pengaruh pemberian indigofera zollingeriana dalam ransum ...digilib.unila.ac.id/55402/3/skripsi...

of 49 /49
PENGARUH PEMBERIAN Indigofera zollingeriana DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA ITIK PEKING (Skripsi) Oleh MUHAMMAD THOLIB ZAQI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Author: others

Post on 28-Feb-2020

83 views

Category:

Documents


6 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PEMBERIAN Indigofera zollingeriana DALAM RANSUMTERHADAP PERFORMA ITIK PEKING

    (Skripsi)

    Oleh

    MUHAMMAD THOLIB ZAQI

    FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG2019

  • ABSTRAK

    PENGARUH PEMBERIAN Indigofera zollingeriana DALAM RANSUMTERHADAP PERFORMA ITIK PEKING

    Oleh

    Muhammad Tholib Zaqi

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Indigoferazollingeriana dalam ransum terhadap performa itik Peking. Penelitian inimenggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4ulangan, setiap ulangan terdiri dari satu ekor itik dengan jumlah itik 20 ekor(unsex) dengan koefisien keragaman 8,6%. Perlakuan yang diberikan padapenelitian ini adalah ransum dengan level Indigofera zollingeriana R0: 0%, R1:4%, R2: 8%, R3: 12% dan R4: 16%. Penelitian dilaksanakan selama 7 minggupada Februari 2018--April 2018 di kandang A Laboratorium Lapang Terpadu,Universitas Lampung. Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum,pertambahan berat tubuh, dan konversi ransum. Hasil penelitian menujukkanbahwa pemberian Indigofera zollingeriana dalam ransum dari umur 2--7 minggudengan R0 0%, R1 4%, R2 8%, R3 12%, dan R4 16% memberikan pengaruh tidaknyata(P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, dan konversiransum. Pemberian Indigofera zollingeriana sampai dengan 16% dalam ransumitik Peking umur 2--7 minggu dapat digunakan sebagai salah satu bahan pakansumber protein untuk meningkatkan pertambahan berat tubuh dengan kandunganprotein ransum 18%.

    Kata kunci : Indigofera zollingeriana, Itik Peking, Performa.

  • ABSTRACT

    The Effect of Indigofera zollingeriana in the Ration on Performance ofPeking Duck

    By

    Muhammad Tholib Zaqi

    This study aim to determine the effect of Indigofera zollingeriana in the ration onperformance of Peking ducks. This study used Completely Randomized Design(CRD) with 5 treatments and 4 replications, each replication consisted of one duckwith a number of ducks of 20 (unsex) with a diversity coefficient of 8.6%. Thetreatment given in this study was the diference of the level of Indigoferazollingeriana in the ration R0: 0%, R1: 4%, R2: 8%, R3: 12% and R4: 16%. Thestudy was conducted for 7 weeks in February - April 2018 in the Integrated FieldLaboratory, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The variablesobserved were consumption feed, body weight gain, feed conversion ration. Theresults showed that Indigofera zollingeriana in the ration given to Peking ducksfrom 2--7 weeks with R0 0%, R1 4%, R2 8%, R3 12%, and R4 16% did notsignificant effected (P> 0 05) on consumption feed, body weight gain, feedconversion. The effect of Indigofera zollingeriana up to 16% in Peking duckrations has good protein quality and can be used as a feed ingredient for proteinsources to increase body weight gain with the same protein content of rations of18%

    Keywords: Indigofera zollingeriana, Peking duck, Performance.

  • PENGARUH PEMBERIAN Indigofera zollingeriana DALAM RANSUMTERHADAP PERFORMA ITIK PEKING

    Oleh

    Muhammad Tholib Zaqi

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

    SARJANA PETERNAKAN

    Pada

    Jurusan PeternakanFakultas Pertanian Universitas Lampung

    FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG2019

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Kutawaringin, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu,

    Propinsi Lampung pada 23 Juni 1995, putra ke dua dari empat bersaudara dari pasangan

    Bapak Suhanda dan Ibu Kusmiyati. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di

    SDN 10 Bandung Baru 2007; sekolah menengah pertama di SMPN 1 Adiluwih pada

    2010; sekolah menengah atas di SMAN 1 Sukoharjo pada 2013. Penulis terdaftar

    sebagai mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

    melalui jalur Seleksi Nilai Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada 2013.

    Selama masa studi, penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Besar Inseminasi

    Buatan Singosari, Malang pada Juli 2015--Agustus 2015 dan melaksanakan Kuliah

    Kerja Nyata (KKN) di Desa Rejo Basuki, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten

    Lampung Tengah pada Januari 2017--Maret 2017.

    Selama masa studi, penulis pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Peternakan

    (HIMAPET) Fakultas Pertanian sebagai Anggota dan Pengurus periode 2013/2014.

  • PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan sebuah karya ini sebagai torehan ilmu atas karuniaAllah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,

    Rasulullah sebagai suritauladan dan pemberi syafaat di hari akhir sertacinta dan perjuangan untuk orang-orang yang berarti didalam

    kehidupanku.

    Terimakasih teruntuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tak letihmenyemangatiku dengan kasih sayang, doa dan cinta kalian. Apapunyang kalian berikan menjadikan kuinsan yang berguna bagi Agama,

    Nusa dan Bangsa. Letih dan peluh kalian cukuplah menjadi penghelanapas anakmu meraih cita-cita

    Terimakasih kepada seluruh kakak, adik-adikku dan keluarga sertapara sahabat yang senantiasa memberikan motivasi dalam mengiringi

    langkahku menuntut ilmu

    Dan terimakasih kepada guru dan dosen yang telah memberikan ilmudan pengalaman berharga

    Serta almamater tercinta yang selalu ku banggakan, yang turut dalampembentukan pribadiku, mendewasakan sikap dalam bertindak dan

    berucap

  • MOTTO

    Karena waktu tidak pernah berjalan mundur maka hidup adalah tentang

    maju

    (Danu Sofwan)

    Jangan pernah menyiakan waktu. Berapapun harta yang kita punya,

    tak akan mampu untuk membeli satu detik waktu yang telah berlalu

    (Fauzan Rachmansyah)

    Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila

    kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-

    sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah

    hendaknya kamu berharap (Q.S. Al Insyirah ayat 6--8)

  • SANWACANA

    Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

    skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Indigofera zollingeriana Dalam Ransum

    Terhadap Performa Itik Peking ”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku--Dekan Fakultas Pertanian;

    2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P. selaku--Ketua Jurusan Peternakan dan Dosen

    Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan waktu

    selama penulis menjalankan studi;

    3. Bapak Dr. Kusuma Adhianto, S.Pt., M.S. selaku--Sekretaris Jurusan Peternakan

    yang telah memberikan dukungan dan motivasi;

    4. Ibu Dr. Ir. Rr. Riyanti, M.P., selaku--Dosen pembimbing utama yang senantiasa

    memberikan dukungan, motivasi, waktu, ilmu, dan pemahaman;

    5. Bapak Dr.Ir. Rudy Sutrisna, M.S., selaku--Dosen pembimbing anggota yang

    senantiasa memberikan dukungan, motivasi, waktu, ilmu, dan pemahaman;

    6. Ibu Dian Septinova, S.Pt, M.T.A., selaku--Dosen penguji yang selalu memberikan

    motivasi, kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi penulis;

    7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, yang telah memberikan pengetahuan dan

    pembelajaran sebagai bekal ilmu penulis;

  • 8. Orang tua tercinta Ayah Suhanda dan Ibu Kusmiyati serta Kakak Muhammad

    Irham dan adik-adik Muhammad Sulaiman Rasyid, Een Qurotulaini yang telah

    memberikan kasih sayang, semangat, doa serta dukungan moril maupun materil

    tiada henti kepada penulis;

    9. Tim peneliti itik peking Mas Meidi dan M. Panji Fadhlurrahman

    yang sudah berjuang selama melakukan penelitian dan memberikan pengalaman

    berharga;

    10. Teman setiaku Indria Ratna Anggraeni yang selalu setia menemani, memberi

    semangat dan motivasi penulis selama kuliah sampai perjuangan skripsi;

    11. Sahabat terbaik Semi Yati, Arfan Syahroni yang selalu memberikan semangat dan

    motivasi penulis selama kuliah sampai perjuangan skripsi;

    12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013. Terimakasih atas

    canda tawa, kebersamaan, bantuan, dukungan, semangat, persaudaraan, motivasi

    penulis sampai perjuangan skripsi;

    13. Seluruh kakak tingkat dan adik tingkat serta semua pihak yang tidak

    dapat disebutkan satu per satu terimakasih telah membantu dalam

    penyelesaian skripsi ini;

    14. Almamater tercinta.

    Semoga semua yang kalian berikan baik moril maupun materil yang telah diberikan

    kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal berupa pahala dan kebaikan dari

    Allah SWT. Penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat. Amin.

