pengaruh penggunaan model pembelajaran …/pengaruh... · tipe stad terhadap hasil belajar ipa...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD
KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
OLEH:
SAHRIN RUSPIKA DEWI
K7107047
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD
KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
OLEH:
SAHRIN RUSPIKA DEWI
K 7107047
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Progran Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAK
Sahrin Ruspika Dewi. PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V
SD KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN
PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei, 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembelajaran yang lebih
efektif antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model
pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar IPA. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah seluruh siswa kelas V SD
Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 yang
berjumlah 37 kelas. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling
sejumlah 2 kelas.
Teknik pengumpulan data digunakan metode tes dan metode observasi.
Variabel hasil belajar kognitif IPA digunakan metode tes, hasil belajar afektif dan
hasil belajar psikomotorik IPA digunakan metode observasi. Teknik analisis data
yang digunakan adalah statistik uji t.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dengan
model pembelajaran kooperatif STAD lebih baik secara signifikan daripada hasil
belajar dengan model pembelajaran konvensional dalam mata pelajaran IPA (t
hitung > t tabel = 5,838 > 1,686).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
ABSTRACT
Sahrin Ruspika Dewi. THE INFLUENCE OF THE USING OF COOPERATIVE
LEARNING TYPE STAD TOWARD ACHIEVEMENT OF IPA LEARNING ON
CHILDREN 5 GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL BENDOSARI SUKOHARJO
YEAR 2010/2011._Skripsi, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty.
Sebelas Maret University Surakarta, Mei, 2011.
The purpose of this research is the achievement scores of all
students in STAD learning models groups increased compared to their counterpart
in conventional learning model groups. This research uses experiment method.
The population is all students of 5 grade elementary school Bendosari Sukoharjo.
The sample was selected simple randomly.
The data was collected by test and observation method. The data of the
cognitive achievement of science teaching uses was collected by test method,
affective and psychomotor achievement of science teaching were collected by
observation method. And the data was analyzed by statistic t test.
The results of this research showed 5 grade of elementary school students
who were given instruction by the STAD method would score higher on a posttest
than those students who were taught the same material by traditional methods (t
hitung > t tabel = 5,838 > 1,686).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan,
maka kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh
dan hanya kepada Alloh SWT kamu berhara
(QS. Al-Insyirah: 6-8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan teruntuk:
Ayah dan ibu tercinta
Terimakasih a
Adik-adikku Kusmira Dwi Ayuani, Nur Hidayanti
Terimakasih untuk selalu tersenyum dan mendukung
Bapak dan Ibu Dosen PGSD yang saya hormati
Terima kasih atas ilmu dan bimbingannya
Almamater FKIP PGSD UNS Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah , yang telah melimpahkan
segala rahmat, hidayah serta inayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi PENGARUH PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR
IPA SISWA KELAS V SD KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN
SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Saya menyadari, terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran-saran dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini saya dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan FKIP.
2. Drs. Kartono, M. Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD.
3. Drs. Samino Sangaji, M. Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.
4. Drs. Chumdari, M. Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada peneliti.
5. Sri Sugiyatni, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Mulur 04 yang telah
memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD Negeri
Mulur 04.
6. Dra. Erni Nuryuliastuti, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Gentan 03 yang
telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD
Negeri Gentan 03.
7. Wahyuni, S.Pd. selaku guru kelas V SD Negeri Mulur 04 yang telah
merelakan waktunya untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian.
8. Tri Jatha, S.Pd, SP selaku guru kelas V SD Negeri Gentan 03 yang telah
merelakan waktunya untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian.
9. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik berupa moral
maupun materi.
10. Adik-adik tersayang yang telah memberi motivasi.
11. Seseorang yang telah setia mendukung dan memberi motivasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
12. Sahabat-sahabat baikku yang selalu mendukung dan memotivasi peneliti
dalam menyusun skripsi ini.
13. Teman-teman mahasiswa S1 PGSD Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan proposal penelitian ini, saya menyadari bahwa masih
banyak terdapat kekurangan. Untuk itu saya berharap kepada pembaca guna
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga hasil penelitian
ini dapat bermanfaat.
Akhirnya tidak lupa saya ucapkan permintaan maaf bila terdapat tutur kata
peneliti yang kurang berkenan di hati pembaca sekalian.
Surakarta, Mei 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................
PENGAJUAN SKRIPSI .............................................................................
PERSETUJUAN .........................................................................................
PENGESAHAN ..........................................................................................
ABSTRAK ..................................................................................................
ABSTRACT ................................................................................................
MOTTO ......................................................................................................
PERSEMBAHAN .......................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................
B. Identifikasi Masalah ............................................................
C. Pembatasan Masalah ...........................................................
D. Rumusan Masalah ...............................................................
E. Tujuan Penelitian ................................................................
F. Manfaat Penelitian ..............................................................
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka .....................................................................
1. Hasil Belajar IPA ........................................................
2.
3.
B. Penelitian Yang Relevan .....................................................
C. Kerangka Pemikiran ............................................................
D. Perumusan Hipotesis ...........................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xiii
xiv
xv
1
5
6
6
6
6
8
8
19
22
31
31
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................
B. Jenis Penelitian ..................................................................
C. Rancangan Penelitian .........................................................
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ............................
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................
F. Uji Coba Instrumen .............................................................
G. Teknik Analisis Data ...........................................................
H. Prosedur Penelitian Eksperimen .........................................
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................
B. Deskripsi Data ....................................................................
C. Uji Prasyarat Analisis .........................................................
D. Pengujian Hipotesis .............................................................
E. Pembahasan Hasil Penelitian ..............................................
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................
B. Implikasi .............................................................................
C. Saran ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
LAMPIRAN
34
34
35
35
36
37
41
43
47
48
52
53
54
56
56
57
58
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Skor Perkembangan Individu ..................................................
Perbedaan Kelompok belajar kooperatif dengan kelompok
belajar konvensional .................................................................
Rangkuman Reabilitas Hasil Uji Coba Instumen
Tes............................................................................................
Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran ...................................
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pretest kelas Eksperimen
dan Kelas kontrol .....................................................................
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Posttest Kelas
Eksperimen................................................................................
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Posttest Kelas
Kontrol.......................................................................................
Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.......
Data Uji Validitas Soal Posttest uji Coba Hasil Belajar IPA....
Data Hasil Belajar Pretest IPA Kelas Eksperimen dan Kelas
Data Hasil Belajar Postest Ke
Daftar Frekuensi Skor Hasil belajar Postest IPA Kelas
Eksperi
Daftar Frekuensi Skor Hasil belajar Postest IPA Kelas
Perhitungan Uji Homogenitas
28
29
39
40
41
49
50
51
53
53
144
157
162
167
170
171
173
175
176
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Bagan Kerangka Berfikir .......................................................
Histogram Hasil Belajar Postest IPA Kelas Eksperimen...............
Histogram Hasil Belajar Postest IPA Kelas Kontrol...................
33
50
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Silabus .................................................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ......
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol .............
.................................
Lembar Observasi Hasil Belajar Psikomotorik.....................
Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...
Daftar Pembagian Kelompok Kelas Eksperimen.................
Kisi-kisi Soal Posttest Uji Coba............................................
Uji
Uji Tingkat Kesukaran Dan Daya Beda Uji Coba Soal
Data Hasil Belajar Pretest kelas eksperimen dan Kelas
Uji Keseimbangan (Matching) Kemampuan Awal Kelas
Uji Normalitas Data Hasil Belajar Posttest kelas
Eksperimen...........................................................................
Uji Normalitas Data Hasil Belajar Posttest kelas Kontrol....
Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Posttest kelas
Uji Hipotesis Data Hasil Belajar Posttest kelas Eksperimen
61
64
98
108
120
132
144
145
146
148
156
157
162
164
166
167
168
170
171
172
174
176
178
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
Lampiran 24
Lampiran 25
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Lampiran 29
Foto-
Tabel 2
180
182
183
184
185
186
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan utama
dalam upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan
yang ideal untuk jenjang pendidikan dasar adalah pendidikan yang berorientasi
ke masa depan. Hal ini bukanlah pekerjaan yang terjadi begitu saja, melainkan
membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan dasar mengacu pada
pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotor yang berarti menghendaki
adanya keseimbangan antara pengembangan intelektual, kepribadian maupun
keterampilan.
Pendidikan nasional menurut UU RI No.20 tahun 2003 adalah
pendidikan yang berakar pada kebudayaan Indonesia berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan. Sedangkan
menurut Nasution (1990: 7), pendidikan adalah proses mengajar dan belajar
pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat.
Pendidikan dasar merupakan dasar atau fundamental dari jenjang
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Oleh karena itu semua mata
pelajaran yang diajarkan harus ditingkatkan kualitasnya. Untuk meningkatkan
kualitas dalam proses pembelajaran tidaklah cukup hanya menggunakan salah
satu pendekatan saja, melainkan harus menggunakan beberapa pendekatan. Hal
ini dimaksudkan agar materi pelajaran yang diberikan dapat dikuasai dengan baik
dengan tujuan yang diharapkan.
Salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang perlu ditingkatkan kualitas
adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan penting dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
wajib diberikan kepada setiap sekolah dari jenjang pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan mata pelajaran IPA memperkenalkan alam
sekitar dan penerapan kehidupan sehari-hari yang sangat bergantung dengan
kehidupan alam di sekitar kita.
Mengenai pendidikan sains (IPA) dijelaskan di dalam kebijaksanaan
umum kurikulum berbasis kompetensi (2006) Pendidikan Dasar dan Menengah
bahwa:
rsiapkan siswa yang
melek Sains dan teknologi, untuk memahami dirinya dan lingkungan
sekitarnya, melalui pengembangan ketrampilan proses, sikap ilmiah,
ketrampilan berfikir, penguasaan konsep Sains yang esensial, dan kegiatan
teknologi dan upaya pengelolaan lingkungan secara bijaksana yang dapat
Berdasarkan visi tersebut dapat diartikan bahwa tujuan IPA adalah
membekali siswa agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan
memahami konsep IPA yang pasti berguna bagi kehidupannya sehari-hari.
Mengingat pentingnya peranan mata pelajaran IPA, maka sudah
semestinya apabila prestasi belajar IPA selalu memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimum. Namun kenyataannya tidaklah demikian, karena berdasarkan
pengamatan hasil ulangan harian dan hasil ulangan umum semester gasal mata
pelajaran IPA siswa kelas V SD di Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo,
masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Pada pengamatan
terhadap hasil ulangan harian siswa kelas V SD Negeri Mulur 04 Bendosari yang
mempunyai KKM 67, terdapat 9 siswa dari 22 siswa yang nilainya dibawah 67.
Artinya 9 siswa tersebut belum memahami materi IPA yang telah disampaikan
oleh guru setempat. Sedangkan pada SD Negeri Gentan 03 Bendosari yang
mempunyai KKM mata pelajaran IPA sebesar 66, ada 11 siswa dari 23 siswa yang
mendapat nilai dibawah 66. Itu artinya hampir 50% dari keseluruhan siswa kelas
V SD Negeri Gentan 03 belum memahami materi IPA yang telah diajarkan oleh
guru.
Mata pelajaran IPA tersebut perlu memperhatikan proses
pembelajarannya. Adapun proses pembelajaran tersebut sangat bergantung pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
seorang guru yang berperan dalam tugasnya sebagai seorang pengajar. Tugas
utama guru adalah mengajar. Hal ini akan menyebabkan adanya tuntutan pada
setiap guru untuk dapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya guru
mengajar? Dengan kata lain setiap guru dituntut untuk memiliki pengetahuan
yang luas, pemahaman dan penerapan praktek model belajar mengajar serta
hubungannya dengan peningkatan prestasi belajar disamping kemampuan-
kemampuan lainnya yang menunjang.
Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
faktor dari siswa dan faktor dari guru itu sendiri. Beberapa faktor yang timbul dari
siswa adalah kondisi siswa, tingkat kematangan, kemampuan dan latar belakang
keluarga dan orangtua. Sedang faktor dari guru yang menentukan keberhasilan di
antaranya adalah model pembelajaran yang tepat, penggunaan media yang sesuai
dan penguasaan bahan ajar.
Selama ini yang terjadi dikebanyakan jenjang pendidikan khususnya
sekolah dasar, dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPA sering
menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal itu dikarenakan oleh
anggapan guru bahwa penggunaan model pembelajaran konvensional dirasa lebih
efisien dalam hal waktu, tenaga, dana dan sebagainya serta lebih mudah
penerapannya bagi guru. Model pembelajaran konvensional merupakan model
pembelajaran yang telah membudaya dan secara turun temurun digunakan dalam
bidang pendidikan. Penggunaan model pembelajaran ini terbatas dengan model
pembelajaran sesuai aturan dari pemerintah pusat, sedangkan guru dituntut untuk
dapat mengembangkannya sendiri. Dengan keadaan seperti itu siswa lebih cepat
bosan dengan proses pembelajaran, tidak total dalam memahami materi dan
mudah lupa dengan materi yang disampaikan guru.
Oleh karena itu, guru seharusnya mempelajari dan menguasai model
pembelajaran, sebab dengan mempelajari dan menguasai model pembelajaran
yang tepat guru akan mempunyai pegangan dan menerapkan ilmunya dalam
pemilihan model pembelajaran yang akan dipakai dalam memberikan pelajaran
pada siswanya. Disamping hal itu tidak boleh dilupakan bahwa seorang guru juga
harus berlatih mempraktekkan model pembelajaran- model pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
telah dipelajari. Penggunaan model pembelajaran yang tepat oleh guru
merupakan cara yang efektif untuk mengarahkan atau melaksanakan pembelajaran
secara jelas.
Seperti yang diuraikan di atas dalam memilih model pembelajaran yang
tepat, seorang guru juga harus memperhatikan kondisi siswa karena sebagai guru
yang setiap harinya berhadapan dengan sejumlah siswa dengan cirri-ciri,
kemampuan, lingkungan dan latar belakang orangtua yang berbeda-beda tentu
saja membutuhkan perhatian yang serius dari seorang guru untuk dapat memilih
model pembelajaran yang tepat. Menghadapi karakteristik siswa yang demikian
beragam, guru seharusnya memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk dapat
memilih dan menerapkan suatu metode yang tepat agar dapat menciptakan rasa
senang dalam belajar yang dapat mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan
secara efektif dan efisien. Selain itu bila model pembelajaran yang digunakan
guru sungguh-sungguh mempertimbangkan kondisi siswa akan dengan mudah
mempelajari bahan ajar, sehingga akan menimbulkan gairah belajar bagi siswa
Model pembelajaran kooperatif merancang system pengajaran yang
mengairahkan dan bertumpu pada prinsip-prinsip dan teknik-teknik pembelajaran
kooperatif di ruang-ruang kelas. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk
pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil
yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajarn kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student Team
Achievement devision) . Menurut Slavin (2009:143) metode STAD adalah salah
satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
metode yang paling baik bagi para guru yang baru menggunakan pembelajaran
kooperatif. Menurut Isjoni (2009:74) STAD merupakan salah satu tipe kooperatif
yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal.
Menurut Vygotsky dalam ( Isjoni, 2009:57) implikasi utama dalam
pembelajaran menghendaki seting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif salah
satunya adalah dengan metode STAD, dengan siswa berinteraksi dan saling
memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif pada masing-
masing zona perkembangan terdekat mereka.
Metode STAD dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA
yang sulit serta menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis,
meningkatkan pemahaman konsep dan mengembangkan sikap sosial siswa dan
dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya,
menghargai pendapat teman, dan saling menghargai pendapat (sharing ideas).
Metode STAD memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang kurang aktif
dalam proses pembelajaran menjadi lebih aktif karena mereka berdiskusi dangan
teman sebayanya mengenai konsep yang belum dimengerti. Bila diorganisasikan
dengan tepat, siswa dapat bekerja sama dengan teman lainnya untuk memastikan
bahwa setiap siswa dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang telah
diajarkan sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan tersebut di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dibidang pendidikan yang berkaitan dengan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V
SD Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Kurang bervariasinya metode pembelajaran yang digunakan guru dalam
mengajar terutama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Berdasarkan pada kurikulum yang terbaru yaitu KTSP, kegiatan belajar
mengajar mengutamakan keaktifan, minat dan peran serta siswa dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
belajar mengajar. Pelaksanaan proses belajar mengajar di Indonesia masih
banyak menggunakan pendekatan konvensional sehingga siswa cenderung pasif
dan kurang kreatif dalam proses belajar mengajar.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, sebagaimana telah diuraikan diatas, agar
masalah dapat dikaji dengan mendalam peneliti memandang perlu untuk membatasi
masalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan model pembelajaran konvensional pada siswa SD kelas V
Kecamatan Bendosari.
2. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA yang dibatasi pada
-sifat cahaya melalui kegiatan membuat
.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA dengan model
pembelajaran kooperatif STAD dibandingkan model pembelajaran konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang dikemukan di atas, tujuan pokok yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pembelajaran yang
lebih efektif antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model
pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan wawasan pengetahuan tentang model pembelajaran yang tepat
untuk digunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Sebagai dasar teori bagi pengembangan penelitian lebih lanjut yang relevan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Adanya kebebasan bagi siswa untuk menemukan hal-hal baru bagi
dirinya di dalam pembelajaran IPA
2) Dapat menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung
3) Dapat memberikan pengalaman nyata, memberikan dasar-dasar
berpikir konkrit serta mengurangi verbalisme, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar.
b. Bagi guru
1) Meningkatnya profesionalisme guru
2) Meningkatnya tingkat kepercayaan diri bagi seorang guru
3) Memberikan pengalaman, memberikan wawasan, pengetahuan dan
ketrampilan dalam merancang metode yang tepat dan menarik untuk
mempermudah proses pembelajaran melalui metode STAD.
c. Bagi sekolah
1) Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta
kondusifnya iklim pendidikan di sekolah, khususnya pembelajaran IPA
dan umumnya seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah.
2) Dapat memberikan masukan dalam mengefektifkan pembinaan dan
pengelolaan proses belajar mengajar dalam pelaksanaan pendidikan
sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAIKEM).
3) Meningkatnya kualitas pendidikan melalui penerapan metode STAD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Belajar IPA
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Pengetahuan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pengetahuan ilmiah,
pengetahuan moral dan pengetahuan religius. Pengetahuan ilmiah merupakan
pengetahuan yang diperoleh dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pengetahuan moral adalah jenis pengetahuan yang diperoleh dan
dipertanggungjawabkan melalui pengalaman budaya masyarakat setempat.
Sedangkan pengtahuan religius diperoleh dan dipertanggungjawabkan
pengalaman spiritual dan iman kepercayaan. IPA merupakan salah satu dari
banyak jenis ilmu pengetahuan dan masuk kedalam jenis ilmu pengetahuan
ilmiah.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Menurut Sutrisno (2007: 1-19), IPA merupakan usaha manusia dalam
memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada
sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true),dan dijelaskan dengan
penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul
(truth). Jadi IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami
alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar), dan
produk (kesimpulannya betul). The Liang Gie dalam (Sutrisno, dkk , 2008 :1-
16) menyatakan bahwa science dalah kumpulan sistematis dari pengetahuan.
M Iskandar, 2001 : 2) science is the broad field of
human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and
explained by means of rules, laws, principles, theories, and hyphotheses.
Berdasarkan pendapat tersebut, IPA adalah pengetahuan manusia yang luas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta
dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip,
teori-teori dan hipotesis-hipotesis.
Menurut Larasati IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu
tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu
(1994) dijelaskan pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan manusia
berupa pengetahun, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam
sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah
antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan
(http:/www.scribd.com/doc/17087298 /Karakteristik -Pembelajaran-IPA-
SD/diakses tanggal 15 Januari 2011).
Sedangkan dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara
mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Menurut Hendro dan
Jenny dalam ucapan Einstein: Science is the atempt to make the chaotic
diversity of our sense experience correspond to a logically uniform system of
thought, mempertegas bahwa IPA adalah suatu bentuk upaya yang membuat
berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang logis tertentu,
yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah (http:// www.scribd.com/doc
/17087298 /Karakteristik Pembelajaran-IPA-SD diakses tanggal 15 Januari
2011).
Disamping itu, menurut Garis-Garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) Kelas V Sekolah Dasar, kurikulum Pendidikan Dasar (1994 : 41),
dijelaskan Ilmu Pengetahuan Alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar, yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan. Menurut Srini M. Iskandar
(2001:15) IPA adalah Ilmu Pengetahuan tentang kejadian-kejadian bersifat
kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi, eksperimen
dan induksi.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
sekitar baik biotik maupun abiotik dengan jalan mengadakan pengamatan
langsung dari berbagai jenis dan lingkungan buatan manusia.
b. Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pembelajaran IPA di SD berdasarkan KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan) yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
4) Mengembangkan keteeramppilan proses untuk menyelidiki aklam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP
c. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Ruang lingkup pelajaran IPA di SD kelas V berdasarkan Standar
Kompetensinya antara lain sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan
2) Memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan
3) Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan
4) Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan
sifat benda sebagai hasil suatu proses
5) Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
6) Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu
karya/model
7) Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam
d. Metode dan Media Pembelajaran IPA
Metode atau model dalam pembelajaran IPA merupakan pelicin jalan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode merupakan cara-cara
pelaksanaan proses belajar mengajar atau bagaimana teknisnya sesuatu bahan
pelajaran diberikan kepada murid-murid di sekolah.
Macam-macam metode atau model dalam pembelajaran IPA antara
lain: CTL (Contectual Teaching and Learning), model kooperatif, metode
karya wisata, metode role-playing, dan metode simulasi. Pendekatam CTL
merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa. Hal ini mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran
kooperatif adalah sebuah kelomppok strategi pengajaran yang melibatkan
siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Metode
karyawisata, metode ini merupakan metode yang paling digemari dikalangan
siswa, karena penerapan metode ini mengajak siswa secara langsung
mengamati apa yang hendak dipelajari dan proses pembelajaran dilakukan di
luar kelas. Metode role playing adalah metode yang menempatkan siswa
sebagai obyek yang akan dipelajari. Siswa dilibatkan dalam sebuah pemainan
kreatif yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Dan metode
simulasi, metode ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya: simulasi
menyenangkan siswa sehingga mendorong siswa berpartisipasi, mengurangi
hal-hal yang terlalu abstrak, mampu menimbulkan respon yang positif dari
siswa yang lamban dan menjadikan siswa berpikir kritis. Sedangkan
kelemahan dari metode ini adalah menghendaki pengelompokkan siswa yang
fleksibel dan ruang yang cukup memadai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa, sehingga dapat terjadi
proses belajar pada dirinya.
Jenis-jenis media dalam pembelajaran IPA antara lain:
1) Media yang tidak diproyeksikan
Jenis media ini tidak memerlukan proyektor untuk melihatnya. Media
yang tidak dapat diproyeksikan ini dibedakan tiga macam yaitu: gambar
diam, bahan-bahan grafis, serta model dan realita.
