pengaruh pemberian edukasi terhadap … · mekanisme hiperglikemia berkontribusi pada stroke...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
-
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP FAKTOR RISIKO
TERJADINYA STROKE PADA POPULASI POSYANDU LANSIA
SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU LANSIA BUAH APEL,
DUSUN KEBOAN, DESA SUMBERADI, MLATI, SLEMAN, DIY
(Kajian Profil Kadar Glukosa Darah Puasa)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Stefani Santi Widhiastuti
NIM : 068114025
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
-
ii
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP FAKTOR RISIKO
TERJADINYA STROKE PADA POPULASI POSYANDU LANSIA
SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU LANSIA BUAH APEL,
DUSUN KEBOAN, DESA SUMBERADI, MLATI, SLEMAN, DIY
(Kajian Profil Kadar Glukosa Darah Puasa)
HALAMAN JUDUL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Stefani Santi Widhiastuti
NIM : 068114025
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
-
iii
THE EFFECT OF EDUCATION FOR RISK FACTOR OF STROKE IN
POPULATION OF POSYANDU LANSIA SRIKANDI, DUSUN BURIKAN
AND POSYANDU LANSIA BUAH APEL, DUSUN KEBOAN,
DESA SUMBERADI, MLATI, SLEMAN, DIY
(Concerning about Fasting Blood Glucose Level)
HALAMAN JUDUL (INGGRIS) SKRIPSI
Presented as partitial fulfilment of the requirement To obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)
In Faculty of Pharmacy
By :
Stefani Santi Widhiastuti
NIM : 068114025
FACULTY OF PHARMACY SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA 2009
-
iv
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP FAKTOR RISIKO
TERJADINYA STROKE PADA POPULASI POSYANDU LANSIA
SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU LANSIA BUAH APEL,
DUSUN KEBOAN, DESA SUMBERADI, MLATI, SLEMAN, DIY
(Kajian Profil Kadar Glukosa Darah Puasa)
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
SKRIPSI
Yang diajukan oleh :
Stefani Santi Widhiastuti
NIM : 068114025
telah disetujui oleh
-
v
Pengesahan Skripsi Berjudul
HALAMANPA
HALAMAN PERSEMBAHAN
-
vi
Ketika semua terlelap dalam tidurnya, Aku terjaga dalam mimpiku
Impian yang kini kutuangkankan dalam tulisan
Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.
-Arai-
I dedicate it to Jesus Christ, Eyang, Papa Mama, Kakak, Mbak Ika,
PapaMamaRara, and Chris
Thanks for every love and prayers.
Never stop dreaming.
(tengah malam di bulan November)
-
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Stefani Santi Widhiastuti
Nomor mahasiswa : 068114025
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Faktor Risiko Stroke Pada
Populasi Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan Dan Posyandu Lansia
Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, DIY (Kajian
Profil Kadar Glukosa Darah Puasa) beserta perangkat yang diperlukan (bila
ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkandalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 28 Desember 2009
Yang menyatakan
Stefani Santi Widhiastuti
-
viii
PRAKATA
Segala pujian dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yesus
Kristus karena hanya dengan anugerah, berkat, kasih, dan pertolongan-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul
Pengaruh Pemberian Edukasi terhadap Faktor Risiko Terjadinya Stroke pada
Populasi Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Lansia Buah
Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, DIY. Skripsi ini disusun
guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu
Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).
Terselesaikannya penulisan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah membantu penulis, oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberi berkat, rahmat,
dan anugrah, serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penyusunan skripsi ini hingga selesai.
2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta dan dosen penguji skripsi.
3. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
petunjuk, saran, arahan, dan bimbingan kepada penulis dalam proses
penyusunan skripsi ini.
4. Maria Wisnu Donowati M.Si, Apt. selaku dosen penguji skripsi yang telah
memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
-
ix
5. Ipang Djunarko, S.Si, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan saran.
6. dr. Arina Ismah Afiati yang telah memberikan ceramah, petunjuk, dan
masukan yang berguna dalam proses penyusunan skripsi.
7. Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si. yang telah memberikan
petunjuk dan bimbingan mengenai statistik untuk pengolahan data.
8. Mas Narto dan Mas Dwi yang selalu meluangkan waktunya untuk membantu
dalam membuatkan surat pengantar untuk melakukan penelitian serta
memintakan tanda tangan Dekan untuk keperluan surat menyurat dan
sertifikat.
9. Kepala Dusun, kader, serta seluruh lansia Posyandu Lansia Srikandi di Dusun
Burikan dan Posyandu Lansia Buah Apel di Dusun Keboan yang telah banyak
membantu dalam terselenggaranya penelitian ini.
10. Mas Sugeng dan Mas Iwan, fotokopian Shinta atas persahabatannya selama
hampir 4 tahun ini. Terima kasih sudah menyediakan tempat sebagai
basecamp penulis dan teman-teman.
11. Keluargaku tercinta: Eyang putri, Papa, Mama, Kakak, mas Wahyu, mbak Ika,
Teti, dan keponakanku tersayang Kirana, atas kasih sayang, perhatian,
dukungan, motivasi, doa, dan segala pernyertaanya serta segala sesuatunya
yang tidak dapat diuraikan satu-persatu.
12. Teman-teman seperjuangan: Adi, Dissa, Dotie, Vica, dan Anna. Terima kasih
telah bersama-sama melalui segala sesuatu dengan kebersamaan, suka duka,
-
x
dan canda tawa dalam proses berjalannya penelitian dan penyusunan skripsi
ini. Akhirnya kita bisa menyelesaikannya.
13. Christ, Robby, Adit, Boim, Nee, LuLu, Mas Ari, Mas Anzo, Mas Veda,
Ajeng, mbak Meyka, Sifa dan Deni.
14. Seluruh teman-teman farmasi, khususnya kelas A angkatan 2006 dan
temanteman FKK angkatan 2006, atas kebersamaan berbagi keceriaan dan
tumbuh bersama dalam satu farmasi.
15. Para sahabat: Mewry, Lilis, Lulu, Sinta, Reno, dan Atha atas semangat yang
selalu diberikan kepada penulis dan juga persahabatan yang telah dijalin
selama ini.
16. Mas Rizal dan mas Yora, atas kebersamaan yang pernah terjalin yang
membuat penulis semakin dewasa.
17. Stephanus Christiono Eka Putra, untuk semua keceriaan, masukan dan
dukungan yang memotivasi penulis dalam menjalani proses pendewasaan diri
selama menjalani perkuliahan.
18. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu-per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan kelemahan karena keterbatasan pikiran, tenaga, dan waktu penulis. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir
kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua.
Penulis
-
xi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini, tidak
memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.
Yogyakarta, 31 Oktober 2009
Penulis
Stefani Santi Widhiastuti
-
xii
INTISARI
Stroke merupakan penyebab kematian ke dua di dunia dan penyebab utama kecacatan, sehingga diperlukan edukasi sebagai usaha primer untuk mencegah terjadinya stroke, khususnya terkait kadar glukosa darah puasa sebagai salah satu faktor risiko stroke.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap profil kadar glukosa darah puasa populasi di Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Lansia Buah Apel, Dusun Keboan, Yogyakarta. Jenis penelitian quasi eksperimental dengan desain nonrandomized pretest-postest intervention with control group. Kriteria inklusi laki-laki dan perempuan berusia >60 tahun, aktif kegiatan posyandu lansia, belum pernah mengalami penyakit stroke, ginjal atau jantung kongestif. Analisis statistik menggunakan uji beda Paired T-Test untuk data yang terdistribusi normal dan Wilcoxon untuk data yang terdistribusi tidak normal dalam satu kelompok, Two Sample Independent T-Test untuk data yang terdistribusi normal dan Mann-Whitney Test untuk data yang terdistribusi tidak normal untuk kelompok berbeda, taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian pada pengukuran akhir terjadi peningkatan selisih rerata kadar glukosa darah puasa kelompok perlakuan 0,1 mg/dL dan penurunan 1,43 mg/dL pada kelompok kontrol, hasil uji statistik menunjukkan keduanya berbeda tidak bermakna. Uji statistik pengukuran akhir kelompok perlakuan dan kontrol menunjukkan perbedaan tidak signifikan (p=0,33), sehingga pemberian edukasi tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap profil kadar glukosa darah puasa sebagai salah satu faktor risiko stroke. Kata kunci : stroke, lansia, edukasi, kadar glukosa darah puasa
-
xiii
ABSTRACT
Stroke is the second significant cause of mortality in the world and main cause of physical defect, thus there must be education as primary effort to avoid its existence, especially related to the amount of fasting blood glucose as one of the stroke risk factors.
This research was aimed to investigate the effect of education giving toward the profile of the fasting blood glucose level of the population in Posyandu Lansia Srikandi, Burikan region and Posyandu Lansia Buah Apel, Keboan region, Yogyakarta. This research was a pure experimental quasi with nonrandomized pretest-postest intervension with control group design. The inclusion criteria were those men and women more than 60 years old, active in participating elderly health care centre activities, never suffer from stroke, liver or congestive heart desease. The results were stastically analized using Paired T-test differential experiment (normal distributed data) and Wilcoxon (abnormal distributed data) in one group, Independent T-test (normal distributed data) and Mann-Whitney Test (abnormal distributed data) in a different group, with 95% confidence interval.