    Bandar Lampung, Januari 2019

    Muhammad Tholib Zaqi

  • i

    DAFTAR ISI

    HalamanDAFTAR ISI................................................................................................ i

    DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv

    DAFTAR GAMBAR................................................................................... v

    I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang dan Masalah............................................................. 1

    1.2 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

    1.3 Kegunaan Penelitian ......................................................................... 3

    1.4 Kerangka Pemikiran.......................................................................... 4

    1.5 Hipotesis ........................................................................................... 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 7

    2.1 Deskripsi Itik..................................................................................... 7

    2.2 Itik Peking......................................................................................... 8

    2.3 Pakan Itik Pedaging .......................................................................... 10

    2.4 Indigofera zollingeriana ................................................................... 12

    2.5 Konsumsi Ransum ............................................................................ 15

    2.6 Pertambahan Berat Tubuh................................................................. 17

    2.7 Konversi Ransum.............................................................................. 18

    III METODE PENELITIAN .................................................................... 20

    3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 20

    3.2 Bahan Penelitian ............................................................................... 20

  • ii

    3.2.1 Itik ............................................................................................ 20

    3.2.2 Ransum .................................................................................... 20

    3.2.3 Pembuatan Ransum Perlakuan................................................. 22

    3.2.4 Air Minum ............................................................................... 23

    3.2.5 Alat Penelitian.......................................................................... 23

    3.3 Metode Penelitian ............................................................................. 23

    3.3.1 Rancangan penelitian ............................................................... 23

    3.4 Pelaksanaan Penelitian...................................................................... 24

    3.4.1 Persiapan kandang ................................................................... 24

    3.4.2 Tahap pelaksanaan ................................................................... 24

    3.5 Peubah yang Diamati ........................................................................ 25

    3.5.1 Konsumsi ransum..................................................................... 25

    3.5.2 Pertambahan berat tubuh.......................................................... 25

    3.5.3 Konversi ransum ...................................................................... 26

    3.6 Analisis Data ..................................................................................... 26

    IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 27

    4.1 Pengaruh Perlakuan Ransum yang Diberi Indigofera zollingerianaterhadap Konsumsi Ransum 27

    4.2 Pengaruh Perlakuan Ransum yang Diberi Indigofera zollingerianaterhadap Pertambahan Berat Tubuh ................................................ 32

    4.3 Pengaruh Perlakuan Ransum yang Diberi Indigofera zollingerianaterhadap Konversi Ransum.............................................................. 33

    V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 36

    5.1 Simpulan .......................................................................................... 36

    5.2 Saran ................................................................................................ 36

  • iii

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 37

    LAMPIRAN

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Kebutuhan nutrisi itik tipe pedaging berdasarkan fase/umur.............. 11

    2. Kebutuhan gizi itik Peking pada berbagai umur................................. 11

    3. Nilai nutrisi bahan pakan .................................................................... 21

    4. Susunan ransum perlakuan dan kandungan nutrisi ransum ................ 21

    5. Rata-rata konsumsi ransum selama 5 minggu penelitian(umur 2--7 minggu)............................................................................. 27

    6. Rata-rata pertambahan berat tubuh selama 5 minggu penelitian(umur 2--7 minggu)............................................................................ 32

    7. Rata-rata konversi ransum selama 5 minggu penelitian(umur 2--7 minggu)............................................................................. 34

    8. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum itik... 43

    9. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pertambahan berat

    tubuh itik .............................................................................................. 44

    10. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konversi ransum.......... 45

    11. Suhu dan kelembaban selama pemeliharaan....................................... 46

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1.Tanaman Indigofera zollingeriana......................................................... 12

    2.Skema pembuatan ransum ..................................................................... 22

    3.Tata letak kandang ................................................................................. 24

    4.Bagan pelaksanaan penelitian ................................................................ 25

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Saat ini itik dapat diandalkan sebagai penghasil daging untuk sumber protein

    hewani. Oleh karena itu, budidaya itik mulai digalakkan sebagai alternatif

    pemenuhan kebutuhan masyarakat akan protein hewani selain daging ayam.

    Pemenuhan kebutuhan masyarakat telah banyak didukung oleh peternak yang

    mulai membudidayakan itik khususnya di daerah Pringsewu Lampung. Terdapat

    permasalahan yang sering muncul bagi peternak itik yang baru mencoba untuk

    beternak yaitu tingginya biaya produksi yang berasal dari pemenuhan kebutuhan

    ransum. Biasanya yang perlu disediakan untuk memenuhi kebutuhan biaya

    ransum adalah sekitar 60--80% dari total biaya produksi.

    Salah satu penujang keberhasilan suatu usaha peternakan itik pedaging adalah

    ransum. Ransum adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik

    yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang

    diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan produksi. Agar pertumbuhan

    dan produksi maksimal jumlah dan nutrisi zat-zat makanan yang diperlukan

    ternak harus memadai (Suprijatna, 2010). Kendala yang biasa dihadapi peternak

    itik pedaging saat ini adalah sulitnya mendapatkan bahan pakan sumber protein

    nabati yang mengandung protein tinggi seperti bungkil kedelai. Sebagai

    pengganti sumber protein yang sulit didapat, maka peternak harus mencari solusi

  • 2

    alternatif pakan yang lebih mudah didapat yaitu bahan pakan lokal. Bahan pakan

    lokal yang terbaru dan sedang digalakkan di Lampung yaitu Indigofera

    zollingeriana yang merupakan sumber protein nabati sehingga diharapkan dapat

    menggantikan sumber protein yang sulit di dapat. Di Pringsewu Lampung,

    peternak itik umumnya menyusun ransum sendiri dengan menggunakan bahan

    pakan lokal namun masih menggunakan bahan-bahan yang jarang didapatkan

    dengan mudah. Beberapa peternak juga masih menggunakan pakan komersial

    sebagai sumber protein. Zainuddin (2011) menyatakan bahwa, dalam membuat

    formulasi ransum ternak lokal diutamakan untuk memanfaatkan bahan pakan

    lokal yang harganya relatif lebih murah, mudah diperoleh pada spesifik lokasi,

    tidak bersaing dengan kebutuhan untuk konsumsi manusia serta merupakan hasil

    ikutan pertanian dan limbah industri.

    Faktor utama untuk menopang keberlanjutan dan keberhasilan dalam

    pemeliharaan itik selain bibit adalah ketersediaan pakan yang memadai (dari segi

    kualitas maupun kuantitas), mudah diperoleh dan harga yang terjangkau.

    Faktanya adalah hampir semua bahan pakan unggas termasuk itik hingga saat ini

    masih diimpor sehingga menyebabkan para pelaku usaha peternakan itik

    mengalami kerugian. Farrel (2005) menyarankan bahwa penggunaan bahan

    pakan alternatif untuk mendukung produksi unggas mutlak dilakukan dan perlu

    dukungan pemerintah.

    Sampai saat ini pemanfaatan Indigofera zollingeriana hanya sebatas sebagai

    pakan ternak ruminansia, belum banyak digunakan untuk kombinasi ransum

    ternak unggas terutama itik pedaging. Santi (2015) menyatakan bahwa, tepung

  • 3

    pucuk Indigofera zollingeriana dapat digunakan dalam ransum broiler sampai

    17,74% sebagai substitusi 60% protein bungkil kedelai tanpa mempengaruhi

    performa. Masalah utama dalam pemberian tepung Indigofera zollingeriana

    sebagai bahan baku lokal adalah tingginya kandungan serat kasar. Salah satu cara

    untuk meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaan bahan baku lokal adalah dengan

    mengkombinasi beberapa bahan baku lokal seperti Indigofera zollingeriana

    dengan bahan baku lokal lainnya agar sesuai sebagai bahan pakan penyusun

    ransum dengan kebutuhan ternak. Kelebihan pada itik adalah kemampuan

    mencerna serat kasar lebih tinggi bila dibandingkan dengan ayam (Anggorodi,

    1995). Kemampuan untuk mencerna serat kasar pada itik tersebut dapat memberi

    kemudahan bagi peternak untuk memanfaatkan Indigofera zollingeriana sebagai

    sumber protein dalam ransum itik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini perlu

    dilakukan suatu penelitian tentang pengaruh pemberian Indigofera zollingeriana

    dalam ransum terhadap performa itik Peking.