2) Media visual yang diproyeksikan
Media visual yang diproyeksikan adalah jenis media yang terdiri dari dua
macam yaitu media proyeksi yang tidak bergerak dan media proyeksi yang
bergerak. Media proyeksi yang tidak dapat bergerak antara lain slide, film
strip, OHP, opaque peojector, dan micro projection. Sedangkan media
proyeksi yang bergerak antara lain: film, film loop, televisi, video tape
recorder.
3) Media audio
Media audio adalah berbagai bentuk atau cara perekaman dan transmisi
suara (manusia dan suara lainnya) untuk kepentingan tujuan pembelajaran.
Misalnya radio dan rekaman.
4) Sistem multi media
Sistem multi media adalah kombinasi dari media dasar audio visual dan
visual yang dipergunakan untuk tujuan pembelajaran. Bentuk-bentuk
system multi media yang banyak digunakan di sekolah adalah kombinasi
slide suara, kombinasi system audio kaset dan kit (peralatan) multi media.
e. Evaluasi Pembelajaran IPA
Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui hasil dari proses
belajar mengajar, yang bertujuan untuk mengetahui tingat kemajuan yang
telah dicapai siswa. Evaluasi diadakan di akir kegiatan belajar mengajar. Salah
satu bentuk evaluasi adalah tes. Menurut Suharsimi (2002: 138) tes adalah
mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dalam mata pelajaran IPA antara lain:
a) Ulangan Harian
Ulangan harian dilakukan dengan tertulis, lisan/mencongak, perbuatan,
pengamatan pada akhir suatu pokok bahasan/tema/konsep/bahan kajian
atau lebih
b) Pemberian Tugas
Pelaksanaan pemberian tugas harus memperhatikan (1) Banyaknya tugas
memberatkan siswa (2) Jenis dan materinya harus disesuaikan dengan
tujuan pemberian tugas. (3) Diusahakan dalam memberikan tugas IPA dan
matematika tidak bersamaan waktunya.
c) Ulangan Umum
Ulangan umum diusahakan diberikan secara tertulis setiap akir semester.
f. Hasil Belajar IPA
Belajar merupakan suatu aktivitas yang amat kompleks yang melibatkan
faktor kejiwaan secara aktif. Menurut Winkel (1991: 36), belajar merupakan suatu
aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif
konstan dan berbekas. Kimble (1968: 262) mendefinisikan belajar sebagai berikut:
Learning is relatively permanent change in a behavioral tendency that occurs as
a result of reinforced practice ahan perilaku
yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman yang kuat.
Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sardiman A.M, 2004: 20). Juga
belajar itu akan lebih baik, jika subyeknya mengalami atau melakukannya, jadi
tidak bersifat verbalistik.
Learning is relatively permanent change
r that result from previous experience
Artinya belajar adalah perubahan pengetahuan dari individu atau perubahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
tingkah laku yang relatif permanen yang merupakan hasil dari pengalaman
sebelumnya. Belajar adalah suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.
Belajar mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yaitu tujuan
pembelajaran, pengalaman belajar mengajar, dan hasil belajar.
Hasil belajar atau yang biasa disebut prestasi belajar merupakan tolak ukur
keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Pengertian hasil belajar menurut Winkel
(1996: 102) adalah proses belajar yang dialami murid yang menghasilkan
perubahan-perubahan yaitu dalam bidang pengetahuan/ pemahaman, dalam
bidang ketrampilan, dalam bidang nilai dan sikap. Adanya perubahan tampak
dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan/ persoalan/
tugas yang diberikan guru. Menurut Syaiful Bakri (1994:19) asil belajar
adalah suatu kegiatan yang telah dilakukan atau dikerjakan baik secara individu
maupun kelompok Sedangkan Winkel (1991:161) mengemukakan, hasil
belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemauan siswa yang berkenaan
dengan materi pelajaran yang telah dikuasai . Hasil belajar tidak akan pernah
diperoleh selama seseorang tidak melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan
demikian untuk memperoleh hasil belajar siswa harus melakukan kegiatan
pembelajaran. Menurut Nana Sudjana (1989:22) hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar IPA diartikan sebagai hasil belajar yang telah mencapai
ketuntasan belajar dan dikuasai peserta didik dalam standar kompetensi mata
pelajaran IPA. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar IPA merupakan hasil belajar yang diperoleh dari berbagai kegiatan dengan
menggunakan keterampilan proses untuk mencapai ketuntasan belajar dan mampu
dikuasai peserta didik dalam standar kompetensi mata pelajaran IPA.
Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Bloom (1971: 41) menyatakan bahwa:
cognitive domain involves knowledge and the development of
intellectual skills. This includes the recall or recognition of specific facts,
procedural patterns, and concepts that serve in the development of intellectual abilities and skills. The affective domain includes the manner
in which we deal with things emotionally, such as feelings, values,
appreciation,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Berdasarkan pendapat tersebut, domain kognitif melibatkan pengetahuan
dan pengembangan keterampilan intelektual. Ini termasuk mengingat atau
pengakuan dari fakta-fakta yang spesifik, pola prosedural, dan konsep yang
melayani dalam pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan.
Domain afektif meliputi cara di mana kita berurusan dengan hal-hal emosional,
seperti perasaan, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap.
Menurut Simpson (1972), The psychomotor domain includes physical
movement, coordination, and use of the motor-skill areas. Development of these
skills requires practice and is measured in terms of speed, precision, distance,
procedu (file:///I:/bloom.html/diakses tanggal 18
April 2011). Artinya, domain psikomotor termasuk gerakan fisik, koordinasi, dan
penggunaan area motor-keterampilan. Pengembangan keterampilan ini
membutuhkan latihan dan diukur dalam hal kecepatan, ketepatan, jarak, prosedur,
atau teknik dalam pelaksanaan.
Bloom mengembangkan taksonomi ditiga ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Adapun taksonomi/klasifikasinya adalah sebagai berikut:
a. Ranah kognitif meliputi: 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) penerapan, 4)
analisa, 5) sintesa, dan 6) evaluasi.
b. Ranah afektif antara lain: 1) penerimaan, 2) partisipasi, 3) penilaian, 4)
organisasi, 5) pembentukan pola hidup.
c. Ranah psikomotorik meliputi: 1) persepsi, 2) kesiapan, 3) gerakan terbimbing,
4) gerakan yang terbiasa, 5) gerakan yang komplek, 6) penyesuaian pola
gerakan, 7) kreativitas.
Pada ranah kognitif, Pengetahuan: Ingat data atau informasi, Pemahaman:
Memahami makna, terjemahan, interpolasi, dan interpretasi instruksi dan masalah.
Aplikasi: Gunakan konsep dalam situasi baru atau menggunakan unprompted dari
abstraksi. Analisis: Memisahkan materi atau konsep menjadi bagian-bagian
sehingga struktur organisasinya dapat dipahami. Membedakan antara fakta dan
kesimpulan, Sintesis: Membangun struktur atau pola dari unsur beragam.
Masukkan bagian bersama-sama untuk membentuk keseluruhan, dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
penekanan pada penciptaan makna baru atau struktur, dan Evaluasi: Membuat
penilaian tentang nilai gagasan atau bahan.
Pada ranah afektif, Menerima Fenomena: Kesadaran, kesediaan untuk
mendengar, perhatian yang dipilih, Menanggapi Fenomena: partisipasi aktif pada
bagian pembelajar. Menghadiri dan bereaksi terhadap suatu fenomena tertentu.
Hasil pembelajaran dapat menekankan kepatuhan dalam merespon, kemauan
untuk merespon, atau kepuasan dalam merespon (motivasi), Menilai: The layak
atau nilai seseorang melekat pada objek tertentu, fenomena, atau perilaku. Menilai
didasarkan pada internalisasi dari serangkaian nilai yang ditetapkan, sedangkan
petunjuk untuk nilai-nilai ini disajikan dalam perilaku terbuka pembelajar dan
sering diidentifikasi, Organisasi: nilai Mengorganisir menjadi prioritas dengan
membandingkan nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antara mereka, dan
menciptakan sistem nilai yang unik. Penekanannya adalah pada membandingkan,
berkaitan, dan sintesis nilai-nilai, dan Internalisasi nilai-nilai (karakterisasi):
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku mereka. Perilaku tersebut
merasuk, konsisten, dapat diprediksi, dan yang paling penting, karakteristik dari
peserta didik.
Ranah psikomotorik, Persepsi: Kemampuan untuk menggunakan isyarat
sensorik untuk memandu aktivitas motorik. Hal ini berkisar dari rangsangan indra,
melalui seleksi isyarat, untuk terjemahan, Set: Kesiapan untuk bertindak. Ini
termasuk set mental, fisik, dan emosional. Ketiga set disposisi yang mentakdirkan
tanggapan seseorang untuk situasi yang berbeda (pola pikir kadang-kadang
disebut), Dipandu Respon: tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang
kompleks yang mencakup imitasi dan trial and error. Kecukupan kinerja dicapai
dengan berlatih, Mekanisme: Ini adalah tahap peralihan dalam mempelajari
keterampilan yang kompleks. tanggapan dipelajari telah menjadi kebiasaan dan
gerakan dapat dilakukan dengan beberapa kepercayaan dan kemampuan,
kompleks terbuka Respon: Kinerja terampil tindakan motor yang melibatkan pola
gerakan yang kompleks. Kemahiran ditunjukkan dengan kinerja yang cepat,
akurat, dan sangat terkoordinasi, membutuhkan minimal energi. Adaptasi:
Keterampilan yang dikembangkan dengan baik dan orang tersebut dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
memodifikasi pola pergerakan untuk memenuhi persyaratan khusus, Origination:
Membuat pola gerakan baru agar sesuai dengan situasi tertentu atau masalah
tertentu.
Prestasi belajar merupakan hasil yang telah di capai oleh peserta didik
dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes. Nilai tersebut
terutama dilihat dari aspek kognitifnya, karena aspek ini yang sering dinilai oleh
guru untuk mengetahui penguasaan pengetahuan yang dijadikan sebagai ukuran
pencapaian hasil belajar siswa.
Arikunto (1990:21) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa dibedakan menjadi dua jenis yaitu: faktor-faktor yang
bersumber dari dalam diri manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni
faktor biologis dan faktor psiklogis. Yang dapat dikatagorikan faktor biologis
antara lain: usia, kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikatagorikan
sebagai faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan
kebiasaan belajar. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia dapat
diklasifikasikan menjadi dua juga , yakni faktor manusia (human) dan faktor non
manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.
Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan tes yang
diselenggarakan oleh guru sendiri pada setiap akhir pertamuan pelajaran ataupun
dapat dilakukan Depdiknas yang berupa ujian akhir nasional. Tes prestasi adalah
tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari
sesuatu (Arikunto, 2006: 128). Testing merupakan usaha menggali informasi yang
dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Tes prestasi belajar dibedakan dari tes kemampuan lain bila dilihat dari
tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar. Tujuan ini
membawa keharusan dalam kontruksinya untuk selalu mengacu pada perencanaan
program belajar yang dituangkan dalam silabus masing-masing materi pelajaran.
Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap
performansi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang
telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dapat berbentuk ulangan-ulangan harian tes formatif , tes sumatif dan ujian-ujian
masuk perguruan tinggi.
