pengaruh penghasilan dan kesadaran wajib pajak
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

PENGARUH PENGHASILAN DAN KESADARAN
WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN (PBB) DI KELURAHAN TEMBALANG
SEMARANG TAHUN 2009
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Khoirul Musthofa
3351405563
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari : Senin
Tanggal : 25 Juli 2011
Dosen Pembimbing I
Dra. Sri Kustini NIP. 195003041979032001
Dosen Pembimbing II
Trisni Suryarini, SE, M.si., Akt NIP. 197804132001122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Fachrurrozie, M.si.
NIP. 196206231989011001

iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Sidang Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 25 Agustus 2011
Penguji
Drs. Sukirman, M.si NIP. 196706111991031003
Dosen Pembimbing I
Dra. Sri Kustini NIP. 195003041979032001
Dosen Pembimbing II
Trisni Suryarini, SE, M.si., Akt NIP. 197804132001122001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. S . Martono, M. Si
NIP. 196603081989011001

iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari
terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Juli 2011
Khoirul Musthofa
NIM. 3351405563

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Orang yang bodoh adalah orang yang melakukan sesuatu tanpa berfikir,
dan orang yang berfikir tanpa melakukan suatu apapun. (NN)
Sebaik – baik manusia adalah orang yang paling banyak bermanfaat bagi
orang lain. (H.R. Dailami)
Dan apa saja yang diberikan kepada kamu,maka itu adalah kenikmatan
hidup duniawi dan perhiasanya; sedang apa yang disisi Allah adalah
lebih baik dan lebih kekal. (Al Qashash;60)
Persembahan
Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, atas
segala karuniaNya skripsi ini kupersembahkan
kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah
memberikan pendidikan terbaik dalam
hidupku dan membimbing dalam meniti
perjalanan hidup ini.
2. Keluarga besarku; Mas Eko, Mas Heru,
Mas Is & Mbak Iin, Mbak Nur, Gunawan.
3. Mega Syilfiya yang telah banyak
membantu dan selalu memberi semangat,
motivasi dan doanya.
4. Teman-temanku Sony, Bagus, Anggara,
Ferry, Tanjung, Dodi, Panji, Ruly, Madya,
Theo, Dedik, Mas Wawan, terima kasih
atas bantuan dan motivasinya.

vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi saya dengan judul “Pengaruh Penghasilan dan Kesadaran Wajib Pajak
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) di Kelurahan Tembalang Semarang tahun 2009”.
Maksud dari penyusunan Skripsi ini adalah untuk memenuhi dan
melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada jurusan
Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penyelesaian
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu perkenankan
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
belajar di Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. S . Martono, M. Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan mengikuti
program S1 Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Fachrurrozie, M.Si., Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas dan
pelayanan selama masa studi.
4. Drs Sukirman, M.Si selaku penguji utama sidang skripsi, terimakasih atas

vii
masukannya sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai.
5. Dra Sri Kustini, selaku Pembimbing I atas petunjuk, bimbingan, dan
pengarahannya sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Trisni Suryarini, SE, M.Si., Akt, selaku Pembimbing II atas petunjuk,
bimbingan, dan pengarahannya sehingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen, yang telah memberi bekal ilmu yang tidak ternilai
harganya kepada penulis selama belajar di Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Semarang.
8. Sahabat-sahabatku dan teman-teman Akuntansi S1 angkatan 2005 terima
kasih atas bantuan dan dukungannya.
9. Semua pihak yang terkait yang telah membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal atas
jasa-jasanya.
Dengan sepenuh hati penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna, maka dengan kerendahan hati penulis menerima kritik, serta saran yang
membangun. Akhirnya dengan harapan semoga tulisan sederhana ini bermanfaat
bagi pembaca.
Semarang, Juli 2011
Penulis

SARI
Khoirul Musthofa. 2011. “Pengaruh Penghasilan dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Tembalang Semarang tahun 2009”. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra Sri Kustini Pembimbing II: Trisni Suryarini, SE, M.Si. Kata kunci : Penghasilan, Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak.
Dilihat dari jumlah realisasinya, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Tembalang selama tiga tahun terakhir belum pernah memenuhi target. Seharusnya jika wajib pajak jumlahnya makin meningkat maka akan berdampak pada peningkatan jumlah penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Penghasilan dan Kesadaran Wajib Pajak merupakan faktor yang berpengaruh untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini: 1). Adakah pengaruh penghasilan dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Tembalang Semarang tahun 2009?, 2). Adakah pengaruh penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Tembalang Semarang tahun 2009?, 3). Adakah pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Tembalang Semarang tahun 2009?.
Populasi dalam penelitian ini wajib pajak di Kelurahan Tembalang Semarang tahun 2009 berjumlah 2.011 orang. Pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling yang dihitung dengan rumus Slovin diperoleh sebanyak 95 orang. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari penghasilan dan kesadaran wajib pajak sebagai variabel bebas dan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan sebagai variabel terikat. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dan kuesioner, sedangkan analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghasilan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan sedangkan kesadaran wajib pajak memperoleh kriteria cukup baik dengan persentase 24,4%. Ada pengaruh positif antara penghasilan dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan, hal ini ditunjukkan dari persamaan regresi Y = 6,561 + 0,382X1 + 0,576X2 dengan Fhitung=20,302 dan besarnya pengaruh sebesar 29,1%. sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Simpulannya bahwa hanya variabel kesadaran wajib pajak yang secara parsial berpengaruh sedangkan secara simultan keduanya mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kelurahan Tembalang Semarang. Saran yang diberikan penulis diantaranya pihak kelurahan Tembalang Semarang diharapkan bersikap proaktif dalam mensosialisasikan tentang manfaat, sanksi dan peraturan pajak, khususnya PBB, dengan harapan wajib pajak mempunyai kesadaran yang tinggi dalam hal membayar pajak.

ix
ABSTRACT Khoirul Musthofa. 2011. “Effects Income and Awareness Tax Payer to the Pursuance Tax Payer in Paying Land and Building Tax in Tembalang Village Semarang on 2009”. Accounting Department Economy Faculty Semarang State University. Guidance Dozen I: Dra Sri Kustini. Guidance Dozen II: Trisni Suryarini, SE, M.Si. Keywords: Income, Awareness Tax Payer, Pursuance Tax Payer. Looked from the realization, receipt of Land and Building Tax in Tembalang village along three years letter never to reach target. Evenly amount tax payers increased so it will be affect to increased receipt Land and Building Tax. Income and Awareness Tax Payer are factor to be affected to increasing pursuance tax payer in paying Land and Building Tax. Problems in this case: 1). Are have effect of income and awareness tax payer to pursuance tax payer to paying Land and Building Tax in Tembalang village Semarang on 2009?, 2). Are have effect of income to pursuance tax payer to paying Land and Building Tax in Tembalang village Semarang on 2009?, 3). Are have effect of awareness tax payer to pursuance tax payer to paying Land and Building Tax in Tembalang village Semarang on 2009?. Population in this research are tax payers in Tembalang village Semarang in 2009 with the amount 2,011 peoples. Taken sample used Propotional Random Sampling with the calculating used Slovin formula and the results 95 peoples. Variable in this research contain of Income and Awareness tax payer as non fixed variable and Pursuance tax payer in paying Land and Building Tax as fixed variable. Technical to data collection used documentary and questionnaire, whereas data analytic used descriptive analytic and variant linear regression analytic. The results of research showed that income will not affected to pursuance whereas awareness tax payer got the good criteria with 24.4%. Have a good affected between income and awareness tax payer to pursuance tax payer in tax paying Land and Building Tax. This is showed with equation Y = 6.561 + 0.382X1 + 0.576X2 where F= 20.302 and it’s effect 29.1%. where the others were effected by the others variable out of this research. The conclusion that only awareness tax payer variable with the partialy effect whereas simultanly, both have effect to pursuance in paying Land and Building Tax in Tembalang village Semarang. The writer give advised to district administrered Tembalang village Semarang hopefully proactive in public socialitation about benefit, punished and rule of tax, especially Land and Building Tax, with the hopely tax payer have high awareness to tax paying.

x
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
SURAT REKOMENDASI ..................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................. iv
PERNYATAAN ..................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
ABSTRAK .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pajak ............................................................................................... 8
2.1.1. Pengertian Pajak .................................................................. 8
2.1.2. Fungsi Pajak ........................................................................ 10
2.1.3. Sistem Pemungutan Pajak .................................................... 11
2.2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) .................................................... 13
2.2.1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ....................... 13
2.2.2. Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) .................. 14
2.2.3. Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ........... 16
2.2.4. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ............ 18

xi
2.2.5. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) .............................. 19
2.2.6. Mekanisme Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) . 19
2.2.7. Tata cara Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) .... 22
2.3. Kepatuhan Wajib Pajak ................................................................... 26
2.3.1. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak ...................................... 26
2.3.2. Kriteria Wajib Pajak Patuh .................................................. 31
2.3.3. Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Wajib Pajak .................... 32
2.3.4. Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak ..................... 35
2.4. Penghasilan Wajib Pajak ................................................................. 37
2.5. Kesadaran Wajib Pajak....................................................... ............... 44
2.6. Kerangka Berpikir ........................................................................... 46
2.7. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 49
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Populasi da Sampel Penelitian ......................................................... 50
3.1.1 Populasi Penelitian ............................................................. 50
3.1.2 Sampel Penelitian ............................................................... 50
3.2. Variabel Penelitian ......................................................................... 52
3.2.1. Variabel Bebas atau independent variable............................ 52
3.2.2. Variabel Terikat atau dependent variable ............................. 53
3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 54
3.3.1. Metode Angket. .................................................................. 54
3.3.2. Metode Dokumentasi........................................................... 56
3.4. Validitas dan Reliabilitas ................................................................. 57
3.4.1. Validitas .............................................................................. 57
3.4.2. Reliabilitas .......................................................................... 59
3.5. Metode Analisis Data ...................................................................... 60
3.5.1. Statistik Deskriptif ............................................................... 61
3.5.2. Uji Prasyarat Regresi Linier Berganda ................................. 62
3.5.3. Uji Asumsi Klasik. ............................................................. 62
3.5.4. Uji Hipotesis ....................................................................... 63

xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ............................................................................... 66
4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................... 66
4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................... 66
4.1.3. Uji Normalitas ..................................................................... 70
4.1.4. Uji Asumsi Klasik ............................................................... 72
4.1.5. Uji Hipotesis. ...................................................................... 74
4.2. Pembahasan .................................................................................... 78
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan ......................................................................................... 84
5.2. Saran ............................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 86
LAMPIRAN ........................................................................................... 88

xiii
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1.1 Penerimaan PBB di Kelurahan Tembalang tahun 2006-2008 .. 3
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas .................................................................. 58
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Variabel Penghasilan ................................ 67
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Variabel Kesadaran Wajib Pajak............... 68
Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Variabel Kepatuhan Membayar PBB ........ 69
Tabel 4.4 Uji Normalitas ........................................................................ 70
Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas ............................................................... 72
Tabel 4.6 Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 72
Tabel 4.7 Analisis Regresi Berganda ...................................................... 74
Tabel 4.8 Uji Simultan (uji F) ................................................................ 75
Tabel 4.9 Uji Parsial (uji t) ..................................................................... 76
Tabel 4.10 Uji R2 Simultan ....................................................................... 77
Tabel 4.11 Uji R2 parsial .......................................................................... 77

xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................... 49
Gambar 4.1 Grafik Penghasilan .............................................................. 68
Gambar 4.2 Uji Normalitas ..................................................................... 94
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas ........................................................ 95

xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi – Kisi Instrumen dan Kuesioner................................................ 89
Lampiran 2 Tabulasi Data Penghasilan ............................................................... 94
Lampiran 3 Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Kesadaran ...................... 95
Lampiran 4 Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Kepatuhan Wajib Pajak .. 98
Lampiran 5 Tabulasi Data Hasil Penelitian ......................................................... 101
Lampiran 6 Statistik Deskripsf Indikator – Indikator Tiap Variabel .................... 105
Lampiran 7 Hasil Olah Data ............................................................................... 109
Lampiran 8 Daftar Skripsi Terdahulu dan Jurnal ................................................. 113
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian .......................................................................... 116
Lampiran 10 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian............................ 117

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara, dimana
penerimaan pajak ini menduduki peringkat tertinggi di Indonesia. Karena
merupakan penerimaan terbesar/tertinggi, pajak menjadi sumber pendanaan
pembangunan yang paling besar pula. Terdapat beberapa jenis pajak yaitu PBB,
PPN, PPN BM, dan PPh. Dari berbagai macam pajak tersebut, Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) mempunyai peranan yang cukup penting dalam pembiayaan
pembangunan. Karena sebagian besar pajak ini dikembalikan ke daerah untuk
pembangunan daerah dan otonomi daerah yang lain, dalam hal ini adalah 90 %
dari PBB keseluruhan, dan yang 10 % tetap diberikan Pusat.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan,
diketahui bahwa PBB yang dasar pengenaannya didasarkan pada Nilai Jual Obyek
Pajak ini, penetapan pajaknya bersifat obyektif, yaitu pajak dikenakan kepada
subyek pajak atas kepemilikan bumi/tanah dan/atau bangunan tanpa
memperhatikan kemampuan dari subyek pajak bersangkutan, dimana
penetapannya didasarkan pada keadaan riil di lapangan dari obyek pajak
bersangkutan.

2
Menurut UU Nomor 45 tahun 2007 tentang APBN 2009, penerimaan PBB
yang ditargetkan sebesar Rp24.159.700.000.000. Tingginya target penerimaan
pajak tersebut akan menjadi tugas berat bagi pemerintah khususnya Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) untuk dapat merealisasikannya. Partisipasi rakyat dalam
membayar pajak akan memudahkan DJP untuk merealisasikan target pajak yang
sudah ditetapkan tersebut. Jika wajib pajak kurang berperan aktif dalam
membayar pajak maka akan menjadi masalah dalam realisasi pajak tersebut, selain
itu karena sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah Self
Assesment System dimana segala pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan
sepenuhnya oleh wajib pajak, fiskus (pengumpul pajak) hanya melakukan
pengawasan melalui prosedur pemeriksaan (Devano dan Siti Kurnia, 2006:109).
Dalam pelaksanaan sistem tersebut, wajib pajak dituntut keaktifannya mulai dari
saat mendaftarkan diri, mengisi SPT (Surat Pemberitahuan) dengan jujur, baik dan
benar sampai dengan melunasi pajak terutang tepat pada waktunya. Hal ini
membuktikan bahwa kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak benar-benar
penting bagi sistem perpajakan dan menjadi tulang punggung dalam pelaksanaan
Self Assesment System sehingga patut menjadi sorotan terutama bagi pemerintah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kepatuhan wajib pajak juga menjadi faktor
penting dalam merealisasikan target pajak yang tertuang dalam RAPBN.
Berdasarkan data pendahuluan yang diperoleh dari KPP Pratama Candisari
Semarang menyebutkan bahwa penerimaan pajak bumi dan bangunan dari
beberapa kelurahan di kecamatan Tembalang ternyata Kelurahan Tembalang

3
merupakan daerah yang dirasa kurang maksimal dalam terealisasinya penerimaan
pajak bumi dan bangunan, adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan
Tembalang Semarang tahun 2006-2008
Tahun WP
(SPPT)
Target PBB % WP
(SPPT)
Realisasi
PBB
% Belum
Realisasi
2006 1.992 83.597.820 100 1.223 50.490.151 61,55 38,45
2007 2.004 111.490.536 100 1.261 78.306.839 70,24 29,76
2008 2.010 110.519.670 100 1.578 88.356.928 79,95 20,05
Sumber ; KPP Pratama Candisari Semarang
Berdasarkan data di atas penerimaan PBB di Kelurahan Tembalang
selama tiga tahun terakhir belum pernah memenuhi target. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah realisasi yang lebih rendah dari target, hal ini menjadi masalah karena
seharusnya jika wajib pajak jumlahnya makin meningkat maka akan berdampak
pada peningkatan jumlah penerimaan PBB. Kurangnya peran aktif rakyat dalam
membayar pajak dapat menyebabkan turunnya penerimaan pajak yang diterima
sehingga secara otomatis akan mempengaruhi jumlah penerimaan negara dan
dapat menghambat pembangunan nasional. Masalah kurangnya realisasi
penerimaan PBB dari targetnya ini diindikasikan karena faktor kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak yang kurang, kepatuhan wajib pajak dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor.
Jackson dan Milliron dalam Ali Roshidi bin Ahmad dkk, (2007:4)
menjabarkan faktor utama yang telah dibahas oleh para peneliti yang
mempengaruhi kepatuhan pajak, antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan,

4
penghasilan, status atau jabatan, kesadaran dalam membayar pajak, panutan atau
pengaruh wajib pajak lainnya, etika, sanksi sah, pengatahuan, kompleksitas,
hubungan dengan otoritas perpajakan (IRS/Internal Revenue Service), sumber
penghasilan, kewajaran menyangkut sistem perpajakan, kemungkinan yang
sedang teraudit dan tarif pajak. Dari data di atas, faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan pajak yang akan diteliti dalam penelitian ini hanya
diambil dua faktor saja, yang pertama yaitu faktor penghasilan. Penghasilan
merupakan tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan. Faktor penghasilan dapat dijadikan
salah satu alasan wajib pajak tidak patuh. Seperti yang diungkapkan oleh
Nurmantu (2003:149) yang menyebutkan bahwa bila seorang bekerja dan
kemudian dapat menghasilkan uang, maka secara naluriah uang itu pertama-tama
ditujukannya untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarganya tetapi pada
saat yang bersamaan jika telah memenuhi syarat-syarat tertentu maka timbul
kewajiban untuk membayar pajak kepada negara yang kemudian menyebabkan
timbulnya konflik antara kepentingan diri sendiri dengan kepentingan negara.
Pada umumnya kepentingan pribadi yang selalu dimenangkan, masyarakat awam
akan lebih cenderung berpikir bahwa penghasilan yang mereka peroleh kurang
dalam mencukupi kebutuhan sehingga mereka kurang bersedia apabila harus
disisihkan untuk membayar pajak.
Selain faktor penghasilan, faktor kesadaran dalam membayar pajak juga
dianggap sebagai hal yang penting dalam kaitan dengan kepatuhan membayar

5
pajak. Seperti yang diungkapkan Suhardito & Sudibyo (1999) kesadaran Wajib
pajak merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif, kognitif, yang
berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap makna dan
fungsi pajak. Kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis untuk para wajib pajak
agar mereka rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi
perpajakan, dengan cara menbayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu dan
tepat jumlah. Kurniawan, V.B. (2006) menemukan bahwa kesadaran perpajakan
WP berpengaruh terhadap keberhasilan penerimaan PBB. Realita semacam itulah
yang menjadi penghalang terwujudnya kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak, dengan adanya kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak maka
penerimaan negara akan meningkat sehingga dapat terwujud pembangunan
nasional yang merata.
Berdasarkan uraian di atas, Penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan dengan melakukan penelitian mengenai bagaimana “Pengaruh
Penghasilan dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan
Tembalang Semarang tahun 2009.”
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari permasalahan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini antara
lain:
1. Apakah penghasilan dan kesadaran wajib pajak berpengaruh secara
simultan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Tembalang Semarang tahun 2009?

