pengaruh pembelajaran berbasis masalah berpendekatan sains

273
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS, LINGKUNGAN, TEKNOLOGI, MASYARAKAT (SALINGTEMAS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI MINYAK BUMI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh WULAN SARI NIM 1113016200003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: others

Post on 06-Jan-2022

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

BERPENDEKATAN SAINS, LINGKUNGAN, TEKNOLOGI,

MASYARAKAT (SALINGTEMAS) TERHADAP

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI

MINYAK BUMI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif

Hidayatullah untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

WULAN SARI

NIM 1113016200003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat

(SALINGTEMAS) terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi

Minyak Bumi disusun oleh WULAN SARI Nomor Induk Mahasiswa

1113016200003, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan

sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai

ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, 26 Maret 2018

Yang mengesahkan,

Page 3: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS)

terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Minyak Bumi

disusun oleh Wulan Sari, NIM 1113016200003, diajukan kepada Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan

LULUS dalam ujian Munaqosah pada tanggal 04 April 2018 dihadapan dewan

penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

dalam bidang pendidikan kimia.

Jakarta, 04 April 2018

Panitia Ujian Munaqosah

Page 4: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

iv

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Wulan Sari

Tempat/Tgl.Lahir : Pemalang, 24 Juni 1995

NIM : 1113016200003

Jurusan / Prodi : Pendidikan IPA/Pendidikan Kimia

Judul Skripsi : Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat

(SALINGTEMAS) terhadap Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa pada Materi Minyak Bumi.

Dosen Pembimbing : 1. Tonih Feronika, M.Pd

2. Dila Fairusi, M.Si

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya

sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 26 Maret 2018

Mahasiswa Ybs.

KEMENTERIAN AGAMA

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

UIN JAKARTA Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

FITK No. Revisi: : 01

Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Page 5: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

v

ABSTRAK

Wulan Sari, “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat

(SALINGTEMAS) terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi

Minyak Bumi”, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Penelitian terdahulu menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa kurang

terlatih dengan baik, dikarenakan siswa kurang memandang kimia sebagai salah

satu bagian dari ilmu sains yang terintegrasi dengan teknologi, lingkungan, dan

masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berpendekatan Sains, Lingkungan,

Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS) terhadap keterampilan berpikir kritis

siswa pada materi minyak bumi. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Kota

Tangerang Selatan pada 27 November - 11 Desember 2017 di semester ganjil tahun

ajaran 2016/2017. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuasi eksperimen. Sampel penelitian masing-masing pada kelas eksperimen dan

kontrol berjumlah 37 orang siswa. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian

ini yaitu purposive sampling. Instrumen utama yang digunakan yaitu tes uraian

sebanyak 9 butir soal yang mewakili 11 indikator berpikir kritis Robert H. Ennis,

kemudian jawaban siswa dianalisis menggunakan uji independent sample T-test.

Hasil uji hipotesis menggunakan bantuan software SPSS versi 20 diperoleh data

Sig (2-tailed) < α dan t-hitung > t-tabel, yaitu 0,02 < 0,05 dan 3,210 > 1,993, sehingga

𝐻1 diterima dan 𝐻0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model

PBM berpendekatan SALINGTEMAS terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi untuk guru sebagai model

pembelajaran yang dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa.

Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berpendekatan Sains,

Lingkungan, Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS),

Keterampilan Berpikir Kritis, Minyak Bumi.

Page 6: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

vi

ABSTRACT

Wulan Sari, “The Effect of Problem Based Learning (PBL) through Science,

Environment, Technology, Society (SETS) toward Student’s Critical Thinking

skills on Petroleum topics”, Chemistry Education Study Program, Science

Education Department, Faculty of Tarbiya’ and Teaching Science, Syarif

Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2018.

Previous studies stated student's critical thinking skills are trained not as good

because students less look at chemistry as one part of science that is integrated with

technology, environment, and society. This study aimed to find out the effect of

Problem Based Learning (PBL) model through Science, Environment, Technology,

Society (SETS) toward student's critical thinking skills in Petroleum topics. This

study was conducted in SMAN four Tangerang Selatan City on the November 27th

until December 11th 2017 of odd semester in academic year 2016/2017. The

method applied in this study was quasi-experimental. The method applied in this

study was quasi-experimental. The samples were taken consist of 37 each student

from experimental and control group. The sampling technique used in this study

was purposive sampling. The main instrument used in this study was essays test

with nine items represents 11 indicators of critical thinking skills by Robert H.

Ennis, then student's answers were analyze using independent sample T-test. The

result of hypothesis using software SPSS version 20 obtained data Sig (2-tailed) <

α and t-count > t-table, was 0,02 < 0,05 and 3,210 > 1,993, so 𝐻1 is accepted and

𝐻0 is rejected. This study shows that there was effect of PBL model through SETS

toward student's critical thinking skills. The result of this study could be a

recommendation for teachers as learning model that could train student's critical

thinking skills.

Keywords : Problem Based Learning (PBL) through Science, Environment,

Technology, Society (SETS), Critical Thinking Skills, Petroleum.

Page 7: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohim,

Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin. Puji dan syukur senantiasa penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berpendekatan Sains, Lingkungan,

Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS) terhadap Keterampilan Berpikir

Siswa pada Materi Minyak Bumi”. Skripsi ini ditujukan sebagai prasyarat untuk

memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia,

Jurusan Pendidikan Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Terselesainya skripsi ini tentunya tak lepas dari dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa bagaimanapun usaha yang ditempuh,

tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari pihak-pihak terkait, penulisan skripsi ini

tidak akan terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini,

penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu, mendukung, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

diantaranya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguraan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Tonih Feronika, M.Pd., selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing

akademik yang telah memberikan waktu, ilmu, bimbingan, saran, dan motivasi

kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Dila Fairusi, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu,

ilmu, bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi

ini.

Page 8: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

viii

5. Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd., selaku dosen validator instrumen yang telah

memberikan kritik dan saran selama proses validasi.

6. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi

Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik

dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

7. Sukanta, S.Pd., selaku wakil kepala SMAN 4 Kota Tangerang Selatan bidang

kurikulum yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian

disekolah tersebut.

8. Nurtohidah, S.Pd., selaku guru kimia kelas XI SMAN 4 Kota Tangerang Selatan

yang telah mendukung keberlangsungan penelitian ini.

9. Para siswa dan siswi kelas XI IPA 3 dan 4 SMAN 4 Kota Tangerang Selatan,

terimakasih banyak atas kerjasamanya.

10. Bapak dan Ibu tercinta (Reno Wijaya dan Sari Asih) beserta kedua adikku

(Chandra Wijaya dan Bayu Wisnu Wijaya) yang selalu memberikan do’a,

dukungan, dan bantuan moril maupun materil kepada penulis.

11. Sahabat satu bimbingan skripsi yang sulit dipisahkan yaitu Khansa Nur Haida

Muhsin yang selalu menemani bimbingan, memberikan bantuan saat

pengambilan data, semangat, konsultan yang baik, dan saling membantu

menyelesaikan masalah yang dihadapi saat mengerjakan skripsi.

12. Sahabat-sahabat seperjuangan yang amat sangat berarti yaitu Wiji Dwi Utami,

Ajeng Dwi Pangestuti, Khansa Nur Haida, Siti Amaliyah, Fitri Hanifa, dan Raja

Melisa Nelvitasari yang tiada hentinya memberikan semangat, membantu saat

pengambilan data, dan selalu menemani kehidupan diperkuliahan dari awal

hingga akhir.

13. Rekan-rekan Program Studi Pendidikan Kimia Angkatan 2013 dan teman-teman

satu bimbingan Pak Tonih dan Bu Dila, yang telah banyak memberikan

dukungan, saran, masukan, informasi, dan pendapatnya kepada penulis.

14. Sahabat-sahabat SMA yang selalu meluangkan waktunya untuk berbagi keluh

kesah dalam mengerjakan skripsi, senantiasa mendukung, dan mendoa’kan

penulis yaitu Hutami Devari, Arum Selisa, Rafika Puspa Wardhana, dan Dita

Adha Ariani.

Page 9: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

ix

15. Sahabatku Gaby Violitta Syam dan Nurul Syafitri yang selalu memberikan

semangat dan saling mendukung dalam hal kebaikan.

16. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah

membantu hingga tersusunnya karya ini.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan dan ketulusan semua

pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dengan memberikan

kelancaran dan kemudahan disetiap urusannya. Penulis menerima kritik maupun

saran yang bersifat membangun untuk terus memperbaiki penulis kedepannya.

Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat dan dijadikan referensi

dalam penelitian orang banyak. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 04 April 2018

Penulis

Wulan Sari

Page 10: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ............................................. iv

ABSTRAK ..................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah .................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis ......................................................................... 8

1. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) .................................... 8

2. Pendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat

(SALINGTEMAS) ................................................................... 10

3. Model PBM Berpendekatan SALINGTEMAS ........................ 12

4. Berpikir Kritis ........................................................................... 14

5. PBM, SALINGTEMAS, dan Keterampilan Berpikir Kritis ..... 18

6. Minyak Bumi............................................................................. 19

B. Penelitian Relevan ........................................................................ 24

C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 26

D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 29

Page 11: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

xi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 30

B. Metode dan Desain Penelitian ...................................................... 30

C. Prosedur Penelitian ....................................................................... 31

D. Populasi dan Sampel .................................................................... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 35

F. Instrumen Penelitian ...................................................................... 36

1. Tes Uraian Berpikir Kritis Siswa .............................................. 36

2. Lembar Observasi .................................................................... 38

3. Lembar Kerja Siswa ................................................................. 39

G. Validitas dan Realibilitas Instrumen ............................................ 40

1. Uji Validitas .............................................................................. 40

2. Uji Realibilitas .......................................................................... 42

3. Daya Beda ................................................................................. 43

4. Tingkat Kesukaran ................................................................... 44

H. Teknik Analisis Data .................................................................... 46

1. Data Hasil Tes Uraian ............................................................... 47

2. Data Hasil Lembar Kerja Siswa ............................................... 51

3. Hipotesis Statistik ..................................................................... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ......................................................................... 53

1. Data Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Eksperimen dan

kontrol ................................................................................. 53

2. Data Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator

Ketetampilan Berpikir Kritis ............................................... 54

3. Data Hasil Lembar Kerja Siswa .......................................... 58

4. Hasil Analisis Data .............................................................. 59

B. Pembahasan .............................................................................. 65

Page 12: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

xii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 77

B. Saran .......................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks untuk Model Pembelajaran Berbasis Masalah ................. 9

Tabel 2.2 Tahapan Pembelajaran Pendekatan SALINGTEMAS ................. 11

Tabel 2.3 Tahapan PBM berpendekatan SALINGTEMAS ......................... 13

Tabel 2.4 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ........................................ 17

Tabel 2.5 Fraksi Minyak Bumi ..................................................................... 22

Tabel 3.1 Desain Penelitian ......................................................................... 31

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis ................. 36

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Observasi Keterlaksanaan Model

PBM berpendekatan SALINGTEMAS ....................................... 38

Tabel 3.4 Hasil Uji Realibilitas Instrumen Pertemuan Pertama ................... 43

Tabel 3.5 Hasil Uji Realibilitas Instrumen Pertemuan Kedua ...................... 43

Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran ........................................................................ 44

Tabel 3.7 Hasil Uji Realibilitas Tingkat Kesukaran Instrumen .................... 45

Tabel 3.8 Instrumen Penelitian yang Akan Diujikan .................................... 45

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa Melalui Tes ........................ 51

Tabel 4.1 Data Hasil Nilai Pretest dan Posttest .......................................... 53

Tabel 4.2 Persentase (%) Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir

Kritis Siswa Berdasarkan Hasil Pretest ....................................... 54

Tabel 4.3 Persentase (%) Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir

Kritis Siswa Berdasarkan Hasil Posttest ...................................... 56

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol ....... 60

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol .... 61

Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol .......... 61

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ...... 62

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol .. 63

Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol .......... 64

Page 14: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fraksi Minyak Bumi ................................................................. 21

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ......................................................... 28

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ........................................................ 34

Gambar 4.1 Persentase (%) Indikator KBK Berdasarkan LKS .................... 58

Gambar 4.2 Contoh Instrumen dan Jawaban Kelas Eksperimen ................. 68

Gambar 4.3 Poster Efek Rumah Kaca ......................................................... 70

Gambar 4.3 Persentase (%) Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir

Kritis Berdasarkan Hasil Posttest ............................................ 71

Page 15: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ..................... 85

Lampiran 2 RPP Kelas Eksperimen ............................................................. 90

Lampiran 3 RPP Kelas Kontrol ..................................................................... 108

Lampiran 4 Lembar Validasi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis ......... 123

Lampiran 5 Tes Keterampilan Berpikir Kritis (Uji Coba) ............................. 145

Lampiran 6 Analisis Butir Soal Validasi ....................................................... 153

Lampiran 7 Tes Keterampilan Berpikir Kritis ............................................... 165

Lampiran 8 Pedoman Penskoran ................................................................... 168

Lampiran 9 Kisi-kisi Lembar Kerja Siswa .................................................... 172

Lampiran 10 Lembar Kerja Siswa ................................................................ 192

Lampiran 11 Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ..... 209

Lampiran 12 Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen ...................................... 210

Lampiran 13 Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir

Kritis Kelas Eksperimen .......................................................... 211

Lampiran 14 Data Hasil Pretest Kelas Kontrol ............................................. 212

Lampiran 15 Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir

Kritis Kelas Kontrol ................................................................ 213

Lampiran 16 Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen ..................................... 214

Lampiran 17 Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir

Kritis Kelas Eksperimen .......................................................... 215

Lampiran 18 Data Hasil Posttest Kelas Kontrol ............................................ 216

Lampiran 19 Persentase Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir

Kritis Kelas Kontrol ................................................................ 217

Lampiran 20 Data Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan

Kontrol ..................................................................................... 218

Lampiran 21 Data Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan

Kontrol ..................................................................................... 220

Lampiran 22 Data Hasil Uji Hipotesis Pretest Kelas Eksperimen dan

Kontrol ..................................................................................... 221

Page 16: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

xvi

Lampiran 23 Data Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan

Kontrol ..................................................................................... 222

Lampiran 24 Data Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan

Kontrol ..................................................................................... 224

Lampiran 25 Data Hasil Uji Hipotesis Posttest Kelas Eksperimen dan

Kontrol ..................................................................................... 225

Lampiran 26 Data Hasil Lembar Kerja Siswa ............................................... 226

Lampiran 27 Lembar Observasi .................................................................... 227

Lampiran 28 Contoh Lembar Jawaban Siswa Kelas Eksperimen ................. 228

Lampiran 29 Contoh Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol ........................ 230

Lampiran 30 Contoh Jawaban LKS Efek Rumah Kaca ................................ 231

Lampiran 31 Contoh Jawaban LKS ISPA ..................................................... 234

Lampiran 32 Surat Bimbingan Skripsi .......................................................... 237

Lampiran 33 Surat Permohonan Izin dan Keterangan Telah

Melakukan Penelitian ............................................................... 238

Lampiran 34 Dokumentasi Penelitian ........................................................... 239

Lampiran 35 Uji Referensi ............................................................................ 242

Page 17: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi siswa harus

dibiasakan untuk membuka pemikiran mereka mengenai fenomena-fenomena

yang ada di lingkungannya. Kita hidup di era yang terkenal dengan cepatnya dan

mengagumkannya perkembangan pengetahuan ilmiah dan penerapan teknologi

yang berhubungan dengan dimensi etika saat pengambilan keputusan (Zo'bi,

2014). Maka dari itu, sudah sepantasnya siswa mendapatkan pembelajaran yang

dapat melatih pengetahuan mereka tentang penerapan teknologi dan

perkembangan pengetahuan ilmiah.

Banyak situasi yang kita temukan dalam kehidupan berhubungan dengan

kimia dan melibatkan pengetahuan ilmiah. Sebagai individu kita harus mengerti

hubungan antara apa yang kita pelajari dan apa pengaruh dari kejadian yang

terjadi di dalam kehidupan kita (Yoruk, Morgil, & Sekcen. 2010). Pembelajaran

yang baik adalah pembelajaran yang memberikan pengalaman bagi pesertanya

melalui “learning to know, learning to do, learning to be and learning to live

together” (UNESCO, 1996, hlm 37).

Berdasarkan pendapat Binadja yang dikutip oleh Nugraheni, Mulyani, dan

Ariani, pembelajaran kimia yang ada di Indonesia cenderung menekankan

kepada pengetahuan sains murni yang hanya fokus pada hukum dasar, teori, dan

rumus-rumus hasil pembuktian percobaan yang dikemukakan oleh para

kimiawan (Nugraheni, Mulyani, & Ariani, 2013). Hal itu menjadikan siswa

kurang memandang kimia sebagai salah satu bagian dari ilmu sains yang

terintegrasi dengan teknologi, lingkungan, dan masyarakat. Hal ini disebabkan

pembelajaran kimia saat ini masih belum dihubungkan dengan masalah aktual

yang ada di kehidupan nyata. Oleh karena itu, konsep-konsep yang dikuasai oleh

siswa kurang diaplikasikan dalam kehidupannya. Akibatnya, siswa belum

mengetahui manfaat dari mempelajari suatu konsep kimia. Padahal pengetahuan

akan dirasakan manfaatnya, jika yang dipelajari siswa berguna bagi

Page 18: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

2

kehidupannya di masa depan, ia akan termotivasi untuk mempelajarinya, bahkan

ingin mencari tahu lebih banyak lagi (Poedjiadi, 2010, hlm 110).

Siswa saat ini hanya sekedar mempelajari konsep kimia untuk keperluan

ketuntasan dalam belajar saja, tanpa memiliki keinginan untuk mengetahuinya

lebih lanjut. Hal itu terjadi karena siswa belum mengetahui manfaat dari

mempelajari konsep tersebut, sehingga keterampilan berpikir kritis siswa rendah

beserta keinginan belajarnya. Hal ini didukung dengan hasil observasi penelitian

Luzyawati (2015) yang mengungkapkan bahwa masih banyak siswa yang

kurang berpikir kritis untuk menanggapi masalah-masalah yang ada di

lingkungan sekitarnya. Sebagai akibatnya, keterampilan berpikir kritis siswa

rendah beserta keinginan belajarnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibutuhkan pembelajaran

SALINGTEMAS yang melibatkan konsep sains, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat. Tujuan pemberian mata pelajaran yang terintegrasi

SALINGTEMAS (Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat) adalah agar

siswa memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang kaitan antara sains dan

teknologi serta manfaatnya bagi masyarakat (Poedjiadi, 2010, hlm 104).

Penelitian yang dilakukan Luzyawati menyatakan pembelajaran berpendekatan

SALINGTEMAS pada subtopik pencemaran air memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Selain itu,

respon yang didapatkan dalam kegiatan pembelajaran ialah memotivasi siswa

dalam belajar, meningkatkan keterampilan berpikir kritis, menemukan ide-ide

baru, mendorong siswa berani bertanya dan menyenangkan (Luzyawati, 2015).

Selain memiliki keterampilan mengaplikasikan konsep-konsep sains yang

telah dipelajari di kehidupan nyata. Siswa juga harus dapat bekerja sama dan

berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah aktual yang menyangkut

kepentingan banyak orang. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada

siswa dan menyajikan masalah sebagai langkah awal pembelajarannya dan

mencoba untuk mengkonstruk pengetahuan melalui pemecahan masalah dikenal

sebagai model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Model

pembelajaran ini dapat mendukung pendekatan SALINGTEMAS dalam

Page 19: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

3

pembelajaran. Karena pendekatan SALINGTEMAS dan Pembelajaran Berbasis

Masalah (PBM) sama-sama menggunakan masalah dalam mengawali

pembelajarannya. Selain itu di antara keduanya sama-sama membentuk

kelompok kerja untuk berdiskusi mengenai pemecahan masalah yang ada.

Peran guru dalam pembelajaran PBM dan SALINGTEMAS tidak terlalu

dominan, karena guru memberikan kesempatan untuk siswa mengeksplor dan

mengkonstruk pengetahuannya, sehingga pendekatan SALINGTEMAS cocok

diimplementasikan pada model PBM. Hal ini sejalan dengan pendapat Wasiso

& Hartono (2013) yang menjelaskan bahwa pendekatan SALINGTEMAS dapat

diimplementasikan dengan berbagai model pembelajaran yang salah satunya

adalah model pembelajaran PBM. Penelitian yang dilakukan oleh Saeed dan

Rousta (2013) menyatakan bahwa PBM dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis. Melalui penelitian ini, telah dikonfirmasi bahwa penggunaan

model PBM dalam pembelajaran di kelas berpengaruh terhadap berpikir kritis

siswa.

Keterampilan berpikir kritis (critical thinking) merupakan keterampilan

yang dibutuhkan di abad 21 ini. Keterampilan berpikir kritis yang dibutuhkan di

abad 21 adalah adanya keterampilan untuk memanfaatkan teknologi canggih

untuk mengakses, membuat, menganalisis, mengelola, menyimpan, dan

mengkomunikasikan informasi (Pacific Policy Research Center, 2010). Selain

itu, dalam Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah

Kurikulum 2013 menyebutkan bahwa siswa harus memiliki keterampilan

berpikir dan bertindak secara kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan

komunikatif (Permendikbud No. 21, 2016). Dengan begitu, keterampilan

berpikir kritis penting dimiliki oleh siswa. Berdasarkan penelitian-penelitian

sebelumnya, model pembelajaran berbasis masalah dan pendekatan

pembelajaran SALINGTEMAS dapat memfasilitasi siswa untuk memperoleh

keterampilan berpikir kritis. Oleh karena itu, keterampilan ini dipilih untuk

dikembangkan melalui model pembelajaran berbasis masalah yang

memanfaatkan pendekatan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat di

dalam pembelajarannya.

Page 20: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

4

Salah satu materi kimia yang ada hubungannya dengan lingkungan,

teknologi, dan masyarakat adalah Dampak Pembakaran Senyawa Hidrokarbon

terhadap Lingkungan dan Kesehatan. Materi ini merupakan bagian dari materi

pokok Hidrokarbon dan Minyak bumi yang ada di kelas XI semester ganjil.

Materi ini memiliki masing-masing satu Kompetensi Dasar (KD) Pengetahuan

dan Proses. KD pengetahuan untuk materi ini adalah “Mengidentifikasi reaksi

pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta sifat zat

hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon)”. KD proses untuk materi ini

adalah “Menyusun gagasan cara mengatasi dampak pembakaran senyawa

karbon terhadap lingkungan dan kesehatan” (Permendikbud No. 24, 2016).

Kedua KD ini sangat cocok dengan visi pembelajaran SALINGTEMAS yang

berbasis lingkungan dan aktual di masyarakat. Selain itu, melibatkan

penggunaan sains teknologi, manfaat, dan dampak yang disebabkan dari

penggunaan produk teknologi tersebut.

Materi minyak bumi erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Akan

tetapi, faktanya guru masih menggangap materi ini sebagai materi hafalan dan

siswa cukup membaca buku paket yang mereka miliki (Nugraheni, Mulyani, &

Ariani, 2013). Padahal penggunaan energi fosil yang berasal dari minyak bumi

selain bermanfaat bagi kesejahteraan manusia, ternyata menimbulkan dampak

buruk bagi lingkungan dan kesehatan. Hal ini dapat dibahas secara mendalam

oleh guru untuk membiasakan siswa peduli terhadap lingkungan disekitarnya.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan model pembelajaran terpadu untuk

membiasakan siswa berpikir kritis untuk memperhatikan masalah-masalah yang

ada di lingkungan dan masyarakatnya saat ini.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, pendekatan

SALINGTEMAS dapat diimplementasikan menggunakan model PBL. Selain

itu, model pembelajaran PBM dan pendekatan SALINGTEMAS dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kritis, namun belum banyak penelitian yang

menggabungkan keduanya dalam kegiatan pembelajaran pada materi subtopik

minyak bumi yaitu dampak pembakaran senyawa hidrokarbon bagi lingkungan

dan kesehatan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membahas dan

Page 21: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

5

mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah judul skripsi, yaitu: “Pengaruh

Pembelajaran Masalah (PBM) Berpendekatan Sains, Lingkungan,

Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS) terhadap Keterampilan

Berpikir Kritis Siswa pada Materi Minyak Bumi”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Pembelajaran kimia saat ini cenderung menekankan pengetahuan sains

murni, sehingga siswa kurang memandang kimia sebagai salah satu bagian

dari ilmu sains yang terintegrasi dengan teknologi, lingkungan, dan

masyarakat.

2. Pembelajaran kimia saat ini masih belum dihubungkan dengan masalah

aktual yang ada di kehidupan nyata, sehingga konsep-konsep sains yang

dikuasai siswa kurang diaplikasikan dalam kehidupannya.

3. Siswa hanya sekedar mempelajari konsep kimia untuk keperluan ketuntasan

dalam belajar saja, tanpa memiliki keinginan untuk mengetahuinya lebih

lanjut, sehingga keterampilan berpikir kritis siswa rendah beserta keinginan

belajarnya.

4. Materi minyak bumi dianggap sebagai materi hafalan dan siswa cukup

membaca buku paket yang mereka miliki tanpa dibahas secara mendalam.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka penelitian

dibatasi pada:

1. Materi minyak bumi yang dipilih adalah dampak dari reaksi pembakaran

hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta sifat zat hasil

pembakaran terhadap lingkungan dan kesehatan.

2. Indikator berpikir kritis yang digunakan pada instrumen tes uraian adalah 11

indikator berpikir kritis menurut Robert H. Ennis. Indikator berinteraksi

dengan orang lain tidak diujikan dalam tes, karena tidak dapat dibuat dalam

Page 22: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

6

bentuk soal. Akan tetapi, indikator berinteraksi dengan orang lain dapat

dilihat melalui kegiatan diskusi dan tahapan pembelajaran menyajikan hasil

karya (aplikasi) berdasarkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan

dengan model pembelajaran PBM berpendekatan SALINGTEMAS.

3. Pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah (PBM) dengan berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi,

Masyarakat (SALINGTEMAS) untuk mengukur keterampilan berpikir kritis

siswa dalam materi minyak bumi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan,

maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah

terdapat pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah berpendekatan Sains,

Lingkungan, Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS) terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa pada materi minyak bumi?”

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

Pembelajaran Berbasis Masalah berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi,

Masyarakat (SALINGTEMAS) terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada

materi minyak bumi.

Page 23: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

7

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian mengenai penggunaan Pembelajaran Berbasis

Masalah (PBM) berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat

(SALINGTEMAS) terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dapat bermanfaat

bagi:

1. Siswa

Membantu siswa memahami suatu materi kimia berorientasi sains,

lingkungan, teknologi, masyarakat, dan untuk memunculkan keterampilan

berpikir kritisnya.

2. Guru

Memberikan informasi kepada guru yang dapat digunakan sebagai

pertimbangan guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk

mengasah keterampilan berpikir kritis siswa.

3. Peneliti

Sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

Page 24: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis

1. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan aktivitas

pembelajaran yang menekankan proses penyelesaian masalah dengan

diselesaikan melalui kegiatan ilmiah secara sistematis dan logis (Sanjaya,

2013, hlm 213). Menurut Arends, PBM didesain untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan

keterampilan intekektual berdasarkan pengalaman nyata yang dialami siswa

(Arends, 2007, hlm 381-382). Di dalam PBM, siswa bertanggung jawab

untuk menyintesis konten pengetahuan melalui pembelajaran mandiri dan

kegiatan diskusi grup yang ditentukan berdasarkan masalah nyata di

kehidupan sehari-hari (Sockalingam, Rotgans, & Schmidt, 2011).

Masalah dalam PBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Bahkan

siswa dan guru dapat mengembangkan kemungkinan jawaban dari

permasalahan. Karena jawaban dari masalah tersebut belum pasti, PBM

memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan

dan menganalisis data secara lengkap. Dengan begitu siswa dapat

mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis

untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui kegiatan ilmiah

(Sanjaya, 2013, hlm 216). Melalui PBM guru lebih berperan sebagai

fasilitator, lain halnya dengan siswa yang akan belajar bagaimana

menggunakan suatu proses interaktif dalam mengevaluasi apa yang mereka

ketahui, mengidentifikasi apa yang perlu mereka ketahui, mengumpulkan

informasi, dan berkolaborasi dalam mengevaluasi suatu hipotesis

berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Sadia, 2014, hlm 68).

Tujuan instruksional dari model PBM terdiri atas tiga komponen,

yaitu untuk membantu siswa mengembangkan penyelidikan dan

keterampilan pemecahan masalah, untuk memberikan pengalaman kepada

Page 25: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

9

siswa tentang peranan pendidikan masyarakat, dan untuk memberikan

kepercayaan diri kepada mereka untuk menggunakan keterampilan untuk

berpikir dan menjadi pelajar yang dapat mengatur dirinya sendiri (Arends,

2007, hlm 407). Ada beberapa aspek khas untuk mendefinisikan pendekatan

PBM: 1) menempatkan belajar dalam konteks tugas, persoalan, dan masalah

yang menyangkut kehidupan sebenarnya, 2) di dalam rangkaian pelajaran

PBM, siswa dan guru menjadi rekan belajar, ahli perencanaan, ahli

produksi, dan ahli menilai sebagai desain, implementasi, dan terus-menerus

memperbaiki kurikulum, 3) pendekatan PBM adalah dasar dari penelitian

akademik mendalam dan praktik terbaik untuk memajukan akademik.

Pendekatan ini menstimulasi siswa untuk bertanggung jawab dengan belajar

mereka, 4) PBM sangat khas untuk mengembangkan kolaborasi di antara

siswa, menekankan pengembangan kemampuan pemecahan masalah dalam

konteks praktik profesional, meningkatkan efektivitas pemberian alasan dan

pengaturan diri dalam belajar, dan bertujuan untuk meningkatkan motivasi

untuk pembelajaran seumur hidup (Saeed & Rousta, 2013).

Arends menyatakan bahwa ada lima tahapan pembelajaran berbasis

masalah yang terangkum pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sintaks untuk Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Arends, 2007, hlm 394)

Fase Kegiatan Siswa

Fase 1:

Orientasi siswa pada masalah

Siswa mendengarkan penjelasan

mengenai tujuan pembelajaran dan

motivasi yang disampaikan oleh guru

untuk terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah.

Fase 2:

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Siswa dibantu guru untuk men-

definiskan dan mengorganisasikan

tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut.

Fase 3:

Membimbing pengalaman penyelidikan

individual atau kelompok

Siswa mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah.

Page 26: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

10

Fase Kegiatan Siswa

Fase 4:

Mengembangkan dan menyajikan hasil

karya

Siswa dibimbing oleh guru dalam

merencanakan dan menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan, video, dan

model serta membantu mereka untuk

membagikan hasil kerja mereka

dengan yang lain.

Fase 5:

Analisis dan Evaluasi proses

pemecahan masalah

Siswa bersama guru melakukan

refleksi dari penyelidikan mereka dan

proses yang mereka gunakan.

2. Pendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat

(SALINGTEMAS)

Kata SALINGTEMAS (Sains, Lingkungan, Teknologi,

Masyarakat), merupakan satu kesatuan yang dalam konsep pendidikan

mempunyai implementasi agar anak didik mempunyai kemampuan berpikir

tingkat tinggi (higher order thinking) (Khasanah, 2015). SALINGTEMAS

berhubungan dengan pendidikan yang berasal dari pendekatan

postmodernist. Pendekatan ini mendefinisikan ilmu sains sebagai

penyelidikan saintifik yang berisi kekuatan manusia, sosial, politik, dan

ekonomi daripada sekedar teori dan pengamatan saja (Yoruk, Morgil, &

Secken, 2010).

Poedjiadi berpendapat bahwa, istilah Science Technology Society

(STS) yang diterjemahkan menjadi Sains Teknologi Masyarakat (STM),

Science Environment Technology (SET), dan Science Technology

Environment Society yang disingkat dengan SALINGTEMAS pada

dasarnya sama saja (Poedjiadi, 2010, hlm 115).

“Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan

Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan

antara pendekatan konsep, keterampilan proses, CBSA, Inkuiri dan

diskoveri serta pendekatan lingkungan. Istilah Sains Teknologi

Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology

Society (STS), Science Environtment Technology and Society (SETS)

atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun

istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu

Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan.

Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu

Page 27: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

11

antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun

tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik

yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu

mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam

masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan

keputusan yang telah diambil” (Khasanah, 2015).

Terdapat 5 tahapan pembelajaran sains dengan menggunakan

pendekatan SALINGTEMAS yang terangkum dalam tabel 2.2

Tabel 2.2 Tahapan Pembelajaran Pendekatan SALINGTEMAS

(Poedjiadi, 2010, hlm 126; Khasanah, 2015)

Fase Aktivitas Pembelajaran

Invitasi (penyajian

isu atau masalah

aktual yang ada di

masyarakat)

Siswa disajikan masalah aktual oleh guru yang sedang

berkembang di masyarakat yang dapat dipahami dan

mendorong siswa untuk mengatasinya

Eksplorasi

(memahami dan

mengeksplorasi

masalah yang

disajikan)

Siswa secara berkelompok diberi kesempatan untuk

memahami dan mengeksplorasi masalah yang disajikan

oleh guru

Eksplanasi

(pembentukan

konsep)

Siswa dengan bimbingan guru melakukan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Sehingga siswa dapat menemukan solusi alternatif dari

permasalahan yang disajikan

Aplikasi

(menerapkan

konsep yang telah

dipelajari atau

ditemukan dalam

bentuk kinerja)

Siswa diberikan kesempatan untuk menggunakan atau

menerapkan konsep yang telah dipelajari untuk mengatasi

masalah yang muncul di tahapan invitasi.

Penilaian

(mengevaluasi

pemahaman siswa

terkait tema

pembelajaran yang

disampaikan)

Siswa dievaluasi pemahamannya terkait tema

pembelajaran yang disampaikan

Page 28: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

12

3. Model PBM Berpendekatan SALINGTEMAS

Terdapat kesamaan konsep pembelajaran antara model

pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan pendekatan

SALINGTEMAS. Model PBM yang terdiri atas 5 tahapan memiliki

kesamaan dengan pendekatan SALINGTEMAS yang memiliki 5 tahapan

juga. Selain itu, terdapat kesamaan langkah di aktivitas pembelajaran PBM

dan SALINGTEMAS. Model PBM sendiri mengawali kegiatan

pembelajaran dengan penyajian masalah. SALINGTEMAS juga mengawali

kegiatan pembelajarannya dengan menyajikan isu atau masalah. Akan tetapi

masalah PBM bersifat bebas, maka topik pada pembelajaran PBM tidak

terbatas pada sumber dari buku saja akan tetapi juga bersumber dari

peristiwa-peristiwa tertentu (Sanjaya, 2013, hlm 216). Lain halnya dengan

SALINGTEMAS yang menyajikan masalah aktual dan tidak asing bagi

siswa. Masalah pada pembelajaran SALINGTEMAS dipilih untuk

menggali keingintahuan alami yang menghubungkan sains dengan

kehidupan sehari-hari yang terintegrasi dengan teknologi, lingkungan, dan

masyarakat (Samiana, Binadja, & Saptorini, 2013).

SALINGTEMAS juga menekankan pada nilai-nilai sains,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam kegiatan pembelajaran.

Berbeda dengan PBM yang tidak mengintegrasikan keempat nilai tersebut

di dalam kegiatan pembelajaran. Walaupun begitu, PBM dan

SALINGTEMAS mencoba mengembangkan kegiatan pembelajaran yang

menjadikan siswa sebagai pusat dari pembelajaran (Saeed & Rousta, 2013;

Yoruk, Morgil, & Secken, 2010). Peran guru hanya sekedar fasilitator untuk

membuat siswa mencapai tujuan akhir dari pelajaran yang telah disusun

sebelumnya. Dengan masalah yang disajikan, diharapkan siswa secara

mandiri dapat merumuskan, menganalisis, memberikan solusi, dan

menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang ada di kelas. Agar siswa dapat

melatih keterampilan berpikir kritis, analitis, kreatif dalam memecahkan

masalah, aktif dan terbiasa bekerja berkolaborasi dengan teman sebayanya.

Page 29: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

13

Hal ini didukung oleh pernyataan Rohmah, Irawati, & Susilowati

(2014) bahwa penerapan pendekatan SETS yang diartikan ke dalam bahasa

Indonesia menjadi SALINGTEMAS memerlukan model pembelajaran

yang sesuai. Model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan ini adalah

model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Penerapan

pembelajaran pendekatan SALINGTEMAS dengan penggunaan model

PBM akan menghadirkan permasalahan yang nyata mengenai perubahan

lingkungan akibat pengembangan sains maupun teknologi yang berdampak

pada masyarakat.

Hal ini senada dengan pernyataan Wasiso & Hartono (2013) bahwa

model pembelajaran PBM dapat diimplementasikan menggunakan

pendekatan SALINGTEMAS. Konsep SALINGTEMAS dapat ditemukan

melalui model pembelajaran PBM karena mampu mengkondisikan

kegiatan diskusi berjalan secara optimal. Keterlibatan yang aktif dalam

pembelajaran memberi sumbangan yang besar dalam keberhasilan proses

pembelajaran. Adapun tahapan pembelajaran PBM berpendekatan

SALINGTEMAS yang dilakukan pada penelitian ini terdapat pada Tabel

2.3.

Tabel 2.3 Tahapan PBM berpendekatan SALINGTEMAS

Fase Aktivitas Pembelajaran

Orientasi siswa terhadap masalah/

Invitasi (penyajian isu atau masalah

aktual yang ada di masyarakat)

Siswa diisajikan isu-isu sains, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat yang terkait

dengan pembelajaran pada materi minyak

bumi.

Mengorganisasi siswa untuk

belajar/ Eksplorasi

(memahami dan mengeksplorasi

masalah yang disajikan

berdasarkan diskusi kelompok)

Siswa berkelompok dan membagi tugas

untuk pemecahan masalah terkait isu-isu

sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat

pembelajaran minyak bumi.

Membimbing pengalaman pe-

nyelidikan individu dan

kelompok/ Eksplanasi

(pembentukan konsep melalui

pengalaman penyelidikan secara

individu maupun kelompok)

Siswa melakukan penyelidikan dan mencari

informasi lebih lanjut untuk menyelesaikan

masalah yang terkait isu-isu sains,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat pada

pembelajaran minyak bumi.

Page 30: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

14

4. Berpikir Kritis

Salah satu bagian dari berpikir tingkat tinggi (high order thinking)

adalah “critical thinking”, berpikir kritis (critical thinking) adalah salah satu

keterampilan berpikir yang menerapkan keputusan secara bijaksana di

dalam situasi tertentu (Brookhart, 2010, hlm 84). Menurut Ennis, berpikir

kritis merupakan proses untuk mencapai tujuan dalam membuat keputusan

secara layak tentang apa yang dipercaya dan dilakukan (Ennis, 1996, hlm

xvii). Sejalan dengan definisi yang diberikan oleh Ennis, Facione

mendefinisikan berpikir kritis sebagai salah satu objek utama dari

kurikulum di zaman ini. Berpikir kritis menggambarkan bagaimana cara

mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah secara bijaksana tentang

apa yang dilakukan dan apa yang dipercayai (Zivkovic, 2016).

Berpikir kritis tidak sama dengan intelegensi, berpikir kritis adalah

keterampilan yang dapat dilakukan oleh semua orang. Berpikir biasa

bukanlah berpikir kritis. Berpikir kritis lebih kompleks dan berdasarkan

ukuran objektivitas dan konsistensi. Siswa harus mengubah cara pikir

mereka dari (a) perkiraan menjadi perhitungan, (b) pilihan menjadi

penilaian, (c) menggolongkan menjadi mengklasifikasikan, (d) kepercayaan

menjadi mengumpamakan, (e) menduga menjadi menduga secara logis, (f)

menghubungkan konsep menjadi menyerap prinsip, (g) tidak ada hubungan

menjadi tidak ada hubungan diantara hubungan, (h) pengandaian menjadi

Fase Aktivitas Pembelajaran

Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya/Aplikasi

(menerapkan konsep yang telah

dipelajari atau ditemukan dalam

bentuk kinerja dan menyajikan

hasil kinerja)

Siswa menyiapkan dan menyajikan hasil

penyelidikan melalui presentasi berupa

poster mengenai Dampak dan cara

mengatasi pembakaran senyawa

hidrokarbon secara sempurna dan tidak

sempurna.

Menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan

masalah/Penilaian

(mengevaluasi pemahaman siswa

terkait tema pembelajaran yang

disampaikan)

Guru dan siswa mengevaluasi hasil

penyelidikan sebagai bentuk pemecahan

masalah.

Page 31: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

15

hipotesis, (i) pemberian saran tanpa alasan menjadi pemberian saran dengan

alasan, dan (j) pembuatan keputusan tanpa kriteria menjadi pembuatan

keputusan dengan kriteria (D. Moore, 2015, hlm 380).

Ennis (1996, hlm 4) merumuskan enam elemen dari berpikir kritis

yang terdiri atas fokus (focus), alasan (reasons), penarikan kesimpulan

(inference), situasi (situation), kejelasan (clarity), dan gambaran secara

keseluruhan (overview). Enam elemen ini disingkat sebagai FRISCO.

Elemen FRISCO dapat membantu untuk melihat sejauh mana seseorang

dalam berpikir kritis.

a. Focus (fokus)

Hal pertama yang dilakukan di berbagai situasi untuk mengetahui inti

dari suatu masalah, isu yang beredar, pertanyaan, atau permasalahan

yang dihadapi adalah fokus. Dalam berargumen, memfokuskan suatu

hal biasanya dilengkapi dengan kesimpulan. Dengan memfokuskan

suatu hal akan membantu kita untuk tidak banyak membuang waktu

dalam menyelesaikan masalah (Ennis, 1996, hlm 4-5).

b. Reasons (alasan)

Membuat alasan merupakan hal penting sebelum menentukan

keputusan dan kesimpulan. Alasan yang dibuat harus dapat diterima dan

mendukung kesimpulan yang dibuat (Ennis, 1996, hlm 5). Fisher

menyatakan bahwa dalam membuat alasan diawali dengan kata

“karena” (Fisher, 2011, hlm 24).

c. Inference (penarikan kesimpulan)

Untuk menarik sebuah kesimpulan kita harus menentukan alasan yang

kita gunakan dapat diterima dan kita juga harus menentukan apakah

alasan yang digunakan cukup untuk membuktikan kesimpulan jika

alasan kita dapat diterima (Ennis, 1996, hlm 6). Inference (penarikan

kesimpulan) merupakan kecakapan untuk membedakan antara

kebenaran dan kepalsuan. Inference juga dapat diartikan sebagai

kesimpulan yang dihasilkan oleh seorang observer berdasarkan fakta

tertentu (Kowiyah, 2012).

Page 32: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

16

d. Situation (situasi)

Ketika kita berpikir, lebih memfokuskan pada kepercayaan dan

keputusan, hal tersebut akan memposisikan kita ke beberapa situasi.

Situasi disini mencakup lingkungan sosial dan individu yang sejalan

tidak hanya dengan kepentingan aktivitas berpikir dan aturan di

dalamnya tapi juga makna dari apa yang si pemikir akan lakukan atau

putuskan (Ennis, 1996, hlm 7).

e. Clarity (kejelasan)

Ketika kita menulis dan berbicara, sangat penting untuk memberikan

kejelasan terhadap apa yang kita bicarakan. Membuat semua menjadi

jelas dan mudah dipahami atau dimengerti oleh orang lain akan

membantu orang lain untuk menerima keputusan yang kita buat (Ennis,

1996, hlm 7). Memperoleh kejelasan mengapa keputusan itu penting

berarti megidentifikasi masalah dan kadang-kadang itu akan menuntut

kita untuk berpikir secara teliti tujuan yang kita ingin peroleh (Fisher,

2011, hlm 154).

f. Overview (gambaran secara keseluruhan)

Elemen keenam dalam berpikir kritis adalah overview. Elemen ini

berguna untuk memeriksa kembali apa yang telah kita temukan,

putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan kita simpulkan. Elemen ini

bukanlah suatu akhir dari elemen yang telah dilakukan tetapi merupakan

suatu awal dan berkelanjutan. Walaupun kamu telah membuat sesuatu

keputusan tentang menarik kesimpulan pada tahap kesimpulan, kita

akan melakukan lagi pada tahap ini sebagai bagian dari pemeriksaan

keseluruhan (Ennis, 1996, hlm 8).

Ennis (1985, hlm 46) mencetuskan 12 indikator yang harus dicapai untuk

melatih keterampilan berpikir kritis, berikut ini akan ditampilkan indikator

berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian seperti pada tabel 2.4.

Page 33: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

17

Tabel 2.4 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

No Kelompok Indikator Sub Indikator

1 Elementary

clarification

(memberikan

penjelasan

sederhana)

1) Memfokuskan

pertanyaan

Mengidentifikasi atau

merumuskan pertanyaan

2) Menganalisis

argumen

Mengidentifikasi alasan

(sebab) berdasarkan

informasi yang ditemukan

Mencari persamaan dan

perbedaan

3) Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

Menyebutkan contoh

(Apa contohnya?)

Memberikan penjelasan

sederhana

(Dapatkah anda

mengatakan lebih banyak

tentang hal tersebut?)

2 Basic support

(membangun

keterampilan

dasar)

1) Mempertimbang

kan kredibilitas

sumber

Mempertimbangkan

penggunaan prosedur yang

tepat

Kemampuan memberi

alasan

2) Mengobservasi

dan mem-

pertimbangkan

hasil observasi

Menggunakan bukti-bukti

yang kuat

3

Inference

(menyimpulkan)

1) Membuat

deduksi dan

mem-

pertimbangkan

hasil deduksi

Menafsirkan data

2) Membuat induksi

dan mem-

pertimbangkan

hasil induksi

Menarik kesimpulan sesuai

fakta

3) Membuat dan

menentukan

hasil

pertimbangan

Membuat dan menentukan

hasil pertimbangan

berdasarkan pemikiran

alternatif

4 Advanced

clarification

1) Mendefinisikan

istilah dan

mempertimbang

kan definisi

Membuat suatu definisi

Page 34: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

18

No Kelompok Indikator Sub Indikator

(membuat

penjelasan lebih

lanjut)

2) Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

Memberikan penjelasan

bukan pernyataan

5 Strategy and

tactics

(mengatur strategi

dan taktik)

1) Memutuskan

suatu tindakan

Merumuskan solusi

alternatif

2) Berinteraksi

dengan orang

lain

Menggunakan argumen

5. Pembelajaran Berbasis Masalah, Pendekatan SALINGTEMAS, dan

Keterampilan Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah keterampilan berpikir yang melibatkan aktivitas

mental dalam melakukan suatu tindakan seperti memecahkan masalah secara

analitis dan reflektif, mengambil keputusan secara akurat, dan melakukan

inkuiri dalam pembelajaran sains. Melalui pembelajaran sains di sekolah,

kemampuan dan keterampilan berpikir kritis dan kreatif dapat dilatih dengan

menggunakan model-model pembelajaran inovatif yang dapat memberi

peluang bagi tumbuh dan berkembangnya kemampuan berpikir tingkat tinggi

(Sadia, 2014, hlm 40). Ennis (1985) mengemukakan bahwa berpikir kritis

merupakan kemampuan bernalar dan berpikir reflektif untuk menentukan apa

yang diyakini dan apa yang harus dilakukan. Kemampuan berpikir kritis ini

cocok dikembangkan melalui pendidikan IPA. Sesuai hakikatnya,

pembelajaran IPA idealnya mengacu pada kegiatan pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik dapat memberdayakan potensi berpikir mereka

secara optimal (Sajidan & Afandi, 2017).

Arends (2007, hlm 381-382) menyatakan bahwa pembelajaran

berbasis masalah khusus dirancang untuk membantu siswa dalam

mengembangkan keterampilan berpikir mereka, pemecahan masalah,

keterampilan intelektual, pembelajaran berdasarkan pengalaman mereka

secara nyata atau simulasi yang mereka temukan di masyarakat. Sejalan

dengan pendapat Arends, Sanjaya (2013, hlm 221) menjelaskan bahwa salah

satu keunggulan pembelajaran berbasis masalah adalah dapat

Page 35: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

19

mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis melalui proses

pemecahan masalah. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Shaer & Gaber (2014) menyatakan bahwa secara statistik, penggunaan model

PBM dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan

berpikir kritis siswa. Masek & Yamin (2011) menyatakan bahwa secara

keseluruhan PBM berpotensi besar untuk meningkatkan keterampilan

berpikir tingkat tinggi siswa, khususnya kemampuan berpikir kritis.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Luzyawati (2015)

menunjukkan bahwa pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat secara

signifikan memiliki pengaruh terhadap peningkatkan keterampilan berpikir

kritis. Respon siswa terhadap pendekatan ini ialah menyenangkan,

mendorong siswa berani bertanya, menemukan ide-ide baru, meningkatkan

berpikir kritis dan motivasi belajar. Melalui pembelajaran SALINGTEMAS

berpikir kritis siswa dilatih melalui pemecahan masalah-masalah isu-isu

sosial yang ada di masyarakat yang berhubungan dengan konsep-konsep,

prinsip, dan teori yang dipelajari (Sadia, 2014, hlm 41).

Implementasi Pendekatan SALINGTEMAS dan PBM yang

disesuaikan dengan Kurikulum 2013 ternyata mampu mengembangkan

keterampilan berpikir kritis, merumuskan masalah, memberikan solusi

alternatif atau mencari pemecahan masalahnya. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh (Rohmah, Irawati, & Susilowati, 2014) menyatakan bahwa

pendekatan SALINGTEMAS dengan menggunakan model PBM dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap peduli lingkungan.

Terjadi peningkatan hasil berpikir kritis pada siklus I sebesar 75,52% menjadi

82,81% pada siklus II.

6. Minyak Bumi

a. Pengertian Minyak Bumi

Minyak bumi (L. Petroleum, berasal dari bahasa Yunani: petra

(batuan) dan berasal dari bahasa latin: oleum (minyak) atau minyak mentah

yang berasal dari alam, merupakan cairan yang mudah terbakar terdiri atas

Page 36: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

20

campuran kompleks hidrokarbon dari berbagai berat molekul dan cairan

senyawa organik lain, yang ditemukan di lapisan tanah dan terbentuk di

bawah permukaan bumi (Russel, 2012, hlm 1). Petroleum (minyak bumi)

adalah cairan kompleks yang terdiri atas senyawa alkana, sikloalkana,

alkena, dan hidrokarbon aromatik yang terbentuk dari sisa tumbuhan dan

hewan dari jutaan tahun yang lalu (Moore, Stanitski, & Jurs, 2008, hlm 546).

Minyak bumi juga terdapat sedikit kandungan senyawa nitrogen maupun

belerang (Keenan, Kleinfelter, & Wood, 1984, hlm 370). konsentrasi sulfur

dan kontaminan lain di dalam petroleum biasanya sungguh rendah, sehingga

dapat mengurangi produk hasil pembakaran seperti gas SO2 yang berasal

dari kendaraan bermotor (Stanitski, Eubanks, Middlecamp, & Pienta, 2003,

hlm 169).

