabel 5 Sebaran nilai motivasi dan uji beda rata-rata motivasi makan
responden
Atribut Laki-Laki Perempuan p
n % n %
Kesehatan
0.85
Sangat rendah (3-5.25) 0 0 0 0
Rendah (5.26-7.50) 5 10.6 1 3.3
Cukup tinggi (7.51-9.75) 25 53.2 21 70.0
Tinggi (9.76-12.00) 17 36.2 8 26.7
Mood
0.08
Sangat rendah (2-3.5) 0 0 0 0
Rendah (3.6-5.0) 26 55.3 20 66.7
Cukup tinggi (5.1-6.5) 20 42.6 10 33.3
Tinggi (6.6-8.0) 1 2.1 0 0.0
Kenyamanan
0.61
Sangat rendah (4-7) 1 2.1 1 3.3
Rendah (8-10) 28 59.6 14 46.7
Cukup tinggi (11-13) 17 36.2 14 46.7
Tinggi (14-16) 1 2.1 1 3.3
Daya tarik indra
0.58
Sangat rendah (4-7) 0 0 1 3.3
Rendah (8-10) 18 38.3 10 33.3
Cukup tinggi (11-13) 28 59.6 16 53.3
Tinggi (14-16) 1 2.1 3 10.0
Kealamiahan kandungan
0.20
Sangat rendah (1-1.75) 1 2.1 0 0.0
Rendah (1.76-2.50) 4 8.5 0 0.0
Cukup tinggi (2.51-3.25) 26 55.3 18 60.0
Tinggi (3.26-4.00) 16 34.0 12 40.0
Harga
0.69
Sangat rendah (2-3.5) 1 2.1 0 0.0
Rendah (3.6-5.0) 28 59.6 18 60.0
Cukup tinggi (5.1-6.5) 13 27.7 8 26.7
Tinggi (6.6-8.0) 5 10.6 4 13.3
Kontrol berat badan
0.23
Sangat rendah (1-1.75) 0 0 0 0
Rendah (1.76-2.50) 10 21.3 4 13.3
Cukup tinggi (2.51-3.25) 29 61.7 18 60.0
Tinggi (3.26-4.00) 8 17.0 8 26.7
Kebiasaan
0.33
Sangat rendah (2-3.5) 1 2.1 0 0.0
Rendah (3.6-5.0) 31 66.0 19 63.3
Cukup tinggi (5.1-6.5) 14 29.8 10 33.3
Tinggi (6.6-8.0) 1 2.1 1 3.3
* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01
Atribut motivasi yang mendapatkan nilai cukup tinggi adalah
kesehatan, daya tarik indra, kealamiahan kandungan serta kontrol berat
badan (Tabel 5). Sementara itu dimensi lainnya seperti mood, kenyamanan
harga dan kebiasaan mendapatkan nilai yang rendah. Hasil uji beda
17
menunjukkan tidak ada satupun atribut motivasi yang berbeda nyata antara
responden laki-laki dengan perempuan. Ini berarti baik responden laki-laki
maupun perempuan yang berolahraga fitness memiliki motivasi memilih
makanan dengan mempertimbangkan makanan tersebut dapat memberikan
kesehatan, membantu mengontrol berat badan serta berasal dari bahan-
bahan alami namun harus tetap menarik untuk dikonsumsi.
Responden yang berolahraga fitness cenderung tidak menjadikan
atribut mood, kenyamanan, harga maupun kebiasaan sebagai motivasi utama
dalam memilih makanan.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,
telinga dan sebagainya) (Notoatmodjo 2010).
Pengetahuan yang diukur dalam penelitian ini berupa pengetahuan
kesehatan dan pengetahuan gizi. Menurut Pelto (1980) dalam Suhardjo
(1989), pengetahuan kesehatan dan pengetahuan gizi merupakan bagian dari
aspek yang membentuk perilaku konsumsi seseorang.
Tabel 6 Sebaran nilai pengetahuan responden
Atribut Laki-Laki Perempuan p
n % n %
Kesehatan
0.75 Kurang (<60%) 17 36.2 11 36.7
Sedang (60%-80%) 9 19.1 7 23.3
Baik (>80%) 21 44.7 12 40.0
Gizi
0.44 Kurang (<60%) 35 74.5 23 76.7
Sedang (60%-80%) 10 21.3 5 16.7
Baik (>80%) 2 4.3 2 6.7
* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01
Pengetahuan kesehatan yang tinggi ternyata tidak berbanding lurus
dengan pengetahuan gizi (Tabel 6). Hanya sebesar 4 persen responden laki-
laki dan 6.7 persen perempuan yang memiliki nilai pengetahuan gizi yang
baik sementara mayoritas responden memiliki nilai pengetahuan gizi yang
terkategori kurang. Uji beda yang dilakukan menunjukkan tidak ada
perbedaan yang nyata antara pengetahuan responden laki-laki dengan
responden perempuan.
18
Tindakan olahraga
Variabel tindakan olahraga yang dikumpulkan dalam penelitian ini
meliputi lama menekuni olahraga fitness, frekuensi olahraga, durasi
olahraga serta total waktu berolahraga.
Lebih dari separuh responden laki-laki yang berpartisipasi dalam
penelitian ini baru menekuni olahraga fitness pada tahun pertama (2-12
bulan) sementara mayoritas responden perempuan (46.7%) telah menekuni
fitness lebih dari 24 bulan (2 tahun).
Mayoritas responden baik laki-laki maupun perempuan berolahraga
rata-rata 3 hingga 4 kali dalam seminggu selama kurun waktu 61 hingga 120
menit per sesi. Tiga dari lima orang responden laki-laki memiliki catatan
total waktu olahraga dalam rentang 301 hingga 600 menit per minggu
dengan rata-rata 375.32 menit per minggu atau setara dengan 6.26 jam per
minggu. Data mengenai tindakan olahraga tersedia pada Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran tindakan olahraga responden
Atribut Laki-Laki Perempuan p
n % n %
Lama menekuni (bulan)
0.71 2-12 25 53.2 11 36.7
13-24 9 19.1 5 16.7
> 24 13 27.7 14 46.7
Frekuensi (kali per minggu)
0.68 1-2 4 8.5 5 16.7
3-4 34 72.3 18 60.0
5-7 9 19.1 7 23.3
Durasi (menit per sesi)
0.30 0-60 12 25.5 5 16.7
61-120 32 68.1 23 76.7
> 120 3 6.4 2 6.7
Total waktu (menit per
minggu)
0.40 0-300 menit 15 31.91 14 46.67
301-600 menit 29 61.70 12 40.00
>600 menit 3 6.38 4 13.33
* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01
Mayoritas responden perempuan (46.67%) memiliki catatan total
waktu berolahraga yang lebih singkat dari responden laki-laki yakni antara 0
hingga 300 menit per minggu (Tabel 7). Namun, rata-rata catatan total
waktu olahraga responden perempuan lebih tinggi dari laki-laki yakni 417
menit atau setara dengan 6.95 jam per minggu. Responden laki-laki
maupun perempuan yang tercatat memiliki total waktu tersingkat adalah 2
jam per minggu sementara responden yang paling lama berolahraga
memiliki total waktu 21 jam per minggu. Uji beda yang dilakukan tidak
19
menunjukkan perbedaan yang nyata pada tindakan olahraga responden laki-
laki dengan perempuan.
Konsumsi Pangan
Konsumsi bahan pangan yang diteliti
Konsumsi pangan yang diteliti adalah beberapa golongan bahan
pangan yang termasuk dalam golongan karbohidrat dan protein. Bahan
pangan sumber karbohidrat yang diteliti adalah nasi putih, roti putih, mie,
bihun, kwetiau, oatmeal instan, roti gandum, nasi merah, ubi, oatmeal
quickcook, spaghetti dan makaroni sementara bahan pangan sumber protein
yang diteliti adalah telur utuh, putih telur, ayam, daging sapi, ikan, tahu,
tempe, susu sapi, susu kedelai, serta susu whey. Konsumsi pangan yang
ditampilkan dalam tabel merupakan pangan yang dikonsumsi responden
yang ditampilkan dalam bentuk rata-rata konsumsi per hari dalam kurun
waktu sebulan terakhir (Tabel 8).
