repository.usd.ac.idpengaruh pemberian edukasi untuk mencegah stroke terhadap perubahan perilaku...

142
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI UNTUK MENCEGAH STROKE TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU POPULASI LANSIA DI POSYANDU SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU BUAH APEL, DUSUN KEBOAN, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Adi Wijaya NIM : 068114117 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI UNTUK MENCEGAH STROKE

    TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU POPULASI LANSIA DI

    POSYANDU SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU BUAH

    APEL, DUSUN KEBOAN, YOGYAKARTA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Ilmu Farmasi

    Oleh :

    Adi Wijaya

    NIM : 068114117

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2009

  • ii

    PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI UNTUK MENCEGAH STROKE

    TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU POPULASI LANSIA DI

    POSYANDU SRIKANDI, DUSUN BURIKAN DAN POSYANDU BUAH

    APEL, DUSUN KEBOAN, YOGYAKARTA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Ilmu Farmasi

    Oleh :

    Adi Wijaya

    NIM : 068114117

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2009

  • iii

    THE EFFECTS OF EDUCATION GIVEN FOR PREVENT STROKE BY

    BEHAVIORAL CHANGING IN ELDERLY PEOPLE IN POSYANDU

    SRIKANDI, DUSUN BURIKAN AND POSYANDU BUAH APEL, DUSUN

    KEBOAN, YOGYAKARTA

    SKRIPSI

    Presented as Partitial Fulfilment of the Requirement

    to Obtain Sarjana Farmasi (S.Farm)

    In Faculty of Pharmacy

    By:

    Adi Wijaya

    NIM : 068114117

    FACULTY OF PHARMACY

    SANATA DHARMA UNIVERSITY

    YOGYAKARTA

    2009

  • iv

  • v

  • vi

    “Janganlah takut, hai kamu kawanan

    kecil! Karena Bapamu telah berkenan

    memberikan kamu Kerajaan itu.”

    (Lukas 12:32)

    Karya ini aku persembahkan untuk:

    Tuhan Yesus Kristus,

    Papa di Surga, Mama, kakak-kakak, keponakan,

    Sahabat-sahabat dan teman-temanku,

    Almamaterku.

  • vii

  • viii

    PRAKATA

    Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus

    karena hanya dengan anugerah, berkat, kasih, dan pertolongan-Nya penulis dapat

    menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ”Pengaruh

    Pemberian Edukasi untuk Mencegah Stroke terhadap Perubahan Perilaku Populasi

    Lansia di Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun

    Keboan Yogyakarta”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).

    Terselesaikannya penulisan laporan akhir ini tidak lepas dari bantuan

    berbagai pihak yang telah membantu penulis. Oleh karena itu, penulis

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi anugerah, rahmat, dan kekuatan

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini

    hingga selesai.

    2. Bupati Sleman c.q BAPPEDA Sleman, Dinas Pol PP, dan Tibmas Kabupaten

    Sleman yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Kabupaten

    Sleman.

    3. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Bidang Perencanaan SDM Bappeda

    Kabupaten Sleman, Puskesmas Mlati II yang telah memberikan izin dan

    informasi tentang posyandu yang berada di Kabupaten Sleman khususnya di

    kelurahan Sumberadi.

    4. Kepala Kecamatan Mlati yang telah memberikan izin untuk melakukan

    penelitian di Kecamatan Mlati.

  • ix

    5. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran

    Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan izin penelitian dan

    mengeluarkan keterangan kelaikan etik (ethical clearance).

    6. Kelurahan Sumberadi yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian

    di Desa Sumberadi.

    7. Kepala Dusun Burikan dan Kepala Dusun Keboan yang telah memberikan izin

    untuk melakukan penelitian di Posyandu Srikandi Dusun Burikan dan

    Posyandu Buah Apel di Dusun Keboan.

    8. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta.

    9. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

    memberikan petunjuk, saran, arahan, dan bimbingan kepada penulis dalam

    proses penyusunan skripsi ini.

    10. dr.Fenty, M.Kes., Sp.PK. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan

    saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

    11. dr. Arina Ismah Afiati yang telah memberikan ceramah, petunjuk, dan

    masukan yang berguna dalam proses penyusunan skripsi.

    12. Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si. yang telah memberikan

    petunjuk dan bimbingan mengenai statistik untuk pengolahan data.

    13. Mas Narto, Mas Dwi, dan Pak Mukhmin yang selalu meluangkan waktunya

    untuk membantu dalam membuatkan surat pengantar untuk melakukan

    penelitian, memintakan tanda tangan Dekan untuk keperluan surat menyurat.

  • x

    14. Seluruh lansia Posyandu Srikandi di Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel

    di Dusun Keboan yang telah bersedia hadir, mengikuti acara ceramah, dan

    menjadi responden dalam penelitian ini..

    15. Seluruh kader Posyandu Srikandi di Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel

    di Dusun Keboan yang telah membantu saat pelaksanaan pengambilan darah

    dan acara ceramah.

    16. Mamaku tercinta atas kasih sayang, perhatian, dukungannya baik moril

    maupun materiil, motivasi, doa, dan segala pernyertaanya serta segala

    sesuatunya yang tidak dapat diuraikan satu-persatu.

    17. Kakak-kakakku : Candra Wijaya, S.E., Robby Wijaya, S.T., Vera Tri

    Handayani, S.E., Lanny Wijaya, S.E., Yohanes Setiawan Prasetyo, S.T. yang

    memberikan perhatian, dukungan, kasih sayang yang selalu ada saat suka

    maupun duka.

    18. Keponakanku Patrick Alvaro Prasetyo dan Prince Aaron Prasetyo yang selalu

    membuat kangen meskipun sangat sibuk dalam menyelesaikan skripsi ini.

    19. Teman-teman seperjuangan : Anna yang selalu panik dalam menyelesaikan

    skripsi, Dissa yang menjadi bendahara bagi kelompok, Dottie yang selalu

    membuat kami tertawa dengan tingkah lakunya, Vika yang suka tertawa lepas,

    Nimo yang manja, yang telah bersama-sama melalui segala sesuatunya dengan

    kebersamaan, suka duka, dan canda tawa dalam proses berjalannya penelitian

    dan penyusunan skripsi ini.

  • xi

    20. Mas Iwan dan Mas Sugeng atas persaudaraan yang terjalin selama selama ini,

    diskon yang diberikan, dan pinjaman tempat sebagai basecamp pembuatan

    property penelitian

    21. Teman-teman kelas B angkatan 2006, khususnya kelompok praktikum C dan

    D atas persahabatannya selama ini.

    22. Teman-teman FKK kelas B angkatan 2006, atas kebersamaannya dalam

    proses belajar dan saling membangun dalam presentasi.

    23. Serta semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini yang

    tidak dapat disebutkan satu per satu.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

    dan kelemahan karena keterbatasan pikiran, tenaga, dan waktu penulis. Untuk itu

    penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir

    kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca semua.

    Yogyakarta, 16 Oktober 2009

    Penulis

  • xii

  • xiii

    INTISARI

    Stroke adalah penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung koroner dan keganasan, dengan demikian diperlukan adanya pemberian edukasi yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan mengenai faktor-faktor risiko terjadinya stroke terutama untuk lansia.

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap perubahan perilaku Lansia di Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Yogyakarta. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental semu (Quasi-Experimental research), dengan desain nonrandomized pretest-posttest intervention with control group design. Kriteria inklusi subjek penelitian ini adalah pria dan wanita berusia diatas 60 tahun yang aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia dan belum pernah mengalami penyakit stroke, penyakit ginjal atau penyakit jantung kongestif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Data yang diperoleh dikaji dengan analisis meliputi analisis deskriptif dan statistik menggunakan Independent Sampels T-test atau Mann-Whitney U test untuk uji beda 2 kelompok sedangkan Paired T-test atau Wilcoxon untuk uji beda 1 kelompok dengan taraf kepercayaan 95%.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan (+0,97), sikap (+0,03), dan tindakan (+0,04) pada kelompok perlakuan, namun secara statistik peningkatannya adalah tidak bermakna. Tidak terdapat perbedaan perilaku yang signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan.

    Kata kunci : stroke, lansia, edukasi, perilaku

  • xiv

    ABSTRACT

    Stroke was the third caused of death after coronary heart disease and cancer. In stead of that, its need education method to increase knowledge about stroke risk factors.

    This research was done to know the effect of education to behavioural changing in elderly people in in Posyandu Srikandi, Dusun Burikan and Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan, Yogyakarta. This is a Quasi-Experimental research, with nonrandomized pretest-posttest intervention with control group design. The research subject were elderly which over 60, active in posyandu lansia, and never have stroke, heart disease, or congestive heart disease. The instrument of this research is a quesioner. Data analysis done by Independent Sampels T-test or Mann-Whitney U test for the differences of 2 groups with 95% confidence level.

    The result of this research shows that there are increase knowledge variable (+0,97), attitude variable (+0,03), and action variable (+0,04) in intervention group, but statistically the differences between intervention group and control group are not significant.

