pengaruh pemberian edukasi terhadap … · mekanisme hiperglikemia berkontribusi pada stroke...

of 141 /141
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP FAKTOR RISIKO TERJADINYA STROKE PADA POPULASI POSYANDU LANSIA SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU LANSIA BUAH APEL, DUSUN KEBOAN, DESA SUMBERADI, MLATI, SLEMAN, DIY (Kajian Profil Kadar Glukosa Darah Puasa) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Stefani Santi Widhiastuti NIM : 068114025 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

Author: vobao

Post on 27-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP FAKTOR RISIKO

    TERJADINYA STROKE PADA POPULASI POSYANDU LANSIA

    SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU LANSIA BUAH APEL,

    DUSUN KEBOAN, DESA SUMBERADI, MLATI, SLEMAN, DIY

    (Kajian Profil Kadar Glukosa Darah Puasa)

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

    Program Studi Ilmu Farmasi

    Oleh :

    Stefani Santi Widhiastuti

    NIM : 068114025

    FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA 2009

  • ii

    PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP FAKTOR RISIKO

    TERJADINYA STROKE PADA POPULASI POSYANDU LANSIA

    SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU LANSIA BUAH APEL,

    DUSUN KEBOAN, DESA SUMBERADI, MLATI, SLEMAN, DIY

    (Kajian Profil Kadar Glukosa Darah Puasa)

    HALAMAN JUDUL SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

    Program Studi Ilmu Farmasi

    Oleh :

    Stefani Santi Widhiastuti

    NIM : 068114025

    FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA 2009

  • iii

    THE EFFECT OF EDUCATION FOR RISK FACTOR OF STROKE IN

    POPULATION OF POSYANDU LANSIA SRIKANDI, DUSUN BURIKAN

    AND POSYANDU LANSIA BUAH APEL, DUSUN KEBOAN,

    DESA SUMBERADI, MLATI, SLEMAN, DIY

    (Concerning about Fasting Blood Glucose Level)

    HALAMAN JUDUL (INGGRIS) SKRIPSI

    Presented as partitial fulfilment of the requirement To obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)

    In Faculty of Pharmacy

    By :

    Stefani Santi Widhiastuti

    NIM : 068114025

    FACULTY OF PHARMACY SANATA DHARMA UNIVERSITY

    YOGYAKARTA 2009

  • iv

    PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP FAKTOR RISIKO

    TERJADINYA STROKE PADA POPULASI POSYANDU LANSIA

    SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU LANSIA BUAH APEL,

    DUSUN KEBOAN, DESA SUMBERADI, MLATI, SLEMAN, DIY

    (Kajian Profil Kadar Glukosa Darah Puasa)

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

    SKRIPSI

    Yang diajukan oleh :

    Stefani Santi Widhiastuti

    NIM : 068114025

    telah disetujui oleh

  • v

    Pengesahan Skripsi Berjudul

    HALAMANPA

    HALAMAN PERSEMBAHAN

  • vi

    Ketika semua terlelap dalam tidurnya, Aku terjaga dalam mimpiku

    Impian yang kini kutuangkankan dalam tulisan

    Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.

    -Arai-

    I dedicate it to Jesus Christ, Eyang, Papa Mama, Kakak, Mbak Ika,

    PapaMamaRara, and Chris

    Thanks for every love and prayers.

    Never stop dreaming.

    (tengah malam di bulan November)

  • vii

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

    PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

    Nama : Stefani Santi Widhiastuti

    Nomor mahasiswa : 068114025

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

    Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Faktor Risiko Stroke Pada

    Populasi Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan Dan Posyandu Lansia

    Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, DIY (Kajian

    Profil Kadar Glukosa Darah Puasa) beserta perangkat yang diperlukan (bila

    ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

    Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkandalam bentuk media lain,

    mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

    mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

    tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

    selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

    Yogyakarta, 28 Desember 2009

    Yang menyatakan

    Stefani Santi Widhiastuti

  • viii

    PRAKATA

    Segala pujian dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yesus

    Kristus karena hanya dengan anugerah, berkat, kasih, dan pertolongan-Nya,

    penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul

    Pengaruh Pemberian Edukasi terhadap Faktor Risiko Terjadinya Stroke pada

    Populasi Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Lansia Buah

    Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, DIY. Skripsi ini disusun

    guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu

    Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).

    Terselesaikannya penulisan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan

    berbagai pihak yang telah membantu penulis, oleh karena itu, penulis

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberi berkat, rahmat,

    dan anugrah, serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

    dan penyusunan skripsi ini hingga selesai.

    2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta dan dosen penguji skripsi.

    3. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

    petunjuk, saran, arahan, dan bimbingan kepada penulis dalam proses

    penyusunan skripsi ini.

    4. Maria Wisnu Donowati M.Si, Apt. selaku dosen penguji skripsi yang telah

    memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

  • ix

    5. Ipang Djunarko, S.Si, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan

    masukan dan saran.

    6. dr. Arina Ismah Afiati yang telah memberikan ceramah, petunjuk, dan

    masukan yang berguna dalam proses penyusunan skripsi.

    7. Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si. yang telah memberikan

    petunjuk dan bimbingan mengenai statistik untuk pengolahan data.

    8. Mas Narto dan Mas Dwi yang selalu meluangkan waktunya untuk membantu

    dalam membuatkan surat pengantar untuk melakukan penelitian serta

    memintakan tanda tangan Dekan untuk keperluan surat menyurat dan

    sertifikat.

    9. Kepala Dusun, kader, serta seluruh lansia Posyandu Lansia Srikandi di Dusun

    Burikan dan Posyandu Lansia Buah Apel di Dusun Keboan yang telah banyak

    membantu dalam terselenggaranya penelitian ini.

    10. Mas Sugeng dan Mas Iwan, fotokopian Shinta atas persahabatannya selama

    hampir 4 tahun ini. Terima kasih sudah menyediakan tempat sebagai

    basecamp penulis dan teman-teman.

    11. Keluargaku tercinta: Eyang putri, Papa, Mama, Kakak, mas Wahyu, mbak Ika,

    Teti, dan keponakanku tersayang Kirana, atas kasih sayang, perhatian,

    dukungan, motivasi, doa, dan segala pernyertaanya serta segala sesuatunya

    yang tidak dapat diuraikan satu-persatu.

    12. Teman-teman seperjuangan: Adi, Dissa, Dotie, Vica, dan Anna. Terima kasih

    telah bersama-sama melalui segala sesuatu dengan kebersamaan, suka duka,

  • x

    dan canda tawa dalam proses berjalannya penelitian dan penyusunan skripsi

    ini. Akhirnya kita bisa menyelesaikannya.

    13. Christ, Robby, Adit, Boim, Nee, LuLu, Mas Ari, Mas Anzo, Mas Veda,

    Ajeng, mbak Meyka, Sifa dan Deni.

    14. Seluruh teman-teman farmasi, khususnya kelas A angkatan 2006 dan

    temanteman FKK angkatan 2006, atas kebersamaan berbagi keceriaan dan

    tumbuh bersama dalam satu farmasi.

    15. Para sahabat: Mewry, Lilis, Lulu, Sinta, Reno, dan Atha atas semangat yang

    selalu diberikan kepada penulis dan juga persahabatan yang telah dijalin

    selama ini.

    16. Mas Rizal dan mas Yora, atas kebersamaan yang pernah terjalin yang

    membuat penulis semakin dewasa.

    17. Stephanus Christiono Eka Putra, untuk semua keceriaan, masukan dan

    dukungan yang memotivasi penulis dalam menjalani proses pendewasaan diri

    selama menjalani perkuliahan.

    18. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini yang

    tidak dapat disebutkan satu-per satu.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

    dan kelemahan karena keterbatasan pikiran, tenaga, dan waktu penulis. Untuk itu

    penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir

    kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua.

    Penulis

  • xi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini, tidak

    memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

    kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.

    Yogyakarta, 31 Oktober 2009

    Penulis

    Stefani Santi Widhiastuti

  • xii

    INTISARI

    Stroke merupakan penyebab kematian ke dua di dunia dan penyebab utama kecacatan, sehingga diperlukan edukasi sebagai usaha primer untuk mencegah terjadinya stroke, khususnya terkait kadar glukosa darah puasa sebagai salah satu faktor risiko stroke.

    Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian edukasi terhadap profil kadar glukosa darah puasa populasi di Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Lansia Buah Apel, Dusun Keboan, Yogyakarta. Jenis penelitian quasi eksperimental dengan desain nonrandomized pretest-postest intervention with control group. Kriteria inklusi laki-laki dan perempuan berusia >60 tahun, aktif kegiatan posyandu lansia, belum pernah mengalami penyakit stroke, ginjal atau jantung kongestif. Analisis statistik menggunakan uji beda Paired T-Test untuk data yang terdistribusi normal dan Wilcoxon untuk data yang terdistribusi tidak normal dalam satu kelompok, Two Sample Independent T-Test untuk data yang terdistribusi normal dan Mann-Whitney Test untuk data yang terdistribusi tidak normal untuk kelompok berbeda, taraf kepercayaan 95%.

    Hasil penelitian pada pengukuran akhir terjadi peningkatan selisih rerata kadar glukosa darah puasa kelompok perlakuan 0,1 mg/dL dan penurunan 1,43 mg/dL pada kelompok kontrol, hasil uji statistik menunjukkan keduanya berbeda tidak bermakna. Uji statistik pengukuran akhir kelompok perlakuan dan kontrol menunjukkan perbedaan tidak signifikan (p=0,33), sehingga pemberian edukasi tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap profil kadar glukosa darah puasa sebagai salah satu faktor risiko stroke. Kata kunci : stroke, lansia, edukasi, kadar glukosa darah puasa

  • xiii

    ABSTRACT

    Stroke is the second significant cause of mortality in the world and main cause of physical defect, thus there must be education as primary effort to avoid its existence, especially related to the amount of fasting blood glucose as one of the stroke risk factors.