Pembentukan minyak bumi yang tersimpan di dalam struktur lapisan

tanah disebut dengan antiklin, yang mana lapisan batuan cenderung

mengalami kenaikan. Minyak bumi murni terbentuk dari sumber batuan

(source rock), kemudian bermigrasi ke atas melewati lapisan porous rock

dan berkumpul di atas, dimana terjerat di dalam lapisan batuan yang tidak

dapat ditembus (impermeable rock). Sementara itu, gas alam berkumpul di

lapisan atas sumber minyak bumi (Wolfson, 2012, hlm 96).

b. Teknik Pemisahan Minyak Bumi

Penyulingan dan pemisahan minyak bumi, akan lebih mudah

berdasarkan titik didihnya (Russel, 2012, hlm 1). Pengilangan minyak bumi

terdiri dari pemisahan senyawaan-senyawaan organik seperti di alam dan

pengubahan beberapa diantaranya menjadi senyawa organik lain (Keenan,

Kleinfelter, & Wood, 1984, hlm 371). Ribuan senyawa hidrokarbon hadir

sebagai minyak mentah yang dihasilkan dari pengeboran minyak bumi dari

dasar tanah (Moore, Stanitski, & Jurs, 2008, 546). Komponen hidrokarbon

dalam minyak bumi adalah gas alam yaitu gas metana (CH4) dalam jumlah

yang besar. Sementara itu, komponen non-hidrokarbon cairnya adalah

minyak mentah (crude oil) (Wolfson, 2012, hlm 97).

Page 37: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

21

Proses penyulingan minyak mentah (crude oil) dilakukan

berdasarkan prinsip destilasi bertingkat (fractional distillation), dimana

minyak mentah akan dipanaskan dan menguap melalui kolom vertikal

sesuai dengan perbedaan titik didihnya (Wolfson, 2012, hlm 97). Pada

proses penyulingan, minyak mentah akan terpisahkan menjadi senyawa

individual ke dalam fraksi-fraksi yang terdiri atas senyawa yang memiliki

kesamaan bahan. Jika temperatur naik, komponen dengan titik didih yang

rendah akan menguap terlebih dahulu. Molekul gas akan terpisah dari

minyak mentah, kemudian minyak mentah berpindah ke kolom destilasi

yang lebih tinggi. Sedangkan uap gas akan didinginkan dan mengalami

kondensasi kembali menjadi cairan (Stanitski, Eubanks, Middlecamp, &

Pienta, 2003, hlm 169). Gambar 2.1 mengilustrasikan menara destilasi dan

fraksi yang diperoleh dari penyulingan minyak seperti metana dan propana,

cairan seperti bensin, kerosin, dan bahan bakar pesawat, demikian juga

padatan lilin dan aspal. Titik didih biasanya naik dengan adanya kenaikan

jumlah atom karbon pada molekul karena itu massa molar dan ukuran pun

bertambah (Middlecamp, et al., 2012, hlm 168).

Gambar 2.1 Fraksi Minyak Bumi

(Middlecamp, et al., 2012, hlm 169)

Page 38: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

22

c. Kegunaan Minyak Bumi Berdasarkan Fraksi

Minyak bumi dikilang melalui penyulingan menjadi beberapa

fraksi. Fraksi-fraksi Hidrokarbon yang diperoleh dari minyak bumi dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.5 Fraksi Minyak Bumi (Petrucci, 1985, hlm 279)

d. Dampak Pencemaran Udara oleh Hidrokarbon

Produk dari minyak bumi merupakan energi yang sangat bermanfaat

bagi kelangsungan hidup manusia. Di samping membawa manfaat bagi

manusia, ternyata dapat menimbulkan beberapa pencemaran alam salah

satunya adalah pencemaran udara. Kota-kota besar di Indonesia seperti

Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung dan Medan mengalami

pencemaran udara yang menyebabkan menurunnya kualitas udara

sehingga menganggu kenyamanan bahkan telah menyebabkan terjadinya

gangguan kesehatan serta keseimbangan iklim global (Arifin & Sukoco,

2009, hlm 1). Pembakaran hidrokarbon dalam mesin motor yang

menggunakan bensin, mesin diesel, suatu kompor minyak atau kompor gas

tidak berlangsung demikian sempurna. Karena reaksi yang tak sempurna

itu sejumlah karbon monoksida, karbon (jelaga), dan bahkan hidrokarbon

bisa terdapat dalam hasil-hasil pembakaran (Keenan, Kleinfelter, & Wood,

Fraksi Jumlah

Atom C

Trayek

Titik Didih

(℃)

Kegunaaan

Petroleum gas 1-4 0–30 Bahan bakar kompor gas

Petroleum eter 5-7 30-60 Pelarut

Bensin 6-9 70-150 Bahan bakar kendaraan

bermotor

Kerosin atau

minyak tanah

10-16 175-300 Bahan bakar pesawat jet,

penerangan, kompor

minyak tanah

Minyak diesel 16-18 Di atas 300 Bahan bakar diesel

Minyak pelumas 18-20 Di atas 300 Pelumas

Lilin 21-40 Di atas 300 Lilin, kertas minyak

Aspal > 40 Di atas 300 Lapisan permukaan

jalan raya

Page 39: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

23

1984, hlm 376). Sisa buang gas dari produk minyak bumi ini yang dapat

menyebabkan perubahan keseimbangan lingkungan hidup seperti

pemanasan global dan perubahan iklim, efek rumah kaca, dan penipisan

lapisan ozon.

Selain berpengaruh pada keadaan di lingkungan, ternyata terdapat

pengaruh pencemaran udara terhadap kesehatan manusia. Pengaruh polusi

udara pada kesehatan adalah meningkatkan jumlah penderita asma dan

penyakit-penyakit jantung. Selain itu, terdapat beberapa gangguan

kesehatan yang ditimbulkan oleh polusi udara adalah meningkatnya

penderita batuk akibat iritasi terhadap sistem pernapasan, kerusakan pada

sistem organ lainnya, dan kanker paru-paru (Soedarto, 2013, hlm 53).

Kasus penyakit yang umumnya diderita warga di kota besar seperti Jakarta

adalah penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA), asma, dan

sakit mata. Selain itu, penyakit paru-paru dan jantung akibat pneumonia

(Akhadi, 2014, hlm 246).

Banyak penelitian yang membahas dampak pencemaran udara yang

disebabkan oleh hidrokarbon. Sebagai negara berkembang, pemerintah

Indonesia telah melakukan upaya terbaik untuk mengendalikan

hidrokarbon yang mencemari daerah perkotaan besar di Indonesia. Dengan

bantuan masyarakat yang peduli akan lingkungan dan upaya pemerintah

yang terus menurunkan konsumsi produk minyak bumi pada kendaraan

bermotor, industri petrokimia, pendingin ruangan, batu bara dan sumber

utama lain dari hidrokarbon dapat membantu mengurangi dampak

pencemaran udara yang dapat membahayakan kehidupan manusia ke

depannya.

Kesimpulannya, upaya terakhir yang harus dilakukan untuk

mengatasi dampak pencemaran oleh hidrokarbon adalah mengkonversi

energi fosil menjadi energi yang lebih ramah lingkungan. Beberapa negara

sudah mengembangkan kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas

alam, listrik, atau kombinasi listrik dan bensin, sebagai langkah konversi

energi (Moore, Stanitski, & Jurs, 2008, hlm 556). Menghemat energi

Page 40: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

24

dengan menggunakan sepeda, berjalan kaki, dan menggunakan

transportasi publik dapat menjadi salah satu alternatif terbaik untuk

mereduksi polusi dan menghemat energi. Untuk itu dianjurkan

menggunakan kendaraan yang anti smog (tidak mengeluarkan kabut asap),

mempergunakan mesin kendaraan seperlunya, dan menyetir secara

perlahan dapat dilakukan untuk menghemat BBM yang dikeluarkan

(Cunningham & Cunningham, 2015, hlm 368).

Peran masyarakat dalam merawat dan memelihara kendaraan agar

kinerja kendaraan menjadi baik atau sempurna juga diperlukan, karena

dapat berpengaruh terhadap kualitas emisi gas buangnya (Arifin &

Sukoco, 2009, hlm 30). Selain itu, sebagai individu dan bagian dari

masyarakat, kita harus rela berkorban untuk mengurangi penggunaan

bahan bakar fosil untuk kebaikan bumi kita. Pemerintah dapat menaikkan

pajak kendaraan bermotor, menaikkan harga BBM, dan listrik (Stanitski,

Eubanks, Middlecamp, & Pienta, 2003, hlm 191).

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan berkaitan dengan pengaruh pendekatan

SALINGTEMAS pada pembelajaran kimia pernah dilakukan oleh Yoruk,

Morgil, & Secken (2010) yang berjudul “The effects of science, technology,

society, environment (STSE) interactions on teaching chemistry”. Hasil dari

penelitian ini, secara statistik terdapat kenaikan signifikan yang terlihat dalam

level akademik pada kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran STSE dibandingkan kelas kontrol. Perbedaan diantara level

akademik kelas kontrol dan eksperimen menunjukkan bahwa dalam kegiatan

postes skor yang dihasilkan kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

Penelitian relevan berikutnya pernah dilakukan oleh Akcay & Yager

(2010) berjudul “The Impact of a Science/Technology/Society Teaching

Approach on Student Learning in Five Domains”. Hasil penelitian

menyatakan bahwa siswa dalam pembelajaran STS yang berpusat pada siswa

mengalami kenaikan signifikan lebih baik daripada siswa yang menggunakan

Page 41: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

25

pembelajaran STS yang diarahkan guru dalam 5 domain yang ada pada

program Chautauqua Professional Development, yaitu: penguasaan konsep

dasar sains, pemahaman utama proses sains, penggunaan keterampilan

kreativitas, perbaikan sikap ilmiah siswa, dan keterampilan untuk

menerapkan konsep dan proses sains di situasi terbaru.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Luzyawati (2015) berjudul

“Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Subtopik Pencemaran

Air”. Hasil penelitian menyatakan bahwa model pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat (STM) ialah menyenangkan, mendorong siswa berani

bertanya, menemukan ide-ide baru, meningkatkan keterampilan berpikir

kritis dan motivasi belajar.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Shaer & Gaber (2014) berjudul

“Impact of Problem-Based Learning on Students Critical Thinking

Dispositions, Knowledge Acquisition and Retention” menyatakan bahwa dari

penelitian ini menurut data statistik terjadi peningkatan signifikan dalam

keterampilan berpikir siswa menggunakan pembelajaran berbasis masalah

daripada sebelum diberikan perlakuan. Selain itu, item percaya diri siswa

yang merupakan bagian berpikir kritis mendapatkan perubahan persentase

yang tinggi setelah diberikan perlakuan. Terjadi peningkatan nilai dalam

pengetahuan tambahan dan retensi pada kelas ekperimen dibandingkan kelas

kontrol. Tidak ada korelasi berdasarkan data statistik di antara pengetahuan

total siswa kelas eksperimen dengan keterampilan berpikir kritis mereka

setelah diberikan perlakuan.

Penelitian selanjutnya pernah dilakukan oleh Kamp, Dolmans, Berjel,

& Schmidt (2012) yang berjudul “The Relationship between Student’s small

group activities, time spent of self-study, and achievement” yang menyatakan

bahwa waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran mandiri siswa tidak

berpengaruh bagi kontribusi siswa dalam kegiatan kelompok. Hal itu hanya

berpengaruh pada nilai dari tes unit yang dilakukan siswa. Selain itu, hasil

yang didapatkan mengungkapkan bahwa terdapat hubungan sebab-akibat

Page 42: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

26

antara kontribusi siswa terhadap kegiatan kelompok dengan prestasi yang

didapatkan siswa. Dengan begitu siswa yang berkontribusi banyak terhadap

kegiatan kolaborasi dalam grup dapat meningkatkan prestasi siswa.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Rohmah, Irawati & Susilowati

(2014) yang berjudul “Penerapan Pendekatan SALINGTEMAS dengan

Penggunaan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Peduli Lingkungan pada Siswa Kelas

X MAN Tulungagung”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan

SALINGTEMAS dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

sikap peduli lingkungan siswa kelas X-C MAN 2 Tulungagung.

C. Kerangka Berpikir

Memasuki zaman global yang berbasis sains dan teknologi menjadikan

pendidikan berbasis sains, teknologi, lingkungan, dan masyarakat diperlukan

untuk membantu siswa untuk mengetahui aplikasi dari subjek materi yang

sedang dipelajarinya. Untuk menghasilkan generasi muda yang paham akan

aplikasi sains dan teknologi, maka diperlukan pembelajaran yang menggunakan

pendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS)

untuk membiasakan siswa berpikir secara global dan memperhatikan dampak

langsung sains dan teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat. Karena

penting untuk memperhatikan kualitas siswa saat ini dengan menyiapkan

pembelajaran yang bersifat ilmiah dalam kehidupan moderen. Selain itu,

memiliki kesadaran akan perkembangan teknologi juga diperlukan untuk

membiasakan siswa beradaptasi dengan perubahan sosial dan masyarakatnya

(Zo’bi, 2014).

Untuk menerapkan suatu pendekatan maka harus dibantu oleh model

pembelajaran yang mendukung visi dari pendekatan SALINGTEMAS yang

terfokuskan terhadap empat aspek yang dimilikinya. Model pembelajaran

berbasis masalah (PBM) dapat digunakan untuk membiasakan siswa

menemukan solusi dari permasalahan yang telah disajikan oleh guru. Selain itu,

Page 43: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

27

siswa diajarkan bagaimana cara mengambil keputusan untuk menyelesaikan

masalah yang telah disajikan. Dengan isu-isu global yang ada di masyarakat

siswa diberikan tantangan untuk menyelesaikan masalah, dan menemukan solusi

alternatif yang bisa digunakan dalam menyelesaikan masalah.

Terdapat kesamaan antara pendekatan SALINGTEMAS dengan PBM

yaitu sama-sama dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis. Sebagai salah satu

indikator high order thinking, berpikir kritis dapat muncul dalam pembelajaran

berbasis masalah maupun pendekatan SALINGTEMAS, karena pemecahan

masalah dapat menjadikan siswa menggunakan seluruh kemampuan berpikirnya

dalam menyelesaikan permasalahan (Sanjaya, 2013, hlm 221). Menurut

Aikenhead yang dikutip oleh Yoruk, Morgil, & Secken (2010), tujuan dari

pembelajaran berbasis SALINGTEMAS adalah untuk membuat seseorang

memahami ilmu sains lebih baik, mendorong keterampilan kreatif dan berpikir

kritis, dan membuat pembelajaran yang abstrak dan membosankan menjadi

menyenangkan dan menarik.

Oleh karena itu, pemberian masalah tentang lingkungan dan masyarakat

dapat membiasakan siswa untuk menyelesaikan masalah dengan menerapkan

konsep pengetahuan yang dimiliki sehingga mendorong siswa untuk berpikir

kritis dalam menyelesaikan masalah. Berpikir kritis siswa juga dapat

dikembangkan melalui pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses

pembelajaran aktif yang dialaminya (Ariyanti, Haryono, & Masykuri, 2017).

Nugraheni, Mulyani, Ariani (2013) menyatakan bahawa karakteristik materi

minyak bumi dimungkinkan diterapkan pendekatan kontekstual yang bisa

ditempuh melalui pembelajaran bervisi dan berpendekatan SALINGTEMAS,

karena materi minyak bumi akan membahas penerapan sains dan teknologi yang

akan berdampak positif maupun negatif pada lingkungan dan masyarakat yang

memanfaatkannya. Hal ini didukung dengan pernyataan Rohmah, Irawati,

Susilowati (2014) bahwa penggunaan model PBM dengan pendekatan

SALINGTEMAS akan menghasilkan permasalahan yang nyata di sekitar siswa.

Hubungan antara keterampilan berpikir kritis dan pembelajaran berbasis

Page 44: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

28

masalah serta kaitannya dengan materi minyak bumi dapat dilihat pada kerangka

berpikir dalam penelitian ini yang diperlihatkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

1. Memfokuskan Pertanyaan

2. Menganalisis Argumen

3. Bertanya dan Menjawab Pertanyaan

4. Mempertimbangkan Kredibilitas Sumber

5. Mengobservasi dan Mempertimbangkan

Hasil Observasi

6. Membuat dan Mempertimbangkan Hasil

Deduksi

7. Membuat dan Mempertimbangkan Hasil

Induksi

8. Membuat dan Menentukan Hasil

Pertimbangan

9. Mendefinisikan Istilah dan

Mempertimbangkan Definisi

10. Mengidentifikasi Asumsi

11. Memutuskan Suatu Tindakan

Model Pembelajaran PBM berpendekatan SALINGTEMAS berpengaruh terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa pada materi minyak bumi

Keterampilan berpikir kritis siswa kurang terlatih dikarenakan siswa terbiasa dengan

kegiatan menghapal tanpa memahami dan memaknai apa yang telah dipelajarinya

Siswa kurang memandang kimia sebagai salah satu bagian dari ilmu sains yang

terintegrasi dengan teknologi, lingkungan, dan masyarakat

Diterapkan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berpendekatan sains,

lingkungan, teknologi, masyarakat (SALINGTEMAS) pada materi minyak bumi

Model pembelajaran PBM

berpendekatan SALINGTEMAS

Indikator Berpikir Kritis menurut

Robert H. Ennis (1985)

Mengorganisasi siswa untuk

belajar (Eksplorasi)

Membimbing penyelidikan

individu atau kelompok

(Eksplanasi)

Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya (Aplikasi)

Menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah

(Penilaian)

SALING-

TEMAS

Orientasi siswa pada masalah

(Invitasi)

Catatan: keterampilan berpikir kritis yang diukur dapat muncul secara berulang pada tahapan

model PBM berpendekatan SALINGTEMAS yang diterapkan.

Page 45: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

29

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori-teori yang melandasi objek kajian penelitian serta

mengacu pada hasil penelitian yang relevan maka hipotesis dalam penelitian ini

ialah terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah (PBM)

berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS)

terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi minyak bumi.

Page 46: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan yang

berlokasi di Jl. W.R. Supratman No.1, Komplek Pertamina, Kelurahan Pondok

Ranji, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan. Penelitan ini

dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2016/2017, pada akhir bulan

November sampai dengan awal Desember 2017, tepatnya pada tanggal 27

November – 11 Desember 2017. Sekolah ini dipilih karena berdasarkan

informasi yang diberikan oleh salah satu guru kimia di sekolah tersebut,

kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran telah mengacu pada kurikulum

2013 revisi, hal tersebut menandakan bahwa kurikulum yang berlaku di

sekolah saat ini sudah disesuaikan dengan peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan terbaru. Selain itu, fasilitas di sekolah ini telah dilengkapi dengan

fasilitas LCD proyektor dan laboratorium IPA yang memudahkan peneliti

dalam melakukan penelitian.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen. Pada

dasarnya penelitian menggunakan metode kuasi eksperimen sama dengan

eksperimen murni, hanya saja terdapat perbedaan dalam pengontrolan variabel.

Pengontrolannya hanya dilakukan terhadap variabel yang paling dominan dan

tidak sepenuhnya disamakan tetapi dipasangkan (Sukmadinata, 2013, hlm 59).

Pada penelitian ini, kelas eksperimen akan diberikan perlakuan model

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berpendekatan Sains, Lingkungan,

Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS) sedangkan pada kelas kontrol

menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan

tanya jawab.

Page 47: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

31

Desain dari penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design,

yaitu desain yang terdiri dari dua kelompok yakni kelompok eksperimen dan

kontrol. Desain ini diawali dengan pemberian pretest pada kelompok

eksperimen dan kontrol, kemudian dikelompok eksperimen diberikan

perlakuan tertentu dan diakhir dikenakan posttest pada kelompok eksperimen

dan kontrol untuk melihat efek dari perlakuan pada kelompok eksperimen

(Suharsaputra, 2012, hlm 163). Menurut Sugiyono (2016, hlm 79) pada

Nonequivalent Control Group Design hampir sama seperti Pretest – Posttest

Control Group Design tetapi sampel tidak dipilih secara acak. Adapun

desainnya terlihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Nonequivalent Control Group Design

O X O

O Y O

Keterangan:

O = pretest/posttest

X = perlakuan pembelajaran dengan model PBM berpendekatan

SALINGTEMAS

Y = perlakuan pembelajaran dengan metode konvensional

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Dalam penelitian

ini, peneliti melaksanakan pembelajaran menggunakan model Pembelajaran

Berbasis Masalah (PBM) berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi,

Masyarakat (SALINGTEMAS) dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

model pembelajaran dengan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi

minyak bumi. Terdapat tiga tahap dalam penelitian ini, yaitu tahap persiapan,

pelaksanaan, dan penyelesaian penelitian.

Page 48: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

32

1. Persiapan Penelitian

a. Melakukan analisis kompetensi dasar (KD) dan indikator dalam silabus

kurikulum 2013 revisi pada materi yang dipilih yaitu minyak bumi.

Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan indikator

pembelajaran yang disesuaikan dengan keterampilan berpikir kritis, dan

langkah pembelajaran yang disesuaikan dengan model pembelajaran

berbasis masalah berpendekatan sains, lingkungan, teknologi,

masyarakat (SALINGTEMAS).

b. Menganalisis keterampilan berpikir kritis dan menentukan indikator

keterampilan berpikir kritis.

c. Menyusun instrumen penelitian yaitu instrumen tes berupa soal

keterampilan berpikir kritis yang telah ditentukan.

d. Menguji validitas instrumen kepada validator ahli (dosen pendidikan

kimia) dan praktisi pendidikan (guru mata pelajaran kimia), kemudian

memperbaiki instrumen tes sesuai saran validator, setelah itu menguji

cobakan instrumen tes yang telah dibuat kepada siswa untuk mengetahui

validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran dari

instrumen yang dibuat. Hasil uji coba dikonsultasikan kembali dengan

validator ahli, apabila sudah layak maka instrumen tersebut siap

digunakan.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Tahap pelaksanaan penelitian dimulai dengan wawancara kepada guru

kimia untuk memilih 2 kelas yang digunakan untuk penelitian.

b. Menganalisis nilai rata-rata ulangan harian siswa setelah mendapatkan

rekomendasi kelas untuk penelitian oleh guru.

c. Melaksanakan pretest terhadap 2 kelas tersebut untuk mengetahui

keterampilan berpikir kritis awal siswa.

d. Setelah itu, menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui rata-

rata skor pretest. Kelas yang memiliki rata-rata skor pretest tertinggi

dijadikan kelas kontrol dan kelas yang memiliki rata-rata skor pretest

Page 49: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

33

terendah dijadikan kelas eksperimen. Kemudian dilaksanakan penelitian

selama 3 kali pertemuan.

e. Kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan metode konvensional dan

kelas eksperimen diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran

berbasis masalah berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi,

Masyarakat (SALINGTEMAS). Pada kelas eksperimen sebelum

pembelajaran dimulai siswa dibagi ke dalam 8 kelompok, masing-masing

berjumlah 4-5 orang. Kemudian membagikan lembar kerja siswa sesuai

dengan model pembelajaran berbasis masalah berpendekatan Sains,

Lingkungan, Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS). Setelah

pembelajaran dilakukan selama 3 kali pertemuan, diberikan posttest pada

kelas kontrol dan eksperimen untuk melihat pengaruh pembelajaran

dengan model pembelajaran berbasis masalah berpendekatan Sains,

Lingkungan, Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS) terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa.

3. Penyelesaian Penelitian

a. Mengolah data hasil penelitian dengan berbagai teknik analisis data.

b. Menuliskan hasil dan pembahasan.

c. Membuat kesimpulan.

Page 50: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

34

Secara garis besar prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebagai terdapat

pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMAN 4 Kota

Tangerang Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMAN 4 Kota

Tangerang Selatan kelas XI-IPA 3 dan X-IPA 4. Teknik pengambilan

sampel yang dilakukan adalah pengambilan sampel berdasarkan tujuan atau

purposive sampling, dimana pengambilan sampel disesuaikan dengan

tujuan penelitian yang dilakukan (Sukmadinata, 2013, hlm 254). Adapun

pertimbangan yang dilakukan peneliti dalam menentukan sampel penelitian

Analisis KD dan

Indikator pada materi

minyak bumi

Analisis keterampilan

berpikir kritis dan

menentukan indikator

Pembuatan

RPP

Pembuatan

Instrumen

Penelitian

1. Soal tes keterampilan

berpikir kritis

2. Lembar Observasi

3. Lembar Kerja Siswa

Validasi instrumen

Revisi

Penelitian

Wawancara dengan wali

kelas untuk menentukan

2 kelas yang dijadikan

penelitian

Melakukan pretest

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Metode

Konvensional Model PBM berpendekatan

SALINGTEMAS

Melakukan posttest

1. Analisis Data

2. Menuliskan Hasil dan

Pembahasan

3. Membuat Kesimpulan

Page 51: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

35

adalah berdasarkan hasil pretest dan nilai ulangan harian yang menunjukkan

kemampuan awal siswa setara pada kedua kelas, serta berdasarkan

informasi yang diberikan guru kimia di sekolah mengenai karakteristik

siswa dan daya tangkap siswa dalam memahami pelajaran kimia.

Berdasarkan hasil pretest yang dilakukan, dipilihlah kelas XI IPA 3 yang

berjumlah 37 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 4 yang

berjumlah 37 siswa sebagai kelas kontrol.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

tes uraian untuk mengukur keterampilan berpikir kritis yang diberikan pada

saat di awal pembelajaran (pretest) dan di akhir pembelajaran (posttest),

lembar kerja siswa (LKS) yang disesuaikan dengan tahapan Pembelajaran

Berbasis Masalah (PBM) berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi,

Masyarakat (SALINGTEMAS) yang diberikan kepada siswa saat proses

pembelajaran untuk melihat secara langsung kemunculan beberapa

keterampilan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran, dan lembar

observasi untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran PBM

berpendekatan SALINGTEMAS.

Data utama yang digunakan sebagai alat ukur penelitian atau

instrumen adalah tes uraian keterampilan berpikir kritis. Tes uraian (essay)

dipilih karena kelebihan penggunaan tes uraian adalah siswa dapat

mengemukakan pendapat dengan berani menggunakan bahasa mereka

sendiri, mengukur sejauh mana pemahaman siswa dalam menyelesaikan

masalah atas dasar pengetahuan yang diajarkan dalam kelas, dan mengukur

kemampuan siswa dalam menuangkan ide (Sukardi, 2011, hlm 101). Selain

itu, alasan penggunaan tes uraian dibandingkan tes pilihan ganda dalam

penelitian ini adalah hampir semua instrumen pilihan ganda untuk

mengukur keterampilan berpikir kritis memiliki banyak kelemahan, seperti

mengandung makna yang bias dan sulit untuk mengetahui alasan dari

sebuah pilihan jawaban dari pilihan ganda (Davidson & Dunham, 1996, hlm

Page 52: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

36

8). Tes uraian yang diujikan sebanyak 9 butir soal yang digunakan untuk

mengukur 11 indikator dari keterampilan berpikir kritis menurut Robert H.

Ennis (1985). Adapun instrumen lain seperti LKS yang sesuai dengan

tahapan pembelajaran PBM bependekatan SALINGTEMAS dan lembar

observasi keterlaksanaan model pembelajaran PBM berpendekatan

SALINGTEMAS adalah instrumen pendukung dan penguat untuk

penelitian.

F. Instrumen Penelitian

1. Tes Uraian Berpikir Kritis Siswa

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

intrumen tes yang mengukur keterampilan berpikir kritis siswa yang

telah disesuaikan dengan indikator keterampilan bepikir kritis serta

Kompetensi Inti dan Dasar pada Standar Isi mata pelajaran Kimia

Kurikulum 2013 revisi pada materi minyak bumi. Indikator

keterampilan berpikir kritis yang dipakai adalah indikator berpikir kritis

menurut Robert. H. Ennis (1985). Indikator yang dimaksud terangkum

dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Keterampilan Berpikir Kritis

No

Keterampilan

Berpikir

Kritis

Indikator Berpikir

Kritis

Sub-Indikator

Berpikir Kritis

No.

Soal

1

Memberikan

Penjelasan

Sederhana

(Elementary

clarification)

a. Memfokuskan

Pertanyaan

Mengidentifikasi

atau merumuskan

pertanyaan

1*, 2,

22a*

b. Menganalisis

Argumen

Mengidentifikasi

alasan (sebab)

berdasarkan

informasi yang

ditemukan

3*, 4a,

19b*

Mencari persamaan

dan perbedaan 5

c. Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

Menyebutkan

contoh 4b, 8a*

Memberikan

penjelasan

sederhana

6*, 7*

Page 53: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

37

No

Keterampilan

Berpikir

Kritis

Indikator Berpikir

Kritis

Sub-Indikator

Berpikir Kritis

No.

Soal

2

Membangun

Keterampilan

Dasar (Basic

support)

a.Mempertimbangkan

kredibilitas sumber

Mempertimbangkan

penggunaan

prosedur yang tepat

10

Kemampuan

memberi alasan

11*, 9*,

23b

b.Mengobservasi dan

mempertimbangkan

hasil observasi

Menggunakan

bukti-bukti yang

kuat

17b,

25b*,

26a

3

Menyimpulkan

(Inference)

a. Membuat deduksi

dan mem-

pertimbangkan

hasil deduksi

Menafsirkan data

12a,

13a*,

14a, 24a

b. Membuat induksi

dan mem-

pertimbangkan

hasil induksi

Menarik

kesimpulan sesuai

fakta

8c,*

12b*,

19,a*

Membuat

pendapat/asumsi

yang layak

18b*

c. Membuat dan

menentukan hasil

pertimbangan

Membuat dan

menentukan hasil

pertimbangan

berdasarkan

pemikiran alternatif

14b*,

17b,

20*, 21

4

Memberikan

Penjelasan

Lanjut

(Advanced

clarification)

a. Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

Memberikan

penjelasan bukan

pernyataan

8b, 13b,

17a*,

18a*

b. Mendefinisikan

istilah dan

mempertimbangkan

definisi

Membuat suatu

definisi

15*,

16*,

23a*

5

Mengatur

Strategi dan

Taktik

(Strategies and

tactics)

a. Menentukan suatu

tindakan

Merumuskan solusi

alternatif

17b,

14b*,

20*, 21

b. Berinteraksi

dengan orang lain

Menggunakan

argumen

24b,

25a*,

26b,

18b*

Keterangan *: soal yang valid

Page 54: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

38

2. Lembar Observasi

Instrumen non-tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar observasi. Observasi dapat digunakan jika objek penelitian

bersifat perilaku dan tindakan manusia (Riduwan, 2015, hlm 76).

Observasi dalam penelitian ini diperlukan untuk mengetahui

keterlaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat

(SALINGTEMAS). Lembar observasi yang disusun meliputi lembar

aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa menggunakan model

pembelajaran PBM berpendekatan SALINGTEMAS.

Observer yang dibutuhkan dalam penelitian ini berjumlah dua

orang. Observer pertama akan mengamati aktivitas guru dalam mengajar

dan observer yang kedua akan mengamati aktivitas siswa dalam

pembelajaran. Bagi peneliti yang menggunakan metode observasi, maka

dalam melaksanakan observasi, observer menggunakan alat bantu berupa

panduan observasi berupa checklist (Widoyoko, 2015, hlm 53). Berikut

ini ditampilkan tabel kisi-kisi instrumen observasi yang terangkum

dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Observasi Keterlaksanaan Model

PBM berpendekatan SALINGTEMAS

No

Sintaks Model PBM

berpendekatan

SALINGTEMAS

Indikator

1 Orientasi siswa pada masalah/

Invitasi

Siswa disajikan isu-isu sains,

lingkungan, teknologi, dan

masyarakat yang terkait dengan

pembelajaran.

2 Mengorganisasi siswa untuk

belajar/Eksplorasi

Siswa berkelompok dan membagi

tugas untuk pemecahan masalah

terkait isu-isu sains, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat pada

pembelajaran.

3 Membimbing pengalaman

penyelidikan individual atau

kelompok/Eksplanasi

Siswa melakukan penyelidikan dan

mencari informasi lebih lanjut untuk

menyelesaikan masalah yang terkait

isu-isu sains, lingkungan, teknologi,

dan masyarakat pada pembelajaran.

Page 55: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

39

No

Sintaks Model PBM

berpendekatan

SALINGTEMAS

Indikator

Guru membimbing siswa selama

proses penyelidikan dan pencarian

informasi.

4 Mengembangkan dan

Menyajikan hasil

karya/Aplikasi

Siswa menyiapkan dan menyajikan

hasil penyelidikan melalui presentasi.

5 Analisis dan Evaluasi proses

pemecahan masalah/Penilaian

Guru dan siswa mengevaluasi hasil

penyelidikan sebagai bentuk

pemecahan masalah.

3. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan

untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah

(Trianto, 2010, hlm 111). Pada penelitian ini lembar kerja siswa yang

digunakan adalah lembar kerja diskusi siswa yang digunakan sebagai

latihan pengembangan aspek kognitif. Menurut Trianto (2011, hlm 111)

muatan materi setiap lembar kerja pada setiap kegiatannya diupayakan

mencerminkan keterpaduan konsep pembelajaran yang digunakan.

Maka dari itu, tujuan pemberian LKS selama proses pembelajaran ialah

sebagai pedoman dalam proses pembelajaran di kelas eksperimen dalam

menyelesaikan masalah-masalah melalui langkah-langkah model

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berpendekatan Sains,

Lingkungan, Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS).

LKS juga digunakan untuk melihat kemunculan indikator berpikir

kritis pada saat proses pembelajaran berlangsung. LKS yang disusun

oleh peneliti terdiri atas dua tema berbeda, yaitu tema kesehatan dan

lingkungan. Tema kesehatan membahas dampak pembakaran senyawa

hidrokarbon yang dapat menyebabkan penyakit ISPA dan gangguan

pernapasan lainnya. Tema lingkungan membahas dampak pembakaran

senyawa hidrokarbon yang dapat menyebabkan efek rumah kaca. Kisi-

kisi dari lembar kerja siswa dapat dilihat dalam lampiran 10 halaman

192.

Page 56: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

40

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Pada penelitian kuantitatif, kriteria utama terhadap data hasil penelitian

adalah valid, reliabel, dan obyektif. Untuk itu, instrumen penelitian yang

digunakan memerlukan serangkaian uji untuk menguji keampuhan

instrumen yang akan digunakan (Sugiyono, 2016, hlm 267). Dalam

penelitian ini, dilakukan uji validitas internal yang mencakup validitas

konstruksi dan isi, serta validitas eksternal yang mencakup validitas

empiris.

1. Uji Validitas

a. Validitas Konstruksi (construct validity)

Untuk menguji validitas konstruksi, dapat digunakan

pendapat para ahli (judgment experts) (Sugiyono, 2016, hlm 125).

Oleh karena itu, instrumen penelitian tes ini melalui validasi

konstruksi bersama ahli pendidikan kimia dan praktisi mata

pelajaran kimia. Validasi yang dilakukan oleh ahli pendidikan

kimia berkaitan dengan kesesuaian indikator berpikir kritis yang

diukur dengan instrumen soal yang telah dibuat. Validasi yang

dilakukan oleh praktisi mata pelajaran kimia berkaitan dengan

kesesuaian instrumen soal yang disajikan dengan kondisi

pembelajaran siswa di sekolah. Kemudian para ahli akan

memberikan keputusan instrumen tersebut dapat dipergunakan

tanpa perbaikan, ada perbaikan, atau disusun secara ulang. Hasil

validasi konstruksi yang dilakukan dengan beberapa ahli

mendapatkan keputusan bahwa instrumen dapat digunakan dengan

adanya perbaikan. Hasil validasi konstruksi yang telah dilakukan

dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 123.

b. Validitas Isi (content validity)

Aspek validitas yang paling penting untuk hasil belajar

adalah validitas isi. Validitas isi berkenaan dengan isi dan format

Page 57: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

41

instrumen yang digunakan. Untuk mengetahui tingkat validitas isi

tes, diperlukan adanya penilaian ahli yang menguasai isi bidang

studi tersebut (Widoyoko, 2015, hlm 98). Untuk instrumen yang

berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan

membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang

telah diajarkan (Sugiyono, 2016, hlm 129). Pengujian validitas isi

yang dilakukan adalah membandingkan setiap butir soal uraian yang

dibuat dengan indikator pembelajaran dan indikator soal pada materi

sub-bab minyak bumi yaitu dampak pembakaran minyak bumi dan

cara mengatasinya. Validitas isi dilakukan dengan

mengkonsultasikan instrumen yang akan digunakan kepada dosen

ahli kimia dan guru mata pelajaran kimia sebagai validator ahli.

Hasil validitas isi dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 123.

c. Validitas Empiris

Setelah melakukan validitas konstruksi dan isi oleh ahli,

maka langkah selanjutnya dilakukan validitas empiris pada

instrumen tes yang dibuat. Untuk menguji tingkat validitas empiris

instrumen, peneliti mencobakan instrumen tersebut pada sasaran

dalam penelitian. Apabila data yang didapat pada uji coba telah

sesuai, artinya instrumen yang dibuat sudah baik dan valid

(Arikunto, 2013, hlm 212).

Validitas empiris hanya dilakukan pada instrumen tes

sedangkan untuk LKS dan observasi hanya menggunakan validitas

isi dan konstruksi. Validitas empiris dilakukan dengan

mengujicobakan instrumen tes yang dibuat sebanyak 26 soal (41

soal jika termasuk poin a, b, dan c) kepada siswa/i SMAN 3

Tangerang Selatan selama 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama

dilakukan dengan menguji cobakan sebanyak 13 soal (19 soal jika

termasuk poin a, b, dan c) di kelas XI MIA 7. Kemudian pada

pertemuan selanjutnya, 13 soal (22 soal jika termasuk poin a, b, dan

Page 58: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

42

c) yang belum diujikan pada pertemuan sebelumnya diujikan di

kelas yang sama.

Hasil validitas yang telah dilakukan selanjutnya diolah

menggunakan software Anates versi 4.0.4. Berdasarkan hasil

pengolahan data menunjukkan bahwa dari 41 soal yang diujikan

terdapat 26 soal yang valid dan 15 soal yang tidak valid. Untuk

melihat hasil validitas soal yang telah diujikan dapat dilihat pada

lampiran 6 halaman 153.

2. Uji Reliabilitas

Langkah selanjutnya setelah menentukan validitas suatu instrumen

adalah menentukan relibialitasnya, reliabilitas berkenaan dengan

tingkat keajegan atau ketepatan hasil pengukuran. Suatu instrumen

dikatakan reliable, bila instrumen tersebut digunakan untuk mengukur

aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama atau relatif sama

(Sukmadinata, 2013, hlm 229-230). Reliabilitas tes uraian umumnya

disajikan secara numerik dengan rentang -1 > 0 > +1, semakin tinggi

koefisien suatu tes maka semakin tinggi pula r (Sukardi, 2009, hlm 43).

Kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956, hlm 145) adalah sebagai

berikut:

0,91 - 1,00 (reliabilitas sangat tinggi)

0,71 – 0,90 (reliabilitas tinggi)

0,41 – 0,70 (reliabilitas sedang)

0,20 – 0,40 (reliabilitas rendah)

dibawah 0,20 - 0,20 (tidak reliabilitas)

Dalam penelitian ini, perhitungan uji realibilitas soal

menggunakan bantuan software Anates versi 4.0.4. Hasil Anates uji

reliabilitas instrumen tes dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

3.4 dan 3.5 berikut:

Page 59: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

43

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pertemuan Pertama

Statistik

rhitung 0,78

Kesimpulan tinggi

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pertemuan Kedua

Statistik

rhitung 0,70

Kesimpulan sedang

Nilai reliabilitas untuk pertemuan pertama memiliki tingkat

reliabilitas yang tinggi, karena berada pada jenjang 0,71 – 0,90.

Realibilitas pada pertemuan kedua, nilai realibilitasnya memiliki

tingkat realibilitas yang sedang, karena berada pada jenjang 0,40 – 0,70.

Hasil realibilitas pertemuan pertama maupun kedua sesuai dengan

koefisien reliabilitas yang dikemukakan Guilford (1956, hlm 145).

Untuk melihat hasil uji reliabilitas instrumen tes menggunakan software

Anates versi 4.0.4 secara lengkap dapat dilihat di lampiran 6 halaman

153.

3. Daya Beda

Untuk mengetahui kemampuan suatu butir soal dalam membedakan

antara kelompok siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai,

hal ini dapat diujikan melalui daya beda. Untuk menentukan daya beda

suatu instrumen tes yang digunakan, dapat dihitung melalui rumus

sebagai berikut:

𝐷 =(𝐵𝑎 − 𝐵𝑏)

0,5 𝑁

Keterangan:

Ba = jumlah yang menjawab benar pada kelompok atas

Bb = jumlah yang menjawab benar pada kelompok bawah

N = jumlah peserta tes

Page 60: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

44

Daya beda yang baik adalah daya beda dengan nilai D lebih besar dari

0,30 (Sofyan, Feronika, & Milama, 2006, hlm 105).

Pada penelitian ini, perhitungan daya beda soal menggunakan bantuan

software Anates versi 4.0.4. Hasil perhitungan anates dari 26 soal

terdapat 5 soal yang memiliki daya beda ≤ 0,30 yaitu soal nomor 2, 4a,

5, 14a, dan 21. Hal ini menunjukkan bahwa soal-soal tersebut tidak dapat

membedakan antara kelompok siswa yang pandai dan kurang pandai.

Untuk melihat hasil uji daya beda instrumen tes menggunakan software

Anates versi 4.0.4 secara lengkap dapat dilihat di lampiran 6 halaman

153.

4. Tingkat Kesukaran

Untuk menentukan tingkat kesukaran suatu soal adalah

menggunakan rumus:

𝐼 = 𝐵

𝑁

Keterangan:

I = indeks kesulitan setiap butir soal

B = jumlah siswa yang menjawab benar

N = jumlah peserta tes (Sofyan, Feronika, & Milama, 2006, hlm 103).

Adapun tolak ukur suatu indeks kesukaran menurut Sofyan,

Feronika, & Milama (2006) sebagai berikut:

Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Keterangan

0 - 0,25 Sukar

0,26 – 0,75 Sedang

0,76 - 1 Mudah

Perhitungan tingkat kesukaran dalam penelitian ini

menggunakan bantuan software Anates versi 4.0.4. Hasil yang diperoleh

dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut:

Page 61: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

45

Tabel 3.7 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen

Kategori Soal Jumlah Soal

Sukar Tidak ada

Sedang 21

Mudah 12

Sangat mudah 8

Jumlah 41

Keterangan: jumlah 41 sudah termasuk soal poin a, b, dan c dari 26 soal

Setelah melalui serangkaian uji untuk mendapatkan instrumen

tes yang valid dan reliabel. Peneliti memutuskan untuk menggunakan

sebanyak 9 soal yang valid dan reliabel untuk mengukur keterampilan

berpikir kritis siswa. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan yaitu: 1)

karena 9 soal tersebut telah mewakili setiap indikator pembelajaran dan

indikator berpikir kritis yang diukur; 2) instrumen ini berupa tes uraian

(essay) yang memiliki beberapa poin untuk menjawab jadi peneliti

memilih soal yang valid lengkap dengan poin a dan b yang berpasangan,

sehingga tidak mengubah makna soal, karena jika memilih salah satu soal

yang valid namun yang lain tidak dikhawatirkan dapat mengubah makna

soal yang disajikan; 3) instrumen soal yang dipilih mempertimbangkan

waktu pengerjaan siswa dalam menjawab soal, agar siswa mampu

menjawab soal dengan alokasi waktu sekitar 90 menit. Instrumen

penelitian yang akan diujikan dapat dilihat melalui tabel 3.8.

Tabel 3.8 Instrumen Penelitian yang Akan Diujikan

No Indikator Berpikir

Kritis

Sub-Indikator

Berpikir Kritis

No.

Soal

Tingkat

Kesukaran

1 Memfokuskan

pertanyaan

Mengidentifikasi atau

merumuskan

pertanyaan

1 Sedang

2 Menganalisis

argumen

Mengidentifikasi

alasan/sebab

berdasarkan

informasi yang

ditemukan

9b Sedang

3 Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

Memberikan

penjelasan sederhana

2 Sedang

Page 62: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

46

No Indikator Berpikir

Kritis

Sub-Indikator

Berpikir Kritis

No.

Soal

Tingkat

Kesukaran

4 Mempertimbangkan

kredibilitas sumber

Kemampuan

memberikan alasan

5 Mudah

5 Mengobservasi dan

mempertimbangkan

hasil observasi

Menggunakan bukti-

bukti yang kuat

7 Sedang

6 Membuat deduksi

dan mem-

pertimbangkan

hasil deduksi

Menafsirkan data 6 Mudah

7 Membuat induksi

dan mem-

pertimbangkan

hasil induksi

Menarik kesimpulan

sesuai fakta

9a Sedang

8 Membuat dan

menentukan hasil

pertimbangan

Membuat dan

menentukan hasil

pertimbangan

berdasarkan

pemikiran alternatif

8 Sedang

9 Mendefinisikan

istilah dan

mempertimbangkan

hasil definisi

Membuat suatu

definisi

3 Sedang

10 Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

Memberikan

penjelasan lebih

lanjut

4 Mudah

11 Memutuskan suatu

tindakan

Merumuskan solusi

alternatif

8 Sedang

H. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diujikan telah terkumpul semua, maka langkah

selanjutnya yang harus dilakukan adalah menganalisis data. Analisis data

yang digunakan menggunakan software SPSS versi 20 dan menggunakan

software Anates untuk menguji reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat

kesukaran dari instrumen yang digunakan. Analisis data dilakukan dengan

membandingkan hasil tes kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Page 63: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

47

1. Data Hasil Tes Uraian

a. Uji prasyarat

Teknik analisis data sangat berhubungan erat dengan jenis

data yang diperoleh, pertanyaan penelitian atau hipotesis dan tujuan

penelitian (Sukmadinata, 2011, hlm 288). Sebagai persyaratan

untuk pengujian hipotesis pada statistik inferensial, dilakukan

pengujian tentang asumsi distribusi normal dan homogenitas (Kadir,

2015, hlm 143).

1) Uji Normalitas

Tujuan dari pengujian data asumsi berdistribusi normal

adalah untuk mempelajari apakah distribusi sampel yang

terpilih berasal dari populasi normal atau tidak normal (Kadir,

2015, hlm 143). Penggunaan statistik parametris dan non

parametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan

dianalisis (Sugiyono, 2016, hlm 150). Jika data berasal dari

populasi normal maka digunakan uji statistik parametris dan

begitupula sebaliknya. Pengujian normalitas data dalam

penelitian ini menggunakan Software SPSS versi 20 dengan uji

Kolmogorov-Smirnov.

Uji Kolmogorov Smirnov merupakan uji yang digunakan

untuk mengetahui distribusi atau suatu variabel independen

adalah sama berdasarkan variabel grupnya (Wahana Komputer,

2003: 190). Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji

data yang bersifat kontinyu atau data yang berasal dari

pengukuran, misalnya tes maupun kuesioner (Wahana

Komputer, 2003, hlm 181). Adapun langkah-langkah

pengujiannya sebagai berikut: a) buka file yang akan dianalisis;

b) pilih menu Analyze; c) kemudian pilih sub-menu Descriptive

Statistics; d) selanjutnya klik Explore; e) data yang dianalisis

dimasukkan ke dalam kotak Dependent List; f) pilih Plots, dan

Page 64: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

48

ceklis pilihan Normality plots with test pada tampilan meni di

Boxplots; g) klik Continue, kemudian OK. Kriteria pengujian

Kolmogorov-Smirnov antara lain sebagai berikut:

Pada penelitian ini, pengujian normalitas untuk kelas

eksperimen dan kontrol untuk data pretest dan posttest

menunjukkan data berdistribusi normal. Hasil pengujian

normalitas pretest dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 218

dan normalitas posttest pada lampiran 23 halaman 222.

2) Uji Homogenitas

Selain menguji normalitas sampel yang digunakan, peneliti

juga harus menguji keseragaman variansi (homogenitas)

sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama

(Arikunto, 2013, hlm 363). Uji homogenitas yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan software SPSS versi 20

dengan uji Levene. Adapun langkah-langkah pengujiannya

sebagai berikut: a) masukkan data pada Data View, kemudian

pada Variable View diberikan kode masing-masing data dengan

mengklik Values, setelah selesai pilih OK; b) pilih Analyze dan

klik General Linear Model; c) pilih Univariate; d) pindahkan

variabel data penelitian ke dalam kotak Dependent Variabel dan

Fixed Factor (s), selanjutnya pilih Options; e) masukkan data

penelitian ke dalam kotak Display Means for, selanjutnya pilih

Homogenity test, pilih Continue lalu OK. Kriteria pengujian

homogenitas dengan uji Levene antara lain sebagai berikut:

𝐻0: Distribusi populasi normal, jika probabilitas > 0,05, 𝐻0

diterima

𝐻1: Distribusi populasi tidak normal, jika probabilitas ≤ 0,05,

𝐻0 ditolak (Kadir, 2015: 156-157).

Page 65: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

49

Pada penelitian ini, pengujian homogenitas untuk kelas

eksperimen dan kontrol untuk data pretest dan posttest

menunjukkan data berasal dari varians atau keseragaman nilai

yang sama (homogen). Hasil pengujian homogenitas pretest

dapat dilihat pada lampiran 21 halaman 220 dan homogenitas

posttest pada lampiran 23 halaman 224.

b. Uji Hipotesis

Salah satu bagian penting dari statistik inferensial adalah

pengujian hipotesis (Margono, 2010: 194). Untuk menguji hipotesis

perbedaan antara dua atau lebih variabel, maka teknik analisis yang

digunakan salah satunya adalah uji perbedaan dua atau lebih dari dua

variabel (uji-t) (Sukmadinata, 2013: 288). Dalam penelitian ini uji

perbedaan dua rata-rata (uji-t) yang dipilih adalah uji perbedaan dua

rata-rata untuk sampel bebas (Indipendent Sample Test). Sampel

bebas diartikan sebagai dua sampel yang tidak mempengaruhi satu

sama lain atau tidak memiliki korelasi (independent) (Kadir, 2015,

hlm 295).

Data yang diperoleh diuji menggunakan software SPSS versi

20 untuk menguji beda rata-rata dua kelompok (kontrol dan

eksperimen) dan menguji pengaruh variabel X (model pembelajaran

berbasis masalah berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi,

Masyarakat) terhadap variabel Y (keterampilan berpikir kritis).

Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut: a) input

data pada Data View; b) pilih Analyze; c) kemudian pilih sub-menu

Compare Means; d) selanjutnya klik Indipendent Sample T test

𝐻0 = data berasal dari kelompok homogen, jika taraf nyata (α)

> 0,05, 𝐻0 diterima

𝐻1 = data berasal dari kelompok tidak homogen, jika taraf

nyata (α) ≤ 0,05, 𝐻0 ditolak (Kadir, 2015, hlm 167-169).

Page 66: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

50

(Kadir, 2015: 300-302). Kriteria pengujian hipotesis dengan uji

Independent Sample T test antara lain sebagai berikut:

Sig (2-tailed) > α (0,05) maka 𝐻0 diterima; 𝐻1 ditolak

Sig (2-tailed) < α (0,05) maka 𝐻0 ditolak; 𝐻1 diterima

pada penelitian ini, pengujian hipotesis menunjukkan adanya

pengaruh model pembelajaran berbasis masalah (PBM)

berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat

(SALINGTEMAS) terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada

materi minyak bumi. Hasil pengujian hipotesis pretest dapat dilihat

pada lampiran 22 halaman 221 dan hipotesis posttest lampiran 25

halaman 225.

c. Menentukan Tingkat Ketercapaian Keterampilan Berpikir

Kritis Siswa

Untuk menentukan persentase pencapaian keterampilan

berpikir kritis dari tes uraian yang diberikan. Untuk tes uraian, setiap

butir diberi skor 0 sampai dengan 10 tergantung dari tingkat

kebenaran jawaban (Sofyan, Feronika, & Milama, 2006, hlm 116).

Pada penelitian ini, setiap butir tes yang mewakili indikator berpikir

kritis diberikan skor 0 – 4. Data yang sudah diperoleh kemudian

dianalisis dengan cara:

1) Memberikan skor mentah pada setiap jawaban siswa pada tes

tertulis berbentuk uraian berdasarkan pedoman penskoran yang

dibuat.

2) Menghitung skor total dari tes uraian untuk setiap siswa.

3) Menentukan nilai persentase masing-masing indikator

keterampilan berpikir kritis siswa.