    Key word : stroke, elderly, education, behaviour

  • xv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ii

    PAGE TITLE iii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

    HALAMAN PENGESAHAN v

    HALAMAN PERSEMBAHAN vi

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii

    PRAKATA viii

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA xii

    INTISARI xiii

    ABSTRACT xiv

    DAFTAR ISI xv

    DAFTAR TABEL xvii

    DAFTAR GAMBAR xviii

    DAFTAR LAMPIRAN xix

    BAB I PENGANTAR 1

    A. Latar Belakang 1

    B. Permasalahan 3

    C. Keaslian Penelitian 4

    D. Manfaat Penelitian 5

    E. Tujuan Penelitian 5

    BAB II PENELAAHAN PUSTAKA 7

    A. Stroke 7

  • xvi

    B. Edukasi 16

    C. Perilaku 18

    D. Kuesioner 26

    E. Validitas dan Reliabilitas 27

    F. Landasan Teori 28

    G. Hipotesis 30

    BAB III METODE PENELITIAN 31

    A. Jenis dan Rancangan Penelitian 31

    B. Variabel Penelitian 32

    C. Definisi Operasional 32

    D. Subjek Penelitian 33

    E. Tempat Penelitian 33

    F. Waktu Penelitian 33

    G. Instrumen Penelitian 33

    H. Tatacara Penelitian 34

    I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian 43

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 46

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 61

    A. Kesimpulan 61

    B. Saran 62

    DAFTAR PUSTAKA 63

    LAMPIRAN 65

    BIOGRAFI 122

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Jenis Pernyataan dan Pengelompokan Pernyataan Berdasarkan

    Variabel dalam Kuesioner yang Disusun Bersifat Favorable dan

    Unfavorable 37

    Tabel 2. Karakteristik Umur 47

    Tabel 3. Karakteristik Jenis Kelamin 48

    Tabel 4. Karakteristik Tingkat Pendidikan 49

    Tabel 5. Karakteristik Kebiasaan Merokok 51

    Tabel 6. Karakteristik Tekanan Darah 52

    Tabel 7. Perbedaan Perilaku Dilihat dari Selisih Rerata antara Pretest

    dengan Posttest 53

    Tabel 8. Perbedaan Signifikansi antara Kelompok Perlakuan dengan

    Kelompok Kontrol pada Nilai Pretest dan Nilai Posttest 57

    Tabel 9. Manfaat Ceramah dan Edukasi secara Personal 60

    Tabel 10. Tindakan Setelah Ceramah dan Edukasi secara Personal 60

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Hubungan Perilaku dengan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan 18

    Gambar 2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Sebelum dan Setelah

    Diberikan Ceramah terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap,

    dan Tindakan 29

    Gambar 3. Skema Rancangan Pretest-Posttest Intervention with Control

    Group Design 31

    Gambar 4. Selisih Rerata Pretest-Posttest 56

  • xix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Kuesioner 65

    Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 69

    Lampiran 3. Nilai Pretest Kelompok Kontrol 70

    Lampiran 4. Nilai Pretest Kelompok Perlakuan 71

    Lampiran 5. Nilai Posttest Kelompok Kontrol 72

    Lampiran 6. Nilai Posttest Kelompok Perlakuan 73

    Lampiran 7. Karakteristik Umur 74

    Lampiran 8. Karakteristik Jenis Kelamin 75

    Lampiran 9. Karakteristik Tingkat Pendidikan 76

    Lampiran 10. Karakteristik Kebiasaan Merokok 77

    Lampiran 11. Karakteristik Tekanan Darah 78

    Lampiran 12. Perbedaan Perilaku Kelompok Kontrol Dilihat dari Selisih Nilai

    Rerata dan Signifikansi untuk Setiap Variabel Perilaku 79

    Lampiran 13. Perbedaan Perilaku Kelompok Perlakuan Dilihat dari Selisih

    Nilai Rerata dan Signifikansi untuk Setiap Variabel Perilaku 85

    Lampiran 14. Perbedaan Signifikansi antara Kelompok Perlakuan dengan

    Kelompok Kontrol pada Nilai Pretest dan Nilai Posttest untuk

    Setiap Variabel Perilaku 91

    Lampiran 15. Skema Penentuan Uji Signifikansi Berdasarkan Uji Normalitas

    Data 109

    Lampiran 16. Surat Izin BAPPEDA 110

    Lampiran 17. Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) 111

  • xx

    Lampiran 18. Leaflet Bagian Depan 112

    Lampiran 19. Leaflet Bagian Belakang 113

    Lampiran 20. Materi Ceramah 114

    Lampiran 21. Dokumentasi Kegiatan 119

  • 1

    BAB I

    PENGANTAR

    A. Latar Belakang

    Stroke adalah penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung koroner

    dan keganasan. Stroke juga merupakan penyakit yang paling sering menimbulkan

    kecacatan dan problem kesehatan masyarakat di seluruh dunia (Dhamija, Mittal,

    dan Bansal, 2000; Japardi, 2002; Banerjee dan Kumar, 2006). Data statistik WHO

    pada tahun 2004 menunjukkan 15 juta orang menderita stroke di seluruh dunia

    setiap tahunnya dan dari jumlah tersebut, 5 juta orang meninggal sedangkan 5 juta

    orang lainnya mengalami cacat permanen. Stroke menyebabkan 650.000 kematian

    setiap tahun di Eropa. Insiden stroke mulai menunjukkan penurunan di negara-

    negara maju karena adanya upaya menjaga tekanan darah dan mengurangi

    kebiasaan merokok, namun tingkat stroke secara keseluruhan tetap tinggi karena

    penuaan penduduk (Mackay & Mensah, 2004).

    Penelitian berskala cukup besar dilakukan oleh Survey ASNA di 28

    Rumah Sakit seluruh Indonesia. Analisa penelitian ini, kita memperoleh gambaran

    dan profil stroke di Indonesia, distribusi demografik dan gambaran faktor risiko,

    gambaran klinis, morbiditas dan mortalitasnya di Indonesia. Penderita laki-laki

    lebih banyak dari perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun cukup banyak

    yaitu 11,8%, usia 45-64 tahun berjumlah 54,2% dan diatas usia 65 tahun 33,5%

    (Rasyid dan Soertidewi, 2007).

  • 2

    Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat tajam dari urutan ketiga

    penyebab kematian menjadi urutan pertama, melampaui penyakit yang selama ini

    mendominasi angka kematian terbesar di Indonesia seperti jantung dan kanker.

    Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia saat

    ini dan jika tidak ada upaya penanggulangan yang lebih baik, maka jumlah

    penderita stroke pada tahun 2020 diprediksi akan meningkat dua kali lipat (Haris,

    2007).

    Stroke menjadi tantangan utama untuk tenaga kesehatan maupun tenaga

    medis karena dalam 6th world stroke congress tahun 2008 dikatakan bahwa stroke

    menjadi penyebab kematian kedua dan merupakan penyebab utama terjadinya

    kecacatan di seluruh dunia. Penyakit serebrovaskuler ini tidak selalu membunuh

    seseorang dengan cepat, tetapi faktanya sangat membahayakan, merusak otak, dan

    dapat melumpuhkan badan (Dhamija, Mittal, dan Bansal, 2000; Japardi, 2002;

    Banerjee dan Kumar, 2006; Bettschart & Kofler, 2008). Penyakit stroke tidak

    mengenal usia, jenis kelamin, serta status sosial. Serangannya bisa dialami oleh

    siapapun, apalagi jika kita tidak menjaga kesehatan (Fatimah, 2009).

    Pola hidup dan gaya hidup manusia dewasa semakin mengarah kepada

    gaya hidup pragmatis. Semuanya memenuhi kebutuhan secara instan dan praktis,

    hal ini tentu akan membawa konsekuensi. Konsekuensi yang paling rentan adalah

    masalah kesehatan, dengan pola hidup yang tidak sehat dan gaya hidup pragmatis,

    maka segala penyakit akan datang menyerang. Bermula dari kelebihan kolesterol,

    kelelahan karena kurang istirahat, tingkat stress yang tinggi, dan hipertensi, maka

    timbullah berbagai penyakit seperti stroke (Auryn, 2007).

  • 3

    Berdasarkan gambaran tersebut, maka perlu adanya intervensi berupa

    pemberian edukasi yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan mengenai

    faktor-faktor risiko terjadinya stroke dan edukasi tentang pola hidup sehat

    sehingga dapat mencegah terjadinya stroke. Pada penelitian ini digunakan

    populasi lansia dikarenakan pada usia ini sangat rentan terserang stroke.

    Penelitian ini dilakukan di Posyandu Srikandi Dusun Burikan dan

    Posyandu Buah Apel Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati,

    Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pemilihan posyandu lansia Srikandi dikarenakan

    adanya pendampingan yang telah dilakukan oleh fakultas Farmasi USD, dan

    anggota posyandu lansia ini cukup aktif serta mempunyai motivasi yang tinggi

    untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan

    kualitas hidup. Pemeriksaan faktor-faktor risiko terkait stroke dilakukan di

    laboratorium klinik Pramita Utama. Pramita Utama yang merupakan salah satu

    laboratorium di Yogyakarta yang telah terakreditasi.

    1. Permasalahan

    Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang muncul:

    a. Seperti apakah karakteristik lansia di Posyandu Srikandi Dusun Burikan

    dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan yang menjadi responden dalam

    penelitian ini dilihat dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

    kebiasaan merokok, dan tekanan darah?

    b. Apakah terdapat perubahan perilaku lansia di Posyandu Srikandi Dusun

    Burikan dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan setelah pemberian

    intervensi berupa ceramah dan edukasi secara personal?

  • 4

    c. Seperti apakah perubahan tindakan lansia di Posyandu Srikandi Dusun

    Burikan dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan setelah pemberian

    intervensi berupa ceramah dan edukasi secara personal?

    2. Keaslian Penelitian

    Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan, penelitian tentang pengaruh

    pemberian edukasi terhadap perubahan perilaku populasi lansia Posyandu

    Srikandi di Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel di Dusun Keboan, Desa

    Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta belum pernah

    dilakukan. Penelitian yang terkait dengan masalah edukasi dan stroke telah

    dilakukan oleh peneliti lain dengan judul berikut ini:

    a. Pengaruh Pemberian Edukasi tentang Sindrom terhadap Perilaku

    Masyarakat di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta (Kajian Faktor Usia,

    Jenis Kelamin, dan Tingkat Pendidikan) oleh Maduma Maria Magdalena

    (2008).

    b. Implementing a Community Education Program on Stroke for Health Care

    Providers and Consumers oleh Karen Richardson-Nassif, Robert Swartz,

    dan Mildred Reardon (2002).

    Penelitian tersebut berbeda pada hal tujuan penelitian, subjek penelitian,

    waktu penelitian, lokasi penelitian, dan kajian penelitian. Penelitian yang

    dilakukan saat ini ingin melihat pengaruh pemberian edukasi berupa ceramah

    yang dilanjutkan dengan edukasi secara personal terhadap perubahan perilaku

    populasi lansia di Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan Posyandu Buah

  • 5

    Apel, Desa Sumeradi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta

    tahun 2009.

