pengaruh pemberian ekstrak mannandari bungkil inti …

82
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI SAWIT TERHADAP PATOLOGI DAN HISTOPATOLOGI USUS DAN HATI AYAM BROILER YANG DIINFEKSI Salmonella thypimurium TESIS Oleh : TENGKU JENI ADAWIYAH 157040003 PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL

INTI SAWIT TERHADAP PATOLOGI DAN HISTOPATOLOGI

USUS DAN HATI AYAM BROILER YANG

DIINFEKSI Salmonella thypimurium

TESIS

Oleh :

TENGKU JENI ADAWIYAH

157040003

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL

INTI SAWIT TERHADAP PATOLOGI DAN HISTOPATOLOGI

USUS DAN HATI AYAM BROILER YANG

DIINFEKSI Salmonella thypimurium

TESIS

Oleh :

TENGKU JENI ADAWIYAH

157040003

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar MagisterPeternakan pada

Program Studi Ilmu Peternakan Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

Tesis ini telah diuji di Medan

Tanggal :25 Agustus 2017

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr. Ir.Ma’ruf TafsinM.Si

Anggota : Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt., M.Si

Penguji : 1. Prof. Dr. Ir Sayed Umar Ms

2. Prof. Dr. Ir Yusuf L Henuk M.Rur Sc., Ph.D

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam tesis

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNAN DARI BUNGKIL INTI

SAWIT TERHADAP PATOLOGI DAN HISTOPATOLOGI USUS DAN HATI

AYAM BROILER YANG DIINFEKSI Salmonella thypimuriumadalah benar

merupakan gagasan dan hasil penelitian saya sendiri di bawah arahan komisi

pembimbing. Semua data dan sumber informasi yang digunakan dalam tesis ini

dinyatakan secara jelas dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis

serta dapat diperiksa kebenarannya. Tesis ini juga belum pernah diajukan untuk

memperoleh gelar pada program studi sejenis diperguruan tinggi lain.

Medan, Agustus 2017

TENGKU JENI ADAWIYAH

NIM 157040003

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

ABSTRAK

TENGKU JENI ADAWIYAH, 2017 “Pengaruh Pemberian Ekstrak Mannan dari

Bungkil Inti Sawit terhadap Patologi dan Histopatologi Usus dan Hati Ayam Broiler

yang Diinfeksi Salmonella thypimurium”. Dibimbing oleh MA’RUF TAFSIN dan

NEVY DIANA HANAFI.

Salmonella thypimurium merupakan penyakit enterik pada unggas dan masih

menjadi masalah yang utama pada industri peternakan dan kesehatan manusia karena

bersifat zoonosis. Mannan oligosakarida yang berasal dari Bungkil Inti Sawit di

harapkan mampu untuk menggantikan peranan antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak mannan terhadap bobot relatif usus dan

hati, perubahan patologi dan histopatologi usus dan hati ayam broiler. Pengujian ini

menggunakan 96 ekor ayam broiler strain Cobb umur 1 hari, yang diinfeksi secara oral

dengan 105

CFU S. thypimurium pada hari ketiga. Tingkat ekstrak mannan yang

diberikan adalah 0 %,0.1 %, 0,2 %, 0,3 %, 0,4 % dan antibiotik sebagai kontrol. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak mannan terhadap berat relatif usus

dan hati tidak berbeda nyata (P>0,05). Pada pengamatan pengaruh pemberian ekstrak

mannan terhadap patologi dan histopatologi menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05).

Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak mannan aman digunakan pada ternak karena

tidak mempengaruhi organ usus dan hati.

Kata kunci : Ekstrak mannan, Salmonella thypimurium, patologi, histopatologi,

ayam broiler

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

ABSTRACT

TENGKU JENI ADAWIYAH, 2017 "The Effect of Giving Mannan Extract from Palm

Kernel Cake to Pathology and Histopathology Liver and Intestine which Infected by

Salmonella thypimurium". Under Supervised by MA'RUF TAFSIN and NEVY DIANA

HANAFI.

Salmonella thypimurium is an enteric disease in poultry and still a major

problem in the livestock industry and human health because it is zoonotic. Mannan

Oligosakarida was originated from palm kernel cake which expected to replace the role

of antibiotics. The purpose of this study was to find out the effect of giving mannan

extract to relative weight of liver and intestine, pathology and histopathology changes

on liver and intestines from broiler chicken. This test was used ninety six broiler chicken

of 1 day age Cobb strain,infected orally with 105 CFU S. thypimurium on the third day.

Levels of the mannan extract given were 0%, 0.1%, 0.2%, 0.3%, 0.4% and antibiotic as

controls. The results showed that giving of mannan extract to relative weight of liver

and intestine was not significant (P> 0.05). On the observation the effect of giving

mannan extract to pathology and histopathology showed that it was not significant (P>

0.05) It is concluded that mannan extract is safe to use in livestock because it was not

affected to the intestine and liver organ.

Keywords :Mannan extract, Salmonella thypimurium, broiler chicken, pathology,

histopathology

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan diLubuk PakamKabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera

Utara pada tanggal 31 Januari 1981 dari AyahandaTengku Miswar dan

IbundaSuryanida, penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Pada tahun 1986, penulis memasuki Pendidikan Dasar di SD 132406 diTanjung

Balai Asahan dan lulus tahun 1992. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan ke

Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Tanjung Balai Asahan dan lulustahun

1995. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Tanjung Balaidan

lulus pada tahun 1998. Tahun 1998 diterima sebagai mahasiswi Universitas Syiah

Kuala, Fakultas Kedokteran Hewan, Program Studi Veteriner melalui jalur UMPTN

dan lulus pada Tahun 2004, dan melanjutkan koasistensi di Fakultas yang sama yaitu

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, penulis memperoleh gelar

profesi yaitu Dokter Hewan pada tahun 2012.

Pada tahun 2012 penulis pernah bekerja pada salah satu klinik hewan di Jakarta

dan pada tahun 2014 penulis diterima bekerja pada Dinas Pertanian dan Peternakan

Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.

Pada Tahun 2015 melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu

Peternakan di Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

(USU).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat ridha dan

petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan baik. Adapun judul

tesisi ini adalah “Pengaruh Pemberian Ekstrak Mannan Dari Bungkil Inti Sawit

Terhadap Patologi Dan Histopatologi Usus dan Hati Ayam Broiler yang Diinfeksi

Salmonella thypimurium”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Ir.Hasanuddin, MS selaku Dekan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Dr.Nevy Diana Hanafi, S.Pt., M.Si

selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Peternakan Universitas Sumatera Utara

merangkap Anggota Komisi Pembimbing, Dr.Ir.Ma’ruf Tafsin, M.Si selaku Ketua

Komisi Pembimbing,Prof. Dr. Ir Sayed Umar Ms selaku Penguji I dan Prof. Dr. Ir

Yusuf L Henuk M.Rur Sc., Ph.D selaku Penguji II.

Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Ayahanda tercinta

Tengku Miswar dan Ibunda Suryanida serta Ananda tercinta Wan Radit Wirayudha.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada keluarga besar yang telah banyak

mendorong, menyemangati dan memberikan perhatiannya kepada penulis. Kepada

teman-temanyangtak dapatdisebutkan satu persatu, saya ucapkan terima

kasih.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, karenanya saran

dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan langkah-

langkah selanjutnya. Terlepas dari kekurangannya, penulis berharap tulisan ini

bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2017

Tengku Jeni Adawiyah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang ......................................................................................... 1

Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3

Hipotesis Penelitian ................................................................................. 4

Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA

Bungkil Inti Sawit .................................................................................... 5

Prebiotik .................................................................................................... 6

Mannanoligosakarida (MOS) ................................................................... 8

Ayam Broiler ............................................................................................ 9

Salmonellosis sp ........................................................................................ 10

Gejala klinis .............................................................................................. 12

Mannanoligosakarida sebagai Pengendali Salmonella sp ........................ 14

Mannanoligosakarida sebagai Antimikrobial ........................................... 14

Organ Pencernaan ..................................................................................... 16

Usus Halus ................................................................................................ 16

Histologi dan Fisiologi Usus .............................................................. 17

Organ Hati ................................................................................................. 18

Histologi dan Fisiologi Hati ............................................................... 19

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 21

Bahan dan Alat ......................................................................................... 21

Metode Penelitian ..................................................................................... 22

Karakterisasi bungkil inti sawit hasil ekstraksi asam asetat

dan enzim............................................................................................ 22

Percampuran polisakarida mengandung mannan dari BIS ................. 23

Ransum ............................................................................................... 23

Bakteri dan bahan Additif .................................................................. 24

Rancangan Percobaan ......................................................................... 25

Peubah dan prosedur penelitian .......................................................... 26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

iii

Perubahan Patologi Anatomi .............................................................. 27

Organ Usus ......................................................................................... 27

Organ Hati .......................................................................................... 27

Analisis Histopatologi ........................................................................ 27

Pembuatan Preparat Histopatologi ..................................................... 28

Analisis Data ............................................................................................ 31

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Ekstrak Mannan terhadap Bobot Relatif Usus dan

Hati ........................................................................................................... 32

Berat Relatif Usus............................................................................... 32

Berat Relatif Hati ................................................................................ 33

Pengaruh Pemberian Ekstrak Mannan terhadap Patologi Anatomi Usus

dan Hati .................................................................................................... 35

Perubahan Patologi Anatomi (makroskopis) Usus ............................. 35

Perubahan Patologi Anatomi (makroskopik) Hati ............................. 36

Pengaruh Pemberian Ekstrak Mannan terhadap Histopatologi Usus dan

Hati ........................................................................................................... 38

Perubahan Histopatologi (mikroskopis) Usus ................................... 38

Perubahan Histopatologi (mikroskopis) Hati .................................... 40

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ............................................................................................... 47

Saran ......................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

iv

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit ....................................................... 6

2. Persentase Komponen Gula Netral Pada Bungkil Inti Sawit ..................... 13

3. Komposisi Bahan Pakan dan Kandungan Nutrisi dalam Ransum ............... 25

4. Pengaruh penggunaan Ekstrak Mannan dari BIS terhadap Bobot

Relatif Usus ................................................................................................. 33

5. Pengaruh penggunaan Ekstrak Mannan dari BIS terhadap Bobot

Relatif Hati ................................................................................................. 34

6. Skor Persentase Patologi Anatomi Hati pada hari Ke 5 dan15 .................... 36

7. Hasil skoring pengaruh pemberian ekstrak mannan dari BIS terhadap

histopatologi usus halus .............................................................................. 38

8. Hasil skoring pengaruh pemberian ekstrak mannan dari BIS terhadap

histopatologi hati ......................................................................................... 41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

v

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Patologi anatomi hati hari ke 5 .................................................................... 54

2. Patologi anatomi hati hari ke 15 .................................................................. 55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakankomoditas perkebunan utama yang berkembangnya

sangat ekstensif. Pada tahun 2016 luas areal telah lebih dari 11,67 juta/ hektardengan

produksi kelapa sawit mencapai 33 juta ton, yang tersebar di seluruh pulaubesar di

Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Jawa (Dirjen

Perkebunan, 2016).

Dengan predikat sebagai produsen minyak sawit dunia otomatis ketersediaan

bungkil inti sawit berlimpah. BIS (bungkil inti sawit) banyak digunakan sebagai pakan

ternak karena kandungan protein, serat kasar dan lemaknya yang tinggi, Penggunaan

BIS sebagai salah satu pakan potensial telah banyak dilaporkan pada ternakruminansia

(Mathius et al., 2003) dan ternak ayam (Sundu dan Dingle, 2005).

Nahrowi et al. (2005) melaporkan bahwa kandunganMannosa BIS mencapai

68,9% dan ketersediaannya terjamin. Kandungan mannan yang tinggi di samping

sebagai faktor pembatas juga dapat dianggap sebagai potensi untuk mendapatkan

imbuhan pakan prebiotik yang akan meningkatkan kesehatan ternak. Sundu et al. (2006)

menduga bahwa ada kesamaan antara bungkil inti sawit dengan mannan oligosakarida

(MOS) yang akan memperbaiki kesehatan dan sistem kekebalan ternak unggas.

Merujuk pada definisi prebiotik, Patterson, (2005) mengkategorikan bahwa

mannan-oligosakarida (MOS) sebagai prebiotik, tetapi bukan termasuk prebiotik murni

(true prebiotic) mengingat adanya peran lain dari mannan-oligosakarida. Mannan-

oligosakarida secara bersamaan dapat memacu perkembangan bakteri yang bermanfaat

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

2

dan menghambat bakteri patogen dengan membloking fimbriae (polimer protein yang

dapat mendeteksi karbohidrat spesifik) pada bakteri, sehingga bakteri patogen tidak

melekat pada dinding usus. Kemampuan lain dari MOS adalah bersifat immunostimulan

yaitu merangsang sekresi protein pengikat manosa dari hati yang dapat mengikat kapsul

bakteri yang masuk dan meningkatkan aktivitas fagosit dari makrofage (Devegodwa et

al., 1997).

Penyakit enterik dapat disebabkan oleh infeksi bakteri patogen.Salah satu bakteri

yang sering menyerang dan mengkontaminasi ayam adalah bakteri Salmonella

thypimurium yang dapat menyebabkan gangguan atau infeksi pada saluran pencernaan

ayam.Salmonella sendiri merupakan penyakit menular yang bersifat zoonosis dan

termasuk food borne disease(Gast, 2003). Salmonella selain merugikan secara ekonomi,

juga sangat penting dalam kaitannya dengan kesehatan masyarakat meskipun banyak

patogen lain yang dapat menyebabkan terjadinya sakit, Salmonella tetap menjadi

penyebab utama penyakit yang ditularkan melalui makanan.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk mencegah berkembangnya

mikroorganisme patogen penyebab penyakit, salah satunya adalah dengan

menggunakanantibiotik, namunpemberian antibiotik memiliki efek pada keamanan

pangan karena residu yang ditimbulkan pada jaringan dan resistensi beberapa

mikroorganisme terhadap antibiotik.Salah satu upaya alternatif yang dapat dilakukan

untuk menggantikan pemberian antibiotik pada ternak unggas khususnya broiler adalah

dengan menggunakan ikatan mannanyang dapat dihasilkan oleh mahluk hidup baik

mikroorganisme maupun tumbuhan seperti yang terdapat pada fungi (dinding sel fungi),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

3

dinding sel tanaman dan limbah pertanian.Sifat lainnya yaitu tidakmenimbulkan residu

karena sifatnya yangalami.