    This research was aimed to investigate the effect of education giving toward the profile of the fasting blood glucose level of the population in Posyandu Lansia Srikandi, Burikan region and Posyandu Lansia Buah Apel, Keboan region, Yogyakarta. This research was a pure experimental quasi with nonrandomized pretest-postest intervension with control group design. The inclusion criteria were those men and women more than 60 years old, active in participating elderly health care centre activities, never suffer from stroke, liver or congestive heart desease. The results were stastically analized using Paired T-test differential experiment (normal distributed data) and Wilcoxon (abnormal distributed data) in one group, Independent T-test (normal distributed data) and Mann-Whitney Test (abnormal distributed data) in a different group, with 95% confidence interval.

    The last measurement showed that there was 0,1 mg/dL ascend differential average of the fasting blood glucose level in the tested group and 1,43 mg/dL descend in controlled group, which is not significantly different. The last statistical test through the tested and controlled group showed there was no significant alteration (p=0,33). It can be concluded that education giving do not serve any significant effect toward the profile of fasting blood glucose level as one of stroke risk factors. Keywords: stroke, elderly, fasting blood glucose level

  • xiv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii

    PAGE TITLE .......................................................................................................... iii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v

    PRAKATA ........................................................................................................... viii

    INTISARI .............................................................................................................. xii

    ABSTRACT ........................................................................................................... xiii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xx

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xxi

    BAB I PENGANTAR ........................................................................................... 1

    A. Latar Belakang.........................................................................................1

    1. Perumusan masalah.........................................................................4

    2. Keaslian penelitian..........................................................................5

    3. Manfaat penelitian...........................................................................6

    B. Tujuan Penelitian.....................................................................................6

    1. Tujuan umum..................................................................................6

    2. Tujuan khusus.................................................................................7

  • xv

    BAB II PENELAAHAN PUSTAKA .................................................................. 8

    A. Stroke.......................................................................................................8

    1. Definisi............................................................................................8

    2. Patofisiologi....................................................................................8

    3. Faktor risiko..................................................................................10

    4. Tanda dan gejala...........................................................................13

    B. Glukosa..................................................................................................14

    1. Definisi..........................................................................................14

    2. Metabolisme glukosa dalam tubuh................................................14

    3. Mekanisme pengaturan glukosa darah..........................................16

    C. Hiperglikemia........................................................................................16

    1. Definisi..........................................................................................16

    2. Etiologi dan patofisiologi..............................................................16

    3. Faktor risiko..................................................................................20

    4. Tanda dan gejala...........................................................................20

    5. Kriteria penegakan diagnosis........................................................21

    6. Komplikasi....................................................................................21

    7. Mekanisme hiperglikemia berkontribusi pada stroke iskemik......23

    D. Pengelolaan Gaya Hidup.......................................................................25

    E. Edukasi..................................................................................................27

    F. Landasan Teori......................................................................................29

    G. Hipotesis................................................................................................30

  • xvi

    BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 31

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................................31

    B. Variabel Penelitian................................................................................32

    C. Definisi Operasional..............................................................................32

    D. Subjek Penelitian...................................................................................34

    E. Tempat Penelitian..................................................................................35

    F. Waktu Penelitian....................................................................................35

    G. Instrumen Penelitian..............................................................................36

    H. Tata Cara Penelitian...............................................................................36

    1. Penentuan subjek penelitian..........................................................36

    2. Pengurusan izin penelitian............................................................37

    3. Penelusuran data populasi.............................................................37

    4. Pembuatan leaflet..........................................................................38

    5. Pelaksanaan intervensi..................................................................39

    6. Pengambilan data..........................................................................41

    7. Analisis data..................................................................................42

    I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian.....................................................45

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 47

    A. Profil Karakteristik Populasi Lansia Terkait dengan Faktor Risiko

    Stroke.....................................................................................................47

    1. Usia...............................................................................................49

    2. Jenis Kelamin................................................................................50

  • xvii

    3. Tingkat Pendidikan.......................................................................52

    4. Kebiasaan Merokok......................................................................53

    5. Body Mass Index (BMI)................................................................56

    6. Kadar glukosa darah puasa............................................................58

    B. Pengaruh Pemberian Edukasi Berupa Ceramah yang Dilanjutkan

    Edukasi Secara Personal terhadap Perubahan Profil Kadar Glukosa

    Darah Puasa yang Merupakan Faktor Risiko Stroke pada Populasi

    Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Buah Apel, Dusun

    Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, DIY.....................................60

    C. Pengaruh Pemberian Edukasi Berupa Ceramah yang Dilanjutkan

    dengan Edukasi secara Personal pada Kelompok Perlakuan

    dibandingkan dengan Kelompok Kontrol pada Pengukuran Akhir.......66

    D. Rangkuman Pembahasan.......................................................................71

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 73

    A. Kesimpulan............................................................................................73

    B. Saran......................................................................................................74

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75

    LAMPIRAN .......................................................................................................... 79

    BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 119

  • xviii

    DAFTAR TABEL Tabel I. Kriteria penegakan diagnosis..........................................................21

    Tabel II. Karakteristik Awal Subjek Penelitian secara Keseluruhan terkait

    Faktor-Faktor Risiko Stroke...........................................................48

    Tabel III. Profil Usia Subjek Penelitian dalam Setiap Kelompok..................49

    Tabel IV. Profil Jenis Kelamin Subjek Penelitian dalam Setiap Kelompok...50

    Tabel V. Profil Tingkat Pendidikan Subjek Penelitian dalam Setiap

    Kelompok.......................................................................................52

    Tabel VI. Profil Kebiasaan Merokok Subjek Penelitian dalam Setiap

    Kelompok.......................................................................................54

    Tabel VII . Klasifikasi BMI yang Diusulkan WHO untuk Penduduk Dewasa

    Asia.................................................................................................56

    Tabel VIII. Profil BMI Subjek Penelitian dalam Setiap Kelompok..................56

    Tabel IX. Profil Kadar Glukosa Darah Puasa Subjek Penelitian dalam

    Setiap Kelompok............................................................................58

    Tabel X. Perubahan Profil Kadar Glukosa Darah Puasa pada Kelompok

    Perlakuan dan Kontrol....................................................................61

    Tabel XI. Profil Kadar Glukosa Darah Puasa Subjek Penelitian dalam

    Setiap Kelompok pada Pengukuran Akhir.....................................62

    Tabel XII. Karakteristik Akhir Subjek Penelitian secara Keseluruhan terkait

    Faktor-Faktor Risiko Stroke...........................................................66

  • xix

    Tabel XIII. Signifikansi Profil Kadar Glukosa Darah Puasa Kelompok

    Perlakuan dan Kontrol pada Pengukuran Awal dan Pengukuran

    Akhir...............................................................................................67

  • xx

    DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Perbedaan stroke iskemik dan stroke hemoragik...............................9

    Gambar 2. Skema rancangan pretest-posttest intervention with control group

    design..................................................................................................32

    Gambar 3. Skema pembagian kelompok subjek penelitian...............................35

    Gambar 5. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan usia.....................50

    Gambar 6. Presentase jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin......51

    Gambar 7. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan tingkat

    pendidikan....................................................................................53

    Gambar 8. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan kebiasaan

    merokok...................................................................................54

    Gambar 9. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan BMI....................57

    Gambar 10. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan kadar glukosa

    darah puasa.......................................................................................59

    Gambar 11. Perubahan profil kadar glukosa darah puasa subjek penelitian.......62

    Gambar 12. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan kadar glukosa

    darah puasa pada pengukuran akhir.................................................63

    Gambar 13. Persentase perubahan klasifikasi subjek penelitian kelompok

    perlakuan pada pengukuran awal dan akhir.....................................65

    Gambar 14. Persentase perubahan klasifikasi subjek penelitisan kelompok

    kontrol pada pengukuran awal dan akhir...65

  • xxi

    DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Formulir Pengambilan Data Penelitian ........................................ 79

    Lampiran 2. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Perlakuan............................. 80

    Lampiran 3. Daftar Subjek Penelitian Kelompok Kontrol ................................ 81

    Lampiran 4. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Puasa Subjek

    Penelitian Kelompok Perlakuan .................................................. 82

    Lampiran 5. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Puasa Subjek Penelitian

    Kelompok Kontrol ....................................................................... 83

    Lampiran 6. Langkah-langkah Pengujian Statistik ............................................ 84

    Lampiran 7. Output Uji Kebermaknaan Profil Karakteristik Populasi Lansia

    Terkait Usia, Jenis Kelamin, dan Kebiasaan Merokok ................. 90

    Lampiran 8. Output Uji Normalitas Karakteristik Populasi Lansia Terkait

    Body Mass Index (BMI) .................................................................. 95

    Lampiran 9. Output Uji Kebermaknaan Karakteristik Populasi Lansia Terkait

    Body Mass Index (BMI) ................................................................ 97

    Lampiran 10. Output Uji Normalitas Profil Pengukuran Awal Kadar Glukosa

    Darah Puasa Subjek Penelitian ..................................................... 98

    Lampiran 11. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Awal Kadar

    Glukosa Darah Puasa Subjek Penelitian ....................................... 99

    Lampiran 12. Output Uji Normalitas Profil Pengukuran Akhir Kadar Glukosa

    Darah Puasa Subjek Penelitian ................................................... 100

    Lampiran 13. Output Uji Kebermaknaan Profil Pengukuran Akhir Kadar

    Glukosa Darah Puasa Subjek Penelitian ..................................... 101

  • xxii

    Lampiran 14. Output Uji Normalitas Profil Kadar Glukosa Darah Puasa

    Kelompok Perlakuan pada Pengukuran Awal-Pengukuran

    Akhir ........................................................................................... 102

    Lampiran 15. Output Uji Kebermaknaan Profil Kadar Glukosa Darah Puasa

    Kelompok Perlakuan pada Pengukuran Awal-Pengukuran

    Akhir ........................................................................................... 103

    Lampiran 16. Output Uji Normalitas Profil Kadar Glukosa Darah Puasa

    Kelompok Kontrol pada Pengukuran Awal-Pengukuran

    Akhir ........................................................................................... 104

    Lampiran 17. Output Uji Kebermaknaan Profil Kadar Glukosa Darah Puasa

    Kelompok Kontrol pada Pengukuran Awal-Pengukuran

    Akhir ........................................................................................... 105

    Lampiran 18. Output Uji Normalitas Selisih Kadar Glukosa Darah Puasa Subjek

    Penelitian pada Pengukuran Awal-Pengukuran Akhir ................ 106

    Lampiran 19. Output Uji Kebermaknaan Selisih Kadar Glukosa Darah Puasa

    Subjek Penelitian pada Pengukuran Awal-Pengukuran Akhir.... 107

    Lampiran 20. Surat Ijin BAPPEDA Yogyakarta ............................................... 109

    Lampiran 21. Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) .......................... 110

    Lampiran 22. Materi Pemberian Ceramah......................................................... 111

    Lampiran 23. Leaflet Bagian Luar..................................................................... 115

    Lampiran 24. Leaflet Bagian Dalam ................................................................. 116

    Lampiran 25. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan ........................................... 117

  • 1

    BAB I

    PENGANTAR

    A. Latar Belakang

    Pada tahun 1999, stroke menyebabkan kematian sebanyak 5,54 juta orang

    di seluruh dunia. Dua per tiga dari kematian ini terjadi di negara berkembang.