The last measurement showed that there was 0,1 mg/dL ascend differential average of the fasting blood glucose level in the tested group and 1,43 mg/dL descend in controlled group, which is not significantly different. The last statistical test through the tested and controlled group showed there was no significant alteration (p=0,33). It can be concluded that education giving do not serve any significant effect toward the profile of fasting blood glucose level as one of stroke risk factors. Keywords: stroke, elderly, fasting blood glucose level
-
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
PAGE TITLE .......................................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PRAKATA ........................................................................................................... viii
INTISARI .............................................................................................................. xii
ABSTRACT ........................................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xx
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xxi
BAB I PENGANTAR ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
1. Perumusan masalah.........................................................................4
2. Keaslian penelitian..........................................................................5
3. Manfaat penelitian...........................................................................6
B. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
1. Tujuan umum..................................................................................6
2. Tujuan khusus.................................................................................7
-
xv
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA .................................................................. 8
A. Stroke.......................................................................................................8
1. Definisi............................................................................................8
2. Patofisiologi....................................................................................8
3. Faktor risiko..................................................................................10
4. Tanda dan gejala...........................................................................13
B. Glukosa..................................................................................................14
1. Definisi..........................................................................................14
2. Metabolisme glukosa dalam tubuh................................................14
3. Mekanisme pengaturan glukosa darah..........................................16
C. Hiperglikemia........................................................................................16
1. Definisi..........................................................................................16
2. Etiologi dan patofisiologi..............................................................16
3. Faktor risiko..................................................................................20
4. Tanda dan gejala...........................................................................20
5. Kriteria penegakan diagnosis........................................................21
6. Komplikasi....................................................................................21
7. Mekanisme hiperglikemia berkontribusi pada stroke iskemik......23
D. Pengelolaan Gaya Hidup.......................................................................25
E. Edukasi..................................................................................................27
F. Landasan Teori......................................................................................29
G. Hipotesis................................................................................................30
-
xvi
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 31
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................................31
B. Variabel Penelitian................................................................................32
C. Definisi Operasional..............................................................................32
D. Subjek Penelitian...................................................................................34
E. Tempat Penelitian..................................................................................35
F. Waktu Penelitian....................................................................................35
G. Instrumen Penelitian..............................................................................36
H. Tata Cara Penelitian...............................................................................36
1. Penentuan subjek penelitian..........................................................36
2. Pengurusan izin penelitian............................................................37
3. Penelusuran data populasi.............................................................37
4. Pembuatan leaflet..........................................................................38
5. Pelaksanaan intervensi..................................................................39
6. Pengambilan data..........................................................................41
7. Analisis data..................................................................................42
I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian.....................................................45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 47
A. Profil Karakteristik Populasi Lansia Terkait dengan Faktor Risiko
Stroke.....................................................................................................47
1. Usia...............................................................................................49
2. Jenis Kelamin................................................................................50
-
xvii
3. Tingkat Pendidikan.......................................................................52
4. Kebiasaan Merokok......................................................................53
5. Body Mass Index (BMI)................................................................56
6. Kadar glukosa darah puasa............................................................58
B. Pengaruh Pemberian Edukasi Berupa Ceramah yang Dilanjutkan
Edukasi Secara Personal terhadap Perubahan Profil Kadar Glukosa
Darah Puasa yang Merupakan Faktor Risiko Stroke pada Populasi
Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Buah Apel, Dusun
Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, DIY.....................................60
C. Pengaruh Pemberian Edukasi Berupa Ceramah yang Dilanjutkan
dengan Edukasi secara Personal pada Kelompok Perlakuan
dibandingkan dengan Kelompok Kontrol pada Pengukuran Akhir.......66
D. Rangkuman Pembahasan.......................................................................71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 73
A. Kesimpulan............................................................................................73
B. Saran......................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75
LAMPIRAN .......................................................................................................... 79
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 119
-
xviii
DAFTAR TABEL Tabel I. Kriteria penegakan diagnosis..........................................................21
Tabel II. Karakteristik Awal Subjek Penelitian secara Keseluruhan terkait
Faktor-Faktor Risiko Stroke...........................................................48
Tabel III. Profil Usia Subjek Penelitian dalam Setiap Kelompok..................49
Tabel IV. Profil Jenis Kelamin Subjek Penelitian dalam Setiap Kelompok...50
Tabel V. Profil Tingkat Pendidikan Subjek Penelitian dalam Setiap
Kelompok.......................................................................................52
Tabel VI. Profil Kebiasaan Merokok Subjek Penelitian dalam Setiap
Kelompok.......................................................................................54
Tabel VII . Klasifikasi BMI yang Diusulkan WHO untuk Penduduk Dewasa
Asia.................................................................................................56
Tabel VIII. Profil BMI Subjek Penelitian dalam Setiap Kelompok..................56
Tabel IX. Profil Kadar Glukosa Darah Puasa Subjek Penelitian dalam
Setiap Kelompok............................................................................58
Tabel X. Perubahan Profil Kadar Glukosa Darah Puasa pada Kelompok
Perlakuan dan Kontrol....................................................................61
Tabel XI. Profil Kadar Glukosa Darah Puasa Subjek Penelitian dalam
Setiap Kelompok pada Pengukuran Akhir.....................................62
Tabel XII. Karakteristik Akhir Subjek Penelitian secara Keseluruhan terkait
Faktor-Faktor Risiko Stroke...........................................................66
-
xix
Tabel XIII. Signifikansi Profil Kadar Glukosa Darah Puasa Kelompok
Perlakuan dan Kontrol pada Pengukuran Awal dan Pengukuran
Akhir...............................................................................................67
-
xx
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Perbedaan stroke iskemik dan stroke hemoragik...............................9
Gambar 2. Skema rancangan pretest-posttest intervention with control group
design..................................................................................................32
Gambar 3. Skema pembagian kelompok subjek penelitian...............................35
Gambar 5. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan usia.....................50
Gambar 6. Presentase jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin......51
Gambar 7. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan tingkat
pendidikan....................................................................................53
Gambar 8. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan kebiasaan
merokok...................................................................................54
Gambar 9. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan BMI....................57
Gambar 10. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan kadar glukosa
darah puasa.......................................................................................59
Gambar 11. Perubahan profil kadar glukosa darah puasa subjek penelitian.......62
Gambar 12. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan kadar glukosa
darah puasa pada pengukuran akhir.................................................63
Gambar 13. Persentase perubahan klasifikasi subjek penelitian kelompok
perlakuan pada pengukuran awal dan akhir.....................................65
Gambar 14. Persentase perubahan klasifikasi subjek penelitisan kelompok
kontrol pada pengukuran awal dan akhir...65
-
xxi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Formulir Pengambilan Data Penelitian ........................................ 79
Lampiran 2. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Perlakuan............................. 80
Lampiran 3. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Kontrol ................................ 81
Lampiran 4. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Puasa Subjek
Penelitian Kelompok Perlakuan .................................................. 82
Lampiran 5. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Puasa Subjek Penelitian
Kelompok Kontrol ....................................................................... 83
Lampiran 6. Langkah-langkah Pengujian Statistik ............................................ 84
Lampiran 7. Output Uji Kebermaknaan Profil Karakteristik Populasi Lansia
Terkait Usia, Jenis Kelamin, dan Kebiasaan Merokok ................. 90
Lampiran 8. Output Uji Normalitas Karakteristik Populasi Lansia Terkait
Body Mass Index (BMI) .................................................................. 95
Lampiran 9. Output Uji Kebermaknaan Karakteristik Populasi Lansia Terkait
Body Mass Index (BMI) ................................................................ 97
Lampiran 10. Output Uji Normalitas Profil Pengukuran Awal Kadar Glukosa
Darah Puasa Subjek Penelitian ..................................................... 98
Lampiran 11. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Awal Kadar
Glukosa Darah Puasa Subjek Penelitian ....................................... 99
Lampiran 12. Output Uji Normalitas Profil Pengukuran Akhir Kadar Glukosa
Darah Puasa Subjek Penelitian ................................................... 100
Lampiran 13. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Akhir Kadar
Glukosa Darah Puasa Subjek Penelitian ..................................... 101
-
xxii
Lampiran 14. Output Uji Normalitas Profil Kadar Glukosa Darah Puasa
Kelompok Perlakuan pada Pengukuran Awal-Pengukuran
Akhir ........................................................................................... 102
Lampiran 15. Output Uji Kebermaknaan Profil Kadar Glukosa Darah Puasa
Kelompok Perlakuan pada Pengukuran Awal-Pengukuran
Akhir ........................................................................................... 103
Lampiran 16. Output Uji Normalitas Profil Kadar Glukosa Darah Puasa
Kelompok Kontrol pada Pengukuran Awal-Pengukuran
Akhir ........................................................................................... 104
Lampiran 17. Output Uji Kebermaknaan Profil Kadar Glukosa Darah Puasa
Kelompok Kontrol pada Pengukuran Awal-Pengukuran
Akhir ........................................................................................... 105
Lampiran 18. Output Uji Normalitas Selisih Kadar Glukosa Darah Puasa Subjek
Penelitian pada Pengukuran Awal-Pengukuran Akhir ................ 106
Lampiran 19. Output Uji Kebermaknaan Selisih Kadar Glukosa Darah Puasa
Subjek Penelitian pada Pengukuran Awal-Pengukuran Akhir.... 107
Lampiran 20. Surat Ijin BAPPEDA Yogyakarta ............................................... 109
Lampiran 21. Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) .......................... 110
Lampiran 22. Materi Pemberian Ceramah......................................................... 111
Lampiran 23. Leaflet Bagian Luar..................................................................... 115
Lampiran 24. Leaflet Bagian Dalam ................................................................. 116
Lampiran 25. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan ........................................... 117
-
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Pada tahun 1999, stroke menyebabkan kematian sebanyak 5,54 juta orang
di seluruh dunia. Dua per tiga dari kematian ini terjadi di negara berkembang.