Mengingat sedikitnya peneliti yang meneliti pengaruh ektrak mannan dari BIS

secara patologi anatomi dan histopatologi maka penulis tertarik untuk meneliti lebih

lanjut tentang kajian penggunaan ekstrak mannan dari bungkil inti sawit sebagai

pengendalibakteriSalmonellathypimuriumdengan melihat potensi penggunaan ekstrak

mannan yang mendekati mannan-oligosakarida dari perombakan struktur bungkil inti

sawit dalam menghambat dan mencegah proses penempelan atau kolonisasi bakteri pada

usus dan tingkat kerusakan jaringan pada hati yang disebabkan oleh bakteri patogen

Salmonellathypimuriumpada ayam broiler.

Tujuan Penelitian

Sejalan dengan uraian rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh pemberian imbuhan pakan yangmengandung ekstrak

mannan dari bungkil inti sawit terhadap berat relatif organ, perubahan patologi dan

histopatologi organayam broileryang diinfeksi dengan Salmonella thypimurium.

Hipotesis Penelitian

Pemberian ekstrak mannan dari bungkil inti sawitpada ayam broiler dapat

mengurangi lesi pada organ usus dan hati secara makroskopis dan mikroskopis akibat

infeksi bakteri patogen Salmonella thypimurium.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan

menciptakan imbuhan pakan baru (feed additif) untuk ayam pedaging yang aman bagi

ternak, konsumen dan lingkungan. Imbuhan pakan baru yangmengandung ekstrak

mannan dari bungkil inti sawit dapat mengurangi lesi pada organ ayam broiler akibat

infeksi bakteri Salmonella thyphimurium.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

5

TINJAUAN PUSTAKA

Bungkil Inti Sawit ( BIS )

Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu limbah industri kelapa sawit yang

dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Bungkil inti sawit (BIS) adalah hasil ikutan

dariekstraksi inti sawit yang diperoleh melalui proses kimia dan mekanik. Bungkil inti

sawit (BIS) cukup potensial digunakan sebagai pakan unggas. Pada saat ini Indonesia

menyandang posisi sebagai produsen utama kelapa sawit terbesar di dunia.Pada tahun

2016 luas areal telah lebih dari 11,67 juta/ hektardengan produksi kelapa sawit

mencapai 33 juta ton, dan sekitar 2 persennya berupa bungkil inti sawityang tersebar di

seluruh pulaubesar di Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan

Jawa (Dirjen Perkebunan, 2016).

Bungkil inti sawit cukup potensial untuk pakan ternak dengan melihat

kandungannya15,43% protein kasar, 15,47% serat kasar, 7,71% lemak, 0,83% Ca,

0,86% P,dan 3,79% Abu (Amri, 2006). Dengan komposisi yang seperti ini bungkil inti

sawit berpotensi sebagai bahan pakan, baik untuk ternak ruminansia maupun ternak non

ruminansia. Tetapi akan sulit jika menjadi bahan pakan alternatif untuk ternak non

ruminansia, apabila dimanfaatkansecara langsung tanpa ada pengolahan sebelumnya.

Rizal (2000) melaporkan BIS dapat dipakai sampai 10% atau menggantikan 40%

bungkil kedelai dalam ransum broiler

Penggunaan BIS sebagai salah satu pakan potensial telah banyak dilaporkan

pada ternak ruminansia (Elisabeth dan Ginting, 2003; Mathius et al., 2003), dan ayam

(Sundu dan Dingle, 2005). Salah satu faktor pembatas penggunaan BIS terutama untuk

5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

6

ternak monogastrik adalah kandungan seratnya yang tinggi dan komponen dominannya

adalah berupa mannose yang mencapai 56,4% dari total dinding sel BIS dan ada dalam

bentuk ikatan mannan (Daud et al., 1993).

Kandungan nutrisi bungkil inti sawit (BIS) disajikan pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit (BIS)

No Kandungan Kadar (%)

1. Bahan Kering 91,8

2. Protein Kasar 15,3

3. Serat Kasar 15,0

4. Ca 0,20

5. P 0,52

6. Ekstrak Eter 8,9

7. Energi (Mj/Kg) 9,80

8. BETN 55,8

9. Abu 5,0

10. TDN 65,4

Sumber : Idris (1998)

Prebiotik

Prebiotik adalah nondigestible food ingredient yang mempunyai pengaruh baik

terhadap inang dengan memicu aktivitas, pertumbuhan yang selektif, atau keduanya

terhadap satu jenis atau lebih bakteri penghuni kolon.Prebiotik pada umumnya adalah

karbohidrat yang tidak dicerna dan tidak diserap, biasanya dalam bentuk oligosakarida

dan serat pangan.Oligosakarida adalah komponen utama prebiotik.Jenis oligosakrida ini

bervariasi dan dapat megandung heksosa monosakarida termasuk fruktosa, galaktosa

dan manosa, dengan derajat polimerisasi antara 2 – 10 monosakarida.Beberapa contoh

prebiotik diantaranya inulin, oligosakarida (mannan oligosaccharide/ MOS, fructose

oligosaccharide/ FOS, galacto oligosaccharide) dan serat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

7

Gibson and Roberfroid (1995) juga menyatakanfood ingredient yang

diklasifikasikan sebagai prebiotik harus: (1) tidak dihidrolisa dan tidak diserap di bagian

atas traktus gastrointestinal sehingga dapat mencapai kolon tanpa mengalami perubahan

struktur dan tidak diekskresikan dalam feces, (2) subtrat yang selektif untuk satu atau

sejumlah mikroflora yang menguntungkan dalam kolon, jadi memicu pertumbuhan

bakteria, dan (3) mampu merubah mikroflora kolon menjadi komposisi yang

menguntungkan kesehatan.

Prebiotik merupakan nutrisi yang sesuai bagi bakteri baik, tapi tidak cocok bagi

bakteri jahat, sehingga bisa meningkatkan bakteri baik dalam usus.Kombinasi probiotik

dan prebiotik untuk meningkatkankesehatan tubuh disebut sinbiotik (Daud et al., 1997).

Prebiotik mengurangi pH usus, efek ini terjadi akibat adanya perubahan dari

metabolisme fermentasi protein (menghasikan amoniak dan pH yang tinggi) menjadi

fermentasi karbohidrat (menghasilkan asam).Prebiotik dapat menurunkan pH sehingga

mengurangkan gejala penyakit tersebut.Selain itu, pH usus yang rendah juga

meningkatkan pergerakkan usus dan melindungi dari serangan dari bakteri patogenik.

Prebiotik dapat mengembalikan keseimbangan flora di usus selepas penggunaan

antibiotik, diare, stres dan penggunaan obat lain selain antibiotik. Hal ini terjadi akibat

adanya mekanisme yang secara selektif menstimulasi pertumbuhan bakteri dari

kumpulan tertentu, seterusnya akan memperbaiki keadaan keseimbangan flora pada

bahagian usus.

Mannanoligosakarida (MOS)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

8

Mannanoligosakarida merupakan polisakarida yang diperoleh dari dinding sel

ragi yang terdiri dari mannan dan glukosa. Mannanoligosakarida termasuk dalam

golongan serat dan karbohidrat yang tidak dapat dicerna ( non digestible). Sumber

ikatan mannan berasal dari ikutan hasil pertanian dan dinding selbeberapa jenis jamur.

Salah satu sumber ikatan mannan yang belum banyak diteliti adalah Bungkil Inti

Sawit (BIS).Menurut Daud et al. (1993) BIS tinggi akan serat kasar yakni berkisar

antara 13,0–15,7% dan ADF 31,7%. Jumlah mannosanya mencapai 56,4% dari

keseluruhan total dinding selnya.Sumber lain menyebutkan bahwa total gula dari

polisakarida BIS adalah 2,2 kali lebih tinggi dibandingkan polisakarida dari Penicillium

sp. Kedua polisakarida tersusun atas gula monomer glukosa, mannosa, dan galaktosa

dengan perbandingan bertutut-turut untuk BIS dan Penicillium sp. adalah 8:20:1 dan

11:15:1 atau kandungan mannosa setara 68,9% untuk BIS dan 55,5 % untuk Penicillium

sp (Nahrowi et al. 2005). Adapunsecara lengkap komponen dinding sel dari BIS tertera

pada (Tabel 2).

Tabel 2. Persentase Komponen Gula Netral pada bungkil inti sawit (BIS)

No Komponen gula netral Persentase dari dinding sel (%)

1. Mannosa 56,4 ± 7,0

2. Selulosa 11,6 ± 0,7

3. Xylosa 3,7 ± 0,1

4. Galaktosa 1,4 ± 0,2

Total 73,1 ± 7,2

Sumber : Daud et al. (1993)

Ayam Broiler

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

9

Ayam broiler merupakan salah satu sektor peternakan yang menghasilkan bahan

pakan hewani yang mempunyai nilai gizi yang tinggi. Perkembangan genetik ayam

broiler semakin pesat, sehingga ayam broiler tidak lagi dipotong pada umur 35 hari

tetapi menjadi lebih cepat yaitu 29 hari. Untuk produksi daging ayam broiler sangat

cepat, dalam kurun waktu 6-7 minggu ayam akan tumbuh40-50 kali dari bobot awalnya

dan pada minggu-minggu terakhir, broiler tumbuhsebanyak 50-70 g per hari

(Amrullah,2003).

Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging yang memiliki kecepatan

tumbuh pesat dalam kurun waktu singkat (Rasyaf, 1994). Dijelaskan lebih lanjut oleh

Siregar et al. (1980) bahwa ayam Broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat

antara lain : ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang,

pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi.Umumnya

pemeliharaan ayam pedaging dilakukan dalam waktu 5 - 6 minggu dengan berat badan

1,4 - 1,6 kg/ekor, akan tetapi konsumen masih dapat menerima ayam pedaging dengan

berat badan lebih dari itu, misalnya dengan berat antara 1,8 - 2 kg/ekor.Pertumbuhan

ayam pedaging dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya makanan (ransum),

temperatur lingkungan (berkisar 19° - 21 °C), dan sistem pemeliharaannya (Rasyaf,

1992).

Menurut Murtidjo (2003) beberapa keuntungan yang diperoleh dari

pemeliharaan broiler yaitu strain broiler mempunyai kemampuan penyesuaian (adaptasi)

untuk dipelihara di lingkungan tropis dan tidak mudah mngalami tekanan. Konversi

ransum yang baik, dalam arti perbandingan jumlah makanan yang dikonsumsi dan berat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

10

badan yang dicapai seimbang.Tingkat kematian selama pemeliharaan rendah dan tidak

kanibal sehingga memudahkan pengelolaan.

Salmonellasp

Salmonella merupakan pemyakit menular yang bersifat zoonosis dan termasuk

food borne disease(Gast, 2003).Salmonella selain merugikan secara ekonomi, juga

sangat penting dalam kaitannya dengan kesehatan masyarakat meskipun banyak patogen

lain yang dapat menyebabkan terjadinya sakit, Salmonella tetap menjadi penyebab

utama penyakit yang ditularkan melalui makanan.

Salmonella sp. adalah bakteri gram negatif yang bergerak (motil)

denganmenggunakan flagela, bersifat anaerob fakultatif, katalase positif dan

oksidasenegatif. Terdapat lebih dari 2500 serotypes berbeda yang diketahui dan tersebar

padahewan terutama unggas dan babi. Salmonella spp. juga bersumber pada

lingkungantermasuk air, tanah, serangga dan kotoran hewan. Bakteri ini tumbuh pada

suhu 37˚C dan pH optimum 7,0. Salmonella dalam litter dapat bertahan selama 16 – 18

bulan pada suhu 250C.

Salmonella memiliki tiga jenis antigen yaitu antigen O, H dan Vi (Gast, 2003).

Antigen O (somatik) adalah antigen dari bagian dinding sel bakteri

(lipopolisakarida).Antigen H atau antigen flagella adalah antigen yang inaktif oleh panas

lebih dari 600C dan juga oleh alkohol dan asam. Sedangkan antigen Vi adalah antigen

kapsular K yang muncul disekitar bakteri.

Bagian lipopolisakarida (LPS) dinding sel bakteri ini juga mempunyai peranan

yang penting dalam resistensi Salmonella terhadap fagositosis oleh inang.Kehilangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

11

kemampuan untuk membentuk LPS yang lengkap menyebabkan penurunan virulensi

pada S. enteritidis, sedangkan pada S. thypimurium menyebabkan kehilangan

kemampuan untuk berkolonisasi pada sekum dan menginvasi ke limpa.

Klasifikasi Salmonella sp adalah sebagai berikut : kingdom : Bacteria, phylum :

Proteobacteria, class : Gamma proteobacteria, ordo : Enterobacteria, family :

Enterobacteriaceae, genus : Salmonella, species : S. bongori, S.enterica(Tindall et al.,

2005).

Patogenitas Salmonella juga disebabkan oleh toksin yang dihasilkan bakteri

tersebut (Gast, 1997).Salmonella menghasilkan endotoksin.Endotoksin yang dihasilkan

oleh S. enteritidis dapat menimbulkan lesion pada hati dan limpa ayam. Toksin lain

yang dihasilkan oleh Salmonella adalah enteroktoksin dan sitotoksin yang dapat

menyebabkan keracunan pada manusia melaui makanan yang telah terkontaminasi.