    Masyarakat di Asia mempunyai angka kejadian penyakit jantung koroner yang

    lebih rendah tetapi angka kejadian stroke yang lebih tinggi dibandingkan

    masyarakat Kaukasian. Pada tahun 1980, angka prevalensi stroke berkisar 500

    700/100.000 di negara-negara barat dan 900/100.000 di Asia. Hasil penelitian

    yang membandingkan kejadian stroke di antara tiga ras Asia yang tinggal di

    Singapura mengungkapkan bahwa ras China mempunyai prevalensi stroke yang

    lebih tinggi dibandingkan ras India dan Malaysia (Banerjee & Kumar, 2006;

    Truelsen, Bonita, & Jamrozik, 2001).

    Prevalensi stroke tahun 2005 pada orang dewasa berusia 20 tahun atau

    lebih adalah 6.500.000, yaitu 2.600.000 terjadi pada laki-laki dan 3.900.000

    terjadi pada wanita. Hampir 75% stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65

    tahun. Risiko terkena stroke meningkat dua kali lipat tiap sepuluh tahun setelah

    seseorang mencapai usia 55 tahun. Stroke menjadi penyebab 1 dari 17 kematian di

    Amerika pada tahun 2005 (Anonim, 2009d).

    Tahun 2006, stroke dalam perkembangannya menjadi salah satu penyebab

    kematian ketiga di banyak negara setelah penyakit jantung koroner dan kanker.

    Stroke juga merupakan penyakit yang paling sering menimbulkan kecacatan dan

    problem kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Menurut American Heart

  • 2

    Association, diperkirakan terjadi 3 juta penderita stroke pertahun, dan 500.000

    penderita stroke yang baru terjadi pertahun. Angka kematian penderita stroke di

    Amerika adalah 50 - 100/100.000 penderita pertahun (Banerjee & Kumar, 2006;

    Dhamija, Mittal, & Bansal, 2000).

    Hasil Kongres Stroke Dunia tahun 2008 yang diselenggarakan di Vienna

    menyatakan bahwa saat ini stroke adalah penyebab kematian kedua di seluruh

    dunia dan lebih dari 50% kasus stroke terjadi di China, India, dan Indonesia

    (Bettshart & Medien, 2008).

    Penanggulangan masalah stroke semakin penting dan mendesak karena

    kini Indonesia menduduki urutan pertama di dunia dalam hal jumlah penderita

    stroke terbanyak. Stroke dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor yang tidak

    dapat dikontrol antara lain usia, jenis kelamin, serta riwayat keluarga. Di sisi lain,

    faktor risiko stroke seperti hipertensi, penyakit kardiovaskular, serangan iskemik,

    hiperkolesterolemia, diabetes, merokok, mengkonsumsi alkohol maupun gaya

    hidup merupakan faktor risiko stroke yang dapat dikontrol (Fagan & Hess, 2005;

    Hawkins & Rahn, 2005; Samsudin, 2009).

    Stroke merupakan salah satu komplikasi yang muncul pada pasien

    hiperglikemia. Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan kadar glukosa

    darah puasa di atas kadar normal yaitu 100 mg/dL (Anonim, 2005; Triplitt,

    Reasner, & Isley, 2005; Wibowo & Gofir, 2001).

    Hiperglikemia dihubungkan dengan outcome yang jelek pada pasien

    dengan riwayat diabetes yang sudah maupun belum diketahui yang menjalani

    pengobatan karena mengalami infark miokard, gagal jantung kongestif, dan

  • 3

    stroke. Semakin tinggi kadar glukosa darah maka semakin tinggi risiko terjadinya

    stroke. Pasien diabetes memiliki peningkatan risiko 2-3 kali terkena stroke

    dibandingkan dengan pasien non diabetes (Matz, Keresztes, Tatschl, Nowotny,

    Dachenhausen, Brainin et al., 2006, Ousman, 2002).

    Hiperglikemia dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya komplikasi

    perdarahan pada pasien stroke iskemik. Jika kadar glukosa darah >200 mg/dL

    (11.1 mmol/L) kemungkinan mengalami perdarahan sebesar 25%. Hiperglikemia

    pada pasien diabetes mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak

    yang berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan

    menimbulkan aterosklerosis dan menghambat aliran darah ke otak yang pada

    akhirnya akan menyebabkan kematian sel-sel otak dan mengakibatkan stroke

    (Budiarto, 2009; Robert, 2002).

    Berdasarkan uraian data di atas, identifikasi faktor risiko merupakan hal

    yang penting untuk pencegahan stroke. Kadar glukosa dalam darah yang

    terkontrol dapat menurunkan risiko seseorang terserang stroke. Pencegahan stroke

    lebih penting daripada mengobatinya. Pemahaman terhadap faktor-faktor risiko

    stroke akan sangat membantu dalam tindakan pencegahan yang efektif, salah satu

    caranya adalah dengan pemberian edukasi yang berguna untuk meningkatkan

    pengetahuan mengenai profil kadar glukosa darah sebagai faktor risiko terjadinya

    stroke dan edukasi tentang pola hidup sehat sehingga dapat mencegah terjadinya

    stroke. Pemberian edukasi berupa ceramah yang dikombinasikan dengan edukasi

    secara personal diperlukan dalam penelitian ini mengingat subjek penelitian

    adalah lansia yang kemungkinan kemampuan menerima dan mengingat informasi

  • 4

    sudah menurun. Edukasi secara personal dapat memberikan pemahaman yang

    lebih mendalam serta mengingatkan subjek penelitian terkait dengan stroke dan

    pencegahannya, sehingga dapat mempengaruhi tindakan subjek uji untuk menjaga

    kesehatannya.

    Penelitian ini dilakukan di Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan

    Posyandu Lansia Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati,

    Kabupaten Sleman. Pemilihan posyandu lansia Srikandi dikarenakan adanya

    pendampingan yang telah dilakukan oleh fakultas Farmasi USD, dan anggota

    posyandu lansia ini cukup aktif serta mempunyai motivasi yang tinggi untuk

    mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas

    hidup, sedangkan Posyandu Buah Apel dipilih karena letak demografinya yang

    berdekatan dengan Dusun Burikan, diharapkan ada kemiripan pada keduanya.

    1. Perumusan masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang muncul:

    a. Seperti apakah profil karakteristik populasi lansia terkait faktor risiko

    stroke?

    b. Apakah ada pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan

    dengan edukasi secara personal terhadap perubahan profil kadar glukosa

    darah puasa yang merupakan salah satu faktor risiko penyebab stroke pada

    kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada populasi di Posyandu

    Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Lansia Buah Apel, Dusun

    Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, DIY?

  • 5

    c. Apakah ada pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan

    dengan edukasi secara personal pada kelompok perlakuan dibandingkan

    dengan kelompok kontrol pada pengukuran akhir?

    2. Keaslian penelitian

    Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan, terdapat beberapa penelitian

    terkait dengan edukasi, hiperglikemia, dan stroke. Penelitian tersebut antara lain:

    a. Hyperglycemia and Compositional Lipoprotein Abnormalities as

    Predictors of Cardiovascular Mortality in Type 2 Diabetes: a 15-Years

    Follow-up from the Time of Diagnosis oleh Niskanen L., Turpeinen A.,

    Pentilla I., dan Uusitupa M.I., (1998)

    b. Epidemyology of Hyperglycemia in Elderly Persons oleh Lai, S.W., Tan,

    C.K., dan Ng, K.C., (2000)

    c. Implementing a Community Education Program on Stroke for Health Care

    Providers and Consumers oleh Richardson-nassif, Swartz, dan Reardon,

    (2002)

    d. Pengaruh Pemberian Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Terhadap

    Perilaku Masyarakat Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta

    (Kajian Kadar Gula Darah Puasa) oleh Anggraini, (2008)

    e. 10 Years Follow-up Intensive Glucose Controle in Type 2 Diabetes oleh

    Holman, R.R., Paul, S.K., Bethel, M.A., Matthews, D.R., Neil, H.A.W.,

    (2008)

  • 6

    f. Is There Coincidence Between Impaired Glucose Tolerance and Silent

    Myocardial Ischemia?, Wierzgon, M.M., Zajdel, E.N., Kokot, T.,

    Sadowskiz, T., (2008).

    Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian di atas karena

    penelitian mengenai pengaruh pemberian edukasi terhadap faktor risiko stroke,

    khususnya profil kadar glukosa darah puasa pada populasi lansia yang dilakukan

    di Yogyakarta belum pernah dilakukan.

    3. Manfaat penelitian

    Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

    a. Manfaat teoritis

    Meningkatnya pengetahuan masyarakat khususnya mengenai penyakit

    stroke dan pencegahannya sehingga dapat meningkatkan usia harapan

    hidup dengan kesehatan yang baik.

    b. Manfaat praktis

    Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai ada tidaknya

    peningkatan kadar glukosa darah puasa sebagai faktor risiko terjadinya

    stroke.

