pengaruh penggunaan tanah terhadap kualitas air di daerah

18
Universitas Indonesia Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah Aliran Ci Leungsi Adriansyah 1 , Eko Kusratmoko 2 dan Mangapul P Tambunan 2 1 Mahasiswa Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 2 Dosen Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 E-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan tanah di Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan kualitas air dalam perspektif spasial. Daerah Aliran Ci Leungsi diambil sebagai studi kasus untuk penelitian ini karena merupakan salah satu DAS yang masuk dalam program kali bersih BPLHD Jawa Barat dikarenakan kondisi sungai yang sudah tercemar. Data kualitas air periode tahun 2010-2014 di 6 lokasi yang tersebar dari hulu sampai hilir diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor, sementara pengukuran secara mandiri dilakukan di 4 lokasi di hulu DAS yang dilakukan di bulan Maret 2016. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan spasial untuk menjawab tujuan peneltian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin luas penggunaan tanah berupa permukiman di sebuah DAS memiliki kecenderungan semakin tingginya nilai konsentrasi senyawa nitrat, amonia, deterjen serta minyak dan lemak. Sementara itu semakin luas penggunaan tanah berupa pertanian tanah basah dan pertanian tanah kering memiliki kecenderungan semakin tingginya nilai konsentrasi senyawa nitrat dan amonia. Hasil perhitungan metode Storage and Retrieval (STORET) didapatkan bahwa dari bagian hulu sampai tengah Daerah Aliran Sungai masuk dalam kategori cemar sedang, sementara di bagian hilir masuk dalam kategori cemar berat. Effect of Land Use on the Quality of Water in Ci Leungsi Watershed Abstract This research aims to determine the relationship between land use in the watershed (DAS) to the water quality in the spatial perspective. Ci Leungsi Watershed taken as a case study for this research because it is one of the watershed are included in clean river program from BPLHD West Java due to the condition of the river that has been polluted. Water quality data the period 2010-2014 in six locations spread from upstream to downstream obtained from the Environment Agency Bogor, while measurements independently conducted at four locations in the upper watersheds conducted in March 2016. The analysis was performed using a spatial approach to answer this research purpose. The results showed that the wider use of land in the form of settlements in the watershed have a tendency to increasing the concentration of nitrate compounds, ammonia, detergent and oil and grease. While the increasingly widespread use of agricultural land in the form of wet land and dry land agriculture has a tendency to increasing the concentration of nitrate compounds and ammonia. The results of the calculation method Storage and Retrieval (STORET) found that from the upstream to the middle Watershed pollutants into the category of being, while in the lower part into the category of heavy polluted. Keywords : Land Use, Ci Leungsi Watershed, Chemical parameters of river water quality, STORET method. Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah Aliran Ci Leungsi

Adriansyah1, Eko Kusratmoko2 dan Mangapul P Tambunan2

1Mahasiswa Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 2Dosen Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424

E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan tanah di Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan kualitas air dalam perspektif spasial. Daerah Aliran Ci Leungsi diambil sebagai studi kasus untuk penelitian ini karena merupakan salah satu DAS yang masuk dalam program kali bersih BPLHD Jawa Barat dikarenakan kondisi sungai yang sudah tercemar. Data kualitas air periode tahun 2010-2014 di 6 lokasi yang tersebar dari hulu sampai hilir diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor, sementara pengukuran secara mandiri dilakukan di 4 lokasi di hulu DAS yang dilakukan di bulan Maret 2016. Analisis dilakukan menggunakan pendekatan spasial untuk menjawab tujuan peneltian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin luas penggunaan tanah berupa permukiman di sebuah DAS memiliki kecenderungan semakin tingginya nilai konsentrasi senyawa nitrat, amonia, deterjen serta minyak dan lemak. Sementara itu semakin luas penggunaan tanah berupa pertanian tanah basah dan pertanian tanah kering memiliki kecenderungan semakin tingginya nilai konsentrasi senyawa nitrat dan amonia. Hasil perhitungan metode Storage and Retrieval (STORET) didapatkan bahwa dari bagian hulu sampai tengah Daerah Aliran Sungai masuk dalam kategori cemar sedang, sementara di bagian hilir masuk dalam kategori cemar berat.

Effect of Land Use on the Quality of Water in Ci Leungsi Watershed

Abstract

This research aims to determine the relationship between land use in the watershed (DAS) to the water quality in the spatial perspective. Ci Leungsi Watershed taken as a case study for this research because it is one of the watershed are included in clean river program from BPLHD West Java due to the condition of the river that has been polluted. Water quality data the period 2010-2014 in six locations spread from upstream to downstream obtained from the Environment Agency Bogor, while measurements independently conducted at four locations in the upper watersheds conducted in March 2016. The analysis was performed using a spatial approach to answer this research purpose. The results showed that the wider use of land in the form of settlements in the watershed have a tendency to increasing the concentration of nitrate compounds, ammonia, detergent and oil and grease. While the increasingly widespread use of agricultural land in the form of wet land and dry land agriculture has a tendency to increasing the concentration of nitrate compounds and ammonia. The results of the calculation method Storage and Retrieval (STORET) found that from the upstream to the middle Watershed pollutants into the category of being, while in the lower part into the category of heavy polluted. Keywords : Land Use, Ci Leungsi Watershed, Chemical parameters of river water quality, STORET method.

