pengaruh pemberian madu hutan terhadap aktivitas …

81
PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS DAN KAPASITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG PADA HEWAN UJI TIKUS JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Perthy Melati Kasih NIM : 088114004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS

DAN KAPASITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG PADA HEWAN UJI

TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Perthy Melati Kasih

NIM : 088114004

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

i

PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS

DAN KAPASITAS FAGOSITOSIS MAKROFAG PADA HEWAN UJI

TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Perthy Melati Kasih

NIM : 088114004

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

iv

LEMBAR PERSEMBAHAN

Kebahagiaan dapat ditemukan, bahkan di saat-saat paling

kelam, asalkan seseorang ingat untuk menghidupkan sisi

terangnya.

-J.K. Rowling-

Sebuah karya kecil kupersembahkan kepada :

TUHAN YESUS KRISTUS sebagai wujud rasa syukurku.

Mamah Yukesih & Papah Medio, ungkapan terima kasih, cinta, dan sayangku.

Tanpa kalian aku tidak bisa menjadi seperti ini, kalian tidak pernah lelah dan

bosan untuk selalu mengingatkan dan mendengar keluh kesahku. Kalianlah orang

yang paling setia menemaniku saat kuatku dan lemahku. Tidak akan ada yang bisa

membalas semua jasa kalian.

Adikku Curtina Melati Kasih sebagai tanda sayangku dan motivasi buatmu.

Yohanes Hermawan yang selalu menghadirkan cinta dan kebahagiaan dalam hidupku.

Seorang sahabat yang selalu memberi warna dan rasa tersendiri dalam hidupku.

Teman-teman Farmasi USD 2008 dan almamater tersayang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

vi

PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Sang Maha Kasih

Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan anugerah-Nya yang Ia limpahkan

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “Pengaruh

Pemberian Madu Hutan terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Makrofag

pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar” merupakan karya ilmiah penulis

untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut

membantu, memberikan dukungan, bimbingan, kritik, dan saran selama proses

penyelesaian skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah diberikan dibalas oleh

Tuhan yang Maha Kuasa. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt selaku Dosen Pembimbing dan Dosen

Penguji yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, dan masukan dalam

penyusunan skripsi ini sehingga dapat menjadi lebih baik.

3. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan masukan yang berart i terhadap skripsi ini.

4. Bapak Drs. Ag. Yuswanto, S.U., PhD, Apt selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan krit ik serta saran terhadap skripsi ini.

5. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt selaku Ketua Program Studi

sekaligus Ketua Tim Panitia Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

6. Pimpinan dan staff LPPT UGM : Ibu Istini dan Pak Sutari yang telah

mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian serta membantu selama

masa penelitian.

7. Teman-teman seperjuangan penelitian yang selalu mendukung dan

mengingatkan : Ellen Naomi Nauli Sinaga dan Kartika Sari Senas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

vii

8. Para sahabat yang tak pernah bosan menjadi tempat berbagi tawa dan air

mata : Mezcovits Team, Adityawarman, Primaboti Nurwidaningrum,

Christina Putranti Rose Widani, Wiria Sende Paiman, Eureka Gracia Letitia,

Agatha Novita Ika Hayuningtyas, Ketut Ary Widiasih, Liani, Alfonsus

Rosario Heppy Dwi Yoga, Incipit Vita Nova Marthadiwangsa dan Brigita

Ivana Amanda Susilo.

9. Teman-teman angkatan 2008, khususnya FKK A 2008 yang sudah

mengajarkan aku untuk menertawakan hidup.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi

informasi bagi pembaca.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... v

PRAKATA ....................................................................................................... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

INTISARI ......................................................................................................... xv

ABSTRACT ....................................................................................................... xvi

BAB I. PENGANTAR ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

1. Permasalahan .......................................................................................... 3

2. Keaslian penelitian.................................................................................. 3

3. Manfaat penelitian .................................................................................. 3

a. Manfaat teoritis .................................................................................. 3

b. Manfaat praktis .................................................................................. 3

B. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4

1. Tujuan umum .......................................................................................... 4

2. Tujuan khusus ......................................................................................... 4

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.............................................................. 5

A. Madu ............................................................................................................ 5

B. Sistem Imun ................................................................................................. 8

C. Makrofag ..................................................................................................... 11

D. Imunomodulator .......................................................................................... 13

E. Landasan Teori ............................................................................................ 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

x

F. Hipotesis ...................................................................................................... 15

BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 16

A. Jenis dan Rancang Penelitian ...................................................................... 16

B. Variabel dan Definisi Operasional .............................................................. 17

1. Variabel penelitian .................................................................................. 17

2. Definisi operasional ................................................................................ 17

C. Bahan Penelitian .......................................................................................... 18

1. Bahan utama ........................................................................................... 18

2. Hewan uji ................................................................................................ 18

3. Bahan untuk uji fagositosis makrofag .................................................... 18

D. Alat Penelitian ............................................................................................. 18

1. Preparasi sampel ..................................................................................... 18

2. Pengujian aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag ......................... 19

E. Tata Cara Penelitian .................................................................................... 19

1. Tahap penentuan dosis madu hutan ........................................................ 19

2. Tahap praperlakuan hewan uji ................................................................ 19

3. Tahap orientasi dosis madu hutan........................................................... 20

4. Tahap percobaan ..................................................................................... 21

5. Pengukuran aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag ...................... 22

F. Analisis Hasil ............................................................................................. 23

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 24

A. Uji Fagositosis Makrofag ............................................................................ 24

B. Tahap Orientasi Dosis Madu Hutan ............................................................ 28

C. Pengaruh Pemberian Madu Hutan Dosis 0,27 ml/200 g BB; 0,54 ml/200

g BB; dan 1,08 ml/200 g BB terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag

pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar ................................................ 34

D. Pengaruh Pemberian Madu Hutan Dosis 0,27 ml/200 g BB; 0,54 ml/200

g BB; dan 1,08 ml/200 g BB terhadap Kapasitas Fagositosis Makrofag

pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar ................................................ 37

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 41

A. Kesimpulan .................................................................................................. 41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

xi

B. Saran ............................................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 42

LAMPIRAN ..................................................................................................... 45

BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Purata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian

Madu Hutan pada Tahap Orientasi Dosis ..................................... 28

Tabel II. Hasil Analisis Uji Post-Hoc Tukey Aktivitas Fagositosis

Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan pada Tahap Orientasi

Dosis .............................................................................................. 29

Tabel III. Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian

Madu Hutan Dibanding Kontrol Negatif ...................................... 29

Tabel IV. Purata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian

Madu Hutan pada Tahap Orientasi Dosis ..................................... 32

Tabel V. Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian

Madu Hutan Dibanding Kontrol Negatif ...................................... 32

Tabel VI. Purata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian

Madu Hutan ................................................................................... 34

Tabel VII. Hasil Analisis Uji Post-Hoc Tukey Aktivitas Fagositosis

Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan .................................... 35

Tabel VIII. Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian

Madu Hutan Dibanding Kontrol Negatif ...................................... 35

Tabel IX. Purata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian

Madu Hutan ................................................................................... 37

Tabel X. Hasil Analisis Uji Post-Hoc Tukey Kapasitas Fagositosis

Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan .................................... 38

Tabel XI. Peningkatan Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian

Madu Hutan Dibanding Kontrol Negatif ...................................... 38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambaran Umum Sistem Imun .................................................. 8

Gambar 2. Mekanisme Pertahanan Sistem Imun Non-Spesifik ................... 10

Gambar 3. Makrofag ..................................................................................... 12

Gambar 4. Sel Makrofag Peritoneal dengan Pengecatan Giemsa

Perbesaran 100x .......................................................................... 25

Gambar 5. Hasil Pengamatan Mikroskopis Sel Makrofag dengan

Pengecatan Giemsa Perbesaran 100x ......................................... 26

Gambar 6. Perbandingan Morfologi Makrofag Tikus dengan Pengecatan

Giemsa Perbesaran 100x ............................................................. 27

Gambar 7. Grafik Rata-rata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah

Pemberian Madu Hutan pada Tahap Orientasi ........................... 29

Gambar 8. Grafik Rata-rata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah

Pemberian Madu Hutan pada Tahap Orientasi ........................... 32

Gambar 9. Grafik Rata-rata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah

Pemberian Madu Hutan .............................................................. 35

Gambar 10. Grafik Rata-rata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah

Pemberian Madu Hutan .............................................................. 38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) .............. 46

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian ..................................................... 47

Lampiran 3. Foto Perbandingan Warna antara Madu Hutan dengan Madu

Ternak ....................................................................................... 48

Lampiran 4. Komposisi Media Tumbuh Makrofag ...................................... 49

Lampiran 5. Perhitungan Dosis Pemberian Madu Hutan pada Hewan Uji

Tahap Orientasi Dosis .............................................................. 50

Lampiran 6. Data Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap Orientasi

Dosis ......................................................................................... 51

Lampiran 7. Data Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap Orientasi

Dosis ......................................................................................... 52

Lampiran 8. Hasil Analisis Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap

Orientasi Dosis ......................................................................... 53

Lampiran 9. Hasil Analisis Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap

Orientasi Dosis ......................................................................... 55

Lampiran 10. Perhitungan Dosis Pemberian Madu Hutan pada Hewan Uji

Tahap Percobaan ...................................................................... 56

Lampiran 11. Penimbangan Berat Badan Hewan Uji untuk Tahap

Percobaan ................................................................................. 57

Lampiran 12. Data Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap Percobaan ......... 58

Lampiran 13. Data Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap Percobaan.......... 59

Lampiran 14. Hasil Analisis Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap

Percobaan ................................................................................. 60

Lampiran 15. Hasil Analisis Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap

Percobaan ................................................................................. 62

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

xv

INTISARI

Penyakit disebabkan oleh banyak hal salah satunya diantaranya terjadi

karena penurunan sistem kekebalan tubuh. Madu hutan mengandung beberapa

senyawa organik, salah satunya flavonoid. Flavonoid memiliki aktivitas sebagai

antioksidan dan antibakteri serta dapat pula meningkatkan sistem kekebalan tubuh

terhadap infeksi penyakit sehingga madu hutan berpotensi sebagai

imunomodulator. Tujuan penelitian adalah memperoleh informasi mengenai

pengaruh pemberian madu hutan terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis

makrofag.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan

rancangan penelitian acak pola searah. Sebanyak 20 ekor tikus dibagi menjadi 4

kelompok, yaitu kelompok perlakuan diberikan madu hutan dengan dosis 0,27

ml/200 g BB tikus; 0,54 mL/200 g BB tikus; dan 1,08 ml/200 g BB tikus; serta

kelompok kontrol negatif diberikan aquadest 2,5 mL/200 g BB tikus. Aktivitas

fagositosis makrofag dinyatakan sebagai ratio fagositik, yaitu persentase sel

makrofag yang melakukan fagositosis tiap 100 sel. Kapasitas fagositosis makrofag

ditetapkan berdasarkan jumlah bakteri yang difagositosis oleh 100 sel makrofag.

Respon imun seluler ditandai dengan peningkatan kemampuan fagositosis

makrofag berdasarkan peningkatan jumlah makrofag yang memfagositosis lateks

dan peningkatan jumlah lateks yang difagositosis oleh makrofag.. Data dianalisis

dengan uji one way ANOVA taraf kepercayaan 95% yang dilanjutkan dengan uji

Tukey.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian madu hutan berpengaruh

terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag berupa peningkatan aktivitas

dan kapasitas fagositosis makrofag.

Kata kunci : Madu hutan, imunomodulator, aktivitas fagositosis makrofag,

kapasitas fagositosis makrofag

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

xvi

ABSTRACT

Many factor contribute to disease, one of them due to weakenning of

immune system. Forest honey contains some organic compounds, true of the

active compounds are the flavonoids. Flavonoids have antioxidant and

antibacterial activity and can also boost the immune system against infectious

diseases so that the honey of forest has a potential as immunomodulator. The aim

of this research was to obtain information on the effect of forest honey on the

phagocytic activity and phagocytic capacity of macrophages.