    B. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Mengetahui pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan

    dengan edukasi secara personal pada populasi Posyandu Lansia Srikandi di

    Dusun Burikan dan Posyandu Lansia Buah Apel di Dusun Keboan,

  • 7

    Yogyakarta terkait dengan kadar glukosa darah puasa sebagai faktor risiko

    stroke.

    2. Tujuan khusus

    a. Mengetahui profil karakteristik populasi lansia terkait dengan faktor risiko

    stroke.

    b. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan

    dengan edukasi secara personal terhadap perubahan profil kadar glukosa

    darah puasa yang merupakan salah satu faktor risiko penyebab stroke pada

    kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada populasi Posyandu

    Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Lansia Buah Apel, Dusun

    Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, DIY.

    c. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pemberian edukasi berupa

    ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal pada kelompok

    perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol pada pengukuran akhir.

  • 8

    BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Stroke

    1. Definisi

    Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak

    dengan tanda klinis fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau

    dapat menimbulkan kematian yang disebabkan karena gangguan peredaran darah

    otak. Termasuk di sini adalah perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral,

    dan infark serebri. Tidak termasuk di sini adalah gangguan peredaran darah

    sepintas, tumor otak, infeksi, atau sekunder oleh karena trauma (WHO, 1997).

    2. Patofisiologi

    Patofisiologi stroke dibedakan menurut jenis stroke, yaitu:

    a. Stroke Iskemik

    Stroke iskemik mempunyai berbagai etiologi, tetapi pada prinsipnya

    disebabkan oleh aterotrombosis atau emboli, yang masing-masing akan

    mengganggu atau memutuskan aliran darah otak atau cerebral blood flow (CBF).

    Nilai normal CBF adalah 50-60 ml/100mg/menit. Iskemik terjadi jika CBF

  • 9

    Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam

    darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri karotis dan arteri

    vertebralis beserta percabangannya juga bisa tersumbat karena adanya bekuan

    darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya.

    Stroke semacam ini disebut emboli serebral. Emboli lemak terbentuk jika lemak

    dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya

    bergabung di dalam satu arteri (Fatimah, 2009).

    b. Stroke Hemoragik

    Stroke hemoragik sering disebut juga stroke perdarahan. Pendarahan

    disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak, darah keluar ke jaringan

    parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi

    keduanya. Darah membanjiri area otak, akibatnya otak pun rusak karena

    tumpukan darah dan kekurangan suplai oksigen dan nutrisi. Stroke hemoragik

    meliputi pendarahan di dalam otak (intracerebral hemorrhage) dan pendarahan di

    antara bagian dalam dan luar lapisan pada bagian dalam dan luar pada jaringan

    yang melindungi otak (subarachnoid hemorrhage) (Fatimah, 2009; Israr, 2008).

    Gambar 1. Perbedaan stroke iskemik dan stroke hemoragik (Anonim, 2009a)

  • 10

    3. Faktor risiko

    Faktor risiko stroke dibagi menjadi dua, yaitu yang tidak dapat

    dimodifikasi dan dapat dimodifikasi (Fatimah, 2009).

    a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

    1) Umur

    Semakin tua seseorang, maka risiko terserang stroke akan semakin tinggi

    karena proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alami. Pada orang

    lanjut usia, fungsi sistem pembuluh darah semakin menurun, pembuluh

    darah lebih kaku karena adanya plak (Fatimah, 2009; Iskandar, 2004).

    2) Jenis kelamin

    Stroke lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan. Hal ini

    terkait dengan gaya hidup. Laki-laki cenderung lebih banyak merokok

    dibandingkan perempuan, namun pada usia 3544 tahun dan diatas 85

    tahun, stroke lebih banyak menyerang perempuan (Anonim, 2009b;

    Fatimah, 2009).

    3) Faktor keturunan atau genetik

    Adanya riwayat stroke pada orang tua menaikkan faktor risiko stroke.

    Orang dengan riwayat stroke pada keluarga, memiliki risiko lebih besar

    untuk terkena stroke dibanding orang tanpa riwayat stroke pada keluarga

    (Anonim, 2009b; Fatimah, 2009).

  • 11

    4) Ras atau etnik

    Orang kulit hitam memiliki risiko lebih tinggi terserang stroke

    dibandingkan orang kulit putih (Kittner, White, Losonczy, Wolf, & Hebel,

    1990).

    b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

    1) Hipertensi

    Makin tinggi tekanan darah maka makin tinggi kemungkinan terjadinya

    stroke. Pada kasus hipertensi, dapat terjadi gangguan aliran darah tubuh

    dimana diameter pembuluh darah kelak akan mengecil sehingga darah

    yang mengalir ke otak pun akan berkurang. Berkurangnya aliran darah

    otak akan menyebabkan otak kekurangan suplai oksigen dan glukosa

    (hipoksia), jika suplai berkurang secara terus menerus maka jaringan otak

    akan mengalami kematian (Anonim, 2009b; Fatimah, 2009).

    2) Penyakit jantung

    Penyakit jantung seperti jantung koroner dan infark miokard (kematian

    otot jantung) bisa menjadi faktor terbesar terjadinya stroke. Jika jantung

    mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh akan mengalami

    gangguan, termasuk aliran darah yang menuju otak. Gangguan aliran itu

    bisa mematikan jaringan otak secara mendadak ataupun bertahap

    (Fatimah, 2009).

    3) Diabetes mellitus

    Penderita diabetes cenderung menderita aterosklerosis dan meningkatkan

    terjadinya hipertensi, kegemukan dan kenaikan lemak darah. Kombinasi

  • 12

    hipertensi dan diabetes berpotensi meningkatkan terjadinya komplikasi

    diabetes termasuk stroke (Anonim, 2009b).

    4) Hiperkolesterolemia

    Angka stroke meningkat pada pasien dengan kadar kolesterol di atas 240

    mg%. Setiap kenaikan 38,7 mg% menaikkan angka stroke 25%,

    sedangkan kenaikan High Density Lipoprotein (HDL) 1 mmol (38,7 mg%)

    menurunkan terjadinya stroke sebanyak 47%. Kenaikan Low Density

    Lipoprotein (LDL) akan menyebabkan terbentuknya plak atau kerak pada

    pembuluh darah, yang lama-lama akan semakin banyak dan menumpuk

    sehingga mengganggu aliran darah. Demikian juga kenaikan trigliserida

    menaikkan jumlah terjadinya stroke (Anonim, 2009b; Fatimah, 2009).

    5) Obesitas

    Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

    stroke. Hal tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol

    dalam darah pada orang obesitas, dimana biasanya perbandingan kadar

    LDL lebih tinggi daripada HDL (Fatimah, 2009).

    6) Merokok

    Merokok merupakan faktor risiko terjadinya stroke. Orang yang merokok

    memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibanding orang yang

    tidak merokok. Peningkatan fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya

    penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan

    kaku dengan demikian dapat menyebabkan gangguan aliran darah

    (Anonim, 2009b; Fatimah, 2009).

  • 13

    4. Tanda dan gejala

    Gejala yang sering muncul pada penderita stroke antara lain merasa lemah

    di salah satu sisi tubuh, gangguan berbicara, gangguan penglihatan, gangguan

    penciuman, vertigo, rasa kesemutan satu sisi tubuh, mulut miring ke kiri atau ke

    kanan, dan hilang keseimbangan (Fatimah, 2009; Triplitt et al., 2005).

    Gejala stroke non-hemoragik terbagi dalam 4 bagian besar. Pertama, TIA

    (Transient Ischemic Attack) atau serangan iskemik mendadak, yaitu gejala

    neurologik yang menghilang kurang dari 24 jam. Penyebab TIA adalah serpihan

    kecil dari endapan lemak dan kalsium pada dinding pembuluh darah (ateroma)

    yang lepas, mengikuti aliran darah dan menyumbat pembuluh darah kecil yang

    menuju otak, sehingga untuk sementara waktu menyumbat pembuluh darah ke

    otak. Kedua, RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit) atau gejala

    neurologik yang hilang dalam waktu 24 jam hingga tujuh hari. Ketiga, stroke in

    evolution, yaitu gejala neurologik yang makin lama makin berat, dan yang terakhir

    adalah complete stroke atau gejala neurologik yang menetap (Fatimah, 2009).

    Tanda-tanda stroke non-hemoragik yaitu biasanya stroke terjadi secara

    bertahap atau tidak mendadak, terjadi pada saat penderita sedang beristirahat,

    tidak dijumpai adanya kejang, tidak ada muntah, tidak disertai dengan penurunan

    kesadaran atau penurunan kesadaran dalam derajat yang minimal. Tanda-tanda

    stroke hemoragik yaitu terjadi secara mendadak biasanya pada saat penderita

    sedang melakukan aktivitas, seketika penderita kehilangan kesadaran, bisa terjadi

    muntah, kejang, bila lokasi perdarahan di lobus frontalis otak maka terjadi

  • 14

    kelumpuhan orang yang berlawanan dengan lokasi perdarahan, adanya nyeri

    kepala yang hebat dan gangguan penglihatan (Fatimah, 2009).

    B. Glukosa

    1. Definisi

    Glukosa merupakan senyawa karbon, hidrat, dan oksigen dengan rumus

    molekul C6H12O6. Senyawa ini pernah disangka hidrat dari karbon sehingga

    disebut karbohidrat. Dalam tahun 1880-an disadari bahwa gagasan hidrat dari

    karbon itu salah (Fessenden & Fessenden, 1999).

    Karbohidrat merupakan komponen diet yang penting. Karbohidrat

    merupakan zat kimia yang terdapat dalam berbagai bentuk, antara lain gula

    sederhana atau monosakarida, disakarida dan polisakarida. Karbohidrat yang

    sudah ditelan akan dicerna menjadi monosakarida dan diabsorpsi, terutama dalam

    duodenum dan jejenum proksimal. Sesudah diabsorpsi kadar glukosa darah akan

    meningkat sementara waktu dan akhirnya akan kembali lagi pada batas dasarnya.