Tingkat keparahan Salmonellosis pada unggas sangat tergantung pada serotype dan

strain bakteri; umur dan genetic inang; dan pintu masuk infeksi (Barrow, 2000)

Infeksi Salmonella sp terjadi melalui 3 cara yaitu kongenital, oral danaerogen

(Ressang, 1984). Secara kongenital yaitu penularan melalui telur sehinggaanak ayam

yang menetas melalui telur tersebut akan terinfeksi Salmonella sp.Infeksi secara oral

terjadi melalui pakan dan air minum yang tercemari Salmonellasp. Sedang aerogen

adalah infeksi yang terjadi di dalam mesin penetas telurdimana masa tunas penyakit

berkisar antara 1 minggu. Penularan melalui vektor juga lazim terjadi, penyebaran ini

terjadi melalui hewan-hewankecil seperti tikus,lalat, burung liar dan peralatan yang

mengandung bakteri Salmonella sp yangdigunakan di dalam kandang (Cox et al.,

1996).Banyak cara organisme tersebut dapat masuk, menyebar, danbertahan di dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

12

tubuh unggas yang pada akhirnya produk yang dihasilkan olehunggas juga akan

tercemari oleh Salmonella sp. Perusahaan kecil maupun besartelah menggalakkan

kebijakan kontrol dalam mengurangi berkembangnya bakteriSalmonella sp. Peningkatan

monitoring dan kontrol di dalam kawasan peternakanlebih difokuskan pada bagian

breeding, umumnya lebih menekan perkembanganS. Enteritidis dan S. typhimurium.

Kawasan breeding, pabrik pakan dan kawasanhatcheries merupakan kawasan utama

terjadinya kontaminasi Salmonella sp.Kontaminasi pada kawasan tersebut umumnya

melalui sistem ventilasi (Davis danBreslin, 2004).

Gejala Klinis

Salmonella thypimurium lebih rentan menyerang terhadap ayam muda terutama

pada ayam dibawah umur 1 minggu yaitu umur 1 – 3 hari (Barrow, 2000).Resistensi

Salmonella meningkat dengan bertambahnya umur dan lengkapnya sistem

pertahanan.Oleh karena itu biasanya infeksi Salmonella pada unggas yang berumur

diatas 1 minggu biasanya tidak menimbulkan gejala klinis (infeksi subklinis), walaupun

terjadi kolonisasi bakteri terhadap usus.Pada infeksi subklinis, terjadi kolonisasi bakteri

Salmonella pada saluran pencernaan (Dhillon, 1999).

Infeksi Salmonella biasanya terjadi pada ileum, sekum dan kolon (Henderson et

al., 1999).Infeksi terjadi melalui beberapa tahap yaitu adhesi dan kolonisasi, invasi dan

eksudasi (pengeluaran cairan). Proses perlekatan atau kolonisasi Salmonella pada sel

epitel usus inang merupakan tahap yang sangat penting yang mengawali terjadinya

infeksi. Infeksi dimulai dengan Salmonella berikatan dengan sel M (microfold) atau

epitel mukosa usus.Sel M terdapat pada lapisan mukosa yang melapisi bagian usus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

13

dimana terdapat folikel limfoid atau Peyer’s patches.Interaksi antara Salmonella dengan

sel M mengertak sel pertahanan terutama neutrophil dan makrofag. Salmonella

melakukan invasi pada sel M, kemudian akan dibawa ke sel makrofag dalam folikel

limfoid untuk difagosit. Setelah invasi berkembang dan bereplikasi dalam makrofag atau

sel retikuloendotelial sistem (RES) dan menyebar ke organ organ lain melalui sirkulasi

darah.

Gejala klinis pada ayam yang terinfeksi Salmonella antara lain diare, anorexia,

kematian embrio meningkat dan produksi telur menurun. Perubahan patologi anatomi

dapat berupa septicemia, enteritis, exudat perkejuan pada sekum, hati, limpa dan ginjal

membengkak, hepatitis dan pericarditis.Pada anak ayam juga dapat terjadi airsaculitis,

artritis, dan gangguan penyerapan kuning telur (Gast, 2003). Oleh karena infeksi

Salmonella pada ayam sering tidak menunjukkan gejala klinis (subklinis), maka bakteri

tersebut dapat berkontak dengan antibiotik yang dipergunakan untuk mengobati infeksi

oleh bakteri lain seperti E coli. Sehingga dapat menimbulkan resistensi Salmonella

terhadap antibiotik tertentu.

Pemakaian antibiotik pada ternak untuk pengobatan, pencegahan penyakit dan

pemacu pertumbuhan (growth promoter) memberikan dampak yang tidak

menguntungkan (Lee et al., 2001).Pada beberapa kasus pemakaian antibiotik ternyata

dapat meningkatkan kolonisasi Salmonella yang terjadi akibat rusaknya keseimbangan

mikrobiota dalam usus (Glisson, 1998).Pemakaian antibiotik yang luas untuk

pengobatan dan pencegahan dalam mengontrol salmonellosis dapat meningkatkan

resistensi Salmonella terhadap antibiotik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

14

Mannanoligosakarida sebagai Pengendali Salmonella sp

Menurut Devegowda et al. (1997), diantara oligosakarida utama yaitu Mannan-

oligosakarida, fruktooligosakarida dan galaktooligosakarida, mannan-oligosakarida

(MOS) dilaporkan memberikan hasil yang paling baik dalam memperbaiki produksi

ternak. MOS juga memiliki kemampuan untuk merangsang sistem kekebalan dan efek

ini juga berperan dalam melawan bakteri Salmonella (Spring, 1997). Hal ini terlihat dari

uji tantang yang dilakukan pada ayam broiler dengan menggunakan strain liar

Salmonella, menunjukkan hasil yang lebih baik pada ayam yang diberi MOS. Selain itu

MOS juga mempunyai fungsi untuk mengikat mikotoksin seperti zearalenone dan

aflatoksin (Lyons, 1997).

MOS sebagai prebiotik mempunyai mekanisme yang berbeda dimana secara

selektif tidak menyebabkan peningkatan populasi bakteri yang menguntungkan, tetapi

melalui kemampuannya yang dapat melekat pada lektin spesifik manosa dari patogen

gram negatif tipe 1 fimbriae seperti Salmonella dan E. coli yang kemudian akan

keluarkan dari saluran pencernaan (Baurhoo et al., 2007). MOS ini tak dapat dicerna

oleh hewan monogastrik tetapi dapat dimanfaatkan oleh bakteri asam laktat sebagai

sumber energi (Delzenne, 2003).

Mannanoligosakarida (MOS)sebagai Antimikrobial

Mannanoligosakarida (MOS) merupakan agen antimikrobial yang bersifat alami

sehingga tidak menimbulkan residu.Sifatnya yang tidak menimbulkan residu

menyebabkan MOS dapat dijadikan sebagai salah satu bahan alternatif pengganti

antibiotik, baik untuk tujuan pemacu pertumbuhan maupun pengontrolan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

15

penyakit.Mekanisme MOS dalam mencegah bakteri patogen yaitu mannosa dalamMOS

bersifat spesifik terhadap lektin yang terdapat pada permukaan dinding selbakteri.Lektin

ini dapat mengenal gula spesifik yang terdapat pada permukaan selusus

halus.Karbohidrat (gula spesifik) pada permukaan sel merupakan faktor utamayang

bertanggung jawab dalam pengenalan oleh sel dan membiarkan sel menempeldidalam

gula tersebut. Gula spesifik tersebut terdapat pada permukaan sel epitelpengikatan

Salmonella, E. Coli, dan Vibrio cholera. Mannosa mencegah penempelan bakteri

patogen pada usus halus sehingga tidak terjadi kolonisasi bakteri yang dapat

menimbulkan penyakit dan menjadi sumber makanan bagi bakteri yang menguntungkan

(CFNP TA,2002).

Spring et al. (2000) menemukan bahwa pemberian MOS dapat menggumpalkan

lima dari tujuh strain E. coli dan tujuh dari sepuluh strainSalmonella thypimurium dan

Salmonella enteridis. Sedangkan terhadap strain Salmonella pullorum, Salmonella

choleraesuis, danCampylobacter tidak terjadi penggumpalan. Selanjutnya Spring et al.

(2000) melaporkan hasil dari uji tantang terhadap bakteri Salmonella thypimurium 29E

sebanyak 104 cfu pada umur anak ayam tiga hari, dengan kadar MOS yang diberikan

sebanyak 4000 ppm menunjukkan terjadinya penurunan konsentrasi Salmonella

thypimurium dari 5,40 menjadi 4,01 log cfu pada hari ke sepuluh.

Organ Pencernaan

Pencernaan adalah penguraian pakan kedalam zat –zat makanan dalam saluran

pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh jaringan – jaringan tubuh

(Anggorodi, 1985).Pada umumnya bagian- bagian penting dari alat pencernaan adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

16

mulut, farinks, esophagus, proventrikulus, usus halus dan usus besar.Saluran pencernaan

(gastrointestinal) merupakan suatu ekosistem yang mengandung berbagai jenis

mikrobiota yang mempunyai peranan dalam pencernaan makanan.

Usus Halus

Menurut Suprijatnaet al. (2008) usus halus merupakan organ utama

tempatberlangsungnya pencernaan dan absorbsi produk pencernaan. Berbagai

enzimyang masuk ke dalam saluran ini berfungsi mempercepat dan

mengefisiensikanpemecahan karbohidrat, protein, dan lemak untuk mempermudah

proses absorbsi.Pada ayam dewasa, panjang usus halus sekitar 62 inci atau 1,5

meter.Sebagian besar pencernaan terjadi di dalam usus halus, disini terjadipemecahan

zat-zat pakan menjadi bentuk yang sederhana, dan hasilpemecahannya disalurkan ke

dalam aliran darah melalui gerakan peristaltik didalam usus halus.Di dalam saluran

pencernaan, khususnya pada usus halus,patogen yang sering menyebabkan gangguan

adalah Escherichia coli.Sudahbanyak dilaporkan bahwa mikroorganisme patogen,

seperti Escherichia coli yangterdapat dalam saluran pencernaan, dapat merusak mukosa

saluran pencernaansecara potensial (Wresdiyati et al., 2013).

Secara anatomis duodenum membentuk huruf “U” dengan pankreas pada lekuk

dalamnya.Duodenum merupakan bagian usus halus pertama yang berfungsi untuk

pemecahan ingesta menjadi bentuk yang siap untuk diserap (Dellmann dan Brown,

1992).

Histologi dan Fisiologi Usus Halus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

17

Kemampuan pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan dapatdipengaruhi oleh

luas permukaan epithel usus, jumlah lipatan-lipatannya, danbanyaknya villi dan

mikrovilli yang memperluas bidang penyerapandan dipengaruhi juga oleh tinggi dan

luaspermukaan villi, duodenum, jejunum, dan ileum (Sugito, et al., 2007).

Luas permukaan usus halus seperti tinggi villi menggambarkan area

untukpenyerapan zat-zat nutrisi. Vili merupakan tonjolan kecil mirip jari atau daunyang

terdapat pada membran mukosa, panjangnya 0,5 sampai 1,5 mm dan hanyaterdapat pada

usus halus. Vili pada ileum bentuknya mirip jari dan lebih pendekdibandingkan dengan

vili yang terdapat pada duodenum dan jejejnum.Salah satuparameter yang digunakan

untuk mengukur kualitas pertumbuhan adalah strukturmorfologi usus (Wang et al.,

2008).Vili berfungsi untuk memperluas permukaan usus halus yang

berpengaruhterhadap proses penyerapan makanan. Perkembangan vili-viliusus pada

ayam broiler berkaitan dengan fungsi dari usus dan pertumbuhan dariayam tersebut

(Sun, 2004). Semakin lebar vili semakin banyak zat-zat makananyang akan diserap pada

akhirnya dapat berdampak pada pertumbuhan organ-organ tubuh dan karkas yang

meningkat. Peningkatan tinggi vili pada usus halus ayam pedagingberkaitan erat dengan

peningkatan fungsi pencernaan dan fungsi penyerapankarena meluasnya area absorpsi

serta merupakan suatu ekspresi lancarnya sistemtransportasi nutrisi keseluruh tubuh.

Struktur duodenum terdiri atas empat lapis, yaitu mukosa, submukosa, tunika

muskularis, dan tunika serosa.Lapis pertama adalah mukosa yang dibalut oleh lamina

epitelialis, lamina propria dengan kelenjar, dan muskularis mukosa.Kelenjar pada

duodenum disebut sebagai kelenjar Lieberkhun yang disusun oleh sel epitel silindris

sebaris.Kelenjar Lieberkhun menghasilkan mukus dan beberapa enzim untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

18

metabolisme peptida, lemak, dan karbohidrat (Aughey dan Frye, 2001).Lapis kedua

adalah submukosa berupa jaringan ikat dan banyak terdapat pembuluh darah dan

pembuluh limfe.Lapis ketiga adalah tunika muskularis yang disusun oleh otot polos,

yaitu lapis dalam melingkar dan lapis luar memanjang.Lapis keempat adalah tunika

serosa yang merupakan jaringan ikat longgar dan dilanjutkan dengan mesenterium

(Bacha dan Bacha, 2000).

Hati

Hati adalah organ tubuh yang berukuran besar dan merupakan kelenjarterbesar

dalam tubuh hewan ataupun manusia.Di dalam hati ditemukan banyaksel-sel RES

(Reticulo Endothelial System), yakni sel-sel Kupffer yang terdapatdalam dinding-

dinding kapiler dan sinusoid-sinusoid hati yang berfungsi untukmembersihkan benda-

benda asing dari darah (Ressang, 1984 dan Hartono, 1992).Sel-sel Kupffer yang berada

di lumen sinusoid bertindak sebagai makrofag yang mempunyai fungsi fagositik

(Ganong, 2003).Bangsa burung memiliki hati yang cukup besar yang terdiri dari dua

lobi kiri dan kanan.Saluran hepatik dari setiap lobi tersebut berhubungan dengan

duodenum. Bobot hati akan dipengaruhi oleh ukuran tubuh, spesies dan jenis kelamin.

