pengaruh net working capital, board size, growth...
TRANSCRIPT
PENGARUH NET WORKING CAPITAL, BOARD SIZE, GROWTH
OPPORTUNITY DAN CASH CONVERSION CYCLE TERHADAP CASH
HOLDINGS
(Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014)
PUPUT SAPITRI
120462201025
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, 2016
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah net working
capital, board size, growth opportunity dan cash conversion cycle berpengaruh
terhadap cash holdings pada perusahaan sektor industri barang konsumsi periode
2012-2014 secara persial maupun simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Periode pengamatan yaitu tahun 2012-2014 selama 3 tahun. Sampel yang
ditentukan adalah dengan menggunakan metode purposive sampling, sehingga
diperoleh total sampel penelitian 30 sampel dikali periode pengamatan selama 3
tahun menjadi 90 data penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode
analisis linier berganda dengan tingkat signifikansi sebesar 5%.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa net working capital, board size dan
cash conversion cycle berpengaruh terhadap cash holdings. Sedangkan growth
opportunity tidak berpengaruh terhadap cash holdings. Dan kemampuan variabel
independen menjelaskan variabel cash holdings sebesar 65,4% selebihnya dijelaskan
oleh variabel lain.
Kata Kunci : Net working capital, board size, growth opportunity, cash conversion
cycle, cash holdings.
1 PENDAHULUAN
Kas merupakan aset lancar yang tersedia sebagai alat transaksi atas berbagai
aktifitas operasional perusahaan. Ketersediaan kas dapat membantu perusahaan
dalam menunjang kelangsungan bisnis yang dijalankan perusahaan. Kemampuan
perusahaan dapat dilihat dari langkah perusahaan dalam mengelola kas dengan
optimal. Perusahaan harus dapat mengelola ketersedian kas dengan optimal sesuai
dengan kebutuhan perusahaan karena tanpa kas yang optimal mengakibatkan
perusahaan tidak dapat menjalankan aktivitas perusahaan.
Penelitian cash holdings sudah menjadi hal yang menarik untuk diteliti
sehingga banyak penelitian-penelitian yang sudah dilakukan dengan hasil yang
berbeda. Penelitian yang dilakukan Marfuah & Zulhilmi (2015), William & Fauzi,
(2013), Ogundipe, Ogundipe & Ajao (2012) dan Gill & Shah (2012), menemukan
adanya pengaruh net working capital terhadap cash holdings tetapi berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Abdillah & Kusumastuti (2014), Islam (2012) dan
Bigelli & Vidal (2009), menemukan tidak adanya pengaruh net working capital
terhadap cash holdings.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdillah & Kusumastuti (2014) dan Gill &
Shah (2012), menemukan adanya pengaruh board size terhadap cash holdings tetapi
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wai & Zhu (2013), yang menemukan
tidak adanya pengaruh board size terhadap cash holdings.
Penelitian yang dilakukan Marfuah & Zulhilmi (2015), William & Fauzi,
(2013) dan Bigelli & Vidal (2009), menemukan adanya pengaruh growth opportunity
terhadap cash holdings tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ogundipe et al (2012), yang menemukan tidak adanya pengaruh growth opportunity
terhadap cash holdings. Penelilitian yang dilakukan William & Fauzi (2013), Bigelli
& Vidal (2009) dan Marfuah & Zulhilmi (2015), menemukan adanya pengaruh cash
conversion cycle terhadap cash holdings.
Berdasarkan uraian dan perbedaan hasil penelitian di atas, peneliti akan
menguji dan membuktikan kembali apakah adanya pengaruh net working capital,
board size, growth opportunity dan cash conversion cycle terhadap cash holdings
baik secara persial maupun simultan pada perusahaan sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014.
2. KAJIAN PUSTAKA
Trade Off Theory
Menurut Ferreira & Vilela (2004), trade-off theory berpendapat bahwa
perusahaan menetapkan optimal dari cash holdings dengan biaya dan manfaat dari
memegang uang tunai. Ada beberapa manfaat yang paling jelas dengan menahan
uang tunai sebagai berikut :
1. Adanya kas dapat menghindari perusahaan dari kesulitan keuangan karena
dapat bertindak sebagai cadangan keuangan untuk menghadapi kerugian yang
tidak terduga atau kendala dalam pendanaan eksternal,
2. Adanya kas tidak mengganggu kebijakan investasi yang optimal bahkan
ketika kendala keuangan terjadi, dan
3. Dengan menahan kas dapat berkontribusi menurunkan biaya penggalangan
dana eksternal atau melakukan likuidasi asset yang ada disaat situasi yang
mendesak.
Kemudian, dengan adanya cash holdings akan timbul biaya peluang
(opportunity cost) yang diinvestasikan ke dalam asset lancar .
Pecking Order Theory
Menurut pecking order theory Myers (dalam Ferreira & Vilela, 2004),
menyatakan bahwa perusahaan membiayai investasi pertama dengan laba ditahan,
kemudian dengan utang, dan akhirnya dengan ekuitas. Tujuan dari perintah ini
pembiayaan adalah untuk meminimalkan biaya informasi asimetris dan biaya
pendanaan lainnya. Teori ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak memiliki tingkat
target kas, tetapi sebaliknya kas digunakan sebagai penyangga antara laba ditahan dan
kebutuhan investasi. Jadi, ketika arus kas operasional saat ini cukup untuk membiayai
investasi baru perusahaan membayar utang dan menumpuk uang tunai. Ketika laba
ditahan yang tidak cukup untuk membiayai investasi saat ini, perusahaan
menggunakan kas yang diakumulasi dan jika diperlukan akan menggunakan hutang.
Agency Theory
Menurut Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan agency theory as a
contract under which one or more persons (the principal(s)) engage another (the
agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some
decision making authority to the agents.
Hubungan antara agency theory dengan cash holding menurut Christina &
Ekawati (2014) adalah cash holding merupakan item yang paling likuid untuk
disalahgunakan dengan mudah, dengan adanya cash holdings dengan mudah
digunakan manajer untuk memenuhi kepetingannya sendiri. Hal tersebut dapat
menimbulkan konflik kepentingan antara tugas atau tujuan utama manajemen yaitu
meningkatkan kesejahteraan pemilik atau pemegang saham dengan meningkatkan
manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Cash Holdings
Menurut Gill & Shah (2012), menjelaskan bahwa cash holding adalah kas
yang dipegang oleh perusahaan sebagai uang tunai ditangan atau diinvestasikan pada
aset lancar dan membagikannya kepada investor. Kas merupakan ukuran perusahaan
dalam membayar utang tepat waktu. Cash holdings penting bagi perusahaan karena
memberikan kemampuan perusahaan dalam likuiditas perusahaan yaitu perusahaan
mampu membayar kewajiban tepat waktu bahkan saat kondisi buruk melanda. Untuk
meningkatkan penjualan dan keuntungan perusahaan harus memiliki cadangan kas
sehingga akan menciptakan arus kas yang positif dan akan mempertahankan bisnis
dengan hidup sejahtera.
Jumlah kas yang sebaiknya harus dipertahankan oleh perusahaan agar dapat
memenuhi kewajiban financialnya sewaktu-wakru, berdasarkan H.G. Guthmann
(dalam Riyanto, 2010:95), menyatakan bahwa jumlah kas yang ada di dalam
perusahaan yang well finance hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10% dari
jumlah aktiva lancar. Menurut Harmono (2009:197), saldo kas yang optimal adalah
jumlah kas tertentu yang lebih besar dari :1. Jumlah transaksi dan cadangan kas dan
2. Memenuhi jumlah yang dibutuhkan.
Manfaat dari cash holdings menurut Brigham & Hauston (2006:145), sebagai
berikut :
1. Mengambil potongan dagang atau memanfaatkan potongan dagang (trade
discount). Para pemasok seringkali menawarkan potongan harga kepada
pelanggan apabila dapat membayar tagihan lebih cepat. Sehingga dengan
adanya cash holdings perusahaan dapat membayar tagihan tersebut selama
waktu potongan dagang tersebut masih berlaku
2. Penahanan kas yang memadai juga berguna untuk meningkatkan peringkat
kredit (credit-rating) perusahaan menjaga rasio lancar dan rasio cepat sejalan
dengan perusahaan lain dalam industri sejenis. Peringkat kredit yang baik
memungkinkan perusahaan untuk membeli barang dengan syarat yang lunak
dan mempertahankan kemudahan perolehan kredit dengan biaya yang rendah
dari bank.
3. Uang kas juga berguna untuk memanfaatkan peluang bisnis yang
menguntungkan, seperti tawaran istimewa dari pemasok
4. Perusahaan harus mempunyai uang kas untuk keadaan darurat seperti
pemogokkan, kebakaran dan berjaga-jaga terhadap penurunan musiman.
Motif Memegang Kas
1. Transaction motive
Transaction motive atau motif transaksi adalah kebutuhan kas untuk transaksi.
Kebutuhan kas untuk transaksi ini diperlukan dalam pelaksanaan operasi usaha
perusahaan. Kegiatan perusahaan sehari-hari seperti pembayaran upah, pembelian
bahan baku, biaya administrasi dan biaya kantor..
2. Precaution motive
Precaution motive atau motif berjaga-jaga adalah kebutuhan kas untuk
berjaga-jaga. Kebutuhan kas untuk berjaga-jaga ini dimaksudkan untuk mengatisipasi
aliran kas masuk dan keluar yang tidak kontinyu dan sulit diperkirakan..
3. Speculation motive
Speculation motive atau motif spekulasi adalah kebutuhan kas yang
berspekulasi. Kebutuhan kas untuk berspekulasi dimaksudkan agar perusahaan dapat
memanfaatkan kesempatan apabila ada barang yang dapat dibeli secara lebih murah.
Kerangka Pemikiran
Grafik 2.1
Kerangka Pemikiran
H1
H2
H3
H4
H5
Pengembangan Hipotesis
H1 : Diduga net working captal berpengaruh terhadap cash holdings
Net working capital mampu berperan sebagai substitusi terhadap cash
holdings suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan kemudahan dalam mengubahnya
kedalam bentuk kas saat perusahaan memerlukannya. Sebagai contoh, piutang dapat
Net Working Capital
(X1)
Board Size (X2)
Growth Opportunity
(X3)
Cash Conversion Cycle
(X4)
Cash Holdings (Y)
dengan mudah dicairkan melalui proses sekuritisasi, hutang bank juga bisa dengan
mudah diubah menjadi kas William & Fauzi (2013). Apabila modal kerja bersih
negatif atau yang biasa disebut defsit modal kerja, maka perusahaan disinyalir tengah
mengalami kesulitan likuiditas. Perusahaan yang mengalami modal kerja bersih
negatif akan membuat cadangan kas (Marfuah & Zulhilmi, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Marfuah & Zulhilmi(2015), William & Fauzi
(2013), Gill & Shah (2012) dan Ogundipe et al (2012), menemukan adanya pengaruh
antara net working capital terhadap cash holdings. Berdasarkan uraian tersebut,
peneliti menentukan hipotesis dari penelitian ini adalah net working capital diduga
berpengaruh terhadap cash holdings.
H2 : Diduga board size berpengaruh terhadap cash holdings
Dewan direksi adalah organ perseroan penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di
luar pengadilan sesuai dengan anggaran dasar (Sutedi, 2011:123).
Menurut Gill & Shah (2012), board size memainkan peranan penting dalam
menjaga tingkat kas dengan tepat dari kas perusahaan. Board size yang besar akan
menimbulkan masalah agency cost yang dapat menyebabkan perusahaan untuk
menahan kelebihan kas dalam perusahaan. Menurutnya dewan direksi bertanggaung
jawab atas pengelolaan kas, tata kelola perusahaan dan kebijakan lainnya di dalam
organisasi. Saldo kas yang terlalu tinggi akan menyebabkan masalah agency cost
karena dewan direksi tidak bekerja dalam mendukung shareholder tetapi untuk
kepentingan mereka sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdillah & Kusumastuti (2014) dan Gill &
Shah (2012), menemukan adanya pengaruh antara board size terhadap cash holdings.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menentukan hipotesis dari penelitian ini adalah
board size diduga berpengaruh terhadap cash holdings.
H3 : Diduga Growth opportunity berpengaruh terhadap cash holdings
Teori trade-off menjelaskan adanya hubungan antara growth opportunity
dengan kepemilikan uang tunai karena perusahaan yang memiliki peluang
pertumbuhan yang lebih besar akan menimbulkan biaya kekurangan uang tunai yang
lebih tinggi. Dalam hal ini perusahaan yang mengalami peluang investasi yang lebih
baik akan menyimpan kas yang lebih tinggi untuk menghindari financial distress
(Ferreira & Vilela, 2004).
Pecking order theory menyebutkan bahwa growth opportunities yang tinggi
akan mendorong perusahaan untuk membuat kebijakan dengan lebih memilih
memegang kas yang tinggi guna membiayai kesempatan investasinya karena
Perusahaan dengan growth opportunity yang tinggi menggunakan asset likuid (seperti
kas) untuk mengurangi kemungkinan munculnya financial distress dan untuk
mengambil kesempatan investasi yang baik terlebih dahulu saat pembiayaan eksternal
mahal (Marfuah & Zulhilmi, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Marfuah & Zulhilmi (2015), William & Fauzi
(2013) dan Bigelli & Vidal (2009), menemukan adanya pengaruh antara growth
opportunity terhadap cash holdings. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menentukan
hipotesis dari penelitian ini adalah growth opportunity diduga berpengaruh terhadap
cash holdings.
H4: Diduga Cash conversion cycle berpengaruh terhadap cash holdings
Marfuah & Zulhilmi (2015), Secara teori menjelaskan siklus konversi kas
bahwa semakin pendek waktu yang diperlukan, semakin baik bagi perusahaan,
sebaliknya semakin panjang waktu yang diperlukan, semakin banyak modal yang
harus ditanamkan. William dan Fauzi (2013), menyatakan kecepatan perusahaan
dalam menghasilkan kas ditentukan oleh lamanya proses penyelesaian siklus konversi
kas.
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐻𝑜𝑙𝑑𝑖𝑛𝑔𝑠 (Y) =Kas dan setara kas
Total aset − kas dan setara kas
Perusahaan yang mengalami siklus konversi kas yang lebih lama akan
menahan kas lebih banyak untuk menghindari financial distress yang diakibatkan
lamanya siklus konversi kas di perusahaan. Kas juga dapat digunakan untuk
mengantisipasi apabila perusahaan mengalami keterlambatan penerimaan piutang
sehingga tidak mampu membayar hutang dan membeli persedian.
Penelitian yang dilakukan oleh Marfuah & Zulhilmi (2015), William & Fauzi
(2013) dan Bigelli & Vidal, (2009), menemukan adanya pengaruh antara cash
conversion cycle terhadap cash holdings. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
menentukan hipotesis dari penelitian ini adalah cash conversion cycle diduga
berpengaruh terhadap cash holdings.
3.METODE PENELITIAN
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Dependen
Variabel Dependen (Y) adalah variabel terikat atau variabel utama dari
penelitian. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah cash holdings. Menurut
Gill & Shah (2012), mendefinisikan cash holdings adalah kas yang dipegang oleh
perusahaan sebagai uang tunai ditangan atau diinvestasikan pada asset lancar dan
membagikannya kepada investor.
Rumus yang digunakan untuk menghitung cash holdings mengikuti
pengukuran yang dilakukan oleh Abdillah & Kusumastuti (2014), Gill & Shah
(2012), Ogundipe et al ( 2012) dan Ferreira & Vilela (2004) adalah :
𝑁𝑒𝑡 𝑊𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 (X1) =𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Total 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠× 100%
Variabel Independen
1. Net Working Capital
Menurut William & Fauzi (2013), net working capital merupakan total aset
lancar dikurangi total liabilitas lancar. Net working capital mampu berperan sebagai
substitusi terhadap cash holdings perusahaan. Hal ini dikarenakan kemudahan dalam
mengubahnya ke dalam bentuk kas saat perusahaan memerlukannya. Net working
capital diukur dengan membagi pengurangan current assets dan current liabilities
dengan total assets (Marfuah & Zulhilmi, 2015).
Rumus yang digunakan untuk menghitung net working capital menggunakan
rasio net working capital to assets ratio berdasarkan Harmono (2009:108) dan
mengikuti pengukuran yang dilakukan oleh Marfuah & Zulhilmi (2015) dan William
& Fauzi (2013) adalah :
2. Board Size
Dewan direksi adalah organ perseroan penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di
luar pengadilan sesuai dengan anggaran dasar (Sutedi, 2011:123).
Rumus yang digunakan untuk menghitung board size mengikuti pengukuran
yang dilakukan oleh Abdillah & Kusumastuti (2014), Wai & Zhu (2013), Gill & Shah
(2012) dan Kusnadi (2011) adalah :
Board Size (X2) = Jumlah dewan direksi di dalam perusahaan
3. Growth Opportunity
Menurut William & Fauzi (2013), growth opportunity adalah suatu perpaduan
antara kemungkinan akan peluang investasi di masa depan dengan aktiva nyata yang
dimiliki oleh suatu perusahaan. Dengan adanya peluang yang menguntungkan
manajer berusaha mengambil peluang-peluang tersebut untuk memaksimalkan
kesejahteraan pemegang saham Chung Dan Charoenwong (dalam Sari & Januarti,
2011).
Rumus yang digunakan untuk menghitung growth opportunity mengikuti
pengukuran yang dilakukan oleh William & Fauzi (2013), Bigelli & Vidal (2009) dan
Kusnadi (2011) adalah :
4. Cash Conversion Cycle
Menurut William & Fauzi (2013), cash conversion cycle adalah lamanya
waktu yang diperlukan dalam proses pembelian persediaan oleh perusahaan kepada
supplier, proses penagihan piutang oleh perusahaan kepada konsumen dan proses
pelunasam hutang oleh perusahaan kepada supplier.
Rumus yang digunakan untuk menghitung cash conversion cycle berdasarkan
Brearley, Myers, & Marcus (2006:141) dan mengikuti pengukuran yang dilakukan
oleh Marfuah & Zulhilmi (2015) dan William & Fauzi (2013) adalah :
Dimana :
= − 1
2 3 ⁄
𝐺𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ 𝑂𝑝𝑝𝑜𝑟𝑡𝑢𝑛𝑖𝑡𝑦 (X3) =Penjualan T − Penjualan T − 1
Penjualan T − 1𝑥 100%
Cash Conversion Cycle (X4) = Days Inventory + Days Receivable – Days Payable
=
− 12
3 ⁄
=
− 12
3
Populasi Dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industi barang
konsumsi di Bursa Efek Indonesia pada periode 2012-2014.
Sampel
Tabel 3.2
Proses Pemilihan Sampel
Periode 2012-2014
No Kriteria Jumlah perusahaan
1 Perusahaan sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode 2012-2014.
36
2 Perusahaan tersebut tidak mempublikasikan
laporan keuangan secara berturut-turut di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-
2014.
(3)
3 Perusahaan yang tidak melaporkan laporan
keuangannya dalam mata uang rupiah (0)
4 Periode laporan keuangan tidak berakhir per
31 Desember (1)
5 Perusahaan tidak memiliki data lengkap
selama periode penelitian yang berhubungan
dengan variabel-variabel yang diteliti.
(2)
JUMLAH SAMPEL PERTAHUN 30
JUMLAH SAMPEL 2012-2014 90
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Uji Statistik Deskriptif
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NWC 90 -.117 68.618 34.34056 19.550698
BZ 90 3.0 15.0 5.478 2.6531
GO 90 -31.773 137.250 18.09596 26.600684
CCC 90 -7.501 782.059 175.88889 126.311846
CH 90 .003 1.001 .19160 .211653
Valid N (listwise) 90
Sumber : Output SPSS versi 21 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat menunjukan bahwa statistik deskriptif
dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Rata-rata nilai cash holdings di perusahaan sektor industri barang konsumsi
tahun 2012-2014 sebesar 0,19160 dan memiliki standar deviasi sebesar
0,211653. Cash holdings menunjukkan bahwa nilai maximum adalah pada
perusahaan DLTA tahun 2013 sebesar 1,001 dan nilai minimum adalah pada
perusahaan RMBA 2014 sebesar 0,003.
2. Rata-rata nilai net working capital di perusahaan sektor industri barang
konsumsi tahun 2012-2014 sebesar 34,34056% dan memiliki standar deviasi
sebesar 19,550698%. Net working capital menunjukkan bahwa nilai
maximum adalah pada perusahaan DLTA tahun 2012 sebesar 68,618% dan
nilai minimum adalah pada perusahaan STTP 2012 sebesar -0,117%.
3. Rata-rata nilai board size di perusahaan sektor industri barang konsumsi tahun
2012-2014 sebesar 5,478 dan memiliki standar deviasi sebesar 2.6531. Board
size menunjukkan bahwa nilai maximum sebesar 15 orang dan nilai minimum
sebesar 3 orang.
4. Rata-rata nilai growth opportunity di perusahaan sektor industri barang
konsumsi tahun 2012-2014 sebesar 18.09596% dan memiliki standar deviasi
sebesar 26.600684%. Growth opportunity menunjukkan bahwa nilai
maximum adalah pada perusahaan SCPI tahun 2014 sebesar 137.250% dan
nilai minimum adalah pada perusahaan ALTO 2014 sebesar -31.773%.
5. Rata-rata nilai cash conversion cycle di perusahaan sektor industri barang
konsumsi tahun 2012-2014 sebesar 175,88889 hari dan memiliki standar
deviasi sebesar 126,311846 hari. Cash conversion cycle menunjukkan bahwa
nilai maximum adalah pada perusahaan SCPI tahun 2013 sebesar 782,059 hari
dan nilai minimum adalah pada perusahaan ROTI 2013 sebesar -7.501 hari.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji Grafik
Gambar 4.1
Hasil Uji Grafik Normal Probablility Plot
Sumber : Output SPSS versi 21 (data diolah)
Uji grafik dalam melihat normalitas residual yaitu grafik normal probablility
plot. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data
residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik tersebar di
sekitar garis diagonalnya atau menyebar mengikuti arah garis diagonalnya. Sehingga
hal ini dapat menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Uji Statistik
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 90
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .75513864
Most Extreme Differences
Absolute .075
Positive .046
Negative -.075
Kolmogorov-Smirnov Z .715
Asymp. Sig. (2-tailed) .687
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS versi 21 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas asymptotic significant value adalah 0,687 lebih
besar dari nilai signifikansi yang ditentukan yaitu 0,05 berarti Ho diterima. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa data residual berdistribusi normal.
Uji Multikolonieritas
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
NWC .826 1.211
BZ .932 1.072
GO .946 1.057
CCC .810 1.234
a. Dependent Variable: LnCH
Sumber : Output SPSS versi 21 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat menunjukan bahwa sebagai berikut :
1. Nilai Tolerance NWC adalah 0,826 0,10 atau nilai VIF NWC adalah
1,211 10
2. Nilai Tolerance BZ adalah 0,932 0,10 atau nilai VIF BZ adalah 1,072 10
3. Nilai Tolerance GO adalah 0,946 0,10 atau nilai VIF GO adalah 1,057 10
4. Nilai Tolerance CCC adalah 0,810 0,10 atau nilai VIF NWC adalah 1,234
10
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa variabel independen NWC, BZ, GO, dan
CCC kurang dari 0,10 atau lebih besar dari 10. Hal ini berarti tidak adanya
multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
Uji Autokorelasi
Tabel 4.4
Hasil Uji Durbin-Waston
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .819a .670 .654 .77270 1.850
a. Predictors: (Constant), CCC, BZ, GO, NWC
b. Dependent Variable: LnCH
Sumber : Output SPSS versi 21 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa 1,7508 < 1,850 < 4 –
1,7508 yaitu 1,7508 < 1,850 < 2,2492. Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa Ho
diterima, tidak adanya autokorelasi positif atau negatif.
Uji Heteroskedasitas
Uji Grafik Plot
Gambar 4.2
Hasil Uji Grafik Scatterplot
Sumber : Output SPSS versi 21(data diolah)
Berdasarkan gambar 4.2 di atas dapat terlihat bahwa titik menyebar secara
acak serta tersebar baik di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y yang berarti
tidak adanya heteroskedasitas dalam model rergresi.
a. Uji Glejser
Tabel 4.5
Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .543 .154 3.534 .001
NWC -.004 .003 -.170 -1.457 .149
BZ .010 .018 .057 .517 .607
GO .002 .002 .141 1.299 .197
CCC .001 .000 .162 1.381 .171
a. Dependent Variable: ABS
Sumber : Output SPSS versi 21(data diolah)
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat menunjukan bahwa sebagai berikut :
1. Nilai probabilitas signifikansi NWC adalah 0,149 lebih besar dari tingkat
kepercayaan (0,05)
2. Nilai probabilitas signifikansi BZ adalah 0,607 lebih besar dari tingkat
kepercayaan (0,05)
3. Nilai probabilitas signifikansi GO adalah 0,197 lebih besar dari tingkat
kepercayaan (0,05)
4. Nilai probabilitas signifikansi CCC adalah 0,171 lebih besar dari tingkat
kepercayaan (0,05)
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa nilai probabilitas signifikansi NWC, BZ,
GO, dan CCC lebih besar dari tingkat kepercayaan (0,05) yang berarti tidak adanya
heteroskedasitas di dalam model regresi.
Persamaan Regresi Linier Berganda
Tabel 4.6
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -3.608 .267 -13.507 .000
NWC .054 .005 .796 11.607 .000
BZ .078 .032 .158 2.442 .017
GO -.006 .003 -.113 -1.767 .081
CCC -.005 .001 -.484 -6.997 .000
a. Dependent Variable: LnCH
Sumber : Output SPSS versi 21(data diolah)
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dirumuskan persamaan regresi linier
berganda untuk mengetahui pengaruh net working capital, board size, growth
opportunity dan cash conversion cycle terhadap cash holdings sebagai berikut :
Berdasarkan persamaan regresi linier berganda di atas, nilai konstanta sebesar
-3,608 menyatakan bahwa jika variabel NWC (X1), BZ (X2), GO (X3) dan CCC (X4)
bernilai nol atau konstan maka CHD (Y) adalah sebesar –3,608.
1. Koefisien regresi NWC (X1) sebesar 0,054 artinya jika variabel independen
lain nilainya tetap dan NWC (X1) mengalami kenaikan 1 satuan maka CHD
(Y) akan mengalami kenaikan 0,054 satuan dengan variabel lain.
2. Koefisien regresi BZ (X2) sebesar 0,078 artinya jika variabel independen lain
nilainya tetap dan BZ (X2) mengalami kenaikan 1 satuan maka CHD (Y) akan
mengalami kenaikan 0,078 satuan dengan variabel lain.
CHD = -3,608 + 0,054NWC + 0.078BZ – 0,006GO – 0,005CCC
3. Koefisien regresi GO (X3) sebesar -0,006 artinya jika variabel independen lain
nilainya tetap dan GO (X3) mengalami kenaikan 1 satuan maka CHD (Y) akan
mengalami penurunan 0,006 satuan dengan variabel lain..
4. Koefisien regresi CCC (X4) sebesar -0,005 artinya jika variabel independen
lain nilainya tetap dan CCC (X4) mengalami kenaikan 1 satuan maka CHD
(Y) akan mengalami penurunan 0,005 satuan dengan variabel lain.
Pengujian Hipotesis
Koefisien Determinasi .
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .819a .670 .654 .77270
a. Predictors: (Constant), CCC, BZ, GO, NWC
b. Dependent Variable: LnCH
Berdasarkan tampilan tabel 4.7 di atas bahwa besarnya nilai Adjusted R2
adalah 0,654, hal ini berarti 65,4 % variasi cash holdings dapat dijelaskan oleh variasi
dari ke empat variabel independen net working capital, board size, growth
opportunity dan cash conversion cycle. Sedangkan sisanya (100% - 65,4% = 34,6)
dijelaskan oleh variabel-variabel di luar model penelitian.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 103.031 4 25.758 43.140 .000b
Residual 50.751 85 .597
Total 153.781 89
a. Dependent Variable: LnCH
b. Predictors: (Constant), CCC, BZ, GO, NWC
Sumber : Output SPSS versi 21(data diolah)
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat menunjukkan bahwa nilai signifikansi
sebesar 0,000 berarti nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari nilai signifikan
yang ditentukan yaitu 0,05 dan nilai Fhitung sebesar 43,140 lebih besar dari Ftabel yaitu
sebesar 2,48. Hal ini, dapat dikatakan bahwa net working capital, board size, growth
opportunity dan cash conversion cycle secara bersama-sama atau simultan
berpengaruh terhadap cash holdings.
3. Uji Signifikansi Persial (Uji Statistik t)
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -3.608 .267 -13.507 .000
NWC .054 .005 .796 11.607 .000
BZ .078 .032 .158 2.442 .017
GO -.006 .003 -.113 -1.767 .081
CCC -.005 .001 -.484 -6.997 .000
a. Dependent Variable: LnCH
Sumber : Output SPSS versi 21(data diolah)
Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat menunjukkan bahwa :
1. Nilai probabilitas signifikansi NWC sebesar 0,000 < nilai signifikansi yang
ditentukan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti net working capital berpengaruh terhadap cash holdings
2. Nilai probabilitas signifikansi BZ sebesar 0,017 < nilai signifikansi yang
ditentukan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti board size berpengaruh terhadap cash holdings
3. Nilai probabilitas signifikansi GO sebesar 0,081 < nilai signifikansi yang
ditentukan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha
ditolak yang berarti growth opportunity tidak berpengaruh terhadap cash
holdings
4. Nilai probabilitas signifikansi CCC sebesar 0,000 < nilai signifikansi yang
ditentukan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti cash conversion cycle berpengaruh terhadap cash
holdings.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, net working capital, board size dan cash
conversion cycle berpengaruh secara individual atau persial terhadap cash holdings.
Sedangkan, growth opportunity tidak berpengaruh secara persial terhadap cash
holdings.
Pembahasan
Pengaruh Net Working Capital terhadap Cash Holdings
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel net
working capital memiliki pengaruh signifikan terhadap cash holdings dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditentukan sebesar
0,05.