    Jaringan perifer otot-otot dan adiposit mempergunakan glukosa sebagai sumber

    energi mereka. Jaringan ini ikut berperanan dalam mempertahankan kadar glukosa

    darah (Price & Wilson, 2003).

    2. Metabolisme glukosa dalam tubuh

    a. Glikolisis

    Satu molekul glukosa diubah menjadi dua molekul piruvat melalui jalur

    glikolisis. Ada tiga jalur utama metabolisme piruvat. Pertama, dalam kondisi

    aerob, piruvat dioksidasi menjadi asetil dalam bentuk asetil CoA, yang kemudian

    dapat dioksidasi dalam siklus asam sitrat. Glikolisis menghasilkan ATP dalam

  • 15

    jumlah terbatas, kebanyakan ATP dihasilkan melaui siklus asam sitrat. Kedua,

    glukosa difermentasi menjadi ethanol oleh mikroorganisme tertentu dalam kondisi

    anaerob. Ketiga, glukosa mengalami glikolisis anaerobik menjadi laktat dalam sel-

    sel tertentu (Moran, Scrimgeor, & Rawn 1994).

    Jalur glikolisis adalah reaksi yang dikatalisasi oleh enzim-enzim yang

    berada di sitosol, dimana glukosa diubah menjadi piruvat. Pengubahan satu

    molekul glukosa menjadi dua molekul piruvat disertai dengan pengubahan dua

    molekul ADP menjadi ATP. Jalur glikolosis ini ditemukan pada semua sel, pada

    beberapa sel hanya jalur pembentukan ATP (Moran et al., 1994).

    b. Siklus asam sitrat

    Siklus asam sitrat adalah jalur dimana asetat dioksidasi oleh separuh asetil

    CoA menjadi karbondioksida dan air (Moran et al., 1994).

    c. Glukoneogenesis

    Glukoneogenesis adalah proses mengubah prekusor nonkarbohidrat

    menjadi glukosa atau glikogen. Substrat utamanya adalah asam-asam amino

    glukogenik, laktat, gliserol, dan propionat. Hati dan ginjal adalah jaringan

    glukoneogenik utama. Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan glukosa tubuh jika

    karbohidrat dari makanan atau cadangan glokogen kurang memadai. Pasokan

    glukosa merupakan hal yang esensial terutama bagi system saraf dan eritrosit.

    Kegagalan glukoneogenesis biasanya bersifat fatal. Hipoglikemia menyebabkan

    disfungsi otak yang dapat menyebabkan koma dan kematian. Glukosa juga

    penting dalam mempertahankan kadar zat-zat antara siklus asam sitrat meskipun

  • 16

    asam lemak adalah sumber utama asetil-KoA di jaringan (Murray, Granner, &

    Rodwel, 2006).

    3. Mekanisme pengaturan glukosa darah

    Insulin adalah hormon berfungsi mengontrol kadar glukosa dalam darah.

    Hormon ini membawa glukosa dari darah ke dalam sel. Di dalam sel glukosa

    diubah menjadi energi, yang segera digunakan atau disimpan sampai dibutuhkan.

    Pada saat makan, karbohidrat yang dikonsumsi meningkatkan konsentrasi glukosa

    plasma dan merangsang insulin lepas dari sel pankreas, hingga terjadi

    hiperinsulinemia. Akibat hiperinsulinemia dapat menekan produksi glukosa hepar

    dan merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan sekitar. Pada keadaan normal,

    kadar glukosa darah dapat terkontrol. Jika tubuh tidak memproduksi cukup

    insulin, maka kadar glukosa darah akan tinggi dan mengakibatkan timbulnya

    gejala komplikasi diabetes mellitus (Beers, 2004; Triplitt et al., 2005).

    C. Hiperglikemia

    1. Definisi

    Kadar glukosa darah puasa normal adalah

  • 17

    a. Impaired Glucose Regulation (IGR)

    Impaired Glucose Regulation (IGR) disebut juga pra-diabetes adalah

    kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada diantara kadar normal dan

    diabetes, lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak cukup tinggi untuk

    dikategorikan ke dalam diabetes tipe 2. Kondisi pra-diabetes merupakan faktor

    risiko untuk diabetes, serangan jantung dan stroke. Apabila tidak dikontrol dengan

    baik, kondisi pra-diabetes dapat meningkat menjadi diabetes tipe 2 dalam kurun

    waktu 5-10 tahun (Anonim, 2005). Ada dua tipe kondisi pra-diabetes:

    1) Glukosa puasa terganggu (GPT)

    Glukosa puasa terganggu atau impaired fasting glucose (IFG) yaitu

    keadaan dimana kadar glukosa darah puasa seseorang 100-

  • 18

    karbohidrat, lemak, dan protein, yang diakibatkan dari kerusakan sekresi insulin,

    sensitivitas insulin, maupun keduanya. Pada penderita diabetes dapat terjadi

    komplikasi mikrovaskular, makrovaskular, dan neurophatik (Schwinghammer,

    2009).

    Dua tipe utama diabetes adalah tipe 1 yaitu insulin-dependent diabetes

    mellitus (IDDM) dan tipe 2 yaitu non insulin-dependent diabetes mellitus

    (NIDDM) (Triplitt et al., 2005). Klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan etiologi,

    perjalanan ilmiah dan faktor risiko adalah sebagai berikut:

    1) Diabetes Mellitus Tipe I

    Diabetes mellitus tipe I disebabkan terjadi karena kerusakan pada sel

    beta pankreas. Individu yang lebih muda khususnya, laju kerusakan sel beta

    cenderung cepat dan diikuti dengan ketoasidosis, sedangkan orang dewasa

    kadang memiliki cukup sekresi insulin untuk mengatasi ketoasidosis untuk

    beberapa tahun, yang lebih dikenal sebagai Latent Autoimmune Diabetes in

    Adult (LADA) (Triplitt et al., 2005).

    2) Diabetes Mellitus Tipe II

    Diabetes mellitus tipe II memiliki hubungan yang lebih erat terkait

    faktor genetik dibandingkan dengan diabetes mellitus tipe I (Cantrill, 1999).

    Bentuk diabetes ini memiliki karakteristik terjadi resistensi insulin dan

    setidaknya pada awalnya, relatif terjadi penurunan sekresi insulin.

    Kebanyakan individu dengan diabetes tipe II mengalami obesitas sentral,

    dapat disertai hipertensi, dislipidemia (level trigliserida tinggi dan dan level

    koleseterol HDL rendah), dan penurunan level inhibitor plasminogen

  • 19

    activator-1 (PAI-1). Ketidaknormalan ini menyebabkan peningkatan risiko

    berkembangnya komplikasi makrovaskular pada pasien diabetes tipe II

    (Triplitt et al., 2005).

    a) Aksi normal insulin

    Pada saat puasa, 75% total glukosa tubuh berada di jaringan yang

    tidak tergantung insulin seperti otak, lien, dan jaringan gastroinstestinal,

    sedangkan 25% sisanya, metabolisme glukosa berada di otot yang

    tergantung insulin. Pada saat puasa, kira-kira 85% produksi glukosa

    berasal dari hepar dan sisanya dihasilkan dari ginjal. Pada saat makan,

    karbohidrat yang dikonsumsi meningkatkan konsentrasi glukosa plasma

    dan merangsang insulin lepas dari sel pankreas, sehingga terjadi

    hiperinsulinemia. Hiperinsulinemia dapat menekan produksi glukosa hepar

    dan merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan sekitar. Pada keadaan

    normal, kadar glukosa darah dapat terkontrol (Triplitt et al., 2005).

    b) Sekresi insulin terganggu

    Pankreas yang mempunyai fungsi normal sel mampu mengatur

    sekresi insulin untuk memelihara toleransi glukosa normal. Pada orang

    normal, insulin akan meningkat pada resistensi yang tinggi dan toleransi

    glukosa normal (Triplitt et al., 2005).

    3) Diabetes Mellitus pada kehamilan

    Gestational diabetes mellitus (GDM) terbatas pada wanita hamil dan

    gangguan toleransi glukosa terjadi pertama kali selama kehamilan. Apabila

  • 20

    sebelum hamil sudah mengalami diabetes mellitus maka tidak termasuk

    kategori ini (Triplitt et al., 2005).

    4) Diabetes Mellitus tipe spesifik lainnya

    Salah satu diabetes mellitus spesifik yang lain adalah maturity onset

    diabetes of youth (MODY) memiliki karakteristik terjadi melemahnya sekresi

    insulin dengan resistensi insulin minimal atau tidak ada sama sekali. Secara

    genetik tidak dapat mengubah proinsulin menjadi insulin sehingga

    menyebabkan hiperglikemia ringan dan diturunkan dengan suatu pola

    autosomal dominant (Triplitt et al., 2005).

    3. Faktor risiko

    Risiko seseorang mengalami hiperglikemia meningkat apabila berusia 45

    tahun, memiliki riwayat penyakit diabetes dalam keluarga, mengalami berat badan

    berlebih (overweight), memiliki riwayat diabetes gestasional, memiliki riwayat

    penyakit kardiovaskular atau penanda lain sindrom metabolik. Semakin banyak

    faktor risiko yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi risiko orang tersebut

    mengalami pra-diabetes atau diabetes yang belum terdiagnosis. Menurut

    American Diabetes Association, orang dengan usia 45 tahun dan mengalami

    obesitas lebih banyak mengalami gangguan toleransi glukosa dibandingkan

    dengan mereka yang tidak (Ramtoola, 2005).

    4. Tanda dan gejala

    Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita hiperglikemia mirip dengan

    diabetes antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus), dan

    polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan

  • 21

    penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada

    tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang seringkali sangat mengganggu (pruritus),

    dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (Anonim, 2005).

    5. Kriteria penegakan diagnosis

    Berdasarkan American Diabetes Association (ADA), seseorang

    didiagnosis mengalami hiperglikemia apabila pada pengukuran kadar glukosa

    darah puasa berada di atas kadar normal yaitu 100 mg/dL ADA (cit., Anonim,

    2006; Depkes RI, 2005).