Menurut Purwanto (2010, hlm 102) nilai persentase

ketercapaian indikator dapat dicari menggunakan rumus:

NP = 𝑅

𝑆𝑀 x 100

Page 67: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

51

Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari

R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = skor maksimum ideal

100 = bilangan tetap

Kriteria interpretasi skor dalam persen menurut Riduwan (2015,

hlm 89) dapat dilihat pada tabel 3.9.

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kemampuan Siswa Melalui Tes

Skor (%) Kriteria

0 – 20% Kurang Sekali

21 – 40% Kurang

41 – 60% Cukup

61 – 80% Baik

81 – 100% Sangat Baik

2. Data Hasil Lembar Kerja Siswa

Menganalisis hasil lembar kerja siswa yang terdiri atas empat

kelompok dengan tema kesehatan (ISPA) dan empat kelompok dengan tema

lingkungan (efek rumah kaca). Hasil lembar kerja siswa ini digunakan untuk

menentukan indikator berpikir kritis apa saja yang muncul pada proses

pembelajaran. Data yang diperoleh dari lembar kerja siswa diolah dengan

cara sebagai berikut:

1) Memberi skor terhadap jawaban lembar kerja siswa (LKS) berdasarkan

pedoman penskoran yang telah dibuat dengan menggunakan skala (0-4).

2) Mencari persentase dari masing-masing indikator yang muncul.

Menggunakan rumus sebagai berikut:

NP = 𝑅

𝑆𝑀 x 100

Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari

R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = skor maksimum ideal

100 = bilangan tetap (Purwanto, 2010, hlm 102).

Page 68: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

52

Untuk melihat hasil perhitungan data lembar kerja siswa dapat dilihat

pada lampiran 25 halaman 225.

3. Hipotesis Statistik

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

𝐻0 : 𝜇1 = 𝜇2

𝐻1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2

Keterangan:

𝐻0= tidak terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah

berpendekatan sains, lingkungan, teknologi, masyarakat

(SALINGTEMAS) terhadap keterampilan berpikir kritis siswa

pada materi minyak bumi.

𝐻1= terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah

berpendekatan sains, lingkungan, teknologi, masyarakat

(SALINGTEMAS) terhadap keterampilan berpikir kritis siswa

pada materi minyak bumi.

𝜇1= rata-rata keterampilan berpikir kritis kimia siswa pada kelas

eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah berpendekatan sains, lingkungan, teknologi, masyarakat

(SALINGTEMAS) pada materi minyak bumi.

𝜇2= rata-rata keterampilan berpikir kritis kimia siswa pada kelas

kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah berpendekatan sains, lingkungan, teknologi, masyarakat

(SALINGTEMAS) pada materi minyak bumi.

Page 69: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

53

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data hasil pretest

dan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol. Data tersebut diperoleh dari

instrumen tes uraian yang diberikan kepada siswa sebanyak 9 soal. Kegiatan

posttest pada kelas eksperimen dilakukan sesudah diberikan perlakuan berupa

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berpendekatan Sains, Lingkungan,

Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS). Dari hasil lembar observasi secara

keseluruhan pada kelas eksperimen, kegiatan observasi aktivitas guru saat

mengajar dan siswa di dalam pembelajaran telah tercapai semua dan sesuai

dengan tahapan PBM berpendekatan SALINGTEMAS. Walaupun ada satu

tahap yang tidak terlaksana pada tahapan analisis dan evaluasi yaitu mereview

kembali pembelajaran. Akan tetapi, kegiatan mereview dilaksanakan pada

pertemuan selanjutnya pada kegiatan awal pembelajaran sebelum memasuki

kegiatan inti. Adapun data hasil penelitian pretest dan postest yang diperoleh

dari kelas eksperimen dan kontrol adalah sebagai berikut:

1. Data Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kontrol

Data hasil pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol

dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Data Hasil Nilai Pretest dan Posttest

Data Pretest Posttest

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

Jumlah Siswa 37 37 37 37

Nilai Tertinggi 54,55 52,27 93,18 88,64

Nilai Terendah 15,91 15,91 72,73 63,64

Standar deviasi 9,78 10,78 5,96 7,50

Varians 95,62 116,20 35,51 56,21

Rata-rata 29,73 32,86 81,82 76,78

Page 70: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

54

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretest untuk kelas

eksperimen sebesar 29,73, dengan nilai tertinggi sebesar 54,55, dan nilai

terendah sebesar 15,91. Pada kelas kontrol, rata-rata nilai pretest yaitu sebesar

32,86, dengan nilai tertinggi sebesar 52,27, dan terendah sebesar 15,91. Nilai

rata-rata pretest pada kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen. Hal

ini menunjukkan kemampuan awal siswa hampir sama, walaupun nilai rata-

rata di kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Hasil rata-

rata nilai posttest pada kelas eksperimen sebesar 81,82, dengan nilai tertinggi

sebesar 93,18, dan terendah 72,73. Pada kelas kontrol memiliki rata-rata nilai

posttest sebesar 76,78, dengan nilai tertinggi sebesar 88,64, dan nilai terendah

63,64. Secara keseluruhan, setelah diberikan perlakuan yang berbeda antara

kelas eksperimen dan kontrol, hasilnya dapat terlihat bahwa kelas eksperimen

yang diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah berpendekatan sains, lingkungan, teknologi, masyarakat

(SALINGTEMAS) pada materi minyak bumi memperoleh nilai rata-rata yang

lebih tinggi daripada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran

konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab.

2. Data Hasil Pretest dan Posttest Berdasarkan Indikator Keterampilan

Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen dan Kontrol

a. Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Data hasil pretest mengenai persentase ketercapaian indikator

keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kontrol dapat

dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Persentase (%) Ketercapaian Indikator Keterampilan

Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Hasil Pretest

No Indikator

KBK

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Persentase

(%) Kategori

Persentase

(%) Kategori

1 Memfokuskan

pertanyaan 56,76 Cukup 48,65 Cukup

2 Menganalisis

argumen 12,16

Kurang

sekali 11,49

Kurang

sekali

Page 71: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

55

No Indikator

KBK

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Persentase

(%) Kategori

Persentase

(%) Kategori

3 Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

35,81 Kurang 35,14 Kurang

4 Mem-

pertimbangkan

kredibilitas

dari sebuah

sumber

45,27 Cukup 35,81 Kurang

5 Mengobservasi

dan mem-

pertimbangkan

hasil observasi

6,76 Kurang

sekali 11,49

Kurang

sekali

6 Membuat

deduksi dan

mem-

pertimbangkan

hasil deduksi

38,51 Kurang 45,27 Cukup

7 Membuat

induksi dan

mem-

pertimbangkan

hasil induksi

3,38 Kurang

sekali 20,95 Kurang

8 Membuat dan

menentukan

hasil

pertimbangan

18,24 Kurang

sekali 35,14 Kurang

9 Men-

definisikan

istilah dan

mem-

pertimbangkan

suatu definisi

27,03 Kurang 24,32 Kurang

10 Meng-

identifikasi

asumsi

58,11 Cukup 60,81 Baik

11 Memutuskan

suatu tindakan 18,24

Kurang

sekali 35,14 Kurang

Rata-rata 29,12 Kurang 33,11 Kurang

Pada tabel 4.2 menunjukkan rata-rata persentase indikator berpikir

kritis yang diujikan pada kegiatan pretest. Pada kelas eksperimen

maupun kontrol menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa

berada pada kategori kurang. Hanya saja, pada kelas kontrol nilai rata-

Page 72: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

56

rata persentase indikator keterampilan berpikir kritis siswa lebih tinggi

daripada kelas eksperimen. Jika dilihat dari setiap nilai persentase yang

didapatkan, indikator tertinggi pada kelas eksperimen yaitu

mengidentifikasi asumsi dan indikator terendah yaitu membuat induksi

dan mempertimbangkan hasil induksi. Pada kelas kontrol, indikator yang

memiliki persentase tertinggi yaitu mengidentifikasi asumsi, kemudian

indikator terendah yaitu mengobservasi dan mempertimbangkan hasil

observasi serta menganalisis argumen.

b. Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Data hasil posttest mengenai persentase ketercapaian indikator

keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kontrol dapat

dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Persentase (%) Ketercapaian Indikator Keterampilan

Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Hasil Posttest

No Indikator

KBK

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Persentase

(%) Kategori

Persentase

(%) Kategori

1 Memfokuskan

pertanyaan 60,14 Cukup 53,38 Cukup

2 Menganalisis

argumen 77,03 Baik 71,62 Baik

3 Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

85,81 Sangat

baik 60,14 Cukup

4 Mem-

pertimbangkan

kredibilitas

dari sebuah

sumber

86,49 Sangat

baik 89,86

Sangat

baik

5 Mengobservasi

dan mem-

pertimbangkan

hasil observasi

62,16 Baik 72,30 Baik

6 Membuat

deduksi dan

mem-

pertimbangkan

hasil deduksi

96,62 Sangat

baik 91,89

Sangat

baik

Page 73: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

57

No Indikator

KBK

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Persentase

(%) Kategori

Persentase

(%) Kategori

7 Membuat

induksi dan

mem-

pertimbangkan

hasil induksi

79,05 Baik 66,89 Baik

8 Membuat dan

menentukan

hasil

pertimbangan

91,89 Sangat

baik 88,51

Sangat

baik

9 Men-

definisikan

istilah dan

mem-

pertimbangkan

suatu definisi

91,22 Sangat

baik 76,35 Baik

10 Meng-

identifikasi

asumsi

87,84 Sangat

baik 84,46

Sangat

baik

11 Memutuskan

suatu tindakan 91,89

Sangat

baik 88,51

Sangat

baik

Rata-rata 82,74 Sangat

baik 76,72 Baik

Pada tabel 4.3 menunjukkan rata-rata persentase indikator

keterampilan berpikir kritis siswa yang diujikan pada kegiatan posttest.

Rata-rata persentase indikator keterampilan berpikir kritis pada kelas

eksperimen berada pada kategori sangat baik dan pada kelas kontrol

berada pada kategori baik. Dari hasil nilai posttest untuk kelas

eksperimen dan kontrol, indikator yang memiliki persentase tertinggi

adalah indikator membuat dan mempertimbangkan hasil deduksi, dan

indikator terendah yaitu indikator memfokuskan pertanyaan. Hanya saja

persentase indikator membuat dan mempertimbangkan hasil deduksi,

maupun indikator memfokuskan pertanyaan di kelas eksperimen,

memperoleh nilai yang jauh lebih tinggi daripada kelas kontrol,

walaupun terdapat kesamaan tingkat indikator tertinggi dan terendah.

Page 74: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

58

3. Data Hasil Lembar Kerja Siswa

Berdasarkan data hasil lembar kerja siswa dapat dilakukan

perhitungan persentase dari masing-masing indikator keterampilan berpikir

kritis yang muncul pada proses pembelajaran. Selain untuk menentukan

indikator keterampilan berpikir kritis (KBK) yang muncul, lembar kerja

siswa juga berguna sebagai acuan guru untuk melaksanakan tahapan

pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. Adapun

persentase indikator keterampilan berpikir kritis berdasarkan lembar kerja

siswa dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Persentase (%) Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

Berdasarkan LKS

Pada gambar 4.1 terlihat bahwa indikator yang memiliki persentase

tertinggi yang muncul pada proses pembelajaran dengan kategori baik

memperoleh persentase sebesar 83,94% adalah memutuskan suatu tindakan.

Indikator yang memiliki persentase terendah dengan kategori cukup

memperoleh persentase sebesar 65,63% adalah memfokuskan pertanyaan.

Dari 12 indikator yang digunakan dalam penelitian, ada satu indikator yang

tidak diukur menggunakan lembar kerja siswa. Indikator yang dimaksud

65,63%

81,25% 78,57%70,83%

81,25% 81,25% 80,22%71,00% 72,92%

83,94%78,25%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

PERSENTASE INDIKATOR KBK BERDASARKAN LKS

1. Indikator Memfokuskan Pertanyaan 7. Membuat dan Menentukan Hasil Pertimbangan2. Indikator Menganalisis Argumen 8. Mendefinisikan istilah dan Mempertimbangkan Definisi3. Indikator Bertanya dan Menjawab Pertanyaan 9. Mengidentifikasi Asumsi4. Mempertimbangkan Kredibilitas Sumber 10. Memutuskan Suatu Tindakan5. Membuat dan Mempertimbangkan Hasil Deduksi 11. Berinteraksi dengan Orang Lain6. Membuat dan Mempertimbangkan Hasil Induksi

Page 75: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

59

adalah indikator mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.

Indikator ini tidak diukur melalui lembar kegiatan siswa melainkan diukur

menggunakan tes indikator berpikir kritis siswa.

4. Hasil Analisis Data

a. Uji Prasyarat Sampel

Uji prasyarat sampel dilakukan untuk menentukan kelayakan

sampel yang digunakan. Uji yang dilakukan terdiri atas uji normalitas

dan homogenitas. Jika syarat yang diperlukan terpenuhi dari uji

normalitas dan homogenitas, maka langkah selanjutnya adalah menguji

hipotesis berdasarkan sampel penelitian yang digunakan.

1) Uji Normalitas Data Pretest

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Arti normal dalam uji ini

adalah sebaran data yang dihasilkan merata, dengan begitu populasi

yang digunakan dalam uji berasal dari populasi yang sama atau

normal. Data pretest yang didapatkan dari kelas eksperimen dan

kontrol, kemudian diuji menggunakan uji Kolmogorov Smirnov

menggunakan software SPSS versi 20. Data dapat dikatakan

berdistribusi normal apabila sig > α, dimana nilai α = 0,05. Selain itu,

untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak dapat

dilakukan dengan cara membandingkan nilai D0 (hasil perhitungan)

dengan D-tabel berdasarkan jumlah sampel dan taraf keyakinan yang

digunakan. Jika nilai D0 < dibandingkan D-tabel maka dapat dipastikan

data berdistribusi normal. Adapun tabel hasil uji normalitas data

pretest terangkum dalam tabel 4.4.

Page 76: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

60

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan

Kontrol

Statistik

Pretest

Kesimpulan Eksperimen Kontrol

α 0,05 0,05 Sig > α

(data berdistribusi

normal Sig. 0,196 0,200

D-tabel (α = 0,05, n = 37) 0,223 0,223 D0 ≤ D-tabel

(data berdistribusi

normal) D0 0,120 0,118

Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai pengujian normalitas

memenuhi kriteria statistik yang digunakan, dimana nilai sig > α (0,05)

dan nilai D0 < D-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa data pretest baik di

kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal. Hasil uji

normalitas data pretest pada kelas eksperimen dan kontrol secara

lengkap dapat dilihat pada lampiran 20 halaman 218.

2) Uji Homogenitas Data Pretest

Berdasarkan pengujian normalitas, data pretest yang didapatkan

berdistribusi normal. Langkah selanjutnya adalah menguji homogenitas

dari data pretest yang didapatkan. Uji homogenitas digunakan untuk

menentukan apakah data memiliki keseragaman varians dari sampel-

sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji Levene dengan software

SPSS versi 20. Data dapat dikatakan homogen jika memenuhi kriteria

sig > α (0,05). Selain itu, penentuan data homogen atau tidak homogen dapat

dilihat dari nilai Fhitung dan F-tabel. Jika nilai Fhitung < F-tabel yang disesuaikan

dengan db1 (pembilang) dan db2 (penyebut) dari hasil perhitungan maka data

dapat disimpulkan homogen. Adapun hasil uji homogenitas nilai pretest dapat

dilihat pada tabel 4.5.

Page 77: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

61

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Statistik Pretest Kesimpulan

α 0,05 Sig > α

(data berasal dari

kelompok homogen) Sig. 0,639

Fhitung 0,221 Fhitung ≤ F-tabel

(data berasal dari

kelompok homogen) F-tabel (α = 0,05; db1= 1; db2=72) 3,97

Pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai pengujian homogenitas

memenuhi kriteria statistik yang digunakan, dimana nilai sig > α (0,05)

dan nilai Fhitung < F-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa data pretest baik di

kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari kelompok

homogen atau memiliki nilai varians yang homogen. Hasil uji

homogenitas data pretest pada kelas eksperimen dan kontrol secara

lengkap dapat dilihat pada lampiran 21 halaman 220.

b. Uji Hipotesis Data Pretest

Setelah uji prasyarat yang terdiri atas uji normalitas dan

homogenitas terpenuhi, tahapan selanjutnya adalah menguji hipotesis

menggunakan uji independent sample test pada software SPSS versi 20.

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai

pretest pada kelas eksperimen maupun kontrol. Adapun hasil uji

hipotesis data pretest pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat

pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Statistik Pretest Kesimpulan

α 0,05 Sig > α

(tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan) Sig. (2-tailed) 0,187

thitung -1,333 thitung ≤ t-tabel

(tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan)

t-tabel (α = 0,05; db= 72) 1,993

Page 78: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

62

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sig. (2-tailed) > α,

yaitu 0,187 > 0,05 sehingga 𝐻0 diterima. Kemudian hasil t-hitung (t0)

memenuhi kriteria t0 ≤ t-tabel, yaitu -1,333 ≤ 1,993. Hal ini

menunjukkan tidak adanya perbedaan rata-rata hasil pretest di kelas

eksperimen maupun kontrol. Artinya, dari uji hipotesis yang

dilakukan pada kedua kelas yang belum diberikan perlakuan,

menunjukkan kemampuan awal siswa setara antara kelas

eksperimen dan kontrol, sehingga sampel layak digunakan untuk

penelitian. Hasil uji hipotesis data pretest pada kelas eksperimen dan

kontrol secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 22 halaman 221.

c. Uji Prasyarat Analisis Data

Jika uji prasyarat sampel menggunakan data pretest, maka pada uji

prasyarat analisis menggunakan data posttest untuk menguji pengaruh atas

perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dengan

membandingkannya dengan nilai kelas kontrol. Sama halnya dengan uji

prasyarat sampel, uji prasyarat analisis juga terdiri atas uji normalitas dan

uni homogenitas sebelum melakukan uji hipotesis. Adapun rinciannya

adalah sebagai berikut.

1) Uji Normalitas Data Posttest

Setelah data posttest didapatkan, maka pengujian normalitas

diperlukan untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan. Uji

normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov

menggunakan software SPSS versi 20. Secara umum hasil uji normalitas

yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan

Kontrol

Statistik

Posttest

Kesimpulan Eksperimen Kontrol

α 0,05 0,05 Sig > α

(data berdistribusi

normal Sig. 0,200 0,092

Page 79: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

63

Statistik

Posttest

Kesimpulan Eksperimen Kontrol

D-tabel (α = 0,05, n = 37) 0,223 0,223 D0 ≤ D-tabel

(data berdistribusi

normal) D0 0,117 0,134

Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh bahwa hasil posttest kelas

eksperimen maupun kontrol memenuhi syarat berdistribusi normal

menurut uji Kolmogorov Smirnov yaitu sig > α dan D0 ≤ D-tabel dengan

sampel sebanyak 37 dan taraf signifikan sebesar 5%. Dengan begitu dapat

disimpulkan data hasil posttest berasal dari populasi yang normal. Hasil

perhitungan uji normalitas data posttest kelas eksperimen maupun

kontrol secara lengkap dapat dilihat di lampiran 23 halaman 222.

2) Uji Homogenitas Data Posttest

Setelah didapatkan hasil data berdistribusi normal, langkah

selanjutnya adalah pengujian homogenitas data posttest dari kelas

eksperimen dan kontrol. Adapun hasil uji homogenitas menggunakan

uji Levene pada software SPSS versi 20 dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen dan

Kontrol

Statistik Posttest Kesimpulan

α 0,05 Sig > α

(data berasal dari

kelompok homogen) Sig. 0,073

Fhitung 3,313 Fhitung ≤ F-tabel

(data berasal dari

kelompok homogen) F-tabel (α = 0,05; db1= 1; db2=72) 3,97

Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai pengujian homogenitas

memenuhi kriteria statistik yang digunakan, dimana nilai sig > α (0,05)

dan nilai Fhitung < F-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa data posttest baik di

kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari kelompok

homogen atau memiliki nilai varians yang homogen. Hasil uji

Page 80: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

64

homogenitas data posttest pada kelas eksperimen dan kontrol secara

lengkap dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 224.

d. Uji Hipotesis Data Posttest

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas diketahui

bahwa data posttest berdistribusi normal dan memiliki varians yang

homogen. Kemudian data posttest dari kelas eksperimen maupun kontrol di

uji hipotesisnya menggunakan uji Independent Sample T test (uji-t) pada

software SPSS versi 20. Berikut ini hasil pengujian hipotesis data postest

dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hasil Hipotesis Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Statistik Posttest Kesimpulan

α 0,05 Sig < α

(terdapat pengaruh

yang signifikan) Sig. (2-tailed) 0,02

thitung 3,210 thitung > t-tabel

(terdapat pengaruh

yang signifikan) t-tabel (α = 0,05; db= 72) 1,993

Uji-t pada posttest dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata

keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas eksperimen dan kontrol

sesudah diberi perlakuan. Berdasarkan tabel 4.9, maka diperoleh hasil sig <

α (0,05), yaitu 0,02 < 0,05 sehingga 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima. Selain itu,

data t0 menunjukkan bahwa t0 > t-tabel, yaitu 3,210 > 1,993 maka 𝐻1 diterima

dan 𝐻0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan hasil posttest siswa antara kelas eksperimen dan kotrol. Artinya,

dari uji hipotesis yang dilakukan pada kedua kelas tersebut menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh model berbasis masalah berpendekatan Sains,

Lingkungan, Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS) terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen. Hasil uji hipotesis

data pretest pada kelas eksperimen dan kontrol secara lengkap dapat dilihat

pada lampiran 25 halaman 225.

Page 81: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

65

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berpendekatan Sains, Lingkungan,

Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS) terhadap keterampilan berpikir

kritis siswa pada materi minyak bumi. Pada kelas eksperimen diterapkan model

pembelajaran PBM berpendekatan SALINGTEMAS sedangkan pada kelas

kontrol diterapkan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan

tanya jawab. Dari hasil observasi yang dilakukan pengamat, diketahui bahwa

sintaks PBM berpendekatan SALINGTEMAS pada kelas eksperimen

terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tahapan, sehingga bisa disimpulkan

kelas eksperimen yang diberikan perlakuan benar-benar menerapkan

pembelajaran PBM berpendekatan SALINGTEMAS. Akan tetapi, dari hasil

observasi terdapat kekurangan pada keterlaksanaan model PBM berpendekatan

SALINGTEMAS yaitu tidak terlaksananya kegiatan refleksi dan mereview

kembali proses pembelajaran pada tahap analisis dan evaluasi proses

pemecahan masalah (penilaian), karena waktu yang dimiliki guru tidak

mencukupi, sehingga guru tidak sempat mereview kembali hasil pembelajaran

yang dilakukan. Sebagai gantinya, pada pertemuan selanjutnya guru

menanyakan kepada siswa terkait pembelajaran sebelumnya dan kesulitan

yang dialami siswa terhadap pembelajaran. Setelah meyakini keterlaksanaan

model pembelajaran PBM berpendekatan SALINGTEMAS melalui lembar

observasi. Selanjutnya, dilakukan uji prasyarat sampel dan prasyarat analisis

data.

Pada penelitian ini, dilakukan terlebih dahulu uji prasyarat sampel

terhadap data pretest dan uji prasyarat analisis terhadap data posttest dari kelas

eksperimen maupun kontrol. Hasil pengujian data pretest maupun posttest

menunjukkan bahwa data yang berasal dari kelas eksperimen maupun kontrol

berdistribusi normal dan homogen. Hal ini menandakan bahwa data yang

diperoleh berasal dari populasi normal dan memiliki variasi data yang sama.

Setelah melalui uji prasyarat, untuk mengetahui apakah model PBM

berpendekatan SALINGTEMAS berpengaruh atau tidak terhadap

Page 82: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

66

keterampilan berpikir kritis siswa, maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis

ini dilakukan pada data pretest maupun posttest dari kelas eksperimen dan

kontrol.

Berdasarkan hasil dari uji hipotesis data pretest menunjukkan 𝐻0

diteima. Artinya, bahwa antara kelas eksperimen maupun kontrol tidak terdapat

perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa. Dengan begitu, kedua kelas

tersebut dapat dijadikan sebagai sampel dalam penelitian karena memiliki

kondisi awal yang sama. Setelah melalui uji prasyarat, untuk mengetahui

apakah model pembelajaran PBM berpendekatan SALINGTEMAS

berpengaruh atau tidak terhadap keterampilan berpikir kritis siswa, maka

dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini dilakukan pada data pretest maupun

posttest dari kelas eksperimen dan kontrol. Berdasarkan hasil dari uji hipotesis

data pretest menunjukkan 𝐻0 diterima, yaitu sig. (2-tailed) sebesar 0,187 > α

(0,05) dan t-hitung (-1,333) ≤ t-tabel (1,993). Artinya, bahwa antara kelas

eksperimen maupun kontrol tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir

kritis awal siswa. Dengan begitu, kedua kelas tersebut dapat dijadikan sebagai

sampel dalam penelitian karena memiliki kondisi awal yang sama. Hal ini

sesuai dengan penelitian Qomariyah (2016) yang menyatakan bahwa hasil

belajar siswa dapat dikatakan setara atau tidak ada perbedaan secara signifikan

jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05.

Berdasarkan hasil dari uji hipotesis posttest, diperoleh data Sig < α dan

t-hitung > t-tabel, yaitu 0,02 < 0,05 dan 3,210 > 1,993. Hal itu menunjukkan bahwa

adanya penolakan 𝐻0 dan penerimaan 𝐻1. Artinya, terdapat perbedaan rata-rata

keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. Dengan

begitu, model pembelajaran PBM berpendekatan SALINGTEMAS

berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian Qomariyah (2016) yang menyatakan bahwa terdapat

perbedaan atau pengaruh kemampuan berpikir kritis siswa yang signifikan

dengan menggunakan model PBM-SALINGTEMAS. Hal tersebut ditunjukkan

dengan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas PBM-

SALINGTEMAS lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional.

Page 83: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

67

Pengaruh model pembelajaran PBM berpendekatan SALINGTEMAS

dibuktikan dengan perbedaan rata-rata indikator keterampilan berpikir kritis

yang didapatkan pada hasil posttest di kelas eksperimen lebih tinggi

dibandingkan kelas kontrol, yaitu 82,74% dengan kategori sangat baik untuk

kelas eksperimen dan 76,72% dengan kategori baik untuk kelas kontrol. Hasil

yang didapatkan dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rohmah,

Irawati, & Susilowati (2014) yang menyatakan bahwa penerapan pendekatan

SALINGTEMAS dengan menggunakan model PBM dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa.

Persentase indikator berpikir kritis yang lebih besar pada kelas

eksperimen yaitu 82,74%, menunjukkan bahwa pembelajaran PBM

berpendekatan SALINGTEMAS lebih efektif daripada pembelajaran

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab pada kelas kontrol. Hal ini

dikarenakan esensi dari pembelajaran menggunakan pendekatan

SALINGTEMAS dapat mendorong siswa menjadi lebih kritis dalam

menyelidiki dan aktif bertukar pendapat dengan guru (Chowdhury, 2016).

Akcay & Yager (2010) berpendapat bahwa kesuksesan terbesar dari siswa yang

belajar menggunakan pendekatan Science, Technology, Society yang berpusat

pada siswa adalah siswa dapat memutuskan dan membuat usulan dalam

kehidupannya berdasarkan konsep dan keterampilan yang dipelajari siswa.

Kemudian didukung dengan lingkungan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran PBM, dimana siswa ikut berperan aktif dalam pembelajaran,

ternyata dapat berpengaruh terhadap pengembangan keterampilan berpikir

kritis daripada lingkungan pembelajaran yang pasif (Shaer & Gaber, 2014).

Penelitian yang dilakukan Luzyawati (2015) juga menyatakan bahwa

adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis dengan menggunakan

pendekatan SALINGTEMAS disebabkan adanya kelas interaktif yang dapat

membuat kondisi siswa lebih optimal. Dengan begitu, siswa dapat

menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan pengalaman di kehidupan

nyatanya, hal itu memberikan efek positif terhadap ketertarikan dalam

pembelajaran kimia (Yoruk, Morgil, & Secken, 2010). Berikut ini ditampilkan

Page 84: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

68

contoh instrumen dan jawaban siwa pada gambar 4.2 yang dapat diaplikasikan

siswa dalam kehidupannya untuk mecegah dampak pembakaran senyawa

hidrokarbon bagi lingkungan.

Gambar 4.2 Contoh Instrumen dan Jawaban Siswa Kelas Eksperimen

Pembelajaran dengan model PBM berpendekatan SALINGTEMAS

diawali dengan penayangan video sebagai apersepsi yang bersangkutan dengan

pembakaran senyawa hidrokarbon hasil dari pengolahan minyak bumi secara

sempurna maupun tidak sempurna. Video ini berisi tentang apa saja kegiatan

keseharian manusia yang dapat mencemari lingkungan dan berdampak pada

kesehatan, seperti asap kendaraan bermotor berasal dari pembakaran bahan

bakar bensin, asap pabrik yang tidak menggunakan filter saat melepaskan gas

buang hasil pembakaran bahan bakar batu bara, kebakaran hutan dan

penebangan hutan secara liar, serta penggunaan kayu sebagai bahan bakar

memasak. Penayangan video ini bertujuan untuk memperkenalkan masalah

yang akan dipelajari terkait dengan dampak dan solusi dari pembakaran

senyawa hidrokarbon secara sempurna dan tidak sempurna yang harus

ditemukan oleh siswa melalui pembelajaran.

Setelah diberikan video pembelajaran, siswa belajar dalam kegiatan

kelompok dan diberikan lembar kerja siswa (LKS) yang sudah disesuaikan

dengan tahapan pembelajaran PBM berpendekatan SALINGTEMAS. LKS

Page 85: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

69

yang disajikan berisi dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai sains,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang berkaitan dengan materi yang

diajarkan. Hal ini sejalan dengan pendapat (Rohmah, Irawati, & Susilowati,

2014) yang menyatakan bahwa masalah yang disajikan pada pembelajaran

pendekatan SALINGTEMAS menggunakan model PBM menghadirkan

permasalahan nyata mengenai perubahan lingkungan akibat perkembangan

sains maupun teknologi yang berdampak pada masyarakat.

Model pembelajaran ini berpengaruh terhadap keterampilan berpikir

kritis pada kelas eksperimen, karena model PBM berpendekatan

SALINGTEMAS menuntun peserta didik mencari keterkaitan ilmu sains

dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat, dengan begitu siswa dapat

mengkaji manfaat dan kerugian dari suatu isu atau masalah yang dihadirkan

dalam pembelajaran serta membimbing siswa menjadi lebih aktif dalam

kegiatan pembelajaran (Wasiso & Hartono, hlm 2013). Pada kelas eksperimen,

siswa diberikan tugas kelompok yaitu membuat poster. Pada tahap pembuatan

poster ini siswa bersama dengan kelompoknya mengumpulkan informasi

sebanyak-banyaknya mengenai dampak dan cara mengatasi pembakaran

senyawa hidrokarbon bagi lingkungan dan kesehatan. Menurut Luzyawati

(2015), peningkatan keterampilan berpikir kritis yang dialami oleh siswa,

disebabkan karena keaktifan siswa dalam mencari informasi untuk

diaplikasikan dalam penyelesaian masalah.

Pada pembelajaran PBM berpendekatan SALINGTEMAS siswa akan

bekerja sama dengan kelompoknya, kegitan ini bertujuan untuk memecahkan

masalah dengan menyajikan hasil karya yang terkait dengan materi

pembelajaran. Hasil karya yang dimaksud berupa poster yang berisi dampak

dan cara untuk mengatasi pembakaran senyawa hidrokarbon bagi lingkungan

yaitu efek rumah kaca dan kesehatan yaitu penyakit infeksi saluran pernapasan

akut (ISPA) seperti pada gambar 4.3.

Page 86: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

70

Gambar 4.3 Poster Efek Rumah Kaca dan ISPA

Kegiatan pembuatan poster ini memerlukan kerja sama tim yang baik antara

anggota kelompok. Bekerja sama dalam kelompok itu diperlukan, karena tidak

hanya meningkatkan dalam berbagi pengetahuan, akan tetapi juga berpengaruh

terhadap prestasi individual siswa ketika belajar bersama kelompoknya (Kamp,

Dolmans, Berkel, & Schmidt, 2012). Selain itu, dengan adanya kegiatan

kelompok, maka setiap anggota bertanggung jawab terhadap keberhasilan

dalam pembelajaran, memperbanyak peluang untuk berbagi pengetahuan, dan

untuk mengembangkan keterampilan sosial dan berpikir (al-Tabany, 2014, hlm

67). Hal ini didukung dengan hasil penelitian Hallatu, Prasetyo, & Haidar

(2017) yang menyatakan bahwa model PBM dengan strategi belajar diskusi

kelas efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Pada kelas kontrol rata-rata hasil keterampilan berpikir kritis siswa

berada pada kategori baik, namun persentase yang didapatkan lebih rendah

daripada kelas eksperimen yang mendapatkan kategori sangat baik. Hal ini

dikarenakan metode pembelajaran yang diterapkan hanya sekedar ceramah dan

tanya jawab. Dengan metode tersebut, siswa hanya mendengarkan penjelasan

yang diberikan oleh guru tanpa terlibat langsung dengan kegiatan

pembelajaran. Hal itu menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dan

pembelajaran terkesan monoton karena semua kegiatan berpusat atas kehendak

guru. Akan tetapi, pada kelas kontrol tidak ada kegiatan yang membuat siswa

untuk aktif dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hasanah &

Mahdian (2013) bahwa pada pembelajaran konvensional, siswa cenderung

belajar menganalisis materi pokok dalam bentuk konsep sains sehingga

Page 87: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

71

pembelajaran siswa cendering pasif, karena guru tidak mengajak siswa untuk

mengaitkan antara materi sains dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

Pembelajaran pasif yang diterima siswa menjadikan keterampilan berpikir

kritis siswa kelas kontrol menjadi lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen.

Hal ini terjadi, karena hasil belajar dan daya berpikir siswa dipengaruhi oleh

kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru (Hallatu, Prasetyo, & Haidar, 2017).

Persentase ketercapaian indikator keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas

eksperimen maupun kontrol dapat dilihat melalui gambar 4.4.

Gambar 4.4 Persentase (%) Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa Berdasarkan Hasil Posttest

Indikator keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian

ini sebanyak 12 indikator menurut Ennis (1985), dimana 11 indikator diukur

melalui tes. Indikator berinteraksi dengan orang lain dan 10 indikator lainnya

diukur melalui LKS yang sesuai dengan tahapan PBM berpendekatan

SALINGTEMAS. Indikator berinteraksi dengan orang lain tidak diukur

melalui tes, karena indikator ini tidak memungkinkan diukur melalui tes,

melainkan berdasarkan aktivitas siswa dalam menggunakan argumennya pada

saat kegiatan diskusi maupun menyajikan hasil karya. Indikator mengobservasi

60

,14

%

77

,03

%

85

,51

%

86

,49

%

62

,16

%

96

,62

%

79

,05

%

91

,89

%

91

,22

%

87

,84

%

91

,89

%

53

,38

%

71

,62

%

60

%

89

,86

%

72

,30

%

91

,89

%

66

,89

% 88

,51

%

76

,35

%

84

,46

%

88

,51

%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1

PERSENTASE (%) KETERCAPAIAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BERDASARKAN HASIL POSTTESTKelas Eksperimen Kelas Kontrol

1. Indikator Memfokuskan Pertanyaan 7. Membuat dan Menentukan Hasil Induksi 2. Indikator Menganalisis Argumen 8. Membuat dan Menentukan Hasil Pertimbangan 3. Indikator Bertanya dan Menjawab Pertanyaan 9. Mendefinisikan Istilah dan Mempertimbangkan Definisi 4. Mempertimbangkan Kredibilitas Sumber 10. Mengidentifikasi Asumsi 5. Mengobservasi dan Mempertimbangkan observasi 11. Memutuskan Suatu Tindakan 6. Membuat dan Mempertimbangkan Hasil Deduksi

Page 88: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

72

dan mempertimbangkan hasil observasi tidak diukur melalui LKS, melainkan

diukur menggunakan instrumen tes, karena untuk mengukur indikator ini

membutuhkan waktu yang lama terkait dengan penggunaan bukti kuat untuk

mendukung pernyataan seseorang, oleh karena itu peneliti memutuskan untuk

mengukur indikator ini hanya pada salah satu instrumen saja yaitu instrumen

utama berupa tes. Indikator berpikir kritis yang memperoleh nilai rata-rata

tertinggi di kelas eksperimen maupun kontrol adalah indikator membuat

deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. Argumen yang bersifat

deduktif adalah argumen yang sangat teliti, argumen yang sangat tepat

dilengkapi dengan kesimpulan mutlak yang mengikuti premis yang digunakan

(Butterworth & Thwaites, 2013, hlm 256). Menurut Ennis (1985), salah satu

cara untuk melatih keterampilan membuat dan mempertimbangkan hasil

deduksi ialah menafsirkan data atau interpretasi pernyataan.

Kelas eksperimen memperolah nilai rata-rata sebesar 96,60% dengan

kategori sangat baik. Kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata sebesar 91,90%

dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan pada kelas eksperimen

maupun kontrol sama-sama memiliki indikator berpikir kritis tertinggi yang

sama, yaitu membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. Artinya,

siswa sudah memiliki kecakapan menimbang fakta-fakta dan menghasilkan

kesimpulan berdasarkan data yang diberikan melalui kegiatan menafsirkan

data. Menafsirkan data adalah salah satu kompetensi dalam berpikir kritis yang

digunakan untuk menilai apakah kesimpulan yang dibuat logis berdasarkan

informasi yang diberikan (Kowiyah, 2012). Meskipun perolehan persentase

indikator berpikir kritis tertinggi di kelas eksperimen maupun kontrol sama,

ternyata nilai rata-rata persentase indikator membuat dan mempertimbangkan

hasil deduksi di kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol. Hal

ini terjadi karena pada kelas eksperimen, siswa dibiasakan untuk

menginterpretasi dan menafsirkan data berdasarkan soal-soal yang disajikan

dalam LKS yang disesuaikan dengan tahapan model PBM berpendekatan

SALINGTEMAS, sedangkan pada kelas kontrol pada tahap pembelajarannya

diawali dengan siswa melihat tabel komposisi udara bersih dan siswa diminta

Page 89: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

73

untuk menafsirkan data yang disajikan. Ternyata kegiatan ini mempengaruhi

cara berpikir siswa dalam menafsirkan data.

Indikator keterampilan berpikir kritis yang memperoleh nilai rata-rata

terendah di kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah indikator

memfokuskan pertanyaan. Fokus adalah hal utama yang dilakukan pada situasi

tertentu untuk mengetahui inti dari suatu masalah, isu yang beredar,

pertanyaan, atau permasalahan yang dihadapi. Tanpa melakukan kegiatan

memfokuskan suatu hal, kita akan terlalu banyak menghabiskan waktu untuk

menyelesaikan masalah (Ennis, 1996, hlm 4). Pada kelas eksperimen dan

kontrol diperoleh nilai rata-rata untuk indikator memfokuskan pertanyaan

sebesar 60,00% dan 53,40% dengan kategori cukup. Pada indikator ini

keterampilan berpikir kritis siswa belum menunjukkan hasil yang baik

melainkan cukup pada kelas eksperimen maupun kontrol. Hal ini dikarenakan

sebagian besar siswa belum menemukan fokus dari masalah yang harus

dibahas pada soal yang disajikan, sehingga siswa belum dapat merumuskan

masalah dalam bentuk pertanyaan dengan baik. Fisher (2016, hlm 54)

menyatakan bahwa kunci untuk berpikir kritis lebih baik adalah mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang tepat. Memfokuskan suatu masalah dapat terlihat

ketika seseorang mengajukan pertanyaan. Akan tetapi, pada kelas eksperimen

nilai rata-rata indikator memfokuskan pertanyaan memperoleh nilai yang lebih

tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, karena pada kelas eksperimen

diterapkan model pembelajaran PBM berpendekatan SALINGTEMAS.

Salah satu tahapan model PBM berpendekatan SALINGTEMAS

adalah orientasi siswa terhadap masalah atau invitasi. Pada tahap ini setiap

perwakilan kelompok diwajibkan untuk mengajukan satu pertanyaan terkait

materi yang dibahas. Untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, strategi

pembelajaran yang dipilih guru seharusnya bermula dari pertanyaan,

pembelajaran berbasis masalah atau aktivitas diskusi (Birgili, 2015). Dengan

begitu, tahapan model PBM berpendekatan SALINGTEMAS dapat

memfasilitasi keterampilan berpikir kritis siswa. Pada tahap orientasi atau

invitasi, siswa dilatih untuk memfokuskan masalah dengan merumuskan

Page 90: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

74

masalah yang sedang disajikan dalam bentuk pertanyaan, sehingga siswa

mengetahui langkah-langkah apa saja yang bisa dia lakukan untuk

menyelesaikan masalah yang ada. Namun, pada tahapan ini belum berjalan

maksimal. Karena siswa terbiasa dengan model pembelajaran konvensional di

sekolah yang berpusat pada guru, ada beberapa kelompok siswa yang masih

enggan untuk membuat pertanyaan. Hal itulah yang menyebabkan siswa belum

menggunakan keterampilan memfokuskan pertanyaan dengan maksimal dan

berpengaruh terhadap siswa dalam menjawab soal.

Berbeda dengan kelas eksperimen, kelas kontrol memperoleh nilai rata-

rata yang lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen. Pada kelas kontrol,

siswa tidak dilatih untuk memfokuskan pertanyaan. Siswa belajar hanya

mendengarkan ceramah yang diberikan oleh guru, dan menjawab beberapa

pertanyaan yang guru sampaikan. Hal ini menjadikan siswa di kelas kontrol

tidak terbiasa untuk memfokuskan pertanyaan, sehingga dalam menjawab soal

siswa tidak membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan melainkan

dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Alhasil, siswa pada kelas kontrol belum

bisa membuat rumusan masalah dengan baik dan belum bisa fokus terhadap

instruksi yang diberikan pada soal yang diujikan, sehingga berdampak pada

perolehan nilai yang didapatkan siswa. Hal ini didukung oleh pernyataan

Ariyanti, Haryono, & Masykuri (2017) bahwa siswa tidak terbiasa berpikir

kritis untuk menyelesaikan masalah dan kurang mandiri dalam belajar sehingga

berdampak pada nilai siswa.

Ada beberapa indikator yang memperoleh persentase yang lebih besar

di kelas kontrol daripada di kelas eksperimen yaitu indikator

mempertimbangkan kredibilitas dari sebuah sumber dan mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil observasi. Pada kelas eksperimen indikator

mempertimbangkan kredibilitas dari sebuah sumber memperoleh persentase

sebesar 86,49% dengan kategori sangat baik, sebaliknya kelas kontrol

memperoleh persentase yang lebih besar yaitu 89,86% dengan kategori sangat

baik. Menurut Ennis (1985), untuk mengukur keterampilan

Page 91: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

75

mempertimbangkan kredibilitas dari sebuah sumber, dapat diukur berdasarkan

kemampuan siswa dalam memberikan alasan.

Kemampuan siswa memberikan alasan pada kelas eksperimen, lebih

fokus terhadap kesehatan manusia yang terganggu akibat menghirup asap

pembakaran bahan bakar minyak tanah yang kurang sempurna dibandingkan

penggunaan bahan bakar gas, sehingga siswa hanya sekedar mengaitkan

dampak negatif penggunaan bahan bakar minyak tanah pada lingkungan

dengan pencemaran asap terhadap lingkungan, tetapi tidak mengkaji apa

dampak yang terjadi jika asap tersebut mencemari lingkungan. Hal itulah yang

mengurangi perolehan skor di kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol.

Hasil penelitian ini didukung dengan pernyataan Cahyono (2017) bahwa dalam

memberikan alasan, siswa tidak langsung menjawab dengan cepat, melainkan

terperinci, lengkap, dan jelas, serta selalu berhati-hati sehingga waktu yang

diperlukan untuk menjawab cenderung lama. Selain itu, alasan yang digunakan

juga harus dapat mendukung kesimpulan (Fisher, 2016, hlm 44).

Indikator selanjutnya yang memperoleh persentase lebih tinggi di kelas

kontrol adalah indikator mengobservasi dan mempertimbangkan hasil

observasi. Pada kelas eksperimen indikator mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil observasi memperoleh persentase sebesar 62,16%

dengan kategori baik, sebaliknya kelas kontrol memperoleh persentase yang

lebih besar yaitu 72,30% dengan kategori baik. Menurut Ennis (1985), yang

untuk mengukur kegiatan mengobservasi dan mempertimbangkan hasil

observasi salah satunya adalah menggunakan bukti-bukti yang kuat. Bukti-

bukti kuat yang dapat digunakan bersumber dari hasil penelitian yang

ditemukan dari sumber-sumber yang kuat seperti buku, jurnal, internet,

ensiklopedia, observasi, dan rekaman dari peristiwa tertentu. Pada kegiatan ini,

siswa kelas eksperimen belum bisa membedakan mana bukti-bukti kuat yang

berasal dari sumber yang terpercaya. Atas dasar pemilihan siswa mengenai

bukti-bukti yang mereka percayai untuk menyelesaikan masalah, menjadikan

nilai di kelas eksperimen menjadi lebih rendah dibandingkan kelas kontrol.

Kelas kontrol dapat menggunakan bukti-bukti yang kuat berdasarkan sumber

Page 92: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

76

buku dan internet yang disajikan oleh peneliti lebih baik dibandingkan kelas

eksperimen, sehingga persentase yang dihasilkan kelas kontrol lebih besar.

Menurut Hasanah (2016) siswa yang mampu mengevaluasi fakta, asumsi,

logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain dari sumber-sumber

relevan seperti buku dan jurnal lainnya adalah siswa yang berpikir secara kritis.

Selain itu, juga ada indikator yang memperoleh perbedaan persentase

yang cukup jauh antara kelas eksperimen dan kontrol, yaitu indikator bertanya

dan menjawab pertanyaan. Pada kelas eksperimen indikator bertanya dan

menjawab pertanyaan memperoleh persentase sebesar 85,81% dengan kategori

sangat baik, sebaliknya kelas kontrol memperoleh persentase yaitu 60,14%

dengan kategori cukup. Hal ini terjadi karena pembelajaran pada kelas

eksperimen dilengkapi dengan LKS yang sesuai dengan pembelajaran PBM

berpendekatan SALINGTEMAS, selain itu siswa juga diajak terlibat aktif

dalam kegiatan diskusi dan membuat serta menyajikan hasil karya. Pemberian

tugas-tugas yang kompleks dan terstruktur membantu siswa untuk

meningkatkan kemampuan kognitifnya (Umami & Jatmiko, 2013). Hal ini juga

sesuai dengan hasil penelitian Luzyawati (2015) yang menyatakan bahwa

pembelajaran menggunakan pendekatan SALINGTEMAS dapat membuat

siswa bertanya, memunculkan ide-ide, dan memotivasi siswa dalam belajar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa keterampilan

berpikir kritis siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran

PBM berpendekatan SALINGTEMAS setelah dilakukan posttest, memiliki

rata-rata persentase yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut

disebabkan tahapan-tahapan model PBM berpendekatan SALINGTEMAS

berawal dari menghadirkan isu-isu yang ada di masyarakat atau di sekitar

siswa. Unsur SALINGTEMAS yang terintegrasi dalam pembelajaran IPA akan

memudahkan siswa dalam memahami suatu konsep pembelajaran (Wasiso &

Hartono, 2013). Dengan begitu, siswa akan diberikan kesempatan untuk

mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya dengan menggali berbagai

informasi, mempertimbangkan berbagai solusi yang mungkin, dan mengkreasi

berbagai sumber untuk menyelesaikan masalah.

Page 93: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berpendekatan Sains, Lingkungan,

Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS) memiliki pengaruh terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa pada materi minyak bumi. Hasil

Independent Sample T test (uji-t) posttest menunjukkan bahwa nilai t-hitung

lebih besar dibanding nilai t-tabel dan nilai sig yang diperoleh lebih rendah

dibanding nilai α pada taraf signifikansi 5%, sehingga t-hitung > t-tabel dan

sig < α , yang menunjukkan bahwa hipotesis alternatif (𝐻1) diterima, artinya

terdapat pengaruh keterampilan berpikir kritis siswa yang lebih baik

terhadap siswa yang mendapat pembelajaran melalui model PBM

berpendekatan SALINGTEMAS dibandingkan siswa yang mendapat

pembelajaran secara konvensional.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

memberikan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan, yaitu:

1. Dari hasil penelitian menggunakan model Pembelajaran Berbasis

Masalah (PBM) berpendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi,

Masyarakat (SALINGTEMAS), keterampilan berpikir kritis siswa pada

materi minyak bumi dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, guru diharapkan

dapat menerapkan model yang serupa atau model lain yang dapat melatih

keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Pelaksanaan model PBM berpendekatan SALINGTEMAS

membutuhkan guru yang memiliki wawasan luas dalam menghadirkan

permasalahan nyata mengenai perubahan lingkungan akibat

perkembangan sains maupun teknologi yang berdampak pada

masyarakat. Oleh karena itu, sebaiknya guru atau peneliti selanjutnya

Page 94: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

78

harus mengembangkan pengetahuannya secara luas dan mendalami

masalah yang akan dibahas agar dapat memfasilitasi siswanya untuk

memunculkan pemikiran-pemikiran yang kritis pada saat proses

pembelajaran.

Page 95: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

79

DAFTAR PUSTAKA

Akcay, H., & Yager. (2010). The Impact of a Science/Technology/Society

Teaching Approach on Student Learning in Five Domains. Journal of

Science Education Technology, Vol. 19, No. 6, hlm 602.

Akhadi, M. (2014). Isu Lingkungan Hidup; Mewaspadai Dampak Kemajuan

Teknologi dan Polusi Lingkungan Global yang Mengancam Kehidupan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

al-Tabany, T. I. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan

Kontekstual. Jakarta: Kencana.

Arends. (2007). Learning to Teach. New York: The McGraw-Hill Companies.

Arifin, Z., & Sukoco. (2009). Pengendalian Polusi Kendaraan . Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ariyanti, N. D., Haryono, & Masykuri. (2017). Peningkatan Kemampuan Berpikir

Kritis dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Stoikiometri dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Modul Di

Kelas X MIA 2 SMA NEGERI 1 BANYUDONO. Jurnal Pendidikan

Kimia, Vol. 6 No. 1 Tahun 2017, hlm 65.

Birgili, B. (2015). Creative and Critical Thinking Skills in Problem-based Learning

Environments. Journal of Gifted Education and Creativity, No 2, Vol 2, hlm

77.

Brookhart, S. M. (2010). How to Asses Higher-Order Thinking Skills in your

Classroom. Alexandria: ASCD.

Butterworth, J., & Thwaites. (2013). Thinking Skills Critical Thinking and Problem

Solving Second Edition. Edinburgh: Cambridge University Press.

Cahyono, B. (2017). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis dalam Memecahkan

Masalah Ditinjau Perbedaan Gender. Aksioma, Vol. 08, No. 1, hlm 55-56.

Chowdhury, M. A. (2016). The Integration of Science-Technology-

Society/Science-Technology-Society-Environment and Socio-Scientific-

Issues for Effective Science Education and Science Teaching. Electronic

Journal of Science Education, Vol. 20, No. 5, hlm 23.

Cunningham, W. P., & Cunningham. (2015). Environmental Science A Global

Concern 13 th Edition. New York: Mc Graw Hill Education.

Page 96: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

80

Davidson, B. W., & Dunham. (1996). Assesing EFL Student Progress in Critical

Thinking with the Ennis-Weir Critical Thinking Essay Tesr. International

Conference of the Japan Association for Language, hlm 8. Nara:

Tezukayama University.