Bobot hati juga akan dipengaruhi oleh bakteri patogen yang biasanya mengakibatkan

pembengkakan hati (Sturkie, 2000). Berat hati ayam menurut Nickel et al . (1997)

berkisar antara 1,7 – 2,3% dari berat hidup sedangkan menurut Putnam, (1991),

persentase hati ayam berkisar antara 1,7 -2,8% dari bobot hidup.

Hati merupakan organ sekresiterbesar dan merupakan kelenjar pertahanan yang

terpenting dalam tubuh.Sel hatidapat rusak hingga lebih dari 80% tanpa menyebabkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

19

gejala yang berat dandapat sembuh kembali secara sempurna (Nort dan Bell,

1990).Umumnya hati mempunyai berat berkisar antara 30-50 gram.Warna hati

tergantung pada status nutrisi unggas. Hati yang normal berwarna coklat kemerahan

atau coklat terang dan bila makanannya berlemak tinggi maka warnanya akan menjadi

kuning (Mc Lelland, 1990).

Histologi dan Fisiologi Hati

Secara histopatologi, gangguan yang sering terjadi pada hati adalah degenerasi,

nekrosa, perlemakan dan gangguan sirkulasi.Degenerasi dapat terjadi di sitoplasma dan

inti sel. Degenerasi sitoplasma hati kadang-kadang disertai kelainan inti sekunder, atropi

dan nekrosis sel sehingga sel menjadi hilang (Darmawan, 1996).Degenerasi dapat

disebabkan oleh anoreksia, infeksi bakteri dan virus, gangguan dalam sistem peredaran

darah, anemia, keracunan bahan kimia, radiasi dan suhu yang tidak menentu.Degenerasi

ditandai oleh perubahan komposisi atau kandungan, struktur dan fungsi sel.Degenerasi

bengkak atau keruh (Cloudy swelling) ditandai oleh adanya sel-sel yang membengkak

disertai sitoplasma yang bergranula (berbutir-butir) sehingga jaringan tampak keruh.

Secara fisologi hati mempunyai 3 fungsi yaitu fungsi vaskuler, fungsi metabolik,

serta fungsi sekresi dan ekskresi (Dellman, 1989). Lebih jelasnya Burkitt et al. (1995)

menjelaskan bahwa fungsi hati adalah mendetoksifikasi produk buangan metabolisme,

merusak sel darah merah yang tua, sintesis dan sekresi lipoprotein plasma serta

mempunyai fungsi metabolisme (sintesis glikogen, beberapa vitamin dan

lipid).Kerusakan pada hati yang disebabkan oleh penyakit mengakibatkan perubahan

fisik seperti perubahan ukuran, pembengkakan, perubahan warna, dan pengecilan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

20

salah satu lobi yang menyebabkan tepi yang tidak sama.Budiman et al. (2015) yang

menyebutkan ciri-ciri hati yang mengalami lesi perubahan warna yang sangat mencolok

seperti warna hati yang tidak sesuai dengan warna normalnya warna coklat kemerah-

merahan, kemudian juga dilihat dari segi konsistensinya yang rapuh, dan bentuk tepi

yang tumpul dan bengkak.Berdasarkan penelitian Wiganjar (2006), nilai rata- rata

persentase hati ayam yang dinfeksi Salmonella thypimurium dengan penambahan

polisakarida yang mengandung mannan dari BIS masih berada diatas kisaran berat rata

– rata normal (1,7 – 2,8% dari bobot hidup). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan

polisakarida mengandung mannan dari bungkil inti sawit (BIS) belum efektif untuk

memperbaiki bentuk dan pembengkakan hati ayam akibat infeksi Salmonella

thypimurium.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

21

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2017 dilaksanakan di

kandang percobaan (UPT) dan Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jl. Prof. A.

Sofyan No.3 Fakultas Pertanian Program Studi Ilmu Peternakan Universitas Sumatera

Utara. Pembuatan preparat dan analisa histopatologi dilaksanakan di Balai Veteriner

Medan.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : bungkil inti sawit (BIS),

asam asetat, enzim mannase, Buffer Neutral Formalin (BNF), ayam broiler (Day Old

Chicken)

Alat

Kandang dan Perlengkapan

Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang sistem litter

berpetak dan tiap petak dipisahkan oleh sekat kawat. Tiap petak berukuran 1x1 m diisi

oleh 4 ekor DOC. Setiap petak dilengkapi dengan tempat makanan, tempat air minum

dan lampu pijar 60 watt. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan, plastik

ransum, nomor sayap dan termometer untuk mengukur suhu kandang.

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

22

Vitamin, Vaksinasi dan Sanitasi

Vitamin yang digunakan pada penelitian ini adalah Vitachick dan

Vitastress.Vitachick diberikan pada saat ayam datang untuk mencegah ayam stres akibat

perjalanan dan vitastress diberikan sebelum penimbangan bobot badan ayam.Vaksin

yang digunakan adalah vaksin Newcastle Disease diberikan pada hari ketiga melalui

tetes mata.

Pelaksanan sanitasi dilakukan pada peralatan dan kandang ayam.Pada peralatan,

pelaksanaan ini dilakukan pada pagi hari sedangkan untuk kandang ayam dilakukan

pada siang atau sore hari.Pencucian peralatan seperti tempat minum dan tempat makan

pada awal pengunaannya memakai disinfektan jenis rodalon.Sedangkan, untuk

pencucian harian menggunakan air dan sabun. Sanitasi juga dilakukan pada kandang

dengan penggantian sekam dan alas koran sekitar kandang secara periodik.

Metode Penelitian

Karakterisasi Bungkil Inti Sawit Hasil Ekstraksi Asam Asetat dan Enzim.

Pada tahap pertama ini, dilakukan pengkajian proses dan pengkarakterisasian

ekstrak bungkil inti sawit (BIS) yang dihasilkan melalui penerapan teknologi dengan

menggunakan asam asetat dan enzim. Kombinasi perlakuan juga akan diterapkan untuk

mendapatkan proses yang paling efektif dan efesien dalam merombak struktur bungkil

inti sawit (BIS) menjadi material yang lebih sederhana berupa residu (padatan) sebagai

bahan pakan ternak unggas dan supernatant (cairan) yang merupakan ekstrak mannan

dari BIS untuk dijadikan feed additif bagi ternak ayam broiler, yang dianggap mampu

menjadi anti mikroba dan immunostimulator pada ternak ayam (Tafsin, 2007).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

23

Proses ekstraksi bungkil inti sawit (BIS) dapat dilakukan dengan cara

penambahan BIS kedalam asam asetat (1%,110˚C, 1 jam), enzim (100 U/L, 60˚C, 72

jam) dan kombinasi keduanya, dengan perbandingan 1 : 10. Proses ini dimulai dengan

penggilingan dan pengayakan (penyaringan) BIS.Kemudian BIS dicampur dengan

masing - masing pelarut dan enzim, dilanjutkan dengan pemanasan dengan

menggunakan autoclave. Selanjutnya dilakukan proses pemisahan dengan menggunakan

sentrifugasi (suhu 10˚C; rpm 4 200; 15 menit). Setelah itu dipisahkan supernatan

(cairan) dan residunya. Produk yang dihasilkan pada tahapan ini berupa supernatant

(cairan) selanjutnya akan diuji kemampuannya sebagai pengendali bakteri Salmonella

typimurium pada ternak ayam broiler.

Pencampuran Polisakarida mengandung Mannan dari BIS

Proses pencampuran dilakukan dengan cara menyemprotkan supernatant (cairan)

yang didalamnya terdapat polisakarida mengandung mannan dari BIS kedalam ransum

berupa jagung, dedak, bungkil kedelai, tepung ikan, Dicalcium fosfat, minyak kelapa,

premix, mineral, CaCo3 secara homogen dan merata. Setelah itu dijemur dibawah sinar

matahari sampai kering udara.

Ransum

Pakan dan air minum diberikan ad libitum, sedangkan pemberian imbuhan pakan

dilakukan sebelum dan sesudah infeksi Salmonella thypimurium.Susunan ransum dasar

dan kandungan nutrisi ransum yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

24

Tabel 3 . Komposisi Bahan Pakan dan Kandungan Nutrisi dalam Ransum

Komposisi

No. Bahan Pakan Jumlah (%)

1. Jagung 55

2. Dedak Padi 9

3. Bungkil Kedelai 26,5

4. Tepung Ikan 6

5. Minyak Kelapa 1,5

6. Dikalsium Fosfat 1

7. CaCO3 0,5

8. Premiks Mineral 0,5

Total 100.00

Kandungan Nutrisi*

1. Protein Kasar 21.09

2. Serat Kasar 4.13

3. Lemak Kasar 4.04

4. Calsium 1.03

5. Phosfor 0.99

6. Lisin 1.17

7. Metionin 0.38

8. Energi Metabolisme (Kkal/kg) 3003

Keterangan : * berdasarkan perhitungan dari tabel komposisi zat makanan (NRC, 1994).

Bakteri dan Bahan Additif

Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Salmonella thyphimurium

tipe ganas.Ayam diinfeksi Salmonella thypimurium pada umur 3 hari dengan dosis 105

CFU/ekor.Penginfeksian dilakukan secara oral yaitu dengan cara pemasukan jenis

bakteri ini kedalam mulut. Setelah proses penginfeksian selesai, setiap ayam diberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

25

vitastress. Pada perlakuan, antibiotik yang digunakan adalah oksitetrasiklin 0,5 g/ liter

diberikan selama 3 hari melalui air minum.

Rancangan Percobaan

Metode penelitian yang digunakan adalah secara eksperimental dengan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan,

setiap ulangan terdiri dari 4 ekor ayam.

Perlakuan yang diberikan pada penelitian :

R0A = Infeksi S thypimurium + Ransum yang disuplementasi 0 % ekstrak mannan dari

BIS

R0B= Infeksi S thypimurium + Ransum yang disuplementasi 0 % Ekstrak Mannan dari

BIS + antibiotik

R1 = InfeksiS thypimurium + Ransum yang disuplementasi 0,1 % Ekstrak Mannan

dari BIS

R3 = Infeksi S thypimurium + Ransum yang disuplementasi 0,2 % Ekstrak Mannan dari

BIS

R4 = Infeksi S thypimurium + Ransum yang disuplementasi 0,3 % Ekstrak Mannan dari

BIS

R5 = Infeksi S thypimurium + Ransum yang disuplementasi 0,4 % Ekstrak Mannan dari

BIS

Menurut Hanafiah (2003) model matematika percobaan yang digunakan adalah :

Yij = μ+ τi+ εij

Dimana:

Yij = nilai unit percobaan padaperlakuan uji ke-i, ulangan ke-j

µ = rataanumum

τi = pengaruh uji ke-i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

26

εij = pengaruhgalat percobaan

I = perlakuan

J = ulangan(1, 2, 3)

Peubah dan Prosedur Penelitian

Peubah yang diamati :

1. Persentase bobot hati (%)

Persentase bobot hati merupakan perbandingan bobot hati dengan bobot hidup

dikalikan dengan 100%.

2. Persentase bobot usus halus (%)

Persentase bobot usus halus merupakan perbandingan antara bobot usus halus

dengan bobot hidup dikalikan dengan 100%.

3. Patologi Anatomi Usus

Pengamatan perubahan usus berupa hiperemi, enteritis kataralis dan pendarahan.

4. Patologi Anatomi Hati

Pengamatan perubahan hati berupa warna belang, pucat, rapuh, pendarahan dan

nekrotik

5. Histopatologi usus

Pengamatan terhadap deskuamasi epitel villi mukosa dan proliferasi sel radang.

6. Histopatologi hati

Pengamatan terhadap sel radang, pendarahan, kongesti (pembendungan), dan

oedema.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

27

Perubahan Patologi Anatomi (PA)

Skor lesi ditentukan dari perubahan PA dan Histologi pada organ usus dan hati

berupa derajat kerusakan dari organ yang terinfeksi. Menurut metoda Johson dan Reid

(1970) yaitu dengan pemberian skoring 0 sampai 4 sebagai berikut:

Organ Usus

Perubahan yang diamati pada pemeriksaanorgan usus secara makroskopis

dilakukandenganmemberikan skor 0-4, yaitu 0 = tidak ada perubahan,1 = hiperemi, 2 =

enteritis kataralis, 3 = enteritishemoragik, dan 4 = nekrotik. Adapun penilaian lesisecara

mikroskopis dilakukan berdasarkan derajatperubahan 0-5 yaitu, 0 = tidak adaperubahan,

1 =hiperemi, 2 = edema, 3 = perdarahan, 4 = infiltrasisel radang dan 5 = deskuamasi

epitel.

Organ Hati

Perubahan yang diamati pada pemeriksaanorgan hati secara makroskopis

dilakukandenganmemberikan skor 0-4, yaitu 0 = tidak ada perubahan,1 = hiperemi yang

ditandai warna belang, 2 =membesar dan pucat, 3 = rapuh, 4 = pendarahan, dan5 =

nekrotik. Penilaian lesi secara mikroskopisdilakukan berdasarkan derajat perubahan 0-4,

yaitu 0= tidak ada perubahan, 1 = hiperemi, 2 = degenerasihepatosit, 3 = infiltrasi sel

radang, 4 = nekrotikhepatosit.

Analisis Histopatologi

Setelah proses pemeliharaan dan pemotongan selesai dilakukan, dilanjutkan

dengan pengumpulan sampel dan pembuatan preparat histopatologi. Pengumpulan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

28

sampel organ usus halus, hati dilakukan setelah pasca infeksi pada saat broiler berumur

5 hari dan 15 hari Dalam hasil pengamatan diolah secara deskriptif. Pemeriksaan

sampel histopatologi pada organ hati, dan usus diperoleh dari ayam yang diberi

perlakuan kontrol dengan infeksi S. thypimurium ditambah dengan ransum yang tidak

disuplementasi ekstrak mannan. Suplementasi MOS tertinggi (0,4% Ekstrak Mannan).