Masyarakat di Asia mempunyai angka kejadian penyakit jantung koroner yang
lebih rendah tetapi angka kejadian stroke yang lebih tinggi dibandingkan
masyarakat Kaukasian. Pada tahun 1980, angka prevalensi stroke berkisar 500
700/100.000 di negara-negara barat dan 900/100.000 di Asia. Hasil penelitian
yang membandingkan kejadian stroke di antara tiga ras Asia yang tinggal di
Singapura mengungkapkan bahwa ras China mempunyai prevalensi stroke yang
lebih tinggi dibandingkan ras India dan Malaysia (Banerjee & Kumar, 2006;
Truelsen, Bonita, & Jamrozik, 2001).
Prevalensi stroke tahun 2005 pada orang dewasa berusia 20 tahun atau
lebih adalah 6.500.000, yaitu 2.600.000 terjadi pada laki-laki dan 3.900.000
terjadi pada wanita. Hampir 75% stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65
tahun. Risiko terkena stroke meningkat dua kali lipat tiap sepuluh tahun setelah
seseorang mencapai usia 55 tahun. Stroke menjadi penyebab 1 dari 17 kematian di
Amerika pada tahun 2005 (Anonim, 2009d).
Tahun 2006, stroke dalam perkembangannya menjadi salah satu penyebab
kematian ketiga di banyak negara setelah penyakit jantung koroner dan kanker.
Stroke juga merupakan penyakit yang paling sering menimbulkan kecacatan dan
problem kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Menurut American Heart
-
2
Association, diperkirakan terjadi 3 juta penderita stroke pertahun, dan 500.000
penderita stroke yang baru terjadi pertahun. Angka kematian penderita stroke di
Amerika adalah 50 - 100/100.000 penderita pertahun (Banerjee & Kumar, 2006;
Dhamija, Mittal, & Bansal, 2000).
Hasil Kongres Stroke Dunia tahun 2008 yang diselenggarakan di Vienna
menyatakan bahwa saat ini stroke adalah penyebab kematian kedua di seluruh
dunia dan lebih dari 50% kasus stroke terjadi di China, India, dan Indonesia
(Bettshart & Medien, 2008).
Penanggulangan masalah stroke semakin penting dan mendesak karena
kini Indonesia menduduki urutan pertama di dunia dalam hal jumlah penderita
stroke terbanyak. Stroke dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor yang tidak
dapat dikontrol antara lain usia, jenis kelamin, serta riwayat keluarga. Di sisi lain,
faktor risiko stroke seperti hipertensi, penyakit kardiovaskular, serangan iskemik,
hiperkolesterolemia, diabetes, merokok, mengkonsumsi alkohol maupun gaya
hidup merupakan faktor risiko stroke yang dapat dikontrol (Fagan & Hess, 2005;
Hawkins & Rahn, 2005; Samsudin, 2009).
Stroke merupakan salah satu komplikasi yang muncul pada pasien
hiperglikemia. Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan kadar glukosa
darah puasa di atas kadar normal yaitu 100 mg/dL (Anonim, 2005; Triplitt,
Reasner, & Isley, 2005; Wibowo & Gofir, 2001).
Hiperglikemia dihubungkan dengan outcome yang jelek pada pasien
dengan riwayat diabetes yang sudah maupun belum diketahui yang menjalani
pengobatan karena mengalami infark miokard, gagal jantung kongestif, dan
-
3
stroke. Semakin tinggi kadar glukosa darah maka semakin tinggi risiko terjadinya
stroke. Pasien diabetes memiliki peningkatan risiko 2-3 kali terkena stroke
dibandingkan dengan pasien non diabetes (Matz, Keresztes, Tatschl, Nowotny,
Dachenhausen, Brainin et al., 2006, Ousman, 2002).
Hiperglikemia dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya komplikasi
perdarahan pada pasien stroke iskemik. Jika kadar glukosa darah >200 mg/dL
(11.1 mmol/L) kemungkinan mengalami perdarahan sebesar 25%. Hiperglikemia
pada pasien diabetes mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak
yang berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan
menimbulkan aterosklerosis dan menghambat aliran darah ke otak yang pada
akhirnya akan menyebabkan kematian sel-sel otak dan mengakibatkan stroke
(Budiarto, 2009; Robert, 2002).
Berdasarkan uraian data di atas, identifikasi faktor risiko merupakan hal
yang penting untuk pencegahan stroke. Kadar glukosa dalam darah yang
terkontrol dapat menurunkan risiko seseorang terserang stroke. Pencegahan stroke
lebih penting daripada mengobatinya. Pemahaman terhadap faktor-faktor risiko
stroke akan sangat membantu dalam tindakan pencegahan yang efektif, salah satu
caranya adalah dengan pemberian edukasi yang berguna untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai profil kadar glukosa darah sebagai faktor risiko terjadinya
stroke dan edukasi tentang pola hidup sehat sehingga dapat mencegah terjadinya
stroke. Pemberian edukasi berupa ceramah yang dikombinasikan dengan edukasi
secara personal diperlukan dalam penelitian ini mengingat subjek penelitian
adalah lansia yang kemungkinan kemampuan menerima dan mengingat informasi
-
4
sudah menurun. Edukasi secara personal dapat memberikan pemahaman yang
lebih mendalam serta mengingatkan subjek penelitian terkait dengan stroke dan
pencegahannya, sehingga dapat mempengaruhi tindakan subjek uji untuk menjaga
kesehatannya.
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan
Posyandu Lansia Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati,
Kabupaten Sleman. Pemilihan posyandu lansia Srikandi dikarenakan adanya
pendampingan yang telah dilakukan oleh fakultas Farmasi USD, dan anggota
posyandu lansia ini cukup aktif serta mempunyai motivasi yang tinggi untuk
mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas
hidup, sedangkan Posyandu Buah Apel dipilih karena letak demografinya yang
berdekatan dengan Dusun Burikan, diharapkan ada kemiripan pada keduanya.
1. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang muncul:
a. Seperti apakah profil karakteristik populasi lansia terkait faktor risiko
stroke?
b. Apakah ada pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan
dengan edukasi secara personal terhadap perubahan profil kadar glukosa
darah puasa yang merupakan salah satu faktor risiko penyebab stroke pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada populasi di Posyandu
Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Lansia Buah Apel, Dusun
Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, DIY?
-
5
c. Apakah ada pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan
dengan edukasi secara personal pada kelompok perlakuan dibandingkan
dengan kelompok kontrol pada pengukuran akhir?
2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan, terdapat beberapa penelitian
terkait dengan edukasi, hiperglikemia, dan stroke. Penelitian tersebut antara lain:
a. Hyperglycemia and Compositional Lipoprotein Abnormalities as
Predictors of Cardiovascular Mortality in Type 2 Diabetes: a 15-Years
Follow-up from the Time of Diagnosis oleh Niskanen L., Turpeinen A.,
Pentilla I., dan Uusitupa M.I., (1998)
b. Epidemyology of Hyperglycemia in Elderly Persons oleh Lai, S.W., Tan,
C.K., dan Ng, K.C., (2000)
c. Implementing a Community Education Program on Stroke for Health Care
Providers and Consumers oleh Richardson-nassif, Swartz, dan Reardon,
(2002)
d. Pengaruh Pemberian Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Terhadap
Perilaku Masyarakat Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta
(Kajian Kadar Gula Darah Puasa) oleh Anggraini, (2008)
e. 10 Years Follow-up Intensive Glucose Controle in Type 2 Diabetes oleh
Holman, R.R., Paul, S.K., Bethel, M.A., Matthews, D.R., Neil, H.A.W.,
(2008)
-
6
f. Is There Coincidence Between Impaired Glucose Tolerance and Silent
Myocardial Ischemia?, Wierzgon, M.M., Zajdel, E.N., Kokot, T.,
Sadowskiz, T., (2008).
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian di atas karena
penelitian mengenai pengaruh pemberian edukasi terhadap faktor risiko stroke,
khususnya profil kadar glukosa darah puasa pada populasi lansia yang dilakukan
di Yogyakarta belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat teoritis
Meningkatnya pengetahuan masyarakat khususnya mengenai penyakit
stroke dan pencegahannya sehingga dapat meningkatkan usia harapan
hidup dengan kesehatan yang baik.
b. Manfaat praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai ada tidaknya
peningkatan kadar glukosa darah puasa sebagai faktor risiko terjadinya
stroke.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan
dengan edukasi secara personal pada populasi Posyandu Lansia Srikandi di
Dusun Burikan dan Posyandu Lansia Buah Apel di Dusun Keboan,
-
7
Yogyakarta terkait dengan kadar glukosa darah puasa sebagai faktor risiko
stroke.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui profil karakteristik populasi lansia terkait dengan faktor risiko
stroke.
b. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan
dengan edukasi secara personal terhadap perubahan profil kadar glukosa
darah puasa yang merupakan salah satu faktor risiko penyebab stroke pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada populasi Posyandu
Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Lansia Buah Apel, Dusun
Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, DIY.
c. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pemberian edukasi berupa
ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal pada kelompok
perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol pada pengukuran akhir.
