pengaruh penggunaan teknologi sistem informasi …
TRANSCRIPT
1
PENGARUH PENGGUNAAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI
ELEKTRONIK TERHADAP KINERJA AUDITOR (STUDI PADA
AUDITOR KAP DI KOTA MALANG)
Oleh:
Devi F. Sembirig
135020300111047
Dosen Pembimbing: Yuki Firmanto , SE., MSA., Ak
ABSTRAK
Perkembangan lingkungan bisnis dan tehnologi informasi yang pesat,
kompleksitas sifat penugasan audit, dan tuntutas kualitas audit laporan keuangan
menuntut auditor untuk bekerja dalam tim audit yang mampu bekerja secara
efisien dan efektif. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut adalah melalui
pemberdayaan segala perangkat sistem informasi pendukung yang berbasis
teknologi elektronik.Penelitian ini menyajikan hasil uji pengaruh penerapan
teknologi sistem informasi elektronik pada kinerja auditor. Penelitian dilakukan
dengan menyebarkan kuesioner kepada auditor yang beraada di kota Malang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknologi sistem informasi
elektronik memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor. Hasil
penelitian juga menemukan bahwa persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi
kemanfaatan berdampak positif signifikan pada penggunaan sistem informasi
teknologi elektronik di kalangan auditor, dimana persepsi kemudahan
penggunaan turut pula mempengaruhi persepsi kemanfaatan yang dianut oleh
auditor dalam penggunaan sistem. Kompleksitas kerja auditor juga mempengaruhi
secara positif penerapan teknologi sistem informasi elektronik oleh auditor.
Temuan penelitian ini merekomendasikan peningkatan penggunaan teknologi
sistem informasi elektronik sehingga efektivitas dan efisiensi dalam proses audit
dapat ditingkatkan.
Kata Kunci: teknologi sistem informasi, kinerja auditor, penggunaan sistem,
persepsi kemanfaatan, kompleksitas tugas
2
THE EFFECT OF THE USE OF ELECTRONIC INFORMATION
SYSTEM TECHNOLOGY ON AUDITOR PERFORMANCE (A STUDY
ON KAP AUDITORS IN MALANG CITY)
By:
Devi F. Sembiring
135020300111047
Supervisor: Yuki Firmanto , SE., MSA., Ak
ABSTRACT
The rapid development of the business and information technology environment,
the complexity of the nature of audit assignments, and the demand for audit
quality of financial statements require auditors to work in audit teams that are able
to work efficiently and effectively. One way to achieve this is through the
empowerment of all technology-based supporting information system devices.
This study presents the test results of the application of electronic information
system technology on auditor performance. The study was conducted by
distributing questionnaires to auditors in Malang. The results showed that the
application of electronic information system technology has a significant positive
effect on auditor performance. The results also indicated that perceived ease of
use and perceived usefulness has a significant positive impact on the use of
electronic information systems technology for auditors, in which perceived ease of
use also influences the perceived usefulness adopted by the auditor in the use of
the system. The complexity of auditors’ work also positively influences the
application of electronic information system technology by auditors.
Recommendations from the findings of this study are the increase of the use of
electronic information system technology so that effectiveness and efficiency in
the audit process can be improved.
Keywords: information system technology, auditor’s performance, system usage,
perceived usefulness, task complexities
3
I. PENDAHULUAN
Profesi akuntan publik telah mengalami berbagai penyesuaian dan
perubahan untuk mengikuti perkembangan yang ada. Hingga kini, penyesuaian
dan perkembangan serupa terus dilakukan, termasuk di Indonesia. Perkembangan
terbaru yang akan mengakibatkan dampak terhadap profesi akuntan publik di
Indonesia adalah berlakunya SAK EMKM (Standar Akuntansi Keuangan –
Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah) pada tahun 2018. Dengan adanya SAK
EMKM, maka klien yang mencari jasa auditor tentu akan semakin bertambah. Hal
ini tentu saja membuat intensitas pekerjaan akuntan publik menjadi lebih tinggi
dan memberikan tekanan bagi auditor, seperti yang diungkapkan Herusetya
(2011) bahwa tekanan-tekanan terhadap profesi auditor muncul, baik dari
lingkungan internal KAP maupun aturan standard setter guna meningkatkan
kualitas pelaksanaan audit.
Intensitas pekerjaan auditor yang tinggi berpotensi mempengaruhi kinerja
auditor. Gibson (1997) (dikutip oleh Mudjiati, 2008) mendefinisikan kinerja
sebagai hasil dari pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi seperti kualitas,
efisien dan kriteria efektifitas kerja lainnya. Sementara kinerja auditor merupakan
tingkat pencapaian auditor atas hasil pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah
diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Auditor tentunya
mengharapkan kinerja yang maksimal di dalam performanya. Oleh sebab itu
dicarilah solusi yang dapat membantu meningkatkan kinerja auditor, salah satu
solusi yang dilakukan adalah dengan menggunakan bantuan teknologi di dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
Penggunaan teknologi sebagai alat bantu audit atau dikenal sebagai Teknik
Audit Berbantuan Komputer –TABK (Computer Assisted Audit Techniques-
CAATs) pun diharapkan akan dapat membantu auditor di dalam meningkatkan
kualitas auditnya, serta meringankan beban auditor. Jaksic (dikutip oleh Surya,
dan Widhiyani, 2016) menyatakan bahwa dengan menggunakan CAATs yang
memanfaatkan kemajuan teknologi memberikan keuntungan bagi auditor
KAP kini turut pula dituntut untuk mengadopsi teknologi komputerisasi di
dalam mengelola sistem informasinya. Ini dilakukan dengan harapan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja KAP itu sendiri. Software
penunjang yang dapat membantu pengambilan keputusan audit pun semakin
dibutuhkan.
Salah satu jenis software penunjang yang dapat digunakan KAP adalah
sistem informasi berbasis teknologi elektronik seperti groupware support system.
Groupware support system seperti Decision Support System (DSS) adalah sebuah
sistem yang mendukung kerja seorang manajer maupun sekelompok manajer
dalam memecahkan masalah semi-terstruktur dengan cara memberikan informasi
ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu (Whetynigtyas, 2011). Dengan
adanya sistem informasi berbasis teknologi elektronik seperti disebutkan di atas
auditor akan dapat memberikan decision aids bagi auditor dalam pemberian audit
judgement. Informasi yang diberikan software seperti DSS tidak hanya akan
4
meningkatkan keyakinan akuntan mengenai keputusan-keputusan yang dibuat,
tetapi juga akan membuat pekerjaannya menjadi lebih efisien (Prasetyo, 2015).
Berdasarkan kondisi di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
terhadap pengaruh penggunaan software sistem informasi teknologi elektronik
terhadap kinerja dan kualitas audit oleh auditor. Untuk meneliti hal tersebut maka
sebelumnya akan diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi auditor di dalam
efisiensi penggunaan software sistem informasi teknologi elektronik tersebut.
Faktor-faktor yang digunakan adalah perceived usefulness, perceived ease of use,
dan kompleksitas penugasan audit.