D. Moore, K. (2015). Effective Instructional Strategies. London: Sage Publication.

Ennis, R. H. (1985). A Logical Basis for Measuring Critical Thinking Skills.

Association for Supervision and Curriculum Development, hlm 45-46.

Ennis, R. H. (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall.

Fisher, A. (2016). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Guilford, J. (1956). Fundamental Statistics in Psychology and Education. Tokyo:

MCGraw-Hill Book Company.

Hallatu, Y. A., Prasetyo, & Haidar. (2017). Pengaruh Model Problem Based

Learning terhadap Kompetensi Pengetahuan dan Keterampilan Berpikir

Kritis Siswa Madrasah Aliyah BPD IHA tentang Konflik. Jurnal Penelitian

Pendidikan, Vol. 34, No. 2, hlm 189.

Hasanah, A., & Mahdian. (2013). Penerapan Pendekatan SETS (Science,

Environment, Technology, Society) pada Pembelajaran Reaksi Reduksi

Oksidasi. Quantum, Jurnal Inovasi Pendidikan, hlm 4.

Hasanah, U. (2016). Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir

Kritis terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 27, No. 2,

hlm 381.

Kadir. (2015). Statistika Terapan Konsep, Contoh, dan Analisis Data dengan

Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: PT. Rajawali Press.

Kamp, R. J., Dolmans, Berjel, V., & Schmidt. (2012). The Relationship between

students; small group activities, time spent on self-study, and achievement.

Journal High Education, Vol. 64, No. 3, hlm 385.

Keenan, C. W., Kleinfelter, & Wood. (1984). Ilmu Kimia untuk Universitas Jilid 2

Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Kemendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia No. 21.

Kemendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia No. 24.

Page 97: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

81

Khasanah. (2015). SETS (Science, Environmental, Technology, and Society)

sebagai Pendekatan Pembelajaran IPA Modern pada Kurikulum 2013.

Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains, PKLH-FKIP

UNS, hlm 271.

Kowiyah. (2012). Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 3,

No. 5, hlm 177.

Luzyawati, L. (2015). Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)

Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Subtopik

Pencemaran Air. Wacana Didaktika, Vol. 3, No. 19, hlm 47.

Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Masek, A., & Yamin. (2011). The Effect of Problem Based Learning on Critical

Thinking Ability: A Theoretical and Empirical Review. International

Review of Social Sciences and Humanities, Vol. 2, No 1, hlm 216.

Middlecamp, C. H., Keller, Anderson, Bentley, Cann, & Ellis. (2012). Chemistry

in Context Applying Chemistry in Society 7th Edition. New York: McGraw-

Hill Companies.

Moore, J. W., Stanitski, & Jurs. (2008). Chemistry The Molecular Science 3rd

Edition. New York: Thomson Higher Education.

Nugraheni, D., Mulyani, & Ariani. (2013). Pengaruh Pembelajaran Bervisi dan

Berpendekatan SETS Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMAN 2 Sukoharjo Pada Materi Minyak

Bumi. Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2, No 3, hlm 35.

Pacific Policy Research Center. (2010). 21st Century Skills for Students and

Teacher. KAMEHAMEHA SCHOOLS RESEARCH & EVALUATION

DIVISIONS, hlm 7.

Petrucci, R. H. (1985). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat

Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi dan Masyarakat Model Pembelajaran

Kontekstual Bermuatan Nilai. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Purwanto, N. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran . Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Riduwan. (2015). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Page 98: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

82

Rohmah, N. M., Irawati, & Susilowati. (2014). Penerapan Pendekatan

SALINGTEMAS dengan Penggunaan Model Problem Based Learning

untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Peduli

Lingkungan Pada Siswa X MAN 2 Tulungagung. Jurnal Pendidikan UNM,

hlm 7.

Russel, F. (2012). Petroleum Geochemistry. London: Auris Reference LTD.

Saeed, S. J., & Rousta. (2013). The Effect of Problem-based Learning on Critical

Thinking Ability of Iranian EFL Students. Journal of Academic and Applied

Studies, Vol. 3. No. 7, hlm 3.

Sadia, I. W. (2014). Model-model Pembelajaran Sains Konstruktivistik.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sajidan, & Afandi. (2017). Pengembangan Model Pembelajaran IPA untuk

Memberdayakan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Prosiding Seminar

Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2017, hlm 16.

Samiana, K., Binadja, & Saptorini. (2013). Pengaruh Pembelajaran Kimia Berbasis

Masalah Bervisi SETS terhadap Keterampilan Generik Sains. Chemistry

Education, Vol 1, No 2, hlm 37.

Sanjaya, W. (2013). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan Edisi Pertama Cetakan ke-10. Jakarta: Kencana.

Shaer, A. E., & Gaber. (2014). Impact of Problem Based Learning on Students

Critical Thinking Dispositions, Knowledge, Acquisition, and Retention.

Journal of Education and Practice, Vol. 5, No. 14, hlm 74.

Sockalingam, N., Rotgans, & Schmidt. (2011). Student and Tutor Perceptions on

Attributes of Effective Problems in Problem-based Learning. Journal of

Higher Education, Vol. 62, No 1, hlm 1.

Soedarto. (2013). Lingkungan dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

Sofyan, A., Feronika, & Milama. (2006). Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis

Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Stanitski, C. L., Eubanks, Middlecamp, & Pienta. (2003). Chemistry in Context

Applying Chemistry to Society 4th Edition. New York: McGraw-Hill

Companies.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Page 99: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

83

Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Sukardi, H. (2011). Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasional. Yogyakarta:

Bumi Aksara.

Sukmadinata, N. S. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Bumi Aksara.

Umami, R., & Jatmiko. (2013). Penerapan Pembelajaran Inkuiri dengan Pendekatan

SETS pada Fluida Statis untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Gedangan. Jurnal Inovasi Pendidikan

Fisika, Vol. 02, No. 03, hlm 61.

UNESCO. (1996). Learning: The Treasure Within. Paris: UNESCO Publishing.

Wahana Komputer, Tim Penelitian dan Pengembangan. (2003). Pengolahan Data

Statistik dengan SPSS 11.5 Penelitian dan Pengembangan Wahana

Komputer. Jakarta: Salemba Infotek.

Wasiso, S., & Hartono. (2013). Implementasi Model Problem Based Learning

Bervisi SETS untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah IPA

dan Kebencanaan Oleh Siswa. Journal of Innovative Science Education,

Vol. 2, No 1, hlm 67.

Widoyoko, E. P. (2015). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Wolfson, R. (2012). Energy, Environment, and Climate 2nd ed. New York: Norton

& Company Ltd.

Yoruk, N., Morgil, & Secken. (2010). The effect of science, technology, society,

environment (STSE) interactions on teaching chemistry. Journal of Natural

Science, Vol. 2, No. 12, hlm 1417-1418.

Zivkovic, S. (2016). A Model of Critical Thinking as an Important Attribute for

Success in the 21st Century. Procedia-Social and Behaviorial Science, Vol.

232, hlm 103.

Zo'bi, A. S. (2014). The Effect of Using Socio-Scientific Issues Approach in

Teaching Environmental Issues on Improving the Students Ability of

Page 100: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

84

Making Appropiate Decisions Towards These Issues. Journal of

International Education Studies, Vol. 7, No 8, hlm 113.

Page 101: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 102: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

85

Lampiran 1

ANALISIS KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI IPA/1

Alokasi Waktu : 3 x 2 JP

Materi : Minyak Bumi

A. Kompetensi Inti (KI)

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian

dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa

dalam pergaulan dunia.

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena

dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri,

bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar (KD)

3.3 Mengidentifikasi reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).

4.3 Menyusun gagasan cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

Page 103: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

86

Indikator

Pembelajaran Materi Kegiatan Pembelajaran

Tahapan

Pembelajaran Berbasis

Masalah (PBM)

Tahapan Pendekatan

Sains, Lingkungan,

Teknologi, Masyarakat

(SALINGTEMAS)

Indikator Berpikir

Kritis Siswa

Indikator Pengantar

3.3.1 Memahami

stimulus guru

mengenai reaksi

pembakaran

hidrokarbon yang

sempurna dan sifat

zat hasil

pembakaran (CO2

dan partikulat

karbon)

3.3.2 Memahami

stimulus guru

mengenai reaksi

pembakaran

hidrokarbon yang

tidak sempurna

dan sifat zat hasil

pembakaran (CO

dan partikulat

karbon)

Indikator Utama

3.3.3 Menganalisis

reaksi pembakaran

hidrokarbon yang

sempurna dan sifat

zat hasil

pembakaran (CO2

dan partikulat

karbon)

Reaksi Pembakaran

Hidrokarbon yang

sempurna dan sifat

zat hasil

pembakaran (CO2

dan partikulat

karbon)

Reaksi Pembakaran

Hidrokarbon yang

tidak sempurna dan

sifat zat hasil

pembakaran (CO

dan partikulat

karbon)

Siswa memahami video yang menampilkan gabungan

dari beberapa masalah yang terkait dengan

pembelajaran seperti pembakaran bensin pada

kendaraan bermotor, kebakaran hutan dan kabut asap,

asap pabrik, pengolahan minyak bumi dsb, agar siswa

terorientasi pada masalah atau isu aktual di masyarakat

yang disajikan oleh guru sehingga dapat memfokuskan

pertanyaan, menganalisis dan mengidentifikasi

kalimat-kalimat pertanyaan (argumen) mengenai

reaksi pembakaran sempurna dan tidak sempurna serta

sifat zat hasil pembakaran (CO, CO2, dan partikulat

karbon)

Orientasi Siswa

pada masalah

Invitasi (penyajian

isu atau masalah

aktual yang ada di

masyarakat)

Memfokuskan

Pertanyaan

Menganalisis

argumen

Page 104: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

87

Indikator

Pembelajaran Materi Kegiatan Pembelajaran

Tahapan

Pembelajaran Berbasis

Masalah (PBM)

Tahapan Pendekatan

Sains, Lingkungan,

Teknologi, Masyarakat

(SALINGTEMAS)

Indikator Berpikir

Kritis Siswa

3.3.4 Menganalisis

reaksi pembakaran

hidrokarbon yang

tidak sempurna

dan sifat zat hasil

pembakaran (CO

dan partikulat

karbon)

Indikator Utama

4.3.1 Merancang

gagasan cara

mengatasi dampak

pembakaran

senyawa karbon

terhadap

lingkungan dan

kesehatan.

3.3.5 Menyimpulkan

reaksi pembakaran

hidrokarbon yang

sempurna dan sifat

zat hasil

pembakaran (CO2

dan partikulat

karbon)

3.3.6 Menyimpulkan

reaksi pembakaran

hidrokarbon yang

tidak sempurna

dan sifat zat hasil

pembakaran (CO

dan partikulat

karbon)

Dampak

Pembakaran

Senyawa Karbon

terhadap Lingkugan

dan Kesehatan

Reaksi Pembakaran

Hidrokarbon yang

sempurna dan sifat

zat hasil

pembakaran (CO2

dan partikulat

karbon)

Reaksi Pembakaran

Hidrokarbon yang

tidak sempurna dan

sifat zat hasil

pembakaran (CO

dan partikulat

karbon)

Siswa diorganisasi belajarnya secara berkelompok

oleh guru untuk mengeksplor masalah dan merancang

gagasan tentang cara mengatasi Dampak Pembakaran

Senyawa Karbon terhadap Lingkungan dan Kesehatan

(kabut asap, ISPA, efek rumah kaca) agar siswa dapat

bertanya dan menjawab pertanyaan, mengidentifikasi

asumsi, mendefiniskan istilah, serta

mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat

dari sumber yang terpercaya pada saat mencari

literatur.

Siswa dalam merancang solusi alternatif, siswa

diarahkan oleh guru untuk menyimpulkan reaksi

pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan gas

CO dan air sedangkan reaksi pembakaran sempurna

akan menghasilkan gas CO2 dan air. Di mana kedua

gas tersebut sebagai penyebab Global Warming, Efek

Rumah Kaca, dan ISPA.

Mengorganisasi

siswa untuk belajar

Eksplorasi

(memahami dan

mengeksplorasi

masalah yang

disajikan)

Mempertimbangkan

apakah sumber

dapat dipercaya

Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

Mendefinisikan

istilah dan

mempertimbangkan

suatu definisi

Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

Page 105: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

88

Indikator

Pembelajaran Materi Kegiatan Pembelajaran

Tahapan

Pembelajaran Berbasis

Masalah (PBM)

Tahapan Pendekatan

Sains, Lingkungan,

Teknologi, Masyarakat

(SALINGTEMAS)

Indikator Berpikir

Kritis Siswa

Indikator Utama

4.3.2 Membuat hasil

karya tentang cara

mengatasi dampak

pembakaran

senyawa karbon

terhadap

lingkungan dan

kesehatan

Dampak

Pembakaran

Senyawa Karbon

terhadap Lingkugan

dan Kesehatan

Siswa dibimbing guru untuk melakukan penyelidikan

secara kelompok untuk membuat poster tentang cara

mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon

terhadap lingkungan dan kesehatan (kabut asap,

ISPA, efek rumah kaca), agar siswa dapat bersama-

sama berinteraksi dengan kelompoknya,

menggunakan bukti-bukti yang kuat (mengobservasi

dan mempertimbangkan hasil observasi),

mengonstruksi argumen (mengidentifikasi asumsi-

asumsi), mendefinisikan istilah, membuat

pertimbangan dan memutuskan tindakan berdasarkan

hasil diskusi (proses pembentukan konsep) yang

dilakukan

Membimbing

pengalaman

penyelidikan

individual atau

kelompok

Eksplanasi

(pembentukan

konsep)

Mengobservasi dan

mempertimbangkan

hasil observasi

Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

Mendefinisikan

istilah dan

mempertimbangkan

suatu definisi

Memutuskan suatu

tindakan

Membuat dan

menentukan hasil

pertimbangan

Berinteraksi dengan

orang lain

Indikator Utama

4.3.3 Menyajikan hasil

karya tentang cara

mengatasi dampak

pembakaran

senyawa karbon

terhadap

lingkungan dan

kesehatan

Dampak

Pembakaran

Senyawa Karbon

terhadap Lingkugan

dan Kesehatan

Siswa dipersilahkan oleh guru untuk

mengembangkan dan menyajikan hasil karya berupa

poster tentang cara mengatasi dampak pembakaran

senyawa karbon terhadap lingkungan dan kesehatan

(kabut asap, ISPA, efek rumah kaca, sehingga siswa

dapat menerapkan konsep pengetahuan yang

didapatkan dalam proses eksplanasi agar siswa dapat

membuat argumen dan berinteraksi dengan kelompok

lain, serta menafsirkan pernyataan (membuat deduksi

dan mempertimbangkan hasil deduksi).

Mengembangkan

dan Menyajikan

hasil karya

Aplikasi

(menerapkan

konsep yang telah

dipelajari atau

ditemukan dalam

bentuk kinerja)

Membuat deduksi

dan mem-

pertimbangkan hasil

deduksi

Berinteraksi dengan

orang lain

Indikator Utama

4.3.4 Menyimpulkan

dampak

pembakaran

senyawa karbon

Dampak

Pembakaran

Senyawa Karbon

terhadap Lingkugan

dan Kesehatan

Siswa dievaluasi pemahamannya dan proses

pemecahan masalah dengan melakukan tanya jawab

di kelas agar siswa dapat menyimpulkan tentang apa

yang didapatkan setelah mempelajari dampak

pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan

Analisis dan

Evaluasi proses

pemecahan masalah

Penilaian

(mengevaluasi

pemahaman siswa

terkait tema

Membuat induksi

dan

mempertimbangkan

hasil induksi

Page 106: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

89

Indikator

Pembelajaran Materi Kegiatan Pembelajaran

Tahapan

Pembelajaran Berbasis

Masalah (PBM)

Tahapan Pendekatan

Sains, Lingkungan,

Teknologi, Masyarakat

(SALINGTEMAS)

Indikator Berpikir

Kritis Siswa

terhadap

lingkungan dan

kesehatan

dan kesehatan agar siswa dapat bertanya dan

menjawab pertanyaan, serta menyampaikan

kesimpulan (membuat induksi dan

mempertimbangkan induksi), selain itu guru juga

melakukan penilaian kepada siswa dengan

mengerjakan soal tes tertulis untuk mengukur

kemampuan berpikir kritisnya.

pembelajaran yang

disampaikan)

Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

Catatan: indikator berpikir kritis yang diukur dapat mengalami proses berulang di setiap tahapan pembelajaran menggunakan model Pembelajaran

Berbasis Masalah berpendekatan SALINGTEMAS

Page 107: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

90

90

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(KELAS EKSPERIMEN)

Sekolah : SMA Negeri 4 Tangerang Selatan.

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI/1

Materi Pokok : Minyak Bumi

Sub Materi : Dampak Pembakaran Hidrokarbon dan Cara Mengatasinya

Alokasi Waktu : (Pertemuan ke-1 x 2 JP)

A. Kompetensi Inti

KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,

toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan

metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah.

KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif

dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

3.3 Mengidentifikasi reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta

sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, dan partikulat karbon).

3.3.1 Memahami reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta

sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, dan partikulat karbon).

3.3.2 Menganalisis reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan dan tidak sempurna

serta sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, dan partikulat karbon).

4.3 Menyusun gagasan cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan

dan kesehatan.

4.3.1 Mengajukan gagasan tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon

terhadap lingkungan dan kesehatan.

Page 108: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

91

91

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu memahami reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna

serta sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).

2. Siswa mampu menganalisis reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak

sempurna serta sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).

3. Siswa mampu mengajukan gagasan tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa

karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

D. Materi Pembelajaran

(Terlampir)

E. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Salingtemas

Metode : Diskusi dan Tanya Jawab

Model : Pembelajaran Berbasis Masalah

F. Media, Alat, Bahan dan Sumber belajar

1. Media

Bahan Tayang (slide powerpoint)

Lembar Kerja Siswa (LKS)

Video pembelajaran

2. Alat/Bahan

Laptop

LCD proyektor

Papan tulis

Spidol

3. Sumber Belajar

Rufaida, Margono & Yustiana. (2017). Kimia Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu

Alam. Klaten: Intan Pariwara.

Tim Masmedia Buana Pustaka. (2016). KIMIA untuk SMA/MA Kelas XI. Sidoarjo: PT.

Masmedia Buana Pustaka.

Rahardjo, Sentot Budi. (2017). Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk Kelas XI SMA dan

MA Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Solo: PT. Tiga Serangkai

Page 109: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

92

92

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1 (1 x 2JP)

Tahapan PBM

Berpendekatan

SALINGTEMAS

Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran Indikator

Berpikir Kritis Waktu

Guru Siswa

Kegiatan Pendahuluan

-

Orientasi

- Guru mengucapkan salam

untuk membuka kegiatan, dan

berdo’a

- Guru mempersilahkan siswa

duduk pada kelompoknya

masing-masing

Orientasi

- Siswa menjawab salam dan

berdo’a

- Siswa duduk sesuai dengan

kelompoknya

-

10

menit

-

Apersepsi

- Guru mengingatkan kembali

(apersepsi) tentang fraksi-

fraksi minyak bumi beserta

kegunaanya

Apersepsi

- Siswa merespon apersepsi

yang diberikan oleh guru -

-

Motivasi

- Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan

dicapai

- Guru memberikan motivasi

dan manfaat mempelajari

reaksi pembakaran sempurna

dan tidak sempurna, dampak

terhadap lingkungan dan

kesehatan, serta cara

mengatasinya

Motivasi

- Siswa menyimak tujuan

pembelajaran yang akan

dicapai

- Siswa termotivasi untuk

belajar reaksi pembakaran

sempurna dan tidak

sempurna, dampak terhadap

lingkungan dan kesehatan,

dan cara mengatasinya

-

-

Pemberian Acuan

- Guru menjelaskan mekanisme

pembelajaran hari ini

menggunakan metode diskusi

dan tanya jawab

Pemberian Acuan

- Siswa menyimak mekanisme

pembelajaran yang akan

dilakukan

-

Kegiatan Inti

Orientasi Siswa

pada

Masalah/Invitasi

- Guru mengorientasi siswa

pada masalah dengan

memberikan video

pembelajaran yang

menampilkan isu-isu aktual di

masyarakat seperti

pembakaran bensin pada

kendaraan bermotor,

kebakaran hutan dan kabut

asap, asap pabrik, dan

pembakaran limbah rumah

tangga dsb.

- Guru mengarahkan siswa

untuk memperhatikan zat-zat

- Siswa mengamati video

yang ditampilkan oleh guru

agar dapat menganalisis

argumen dan memfokuskan

pertanyaan.

- Siswa memperhatikan

dengan seksama zat-zat

pencemar yang dihasilkan

dari pembakaran bahan

bakar fosil berdasarkan

video yang disajikan.

- Menganalisis

argumen

- Memfokuskan

pertanyaan

15

menit

Page 110: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

93

93

Tahapan PBM

Berpendekatan

SALINGTEMAS

Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran Indikator

Berpikir Kritis Waktu

Guru Siswa

pencemar yang dihasilkan dari

pembakaran bahan bakar fosil

berdasarkan video yang

disajikan.

Kegiatan Inti

Mengorganisasi

siswa untuk

belajar/

Eksplorasi

Sains

- Guru mengorganisasi siswa

secara berkelompok dengan

memberikan LKS berbasis

masalah mengenai dampak

pembakaran senyawa karbon

terhadap lingkungan dan

kesehatan (ISPA dan efek

rumah kaca)

- Guru mempersilahkan siswa

untuk berdiskusi dan

mengeksplor masalah dampak

pembakaran senyawa karbon

bagi lingkungan dan

kesehatan.

- Guru mengajukan pertanyaan

apa saja zat-zat pencemar

udara yang yang ditemukan

siswa pada tayangan video

sebelumnya (CO, CO2,

partikulat karbon).

- Guru menggali pemahaman

siswa tentang pembuatan

persamaan reaksi. Kemudian

siswa diberi contoh persamaan

reaksi yang menghasilkan zat

pencemar yang ditemukan

oleh siswa melalui video (CO

dan CO2).

- Guru mengajukan pertanyaan

kepada siswa perbedaan kedua

reaksi tersebut dilihat dari

jumlah oksigen yang

diperlukan dengan produk

reaksi yang dihasilkan.

Sains

- Siswa mendiskusikan

masalah yang disajikan oleh

guru di dalam LKS agar

dapat berinteraksi dengan

kelompoknya.

- Siswa menjawab pertanyaan

guru tentang zat-zat

pencemar udara yang siswa

temukan pada tayangan

video agar dapat

mempertimbangkan

kredibilitas sumber.

- Siswa merespon pertanyaan

guru tentang cara

pembuatan persamaan reaksi

terdiri atas reaktan dan

produk agar dapat

mengidentifikasi asumsi-

asumsi.

- Siswa menyebutkan

perbedaan reaksi

berdasarkan jumlah oksigen

yang diperlukan dengan

produk reaksi yang

dihasilkan agar dapat

mendefinisikan istilah dan

mempertimbangkan suatu

definisi tentang reaksi

pembakaran sempurna dan

tidak sempurna.

- Berinteraksi

dengan orang

lain

- Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

- Mem-

pertimbangkan

kredibilitas

sumber

- Meng-

identifikasi

asumsi-asumsi

- Men-

definisikan

istilah dan

mem-

pertimbangkan

suatu definisi

20

menit

Membimbing

pengalaman

penyelidikan

individual atau

kelompok/

Eksplanasi

Lingkungan

- Guru mengajukan pertanyaan

mengenai dampak lingkungan

bertambahnya gas CO dan

partikulat karbon dari hasil

pembakaran tidak sempurna

Lingkungan

- Siswa merespon pertanyaan

guru mengenai dampak CO

terhadap lingkungan adalah

munculnya partikulat

karbon/kabut asap dan

- Meng-

identifikasi

asumsi-asumsi

10

menit

Page 111: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

94

94

Tahapan PBM

Berpendekatan

SALINGTEMAS

Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran Indikator

Berpikir Kritis Waktu

Guru Siswa

dan bertambahnya gas CO2

dari hasil pembakaran

sempurna berdasarkan

tayangan video.

- Guru membimbing siswa

secara berkelompok untuk

mengumpulkan informasi yang

berkaitan dengan dampak

pembakaran senyawa karbon

terhadap lingkungan yaitu efek

rumah kaca (sumber

pencemaran, dampak, dan cara

mengatasinya).

- Guru mengarahkan siswa

untuk menemukan solusi

alternatif untuk mengatasi

dampak efek rumah kaca bagi

lingkungan agar dapat

menyusun poster sesuai tema

kelompoknya.

dampak CO2 terhadap

lingkungan adalah efek

rumah kaca agar dapat

mengidentifikasi asumsi-

asumsi.

- Siswa mencari dan

mengumpulkan informasi

untuk mengatasi masalah

efek rumah kaca agar dapat

mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil

observasi serta membuat

deduksi dan induksi.

- Siswa mengajukan gagasan

pada poster yang dibuatnya

untuk mengatasi dampak

efek rumah kaca bagi

lingkungan agar dapat

memutuskan tindakan dan

menentukan hasil

pertimbangan.

- Mengobservasi

dan mem-

pertimbangkan

hasil observasi

- Membuat

deduksi dan

mem-

pertimbangkan

deduksi

- Membuat

induksi dan

mem-

pertimbangkan

hasil induksi

- Memutuskan

suatu tindakan

- Membuat dan

menentukan

hasil

pertimbangan

Membimbing

pengalaman

penyelidikan

individual atau

kelompok/

Eksplanasi

Teknologi

- Guru membimbing siswa

untuk mengumpulkan

informasi yang berkaitan

dengan dampak positif dan

negatif dari penggunaan

teknologi minyak bumi dalam

kehidupan sehari-hari.

- Guru memperkenalkan

pemanfaatan teknologi untuk

mengatasi dampak negatif dari

pembakaran senyawa karbon

pada bensin (konverter

katalitik).

Teknologi

- Siswa mencari dan

mengumpulkan informasi

tentang dampak positif dan

negatif dari teknologi minyak

bumi dalam kehidupan

sehari-hari agar dapat

mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil

observasi serta membuat

deduksi dan induksi.

- Siswa menemukan salah satu

solusi alternatif untuk

mengatasi dampak

pembakaran senyawa karbon

dengan menggunakan

teknologi (konverter

katalitik) agar dapat

memutuskan suatu tindakan

dan menentukan hasil

pertimbangan.

- Mengobservasi

dan mem-

pertimbangkan

hasil observasi

- Membuat

deduksi dan

mem-

pertimbangkan

deduksi

- Membuat

induksi dan

mem-

pertimbangkan

hasil induksi

- Memutuskan

suatu tindakan

- Membuat dan

menentukan

hasil

pertimbangan

10

menit

Membimbing

pengalaman

penyelidikan

individual atau

kelompok/

Eksplanasi

Masyarakat

- Guru mengajukan pertanyaan

mengenai dampak

bertambahnya gas CO dan

partikulat karbon dari hasil

pembakaran tidak sempurna

Masyarakat

- Siswa merespon pertanyaan

guru mengenai dampak CO

dan CO2 terhadap kesehatan

adalah munculnya penyakit

saluran pernapasan seperti

- Membuat

deduksi dan

mem-

pertimbangkan

deduksi

- Membuat

induksi dan

10

menit

Page 112: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

95

95

Tahapan PBM

Berpendekatan

SALINGTEMAS

Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran Indikator

Berpikir Kritis Waktu

Guru Siswa

dan bertambahnya gas CO2

dari hasil pembakaran

sempurna terhadap kesehatan

manusia berdasarkan tayangan

video

- Guru membimbing siswa

untuk mengumpulkan

informasi yang berkaitan

dengan dampak pembakaran

senyawa karbon terhadap

kesehatan yaitu penyakit ISPA

akibat partikulat karbon

(sumber pencemaran, dampak,

dan cara mengatasinya).

- Guru mengarahkan siswa

untuk menemukan solusi

alternatif untuk mengatasi

dampak penyakit ISPA bagi

kesehatan agar dapat

menyusun poster sesuai tema

kelompoknya.

ISPA agar siswa dapat

membuat induksi dan

mempertimbangkan hasil

induksi.

- Siswa mencari dan

mengumpulkan informasi

untuk mengatasi masalah

penyakit ISPA akibat

partikulat karbon agar dapat

membuat deduksi dan

induksi.

- Siswa mengajukan gagasan

pada poster yang dibuatnya

untuk mengatasi dampak

penyakit ISPA bagi

kesehatan agar dapat

memutuskan tindakan dan

menentukan hasil

pertimbangan.

mem-

pertimbangkan

hasil induksi

- Memutuskan

suatu tindakan

- Membuat dan

menentukan

hasil

pertimbangan

Kegiatan Penutup

-

- Guru bersama siswa

melakukan refleksi, dan

mereview kembali proses

pembelajaran yang telah

berlangsung

- Guru mengingatkan kepada

siswa untuk melanjutkan

pembuatan poster di luar kelas

- Guru mengajak siswa untuk

melakukan do’a bersama

sebelum mengakhiri

pembelajaran hari ini

- Siswa melakukan refleksi,

dan mereview kembali proses

pembelajaran.

- Siswa melanjutkan

pembuatan poster secara

kelompok di luar kelas.

- Siswa berdo’a untuk

mengakhiri pembelajaran

hari ini.

- 15

menit

Page 113: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

96

96

H. Penilaian Hasil Belajar

1. Jenis/teknis penilaian

Penilaian dilakukan melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses

dilakukan melalui observasi kerja kelompok dan kerja individu, presentasi, dan laporan

tertulis. Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis.

2. Bentuk Instrumen dan Instrumen

Instrumen penilaian tes berpikir kritis dengan fokus penilaian pada 12 indikator berpikir

kritis: memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, mempertimbangkan kredibilitas

sumber, mengobservasi dan memperti bangkan hasil observasi, mengidentifikasi asumsi-

asumsi, bertanya dan menjawab pertanyaan, menginduksi dan mempertimbangkan hasil

deduksi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, membuat dan

menentukan hasil pertimbangan, membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi,

membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, menentukan suatu tindakan, dan

berinteraksi dengan orang lain.

Contoh bentuk instrumen terlampir

3. Pedoman penskoran

Pedoman penskoran terlampir.

Tangerang Selatan, 27 November 2017

Mengetahui,

Guru Kimia SMAN 4 Tangerang Selatan Peneliti

Nurtohidah, S.Pd Wulan Sari

NIP. 196501121995022001 NIM. 1113016200003

Page 114: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

97

97

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(KELAS EKSPERIMEN)

Sekolah : SMA Negeri 4 Tangerang Selatan

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI/1

Materi Pokok : Minyak Bumi

Sub Materi : Dampak Pembakaran Hidrokarbon dan Cara Mengatasinya

Alokasi Waktu : (Pertemuan ke-2 x 2 JP)

A. Kompetensi Inti

KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,

toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan

metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah.

KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif

dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

3.3 Mengidentifikasi reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta sifat

zat hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).

3.3.3 Menyimpulkan reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan sifat zat hasil

pembakaran (CO, CO2 dan partikulat karbon).

4.3 Menyusun gagasan cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan

dan kesehatan.

4.3.1 Mengajukan gagasan cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap

lingkungan dan kesehatan.

4.3.2 Membuat hasil karya tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon

terhadap lingkungan dan kesehatan.

4.3.3 Menyajikan hasil karya tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon

terhadap lingkungan dan kesehatan.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menyimpulkan reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak

sempurna serta sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).

2. Siswa mampu mengajukan gagasan tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa

karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

Page 115: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

98

98

3. Siswa mampu membuat hasil karya tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa

karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

4. Siswa mampu menyajikan hasil karya tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa

karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

D. Materi Pembelajaran

(terlampir)

E. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Salingtemas

Metode : Diskusi dan Tanya Jawab

Model : Pembelajaran Berbasis Masalah

F. Media, Alat, Bahan dan Sumber belajar

1. Media

Bahan Tayang (slide powerpoint)

2. Alat/Bahan

Laptop

LCD proyektor

Papan tulis

Spidol

3. Sumber Belajar

Rufaida, Margono & Yustiana. (2017). Kimia Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu

Alam. Klaten: Intan Pariwara.

Tim Masmedia Buana Pustaka. (2016). KIMIA untuk SMA/MA Kelas XI. Sidoarjo: PT.

Masmedia Buana Pustaka.

Rahardjo, Sentot Budi. (2017). Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk Kelas XI SMA dan MA

Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Solo: PT. Tiga Serangkai.

Page 116: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

99

99

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-2 (2 x 2JP)

Tahapan PBM

Berendekatan

SALINGTEMAS

Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran Indikator

Berpikir Kritis Waktu

Guru Siswa

Kegiatan Pendahuluan

-

Orientasi

- Guru mengucapkan salam

untuk membuka kegiatan,

dan berdo’a

- Guru mempersilahkan siswa

duduk pada kelompoknya

masing-masing

Orientasi

- Siswa menjawab salam dan

berdo’a

- Siswa duduk sesuai dengan

kelompoknya

-

15

menit

-

Apersepsi

- Guru mengingatkan kembali

(apersepsi) tentang reaksi

pembakaran sempurna dan

tidak sempurna senyawa

karbon.

Apersepsi

- Siswa merespon apersepsi

yang diberikan oleh guru -

-

Motivasi

- Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan

dicapai

- Guru memberikan motivasi

dan manfaat mempelajari

pembakaran dampak

pembakaran senyawa karbon

terhadap lingkungan dan

kesehatan seperti pemanasan

global, efek rumah kaca, dan

penyakit ISPA.

Motivasi

- Siswa menyimak tujuan

pembelajaran yang akan

dicapai

- Siswa termotivasi untuk

dampak pembakaran

senyawa karbon terhadap

lingkungan dan kesehatan

-

-

Pemberian Acuan

- Guru menjelaskan

mekanisme pembelajaran

hari ini menggunakan

metode tanya jawab dan

diskusi.

Pemberian Acuan

- Siswa menyimak mekanisme

pembelajaran yang akan

dilakukan oleh guru.

-

Kegiatan Inti

Membimbing

pengalaman

penyelidikan

individual atau

kelompok/

Eksplanasi

- Guru membimbing

penyelidikan dengan

memberikan kesempatan

pada siswa untuk

mengajukan pertanyaan

tentang kesulitan saat

pembuatan poster

- Guru mencari tahu sejauh

mana pengetahuan siswa

tentang dampak positif dari

pengolahan minyak bumi

(menghasilkan bahan bakar

bensin, diesel, lilin, aspal,

- Siswa merespon pertanyaan

guru tentang kesulitan saat

pembuatan poster.

- Siswa menjawab pertanyaan

yang disampaikan oleh guru

tentang dampak positif dari

produk minyak bumi agar

dapat membuat induksi dan

mempertimbangkan hasil

induksi.

- Siswa menjawab pertanyaan

yang disampaikan oleh guru

tentang dampak negatif dari

pembakaran produk

- Membuat

induksi dan

mem-

pertimbangkan

hasil induksi

- Memutuskan

suatu tindakan

- Membuat dan

menentukan

pertimbangan

10

menit

Page 117: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

100

100

Tahapan PBM

Berendekatan

SALINGTEMAS

Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran Indikator

Berpikir Kritis Waktu

Guru Siswa

yang dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup

manusia)

- Guru mencari tahu sejauh

mana pengetahuan siswa

tentang dampak negatif dari

pembakaran produk

pengolahan minyak bumi

seperti bensin dan batubara.

pengolahan minyak bumi

seperti bensin dan batubara

agar siswa dapat

menentukan pertimbangan

dan memutuskan suatu

tindakan.

Mengembangkan

dan menyajikan

hasil karya/

Aplikasi

- Guru mempersilahkan siswa

untuk menerapkan konsep

pengetahuan yang sudah

dibentuk pada tahap

eksplanasi/ pembentukan

konsep dalam

mempresentasikan dan

menyajikan hasil karya

berupa poster yang bervisi

Science, Environment,

Technology, dan Society.

- Guru memperhatikan hasil

kegiatan seluruh kelompok,

dan memfasilitasi siswa agar

mereka dapat

mengkonstruksi konsep

ilmiah yang menjadi target

pembelajaran.

Sains

- Satu orang perwakilan

kelompok mem-

presentasikan poster buatan

kelompoknya yang

mencakup definisi reaksi

pembakaran sempurna dan

tidak sempurna, contoh

reaksinya, dan sumbernya

agar siswa dapat berinteraksi

dengan kelompok dan

menggunakan argumennya.

Lingkungan

- Kemudian siswa mem-

presentasikan dampak dari

pembakaran hidrokarbon

sempurna dan tidak

sempurna bagi lingkungan

yaitu efek rumah kaca dan

kabut asap yang berasal dari

partikulat karbon. Dan siswa

mengajukan gagasan untuk

mengatasi dampaknya agar

dapat membuat deduksi dan

induksi berdasarkan poster

yang dipresentasikan.

- Membuat

deduksi dan

mem-

pertimbangkan

hasil deduksi

- Membuat

induksi dan

mem-

pertimbangkan

hasil induksi

- Berinteraksi

dengan orang

lain

55

menit

Teknologi

- Selanjutnya, siswa

menjelaskan bahwa dampak

pembakaran hidrokarbon

berasal dari pemanfaatan

teknologi minyak bumi.

Seperti penggunaan

kendaraan bermotor dan

penggunaan batubara sebagai

energi. Selain itu, siswa

menjelaskan beberapa

pemanfaatan teknologi untuk

mengatasi dampak

Page 118: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

101

101

Tahapan PBM

Berendekatan

SALINGTEMAS

Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran Indikator

Berpikir Kritis Waktu

Guru Siswa

- Guru menginstruksikan pada

siswa untuk bertanya,

menanggapi, dan

menambahkan penjelasan

pada poster yang sedang di

presentasikan.

pembakaran hidrokarbon

(konverter katalitik) agar

siswa dapat membuat

deduksi dan induksi

berdasarkan poster yang di

presentasikan.

Masyarakat

- Siswa mempresentasikan

bahwa pembakaran

hidrokarbon juga dapat

berdampak pada kesehatan

manusia, yaitu munculnya

penyakit pernapasan seperti

ISPA, iritasi mata, dan

penyakit lainnya. Kemudian

siswa mengajukan gagasan

untuk mengatasinya agar

sisiwa dapat membuat

deduksi dan induksi

berdasarkan poster yang di

presentasikan.

- Masing-masing perwakilan

kelompok siswa mengajukan

pertanyaan, menanggapi, dan

menambahkan penjelasan

pada poster yang sedang di

presentasikan agar siswa

dapat menggunakan

argumennya untuk

berinteraksi dengan kelompok

lain.

Kegiatan Penutup

-

- Guru bersama siswa

melakukan refleksi, dan

mereview kembali proses

pembelajaran yang telah

berlangsung.

- Guru mengingatkan kepada

siswa untuk latihan soal

dirumah untuk

mempersiapkan diri untuk tes

di pertemuan berikutnya.

- Guru mengajak siswa untuk

melakukan do’a bersama

sebelum mengakhiri

pembelajaran hari ini.

- Siswa melakukan refleksi,

dan mereview kembali proses

pembelajaran.

- Siswa mencatat latihan soal

yang diberikan oleh guru.

- Siswa berdo’a untuk

mengakhiri pembelajaran hari

ini. -

10

menit

Page 119: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

102

102

H. Penilaian Hasil Belajar

1. Jenis/teknis penilaian

Penilaian dilakukan melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses

dilakukan melalui observasi kerja kelompok dan kerja individu, presentasi, dan laporan

tertulis. Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis.

2. Bentuk Instrumen dan Instrumen

Instrumen penilaian tes berpikir kritis dengan fokus penilaian pada 12 indikator berpikir

kritis: memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, mempertimbangkan kredibilitas

sumber, mengobservasi dan memperti bangkan hasil observasi, mengidentifikasi asumsi-

asumsi, bertanya dan menjawab pertanyaan, menginduksi dan mempertimbangkan hasil

deduksi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, membuat dan

menentukan hasil pertimbangan, membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi,

membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, menentukan suatu tindakan, dan

berinteraksi dengan orang lain.

Contoh bentuk instrumen terlampir

3. Pedoman penskoran

Pedoman penskoran terlampir.

Tangerang Selatan, 28 November 2017

Mengetahui,

Guru Kimia SMAN 4 Tangerang Selatan Peneliti

Nurtohidah, S.Pd Wulan Sari

NIP. 196501121995022001 NIM.1113016200003

Page 120: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

103

103

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(KELAS EKSPERIMEN)

Sekolah : SMA Negeri 4 Tangerang Selatan

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI/1

Materi Pokok : Minyak Bumi

Sub Materi : Dampak Pembakaran Hidrokarbon dan Cara Mengatasinya

Alokasi Waktu : (Pertemuan ke-3 x 2 JP)

A. Kompetensi Inti

KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,

toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan

metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah.

KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif

dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

3.3 Mengidentifikasi reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta sifat

zat hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).

3.3.3 Menyimpulkan reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan sifat zat hasil

pembakaran (CO2 dan partikulat karbon).

4.3 Menyusun gagasan cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan

dan kesehatan.

4.3.1 Mengajukan gagasan cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap

lingkungan dan kesehatan.

4.3.3 Menyimpulkan dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan dan

kesehatan.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menyimpulkan reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak

sempurna serta sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).

2. Siswa mampu mengajukan gagasan tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa

karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

Page 121: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

104

104

3. Siswa mampu menyimpulkan dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan dan

kesehatan.

D. Materi Pembelajaran

(terlampir)

E. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Salingtemas (Science, Environment, Technology, Society)

Metode : Diskusi dan Tanya Jawab

Model : Problem Based Learning

F. Media, Alat, Bahan dan Sumber belajar

1. Media

Bahan Tayang (slide powerpoint)

2. Alat/Bahan

Laptop

LCD proyektor

Papan tulis

Spidol

3. Sumber Belajar

Rufaida, Margono & Yustiana. (2017). Kimia Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam.

Klaten: Intan Pariwara.

Tim Masmedia Buana Pustaka. (2016). KIMIA untuk SMA/MA Kelas XI. Sidoarjo: PT.

Masmedia Buana Pustaka.

Rahardjo, Sentot Budi, (2017). Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk Kelas XI SMA dan MA

Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Solo: PT. Tiga Serangkai.

Page 122: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

105

105

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-3 (3 x 2JP)

Tahapan PBM

Berpendekatan

SALINGTEMAS

Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran Indikator

Berpikir Kritis Waktu

Guru Siswa

Kegiatan Pendahuluan

-

Orientasi

- Guru mengucapkan salam

untuk membuka kegiatan,

dan berdo’a

- Guru mempersilahkan

siswa duduk pada

kelompoknya masing-

masing

Orientasi

- Siswa menjawab salam dan

berdo’a

- Siswa duduk sesuai dengan

kelompoknya

-

10

menit

-

Apersepsi

- Guru mengingatkan

kembali (apersepsi) tentang

Dampak Pembakaran

Senyawa Karbon bagi

Lingkungan dan

Kesehatan.

Apersepsi

- Siswa merespon apersepsi

yang diberikan oleh guru

-

-

Motivasi

- Guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang

akan dicapai

- Guru memberikan motivasi

dan manfaat mempelajari

cara untuk mengatasi

dampak pembakaran

senyawa karbon terhadap

lingkungan dan kesehatan

seperti pemanasan global,

efek rumah kaca, dan

penyakit ISPA.

Motivasi

- Siswa menyimak tujuan

pembelajaran yang akan

dicapai

- Siswa termotivasi untuk

mempelajari cara mengatasi

dampak pembakaran

senyawa karbon terhadap

lingkungan dan kesehatan

-

-

Pemberian Acuan

- Guru menjelaskan

mekanisme pembelajaran

hari ini menggunakan

metode ceramah dan

diskusi

Pemberian Acuan

- Siswa menyimak mekanisme

pembelajaran yang akan

dilakukan

-

Kegiatan Inti

Analisis dan

Evaluasi

Pemecahan

Masalah

- Guru mengadakan sesi

tanya jawab pada siswa

mengenai materi yang

telah diajarkan.

- Guru menginstruksikan

kepada siswa untuk

mengerjakan soal untuk

mengukur keterampilan

berpikir kritisnya.

- Siswa bertanya terkait

materi yang belum

dipahaminya dan menjawab

pertanyaan yang

disampaikan oleh guru.

- Siswa mengerjakan soal

yang diberikan oleh guru.

- Siswa membuat dan

menyampaikan kesimpulan

(membuat induksi) yang

didapatkan dari kegiatan

- Membuat

induksi dan

mem-

pertimbangkan

hasil induksi

- Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

70

menit

Page 123: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

106

106

Tahapan PBM

Berpendekatan

SALINGTEMAS

Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran Indikator

Berpikir Kritis Waktu

Guru Siswa

- Guru menganalisis

pemahaman siswa dengan

meminta salah satu siswa

untuk menyimpulkan

pembelajaran hari ini

pembelajaran, agar siswa

dapat membuat induksi dan

mempertimbangkan hasil

induksi.

-

Kegiatan Penutup

-

- Guru bersama siswa

melakukan refleksi, dan

mereview kembali proses

pembelajaran yang telah

berlangsung

- Guru mengajak siswa untuk

melakukan do’a bersama

sebelum mengakhiri

pembelajaran hari ini

- Siswa melakukan refleksi,

dan mereview kembali proses

pembelajaran

- Siswa berdo’a untuk

mengakhiri pembelajaran

hari ini

- 10

menit

Page 124: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

107

107

H. Penilaian Hasil Belajar

1. Jenis/teknis penilaian

Penilaian dilakukan melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses

dilakukan melalui observasi kerja kelompok dan kerja individu, presentasi, dan laporan

tertulis. Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis.

2. Bentuk Instrumen dan Instrumen

Instrumen penilaian tes berpikir kritis dengan fokus penilaian pada 12 indikator berpikir

kritis: memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, mempertimbangkan kredibilitas

sumber, mengobservasi dan memperti bangkan hasil observasi, mengidentifikasi asumsi-

asumsi, bertanya dan menjawab pertanyaan, menginduksi dan mempertimbangkan hasil

deduksi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, membuat dan

menentukan hasil pertimbangan, membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi,

membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, menentukan suatu tindakan, dan

berinteraksi dengan orang lain.

Contoh bentuk instrumen terlampir

3. Pedoman penskoran

Pedoman penskoran terlampir.

Tangerang Selatan, 11 Desember 2017

Mengetahui,

Guru Kimia SMAN 4 Tangerang Selatan Peneliti

Nurtohidah, S.Pd Wulan Sari

NIP. 196501121995022001 NIM. 1113016200003

Page 125: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

108

108

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(KELAS KONTROL)

Sekolah : SMA Negeri 4 Tangerang Selatan

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI/1

Materi Pokok : Minyak Bumi

Sub Materi : Dampak Pembakaran Hidrokarbon dan Cara Mengatasinya

Alokasi Waktu : (Pertemuan ke-1 x 2 JP)

A. Kompetensi Inti

KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,

toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan

metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah.

KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif

dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

3.3 Mengidentifikasi reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta

sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, dan partikulat karbon).

3.3.1 Memahami reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta

sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, dan partikulat karbon).

3.3.2 Menganalisis reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan dan tidak sempurna

serta sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, dan partikulat karbon).

4.3 Menyusun gagasan cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan

dan kesehatan.

4.3.1 Mengajukan gagasan tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon

terhadap lingkungan dan kesehatan.

Page 126: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

109

109

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu memahami reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna

serta sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).

2. Siswa mampu menganalisis reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak

sempurna serta sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).

3. Siswa mampu mengajukan gagasan tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa

karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

D. Materi Pembelajaran

(Terlampir)

E. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Scientific (Saintifik)

Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Model : Pembelajaran Konvensional

F. Media, Alat, Bahan dan Sumber belajar

1. Media

Bahan Tayang (slide powerpoint)

Lembar Kerja Siswa (LKS)

2. Alat/Bahan

Laptop

LCD proyektor

Papan tulis

Spidol

3. Sumber Belajar

Rufaida, Margono & Yustiana. (2017). Kimia Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu

Alam SMA/MA Kelas XI Semester 1. Klaten: Intan Pariwara.

Tim Masmedia Buana Pustaka. (2016). KIMIA untuk SMA/MA Kelas XI. Sidoarjo: PT.

Masmedia Buana Pustaka.

Rahardjo, Sentot Budi. (2017). Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk Kelas XI SMA dan

MA Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam.

Page 127: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

110

110

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-1 (1 x 2JP)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran

Waktu

Guru Siswa

Pendahuluan

Orientasi

- Guru mengucapkan salam untuk

membuka kegiatan, dan berdo’a

- Guru mempersilahkan siswa duduk

pada kelompoknya masing-masing

Orientasi

- Siswa menjawab salam dan

berdo’a

- Siswa duduk sesuai dengan

kelompoknya

10 menit

Apersepsi

- Guru mengingatkan kembali

(apersepsi) tentang fraksi-fraksi

minyak bumi beserta kegunaanya

Apersepsi

- Siswa merespon apersepsi yang

diberikan oleh guru

Motivasi

- Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

- Guru memberikan motivasi dan

manfaat mempelajari reaksi

pembakaran sempurna dan tidak

sempurna, dampak terhadap

lingkungan dan kesehatan, serta

cara mengatasinya

Motivasi

- Siswa menyimak tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

- Siswa termotivasi untuk belajar

reaksi pembakaran sempurna

dan tidak sempurna, dampak

terhadap lingkungan dan

kesehatan, dan cara

mengatasinya

Pemberian Acuan

- Guru menjelaskan mekanisme

pembelajaran hari ini

menggunakan metode ceramah dan

diskusi

Pemberian Acuan

- Siswa menyimak mekanisme

pembelajaran yang akan

dilakukan

Inti

Mengamati

- Guru menampilkan tabel komposisi

udara bersih.

- Guru menampilkan gambar-

gambar aktivitas pembakaran

(pembakaran bensin, hutan,

batubara, sampah) yang dapat

mencemari lingkungan.

Mengamati

- Siswa mengamati dengan

seksama tabel yang ditampilkan

oleh guru.

- Siswa mengamati gambar

gambar-gambar aktivitas

pembakaran yang dapat

mencemari lingkungan.

10 menit

Inti

Menanya

- Guru mengarahkan siswa untuk

bertanya mengapa aktivitas

pembakaran tersebut dapat

mencemari lingkungan.

- Guru menyampaikan bahwa

aktivitas pembakaran tersebut

menghasilkan gas CO, CO2, dan

partikulat karbon yang dapat

berdampak negatif bagi kesehatan

dan lingkungan.

Menanya

- Siswa bertanya mengenai

mengapa aktivitas pembakaran

tersebut dapat mencemari

lingkungan.

- Siswa bertanya apa dampak

negatif dari gas CO, CO2, dan

partikulat karbon bagi kesehatan

dan lingkungan.

5 menit

Mencoba

- Guru menyampaikan bahwa

aktivitas pembakaran yang

menghasilkan gas CO, CO2, dan

Mencoba

- Guru menyimak penjelasan

guru mengenai definisi 20 menit

Page 128: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

111

111

Kegiatan Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran

Waktu

Guru Siswa

partikulat karbon berkaitan dengan

reaksi pembakaran sempurna dan

tidak sempurna.

- Guru menggali pemahaman siswa

tentang cara membuat dan

menyetarakan reaksi dengan

memberikan contoh reaksi

pembakaran sempurna dan tidak

sempurna.

- Guru mengarahkan siswa untuk

mencari informasi tentang dampak

pembakaran senyawa karbon bagi

lingkungan dan kesehatan.

pembakaran sempurna dan tidak

sempurna.

- Siswa mencoba membuat dan

menyetarakan persamaan reaksi

pembakaran sempurna dan tidak

sempurna.

