pengaruh pemberian indigofera zollingeriana dalam ransum ...digilib.unila.ac.id/55402/3/skripsi...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
-
PENGARUH PEMBERIAN Indigofera zollingeriana DALAM RANSUMTERHADAP PERFORMA ITIK PEKING
(Skripsi)
Oleh
MUHAMMAD THOLIB ZAQI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
-
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN Indigofera zollingeriana DALAM RANSUMTERHADAP PERFORMA ITIK PEKING
Oleh
Muhammad Tholib Zaqi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Indigoferazollingeriana dalam ransum terhadap performa itik Peking. Penelitian inimenggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4ulangan, setiap ulangan terdiri dari satu ekor itik dengan jumlah itik 20 ekor(unsex) dengan koefisien keragaman 8,6%. Perlakuan yang diberikan padapenelitian ini adalah ransum dengan level Indigofera zollingeriana R0: 0%, R1:4%, R2: 8%, R3: 12% dan R4: 16%. Penelitian dilaksanakan selama 7 minggupada Februari 2018--April 2018 di kandang A Laboratorium Lapang Terpadu,Universitas Lampung. Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum,pertambahan berat tubuh, dan konversi ransum. Hasil penelitian menujukkanbahwa pemberian Indigofera zollingeriana dalam ransum dari umur 2--7 minggudengan R0 0%, R1 4%, R2 8%, R3 12%, dan R4 16% memberikan pengaruh tidaknyata(P>0,05) terhadap konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, dan konversiransum. Pemberian Indigofera zollingeriana sampai dengan 16% dalam ransumitik Peking umur 2--7 minggu dapat digunakan sebagai salah satu bahan pakansumber protein untuk meningkatkan pertambahan berat tubuh dengan kandunganprotein ransum 18%.
Kata kunci : Indigofera zollingeriana, Itik Peking, Performa.
-
ABSTRACT
The Effect of Indigofera zollingeriana in the Ration on Performance ofPeking Duck
By
Muhammad Tholib Zaqi
This study aim to determine the effect of Indigofera zollingeriana in the ration onperformance of Peking ducks. This study used Completely Randomized Design(CRD) with 5 treatments and 4 replications, each replication consisted of one duckwith a number of ducks of 20 (unsex) with a diversity coefficient of 8.6%. Thetreatment given in this study was the diference of the level of Indigoferazollingeriana in the ration R0: 0%, R1: 4%, R2: 8%, R3: 12% and R4: 16%. Thestudy was conducted for 7 weeks in February - April 2018 in the Integrated FieldLaboratory, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The variablesobserved were consumption feed, body weight gain, feed conversion ration. Theresults showed that Indigofera zollingeriana in the ration given to Peking ducksfrom 2--7 weeks with R0 0%, R1 4%, R2 8%, R3 12%, and R4 16% did notsignificant effected (P> 0 05) on consumption feed, body weight gain, feedconversion. The effect of Indigofera zollingeriana up to 16% in Peking duckrations has good protein quality and can be used as a feed ingredient for proteinsources to increase body weight gain with the same protein content of rations of18%
Keywords: Indigofera zollingeriana, Peking duck, Performance.
-
PENGARUH PEMBERIAN Indigofera zollingeriana DALAM RANSUMTERHADAP PERFORMA ITIK PEKING
Oleh
Muhammad Tholib Zaqi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PETERNAKAN
Pada
Jurusan PeternakanFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kutawaringin, Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu,
Propinsi Lampung pada 23 Juni 1995, putra ke dua dari empat bersaudara dari pasangan
Bapak Suhanda dan Ibu Kusmiyati. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di
SDN 10 Bandung Baru 2007; sekolah menengah pertama di SMPN 1 Adiluwih pada
2010; sekolah menengah atas di SMAN 1 Sukoharjo pada 2013. Penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Nilai Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada 2013.
Selama masa studi, penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Besar Inseminasi
Buatan Singosari, Malang pada Juli 2015--Agustus 2015 dan melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Rejo Basuki, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten
Lampung Tengah pada Januari 2017--Maret 2017.
Selama masa studi, penulis pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Peternakan
(HIMAPET) Fakultas Pertanian sebagai Anggota dan Pengurus periode 2013/2014.
-
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan sebuah karya ini sebagai torehan ilmu atas karuniaAllah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
Rasulullah sebagai suritauladan dan pemberi syafaat di hari akhir sertacinta dan perjuangan untuk orang-orang yang berarti didalam
kehidupanku.
Terimakasih teruntuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tak letihmenyemangatiku dengan kasih sayang, doa dan cinta kalian. Apapunyang kalian berikan menjadikan kuinsan yang berguna bagi Agama,
Nusa dan Bangsa. Letih dan peluh kalian cukuplah menjadi penghelanapas anakmu meraih cita-cita
Terimakasih kepada seluruh kakak, adik-adikku dan keluarga sertapara sahabat yang senantiasa memberikan motivasi dalam mengiringi
langkahku menuntut ilmu
Dan terimakasih kepada guru dan dosen yang telah memberikan ilmudan pengalaman berharga
Serta almamater tercinta yang selalu ku banggakan, yang turut dalampembentukan pribadiku, mendewasakan sikap dalam bertindak dan
berucap
-
MOTTO
Karena waktu tidak pernah berjalan mundur maka hidup adalah tentang
maju
(Danu Sofwan)
Jangan pernah menyiakan waktu. Berapapun harta yang kita punya,
tak akan mampu untuk membeli satu detik waktu yang telah berlalu
(Fauzan Rachmansyah)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap (Q.S. Al Insyirah ayat 6--8)
-
SANWACANA
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Indigofera zollingeriana Dalam Ransum
Terhadap Performa Itik Peking ”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku--Dekan Fakultas Pertanian;
2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P. selaku--Ketua Jurusan Peternakan dan Dosen
Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan waktu
selama penulis menjalankan studi;
3. Bapak Dr. Kusuma Adhianto, S.Pt., M.S. selaku--Sekretaris Jurusan Peternakan
yang telah memberikan dukungan dan motivasi;
4. Ibu Dr. Ir. Rr. Riyanti, M.P., selaku--Dosen pembimbing utama yang senantiasa
memberikan dukungan, motivasi, waktu, ilmu, dan pemahaman;
5. Bapak Dr.Ir. Rudy Sutrisna, M.S., selaku--Dosen pembimbing anggota yang
senantiasa memberikan dukungan, motivasi, waktu, ilmu, dan pemahaman;
6. Ibu Dian Septinova, S.Pt, M.T.A., selaku--Dosen penguji yang selalu memberikan
motivasi, kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi penulis;
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, yang telah memberikan pengetahuan dan
pembelajaran sebagai bekal ilmu penulis;
-
8. Orang tua tercinta Ayah Suhanda dan Ibu Kusmiyati serta Kakak Muhammad
Irham dan adik-adik Muhammad Sulaiman Rasyid, Een Qurotulaini yang telah
memberikan kasih sayang, semangat, doa serta dukungan moril maupun materil
tiada henti kepada penulis;
9. Tim peneliti itik peking Mas Meidi dan M. Panji Fadhlurrahman
yang sudah berjuang selama melakukan penelitian dan memberikan pengalaman
berharga;
10. Teman setiaku Indria Ratna Anggraeni yang selalu setia menemani, memberi
semangat dan motivasi penulis selama kuliah sampai perjuangan skripsi;
11. Sahabat terbaik Semi Yati, Arfan Syahroni yang selalu memberikan semangat dan
motivasi penulis selama kuliah sampai perjuangan skripsi;
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013. Terimakasih atas
canda tawa, kebersamaan, bantuan, dukungan, semangat, persaudaraan, motivasi
penulis sampai perjuangan skripsi;
13. Seluruh kakak tingkat dan adik tingkat serta semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu per satu terimakasih telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini;
14. Almamater tercinta.
Semoga semua yang kalian berikan baik moril maupun materil yang telah diberikan
kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal berupa pahala dan kebaikan dari
Allah SWT. Penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat. Amin.