    1.2 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk:

    1. mengetahui pengaruh pemberian Indigofera zollingeriana dalam ransum

    terhadap performa itik Peking;

    2. mengetahui persentase tingkat pemberian tepung Indigofera zollingeriana

    dalam ransum yang memberikan performa terbaik itik Peking.

    1.3 Kegunaan Penelitian

    Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi tepung Indigofera

    zollingeriana sebagai bahan pakan yang diharapkan dapat menggantikan sumber

  • 4

    protein yang sulit didapat. Serta peternak dapat mengoptimalkan bahan pakan

    lokal yang tersedia di sekitar peternakan dan dapat memberikan informasi,

    khususnya yang bergerak di bidang peternakan itik.

    1.4 Kerangka Pemikiran

    Itik merupakan salah satu ternak unggas yang dapat diandalkan sebagai sumber

    protein hewani penghasil daging. Sampai saat ini kebutuhan akan daging terus

    meningkat sehingga peluang untuk beternak itik pedaging masih terbuka lebar.

    Namun, salah satu kendala yang dihadapi dalam beternak itik adalah pakan

    sumber protein yang sulit di dapat. Oleh karena itu, diperlukan suatu solusi untuk

    menghasilkan pakan yang dapat diformulasi sendiri oleh peternak dan bahan

    pakan yang mudah diperoleh di lingkungan sekitar peternakan.

    Produksi bahan pakan lokal di Propinsi Lampung saat ini cukup tinggi. Beberapa

    bahan pakan lokal yang terdapat di Provinsi Lampung yaitu jagung, dedak padi,

    onggok, yang terbaru dan sedang digalakkan adalah tanaman Indigofera

    zollingeriana. Walaupun ketersediaan berlimpah namun, terdapat kekurangan

    dalam bahan baku lokal yaitu kandungan serat kasar yang tinggi serta kecernaanya

    rendah. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak itik, bahan

    baku lokal seperti Indigofera zollingeriana harus dikombinasi dengan bahan baku

    lokal lain seperti dedak dan jagung kuning terlebih dahulu guna meningkatkan

    nilai gizi dan kecernaannya.

    Pemanfaatan bahan pakan lokal seperti Indigofera zollingeriana diharapkan dapat

    menggantikan sumber protein yang sulit didapat. Akbarillah (2002) menyatakan

  • 5

    bahwa, kandungan protein indigofera yaitu sebesar 27,9%, sedangkan menurut

    Abdullah (2010) kandungan protein indigofera yaitu 27,68%. Selain protein yang

    tinggi, produksinya dapat mencapai 5 ton/Ha bahan hijauan setelah berumur 2

    bulan dan 25 ton/Ha apabila berumur 6 bulan. Tanaman ini juga sangat toleran

    terhadap musim kering dan genangan air, sehingga dapat ditanam di wilayah

    Indonesia.

    Indigofera zollingeriana dikenal sebagai bahan pakan sumber protein yang tinggi.

    Palupi et al. (2014) melaporkan bahwa, Indigofera zollingeriana memiliki

    kandungan asam amino berupa lisin 1,57% dan metionin 0,43%. Indigofera

    zollingeriana yang memiliki kandungan protein tinggi dengan asam amino berupa

    lisin dan metionin dibutuhkan ternak unggas untuk pembentukan sel,

    pembentukan jaringan seperti daging, kulit, dan bulu. Kandungan proteinnya

    yang tinggi dalam Indigofera zollingeriana akan memberikan kontribusi dalam

    pemenuhan kebutuhan protein itik sehingga tidak akan menurunkan peforma itik.

    Bulbule, (1982 ) menyatakan bahwa, kebutuhan gizi itik pedaging fase grower

    untuk kadar protein kasar (18%) dan energi metabolis (EM) (2.865--3.306

    kkal/kg). Pada penelitian ini kadar protein kasar (18%) dan energi metabolis

    (EM) (2.876--3.465 kkal/kg). Penyusunan ransum dengan menggunakan tepung

    Indigofera zollingeriana sebagai sumber protein nabati diharapkan dapat

    menggantikan bahan-bahan pakan sumber protein yang sulit didapat. Penggunaan

    Indigofera zollingeriana ini juga diharapkan dapat memberikan pertambahan

    berat tubuh yang maksimal dengan tingkat konsumsi yang seimbang.

  • 6

    1.5 Hipotesis

    Hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah:

    1. terdapat pengaruh pemberian Indigofera zollingeriana dalam ransum terhadap

    performa itik Peking;

    2. terdapat persentase tingkat pemberian tepung Indigofera zollingeriana dalam

    ransum yang memberikan performa terbaik itik Peking.

  • 7

    II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Deskripsi Itik

    Itik adalah jenis unggas air yang tergolong dalam ordo Anseriformes, family

    Anatidae, genus Anas, dan termasuk spesies Anas javanica. Proses domestikasi

    membentuk beberapa variasi dalam besar tubuh, konformasi, dan warna bulu.

    Perubahan ini diperkirakan akibat campur tangan manusia untuk mengembangkan

    ternak itik dengan tujuan khusus dan juga karena jauhnya jarak waktu domestikasi

    dengan waktu pengembangan (Chaves dan Lasmini, 1978).

    Taksonomi itik lokal menurut Srigandono (1997) yaitu:

    Kingdom : Animalia

    Phylum : Vertebrata

    Class : Aves

    Ordo : Anseriformes

    Familia : Anatidae

    Genus : Anas

    Species : Anas plathyrhynchos

    Bangsa itik domestikasi dibedakan menjadi tiga yaitu: pedaging, petelur, dan

    hiasan. Itik-itik yang ada sekarang merupakan keturunan dari Mallard berkepala

    hijau (Anas plathyrhynchos plathyrhynchos). Beberapa itik lokal yang banyak

  • 8

    dipelihara oleh masyarakat di pulau Jawa antara lain yaitu itik Tegal, itik

    Mojosari, itik Magelang, itik Cihateup, dan itik Cirebon (Djanah, 1982). Menurut

    Kedi (1980), bangsa-bangsa itik yang termasuk golongan tipe pedaging

    mempunyai sifat-sifat pertumbuhan serta struktur perdagingan yang baik bangsa-

    bangsa itik yang tergolong petelur memiliki badan relatif lebih kecil dibandingkan

    dengan tipe pedaging. Salah satu itik pedaging yang mulai diternak yaitu itik

    Peking.

    2.2 Itik Peking

    Itik Peking berasal dan dikembangkan di daratan Tientsien, Cina sebagai itik

    penghasil daging. Itik Peking merupakan salah satu jenis itik yang potensial

    sebagai itik potong dengan penampilan warna bulu putih yang seragam, paruh dan

    shank kuning, pergerakan saat berjalan seperti entog, bobot badan jantan 4,0--5,0

    kg/ekor, sedangkan betina berkisar antara 2,5--3,0 kg/ekor (Setioko et al., 2004).

    Itik pedaging adalah itik yang mampu tumbuh cepat dan dapat mengubah pakan

    secara efisien menjadi daging dengan nilai gizi tinggi, bentuk tubuh dan struktur

    perdagingan yang baik (Roeswandy, 2006). Keunggulan itik Peking sebagai

    penghasil daging menyebabkan itik ini banyak disilangkan dengan itik lainnya

    guna memperbaiki keturunan, contohnya adalah itik Alyesbury yang sering

    disilangkan dengan itik Peking. Persilangan itik Peking dengan itik Alyesbury

    menghasilkan keturunan dengan tekstur daging lebih bagus (Nur, 2011).