    3. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

    a. Manfaat teoritis

    Mengetahui pengaruh pemberian edukasi dengan metode ceramah dan

    edukasi secara personal terhadap perubahan perilaku populasi lansia

    terkait dengan pencegahan stroke.

    b. Manfaat praktis

    1) Meningkatnya pengetahuan masyarakat khususnya mengenai penyakit

    stroke dan pencegahannya sehingga usia harapan hidup dapat

    meningkat dengan kesehatan yang baik.

    2) Meningkatnya pengetahuan kader Posyandu Srikandi Dusun Burikan

    dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan sehingga dapat memberikan

    pengetahuan tentang stroke kepada lansia.

    B. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Mengetahui perubahan perilaku yang terukur dalam peningkatan

    nilai pengetahuan, sikap, dan tindakan populasi lansia Posyandu Srikandi di

    Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel di Dusun Keboan setelah diberikan

    edukasi berupa ceramah tentang stroke.

  • 6

    2. Tujuan khusus

    a. Mengetahui karakteristik populasi lansia di Posyandu Srikandi Dusun

    Burikan dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan dilihat dari umur, jenis

    kelamin, tingkat pendidikan, kebiasaan merokok, dan tekanan darah.

    b. Mengetahui perubahan perilaku lansia di Posyandu Srikandi Dusun

    Burikan dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan setelah pemberian

    intervensi berupa ceramah dan edukasi secara personal.

    c. Mengetahui tindakan yang akan dilakukan lansia Posyandu Srikandi

    Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan setelah

    pemberian intervensi berupa ceramah dan edukasi secara personal.

  • 7

    BAB II

    PENELAAHAN PUSTAKA

    A. Stroke

    1. Definisi

    Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak)

    ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena

    berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Organisasi Kesehatan Dunia

    (WHO) mendefinisikan bahwa stroke merupakan gejala-gejala defisit fungsi

    susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak (Fatimah,

    2009).

    Dalam istilah awam, stroke adalah serangan otak yang terjadi secara tiba-

    tiba dapat mengakibatkan kelumpuhan sebelah bagian tubuh bahkan kematian.

    Sindroma ini diberi nama “stroke”, yang artinya mendadak. Kadang stroke disebut

    cerebrovascular accident (Sustrani, Alam, dan Hadibroto, 2006).

    Istilah stroke digunakan untuk menamakan sindroma hemiparesis atau

    hemiparalisis (lumpuh sebelah) akibat kerusakan pada pembuluh darah yang dapat

    bangkit dalam hitungan detik hingga hari, tergantung pada jenis penyakit yang

    menjadi penyebabnya. Stroke bukan merupakan nama penyakit, melainkan istilah

    untuk menjelaskan kumpulan gejala yang muncul jika terdapat kerusakan pada

    pembuluh darah otak (Fatimah, 2009).

  • 8

    2. Tanda dan Gejala

    Sebagian besar pasien stroke dapat mengingat kembali gejala yang

    dialami. Mulai dari rasa kesemutan, kehilangan pandangan sejenak, hingga

    kehilangan keseimbangan sekejap yang tidak menyebabkan pasien jatuh. Namun,

    seringkali gejala-gejala tersebut diabaikan, sehingga suatu saat dapat berubah

    menjadi gejala yang tidak dapat diabaikan lagi (Sustrani et al., 2006).

    Tanda dan gejala serangan stroke bervariasi, tergantung pada lokasi dan

    besarnya kerusakan sel otak akibat kurangnya suplai oksigen. Sekitar 90% pasien

    yang terserang stroke mengalami kelumpuhan separuh badan secara tiba-tiba.

    Tanda dan gejala lainnya adalah tiba-tiba kehilangan rasa peka, bicara cadel,

    gangguan berbicara, gangguan penglihatan, mulut tidak simetris, gangguan daya

    ingat, nyeri kepala hebat, vertigo, kesadaran menurun, dan tanda atau gejala lain

    yang menunjukkan adanya gangguan fungsi otak (Mulyatsih dan Ahmad, 2008).

    3. Penyebab

    Stroke adalah akibat gangguan peredaran darah otak. Penyebab stroke

    yang sering terjadi adalah:

    a. Pembuluh darah arteri yang tersumbat akibat adanya endapan benda-benda

    darah pada dinding pembuluh.

    b. Pembuluh darah pecah akibat kelemahan pada dinding pembuluh darah atau

    kelainan pada keadaan darah sendiri.

    c. Endapan pada dinding pembuluh darah atau pada dinding jantung yang terlepas

    dan menyumbat pembuluh darah yang lebih kecil. Endapan yang lepas disebut

    embolus (Mulyatsih dan Ahmad, 2008).

  • 9

    Stroke dapat terjadi karena aliran darah ke otak terputus. Otak manusia

    sangat tergantung pada pasokan darah yang berkesinambungan dialirkan oleh

    arteri. Asupan oksigen dan nutrisi akan dibawa oleh darah yang mengalir dalam

    pembuluh darah yang menuju ke sel-sel otak. Jika selama beberapa menit aliran

    darah atau aliran oksigen dan nutrisi terhambat, maka dapat terjadi stroke.

    Penyempitan pembuluh darah menuju sel-sel otak menyebabkan aliran darah dan

    asupan nitrisi ke otak akan berkurang. Selain itu, endapan lemak dapat terlepas

    dalam bentuk gumpalan-gumpalan kecil yang suatu saat dapat menyumbat aliran

    darah ke otak sehingga sel-sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal tersebut

    yang menjadi penyebab mendasar terjadinya stroke. Hipertensi merupakan

    penyebab tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah sehingga

    dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah akan lebih mudah

    pecah. Pembuluh darah yang pecah merupakan salah satu penyebab terjadinya

    stroke (Auryn, 2007).

    Para ahli kesehatan meyakini bahwa faktor keturunan secara genetik

    merupakan salah satu penyebab stroke. Pada keluarga yang anggota keluarganya

    menderita stroke, perlu adanya kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang dapat

    menyebabkan stroke. Namun demikian, stroke bukan merupakan penyakit

    keturunan. Banyaknya kasus stroke dalam keluarga mungkin lebih disebabkan

    faktor pola makan, gaya hidup, dan watak yang hampir sama (Fatimah, 2009).

    4. Klasifikasi

    Stroke diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu stroke iskemik

    (ischemic stroke) dan stroke hemoragik (haemorrhagic stroke).

  • 10

    a. Stroke iskemik

    Stroke iskemik disebabkan adanya penyumbatan pada pembuluh darah yang

    menuju ke otak. Sumbatan ini dapat disebabkan oleh 2 hal. Yang pertama

    adalah adanya penebalan pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis) dan

    bekuan darah bercampur lemak yang menempel pada dinding pembuluh darah

    yang disebut thrombus. Yang kedua adalah akibat tersumbatnya pembuluh

    darah otak oleh emboli, yaitu bekuan darah yang berasal dari thrombus di

    jantung (Mulyatsih dan Ahmad, 2008).

    b. Stroke hemoragik

    Stroke hemoragik dapat terjadi karena pembuluh darah pecah sehingga

    menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu

    daerah di otak yang kemudian merusaknya (Auryn, 2007). Salah satu penyebab

    stroke hemoragik adalah penyumbatan pada dinding pembuluh darah yang

    rapuh (aneurisme), mudah menggelembung, dan rawan pecah. Umumnya

    terjadi pada usia lanjut, tetapi yang paling umum kerapuhan terjadi karena

    mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak. Keadaan ini akan

    lebih parah jika terdapat gejala hipertensi dan stress. Pembuluh darah yang

    sudah rengas dengan sendirinya akan mudah retak atau pecah akibat adanya

    tekanan darah yang naik secara tiba-tiba (Sustrani et al., 2006).

    Berdasarkan gejalanya, stroke dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

    a. Stroke sementara

    Stroke yang dapat sembuh dalam beberapa menit atau jam.

  • 11

    b. Stroke Ringan

    Stroke yang dapat sembuh dalam waktu beberapa minggu.

    c. Stroke Berat

    Stroke yang dapat sembuh dengan meninggalkan cacat, tidak dapat sembuh

    total, bahkan dalam beberapa bulan atau tahun kemudian dapat mengakibatkan

    kematian (Fatimah, 2009).

    5. Faktor Risiko

    Stroke dapat terjadi karena adanya gangguan aliran darah ke bagian otak.

    Jika ada daerah otak yang kekurangan suplai darah secara tiba-tiba, maka

    penderita akan mengalami gangguan saraf otak sesuai daerah yang terkena.

    Gangguan saraf dapat berupa lumpuh sebelah (hemiplegia), berkurangnya

    kekuatan sebelah anggota tubuh (hemiparesis), gangguan bicara, gangguan rasa

    (sensasi) di kulit sebelah wajah, lengan atau tungkai. Gangguan-gangguan tersebut

    yang menjadi penyebab stroke dapat disebabkan karena berbagai hal. Berbagai hal

    atau keadaan yang menyebabkan stroke itulah yang disebut dengan faktor risiko

    stroke (Auryn, 2007).

    Fatimah (2009) membagi faktor risiko stroke menjadi 2 kelompok.

    a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

    1) Usia

    Semakin tua usia seseorang, maka semakin besar pula risiko terserang

    stroke. Hal ini berkaitan dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi

    secara alami. Pada lansia, pembuluh darah lebih kaku karena adanya plak

    (aterosklerosis).

  • 12

    2) Jenis kelamin

    Laki-laki memiliki risiko yang lebih besar untuk terserang stroke dibanding

    perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki cenderung untuk merokok. Rokok

    dapat merusak lapisan pembuluh darah tubuh.