- Siswa mencari informasi

tentang dampak pembakaran

senyawa karbon bagi

lingkungan dan kesehatan.

Menalar

- Guru menginstruksikan kepada

siswa untuk mengerjakan soal

secara mandiri

Menalar

- Siswa mengerjakan soal secara

mandiri

25 menit

Menglomunikasikan

- Guru meminta salah satu

perwakilan siswa untuk

menyimpulkan kegiatan

pembelajaran hari ini

Mengkomunikasikan

- Siswa mengkomunikasikan

kesimpulan yang didapatkan

dari kegiatan pembelajaran

10 menit

Penutup

- Guru bersama siswa melakukan

refleksi, dan mereview kembali

proses pembelajaran yang telah

berlangsung.

- Guru mengingatkan siswa untuk

menyelesaikan tugas individu yang

telah diberikan

- Guru melakukan pembacaan doa

bersama siswa untuk mengakhiri

pembelajaran hari ini

- Siswa melakukan refleksi, dan

mereview kembali proses

pembelajaran.

- Siswa menyimak perintah yang

diberikan oleh guru

- Siswa melakukan pembacaan

doa untuk mengakhiri

pembelajaran hari ini

10 menit

Page 129: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

112

112

H. Penilaian Hasil Belajar

1. Jenis/teknis penilaian

Penilaian dilakukan melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses

dilakukan melalui observasi kerja kelompok dan kerja individu, presentasi, dan laporan

tertulis. Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis.

2. Bentuk Instrumen dan Instrumen

Instrumen penilaian tes berpikir kritis dengan fokus penilaian pada 12 indikator berpikir

kritis: memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, mempertimbangkan kredibilitas

sumber, mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, mengidentifikasi asumsi-

asumsi, bertanya dan menjawab pertanyaan, menginduksi dan mempertimbangkan hasil

deduksi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, membuat dan

menentukan hasil pertimbangan, membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi,

membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, menentukan suatu tindakan, serta

berinteraksi dengan orang lain.

3. Pedoman penskoran

Pedoman penskoran terlampir

Tangerang Selatan, 27 November 2017

Mengetahui,

Guru Kimia SMAN 4 Tangerang Selatan Peneliti

Nurtohidah, S.Pd Wulan Sari

NIP. 196501121995022001 NIM. 1113016200003

Page 130: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

113

113

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(KELAS KONTROL)

Sekolah : SMA Negeri 4 Tangerang Selatan

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI/1

Materi Pokok : Minyak Bumi

Sub Materi : Dampak Pembakaran Hidrokarbon dan Cara Mengatasinya

Alokasi Waktu : (Pertemuan ke-2 x 2 JP)

A. Kompetensi Inti

KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,

toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan

metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah.

KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif

dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

3.3 Mengidentifikasi reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta sifat

zat hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).

3.3.3 Menyimpulkan reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan sifat zat hasil

pembakaran (CO, CO2 dan partikulat karbon).

4.3 Menyusun gagasan cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan

dan kesehatan.

4.3.1 Mengajukan gagasan cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap

lingkungan dan kesehatan.

4.3.2 Membuat hasil karya tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon

terhadap lingkungan dan kesehatan.

4.3.3 Menyajikan hasil karya tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon

terhadap lingkungan dan kesehatan.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menyimpulkan reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak

sempurna serta sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).

2. Siswa mampu mengajukan gagasan tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa

karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

Page 131: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

114

114

3. Siswa mampu membuat hasil karya tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa

karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

4. Siswa mampu menyajikan hasil karya tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa

karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

D. Materi Pembelajaran

(Terlampir)

E. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Scientific (Saintifik)

Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Model : Pembelajaran Konvensional

F. Media, Alat, Bahan dan Sumber belajar

1. Media

Bahan Tayang (slide powerpoint)

Lembar Kerja Siswa (LKS)

2. Alat/Bahan

Laptop

LCD proyektor

Papan tulis

Spidol

3. Sumber Belajar

Rufaida, Margono & Yustiana. (2017). Kimia Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu

Alam SMA/MA Kelas XI Semester 1. Klaten: Intan Pariwara.

Tim Masmedia Buana Pustaka. (2016). KIMIA untuk SMA/MA Kelas XI. Sidoarjo: PT.

Masmedia Buana Pustaka.

Rahardjo, Sentot Budi. (2017). Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk Kelas XI SMA dan

MA Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam.

Page 132: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

115

115

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-2 (2 x 2JP)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran

Waktu

Guru Siswa

Pendahuluan

Orientasi

- Guru mengucapkan salam untuk

membuka kegiatan, dan berdo’a

- Guru mempersilahkan siswa

duduk pada kelompoknya

masing-masing

Orientasi

- Siswa menjawab salam dan

berdo’a

- Siswa duduk sesuai dengan

kelompoknya

10 menit

Apersepsi

- Guru mengingatkan kembali

(apersepsi) tentang reaksi

pembakaran sempurna dan tidak

sempurna

Apersepsi

- Siswa merespon apersepsi

yang diberikan oleh guru

Motivasi

- Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

- Guru memberikan motivasi dan

manfaat mempelajari dampak

pembakaran senyawa karbon

dan cara mengatasinya

Motivasi

- Siswa menyimak tujuan

pembelajaran yang akan

dicapai

- Siswa termotivasi untuk

belajar dampak pembakaran

senyawa karbon dan cara

mengatasinya

Pemberian Acuan

- Guru menjelaskan mekanisme

pembelajaran hari ini

menggunakan metode ceramah

dan diskusi

Pemberian Acuan

- Siswa menyimak mekanisme

pembelajaran yang akan

dilakukan

Inti

Mengamati

- Guru menampilkan presentasi

dampak-dampak yang

dihasilkan dari pembakaran

senyawa hidrokarbon

Mengamati

- Siswa mengamati dampak-

dampak yang dihasilkan dari

pembakaran senyawa

hidrokarbon yang disajikan

oleh guru

10 menit

Inti

Menanya

- Guru mengarahkan siswa untuk

bertanya bagaimana cara

mengatasi dampak senyawa

karbon bagi lingkungan seperti

efek rumah kaca dan ISPA.

Menanya

- Siswa bertanya mengenai

bagaimana cara mengatasi

dampak senyawa karbon

bagi lingkungan seperti efek

rumah kaca dan ISPA.

5 menit

Mencoba

- Guru mengarahkan siswa untuk

mengumpulkan informasi

tentang cara untuk mengurangi

pembakaran senyawa karbon

yang dapat menyebabkan efek

rumah kaca dan penyakit ISPA.

Mencoba

- Siswa mengumpulkan

informasi tentang cara untuk

mengurangi pembakaran

senyawa karbon yang dapat

menyebabkan efek rumah

kaca dan penyakit ISPA.

15 menit

Menalar

- Guru membimbing siswa

dengan membahas hasil

informasi yang siswa

Menalar

- Siswa menyimak penjelasan

guru mengenai dampak

pembakaran senyawa

25 menit

Page 133: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

116

116

Kegiatan Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran

Waktu

Guru Siswa

kumpulkan mengenai dampak

pembakaran senyawa

hidrokarbon dan bagaimana

cara mengatasinya.

- Guru menginstruksikan siswa

untuk mengerjakan latihan soal

secara mandiri

hidrokarbon dan bagaimana

cara mengatasinya.

- Siswa mengerjakan latihan

soal yang diberikan oleh

guru

Menglomunikasikan

- Guru mempersilahkan salah

satu siswa secara bergantian

mengerjakan kedepan

- Guru membahas soal yang

dikerjakan siswa

- Guru meminta salah satu

perwakilan siswa untuk

menyimpulkan kegiatan

pembelajaran hari ini

Mengkomunikasikan

- Siswa mengkomunikasikan

hasil jawabannya

- Siswa menyimak

pembahasan soal oleh guru

- Siswa menyimpulkan

kegiatan pembelajaran hari

ini

15 menit

Penutup

- Guru bersama siswa melakukan

refleksi, dan mereview kembali

proses pembelajaran yang telah

berlangsung.

- Guru memberikan kesempatan

siswa untuk bertanya terkait

materi yang belum

dipahaminya.

- Guru mengingatkan pada siswa

bahwa pertemuan selanjutnya

akan ada evaluasi terhadap

kegiatan pembelajaran.

- Guru melakukan pembacaan

doa bersama siswa untuk

mengakhiri pembelajaran hari

ini

- Siswa melakukan refleksi,

dan mereview kembali

proses pembelajaran.

- Siswa bertanya terkait materi

yang belum dipahaminya

- Siswa menyimak penjelasan

dari guru mengenai evaluasi

yang akan dilaksanakan

pertemuan selanjutnya.

- Siswa melakukan

pembacaan doa untuk

mengakhiri pembelajaran

hari ini

10 menit

Page 134: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

117

117

H. Penilaian Hasil Belajar

1. Jenis/teknis penilaian

Penilaian dilakukan melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses

dilakukan melalui observasi kerja kelompok dan kerja individu, presentasi, dan laporan

tertulis. Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis.

2. Bentuk Instrumen dan Instrumen

Instrumen penilaian tes berpikir kritis dengan fokus penilaian pada 12 indikator berpikir

kritis: memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, mempertimbangkan kredibilitas

sumber, mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, mengidentifikasi asumsi-

asumsi, bertanya dan menjawab pertanyaan, menginduksi dan mempertimbangkan hasil

deduksi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, membuat dan

menentukan hasil pertimbangan, membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi,

membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, menentukan suatu tindakan, serta

berinteraksi dengan orang lain.

3. Pedoman penskoran

Pedoman penskoran terlampir

Tangerang Selatan, 28 November 2017

Mengetahui,

Guru Kimia SMAN 4 Tangerang Selatan Peneliti

Nurtohidah, S.Pd Wulan Sari

NIP. 196501121995022001 NIM. 1113016200003

Page 135: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

118

118

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(KELAS KONTROL)

Sekolah : SMA Negeri 4 Tangerang Selatan

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI/1

Materi Pokok : Minyak Bumi

Sub Materi : Dampak Pembakaran Hidrokarbon dan Cara Mengatasinya

Alokasi Waktu : (Pertemuan ke-3 x 2 JP)

A. Kompetensi Inti

KI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama,

toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan

metakognitif berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah.

KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif

dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

3.3 Mengidentifikasi reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta sifat

zat hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).

3.3.3 Menyimpulkan reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan sifat zat hasil

pembakaran (CO2 dan partikulat karbon).

4.3 Menyusun gagasan cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan

dan kesehatan.

4.3.1 Mengajukan gagasan cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap

lingkungan dan kesehatan.

4.3.3 Menyimpulkan dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan dan

kesehatan.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menyimpulkan reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak

sempurna serta sifat zat hasil pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).

2. Siswa mampu mengajukan gagasan tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa

karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

Page 136: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

119

119

3. Siswa mampu menyimpulkan dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan dan

kesehatan.

D. Materi Pembelajaran

(Terlampir)

E. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Scientific (Saintifik)

Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Model : Pembelajaran Konvensional

F. Media, Alat, Bahan dan Sumber belajar

1. Media

Bahan Tayang (slide powerpoint)

Lembar Kerja Siswa (LKS)

2. Alat/Bahan

Laptop

LCD proyektor

Papan tulis

Spidol

3. Sumber Belajar

Rufaida, Margono & Yustiana. (2017). Kimia Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu

Alam SMA/MA Kelas XI Semester 1. Klaten: Intan Pariwara.

Tim Masmedia Buana Pustaka. (2016). KIMIA untuk SMA/MA Kelas XI. Sidoarjo: PT.

Masmedia Buana Pustaka.

Rahardjo, Sentot Budi. (2017). Kimia Berbasis Eksperimen 2 untuk Kelas XI SMA dan

MA Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam.

Page 137: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

120

120

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-3 (3 x 2JP)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran

Waktu

Guru Siswa

Pendahuluan

Orientasi

- Guru mengucapkan salam untuk

membuka kegiatan, dan berdo’a

- Guru mempersilahkan siswa

duduk pada kelompoknya

masing-masing

Orientasi

- Siswa menjawab salam dan

berdo’a

- Siswa duduk sesuai dengan

kelompoknya

10 menit

Apersepsi

- Guru mengingatkan kembali

(apersepsi) tentang dampak

negatif dari pembakaran

senyawa karbon dan cara

mengatasinya

Apersepsi

- Siswa merespon apersepsi

yang diberikan oleh guru

Motivasi

- Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai

- Guru memberikan motivasi dan

manfaat mempelajari dampak

pembakaran senyawa karbon

dan cara mengatasinya

Motivasi

- Siswa menyimak tujuan

pembelajaran yang akan

dicapai

- Siswa termotivasi untuk

belajar dampak pembakaran

senyawa karbon dan cara

mengatasinya

Pemberian Acuan

- Guru menjelaskan mekanisme

pembelajaran hari ini

menggunakan metode ceramah

dan diskusi

Pemberian Acuan

- Siswa menyimak mekanisme

pembelajaran yang akan

dilakukan

Inti

Mengamati

- Guru mengevaluasi hasil tugas

individu yang dikerjakan oleh

siswa

Mengamati

- Siswa mengamati penjelasan

guru 10 menit

Menanya

- Guru mengarahkan siswa untuk

bertanya mengenai penjelasan

yang belum dipahaminya terkait

hasil diskusi yang dilakukan

Menanya

- Siswa bertanya mengenai

materi yang belum

dipahaminya

5 menit

Mencoba

- Guru membahas materi yang

belum dipahaminya dengan

memberikan contoh soal.

- Guru menyajikan soal untuk

dikerjakan oleh siswa

Mencoba

- Siswa menyimak penjelasan

yang diberikan oleh guru.

- Siswa mencoba mengerjakan

soal yang disajikan oleh guru

25 menit

Menalar

- Guru menginstruksikan kepada

siswa untuk mengerjakan soal

yang diberikan secara individu

untuk melatih keterampilan

berpikir kritisnya.

Menalar

- Siswa mengerjakan soal

yang diberikan guru secara

individu untuk melatih

keterampilan berpikir

kritisnya.

30 menit

Page 138: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

121

121

Kegiatan Deskripsi Kegiatan/Aktivitas Pembelajaran

Waktu

Guru Siswa

Menglomunikasikan

- Guru meminta salah satu

perwakilan siswa untuk

menyimpulkan kegiatan

pembelajaran hari ini

Mengkomunikasikan

- Siswa mengkomunikasikan

kesimpulan yang didapatkan

dari kegiatan pembelajaran

5 menit

Penutup

- Guru melakukan pembacaan doa

bersama siswa untuk mengakhiri

pembelajaran hari ini

- Siswa melakukan pembacaan

doa untuk mengakhiri

pembelajaran hari ini

5 menit

Page 139: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

122

122

H. Penilaian Hasil Belajar

1. Jenis/teknis penilaian

Penilaian dilakukan melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses

dilakukan melalui observasi kerja kelompok dan kerja individu, presentasi, dan laporan

tertulis. Sedangkan penilaian hasil dilakukan melalui tes tertulis.

2. Bentuk Instrumen dan Instrumen

Instrumen penilaian tes berpikir kritis dengan fokus penilaian pada 12 indikator berpikir

kritis: memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, mempertimbangkan kredibilitas

sumber, mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, mengidentifikasi asumsi-

asumsi, bertanya dan menjawab pertanyaan, menginduksi dan mempertimbangkan hasil

deduksi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, membuat dan

menentukan hasil pertimbangan, membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi,

membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, menentukan suatu tindakan, serta

berinteraksi dengan orang lain.

3. Pedoman penskoran

Pedoman penskoran terlampir

Tangerang Selatan, 11 Desember 2017

Mengetahui,

Guru Kimia SMAN 4 Tangerang Selatan Peneliti

Nurtohidah, S.Pd Wulan Sari

NIP. 196501121995022001 NIM. 1113016200003

Page 140: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

123

Lampiran 4

LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Mata Pelajaran : Kimia Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

Kelas/Semester : XI/1 Jumlah Soal : 26 soal

Materi Pokok : Minyak Bumi Bentuk Soal : Uraian/Essay

Sub-Materi Pokok : Dampak Pembakaran Hidrokarbon dan Cara Mengatasinya

Kompetensi Dasar : 3.3 Mengidentifikasi reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta sifat zat hasil pembakaran

(CO2, CO, partikulat karbon).

4.3 Menyusun gagasan cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

Nama Pembuat Soal : Wulan Sari

No Indikator Keterampilan Berpikir Kritis yang akan diukur Nomor Soal

1. (1) Memfokuskan pertanyaan 1, 2, 22a

2. (2) Menganalisis argumen 3, 4a, 5, 19b

3. (3) Bertanya dan menjawab pertanyaan 4b, 6, 7, 8a

4. (4) Mempertimbangkan kredibilitas sumber 9, 10, 11, 23b

5. (5) Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi 17b, 25b, 26a

6. (6) Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi 12a, 13a, 14a, 24a

7. (7) Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi 8c, 12b, 18b, 19a

8. (8) Membuat dan menentukan hasil pertimbangan 14b, 17b, 20, 21

9. (9) Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi 15, 16, 23a

10. (10) Mengidentifikasi asumsi-asumsi 8b, 13b, 17a, 18a

11. (11) Memutuskan suatu tindakan 14b, 17b, 20, 21

12 (12) Berinteraksi dengan orang lain 18b, 24b, 25a, 26b

Page 141: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

124

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

Menganalisis

reaksi

pembakaran

hidrokarbon

yang sempurna

dan tidak

sempurna, serta

sifat zat hasil

pembakaran

(CO, CO2 dan

partikulat

karbon)

Disajikan

suatu

fenomena,

kemudian

siswa

menganalisis

reaksi

pembakaran

sempurna dan

tidak

sempurna

dengan

merumuskan

pertanyaan

(1) Memfokuskan

pertanyaan

(1) Meng-

identifikasi atau

merumuskan

pertanyaan

1. Perhatikan tabel hasil pengamatan siswa mengenai

pembakaran sempurna dan tidak sempurna kendaraan

bermotor berikut!

Jenis

Mobil

Bahan

Bakar

Asap Kendaraan yang

dihasilkan

Angkutan

Umum

Kendaraa

n pribadi

Bensin

Menghasilkan asap yang

tidak terlalu tebal

dibandingkan mobil

berbahan bakar solar

Bus

Truk

angkut &

Tronton

Solar

Menghasilkan asap

hitam yang sangat tebal

dibandingkan mobil

berbahan bakar bensin

Berdasarkan kegiatan pengamatan yang telah dilakukan

siswa, buatlah rumusan masalah dalam bentuk

pertanyaan (minimal 2)! (C4)

Menganalisis

reaksi

pembakaran

hidrokarbon

yang tidak

sempurna, dan

sifat zat hasil

pembakaran

(CO dan

partikulat

karbon)

Disajikan

suatu hasil

penelitian

tentang

dampak

polusi udara

bagi

kesehatan,

kemudian

siswa

menganalisis

reaksi

pembakaran

tidak

(1) Memfokuskan

pertanyaan

(1) Meng-

identifikasi atau

merumuskan

pertanyaan

2. Menurut studi penelitian nasional di Prancis yang

dilakukan oleh Denis Hermon, polusi yang diakibatkan

oleh lalu lintas di dekat rumah, khususnya polusi udara

yang diakibatkan pembakaran bensin yang tidak

sempurna pada kendaraan bermotor dapat

meningkatkan risiko penyakit leukimia. Denis Hermon

menjelaskan bahwa asap kendaraan bermotor

mengandung sejumlah gas-gas yang beracun dan dapat

meningkatkan risiko salah satu jenis leukimia pada

anak-anak. Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan,

buatlah rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan

(minimal 2)! (C4)

Page 142: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

125

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

sempurna

dengan

merumuskan

pertanyaan

Menganalisis

reaksi

pembakaran

hidrokarbon

yang tidak

sempurna dan

sifat zat hasil

pembakaran

(CO dan

partikulat

karbon)

Diberikan

informasi

mengenai

sifat gas

karbon

monoksida,

kemudian

siswa

menganalisis

penyebab

karbon

monoksida

berbahaya

bagi tubuh

(2) Menganalisis

argumen

(2) Meng-

identifikasi

alasan/sebab berdasarkan

informasi yang

ditemukan

3. Gas karbon monoksida dapat menyebabkan tubuh

kekurangan oksigen sehingga mengakibatkan sesak

napas. Apa yang menyebabkan gas karbon monoksida

dapat mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen?

Jelaskan! (C4)

Menganalisis

reaksi

pembakaran

hidrokarbon

yang tidak

sempurna dan

sifat zat hasil

pembakaran

(CO dan

partikulat

karbon)

Disajikan

informasi

mengenai

sumber

partikulat

karbon,

kemudian

siswa

menganalisis

penyebab

partikulat

karbon

berasal dari

(2) Menganalisis

argumen

(3) Bertanya dan

menjawab

pertanyaaan

(2) Meng-

identifikasi

alasan/sebab berdasarkan

informasi yang

ditemukan

(3) Menyebutkan

contoh

4. Perhatikan gambar berikut!

Gambar A Sesak napas akibat menghirup

asap pembakaran (www.sehatmagz.com)

Gambar B Asap hitam industri batu bara merupakan

salah satu sumber partikulat karbon (C) yang berasal dari

pembakaran tidak sempurna (www.pic.cerpen.co.id)

C O

C

Karbon

Partikulat

Page 143: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

126

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

pembakaran

tidak

sempurna

a. Apa yang menyebabkan partikulat karbon (asap

hitam) dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna?

(C4) b. Berikan dua contoh lain aktivitas pembakaran tidak

sempurna dalam kehidupan sehari-hari yang

menghasilkan partikulat karbon! (C4)

Menganalisis

reaksi

pembakaran

hidrokarbon

yang sempurna

dan tidak

sempurna, serta

sifat zat hasil

pembakaran

(CO, CO2 dan

partikulat

karbon)

Disajikan

tabel

mengenai

pembakaran

sempurna dan

tidak

sempurna,

kemudian

siswa

melengkapi

tabel untuk

menganalisis

persamaan

dan

perbedaan

reaksi

pembakaran

sempurna dan

tidak

sempurna

(2)Menganalisis

argumen

(2) Mencari

persamaan

dan

perbedaan

5. Isilah dengan jawaban yang benar pada tabel berikut!

Aspek Pembakaran

Sempurna

Pembakaran

Tidak

Sempurna

a. Sumber - .................... - .................... - ....................

- ....................

- ....................

- ....................

b. Produk

.....................

.......................

c. Jumlah

Oksigen

yang di-

butuhkan

untuk

pem-

bakaran

..................... ......................

Berdasarkan tabel yang telah Anda isi secara lengkap,

analisislah apakah ada persamaan dan perbedaan antara reaksi pembakaran sempurna dan tidak

sempurna! (C4)

Menganalisis

reaksi

pembakaran

hidrokarbon

Disajikan

kegunaan

senyawa

hirokarbon

(3)Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

(3) Memberikan

penjelasan

sederhana

6. Jika kalian mengambil korek api gas, kalian dapat

melihat butana dalam bentuk cair. Ketika korek api gas

ditekan, butana akan kembali menjadi gas membentuk

nyala api. Nyala api dari korek gas tersebut mengalami

Page 144: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

127

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

yang sempurna

dan sifat zat

hasil

pembakaran

(CO2)

dalam

kehidupan

sehari-hari,

kemudian

siswa me-

nyetarakan

reaksi dan

menganalisis

jumlah

oksigen, air,

dan karbon

dioksida dari

persamaan

reaksi yang

telah

dibuatnya

reaksi pembakaran sempurna antara gas butana dengan

oksigen. Berdasarkan peristiwa tersebut,

a. Setarakan persamaan reaksi pembakaran sempurna

butana dengan oksigen!

C4H10(g) + O2(g) → CO2(g) + H2O(g) (belum setara)

b. Kemudian jelaskan secara sederhana berapa

banyak molekul gas karbon dioksida dan air yang

dihasilkan, serta berapa banyak molekul oksigen

yang dibutuhkan dalam reaksi pembakaran

sempurna senyawa butana pada reaksi a? (C4)

Page 145: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

128

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

Menganalisis

reaksi

pembakaran

hidrokarbon

yang sempurna

dan sifat zat

hasil

pembakaran

(CO2)

Diberikan

kegunaan

senyawa

hirokarbon

dalam

kehidupan

sehari-hari,

kemudian

siswa me-

nyetarakan

reaksi dan

menganalisis

jumlah

oksigen, air,

dan karbon

dioksida dari

persamaan

reaksi yang

telah

dibuatnya

(3)Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

(3) Memberikan

penjelasan

sederhana

7. Senyawa oktana merupakan salah satu penyusun bahan

bakar bensin. Bensin merupakan bahan bakar yang

paling sering dicari oleh para pengendara mobil maupun

motor.

a. Setarakan reaksi pembakaran oktana dengan

oksigen!

C8H18(g) + O2(g) → CO2(g) + H2O(g) (belum setara)

b. Kemudian jelaskan secara sederhana berapa

banyak molekul gas karbon dioksida dan air yang

dihasilkan, serta berapa banyak molekul oksigen

yang dibutuhkan dalam reaksi pembakaran

sempurna senyawa oktana pada reaksi a? (C4)

Menyimpulkan

dampak

pembakaran

senyawa karbon

terhadap

lingkungan

Disajikan

skema

fenomena

efek rumah

kaca,

kemudian

siswa me-

nyimpulkan

sumber-

sumber

penghasil gas

rumah kaca,

(3)Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

(10)Meng-

identifikasi

asumsi-asumsi

(7)Membuat induksi

dan mem-

(3) Me-nyebutkan

contoh

(10) Mem-berikan

penjelasan

lebih lanjut

(7) Menarik

kesimpulan

sesuai fakta

8. Perhatikan gambar skema efek rumah kaca berikut!

Gambar C Skema Efek Rumah Kaca

(http://www.environment.gov.au )

Page 146: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

129

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

dampak

negatif, dan

bagaimana

peristiwa efek

rumah kaca

dapat terjadi.

pertimbangkan

hasil induksi

Berdasarkan gambar C,

a. Sebutkan sumber-sumber penghasil gas rumah

kaca! (C3)

b. Jelaskan dampak negatif efek rumah kaca bagi

lingkungan! (C3)

c. Apa yang dapat Anda simpulkan dari skema efek

rumah kaca tersebut? (C5)

Mengajukan

gagasan tentang

cara mengatasi

dampak

pembakaran

senyawa karbon

terhadap

lingkungan

Disajikan

contoh

pemanfatan

teknologi

untuk

mengatasi

dampak

pembakaran

senyawa

karbon,

kemudian

siswa

menjelaskan

cara kerja

teknologi

tersebut

(4)Mem-

pertimbangkan

kredibilitas

sumber

(4)Mem-

pertimbangkan

penggunaan

prosedur/cara

yang tepat

9. Perhatikan gambar berikut!

Berdasarkan gambar D, buatlah prosedur cara kerja

konverter katalitik untuk mengubah gas-gas beracun

pada kendaraan bermotor menjadi produk yang lebih

aman! (C3)

Menyimpulkan

dampak

pembakaran

senyawa karbon

Diberikan

informasi

mengenai

larangan

(4) Mem-

pertimbangkan

kredibilitas

sumber

(4) Kemampuan

memberikan

alasan

10. Penambahan TEL (tetra ethyl lead/timbal tetra etil)

dalam bensin mampu meningkatkan bilangan oktan.

Akan tetapi pada pertengahan tahun 2006 dalam rangka

mendukung program langit biru, pemerintah Indonesia

Gambar D Katalitik Konverter (Brown, Chemistry The Central

Science ed 13)

Katalis logam platina melapisi area honey comb (sekat-sekat berbentuk seperti sarang lebah)

CO, NOx

N2, CO2

Langkah 1

Langkah 2

Langkah 3

Page 147: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

130

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

terhadap

kesehatan

meng-

gunakan

bahan aditif

bensin untuk

me-

ningkatkan

bilangan

oktan,

kemudian

siswa me-

nyimpulkan

alasan

larangan

meng-

gunakan

bahan aditif

berbahaya

menghentikan penggunaan TEL sebagai bahan

tambahan dalam bensin untuk meningkatkan bilangan

oktan.

a. Berikan alasan mengapa penggunaan TEL dilarang

di Indonesia? (C4)

b. Sebutkan bahan aditif apa yang digunakan untuk

menggantikan TEL sebagai bahan untuk

meningkatkan bilangan oktan? (C3)

Menyimpulkan

dampak

pembakaran

senyawa karbon

terhadap

lingkungan dan

kesehatan

Disajikan

informasi

mengenai

konversi

energi

minyak tanah

ke LPG,

kemudian

siswa me-

nyimpulkan

alasan

perlunya

konversi

energi

tersebut

(4) Mem-

pertimbangkan

kredibilitas

sumber

(4) Kemampuan

memberikan

alasan

11. Perhatikan gambar berikut!

Kompor Minyak tanah

Kompor gas

Gambar E Konversi minyak tanah ke LPG merupakan salah

satu program konversi energi terbesar oleh pemerintah

Indonesia.

Page 148: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

131

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

Berikan dua alasan mengapa program konversi

minyak tanah ke LPG perlu dilakukan? Kaitkan

jawabanmu dengan dampak pembakaran minyak tanah

bagi lingkungan dan kesehatan! (C4)

Menganalisis

reaksi

pembakaran

hidrokarbon

yang sempurna

dan sifat zat

hasil

pembakaran

(CO2)

Disajikan

diagram

lingkaran

mengenai

sumber emisi

karbon

dioksida,

kemudian

siswa

menganalisis

hasil

pembakaran

tidak

sempurna

dengan

menafsirkan

data yang

telah

disajikan

(6)Membuat

deduksi dan

mempertimbang

kan hasil deduksi

(7)Membuat induksi

dan mem-

pertimbangkan

hasil induksi

(6) Menafsirkan

data

(7) Menarik

kesimpulan sesuai fakta

12. Perhatikan diagram berikut!

Sumber : infografis, esthiJurnalNasional

Berdasarkan data sumber gas karbon dioksida (CO2)

yang disajikan,

a. Apakah semua sumber gas CO2 yang dihasilkan

berkaitan dengan hasil pembakaran produk minyak

bumi? (C4)

b. Apa yang dapat Anda simpulkan dari diagram di

atas, apa semua pembakaran produk minyak bumi

dapat menghasilkan gas karbon dioksida? (C5)

Menyimpulkan

dampak

pembakaran

senyawa karbon

Disajikan

grafik jumlah

data

kendaraan per

(6)Membuat

deduksi dan

mem-

(6) Menafsirkan

data

13. Data Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik

Indonesia mencatat, jumlah kendaraan yang masih

beroperasi di Indonesia pada tahun 2017 adalah sebagai

berikut:

20%

17%

39%

14%

10%

SUMBER GAS KARBON DIOKSIDA

Transportasi

Industri Batu bara

Pembangkit ListrikTenaga Uap Batu baraRumah Tangga

Lainnya

Page 149: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

132

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

terhadap

lingkungan

kepulauan,

kemudian

siswa me-

nyimpulkan

dampak

pembakaran

senyawa

karbon

dengan

menafsirkan

data dan

mencari

kaitan antara

jumlah

kendaraan

bermotor

dengan

masalah

lingkungan

pertimbangkan

hasil deduksi

(10) Meng-

identifikasi

asumsi-asumsi

(10) Mem-berikan

penjelasan

lebih lanjut

Berdasarkan data yang disajikan,

a. Jenis kendaraan mana yang paling besar

jumlahnya di setiap pulau? Jelaskan! (C3)

b. Jelaskan adakah hubungan antara banyaknya

jumlah kendaraan bermotor dengan masalah

lingkungan? (C6)

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Pe

rse

nta

se ju

mla

h k

en

dar

aan

Pulau di Indonesia

Mobil Pribadi Sepeda Motor Angkutan Umum

Data Jumlah

Kendaraan per

Kepulauan

Page 150: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

133

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

Mengajukan

gagasan tentang

cara mengatasi

dampak

pembakaran

senyawa karbon

terhadap

lingkungan

Disajikan

diagram

penelitian

mengenai

dampak

polusi udara

terhadap

kesehatan,

kemudian

siswa

mengajukan

gagasan

untuk

mengatasi

dampak

tersebut bagi

lingkungan

(6) Membuat

deduksi dan

mem-

pertimbangkan

hasil deduksi

(8)Membuat dan

menentukan

hasil

pertimbangan

(11) Memutuskan

suatu tindakan

(6) Menafsirkan

data

(8) Membuat dan

menentukan

hasil

pertimbangan

berdasarkan

pemikiran

alternatif

(11) Merumuskan

solusi

alternatif

14. Perhatikan diagram berikut!

Berdasarkan diagram yang telah disajikan,

a. Urutkanlah jenis penyakit yang disebabkan polusi

udara dari presentase terkecil ke terbesar! (C3)

b. Buatlah solusi alternatif berdasarkan pemikiran

Anda mengenai kegiatan apa yang harus dilakukan

pemilik kendaraan bermotor untuk mengurangi

dampak polusi udara terhadap kesehatan! (C4)

Menganalisis

reaksi

pembakaran

hidrokarbon

yang sempurna

dan tidak

sempurna dan

sifat zat hasil

pembakaran

(CO2, CO dan

Diberikan

reaksi

pembakaran

hidrokarbon,

kemudian

siswa me-

nyetarakan

dan

menganalisis

reaksi

(9)Mendefinisikan

istilah dan mem-

pertimbangkan

definisi

(9) Membuat

suatu definisi

15. LPG (liquid petroleum gas) berisi senyawa alkana, yaitu

gas propana yang digunakan untuk keperluan rumah

tangga, seperti memasak.

a. Setarakan persamaan reaksi propana dengan oksigen

berikut!

C3H8 (g) + O2 (g) → CO (g) + H2O (g) (belum setara)

b. Kemudian, analisislah reaksi tersebut termasuk ke

dalam jenis pembakaran hidrokarbon yang mana?

Lalu buatlah definisinya menggunakan bahasamu

sendiri! (C3)

54%

14%

10%

22%

DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN

ISPA

Jantung Koroner

Asma

Pneumonia

Page 151: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

134

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

partikulat

karbon)

tersebut

termasuk ke

dalam

pembakaran

sempurna

atau tidak

sempurna

Menyimpulkan

reaksi

pembakaran

hidrokarbon

yang tidak

sempurna dan

sifat zat hasil

pembakaran

(CO dan

partikulat

karbon)

Diberikan

reaksi

pembakaran

hidrokarbon,

kemudian

siswa me-

nyetarakan

dan me-

nyimpulkan

reaksi

tersebut

termasuk ke

dalam

pembakaran

sempurna

atau tidak

sempurna

(9)Mendefinisikan

istilah dan mem-

pertimbangkan

definisi

(9) Membuat

suatu definisi

16. Perhatikan dua reaksi pembakaran heptana berikut!

(1) C7H16 (g) + O2 (g) → CO2 (g) + H2O (belum setara)

(2) C7H16 (g) + O2 (g) → CO (g) + H2O (belum setara)

Berdasarkan reaksi heptana yang disajikan,

a. Setarakan dua reaksi pembakaran heptana tersebut!

b. Analisislah kedua reaksi tersebut termasuk ke dalam

jenis pembakaran hidrokarbon sempurna atau tidak

sempurna? lalu buatlah definisinya menggunakan

bahasamu sendiri! (C3)

Menyimpulkan

dampak

pembakaran

senyawa karbon

terhadap

lingkungan

Disajikan

gambar-

gambar

aktivitas

manusia yang

dapat

mencemari

lingkungan,

(10) Meng-

identifikasi

asumsi-asumsi

(5) Meng-observasi

dan

mempertimbang

(10) Memberikan

penjelasan

lebih lanjut

(5) Menggunakan

bukti-bukti

yang kuat

17. Perhatikan gambar berikut!

Gambar (A) Asap Kendaraan Gambar (B) Asap

bermotor Pabrik

Page 152: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

135

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

kemudian

siswa me-

nyimpulkan

dampak

pembakaran

senyawa

karbon

terhadap

lingkungan

beserta

solusinya

kan hasil

observasi

(8)Membuat dan

menentukan

hasil

pertimbangan

(11)Memutuskan

suatu tindakan

(8) Membuat dan

menantukan

pertimbangan

berdasarkan

pemikiran

alternatif

(11)Merumuskan

solusi

alternatif

a. Jelaskan bagaimana dampak negatif yang

dihasilkan dari kedua aktivitas pembakaran pada

gambar (A) dan (B) bagi lingkungan dan kesehatan!

(C3)

b. Berikan solusi alternatif untuk mengurangi dampak

negatif aktivitas pembakaran bahan bakar kendaraan

dan industri! Untuk menjawab pertanyaan tersebut,

gunakan sumber yang kuat dan tuliskanlah

sumber yang Anda gunakan untuk menjawab!

(C4)

Page 153: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

136

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

Menyimpulkan

dampak

pembakaran

senyawa karbon

terhadap

lingkungan dan

kesehatan

Disajikan

gambar asap

kendaraan

bermotor

yang dapat

mencemari

lingkungan,

kemudian

siswa me-

nyimpulkan

dampak

pembakaran

senyawa

karbon

terhadap

lingkungan

dan kesehatan

(10) Meng-

identifikasi

asumsi-asumsi

(7)Membuat induksi

dan

mempertimbang

kan hasil induksi

(12)Berinteraksi

dengan orang

lain

(10)Memberikan

penjelasan

lebih lanjut

(7) Membuat

pendapat/

asumsi yang

layak

(12)Meng-gunakan

argumen/

pendapat

18. Perhatikan gambar berikut!

Berdasarkan gambar F,

a. Jelaskan bagaimana dampak partikulat karbon bagi

lingkungan dan kesehatan! (C3)

b. Menurut pendapat Anda, apakah gas CO dan

partikulat karbon dapat berperan sebagai faktor

penyebab kecelakaan lalu lintas? Jelaskan (C5)

Gambar F. Asap kendaraan bermotor dari hasil pembakaran

tidak sempurna menghasilkan gas karbon monoksida (CO2) dan

uap air (H2O)

C O

Karbon dioksida

Uap air

O

0 H

H

Page 154: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

137

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

Menyimpulkan

reaksi

pembakaran

hidrokarbon

yang tidak

sempurna dan

sifat zat hasil

pembakaran

(CO dan

partikulat

karbon)

Disajikan

grafik waktu

pemaparan

terhadap

konsentrasi

CO,

kemudian

siswa me-

nyimpulkan

pada

konsentrasi

berapa CO

dapat me-

nyebabkan

kematian

(7) Membuat

induksi dan

mem-

pertimbangkan

hasil induksi

(2)Menganalisis

argumen

(7) Menarik

kesimpulan

sesuai fakta

(2) Meng-

identifikasi

alasan/sebab berdasarkan

informasi yang

ditemukan

19. Perhatikan grafik berikut!

Grafik berikut berisi pada konsentrasi berapa ppm

karbon monoksida dalam jangka waktu tertentu dapat

menyebabkan (1) kematian (deadly), (2) penyakit

(sickness), dan (3) belum terlihat pengaruhnya (barely

perceptable).

Berdasarkan grafik tersebut,

a. Apa yang dapat Anda simpulkan? (C4)

b. Apakah terdapat pengaruh konsentrasi

karbon monoksida dengan waktu

pemaparannya? (C4)

Mengajukan

gagasan tentang

cara mengatasi

dampak

pembakaran

senyawa karbon

Disajikan

informasi

mengenai

dampak

pembakaran

senyawa

(8)Membuat dan

menentukan

hasil

pertimbangan

(8) Membuat dan

menentukan

hasil

pertimbangan

berdasarkan

20. Perhatikan Tabel berikut!

DAMPAK EFEK RUMAH KACA

Lingkungan Kesehatan

1. Meningkatnya

permukaan air laut

1. Munculnya berbagai

macam wabah

1

2

3

Page 155: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

138

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

terhadap

lingkungan

karbon

terhadap

lingkungan,

kemudian

siswa

mengajukan

gagasan

untuk

mengatasi

dampak

tersebut

(11) Memutuskan

suatu tindakan

pemikiran

alternatif

(11) Merumuskan

solusi

alternatif

penyakit menular

melalui udara

2. Meningkatnya suhu

bumi

2. Menurunnya

imunitas tubuh

sehingga mudah

terjangkit diare,

malaria, dan demam

berdarah

3. Merubah ekosistem

dan iklim

3. Dapat menyebabkan

penyakit katarak

4. Rawan bencana alam

(banjir dan kemarau

panjang)

4. Terjadinya kelaparan

karena menurunnya

produksi pangan

5. Mudah mengalami

kekeringan sehingga

sektor pertanian dan

peternakan akan

menurun

5. Panas yang

berlebihan dapat

menyebabkan kanker

kulit

Bagaimana cara Anda mengatasi ini? Buatlah solusi

alternatif berdasarkan pemikiran Anda untuk

mencegah dampak negatif dari efek rumah kaca! (C4)

Mengajukan

gagasan tentang

cara mengatasi

dampak

pembakaran

senyawa karbon

terhadap

kesehatan

Disajikan

cuplikan

berita

mengenai

dampak

pembakaran

senyawa

karbon

terhadap

(8)Membuat dan

menentukan

hasil

pertimbangan

(8) Membuat dan

menentukan

hasil

pertimbangan

berdasarkan

pemikiran

alternatif

21. Simak cuplikan berita di bawah ini!

“Kemarau panjang yang melanda Kabupaten Indragiri

Hulu dan sekitarnya dalam satu bulan terakhir mulai

berdampak terhadap peningkatan pencemaran udara

oleh kabut asap akibat aktivitas pembakaran hutan dan

lahan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab (lihat

gambar 1).

Page 156: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

139

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

kesehatan,

kemudian

siswa

mengajukan

gagasan

untuk

mengatasi

dampak

tersebut

(11) Memutuskan

suatu tindakan

(11)Merumuskan

solusi

alternatif

Selain itu, peningkatan kendaraan bermotor juga

menyumbang terjadinya kabut asap yang berasal dari

partikulat karbon dan dapat mengganggu saluran

pernapasan. Masalah kesehatan yang umum dijumpai

akibat dampak kabut asap diantaranya penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada anak-anak dan

orang dewasa. Umumnya, ISPA menyerang hidung,

tenggorokan dan paru-paru sehingga menyebabkan

kesulitan bernapas (Mardani, http://dinkes

.inhukab.go.id).

Bagaimana cara Anda mengatasi ini? Buatlah solusi

alternatif berdasarkan pemikiran Anda untuk

mencegah dampak negatif dari kabut asap yang

menyebabkan penyakit ISPA! (C4)

Menganalisis

reaksi

pembakaran

hidrokarbon

yang tidak

sempurna dan

sifat zat hasil

Disajikan

suatu

fenomena,

kemudian

siswa

menganalisis

hubungan

(1)Memfokuskan

pertanyaan

(1) Meng-

identifikasi

atau

merumuskan

pertanyaan

22. Seorang siswa mengamati video animasi mengenai

pembakaran beberapa jenis bahan bakar minyak

(bensin) dengan suatu mesin motor. Dari hasil

pengamatannya, siswa menemukan bahwa semakin

banyak knocking (ketukan) di dalam mesin motor maka

semakin banyak jelaga atau partikulat karbon yang

dihasilkan.

Gambar 1 Kebakaran Hutan menyebabkan

penyakit ISPA terutama pada anak-anak

(sumber: www.dinkes.inhukab.go.id)

Page 157: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

140

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

pembakaran

(CO dan

partikulat

karbon)

knocking

dengan

pembakaran

tidak

sempurna

Berdasarkan hasil pengamatan siswa, buatlah rumusan

masalah dalam bentuk pertanyaaan! (minimal 2) (C4)

Mengajukan

gagasan tentang

cara mengatasi

dampak

pembakaran

senyawa karbon

terhadap

lingkungan

Siswa

disajikan

sebuah

wacana

mengenai

bahan bakar

alternatif,

kemudian

siswa

mengajukan

gagasan atau

pendapat

pentingnya

meng-

gunakan

bahan bakar

alternatif

tersebut

(9)Mendefinisikan

istilah dan mem-

pertimbangkan

definisi

(4) Mem-

pertimbangkan

kredibilitas suatu

sumber

(9) Membuat

suatu definisi

(4) Kemampuan

memberi

alasan

23. Simak cuplikan berita berikut!

“Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar menjelaskan

bahwa pemerintah fokus mendorong konversi bahan

bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) untuk

transportasi karena kebutuhan konsumsi BBM yang

sangat tinggi. Maka stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas

(SPBG) dan Mobile Refuling Unit (MRU) diperbanyak.

Untuk mendukung konversi BBM ke BBG, kendaraan

umum dan dinas yang berada di Jakarta juga dipasangi

konverter katalitik pada knalpot untuk meminimalisir

gas buang kendaraan. BBG patut dipilih karena

menghasilkan gas buang yang lebih bersih dan harganya

jauh lebih murah dibandingkan BBM. Pemerintah juga

sedang mengembangkan mobil Hybrid yang dapat

menggunakan bahan bakar minyak maupun gas.” (Detik

Finance, 13 Maret 2017).

Berdasarkan cuplikan berita tersebut,

a. Menurut Anda apa definisi dari BBG? Buatlah

definisi menggunakan bahasamu sendiri! (C3)

b. Apakah Anda setuju BBG dijadikan bahan bakar

alternatif untuk mengatasi ketergantungan akan

bahan bakar minyak seperti bensin dan solar?

Kemukakanlah alasannya! (C3)

Page 158: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

141

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

Menyimpulkan

dampak

pembakaran

senyawa karbon

terhadap

lingkungan

Disajikan

grafik

permintaan

BBM,

kemudian

siswa

menyimpulka

n dampak

pembakaran

senyawa

karbon

dengan

menafsirkan

data dan

memberikan

argumen

mengenai

meningkatnya

permintaan

BBM

terhadap

kasus

pencemaran

udara di

lingkungan

(6)Membuat

deduksi dan

mem-

pertimbangkan

hasil deduksi

(12)Berinteraksi

dengan orang

lain

(6) Menafsirkan

data

(12)Meng-

gunakan

argumen/

pendapat

24. Perhatikan grafik berikut!

Berdasarkan grafik B,

a. Pilihlah sumber manakah di antara transportasi

darat, laut, dan udara yang paling dominan

meningkatkan permintaan BBM? Urutkanlah

berdasarkan permintaan terbesar sampai terkecil!

(C3) b. Menurut argumen Anda, apakah meningkatnya

permintaan BBM dapat meningkatkan juga kasus

pencemaran udara akibat pembakaran bahan bakar?

(C3)

Grafik B Perkiraan permintaan BBM untuk transportasi

darat, laut, udara sampai tahun 2030

Page 159: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

142

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

Menyimpulkan

dampak

pembakaran

senyawa karbon

terhadap

kesehatan

Disajikan

grafik

hubungan

antara gas CO

yang

dihasilkan

dengan

kecepatan

kendaraan,

kemudian

siswa me-

nyimpulkan

dampak

pembakaran

senyawa

karbon bagi

kesehatan

(12)Berinteraksi

dengan orang

lain

(5) Mengobservasi

dan mem-

pertimbangkan

hasil observasi

(12)Menggunakan

argumen

(5) Menggunakan

bukti-bukti

yang kuat

25. Perhatikan grafik berikut!

Berdasarkan grafik C,

a. Jika semakin lambat kecepatan rata-rata kendaraan

bermotor maka semakin banyak jumlah gas karbon

monoksida yang dihasilkan. Menurut argumen

Anda, apakah grafik ini ada hubungannya dengan

tingkat kemacetan di Indonesia? Jelaskan! (C3)

b. Analisislah apa dampak negatif dari meningkatnya

gas karbon monoksida akibat kecepatan rata-rata

kendaraan bagi kesehatan! Untuk menjawab

pertanyaan tersebut, gunakan sumber yang kuat

dan tuliskanlah sumber yang Anda gunakan

untuk menjawab! (C4)

Grafik C Hubungan antara gas karbon monoksida yang

dihasilkan dengan kecepatan kendaraan (Environmental

Assessment, DOT, UK., 1994)

Page 160: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

143

Indikator

Pembelajaran

Indikator

Soal

Indikator

Berpikir Kritis

Sub Indikator

Berpikir Kritis

No

Soal Butir Soal

Kesesuaian

Soal Catatan

Sesuai Tidak

Mengajukan

gagasan tentang

cara mengatasi

dampak

pembakaran

senyawa karbon

terhadap

kesehatan

Disajikan

informasi

dampak

negatif

pembakaran

bensin,

kemudian

siswa

mengajukan

gagasan

untuk

mengatasi

dampak

pembakaran

senyawa

karbon

(5) Mengobservasi

dan mem-

pertimbangkan

hasil observasi

(12) Berinteraksi

dengan orang

lain

(5) Meng-gunakan

bukti-bukti

yang kuat

(12)Meng-

gunakan

argumen/

pendapat)

26. Menurut US Environmental Protection Agency paparan

pembakaran tidak sempurna bensin jangka pendek

dapat menyebabkan kantuk, pusing, sakit kepala, sakit

mata, kulit, dan iritasi saluran pernapasan. Sementara

itu, paparan jangka panjang dapat menyebabkan

gangguan di dalam darah, termasuk berkurangnya

sejumlah sel darah merah dan anemia aplastik.

a. Berdasarkan dampak negatif dari pembakaran tidak

sempurna bensin. Tentukan cara-cara yang dapat

digunakan untuk mengatasi pembakaran tidak

sempurna bensin! Untuk menjawab pertanyaan

tersebut, gunakan sumber yang kuat dan

tuliskanlah sumber yang Anda gunakan untuk

menjawab! (C2)

b. Menurut argumen Anda, perlukah bahan bakar

alternatif pengganti bensin untuk segera

dikembangkan? Jelaskan! (C3)

Page 161: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

144

Page 162: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

145

145

Lampiran 5

Tes Keterampilan Berpikir Kritis

(Uji Coba)

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI/1

Pokok Bahasan : Minyak Bumi

Sub-pokok Bahasan : Dampak Pembakaran Minyak Bumi dan Cara Mengatasinya

Waktu : 2 x 45 menit

Petunjuk:

(1) Tulislah terlebih dahulu identitas diri dilembar jawaban

(2) Berdoalah sebelum mengerjakan soal

(3) Bacalah dengan cermat dan teliti sebelum menjawab soal

(4) Kerjakan sejujurnya dan dengan usaha sendiri

1. Perhatikan tabel hasil pengamatan siswa mengenai pembakaran sempurna dan tidak sempurna

kendaraan bermotor berikut!

Jenis Mobil Bahan

Bakar Asap Kendaraan yang dihasilkan

Angkutan Umum

Kendaraan pribadi Bensin

Menghasilkan asap yang tidak terlalu tebal

dibandingkan mobil berbahan bakar solar

Bus

Truk angkut & Tronton Solar

Menghasilkan asap hitam yang sangat tebal

dibandingkan mobil berbahan bakar bensin

Berdasarkan kegiatan pengamatan yang dilakukan siswa, buatlah rumusan masalah dalam bentuk

pertanyaan! (minimal 2)

2. Jika kalian mengambil korek api gas, kalian dapat melihat butana dalam bentuk cair. Ketika korek

api gas ditekan, butana akan kembali menjadi gas membentuk nyala api. Nyala api dari korek gas

tersebut mengalami reaksi pembakaran sempurna antara gas butana dengan oksigen. Berdasarkan

peristiwa tersebut,

a. Setarakan persamaan reaksi pembakaran sempurna butana dengan oksigen!

C4H10(g) + O2(g) → CO2(g) + H2O(g) (belum setara)

b. Kemudian jelaskan secara sederhana berapa banyak molekul gas karbon dioksida dan air yang

dihasilkan, serta berapa banyak molekul oksigen yang dibutuhkan dalam reaksi pembakaran

sempurna senyawa butana pada reaksi a?