Setelah dilakukan tes hasil belajar, maka akan diperoleh sebuah skor. Skor
berbeda dengan nilai, skoring menyangkut pertanyaan berapa jumlah kesalahan
yang dibuat oleh siswa dan berapa jumlah jawaban yang benar yang diperoleh ,
scoring menyangkut perbuatan hitung-menghitung. Sedangkan nilai menyangkut
pandangan mengenai baik-buruknya prestasi siswa (Winkel, 1991: 360). Skor
merupakan harga kuantitatif suatu jawaban terhadap item dalam tes (Azwar, 1987:
111). Sedangkan nilai adalah Dalam penentuan skor terlebih dahulu dipilih skala
penilaian yang digunakan. Skala penilaian terdiri dari skala rasio, skala interval,
skala ordinal, dan skala nominal (Winkel, 1991: 356). Pada skala nominal
digunakan nomor-nomor untuk mengidentifikasi orang serta benda dan kelompok
orang serta kelompok benda. Misalnya pesawat telepon dapat diidentifikasi
dengan memberikan suatu rangkaian nomor. Skala ordinal digunakan bila
sejumlah orang diurut-urutkan dari yang paling tinggi ke yang paling rendah
dalam suatu cirri tertentu, misalnya dalam kemampuan meloncat tinggi. Skala
interval ditentukan seberapa besar jarak antara titik yang satu dengan titik-titik
yang lain pada skala itu. Skala rasio mempunyai titik 0 yang mutlak. Misalnya 0
cm pada suatu penggaris mengartikan bahwa benda itu tidak mempunyai panjang
sama sekali.
Skala penilaian yang digunakan di sekolah merupakan suatu skala ordinal
dan bukan suatu skala interval atau skala rasio (Winkel, 1991: 358). Hal ini berarti
bahwa siswa diurut-urutkan mengenai kualitas prestasi yang mereka capai, siswa
yang prestasinya baik berada diatas siswa yang perstasinya dinilai cukup dan
berada di atas siswa yang prestasinya dinilai kurang.
Skala penilaian terdiri atas sepuluh langkah dengan menggunakan
bilangan sebagai lambang. Secara skematis skala itu dapat digambarkan sebagai
berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10, dimana
angka-angka itu berarti:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
1 = amat buruk 6 = cukup
2 = buruk 7 = lebih dari cukup
3 = amat kurang 8 = baik
4 = kurang 9 = amat baik
5 = tidak cukup 10 = istimewa
Pada tes objektif skor-skor total yang diperoleh oleh masing-masing siswa
dituangkan dalam suatu tabel penyebaran skor (distribusi skor), mulai dari skor
total maksimal yang dapat dicapai ke bawah. Skor yang maksimalnya 100,
ditentukan sebelum koreksi dimulai, bahwa skor 1 10 diberi nilai 1, skor 11 20
diberi nilai 2, skor 21 30 diberi nilai 3, skor 31 40 diberi nilai 4, skor 41 50
diberi nilai 5, skor 51 60 diberi nilai 6, skor 61 70 diberi nilai 7, skor 71 80
diberi nilai 8, skor 81 90 diberi nilai 9, dan skor 91 100 diberi nilai 10.
2. Metode Pembelajaran Konvensional
Metode konvensional yang merujuk kepada pendidikan hampir
sepenuhnya tergantung pada struktur formal perencanaan, pelaksanaan dan
pengelolaan program-program. Sistem sekolah yang formal adalah bentuk utama
pendekatan model ini, dan telah mapan pada kebanyakan kegiatan pengajaran.
Struktur formal ini mengelola sebuah system persekolahan yang luas dan hampir
bersifat universal bersama-sama bentuk-bentuk pendidikan formal yang telah
melembaga. Pendekatan konvensional struktur kelembagaan, dan pola-pola
hubungan antara sekolah dan masyarakat. Mereka cenderung bersifat kaku,
bersifat memisah-misahkan dan bertingkat-tingkat serta cenderung meneruskan
sikap-sikap, nilai-nilai, dan kebudayaan kelompok dominan.
Pembelajaran konvensional disebut juga pembelajaran langsung. Terjadi
tatap muka secara langsung antara guru dan siswa dalam satu ruang kelas. Guru
menyiapkan rencana pembelajaran dan materi pelajaran yang akan disajikan,
kemudian guru menyajikan materi yang akan diajarkan sesuai dengan silabus,
metode penyajian dalam pembelajan langsung dapat berupa metode bercerita,
metode pemecahan masalah bersama, metode tanya jawab, dan metode penugasan
disesuaikan dengan tuntutan isi materi pelajaran. Guru menilai tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pemahaman siswa dengan cara mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran
yang disebut tes formatif.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1999: 467) disebutkan bahwa,
sikap, cara berfikir, dan cara bertindak yang selalu berpegang teguh terhadap
norma dan adat kebiasaan yang secara turun temurun. Oleh karena itu, metode
konvensional juga dapat disebut sebagai metode tradisional.
Menurut Sutrisno (2005: 54), metode konvensional adalah metode
pembelajaran yang banyak dilaksanakan di sekolah saat ini, yang menggunakan
urutan kegiatan pembelajaran uraian, contoh, dan latihan. Guru memberi tugas
disertai dengan penjelasan tentang langkah-langkah yang dilakukan. Siswa
mendengar dan mencatat, kemudian mengerjakan tugas.
Metode konvensional menggunakan metode pembelajaran yang berpusat
pada guru (teacher centered). Metode konvensional merupakan metode
pembelajaran yang digunakan guru untuk memindahkan pengalaman dan
informasi kepada siswa dengan member keterangan terlebih dahulu definisi,
prinsip dan konsep materi pembelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan
pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, penugasan dan tanya
jawab. Sedangkan siswa mengikuti pola yang diterapkan oleh guru secara cermat.
Dalam pembelajaran yang berpusat pada guru hampir seluruh kegiatan
pembelajaaran dikendalikan secara penuh oleh guru. Guru menggunakan kelas
sebagai satu-satunya tempat belajar siswa, sedangkan metode pembelajaran yang
digunakan tidak beragam bentuknya, metode yang banyak digunakan adalah
metode ceramah tatap muka.
Neil dalam (Sutrisno, 2005: 55) menyatakan bahwa metode konvensional
adalah metode pembelajaran yang menekankan pada hubungan stimulus respon
yang diamati. Kondisi seperti ini menyebabkan proses belajar mengajar kurang
memanfaatkan sumber-sumber dan lingkungan sekitarnya.
Gaya mengajar yang dipergunakan guru dalam metode konvensional
adalah gaya mengajar klasikal yaitu gaya pengajaran yang berupaya untuk
memelihara dan menyampaikan nilai-nilai lama dari generasi dahulu ke generasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
berikutnya. Isi pelajaran berupa sejumlah informasi dan ide yang dipilih dari
dunia yang dikehendaki atau diketahui siswa, karenanya isi pelajaran bersifat
obyektif, jelas dan terorganisasi secara sistematis logis. Proses penyampaian
bahan tidak berdasarkan atas minat anak, melainkan pada urutan tertentu.
Menurut Winkel (1991: 286) pada pembelajaran klasikal semua sisa dalam
kelas mempelajari dahulu suatu langkah atau mata rantai dalam buku teks
program dan memberikan jawaban atas pertanyaan atau persoalan yang disajikan
dalam buku, hal tersebut mereka kerjakan secara individual. Setelah itu guru dan
siswa bersama-sama membicarakan jawaban yang tepat dan jawaban yang salah,
yang terakhir dikoreksi sesuai dengan jenis kesalahan yang dibuat siswa. Bagi
guru tersedia suatu buku pedoman yang memberikan saran-saran untuk perbaikan
yang menyangkut kesalahan-kesalahan yang biasanya dibuat.
Langkah-langkah pengajaran pada pola klasikal ini meliputi : 1) guru
menentukan tujuan-tujuan instruksional yang harus dicapai, 2) guru menjabarkan
materi pelajaran atas sejumlah unit pelajaran yang dirangkaikan, 3) guru
memberikan pengajaran secara klasikal sesuai unit pelajaran, 4) guru memberikan
tes kepada siswa pada akhir masing-masing pembelajaran yang disebut tes
formatif.
Metode konvensional adalah metode mengajar yang telah lama dan biasa
digunakan. Menurut Isjoni, dkk (2008: 158-159), metode konvensional adalah
metode pembelajaran mempergunakan alat komunikasi lisan antar guru dengan
anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Seperti halnya Isjoni, Nana
Sudjana (1996: 58) juga menyatakan bahwa metode pembelajaran yang digunakan
dalam metode konvensional adalah metode ceramah, tanya jawab dan penugasan.
Karakteristik metode konvensional menurut Sutrisno (2005: 57) antara
lain: (1) guru menganggap kemampuan siswa sama, (2) menggunakan kelas
sebagai satu-satunya tempat belajar, (3) mengajar lebih banyak menggunakan
ceramah, (4) pemisahan antar bidang studi nampak jelas, (5) memberikan kegiatan
yang tidak bervariasi, (6) berkomunikasi satu arah, (7) iklim belajar menekankan
pada pencapaian efek instruksional berdasarkan orientasi kelompok, (8) mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
hanya menggunakan buku sebagai sumber belajar dan informasi dari guru, (9)
hanya menilai hasil belajar.
Kelebihan pengajaran konvensional ini adalah tercapainya efektivitas dan
efisiensi dalam hal tenaga, biaya, dan waktu, dapat mengimplementasi sejumlah
langkah instruksional, seperti menunjukkan unsur-unsur yang relevan dalam
materi pelajaran. Materi pelajaran dapat tersampaikan secara tuntas kepada siswa
sesuai dengan program pembelajaran teang telah dirancang.
Kelemahan penggunaan pembelajaran ini antara lain: 1) efisien memang
tercapai tetapi sulit diketahui secara pasti apakah semua siswa melakukan persepsi
yang telah diajarkan dengan baik, 2) kurangnya kesempatan bagi siswa untuk
menunjukkan bakatnya yang akan menampakkan hasil belajarnya, 3) kurang dapat
membuktikan tercapainya tujuan instruksional khusus, 4) sulit menentukan
pemberian umpan balik yang sesuai dan cocok kepada masing-masing siswa.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran konvensional merupakan model penyampaian bahan pelajaran
dengan komunikasi lisan yang dianggap lebih ekonomis dan efektif tetapi
mengabaikan resiko siswa menjadi pasif akibat otoritas guru dalam kelas.
3. Model Pembelajaran Kooperatif STAD
a. Model pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau dalam satu tim. Pembelajaran kooperatif
adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis.
Menurut Slavin (2009: 8), pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling berinteraksi antar
anggota kelompok. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Setiap
kelompok yang heterogen yaitu terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis
kelamin dan suku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Model pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran
yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar
(Sugiyanto,2008: 35).
Menurut Isjoni (2009:20) pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan
sebagai suatu pendekatan mengajar dimana murid bekerja sama diantara satu
sama lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas
individu atau kelompok yang diberikan. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan
saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Jacobs & cooperative learning, also
known as collaborative learning, is a body of concepts and techniques for
helping to maximize the benefits of cooperation among students
pembelajaran kooperatif yang juga dikenal sebagai pembelajaran kolaboratif,
adalah suatu bentuk dari konsep dan teknik untuk membantu memaksimalkan
keuntungan-keuntungan kerja sama diantara siswa (http://www.georgejacobs.
net/cooperative.html/ diakses tanggal 10 Januari 2011).
Trianto (2007: 42) mengemukakan, pembelajaran kooperatif adalah
sebuah kelomppok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Agus
Suprijono ( 2009:54) Model pembelajaran kooperatif adalah teknik kelompok
yang memiliki konsep yang lebih luas yaitu meliputi semua jenis kelompok
termasuk yang dipimpin oleh guru.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa
yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa
berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru.
Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan
bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota
lainnya dalam kelompok itu. Prosedur pembelajaran kooperatif didesain untuk
mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dala kelompok kecil.
