pengaruh penambahan ekstrak buah mengkudu
TRANSCRIPT
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU
(Morinda citrifolia L.) PADA PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN
DAN SINTASAN IKAN MAS KOKI (Carassius auratus)
ASRINI WIJAYANTI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/ 1441 H
PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BUAH MENGKUDU
(Morinda citrifolia L.) PADA PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN
DAN SINTASAN IKAN MAS KOKI (Carassius auratus)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
pada Progam Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ASRINI WIJAYANTI
NIM 11150950000011
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M/ 1441 H
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Asrini Wijayanti. Pengaruh Penambahan Ekstrak Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L.) pada Pakan untuk Pertumbuhan dan Sintasan Ikan
Mas Koki (Carassius auratus). Skripsi. Progam Studi Biologi. Fakultas Sains
dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019.
Dibimbing oleh Lili Sholichah dan Priyanti
Kondisi lingkungan yang tidak pada kadar optimum tidak dapat menunjang
kehidupan ikan mas koki, sehingga menyebabkan pertumbuhan dan hasil produksi
menurun. Oleh karena itu, penggunaan antioksidan alami ekstrak buah mengkudu
menjadi salah satu alternatif permasalahan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah
mendapatkan dosis terbaik penambahan ekstrak buah mengkudu pada pakan ikan.
Metode penelitian ini menggunakan eksperimental dengan Rancangan Acak
Lengkap dengan Pengamatan Berulang. Perlakuan yang digunakan, yaitu
menambahkan ekstrak buah mengkudu 0, 500, 1000, & 1500 (mg/kg) pada pakan
ikan. Berdasarkan hasil analisis statistik penambahan ekstrak buah mengkudu yang
berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan mas
koki. Pertambahan panjang tertinggi 8,45 cm dan bobot 16,61 g pada penambahan
1000 mg/kg dan panjang 8,05 cm dan bobot 15,84 g pada penambahan 1500 mg/kg
pakan. Persentase sintasan tertinggi pada penambahan 1000 mg/kg pada pakan
sebesar 98,44%. Kandungan proksimat yang terdapat dalam pakan meliputi kadar
air, abu, lemak, protein, dan serat kasar dapat menunjang kehidupan ikan mas koki
berdasarkan standar mutu pembesaran ikan. Kualitas air yang meliputi kadar DO,
suhu, pH, amonia, dan nitrit menunjukkan dalam batas normal untuk pemeliharaan
ikan mas koki berdasarkan standar mutu produksi ikan. Dosis terbaik untuk
meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan mas koki dengan menambahkan
ekstrak buah mengkudu 1000 mg/kg pakan.
Kata kunci: Antioksidan; Ikan mas koki; mengkudu; pertumbuhan; sintasan
vi
ABSTRACT
Asrini Wijayanti. Effect of Addition of Noni Fruit Extract (Morinda citrifolia)
on Feed for Gowth and Survival of Goldfish (Carassius auratus).
Undergraduate Thesis. Biology Study Progam. Faculty of Science and
Technology. Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. 2019.
Supervised by Lili Sholichah and Priyanti
Environmental conditions that are not at optimum levels cannot support the life of
goldfish, causing growth and yields to decline. Therefore, the use of natural
antioxidants noni fruit extract is an alternative problem. The purpose of this study
was to obtain the best dose of the addition of noni fruit extract in fish feed. This
research method uses an experimental design with a Complete Random Design with
Repeated Measurement. The treatment used, namely adding noni fruit extract 0,
500, 1000, & 1500 (mg / kg) in fish feed. Based on the results of statistical analysis
the addition of different noni fruit extracts had a significant influence on the growth
and survival of the goldfish. The highest addition of length was 8.45 cm and weight
of 16.61 g at the addition of 1000 mg / kg and length of 8.05 cm and weight of
15.84 g at the addition of 1500 mg / kg of feed. The highest percentage of survival
is the addition of 1000 mg / kg in feed was 98.48%. The proximate content
contained in the feed includes water, ash, fat, protein, and crude fiber can support
the life of a goldfish based on the quality standard of fish enlargement. Water
quality which includes DO levels, temperature, pH, ammonia, and nitrite shows
within normal limits for the maintenance of chef goldfish based on fish production
quality standards. The best dose to increase the growth and survival of the goldfish
by adding noni fruit extract 1000 mg / kg of feed.
Keywords: Antioxidant; Goldfish; growth; noni; survival rate
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat – Nya, sehingga dapat melaksanakan dan menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pengaruh Penambahan Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
pada Pakan untuk Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Mas Koki (Carassius
auratus)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan gelar sarjana Progam Studi Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan
skripsi, penulis ingin memberikan terima kasih kepada:
1. Prof. Lily Eka Surayya Putri, M. Env. Stud selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Priyanti, M. Si selaku Ketua Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan
Teknologi dan selaku Pembimbing II atas kesediaan dalam membimbing
dan memberikan arahan secara teknis selama penelitian kepada penulis, dan
Narti Fitriana, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Biologi, Fakultas Sains
dan Teknologi dan dosen penguji II sidang atas kesediaan dalam
membimbing dan memberikan arahan secara teknis selama penulisan
skripsi.
3. Lili Sholichah, M.Si selaku Pembimbing I atas kesediaan dalam
membimbing dan memberikan arahan secara teknis selama penelitian
kepada penulis.
4. Dr. Dasumiati, M. Si dan Etyn Yunita, M. Si selaku dosen penguji seminar
proposal dan hasil atas kesediaan dalam membimbing dan memberikan
arahan secara teknis selama penulisan skripsi.
5. Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M. Si selaku penguji I sidang atas kesediaan
dalam membimbing dan memberikan arahan secara teknis selama penulisan
skripsi.
6. Staff serta Teknisi Lapangan, Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok, Jawa
Barat yang banyak membantu dan memberikan arahan selama penelitian.
viii
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis dalam menempuh pendidikan sampai terbitnya skripsi ini.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
penulis. Semoga Allah SWT senantiasa membalas kebaikan semuanya. Amin.
Wassalamuallaikum Wr. Wb.
Jakarta, Januari 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3. Hipotesis .................................................................................................. 3
1.4. Tujuan ...................................................................................................... 3
1.5. Manfaat .................................................................................................... 3
1.6. Kerangka Berpikir ................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
2.1. Ikan Mas Koki (Carassius auratus) ......................................................... 5
2.2. Pakan Ikan ................................................................................................ 6
2.3. Mengkudu ................................................................................................ 7
2.4. Pertumbuhan dan Sintasan Ikan ............................................................... 9
BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 10
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................ 10
3.2. Bahan dan Alat ...................................................................................... 10
3.3. Rancangan Percobaan ............................................................................ 10
3.4. Cara Kerja .............................................................................................. 11
3.4.1. Pembuatan Pakan Perlakuan......................................................... 11
3.4.2. Analisis Proksimat ........................................................................ 11
3.4.3. Persiapan Wadah dan Ikan Mas Koki Uji .................................... 12
3.4.4. Pemeliharaan Ikan Mas Koki ....................................................... 12
3.4.5. Pengukuran Parameter Penelitian ................................................. 13
3.4.5.1. Panjang Total Ikan Mas Koki ………………………….13
3.4.5.2. Bobot Ikan Mas Koki ……...………….……………….13
3.4.5.3. Sintasan Ikan Mas Koki ………...………….………….13
3.4.6. Uji Kualitas Air ............................................................................ 14
3.4.7. Analisis Data ................................................................................ 14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 15
4.1. Pertambahan Panjang Total Ikan Mas Koki .......................................... 15
4.2. Pertambahan Bobot Ikan Mas Koki ...................................................... 17
4.3. Sintasan Ikan Mas Koki......................................................................... 19
4.4. Analisa Proksimat .................................................................................. 20
x
4.5. Uji Kualitas Air ..................................................................................... 22
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 23
1.1. Kesimpulan ............................................................................................ 23
1.2. Saran ...................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
LAMPIRAN - LAMPIRAN ................................................................................ 28
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Hasil analisa proksimat di Laboratorium Balai Riset dan
Budidaya Ikan Hias, Depok..………………………………….... 20
Tabel 2. Hasil uji kualitas air di Laboratorium Balai Riset dan Budidaya
Ikan Hias, Depok …….............................................................… 22
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian pengaruh penambahan ekstrak
buah mengkudu pada pakan untuk pertumbuhan dan sintasan
ikan mas koki .…………………………………………...… 4
Gambar 2. Benih ikan mas koki ……....…...…………………………... 5
Gambar 3. Buah mengkudu ……………………...……………………. 7
Gambar 4. Rata-rata pertambahan panjang total (cm) ikan mas koki … 15
Gambar 5. Panjang ikan mas koki pada pengamatan hari ke-84..……... 16
Gambar 6. Rata-rata pertambahan bobot (g) ikan mas koki ...…...……. 17
Gambar 7. Rata-rata persentase sintasan ikan mas koki …………..….. 19
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Tata letak rak akuarium (a), dan aerator (b) .……..……….. 28
Lampiran 2. Desain akuarium penelitian ……………………………….. 29
Lampiran 3. Prosedur pembuatan pakan ikan meliputi penimbangan (a),
homogenisasi (b), penggilingan (c), peletakkan (d), pengeringan
(e), penyimpanan (f) ……….…...………………..………... 30
Lampiran 4. Analisis penambahan dosis ekstrak buah mengkudu yang
berbeda menggunakan ANOVA terhadap panjang total ikan
mas koki ………………………………………………….. 31
Lampiran 5. Analisis penambahan dosis ekstrak buah mengkudu yang
berbeda menggunakan ANOVA terhadap bobot ikan mas
koki ………………………………………………………. 32
Lampiran 6. Analisis penambahan dosis ekstrak buah mengkudu yang
berbeda menggunakan ANOVA terhadap sintasan ikan mas
koki ……………………………………………………… 33
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan mas koki (Carassius auratus) merupakan jenis ikan hias air tawar yang
memiliki nilai ekonomi tinggi. Ikan ini termasuk ikan yang cukup mudah
dibudidayakan, tidak memerlukan lahan yang luas untuk budidaya, dan siklus
reproduksi yang singkat (Kafa, Hidayat, & Cholissodin, 2019). Bentuk tubuhnya
yang bulat dan unik, warnanya yang cerah, dan lucu, juga dipercaya memberikan
energi hingga membawa keberuntungan membuat ikan mas koki menjadi ikan hias
yang paling banyak penggemarnya hingga dikoleksi dan bahkan dikonteskan
(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2019).
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2018), produksi ikan mas
koki mengalamai kenaikan rata-rata 31,1% dari tahun 2015 hingga 2018. Pada
tahun 2019, hasil produksi ikan mas koki hingga triwulan III mencapai 47.619.000
ekor (DJPB, 2019). Berdasarkan survei pendahuluan pada 2018-2019 benih ikan
mas koki berukuran 3-4 cm mempunyai harga berkisar Rp 3.500 – Rp 10.000
hingga induk mas koki mencapai Rp 200.000 per ekor di pasar. Hal tersebut
menunjukkan permintaan akan mas koki meningkat tiap tahunnya. Namun, semakin
tingginya permintaan semakin tinggi pula tantangan yang dihadapi oleh
pembudidaya ikan mas koki.
Menurut Erlangga, Ezraneti, dan Mawardi (2017), kondisi lingkungan yang
didukung oleh berbagai faktor seperti kimia, biologi, dan fisika dapat
mempengaruhi tingkat nafsu makan ikan. Lingkungan jika tidak dalam kondisi
yang optimum tidak mampu mendukung kehidupan ikan, sehingga membuat
pertumbuhannya terhambat dan sintasan (kelangsungan hidup) menurun. Rata-rata
benih ikan mas koki memiliki keberhasilan hidup 70-80% hingga panen (Roziq,
Soetriono, & Suwandari, 2016). Penumpukan amonia yang berasal dari hasil
ekskresi hewan air dan degradasi makanan, dapat memicu stress dan toksisitasnya
menyebabkan berbagai masalah fisiologis (Yang, Sun, Xiang, Yang, & Chen,
2011). Ikan mas koki yang terpapar ammonia dalam jangka panjang dapat
menyebabkan stress oksidatif (Lisser, Lister, Pham-Ho, Scott, & Wilkie, 2017;
2
Sinha et al., 2014; Yang et al., 2011; Yang, Xiang, Liang, & Yang, 2010), sehingga
menyebabkan nafsu makan terganggu dan pertumbuhan terhambat.
Salah satu cara untuk menghentikan atau menghambat stress oksidatif
adalah dengan pemberian antioksidan. Pakan ikan (pakan komersil) yang biasanya
digunakan pembudidaya ikan hias mengandung senyawa antioksidan sintetis.
Antioksidan sintetis yang biasa digunakan oleh industri pakan ikan, seperti
Butylated Hidroxyanisol (BHA) dan Butylated Hidroxytoluene (BHT) jika
digunakan dalam jangka panjang akan memberikan efek negatif pada tubuh, salah
satunya bersifat karsinogenik (Sayuti & Yenrina, 2015). Oleh karena itu,
penggunaan antioksidan alami menjadi salah satu alternatif yang sangat diperlukan.
Penggunaan antioksidan alami juga lebih murah dan lebih aman dibandingkan
antioksidan sintetis (Sayuti & Yenrina, 2015). Antioksidan alami berupa flavonoid,
tannin, kumarin, kurkumanoid dan fenol banyak terdapat pada daun-daunan, buah-
buahan, dan biji-bijian (Babbar, Sandhu, Kumar, & Bhargav, 2014). Salah satu
buah-buahan yang mengandung antioksidan adalah buah mengkudu (Morinda
citrifolia L.).
Buah mengkudu mengandung senyawa fenolik dan vitamin C yang dapat
berperan aktif dalam penangkapan radikal bebas (Adawiah, Sukandar, &
Muawanah, 2004). Senyawa antioksidan dapat mengatasi stress oksidatif
(kerusakan oksidatif) atau kerusakan akibat radikal bebas (Sayuti & Yenrina, 2015).
Oleh karena itu, dengan menambahkan ekstrak buah mengkudu pada pakan ikan
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan sintasannya.
Sylvawan, Hasan, dan Sunarto (2014), sebelumnya telah menggunakan
ekstrak buah mengkudu 10,7 mg/L untuk merendam pakan yang diberikan pada
benih ikan lele Sangkuriang (Clarias sp.), hasilnya dapat meningkatkan sintasan
sebesar 96,50%. Selain itu, Sujito (2017) menggunakan ekstrak buah mengkudu
pada pakan 150 g/kg pakan, namun tidak mempengaruhi sintasan benih ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus). Penelitian mengenai penambahan ekstrak buah
mengkudu pada pakan ikan hias air tawar khususnya ikan mas koki belum pernah
diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan dosis ekstrak buah mengkudu
sebanyak 0, 500, 1000, dan 1500 mg/kg pakan untuk ditambahkan ke dalam pakan
3
ikan koki sebagai studi awal dengan harapan mampu meningkatkan pertumbuhan
dan sintasan ikan mas koki.
1.2. Rumusan Masalah
Berapakah dosis terbaik untuk penambahan ekstrak buah mengkudu dalam
pakan ikan mas koki untuk meningkatkan pertumbuhan dan sintasan?
1.3. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh penambahan
ekstrak buah mengkudu dengan dosis 500, 1000, dan 1500 mg/kg dalam pakan
dapat meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan mas koki.
1.4. Tujuan
Mendapatkan dosis terbaik penambahan ekstrak buah mengkudu pada
pakan ikan untuk meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan mas koki.
1.5. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat terutama pembudidaya ikan hias tentang penambahan ekstrak buah
mengkudu dalam pakan ikan dapat meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan
mas koki.
4
1.6. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian pengaruh penambahan ekstrak buah
mengkudu pada pakan untuk pertumbuhan dan sintasan ikan mas koki
Pertumbuhan dan sintasan meningkat dengan penambahan ekstrak buah mengkudu pada pakan
Pemberian antioksidan
Antioksidan alami (murah dan aman)
Kondisi lingkungan yang tidak pada kadar optimum tidak dapat menunjang kehidupan ikan: pertumbuhan dan hasil produksi menurun
Ikan mas koki bernilai ekonomi tinggi
Antioksidan sintetis
(mahal dan bersifat
karsinogenik)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Mas Koki (Carassius auratus)
Klasifikasi ikan mas koki menurut Smartt (2001) yaitu, Famili: Cyiprinidae;
Genus: Carassius; Spesies: Carassius auratus. Ikan ini memiliki lebih dari seratus
strain, warna dan karakteristiknya sangat bervariasi. Panjang tubuh ikan mas koki
berkisar 2-31 cm dengan tipe mulut terminal (Al-Noor, 2010). Rahang atas tidak
terdapat duri dan tidak memiliki sisik di kepala. Bentuk mata yang sangat besar dan
indera penciuman dan pendengarannya akurat. Terdapat 27-31 sisik di sepanjang
garis rusuknya. Ikan mas koki memiliki (bukan gigi sejati) gigi faring untuk
menghancurkan makanan (Street, 2002). Sirip punggung (dorsal) memanjang dan
bagian belakangnya berjari tulang keras, sirip ketiga dan keempat bergerigi. Letak
sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Garis rusuk
atau gurat sisi (linnea lateralis) pada ikan mas koki tergolong lengkap, berada
dipertengahan tubuh dengan posisi melentang dari tutup insang sampai ke ujung
belakang pangkal ekor. Sirip dubur (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung
dan seluruh bagian siripnya berbentuk rumbai-rumbai atau panjang (Wahyuningsih
& Barus, 2006).
Balai Riset dan Budidaya Ikan Hias Depok (BRBIH) merupakan salah satu
yang membudidayakan ikan mas koki strain Mutiara. Ikan ini memiliki bentuk
tubuh seperti telur. Tubuhnya pendek, gemuk, dan padat. Bentuk perut bulat
menyerupai bola golf. Memiliki barisan sisik tengah yang terangkat. Ikan ini biasa
ditemukan dalam semua jenis warna, seperti merah, biru, hitam, dan merah putih
(Brough, 2015). (Gambar 2).
Gambar 2. Benih ikan mas koki (Dokumentasi Pribadi)
6
Ikan mas koki bersifat omnivora dan memakan tanaman air, serangga air
seperti larva nyamuk, crustacea kecil, zooplankton, dan detritus, sedangkan di
akuarium biasanya diberi pakan serpihan kering atau makanan pelet (Street, 2002).
Ikan ini hidup di perairan tawar yang airnya tenang. Biasanya ikan mas koki
dipelihara di dalam akuarium. Ikan mas koki telah dipelihara sejak tahun 475
sebelum masehi di Cina. Kemudian masuk ke Indonesia dan mulai dipelihara
sekitar tahun 1920. Ikan ini tersebar di daratan Asia, Eropa, Amerika Utara dan
Australia (Iswardiyantok, 2014). Pembudidaya ikan mas koki banyak terdapat di
daerah Jawa dan Sumatera.
2.2. Pakan Ikan
Pakan adalah faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Pakan
ikan terdiri dari dua macam, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami
biasanya digunakan karena mudah didapat, murah dan banyak mengandung nutrisi.
Penggunaan pakan alami dalam budidaya ikan hias biasanya adalah cacing sutera
(Tubifex sp.) dan cacing darah (larva Chironomus sp.). Menurut Suhendri, Harris,
dan Utpalasari (2018), penambahan cacing darah (Chironomus sp.) dapat
meningkatkan nafsu makan ikan mas koki.
Pakan buatan yang baik adalah tidak mudah hancur di dalam air dan aman
bagi ikan. Pembudidaya ikan hias biasanya menggunakan pakan komersil karena
lebih efektif dan efisien. Berikut komposisi pakan komersil pada kemasan: tepung
ikan, tepung udang, tepung kedelai, bekatul, ekstrak bekatul, tepung beras, premik
vitamin dan mineral, penambah pigmen, dan antioksidan.
Beberapa penelitian sebelumnya menggunakan tambahan bahan nabati
yang ditambahkan ke dalam pakan buatan ikan untuk mengetahui pengaruhnya.
Solihah, Buwono, dan Herawati (2015), menambahkan tepung labu kuning pada
pakan buatan untuk meningkatkan kualitas warna ikan mas koki. Selain itu,
Syahrizal, Ghofur, dan Aljumrada (2017) juga menambahkan tepung eceng gondok
(Eichhornia Crassipes) pada pakan buatan untuk mengetahui dampaknya bagi
perubahan warna dan sintasan ikan mas koki.
7
2.3. Mengkudu
Gambar 3. Buah mengkudu (Sumber : Dokumen Pribadi)
Klasifikasi tanaman mengkudu menurut Djauhariyah (2003) yaitu, Famili :
Rubiaceae; Genus : Morinda; Spesies : Morinda citrifolia L. Mengkudu merupakan
pohon dengan tinggi 3-8 m, memiliki cabang, kulit batangnya berwarna cokelat,
cabang-cabangnya kaku, kasar tetapi mudah patah. Daun mengkudu berwarna hijau
tua, duduk daun bersilang, berhadapan, dengan bentuknya bulat telur dan elips,
lebar, panjang daun 10-40 cm, lebar 5-17 cm, helai daun tebal, mengkilap, tepi daun
rata, ujungnya meruncing, pangkal daun menyempit, tulang daun menyirip. Bunga
berbentuk bonggol, keluar dari ketiak daun. Pada satu bonggol tumbuh lebih dari
90 mahkota bunga berwarna putih, berbentuk tabung seperti terompet yang tumbuh
secara bertahap 1-3 mahkota bunga setiap 3 hari. Bonggol tersebut adalah bakal
buah. Buah mengkudu berupa buah buni majemuk, yang berkumpul menjadi satu,
bertangkai pendek, bentuk bulat lonjong, panjangnya 5-10 cm. Permukaan buah
tidak rata, terdapat bintik-bintik dan kutil. Buahnya berwarna hijau, semakin tua
kulit buah agak menguning, dan buah yang matang berwarna putih menguning dan
transparan (Gambar 3). Buah yang matang dagingnya lunak berair dan berbau
busuk (Djauhariya, 2003).
Tanaman mengkudu dikenal juga dengan pace di Pulau Jawa. Tanaman ini
termasuk tanaman tropis dan liar. Mengkudu dapat tumbuh di tepi pantai hingga
ketinggian 1500 m dpl (di atas permukaan laut), baik dilahan subur maupun
marginal (Djauhariya & Rahardjo, 2006). Penyebaran tanaman mengkudu meliputi
seluruh kepulauan Pasifik Selatan, Malaysia, Indonesia, Taiwan, Filipina, Vietnam,
India, Afrika dan Hindia Barat (Solomon, 1999).
8
Manfaat buah mengkudu antara lain sebagai antioksidan, anti inflamasi, anti
histamine, anti jamur, antibiotik, anti kanker dan analgesik (Ayanbule, Li, Peng,
Nowicki, & Anderson, 2011). Salah satu penelitian yang menggunakan ekstrak
buah mengkudu adalah Sylvawan, et al. (2014), menggunakan ekstrak buah
mengkudu untuk merendam pakan dengan konsentrasi 10,7 mg/L untuk
mengurangi agesifitas benih ikan lele sangkuriang (Clarias sp.).
Menurut Rustanti, Murwani, dan Anwar (2011), ekstrak mengkudu berupa
fenolat dan flavonoid mampu menghambat laju pembentukan advanced glycation
end products AGEs dan senyawa dikarbonil. Ikatan AGEs dengan reseptor AGEs
(RAGE) memicu timbulnya reactive oxygen species (ROS) dan aktivasi NF-ĸB
terhadap sel target, endothelium, sel mesangial dan makrofag dengan respons
peningkatan permeabilitas vaskuler, pada kerusakan ginjal. Flavonoid memiliki
gugus hidroksil yang dapat mendonorkan atom hidrogen kepada senyawa radikal
bebas dan untuk menstabilkan senyawa oksigen reaktif (ROS) (Rezaeizadeh et al.,
2011). Proses oksidasi ditandai dengan meningkatnya radikal bebas. Menurut
Sayuti dan Yenrina (2015), ketidakseimbangan antara jumlah antioksidan dengan
radikal bebas yang terbentuk akan menyebabkan stress oksidatif atau kerusakan
oksidatif. Antioksidan adalah senyawa pendonor elektron yang mampu menangkal
atau mengurangi dampak negatif oksidan (Sayuti & Yenrina, 2015). Selain itu,
kandungan vitamin C yang terdapat dalam ekstrak mengkudu juga mampu
menghambat pembentukan radikal superoksida, radikal hidroksil, radikal peroksil,
oksigen dan hidrogen peroksida. Vitamin C atau asam askorbat merupakan
antioksidan non enzimatis yang dapat larut dalam air dan banyak terdapat dalam
buah-buahan termasuk buah mengkudu (Adawiah et al. 2004).
Kandungan fenolik pada ekstrak buah mengkudu dengan pelarut etanol
yaitu 171,91 mg/L, sedangkan pada ekstrak buah mengkudu dengan pelarut etil
asetat lebih sedikit yaitu 23,27 mg/L (Hasri, Maryono, & Sari, 2018). Kandungan
total fenolik dalam ekstrak buah mengkudu sebesar 14,44±0,82 mg ekivalen
pirogalol (PE)/g ekstrak, kadar total flavonoid ekstrak etanol buah mengkudu
sebesar 5,69±0,21 mg ekivalen rutin (RE)/g ekstrak, dan IC50 ekstrak etanol buah
mengkudu sebesar 104,73±4,56 µg/mL dengan tingkat kekuatan antioksidan
sedang (Anwar & Triyasmono, 2016).
9
2.4. Pertumbuhan dan Sintasan Ikan
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran, bobot atau panjang dalam
waktu tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor luar
(makanan, suhu perairan, pH, dan salinitas air, dan faktor dari dalam (keturunan,
jenis kelamin, umur, parasit dan penyakit) (Effendie, 1997). Menurut Syahrizal et
al. (2017), pengaruh makanan yang diberikan untuk ikan mas koki mampu
dimanfaatkan dengan baik jika makanan yang digunakan cukup dan kandungan
nutrisi semakin lengkap dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Cholifah,
Febriani, Ekawati, dan Risjani (2012), menggunakan 15% tepung silase daun
mengkudu untuk mensubstitusi protein tepung ikan untuk meningkatkan laju
pertumbuhan spesifik 0,72 %BB/hari pada ikan sidat (Anguilla bicoor).
Menurut Effendie (1997), sintasan merupakan peluang hidup pada suatu
individu dalam rentang waktu tertentu. Sintasan ikan pada masa larva dan benih
ditentukan oleh ketersediaan makanan, sehingga ikan dapat mengalami kematian
dalam waktu singkat jika tidak mendapatkan makanan (Ningsi, Kurnia, & Nur,
2018). Nilai sintasan ikan rata-rata yang baik berkisar 73,5%-86,0% (Andriyan,
Rahmaningsih, & Firmani, 2018). Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh
Syahrizal et al. (2017) menunjukkan sintasan ikan mas koki yang ditambahkan
ekstrak eceng gondok pada pakan rata-rata >90%. Hal ini dikarenakan ikan mas
koki memanfaatkan pakan buatan selain untuk mempertahankan hidup juga untuk
pertumbuhan (Syahrizal et al. 2017).
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - November 2019 di Balai Riset
Budidaya Ikan Hias (BRBIH), di Jl. Perikanan No.13 Pancoran Mas, Depok.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah 256 ekor benih ikan mas
koki (C. auratus) strain Mutiara dari BRBIH, air tandon, pakan ikan, dan ekstrak
buah mengkudu koleksi BRBIH.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah baskom, saringan ikan, 16
akuarium berukuran 40 x 40 x 35 cm, timbangan presisi, gelas ukur, DO meter, pH
indikator, plastik 2 kg, label, solatip, saringan bertingkat, oven, blender, nampan,
alat penggilingan, aerator, selang 4 mm, dan kertas millimeter blok atau penggaris.
3.3. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental, dengan
percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan Pengamatan Berulang
(Repeated Measurement) (Mattjik & Sumertajaya, 2006). Penelitian ini terdiri dari
empat perlakuan dengan masing-masing empat kali pengulangan. Sampel yang
digunakan yaitu K = Penambahan ekstrak buah mengkudu 0 mg/kg pakan (kontrol),
C1 = Penambahan ekstrak buah mengkudu 500 mg/kg pakan, C2 = Penambahan
ekstrak mengkudu 1000 mg/kg pakan, dan C3 = Penambahan ekstrak buah
mengkudu 1500 mg/kg pakan.
Ikan uji yang digunakan berjumlah 16 ekor per akuarium. Akuarium pada
penelitian ini disimpan didalam ruangan dan diletakkan pada rak (Lampiran 1). Rak
atas dan rak bawah masing-masing menyimpan delapan akuarium. Ruangan yang
digunakan terdapat lampu yang biasanya dinyalakan hanya pada malam hari dan
pada siang harinya hanya menggunakan cahaya matahari yang masuk melalui
jendela dalam ruangan. Kode tiap perlakuan diberikan di pojok kiri atas akuarium
11
dengan dilapisi solatip, dimulai dari sebelah kanan atas rak akuarium, dilanjutkan
berurutan ke sebelah kiri sampai pada akuarium yang terdapat di bawah kanan rak
(Lampiran 2).
3.4. Cara Kerja
3.4.1. Pembuatan Pakan Perlakuan
Pakan di formulasikan dahulu untuk memperoleh kandungan nutrisi pakan
yang sesuai perlakuan. Adapun bahan dasar pakan yang digunakan yaitu tepung
ikan 380 g, tepung kedelai 260 g, tepung terigu 90 g, tepung tapioka 90 g, tepung
polar 90 g, minyak ikan 15 g, minyak sayur 15 g, premik vitamin mineral 60 g.
Bahan dasar pakan yang akan digunakan dalam penelitian ditimbang
terlebih dahulu. Kesemua bahan dicampur sampai merata. Bahan yang sudah
dicampur, ditimbang masing-masing 1 kg dipisahkan ke dalam empat baskom yang
berbeda. Masing-masing baskom kemudian diberikan kode untuk tiap perlakuan.
Kemudian bahan dasar pakan kontrol yang telah dipisahkan ditambahkan dengan
ekstrak buah mengkudu sesuai dosis dalam bentuk powder. Ekstrak buah mengkudu
yang digunakan pada penelitian ini merupakan ekstrak dengan kode MC3-18 milik
BRBIH.
Semua pakan yang sudah tercampur merata masing-masing ditambahkan
air sebanyak ± 600 ml sehingga menjadi adonan yang kemudian digiling dengan
mesin. Hasil adonan yang telah digiling diletakkan pada loyang oven dan diberi
label kode. Kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven bersuhu 45 oC
selama 24 jam, dan diblender hingga menjadi hancur dan berbentuk seperti ganula.
Ganula ini yang disebut pelet. Pelet yang hancur tersebut diayak menggunakan
saringan bertingkat. Pelet yang digunakan untuk penelitian berukuran 425-600 µm,
kemudian disimpan dalam plastik yang telah diberikan label kode, diikat rapat, dan
disimpan di dalam freezer agar tahan lama dan mencegah pertumbuhan jamur.
Tahapan pembuatan pakan buatan dapat dilihat pada Lampiran 3.
3.4.2. Analisis Proksimat
Uji proksimat ini dilakukan pada semua pakan perlakuan, sebelum
diberikan ke ikan. Prosedur uji proksimat yang diuji meliputi analisis kadar air,
12
kadar protein, kadar lemak, kadar abu dan kadar serat kasar. Prosedur analisis
proksimat kadar protein menggunakan prosedur AOAC (Association of Official
Analytical Cheist) tahun 1980, kadar abu AOAC tahun 2005 sedangkan kadar air,
kadar lemak dan kadar serat kasar menggunakan prosedur SNI 01-2891-1992.
Prosedur analisis proksimat dilakukan di Laboratorium BRBIH.
3.4.3. Persiapan Wadah dan Ikan Mas Koki Uji
Sebanyak 16 wadah akuarium yang akan digunakan dalam penelitian ini
terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran dengan cara diisi air ± 48 L kemudian
ditambahkan larutan methylene blue (MB) ± 16 tetes untuk disinfeksi selama 3 x 24
jam. Setelah itu akuarium di bilas dengan air mengalir sampai bersih, dikeringkan
selama 3 x 24 jam. Kemudian diisi air dengan ketinggian ± 22 cm dan volume 35,2
L. Masing-masing akuarium diberikan alat aerator untuk menunjang kehidupan
ikan (Lampiran 1). Air yang digunakan berasal dari air tandon. Wadah akuarium
diberi label kode pada dinding sebelah kiri atas akuarium dengan dilapisi solatip
agar tidak basah. Ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah 256 ekor benih
ikan mas koki dengan masing-masing 16 ekor per akuarium (C. auratus) strain
Mutiara yang diperoleh dari BRBIH dengan panjang total tubuh awal 2,7 ± 0,22
cm, bobot tubuh awal 1,20 ± 0,02 g dan berumur 1,5 bulan.
3.4.4. Pemeliharaan Ikan Mas Koki
Ikan mas koki yang telah ditebar ke dalam akuarium dipuasakan selama 24
jam agar menyesuaikan dengan lingkungan akuarium yang baru. Kemudian
diadaptasikan terlebih dahulu selama 14 hari dengan diberi pakan kontrol secara
restricted food atau pemberian pakan yang dibatasi dengan menyesuaikan
kebutuhan ikan berdasarkan bobotnya. Setelah masa adaptasi selesai dilakukan
pengukuran kembali sebagai data awal panjang total, bobot dan sintasan ikan mas
koki pada pagi hari pukul 07.30 WIB dan sore hari pukul 15.30 WIB. Panjang total
ikan mas koki setelah masa adaptasi 2,8 ± 0,13 cm dan bobot 1,55 ± 0,37 g. Setelah
itu ikan dipuasakan selama 24 jam kembali. Pada pagi hari berikutnya ikan mulai
diberikan pakan tiap perlakuan pukul 07.30-07.45 WIB. Kemudian setiap 14 hari
dilakukan pengukuran pertumbuhan dan sintasan ikan setelah diberikan perlakuan.
13
Pemeliharaan ikan mas koki dilakukan selama 98 hari dengan pemberian
pakan 5% dari ke-16 bobot tubuh ikan untuk dua kali makan yaitu pagi dan sore
hari. Untuk menjaga sintasan ikan mas koki semua akuarium dibersihkan setiap hari
untuk menghilangkan kotoran dan sisa pakan dengan menggunakan selang
(penyiponan). Penyiponan dilakukan 2 jam setelah ikan diberi pakan. Pergantian
air dilakukan setiap minggu untuk mengurangi tingkat stress pada ikan.
3.4.5. Pengukuran Parameter Penelitian
Parameter penelitian ini terdiri atas pertumbuhan panjang total, bobot dan
sintasan ikan mas koki. Pengukuran dilakukan setiap 14 hari sekali sampai pada
hari ke-84, dengan 6 kali pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan
setiap pagi hari pukul 07.30 WIB, sebelumnya ikan tidak diberi makan dan baru di
berikan kembali pada sore hari.
3.4.5.1. Panjang Total Ikan Mas Koki
Pengukuran panjang total tubuh ikan mas koki diukur dengan menggunakan
penggaris/milimeter blok dari ujung mulut ikan sampai ujung ekor tepanjang ikan.
Pengukuran ini dilakukan setiap 14 hari sekali pada pukul 07.30 WIB. Rerata
panjang total ikan saat akhir penelitian dikurangi dengan rerata panjang total ikan
saat awal penelitian.
3.4.5.2. Bobot Ikan Mas Koki
Pengukuran bobot ikan mas koki dilakukan dengan menggunakan
timbangan presisi. Pengukuran ini dilakukan setiap 14 hari sekali pada pukul 07.30
WIB. Rerata bobot ikan saat akhir penelitian dikurangi dengan rerata bobot ikan
saat awal penelitian.
3.4.5.3. Sintasan Ikan Mas Koki
Pengamatan ini dilakukan dengan melihat jumlah ikan yang masih hidup
pada setiap perlakuan. Data dicatat setiap 14 hari sekali. Rerata jumlah ikan yang
14
hidup saat akhir penelitian dibagi dengan rerata jumlah ikan yang hidup saat awal
penelitian dikalikan 100%.
3.4.6. Uji Kualitas Air
Sampel air yang di uji diperoleh dari air yang ada di akuarium. Tiap masing-
masing perlakuan diambil satu akuarium untuk sampel kualitas air. Analisis kualitas
air dilakukan pada pagi hari pukul 07.30 WIB. Untuk uji kualitas air dilakukan pada
awal ikan dimasukkan ke dalam akuarium dan akhir penelitian, parameter yang
diukur yaitu pH, suhu, dan DO (Disolved oxygen) dengan memasukkan alat
indikator ke dalam air akuarium dan dicatat suhunya, sedangkan amonia (NH3) dan
Nitrit (NO2) di uji di Laboratorium BRBIH.
3.4.7. Analisis Data
Data pertumbuhan panjang total, bobot dan sintasan yang diperoleh diolah
menggunakan Microsoft Excel 2013. Selanjutnya data diuji dengan Anaysis of
Variance (ANOVA) dengan Repeated Measurement pada tingkat kepercayaan 95%
dengan progam SPSS 24.0. Apabila hasil uji antar perlakuan berbeda nyata maka
dilanjutkan dengan uji Duncan pada α=0,05.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pertambahan Panjang Total Ikan Mas Koki
Pengukuran panjang total tubuh ikan mas koki dilakukan pada semua ikan
uji strain Mutiara yang digunakan selama 84 hari setelah diberikan pakan
perlakuan. Panjang total awal ikan mas koki pada 14 hari pertama merupakan fase
adaptasi dengan rata-rata 2,8 ± 0,13 cm yang dianggap belum terdapat pertambahan
(0 cm). Fase ini merupakan fase ikan mas koki beradaptasi dengan jenis pakan dan
lingkungan tempat pemeliharaan, kemudian pada 14 hari berikutnya terjadi
pertambahan panjang total ikan yang cepat.
Gambar 4. Rata-rata pertambahan panjang total (cm) ikan mas koki
Rata-rata pertambahan panjang total ikan mas koki terus meningkat setiap
waktunya (Gambar 4). Penambahan dosis EBM yang berbeda memberikan
pengaruh (sig<0.05) (Lampiran 4) terhadap pertambahan panjang total ikan mas
koki selama 84 hari pengamatan. Hasil uji Duncan yang diperoleh menunjukkan
-2
0
2
4
6
8
10
0 14 28 42 56 70 84
Per
tam
bah
an P
anja
ng
(cm
)
Pengamatan Hari Ke-
0 mg/kg 500 mg/kg 1000 mg/kg 1500 mg/kg
16
perlakuan penambahan ekstrak buah mengkudu 0, 500, dan 1000 (mg/kg pakan)
memberikan pengaruh yang berbeda, namun pada perlakuan penambahan ekstrak
buah mengkudu 1000 dan 1500 mg/kg pakan memiliki pengaruh yang sama
terhadap pertambahan panjang total ikan mas koki (Lampiran 4).
Gambar 5. Panjang ikan mas koki pada pengamatan hari ke-84; K = penambahan
EBM 0 mg/kg pakan; C1 = penambahan EBM 500 mg/kg pakan; C2 =
penambahan EBM 1000 mg/kg pakan; C3 = penambahan EBM 1500
mg/kg pakan
Rata-rata pertambahan panjang total ikan menunjukkan hasil tertinggi
setelah 84 hari pengukuran pada perlakuan penambahan 1000 mg/kg pakan sebesar
8,45 cm dan pada perlakuan penambahan 1500 mg/kg pakan sebesar 8,05 cm,
sedangkan rata-rata pertambahan panjang total ikan terendah pada perlakuan 0
mg/kg pakan sebesar 0,8 cm (Gambar 5). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh
senyawa flavonoid yang terdapat pada buah mengkudu sebagai antioksidan yang
dapat menghambat aktivitas senyawa oksidan dan menjaga kualitas pelet. Sesuai
pernyataan Sayuti dan Yenrina (2015), antioksidan yang terdapat dalam makanan
mampu menghambat oksidasi dari lemak dan minyak dan meningkatkan stabilitas
lemak yang terdapat dalam makanan serta mencegah hilangnya sensori dan nutrisi.
Hal tersebut mampu meningkatkan nafsu makan ikan, yang menyebabkan nutrisi
yang terdapat dalam pakan terserap optimal sehingga meningkatkan panjang tubuh
17
ikan mas koki. Pakan yang diberikan dapat termanfaatkan secara efisien dan
kandungan protein yang terdapat dalam pakan mampu mencukupi kebutuhan ikan
untuk tumbuh dengan optimal (Islamiyah, Rachmawati, & Susilowat, 2018). Selain
itu asam askorbat dalam ekstrak buah mengkudu dapat menghambat stress oksidatif
pada ikan mas koki, sehingga membantu mempertahankan kondisi tubuh,
membantu proses penyembuhan luka, dan mengurangi tingkat stress (Sayuti dan
Yenrina 2015).
4.2. Pertambahan Bobot Ikan Mas Koki
Pengukuran bobot tubuh ikan mas koki strain Mutiara yang digunakan
dilakukan pada semua ikan uji selama 84 hari setelah diberikan pakan perlakuan.
Bobot awal ikan mas koki pada 14 hari pertama merupakan fase adaptasi dengan
rata-rata 1,53 ± 0,18 g yang dianggap belum terdapat pertambahan bobot (0 cm).
Fase ini merupakan fase ikan mas koki beradaptasi dengan jenis pakan dan
lingkungan tempat pemeliharaan, kemudian pada 14 hari berikutnya terjadi
pertambahan bobot ikan yang cepat.
Gambar 6. Rata-rata pertambahan bobot (g) ikan mas koki
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
0 14 28 42 56 70 84
Per
tam
bah
an B
ob
ot
(g)
Pengamatan Hari Ke-
0 mg/kg 500 mg/kg 1000 mg/kg 1500 mg/kg
18
Pertambahan bobot rata-rata ikan mas koki terus meningkat setiap waktunya
(Gambar 6). Penambahan dosis EBM yang berbeda memberikan pengaruh
(sig<0.05) (Lampiran 5) terhadap pertambahan bobot ikan mas koki selama 84 hari
pengamatan. Hasil uji Duncan yang diperoleh menunjukkan pada perlakuan
penambahan ekstrak buah mengkudu 0, 500, dan 1000 (mg/kg) pakan memberikan
pengaruh yang berbeda, namun pada perlakuan penambahan ekstrak buah
mengkudu 1000 dan 1500 mg/kg pakan memiliki pengaruh yang sama terhadap
pertambahan bobot ikan mas koki (Lampiran 5).
Rata-rata pertambahan bobot ikan menunjukkan hasil tertinggi setelah 84
hari pengukuran pada perlakuan penambahan 1000 mg/kg pakan sebesar 16,61 g
dan pada perlakuan penambahan 1500 mg/kg pakan (15,84 g), sedangkan rata-rata
pertambahan bobot ikan terendah pada perlakuan 0 mg/kg pakan (3,88 g). Hal ini
kemungkinan terjadi karena pada perlakuan ini terjadi pemanfaatan pakan yang
optimal sehingga bobot tubuh ikan mas koki meningkat. Pakan yang sesuai dengan
kebutuhan ikan akan akan dimanfaatkan dengan baik untuk pertumbuhan, seperti
protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Islamiyah et al. 2018). Protein
dan kelebihan sumber energi yang digunakan untuk metabolisme dan aktifitas akan
disimpan dalam tubuh yang kemudian diekspresikan dalam bentuk pertambahan
bobot dan panjang (Islamiyah et al. 2018).
Berdasarkan hasil statistik rata-rata pertambahan bobot ikan mas koki pada
perlakuan penambahan ekstrak buah mengkudu 1500 mg/kg (15,84 g), hasil ini
lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan esktrak buah mengkudu 1000 mg/kg
(16,61 g). Hal tersebut kemungkinan dikarenakan kadar air pada buah mengkudu
sangat sedikit, yang menyebabkan tekstur pelet menjadi lebih keras sehingga sulit
dicerna oleh ikan mas koki. Kadar air yang tinggi menyebabkan tingkat kekerasan
bahan pangan semakin rendah, sedangkan kadar air yang rendah menyebabkan
tekstur bahan menjadi keras (Buckle et al, 1989). Oleh karena itu, dengan
menambahkan ekstrak buah mengkudu 1000 mg/kg pada pakan merupakan dosis
terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan.
19
4.3. Sintasan Ikan Mas Koki
Pengukuran sintasan ikan mas koki strain Mutiara dilakukan pada semua
ikan uji yang digunakan selama 84 hari diberikan pakan perlakuan. Pengukuran ini
dilakukan dengan menghitung jumlah ikan yang hidup setiap dilakukan
pengamatan. Rata-rata persentase sintasan masing-masing perlakuan berbeda
(Gambar 7).
Gambar 7. Rata-rata persentase sintasan ikan mas koki
Penambahan dosis EBM yang berbeda memberikan pengaruh (sig<0.05)
(Lampiran 6) terhadap persentase sintasan ikan mas koki selama 84 hari
pengamatan. Hasil uji Duncan yang diperoleh menunjukkan perlakuan penambahan
ekstrak buah mengkudu 0, 500, 1000, dan 1500 (mg/kg pakan) memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap persentase sintasan ikan mas koki (Lampiran
6). Rata-rata persentase sintasan ikan mas koki menunjukkan hasil tertinggi setelah
84 hari pengamatan terdapat pada perlakuan dengan menambahkan ekstrak buah
mengkudu 1000 mg/kg pakan (98,44%), sedangkan terendah pada perlakuan
dengan menambahkan ekstrak buah mengkudu 0 mg/kg pakan (62,5%). Hal
0
20
40
60
80
100
120
0 14 28 42 56 70 84
Sin
tasa
n (
%)
Pengamatan Hari Ke-
0 mg/kg 500 mg/kg 1000 mg/kg 1500mg/kg
20
tersebut kemungkinan dikarenakan penambahan ekstrak buah mengkudu dalam
pakan sebagai senyawa antioksidan alami. Antioksidan yang terdapat dalam ekstrak
buah mengkudu berfungsi sebagai ketahanan tubuh. Kandungan senyawa aktif
terutama asam askorbat, flavonoid, dan kandungan asam amino dalam mengkudu
mampu berperan dalam menstimulasi leukosit sebagai pertahanan non spesifik
sehingga dapat berfungsi sebagai immunostimulan (Herlina, 2017). Selain itu,
senyawa antioksidan yang terdapat dalam ekstrak buah mengkudu mampu
menghentikan proses kerusakan sel (Sayuti & Yenrina, 2015), sehingga ikan mas
koki mampu bertumbuh dan mempertahankan kehidupannya.
Rata-rata persentase sintasan ikan mas koki pada perlakuan penambahan
ekstrak buah mengkudu 1500 mg/kg (93,75 %), hasil ini lebih rendah dibandingkan
dengan perlakuan esktrak buah mengkudu 1000 mg/kg (98,44 %). Hal ini
kemungkinan terjadi karena tekstur pelet yang lebih keras akibat kadar air dalam
buah mengkudu rendah, sehingga pakan sulit dicerna oleh ikan mas koki dan
menyebabkan ikan mas koki tidak mampu mempertahankan kehidupannya. Sesuai
dengan pernyataan Effendie (1997), bahwa pakan berfungsi untuk mempertahankan
hidup ikan dan kelebihannya baru dimanfaatkan untuk pertumbuhan ikan tersebut.
4.4. Analisis Proksimat
Uji proksimat merupakan parameter penunjang untuk mengetahui pengaruh
ekstrak buah mengkudu (EBM) yang ditambahkan ke dalam pakan buatan terhadap
pertumbuhan benih ikan mas koki strain Mutiara. Pakan perlakuan yang akan
digunakan di uji untuk mengetahui kandungan nutrisi didalamnya (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil analisis proksimat pakan uji di Laboratorium Balai Riset dan
Budidaya Ikan Hias, Depok
Parameter
Hasil Uji SNI
(2006)
0
mg/kg
500
mg/kg
1000
mg/kg
1500
mg/kg
Kadar air (%) 7,9 5,6 4,6 4,7 ≤ 12
Kadar abu (%) 15,5 13,1 12,4 13,7 ≤ 13
Kadar lemak (%) 8,8 6,1 6,9 6,3 ≥ 5
Kadar protein (%) 35,7 34,0 34,7 35,3 ≥ 30
Kadar serat kasar (%) 10,1 6,1 6,8 7,6 ≤ 8
Keterangan: Hasil uji = penambahan ekstra buah mengkudu 0, 500, 1000, dan 1500
(mg/kg) pada pakan; SNI = Standar Nasional Indonesia
21
Berdasarkan hasil analisis proksimat yang diperoleh kadar air pada pakan
yang ditambahkan EBM berkisar 4,6-5,6%, sedangkan pada pakan perlakuan tanpa
menambahkan EBM sebesar 7,9%. Menurut Astari, Setyawati, & Yanti (2016),
daya tahan pakan menentukan tingkat kekeringan pakan, sehingga jika pakan
buatan mengandung banyak air dan menyebabkan tingginya kelembaban dapat
membuat pakan ditumbuhi jamur.
Kadar lemak pada perlakuan dengan menambahkan EBM berkisar 6,1-
6,9%, sedangkan pada pakan perlakuan tanpa menambahkan EBM sebesar 8,8%.
Hal ini menunjukkan bahwa kadar lemak pada pakan perlakuan masih dalam batas
optimum untuk pembesaran ikan. Dalam hal ini kadar lemak pada pakan perlakuan
tidak mempengaruhi pertumbuhan ikan mas koki.
Kadar protein pada pakan perlakuan dengan menambahkan EBM berkisar
34,0-35,3%, sedangkan pada pakan perlakuan tanpa menambahkan EBM sebesar
35,7%. Protein dan kelebihan sumber energi yang digunakan untuk metabolisme
dan aktifitas akan disimpan dalam tubuh yang kemudian diekspresikan dalam
bentuk pertambahan bobot dan panjang (Islamiyah et al. 2018). Namun dalam hal
ini kandungan protein yang terdapat dalam pakan tidak mempengaruhi
pertumbuhan. Hal ini dikarenakan pada Tabel 4 kadar protein dalam perlakuan C2
lebih kecil dibanding perlakuan K dan C3, sedangkan pada hasil pertumbuhan
menunjukkan bahwa perlakuan C2 lebih tinggi dibanding perlakuan yang lain.
Kadar serat kasar pada pakan yang ditambahkan EBM berkisar 6,1-7,6%,
sedangkan pada pakan perlakuan tanpa menambahkan EBM sebesar 10,1%.
Menurut Handajani (2011), kadar serat kasar yang baik untuk pertumbuhan ikan
maksimal 10%, hal ini dikarenakan pengunaan serat kasar yang tinggi dalam pakan
dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan daya ikat pakan sehingga tekstur
pakan mudah hancur dan kandungan nutrisi akan mudah larut dalam air. Oleh
karena itu, pakan perlakuan C2 dapat meningkatkan nafsu makan ikan serta
menjaga kualitas dan kuantitas nutrisi pakan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
ikan.
Kadar abu pada pakan perlakuan dengan menambahkan EBM berkisar 12,4-
13,7%, sedangkan pada pakan perlakuan tanpa menambahkan EBM sebesar 15,5%.
Kandungan abu yang terdapat dalam pakan perlakuan lebih kecil dibanding pakan
22
perlakuan yang lain. Berdasarkan persyaratan mutu pakan ikan dalam Standar
Nasional Indonesia (SNI) berdasarkan SNI 01-4266.-2006, kandungan proksimat
yang terdapat dalam pakan telah memenuhi standar yang dianjurkan.
4.5. Uji Kualitas Air
Uji kualitas air merupakan parameter penunjang untuk mengetahui
pengaruh ekstrak buah mengkudu (EBM) yang ditambahkan ke dalam pakan buatan
terhadap pertumbuhan benih ikan mas koki strain Mutiara. Kualitas air sangat
mempengaruhi dalam pemeliharaan ikan (Tabel 2).
Tabel 2. Hasil uji kualitas air di Laboratorium Balai Riset dan Budidaya Ikan Hias,
Depok
Dosis
(mg/kg)
DO (ppm) Suhu (oC) pH Amonia
(ppm)
Nitrit (ppm)
awal akhir awal akhir awal akhir awal akhir awal akhir
0 5,71 5,24 27,8 27,4 7,67 6,88 0,03 0,02 0,03 0,02
500 5,71 6,23 27,8 27,2 7,67 7 0,03 0,03 0,03 0,02
1000 5,71 6,08 27,8 27,5 7,67 7,19 0,03 0,03 0,03 0,02
1500 5,71 6,29 27,8 27,4 7,67 7,18 0,03 0,03 0,03 0,02
SNI
(2013) 5 - 7 22 - 28 5,5 - 9 ≤ 1 ≤ 1
Keterangan: SNI = Standar Nasional Indonesia
Berdasarkan hasil uji kualitas air yang telah dilakukan, air yang digunakan
selama pemeliharaan ikan mas koki telah memenuhi kadar yang dianjurkan dalam
Standar Nasional Indonesia (SNI) berdasarkan SNI 01-7872-2013, standar produksi
ikan mas koki. Suhu berada pada kisaran 22-28 oC. Kadar DO selama pemeliharaan
berkisar antara 5,71-6,29 ppm. Kadar pH yang diperoleh selama pemeliharaan
berkisar antara 6,88-7,67, Pada saat penelitian kisaran amonia dan nitrit yang
diperoleh antara 0,2-0,3 ppm. Kadar suhu, DO, pH, amonia, dan nitrit selama
pemeliharaan harus memenuhi standar mutu yang dianjurkan dalam SNI sehingga
dapat menunjang kehidupan ikan mas koki.
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
Penambahan 1000 mg/kg ekstrak buah mengkudu pada pakan merupakan
dosis terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan mas koki.
Kandungan proksimat yang terdapat dalam pakan meliputi kadar air, abu, lemak,
protein, dan serat kasar sesuai dengan persyaratan mutu pakan ikan. Kualitas air
yang meliputi kadar DO, suhu, pH, amonia, dan nitrit menunjukkan dalam batas
normal untuk pemeliharaan ikan mas koki.
1.2. Saran
Percobaan dengan menambahkan ekstrak buah mengkudu 1500 mg/kg pada
pakan menunjukkan pertumbuhan dan sintasan ikan mas koki menurun, hal ini
mungkin disebabkan karena kandungan buah mengkudu memiliki kadar air yang
sedikit membuat pelet menjadi lebih keras sehingga sulit dicerna oleh ikan mas
koki. Perlu dilalukan percobaan untuk mengetahui dosis optimum dalam
penambahan ekstrak buah mengkudu antara 1000 sampai 1500 mg/kg pada pakan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Adawiah, Sukandar, D., & Muawanah, A. (2004). New FTIR method for the
determination of FFA in oils. JAOCS, Journal of the American Oil Chemists’
Society, 81(5), 441–446. https://doi.org/10.1007/s11746-004-0920-9
Al-Noor, S. S. (2010). Population status of gold fish Carassius auratus in Restored
East Hammar Marsh, Southern Iraq. Journal of King Abdulaziz University,
Marine Science, 21(1), 65–83. https://doi.org/10.4197/Mar.21-1.3
Andriyan, M. F., Rahmaningsih, S., & Firmani, U. (2018). Pengaruh salinitas
terhadap tingkat kelangsungan hidup dan profil darah ikan nila (Oreochromis
niloticus) yang diberi kombinasi pakan dan buah mengkudu (Morinda
citrifolia L.). Jurnal Perikanan Pantura (JPP), 1(1), 1–9.
Anwar, K., & Triyasmono, L. (2016). Kandungan total fenolik, total flavonoid, dan
aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda citrifolia L.).
Jurnal Pharmascience, 3(1), 83–92.
Astari, I. M., Setyawati, T. R., & Yanti, A. H. (2016). Tingkat kecerahan sisik ikan
komet yang diberi pakan diperkaya rumput laut Sargassum sp. dan labu kuning
Cucurbita moschata. Jurnal Akuakultur Indonesia, 15(1), 80–88.
https://doi.org/10.19027/jai.15.80.88
Ayanbule, F., Li, G., Peng, L., Nowicki, J., & Anderson, G. (2011). Anti-jugular
vein thrombotic effect of Morinda citrifolia L. [noni] in male SD rats.
Functional Foods in Health and Disease, 1(9), 297–309.
Babbar, N., Sandhu, H. S. O. S. K., Kumar, V., & Bhargav. (2014). Influence of
different solvents in extraction of phenolic compounds from vegetable
residues and their evaluation as natural sources of antioxidants. J Food Sci
Technol, 51(10), 2568–2575. https://doi.org/10.1007/s13197-012-0754-4
Brough, D. (2015). Pearlscale Goldfish. http://animal-world.com/. Diakses pada 18
Januari 2020 pukul 09.08 WIB
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H. dan Wootton, M. (1989). Ilmu Pangan.
Penerbit UI Press. Jakarta
Cholifah, D., Febriani, M., Ekawati, A. W., & Risjani, Y. (2012). Pengaruh
penggunaan tepung silase daun mengkudu (Morinda citrifolia) dalam formula
pakan terhadap pertumbuhan ikan sidat (Anguilla bicolor). Jurnal Kelautan,
5(2).
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB). (2018). Laporan Kinerja DJPB
2018. https://kkp.go.id/. Diakses pada 16 Januari 2020 pukul 21.45 WIB
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB). (2019). Laporan Kinerja DJPB
Triwulan III 2019. https://kkp.go.id/. Diakses pada 16 Januari 2020 pukul
21.55 WIB
Djauhariya, E. (2003). Mengkudu (Morinda citrifolia L.) tanaman obat potensial.
Pengembangan Teknologi, 15(2), 1-16.
25
Djauhariya, E., & Rahardjo, M. (2006). Karakterisasi morfologi dan mutu buah
mengkudu. Buletin Plasma Nutfah, 12(1), 1–8.
Effendie, M. I. (1997). Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.
Yogyakarta.
Erlangga, Ezraneti, R., & Mawardi. (2017). Pengaruh respon pakan pada ikan mas
koki (Carasias auratus) dengan ransangan warna lampu. Berkala Perikanan
Terubuk, 45(2), 12–18.
Handajani, H. (2011). Optimalisasi substitusi tepung azolla terfermentasi pada
pakan ikan untuk meningkatkan produktivitas ikan nila gift. Jurnal Teknik
Industri, 12(02), 177–181.
Hasri, Maryono, & Sari, T. (2018). The analysis total phenolic extract noni fruit
(Morinda citrifolia L.) as inhibiting activity of bacteria. Analytical and
Environmental Chemistry, 3(01), 22–29.
Islamiyah, D., Rachmawati, D., & Susilowat, T. (2018). Pengaruh penambahan
madu pada pakan buatan dengan dosis yang berbeda terhadap performa laju
pertumbuhan relatif, efisiensi pemanfaatan pakan dan kelulushidupan ikan
bandeng (Chanos chanos). PENA Akuatika, 17(2), 19–33.
Iswardiyantok, 2014. Prevalensi dan intensitas ikan maskoki (Carassius auratus)
yang terserang Lernaea cyprinacea di sentra budidaya ikan maskoki
Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya.
Kafa, M. H. W., Hidayat, N., & Cholissodin, I. (2019). Diagnosis penyakit ikan mas
koki menggunakan metode Naïve Bayes Classifier. Jurnal Pengembangan
Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer, 3(1), 472–480.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (2018). Ajak Masyarakat Cintai Ikan
Mas Koki. https://kkp.go.id/. Diakses pada 18 November 2019 pukul 22.30
WIB
Lisser, D. F. J., Lister, Z. M., Pham-Ho, P. Q. H., Scott, G. R., & Wilkie, M. P.
(2017). Relationship between oxidative stress and brain swelling in goldfish
(Carassius auratus) exposed to high environmental ammonia. American
Journal of Physiology - Regulatory Integrative and Comparative Physiology,
312(1), R114–R124. https://doi.org/10.1152/ajpregu.00208.2016
Mattjik, A.A & Sumertajaya, M. (2006). Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab Jilid II. IPB Press. Bogor.
Ningsi, S. W., Kurnia, A., & Nur, I. (2018). The effect of addition of mangosteen
(Garcinia mangostana L .) peel flour to the brightness level of clown fish.
Media Akuatika, 3(1), 564–571.
Rezaeizadeh, A., Zuki, A. B. Z., Abdollahi, M., Goh, Y. M., Noordin, M. M.,
Hamid, M., & Azmi, T. I. (2011). Determination of antioxidant activity in
methanolic and chloroformic extracts of Momordica charantia. African
Journal of Biotechnology, 10(24), 4932–4940.
26
https://doi.org/10.5897/AJB10.1972
Roziq, M. F., Soetriono, & Suwandari, A. (2016). Faktor yang mempengaruhi
pendapatan dan strategi pengembangan budidaya ikan mas koki di desa wajak
lor kecamatan boyolangu kabupaten tulungagung. Journal of Social and
Agricultural Economics, 9(2), 3–4.
Rustanti, N., Murwani, R., & Anwar, S. (2011). Efek ekstrak etanol Morinda
citrifolia L (Mengkudu) terhadap kadar gula darah, jumlah neutrofil, dan
fibronektin glomerulus tikus diabetes mellitus. Media Medika Indonesiana,
45(5), 194–199. https://doi.org/10.1021/jo301196m
Saanin, H. (1984). Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Binacipta. Bogor
Sayuti, K. & Yenrina, R. (2015). Antioksidan Alami dan Sintetik. Universitas
Andalas Press. Padang.
Sinha, A. K., AbdElgawad, H., Giblen, T., Zinta, G., De Rop, M., Asard, H., … De
Boeck, G. (2014). Anti-oxidative defences are modulated differentially in
three freshwater teleosts in response to ammonia-induced oxidative stress.
PLoS ONE, 9(4). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0095319
Smartt, J. (2001). Goldfish Varieties and Genetics: Handbook for Breeders.
Blackwell Science Ltd. London.
Solihah, R., Buwono, I. D., & Herawati, T. (2015). Pengaruh penambahan tepung
labu kuning dan tepung kepala udang terhadap peningkatan kualitas warna
ikan mas koki (Carassius auratus). Jurnal Perikanan Kelautan, 6(2), 107–
115.
Solomon. (1999). The Noni Phenomenon. Direct Source Publishing, Utah.
Suhendri, H., Harris, H., & Utpalasari, R. L. (2018). Kombinasi pakan komersil
dengan cacing darah (Chironomus sp.) terhadap pertumbuhan, dan
kelangsungan hidup. Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan Dan Budidaya Perairan,
13(1), 37–44.
Street, R. (2002). “Carassius auratus” [terhubung berkala]. Animal Diversity web.
https://animaldiversity.org/accounts/Carassius_auratus/. Diakses pada 27 Nov
2018.
Sujito. (2017). Pengaruh pemberian ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia L.)
terhadap tingkat kanibalisme benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).
[Tesis]. Universitas Muhammadiyah Gresik. Tidak di Publikasi.
Syahrizal, Ghofur, M., & Aljumrada, A. (2017). Dampak pemberian tepung eceng
gondok (Eichhornia Crassipes) dalam pakan buatan bagi perubahan warna dan
kelangsungan hidup ikan mas koki (Carassius Auratus). Jurnal Akuakultur
Sungai Dan Danau, 2(2), 72–82.
Sylvawan, Hasan, H., & Sunarto. (2014). Efektifitas ekstrak buah mengkudu
(Morinda cirtifolia) untuk mengurangi tingkat kanibalisme benih ikan lele
sangkuriang (Clarias sp.) dengan metode bioenkapsulasi. Jurnal Ruaya, 2, 44–
27
52.
Wahyuningsih, H. & Barus, T.A. (2006). Buku Ajar Ikhtiologi. Universitas
Sumatera Utara Press. Medan.
Yang, W., Sun, H., Xiang, F., Yang, Z., & Chen, Y. (2011). Response of juvenile
crucian carp (Carassius auratus) to long-term ammonia exposure: feeding,
growth, and antioxidant defenses. Journal of Freshwater Ecology, 26(4), 563–
570. https://doi.org/10.1080/02705060.2011.570944
Yang, W., Xiang, F., Liang, L., & Yang, Z. (2010). Toxicity of ammonia and its
effects on oxidative stress mechanisms of juvenile crucian carp (Carassius
auratus). Journal of Freshwater Ecology, 25(2), 297–302.
https://doi.org/10.1080/02705060.2010.9665080
28
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Lampiran 1. Tata letak rak akuarium (a), dan aerator (b)
(a) (b)
29
Lampiran 2. Desain Akuarium Peneltian
Keterangan:
K1 = pakan dengan dosis 0 mg/kg pakan pelet EBM
K2 – K4 = pakan dengan dosis 0 mg/kg pakan pelet EBM ulangan
C11 = pakan dengan dosis 500 mg/kg pakan pelet EBM
C12 – C14 = pakan dengan dosis 500 mg/kg pakan pelet EBM ulangan
C21 = pakan dengan dosis 1000 mg/kg pakan pelet EBM
C22 – C24 = pakan dengan dosis 1000 mg/kg pakan pelet EBM ulangan
C31 = pakan dengan dosis 1500 mg/kg pakan pelet EBM
C32 – C34 = pakan dengan dosis 1500 mg/kg pakan pelet EBM ulangan
K3 C23 C21 C34 C14 C31 C22 C24
C12 C13 C33 C32 K4 K2 C11 K1
30
Lampiran 3. Prosedur pembuatan pakan ikan meliputi penimbangan (a),
homogenisasi (b), penggilingan (c), peletakkan (d), pengeringan (e),
penyimpanan (f)
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
31
Lampiran 4. Analisis penambahan dosis ekstrak buah mengkudu yang berbeda
menggunakan ANOVA terhadap panjang ikan mas koki
Keterangan = K : penambahan EBM 0 mg/kg pakan; C1 : penambahan EBM 500
mg/kg pakan; C2 : penambahan EBM 1000 mg/kg pakan; C3 :
penambahan EBM 1500 mg/kg pakan.
32
Lampiran 5. Analisis penambahan dosis ekstrak buah mengkudu yang berbeda
menggunakan ANOVA terhadap bobot ikan mas koki
Keterangan = K : penambahan EBM 0 mg/kg pakan; C1 : penambahan EBM 500
mg/kg pakan; C2 : penambahan EBM 1000 mg/kg pakan; C3 :
penambahan EBM 1500 mg/kg pakan.
33
Lampiran 6. Analisis penambahan dosis ekstrak buah mengkudu yang berbeda
menggunakan ANOVA terhadap sintasan ikan mas koki
Keterangan = K : penambahan EBM 0 mg/kg pakan; C1 : penambahan EBM 500
mg/kg pakan; C2 : penambahan EBM 1000 mg/kg pakan; C3 :
penambahan EBM 1500 mg/kg pakan.