6
2. Apakah penghasilan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak secara
parsial dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan
Tembalang Semarang tahun 2009?
3. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh secara parsial terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) di Kelurahan Tembalang Semarang tahun 2009?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah penghasilan dan kesadaran wajib pajak
berpengaruh secara simultan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Tembalang
Semarang tahun 2009.
2. Untuk mengetahui apakah penghasilan berpengaruh secara parsial
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) di Kelurahan Tembalang Semarang tahun 2009.
3. Untuk mengetahui apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh secara
parsial terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) di Kelurahan Tembalang Semarang tahun 2009.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
khasanah pendidikan tentang Pengaruh Penghasilan dan Kesadaran Wajib

7
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) di Kelurahan Tembalang Semarang tahun 2009.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Sebagai wahana pelatihan pengembangan dalam bidang
penelitian dan penerapan teori yang didapatkan di bangku kuliah.
2. Bagi Pemerintah
Memberikan bahan sumbangan pemikiran untuk mengevaluasi
kebijakan mengenai masalah perpajakan secara umum dan juga
mengenai kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak khususnya di
kelurahan Tembalang Semarang.
3. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian dan menulis karya ilmiah.

8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pajak
2.1.1 Pengertian Pajak
Definisi pajak menurut ”Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak
Penghasilan 1994”, yakni: Pajak ialah iuran rakyat kepada kas Negara
(peralihan dari sector partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-
undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen
prestatie) yang lansung dapat ditunjuk dan yang dipergunakan untuk
membiayai pengeluaran umum (publike uitgaven) (Tarsis Tarmudji,
2001:9). Menurut Judisseno (2002) pajak adalah suatu kewajiban
kenegaraan dan pengabdian serta peran aktif warga negara dan anggota
masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai pembangunan nasional
yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-
peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan Negara. Pajak adalah
bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh
kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutupi belanja
pemerintah (R. Santoso Brotodihardjo, 2003 dalam Devano dan Siti
Kurnia, 2006:22).
Moh. Zain (2005) dalam Devano dan Siti Kurnia R. (2006:22)
berpendapat bahwa pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor
swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun

9
wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu,
tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah
dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
Pajak merupakan iuran masyarakat kepada Negara yang dipungut
berdasarkan undang-undang dan bagi si pembayar pajak tidak
mendapatkan jasa balik (kontra prestasi) yang bisa dinikmati secara
langsung dan hasil pemungutan pajak dipakai membiayai
pemerintah/pembangunan (Sambodo, 1999:2). Kartasapoetra dkk. (1989:2)
mendefinisikan pajak sebagai iuran dari rakyat atau penduduk kepada kas
Negara atau dengan kata lain, peralihan sebagian kecil hasil kekayaan dari
sektor swasta ke sektor pemerintah berdasarkan undang-undang.
Ciri-ciri yang menggambarkan pajak berdasarkan pengertian-pengertian
pajak yang telah dikemukakan di atas antara lain:
1. Merupakan suatu kewajiban bagi warga negara.
2. Merupakan sumber penerimaan negara yang terbesar.
3. Sifatnya memaksa karena penetapannya diatur oleh negara melalui
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
4. Manfaatnya akhirnya akan kembali pada warga negara itu sendiri
karena digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan
negara.

10
2.1.2 Fungsi Pajak
Pajak sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu negara
karena pelaksanaan pembangunan pembiayaannya berasal dari penerimaan
pajak. Fungsi-fungsi pajak antara lain:
2.1.2.1 Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Fungsi Budgetair atau fungsi fiskal (fiscal function) adalah suatu
fungsi dimana pajak digunakan sebagai alat untuk memasukkan dana
optimal ke kas Negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang
berlaku, disebut juga fungsi utama karena fungsi inilah yang secara
historis pertama kali muncul. Pajak digunakan sebagai alat untuk
menghimpun dana dari masyarakat tanpa ada kontraprestasi secara
langsung dari zaman sebelum masehi sudah dilakukan. Berdasarkan fungsi
tersebut, pemerintah sebagai pihak yang membutuhkan dana untuk
membiayai berbagai kepentingan dengan cara memungut pajak dari
penduduknya.
2.1.2.2 Fungsi Mengatur (Regulerend)
Fungsi Regulerend disebut juga fungsi mengatur, yaitu pajak
merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu.
Fungsi Regulerend juga disebut fungsi tambahan, karena fungsi
Regulerend ini hanya sebagai tambahan atas fungsi utama pajak, yaitu
fungsi Budgetair (Devano dan Siti Kurnia, 2006:26).

11
2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak
Demi terpenuhinya target pajak yang telah ditetapkan, pemerintah
menggunakan sistem pemungutan pajak yang sederhana sehingga akan
memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajibannya
membayar pajak. Sistem pemungutan pajak yang telah dilaksanakan oleh
pemerintah antara lain:
1. Official assessment System
Dimana wewenang pemungutan pajak pada fiskus. Utang pajak
timbul bila ada Surat Ketetapan Pajak (SKP), dilaksanakan sampai
tahun 1967. Menurut Mardiasmo (2004:7), ciri-ciri Official
assessment system yaitu:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus.
b. Wajib pajak bersifat pasif.
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak
(SKP) oleh fiskus.
2. Semi Self Assesment System
Wewenang pemungutan ada pada wajib pajak dan fiskus. Pada
awal tahun pajak wajib pajak menaksir dulu berapa pajak yang akan
terutang untuk satu tahun pajak, kemudian mengangsurnya. Akhir
tahun pajak, pajak terutang sesungguhnya ditentukan fiskus.
Dilaksanakan di Indonesia pada periode 1968-1983.

12
3. Full Self Assesment System
Wewenang sepenuhnya untuk menentukan besar pajak ada pada
wajib pajak. Wajib pajak aktif menghitung, memperhitungkan,
menyetor, dan melaporkan sendiri pajaknya. Fiskus tidak ikut campur
tangan dalam penentuan besarnya pajak terutang selama wajib pajak
tidak menyalahi peraturan yang berlaku. Dilaksanakan secara efektif
pada tahun 1984 atas dasar perombakan perundang-undangan
perpajakan pada tahun 1983. Ciri-cirinya sebagai berikut:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
wajib pajak sendiri.
b. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. (Mardiasmo,
2004:8)
4. With Holding System
Wewenang pemungutan ada pada pihak ketiga, pihak selain
fiskus dan wajib pajak. Dilaksanakan secara efektif sejak 1984
(Devano dan Siti Kurnia R., 2006:80).
5. Self Assessment System
Self Assesment System adalah suatu sistem perpajakan yang
memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk memenuhi dan
melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya. Dalam hal
ini dikenal dengan:

13
a. Mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak.
b. Menghitung dan atau memperhitungkan sendiri jumlah pajak yang
terutang.
c. Menyetorkan pajak tersebut ke bank persepsi atau kantor pos.
d. Melaporkan penyetoran tersebut kepada Direktorat Jenderal Pajak.
e. Menetapkan sendiri jumlah pajak yang terutang melalui pengisian
SPT (Surat Pemberitahuan) dengan baik dan benar.
Ciri Self Assesment System antara lain:
1. Wajib pajak (dapat dibantu oleh konsultan pajak) melakukan peran
aktif dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
2. Wajib pajak adalah pihak yang bertanggung jawab penuh atas
kewajiban perpajakannya sendiri.
Pemerintah, dalam hal ini instansi perpajakan, melakukan
pembinaan, penelitian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kewajiban perpajakan bagi wajib pajak, melalui pemeriksaan pajak
dan penerapan sanksi pelanggaran dalam bidang pajak sesuai dengan
peraturan yang berlaku (Devano dan Siti Kurnia R., 2006:81).
2.2 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
2.2.1.1 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di
bawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman
(termasuk rawa-rawa, tambak, perairan) serta laut wilayah Republik
Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau

14
dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Yang termasuk dalam
pengertian bangunan adalah:
1. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek bangunan.
2. Jalan tol.
3. Kolam renang.
4. Pagar mewah.
5. Tempat olahraga.
6. Galangan kapal, dermaga.
7. Taman mewah.
8. Tempat penampungan/kilang minyak, air, dan gas, pipa minyak.
9. Fasilitas lain yang memberikan manfaat (Mardiasmo, 2002:269).
Asas Pajak Bumi dan Bangunan sesuai dengan Undang-undang
nomor 12 tahun 1994 yaitu:
a. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan.
b. Adanya kepastian hukum.
c. Mudah dimengerti dan adil.
d. Menghindari pajak berganda.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dikenakan atas
pemilikan atau pemanfaatan bumi dan bangunan di Indonesia.
2.2.1.2 Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Segala sesuatu harus ada dasar hukumnya, begitu juga dengan PBB,
penarikan PBB tidak akan berjalan lancar tanpa adanya peraturan dan

15
dasar hukum yang ditetapkan dan diberlakukan. Dasar hukum PBB
diantaranya:
1. Undang-undang nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 12 tahun
1994.
2. Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 1985 tentang Persentase Nilai
Jual Kena Pajak pada Pajak Bumi dan Bangunan.
3. Keputusan Menteri Keuangan nomor 1002/KMK.04/1985 tentang tata
cara pendaftaran objek Pajak Bumi dan Bumi.
4. Keputusan Menteri Keuangan nomor 1003/KMK.04/1985 tentang
penentuan klasifikasi dan besarnya Nilai Jual Objek Pajak sebagai
dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.
5. Keputusan Menteri Keuangan nomor 1006/KMK.04/1985 tentang tata
cara penagihan PBB dan penunjukan pejabat yang berwewenang
mengeluarkan surat paksa.
6. Keputusan Menteri Keuangan nomor 1007/KMK.04/1985 tentang
pelimpahan wewenang penagihan PBB kepada Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I dan/atau Bupati/Walikota Madya Kepala Daerah
Tingkat II.
7. Peraturan Pelaksanaan lainnya ( Judisseno, 2001:148).

16
2.2.1.3 Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Bumi dan atau bangunan merupakan Objek Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB). Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata
yang diperoleh dari transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar, dan
bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui
perbandingan harga dengan objek pajak lain yang sejenis, atau nilai
perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak Pengganti. Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) adalah surat yang digunakan oleh
wajib pajak untuk melaporkan data objek menurut ketentuan undang-
undang Pajak Bumi dan Bangunan. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
(SPPT) adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk
memberitahukan besarnya pajak yang terutang kepada wajib pajak. DJP
menerbitkan SPPT berdasarkan SPOP.
Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan
bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta
untuk memudahkan penghitungan pajak yang terutang. Dalam menentukan
klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor letak, peruntukan, pemanfaatan,
kondisi lingkungan dan lain-lain. Sementara dalam menentukan klasifikasi
bangunan diperhatikan faktor bahan yang digunakan, rekayasa, letak,
kondisi lingkungan dan lain-lain (Mardiasmo, 2004:271).
Objek pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah
objek pajak yang:

17
1. Digunakan semata-mata untuk kepentingan umum dan tidak untuk
mencari keuntungan, antara lain:
a. Di bidang ibadah, contohnya masjid, gereja, dan vihara.
b. Di bidang kesehatan, contohnya rumah sakit.
c. Di bidang pendidikan, contohnya madrasah dan pesantren.
d. Di bidang sosial, contohnya panti asuhan.
e. Di bidang kebudayaan nasional, contohnya museum dan candi.
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu.
3. Hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum
dibebani suatu hak.
4. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan (Mardiasmo, 2004:271).
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah orang atau badan
yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi atau memperoleh
manfaat atas bumi, memiliki, menguasai, atau memperoleh manfaat atas
bangunan, dengan demikian tanda pembayaran/pelunasan pajak bukan
merupakan bukti pemilikan hak. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban
membayar pajak menjadi wajib pajak. Jika suatu objek pajak belum jelas
diketahui wajib pajaknya, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat
menetapkan subjek pajak sebagai wajib pajak (Mardiasmo, 2004:274).

18
2.2.1.4 Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
Besarnya NJOP ditetapkan setiap tiga tahun oleh Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) atas nama Menteri Keuangan dengan
mempertimbangkan pendapat Gubernur/Bupati/Walikota (Pemerintah
Daerah) setempat. Dasar penghitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak
(NJKP) yang ditetapkan serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya
100% dari Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Besarnya persentase ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi
nasional (Mardiasmo, 2004:275).
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) adalah batasan
nilai jual objek pajak yang tidak terkena pajak, besarnya ditetapkan
sebesar Rp12.000.000,00. Bila wajib pajak mempunyai lebih dari satu
objek pajak, NJOPTKP berlaku untuk salah satu objek pajak yang nilainya
terbesar.
Pada dasarnya penetapan Nilai Jual Objek Pajak adalah tiga tahun
sekali. Namun demikian untuk daerah tertentu yang karena perkembangan
pembangunan mengakibatkan kenaikan NJOP cukup besar, maka penetapan
nilai jual ditetapkan setahun sekali. Dalam menetapkan nilai jual, Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan
dengan mempertimbangkan pendapat Gubernur/Bupati/Walikota (Pemerintah
Daerah) setempat serta memperhatikan asas Self Assesment.