Menurut Bauwens (1995 : 16) tentang pembelajaran kooperatif adalah:
Cooperative teaching refers to a restructuring of teaching procedurs
in which two more educators possessing distinct sets of skills work in a
coactive and coordinated fashion to jointly teach academically and
behaviorally heterogeneous groups of students in educationally
integrated setting,
Pengajaran kooperatif mengacu pada struktur prosedur pengajaran
yang mana lebih dari dua pendidik mempunyai aturan yang jelas dalam
keterampilan bekerja secara aktif dan terkoordinasi untuk menggabungkan
pengajaran akademik dan behavior/tingkah laku yang heterogen dalam
kelompok siswa.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang digunakan untuk
mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa dengan
menerapkan bentuk belajar kelompok dalam proses pembelajaran.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu setiap anggota memiliki peran,
interaction face to face (terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa),
adanya tanggung jawab kelompok, guru hanya sebagai fasilitator, dan positive
interdependence (Isjoni (2009: 27). Setiap anggota kelompok harus
bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya,
sedangkan guru hanya bertindak ketika diperlukan dalam suatu kelompok dan
membantu mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok. Selain itu
harus terdapat hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang
sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang
merupakan keberhasilan yang lain atau sebaliknya.
Anita Lie (2009: 31) mengemukakan lima unsur dalam model
pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi hasil
kelompok. Saling ketergantungan positif dalam artian keberhasilan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Contoh bentuk kerja
sama yang baik, wartawan mencari dan menulis berita, redaksi mengedit dan
tukang ketik mengetik tulisan tersebut. Rantai kerja sama ini berlanjut terus
sampai dengan mereka yang di bagian percetakan dan loper surat kabar.
Semua orang ini bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama, yaitu
terbitnya sebuah surat kabar dan sampainya surat kabar tersebut di tangan
penbaca. Unsur tanggung jawab perseorangan ini merupakan akibat langsung
dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut
prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode
kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugas. Setiap
kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk
sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala
akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Unsur
komunikasi antar anggota ini membekali agar para pembelajar dibekali
dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa
dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak
setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan
suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat
mereka. Terakhir pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Isjoni (2009, 36) mengemukakan terdapat kelebihan dan kelemahan
dari pembelajaran kooperatif. Keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran
ini adalah: 1) saling ketergantungan yang positif, 2) adanya pengakuan dalam
merespon perbedaan individu, 3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan
pengelolaan kelas, 4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, 5)
terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, 6)
memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
menyenangkan. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran kooperatif
adalah memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya bila terjadi
persaingan negatif maka hasilnya akan buruk, dan bila ada siswa yang malas
atau ada yang ingin berkuasa maka dalam kelompok akan terjadi kesenjangan
sehingga usa kelompok tidak berjalan semestinya.
Menurut Isjoni (2009 : 73), dalam pembelajaran kooperatif terdapat
beberapa variasi model yang dapat diterapkan , yaitu : 1) Student Team
Achievement Division (STAD), 2) Jigsaw, 3) Teams Games Tournaments
(TGT), 4) Group Investigation (GI), 5) Rotating Trio Exchange, 6) Group
Resume.
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
paling sederhanan dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan
bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah
anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen (Trianto, 2007: 52).
Menurut Slavin (2009:143) metode STAD adalah salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan metode yang
paling baik bagi para guru yang baru menggunakan pembelajaran kooperatif.
Menurut Isjoni (2009:74) STAD merupakan salah satu tipe kooperatif
yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk
saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
guna mencapai prestasi yang maksimal. Slavin (2009:141) berpendapat
metode STAD merupakan metode yang digunakan secara terstruktur, metode
STAD merupakan metode yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif yang
paling tua dan paling banyak digunakan dalam penelitian pendidikan,
termasuk juga dalam penampaian materi dikelas.
Student team achievement divisions (STAD) merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa ditempatkan
dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
menurut tingkat kinerja, jenis kelamin dan suku (file:///D:/DATAKU/
Documents/Model STAD.htm diakses tanggal 10 Januari 2011).
Slavin (2009: 143-163) menyebutkan ada lima komponen utama dalam
STAD antara lain: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual,
danrekognisi tim. Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam
presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang
sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi
bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Tim terdiri dari empat atau lima
siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik,
jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan
bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi untuk
mempersiapkan anggota untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah
sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar
satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis
individual. Para siswa dilarang saling membantu dalam mengerjakan kuis.
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada
siswa tujuan kinerja yang dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan
memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tim akan
mendapatkan sertifikat atau bentuk panghargaan yang lain apabila skor rata-
rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan
untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
Persiapan dalam pembelajaran STAD (Trianto, 2007: 52-53) meliputi
perangkat pembelajaran, membentuk kelompok kooperatif, menemtukan skor
awal, pengaturan denah tempat duduk, dan adanya kerja kelompok. Perangkat
pembelajaran yang harus disiapkan antara lain: RPP, buku siswa, Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya. Membentuk kelompok
kooperatif bertujuan agar kemampuan siswa dalam satu kelompok adalah
heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya
relatif homogen. Menentukan skor awal, yaitu skor nilai ulangan sebelumnya.
Pengaturan tempat duduk juga diperlukan, untuk menunjang keberhasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pembelajaran kooperatif. Kerja kelompok, bertujuan untuk lebih jauh
mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.
Sedangkan menurut Slavin (2009 :147-151) guru-guru sebelum mulai
mengajar perlu mempersiapkan materi, membagi siswa ke dalam kelompok,
menentukan skor awal, dan membangun tim. Materi ajar dapat dibuat oleh
guru berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar kerja siswa ini dilengkapi
dengan kunci jawabannya. Selain itu guru juga harus mempersiapkan kuis
untuk tiap unit atau kompetensi dasar yang telah direncanakan untuk
diajarkan. Sebuah kelompok dalam metode STAD merupakan sebuah
kelompok yang terdiri dari empat atau lima siswa yang heterogen. Sedangkan
skor dasar awal dapat diambil dari skor rata-rata siswa pada kuis sebelumnya.
Apabila sebelumnya belum pernah diadakan kuis, skor dasar awal dapat
diambil dari nilai final siswa dari tahun yang lalu. Sebelum memulai program
pembelajaran kooperatif, akan sangat baik jika memulai dengan satu atau
lebih latihan pembentukan tim sekadar untuk memberi kesempatan kepada
anggota tim untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan dan untuk saling
mengenal satu sama lain.
Langkah-langkah pembelajaran STAD (Trianto, 2007: 54): 1)
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, 2) Menyajikan informasi, 3)
Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, 4) membimbing
kelompok bekerja dan belajar, 5) evaluasi, 6) memberikan penghargaan.
Menurut Slavin (2009:159), skor perkembangan individu untuk tiap-
tiap kuis individual dalam metode STAD dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 : Skor Perkembangan Individu
Nilai Kuis Nilai Perkembangan
1. Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 5
2. 10 poin sampai 1 poin di bawah nilai awal 10
3. Sama dengan nilai awal sampai dengan 10 poin
di atas nilai awal
20
4. Lebih dari 10 poin di atas nilai awal 30
5. Betul semua (nilai sempurna) 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Nilai perkembangan yang diperoleh kelompok terdapat tiga tingkat
penghargaan yang diberikan untuk prestasi kelompok, yaitu :
1) Super Team (Kelompok istimewa), diberikan bagi kelompok yang
memperoleh skor rata-rata lebih besar atau sama dengan 25.
2) Great Team (Kelompok hebat), diberikan bagi kelompok yang
memperoleh skor rata-rata antara 20 sampai kurang dari 25.
3) Good Team (Kelompok baik), diberikan bagi kelompok yang memperoleh
skor antara 15 sampai kurang dari 20.
Tabel 2. Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kolompok
belajar konvensional (Trianto, 2007: 43-44):
Kelas dengan pembelajaran kooperatif Kelas dengan pembelajaran
konvensional
Adanya saling ketergantungan positif,
saling membantu, dan saling memberikan
informasi sehingga ada interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya
siswa yang mendominasi kelompok
atau yang menggantungkan diri
pada kelompok
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi pelajaran
tiap anggota kelompok, dan kelompok
diberi umpan balik tentang hasil belajar
para anggotanya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat memberikan
bantuan
Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas
sering diborong oleh salah seorang
anggota kelompok sedangkan
anggota kelompok lainnya hanya
Kelompok belajar heterogen, baik dalam
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
etnik, dsb sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang memberikan
bantuan.
Kelompok belajar biasanya
homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Pimpinan kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman memimpin bagi
para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok sering
ditentukan oleh guru atau kelompok
dibiarkan untuk memilih
pemimpinnya dengan cara masing-
masing.
Keterampilan social yang diperlukan
dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan,kemampuanberkomunikasi,
mempercayai orang lain, dan mengelola
konflik secara langsung diajarkan.
Keterampilan sosial sering tidak
secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan
melakukan intervensi jika terjadi masalah
dalam kerja sama antar anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan
oleh guru pada saat belajar
kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses
kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya penyelesaian tugas
tetapi juga hubungan interpersonal
(hubungan antar pribadi yang saling
menghargai).
Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas.
Dari perbedaan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode konvensional memiliki banyak kekurangan yang dapat
menghambat perkembangan siswa baik dari segi kognitif, afektif maupun
psikomotor. Ulasan singkat mengenai pembelajaran kooperatif di atas telah
mampu menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih baik daripada
pembelajaran dengan metode konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain penelitian
eksperimen yang dilakukan Sriyanti. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada
pengaruh metode pembelajaran STAD terhadap hasil belajar Matematika siswa
kelas VII semester I SMP Negeri 20 Surakarta Tahun ajaran 2005/2006 dengan
Fhit = 21,9243 > Ftabel = 3,13 dan ada pengaruh aktivitas belajar terhadap
prestasi belajar matematika siswa ditunjukkan dengan Fhitung = 7,3307 > Ftabel
= 3,13.
Dari hasil penelitian internasional yang dilakukan oleh Nagib M.A.
Balfakih The findings have indicate that STAD is a
more effective teaching method than The traditional teaching method in teaching
tenth grade chemistry classes in the UAE. Male students benefited more than
female students from using STAD as an alternative teaching method
(http://www.tandf.co.uk/journals). Artinya bahwa dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa STAD adalah model pembelajaran yang lebih efektif dari
pada model pembelajaran tradisional pada mata pelajaran kimia di kelas X SMA
UAE. Siswa laki-laki lebih unggul daripada siswa perempuan dalam penggunaan
model pembelajaran STAD.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
disusun kerangka pemikiran. Terdapat dua macam metode pembelajaran yang
akan diteliti dalam penelitian ini yaitu pertama penerapan metode pembalajaran
STAD. Kedua menggunakan metode pembelajaran konvensional. Dilihat dari cara
pelaksanaannya, kedua metode tersebut jelas berbeda apabila diterapkan untuk
menyampaikan pelajaran IPA terutama pada standar kompetensi menerapkan
sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model.
Selama ini guru dalam mengajar materi cenderung menggunakan
pendekatan konvensional tanpa melibatkan siswa dalam proses pembelajaran,
metode yang demikian akan mengakibatkan kejenuhan dan kebosanan siswa.
Siswa kurang dirangsang berpikir untuk memecahkan masalah sehingga siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
hanya bersikap pasif. Dalam pengajaran, metode konvensional diberikan secara
klasik, artinya pengajar memberi penjelasan kepada sejumlah siswa secara lisan.
Strategi metode konvensional dalam pembelajaran meliputi kegiatan awal
dengan membangkitkan minat siswa dan apersepsi. Kegiatan inti meliputi
memberikan informasi tentang materi dengan metode ceramah, tanya jawab
tentang materi dan kegiatan terakhir meliputi penarikan kesimpulan, tes dan
pemberian tugas. Strategi ini lebih menitikberatkan persamaan daripada
perbedaan yang ada pada siswa.