Tabel 8 Nilai rata-rata, standar deviasi, nilai ekstrem serta uji beda
konsumsi pangan responden per hari dalam gram
Pangan Laki-laki Perempuan p
Min-Maks Rata-rata ± sd Min-Maks Rata-rata ± sd
Nasi putih 0-1000 321.95 ± 239.01 0-750 134.27 ± 146.33 0.00**
Roti putih 0-80 14.36 ± 19.97 0-80 13.83 ± 19.20 0.91
Mie 0-71 15.08±18.56 0-43 11.66±12.96 0.38
Bihun 0-57 3.74 ± 11.07 0-29 3.93 ± 6.41 0.93
Kwetiau 0-86 3.54 ± 12.94 0-29 2.93 ± 6.22 0.81
Oatmeal
instan 0-32.80 3.04 ± 7.04 0-16.40 3.24 ± 5.28 0.89
Roti
gandum 0-80 7.41 ± 17.18 0-40 7.90 ± 12.89 0.89
Nasi merah 0-450 39.08 ± 99.85 0-200 24.93 ± 53.06 0.48
Ubi 0-81.22 6.12 ± 15.83 0-61.28 4.23 ± 12.00 0.58
Oatmeal
quickook 0-16.40 0.42 ± 2.44 0-7.05 0.24 ± 1.29 0.70
Spaghetti 0-71 3.64 ± 10.89 0-14 3.27 ± 5.15 0.86
Makaroni 0-71 4.04 ± 14.64 0-14 1.83 ± 3.82 0.42
Telur utuh 0-486 31.37 ± 72.49 0-108 16.87 ± 21.53 0.29
Putih telur 0-1000.06 66.13 ± 205.50 0-8.99 0.43 ± 1.72 0.03*
Ayam 5.80-1044 64.76 ± 152.47 0-41.47 16.35 ± 11.95 0.04*
Daging
sapi 0-171.50 23.54 ± 31.26 0-50 14.77 ± 14.26 0.10
Ikan 0-360 34.01 ± 57.98 0-80 19.56 ± 22.07 0.20
Tahu 0-300 38.28 ± 50.26 0-150 47.17 ± 42.71 0.43
Tempe 0-500 30.61 ± 74.91 0-100 19.77 ± 21.32 0.44
Susu sapi 0-400 95.40 ± 123.25 0-200 62.87 ± 86.46 0.18
Susu
kedelai 0-300 17.00 ± 59.10 0-322 44.00 ± 82.11 0.12
Susu whey 0-192 19.16 ± 43.72 0 0 ± 0 0.004**
* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01
20
Nasi putih merupakan bahan pangan sumber karbohidrat yang paling
banyak dikonsumsi sementara oatmeal quickcook merupakan sumber
karbohidrat yang paling sedikit dikonsumsi. Bahan pangan sumber protein
yang paling banyak dikonsumsi adalah susu sapi baik pada responden laki-
laki maupun perempuan. Bahan pangan sumber protein yang paling sedikit
dikonsumsi pada responden laki-laki adalah susu kedelai sementara susu
whey merupakan bahan pangan sumber protein yang paling sedikit
dikonsumsi oleh responden perempuan (Tabel 8).
Hasil uji beda yang dilakukan menunjukkan perbedaan yang nyata
pada konsumsi nasi putih, putih telur, daging ayam serta susu whey antara
responden laki-laki dengan responden perempuan.
Konsumsi karbohidrat dan protein responden
Karbohidrat indeks glikemik (IG) tinggi merupakan jumlah
karbohidrat yang dikonsumsi responden yang berasal dari bahan pangan
meliputi nasi putih, roti putih, oatmeal instan serta roti gandum sementara
karbohidrat indeks glikemik rendah dan sedang merupakan jumlah
karbohidrat yang dikonsumsi responden yang berasal dari bahan pangan
meliputi mie, bihun, kwetiau, nasi merah, ubi, oatmeal quickcook, spaghetti
dan makaroni. Konsumsi protein merupakan penjumlahan konsumsi protein
yang berasal dari telur utuh, putih telur, ayam, daging sapi, ikan, tahu,
tempe, susu sapi, susu kedelai dan susu whey. Data mengenai konsumsi
karbohidrat dan protein dapat diamati pada Tabel 9.
Tabel 9 Rata-rata serta nilai uji beda konsumsi karbohidrat dan protein
responden
Kategori zat
gizi
Laki-laki Perempuan p
Min-Maks Rata-rata ± sd Min-Maks Rata-rata ± sd
Karbohidrat
IG tinggi 0-446 142.67 ± 98.76 70-310.20 66.51 ± 60.57 0.00
**
Karbohidrat
IG rendah
dan sedang
0-151.47 24.47 ± 33.38 0-67.66 17.01 ± 17.13 0.20
Protein 9.41-284.31 60.35 ± 60.17 2.85-59.39 22.13 ± 12.28 0.00**
* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01
Konsumsi karbohidrat berindeks glikemik tinggi mendominasi
konsumsi pada responden laki-laki dan perempuan (Tabel 9). Hasil uji beda
menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata pada konsumsi karbohidrat
berindeks glikemik (IG) lebih tinggi dan konsumsi protein. Responden laki-
laki mengkonsumsi karbohidrat IG tinggi dan protein 2 kali lipat lebih
banyak dari responden perempuan.
21
Hubungan antar variabel
Hubungan antara variabel dijelaskan melalui statistik inferensia. Uji
korelasi Pearson dan Spearman digunakan untuk menjelaskan hubungan
antar variabel.
Hubungan variabel karakteristik dengan konsumsi pangan
Jenis kelamin berhubungan positif dengan konsumsi nasi putih
(r=.468; p=.000), putih telur (r=.417; p=.000), ayam (r=.428; p=.000) dan
susu whey (r=.406; p=.000) namun berhubungan negatif dengan konsumsi
bihun (r=-.226; p=.048) dan susu kedelai (r=-.284; p=.012).
Ini berarti bahwa responden laki-laki cenderung mengkonsumsi nasi
putih, putih telur, ayam dan susu whey lebih banyak dari responden
perempuan sementara responden perempuan cenderung mengkonsumsi
bihun dan susu kedelai lebih banyak dalam rentang waktu satu bulan
terakhir. Data mengenai hubungan antara karakteristik responden dengan
konsumsi pangan tersedia pada Tabel 10.
Tabel 10 Koefisien korelasi karakteristik dengan konsumsi pangan
Pangan Jenis
kelamin
Umur Lama pendidikan
formal
Pendapatan IMT
Nasi putih .468** -.216 -.044 .110 -.051
Roti putih -0.10 -.035 -.170 -.143 .020
Mie .002 -.154 .111 -.064 -.083
Bihun -.226* -.073 .030 -.074 -.007
Kwetiau -.041 -.133 -.059 -.034 -.113
Oatmeal
instan -.129 .147 -.114 .001 -.139
Roti gandum -.129 .147 -.114 .001 -.139
Nasi merah -.035 -.071 .018 -.109 .082
Ubi .021 .136 -.260* .101 .127
Oatmeal
quickcook .023 .263* -.142 -.038 -.007
Spaghetti -.084 -.239* -.190 -.132 -.173
Makaroni -.101 -.208 -.109 -.081 -.092
Telur utuh .001 -.130 .098 .001 -.021
Putih telur .417** -.128 -.129 -.052 -.040
Ayam .428** .059 .259* -.011 .061
Daging sapi .073 -.204 -.166 -.061 -.002
Ikan .116 .296** .186 .580** .136
Tahu -.134 .118 -.052 .034 -.042
Tempe -.062 .012 .057 .444** .287*
Susu sapi .141 -.237* -.203 -.049 -.333**
Susu kedelai -.284* .135 -.053 -.094 .061
Susu whey .406** -.123 .041 .116 .141
* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01
22
Variabel usia berhubungan positif dengan konsumsi ikan (r=.296;
p=.009), dan konsumsi oatmeal quickcook (r= .263; p=.021 ) namun
berhubungan negatif dengan spaghetti (r=-.239; p=.036 ) dan susu sapi (r=-
.237; p=.038). Ini berarti semakin tua responden kecenderungannya semakin
baik pula penerimaannya terhadap konsumsi ikan dan konsumsi oatmeal
quickcook, namun justru mengurangi konsumsi spaghetti dan susu sapi
(Tabel 10).