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 2: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

1. Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sangat kuat perkembangan

ekonominya di mata dunia. Hal ini juga dibenarkan oleh Economist Intelligence Unit (EIU)

yang memprediksi Indonesia akan menjadi salah satu penguasa perekonomian global pada

tahun 2050. Dalam laporan tersebut EIU memprediksi dalam 10-35 tahun mendatang

Indonesia akan menggeser posisi Italy sebagai salah satu penguasa perekonomian global. Saat

ini Indonesia juga sedang gencar melakukan pembangunan di berbagai sektor. Selama ini

pembangunan memberikan sumbangsih yang besar bagi masyarakat Indonesia, terutama

dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Dengan demikian

pembangunan dapat menurunkan angka pengangguran dan memperbaiki perekonomian

masyarakat. Selain itu pembangunan juga berpengaruh kepada minat investor asing untuk

menanamkan modalnya di Indonesia. Infrastruktur yang memadai membuat para investor dari

negara-negara asing memiliki minat yang lebih untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.

Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal

sebagai kebutuhan primer menjadi sangat mendesak. Pada kenyataannya dengan kegiatan

pembangunan yang semakin gencar dan juga kebutuhan akan tanah semakin tinggi,

menyebabkan ketersediaan tanah semakin sedikit dan menyebabkan manusia memutuskan

untuk menempati tanah yang seharusnya tidak diperuntukan menjadi tempat tinggal. Kegiatan

pembangunan juga menyebabkan perubahan penggunaan tanah dari ruang hijau menjadi

bangunan industri atau permukiman. Akibatnya ruang terbuka hijau semakin sedikit untuk

dijadikan tempat resapan air dan juga untuk menjaga kualitas air.

Perubahan penggunaan tanah dari ruang hijau menjadi bangunan industri atau

permukiman, mempengaruhi kualitas air di Daerah Aliran Sungai (DAS). Kegiatan industri,

peternakan, pertanian dan permukiman di sepanjang aliran sungai atau bantaran sungai ini

biasanya menghasilkan berbagai macam limbah, baik limbah dalam bentuk padat maupun

limbah dalam bentuk cair. Berubahnya komposisi air di dalam sungai dapat menyebabkan

terjadinya penurunan kualitas air atau bahkan pencemaran air. Hal itu sejalan dengan hasil

penelitian Carey et al. (2010) yang menemukan bahwa perubahan penggunaan tanah terbuka

menjadi tanah terbangun berupa permukiman dan industri serta pertanian menyumbang

sumbangsih yang besar terhadap pencemaran air berupa nitrat dan fosfat.. Sementara itu Bu et

al. (2014) menemukan perubahan penggunaan tanah di sepanjang bantaran aliran sungai

menjadi permukiman juga turut mempengaruhi kualitas air sungai tersebut. Aktivitas manusia

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 3: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

di bantaran sungai seperti mencuci, mandi dan kakus yang dilakukan di sungai serta limbah

yang dihasilkan dari permukiman yang berada pada bantaran sungai turut mempengaruhi

kualitas air sungai tersebut.

Kualitas air itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah

penggunaan tanah. Penggunaan tanah yang beragam di sepanjang daerah aliran sungai akan

mempengaruhi kualitas air sungai dikarenakan penggunaan tanah tertentu dapat

mempengaruhi nilai konsentrasi parameter kimia kualitas air sungai. Penggunaan tanah

berupa permukiman memiliki kecenderungan mempengaruhi nilai konsentrasi parameter

deterjen, minyak dan lemak serta nitrat dan amonia, sementara itu penggunaan tanah berupa

sawah mempengaruhi nilai konsentrasi parameter nitrat dan penggunaan tanah berupa industri

memiliki kecenderungan mempengaruhi nilai konsentrasi parameter unsur logam.

Menurut laporan BPLHD Provinsi Jawa Barat dalam status lingkungan hidup tahun

2008, Daerah Aliran Ci Leungsi merupakan salah satu DAS di Provinsi Jawa Barat yang

memperihatinkan kondisinya. Di bagian hulu DA Ci Leungsi ini terdapat sebuah pabrik bahan

baku pertambangan semen milik PT Indocement Tunggal Prakasa. Selain itu, disana banyak

berdirinya industri di Daerah Aliran Ci Leungsi. Hal ini turut mempengaruhi kualitas air

sungai tersebut. DA Ci Leungsi masuk sebagai salah satu program pemerintah Jawa Barat

yaitu Program Kali Bersih atau ProKasih. Hal itu disebabkan tingkat pencemaran dan kualitas

air di daerah aliran Ci Leungsi sudah dikategorikan buruk.

Daerah Aliran Ci Leungsi merupakan Daerah Aliran yang memiliki penggunaan tanah

yang beragam, oleh sebab itu penggunaan tanah yang beragam dapat mempengaruhi

konsentrasi nilai parameter kualitas air sehingga akan mempengaruhi kualitas air sungai

tersebut, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan keterkaitan antara

penggunaan tanah dengan nilai konsentrasi parameter kualitas air sungai.

2. Tinjauan Teoritis

2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan

dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang fungsinya menampung, menyimpan dan

mengalirkan air hujan ke danau atau laut secara alami. Batasnya di darat merupakan pemisah

topografis dan batas di laut sampai dengan perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 4: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS-Sub DAS. Daerah

Aliran Sungai (DAS) memiliki beberapa karakteristik yang dapat menggambarkan kondisi

spesifik antara DAS yang satu dengan DAS yang lainnya. Karakteristik itu dicirikan oleh

parameter yang terdiri atas (Dephutbun dalam Teguh (2011)): 1. Morfometri DAS yang

meliputi relief DAS, bentuk DAS, kepadatan drainase, gradien sungai, lebar DAS dan lain-

lain. 2. Hidrologi DAS, mencakup curah hujan, debit dan sedimen. 3. Tanah. 4. Geologi dan

geomorfologi. 5. Penggunaan tanah. 6. Sosial ekonomi masyarakat di dalam wilayah DAS.

2.2 Kualitas Air

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian

Pencemaran Air mendefinisikan kualitas air sebagai sifat air dan kandungan makhluk hidup,

zat, energi, atau komponen lain dalam air. Lebih lanjut Effendi (2003) menyebutkan bahwa

kualitas air ini dinyatakan di dalam beberapa parameter kualitas air seperti parameter fisik

(diantaranya suhu air dan padatan terlarut) dan parameter kimia (diantaranya kemasaman,

oksigen terlarut, Biochemical Oxygen Demand dan Nitrat). Dalam penelitian ini penentuan

kualitas air sungai ditentukan menggunakan parameter kimia yang bersifat organik, seperti

nitrat, fosfat dan amonia.

2.3 Pencemaran Air

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 82 tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air adalah masuknya

atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh

kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

2.4 Nitrat (NO3-N)

Senyawa nitrogen di dalam perairan terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi.

Nitrat dalam tanah dan air terbanyak dibuat oleh mikroorganisme dengan cara biologis. Nitrat

dapat terbentuk karena tiga proses, yaitu badai listrik, organisme pengikat nitrogen dan

bakteri yang menggunakan amonia. Ketiganya tanpa adanya campur tangan manusia. Kadar

nitrat dalam perairan yang tidak tercemar lebih tinggi dibandingkan kadar amonium dan

biasanya pada perairan alami tidak pernah lebih dari 0.1 mg/L. Apabila kandungannya lebih

dari 5 mg/L maka terjadi pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan

tinja hewan yang bisa berasal dari penggunaan tanah berupa perternakan. Nitrat dapat

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 5: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

terbentuk dari kotoran manusia yang masuk kedalam air, karena kotoran banyak mengandung

amonia. Selain itu, konsentrasi nitrat juga dapat dihasilkan manusia dari limbah rumah tangga

dan pertanian. Nitrat akan berbahaya jika kandungannya mencapai 45 bpj dalam air. Nitrat

akan berubah menjadi nitrit dalam perut dan dapat menyebabkan keracunan (Sastrawijaya

dalam Putri (2004)).

2.5 Fosfat (PO42-)

Di dalam perairan, unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen,

melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan

senyawa organik yang berupa partikulat. Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang

dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sementara polifosfat harus mengalami

hidrolisis membentuk ortofosfat terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan sebagai sumber fosfor.

Sumber utama fosfat terlarut dalam perairan adalah hasil pelapukan mineral yang

mengandung fosfor serta bahan organik seperti hancuran tumbuh-tumbuhan (Effendi (2003)).

Selain itu penggunaan pupuk NPK pada saat masa tanam pertanian juga turut berperan

meningkatkan komposisi fosfat di air. Pada saat hujan turun maka air limpasan pertanian akan

turut membawa nutrien fosfat dan ikut masuk ke badan air atau hal ini aliran sungai.

2.6 Amonia (NH3-N)

Amonia dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Amonia banyak

digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia (asam nitrat, amonium, fosfat,

amonium nitrat dan amonium sulfat) serta industri bubur kertas dan kertas. Sumber amonia di

perairan adalah pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang

terdapat di dalam tanah dan air, yang berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan

biota akuatik yang telah mati) oleh mikroba dan jamur. Proses dekomposisi bahan organik ini

lebih dikenal sebagai amonifikasi. Amonia dipengaruhi oleh pH dan suhu perairan. Toksisitas

amonia terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen

terlarut, pH dan suhu perairan sehingga akan mengancam ikan apabila kadar amonia tinggi,

dikarenakan akan mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan akan menyebabkan

sufokasi (Effendi (2003)).