3. Perhatikan dua reaksi pembakaran heptana berikut!

(1) C7H16 (g) + O2 (g) → CO2 (g) + H2O (belum setara)

(2) C7H16 (g) + O2 (g) → CO (g) + H2O (belum setara)

Berdasarkan reaksi heptana yang disajikan,

a. Setarakan dua reaksi pembakaran heptana tersebut!

b. Analisislah kedua reaksi tersebut termasuk ke dalam jenis pembakaran hidrokarbon sempurna

atau tidak sempurna? lalu buatlah definisinya menggunakan bahasamu sendiri!

A

Page 163: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

146

146

4. Perhatikan gambar berikut!

a. Jelaskan bagaimana dampak negatif yang dihasilkan dari kedua aktivitas pembakaran pada gambar

(A) dan (B) bagi lingkungan dan kesehatan!

b. Berikan solusi alternatif untuk mengurangi dampak negatif aktivitas pembakaran bahan bakar

kendaraan dan industri! Untuk menjawab pertanyaan tersebut, gunakan sumber yang kuat dan

tuliskanlah sumber yang Anda gunakan untuk menjawab!

5. Perhatikan gambar berikut!

Berdasarkan gambar yang disajikan, buatlah

prosedur cara kerja konverter katalitik untuk

mengubah gas-gas beracun pada kendaraan

bermotor menjadi produk yang lebih aman!

6. Perhatikan gambar berikut!

a. Apa yang menyebabkan partikulat karbon (asap

hitam) dihasilkan dari pembakaran tidak

sempurna?

b. Berikan dua contoh lain aktivitas pembakaran

tidak sempurna dalam kehidupan sehari-hari yang

menghasilkan partikulat karbon!

Gambar (A) Asap knalpot hasil

pembakaran bensin pada kendaraan Gambar (B) Asap pabrik hasil

pembakaran batu bara pada industri

Gambar Asap hitam industri batu bara merupakan salah

satu sumber partikulat karbon (C) yang berasal dari

pembakaran tidak sempurna (www.pic.cerpen.co.id)

C O

C

Karbon monoksida

Partikulat Karbon

Gambar Katalitik Konverter (Brown, Chemistry The Central

Science ed 13)

Katalis logam platina melapisi area honey comb (sekat-sekat berbentuk seperti sarang lebah)

CO, NOx

N2, CO2

Langkah 1

Langkah 2

Langkah 3

Page 164: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

147

147

7. Perhatikan gambar skema efek rumah kaca berikut!

Berdasarkan gambar skema efek rumah kaca yang disajikan,

a. Sebutkan sumber-sumber penghasil gas rumah kaca!

b. Jelaskan dampak negatif efek rumah kaca bagi lingkungan!

c. Apa yang dapat Anda simpulkan dari skema efek rumah kaca tersebut?

8. Penambahan TEL (tetra ethyl lead/timbal tetra etil) dalam bensin mampu meningkatkan bilangan

oktan. Akan tetapi pada pertengahan tahun 2006 dalam rangka mendukung program langit biru,

pemerintah Indonesia menghentikan penggunaan TEL sebagai bahan tambahan dalam bensin untuk

meningkatkan bilangan oktan.

a. Berikan alasan mengapa penggunaan TEL dilarang di Indonesia?

b. Sebutkan bahan aditif apa yang digunakan untuk menggantikan TEL sebagai bahan untuk

meningkatkan bilangan oktan?

9. Perhatikan diagram berikut!

Berdasarkan data sumber gas karbon dioksida

(CO2) yang disajikan,

a. Apakah semua sumber gas CO2 yang ada pada

diagram berkaitan dengan hasil pembakaran

produk minyak bumi?

b. Apa yang dapat Anda simpulkan dari diagram

di atas, apa semua pembakaran produk

minyak bumi dapat menghasilkan gas karbon

dioksida?

10. Seorang siswa mengamati video animasi mengenai pembakaran beberapa jenis bahan bakar minyak

(bensin) dengan suatu mesin motor. Dari hasil pengamatannya, siswa menemukan bahwa semakin

banyak knocking (ketukan) di dalam mesin motor maka semakin banyak jelaga atau partikulat karbon

yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengamatan siswa, buatlah rumusan masalah dalam bentuk

pertanyaaan! (minimal 2)

20%

17%

39%

14%

10%

SUMBER GAS KARBON DIOKSIDA

Transportasi

Industri Batu bara

Pembangkit ListrikTenaga Uap Batu baraRumah Tangga

Lainnya

Sumber : infografis, esthiJurnalNasional

Page 165: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

148

148

11. Simak cuplikan berita di bawah ini!

“Kemarau panjang yang melanda Kabupaten Indragiri

Hulu dan sekitarnya dalam satu bulan terakhir mulai

berdampak terhadap peningkatan pencemaran udara

oleh kabut asap akibat aktivitas pembakaran hutan dan

lahan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Selain

itu, peningkatan kendaraan bermotor juga menyumbang

terjadinya kabut asap yang berasal dari partikulat karbon

dan dapat mengganggu saluran pernapasan. Masalah

kesehatan yang umum dijumpai akibat dampak kabut

asap diantaranya penyakit Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA) pada anak-anak dan orang dewasa.

Umumnya, ISPA menyerang hidung, tenggorokan dan paru-paru sehingga menyebabkan kesulitan

bernapas (Mardani, http://dinkes.inhukab.go.id).

Bagaimana cara Anda mengatasi ini? Buatlah solusi alternatif berdasarkan pemikiran Anda untuk

mencegah dampak negatif dari kabut asap yang menyebabkan penyakit ISPA!

12. Menurut US Environmental Protection Agency paparan pembakaran tidak sempurna bensin jangka

pendek dapat menyebabkan kantuk, pusing, sakit kepala, sakit mata, kulit, dan iritasi saluran

pernapasan. Sementara itu, paparan jangka panjang dapat menyebabkan gangguan di dalam darah,

termasuk berkurangnya sejumlah sel darah merah dan anemia aplastik.

a. Berdasarkan dampak negatif dari pembakaran tidak sempurna bensin. Tentukan cara-cara yang

dapat digunakan untuk mengatasi pembakaran tidak sempurna bensin! Untuk menjawab pertanyaan

tersebut, gunakan sumber yang kuat dan tuliskanlah sumber yang Anda gunakan untuk menjawab!

b. Menurut argumen Anda, perlukah bahan bakar alternatif pengganti bensin untuk segera

dikembangkan? Jelaskan!

13. Perhatikan grafik berikut!

Grafik berikut berisi pada konsentrasi berapa ppm

karbon monoksida dalam jangka waktu tertentu dapat

menyebabkan (1) kematian (deadly), (2) penyakit

(sickness), dan (3) belum terlihat pengaruhnya (barely

perceptable).

Berdasarkan grafik tersebut,

a. Apa yang dapat Anda simpulkan?

b. Apakah terdapat pengaruh konsentrasi karbon

monoksida dengan waktu pemaparannya?

Gambar Kebakaran Hutan menyebabkan

penyakit ISPA terutama pada anak-anak

(sumber: www.dinkes.inhukab.go.id)

1

2

3

Page 166: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

Tes Keterampilan Berpikir Kritis

(Uji Coba)

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI/1

Pokok Bahasan : Minyak Bumi

Sub-pokok Bahasan : Dampak Pembakaran Minyak Bumi dan Cara Mengatasinya

Waktu : 2 x 45 menit

Petunjuk:

(1) Tulislah terlebih dahulu identitas diri dilembar jawaban

(2) Berdoalah sebelum mengerjakan soal

(3) Bacalah dengan cermat dan teliti sebelum menjawab soal

(4) Kerjakan sejujurnya dan dengan usaha sendiri

1. Menurut studi penelitian nasional di Prancis yang dilakukan oleh Denis Hermon, polusi yang diakibatkan

oleh lalu lintas di dekat rumah, khususnya polusi udara yang diakibatkan pembakaran bensin yang tidak

sempurna pada kendaraan bermotor dapat meningkatkan risiko penyakit leukimia. Denis Hermon

menjelaskan bahwa asap kendaraan bermotor mengandung sejumlah gas-gas yang beracun dan dapat

meningkatkan risiko salah satu jenis leukimia pada anak-anak.

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan, buatlah rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan! (minimal

2)

2. Senyawa oktana merupakan salah satu penyusun bahan bakar bensin. Bensin merupakan bahan bakar

yang paling sering dicari oleh para pengendara mobil maupun motor.

a. Setarakan reaksi pembakaran oktana dengan oksigen!

C8H18(g) + O2(g) → CO2(g) + H2O(g) (belum setara)

b. Kemudian jelaskan secara sederhana berapa banyak molekul gas karbon dioksida dan air yang

dihasilkan, serta berapa banyak molekul oksigen yang dibutuhkan dalam reaksi pembakaran sempurna

senyawa oktana pada reaksi a?

3. Simak cuplikan berita berikut!

“Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar menjelaskan bahwa pemerintah fokus mendorong konversi

bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) untuk transportasi karena kebutuhan konsumsi

BBM yang sangat tinggi. Maka stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) dan Mobile Refuling Unit

(MRU) diperbanyak. Untuk mendukung konversi BBM ke BBG, kendaraan umum dan dinas yang berada

di Jakarta juga dipasangi konverter katalitik pada knalpot untuk meminimalisir gas buang kendaraan. BBG

patut dipilih karena menghasilkan gas buang yang lebih bersih dan harganya jauh lebih murah

dibandingkan BBM. Pemerintah juga sedang mengembangkan mobil Hybrid yang dapat menggunakan

bahan bakar minyak maupun gas.” (Detik Finance, 13 Maret 2017).

B

Page 167: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

150

Berdasarkan cuplikan berita tersebut,

a. Menurut Anda apa definisi dari BBG? Buatlah definisi menggunakan bahasamu sendiri!

b. Apakah Anda setuju BBG dijadikan bahan bakar alternatif untuk mengatasi ketergantungan akan

bahan bakar minyak seperti bensin dan solar? Kemukakanlah alasannya!

4. Perhatikan grafik berikut!

Berdasarkan grafik yang disajikan,

a. Pilihlah sumber manakah di antara transportasi darat, laut,

dan udara yang paling dominan meningkatkan permintaan

BBM? Urutkanlah berdasarkan permintaan terbesar sampai

terkecil!

b. Menurut argumen Anda, apakah meningkatnya permintaan

BBM dapat meningkatkan juga kasus pencemaran udara

akibat pembakaran bahan bakar?

5. Isilah dengan jawaban yang benar pada tabel berikut!

Aspek Pembakaran Sempurna Pembakaran Tidak Sempurna

a. Sumber

- .............................................. - .............................................. - ..............................................

- .............................................. - .............................................. - ..............................................

b. Produk

...............................................

...............................................

c. Jumlah Oksigen yang

di-butuhkan untuk pem-

bakaran

............................................... ...............................................

Berdasarkan tabel yang telah Anda isi secara lengkap, analisislah apakah ada persamaan dan perbedaan

antara reaksi pembakaran sempurna dan tidak sempurna!

6. LPG (liquid petroleum gas) berisi senyawa alkana, yaitu gas propana yang digunakan untuk keperluan rumah

tangga, seperti memasak.

a. Setarakan persamaan reaksi propana dengan oksigen berikut!

C3H8 (g) + O2 (g) → CO (g) + H2O (g) (belum setara)

b. Kemudian, analisislah reaksi tersebut termasuk ke dalam jenis pembakaran hidrokarbon yang mana? Lalu

buatlah definisinya menggunakan bahasamu sendiri!

7. Gas karbon monoksida dapat menyebabkan tubuh kekurangan

oksigen sehingga mengakibatkan sesak napas. Apa yang

menyebabkan gas karbon monoksida dapat mengakibatkan tubuh

kekurangan oksigen? Jelaskan!

Grafik Perkiraan permintaan BBM untuk

transportasi darat, laut, udara sampai tahun 2030

Gambar Sesak napas akibat menghirup asap

pembakaran (www.sehatmagz.com)

Page 168: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

151

8. Perhatikan gambar berikut!

Berdasarkan gambar yang disajikan,

a. Jelaskan bagaimana dampak partikulat karbon

bagi lingkungan dan kesehatan!

b. Menurut pendapat Anda, apakah gas CO2 dan

partikulat karbon dapat berperan sebagai faktor

penyebab kecelakaan lalu lintas? Jelaskan

9. Data Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia mencatat, jumlah kendaraan yang masih

beroperasi di Indonesia pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Berdasarkan data yang disajikan,

a. Jenis kendaraan mana yang paling besar

jumlahnya di setiap pulau? Jelaskan!

b. Jelaskan adakah hubungan antara banyaknya

jumlah kendaraan bermotor dengan masalah

lingkungan?

10. Perhatikan gambar berikut!

Berikan dua alasan mengapa program konversi minyak

tanah ke LPG perlu dilakukan? Kaitkan jawabanmu

dengan dampak pembakaran minyak tanah bagi

lingkungan dan kesehatan!

Gambar Asap kendaraan bermotor dari hasil pembakaran tidak

sempurna menghasilkan gas karbon monoksida (CO2) dan uap

air (H2O)

C O

Karbon dioksida

Uap air

Kompor Minyak tanah

Kompor gas

Gambar E Konversi minyak tanah ke LPG merupakan salah

satu program konversi energi terbesar oleh pemerintah

0%

20%

40%

60%

80%

Per

sen

tase

jum

lah

ken

dar

aan

Pulau di Indonesia

Mobil Pribadi Sepeda Motor Angkutan Umum

Data Jumlah Kendaraan

per Kepulauan

0 H H

O

Page 169: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

152

11. Diagram ini menunjukkan data hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Budi Haryanto, SKM, MSPH,

M.SC dari Universitas Indonesia mengenai dampak seseorang terlalu sering terpapar polusi udara dari

kendaraan bermotor (Sativa, hhtp://www.health.detik.com).

Berdasarkan diagram yang telah disajikan,

a. Urutkanlah jenis penyakit yang disebabkan polusi

udara dari presentase terkecil ke terbesar!

b. Buatlah solusi alternatif berdasarkan pemikiran

Anda mengenai kegiatan apa yang harus dilakukan

pemilik kendaraan bermotor untuk mengurangi

dampak polusi udara terhadap kesehatan!

12. Perhatikan Tabel berikut!

DAMPAK EFEK RUMAH KACA

Lingkungan Kesehatan

1. Meningkatnya permukaan air laut 1. Munculnya berbagai macam wabah

penyakit menular melalui udara

2. Meningkatnya suhu bumi 2. Menurunnya imunitas tubuh sehingga

mudah terjangkit diare, malaria, dan

demam berdarah

3. Merubah ekosistem dan iklim 3. Dapat menyebabkan penyakit katarak

4. Rawan bencana alam (banjir dan

kemarau panjang)

4. Terjadinya kelaparan karena menurunnya

produksi pangan

5. Mudah mengalami kekeringan

sehingga sektor pertanian dan

peternakan akan menurun

5. Panas yang berlebihan dapat

menyebabkan kanker kulit

Bagaimana Anda mengatasi ini? Berikanlah solusi alternatif untuk mencegah efek rumah kaca yang dapat

membuat bumi semakin panas!

13. Perhatikan grafik berikut!

Berdasarkan grafik yang disajikan,

a. Jika semakin lambat kecepatan rata-rata kendaraan

bermotor maka semakin banyak jumlah gas karbon

monoksida yang dihasilkan. Menurut pendapat Anda,

apakah grafik ini ada hubungannya dengan tingkat

kemacetan di Indonesia? Jelaskan!

b. Analisislah apa dampak negatif meningkatnya gas

karbon monoksida akibat kecepatan rata-rata kendaraan

bagi kesehatan! Untuk menjawab pertanyaan tersebut,

gunakan sumber yang kuat dan tuliskanlah sumber yang

Anda gunakan untuk menjawab!

54%

14%

10%

22%

DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN

ISPA

Jantung Koroner

Asma

Pneumonia

Grafik Hubungan antara gas karbon monoksida yang

dihasilkan dengan kecepatan kendaraan (Environmental

Assessment, DOT, UK., 1994)

Page 170: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

153

Lampiran 6

Analisis Butir Soal Validasi Pertemuan 1

RELIABILITAS TES

================

Rata2= 51,00

Simpang Baku= 8,87

KorelasiXY= 0,63

Reliabilitas Tes= 0,78

Nama berkas: D:\WULAN SARI WIJAYA\MATA KULIAH\SEMESTER 8\SKRIPSI\WULAN

SARI_1113016200003\VALIDASI INSTRUMEN\VALIDASI\VALIDASI TES PERTEMUAN 1.AUR

No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total

1 1 T M 28 31 59

2 2 I A 28 25 53

3 3 A S 25 31 56

4 4 M L D 21 22 43

5 5 O A P 25 30 55

6 6 M H M 23 19 42

7 7 I A U 22 26 48

8 8 D M 22 22 44

9 9 N A 24 24 48

10 10 R F S 28 23 51

11 11 M R 26 25 51

12 12 M M G 18 22 40

13 13 F A 26 24 50

14 14 S I 34 30 64

15 15 A U P 35 33 68

16 16 R N 27 18 45

17 17 A L Z 22 19 41

18 18 H A 27 18 45

19 19 J M 19 10 29

20 20 U A H 32 33 65

21 21 A A 31 25 56

22 22 A S L 25 30 55

23 23 S D A 30 31 61

24 24 M R B 29 31 60

25 25 M T A 32 31 63

26 26 M C 30 36 66

27 27 K N 30 26 56

28 28 D P G 26 22 48

29 29 G P 20 22 42

30 30 A P A 25 22 47

31 31 H A 22 20 42

32 32 K P 26 20 46

33 33 N M H 31 23 54

34 34 M A M 25 25 50

35 35 A P G 20 22 42

KELOMPOK UNGGUL & ASOR

======================

Kelompok Unggul

Nama berkas: D:\WULAN SARI WIJAYA\MATA KULIAH\SEMESTER 8\SKRIPSI\WULAN

SARI_1113016200003\VALIDASI INSTRUMEN\VALIDASI\VALIDASI TES PERTEMUAN 1.AUR

1 2 3 4 5

Page 171: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

154

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5

1 15 A U P 68 2 4 4 4 3

2 26 M C 66 1 4 4 4 3

3 20 U A H 65 2 4 4 4 3

4 14 S I 64 2 4 4 4 2

5 25 M T A 63 1 4 4 4 3

6 23 S D A 61 2 4 3 4 3

7 24 M R B 60 1 4 3 4 3

8 1 T M 59 2 4 4 4 4

9 3 A S 56 1 4 3 4 3

Rata2 Skor 1,56 4,00 3,67 4,00 3,00

Simpang Baku 0,53 0,00 0,50 0,00 0,50

6 7 8 9 10

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 6 7 8 9 10

1 15 A U P 68 4 3 3 4 4

2 26 M C 66 4 3 4 4 4

3 20 U A H 65 3 3 4 4 4

4 14 S I 64 4 3 2 4 2

5 25 M T A 63 3 3 4 4 2

6 23 S D A 61 4 3 1 4 2

7 24 M R B 60 4 3 4 3 2

8 1 T M 59 4 3 3 3 4

9 3 A S 56 4 2 4 3 4

Rata2 Skor 3,78 2,89 3,22 3,67 3,11

Simpang Baku 0,44 0,33 1,09 0,50 1,05

11 12 13 14 15

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 11 12 13 14 15

1 15 A U P 68 4 4 4 4 3

2 26 M C 66 3 4 3 4 3

3 20 U H 65 4 4 3 4 3

4 14 S I 64 4 4 4 4 3

5 25 M T A 63 3 4 4 3 4

6 23 S D A 61 3 4 4 4 2

7 24 M R B 60 3 4 4 4 3

8 1 T M 59 3 4 4 4 3

9 3 A S 56 4 4 1 4 3

Rata2 Skor 3,44 4,00 3,44 3,89 3,00

Simpang Baku 0,53 0,00 1,01 0,33 0,50

16 17 18 19

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 16 17 18 19

1 15 A U P 68 3 4 3 4

2 26 M C 66 4 4 4 2

3 20 U A H 65 2 4 4 2

4 14 S I 64 3 4 3 4

5 25 M T A 63 3 4 4 2

6 23 S D A 61 4 4 4 2

7 24 M R B 60 1 4 4 2

8 1 T M 59 2 2 2 0

9 3 A S 56 2 4 1 1

Rata2 Skor 2,67 3,78 3,22 2,11

Simpang Baku 1,00 0,67 1,09 1,27

Page 172: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

155

Kelompok Asor

Nama berkas: D:\WULAN SARI WIJAYA\MATA KULIAH\SEMESTER 8\SKRIPSI\WULAN

SARI_1113016200003\VALIDASI INSTRUMEN\VALIDASI\VALIDASI TES PERTEMUAN 1.AUR

1 2 3 4 5

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5

1 8 D M 44 1 4 3 4 3

2 4 M L D 43 1 2 2 4 1

3 6 M H M 42 2 4 3 3 3

4 29 G P 42 2 1 0 2 3

5 31 H A 42 1 1 3 4 1

6 35 A P G 42 1 2 3 4 3

7 17 A L Z 41 1 2 2 2 3

8 12 M M G 40 2 3 0 4 4

9 19 J M 29 2 0 2 4 3

Rata2 Skor 1,44 2,11 2,00 3,44 2,67

Simpang Baku 0,53 1,36 1,22 0,88 1,00

6 7 8 9 10

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 6 7 8 9 10

1 8 D M 44 3 3 3 3 1

2 4 M L D 43 4 2 2 1 2

3 6 M H 42 3 3 2 3 1

4 29 G P 42 3 4 1 1 1

5 31 H A 42 4 3 2 2 2

6 35 A P G 42 3 3 2 2 2

7 17 A L Z 41 4 2 2 2 2

8 12 M M G 40 4 4 3 1 1

9 19 J M 29 3 3 0 3 2

Rata2 Skor 3,44 3,00 1,89 2,00 1,56

Simpang Baku 0,53 0,71 0,93 0,87 0,53

11 12 13 14 15

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 11 12 13 14 15

1 8 D M 44 3 1 1 1 3

2 4 M L D 43 3 1 4 2 3

3 6 M H M 42 3 1 1 1 3

4 29 G P 42 1 4 1 3 3

5 31 H A 42 3 1 2 2 3

6 35 A P G 42 0 4 3 2 3

7 17 A L Z 41 3 1 4 2 3

8 12 M M G 40 2 3 1 4 4

9 19 J M 29 3 1 3 0 0

Rata2 Skor 2,33 1,89 2,22 1,89 2,78

Simpang Baku 1,12 1,36 1,30 1,17 1,09

16 17 18 19

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 16 17 18 19

1 8 D M 44 3 1 2 1

2 4 M L D 43 2 2 3 2

3 6 M H M 42 2 2 2 0

4 29 G P 42 3 4 4 1

5 31 H A 42 3 2 1 2

6 35 A P G 42 1 1 2 1

7 17 A L Z 41 2 2 2 0

Page 173: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

156

8 12 M M G 40 0 0 0 0

9 19 J M 29 0 0 0 0

Rata2 Skor 1,78 1,56 1,78 0,78

Simpang Baku 1,20 1,24 1,30 0,83

DAYA PEMBEDA

============

Jumlah Subyek= 35

Klp atas/bawah(n)= 9

Butir Soal= 19

Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku

Nama berkas: D:\WULAN SARI WIJAYA\MATA KULIAH\SEMESTER 8\SKRIPSI\WULAN

SARI_1113016200003\VALIDASI INSTRUMEN\VALIDASI\VALIDASI TES PERTEMUAN 1.AUR

No No Btr Asli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab t DP(%)

1 1 1,56 1,44 0,11 0,53 0,53 0,25 0,45 2,78

2 2 4,00 2,11 1,89 0,00 1,36 0,45 4,15 47,22

3 3 3,67 2,00 1,67 0,50 1,22 0,44 3,78 41,67

4 4 4,00 3,44 0,56 0,00 0,88 0,29 1,89 13,89

5 5 3,00 2,67 0,33 0,50 1,00 0,37 0,89 8,33

6 6 3,78 3,44 0,33 0,44 0,53 0,23 1,46 8,33

7 7 2,89 3,00 -... 0,33 0,71 0,26 -... -2,78

8 8 3,22 1,89 1,33 1,09 0,93 0,48 2,79 33,33

9 9 3,67 2,00 1,67 0,50 0,87 0,33 5,00 41,67

10 10 3,11 1,56 1,56 1,05 0,53 0,39 3,96 38,89

11 11 3,44 2,33 1,11 0,53 1,12 0,41 2,70 27,78

12 12 4,00 1,89 2,11 0,00 1,36 0,45 4,64 52,78

13 13 3,44 2,22 1,22 1,01 1,30 0,55 2,22 30,56

14 14 3,89 1,89 2,00 0,33 1,17 0,40 4,94 50,00

15 15 3,00 2,78 0,22 0,50 1,09 0,40 0,55 5,56

16 16 2,67 1,78 0,89 1,00 1,20 0,52 1,71 22,22

17 17 3,78 1,56 2,22 0,67 1,24 0,47 4,75 55,56

18 18 3,22 1,78 1,44 1,09 1,30 0,57 2,55 36,11

19 19 2,11 0,78 1,33 1,27 0,83 0,51 2,63 33,33

TINGKAT KESUKARAN

=================

Jumlah Subyek= 35

Butir Soal= 19

Nama berkas: D:\WULAN SARI WIJAYA\MATA KULIAH\SEMESTER 8\SKRIPSI\WULAN

SARI_1113016200003\VALIDASI INSTRUMEN\VALIDASI\VALIDASI TES PERTEMUAN 1.AUR

No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran

1 1 37,50 Sedang

2 2 76,39 Mudah

3 3 70,83 Sangat Mudah

4 4 93,06 Sangat Mudah

5 5 70,83 Sangat Mudah

6 6 90,28 Sangat Mudah

7 7 73,61 Mudah

8 8 63,89 Sedang

9 9 70,83 Sangat Mudah

10 10 58,33 Sedang

Page 174: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

157

11 11 72,22 Mudah

12 12 73,61 Mudah

13 13 70,83 Sangat Mudah

14 14 72,22 Mudah

15 15 72,22 Mudah

16 16 55,56 Sedang

17 17 66,67 Sedang

18 18 62,50 Sedang

19 19 36,11 Sedang

KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL

================================

Jumlah Subyek= 35

Butir Soal= 19

Nama berkas: D:\WULAN SARI WIJAYA\MATA KULIAH\SEMESTER 8\SKRIPSI\WULAN

SARI_1113016200003\VALIDASI INSTRUMEN\VALIDASI\VALIDASI TES PERTEMUAN 1.AUR

No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi

1 1 0,014 -

2 2 0,639 Sangat Signifikan

3 3 0,619 Sangat Signifikan

4 4 0,224 -

5 5 0,090 -

6 6 0,303 -

7 7 0,045 -

8 8 0,454 Signifikan

9 9 0,540 Signifikan

10 10 0,609 Sangat Signifikan

11 11 0,444 Signifikan

12 12 0,554 Sangat Signifikan

13 13 0,326 -

14 14 0,624 Sangat Signifikan

15 15 0,282 -

16 16 0,483 Signifikan

17 17 0,746 Sangat Signifikan

18 18 0,560 Sangat Signifikan

19 19 0,590 Sangat Signifikan

Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:

df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01

10 0,576 0,708 60 0,250 0,325

15 0,482 0,606 70 0,233 0,302

20 0,423 0,549 80 0,217 0,283

25 0,381 0,496 90 0,205 0,267

30 0,349 0,449 100 0,195 0,254

40 0,304 0,393 125 0,174 0,228

50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208

Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.

Page 175: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

158

REKAP ANALISIS BUTIR

=====================

Rata2= 51,00

Simpang Baku= 8,87

KorelasiXY= 0,63

Reliabilitas Tes= 0,78

Butir Soal= 19

Jumlah Subyek= 35

Nama berkas: D:\WULAN SARI WIJAYA\MATA KULIAH\SEMESTER 8\SKRIPSI\WULAN

SARI_1113016200003\VALIDASI INSTRUMEN\VALIDASI\VALIDASI TES PERTEMUAN 1.AUR

No No Btr Asli T DP(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi

1 1 0,45 2,78 Sedang 0,014 -

2 2 4,15 47,22 Mudah 0,639 Sangat Signifikan

3 3 3,78 41,67 Sangat Mudah 0,619 Sangat Signifikan

4 4 1,89 13,89 Sangat Mudah 0,224 -

5 5 0,89 8,33 Sangat Mudah 0,090 -

6 6 1,46 8,33 Sangat Mudah 0,303 -

7 7 -... -2,78 Mudah 0,045 -

8 8 2,79 33,33 Sedang 0,454 Signifikan

9 9 5,00 41,67 Sangat Mudah 0,540 Signifikan

10 10 3,96 38,89 Sedang 0,609 Sangat Signifikan

11 11 2,70 27,78 Mudah 0,444 Signifikan

12 12 4,64 52,78 Mudah 0,554 Sangat Signifikan

13 13 2,22 30,56 Sangat Mudah 0,326 -

14 14 4,94 50,00 Mudah 0,624 SangatSignifikan

15 15 0,55 5,56 Mudah 0,282 -

16 16 1,71 22,22 Sedang 0,483 Signifikan

17 17 4,75 55,56 Sedang 0,746 Sangat Signifikan

18 18 2,55 36,11 Sedang 0,560 Sangat Signifikan

19 19 2,63 33,33 Sedang 0,590 Sangat Signifikan

Page 176: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

159

Analisis Butir Soal Validasi Pertemuan 2

RELIABILITAS TES

================

Rata2= 60,86

Simpang Baku= 8,64

KorelasiXY= 0,52

Reliabilitas Tes= 0,69

Nama berkas: D:\WULAN SARI WIJAYA\MATA KULIAH\SEMESTER 8\SKRIPSI\WULAN

SARI_1113016200003\VALIDASI INSTRUMEN\VALIDASI\VALIDASI TES PERTEMUAN 2.AUR

No.Urut No. Subyek Kode/Nama Subyek Skor Ganjil Skor Genap Skor Total

1 1 T M 35 36 71

2 2 I A 29 33 62

3 3 A S 34 40 74

4 4 M L D 20 26 46

5 5 O A P 27 26 53

6 6 M H M 31 31 62

7 7 I C A 29 37 66

8 8 D M 28 24 52

9 9 N A S 28 28 56

10 10 R F S 24 24 48

11 11 M R 31 26 57

12 12 M M G 18 25 43

13 13 F A 33 33 66

14 14 S I 21 30 51

15 15 A U P 32 29 61

16 16 R N 27 28 55

17 17 A L Z 30 39 69

18 18 H A G 25 33 58

19 19 J M 33 31 64

20 20 U Z H 28 31 59

21 21 A A 33 36 69

22 22 A S L 35 27 62

23 23 S D A 36 41 77

24 24 M R B 27 29 56

25 25 M T A 22 33 55

26 26 M C 29 33 62

27 27 K N 29 32 61

28 28 D P G 22 29 51

29 29 G P 26 33 59

30 30 A P A 38 32 70

31 31 H A 35 32 67

32 32 K P 28 23 51

33 33 N M H 34 38 72

34 34 M A 37 37 74

35 35 A P G 37 34 71

KELOMPOK UNGGUL & ASOR

======================

Kelompok Unggul

Nama berkas: D:\WULAN SARI WIJAYA\MATA KULIAH\SEMESTER 8\SKRIPSI\WULAN

SARI_1113016200003\VALIDASI INSTRUMEN\VALIDASI\VALIDASI TES PERTEMUAN 2.AUR

1 2 3 4 5

Page 177: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

160

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5

1 23 S D A 77 3 4 3 3 3

2 3 A S 74 4 4 3 4 4

3 34 M A 74 4 3 4 4 4

4 33 N M H 72 2 4 4 4 4

5 1 T M 71 4 4 4 4 2

6 35 A P G 71 4 3 4 3 3

7 30 A P A 70 3 4 4 4 3

8 17 A L Z 69 4 4 4 4 2

9 21 A A 69 1 4 4 4 3

Rata2 Skor 3,22 3,78 3,78 3,78 3,11

Simpang Baku 1,09 0,44 0,44 0,44 0,78

6 7 8 9 10

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 6 7 8 9 10

1 23 S D A 77 4 4 4 3 4

2 3 A S 74 3 2 3 4 4

3 34 M A 74 4 2 4 4 4

4 33 N M H 72 2 2 4 4 4

5 1 T M 71 3 4 2 4 4

6 35 A P G 71 3 4 3 3 3

7 30 A P A 70 3 4 3 4 3

8 17 A L Z 69 3 2 4 4 4

9 21 A A 69 2 4 3 3 3

Rata2 Skor 3,00 3,11 3,33 3,67 3,67

Simpang Baku 0,71 1,05 0,71 0,50 0,50

11 12 13 14 15

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 11 12 13 14 15

1 23 S D A 77 4 4 2 4 3

2 3 A S 74 4 4 2 2 4

3 34 M A 74 4 4 3 4 4

4 33 N M H 72 4 4 3 2 4

5 1 T M 71 1 2 4 2 4

6 35 A P G 71 4 2 4 4 4

7 30 A P A 70 4 4 4 2 3

8 17 A L Z 69 3 4 2 2 3

9 21 A A 69 3 4 4 2 2

Rata2 Skor 3,44 3,56 3,11 2,67 3,44

Simpang Baku 1,01 0,88 0,93 1,00 0,73

16 17 18 19 20

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 16 17 18 19 20

1 23 S D A 77 2 4 4 3 4

2 3 A S 74 4 1 4 2 4

3 34 M A 74 4 2 2 2 2

4 33 N M H 72 3 1 4 2 3

5 1 T M 71 4 1 4 3 3

6 35 A P G 71 3 4 3 1 3

7 30 A P A 70 1 3 3 2 3

8 17 A L Z 69 4 3 4 2 2

9 21 A A 69 2 2 4 3 4

Rata2 Skor 3,00 2,33 3,56 2,22 3,11 21

Simpang Baku 1,12 1,22 0,73 0,67 0,78 22

Page 178: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

161

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 21 22

1 23 S D A 77 4 4

2 3 A S 74 4 4

3 34 M A 74 4 2

4 33 N M H 72 4 4

5 1 T M 71 4 4

6 35 A P G 71 2 4

7 30 A P A 70 4 2

8 17 A L Z 69 1 4

9 21 A A 69 4 4

Rata2 Skor 3,44 3,56

Simpang Baku 1,13 0,88

Kelompok Asor

Nama berkas: D:\WULAN SARI WIJAYA\MATA KULIAH\SEMESTER 8\SKRIPSI\WULAN

SARI_1113016200003\VALIDASI INSTRUMEN\VALIDASI\VALIDASI TES PERTEMUAN 2.AUR

1 2 3 4 5

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 1 2 3 4 5

1 25 M T A 55 1 1 1 4 2

2 5 O A P 53 3 1 1 1 2

3 8 D M 52 3 2 2 1 3

4 14 S I 51 2 1 1 1 3

5 28 D P G 51 3 3 2 3 2

6 32 K P 51 3 3 3 3 2

7 10 R F S 48 3 1 2 3 2

8 4 M L D 46 1 1 1 3 2

9 12 M M G 43 1 1 1 3 3

Rata2 Skor 2,22 1,56 1,56 2,44 2,33

Simpang Baku 0,97 0,88 0,73 1,13 0,50

6 7 8 9 10

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 6 7 8 9 10

1 25 M T A 55 3 4 3 4 4

2 5 O A P 53 2 4 4 4 3

3 8 D M 52 1 4 2 1 4

4 14 S I 51 3 4 3 1 4

5 28 D P G 51 1 1 3 3 4

6 32 K P 51 1 2 1 4 1

7 10 R F S 48 1 2 3 1 2

8 4 M L 46 1 4 4 1 4

9 12 M M G 43 1 4 4 1 4

Rata2 Skor 1,56 3,22 3,00 2,22 3,33

Simpang Baku 0,88 1,20 1,00 1,48 1,12

11 12 13 14 15

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 11 12 13 14 15

1 25 M T A 55 3 2 2 2 2

2 5 O A P 53 3 3 4 2 2

3 8 D M 52 1 2 4 4 4

4 14 S I 51 3 4 1 2 2

5 28 D P G 51 3 4 2 1 1

6 32 K P 51 3 4 2 1 2

7 10 R F S 48 1 3 4 1 2

8 4 M L D 46 3 3 2 2 2

9 12 M M G 43 1 3 1 1 2

Rata2 Skor 2,33 3,11 2,44 1,78 2,11

Simpang Baku 1,00 0,78 1,24 0,97 0,78

16 17 18 19 20

Page 179: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

162

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 16 17 18 19 20

1 25 M T A 55 2 1 4 1 4

2 5 O A P 53 2 1 4 1 2

3 8 D M 52 2 3 3 2 2

4 14 S I 51 2 1 4 2 4

5 28 D P G 51 1 2 4 2 3

6 32 K P 51 2 4 4 2 1

7 10 R F S 48 2 1 4 2 2

8 4 M L D 46 1 1 3 2 3

9 12 M M G 43 1 1 4 2 1

Rata2 Skor 1,67 1,67 3,78 1,78 2,44

Simpang Baku 0,50 1,12 0,44 0,44 1,13

21 22

No Urt No Subyek Kode/Nama Subyek Skor 21 22

1 25 M T A 55 1 4

2 5 O A P 53 2 2

3 8 D M 52 1 1

4 14 S I 51 1 2

5 28 D P G 51 1 2

6 32 K P 51 1 2

7 10 R F S 48 4 2

8 4 M L D 46 1 1

9 12 M M G 43 1 2

Rata2 Skor 1,44 2,00

Simpang Baku 1,01 0,87

DAYA PEMBEDA

============

Jumlah Subyek= 35

Klp atas/bawah(n)= 9

Butir Soal= 22

Un: Unggul; AS: Asor; SB: Simpang Baku

Nama berkas: D:\WULAN SARI WIJAYA\MATA KULIAH\SEMESTER 8\SKRIPSI\WULAN

SARI_1113016200003\VALIDASI INSTRUMEN\VALIDASI\VALIDASI TES PERTEMUAN 2.AUR

No No Btr Asli Rata2Un Rata2As Beda SB Un SB As SB Gab t DP(%)

1 1 3,22 2,22 1,00 1,09 0,97 0,49 2,05 25,00

2 2 3,78 1,56 2,22 0,44 0,88 0,33 6,76 55,56

3 3 3,78 1,56 2,22 0,44 0,73 0,28 7,84 55,56

4 4 3,78 2,44 1,33 0,44 1,13 0,40 3,30 33,33

5 5 3,11 2,33 0,78 0,78 0,50 0,31 2,51 19,44

6 6 3,00 1,56 1,44 0,71 0,88 0,38 3,83 36,11

7 7 3,11 3,22 -... 1,05 1,20 0,53 -... -2,78

8 8 3,33 3,00 0,33 0,71 1,00 0,41 0,82 8,33

9 9 3,67 2,22 1,44 0,50 1,48 0,52 2,77 36,11

10 10 3,67 3,33 0,33 0,50 1,12 0,41 0,82 8,33

11 11 3,44 2,33 1,11 1,01 1,00 0,47 2,34 27,78

12 12 3,56 3,11 0,44 0,88 0,78 0,39 1,13 11,11

13 13 3,11 2,44 0,67 0,93 1,24 0,52 1,29 16,67

14 14 2,67 1,78 0,89 1,00 0,97 0,46 1,91 22,22

15 15 3,44 2,11 1,33 0,73 0,78 0,36 3,75 33,33

16 16 3,00 1,67 1,33 1,12 0,50 0,41 3,27 33,33

17 17 2,33 1,67 0,67 1,22 1,12 0,55 1,21 16,67

18 18 3,56 3,78 -... 0,73 0,44 0,28 -... -5,56

19 19 2,22 1,78 0,44 0,67 0,44 0,27 1,67 11,11

20 20 3,11 2,44 0,67 0,78 1,13 0,46 1,46 16,67

21 21 3,44 1,44 2,00 1,13 1,01 0,51 3,95 50,00

Page 180: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

163

22 22 3,56 2,00 1,56 0,88 0,87 0,41 3,78 38,89

TINGKAT KESUKARAN

=================

Jumlah Subyek= 35

Butir Soal= 22

Nama berkas: D:\WULAN SARI WIJAYA\MATA KULIAH\SEMESTER 8\SKRIPSI\WULAN

SARI_1113016200003\VALIDASI INSTRUMEN\VALIDASI\VALIDASI TES PERTEMUAN 2.AUR

No Butir Baru No Butir Asli Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran

1 1 68,06 Sedang

2 2 66,67 Sedang

3 3 66,67 Sedang

4 4 77,78 Mudah

5 5 68,06 Sedang

6 6 56,94 Sedang

7 7 79,17 Mudah

8 8 79,17 Mudah

9 9 73,61 Mudah

10 10 87,50 Sangat Mudah

11 11 72,22 Mudah

12 12 83,33 Mudah

13 13 69,44 Sedang

14 14 55,56 Sedang

15 15 69,44 Sedang

16 16 58,33 Sedang

17 17 50,00 Sedang

18 18 91,67 Sangat Mudah

19 19 50,00 Sedang

20 20 69,44 Sedang

21 21 61,11 Sedang

22 22 69,44 Sedang

KORELASI SKOR BUTIR DG SKOR TOTAL

=================================

Jumlah Subyek= 35

Butir Soal= 22

Nama berkas: D:\WULAN SARI WIJAYA\MATA KULIAH\SEMESTER 8\SKRIPSI\WULAN

SARI_1113016200003\VALIDASI INSTRUMEN\VALIDASI\VALIDASI TES PERTEMUAN 2.AUR

No Butir Baru No Butir Asli Korelasi Signifikansi

1 1 0,424 Signifikan

2 2 0,603 Sangat Signifikan

3 3 0,757 Sangat Signifikan

4 4 0,392 Signifikan

5 5 0,298 -

6 6 0,411 Signifikan

7 7 -0,041 -

8 8 0,105 -

9 9 0,485 Signifikan

10 10 0,224 -

11 11 0,489 Signifikan

12 12 0,296 -

13 13 0,209 -

14 14 0,381 -

15 15 0,536 Sangat Signifikan

16 16 0,603 Sangat Signifikan

Page 181: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

164

17 17 0,224 -

18 18 -0,049 -

19 19 0,283 -

20 20 0,342 -

21 21 0,612 Sangat Signifikan

22 22 0,571 Sangat Signifikan

Catatan: Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:

df (N-2) P=0,05 P=0,01 df (N-2) P=0,05 P=0,01

10 0,576 0,708 60 0,250 0,325

15 0,482 0,606 70 0,233 0,302

20 0,423 0,549 80 0,217 0,283

25 0,381 0,496 90 0,205 0,267

30 0,349 0,449 100 0,195 0,254

40 0,304 0,393 125 0,174 0,228

50 0,273 0,354 >150 0,159 0,208

Bila koefisien = 0,000 berarti tidak dapat dihitung.

REKAP ANALISIS BUTIR

=====================

Rata2= 60,86

Simpang Baku= 8,64

KorelasiXY= 0,52

Reliabilitas Tes= 0,69

Butir Soal= 22

Jumlah Subyek= 35

Nama berkas: D:\WULAN SARI WIJAYA\MATA KULIAH\SEMESTER 8\SKRIPSI\WULAN

SARI_1113016200003\VALIDASI INSTRUMEN\VALIDASI\VALIDASI TES PERTEMUAN 2.AUR

No No Btr Asli T DP(%) T. Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi

1 1 2,05 25,00 Sedang 0,424 Signifikan

2 2 6,76 55,56 Sedang 0,603 Sangat Signifikan

3 3 7,84 55,56 Sedang 0,757 Sangat Signifikan

4 4 3,30 33,33 Mudah 0,392 Signifikan

5 5 2,51 19,44 Sedang 0,298 -

6 6 3,83 36,11 Sedang 0,411 Signifikan

7 7 -... -2,78 Mudah -0,041 -

8 8 0,82 8,33 Mudah 0,105 -

9 9 2,77 36,11 Mudah 0,485 Signifikan

10 10 0,82 8,33 Sangat Mudah 0,224 -

11 11 2,34 27,78 Mudah 0,489 Signifikan

12 12 1,13 11,11 Mudah 0,296 -

13 13 1,29 16,67 Sedang 0,209 -

14 14 1,91 22,22 Sedang 0,381 -

15 15 3,75 33,33 Sedang 0,536 Sangat Signifikan

16 16 3,27 33,33 Sedang 0,603 Sangat Signifikan

17 17 1,21 16,67 Sedang 0,224 -

18 18 -... -5,56 Sangat Mudah -0,049 -

19 19 1,67 11,11 Sedang 0,283 -

20 20 1,46 16,67 Sedang 0,342 -

21 21 3,95 50,00 Sedang 0,612 Sangat Signifikan

22 22 3,78 38,89 Sedang 0,571 Sangat Signifikan

Page 182: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

165

Lampiran 7

Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI/1

Pokok Bahasan : Minyak Bumi

Sub-pokok Bahasan : Dampak Pembakaran Minyak Bumi dan Cara Mengatasinya

Waktu : 90 menit

Petunjuk:

(1) Tulislah terlebih dahulu identitas diri di lembar jawaban

(2) Berdoalah sebelum mengerjakan soal

(3) Bacalah dengan cermat dan teliti sebelum menjawab soal

(4) Kerjakan sejujurnya dan dengan usaha sendiri

1. Perhatikan tabel hasil pengamatan siswa mengenai pembakaran sempurna dan tidak sempurna kendaraan

bermotor berikut!

Jenis Mobil Bahan

Bakar Asap Kendaraan yang dihasilkan

Angkutan Umum

Kendaraan pribadi Bensin

Menghasilkan asap yang tidak terlalu tebal

dibandingkan mobil berbahan bakar solar

Bus

Truk angkut & Tronton Solar

Menghasilkan asap hitam yang sangat tebal

dibandingkan mobil berbahan bakar bensin

Berdasarkan kegiatan pengamatan yang dilakukan siswa, buatlah rumusan masalah dalam bentuk

pertanyaan! (minimal 2)

2. Jika kalian mengambil korek api gas, kalian dapat melihat butana dalam bentuk cair. Ketika korek api gas

ditekan, butana akan kembali menjadi gas membentuk nyala api. Nyala api dari korek gas tersebut

mengalami reaksi pembakaran sempurna antara gas butana dengan oksigen. Berdasarkan peristiwa

tersebut,

a. Setarakan persamaan reaksi pembakaran sempurna butana dengan oksigen!

C4H10(g) + O2(g) → CO2(g) + H2O(g) (belum setara)

b. Kemudian, jelaskan secara sederhana berapa banyak oksigen yang dibutuhkan dalam reaksi

pembakaran, gas karbon dioksida yang dihasilkan, dan uap air yang dihasilkan dari reaksi a!

3. LPG (liquid petroleum gas) berisi senyawa alkana, yaitu gas propana yang digunakan untuk keperluan

rumah tangga, seperti memasak.

a. Setarakan persamaan reaksi propana dengan oksigen berikut!

C3H8 (g) + O2 (g) → CO (g) + H2O (g) (belum setara)

b. Kemudian, analisislah reaksi tersebut termasuk ke dalam jenis pembakaran hidrokarbon yang mana?

Lalu buatlah definisinya menggunakan bahasamu sendiri!

Page 183: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

166

4. Perhatikan gambar berikut!

Jelaskan bagaimana dampak negatif

yang dihasilkan dari kedua aktivitas

pembakaran pada gambar (A) dan (B)

bagi lingkungan dan kesehatan!

5. Perhatikan gambar berikut!

Berikan dua alasan mengapa program konversi minyak

tanah ke LPG perlu dilakukan? Kaitkan jawabanmu

dengan dampak pembakaran minyak tanah bagi

lingkungan dan kesehatan!

6. Data Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia mencatat, jumlah kendaraan yang masih

beroperasi di Indonesia pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Berdasarkan data yang disajikan, Jenis kendaraan mana yang paling besar jumlahnya di setiap pulau?

Jelaskan!

Gambar (A) Asap knalpot hasil

pembakaran bensin pada kendaraan Gambar (B) Asap pabrik hasil

pembakaran batu bara pada industri

Kompor Minyak tanah

Kompor gas

Gambar Konversi minyak tanah ke LPG merupakan salah

satu program konversi energi terbesar oleh pemerintah

Indonesia.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Jaw

a

Sum

ater

a

Kal

iman

tan

Sula

wes

i

Bal

i

Nu

sa T

engg

ara

Mal

uku

Pap

ua

Pe

rse

nta

se ju

mla

h k

en

dar

aan

Pulau di Indonesia

Mobil Pribadi

Sepeda Motor

Angkutan Umum

Data Jumlah

Kendaraan per

Kepulauan

Page 184: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

167

7. Perhatikan grafik berikut!

Berdasarkan grafik yang disajikan,

a. Jika semakin lambat kecepatan rata-rata kendaraan

bermotor maka semakin banyak jumlah gas karbon

monoksida yang dihasilkan. Menurut argumen

Anda, apakah grafik ini ada hubungannya dengan

tingkat kemacetan di Indonesia? Jelaskan!

b. Analisislah apa dampak negatif meningkatnya gas

karbon monoksida bagi kesehatan manusia? Untuk

menjawab pertanyaan tersebut, gunakan sumber

yang kuat dan tuliskanlah sumber yang Anda

gunakan untuk menjawab!

8. Perhatikan Tabel berikut!

DAMPAK EFEK RUMAH KACA

Lingkungan Kesehatan

1. Meningkatnya permukaan air laut 1. Munculnya berbagai macam wabah penyakit

menular melalui udara

2. Meningkatnya suhu bumi 2. Menurunnya imunitas tubuh sehingga mudah

terjangkit diare, malaria, dan demam berdarah

3. Merubah ekosistem dan iklim 3. Dapat menyebabkan penyakit katarak

4. Rawan bencana alam (banjir dan

kemarau panjang)

4. Terjadinya kelaparan karena menurunnya

produksi pangan

5. Mudah mengalami kekeringan sehingga

sektor pertanian dan peternakan akan

menurun

5. Panas yang berlebihan dapat menyebabkan

kanker kulit

Bagaimana cara Anda mengatasi ini? Buatlah solusi alternatif berdasarkan pemikiran Anda untuk mencegah

dampak negatif dari efek rumah kaca bagi lingkungan!

9. Perhatikan grafik berikut!

Grafik berikut berisi pada konsentrasi berapa ppm karbon

monoksida dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan (1)

kematian (deadly), (2) penyakit (sickness), dan (3) belum terlihat

pengaruhnya (barely perceptable).

Berdasarkan grafik tersebut,

a. Apa yang dapat Anda simpulkan?

b. Apakah terdapat pengaruh konsentrasi karbon monoksida

dengan waktu pemaparannya?

Selamat Mengerjakan! Good Luck!

Grafik Hubungan antara gas karbon monoksida yang

dihasilkan dengan kecepatan kendaraan (Environmental

Assessment, DOT, UK., 1994)

1

2

3

Page 185: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

168

Lampiran 8

KUNCI JAWABAN DAN PEDOMAN PENSKORAN SOAL KBK (Pretest & Posttest)

No Kunci Jawaban Skor Indikator

1. Rumusan pertanyaan tentang:

1) Mengapa solar menghasilkan asap

pembakaran yang lebih tebal dibandingkan

dengan bensin?

2) Apa jenis bahan bakar mobil yang

menyebabkan reaksi pembakaran

sempurna?

3) Apa jenis bahan bakar mobil yang

menyebabkan pembakaran tidak sempur

4 Dapat membuat 3 pertanyaan sesuai

kunci jawaban

3 Dapat membuat 2 pertanyaan sesuai

kunci jawaban

2 Dapat membuat 1 pertanyaan sesuai

kunci jawaban

1 Dapat membuat pertanyaan namun

tidak tepat

0

Tidak memberikan jawaban

2. a. Reaksi setara pembakaran sempurna gas

butana:

b. Berdasarkan persamaan reaksi tersebut

oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi

pembakaran sempurna butana sebanyak 13

mol. Gas karbon dioksida yang dihasilkan

sebanyak 8 mol. Uap air yang dihasilkan

sebanyak 10 mol dari 2 mol butana.