Net working capital mampu berperan sebagai substitusi terhadap cash
holdings suatu perusahaan, karena sifat kemudahan dalam likuiditas yang
dimilikinya, net working capital juga diperlukan untuk menjaga kelangsungan
aktivitas perusahaan William & Fauzi (2013) dan kas merupakan bagian dari net
workong capital sehingga pada saat kas meningkat maka net working capital juga
akan meningkat (Marfuah & Zulhilmi, 2015).
Dengan menigkatnya net working capital pada perusahaan sektor industri
barang konsumsi akan meningkat pula tingkat cash holdings di dalam perusahaan
dikarenakan kas merupakan bagian dari net working capital. Dan perusahaan akan
meningkatkan cash holdings di dalam perusahaan karena apabila aset lancar kurang
dari hutang lancar akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam likuiditas
perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marfuah &
Zulhilmi (2015), William & Fauzi, (2013), Ogundipe et al (2012) dan Gill & Shah
(2012) yang menemukan bahwa variabel net working capital berpengaruh terhadap
variabel cash holdings.
Pengaruh Board Size terhadap Cash Holdings
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel board
size memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cash holdings dengan nilai
signifikansi sebesar 0,017 lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditentukan sebesar
0,05.
Variabel board size memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cash
holdings karena semakin besar board size atau jumlah dewan direksi dalam
perusahaan semakin besar cash holdings yang dimiliki perusahaan dikarenakan
dengan banyaknya dewan direksi akan meningkatkan internal check perusahaan yang
membuat sistem di dalam perusahaan semakin baik dan peranan penting dari dewan
direksi yaitu menjaga tingkat kas dengan tepat sehingga dapat meningkatkan kas di
dalam perusahaan.
Hal ini akan menimbulkan masalah agency cost yang dapat menyebabkan
perusahaan untuk menahan kelebihan kas dalam perusahaan. Menurutnya dewan
direksi bertanggaung jawab atas pengelolaan kas, tata kelola perusahaan dan
kebijakan lainnya di dalam organisasi. Saldo kas yang terlalu tinggi akan
menyebabkan masalah agency cost karena dewan direksi tidak bekerja dalam
mendukung shareholder tetapi untuk kepentingan mereka sendiri Gill & Shah (2012).
Oleh karena itu, besarnya board size pada perusahaan sektor industri barang
konsumsi akan meningkatkan tingkat cash holdings yang dimiliki perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdillah &
Kusumastuti (2014) dan Gill & Shah (2012) yang menemukan bahwa variabel board
size berpengaruh terhadap variabel cash holdings.
Pengaruh Growth Opportunity terhadap Cash Holdings
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel growth
opportunity tidak berpengaruh signifikan terhadap cash holdings dengan nilai
signifikansi sebesar 0,081 lebih besar dari nilai signifikansi yang ditentukan sebesar
0,05. Hasil dari hipotesis ini berarti tingkat cash holdings perusahaan sektor industri
barang konsumsi tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya growth opportunity yang
dimiiki oleh perusahaan.
Variabel growth opportunity tidak berpengaruh signifikan terhadap cash
holdings dikarenakan perbedaan tingkat pertumbuhan penjualan yang dimiliki
perusahaan dalam penelitian dan untuk mendanai growth opportunity perusahaan
lebih menggunakan sumber dana lain dibandingkan menggunakan kas yang ada di
dalam perusahaan. Rata-rata growth opportunity pada perusahaan sektor industri
barang konsumsi dari tahun 2013-2014 juga mengalami penurunan. Hal ini
menunjukkan bahwa, perusahaan sektor industri barang konsumsi dalam mengelola
cash holdings perusahaan tidak dipengaruhi growth opportunity perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ogundipe
et al (2012) yang menemukan tidak adanya pengaruh growth opportunity terhadap
Pengaruh Cash Conversion Cycle terhadap Cash Holdings
Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel cash
conversion cycle memiliki pengaruh yang signifikan terhadap cash holdings dengan
nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditentukan
sebesar 0,05.
Menurut William & Fauzi (2013) dan Marfuah & Zulhilmi (2015), Perputaran
kas yang tercermin dari siklus konversi kas tentunya akan mempengaruhi saldo kas
pada waktu tertentu. Semakin pendek periode dalam proses perputaran kas maka
semakin cepat cash turnover yang dihasilkannya, dan sebaliknya. Dengan semakin
besar cash turnover maka perusahaan akan meminimumkan saldo kas pada
perusahaan, karena cash turnover tersebut bisa berperan sebagai medium pembiayaan
aktivitas operasional. Sedangkan perusahaan yang memiliki siklus konversi kas yang
panjang umumnya memiliki saldo kas dalam jumlah yang besar. Oleh sebab itu, besar
kecilnya jumlah kas yang dipegang oleh suatu perusahaan juga bergantung pada
lamanya proses cash conversion cycle.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marfuah &
Zulhilmi (2015), William & Fauzi, 2013, dan Bigelli & Vidal, 2009 yang menemukan
bahwa variabel cash conversion cycle berpengaruh terhadap variabel cash holdings.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan hasil analisis data dari bab-bab sebelumnya, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil uji regresi linier berganda dari SPSS 21 dapat diketahui pengaruh net
working capital, board size, growth opportunity dan cash conversion cycle
secara persial atau individual ( uji t ) terhadap cash holdings pada perusahaan
sektor industri barang konsumsi periode 2012-2014 adalah sebagai berikut :
a. Variabel net working capital berpengaruh terhadap cash holding pada
perusahaan sektor industri barang konsumsi periode 2012-2014,
b. Variabel board size berpengaruh terhadap cash holding pada perusahaan
sektor industri barang konsumsi periode 2012-2014,
c. Variabel growth opportunity tidak berpengaruh terhadap cash holdings
pada perusahaan sektor industri barang konsumsi periode 2012-2014, dan
d. Variabel cash conversion cycle berpengaruh terhadap cash holdings pada
perusahaan sektor industri barang konsumsi periode 2012-2014.
2. Hasil uji regresi linier berganda dari SPSS 21 secara simultan atau bersama-
sama ( uji F ) variabel net working capital, board size, growth opportunity dan
cash conversion cycle secara bersama-sama berpengaruh terhadap cash
holdings pada perusahaan sektor industri barang konsumsi periode 2012-
2014. .
3. Variabel independen (net working capital, board size, growth opportunity dan
cash conversion cycle) hanya mampu menjelaskan 65,4 % terhadap cash
holdings. Sedangkan sisanya (100% - 65,4% = 34,6) dijelaskan oleh variabel-
variabel di luar model penelitian.
Saran
1. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lain untuk melengkapi
penelitian terdahulu yang telah ada yang bisa dijadikan variabel bebas dalam
penelitian tentang cash holdings seperti deviden payment, ukuran perusahaan,
capital expenditure, intangible aset, cash flow, dan short term debt.
2. Penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan objek penelitian dengan
sektor yang berbeda selain sektor industri barang konsumsi seperti sektor
pertambangan, perbankan dan property dan real estate atau menggunakan
objek perusahaan luar negeri agar dapat memperoleh gambaran yang luas
tentang cash holdings.
3. Penelitian selanjutnya agar dapat menggunkan objek penelitian dengan
periode tahun yang baru atau menambah tahun penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Fajar, & Kusumastuti, Retno, 2014. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan
Board Size terhadap Corporate Cash Holding.
Bigelli, Marco and Vidal, Javier S, 2009. Cash Holdings in Private Firms.
Brearley, Ricard A., Myers, Steward C and Marcus, Alan J, 2006. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
Brigham, E and Hauston, Joel F, 2006. Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Christina, Yessica Tria dan Ekawati, Erni, 2014. Excess Cash Holdings dan
Kepemilikan Institusional pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Manajemen
Bisnis dan Kewirausahaan, vol. 8 no. 1.
Fahmi, Irham, 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Ferreira, Miguel and Vilela, Antonio, 2004. Why Do Firm Hold Cash? Evidence from
EMU Countries. European Financial Management, vol. 10 no. 2 295-319.
Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gill, Amarjit and Shah, Charul, 2012. Determinants of Corporate Cash Holdings :
Evidence from Canada. Journal International of Economics and Finance
vol.4 no.1.
Harmono, 2009. Manajemen Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Islam, Sohani, 2012. Manufacturing Firm Cash Holdings Determinants: Evidence
from Bangladesh. Journal International of Business and Management. vol 7,
no 6
Jensen, M and Meckling, W, 1976. Theory Of The Firm : Manajerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, vol.3
no.4. hal 305-360.
Kusnadi, Y, 2011. Do Corporate Governance Mechanisms Matter For Cash
Holdings and Firm Value ? Pasific-Basin Finance Journal.
Marfuah dan Zulhilmi, Ardan, 2015. Analisis pengaruh Growth Opportunity, Net
Working Capital, Cash Conversion Cycle dan Leverage terhadap Cash
Holdings Perusahaan.
Martono dan Harjito, A, 2008. Manajemen keuangan. Yogyakarta: EKONISTA.
Martono, Nanang, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Ogundipe, Lawrencia Olatunde, Ogundipe, Sunday Emmanuel and Ajao, Samuel
Kahinde, 2012. Cash Holdings and Firm Characteristics: Evidence from
Nigerian Emerging Market. Journal of Business, Economics & Finance, vol.1
Issue.2
Panigrahi, Ashok Kumar, 2013. Cash Conversion Cycle And Firms Profitability-A
Study of Cement Manufacturing Companies of India. International Journal of
Current Research, vol.5 no.6 hal 1484-1488
Raharjaputra, Hendra, 2009. Manajemen keuangan dan akuntansi. Jakarta: Salemba
Empat.
Riyanto, Bambang, 2010. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE
Sari, Ira Prawita dan Januarti, Indira, 2011. Pengaruh Growth Opportunity terhadap
Leverage dengan Debt Covenant sebagai Variabel Moderating.
Sutedi, A, 2011. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Wai, Wong and Zhu, Yang, 2013. The Effect to Coporate Governance on Cash
Holdings : Evidence from Hongkong.
William dan Fauzi, Syarief, 2013. Analisis Pengaruh Growth Opportunity, Net
Working Capital, dan Cash Conversion Cycle terhadap Cash Holdings
Perusahaan Sektor Pertambangan. Jurnal Ekonomi dan Keuangan.
www.idx.co.id