Variabel lama pendidikan formal berhubungan positif dengan
konsumsi ayam (r=.259; p=.023) namun memiliki hubungan negatif dengan
konsumsi ubi (r=-.260; p=.022). Ini berarti semakin tinggi pendidikan
responden semakin tinggi kecenderungannya untuk mengkonsumsi ayam
namun justru menghindari konsumsi ubi.
Variabel pendapatan behubungan positif dengan ikan (r=.580;
p=.000) dan tempe (r= .444; p=.000). Ini berarti semakin tinggi pendapatan
responden cenderung semakin tinggi konsumsi ikan dan tempe dalam satu
hari. Variabel Indeks Massa Tubuh (IMT) berhubungan positif dengan
konsumsi tempe (r=.287; p=.011 ) dan negatif dengan konsumsi susu sapi
(r=-.333 ; p=.003). Ini berarti semakin tinggi IMT responden, semakin
tinggi kecenderungannya untuk mengurangi konsumsi susu sapi dan
mengurangi konsumsi tempe.
Hubungan variabel motivasi olahraga dengan konsumsi pangan
Motivasi olahraga untuk penampilan berhubungan negatif dengan
konsumsi ubi (r=-.258; p=.024) dan tahu (r=-.269; p=.018). Ini berarti
semakin tinggi motivasi responden mendapatkan bentuk tubuh yang ideal,
semakin tinggi kecenderungannya untuk mengurangi konsumsi ubi dan tahu.
Motivasi olahraga untuk kebugaran dan kesehatan berhubungan
negatif dengan konsumsi bihun (r=-.241; p=.035), ubi (r=-.262; p=.022) dan
tempe (r=-.231; p=.043). Ini berarti semakin tinggi motivasi responden
untuk mendapatkan kebugaran dan kesehatan, semakin rendah
kecenderungannya untuk mengkonsumsi bihun, ubi dan tempe. Motivasi
olahraga untuk kesenangan memiliki hubungan positif dengan konsumsi
makaroni (r=.285; p=.012) Data mengenai hubungan antara motivasi
olahraga dengan konsumsi pangan dapat diamati pada Tabel 11.
Penelitian ini belum mampu membuktikan adanya hubungan nyata
antara motivasi olahraga untuk mendapatkan tubuh yang bagus dengan
konsumsi sumber protein yang tinggi sesuai dengan yang telah
dihipotesiskan.
Hubungan antara variabel motivasi makan dengan konsumsi pangan
Motivasi makan untuk kesehatan berhubungan positif dengan susu
sapi (r=.296; p=.009) dan konsumsi roti putih (r=.234; p=.041). Ini berarti
semakin tinggi motivasi responden makan untuk mendapatkan kesehatan,
semakin tinggi juga kecenderungannya untuk mengkonsumsi susu sapi dan
roti putih. Data mengenai hubungan antara motivasi makan dengan
konsumsi pangan tersedia pada Tabel 12.
Motivasi makan untuk mood berhubungan positif dengan konsumsi
nasi putih (r=.241; p=.034), mie (r=.260; p=.022) namun berhubungan
23
negatif dengan oatmeal instan (r=-.275; p=.015) dan roti gandum (r=-.275;
p=.015). Ini berarti semakin tinggi motivasi responden makan untuk
menjaga mood semakin tinggi juga kecenderungannya untuk mengkonsumsi
nasi putih dan mie serta mengurangi konsumsi oatmeal instan dan roti
gandum.
Tabel 11 Koefisien korelasi motivasi olahraga dengan konsumsi pangan
Pangan Motivasi olahraga
penampilan kebugaran dan kesehatan kesenangan
Nasi putih -.111 .036 .143
Roti putih .015 .023 .074
Mie -.023 .070 .178
Bihun -.112 -.241* -.081
Kwetiau -.089 .017 -.064
Oatmeal instan -.140 -.048 -.009
Roti gandum -.140 -.048 -.009
Nasi merah .133 .039 .081
Ubi -.258* -.262* -.040
Oatmeal quickcook -.191 -.063 -.096
Spaghetti .101 .013 .170
Makaroni .020 .062 .285*
Telur utuh .033 .104 .025
Putih telur -.050 -.056 .027
Ayam .029 .096 .065
Daging sapi .056 .004 -.075
Ikan -.211 -.049 -.101
Tahu -.269* -.148 -.006
Tempe -.043 -.231* -.155
Susu sapi -.122 .105 .023
Susu kedelai .020 .017 -.067
Susu whey -.078 -.216 -.095
* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01
Motivasi makan untuk kenyamanan berhubungan positif dengan
daging sapi (r=.245; p=.032) namun memiliki hubungan yang negatif
dengan konsumsi nasi merah (r=-.287; p=.011). Ini berarti semakin tinggi
motivasi responden untuk mendapatkan kenyamanan melalui makanan,
semakin tinggi juga kecenderungannya untuk mengkonsumsi daging sapi,
namun mengurangi konsumsi nasi merah (Tabel 12).
Motivasi makan berdasarkan daya tarik indra berhubungan positif
dengan mie (r=.298; p=.009), nasi putih (r=.242; p=.034) dan daging sapi
(r=.281; p=.013), namun memiliki hubungan negatif signifikan dengan ikan
(r=-.251; p=.028) dan tempe (r=-.271; p=.017). Ini berarti, semakin tinggi
motivasi responden untuk makan berdasarkan daya tariknya, cenderung
mengkonsumsi mie, nasi putih daging sapi dan mengurangi konsumsi ikan
dan tempe.
24
Motivasi makan berdasarkan kealamiahan kandungan memiliki
hubungan positif dengan roti putih (r=.224; p=.050) namun memiliki
hubungan negatif dengan konsumsi ayam (r=-.242; p=.034). Ini berarti
semakin tinggi motivasi responden untuk mengkonsumsi makanan yang
alami, semakin tinggi kecenderungannya untuk mengkonsumsi roti putih
dan mengurangi konsumi ayam.
Motivasi makan berdasarkan harga berhubungan positif dengan
konsumsi makaroni (r=.294; p=.009). Ini berarti semakin tinggi motivasi
responden untuk menjadikan harga sebagai aspek penting dalam makanan,
semakin tinggi kecenderungannya untuk mengkonsumsi makaroni.
Tabel 12 Koefisien korelasi motivasi makan dengan konsumsi pangan
Pangan Atribut motivasi makan
S M N D A H BB B
Nasi putih -.105 .241* .167 .242* -.124 .214 -.305** -.023
Roti putih .234* .070 .090 .122 .224* -.100 -.117 .071
Mie -.131 .260* .158 .298** -.112 .193 -.199 -.112
Bihun -.103 -.186 -.015 .106 -.098 -.003 -.099 -.003
Kwetiau -.012 .162 .003 .182 -.140 -.043 -.080 .026
Oatmeal
instan .045 -.275* -.069 -.137 .054 -.055 .076 .076
Roti
gandum .045 -.275* -.069 -.137 .054 -.055 .076 .076
Nasi
merah .075 .014 -.287* -.134 -.205 -.068 .116 .000
Ubi .222 -.175 -.058 -.165 .185 -.089 -.242* -.064
Oatmeal
quickcook .125 -.247 -.147 -.164 .125 -.182 -.210 -.062
Spaghetti .043 .154 -.014 .174 -.062 .125 -.118 .095
Makaroni -.125 .084 .143 .084 -.112 .294** -.141 .063
Telur utuh -.007 .109 .009 .165 -.083 -.025 .030 .062
Putih telur .100 .063 -.055 .026 -.057 .059 -.135 .016
Ayam -.066 .020 -.086 -.151 -.242* .085 -.015 .115
Daging
sapi .200 .160 .245* .281* .036 -.002 -.009 .025
Ikan -.204 -.123 -.185 -.251* .111 -.179 -.196 -.295**
Tahu .088 -.170 -.081 -.185 .117 -.065 .024 .113
Tempe .039 -.070 -.167 -.271* .191 -.218 .175 -.171
Susu sapi .296** .188 .014 .102 .027 .006 -.195 .051
Susu
kedelai .112 -.050 .058 .107 .114 .116 .130 .160
Susu
whey .075 -.162 -.153 -.103 -.013 -.141 .016 -.184
Ket: S=Kesehatan, M=Mood, N=Kenyamanan, D=Daya tarik indra, A=Kealamiahan
kandungan, H=Harga, BB=Kontrol berat badan, B=Kebiasaan, * signifikan pada p<0.05;
** signifikan pada p<0.01
Motivasi makan untuk kontrol berat badan berhubungan negatif
dengan konsumsi nasi putih (r=-.305; p=.007) dan konsumsi ubi (r=-.242;
25
p=.034). Ini berarti semakin tinggi motivasi makan responden untuk
mengontrol berat badannya, semakin rendah konsumsi karbohidrat yang
berasal dari nasi putih dan ubi (Tabel 12).