Gambaran histopatologi dievaluasi dengan melihat tingkat kerusakan jaringan yang

diindikasikan dari lesi pada organ ayam broiler tersebut.

Pembuatan Preparat Histopatologi

Pembuatan preparat pada organ usus halus dan hati dilakukan dengan metode

sebagai berikut (Taryu, 2005):

1. Fiksasi

Sediaan Organ usus halus dan hati direndam dalam larutan Buffer Neutral

Formalin (BNF) 10 % setelah dilakukan nekropsi selama ± 1 minggu. Organ tersebut

kemudian dipotong dengan ketebalan ± 3 cm, potongan tersebut dimasukkan dalam

kaset jaringan.

2. Dehidrasi

Organ yang telah berada di dalam kaset jaringan dimasukkan ke dalam gelas-

gelas mesin Autotecnican.Merupakan mesin dehidrasi otomatis yang berisi alkohol

70%, 80%, 80%, 95%, serta alkohol absolut I dan absolut II. Organ usus halusdan hati

secara berurutan dimasukkan dalam alkohol tersebut. Dimulai dari alkohol 70% dan

berakhir pada alkohol abssolut II, kemudian dilakukan proses penjernihan

(clearing)dengan cara memasukkan sediaan dalam xylol 1 dan 2, masing-masing proses

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

29

perendaman dilakukan selama 2 jam. Proses selanjutnya adalah infiltrasi dengan

paraffin cair (Infiltering).

3. Perendaman (embedding) dan Pencetakan (block)

Embedding adalah proses pembenaman jaringan dalam paraffin cair. Proses ini

dilakukan dekat dengan sumber panas agar paraffin cair tidak membeku sebelum

dilakukan pencetakkan. Sediaan dimasukkan dalam cetakan yang berisi paraffin cair

kurang lebih setengah dari dinding cetakan, setelah agak membeku ditambahkan lagi

paraffin pada cetakan hingga penuh. Sediaan diberi label, diatur letaknya dan

didinginkan dalam refrigerator hingga paraffin benar-benar membeku. Selanjutnya

lepaskan paraffin dari alat cetakan.

4. Pemotongan (sectioning)

Paraffin yang diberi organ dipotong dengan menggunakan mikrotom dengan

ketebalan 5-6 mikrometer. Potongan akan berbentuk pita, kemudian masukkan dalam air

hangat yang bersuhu sekitar 50˚C, pilih dari hasil potongan yang menyerupai pita yang

terbaik yaitu potongan yang terdapat semua bagian-bagian dari organ yang akan

diamati. Potongan diangkat dengan menggunakan gelas objek selanjutnya dikeringkan

dalam inkubator selama 24 jam, dengan tujuan supaya organ menempel pada gelas

objek.

5. Teknik Pewarnaan Hematoksilin Eosin

Sebelum dilakukan pewarnaan, sediaan yang telah nempel pada gelas objek

disusun dalan rak selanjutnya dilakukan proses deparafinisasi sebanyak 2 kali dengan

menggunakan xylol 1 dan 2 selama masing-masing 2 menit. Proses selanjutnya adalah

rehidratasi dengan dimasukkan dalam alkohol absolut 95% dan terakhir alkohol 80%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

30

secara berurutan. Setiap proses perendaman dilakukan selama 2 menit kemudian cuci

dengan air mengalir. Sediaan diwarnai dengan pewarnaan hemotoksilin selama 8 menit

kemudian dibilas dengan air mengalir, dicuci dengan lithium selama 15-30 detik dibilas

kembali dengan air mengalir dan yang terakhir adalah diwarnai dengan eosin selama 2-3

menit. Selanjutnya cuci dengan air mengalir untuk menghindari warna eosin yang

terlalu tebal yang akan menutup organ yang diwarnai. Proses selanjutnya sediaan

dimasukkan dalam alkohol 90% dan alkohol absolut I masing-masing selama 10 kali

celupan, alkohol absolut II selama 2 menit, xylol 1 selama 1 menit dan xylol 2 selama 2

menit. Selanjutnya dikeringkan pada suhu ruang dan sesekali dibersihkan pinggir organ

dengan tissue untuk mencegah adanya air.Tetesi dengan entellan kemudian tutup

dengan gelas penutup, dan keringkan pada suhu ruang.

6. Pengamatan Histopatologi

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan miskroskop yaitu pada pembesaran

objektif 20x dan 40x. Hasil Pengamatan dilakukan dengan sistem skoring.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari berat relatif organ dan patologi anatomi dianalisa

dengan menggunakan Anova.Beda nyata antar-perlakuan dianalisa lanjut dengan Uji

Duncan.Nilai hasil skoring (kualitatif) perubahan histopatologi dari organ kemudian

diolah dengan analisa statistika non parametik, menggunakan uji Kruskal-Wallis

(Mattjik dan Sumertajaya, 2002)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

31

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Ekstrak Mannan dari BIS terhadap Bobot Relatif Usus dan

Bobot Relatif Hati.

Berat Relatif Usus

Hasil pengamatan pada hari ke 5 dan 15 pasca infeksi terhadap berat relatif usus

yang diberi perlakuan ektrak mannan dari BIS dengan konsentrasi berbeda- beda dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh penggunaan ekstrak mannan dari BIS terhadap berat relatif usus (g/

kg bobot hidup)

Perlakuan Waktu (Hari pasca Infeksi)

5tn

15tn

R0A 6.90 ± 0.09 20.72 ± 0.27

R0B 7.18 ± 0.21 21.55 ± 0.41

R1 7.05 ± 0.22 21.06 ± 0.43

R2 7.11 ± 0.30 20.71 ± 0.19

R3 7.14 ± 0.52 20.53 ± 0.87

R4 7.18 ± 0.42 20.81 ± 0.56 Keterangan: tn= tidak berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 4 hasil analisis statistik menggunakan Anova menunjukkan

bahwa pemberian ekstrak mannan dari BIS pada masing masing perlakuan memberikan

pengaruh tidak berbeda nyata (P >0,05). Berat relatif usus tertinggi ditunjukkan pada

perlakuan yang diberi ransum dengan kandungan ekstrak mannan dari BIS (0,4%) dan

sebesar 7.18 g/ kg bobot hidup dan kontrol antibiotik sebesar 7.18 g/kg bobot hidup dan

terendah pada kontrol tanpa pemberian ektrak mannan dengan berat 6.90 g/kg bobot

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

32

hidup, sedangkan pada hari ke 15 pasca infeksi bobot relatif usus ayam yang diberi

perlakuan kontrol dengan antibiotik memiliki bobot yang lebih tinggi yaitu 21.55 g/kg

bobot hidup sedangkan pada perlakuan pemberian ekstrak mannan dari BIS 0.1%

menunjukkan bobot relatif usus sebesar 21,06 g/kg bobot hidup dan bobot relatif usus

terkecil terdapat pada perlakuan ransum dengan konsentrasi ekstrak dari BIS 0,3 % yaitu

20.53 g/kg bobot hidup.Hal ini mengindikasikan bahwa dengan perlakuan ekstrak

mannan dari BIS 0.1% tidak menganggu palatabilitas ayam dan juga mampu mengatasi

efek buruk yang terjadi akibat penginfeksian bakteri patogen (Salmonella thypimurium),

salah satunya melalui pemeriksaan histopatologi (mikroskopik) dimana terjadi

perubahan dengan penurunan kerusakan epitel usus. Amrullah (2004) melaporkan

bahwa perubahan usus yang semakin berat dan panjang diikuti juga dengan jumlah vili

usus dan kemampuan sekresi enzim- enzim pencernaan. Menurut penelitian Iji et al.

(2001) pemberian enzim mikrobial dapat meningkatkan luas permukaan usus terutama

pada jejenum dan ileum dimana proses penyerapan nutrisi berlangsung.

Berat Relatif Hati

Hati merupakan organ sekresi terbesar dan merupakan kelenjar pertahanan yang

terpenting dalam tubuh. Sel hati dapat rusak hingga lebih dari 80% tanpa menyebabkan

gejala yang berat dan dapat sembuh kembali secara sempurna (Nort dan Bell, 1990), dan

berat hati juga dipengaruhi oleh aktivitas fisiologis maupun patologis organ tersebut

(Jones dan Hunt, 1983). Hasil pengamatan pada hari ke 5 dan 15 pasca infeksi terhadap

organ hati yang diberi perlakuan ektrak mannan dari BIS dengan konsentrasi berbeda-

beda dapat dilihat pada Tabel 5.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

33

Tabel 5. Penggunaan ekstrak mannan dari BIS terhadap bobot relatif hati (g/kg bobot

hidup)

Perlakuan

Waktu (Hari Pasca Infeksi)

5tn 15

tn

R0A 31.16 ± 6.44 30.23 ± 3.20

R0B 31.43 ± 5.34 30.72 ± 3.23

R1 31.02 ± 3.57 28.49 ± 4.21

R2 31.16 ± 6.86 28.13 ± 0.48

R3 31.69 ± 3.24 30.57 ± 2.81

R4 28.28 ± 9.12 31.73 ± 4.09 Keterangan: tn= tidak berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 5 hasil analisis statistik menggunakan Anova menunjukkan

bahwa pemberian ekstrak mannan dari BIS pada masing masing perlakuan memberikan

pengaruh tidak nyata (P > 0,05). Berat relatif hati tertinggi ditunjukkan pada perlakuan

yang diberi ransum dengan kandungan ekstrak mannan dari BIS (0,3%) sebesar 31,69 g/

kg bobot hidup dan terendah pada perlakuan (0,4%) dengan berat 28,28 g/kg bobot

hidup, sedangkan pada hari ke 15 pasca infeksi bobot relatif hati ayam yang diberi

perlakuan dengan kandungan ekstrak mannan dari BIS 0,4% memiliki bobot yang lebih

tinggi yaitu 31,73 g/kg bobot hidup dibandingkan dengan kontrol maupun ekstrak BIS

dengan konsentrasi 0,1 % - 0,3%, sedangkan bobot relatif hati terkecil terdapat pada

perlakuan ransum dengan konsentrasi ekstrak dari BIS 0,1% - 0,2% yaitu 28,48 dan

28,13 g/kg bobot hidup. Perbedaan bobot relatif ayam pada setiap perlakuan ini dapat

dipengaruhi oleh berat badan dari ayam tersebut. Sturkie (1976) menyebutkan bahwa

berat dan besar hati dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya jenis hewan, besar

tubuh, genetika dan pakan yang diberikan. Besarnya berat hati disebabkan oleh kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

34

hati yang semakin berat pada proses detoksifikasi sehingga kebengkakan hati terjadi.

Peningkatan berat relatif hati dapat dilihat dari perubahan secara patologi anatomi

(makroskopik) berupa kongesti, hiperemi, bengkak, pucat dan perdarahan pada semua

perlakuan dan hal ini dapat menyebabkan terjadi peningkatan pada volume hati hal ini

sejalan dengan penelitian Wiganjar (2006) yang menyatakan nilai rata- rata persentase

hati ayam yang dinfeksi Salmonella thypimurium dengan penambahan polisakarida yang

mengandung mannan dari BIS masih berada diatas kisaran berat rata – rata normal.

Menurut Winarsih et al. (2005) bahwa infeksi Salmonella thypimurium

menyebabkan pembengkakan pada hati, pembendungan (hiperemi) pada pembuluh

darah dan sinusoid hati serta degenerasi sel-sel hati yang dapat meningkatkan berat

organ. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Ferket et al. (2002) yang menyatakan

bahwa penginjeksian bakteri Salmonella thypimurium menyebabkan pembesaran hati

pada unggas baik yang diberi perlakuan kontrol maupun yang mendapat perlakuan

penambahan MOS yang mengandung ikatan mannan dalam ransumnya.

Pengaruh Pemberian Ekstrak Mannan dari BIS terhadap Perubahan Patologi

Anatomi (makroskopis) pada Usus dan Hati

Perubahan Patologi Anatomi (makroskopik) pada Usus

Pemeriksaan patologi anatomi usus pada hari ke 5 dan 15 pasca infeksi dengan

kelompok kontrol yaitu dengan penginfeksian bakteri S. thypimurium tanpa pemberian

0% ekstrak mannan dari BIS dan penginfeksian bakteri S. thypimurium dengan

penambahan antibiotik juga perlakuan kandungan ekstrak mannan dari BIS sebesar

0.1%,0,2%,0,3% dan 0,4 % tidak menunjukkan adanya perubahan pada usus ayam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

35

berupa hiperemi, enteritis kataralis walaupun setelah penginfeksian terjadi diare namun

secara makroskopis tidak memperlihatkan adanya perubahan pada usus. Dalam hal ini

ditarik kesimpulan bahwa penginfeksian bakteri dengan dosis 105

CFU tidak

menunjukkan perubahan secara makroskopik pada usus pada hari ke 5 dan 15 pasca

infeksi tetapi pada penelitian Stern et al. (1995) melaporkan bahwa ayam yang

terinfeksi, dengan dosis 108 cfu dapat dideteksi pada usus dan feses tanpa

memperlihatkan gejala klinis yang khas.