    Di Indonesia, itik Peking juga banyak disilangkan dengan itik jenis Khaki

    Campbell, itik Mojosari, dan jenis itik lokal lainnya. Pertumbuhan itik Peking

    sangat cepat, pada umur 10 minggu itik Peking dapat mencapai berat 4,5--5 kg,

  • 9

    dan akan mulai bertelur pada umur sekitar 6 bulan dengan rata-rata produksi telur

    per tahunnya mencapai 110--130 butir (Srigandono, 1997). Pemeliharaan itik

    Peking serta penyedia bibit DOD masih sangat terbatas yang menyebabkan

    populasi itik ini sedikit. Adapun karakteristik itik Peking adalah sebagai berikut:

    1. kepala agak besar dengan crown yang tinggi, bagian depan crown agak

    terangkat ke atas;

    2. leher agak panjang serta tegak;

    3. paruh relatif pendek, tebal dan membulat, berwarna oranye cerah dan ujung

    paruh agak putih;

    4. memiliki mata yang tampak liar, siaga, dan tampak terlindung oleh alis yang

    menonjol dan pipi yang berisi. Warna mata kebiruan;

    5. postur badan yang berimbang antara panjang dan lebar, realtif kekar,

    berdaging dan penuh;

    6. dada besar, lebar, dan membusung;

    7. perut besar dan penuh, tapi tidak terlihat jatuh;

    8. sayap pendek, kuat dan tertutup di atas punggung, dan tidak bersilang satu

    sama lain;

    9. bulu halus lembut berwarn putih atau krem;

    10. kaki pendek dan kuat serta berwarna merah oranye, kuku jari berwarna putih.

    Keunggulan itik Peking sebagai penghasil daging dapat dipertimbangkan sebagai

    alternatif usaha pembesaran itik pedaging, keunggulan itik Peking ini adalah

    sebagai berikut:

    1. relatif tahan terhadap berbagai cuaca;

  • 10

    2. tidak begitu membutuhkan air dalam hidupnya, air hanya dibutuhkan untuk

    minum;

    3. petumbuhan badan yang relatif cepat;

    4. pemeliharaan secara intensif selama 2 bulan akan mencapai bobot badan 3--

    3,5 kg;

    5. itik Peking memiliki karkas berwarna kuning dan kelihatan sangat menarik

    serta tekstur dagingnya yang sangat bagus, tidak alot, dan mudah diolah.

    2.3 Pakan Itik Pedaging

    Pakan merupakan komponen terpenting dalam usaha dibidang peternakan, maka

    dari itu ternak harus diberikan pakan dengan jumlah dan kualitas yang sesuai

    dengan kebutuhannya (Muhammad et al., 2014). Pakan adalah campuran

    berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk

    pertumbuhan, perkembangan dan produksi (Muhammad et al., 2014). Kandungan

    nutrien pada pakan ternak harus seimbang supaya dapat meningkatkan

    pertumbuhan dan produksi secara maksimal (Adeola, 2006). Komposisi pakan

    yang baik untuk unggas harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

    dan mineral dalam jumlah berimbang, serta harus memperhatikan juga kebutuhan

    sesuai umur ternak (Sinurat, 1999).

    Tinggi rendahnya nilai nutrien pakan tergantung dari kualitas dan kuantitas

    nutrien yang terkandung di dalamnya serta kesesuaian kandungan energi dan

    protein dalam pakan sangat dibutuhkan guna mendukung pertumbuhan dan

    produksi itik secara maksimal (Herdiana et al., 2014). Kebutuhan nutrient itik

    berbeda tergantung laju pertumbuhan, komposisi tubuh, fisiologis pencernaan,

  • 11

    pengeluran panas tubuh (Murtadho et al., 2017). Berdasarkan Srigandono (1997),

    berikut ini merupakan kebutuhan nutrisi itik pedaging dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Kebutuhan nutrisi itik tipe pedaging berdasarkan fase/umur

    Fase/UmurProtein

    (%)EM (kkal/kg) Rasio EP

    Starter (s.d 2 minggu) 18 2.860 15,9Grower (sampai di pasarkan) 16 2.930 18,3Dewasa penghasil daging 16 2.875 18

    Sumber: Srigandono (1997)

    Pakan yang bertekstur basah dapat memudahkan itik dalam proses penelanan dan

    pengambilan pakan (Arianti dan Ali, 2009). Pemberian pakan kering yaitu

    dengan memberikan pakan seperti konsentrat secara langsung tanpa ditambahkan

    air, cara seperti ini memang terlihat sangat praktis dan lebih aman tidak mudah

    mengundang bibit penyakit jika frekuensi pemberiannya sedikit (Sudarman,

    2010). Pemberian pakan secara basah dapat dengan mudah mengundang bibit

    penyakit seperti jamur. Oleh karena itu, frekuensi pemberiannya harus

    ditingkatkan sebisa mungkin sekali pemberian langsung habis (Ditjendnak dan

    Keswan, 2014). Kebutuhan gizi itik Peking pada berbagai umur dapat dilihat

    pada Tabel 2.

    Tabel 2. Kebutuhan gizi itik Peking pada berbagai umur

    GiziStarter

    (0--2 minggu)Grower

    (2--7 minggu)Bibit

    Protein kasar (%) 22 16 15Energi (kkal EM/kg) 2.900 3.000 2.900Methionin (%) 0,40 0,30 0,27Lisin (%) 0,90 0,65 0,60C (%) 0,65 0,60 2,75P tersedia (%) 0,40 0,30 -

    Sumber: NRC (1994)

  • 12

    2.4 Indigofera zollingeriana

    Indigofera zollingeriana adalah jenis tanaman leguminosa yang banyak tumbuh di

    Indonesia karena sifatnya yang tahan kering, tahan genangan air, dan tahan

    terhadap salinitas (Hassen et al., 2007). Pemanfaatan tanaman Indigofera

    zollingeriana hanya sebatas untuk ternak ruminansia, belum banyak digunakan

    untuk unggas terutama itik pedaging.

    Gambar 1. Tanaman Indigofera zollingeriana

    Tepung daun Indigofera zollingeriana mengandung protein kasar (PK) yang

    tinggi, yaitu 27,89%, lemak kasar atau ekstrak eter (EE) sebesar 3,70%, dan serat

    kasar (SK) sebesar 14,96% mengandung beta caroten dan pigmen xantophyl

    sebagai salah satu sumber pigmentasi yolk (Akbarillah et al., 2008). Keunggulan

    lain tanaman ini adalah kandungan taninnya sangat rendah berkisar antara 0,6--1,4

    ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi). Rendahnya

    kandungan tanin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya. Kandungan

    protein yang tinggi (26--31%) tanaman ini sangat baik sebagai sumber hijauan

  • 13

    baik sebagai pakan dasar maupun sebagai pakan suplemen sumber protein dan

    energi, terlebih untuk ternak dalam status produksi tinggi (laktasi) Anggraeni

    (2011), menyatakan bahwa tepung Indigofera zollingeriana memiliki kualitas

    protein yang hampir sama dengan tepung bungkil kedelai, sehingga dapat

    digunakan sebagai salah satu bahan pakan sumber protein nabati yang baik.

    Indigofera zollingeriana memiliki kandungan vitamin A, D, E, dan K, serta bahan

    aktif berupa ß-karoten yang berpotensi sebagai antioksidan. Indigofera

    zollingeriana dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber vitamin, terutama

    sebagai sumber vitamin A dalam ransum.

    Bahan pakan yang baik atau bermutu tinggi yaitu bahan pakan yang mengandung

    semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk kebutuhan

    pertumbuhan. Dari hasil uji coba Indigofera zollingeriana dapat dimanfaatkan

    sebagai pakan ternak, karena selain nilai nutrisinya tinggi, juga palatabilitasnya

    tinggi bagi semua ternak. Kualitas protein Indigofera zollingeriana ditentukan

    oleh komposisi asam amino esensialnya

    Kandungan proteinnya yang tinggi, asam amino, serta terdapat vitamin dalam

    Indigofera zollingeriana akan memberikan kontribusi dalam pemenuhan

    kebutuhan itik pedaging sehingga tidak akan menurunkan performa itik Peking.

    Santi (2015) melaporkan bahwa tepung pucuk Indigofera zollingeriana dapat

    menggantikan protein bungkil kedelai sampai 60% atau tepung pucuk Indigofera

    zollingeriana dapat digunakan hingga 17,74% dalam ransum broiler umur 2

    sampai 5 minggu tanpa mempengaruhi performa. Marina (2012) melaporkan

    bahwa kualitas sperma kelinci dapat dipertahankan dengan pemberian indigofera

  • 14

    hingga 30% dalam ransumnya. Motilitas spermatozoa kelinci yang diberi

    indigofera 30% dapat meningkat 6 kali lebih tinggi dibandingkan motilitas sperma

    kelinci yang di beri ransum komersial. Demikian juga daya hidup

    spermatozoanya dapat diperbaiki dari 60% pada kelinci yang diberi pakan

    komersial menjadi 82% jika diberi indigofera 30% dalam ransumnya. Pemberian

    indigofera dengan jumlah itu dapat menurunkan tingkat abnormalitas spermatozoa

    sebanyak 5% .