4 Dapat menyetarakan persamaan reaksi

dan memberikan penjelasan dengan

tepat

3 Dapat menyetarakan persamaan reaksi

dan memberikan penjelasan namun

kurang tepat

2 Dapat menyetarakan persamaan reaksi

namun tidak memberikan penjelasan

1 Tidak dapat menyetarakan persamaan

reaksi dan memberikan penjelasan

dengan tepat

0 Tidak memberikan jawaban

3. 1) Reaksi setara pembakaran tidak sempurna

gas propana:

2) Reaksi ini adalah reaksi pembakaran

hidrokarbon yang tidak sempurna. Reaksi

pembakaran tidak sempurna adalah

pembakaran senyawa hidrokarbon dengan

oksigen untuk menghasilkan gas karbon

monoksida dan uap air.

4 Dapat menyetarakan persamaan reaksi

dan mendefinisikan reaksi pembakaran

tidak sempurna dengan tepat

3 Dapat menyetarakan persamaan reaksi

dan mendefinisikan reaksi pembakaran

tidak sempurna namun kurang tepat

2 Dapat menyetarakan persamaan reaksi

namun tidak mendefinisikan reaksi

pembakaran tidak sempurna

1 Tidak dapat menyetarakan persamaan

reaksi kimia namun mendefinisikan

reaksi pembakaran tidak sempurna

0 Tidak memberikan jawaban

4. Asap kendaraan bermotor dan asap pabrik dapat

memproduksi zat-zat pencemar udara seperti

gas karbon monoksida, karbon dioksida, dan

partikulat karbon. Akibatnya, menyebabkan

permasalahan lingkungan dan kesehatan seperti

meningkatnya risiko efek rumah kaca,

perubahan iklim, pemanasan global, hujan

asam, penyakit ISPA, asma, mata menjadi perih,

4 Dapat menjawab dan menjelaskan

dampak negatif aktivitas pembakaran

bahan bakar fosil bagi lingkungan dan

kesehatan dengan tepat

3 Dapat menjawab dan menjelaskan

dampak negatif aktivitas pembakaran

bahan bakar fosil bagi lingkungan dan

kesehatan namun kurang tepat

2 C4H10(g) + 13 O2(g) → 8 CO2(g) + 10 H2O(g)

2 C3H8(g) + 7O2(g) → 6CO(g) + 8H2O(g)

Page 186: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

169

kanker paru-paru dan masalah kesehatan yang

menganggu saluran pernapasan manusia.

2 Dapat menjawab dampak negatif

aktivitas pembakaran bahan bakar fosil

bagi lingkungan atau kesehatan saja

1 Dapat menjawab namun tidak tepat

0 Tidak memberikan jawaban

5. 1) Program konversi minyak tanah ke LPG

diperlukan karena penggunaan LPG lebih

efisien dan mudah digunakan lain halnya

dengan minyak tanah yang memerlukan

waktu untuk memanaskan kompor sebelum

digunakan.

2) Selain itu, LPG dalam proses pembakarannya

tidak menghasilkan asap dan tidak berbau

jadi lebih bersih dan ramah lingkungan. Lain

halnya dengan minyak tanah dalam proses

pembakarannya menghasilkan asap dan

berbau. Asap hasil pembakarannya, dapat

mengotori lingkungan dan menghasilkan gas

karsinogenik yang apabila dihirup dalam

jangka waktu yang lama dapat menyebabkan

kanker. Maka konversi minyak tanah ke LPG

sangat diperlukan.

4 Dapat memberikan 2 alasan dengan

tepat

3 Dapat memberikan 2 alasan namun

kurang tepat

2 Dapat memberikan 1 alasan dengan

tepat

1 Dapat memberikan alasan namun tidak

tepat

0 Tidak memberikan jawaban

6. Berdasarkan data jumlah kendaraan per

pulau, jenis kendaraan yang paling banyak

adalah sebagai berikut:

Jawa : mobil pribadi (± 75%)

Sumatera : sepeda motor (± 21%)

Kalimantan : sepeda motor (± 5%)

angkutan umum (± 5%)

Sulawesi : sepeda motor (± 3%)

Bali : angkutan

umum (±5%)

Nusa Tenggara : angkutan

umum (± 2%)

Maluku : sepeda

motor (±1%)

Papua : ada tapi jumlahnya sangat

sangat sedikit

4 Dapat menjawab dan memberikan

penjelasan dengan tepat.

3 Dapat menjawab dan memberikan

penjelasan namun kurang tepat

2 Dapat menjawab dengan benar namun

tidak memberikan penjelasan

1 Dapat menjawab namun tidak tepat

0 Tidak memberikan jawaban

7. a. Menurut pendapat Saya, karena berdasarkan

grafik menunjukkan semakin lambat

kecepatan rata-rata suatu kendaraan maka

semakin banyak gas CO yang dihasilkan.

Maka dari itu ada hubungannya dengan

kemacetan di Indonesia. Lalu lintas yang

padat akan menurunkan laju kendaraan untuk

berjalan, dengan begitu gas CO dari

pembakaran tidak sempurna bahan bakar

kendaraan akan semakin bertambah.

4 Dapat memberikan pendapat dan

menjelaskan dengan tepat

3 Dapat memberikan pendapat dan

menjelaskan namun kurang tepat

2 Dapat memberikan pendapat namun

tidak memberikan penjelasan

1 Dapat menjawab namun tidak tepat

0 Tidak memberikan jawaban

Page 187: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

170

b. Sumber 1 (internet, yang tidak terpercaya)

Dampak karbon monoksida terhadap

lingkungan dan kesehatan adalah kadar

karbon monoksida sebesar 100 ppm hampir

tidak berpengaruh pada tumbuhan tingkat

tinggi, akan tetapi pada manusia akan

menyebabkan gangguan pada otot jantung

atau sirkulasi darah periferal yang parah

(http://www.elsari.wordpress.com)

Sumber 2 (buku pelajaran SMA)

Dampak karbon monoksida bagi kesehatan

manusia adalah mengurangi oksigen dalam

darah, mengakibatkan gangguan berpikir

(dalam jumlah kecil), jantung bekerja lebih

berat, menyebabkan pingsan dan kematian,

serta sesak napas (Margono, Rufaida, dan

Yustiono, 2017; Buku Kimia SMA/MA

Kelas XI: h.57)

Sumber 3 (internet, yang tidak terpercaya)

Dampak karbon monoksida bagi kesehatan

manusia adalah pada konsentrasi tinggi

karbon monoksida menyebabkan O2 tidak

terikat oleh hemoglobin, menyebabkan

gangguan pada sistem syaraf pusat dan

kardiovaskuler, serta menyebabkan

perubahan tekanan darah, dan meningkatkan

gagal jantung (http://www.basoarif1

0ribu.blogspot.co.id)

Sumber 4 (buku pengetahuan)

Kontak antara manusia dengan CO pada

konsentrasi ≤ 100 ppm dapat menganggu

kesehatan, dan pada konsentrasi tinggi dapat

mengakibatkan kematian. Faktor penting

yang menentukan pengaruh CO terhadap

tubuh manusia adalah konsentrasi COHb

yang terdapat di dalam darah, di mana

semakin tinggi persentase haemogoblin yang

terikat dalam bentuk COHb maka semakin

parah pengaruhnya terhadap kesehatan

manusia (Kristanto, 2012; Buku Ekologi

Industri : h.150).

Alasan yang dibuat adalah alasan mengapa

memilih sumber tersebut dan kaitannya

dengan dampak karbon monoksida (CO) bagi

tubuh manusia.

4 Dapat menuliskan dampak,

memberikan alasan dan memilih

sumber yang tepat

3 Dapat menuliskan dampak,

memberikan alasan, dan memilih

sumber namun kurang tepat

2 Dapat menuliskan dampak dan memilih

sumber yang tepat namun tidak

memberikan alasan

1 Dapat menuliskan dampak namun tidak

memberikan alasan dan memilih

sumber yang tepat

0 Tidak memberikan jawaban

8. Efek rumah kaca dapat diatasi dengan cara

mengurangi pembentukan gas-gas rumah kaca

seperti CO2, CH4, dan NOx, caranya adalah:

4 Dapat memberikan 3 solusi atau lebih

dengan tepat

3 Dapat memberikan 2 solusi dengan

tepat

Page 188: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

171

1. Biasakan diri untuk berjalan kaki atau

bersepeda setiap harinya. Bila berpergian

cukup jauh, gunakan transportasi umum.

2. Menggunakan energi listrik, bahan bakar

minyak, gas, dan air dengan bijak.

3. Konversi energi fosil menjadi energi

matahari, angin, nuklir, dan gas alam.

4. Melakukan reboisasi, penghijauan, dan

pembuatan taman dalam kota.

5. Membatasi penggunaan plastik, dengan

begitu kita telah mengurangi jumlah sampah

yang sulit terurai.

6. Mengolah sampah organik menjadi kompos

dan mengolah sampah non organik menjadi

bahan yang berguna untuk mencegah

pembakaran limbah sampah rumah tangga.

7. Penggunaan filter atau scrubber untuk

menyaring CO2 dari asap buangan pabrik

ataupun pembangkit listrik yang

menggunakan bahan bakar batubara.

8. Menaikkan pajak kendaraan bermotor dan

mengganti bahan bakar minyak dengan

bahan bakar alternatif yang lebih ramah

lingkungan (BBG, bioetanol, biodiesel,

biogas dsb).

2 Dapat memberikan 1 solusi dengan

tepat

1 Dapat memberikan solusi namun tidak

tepat

0 Tidak memberikan solusi

9. a. Berdasarkan grafik tersebut pada konsentrasi

kurang dari 1000 ppm selama waktu 8 jam

tidak memperlihatkan pengaruh karbon

monoksida (CO) terhadap kesehatan. Pada

konsentrasi 1000 ppm selama waktu 8 jam

menyebabkan penyakit. Pada konsentrasi

lebih dari 1000 ppm selama waktu 8 jam

dapat menyebabkan kematian. Jadi

kesimpulannya, pada konsentrasi tertentu

selama waktu 8 jam gas karbon monoksida

dapat bersifat tidak berpengaruh,

menyebabkan penyakit, dan kematian

4 Dapat menjelaskan dan memberikan

kesimpulan dengan tepat.

3 Dapat menjelaskan dan memberikan

kesimpulan namun kurang tepat

2 Dapat membuat kesimpulan namun

tidak memberikan penjelasan

1 Dapat menjawab namun tidak tepat

0 Tidak memberikan jawaban

b. Ada pengaruhnya, semakin tinggi

konsentrasi karbon monoksida dan semakin

lama waktu pemaparan maka efek yang

dihasilkan akan semakin berbahaya

4 Dapat menjawab dan memberikan

penjelasan dengan tepat.

3 Dapat menjawab dan memberikan

penjelasan namun kurang tepat

2 Dapat menjawab dengan benar namun

tidak memberikan penjelasan

1 Dapat menjawab namun tidak

memberikan penjelasan dengan tepat

0 Tidak memberikan jawaban

Page 189: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

Lampiran 9

KISI-KISI LEMBAR KERJA SISWA EFEK RUMAH KACA

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : XI IPA/Ganjil

Tahun Ajaran : 2017/2018

Kompetensi Dasar : 3.3 Mengidentifikasi reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta sifat zat hasil

pembakaran (CO2, CO, partikulat karbon).

4.3 Menyusun gagasan cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

Orientasi siswa

terhadap masalah

(1) Menganalisis

argumen

(1) Mengidentifikasi

alasan atau sebab

berdasarkan

informasi yang

ditemukan

Menemukan informasi

penting dari suatu

wacana

1. Apa informasi penting

yang kalian temukan

mengenai dampak

meningkatnya gas

rumah kaca bagi

lingkungan

berdasarkan laporan

penelitian Carbon

Disclosure Project?

Informasi yang saya

temukan adalah jika

gas-gas rumah kaca

terus-menerus

meningkat, maka suhu

rata-rata bumi secara

global akan naik hingga

4℃ di atas sebelumnya.

Sehingga bumi akan

mengalami krisis

pangan dan tidak dapat

ditinggali lagi.

4: bila membuat

jawaban tepat dan

lengkap

3: bila membuat

jawaban dengan

tepat

2: bila membuat

jawaban kurang

tepat

1: bila membuat

jawaban tapi tidak

tepat

0: tidak memberikan

jawaban

Orientasi siswa

terhadap masalah

(2) Memfokuskan

pertanyaan

(2) Mengidentifikasi

atau merumuskan

pertanyaan

Membuat rumusan

masalah berdasarkan

wacana dalam bentuk

pertanyaan

2. Berdasarkan kasus 1

mengenai hasil laporan

penelitian Carbon

Disclosure Project,

1. Apakah sumber

terbesar penghasil

emisi gas rumah

kaca?

4: bila menjawab

lebih dari dua

poin dengan tepat

Page 190: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

173

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

buatlah rumusan

masalah dalam bentuk

pertanyaan minimal 2!

2. Berapa persen total

emisi gas rumah

kaca yang

disebabkan oleh

industri bahan bakar

fosil?

3. Apa sajakah bahan

bakar fosil yang

dapat meningkatkan

gas-gas rumah kaca?

4. Apa yang

menyebabkan suhu

rata-rata bumi

meningkat?

5. Apa yang akan

terjadi jika gas –gas

rumah kaca

meningkat?

6. Apa yang

menyebabkan krisis

pangan dunia dan

bumi tidak dapat

ditinggali lagi?

3: bila menjawab dua

poin dengan tepat

2: bila menjawab 1

poin dengan tepat

1: bila menjawab

tapi tidak tepat

0: tidak memberikan

jawaban

Mengorganisasi

siwa untuk belajar

(3) Bertanya dan

mejawab

pertanyaan

(3) Memberikan

penjelasan

sederhana

Menyebutkan dan

menjelaskan gas yang

berperan penting

3. Menurut laporan

Carbon Disclosure

Project pada kasus 1,

1. Gas yang berperan

penting terjadinya

efek rumah kaca

4: bila membuat

jawaban tepat dan

lengkap

Page 191: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

174

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

terhadap fenomena efek

rumah kaca

sebanyak 71% emisi gas

rumah kaca dihasilkan

oleh kendaraan

bermotor dan kegiatan

industri. Gas yang

berperan penting

terjadinya fenomena

efek rumah kaca

adalah.......... berikan

penjelasan mengapa gas

tersebut dapat

menyebabkan efek

rumah kaca!

adalah gas karbon

dioksida.

2. Karena gas karbon

dioksida dapat

menyerap sinar

inframerah yang

berasal dari sinar

matahari dan

kemudian

memantulkannya

kembali ke atmosfer.

Akibatnya, makin

lama bumi makin

panas.

3: bila membuat

jawaban dengan

tepat

2: bila membuat

jawaban kurang

tepat

1: bila membuat

jawaban tapi tidak

tepat

0: tidak memberikan

jawaban

Page 192: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

175

Mengorganisasi

siwa untuk belajar

(4) Mem-

pertimbangkan

kredibilitas suatu

sumber

(4) Mem-

pertimbangkan

penggunaan

prosedur yang

tepat

Memilih sumber

gambar yang tepat

untuk membuat

prosedur mengenai

peristiwa efek rumah

kaca

4a. Pilihlah salah satu dari

kedua sumber gambar

berikut! Kemudian

jelaskan kembali

tahapan peristiwa efek

rumah kaca

menggunakan bahasa

kalian sendiri dengan

mem-pertimbangkan

gambar mana yang

paling tepat?

Gambar A

1. Sinar matahari

memasuki atmosfer

bumi. Panas matahari

sebagian diserap oleh

bumi untuk membuat

bumi menjadi lebih

hangat.

2. Kemudian sisa panas

matahari lainnya

dipantulkan oleh

atmosfer kembali ke

ruang angkasa

3. Panas yang diserap

oleh bumi

sebelumnya pada

tahap 1, kemudian

dipantulkan kembali

oleh bumi dan

diteruskan oleh

atmosfer ke ruang

angkasa

4. Panas yang

dipantulkan oleh

bumi pada tahap 3,

tidak semuanya

kembali ke ruang

angkasa melainkan

beberapa panasnya

diserap oleh gas-gas

rumah kaca di

atmosfer. Akibatnya,

panas dari sinar

matahari ini terjebak

dan tertahan di

atmosfer dan

menyebabkan suhu

4: bila membuat

jawaban tepat dan

lengkap

3: bila membuat

jawaban dengan

tepat

2: bila membuat

jawaban kurang

tepat

1: bila membuat

jawaban tapi tidak

tepat

0: tidak memberikan

jawaban

Page 193: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

176

permukaan bumi

meningkat.

Gambar B 1. Sinar matahari

memasuki atmosfer

bumi, kemudian

beberapa sinarnya

dipantulkan kembali

ke ruang angkasa.

2. Sisa sinar matahari

yang dipantulkan

pada tahap 1,

kemudian diserap

oleh bumi untuk

menghangatkan

bumi.

3. Panas matahari yang

diserap bumi pada

tahap 2, kemudian

kembali ke ruang

angkasa.

4. Beberapa panas

matahari tidak

semuanya kembali

ke angkasa,

melainkan terjebak

oleh gas-gas rumah

kaca di atmosfer.

5. Kegiatan manusia

seperti pembakaran

bahan bakar fosil,

pertanian,

peternakan,

kebakaran hutan

dapat meningkatkan

gas-gas rumah kaca

Page 194: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

177

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

dan terlepas ke

atmosfer

Kemudian panas

matahari yang

terjebak oleh gas-gas

rumah kaca pada

tahap 4, lalu

terperangkap dan

tertahan di bumi.

Akibatnya, bumi

semakin panas.

Mengorganisasi

siwa untuk belajar

(4) Mem-

pertimbangkan

kredibilitas suatu

sumber

(4) Kemampuan

memberikan alasan

Membuat alasan

berdasarkan gambar

yang di pilih

4b. Setelah kalian

membuat tahapan

peristiwa efek rumah

kaca dan

menjelaskannya

berdasarkan gambar,

tulislah alasan

mengapa kalian

memilih dan tidak

memilih gambar

tersebut! (dengan

memperhatikan

kemudahan pembaca

memahami isi

gambar, urutan yang

jelas, penjelasan lebih

lengkap, peristiwa

yang disampaikan

sesuai dengan teori,

1. Alasan kami

memilih gambar A

adalah tampilan

gambar yang

disajikan lebih

mudah di pahami,

gambar memiliki

urutan yang jelas,

peristiwa yang

ditampilkan sesuai

dengan teori, dan

sumber dapat

dipercaya. Kami

tidak memilih

gambar B karena

gambar ini sulit

untuk dipahami dan

penjelasannya terlalu

banyak.

4: bila membuat

kedua alasan

sesuai perintah

yang diberikan

dan alasan dapat

diterima

3: bila membuat

kedua alasan

sesuai perintah

yang diberikan

dan namun salah

satu alasan tidak

dapat diterima

2: bila membuat

salah satu alasan

sesuai perintah

yang diberikan

dan alasan dapat

diterima.

Page 195: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

178

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

dan sumber dapat

dipercaya)

2. Alasan kami

memilih gambar B

adalah tampilan

gambar yang

disajikan lebih

mudah di pahami,

lengkap dengan

sumber pencemaran,

gambar memiliki

urutan yang jelas,

peristiwa yang

ditampilkan sesuai

dengan teori dan

sumber dapat

dipercaya. Kami

tidak memilih

gambar A, karena

bahasa yang

digunakan tidak

mudah dipahami,

tidak dilengkapi

sumber pencemaran.

1: bila membuat

kedua alasan

sesuai perintah

yang diberikan

dan alasan tidak

dapat diterima

0: tidak memberikan

alasan sama

sekali

Mengorganisasi

siwa untuk belajar

(9) Mendefinisikan

istilah dan mem-

pertimbangkan

definisi

(9) Membuat definisi

berdasarkan

contoh

Mengidentifikasi dan

menjelaskan reaksi

pembakaran tidak

sempurna berdasarkan

contoh yang disajikan

5a. Pembakaran bensin

pada kendaraan

bermotor secara tidak

sempurna dapat

menghasilkan

1. Reaksi yang

termasuk ke dalam

reaksi pembakaran

tidak sempurna

4: bila membuat

jawaban tepat dan

lengkap

Page 196: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

179

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

partikulat-partikulat

karbon yang berupa

asap hitam (gambar 4).

Diantara contoh-

contoh reaksi berikut

ini manakah yang

termasuk ke dalam

reaksi pembakaran

tidak sempurna?

Berikan penjelasan

mengapa kalian

memilih reaksi

tersebut!

1. 2 C3H8 (l) + 7 O2 (g) → 6

CO (g) + 8 H2O (g)

2. 2 C8H18 (l) + 17 O2 (g) →

16 CO (g) + 18 H2O (g)

3. C8H18 (l) + 14 O2 (g) → 8

CO2 (g) + 9 H2O (g)

adalah reaksi nomor

1 dan 2.

2. Saya memilih reaksi

pada nomor 1 dan 2

karena pada reaksi

ini menghasilkan

karbon monoksida

dan uap air. Reaksi

ketiga adalah reaksi

pembakaran

sempurna oktana

karena

menghasilkan

oksigen dan karbon

dioksida yang

belum setara, jadi

jawaban yang benar

adalah reaksi nomor

dua.

3: bila membuat

jawaban dengan

tepat

2: bila membuat

jawaban kurang

tepat

1: bila membuat

jawaban tapi tidak

tepat

0: tidak memberikan

jawaban

Mengorganisasi

siwa untuk belajar

(10) Mengidentifikasi

asumsi

(10) Memberikan

penjelasan bukan

pernyataan

Menyetarakan

persamaan reaksi dan

menjelaskan

pembakaran sempurna

tidak menghasilkan

partikulat karbon

5b. Pembakaran bensin

pada kendaraan

bermotor juga dapat

mengalami reaksi

pembakaran

sempurna. Tuliskan

persamaan reaksi

setara pembakaran

sempurna antara

1. Reaksi setara

pembakaran

sempurna oktana

adalah:

2C8H18(g) + 25 O2(g) → 16

CO2(g) + 18 H2O(g)

2. Pembakaran

sempurna tidak

4: bila membuat

jawaban tepat dan

lengkap

3: bila membuat

jawaban dengan

tepat

Page 197: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

180

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

bensin (oktana)

dengan oksigen untuk

menghasilkan

karbondioksida dan

uap air! Kemudian

jelaskan mengapa

pembakaran sempurna

tidak menghasilkan

partikulat karbon?

menghasilkan

partikulat karbon

karena pada reaksi

pembakaran

sempurna jumlah

oksigen yang

tersedia mencukupi

untuk mengalami

reaksi pembakaran

sehingga tidak ada

sisa karbon yang

tidak terbakar secara

tidak sempurna,

karena sisa karbon

yang tidak terbakar

dapat menimbulkan

partikulat karbon.

2: bila membuat

jawaban kurang

tepat

1: bila membuat

jawaban tapi tidak

tepat

0: tidak memberikan

jawaban

Mengorganisasi

siwa untuk belajar

(9) Mendefinisikan

istilah dan mem-

pertimbangkan

definisi

(9) Membuat definisi

berdasarkan

contoh

Memberikan contoh

reaksi pembakaran

sempurna dan tidak

sempurna beserta

definisinya

6. Berikanlah masing-

masing satu contoh

reaksi pembakaran

sempurna dan tidak

sempurna lainnya!

Kemudian buatlah

definisi dari contoh

reaksi pembakaran

tersebut!

1. Reaksi setara

pembakaran

sempurna antara

heptana dengan

oksigen adalah:

2 C7H16(g) + 22 O2(g) →

14 CO2(g) + 16 H2O(g)

Reaksi pembakaran

sempurna adalah reaksi

pembakaran senyawa

karbon dengan jumlah

oksigen yang

mencukupi sehingga

menghasilkan gas

4: bila membuat

jawaban tepat dan

lengkap

3: bila membuat

jawaban dengan

tepat

2: bila membuat

jawaban kurang

tepat

1: bila membuat

jawaban tapi tidak

tepat

0: tidak memberikan

jawaban

Page 198: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

181

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

karbon dioksida dan

uap air.

2. Reaksi setara

pembakaran tidak

sempurna antara

heptana dengan

oksigen adalah:

2 C7H16 (g) + 15 O2 (g) →

14 CO (g) + 16 H2O (g)

Reaksi pembakaran

tidak sempurna adalah

reaksi pembakaran

senyawa karbon

dengan jumlah oksigen

yang tidak mencukupi

sehingga menghasilkan

gas karbon dioksida

dan uap air.

Membimbing

pengalaman

penyelidikan

individual atau

kelompok

(10) Mengidentifikasi

asumsi

(10) Memberikan

penjelasan bukan

pernyataan

Menyebutkan dan

menjelaskan dampak

negatif pembakaran

senyawa hidrokarbon

bagi lingkungan

7. Dapatkah kalian

sebutkan dan jelaskan

dampak negatif bagi

lingkungan akibat

banyaknya jumlah

sepeda motor di

Indonesia? Apa

kaitannya banyaknya

jumlah sepeda motor

dengan fenomena efek

rumah kaca?

1. Asap kendaraan

bermotor dapat

mnyebabkan

pembakaran tidak

sempurna akan

menghasilkan gas

CO dan CO2 jika

pembakarannya

sempurna.

2. Dampak CO bagi

lingkungan

4: bila membuat

jawaban tepat dan

lengkap

3: bila membuat

jawaban dengan

tepat

2: bila membuat

jawaban kurang

tepat

Page 199: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

182

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

- Emisi gas CO yang

berasal dari asap

kendaraan

bermotor dan

kegiatan industri

berkontribusi pada

terjadinya efek

rumah kaca dan

pemanasan global.

90% kandungan

CO di udara

mengalami reaksi

fotokimia untuk

memproduksi ozon

(O3). Ozon

mengabsorpsi sinar

UV di lapisan

atmosfer, akan

tetapi jika bereaksi

langsung dengan

makhluk hidup

sangat beracun.

Selain itu, emisi

gas CO berperan

membentuk CO2

yang merupakan

salah satu gas

rumah kaca.

- Dampak CO2 bagi

lingkungan

Peningkatan

konsentrasi CO2 di

1: bila membuat

jawaban tapi tidak

tepat

0: tidak memberikan

jawaban

Page 200: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

183

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

udara dapat

mengakibatkan

kenaikan suhu

permukaan bumi

(pemanasan

global) dan efek

rumah kaca.

peningkatan suhu

telah memicu

perubahan iklim

yang drastis dan

beberapa bencana

alam seperti angin

ribut, topan, dan

banjir yang

meningkat secara

drastis.

3. Ada kaitannya,

semakin banyak

jumlah sepeda

motor, maka

produksi gas-gas

rumah kaca akan

semakin

bertambah.

Akibatnya, risiko

terjadinya efek

rumah kaca

semakin

meningkat.

Page 201: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

184

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

Membimbing

pengalaman

penyelidikan

individual atau

kelompok

(5) Membuat deduksi

dan mem-

pertimbangkan

hasil deduksi

(12) Berinteraksi

dengan orang lain

(5) Menganalisis data

dan menafsirkan

data

(12) Menggunakan

argumen

Menafsirkan dan

menganalisis data yang

telah disajikan

8. Melihat hasil survei

yang dilakukan

lembaga kesehatan

WHO (2013),

analisislah negara mana

yang memiliki jumlah

sepeda motor terbanyak

dan kemukakan

pendapat kalian tentang

fenomena ini bagi

lingkungan dan

kesehatan di negara

tersebut!

1. Berdasarkan hasil

survei yang

dilakukan WHO

(2013), negara

yang memiliki

jumlah sepeda

motor terbesar

adalah Vietnam.

Pada urutan kedua

di tempati

Malaysia,

peringkat ketiga

ditempati oleh

Thailand dan

Indonesia.

2. Dampak bagi

lingkungan maka

negara-negara

yang memiliki

jumlah sepeda

motor terbesar

dapat

dikategorikan

sebagai negara

penghasil karbon

4: bila membuat

jawaban tepat dan

lengkap

3: bila membuat

jawaban dengan

tepat

2: bila membuat

jawaban kurang

tepat

Page 202: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

185

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

dioksida terbanyak

dan menyumbang

masalah

lingkungan dunia

yaitu efek rumah

kaca. Akibatnya,

perubahan iklim di

negara tersebut

dapat

menyebabkan

bencana alam dan

krisis pangan

karena perubahan

iklim yang tidak

menentu.

3. Dampak bagi

kesehatan adalah

negara-negara

yang memiliki

jumlah sepeda

motor terbanyak

akan menimbulkan

beberapa penyakit

seperti ISPA dan

iritasi mata. Akibat

asap buang dari

sepeda motor yang

mengalami reaksi

pembakaran tidak

sempurna.

1: bila membuat

jawaban tapi tidak

tepat

0: tidak memberikan

jawaban

Page 203: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

186

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

Membimbing

pengalaman

penyelidikan

individual atau

kelompok

(6) Membuat induksi

mem-

pertimbangkan

hasil induksi

(12) Berinteraksi

dengan orang lain

(6) Menarik

kesimpulan

berdasarkan fakta

(12) Menggunakan

argumen

Menyimpulkan

kegunaan suatu

penemuan teknologi

untuk mengatasi

dampak pembakaran

bagi kesehatan

9. Apa yang dapat kalian

simpulkan dari

penemuan teknologi

robot penyerap polutan

yang diciptakan oleh

Bayu Aji Setiawan?

Menurut kalian, apakah

penemuan ini dapat

mengatasi bahaya

partikulat karbon bagi

kesehatan manusia?

1. Robot penyerap

polutan adalah robot

yang dapat

menyerap polutan

dan melepaskannya

kembali ke udara

melalui proses

pemurnian,

menggunakan

karbon aktif dari

tanaman lidah

mertua yang dapat

menyerap polusi

udara seperti karbon

monoksida dan

karbon dioksida.

2. Menurut pendapat

kami, penemuan ini

merupakan salah

satu solusi untuk

mengatasi hasil

pembakaran bahan

bakar fosil di

lingkungan seperti

partikulat karbon

dari hasil

pembakaran tidak

sempurna.

4: bila membuat

jawaban tepat dan

lengkap

3: bila membuat

jawaban dengan

tepat

2: bila membuat

jawaban kurang

tepat

1: bila membuat

jawaban tapi tidak

tepat

0: tidak memberikan

jawaban

Page 204: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

187

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

Membimbing

pengalaman

penyelidikan

individual atau

kelompok

(8) Membuat dan

menentukan hasil

pertimbangan

(11) Memuskan suatu

tindakan

(8) Membuat dan

menentukan hasil

pertimbangan

berdasarkan

pemikiran/solusi

alternatif

(11) Merumuskan

solusi alternatif

Mengajukan gagasan

untuk mengurangi gas-

gas polutan penyebab

efek rumah kaca

10. Seperti upaya yang

dilakukan oleh Bayu

Aji Setiawan untuk

mengurangi polutan

penyebab efek rumah

kaca, apa solusi yang

kalian dapat lakukan

untuk mengurangi

gas-gas polutan

penyebab efek rumah

kaca di lingkungan

kalian?

9. Biasakan diri untuk

berjalan kaki atau

bersepeda setiap

harinya. Bila

berpergian cukup

jauh, gunakan

transportasi umum.

10. Menggunakan energi

listrik, bahan bakar

minyak, gas, dan air

dengan bijak.

11. Menanam tanaman-

tanaman yang dapat

menyerap polutan

seperti lidah mertua.

12. Membatasi

penggunaan plastik,

dengan begitu kita

telah mengurangi

jumlah sampah yang

sulit terurai.

13. Mengolah sampah

organik menjadi

kompos dan

mengolah sampah

non organik menjadi

bahan yang berguna

untuk mencegah

pembakaran limbah

sampah rumah

tangga.

4: bila membuat

jawaban tepat dan

lengkap

3: bila membuat

jawaban dengan

tepat

2: bila membuat

jawaban kurang

tepat

1: bila membuat

jawaban tapi tidak

tepat

0: tidak memberikan

jawaban

Page 205: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

188

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

Membimbing

pengalaman

penyelidikan

individual atau

kelompok

(8) Membuat dan

menentukan hasil

pertimbangan

(11) Merumuskan

suatu tindakan

(8) Membuat dan

menentukan hasil

pertimbangan

berdasarkan

pemikiran/solusi

alternatif

(11) Merumuskan

solusi alternatif

Mengajukan gagasan

untuk mengurangi

dampak negatif dari

efek rumah kaca

terhadap kesehatan

manusia

11. Melihat penyakit

berbahaya yang dapat

disebabkan oleh

fenomena efek rumah

kaca terhadap kesehatan

manusia. bagaimana

cara untuk mengurangi

dampak negatif dari

efek rumah kaca

terhadap kesehatan?

1. Menghimbau

masyarakat untuk

tidak melakukan

aktivitas di luar

rumah bila tidak

perlu, dan bila harus

keluar rumah untuk

menggunakan

masker untuk

mencegah penularan

berbagai penyakit.

2. Disarankan untuk

menjaga kesehatan

dengan makan

makanan yang

bergizi, cukup

minum,

mengonsumsi buah,

dan multivitamin

untuk meningkatkan

daya tahan tubuh.

3. Mengikuti program

kesehatan yang

ditawarkan oleh

pemerintah untuk

mencegah dampak

buruk efek rumah

kaca terhadap

kesehatan.

4: bila membuat

jawaban tepat dan

lengkap

3: bila membuat

jawaban dengan

tepat

2: bila membuat

jawaban kurang

tepat

1: bila membuat

jawaban tapi tidak

tepat

Page 206: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

189

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

4. Menjaga lingkungan

untuk menciptakan

udara yang sehat bagi

semua dengan

membatasi

penggunaan bahan

bakar fosil,

melakukan

penghijauan secara

besar-besaran, tidak

membakar sampah

rumah tangga, dan

menghemat energi.

0: tidak memberikan

jawaban

Membimbing

pengalaman

penyelidikan

individual atau

kelompok

(8) Membuat dan

menentukan hasil

pertimbangan

(11) Merumuskan

suatu tindakan

(8) Membuat dan

menentukan hasil

pertimbangan

berdasarkan

pemikiran/solusi

alternatif

(11) Merumuskan

solusi alternatif

Mengajukan gagasan

untuk meningkatkan

kualitas udara

12. Fenomena efek rumah

kaca merupakan salah

satu dampak

pembakaran senyawa

karbon. Gas-gas rumah

kaca merupakan bagian

dari zat pencemar

udara. Oleh karena itu

kualitas udara perlu

ditingkatkan. Apa

kegiatan langsung yang

dapat kalian lakukan

untuk meningkatkan

kualitas udara?

Berikanlah solusi

alternatif yang dapat

1. Menanam tanaman-

tanaman yang dapat

menyerap polutan

seperti lidah mertua,

sirih gading, spider

plants.

2. Tidak merokok di

sembarang tempat

3. Tidak membakar

sampah rumah

tangga di pekarangan

rumah

4. Memanfaatkan

transportasi publik

dan sepeda untuk

berpergian

4: bila membuat

jawaban tepat dan

lengkap

3: bila membuat

jawaban dengan

tepat

2: bila membuat

jawaban kurang

tepat

Page 207: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

190

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

kalian lakukan secara

langsung!

5. Memelihara knalpot

kendaraan bermotor

agar pembakarannya

lebih sempurna

6. Tidak menggunakan

kayu bakar dan

minyak tanah untuk

memasak

7. Menghemat energi

listrik dengan

menggunakannya

secara bijak

1: bila membuat

jawaban tapi tidak

tepat

0: tidak memberikan

jawaban

Analisis dan

Evaluasi proses

pemecahan

masalah

(7) Membuat induksi

dan mem-

pertimbangkan

hasil induksi

(7) Menarik

kesimpulan

berdasarkan fakta

Memberikan

kesimpulan mengenai

dampak positif dan

negatif dari

pemanfaatan minyak

bumi

13b. Sebagai siswa yang

telah belajar bab

minyak bumi, apa

yang dapat kalian

simpulkan mengenai

dampak positif dan

negatif dari

pemanfaatan minyak

bumi

Minyak bumi memiliki

peranan penting bagi

kehidupan, baik

sebagai sumber energi

maupun sebagai bahan

baku industri

petrokimia. Meskipun

minyak bumi berguna

sebagai sumber energi

dan bahan baku untuk

keperluan industri,

namun juga dapat

menimbulkan

pencemaran udara

sehingga dapat

mengganggu kehidupan

di muka bumi ini. oleh

karena itu, perlu

diusahakan agar

4: bila membuat

jawaban tepat dan

lengkap

3: bila membuat

jawaban dengan

tepat

2: bila membuat

jawaban kurang

tepat

1: bila membuat

jawaban tapi tidak

tepat

Page 208: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

191

Tahapan

Pembelajaran

Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub-Indikator

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pertanyaan Pertanyaan Kunci Jawaban Skor

dampak pencemaran

seminimal mungkin.

0: tidak memberikan

jawaban

Analisis dan

Evaluasi proses

pemecahan

masalah

(3) Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

Memberikan

penjelasan sederhana

Memberikan penjelasan

dampak penggunaan

bahan bakar minyak

yang berlebihan

13a. Menurut kalian,

bagaimana

memberikan

pembelajaran kepada

masyarakat terkait

dampak penggunaan

bahan bakar minyak

yang berlebihan?

Penggunaan bahan

bakar minyak secara

berlebihan dapat

menyebabkan masalah

lingkungan seperti efek

rumah kaca, partikulat

karbon, dan masalah

kesehatan pada saluran

pernapasan, kanker,

iritasi mata, dan risiko

terkena virus baru.

Karena bahaya yang

disebabkan penggunaan

bahan bakar secara

berlebihan sudah

seharusnya masyarakat

sadar dan lebih

mencintai lingkungan

mereka dengan

menghemat energi fosil

dan menggunakannya

secara bijak agar

kelangsungan hidup

manusia di masa depan

dapat terjaga.

4: bila membuat

jawaban tepat dan

lengkap

3: bila membuat

jawaban dengan

tepat

2: bila membuat

jawaban kurang

tepat

1: bila membuat

jawaban tapi tidak

tepat

0: tidak memberikan

jawaban

Page 209: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

192

Lampiran 10

Mengapa planet bumi dapat tetap hangat ditengah-tengah ruang angkasa yang dingin? Temperatur bumi tetap

hangat karena adanya proses yang kita kenal sebagai efek rumah kaca. Istilah efek rumah kaca ini diilhami dari

rumah yang terdiri atas kaca berwarna hijau yang di dalamnya digunakan untuk menumbuhkan tumbuh-

tumbuhan, meskipun sedang terjadi musim dingin. Agar tumbuh-tumbuhan dapat bertahan hidup di dalam rumah

kaca, maka suhunya tetap dipertahankan (Rahardjo, 2017: 49). Efek rumah kaca yang dapat mempertahankan

suhu bumi seperti diilustrasikan pada gambar 1.

Gambar 1 Ilustrasi Efek Rumah Kaca

(sumber: http://mtsnmataram1.sch.id)

Dari ilustrasi pada gambar 1, karbon dioksida dan uap air di atmosfer diibaratkan sebagai tutup kaca yang

bertujuan untuk mempertahankan temperatur bumi. Dengan adanya rumah kaca tersebut, maka bumi tetap

dapat ditinggali oleh makhluk hidup. Akan tetapi, bagaimana jika tutup kaca (gas karbon dioksida dan uap air)

yang terbentuk amat banyak? Bukankah bumi akan bertambah panas? Untuk dapat menjawab pertanyaan

tersebut mari kita pelajari bahasan berikut!

LEMBAR KERJA SISWA

Tujuan Pembelajaran:

1. Siswa mampu mengajukan gagasan tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan dan kesehatan

2. Siswa mampu menyimpulkan reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta sifat zat hasil pembakaran bagi lingkungan dan kesehatan

3. Siswa mampu membuat dan menyajikan hasil karya tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

Kelompok :

Nama Anggota : 1) ...............................................

2) ...............................................

3) ...............................................

4) ...............................................

5) ...............................................

Tahukah Kalian?

Karbon dioksida

dan uap air

Page 210: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

193

Sebuah laporan terbaru dari Carbon Disclosure Project yang bekerja sama dengan Climate Accountability Institute

menemukan fakta baru bahwa 71 persen emisi gas rumah kaca (greenhouse effect gases) disebabkan oleh industri

bahan bakar fosil. Sumber pembakaran bahan bakar fosil yang paling melimpah adalah kendaraan bermotor dan

industri yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya, seperti yang terlihat pada gambar 2 dan 3. Para

peneliti menghimbau, jika kejadian ini terus-menurus terjadi, maka suhu rata-rata secara global atau mendunia

akan naik hingga empat derajat celcius di atas suhu sebelumnya. Suhu tersebut dapat menempatkan manusia

pada kondisi yang belum pernah dialami sebelumnya. Kemungkinan buruk yang dapat terjadi adalah terjadinya

krisis pangan dunia dan bumi tidak dapat lagi ditinggali lagi (Wibawa, http://sains.kompas.com).

Gambar 2 Asap Kendaraan bermotor Gambar 3 Asap Pabrik (sumber: http://www.hellosehat.com) (sumber: http://www.harnas.co)

1. Apa informasi penting yang kalian temukan mengenai dampak meningkatnya gas rumah kaca bagi lingkungan

berdasarkan laporan penelitian Carbon Disclosure Project?

2. Berdasarkan kasus 1 mengenai hasil penelitian Carbon Disclosure Project, buatlah rumusan masalah dalam bentuk

pertanyaan minimal 2!

3. Menurut laporan Carbon Disclosure Project pada kasus 1, sebanyak 71% emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh

kendaraan bermotor dan kegiatan industri. Gas yang berperan penting terjadinya fenomena efek rumah kaca adalah

...... Berikan penjelasan mengapa gas tersebut dapat menyebabkan efek rumah kaca!

Science

Kasus 1

Jawab:

Jawab:

Orientasi Siswa terhadap Masalah

Mengorganisasi Siswa untuk Belajar

Page 211: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

194

4. Pilihlah salah satu dari kedua sumber gambar berikut! Kemudian jelaskan kembali tahapan peristiwa efek rumah kaca

menggunakan bahasa kalian sendiri dengan mempertimbangkan gambar mana yang paling tepat?

A. http://www.oknusantara.com

B. http://www.environment.gov.au/climate-change

Gambar A Gambar B

Setelah kalian membuat tahapan peristiwa efek rumah kaca dan menjelaskannya berdasarkan gambar,

tulislah alasan kalian mengapa memilih gambar tersebut! (dengan mempertimbangkan kemudahan pembaca

memahami isi gambar, urutan yang jelas, penjelasan lebih lengkap, peristiwa yang disampaikan sesuai

dengan teori, dan sumber dapat dipercaya)

Jawab:

Jawab:

Jawab:

Efek Rumah Kaca

Page 212: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

195

5. Bacalah wacana berikut dengan seksama!

Hasil penelitian Carbon Disclosure Project yang

diungkapkan pada kasus 1 di halaman sebelumnya,

menyatakan industri bahan bakar fosil seperti pembakaran

bensin pada kendaraan bermotor dapat memproduksi gas-gas

rumah kaca. Pembakaran bensin pada kendaraan bermotor

dapat menghasilkan gas buang berupa asap hitam yang tebal

seperti pada gambar 4. Asap hitam pada mobil tersebut

disebut partikulat karbon. Partikulat karbon adalah karbon-

karbon yang tidak terbakar selama reaksi pembakaran akibat

jumlah oksigen yang tersedia selama reaksi pembakaran tidak

mencukupi.

Partikulat karbon berasal dari pembakaran tidak

sempurna antara bensin (campuran senyawa oktana dan heptana) dengan oksigen di udara. Selain dapat

mengalami reaksi pembakaran tidak sempurna, bensin juga dapat mengalami reaksi pembakaran sempurna untuk

memproduksi gas-gas rumah kaca yang dapat menyebabkan fenomena efek rumah kaca. Reaksi pembakaran

sempurna tidak menghasilkan partikulat karbon seperti reaksi pembakaran tidak sempurna. Karena pada reaksi

pembakaran sempurna, semua karbon terbakar secara sempurna. Jadi tidak ada sisa karbon yang tidak terbakar

untuk membentuk partikulat karbon.

a. Pembakaran bensin pada kendaraan bermotor secara tidak sempurna dapat menghasilkan partikulat-partikulat

karbon yang berupa asap hitam (gambar 4). Diantara contoh-contoh reaksi berikut ini manakah yang termasuk

ke dalam reaksi pembakaran tidak sempurna? Berikan penjelasan mengapa kalian memilih reaksi tersebut!

1.

2.

3.

b. Pembakaran bensin pada kendaraan bermotor juga dapat mengalami reaksi pembakaran sempurna. Tuliskan

persamaan reaksi setara pembakaran sempurna antara bensin (oktana) dengan oksigen untuk menghasilkan

karbondioksida dan air! Kemudian jelaskan mengapa pembakaran sempurna tidak menghasilkan partikulat

karbon?

Jawab:

2 C3H8 (I) + 7 O2 (g) → 6 CO (g) + 8 H2O (g)

2 C8H18 (I) + 17 O2 (g) → 16 CO (g) + 18 H2O (g)

C8H18 (I) + 14 O2 (g) → 8 CO2 (g) + 9 H2O (g)

Gambar 4 Asap Kendaraan bermotor (sumber: http://www.shnews.co)

Page 213: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

196

6. Berikanlah masing-masing satu contoh reaksi pembakaran sempurna dan tidak sempurna lainnya! Dan buatlah

definisi dari reaksi pembakaran tersebut!

Indonesia rentan terhadap dampak perubahan

iklim. Perubahan iklim disebabkan adanya

peningkatan suhu di permukaan bumi akibat dari

efek rumah kaca. Fenomena efek rumah kaca

dipengaruhi oleh gas–gas rumah kaca yang

dikenal sebagai greenhouse effect gases. Salah

satu tantangan yang dihadapi oleh Indonesia yang

ada kaitannya dengan perubahan iklim akibat

efek rumah kaca adalah konsumsi bahan bakar

fosil yang amat banyak. Berdasarkan survei yang

dilakukan lembaga kesehatan dunia WHO pada

tahun 2013 menyatakan bahwa empat negara

Asia yaitu Vietnam, Malaysia, Indonesia, dan

Thailand memiliki lebih dari 1 sepeda motor untuk

setiap 4 orang seperti yang ditujukkan pada

gambar 5. Semakin banyak jumlah sepeda motor maka semakin banyak pembakaran bahan bakar minyak yang

dihasilkan. Dengan demikian dapat dibayangkan berapa banyak gas-gas rumah kaca yang terbentuk dan mencemari

lingkungan. (Ribowo, https://berandainovasi.com/).

Environment Membimbing Pengalaman Penyelidikan Individual atau Kelompok

Kasus 2

Jawab:

Jawab:

Gambar 5 Laju pertambahan sepeda motor

Page 214: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

197

7. Dapatkah kalian sebutkan dan jelaskan dampak negatif bagi lingkungan akibat banyaknya jumlah sepeda motor

di Indonesia? Apa kaitannya banyaknya jumlah sepeda motor dengan fenomena efek rumah kaca?

8. Melihat hasil survei yang dilakukan lembaga kesehatan WHO (2013), analisislah negara mana yang memiliki

jumlah sepeda motor terbanyak dan kemukakan pendapat kalian tentang fenomena ini bagi lingkungan dan

kesehatan di negara tersebut!

Emisi gas buang kendaraan bermotor merupakan masalah yang sering di

hadapi masyarakat perkotaan. Selain menghasilkan gas buang kendaraan

seperti karbon monoksida dan karbon dioksida, hasil pembakaran bensin

pada kendaraan bermotor dapat menimbulkan partikel padatan (partikulat

karbon) di udara berupa asap dan debu. Partikulat ini akan menginfeksi

saluran pernapasan dan mendorong timbulnya kanker. Karena bahaya yang

dihasilkan polusi udara dari kendaraan bermotor, maka Bayu Aji Setiawan

alumni dari SMKN 1 Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan menciptakan

sebuah robot penyerap polutan lihat gambar 6. Robot ini dapat menyerap

polutan dan melepaskannya kembali ke udara melalui proses pemurnian

menggunakan karbon aktif dari tanaman lidah mertua (sanseviera). Lidah

mertua dipilih sebagai karbon aktif karena keampuhan lidah mertua untuk

menyerap polusi udara seperti karbon monoksida, karbon dioksida, dan

partikulat karbon. Selain dapat menyerap kelebihan polutan yang ada, lidah

mertua juga dapat mengubah polutan menjadi gas oksigen yang dibutuhkan

oleh manusia untuk bernapas lihat gambar 7. Berkat penemuannya ini, Bayu

Aji Setiawan berhasil mendapatkan penghargaan di kompetisi Robot

Internasional (Anonim, http://www.antaranews.com).

Technology Membimbing Pengalaman Penyelidikan Individual atau Kelompok

Kasus 3

Jawab:

Jawab:

Gambar 6 Robot Penyerap Polutan (sumber: https://sgimage.detik.net.id)

Gambar 7 Tanaman Lidah Mertua (sumber: http://cdn.jitunews.com)

Page 215: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

198

9. Apa yang dapat kalian simpulkan dari penemuan teknologi robot penyerap polutan yang diciptakan oleh Bayu

Aji Setiawan? Menurut kalian. Apakah penemuan ini dapat mengatasi bahaya partikulat karbon bagi kesehatan

manusia?

10. Seperti upaya yang dilakukan oleh Bayu Aji Setiawan untuk mengurangi polutan penyebab efek rumah kaca, apa

yang dapat kalian lakukan untuk mengurangi gas-gas polutan penyebab efek rumah kaca di lingkungan kalian?

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setiap tahun

terdapat 3,2 juta kasus kematian yang disebabkan oleh polusi

udara di dunia. Efek rumah kaca adalah salah satu dampak buruk

dari polusi udara. Peningkatan suhu bumi akibat efek rumah

kaca dapat menyebabkan pemanasan global yang merupakan

isu lingkungan paling sering dibahas di dunia. Pemanasan global

dan efek rumah kaca erat kaitannya dengan masa depan bumi.

Wabah penyakit akibat isu lingkungan ini (lihat gambar 8)

antara lain ialah iritasi pada mata, penyakit yang dapat menular

melalui udara, menurunnya imunitas tubuh sehingga rentan

terhadap penyakit, ancaman virus baru yang mematikan,

hingga kanker kulit. Menurut Camilo Mora, seorang guru besar

Biologi Universitas Hawaii menjelaskan bahwa jika cuaca di bumi terlalu panas dan lembap, panas dari dalam tubuh

tidak dapat keluar. Hal ini memicu kondisi yang disebut ‘sitoksin panas’ yang dapat merusak organ tubuh. Kondisi ini

seperti terbakar matahari akan tetapi di dalam tubuh (Anonim, http://www.dw.com/id).

11. Melihat penyakit berbahaya yang dapat disebabkan oleh fenomena efek rumah kaca terhadap kesehatan manusia.

Bagaimana cara untuk mengurangi dampak negatif efek rumah kaca terhadap kesehatan?

Society Membimbing Pengalaman Penyelidikan Individual atau Kelompok

Kasus 4

Jawab:

Jawab:

Gambar 8 Penyakit yang dipicu oleh efek rumah kaca (htpp://www.dw.com/id)

Kanker Kulit Iritasi mata

Ancaman virus baru Imunitas menurun

Page 216: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

199

12. Fenomena efek rumah kaca merupakan salah satu dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan.

Gas-gas rumah kaca merupakan bagian dari zat pencemar udara. Oleh karena itu kualitas udara perlu ditingkatkan.

Apa kegiatan langsung yang dapat kalian lakukan untuk meningkatkan kualitas udara? Berikanlah solusi alternatif

yang dapat kalian lakukan secara langsung!

Sajikanlah sebuah poster hasil evaluasi dampak pembakaran bahan bakar fosil (bensin) yang

menyebabkan efek rumah kaca bagi lingkungan, beserta upaya untuk mengatasinya menggunakan

kertas karton!

Setelah ini siapkan kelompok kalian dan pilihlah perwakilan anggota kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang kalian lakukan

Tugas Kelompok Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Jawab:

Jawab:

Page 217: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

200

Di kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dengan bahan-bahan yang mengandung senyawa karbon seperti lilin,

plastik, minyak tanah, bensin, cat dan masih banyak yang lainnya. Penggunaan bahan bakar minyak seperti bensin

sudah menjadi kebutuhan utama. Bahkan 76% bahan bakar minyak dihabiskan untuk kegiatan transportasi,

khususnya transportasi darat. Tetapi di sisi lain, penggunaan bahan bakar minyak secara berlebihan memiliki dampak

buruk bagi lingkungan dan kesehatan.

a. Menurut kalian, bagaimana memberikan pembelajaran kepada masyarakat terkait dampak penggunaan bahan

bakar minyak yang berlebihan?

b. Sebagai siswa yang telah belajar bab ini, apa yang dapat kalian simpulkan mengenai dampak positif dan negatif

dari pemanfaatan minyak bumi?

Refleksi Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Jawab:

Page 218: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

201

Udara yang kita hirup terdiri atas campuran dari beberapa macam gas yang sangat diperlukan bagi kehidupan. Di

antaranya, gas nitrogen sebanyak 78,08%, gas oksigen 20,95%, dan sisanya adalah karbon dioksida, uap air,

hidrogen, dan ozon. Pada umumnya komponen udara itu penting bagi proses kehidupan. Udara yang bersih dan

segar mempunyai susunan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1 Susunan Udara Bersih

No. Komponen % Volume No. Komponen % Volume

1. Nitrogen 78,084 9. Belerang dioksida 0,000100

2. Oksigen 20,9476 10. Hidrogen 0,000050

3. Argon 0,9340 11. Nitrogen monoksida 0,000050

4. Karbon dioksida 0,0375 12. Xenon 0,000009

5. Neon 0,001818 13. Ozon 0,000007

6. Helium 0,000524 14. Nitrogen dioksida 0,000002

7. Metan 0,000200 15. Iodin 0,000001

8. Kripton 0,000114 16. Karbon monoksida 0,1-0,2 ppm Sumber: Sanders H.J., ed, Chemistry and The Atmosphere. The American Chem. Society

Pada dasarnya, udara tidak pernah benar-benar bersih. Karena ada zat

pencemar udara (polutan) yang dapat terbentuk secara alami maupun

terbentuk melalui aktivitas manusia. Zat pencemar alami dapat dihasilkan

dari debu tanah kering yang terbawa angin, proses vulkanis yaitu abu yang

berasal dari letusan gunung berapi, dan uap air laut. Zat pencemar yang

dihasilkan dari aktivitas manusia antara lain ialah pembakaran yang tidak

sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon seperti

bensin, solar, batu bara, dan kebakaran hutan (lihat gambar 1). Jika

aktivitas manusia tersebut dilakukan secara berlebihan maka udara

menjadi tidak bersih dan tidak sehat. Hal itu, memicu terjadinya

pencemaran udara. Pencemaran udara dapat menyebabkan penyakit

gangguan pernapasan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA),

asma, dan TBC.

LEMBAR KERJA SISWA

Tujuan Pembelajaran:

1. Siswa mampu mengajukan gagasan tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan dan kesehatan

2. Siswa mampu menyimpulkan reaksi pembakaran hidrokarbon yang sempurna dan tidak sempurna serta sifat zat hasil pembakaran bagi lingkungan dan kesehatan

3. Siswa mampu membuat dan menyajikan hasil karya tentang cara mengatasi dampak pembakaran senyawa karbon terhadap lingkungan dan kesehatan.

Kelompok :

Nama Anggota : 1) ...............................................

2) ...............................................

3) ...............................................

4) ...............................................

5) ...............................................

Tahukah Kalian?

Gambar 1 Sumber pencemar udara

(http://pengen-tau.weebly.com)

Page 219: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

202

Berdasarkan penelitian dari Universitas Indonesia, hampir 60

persen pasien Rumah Sakit di Jakarta menderita penyakit yang

disebabkan oleh polusi udara akibat menghirup asap kendaraan

bermotor. Dari keseluruhan pasien di Rumah Sakit Jakarta,

sekitar 1,2 juta atau 12,6 persen di antaranya memiliki keluhan

penyakit asma atau bronkhitis. Sementara di posisi tertinggi di

tempati oleh penyakit ISPA sebesar 2,4 juta kasus atau

memakan porsi sebesar 25,5 persen. Menurut Budi Haryanto,

peneliti perubahan iklim dan kesehatan lingkungan di

Universitas Indonesia menyatakan bahwa keadaan ini sangat

memprihatinkan, pasalnya sepertiga kematian di seluruh dunia

disebabkan oleh penyakit komplikasi dari gangguan

pernapasan, perhatikan gambar 1.2 (Samosir, https://www.

cnnindonesia.com).

3. Berdasarkan kasus 1, sebanyak 60% pasien di Rumah Sakit Jakarta menderita penyakit yang disebabkan oleh

polusi udara. Salah satu penyebab polusi udara adalah pembakaran bensin pada kendaraan bermotor.

a. Sebutkan gas-gas beracun yang dihasilkan dari kendaraan bermotor!

Science Mengorganisasi Siswa untuk Belajar

1. Apa informasi penting yang kalian temukan dari dampak polusi udara bagi kesehatan pada kasus 1?

Jawab:

Orientasi Siswa terhadap Masalah Kasus 1

2. Berdasarkan kasus 1 mengenai dampak polusi udara bagi kesehatan, buatlah rumusan masalah dalam

bentuk pertanyaan minimal 2!

Jawab:

Gambar 2 Penyakit yang disebabkan polusi

udara kendaraan bermotor yaitu: 1) ISPA, 2)

Asma, 3) Bronkhitis (http://www.dw.com/id)

1 2

3

1

3

2

Page 220: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

203

b. Jelaskan mengapa gas-gas yang dihasilkan pembakaran kendaraan bermotor berdampak buruk bagi kesehatan

manusia?

4. Bacalah wacana berikut dengan seksama!

Pada saat ini, laju pertumbuhan penduduk yang semakin

besar, menjadikan penduduk di bumi semakin padat dan

mobilitas manusia semakin meningkat. Kebutuhan akan

transportasi dan industri semakin meningkat. Untuk

menjalankan keduanya, diperlukan sumber energi seperti

bensin dan batu bara. Pembakaran kedua bahan bakar yang

mengandung karbon tersebut mengakibatkan udara

menjadi tidak bersih dan sehat. Pembakaran senyawa

karbon dapat terjadi secara sempurna dan tidak sempurna.

Pembakaran sempurna akan menghasilkan produk yang

lebih aman seperti karbon dioksida dibandingkan

pembakaran yang tidak sempurna. Pembakaran bahan

bakar yang tidak sempurna akan memproduksi partikulat

karbon (asap hitam) dan gas karbon monoksida yang

bersifat racun.

a. Berdasarkan wacana yang disajikan, pembakaran senyawa

karbon seperti bensin dapat terjadi secara sempurna dan tidak sempurna. Di antara contoh-contoh berikut ini

manakah reaksi pembakaran yang sempurna dan tidak sempurna dilihat dari produk gas yang dihasilkan?

Jelaskan!

Jawab:

Jawab:

Gambar 3. Asap kendaraan bermotor dari hasil pembakaran

tidak sempurna menghasilkan gas karbon monoksida (CO)

dan partikulat karbon (C) (http://www.dw.com/id)

C O

C

Page 221: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

204

b. Berikanlah masing-masing satu contoh reaksi pembakaran sempurna dan tidak sempurna lainnya! Dan buatlah

definisi dari reaksi pembakaran tersebut! Misalnya reaksi pembakaran butana dengan oksigen secara sempurna

dan tidak sempurna!

5. Berdasarkan wacana yang disajikan, gas karbon monoksida dan partikulat karbon merupakan gas hasil

pembakaran senyawa karbon yang beracun. Apa dampak negatif keracunan gas karbon monoksida dan partikulat

karbon akibat asap kendaraan bermotor?

Jawab:

Jawab:

Jawab:

2 C8H18 (l) + 25 O2 (g) → 16 CO2 (g) + 18 H2O (g) 1

2 C8H18 (l)+ 17 O2 (g) → 16 CO (g) + 18 H2O (g) 2

Page 222: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

205

Kebakaran hutan dan lahan bukanlah fenomena asing

lagi di beberapa wilayah Indonesia, khususnya

Sumatera dan Kalimantan. Kebakaran hutan

merupakan salah satu contoh dari reaksi pembakaran

hidrokarbon sempurna, karena menghasilkan gas

karbon dioksida dan air. Kebakaran hutan umumnya

terjadi karena adanya bahan yang mudah terbakar,

sumber api, zat asam (oksigen) yang berinteraksi pada

saat proses pembakaran. Terungkap fakta bahwa

menurut Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah No.

15 Tahun 2010 untuk membakar hutan seluas maksimal

1 hektar, orang yang bersangkutan hanya perlu izin

kepada ketua RT. Sementara untuk membakar hutan

seluas 1 – 2 hektar, hanya cukup izin dari Lurah atau

Kepala Desa seperti yang diperlihatkan pada gambar 4

tentang pedoman pembukaan lahan dan pekarangan

bagi masyarakat Kalimantan Tengah (Anonim,

http://www.dw.com/id).

6. Bagaimana tanggapan kalian mengenai fenomena kebakaran hutan yang sering terjadi di wilayah Sumatera dan

Kalimantan? Apakah kalian setuju dengan peraturan Gubernur Kalimantan Tengah tentang pedoman

pembukaan lahan dan pekarangan bagi masyarakat di Kalimantan Tengah?

7. Asap pembakaran bensin dari kendaraan bermotor, asap pembakaran batu bara dari kegiatan industri, dan asap

kebakaran hutan dapat menimbulkan kabut asap yang dapat menghalangi jarak pandang manusia dan hewan

untuk melihat, serta menurunkan kualitas udara di lingkungan. Berikanlah solusi alternatif untuk mengurangi

kabut asap di lingkungan yang rawan terkena kabut asap!

Environment Membimbing Pengalaman Penyelidikan Individual atau Kelompok

Kasus 2

Jawab:

Gambar 4 Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah (PP

No 15 Tahun 2010)

Jawab:

Page 223: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

206

Pernahkah kalian mencoba untuk mendesain dan merancang alat untuk

mengurangi polusi udara? Kendaraan bermotor merupakan

penyumbang terbesar polusi udara. Hal ini dikarenakan proses

pembakaran bensin dapat terjadi secara sempurna dan tidak sempurna.

Asap yang dihasilkan pembakaran bensin dapat menghasilkan polutan

yang menyebabkan pencemaran udara. Untuk mengatasi permasahan

tersebut, maka dikembangkanlah sebuah teknologi ramah lingkungan

yang memanfaatkan elektron-elektron yang berasal dari dua buah

elektroda dengan dihubungkan sumber tegangan tinggi. Teknologi ini

disebut dengan teknologi plasma. Menurut Fridman (2010) teknologi

plasma ini dapat menurunkan gas polutan hasil pembakaran berupa

COx, NOx, dan SOx melalui proses ionisasi, selain itu plasma juga dapat

digunakan untuk membunuh virus dan kuman yang ada di udara

(Suhartatin, http://www.berandainovasi.com)

8. Bagaimana pendapat kalian mengenai teknologi plasma untuk mengurangi asap pembakaran kendaraan bermotor?

9. Selain teknologi plasma yang telah dikembangkan, di beberapa negara maju

sudah memperbanyak pemasangan konverter katalitik pada knalpot

kendaraan bermotor untuk mengurangi emisi gas buang berbahaya pada

kendaraan bermotor. Berikanlah penjelasan tentang bagaimana peran

konverter katalitik dalam mengurangi emisi gas berbahaya pada kendaraan

bermotor?

Technology Membimbing Pengalaman Penyelidikan Individual atau Kelompok

Kasus 3

Jawab:

Gambar 5 Teknologi Plasma untuk

mengurangi polusi udara

(www.fisikanet.lipi.go.id)

Jawab:

Gambar C Katalitik Konverter (Brown, Chemistry The

Central Science ed 13)

Page 224: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

207

Pencemaran udara akibat aktivitas pembakaran batu bara di pabrik-pabrik Cimahi Selatan bisa menyebabkan warga

sekitar pabrik mengalami batuk-batuk dan sesak napas. bahkan, juga membuat warga rentan terkena penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Kondisi ini rawan terjadi di kawasan industri. Menurut Dwihadi selaku Kepala

Puskesmas Cimahi Selatan, menyatakan bahwa masalah kesehatan terutama di bagian paru-paru memang sering

terjadi pemukiman di kawasan industri. Masalah kesehatan tersebut biasanya diawali dengan beberapa gejala seperti

batuk-batuk dan sesak napas, kemudian bisa menjadi ISPA. Jika sudah parah, bisa terkena penyakit Tuberkolosis

(TBC). Data dari Puskesmas Cimahi Selatan dapat dilihat melalui grafik 1 (Mukhtar dan Aminah,

http://nasional.republika.co.id).

Grafik 1 Data Pasien TBC di Puskesmas Cimahi Selatan

10. Penyakit ISPA yang berujung pada tuberkolosis mengancam di daerah kawasan industri. Berdasarkan Grafik 1

apa yang dapat kalian simpulkan mengenai data pasien di Puskesmas Cimahi Selatan? Berikanlah solusi untuk

mencegah penyakit ISPA dan gangguan pernapasan lain!

11. Melihat bahaya yang dapat disebabkan oleh asap dari pembakaran batu bara di kawasan industri terhadap

kesehatan manusia. Berdasarkan Bagaimana cara untuk mengurangi dampak pembakaran batu bara di kawasan

industri? Adakah sumber energi alternatif lain pengganti batu bara?

0

100

200

300

400

500

2013 2014 2015 2016

Data Pasien Puskesmas Cimahi Selatan

Penderita TBC dari tahun ke tahun

Society Membimbing Pengalaman Penyelidikan Individual atau Kelompok

Kasus 4

Jawab:

Jawab:

Page 225: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

208

12. Apa kegiatan langsung yang dapat kalian lakukan untuk meningkatkan kualitas udara? Berikanlah solusi

alternatif yang dapat kalian lakukan secara langsung!

Di kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dengan bahan-bahan yang mengandung senyawa karbon seperti lilin,

plastik, minyak tanah, bensin, cat dan masih banyak yang lainnya. Penggunaan bahan bakar minyak seperti bensin

sudah menjadi kebutuhan utama. Bahkan 76% bahan bakar minyak dihabiskan untuk kegiatan transportasi,

khususnya transportasi darat. Tetapi di sisi lain, penggunaan bahan bakar minyak secara berlebihan memiliki dampak

buruk bagi lingkungan dan kesehatan.

a. Menurut kalian, bagaimana memberikan pembelajaran kepada masyarakat terkait dampak penggunaan bahan

bakar minyak yang berlebihan? Lalu langkah apa saja yang harus dilakukan untuk menghemat bahan bakar fosil

khususnya bensin?

b. Sebagai siswa yang telah belajar bab ini, apa yang dapat kalian simpulkan mengenai dampak positif dan negatif

dari pemanfaatan minyak bumi?

Refleksi Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Sajikanlah sebuah poster hasil evaluasi dampak pembakaran bahan bakar fosil (bensin dan batu

bara) yang menyebabkan penyakit gangguan pernapasan bagi kesehatan, beserta upaya untuk

mengatasinya menggunakan kertas karton!

Setelah ini siapkan kelompok kalian dan pilihlah perwakilan anggota kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang kalian lakukan

Tugas Kelompok Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Jawab:

Jawab:

Jawab:

Jawab:

Page 226: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

209

Lampiran 11

HASIL TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

KELAS EKSPERIMEN (XI-IPA 3)

No Nama Siswa Pretest Posttest

1 AN 30 80

2 AMP 20 75

3 AAKS 23 77

4 AS 41 93

5 AFSP 20 75

6 AFR 32 89

7 AAA 34 75

8 AF 20 77

9 CNS 27 75

10 DM 18 89

11 FAD 27 80

12 GP 39 86

13 HRF 27 84

14 HOZ 32 80

15 IA 27 86

16 IAP 18 80

17 KNH 30 91

18 LA 27 73

19 LH 25 84

20 MHS 20 80

21 MRM 55 91

22 MN 18 84

23 MPS 16 73

24 MJA 34 80

25 MRI 45 82

26 MZG 43 82

27 NTW 41 84

28 NAA 25 77

29 NPA 36 93

30 OMP 34 75

31 PAY 34 86

32 RP 25 77

33 SM 20 82

34 TPP 16 73

35 VT 34 86

36 VFPA 52 91

37 WD 32 84

Jumlah 1100 3027

Rata-rata 30 82

Page 227: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

210

Lampiran 12

Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen (XI-IPA 3) Berdasarkan Indikator KBK

NO NAMA SKOR PER NOMOR JUMLAH

SKOR NILAI

1 2 3 4 5 6 7a 7b 8 9a 9b

1 AN 1 1 1 4 3 3 0 0 0 0 0 13 30

2 AMP 2 1 2 1 3 0 0 0 0 0 0 9 20

3 AAKS 2 3 2 2 0 1 0 0 0 0 0 10 23

4 AS 3 1 1 2 3 1 3 0 2 2 0 18 41

5 AFSP 2 1 1 4 0 1 0 0 0 0 0 9 20

6 AFR 3 1 0 4 2 4 0 0 0 0 0 14 32

7 AAA 2 4 2 4 3 0 0 0 0 0 0 15 34

8 AF 2 1 1 2 2 1 0 0 0 0 0 9 20

9 CNS 2 0 0 2 4 4 0 0 0 0 0 12 27

10 DM 3 1 1 0 0 1 2 0 0 0 0 8 18

11 FAD 3 3 1 2 0 3 0 0 0 0 0 12 27

12 GP 1 1 0 3 4 1 3 2 2 0 0 17 39

13 HRF 3 1 0 4 2 1 1 0 0 0 0 12 27

14 HOZ 3 1 1 4 4 1 0 0 0 0 0 14 32

15 IA 2 2 1 1 2 0 1 0 0 0 3 12 27

16 IAP 2 3 1 2 0 0 0 0 0 0 0 8 18

17 KNH 2 3 2 2 0 4 0 0 0 0 0 13 30

18 LA 2 1 1 3 1 0 1 0 3 0 0 12 27

19 LH 2 3 2 0 0 2 0 0 2 0 0 11 25

20 MHS 3 0 0 1 1 0 1 1 2 0 0 9 20

21 MRM 3 4 3 0 0 3 4 1 3 2 1 24 55

22 MN 3 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 8 18

23 MPS 2 0 1 2 1 1 0 0 0 0 0 7 16

24 MJA 1 2 1 2 2 1 2 0 3 0 1 15 34

25 MRI 3 2 1 3 2 2 3 0 2 0 2 20 45

26 MZG 3 1 1 4 0 1 3 2 2 0 2 19 43

27 NTW 4 1 1 4 4 4 0 0 0 0 0 18 41

28 NAA 1 0 1 2 2 2 3 0 0 0 0 11 25

29 NPA 2 1 1 2 2 4 3 1 0 0 0 16 36

30 OMP 3 1 1 3 2 1 0 0 2 0 2 15 34

31 PAY 2 0 1 3 4 2 0 0 0 0 3 15 34

32 RP 2 1 3 3 2 0 0 0 0 0 0 11 25

33 SM 2 0 0 2 4 1 0 0 0 0 0 9 20

34 TPP 2 1 0 3 0 1 0 0 0 0 0 7 16

35 VT 2 2 1 2 2 1 2 0 2 1 0 15 34

36 VFPA 2 1 3 1 4 4 4 2 0 0 2 23 52

37 WD 2 3 0 0 2 1 1 1 2 0 2 14 32

Jumlah 84 53 40 86 67 57 37 10 27 5 18 484 1100

Rata-rata 2 1,4 1,1 2 2 1,5 1 0 1 0 0,5 13 30

Presentase 56,8 36 27 58,1 45 39 25 7 18 3 12

Page 228: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

211

Lampiran 13

PERSENTASE KETERCAPAIAN INDIKATOR KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

KELAS EKSPERIMEN (XI-IPA 3)

No Indikator Berpikir Keterampilan Berpikir Kritis No. Soal Presentase Kategori

1 Memfokuskan Pertanyaan 1 56,76% Cukup

2 Menganalisis Argumen 9b 12,16% Kurang Sekali

3 Bertanya dan Menjawab Pertanyaan 2 35,81% Kurang

4 Mempertimbangkan Kredibilitas dari Sebuah Sumber 5 45,27% Cukup

5 Mengobservasi dan Mempertimbangkan Hasil Observasi 7 6,76% Kurang Sekali

6 Membuat Deduksi dan Mempertimbangkan Hasil Deduksi 6 38,51% Kurang

7 Membuat Induksi dan Mempertimbangkan Hasil Induksi 9a 3,38% Kurang Sekali

8 Membuat dan Menentukan Hasil Pertimbangan 8 18,24% Kurang Sekali

9 Mendefinsikan Istilah dan Mempertimbangkan Suatu Definisi 3 27,03% Kurang

10 Mengidentifikasi Asumsi 4 58,11% Cukup

11 Memutuskan Suatu Tindakan 8 18,24% Kurang Sekali

Rata-rata 29,12% Kurang

Page 229: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

212

Lampiran 14

Data Hasil Pretest Kelas Kontrol (XI-IPA 4) Berdasarkan Indikator KBK

NO NAMA SKOR PER NOMOR

JUMLAH

SKOR NILAI

1 2 3 4 5 6 7a 7b 8 9a 9b

1 AZF 2 1 2 1 0 0 0 0 1 0 0 7 16

2 AFM 0 3 1 2 2 1 3 0 0 0 0 12 27

3 AZB 3 1 1 0 2 1 0 0 0 0 0 8 18

4 AA 1 1 1 2 2 1 3 0 2 1 2 16 36

5 ARS 1 1 1 2 0 0 3 0 0 0 0 8 18

6 AZN 2 1 2 1 0 0 0 0 1 0 0 7 16

7 DHA 2 1 0 3 2 0 0 0 0 0 0 8 18

8 DAA 2 1 0 2 0 0 0 0 4 0 0 9 20

9 DJP 2 3 2 3 4 2 2 0 0 0 0 18 41

10 DY 2 1 0 2 2 1 3 1 2 3 3 20 45

11 GRA 1 2 1 2 4 1 3 4 2 1 0 21 48

12 GKN 2 1 1 0 3 0 0 0 0 0 0 7 16

13 HA 2 1 1 2 2 1 3 1 2 1 1 17 39

14 IRK 3 1 0 4 0 1 2 0 3 0 0 14 32

15 IRC 2 1 0 2 2 4 0 0 2 2 0 15 34

16 IPS 2 1 0 2 2 4 0 0 2 1 0 14 32

17 IY 2 1 1 2 0 3 0 0 2 3 1 15 34

18 KIR 2 1 1 3 1 3 1 2 0 0 0 14 32

19 LAS 3 1 1 2 0 3 0 0 4 0 0 14 32

20 MSA 2 1 1 3 3 1 3 2 1 2 0 19 43

21 MFR 2 2 3 4 3 1 4 0 0 0 0 19 43

22 MDM 2 1 1 3 3 2 0 0 0 0 2 14 32

23 MRS 1 1 1 4 3 4 1 0 0 0 0 15 34

24 MZP 2 2 2 3 0 4 3 2 1 3 0 22 50

25 ND 2 3 2 3 3 4 1 1 2 1 1 23 52

26 NF 2 0 0 2 2 1 3 0 4 3 4 21 48

27 PA 2 3 2 2 0 4 3 1 3 2 0 22 50

28 PAFY 2 1 0 3 0 4 2 0 3 0 0 15 34

29 RRP 1 3 2 1 1 4 3 1 2 2 1 21 48

30 RH 2 3 2 4 0 1 0 0 0 0 0 12 27

31 RAC 3 1 0 4 0 4 0 0 2 0 0 14 32

32 RPS 3 1 0 4 0 1 2 0 2 0 0 13 30

33 SFM 2 0 1 2 2 1 0 1 3 0 0 12 27

34 VNM 2 1 1 0 1 0 0 0 0 3 1 9 20

35 YHM 2 3 2 4 0 3 0 0 0 0 0 14 32

36 ZRP 2 1 0 4 2 1 0 0 2 3 1 16 36

37 ZPS 2 1 0 3 2 1 0 1 0 0 0 10 23

Jumlah 72 52 36 90 53 67 48 17 52 31 17 535 1216

Rata-rata 2 1 1 2 1,43 1,8 1,3 0,5 1 1 0 14 33

Presentase 49 35 24 61 35,8 45 32 11 35 21 11

Page 230: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

Lampiran 15

PERSENTASE KETERCAPAIAN INDIKATOR KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

KELAS KONTROL (XI-IPA 4)

No Indikator Berpikir Keterampilan Berpikir Kritis No. Soal Presentase Kategori

1 Memfokuskan Pertanyaan 1 48,65% Cukup

2 Menganalisis Argumen 9b 11,49% Kurang Sekali

3 Bertanya dan Menjawab Pertanyaan 2 35,14% Kurang

4 Mempertimbangkan Kredibilitas dari Sebuah Sumber 5 35,81% Kurang

5 Mengobservasi dan Mempertimbangkan Hasil Observasi 7 11,49% Kurang Sekali

6 Membuat Deduksi dan Mempertimbangkan Hasil Deduksi 6 45,27% Cukup

7 Membuat Induksi dan Mempertimbangkan Hasil Induksi 9a 20,95% Kurang

8 Membuat dan Menentukan Hasil Pertimbangan 8 35,14% Kurang

9 Mendefinsikan Istilah dan Mempertimbangkan Suatu Definisi 3 24,32% Kurang

10 Mengidentifikasi Asumsi 4 60,81% Baik

11 Memutuskan Suatu Tindakan 8 35,14% Kurang

Rata-rata 33,11% Kurang

Page 231: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

214

Lampiran 16

Data Hasil Postest Kelas Eksperimen (XI-IPA 3) Berdasarkan Indikator KBK

NO NAMA SKOR PER NOMOR JUMLAH

SKOR NILAI

1 2 3 4 5 6 7a 7b 8 9a 9b

1 AN 2 4 4 4 4 4 4 1 3 1 4 35 80

2 AMP 2 4 2 3 3 4 3 2 4 3 3 33 75

3 AAKS 1 4 3 4 4 4 4 2 4 3 1 34 77

4 AS 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 41 93

5 AFSP 3 1 2 4 3 4 3 2 3 4 4 33 75

6 AFR 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 39 89

7 AAA 3 1 4 4 3 4 2 3 4 2 3 33 75

8 AF 2 4 3 4 3 4 4 2 4 3 1 34 77

9 CNS 2 3 2 2 3 4 4 4 3 3 3 33 75

10 DM 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 39 89

11 FAD 2 2 2 3 4 4 4 2 4 4 4 35 80

12 GP 1 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 38 86

13 HRF 3 4 4 4 4 3 1 2 4 4 4 37 84

14 HOZ 3 4 4 4 4 4 3 2 2 3 2 35 80

15 IA 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 38 86

16 IAP 2 4 4 4 4 4 4 1 4 3 1 35 80

17 KNH 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 40 91

18 LA 3 1 4 2 4 4 4 1 4 2 3 32 73

19 LH 2 4 4 4 3 4 3 2 4 3 4 37 84

20 MHS 3 4 4 3 3 4 4 2 3 3 2 35 80

21 MRM 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 40 91

22 MN 2 4 4 4 3 4 3 2 4 3 4 37 84

23 MPS 2 4 4 2 1 1 3 4 3 4 4 32 73

24 MJA 3 4 4 2 4 4 4 2 4 1 3 35 80

25 MRI 3 1 4 4 4 4 3 2 3 4 4 36 82

26 MZG 2 4 4 4 4 4 3 2 2 3 4 36 82

27 NTW 3 4 4 4 4 4 3 1 3 3 4 37 84

28 NAA 3 1 4 2 4 4 3 2 4 3 4 34 77

29 NPA 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 41 93

30 OMP 2 4 4 2 1 4 3 2 4 3 4 33 75

31 PAY 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 38 86

32 RP 3 4 4 4 4 4 1 2 4 3 1 34 77

33 SM 3 4 2 3 3 4 4 2 3 4 4 36 82

34 TPP 2 1 4 2 4 3 3 2 4 4 3 32 73

35 VT 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 38 86

36 VFPA 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 40 91

37 WD 2 4 4 4 4 4 1 4 4 3 3 37 84

Jumlah 89 127 135 130 128 143 121 92 136 117 114 1332 3027

Rata-rata 2 3,43 3,6 4 3,5 3,86 3,27 2,49 3,7 3,2 3,1 36 82

Persentase 60 85,8 91 88 86 96,6 81,8 62,2 92 79 77

Page 232: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

Lampiran 17

PERSENTASE KETERCAPAIAN INDIKATOR KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

KELAS EKSPERIMEN (XI-IPA 3)

No Indikator Berpikir Keterampilan Berpikir Kritis No. Soal Presentase Kategori

1 Memfokuskan Pertanyaan 1 60,14% Cukup

2 Menganalisis Argumen 9b 77,03% Baik

3 Bertanya dan Menjawab Pertanyaan 2 85,81% Sangat Baik

4 Mempertimbangkan Kredibilitas dari Sebuah Sumber 5 86,49% Sangat Baik

5 Mengobservasi dan Mempertimbangkan Hasil Observasi 7 62,16% Baik

6 Membuat Deduksi dan Mempertimbangkan Hasil Deduksi 6 96,62% Sangat Baik

7 Membuat Induksi dan Mempertimbangkan Hasil Induksi 9a 79,05% Baik

8 Membuat dan Menentukan Hasil Pertimbangan 8 91,89% Sangat Baik

9 Mendefinsikan Istilah dan Mempertimbangkan Suatu Definisi 3 91,22% Sangat Baik

10 Mengidentifikasi Asumsi 4 87,84% Sangat Baik

11 Memutuskan Suatu Tindakan 8 91,89% Sangat Baik

Rata-rata 82,74% Sangat Baik

Page 233: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

Lampiran 18

Data Hasil Postest Kelas Kontrol (XI-IPA 4) Berdasarkan Indikator KBK

NO NAMA SKOR PER NOMOR JUMLAH

SKOR NILAI

1 2 3 4 5 6 7a 7b 8 9a 9b

1 AZF 2 1 1 4 4 4 4 2 4 3 3 32 73

2 AFM 2 3 4 2 3 4 4 4 4 3 4 37 84

3 AZB 2 2 4 2 4 4 3 2 4 1 4 32 73

4 AA 1 3 4 2 2 4 3 4 4 3 1 31 70

5 ARS 2 3 1 3 2 4 3 2 2 3 4 29 66

6 AZN 1 3 4 3 4 4 3 4 4 3 1 34 77

7 DHA 2 2 1 4 2 3 4 2 3 2 3 28 64

8 DAA 2 3 3 2 3 4 4 4 4 3 4 36 82

9 DJP 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 1 34 77

10 DY 2 3 4 2 3 4 4 4 4 3 4 37 84

11 GRA 2 3 3 4 3 4 3 2 4 3 3 34 77

12 GKN 2 1 1 2 4 4 4 2 1 3 4 28 64

13 HA 2 3 1 4 3 1 4 2 3 1 4 28 64

14 IRK 2 3 4 4 2 4 4 2 4 3 3 35 80

15 IRC 2 3 4 4 4 4 4 4 2 1 1 33 75

16 IPS 2 1 2 2 4 4 3 1 4 3 4 30 68

17 IY 3 1 4 2 4 4 2 2 3 2 4 31 70

18 KIR 2 1 3 4 3 4 3 3 3 3 2 31 70

19 LAS 3 3 4 3 4 4 2 2 4 3 0 32 73

20 MSA 2 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 39 89

21 MFR 3 3 4 4 4 4 4 4 3 1 1 35 80

22 MDM 2 3 2 4 4 4 4 4 4 3 2 36 82

23 MRS 1 3 2 4 4 3 3 4 4 3 2 33 75

24 MZP 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 38 86

25 ND 4 3 4 4 4 4 4 1 3 4 4 39 89

26 NF 3 3 4 3 4 4 4 2 4 3 4 38 86

27 PA 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 38 86

28 PAFY 2 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 38 86

29 RRP 2 3 4 4 4 4 4 2 4 3 2 36 82

30 RH 2 3 2 4 4 4 3 4 3 4 3 36 82

31 RAC 2 1 4 4 4 4 4 1 3 3 2 32 73

32 RPS 2 3 2 4 4 4 3 4 4 3 4 37 84

33 SFM 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 36 82

34 VNM 2 1 4 2 3 4 4 1 4 2 4 31 70

35 YHM 2 3 4 4 4 4 4 4 4 1 1 35 80

36 ZRP 3 1 1 4 4 1 4 4 4 1 2 29 66

37 ZPS 2 1 4 3 4 1 4 4 3 2 4 32 73

Jumlah 79 89 113 125 133 136 132 107 131 99 106 1250 2841

Rata-rata 2 2,4 3,054 3 3,59 3,68 3,57 2,9 3,54 2,7 2,86 34 77

Presentase 53,4 60 76,35 84 89,9 91,9 89,2 72 88,5 67 71,6

Page 234: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

Lampiran 19

PERSENTASE KETERCAPAIAN INDIKATOR KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

KELAS KONTROL (XI-IPA 4)

No Indikator Berpikir Keterampilan Berpikir Kritis No. Soal Presentase Kategori

1 Memfokuskan Pertanyaan 1 53,38% Cukup

2 Menganalisis Argumen 9b 71,62% Baik

3 Bertanya dan Menjawab Pertanyaan 2 60,14% Cukup

4 Mempertimbangkan Kredibilitas dari Sebuah Sumber 5 89,86% Sangat Baik

5 Mengobservasi dan Mempertimbangkan Hasil Observasi 7b 72,30% Baik

6 Membuat Deduksi dan Mempertimbangkan Hasil Deduksi 6 91,89% Sangat Baik

7 Membuat Induksi dan Mempertimbangkan Hasil Induksi 9a 66,89% Baik

8 Membuat dan Menentukan Hasil Pertimbangan 8 88,51% Sangat Baik

9 Mendefinsikan Istilah dan Mempertimbangkan Suatu Definisi 3 76,35% Baik

10 Mengidentifikasi Asumsi 4 84,46% Sangat Baik

11 Memutuskan Suatu Tindakan 8 88,51% Sangat Baik

Rata-rata 76,72% Baik

Page 235: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

218

Lampiran 20

Data Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Perhitungan uji normalitas adalah dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 20, taraf nyata (α) adalah 5%

(0,05) dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Nilai D-tabel untuk jumlah sampel (n) sebanyak 37

dan taraf nyata (α) adalah 5% (0,05), diperoleh D-tab = 1,36

√𝑛 =

1,36

√37 = 0,223.

EXAMINE VARIABLES=Pretest BY Kelas

/PLOT STEMLEAF HISTOGRAM NPPLOT

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Explore [DataSet1] D:\Wulan Sari Wijaya\Mata Kuliah\SEMESTER 8\SKRIPSI\Olah Data\Nilai

FIX\FIXASI NILAI PRETEST.sav

Case Processing Summary

Kelas

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pretest Eksperimen 37 100,0% 0 0,0% 37 100,0%

Kontrol 37 100,0% 0 0,0% 37 100,0%

Descriptives

Kelas Statistic Std. Error

Pretest Eksperimen Mean 29,6486 1,60761

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 26,3883 Upper Bound 32,9090

5% Trimmed Mean 29,0751 Median 27,0000 Variance 95,623 Std. Deviation 9,77871 Minimum 16,00 Maximum 55,00 Range 39,00 Interquartile Range 14,00 Skewness ,719 ,388

Kurtosis ,200 ,759

Kontrol Mean 32,8378 1,77212

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 29,2438 Upper Bound 36,4319

5% Trimmed Mean 32,7598 Median 32,0000 Variance 116,195 Std. Deviation 10,77939 Minimum 16,00

Page 236: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

219

Maximum 52,00 Range 36,00 Interquartile Range 17,00 Skewness ,057 ,388

Kurtosis -,909 ,759

Tests of Normality

Kelas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretest Eksperimen ,120 37 ,196 ,943 37 ,058

Kontrol ,118 37 ,200* ,943 37 ,058

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Keterangan:

1. Kriteria Pengujian

𝐻0 = distribusi populasi normal, jika taraf nyata (α) > 0,05, 𝐻0 diterima

𝐻1 = distribusi populasi tidak normal, jika taraf nyata (α) ≤ 0,05, 𝐻0 ditolak

D0 ≤ D-tabel maka 𝐻0 diterima (sampel berasal dari populasi berdistribusi normal)

D0 > D-tabel maka 𝐻0 ditolak (sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal)

2. Hasil Pengujian:

Sig kelas eksperimen 0,196 > 0,05, 𝐻0 diterima atau tidak signifikan.

Sig kelas kontrol 0,200 > 0,05, 𝐻0 diterima atau tidak signifikan.

D0 kelas eksperimen 0,120 < Dtabel (α = 0,05, n = 37) = 0,223, 𝐻0 diterima

D0 kelas kontrol 0,118 < Dtabel (α = 0,05, n = 37) = 0,223, 𝐻0 diterima

3. Kesimpulan:

-Data Kelas Eksperimen berdistribusi normal

-Data Kelas Kontrol berdistribusi normal

Page 237: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

Lampiran 21

Data Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Perhitungan uji homogenitas adalah dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 20, dengan taraf nyata (α)

adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji Levene. Harga Ftabel (α = 0,05) untuk db pembilang 1 dan db penyebut

72 adalah 3,97.

UNIANOVA Pretest BY Kelas

/METHOD=SSTYPE(3)

/INTERCEPT=INCLUDE

/EMMEANS=TABLES(Kelas)

/PRINT=HOMOGENEITY

/CRITERIA=ALPHA(.05)

/DESIGN=Kelas.

Univariate Analysis of Variance

[DataSet1] D:\Wulan Sari Wijaya\Mata Kuliah\SEMESTER 8\SKRIPSI\Olah Data\Nilai

FIX\FIXASI NILAI PRETEST.sav

Between-Subjects Factors

Value Label N

Kelas 1,00 Eksperimen 37

2,00 Kontrol 37

Keterangan:

1. 𝐻0 = data berasal dari kelompok homogen, jika taraf nyata (α) > 0,05, 𝐻0 diterima

𝐻1 = data berasal dari kelompok tidak homogen, jika taraf nyata (α) ≤ 0,05, 𝐻0 ditolak

Fhitung ≤ F-tabel maka 𝐻0 diterima (sampel berasal dari populasi homogen)

Fhitung > F-tabel maka 𝐻0 ditolak (sampel berasal dari populasi tidak homogen)

2. Hasil Pengujian:

- Dari hasil analisis pada tabel Levene’s Test of Equality of Error Variances, Sig kelas eksperimen

dan kontrol 0,639 > 0,05, 𝐻0 diterima atau tidak signifikan.

- Harga F-hitung kelas eksperimen dan kontrol 0,221 < F-tabel (0,05:1;72) = 3,97, 𝐻0 diterima.

3. Kesimpulan:

- Data berasal dari varian yang sama atau homogen

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: Pretest

F df1 df2 Sig.

,221 1 72 ,639

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Kelas

Page 238: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

221

Lampiran 22

Data Hasil Uji Hipotesis Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Perhitungan uji hipotesis adaalah dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 20, dengan taraf nyata (α) adalah

5% (0,05) dan menggunakan uji-T Sampel Bebas (Independent Sample T-Test). Harga t-tabel (α = 0,05) db =

72 adalah 1,993.

T-Test [DataSet1] D:\Wulan Sari Wijaya\Mata Kuliah\SEMESTER 8\SKRIPSI\Olah Data\Nilai

FIX\FIXASI NILAI PRETEST.sav

Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pretest Eksperimen 37 29,6486 9,77871 1,60761

Kontrol 37 32,8378 10,77939 1,77212

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pretest

Equal variances assumed

,221 ,639 -1,333 72 ,187 -3,18919 2,39266 -7,95887 1,58049

Equal variances not assumed

-1,333 71,327 ,187 -3,18919 2,39266 -7,95964 1,58126

Keterangan:

1. 𝐻0= tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas eksperimen dan kontrol

𝐻1= terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas eksperimen dan kontrol

2. Kriteria Pengujian:

Sig (2-tailed) > α (0,05) maka 𝐻0 diterima; 𝐻1 ditolak

Sig (2-tailed) < α (0,05) maka 𝐻0 ditolak; 𝐻1 diterima

t0 ≤ t-tabel maka 𝐻0 diterima

t0 > t-tabel maka 𝐻0 ditolak

3. Hasil Pengujian:

- Sig (2-tailed) kelas eksperimen dan kontrol 0,190 > α (0,05) maka 𝐻0 diterima; 𝐻1 ditolak.

- Harga t-hitung kelas eksperimen dan kontrol -1,333 < t-tabel (α = 0,05, db = 72) = 1,993 maka 𝐻0

diterima; 𝐻1 ditolak.

4. Kesimpulan:

- Tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas eksperimen dan kontrol.

- Kemampuan keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen maupun kontrol memiliki

kondisi awal yang sama.

Page 239: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

222

Lampiran 23

Data Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Perhitungan uji normalitas adalah dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 20, taraf nyata (α) adalah 5%

(0,05) dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Nilai D-tabel untuk jumlah sampel (n) sebanyak 37 dan

taraf nyata (α) adalah 5% (0,05), diperoleh D-tab = 1,36

√𝑛 =

1,36

√37 = 0,223.

EXAMINE VARIABLES=Postest BY Kelas

/PLOT STEMLEAF HISTOGRAM NPPLOT

/STATISTICS DESCRIPTIVES

/CINTERVAL 95

/MISSING LISTWISE

/NOTOTAL.

Explore [DataSet2] D:\Wulan Sari Wijaya\Mata Kuliah\SEMESTER 8\SKRIPSI\Olah Data\Nilai

FIX\FIXASI NILAI POSTEST.sav

Case Processing Summary

Kelas Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Postest Eksperimen 37 100,0% 0 0,0% 37 100,0%

Kontrol 37 100,0% 0 0,0% 37 100,0%

Descriptives

Kelas Statistic Std. Error

Postest Eksperimen Mean 81,8649 ,97964

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 79,8781 Upper Bound 83,8517

5% Trimmed Mean 81,7387 Median 82,0000 Variance 35,509 Std. Deviation 5,95894 Minimum 73,00 Maximum 93,00 Range 20,00 Interquartile Range 9,00 Skewness ,264 ,388

Kurtosis -,924 ,759

Kontrol Mean 76,8108 1,23259

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 74,3110 Upper Bound 79,3106

5% Trimmed Mean 76,8453 Median 77,0000 Variance 56,213 Std. Deviation 7,49755 Minimum 64,00 Maximum 89,00 Range 25,00

Page 240: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

223

Interquartile Range 13,00 Skewness -,170 ,388

Kurtosis -1,102 ,759

Tests of Normality

Kelas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Postest Eksperimen ,117 37 ,200* ,946 37 ,073

Kontrol ,134 37 ,092 ,947 37 ,079

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

Keterangan:

1. 𝐻0 = distribusi populasi normal, jika taraf nyata (α) > 0,05, 𝐻0 diterima

𝐻1 = distribusi populasi tidak normal, jika taraf nyata (α) ≤ 0,05, 𝐻0 ditolak

D0 ≤ D-tabel maka 𝐻0 diterima (sampel berasal dari populasi berdistribusi normal)

D0 > D-tabel maka 𝐻0 ditolak (sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal)

2. Hasil Pengujian:

Sig kelas eksperimen 0,200 > 0,05, 𝐻0 diterima atau tidak signifikan.

Sig kelas kontrol 0,092 > 0,05, 𝐻0 diterima atau tidak signifikan.

D0 kelas eksperimen 0,117 < Dtabel (α = 0,05, n = 37) = 0,223, 𝐻0 diterima

D0 kelas kontrol 0,134 < Dtabel (α = 0,05, n = 37) = 0,223, 𝐻0 diterima

3. Kesimpulan:

- Data Kelas Eksperimen berdistribusi normal

- Data Kelas Kontrol berdistribusi normal

Page 241: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

Lampiran 24

Data Hasil Uji Homogenitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Perhitungan uji homogenitas adalah dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 20, dengan taraf nyata (α)

adalah 5% (0,05) dan menggunakan uji Levene. Harga Ftabel (α = 0,05) untuk db pembilang 1 dan db penyebut

72 adalah 3,97.

UNIANOVA Postest BY Kelas

/METHOD=SSTYPE(3)

/INTERCEPT=INCLUDE

/EMMEANS=TABLES(Kelas)

/PRINT=HOMOGENEITY

/CRITERIA=ALPHA(.05)

/DESIGN=Kelas.

Univariate Analysis of Variance [DataSet2] D:\Wulan Sari Wijaya\Mata Kuliah\SEMESTER 8\SKRIPSI\Olah Data\Nilai

FIX\FIXASI NILAI POSTEST.sav

Between-Subjects Factors

Value Label N

Kelas 1,00 Eksperimen 37

2,00 Kontrol 37

Keterangan:

1. 𝐻0 = data berasal dari kelompok homogen, jika taraf nyata (α) > 0,05, 𝐻0 diterima

𝐻1 = data berasal dari kelompok tidak homogen, jika taraf nyata (α) ≤ 0,05, 𝐻0 ditolak

2. Hasil Pengujian:

- Dari hasil analisis pada tabel Levene’s Test of Equality of Error Variances, Sig kelas eksperimen

dan kontrol 0,073 > 0,05, 𝐻0 diterima atau tidak signifikan.

- Harga F-hitung kelas eksperimen dan kontrol 3,313 < F-tabel (0,05:1;72) = 3,97, 𝐻0 diterima.

3. Kesimpulan:

- Data berasal dari varian yang sama atau homogen

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable: Postest

F df1 df2 Sig.

3,313 1 72 ,073

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Kelas

Page 242: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

225

Lampiran 25

Data Hasil Uji Hipotesis Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Perhitungan uji hipotesis adaalah dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 20, dengan taraf nyata (α) adalah

5% (0,05) dan menggunakan uji-T Sampel Bebas (Independent Sample T-Test). Harga t-tabel (α = 0,05) db =

72 adalah 1,993.

T-Test [DataSet2] D:\Wulan Sari Wijaya\Mata Kuliah\SEMESTER 8\SKRIPSI\Olah

Data\Nilai FIX\FIXASI NILAI POSTEST.sav

Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Postest Eksperimen 37 81,8649 5,95894 ,97964

Kontrol 37 76,8108 7,49755 1,23259

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Postest

Equal variances assumed

3,313 ,073 3,210 72 ,002 5,05405 1,57448 1,91539 8,19272

Equal variances not assumed

3,210 68,509 ,002 5,05405 1,57448 1,91266 8,19545

Keterangan:

1. 𝐻0= tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas eksperimen dan kontrol

𝐻1= terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelas eksperimen dan kontrol

2. Kriteria Pengujian:

Sig (2-tailed) > α (0,05) maka 𝐻0 diterima; 𝐻1 ditolak

Sig (2-tailed) < α (0,05) maka 𝐻0 ditolak; 𝐻1 diterima

t0 ≤ t-tabel maka 𝐻0 diterima

t0 > t-tabel maka 𝐻0 ditolak

3. Hasil Pengujian:

- Sig (2-tailed) kelas eksperimen dan kontrol 0,003 < α (0,05) maka 𝐻0 ditolak; 𝐻1 diterima

- Harga t-hitung kelas eksperimen dan kontrol 3,210 > t-tabel (α = 0,05, db = 72) = 1,993 maka 𝐻1

diterima; 𝐻0 ditolak.

4. Kesimpulan:

- Terdapat perbedaan rata-rata nilai postest antara kelas eksperimen dan kontrol

- Terdapat pengaruh model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berpendekatan Sains,

Lingkungan, Teknologi, Masyarakat (SALINGTEMAS) terhadap keterampilan berpikir kritis

siswa pada materi Minyak bumi.

Page 243: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

226

Lampiran 26

Data Hasil Lembar Kerja Siswa Efek Rumah Kaca

NO KELOMPOK SKOR PER NOMOR JUMLAH

SKOR

NILAI

1 2 3 4a 4b 5a 5b 6 7 8 9 10 11 12 13a 13b

1 AADGI 3 3 2 4 2 4 2 2 3 3 4 2 4 4 4 4 50 78

2 AAFMM 4 3 3 4 3 4 2 2 4 3 2 4 2 4 3 4 51 80

3 AHMM 4 3 3 4 2 4 2 2 4 3 3 4 4 4 4 4 54 84

4 MNSTV 0 2 4 0 0 4 4 4 1 3 3 4 3 3 0 0 35 55

Jumlah 11 11 12 12 7 16 10 10 12 12 12 14 13 15 11 12 190 297

Rata-rata 2,75 2,75 3 3 1,75 4 2,5 2,5 3 3 3 3,5 3,25 3,75 2,75 3 47,5 74

Persentase 68,75 68,75 75 75 43,75 100 62,5 63 75 75 75 87,5 81,25 93,75 68,75 75

Data Hasil Lembar Kerja Siswa ISPA

NO KELOMPOK SKOR PER NOMOR JUMLAH

SKOR

NILAI

1 2 3a 3b 4a 4b 5 6 7 8 9 10 11 12 13a 13b

1 KLPTW 3 1 4 3 4 3 4 4 1 4 4 2 2 4 4 4 51 79,7

2 CHMMV 4 3 4 4 2 1 2 2 3 4 3 4 2 4 3 3 48 75,0

3 INAN 4 3 4 3 4 2 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4 56 87,5

4 RAOLA 4 3 4 4 2 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 55 85,9

Jumlah 15 10 16 14 12 8 13 10 11 16 15 14 12 15 15 14 210 328,1

Rata-rata 3,75 2,5 4 3,5 3 2 3,25 2,5 2,75 4 3,75 3,5 3 3,75 3,75 3,5 52,5 82,0

Persentase 93,75 62,5 100 87,5 75 50 81,25 63 68,8 100 93,75 87,5 75 93,75 93,75 87,5

Page 244: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

227

Lampiran 27

Page 245: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS
Page 246: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

Lampiran 28

Contoh Lembar Jawaban Siswa Kelas Eksperimen

Page 247: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

Lampiran 29

Contoh Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol

Page 248: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

Lampiran 30

Contoh Jawaban LKS ERK

Page 249: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS
Page 250: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS
Page 251: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

Lampiran 31

Contoh Jawaban LKS ISPA

Page 252: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS
Page 253: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS
Page 254: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

237

Lampiran 32

Surat Bimbingan Skripsi

Page 255: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

238

Lampiran 33

Surat Permohonan Izin Penelitian & Keterangan Melakukan Penelitian

Page 256: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

239

Lampiran 34

Dokumentasi Penelitian

Orientasi Siswa terhadap Masalah/Invitasi

Mengorganisasi Siswa terhadap Pembelajaran/Eksplorasi

Page 257: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

240

Membimbing pengalaman penyelidikan individual atau kelompok/Eksplanasi

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya/Aplikasi

Page 258: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

241

Analisis dan Evaluasi proses pemecahan masalah/Penilaian

Page 259: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

242

Lampiran 35

Page 260: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

243

Page 261: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

244

Page 262: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

245

Page 263: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

246

Page 264: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

247

Page 265: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

248

Page 266: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

249

Page 267: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

250

Page 268: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

251

Page 269: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

252

Page 270: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

253

Page 271: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

254

Page 272: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

255

Page 273: PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERPENDEKATAN SAINS

256