    3) Herediter

    Hal ini terkait dengan riwayat stroke di keluarga. Seseorang dengan riwayat

    stroke pada keluarga, memiliki risiko yang lebih besar untuk terserang

    stroke dibandingkan seseorang yang tidak memiliki riwayat stroke pada

    keluarga.

    4) Ras atau etnik

    Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang

    yang lebih besar terserang stroke dibandingkan ras kulit hitam.

    b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

    1) Hipertensi

    Orang-orang yang tekanan darahnya tinggi memiliki peluang lebih besar

    untuk mengalami stroke. Hipertensi merupakan penyebab terbesar

    terjadinya stroke, karena seseorang yang hipertensi dapat mengalami

    gangguan aliran darah tubuh, diameter pembuluh darah akan mengecil

    (vasokonstriksi) sehingga darah yang mengalir ke otak akan berkurang.

    Keadaan ini mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen dan glukosa, jika

    suplai berkurang secara terus-menerus maka jaringan otak akan mengalami

    kematian.

  • 13

    2) Penyakit jantung

    Berbagai penyakit jantung berpotensi menimbulkan stroke, faktor risiko ini

    pada umumnya akan menimbulkan embolus. Embolus adalah sumbatan

    aliran darah ke otak karena jantung melepas gumpalan darah, sel-sel atau

    jaringan yang telah mati ke dalam aliran darah. Apabila penyakit jantung

    yang ada diberi obat anti penggumpalan darah dengan dosis tidak terkontrol

    dan tidak dilakukan kontrol terhadap waktu penggumpalan darah, maka

    dapat muncul komplikasi serius yaitu perdarahan otak (Harsono, 1994).

    3) Diabetes Mellitus

    Penderita diabetes memiliki risiko 3 kali lipat terkena stroke dan mencapai

    tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Namun, ada faktor penyebab lain

    yang dapat memperbesar risiko stroke karena sekitar 40% penderita

    diabetes pada umumnya juga mengidap hipertensi (Sustrani et al., 2006).

    Penderita diabetes mellitus yang kekurangan insulin dapat mengalami

    gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Kekurangan

    pemakaian glukosa dalam sel dan kenaikan glukoneogenesis dalam hati

    menyebabkan hiperglikemia. Kenaikan lipolisis dalam hati, jaringan otot,

    dan jaringan lemak menyebabkan kenaikan asam lemak bebas dalam

    plasma, selanjutnya akan meningkatkan pembentukan kolesterol dan

    lipoprotein dalam darah yang dapat mengakibatkan terjadinya

    aterosklerosis (Mutschler, 1991).

    Diabetes mellitus dapat mengakibatkan dinding pembuluh darah otak

    menebal. Menebalnya dinding pembuluh darah otak akan mempersempit

  • 14

    lubang pembuluh darah dan mengganggu kelancaran aliran darah ke otak,

    pada akhirnya menyebabkan kematian sel-sel otak (Harsono, 1994).

    4) Hiperkolesterolemia

    Hiperkolesterolemia dapat terjadi jika kadar kolesterol di dalam darah

    berlebih. Kolesterol yang berlebih terutama jenis LDL, LDL yang berlebih

    akan mengakibatkan terbentuknya plak pada pembuluh darah. Apabila plak

    terus terbentuk, maka semakin lama plak akan semakin banyak dan

    menumpuk sehingga mengganggu aliran darah (Fatimah, 2009). HDL

    merupakan lipoprotein yang mengangkut kolesterol ke hati untuk diubah

    menjadi asam empedu, jadi semakin tinggi HDL maka nilai kolesterol

    rendah karena semakin banyak HDL yang membawa kolesterol ke hati dan

    diubah menjadi asam empedu. LDL merupakan lipoprotein yang

    mengangkut sebagian kolesterol darah dari hati ke jaringan. Kolesterol

    yang telah dioksidasi oleh radikal bebas (oksi-LDL) dapat mengendap di

    dinding pembuluh darah dan mengakibatkan aterosklerosis (Tjay dan

    Rahardja, 2002). Memperbaiki tingkat kolesterol dapat dilakukan dengan

    pola makan yang sehat dan olahraga teratur dapat menurunkan risiko

    aterosklerosis dan stroke. Dalam kasus tertentu, dokter dapat memberikan

    obat yang dapat menurunkan kolesterol (Sustrani et al., 2006).

    5) Obesitas

    Obesitas atau kegemukan merupakan salah satu faktor risiko stroke. Hal

    tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah

  • 15

    pada orang yang obesitas. Pada umunya kadar LDL seseorang yang

    obesitas lebih tinggi dibanding kadar HDL.

    6) Merokok

    Merokok merupakan penyebab nyata seseorang terserang stroke, lebih

    banyak terjadi pada usia dewasa muda daripada usia yang lebih tua. Risiko

    stroke dapat menurun seketika jika berhenti merokok dan terlihat jelas

    dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok. Merokok dapat memicu

    produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah) lebih banyak sehingga

    menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Pada pasien perokok, kerusakan

    yang terjadi akibat stroke jauh lebih parah karena dinding bagian dalam

    (endothelial) pada sistem pembuluh darah otak (serebrovaskular) biasanya

    sudah menjadi lemah (Sustrani et al., 2006).

    7) Alkohol

    Alkohol yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan

    meningkatnya risiko stroke, tetapi konsumsi alkohol yang tidak berlebihan

    dapat memberikan manfaat berupa penurunan risiko stroke dengan

    mengurangi daya penggumpalan platelet dalam darah. Akan tetapi disiplin

    menggunakan manfaat alkohol dalam konsumsi cukup sulit dikendalikan

    dan efek samping alkohol justru lebih berbahaya. Konsumsi alkohol secara

    berlebihan dapat mempengaruhi kekentalan dan penggumpalan darah yang

    akhirnya menyebabkan pendarahan di otak serta memperbesar risiko stroke

    iskemik (Sustrani et al., 2006).

  • 16

    B. Edukasi

    Edukasi dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian bahan atau

    materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan untuk mencapai

    perubahan perilaku (tujuan). Edukasi kesehatan sangat penting dalam menunjang

    program-program kesehatan yang lain. Untuk memilih metode edukasi harus

    memperhatikan subjek edukasi apakah itu merupakan individu, kelompok,

    masyarakat/massa serta harus mempertimbangkan pendidikan formal. Ceramah

    merupakan metode edukasi yang diberikan untuk kelompok besar, lebih dari 15

    orang, metode ini sesuai untuk sasaran/subjek yang berpendidikan tinggi/rendah

    (Notoatmodjo, 2003).

    Penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi pengetahuan,

    sikap, dan kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan agar individu / kelompok /

    masyarakat mau dan mampu mengubah perilaku yang tidak baik mendukung nilai

    hidup sehat menjadi berperilaku yang mendukung nilai hidup sehat (Pratomo,

    1989).

    Edukasi kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha menyampaikan

    pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan cara

    bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan

    sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan.

    Pendidikan atau penyuluhan kesehatan tersebut mengupayakan agar perilaku

    individu, kelompok atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap

    pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Edukasi kesehatan dilaksanakan melalui

    penyuluhan massa, kelompok atau interpersonal yang tujuan akhirnya adalah agar

  • 17

    individu, kelompok atau masyarakat berada dalam kondisi derajat kesehatan yang

    setinggi-tingginya (Notoatmodjo, 2003).

    Bentuk pendekatan atau edukasi yang digunakan antara lain:

    1. Bimbingan dan penyuluhan

    Cara ini terjadi kontak antara subjek penelitian dan peneliti yang lebih

    intensif. Setiap masalah yang dihadapi subjek penelitian dapat diteliti oleh

    peneliti sehingga dapat dibantu dalam penyelesaiannya. Pada akhirnya subjek

    penelitian dapat menangkap dan menerimanya kemudian berdasarkan

    kesadaran penuh pengertian dapat mengubah perilaku sehatnya.

    2. Wawancara

    Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara

    antara peneliti dengan subjek penelitian untuk menggali informasi mengapa ia

    tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap

    perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan

    diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila

    belum, maka perlu adanya penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

    3. Ceramah

    Ceramah merupakan metode edukasi yang harus memperhatikan subjek

    edukasi apakah merupakan individu, kelompok atau masyarakat. Ceramah

    merupakan metode yang baik untuk subjek penelitian yang berpendidikan

    tinggi maupun rendah dan untuk kelompok besar. Yang dimaksud kelompok

    besar di sini apabila subjek penelitian lebih dari 15 orang (Notoatmodjo,

    2003).

  • 18

    C. Perilaku

    Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta

    interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

    pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku kesehatan terdiri dari perilaku sehat

    yang berarti tindakan individu untuk menjaga dan meningkatkan kesehatannya

    sedangkan perilaku sakit adalah reaksi individu jika menderita sakit (Sarwono,

    1997).

    Lingkungan Pengetahuan

    ↓↑

    Individu → Perilaku Sikap

    Pengalaman Tindakan

    Gambar 1. Hubungan Perilaku dengan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

    Proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor,

    yaitu:

    1. Persepsi, adalah pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap

    orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda meskipun mengamati objek

    yang sama.

    2. Motivasi yaitu suatu dorongan bertindak untuk mencapai suatu tujuan juga

    dapat terwujud dalam bentuk perilaku.

    Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perilaku masyarakat menurut

    Dharmmesta dan Handoko (2000) adalah sebagai berikut:

  • 19

    1. Faktor motivasi.

    Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu

    melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi seseorang

    akan mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan untuk

    mencapai sasaran kepuasan.

    2. Faktor pengalaman.

    Pengalaman adalah proses ketika manusia menyadari dan menginterpretasikan

    aspek lingkungannya. Hasil dari pengalaman individu akan membentuk suatu

    pandangan tertentu terhadap suatu produk yang akan menciptakan proses

    pengamatan dan perilaku pembelian yang berbeda-beda.