19
2.2.1.5 Tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Penetapan besarnya persentase untuk menentukan besarnya Nilai
Jual Kena Pajak (NJKP), yaitu:
1. Sebesar 40% (empat puluh persen) dari NJOP untuk: objek pajak
perkebunan, objek pajak kehutanan, objek pajak lainnya, yang wajib
pajaknya perorangan dengan NJOP atas bumi dan bangunan sama atau
lebih besar dari Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
2. Sebesar 20% (dua puluh persen) dari NJOP untuk: objek pajak
pertambangan, objek pajak lainnya yang NJOP-nya kurang dari
Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengkalikan tarif
pajak dengan NJKP, dengan rumus:
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) = tarif pajak x NJKP
= 0,5% x [persentase NJKP
x(NJOP-NJOPTKP)]
(Mardiasmo, 2004:276).
2.2.1.6 Mekanisme Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Dalam rangka pendataan, subjek pajak wajib mendaftarkan objek
pajaknya dengan mengisi SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak).
Wajib pajak akan diberikan SPOP untuk diisi dan dikembalikan kepada
Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Wajib pajak yang pernah dikenakan
IPEDA tidak wajib mendaftarkan objek pajaknya kecuali jika wajib pajak
tersebut menerima SPOP, maka wajib mengisinya dan mengembalikannya

20
kepada DJP. SPOP harus diisi dengan jelas, benar, lengkap, dan tepat
waktu serta ditandatangani dan disampaikan kepada DJP yang wilayah
kerjanya meliputi letak objek pajak selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari setelah diterimanya SPOP oleh subjek pajak. Jelas dimaksudkan agar
penulisan data yang diminta dalam SPOP dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan Negara maupun
wajib pajak sendiri. Benar, berarti data yang dilaporkan harus sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya, seperti luas tanah dan atau bangunan,
tahun dan harga perolehan dan seterusnya sesuai dengan kolom-
kolom/pertanyaan yang ada pada SPOP.
DJP akan menerbitkan SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang)
berdasarkan SPOP yang diterimanya. SPPT diterbitkan atas dasar SPOP,
namun untuk membantu wajib pajak, SPPT dapat diterbitkan berdasarkan
data objek pajak yang telah ada pada DJP. DJP dapat mengeluarkan Surat
Ketetapan Pajak (SKP) dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Apabila SPOP tidak disampaikan dan setelah ditegur secara tertulis
tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran.
2. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata
jumlah pajak yang terutang (seharusnya) lebih besar dari jumlah pajak
yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak.
Wajib pajak yang tidak menyampaikan SPOP pada waktunya,
walaupun sudah ditegur secara tertulis juga tidak menyampaikan dalam
jangka waktu yang ditentukan dalam Surat Teguran itu, DJP dapat

21
menerbitkan SKP secara jabatan. Apabila berdasarkan pemeriksaan atau
keterangan lain yang ada pada DJP ternyata jumlah pajak yang terutang
lebih besar dari jumlah pajak dalam SPPT yang dihitung atas dasar SPOP
yang disampaikan wajib pajak, DJP menerbitkan SKP secara jabatan.
Jumlah pajak yang terutang dalam SKP adalah pokok pajak
ditambah dengan denda administrasi sebesar 25% dihitung dari pokok
pajak. Jumlah pajak yang terutang dalam SKPKB (Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar) adalah selisih pajak yang terutang berdasarkan hasil
pemeriksaan atau keterangan lain dengan pajak yang terutang yang
dihitung berdasarkan SPOP ditambah denda administrasi sebesar 25% dari
selisih pajak yang terutang (Mardiasmo, 2004:277).
Pajak yang terutang berdasarkan SPPT harus dilunasi selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib
pajak, contohnya SPPT diterima oleh wajib pajak tanggal 1 April 2002
maka jatuh tempo pembayarannya adalah tanggal 30 September 2002.
Pajak yang terutang berdasarkan SKP harus dilunasi selambat-lambatnya 1
(satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak. Contohnya
SKP diterima oleh wajib pajak tanggal 1 Maret 2002, maka jatuh tempo
pengembaliannya adalah tanggal 31 Maret 2002. Pajak yang terutang yang
pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar,
dikenakan denda administrasi 2% (dua persen) sebulan, yang dihitung dari
saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan (Mardiasmo, 2004:282).

22
2.2.1.7 Tata Cara Pembayaran PBB
Walaupun sistem pemungutan pajak menggunakan self assesment,
tetapi mengingat kondisi dan situasi masing-masing wilayah berbeda-beda,
jumlah WP PBB sangat besar, terbatasnya sarana dan prasarana yang ada
di masing-masing Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama), luas
wilayah dan keadaan geografis Indonesia yang begitu luas, tingkat
pendidikan dan pengetahuan WP yang sangat heterogen khususnya di
masyarakat pedesaan maka perhitungan PBB terutang tidak dilakukan oleh
WP PBB itu sendiri melainkan dilakukan oleh KPP Pratama. WP hanya
diminta mengisi SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak) supaya
berdasarkan SPOP itu bisa dihitung PBB-nya. Itu pun kalau ada perubahan
atau mutasi data. Biasanya bila tidak ada perubahan atau mutasi data
Kepala Kantor Pelayanan PBB menghitung langsung PBB terutang
berdasarkan data yang telah ada di Kantor Pelayanan PBB (Bab VII pasal
9 s/d pasal 10 UU PBB).
Perhitungan PBB terutang oleh Kantor Pelayanan PBB dilakukan
dalam formulir yang dinamakan SPPT PBB (Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang Pajak Bumi dan Bangunan). SPPT dihitung dan diterbitkan atas
dasar SPOP yang diisi oleh WP, namun untuk membantu WP, SPPT dapat
diterbitkan berdasarkan data objek pajak yang telah ada pada Kantor
Pelayanan PBB Direktorat Jenderal Pajak. Setelah melakukan perhitungan
PBB terutang dalam SPPT dan setelah ditandatangani oleh Kepala Kantor
Pelayanan PBB, SPPT tersebut dikirim ke Kelurahan yang wilayah

23
kerjanya meliputi letak objek Pajak Bumi dan Bangunan. Biasanya sekitar
akhir bulan Februari SPPT PBB tersebut telah dikirim ke Kelurahan
masing-masing. WP tinggal mengambil SPPT-nya di Kelurahannya lalu
membayarnya ke tempat pembayaran yang telah ditentukan di SPPT
paling lambat pada tanggal jatuh tempo pembayarannya yaitu enam bulan
setelah SPPT PBB diterima di Kelurahan.
2.2.1.8 Sistem Tempat Pembayaran (SISTEP)
Pasal 11 UU PBB menentukan bahwa tanggal jatuh tempo
pembayaran PBB adalah enam bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh
WP dan tempat pembayarannya adalah bank, kantor pos dan tempat lain
yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan tetapi mengingat kondisi dan situasi
masing-masing wilayah berbeda-beda, jumlah WP PBB sangat besar,
terbatasnya sarana dan prasarana yang ada di masing-masing Kantor
Pelayanan PBB (KP PBB), luas wilayah dan keadaan geografis Indonesia
yang begitu luas, tingkat pendidikan dan pengetahuan WP yang sangat
heterogen, khususnya di masyarakat pedesaan, maka untuk pembayaran
PBB dilakukan melalui apa yang dinamakan SISTEP (Sistem Tempat
Pembayaran). Adapun pokok-pokok ketentuan SISTEP menurut Markus
(2005: 426-427) adalah :
1. Tempat pembayaran PBB di Bank yang telah ditunjuk untuk
menerima pembayaran PBB. Saat ini pembayaran PBB terutang di
Bank yang ditunjuk bisa dilakukan secara on line bahkan bisa dibayar
melalui ATM (Anjungan Tunai Mandiri).

24
2. Pembayaran PBB hanya dapat dilakukan dalam satu kali pembayaran
atau sekaligus dalam arti jumlah pajak terutang tidak dapat diangsur
atau dicicil.
3. Penyampaian SPPT untuk satu wilayah pemerintahan tertentu kepada
WP dilakukan secara serentak atau dalam periode tertentu sehingga
tanggal jatuh tempo pembayaran PBB untuk satu wilayah pemerintah
seragam yaitu satu tanggal jatuh tempo.
4. Dalam satu wilayah Kabupaten atau Kota hanya ada satu Bank atau
Kantor Pos operasional.
5. Jika ada satu Kabupaten atau Kota terdapat lebih dari satu Bank atau
Kantor persepsi maka jumlah Bank persepsi dibatasi sebanyak-
banyaknya tiga jenis Bank sedangkan Bank atau Kantor Pos
operasionalnya tetap satu.
2.2.1.9 Tata Cara Pembayaran
Salah satu ketentuan pada SISTEP ini adalah WP harus melunasi
PBBnya sekaligus. Apabila WP membayar langsung PBB ke tempat
pembayaran yang ditunjuk, pada saat membayar cukup menunjukkan
SPPT PBB dan memberikan uangnya dan sebagai bukti pembayarannya
WP akan menerima STTS dari Kantor penerima pembayaran PBB.
Apabila SPPT belum diterima WP, maka sepanjang STTS sudah tersedia
di tempat pembayaran, WP dapat membayar PBB dengan menunjukkan
SPPT tahun sebelumnya. Di samping itu, WP dalam melaksanakan

25
kewajiban pembayaran PBB-nya bisa melalui prosedur pemindahbukuan
atau transfer, kiriman uang lewat Bank atau Kantor Pos.
Namun, untuk WP sektor pedesaan dan sektor perkotaan terutama
yang tercantum pada buku I, II dan III masih dapat membayar PBB
melalui petugas pemungut dengan catatan tempat tinggal WP jauh atau
sulit sarana dan prasarananya dari tempat pembayaran yang ditunjuk.
Apabila WP membayar PBB melalui petugas pemungut maka petugas
pemungut mendaftarkannya dalam daftar penerimaan harian PBB dengan
memberikan kepada WP bukti penerimaan sementara PBB yang disebut
TTS (Tanda Terima Sementara). Uang PBB disetorkan oleh petugas
pemungut ke tempat pembayaran yang sudah ditentukan (Bank atau
Kantor Pos) dengan menggunakan DPH (Daftar Penyetoran Harian)
rangkap. Untuk daerah yang tidak sulit sarana dan prasarananya, tetapi
berdasarkan pertimbangan perlu ditunjuk petugas pemungut, penyetoran
dilakukan setiap hari. Sedangkan untuk daerah yang sulit sarana dan
prasarananya penyetoran dapat dilakukan selambat-lambatnya tujuh hari
sekali. WP kemudian menerima STTS sebagai tanda bukti pembayaran
PBB yang sah dari tempat pembayaran melalui petugas pemungut sebagai
pengganti TTS. (Markus, 2005:428).
2.2.1.10 Prosedur Pengajuan Keberatan dan Banding Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB)
Keberatan atas PBB diajukan oleh wajib pajak atas SPPT atau
SKPKB. Keberatan dapat diajukan wajib pajak dalam jangka waktu 3

26
(tiga) bulan setelah SKPKB diterima wajib pajak. Dalam jangka waktu 12
bulan sejak keberatan diterima DJP maka DJP akan memberikan
keputusan berupa ditolak, diterima, diterima sebagian dan bila DJP tidak
memberikan keputusan dalam jangka waktu 12 bulan, maka keberatan
dianggap diterima/dikabulkan. Jika keberatan ditolak/diterima sebagian
maka wajib pajak masih punya hak mengajukan banding ke BPSP dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah keputusan keberatan diterima wajib
pajak (Sambodo, 1999:125).
2.3 Kepatuhan Wajib Pajak
2.3.1 Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut kamus umum bahasa Indonesia (1995:1013), istilah
kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam
perpajakan, dapat diartikan ketaatan, tunduk, dan patuh serta
melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi wajib pajak yang patuh adalah
wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Kepatuhan mengandung unsur sebagai berikut:
1. Adanya pengetahuan dan pengertian dari subjek pajak terhadap objek
pajak.
2. Adanya sikap setuju dari subjek pajak.
3. Adanya tindakan perbuatan yang konsisten dengan pengetahuan dan
sikap yang telah dimilikinya (Kurniawan, 2006).

27
Nurmantu (2003:148) mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan
dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Ada
dua macam kepatuhan, yaitu;
1. Kepatuhan formal, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
kewajiban formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang
perpajakan.
2. Kepatuhan material, adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara
substantif atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material
perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan.
Alm (1991) dalam Ali Roshidi bin Ahmad dkk. (2007:4)
menggambarkan kepatuhan pajak sebagai pelaporan dari semua
pembayaran dan penghasilan dari semua pajak oleh pelaksanaan ketentuan
hukum, peraturan dan penghakiman lapangan. Definisi kepatuhan pajak
yang lain adalah tindakan seseorang mengisi format pajak penghasilan,
melaporkan semua penghasilan kena pajak dengan teliti, dan membayar
semua pajak terutangnya sesuai jangka waktu yang ditetapkan tanpa harus
menunggu untuk ditindak oleh yang berwenang, yaitu aparat pajak
(Singh, 2003). Roth, Scholz dan Witten (1989) dalam Kassipillai dkk,
(2003:136) mengidentifikasi dua faktor utama yang mempunyai dampak
penting pada kepatuhan wajib pajak yaitu kepentingan diri dan moral yang
berhubungan dengan keuangan. Asumsi kepentingan diri terhadap
keuangan bahwa seseorang mengharapkan dapat memaksimalkan

28
keperluannya dengan melaporkan penghasilan yang seimbang dengan
keuntungan-keuntungan dari keberhasilan mengelak dari pajak. Jadi,
sanksi dan pendeteksian yang penting adalah alat-alat yang utama untuk
meningkatkan kepatuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak yaitu:
a. Faktor pendidikan wajib pajak, yang meliputi pendidikan formal dan
pengetahuan wajib pajak.
b. Faktor penghasilan wajib pajak, yang meliputi besarnya penghasilan
bersih wajib pajak dari pekerjaan pokok dan sampingannya, serta
jumlah anggota keluarga yang masih harus dibiayai.
c. Faktor pelayanan aparatur pajak, disaat pelayanan penyampaian
informasi, pelayanan pembayaran, maupun pelayanan keberatan dan
penyaranan.
d. Faktor penegakan hukum pajak, yang terdiri dari sanksi-sanksi,
keadilan dalam penentuan jumlah pajak yang dipungut, pengawasan
dan pemeriksaan.
e. Faktor sosialisasi, diantaranya pelaksanaan sosialisasi dan media
sosialisasi (Kusumawati, 2006:40).
Menurut OECD (Organization for Economic Co-operation
Development) dalam Forum Kepatuhan Administrasi Pajak (Forum on
Tax Administration compliance Sub-group, 2004:37) yang telah

29
menganalisa perilaku kepatuhan, memaparkan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku wajib pajak antara lain:
1. Faktor Ekonomi
a. Beban keuangan, dimana terdapat hubungan antara jumlah pajak
terhutang dan perilaku kepatuhan. sebagai contoh, jika pemilik bisnis
yang mempunyai kepatuhan pajak dapat secara mudah membayar
pajak mereka secara penuh. Akan tetapi, jika kewajiban tersebut
besar, secara potensial akan mengancam kelangsungan hidup
pemilik bisnis sehingga mereka akan menghindari membayar pajak
sama sekali atau mengusahakan memanipulasi data dengan
melaporkan pajaknya supaya menjadi lebih kecil tanggungan.
b. Biaya kepatuhan. Masalah wajib pajak yang biasa muncul adalah
membayarkan pajak mereka diatas jumlah yang sebenarnya pajak
yang seharusnya mereka bayar. Hal ini belum termasuk ongkos
untuk membayar seorang akuntan yang telah menghitungkan pajak
mereka dan biaya tidak langsung yang harus dihadapi jika berurusan
dengan keruwetan perundang-undangan pajak. Hal ini termasuk
biaya psikologi seperti tekanan yang mereka hadapi dalam berurusan
dengan semua aturan pajak itu atau bahkan tentang aturan tersebut.
Selain itu, perusahaan kecil sering kesal terhadap cara petugas
pemungut pajak dalam menagih pajak mereka baik secara langsung
maupun tidak langsung.

30
c. Kurangnya dukungan. Menurut penelitian yang menjadi penghalang,
seperti ancaman dan tuntutan hukuman, akan berefek pada perilaku
kepatuhan wajib pajak. Bagaimanapun, penelitian sudah
menunjukkan bahwa alasan wajib pajak kurang atau tidak patuh
karena masalah hukuman.
d. Dorongan. Memberi wajib pajak dorongan mempunyai suatu efek
positif terhadap kepatuhan pajak, yaitu meningkatnya wajib pajak
yang patuh dalam membayar pajak, meskipun ini akan memerlukan
explorasi lebih lanjut.
2. Faktor Perilaku
a. Perbedaan individu. Ada wajib pajak yang memenuhi kewajibannya
dan ada beberapa yang tidak. Faktor individu yang mempengaruhi
perilaku meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat
moral, industri, kepribadian, keadaan, dan penilaian resiko pribadi.
b. Persepsi tidak layak. Wajib pajak yang mempercayai system secara
tak wajar atau yang mempunyai pengalaman pribadi ‘secara tak
wajar’ dalam urusan kepatuhan akan kurang dalam mematuhi pajak.
c. Persepsi tentang resiko minimal. Jika wajib pajak mempunyai
kesempatan untuk tidak mematuhi dan berpikir bahwa hal itu
mempunyai resiko yang kecil, maka ia akan mengambil resiko itu.
d. Resiko yang diambil. Sebagian orang memandang penghindaran
pajak sebagai permainan yang dimainkan dan dimenangkan. Mereka

31
suka menguji ketrampilan mereka dengan menghindarkan kewajiban
mereka dan menghindarkan diri dari tangkapan.
Dari keseluruhan teori di atas yang digunakan dalam penelitian
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak yaitu:
1. Faktor pendidikan wajib pajak
2. Faktor penghasilan wajib pajak
3. Faktor pelayanan aparatur pajak
4. Faktor penegakan hukum pajak
5. Faktor sosialisasi
Kriteria Wajib Pajak Patuh
Menurut Keputusan Menteri Keuangan nomor 544/KMK.04/2000,
kriteria wajib pajak patuh adalah:
1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak
dalam dua tahun terakhir.
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak.
3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir.
4. Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam
hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, korelasi pada

32
pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang
terutang paling banyak 5%.
5. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir
diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak
mempengaruhi laba rugi fiskal (Devano dan Siti Kurnia R., 2006:111).
2.3.2 Faktor Penyebab Ketidakpatuhan Wajib Pajak
Menurut Ritsema (2003:9), alasan ketidakpatuhan para wajib pajak:
6. Ketidakadaan uang
Wajib pajak mungkin lalai untuk melaporkan pajak ketika jatuh tempo
karena mereka kekurangan dana untuk membayar hutang pada
waktunya. Survei menjawab pertanyaan ini adalah tercakup dalam
model.
7. Ketidakwajaran
Persepsi wajib pajak menyangkut kewajaran dari sistem perpajakan
yang mempengaruhi kemauan mereka untuk menghindar dari
pembayaran. Riset sebelumnya atas pengaruh persepsi kewajaran pada
kepatuhan pajak menghasilkan perbedaan. Mcewen dan Maiman
(1986) menemukan bahwa persepsi kewajaran secara langsung
berhubungan dengan kepatuhan, sedangkan Porcano (1988) dan
Yankeloich et al. (1984) menemukan tidak ada hubungan antara
persepsi kewajaran dan kepatuhan.

33
8. Kompleksitas (kerumitan)
Riset yang memusatkan pada persepsi tentang kerumitan
menunjukkan bahwa kompleksitas dihubungkan dengan kepatuhan,
tetapi dampaknya belum jelas. Clotfelter (1983) menemukan bahwa
ada hubungan antara kompleksitas dengan ketidakpatuhan. Westat
(1980), Wittedan Woodbury (1985) dan Slemrod (1989) menemukan
bahwa dampak kompleksitas atas kepatuhan bervariasi dengan
karakteristik individu wajib pajak seperti persepsi kewajaran,
kesempatan untuk menghindar dari pajak dan pendidikan.
9. Ketidaktahuan
Kantor Pelayanan Pajak (IRS/Internal Revenue Service, 1994) telah
menyatakan ketidaksengajaan ketidakpatuhan mungkin penting untuk
mewakili jumlah total ketidakpatuhan. Survei responden memberitahu
kami, mereka lalai membayar pajak mereka sebab mereka tidak sadar
bahwa pajak terutang.
Salah satu penelitian di Chile, Amerika Latin menunjukkan delapan
sebab mengapa seseorang tidak mau membayar pajak di bawah judul:
“Why I don’t want to pay my tax,” atau Mengapa saya tidak ingin
membayar pajak saya, yakni:
1 Karena saya tidak menerima manfaat.
2 Karena tetangga saya juga tidak membayar pajak.
3 Karena jumlah pajaknya terlalu besar.
4 Karena mereka mencuri uang saya.

34
5 Karena saya tidak tahu bagaimana melaksanakannya
6 Karena saya telah mencoba tapi saya tidak mampu.
7 Karena jika mereka menangkap saya, maka saya akan dapat
menyelesaikannya.
8 Walaupun saya tidak bayar, tidak akan terjadi apa-apa (Nurmantu,
2003:154).
Menurut Paul Webley, seorang psikolog ekonomi dalam Forum
Kepatuhan Administrasi Pajak (Forum on Tax Administration compliance
Sub-group, 2004:38), alasan utama perilaku ketidakpatuhan dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1 Keadilan
Persepsi keadilan dalam sistem pajak sangat penting, perilaku wajib
pajak dipengaruhi oleh dua persepsi yaitu bahwa sistem keadilan yang
memperlakukan wajib pajak tanpa membandingkan dengan yang lain,
dan usaha pemerintah yang terlalu kecil dalam mengumpulkan pajak.
2 Peluang ketidakpatuhan
Beberapa studi melaporkan faktor penting yang menjelaskan perilaku
ketidakpatuhan. Bagaimanapun hal itu belum jelas apakah mereka yang
cenderung tidak patuh dengan mencari peluang, sebagai contoh tenaga
kerja yang menyampaikan gajinya tidak sesuai dengan Upah
ketenagakerjaan.

35
3 Perbedaan individu
Mereka yang tidak mematuhi cenderung tertuju pada pria, para pemuda,
yang egois, mempunyai sikap positif ke arah pengelakan pajak dan
sikap negatif ke arah otoritas perpajakan. Ada beberapa bukti yang
menyatakan bahwa pendidikan tentang sistem perpajakan mempunyai
suatu dampak langsung atas berkurangnya kecenderungan untuk
penghindaran pajak.
4 Norma sosial
Jika seseorang percaya bahwa banyak orang yang melakukan
ketidakpatuhan yang lebih dari yang ia telah lakukan. Studi
menunjukkan bahwa mengurangi perilaku ketidakpatuhan yang efektif
yaitu dengan memastikan bahwa wajib pajak mempunyai suatu
pemahaman yang akurat mengenai perilaku kepatuhan seperti yang
lainnya.
5 Ketidakpuasan pada otoritas pajak
Ada suatu korelasi positif antara kepercayaan wajib pajak dengan
otoritas penghasilan yang tidak menolong atau tidak efisien dan
kemungkinan mereka yang tidak patuh. Bagaimanapun, hal itu belum
jelas tentang pengaruhnya dibandingkan faktor lain.
2.3.3 Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak
perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

36
1. Meningkatkan penyuluhan dan informasi tentang perpajakan.
2. Menciptakan aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa.
3. Melakukan pembaharuan dan perombakan pajak-pajak yang masih
berbau kolonial (Suryarini dan Tarsis T., 2007:10).
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kepatuhan wajib
pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dapat tercermin
dari sikap dan perilaku sebagai berikut:
1. Ketaatan
Sejauh mana wajib pajak mampu mentaati segala peraturan tentang
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), khususnya tentang pelaksanaan sistem
pengenaan PBB, yaitu pendaftaran wajib pajak dengan mengisi SPOP
(Surat Pemberitahuan Objek Pajak) dengan jelas dan benar, serta tepat
waktu. SPOP tersebut disampaikan pada Dirjen Pajak melalui Kelurahan.
Jika wajib pajak tidak mengembalikan SPOP dan tidak mengisinya dengan
benar, maka Dirjen Pajak akan menerbitkan SKP (Surat Ketetapan Pajak)
sebagai teguran bagi wajib pajak. Setelah Wajib pajak menyampaikan
SPOP, Dirjen Pajak akan menerbitkan SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang) berdasarkan SPOP yang diterimanya. SPPT tersebut digunakan
untuk membayar pajak (PBB) selambatnya enam bulan sejak tanggal
penerbitan SPPT (Mardiasmo, 2004:277).
2. Persepsi pajak
Sejauh mana persepsi (penilaian) wajib pajak mengenai pajak,
apakah persepsi positif, yaitu wajib pajak dapat menilai pajak dapat

37
memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat dan wajib pajak
sendiri, atau persepsi negatif, dimana wajib pajak menilai bahwa pajak
tidak bermanfaat dan hanya membebani kehidupan wajib pajak. Erard
dan Feinstin menggunakan teori psikologi dalam kepatuhan wajib
pajak, salah satunya persepsi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan
beban pajak yang mereka tanggung (Chaizi nasucha dalam Devano dan
Siti Kurnia Rahayu, 2006:111). Persepsi wajib pajak akan positif jika
mereka menilai bahwa besarnya beban pajak yang mereka bayarkan,
akhirnya dampaknya bisa mereka rasakan, seperti adanya pembangunan
dan perbaikan fasilitas umum dan sebagainya.
3. Ketepatan waktu
Sejauh mana wajib pajak melaksanakan kewajiban Perpajakan
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Sepeti dalam
Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK. 04/2000 mengenai kriteia
kepatuhan wajib pajak, yang salah satu isinya antara lain tepat waktu
dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun
terakhir (Devano dan Siti Kurnia Rahayu, 2006:111). Disamping itu,
wajib pajak juga harus tepat waktu dalam membayarkan pajak
terutangnya.
2.4 Penghasilan Wajib Pajak
Pengertian penghasilan menurut undang-undang PPh (Pajak
Penghasilan) pasal 4 ayat (1) adalah setiap tambahan kemampuan

38
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan wajib pajak, dengan nama dan dalam
bentuk apapun, termasuk :
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa, yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan honororarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, semua pembayaran atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, seperti upah, gaji, premi asuransi jiwa, asuransi kesehatan
yang dibayar oleh pemberi kerja atau imbalan dalam bentuk lainnya
adalah objek pajak. Pengertian imbalan dalam bentuk lainnya termasuk
imbalan dalam bentuk natura yang pada hakekatnya merupakan
penghasilan.
2. Hadiah dari undian, atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
Dalam pengertian hadiah, termasuk hadiah dari undian, pekerjaan, dan
kegiatan seperti hadiah undian tabungan, hadiah dari pertandingan olah
raga dll sebagainya. Yang dimaksud dengan penghargaan adalah
imbalan yang diberikan sehubungandengan kegiatan tertentu, misalnya
imbalan yang diterima sehubungan dengan penemuan benda-benda
purbakala (www.pajakonline.com).
Salah satu penyebab utama wajib pajak tidak patuh adalah faktor
penghasilan wajib pajak (Devano dan Siti Kurnia Rahayu, 2006:120).
Penghasilan yang telah diperoleh wajib pajak pada umumnya hanya

39
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Saat muncul kewajiban
pajak terhadap wajib pajak tersebut, maka akan timbul masalah antara
pemenuhan kepentingan pribadi dengan kepentingan sebagai warga
Negara, atau lebih tepatnya kepentingan Negara dan sering kali
kepentingan pribadilah yang akan didahulukan. Asumsinya seseorang
yang berpenghasilan besar akan lebih patuh dalam membayar pajak karena
dianggap mampu secara finansial, dengan tidak meninggalkan faktor
kesadaran wajib pajak didalamnya. Di sini juga dapat dilihat seberapa
besar kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak terhadap orang yang
berpenghasilan lebih, karena secara teori, orang yang berpenghasilan lebih
telah mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya sehingga seharusnya
bisa menyisihkan sedikit dari penghasilannya untuk membayar pajak.
Wajib pajak harus mengorbankan sebagian penghasilan atau harta/uangnya
(Sacrifice of income) untuk membayar pajak.
Teori ekonomi mengatakan bahwa I atau Income
(penghasilan/penghasilan) = C atau Consumtion (konsumsi), dimana
besarnya penghasilan akan sama dengan besarnya konsumsi. Konsumsi
disini termasuk juga pengeluaran untuk membayar pajak karena wajib
pajak dianggap melakukan tindakan konsumsi yaitu menghabiskan nilai
guna dari suatu barang, dalam hal ini yang dimaksud adalah nilai guna atas
tanah dan bangunan. Asumsinya ialah jika penghasilan seseorang besar,
maka konsumsinya untuk membayar pajak akan besar juga. Hal itulah

40
yang menjadi pertimbangan bahwa penghasilan dapat berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
Faktor yang mempengaruhi penghasilan menurut Safir Senduk
dalam detik.com (2000) antara lain:
1. Pendidikan
Statistik menunjukkan, orang yang menempuh pendidikan lebih tinggi
cenderung menghasilkan lebih banyak uang daripada mereka yang
tidak. Ini seringkali ‘membutakan’ mata masyarakat yang akhirnya
cenderung menganggap bahwa seseorang tidak akan mendapatkan
penghasilan tinggi sebelum mereka menempuh pendidikan setinggi-
tingginya. Ini tentu saja merupakan mitos yang salah. Yang benar
adalah pendidikan yang tinggi bisa membantu seseorang untuk
mendapatkan penghasilan yang lebih besar, meski hal itu bukan satu-
satunya jaminan.
2. Pekerjaan
Penghasilan seseorang juga berkait erat dengan pekerjaan yang dia
lakukan, dengan istilah white collar worker dengan blue collar worker.
Pekerja kerah putih (mereka yang lebih banyak menggunakan
pikirannya dalam bekerja) biasanya menghasilkan lebih banyak uang
daripada mereka yang berkerah biru (mereka yang lebih banyak
menggunakan tenaganya).

41
3. Umur
Penghasilan seseorang juga berkait erat dengan umurnya. Mereka yang
masih berumur 25 tahun ke bawah cenderung berpenghasilan lebih
rendah daripada mereka yang sudah berumur di atas 25 tahun, bahkan
di atas 35 tahun. Semakin tua umur seseorang, biasanya penghasilannya
akan menjadi lebih tinggi. Ini masuk akal mengingat pengalaman
seseorang dalam satu bidang, apabila ditekuni dari tahun ke tahun akan
membuat pengalamannya bertambah, sehingga penghasilannya juga
akan semakin bertambah.
4. Harta
Penghasilan seseorang pada dasarnya didapat dari upah dan juga hasil
investasi. Upah terdiri atas honor dan gaji, yang didapat seseorang
karena jasa atau pekerjaan yang dia lakukan. Tetapi penghasilan yang
kedua, adalah penghasilan yang didapat dari hasil investasi. Misal,
seseorang memiliki harta berupa uang tunai Rp 100 juta. Bila uang ini
diinvestasikan, akan memberikan penghasilan bunga yang rutin setiap
bulannya. Semakin besar harta yang dia miliki, semakin besar pula
penghasilan bunganya atau hasil investasinya. Jadi, semakin besar
harta, biasanya akan semakin besar pula penghasilan yang diterima.
Selanjutnya penghasilan tersebut bisa digunakan untuk memperbesar
harta, yang pada akhirnya bisa digunakan untuk mendapatkan
penghasilan yang lebih besar, begitu seterusnya.

42
5. Tempat Tinggal
Tempat tinggal juga berpengaruh pada penghasilan seseorang. Dua
orang manajer yang sama, misalnya, baik umur maupun jenis
pekerjaannya, bisa saja berbeda penghasilannya bila mereka tinggal di
dua kota yang berbeda.
Menurut Soemitro (1987:26) dalam pemungutan pajak perlu
diperhatikan kemampuan wajib pajak dalam membayar pajak, kemampuan
membayar pajakmitu sendiri dipengaruhi oleh tingkat penghasilan, oleh
karena itu pajak harus dipungut pada saat yang tepat, yaitu pada saat wajib
pajak mempunyai uang.
Penghasilan menurut Lumbatoruan (1990:423) adalah tanggungan
jumlah uang atau nilai yang selama tahun takwim diperoleh seseorang
dari:
b. Usaha dan tenaga,
c. Barang tak bergerak,
d. Harta bergerak,
e. Hak atas pembayaran berkala dan,
f. Tambahan harta yang ternyata dalam tahun takwin kecuali jika hal
sebaliknya dibuktikan oleh wajib pajak.
Menurut Winardi (1993:245) penghasilan adalah hasil yang berupa
uang atau hasil materi lainya yang dicapai dari penggunaan kekayaan jasa
manusia bebas sedangkan menurut Gilarso (1994:40) penghasilan keluarga

43
adalah segala balas karyayang diperoleh sebagai imbalan atau bals jasa
atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi.
berdasarkan definisi singkat diatas, maka dapat dapat diambil
kesimpulan bahwa penghasilan adalah semua penghasilan yang diterima
oleh sesorangyang berupa uang atau barang sebagai balas jasa dari faktor-
faktor produksi.
2.4.1 Jenis-Jenis Sumber Penghasilan
Menurut Gilarso (1994:40) jenis penghasilan yang diperoleh
sesorang dikategorikan menjadi:
1. Penghasilan pokok yaitu penghasilan yang diperoleh dari upah sebagai
kerja pokok.
2. Penghasilan tambahan yaitu penghasilan yang diperoleh dari luar
penghasilan pokok.
3. Penghasilan lain-lain yaitu penghasilan yang diperoleh diluar
penghasilan pokok dan tambahan.
Sedangkan sumber penghasilan keluarga berasal dari:
1. Penghasilan dari pekerjaan yaitu penghasilan yang diperoleh dari suatu
pekerjaan misalnya guru, dokter,notaris, akuntan dan sebagainya.
2. Penghasilan dari modal yaitu pendapan yang diperoleh dari harta yang
dikerjakan sendiri.
3. Penghasilan dari kegiatan usaha yaitu penghasilan penghasilan yang
diperoleh dari hadiah, pembebasan utang.

44
2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghasilan
Menurut Kam, 1995 dalam Chariri (2001:254) faktor-faktor yang
mempengaruhi penghasilan adalah:
a. Kegiatan menghasilkan dan menjual output,
b. Obyek kegiatan yang berupa produk itu sendiri.
Sedangkan menurut Suwardjono, 1994 dalam Chariri (2001:257)
penghasilan dipengaruhi oleh:
a. Modal atau pendanaan (financing) yang mengakibatkan adanya
tambahan dana,
b. Untung dari penjualan aktiva yang yang berupa produk perusahaan
seperti aktiva tetap,
c. Hadiah sumbangan atau temuan,
d. Penyerahan produk perusahaan berupa hasil penjualan produk atau
penyerahan jasa.
Penghasilan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penghasilan
bersih yang diterima oleh wajib pajak dari pekerjaan pokok dan pekerjaan
sampingan dengan perhitungan penghasilan satu bulan.
2.5 Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran perpajakan adalah kerelaan memenuhi kewajibannya,
termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi
pemerintah dengan cara membayar kewajiban pajaknya (Suhardito, B. &
Sudibyo, B. 1999). Tingkat kesadaran yang dimiliki oleh Wajib Pajak
juga berpengaruh terhadap kepatuhan dalam membayar pajak karena pada

45
Kenyataanya tidak banyak orang yang secara sadar akan kewajiban
perpajakannya dan mengerti essensi dari pajak itu sendiri melainkan
hampir sebagian besar orang melaksanakan kewajiban perpajakannya
hanya memenuhi ketentuan yang sudah ada” (Bradoks, 2007). Hal ini
mengindikasikan bahwa budaya kurangnya kesadaran (lack of awareness)
sangat berpotensi mengurangi tingkat kepatuhan. Sebagai warga negara
(yang baik), kewajibannya adalah memenuhi kewajiban perpajakan.
Ada banyak hal yang menjadi penyebab mengapa tingkat kesadaran
masyarakat untuk membayar pajak masih rendah, diantaranya adalah:
1. Sebab kultural dan historis.
Rakyat Indonesia yang mengalami panjajahan selama kurang lebih
tiga setengah abad, baik di zaman kolonial maupun dimasa pendudukan
Jepang, masih belum lupa kepahitan dimasa penjajahan tersebut,
khususnya di bidang perpajakan, rakyat mengenal pajak hanya sebagai
alat pemeras dari kaum penjajah, dan oleh sebab itu, rakyat benci
terhadap pajak. Kebencian itu dikarenakan pajak dirasakan sebagai
beban yang memberatkan hidupnya. Walaupun Indonesia sudah
merdeka bukan berarti lagi Negara jajahan, rakyat masih tidak mengerti
dan masih beranggapan bahwa pajak memberatkan mereka.
2. Kurangnya informasi dari pihak pemerintah kepada rakyat.
Pada umumnya, rakyat tidak mengetahui tentang informasi
perpajakan, contohnya tentang perubahan undang-undang atau
kebijakan lain.

46
3. Adanya kebocoran pada penarikan pajak.
Kebocoran dalam penarikan pajak dapat berupa tambahan uang
yang harus dibayar wajib pajak dalam membayar pajak sehingga uang
yang dibayarkan tidak sama dengan jumlah yang tertera di SPPT (Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang). Contoh lainnya ialah jumlah uang hasil
penerimaan pajak yang disetorkan tidak sesuai atau kurang dari jumlah
yang seharusnya disetor.
4. Suasana individu, seperti belum punya uang, malas, dan tidak ada
imbalan langsung dari pemerintah (Suryarini dan Tarsis T, 2006:10).
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak
perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1 Meningkatkan penyuluhan dan informasi tentang perpajakan.
2 Menciptakan aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa.
3 Melakukan pembaharuan dan perombakan pajak-pajak yang masih
berbau kolonial (Suryarini dan Tarsis T, 2006:10).
2.6 Kerangka Berpikir
Penerimaan pajak dianggap penting bagi kelangsungan hidup suatu
Negara. Hal ini terbukti dengan sebagian besar dana pembangunan yang
berasal dari penerimaan pajak. Salah satu penerimaan pajak yang perlu
diperhatikan ialah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang manfaatnya atau
hasil penerimaan pajaknya sebagian besar masuk ke kas daerah yang
bersangkutan, sehingga bisa langsung digunakan oleh pemerintah daerah
setempat, tanpa harus meminta dahulu pada pemerintah pusat.

47
Penerimaan pajak yang belum optimal yang dikarenakan kepatuhan
wajib pajak yang kurang merupakan masalah sebagian besar Negara-
negara di dunia. Masalah kepatuhan dalam membayar pajak merupakan
masalah yang penting karena hal itu akan mempengaruhi besarnya
penerimaan pajak yang akan diterima oleh Negara. Kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak bisa diketahui dan diperbaiki guna meningkatkan
penerimaan pajak, dimana kepatuhan tersebut dapat tercipta dengan
melihat faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya penghasilan
dan kesadaran wajib pajak.
Penghasilan merupakan tambahan kekayaan atau harta yang
diperoleh baik dari dalam maupun dari luar Negara yang dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Wajib pajak akan lebih memilih
menggunakan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dari
pada menggunakannya untuk membayar pajak. Asumsinya seseorang yang
berpenghasilan besar yang telah mampu memenuhi kebutuhan hidupnya,
seharusnya akan dapat membayar pajak, termasuk didalamnya harus ada
kesadaran diri untuk membayar pajak.
Selain itu dalam teori ekonomi dikatakan bahwa I atau Income
(penghasilan/penghasilan) = C atau Consumtion (konsumsi), dimana
besarnya penghasilan akan sama dengan besarnya konsumsi. Konsumsi
disini termasuk juga pengeluaran untuk membayar pajak karena wajib
pajak dianggap melakukan tindakan konsumsi yaitu menghabiskan nilai
guna dari suatu barang, dalam hal ini yang dimaksud adalah nilai guna atas

48
tanah dan bangunan. Asumsinya ialah jika penghasilan seseorang besar,
maka konsumsinya untuk membayar pajak akan besar juga. Pertimbangan-
pertimbangan inilah yang dijadikan dasar mengapa penghasilan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
Selain faktor penghasilan, kesadaran wajib pajak dapat menjadi tolak
ukur bagi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Tanpa adanya
kesadaran tentang membayar pajak, wajib pajak akan sulit memahami arti
penting pajak, tujuan pajak yang sebenarnya, dan bagaimana dampaknya
jika wajib pajak tidak membayar pajak. Wajib pajak akan mengalami
kesulitan untuk melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak jika
ia sendiri tidak mempunyai kesadaran tentang pembayaran pajak. Hal-hal
inilah yang menjadi pertimbangan bahwa faktor kesadaran sangat penting
bagi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
Pada umumnya seseorang yang memiliki pendidikan, akan sadar dan
patuh terhadap hak dan kewajibannya, tanpa harus dipaksakan dan
diancam oleh beberapa sanksi dan hukuman. Wajib pajak yang
mempunyai kesadaran akan membayar pajak maka secara sadar diri juga
akan patuh membayar pajak. Mereka telah mengetahui bagaimana alur
penerimaan pajak tersebut akan berjalan, hingga akhirnya manfaat
membayar pajak tersebut dapat dirasakannya, sebagai contoh, jalanan yang
selalu diaspal jika rusak dan dalam keadaan baik, yang setiap hari dapat
dilalui semua orang dengan nyaman. Itu salah satu manfaat kecil dari
pajak yang seharusnya diketahui seluruh masyarakat, khususnya wajib

49
pajak. Oleh karena itu, kesadaran wajib pajak akan membayar pajak
dianggap penting dalam mewujudkan kepatuhan membayar PBB.
Secara sistematis pengaruh penghasilan dan kesadaran wajib pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Penghasilan (X1) 1 Pekerjaan Pokok 2 Pekerjaan
Sampingan
Kesadaran Wajib Pajak (X2) 1. Sebab Kultural dan Historis 2. Kurangnya Informasi 3. Adanya Kebocoran Pada
Penarikan Pajak 4. Suasana individu
Kepatuhan Wajib Pajak
(Y) 1. Ketaatan 2. Persepsi
Pajak 3. Ketepatan
Waktu

50
2.7 HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari permasalahan
penelitian yang biasa dirumuskan dalam bentuk yang dapat diuji secara empirik
(Hasan, 2002:50). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1= Ada pengaruh yang signifikan antara penghasilan dan kesadaran wajib pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
H2= Ada pengaruh yang signifikan antara penghasilan terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
H3= Ada pengaruh yang signifikan antara kesadaran wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.

51
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
3.1.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).
Menurut Sugiyono (2007:61) populasi adalah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak yang berada di Kelurahan
Tembalang Semarang pada tahun 2009 adalah sebesar 2.011 wajib pajak.
3.1.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono, 2007:62). Sampel yang diambil dalam penelitian
ini menggunakan rumus Slovin, hal ini dikarenakan ukuran populasi
diketahui dan asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Ukuran sampel
dengan rumus:
21 NeNn
+=
Dimana:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Batas kesalahan maksimal yang ditolerir dalam sampel (10%)
(Umar,2005:78).

52
Pengambilan sampel tergantung pada:
1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana.
2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap objek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data.
3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti (Arikunto,
2006:134).
Jumlah populasi berdasarkan data dari KPP Pratama Candisari
Semarang yang menyebutkan bahwa jumlah wajib pajak (WP) pada tahun
2009 berjumlah 2.011 orang, maka batas minimal pengambilan sampel
berdasarkan rumus diatas adalah:
= 95,26 (dibulatkan 95)
Berdasarkan perhitungan di atas, maka sampel dalam penelitian ini
adalah 333,7 dibulatkan 334 responden. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling, pengambilan
sampel yang dilakukan secara acak dimana setiap populasi memperoleh
kesempatan dipilih menjadi sampel (Arikunto,2006:134). Pengambilan
sampel tersebut diberikan kepada wajib pajak PBB kelurahan Tembalang
Semarang.

53
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:2). Dalam
penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu :
3.2.1 Variabel bebas atau independent variable
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi terhadap segala
sesuatu gejala. Komponen variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
1 Penghasilan (X1)
Salah satu variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penghasilan wajib
pajak. panghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Penghasilan dalam penelitian ini menggunakan indikator besarnya
penghasilan pokok dan sampingan wajib pajak yaitu besarnya penghasilan
bersih dari pekerjaan pokok dan sampingan yang dihasilkan oleh seluruh
anggota keluarga yaitu bapak, istri, anak laki-laki dan perempuan yang
belum berkeluarga dengan perhitungan penghasilan satu bulan.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur penghasilan terdiri dari satu
item pertanyaan dengan menggunakan pertanyaan terbuka yaitu responden
mengisi sendiri jawaban berdasarkan pertanyaan yang diajukan mengenai
penghasilan wajib pajak. Variabel penghasilan diukur dengan instrumen

54
yang diadopsi dari Noviani (2005) dan Wulandari (2007) yang telah
dimodifikasi oleh peneliti. Dimana tiap jawaban wajib pajak tentang jumlah
pengetahuan dikelompokkan dan diukur dengan skala Likert yang
menggunakan lima poin, dimana semakin tinggi poin akan menunjukkan
semakin tingginya kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.
2 Kesadaran wajib pajak (X2)
Variabel ini diukur dengan menggunakan indikator menurut
Suryarini dan Tarsis T (2006:10) sebagai berikut:
1. Sebab Kultural dan Historis
2. Kurangnya Informasi
3. Adanya Kebocoran Pada Penarikan Pajak
4. Suasana individu
Masing-masing item pertanyaan tersebut diukur dengan
menggunakan skala Likert 5 poin, dimana semakin mengarah ke poin 1
menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak rendah. Sedangkan
semakin mengarah ke poin 5 menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan
wajib pajak tinggi. Adapun kategori jawabannya untuk indikator
ketepatan waktu menggunakan alternatif jawaban a, b, c, d, dan e, serta
kategori jawaban sangat tidak setuju, tidak setuju, kurang setuju, setuju
dan sangat setuju.
3.2.2 Variabel terikat atau dependent variable
Yaitu Kepatuhan Wajib Pajak (Y). Instrumen yang digunakan dengan
pertanyaan tertutup yaitu responden memberikan jawaban yang telah

55
disediakan. Masing-masing item pertanyaan tersebut diukur dengan
menggunakan Ratio 5 poin, dimana semakin mengarah ke poin 1
menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak rendah sedangkan
semakin mengarah ke poin 5 menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan
wajib pajak tinggi. Adapun kategori jawabannya untuk indikator
ketepatan waktu menggunakan alternatif jawaban a, b, c, d, dan e, serta
kategori jawaban sangat tidak setuju, tidak setuju, kurang setuju, setuju
dan sangat setuju.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
3.3.1 Metode Angket
Angket menurut Arikunto (2006) adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari respondendalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Dalam penelitian
ini angket digunakan sebagai metode utama untuk memperoleh data dari
wajib pajak mengenai kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak
Bumi dan Bangunan di Kelurahan Tembalang Semarang. Dasar
penggunaan metode ini adalah:
1. Angket digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah responden
yang menjadi objek penelitian.
2. Angket dapat membuat responden menjadi lebih bebas dalam
menjawab pertanyaan.

56
3. Pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah sesuai dengan
maksud peneliti.
4. Data yang terkumpul akan lebih mudah dianalisis serta menghemat
waktu, tenaga, dan biaya.
Penelitian ini menggunakan angket tertutup dan terbuka. Angket
tertutup yaitu responden memberikan jawaban yang telah disediakan,
untuk mengungkapkan data variabel kesadaran wajib pajak dan kepatuhan
wajib pajak dalam membayar PBB. Angket terbuka untuk mengungkap
data tentang variabel penghasilan wajib pajak. Data-data yang diperoleh
dari jawaban responden tersebut diukur dengan pengukuran interval/skala
interval, dengan menggunakan metode perskalaan yaitu skala Likert.
Menurut Sekaran (2006:31) skala Likert (Likert scale) didesain untuk
menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan
pada skala 5 titik. Respons terhadap sejumlah item yang berkaitan dengan
konsep atau variabel tertentu kemudian disajikan kepada tiap responden.
Angkat dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian yaitu :
1. Data diri responden
Pada bagian ini berisi beberapa pertanyaan tentang identitas
responden, dalam hal ini wajib pajak. Jenis pertanyaan yang
disediakan adalah pertanyaan terbuka yang meliputi nama, alamat,
tingkat pendidikan, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, luas
tanah, luas bangunan, dan kondisi bangunan.

57
2. Pernyataan
a. Pernyataan mengenai penghasilan
Bagian ini berisi pertanyaan mengenai penghasilan wajib pajak.
Jenis pertanyaan adalah pertanyaan terbuka dimana responden
mengisi sendiri jawaban berdasarkan pertanyaan yang diajukan
mengenai jumlah penghasilan keluarga yang berasal dari
penghasilan ayah, ibu, dan anak yang belum menikah yang terdiri
dari penghasilan pokok dan penghasilan sampingan.
b. Pernyataan mengenai kesadaran wajib pajak
Bagian ini berisi pertanyaan mengenai kesadaran wajib pajak.
Jenis pertanyaan adalah pertanyaan tertutup, responden hanya
tinggal memberi tanda tick mark ( ) pada pilihan jawaban yang
tersedia.
c. Pernyataan mengenai kepatuhan membayar PBB
Bagian ini berisi pertanyaan mengenai seberapa besar tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB. Jenis pertanyaan
adalah pertanyaan tertutup, responden hanya tinggal memberi tanda
silang (X) untuk pertanyaan yang berada di luar tabel dan memberi
tanda tick mark ( ) untuk pertanyaan yang berada di dalam tabel
pada pilihan jawaban yang tersedia.
3.3.2 Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber pada
barang-barang tertulis (Arikunto, 2006:158). Yaitu mencari data mengenai

58
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Metode
dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai besarnya
penerimaan PBB tahun 2006-2009, selain itu juga digunakan untuk
mengetahui jumlah jumlah wajib pajak di Kelurahan Tembalang Semarang
tahun 2009 yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini.
3.4 Validitas dan Reliabilitas
Baik buruknya penelitian tergantung dari benar tidaknya data, karena
data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai
alat pembuktian hipotesis. Instrumen yang baik harus memenuhi persyaratan
penting yaitu valid dan reliabel.
3.4.1 Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. (Ghozali 2006:45). Pengujian validitas dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment oleh
Pearson yaitu:
( )( )( ){ } ( ){ }∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑
−−
−=
2222 yyNxxN
yxxyNrxy
Dimana:
xyr : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N : jumlah responden

59
X : skor item
Y : skor total
(Suharsimi Arikunto, 2006: 170)
Koefisien harga xyr yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus di atas dikonsultasikan dengan tabel harga r moment
pada taraf signifikasi 5% atau interval kepercayaan 95%. Jika indeks
korelasi atau harga xyr lebih besar atau sama dengan tabelr butir maka
instrumen itu valid dan jika xyr hitung lebih kecil dari r tabel maka butir
instrumen itu tidak valid.
Berdasarkan hasil uji coba kepada 20 responden diperoleh xyr untuk
pernyataan yang tidak valid yaitu sebesar 0,235 pernyataan no 5; 0,255
pernyataan no 8; 0,408 pernyataan no 15 hasil perhitungannya lebih kecil
dari tabelr = 0,444. Hasil perhitungan validitas uji coba penelitian dapat
dilihat pada Tabel dibawah ini :
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas
No rhitung rtabel Keterangan 2 0,602 0,444 Valid 3 0,684 0,444 Valid 4 0,838 0,444 Valid 5 0,235 0,444 Tidak Valid 6 0,538 0,444 Valid 7 0,629 0,444 Valid 8 0,255 0,444 Tidak Valid 9 0,676 0,444 Valid
10 0,667 0,444 Valid 11 0,837 0,444 Valid 12 0,521 0,444 Valid 13 0,652 0,444 Valid 14 0,593 0,444 Valid

60
15 0,408 0,444 Tidak Valid 16 0,714 0,444 Valid 17 0,588 0,444 Valid 18 0,573 0,444 Valid 19 0,625 0,444 Valid
Pernyataan yang valid seluruhnya digunakan untuk memperoleh
data, sedangkan untuk pernyataan yang tidak valid tidak digunakan.
3.4.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Gozali, 2006:41). Suatu
kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Untuk menguji reliabilitas instrumen dapat menggunakan rumus
Alpha sebagai berikut:
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−⎥⎦
⎤⎢⎣⎡
−= ∑
2
2
11 11 t
b
kkr
σσ
Dimana:
11r : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ 2bσ : jumlah varians butir
2tσ : varians total
Untuk mencari varians butir digunakan rumus:
( )
NNX
Xt
∑ ∑−=
2
2σ

61
Setelah diperoleh koefisien reliabilitas kemudian dikonsultasikan
dengan harga r product moment pada taraf signifikansi 5%. Jika harga
tabelrr >11 maka instrumen dapat dikatakan reliabel, sebaliknya jika harga
tabelrr <11 maka dikatakan instrumen tersebut tidak reliabel.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha
diperoleh koefisien reliabilitas pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20,
untuk pernyataan kesadaran wajib pajak sebesar 0,779 dan kepatuhan
wajib pajak sebesar 0,730, koefisisien reliabilitas tersebut lebih besar dari
tabelr = 0,444 untuk α = 5% dengan n = 20. dengan demikian dapat
dijelaskan bahwa kuesioner tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan dalam penelitian.
3.5 Metode Analisis Data
Analisis data adalah cara mengolah data yang telah terkumpul agar
dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dan untuk mengukur
pengaruh X terhadap Y.
3.5.1 Statistik Deskriptif
Data statistik yang diperoleh dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang sekumpulan data
yang diperoleh, baik mengenai sampel atau populasi kemudian dianalisis
dengan tehnik analisis dengan tujuan untuk menunjukkan apakah
variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Statistik Deskriptif

62
(descriptive statistics) merupakan statistik yang menggambarkan
fenomena atau karakteristik dari data. Menurut Ghozali (2005:19)
penggunaan metode statistik deskriptif memiliki tujuan untuk
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data.
Gambaran mengenai penghasilan dapat diperoleh dengan cara :
Interval kelas = (penghasilan tertinggi – penghasilan terendah) : 5
Gambaran mengenai kesadaran wajib pajak dapat diperoleh dengan
cara :
Skor minimal = skor terendah x jumlah soal
Skor maksimal= skor tertinggi x jumlah soal
Rentang skor = skor tertinggi – skor terendah
Interval kelas = (skor tertinggi – skor terendah : 5)
Gambaran mengenai kepatuhan wajib pajak dapat diperoleh dengan
cara :
Skor minimal = skor terendah x jumlah soal
Skor maksimal= skor tertinggi x jumlah soal
Rentang skor = skor tertinggi – skor terendah
Interval kelas = (skor tertinggi – skor terendah : 5)
3.5.2 Uji Prasyarat Regresi Linier Berganda
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Salah satu
cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak

63
adalah dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Hasil uji K-S harus memberikan nilai probabilitas di atas α=0,05 agar
dapat dikatakan data berdistribusi normal (Ghozali, 2006:110).
3.5.3 Uji Asumsi Klasik
3.5.3.1 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas
(Ghozali, 2006:57).
Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan
nilai Variance Inflaction Factor (VIF). Apabila nilai VIF kurang dari 10
dan nilai tolerance lebih dari 10%, maka dapat dikatakan bahwa model
regresi yang dihasilkan tidak terjadi multikolinearitas dan baik untuk
digunakan. Dalam penelitian ini, pengujian multikolinearitas
menggunakan bantuan program SPSS.
3.5.3.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari suatu
pengamatan itu adalah tetap maka homokedastisitas dan jika varians
berbeda maka terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan program SPSS dengan pengujian Glejser.

64
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen, maka indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hasil
tampilan output SPSS akan menunjukkan bahwa probabilitas
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, agar dapat disimpulkan
model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
3.5.4 Uji Hipotesis
3.5.4.1 Analisis Regresi Berganda
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk
menguji pengaruh antara variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X).
Persamaan regresi berganda dengan rumus:
Y = a + b1X1 + b2X2+e
Keterangan:
Y = Kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan
a = Konstanta
b1, b2 = Koefisien persamaan regresi prediktor X1, X2
X1 = Penghasilan Wajib pajak
X2 = Kesadaran Wajib Pajak
e = Kesalahan pengganggu (Algifari,1997:51).

65
3.5.4.2 Uji Simultan (uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel terikat/ dependen (Ghozali, 2001:44).
Cara yang digunakan untuk Uji F yakni dengan melihat nilai signifikansi.
Kriteria pengujian SPSS yaitu apabila nilai signifikansi dari hasil Fhitung
lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis (H1) diterima yang berarti bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara penghasilan dan kesadaran wajib pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan.
3.5.4.3 Uji Parsial (uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel penjelas/ independen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2001:44). Penelitian ini melakukan
pengujian hipotesis (Uji t) menggunakan bantuan program SPSS, yaitu
hipotesis (H2 dan H3) diterima apabila nilai signifikansi dari hasil thitung <
0,05 dan hipotesis (H2 dan H3) akan ditolak apabila nilai signifikansi dari
hasil thitung > 0,05.
3.5.4.4 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui besarnya
sumbangan efektif yang diberikan variabel independen yaitu penghasilan

66
dan kesadaran wajib pajak terhadap variabel dependen kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) di kelurahan
Tembalang Semarang tahun 2009, perlu juga dicari besarnya koefisien
determinasi (r2) parsialnya untuk masing-masing variabel bebas. r2
digunakan untuk mengetahui sejauh mana sumbangan dari masing-
masing variabel bebas jika variabel lainnya konstan terhadap variabel
terikat. Makin besar nilai r2 maka semakin besar variasi sumbangannya
terhadap variabel terikat.
Untuk membantu pengolahan data secara cepat dan tepat, maka
pengolahan data dilakukan melalui program SPSS (Statistical Product
and Service Solutions).

67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Kelurahan Tembalang mempunyai luas 268,63 Ha yang terdiri dari
262,63 Ha bangunan dan sisanya tanah sawah. Batas-batas kelurahan
Tembalang antara lain:
1. Sebelah utara : kelurahan Jangli dan Sambiroto
2. Sebelah timur : kelurahan Sambiroto, Mangunharjo, dan Bulusan
3. Sebelah selatan : kelurahan Bulusan dan Kecamatan Banyumanik
4. Sebelah barat : Kecamatan Banyumanik
Jumlah penduduk kelurahan Tembalang pada tahun 2009 sebesar
5.058 jiwa yang terdiri dari 2.691 berjenis kelamin laki-laki dan sisanya
perempuan. Mata pencaharian penduduknya terdiri dari Pegawai Negeri
Sipil (PNS) sebanyak 630 orang, pensiunan 65 orang, bidang industri 679
orang, bidang bangunan 67 orang, pedagang 47 orang dan bidang angkutan
tiga orang. Tingkat pendidikan terakhir warga kelurahan Tembalang yang
menjadi responden dalam penelitian ini yaitu SD berjumlah 20,77% , SMP
berjumlah 20% , SMA berjumlah 21,49%, dan Sarjana dan Diploma
berjumlah 26,16%, sedangkan lainya 11,58%.
Kelurahan Tembalang mempunyai luas wilayah 268 m2, terbagi
menjadi 14 blok yang menjadikan dasar pembagian wilayah pembayaran

68
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Diantara blok tersebut terdapat bangunan
kampus Universitas Diponegoro (Undip) Tembalang yang terletak di blok 1
dan sekarang sudah dibebaskan dari penarikan Pajak Bumi dan Bangunan.
4.1.2. Deskripsi hasil penelitian
Hasil analisis deskriptif persentase variabel penelitian adalah:
1. Penghasilan
Data tentang pendapatan wajib pajak diperoleh dari angket
penelitian dengan jumlah item pertanyaan 1 yaitu jumlah pendapatan
keluarga yang berasal dari penghasilan ayah, ibu, dan anak yang belum
menikah yang terdiri dari penghasilan pokok dan penghasilan
sampingan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak
yang berjumlah 2.011 wajib pajak
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai
penghasilan yang ditunjukkan oleh Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Variabel Penghasilan
Interval Penghasilan (dalam ribuan Rp)
Jumlah Responden
Prosentase Kriteria
≥ Rp 3.650 2.470 – 3.059 1.880 – 2.469 1.290 – 1.879 700 – 1.289
19 orang 17 orang 18 orang 29 orang 12 orang
20 % 17,9 %18,9 %30,6 %12,6 %
Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Kurang Tinggi Rendah
Total 95 orang 100 % Sumber : Data diolah, 2011
Dari Tabel 4.1 tampak bahwa tingkat penghasilan sebagian besar
wajib pajak yang menjadi responden di Kelurahan Tembalang

69
Semarang dalam kriteria kurang tinggi yaitu berkisar antara Rp.
1.290.000 s/d Rp. 1.879.000 dengan jumlah responden sebanyak 29
orang atau sebesar 30,6 %. Penghasilan tertinggi pada penelitian ini
sebesar Rp. 3.650.000,00 dan penghasilan terendah sebesar Rp.
700.000,00.
Hal itu juga dapat dilihat pada Grafik 4.1 yang menunjukkan
bahwa sebagian besar responden memiliki penghasilan dalam kategori
kurang tinggi.
Gambar 4.1. Grafik Penghasilan
2. Kesadaran Wajib Pajak
Untuk mengetahui deskripsi persentase kategori responden
berdasarkan kesadaran wajib pajak yang diukur melalui indikator yang
dapat menggambarkan keadaan variabel , maka data juga dianalisis
melalui indikator antara lain menggambarkan tentang kesadaran wajib

70
pajak. Adapun hasil analisis deskriptif persentase kategori responden
mengenai kesadaran wajib pajak sebagai berikut:
Tabel 4.2
Analisis Deskriptif Variabel Kesadaran Wajib Pajak Interval Jumlah
Responden Distribusi Kriteria
35 – 41 16 16,84% Sangat tinggi 28 – 34 72 75,79% Tinggi 21 – 27 7 7,37% Cukup tinggi 14 – 20 0 0,00% Sedang 7 – 13 0 0,00% kurang
Total 95 100% Sumber : Data diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa tingkat
kesadaran wajib pajak responden di kelurahan Tembalang Semarang
berada pada tingkat kesadaran tinggi yaitu pada tingkat persentase
75,79%.
3. Kepatuhan membayar PBB
Untuk mengetahui deskripsi persentase kategori responden
berdasarkan kepatuhannya dalam membayar PBB, maka data dianalisis
terlebih dahulu berdasarkan keseluruhan variabel kepatuhan membayar
PBB yang terdiri dari beberapa indikator yang menggambarkan tentang
Kepatuhan responden membayar PBB setelah itu baru dianalisis
berdasarkan indikator. Adapun hasil analisis deskriptif persentase skor
kategori responden mengenai variabel adalah sebagai berikut:

71
Tabel 4.3
Analisis Deskriptif Variabel Kepatuhan Membayar PBB
Interval Jumlah Responden Persentase Kriteria 30 – 35 9 9,47% Sangat Patuh 24 – 29 71 74,74% Patuh 18 – 23 15 15,79% Cukup Patuh 12 – 17 0 0,00% Sedang 6 - 11 0 0,00% Kurang
Total 95 100% Sumber : Data diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa tingkat
kepatuhan wajib pajak responden di kelurahan Tembalang Semarang
berada pada tingkat kesadaran tinggi yaitu pada tingkat persentase
74,74%.
4.1.3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
yang dapat dilihat dari uji statistik non-parametrik Kolmogorov-
Smirnov (K-S). Hasil uji K-S harus memberikan nilai probabilitas di
atas α=0,05 agar dapat dikatakan data berdistribusi normal (Ghozali,
2007:110), selain dengan melihat grafik histogram dan normal
probability plot dari hasil perhitungan dengan SPSS. Hasil uji
normalitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

72
Tabel 4.4. Uji
Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
95.0000000
2.74068419.122.050
-.1221.184
.121
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b. Sumber:
Olah Data SPSS
Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa hasil uji K-S
memberikan nilai 1,184 dengan nilai probabilitas 0.121 di atas α=0,05,
maka variabel berdistribusi normal.
Gambar 4.2 Uji Normalitas

73
Berdasarkan gambar P-plot di atas diketahui bahwa penyebaran
plot cenderung membentuk garis diagonal di sepanjang garis diagonal
450. Hal ini berarti bahwa variabel berdistribusi normal.
4.1.4. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui
apakah antara variabel independen yang terdapat dalam model memiliki
hubungan yang sempurna/mendekati sempurna (koefisien korelasinya
tinggi bahkan satu). Hasil analisis uji multikolinieritas dalam penelitian
ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.5. Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
.930 1.075
.930 1.075X1X2
Model1
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
Sumber: Olah Data SPSS
Berdasarkan tabel uji multikolinieritas di atas, diketahui bahwa
nilai VIF adalah 1,075 lebih kecil dari 10 dan nilai Tolerance adalah
0,930 lebih besar dari 0,10 (10%), hal ini berarti antar variabel bebas,
yaitu penghasilan dan kesadaran wajib pajak tidak saling berkorelasi.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
pengujian Glejser maupun scatterplot, dimana probabilitas

74
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, agar dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Adapun hasil uji
Glejser dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 4.6. Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
.501 2.198 .228 .820-.128 .145 -.094 -.880 .381.059 .070 .091 .850 .397
(Constant)X1X2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Abs_Residuala. S
umber: Olah Data SPSS
Berdasarkan hasil uji Glejser diketahui bahwa besarnya
signifikansi penghasilan dan kesadaran wajib pajak adalah 0,381 dan
0,397lebih besar dari 0,05 (5%), jadi dapat disimpulkan model regresi
tidak mengandung heteroskedastisitas.
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas

75
Berdasarkan grafik scatterplot di atas tampak bahwa sebaran data
tidak membentuk pola yang jelas, titik-titik data menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.1.5. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Regresi Berganda
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk
menguji pengaruh antara variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X).
Untuk dapat menentukan persamaan regresi dalam penelitian ini
harus ditentukan besarnya nilai konstanta dan koefisien regresi yang
terdapat dalam tabel Coefficients (a) hasil uji data penelitian sebagai
berikut:
Tabel 4.7. Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
6.561 3.338 1.966 .052.382 .220 .156 1.735 .086.576 .106 .491 5.453 .000
(Constant)X1X2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Ya.
Sumber: Olah Data SPSS
Berdasarkan tabel di atas, maka persamaan regresi berganda
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = 6,561+0,382X1+0,576X2+e
Keterangan:

76
Y = Kepatuhan wajib pajak
X1 = Penghasilan
X2 = Kesadaran wajib pajak
e = Kesalahan pengganggu
Persamaan regresi di atas mengandung makna bahwa:
a. Konstanta sebesar 6,561 berarti bahwa dengan mengesampingkan
pengaruh besarnya penghasilan (X1) dan kesadaran wajib pajak
(X2), maka besarnya kepatuhan wajib pajak adalah 6,561.
b. Koefisien regresi variabel penghasilan (X1) sebesar 0,382 berarti
bahwa jika terjadi peningkatan variabel penghasilan (X1) sebesar
satu satuan dengan asumsi variabel lain konstan, maka besarnya
kepatuhan wajib pajak (Y) akan naik sebesar 0,382 satuan.
c. Koefisien regresi variabel kesadaran wajib pajak (X2) sebesar
0,576 berarti bahwa jika terjadi peningkatan variabel kesadaran
wajib pajak (X2), sebesar satu satuan dengan asumsi variabel lain
konstan, maka besarnya kepatuhan wajib pajak (Y) akan naik
sebesar 0,576 satuan.
2. Uji Simultan (Uji F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel-
variabel independen secara simultan yang digunakan mampu
menjelaskan variabel dependen. Hasil analisis data penelitian untuk uji
simultan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

77
Tabel 4.8. Uji Simultan (uji F)
ANOVAb
311.617 2 155.809 20.302 .000a
706.067 92 7.6751017.684 94
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.
Sumber: Olah Data SPSS
Berdasarkan hasil penelitian di atas diketahui bahwa besarnya
nilai signifikansi uji F adalah 0,000 dan lebih kecil dari 0,05. hal ini
berarti bahwa H1 diterima, yang mengandung makna ada pengaruh yang
signifikan antara penghasilan dan kesadaran wajib pajak secara
simultan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi
dan Bangunan.
Besarnya pengaruh penghasilan (X1) dan kesadaran wajib pajak
(X2) secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak (Y) dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan dapat diketahui dari besarnya
kuadrat partial correlation pada tabel coefficient (a) di bawah ini.
Tabel 4.9. Hasil uji parsial
Coefficientsa
.286 .178 .151 .930 1.075
.532 .494 .474 .930 1.075X1X2
Model1
Zero-order Partial PartCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
Sumber: Olah Data SPSS Berdasarkan tabel di atas, maka besarnya pengaruh variabel
kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak secara parsial

78
adalah (0,494)2 atau 24,4%. Sedangkan besarnya pengaruh antara
penghasilan (X1) dan kesadaran wajib pajak (X2) secara simultan
terhadap kepatuhan wajib pajak (Y) dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan dapat diketahui dari besarnya Adjusted R square pada tabel
di bawah ini.
Tabel 4.10. Hasil uji simultan
Model Summaryb
.553a .306 .291 2.77031 2.212Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.
Sumber: Olah Data SPSS
Berdasarkan tabel di atas, maka besarnya pengaruh variabel
penghasilan (X1) dan kesadaran wajib pajak (X2) terhadap kepatuhan
wajib pajak (Y) dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan secara
simultan adalah 0,291atau 29,1%.
3. Uji Parsial (uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji kemaknaan koefisien
regresi parsial (r2) masing-masing variabel independen. Pengambilan
keputusan berdasarkan nilai signifikansi koefisien regresi. Hasil analisis
data penelitian untuk uji parsial dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

79
Tabel 4.11. Uji Parsial (uji t)
Coefficientsa
6.561 3.338 1.966 .052.382 .220 .156 1.735 .086.576 .106 .491 5.453 .000
(Constant)X1X2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Ya.
Sumber: Olah Data SPSS
Berdasarkan hasil penelitian di atas diketahui bahwa besarnya
nilai signifikansi koefisien regresi variabel X1 adalah 0,086 dan
koefisien regresi variabel X2 adalah 0,000. Karena besarnya koefisien
regresi X1 lebih besar dari 0,05 sedangkan besarnya koefisien regresi X2
lebih kecil dari 0,05 maka hasil uji parsial dalam penelitian ini berarti
bahwa H2 ditolak dan H3 diterima, yang mengandung makna tidak ada
pengaruh dari penghasilan dan ada pengaruh yang signifikan dari
kesadaran wajib pajak secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Penghasilan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
Hasil penelitian di Kelurahan Tembalang Semarang menunjukkan
bahwa faktor penghasilan dan kesadaran wajib pajak mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di

80
Kelurahan Tembalang Semarang secara signifikan. Dari hasil Uji Simultan
yang dilakukan pada penelitian ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara penghasilan dan kesadaran wajib pajak secara simultan
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan.
Berdasarkan analisa deskripsi data tingkat kepatuhan wajib pajak
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan termasuk dalam kategori
tinggi. Latar belakang tingginya tingkat kepatuhan membayar PBB di
Kelurahan Tembalang Semarang dapat dinalisa dari jawaban-jawaban
responden. Pernyataan-pernyataan dalam instrumen penelitian yang
berhubungan dengan ketaatan, persepsi wajib pajak, dan ketepatan waktu
dapat mengungkap pandangan wajib pajak dalam memahami PBB sebagai
suatu kewajiban yang harus dilaksanakan.
Secara individual wajib pajak di Kelurahan Tembalang Semarang
menunjukkan tingkat kepatuhan yang tinggi, hal ini dibuktikan dengan
perolehan skor indikator ketaatan pada jawaban sebagian besar responden
sebanyak 57,89 % termasuk dalam kategori tinggi karena sebagian besar
responden menyatakan setuju bahwa selama membayar pajak, wajib pajak
berusaha mematuhi peraturan PBB dan apabila terjadi perubahan harta
kekayaan (tanah dan bangunan) yang mereka miliki, wajib pajak selalu
melaporkan hal tersebut. Untuk indikator persepsi wajib pajak termasuk
dalam kategori baik karena responden sebanyak 53,68% mempunyai
persepsi ataupun pemikiran yang baik mengenai pajak, dilihat dari aspek

81
sistem ataupun yang lain. Dan untuk indikator ketepatan waktu termasuk
dalam kategori baik karena wajib pajak membayar pajak segera setelah
menerima SPPT dan wajib pajak setuju bahwa mengingat begitu pentingnya
peranan PBB bagi pelaksanaan pembangunan hendaklah dalam membayar
PBB tepat waktu.
Berdasarkan analisa di atas, dapat diketahui bahwa faktor
penghasilan dan kesadaran wajib pajak mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Tembalang
Semarang secara signifikan. Pengaruh penghasilan dan kesadaran wajib
pajak tersebut adalah positif yang artinya makin besar penghasilan dan
kesadaran wajib pajak maka makin tinggi pula tingkat kepatuhan wajib
pajak dalam membayar PBB. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,291 artinya
bahwa besarnya pengaruh penghasilan dan kesadaran wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di Kelurahan Tembalang
Semarang adalah 29,1%. Sedangkan 70,9% dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang lain yang tidak terungkap dalam penelitian ini.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia (1995:1013), istilah
kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Dalam
perpajakan, dapat diartikan ketaatan, tunduk, dan patuh serta melaksanakan
ketentuan perpajakan. Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai
suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan
dan melaksanakan hak perpajakannya. (Nurmantu, 2003:148). Jadi wajib
pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta

82
melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
4.2.2. Pengaruh Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
Hasil penelitian di Kelurahan Tembalang Semarang menunjukkan
bahwa variabel penghasilan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak, hal ini dapat dilihat dari hasil uji parsial variabel penghasilan. Hasil
penelitian ini relatif berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh peneliti lain. Dalam penelitian yang dilakukan Atika
Kusumawati. (2006), tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan (Study Kasus Di
Kelurahan Sumurrejo Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang), diketahui
bahwa faktor penghasilan memberikan pengaruh dalam membayar Pajak
Bumi dan Bangunan di Kecamatan Dukuhturi. Penelitian mengenai
kepatuhan wajib pajak juga dilakukan oleh Wulandari (2007) tentang
pengaruh pendapatan, kualitas pelayanan dan penegakan hukum terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di
Kelurahan Mulyoharjo Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
dari pendapatan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB.
Hal ini mungkin disebabkan karena faktor – faktor lain di luar faktor
yang digunakan dalam penelitian ini, dan dimumgkinkan karena faktor
kesadaran dalam penelitian ini yang sangat dominan. Dikarenakan

83
masyarakat tembalang tingkat kesadaranya sangat tinggi mengenai
pentingnya membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
Penghasilan adalah semua yang diterima oleh orang yang berupa
uang atau barang sebagai balas jasa dari faktor-faktor produksi. Penghasilan
yang diperoleh masyarakat akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Tingkat konsumsi masyarakat disesuaikan dengan tingkat
penghasilan. Dengan tingkat penghasilan yang tinggi orang akan patuh
melaksanakan kewajiban membayar Pajak Bumi dan Bangunan, karena
secara ekonomi kebutuhan mereka telah terpenuhi. Dalam penelitian ini
penghasilan terdiri dari penghasilan pokok dan penghasilan sampingan yang
berasal dari ayah, ibu, dan anak yang belum menikah.
4.2.3. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
Hasil penelitian di Kelurahan Tembalang Semarang menunjukkan
bahwa variabel kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak, hal ini dapat dilihat dari hasil uji parsial variabel penghasilan.
Pengaruh kesadaran wajib pajak tersebut terhadap kepatuhan wajib pajak
adalah positif, yang artinya bahwa makin tinggi kesadaran wajib pajak maka
makin tinggi pula kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
Hasil uji parsial untuk variabel kesadaran wajib pajak sebesar 24,4%
artinya bahwa besarnya sumbangan variabel kesadaran wajib pajak terhadap
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan
di Kelurahan Tembalang Semarang sebesar 24,4%. Variabel kesadaran

84
wajib pajak memberikan sumbangan terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak, hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kesadaran wajib pajak di
Kelurahan Tembalang Semarang termasuk ke dalam kategori baik,
walaupun rata-rata masyarakat di kelurahan Tembalang Semarang merasa
kurang informasi mengenai perpajakan akan tetapi wajib pajak di Kelurahan
Tembalang Semarang tetap melaksanakan kewajiban untuk membayar pajak
bumi dan bangunan. Kesadaran wajib pajak tetap berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak.. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
tingkat kesadaran wajib pajak maka semakin patuh pula masyarakat itu
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
Kesadaran perpajakan adalah kerelaan memenuhi kewajibannya,
termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi
pemerintah dengan cara membayar kewajiban pajaknya (Suhardito, B. &
Sudibyo, B. 1999). Tingkat kesadaran yang dimiliki oleh Wajib Pajak juga
berpengaruh terhadap kepatuhan dalam membayar pajak karena pada
kenyataanya tidak banyak orang yang secara sadar akan kewajiban
perpajakannya dan mengerti essensi dari pajak itu sendiri. Hal ini
mengindikasikan bahwa budaya kurangnya kesadaran (lack of awareness)
sangat berpotensi mengurangi tingkat kepatuhan. Sebagai warga negara
(yang baik), kewajibannya adalah memenuhi kewajiban perpajakan.

85
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1 Ada pengaruh antara penghasilan dan kesadaran wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak secara simultan dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan.
2 Tidak ada pengaruh antara penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak
secara parsial dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan
Tembalang Semarang.
3 Ada pengaruh antara kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib
pajak secara parsial dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan di
Kelurahan Tembalang Semarang.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:
1. Diharapkan pihak kelurahan Tembalang Semarang proaktif dalam
mensosialisasikan tentang manfaat, sanksi dan peraturan pajak, khususnya
PBB, dengan harapan wajib pajak mempunyai kesadaran yang tinggi
dalam hal membayar pajak.
2. Untuk wajib pajak kelurahan Tembalang Semarang

86
a. Diharapkan dapat lebih memahami pentingnya pajak sehingga kepatuhan
dalam membayar pajak (PBB) akan lebih tinggi.
b. Diharapkan wajib pajak sebaiknya dapat tepat waktu dalam melakukan
pembayaran pajak (PBB), karena berkaitan dengan pembiayaan
kebutuhan bersama sebagai warga Negara, baik untuk kebutuhan Negara,
untuk pembiayaan pembangunan, maupun untuk kemakmuran
masyarakat itu sendiri.

87
DAFTAR PUSTAKA
Ali Roshidi, Mohamad bin Ahmad, Hajah Mustafa bin Mohd Hanefah, and Mohd
Asri bin Mohd Noor. 2007. The Effects of Knowledge on tax compliance behaviors among Malaysian Taxpayers. Universiti Pendidikan Sultan Idris: 1-15.
Ancok, D. 2004. Psikologi Terapan. Yogyakarta: Darussalam.
Asikin, Agustini, Tika Nurjaya dan Yullia Lianawati. 1991. Pajak Citra dan
Upaya Pembaharuannya (Revisi dari buku pajak Citra dan Bebannya). Jakarta : PT. Bina Rena Pariwara.
Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: PT. Rineka.
Chairul, Tubagus A. Z. 1992. Perpajakan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori dan Isu. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Devos, Ken. 2009. What influences the behavior of non-compliant individual
taxpayers. Tax Policy Journal An Annual Summary of Tax Policy Issues. Volume 5: 17-22.
Forum on Tax Administration Compliance Sub-group. 2004. Compliance Risk
Management:Managing and Improving Tax Compliance. Centre For Tax Policy and Administration.
G. Kartasapoetra dkk,. 1989. Pajak Bumi dan Bangunan, Prosedur dan Pelaksanaannya. Jakarta: Bina Aksara.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
http://www.fiskal.depkeu.go.id/bapekki/kajian/kemu-2pdf
http://www.perencanakeuangan.com/files/FaktorPenghasilan.html
Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis, Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. Yogyakarta: BPFE.
Judisseno, Rimsky K. 2001. Perpajakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kasipillai, Jeyapalan, Norhani, Aripin and Noor Afza Amran. 2003. The Influence of education on tax avoidance and tax evasion. Jurnal of tax

88
research Volume 1. Number 2. The University of New South Wales: Atax, 134-146.
Mardiasmo. 2004. Perpajakan. Yogyakarta : Andi Offset.
Noormala, Siti Sheikh Obid. 2009. Voluntary compliance : tax education
preventive. International Conference on Bussiness and Economy 6-8
November 2009 Constanta Romania. International Islamic
University Malaysia: 30-40.
Nurmantu, Safri. 2003. Pengantar Perpajakan, edisi dua. Jakarta: Granit.
Ritsema, Christina M. Deborah W. Thomas, and Gary D. Ferrier. 2003. Economic
and Behavioral Determinants of Tax Compliance : Evidence from the 1997 Arkansas Tax Penalty Amnesty Program. Presented at the 2003 IRS Research Conference, June 2003 : 1-25.
Sambodo, Agus. 1999. Kewajiban Perpajakan bagi Badan Usaha dan Orang
Pribadi tinjauan dari sisi Wajib Pajak. Jakarta : BPFE-Yogyakarta.
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Bussiness. Jakarta: Salemba Empat.
Siahaan, Marihot P. 2004. Utang Pajak, pemenuhan kewajiban dan penagihan
pajak dengan surat paksa. Jakarta: Grafindo Persada.
Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sumarsono, Sonny. 2004. Metode Riset SDM. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryarini, Trisni dan Tarsis Tarmuji. 2006. Pengetahuan Perpajakan. Semarang: UNNES PRESS.
Tarmuji, Tarsis. Memahami Pajak dan Perpajakan. Semarang: UNNES PRESS.
Umar, Husein. 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi (Edisi Revisi dan Perluasan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
www.anggaran.depkeu.go.id

89
LAMPIRAN

90
Kisi – Kisi Instrumen
Variabel Definisi Indikator Item Soal 1 Penghasilan
Wajib Pajak
Pengertian penghasilan menurut undang-undang PPh (Pajak Penghasilan) pasal 4 ayat (1) adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
1 Pekerjaan Pokok
2 Pekerjaan Sampingan
5, 10, 11
6, 10,11
2 Kesadaran
Wajib Pajak
Kesadaran perpajakan adalah kerelaan memenuhi kewajibannya, termasuk rela memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi pemerintah dengan cara membayar kewajiban pajaknya (Suhardito, B. & Sudibyo, B. 1999).
5. Sebab Kultural dan Historis
6. Kurangnya Informasi
7. Adanya Kebocoran Pada Penarikan Pajak
8. Suasana individu
12, 13
14,15
16,17
18,19
3 Kepatuhan
Wajib Pajak
Wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
1. Ketaatan
2. Persepsi Pajak 3. Ketepatan
20, 21
22, 23
24, 25, 26

91
ANGKET PENELITIAN
Kepada :
Wajib Pajak
Kelurahan Tembalang-Semarang
Assalamualaikum Wr. Wb.
Angket ini peneliti sampaikan kepada Saudara dengan tujuan untuk
memperoleh informasi atau data dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul :
“PENGARUH PENGHASILAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI KELURAHAN TEMBALANG
SEMARANG TAHUN 2009.”
Mengingat akan pentingnya data atau informasi yang diperoleh nanti bagi
terlaksananya penelitian, maka peneliti mohon kesediaan Saudara untuk mengisi
angket dengan kesungguhan dan kejujuran dalam menjawab setiap pertanyaan
karena pendapat Saudara akan sangat membantu keberhasilan penelitian ini.
Segala pendapat yang telah Saudara berikan tidak akan berpengaruh negatif
terhadap pribadi Saudara serta dijamin kerahasiaannya.
Akhirnya atas kesediaan dan perhatian Saudara untuk mengisi angket ini,
peneliti mengucapkan terima kasih.
Wassalammualaikum Wr. Wb.
Semarang, February 2011
Peneliti
Khoirul Mustofa

92
I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : ............................................................................
2. Alamat : ............................................................................ 3. Jumlah Keluarga : ............................................................................ 4. Tingkat Pendidikan : ............................................................................ 5. Pekerjaan Pokok : ............................................................................ 6. Pekerjaan Sampingan : ............................................................................ 7. Luas Tanah : ............................................................................ 8. Luas Bangunan : ............................................................................ 9. Kondisi bangunan (bahan dasar)
a. Dinding rumah : (Tembok / setengah tembok / papan)
b. Lantai : (Tegel / keramik / masih tanah)
c. Letak strategis : (Pinggir jalan / masuk gang)
II. PERNYATAAN
A. PENGHASILAN
Isilah tabel pada lembar jawaban yang sesuai dengan keadaaan sesungguhnya 1. Berapa penghasilan bersih rata-rata sebulan yang diperoleh dari pekerjaan
pokok dan pekerjaan sampingan ?
No Keterangan
Penghasilan
pokok
bersih yang
diterima
Penghasilan
sampingan
bersih yang
diterima
Jumlah
penghasilan
bersih
1. Suami (Kepala keluarga)
Anggota keluarga yang lain :
a. Istri
b. Anak laki-laki *
c. Anak perempuan *
Total penghasilan bersih
selama satu bulan
Keterangan : * = Belum berkeluarga