Perceived of usefulness dan perceived ease of use berangkat dari teori TAM
(area technology acceptance) yaitu suatu model untuk memprediksi dan
menjelaskan bagaimana pengguna teknologi menerima dan menggunakan
teknologi yang berkaitan dengan pekerjaan pengguna (Sarana, 2000 dalam
Chrisma, 2014). informasi teknologi elektronik. Menurut Thompson et al., (1991)
dalam Supriyati & Cholil (2017) kemanfaatan teknologi informasi (perceived
usefulness) merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna teknologi
informasi dalam melaksanakan tugasnya dan individu akan menggunakan
teknologi informasi jika mengetahui manfaat positif atas penggunaannya.
Berkaitan dengan perceived ease of use, Pennington et al. (2006) seperti dikutip
oleh Herusetya (2011), menemukan bahwa, jika perceived ease of use rendah,
maka qualitative overload akan meningkat karena individu memandang
penugasan audit lebih sulit, dan merasa kurang terampil dalam menggunakan
sistem sehingga memberikan efek negative dalam penggunaan sistem informasi
teknologi yang dimaksudkan. Dengan kata lain, persepsi bahwa sistem informasi
elektronik sulit mengakibatkan berkurangnya pemberdayaan sistem tersebut.
Compeau et al. (2008) dalam Herusetya (2011) menyatakan bahwa
hubungan perceived ease of use terhadap perceived usefulness telah diuji pada
berbagai studi literatur TAM. Umumnya mereka berargumen bahwa efektivitas
fungsi dari suatu sistem, yaitu perceive usefulness tergantung pada bagaimana
penggunaannya, yaitu perceived ease of use.
Selain indikator terkait dengan teori TAM, kompleksitas tugas auditor juga
dipandang dapat mempengaruhi kesuksesan pemberdayaan system informasi
teknologi elektronik oleh auditor. Pekerjaan auditor yang seringkali bersifat
kompleks membuat risiko audit yang dihadapi juga besar. Sifat penugasan audit
tersebut, baik bersifat terstruktur maupun tidak terstruktur, menuntut dukungan
sistem informasi berbasis teknologi elektronik guna pembuatan keputusan dalam
pertimbangan audit (audit judgement) (Herusetya, 2011).
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya oleh
Herusetya (2011) yang secara khusus untuk menguji seberapa jauh
pendayagunaan sistem informasi yang mendukung penugasan auditor (audit task)
oleh auditor di KAP Big 4 guna meningkatkan kualitas audit yang merupakan
kinerja penugasan (task performance) auditor. Hanya saja, berbeda dengan
penelitian Herusetya, peneliti disini menggunakan auditor pada KAP non-big 4
5
sebagai subjek penelitian untuk membandingkan bagaimana pemberdayaan
system informasi teknologi eleltronik bagi auditor dengan resource yang lebih
kecil di dalam meningkatkan kinerjanya.
Diharapkan dengan penelitian ini akan dapat membuktikan pengaruh sistem
informasi berbasis tehnologi elektronik terhadap kinerja auditor dan
meningkatkan awareness para auditor dan calon auditor dalam memberdayakan
sistem informasi berbasis teknologi elektronik dalam penugasannya. Berdasarkan
pemaparan di atas, maka penulis mengambil judul “Pengaruh Penggunaan
Teknologi Sistem Informasi Elektronik Terhadap Kinerja Auditor (Studi
pada Auditor KAP di Kota Malang)” guna meneliti seberapa jauh pemahaman
dan penguasaan serta pemberdayaan auditor terhadap teknologi informasi di
dalam penerapannya untuk meningkatkan kinerja auditor.
Rumusan Masalah
1. Apakah persepsi kemudahan penggunaan ( ease of use) oleh auditor
berpengaruh positif terhadap penggunaan sistem informasi berbasis
teknologi elektronik?
2. Apakah persepsi manfaat pemberdayaan (perceived usefulness) yang
diyakini oleh auditor berpengaruh positif terhadap penggunaan sistem
informasi berbasis teknologi elektronik?
3. Apakah persepsi kemudahan penggunaan (Perceived ease of use)
berpengaruh positif terhadap persepsi manfaat (perceived usefulness)?
4. Apakah kompleksitas penugasan audit berpengaruh positif terhadap
penggunaan sistem informasi berbasis teknologi elektronik oleh auditor?
5. Apakah pemanfaat sistem informasi berbasis teknologi elektronik oleh
auditor akan meningkatkan kinerja auditor dalam penugasan audit?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi kemudahan penggunaan ( perceived
ease of use) oleh auditor terhadap penggunaan teknologi sistem informasi.
1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi manfaat pemberdayaan yang
diyakini oleh auditor terhadap penggunaan teknologi sistem informasi
2. Untuk mengetahui pengaruh Perceived ease of use terhadap perceived
usefulness
3. Untuk mengetahui pengaruh kompleksitas penugasan audit terhadap
penggunaan sistem informasi tehnologi elektronik oleh auditor
4. Untuk mengetahui apakah penggunaan sistem informasi berbasis teknologi
elektronik oleh auditor akan meningkatkan kinerja auditor dalam
penugasan audit.
6
II. LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Teknologi Elektronik
Profesi akuntan publik telah banyak mengalami perubahan mengikuti
perkembangan di berbagai bidang termasuk tekologi dan informasi. Fleenor
(1995) dalam Triany, Gunawan, dan Purnamasari (2016) mengungkapkan bahwa
perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat memaksa auditor untuk
mengikutinya dalam hal audit laporan keuangan. Mengikuti hal ini, Pennington et
al. (2006), dikutip oleh Herusetya (2011), menggunakan istilah electronic
information system technology (EIST), atau sistem informasi tehnologi elektronik
untuk semua sistem informasi pendukung yang digunakan auditor. EIST sangat
diperlukan oleh auditor mengingat sifat dari penugasan audit (audit task) yang
kompleks, dimana pengambilan keputusan diperlukan baik secara individu
maupun tim, keputusan audit yang bersifat analitis, cepat dan memerlukan
komunikasi antar audit tim tanpa harus bertatap muka.
Salah satu contoh penerapan EIST dilihat dalam penelitian Bamber et al.
(1996), dikutip oleh Herusetya (2011), terhadap auditor praktisi memberi bukti
bahwa penggunaan group support system (GSS) meningkatkan consensus dan
memberikan arahan problem-analysis yang lebih lengkap, juga memberikan
manfaat bagi pembuatan keputusan kelompok ketimbang keputusan yang bersifat
individual. Terdapat beragam decision aids, mulai dari simple decision aids
hingga highly complex artificial intelegence-based system (Abdolmohammadi &
Usoff, 2001 dalam Herusetya, 2011). Decision Support System (DSS) merupakan
salah satu contoh decision aids yang dapat memberi bantuan bagi auditor.