2.7 Debit Air

Debit adalah volume aliran yang mengalir melalui sungai per satuan waktu. Besarnya

biasanya dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/detik) (Soewarno dalam Teguh

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 6: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

(2011)). Data debit air sungai berfungsi memberikan informasi mengenai jumlah air yang

mengalir pada waktu tertentu. Oleh karena itu, data debit air berguna untuk mengetahui cukup

tidaknya penyediaan air untuk berbagai keperluan (domestik, irigasi, pelayaran, tenaga listrik,

dan industri) pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai), pengendalian sedimen, prediksi

kekeringan, dan penilaian beban pencemaran air.

2.8 Total Dissolve Solid (TDS)

Menurut Harahap (2012) Total Dissolve Solid (TDS) atau total padatan terlarut adalah

ukuran zat terlarut (baik organik maupun anorganik, mis: garam, dll) yang terdapat dalam air

limbah. Jenis tata guna tanah yang paling berpengaruh terhadap TDS adalah tegalan, sawah

dan permukiman (Supangat 2008). Hal ini berkaitan dengan hasil pengikisan aliran

permukaan (erosi) yang masuk ke dalam aliran sungai, kemudian mengalami sedimentasi di

dalam sungai.

2.9 Penggunaan Tanah

Penggunaan tanah merupakan kegiatan manusia pada sebidang tanah tertentu, adapun

penutupan tanah lebih pada perwujudan fisik dari obyek dan yang menutupi permukaan tanpa

mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Menurut Kartono (1989)

dalam buku Esensi Pembangunan Wilayah dan Penggunaan Tanah Berencana, beliau

mengemukakan bahwa ada dua hal yang paling penting dalam menentukan bagi tanah sebagai

tempat untuk dilaksanakannya kegiatan masyarakat atau tanah usaha, kedua hal tersebut yang

pertama adalah ketinggian. Ketinggian merupakan batas alami dari topografi yang membatasi

jenis tumbuhan tertentu untuk hidup, karena dengan semakin tingginya suatu wilayah maka

suhu udara akan semakin turun. Sementara itu faktor penting selanjutnya adalah kemiringan

lereng, dengan semakin curamnya kondisi kemiringan suatu lereng, tentunya akan semakin

sulit untuk mengolah tanah pada lokasi tersebut. Berikut adalah beberapa jenis penggunaan

tanah berdasarkan buku Esensi Pembangunan Wilayah dan Penggunaan Tanah Berencana:

1. Hutan

Hutan merupakan lahan yang ditumbuhi berbagai jenis pohon berbatang besar atau

kecil. Hutan memiliki fungsi sebagai kawasan penyangga dan sebagai kawasan

konservasi air dan tanah. Hutan yang memiliki vegetasi bawah dengan struktur tanah

yang berlapis-lapis sangat efektif dalam mencegah pengikisan tanah dan menghambat

pelepasan material tanah.

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 7: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

2. Permukiman

Permukiman terdiri atas tempat tinggal penduduk, industri atau tempat usaha, dan

kuburan. Kesuburan dan kondisi fisik tanah dapat berpengaruh terhadap jenis dan

intensitas pemakaian untuk masing-masing penggunaan tanah terbangun, khusunya

permukiman. Sebagai contoh, perkampungan dataran aluvial yang tanahnya berasal

dari vulkanik mempunyai pola sangat rapat dan terpencar, karena tanahnya yang subur

memungkin manusia untuk dapat memanfaatkan tanah tersebut secara intensif.

Semakin ke wilayah pegunungan dan ke wilayah pesisir kerapatan semakin berkurang

karena mulai adanya hambatan seperti lereng yang terjal dan adanya genangan air.

Sedangkan bentuk perkampungan di daerah pesisir adalah memusat dan memanjang

mengikuti bentuk tanggul pantai dan tanggul sungai karena di tanggul tersebutlah

terdapat kantung-kantung air tawar yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

3. Sawah (Persawahan)

Persawahan adalah wilayah pertanian tanah basah atau sering digenangi air. Jenis

penggunaan tanah ini merupakan pemanfaatan tanah yang paling dominan dan

digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Wilayah pertanian basah tersebut

ditanami padi secara periodik atau terus-menerus.

4. Perairan Darat

Perairan darat adalah wilayah yang digenangi air secara permanen yang terjadi secara

alami maupun oleh buatan manusia. Perairan darat terdiri atas:

a) Danau/situ, adalah area yang digenangi air secara permanen.

b) Rawa, adalah area yang digenangi air secara permanen dengan kedalaman

yang dangkal tetapi belum cukup dangkal untuk dapat ditumbuhi tumbuhan

besar dari dasarnya, sehingga umumnya hanya ditumbuhi rerumputan rawa.

c) Waduk, adalah danau yang terjadi karena adanya pembendungan aliran air

sungai yang dilakukan oleh manusia.

5. Pertanian Tanah Kering

Pertanian lahan kering merupakan pertanian yang tidak pernah diairi, ditanami jenis

tanaman berumur pendek serta tanaman keras yang mungkin ada pematangnya.

Berikut ini adalah uraian tiga jenis

pertanian kering.