Penerapan model pembelajaran kooperatif STAD menggunakan langkah-
langkah antara lain: 1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, 2)
Menyajikan/menyampaikan informasi dengan jalan mendemonstrasikan atau
lewat bahan bacaan, 3) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar, 4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar, 5) mengadakan evaluasi,
6) Memberikan penghargaan. Dalam pelaksanaannya, langkah-langkah STAD
bertujuan supaya siswa menjadi tertarik dan berminat serta membuat suasana
belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan sehingga memastikan siswa
mampu mencapai tujuan dari pembelajaran.
Siswa dalam pembelajaran STAD lebih dapat menuangkan gagasan dan
pemikiran secara bebas dan kreatif di dalam pembelajaran IPA, dalam
pembelajaran ini siswa berpeluang untuk memahami apa yang dipelajari secara
maksimal. Bukan hanya sekedar menerima informasi seperti pada metode
konvensional. Siswa dapat dengan leluasa mengembangkan ide melalui kerja
kelompok. Tujuan pembelajaran dapat lebih mudah dicapai siswa karena siswa
dibentuk dalam kelompok yang heterogen, siswa saling membantu dan memiliki
tanggung jawab untuk memastikan seluruh anggota memahami materi yang
dipelajari.
Bertolak dari pemikiran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
pengaruh besar terhadap siswa belajar dalam suasana yang menyenangkan dan
menarik minat siswa sehingga kemungkinan model pembelajaran STAD lebih
efektif daripada metode konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa
mata pelajaran IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Skema kerangka berpikir diatas adalah:
KE model kooperatif STAD
Siswa Posttest
KK model konvensional
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir
Keterangan:
KE : kelompok eksperimen
KK : kelompok kontrol
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dibandingkan dengan
metode pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas V SD Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
A. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Mulur 04, Kelurahan Mulur dan
SD Negeri Gentan 03, Kelurahan Gentan. Kedua sekolah dasar tersebut
terletak di Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah.
Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena keduanya mempunyai
kemampuan akademik yang seimbang sehingga layak dijadikan sebagai sampel
dalam penelitian ini.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tahap persiapan hingga pelaporan hasil
penelitian. Dilaksanakan kurang lebih selama enam bulan, yaitu dari bulan
Januari 2011 hingga bulan Juni 2011. Tahap perencanaan dilaksanakan pada
bulan Januari 2011 sampai dengan Februari 2011, tahap pelaksanaan
dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan April 2011. Dan tahap
pelaporan hasil penelitian akan dilaksanakan bulan Mei 2011 hingga bulan
Juni 2011.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian menurut metodenya antara lain: penelitian historis,
diskriptif, korelasional, komparatif, eksperimen dan penelitian kuasi
eksperimen (M. Subana dan Sudrajat, 2005: 13-14). Dalam penelitian ini
digunakan metode penelitian eksperimen. Suharsimi Arikunto (1998: 4)
menjelaskan bahwa penelitian eksperimen merupakan suatu cara untuk
mencari hubungan sebab akisat (hubungan kausal) antara dua faktor yang
sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau
menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu. Perlakuan yang
dilakukan terhadap variabel bebas dilihat hasilnya pada variabel terikat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
C. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok. Masing-masing kelompok
diberikan perlakuan pembelajaran yang berbeda. Pada kelompok eksperimen
diberikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan pada kelompok
kontrol diberikan metode pembelajaran konvensional. Pada akhir eksperimen,
hasil belajar kedua kelompok diukur menggunakan alat ukur yang sama yaitu tes
akhir. Hasil kedua pengukuran tersebut kemudian dibandingkan dan dianalisis.
Variabel yang terdapat pada penelitian ini variabel adalah independen
(model pembelajaran kooperatif STAD dan metode pembelajaran konvensional)
dan variabel dependen (hasil belajar IPA). Jadi desain penelitian yang digunakan
oleh peneliti adalah pretest-posttest control group design, rancangannya sebagai
berikut:
E
K
O1 X o2
O3 X o4
Keterangan:
E : kelompok eksperimen
K : kelompok kontrol
O1 : pretest kelompok eksperimen
o2 : posttest kelompok eksperimen
O3 : pretest kelompok kontrol
o4 : posttest kelompok kontrol
X : perlakuan (Suharsimi Arikunto, 2006: 86-87)
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu
ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan (S. Margono, 2005: 118).
Populasi penelitian ini adalah kelas V SD Kecamatan Bendosari, Kabupaten
Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 37 kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel pada penelitian ini adalah
kelas V SD Negeri Mulur 04 Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang berjumlah
22 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD Negeri Gentan 03
Bendosari Kabupaten Sukoharjo yang berjumlah 23 siswa sebagai kelompok
kontrol.
3. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini peneliti pergunakan teknik simple random
sampling. Prosedurnya menyusun sampling frame, menetapkan jumlah sampel
yang akan diambil, menentukan alat pemilihan sampel, dan memilih sampel
sampai dengan jumlah terpenuhi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
meliputi tes, dokumentasi, dan observasi.
Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar
bagi penetapan skor angka (S. Margono, 2005: 170). Tes digunakan untuk
memperoleh nilai hasil belajar IPA. Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis
dengan menggunakan bentuk tes obyektif.
Suharsimi Arikunto (2006: 158) menyebutkan bahwa dokumentasi berasal
dari kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data berupa tindakan dan
hasil observasi proses pembelajaran.
Observasi yang dilakukan disini adalah observasi langsung atau
pengamatan langsung terhadap subjek yang diamati, yaitu cara pengumpulan data
berdasarkan pengamatan yang menggunakan mata atau telinga secara langsung
tanpa melalui alat bantu yang terstandar (M. Subana dan Sudrajat, 2005: 143).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan adalah mengamati proses
pembelajaran yang terjadi dalam kelas populasi yang dipilih peneliti serta
mengetahui keantusiasan siswa selama mengikuti proses pembalajaran/kegiatan
belajar mengajar tersebut. Observasi juga dilakukan ketika peneliti mengadakan
perlakuan penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD kepada siswa
kelompok eksperimen mengenai keaktifan, minat dan psikomotorik siswa dengan
menggunakan lembar pengamatan.
E. Uji Coba Instrumen
1. Uji Validitas
Suharsimi Arikunto (1998: 159) menyatakan bahwa validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
sesuatu instrumen. Tes dan angket dikatakan valid apabila mampu mengukur
apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Rumus korelasi yang dapat digunakan untuk mengukur validitas
instrumen adalah yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan rumus
korelasi product moment sebagai berikut:
rxy = N XY X Y
N X2 X2 N Y2 Y2
Keterangan:
N = banyaknya peserta tes
X = nilai rata-rata
Y = nilai hasil uji coba tes
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y (Suharsimi Arikunto, 2006:
168-170)
Berdasarkan uji validitas yang dilakukan diperoleh angka validitas
bergerak antara -0,111 sampai 0,853. Kemudian angka tersebut
dikonsultasikan dengan harga nilai kritik r Product Moment dengan n = 25
pada taraf signifikansi 0,396. Dari 45 soal yang telah diuji cobakan terdapat 20
soal yang tidak valid. Yaitu soal nomor 5, 6, 8, 9, 12, 20, 23, 27, 30, 31, 32,
33, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 42, dan 44.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Untuk soal yang valid digunakan sebagai alat untuk pengukuran hasil
belajar posttest, sedangkan untuk soal yang tidak valid dibuang, tidak dihitung
dalam pengambilan skor. Perhitungan dari hasil pengujian validitas dapat
dilihat pada lampiran.
2. Uji Reabilitas
Reabilitas adalah keajegan suatu instrumen apabila diteskan kepada
subjek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subjek yang
berbeda pada waktu yang sama. Metode yang digunakan untuk mencari
reabilitas adalah dengan rumus KR 20 yaitu:
rn =
n
n 1
S 2 pq
S 2
Keterangan:
rn = reabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item salah (q = 1 p)
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi
Patokan yang digunakan:
0,00 rn < 0,20 : sangat rendah
0,20 rn < 0,40 : rendah
0,40 rn < 0,60 : cukup
0,60 rn < 0,80 : tinggi
0,80 rn < 1,00 : sangat tinggi (M. Subana dan Sudrajat, 2005: 132)
Setelah dilakukan analisis untuk mengetahui reabilitas dari
keseluruhan uji coba dengan menggunakan rumus KR-20, diperoleh indeks
reabilitas soal 11= 0,45. Perhitungan dari hasil pengujian validitas dapat
dilihat pada lampiran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 3: Rangkuman reabilitas hasil uji coba instrumen tes yang valid
Kriteria r hitung
11 0,913
Sumber : Data Hasil Analisis (Lampiran 14 halaman 171)
Pada perhitungan uji reabilitas terhadap 25 soal tes uji coba yang valid
diperoleh r hitung sebesar 0,913 dan berada dalam taraf reabilitas (keajegan)
yang sangat tinggi.
3. Indeks Kesukaran
Soal yang baik untuk alat ukur prestasi adalah soal yang mempunyai
indeks kesukaran yang memadai dalam arti soal tidak terlalu sukar dan tidak
terlalu mudah. Soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi cepat
putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi. Untuk
mengetahui indeks kesukaran dari masing-masing item soal digunakan rumus:
P = B
JS
Keterangan:
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab benar
JS : jumlah seluruh peserta tes
Klasifikasi derajat kesulitan soal tes sebagai berikut:
Item dikategorikan terlalu sukar jika P = 0,00
Item dikategorikan mudah jik
Item dikategorikan terlalu mudah jika P = I,00 (M. Subana dan Sudrajat, 2005:
133-134)
Hasil uji taraf kesukaran instrumen penelitian tes dapat dilihat pada
tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 4: Rangkuman hasil uji taraf kesukaran
Instrumen Penelitian Keputusan Uji Taraf Kesukaran
Mudah Sedang Sulit
Tes Objektif 10 32 3
Sumber : Data hasil analisis (lampiran 15 halaman 173)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh 10 soal dalam indeks mudah, 32
soal dalam indeks sedang, dan 3 soal dalam indeks sulit dari 45 soal tes uji
coba. Dari 25 soal tes uji coba yang valid terdapat 6 soal dalam indeks mudah,
18 soal dalam indeks sedang, dan 1 soal dalam indeks sulit.
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Langkah-langkah
untuk menentukan daya pembeda suatu item adalah:
a. Memeriksa hasil tes kemudian member skor pada lembar jawaban
b. Menyusun lembar jawab secara urut dari nilai tertinggi sampai terendah
c. Seluruh kelompok peserta tes dibagi dua sama besar
Daya pembeda dari masing-masing item tes dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
D = BA
JA
BB
JB
Keterangan:
D : daya pembeda
: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
: banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
: jumlah dari kelompok atas
: jumlah dari kelompok bawah
Indeks diskriminasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
D = 0,00 adalah sangat jelek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
M. Subana dan Sudrajat, 2005: 134-135)
Hasil uji daya beda instrumen penelitian tes dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5: Rangkuman hasil uji daya beda
Instrumen
Penelitian
Keputusan Uji Daya Pembeda
Sangat
jelek
Jelek Sedang Baik Baik
sekali
Tes Objektif 8 5 6 13 13
Sumber: Data Hasil Analisis(Lampiran 15 halaman 173)
Dari data di atas diketahui soal yang valid berada dalam daya beda
sedang sebanyak 3 soal, 10 soal mempunyai daya beda baik dan 12 soal
mempunyai daya beda sangat baik. Tidak terdapat daya beda sangat jelek dan
jelek dalam 25 soal yang valid.
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas, uji homogenitas dan uji keseimbangan.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji data tersebut memiliki
sebaran normal atau tidak. Uji normalitas data hasil belajar IPA siswa
kelas V yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran STAD
dan konvensional dilakukan dengan teknik uji chi-kuadrat ( 2) pada taraf
signifikansi 5%. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika 2 >
2 , maka data tersebut memiliki distribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dilakukan dengan menggunakan rumus uji Bartlett
dengan tingkat signifikansi 5%. Uji homogenitas digunakan untuk
mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Setelah dilakukan uji prasyarat hipotesis maka dilakukan uji
hipotesis untuk mengetahui perbedaan pengaruh model pembelajaran
kooperatif STAD dan konvensional dengan menggunakan uji t.
c. Uji keseimbangan
Sebelum suatu eksperimen dilakukan, terlebih dahulu diadakan
matching antara grup eksperimen dan grup kontrol antara kelompok
eksperimental dan kelompok kontrol diseimbangkan lebih dahulu sehingga
dua-duanya berangkat dari titik tolak yang sama. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui seimbang atau tidak sebelum mendapatkan perlakuan. Statistic
uji yang digunakan adalah dengan uji t.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji perbedaan
dua rerata uji t dua ekor dengan taraf signifikansi 5%. Rumrus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
t = X1 X2
n1 1 S12 + n2 1 S2
2
n1 + n2 21n1
+1
n2
Keterangan:
X1 : nilai rata-rata hasil kelompok eksperimen
X2 : nilai rata-rata hasil kelompok kontrol
n1 : jumlah sampel kelompok eksperimen
n2 : jumlah sampel kelompok kontrol
S12 : varian nilai kelompok eksperimen
S22 : varian nilai kelompok kontrol (Priyatno, 2008: 92)
H0 : 1 = 2 : kelas eksperimen tidak lebih baik daripada kelas kontrol
H1 : 1 2 : kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Kriteria pengujian:
H0 diterima jika : hasil belajar IPA pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD tidak lebih baik daripada
hasil belajar IPA pada kelas yang menggunakan model pembelajaran
konvensional.
H0 ditolak jika > : hasil belajar IPA pada kelas yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif STAD lebih baik daripada hasil belajar IPA pada
kelas dengan model pembelajaran konvensional.
H. Prosedur Penelitian Eksperimen
Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu peneliti menetapkan tahap-
tahap yang akan dilaksanakan, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan
mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.
1. Tahap penulisan proposal penelitian
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengajuan judul, menyusun
proposal. Tahap ini dimulai pada bulan Januari 2011.
2. Tahap observasi
Pada tahap ini dilaksanakan untuk mengamati dan mendapatkan
gambaran awal tentang SD Negeri Mulur 04 Bendosari dan SD Negeri gentan
03 Bendosari, sebagai lokasi penelitian yaitu proses belajar mengajar di kelas
dan permintaan perijinan dari kepala sekolah.
3. Tahap penyusunan instrumen
Pada tahap ini peneliti menyusun beberapa instrumen penelitian yang
akan digunakan. Instrumen penelitian tersebut terdiri atas silabus, RPP, soal
tes obyektif dengan empat alternative jawaban, angket motivasi belajar siswa,
pedoman wawancara kepada guru, lembar observasi, dan lembar kerja siswa.
4. Tahap pengumpulan data
Pada tahap ini merupakan tahap menerapkan metode penelitian pada
siswa kelas V SD Negeri Mulur 04 dan SD Negeri Gentan 03, Bendosari,
Sukoharjo. Kegiatan dilakukan dengan memberikan perlakuan model
pembelajaran kooperatif STAD untuk kelas eksperimen dan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol, adapun skenario tahap
pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a. Kelas eksperimen (model pembelajaran kooperatif STAD)
KBM pertemuan pertama
1) Kegiatan awal
a)
b) Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
apersepsi dengan cara mengaitkan materi yang telah dipelajari
oleh siswa sebelumnya mengenai sumber cahaya.
c) Guru mengantarkan siswa pada materi yang akan dipelajari
yaitu tentang sifat-sifat cahaya dengan menyalakan lilin di
depan kelas, karena lilin merupakan salah satu sumber cahaya.
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa.
2) Kegiatan inti
a) siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan
4-5 orang berdasarkan keragaman kemampuan akademik
(tinggi, sedang, rendah).
b) Siswa menunjuk salah satu teman sebagai ketua kelompok,
kemudian ketua kelompok mengabil alat-alat percobaan yang
telah disiapkan guru.
c) Guru membimbing siswa melakukan percobaan tentang sifat-
sifat cahaya yaitu cahaya merambat lurus dan cahaya
menembus benda bening.
d) Tiap anggota kelompok menggunakan LKS dan kemudian
saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya
jawab atau diskusi tentang percobaan yang dilakukan antar
sesama anggota kelompok.
e) Secara bergantian, setiap kelompok mengirimkan wakilnya
untuk membacakan hasil diskusi kelompok di depan kalas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3) Kegiatan akhir
a) Siswa bersama guru menyimpulkan materi tentang sifat-sifat
cahaya yaitu cahaya merambat lurus dan menembus benda
bening.
b) Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya.
c) Siswa mengerjakan tes individual pada akhir pelajaran tentang
materi sifat-sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda
bening yang telah didiskusikan.
d) Bersama-sama guru dan siswa membahas tes individual
kemudian individu atau tim dengan skor tertinggi mendapat
penghargaan dari guru.
e) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Untuk pertemuan kedua hingga pertemuan kedelapan pada kelas
eksperimen, proses pembelajarannya terwakili pada pemaparan pertemuan
pertama diatas. Yang membedakan adalah materi pembelajaran dan alat
percobaan yang digunakan.
b. Kelas kontrol (model pembelajaran konvensional)
KBM pertemuan pertama
1) Kegiatan awal
a) Berdoa dan presensi
b) Guru mengkonsikan siswa agar siap menerima pelajaran
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Kegiatan inti
a) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk membaca
buku IPA materi sifat-sifat cahaya selama 10 menit.
b) Guru menunjukkan peta konsep tentang sifat-sifat cahaya.
c) Guru menjelaskan sifat cahaya yaitu cahaya merambat lurus
dan menembus benda bening.
d) Guru memberikan contoh sifat cahaya merambat lurus dan
menembus benda bening dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
e) Guru menjelaskan definisi dari benda bening dan benda gelap.
f) Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal
yang penting.
g) Guru memberi kesempatan bertanya bagi siswa mengenai sifat-
sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening.
h) Guru memberikan umpan balik dengan menjawab pertanyaan
siswa.
3) Kegiatan akhir
a) Guru memberikan rangkuman pembelajaran mengenai sifat
cahaya yang merambat lurus dan menembus benda bening.
b) Siswa mengerjakan latihan tugas berupa tes tertulis.
c) Guru dan siswa bersama-sama membahas soal tes kemudian
guru memberikan penghargaan bagi siswa yang unggul.
d) Guru mengakhiri pertemuan dengan menyampaikan rencana
pembelajaran berikutnya.
Pada pertemuan kedua dan selanjutnya hingga pertemuan
kedelapan, proses pembelajarannya terwakili dari pemaparan proses
pembelajaran pertemuan pertama di atas. Yang membedakan adalah
materi pelajaran dan alat percobaan yang digunakan.
Setelah pelaksanaan perlakuan kemudian pemberian posttest pada
kedua kelompok dengan menggunakan tes obyektif.
5. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini data yang diperoleh dari hasil belajar IPA dianalisis dan
ditarik kesimpulan.
6. Tahap Penyusunan Laporan
Tahap ini merupakan langkah akhir dari keseluruhan tahap pelaksanaan
yaitu tahap penggabungan hasil dari laporan yang telah ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua lembaga pendidikan yang terletak dalam
satu wilayah kecamatan yaitu Sekolah Dasar Negeri Mulur 04 dan Sekolah Dasar
Negeri Gentan 03 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo.
SD Negeri Mulur 04 terletak di Jalan Dr. Muwardi No. 03, Kelurahan
Mulur, Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo. Lokasi ini cukup strategis
mengingat aksesibilitas transportasi yang mudah dan berada dekat dengan jalan
raya. Jumlah siswa pada tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 121 anak, terdiri dari
16 anak kelas I, 16 anak kelas II, 17 anak kelas III, 27 anak kalas IV, 20 anak
kelas V, dan 23 anak kelas VI. Staf pengajar di SD Negeri Mulur 04 sebanyak 12
guru, terdiri dari kepala sekolah, 6 orang guru kelas, guru agama, guru olahraga,
guru bahasa inggris, guru kesenian dan penjaga sekolah. SD Negeri Mulur 04
mempunyai 12 ruangan yang terdiri dari 6 ruang kelas dari kelas I VI, 1 ruang
kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang
laboratorium, dan 1 ruang gudang.
SD Negeri Gentan 03 dengan luas tanah 2177 m2terletak di Desa
Pucangan RT 01/13 Kelurahan Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten
Sukoharjo. Staf pengajar di SD Negeri Gentan 03 saat ini berjumlah 15 orang,
terdiri dari kepala sekolah, 8 guru PNS, 5 guru WB, dan 1 penjaga sekolah.
Sarana dan prasarana yang terdapat di SD Negeri Gentan 03 antara lain: 1 ruang
kepala sekolah, 1 ruang guru, 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 kamar mandi
guru, 2 ruang kamar mandi siswa, 1 ruang gudang, parkir guru dan siswa, taman,
lapangan dan masjid kampung.
SD Negeri Mulur 04 dan SD Negeri Gentan 03 Bendosari, Sukoharjo
tahun ajaran 2010/2011 menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pun disusun sedemikian rupa agar
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Hasil observasi lebih
lanjut menunjukkan bahwa guru belum menerapkan pendekatan dan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
pembelajaran yang sesuai, model pembelajaran guru yang bersangkutan masih
menggunakan model pembelajaran konvensional saja untuk menghabiskan materi
sesuai silabus karena dianggap lebih efektif.
B. Deskripsi Data
Pada penelitian ini melibatkan 40 siswa yang terdiri dari 20 siswa kelas V
SD Negeri Mulur 04 dan 20 siswa kelas V SD Negeri Gentan 03 Kecamatan
Bendosari, Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011. Kelas V SD Negeri
Mulur 04 sebagai kelas eksperimen yang diberi pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas V SD Negeri Gentan 03 sebagai
kelompok kontrol yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional.
1. Pengujian Keseimbangan Kondisi Awal Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Pada penelitian ini, untuk uji keseimbangan antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol digunakan hasil belajar IPA yang diperoleh dari teknik dokumentasi
tes ulangan harian IPA dan teknik observasi terhadap hasil belajar ranah afektif
dan psikomotor dari siswa kelas V masing-masing kelas eksperimen dan kelas
kontrol yang disebut sebagai nilai pretest. Berikut data nilai pretest IPA kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada tabel 6 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 6: Distribusi Frekuensi Nilai Pretest IPA kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
No Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Interval Nilai
Tengah
f Frekuensi
Relatif
(%)
Interval Nilai
tengah
f Frekuensi
relatif
(%)
1 65 69 67 7 35 60 66 63 7 35
2 70 74 72 3 15 67 73 70 2 10
3 75 79 77 2 10 74 80 77 6 30
4 80 84 82 6 30 81 87 84 2 10
5 85 89 87 2 10 88 94 91 3 15
Jumlah 20 100 20 100
Sumber : Data Dokumentasi Nilai Ulangan Harian IPA (Lampiran 16 halaman
174)
Evaluasi hasil nilai pretest penelitian untuk nilai siswa kelas eksperimen
diperoleh nilai tertinggi 87, nilai terendah 65, rerata 75,25, dan standar deviasinya
7,85. Hasil nilai pretest pada kelas kontrol terdapat nilai tertinggi sebesar 94, nilai
terendah 60, standar deviasinya 10,37, dan rerata 74,8. Analisis uji keseimbangan
data hasil pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh thitung =
0,1742 dengan uji t dua pihak taraf signifikan 5% daerah kritik penerimaan H0
terletak antara -1,686 dan 1,686, maka H0 diterima, sedangkan Ha ditolak.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
nilai pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga kedua kelas
mempunyai kemampuan awal yang sama dan seimbang.
2. Hasil Belajar Posttest Kelas eksperimen
Berdasarkan evaluasi posttest hasil belajar siswa diperoleh nilai tertinggi
96, nilai terendah 72, rerata 84,6, dan standar deviasinya 8,7. Distribusi frekuensi
nilai posttest kelas eksperimen adalah pada tabel 7 berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 7: Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen
No Interval Nilai
Tengah
Frekuensi Frekuensi Relatif
(%)
1 72 76 74 3 15
2 77 81 79 6 30
3 82 86 84 1 5
4 87 91 89 5 25
5 92 96 94 5 25
Jumlah 20 100
Sumber: Data Hasil Evaluasi Posttest (Lampiran 18 halaman 177)
Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran yang jelas, data tabel 7
disajikan dalam bentuk grafik histogram pada gambar 2 dibawah ini:
Gambar 2. Histogram Hasil Belajar Posttest Kelas Eksperimen
Dari histogram distribusi frekuensi gambar 2 dapat dijelaskan bahwa
interval nilai 72-76 terdapat frekuensi 3 (15%), interval nilai 77-81 terdapat
frekuensi 6 (30%), interval nilai 82-86 terdapat frekuensi 1 (5%), interval nilai 87-
91 terdapat frekuensi 5 (25%), dan interval nilai 92-96 terdapat frekuensi 5 (25%).
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa nilai siswa yang terdapat frekuensi
0
1
2
3
4
5
6
7
72-76 77-81 82-86 87-91 92-96
Fre
ku
en
si
Interval
Hasil Belajar Posttest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
paling banyak adalah antara nilai 77-81 sehingga nilai ini menunjukkan rata-rata
nilai posttest kelas eksperimen sebesar 84,6.
3. Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol
Berdasarkan evaluasi posttest hasil belajar siswa diperoleh nilai tertinggi
80, nilai terendah 40, rerata 65,8, dan standar deviasinya 11,4. Distribusi frekuensi
nilai posttest kelas kontrol adalah pada tabel 8 berikut:
Tabel 8: Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol
No Kelas interval Nilai tengah Frekuensi Frekuensi relatif
(%)
1 40 49 44,5 1 5
2 50 59 54,5 4 20
3 60 69 64,5 9 45
4 70 79 74,5 2 10
5 80 89 84,5 4 24
Jumlah 20 100
Sumber : Data Hasil Evaluasi Posttest (Lampiran 19 halaman 178)
Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas data tabel 8
disajikan dalam bentuk grafik histogram pada gambar 3 dibawah ini:
Gambar 3. Histogram Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89
Fre
ku
en
si
Interval
Hasil Belajar Posttest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Dari histogram distribusi frekuensi gambar 3 dapat dijelaskan bahwa
interval nilai 40 49 terdapat frekuensi 1 (5%), interval nilai 50 59 terdapat
frekuensi 4 (20%), interval nilai 60 69 terdapat frekuensi 9 (45%), interval nilai
70 79 terdapat frekuensi 2 (10%), dan interval nilai 80 89 terdapat frekuensi 4
(20%).berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa nilai posttest siswa yang terdapat
frekuensi paling banyak adalah antara nilai 60 69.
C. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas Hasil Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data dalam
keadaan terdistribusi normal atau tidak. Normalitas sebaran data menjadi sebuah
asumsi yang menjadi syarat menentukan jenis statistik yang akan dipakai dalam
penganalisaan selanjutnya.
Berdasarkan uji normalitas hasil belajar posttest IPA kelas eksperimen
diperoleh X2 lebih kecil daripada Xtabel2 (3,9606 < 5,991). Hal ini menunjukkan
bahwa hasil belajar posttest IPA kelas eksperimen memenuhi syarat uji normalitas
sehingga disimpulkan bahwa nilai posttest tersebut terdistribusi normal.
Pada pengujian normalitas hasil belajar posttest IPA kelas kontrol
diperoleh X2 = 5,1175 sedangkan Xtabel2 = 5,991. X2 lebih kecil daripada Xtabel
2
(5,1175 < 5,991), sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai posttest IPA kelas
kontrol terdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Hasil Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
kedua sampel yang diambil dalam penelitian ini berasal dari populasi yang
homogen atau tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 9: Hasil Uji Homogenitas
Sampel Harga
Hitung Tabel
Eksperimen 19 76,7 1,885 35,815 1,287 3,841
Kontrol 19 130,5 2,116 40,196
Sumber : Data Hasil Analisis (Lampiran 22 halaman 183)
Berdasarkan uji homogenitas, untuk varians nilai posttest kelas
eksperimen adalah 76,7 dan varians nilai posttest kelas kontrol adalah 130,5. Dari
hasil analisis diperoleh 2 sebesar 1,287 dan lebih kecil daripada 2 (3,841).
Hal ini menunjukkan sampel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memenuhi
syarat homogenitas sehingga sampel berasal dari populasi yang bervarian
homogen.
D. Pengujian Hipotesis
Setelah uji prasyarat terpenuhi, selanjutnya pengujian hipotesis. Data yang
terkumpul dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Analisis data yang
digunakan adalah uji t. dalam bagian ini disajikan rangkuman hasil analisis hasil
belajar setelah mendapat perlakuan.
Tabel 10: Ringkasan Hasil Analisis t test
Hasil belajar Kelas eksperimen Kelas kontrol
Mean SD Mean SD
posttest 84,6 8,7 65,8 11,4 5,838 1,686
Sumber : Data Hasil Analisis ( lampiran 23 halaman 185)
Keputusan uji hasil analisis data t test diperoleh nilai 5,838 dengan taraf
signifikan 5%, db = 38 dan t tabel sebesar 1,686. Sehingga harga
thitung lebih besar daripada harga ttabel (5,838 > 1,686). Ini berarti keputusan uji
menolak H0 dan menerima Ha sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan hasil belajar IPA kelas eksperimen dan kelas kontrol. Maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dibanding
model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis dengan menggunakan uji t
diperoleh t hitung sebesar 5,838, lebih besar daripada t tabel = 1,686. Dengan
Ada perbedaan
yang signifikan hasil belajar IPA dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dibandingkan hasil belajar IPA dengan metode pembelajaran konvensional
siswa kelas V SD Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran
2010/2011 diterima.
Penelitian model pembelajaran kooperatif STAD mengutamakan prinsip
gotong royong dalam bekerja. Guru-guru sebelum mulai mengajar perlu
mempersiapkan materi, membagi siswa ke dalam kelompok, menentukan skor
awal, dan membangun tim. Materi ajar dapat dibuat oleh guru berupa Lembar
Kerja Siswa (LKS). Lembar kerja siswa ini dilengkapi dengan kunci jawabannya.
Selain itu guru juga harus mempersiapkan kuis untuk tiap unit atau kompetensi
dasar yang telah direncanakan untuk diajarkan. Sedangkan skor dasar awal dapat
diambil dari skor rata-rata siswa pada kuis sebelumnya. Apabila sebelumnya
belum pernah diadakan kuis, skor dasar awal dapat diambil dari nilai final siswa
dari tahun yang lalu. Sebelum memulai program pembelajaran kooperatif, akan
sangat baik jika memulai dengan satu atau lebih latihan pembentukan tim sekadar
untuk memberi kesempatan kepada anggota tim untuk melakukan sesuatu yang
menyenangkan dan untuk saling mengenal satu sama lain. Langkah-langkah
pembelajaran STAD 1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, 2)
Menyajikan informasi, 3) Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar, 4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, 5) evaluasi, 6)
memberikan penghargaan.
Model pembelajaran konvensional cenderung tenang dan keaktifan siswa
kurang. Kelemahan penggunaan pembelajaran ini antara lain: 1) efisien memang
tercapai tetapi sulit diketahui secara pasti apakah semua siswa melakukan persepsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
yang telah diajarkan dengan baik, 2) kurangnya kesempatan bagi siswa untuk
menunjukkan bakatnya yang akan menampakkan hasil belajarnya, 3) kurang dapat
membuktikan tercapainya tujuan instruksional khusus, 4) sulit menentukan
pemberian umpan balik yang sesuai dan cocok kepada masing-masing siswa.
Disamping itu model pembelajaran konvensional juga memliki kelebihan antara
lain tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam hal tenaga, biaya, dan waktu, dapat
mengimplementasi sejumlah langkah instruksional, seperti menunjukkan unsur-
unsur yang relevan dalam materi pelajaran. Materi pelajaran dapat tersampaikan
secara tuntas kepada siswa sesuai dengan program pembelajaran teang telah
dirancang.
Kelemahan yang dialami peneliti pada kelas eksperimen dibandingkan
kelas kontrol adalah pada kelas eksperimen suasana yang terjadi di dalam kelas
lebih meriah dan ramai dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal yang
melatarbelakangi suasana ini adalah banyaknya variasi belajar yang diterapkan
oleh peneliti sehingga dampak yang ditimbulkan bisa mengganggu kelas yang
lain, tetapi dalam proses belajar mengajar kelas eksperimen interaksi antar siswa
dan guru banyak terjadi.
Penerapan model pembelajaran kooperatif STAD memberikan kesempatan
secara luas kepada siswa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara
optimal dengan kondisi pembelajaran yang mempertimbangkan kesesuaian model
pembelajaran dan media yang akan diterapkan dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan. Sehingga memberikan tujuan dan kebutuhan pembelajaran dengan
hasil yang baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 62
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil analisis hipotesis menunjukkan hipotesis alternatif diterima dan
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD secara signifikan lebih efektif daripada
pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional (t hitung > t tabel
= 5,838 > 1,686).
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa Melalui
penggunaan Model pembelajaran kooparatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Kecamatan Bendosari Kabupaten
Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat
dikemukakan beberapa implikasi hasil penelitian sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran bagi guru mengenai langkah-langkah pembelajaran
dengan model kooperatif STAD
2. Memberikan referensi bagi guru bahwa dengan penerapan metode STAD
lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional.
3. Mendorong siswa untuk memiliki keberanian dalam mengungkapkan
pendapat, bekerjasama dengan sesama anggota kelompoknya, dan
mengembangkan kreativitas, serta inisiatifnya untuk menunjang proses
pembelajaran.
4. Menunjukkan pentingnya menerapkan model pembelajaran yang bervariasi
dan inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran STAD yang terbukti
dapat menciptakan suasana belajar yang bermakna sehingga menunjukkan
hasil belajar IPA yang lebih efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup
skripsi ini antara lain :
1. Bagi Guru
a. Hendaknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD sehingga peran siswa lebih besar dan pembelajaran
akan menjadi lebih aktif dan bermakna. Hal ini membuat siswa tidak
mudah bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
b. Peneliti menyarankan kepada para guru untuk mempertimbangkan
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mata
pelajaran IPA
2. Bagi Kepala Sekolah
Kepala Sekolah hendaknya menyediakan kebutuhan sarana dan
prasarana bagi menunjang keberhasilan guru dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
3. Bagi Siswa
a. Setiap siswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik dengan guru agar
proses belajar mengajar terasa nyaman dan menyenangkan.
b. Siswa hendaknya lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran di
kelas.
4. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis hendaknya
sedapat mungkin menganalisa kondisi pembelajaran dan kemampuan siswa
dengan lebih teliti. Selain itu dapat memanfaatkan model pembelajaran
inovatif dengan maksimal sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih baik.