Beberapa DSS yang sudah ada diantaranya digunakan untuk penentuan sampling,
penjadwalan staf audit, evaluasi struktur sistem pengendalian intern dan
penghitungan resiko. Sedang DSS yang masih punya peluang untuk dikembang-
kan misalnya pengintepretasian hasil review analitis, evaluasi akun-akun yang
bermasalah, penentuan prosedur tes dan lain-lain (Prasetyo, 2015).
2.2 Technology Acceptance Model (TAM)
TAM dikembangkan oleh Davis (1989) yang menawarkan landasan untuk
mempelajari dan memahami perilaku pemakai dalam menerima dan menggunakan
sistem informasi. TAM berteori bahwa niat seseorang untuk menggunakan sistem
atau teknologi ditentukan oleh dua faktor, yaitu persepsi kemanfaatan (perceived
usefulness/PU), adalah tingkat kepercayaan individu bahwa penggunaan teknologi
akan meningkatkan kinerjanya, dan persepsi kemudahan penggunaan (perceived
ease of use/PEU), adalah tingkat kepercayaan individu bahwa penggunaan
teknologi membuatnya lebih mudah menyelesaikan pekerjaan (Venkatesh dan
Davis, 2000 dikutip oleh Devi & Suartana, 2014).
Sarana (2000) dalam Chrisma (2014) mengatakan bahwa Technology
Acceptance Model (TAM) adalah suatu model untuk memprediksi dan
menjelaskan bagaimana pengguna teknologi menerima dan menggunakan
teknologi yang berkaitan dengan pekerjaan pengguna. Model TAM berasal dari
7
teori psikologis untuk menjelaskan perilaku pengguna teknologi informasi yang
berlandaskan pada keperacayaan (belief), sikap (attitude), minat (intention) dan
hubungan perilaku pengguna (user behavior relationship).
Davis (1989) menunjukkan bahwa, baik PU dan PEU memiliki pengaruh
langsung atas penerimaan dan penggunaan sistem, sedangkan PEU juga memiliki
pengaruh tidak langsung atas intensitas untuk menggunakan dan penggunaan
aktual melalui persepsi kegunaan. Model TAM dipilih sebab TAM merupakan
salah satu model yang dapat digunakan untuk menyelidiki faktor-faktor yang
memprediksi diterimanya teknologi informasi oleh organisasi dalam mengadopsi
dan menggunakan teknologi informasi (Mohd, et al., 2011), dan merupakan salah
satu model yang sukses digunakan dalam penelitian-penelitian pada masa lampau
(Hernandez et al. 2009; Shim & Viswanathan, 2007 dikutip dalam Herusetya,
2011).
2.3 Kompleksitas Penugasan (Task Complexities)
Kompleksitas tugas adalah sulitnya suatu tugas yang disebabkan oleh
terbatasnya kapabilitas, dan daya ingat serta kemampuan untuk mengintegrasikan
masalah yang dimiliki oleh seorang pembuat keputusan (Jamilah et al, 2007).
Dalam ruang lingkup kinerja audit, sangat penting untuk memperhatikan
kompleksitas tugas karena dapat berdampak pada kinerja, dan pemahaman
mengenai kompleksitas tugas audit membantu para manajer membuat tugas untuk
menjadi lebih baik yang berguna dalam hal pengambilan keputusan (Bonner, 1994
dalam Triany et al., 2016). Auditor biasanya dihadapkan pada tugas yang banyak,
beragam, dan saling terkait antara tugas yang satu dengan lainnya (Engko &
Gudono, 2007 dalam Triany et al., 2016). Kompleksitas tugas merupakan tugas
yang tidak terstruktur, membingungkan, dan sulit (Gautama & Dwiradra, 2007).
Hasil penelitian Libby & Lipe (dikutip oleh Rustiarini, 2013) menunjukkan
bahwa kompleksitas tugas digunakan sebagai alat motivasi untuk meningkatkan
kualitas kerja seorang auditor. Dalam kondisi pekerjaan yang kompleks, auditor
tidak hanya bekerja lebih keras, namun auditor juga memperoleh pengatahuan dan
pengalaman dalam menyelesaikan penugasan audit yang diberikan. Penugasan
yang dihadapi auditor selanjutnya akan mendorong auditor untuk semakin
memberdayakan seluruh perangkat sistem informasi tehnologi elektronik yang
tersedia, baik dalam komunikasi dan pengambilan keputusan antar tim audit,
melakukan prosedur analitis, dan prosedur audit lainnya yang memerlukan solusi
dengan perangkat lunak (Herusetya, 2011).
2.4 Kinerja Audit
Kinerja merupakan salah satu indikator performa suatu organisasi baik
dalam tingkatan individu maupun kelompok. Gibson (1997) (dikutip oleh
Mudjiati, 2008) mendefinisikan kinerja sebagai hasil dari pekerjaan yang terkait
dengan tujuan organisasi seperti kualitas, efisien dan kriteria efektifitas kerja
lainnya. Menurut Minner (1988) dalam Mudjiati (2012) mendefinisikan kinerja
sebagai tingkat kebutuhan seorang individu sebagai pengharapan atas pekerjaan
8
yang dilakukannya. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau
tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu (Nusantara & Rusdianti,
2017). Maka dapat dikatakan bahwa kinerja merupakan gambaran tingkat
pencapaian yang diharapkan oleh suatu individu dengan kaitannya terhadap
pemenuhan tujuan organisasi.
Kinerja auditor merupakan tingkat pencapaian auditor atas hasil
pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun
waktu tertentu. Kalbers dan Forgatty (1995) dalam Trisnaningsih (2007)
mengemukakan bahwa kinerja auditor sebagai evaluasi terhadap pekerjaan yang
dilakukan oleh atasan, rekan kerja, diri sendiri, dan bawahan langsung. Sementara
International Organization of Suprime Audit Institution (IOSAI) sebagaimana
dikutip oleh Grihardini (2011) menjelaskan kinerja audit sebagai suatu audit
mengenai ekonomi, efisiensi dan efektifitas pengguna sumber daya entitas yang
diperiksa dalam rangka melaksanakan tanggung jawabnya. Penelitian ini mencoba
mengungkapkan bagaimana kinerja tersebut dipengaruhi oleh penggunaan sistem
informasi berbasis teknologi.
Hipotesis
Berdasarkan landasan teori seperti yang telah dipaparkan di atas, maka
penelitian ini akan menguji pengaruh peggunaan teknologi sistem informasi
elektronik terhadap kinerja auditor dengan turut meneliti pula faktor-faktor yang
dipandang dapat mempengaruhi penggunaan sistem tersebut yaitu persepsi
kemudahan penggunaan (perceived ease of use), persepsi manfaat pemberdayaan
(perceived usefulness), dan kompleksitas penugasan.
H1: Persepsi kemudahan penggunaan ( perceived ease of use) oleh auditor
berpengaruh positif terhadap penggunaan sistem informasi berbasis teknologi
elektronik
H2: Persepsi penggunaan ( usefulness) oleh auditor berpengaruh positif terhadap
penggunaan sistem informasi berbasis teknologi elektronik
H3: Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) memiliki pengaruh
positif terhadap persepsi penggunaan (perceived usefulness).
H4: Kompleksitas penugasan audit berpengaruh positif terhadap penggunaan dan
penguasaan sistem informasi berbasis teknologi elektronik oleh auditor.
H5: penggunaan sistem informasi berbasis teknologi elektronik oleh auditor akan
meningkatkan kinerja auditor dalam penugasan audit.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/objek yang
mempuyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh auditor pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang berada di wilayah kota Malang.
9
Peneliti memilih auditor di kota Malang dengan harapan dapat
merepresentasikan auditor di Indonesia, khususnya yang bekerja di KAP non-big
four. Selain itu Kota Malang memiliki banyak entitas mikro, kecil, menengah
(EMKM) lokal serta setidaknya lebih dari 80 Perguruan Tinggi yang
mempersiapkan calon akuntan publik masa depan, sehingga penelitian diharapkan
dapat meningkatkan awareness bagi auditor dan calon auditor akan manfaat
pengguaan sistem informasi berbasis teknologi dalam menyambut SAK EMKM
2018, yang merupakan tujuan dari penelitian ini.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan cara purposive
sampling. Purposive sampling menurut Sugiyono (2010) adalah teknik penentuan
sampel dengan kriteria atau pertimbangan tertentu. Kriteria pengambilan sampel
di dalam penelitian ini adalah para auditor dari KAP yang terdaftar dalam Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan telah menggunakan teknologi sistem
informasi elektronik dalam menjalankan tugasnya. Jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada pernyataan Roscoe (1975)
dalam Sekaran dan Boogie (2013:269), yaitu: ukuran sampel yang tepat untuk
kebanyakan penelitian adalah lebih besar dari 30 dan kurang dari 500.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka jumlah sampel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah sebanyak 46 auditor.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode pengumpulan data
melalui metode kuesioner. Kuesioner penelitian terdiri dari daftar pertanyaan-
pertanyaan terkait dengan variable yang diteliti.
Jenis skala interval yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.
Sugiyono (2010) berpendapat bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likers mempunyai
gradasi yang sangat positif sampai negative.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala Likert tujuh poin yang
terdiri dari “Sangat Tidak Setuju”, “Tidak Setuju”, “Agak Tidak Setuju”,
“Netral”, “Agak Setuju”, “Setuju”, dan “Sangat Setuju”. Ada empat alasan
menggunakan skala Likert tujuh poin. Alasan pertama karena dari skala tiga
sampai sebelas, skala tujuh yang paling sering digunakan (Van Blerkom, 2009:
154). Alasan kedua adalah dapat memberikan responden pilihan yang lebih
banyak dan meningkatkan diferensiasi poin (Azzara, 2010: 100). Alasan ketiga
diungkapkan oleh Mustafa (2009) yaitu dengan menggunakan skala Likert 7 poin,
pemilihan kategori dalam kuesioner akan menjadi lebih spesfik. Alasan keempat
karena peneliti mengikuti penelitian sebelumnya oleh Herusetya (2011) yang
menggunakan skala Likert 7 poin.
3.3 Persamaan Struktural
Dari kerangka penelitian yang telah disusun sebelumnya, berikut merupakan
gambaran hubungan antara variabel terikat dan tidak terikat penelitian. Terdapat
tiga substruktur model penelitian yang terbentuk, yaitu menjelaskan hubungan X1
terhadap X2; hubungan X1, X2, X3 terhadap Y; dan hubungan Y terhadap Z
10
Gambar 3. 1
Model Analisis Jalur (Path Analysis)
H2
H3
H1 H5
H4
Bila dirumuskan dalam persamaan matematis, maka akan diperoleh
persamaan-persamaan berikut:
X2 = βX2X1 X1 + e
Y = βYX1 X1 + βYX2 X2 + βYX3 X3 + e
Z = βYZ Y + e
Keterangan:
X1 = Perceived Ease of Use Z = Kinerja Audit
X2 = Perceived Usefulness β = Nilai Analisis Jalur
X3 = Kompleksitas Tugas e = Residual error
Y = Penggunaan Sistem
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen dilakukan untuk kelayakan instrumen
penelitian (dalam penelitian ini berupa kuesioner). Uji kelayakan instrumen
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji reabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur sah /
valid tidaknya suatu kuesioner . Suatu angket dikatakan valid (sah) jika
pertanyaan pada suatu angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang
akan diukur oleh angket tersebut (Ghozali, dikutip oleh Binus University,
2014). Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud. Dalam menguji validitas instrument, dapat digunakan salah satu
dari tiga metode, yaitu pengujian validitas isi (content validity), validitas
X2
X1
X3
Y
Z
11
kriteria (criterion related validity), dan validitas konstruk (construct validity).
Penelitian ini menggunakan uji validitas kriteria dengan menggunakan
koefisien Pearson Correlation. Butir pernyataan instrumen dinyatakan valid
apabila nilai koefisien kolerasi (r hitung) skor tiap butir dengan skor total
lebih besar dan sama dengan nilai r tabel pada taraf signifikansi (α=0,05).
b. Uji Reabilitas
Uji realibilitas digunakan untuk menguji apakah suatu kuesioner dapat
dihandalkan atau tidak. Ghozali (dikutip oleh Binus University, 2014)
menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas
instrument pada penelitian ini menggunakan pendekatan Alpha Cronbach.
Rule of thumb yang digunakan adalah 0,60, sehingga instrument dianggap
reliabel apabila nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Santoso, 2010).
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
Tujuan pengujian asumsi klasik adalah untuk memberikan kepastian
bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam
estimasi, tidak bias dan konsisten (Hirfiyansh, 2012). Uji asumsi klasik yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji
heterokedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Menurut
Santoso (2010) pedoman yang dipakai dalam uji normalitas ini adalah
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov yaitu :
- Jika nilai signifikansi > alpha (0.05 ) distribusi adalah normal
- Jika nilai signifikansi < alpha (0.05 ), distribusi adalah tidak normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Model regresi dikatakan baik apabila memiliki varians yang sama atau
konstan dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya (homokedastisitas).
Pengujian ada tidaknya gejala heteroskedastisitas memakai metode grafik
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot dari variabel
terikat, dimana jika tidak terdapat pola tertentu maka tidak terjadi
heteroskedastisitas dan begitu pula sebaliknya (Santoso, 2010)
3.4.3 Analisis Jalur (Path)
Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda,
analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan
kausalitas antar variabel yang telah di tetapkan sebelumnya berdasarkan teori,
anak panah akan menunjukkan hubungan antar variabel (Ghozali, 2007,
dikutip oleh Amanda, 2017). Dalam diagram jalur (path diagram), hubungan
antar konstruk ditunjukkan dengan garis dengan satu anak panah yang
menunjukkan hubungan kausalitas (regresi) dari satu konstruk ke konstruk
yang lain. Pengembangan diagram jalur dilakukan dengan tujuan untuk
12
memudahkan mengetahui hubungan kausalitas antar variabel yang akan diuji.
Melalui hasil analisis jalur akan dilakukan pula perhitungan Uji T untuk
mengetahui tingkat pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Sebuah variabel independen akan dikatakan berpengaruh apabila
nilai t hitung lebih dari t tabel atau nilai signifikansinya kurang dari 0,05.
IV. HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengumpulan Data
Responden dari penelitian ini adalah auditor di KAP kota Malang yang
menggunakan sistem informasi berbasis teknologi dalam pekerjaannya. Data
penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung kepada
KAP di kota Malang. Penyebaran dan pengumpulan kembali kuesioner dilakukan
selama kurang lebih 8 minggu. Total kuesioner yang dikumpulkan adalah
sebanyak 46 kuesioner dari 8 KAP di kota Malang, jumlah ini sudah sesuai
dengan syarat jumlah sampel penelitian yang diajukan oleh Roscoe (1975).
4.2 Hasil Uji Validitas & Reabilitas
Penelitian ini menggunakan uji validitas kriteria dengan menggunakan
koefisien Pearson Correlation. Butir pernyataan instrumen dinyatakan valid
apabila nilai koefisien kolerasi (r hitung) skor tiap butir dengan skor total lebih
besar dan sama dengan nilai r tabel pada taraf signifikansi (α=0,05).
Tabel 4. 1
Hasil Uji Validitas Perceived Ease of Use (peu)
Item pertanyaan R hitung R tabel Keterangan
Peu1 0,870 0,2455 Valid
Peu2 0,860 0,2455 Valid
Peu3 0,834 0,2455 Valid
Peu4 0,880 0,2455 Valid
Peu5 0,840 0,2455 Valid
Peu6 0,812 0,2455 Valid Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan data pada tabel 4.1 seluruh instrumen pertanyaan untuk
variabel Perceived Ease of Use (peu) memiliki nilai koefisien kolerasi (r hitung)
lebih besar dari nilai r tabel pada taraf signifikansi (α=0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa semua item pertanyaan Perceived Ease of Use (peu) yang diberikan
mampu menjelaskan variabel dengan cukup baik dan dinyatakan valid.
13
Tabel 4. 2
Hasil Uji Validitas Perceived Usefulness (pu)
Item pertanyaan R hitung R tabel Keterangan
Pu1 0,786 0,2455 Valid
Pu2 0,771 0,2455 Valid
Pu3 0,903 0,2455 Valid
Pu4 0,814 0,2455 Valid
Pu5 0,828 0,2455 Valid
Pu6 0,810 0,2455 Valid Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan data pada tabel 4.2, seluruh instrumen pertanyaan untuk
variabel Perceived Usefulness (pu) memiliki nilai koefisien kolerasi (r hitung)
lebih besar dari nilai r tabel pada taraf signifikansi (α=0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa semua item pertanyaan Perceived Usefulness (pu) yang diberikan mampu
menjelaskan variabel dengan cukup baik dan dinyatakan valid.
Tabel 4. 3
Hasil Uji Validitas Kompleksitas Tugas (kt)
Item pertanyaan R hitung R tabel Keterangan
Kt1 0,817 0,2455 Valid
Kt2 0,789 0,2455 Valid
Kt3 0,727 0,2455 Valid
Kt4 0,828 0,2455 Valid Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan data pada tabel 4.3, seluruh instrumen pertanyaan untuk
variabel kompleksitas kerja (kt) memiliki nilai koefisien kolerasi (r hitung) lebih
besar dari nilai r tabel pada taraf signifikansi (α=0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa semua item pertanyaan kompleksitas kerja (kt) yang diberikan mampu
menjelaskan variabel dengan cukup baik dan dinyatakan valid.
Tabel 4. 4
Hasil Uji Validitas System Usage (su)
Item pertanyaan R hitung R tabel Keterangan
su1 0,924 0,2455 Valid
su2 0,919 0,2455 Valid Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan data pada tabel 4.4, seluruh instrumen pertanyaan untuk
variabel system usage (su) memiliki nilai koefisien kolerasi (r hitung) lebih besar
dari nilai r tabel pada taraf signifikansi (α=0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
semua item pertanyaan system usage (su) yang diberikan mampu menjelaskan
variabel dengan cukup baik dan dinyatakan valid.
14
Tabel 4. 5
Hasil Uji Validitas Kinerja Auditor (ka)
Item pertanyaan R hitung R tabel Keterangan
Ka1 0,963 0,2455 Valid
Ka2 0,966 0,2455 Valid Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan data pada tabel 4.5, seluruh instrumen pertanyaan untuk
variabel kinerja auditor (ka) memiliki nilai koefisien kolerasi (r hitung) lebih
besar dari nilai r tabel pada taraf signifikansi (α=0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa semua item pertanyaan kinerja auditor (ka) yang diberikan mampu
menjelaskan variabel dengan cukup baik dan dinyatakan valid.
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur seberapa tinggi instrumen
penelitian dapat diandalkan. Alat statistik yang digunakan untuk uji reliabilitas
adalah SPSS dengan pendekatan Alpha Cronbach. Instrumen penelitian dikatakan
dapat diandalkan apabila nilai Alpha Cronbach lebih dari 0,06. Hasil uji
reliabilitas disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4. 6
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Perceived Ease of Use 0,922 Reliable
Perceived Usefulness 0,900 Reliable
Kompleksitas Tugas 0,796 Reliable
System Usage 0,823 Reliable
Kinerja Auditor 0,924 Reliable Sumber: Data Primer (diolah)
Tabel 4.6 menunjukkan nilai Alpha Cronbach untuk Perceived Ease of Use
(peu), Perceived Usefulness (pu), Kompleksitas Tugas (kt), Penggunaan Sistem
(su), dan Kinerja Audit (ka) berturut-turut adalah 0,922; 0,900; 0,819; 0,796;
0,823; dan 0,924. Kelima variabel memiliki nilai Alpha Cronbach lebih dari 0,60
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel tersebut dapat diandalkan
(reliable).
4.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan sebelum pengujian hipotesis guna manilai
kelogisan dari model penelitian apakah sudah masuk akal atau belum. Berikut
disajikan hasil pengujian asumsi klasik terhadap model path antara Perceived
Ease to Use, Perceived Usefulness, Kompleksitas Tugas, Penggunaan Sistem
(System Usage), dan Kinerja Audit. Asumsi klasik yang digunakan adalah uji
normalitas dan uji heteroskedastisitas.
15
4.3.1 Uji Normalitas
Hasil pengujian model dengan Kolmogorov-Smirnov disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 4. 7
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
Model Kolmogorov-
Smirnov Z
Signifikansi
(2-tailed)
Model dengan variabel dependan
Perceived Usefulness
0,857 0,455
Model dengan variabel dependan
Penggunaan Sistem
0,809 0,530
Model dengan variabel dependan
Kinerja Auditor
1,027 0,242
Sumber: Data Primer (diolah)
Data dari tabel 4.7 menunjukkan nilai signifikansi untuk model
penelitian dengan variabel dependan perceived usefulness, penggunaan
sistem, dan kinerja auditor secara berturut-turut adalah 0,455; 0,530; dan
0,242. Hasil tersebut leibh dari 0,05, yang berarti dapat disimpulkan bahwa
data telah berdistribusi secara normal.
4.3.2 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ada tidaknya gejala heteroskedastisitas memakai metode
grafik dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot dari variabel
terikat, dimana jika tidak terdapat pola tertentu maka tidak terjadi
heteroskedastisitas dan begitu pula sebaliknya (Santoso, 2001)
Berikut disajikan hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan uji
Scatterplot terhadap ketiga model penelitian:
Gambar 4. 1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
16
Sumber: Data Penelitian Diolah (2018)
Data pada gambar 4.1 atas hasil uji heteroskedastisitas dengan uji
Scatterplot terhadap model analisis jalur antara Perceived Ease to Use,
Perceived Usefulness, Kompleksitas Tugas, Penggunaan Sistem, dan Kinerja
Audit menunjukkan titik-titik data pengamatan berpencar secara acak dan
tidak membentuk pola tertentu. Dari hasil ini dapat disimpulkan tidak
ditemukan adanya indikasi heteroskedastisitas dalam model regresi.
17
4.4 Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda,
analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan
kausalitas antar variabel (causal) yang telah di tetapkan sebelumnya berdasarkan
teori
4.4.1 Analisis Jalur Model Pertama: Pengaruh Perceived Ease to Use
terhadap Perceived Usefulness
Berdasarkan hasil pengujian antara perceived ease to use terhadap
perceived usefulness diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.8
Hasil Analisis Jalur Model Pertama
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 9.519 2.735 3.480 .001
Perceived Ease
of Use
.634 .082 .761 7.777 .000
Sumber: Data Penelitian Diolah (2018)
Hasil analisis jalur model pertama antara Perceived Ease of Use
terhadap Perceived Usefulness diperoleh persamaan jalur sebagai berikut:
X2 = βX2X1 X1 + e
X2 = 0,761 X1 + e
Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Koefisien jalur Perceived Ease to Use sebesar 0,761 menunjukkan
pengaruh positif, artinya semakin tinggi Perceived Ease of Use maka
semakin tinggi Perceived Usefulness.
18
4.4.2 Analisis Jalur Model Kedua: Pengaruh Perceived Ease to Use,
Perceived Usefulness, dan Kompleksitas Tugas terhadap Penggunaan
Sistem)
Berdasarkan hasil pengujian antara perceived ease to use, perceived
usefulnes, dan kompleksitas tugas terhadap penggunaan sistem (system
usage) diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Analisis Jalur Model Kedua
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -1.051 1.063 -.989 .328
Perceived Ease
to Use
.104 .045 .303 2.297 .027
Perceived
Usefulness
.116 .053 .283 2.183 .035
Kompleksitas
Tugas
.211 .064 .372 3.299 .002
Sumber: Data Primer Diolah (2018)
Hasil analisis jalur model kedua antara Perceived Ease of Use,
Perceived Usefulness, dan Kompleksitas Tugas terhadap Penggunaan Sistem
diperoleh persamaan jalur sebagai berikut:
Y = βYX1 X1 + βYX2 X2 + βYX3 X3 + e
Y = 0,303 X1 + 0,283 X2 + 0,372 X3 + e
Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Koefisien jalur Perceived Ease to Use sebesar 0,303 menunjukkan
pengaruh positif, artinya semakin tinggi Perceived Ease of Use maka
semakin tinggi Penggunaan Sistem.
b. Koefisien jalur Perceived Usefulness sebesar 0,283 menunjukkan
pengaruh positif, artinya semakin tinggi Perceived Usefulness maka
semakin tinggi Penggunaan Sistem.
c. Koefisien jalur Kompleksitas Tugas sebesar 0,372 menunjukkan
pengaruh positif, artinya semakin tinggi Kompleksitas Tugas maka
semakin tinggi Penggunaan Sistem.
19
4.4.3 Analisis Jalur Model Ketiga: Pengaruh Penggunaan Sistem
(System Usage) terhadap Kinerja Auditor
Berdasarkan hasil pengujian antara penggunaan sistem (system usage)
terhadap kinerja auditor diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.10
Hasil Analisis Jalur Model Ketiga
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 3.248 1.181 2.750 .009
Penggunaan
Sistem
.792 .117 .714 6.766 .000
Hasil analisis jalur model pertama antara Penggunaan Sistem terhadap
Kinerja Audit diperoleh persamaan jalur sebagai berikut:
Z = βYZ Y + e
Z = 0,714 Z + e
Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Koefisien jalur Penggunaan Sistem sebesar 0,714 menunjukkan
pengaruh positif, artinya semakin tinggi Penggunaan Sistem maka
semakin tinggi Kinerja Audit.
4.5 Goodness of Fit Model
Uji Goodness of Fit atau uji kelayakan model digunakan untuk mengukur
ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual. Berikut disajikan
hasil goodness of fit model meliputi koefisien determinasi dan koefisien
determinasi total.
4.5.1 Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi merupakan persentase seberapa besar
variabel independen mempengaruhi perubahan nilai variabel dependen.
Tabel 4.11
Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
I .761a .579 .569 2.70296
II .854a .728 .709 .90936
III .714 .510 .499 1.32335
20
Hasil koefisien determinasi model persamaan pertama antara Perceived
Ease of Use terhadap Perceived Usefulness diperoleh sebesar 0,579, artinya
pengaruh terhadap Perceived Usefulness yang ditimbulkan dari Perceived
Ease to Use mencapai 57,9 persen, sedangkan pengaruh dari faktor lainnya
sebesar 42,1 persen.
Pengaruh persamaan kedua antara Perceived Ease to Use, Perceived
Usefulness, dan Kompleksitas Tugas terhadap Penggunaan Sistem diperoleh
koefisien determinasi sebesar 0,728, artinya pengaruh terhadap Penggunaan
Sistem yang ditimbulkan dari Perceived Ease to Use, Perceived Usefulness,
dan Kompleksitas Tugas mencapai 72,8 persen, sedangkan pengaruh dari
faktor lainnya sebesar 27,2 persen.
Pengaruh persamaan ketiga antara Penggunaan Sistem terhadap Kinerja
Audit diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,510, artinya pengaruh
terhadap Kinerja Audit yang ditimbulkan dari Penggunaan Sistem mencapai
51,0 persen, sedangkan pengaruh dari faktor lainnya sebesar 49,0 persen.
4.5.2 Koefisien Determinasi Total
Pemeriksaan goodness of fit model lainnya dapat menggunakan
koefisien determinasi total (Rm2) yang menunjukkan model path yang
terbentuk mampu mewakili data yang ada. Hasil perhitungan koefisien
determinasi total (Rm2) adalah sebagai berikut:
Rm2 = 1 – (1 – R1
2) x (1 – R2
2) x (1 – R3
2)
Rm2 = 1 – (1 – 0,579) x (1 – 0,728) x (1 – 0,510)
Rm2 = 1 – 0,056
Rm2 = 0,944
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan nilai koefisien
determinasi total sebesar 0,944 artinya bahwa model path yang terbentuk
mampu menjelaskan sekitar 94,4% variasi data penelitian
4.6 Pengujian Hipotesis
Uji t dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Besarnya angka t-tabel dengan ketentuan taraf
signifikansi 0,05 (2-tailed) dan df 41 (46 total responden – 5 variabel penelitian)
adalah 1.68288. Jika t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, dan
sebaliknya jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima.
21
Tabel 4.12
Hasil Uji T
Hipotesis t-tabel T-hitung Sig. Keterangan Kesimpulan
Peu terhadap
Su
1.68288 2.297 .027 Signifikan, berpengaruh
positif
H1 diterima
Pu terhadap
Su
1.68288 2.183 .035 Signifikan, berpengaruh
positif
H2 diterima
Peu terhadap
Pu
1.68288 7.777 .000 Signifikan, berpengaruh
positif
H3 diterima
Kt terhadap Su 1.68288 3.299 035 Signifikan, berpengaruh
positif
H4 diterima
Su terhadap
Ka
1.68288 6.766 000 Signifikan, berpengaruh
positif
H5 diterima
Sumber: Data Primer Diolah (2018)
Perhitungan t-hitung variabel perceived of use menghasilkan nilai 2,297. T-
hitung (2,297) > t-tabel (1.68288), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya ada adanya pengaruh positif signifikan (0,027 < α = 0,05.) antara
perceived ease to use terhadap penggunaan sistem, dimana semakin baik
maka akan berdampak terhadap semakin baiknya penggunaan sistem.
Perhitungan t-hitung variabel perceived usefulness menghasilkan nilai 2,183.
T-hitung (2,183) > t-tabel (1.68288), sehingga H0 ditolak dan H2 diterima.
Artinya ada adanya pengaruh positif signifikan (0,035 < α = 0,05.) antara
perceived usefulness terhadap penggunaan sistem, dimana semakin baik
perceived usefulness maka akan berdampak terhadap semakin baiknya
penggunaan sistem.
Perhitungan t-hitung pengaruh variabel perceived ease of use terhadap
perceived usefulness adalah (7,777) > t-tabel (1.68288), sehingga H0 ditolak
dan H3 diterima. Artinya ada pengaruh positif signifikan (0,000 < α = 0,05.)
antara perceived ease of use terhadap perceived usefulness, yang artinya
bahwa semakin baik perceived ease of use maka akan berdampak terhadap
semakin baiknya perceived usefulness.
Perhitungan t-hitung variabel kompleksitas tugas menghasilkan nilai 3.299.
T-hitung (3.299) > t-tabel (1.68288), sehingga H0 ditolak dan H4 diterima.
Artinya ada adanya pengaruh positif signifikan antara adanya pengaruh
positif signifikan (0,002 < α = 0,05.) antara kompleksitas tugas terhadap
penggunaan sistem, dimana semakin baik kompleksitas tugas maka akan
berdampak terhadap semakin baiknya penggunaan sistem.
22
Perhitungan t-hitung menghasilkan nilai 2,183. T-hitung (2,183) > t-tabel
(1.68288), sehingga H0 ditolak dan H5 diterima. Artinya ada adanya
pengaruh positif signifikan antara adanya pengaruh positif signifikan antara
Penggunaan Sistem terhadap Kinerja Audit, yang artinya bahwa semakin baik
Penggunaan Sistem maka akan berdampak terhadap semakin baiknya Kinerja
Audit.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa auditor KAP di kota Malang yang
menjadi responden merasakan terdapatnya peningkatan kinerja yang dirasakan
sebagai akibat dari penggunaan teknologi sistem informasi elektronik. Selain itu
ditemukan pula bukti bahwa auditor di kota Malang beranggapan bahwa semakin
mudah penggunaan dan semakin banyak manfaat dari teknologi sistem informasi
elektronik itu akan dapat meningkatkan efektifitas penggunaan mereke
terhadapnya. Terkait akan hal itu, turut pula ditemukan indikator bahwa mudah
tidaknya penggunaan sistem yang mereka gunakan akan ikut mempengaruhi
pendapat atau persepsi mereka terhadap seberapa bermanfaatnya pemberdayaan
sistem tersebut di dalam membantu pekerjaan mereka guna meningkatkan kinerja
mereka baik secara individu maupun kelompok. Terkait dengan kompleksitas
pekerjaan (audit-task complexities) auditor ditemukan bahwa kompleksitas
penugasan tersebut memberi motivasi bagi auditor di Kota Malang untuk mencari
solusi yang dapat meringankan pekerjaan mereka. Penelitian ini membuktikan
bahwa salah satu solusi tersebut adalah melalui pemberdayaan teknologi sistem
informasi elektronik.
5.2 Keterbatasan Penelitian & Saran
Penelitian hanya dilakukan di satu kota sehingga jumlah responden
terhitung kecil yaitu 46 responden dari 8 KAP di Kota Malang. Untuk mengatasi
kecilnya jumlah responden dalam pengisian kuesioner maka peneliti menyarankan
penyebaran kuesioner dilakukan tidak hanya di dalam satu kota namun
dikembangkan ke kota lain guna memperbanyak jumlah responden. Penyebaran
kuesioner juga lebih baik dilakukan bukan pada peak season.
Kedua, masih terdapat kemungkinan kesalahan persepsi dalam menjawab
pertanyaan indikator pada kuesioner oleh responden, mengingat pengisian
kuesioner tidak diawasi langsung oleh peneliti. Peneliti menyarankan untuk
pengembangan penelitian yang lebih mendalam, teknik wawancara kepada
responden dapat dilakukan untuk mendapatkan informasi-informasi yang tidak
terdapat pada item pertanyaan kuesioner.
Ada kemungkinan kuesioner yang digunakan tidak cocok untuk digunakan
untuk penelitian ini dikarenakan kuesioner yang digunakan adalah kuesioner pada
penelitian Herusetya (2010) yang melakukan penelitian pada auditor di KAP big
4, sementara penelitian dilakukan pada auditor KAP non-big 4. Untuk penelitan
berikutnya. penulis sarankan untuk melakukan penyesuaian terlebih dahulu
terhadap kuesioner agar lebih tepat untuk digunakan berdasarkan objek dan subjek
penelitian
23
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, Dina. (2017). Pegujian Kepuasan sebagai Variabel Intervening Atara
Pengaruh Kepercayaan dan Atribut PRoduk Tabungan Batara IB terhadap
Loyalitas Nasabah. (Skripsi, UIN Raden Fatah, Palembang). Diakses dari:
http://eprints.radenfatah.ac.id/988/1/Dina%20Amanda%20%2813190061%29
Azzara, C.V. (2010). Questionnaire Design for Business Research: Beyond
Linear Thinking. London: Tate Publishing. Diakses dari:
https://books.google.co.id/books?id=sLQuY_dLqGkC&printsec=frontcover&
source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false
Binus University. (2014). Uji Validitas dan Reabilitas. Diakses dari website Binus
University: http://qmc.binus.ac.id/2014/11/01/u-j-i-v-a-l-i-d-i-t-a-s-d-a-n-u-j-
i-r-e-l-i-a-b-i-l-i-t-a-s/
Chrisma, Yosua. (2014). Pengukuran Terhadap Penggunaan Teknologi Informasi
Audit dan Persepsi Kegunaan. (Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang).
Diakses dari: http://eprints.undip.ac.id/43595/1/13_WICAKSANA.pdf
Davis, F.D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and Acceptance
of Information System Technology. MIS Quarterly, Vol. 13, No. 3 (Sep.,
1989), pp. 319-340. Diakses dari:
https://www.jstor.org/stable/249008?origin=JSTOR-
pdf&seq=1#page_scan_tab_contents
Devi, N.L.N.S. & Suartana, I Wayan. (2014.) Analisis Technology Acceptance
Model (Tam) Terhadap Penggunaan Sistem Informasi Di Nusa Dua Beach
Hotel & Spa. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.1 (2014):167-184.
Diakses dari:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/view/7797/5882
Gautama, Putu K., & Dwiradra, A.A.N.B. (2017). Locus Of Control Sebagai
Pemoderasi Pengaruh Profesionalisme Dan Kompleksitas Tugas Pada Kinerja
Auditor. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.20.3. Diakses dari:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/view/29039/20158
Grihardini, A.V.N. (2011). Perbedaan Kinerja Auditor Eksternal Pada Fase
Penyelesaian Audit. (Skripsi, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta). Diakses
dari: http://e-journal.uajy.ac.id/1554/
Hasan, Mustafa. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Herusetya, A. (2011). Pengaruh Sistem Informasi Tehnologi Elektronik Atas Task
Performance - Auditor KAP The Big 4. Jurnal Simposium Nasional
Akuntansi XIV Aceh 2011. Diakses dari:
http://lib.ibs.ac.id/materi/Prosiding/SNA%20XIV-Aceh/makalah/070.pdf
24
IAPI. (2017). Lokakarya Akuntansi-Audit : Overview Sak Emkm, Penentuan
Sample Audit, Dan Tingkat Materialitas Dalam Audit Terkait EMKM.
Diakses dari: http://iapi.or.id/Iapi/detail/131
Jamilah, S., Fanani, Z., & Chandrarin, G. (2007). Pengaruh gender, tekanan
ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap audit judgement. Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar, Indonesia. Diakses dari:
https://smartaccounting.files.wordpress.com/2011/03/auep06.pdf.
Mohd, Farahwahida, Faufzi Ahmad, Norsila Samsudin, & Suhizaz Sudin. (2011).
Extending the Technology Acceptance Model to Account for Social
Influence, Trust and Integration for Pervasive Computing Environment: A
Case Study in University Industry. American Journal of Economics and
Business Administration, 3(3), pp: 552- 559. Diakses dari:
http://thescipub.com/pdf/10.3844/ajebasp.2011.552.559
Mudjiati, Johanna. (2008). Studi Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi
Terhadap Kinerja Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Semarang. (Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang). Diakses dari:
http://eprints.undip.ac.id/17986/1/JOHANNA_MUDJIATI.pdf
Nusantara, G.W., & Rusdianti, Endang. (2017). Pengaruh Pengembangan Karier,
Rotasi Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kualitas Kerja Pegawai
Melalui Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening ( Studi Di Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Rembang). Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis
Universitas Semarang vol. 10 no. 1. Diakses dari:
http://journals.usm.ac.id/index.php/jreb/article/view/709
Prasetyo, P.P. (2015). Decission Support System (Dss) Dalam Auditing: Untuk
Apa Digunakan ?. Jurnal Jurnanl Akuntansi & Investasi Vol. 1 No. 2 hal: 62-
67. Diakses dari: https://media.neliti.com/media/publications/74949-ID-
decission-support-system-dss-dalam-audit.pdf
Rustiarini, Ni Wayan. (2013). Pengaruh Kompleksitas Tugas, Tekanan Waktu,
dan Sifat Kepribadian pada Kinerja. Makara Seri Sosial Humaniora, 2013,
17(2). Diakses dari:
https://www.researchgate.net/publication/271122620_Pengaruh_Kompleksita
s_Tugas_Tekanan_Waktu_dan_Sifat_Kepribadian_pada_Kinerja
Santoso, Singgih. (2010). Statistik Multivariat. Diakses dari
https://books.google.co.id/books?id=E5Dli6puzYUC&pg=PA43&dq=uji+nor
malitas&hl=en&sa=X&sqi=2&ved=0ahUKEwjGtKquwNrRAhUKsY8KHQ
G4A_AQ6AEILjAC#v=onepage&q=uji%20normalitas&f=false
Sekaran, R. & Bougie, R. (2013). Research Methods for Business. United
Kingdom: John Wiley & Sons Ltd. Diakses dari:
https://books.google.fr/books?id=Ko6bCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq
=isbn:9781119165552&hl=&cd=1&source=gbs_api#v=onepage&q&f=false
25
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Supriyati & Cholil, Muhammad. (2017). Aplikasi Technology Acceptance Model
Pada Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Jurnal Bisnis & Manajemen
Vol. 17, No. 1, 2017 : 81 – 102. Diakses dari:
https://jurnal.uns.ac.id/jbm/article/download/12308/10654
Surya, I.G.G &Widhiyani, N.L.S. (2016). Penerapan Teknik Audit Berbantuan
Komputer Dan Computer Self Efficacy Pada Kinerja Auditor. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana.14.2 Februari (2016). 1423-1451. Diakses
dari: https://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/view/15516/12655
Triany, D., Gunawan, H., & Purnamasari, P. (2016). Pengaruh Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Kompleksitas Tugas terhadap Kinerja Auditor
(Survei pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung). Jurnal Prosiding
Akuntansi Volume 2, No.2, Tahun 2016. Diakses dari:
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/akuntansi/article/viewFile/5114/pdf
Trisnaningsih, Sri. (2007). Independensi Auditor Dan Komitmen Organisasi
Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya
Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar, Indonesia. Diakses dari:
http://arikamayanti.lecture.ub.ac.id/files/2014/09/Trisnaningsih_auditor.pdf
Venkatesh, V dan F.D. Davis. (2000). A Theoritical Extension of The
Technology Acceptance Model = Four Longitudinal Fields Studies.
Management Science Vol. 46, No. 2, Februari, h.186-204. Diakses dari:
https://www.researchgate.net/profile/Fred_Davis2/publication/227447282_A
_Theoretical_Extension_of_the_Technology_Acceptance_Model_Four_Long
itudinal_Field_Studies/links/54ad669b0cf24aca1c6f3672/A-Theoretical-
Extension-of-the-Technology-Acceptance-Model-Four-Longitudinal-Field-
Studies.pdf
Van Blerkom, M.L.(2009). Measurement and Statistics for Teacher. New York:
Routledge. Diakses dari:
https://socialsciences.exeter.ac.uk/media/universityofexeter/collegeofsocialsci
encesandinternationalstudies/education/research/centres/writing/innovationsc
hools/Measurement_And_Statistics_For_Teachers.pdf