This research is experimental with one way randomized complete design.

Each group was given honey forest with dose of 0,27 ml/200 g BW; 0,540

mL/200 g BW; 1,080 ml/200 g BW, and negative control group was given

aquadest 2,5 mL/200 g BW. Phagocytic activity of macrophages, expressed as a

phagocytic ratio, the percentage of cells that perform phagocytosis of

macrophages per 100 cells. Phagocytic capacity of macrophages determined based

on number of engulfed bacteria per 100 macrophages. Cellular immune response

was used to evaluate the increasing capability of macrophage phagocyte (the

amount of latex that was phagocyted by macrophage). Data were analyzed by one

way ANOVA test with a confidence level of 95%, followed by Tukey test.

The result showed that administration of forest honey has an effect on

activity and capacity phagocytosis of macrophages.

Key words : Forest honey, immunomodulator, phagocytic activity of

macrophages, phagocytic capacity of macrophage

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penyakit disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi bakteri atau

virus dan dapat pula disebabkan kondisi tertentu seperti penurunan pertahanan

tubuh. Saat kondisi pertahanan tubuh tidak baik maka zat asing yang berasal

dari luar tubuh (xenobiotic) maupun dari dalam tubuh mudah menginfeksi

sehingga menimbulkan penyakit. Sistem imun merupakan salah satu bagian

dari sistem pertahanan tubuh. Senyawa alam maupun sintetik yang

meningkatkan sistem pertahanan tubuh tidak bekerja secara langsung

menghadapi penyebab penyakit seperti halnya antibiotik. Sistem pertahanan

tubuh akan dipacu oleh senyawa tersebut melalui mekanisme efektor sistem

imun, sehingga digolongkan sebagai imunomodulator (Munawaroh, 2008).

Salah satu bahan alam yang telah digunakan masyarakat Indonesia untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dan mengatasi alergi adalah madu (Aden,

2010).

Madu merupakan bahan alam berbentuk cairan, berasal dari nektar

tanaman yang diproses oleh lebah (Mulu, Tessema, and Derby, 2004). Di

Indonesia terdapat beberapa jenis madu berdasarkan jenis flora yang menjadi

sumber nektarnya. Madu monoflora merupakan madu yang diperoleh dari satu

tumbuhan utama, seperti madu kelengkeng, madu rambutan, dan madu randu

sedangkan jenis yang lain adalah madu poliflora (Suranto, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

2

Madu poliflora merupakan madu yang berasal dari nektar beberapa

jenis tumbuhan bunga. Madu ini biasanya berasal dari hutan yang diproduksi

oleh lebah-lebah liar. Madu hutan bersifat alamiah, dalam arti terbebas dari

pengaruh pupuk, pestisida, dan polusi (Ambrosio, 2010). Madu hutan yang

berbeda sumber nektarnya ini dimungkinkan memiliki aktivitas terhadap sistem

imun yang lebih baik daripada madu yang hanya berasal dari satu jenis bunga

saja, sebab mengandung antibiotik alami yang diproduksi lebah-lebah liar

(Hariyati, 2010).

Madu mengandung flavonoid, zat fitokimia yang berperan sebagai

antioksidan (Cahanar dan Irwan, 2006). Menurut Krell (1996) kandungan

flavonoid dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Senyawa flavonoid

diketahui dapat meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag peritoneum

pada tikus galur Wistar (Arsani, 2010).

Makrofag merupakan sel yang berperan dalam respon imun baik peran

fungsional dalam fagositosis maupun perannya sebagai antigen presenting cells

(APC) (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010). Fagositosis makrofag lebih aktif

dalam menghadapi patogen seperti mikroorganisme maupun antigen lain

bahkan sel atau jaringan sendiri yang mengalami kerusakan atau mati, sehingga

makrofag merupakan sel efektor utama pada respon imun alamiah (Abbas,

Lichtman, and Pober, 2000).

Penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh pemberian madu

hutan pada sistem imun, dengan mengkaji kemampuan fagositosis makrofag

menggunakan metode Leijh, Furtth, and Zwet (1986) (cit.Vanani, 2011), yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

3

dengan menggunakan latex beads, sehingga dapat diperoleh informasi

penggunaan madu hutan sebagai imunomodulator untuk meningkatkan respon

imun.

1. Permasalahan

Apakah madu hutan berpengaruh terhadap aktivitas dan kapasitas

fagositosis makrofag pada hewan uji tikus jantan galur Wistar?

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan pengetahuan dan penelusuran pustaka yang dilakukan

oleh penulis penelitian mengenai “Pengaruh Pemberian Madu Hutan

terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Makrofag pada Hewan Uji

Tikus Jantan Galur Wistar” belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

1) Memberikan informasi ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan

mengenai manfaat madu hutan sebagai imunomodulator.

2) Menjadi dasar dalam pengembangan penelitian di bidang ilmu

kefarmasian khususnya tentang madu hutan untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat.

b. Manfaat praktis

Memberikan informasi dan tambahan wawasan bagi masyarakat dalam

memanfaatkan madu hutan sebagai salah satu alternatif untuk

meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

4

1. Tujuan umum

Memperoleh informasi mengenai pengaruh pemberian madu hutan pada

hewan uji tikus jantan galur Wistar sebagai imunomodulator.

2. Tujuan khusus

Memperoleh informasi mengenai pengaruh pemberian madu hutan terhadap

aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag pada hewan uji tikus jantan

galur Wistar.

B. Tujuan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

5

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Madu

Madu adalah cairan alami yang umumnya memiliki rasa manis, dari

sari bunga tanaman (floral nectar) atau bagian lain dari tanaman (extra floral

nectar) atau ekskresi serangga. Madu merupakan hasil sekresi lebah, karena

madu ditempatkan dalam bagian khusus di perut lebah yang disebut perut madu

yang terpisah dari perut besar (Sambodo, 2009).

1. Jenis madu

Jenis madu berdasarkan sumber nektarnya dapat dibagi menjadi

dua, yaitu madu monoflora dan madu poliflora. Madu monoflora merupakan

madu yang diperoleh dari satu tumbuhan utama, seperti madu kelengkeng,

madu rambutan, dan madu randu, sedangkan madu poliflora adalah madu

yang berasal dari nektar beberapa jenis tumbuhan bunga, contoh dari madu

jenis ini adalah madu hutan (Aden, 2010).

Madu hutan berasal dari lebah liar yang bernama Apis Dorsata.

Sumber pakan dari lebah ini adalah tumbuh-tumbuhan yang banyak tumbuh

di dalam hutan hujan tropis di Indonesia. Madu hutan juga sangat baik untuk

kesehatan karena mengandung antibiotik alami yang diproduksi oleh lebah-

lebah liar. Kualitas madu hutan dianggap lebih baik daripada madu hasil

lebah ternak sebab bunga yang dikonsumsi lebah-lebah tersebut bebas

pengaruh pupuk dan pestisida yang kemungkinan besar ditemukan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

6

tanaman atau pohon yang sengaja ditanam untuk perternakan lebah

(Suranto, 2007).

2. Kualitas madu

Madu yang berkualitas ditentukan oleh beberapa hal, yaitu waktu

pemanenan madu, kadar air, warna, rasa, dan aroma madu. Ketika madu

telah matang dan sel-sel madu mulai ditutup oleh lebah maka saat tersebut

sangat tepat untuk memanen madu. Warna madu cenderung akan mengikuti

tanaman penghasil nektarnya. Rasa dan aroma madu yang paling enak

adalah ketika madu baru dipanen dari sarangnya (Sambodo, 2009).

Menurut Sumoprastowo dan Suprapto (1980), kualitas madu secara

sensoris biasanya ditentukan oleh warna, aroma khas madu, dan keadaannya

(kekentalan dan penampakan). Beberapa ahli menyatakan bahwa madu yang

berwarna gelap mengandung banyak mineral, terutama Fe, Cu, dan Mn.

Oleh karena itu madu yang berwarna gelap sebagai bahan makanan tidak

kalah pentingnya dengan madu yang berwarna terang. Biasanya untuk madu

yang berwarna gelap ini terjadi pada madu hutan.

3. Komposisi madu

Zat-zat yang terkandung dalam madu sangatlah kompleks dan kini

telah diketahui tidak kurang dari 181 macam zat yang terkandung dalam madu.

Karbohidrat merupakan komponen terbesar yang terkandung dalam madu, yaitu

berkisar lebih dari 75%. Jenis karbohidrat yang paling dominan dalam hampir

semua madu adalah dari golongan monosakarida yang biasanya terdiri fruktosa

dan glukosa. Fruktosa dan glukosa mencakup 85%-90% dari total karbohidrat

yang terdapat dalam madu. Komposisi terbesar kedua setelah karbohidrat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

7

adalah air. Jumlahnya biasanya berkisar dari 15%-25%. Bervariasinya kadar air

dalam madu disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya kelembapan udara,

jenis nektar, proses produksi dan penyimpanan (Suranto, 2007).

Madu mengandung beberapa senyawa organik, yang telah

terindentifikasi antara lain seperti polifenol, flavonoid, dan glikosida. Madu

juga mengandung berbagai jenis enzim, antara lain enzim glukosa oksidase dan

enzim invertase yang dapat membantu proses pengolahan sukrosa untuk diubah

menjadi glukosa dan fruktosa yang keduanya mudah diserap dan dicerna

(Aljady et al., 2000).

Menurut Febrita (2011), penapisan fitokimia yang dilakukan pada

madu hutan menunjukkan adanya kandungan senyawa flavonoid. Flavonoid

bermanfaat sebagai antibiotik, bekerja dengan mengganggu fungsi dari

mikroorganisme dari bakteri atau virus. Efek lainnya adalah mencegah

alergi karena flavonoid mampu mencegah lepasnya zat utama penyebab

alergi yaitu histamin dan serotonin (Suranto, 2007). Flavonoid dalam tubuh

manusia berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah kanker dan

melindungi sel. Hal inilah yang menyebabkan flavonoid sebagai zat yang

sangat kuat menetralisir radikal bebas, mendukung sistem kekebalan tubuh

alami manusia pada tingkat seluler dan membantu regenerasi sel (Kusmardi,

Kumala, dan Triana, 2007).

4. Manfaat madu

Berdasarkan hasil penelitian para ahli yang dipadukan dengan

pengalaman langsung konsumen dan masyarakat penggemar madu, setiap

jenis madu dan sumber nektar, ternyata memiliki manfaat dan khasiat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

8

berbeda pula (Haviva, 2011). Manfaat madu hutan antara lain meningkatkan

daya tahan tubuh, mengatasi susah tidur, mengatasi alergi, mengobati

reumatik, memperlancar fungsi otak, dan menyembuhkan luka bakar (dioles

pada bagian yang luka) (Aden 2010).

B. Sistem Imun

Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit, terutama penyakit

infeksi. Gabungan sel, molekul, jaringan yang berperan dalam resistensi

terhadap mikroba serta bahan lainnya disebut respon imun. Sistem imun

diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang

dapat ditimbulkan dari berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Baratawidjaja

dan Rengganis, 2010).

Gambar 1. Gambaran Umum Sistem Imun (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010)

Respon imun sangat tergantung pada kemampuan sistem imun untuk

mengenali molekul asing yang terdapat pada patogen potensial dan kemudian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

9

membangkitkan reaksi yang tepat untuk mengeliminasi sumber antigen

bersangkutan. Respon imun akan diberikan oleh tubuh jika terdeteksi adanya

benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Benda asing tersebut dapat berupa

mikroorganisme eksogenous seperti bakteri, virus atau jamur dapat pula zat-zat

kimia eksogenous (polen atau racun tanaman) atau sel-sel endogenous (sel

maligna). Respon imun mempunyai tiga fungsi utama, yaitu pertahanan tubuh

terhadap infeksi organisme asing, menjaga keseimbangan pergantian sel

(homeostasis) dengan mengeliminasi sel-sel tubuh yang sudah tua, dan

pengawasan (surveillance) untuk mengawasi sel-sel abnormal yang selalu

timbul dalam tubuh. Respon imun merupakan suatu sistem pertahanan agar

tubuh dapat menjaga keseimbangan antara lingkungan luar dan di dalam tubuh

(Mardilah, Zakaria, dan Asydhah, 2006).