    Konsentrat hijau Indigofera zollingeriana yang berasal dari pucuk daun dapat

    meningkatkan produksi dan kualitas telur ayam. Hasil studi yang dilakukan

    Palupi et al. (2015) menunjukkan bahwa pemberian indigofera pada ransum ayam

    petelur 5--15% dapat meningkatkan produksi telur ayam, warna kuning telur,

    kandungan β-caroten kuning telur dan vitamin A kuning telur. Pemberian

    tanaman Indigofera telah dicobakan sebagai bahan pakan pada ternak kambing

    sebagai sumber protein. Tarigan dan Ginting (2011) melaporkan bahwa

    pemberian 30--45% Indigofera sp. dalam ransum kambing yang berbasis rumput

    dengan kualitas rendah menghasilkan respon yang optimal terhadap konsumsi,

    kecernaan pakan dan pertambahan bobot hidup kambing. Selain itu Akbarillah et

    al. (2010) menyatakan bahwa daun Indigofera segar dapat diberikan dalam

    ransum itik hingga 10% tanpa mempengaruhi performa dari itik tersebut. Setianto

    et al. (2005) melaporkan bahwa pemberian campuran singkong dan 10%

    Indigofera arecta sebagai pengganti jagung dalam ransum tidak mempengaruhi

    konsumsi ransum puyuh.

  • 15

    2.5 Konsumsi Ransum

    Ransum adalah susunan beberapa pakan ternak unggas yang di dalamnya harus

    mengandung zat nutrisi yang lain sebagai satu kesatuan, dalam jumlah, waktu, dan

    proporsi yang dapat mencukupi semua kebutuhan (Rasyaf, 2005). Konsumsi

    ransum adalah jumlah ransum yang dimakan selama masa pemeliharaan.

    Konsumsi ransum dipengaruhi oleh bentuk ransum, ukuran ransum, penempatan

    ransum, dan cara pengisian tempat ransum. Menurut AAK (2003), kebutuhan

    konsumsi ransum dipengaruhi oleh strain dan lingkungan. Menurut Jull (1982),

    konsumsi ransum dipengaruhi oleh bentuk fisik pakan, bobot badan, kandungan

    nutrisi pakan, lingkungan tempat pemeliharaan, strain, dan jenis kelamin. Selain

    itu, konsumsi ransum juga dipengaruhi oleh kandungan energi ransum, kesehatan

    lingkungan, zat-zat makanan, dan kecepatan pertumbuhan (Wahju, 1992).

    Konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kandungan

    gizi dalam ransum (Hernandez et al., 2004; Fan et al., 2008). Kebutuhan gizi itik

    pedaging umur 2--7 minggu disarankan ransum mengandung protein kasar

    sebanyak 16%, sedangkan energi metabolis (EM) 3.000 kkal/kg (NRC, 1994).

    Kandungan gizi termasuk energi metabolis (EM) ransum yang diberikan telah

    memenuhi kebutuhan itik sehingga sangat mendorong terhadap jumlah ransum

    yang dikonsumsi untuk pertumbuhan itik. Fan et al. (2008) menyatakan bahwa

    pemberian ransum yang mengandung energi tinggi dapat meningkatkan konsumsi

    ransum yang erat hubungannya dengan pertumbuhan ternak unggas.

    Konsumsi ransum sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan itik. Wahju (1985)

    menyatakan bahwa konsumsi ransum unggas dipengaruhi oleh kesehatan, bentuk

  • 16

    ransum, imbangan zat-zat makanan, kecepatan pertumbuhan, produksi telur dan

    stress. Menurut Hardjosworo et al. (1980) konsumsi ransum itik Tegal adalah

    139,11 gram per ekor/hari, sedangkan Ulupi (1990) melaporkan kisaran konsumsi

    ransum itik antara 128,40--162,03 gram. Suharno et al.(1996) menyatakan

    bahwa, itik masa produksi membutuhkan ransum dengan kandungan energi

    metabolis (EM) 2.700 kkal/kg, protein kasar 16%--18%, kalsium 2,90%--3,25%,

    dan fosfor 0,47%.

    Hasil penelitian Sinurat et al. (1996) menyatakan bahwa konsumsi ransum pada

    itik lokal jantan umur satu hari sampai umur sembilan minggu sebesar 7,444

    kg/ekor dengan pemberian ransum yang mengandung energi metabolis (EM)

    sebesar 2.700 kkal/kg dan kandungan protein 18,2%. Penelitian lain yang

    dilaporkan oleh Iskandar et al. (2001) diperoleh rataan konsumsi ransum sebesar

    7,5 kg/ekor pada pemeliharaan.

    Konsumsi ransum yang relatif banyak akan menyebabkan konsumsi zat-zat

    makanan seperti asam amino, vitamin, dan protein juga menjadi lebih banyak

    sehingga kebutuhan hidup pokok, produksi telur dan pertumbuhan akan

    terpenuhidengan terpenuhinya kebutuhan zat-zat makanan tersebut diharapkan

    akan menghasilkan performa yang baik (Wahju, 1992). Konsumsi ransum diukur

    setiap minggu berdasarkan jumlah ransum yang diberikan (g) pada minggu awal

    dikurangi dengan sisa ransum (g) pada minggu selanjutnya. Iskandar et al. (2001)

    melaporkan bahwa konsumsi pakan itik Mojosari jantan dari pengamatan umur 2

    sampai 10 minggu dengan pemberian pakan (20% ikan rucah, 80% dedak padi)

    sebesar 7.500 g/ekor. Ketaren et al. (2001), melaporkan bahwa rataan konsumsi

  • 17

    dan efisiensi ransum itik persilangan itik Mojosari jantan dengan Alabio betina

    (MA) selama 8 minggu masing-masing sebanyak 4.324 g/ekor dan 34,3% dan

    pertambahan bobot tubuh yang dicapai sebesar 1.260 g/ekor.

    2.6 Pertambahan Berat Tubuh

    Pada umumnya, pengukuran pertumbuhan ternak didasarkan pada kenaikan berat

    tubuh per satuan waktu tertentu yang dinyatakan sebagai rata-rata pertambahan

    berat badan per hari atau rata-rata kadar laju pertumbuhan (Brody, 1974;

    Soeparno, 2005).

    Selama pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi perkembangan abnormal,

    hal ini dapat disebabkan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan, misalnya

    nutrisi, temperatur, kelembapan, obat-obatan, keracunan, polusi dan penyakit.

    Faktor-faktor tersebut dapat juga menyebabkan perubahan komposisi tubuh, baik

    secara fisik maupun kimia. Wiederhold et al. (1997) melaporkan bahwa itik

    Peking akan mendapatkan titik belok pertumbuhan kedua yang lebih cepat

    dibandingkan dengan angsa dan entog yaitu pada umur 24 hari. Sebagaimana

    diketahui bahwa titik belok, selama ini dijadikan sebagai dasar untuk mengukur

    optimalisasi pertumbuhan dan juga merupakan ukuran tingkat efisiensi usaha

    yang dicapai (Brody, 1974).

    Pola pertumbuhan tubuh secara normal merupakan gabungan dari pola

    pertumbuhan semua komponen penyusunnya. Pada kondisi lingkungan yang

    ideal, bentuk kurva pertumbuhan pada semua spesies ternak adalah sama,

    (Soeparno, 2005). Ternak yang kekurangan makanan atau gizi akan

  • 18

    mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti serta kehilangan berat,

    akan tetapi setelah mendapatkan makanan yang cukup, ternak tersebut mampu

    untuk tumbuh kembali dengan cepat dan bahkan dapat lebih cepat daripada laju

    pertumbuhan normalnya, hal semacam ini disebut dengan pertumbuhan

    kompensatori atau pertumbuhan yang bersifat menyusul (Wahju, 1997).

    Kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam ransum

    menjadi daging ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan. Pertambahan

    bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur

    pertumbuhan. Anggorodi (1985) mendefinisikan pertumbuhan adalah

    pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan seperti otot, tulang,

    jantung dan semua jaringan tubuh lainnya.