Perubahan Patologi Anatomi (makroskopik) pada Hati

Pemeriksaan patologi anatomi pada kelompok perlakuan yang diberi ransum

dengan kandungan ekstrak mannan dari BIS menunjukkan perubahan berupa warna

belang, pucat, kerapuhan, pendarahan dan nekrotik. Bentuk perubahan terhadap organ di

amati dengan sistem skoring. Skor persentase patologi anatomi hati ayam broiler hari ke

5 dan 15 pasca infeksi yang diberi perlakuan ektrak mannan dari BIS dengan

konsentrasi berbeda- beda dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Skor persentase patologi anatomi hati ayam broiler pada hari ke 5 dan 15 pasca

infeksi

Perlakuan Waktu (hari pasca infeksi)

5tn

15tn

R0A 1.88 ± 0.25 1.63 ± 0.25

R0B 1.63 ± 0.25 1.50 ± 0.00

R1 1.75 ± 0.50 1.63 ± 0.25

R2 2.13 ± 0.75 1.63 ± 0.48

R3 2.50 ± 0.00 2.00 ± 0.00

R4 3.25 ± 0.50 2.75 ± 0.96

Keterangan: tn = tidak berbeda nyata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

36

Berdasarkan Tabel 6 hasil analisis statistik menggunakan Anova menunjukkan

bahwa pemberian ekstrak mannan dari BIS pada masing masing perlakuan memberikan

pengaruh tidak nyata (P > 0,05), skor tertinggi pada pemeriksaan patologi anatomi

ditunjukkan pada perlakuan yang diberi ransum dengan kandungan ekstrak mannan dari

BIS 0,4% sebesar 3,25% selanjutnya ransum dengan ekstrak BIS 0,3% sebesar 2,50%,

sedangkan pada hari ke 15 pasca infeksi persentase lesi hati ayam yang diberi perlakuan

dengan kandungan ekstrak mannan dari BIS 0,4% sebesar 2,75% selanjutnya ransum

dengan ekstrak BIS 0,3% sebesar 2,00%. Pada pengamatan secara makroskopis hari ke

5 dapat kita lihat pada perlakuan dengan menggunakan kandungan ekstrak mannan dari

BIS, tingkat lesi tergolong rendah namun pada hari ke 15 mulai terjadi perbaikan pada

kondisi hati ini terlihat dengan adanya hiperemi ditandai dengan warna belang, hati

membesar (bengkak) dan rapuh.Hiperemi yang ditandai dengan warna belang

menunjukkan adanya darah berlebihan dalam pembuluh darah, sehingga sel hati

mengalami degenerasi atau nekrose.Secara histopatologi terdapat dilatasi vena dan

kapiler yang penuh dengan darah, sedangkan pembengkakan (inflamasi) merupakan

suatu mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan

membasmi agen – agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan

keadaan untuk perbaikan jaringan. Menurut Jubb (1993) kerusakan pada hati dapat

terjadi oleh beberapa faktor yaitu: onset pemaparan yang terlalu lama atau terlalu

singkat, durasi pemaparan, dosis dan host yang rentan. Dengan dosis 105 CFU dandaya

regenerasi hati yang cepat maka angka kematian yang disebabkan penginfeksian

Salmonell tyhpimurium tidak terjadi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

37

Pengaruh Pemberian Ekstrak Mannan dari BIS terhadap Perubahan

Histopatologi (mikroskopis) pada Usus dan Hati

Perubahan Histopatologi (mikroskopik) pada Usus

Usus halus merupakan tempat terjadinya proses pencernaan dan penyerapan zat

makanan. Hasil pemeriksaan histopatologi (mikroskopis) usus halus yang diberi perlakuan

dengan pemberian ekstrak mannan dari BIS dengan konsentrasi yang berbeda beda

dilakukan dengan menggunakan sistem skoring. Data yang disajikan pada Tabel 7

merupakan data gabungan skoring lesi organ usus halus yaitu duodenum, jejenum dan

ileum. Hasil skoring di analisis dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kruskal-

Wallis dapat dilihat pada Lampiran 12.

Tabel 7. Hasil skoring pengaruh pemberian ekstrak mannan dari BIS terhadap

histopatologi usus halus

Perlakuan Duodenum Jejenum Ileum

5tn

15tn

5tn

15tn

5tn

15tn

R0A 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00

R0B 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00

R1 2.00±2.83 0.00±0.00 4.50±0.71 2.00±2.83 0.00±0.00 2.00±2.83

R2 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00

R3 2.00±2.83 2.00±2.83 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00

R4 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 Keterangan : tn : tidak berbeda nyata (P> 0,05)

Hasil uji statistik non parametrik Kruskal- Wallis menunjukkan bahwa tidak

berbeda nyata (P > 0.05).Terjadinya perubahan secara histopatologis pada usus dapat

kita lihat pada Gambar 1, 2 dan 3.Gambar 1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

38

Histopatologi Usus (Duodenum)

A B C

DE F

Gambar 2. Histopatologi Usus (Jejenum)

A B C

D E F

Gambar 3. Histopatologi Usus (Ileum)

A B C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

39

Gambar 1,2 dan 3 adalah hasil pengamatan terhadap perubahan histopatologis

usus (duodenum, jejenum dan ileum) dengan perlakuan pemberian

ekstrak mannan dari BIS pada hari ke 5

Keterangan: 0 = Tidak ada perubahan

1 = Hiperemi

2 = Edema

3 = Perdarahan

4 = Infiltrasi sel radang

Pada Gambar 1 organ duodenum secara histopatologi terjadi perubahan pada

organ.dengan konsentrasi pemberian ektrak mannan dari BIS sebesar sebesar 0,1% dan

0,3 %. Kerusakan yang terjadi yaitu edema dimana terjadinya akumulasi cairan didalam

jaringan sedangkan pada gambar 2 terjadinya perubahan dengan konsentrasi pemberian

ekstrak mannan dari BIS sebesar 0,1%, perubahan yang terjadi berupa infiltrasi sel

radang. Adanya sel radang akibat bakteri Salmonella thypimurium yang menginfeksi

usus menyebabkan kerusakan epitel usus. Kerusakan sel epitel yang terjadi adalah

degenerasi pada epitel bagian superfisial sehingga terjadi pemendekan vili dan produksi

eksudat pada lumen usus (Shane , 2000, Stern dan Kazmi , 1989). Sementara itu pada

gambar 3 tidak ada terjadinya perubahan. Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan

histopatologi usus halus ayam yang diberi perlakuan dengan pemberian ekstrak mannan

dari BIS maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan ekstrak mannan dapat

digunakan sebagai feed additive pada ternak unggas hal ini dilihat dengan tidak ada

perubahan lesi pada organ

Perubahan Histopatologi (mikroskopik) Organ Hati

Fungsi hati sebagai penawar racun didukung oleh daya regenerasi hepatosit yang

luar biasa dan sudah diketahui sejak lama. Pada hati normal diketahui bahwa lobektomi

sebanyak 70% pada hati mengakibatkan proliferasi sel-sel hati yang sangat cepat,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

40

sehingga dalam dua hingga tiga minggu bagian hati yang hilang dapat diganti kembali.

Meskipun demikian, kerusakan yang berjalan terus menerus tetap saja akan

menimbulkan kerusakan parah pada hati (Guyton dan Hall, 2006).

Pada hasil pengamatan histopatologi (mikroskopis) hati yang diberi perlakuan

dengan pemberian ekstrak mannan dari BIS dengan konsentrasi yang berbeda beda

dilakukan dengan menggunakan sistem skoring dapat dilihat pada Tabel 8. Hasil skoring

di analisis dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kruskal- Wallis dapat

dilihat pada Lampiran 13.

Tabel 8. Hasil skoring pengaruh pemberian ekstrak mannan dari BIS terhadap

histopatologi hati

Perlakuan Waktu (Hari Pasca Infeksi)

5tn

15tn

R0A 3.50 ± 0.71 3.50 ± 0.71

R0B 1.50 ± 2.12 3.00 ± 0.00

R1 4.00 ± 0.00 3.00 ± 0.00

R2 4.00 ± 0.00 4.00 ± 0.00

R3 3.00 ± 0.00 3.50 ± 0.71

R4 3.50 ± 0.71 3.00 ± 0.00 Keterangan: tn = tidak berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 8 hasil pada uji statistik non parametrik Kruskal- Wallis

menunjukkan bahwa pemberian ekstrak mannan dari BIS pada masing masing

perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata (P > 0,05). Nilai skoring tertinggi dengan

nilai 4 (nekrosis hepatosit) ditunjukkan pada perlakuan yang diberi ransum dengan

kandungan ekstrak mannan dari BIS 0,1 % dan 0,2% dan nilai skoring terendah dengan

nilai 1 ( hiperemi) pada perlakuan kontrol dengan menggunakan antibiotik sedangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

41

pada hari ke 15 pasca infeksi hasil pengamatan histopatologi hati ayam yang diberi

perlakuan dengan kandungan ekstrak mannan dari BIS 0,2 % memiliki nilai skoring

tertinggi yaitu nilai 4 (nekrosis hepatosit), sedangkan nilai skoring terkecil yaitu dengan

nilai 3 (infiltrasi sel radang) terdapat pada perlakuan kontrol antibiotik dan ransum

dengan konsentrasi ekstrak dari BIS 0,1% dan 0,4%. Hasil pengamatan terhadap

perubahan histopatologi hati dengan perlakuan permberian ekstrak mannan dari BIS

dengan konsentrasi yang berbeda beda pada hari ke 5 pasca infeksi dapat dilihat pada

Gambar 4.

A B C

D E F

Gambar 4. Hasil pengamatan terhadap perubahan histopatologi hati dengan

perlakuan permberian ekstrak mannan dari BIS pada hari ke 5

Keterangan :A = Histopatologis hati pada kontrol ROA ditemukan sel radang (a) nekrosis hepatosit (b)

B = Histopatologi hati pada kontrol antibiotik ROB ditemukan kongesti

C = Histopatologi hati pada perlakuan 0,1% ditemukan sel radang

D= Histopatologi hati pada perlakuan 0,2% ditemukan sel radang (a) nekrosa (b)

E= Histopatologi hati pada perlakuan 0,3% ditemukan sel radang (a) degenerasi lemak (b)

F= Histopatologi hati pada perlakuan 0,4 % ditemukan sel radang

a

b

A B

A

B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

42

Pada hasil pengamatan pada Gambar 3 terhadap perubahan histopatologi hati

dengan perlakuan permberian ekstrak mannan dari BIS pada hari ke 5 ditemukan

beberapa lesi pada organ berupa hiperemi, infiltrasi radang, neksrosis hepatosit dan

degenerasi lemak. Pada gambar A dan D ditemukan adanya nekrosis hepatosit. Nekrosis

hepatosit atau kematian sel hati dapat terjadi apabila terjadi kerusakan sel secara terus-

menerus akan mencapai suatu titik akumulasi toksin yang sudah bersifat kronis sehingga

terjadi kematian sel. Nekrosa atau kematian sel bersifat menyeluruh. Pada nekrosa

biasanya ditemukan sel radang dan sitoplasma sel akan terlihat asidofilik. Nekrosa ini

ada yang bersifat lokal dan ada yang bersifat difus . Secara mikroskopik terjadi

perubahan intinya yaitu hilangnya gambaran khromatin, inti menjadi keriput, tidak

vasikuler lagi, inti tampak lebih padat, warnanya gelap (piknosis), inti terbagi atas

fragmen-fragmen, robek (karioreksis), inti tidak lagi mengambil warna banyak karena

itu pucat tidak nyata (kariolisis).

Pada gambar B ditemukan adanya hiperemi.Hiperemi atau kongesti

menunjukkan adanya darah berlebihan dalam pembuluh darah, secara histopatologi

terdapat dilatasi vena dan kapiler yang penuh dengan darah.Hal ini menunjukkan bahwa

pada hari ke 5 antibiotik masih berperan dalam mengatasi infeksi yang terjadi dengan

lesi terendah, sedangkan pada gambar C dan F ditemukan adanya infiltrasi

radang.Infiltrasi radang biasanya terdapat pada bagian portal hati hal ini dikarenakan

bakteri Salmonella pada hati terjadi melalui aliran darah atau buluh empedu. Sel radang

merupakan respon lokal (reaksi) dari jaringan hidup atau sel yang dilakukan oleh

pembuluh darah (vaskuler) dan jaringan ikat (connective tissue). Pada gambar E

ditemukan degenerasi lemak.Degenerasi berbutir akumulasi lemak dan degenerasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

43

lemak yang lokal maupun telah menyebar pada semua lapangan pandang. Menurut

Yawah (2017), perubahan seperti ini telah menganggu fungsi hati, meskipun degenerasi

ini biasanya terjadi pada awal infeksi yang ringan, namun apabila telah berlanjut,

degenerasi akan semakin parah, bahkan sampai terjadi nekrosis atau kematian. Hasil

pengamatan terhadap perubahan histopatologi hati dengan perlakuan permberian ekstrak

mannan dari BIS pada hari ke 15 dapat dilihat pada Gambar 5.

ABC

D E F

Gambar 5.Hasil pengamatan terhadap perubahan histopatologi hati dengan perlakuan

permberian ekstrak mannan dari BIS pada hari ke 15.

Keterangan : A = Histopatologis hati pada kontrol ROA ditemukan sel radang (a) nekrosis hepatosit (b)

B = Histopatologi hati pada kontrol antibiotik ROB ditemukan kongesti

C = Histopatologi hati pada perlakuan 0,1% ditemukan sel radang

D = Histopatologi hati pada perlakuan 0,2% ditemukan sel radang (a) nekrosa (b)

E = Histopatologi hati pada perlakuan 0,3% ditemukan sel radang (a) degenerasi lemak

F = Histopatologi hati pada perlakuan 0,4 % ditemukan sel radang

A

B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

44

Pada pengamatan histopatologis ditemukan pada hari ke 15 terjadi penurunan

lesi. Lesi yang terjadi seragam. Dengan ditemukan infiltrasi sel radang pada semua

perlakuan.Pada gambar B ditemukan adanya sel radang tingkat kerusakan meningkat

dibandingkan pada hari ke 5, hal ini menandakan bahwa antibiotik tidak dapat

mencegah atau mengurangi zat toksik yang masuk ke dalam hati.Diduga karena dosis

serta jenis antibiotik yang diberikan kurang efektif untuk membunuh atau mengurangi

koloni bakteri S. typhimurium atau bahkan bisa saja disebabkan bakteri S. typhimurium

telah resisten terhadap antibiotik tersebut.