Sistem imun yang mempertahankan keutuhan tubuh terdiri atas sistem

imun bawaan (natural/ nonspesifik/ innate/ native immunity) dan sistem imun

perolehan (spesifik/ adaptive/ acquired immunity) (Baratawidjaja dan

Rengganis, 2010).

1. Sistem imun non-spesifik

Sistem imun non-spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan

dalam menghadapi serangan antigen karena dapat memberikan respon cepat

dan langsung terhadap antigen. Sistem imun non-spesifik sudah ada dan

berfungsi sejak lahir dan tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu

(Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

10

Gambar 2. Mekanisme Pertahanan Sistem Imun Non-Spesifik (Baratawidjaja dan

Rengganis, 2010)

Bila ada antigen yang masuk, misalnya antigen bakteri, maka

bakteri akan melakukan invasi disertai proses inflamasi pada tempat infeksi.

Inflamasi bertujuan memusatkan agen pertahanan tubuh ke lokasi yang

terinfeksi. Selama inflamasi sel-sel fagosit seperti neutrofil dan makrofag

meninggalkan aliran darah dan berpindah menuju tempat infeksi sebagai

respon terhadap kemikal (chemoattractants) yang dilepas di tempat infeksi.

Tugas sel-sel fagosit adalah menghancurkan bakteri tersebut secara non-

spesifik dengan proses fagositosis (Basuki, 2005).

2. Sistem imun spesifik

Sistem imun spesifik merupakan bentuk respon imun yang

dimediasi oleh sel limfosit dan membutuhkan waktu untuk mengenal

antigen terlebih dahulu sebelum memberikan responnya. Sistem imun

spesifik memiliki karakteristik dan spesifitasi yang lebih baik serta memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

11

sel memori sehingga respon yang diberikan lebih cepat dan lebih baik

terhadap antigen yang telah masuk sebelumnya ke dalam tubuh (Abbas and

Lichtman, 2005). Benda asing yang pertama kali muncul dalam tubuh akan

segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga terjadi sensitisasi sel-sel

sistem imun. Bila sel imun yang sudah tersensitisasi tersebut terpapar

kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing ini akan dikenal

dengan cepat kemudian dihancurkan (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

C. Makrofag

Makrofag berasal dari promonosit sumsum tulang lalu mengalami

diferensiasi menjadi monosit darah dan akhirnya tinggal di jaringan sebagai

makrofag dewasa serta membentuk sistem fagosit mononuklear (Roitt, 2002).

Makrofag merupakan sel fagosit yang hampir ditemui di setiap organ di

seluruh tubuh, terutama pada jaringan ikat longgar.

Makrofag berukuran 10-30 µm, bentuk tidak teratur, inti lonjong,

mengandung granula azurofilik, dan bertahan berbulan-bulan dalam jaringan.

Makrofag kadang-kadang mempunyai bentuk yang sangat tidak teratur dengan

kaki-kaki palsu yang terjulur keseluruh arah, membran plasma yang melipat-

lipat dan bertonjolan kecil-kecil. Keadaan permukaan demikian itu membantu

perluasan fagositosis dan gerakan sel. Sel-sel sistem makrofag terdapat pada

jaringan ikat longgar berupa makrofag jaringan atau histiosit, di dalam darah

berupa monosit, di dalam hepar melapisi sinusoid yang dikenal sebagai sel

Kupffer, makrofag perivaskuler sinusoid limpa, limfonodus, dan sumsum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

12

tulang, sedangkan pada susunan saraf pusat berupa makroglia berasal dari

mesoderm (Efendi, 2003).

Gambar 3. Makrofag (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010)

Makrofag berfungsi untuk menelan dan melenyapkan partikel asing

seperti antigen (mikroorganisme) maupun sel atau jaringan sendiri yang

mengalami kerusakan atau mati (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

Makrofag dapat mengenali substansi asing dimungkinkan oleh adanya reseptor

untuk fosfolipid sedangkan fungsinya sebagai efektor adalah menghancurkan

mikroorganisme dan sel-sel ganas serta susbtansi asing dimungkinkan karena

sel ini, antara lain mempunyai sejumlah lisosom yang mengandung enzim

perusak seperti hidrolase dan peroksidase. Kemampuan fagositosis dalam

menghancurkan substansi asing yang telah dilapisi (opsonisasi) antibodi atau

komplemen dapat meningkat karena makrofag mempunyai reseptor terhadap

Fc (Fragment crystallizable), Ig (immunoglobulin) G1, dan IgG3 serta IgE,

dan reseptor terhadap komplemen (Kresno, 2010). Fungsi lain makrofag adalah

sebagai antigen presenting cells (APC) dengan cara mengekspresikan MHC

(Major Histocompatibility Complex) kelas II pada permukaan makrofag, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

13

ekspresi MHC II meningkat bila ada makrofag yang teraktivasi. Makrofag

menampilkan antigen asing pada sel T yang dilakukannya bersama ekspresi

MHC II (Abbas et al., 2000).

Fagositosis merupakan suatu proses atau cara untuk memakan bakteri

atau benda asing (Efendi, 2003). Proses fagositosis oleh makrofag secara

berurutan berlangsung dalam lima fase, yaitu : fase pergerakan, perlekatan,

penelanan (ingestion), degranulasi, dan pembunuhan (killing). Proses

penelanan bakteri terjadi karena fagosit membentuk tonjolan pseudopodia,

sehingga bakteri tertangkap dalam vakuola yang disebut fagosom. Selanjutnya

lisosom yang berisi berbagai jenis enzim dan protein lain bergabung dengan

fagosom membentuk fagolisosom, lalu terjadi degranulasi dan respiratory

burst. Enzim dan protein yang terdapat dalam lisosom mampu membunuh

bakteri, baik dengan proses oksidatif maupun non-oksidatif (Abbas et al.,

2000).

D. Imunomodulator

Imunomodulator merupakan suatu senyawa yang bekerja dengan cara

memodulasi sistem imun. Pada individu yang mengalami defisiensi sistem

imun, imunomodulator akan bekerja dengan cara merangsang (imunostimulan).

Sebaliknya, jika sistem imun bekerja terlalu berlebihan maka imunomodulator

akan bekerja dengan cara menekan atau menormalkan kembali sistem imun

tersebut (imunosupresan) (Tan and Vanitha, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

14

1. Imunostimulan

Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan

mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non-spesifik, dan

terutama terjadi pada induksi non-spesifik, baik mekanisme pertahanan

seluler maupun humoral. Pertahanan non-spesifik terhadap antigen ini

disebut paramunitas, dan zat berhubungan dengan penginduksi disebut

paraimunitas. Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja

antigennya, akan tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu

meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah

makrofag, granulosit, limfosit-T dan limfosit-B, karena induktor

paramunitas ini bekerja menstimulasi mekanisme pertahanan seluler.

Mitogen ini dapat bekerja langsung maupun tak langsung untuk

meningkatkan fagositosis mikro dan makro. Mekanisme pertahanan spesifik

maupun non spesifik umumnya saling berpengaruh (Widianto, 1987).

2. Imunosupresan

Imunosupresan merupakan obat yang bekerja dengan menekan

respon imun. Obat imunosupresi digunakan pada pasien yang akan

menjalani transplantasi dan penyakit autoimun karena kemampuannya dapat

menekan respon imun. Efek terhadap sistem imun berupa perubahan jalur

sel sistem imun yang sementara dan efek yang lebih persisten terhadap

fungsi sel individual tergantung dari golongan imunosupresan

(Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

15

E. Landasan Teori

Madu hutan merupakan salah satu jenis madu, berasal dari sumber

nektar yang berbeda, diproduksi oleh lebah-lebah liar. Madu hutan

mengandung banyak senyawa organik, salah satu kandungan senyawa organik

yang telah teridentifikasi adalah flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa

fitokimia yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena memiliki

kandungan antioksidan yang tinggi dan merupakan antibiotik alamiah.

Beberapa penelitian terdahulu juga telah membuktikan bahwa senyawa

flavonoid mampu meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag. Salah

satunya penelitian yang dilakukan oleh Arsani (2010) membuktikan bahwa

senyawa flavonoid dapat meningkatkan kemampuan fagositosis makrofag

peritoneum pada tikus galur Wistar.

F. Hipotesis

Madu hutan mempunyai pengaruh terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis

makrofag pada hewan uji tikus jantan galur Wistar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni, yaitu

penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok perlakuan dan

dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian acak pola

searah, yaitu cara menetapkan sampel dalam kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol dengan pengacakan agar setiap sampel punya kesempatan

yang sama untuk dapat masuk ke dalam kelompok perlakuan maupun

kelompok kontrol. Pola searah ditunjukkan dengan adanya perlakuan yang

sama pada kelompok perlakuan, yaitu pemberian larutan madu hutan.

Penelitian ini dilakukan pada subjek uji tikus galur Wistar. Kriteria inklusi,

yaitu tikus kelamin jantan, berat badan antara 100-300 g, berumur 2-3 bulan

yang diperoleh dari Unit Praklinik Laboratorium Penelitian dan Pengujian

Terpadu Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Kriteria drop out adalah tikus

mati selama perlakuan. Penelitian dilakukan di Unit Praklinik dan Unit III

Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

17

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

a. Variabel utama

1) Variabel bebas : dosis madu hutan

2) Variabel tergantung : aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag

b. Variabel pengacau

1) Variabel yang dikendalikan : jenis makanan, variasi genetik, jenis

kelamin, berat badan, galur tikus, dan

umur tikus.

2) Variabel yang tidak terkendali : kondisi psikologis dan patofisiologis

tikus.

2. Definisi operasional

a. Madu hutan

Madu poliflora yang berasal dari nektar beberapa jenis tumbuhan bunga

di hutan yang diproduksi oleh lebah-lebah liar. Madu hutan yang

digunakan diperoleh dari salah satu distributor madu di Yogyakarta.

b. Aktivitas fagositosis makrofag

Aktivitas fagositosis makrofag dinyatakan sebagai ratio fagositik, yaitu

persentase sel makrofag yang melakukan fagositosis tiap 100 sel

(Maqsood, Singh, Samoon, and Balange, 2010).

c. Kapasitas fagositosis makrofag

Kapasitas fagositosis makrofag sebagai indeks fagositik, yaitu jumlah

bakteri yang difagositosis oleh 100 sel makrofag (Maqsood et al., 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

18

C. Bahan Penelitian

1. Bahan utama

Madu hutan berasal dari hutan Kalimantan yang diperoleh dari salah satu

distributor madu di Yogyakarta, yaitu Madu Pramuka.

2. Hewan uji

Tikus jantan galur Wistar umur 2-3 bulan berat 100-300 g diperoleh dari

Unit Praklinik Laboratorium Pengembangan dan Penelitian Terpadu

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tikus dipelihara dalam ruangan

berventilasi cukup dengan suhu ruangan 25-28oC, diberi pakan AD-II

(Comfeed) dan akuades sebagai minum secara ad libitum.

3. Bahan untuk uji fagositosis makrofag

Akuades, akuabides, klorofom, Roswell Park Memorial Institute Medium

(RPMI 1640) (Sigma), metanol, alkohol 70%, Phosphate Buffer Saline

(PBS) steril, coverslips bulat, latex beads diameter 3 µm (Sigma Chem. Co),

Giemsa 20%, medium komplit yang terdiri dari RPMI 1640, Fetal Bovine

Serum (FBS) (Gibco) 10%, Penisilin-Streptomisin 2% (Gibco) dan

fungizon 1% (Gibco).