    2.7 Konversi Ransum

    Konversi ransum merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang

    dikonsumsi dengan pertambahan berat tubuh. Semakin rendah nilai konversi

    ransum maka penggunaan ransum semakin efisien, dan semakin tinggi nilai

    konversi ransum berarti ransum yang dibutuhkan untuk menaikkan berat tubuh

    persatuan berat semakin banyak atau dengan kata lain efisiensi penggunaan

    ransum semakin menurun (Rasyaf, 1995).

    Menurut Rasyaf (2005), jumlah ransum yang digunakan ayam mampu menunjang

    pertumbuhan yang cepat yang mencerminkan efisiensi penggunaan ransum yang

    baik. Konversi ransum bernilai 1, artinya untuk menghasilkan 1 kg daging

    diperlukan ransum sebanyak 1 kg (Rasyaf, 2005). Apabila konversi ransum kecil

  • 19

    sebaiknya digunakan sebagai pegangan berproduksi karena sekaligus melibatkan

    bobot tubuh dan konsumsi ransum. Faktor yang memengaruhi konversi ransum

    adalah strain atau bangsa itik, mutu ransum, keadaan kandang, dan jenis kelamin

    (Aksi Agraris Kanisius, 2003). North dan Bell (1990) menyatakan bahwa

    konversi ransum juga dipengaruhi oleh tipe litter, panjang dan intensitas cahaya,

    luas lantai per ekor, uap amonia dalam kandang, penyakit, dan bangsa itik yang

    dipelihara. Selain kualitas ransum, angka konversi banyak dipengaruhi oleh teknik

    pemberian ransum. Teknik pemberian ransum yang baik dapat menekan angka

    konversi ransum sehingga keuntungan akan banyak bertambah (Amrullah, 2003).

  • 20

    III METODE PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilakukan pada Februari sampai dengan April 2018

    di Laboratorium Terpadu, dan analisis proksimat dilakukan di Laboratorium

    Nutrisi, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

    3.2 Bahan Penelitian

    3.2.1 Itik

    Itik yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 ekor itik Peking berumur 14

    hari tanpa memisahkan jenis kelamin jantan dan betina dengan berat rata-rata (313

    ± 35 gram) dengan koefisien keragaman 8,59%. Itik Peking yang digunakan

    diproduksi oleh peternak lokal di Desa Sukerejo, Kecamatan Pardasuka,

    Kabupaten Pringsewu.

    3.2.2 Ransum

    Ransum yang digunakan pada penelitian ini adalah campuran konsentrat Gold

    Coin 581, dedak padi, jagung, dan Indigofera zollingeriana berbentuk mash

    dengan kadar protein kasar (18%) dan energi metabolis (EM) (2.876--3.065

    kkal/kg). Hal ini sesuai dengan rekomendasi Bulbule (1982) yang menyatakan

    bahwa kebutuhan gizi itik pedaging fase grower untuk kadar protein kasar (18%)

    dan energi metabolis (EM) (2.865--3.306 kkal/kg).

  • 21

    Nilai nutrisi bahan pakan, susunan ransum perlakuan, kandungan nutrisi ransum

    disajikan pada Tabel 3, dan 4.

    Tabel 3. Nilai nutrisi bahan pakan

    Nutrisi Pakan

    Bahan pakan

    Konsentrat581

    Jagungkuning

    Dedak padiIndigoferazollingeria

    Protein kasar 36,00 5,75 10,71 19,24Serat kasar 9,00 3,63 5,08 21,85lemak kasar 2,00 2,32 12,74 6,40Abu 35,00 1,47 9,20 11,36

    Bahan ekstraktanpa nitrogen

    109,00 75,31 53,62 31,21

    Ca 10,50* 0,23* 0,08* 0,22**P 0,50* 0,41* 1,23* 0,18**Energi metabolis 2.800,00* 3.370,00* 3.060,00* 1.600,00**

    Sumber : Hasil analisis proksimat Laboratorium Nutrisi dan MakananTernak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2018).

    Keterangan : * Fathul et al. (2015): ** Akbarillah et al. (2010)

    Tabel 4. Susunan ransum perlakuan dan kandungan nutrisi ransum

    Bahan ransumPerlakuan

    R0 R1 R2 R3 R4------------------------------------%------------------------------

    Konsentrat 581 36,50 35,50 35,00 34,50 32,00Jagung 37,50 40,00 44,00 48,50 43,00Dedak 26,00 20,50 13,00 5,00 9,00Indigoferazollingeria

    0,00 4,00 8,00 12,00 16,00

    NutrisiEnergi metabolis(kkal/ kg)

    3.081,35 3.033,30 2.988,60 2.945,45 2.876,50

    Protein kasar 18,08 18,05 18,06 18,05 18,03Serat kasar 5,97 6,56 7,16 7,74 8,39Lemak kasar 4,91 4,51 3,89 3,22 3,81Ca 0,15 0,15 0,17 0,18 0,17P 0,48 0,43 0,36 0,28 0,32

    Sumber : Hasil perhitungan berdasarkan analisis proksimat Laboratorium Nutrisidan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2018)

  • 22

    Kebutuhan nutrisi itik umur 1--7 minggu menurut Sinurat (2000) 17--20% protein

    kasar dan 2.700--3.100 (kkal/kg) energi metabolis (EM) sesuai dengan ransum

    penelitian.

    3.2.3 Pembuatan ransum perlakuan

    Proses pembuatan ransum perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2

    Gambar 2. Skema pembuatan ransum

    Proses pembuatan ransum pada penelitian ini, yaitu :

    a. menyiapkan semua bahan baku pakan (Indigofera zollingeriana, dedak,

    jagung, dan konsentrat 581);

    b. menimbang sesuai takaran masing-masing bahan;

    Menyiapkan Dedak, Jagung, Indigofera zollingerianaKonsentrat581

    Mencampur bahan pakan

    Mengaduk hingga homogen

    Mengemas dalam wadah

    Menimbangan bahan pakan

    Ransum

  • 23

    c. mencampurkan bahan yang jumlahnya sedikit seperti dedak, Selanjutnya

    bahan yang lebih banyak yaitu jagung, dan Indigofera zollingeriana,

    kemudian ransum perlakuan dicampur dengan pakan konsentrat 581;

    d. mengaduk campuran semua bahan pakan hingga homogen;

    e. mengemas dalam wadah.

    3.2.4 Air minum

    Air minum yang digunakan dalam penelitian ini berupa air sumur yang diberikan

    secara ad libitum. Pemberian air minum dilakukan pada pagi dan sore hari.

    3.2.5 Alat penelitian

    Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang postal ukuran

    50x50 cm, timbangan digital kapasitas 3 kg dan timbangan kapasitas 5 kg, dan

    timbangan gantung kapasitas 100 kg untuk menimbang pakan, tempat pakan 20

    buah, tempat minum 20 buah, thermohygrometer, peralatan kebersihan, terpal

    untuk tempat mengaduk pakan, sekop, peralatan analisis proksimat, ember, gelas

    ukur digunakan untuk mengukur pemberian air minum, alat tulis untuk melakukan

    pencatatan.

    3.3 Metode Penelitian

    3.3.1 Rancangan penelitian

    Penelitian ini mengunakan metode eksperimental dengan menggunakan

    Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 5 perlakuan 4 ulangan. Masing-

    masing ulangan terdiri atas 1 ekor itik Peking. Tata letak perlakuan ditampilkan

    pada Gambar 3. Adapun perlakuan yang digunakan yaitu:

    R0 : ransum kontrol;

    R1 : ransum dengan tepung Indigofera zollingeriana 4%;

  • 24

    R2 : ransum dengan tepung Indigofera zollingeriana 8%;

    R3 : ransum dengan tepung Indigofera zollingeriana 12%;

    R4 : ransum dengan tepung Indigofera zollingeriana 16%.

    3.4 Pelaksanaan Penelitian

    3.4.1 Persiapan kandang

    Tahapan persiapan kandang meliputi :

    a. membersihkan lantai kandang dengan menggunakan air dan sikat;

    b. membuat kandang dari sekat dengan ukuran 50x50 cm sebanyak 20 petak;

    c. mengapur dinding, tiang kandang, dan lantai kandang;

    d. menyemprot kandang dengan desinfektan;

    e. mencuci peralatan kandang (tempat pakan dan minum);

    f. setelah kandang kering, lantai kandang kemudian dilapisi dengan sekam

    setebal 5--6 cm.