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 8: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

a. Tegalan merupakan jenis pertanian lahan kering di iklim yang agak kering dan

kondisi lingkungan dengan kepadatan penduduk tinggi. Jenis tanaman yang ditanam

pada tegalan adalah tanaman semusim seperti kacang-kacangan dan umbi-umbian.

b. Ladang merupakan jenis lahan pertanian kering yang terletak di daerah dengan

kepadatan penduduk yang rendah. Jenis pertanian sistem ladang ini, manusia akan

membiarkan dan meninggalkan lahan jika setelah 3 tahun dimanfaatkan. Kemudian

manusia akan membuka lahan yang baru untuk dijadikan ladang pertanian yang baru.

Pembukaan ladang baru dilakukan oleh manusia karena adanya keterbatasan dana.

c. Kebun merupakan lahan yang ditanami berbagai jenis tanaman keras atau

kombinasi tanaman keras dan semusim seperti sayuran dan buah. Sedangkan

perkebunan merupakan lahan yang ditanami hanya satu jenis tanaman keras.

6. Lahan Kosong/Semak

Lahan kosong merupakan lahan terbuka yang ditanami tanaman rendah jenis rumput

dan ilalang. Semak belukar merupakan lahan yang ditanami kelompok tumbuhan kayu

kecil dan rendah yang dapat menjadi hutan kecil

karena lahan pernah diusahakan kemudian ditinggalkan.

2.10 Pengaruh Penggunaan Tanah terhadap Kualitas Air

Pengaruh penggunaan tanah terhadap kualitas air erat kaitannya dengan pengelolaan

suatu DAS (Daerah Aliran Sungai). Dalam pengelolaan DAS, aspek penggunaan tanah

menjadi sasaran utama untuk ditata secara sistematis dan integratif, karena semua proses

permukaan yang terjadi merupakan gambaran respon penggunaan tanah terhadap input (air

hujan). Pada DAS dimana daerah hulunya terbuka maka mempunyai kecenderungan proses

aliran permukaan (run off) yang lebih besar yang dapat mengakibatkan erosi dan banjir serta

sedimentasi ke dalam sungai (Dephutbun dalam Teguh (2011)). Erosi dan sedimentasi

tersebut dapat mempengaruhi kualitas air sungai menjadi lebih buruk, sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada keterkaitan yang erat antara pola penggunaan tanah terhadap kualitas

air sungai.

Bu et al. (2014) dalam penelitiannya di Sungai Taizi, China mengemukakan bahwa

tanah terbangun mempengaruhi parameter nitrogen dan fosfor. Pertanian dan tanah terbangun

di sepanjang aliran sungai mempengaruhi kualitas air. Pertanian memberi dampak negatif

tertinggi pada kualitas air sungai pada saat musim tanam. Sementara itu kontaminasi air pada

musim kering didominasi dari limbah domestik dan industri.

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 9: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

Suripin dalam Teguh (2011) mengatakan bahwa terjadinya erosi tanah akan

mengurangi kemampuan tanah menahan air karena partikel-partikel lembut dan bahan organik

pada tanah terangkut. Selain mengurangi produktivitas tanah, erosi juga dapat menyebabkan

masalah lingkungan yang serius di daerah hilirnya. Sedimen hasil erosi tersebut mengendap

dan mendangkalkan sungai-sungai, danau, dan waduk sehingga mengurangi kemampuannya

untuk berbagai fungsi.

3. Metode Penelitian

Kualitas air sungai di Daerah Aliran Ci Leungsi dipengaruhi oleh faktor-faktor

internal dan eksternal yang berasal dari luar sungai tersebut. Penelitian ini dilakukan di

wilayah sepanjang Daerah Aliran Ci Leungsi yang membentang dari Kabupaten Bogor

sampai Kota Bekasi. Caranya dengan melihat penggunaan tanah yang ada pada sepanjang

Daerah Aliran Ci Leungsi, lalu menentukan jumlah titik sampel dan lokasi titik sampel yang

akan digunakan sebagai indikator kualitas air pada Daerah Aliran Ci Leungsi.

Gambar 1 Alur Pikir

Untuk alur kerja dalam penelitian ini diawali oleh pengumpulan data, data yang

dikumpulkan pada penelitian ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Langkah

pertama adalah pengumpulan data sekunder berupa hasil pengukuran kualitas air Ci Leungsi

serta lokasi pengukuran yang dilakukan oleh BLH Kabupaten Bogor, data pengukuran BLH

DA  Ci  Leungsi

Kualitas  Air  Sungai

Faktor  Internal

Debit  Aliran  

Faktor  Eksternal

- Landuse  - Curah  Hujan  

Spasial

Landuse  Lokasi  Sampel

Temporal

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 10: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

selanjutnya akan dikelompokkan berdasarkan lokasi titik pengukuran rentang tahun 2010-

2014 sehingga nantinya akan didapatkan perhitungan baku mutu air menggunakan metode

Storage and Retrevial (STORET) dan excel dari hasil pengukuran BLH Kabupaten Bogor.

Untuk data penggunaan tanah dan jaringan sungai didapatkan melalui Citra Google Maps dan

pengunaan tanah Kabupaten Bogor tahun 2010 dari BPN Kabupaten Bogor. Langkah kedua

adalah penentuan titik lokasi sampel pengukuran langsung yang didasarkan kepada lokasi

pengukuran BLH Kabupaten Bogor dan penggunaan tanah pada daerah aliran Ci Leungsi.

Langkah ketiga dengan menggunakan ArcGis 10.1 dan data dem 90x90 akan dihasilkan

luasan sub-das masing-masing lokasi titik pengukuran BLH yang terbagi menjadi 6 sub-das.

Setelah didapatkan luasan sub-das masing-masing lokasi titik sampel maka dilanjutkan

dengan perhitungan luasan jenis penggunaan tanah di masing-masing 6 sub-das tersebut.

Luasan jenis penggunaan tanah pada masing-masing sub-das akan digunakan untuk

menganalisis pengaruh dari penggunaan tanah tertentu terhadap nilai konsentrasi parameter

kualitas air di Daerah aliran Ci Leungsi. Langkah terakhir adalah pembagian wilayah

berdasarkan hasil perhitungan baku mutu air menggunakan metode Storage and Retrieval

(STORET) serta hasil dari analisis keterkaitan antara luas penggunaan tanah dengan

konsentrasi parameter kualitas air Daerah Aliran Ci Leungsi.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Lokasi Titik Pengukuran

Pemilihan lokasi titik sampel berdasarkan lokasi pengukuran Badan Pengendalian

Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor terhadap parameter fisik dan kimia air Ci Leungsi.

BLH Kabupaten Bogor setiap tahunnya melakukan pengujian kualitas air sungai Ci Leungsi

di 7 titik di sepanjang aliran sungai Ci Leungsi yang tersebar mulai dari hulu yang berada di

Ci Leungsi dan Ci Teureup, serta hilir yang berbatasan dengan Kota Bekasi dan merupakan

pertemuan dengan Ci Keas.

Tabel 1 Lokasi Sampel BLH Kabupaten Bogor

Titik Sampel Lokasi

1 Ds Tajur, Ci Teureup

2 Ds Tari Kolot, Ci Teureup

3 Kawasan CCIE Ci Teureup

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 11: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

4 Jembatan PT WIKA, Klapanunggal

5 Jembatan Alternatif Cibubur, Ci Leungsi

6 Kota Wisata Ci Leungsi

7 Bojong Luhur

Sumber : BLH Kabupaten Bogor

Gambar 2 Persebaran Lokasi Titik Sampel BLH dan Pengukuran Langsung

Secara keseluruhan, berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh BLH

Kabupaten Bogor, terlihat bahwa terjadi kecenderungan semakin meningkatnya konsentrasi

masing-masing parameter di lokasi pengukuran yang dimulai dari lokasi titik 1 di bagian hulu

sampai dengan lokasi titik sampel 6 di bagian hilir Daerah Aliran Ci Leungsi. Parameter yang

menunjukkan kenaikan konsentrasi pengukuran dari hulu ke hilir antara lain parameter

amonia, deterjen, TDS serta minyak dan lemak. Parameter nitrat, fosfat dan BOD mengalami

fluktuasi konsentrasi di setiap lokasi titik sampel pengukuran. Untuk melihat dengan jelas

dimana saja lokasi yang tercemar berdasarkan parameter fosfat, amonia, deterjen serta minyak

dan lemak dapat dilihat Gambar 3, Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6.

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 12: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

4.2 Hubungan Antara Penggunaan Tanah dan Konsentrasi Parameter

Untuk memudahkan analisis hubungan antara penggunaan tanah dengan kualitas air

sungai, maka terlebih dahulu penggunaan tanah dikelompokkan menjadi 3 jenis antara lain

penggunaan tanah berupa permukiman, pertanian tanah basah dan pertanian tanah kering. Hal

ini dilakukan karena penggunaan tanah tersebut merupakan sumber utama penghasil bahan

pencemar kimia organik dan juga ketiga penggunaan tanah tersebut merupakan yang paling

dominan di setiap Sub-DAS lokasi pengukuran titik sampel oleh BLH Kabupaten Bogor.

Selain itu penggunaan tanah penghasil sumber pencemar bahan kimia organik seperti

peternakan dan industri memiliki luas yang kecil pada masing-masing Sub-DAS lokasi

pengukuran titik sampel sehingga penggunaan tanah berupa peternakan dan industri

kemungkinan besar memiliki sumbangsih yang kecil terhadap konsentrasi parameter kualitas

air di sepanjang Daerah Aliran Ci Leungsi. Pengelompokkan jenis data ini mengacu kepada

klasifikasi penggunaan tanah yang ada di buku Esensi Pembangunan Wilayah dan

Penggunaan Tanah Berencana yang terbit pada tahun 1989. Untuk mengetahui bagaimana

keterkaitan antara penggunaan tanah dengan kualitas air sungai digunakan perbandingan hasil

data pengukuran rata-rata tiap lokasi titik sampel dengan luasan input dari penggunaan tanah

berupa permukiman, pertanian tanah basah dan pertanian tanah kering yang ditampilkan

Gambar 3 Pengukuran Fosfat Gambar 4 Pengukuran Amonia

Gambar 5 Pengukuran Deterjen Gambar 6 Pengukuran Minyak dan Lemak

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 13: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

0.36  

2.10   2.09  

1.68  

2.06  

1.42  

y  =  0.018x  +  1.0447  R²  =  0.29373  

0.00  

0.50  

1.00  

1.50  

2.00  

2.50  

0   10   20   30   40   50   60  

Nitrat  (m

g/L)  

Permukiman  (Km2)  

dalam bentuk grafik, berikut adalah hasil bagaimana hubungan antara penggunaan tanah

dengan kualitas air:

Gambar 7 Grafik Permukiman dengan Konsentrasi Nitrat

Gambar 8 Grafik Perumikman dengan Konsentrasi Amonia

Berdasarkan grafik diatas dapat terlihat bahwa adanya korelasi antara penggunaan

tanah berupa permukiman dengan konsentrasi nitrat dan amonia, dengan kata lain adanya

kecenderungan semakin luas permukiman menyebabkan semakin tingginya nilai konsentrasi

nitrat dan amonia. Pertanian tanah basah berdasarkan grafik dibawah juga menunjukkan

adanya korelasi dengan konsentrasi nitrat dan amonia yang dengan kata lain adanya

kecenderungan semakin luasnya penggunaan tanah berupa pertanian tanah basah

menyebabkan semakin tingginya nilai konsentrasi nitrat dan amonia.

0.20  0.30  

0.41   0.42  

0.75  0.87  

y  =  0.0121x  +  0.1064  R²  =  0.88574  

0.00  

0.20  

0.40  

0.60  

0.80  

1.00  

0   10   20   30   40   50   60  

Amon

ia  (m

g/L)  

 

Permukiman  (Km2)  

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 14: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

Gambar 9 Grafik

Pertanian Tanah Basah

dengan Konsentrasi

Nitrat

Gambar 10 Grafik Pertanian Tanah Basah dengan Konsentrasi Amonia

Sementara itu pertanian tanah kering menunjukkan korelasi yang cukup tinggi dengan

parameter nitrat dan amonia dilihat dari grafik dengan nilai r lebih dari 0.5, dengan kata lain

semakin luas penggunaan tanah berupa pertanian tanah kering memiliki kecenderungan

mempengaruhi konsentrasi nilai parameter nitrat dan amonia.

0.36  

2.10   2.09  

1.68  

2.06  

1.42  

y  =  0.0173x  +  0.5513  R²  =  0.63439  

0.00  

0.50  

1.00  

1.50  

2.00  

2.50  

0   20   40   60   80   100  

Nitrat  (m

g/L)  

Pertanian  Tanah  Basah  (Km2)  

0.20  0.30  

0.41  0.42  

0.75  0.87  

y  =  0.006x  +  0.125  R²  =  0.50079  

0.00  0.10  0.20  0.30  0.40  0.50  0.60  0.70  0.80  0.90  1.00  

0   20   40   60   80   100  

Amon

ia  (m

g/L)  

 

Pertanian  Tanah  Basah  (Km2)  

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 15: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

0.36  

2.10   2.09  1.68  

2.06  

1.42  

y  =  0.0091x  +  0.8111  R²  =  0.38824  

0.00  

0.50  

1.00  

1.50  

2.00  

2.50  

0   20   40   60   80   100   120   140  

Nitrat  (m

g/L)  

Pertanian  Tanah  Kering  (Km2)  

Gambar 11 Grafik

Pertanian Tanah

Kering dengan

Konsentrasi Nitrat

Gambar 12 Grafik Pertanian Tanah Kering dengan Konsentrasi Amonia

4.3 Perhitungan Baku Mutu Air Ci Leungsi

Perhitungan baku mutu air Ci Leungsi dilakukan dengan menggunakan metode

Storage and Retrieval (STORET). Untuk dapat menggunakan metode STORET data harus

kontinum. Semakin banyak pengambilan data maka hasilnya akan semakin baik dikarenakan

nantinya akan dihitung nilai maksimum, minimum serta rata-rata dari hasil pengukuran

parameter,parameter dibatasi hanya berupa parameter nitrat, amonia, fosfat, BOD, deterjen,

TDS serta minyak dan lemak, parameter ini dipilih karena merupakan bahan kimia organik

serta merupakan hasil dari penggunaan tanah berupa permukiman, pertanian tanah basah dan

0.20  0.30  

0.41  0.42  

0.75  0.87  

y  =  0.0048x  +  0.0599  R²  =  0.7424  

0.00  

0.20  

0.40  

0.60  

0.80  

1.00  

0   50   100   150  

Amon

ia  (m

g/L)  

 

Pertanian  Tanah  Kering  (Km2)  

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 16: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

pertanian tanah kering. Berdasarkan data hasil pengukuran BLH dan perhitungan baku mutu

air menggunakan metode STORET didapatkan bahwa di lokasi pengukuran 1 yang berada

pada bagian dulu Daerah Aliran Ci Leungsi sampai dengan lokasi pengukuran 4 yang berada

pada bagian tengah Daerah Aliran Ci Leungsi termasuk dalam kategori cemar sedang dengan

batas nilai antara -11 sampai -30, sementara itu di lokasi pengukuran 5 dan 6 yang berada

pada bagian hilir dan merupakan lokasi akumulasi termasuk dalam ketgori cemar berat

dengan nilai lebih dari -30, berikut adalah peta hasil perhitungan baku mutu air menggunakan

metode STORET:

Gambar 13 Perhitungan Baku Mutu Air Menggunakan Metode STORET

5. Kesimpulan

Penggunaan tanah yang beragam di sepanjang Daerah Aliran Ci Leungsi memberikan

pengaruh terhadap variansi kualitas air sungai. Semakin luas penggunan tanah berupa

permukiman di Daerah Aliran Sungai menunjukkan kecenderungan semakin tingginya nilai

konsentrasi senyawa nitrat, amonia, deterjen serta minyak dan lemak. Sementara itu semakin

luas penggunaan tanah berupa pertanian tanah basah dan pertanian tanah kering menunjukkan

kecenderungan semakin tingginya nilai konsentrasi senyawa nitrat dan amonia.

Kualitas air sungai berdasarkan perhitungan baku mutu air menggunakan metode

Storage dan Retrevial (STORET) didapatkan bahwa lokasi titik sampel 1 yang berada di hulu

DAS sampai dengan lokasi titik sampel 4 yang berada di bagian tengah DAS berdasarkan

peruntukan penggunaan air untuk air minum dan masuk ke dalam baku mutu air kelas 1,

merupakan lokasi dengan kualitas air golongan cemar sedang. Sementara itu untuk lokasi titik

sampel 5 dan 6 yang terdapat di bagian hilir Daerah Aliran Sungai merupakan lokasi dengan

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 17: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

kualitas air golongan cemar berat dikarenakan pada bagian hilir merupakan akumulasi dari

lokasi 1 sampai dengan 4.

Daftar Referensi

1) Asdak, Chay. (2007). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press

2) Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. (2015). Kabupaten Bogor Dalam Angka 2015. Kabupaten Bogor: Katalog BPS

3) Bu, H., Meng, W., Zhang, Y., & Wan, J. (2014). Relationships Between Land Use Patterns And Water Quality In The Taizi Tiver Basin, China. Ecological Indicators, 187-197

4) Carey, R. O., Migliaccio, K. W., Li, Y., Schaffer, B., Kiker, G. A., & Brown, M. T.

(2011). Land use disturbance indicators and water quality variability in the Biscayne

Bay Watershed, Florida. Ecological Indicators, 1093-1104

5) Direktur Jenderal Rehabilitasi Tanah dan Perhutanan Sosial. 2009. Peraturan Dirjen

Rehabilitasi Tanah dan Perhutanan Sosial Nomor P.04/ VSET/2009 tentang Pedoman

Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai. Jakarta: DJRLPS.

6) Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan

Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

7) Hadi A. 2007. Prinsip Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

8) Harahap. 2012. Analisis Total Zat Padatan Terlarut (Total Dissolve Solid) Dan total

Zat Padat Tersuspensi (Total Suspended Solid) Pada Air Limbah Industri.Universitas

Sumatera Utara.

9) Jana, I Wayan. 2013. Pengaruh Aktivitas Pertanian Terhadap Kualitas Air Irigasi di

Subak Tegalampit Payangan, Gianyar, Bali. Jurusan Kesehatan Lingkungan

Politeknik Kesehatan Denpasar.

10) Kartono, Hari. (1989). Esensi Pembangunan Wilayah dan Penggunaan lahan 11) Berencana. Depok: Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia.

12) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

13) Laporan Status Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat Tahun 2008.

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016

Page 18: Pengaruh Penggunaan Tanah Terhadap Kualitas Air di Daerah

Universitas Indonesia

14) Nuralim, Pasisingi. 2014. Kualitas Perairan Sungai Ci Leungsi Bagian Hulu

Berdasarkan Kondisi Fisik-Kimia. Bogor: Program Studi Pengelolaan Sumberdaya

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

15) Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

16) Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air

17) Pradityo, Teguh. 2011. Pengaruh Perubahan Tata Guna Tanah dan Aktivitas Manusia

Terhadap Kualitas Air Sub DAS Saluran Tarum Barat. Bogor: Departemen

Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Bogor.

18) Putri, WU. 2004. Evaluasi Kondisi Air Sungai dan Mata Air PDAM Tirta Pakuan

Kota Bogor [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

19) Supangat AB. 2008. Pengaruh Berbagai Penggunaan Tanah terhadap Kualitas Air

Sungai di Kawasan Hutan Pinus di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Jurnal

Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 5 (3): 267 – 278.

20) Zamrin. 2007. Evaluasi Kualitas Air Sungai Cisadane di Wilayah Kabupaten Bogor

Periode 1999-2003 [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan.

Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Pengaruh Penggunaan ..., Adriansyah, FMIPA UI, 2016