Motivasi makan berdasarkan kebiasaan berhubungan negatif dengan
konsumsi ikan (r=-.295; p=.009). Ini berarti ada kaitannya antara konsumsi
ikan yang rendah dengan tidak terbiasanya responden mengkonsumsi bahan
pangan tersebut dari dulu.
Hubungan antara variabel pengetahuan dan tindakan olahraga dengan
konsumsi pangan
Pengetahuan kesehatan berhubungan negatif sangat signifikan dengan
konsumsi susu whey (r=-.298; p=.008) sementara pengetahuan gizi
berhubungan positif signifikan dengan konsumsi bihun (r=.233; p=.041) dan
konsumsi ikan (r=.224; p=.050) (Tabel 13).
Tabel 13 Koefisien korelasi pengetahuan dan tindakan olahraga dengan
konsumsi pangan
* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01
Pangan Pengetahuan Tindakan olahraga
Kesehatan Gizi Lama
menekuni
Frekuensi
(F)
Durasi
(D)
Total
waktu
(F x D)
Nasi putih -.006 .142 -.088 -.097 -.063 -.076
Roti putih .105 -.018 -.103 -.074 .042 -.026
Mie .052 .101 -.081 .008 -.097 -.058
Bihun -.220 .233* -.125 -.052 -.025 -.074
Kwetiau -.135 -.009 .051 -.020 .096 .023
Oatmeal instan -.176 -.009 -.031 -.060 -.027 -.051
Roti gandum -.176 -.009 -.031 -.060 -.027 -.051
Nasi merah -.062 .034 .099 .125 .079 .108
Ubi -.117 -.051 .107 .025 -.156 -.072
Oatmeal
quickcook -.145 -.043 -.049 -.080 -.073 -.086
Spaghetti .025 -.044 -.065 .138 -.036 .118
Makaroni -.049 .091 -.037 .002 -.211 -.114
Telur utuh -.081 -.013 .028 -.079 .053 -.020
Putih telur -.106 .092 .051 .136 -.082 .039
Ayam .119 -.029 .023 -.058 .056 -.012
Daging sapi .031 .027 -.032 .055 -.084 -.011
Ikan -.086 .224* .588** .034 -.094 -.040
Tahu -.150 -.009 -.014 .012 .081 .029
Tempe -.081 .120 .069 .067 -.147 -.072
Susu sapi .072 .184 -.053 -.151 -.077 -.113
Susu kedelai -.081 -.035 -.108 -.134 .089 -.054
Susu whey -.298** .103 .126 .102 -.061 .004
26
Berdasarkan Tabel 13, lama menekuni olahraga fitness berhubungan
positif dengan konsumsi ikan (r=.588; p=.000). Tidak ditemukan hubungan
antara variabel frekuensi dan durasi olahraga dengan konsumsi pangan. Ini
berarti semakin lama responden menekuni olahraga fitness cenderung
semakin tinggi pula konsumsi ikan responden.
Menurut Pelto (1980) dalam Suhardjo (1989), pengetahuan kesehatan
dan pengetahuan gizi termasuk faktor yang mempengaruhi gaya hidup
terkait perilaku konsumsi seseorang. Penelitian ini cukup sesuai dengan
teori tersebut dengan satu bahan pangan yakni whey protein yang
berhubungan nyata dengan pengetahuan kesehatan dan dua bahan pangan
yakni bihun dan ikan yang berhubungan nyata dengan pengetahuan gizi.
Dalam penelitian Fielder tahun 2008, pengetahuan gizi dan kesehatan
(variabel ini digabungkan dalam penelitian tersebut) berhubungan nyata
dengan perilaku makan sehat (r=.21;p<.01). Hasil penelitian ini berlainan
dengan penelitian tersebut seperti tidak adanya hubungan nyata antara
pengetahuan baik pengetahuan kesehatan maupun gizi dengan konsumsi
karbohidrat berindeks glikemik rendah seperti nasi merah atau ubi. Justru
pengetahuan gizi berhubungan nyata positif dengan konsumsi bihun, yang
walaupun berada pada kategori indeks glikemik sedang, ternyata kandungan
karbohidratnya yang paling tinggi diantara bahan pangan lain yang diteliti.
Penelitian Fielder (2008) menyatakan bahwa aktivitas fisik seseorang
berhubungan erat dengan perilaku makan sehat (r=.26;p<.01). Dalam
penelitian ini tidak terdapat satupun hubungan nyata antara waktu total
seseorang berolahraga dengan konsumsi pangan. Penelitian Sharma,
Gernand dan Day (2008) menyatakan bahwa pengetahuan gizi merupakan
prediktor signifikan untuk konsumsi padi-padian pada dewasa di daerah El
Paso, Texas (odds ratio=6.42; 95% confidence interval:2.4,17.1). Dalam
penelitian ini hanya bihun yang berhubungan nyata dengan pengetahuan gizi
sementara bahan pangan dari padi-padian lainnya seperti nasi, roti, oatmeal
tidak berhubungan nyata seperti yang dipaparkan dalam penelitian tersebut.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap karbohidrat indeks glikemik
tinggi
Karbohidrat indeks glikemik tinggi merupakan jumlah karbohidrat
yang dikonsumsi responden yang berasal dari konsumsi bahan pangan
meliputi nasi putih, roti putih, oatmeal instan serta roti gandum.
Berdasarkan Tabel 14, jenis kelamin (B=97.545;p<0.01) dan indeks
massa tubuh (B=-9.901;p<0.05) berpengaruh terhadap konsumsi karbohidrat
indeks glikemik tinggi. Ini berarti responden laki-laki mengkonsumsi
karbohidrat golongan ini sebanyak 97.5 gram lebih banyak dari responden
perempuan. Selain itu, setiap kenaikan indeks massa tubuh sebesar 1 poin
akan menurunkan konsumsi karbohidrat indeks glikemik tinggi sebesar 9.9
gram.
Variabel motivasi, pengetahuan maupun tindakan olahraga tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi karbohidrat
berindeks glikemik tinggi. Nilai signifikansi konstanta Friedman
menunjukkan nilai yang signifikan (p<0.05) sementara nilai adjusted R2
27
menunjukkan angka 0.190. Ini berarti model yang dipaparkan dalam Tabel
14 valid dan dapat menggambarkan konsumsi karbohidrat indeks glikemik
tinggi responden sebanyak 19 persen dan sisanya sebesar 81 persen
digambarkan oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Tabel 14 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi karbohidrat
indeks glikemik tinggi
Variabel bebas Koefisien tak
terstandarisasi
Koefisien
terstandarisasi p
B std. error β
Konstanta 154.554 160.031 - 0.338
Jenis kelamin (dummy) 97.545 24.643 0.513 0.000**
Umur -0.360 1.012 -0.045 0.723
Lama pendidikan formal -0.516 4.956 -0.012 0.917
Pendapatan 9.643E-7 0.000 0.193 0.132
Indeks massa tubuh (IMT) -9.901 3.719 -0.342 0.010*
Motivasi 1.901 1.349 0.170 0.163
Pengetahuan -0.411 0.708 -0.066 0.564
Tindakan olahraga (total waktu) -0.050 0.050 -0.115 0.318
F 3.234**
0.004
R2 0.276
adjusted R2 0.190
* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01
Model regresi linear konsumsi karbohidrat indeks glikemik rendah
tidak ditampilkan karena nilai signifikansi konstanta Friedman tidak
menunjukkan nilai yang siginifikan (p=0.724) sehingga model tersebut tidak
valid.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi protein
Konsumsi protein merupakan penjumlahan dari konsumsi beberapa
bahan pangan sumber protein yang diukur dalam penelitian ini meliputi
telur utuh, putih telur, ayam, daging sapi, ikan, tahu, tempe, susu sapi, susu
kedelai serta susu whey.