    Tabel I.Kriteria penegakan diagnosis

    Tes Klasifikasi Rentang kadar Glukosa plasma puasa Glukosa puasa normal

    Glukosa Puasa Terganggu Diabetes mellitus

  • 22

    menyebabkan disfungsi endotel, sebuah langkah awal proses aterosklerosis

    penyebab dari penyakit kardiovaskular (Anonim, 2009c).

    a. Komplikasi mikrovaskular

    Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes

    tipe I. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi

    (termasuk HbA1c) menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin

    lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah

    kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi

    mikrovaskular, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati. Disamping

    karena kondisi hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh

    faktor genetik. Oleh sebab itu dapat terjadi dua orang yang memiliki kondisi

    hiperglikemia yang sama, berbeda risiko komplikasi mikrovaskularnya

    (Anonim, 2005).

    b. Komplikasi makrovaskular

    Komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada orang yang

    mengalami hiperglikemia adalah penyakit jantung koroner (coronary heart

    disease), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer

    (peripheral vascular disease) (Anonim, 2005).

    Hiperglikemia kronik menyebabkan disfungsi endotel melalui:

    1) Glikosilasi non enzimatik dari protein dan makromolekul seperti DNA, yang

    akan mengakibatkan perubahan sistem antigenik dari protein dan DNA. Hal

    ini akan menyebabkan perubahan tekanan intravaskular akibat gangguan

    keseimbangan Nitrat Oksida (NO) dan prostaglandin (Anonim, 2009c).

  • 23

    2) Overekspresi growh factors meningkatkan proliferasi sel endotel dan otot

    polos pembuluh darah, sehingga terjadi neovaskularisasi (Anonim, 2009c).

    3) Sel endotel sangat peka terhadap pengaruh stres oksidatif. Hiperglikemi dapat

    meningkatkan tendensi untuk terjadinya stres oksidatif dan peningkatan

    lipoprotein teroksidasi, terutama small dense LDL-cholesterol (oxidized LDL)

    yang lebih bersifat aterogenik. Peningkatan kadar asam lemak bebas dari

    keadaan hiperglikemia dapat meningkatkan oksidasi fosfolipid dan protein

    (Anonim, 2009c).

    4) Aktivasi koagulasi berulang dapat menyebabkan stimulasi yang berlebihan

    dari sel endotel, sehingga akan terjadi disfungsi endotel (Anonim, 2009c).

    Hiperglikemia juga dikaitkan dengan outcome yang jelek pada pasien

    dengan riwayat diabetes yang sudah maupun belum diketahui yang menjalani

    pengobatan karena mengalami infark miokard, gagal jantung kongestif, dan stroke

    (Ousman, 2002).

    7. Mekanisme hiperglikemia berkontribusi pada stroke iskemik

    Mekanisme hiperglikemia akut terhadap terjadinya stroke belum diketahui

    secara pasti. Hiperglikemia dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya komplikasi

    perdarahan pada pasien stroke iskemik. Jika kadar glukosa darah >200 mg/dL

    (11.1 mmol/L) kemungkinan mengalami perdarahan sebesar 25%. Selama

    iskemia, terjadi glikolisis anaerobik pada lokasi tersebut yang mengakibatkan

    terjadinya asidosis intrasel dalam waktu singkat. Orang dengan hiperglikemia akut

    akan mengalami penurunan pH di area korteks serebral yang lebih berat

    dibandingkan dengan yang lain. Bersama dengan penurunan pH terjadi juga

  • 24

    penimbunan asam laktat setempat, yang akan menambah kerusakan jaringan

    neuron maupun glia (Budiarto, 2009).

    Peningkatan insidensi hiperglikemia pada pasien stroke sebagian dapat

    dijelaskan sebagai dasar peningkatan prevalensi diabetes mellitus di masyarakat.

    Tingkat kadar glukosa darah juga diketahui meningkat pada 12 jam pertama

    setelah serangan stroke akut. Terdapat hubungan antara tingkat kadar glukosa

    darah dengan volume stroke dimana semakin tinggi kadar glukosa darah maka

    semakin besar kemungkinan terserang stroke. Pasien stroke yang disertai

    peningkatan kadar glukosa darah, apapun sebabnya, berpeluang lebih besar untuk

    mengalami perburukan dari stroke-nya dibandingkan dengan pasien stroke tanpa

    hiperglikemia (Budiarto, 2009; Mehta, 2003).

    Beberapa postulat mengungkapkan kemungkinan terjadinya asidosis di

    jaringan, gangguan metabolisme sel, penurunan reaktifitas serebrovaskular,

    meningkatnya permeabilitas blood-brain barrier atau meningkatnya produksi

    laktat di otak yang dapat meningkatkan kerusakan otak saat serangan stroke dan

    mengalami hiperglikemia (Antonius & Silliman, 2005).

    Hiperglikemia juga mempengaruhi asam amino eksitatorik, terutama

    glutamat, yang berperan pada kematian sel karena mengaktivasi reseptor glutamat

    post synaptic. Keadaan ini mengakibatkan pemasukan ion kalsium (calcium

    influx) secara berlebihan lewat saluran ion, mengakibatkan kerusakan

    mitokondria, dan akhirnya kematian sel. Akhirnya hiperglikemia menambah

    terjadinya edema otak, merusak blood brain barrier dan transformasi infark

    iskemik menjadi hemoragik. Pada binatang percobaan adanya hiperglikemia

  • 25

    meningkatkan kemungkinan terjadinya perubahan infark menjadi infark

    hemoragik 5 kali lebih besar dan kemungkinan perluasan area perdarahan tersebut

    25 kali lebih besar (Budiarto, 2009).

    D. Pengelolaan Gaya Hidup

    Dengan perubahan gaya hidup yang sesuai, perubahan dari hiperglikemia

    menjadi diabetes dan menyebabkan berbagai komplikasi dapat dihambat atau

    dicegah (Sinha, Fisch, Teague, Tamborlane, Banyas, & Allen, 2002).

    1. Pengaturan Diet

    Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan

    hiperglikemia. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang

    seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi

    baik yaitu karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak 20-25% (Anonim,

    2005).

    a. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut

    dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan

    mempertahankan berat badan ideal (Anonim, 2005).

    b. Menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal. Penurunan berat

    badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki

    respons sel-sel terhadap stimulus glukosa. Penurunan 5% berat badan dapat

    mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6%, dan setiap kilogram penurunan

    berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup

    (Anonim, 2005).

  • 26

    c. Membatasi konsumsi kolesterol tidak melebihi 300 mg per hari. Sumber

    lemak diupayakan yang berasal dari bahan nabati, yang mengandung lebih

    banyak asam lemak tak jenuh dibandingkan asam lemak jenuh (Anonim,

    2005).

    d. Masukan serat paling tidak 25 g per hari. Serat membantu menghambat

    penyerapan lemak, makanan berserat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh juga

    dapat membantu mengatasi rasa lapar tanpa risiko masukan kalori yang

    berlebih. Disamping itu makanan sumber serat seperti sayur dan buah-buahan

    segar umumnya kaya akan vitamin dan mineral (Anonim, 2005).

    2. Olahraga

    Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula

    darah tetap normal. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE

    (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance Training). Sedapat

    mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal, disesuaikan

    dengan kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olahraga yang

    disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain

    sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama total 30-40 menit

    per hari didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan antara

    5-10 menit. Olahraga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas

    reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa

    (Anonim, 2005).

  • 27

    3. Menghindari rokok dan alkohol

    Merokok atau minum alkohol akan meningkatkan risiko stroke sampai

    200%. Merokok bisa mengurangi elastisitas pembuluh darah sehingga

    meningkatkan pengerasan pembuluh arteri, dan meningkatkan faktor pembekuan

    darah yang memicu penyakit jantung dan stroke (Fatimah, 2009).

    E. Edukasi

    Edukasi dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau

    materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai

    perubahan perilaku (tujuan). Edukasi kesehatan sangat penting untuk menunjang

    program-program kesehatan yang lain. Untuk memilih metode edukasi harus

    memperhatikan subjek edukasi apakah itu merupakan individu, kelompok,

    masyarakat/massa serta harus mempertimbangkan pendidikan formal. Cara belajar

    insan aktif (CBIA) dan ceramah merupakan metode edukasi yang diberikan untuk

    kelompok besar, lebih dari 15 orang, metode ini sesuai untuk sasaran/subjek yang

    berpendidikan tinggi/rendah (Notoatmodjo, 2003).

    Penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi pengetahuan,

    sikap, dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan agar individu/kelompok/

    masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak baik mendukung nilai

    hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat (Pratomo,

    1989).

    Edukasi kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha menyampaikan

    pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan cara

    bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan

  • 28

    sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan.

    Pendidikan atau penyuluhan kesehatan tersebut mengupayakan agar perilaku

    individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap

    pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Edukasi kesehatan dilaksanakan melalui

    penyuluhan massa, kelompok atau interpersonal yang tujuan akhirnya adalah agar

    individu, kelompok atau masyarakat berada dalam kondisi derajat kesehatan yang

    setinggi-tingginya (Notoatmodjo, 2003).

    Bentuk pendekatan atau edukasi yang digunakan antara lain adalah:

    1. Bimbingan dan penyuluhan

    Dengan cara ini kontak antara subjek penelitian dan peneliti lebih intensif.

    Setiap masalah yang dihadapi subjek penelitian dapat diteliti oleh peneliti

    sehingga dapat dibantu dalam penyelesaiannya. Pada akhirnya subjek

    penelitian dapat menangkap dan menerimanya kemudian berdasarkan

    kesadaran penuh pengertian dapat mengubah perilaku sehatnya (Notoatmodjo,

    2003).

    2. Wawancara

    Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

    Wawancara antara peneliti dengan subjek penelitian untuk menggali informasi

    mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau

    tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau

    yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.

    Apabila belum, maka perlu adanya penyuluhan yang lebih mendalam lagi

    (Notoatmodjo, 2003).

  • 29

    3. Ceramah

    Metode yang baik untuk subjek penelitian yang berpendidikan tinggi maupun

    rendah dan untuk kelompok besar. Yang dimaksud kelompok besar di sini

    apabila subjek penelitian lebih dari 15 orang (Notoatmodjo, 2003).

    F. Landasan Teori

    Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak

    dengan tanda klinis fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau

    dapat menimbulkan kematian yang disebabkan karena gangguan peredaran darah

    otak (WHO, 1997).

    Stroke merupakan salah satu komplikasi yang muncul pada pasien

    hiperglikemia. Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan kadar glukosa

    darah puasa di atas kadar normal yaitu 100 mg/dL (Anonim, 2005; Triplitt,

    2005; Wibowo & Gofir, 2001.).

    Hiperglikemia dikaitkan dengan outcome yang jelek pada pasien dengan

    riwayat diabetes yang sudah maupun belum diketahui yang menjalani pengobatan

    karena mengalami infark miokard, gagal jantung kongestif, dan stroke. Tingginya

    kadar glukosa darah yang umumnya terjadi pada pasien diabetes mellitus

    merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke. Pasien diabetes memiliki

    peningkatan risiko 2-3 kali terkena stroke dibandingkan dengan pasien non

    diabetes (Matz et al., 2006; Ousman, 2002).

    Hiperglikemia pada pasien diabetes mellitus mampu menebalkan dinding

    pembuluh darah otak yang berukuran besar. Menebalnya dinding pembuluh darah

    otak akan menimbulkan aterosklerosis dan menghambat aliran darah ke otak yang

  • 30

    pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel-sel otak dan mengakibatkan stroke

    (Robert, 2002). Semakin tinggi kadar glukosa dalam darah, maka semakin besar

    risiko terkena stroke.

    Kadar glukosa dalam darah yang terkontrol dapat menurunkan risiko

    seseorang terserang stroke. Dengan perubahan gaya hidup yang sesuai, perubahan

    dari hiperglikemia menjadi diabetes dan menyebabkan berbagai komplikasi dapat

    dihambat atau dicegah (Sinha et al., 2002).

    Berdasarkan gambaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa mencegah

    stroke lebih penting daripada mengobatinya. Pemahaman terhadap faktor-faktor

    risiko stroke akan sangat membantu dalam tindakan pencegahan yang efektif,

    salah satu caranya adalah dengan pemberian edukasi yang berguna untuk

    meningkatkan pengetahuan mengenai profil kadar glukosa darah sebagai faktor

    risiko terjadinya stroke dan edukasi tentang pola hidup sehat sehingga dapat

    mencegah terjadinya stroke.

    G. Hipotesis

    Pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi

    secara personal dapat mempertahankan atau menurunkan profil glukosa darah

    puasa yang merupakan faktor risiko penyebab stroke secara signifikan berada

    dalam rentang nilai normal pada populasi Posyandu Lansia Srikandi dan

    Posyandu Lansia Buah Apel, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten

    Sleman, DIY.

  • 31

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (Quasi-

    Experimental research) dengan rancangan penelitian nonrandomized pretest-

    posttest intervention with control group design. Penelitian eksperimental semu

    digunakan karena tidak memungkinkan mengontrol semua hal yang berpengaruh

    terhadap hasil penelitian (Pratiknya, 2001). Variabel luar yang tidak dapat

    dikendalikan oleh peneliti adalah tindakan subjek penelitian. Peneliti juga tidak

    bisa menjamin bahwa antara kelompok yang diberi perlakuan dan yang tidak

    diberi perlakuan (kelompok kontrol) tidak saling berinteraksi. Perlakuan dalam

    penelitian ini adalah pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan

    edukasi secara personal.

    Subjek penelitian diamati dua kali, yaitu sebelum dan sesudah pemberian

    intervensi. Hasil dari kelompok perlakuan ini kemudian dibandingkan dengan

    kelompok kontrol. Secara keseluruhan akan diperoleh empat macam hasil

    pengukuran, yaitu dua hasil pengukuran awal dan dua hasil pengukuran akhir.

    Jenis penelitian eksperimental semu digunakan untuk melihat pengaruh

    edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal

    terhadap perubahan tindakan terkait faktor-faktor risiko stroke sehingga

    menghasilkan penurunan profil kadar glukosa darah puasa pada lansia di Dusun

    Burikan dan Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini

  • 32

    merupakan kombinasi antara penelitian laboratorium dan klinis dengan bidang

    multidispliner meliputi Patologi Klinik, Farmasi Sosial, dan Farmasi Klinis.

    Kelompok perlakuan

    a b---------------------P

    Kelompok kontrol

    ---------------------TPak bk

    Gambar 2. Skema rancangan pretest-posttest intervention with control group design Keterangan: P : perlakuan berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara

    personal TP : tanpa perlakuan a : pengukuran awal kadar glukosa darah puasa sebelum perlakuan ak : pengukuran awal kadar glukosa darah puasa pada kelompok kontrol tanpa

    perlakuan b : pengukuran akhir kadar glukosa darah puasa setelah perlakuan bk : pengukuran akhir kadar glukosa darah puasa pada kelompok kontrol tanpa

    perlakuan.

    B. Variabel Penelitian

    1. Variabel bebas (independent): intervensi berupa ceramah yang dilanjutkan

    dengan edukasi secara personal

    2. Variabel tergantung (dependent): faktor risiko stroke yaitu profil kadar

    glukosa darah puasa pada populasi Posyandu Lansia Srikandi, Dusun

    Burikan dan Posyandu Lansia Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi,

    Mlati, Sleman, DIY.

    C. Definisi Operasional

    1. Pemberian edukasi adalah suatu proses penyampaian materi melalui

    pemberian ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal pada

    populasi Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Lansia

  • 33

    Buah Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, DIY yang

    bertujuan mempertahankan atau menurunkan profil kadar glukosa darah

    puasa berada dalam rentang nilai normal terkait pencegahan stroke.

    2. Ceramah adalah suatu bentuk informasi lisan tentang stroke dan

    pencegahannya yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan populasi

    Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Lansia Buah Apel,

    Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mati, Sleman, DIY.

    3. Edukasi secara personal dilakukan dengan pemberian leaflet dan wawancara

    mengenai tindakan yang dilakukan oleh subjek penelitian terkait pencegahan

    stroke.

    4. Leaflet adalah suatu bentuk informasi tertulis yang mencakup kajian tentang

    stroke dan pencegahannya yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

    populasi Posyandu Lansia Srikandi Dusun Burikan dan Posyandu Lansia

    Buah Apel Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, DIY.

    5. Profil karakteristik populasi lansia dalam penelitian ini adalah gambaran

    subjek penelitian terkait dengan stroke yang meliputi umur, jenis kelamin,

    tingkat pendidikan, kebiasaan merokok, BMI (Body Mass Index), kadar

    glukosa darah puasa.

    6. Kadar glukosa darah adalah banyaknya glukosa yang terdapat dalam setiap

    desi liter serum darah, dinyatakan dalam mg/dL.

    7. Standar kadar glukosa darah puasa yang digunakan berpedoman pada

    standar kadar glukosa darah puasa yang ditetapkan oleh American Diabetes

    Association.

  • 34

    8. Puasa artinya tidak ada asupan makanan selama minimal 8 jam sebelum

    dilakukan tes pengambilan sampel darah.

    9. Usia dalam penelitian ini dibagi menjadi enam kelompok, yaitu usia 60-

    65 tahun, 66-71 tahun, 72-77 tahun, 78-83 tahun, 84-89 tahun,

    dan 90-95 tahun.

    10. Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu tidak

    sekolah, SMP, dan >SMP.

    D. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian yang digunakan adalah lansia yang tergabung dalam

    kelompok Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Lansia Buah

    Apel, Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Mlati, Sleman, DIY yang memenuhi

    kriteria inklusi, bersedia diambil darahnya (inform consent), mengisi formulir data

    penelitian, dan mengikuti ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi secara

    personal oleh peneliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah laki-laki atau

    perempuan berusia diatas 60 tahun yang aktif ikut kegiatan posyandu lansia.

    Kriteria eksklusi yang digunakan adalah pernah mengalami stroke, penyakit gagal

    ginjal, atau penyakit jantung.

    Pada awal penelitian, subjek penelitian yang digunakan sebanyak 60

    orang. Dari 60 orang tersebut dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya riwayat

    penyakit. Subjek penelitian dengan riwayat penyakit hipertensi sebanyak 7 orang,

    kelebihan kadar asam urat 3 orang, hipertensi dan kelebihan asam urat 3 orang,

    reumatik 5 orang, dan tanpa riwayat penyakit 42 orang. Masing-masing jenis

    riwayat penyakit diacak untuk dimasukkan dalam kelompok perlakuan dan

  • kontrol se

    tanpa riwa

    Pa

    menjasi 29

    diri karen

    penelitian

    Keteranga* penguku** penguk

    P

    Kecamata

    dilakukan

    Utama tela

    P

    dilakukan

    ecara seimb

    ayat penyak

    ada akhir pe

    9 orang. Ha

    na takut unt

    dapat dilih

    Gamban: uran awal kuran akhir

    Penelitian d

    an Mlati, K

    di Labora

    ah memilik

    Penelitian d

    dari Bulan

    K30 subj

    Ko29 subj

    bang. Hal y

    kit.

    enelitian, su

    al ini diseba

    tuk melakuk

    at pada gam

    ar 3. Skema p

    E.

    dilakukan di

    Kabupaten

    atorium Pra

    i sertifikat I

    F.

    dilakukan pa

    Juli-Oktob

    Kontrol *jek penelitian

    ontrol **jek penelitian

    yang sama

    ubjek peneli

    abkan karen

    kan pengam

    mbar 3.

    pembagian k

    Tempat P

    i Dusun Bu

    Sleman,

    amita Utam

    ISO sehingg

    Waktu Pe

    ada bulan J

    er 2009.

    60 subjek p

    n

    n

    dilakukan

    itian pada k

    a satu subje

    mbilan dara

    kelompok sub

    Penelitian

    urikan dan

    Yogyakarta

    ma, Yogyaka

    ga hasil pen

    enelitian

    Juni-Oktobe

    penelitian

    30 s

    30s

    terhadap s

    kelompok ko

    ek penelitian

    ah akhir. Pe

    bjek penelitia

    Keboan, D

    a. Analisis

    arta. Labor

    nelitian dapa

    er 2009. Pe

    Perlakuan *subjek peneli

    Perlakuan **subjek peneli

    subjek pene

    ontrol berku

    n mengundu

    embagian su

    n

    Desa Sumbe

    s sampel

    atorium Pr

    at dipercaya

    engambilan

    *itian

    *itian

    35

    elitian

    urang

    urkan

    ubjek

    eradi,

    darah

    amita

    a.

    n data

  • 36

    G. Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulir data

    penelitian dan data hasil laboratorium. Formulir data penelitian, berisi nama, jenis

    kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan terakhir, kebiasaan merokok,

    riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit, dan keaktifan mengikuti posyandu

    lansia, diperoleh pada awal penelitian.

    H. Tata Cara Penelitian

    1. Penentuan subjek penelitian

    Subjek penelitian ditentukan dengan teknik purposive sampling. Subjek

    penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk

    memperoleh satuan sampling yang yang memiliki karakteristik yang dikehendaki

    (Setiawan, 2005). Peneliti terlebih dahulu menetapkan jumlah subjek penelitian

    yang akan diteliti yang terdiri dari 30 lansia dari Posyandu Lansia Srikandi dan 30

    lansia dari Posyandu Lansia Buah Apel. Setiap kelompok kemudian diundi untuk

    dikelompokkan menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. Pembagian antara

    kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ditetapkan masing-masing kelompok

    terdiri dari 15 lansia dari Posyandu Lansia Srikandi dan 15 lansia dari Posyandu

    Lansia Buah Apel.

    Pembagian ini juga melihat ada tidaknya riwayat penyakit, yaitu

    hipertensi, asam urat, komplikasi asam urat dan hipertensi, rematik, dan tanpa

    riwayat penyakit. Kelompok perlakuan dan kontrol terdiri dari lansia sehat dan

    lansia dengan riwayat penyakit dalam jumlah yang seimbang untuk memperoleh

    karakteristik yang sama.

  • 37

    Sampel minimal yang digunakan untuk penelitian eksperimental adalah 15

    orang untuk setiap populasi (Hasan, 2002). Subjek penelitian yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah 60 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 30

    orang kelompok perlakuan dan 30 orang kelompok kontrol.

    2. Pengurusan izin penelitian

    Pengurusan izin penelitian dilakukan untuk memperoleh izin melakukan

    penelitian pada populasi lansia yang tergabung dalam kelompok Posyandu Lansia

    Srikandi, Dusun Burikan dan Buah Apel, Dusun Keboan, Sumberadi, Mlati,

    Sleman, DIY. Proses pengurusan izin penelitian dimulai dengan memasukkan

    permohonan izin dan proposal penelitian ke bagian perizinan Bupati Sleman c.q

    BAPPEDA Sleman. Kemudian secara berurutan dilanjutkan ke Dinas Pol PP dan

    Tibmas Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Bidang

    Perencanaan SDM BAPPEDA Kabupaten Sleman, Puskesmas Mlati II,

    Kecamatan Mlati, Kelurahan Sumberadi, serta Kepala Dusun Burikan dan

    Keboan. Izin penelitian juga disampaikan kepada Komisi Etik Penelitian

    Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada untuk

    memperoleh keterangan kelaikan etik (ethical clearance).

    3. Penelusuran data populasi

    Penelusuran data populasi dilakukan dengan melakukan penelusuran data

    prevalensi stroke di Kabupaten Sleman yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

    Kabupaten Sleman. Di bagian ini diperoleh data jumlah orang berusia di atas 60

    tahun yang menderita stroke dan dirawat di puskesmas daerah Sleman sebanyak

    214 orang dengan jumlah penduduk sampai pertengahan tahun 2008 di Kabupaten

  • 38

    Sleman sebanyak 938.694 orang. Penelusuran data populasi dilanjutkan ke

    Kelurahan Sumberadi dan diperoleh 15 data dusun di Desa Sumberadi, dimana

    masing-masing dusun memiliki satu posyandu lansia, namun tidak diperoleh data

    mengenai jumlah populasi lansia pada tahun 2008 di setiap dusun.

    Peneliti kemudian melakukan observasi ke posyandu lansia di dua dusun

    yang paling dekat dengan Posyandu Lansia Srikandi Dusun Burikan, yaitu

    Posyandu Lansia Buah Apel, Dusun Keboan dan Posyandu Lansia Dusun Warak.

    Posyandu lansia yang memiliki karakteristik demografi hampir sama dengan

    Posyandu Lansia Srikandi, Dusun Burikan adalah Posyandu Lansia Buah Apel,

    Dusun Keboan dilihat dari tingkat sosial masyarakatnya. Data jumlah populasi

    lansia pada tahun 2008 di setiap dusun ditelusuri melalui Kecamatan Mlati.

    Berdasarkan data yang diberikan, jumlah populasi lansia yang ada di Desa

    Sumberadi pada tahun 2008 berjumlah 1225 orang dari 6609 orang penduduk

    Kecamatan Mlati, dimana jumlah penduduk lansia di Dusun Burikan berjumlah

    91 orang dan Dusun Keboan berjumlah 70 orang.

    4. Pembuatan leaflet

    Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan

    melalui lembaran yang dilipat (Notoatmojo, 1993). Leaflet berfungsi sebagai

    media pemberian edukasi secara personal tentang pencegahan stroke kepada

    subjek penelitian. Isi leaflet adalah hal-hal yang berkaitan dengan stroke, yaitu

    definisi, akibat serta pencegahannya. Leaflet dibuat semenarik mungkin, jelas,

    singkat, dan lengkap dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Leaflet

  • 39

    lebih banyak mencantumkan gambar karena subjek penelitian sudah berusia

    lanjut, sehingga diharapkan lebih mudah dalam memahami isi leaflet.

    5. Pelaksanaan intervensi

    a. Penyebaran undangan untuk subjek penelitian

    Undangan untuk pengambilan sampel darah disebarkan pada semua

    subjek penelitian di Posyandu Lansia Srikandi dan Buah Apel yang telah

    bersedia untuk mengikuti jalannya penelitian. Penyebaran undangan disertai

    dengan pengisian formulir data penelitian. Undangan untuk mengikuti

    ceramah hanya disebarkan kepada subjek penelitian di Posyandu Lansia

    Srikandi dan Buah Apel yang tergabung dalam kelompok perlakuan.

    Ceramah yang dilanjutkan dengan penyerahan hasil pemeriksaan

    laboratorium untuk kelompok perlakuan dilakukan pada tanggal 5 Agustus

    2009. Undangan juga diberikan pada kelompok kontrol untuk mengambil

    hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 4 Agustus

    2009. Hal ini untuk menghindari interaksi antara kelompok perlakuan dan

    kontrol agar kelompok kontrol tidak mengetahui intervensi berupa ceramah

    yang diberikan pada kelompok perlakuan.

    Sebelum dilakukan pengukuran awal maupun akhir, subjek

    penelitian dipuasakan selama minimal 8 jam, artinya tidak ada masukan

    makanan maupun minuman kecuali air putih selama 8 jam terakhir sampai

    waktu pengambilan darah. Untuk meminimalkan kelalaian subjek penelitian

    melakukan puasa maka 1-2 hari sebelum pengambilan dan pengukuran

    sampel darah, peneliti beserta kader posyandu setempat mengunjungi subjek

  • 40

    penelitian secara personal untuk mengingatkan subjek penelitian melakukan

    puasa. Pengukuran awal pengambilan sampel darah dilakukan pada tanggal

    31 Juli 2009. Pengukuran akhir pengambilan sampel darah dilakukan pada

    tanggal 2 Oktober 2009. Pengambilan hasil pemeriksaan laboratorium untuk

    kedua kelompok dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2009.

    b. Pengambilan sampel darah pada pengukuran awal

    Pengambilan sampel darah pada pengukuran akhir dilakukan pada

    kelompok perlakuan dan kontrol oleh petugas dari Laboratorium Pramita

    Utama.

    c. Pelaksanaan ceramah, edukasi secara personal, dan pemberian leaflet

    Pemberian edukasi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan edukasi

    secara personal dilakukan pada kelompok perlakuan untuk memberikan

    pengetahuan tentang stroke dan pencegahannya, sehingga dapat

    mempengaruhi tindakan subjek penelitian untuk menjaga kesehatannya.

    Pemberian ceramah dilakukan 5 hari setelah pengambilan darah tahap

    pertama. Ceramah diberikan oleh dokter dari Laboratorium Pramita. Dalam

    acara ini terjadi interaksi berupa tanya jawab antara dokter sebagai

    narasumber dan subjek penelitian. Ceramah dikemas dalam waktu satu jam

    dengan bahasa pengantar adalah Bahasa Jawa. Bahasa pengantar yang

    digunakan adalah Bahasa Jawa karena subjek penelitian kurang memahami

    Bahasa Indonesia. Edukasi secara personal dilakukan setiap dua minggu

    sekali dari rumah ke rumah selama dua bulan. Alasan dilakukan edukasi

    secara personal karena peneliti kesulitan untuk mengumpulkan subjek

  • 41

    penelitian menjadi satu, mengingat masing-masing subjek penelitian

    memiliki kesibukan yang berbeda. Edukasi secara personal dapat

    memberikan pemahaman yang lebih mendalam serta mengingatkan subjek

    penelitian terkait dengan stroke dan pencegahannya, sehingga dapat

    mempengaruhi tindakan subjek uji untuk menjaga kesehatannya. Leaflet

    diberikan saat pertama kali dilakukan edukasi secara personal agar

    penyampaian informasi lebih efektif.

    d. Pengambilan sampel da