Bandar Lampung, Januari 2019
Muhammad Tholib Zaqi
-
i
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... v
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah............................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
1.3 Kegunaan Penelitian ......................................................................... 3
1.4 Kerangka Pemikiran.......................................................................... 4
1.5 Hipotesis ........................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 7
2.1 Deskripsi Itik..................................................................................... 7
2.2 Itik Peking......................................................................................... 8
2.3 Pakan Itik Pedaging .......................................................................... 10
2.4 Indigofera zollingeriana ................................................................... 12
2.5 Konsumsi Ransum ............................................................................ 15
2.6 Pertambahan Berat Tubuh................................................................. 17
2.7 Konversi Ransum.............................................................................. 18
III METODE PENELITIAN .................................................................... 20
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................ 20
3.2 Bahan Penelitian ............................................................................... 20
-
ii
3.2.1 Itik ............................................................................................ 20
3.2.2 Ransum .................................................................................... 20
3.2.3 Pembuatan Ransum Perlakuan................................................. 22
3.2.4 Air Minum ............................................................................... 23
3.2.5 Alat Penelitian.......................................................................... 23
3.3 Metode Penelitian ............................................................................. 23
3.3.1 Rancangan penelitian ............................................................... 23
3.4 Pelaksanaan Penelitian...................................................................... 24
3.4.1 Persiapan kandang ................................................................... 24
3.4.2 Tahap pelaksanaan ................................................................... 24
3.5 Peubah yang Diamati ........................................................................ 25
3.5.1 Konsumsi ransum..................................................................... 25
3.5.2 Pertambahan berat tubuh.......................................................... 25
3.5.3 Konversi ransum ...................................................................... 26
3.6 Analisis Data ..................................................................................... 26
IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 27
4.1 Pengaruh Perlakuan Ransum yang Diberi Indigofera zollingerianaterhadap Konsumsi Ransum 27
4.2 Pengaruh Perlakuan Ransum yang Diberi Indigofera zollingerianaterhadap Pertambahan Berat Tubuh ................................................ 32
4.3 Pengaruh Perlakuan Ransum yang Diberi Indigofera zollingerianaterhadap Konversi Ransum.............................................................. 33
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 36
5.1 Simpulan .......................................................................................... 36
5.2 Saran ................................................................................................ 36
-
iii
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 37
LAMPIRAN
-
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kebutuhan nutrisi itik tipe pedaging berdasarkan fase/umur.............. 11
2. Kebutuhan gizi itik Peking pada berbagai umur................................. 11
3. Nilai nutrisi bahan pakan .................................................................... 21
4. Susunan ransum perlakuan dan kandungan nutrisi ransum ................ 21
5. Rata-rata konsumsi ransum selama 5 minggu penelitian(umur 2--7 minggu)............................................................................. 27
6. Rata-rata pertambahan berat tubuh selama 5 minggu penelitian(umur 2--7 minggu)............................................................................ 32
7. Rata-rata konversi ransum selama 5 minggu penelitian(umur 2--7 minggu)............................................................................. 34
8. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konsumsi ransum itik... 43
9. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pertambahan berat
tubuh itik .............................................................................................. 44
10. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap konversi ransum.......... 45
11. Suhu dan kelembaban selama pemeliharaan....................................... 46
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.Tanaman Indigofera zollingeriana......................................................... 12
2.Skema pembuatan ransum ..................................................................... 22
3.Tata letak kandang ................................................................................. 24
4.Bagan pelaksanaan penelitian ................................................................ 25
-
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini itik dapat diandalkan sebagai penghasil daging untuk sumber protein
hewani. Oleh karena itu, budidaya itik mulai digalakkan sebagai alternatif
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan protein hewani selain daging ayam.
Pemenuhan kebutuhan masyarakat telah banyak didukung oleh peternak yang
mulai membudidayakan itik khususnya di daerah Pringsewu Lampung. Terdapat
permasalahan yang sering muncul bagi peternak itik yang baru mencoba untuk
beternak yaitu tingginya biaya produksi yang berasal dari pemenuhan kebutuhan
ransum. Biasanya yang perlu disediakan untuk memenuhi kebutuhan biaya
ransum adalah sekitar 60--80% dari total biaya produksi.
Salah satu penujang keberhasilan suatu usaha peternakan itik pedaging adalah
ransum. Ransum adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik
yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang
diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan produksi. Agar pertumbuhan
dan produksi maksimal jumlah dan nutrisi zat-zat makanan yang diperlukan
ternak harus memadai (Suprijatna, 2010). Kendala yang biasa dihadapi peternak
itik pedaging saat ini adalah sulitnya mendapatkan bahan pakan sumber protein
nabati yang mengandung protein tinggi seperti bungkil kedelai. Sebagai
pengganti sumber protein yang sulit didapat, maka peternak harus mencari solusi
-
2
alternatif pakan yang lebih mudah didapat yaitu bahan pakan lokal. Bahan pakan
lokal yang terbaru dan sedang digalakkan di Lampung yaitu Indigofera
zollingeriana yang merupakan sumber protein nabati sehingga diharapkan dapat
menggantikan sumber protein yang sulit di dapat. Di Pringsewu Lampung,
peternak itik umumnya menyusun ransum sendiri dengan menggunakan bahan
pakan lokal namun masih menggunakan bahan-bahan yang jarang didapatkan
dengan mudah. Beberapa peternak juga masih menggunakan pakan komersial
sebagai sumber protein. Zainuddin (2011) menyatakan bahwa, dalam membuat
formulasi ransum ternak lokal diutamakan untuk memanfaatkan bahan pakan
lokal yang harganya relatif lebih murah, mudah diperoleh pada spesifik lokasi,
tidak bersaing dengan kebutuhan untuk konsumsi manusia serta merupakan hasil
ikutan pertanian dan limbah industri.
Faktor utama untuk menopang keberlanjutan dan keberhasilan dalam
pemeliharaan itik selain bibit adalah ketersediaan pakan yang memadai (dari segi
kualitas maupun kuantitas), mudah diperoleh dan harga yang terjangkau.
Faktanya adalah hampir semua bahan pakan unggas termasuk itik hingga saat ini
masih diimpor sehingga menyebabkan para pelaku usaha peternakan itik
mengalami kerugian. Farrel (2005) menyarankan bahwa penggunaan bahan
pakan alternatif untuk mendukung produksi unggas mutlak dilakukan dan perlu
dukungan pemerintah.
Sampai saat ini pemanfaatan Indigofera zollingeriana hanya sebatas sebagai
pakan ternak ruminansia, belum banyak digunakan untuk kombinasi ransum
ternak unggas terutama itik pedaging. Santi (2015) menyatakan bahwa, tepung
-
3
pucuk Indigofera zollingeriana dapat digunakan dalam ransum broiler sampai
17,74% sebagai substitusi 60% protein bungkil kedelai tanpa mempengaruhi
performa. Masalah utama dalam pemberian tepung Indigofera zollingeriana
sebagai bahan baku lokal adalah tingginya kandungan serat kasar. Salah satu cara
untuk meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaan bahan baku lokal adalah dengan
mengkombinasi beberapa bahan baku lokal seperti Indigofera zollingeriana
dengan bahan baku lokal lainnya agar sesuai sebagai bahan pakan penyusun
ransum dengan kebutuhan ternak. Kelebihan pada itik adalah kemampuan
mencerna serat kasar lebih tinggi bila dibandingkan dengan ayam (Anggorodi,
1995). Kemampuan untuk mencerna serat kasar pada itik tersebut dapat memberi
kemudahan bagi peternak untuk memanfaatkan Indigofera zollingeriana sebagai
sumber protein dalam ransum itik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini perlu
dilakukan suatu penelitian tentang pengaruh pemberian Indigofera zollingeriana
dalam ransum terhadap performa itik Peking.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengetahui pengaruh pemberian Indigofera zollingeriana dalam ransum
terhadap performa itik Peking;
2. mengetahui persentase tingkat pemberian tepung Indigofera zollingeriana
dalam ransum yang memberikan performa terbaik itik Peking.
1.3 Kegunaan Penelitian
Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi tepung Indigofera
zollingeriana sebagai bahan pakan yang diharapkan dapat menggantikan sumber
-
4
protein yang sulit didapat. Serta peternak dapat mengoptimalkan bahan pakan
lokal yang tersedia di sekitar peternakan dan dapat memberikan informasi,
khususnya yang bergerak di bidang peternakan itik.
1.4 Kerangka Pemikiran
Itik merupakan salah satu ternak unggas yang dapat diandalkan sebagai sumber
protein hewani penghasil daging. Sampai saat ini kebutuhan akan daging terus
meningkat sehingga peluang untuk beternak itik pedaging masih terbuka lebar.
Namun, salah satu kendala yang dihadapi dalam beternak itik adalah pakan
sumber protein yang sulit di dapat. Oleh karena itu, diperlukan suatu solusi untuk
menghasilkan pakan yang dapat diformulasi sendiri oleh peternak dan bahan
pakan yang mudah diperoleh di lingkungan sekitar peternakan.
Produksi bahan pakan lokal di Propinsi Lampung saat ini cukup tinggi. Beberapa
bahan pakan lokal yang terdapat di Provinsi Lampung yaitu jagung, dedak padi,
onggok, yang terbaru dan sedang digalakkan adalah tanaman Indigofera
zollingeriana. Walaupun ketersediaan berlimpah namun, terdapat kekurangan
dalam bahan baku lokal yaitu kandungan serat kasar yang tinggi serta kecernaanya
rendah. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak itik, bahan
baku lokal seperti Indigofera zollingeriana harus dikombinasi dengan bahan baku
lokal lain seperti dedak dan jagung kuning terlebih dahulu guna meningkatkan
nilai gizi dan kecernaannya.
Pemanfaatan bahan pakan lokal seperti Indigofera zollingeriana diharapkan dapat
menggantikan sumber protein yang sulit didapat. Akbarillah (2002) menyatakan
-
5
bahwa, kandungan protein indigofera yaitu sebesar 27,9%, sedangkan menurut
Abdullah (2010) kandungan protein indigofera yaitu 27,68%. Selain protein yang
tinggi, produksinya dapat mencapai 5 ton/Ha bahan hijauan setelah berumur 2
bulan dan 25 ton/Ha apabila berumur 6 bulan. Tanaman ini juga sangat toleran
terhadap musim kering dan genangan air, sehingga dapat ditanam di wilayah
Indonesia.
Indigofera zollingeriana dikenal sebagai bahan pakan sumber protein yang tinggi.
Palupi et al. (2014) melaporkan bahwa, Indigofera zollingeriana memiliki
kandungan asam amino berupa lisin 1,57% dan metionin 0,43%. Indigofera
zollingeriana yang memiliki kandungan protein tinggi dengan asam amino berupa
lisin dan metionin dibutuhkan ternak unggas untuk pembentukan sel,
pembentukan jaringan seperti daging, kulit, dan bulu. Kandungan proteinnya
yang tinggi dalam Indigofera zollingeriana akan memberikan kontribusi dalam
pemenuhan kebutuhan protein itik sehingga tidak akan menurunkan peforma itik.
Bulbule, (1982 ) menyatakan bahwa, kebutuhan gizi itik pedaging fase grower
untuk kadar protein kasar (18%) dan energi metabolis (EM) (2.865--3.306
kkal/kg). Pada penelitian ini kadar protein kasar (18%) dan energi metabolis
(EM) (2.876--3.465 kkal/kg). Penyusunan ransum dengan menggunakan tepung
Indigofera zollingeriana sebagai sumber protein nabati diharapkan dapat
menggantikan bahan-bahan pakan sumber protein yang sulit didapat. Penggunaan
Indigofera zollingeriana ini juga diharapkan dapat memberikan pertambahan
berat tubuh yang maksimal dengan tingkat konsumsi yang seimbang.
-
6
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah:
1. terdapat pengaruh pemberian Indigofera zollingeriana dalam ransum terhadap
performa itik Peking;
2. terdapat persentase tingkat pemberian tepung Indigofera zollingeriana dalam
ransum yang memberikan performa terbaik itik Peking.
-
7
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Itik
Itik adalah jenis unggas air yang tergolong dalam ordo Anseriformes, family
Anatidae, genus Anas, dan termasuk spesies Anas javanica. Proses domestikasi
membentuk beberapa variasi dalam besar tubuh, konformasi, dan warna bulu.
Perubahan ini diperkirakan akibat campur tangan manusia untuk mengembangkan
ternak itik dengan tujuan khusus dan juga karena jauhnya jarak waktu domestikasi
dengan waktu pengembangan (Chaves dan Lasmini, 1978).
Taksonomi itik lokal menurut Srigandono (1997) yaitu:
Kingdom : Animalia
Phylum : Vertebrata
Class : Aves
Ordo : Anseriformes
Familia : Anatidae
Genus : Anas
Species : Anas plathyrhynchos
Bangsa itik domestikasi dibedakan menjadi tiga yaitu: pedaging, petelur, dan
hiasan. Itik-itik yang ada sekarang merupakan keturunan dari Mallard berkepala
hijau (Anas plathyrhynchos plathyrhynchos). Beberapa itik lokal yang banyak
-
8
dipelihara oleh masyarakat di pulau Jawa antara lain yaitu itik Tegal, itik
Mojosari, itik Magelang, itik Cihateup, dan itik Cirebon (Djanah, 1982). Menurut
Kedi (1980), bangsa-bangsa itik yang termasuk golongan tipe pedaging
mempunyai sifat-sifat pertumbuhan serta struktur perdagingan yang baik bangsa-
bangsa itik yang tergolong petelur memiliki badan relatif lebih kecil dibandingkan
dengan tipe pedaging. Salah satu itik pedaging yang mulai diternak yaitu itik
Peking.
2.2 Itik Peking
Itik Peking berasal dan dikembangkan di daratan Tientsien, Cina sebagai itik
penghasil daging. Itik Peking merupakan salah satu jenis itik yang potensial
sebagai itik potong dengan penampilan warna bulu putih yang seragam, paruh dan
shank kuning, pergerakan saat berjalan seperti entog, bobot badan jantan 4,0--5,0
kg/ekor, sedangkan betina berkisar antara 2,5--3,0 kg/ekor (Setioko et al., 2004).
Itik pedaging adalah itik yang mampu tumbuh cepat dan dapat mengubah pakan
secara efisien menjadi daging dengan nilai gizi tinggi, bentuk tubuh dan struktur
perdagingan yang baik (Roeswandy, 2006). Keunggulan itik Peking sebagai
penghasil daging menyebabkan itik ini banyak disilangkan dengan itik lainnya
guna memperbaiki keturunan, contohnya adalah itik Alyesbury yang sering
disilangkan dengan itik Peking. Persilangan itik Peking dengan itik Alyesbury
menghasilkan keturunan dengan tekstur daging lebih bagus (Nur, 2011).
Di Indonesia, itik Peking juga banyak disilangkan dengan itik jenis Khaki
Campbell, itik Mojosari, dan jenis itik lokal lainnya. Pertumbuhan itik Peking
sangat cepat, pada umur 10 minggu itik Peking dapat mencapai berat 4,5--5 kg,
-
9
dan akan mulai bertelur pada umur sekitar 6 bulan dengan rata-rata produksi telur
per tahunnya mencapai 110--130 butir (Srigandono, 1997). Pemeliharaan itik
Peking serta penyedia bibit DOD masih sangat terbatas yang menyebabkan
populasi itik ini sedikit. Adapun karakteristik itik Peking adalah sebagai berikut:
1. kepala agak besar dengan crown yang tinggi, bagian depan crown agak
terangkat ke atas;
2. leher agak panjang serta tegak;
3. paruh relatif pendek, tebal dan membulat, berwarna oranye cerah dan ujung
paruh agak putih;
4. memiliki mata yang tampak liar, siaga, dan tampak terlindung oleh alis yang
menonjol dan pipi yang berisi. Warna mata kebiruan;
5. postur badan yang berimbang antara panjang dan lebar, realtif kekar,
berdaging dan penuh;
6. dada besar, lebar, dan membusung;
7. perut besar dan penuh, tapi tidak terlihat jatuh;
8. sayap pendek, kuat dan tertutup di atas punggung, dan tidak bersilang satu
sama lain;
9. bulu halus lembut berwarn putih atau krem;
10. kaki pendek dan kuat serta berwarna merah oranye, kuku jari berwarna putih.
Keunggulan itik Peking sebagai penghasil daging dapat dipertimbangkan sebagai
alternatif usaha pembesaran itik pedaging, keunggulan itik Peking ini adalah
sebagai berikut:
1. relatif tahan terhadap berbagai cuaca;
-
10
2. tidak begitu membutuhkan air dalam hidupnya, air hanya dibutuhkan untuk
minum;
3. petumbuhan badan yang relatif cepat;
4. pemeliharaan secara intensif selama 2 bulan akan mencapai bobot badan 3--
3,5 kg;
5. itik Peking memiliki karkas berwarna kuning dan kelihatan sangat menarik
serta tekstur dagingnya yang sangat bagus, tidak alot, dan mudah diolah.
2.3 Pakan Itik Pedaging
Pakan merupakan komponen terpenting dalam usaha dibidang peternakan, maka
dari itu ternak harus diberikan pakan dengan jumlah dan kualitas yang sesuai
dengan kebutuhannya (Muhammad et al., 2014). Pakan adalah campuran
berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk
pertumbuhan, perkembangan dan produksi (Muhammad et al., 2014). Kandungan
nutrien pada pakan ternak harus seimbang supaya dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi secara maksimal (Adeola, 2006). Komposisi pakan
yang baik untuk unggas harus mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
dan mineral dalam jumlah berimbang, serta harus memperhatikan juga kebutuhan
sesuai umur ternak (Sinurat, 1999).
Tinggi rendahnya nilai nutrien pakan tergantung dari kualitas dan kuantitas
nutrien yang terkandung di dalamnya serta kesesuaian kandungan energi dan
protein dalam pakan sangat dibutuhkan guna mendukung pertumbuhan dan
produksi itik secara maksimal (Herdiana et al., 2014). Kebutuhan nutrient itik
berbeda tergantung laju pertumbuhan, komposisi tubuh, fisiologis pencernaan,
-
11
pengeluran panas tubuh (Murtadho et al., 2017). Berdasarkan Srigandono (1997),
berikut ini merupakan kebutuhan nutrisi itik pedaging dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi itik tipe pedaging berdasarkan fase/umur
Fase/UmurProtein
(%)EM (kkal/kg) Rasio EP
Starter (s.d 2 minggu) 18 2.860 15,9Grower (sampai di pasarkan) 16 2.930 18,3Dewasa penghasil daging 16 2.875 18
Sumber: Srigandono (1997)
Pakan yang bertekstur basah dapat memudahkan itik dalam proses penelanan dan
pengambilan pakan (Arianti dan Ali, 2009). Pemberian pakan kering yaitu
dengan memberikan pakan seperti konsentrat secara langsung tanpa ditambahkan
air, cara seperti ini memang terlihat sangat praktis dan lebih aman tidak mudah
mengundang bibit penyakit jika frekuensi pemberiannya sedikit (Sudarman,
2010). Pemberian pakan secara basah dapat dengan mudah mengundang bibit
penyakit seperti jamur. Oleh karena itu, frekuensi pemberiannya harus
ditingkatkan sebisa mungkin sekali pemberian langsung habis (Ditjendnak dan
Keswan, 2014). Kebutuhan gizi itik Peking pada berbagai umur dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan gizi itik Peking pada berbagai umur
GiziStarter
(0--2 minggu)Grower
(2--7 minggu)Bibit
Protein kasar (%) 22 16 15Energi (kkal EM/kg) 2.900 3.000 2.900Methionin (%) 0,40 0,30 0,27Lisin (%) 0,90 0,65 0,60C (%) 0,65 0,60 2,75P tersedia (%) 0,40 0,30 -
Sumber: NRC (1994)
-
12
2.4 Indigofera zollingeriana
Indigofera zollingeriana adalah jenis tanaman leguminosa yang banyak tumbuh di
Indonesia karena sifatnya yang tahan kering, tahan genangan air, dan tahan
terhadap salinitas (Hassen et al., 2007). Pemanfaatan tanaman Indigofera
zollingeriana hanya sebatas untuk ternak ruminansia, belum banyak digunakan
untuk unggas terutama itik pedaging.
Gambar 1. Tanaman Indigofera zollingeriana
Tepung daun Indigofera zollingeriana mengandung protein kasar (PK) yang
tinggi, yaitu 27,89%, lemak kasar atau ekstrak eter (EE) sebesar 3,70%, dan serat
kasar (SK) sebesar 14,96% mengandung beta caroten dan pigmen xantophyl
sebagai salah satu sumber pigmentasi yolk (Akbarillah et al., 2008). Keunggulan
lain tanaman ini adalah kandungan taninnya sangat rendah berkisar antara 0,6--1,4
ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi). Rendahnya
kandungan tanin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya. Kandungan
protein yang tinggi (26--31%) tanaman ini sangat baik sebagai sumber hijauan
-
13
baik sebagai pakan dasar maupun sebagai pakan suplemen sumber protein dan
energi, terlebih untuk ternak dalam status produksi tinggi (laktasi) Anggraeni
(2011), menyatakan bahwa tepung Indigofera zollingeriana memiliki kualitas
protein yang hampir sama dengan tepung bungkil kedelai, sehingga dapat
digunakan sebagai salah satu bahan pakan sumber protein nabati yang baik.
Indigofera zollingeriana memiliki kandungan vitamin A, D, E, dan K, serta bahan
aktif berupa ß-karoten yang berpotensi sebagai antioksidan. Indigofera
zollingeriana dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber vitamin, terutama
sebagai sumber vitamin A dalam ransum.
Bahan pakan yang baik atau bermutu tinggi yaitu bahan pakan yang mengandung
semua jenis asam amino esensial dalam proporsi yang sesuai untuk kebutuhan
pertumbuhan. Dari hasil uji coba Indigofera zollingeriana dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak, karena selain nilai nutrisinya tinggi, juga palatabilitasnya
tinggi bagi semua ternak. Kualitas protein Indigofera zollingeriana ditentukan
oleh komposisi asam amino esensialnya
Kandungan proteinnya yang tinggi, asam amino, serta terdapat vitamin dalam
Indigofera zollingeriana akan memberikan kontribusi dalam pemenuhan
kebutuhan itik pedaging sehingga tidak akan menurunkan performa itik Peking.
Santi (2015) melaporkan bahwa tepung pucuk Indigofera zollingeriana dapat
menggantikan protein bungkil kedelai sampai 60% atau tepung pucuk Indigofera
zollingeriana dapat digunakan hingga 17,74% dalam ransum broiler umur 2
sampai 5 minggu tanpa mempengaruhi performa. Marina (2012) melaporkan
bahwa kualitas sperma kelinci dapat dipertahankan dengan pemberian indigofera
-
14
hingga 30% dalam ransumnya. Motilitas spermatozoa kelinci yang diberi
indigofera 30% dapat meningkat 6 kali lebih tinggi dibandingkan motilitas sperma
kelinci yang di beri ransum komersial. Demikian juga daya hidup
spermatozoanya dapat diperbaiki dari 60% pada kelinci yang diberi pakan
komersial menjadi 82% jika diberi indigofera 30% dalam ransumnya. Pemberian
indigofera dengan jumlah itu dapat menurunkan tingkat abnormalitas spermatozoa
sebanyak 5% .
Konsentrat hijau Indigofera zollingeriana yang berasal dari pucuk daun dapat
meningkatkan produksi dan kualitas telur ayam. Hasil studi yang dilakukan
Palupi et al. (2015) menunjukkan bahwa pemberian indigofera pada ransum ayam
petelur 5--15% dapat meningkatkan produksi telur ayam, warna kuning telur,
kandungan β-caroten kuning telur dan vitamin A kuning telur. Pemberian
tanaman Indigofera telah dicobakan sebagai bahan pakan pada ternak kambing
sebagai sumber protein. Tarigan dan Ginting (2011) melaporkan bahwa
pemberian 30--45% Indigofera sp. dalam ransum kambing yang berbasis rumput
dengan kualitas rendah menghasilkan respon yang optimal terhadap konsumsi,
kecernaan pakan dan pertambahan bobot hidup kambing. Selain itu Akbarillah et
al. (2010) menyatakan bahwa daun Indigofera segar dapat diberikan dalam
ransum itik hingga 10% tanpa mempengaruhi performa dari itik tersebut. Setianto
et al. (2005) melaporkan bahwa pemberian campuran singkong dan 10%
Indigofera arecta sebagai pengganti jagung dalam ransum tidak mempengaruhi
konsumsi ransum puyuh.
-
15
2.5 Konsumsi Ransum
Ransum adalah susunan beberapa pakan ternak unggas yang di dalamnya harus
mengandung zat nutrisi yang lain sebagai satu kesatuan, dalam jumlah, waktu, dan
proporsi yang dapat mencukupi semua kebutuhan (Rasyaf, 2005). Konsumsi
ransum adalah jumlah ransum yang dimakan selama masa pemeliharaan.
Konsumsi ransum dipengaruhi oleh bentuk ransum, ukuran ransum, penempatan
ransum, dan cara pengisian tempat ransum. Menurut AAK (2003), kebutuhan
konsumsi ransum dipengaruhi oleh strain dan lingkungan. Menurut Jull (1982),
konsumsi ransum dipengaruhi oleh bentuk fisik pakan, bobot badan, kandungan
nutrisi pakan, lingkungan tempat pemeliharaan, strain, dan jenis kelamin. Selain
itu, konsumsi ransum juga dipengaruhi oleh kandungan energi ransum, kesehatan
lingkungan, zat-zat makanan, dan kecepatan pertumbuhan (Wahju, 1992).
Konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kandungan
gizi dalam ransum (Hernandez et al., 2004; Fan et al., 2008). Kebutuhan gizi itik
pedaging umur 2--7 minggu disarankan ransum mengandung protein kasar
sebanyak 16%, sedangkan energi metabolis (EM) 3.000 kkal/kg (NRC, 1994).
Kandungan gizi termasuk energi metabolis (EM) ransum yang diberikan telah
memenuhi kebutuhan itik sehingga sangat mendorong terhadap jumlah ransum
yang dikonsumsi untuk pertumbuhan itik. Fan et al. (2008) menyatakan bahwa
pemberian ransum yang mengandung energi tinggi dapat meningkatkan konsumsi
ransum yang erat hubungannya dengan pertumbuhan ternak unggas.
Konsumsi ransum sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan itik. Wahju (1985)
menyatakan bahwa konsumsi ransum unggas dipengaruhi oleh kesehatan, bentuk
-
16
ransum, imbangan zat-zat makanan, kecepatan pertumbuhan, produksi telur dan
stress. Menurut Hardjosworo et al. (1980) konsumsi ransum itik Tegal adalah
139,11 gram per ekor/hari, sedangkan Ulupi (1990) melaporkan kisaran konsumsi
ransum itik antara 128,40--162,03 gram. Suharno et al.(1996) menyatakan
bahwa, itik masa produksi membutuhkan ransum dengan kandungan energi
metabolis (EM) 2.700 kkal/kg, protein kasar 16%--18%, kalsium 2,90%--3,25%,
dan fosfor 0,47%.
Hasil penelitian Sinurat et al. (1996) menyatakan bahwa konsumsi ransum pada
itik lokal jantan umur satu hari sampai umur sembilan minggu sebesar 7,444
kg/ekor dengan pemberian ransum yang mengandung energi metabolis (EM)
sebesar 2.700 kkal/kg dan kandungan protein 18,2%. Penelitian lain yang
dilaporkan oleh Iskandar et al. (2001) diperoleh rataan konsumsi ransum sebesar
7,5 kg/ekor pada pemeliharaan.
Konsumsi ransum yang relatif banyak akan menyebabkan konsumsi zat-zat
makanan seperti asam amino, vitamin, dan protein juga menjadi lebih banyak
sehingga kebutuhan hidup pokok, produksi telur dan pertumbuhan akan
terpenuhidengan terpenuhinya kebutuhan zat-zat makanan tersebut diharapkan
akan menghasilkan performa yang baik (Wahju, 1992). Konsumsi ransum diukur
setiap minggu berdasarkan jumlah ransum yang diberikan (g) pada minggu awal
dikurangi dengan sisa ransum (g) pada minggu selanjutnya. Iskandar et al. (2001)
melaporkan bahwa konsumsi pakan itik Mojosari jantan dari pengamatan umur 2
sampai 10 minggu dengan pemberian pakan (20% ikan rucah, 80% dedak padi)
sebesar 7.500 g/ekor. Ketaren et al. (2001), melaporkan bahwa rataan konsumsi
-
17
dan efisiensi ransum itik persilangan itik Mojosari jantan dengan Alabio betina
(MA) selama 8 minggu masing-masing sebanyak 4.324 g/ekor dan 34,3% dan
pertambahan bobot tubuh yang dicapai sebesar 1.260 g/ekor.
2.6 Pertambahan Berat Tubuh
Pada umumnya, pengukuran pertumbuhan ternak didasarkan pada kenaikan berat
tubuh per satuan waktu tertentu yang dinyatakan sebagai rata-rata pertambahan
berat badan per hari atau rata-rata kadar laju pertumbuhan (Brody, 1974;
Soeparno, 2005).
Selama pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi perkembangan abnormal,
hal ini dapat disebabkan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan, misalnya
nutrisi, temperatur, kelembapan, obat-obatan, keracunan, polusi dan penyakit.
Faktor-faktor tersebut dapat juga menyebabkan perubahan komposisi tubuh, baik
secara fisik maupun kimia. Wiederhold et al. (1997) melaporkan bahwa itik
Peking akan mendapatkan titik belok pertumbuhan kedua yang lebih cepat
dibandingkan dengan angsa dan entog yaitu pada umur 24 hari. Sebagaimana
diketahui bahwa titik belok, selama ini dijadikan sebagai dasar untuk mengukur
optimalisasi pertumbuhan dan juga merupakan ukuran tingkat efisiensi usaha
yang dicapai (Brody, 1974).
Pola pertumbuhan tubuh secara normal merupakan gabungan dari pola
pertumbuhan semua komponen penyusunnya. Pada kondisi lingkungan yang
ideal, bentuk kurva pertumbuhan pada semua spesies ternak adalah sama,
(Soeparno, 2005). Ternak yang kekurangan makanan atau gizi akan
-
18
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti serta kehilangan berat,
akan tetapi setelah mendapatkan makanan yang cukup, ternak tersebut mampu
untuk tumbuh kembali dengan cepat dan bahkan dapat lebih cepat daripada laju
pertumbuhan normalnya, hal semacam ini disebut dengan pertumbuhan
kompensatori atau pertumbuhan yang bersifat menyusul (Wahju, 1997).
Kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam ransum
menjadi daging ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan. Pertambahan
bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur
pertumbuhan. Anggorodi (1985) mendefinisikan pertumbuhan adalah
pertambahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan seperti otot, tulang,
jantung dan semua jaringan tubuh lainnya.
2.7 Konversi Ransum
Konversi ransum merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang
dikonsumsi dengan pertambahan berat tubuh. Semakin rendah nilai konversi
ransum maka penggunaan ransum semakin efisien, dan semakin tinggi nilai
konversi ransum berarti ransum yang dibutuhkan untuk menaikkan berat tubuh
persatuan berat semakin banyak atau dengan kata lain efisiensi penggunaan
ransum semakin menurun (Rasyaf, 1995).
Menurut Rasyaf (2005), jumlah ransum yang digunakan ayam mampu menunjang
pertumbuhan yang cepat yang mencerminkan efisiensi penggunaan ransum yang
baik. Konversi ransum bernilai 1, artinya untuk menghasilkan 1 kg daging
diperlukan ransum sebanyak 1 kg (Rasyaf, 2005). Apabila konversi ransum kecil
-
19
sebaiknya digunakan sebagai pegangan berproduksi karena sekaligus melibatkan
bobot tubuh dan konsumsi ransum. Faktor yang memengaruhi konversi ransum
adalah strain atau bangsa itik, mutu ransum, keadaan kandang, dan jenis kelamin
(Aksi Agraris Kanisius, 2003). North dan Bell (1990) menyatakan bahwa
konversi ransum juga dipengaruhi oleh tipe litter, panjang dan intensitas cahaya,
luas lantai per ekor, uap amonia dalam kandang, penyakit, dan bangsa itik yang
dipelihara. Selain kualitas ransum, angka konversi banyak dipengaruhi oleh teknik
pemberian ransum. Teknik pemberian ransum yang baik dapat menekan angka
konversi ransum sehingga keuntungan akan banyak bertambah (Amrullah, 2003).
-
20
III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada Februari sampai dengan April 2018
di Laboratorium Terpadu, dan analisis proksimat dilakukan di Laboratorium
Nutrisi, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
3.2 Bahan Penelitian
3.2.1 Itik
Itik yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 ekor itik Peking berumur 14
hari tanpa memisahkan jenis kelamin jantan dan betina dengan berat rata-rata (313
± 35 gram) dengan koefisien keragaman 8,59%. Itik Peking yang digunakan
diproduksi oleh peternak lokal di Desa Sukerejo, Kecamatan Pardasuka,
Kabupaten Pringsewu.
3.2.2 Ransum
Ransum yang digunakan pada penelitian ini adalah campuran konsentrat Gold
Coin 581, dedak padi, jagung, dan Indigofera zollingeriana berbentuk mash
dengan kadar protein kasar (18%) dan energi metabolis (EM) (2.876--3.065
kkal/kg). Hal ini sesuai dengan rekomendasi Bulbule (1982) yang menyatakan
bahwa kebutuhan gizi itik pedaging fase grower untuk kadar protein kasar (18%)
dan energi metabolis (EM) (2.865--3.306 kkal/kg).
-
21
Nilai nutrisi bahan pakan, susunan ransum perlakuan, kandungan nutrisi ransum
disajikan pada Tabel 3, dan 4.
Tabel 3. Nilai nutrisi bahan pakan
Nutrisi Pakan
Bahan pakan
Konsentrat581
Jagungkuning
Dedak padiIndigoferazollingeria
Protein kasar 36,00 5,75 10,71 19,24Serat kasar 9,00 3,63 5,08 21,85lemak kasar 2,00 2,32 12,74 6,40Abu 35,00 1,47 9,20 11,36
Bahan ekstraktanpa nitrogen
109,00 75,31 53,62 31,21
Ca 10,50* 0,23* 0,08* 0,22**P 0,50* 0,41* 1,23* 0,18**Energi metabolis 2.800,00* 3.370,00* 3.060,00* 1.600,00**
Sumber : Hasil analisis proksimat Laboratorium Nutrisi dan MakananTernak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2018).
Keterangan : * Fathul et al. (2015): ** Akbarillah et al. (2010)
Tabel 4. Susunan ransum perlakuan dan kandungan nutrisi ransum
Bahan ransumPerlakuan
R0 R1 R2 R3 R4------------------------------------%------------------------------
Konsentrat 581 36,50 35,50 35,00 34,50 32,00Jagung 37,50 40,00 44,00 48,50 43,00Dedak 26,00 20,50 13,00 5,00 9,00Indigoferazollingeria
0,00 4,00 8,00 12,00 16,00
NutrisiEnergi metabolis(kkal/ kg)
3.081,35 3.033,30 2.988,60 2.945,45 2.876,50
Protein kasar 18,08 18,05 18,06 18,05 18,03Serat kasar 5,97 6,56 7,16 7,74 8,39Lemak kasar 4,91 4,51 3,89 3,22 3,81Ca 0,15 0,15 0,17 0,18 0,17P 0,48 0,43 0,36 0,28 0,32
Sumber : Hasil perhitungan berdasarkan analisis proksimat Laboratorium Nutrisidan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2018)
-
22
Kebutuhan nutrisi itik umur 1--7 minggu menurut Sinurat (2000) 17--20% protein
kasar dan 2.700--3.100 (kkal/kg) energi metabolis (EM) sesuai dengan ransum
penelitian.
3.2.3 Pembuatan ransum perlakuan
Proses pembuatan ransum perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2. Skema pembuatan ransum
Proses pembuatan ransum pada penelitian ini, yaitu :
a. menyiapkan semua bahan baku pakan (Indigofera zollingeriana, dedak,
jagung, dan konsentrat 581);
b. menimbang sesuai takaran masing-masing bahan;
Menyiapkan Dedak, Jagung, Indigofera zollingerianaKonsentrat581
Mencampur bahan pakan
Mengaduk hingga homogen
Mengemas dalam wadah
Menimbangan bahan pakan
Ransum
-
23
c. mencampurkan bahan yang jumlahnya sedikit seperti dedak, Selanjutnya
bahan yang lebih banyak yaitu jagung, dan Indigofera zollingeriana,
kemudian ransum perlakuan dicampur dengan pakan konsentrat 581;
d. mengaduk campuran semua bahan pakan hingga homogen;
e. mengemas dalam wadah.
3.2.4 Air minum
Air minum yang digunakan dalam penelitian ini berupa air sumur yang diberikan
secara ad libitum. Pemberian air minum dilakukan pada pagi dan sore hari.
3.2.5 Alat penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang postal ukuran
50x50 cm, timbangan digital kapasitas 3 kg dan timbangan kapasitas 5 kg, dan
timbangan gantung kapasitas 100 kg untuk menimbang pakan, tempat pakan 20
buah, tempat minum 20 buah, thermohygrometer, peralatan kebersihan, terpal
untuk tempat mengaduk pakan, sekop, peralatan analisis proksimat, ember, gelas
ukur digunakan untuk mengukur pemberian air minum, alat tulis untuk melakukan
pencatatan.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Rancangan penelitian
Penelitian ini mengunakan metode eksperimental dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 5 perlakuan 4 ulangan. Masing-
masing ulangan terdiri atas 1 ekor itik Peking. Tata letak perlakuan ditampilkan
pada Gambar 3. Adapun perlakuan yang digunakan yaitu:
R0 : ransum kontrol;
R1 : ransum dengan tepung Indigofera zollingeriana 4%;
-
24
R2 : ransum dengan tepung Indigofera zollingeriana 8%;
R3 : ransum dengan tepung Indigofera zollingeriana 12%;
R4 : ransum dengan tepung Indigofera zollingeriana 16%.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan kandang
Tahapan persiapan kandang meliputi :
a. membersihkan lantai kandang dengan menggunakan air dan sikat;
b. membuat kandang dari sekat dengan ukuran 50x50 cm sebanyak 20 petak;
c. mengapur dinding, tiang kandang, dan lantai kandang;
d. menyemprot kandang dengan desinfektan;
e. mencuci peralatan kandang (tempat pakan dan minum);
f. setelah kandang kering, lantai kandang kemudian dilapisi dengan sekam
setebal 5--6 cm.
R2U4 R3U3 R1U2 R3U2 R4U3 R4U1 R1U3 R3U1 R2U1 R0U1
R0U3 R1U3 R2U2 R0U2 R0U4 R1U1 R4U4 R3U4 R2U3 R4U2
Gambar 3. Tata letak kandang
3.4.2 Tahap pelaksanaan
Saat itik umur 14 hari dilakukan penimbangan menggunakan timbangan digital
untuk mendapatkan berat tubuh awal, kemudian dimasukkan ke dalam 20 petak
kandang percobaan yang telah dipersiapkan dan setiap petakterdiri dari 1 ekor itik
Peking. Selanjutnya diberikan air minum dan ransum secara adlibitum. Itik
Peking dipelihara selama 7 minggu dan perlakun dimulai pada minggu kedua.
Konsumsi ransum dan berat dihitung setiap minggu. Selain itu, diukur suhu dan
-
25
kelembaban lingkungan kandang setiap hari, yaitu pada pukul 07.00 WIB,12.00
WIB dan 20.00 WIB. Suhu dan kelembapan lingkungan kandang diukur
menggunakan thermohygrometer yang diletakkan di dalam kandang. Saat umur 7
minggu itik dipanen, itik dipuasakan terlebih dahulu selama 6 jam selanjutnya
ditimbang untuk mengetahui bobot hidupnya.
3.5 Peubah yang Diamati
3.5.1 Konsumsi ransum (g/ekor/minggu)
Konsumsi ransum diukur setiap minggu berdasarkan selisih antara jumlah ransum
yang diberikan pada awal minggu (g) dengan sisa ransum pada akhir minggu
(Rasyaf, 2011).
Persiapan Kandang
Pemeliharaan Ternak Itik
Pengambilan Data
Pembuatan Ransum
Gambar 4. Bagan pelaksanaan penelitian
Konsumsi ransum
Pertambahan berat tubuh
Konversi ransum
Analisis data
-
26
3.5.2 Pertambahan berat tubuh (g/ekor/minggu)
Pertambahan berat tubuh dihitung setiap minggu pada satuan percobaan itik
Peking umur 14 hari berdasarkan selisih berat itik Peking akhir minggu (g)
dengan berat tubuh minggu sebelumnya (g) (Anggorodi, 1985).
3.5.3 Konversi ransum
Konversi ransum dihitung berdasarkan jumlah ransum yang dikonsumsi
(g/ekor/minggu) dibagi dengan pertambahan berat tubuh (g/ekor/minggu) (Rasyaf,
2011). Konversi ransum ini digunakan sebagai tolak ukur efisiensi ransum yang
diberikan pada itik Peking untuk menghasilkan berat tubuh, semakin rendah nilai
konversi ransum maka efisiensi penggunaan ransum semakin tinggi.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis ragam pada taraf nyata 5%.
Apabila setelah analisis ragam diperoleh hasil yang berbeda nyata maka dilakukan
uji lanjut menggunakan Beda nyata terkecil (BNT).
-
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Pemberian Indigofera zollingeriana dalam ransum itik Peking dari umur 2--7 minggu
dengan R0 0%, R1 4%, R2 8%, R3 12%, dan R4 16% memberikan pengaruh tidak nyata
(P>0,05) terhadap konsumsi, pertambahan berat tubuh, dan konversi ransum itik Peking;
2. Pemberian Indigofera zollingeriana sampai dengan 16% dalam ransum itik Peking umur
2--7 minggu dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pakan sumber protein untuk
meningkatkan pertambahan berat tubuh dengan kandungan protein ransum yang sama
yaitu 18%.
5.2 Saran
1. berdasarkan hasil penelitian peternak dapat menggunakan ransum dengan pemberian
Indigofera zollingeriana 16%;
2. perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh pemberian Indigofera
zollingeriana dalam ransum dengan level yang lebih tinggi.
-
37
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, L. 2010. Herbage production and quality of shrub indigofera treated bydifferent concentration of foliar fertilizer. Media Peternakan. 32: 169--175
Adeola, O. 2006. Amino acid digestibility of corn, pearl millet, and sorghum forwhite Pekin ducks, Anas platyrinchos Domesticus. J. Poult. Sci., 43: 357--364
________. 2006. Review of research in duck nutrient utilization. Int J. Poult Sci.5: 201--2006
Akbarillah, T. D., Kaharudin, dan Kususiyah. 2002. Kajian Daun TepungIndigofera sebagai Suplemen Pakan Produksi dan Kualitas Telur.Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu. Bengkulu
Akbarillah, T., Kususiyah., D. Kaharuddin, dan Hidayat. 2008. Kajian TepungDaun Indigofera Sebagai Suplemen Pakan Terhadap Produksi dan KualitasTelur Itik. Jurnal Peternakan Indonesia. 3: 20--23
. 2010. PengaruhPenggunaan Daun Indigofera Segar Sebagai Suplemen Pakan TerhadapProduksi dan Warna Yolk Itik. Jurnal Sains Peternakan Indonesia. 5:27--33
Aksi Agraris Kanisius. 2003. Beternak Ayam Pedaging Cetakan ke 18. Kanisius.Jakarta
Amrullah, I. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak. UI PressJakarta
. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka. Jakarta
Anggraeni S. 2011. Penggunaan Wheat Bran Sebagai Bahan Baku AlternatifPengganti Jagung pada Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus. Skripsi.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor
-
38
Arianti dan A. Ali. 2009. Performans itik pedaging (lokal x peiking) pada fasestarter yang diberi pakan dengan persentase penambahan jumlah air yangberbeda. Jurnal Petemakan. 6 : 71--77
Brody, S. 1945. Reprinted 1974. Bioenergetics and Growth : With SpecialReference to the Efficiency Complex in Domestic Animals. Hafner Press.A Division or Macmillan Publishing Co, Inc. New York 489-493, 498, 502
Bulbule, V.D. 1982. Feeding Laying Duck. In: Poultry International 21:24--28
Chaves, E. R. and Lasmini, A. 1978. Comparative Performance on NativeIndonesian Egg Laying Ducks. Centre Report 6:1--27. Centre for AnimalResearch and Development. Bogor
Daud M., Yaman MA, Zulfan. 2015. Penggunaan Hijauan Kangkung (Ipomoeaaquatica) Fermentasi Probiotik dalam Ransum terhadap Performa ItikPeking. IAARD Press. Jakarta
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016. Tabel Populasi danPoduksi Peternakan di Indonesia.http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabel-4-pop-prod-nak.pdf. Diakses pada 30 Mei 2017
Djanah, D. 1982. Beternak Ayam dan Itik. Jasaguna. Malang
Fan, H.P., M. Xie, W.W. Wang, S.S. Hou and W. Huang. 2008. Effect of dietaryenergy on growth performance and carcass quality of white growing pekinducks from two to six weeks of age. Poult. Sci 87(6): 1162--1164
FAO. 2005. Endogenous and Exogenous Feed Toxins. Diakses pada 27 Oktober2018. http://www.fao.org/docrep/ Article/agrippa/659
Farrell DJ. 2005. Matching poultry production with available feed resources:issues and constraints. World’s Poult Sci J. 61:198--214
Fathul, F., Liman, N. Purwaningsih dan S. Tantalo. 2015. Pengetahuan Pakan danFormulasi Ransum. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Hardjosworo, P.S ., D. Sugandi, D.J. Samosir. 1980. Pengaruh Perbedaan KadarProtein Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Dan KemampuanBerproduksi Itik yang Dipelihara Secara Terkurung. Laporan PenelitianFakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Hassen A., Rethman NFG,. Van Niekerk, and Tjelele TJ. 2007. Influence ofseason/ year and species chemical composition and in vitro digestibility offive Indigofera Accessions. Animal Feed Science Thecnology 136: 312--322
-
39
Herdiana, R. M., Y. M. R. Dewanti dan Sudiyono. 2014. Pengaruh PenggunaanAmpas Kecap dalam Pakan Terhadap Pertambahan Bobot Badan Harian,Konversi Pakan, Rasio Efisiensi Protein, dan Produksi Karkas Itik LokalJantan Umur 8 Minggu. Bul. Peternakan. 38: 157--162
Hernandez, F., J. Madrid, V. Garcia, J. Orengo and M.D. Megias. 2004. Influenceof two plants extracts on broilers performance, digestibility, and digestiveorgan size. Poult. Sci 83: 169--174
Iskandar, S., Vanvan S. Nugroho, D.M. Suci, dan A.R. Setioko. 2001. AdaptasiBiologis Itik Jantan Muda Lokal Terhadap Ransum Berkadar Dedak PadiTinggi. Pros. Lokakarya Unggas Air. Pengembangan Agribisnis UnggasAir sebagai Peluang Usaha Baru. Ciawi, 5-6 Agustus 2001. FakultasPeternakan IPB Bogor-Balai Penelitian Ternak. Bogor 118--127.
Jull, M.A. 1982. Poultry Husbandry. Tata Mc Grow Hill Publishing CompanyLtd.New Delhi
Kedi, S. 1980. Duck in Indonesia. Poultry Indonesia Nomor 4. UniversityIndonesia Press. Jakarta
Ketaren PP. 2007. Peran Itik Sebagai Penghasil Telur dan Daging Nasional.Wartazoa17:117--127
Leeson S, L Caston, JD Summers. 1996. Broiler response to dietary energy. PoultSci 75: 529--535
. 2008. Commercial Poultry Nutrition.3rd Ed.Departement of Animal and Poultry Science, University Guelph UniversityBooks. Canada.
Marina D. 2012. Kualitas Spermatozoa Kelinci Peranakan New Zealand Whiteyang diberi Pelet Ransum Komplit Mengandung Daun Indigoferazollingeriana dan Leucaenalecocephala. Skripsi.Departemen IlmuNutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB
Muhammad. N, E. Sahara, S. Sandi, F. Yosi. 2014. Pemberian Ransum KomplitBerbasis Bahan Lokal Fermentasi Terhadap Konsumsi, Pertambahan BobotBadan dan Berat Telur Itik Lokal Sumatra Selatan. Fakultas Pertanian.Universitas Sriwijaya. Palembang 3: 20--27
Murtadho, Heru. S, Kismiati., dan D, Sunarti. 2017. Pengaruh Pemberian PakanKering dan Basah yang Disuplementasi Probiotik Terhadap Performa ItikPeking Umur 3--8 Minggu. Undergraduate Thesis, Fakultas Peternakan danPertanian Undip.
Nesheim, M.C., E.A. Richard., E.C. Leslie. 1979. Poultry production. Twelft Ed.Lea and Febiger. Philadelphia
-
40
North, M. O and d.d. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual 4 th.Edition. New York
National Research Council. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. The 9 th Ed.National Academic, Washington DC. USA
Nugraha D, U Atmomarsono, LD Mahfudz, 2012. Pengaruh penambahan ecengGondok fermentasi dalam ransum terhadap produksi telur itik tegal. AnimalAgriculture Journal 1: 75--85
Nur, A. 2011. Pembesaran Bebek Pedaging Jenis Unggul dan Cepat Panen. RonaPublishing. Yogyakarta
Palupi, R., Abdullah, Astuti, dan Sumiati. 2014. Potensi dan pemanfaatan tepungpucuk indigofera sp. sebagai bahan pakan substitusi bungkil kedelai dalamransum ayam petelur. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 19:210--219
Palupi R, L Abdullah, and DA Astuti. 2015. High antioxidant egg productiontrough substitution of soybean meal by Indigofera sp. Top leaf meal inLaying hen diets. Int. J. Poult.Sci13 :198--203
Purba M, PP Ketaren. 2013. Performa itik genotipe EPMp umur enam minggudengan pemberian berbagai level protein dan serat kasar dalam ransum.Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor(Indones): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 553--560
Rasyaf, M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Itik Pedaging. Gramedia PustakaUtama. Bogor
. 2001. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Ke-XX. Penebar Swadaya.Jakarta
. 2005. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Kampung. PenebarSwadaya. Jakarta
________. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Roeswandy.2006. Pemanfaatan lumpur awit fermentai Aspergillus niger dalamransum terhadap karkas itik peking umur 8 minggu. Jurnal AgribinisPeternakan 2(2):
Santi, M. 2015. Produksi Daging Ayam Broiler Fungsional Tinggi Antioksidandan Rendah Kolesterol Melalui Pemberian Tepung Pucuk Indigoferazollingeriana. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor
-
41
Setioko, A. R., L. H. Prasetyo, D. A. Kusumaningrum, dan S. Sopiana. 2004.Daya Tetas dan Kinerja Pertumbuhan Itik Pekin x Alabio (PA) sebagaiInduk Itik Pedaging. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner. Bogor 569--574
Setianto J, Soetrisno E, Suharyanto, Tamzan. 2005. The eff ect of cassava andIndigofera leaf meals as corn’s substitution on 1-5 week old quail’sperformance. J Agricsci 7: 76--81
Sinurat, A. P., P. Setiadi, T. Purwadaria, A. R. Setioko dan J. Darma. 1996. Nilaigizi bungkil kelapa yang di fermentasi dan pemanfaatannya dalam ransumitik pejantan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1:161--168
Sinurat, A.P. 1999. Recent development on poultry nutrition and feed technologyand suggestions for topics of researches. Indones. Agric. Res. Dev. Journal21: 37--45
__________. 2000. Penyusunan ransum ayam buras dan itik. Pelatihan proyekpengembangan agribisnis peternakan, Dinas Peternakan Jakarta, 20 Juni2000
SNI 01-3909-2006 Pakan Itik. 2006. https://forsum.wordpress.com/dasarforsum/nutrient/standar-nasional-indonesia-sni-pakan. Diakses pada 27Juli 2018
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi ke-4. UGM Press. Yogyakarta
Srigandono, B. 1997. Produksi Unggas Air. Cetakan Ketiga. Gadjah MadaUniversity Press. Yogyakarta
Sudarman, 2010. Panduan Budidaya dan Usaha Ternak Itik. Balai PenelitianTernak,Ciawi. Bogor
Suharno, B. 1996. Beternak Itik Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta
Suprijatna, E. 2010. Strategi Pengembangan Ayam Lokal berbasis Sumber DayaLokal dan Berwawasan Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional UnggasLokal ke IV 55--79
Sutrisna R. 2011. Pengaruh beberapa tingkat serat kasar dalam ransum terhadappekembangan organ dalam itik jantan. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan12:1--5
Tanwiriah, W., D. Darnida dan Y.I. Asmara. 2006. Pengaruh Tingkat PemberianAmpas Tahu dalam Ransum terhadap Performan Entok (Muscovy duck)Pada Periode Pertumbuhan. Prosiding Seminar Nasional TeknologiPeternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran650--655
-
42
Tarigan A, SP Ginting. 2011. Pengaruh taraf pemberian Indigofera sp. terhadapkonsumsi dan kecernaan pakan serta pertambahan bobot hidup kambingyang diberi rumput Brachiaria ruziziensis. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner16:25--32
Ulupi, N. 1990. Pengaruh Tingkat Serat Kasar Ransum terhadap Performans ItikTegal dan Ayam. Tesis. Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor
Wahju, J. 1985. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
_______. 1992. Ilmu Nutrien Unggas. Cetakan III. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta
_______. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan IV. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta
Widodo, Wahyu. 2002. Nutrisi dan Pakan Konstektual. http://Wahyuwidodo.Staf.Umm.ac.id/files/2010/01/Nutrisi dan Pakan Unggas Konstektual.Diakses 27 Oktober 2011
Wiederhold, S. and H. Pingel. 1997. Growth of breast and leg muscle ofwaterfowl. Proceeding 11th European Symposium on Waterfowl, Nantes.France. September 8-10: 541--547
Zainuddin, D. 2011. Strategi Pemanfaatan Pakan Sumber Daya Lokal danPerbaikan Manajemen Ayam Lokal. Loka karya Nasional InovasiTeknologi Pengembangan Ayam Lokal. Balai Penelitian Ternak Bogor.32--41
Zuprizal. 2006. Nutrisi Unggas. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. FakultasPeternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
1. COVER 1.pdf2. ABSTRAK 1.pdf3. ABSTRACT2.pdf4. COVER 2.pdf4. Menyetujui.pdf6. Riwayat Hidup.pdf7. Persembahan.pdf8. Sanwacana.pdf9. Daftar Isi.pdf9.1 Daftar Tabel.pdf10. I Pendahuluan.pdf11. II Tinjauan Pustaka.pdf12. III Metode.pdf14. Simpul dan Saran.pdf15. Daftar Pustaka.pdf