Berdasarkan Tabel 15, variabel jenis kelamin berpengaruh terhadap
konsumsi protein responden (B=38.332; p<0.01). Ini berarti responden laki-
laki mengkonsumsi protein sebanyak 38 gram lebih banyak dari responden
perempuan. Variabel motivasi, pengetahuan maupun tindakan olahraga
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi protein
responden.
Nilai signifikansi konstanta Friedman menunjukkan nilai yang
signifikan (p<0.05) sementara nilai adjusted R2 menunjukkan angka senilai
0.108. Ini berarti model yang dipaparkan dalam Tabel 15 merupakan model
yang valid dan dapat menggambarkan konsumsi protein responden sebesar
28
10.8 persen dan sisanya sebesar 80.2 persen digambarkan oleh variabel lain
yang tidak diteliti.
Tabel 15 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi protein
Variabel bebas Koefisien tak
terstandarisasi
Koefisien
terstandarisasi p
B std. error β
Konstanta 113.104 91.826 - 0.222
Jenis kelamin (dummy) 38.332 14.140 0.369 0.008**
Umur -0.440 0.581 -0.100 0.452
Lama pendidikan formal 3.514 2.844 0.144 0.221
Pendapatan 4.246E-7 0.000 0.155 0.246
Indeks massa tubuh (IMT) -1.719 2.134 -0.108 0.423
Motivasi -0.637 0.774 -0.104 0.414
Pengetahuan -0.403 0.407 -0.118 0.325
Tindakan olahraga (total waktu) -0.003 0.029 -0.013 0.912
F 2.154* 0.042
R2 0.202
adjusted R2 0.108
* signifikan pada p<0.05; ** signifikan pada p<0.01
Pembahasan
Konsumsi susu whey pada responden laki-laki menjadi penanda
adanya indikasi usaha meningkatkan konsumsi protein. Hal ini disebabkan
karena konsentrasi protein dalam susu whey lebih tinggi dibandingkan susu
sapi yang tersedia secara umum di pasar. Selain itu, harganya yang relatif
lebih mahal dibandingkan susu sapi menunjukkan bahwa responden
memiliki suatu kebutuhan yang ingin diraih yang selanjutnya menimbulkan
motivasi untuk mengkonsumsi bahan pangan tersebut.
Penelitian Oliver, Leon dan Hernandez (2010) menyatakan bahwa
konsumsi suplemen protein bubuk lebih umum digunakan oleh laki-laki.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian tersebut dimana tak satupun
responden perempuan yang melaporkan mengkonsumsi susu whey.
Konsumsi protein, termasuk susu whey dihipotesiskan sebagai penanda
adanya motivasi untuk mendapatkan penampilan. Namun, dalam penelitian
ini tidak ditemukan bukti yang cukup kuat antara dimensi motivasi olahraga
maupun dimensi motivasi makan dengan bahan pangan tersebut.
Di sisi lain, pengetahuan kesehatan menunjukkan hubungan yang
negatif dengan konsumsi whey. Mayoritas responden memiliki nilai
pengetahuan kesehatan yang terkategori baik, sehingga rataan konsumsi
susu whey pada responden laki-laki cenderung sedikit.
Variabel usia berhubungan positif dengan konsumsi ikan serta oatmeal
quickcook. Konsumsi ikan yang meningkat seiring berjalannya usia dapat
dijelaskan melalui motivasi makan berdasarkan daya tarik indra. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semakin responden mementingkan makanan
yang lezat sebagai motivasi memilih makanannya, cenderung semakin
29
rendah konsumsi ikan responden. Di sisi lain, semakin bertambahnya usia
responden, semakin turun motivasi makan berdasarkan daya tarik indra
sehingga konsumsi ikan akan meningkat.
Konsumsi oatmeal quickcook yang meningkat seiring peningkatan
usia dapat dijelaskan oleh motivasi makan untuk meningkatkan mood.
Semakin responden termotivasi memilih makanan untuk meningkatkan
moodnya, semakin rendah kecenderungannya untuk mengkonsumsi oatmeal
quickcook. Di sisi lain, semakin bertambah umur responden, semakin
rendah motivasi responden untuk memilih makanan untuk meningkatkan
mood sehingga konsumsi oatmeal quickcook meningkat.
Indeks massa tubuh (IMT) responden berhubungan positif dengan
konsumsi tempe dan negatif dengan konsumsi susu sapi. Kaitan antara IMT
responden dengan konsumsi tempe dapat dijelaskan melalui dimensi
motivasi olahraga untuk kesehatan. Semakin tinggi motivasi olahraga
responden untuk mendapatkan kesehatan dan kebugaran, semakin rendah
konsumsi tempenya. Di sisi lain, semakin bertambahnya IMT responden
akan menurunkan motivasi berolahraga untuk kesehatan responden, yang
berdampak pada meningkatnya konsumsi tempe.
Sementara itu, tidak ada satu dimensi baik motivasi olahraga, motivasi
makan, pengetahuan maupun tindakan olahraga yang dapat menjelaskan
hubungan antara IMT dengan konsumsi susu sapi. Ini mungkin memiliki
keterkaitan dengan variabel lain diluar variabel lain yang diteliti.
Motivasi olahraga menunjukkan hubungan yang nyata dengan
beberapa domain motivasi makan, seperti motivasi olahraga untuk
penampilan dengan motivasi makan untuk mengontrol berat badan, motivasi
olahraga untuk kebugaran dan kesehatan dengan motivasi makan untuk
kesehatan serta motivasi olahraga untuk kesenangan dengan motivasi makan
berdasarkan harga. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fielder
tahun 2008 yang menunjukkan bahwa hampir seluruh dimensi motivasi
olahraga berhubungan nyata dengan motivasi makan.
Tren yang ditunjukkan dalam penelitian ini terkait dengan konsumsi
karbohidrat adalah, semakin tinggi motivasi olahraga untuk penampilan
responden, semakin tinggi motivasi makan untuk mengontrol berat badan
responden. Semakin tinggi motivasi makan untuk mengontrol berat badan,
semakin tinggi kecenderungan responden untuk mengurangi konsumsi ubi
maupun nasi putih. Nasi putih dianggap sebagai bahan pangan yang
menghambat proses penurunan berat badan terkait nilai indeks glikemiknya
(IG) yang paling tinggi diantara bahan pangan lain yang diteliti (IG=89).
Walaupun begitu, nasi putih tetap merupakan bahan pangan yang paling
banyak dikonsumsi, bahkan pada kalangan pelaku fitness. Ini menunjukkan
ketergantungan yang sangat tinggi pada nasi putih sebagai sumber
karbohidrat.
Responden tidak menunjukkan peralihan konsumsi ke karbohidrat
dengan nilai IG yang lebih rendah seperti nasi merah, ubi, spaghetti atau
makaroni namun hanya fokus mengurangi konsumsi nasi putih dan ubi.
Padahal, ubi merupakan karbohidrat dengan nilai indeks glikemik dengan
kategori rendah (IG=44), bahkan lebih rendah dari nasi merah (IG=50).
Kandungan karbohidratnya juga lebih rendah dari nasi merah, 25.6 g/100g
30
berbanding 32.5 g/100g sehingga sebetulnya sangat cocok dijadikan salah
satu sumber karbohidrat untuk membantu penurunan berat badan.
Semakin tinggi motivasi responden berolahraga agar mendapatkan
kesehatan dan kebugaran, semakin tinggi motivasi makan responden untuk
makan makanan yang sehat. Ini diikuti dengan semakin tingginya konsumsi
roti putih. Padahal, roti putih tidak memiliki kaitan langsung untuk
meningkatkan kesehatan karena kandungan indeks glikemiknya yang tinggi
(IG=71).
Motivasi olahraga untuk bersenang-senang berhubungan nyata
dengan motivasi makan berdasarkan harga sementara motivasi makan
berdasarkan harga berhubungan nyata dengan konsumsi makaroni. Ini
berarti responden dengan keinginan yang tinggi untuk bersenang-senang
melalui olahraga akan mementingkan harga murah pada makanan sebagai
faktor utama dalam memilih makanan dan dalam tindakannya dan
cenderung memilih karbohidrat yang berasal dari makaroni. Makaroni
dianggap sebagai salah satu sumber karbohidrat yang murah menurut
responden.
Dalam kaitannya dengan konsumsi sumber-sumber protein, tidak
ditemukan hubungan yang erat antara motivasi makan untuk mengontrol
berat badan dengan konsumsi bahan pangan sumber gizi tersebut.
Responden dengan nilai motivasi olahraga untuk kebugaran dan kesehatan
yang tinggi cenderung untuk menghindari konsumsi sumber protein yang
berasal dari tempe. Ini dapat disebabkan karena semakin tinggi nilai
motivasi olahraga untuk memperoleh kesehatan akan meningkatkan nilai
motivasi makan berdasarkan daya tarik indra. Di sisi lain, motivasi makan
berdasarkan daya tarik indra menyebabkan penurunan konsumsi tempe. Ini
berarti responden dengan motivasi tinggi ingin mendapatkan tubuh yang
sehat melalui olahraga, tetap mementingkan makanan yang menarik dan
tempe dianggap sebagai bahan pangan sumber protein yang kurang menarik
secara inderawi.
Pengetahuan gizi berhubungan positif dengan konsumsi bihun dan
ikan. Perlu diluruskan bahwa bihun bukan sumber karbohidrat yang tepat
untuk proses menurunkan berat badan karena walau indeks glikemiknya
tergolong sedang (IG=58) namun kandungan karbohidratnya yang tinggi
yakni sebesar 82.1 gram per 100 gram pangan merupakan bahan pangan
dengan kandungan karbohidrat tertinggi diantara bahan pangan sumber
karbohidrat lainnya yang diteliti. Alternatif yang tepat adalah mie (IG=52;
karbohidrat=14 g/100g pangan) atau spaghetti (IG= 46;karbohidrat= 22.6
g/100 g pangan).
Satu-satunya variabel tindakan olahraga yang berhubungan nyata
dengan konsumsi pangan adalah antara lama menekuni olahraga fitness
dengan konsumsi ikan. Lama menekuni olahraga responden juga
menunjukkan hubungan yang bertentangan dengan motivasi makan
berdasarkan daya tarik indra. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa semakin tinggi motivasi makan berdasarkan daya tarik indra
responden semakin rendah konsumsi ikan, maka dengan semakin lamanya
responden menekuni olahraga fitness, responden cenderung tidak lagi
31
mempedulikan daya tarik indra sebagai faktor utama dalam memilih
makanan. Dampaknya, konsumsi ikan responden meningkat.
Konsumsi protein pada laki-laki tidak menunjukkan rataan yang
menyimpang, walau terdapat perbedaan nyata pada konsumsi protein antara
laki-laki dengan perempuan. Rataan konsumsi protein pada responden laki-
laki sebesar 0.81 g/kg bb/hari. Menurut FAO/WHO/UNU (1985) dalam
Almatsier (2001), angka kecukupan protein bagi responden usia 18 hingga
60 tahun adalah 0.75 g/kg bb/hari sementara batas maksimum protein yang
disarankan adalah 2 kali Angka Kecukupan Gizi. Ini berarti konsumsi
protein pada laki-laki berada pada kategori normal.
Di sisi lain rasio konsumsi protein perempuan dengan nilai 0.39
g/kg/hari jauh di bawah angka kecukupan protein yang dianjurkan sehingga
disarankan untuk responden perempuan meningkatkan konsumsi protein
harian.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Nilai motivasi responden baik motivasi olahraga maupun motivasi
makan terkategori cukup tinggi. Responden memiliki rataan pengetahuan
kesehatan yang tergolong sedang sementara pengetahuan gizi responden
tergolong rendah. Responden telah menempuh olahraga fitness rata-rata
selama dua tahun enam bulan serta memiliki rata-rata total waktu
seperempat hari per minggu. Terdapat perbedaan nyata antara konsumsi
karbohidrat indeks glikemik tinggi dan protein antara responden laki-laki
dengan perempuan namun tidak ditemukan perbedaan nyata pada konsumsi
karbohidrat berindeks glikemik sedang dan rendah.
Dalam ruang lingkup penelitian ini model regresi yang telah
dipaparkan dalam kerangka pemikiran dapat menggambarkan konsumsi
karbohidrat berindeks glikemik tinggi responden sebanyak 19% dan
konsumsi protein sebesar 10.8% namun tidak dapat menggambarkan
konsumsi karbohidrat indeks glikemik rendah dan sedang. Variabel motivasi,
pengetahuan maupun tindakan olahraga tidak menunjukkan pengaruh yang
nyata terhadap konsumsi karbohidrat maupun protein responden.
Saran
Penelitian selanjutnya diharap berfokus pada subjek berjenis kelamin
pria untuk mencapai kesimpulan umum apakah pelaku fitness pria akan
melakukan penyimpangan konsumsi protein atau tidak serta penelitian di
bagian suplemen olahraga termasuk steroid.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama. Hlm 77,88, 98, 100, 104.
32
Faisal S. 2008. Format-Format Penelitian Sosial. Dasar-Dasar dan Aplikasi.
Jakarta (ID): Rajawali Pers.
Fielder CR. 2008. Knowledge, motivations and behaviors regarding eating a
healthy diet and physical activity in relation to self-esteem in college
students [tesis]. Texas (US): Texas State University. [diunduh 13 Juli
2013]. Tersedia pada:
https://digital.library.txstate.edu/bitstream/handle/10877/3213/fulltext
pdf.
Gibson RS. c1990. Principles of Nutritional Assessment. New York (US):
Oxford University Press.
Giriwijoyo HYSS, Sidik DZ. 2012. Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga).
Kamsyach A, editor. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya. Hlm 5 – 45.
[HU] Harvard University. C2000 – 2013. Glycemic index and glycemic load
for 100 + foods. [internet]. [diunduh 18 April 2013]. Tersedia pada
http://www.health.harvard.edu/newsweek/Glycemic_index_and_glyce
mic_load_for_100_foods.htm.
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID):
Departemen GMSK IPB.
Kurniasih D, Hilmansyah H, Marfuah PA, Imam S. 2010. Sehat & Bugar
Berkat Gizi Seimbang. Soekirman, Afriansyah N, Erikania J, editor.
Jakarta (ID): Penerbitan Sarana Bobo.
Mahmud MK, Hermana, Zulfianto NA, Apriyantono RR, Ngadiarti I,
Hartati B, Bernadus, Tinexcelly. 2008. Tabel Komposisi Pangan
Indonesia. Mahmud MK, Zulfianto NA, editor. Jakarta (ID): Elex
Media Komputindo.
Morrow JR, Malone JAK, Jackson AW, Bungum TJ, FitzGerald SJ. 2004.
American Adult’s Knowledge of Exercise Recommendations
[Internet]. [diunduh 27 Juli 2013]. Rsrch Qrtrly Exrcs Sprt. 75(3):
231-237. Tersedia pada:
http://courses.unt.edu/ajackson/AJ%20Articles/Morrow%20&%20Ma
lone%20-%20RQES.pdf.
Notoatmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Oliver AS, Leon MTM, Hernandez EG. 2011. Prevalence of protein
supplement use at gyms. Nutr Hosp. 26(5) : 1168-1174. doi: 10.3305/nh.2011.26,5.5110.