    R2U4 R3U3 R1U2 R3U2 R4U3 R4U1 R1U3 R3U1 R2U1 R0U1

    R0U3 R1U3 R2U2 R0U2 R0U4 R1U1 R4U4 R3U4 R2U3 R4U2

    Gambar 3. Tata letak kandang

    3.4.2 Tahap pelaksanaan

    Saat itik umur 14 hari dilakukan penimbangan menggunakan timbangan digital

    untuk mendapatkan berat tubuh awal, kemudian dimasukkan ke dalam 20 petak

    kandang percobaan yang telah dipersiapkan dan setiap petakterdiri dari 1 ekor itik

    Peking. Selanjutnya diberikan air minum dan ransum secara adlibitum. Itik

    Peking dipelihara selama 7 minggu dan perlakun dimulai pada minggu kedua.

    Konsumsi ransum dan berat dihitung setiap minggu. Selain itu, diukur suhu dan

  • 25

    kelembaban lingkungan kandang setiap hari, yaitu pada pukul 07.00 WIB,12.00

    WIB dan 20.00 WIB. Suhu dan kelembapan lingkungan kandang diukur

    menggunakan thermohygrometer yang diletakkan di dalam kandang. Saat umur 7

    minggu itik dipanen, itik dipuasakan terlebih dahulu selama 6 jam selanjutnya

    ditimbang untuk mengetahui bobot hidupnya.

    3.5 Peubah yang Diamati

    3.5.1 Konsumsi ransum (g/ekor/minggu)

    Konsumsi ransum diukur setiap minggu berdasarkan selisih antara jumlah ransum

    yang diberikan pada awal minggu (g) dengan sisa ransum pada akhir minggu

    (Rasyaf, 2011).

    Persiapan Kandang

    Pemeliharaan Ternak Itik

    Pengambilan Data

    Pembuatan Ransum

    Gambar 4. Bagan pelaksanaan penelitian

    Konsumsi ransum

    Pertambahan berat tubuh

    Konversi ransum

    Analisis data

  • 26

    3.5.2 Pertambahan berat tubuh (g/ekor/minggu)

    Pertambahan berat tubuh dihitung setiap minggu pada satuan percobaan itik

    Peking umur 14 hari berdasarkan selisih berat itik Peking akhir minggu (g)

    dengan berat tubuh minggu sebelumnya (g) (Anggorodi, 1985).

    3.5.3 Konversi ransum

    Konversi ransum dihitung berdasarkan jumlah ransum yang dikonsumsi

    (g/ekor/minggu) dibagi dengan pertambahan berat tubuh (g/ekor/minggu) (Rasyaf,

    2011). Konversi ransum ini digunakan sebagai tolak ukur efisiensi ransum yang

    diberikan pada itik Peking untuk menghasilkan berat tubuh, semakin rendah nilai

    konversi ransum maka efisiensi penggunaan ransum semakin tinggi.

    3.6 Analisis Data

    Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis ragam pada taraf nyata 5%.

    Apabila setelah analisis ragam diperoleh hasil yang berbeda nyata maka dilakukan

    uji lanjut menggunakan Beda nyata terkecil (BNT).

  • V. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan

    1. Pemberian Indigofera zollingeriana dalam ransum itik Peking dari umur 2--7 minggu

    dengan R0 0%, R1 4%, R2 8%, R3 12%, dan R4 16% memberikan pengaruh tidak nyata

    (P>0,05) terhadap konsumsi, pertambahan berat tubuh, dan konversi ransum itik Peking;

    2. Pemberian Indigofera zollingeriana sampai dengan 16% dalam ransum itik Peking umur

    2--7 minggu dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pakan sumber protein untuk

    meningkatkan pertambahan berat tubuh dengan kandungan protein ransum yang sama

    yaitu 18%.

    5.2 Saran

    1. berdasarkan hasil penelitian peternak dapat menggunakan ransum dengan pemberian

    Indigofera zollingeriana 16%;

    2. perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh pemberian Indigofera

    zollingeriana dalam ransum dengan level yang lebih tinggi.

  • 37

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdullah, L. 2010. Herbage production and quality of shrub indigofera treated bydifferent concentration of foliar fertilizer. Media Peternakan. 32: 169--175

    Adeola, O. 2006. Amino acid digestibility of corn, pearl millet, and sorghum forwhite Pekin ducks, Anas platyrinchos Domesticus. J. Poult. Sci., 43: 357--364

    ________. 2006. Review of research in duck nutrient utilization. Int J. Poult Sci.5: 201--2006

    Akbarillah, T. D., Kaharudin, dan Kususiyah. 2002. Kajian Daun TepungIndigofera sebagai Suplemen Pakan Produksi dan Kualitas Telur.Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu. Bengkulu

    Akbarillah, T., Kususiyah., D. Kaharuddin, dan Hidayat. 2008. Kajian TepungDaun Indigofera Sebagai Suplemen Pakan Terhadap Produksi dan KualitasTelur Itik. Jurnal Peternakan Indonesia. 3: 20--23

    . 2010. PengaruhPenggunaan Daun Indigofera Segar Sebagai Suplemen Pakan TerhadapProduksi dan Warna Yolk Itik. Jurnal Sains Peternakan Indonesia. 5:27--33

    Aksi Agraris Kanisius. 2003. Beternak Ayam Pedaging Cetakan ke 18. Kanisius.Jakarta

    Amrullah, I. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor

    Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak. UI PressJakarta

    . 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka. Jakarta

    Anggraeni S. 2011. Penggunaan Wheat Bran Sebagai Bahan Baku AlternatifPengganti Jagung pada Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus. Skripsi.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

  • 38

    Arianti dan A. Ali. 2009. Performans itik pedaging (lokal x peiking) pada fasestarter yang diberi pakan dengan persentase penambahan jumlah air yangberbeda. Jurnal Petemakan. 6 : 71--77

    Brody, S. 1945. Reprinted 1974. Bioenergetics and Growth : With SpecialReference to the Efficiency Complex in Domestic Animals. Hafner Press.A Division or Macmillan Publishing Co, Inc. New York 489-493, 498, 502

    Bulbule, V.D. 1982. Feeding Laying Duck. In: Poultry International 21:24--28

    Chaves, E. R. and Lasmini, A. 1978. Comparative Performance on NativeIndonesian Egg Laying Ducks. Centre Report 6:1--27. Centre for AnimalResearch and Development. Bogor

    Daud M., Yaman MA, Zulfan. 2015. Penggunaan Hijauan Kangkung (Ipomoeaaquatica) Fermentasi Probiotik dalam Ransum terhadap Performa ItikPeking. IAARD Press. Jakarta

    Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016. Tabel Populasi danPoduksi Peternakan di Indonesia.http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabel-4-pop-prod-nak.pdf. Diakses pada 30 Mei 2017

    Djanah, D. 1982. Beternak Ayam dan Itik. Jasaguna. Malang

    Fan, H.P., M. Xie, W.W. Wang, S.S. Hou and W. Huang. 2008. Effect of dietaryenergy on growth performance and carcass quality of white growing pekinducks from two to six weeks of age. Poult. Sci 87(6): 1162--1164

    FAO. 2005. Endogenous and Exogenous Feed Toxins. Diakses pada 27 Oktober2018. http://www.fao.org/docrep/ Article/agrippa/659

    Farrell DJ. 2005. Matching poultry production with available feed resources:issues and constraints. World’s Poult Sci J. 61:198--214

    Fathul, F., Liman, N. Purwaningsih dan S. Tantalo. 2015. Pengetahuan Pakan danFormulasi Ransum. Universitas Lampung. Bandar Lampung

    Hardjosworo, P.S ., D. Sugandi, D.J. Samosir. 1980. Pengaruh Perbedaan KadarProtein Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Dan KemampuanBerproduksi Itik yang Dipelihara Secara Terkurung. Laporan PenelitianFakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

    Hassen A., Rethman NFG,. Van Niekerk, and Tjelele TJ. 2007. Influence ofseason/ year and species chemical composition and in vitro digestibility offive Indigofera Accessions. Animal Feed Science Thecnology 136: 312--322

  • 39

    Herdiana, R. M., Y. M. R. Dewanti dan Sudiyono. 2014. Pengaruh PenggunaanAmpas Kecap dalam Pakan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Harian,Konversi Pakan, Rasio Efisiensi Protein, dan Produksi Karkas Itik LokalJantan Umur 8 Minggu. Bul. Peternakan. 38: 157--162

    Hernandez, F., J. Madrid, V. Garcia, J. Orengo and M.D. Megias. 2004. Influenceof two plants extracts on broilers performance, digestibility, and digestiveorgan size. Poult. Sci 83: 169--174

    Iskandar, S., Vanvan S. Nugroho, D.M. Suci, dan A.R. Setioko. 2001. AdaptasiBiologis Itik Jantan Muda Lokal Terhadap Ransum Berkadar Dedak PadiTinggi. Pros. Lokakarya Unggas Air. Pengembangan Agribisnis UnggasAir sebagai Peluang Usaha Baru. Ciawi, 5-6 Agustus 2001. FakultasPeternakan IPB Bogor-Balai Penelitian Ternak. Bogor 118--127.

    Jull, M.A. 1982. Poultry Husbandry. Tata Mc Grow Hill Publishing CompanyLtd.New Delhi

    Kedi, S. 1980. Duck in Indonesia. Poultry Indonesia Nomor 4. UniversityIndonesia Press. Jakarta

    Ketaren PP. 2007. Peran Itik Sebagai Penghasil Telur dan Daging Nasional.Wartazoa17:117--127

    Leeson S, L Caston, JD Summers. 1996. Broiler response to dietary energy. PoultSci 75: 529--535

    . 2008. Commercial Poultry Nutrition.3rd Ed.Departement of Animal and Poultry Science, University Guelph UniversityBooks. Canada.

    Marina D. 2012. Kualitas Spermatozoa Kelinci Peranakan New Zealand Whiteyang diberi Pelet Ransum Komplit Mengandung Daun Indigoferazollingeriana dan Leucaenalecocephala. Skripsi.Departemen IlmuNutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB

    Muhammad. N, E. Sahara, S. Sandi, F. Yosi. 2014. Pemberian Ransum KomplitBerbasis Bahan Lokal Fermentasi Terhadap Konsumsi, Pertambahan BobotBadan dan Berat Telur Itik Lokal Sumatra Selatan. Fakultas Pertanian.Universitas Sriwijaya. Palembang 3: 20--27

    Murtadho, Heru. S, Kismiati., dan D, Sunarti. 2017. Pengaruh Pemberian PakanKering dan Basah yang Disuplementasi Probiotik Terhadap Performa ItikPeking Umur 3--8 Minggu. Undergraduate Thesis, Fakultas Peternakan danPertanian Undip.

    Nesheim, M.C., E.A. Richard., E.C. Leslie. 1979. Poultry production. Twelft Ed.Lea and Febiger. Philadelphia

  • 40

    North, M. O and d.d. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual 4 th.Edition. New York

    National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. The 9 th Ed.National Academic, Washington DC. USA

    Nugraha D, U Atmomarsono, LD Mahfudz, 2012. Pengaruh penambahan ecengGondok fermentasi dalam ransum terhadap produksi telur itik tegal. AnimalAgriculture Journal 1: 75--85

    Nur, A. 2011. Pembesaran Bebek Pedaging Jenis Unggul dan Cepat Panen. RonaPublishing. Yogyakarta

    Palupi, R., Abdullah, Astuti, dan Sumiati. 2014. Potensi dan pemanfaatan tepungpucuk indigofera sp. sebagai bahan pakan substitusi bungkil kedelai dalamransum ayam petelur. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 19:210--219

    Palupi R, L Abdullah, and DA Astuti. 2015. High antioxidant egg productiontrough substitution of soybean meal by Indigofera sp. Top leaf meal inLaying hen diets. Int. J. Poult.Sci13 :198--203

    Purba M, PP Ketaren. 2013. Performa itik genotipe EPMp umur enam minggudengan pemberian berbagai level protein dan serat kasar dalam ransum.Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor(Indones): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 553--560

    Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Itik Pedaging. Gramedia PustakaUtama. Bogor

    . 2001. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Ke-XX. Penebar Swadaya.Jakarta

    . 2005. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Kampung. PenebarSwadaya. Jakarta

    ________. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Roeswandy.2006. Pemanfaatan lumpur awit fermentai Aspergillus niger dalamransum terhadap karkas itik peking umur 8 minggu. Jurnal AgribinisPeternakan 2(2):

    Santi, M. 2015. Produksi Daging Ayam Broiler Fungsional Tinggi Antioksidandan Rendah Kolesterol Melalui Pemberian Tepung Pucuk Indigoferazollingeriana. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor

  • 41

    Setioko, A. R., L. H. Prasetyo, D. A. Kusumaningrum, dan S. Sopiana. 2004.Daya Tetas dan Kinerja Pertumbuhan Itik Pekin x Alabio (PA) sebagaiInduk Itik Pedaging. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner. Bogor 569--574

    Setianto J, Soetrisno E, Suharyanto, Tamzan. 2005. The eff ect of cassava andIndigofera leaf meals as corn’s substitution on 1-5 week old quail’sperformance. J Agricsci 7: 76--81

    Sinurat, A. P., P. Setiadi, T. Purwadaria, A. R. Setioko dan J. Darma. 1996. Nilaigizi bungkil kelapa yang di fermentasi dan pemanfaatannya dalam ransumitik pejantan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1:161--168

    Sinurat, A.P. 1999. Recent development on poultry nutrition and feed technologyand suggestions for topics of researches. Indones. Agric. Res. Dev. Journal21: 37--45

    __________. 2000. Penyusunan ransum ayam buras dan itik. Pelatihan proyekpengembangan agribisnis peternakan, Dinas Peternakan Jakarta, 20 Juni2000

    SNI 01-3909-2006 Pakan Itik. 2006. https://forsum.wordpress.com/dasarforsum/nutrient/standar-nasional-indonesia-sni-pakan. Diakses pada 27Juli 2018

    Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi ke-4. UGM Press. Yogyakarta

    Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Cetakan Ketiga. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta

    Sudarman, 2010. Panduan Budidaya dan Usaha Ternak Itik. Balai PenelitianTernak,Ciawi. Bogor

    Suharno, B. 1996. Beternak Itik Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta

    Suprijatna, E. 2010. Strategi Pengembangan Ayam Lokal berbasis Sumber DayaLokal dan Berwawasan Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional UnggasLokal ke IV 55--79

    Sutrisna R. 2011. Pengaruh beberapa tingkat serat kasar dalam ransum terhadappekembangan organ dalam itik jantan. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan12:1--5

    Tanwiriah, W., D. Darnida dan Y.I. Asmara. 2006. Pengaruh Tingkat PemberianAmpas Tahu dalam Ransum terhadap Performan Entok (Muscovy duck)Pada Periode Pertumbuhan. Prosiding Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran650--655

  • 42

    Tarigan A, SP Ginting. 2011. Pengaruh taraf pemberian Indigofera sp. terhadapkonsumsi dan kecernaan pakan serta pertambahan bobot hidup kambingyang diberi rumput Brachiaria ruziziensis. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner16:25--32

    Ulupi, N. 1990. Pengaruh Tingkat Serat Kasar Ransum terhadap Performans ItikTegal dan Ayam. Tesis. Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor

    Wahju, J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

    _______. 1992. Ilmu Nutrien Unggas. Cetakan III. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta

    _______. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan IV. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta

    Widodo, Wahyu. 2002. Nutrisi dan Pakan Konstektual. http://Wahyuwidodo.Staf.Umm.ac.id/files/2010/01/Nutrisi dan Pakan Unggas Konstektual.Diakses 27 Oktober 2011

    Wiederhold, S. and H. Pingel. 1997. Growth of breast and leg muscle ofwaterfowl. Proceeding 11th European Symposium on Waterfowl, Nantes.France. September 8-10: 541--547

    Zainuddin, D. 2011. Strategi Pemanfaatan Pakan Sumber Daya Lokal danPerbaikan Manajemen Ayam Lokal. Loka karya Nasional InovasiTeknologi Pengembangan Ayam Lokal. Balai Penelitian Ternak Bogor.32--41

    Zuprizal. 2006. Nutrisi Unggas. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. FakultasPeternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

    1. COVER 1.pdf2. ABSTRAK 1.pdf3. ABSTRACT2.pdf4. COVER 2.pdf4. Menyetujui.pdf6. Riwayat Hidup.pdf7. Persembahan.pdf8. Sanwacana.pdf9. Daftar Isi.pdf9.1 Daftar Tabel.pdf10. I Pendahuluan.pdf11. II Tinjauan Pustaka.pdf12. III Metode.pdf14. Simpul dan Saran.pdf15. Daftar Pustaka.pdf