    3. Faktor belajar.

    Belajar merupakan perubahan-perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil

    akibat adanya pengalaman. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara

    manusia yang bersifat individual dengan lingkungan khusus tertentu. Proses

    belajar pada suatu pembelian terjadi apabila konsumen ingin menanggapi dan

    memperoleh suatu kepuasan, atau sebaliknya, tidak terjadi apabila konsumen

    merasa dikecewakan oleh produk yang kurang baik.

    4. Faktor kepribadian dan konsep diri.

    Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku

    pembeliannya. Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda

    dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten atau

    bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian berkaitan dengan konsep

    diri atau citra pribadi (Kotler, 1997).

  • 20

    5. Faktor sikap.

    Sikap biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap objek

    atau produk yang dihadapinya. Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan

    kecenderungan tindakan yang menggantung atau tidak diuntungkan yang

    bertahan lama dari seseorang terhadap objek atau gagasan tertentu (Kotler,

    1997).

    Menurut Notoatmodjo (2003), sebelum orang berperilaku baru, di dalam

    diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

    1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

    stimulus atau objek terlebih dahulu.

    2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

    3. Evaluation, yakni mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut

    bagi dirinya, hal ini menunjukkan sikap responden yang lebih baik lagi.

    4. Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.

    5. Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

    kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

    Menurut Notoatmodjo (2003), tujuan suatu pendidikan adalah

    mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku, yang terdiri dari:

    1. Ranah kognitif

    Ranah kognitif adalah representasi dari apa yang dipercayai individu pemilik

    sikap. Komponen ini berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku

    atau apa yang benar bagi objek sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah

  • 21

    kita lihat atau kita ketahui. Berdasarkan apa yang kita lihat atau ketahui

    terbentuk ide atau gagasan tentang karakteristik suatu objek, dan ini menjadi

    dasar pengetahuan seseorang tentang apa yang diharapkan dari objek tertentu.

    Tetapi kadang kepercayaan terbentuk karena kurang atau tidak adanya

    informasi yang benar tentang objek yang dihadapi.

    2. Ranah afektif

    Ranah afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap

    suatu objek sikap. Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau

    apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek.

    3. Ranah psikomotor

    Ranah psikomotor merupakan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri

    seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi, banyak dipengaruhi

    oleh kepercayaan dan perasaan terhadap suatu objek. Ranah psikomotor

    meliputi bentuk perilaku yang dapat dilihat secara langsung, tetapi juga bentuk

    perilaku pernyataan atau perkataan yang diucapkan seseorang mengenai suatu

    objek (Azwar, 2007).

    1. Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, ini terjadi setelah seseorang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dan penginderaan terjadi

    melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang

    sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sebelum seseorang

    mengadopsi perilaku, maka terlebih dahulu harus mengetahui arti dan manfaat

    perilaku tersebut bagi dirinya dan keluarganya. Berdasarkan pengalaman dan

  • 22

    penelitian terdahulu terbukti bahwa 18 perilaku yang didasari oleh pengetahuan

    akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

    (Notoatmodjo, 2003).

    Menurut Dharmmesta dan Handoko (2000), pengetahuan merupakan

    unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa individu yang akan menimbulkan

    suatu gambaran, konsep, persepsi, dan fantasi terhadap segala hal yang diterima

    dari lingkungannya melalui panca indera. Belajar didefinisikan sebagai perubahan

    perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman. Proses belajar

    terjadi karena adanya interaksi antara manusia yang pada dasarnya bersifat

    individual dengan lingkungan khusus tertentu.

    Tingkat pengetahuan yang tercakup di dalam domain kognitif

    mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

    a. Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

    mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

    dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, Oleh sebab itu, tahu

    merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

    mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

    menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan mengatakan.

    b. Memahami (comprehension)

    Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar

    tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

  • 23

    secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

    menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap

    objek yang dipelajari.

    c. Aplikasi (application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

    dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini diartikan

    sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,

    dalam konteks atau situasi yang lain.

    d. Analisis (analysis)

    Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

    ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

    dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    e. Sintesis (synthesis)

    Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

    Secara definitif, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

    baru dari formulasi-formulasi yang ada.

    f. Evaluasi (evaluation)

    Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

    penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu ditentukan

    berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria

    yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

  • 24

    2. Sikap

    Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan

    yang menguntungkan atau yang tidak menguntungkan dalam waktu yang relatif

    lama dari seseorang terhadap beberapa objek atau gagasan. Aspek psikologis yang

    mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani yang pada

    hakikatnya merupakan faktor keturunan (Kotler, 1997). Suatu sikap belum

    otomatis terwujud dalam suatu tindakan, karena sikap dapat diwujudkan menjadi

    suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung misalnya fasilitas. Sikap

    masih merupakan reaksi tertutup dan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap

    objek sebagai penghayatan objek tersebut.

    Struktur sikap itu sendiri terdiri atas empat tingkatan yaitu:

    a. Menerima (Receiving)

    Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

    b. Merespon (Responding)

    Memberikan jawaban ketika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

    yang diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap. Usaha untuk menjawab

    pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar

    atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

    c. Menghargai (Valuing)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

    adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

  • 25

    d. Bertanggung jawab (Responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

    risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

    Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

    langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan subjek terhadap

    suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan

    hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat subjek. (Sangat setuju, setuju, tidak

    setuju, sangat tidak setuju) (Notoatmodjo, 2003).

    3. Tindakan

    Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

    mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung

    atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan faktor pendukung

    (Notoatmodjo, 2003). Teori aksi yang dikenal sebagai teori bertindak ini pada

    awalnya dikembangkan oleh Max Weber, yang berpendapat bahwa individu

    melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman,

    dan penafsiran atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu

    ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran

    dengan sarana-sarana yang paling tepat (Sarwono, 1997).

    Menurut Notoatmodjo (2003), tindakan mempunyai beberapa tingkatan

    sebagai berikut:

    a. Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek yang sehubungan

    dengan tindakan yang diambil.

  • 26

    b. Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuai dengan urutan

    yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator tindakan yang kedua.

    c. Mekanisme (mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

    dengan benar secara otomatis, atau sesuatu yang sudah merupakan kebiasaan,

    maka sudah mencapai tindakan tingkat tiga.

    d. Adopsi (adoption), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang dengan

    baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi

    kebenaran tindakan tersebut.

    D. Kuesioner

    Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

    cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

    untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien

    bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa

    diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila

    jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat

    berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada

    responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet. Adanya kontak

    langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan kondisi yang cukup

    baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data objektif dan

    cepat (Sugiyono, 2008).

    Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

    seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,

    fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya

  • 27

    disebut sebagai variabel penelitian. Skala Likert dapat digunakan untuk

    menjabarkan variabel yang akan diukur menjadi indikator variabel. Kemudian

    indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item

    instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item

    instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif

    sampai sangat negatif. Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat

    dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda (Sugiyono, 2008).

    E. Validitas dan Reliabilitas

    Menurut Sugiyono (2008), hasil penelitian yang valid bila terdapat

    kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi

    pada objek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan

    untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut

    dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, maka uji validitas

    digunakan untuk mengetahui sejauh mana data yang ditampung pada suatu

    kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas juga digunakan

    untuk mengetahui kelayakan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dalam

    mendefinisikan suatu variabel. Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi

    (content validity), dimana untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih

    lanjut maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item atau uji

    beda.

    Menurut Azwar (2006), reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan

    dan konsistensi subjek penelitian dalam menjawab hal yang terkait yang berkaitan

    dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan

  • 28

    disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat

    kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel adalah

    instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,

    akan menghasilkan data yang sama. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien

    reliabilitas (r) yang angkanya berada dalam rentang 0-1,0. Semakin tinggi nilai

    koefisien reliabilitas/mendekati angka 1 berarti semakin tinggi nilai

    reliabilitasnya. Dan sebaliknya, semakin rendah nilai koefisien reliabilitas/

    menjauhi angka 1 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Suatu kuesioner

    dikatakan reliabel jika nilai Alpha > 0,60. Dalam pendekatan ini diperlukan

    pembelahan tes menjadi 2 kelompok pertanyaan yang disebut metode belah dua

    (split-half method). Pembelahan tes sedapat mungkin pada setiap belahan berisi

    item dalam jumlah yang sama banyak (Azwar, 2006). Dalam suatu penelitian

    metode belahan yang digunakan adalah pembelahan gasal-genap (odd-even splits).

    Cara pembelahan ini diharapkan akan diperoleh 2 bagian yang setara dari segi isi

    dan taraf kesukaran item-itemnya. Cara pembelahan ini juga menghindari

    kemungkinan terjadinya pengelompokan item-item tertentu ke dalam salah satu

    belahan saja.

    F. Landasan Teori

    Stroke merupakan istilah yang digunakan untuk menamakan sindroma

    hemiparesis atau hemiparalisis akibat adanya kerusakan yang terjadi pada

    pembuluh darah otak (serebrovaskuler). Angka kematian stroke tertinggi pada

    kelompok usia >70 tahun, yaitu 79,57 per 100.000 populasi, kemudian diikuti

    oleh kelompok rentang usia 51–70 tahun sebesar 29,74 per 100.000 populasi dan

  • 29

    terendah pada kelompok usia 30-50 tahun yaitu 9,19 per 100.000 populasi.

    Penyandang stroke di Indonesia cenderung meningkat dalam dasawarsa terakhir,

    dibuktikan dari banyaknya data yang berisi tentang prevalensi stroke di Indonesia.

    Peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan pola hidup sehat

    dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dapat mengurangi angka

    kematian dan prevalensi stroke karena faktor-faktor risiko stroke dapat terdeteksi

    secara dini sehingga langkah penanganan dan pengobatan dapat segera dilakukan.

    Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat

    tentang stroke dapat dilakukan dengan melakukan edukasi kesehatan mengenai

    stroke. Edukasi dapat dilakukan dengan metode ceramah/penyuluhan. Melalui

    ceramah dapat disampaikan secara jelas dan menyeluruh mengenai materi edukasi

    yang ingin disampaikan. Adanya ceramah diharapkan mampu meningkatkan

    perilaku masyarakat yang disertai peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan

    untuk melakukan pencegahan stroke yaitu dengan cara pola hidup sehat dan

    pemeriksaan kesehatan secara rutin.

    Kerangka Konsep

    Gambar 2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Sebelum dan Setelah Diberikan Ceramah terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

    Pengetahuan, Sikap, dan tindakan

    Ceramah Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan

  • 30

    G. Hipotesis

    Ada perubahan perilaku yang signifikan dalam peningkatan pengetahuan,

    sikap, dan tindakan populasi lansia Posyandu Srikandi di Dusun Burikan dan

    Posyandu Buah Apel di Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati,

    Kabupaten Sleman, Yogyakarta setelah pemberian intervensi berupa ceramah dan

    dilanjutkan dengan edukasi secara personal.

  • 31

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan rancangan penelitian

    Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (Quasi-

    Experimental research) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah non-

    nonrandomized pretest-posttest intervention with control group design. Penelitian

    ini termasuk dalam penelitian eksperimental semu karena tidak memungkinkan

    untuk mengontrol semua hal yang berpengaruh dan mengalami kesulitan teknis

    dan etik untuk dapat melakukan randomisasi subjek (Pratiknya, 2001). Penelitian

    ini menggunakan jenis eksperimental semu untuk melihat pengaruh intervensi

    berupa ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian edukasi secara personal

    terhadap perubahan pengetahuan tentang faktor-faktor risiko penyebab stroke,

    perubahan sikap, dan tindakan lansia di Dusun Burikan dan Dusun Keboan.

    Kelompok eksperimen: P

    a--------------------------b Kelompok kontrol:

    TP ak------------------------b

    Gambar 3. Skema Rancangan Pretest-Posttest Intervention with Control Group Design

    k

    Keterangan : P : perlakuan ceramah TP : tanpa perlakuan a : pengukuran pretest tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan sebelum P ak

    b : pengukuran posttest tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan setelah P

    : pengukuran pretest tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pada kelompok kontrol tanpa perlakuan

    bk

    : pengukuran posttest tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan pada kelompok kontrol tanpa perlakuan.

  • 32

    B. Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Variabel bebas (independent): intervensi berupa ceramah yang dilanjutkan

    dengan pemberian edukasi secara personal tentang stroke.

    2. Variabel tergantung (dependent): pengetahuan, sikap, dan tindakan lansia di

    Dusun Burikan dan Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten

    Sleman, Yogyakarta tentang stroke.

    C. Definisi Operasional

    1. Stroke adalah penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) ditandai

    dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena

    berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.

    2. Responden dalam penelitian ini adalah semua orang yang berumur diatas 60

    tahun di Dusun Burikan dan Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati,

    Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang aktif dalam mengikuti kegiatan

    posyandu lansia, bersedia mengisi kuesioner, dan bersedia menghadiri acara

    ceramah yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria inklusi.

    3. Pemberian edukasi adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi

    kepada kelompok perlakuan melalui pemberian ceramah yang dilanjutkan

    dengan edukasi secara personal yang bertujuan untuk mencapai perubahan

    pola hidup terkait pencegahan stroke.

    4. Perubahan perilaku terkait stroke adalah hasil dari berbagai macam

    pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud

    dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan yang diukur dengan

    pemberian pretest dan posttest.

  • 33

    D. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian yang digunakan adalah lansia yang tergabung dalam

    kelompok Posyandu Srikandi di Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel di

    Dusun Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman,

    Yogyakarta yang bersedia diambil darahnya, mengisi kuesioner, dan bersedia

    menghadiri acara ceramah yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria

    inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pria dan wanita berumur 60

    tahun ke atas yang aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia. Kriteria eksklusi

    dalam penelitian ini adalah pernah mengalami stroke, penyakit gagal ginjal atau

    penyakit jantung.

    E. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Dusun Burikan dan Keboan, Desa Sumberadi,

    Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

    F. Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan mulai dari Bulan Juni - Oktober 2009 dengan

    pengambilan data dilakukan bulan Juli - Oktober 2009.

    G. Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

    ini adalah kuesioner, yang berisi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

    kepada responden.

  • 34

    H. Tata Cara Penelitian

    1. Penentuan Subjek Penelitian

    Subjek penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive

    sampling. Subjek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan

    tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang

    dikehendaki (Setiawan, 2005).

    Peneliti terlebih dahulu menetapkan jumlah subjek penelitian yang akan

    diteliti, dimana terdiri dari 30 lansia Posyandu Srikandi, Dusun Burikan dan 30

    lansia Posyandu Buah Apel, Dusun Keboan. Pembagian antara kelompok kontrol

    dan perlakuan ditetapkan masing-masing kelompok terdiri dari 15 lansia

    Posyandu Srikandi dan 15 lansia Posyandu Buah Apel. Pembagian ini juga

    melihat adanya riwayat penyakit seperti asam urat, hipertensi, dan diabetes

    mellitus. Kelompok kontrol dan perlakuan terdiri dari lansia sehat dan lansia

    dengan riwayat penyakit dalam jumlah yang seimbang untuk memperoleh

    karakteristik yang sama.

    Jumlah keseluruhan subjek penelitian ini adalah 60 lansia, dimana jumlah

    ini memenuhi syarat penelitian eksperimental. Menurut Gay (cit., Sevilla, 1993)

    jumlah subjek penelitian suatu penelitian eksperimental minimal 15 orang untuk

    setiap populasi.

    2. Pengurusan Izin Penelitian

    Pengurusan izin penelitian dilakukan untuk mendapatkan izin

    melakukan penelitian pada populasi penelitian yaitu lansia Posyandu Srikandi

    di Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel di Dusun Keboan, Desa

  • 35

    Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Proses

    pengurusan izin penelitian dimulai dengan memasukkan permohonan izin dan

    proposal penelitian ke bagian perizinan Bupati Sleman c.q BAPPEDA

    Sleman. Kemudian secara berurutan dilanjutkan ke Dinas Pol PP dan Tibmas

    Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Bidang

    Perencanaan SDM Bappeda Kabupaten Sleman, Puskesmas Mlati II,

    Kecamatan Mlati, Kelurahan Sumberadi, Kepala Dusun Burikan, dan Kepala

    Dusun Keboan. Izin penelitian juga disampaikan kepada Komisi Etik

    Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas

    Gadjah Mada untuk memperoleh keterangan kelaikan etik (ethical

    clearance).

    3. Penelusuran Data Populasi

    Tahap ini dilakukan dengan melakukan penelusuran data prevalensi

    stroke di Kabupaten Sleman diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

    Sleman. Di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman diperoleh data jumlah orang

    berusia di atas 60 tahun yang menderita stroke dan dirawat di puskesmas

    daerah Sleman sebanyak 214 orang yang menderita stroke dan jumlah

    populasi di Kabupaten Sleman sampai pertengahan tahun 2008 sebanyak

    938.694 orang.

    Penelusuran data populasi dilanjutkan ke Kelurahan Sumberadi dan

    diperoleh 15 data dusun di Desa Sumberadi, dimana masing-masing dusun

    memiliki satu posyandu lansia, tetapi tidak diperoleh data mengenai jumlah

    populasi lansia pada tahun 2008 di setiap dusun. Peneliti kemudian melakukan

  • 36

    observasi ke posyandu lansia di dua dusun yang paling dekat dengan

    Posyandu Srikandi Dusun Burikan, yaitu Posyandu Buah Apel Dusun Keboan

    dan Posyandu Dusun Warak. Posyandu Buah Apel Dusun Keboan memiliki

    karakteristik demografi hampir sama dengan Posyandu Buah Apel Dusun

    Keboan.

    Penelusuran data populasi dilanjutkan melalui Kecamatan Mlati,

    ditelusuri data mengenai populasi lansia yang ada di Dusun Burikan dan

    Keboan, Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati. Berdasarkan data yang diberikan,

    diperoleh data jumlah populasi lansia yang ada di Desa Sumberadi berjumlah

    1225 orang dari 6609 orang penduduk Kecamatan Mlati, dimana jumlah

    penduduk lansia di Dusun Burikan berjumlah 91 orang dan di Dusun Keboan

    berjumlah 70 orang. Data ini digunakan untuk menghitung jumlah sampel

    minimum yang dibutuhkan pada penelitian ini.

    4. Pembuatan Kuesioner

    Pembuatan kuesioner meliputi tiga tahap, yaitu:

    a. Pembuatan Kuesioner

    Kuesioner yang dibuat terdiri dari empat bagian. Pada bagian

    pertama kuesioner ingin diketahui karakteristik demografi responden. Pada

    bagian kedua kuesioner menggambarkan pengetahuan responden tentang

    stroke, dimana pada bagian ini diukur pemahaman responden tentang

    definisi, penyebab, faktor risiko, gejala, dan upaya pencegahan terjadinya

    stroke. Bagian ketiga kuesioner mengukur sikap responden mengenai

    deteksi stroke dengan pemeriksaan kesehatan. Bagian keempat mengukur

  • 37

    perilaku responden yang terwujud dengan upaya pencegahan stroke,

    perilaku untuk meneruskan pengetahuan yang telah diperoleh dari ceramah,

    serta perilaku untuk menganjurkan lansia lain untuk mencegah terjadinya

    stroke.

    Tabel 1. Jenis Pernyataan dan Pengelompokan Pernyataan Berdasarkan Variabel dalam Kuesioner yang Disusun Bersifat Favorable dan Unfavorable

    Variabel No pertanyaan Jenis pertanyaan

    Favorable Unfavorable Pengetahuan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 12, 13 1, 2, 5, 6 3, 4, 7, 12, 13

    Sikap 8, 9, 10, 11, 15 9, 10, 11, 15 8 Tindakan 14, 16, 17, 18, 19, 20 14, 16, 17, 18, 19,

    20 -

    Sistem penilaian dibagi menjadi dua cara yaitu pernyataan favorable dan

    unfavorable. Penilaian untuk pernyataan yang favorable adalah SS = 4, S =

    3, TS = 2, STS = 1 sedangkan untuk pernyataan yang unfavorable adalah

    SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4. Pernyataan disusun dengan skala Likert

    yang dimodifikasi dari 5 pilihan menjadi 4 pilihan yaitu SS (sangat setuju),

    S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Modifikasi skala

    Likert dilakukan dengan menghilangkan pilihan jawaban di tengah yaitu

    ragu-ragu (R). Hal ini dilakukan karena kategori jawaban di tengah

    memiliki arti ganda yang tidak diharapkan dalam suatu instrumen, dapat

    diartikan belum dapat memberi jawaban, bisa juga diartikan netral.

    Jawaban di tengah juga menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah,

    terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya,

  • 38

    setuju atau tidak setuju. Selain itu, adanya modifikasi ini dilakukan untuk

    melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau tidak setuju.

    Kuesioner perlu diuji sebelum digunakan sebagai instrumen

    penelitian. Uji yang dilakukan meliputi uji validitas, uji reliabilitas dengan

    menghitung nilai Alpha Cronbach, dan uji pemahaman bahasa.

    b. Uji Validitas

    Uji validitas dari setiap butir pernyataan dalam kuesioner pada

    penelitian ini diukur menggunakan uji statistik dengan analisis Pearson

    Product Momen pada tingkat kepercayaan 95%. Analisis ini menunjukkan

    validitas hubungan antar setiap butir pernyataan. Setiap butir pernyataan

    dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) bernilai positif dan r tabel < r

    hitung. Nilai r tabel pada tingkat kepercayaan 90% adalah 0,205 sedangkan

    nilai r tabel pada tingkat kepercayaan 95% adalah 0,36. Dalam penelitian

    ini diperoleh koefisien korelasi antara 0,272-0,653.

    Uji validitas dilakukan kepada lansia-lansia di Kabupaten Sleman

    Yogyakarta di luar sampel penelitian sebanyak 56 orang. Uji validitas ini

    dilakukan di Perumahan Candi Gebang, Perumahan Candi Sari, Perumahan

    Jambu Sari, Petinggen, Patang Puluhan, Desa Warak. Setelah dilakukan

    tiga kali uji validitas, maka diperoleh kuesioner yang valid. Dari uji

    validitas diperoleh hasil bahwa dari 20 butir pernyataan kuesioner terdapat

    dua butir pernyataan yang masih belum valid. Untuk kedua butir

    pernyataan tersebut dilakukan professional adjustment sehingga dapat

    digunakan sebagai instrumen penelitian.

  • 39

    c. Uji Reliabilitas

    Dalam penelitian ini digunakan pendekatan internal konsistensi

    dalam estimasi reliabilitas, dimana dalam pendekatan ini hanya

    memerlukan satu kali tes kepada suatu kelompok individu sebagai subjek.

    Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,505. Kemudian dilanjutkan

    menghitung Formula Spearman-Brown yang merupakan formula koreksi

    terhadap koefisien korelasi antara dua bagian tes. Koefisien reliabilitas

    dalam penelitian ini diukur menggunakan uji statistik dengan analisis

    reliabilitas yang menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Nilai koefisien

    reliabilitas dalam penelitian ini adalah 0,6711.

    5. Pembuatan Leaflet

    Leaflet yang digunakan dalam penelitian ini berfungsi sebagai media

    pemberian edukasi secara personal tentang pencegahan stroke kepada

    responden. Isi leaflet adalah hal-hal yang berkaitan dengan stroke, yaitu

    definisi, akibat, dan pencegahannya. Leaflet dibuat semenarik mungkin, jelas,

    singkat, dan lengkap dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

    Leaflet lebih banyak mencantumkan gambar karena responden sudah berumur

    lanjut, sehingga diharapkan lebih mudah dalam memahami isi leaflet.

    6. Pelaksanaan Intervensi

    a. Penyebaran undangan untuk lansia yang digunakan sebagai sampel

    Undangan untuk menghadiri pengambilan sampel darah disebarkan

    pada populasi lansia di Posyandu Srikandi dan Posyandu Buah Apel

    beberapa hari sebelum pengambilan sampel darah dilaksanakan. Undangan

  • 40

    untuk mengikuti ceramah disebarkan setelah pengambilan darah selesai dan

    hanya disebarkan pada populasi lansia yang tergabung dalam kelompok

    perlakuan. Undangan untuk mengambil hasil pemeriksaan darah disebarkan

    pada lansia yang tergabung dalam kelompok kontrol, pengambilan hasil

    pemeriksaan darah dilaksanakan pada hari yang berbeda dengan pemberian

    ceramah pada kelompok perlakuan. Hal ini bertujuan agar kelompok

    kontrol tidak mengetahui adanya intervensi berupa ceramah yang diberikan

    kepada kelompok perlakuan.

    b. Pengambilan sampel darah tahap pertama dan pengambilan pretest

    Pengambilan sampel darah tahap pertama dilakukan pada kelompok

    perlakuan dan kontrol oleh petugas dari Laboratorium Pramita Utama

    Yogyakarta. Pada saat pengambilan darah berlangsung, pretest dibagikan

    pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan yang sedang

    menunggu.

    c. Pemberian intervensi berupa ceramah dan edukasi secara personal

    Pemberian intervensi berupa ceramah yang dilanjutkan dengan

    edukasi secara personal dilakukan pada kelompok perlakuan. Pemberian

    edukasi dilaksanakan beberapa hari setelah pengambilan sampel darah.

    Ceramah diberikan oleh dokter dari Laboratorium Pramita Utama

    Yogyakarta yang berkompeten, dilanjutkan dengan tanya jawab atau

    pertanyaan interaktif dua arah antara nara sumber dengan kelompok

    perlakuan. Edukasi secara personal dari rumah ke rumah (door to door)

    dilakukan setiap dua minggu sekali selama dua bulan. Edukasi secara

  • 41

    personal dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam serta

    mengingatkan kelompok perlakuan terkait dengan stroke dan

    pencegahannya, sehingga dapat mempengaruhi perilaku subjek uji untuk

    menjaga kesehatannya. Leaflet diberikan pada saat pertama kali dilakukan

    edukasi secara personal agar penyampaian informasi lebih efektif.

    d. Pengambilan posttest dan pengambilan sampel darah tahap kedua

    Pengambilan sampel darah tahap kedua dilakukan pada kelompok

    perlakuan dan kontrol oleh petugas dari Laboratorium Pramita Utama

    Yogyakarta. Posttest pada kelompok kontrol dan perlakuan dilakukan dua

    bulan setelah pengambilan sampel darah tahap pertama. Tepatnya posttest

    diberikan pada hari yang sama dengan pengambilan sampel darah tahap

    kedua.

    7. Pengambilan Data

    a. Pretest

    Pretest dilakukan terhadap semua responden sebelum dilakukan intervensi

    berupa ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian edukasi secara

    personal. Pretest dilakukan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, tindakan

    dasar/awal dari responden.

    b. Posttest dua bulan setelah intervensi

    Posttest dilakukan dua bulan setelah intervensi pada responden baik pada

    kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Posttest pada kelompok

    perlakuan dilakukan untuk melihat peningkatan perilaku, untuk melihat

    konsistensi pengetahuan dan sikap setelah dua bulan menerima edukasi

  • 42

    kesehatan berupa ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian edukasi

    secara personal tentang stroke.

    8. Pengolahan Data

    a. Manajemen data

    Untuk menjamin keakuratan data, dilakukan beberapa kegiatan

    proses manajemen data yaitu:

    1) Editing

    Melakukan pemeriksaan kuesioner hasil penelitian apakah sudah

    lengkap isi jawabannya. Juga dilakukan pemilihan kuesioner yang

    memenuhi kriteria inklusi sampel untuk digunakan dalam pengolahan

    data selanjutnya.

    2) Processing

    Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan cara

    menjumlahkan angka dari setiap item pernyataan yang dijawab oleh

    responden. Pengelompokan item pernyataan dalam kuesioner

    didasarkan pada variabel-variabel yang akan diteliti yaitu pengetahuan,

    sikap, dan tindakan. Kemudian melakukan pemindahkan isi data dari

    kuesioner ke program komputer.

    3) Cleaning

    Melakukan pemeriksaan kembali data yang dimasukkan ke program

    komputer untuk diperiksa kembali kebenarannya.

  • 43

    b. Analisis Data

    Analisis data dilakukan dengan melakukan uji normalitas dengan

    Kolmogorov-Smirnov, kemudian uji Signifikansi satu kelompok untuk

    mengetahui signifikansi ada pengaruh intervensi (ceramah dan pemberian

    edukasi secara personal) yang berupa peningkatan pengetahuan, sikap, dan

    tindakan. Paired t-test (data terdistribusi normal) dan Wilcoxon (data yang

    terdistribusi tidak normal). Uji signifikasi kelompok perlakuan (ceramah

    dan pemberian edukasi secara personal) dengan kontrol untuk mengetahui

    ada-tidaknya perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol-

    perlakuan untuk setiap variabel. Dua sampel independent t-test (data

    terdistribsui normal) dan Mann Whitney U-Test (data terdistribusi tidak

    normal). Analisis data karakteristik responden dilakukan dengan uji Chi-

    square untuk mengetahui ada-tidaknya perbedaan karakteristik yang

    signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan.

    I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian

    1. Sulitnya mendapat tanggapan dari lansia dimana banyak lansia yang tidak

    menghadiri kegiatan pengambilan sampel darah dan ceramah jika tidak

    terdapat rekomendasi dari Kepala Dusun setempat.

    2. Waktu penelitian harus mundur dari yang seharusnya karena sulitnya

    mencocokkan waktu antara peneliti dengan lansia di Dusun Burikan dan

    Keboan. Hal ini disebabkan adanya kegiatan Posyandu yang melibatkan

    peran lansia.

  • 44

    3. Komunikasi dengan lansia yang harus menggunakan bahasa Jawa krama

    inggil terutama pada saat pengisian kuesioner. Sebagian besar lansia tidak

    dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, sehingga lansia tidak

    dapat mengisi kuesioner sendiri. Peneliti membantu mengisi kuesioner

    tersebut dengan membacakan pernyataan kuesioner dalam bahasa Jawa karma

    inggil agar lansia dapat mengerti.

    4. Tempat pelaksanaan kegiatan ceramah dan pengambilan sampel darah karena

    penelitian melibatkan dua dusun, selain itu jarak tempat pertemuan yang jauh

    dari rumah beberapa lansia, sehingga lansia tidak bisa datang tepat waktu.

    Mengatasi masalah tersebut dengan memilih rumah Kepala Dusun Burikan

    sebagai tempat pelaksanaan ceramah dan pengambilan sampel darah karena

    tempat ini luas dan diketahui oleh seluruh lansia dan menjemput subjek

    penelitian yang tidak bisa datang sendiri ke tempat pelaksanaan ceramah dan

    pengambilan sampel darah.

    5. Pemberian edukasi secara personal dibagi menjadi tiga kelompok peneliti

    sehingga ada kemungkinan informasi yang diberikan tidak sama antara satu

    dengan yang lain. Membuat panduan tertulis mengenai apa yang akan

    dibicarakan oleh peneliti kepada lansia sehingga diharapkan informasi yang

    diberikan sama.

    6. Sulitnya mengontrol hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian

    misalnya latar belakang informasi yang pernah diterima oleh responden,

    informasi yang diterima responden sebelum posttest selama dua bulan setelah

    intervensi, kondisi fisik-psikis yang akan mempengaruhi hasil pengisian

  • 45

    kuisioner, interaksi antara kelompok kontrol dan perlakuan karena jarak

    rumah yang berdekatan.

  • 46

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pemberian edukasi untuk mencegah stroke diberikan pada populasi lansia

    Posyandu Srikandi Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel Dusun Keboan,

    karena semakin bertambahnya umur maka daya berpikir, daya serap, dan daya

    ingat seseorang akan mengalami penurunan. Tingkat pendidikan merupakan

    faktor yang mempengaruhi daya tangkap responden terhadap informasi yang akan

    diterima dan minat responden terhadap suatu tindakan. Semakin tinggi tingkat

    pendidikan, maka kemampuan dalam menangkap informasi dan melakukan

    tindakan semakin tinggi. Stroke dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan

    lansia mengenai risiko stroke, adanya pemberian edukasi dapat memberikan

    pengaruh pada ranah kognitif lansia sehingga dapat mengubah pola pikir dan

    kepercayaan lansia tentang pola hidup sehat. Perubahan pola pikir tentang pola

    hidup sehat untuk mencegah stroke dapat mempengaruhi emosional (ranah

    afektif) lansia yang pada akhirnya mendorong lansia untuk berperilaku (ranah

    psikomotor).

    A. Karakteristik Responden

    Karakteristik lansia Posyandu Srikandi Dusun Burikan dan Posyandu

    Buah Apel Dusun Keboan yang menjadi responden dalam penelitian ini meliputi

    umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kebiasaan merokok, dan tekanan darah.

    Masing-masing karakteristik ini dilihat dalam kelompok perlakuan maupun

    kelompok kontrol. Karakteristik yang sama antara kelompok kontrol dan

  • 47

    perlakuan dapat menunjukkan bahwa perubahan setiap variabel pengetahuan,

    sikap, dan tindakan merupakan akibat dari adanya intervensi yang diberikan

    terkait stroke.

    1. Umur

    Lansia Posyandu Srikandi Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel

    Dusun Keboan yang menjadi responden dalam penelitian ini berumur mulai

    dari 60 tahun hingga 93 tahun, dan dikelompokkan ke dalam 4 rentang umur.

    Tabel 2. Karakteristik Umur

    Responden Umur (tahun) p 60-69 70-79 80-89 90-99 Kontrol 14 13 2 1 0,97 Perlakuan 14 12 3 1

    Responden yang termasuk dalam kelompok perlakuan terbanyak

    berumur 60-69 tahun dengan jumlah 14 lansia (46,67%), umur 70-79 tahun 12

    lansia (40,00%), umur 80-89 tahun 3 lansia (10,00%), dan umur 90-99 tahun 1

    lansia (3,33%). Responden yang termasuk dalam kelompok kontrol terbanyak

    berumur 60-69 tahun dengan jumlah 14 lansia (46,67%), umur 70-79 tahun 13

    lansia (43,33%), umur 80-89 tahun 2 lansia (6,67%), dan umur 90-99 tahun 1

    lansia (3,33%).

    Berdasarkan uji statistik Chi-square terhadap umur pada kelompok

    kontrol dan perlakuan diperoleh nilai p=0,97. Nilai p>0,05 menunjukkan

    bahwa tidak terdapat perbedaan umur yang signifikan antara kelompok kontrol

    dan perlakuan, artinya kelompok kontrol dan perlakuan memiliki pembagian

    umur yang sama. Tidak terdapat perbedaan signifikan dalam karakteristik umur

    antara kelompok kontrol dan perlakuan dapat menunjukkan adanya setiap

  • 48

    perubahan variabel perilaku merupakan akibat dari intervensi yang diberikan,

    bukan merupakan akibat perbedaan karakteristik umur responden.

    2. Jenis Kelamin

    Lansia Posyandu Srikandi Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel

    Dusun Keboan yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari 20 pria

    dan 40 wanita.

    Tabel 3. Karakteristik Jenis Kelamin

    Responden Jenis Kelamin p Pria Wanita Kontrol 8 22 0,27 Perlakuan 12 18

    Kelompok kontrol terdiri dari 22 wanita (73,33%) dan 8 pria

    (26,67%). Kelompok perlakuan yang diberi intervensi ceramah dan edukasi

    secara personal terdiri dari 18 wanita (60%) lebih banyak daripada pria 12

    (40%). Secara umum persentase jumlah responden wanita lebih tinggi daripada

    pria. Pada masing-masing kelompok baik kelompok kontrol maupun perlakuan

    persentase jumlah responden wanita lebih tinggi daripada pria. Persentase

    jumlah responden wanita yang lebih tinggi dapat disebabkan karena faktor

    kesibukan. Pria yang berusia diatas 60 tahun di Dusun Burikan dan Keboan

    banyak yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia karena alasan

    waktu pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan kesibukan mereka.

    Uji statistik Chi-square terhadap jenis kelamin pada kelompok

    perlakuan dan kontrol memberikan nilai p=0,27. Nilai p>0,05 menunjukkan

    bahwa tidak terdapat perbedaan jenis kelamin yang signifikan antara kelompok

    kontrol dan perlakuan, artinya kelompok kontrol dan perlakuan memiliki

  • 49

    pembagian jenis kelamin yang sama. Tidak terdapat perbedaan signifikan

    dalam karakteristik jenis kelamin antara kelompok kontrol dan perlakuan dapat

    menunjukkan adanya setiap perubahan variabel perilaku merupakan akibat dari

    intervensi yang diberikan, bukan merupakan akibat perbedaan karakteristik

    jenis kelamin responden.

    3. Tingkat Pendidikan

    Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang pernah ditempuh,

    responden dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: tidak sekolah, kurang dari

    sama dengan SMP, dan lebih dari SMP.

    Tabel 4. Karakteristik Tingkat Pendidikan

    Responden Tingkat Pendidikan p Tidak sekolah ≤SMP >SMP Kontrol 17 12 1 0,33 Perlakuan 17 9 4

    Pada kelompok kontrol, responden yang tidak sekolah berjumlah 17

    lansia (56,67%), responden dengan tingkat pendidikan kurang dari sama

    dengan SMP berjumlah 12 lansia (40%), dan lebih dari SMP berjumlah 1

    lansia (3,33%). Responden pada kelompok perlakuan yang diberi intervensi

    dengan metode ceramah mengenai stroke dan edukasi secara personal,

    responden yang tidak sekolah berjumlah 17 lansia (56,67%), responden dengan

    tingkat pendidikan kurang dari sama dengan SMP berjumlah 9 lansia (30%),

    dan lebih dari SMP berjumlah 4 lansia (13,33%). Dilihat dari karakteristik

    tersebut, lansia Posyandu Srikandi Dusun Burikan dan Posyandu Buah Apel

    Dusun Keboan yang menjadi responden mempunyai tingkat pendidikan yang

    rendah karena lebih dari 50% responden, baik kelompok kontrol maupun

  • 50

    perlakuan tidak bersekolah. Pada kelompok perlakuan terdapat 3 lansia yang

    tingkat pendidikannya sarjana dan 1 lansia dengan tingkat pendidikan SMA,

    sedangkan pada kelompok kontrol hanya ada 1 lansia dengan tingkat

    pendidikan SMA dan tidak ada lansia dengan tingkat pendidikan sarjana.

    Penelitian ini tidak menelusuri lebih jauh apakah responden yang

    tidak sekolah memang tidak pernah bersekolah atau pernah bersekolah tetapi

    tidak tamat. Penelusuran tingkat pendidikan responden terbatas pada

    pendidikan terakhir yang dilakukan pada saat pengisian kuesioner.

    Uji statistik Chi-square terhadap perbedaan tingkat pendidikan pada

    kelompok kontrol dan perlakuan memberikan nilai p=0,33. Nilai p>0,05

    menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat pendidikan yang

    signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan, artinya kontrol dan

    perlakuan memiliki pembagian tingkat pendidikan yang sama. Tidak terdapat

    perbedaan signifikan dalam karakteristik tingkat pendidikan antara kelompok

    kontrol dan perlakuan dapat menunjukkan adanya setiap perubahan variabel

    perilaku merupakan akibat dari intervensi yang diberikan, bukan merupakan

    akibat perbedaan karakteristik tingkat pendidikan responden.

    4. Kebiasaan Merokok

    Responden dikelompokkan menjadi 2 kategori berdasarkan kebiasaan

    merokok, yaitu merokok dan tidak merokok. Kelompok kontrol terdiri