Pratama R. 2013. Pengaruh Kepribadian Merek dan Kepuasan terhadap
Loyalitas Konsumen Ponsel Pintar [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Prichard I, Tiggemann M. 2008. Relations among exercise type, self-
objectification and body image in the fitness centre environment: The
role of reasons for exercise. Psych Sprt Exrcs. 9: 855-866. doi:
10.1016/j.psychsport.2007.10.005.
Rimbawan, Siagian A. 2004. Indeks Glikemik Pangan Cara Mudah Memilih
Pangan yang Menyehatkan. Bogor (ID): Penebar Swadaya. Hlm
6,27,30, 81 – 82.
33
Santoso D. 2008. Rahasia Diet: The Concept, The Diet, The Workout.
Jakarta (ID): Libri.
Sharma SV, Gernand AD, Day RS. 2008. Nutrition knowledge predicts
eating behavior of all food groups except fruits and vegetables among
adults in the Paso del Norte Region: que sabrosa vida. J Nutr Educ
Behav. 40: 361-368. doi: 10.1016/j.jneb.2008.01.004.
Steptoe A, Pollard T, Wardle J. c1995. Development of a measure of the
motives underlying the selection of food: the food choice
questionnaire [internet]. [diunduh Juli 2013]. Appetite. 25:267-284.
Tersedia pada
http://www.psychwiki.com/dms/other/labgroup/Measufsdfsdbger345r
esWeek1/Lindsay/steptoe1995.pdf.
Suhardjo.1988. Sosio Budaya Gizi. Bogor (ID): IPB. Hlm 116 - 117.
Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Ed ke – 2. Hlm 45, 91.
Sumarwan U, Jauzi A, Mulyana A, Karno BN, Mawardi PK, Nugroho W.
2011. Riset Pemasaran dan Konsumen. Panduan Riset dan Kajian:
Kepuasan, Perilaku Pembelian, Gaya Hidup, Loyalitas dan Persepsi
Risiko. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press.
The University of Sydney. c2011. GI database [diunduh 16 Mei 2014].
Tersedia pada http://www.glycemicindex.com/foodSearch.php.
[USDA] United States Department of Agriculture. 2014. Food and nutrition
information center. [diunduh 04 Februari 2014]. Tersedia pada
http://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/show/4216?fg=&man=&lfacet=&fo
rmat=&count=&max=25&offset=&sort=&qlookup=whey+protein.
Vega F, Jackson RT. 1996. Dietary habits of bodybuilders and other regular
exercisers. [internet]. [diunduh 27 Juli 2013]. Nutr Rsrch. 16:3-10.
Tersedia pada
http://www.afboard.com/library/Dietary%20habits%20of%20bodybuil
ders%20and%20other%20regular%20exercisers.pdf.
34
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh Motivasi, Pengetahuan serta Tindakan Olahraga
terhadap Tindakan Konsumsi Pangan Pelaku Fitness Usia
Dewasa
Skrining
1. Apakah Saudara terdaftar sebagai member/anggota pusat kebugaran
ini?
a. Ya (Lanjut) b. Tidak (Berhenti)
2. Berapakah Usia Saudara sekarang?
a. < 20 tahun (Berhenti)
b. ≥ 0 tahun Lanjut
3. Apakah Saudara mengalami salah satu penyakit yang mengharuskan
pembatasan terhadap konsumsi suatu makanan seperti di bawah ini?
a. Diabetes (Berhenti)
b. Asam urat (Berhenti)
c. Gangguan ginjal/ batu ginjal (Berhenti)
d. Alergi Protein (Berhenti)
e. Tidak (Lanjut)
4. Sudah berapa lama Saudara aktif berolahraga di fitness center ?
a. < 3 bulan (Berhenti) b. ≥ 3 bulan Lanjut
Data Individual Responden
Saya Fernando Tandayu (NIM. I24090041) dari Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen, Institut Pertanian Bogor sedang melaksanakan
penelitian skripsi yang berjudul “Pengaruh Motivasi, Pengetahuan serta
Tindakan Olahraga terhadap Tindakan Konsumsi Pangan Pelaku Fitness Usia
Dewasa”. Kuesioner ini merupakan instrumen yang digunakan untuk
memenuhi tujuan tersebut. Semua informasi yang Saudara berikan akan
digunakan untuk kepentingan akademis dan dijaga kerahasiaannya. Terima
kasih atas partisipasinya.
35
Nama:.............................................................
Jenis Kelamin:
a. Laki-laki b. Perempuan
Umur:............................................................. tahun
Agama:
a. Islam c. Kristen Katolik e. Buddha
b. Kristen Protestan d. Hindu f. Konghucu
g. Lainnya, sebutkan.....................................
Lama Pendidikan formal:............................... tahun
Suku:.............................................................
Pekerjaan:
a. Pegawai Swasta c. Tentara/Polisi e. Mahasiswa g. Ibu rumah tangga
b. PNS d. Wiraswasta f. Atlet h. Lainnya, sebutkan
..................................................................
Pendapatan :....................................................Rp
Berat badan :....................................................Kg
Tinggi badan :....................................................Cm
36
A1
Tindakan Olahraga
Instruksi: Berikan satu jawaban pada setiap pertanyaan yang
menggambarkan olahraga Saudara di fitness center. Tolong pastikan
setiap soal terisi dengan lengkap.
1. Sudah berapa lama Saudara menekuni olahraga fitness?
..........................................................................................
2. Berapa kali rata-rata Saudara berolahraga di fitness center ini dalam
kurun waktu seminggu?
a. 1 kali c. 3 kali e. Lainnya, sebutkan...............
b. 2 kali d. 4 kali
3. Berapa lama biasanya Saudara berolahraga dalam satu sesi?
........................................................................
37
A2 Tindakan Konsumsi
No Pangan Porsi sedang Ukuran yang
dikonsumsi
Frekuensi Konsumsi Hari Minggu Bulan Tidak
pernah
1 Nasi beras
putih
¾ gelas sedang
(100 gr)
2 Roti putih 1 iris sedang (30
gr)
3 Mie 1 gelas sedang
(100 gr)
4 Bihun 1 gelas sedang
(100 gr)
5 Kwetiau 1 gelas sedang
(100 gr)
6 Oatmeal
instan
1 sdm sedang
(8.2 gr)
7 Roti
gandum
1 iris sedang (30
gr)
8 Nasi beras
merah
¾ gelas sedang
(100 gr)
9 Ubi 1 biji sedang
(150 gr)
10 Oatmeal
quickcook
1 sdm sedang
(8.2 gr)
11 Spaghetti 1 gelas sedang
(100 gr)
12 Makaroni 1 gelas sedang
(100 gr)
13 Telur utuh 1 butir sedang
(60 gr)
14 Putih telur 1 buah sedang
(31 gr)
15 Ayam 1 potong sedang
(50 gr)
16 Daging
sapi
1 potong sedang
(50 gr)
17 Ikan 1 potong sedang
(50 gr)
18 Tahu 1 biji besar (100
gr)
19 Tempe 1 potong sedang
(25 gr)
20 Susu sapi 1 gelas sedang
(200 gr)
21 Susu
kedelai
1 gelas sedang
(200 gr)
22 Susu whey 1 gelas susu
sedang (scoop)
38
B1
Motivasi Olahraga
Instruksi: Di bawah ini ada pernyataan tentang motivasi berolahraga
di Fitness Center. Berikan 1 (satu) jawaban untuk setiap nomor pernyataan
dengan tanda centang (V). Soal ini bukan terkait benar atau tidaknya alasan
Saudara, pilihlah jawaban yang menggambarkan keadaan sebenarnya alasan
Saudara pergi berolahraga bukan pandangan yang seharusnya. Tolong
pastikan setiap soal terisi dengan lengkap.
No Pernyataan Sangat
tidak
setuju
Tidak
Setuju Setuju
Sangat
setuju
1 Saya berolahraga dengan motivasi
agar tubuh saya langsing
2 Dapat bersosialisasi dengan teman-
teman di gym merupakan motivasi
saya pergi berolahraga
3 Saya pergi berolahraga tidak
dengan motivasi untuk
meningkatkan kekencangan otot
saya
4 Saya berolahraga dengan motivasi
untuk mengatasi kesedihan, depresi
5 Saya ingin terlihat menarik bagi
member lain yang berjenis kelamin
berbeda, oleh karena itu saya
termotivasi pergi berolahraga
6 Saya pergi berolahraga tidak
dengan motivasi untuk
meningkatkan mood
7 Saya berolahraga tidak dengan
motivasi untuk bersenang-senang
8 Meningkatkan kesehatan saya
secara keseluruhan menjadi
motivasi saya berolahraga
9 Saya pergi berolahraga bukan
dengan motivasi ingin
meningkatkan level energi saya
10 Saya termotivasi berolahraga
karena ingin mendistribusikan
berat badan secara merata pada
tubuh saya
11 Saya ingin meningkatkan
penampilan saya, oleh karena itu
saya termotivasi berolahraga
12 Menurunkan berat badan bukanlah
motivasi saya pergi berolahraga
39
13 Saya termotivasi berolahraga
karena aktivitas tersebut membantu
saya mengurangi rasa stress dan
cemas
14 Peningkatan kekuatan bukanlah hal
yang memotivasi saya pergi
berolahraga
15 Memiliki daya tarik seksual
bukanlah hal yang memotivasi saya
pergi berolahraga
16 Motivasi saya berolahraga karena
saya ingin bertemu orang-orang
baru
17 Meningkatkan bentuk tubuh saya
secara keseluruhan bukanlah hal
yang memotivasi saya pergi
berolahraga
B2 Motivasi Pemilihan Makanan
Instruksi: Di bawah ini ada pernyataan tentang alasan-alasan dalam
pemilihan makanan. Berikan 1 (satu) jawaban untuk setiap nomor
pernyataan dengan tanda centang (V). Soal ini bukan terkait benar atau
tidaknya alasan Saudara, pilihlah jawaban yang menggambarkan keadaan
sebenarnya alasan Saudara dalam memilih makanan sehari-hari, bukan
pandangan yang seharusnya. Tolong pastikan setiap soal terisi dengan
lengkap.
No Pernyataan Sangat
tidak
setuju
Tidak
setuju Setuju
Sangat
Setuju
1 Motivasi saya dalam memilih
makanan adalah makanan yang
mudah untuk disiapkan
2 Makanan yang aromanya enak
tidak menjadi hal yang memotivasi
saya dalam memilih makanan
3 Makanan yang membuat saya tetap
sehat bukanlah hal yang memotivasi
saya dalam memilih makanan
4 Makanan yang dapat dimasak
dengan mudah bukan hal yang
memotivasi saya dalam memilih
makanan
5 Motivasi saya dalam memilih
makanan adalah makanan yang
tampilannya baik
6 Motivasi saya dalam memilih
makanan adalah makanan yang
murah
40
7 Motivasi saya dalam memilih
makanan adalah makanan yang
membantu saya mengontrol berat
badan
8 Motivasi saya dalam memilih
makanan adalah makanan tersebut
familiar/tidak asing bagi saya
9 Makanan yang bergizi tidak
menjadi hal utama yang memotivasi
saya dalam memilih makanan
10 Motivasi saya dalam memilih
makanan adalah makanan yang
membantu saya lebih rileks
11 Motivasi saya dalam memilih
makanan adalah makanan yang
mengandung protein tinggi
12 Motivasi saya dalam memilih
makanan adalah makanan yang
dapat dibeli dengan mudah di toko
yang dekat dengan tempat tinggal
atau tempat kerja saya
13 Makanan yang memiliki tekstur
yang enak bukanlah hal yang
memotivasi saya dalam memilih
makanan
14 Motivasi saya dalam memilih
makanan adalah makanan yang
tidak mengandung bahan-bahan
kimiawi/buatan
15 Makan makanan yang dapat
menghibur saya bukanlah motivasi
saya dalam memilih makanan
16 Motivasi saya dalam memilih
makanan adalah makanan yang
harganya terjangkau
17 Motivasi saya dalam memilih
makanan adalah makanan yang
menyerupai makanan sewaktu saya
kecil
18 Makanan yang tidak membutuhkan
waktu dalam penyiapannya
bukanlah motivasi saya dalam
memilih makanan
19 Motivasi saya dalam memilih
makanan adalah makanan yang
rasanya enak
41
C1
Pengetahuan Olahraga terkait Kesehatan
Instruksi: Beri tanda silang (X) pada pilihan jawaban (A) apabila
Saudara menggangap pernyataan tersebut benar dan (B) apabila Saudara
menganggap pernyataan tersebut salah. Pada soal nomor 3, berikan satu
jawaban untuk setiap subnomor pertanyaan dengan melingkari salah satu
jawaban yang merupakan pilihan Saudara.Tolong pastikan setiap soal terisi
dengan lengkap.
1. Durasi minimum olahraga yang diperlukan seseorang agar
mendapatkan manfaat dalam hal kesehatan adalah 30 menit dalam
satu hari
a. Benar b. Salah
2. Level aktivitas fisik yang sedang/moderat tidak akan bermanfaat
bagi kesehatan
a. Benar b. Salah
3. Dari aktivitas yang disebutkan di bawah ini, mana yang Saudara
percaya akan memberikan manfaat kesehatan? (Lingkari satu
jawaban untuk tiap nomor
3.1 Dansa Ya / Tidak
3.2 Berkebun dan memotong rumput Ya / Tidak
3.3 Pekerjaan rumah tangga Ya / Tidak
3.4 Memindahkan furnitur Ya / Tidak
3.5 Menggaruk rumput Ya / Tidak
3.6 Olahraga rekreasional Ya / Tidak
C2 Pengetahuan Gizi
Instruksi: Di bawah ini adalah soal mengenai pengetahuan gizi,
pilihlah salah satu jawaban yang menurut Saudara benar dengan tanda
silang (X).Tolong pastikan setiap soal terisi dengan lengkap.
1. Sumber serat banyak terdapat pada
a. Sayur c. A dan B benar
b. Buah d. Daging merah
2. Zat gizi yang berfungsi sebagai sumber energi, pelarut vitamin
A,D,E,K serta melindungi organ tubuh adalah
a. Karbohidrat c. Lemak
b. Protein d. Vitamin E
3. Tahu dan tempe termasuk makanan sumber
a. Karbohidrat c. Lemak
b. Protein d. Vitamin A
42
4. Vitamin dan mineral berperan sebagai zat
a. Tenaga c. Pengatur
b. Pembangun d. Protein
5. Makanan yang merupakan sumber lemak adalah
a. kacang-kacangan c. pisang
b. brokoli d. nasi
6. Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin
a. Vitamin C c. Vitamin B6
b. Vitamin B2 d. Vitamin E
7. Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin
a. Vitamin A c. Vitamin E
b. Vitamin B d. Vitamin D
8. Sayur yang banyak mengandung vitamin A adalah
a. Daun katuk c. Selada
b. Kubis d. Minyak ikan
9. Zat gizi yang berfungsi sebagai pelarut, alat angkut sisa-sisa
metabolisme termasuk karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan
melalui paru-paru, kulit dan ginjal adalah
a. Protein c. Vitamin
b. Karbohidrat d. Air
“Terima kasih banyak atas bantuan dan partisipasinya”
43
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, 10 September 1991. Penulis merupakan
anak kedua dari pasangan Charles Tandayu, SE dan Juita Kumala, SE.
Penulis menyelesaikan pendidikan dari SD Budi Mulia Bogor tahun 2003,
SMP Budi Mulia Bogor tahun 2006 dan SMA Budi Mulia Bogor tahun
2009. Penulis melanjutkan studi sarjana ke Institut Pertanian Bogor
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen tahun 2009. Penulis aktif di
kegiatan organisasi rohani Katolik seperti di Bina Iman Anak (2008-2011)
dan Pendamping Mahasiswa Katolik (2010-2014).
Prestasi yang pernah diraih penulis adalah Juara III Reading Contest
King’s 7th Anniversary tahun 000 serta salah satu lulusan terbaik Certified
Personal Trainer RAI Institute tahun 2012 dengan gelar High Distinction
(terbaik).