-
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Stroke
1. Definisi
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak
dengan tanda klinis fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau
dapat menimbulkan kematian yang disebabkan karena gangguan peredaran darah
otak. Termasuk di sini adalah perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral,
dan infark serebri. Tidak termasuk di sini adalah gangguan peredaran darah
sepintas, tumor otak, infeksi, atau sekunder oleh karena trauma (WHO, 1997).
2. Patofisiologi
Patofisiologi stroke dibedakan menurut jenis stroke, yaitu:
a. Stroke Iskemik
Stroke iskemik mempunyai berbagai etiologi, tetapi pada prinsipnya
disebabkan oleh aterotrombosis atau emboli, yang masing-masing akan
mengganggu atau memutuskan aliran darah otak atau cerebral blood flow (CBF).
Nilai normal CBF adalah 50-60 ml/100mg/menit. Iskemik terjadi jika CBF
-
9
Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam
darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri karotis dan arteri
vertebralis beserta percabangannya juga bisa tersumbat karena adanya bekuan
darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya.
Stroke semacam ini disebut emboli serebral. Emboli lemak terbentuk jika lemak
dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya
bergabung di dalam satu arteri (Fatimah, 2009).
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik sering disebut juga stroke perdarahan. Pendarahan
disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak, darah keluar ke jaringan
parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi
keduanya. Darah membanjiri area otak, akibatnya otak pun rusak karena
tumpukan darah dan kekurangan suplai oksigen dan nutrisi. Stroke hemoragik
meliputi pendarahan di dalam otak (intracerebral hemorrhage) dan pendarahan di
antara bagian dalam dan luar lapisan pada bagian dalam dan luar pada jaringan
yang melindungi otak (subarachnoid hemorrhage) (Fatimah, 2009; Israr, 2008).
Gambar 1. Perbedaan stroke iskemik dan stroke hemoragik (Anonim, 2009a)
-
10
3. Faktor risiko
Faktor risiko stroke dibagi menjadi dua, yaitu yang tidak dapat
dimodifikasi dan dapat dimodifikasi (Fatimah, 2009).
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
1) Umur
Semakin tua seseorang, maka risiko terserang stroke akan semakin tinggi
karena proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alami. Pada orang
lanjut usia, fungsi sistem pembuluh darah semakin menurun, pembuluh
darah lebih kaku karena adanya plak (Fatimah, 2009; Iskandar, 2004).
2) Jenis kelamin
Stroke lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Hal ini
terkait dengan gaya hidup. Laki-laki cenderung lebih banyak merokok
dibandingkan perempuan, namun pada usia 3544 tahun dan diatas 85
tahun, stroke lebih banyak menyerang perempuan (Anonim, 2009b;
Fatimah, 2009).
3) Faktor keturunan atau genetik
Adanya riwayat stroke pada orang tua menaikkan faktor risiko stroke.
Orang dengan riwayat stroke pada keluarga, memiliki risiko lebih besar
untuk terkena stroke dibanding orang tanpa riwayat stroke pada keluarga
(Anonim, 2009b; Fatimah, 2009).
-
11
4) Ras atau etnik
Orang kulit hitam memiliki risiko lebih tinggi terserang stroke
dibandingkan orang kulit putih (Kittner, White, Losonczy, Wolf, & Hebel,
1990).
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
1) Hipertensi
Makin tinggi tekanan darah maka makin tinggi kemungkinan terjadinya
stroke. Pada kasus hipertensi, dapat terjadi gangguan aliran darah tubuh
dimana diameter pembuluh darah kelak akan mengecil sehingga darah
yang mengalir ke otak pun akan berkurang. Berkurangnya aliran darah
otak akan menyebabkan otak kekurangan suplai oksigen dan glukosa
(hipoksia), jika suplai berkurang secara terus menerus maka jaringan otak
akan mengalami kematian (Anonim, 2009b; Fatimah, 2009).
2) Penyakit jantung
Penyakit jantung seperti jantung koroner dan infark miokard (kematian
otot jantung) bisa menjadi faktor terbesar terjadinya stroke. Jika jantung
mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh akan mengalami
gangguan, termasuk aliran darah yang menuju otak. Gangguan aliran itu
bisa mematikan jaringan otak secara mendadak ataupun bertahap
(Fatimah, 2009).
3) Diabetes mellitus
Penderita diabetes cenderung menderita aterosklerosis dan meningkatkan
terjadinya hipertensi, kegemukan dan kenaikan lemak darah. Kombinasi
-
12
hipertensi dan diabetes berpotensi meningkatkan terjadinya komplikasi
diabetes termasuk stroke (Anonim, 2009b).
4) Hiperkolesterolemia
Angka stroke meningkat pada pasien dengan kadar kolesterol di atas 240
mg%. Setiap kenaikan 38,7 mg% menaikkan angka stroke 25%,
sedangkan kenaikan High Density Lipoprotein (HDL) 1 mmol (38,7 mg%)
menurunkan terjadinya stroke sebanyak 47%. Kenaikan Low Density
Lipoprotein (LDL) akan menyebabkan terbentuknya plak atau kerak pada
pembuluh darah, yang lama-lama akan semakin banyak dan menumpuk
sehingga mengganggu aliran darah. Demikian juga kenaikan trigliserida
menaikkan jumlah terjadinya stroke (Anonim, 2009b; Fatimah, 2009).
5) Obesitas
Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
stroke. Hal tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol
dalam darah pada orang obesitas, dimana biasanya perbandingan kadar
LDL lebih tinggi daripada HDL (Fatimah, 2009).
6) Merokok
Merokok merupakan faktor risiko terjadinya stroke. Orang yang merokok
memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibanding orang yang
tidak merokok. Peningkatan fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya
penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan
kaku dengan demikian dapat menyebabkan gangguan aliran darah
(Anonim, 2009b; Fatimah, 2009).
-
13
4. Tanda dan gejala
Gejala yang sering muncul pada penderita stroke antara lain merasa lemah
di salah satu sisi tubuh, gangguan berbicara, gangguan penglihatan, gangguan
penciuman, vertigo, rasa kesemutan satu sisi tubuh, mulut miring ke kiri atau ke
kanan, dan hilang keseimbangan (Fatimah, 2009; Triplitt et al., 2005).
Gejala stroke non-hemoragik terbagi dalam 4 bagian besar. Pertama, TIA
(Transient Ischemic Attack) atau serangan iskemik mendadak, yaitu gejala
neurologik yang menghilang kurang dari 24 jam. Penyebab TIA adalah serpihan
kecil dari endapan lemak dan kalsium pada dinding pembuluh darah (ateroma)
yang lepas, mengikuti aliran darah dan menyumbat pembuluh darah kecil yang
menuju otak, sehingga untuk sementara waktu menyumbat pembuluh darah ke
otak. Kedua, RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit) atau gejala
neurologik yang hilang dalam waktu 24 jam hingga tujuh hari. Ketiga, stroke in
evolution, yaitu gejala neurologik yang makin lama makin berat, dan yang terakhir
adalah complete stroke atau gejala neurologik yang menetap (Fatimah, 2009).
Tanda-tanda stroke non-hemoragik yaitu biasanya stroke terjadi secara
bertahap atau tidak mendadak, terjadi pada saat penderita sedang beristirahat,
tidak dijumpai adanya kejang, tidak ada muntah, tidak disertai dengan penurunan
kesadaran atau penurunan kesadaran dalam derajat yang minimal. Tanda-tanda
stroke hemoragik yaitu terjadi secara mendadak biasanya pada saat penderita
sedang melakukan aktivitas, seketika penderita kehilangan kesadaran, bisa terjadi
muntah, kejang, bila lokasi perdarahan di lobus frontalis otak maka terjadi
-
14
kelumpuhan orang yang berlawanan dengan lokasi perdarahan, adanya nyeri
kepala yang hebat dan gangguan penglihatan (Fatimah, 2009).
B. Glukosa
1. Definisi
Glukosa merupakan senyawa karbon, hidrat, dan oksigen dengan rumus
molekul C6H12O6. Senyawa ini pernah disangka hidrat dari karbon sehingga
disebut karbohidrat. Dalam tahun 1880-an disadari bahwa gagasan hidrat dari
karbon itu salah (Fessenden & Fessenden, 1999).
Karbohidrat merupakan komponen diet yang penting. Karbohidrat
merupakan zat kimia yang terdapat dalam berbagai bentuk, antara lain gula
sederhana atau monosakarida, disakarida dan polisakarida. Karbohidrat yang
sudah ditelan akan dicerna menjadi monosakarida dan diabsorpsi, terutama dalam
duodenum dan jejenum proksimal. Sesudah diabsorpsi kadar glukosa darah akan
meningkat sementara waktu dan akhirnya akan kembali lagi pada batas dasarnya.
Jaringan perifer otot-otot dan adiposit mempergunakan glukosa sebagai sumber
energi mereka. Jaringan ini ikut berperanan dalam mempertahankan kadar glukosa
darah (Price & Wilson, 2003).
2. Metabolisme glukosa dalam tubuh
a. Glikolisis
Satu molekul glukosa diubah menjadi dua molekul piruvat melalui jalur
glikolisis. Ada tiga jalur utama metabolisme piruvat. Pertama, dalam kondisi
aerob, piruvat dioksidasi menjadi asetil dalam bentuk asetil CoA, yang kemudian
dapat dioksidasi dalam siklus asam sitrat. Glikolisis menghasilkan ATP dalam
-
15
jumlah terbatas, kebanyakan ATP dihasilkan melaui siklus asam sitrat. Kedua,
glukosa difermentasi menjadi ethanol oleh mikroorganisme tertentu dalam kondisi
anaerob. Ketiga, glukosa mengalami glikolisis anaerobik menjadi laktat dalam sel-
sel tertentu (Moran, Scrimgeor, & Rawn 1994).
Jalur glikolisis adalah reaksi yang dikatalisasi oleh enzim-enzim yang
berada di sitosol, dimana glukosa diubah menjadi piruvat. Pengubahan satu
molekul glukosa menjadi dua molekul piruvat disertai dengan pengubahan dua
molekul ADP menjadi ATP. Jalur glikolosis ini ditemukan pada semua sel, pada
beberapa sel hanya jalur pembentukan ATP (Moran et al., 1994).
b. Siklus asam sitrat
Siklus asam sitrat adalah jalur dimana asetat dioksidasi oleh separuh asetil
CoA menjadi karbondioksida dan air (Moran et al., 1994).
c. Glukoneogenesis
Glukoneogenesis adalah proses mengubah prekusor nonkarbohidrat
menjadi glukosa atau glikogen. Substrat utamanya adalah asam-asam amino
glukogenik, laktat, gliserol, dan propionat. Hati dan ginjal adalah jaringan
glukoneogenik utama. Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan glukosa tubuh jika
karbohidrat dari makanan atau cadangan glokogen kurang memadai. Pasokan
glukosa merupakan hal yang esensial terutama bagi system saraf dan eritrosit.
Kegagalan glukoneogenesis biasanya bersifat fatal. Hipoglikemia menyebabkan
disfungsi otak yang dapat menyebabkan koma dan kematian. Glukosa juga
penting dalam mempertahankan kadar zat-zat antara siklus asam sitrat meskipun
-
16
asam lemak adalah sumber utama asetil-KoA di jaringan (Murray, Granner, &
Rodwel, 2006).
3. Mekanisme pengaturan glukosa darah
Insulin adalah hormon berfungsi mengontrol kadar glukosa dalam darah.
Hormon ini membawa glukosa dari darah ke dalam sel. Di dalam sel glukosa
diubah menjadi energi, yang segera digunakan atau disimpan sampai dibutuhkan.
Pada saat makan, karbohidrat yang dikonsumsi meningkatkan konsentrasi glukosa
plasma dan merangsang insulin lepas dari sel pankreas, hingga terjadi
hiperinsulinemia. Akibat hiperinsulinemia dapat menekan produksi glukosa hepar
dan merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan sekitar. Pada keadaan normal,
kadar glukosa darah dapat terkontrol. Jika tubuh tidak memproduksi cukup
insulin, maka kadar glukosa darah akan tinggi dan mengakibatkan timbulnya
gejala komplikasi diabetes mellitus (Beers, 2004; Triplitt et al., 2005).
C. Hiperglikemia
1. Definisi
Kadar glukosa darah puasa normal adalah
-
17
a. Impaired Glucose Regulation (IGR)
Impaired Glucose Regulation (IGR) disebut juga pra-diabetes adalah
kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada diantara kadar normal dan
diabetes, lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak cukup tinggi untuk
dikategorikan ke dalam diabetes tipe 2. Kondisi pra-diabetes merupakan faktor
risiko untuk diabetes, serangan jantung dan stroke. Apabila tidak dikontrol dengan
baik, kondisi pra-diabetes dapat meningkat menjadi diabetes tipe 2 dalam kurun
waktu 5-10 tahun (Anonim, 2005). Ada dua tipe kondisi pra-diabetes:
1) Glukosa puasa terganggu (GPT)
Glukosa puasa terganggu atau impaired fasting glucose (IFG) yaitu
keadaan dimana kadar glukosa darah puasa seseorang 100-
-
18
karbohidrat, lemak, dan protein, yang diakibatkan dari kerusakan sekresi insulin,
sensitivitas insulin, maupun keduanya. Pada penderita diabetes dapat terjadi
komplikasi mikrovaskular, makrovaskular, dan neurophatik (Schwinghammer,
2009).
Dua tipe utama diabetes adalah tipe 1 yaitu insulin-dependent diabetes
mellitus (IDDM) dan tipe 2 yaitu non insulin-dependent diabetes mellitus
(NIDDM) (Triplitt et al., 2005). Klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan etiologi,
perjalanan ilmiah dan faktor risiko adalah sebagai berikut:
1) Diabetes Mellitus Tipe I
Diabetes mellitus tipe I disebabkan terjadi karena kerusakan pada sel
beta pankreas. Individu yang lebih muda khususnya, laju kerusakan sel beta
cenderung cepat dan diikuti dengan ketoasidosis, sedangkan orang dewasa
kadang memiliki cukup sekresi insulin untuk mengatasi ketoasidosis untuk
beberapa tahun, yang lebih dikenal sebagai Latent Autoimmune Diabetes in
Adult (LADA) (Triplitt et al., 2005).
2) Diabetes Mellitus Tipe II
Diabetes mellitus tipe II memiliki hubungan yang lebih erat terkait
faktor genetik dibandingkan dengan diabetes mellitus tipe I (Cantrill, 1999).
Bentuk diabetes ini memiliki karakteristik terjadi resistensi insulin dan
setidaknya pada awalnya, relatif terjadi penurunan sekresi insulin.
Kebanyakan individu dengan diabetes tipe II mengalami obesitas sentral,
dapat disertai hipertensi, dislipidemia (level trigliserida tinggi dan dan level
koleseterol HDL rendah), dan penurunan level inhibitor plasminogen
-
19
activator-1 (PAI-1). Ketidaknormalan ini menyebabkan peningkatan risiko
berkembangnya komplikasi makrovaskular pada pasien diabetes tipe II
(Triplitt et al., 2005).
a) Aksi normal insulin
Pada saat puasa, 75% total glukosa tubuh berada di jaringan yang
tidak tergantung insulin seperti otak, lien, dan jaringan gastroinstestinal,
sedangkan 25% sisanya, metabolisme glukosa berada di otot yang
tergantung insulin. Pada saat puasa, kira-kira 85% produksi glukosa
berasal dari hepar dan sisanya dihasilkan dari ginjal. Pada saat makan,
karbohidrat yang dikonsumsi meningkatkan konsentrasi glukosa plasma
dan merangsang insulin lepas dari sel pankreas, sehingga terjadi
hiperinsulinemia. Hiperinsulinemia dapat menekan produksi glukosa hepar
dan merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan sekitar. Pada keadaan
normal, kadar glukosa darah dapat terkontrol (Triplitt et al., 2005).
b) Sekresi insulin terganggu
Pankreas yang mempunyai fungsi normal sel mampu mengatur
sekresi insulin untuk memelihara toleransi glukosa normal. Pada orang
normal, insulin akan meningkat pada resistensi yang tinggi dan toleransi
glukosa normal (Triplitt et al., 2005).
3) Diabetes Mellitus pada kehamilan
Gestational diabetes mellitus (GDM) terbatas pada wanita hamil dan
gangguan toleransi glukosa terjadi pertama kali selama kehamilan. Apabila
-
20
sebelum hamil sudah mengalami diabetes mellitus maka tidak termasuk
kategori ini (Triplitt et al., 2005).
4) Diabetes Mellitus tipe spesifik lainnya
Salah satu diabetes mellitus spesifik yang lain adalah maturity onset
diabetes of youth (MODY) memiliki karakteristik terjadi melemahnya sekresi
insulin dengan resistensi insulin minimal atau tidak ada sama sekali. Secara
genetik tidak dapat mengubah proinsulin menjadi insulin sehingga
menyebabkan hiperglikemia ringan dan diturunkan dengan suatu pola
autosomal dominant (Triplitt et al., 2005).
3. Faktor risiko
Risiko seseorang mengalami hiperglikemia meningkat apabila berusia 45
tahun, memiliki riwayat penyakit diabetes dalam keluarga, mengalami berat badan
berlebih (overweight), memiliki riwayat diabetes gestasional, memiliki riwayat
penyakit kardiovaskular atau penanda lain sindrom metabolik. Semakin banyak
faktor risiko yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi risiko orang tersebut
mengalami pra-diabetes atau diabetes yang belum terdiagnosis. Menurut
American Diabetes Association, orang dengan usia 45 tahun dan mengalami
obesitas lebih banyak mengalami gangguan toleransi glukosa dibandingkan
dengan mereka yang tidak (Ramtoola, 2005).
4. Tanda dan gejala
Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita hiperglikemia mirip dengan
diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan
polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan
-
21
penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada
tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus),
dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (Anonim, 2005).
5. Kriteria penegakan diagnosis
Berdasarkan American Diabetes Association (ADA), seseorang
didiagnosis mengalami hiperglikemia apabila pada pengukuran kadar glukosa
darah puasa berada di atas kadar normal yaitu 100 mg/dL ADA (cit., Anonim,
2006; Depkes RI, 2005).
Tabel I.Kriteria penegakan diagnosis
Tes Klasifikasi Rentang kadar Glukosa plasma puasa Glukosa puasa normal
Glukosa Puasa Terganggu Diabetes mellitus
-
22
menyebabkan disfungsi endotel, sebuah langkah awal proses aterosklerosis
penyebab dari penyakit kardiovaskular (Anonim, 2009c).
a. Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes
tipe I. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi
(termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin
lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah
kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi
mikrovaskular, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati. Disamping
karena kondisi hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh
faktor genetik. Oleh sebab itu dapat terjadi dua orang yang memiliki kondisi
hiperglikemia yang sama, berbeda risiko komplikasi mikrovaskularnya
(Anonim, 2005).
b. Komplikasi makrovaskular
Komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada orang yang
mengalami hiperglikemia adalah penyakit jantung koroner (coronary heart
disease), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer
(peripheral vascular disease) (Anonim, 2005).
Hiperglikemia kronik menyebabkan disfungsi endotel melalui:
1) Glikosilasi non enzimatik dari protein dan makromolekul seperti DNA, yang
akan mengakibatkan perubahan sistem antigenik dari protein dan DNA. Hal
ini akan menyebabkan perubahan tekanan intravaskular akibat gangguan
keseimbangan Nitrat Oksida (NO) dan prostaglandin (Anonim, 2009c).
-
23
2) Overekspresi growh factors meningkatkan proliferasi sel endotel dan otot
polos pembuluh darah, sehingga terjadi neovaskularisasi (Anonim, 2009c).
3) Sel endotel sangat peka terhadap pengaruh stres oksidatif. Hiperglikemi dapat
meningkatkan tendensi untuk terjadinya stres oksidatif dan peningkatan
lipoprotein teroksidasi, terutama small dense LDL-cholesterol (oxidized LDL)
yang lebih bersifat aterogenik. Peningkatan kadar asam lemak bebas dari
keadaan hiperglikemia dapat meningkatkan oksidasi fosfolipid dan protein
(Anonim, 2009c).
4) Aktivasi koagulasi berulang dapat menyebabkan stimulasi yang berlebihan
dari sel endotel, sehingga akan terjadi disfungsi endotel (Anonim, 2009c).
Hiperglikemia juga dikaitkan dengan outcome yang jelek pada pasien
dengan riwayat diabetes yang sudah maupun belum diketahui yang menjalani
pengobatan karena mengalami infark miokard, gagal jantung kongestif, dan stroke
(Ousman, 2002).
7. Mekanisme hiperglikemia berkontribusi pada stroke iskemik
Mekanisme hiperglikemia akut terhadap terjadinya stroke belum diketahui
secara pasti. Hiperglikemia dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya komplikasi
perdarahan pada pasien stroke iskemik. Jika kadar glukosa darah >200 mg/dL
(11.1 mmol/L) kemungkinan mengalami perdarahan sebesar 25%. Selama
iskemia, terjadi glikolisis anaerobik pada lokasi tersebut yang mengakibatkan
terjadinya asidosis intrasel dalam waktu singkat. Orang dengan hiperglikemia akut
akan mengalami penurunan pH di area korteks serebral yang lebih berat
dibandingkan dengan yang lain. Bersama dengan penurunan pH terjadi juga
-
24
penimbunan asam laktat setempat, yang akan menambah kerusakan jaringan
neuron maupun glia (Budiarto, 2009).
Peningkatan insidensi hiperglikemia pada pasien stroke sebagian dapat
dijelaskan sebagai dasar peningkatan prevalensi diabetes mellitus di masyarakat.
Tingkat kadar glukosa darah juga diketahui meningkat pada 12 jam pertama
setelah serangan stroke akut. Terdapat hubungan antara tingkat kadar glukosa
darah dengan volume stroke dimana semakin tinggi kadar glukosa darah maka
semakin besar kemungkinan terserang stroke. Pasien stroke yang disertai
peningkatan kadar glukosa darah, apapun sebabnya, berpeluang lebih besar untuk
mengalami perburukan dari stroke-nya dibandingkan dengan pasien stroke tanpa
hiperglikemia (Budiarto, 2009; Mehta, 2003).
Beberapa postulat mengungkapkan kemungkinan terjadinya asidosis di
jaringan, gangguan metabolisme sel, penurunan reaktifitas serebrovaskular,
meningkatnya permeabilitas blood-brain barrier atau meningkatnya produksi
laktat di otak yang dapat meningkatkan kerusakan otak saat serangan stroke dan
mengalami hiperglikemia (Antonius & Silliman, 2005).
Hiperglikemia juga mempengaruhi asam amino eksitatorik, terutama
glutamat, yang berperan pada kematian sel karena mengaktivasi reseptor glutamat
post synaptic. Keadaan ini mengakibatkan pemasukan ion kalsium (calcium
influx) secara berlebihan lewat saluran ion, mengakibatkan kerusakan
mitokondria, dan akhirnya kematian sel. Akhirnya hiperglikemia menambah
terjadinya edema otak, merusak blood brain barrier dan transformasi infark
iskemik menjadi hemoragik. Pada binatang percobaan adanya hiperglikemia
-
25
meningkatkan kemungkinan terjadinya perubahan infark menjadi infark
hemoragik 5 kali lebih besar dan kemungkinan perluasan area perdarahan tersebut
25 kali lebih besar (Budiarto, 2009).
D. Pengelolaan Gaya Hidup
Dengan perubahan gaya hidup yang sesuai, perubahan dari hiperglikemia
menjadi diabetes dan menyebabkan berbagai komplikasi dapat dihambat atau
dicegah (Sinha, Fisch, Teague, Tamborlane, Banyas, & Allen, 2002).
1. Pengaturan Diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan
hiperglikemia. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi
baik yaitu karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak 20-25% (Anonim,
2005).
a. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut
dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal (Anonim, 2005).
b. Menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal. Penurunan berat
badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki
respons sel-sel terhadap stimulus glukosa. Penurunan 5% berat badan dapat
mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6%, dan setiap kilogram penurunan
berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup
(Anonim, 2005).
-
26
c. Membatasi konsumsi kolesterol tidak melebihi 300 mg per hari. Sumber
lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih
banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh (Anonim,
2005).
d. Masukan serat paling tidak 25 g per hari. Serat membantu menghambat
penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga
dapat membantu mengatasi rasa lapar tanpa risiko masukan kalori yang
berlebih. Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan
segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral (Anonim, 2005).
2. Olahraga
Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula
darah tetap normal. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE
(Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat
mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal, disesuaikan
dengan kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olahraga yang
disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain
sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit
per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara
5-10 menit. Olahraga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas
reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa
(Anonim, 2005).
-
27
3. Menghindari rokok dan alkohol
Merokok atau minum alkohol akan meningkatkan risiko stroke sampai
200%. Merokok bisa mengurangi elastisitas pembuluh darah sehingga
meningkatkan pengerasan pembuluh arteri, dan meningkatkan faktor pembekuan
darah yang memicu penyakit jantung dan stroke (Fatimah, 2009).
E. Edukasi
Edukasi dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau
materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai
perubahan perilaku (tujuan). Edukasi kesehatan sangat penting untuk menunjang
program-program kesehatan yang lain. Untuk memilih metode edukasi harus
memperhatikan subjek edukasi apakah itu merupakan individu, kelompok,
masyarakat/massa serta harus mempertimbangkan pendidikan formal. Cara belajar
insan aktif (CBIA) dan ceramah merupakan metode edukasi yang diberikan untuk
kelompok besar, lebih dari 15 orang, metode ini sesuai untuk sasaran/subjek yang
berpendidikan tinggi/rendah (Notoatmodjo, 2003).
Penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi pengetahuan,
sikap, dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan agar individu/kelompok/
masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak baik mendukung nilai
hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat (Pratomo,
1989).
Edukasi kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha menyampaikan
pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan cara
bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan
-
28
sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan.
Pendidikan atau penyuluhan kesehatan tersebut mengupayakan agar perilaku
individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Edukasi kesehatan dilaksanakan melalui
penyuluhan massa, kelompok atau interpersonal yang tujuan akhirnya adalah agar
individu, kelompok atau masyarakat berada dalam kondisi derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya (Notoatmodjo, 2003).
Bentuk pendekatan atau edukasi yang digunakan antara lain adalah:
1. Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara subjek penelitian dan peneliti lebih intensif.
Setiap masalah yang dihadapi subjek penelitian dapat diteliti oleh peneliti
sehingga dapat dibantu dalam penyelesaiannya. Pada akhirnya subjek
penelitian dapat menangkap dan menerimanya kemudian berdasarkan
kesadaran penuh pengertian dapat mengubah perilaku sehatnya (Notoatmodjo,
2003).
2. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.
Wawancara antara peneliti dengan subjek penelitian untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau
tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau
yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.
Apabila belum, maka perlu adanya penyuluhan yang lebih mendalam lagi
(Notoatmodjo, 2003).
-
29
3. Ceramah
Metode yang baik untuk subjek penelitian yang berpendidikan tinggi maupun
rendah dan untuk kelompok besar. Yang dimaksud kelompok besar di sini
apabila subjek penelitian lebih dari 15 orang (Notoatmodjo, 2003).
F. Landasan Teori
Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak
dengan tanda klinis fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau
dapat menimbulkan kematian yang disebabkan karena gangguan peredaran darah
otak (WHO, 1997).
Stroke merupakan salah satu komplikasi yang muncul pada pasien
hiperglikemia. Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan kadar glukosa
darah puasa di atas kadar normal yaitu 100 mg/dL (Anonim, 2005; Triplitt,
2005; Wibowo & Gofir, 2001.).
Hiperglikemia dikaitkan dengan outcome yang jelek pada pasien dengan
riwayat diabetes yang sudah maupun belum diketahui yang menjalani pengobatan
karena mengalami infark miokard, gagal jantung kongestif, dan stroke. Tingginya
kadar glukosa darah yang umumnya terjadi pada pasien diabetes mellitus
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Pasien diabetes memiliki
peningkatan risiko 2-3 kali terkena stroke dibandingkan dengan pasien non
diabetes (Matz et al., 2006; Ousman, 2002).
Hiperglikemia pada pasien diabetes mellitus mampu menebalkan dinding
pembuluh darah otak yang berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah
otak akan menimbulkan aterosklerosis dan menghambat aliran darah ke otak yang
-
30
pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel-sel otak dan mengakibatkan stroke
(Robert, 2002). Semakin tinggi kadar glukosa dalam darah, maka semakin besar
risiko terkena stroke.
Kadar glukosa dalam darah yang terkontrol dapat menurunkan risiko
seseorang terserang stroke. Dengan perubahan gaya hidup yang sesuai, perubahan
dari hiperglikemia menjadi diabetes dan menyebabkan berbagai komplikasi dapat
dihambat atau dicegah (Sinha et al., 2002).
Berdasarkan gambaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa mencegah
stroke lebih penting daripada mengobatinya. Pemahaman terhadap faktor-faktor
risiko stroke akan sangat membantu dalam tindakan pencegahan yang efektif,
salah satu caranya adalah dengan pemberian edukasi yang berguna untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai profil kadar glukosa darah sebagai faktor
risiko terjadinya stroke dan edukasi tentang pola hidup sehat sehingga dapat
mencegah terjadinya stroke.
G. Hipotesis
Pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi
secara personal dapat mempertahankan atau menurunkan profil glukosa darah
puasa yang merupakan faktor risiko penyebab stroke secara signifikan berada
dalam rentang nilai normal pada populasi Posyandu Lansia Srikandi dan
Posyandu Lansia Buah Apel, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten
Sleman, DIY.
-
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (Quasi-
Experimental research) dengan rancangan penelitian nonrandomized pretest-
posttest intervention with control group design. Penelitian eksperimental semu
digunakan karena tidak memungkinkan mengontrol semua hal yang berpengaruh
terhadap hasil penelitian (Pratiknya, 2001). Variabel luar yang tidak dapat
dikendalikan oleh peneliti adalah tindakan subjek penelitian. Peneliti juga tidak
bisa menjamin bahwa antara kelompok yang diberi perlakuan dan yang tidak
diberi perlakuan (kelompok kontrol) tidak saling berinteraksi. Perlakuan dalam
penelitian ini adalah pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan
edukasi secara personal.
Subjek penelitian diamati dua kali, yaitu sebelum dan sesudah pemberian
intervensi. Hasil dari kelompok perlakuan ini kemudian dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Secara keseluruhan akan diperoleh empat macam hasil
pengukuran, yaitu dua hasil pengukuran awal dan dua hasil pengukuran akhir.
Jenis penelitian eksperimental semu digunakan untuk melihat pengaruh
edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal
terhadap perubahan tindakan terkait faktor-faktor risiko stroke sehingga
menghasilkan penurunan profil kadar glukosa darah puasa pada lansia di Dusun
Burikan dan Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini
-
32
merupakan kombinasi antara penelitian laboratorium dan klinis dengan bidang
multidispliner meliputi Patologi Klinik, Farmasi Sosial, dan Farmasi Klinis.
Kelompok perlakuan
a b---------------------P
Kelompok kontrol
---------------------TPak bk
Gambar 2. Skema rancangan pretest-posttest intervention with control group design Keterangan: P : perlakuan berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara
personal TP : tanpa perlakuan a : pengukuran awal kadar glukosa darah puasa sebelum perlakuan ak : pengukuran awal kadar glukosa darah puasa pada kelompok kontrol tanpa
perlakuan b : pengukuran akhir kadar glukosa darah puasa setelah perlakuan bk : pengukuran akhir kadar glukosa darah puasa pada kelompok kontrol tanpa
perlakuan.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent): intervensi berupa ceramah yang dilanjutkan
dengan edukasi secara personal
2. Variabel tergantung (dependent): faktor risiko stroke yaitu profil kadar
glukosa darah puasa pada populasi Posyandu Lansia Srikandi, Dusun
Burikan dan Posyandu Lansia Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi,
Mlati, Sleman, DIY.
C. Definisi Operasional
1. Pemberian edukasi adalah suatu proses penyampaian materi melalui
pemberian ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal pada
populasi Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Lansia
-
33
Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, DIY yang
bertujuan mempertahankan atau menurunkan profil kadar glukosa darah
puasa berada dalam rentang nilai normal terkait pencegahan stroke.
2. Ceramah adalah suatu bentuk informasi lisan tentang stroke dan
pencegahannya yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan populasi
Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Lansia Buah Apel,
Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mati, Sleman, DIY.
3. Edukasi secara personal dilakukan dengan pemberian leaflet dan wawancara
mengenai tindakan yang dilakukan oleh subjek penelitian terkait pencegahan
stroke.
4. Leaflet adalah suatu bentuk informasi tertulis yang mencakup kajian tentang
stroke dan pencegahannya yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
populasi Posyandu Lansia Srikandi Dusun Burikan dan Posyandu Lansia
Buah Apel Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, DIY.
5. Profil karakteristik populasi lansia dalam penelitian ini adalah gambaran
subjek penelitian terkait dengan stroke yang meliputi umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, kebiasaan merokok, BMI (Body Mass Index), kadar
glukosa darah puasa.
6. Kadar glukosa darah adalah banyaknya glukosa yang terdapat dalam setiap
desi liter serum darah, dinyatakan dalam mg/dL.
7. Standar kadar glukosa darah puasa yang digunakan berpedoman pada
standar kadar glukosa darah puasa yang ditetapkan oleh American Diabetes
Association.
-
34
8. Puasa artinya tidak ada asupan makanan selama minimal 8 jam sebelum
dilakukan tes pengambilan sampel darah.
9. Usia dalam penelitian ini dibagi menjadi enam kelompok, yaitu usia 60-
65 tahun, 66-71 tahun, 72-77 tahun, 78-83 tahun, 84-89 tahun,
dan 90-95 tahun.
10. Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu tidak
sekolah, SMP, dan >SMP.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah lansia yang tergabung dalam
kelompok Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Lansia Buah
Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, DIY yang memenuhi
kriteria inklusi, bersedia diambil darahnya (inform consent), mengisi formulir data
penelitian, dan mengikuti ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara
personal oleh peneliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah laki-laki atau
perempuan berusia diatas 60 tahun yang aktif ikut kegiatan posyandu lansia.
Kriteria eksklusi yang digunakan adalah pernah mengalami stroke, penyakit gagal
ginjal, atau penyakit jantung.
Pada awal penelitian, subjek penelitian yang digunakan sebanyak 60
orang. Dari 60 orang tersebut dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya riwayat
penyakit. Subjek penelitian dengan riwayat penyakit hipertensi sebanyak 7 orang,
kelebihan kadar asam urat 3 orang, hipertensi dan kelebihan asam urat 3 orang,
reumatik 5 orang, dan tanpa riwayat penyakit 42 orang. Masing-masing jenis
riwayat penyakit diacak untuk dimasukkan dalam kelompok perlakuan dan
-
kontrol se
tanpa riwa
Pa
menjasi 29
diri karen
penelitian
Keteranga* penguku** penguk
P
Kecamata
dilakukan
Utama tela
P
dilakukan
ecara seimb
ayat penyak
ada akhir pe
9 orang. Ha
na takut unt
dapat dilih
Gamban: uran awal kuran akhir
Penelitian d
an Mlati, K
di Labora
ah memilik
Penelitian d
dari Bulan
K30 subj
Ko29 subj
bang. Hal y
kit.
enelitian, su
al ini diseba
tuk melakuk
at pada gam
ar 3. Skema p
E.
dilakukan di
Kabupaten
atorium Pra
i sertifikat I
F.
dilakukan pa
Juli-Oktob
Kontrol *jek penelitian
ontrol **jek penelitian
yang sama
ubjek peneli
abkan karen
kan pengam
mbar 3.
pembagian k
Tempat P
i Dusun Bu
Sleman,
amita Utam
ISO sehingg
Waktu Pe
ada bulan J
er 2009.
60 subjek p
n
n
dilakukan
itian pada k
a satu subje
mbilan dara
kelompok sub
Penelitian
urikan dan
Yogyakarta
ma, Yogyaka
ga hasil pen
enelitian
Juni-Oktobe
penelitian
30 s
30s
terhadap s
kelompok ko
ek penelitian
ah akhir. Pe
bjek penelitia
Keboan, D
a. Analisis
arta. Labor
nelitian dapa
er 2009. Pe
Perlakuan *subjek peneli
Perlakuan **subjek peneli
subjek pene
ontrol berku
n mengundu
embagian su
n
Desa Sumbe
s sampel
atorium Pr
at dipercaya
engambilan
*itian
*itian
35
elitian
urang
urkan
ubjek
eradi,
darah
amita
a.
n data
-
36
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulir data
penelitian dan data hasil laboratorium. Formulir data penelitian, berisi nama, jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan terakhir, kebiasaan merokok,
riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit, dan keaktifan mengikuti posyandu
lansia, diperoleh pada awal penelitian.
H. Tata Cara Penelitian
1. Penentuan subjek penelitian
Subjek penelitian ditentukan dengan teknik purposive sampling. Subjek
penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk
memperoleh satuan sampling yang yang memiliki karakteristik yang dikehendaki
(Setiawan, 2005). Peneliti terlebih dahulu menetapkan jumlah subjek penelitian
yang akan diteliti yang terdiri dari 30 lansia dari Posyandu Lansia Srikandi dan 30
lansia dari Posyandu Lansia Buah Apel. Setiap kelompok kemudian diundi untuk
dikelompokkan menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. Pembagian antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ditetapkan masing-masing kelompok
terdiri dari 15 lansia dari Posyandu Lansia Srikandi dan 15 lansia dari Posyandu
Lansia Buah Apel.
Pembagian ini juga melihat ada tidaknya riwayat penyakit, yaitu
hipertensi, asam urat, komplikasi asam urat dan hipertensi, rematik, dan tanpa
riwayat penyakit. Kelompok perlakuan dan kontrol terdiri dari lansia sehat dan
lansia dengan riwayat penyakit dalam jumlah yang seimbang untuk memperoleh
karakteristik yang sama.
-
37
Sampel minimal yang digunakan untuk penelitian eksperimental adalah 15
orang untuk setiap populasi (Hasan, 2002). Subjek penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 60 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 30
orang kelompok perlakuan dan 30 orang kelompok kontrol.
2. Pengurusan izin penelitian
Pengurusan izin penelitian dilakukan untuk memperoleh izin melakukan
penelitian pada populasi lansia yang tergabung dalam kelompok Posyandu Lansia
Srikandi, Dusun Burikan dan Buah Apel, Dusun Keboan, Sumberadi, Mlati,
Sleman, DIY. Proses pengurusan izin penelitian dimulai dengan memasukkan
permohonan izin dan proposal penelitian ke bagian perizinan Bupati Sleman c.q
BAPPEDA Sleman. Kemudian secara berurutan dilanjutkan ke Dinas Pol PP dan
Tibmas Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Bidang
Perencanaan SDM BAPPEDA Kabupaten Sleman, Puskesmas Mlati II,
Kecamatan Mlati, Kelurahan Sumberadi, serta Kepala Dusun Burikan dan
Keboan. Izin penelitian juga disampaikan kepada Komisi Etik Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk
memperoleh keterangan kelaikan etik (ethical clearance).
3. Penelusuran data populasi
Penelusuran data populasi dilakukan dengan melakukan penelusuran data
prevalensi stroke di Kabupaten Sleman yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman. Di bagian ini diperoleh data jumlah orang berusia di atas 60
tahun yang menderita stroke dan dirawat di puskesmas daerah Sleman sebanyak
214 orang dengan jumlah penduduk sampai pertengahan tahun 2008 di Kabupaten
-
38
Sleman sebanyak 938.694 orang. Penelusuran data populasi dilanjutkan ke
Kelurahan Sumberadi dan diperoleh 15 data dusun di Desa Sumberadi, dimana
masing-masing dusun memiliki satu posyandu lansia, namun tidak diperoleh data
mengenai jumlah populasi lansia pada tahun 2008 di setiap dusun.
Peneliti kemudian melakukan observasi ke posyandu lansia di dua dusun
yang paling dekat dengan Posyandu Lansia Srikandi Dusun Burikan, yaitu
Posyandu Lansia Buah Apel, Dusun Keboan dan Posyandu Lansia Dusun Warak.
Posyandu lansia yang memiliki karakteristik demografi hampir sama dengan
Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan adalah Posyandu Lansia Buah Apel,
Dusun Keboan dilihat dari tingkat sosial masyarakatnya. Data jumlah populasi
lansia pada tahun 2008 di setiap dusun ditelusuri melalui Kecamatan Mlati.
Berdasarkan data yang diberikan, jumlah populasi lansia yang ada di Desa
Sumberadi pada tahun 2008 berjumlah 1225 orang dari 6609 orang penduduk
Kecamatan Mlati, dimana jumlah penduduk lansia di Dusun Burikan berjumlah
91 orang dan Dusun Keboan berjumlah 70 orang.
4. Pembuatan leaflet
Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan
melalui lembaran yang dilipat (Notoatmojo, 1993). Leaflet berfungsi sebagai
media pemberian edukasi secara personal tentang pencegahan stroke kepada
subjek penelitian. Isi leaflet adalah hal-hal yang berkaitan dengan stroke, yaitu
definisi, akibat serta pencegahannya. Leaflet dibuat semenarik mungkin, jelas,
singkat, dan lengkap dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Leaflet
-
39
lebih banyak mencantumkan gambar karena subjek penelitian sudah berusia
lanjut, sehingga diharapkan lebih mudah dalam memahami isi leaflet.
5. Pelaksanaan intervensi
a. Penyebaran undangan untuk subjek penelitian
Undangan untuk pengambilan sampel darah disebarkan pada semua
subjek penelitian di Posyandu Lansia Srikandi dan Buah Apel yang telah
bersedia untuk mengikuti jalannya penelitian. Penyebaran undangan disertai
dengan pengisian formulir data penelitian. Undangan untuk mengikuti
ceramah hanya disebarkan kepada subjek penelitian di Posyandu Lansia
Srikandi dan Buah Apel yang tergabung dalam kelompok perlakuan.
Ceramah yang dilanjutkan dengan penyerahan hasil pemeriksaan
laboratorium untuk kelompok perlakuan dilakukan pada tanggal 5 Agustus
2009. Undangan juga diberikan pada kelompok kontrol untuk mengambil
hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 4 Agustus
2009. Hal ini untuk menghindari interaksi antara kelompok perlakuan dan
kontrol agar kelompok kontrol tidak mengetahui intervensi berupa ceramah
yang diberikan pada kelompok perlakuan.
Sebelum dilakukan pengukuran awal maupun akhir, subjek
penelitian dipuasakan selama minimal 8 jam, artinya tidak ada masukan
makanan maupun minuman kecuali air putih selama 8 jam terakhir sampai
waktu pengambilan darah. Untuk meminimalkan kelalaian subjek penelitian
melakukan puasa maka 1-2 hari sebelum pengambilan dan pengukuran
sampel darah, peneliti beserta kader posyandu setempat mengunjungi subjek
-
40
penelitian secara personal untuk mengingatkan subjek penelitian melakukan
puasa. Pengukuran awal pengambilan sampel darah dilakukan pada tanggal
31 Juli 2009. Pengukuran akhir pengambilan sampel darah dilakukan pada
tanggal 2 Oktober 2009. Pengambilan hasil pemeriksaan laboratorium untuk
kedua kelompok dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2009.
b. Pengambilan sampel darah pada pengukuran awal
Pengambilan sampel darah pada pengukuran akhir dilakukan pada
kelompok perlakuan dan kontrol oleh petugas dari Laboratorium Pramita
Utama.
c. Pelaksanaan ceramah, edukasi secara personal, dan pemberian leaflet
Pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi
secara personal dilakukan pada kelompok perlakuan untuk memberikan
pengetahuan tentang stroke dan pencegahannya, sehingga dapat
mempengaruhi tindakan subjek penelitian untuk menjaga kesehatannya.
Pemberian ceramah dilakukan 5 hari setelah pengambilan darah tahap
pertama. Ceramah diberikan oleh dokter dari Laboratorium Pramita. Dalam
acara ini terjadi interaksi berupa tanya jawab antara dokter sebagai
narasumber dan subjek penelitian. Ceramah dikemas dalam waktu satu jam
dengan bahasa pengantar adalah Bahasa Jawa. Bahasa pengantar yang
digunakan adalah Bahasa Jawa karena subjek penelitian kurang memahami
Bahasa Indonesia. Edukasi secara personal dilakukan setiap dua minggu
sekali dari rumah ke rumah selama dua bulan. Alasan dilakukan edukasi
secara personal karena peneliti kesulitan untuk mengumpulkan subjek
-
41
penelitian menjadi satu, mengingat masing-masing subjek penelitian
memiliki kesibukan yang berbeda. Edukasi secara personal dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam serta mengingatkan subjek
penelitian terkait dengan stroke dan pencegahannya, sehingga dapat
mempengaruhi tindakan subjek uji untuk menjaga kesehatannya. Leaflet
diberikan saat pertama kali dilakukan edukasi secara personal agar
penyampaian informasi lebih efektif.
d. Pengambilan sampel da