D. Alat Penelitian

1. Preparasi sampel

Gelas ukur 100 mL, labu takar 100 mL, gelas pengaduk, pipet Pasteur,

dan spuit per oral.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

19

2. Pengujian aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag

Inkubator CO2 5%; 37oC (Heraeus), plate 24 well (Nunc), sentrifus

eppendorf (Sorfall MC 12 V, Dupont), Effendorf tube, Laminar Air Flow

(Labquib), hemositometer (Nebaeur), mikropipet (Eppendorf), neraca

elektronik (Sartorius), filter 0,22 µm (Sartorius), tabung sentrifus 15 mL

(Nunc), spuit injeksi 10 mL (Terumo), mesin Vortex, pipet Pasteur, yellow

dan blue tip, Inverted Microscope (Olympus), mikroskop binokuler, lampu

spiritus, pinset, gunting, tabung reaksi, dan alat-alat gelas yang telah

disterilkan.

E. Tata Cara Penelitian

1. Tahap penentuan dosis madu hutan

Besarnya dosis madu hutan ditentukan berdasarkan dosis yang dianjurkan

pada manusia adalah 1-2 kali/hari 1 sendok makan (15 mL) (Suranto, 2007).

Konversi dosis pada manusia yang berat badannya 70 kg ke tikus yang berat

badannya 200 g adalah 0,018 (Ngatidjan, 1991). Dosis madu hutan untuk

tikus 200 g adalah :

Faktor konversi x dosis = 0,018 x 15 mL

= 0,27 mL/200 g BB

2. Tahap praperlakuan hewan uji

Sebelum penelitian dilaksanakan, semua hewan uji ditimbang beratnya,

kemudian hewan uji dipelihara selama satu hari untuk penyesuaian diri

terhadap lingkungannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

20

3. Tahap orientasi dosis madu hutan

Tahap orientasi dosis dilakukan untuk mengetahui dosis madu

hutan yang dapat menyebabkan peningkatan aktivitas dan kapasitas

fagositosis makrofag. Tikus jantan sejumlah 12 ekor dari galur Wistar, umur

2-3 bulan, berat badan 100-300 g. Tikus tersebut dibagi secara random

menjadi 4 kelompok, dengan masing-masing kelompok berjumlah 3 ekor.

Kelompok-kelompok tersebut antara lain :

a. Kelompok kontrol negatif : kelompok tikus yang diberi akuades sebagai

kontrol pelarut dengan volume pemberian 2,5 mL/200 g BB.

b. Kelompok perlakuan 1 : kelompok tikus yang diberi larutan madu hutan

dengan dosis 0,27 mL/200 g BB, dengan volume pemberian

1,35 mL/200 g BB.

c. Kelompok perlakuan 2 : kelompok tikus yang diberi larutan madu hutan

dengan dosis 0,405 mL/200 g BB, dengan volume pemberian

2,03 mL/200 g BB.

d. Kelompok perlakuan 3 : kelompok tikus yang diberi larutan madu hutan

dengan dosis 0,54 mL/200 g BB, dengan volume pemberian

2,7 mL/200 g BB.

Semua tikus diperlakukan dengan pemberian akuades maupun larutan madu

hutan secara peroral menggunakan sonde atau spuit intragastrikum sekali

sehari selama tujuh hari berurut-turut. Pada hari ke-29, tikus dikorbankan

untuk kemudian dilakukan uji fagositosis makrofag. Hasil percobaan pada

tahap orientasi dosis ini akan digunakan pada tahap percobaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

21

4. Tahap percobaan

Tikus jantan sejumlah 20 ekor dari galur Wistar, umur 2-3 bulan,

berat badan 100-300 g. Tikus tersebut dibagi secara random menjadi 4

kelompok, dengan masing-masing kelompok berjumlah 5 ekor tikus, sesuai

dengan ketentuan WHO (1993), jumlah minimal hewan uji tiap kelompok

adalah 5 ekor. Dosis madu hutan pada tahap orientasi yang menyebabkan

peningkatan signifikan aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag pada

hewan uji digunakan sebagai dosis pertama. Kelompok dosis kedua dan

ketiga, yang ditetapkan dengan faktor pengali adalah dua dari dosis pertama.

Kelompok-kelompok tersebut antara lain :

a. Kelompok kontrol negatif : kelompok tikus yang diberi akuades sebagai

kontrol pelarut dengan volume pemberian 2,5 mL/200 g BB.

b. Kelompok perlakuan 1 : kelompok tikus yang diberi larutan madu hutan

dengan dosis 0,27 mL/200 g BB, dengan volume pemberian 0,675

mL/200 g BB.

c. Kelompok perlakuan 2 : kelompok tikus yang diberi larutan madu hutan

dengan dosis 0,54 mL/200 g BB, dengan volume pemberian 1,35 mL/200

g BB.

d. Kelompok perlakuan 3 : kelompok tikus yang diberi larutan madu hutan

dengan dosis 1,08 mL/200 g BB, dengan volume pemberian 2,7 mL/200

g BB.

Pemberian akuades maupun larutan madu hutan pada masing-masing

kelompok perlakuan dilakukan selama 18 hari berurut-turut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

22

Pada hari ke-18, tikus dibunuh dengan narkose menggunakan

kloroform. Tikus diletakkan diposisi terlentang, kulit bagian perut dibuka

dan dibersihkan selubung peritoneumnya dengan alkohol 70%. Kemudian

disuntikan 10 mL RPMI dingin ke rongga peritoneum, tunggu ± 3 menit

sambil diguling-gulingkan secara perlahan. Cairan peritoneal dikeluarkan

dari rongga peritoneum dengan cara menekan organ dalam dengan dua jari,

cairan diaspirasi dengan jarum suntik, dipilih bagian yang tidak berlemak

dan jauh dari usus. Jarum yang berisi bahan aspirasi diletakkan dalam gelas

beker berisi es, kemudian suspensi tersebut dimasukkan ke tabung sentrifus.

Aspirat yang sudah terkumpul disentrifugasi pada kecepatan 3000

rpm selama 5 menit. Supernatan dibuang kemudian ditambahkan 3 mL

medium komplit pada pellet yang didapat. Jumlah sel dihitung dengan

hemositometer kemudian diresupensikan dengan medium komplit sehingga

didapat suspensi sel dengan kepadatan 2,5 x 106/mL. Suspensi sel yang

dikultur pada plate 24 yang diberi coverslips bulat, setiap sumuran 200 µL

(5 x 105 sel), inkubasi dalam inkubator CO2 5%, 37

oC selama 30 menit,

kemudian ditambahkan medium komplit 1 mL/sumuran dan diinkubasi

selama 2 jam, sel dicuci dengan RPMI dua kali kemudian ditambahkan

medium komplit 1 mL/sumuran dan inkubasi dilanjutkan sampai 24 jam.

5. Pengukuran aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag

Tahap ini dilakukan uji fagositosis sel makrofag terhadap lateks

beads (Leijh et al., 1986). Lateks beads yang digunakan berdiameter 3 µm

yang disuspensikan dalam PBS sehingga konsentrasi 2,5 x 107/mL.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

23

Makrofag peritoneum yang dikultur sehari sebelumnya dicuci dua kali

dengan RPMI, kemudian tambahkan suspensi lateks beads 200 µL/sumuran

dan diinkubasikan selama 60 menit pada 37oC dalam inkubator CO2 5%.

Sel kemudian dicuci dengan PBS tiga kali untuk menghilangkan partikel

yang tidak difagositosis dan dikeringkan pada suhu ruangan dan difiksasi

dengan metanol absolut. Setelah kering coverslips dipopulasi dengan

Giemsa 20% selama 30 menit. Dicuci dengan akuades, diangkat dari

sumuran kultur dikeringkan pada suhu ruangan. Presentasi sel yang

memfagosit partikel lateks dihitung dari 100 sel fagosit yang diperiksa

dengan mikroskop cahaya.

F. Analisis Hasil

Data yang diperoleh dievaluasi secara statistik dengan melakukan uji

normalitas dengan metode Kolmogorov-Smirnov. Data yang terdistribusi

normal (p > 0,05) dilanjutkan dengan uji one way ANOVA dengan taraf

kepercayaan 95%, kemudian jika data terdapat perbedaan yang bermakna

dilanjutkan dengan uji Tukey.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian

madu hutan terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag serta untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian madu hutan terhadap aktivitas

dan kapasitas fagositosis makrofag. Kemampuan fagositosis makrofag dapat

dilihat dari jumlah makrofag yang mampu memfagositosis partikel lateks selain

itu ditunjukkan pula dari jumlah lateks yang dapat difagositosis oleh makrofag.

Data yang diperoleh dari uji fagositosis dianalisis secara statistik menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui normalitas data, selanjutnya dilakukan

analisis one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%.

A. Uji Fagositosis Makrofag

Sel makrofag yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari cairan

peritoneal mengingat jumlahnya lebih banyak (70%-95%) dibanding dengan

organ limfa (Rosanti, 2005). Sel makrofag didapat dengan menyuntikan

medium RPMI dingin ke rongga peritoneal tikus. Medium RPMI mengandung

nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sel seperti asam amino, vitamin,

dan garam-garam organik. Medium RPMI dingin digunakan agar sel makrofag

tidak rusak. Pengambilan cairan peritoneum tergolong sulit karena lemak-

lemak dan usus sering kali menyumbat jarum suntik saat pengambilan cairan

peritoneal, akibatnya cairan terkontaminasi oleh jaringan lain dan dapat

mengganggu pembacaan makrofag. Pada penelitian ini digunakan medium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

25

komplit yang mengandung medium RPMI, FBS (Fetal Bovine Serum) yang

merupakan serum untuk memacu pertumbuhan sel dan menjaga kelangsungan

hidup sel, ada pula penisilin-streptomisin (penstrep) dan fungison yang

berfungsi sebagai antimikroba. Cairan peritoneum yang diambil, selain terdapat

sel makrofag juga ditemukan sel-sel lain seperti limfosit dan sel granulosit dan

saling berdekatan sehingga sulit dibedakan antara sel makrofag dengan sel lain.

Kemampuan sel makrofag untuk menempel pada coverslip membedakan sel

makrofag dengan sel yang lain.

b a

Gambar 4. Sel Makrofag Peritoneal dengan Pengecatan Giemsa Perbesaran 100x Ket. (a). Pembentukan kaki semu (pseudopodia); (b). pembentukan fagosom

Kemampuan sel makrofag pada tahap yang paling awal untuk

memfagositosis zat asing dimulai dengan membentuk kaki semu (pseudopodia)

(Gambar 4.a), dilanjutkan dengan pembentukan vesikula membran yang

dihasilkan pada proses endositosis atau penelanan partikel. Vesikula membran

ini disebut fagosom (Gambar 4.b), kemudian fagosom fusi dengan lisosom

membentuk fagolisosom, dilanjutkan dengan pembunuhan dan penghancuran

antigen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

26

Perbedaan aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag antara

kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dapat dilihat dari kemampuan

sel makrofag memfagositosis partikel lateks secara in vitro (Leijh et al, 1986).

Lateks merupakan makromolekul yang dianggap benda asing yang sangat

direspon baik oleh sistem imun tubuh. Oleh karena itu, dengan adanya lateks

diharapkan dapat memacu aktivitas makrofag dalam memfagositosis lateks

(Sheehan, 1997).

c a

b

Gambar 5. Hasil Pengamatan Mikroskopis Sel Makrofag dengan Pengecatan Giemsa

Perbesaran 100x

Ket. (a). Lateks berwarna putih; (b). sel makrofag berwarna ungu; (c). partikel lateks yang

difagositosis oleh sel makrofag

Pengamatan uji fagositosis dilakukan dengan menggunakan

mikroskop, untuk mempermudah pengamatan tersebut maka dilakukan

pengecatan Geimsa. Pengecatan Giemsa digunakan untuk memberikan warna

pada sel makrofag sehingga sel makrofag tampak berwarna keunguan dan

mudah diamati di bawah mikroskop. Warna ungu disebabkan metanol absolut

yang membuat membran makrofag lebih terbuka sehingga zat warna Giemsa

akan lebih mudah masuk. Lateks merupakan polystyrene yang tidak bereaksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

27

dengan Giemsa sehingga tidak berwarna, hal ini dikarenakan metanol akan

memperkecil pori-pori lateks sehingga akan mengkerut. Pengamatan

menggunakan mikroskop akan memperlihatkan makrofag yang berwarna ungu

dan lateks yang berwarna putih (Gambar 5) sehingga dapat dibedakan antara

lateks dan sel makrofag yang difagositosis dan lateks yang tidak difagositosis.