Pada hasil pengamatan hari ke 5 dan 15 pasca infeksi setelah pemberian ekstrak

mannan dari BIS maka ditarik kesimpulan bahwa pemberian ekstrak mannan tidak

memberi pengaruh negatif terhadap kondisi hati, bahkan sebaliknya ekstrak mannan

dapat mempertahankan kondisi hati tetap baik meskipun ayam telah diinfeksi S.

typhimurium. Menurunnya tingkat kerusakan hati pada perlakuan dengan pemberian

ekstrak mannan, diduga disebabkan adanya bahan aktif mannose yang berperan dalam

menekan keberadaan bakteri S. typhimurium. Mannanoligosakarida memiliki

kemampuan untuk merangsang sistem kekebalan dan berperan dalam melawan bakteri

Salmonella (Spring, 1997), dan hal ini mempengaruhi limfosit untuk memproduksi

interferon dalam jumlah besar sehingga meningkatkan limfosit B dan pada akhirnya

juga akan meningkatkan imunoglobulin. Ekstrak mannan ini dapat menghalangi

peningkatan terbentuknya koloni bakteri patogen dalam usus dan mengurangi adanya

zat-zat toksik yang dihasilkan bakteri S. typhimurium untuk sampai ke organ hati. Hati

akan melakukan perbaikan sel secara otomatis ketika paparan zat toksik berkurang dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

45

dihentikan. (Taryu, 2005) melaporkan walaupun hati mudah mengalami kerusakan, hati

juga mudah beregenerasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

46

KESIMPULAN

Perlakuan dengan pemberian ekstrak mannan pada berbagai tingkat konsentrasi secara

patologi anatomi (makroskopis) dan histopatologi (mikroskopis) menunjukkan tidak ada

perbedaan, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak mannan dari BIS aman

digunakan pada ternak.

Saran

Penggunaan ektrak mannan dari BIS dengan berbagai tingkat konsentrasi yang

diberikan dalam ransum aman digunakan dan dapat mengurangi lesi pada usus halus dan

hati.

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

47

DAFTAR PUSTAKA

Amri, M. 2006. Uji biologis pemakaian bungkil inti sawit dan produk bungkil inti sawit

fermentasi dalam pakan ikan mas dibandingkan pakan komersil. Jurnal

Dinamika Pertanian.pp : 151-156.

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta.

Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler.Cetakan 1. Satu Gunung Budi, Bogor.

Aughey, E, FL, Frye. 2001. Comparative Veterinary Histology. London (GB): Manson

Publishing/The Veterinary Press.

Bacha, WJ, LM, Bacha. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology, Second Edition.

Balado D, editor. Amerika Serikat (US): Williams & Wilkins.

Barrow. PA.2000. The Parathyhoid Samonelle. Rev.Sci.Off. Int. Epiz I9 (2); 351 - 375

Baurhoo,B.,A. Letellier.X.Z.,C.Ruiz Feria, 2007. Cecal population of Lactobacilli and

bifidobacteria and Eschericia colli after in vivo Eschericia colli challenge in

birds fed diets with purified lignin or mannanoligosacharide. Poult. Sci. 86:2509

- 2516

Budiman. H, T.R. Ferasyi, Tapielaniniari, M.N.Salim, U. Balqis dan M. Hambala. 2015.

Pengamatan Lesi Makroskopis Pada hati Ayam Broiler yang Dijual Di Pasar

Lamboro Aceh Besar dan Hubungannya dengan keberadaan Mikroba. Jurnal

Medika Veterinaria. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Burkitt HG, GD, Osweiler. 1995. Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology. Edisi

2. Kendal/Hunt Publishing Company

Chong C.H., I. Zulkifli and R. Blair. 2008. Effects of dietary inclusion of palm kernel

cake and palm oil, and enzyme supplementation on performance of laying hens.

Asian-Aust. J. Anim. Sci. 21: 1053 –1058

[CFNP TAP] Center for Food and Nutrition Policy Technical Advisory Panel Review.

2002. Cell Wall Carbohydrates : Livestock. Virginia; CFNP

Codd JR, DF, Boggs, SF, Perry, and DR, Carrier. 2005. Activity of three muscles

associated with the uncinate processes of the giant Canada Goose (Branta

canadensis maximus). J. Experimental Biology 208:849-857.

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

48

Cox, NA., CL, Hofacre. JS, Bailey, RJ. Buhr, JL. Wilson, KL.Hiett, LJ. Richardson,

MT. Musgrove, DE, Cosby. JD, Tankson. YL,Vizzier. PF, Cray. Lee, Vaughn,

PS, Holt, & DV, Bourassaa. 2005. Presence of Campylobacter jejuni in various

organs one hour, one day, and one week following oral or intracloacal

inoculations of broiler chicks. Avian Diseases pp: 49, 155- 158.

Davies, R.H., M.F. Breslin. 2004. Observations on yhe distribution and control of

Salmonella contamination in poultry hathceries. Spring Meeting Of The WPSA UK

Branch-Paper. British Poult Sci. 54:S12- S13.

Daud MJ, MC, Jarvis, A, Rasidah. 1993. Fibre of PKC and its potential as poultry feed.

Proceeding 16th

MSAP Annual Conference, Kuala Lumpur. Malaysia.

Delzenne, N.M. 2003. Oligosacharides: State of the art. Br J. Nutr. 62:177- 182

Devegowda G, BIR, Aravind, MG, Morton. 1997. Immunosuppression in poultry

caused by aflatoksin and its allevation by Saccharomyces cerevisae (Yea Sacc,

1026) and Mannanoligosaccharide. Proc Alltech 11 th Annual Asia Pacific

Lecture Tour. 121- 132.

Dellmann HD, EM, Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner, Ed ke-3. Hartono R,

penerjemah; Handayani TH, editor. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari:

Texbook of Veterinary Histology.

Dirjen Bina Produksi Perkebunan. 2016. Statistika Perkebunan. Direktorat Jendral

Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dhillon, AS. B, Alisantosa. HL, Shivaprasad. O, Jack. D, Schaberg. P, Bandi. 1999.

Pathogenicity of Salmonella enteritidis phage type 4.8 and 23 in broiler chicken.

Avian Dis 43: 506 – 515.

Elisabeth W, SP, Ginting. 2003. Pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit

sebagai bahan pakan ternak sapi potong. Pros. Lokakarya Nasional Sistem

Integrasi Kelapa-Sawit Sapi (9-10 September 2003), Bengkulu.

Ferket, P. L., C. W. Parks and J. L. Grimes. 2002. Bennefits of dietary antibiotics and

mannanoligosaccharides supplementation for poultry. Proc. of Poultry state

meeting. New york.

Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisi Keempat. Srigandono B dan

Praseno K, penerjemah; Soedarsono, editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada

University Press. Terjemahan dari: Livestock Anatomy and Phisiology.

Gast. Rk. 2003.Parathypoid Infection didalam Saif. YM et al. Disease Poultry, 11 th ed.

IOWA State University Press. Hlm. Pp ;583 – 613

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

49

Guyton AC, JE, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Buku Kedokteran

ECG: Jakarta

Glisson, JR. 1998.Use of Antibiotic to control Salmonella in poultry.Proceeding of

International Symposium on Food – Borne Salmonella in poultry. Baltimore

Maryland hlm; 173 - 175

Hanafiah, A.H., 2000. Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikasi. Fakultas Pertanian,

Universitas Sriwijaya, Palembang

Hartono, 1992. Histologi Veteriner Organologi. Jilid 2.Laboratorium Histologi FKH-

IPB Bogor. PP:120- 133

Henderson, SC. DI, Bounous. MD, Lee. 1999. Early event in the pathogen of avian

salmonelles infect and immune 67: 3580 - 3586

Idris, Moh., S.,A.F. Mohammad, Dahlan Ismail.1998. Utilization of oil palm by

products as livestock feed in Proc National Seminar on Livestock and Crop

Integration in Oil Palm: “Towards Suistainable”. A. Darus,M.T. Dolmat dan S.

Ismail (eds) 12-14 May 1998, Johor-Malaysia.

Iji, PA. RJ. Hughes, M. Choet. DR. Tivey. 2001. Intestinal Structure and Function of

Broiler Chicken on Wheat Based Diets Supplemented with A Microbial Enzyme.

Asian- Aust J. AnimSa 14: 54-60

Jones, C T.,R.D Hunt and N.W. King. 1997. Veterinary Pathology 6 –ed Awarverly

Phyladephia pp: 1111- 1147.

Jones, TC. and D. Hunt. 1983. Veterinary pathology. 5th. Leaand Febiger. Philadelphia.

Jubb KVF, PC, Kennedy, C, Peter. 1993. Pathology of Domestic Animal. London:

Academic Press. Hlm 325-346.

Kusumaningsih A. 2007. Profil dan Gen Resistensi Antimikroba Salmonella enteritidis

Asal Ayam, Telur dan Manusia [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Klasing KC. 1998. Avian macrophages: Regulators of local and systemic Immune

responses. Poult Sci 77:983-989.

Lay, B. W. dan S, Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Press, Jakarta

Lee JT, CA, Bailey. AL, Cartwright. 2003. β-mannanase ameliorates viscosityassociated

depression growth in broiler chicken fed guar germ and hull fractions. Poult Sci

82:1925-1931.

Lyons P. 1997. A new era in animal production: The arrival of scientifically proven natural

alternatives. Proc. Alltech 11th Annual Asia Pacific Lecture Tour.1-18.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

50

Mathius IW, D, Sitompul, BP, Manurung, Azmi. 2003. Produk samping tanaman dan

pengolahan buah kelapa sawit sebagai bahan dasar pakan komplit untuk sapi;

suatu tinjauan. Pros Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit Sapi (9-

10 September 2003) Bengkulu.

Mattjik, AA. & IM, Sumertajaya. 2002. PerancanganPercobaan dengan Aplikasi SAS

dan Minitab Jilid 2. IPBPr, Bogor.

Nabib R. 1987. Patologi Khusus Veteriner. Edisi ke-2. Bogor: Laboratorium Patologi

Jurusan Parasitologi dan Patologi Fakultas Kedokteran Veteriner Institut

Pertanian Bogor.

National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9th Ed. National

Academic Press, Washington D. C.

Nahrowi, K. G. Wiryawan, dan M. Tafsin. 2005a. Isolasi dan sifat fisik kimia polisakarida

mengandung mannan dari bungkil inti sawit dan dinding sel Penicillium Spp.

Makalah Seminar AINI. Malang. Indonesia.

Nickel, R., A. Schummer, E. Seiferle, W. G. Siller and P. A. L. Weight. 1997. Anatomy

of Domestika Bird. Verlag. Paul Parey, Berlin.

Nort MO, DD Bell.1990. Comercial Chicken Production Manual.4th Edition. New

York: Van Nostrand Reinhold.

Putnam, P. A. 1991. Hand Book of Animal Science. Academic Press, San Diego.

Retno, F. D., J. Jahja, T. Suryani. 1998. Penyakit-Penyakit penting pada Ayam.

Rajawali Press. Jakarta.

Ressang, A.A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi Kedua. N.V. Percetakan Bali.

Denpasar.

Sahin, O, N. Luo, S. Huang, & Q. Zhang. 2003. Effect ofCampylobacter-specific

maternal antibodies onCampylobacter jejuni colonization in young

chickens.Applied and Environmental Microbiology 69, pp: 5372-5379.

Sari TK. 2001. Performa Ayam Kampung yang Divaksinasi Tetelo di Desa Karacak

(Skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Shane, SM. 2000. Campylobacteriosis. Dalam: Disease ofPoultry. Ed ke-9. University

Pr Iowa State. Pp: 236-246.

Siregar, A.P, M. Sabrani dan P. Prawiro.1980.Teknik Beternak Ayam Pedaging Di

Indonesia.Margie Group, Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

51

Sinurat, A.P., I.A.K. Bintang, T. Purwadaria dan T. Pasaribu. 2001.

Pemanfaatan lumpur sawit untuk ransum unggas: 2. Lumpur sawit kering dan

produk fermentasinya sebagai bahan pakan itik jantan yang sedang tumbuh.

JITV6 pp ; 28 –33.

Stern, NJ., JS. Bailey, LC. Blankenship, NA. Cox, & F. McHan. 1988. Colonization

characteristics ofCampylobacter jejuni in chick ceca. Avian Diseases 32,pp :

330-334.

Stern, NJ. & SU. Kazmi. 1989. Campylobacter jejuni. Dalam:Foodborne Bacterial

Pathogens. Marcell Dekker. NewYork. pp: 71-110.

Sturkie PD. 1976. Avian Physiology.3rd Edition. Spinnger_Verlag, New Cork

Spring P, C, Wenk. KA, Dawson KA. KE, Newman, 2000. The effects of dietary

mannanoligosachride on cecal parameters and the concentration of enteric

bacteria in the ceca of salmonella- challenge broiler chicks. Poult Sci 79: 205-

211.

Sundu B, A, Kumar, J, Dingle. 2006. Palm kernel meal in broiler diets: effect on

chicken performance and health. World Poult Sci J 62: pp : 316-325.

Suprijatna, E., U Atmomarsono, dan R Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Shivaprasad.G.H., 1997.Pullorum Disease.In B.W. Calnek et al., Editor.Disease of

Poultry. 10 th Edition. Iowa State university Press. USA. pp: 82 – 96.

Tabbu, C.R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya Penyakit Bakterial, Mikal

dan Viral. Kanisius. Yogyakarta.

Tafsin, M. 2007.Kajian Polisakarida Mannan Dari Bungkil Inti Sawit Sebagai

pengendali Salmonella thypimurium Dan Immunostimulan Pada

Ayam.Disertasi.Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Taryu. 2005. Pemberian benalu teh (Scurrula oortiana) pada ayam petelur : Gambaran

histopatologi organ hati dan ginjal. Skripsi. Fakultas Kedokteran

Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tindall, G. Pad. 2005. Salmonella. http://en.wikipedia.org/wiki/Salmonella. (29 Agustus

2017)

Wang, SY, ML, Hsu. C, Hsu. 1997. The anti-tumour effect of Ganoderma lucidum is

mediated by cytokines released from activated macrophages and T lymphocytes.

Int J Canc pp :70:699-705.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

52

Winarsih, W., I. P. Kompiang, B. P. Priosoeryanto dan I. W. T. Wibawan. 2005.

Prospek pengendalian Salmonellosis pada ayam dengan probiotik mikroba asal

saluran pencernaan. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing X1 Tahun 2003

s/d 2004. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Wiganjar, A.S.R. 2006.Performa Ayam Broiler Yang Diinfeksi bakteri Salmonella

thypimurium Dengan Pakan mengandung Ikatan Mannan Dari Bungkil Inti

Sawit.Skripsi.Institut Pertanian Bogor, Bogor

Yawah D. 2007. Degenerasi dan Nekrosis. www.dodon.org/nota/kuliah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

53

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil uji lab hari ke 5 pasca infeksi

No Perlakuan Organ hewan Hasil Nekropsi

1 ROA Duodenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

2 ROB Duodenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

3 R1 Duodenum Adanya infiltrasi radang

TAP (Tidak Ada Perubahan)

4 R2 Duodenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

5 R3 Duodenum Adanya infiltrasi radang

-

6 R4 Duodenum -

-

7 ROA Jejenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

8 ROB Jejenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

9 R1 Jejenum Infiltrasi sel radang dan desquamasi epitel

Infiltrasi sel radang

10 R2 Jejenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

11 R3 Jejenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

12 R4 Jejenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

13 ROA Ileum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

14 ROB Ileum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

15 R1 Ileum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

16 R2 Ileum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

17 R3 Ileum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

54

18 R4 Ileum -

TAP (Tidak Ada Perubahan)

19 ROA Hati Adanya infiltrasi radang

adanya infiltrasi radang dan nekrotik hepatosit

20 ROB Hati TAP (Tidak Ada Perubahan)

Adanya infiltrasi radang

21 R1 Hati adanya infiltrasi radang dan nekrotik hepatosit

adanya infiltrasi radang dan nekrotik hepatosit

22 R2 Hati adanya infiltrasi radang dan nekrotik hepatosit

adanya infiltrasi radang dan nekrotik hepatosit

23 R3 Hati degenerasi hepatosit dan infiltrasi sel radang

Adanya infiltrasi radang

24 R4 Hati Adanya infiltrasi radang

adanya infiltrasi radang dan nekrotik hepatosit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

55

Lampiran 2. Hasil uji lab hari ke 15 pasca infeksi

No Perlakuan Organ hewan Hasil Nekropsi

1 ROA Duodenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

2 ROB Duodenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

3 R1 Duodenum -

-

4 R2 Duodenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

5 R3 Duodenum Adanya infiltrasi radang

TAP (Tidak Ada Perubahan)

6 R4 Duodenum -

TAP (Tidak Ada Perubahan)

7 ROA Jejenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

8 ROB Jejenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

9 R1 Jejenum -

Adanya infiltrasi radang

10 R2 Jejenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

11 R3 Jejenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

Terlihat adanya infiltrasi radang

12 R4 Jejenum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

13 ROA Ileum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

14 ROB Ileum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

15 R1 Ileum Adanya infiltrasi radang

TAP (Tidak Ada Perubahan)

16 R2 Ileum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

17 R3 Ileum TAP (Tidak Ada Perubahan)

TAP (Tidak Ada Perubahan)

18 R4 Ileum -

TAP (Tidak Ada Perubahan)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

56

19 ROA Hati degenerasi hepatosit dan infiltrasi sel radang

adanya infiltrasi radang dan nekrotik hepatosit

20 ROB Hati Adanya infiltrasi radang

Adanya infiltrasi radang

21 R1 Hati Adanya infiltrasi radang

Adanya infiltrasi radang

22 R2 Hati adanya infiltrasi radang dan nekrotik hepatosit

adanya infiltrasi radang dan nekrotik hepatosit

23 R3 Hati adanya infiltrasi radang dan nekrotik hepatosit

Adanya infiltrasi radang

24 R4 Hati Adanya infiltrasi radang

Hiperemi dan infiltrasi sel radang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

57

Lampiran 4. Berat Relatif hatiAyam

Bobot Relatif Hati Ayam 5 Hari Pasca Infeksi

Perlakuan

Ulangan Ke Jumlah Rataan SD

1 2 3 4

R0A 38.75 26.00 25.625 34.286 124.661 31.17 6.45

R0B 34.12 36.00 23.846 31.765 125.729 31.43 5.35

R1 32.35 35.29 29.412 27.059 124.118 31.03 3.57

R2 25.88 38.00 36.111 24.667 124.66 31.17 6.86

R3 27.50 35.33 31.429 32.5 126.762 31.69 3.24

R4 23.13 40.67 29.333 20 113.125 28.28 9.12

Bobot Relatif Hati Ayam 15 Hari Pasca Infeksi

Perlakuan

Ulangan Ke Jumlah Rataan SD

1 2 3 4

R0A 29 35 29 28 121 30.25 3.20

R0B 33 34 28 28 123 30.75 3.20

R1 23 34 28 29 114 28.50 4.51

R2 29 28 28 28 113 28.25 0.50

R3 29 34 28 31 122 30.50 2.65

R4 35 28 28 35 126 31.50 4.04

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

58

Lampiran 3. Berat Relatif Usus Ayam

Bobot Usus Halus 5 Hari Pasca Infeksi

Perlakuan

Ulangan Ke Jumlah Rataan SD

1 2 3 4

R0A 6.82 7.02 6.83 6.91 27.58 6.90 0.093

R0B 7.15 7.18 7.17 7.2 28.7 7.18 0.021

R1 7.03 7.08 7.04 7.05 28.2 7.05 0.022

R2 6.92 6.83 7.17 7.5 28.42 7.11 0.300

R3 6.75 7.01 6.89 7.9 28.55 7.14 0.519

R4 6.8 7.2 6.95 7.75 28.7 7.18 0.417

Bobot Usus 15 Hari Pasca Infeksi

Perlakuan

Ulangan Ke Jumlah Rataan SD

1 2 3 4

R0A 20.41 20.75 21.05 20.65 82.86 20.72 0.27

R0B 21.45 21.85 21.01 21.88 86.19 21.55 0.41

R1 21.01 21.37 21.4 20.47 84.25 21.06 0.43

R2 20.7 20.63 20.97 20.52 82.82 20.71 0.19

R3 19.8 20.01 20.55 21.75 82.11 20.53 0.87

R4 20.01 21.07 20.87 21.3 83.25 20.81 0.56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

59

Lampiran 5. Patologi Anatomi Hati

Patalogi anatomi hati hari ke 5 pasca infeksi

Perlakuan Ulangan ke

Jumlah Rataan SD 1 2 3 4

R0A 1.5 1.5 2 1.5 6.5

1.63 0.25

R0B 1.5 2 2 2 7.5

1.88

0.25

R1 2.5 1.5 1.5 1.5 7

1.75

0.50

R2 2.5 3 1.5 1.5 8.5

2.13

0.75

R3 2.5 2.5 2.5 2.5 10

2.50

0.00

R4 3 4 3 3 13

3.25

0.50

Patalogi anatomi hati hari ke 15 pasca infeksi

Perlakuan Ulangan ke

Jumlah Rataan SD 1 2 3 4

R0A 1.5 1.5 1.5 1.5 6

1.50 0.00

R0B 1.5 1.5 1.5 2 6.5

1.63

0.25

R1 1.5 1.5 1.5 2 6.5

1.63

0.25

R2 2 2 1.5 1 6.5

1.63

0.48

R3 2 2 2 2 8

2.00

0.00

R4 3 4 2 2 11

2.75

0.96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

60

Lampiran 8. Analisis Ragam terhadap bobot relatif hati hari ke 5

The SAS System The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

RANSUM 6 0 1 2 3 4 5

Number of Observations Read 24 Number of Observations Used 24

The SAS System

The GLM Procedure

Dependent Variable: Bobot Relatif Hati (hari ke-5)

Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

RANSUM 5 0.00003150 0.00000630 0.17 0.9710

Error 18 0.00067295 0.00003739

Corrected Total 23 0.00070445

R-Square Coeff Var Root MSE HATI Mean

0.044719 19.85466 0.006114 0.030796

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

RANSUM 5 0.00003150 0.00000630 0.17 0.9710

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

RANSUM 5 0.00003150 0.00000630 0.17 0.9710

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

61

Lampiran 9 . Analisis Ragam terhadap Bobot Relatif Hati hari ke 15

The SAS System The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

RANSUM 6 0 1 2 3 4 5

Number of Observations Read 24 Number of Observations Used 24

SAS System

The GLM Procedure

Dependent Variable: Bobot Relatif Hati (hari ke -15)

Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

RANSUM 5 38.6559333 7.7311867 0.73 0.6080

Error 18 189.7900000 10.5438889

Corrected Total 23 228.4459333

R-Square Coeff Var Root MSE HATI Mean

0.169213 10.83161 3.247135 29.97833

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

RANSUM 5 38.65593333 7.73118667 0.73 0.6080

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

RANSUM 5 38.65593333 7.73118667 0.73 0.6080

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

62

Lampiran 6 . Analisis Ragam terhadap Bobot Relatif Usus hari ke 5

The SAS System

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

RANSUM 6 R0A ROB R1 R2 R3 R4

Number of Observations Read 24 Number of Observations Used 24

The SAS System

The GLM Procedure Dependent Variable: BERAT RELATIF USUS HARI KE 5 Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F RANSUM 5 0.22622083 0.04524417 0.50 0.7725 Error 18 1.63007500 0.09055972 Corrected Total 23 1.85629583 R-Square Coeff Var Root MSE BERAT USUS Mean 0.121867 4.244698 0.300931 7.089583 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F RANSUM 5 0.22622083 0.04524417 0.50 0.7725 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F RANSUM 5 0.22622083 0.04524417 0.50 0.7725

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

63

Lampiran 7 . Analisis Ragam terhadap Bobot Relatif Usus hari ke 15

The SAS System

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

RANSUM 6 R0A ROB R1 R2 R3 R4

Number of Observations Read 24 Number of Observations Used 24

The SAS System

The GLM Procedure

Dependent Variable: BERAT RELATIF USUS HARI KE 15 Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F RANSUM 5 2.65670000 0.53134000 2.07 0.1172 Error 18 4.62690000 0.25705000 Corrected Total 23 7.28360000 R-Square Coeff Var Root MSE BERAT USUS Mean 0.364751 2.426423 0.507001 20.89500 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F RANSUM 5 2.65670000 0.53134000 2.07 0.1172 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F RANSUM 5 2.65670000 0.53134000 2.07 0.1172

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

64

Lampiran 10 . Analisis Ragam terhadap patologi anatomi hati hari ke 5

The SAS System

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

RANSUM 6 0 1 2 3 4 5

Number of Observations Read 24 Number of Observations Used 24

The SAS System The GLM Procedure

Dependent Variable: PA HATI KE 5 Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F RANSUM 5 7.34375000 1.46875000 7.42 0.0006 Error 18 3.56250000 0.19791667 Corrected Total 23 10.90625000 R-Square Coeff Var Root MSE PA HATI Mean 0.673352 20.33729 0.444878 2.187500 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F RANSUM 5 7.34375000 1.46875000 7.42 0.0006 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F RANSUM 5 7.34375000 1.46875000 7.42 0.0006

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

65

Lampiran 11 . Analisis Ragam terhadap patologi anatomi hati hari ke 15

The SAS System

The GLM Procedure

Class Level Information

Class Levels Values

RANSUM 6 0 1 2 3 4 5

Number of Observations Read 24 Number of Observations Used 24

The SAS System The GLM Procedure

Dependent Variable: PA HATI Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F RANSUM 5 4.42708333 0.88541667 4.18 0.0107 Error 18 3.81250000 0.21180556 Corrected Total 23 8.23958333 R-Square Coeff Var Root MSE PA HATI Mean 0.537295 24.82104 0.460223 1.854167 Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F RANSUM 5 4.42708333 0.88541667 4.18 0.0107 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F RANSUM 5 4.42708333 0.88541667 4.18 0.0107

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

67

PATOLOGI HATI HARI KE 15 PASCA INFEKSI

R3

ROA ROB

R1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

68

Lampiran 12. Uji Non-parametrik (Kruskal Wallis)

Tabel 7.Hasil skoring pengaruh pemberian ekstrak mannan terhadap usus halus

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

Hari

dimension1

R0A 6 21.33

R0B 6 18.42

R1 6 18.92

R2 6 18.42

R3 6 15.50

R4 6 18.42

Total 36

Test Statistics

a,b

Hari

Chi-square 2.222

df 5

Asymp. Sig. .818

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Perlakuan

Hasil: Tidak berbeda nyata (P>0,05)

Perlakuan Duodenum Jejenum Ileum

5tn

15tn

5tn

15tn

5tn

15tn

R0A 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00

R0B 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00

R1 2.00±2.83 0.00±0.00 4.50±0.71 2.00±2.83 0.00±0.00 2.00±2.83

R2 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00

R3 2.00±2.83 2.00±2.83 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00

R4 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00 0.00±0.00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK MANNANDARI BUNGKIL INTI …

69

Lampiran 13. Uji Non-parametrik (Kruskal Wallis)

Tabel 8.

Hasil

skoring pengaruh pemberian ekstrak mannan dari BIS terhadap hati

Kruskal-Wallis Test

Ranks

Perlakuan N Mean Rank

Hari

dimension1

ROA 2 7.50

ROB 2 2.25

R1 2 7.25

R2 2 11.00

R3 2 5.50

R6 2 5.50

Total 12

Test Statistics

a,b

Hari

Chi-square 7.032

df 5

Asymp. Sig. .218

Hasil: Tidak berbeda nyata (P>0,05)

Perlakuan Waktu (Hari Pasca Infeksi)

5tn

15tn

R0A 3.50 ± 0.71 3.50 ± 0.71

R0B 1.50 ± 2.12 3.00 ± 0.00

R1 4.00 ± 0.00 3.00 ± 0.00

R2 4.00 ± 0.00 4.00 ± 0.00

R3 3.00 ± 0.00 3.50 ± 0.71

R4 3.50 ± 0.71 3.00 ± 0.00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA