pengaruh penambahan madu hutan dalam ekstrak …digilib.unila.ac.id/32226/3/skripsi tanpa bab...

74
PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK STEROID TERIPANG GAMA (Stichopus variegatus) TERHADAP PEMBALIKAN KELAMIN JUVENIL LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) (Skripsi) Oleh Wahyu Widianto FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: ngokien

Post on 16-May-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAKSTEROID TERIPANG GAMA (Stichopus variegatus) TERHADAPPEMBALIKAN KELAMIN JUVENIL LOBSTER AIR TAWAR

(Cherax quadricarinatus)

(Skripsi)

Oleh

Wahyu Widianto

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 2: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAKSTEROID TERIPANG GAMA (Stichopus variegatus) TERHADAPPEMBALIKAN KELAMIN JUVENIL LOBSTER AIR TAWAR

(Cherax quadricarinatus)

Oleh

Wahyu Widianto

Dalam budidaya lobster air tawar capit merah (Cherax quadricarinatus) diketahuilobster jantan memiliki laju pertumbuhan lebih cepat dibandingkan lobster betina.Madu mengandung senyawa chrysin yang berperan sebagai aromatase inhibitorsedangkan jeroan teripang gama diketahui mengandung senyawa bioaktif sebagaisumber hormon alami, sehingga kombinasi keduanya diharapkan dapatmeningkatkan produksi testoteron dalam upaya pembalikan kelamin juvenillobster. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis madu yang paling efektifdalam pembentukan kelamin jantan lobster air tawar yang ditambahkan dalamekstrak steroid teripang gama 2 ppm dengan perendaman selama 18 jam.Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitudosis madu sebagai perlakuan dengan empat kali ulangan. Perlakuan yang diujiyaitu kontrol (tidak diberi madu), dan pemberian madu dosis 5 ml/L air, 10 ml/Lair, 15 ml/L air, serta 20 ml/L air. Hasil penelitian menunjukkan pemberian dosismadu 20 ml/L air efektif dalam pembentukan kelamin jantan juvenil lobster airtawar (83,75%). Pemberian madu dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruhsecara signifikan terhadap persentase kelulushidupan, pertumbuhan yang meliputiberat total dan panjang total, tetapi berbeda nyata terhadap persentase kecacatan.

Kata kunci: ekstrak steroid, lobster air tawar, madu hutan, sex reversal.

Page 3: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK STEROID TERIPANG

GAMA (Stichopus variegatus) TERHADAP PEMBALIKAN KELAMIN JUVENIL

LOBSTER AIR TAWAR

(Cherax quadricarinatus)

Oleh

Wahyu Widianto

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 4: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar
Page 5: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar
Page 6: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lumbirejo, pada tanggal 12 Februari

1997. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara

dari pasangan bapak Suprianto dan Ibu Ribka Saptini.

Penulis mengawali jenjang pendidikan di Taman Kanak-

Kanan (TK) Dharma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002,

Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Lumbirejo pada tahun 2004. Pada tahun 2009

penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1

Negerikaton, kabupaten Pesawaran dan pada tahun 2012 penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Pringsewu dan

menempuh pendidikan selama dua tahun. Pada tahun 2014 penulis diterima

sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata

kuliah Bahasa Inggris Profesi, Biologi Umum, Biosistematika Tumbuhan,

Struktur Perkembangan Tumbuhan, Genetika, Pengantar Amdal, Biologi Laut dan

Karsinologi, di Jurusan Biologi, serta menjadi asisten praktikum mata kuliah

Botani Umum untuk mahasiswa Jurusan Agroteknologi, dan Biologi Umum untuk

mahasiswa Jurusan Agribisnis dan Kehutanan, Fakultas Pertanian. Selain itu,

Page 7: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

v

penulis juga aktif berorganisasi menjadi anggota biro Kesekretariatan dan

Logistik (KALOG) di Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO), dan anggota

Departemen Ristek di Unit Kegiatan Mahasiswa Sains dan Teknologi

(SAINTEK), Universitas Lampung.

Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Karya Wisata Ilmiah (KWI) di desa

Sidokaton , kecamatn Gisting, kabupaten Tanggamus selama 7 hari. Pada awal

tahun 2017 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa

Kesumajaya, kecamatan Bekri, kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari dari

bulan Januari hingga Februari 2017. Pada tahun yang sama penulis juga

melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Unit Kerja Budidaya Air Payau (UKBAP)

Samas, Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan (BPTKP), Dinas

Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan judul “ Teknik

Pemeliharaan Larva Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) di

Unit Kerja Budidaya Air Payau (UKBAP) Samas”.

Page 8: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, kupersembahkan karya

sederhana ini sebagai tanda bakti dan kasihku, terutama untuk:

1. Kedua orangtuaku yang telah membesarkanku, membimbing sampai saat ini,

selalu memberikan dukungan dan berdoa untuk keberhasilanku.

2. Adikku tercinta Yehezkiel Diko Ardiansyah yang selalu meberikan semangat

dan dukungan untuk menyelesaikan studiku.

3. Bapak dan Ibu Dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang

bermanfaat.

4. Sahabat-sahabatku yang telah menemani saat suka maupun duka.

5. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Page 9: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

MOTTO

“ I can do all things through Christ, who strengthens me”Philipians 4: 13

“Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan ekor, engkau akantetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan,

Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia”Ulangan 28: 13

Page 10: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

viii

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, nikmat, dan

karuniaNya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “ Pengaruh Penambahan Madu Hutan dalam Ekstrak Steroid

Teripang Gama (Stichopus variegatus) Terhadap Pembalikan Kelamin

Juvenil Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)” sebagai salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Sains Bidang Biologi di Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lampung.

Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari banyak pihak yang telah

membantu baik secara moril maupun materil, sehingga pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. G. Nugroho Susanto, M.Sc. selaku pembimbing utama yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasihat, ide, dan

kritik yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Sutyarso, M.Biomed. selaku pembimbing kedua yang telah

banyak memberikan bimbingan, masukan, dan kritik yang membangun dalam

penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc. selaku pembahas yang telah memberikan saran

dan kritik, serta masukan dalam upaya perbaikan skripsi ini.

Page 11: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

ix

4. Ibu Prof. Dr. Ida Farida Rivai, selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan, nasihat, dan arahan selama masa studi penulis.

5. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung atas segala

bantuan dan dukungan, serta kritak dan saran yang telah diberikan.

6. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

7. Bapak dan Ibu Dosen, dan seluruh staf Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, khususnya Jurusan Biologi yang telah banyak

memberikan bantuan dan ilmu yang bermanfaat.

8. Seluruh staf Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Sentra Inovasi dan

Teknologi, dan Laboratorium Biologi Molekuler yang telah banyak

memberikan bimbingan dan bantuan selama penelitian.

9. Gemma Farm Jawa Tengah (Klaten), dan Ibu Rosita pengepul teripang yang

telah turut membantu dalam menyediakan bahan yang dibutuhkan untuk

penelitian ini.

10. Kedua orangtuaku yang telah mendidik dan menyakinkan penulis untuk

menjadi pribadi yang takut akan Tuhan, disiplin, bertanggungjawab, jujur,

dan dapat dipercaya, serta adikku Diko serta keluarga besar di Lampung.

11. Rekan-rekan seperjuangan selama penelitian ibu Tri Rustanti, S.Pd., M.Si.,

Deni Wahyu Safitri, Istiqomah, Anissa Gena, Aprilia Sari, Yayang Anas P.,

dan Agata Yelin yang telah memberikan banyak bantuan selama penelitian.

12. Rekan-rekan seperjuangan selama perkuliahan, Matthew Maranatha Tamba,

Daniel Argado Simanjuntak, Benardo Kristian Sitorus, Hotasi, Novi

Page 12: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

x

Indarwati, Ribka Munthe, Rose Maria Aritonang, Melisa Siahaan, Sola

Gracia Ginting, Elsadai A. Sinaga, terimakasih untuk empat tahun

kebersamaannya.

13. Rekan-rekan Biologi angkatan 2014, terimakasih untuk kebersamaannya

selama perkuliahan di Jurusan Biologi.

14. Rekan-rekan KKN Unila Periode 1 Tahun 2017 khususnya Niko Alexander,

Yogi Maryadi, Julio Cheppy Maulidi, Ditho Nugraha, Guzel, Sugeng,

Oftikasari, Selvi, Deni, kak Uyub, kak lintang, mbak Firda, terimakasih untuk

kebersamaannya selama 40 hari.

15. Rekan-rekan Kerja Praktik di UKBAP Samas dari IPB, UGM, UNDIP,

terimakasih untuk semangat dan kebersamaannya selama 40 hari.

16. Rekan-rekan Bidikmisi 2014, Himbio, UKM Saintek, UKM Kristen, Pom

Mipa, SCI Smanda Pringsewu, Genre Pesawaran, Keluarga Rusunawa, dan

Asrama Imanuel.

17. Keluarga besar Papi Petrus, bang Boy, kak Yani, mas Cipto, bang Teguh dan

seluruh Jemaat GPCC Lampung, terimaksih atas doa, dukungan, nasihat, dan

masukan yang telah diberikan untuk menguatkan penulis.

18. Rekan-rekan GPCC Youth Lampung, terimakasih atas canda dan tawa yang

diberikan.

19. Semua Pihak yang telah membantu selama perkuliahan yang tidak dapat

dituliskan satu persatu.

20. Almamater tercinta Universitas Lampung.

Page 13: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

xi

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

namun penulis berharap bahwa karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca, baik dari

segi pendidikan maupun ilmiah. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan

yang terbaik untuk kita semua.

Bandar Lampung, Juni 2018Penulis

Wahyu Widianto

Page 14: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

xii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ......................................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... iv

PERSEMBAHAN.............................................................................................. vi

MOTTO ............................................................................................................. vii

SANWACANA .................................................................................................. vii

DAFTAR ISI...................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xvi

I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1A. Latar Belakang ......................................................................................... 2B. Tujuan Penelitian...................................................................................... 5C. Manfaat Penelitian.................................................................................... 5D. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 6E. Hipotesis ................................................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 9A. Biologi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) ............................. 9

1. Klasifikasi .......................................................................................... 92. Morfologi dan Anatomi ..................................................................... 103. Ekologi dan Tingkah Laku ................................................................ 124. Perkembangan dan Ciri Kelamin Lobster Air Tawar......................... 145. Kualitas Air Pemeliharaan ................................................................. 16

B. Biologi Teripang Gama (Stichopus variegatus) ....................................... 171. Klasifikasi .......................................................................................... 172. Morfologi dan Anatomi...................................................................... 183. Habitat dan Penyebaran ..................................................................... 194. Biokimia Teripang Gama ................................................................... 20

Page 15: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

xiii

C. Madu Hutan.............................................................................................. 211. Definisi Madu..................................................................................... 212. Komposisi Madu Hutan...................................................................... 223. Penggunaan Madu Hutan dalam Sex Reversal ................................... 25

D. Sex Reversal (Pembalikan Kelamin) ........................................................ 261. Definisi dan Manfaat Sex Reversal .................................................... 262. Metode Sex Reversal .......................................................................... 27

E. Hormon Steroid ........................................................................................ 281. Definisi dan Kandungan Hormon Steroid .......................................... 282. Hormon Steroid dalam Sex Reversal .................................................. 29

III. METODE PENELITIAN.......................................................................... 31A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 31B. Alat dan Bahan Penelitian...................................................................... 31C. Desain Rancangan Penelitian................................................................. 32D. Prosedur Penelitian ................................................................................ 33

1. Persiapan Wadah Pemeliharaan dan Pengisian Air ......................... 332. Pembuatan Ekstrak Steroid Teripang............................................... 343. Uji Proksimat Kandungan Madu...................................................... 354. Pelaksanaan Penelitian..................................................................... 36

1. Persiapan dan Aklimasi Hewan Uji ........................................... 362. Seleksi Juvenil Lobster .............................................................. 363. Perlakuan (Treatment) ............................................................... 374. Pemeliharaan Hewan Uji ........................................................... 37

E. Pengambilan Data .................................................................................. 381. Persentase Pembentukan Kelamin .................................................. 392. Kelulushidupan (Survival Rate) ....................................................... 393. Laju Pertumbuhan (Growth Rate).................................................... 404. Panjang Total ................................................................................... 415. Persentase Lobster Cacat ................................................................. 416. Pengukuran Kualitas Air Pemeliharaan ........................................... 42

F. Analisis Data .......................................................................................... 42G. Diagam Alir Penelitian .......................................................................... 43

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 44A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 44

1. Persentase Lobster Air Tawar (C. quadricarinatus) Jantan............. 442. Persentase Lobster Air Tawar (C. quadricarinatus) Betina ............ 463. Persentase Lobster Air Tawar (C. quadricarinatus) Interseks ........ 474. Persentase Kelulushidupan Lobster Air Tawar

(C. quadricarinatus) selama 40 hari pemeliharaan.......................... 485. Laju Pertumbuhan Spesifik Lobster Air Tawar

(C. quadricarinatus) Selama 40 hari pemeliharaan......................... 50

Page 16: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

xiv

6. Persentase Kecacatan Juvenil Lobster Air Tawar(C. quadricarinatus) Selama 40 hari pemeliharaan......................... 55

7. Kualitas Air Media Pemeliharaan Juvenil Lobster Air Tawar(C. quadricarinatus) Selama 40 hari pemeliharaan......................... 56

8. Hasil Analisis Proksimat Kandungan Madu Hutan ........................ 59B. Pembahasan............................................................................................ 60

1. Keberhasilan Pembentukan Kelamin Pada Juvenil Lobster AirTawar (C. quadricarinatus) ............................................................ 60

2. Kelulushidupan Juvenil Lobster Air Tawar (C. quadricarinatus)... 633. Pertumbuhan Juvenil Lobster Air Tawar (C. quadricarinatus)....... 654. Kecacatan Juvenil Lobster Air Tawar (C. quadricarinatus) ........... 685. Kualitas Air Pemeliharaan Juvenil Lobster Air Tawar

(C. quadricarinatus) ........................................................................ 69

V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 71A. Kesimpulan ............................................................................................ 71B. Saran ...................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 73

LAMPIRAN....................................................................................................... 82

Page 17: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Ukuran fisik dan komposisi kimia teripang gama (S. variegatus )segar.................................................................................................... 20

Tabel 2. Kandungan nutrisi madu per 100 g. .................................................... 23

Tabel 3. Rerata hasil pengukuran nilai pH selama 40 hari pemeliharaan ......... 57

Tabel 4. Rerata hasil pengukuran nilai suhu selama 40 hari pemeliharaan ...... 57

Table 5. Rerata hasil pengukuran nilai DO selama 40 hari pemeliharaan ........ 58

Tabel 6. Hasil analis proksimat madu hutan Muaraenim.................................. 59

Tabel 7. Data rerata berat lobster air tawar selama 40 hari pemeliharaan ........ 91

Tabel 8. Rerata laju pertambahan berat lobster air tawar selama 40 haripemeliharaan (Wt-Wo) ....................................................................... 91

Tabel 9. Data rerata panjang lobster air tawar selama 40 hari pemeliharaan ... 91

Tabel 10. Rerata laju pertambahan panjang lobster air tawar selama 40 haripemeliharaan (Lt-Lo).......................................................................... 90

Tabel 11. Data pengukuran suhu air (oC) selama 40 hari pemeliharaan ............. 92

Tabel 12. Data pengukuran derajat keasaman (pH) selama 40 haripemeliharaan....................................................................................... 93

Tabel 13. Data rerata hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) selama 40 haripemeliharaan....................................................................................... 93

Page 18: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Morfologi lobster air tawar capit merah (C. quadricarinatus).... 9

Gambar 2. Morfologi lobster air tawar. (a) pandangan dorsal,(b)pandangan ventral .................................................................. 11

Gambar 3. Perbedaan organ reproduksi lobster air tawar jantan danbetina ........................................................................................... 15

Gambar 4. Morfologi teripang gama (S. variegatus), (a) dilihat secaraventral, (b) dilihat secara dorsal .................................................. 18

Gambar 5. Struktur kimia senyawa chrysin (5,7-dihidroxy-2-phenyl-4H-chromen-4-one) ........................................................................... 25

Gambar 6. (a) Rumus bangun inti steroid (cyclopentanohydrophenanthrene)(b) Rumus bangun testoteron....................................................... 29

Gambar 7. Diagam alir penelitian ................................................................. 43

Gambar 8. Persentase juvenil lobster air tawar (C. quadricarinatus)Jantan........................................................................................... 44

Gambar 9. Persentase juvenil lobster air tawar (C. quadricarinatus)betina ........................................................................................... 46

Gambar 10. Persentase juvenil lobster air tawar (C. quadricarinatus)interseks....................................................................................... 47

Gambar 11. Persentase kelulushidupan juvenil lobster air tawar(C. quadricarinatus) .................................................................... 48

Gambar 12. Juvenil lobster air tawar (C. quadricarinatus) yang mati akibatkanibalisme dari individu lainnya ............................................... 49

Gambar 13. Rerata berat juvenil lobster air tawar (C. quadricarinatus) ........ 50

Page 19: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

xvii

Gambar 14. Laju pertambahan berat rerata juvenil lobster air(C. quadricarinatus) selama 40 hari pemeliharaan ..................... 52

Gambar 15. Rerata panjang juvenil lobster air (C. quadricarinatus).............. 52

Gambar 16. Laju pertambahan panjang rerata juvenil lobster air tawar(C. quadricarinatus) 40 hari pemeliharaan ................................. 54

Gambar 17. Persentase kecacatan juvenil lobster air tawar(C. quadricarinatus) .................................................................... 55

Gambar 18. Hasil pengukuran pH selama 40 hari pemeliharaan juvenillobster air tawar (C. quadricarinatus) ......................................... 56

Gambar 19. Hasil pengukuran suhu selama 40 hari pemeliharaan juvenillobster air tawar (C. quadricarinatus) ......................................... 57

Gambar 20. Hasil pengukuran DO selama 40 hari pemeliharaan juvenillobster air tawar (C. quadricarinatus) ......................................... 58

Gambar 21. (a) Pengukuran morfologi panjang dan lebar teripang gama(b) Pengukuran bobot teripang gama ......................................... 94

Gambar 22. (a) Pembedahan sisi ventral tubuh teripang gama(b) Pengeluaran jeroan teripang gama......................................... 94

Gambar 23. Jeroan teripang gama yang telah diblender dan dimaserasiselama 48 jam .............................................................................. 94

Gambar 24. (a) Ekstrak di refluks selama 4 jam pada suhu 550C(b) Ekstrak jeroan teripang setelah di refluks .............................. 95

Gambar 25. (a) Ekstrak jeroan teripang di sentrifugasi selama 15 menitdengan suhu 40C dan kecepatan 3000 rpm.

(b) Ekstrak jeroan teripang yang telah dipisahkan antar residudan supernatan ....................................................................... 95

Gambar 26. (a) Ektrak jeroan teripang di evaporasi hingga pelarut habis(b) Ekstrak yang sudah terpisah dengan pelaut etanol ............... 95

Gambar 27. Ekstrak jeroan teripang disabunkan dengan NaOH sebanyak100 ml dan dicuci dengan akuades sebanyak 50 ml.................... 96

Gambar 28. (a) Ekstrak dievaporasi untuk memisahkan antara ekstrakjeroan teripang dengan pelarut akuades.

(b) Ekstrak diberi phenol ptialin (indikator pp) untuk mengujiadanya kandungan lemak ..................................................... 96

Page 20: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

xviii

Gambar 29. (a) Ekstrak teripang ditambahkan dietil etil sebanyak 50 ml(b) Ekstrak teripang yang telah dicuci dengan akuades dan

siap di frezedryer .................................................................. 96

Page 21: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan potensi perairan yang baik

untuk budidaya berbagai organisme perairan, salah satunya adalah lobster.

Selain itu Indonesia memiliki potensi sumber makanan yang melimpah di alam

dan memiliki siklus musim yang memungkinkan lobster dapat dibudidaya

sepanjang tahun, sehingga Indonesia dikenal sebagai salah satu negara

pemasok lobster air tawar terbesar di pasar internasional (Tim Karya Tani

Mandiri, 2010). Jenis lobster air tawar yang banyak dikembangkan di

Indonesia adalah lobster air tawar capit merah atau red claw (Cherax

quadricarinatus) yang berasal dari Australia (Lukito dan Prayugo, 2007).

Lobster air tawar capit merah atau Cherax quadricarinatus termasuk dalam

anggota Famili Parastacidae. Ciri utama lobster ini adalah ujung capitnya

berwarna merah (Kurniawan dan Hartono, 2007). Tempat hidup jenis lobster

air tawar ini umumnya memiliki ciri khusus seperti sungai yang tepinya

dangkal dengan bagian bawahnya terdiri atas campuran lumpur, pasir, dan

bebatuan, serta dapat ditemukan juga di sungai atau danau yang ditumbuhi

tanaman air (Setiawan, 2010).

Page 22: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

2

Seiring meningkatnya permintaan lobster konsumsi dalam memenuhi

kebutuhan pasar dunia baik dalam maupun luar negeri, sektor usaha budidaya

lobster di Indonesia kini semakin banyak dikembangkan. Untuk permintaan

luar negeri umumnya berupa lobster air tawar dewasa yang telah dibekukan

atau berupa lobster segar (Kurniawan dan Hartono, 2009). Beberapa

keunggulan lobster air tawar yaitu mengandung lemak dan garam yang rendah

dibandingkan lobster air laut, serta memiliki daging yang lebih lunak dan

mengandung protein yang cukup tinggi. Sedangkan keunggulan lobster capit

merah dibandingkan dengan jenis lobster lainnya adalah mudah untuk

dibudidayakan, tidak rentan penyakit, pertumbuhannya relatif cepat, memiliki

ukuran cukup besar, bersifat omnivora, serta memiliki fekunditas yang tinggi,

sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat (Sukmajaya dan Suharjo,

2003).

Lobster air tawar capit merah betina memiliki laju pertumbuhan yang lambat

dibandingkan dengan dengan lobster jantan pada umur yang sama.

Berdasarkan penelitian Sarida (2008) dan Hakim (2008) diketahui lobster

jantan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan lobster betina. Pada umur 7-

8 bulan lobster jantan memiliki berat 30 g/ekor, sedangkan pada umur yang

sama lobster betina hanya memiliki berat 20 g/ekor.

Salah satu cara memproduksi hewan budidaya dengan cepat yaitu dengan

menggunakan sistem budidaya tunggal kelamin (monoseks), melalui metode

pembalikan kelamin (sex reversal). Metode sex reversal merupakan teknik

pengarahan kelamin dengan menggunakan hormon steroid yang diberikan pada

Page 23: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

3

saat diferensiasi kelamin, yaitu pada saat periode kritis ketika otak embrio

dalam keadaan bipotensial dalam mengarahkan pembentukan kelamin, baik

secara morfologi, tingkah laku, maupun fungsi (Yamazaki, 1983).

Pada umumnya untuk memproduksi benih monosex jantan dapat

menggunakan hormon sintetik seperti 17α-methyltestosterone (17α-MT).

Namun penggunaan hormon sintetik memiliki beberapa kelemahan yaitu harga

nya relatif mahal dan memiliki dampak negatif bagi lingkungan (Sukmara,

2007). Selain itu Syaifuddin (2004) menyatakan bahwa pemberian hormon

sintetik pada metode sex reversal dapat menimbulkan stres, sehingga tingkat

kelulushidupan larva menjadi rendah. Dosis yang terlalu rendah menyebabkan

proses pembalikan kelamin kurang sempurna, sedangkan apabila dosis terlalu

tinggi larva lobster memiliki kecenderungan menjadi steril. Sarida et al.

(2010) menyatakan bahwa salah satu upaya untuk menghindari bahaya

senyawa sintetis dan meringankan biaya produksi yaitu dengan penggunaan

bahan alternatif yang bersifat alami dan mudah diperoleh, seperti madu.

Madu merupakan bahan aternatif yang relatif aman dan ekonomis, karena

mengandung kalium dan chrysin yang berperan sebagai aromatase inhibitor

(Haq et al. 2013). Aromatase merupakan jenis enzim yang mengkatalis

konversi testoteron (androgen) menjadi estradiol (estrogen), karena adanya

chrysin sebagai inhibitor maka steroidogenesis akan terhambat, sehingga

menyebabkan pembentukan testoteron yang akan merangsang pertumbuhan

organ kelamin jantan dan menimbulkan sifat-sifat kelamin jantan (Utomo,

2008).

Page 24: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

4

Selain penggunaan madu sebagai bahan alami untuk pembentukan monoseks

jantan, steroid dari jeroan teripang juga terbukti dapat meningkatkan rasio

pembentukan kelamin jantan lobster. Riani et al. (2005) menyatakan bahwa

rendemen terbesar berupa ekstrak kasar steroid diperoleh dari jeroan basah

teripang pasir, dari 1 kg jeroan basah (21, 28 g ekstrak kasar) mengandung

steroid sebesar 6,124 µg/Kg testoteron, selanjutnya Kustiariah (2006)

menyatakan bahwa teripang merupakan salah satu biota laut dengan kandungan

protein yang cukup tinggi, dengan kadar lemak rendah, serta dipercaya

sebagai aprodisiaka karena mengandung steroid tinggi.

Penelitian tentang penggunaan larutan madu sebagai media perendaman telah

dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hasil penelitian Soelistyowati et

al. (2007) menunjukkan bahwa perendaman induk dengan dosis 60 ml/L

memperoleh persentase anakan jantan ikan guppy sebesar 59,5% dan hasil

penelitian Sukmara (2007) dengan metode perendaman larva dalam dosis 5

ml/L menghasilkan anakan jantan ikan guppy sebesar 46,99%. Sedangkan

untuk lama perendaman berdasaran penelitian Gusnanto et al., (2013)

diketahui bahwa perendaman menggunakan ekstrak steroid teripang pasir

(Holothuria scabra J.) selama 18 jam menghasilkan tingkat kelulushidupan

lobster air tawar tertinggi sebesar 75 % dan menghasilkan pembentukan

monoseks jantan tertinggi sebesar 93,25 %. Sedangkan penelitian Sarida

(2008) menunjukkan bahwa ekstrak steroid teripang dengan konsentrasi 2 ppm

mampu menghasilkan individu jantan udang galah (Macrobrachium

rosenbergii de Man) dengan persentase 50,4% dan tingkat kelulushidupan

Page 25: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

5

78,9%. Dari beberapa penelitian tersebut membuktikan bahwa dosis madu dan

ekstrak steroid teripang berpengaruh terhadap proses pembalikan kelamin (sex

reversal). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh

penambahan dosis madu yang berbeda dalam ekstrak steroid teripang gama

(Stichopus variegatus) pada konsentrasi 2 ppm terhadap pembalikan kelamin

juvenil lobster air tawar (Cherax quadricarinatus).

B. Tujuan Penelitaian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dosis madu paling efektif dalam pembentukan kelamin jantan

juvenil lobster air tawar (C. quadricarinatus) yang ditambahkan dalam

larutan ekstrak steroid teripang gama (S. variegatus).

2. Mengetahui persentase nisbah kelamin, kelulushidupan, dan pertumbuhan

yang meliputi berat total dan panjang total lobster air tawar

(C. quadricarinatus) selama pengamatan.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat tentang dosis terbaik

penambahan madu dalam ekstrak steroid teripang gama (S. variegatus)

terhadap pembalikan kelamin jantan juvenil lobster air tawar

(C. quadricarinatus) dan informasi pendukung lain terkait usaha budidaya

lobster air tawar (C. quadricarinatus).

Page 26: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

6

D. Kerangka Pemikiran

Lobter air tawar capit merah (C. quadricarinatus) banyak dibudidayakan oleh

masyarakat karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan banyak diminati

untuk dikonsumsi karena memiliki nilai gizi yang tinggi. Lobster air tawar

merupakan komoditas perikanan konsumsi yang sangat menjanjikan sebagai

pengganti lobster air laut sehingga permintaan pasar cukup banyak dan usaha

budidaya lobster air tawar di Indonesia semakin meningkat.

Sedangkan dalam budidaya lobster air tawar diketahui pertumbuhan individu

jantan lebih cepat dan lebih besar dibandingkan dengan betina. Salah satu

upaya dalam meningkatkan produksi lobster air tawar dapat dilakukan dengan

teknik sex reversal yaitu dengan cara pembalikan arah kelamin yang

seharusnya berkelamin betina diarahkan perkembangan gonadnya menjadi

jantan. Sex reversal dilakukan pada saat sebelum terdiferensiasinya gonad

secara jelas antara jantan atau betina pada waktu menetas. Teknik sex reversal

dapat merubah fenotip suatu organisme budidaya tetapi tidak merubah

genotipnya.

Aplikasi sex reversal untuk maskulinisasi dapat dilakukan dengan bahan

hormon sintetis seperti 17α-methyltestosterone secara oral (melaui pakan),

dipping (perendaman pada masa larva), dan secara injeksi atau suntikan.

Namun penggunaan hormon 17α-methyltestosterone dianggap berbahaya dan

memiliki dampak negatif yaitu efek karsinogeik (menyebabkan kanker) jika

diterapkan pada ikan konsumsi dan menimbulkan pencemaran lingkungan,

oleh karena itu perlu dicari bahan alternatif lain yang lebih aman dan ramah

Page 27: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

7

lingkungan, seperti ekstrak steroid teripang, madu hutan, atau dengan

kombinasi keduanya.

Madu dipercaya mengandung senyawa chrysin dan kalium yang berperan

sebagai inhibitor aromatase. Kedua zat tersebut dapat menghambat proses

konversi androgen menjadi estrogen, sehingga mengakibatkan peningkatan

efek yang ditimbukan androgen seperti maskulinisasi. Selain itu ekstrak

steroid teripang gama juga berpengaruh terhadap peningkatan testoteron,

sehingga penggunaan madu dan ekstrak steroid teripang gama akan lebih

efektif dalam pembentukan kelamin jantan lobster air tawar. Pemberian dosis

madu dilakukan dengan cara ditambahkan pada rendaman ekstrak steroid

teripang gama dengan konsentrasi 2 ppm selama 18 jam. Hormon yang

dilarutkan dalam media perendaman akan masuk bersamaan dengan masuknya

cairan kedalam tubuh, kemudian dilanjutkan ke sistem peredaran darah dan

mencapai target akhir pada gonad.

Dengan adanya pemberian madu dengan konsentrasi yang berbeda yang

ditambahkan dalam ekstrak steroid diharapkan dapat diketahui dosis yang

paling efektif dalam pembentukan kelamin jantan. Untuk menentukan

pembentukan kelamin jantan lobster air tawar dapat diketahui setelah juvenil

berumur 2-3 bulan, dilihat dari adanya organ kelamin pada tubuh lobster.

Page 28: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

8

E. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Penambahan madu dalam ekstrak steroid teripang gama (S. variegatus)

berpengaruh terhadap persentase kelamin jantan juvenil lobster air tawar

(C. quadricarinatus).

2. Penambahan madu dengan dosis tinggi dapat meningkatkan persentase

kelamin jantan dan laju pertumbuhan juvenil lobster air tawar

(C. quadricarinatus).

Page 29: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)

1. Klasifikasi

Dari beberapa jenis lobster air tawar Cherax merupakan genus yang paling

banyak dikenal. Tiga spesies dari genus Cherax yaitu Cherax tenuimanus

(marron), Cherax destructor (yabbie) dan Cherax quadricarinatus (red

claw) (Jones, 1998). Lobster air tawar capit merah merupakan salah satu

spesies endemik dari kelompok udang (Crustacea), yang pada awalnya

hidup di sungai, rawa, dan danau di kawasan Queensland Australia

(Setiawan, 2010).

Gambar 1. Morfologi Lobster Air Tawar Capit Merah(C. quadricarinatus) (Lukito dan Prayugo, 2007).

Page 30: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

10

Klasifikasi lobster air tawar capit merah menurut Holthius (1949), adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Crustacea

Subclass : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Subordo : Pleocyemata

Superfamily : Parastacoidea

Famili : Parastacidae

Genus : Cherax

Spesies : Cherax quadricarinatus

2. Morfologi dan Anatomi

Secara umum tubuh lobster air tawar terdiri atas bagian depan yaitu

bagian kepala dan dada yang menyatu (cephalotorax) dan bagian belakang

yaitu bagian badan (abdomen) dan ekor (telson) seperti pada Gambar 2.

Chepalotorax ditutupi oleh cangkang kepala yang disebut carapace yang

berfungsi untuk melindungi otak, insang, hati, dan lambung. Sedangkan

bagian kepala dan perut dihubungkan dengan bagian yang disebut

subchepalotorax (Bachtiar, 2006).

Gambar 2 menunjukkan morfologi lobster air tawar pandangan dorsal dan

ventral. Pada bagian kepala terdapat kelopak dengan bentuk meruncing

Page 31: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

11

dan bergerigi yang disebut dengan rostrum, selain itu dibagian kepala

terdapat 6 ruas yang terdiri atas sepasang mata bertangkai pada ruas

pertama, pada ruas kedua dan ketiga terdapat sungut kecil (antenula) dan

sungut besar (antena) yang berfungsi sebagai organ sensor, sedangkan pada

ruas keempat, kelima, dan keenam terdapat rahang (mandibula), maxilla I

dan maxilla II yang berfungsi sebagai alat makan (Priyono, 2009).

Gambar 2. Morfologi lobster air tawar. (a) pandangan dorsal,(b) pandangan ventral (Sukmajaya dan Suharjo, 2006)

Menurut Setiawan (2006), apabila dilihat dari luar, tubuh lobster air tawar

memiliki organ seperti berikut:

1. Sepasang antena yang berfungsi sebagai perasa dan peraba terhadap

pakan dan kondisi lingkungan.

2. Sepasang antenulla yang berfungsi sebagai alat penciuman, dan

sepasang capid (cheliped) dengan ukuran yang lebar dan lebih panjang

dari ruas dasar capitnya.

3. Sepasang maxilla, mandibulata, dan maxillipedia.

Page 32: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

12

4. Enam ruas pada bagian badan (abdomen), dengan bentuk memipih dan

ukuran yang lebar.

5. Ekor terdiri atas telson yang memipih dan lebar dan dilengkapi dengan

duri-duri halus yang muncul pada tepi ekor, dan terdapat dua pasang

ekor samping (uropod) dengan bentuk yang memipih.

Pada bagian kepala terdapat lima pasang kaki jalan (periopod), pada tiga

pasang kaki pertama mengalami perubahan bentuk dan fungsi sebagai capit

(chela). Capit tersebut berfungsi sebagai senjata pertahanan, menangkap

mangsa, dan memasukkan makanan kedalam mulut (Priyono, 2009).

Lobster air tawar juga memiliki tulang dalam (internal skeleton), namun

tidak terlihat karena seluruh tubuhnya terbungkus oleh cangkang atau

rangka luar (eksternal skeleton) (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Pada bagian abdomen terdapat 4 pasang kaki renang (pleopod).

Dibandingkan kaki jalan atau capit, ukuran kaki renang jauh lebih kecil

dan pendek. Pada lobster betina, 4 pasang kaki renangnya dapat digunakan

juga untuk melekatkan telurnya pada perut sebelum menetas. Sedangkan

pada bagian ujung abdomen terdapat ekor kipas (uropod) dan telson. Ekor

kipas terdiri dari 5 ruas dan pada saat mengembang akan membentuk

parabola yang menyerupai kipas terbuka (Lukito dan Prayugo, 2007).

3. Ekologi dan Tingkah Laku

Lobster air tawar merupakan organisme yang hidup di daerah tropis dan

banyak terdapat di Australia. Lobster ini dapat hidup di sungai, rawa-rawa,

Page 33: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

13

dan danau air tawar yang memungkinkan lobster dapat bertahan dalam

berbagai kondisi dan cuaca (Setiawan, 2010). Pada habitat alaminya

lobster air tawar hidup pada perairan yang dangkal, dan lobster termasuk

hewan nocturnal. Lobster air tawar bersifat omnivora yang makanannya

berupa biji-bijian, umbi-umbian, cacing, lumut, tumbuhan air dan bangkai

hewan. Di tempat budidaya, lobster menyukai makanan berupa pelet.

Lobster mendeteksi adanya makanan disekitarnya dengan menggunakan

antenanya yang panjang, sedangkan untuk menangkap makanannya

menggunakan capit kemudian makanan dipegang menggunakan kaki jalan

pertama lalu makanan diletakkan dekat mulut untuk dimakan secara

perlahan-lahan (Iskandar, 2003).

Dalam pertumbuhannya, lobster air tawar mengalami pergantian kulit atau

dikenal dengan moulting. Lobster memiliki kerangka luar (eksoskeleton)

yang keras dan kaku, sehingga perlu menggantinya apabila tubuh lobster

sudah membesar. Frekuensi moulting pada lobster beriringan dengan

pertambahan umur lobster dan juga laju pertumbuhannya. Semakin sering

lobster melakukan moulting maka pertumbuhanya semakin baik (Lukito

dan Prayugo, 2007).

Pada lobster pergantian kulit pertama terjadi setelah lobster berusia 2-3

minggu. Frekuensi moulting lebih sering terjadi sebelum lobster berusia

dewasa (6-7 bulan), sedangkan setelah dewasa lobster mengalami moulting

2-3 kali sebelum melakukan perkawinan (Wiryanto dan Hartono, 2004).

Sebelum berganti kulit (premoulting) nafsu makan lobster akan menurun

Page 34: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

14

dan tidak banyak bergerak serta tubuh terlihat sangat lemah selama kulit

baru belum mengeras, sehingga pada saat premoulting penyerapan air dan

mineral akan lebih besar untuk mempercepat pengerasan kulit (Priyono,

2009).

Selain bersifat omnivora, lobster juga memiliki sifat kanibalisme yaitu

dapat memakan lobster lain, hal ini disebabkan lobster menyukai aroma

amis, dan pada saat muolting kulit lobster masih lunak dan amis, sehingga

mengundang lobster lain untuk memangsanya. Kanibalisme dapat terjadi

jika pakan yang diberikan tidak mencukupi kebutuhan, pertumbuhan yang

tidak seragam, dan lobster dalam keadaan lemah setelah moulting, sehingga

lobster yang berukuran kecil dan lobster lemah dapat menjadi santapan

lobster yang kuat. Penggunaan shelter dari potongan paralon yang

dirangkai dapat digunakan sebagai tempat sembunyi lobster lemah agar

terhindar dari kanibalisme lobster lain (Hamiduddin, 2005).

4. Perkembangan dan Ciri Kelamin Lobster Air Tawar

Lobster air tawar akan mengalami pembentukan kelamin dan dapat dilihat

dengan jelas setelah lobster berumur 2 bulan dengan panjang tubuh berkisar

5-7 cm. Gambar 3 menunjukan perbedaan dalam perkembangan alat

kelamin jantan pada lobster dilihat pada kaki jalan (periopod) kelima yang

terbentuk benjolan yang disebut genital papillae, sedangkan pada betina

dilihat pada kedua pangkal periopod ketiga terdapat lubang yang disebut

disebut genital openings (Wie, 2006).

Page 35: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

15

Selain dilihat dari posisi lubang genital, perbedaan jenis kelamin pada

lobster air tawar capit merah dapat dilihat dari ada tidaknya garis merah

pada tepi luar dari capit (propodus). Pada lobster jantan akan dijumpai

adanya garis merah pada tepi luar propodusnya (Edgerton, 2005). Pada

saat lobster masih juvenil garis merah belum berkembang, karena

pertumbuhan garis merah berhubungan dengan panjang carapace orbital,

biasanya pembentukan garis merah setelah lobster jantan meliliki carapace

orbital mencapai 22 mm (Widha, 2003).

Gambar 3. Perbedaan organ reproduksi lobster air tawar jantan dan betina

Keterangan:a. Organ reproduksi jantan ditandai dengan adanya genital papillae (gp)

yaitu berupa tonjolan yang terdapat pada kaki jalan kelima.b. Organ reproduksi jantan (gp) dengan perbesaran 2,5 kali.c. Organ reproduksi betina ditandai dengan adanya genital openings (go)

yaitu berupa lubang yang terdapat pada kaki jalan ketiga.d. Organ reproduksi betina (go) dengan perbesaran 2,5 kali..

c

d

a

b

Page 36: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

16

5. Kualitas Air Pemeliharaan

Dalam pemeliharaan lobster air tawar diperlukan air yang cukup dan

memiliki kualitas yang baik sehingga lobster dapat tumbuh dengan cepat

(Tumembouw dan Melky, 2013). Beberapa parameter penilaian kualitas

air untuk menunjang pertumbuhan dan kelulushidupan lobster air tawar

meliputi temperatur, derajat keasaman (pH), kandungan amonia dan

kekeruhan (Ikrom, 2017). Salah satu persyaratan kualitas air dalam

budidaya lobster air tawar adalah temperatur. Lobster air tawar dapat

tumbuh baik pada temperatur 24-31OC, derajat keasaman (pH) 6-8,

kandungan amonia dalam air pemeliharaan maksimal 2 ppm, dan tingkat

kekeruhan pada angka 30-40 cm (Setiawan, 2006).

Apabila pH terlalu tinggi akan ditambahkan asam fosfor, sedangkan apabila

pH terlalu rendah maka diperlukan penambahan kapur (CaC03) (Setiawan,

2010), sedangkan kesadahan yang optimal untuk pertumbuhan lobster air

tawar yaitu 10-20 dH (Wiyanto dan Hartono, 2003). Kesadahan air sedang

hingga tinggi diperlukan untuk menjaga kandungan kalsium terlarut untuk

menjamin pembentukan cangkang baru dengan baik (KPH Jember, 2006).

Sedangkan kadar oksigen terlarut dalam air untuk lobster dapat hidup

dengan baik adalah 3-5 mg/L sementara itu kandungan karbondioksida

maksimal adalah 10 mg/L (Lim, 2006).

Page 37: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

17

B. Biologi Teripang Gama (Stichopus variegatus)

Teripang merupakan kelompok hewan invertebrata laut dari kelas

Holothuroidea (Filum Echinodermata), dan tersebar luas di wilayah laut di

seluruh dunia terutama di lautan India dan lautan Pasifik Barat. Di Indonesia

eksplorasi bahan aktif berbasis kolagen maupun senyawa aktif lainnya seperti

steroid dan saponin dari teripang (Stichopus) semakin meningkat (Rasyid,

2014).

1. Klasifikasi

Klasifikasi teripang gama menurut Sutaman (1993) adalah

sebagai berikut:

Filum : Echinodermata

Kelas : Holothuroidea

Ordo : Aspidochirotida

Famili : Stichopodidae

Genus : Stichopus

Spesies : Stichopus variegatus

Terdapat 625 jenis teripang di seluruh dunia, dan 10% berada di Indonesia.

Salah satu jenis teripang yang tergolong memiliki nilai jual yang tinggi

adalah teripang gama (S. variegatus) (Yusuf, 2008). Saat ini 29 jenis

teripang menjadi komoditas perdagangan internasional dan lokasi

pengumpulannya secara keseluruhan dari daerah-daerah kepulauan di

Indonesia yaitu termasuk famili Holothuriidae dan Stichopodidae (Darsono,

2007).

Page 38: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

18

2. Morfologi dan Anatomi

Umumnya teripang memiliki tubuh lunak berbentuk silinder, memiliki

warna dan corak yang beragam, terdapat tentakel pada bagian mulut dan

kaki tabung, dan beberapa jenis teripang dapat mengeluarkan cairan yang

lengket seperti getah karet yang berfungsi untuk melindungi diri dari

serangan predator (Widigdo et al., 2005). Sedangkan teripang gama

memiliki ciri khusus yaitu memiliki tubuh persegi dan kaku, pada bagian

sentral lebih datar, serta tidak memiliki tabung cuvierian. Memiliki warna

tubuh kuning kecoklatan sampai hijau dengan bintik hitam di sekitar tubuh

seperti pada gambar 5. Apabila dikeluarkan dari air dinding tubuhnya

mudah memanjang atau relaksasi. Maksimum panjang tubuh pada saat

relaksasi adalah 50 cm, tetapi pada umumnya memiliki panjang 35 cm

dengan bobot 1 kg dan ketebalan tubuh sekitar 8 mm (Palomares dan

Pauly, 2011).

Gambar 4. Morfologi teripang gama (S. variegatus),(a) dilihat secara ventral, (b) dilihat secara dorsal.

Secara anatomi teripang gama memiliki bentuk otot yang melingkar, yang

terdiri dari 5 lapisan otot yang memanjang dari bagian oral ke bagian aboral

yang terletak di bawah dinding tubuhnya, yang membentuk rongga berisi

Page 39: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

19

organ-organ dalam. Organ dalam teripang tersebut terbagi dalam 11 bagian

yaitu tentakel, kulit luar, kerongkongan, perut atau lambung, usus kecil,

usus halus, gonad, sistem sirkulasi air, cabang-cabang saluran pernafasan,

rumbai-rumbai pada pangkal pernafasan, dan kloaka (Palomares dan Pauly,

2011).

3. Habitat dan Penyebaran

Teripang pada umumnya hidup pada habitat yang kaya akan nutrien dan

berasosiasi dengan terumbu karang, dan beberapa jenis teripang hidup di

laguna, padang lamun, serta paparan pasir dan lumpur. Di Indonesia

teripang banyak tersebar di daerah Riau, Lampung, Sulawesi, Nusa

Tenggara Barat dan Timur, Maluku, dan Papua (Aziz, 1997).

Teripang ditemukan hampir di seluruh perairan pantai, mulai dari daerah

pasang surut yang dangkal hingga perairan yang dalam (Winarni et al.,

2010). Di dasar perairan teripang dapat dijumpai pada daerah berpasir,

sedikit berlumpur dan terdapat pecahan karang bercampur lumpur laut

(Nontji, 2002). Teripang merupakan hewan laut yang peka terhadap

cahaya matahari, sehingga teripang bersifat fototaksis negatif. Banyak

teripang yang ditemukan pada daerah sedikit cahaya matahari seperti

padang lamun, batu karang, dan dasar lumpur berpasir (Yusron et al.,2004).

Page 40: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

20

4. Biokimia Teripang Gama

Teripang memiliki nilai penting sebagai biofarma potensial. Beberapa

kandungan kimia dalam teripang basah yaitu protein sebesar 44-45%,

karbohidrat 3-5%, dan lemak 1,5-5%. Selain itu teripang juga mngandung

asam amino esensial, kolagen dan vitamin E. Kandungan asam lemak

penting teripang adalah asam eikosapentaenoat (EPA), dan asam

dekosaheksaenoat (DHA), selain itu teripang juga dipercaya mengandung

senyawa aktif lainnya seperti steroid dan saponin (Rasyid, 2014).

Teripang gama memiliki nilai gizi yang baik karena mengandung protein

yang cukup tinggi sesuai dengan Tabel 1. Protein pada teripang memiliki

asam amino yang lengkap baik asam amino esensial maupun nonesensial.

Asam amino berperan penting dalam proses pembentukan otot dan

pembentukan hormon androgen yaitu testoteron yang berfungsi dalam

sistem reproduksi baik untuk meningkatkan libido maupun pembentukan

spermatozoa (Karnila et al., 2011).

Tabel 1. Ukuran fisik dan komposisi kimia teripang gama (S. variegatus )segar.

Ukuran Fisik (Physical size) Nilai (Score)Panjang / length (cm)Lebar / width (cm)Berat / weight ( g )

20.7 ± 4.37.2 ± 0.3195.4 ± 54.6

Komposisi Kimia (Chemical compositian) Nilai (Score)Kadar air / moisture (% wb)Kadar abu / ash (% db)Kadar Lemak / fat (% db)Kadar Protein / protein (% db)

91.19 ± 0.0740.18 ± 1.932.72 ± 0.354.82 ± 0.68

Sumber : (Fawzya et al., 2016)

Page 41: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

21

Ekstrak teripang gama dipercaya memiliki senyawa aktif steroid yang

bersifat semipolar (Meydia, 2016). Senyawa aktif steroid mengandung

hormon testoteron dan berperan dalam pembentukan organ kelamin jantan,

fungsi reproduksi, serta perilaku seksual (Sarida, 2008). Komposisi kimia

kandungan lemak teripang gama berkisar 2,87 % berat kering (Alhana et

al., 2015), jenis teripang lainnya (Stichopus horrens) juga mengandung

lemak yang tinggi yaitu 3,04% berat kering (Forghani et al., 2012)

sehingga dipercaya bahwa ekstrak teripang Stichopus mengandung lemak

yang lebih tinggi bila dibandingkan jenis teripang lainnya yang umumnya

kurang dari 2% (Aydin et al., 2011).

C. Madu Hutan

1. Definisi Madu

Madu merupakan cairan kental alami yang memiliki rasa manis yang

dihasilkan oleh lebah madu dengan bahan baku nektar yang berasal dari

sari bunga atau cairan dari bagian-bagian tanaman yang dukumpulkan,

diubah, dan diikat dengan senyawa-senyawa tertentu oleh lebah dan

disimpan dalam sarangnya. Nektar yang dihisap oleh lebah kemudian

dikeluarkan lagi dan dikunyah hingga akhirnya disimpan dalam sel hingga

masak akibat adanya enzim invertase (Sari, 2011). Sedangkan nektar

merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan dari kelanjar tanaman

dalam bentuk larutan gula. Sebagian energi yang diperoleh lebah madu

Page 42: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

22

berasal dari karbohidrat dalam bentuk gula (Tim Karya Tani Mandiri,

2010).

Madu berdasarkan lingkungannya dibedakan menjadi dua yaitu madu hutan

dan madu ternak. Perbedaan anatara kedua jenis madu tersebut meliputi

jenis lebah, cara perlakuan dan kandungan dalam madu tersbeut. Madu

ternak berasal dari lebah madu Apis cerana dan Apis mellifera sedangkan

madu hutan berasal dari lebah madu Apis dorsata. Dalam perlakuaannya

madu hutan tidak dapat ditangkarkan (Bima, 2013), sedangkan perbedaan

kandungan madu meliputi kadar invertase, prolin, oligosakarida dan rasio

fruktosa (Joshi et al., 2000). Madu hutan liar memiliki warna hitam

kemerah-merahan sedangkan madu ternak berwarna kekuning-kuningan

karena berasal dari tanaman pertanian disekitar hutan (Tim Karya Tani

Mandiri, 2010).

2. Komposisi Madu Hutan

Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi dalam madu yaitu letak

geogafis, sumber botani nektar, serta kondisi lingkungan dan iklim

(Erejuwa, 2012). Pada umumnya nektar mengandung 40-80% air

sedangkan madu kental hanya mengandung air 10-20 % karena mengalami

proses penguapan (Sari, 2011). Tabel 2 menunjukan kandungan mineral

yang terdapat pada madu budidaya.

Page 43: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

23

Tabel.2 Kandungan nutrisi madu budidaya per 100 gam.

No. Komposisi Jumlah1234567891011121314151617181920

EnergiKarbohidratGulaSerat panganLemakProteinAirRiboflavin (Vitamin B2)Niacin (Vitamin B3)Panthotenic acid (Vitamin B5)Vitamin B6Folate (Vitamin B9)Vitamin CKalsiumBesiMagnesiumPhosporusPotassiumsodiumZink

1272 kal (304 kkal)82,4 g82,12 g0,20 g0,3 g17,10 g0,038 mg0,121 mg0,068 mg0,024 mg2,25 mg0,5 mg6 mg0,42 mg2 mg4 mg52 mg4 mg0,22 mg

Sumber : (Sakri, 2015)

Kandungan terbesar dari madu adalah karbohidrat yang berkisar 95%, dan

sebagian besar terdiri dari fruktosa dan glukosa. Madu memiliki variasi

indeks glikemik dari 32 hingga 85, semakin tinggi kadar glukosa maka

indeks glikemik semakin rendah (Bogdanov et al., 2008). Manfaat madu

berkaitan dengan kandungan gula yang lebih tinggi, fruktosa 49%, glukosa

35%, dan sukrosa 1,9%, dan beberapa unsur lainnya seperti kandungan

tepung sari dengan berbagai enzim pencernaan (Tim Karya Tani Mandiri,

2010). Karbohidrat berperan sebagai sumber energi yang paling mudah

dan cepat dalam penyedian energi, selain itu apabila kesediaan karbohidrat

cukup maka dapat mencegah penggunaan protein berlebih (Kusman, 2006).

Page 44: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

24

Selain karbohidrat madu juga mengandung protein, enzim, asam amino,

mineral, vitamin, serta senyawa aroma dan folipenol (Bongdanov et al.,

2008). Beberapa kandungan asam organik dalam madu yaitu gliokolat

asam format, asam laktat, asam sitrat, asam asetat, asam oksalat, asam

malat, dan asam tartarat beberapa asam organik tersebut berperan dalam

metabolisme tubuh. Selain asam organik yang mengandung asam amino

non esensial untuk pembentukan protein, juga terdapat asam amino esensial

seperti lysin, histidin, dan triptofan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Lemak dibutuhkan bagi perkembangan larva crustacea hingga menjadi

juvenil. Lemak berguna sebagai sumber energi dan bahan pembentuk asam

lemak esensial (Sheen dan D’Abramo, 1991).

Beberapa kandungan mineral dalam madu seperti kalsium yang berperan

dalam proses pengerasan kulit setelah udang atau lobster saat mengalami

pergantian kulit (Zaidy, 2008). Magnesium berperan dalam mengaktifkan

fungsi replika sel, protein, dan energi. Mangan berfungsi sebagai

antioksidan, yodium berguna bagi pertumbuhan dan membantu

pembakaran apabila kelebihan lemak. Besi membantu dalam proses

pembentukan sel darah merah dalam tubuh. Apabila kekurangan mineral

seng akan menurunkan kesehatan lobster dan menyebabkan lobster mudah

terinfeksi. Madu juga mengandung vitamin A, vitamin B1, vitamin B2

dan beberapa enzim serta antibiotika, semua kandungan tersebut berperan

dalam pembentukan antibodi dan penghambat pertumbuhan sel kanker

(Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Selain itu vitamin berperan dalam

Page 45: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

25

pembentukan kulit baru setelah crustacea mengalami moulting (Sheen dan

D’Abramo, 1991).

3. Penggunaan Madu Hutan dalam Sex Reversal

Madu hutan dipercaya memiliki khasiat yang lebih tinggi dari madu biasa

karena sifat madu hutan yang masih alami dan tidak adanya tambahan zat-

zat lain (Purbaya, 2002). Madu alami mengandung banyak senyawa-

senyawa golongan flavonoid seperti apigenin, pinokembrin, kaempferol,

quercetinum galagin, chrysin, dan hesperetin (Najafi et al., 2013).

Senyawa chrysin berfungsi sebagai aromatase inhibitor alami (IJEACCM,

2006) yang struktur kimianya terdapat pada Gambar 6. Adanya aromatase

inhibitor dapat menimbukan efek maskulinisasi dengan meningkatkan

persentase kelamin jantan pada ikan nila ( Oreochromis sp.) (Kwon et al.,

2000). Penurunan konsentrasi estrogen akibat adanya crysin sebagai

inhibitor yang menghambat kerja enzim aromatase sehingga menyebabkan

produksi hormon testoteron meningkat sehingga sifat-sifat jantan lebih

dominan dan mengarahkan kelamin menjadi jantan (Sarida et al., 2010)

Gambar 5. Struktur kimia senyawa chrysin (5,7-dihidroxy-2-phenyl-4H-chromen-4-one) (Kasala et al., 2015)

Page 46: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

26

Madu mengandung berbagai mineral seperti kalium, kalsium, magnesium,

dan natrium yang memiliki sifat alkali (Marhiyanto, 1999). Adanya

mineral-mineral tersebut menyebabkan tubuh lobster menjadi alkali,

sehingga berpengaruh terhadap kelulushidupan kromosom X dan kromosom

Y. Sesuai dengan sifatnya bahwa kromosom Y lebih tahan pada keadaan

basa (Irawan, 2000). Kalium didalam madu dapat merubah lemak menjadi

prenegnolon, kemudian mengubah estrogen menjadi progesteron

(Damayanti et al., 2013).

D. Sex Reversal (Pembalikan Kelamin)

1. Definisi dan Manfaat Sex Reversal

Sex reversal merupakan salah satu teknologi pembalikan arah

perkembangan kelamin menjadi berlawanan. Sex reversal menyebabkan

ikan yang seharusnya berkelamin jantan dapat diarahkan perkembangan

gonadnya menjadi betina ataupun sebaliknya (Zairin, 2002). Pada dasarnya

sex reversal hanya merubah phenotip ikan tetapi tidak merubah

genotipnya, sehingga pada umumnya teknik ini dilakukan sebelum

terjadinya diferensiasi seksual secara jelas antara jantan ataupun betina

(Masduki, 2010).

Beberapa manfaat teknik sex reversal yaitu untuk meningkatkan

pertumbuhan ikan, mencegah terjadinya pemijahan liar, mendapatkan

penampilan yang baik pada ikan, dan menunjang genetika ikan (Zairin,

2002). Selain itu, menurut Tripod (2010), teknik sex reversal memiliki

Page 47: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

27

beberapa keuntungan diantaranya yaitu, teknologi ini dapat menghasilkan

ikan jantan secara masal, penerapan teknologi yang relatif mudah, tidak

memerlukan biaya yang besar dan menghasilkan keuntungan yang berlipat

ganda dari hasil penjualan ikan jantan, serta dapat digunakan untuk

mendapatkan induk jantan unggul.

2. Metode Sex Reversal

Untuk memperoleh populasi monosex ada dua metode yang digunakan

yaitu dengan cara langsung melalui terapi hormon dan secara tidak

langsung melalui rekayasa kromosom. Sex reversal merupakan teknik

monosex secara langsung. Metode langsung memiliki kelebihan utama

yaitu mudah dan sederhana serta dapat diterapkan pada semua jenis ikan

sedangkan kelemahan metode ini yaitu keberhasilannya sangat beragam

(Zairin, 2002).

Sex reversal pada umumnya dapat dilakukan dengan menggunakan hormon

steroid baik melalui perendaman, penyuntikan, atau secara oral melalui

pemberian pakan. Pada metode perendaman diharapkan hormon akan

masuk kedalam tubuh ikan melalui proses difusi. Perendaman dengan

menggunakan steroid dapat dilakukan pada larva atau induk ikan yang

sedang bunting (Zairin, 2002). Perlakuan pemberian dosis hormon akan

berkaitan dengan lama perlakuan (Piferrer, 2001). Untuk menghasilkan

metode sex reversal yang optimal, jika dosis yang diberikan relatif rendah

maka lama perlakuannya diperpanjang, namun apabila pemberian dosis

Page 48: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

28

yang terlalu tinggi dan masa perlakuan yang panjang dapat mengakibatkan

terjadinya kemandulan (Chatain et al., 1999).

E. Hormon Steroid

1. Definisi dan Kandungan Hormon Steroid

Hormon steroid merupakan molekul berukuran kecil yang dapat masuk

kedalam sel yang struktur bangunnya dapat dilihat pada Gambar 7a, namun

hanya sel-sel sasaran yang memiliki reseptor khusus sehingga dapat

mengikatnya dan mempengaruhi sintesis protein (Mc Donald, 1980).

Umumnya Steroid pada hewan dapat dihasilkan dari organ reproduksi

seperti testis, ovari, korteks, dan plasenta (Voet et al., 1999). Jeroan

teripang diketahui mengandung steroid tertinggi dibandingkan dengan

bagian tubuh lainnya (Riani et al., 2005).

Hormon memiliki peranan yang sangat penting dalam pengaturan

fisiologis, dan umumumnya hormon bekerja sebagai aktivator spesifik serta

dapat bekerja dengan baik pada konsentrasi kecil (Robbins, 1996).

Hormon steroid mengandung hormon adrenal, androgen, dan estrogen yang

dapat larut dalam lemak, dan testoteron (Murray et al., 2001). Hormon

steroid merupakan turunan kolesterol, dengan rumus bangun berupa cincin

siklopentana (Kustiariah, 2006), sedangkan Gambar 7b menunjukkan

struktur kimia testoteron.

Page 49: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

29

Gambar 6. (a) Rumus bangun inti steroid (cyclopentanohydrophenanthrene)(b) Rumus bangun testoteron (Kustiariah, 2006).

2. Hormon Steroid dalam Sex Reversal

Hormon androgen merupakan salah satu golongan steroid. Hormon

androgen dihasilkan dari testis dan befungsi dalam maskulinisasi dan

pertahanan tubuh. Jenis hormon androgen yang dihasilkan secara alami

oleh tubuh yaitu testoteron struktur bangunya seperti pada gambar 7b, 11α-

ketotestoteron dan dihydrotestoteron (Sower dan Iwarnoto, 1985).

Beberapa fungsi dari hormon androgen diantaranya yaitu menstimulasi

proses spermatogenesis tahap akhir, meningkatkan pertumbuhan dan

aktifitas ekspresi dari organ kelamin pelengkap, perkembangan kelamin

sekunder dan berpengaruh terhadap tingkah laku seksual (Martin, 1979).

Hormon steroid yang diinduksi pada kelopok crustacea dapat menstimulasi

terjadinya peningkatan testoteron, sehingga mengarah pada pembentukan

kelamin jantan (Sarida, 2006). Keberhasilan penggunaan hormon steroid

dalam sex reversal ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis dan

umur ikan, dosis hormon dan waktu pemberian, serta cara pemberian

hormon (Soelistyowati, 2007). Hormon steroid berpengaruh terhadap

Page 50: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

30

sintesis protein. Reseptor hormon steroid berada didalam sel, kemudian

hormon yang telah berikatan akan ditransfer kedalam inti sel untuk

melakukan modifikasi terhadap sintesis protein, sehingga mengakibatkan

terjadinya perubahan struktur enzim maupun aktifitasnya dan berpengaruh

terhadap perubahan fisiologis yang dikehendaki oleh hormon yang

bersangkutan (Affandi dan Tang, 2002).

Page 51: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

31

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksankan pada bulan Oktober 2017 – Maret 2018, di

Laboratorium Penelitian Biologi Molekuler, gedung MIPA Terpadu, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bak fiber kapasitas 48 liter

untuk aklimasi, bak kaca untuk perlakuan dengan kapasitas 5 liter, bak

pemeliharaan larva dengan kapasitas 22 liter, blower untuk penyuplai oksigen,

batu aerasi 20 buah, selang aerasi sepanjang 2 meter sebanyak 20 buah, shelter

pipa paralon 0,5 inchi sebanyak 400 buah, selang penyedot kotoran 10 m.

Pengukuran kualitas air menggunakan pH meter untuk mengukur derajat

keasaman, DO meter untuk mengukur oksigen terlarut, termometer untuk

mengukur suhu air. Lup dan mikroskop binokuler untuk pengamaan morfologi

larva lobster, cawan petri untuk wadah larva lobster, milimeter blok untuk

pengukuran panjang tubuh larva lobster, dan neraca digital untuk pengukuran

berat tubuh larva losbter, ember plastik untuk penampungan tandon air volume

100 liter, skopnet untuk mengabil sisa kotoran yang melayang di permukaan

Page 52: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

32

air. Beberapa alat untuk pembuatan ekstrak steroid yaitu instrumen refluks,

rotary vacum evaporator, sentrifuge, labu ukur 500 ml, gelas beaker 250 ml,

tabung reaksi, pipet tetes.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hewan uji berupa

larva lobster air tawar capit merah (C. quadricarinatus) berusia 2-3 minggu

dan sudah mengalami ekdisis yaitu sebanyak 400 ekor, ekstrak steroid dari

jeroan teripang gama (S. variegatus), madu hutan asal Muaraenim, pakan

lobster berupa cacing sutera dan pelet. Air media pemeliharaan, etanol 95 %,

kalium hidroksida (KOH) 1 M dan 0,5 M, dietil eter, akuades, dan phenol

ptialin / indikator pp untuk pembuatan ekstraksi teripang.

C. Desain Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental

dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 5 perlakuan meliputi 1 perlakuan

kontrol tanpa penambahan madu atau hanya diberi ekstrak steroid dengan

dosis 2 ppm saja dan 4 perlakuan penambahan dosis madu yang berbeda dalam

ekstrak steroid dengan dosis 2 ppm dan masing-masing perlakuan diulang

sebanyak 4 kali dengan setiap bak pemeliharaan terdiri dari 20 ekor larva

lobster dengan kepadatan 4 ekor tiap liter. Semua perlakuan dilakukan

perendaman selama 18 jam. Desain perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:

Page 53: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

33

1. SMA. Larva lobster air tawar direndam dalam ekstrak steroid dosis 2 ppm

(Kontrol) .

2. SMB. Larva lobster air tawar direndam dalam ekstrak steroid dosis 2 ppm

dan ditambahkan madu sebanyak 5 ml / L air.

3. SMC. Larva lobster air tawar dierndam dalam ekstrak steroid dosis 2 ppm

dan ditambahkan madu sebanyak 10 ml / L air.

4. SMD. Larva lobster air tawar dierndam dalam ekstrak steroid dosis 2 ppm

dan ditambahkan madu sebanyak 15 ml / L air.

5. SME. Larva lobster air tawar dierndam dalam ekstrak steroid dosis 2 ppm

dan ditambahkan madu sebanyak 20 ml / L air.

D. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Wadah Pemeliharaan dan Pengisian Air

Wadah pemeliharaan larva menggunakan bak plastik volume 22 liter.

Sebelum digunakan harus bibersihkan dan disucihamakan terlebih dahulu

dengan kaporit (CaOCl) 10 mg/l, kemudian dibilas dengan menggunakan

air steril dan dijemur hingga kering selama 24 jam. Pengisian air dilakukan

setelah bak kering. Air yang digunakan merupakan air sumur yang telah

ditandon terlebih dahulu selama 3 hari dengan salinitas 0 ppt. Pengisian air

kedalam bak pemeliharaan dilakukan hingga ketinggian air 5 cm dan

diendapkan selama 2-3 hari.

Page 54: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

34

2. Pembuatan Ekstrak Steroid Teripang

Pembuatan ekstrak steroid teripang gama dilakukan di Laboratorium

Sentra Inovasi dan Teknologi, Universitas Lampung. Mekanisme

pembuatannya adalah sebagai berikut:

1. Pengeluaran dan pemisahan jeroan teripang dari daging teripang diikuti

pengawetan sementara dalam freezer pada suhu 4oC.

2. Ekstraksi lemak teripang dilakukan dengan maserasi pada jeroan

teripang dengan pelarut etanol menggunkan cara refluks dengan

perbandingan bahan dan pelarut 1 : 2 (berat/volume) pada suhu 40o-

50oC selama 3-4 jam atau hingga pelarut habis.

3. Hasil ekstrak disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15

menit pada suhu 4oC.

4. Supernatan hasil sentrifugasi dievaporasi dengan menggunakan rotary

vacum evaporator hingga seluruh pelarut menguap dilakukan pada suhu

55oC.

5. Supernatan hasil sentrifugasi dicampur dengan 50 ml KOH 1 M dan

direfluks kembali dalam suhu 70oC selama 1 jam, kemudian campurkan

hasil refluks dan didinginkan dengan penambahan akuades sebanyak

100 ml.

6. Campuran refluks dimasukan kedalam tabung pemisah dan disabunkan

dengan dietil eter sebanyak 100 ml, kemudian dikocok dan diendapkan

hingga diperoleh supernatan dan residu. Residu dipisah dan disabubkan

Page 55: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

35

kembali dengan cara yang sama hingga diperoleh supernatan kedua dan

ketiga.

7. Semua supernatan yang diperoleh digabungkan, kemudian dimasukkan

kedalam corong untuk dicuci dengan menggunakan akuades 40 ml

sebanyak 3 kali.

8. Residu yang diperoleh dipisahkan dan ditambahkan KOH 0,5 M 40 ml

dan 1 tetes phenol ptialin (pp), kemuadian dikocok dan didiamkan

hingga terbentuk dua fasa.

9. Dua frasa yang terbentuk lalu dipisahkan, kemudian supernatan yang

diperoleh ditambahkan akuades 40 ml, dikocok, dan didiamkan kembali

hingga terbentuk dua frasa, lalu dipisahkan kembali.

10. Supernatan ditambah KOH 0,5 M sebanyak 40 ml, dikocok dan

didiamkan kembali hingga terbentuk dua fasa lalu dipisahkan kembali.

11. Supernatan dicuci dengan akuades hingga tidak terlihat lagi warna

merah muda jika ditambah indikator pp.

12. Larutan yang diperoleh kemudian dievaporasi dengan rotary vacuum

evaporator hingga seluruh pelarut menguap (suhu 55oC).

13. Ekstrak yang sudah jadi dikeringkan selama 18 jam hingga terbentuk

serbuk putih halus dengan menggunakan frezedryer, kemudian ekstrak

steroid yang sudah jadi disimpan pada suhu ruang.

3. Uji Proksimat Kandungan Madu

Uji proksimat kandungan madu dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil

Pertanian (THP), Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Tujuan

Page 56: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

36

dilakukan uji proksimat adalah untuk mengetahui adanya kandungan

protein, lemak, kadar abu, kadar air, dan beberapa mineral yang terdapat

dalam madu hutan yang berasal dari Muaraenim.

4. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan dan Aklimasi Hewan Uji

Juvenil lobster digunakan dalam penelitian ini berumur 2-3 minggu

atau berukuran panjang tubuh 2-2,5 cm sebanyak 400 ekor yang berasal

dari Gemma Farm (Klaten) Jawa Tengah. Juvenil lobster tersebut

kemudian diaklimasi pada bak pemeliharaan sementara dengan

pemberian pakan, suplai oksigen, dan sanitasi bak yang dianggap

memadai sebelum perlakuan pemberian homon steroid dan madu.

Tujuan aklimasi adalah agar lobster dapat menyesuaikan dengan

kondisi lingkungan yang baru sebelum penelitian dimulai.

2. Seleksi Juvenil Lobster

Seleksi juvenil lobster dapat dilakukan dengan melihat ciri-ciri

morfologi lobster tersebut, seperti panjang tubuh, kelengkapan organ

serta lobster dalam kondisi sehat dan tidak ada kecacatan. Seleksi

lobster dilakukan satu hari sebelum dimasukan dalam bak perlakuan.

Page 57: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

37

3. Perlakuan (Treatment)

Perlakuan dilakuan dengan metode perendaman. Dalam bak perlakuan

kontrol (SMA) diisi juvenil lobster sebanyak 80 ekor dan direndam

dalam ekstrak steroid 2 ppm, dalam bak perlakuan kedua (SMB) diisi

juvenil lobster sebanyak 80 ekor dan direndam dengan ekstrak steroid 2

ppm kemudian ditambah madu hutan 5 ml/ L air, dalam bak perlakuan

ketiga (SMC) diisi juvenil lobster sebanyak 80 ekor dan direndam

dengan ekstrak steroid 2 ppm kemudian ditambah madu hutan 10 ml/ L

air, dalam bak perlakuan keempat (SMD) diisi juvenil lobster sebanyak

80 ekor dan direndam dengan ekstrak steroid 2 ppm dan ditambah

madu hutan 15 ml/ L air, dalam bak perlakuan kelima (SME) diisi

juvenil lobster sebanyak 80 ekor dan direndam dengan ekstrak steroid 2

ppm kemudian ditambahkan madu hutan 20 ml/L air. Pemberian ektrak

steroid dan madu dilakukan secara bersamaan, kemudian semua lobster

dalam perlakuan direndam selama 18 jam.

4. Pemeliharaan Hewan Uji

Pemeliharaan juvenil lobster dilakuan selama 40 hari sehingga dapat

dibedakan jenis kelamin lobster uji. Setelah direndam dalam bak

perlakuan kemudian lobster dipindahkan ke bak pemeliharaan

berukuran 50 x 50 x 30 cm dengan kepadatan 20 ekor per wadah.

Pemeliharaan dapat dilakukan dengan pemberian pakan berupa pelet

dan cacing sutera setiap pagi dan sore hari. Selama pemeliharaan

Page 58: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

38

kualitas air harus dijaga dengan cara melakukan pergantian air total dua

kali dalam seminggu dan melakukan penyiponan setiap pagi sebelum

pemberian pakan. Selain itu diperlukan pengukuran suhu air, DO, dan

pH untuk mengetahui kualitas air selama pemeliharaan.

E. Pengambilan Data

1. Persentase Pembentukan Kelamin

Untuk menentukan persentase kelamin yang terbentuk dapat dilakukan

pengamaan dengan menggunakan lup / kaca pembesar berdasarkan

ciri-ciri yang ada yaitu adanya tonjolan yang terdapat dikedua pangkal

periopod kelima dan lubang pada periopod ketiga. Penentuan jenis

kelamin dilakukan pada akhir penelitian. Menurut Effendi (1979),

persentase pembentukan kelamin dapat ditentukan dengan perhitungan

sebagai berikut:

Keterangan:

J = Persentase jenis kelamin jantan (%)

A = Jumlah lobster berkelamin jantan (ekor)

T = Jumlah sampel lobster yang diambil (ekor)

J (%) = x 100 %

Page 59: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

39

Keterangan:

B = Persentase jenis kelamin betina (%)

A = Jumlah lobster berkelamin betina (ekor)

T = Jumlah sampel lobster yang diambil (ekor)

Keterangan:

I = Persentase individu interseks (%)

A = Jumlah lobster interseks (ekor)

T = Jumlah sampel lobster yang diambil (ekor)

2. Kelulushidupan (Survival rate)

Tingkat kelulushidupan populasi adalah persentase jumlah individu

yang berpeluang hidup selama masa pemeliharaan untuk menentukan

produksi yang akan didapat (Najayati, 1992). Untuk menentukan

kelulushidupan lobster maka dapat dihitung seesuai dengan rumus

berikut ini (Effendi, 1992) :

B (%) = x 100 %

I (%) = x 100 %

Page 60: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

40

Keterangan:

SR = Kelulushidupan lobster uji (%)

Nt = Jumlah lobster uji pada akhir penelitian (ekor)

No = Jumlah lobster uji pada awal penelitian (ekor)

3. Laju Pertumbuhan (Gowth rate)

Untuk menentukan laju pertumbuhan lobster maka dapat dilakukan

dengan mengukur rata-rata berat lobster yang ditimbang dengan

menggunkan neraca digital dan panjang total pada awal pengamaan

dan akhir pengamaan yang dihitung berdasarkan waktu pemeliharaan.

Menurut Tacon (1987), untuk menentukan laju pertumbuhan lobster

air tawar dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:

BT = Berat Total (gam)

Wt = Berat rata-rata lobster pada akhir pengamaan (gam)

Wo = Berat rata-rata lobster pada awal pengamaan (gam)

t = Waktu antar pengamaan (lama pemeliharaan)

SR = x 100 %

BT = x 100%

Page 61: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

41

Panjang total merupakan perubahan panjang rata-rata individu pada

tiap perlakuan dari awal pengamaan hingga akhir pengamaan. Panjang

total (cm) ditentukan berdasarkan selisih panjang akhir dan panjang

awal selama pemeliharaan. Panjang total dapat dihitung berdasarkan

rumus Effendi (2004), sebagai berikut:

Keterangan:

L = Pertumbuhan panjang total (cm)

Lt = Panjang rata-rata akhir (cm)

Lo = Panjang rata-rata awal (cm)

4. Persentase Lobster Cacat

Persentase jumlah lobster yang cacat atau kelainan morfologi dapat

dilihat dengan menggunakan loop pada akhir pengamaan. Menurut

Sarida (2008), persentase lobster cacat dapat dilakukan perhitungan

dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

C = Persentase lobster cacat (%)

A = Jumlah lobster cacat pada akhir pengamaan (ekor)

T = Jumlah sampel yang diamati (ekor)

L = Lt - Lo

C (%) = x 100 %

Page 62: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

42

5. Pengukuran Kualitas Air Pemeliharaan

Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 10 hari sekali, setiap pukul

15.00 WIB, yang meliputi:

1. Dissolved Oksigen (DO) atau oksigen terlarut yang diukur

menggunakan DO meter.

2. pH atau derajat keasaman yang diukur dengan menggunakan pH

meter elektrik.

3. Suhu diukur dengan menggunakan termometer.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini antara lain yaitu persentase

kelamin jantan, persentase kelamin betina, persentase individu interseks,

persentase kelulushidupan, laju pertumbuhan yang meliputi berat dan

panjang total, persentase lobster cacat, dan kondisi kualitas air

pemeliharaan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan

software SPSS 16 dengan analisis ragam (One Way ANOVA), jika

terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda

Nyata Terkecil) dengan taraf 0,05.

Page 63: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

43

G. Diagam Alir Penelitian

Secara skematis diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Diagam alir penelitian

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan ekstraksteroid teripang gama

Uji proksimat kandunganmadu hutan Muaraenim

Persiapan hewan uji dan aklimasi selama 3hari

Seleksi juvenil lobster air tawar

Perlakuan (Perendaman 18 jam)SMA= Kontrol (Steroid 2 ppm)SMB= Steroid 2 ppm + madu hutan 5 ml/L airSMC= Steroid 2 ppm + madu hutan 10 ml/L airSMD= Steroid 2 ppm + madu hutan 15 ml/L airSME = Steroid 2 ppm + madu hutan 20 ml/L air

Pemeliharaan hewan uji selama 40 hari Pemberian pakan pagi (09.00 WIB) dan sore (17.00

WIB) Pengukuran pH, DO, dan Suhu (10 hari sekali) Penyiponan setiap 3 hari sekali dan pergantian air

setiap 10 hari sekali

Pengambilan data setiap 10 hari sekali yang meliputipanjang total (cm), bobot (g), jenis kelamin, kecacatan,

dan jumlah lobster hidup.

Analisis data

Page 64: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

71

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan:

1. Penambahan madu pada dosis yang berbeda dalam ekstrak steroid

teripang gama (S. variegatus) 2 ppm berpengaruh terhadap pembalikan

kelamin juvenil lobster air tawar (C. quadricarinatus). Dosis madu 20

ml/l air merupakan dosis paling efektif dalam pembentukan kelamin

jantan lobster tersebut yaitu 83,75%.

2. Kelulushidupan juvenil lobster air tawar (C. quadricarinatus) tertinggi

pada pemberian dosis madu 5 ml/L air yaitu 56,25%, berat total

tertinggi pada pemberian dosis madu 10 ml/L air yaitu 1,216 gram, dan

panjang total tertinggi pada pemberian dosis madu 20 ml/L air yaitu

3,691 cm.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan jenis madu yang

berbeda dengan dosis madu yang lebih tinggi dari 20 ml/L air dengan

kepadatan individu lobster air tawar lebih rendah dari 5 ekor per liter

air pemeliharaan untuk mengurangi tingginya mortalitas juvenil lobster

air tawar akibat kanibalisme.

Page 65: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

72

2. Perlu dilakukan penelitian tentang sumber hormon alami lainnya yang

berasal dari biota laut untuk meningkatkan pembentukan kelamin

jantan lobster air tawar (C. quadricarinatus).

3. Perlu dilakukan penelitian tentang kandungan testoteron juvenil lobster

air tawar (C. quadricarinatus) setelah di lakukan perendaman dengan

madu pada dosis yang berbeda dan ekstrak steroid teripang 2 ppm.

Page 66: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

73

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R. dan U.M. Tang. 2006. Fisiologi Hewan Air. UNRI Press. Riau.

Alhana, J. Suptijah, dan K.Tarman. 2015. Ekstraksi dan Karakterisasi Kolagendari Teripang gama. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 150-61.

Arisandi, A. 2012. Efektivitas dan Efek Toksik Ekstrak Steroid Teripang dan 17αMetiltestoteron pada Manipulasi Kelamin Udang Galah. Jurnal Kelautan.5(2): 108-114.

Aydin, M., B. Emre, H. Taufan, K. Se, dan Sevgili. 2011. Proximate Compositionand Fatty Acid Profile of Three Different Fresh and Dried CommercialSea Cucumbers From Turkey. Int J. Food Sci Tech, 4(6):500–508.

Aziz A. 1997. Status Penelitian Teripang Komersial di Indonesia. Oseana. 22 (1):9-19.

Bachtiar, Y. 2006. Usaha Budidaya Lobster Air Tawar di Rumah. AgromediaPustaka. Jakarta.

Bima. 2013. Bubblews http://www.bubblews.com/news/667951/what-is-the-difference-forest-honeyand-honey-farm. Jurnal online. Diakses padatanggal 16 Oktober 2017.

Bogdanov S, T. Jurendic , P. Gallman. 2008. Honey for Nutrition and Health: aReview. J Am Coll Nutr. 27 (3) :67-79.

Boyd. C.E. 2003. Bottom Soil and Water Quality Management in Shrimp Ponds.The Hawort Press, Inc. Pg. 11-33

Chatain B, E. Saillant dan S. Peruzzi. 1999. Production of Monosex MalePopulations of European Seabass, Dicentrarchus labrax L. By Use OfThesynthetic Androgen 17-methyldehydrotestosterone. AquacultureJournal, 178: 225-234.

Connel, D.W dan Miller, G.J. 2006. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. UIPress. Jakarta. hal. 520.

Page 67: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

74

Damayanti, A. A., S.Wayan, Wildan. 2013. Aplikasi Madu Untuk PengarahanJenis Kelamin Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Dinas Perikanandan Kelautan. Jurnal Perikanan. 2 (2): 82-86.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Hubungan denganToksikologi Senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Darsono, P. 2005. Teripang (Holothurians) Perlu dilindungi. BidangSumberdaya Laut. Puslit Oseanografi-LIPI. Jakarta.

Dean, W. 2004. Chrysin: Is it an Effective Aromatase Inhibitor. Vitamin ResearchNews. 18(4). 76-84.

Dee W. 2007. Textbook of Arthropoda-Crayfish. University of Winnipeg. Canada.

Edgerton, B.F. 2005. Freshwater Crayfish Production For Poverty Allevation.World Aquaculture Journal. 36: 48-64.

Effendi, Irzal. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya . Jakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya danLingkungan Perairan. Kanisisus . Yogyakarta.

Erejuwa O., S.A. Sulaiman, M.S.A Wahab. 2012. Honey - A Novel AntidiabeticAgent. International Journal of Biological Sciences. 2: (2) 78-79.

Fawzya, Y.N. , E. Chasanah, H.I. Januar, dan R. Susilowati. 2015. Chemicalcomposition and fatty acid profile of some Indonesian sea cucumbersSqualen Bull of Mar and Fish. Postharvest and Biotech. 10 (1), 27-34.

Ferreira, I.C.F., E. Barreira, E. Aires, dan J.C.M. Estevinho. 2009. AntioxidantActivity of Portuguese Honey Samples: Different Contributions of TheEntire Honey and Phenolic Extract. Food Chemistry. 114: 1438-1443.

Forghani, B., A.A. Hamid , A. Ebrahimpour, J. Bakar, N.Sari, and Z. Hassan.2012. Enzyme Hydrolysates from Stichopus horrens as a New Source forAngiotensin-Converting Enzyme Inhibitory Peptides. Evidence-BasedComplementary and Alternative Medicine, Online Journal. Article ID236384: pg. 9.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan.Rineka Cipta. Jakarta.

Gencay, C., A.E. sunay, B. Kiliconglu, E. Erdemly, K. Kismet, M.A. Akkus, S.Errel, and S. Muratonglu. 2008. Effect of Honey on BacterialTranslocation and Intestinal Morpgology in Obstructive Jaundice. WorldJournal of Gastroentherology. 14 (21): 3410-3415.

Page 68: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

75

Gusnanto, A., G.N. Susanto, dan S. Murwani. 2013. Maskulinisasi Lobster AirTawar (Cherax quadricarinatus) dengan Ekstrak Steroid Teripang Pasir(Holothuria scabra) Pada Umur Larva yang Berbeda. Prosiding SeminarNasional Sains dan Teknologi V, Lembaga Penelitian UniversitasLampung. Bandar lampung.

Hakim, R.R. 2008. Peningkatan Keberhasilan Pembentukan Monosex JantanLobster Air Tawar (Cheraq quadricarinatus) Melalui Pemberian HormonMetiltestoteron dengan Perendaman yang Berbeda. Skripsi. JurusanPerikanan Fakultas Peternakan-Perikanan UMM. Malang.

Hamdani, A.Y. 2017. Pengaruh Lama Perendaman Dan Variasi Dosis EkstrakSteroid Teripang Pasir (Holothuria scabra) Terhadap Pembalikan KelaminJuvenil Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus). Tesis. ProgramMagister Biologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hammidudin, H. 2005. Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhandan Rasio Konversi Pakan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus).Jurnal Ilmiah Perikanan. 3(1). 2-3

Handajani, H. 2006. Pengujian Hormon Metiltestoteron Terhadap KeberhasilanMonosex Jantan Lobster Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) JurnalProtein, Fakultas Peternakan-Perikanan UMM. (13) 1. 63-72.

Haq, H.B., A. Yustiati, T. Herawati. 2013. Pengaruh Lama waktu PerendamanInduk dalam Larutan Madu Terhadap Pengalihan Kelamin Anak IkanGuppy (Poecilia reticulata). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 4(3): 117-125.

Harper J. dan G. Jeffrey. 2008. Morphologic Effect of Stress Response in Fish.ILAR Journal. 50(3): 387-396.

Holthus, L. B. 1949. Decapoda Macrura With Revision of the New GuineaParastacidae. Zoological result of the dutch New Guinea Expedition.Nova guinea: 59. 289-328.

Huberman, A. 2000. Shrimp Endocrinology. A Review Aquaculture. 191: 191-208.

IJEACCM. 2006. Evaluation of a new Class 1 substance “Chrysin”. IJEACCM03.http://medsafe.govt.nz/regulatory/CompMed/PIL/IJEACCM/3/Chrysin.pdfdiakses pada tanggal 16 oktober 2017.

Page 69: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

76

Ikrom, F.D. 2017. Pengaruh Ekstrak Steroid Teripang Pasir (Holothuria scabra)dan 17α Metiltestoteron pada Suhu yang Berbeda Terhadap PembalikanKelamin Juvenil Lobster Air Tawar ( Cherax quadricarinatus). Tesis.Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan Alam,Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Irawan, D. 2000. Pemisahan Sel Spermatozoa Sapi Madura Kromosom Seks Xdan Y dengan Teknik Sentrifugasi Menggunakan Kolom Percoll. Skripsi.Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Iskandar . 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Jurnal Akuakultur Indoensia4 :1-4.

Joshi S.R., H.Pechhacker , A. William, W. Von der Ohe. 2000. Physico-chemicalcharacteristics of Apis dorsata, A. Cerana, and A. mellifera Honey.

Jones, C. 1998. Breeding red claw – Management and Selection of Broodstock.Departement of Primary Industries. Queensland.

Kasala, E.R.,C.B. Chandan, and N.D. Laksmi. 2015. Chemopreventive Effect ofChrysin, A Dietary Flavone Against Benzo (A) Pyrene Induced LungCarcinogenesis In Swiss Albino Mice. Pharmacological Reports Journal.66 (310-318).

Karnila, R., A. Made, Tutik, W. Sukarno. 2011. Karakteristik Konsentrat ProteinTeripang Pasir (Holothuria scabra J.) dengan Bahan Pengekstrak Aseton.Jurnal Perikanan dan Kelautan 16(1): 90-102.

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jember. 2006. Habitat dan PenyebaranLobster Air Tawar. File pdf. www.kphjember.com. Diakses pada 09Oktober 2017.

Kurniawan, T. dan Hartono, 2007. Pembesaran Lobster Air Tawar Secara Cepat.Penebaran Swadaya. Jakarta.

Kustiariah. 2006. Isolasi, Karakterisasi dan Uji Aktivitas Biologis SenyawaSteroid Dari Teripang Sebagai Aprodisiaka Alami. Tesis. Program studiBioteknologi, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kusman. 2006. Pembenihan Lobster Air tawar : Meraup Untung dari LahanSempit. AgroMedia Pustaka. Jakarta. hal. 120.

Kwon, J.Y., B. McAndrew, D. Penman, L.M Hurtado, and V. Hagnapah. 2000.Masculinization of Genetic Female Nila Tilapia (Oreocromis sp.) byDietery Administration of An Aromatase Inhibitor During SexualDifferentiation. Journal of Experiment Zoology. 287: 46-53.

Page 70: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

77

Law, A.T., A.B.A. Munafi, dan Y.H. Wong. 2002. Effect of Hydrogen Ion onMacrobrachium rosenbergii (de Man) Egg Hatchability in BrackishWater. Aquaculture Journal. 247-251.

Lim.2006. The Extreme Dinisty Unit (EDU). http://www. Terrybillard.com/crayfishmain.htm. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2017.

Lukito, A. Dan S. Prayugo. 2017. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Jakarta.Penebar swadaya.

Marhiyanto, B. 1999. Peluang Bisnis Beternak Lebah Madu. Penerbit Gitamedia.Surabaya. Hal. 49.

Martati, E. 2006. Efektivitas Madu Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy(Poecilia reticulata). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Martin C.R. 1979. Textbook of Endocrine Physiology. Oxford University Press.New York.

Masduki, E. 2010. Sex Reversal. SUPM Negeri Bone. Sulawesi Selatan.

Meydia, S. Pipih, S. Rudy. 2016. Isolasi Senyawa Steroid dari Teripang Gama(Stichopus variegatus) dengan Berbagai Jenis Pelarut.Jurnal IPB. FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

McDonald L.E. 1980. Veterinary Endocrinology And Reproduction: ThirdEdition. Lea and Febiger. Philadelphia.

Millamena, O. M., R.M. Coloso and F.P. Pascual. 2002. Nutrition in TropicalAquaculture. Essentials of Fish Nutrition, Feed, and Feeding of TropicalAquatic Species. SEAFDCEC. Philippines. Pg. 221.

Mukti, A.T, A. Ermawan, dan A.S Mubarak. 2009. Pengaruh Penambahan Madudalam Pakan Induk Jantan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)Terhadap Rasio Jenis Kelamin Larva. Jurnal Ilmiah Perikanan danKelautan 1(1): 37-42.

Muray, P. Ana , M. Claudia, M.S Alicia and S.M Marta. 2002. Patagonicoside A :A Novel Antifungal Disulfated Triterpene Glycoside From The SeaCucumber Psolus Patagonicus. Tetrahedron, J. Tetrahedron. 5(57) : 9563-9568.

Najafi, M., and E.O. Tahereh. 2013. Traditional and Modern Uses of NaturalHoney in Human Diseases: A Review. Iranian Journal of Basic MedicalScience. 16(6): 731–742.

Page 71: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

78

Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Nurlina dan Zulfikar. 2016. Pengaruh Lama Perendaman Induk Ikan Guppy(Poecilia reticulata) dalam Madu Terhadap Nisbah Kelamin Jantan (SexReversal) Ikan Guppy. Acta Aquatica Sciences Journal. 3(2): 75-80.

Palomares, M.L.D., and D. Pauly. 2011. Ecosystem Size Spectra as Indicator ForRegional Seas. Fisheries Centre, University of Colombia, Canada. pg. 45-46.

Patasik, S. 2005. Pembenihan Lobster Air tawar Lokal Papua. Penebar Swadaya.Jakarta

Piferrer, F. 2001. Endocrine Sex Control Strategis For Feminization Of TeleostsFish. Aquaculture Journal. 197: 229 – 281.

Priyono, E. 2009. Alternatif Penambahan Suplemen Hayati Untuk MeningkatkanPertumbuhan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus). Tesis.Program pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Priyono, E., Muslim, dan Yulisman. 2013. Maskulinisasi Ikan Gapi (Poecilliareticulate) Melalui Perendaman Induk Bunting dalam Larutan Madudengan Lama Perendaman Berbeda. Program Studi Budidaya Perairan,Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Indralaya.

Purbaya R.J. 2002. Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Madu Alami. Edisi 1.Pionir Jaya. Bandung.

Racotta, I.S., E. Palacios, and M.A Ibarra. 2003. Shrimp Larvae Quality inBroodstock Condition. Aquaculture Journal. 227(4) : 107-130.

Rasyid, A. 2014. Potensi Pemanfaatan Teripang (Stichopus variegatus) SebagaiSuplemen Makanan. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 40 (2): 49-55.

Riani, E., Syamsu, K. Kaseno, Nurjanah, S. Kurnia. 2005. Pemanfaatan SteroidTeripang Sebagai Aprosidiaka Alami. Laporan Hibah PenelitianPascasarjana. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.

Robbins, A. 1996. Androgens and Male Sexual Behavior. Trends EndoclinolMetab 7(1):345-359.

Sagi , A., and D. Cohen. 1997. Growth, Maturation and Progency Of SexReversed Macrobrachium rosenbergii males . World AquacultureJournal. (21): 87-90

Page 72: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

79

Sari N. 2011. Pengaruh Pemberian Madu Terhadap Penurunan Kadar GlukosaDarah dan Gambaran Histologi Pankreas Tikus Putih (Rattus norvegicus)jantan. Skripsi. Universitas Hasanudin. Makassar.

Sakri F.M. 2015. Madu dan Khasiatnya Suplemen Sehat Tanpa Efek Samping.Diandra Pustaka Indonesia. Yogyakarta.

Sarida, M. 2008. Efektifitas Ekstrak Streoid Teripang Pasir (Holothuria scabra)Dalam Produksi Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man)Jantan. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian, Universitas lampung.Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi –II 2008 UniversittasLampung, 17-18 November 2008. Hal. 197-208

Sarida, M., Tarsim, B. Epro. 2010. Penggunaan Madu dalam Produksi IkanGuppy Jantan (Poecillia reticulate). Pusat Penelitian dan PengembanganPerikanan Budidaya, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan danPerikanan. Pasar Minggu. Jakarta

Setiawan, C. 2006. Teknik Pembenihan dan Cara Cepat Pembesaran Lobster AirTawar. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Setiawan, C. 2010. Jurus Sukses Budidaya Lobster Air Tawar. AgromediaPustaka. Jakarta.

Setyohadi, D., G.D.R. Wiadya, dan Soemarno. 2001. Pengaruh Aerasi danResirkulasi Bio-Filter Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Udang GalahMacrobrachium rosenbergii (de Man). Jurnal Biosain (1) 1: 39-46.

Server. D.M.,C. Moriaty, H.A. Davies, J. Brown, T. Halliday, and V. Waight.1999. Sperm Stroge in Females of The Smooth Newt (Triturus vulgarisL.) Ultrastructure of The Spermathecal During The Breeding Season.Journal of Experimental Zoology. 283: 51-70.

Sheen S, dan L.R. D’Abramo. 1991. Response of Juvenile Freshwater PrawnMacrobrachium rosenbergii to Different Levels Of A Cod Liver OilMixture In A Semi-Purified Diet. Aquaculture Journal. 93: 121 – 134.

Soelistyowati, D.T., E. Martati, H. Arfah. 2007. Efektivitas Madu TerhadapPengarahan Kelamin Ikan Gapi (Poecillia reticullata Peters). Tesis.Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sower, S.A., and R.N. Iwamoto. 1985. The Identification of The Sex Steroid,Testosterone In Various Commercial Salmon Diets. Aquaculture Journal.49:11-17.

Page 73: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

80

Subandiyono, dan S. Hastuti. 2010. Nutrisi Ikan. Lembaga Pengembangan danPenjaminan Mutu Pendidikan, Universitas Diponegoro. Semarang. hal.233.

Sudrajat, A, O., M. Sarida. 2006. Effectivity of Aromatase Inhibitor and 17α-Metiltestosteron Treatments In Male Production of Freshwater Prawn(Macrobrachium roserbergii de Man). Aquaculture Indonesian Journal. 7(1):117-125.

Sudrajat, O.A., D.I. Astutik, dan H. Arfah. 2007. Sex Reversal Ikan Nila Merah(Oreochromis sp.) Melalui Perendaman Larva Menggunakan AromataseInhibitor. Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Sukmajaya, Y. Dan Suharjo. 2003. Mengenal Lebih Dekat Lobster Air Tawar,Komoditas Perikanan Prospektif. Agromedia Pustaka Utama. Sukabumi

Sukmara. 2007. Sex Reversal Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) SecaraPerendaman Larva Dalam larutan Madu 5 ml/l. Jurnal Perikan dan Kelautan.Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Institut Pertanian Bogor. 6(2):118-124.

Sutaman. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Teripang. Kanisius. Yogyakarta.

Syaifuddin, A. 2004. Pengaruh Pemberian Suplemen Madu pada Pakan Larva IkanNila Gift (Oreochromis niloticus) terhadap Rasio Jenis Kelaminnya. Skripsi.Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Lobster Air Tawar. NuansaAulia. Bandung.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Beternak Lebah Madu.Nuansa Aulia. Bandung.

Tomembouw, S., dan L. Melky. 2013. Tingkat Pencemaran Air sungai Tondano diKelurahan Ternate Baru Kota Manado. Jurnal Budidaya Perairan 1(2): 42-48.

Tripod. 2010. Teknik Budidaya (Secara Sex Reversal).http://mitrabisnis.tripod.com/hiasbd.html. Diakses pada 12 Oktober 2017.

Utomo, B. 2008. Efektifitas Penggunaan Aromatase Inhibitor dan Madu terhadapNisbah kelamin ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) .Skripsi. ProgramStudi Teknologi dan Manajemen Akuakultur Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Voet D, J.G Voet, and C.W Pratt. 1999. Fundamentals of Biochemistry. JohnWiley & Sons, Inc. USA.

Page 74: PENGARUH PENAMBAHAN MADU HUTAN DALAM EKSTRAK …digilib.unila.ac.id/32226/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Kanan (T K) D harma Wanita Lumbirejo pada tahun 2002, Sekolah Dasar

81

Wie, L. C. 2006. Pembenihan Lobster Air Tawar : Meraup Untung dari LahanSempit. Agromedia Pustaka. Jakarta

Widha W. (2003). Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Lobster Air Tawar JenisRed Claw (Cherax quadricarinatus, Von Martens, Crustacea,Parastacidae). Tesis. Sekolah Pascasarjana, IPB. Bogor.

Widigdo, B., M. Krisnanti, S. Suwignyo, dan Y. Wardiyatno. 2005. Avertebrataair. Penebar Swadaya. Jakarta.

Winarni, D., A.N. Kristanti, E.D. Masithoh, dan M. Affandi. 2010. PotensiTeripang Pantai Timur Surabaya Sebagai Modulator Imunitas AlamiTerhadap Mycobacterium tuberculosis. Unair. Surabaya.

Wiyanto, R. dan Hartono. 2004. Lobster Air Tawar dan Perkembangbiakannya.Gramedia. Jakarta.

Yamazaki, F.1983. Sex Contro1 and Manipulation in Fish. Aquaculture Journal33: 329–354.

Yusuf, 2008. Perbaikan Kualitas Produk Industri Kecil Teripang. Jurnal Sainsdan Teknologi Indonesia. 2(3). 52-55.

Yusron, E. dan W. Pitra. 2004. Struktur Komunitas Teripang (Holothuroidea) diBeberapa Perairan Pantai Kai Besar, Maluku Tenggara. Jurnal Makara,Sains. 8(1) 15-20.

Yuwany. 2000. Pengaruh Lama Perendaman induk Ikan Gapi (Poecilia reticulatePeters) dalam Akriflavin Terhadap Nisbah Kelamin Keturunannya.Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur, FakultasPerikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Zaidy , A.B. 2008. Pendayagunan Kalsium Media Perairan dalam Proses GantiKulit dan Konsekuensinya Bagi Pertumbuhan Udang Galah,(Macrobrachium rosenbergii De Man). Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan danPerikanan Indonesia. 2: 117-125

Zairin, M.J. 2002. Sex Reversal, Memproduksi Benih Ikan Jantan atau Betina.Penebar Swadaya. Jakarta.