Kemampuan fagositosis sel makrofag dapat dilihat dari aktivitas dan kapasitas

fagositosis makrofag.

KELOMPOK I KELOMPOK II

KELOMPOK III KELOMPOK IV

Gambar 6. Perbandingan morfologi makrofag tikus dengan pengecatan Giemsa

perbesaran 100x

Ket. Kel. I : kelompok tikus yang diberi akuades 2,5 mL/200 g BB, menunjukkan morfologi

sel makrofag yang tidak teraktivasi.

Kel. II : kelompok tikus yang diberi madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB menunjukkan

morfologi sel makrofag yang teraktivasi dengan membentuk kaki semu

maupun fagososom. Kel. III : kelompok tikus yang diberi madu hutan madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB

menunjukkan morfologi sel makrofag yang teraktivasi dengan membentuk kaki

semu maupun fagososom. Kel. IV : kelompok tikus yang diberi madu hutan madu hutan dosis1,08 mL/200 g BB,

menunjukkan morfologi sel makrofag yang teraktivasi dengan membentuk kaki

semu maupun fagososom.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

28

Morfologi sel makrofag di bawah mikroskop menunjukkan sel yang

berbentuk bulat, besar, populasi jarang dengan inti sel yang besar. Sel

makrofag peritoneal dari tikus yang diberi lateks beads sebagian menunjukkan

morfologi teraktivasi dan sebagian lagi menunjukkan morfologi tidak

teraktivasi (Gambar 6).

B. Tahap Orientasi Dosis Madu Hutan

Tahap orientasi dosis madu hutan dilakukan untuk mengetahui dosis

madu hutan yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan kapasitas

fagositosis makrofag. Data yang diperoleh pada tahap orientasi dosis dianalisis

secara statistik menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov selanjutnya dilakukan

analisis one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%.

1. Uji aktivitas fagositosis makrofag

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada data aktivitas fagositosis

makrofag (Lampiran 8) menunjukkan bahwa data terdistribusi normal

dengan nilai signifikansi 0,782 (p > 0,05).

Tabel I. Purata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan

pada Tahap Orientasi Dosis

Kelompok perlakuan n Purata ± SD p

Kelompok I 3 27 ± 18,52

0,026(B)

Kelompok II 3 68,34 ± 10,69

Kelompok III 3 73 ± 8,18

Kelompok IV 3 62,67 ± 21,50 Ket. Kel. I : akuades 2,5 mL/200 g BB

Kel. II : madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB

Kel. III : madu hutan dosis 0,405 mL/200 g BB

Kel. IV : madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB

(B) : berbeda bermakna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

29

Tabel II. Hasil Analisis Uji Post-Hoc Tukey Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah

Pemberian Madu Hutan pada Tahap Orintasi

Kelompok Perlakuan I II III IV

I - 0,049(B) 0,029

(B) 0,091 (TB)

II 0,049(B) - 0,538

(TB) 0,969(TB))

III 0,029(B) 0,982

(TB) - 0,850 (TB)

IV 0,091 (TB) 0,969

(TB) 0,850(TB) -

Ket. Kel. I : akuades 2,5 mL/200 g BB

Kel. II : madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB

Kel. III : madu hutan dosis 0,405 mL/200 g BB

Kel. IV : madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB

(B) : Berbeda bermakna; (TB) : Berbeda tidak bermakna

Gambar 7. Grafik Rata-rata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian

Madu Hutan pada Tahap Orientasi

Tabel III. Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu

Hutan Dibanding Kontrol Negatif

Kelompok perlakuan madu

hutan

Peningkatan Aktivitas Fagositosis

Makrofag (%)

Dosis 0,27 mL/200 g BB 153,11

Dosis 0,405 mL/200 g BB 170,37

Dosis 0,54 mL/200 g BB 132,11

Hasil uji statistik one way ANOVA (Tabel I) menunjukkan nilai p

= 0,026 (p < 0,05), hal ini berarti bahwa kelompok kontrol maupun

perlakuan mempunyai aktivitas fagositosis makrofag yang berbeda

bermakna. Pada Tabel II menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Akuades (2,5 ml/200 g

BB)

Madu hutan (0,27 ml/200

g BB)

Madu hutan (0,405

ml/200 g BB)

Madu hutan (0,54 ml/200

g BB)

Rat

a-ra

ta ±

SD

ak

tivit

as fa

gosi

tosi

s

mak

rofa

g s

etel

ah p

emb

eria

n m

adu

hu

tan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

30

bermakna (p < 0,05) antara kelompok kontrol negatif (akuades 2,5 mL/200

g BB) terhadap kelompok madu hutan dosis 0, 27 mL/200 g BB dan

kelompok madu hutan dosis 0,405 mL/200 g BB. Namun, tidak terdapat

perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol negatif (akuades 2,5

mL/200 g BB) terhadap kelompok madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB.

Berdasarkan hasil uji statistik tersebut dapat dibuktikan bahwa

pemberian madu hutan pada dosis 0, 27 mL/200 g BB dan dosis 0,405

mL/200 g BB berpengaruh terhadap aktivitas fagositosis, yaitu berupa

peningkatan aktivitas fagositosis makrofag sebesar 153,11% dan 170,37%

(Tabel III). Pada madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB, meskipun secara uji

statistik tidak berbeda bermakna terhadap kontrol negatif, namun bila dilihat

dari Gambar 7 dan Tabel III menunjukkan bahwa madu hutan dosis 0,54

mL/200 g BB mampu meningkatan aktivitas fagositosis makrofag dibanding

kelompok kontrol negatif, yaitu sebesar 132,11%. Berdasarkan hasil analisis

ini, maka dapat dibuktikan bahwa madu hutan pada dosis terendah (0,27

mL/200 g BB) sudah mampu memberi pengaruh berupa peningkatan

aktivitas fagositosis makrofag, sehingga pada tahap percobaan dosis ini

digunakan sebagai dosis pertama.

Hasil uji statistik antar kelompok perlakuan madu hutan tidak

menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (Tabel II), tetapi bila dilihat

dari Gambar 7, ada perbedaan aktivitas fagositosis makrofag pada kelompok

perlakuan madu hutan, yaitu berupa peningkatan aktivitas fagositosis

makrofag antar kelompok madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

31

madu hutan dosis 0,405 mL/200 g BB. Namun, pada kelompok madu hutan

dosis 0,54 mL/200 g BB terdapat penurunan aktivitas fagositosis makrofag

dibanding kelompok madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB dan dosis 0,405

mL/200 g BB. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : 1)

penurunan aktivitas fagositosis makrofag disebabkan oleh mekanisme madu

hutan sebagai imunomodulator yang akan meningkatkan respon imunitas

dalam tubuh hanya sampai batas tertentu, yang apabila batas itu sudah

tercapai, maka efeknya akan menurun. 2) Efek imunomodulator dari madu

hutan sudah habis sebelum sampai pada masa pengujian aktivitas makrofag

disebabkan pemberian madu hutan hanya pada tujuh hari saja dari masa

tahap orientasi dosis selama 29 hari, sehingga pada tahap percobaan perlu

dilakukan pemberian madu hutan selama tahap percobaan berlangsung. 3)

Faktor pengali peringkat dosis madu hutan pada ketiga kelompok yang

terlalu dekat, yaitu 1,5 dan 2 kali dari dosis pertama (0,27 mL/200 g BB)

sehingga hasil yang didapat tidak menunjukkan hasil yang berbeda

signifikan. Oleh karena itu, pada tahap percobaan perlu dilakukan

peningkatan faktor pengali peringkat dosis madu hutan yang lebih besar

lagi.

2. Uji kapasitas fagositosis makrofag

Hasil uji Kolomogrov-Smirnov (Lampiran 9) diperoleh p = 0,739

(p > 0,05) sehingga dapat dibuktikan bahwa data terdistribusi normal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

32

Tabel IV. Purata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu

Hutan pada Tahap Orientasi Dosis

Kelompok perlakuan N Purata ± SD p

Kelompok I 3 39 ± 35

0,05(TB) Kelompok II 3 102 ± 12,49

Kelompok III 3 90,67 ± 20

Kelompok IV 3 100,67 ± 29,02 Ket. Kel. I : akuades 2,5 mL/200 g BB

Kel. II : madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB

Kel. III : madu hutan dosis 0,405 mL/200 g BB

Kel. IV : madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB

(TB) : tidak berbeda bermakna

Gambar 8. Grafik Rata-rata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian

Madu Hutan pada Tahap Orientasi

Tabel V. Peningkatan Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu

Hutan Dibanding Kontrol Negatif

Kelompok perlakuan madu

hutan

Peningkatan Kapasitas Fagositosis

Makrofag (%)

Dosis 0,27 mL/200 g BB 161,53%

Dosis 0,405 mL/200 g BB 132,48%

Dosis 0,54 mL/200 g BB 158,12%

Hasil pengolahan data dengan one way ANOVA (Tabel IV) didapat

nilai p = 0,05 (p < 0,05), artinya bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna

antara kapasitas fagositosis makrofag pada kelompok kontrol dengan

kelompok perlakuan madu hutan. Penelitian ini berbeda dengan yang

0

20

40

60

80

100

120

140

Akuades (2,5 ml/200

g BB)

Madu hutan (0,27

ml/200 g BB)

Madu hutan (0,405

ml/200 g BB)

Madu hutan (0,54

ml/200 g BB)

Rat

a-ra

ta ±

SD

kap

asit

as f

agosi

tosi

s

mak

rofa

g s

etel

ah p

ember

ian m

adu

hu

tan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

33

dilakukan oleh Hasanah (2005), yang menunjukkan bahwa peningkatan

aktivitas fagositosis makrofag sebanding dengan peningkatan kapasitas

fagositosis makrofag. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa faktor antara

lain: 1) kendala teknis dalam pelaksanaan perhitungan jumlah partikel lateks

yang difagositosis yang dilakukan secara manual sehingga sulit menghitung

secara tepat dalam medan pandang mikroskop. Oleh karena itu, pada tahap

percobaan sangat dibutuhkan kecermatan dan ketepatan dalam pengamatan

dan perhitungan kapasitas fagositosis makrofag. 2) Dosis madu hutan belum

mampu memberikan nilai kapasitas fagositosis makrofag yang berbeda

bermakna dengan kelompok kontrol. Hal ini diperkuat oleh penelitian

Sriningsih dan Wibowo (2006) yang menyatakan bahwa hasil uji fagositosis

sangat tergantung dari dosis uji, dimana efek imunosupresan bisa saja

muncul manakala pengujian dilakukan dalam dosis besar, sementara efek

imunostimulan akan terlihat pada dosis rendah.

Hasil uji kapasitas fagositosis makrofag pada tahap orientasi

secara statistik memang tidak menunjukkan adanya pengaruh akibat

pemberian madu hutan pada hewan uji, namun pada grafik rata-rata

kapasitas fagositosis makrofag (Gambar 8 dan Tabel V) dapat dilihat bahwa

pemberian madu hutan pada dosis 0,27 mL/200 g BB, 0,405 mL/200 g BB

dan 0,54 mL/200 g BB mampu memberi pengaruh berupa peningkatan

kapasitas fagositosis makrofag terhadap kelompok kontrol negatif.

Peningkatan kapasitas fagositosis makrofag pada madu hutan dosis 0,27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

34

mL/200 g BB sebesar 161,53%, madu hutan dosis 0,405 mL/200 g BB

sebesar 132,48%, dan 0,54 mL/200 g BB sebesar 158,12%.

Berdasarkan hasil ini, maka dimungkinkan pada tahap percobaan

dosis terendah, yaitu madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB dapat digunakan

sebagai dosis pertama namun perlu dilakukan peningkatan faktor pengali

peringkat dosis sehingga diharapkan mampu menghasilkan kapasitas

fagositosis makrofag yang berbeda secara bermakna dengan kelompok

kontrol negatif.

C. Pengaruh Pemberian Madu Hutan Dosis 0,27 mL/200 g BB; 0,54 mL/200 g

BB; dan 1,08 mL/200 g BB terhadap Aktivitas Fagositosis Makrofag pada

Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar

Uji yang dilakukan terlebih dahulu adalah uji normalitas data

menggunakan uji Kolmogorov-Smironov (Lampiran 12). Hasil uji

menunjukkan bahwa p = 0,189 ( p > 0,05) artinya data terdistribusi normal.

Data tersebut selanjutnya diuji dengan one way ANOVA taraf kepercayaan

95%.

Tabel VI. Purata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan

Kelompok perlakuan n Purata ± SD P

Kelompok I 5 41,6 ± 5,68

0,000(B)

Kelompok II 5 70,4 ± 3,84

Kelompok III 5 74,6 ± 3,84

Kelompok IV 5 82,6 ± 5,73 Ket. Kel. I : akuades 2,5 mL/200 g BB

Kel. II : madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB

Kel. III : madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB

Kel. IV : madu hutan dosis 1,08 mL/200 g BB

(B) : berbeda bermakna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

35

Tabel VII. Hasil Analisis Uji Post-hoc Tukey Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah

Pemberian Madu Hutan

Kelompok Perlakuan I II III IV

I - 0,000(B) 0,000

(B) 0,000 (B)

II 0,000(B) - 0,538

(TB) 0,006(B)

III 0,000(B) 0,538

(TB) - 0,082(TB)

IV 0,000 (B) 0,006

(B) 0,082(TB) -

Ket. Kel. I : akuades 2,5 mL/200 g BB

Kel. II : madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB

Kel. III : madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB

Kel. IV : madu hutan dosis 1,08 mL/200 g BB

(B) : Berbeda bermakna; (TB) : Berbeda tidak bermakna

Gambar 9. Grafik Rata-rata ± SD Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian

Madu Hutan

Tabel VIII. Peningkatan Aktivitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan

Dibanding Kontrol Negatif

Kelompok perlakuan madu

hutan

Peningkatan Aktivitas Fagositosis

Makrofag (%)

Dosis 0,27 mL/200 g BB 69, 23

Dosis 0,54 mL/200 g BB 79, 33

Dosis 1,08 mL/200 g BB 98,55

Hasil uji one way ANOVA (Tabel VI) menunjukkan bahwa nilai

p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna antara kelompok kontrol negatif terhadap kelompok perlakuan madu

hutan. Selanjutnya dilakukan uji Tukey untuk mengetahui pengaruh pemberian

madu hutan pada jumlah sel makrofag yang memfagositosis lateks antar

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Akuades (2,5 ml/200 g

BB)

Madu hutan (0,27

ml/200 g BB)

Madu hutan (0,54

ml/200 g BB)

Madu hutan (1,08

ml/200 g BB)

Rat

a-ra

ta ±

SD

ak

tiv

itas

fago

sito

sis

mak

rofa

g

sete

lah p

emb

eria

n m

adu h

uta

n (

%)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

36

kelompok perlakuan dan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

negatif. Pada Tabel VII menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna antara kelompok kontrol negatif (akuades 2,5 mL/200 g BB)

terhadap kelompok madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB, kelompok madu

hutan dosis 0,54 mL/200 g BB dan kelompok madu hutan dosis 1,08 mL/200 g

BB. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian madu hutan memberikan pengaruh

terhadap aktivitas fagositosis makrofag, yaitu berupa peningkatan aktivitas

fagositosis makrofag (Gambar 9). Pada Tabel VIII menunjukkan bahwa

peningkatan aktivitas fagositosis makrofag seiring meningkatnya peringkat

dosis madu hutan, yaitu pada madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB sebesar

69,23 %, madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB sebesar 79, 33%, dan madu

hutan dosis 1,08 mL/200 g BB sebesar 98,55%.

Hasil antar kelompok perlakuan madu hutan (Tabel VII) menunjukkan

bahwa pemberian madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB berbeda bermakna

terhadap kelompok madu hutan dosis 1,08 mL/200 g BB. Namun, kelompok

madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB tidak berbeda bermakna terhadap

kelompok madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB maupun kelompok madu hutan

dosis 1,08 mL/200 g BB. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kenaikan

faktor pengali peringkat dosis madu hutan hingga empat kali lipat antara madu

hutan dosis 0,27 mL/200 g BB dengan madu hutan dosis 1,08 mL/200 g BB

sehingga memberikan peningkatan aktivitas fagositosis makrofag yang berbeda

bermakna. Sedangkan, pada madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB peningkatan

faktor pengali peringkat dosisnya hanya dua kali dari madu hutan dosis 0,27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

37

mL/200 g BB begitu pula pada dosis madu hutan 1,08 mL/200 g BB

peningkatan peringkat dosis hanya dua kali dari madu hutan dosis 0,54 mL/200

g BB, sehingga hasil uji statistik tidak menunjukkan hasil yang berbeda

bermakna. Namun, bila dilihat dari grafik rata-rata aktivitas fagositosis

makrofag (Gambar 9) terdapat peningkatan aktivitas fagositosis makrofag

seiring naiknya peringkat dosis madu hutan.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat maka dapat dibuktikan

bahwa pemberian madu hutan mampu memberikan pengaruh berupa

peningkatan aktivitas fagositosis makrofag. Aktivitas fagositosis makrofag

meningkat seiring peningkatan dosis madu hutan yang diberikan pada hewan

uji (Tabel VII).

D. Pengaruh Pemberian Madu Hutan Dosis 0,27 mL/200 g BB; 0,54 mL/200 g

BB; dan 1,08 mL/200 g BB terhadap Kapasitas Fagositosis Makrofag pada

Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov (Lampiran 13), didapat nilai p = 0,927

(p > 0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa data kapasitas fagositosis

makrofag terdistribusi normal.

Tabel IX. Purata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan

Kelompok perlakuan Purata ± SD p

Kelompok I 75,6 ± 23,76

0,000(B) Kelompok II 125 ± 34,54

Kelompok III 147,4 ± 19,27

Kelompok IV 155,4 ± 17,34 Ket. Kel. I : akuades 2,5 mL/200 g BB

Kel. II : madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB

Kel. III : madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB

Kel. IV : madu hutan dosis 1,08 mL/200 g BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

38

Tabel X. Hasil Analisis Uji Post-hoc Tukey Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah

Pemberian Madu Hutan

Kelompok Perlakuan I II III IV

I - 0,027(B) 0,001

(B) 0,001(B)

II 0,027(B) - 0,496

(TB) 0,247(TB)

III 0,001(B) 0,496

(TB) - 0,955(TB)

IV 0,001(B) 0,247

(TB) 0,955(TB) -

Ket. Kel. I : akuades 2,5 mL/200 g BB

Kel. II : madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB

Kel. III : madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB

Kel. IV : madu hutan dosis 1,08 mL/200 g BB

(B) : Berbeda bermakna; (TB) : Berbeda tidak bermakna

Gambar 10. Grafik Rata-rata ± SD Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian

Madu Hutan

Tabel XI. Peningkatan Kapasitas Fagositosis Makrofag setelah Pemberian Madu Hutan

Dibanding Kontrol Negatif

Kelompok perlakuan madu

hutan

Peningkatan kapasitas

fagositosis makrofag (%)

Dosis 0,27 mL/200 g BB 65,34

Dosis 0,54 mL/200 g BB 94,97

Dosis 1,08 mL/200 g BB 105,56

Hasil uji one way ANOVA, didapat p = 0,000 (p < 0,05) yang

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok

perlakuan madu hutan terhadap kelompok kontrol negatif. Pada Tabel X

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Akuades (2,5 ml/200 g

BB)

Madu hutan (0,27 ml/200

g BB)

Madu hutan (0,54 ml/200

g BB)

Madu hutan (1,08 ml/200

g BB)

Rat

a-ra

ta ±

SD

kap

asit

as

fago

sito

sis

mak

rofa

g s

etel

ah p

emb

eria

n m

adu h

uta

n

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

39

menunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif (akuades 2,5 mL/200 g BB)

berbeda bermakna dengan kelompok madu hutan dosis 0,27 mL/200 g BB,

kelompok madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB dan madu hutan dosis 1,08

mL/200 g BB. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian madu hutan mampu

memberikan pengaruh berupa peningkatan terhadap kapasitas fagositosis

makrofag (Gambar 10). Kapasitas fagositosis makrofag antara kelompok

perlakuan madu hutan dibanding kontrol negatif (Gambar 10 dan Tabel XI)

meningkat seiring kenaikan peringkat dosis, yaitu pada madu hutan dosis 0,27

mL/200 g BB sebesar 65,34%, dosis madu hutan dosis 0,54 mL/200 g BB

sebesar 94,97%, dan madu hutan dosis 1,08 mL/200 g BB sebesar 105,56%.

Hasil kapasitas fagositosis makrofag meningkat sesuai dengan peningkatan

aktivitas fagositosis makrofag, hasil ini sesuai dengan penelitian Hasanah

(2005) yang menyatakan bahwa peningkatan aktivitas fagositosis makrofag

sebanding dengan peningkatan kapasitas fagositosis makrofag.

Pada kelompok perlakuan madu hutan tidak terdapat perbedaan

bermakna dari tiga kelompok ini bila diuji secara statistika. Namun, pada

Gambar 10 menunjukkan bahwa terdapat kenaikan kapasitas fagositosis

makrofag seiring peringkat dosis. Hal ini dimungkinkan karena faktor pengali

peringkat dosis yang nilainya kecil sehingga tidak mampu memberikan hasil

yang berbeda bermakna antar kelompok perlakuan madu hutan, sehingga perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut terkait peningkatan faktor pengali peringkat

dosis madu hutan yang mampu memberikan hasil yang berbeda bermakna antar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

40

kelompok perlakuan sehingga diperoleh dosis yang optimal untuk

meningkatkan kapasitas fagositosis makrofag secara maksimal.

Menurut Wagner and Jurcic (1991), bila nilai aktivitas dan kapasitas

fagositosis kelompok perlakuan lebih besar dari kelompok kontrol,

mengidentifikasikan adanya efek stimulasi atau peningkatan fagositosis

makrofag oleh bahan uji. Berdasarkan analisis statistik dapat dibuktikan bahwa

pemberian madu hutan mampu meningkatkan aktivitas dan kapasitas

fagositosis makrofag terhadap kelompok kontrol negatif, sehingga dapat

dikatakan bahwa madu hutan mempunyai efek imunostimulan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pemberian madu hutan berpengaruh terhadap aktivitas dan kapasitas

fagositosis makrofag pada hewan uji, yaitu berupa peningkatan aktivitas dan

kapasitas fagositosis makrofag yang signifikan dibanding kontrol negatif.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis madu hutan yang

memberikan respon peningkatan aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag

secara maksimal untuk lebih mengetahui pengaruhnya terhadap respon imun.

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi senyawa dalam madu

hutan yang berperan untuk meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis

makrofag.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

42

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A. K., Lichtman, A. H., and Pober J. S., 2000, Cellular and Molecular

Immunology, 4th

ed, WB Saunders Co, Philadelphia.

Abbas, A. K., and Lichtman, A. H., 2005, Cellular and Mollecular Imunology, 5th

ed., Elsevier Publisher, Philadelphia.

Aden, 2010, Manfaat dan Khasiat Madu, hal. 49-51, 71, 75-76, 104, Hanggar

Kreator, Yogyakarta.

Ambrosio, A., 2010, Khasiat Cuka, Cuka Apel, Madu & Bawang Putih, hal. 93,

Prestasi Pustakarya, Jakarta

Aljady, A. M., Kamaruddin, M. Y., Jamal, A. M., and Yassim, M. Y. Mohd.,

2000, Biochemical Study on The Efficacy of Malaysian Honey on

Inflicted Wounds: An Animal Model, MJIAS, 13 (3),125-132.

Arsani, R. B., 2010, Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanolik Daun Kersen

(Muntingia calabura L.) terhadap Peningkatan Titer Imunoglobulin G

(IgG) dan Fagositosis Makrofag pada Tikus yang Diinduksi Vaksin

Hepatitis B, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Baratawidjaja, K. G., D.I. Rengganis, 2010, Imunologi Dasar, edisi ke-9, hal. 29,

38, 39, 61-64, 69,71, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Basuki, P.S., 2005, Infeksi Bakteri Intraseluler pada Anak, Fakultas Kedoketeran

Universitas Airlangga, Surabaya.

Cahanar, P. dan Irwan S., 2006, Makan Sehat dan Hidup Sehat, hal. 81, Penerbit

Buku KOMPAS, Jakarta.

Efendi, Z., 2003, Daya Fagositosis Makrofag pada Jaringan Ikat Longgar Tubuh,

Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

Sumatera Utara.

Febrita, D., 2011, Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Madu Hutan

Lhoknga, Montasik dan Sare Kabupaten Aceh Besar secara

Spektrofotometri Visibel, http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/29569,

diiakses tanggal 10 Mei 2012.

Hariyati, L.F., 2010, Aktivitas Antibakteri Berbagai Jenis Madu terhadap Mikroba

Pembusuk (Pseudomonas fluorescens FNCC 0071 dan Pseudomonas

putida FNCC 0070), Skripsi, 3, 8, Fakultas Pertanian, Universitas

Sebelas Maret, Surakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

43

Hasanah, N., 2005, Pengaruh Pemberian Ekstrak Metanol Pasak Bumi (Eucycoma

longifolia Jack) pada Respon Imun Seluler terhadap Infeksi Listeria

monocytogenes: Kajian Aktivitas Fagositosis dan Sekresi Nitric Oxide

(NO) Makrofag Peritoneal Mencit, Tesis, Program Pascasarjana

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Haviva, 2011, Dahsyatnya Mukjizat Madu, hal. 12-14, DIVA Press (Anggota

IKAPI), Yogyakarta.

Krell, R., 1996, Value-Added Product From Beekeeping, FAO Agricultural

Services Bulletine, 124, Food and Agriculture Organization of the United

Nations Rome, www.fao.org/docrep/w0076e/w0076e00.HTM, diakses

tanggal 24 Juli 2011.

Kresno, S. B., 2010, IMUNOLOGI : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium, edisi

ke-5, 71, Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Jakarta.

Kusmardi, S. Kumala, E. E. Triana, 2007, Efek Imunomodulator Ekstrak Daun

Ketepeng Cina (Cassia alata L.) terhadap Aktivitas dan Kapasitas

Fagositosis Makrofag, MAKARA KESEHATAN, 11 (2), 50-53.

Mardilah, Zakaria, F.R., dan Asydhad, L.A., 2006, Makanan Antikanker, 25,

Kawan Pustaka, Jakarta

Mansooq, S., Singh P., Samoon M.H, and Balange A.K., 2010, Effect of Dietary

Chitosan on Non-specific Immune Response and Growth of Cyprinus

carpio challenged with Aeromonas hydrophilic, Int Aquast Res, 2, 80.

Mulu, A., B. Tessema, and F. Derby, 2004. In vitro Assesment of The

Antimicrobial Potential of Honey on Common Human Pathogen, Ethiop.

J. Health Dev., 18, 2.

Munawaroh, F., 2008, Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanolik 30 % Daun

Sembung (Blumea balsamifera {L.} DC.) terhadap Fagositosis Makrofag

pada Mencit Jantan yang Diinfeksi dengan Listeria monocytogenes,

Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Ngatidjan, 1991, Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam

Toksikologi, hal. 94, Pusat Antar Universitas Bioteknologi Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

Leijh, P.J.C., Furtth, R.V., and Zwet, T.L.V., 1986, In Vitro Determination of

Phagocytosis and Intracellular Killing by Polimorphonuclear and

Mononuclear Phagocytes, In: Weir DM, Editor, Cellular Imunology, 2,

74085 Blackwell Scintific Publication, London.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

44

Roitt, I.M., 2002, Imunologi (EssensialImunology), diterjemahkan oleh Haraha

A., edisi VIII, Widya Medika, Jakarta.

Rosanti, T.I., 2005, Pengaruh Infeksi Brugia malayi dan Imunisasi Protein

Ekskretori-sekretori Brugia malayi terhadap Aktivasi Makrofag dan

Proriferasi Limfosit T (Meriones unguiculatus): Kajian pada Mencit

Balb/c dan Gerbil (Meriones unguiculatus), Tesis, Program Pascasarjana

Univesitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sambodo, N.W., 2009, Uji Efek Tonik Madu Rambutan pada Mencit Putih Jantan

dengan Metode Natatory Exhaustion, Skripsi, 5, Universitas

Muhammadiyah, Surakarta.

Sheehan, C., 1997, Clinical Immunology : Principles and Laboratory Diagnosis,

2nd

edition, 130-131, Lippincontt-Raven Publishers, Philadelphia, New

York.

Sriningsih, Wibowo, A.H., 2006, Efek Protektif Pemberian Ekstrak Etanol Herba

Meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap Aktivitas dan Kapasitas

Fagositosis Makrofag Peritoneum Tikus, Artocarpus, 6, 95.

Sumoprastowo, R.M., dan Suprapto, A.G., 1980, Beternak Lebah Madu Modern,

Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Suranto, A., 2007, Terapi Lebah, hal. 27-28, 30-32, 49, Penebar Plus, Jakarta.

Tan, B.K.H. and Vanitha, J., 2004, Immunomodulatory and Antimicrobial Effects

of Some Traditional Chinese Medicinal Herbs, CMC, 11 (11), 1423-

1430.

Vanani, A.H., 2011, Pengaruh Sediaan Madu Propolis terhadap Kemampuan

Fagositosis Makrofag pada Peritonium Mencit yang Diinfeksi

Plasmodium berghei, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta.

Wagner, H., and K. Jurcic, 1991, Assay for Immunomodulation and Effect on

Mediators og Inflammation, In: Methods in Plants Biochemestry : Assay

for Bioactivity, Ed. VI., PM Dey and JB Harborne (Eds.) Academic

Press, London.

Widianto, M.B., 1987, Imunomodulator, Cermin Dunia Kedokteran, 44, 43

World Health Organization, 1993, Research Guidelines for Evaluating the Safety

and Efficacy of Herbal Medicines, World Health Organization Regional

Office for The Western Pacific, Manila, pp. 35.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

46

Lampiran 1. Surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

47

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

48

Lampiran 3. Foto Perbandingan Warna antara Madu Hutan dengan Madu

Ternak

(a) (b)

Ket. (a). foto madu hasil ternak (madu monoflora) dan (b). foto madu hutan (madu poliflora)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

49

Lampiran 4. Komposisi Media Tumbuh Makrofag

1. Medium RPMI

RPMI : 10,4 g

NaHCO3 : 2 g

Hepes : 2,6 g

Aquades add 1000 mL

2. Medium Komplit

Medium RPMI : 100 mL

FBS : 10 mL

Penstrep : 1 mL

Fungison : 5 mL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

50

Lampiran 5. Perhitungan Dosis Pemberian Madu Hutan pada Hewan

Uji Tahap Orientasi Dosis

1. Dosis madu hutan

Madu hutan 1 sendok makan = 15 mL

Faktor konversi manusia (70 kg) ke tikus (200g) = 0,018

Dosis madu hutan untuk tikus 200 g

= 0,018 x 15 mL

= 0,27 mL/200 g BB tikus

Larutan madu dibuat dengan melakukan pengenceran :

20 mL madu hutan + aquadest 100 mL larutan madu

Jadi, dalam 1 mL larutan madu mengandung 0,2 mL madu hutan.

2. Perhitungan dosis kelompok perlakuan madu hutan

a. Dosis 1 = 0,27 mL/200 g BB tikus

b. Dosis 2 = 1,5 x 0,27 mL/200 g BB tikus = 0,405 mL/200 g BB tikus

c. Dosis 3 = 2 x 0,27 mL/200 g BB tikus = 0,54 mL/200 g BB tikus

3. Perhitungan volume pemberian madu hutan

Dosis madu hutan hasil konversi adalah 0,27 mL/200 g BB tikus, sehingga

volume pemberian larutan madu adalah 1,35 mL/200 g BB tikus.

a. Volume pemberian dosis 1 = 1,35 mL/200 g BB tikus

b. Volume pemberian dosis 2 = 1,5 x 1,35 mL/200 g BB tikus

= 2,03 mL/200 g BB tikus

c. Volume pemberian dosis 3 = 2 x 1,35 mL/200 g BB tikus

= 2,7 mL/200 g BB tikus

4. Tabel volume pemberian larutan madu pada hewan uji

(volume pemberian x berat badan tikus)

Kelompok perlakuan Orientasi (mL)

Akuades (2,5 mL/200 g BB)

2,3

1,8

1,8

Madu Hutan (1,35 mL/200 g BB tikus)

0,9

0,8

1,05

Madu Hutan (2,03 mL/200 g BB tikus)

1,7

1,5

1,6

Madu Hutan (2,7 mL/200 g BB tikus)

2,3

1,9

2,1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

51

Lampiran 6. Data Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap Orientasi Dosis

Kelompok Perlakuan Replikasi Aktivitas fagositosis

(%)

Akuades (2,5 mL/200 g BB)

1 13

2 48

3 20

Madu Hutan (1,35 mL/200 g BB

tikus)

1 75

2 74

3 56

Madu Hutan (2,03 mL/200 g BB

tikus)

1 64

2 75

3 80

Madu Hutan (2,7 mL/200 g BB tikus)

1 68

2 81

3 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

52

Lampiran 7. Data Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap Orientasi

Dosis

Kelompok Perlakuan Replikasi Kapasitas fagositosis

Akuades (2,5 mL/200 g BB)

1 14

2 79

3 24

Madu Hutan (1,35 mL/200 g BB tikus)

1 112

2 106

3 88

Madu Hutan (2,03 mL/200 g BB tikus)

1 90

2 111

3 71

Madu Hutan (2,7 mL/200 g BB tikus)

1 102

2 129

3 71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

53

Lampiran 8. Hasil Analisis Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap

Orientasi Dosis

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Makrofag 12 57.7500 23.19140 13.00 81.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Makrofag

N 12

Normal Parametersa Mean 57.7500

Std. Deviation 23.19140

Most Extreme Differences Absolute .190

Positive .158

Negative -.190

Kolmogorov-Smirnov Z .657

Asymp. Sig. (2-tailed) .782

a. Test distribution is Normal.

One way

Descriptives

Makrofag

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 3 27.0000 18.52026 10.69268 -19.0069 73.0069 13.00 48.00

2 3 68.3333 10.69268 6.17342 41.7713 94.8954 56.00 75.00

3 3 73.0000 8.18535 4.72582 52.6665 93.3335 64.00 80.00

4 3 62.6667 21.50194 12.41415 9.2529 116.0804 39.00 81.00

Total 12 57.7500 23.19140 6.69478 43.0149 72.4851 13.00 81.00

Test of Homogeneity of Variances

Makrofag

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.576 3 8 .270

ANOVA

Makrofag

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3942.917 3 1314.306 5.328 .026

Within Groups 1973.333 8 246.667

Total 5916.250 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

54

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Makrofag Tukey HSD

(I) Dosis

(J)

Dosis

Mean Difference (I-

J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower

Bound Upper Bound

1 2 -41.33333* 12.82359 .049 -82.3990 -.2677

3 -46.00000* 12.82359 .029 -87.0656 -4.9344

4 -35.66667 12.82359 .091 -76.7323 5.3990

2 1 41.33333* 12.82359 .049 .2677 82.3990

3 -4.66667 12.82359 .982 -45.7323 36.3990

4 5.66667 12.82359 .969 -35.3990 46.7323

3 1 46.00000* 12.82359 .029 4.9344 87.0656

2 4.66667 12.82359 .982 -36.3990 45.7323

4 10.33333 12.82359 .850 -30.7323 51.3990

4 1 35.66667 12.82359 .091 -5.3990 76.7323

2 -5.66667 12.82359 .969 -46.7323 35.3990

3 -10.33333 12.82359 .850 -51.3990 30.7323

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subsets

Makrofag

Tukey HSD

Kelompok N Subset for alpha = 0.05

1 2

1 3 27.0000

4 3 62.6667 62.6667

2 3 68.3333

3 3 73.0000

Sig. .091 .850

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

55

Lampiran 9. Hasil Analisis Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap

Orientasi Dosis

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Makrofag 12 83.0833 34.70776 14.00 129.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Makrofag

N 12

Normal Parametersa Mean 83.0833

Std. Deviation 34.70776

Most Extreme Differences Absolute .197

Positive .122

Negative -.197

Kolmogorov-Smirnov Z .683

Asymp. Sig. (2-tailed) .739

a. Test distribution is Normal.

Oneway

Descriptives

Makrofag

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 3 39.0000 35.00000 20.20726 -47.9448 125.9448 14.00 79.00

2 3 102.0000 12.49000 7.21110 70.9731 133.0269 88.00 112.00

3 3 90.6667 20.00833 11.55182 40.9632 140.3701 71.00 111.00

4 3 100.6667 29.02298 16.75642 28.5696 172.7637 71.00 129.00

Total 12 83.0833 34.70776 10.01927 61.0311 105.1356 14.00 129.00

Test of Homogeneity of Variances

Makrofag

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.215 3 8 .365

ANOVA

Makrofag

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 8003.583 3 2667.861 4.067 .050

Within Groups 5247.333 8 655.917

Total 13250.917 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

56

Lampiran 10. Perhitungan Dosis Pemberian Madu Hutan pada Hewan

Uji Tahap Percobaan

1. Dosis madu hutan = 0,27 mL/200 g BB tikus

2. Perhitungan dosis kelompok perlakuan madu hutan (faktor pengali = 2)

a. Dosis 1 = 0,27 mL/200 g BB tikus

b. Dosis 2 = 2 x 0,27 mL/200 g BB tikus = 0,54 mL/200 g BB tikus

c. Dosis 3 = 4 x 0,27 mL/200 g BB tikus = 1,08 mL/200 g BB tikus

3. Perhitungan volume pemberian madu hutan

Larutan madu dibuat dengan melakukan pengenceran :

40 mL madu hutan + aquadest 100 mL larutan madu

Jadi, dalam 1 mL larutan madu mengandung 0,4 mL madu hutan.

Dosis madu hutan hasil konversi adalah 0,27 mL/200 g BB tikus, sehingga

volume pemberian larutan madu adalah 0,675 mL/200 g BB tikus.

a. Volume pemberian dosis 1 = 0,675 mL/200 g BB tikus

b. Volume pemberian dosis 2 = 2 x 0,675 mL/200 g BB tikus

= 1,35 mL/200 g BB tikus

c. Volume pemberian dosis 3 = 4 x 0,675 mL/200 g BB tikus

= 2,7 mL/200 g BB tikus

4. Tabel volume pemberian larutan madu pada hewan uji

(volume pemberian x berat badan tikus) Kelompok perlakuan Perlakuan (mL)

Akuades (2,5 mL/200 g BB)

2,5

2,7

2,5

2,6

2,9

Madu Hutan (0,27 mL/200 g BB tikus)

0,78

0,89

0,73

0,72

0,68

Madu Hutan (0,54 mL/200 g BB tikus)

1,24

1,54

2,5

2,7

2,5

Madu Hutan (1,08 mL/200 g BB tikus)

2,6

2,9

0,78

0,89

0,73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

57

Lampiran 11. Penimbangan Berat Badan Hewan Uji untuk Tahap

Percobaan

Kelompok perlakuan Sebelum perlakuan

(g)

Hari terakhir perlakuan

(g)

Akuades (2,5 mL/200 g BB)

200.9 241.9

218.8 277.4

201.2 242.6

206.5 250.1

230.7 279.7

Madu Hutan (0,27 mL/200 g

BB tikus)

233.6 287.5

264.2 307.3

216.4 258.3

213.5 254.0

202.0 245.0

Madu Hutan (0,54 mL/200 g

BB tikus)

184.5 236.0

228.6 283.6

209.3 267.8

201.4 259.9

209.4 252.3

Madu Hutan (1,08 mL/200 g

BB tikus)

184.4 219.9

194.2 252.1

180.1 222.6

194.9 243.5

204.6 265.2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

58

Lampiran 12. Data Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap Percobaan

Perlakuan Replikasi Aktivitas makrofag

(%)

Akuades (2,5 mL/200 g BB)

1 40

2 37

3 46

4 36

5 49

Madu Hutan (0,27 mL/200 g BB tikus)

1 74

2 67

3 67

4 69

5 75

Madu Hutan (0,54 mL/200 g BB tikus)

1 76

2 78

3 70

4 78

5 71

Madu Hutan (1,08 mL/200 g BB tikus)

1 86

2 80

3 78

4 91

5 78

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

59

Lampiran 13. Data Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap Percobaan

Perlakuan Replikasi Kapasitas makrofag

Akuades (2,5 mL/200 g BB)

1 76

2 57

3 83

4 51

5 111

Madu Hutan (0,27 mL/200 g BB tikus)

1 104

2 100

3 185

4 120

5 116

Madu Hutan (0,54 mL/200 g BB tikus)

1 141

2 150

3 173

4 153

5 120

Madu Hutan (1,08 mL/200 g BB tikus)

1 138

2 156

3 140

4 163

5 180

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

60

Lampiran 14. Hasil Analisis Aktivitas Fagositosis Makrofag Tahap

Percobaan

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Dosis 20 67.3000 16.48955 36.00 91.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Dosis

N 20

Normal Parametersa Mean 67.3000

Std. Deviation 16.48955

Most Extreme Differences Absolute .243

Positive .121

Negative -.243

Kolmogorov-Smirnov Z 1.086

Asymp. Sig. (2-tailed) .189

a. Test distribution is Normal.

Oneway

Descriptives

Makrofag

N Mean Std. Deviation

Std.

Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 5 41.6000 5.68331 2.54165 34.5432 48.6568 36.00 49.00

2 5 70.4000 3.84708 1.72047 65.6232 75.1768 67.00 75.00

3 5 74.6000 3.84708 1.72047 69.8232 79.3768 70.00 78.00

4 5 82.6000 5.72713 2.56125 75.4888 89.7112 78.00 91.00

Total 20 67.3000 16.48955 3.68718 59.5827 75.0173 36.00 91.00

Test of Homogeneity of Variances

Dosis

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.142 3 16 .362

ANOVA

Dosis

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups 4787.400 3 1595.800 67.404 .000

Within Groups 378.800 16 23.675

Total 5166.200 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

61

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dosis

Tukey HSD

(I)

Kelompok (J) Kelompok

Mean

Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

1 2 -

28.80000*

3.07734 .000 -37.6043 -19.9957

3 -

33.00000*

3.07734 .000 -41.8043 -24.1957

4 -

41.00000*

3.07734 .000 -49.8043 -32.1957

2 1 28.80000* 3.07734 .000 19.9957 37.6043

3 -4.20000 3.07734 .538 -13.0043 4.6043

4 -

12.20000*

3.07734 .006 -21.0043 -3.3957

3 1 33.00000* 3.07734 .000 24.1957 41.8043

2 4.20000 3.07734 .538 -4.6043 13.0043

4 -8.00000 3.07734 .082 -16.8043 .8043

4 1 41.00000* 3.07734 .000 32.1957 49.8043

2 12.20000* 3.07734 .006 3.3957 21.0043

3 8.00000 3.07734 .082 -.8043 16.8043

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subsets

Dosis

Tukey HSD

Kelompok N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

1 5 41.6000

2 5 70.4000

3 5 74.6000 74.6000

4 5 82.6000

Sig. 1.000 .538 .082

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

62

Lampiran 15. Hasil Analisis Kapasitas Fagositosis Makrofag Tahap

Percobaan

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Dosis 20 125.8500 39.09270 51.00 185.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Jumlah_bakteri

N 20

Normal Parametersa Mean 125.8500

Std. Deviation 39.09270

Most Extreme Differences Absolute .122

Positive .065

Negative -.122

Kolmogorov-Smirnov Z .546

Asymp. Sig. (2-tailed) .927

a. Test distribution is Normal.

One way

Descriptives

Dosis

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

1 5 75.6000 23.76552 10.62826 46.0912 105.1088 51.00 111.00

2 5 125.0000 34.53983 15.44668 82.1131 167.8869 100.00 185.00

3 5 147.4000 19.26915 8.61742 123.4742 171.3258 120.00 173.00

4 5 155.4000 17.34359 7.75629 133.8651 176.9349 138.00 180.00

Total 20 125.8500 39.09270 8.74139 107.5541 144.1459 51.00 185.00

Test of Homogeneity of Variances

Dosis

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.569 3 16 .643

ANOVA

Dosis

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 19316.950 3 6438.983 10.600 .000

Within Groups 9719.600 16 607.475

Total 29036.550 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

63

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Jumlah_bakteri

Tukey HSD

(I)

Kelompok

(J)

Kelompok

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

1 2 -49.40000* 15.58814 .027 -93.9980 -4.8020

3 -71.80000* 15.58814 .001 -116.3980 -27.2020

4 -79.80000* 15.58814 .001 -124.3980 -35.2020

2 1 49.40000* 15.58814 .027 4.8020 93.9980

3 -22.40000 15.58814 .496 -66.9980 22.1980

4 -30.40000 15.58814 .247 -74.9980 14.1980

3 1 71.80000* 15.58814 .001 27.2020 116.3980

2 22.40000 15.58814 .496 -22.1980 66.9980

4 -8.00000 15.58814 .955 -52.5980 36.5980

4 1 79.80000* 15.58814 .001 35.2020 124.3980

2 30.40000 15.58814 .247 -14.1980 74.9980

3 8.00000 15.58814 .955 -36.5980 52.5980

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subsets

Dosis

Tukey HSD

Kelompok N Subset for alpha = 0.05

1 2

1 5 75.6000

2 5 125.0000

3 5 147.4000

4 5 155.4000

Sig. 1.000 .247

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PENGARUH PEMBERIAN MADU HUTAN TERHADAP AKTIVITAS …

64

BIOGRAFI PENULIS

Skripsi yang berjudul ”Pengaruh Pemberian Madu

Hutan terhadap Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Makrofag

pada Hewan Uji Tikus Jantan Galur Wistar” ini ditulis oleh

Perthy Melati Kasih. Penulis merupakan anak pertama dari

dua bersaudara, yang lahir di Sampit, Kalimantan Tengah

pada tanggal 21 November 1989. Pada tahun 1994-1996

penulis menempuh pendidikan di TK Sinar Surya, Palangka

Raya. Kemudian pada tahun 1996, penulis melanjutkan

pendidikan ke SD Katolik Santo Don Bosco Palangka Raya

hingga tahun 2002. Pada tahun 2002 – 2005 penulis menempuh pendidikan

menengah pertama di SMP Katolik Santo Paulus Palangka Raya. Selepas dari

pendidikan menengah pertama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Stella

Duce 2 Yogyakarta pada tahun 2005 – 2008. Selanjutnya mulai tahun 2008

penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Pada tahun 2008-2009 penulis pernah menjabat sebagai Sie Acara

UKF Kerohanian PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) Apostolos. Pada tahun

2009-2010 menjabat kembali dalam kepengurusan UKF Kerohanian PMK

(Persekutuan Mahasiswa Kristen) Apostolos sebagai Sie Care and Creative. Pada

tahun 2009 penulis penulis pernah menjadi Co-Fasilitator Pelatihan

Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (PPKM) I Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI