pengaruh orientasi dan material bangunan terhadap
TRANSCRIPT
PENGARUH ORIENTASI DAN MATERIAL BANGUNAN
TERHADAP KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN
MUSEUM PERKEBUNAN INDONESIA
SKRIPSI
OLEH
RIZKI NAMIRA LUBIS (160406082)
DEPARTEMEN STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Universitas Sumatera Utara
PENGARUH ORIENTASI DAN MATERIAL BANGUNAN
TERHADAP KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN
MUSEUM PERKEBUNAN INDONESIA
SKRIPSI
OLEH
RIZKI NAMIRA LUBIS (160406082)
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
PENGARUH ORIENTASI DAN MATERIAL BANGUNAN TERHADAP
KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MUSEUM PERKEBUNAN
INDONESIA
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam
Departemen Arsitektur Pada Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara
OLEH :
RIZKI NAMIRA LUBIS
160406106
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
(PENGARUH ORIENTASI DAN MATERIAL BANGUNAN TERHADAP
KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN MUSEUM PERKEBUNAN
INDONESIA)
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 18 Juni 2020
Rizki Namira Lubis
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Kenyamanan termal merupakan hal yang harus diperhatikan dalam sebuah
bangunan agar terciptanya kenyamanan bagi penggunanya. Salah satu faktor yang
memengaruhi kondisi termal adalah orientasi bangunan terhadap matahari dan
material bangunan. Berdasarkan pada hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji pengaruh kenyamanan termal pada Bangunan Museum Perkebunan
Indonesia dengan mengukur suhu udara pada tiap ruang yang memiliki orientasi
yang berbeda-beda, serta membahas mengenai material yang digunakan pada
Bangunan Museum Perkebunan Indonesia. Pengukuran suhu udara dilakukan
selama 6 hari yang berbeda mulai dari pagi sampai sore hari. Hasil analisis
menunjukkan bahwa pengaruh orientasi memiliki pengaruh yang signifikan
dibandingkan dengan pengaruh material bangunan terhadap bangunan museum.
Dan dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa Bangunan Museum
Perkebunan Indonesia masuk ke dalam kategori tidak nyaman menurut Standar
Tata Cara Perencanaan Konservasi Energi Pada Bangunan
Kata Kunci : Orientasi dan Material Bangunan, Kenyamanan Termal,
Museum
Universitas Sumatera Utara
vii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Thermal comfort is something that must be considered in a building in order to
create comfort for its users. One of the factors that influence the thermal conditions
of buildings against the sun and building materials. Based on this, this study aims
to examine the thermal relationship in Museum Perkebunan Indonesia Building by
measuring the temperature of air in each room that has different compatibility, as
well as discussing the materials used in Museum Perkebunan Indonesia Building.
Measuring the temperature of the air for 6 different days from morning to evening.
Material of analysis of buildings, buildings, and museum buildings. And from the
results of this analysis show that the Museum Perkebunan Indonesa Building falls
into the uncomfortable category according to the Standard Procedure for Planning
Energy Conservation in Buildings
Keywords: Orientation and Building Materials, soothing Thermal,
Museum
Universitas Sumatera Utara
viii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul
“Pengaruh Orientasi dan Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal
Pada Bangunan Museum Perkebunan Indonesia”. Tulisan ini merupakan tulisan
individual yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara dengan alur
riset. Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kata sempurna. Tetapi berkat
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan
proposal ini.
Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak terkait yang telah
membantu menyelesaikan proposal ini, terutama kepada:
1. Bapak Ir. Novrial M.Eng selaku Dosen Pembimbing Studi Perencanaan
Lingkungan Binaan II dan Skripsi T.A 2020/2021 yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan, saran, dukungan, serta meluangkan
waktunya dalam proses penulisan proposal skripsi ini.
2. Bapak Dr. Imam Faisal Pane ST, MT dan Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT selaku
dosen penguji
3. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia M.Sc, IPM selaku Ketua Departemen Arsitektur
USU dan Ibu Beny O.Y. Marpaung, ST, MT, Ph.D selaku Sekretaris Departemen
Arsitektur USU.
4. Ir. M. Syahrial Lubis dan Dra. Niken Wulandari selaku orang tua yang memberikan
dukungan penuh untuk menyelesaikan studi dan proposal skripsi ini.
5. Fanny, Nisa, Dina, Alfi selaku sahabat selama 10 tahun
Universitas Sumatera Utara
ix
Universitas Sumatera Utara
6. Fahra, Cut, Akong, Beby, Pesal selaku teman kuliah yang sudah menyelesaikan
duluan
Universitas Sumatera Utara
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................... ..viii
Daftar Isi...........................................................................................................x
Daftar Tabel......................................................................................................xiii
Daftar Gambar...................................................................................................xiv
BAB I ..................................................................................................................
PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................4
1.4 Batasan Penelitian..........................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................5
1.6 Kerangka Berpikir..........................................................................6
1.7 Sistematika Penelitian....................................................................7
BAB II
Kajian Pustaka...................................................................................................8
2.1 Dinding...................................................................................8
2.2 Jendela....................................................................................9
2.3 Museum..................................................................................9
2.4 Kenyamanan Termal..............................................................10
2.4.1 Faktor Yang Memengaruhi Kenyamanan Termal.......10
2.4.2 Batas-Batas Kenyamanan Termal................................11
Universitas Sumatera Utara
xi
Universitas Sumatera Utara
2.5 Orientasi Bangunan...............................................................13
2.6 Material Bangunan................................................................14
BAB III
Metode Penelitian...............................................................................................18
3.1 Jenis Penelitian.......................................................................18
3.2 Objek Penelitian.....................................................................19
3.3 Variabel Penelitian.................................................................19
3.4 Metode Pengumpulan Data.....................................................20
3.4.1 Studi Literatur...............................................................22
3.4.2 Observasi.......................................................................22
3.4.3 Wawancara Dengan Narasumber................................. 22
3.5 Metode Analisa Data...............................................................22
BAB IV
Hasil Penelitian....................................................................................................24
4.1 Deskripsi Data..........................................................................25
4.1.1 Deskripsi Kawasan........................................................25
4.1.2 Deskripsi Bangunan.......................................................26
4.2 Hasil Penelitian........................................................................33
4.2.1 Orientasi..........................................................................33
4.2.2 Material Bangunan..........................................................41
4.2.3 Analisis Pengaruh Orientasi Dan Pengaruh Material
Terhadap Kenyamanan Termal.......................................45
BAB V
Kesimpulan dan Saran........................................................................................56
Universitas Sumatera Utara
xii
Universitas Sumatera Utara
5.1 Kesimpulan............................................................................56
5.2 Saran......................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................58
Universitas Sumatera Utara
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
Tabel 2.1 Perbandingan Faktor Penentu Suhu Nyaman.............................. 11
Tabel 2.2 Batas Kenyamanan Termal........................................................ 11
Tabel 2.3 Suhu Nyaman Menurut Tata Cara Perencanaan
Konservasi Energi.................................................................... 13
Tabel 2.4 Penggunaan Kaca, Warna Ketebalan, dan SC........................... 16
Tabel 2.5 Tabel Konduktivitas Termal, Density, Dan Kapasitas Kalor.... 17
Tabel 3.1 Variabel & Indikator Penelitian................................................. 20
Tabel 3.2 Keperluan Data dan Metode Penelitiannya................................ 22
Tabel 4.1 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 1.............................. 35
Tabel 4.2 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 2............................. 36
Tabel 4.3 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 3........................... 37
Tabel 4.4 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 4 ........................... 38
Tabel 4.5 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 5............................ 39
Tabel 4.6 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 6............................ 40
Tabel 4.7 Shading Coefficient Untuk Berbagai Jenis Material Kaca...... 42
Tabel 4.8 Penggunaan Kaca, Warna Ketebalan, dan SC.......................... 42
Tabel 4.9 Keadaan Cuaca Selama Masa Pengukuran................................. 45
Tabel 4.10 Pengaruh Material Terhadap Kenyamanan Termal.................. 55
Universitas Sumatera Utara
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
Gambar 2.1 Orientasi Bangunan Yang Menghadap Utara-Selatan................ 14
Gambar 2.2 Proses Konduksi Panas Melalui Kaca Jendela......................... 16
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian...................................................................... 25
Gambar 4.1 Peta Lokasi Medan Maimun................................................... 25
Gambar 4.2 Kawasan Lokasi Penelitian......................................................... 25
Gambar 4.3 Keadaan Kawasan Brigjend Katamso......................................... 26
Gambar 4.4 Museum Perkebunan Indonesia.................................................. 26
Gambar 4.5 Pusat Penelitian Kelapa Sawit.................................................... 26
Gambar 4.6 Lingkungan Sekitar Bangunan Museum Perkebunan................ 27
Gambar 4.7 Koleksi Kawasan Musperin....................................................... 28
Gambar 4.8 Koleksi Kereta Api Musperin.................................................... 28
Gambar 4.9 Bentuk Lama Kusen Jendela Musperin..................................... 29
Gambar 4.10 Bentuk Jendela Musperin Sekarang........................................ 29
Gambar 4.11 Atap Bangunan Musperin........................................................ 29
Gambar 4.12 Genteng Keramik.................................................................... 29
Gambar 4.13 Keadaan Dinding Musperin.................................................... 30
Gambar 4.14 Dinding Yang Mengelupas..................................................... 30
Gambar 4.15 Langit-langit Pada Lantai 1.................................................... 31
Gambar 4.16 Langit-langit Pada Lantai 2.................................................... 31
Gambar 4.17 Material pada Lantai 1............................................................ 31
Gambar 4.18 Material pada Lantai 2............................................................ 31
Gambar 4.19 Pohon Yang Berada di Lingkungan Musperin....................... 32
Universitas Sumatera Utara
xv
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.20 Orientasi Bangunan Musperin............................................... 33
Gambar 4.21 Orientasi Bangunan Terhadap Matahari................................ 34
Gambar 4.22 Proses Konduksi Panas Melalui Kaca..................................... 41
Gambar 4.23 Dinding Musperin................................................................... 44
Gambar 4.24 Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 1................................... 45
Gambar 4.25 Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 2................................... 47
Gambar 4.26 Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 3................................... 48
Gambar 4.27 Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 4................................... 49
Gambar 4.28 Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 5................................... 51
Gambar 4.29 Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 6................................... 52
Gambar 4.30 Lampu Sorot, Ac, dan Kipas Angin Pada
Bangunan Musperin................................................................ 52
Gambar 4.31 Ruangan Musperin dan Kategori Kenyamanannya................ 55
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia pernah dijajah oleh beberapa negara Eropa seperti Portugis,
Perancis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Dari kelima negara Eropa tersebut,
Belanda merupakan negara yang paling lama menjajah Indonesia. Menurut Resink
(2013), Belanda membutuhkan waktu sekitar 300 tahun lebih untuk menaklukkan
hampir seluruh wilayah Indonesia. Kedatangan Belanda ke Indonesia baru terjadi
pada tanggal 22 Juni 1596 yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman di Pelabuhan
Banten. Pada masa penjajahan, Indonesia mengalami pengaruh budaya barat dari
berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah di dalam perencanaan permukiman
dan perkotaan serta bangunan-bangunan dengan konsep arsitektur tradisional
belanda yang diterapkan oleh arsitek dan pengelola kota yang berasal dari Belanda.
(Wardani, 2009). Perkembangan arsitektur kolonial Belanda di Indonesia berawal
dari abad ke 16 sampai tahun 1940-an (Handinoto, 1996). Sedangkan menurut
Soekiman (2011), arsitektur Belanda berkembang di Indonesia selama Indonesia
masih di bawah kekuasaan Belanda yaitu sekitar awal abad ke 17 sampai tahun
1942, dan menurutnya arsitektur kolonial belanda merupakan arsitektur cangkok
Eropa yang artinya adalah sebuah arsitektur dari Belanda yang dikembangkan di
Indonesia. Arsitektur kolonial sendiri memiliki pemikiran “dari rakyat untuk
rakyat”, yang artinya arsiteknya dilahirkan dari karya arsitek Belanda dan
diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia pada masa sebelum
kemerdekaan Indonesia. Walaupun begitu, bangunan kolonial di Indonesia ramai
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2
dikunjungi oleh masyarakat lokal karena bangunannya yang ikonik dan bersejarah.
Menurut Sumalyo (1995), bangunan kolonial di Indonesia adalah suatu fenomena
unik karena adanya percampuran budaya antara budaya penjajah dan budaya
Indonesia yang tidak akan didapatkan di tempat lain, termasuk negara yang
merupakan bekas jajahan. Selama masa penjajahan, bangunan kolonial banyak
dibangun dengan berbagai macam tipologi dan bentuk yang dikembangkan. Dan
dari situ, masyarakat Indonesia banyak yang mengadopsi dan menerapkan design
maupun detail-detail tertentu. Jenis bangunan arsitektur kolonial yang ada di
Indonesia adalah bangunan perkantoran, bangunan pusat pemerintahan, stasiun,
rumah sakit, rumah tinggal, museum, gereja, dan sebagainya. Bangunan kolonial
juga banyak tersebar di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera yang mana kedua pulau
tersebut merupakan daerah penting dari segi ekonomi selama masa penjajahan
Belanda di Indonesia. Salah satu kota yang memiliki banyak bangunan bersejarah
dan rumah tinggal bernuansa kolonial belanda adalah Kota Medan. Sebagai ibukota
dari provinsi Sumatera Utara, Kota Medan memiliki sejarah yang panjang terkait
penjajahan Belanda. Kota yang dibangun pada tahun 1590 Masehi oleh Guru
Patimpus ini dulunya merupakan pusat pemerintahan kolonial Belanda. Oleh sebab
itu, hal tersebut berpengaruh kepada perkembangan arsitektur kolonial yang cukup
pesat di Kota Medan dari masa sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sesudah
kemerdekaan.
Menurut Safeyah (2006), arsitektur yang muncul pada awal masa setelah
kemerdekaan Indonesia banyak dipengaruhi oleh arsitektur kolonial Belanda, di
samping adanya pengaruh dorongan para arsitek Indonesia untuk terlihat berbeda
dari arsitektur kolonial yang sudah ada. Namun, tentunya terdapat beberapa aspek
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3
yang menjadi perhatian para arsitek dalam membangun dan mengembangkan
konsep-konsep arsitektur kolonial baik di masa penjajahan Belanda maupun masa
pasca penjajahan Belanda di Indonesia. Aspek terpenting yaitu adalah kondisi iklim
dan cuaca di Indonesia yang sangat berbeda dengan Eropa (Belanda). Indonesia
hanya memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan sedangkan Eropa
memiliki 4 musim yaitu musim panas, musim salju, musim semi, dan musim gugur.
Maka dari itu, bangunan-bangunan kolonial di Indonesia dituntut untuk bisa
beradaptasi dengan kondisi iklim tropis Indonesia.
Arsitektur tropis sendiri menjadi pilihan untuk sebuah jawaban atas kondisi
lingkungan di Indonesia yang mencoba memecahkan permasalahan iklim tropis.
Arsitektur tropis berpedoman pada lingkungan sekitar dan memanfaatkan potensi
lingkungan yang ada, baik pemecahan masalah terhadap iklim dan segala hal yang
berhubungan dengan sekitarnya (Lippsmeier, 1997). Arsitektur tropis
mengutamakan bangunan agar menghasilkan perancangan pasif yaitu dengan cara
meminimalisir penggunaan energi pada bangunan. Rancangan pasif mengandalkan
kemampuan arsitek untuk mengantisipasi permasalahan iklim luar.
Pengaruh yang paling utama adalah dari kondisi suhu dan tingkat
kelembaban mengarah kepada kenyamanan thermal. Kenyamanan thermal
dibutuhkan agar penghuni atau pengguna bangunan dapat beraktivitas dengan baik.
Menurut Szokolay dalam Talarosha (2005), kenyamanan tergantung pada variabel
iklim yaitu matahari atau radiasi matahari, suhu udara, kelembaban udara, dan
kecepatan angin dan beberapa faktor subjektif seperti pakaian, aklimatisasi
(adaptasi makhluk hidup terhadap suatu lingkungan baru), usia dan jenis kelamin,
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4
tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi, serta warna kulit.
Bangunan kolonial di Indonesia mungkin sudah dapat beradaptasi dengan
iklim tropis Indonesia sehingga bisa bertahan sampai sekarang, tapi hal tersebut
perlu dikaji lagi apakah bangunan kolonial belanda (Museum Perkebunan
Indonesia) sudah mencapai kenyamanan thermal yang ideal yang mana
kenyamanan thermal tersebut menjadi salah satu karakteristik yang ada pada
arsitektur tropis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh
orientasi dan material selubung bangunan terhadap kenyamanan termal pada
museum perkebunan Indonesia (Musperin) serta menjadi tolak ukur pengetahuan
tentang arsitektur tropis dan kenyamanan termal yang mana sangat dibutuhkan
dalam merancang sebuah bangunan dengan keadaan iklim tropis Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka dapat disimpulkan bahwa
rumusan masalahnya yaitu :
1. Bagaimana pengaruh orientasi dan material bangunan terhadap kenyamanan
termal pada bangunan Museum Perkebunan Indonesia?
2. Apakah kenyamanan termal pada Museum Perkebunan Indonesia sudah
mencapai kenyamanan yang ideal?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
5
1. Untuk mengkaji bagaimana pengaruh orientasi dan material bangunan
terhadap bangunan Museum Perkebunan Indonesia
2. Untuk mengetahui apakah Museum Perkebunan Indonesia sudah mencapai
kenyamanan termal yang ideal
1.4 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya membahas mengenai pengaruh orientasi dan material
bangunan terhadap kenyamanan termal yang berkaitan dengan suhu udara pada
Museum Perkebunan Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini baik bagi penulis dan pembaca adalah berupa ilmu untuk
mengetahui pengaruh orientasi dan material bangunan terhadap kenyamanan termal
pada bangunan Museum Perkebunan Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
6
1.6 Kerangka Berfikir
Gambar 1.1 Kerangka Berfikir
Latar Belakang
Sejarah singkat penjajahan Belanda di Indonesia
Perkembangan arsitektur kolonial
Pemahaman universal mengenai arsitektur tropis
Judul Penelitian
Kajian Kenyamanan Thermal Pada Museum Perkebunan Indonesia
Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh orientasi dan material bangunan terhadap kenyamanan termal pada
bangunan Museum Perkebunan Indonesia?
Apakah Museum Perkebunan Indonesia sudah mencapai kenyamanan termal yang ideal?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini mengkaji pengaruh orientasi dan material selubung bangunan
terhadap kenyamanan termal secara pasif terhadap bangunan Museum Perkebunan Indonesia
dan mengetahui apakah Museum Perkebunan Indonesia sudah mencapai kenyamanan termal
yang ideal
Kajian Pustaka
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai ilmu pengetahuan mengenai pengaruh orientasi dan
material selubung bangunan terhadap bangunan Museum Perkebunan Indonesia.
Metode Penelitian
Analisa
Kesimpulan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
7
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan keseluruhan laporan penelitian ini terdiri dari 6 bab
dengan uraian masing-masing bab sebagai berikut:
Bab I (Pendahuluan)
Bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan penelitian, kerangka berfikir, dan sistematika penulisan.
Bab II (Tinjauan Pustaka)
Bab ini membahas tentang teori yang digunakan guna melakukan penelitian. Tinjauan yang
dimaksud adalah mengenai bangunan, sejarah kedatangan Belanda, sejarah arsitektur
kolonial Belanda, pengaruh iklim terhadap arsitektur, iklim tropis, dan arsitektur tropis.
Bab III (Metodologi Penelitian)
Bab ini membahas tentang tata acara yang akan dilaksanakan pada penelitian. Penelitian
ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif berupa pemecahan masalah yang ada pada
saat ini berdasarkan data-data kuantitatif yang dilakukan berupa pengukuran suhu udara
dan menganalisis serta mendeskripsikan objek penelitian.
Bab IV (Deskripsi Objek dan Kawasan Penelitian)
Bab ini membahas tentang deskripsi objek yaitu museum perkebunan indonesia yang akan
diteliti serta orientasinya. Dan bab ini juga membahas mengenai detail bangunan dan
lingkungan sekitar.
Bab V (Hasil dan Pembahasan)
Bab ini membahas tentang hasil dan pembahasan penelitian secara sistematis yang didasari
dengan kerangka berfikir serta landasan teori dan metodologi penelitian yang digunakan
untuk mengkaji pokok permasalahan dan studi kasus yang diteliti. Hasil dari pembahasan
juga berupa deskripsi serta pengkajian materi terkait.
Bab VI (Kesimpulan dan Saran)
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil dan pembahasan penelitian
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Dinding
Dinding merupakan bagian dari sebuah bangunan yang memiliki
peran penting bagi konstruksi bangunan. Fungsi dinding yaitu sebagai
pembentuk dan pelindung isi bangunan baik dari segi konstruksi maupun
penampilan artistik sebuah bangunan. Dinding merupakan bagian dari
bangunan yang berdiri secara vertikal dengan tujuan untuk memisahkan
antar ruang, baik antar ruang dalam maupun ruang luar. Tiga jenis utama
dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary),
serta dinding penahan (retaining).
Dinding bangunan juga memiliki dua fungsi utama yaitu
menyokong atap dan langit-langit/plafon, membagi ruangan, serta
melindungi bangunan terhadap intrusi dan cuaca. Dinding pembatas
(boundary) mencakup dinding privasi, dinding penanda batas, serta dinding
kota. Terkadang dinding jenis ini sulit untuk dibedakan dengan pagar.
2.2 Jendela
Setiap bangunan tersusun dari komponen-komponen yang saling
berhubungan satu sama lain untuk mencapai tingkat kestabilan tertentu.
Ditinjau dari segi penyusunan, bangunan gedung dapat dibagi menjadi 2
bagian, yaitu bangunan bawah, yaitu bagian bangunan yang berada di dalam
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
9
tanah, seperti balok beton (sloof) dan pondasi. Dengan begitu, pondasi
memiliki hubungan langsung dengan dasar tanah keras di bawahnya.
Kemudian terdapat bangunan atas yaitu berupa bagian-bagian bangunan
yang terletak di atas permukaan lantai seperti dinding, kolom-kolom, pintu,
jendela, dan rangka atas beserta bagian-bagiannya. Pintu dan jendela sendiri
dapat dikategorikan sebagai bukaan, yang mana bukaan merupakan salah
satu unsur pada suatu karya arsitektur yang dapat dibuka-tutup, atau yang
dalam kondisi terbuka, seperti ventilasi.
2.3 Museum
Museum merupakan institusi permanen yang melayani kebutuhan
publik secara terbuka dengan melakukan usaha pengoleksian, konservasi,
riset, komunikasi, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat.
Menurut koleksi yang dimiliki, museum terbagi dua yaitu museum dengan
kumpulan bukti material manusia dan teknologi. Kedua yaitu museum
dengan kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang
berkaitan dengan cabang seni, cabang ilmu, atau satu cabang teknologi.
Secara kedudukannya, museum terdiri dari museum nasional, museum
provinsi, dan museum lokal. Sedangkan menurut penyelenggaraannya,
museum terdiri atas museum pemerintah dan museum swasta. Syarat
berdirinya sebuah museum yaitu harus berada pada lokasi yang strategis,
mudah dijangkau, dan sehat (bukan di daerah yang berlumpur/tanah rawa),
harus memenuhi prinsip-prinsip konservasi agar koleksi dapat terawat
dengan baik, koleksi yang dipamerkan harus mempunyai nilai sejarah,
ilmiah, estetika dan terdapat asal usul secara historis, geografis. Museum
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
10
juga harus memiliki sarana dan prasarna yang berkaitan erat dengan
kegiatan pelestarian koleksi-koleksinya yaitu vitrin, sarana perawatan
koleksi seperti AC, dehumidifier, CCTV, alarm, lampu, label, dll, serta
museum harus memiliki kepala museum, bagian administrasi, pengelola
koleksi, bagian konservasi, bagian penyajian, bagian pelayanan masyarakat,
bimbingan edukasi, dan pengelola perpustakaan. Sumber dana tetap juga
dibutuhkan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan museum.
2.4 Kenyamanan Termal
Kondisi termal pada suatu ruang berpengaruh pada kenyamanan
termal seseorang. Menurut Karyono (2016), kondisi iklim sekitar akan
berpengaruh terhadap tingkat keproduktivitasan manusia. Maka dari itu,
manusia membutuhkan kondisi fisik sekitar yang nyaman untuk
mendukung aktivitasnya, yaitu secara termal. Kenyamanan termal
merupakan pandangan atau penilaian seseorang tentang tingkat kepuasan
terhadap kondisi termal lingkungannya. Manusia menilai kondisi
lingkungan sekitarnya berdasarkan rangsangan yang masuk ke dalam
dirinya melalui syaraf indera dan diproses oleh otak untuk dinilai. Yang
mana hal tersebut melibatkan aspek fisik, biologis, dan psikologis (Satwiko,
2009).
2.2.1 Faktor Yang Memengaruhi Kenyamanan Termal
Menurut Szokolay, kenyamanan termal tergantung pada variabel
iklim (suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, radiasi matahari) dan
faktor-faktor individu seperti tingkat metabolisme tubuh, aklimatisasi
tubuh, pakaian, kondisi kesehatan, jenis makanan dan minuman yang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
11
dikonsumsi, tingkat kegemukan, usia dan jenis kelamin serta warna kulit
seseorang.
Satwiko juga menyatakan kenyamanan termal dipengaruhi oleh
faktor iklim (radiasi matahari, suhu udara, kecepatan angin, dan kelembaban
udara) dan dua faktor individu yaitu aktivitas dan pakaian yang digunakan
seseorang.
2.3.2 Batas-batas Kenyamanan Termal
Kenyamanan termal yang dirasakan manusia berbeda antara satu
individu dengan individu lainnya yang mana hal tersebut dipengaruhi oleh
variabel iklim dan individu. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Lippsmeier
di dalam bukunya yang berjudul Bangunan Tropis yang menunjukkan
beberapa penelitian yang membuktikan batas kenyamanan (dalam
Szokolay Humphreys & Nicol
1. Faktor Lingkungan
Suhu Udara
Kelembaban
Angin
Radiasi Matahari
2. Faktor Individu
Metabolisme tubuh
Aklimatisasi
Pakaian
Kondisi kesehatan tubuh
Tingkat kegemukan
Jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi
Usia dan jenis kelamin
Warna kulit
1. Faktor Lingkungan
Suhu Udara
Kelembaban Udara
Radiasi Matahari
Angin 2. Faktor Individu
Aktivitas
Pakaian
Lokasi Geografis
Tabel 2.1
Perbandingan Faktor Penentu Suhu Nyaman
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
12
Temperatur Efektif / TE) berbeda antar individu dan tergantung pada lokasi
geografis dan suku bangsa yang diteliti seperti pada tabel di bawah ini.
Pengarang Tempat Kelompok Manusia Batas Kenyamanan
ASHRAE Rao
Webb
Mom Ellis
USA Selatan
(300 LU)
Calcutta (220
LU)
Singapura
Khatulistiwa
Jakarta (60 LS)
Singapura
Khatulistiwa
Peneliti
India
Malaysia
Cina
Indonesia
Eropa
20,50C – 24,50C TE
200C – 24,50C TE
250C – 270C TE
200C – 260C TE
220C – 260C TE
Menurut Mom & Wiesebron (1940), untuk pribumi (orang Indonesia)
yang memakai pakaian harian biasa, batas kenyamanan optimal adalah
28-310C dan panas nyaman di antara 25,80C-25,80C sedangkan menurut
Mangun Wijaya Y.B (1994) secara umum suhu ruangan yang ideal
adalah antara 20-250C dengan kelembaban 40-50% dan gerak udara
yang sedang 5-20cm/detik. Menurut Latifah (2015) menjelaskan
kenyamanan termal pada bangunan pada iklim tropis yaitu sejuk
nyaman di antara 20,80C – 22,80C, nyaman optimal, antara suhu efektif
22,80C – 25,80C, hangat nyaman antara suhu efektif 25,80C – 27,10C.
Berdasarkan MENKES No. 261/Menkes/SK/II/1998 temperatur
ruangan yan sehat adalah temperature yang berkisar antara 180C - 260C.
Suhu nyaman menurut standar tata cara perencanaan teknis konservasi
energi pada bangunan gedung sebagai berikut:
Tabel 2.2
Batas-Batas Kenyamanan Termal
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
13
Kondisi Temperatur Efektif (TE)
Sejuk Nyaman
Ambang Atas
20,50C – 22,80C
240C
Nyaman Optimal
Ambang atas
22,80C – 25,80C
28 0C
Hangat Nyaman
Ambang Atas
25,80C – 25,80C
310C
2.5 Orientasi Bangunan
Orientasi harus sesuai dengan faktor-faktor lain guna
memperoleh keuntungan dari teknik pemanasan dan penyejukan
alami (Sungkoyo, 1995). Menurut Soetiadji (1986), orientasi
merupakan suatu posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar,
arah mata angin, atau terhadap pandangan seseorang yang
melihatnya. Jenis orientasi menurut Soetiadji adalah akibat adanya
pengaruh orientasi terhadap sesuatu, menyebabkan bangunan
Daerah khatulistiwa mengalami radiasi yang banyak sehingga
menjadi daerah paling panas. Temperatur minimum dicapai 1-2 jam
sebelum matahari terbit dan sebanyak 43% radiasi matahari
dipantulkan kembali dan 57% diserap (14% oleh atmosfer dan 43%
oleh permukaan bumi). Orientasi bangunan terhadap matahari
sangat mementukan besarnya panas matahari yang masuk ke dalam
sebuah bangunan. Semakin luas bidang yang menerima panas
matahari, maka semakin besar panas yang diserap oleh bangunan.
Maka sebaiknya sebuah bangunan berorientasi ke arah Utara-
Selatan, sehingga sisi bangunan yang mengarah ke Timur-Barat
Tabel 2.3
Suhu Nyaman Menurut Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
14
lebih sedikit menerima panas matahari secara langsung. Radiasi
matahari adalah faktor yang dapat menyebabkan ruang pada
bangunan tropis terasa panas. (Karyono 2013). Sedangkan
Hamdani, Bekkouche, Benouaz & Cherier, 2012) menyebutkan
bahwa dalam kasus hunian, orientasi bangunan terhadap matahari
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan suhu
udara di dalam ruang. Penelitian yang dilakukan Amelia (2013)
membuktikan bahwa bangunan yang berorientasi ke arah Utara-
Barat mengalami ketidaknyamanan paling tinggi.
2.6 Material Bangunan
Panas matahari masuk ke dalam bangunan melalui proses konduksi dan
melalui proses radiasi matahari.
Gambar 2.1
Orientasi Bangunan yang Menghadap Utara-Selatan
Talarosha (2005)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
15
Radiasi matahari memancarkan sinar ultraviolet sebesar 6%, cahaya tampak
sebesar 48%, dan sinar infra merah yang memberikan efek panas sangat
besar (46%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari
menyumbangkan jumlah panas terbesar yang masuk ke dalam bangunan.
Besar radiasi matahari yang ditransmisikan melalui selubung selubung
bangunan dipengaruhi oleh fasad bangunan yaitu perbandingan luas kaca
dan luas dinding bangunan keseluruhan (wall to wall ratio) serta jenis dan
ketebalan kaca yang digunakan.
Panas matahari yang jatuh pada selubung bangunan kemudian
dipantulkan kembali dan sebagian diserap. Panas yang diserap akan
berkumpul dan kemudian diteruskan ke bagian sisi dalam bangunan yang
dingin. Masing-masing bahan bangunan mempunyai angka koefisien
serapan kalor (%) atau shading coefficient yang berbeda. Semakin besar
serapan kalor atau shading coefficient, semakin besar panas yang diteruskan
ke ruangan.
Gambar 2.2
Proses Konduksi Panas Melalui Kaca Jendela
Talarosha (2005)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
16
Material bangunan yang memiliki nilai hambatan penghantaran panas yang
cukup besar dan memiliki kemampuan untuk memantulkan panas yang
cukup baik akan sangat membantu untuk mengurangi penggunaan energi
aktif berupa alat pendingin ruangan seperti AC atau kipas angin pada siang
hari. (Prakoso dkk, 2014).
Konduktivitas termal suatu bahan/material merupakan ukuran
kemampuannya untuk melakukan panas. Material dengan konduktivitas
termal rendah mengalami perpindahan panas dengan laju yang rendah,
begitu sebaliknya material dengan konduktivitas termal yang tinggi akan
mengalami perpindahan panas dengan laju yang tinggi. Sedangkan density
adalah perbandingan antara massa dan volume zat tersebut pada
temperature dan tekanan tertentu. Kapasitas kalor atau kapasitas panas (c)
merupakan suatu besaran terukur yang menggambarkan banyaknya kalor
yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat ataupun benda sebesar
jumlah tertentu. Jendela dengan kaca bening hampir merambatkan seluruh
panas dan cahayanya ke dalam ruangan. Jendela dengan kaca bening hampir
No.
Penggunaan Kaca Shading Coefficient
Jenis Kaca Warna Tebal
1. Kaca Bening -
-
¼ inci
3/8 inci
0,95
0,90
2. Heat Absorbing Glass Abu-abu, Bronze atau
Green tinted
-
3/16
inci
½ inci
0,75
0,50
3. Reflective Glass Dark gray metallized
Light gray metallized -
-
0,35 s/d 0,20
0,60 s/d 0,35
Tabel 2.4 Penggunaan Kaca, Warna Ketebalan, dan SC
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
17
merambatkan seluruh panas dan cahayanya ke dalam ruangan. Material
yang digunakan pada dinding yaitu material batu bata yang dapat menahan
panas selama 2,3 jam dan kemudian dilepaskan. Batu bata merupakan
material dengan kategori isolator yang baik sehingga pada siang hari dengan
cahaya matahari yang panas terik, bangunan yang menggunakan batu bata
ruangan di dalamnya akan terasa lebih dingin.
W/mK = Watts/MeterKelvin
Kg/m3 = Kilogram/MeterKubik
J/kgK = Joule/Kilogram.Kelvin
No. Material Konduktivitas Termal
(W/mK)
Density/Kerapatan
(kg/m3)
Kapasitas Kalor
J/kgK
1. Batu 1.8 1602 1000
2. Batu-bata 0.73 1922 800
3. Beton 1.13 2400 1000
4. Kaca 1 2500 750
5. Baja 50.2 8050 420
Tabel 2.5 Tabel Konduktivitas Termal, Density, dan Kapasitas Kalor
Universitas Sumatera Utara
18
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penyajian kualitatif-deskriptif serta
kuantitatif. Deskriptif kualitatif bertujuan untuk memahami suatu
permasalahan dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan
proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena
yang diteliti. Penelitian deskriptif maksudnya adalah penelitian yang bertujuan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu objek secara sistematis,
faktual, dan akurat. Pendekatan kualitatif digunakan sebagai pemahaman
mengenai aspek-aspek yang mengandung suatu karakteristik atau ciri dalam
design pada bangunan tersebut. Dalam hal ini, deskriptif dinyatakan sebagai
hasil catatan lapangan (observasi), dokumenter (dokumentasi), eksplorasi, dan
transkripsi yang tertulis. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji
kenyamanan thermal secara pasif pada bangunan kolonial belanda. Tujuan
utama dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai upaya untuk mengkaji
serta memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan thermal dan
pemenuhan faktor-faktor kenyamanan thermal pada Museum Perkebunan
Indonesia. Dan kuantitatif adalah dengan menghitung temperatur udara pada
bangunan Museum Perkebunan Indonesia menggunakan thermometer
hygrometer.
Dalam studi ini, Penelitian ini bertujuan untuk mencapai studi yang bersifat
observasi dan dokumentasi. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
19
Universitas Sumatera Utara
memahami hasil kajian mengenai karakteristik arsitektur tropis pada arsitektur
kolonial. Studi ini mendeskripsikan tentang kenyamanan thermal pada
Museum Perkebunan Indonesia berdasarkan pemahaman arsitektur tropis
dengan berfokus pada kenyamanan thermalnya agar dapat mengetahui apakah
Museum Perkebunan Indonesia sudah mencapai standard kenyamanan thermal
yang ideal.
3.2 Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah Museum Perkebunan Indonesia yang
berada di Jl. Brigjend Katamso (RISPA), Kampung Baru, Kecamatan
Medan Maimun, Kota Medan
3.3. Variabel Penelitian
Sebelum menentukan variabel, harus dilakukan kajian pustaka mengenai
karakteristik arsitektur tropis kemudian dirincikan pada bagian faktor-faktor
yang mendukung kenyamanan termal sebagai indikator. Teori-teori yang
Gambar 3.1
Lokasi Penelitian
Sumber: Google Earth
Universitas Sumatera Utara
20
Universitas Sumatera Utara
dipilih merupakan identifikasi dasar permasalahan-permasalahan dalam
penelitian.
Indikator yang digunakan pada tiap variabel adalah interpretasi terhadap
indikator-indikator yang berasal dari tinjauan pustaka. Maka dari itu,
variabel pertama yang didapat dari hasil kajian literatur adalah mengenai
karakteristik fisik arsitektur tropis kemudian dilakukan perincian yang
menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan thermal sebagai
indikator-indikatornya.
Tabel 3.1 Variabel & Indikator Penelitian
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data menggunakan
sumber data yang didapatkan dengan lisan maupun tertulis. Pada penelitian ini,
metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi literature, observasi,
dan wawancara. Pada penelitian ini, data mengenai studi literatur, observasi,
dan wawancara dengan penjaga Museum Perkebunan Indonesia dikumpulkan
dan dilakukan secara langsung. Data-data mengenai sejarah bangunan, riwayat
Variabel Indikator
Orientasi
Pengaruh orientasi terhadap
kenyamanan termal (suhu
udara) pada bangunan museum
Material Bangunan Pengaruh material bangunan
terhadap kenyamanan termal
(suhu udara) pada bangunan
museum
Universitas Sumatera Utara
21
Universitas Sumatera Utara
fisik, serta gambar arsitektur bangunan kolonial belanda juga dikumpulkan
dengan mempertimbangkan metode pengumpulan data.
3.4.1 Studi Literatur
Studi literatur menjadi acuan dasar dalam pengumpulan data sekunder.
Kegiatan studi literatur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu
mengumpulkan data dengan mengkaji teori-teori mengenai objek penelitian
melalui buku dan jurnal, mencari sumber informasi melalui internet agar
menambah pengetahuan mengenai penelitian ini. Menelaah dokumen dan
sejarah singkat dengan cara melihat data atau bukti sejarah yang berkaitan
dengan objek penelitian.
3.4.2 Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh melalui
pengamatan terhadap objek penelitian. Terdapat dua cara dalam melakukan
observasi yaitu observasi langsung dan observasi tidak langsung. Observasi
langsung yaitu kegiatan yang dilakukan dengan cara mengamati objek
penelitian secara langsung, sedangkan observasi tidak langsung merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara mengamati objek yang terdapat dari
hasil rekaman berupa buku atau catatan. Dalam penelitian ini, studi banding
dilakukan secara langsung menuju lokasi penelitian dan bangunan sekitarnya
sebagai acuan dasar dalam memahami kondisi dan permasalahan yang ada pada
saat ini. Pengambilan data fisik dan kondisi terkini bangunan dengan cara
dokumentasi di lapangan secara langsung
Universitas Sumatera Utara
22
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.2 Keperluan Data dan Metode Penelitiannya
3.4.3 Wawancara Dengan Narasumber
Wawancara merupakan interaksi secara lisan yang dilakukan antara dua orang
atau lebih untuk membahas atau menanyakan tentang suatu informasi guna
mendapatkan tujuan yang diinginkan. Atau dapat dikatakan untuk mendapatkan
informasi tambahan mengenai objek yang akan diteliti. Pada penelitian ini,
peneliti melakukan wawancara dengan individu penjaga Museum Perkebunan
Indonesia yang akan menjadi informan untuk mengetahui sejarah singkat
bangunan dan data fisik bangunan tersebut.
3.5. Metode Analisa Data
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif yang
menjadi dasar bagi peneliti dalam menginterpretasi data atau kesimpulan yang
didapatkan secara verbal dan menggunakan analisa data secara deduktif yang
artinya adalah melakukan analisis terhadap teori-teori yang berkaitan dengan
objek penelitian agar dapat ditarik kesimpulan.
Penelitian ini menggabungkan antara deskripsi dan analisis dimana peneliti
mengumpulkan data serta mendeskripsikan yang akan dibahas mengenai
bangunan kolonial belanda.
Data yang Diperlukan Metode
Orientasi Survey langsung ke lokasi penelitian
dan meneliti pengaruh orientasi rumah
terhadap kenyamanan termal (suhu
udara)
Material Selubung
Bangunan Survey langsung ke lokasi penelitian dan
meneliti pengaruh material selubung
bangunan terhadap kenyamanan termal
(suhu udara)
Universitas Sumatera Utara
23
Universitas Sumatera Utara
Berikut tahap-tahap penelitian yang dapat dilakukan:
Data-data yang telah dibutuhkan dikumpulkan dan dianalisa. Dalam tahap
ini, data studi pustaka yang telah dikumpulkan dianalisis dengan hasil
observasi dan dokumentasi di lapangan untuk mendapatkan data fisik
untuk mengetahui Museum Perkebunan Indonesia tersebut
Menganalisis data yang didapat kemudian melakukan kajian mengenai
pengaruh orientasi dan material terhadap kenyamanan termal pada
Museum Perkebunan Indonesia tersebut
Membahas dengan mendeskripsikan Museum Perkebunan Indonesia dan
kemudian menelaahnya dengan pengaruh orientasi dan material terhadap
kenyamanan termal pada bangunan tersebut
Menjabarkan hasil penelitian pada evaluasi agar dapat menentukan
kesimpulan dan saran
Universitas Sumatera Utara
24
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Studi kasus ini membahas mengenai museum perkebunan Indonesia sebagai
objek untuk mengkaji kenyamanan thermal pada bangunan kolonial belanda. Studi
kasus dilakukan pada satu lokasi yaitu Jl. Brigjend Katamso. Kampung Baru,
Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Objek ini dipilih karena merupakan
bangunan yang dibangun pada zaman kolonial Belanda dan sampai sekarang masih
bertahan sebagai museum yang mana artinya bangunan ini tergolong dapat
beradaptasi dengan iklim tropis Indonesia. Dan dengan cara ini diharapkan agar
dapat melihat konteks kenyamanan thermal yang menjadi salah satu kriteria pada
arsitektur tropis pada rumah kolonial belanda ini.
Dengan landasan tersebut maka dipilih objek pada kawasan tersebut yang
dianggap memiliki potensi dalam mengandung kenyamanan thermal sebagai bagian
dari karakter arsitektur tropis pada bangunannya.
Untuk dapat mendalami penelitian, maka dari objek yang dipilih akan dilakukan
pengambilan data khususnya gambaran atau deskripsi keseluruhan dari rumah
kolonial belanda tersebut. Data tersebut nantinya akan diolah dan dijadikan sebagai
bukti apakah rumah kolonial belanda tersebut sudah mencapai syarat keamanan
thermal yang ideal.
Studi kasus ini dilakukan dengan survey langsung ke lokasi yang sudah
ditentukan dengan melalui beberapa proses diantaranya observasi, wawancara, dan
mengumpulkan data-data terkait lokasi. Selain itu juga dilakukan beberapa
observasi dari berbagai sumber di antarnya seperti buku, jurnal, dan artikel dari
Universitas Sumatera Utara
25
Universitas Sumatera Utara
internet. Pembahasan analisis lalu dilakukan dengan memaparkan hasil data yang
didapat di lapangan dengan menggunakan dasar teori yang sudah dijabarkan dalam
bab II.
4.1 Deskripsi Data
4.1.1 Deskripsi Kawasan
Brigjend Katamso merupakan sebuah kawasan yang berada di Kecamatan
Medan Maimun bagian Utara Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Daerah ini
merupakan salah satu kawasan strategis karena kawasan ini merupakan salah satu
pusat kawasan komersil di daerah Medan. Mayoritas bangunan pada kawasan ini
adalah bangunan ruko yang memiliki 2-4 lantai. Pada kawasan ini terdapat pasar,
toko perabot, rumah makan, pusat perbelanjaan, klinik, toko reparasi, dll. Kawasan
ini termasuk kawasan yang kepadatan penduduknya relatif tinggi. Hal tersebut
dapat terlihat pada suasana jalanan kawasan ini yang selalu ramai karena jalan ini
juga merupakan jalan utama. Tingkat kepadatan penduduk yang relatif tinggi
Gambar 4.1
Peta Lokasi Medan Maimun
Sumber : Wikipedia
Gambar 4.2
Kawasan Lokasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara
26
Universitas Sumatera Utara
tersebut juga mengakibatkan kemacetan pada kawasan Brigjen ini. Mayoritas
penduduk pada kawasan ini adalah masyarakat pribumi dengan suku yang beragam.
4.1.2 Deskripsi Bangunan
Gambar 4.3
Keadaan Kawasan Brigjend Katamso
Gambar 4.4
Museum Perkebunan Indonesia Gambar 4.5
Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Universitas Sumatera Utara
27
Universitas Sumatera Utara
Bangunan ini berdiri pada tahun 1917 dan merupakan bagian dari Kantor
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS Sumatera Utara) seperti pada Gambar 4.5.
Awalnya bangunan ini bernama Algemeene Proefstation der Avros/Algemeene
Vereeniging van Rubberplanters ter Ooskust van Sumatera (APA) yaitu sebuah
lembaga penelitian perkebunan pertama di Sumatera. Pada tahun 1957, bangunan
ini diambil alih oleh RISPA (Research Institute of The Sumatera Planters
Association) yang mana sejak tahun 1992 berubah nama menjadi Pusat Penelitian
Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Sumatera Utara. Bangunan museum ini memiliki dua
lantai. Sejak didirikan, bangunan ini digunakan sebagai rumah tinggal pimpinan
kantor tersebut. Dan bangunan ini dilindungi sebagai bangunan bersejarah sesuai
Keputusan Walikota No. 188.342/2017/SK/2000 dan Perda Kota Medan No.2
Tahun 1912. Museum Perkebunan Indonesia (Musperin) didirikan dan digagas oleh
Soedjai Kartasasmita dan diresmikan pada tanggal 10 Desember 2016 oleh
Gubernur Sumatera Utara dan Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian
Pertanian RI. Museum Perkebunan Indonesia berada di Jl. Brigjend Katamso No.
Gambar 4.6
Lingkungan Sekitar Bangunan Museum Perkebunan
Indonesia
Universitas Sumatera Utara
28
Universitas Sumatera Utara
53. Museum Perkebunan Indonesia merupakan satu-satunya museum tematik
khusus perkebunan di Indonesia dan pertama di Kota Medan. Bangunan ini masih
kental dengan gaya kolonial Belanda. Hal tersebut dapat terlihat dari fasad
bangunan dan halaman yang luas yang menjadi ciri khas bangunan kololonial
belanda. Bangunan ini juga masih mempertahankan keasliannya dengan perbaikan-
perbaikan minim. Bangunan yang berorientasi kearah Barat ini dikatakan sebagai
focal point pada kawasan Brigjend Katamso karena bangunan ini memiliki halaman
yang sangat luas dan terdapat koleksi pesawat terbang Piper PA-28 Warrior yang
dahulu digunakan untuk menyebarkan pupuk atau menyiram tanaman tembakau
(Gambar 4.7). Selain itu, terdapat lokomotif tua sebagai sarana angkut di
perkebunan kelapa sawit (Gambar 4.8)
Material yang digunakan pada bangunan ini adalah batu bata dan kayu.
Namun terdapat perubahan kecil pada bangunan ini yaitu pada bentuk kusen
jendelanya.
Gambar 4.7
Koleksi Pesawat Musperin
Gambar 4.8
Koleksi Kereta Api
Musperin
Sumber : Google
Universitas Sumatera Utara
29
Universitas Sumatera Utara
Material atap yang digunakan pada bangunan museum perkebunan
Indonesia adalah material atap keramik
Gambar 4.9
Bentuk Lama Kusen Jendela
Musperin
Gambar 4.10
Bentuk Jendela Musperin Sekarang
Gambar 4.11
Atap Bangunan Musperin
Gambar 4.12
Genteng Keramik
Universitas Sumatera Utara
30
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan dinding dari bangunan ini masih asli yaitu dari material batu bata
dengan cat berwarna putih. Dinding pada museum sampai saat ini belum
mengalami perbaikan yang serius, hanya dilakukan pengecatan ulang sebagai
bentuk perawatannya. Namun, pada beberapa spot di museum ini terdapat dinding
yang mengelupas seperti pada Gambar 4.14
Selain itu, perbaikan-perbaikan kecil dilakukan pada langit-langit pada
lantai 2 (Gambar 4.16) yang mengalami kebocoran saat hujan deras dan
penggantian beberapa kayu yang mengalami kelapukan akibat dihinggapi rayap.
Gambar 4.13
Keadaan Dinding Musperin
Gambar 4.14
Dinding yang Mengelupas
Universitas Sumatera Utara
31
Universitas Sumatera Utara
Untuk material lantai pada bangunan ini hanya mengalami sebagian
perubahan pada beberapa ruangan di lantai 2, namun tidak mengalami perubahan
pada lantai 1. Yang mana pada lantai 1 material lantainya yaitu keramik lama
dengan ukuran 20x20 (Gambar 4.17) dan lantai 2 bangunan ini menggunakan
material kayu kokoh (Gambar 4.18)
Gambar 4.15
Lamgit-langit Pada Lantai 1
Gambar 4.16
Lamgit-langit Pada Lantai 2
Gambar 4.17
Material lantai Pada Lantai 1
Gambar 4.18
Material lantai Pada Lantai 2
Universitas Sumatera Utara
32
Universitas Sumatera Utara
Dan terdapat banyak vegetasi baik berupa tanaman maupun pohon-pohon
dengan jenis yang berbeda-beda pada lingkungan sekitar bangunan Museum
Perkebunan Indonesia seperti pada gambar 4.19
Gambar 4.19 Pohon-Pohon yang berada di Lingkungan Musperin
(1) (2) (3)
(5) (4) (6)
(7) (8)
Universitas Sumatera Utara
33
Universitas Sumatera Utara
4.2 Hasil Penelitian & Pembahasan
Setelah data berhasil dikumpulkan, maka tahap selanjutnya adalah
pengolahan data. Pada tahap ini, peneliti menganalisa kenyamanan thermal yang
ditinjau dari pendekatan secara arsitektural/pasif berdasarkan teori pada bab II pada
Museum Perkebunan Indonesia yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Langkah
ini dilakukan untuk membuktikan apakah Museum Perkebunan Indonesia sudah
mencapai kenyamanan thermal ideal yang ditinjau dengan pendekatan arsitektural.
Bangunan ini dipilih karena merupakan bangunan kolonial belanda dengan
sejarah yang jelas dan masih lestari sampai saat ini karena sudah dialihfungsikan
menjadi sebuah museum perkebunan Indonesia, yang mana awalnya bangunan ini
merupakan sebuah rumah direktur pada zaman kolonial belanda yang mana 3
keluarga pada zaman belanda hidup di dalamnya.
Berikut adalah hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan teori-teori
yang diambil pada bab II
4.2.1 Orientasi
a. Orientasi Terhadap Matahari
Gambar 4.20
Orientasi Bangunan Musperin
Universitas Sumatera Utara
34
Universitas Sumatera Utara
Orientasi bangunan Museum Perkebunan Indonesia menghadap ke arah
Barat dan hal tersebut membuktikan bahwa bangunan yang berorientasi ke arah
Barat akan menyerap panas lebih banyak pada saat siang-sore hari
dibandingkan bangunan yang berorientasi ke arah lainnya. Pengukuran suhu
udara dilakukan pada lantai 1 dan lantai 2 bangunan dengan orientasi tiap
ruangan yang berbeda.
Berikut adalah hasil pengukuran suhu udara pada bangunan Museum Perkebunan
Indonesia yang dilakukan selama 6 hari.
Gambar 4.21
Orientasi Bangunan terhadap Matahari
U
Universitas Sumatera Utara
35
Universitas Sumatera Utara
Hari 1 : Senin, 11 Mei 2020
Pukul 09.00-12.00
No. Ruangan Temperatur Orientasi
1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 29,30C Selatan
2. Jacob Nienhuys 30,20C Timur
3. Said Abdullah 29,90C Barat
4. Ruang Sepeda 29,70C Barat
5. Selasar 30,50C Timur
6. Ruang Trick Eye 29,40C Utara
7. Ruang Baca Buku 29,50C Utara
8. Ruang Operator 30,30C Barat
9. Ruang Sketsa Hitam Putih 29,70C Utara
10. Ruang Sketsa Berwarna 31,50C Timur
11. Ruang Alat Hitung 31,30C Barat
12. Ruang Alat Perkebunan I 30,40C Selatan
13. Ruang Alat Perkebunan II 30,40C Selatan
14. Ruang Alat Hitung 30,30C Barat
15. Ruang Oleokimia 30,40C Utara
Pukul 12.00-15.00
No. Ruangan Temperatur Orientasi
1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 31,40C Selatan
2. Jacob Nienhuys 31,80C Timur
3. Said Abdullah 31,70C Barat
4. Ruang Sepeda 31,50C Barat
5. Selasar 30,50C Timur
6. Ruang Trick Eye 30,30C Utara
7. Ruang Baca Buku 30,30C Utara
8. Ruang Operator 31,20C Barat
9. Ruang Sketsa Hitam Putih 30,70C Utara
10. Ruang Sketsa Berwarna 32,30C Timur
11. Ruang Alat Hitung 320C Barat
12. Ruang Alat Perkebunan I 31,80C Selatan
13. Ruang Alat Perkebunan II 31,70C Selatan
14. Ruang Alat Hitung 32,20C Barat
15. Ruang Oleokimia 31,50C Utara
Tabel 4.1 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 1
Universitas Sumatera Utara
36
Universitas Sumatera Utara
Hari 2: Jumat, 15 Mei 2020
Pukul 09.00-12.00
No. Ruangan Temperatur Orientasi
1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 28,70C Selatan
2. Jacob Nienhuys 29,90C Timur
3. Said Abdullah 29,50C Barat
4. Ruang Sepeda 30,20C Barat
5. Selasar 30,50C Timur
6. Ruang Trick Eye 29,40C Utara
7. Ruang Baca Buku 29,50C Utara
8. Ruang Operator 300C Barat
9. Ruang Sketsa Hitam Putih 29,70C Utara
10. Ruang Sketsa Berwarna 30,50C Timur
11. Ruang Alat Hitung 30,10C Barat
12. Ruang Alat Perkebunan I 30,40C Selatan
13. Ruang Alat Perkebunan II 30,40C Selatan
14. Ruang Alat Hitung 30,30C Barat
15. Ruang Oleokimia 29,80C Utara
Pukul 12.00-15.00
No. Ruangan Temperatur Orientasi
1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 32,60C Selatan
2. Jacob Nienhuys 32,80C Timur
3. Said Abdullah 32,30C Barat
4. Ruang Sepeda 32,20C Barat
5. Selasar 32,70C Timur
6. Ruang Trick Eye 31,30C Utara
7. Ruang Baca Buku 31,30C Utara
8. Ruang Operator 32,20C Barat
9. Ruang Sketsa Hitam Putih 31,50C Utara
10. Ruang Sketsa Berwarna 32,80C Timur
11. Ruang Alat Hitung 32,40C Barat
12. Ruang Alat Perkebunan I 32,60C Selatan
13. Ruang Alat Perkebunan II 32,60C Selatan
14. Ruang Alat Hitung 32,30C Barat
15. Ruang Oleokimia 320C Utara
Tabel 4.2 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 2
Universitas Sumatera Utara
37
Universitas Sumatera Utara
Hari 3: Rabu, 20 Mei 2020
Pukul 09.00-12.00
No. Ruangan Temperatur Orientasi
1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 27,80C Selatan
2. Jacob Nienhuys 28,20C Timur
3. Said Abdullah 28,40C Barat
4. Ruang Sepeda 28,30C Barat
5. Selasar 290C Timur
6. Ruang Trick Eye 27,80C Utara
7. Ruang Baca Buku 27,80C Utara
8. Ruang Operator 29,80C Barat
9. Ruang Sketsa Hitam Putih 29,70C Utara
10. Ruang Sketsa Berwarna 30,20C Timur
11. Ruang Alat Hitung 29,80C Barat
12. Ruang Alat Perkebunan I 30,30C Selatan
13. Ruang Alat Perkebunan II 30,30C Selatan
14. Ruang Alat Hitung 300C Barat
15. Ruang Oleokimia 29,60C Utara
Pukul 12.00-15.00
No. Ruangan Temperatur Orientasi
1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 32,40C Selatan
2. Jacob Nienhuys 330C Timur
3. Said Abdullah 31,90C Barat
4. Ruang Sepeda 31,90C Barat
5. Selasar 32,80C Timur
6. Ruang Trick Eye 31,50C Utara
7. Ruang Baca Buku 31,40C Utara
8. Ruang Operator 32,20C Barat
9. Ruang Sketsa Hitam Putih 31,50C Utara
10. Ruang Sketsa Berwarna 32,80C Timur
11. Ruang Alat Hitung 32,60C Barat
12. Ruang Alat Perkebunan I 32,30C Selatan
13. Ruang Alat Perkebunan II 32,60C Selatan
14. Ruang Alat Hitung 32,30C Barat
15. Ruang Oleokimia 320C Utara
Tabel 4.3 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 3
Universitas Sumatera Utara
38
Universitas Sumatera Utara
Hari 4: Jumat, 5 Juni 2020
Pukul 09.00-12.00
No. Ruangan Temperatur Orientasi
1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 28,40C Selatan
2. Jacob Nienhuys 28,90C Timur
3. Said Abdullah 28,20C Barat
4. Ruang Sepeda 28,20C Barat
5. Selasar 290C Timur
6. Ruang Trick Eye 27,90C Utara
7. Ruang Baca Buku 280C Utara
8. Ruang Operator 28,80C Barat
9. Ruang Sketsa Hitam Putih 29,80C Utara
10. Ruang Sketsa Berwarna 30,50C Timur
11. Ruang Alat Hitung 30,10C Barat
12. Ruang Alat Perkebunan I 30,30C Selatan
13. Ruang Alat Perkebunan II 30,20C Selatan
14. Ruang Alat Hitung 300C Barat
15. Ruang Oleokimia 29,90C Utara
Pukul 12.00-15.00
No. Ruangan Temperatur Orientasi
1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 32,40C Selatan
2. Jacob Nienhuys 32,70C Timur
3. Said Abdullah 32,10C Barat
4. Ruang Sepeda 32,20C Barat
5. Selasar 32,80C Timur
6. Ruang Trick Eye 31,50C Utara
7. Ruang Baca Buku 31,50C Utara
8. Ruang Operator 31,70C Barat
9. Ruang Sketsa Hitam Putih 32,50C Utara
10. Ruang Sketsa Berwarna 32,80C Timur
11. Ruang Alat Hitung 32,60C Barat
12. Ruang Alat Perkebunan I 32,70C Selatan
13. Ruang Alat Perkebunan II 32,70C Selatan
14. Ruang Alat Hitung 32,40C Barat
15. Ruang Oleokimia 32,20C Utara
Tabel 4.4 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 4
Universitas Sumatera Utara
39
Universitas Sumatera Utara
Hari 5: Senin, 8 Juni 2020
Pukul 09.00-12.00
No. Ruangan Temperatur Orientasi
1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 30,40C Selatan
2. Jacob Nienhuys 30,60C Timur
3. Said Abdullah 30,10C Barat
4. Ruang Sepeda 29,90C Barat
5. Selasar 30,50C Timur
6. Ruang Trick Eye 29,80C Utara
7. Ruang Baca Buku 29,80C Utara
8. Ruang Operator 300C Barat
9. Ruang Sketsa Hitam Putih 310C Utara
10. Ruang Sketsa Berwarna 31,50C Timur
11. Ruang Alat Hitung 31,20C Barat
12. Ruang Alat Perkebunan I 31,40C Selatan
13. Ruang Alat Perkebunan II 31,60C Selatan
14. Ruang Alat Hitung 31,30C Barat
15. Ruang Oleokimia 31,10C Utara
Pukul 12.00-15.00
No. Ruangan Temperatur Orientasi
1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 32,30C Selatan
2. Jacob Nienhuys 32,80C Timur
3. Said Abdullah 32,20C Barat
4. Ruang Sepeda 32,20C Barat
5. Selasar 32,80C Timur
6. Ruang Trick Eye 31,60C Utara
7. Ruang Baca Buku 31,60C Utara
8. Ruang Operator 31,80C Barat
9. Ruang Sketsa Hitam Putih 32,50C Utara
10. Ruang Sketsa Berwarna 330C Timur
11. Ruang Alat Hitung 32,50C Barat
12. Ruang Alat Perkebunan I 32,80C Selatan
13. Ruang Alat Perkebunan II 32,60C Selatan
14. Ruang Alat Hitung 32,20C Barat
15. Ruang Oleokimia 320C Utara
Tabel 4.5 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 5
Universitas Sumatera Utara
40
Universitas Sumatera Utara
Hari 6: Senin, 10 Juni 2020
Pukul 09.00-12.00
No. Ruangan Temperatur Orientasi
1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 30,50C Selatan
2. Jacob Nienhuys 30,70C Timur
3. Said Abdullah 30,30C Barat
4. Ruang Sepeda 30,30C Barat
5. Selasar 30,70C Timur
6. Ruang Trick Eye 30,10C Utara
7. Ruang Baca Buku 300C Utara
8. Ruang Operator 30,20C Barat
9. Ruang Sketsa Hitam Putih 31,30C Utara
10. Ruang Sketsa Berwarna 31,60C Timur
11. Ruang Alat Hitung 31,40C Barat
12. Ruang Alat Perkebunan I 31,50C Selatan
13. Ruang Alat Perkebunan II 31,50C Selatan
14. Ruang Alat Hitung 31,30C Barat
15. Ruang Oleokimia 31,20C Utara
Pukul 12.00-15.00
No. Ruangan Temperatur Orientasi
1. Sultan Ma’mun Al Rasjid 32,50C Selatan
2. Jacob Nienhuys 32,80C Timur
3. Said Abdullah 32,40C Barat
4. Ruang Sepeda 32,40C Barat
5. Selasar 330C Timur
6. Ruang Trick Eye 32,20C Utara
7. Ruang Baca Buku 32,20C Utara
8. Ruang Operator 31,90C Barat
9. Ruang Sketsa Hitam Putih 32,50C Utara
10. Ruang Sketsa Berwarna 32,90C Timur
11. Ruang Alat Hitung 32,60C Barat
12. Ruang Alat Perkebunan I 32,80C Selatan
13. Ruang Alat Perkebunan II 32,80C Selatan
14. Ruang Alat Hitung 32,70C Barat
15. Ruang Oleokimia 32,60C Utara
Tabel 4.6 Kondisi Suhu Udara Pada Bangunan Hari 6
Universitas Sumatera Utara
41
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Material Bangunan
Panas matahari masuk ke dalam bangunan melalui proses konduksi
dan proses radiasi matahari yang ditransmisikan melalui jendela/kaca.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa radiasi matahari
menyumbangkan jumlah panas terbesar yang masuk ke dalam bangunan.
Panas matahari yang jatuh pada selubung bangunan kemudian dipantulkan
kembali dan sebagian diserap. Panas yang diserap akan berkumpul dan
kemudian diteruskan ke bagian sisi dalam bangunan yang dingin. Masing-
masing bahan bangunan mempunyai angka koefisien serapan kalor (%)
yang berbeda seperti pada beberapa tabel di bawah ini. Semakin besar
serapan kalor, semakin besar panas yang diteruskan ke ruangan.
Gambar 4.22
Proses Konduksi Panas Melalui Kaca Jendela
Talarosha (2009)
Universitas Sumatera Utara
42
Universitas Sumatera Utara
No. Jenis Kaca Tebal Shading Coefficient
1.
Kaca Bening
¼ inci 0,95
2.
Kaca Bening
3/8 inci 0,90
No.
Penggunaan Kaca Shading
Coefficient
Jenis Kaca Warna Tebal
1. Kaca Bening -
-
¼
inci
3/8
inci
0,95
0,90
2. Heat Absorbing Glass Abu-abu, Bronze
atau
Green tinted
-
3/16
inci
½
inci
0,75
0,50
3. Reflective Glass Dark gray
metallized
Light gray
metallized
-
-
0,35 s/d
0,20
0,60 s/d
0,35
Tabel 4.7 Shading Coefficient untuk Berbagai Jenis Material Kaca, Egan dalam Talarosha (2005)
Tabel 4.8 Penggunaan Kaca, Warna, Ketebalan, dan Shading Coefficient pada Bangunan Musperin
Universitas Sumatera Utara
43
Universitas Sumatera Utara
3.
Kaca Bening
3/8 inci 0,90
4.
Kaca Bening
¼ inci 0,95
Universitas Sumatera Utara
44
Universitas Sumatera Utara
Dinding pada bangunan Musperin merupakan dinding batu bata yang dicat
berwarna putih
Gambar 4.23
Dinding Musperin
Universitas Sumatera Utara
45
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Analisis Pengaruh Orientasi dan Material Terhadap Kenyamanan Termal
Berdasarkan hasil pengukuran di atas yang dilakukan selama 6 hari, maka
dapat dibandingkan temperatur udara pada masing-masing orientasi ruang pada tiap-
tiap ruang bangunan. Sebelum masuk ke dalam analisa data, berikut merupakan tabel
cuaca pada hari pengukuran.
Maka untuk pengukuran selama 6 hari mulai dari tanggal 11 Mei sampai tanggal
10 Juni 2020, diperoleh hasil analisa data sebagai berikut :
27.528
28.529
29.530
30.531
31.532
32.533
Pengukuran Hari 1
09.00-12.00 12.00-15.00
Hari/ Tanggal Cuaca
Senin, 11 Mei 2020 Cerah
Jumat, 15 Mei 2020 Berawan
Rabu, 20 Mei 2020 Cerah
Jumat, 5 Juni 2020 Cerah
Senin, 8 Juni 2020 Cerah
Rabu, 10 Juni 2020 Berawan
Tabel 4.9 Keadaan Cuaca Selama Masa Pengukuran Suhu Udara
Gambar 4.24
Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 1
Universitas Sumatera Utara
46
Universitas Sumatera Utara
Cuaca pada tanggal 11 Mei 2020 tergolong cerah dan dapat terlihat dari grafik
bahwa pada pukul 12.00-15.00 temperatur udara pada tiap ruangan Museum
Perkebunan Indonesia cukup tinggi dibandingkan pada jam 09.00-12.00. Dan dapat
terlihat juga dari grafik bahwa ruangan-ruangan yang menghadap ke arah Timur
dan Selatan yaitu ruangan Sultan Ma’mun Al Rasjid (Lantai 1), Jacob Nienhuys
(Lantai 1), Selasar (Lantai 1), Ruang Sketsa Berwarna (Lantai 2), Ruang Alat
Perkebunan I (Lantai 2), Ruang Alat Perkebunan II (Lantai 2) memiliki suhu yang
lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan-ruangan yang berorientasi ke arah Barat
dan Utara, baik pada pukul 09.00-12.00 maupun pada pukul 12.00-15.00.
Kemudian, ruangan-ruangan pada Lantai 2 mengalami peningkatan suhu
dibandingkan ruangan-ruangan pada Lantai 1 karena terpapar oleh cahaya matahari
secara langsung. Namun keadaan ruangan di Lantai 2 pada beberapa spot sedikit
sejuk karena jendela dibiarkan terbuka sehingga udara bisa mengalir dengan baik.
Material yang digunakan pada dinding yaitu material batu bata merupakan isolator
yang baik, sehingga ruangan menjadi lebih sejuk. Material pada jendela yaitu
material kaca bening yang merambatkan hampir seluruh panas ke dalam ruangan.
Hal ini menunjukkan bahwa material dinding dan jendela tidak berpengaruh kepada
kenyamanan termal karena suhu udara pada ruangan tetap tinggi.
Universitas Sumatera Utara
47
Universitas Sumatera Utara
Cuaca pada tanggal 15 Mei 2020 tergolong cerah dan dapat terlihat dari grafik
bahwa pada pukul 12.00-15.00 temperatur udara pada tiap ruangan Museum
Perkebunan Indonesia cukup tinggi dibandingkan pada jam 09.00-12.00. Dan dapat
terlihat juga dari grafik bahwa ruangan-ruangan yang menghadap ke arah Timur
dan Selatan yaitu ruangan Sultan Ma’mun Al Rasjid (Lantai 1), Jacob Nienhuys
(Lantai 1), Selasar (Lantai 1), Ruang Sketsa Berwarna (Lantai 2), Ruang Alat
Perkebunan I (Lantai 2), Ruang Alat Perkebunan II (Lantai 2) memiliki suhu yang
lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan-ruangan yang berorientasi ke arah Barat
dan Utara, baik pada pukul 09.00-12.00 maupun pada pukul 12.00-15.00.
Kemudian, ruangan-ruangan pada Lantai 2 mengalami peningkatan suhu
dibandingkan ruangan-ruangan pada Lantai 1 karena terpapar oleh cahaya matahari
secara langsung. Namun keadaan ruangan di Lantai 2 pada beberapa spot sedikit
sejuk karena jendela dibiarkan terbuka sehingga udara bisa mengalir dengan baik.
262728293031323334
Pengukuran Hari 2
09.00-12.00 12.00-15.00
Gambar 4.25
Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 2
Universitas Sumatera Utara
48
Universitas Sumatera Utara
Material yang digunakan pada dinding yaitu material batu bata merupakan isolator
yang baik, sehingga ruangan menjadi lebih sejuk. Material pada jendela yaitu
material kaca bening yang merambatkan hampir seluruh panas ke dalam ruangan.
Hal ini menunjukkan bahwa material dinding dan jendela tidak berpengaruh kepada
kenyamanan termal karena suhu udara pada ruangan sedikit lebih rendah
dibandingkan hari pertama.
Cuaca pada tanggal 20 Mei 2020 tergolong cerah dan dapat terlihat dari grafik
bahwa pada pukul 12.00-15.00 temperatur udara pada tiap ruangan Museum
Perkebunan Indonesia cukup tinggi dibandingkan pada jam 09.00-12.00. Dan dapat
terlihat juga dari grafik bahwa ruangan-ruangan yang menghadap ke arah Timur
dan Selatan yaitu ruangan Sultan Ma’mun Al Rasjid (Lantai 1), Jacob Nienhuys
(Lantai 1), Selasar (Lantai 1), Ruang Sketsa Berwarna (Lantai 2), Ruang Alat
Perkebunan I (Lantai 2), Ruang Alat Perkebunan II (Lantai 2) memiliki suhu yang
25262728293031323334
Pengukuran Hari 3
09.00-12.00 12.00-15.00
Gambar 4.26
Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 3
Universitas Sumatera Utara
49
Universitas Sumatera Utara
lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan-ruangan yang berorientasi ke arah Barat
dan Utara, baik pada pukul 09.00-12.00 maupun pada pukul 12.00-15.00.
Kemudian, ruangan-ruangan pada Lantai 2 mengalami peningkatan suhu
dibandingkan ruangan-ruangan pada Lantai 1 karena terpapar oleh cahaya matahari
secara langsung. Namun keadaan ruangan di Lantai 2 pada beberapa spot sedikit
sejuk karena jendela dibiarkan terbuka sehingga udara bisa mengalir dengan baik.
Material pada jendela yaitu material kaca bening yang merambatkan hampir seluruh
panas ke dalam ruangan. Hal ini menunjukkan bahwa material dinding dan jendela
tidak berpengaruh kepada kenyamanan termal karena suhu udara pada ruangan
tetap tinggi.
Cuaca pada tanggal 5 Juni 2020 tergolong cerah dan dapat terlihat dari grafik
bahwa pada pukul 12.00-15.00 temperatur udara pada tiap ruangan Museum
25262728293031323334
Pengukuran Hari 4
09.00-12.00 12.00-15.00
Gambar 4.27
Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 4
Universitas Sumatera Utara
50
Universitas Sumatera Utara
Perkebunan Indonesia cukup tinggi dibandingkan pada jam 09.00-12.00. Dan dapat
terlihat juga dari grafik bahwa ruangan-ruangan yang menghadap ke arah Timur
dan Selatan yaitu ruangan Sultan Ma’mun Al Rasjid (Lantai 1), Jacob Nienhuys
(Lantai 1), Selasar (Lantai 1), Ruang Sketsa Berwarna (Lantai 2), Ruang Alat
Perkebunan I (Lantai 2), Ruang Alat Perkebunan II (Lantai 2) memiliki suhu yang
lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan-ruangan yang berorientasi ke arah Barat
dan Utara, baik pada pukul 09.00-12.00 maupun pada pukul 12.00-15.00.
Kemudian, ruangan-ruangan pada Lantai 2 mengalami peningkatan suhu
dibandingkan ruangan-ruangan pada Lantai 1 karena terpapar oleh cahaya matahari
secara langsung. Namun keadaan ruangan di Lantai 2 pada beberapa spot sedikit
sejuk karena jendela dibiarkan terbuka sehingga udara bisa mengalir dengan baik.
Material yang digunakan pada dinding yaitu material batu bata merupakan isolator
yang baik, sehingga ruangan menjadi lebih sejuk. Material pada jendela yaitu
material kaca bening yang merambatkan hampir seluruh panas ke dalam ruangan.
Hal ini menunjukkan bahwa material dinding dan jendela tidak berpengaruh kepada
kenyamanan termal karena suhu udara pada ruangan tetap tinggi.
Universitas Sumatera Utara
51
Universitas Sumatera Utara
Cuaca pada tanggal 8 Juni 2020 tergolong cerah dan dapat terlihat dari grafik
bahwa pada pukul 12.00-15.00 temperatur udara pada tiap ruangan Museum
Perkebunan Indonesia cukup tinggi dibandingkan pada jam 09.00-12.00. Dan dapat
terlihat juga dari grafik bahwa ruangan-ruangan yang menghadap ke arah Timur
dan Selatan yaitu ruangan Sultan Ma’mun Al Rasjid (Lantai 1), Jacob Nienhuys
(Lantai 1), Selasar (Lantai 1), Ruang Sketsa Berwarna (Lantai 2), Ruang Alat
Perkebunan I (Lantai 2), Ruang Alat Perkebunan II (Lantai 2) memiliki suhu yang
lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan-ruangan yang berorientasi ke arah Barat
dan Utara, baik pada pukul 09.00-12.00 maupun pada pukul 12.00-15.00.
Kemudian, ruangan-ruangan pada Lantai 2 mengalami peningkatan suhu
dibandingkan ruangan-ruangan pada Lantai 1 karena terpapar oleh cahaya matahari
secara langsung. Namun keadaan ruangan di Lantai 2 pada beberapa spot sedikit
sejuk karena jendela dibiarkan terbuka sehingga udara bisa mengalir dengan baik.
28
29
30
31
32
33
34
Pengukuran Hari 5
09.00-12.00 12.00-15.00
Gambar 4.28
Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 5
Universitas Sumatera Utara
52
Universitas Sumatera Utara
Material yang digunakan pada dinding yaitu material batu bata merupakan isolator
yang baik, sehingga ruangan menjadi lebih sejuk. Material pada jendela yaitu
material kaca bening yang merambatkan hampir seluruh panas ke dalam ruangan.
Hal ini menunjukkan bahwa material dinding dan jendela tidak berpengaruh kepada
kenyamanan termal karena suhu udara pada ruangan tetap tinggi.
Cuaca pada tanggal 10 Juni 2020 tergolong cerah dan dapat terlihat dari grafik
bahwa pada pukul 12.00-15.00 temperatur udara pada tiap ruangan Museum
Perkebunan Indonesia cukup tinggi dibandingkan pada jam 09.00-12.00. Dan dapat
terlihat juga dari grafik bahwa ruangan-ruangan yang menghadap ke arah Timur
dan Barat yaitu ruangan Sultan Ma’mun Al Rasjid (Lantai 1), Jacob Nienhuys
(Lantai 1), Selasar (Lantai 1), Ruang Sketsa Berwarna (Lantai 2), Ruang Alat
Perkebunan I (Lantai 2), Ruang Alat Perkebunan II (Lantai 2), memiliki suhu yang
lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan-ruangan yang berorientasi ke arah Utara
dan Selatan, baik pada pukul 09.00-12.00 maupun pada pukul 12.00-15.00.
28
29
30
31
32
33
34
Pengukuran Hari 6
09.00-12.00 12.00-15.00
Gambar 4.29
Grafik Pengukuran Suhu Udara Hari 6
Universitas Sumatera Utara
53
Universitas Sumatera Utara
Kemudian, ruangan-ruangan pada Lantai 2 mengalami peningkatan suhu
dibandingkan ruangan-ruangan pada Lantai 1 karena terpapar oleh cahaya matahari
secara langsung. Namun keadaan ruangan di Lantai 2 pada beberapa spot sedikit
sejuk karena jendela dibiarkan terbuka sehingga udara bisa mengalir dengan baik.
Material yang digunakan pada dinding yaitu material batu bata merupakan isolator
yang baik, sehingga ruangan menjadi lebih sejuk. Material pada jendela yaitu
material kaca bening yang merambatkan hampir seluruh panas ke dalam ruangan.
Hal ini menunjukkan bahwa material dinding dan jendela tidak berpengaruh kepada
kenyamanan termal karena suhu udara pada ruangan sedikit lebih rendah
dibandingkan hari kelima.
Dari seluruh tabel kondisi suhu udara selama 6 hari, rata-rata suhu udara pada tiap
tabel membuktikan bahwa bagian bangunan yang berorientasi ke arah Timur dan
Selatan mengalami suhu udara yang lebih tinggi dibandingkan bagian bangunan
yang berorientasi ke arah Utara dan Barat. Hal ini dapat membuktikan bahwa teori
Hamdani, Bekkouche, Benouaz & Cherier (2012) dalam kasus hunian, orientasi
bangunan terhadap matahari memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan suhu udara di dalam ruang. Dalam kasus bangunan museum pun hal
tersebut juga dapat berlaku. Penelitian yang dilakukan Amelia (2013) membuktikan
bahwa bangunan yang berorientasi ke arah Utara-Barat mengalami
ketidaknyamanan paling tinggi. Sedangkan pada kasus museum ini, ruangan yang
berorientasi ke arah Timur dan Selatan mengalami ketidaknyamanan yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan ruangan yang berorientasi ke arah Utara dan Barat.
Peningkatan suhu pada ruangan kemungkinan juga disebabkan oleh jendela yang
jarang dibuka karena tiap ruangan terdapat AC dan kipas angin berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
54
Universitas Sumatera Utara
wawancara dengan penjaga museum dan lampu sorot yang digunakan pada
bangunan. Namun, teori pada bab II menyebutkan bahwa nyatanya museum harus
memiliki sarana dan prasarana yang berkaitan erat dengan kegiatan pelestarian
koleksi-koleksinya yaitu vitrin, sarana perawatan koleksi seperti AC, dehumidifier,
CCTV, alarm, lampu, label, dll.
Dan berikut adalah tabel hasil pengamatan dan pengaruh material bangunan
Museum Perkebunan Indonesia terhadap kenyamanan termal (suhu udara) dilihat
dari konduktivitas termal, kerapatan, dan kapasitas kalornya. Namun hal tersebut
tidak terlalu berpengaruh karena pengaruh orientasi ternyata lebih dominan
dibandingkan dengan material bangunan terhadap kenyamanan termal.
Gambar 4.30
Lampu Sorot, AC, dan Kipas Angin pada Bangunan Musperin
Universitas Sumatera Utara
55
Universitas Sumatera Utara
No. Waktu Kondisi Suhu Udara Keterangan
Material
Pengaruh Pemilihan Jenis
Material Terhadap
Kenyamanan Termal
(Suhu Udara)
1. Pagi Hangat Nyaman 1. Kaca Bening
(Jendela)
o 1 W/mK
o 2500 kg/m3
C = 750 J/kgK
2. Batu Bata
(Dinding)
o 0,73 W/mK
o 1922 kg/m3
C = 800 J/kgK
Ket:
o : Thermal
Conductivity
o : Density
C : Specific Heat
Capacity
Kurang baik, karena memiliki
konduktivitas termal,
kerapatan, dan kapasitas kalor
yang cukup tinggi yang
berakibat pada meningkatnya
suhu pada ruangan
2. Siang Tidak Nyaman
3. Sore Tidak Nyaman
Kurang baik, karena memiliki
konduktivitas termal,
kerapatan, dan kapasitas kalor
yang cukup tinggi
Tabel 4.10 Pengaruh Material Terhadap Kenyamanan Termal
Gambar 4.31
Ruangan Musperin dan Kategori Kenyamanannya
Universitas Sumatera Utara
56
Universitas Sumatera Utara
Selama dilakukan pengukuran suhu selama 6 hari, dapat ditarik
kesimpulan bahwa gambar 4.21 menunjukkan rata-rata ruangan pada Museum
Perkebunan Indonesia masuk ke dalam kategori Tidak Nyaman menurut Standar
Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada Bangunan. Terdapat 8
ruangan yang masuk ke dalam kategori tidak nyaman yaitu ruang operator (lantai
1), ruang sepeda (lantai 1), ruang Trick Eye (lantai 1), ruang sketsa hitam putih
(Lantai 2), ruang sketsa berwarna (Lantai 2), ruang alat perkebunan (lantai 2),
ruang alat perkebunan II (lantai 2), dan ruang oleokimia (lantai 2) dan selebihnya
masuk ke dalam kategori hangat nyaman dan nyaman optimal.
Universitas Sumatera Utara
56
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pengaruh orientasi terhadap kenyamanan termal lebih signifikan
dibandingkan pengaruh material bangunan terhadap kenyamanan termal,
yaitu tepatnya pada suhu udara.
Hasil pengolahan data membuktikan bahwa bagian bangunan yang
menghadap ke Timur dan Selatan cenderung memiliki suhu yang tinggi
dibandingkan bagian bangunan yang mengarah ke Barat Utara menurut
Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada Bangunan.
Dan rata-rata ruangan pada Bangunan Museum Perkebunan Indonesia masuk
ke dalam kategori tidak nyaman.
Universitas Sumatera Utara
57
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya membahas tentang
kecepatan angin ataupun radiasi matahari pada bangunan Museum
Perkebunan Indonesia karena kedua hal tersebut masih menjadi bagian dari
aspek kenyamanan termal.
Universitas Sumatera Utara
58
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adi Sudirman. 2014. Sejarah Lengkap Indonesia .Jogjakarta: Diva Press.
Hal. 250
Adi Sudirman. 2014. Op.cit. Hal. 251
ASHRAE. (1992). Thermal Environmental Condition for Human Occupancy
(ASHRAE Standard 55-56). ASHRAE: Atlanta US
Corsini. 1997. Teori Desain Arsitektur Tropis.
Djakariah. 2014. Sejarah Indonesia II. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Hal.64
Handinoto & Soehargo, P. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial
Belanda di Malang. Surabaya: Lembaga
Handinoto (1996), Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial belanda di
Surabaya 1870-1940, Andi Press, Jogjakarta.
Herdiansyah, Wildan. 2010. VOC Negara Dalam Negara. Bogor: PT. Regina
Eka Utama. Hal.9
Herdiansyah, Wildan. 2010. Op.cit. Hal.17
Karsono, Tri Haryo. 2016. Arsitektur Tropis. Erlangga.
Amelia, Kiki. Pengaruh Orientasi Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal Pada
Perumahan Di Bandung, Jurnal dari Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
2013
Koenigsberger, Otto H. 1975. Manual of Tropical Housing & Building. California
: Orient Longman Private Limited.
Lapian, A.B (Dalam Kata Pengantar) G.J.Resink. 2013. Bukan 350 Tahun Dijajah.
Depok: Komunitas Bambu Hal.xxi
Lippsmeier, G. 1997. Bangunan Tropis. Erlangga: Jakarta
Universitas Sumatera Utara
59
Universitas Sumatera Utara
Mangunwijaya Y.B (1994). Pengantar Fisika Bangunan Jakarta; Djambatan.
Nu Laela Latifah. Fisika Bangunan 1, Griya Kreasi, Jakarta. 2015
Safeyah, Muchlisiniyati. 2006. Jurnal Perkembangan “Arsitektur Kolonial” di
Kawasan Potroagung: Surabaya. http://eprints.upnjatim.ac.id/1275/1/TA-
Muchlisiniyati_31.pdf
Soekiman, Djoko. 2011. Kebudayaan Indis: Dari zaman Kompeni sampai Revolusi.
Depok: Komunitas Bambu
Sugiyatmo, DR, Ir, RM., 2017. Pengertian dan Konsep Arsitektur Tropis. [Online]
Available at: http://trtb.pemkomedan.go.id/artikel-963-teknik-strukturbangunan-
dengan-konstruksi-kayu.html [Diakses 24 Oktober 2018].
Sumalyo, Y. (1993). Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Sumalyo, Y. (1995) Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Gajah Mada
University Press. Jogyakarta.
Talarosha, Basaria. 2005. Menciptakan Kenyamanan Termal Dalam Bangunan.
Universitas Sumatera Utara. Medan
Wardani, Laksmi K. (2009). Gaya Desain Kolonial Belanda Pada Interior Gereja
Katolik Hati Kudus Yesus Surabaya. Jurnal Desain Interior.
Wirawan, I made Yuridha. Penerapan Konsep Infill Pada Bangunan Museum
Dalam Kawasan Heritage di Banjarmasin. E-Journal Graduate Unpar. 2014
Wirawan, I Gede. Jurnal Arsitektur Kolonial. 2014.
Yuuwono, A. Bambang. Pengaruh Orientasi Bangunan Terhadap Kemampuan
Menahan Panas Pada Rumah Tinggal Di Perumahan Wonorejo Surakarta. Tesis
Program Magister Teknik Arsitektur. Universitas Diponegoro. Semarang. 2007
Universitas Sumatera Utara