93
B. KESADARAN WAJIB PAJAK
No Pertanyaan Sangat Tidak
Setuju Tidak setuju
Kurang Setuju
Setuju Sangat Setuju
(1) (2) (3) (4) (5) 2. Saya tidak merasa bahwa membayar
PBB merupakan persoalan yang memberatkan masyarakat
3. Membayar Pajak Bumi dan Bangunan sangat membantu pelaksanaan pembangunan
4. Sosialisasi tentang Pajak Bumi dan Bangunan melalui iklan layanan masyarakat atau selebaran sangat diperlukan oleh wajib pajak
5.
Informasi tentang tata cara pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan sangat diperlukan oleh wajib pajak
6. Adanya berita tentang kasus korupsi yang melibatkan aparat petugas pajak tidak membuat saya enggan membayar Pjak Bumi dan Bangunan
7. Adanya kebocoran pada penarikan pajak tidak berpengaruh pada keinginan saya dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan
8. Membayar Pajak Bumi dan Bangunan tidak hanya saat saya ingin atau ingat saja, tapi atas kesadaran bahwa membyar pajak adalah kewajiban saya
9. Tempat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan yang praktis membuat saya lebih mudah dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan

94
C. KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Ketaatan
No Pertanyaan Sangat Tidak
Setuju Tidak setuju
Kurang Setuju
Setuju Sangat Setuju
(1) (2) (3) (4) (5) 10. Selama membayar pajak saya berusaha
mematuhi peraturan Pajak Bumi dan Bangunan
11. Apabila terjadi perubahan harta kekayaan (tanah dan bangunan) yang saya miliki, saya selalu melaporkan hal tersebut.
Persepsi Wajib Pajak
No Pertanyaan Sangat Tidak
Baik Tidak Baik
Kurang Baik
Baik Sangat Baik
(1) (2) (3) (4) (5) 12. Pendapat Saya terhadap sistem
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan saat ini
13. Pendapat Saya terhadap sistem birokrasi Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan saat ini
Ketepatan Waktu
No Pertanyaan Sangat Tidak
Setuju Tidak setuju
Kurang Setuju
Setuju Sangat Setuju
(1) (2) (3) (4) (5) 14. Setelah menerima SPPT Pajak Bumi
dan Bangunan harus segera dibayar sebelum batas akhir pembayaran
15. Ketepatan waktu dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan berpengaruh terhadap Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

95
(RAPBD) 16. Mengingat begitu pentingnya peranan
Pajak Bumi dan Bangunan bagi pelaksanaan pembangunan hendaklah dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat waktu
Terima kasih atas partisipasi dan kejujuran Anda dalam mengisi kuesioner ini.

96
DATA PENGHASILAN
Kode Res. Penghasilan (X1)
R-01 3200000 R-02 2750000 R-03 3150000 R-04 3250000 R-05 2000000 R-06 3150000 R-07 3500000 R-08 3100000 R-09 3200000 R-10 1300000 R-11 1100000 R-12 1500000 R-13 3400000 R-14 1300000 R-15 2600000 R-16 725000 R-17 3200000 R-18 3500000 R-19 1000000 R-20 1500000 R-21 700000 R-22 3150000 R-23 1600000 R-24 2100000 R-25 1750000 R-26 1900000 R-27 1700000 R-28 2650000 R-29 1350000 R-30 2000000 R-31 1800000 R-32 2850000 R-33 2500000 R-34 750000 R-35 2600000 R-36 2450000

97
R-37 1700000 R-38 2500000 R-39 1250000 R-40 2650000 R-41 2000000 R-42 1750000 R-43 1600000 R-44 2000000 R-45 2800000 R-46 1800000 R-47 1600000 R-48 1250000 R-49 900000 R-50 3150000 R-51 1700000 R-52 1650000 R-53 1750000 R-54 2150000 R-55 2000000 R-56 2600000 R-57 1000000 R-58 1700000 R-59 1650000 R-60 2300000 R-61 2800000 R-62 3100000 R-63 2450000 R-64 2750000 R-65 2600000 R-66 1850000 R-67 3500000 R-68 3300000 R-69 3450000 R-70 3650000 R-71 1100000 R-72 900000 R-73 2750000 R-74 2000000 R-75 1900000 R-76 1650000 R-77 2100000

98
R-78 3150000 R-79 1750000 R-80 2450000 R-81 1825000 R-82 1975000 R-83 1100000 R-84 2700000 R-85 1800000 R-86 1625000 R-87 2500000 R-88 3150000 R-89 700000 R-90 1825000 R-91 2350000 R-92 1750000 R-93 2000000 R-94 2900000 R-95 1850000 Mean 2157631.579 Median 2000000

99

100

101

102

103

104

105
TABULASI DATA HASIL PENELITIAN
No. Kod
e Res.
Penghasilan (X1)
Kesadaran Wajib Pajak (X2) Kepatuhan Wajib Pajak (Y) I-1 I-2 I-3 I-4 ∑ I-1 I-2 I-3 ∑ 2 3 ∑ 4 5 ∑ 6 7 ∑ 8 9 ∑ 10 11 ∑ 12 13 ∑ 14 15 16 ∑
1 R-01 5 5 5 10 5 5 10 4 4 8 5 5 10 38 5 5 10 4 4 8 5 5 5 15 33 2 R-02 4 5 5 10 5 5 10 4 4 8 5 5 10 38 5 5 10 4 4 8 5 5 5 15 33 3 R-03 5 5 5 10 5 5 10 4 4 8 5 5 10 38 5 5 10 4 4 8 5 5 5 15 33 4 R-04 5 5 5 10 5 5 10 5 5 10 5 5 10 40 5 5 10 4 4 8 5 5 5 15 33 5 R-05 3 4 5 9 5 5 10 4 4 8 4 4 8 35 5 5 10 4 4 8 5 5 5 15 33 6 R-06 5 4 5 9 4 5 9 5 3 8 4 3 7 33 4 4 8 4 4 8 4 4 4 12 28 7 R-07 5 4 4 8 4 4 8 4 4 8 4 4 8 32 4 4 8 3 4 7 4 4 4 12 27 8 R-08 5 4 5 9 4 4 8 3 3 6 4 5 9 32 5 4 9 3 3 6 4 4 5 13 28 9 R-09 5 4 4 8 3 4 7 2 2 4 4 4 8 27 4 4 8 3 3 6 4 4 4 12 26 10 R-10 2 4 5 9 4 2 6 1 1 2 2 3 5 22 2 4 6 3 1 4 2 4 2 8 18 11 R-11 1 4 5 9 5 5 10 4 3 7 4 5 9 35 4 4 8 4 3 7 4 4 5 13 28 12 R-12 2 4 4 8 4 4 8 5 5 10 4 5 9 35 4 4 8 3 3 6 3 3 4 10 24 13 R-13 5 1 5 6 5 5 10 5 5 10 5 5 10 36 5 5 10 4 4 8 5 5 5 15 33 14 R-14 2 4 4 8 4 4 8 4 4 8 4 4 8 32 4 4 8 4 4 8 4 4 4 12 28 15 R-15 4 4 4 8 4 4 8 4 4 8 4 4 8 32 4 4 8 4 4 8 4 4 4 12 28 16 R-16 1 2 3 5 3 4 7 4 4 8 3 4 7 27 3 2 5 4 3 7 4 4 3 11 23 17 R-17 5 5 4 9 4 4 8 4 4 8 4 4 8 33 4 4 8 2 4 6 4 4 3 11 25 18 R-18 5 4 4 8 4 4 8 4 4 8 4 4 8 32 4 4 8 4 4 8 3 4 4 11 27 19 R-19 1 5 5 10 4 4 8 4 4 8 4 4 8 34 2 4 6 5 4 9 3 3 4 10 25 20 R-20 2 3 4 7 3 4 7 4 4 8 4 3 7 29 4 4 8 3 2 5 4 4 4 12 25 21 R-21 1 5 4 9 5 4 9 4 4 8 4 5 9 35 3 3 6 3 3 6 4 2 3 9 21 22 R-22 5 4 4 8 4 3 7 4 4 8 5 4 9 32 3 3 6 3 2 5 2 3 3 8 19 23 R-23 2 4 3 7 3 3 6 3 3 6 3 3 6 25 4 4 8 4 4 8 3 3 4 10 26 24 R-24 3 5 4 9 4 4 8 4 5 9 4 5 9 35 3 2 5 2 2 4 2 3 4 9 18 25 R-25 2 4 4 8 4 4 8 4 4 8 3 4 7 31 5 4 9 4 4 8 5 4 5 14 31 26 R-26 3 4 4 8 4 4 8 4 5 9 4 4 8 33 4 3 7 3 3 6 3 4 2 9 22 27 R-27 2 3 3 6 4 3 7 4 4 8 3 3 6 27 2 3 5 4 2 6 3 3 3 9 20 28 R-28 4 5 4 9 4 4 8 4 4 8 4 4 8 33 4 4 8 5 3 8 3 4 5 12 28 29 R-29 2 4 4 8 4 4 8 4 4 8 4 4 8 32 4 5 9 4 4 8 4 4 5 13 30 30 R-30 3 3 3 6 4 4 8 4 4 8 4 4 8 30 3 3 6 4 3 7 3 3 4 10 23 31 R-31 2 5 4 9 4 4 8 5 4 9 4 4 8 34 4 4 8 4 4 8 3 5 5 13 29 32 R-32 4 3 4 7 4 4 8 5 4 9 4 4 8 32 5 4 9 4 4 8 3 4 4 11 28 33 R-33 4 4 3 7 4 5 9 4 5 9 4 5 9 34 4 4 8 5 3 8 2 5 5 12 28 34 R-34 1 3 3 6 3 4 7 3 3 6 3 2 5 24 3 3 6 3 2 5 3 3 4 10 21 35 R-35 4 4 5 9 5 5 10 4 5 9 4 5 9 37 4 4 8 4 4 8 3 4 4 11 27 36 R-36 3 4 5 9 2 3 5 4 2 6 4 4 8 28 2 3 5 3 3 6 3 2 3 8 19 37 R-37 2 4 4 8 5 3 8 5 3 8 4 4 8 32 4 4 8 5 4 9 4 4 4 12 29 38 R-38 4 4 5 9 2 4 6 4 4 8 4 4 8 31 4 3 7 4 2 6 4 3 5 12 25 39 R-39 2 4 5 9 4 5 9 5 2 7 4 5 9 34 4 3 7 4 4 8 4 3 4 11 26 40 R-40 4 4 4 8 5 4 9 3 3 6 4 4 8 31 3 4 7 4 3 7 3 3 5 11 25 41 R-41 3 4 5 9 5 4 9 4 4 8 4 3 7 33 4 4 8 5 4 9 4 3 5 12 29 42 R-42 2 3 4 7 5 4 9 4 4 8 5 4 9 33 5 3 8 4 4 8 3 4 4 11 27 43 R-43 2 2 3 5 5 4 9 3 4 7 5 3 8 29 4 2 6 4 4 8 4 3 3 10 24 44 R-44 3 4 4 8 4 4 8 4 4 8 4 5 9 33 5 3 8 4 3 7 3 4 4 11 26 45 R-45 4 4 4 8 4 4 8 3 3 6 4 4 8 30 4 3 7 4 4 8 3 4 3 10 25 46 R-46 2 4 4 8 4 4 8 5 3 8 4 5 9 33 4 4 8 4 3 7 4 4 4 12 27 47 R-47 2 5 4 9 3 3 6 4 4 8 5 5 10 33 5 4 9 3 4 7 5 4 4 13 29 48 R-48 1 4 4 8 4 2 6 3 2 5 4 4 8 27 4 2 6 3 4 7 3 4 3 10 23 49 R-49 1 4 4 8 5 4 9 4 3 7 4 5 9 33 4 4 8 3 3 6 4 3 4 11 25 50 R-50 5 5 5 10 4 4 8 5 4 9 4 4 8 35 4 4 8 3 4 7 5 4 4 13 28 51 R-51 2 5 4 9 5 4 9 4 4 8 5 4 9 35 4 4 8 4 3 7 4 5 4 13 28 52 R-52 2 5 4 9 4 5 9 4 2 6 4 4 8 32 4 5 9 4 3 7 4 4 5 13 29 53 R-53 2 5 4 9 5 4 9 5 4 9 4 3 7 34 4 3 7 4 4 8 4 3 4 11 26 54 R-54 3 5 4 9 5 4 9 4 3 7 4 3 7 32 4 4 8 4 3 7 3 2 4 9 24 55 R-55 3 4 5 9 4 5 9 5 3 8 4 4 8 34 4 2 6 3 4 7 3 1 4 8 21 56 R-56 4 4 5 9 5 5 10 4 3 7 4 5 9 35 5 2 7 3 4 7 4 3 5 12 26 57 R-57 1 4 5 9 4 5 9 4 3 7 4 4 8 33 4 2 6 4 3 7 5 4 4 13 26 58 R-58 2 3 5 8 5 5 10 3 5 8 4 4 8 34 4 4 8 4 4 8 4 3 5 12 28 59 R-59 2 4 4 8 5 5 10 4 3 7 4 5 9 34 3 3 6 4 3 7 4 5 4 13 26 60 R-60 3 5 4 9 4 4 8 4 4 8 5 5 10 35 4 4 8 3 4 7 5 4 5 14 29 61 R-61 4 4 5 9 5 4 9 4 3 7 4 5 9 34 5 2 7 4 3 7 5 3 5 13 27

106
62 R-62 5 5 4 9 4 4 8 3 3 6 4 5 9 32 4 3 7 4 4 8 5 3 4 12 27 63 R-63 3 5 4 9 3 4 7 4 2 6 4 5 9 31 4 4 8 4 3 7 5 4 5 14 29 64 R-64 4 5 4 9 4 4 8 5 4 9 4 4 8 34 5 3 8 3 4 7 4 3 4 11 26 65 R-65 4 5 5 10 4 4 8 4 3 7 4 4 8 33 4 4 8 4 3 7 4 5 4 13 28 66 R-66 2 4 4 8 4 5 9 5 3 8 5 4 9 34 5 4 9 3 4 7 4 4 5 13 29 67 R-67 5 4 4 8 4 4 8 4 4 8 4 4 8 32 4 2 6 4 3 7 5 4 4 13 26 68 R-68 5 4 4 8 4 4 8 5 5 10 4 4 8 34 4 2 6 5 4 9 4 5 5 14 29 69 R-69 5 4 4 8 4 4 8 5 4 9 4 4 8 33 4 3 7 4 4 8 3 4 4 11 26 70 R-70 5 4 3 7 5 4 9 4 4 8 5 5 10 34 4 4 8 4 3 7 4 4 3 11 26 71 R-71 1 4 4 8 4 5 9 2 4 6 4 4 8 31 5 2 7 3 3 6 4 4 4 12 25 72 R-72 1 4 5 9 4 4 8 3 4 7 5 4 9 33 4 4 8 3 3 6 4 5 5 14 28 73 R-73 4 4 4 8 4 5 9 3 3 6 4 4 8 31 4 4 8 4 3 7 4 5 4 13 28 74 R-74 3 3 4 7 5 4 9 4 4 8 5 4 9 33 4 2 6 3 3 6 5 4 5 14 26 75 R-75 3 5 4 9 4 5 9 4 3 7 4 5 9 34 4 4 8 4 4 8 5 3 5 13 29 76 R-76 2 4 4 8 4 5 9 5 4 9 4 4 8 34 5 4 9 4 3 7 4 4 2 10 26 77 R-77 3 3 4 7 4 4 8 4 5 9 4 5 9 33 4 2 6 3 2 5 4 3 5 12 23 78 R-78 5 4 4 8 5 5 10 4 3 7 3 4 7 32 5 3 8 4 3 7 5 4 4 13 28 79 R-79 2 4 4 8 4 4 8 4 3 7 4 4 8 31 4 4 8 4 3 7 4 5 5 14 29 80 R-80 3 4 4 8 4 4 8 3 4 7 4 4 8 31 5 4 9 4 3 7 4 4 4 12 28 81 R-81 2 5 4 9 4 4 8 5 3 8 3 4 7 32 5 3 8 4 3 7 4 5 4 13 28 82 R-82 3 4 4 8 4 4 8 5 5 10 4 3 7 33 4 4 8 3 2 5 4 3 4 11 24 83 R-83 1 4 5 9 5 4 9 5 3 8 4 4 8 34 5 4 9 3 3 6 4 3 2 9 24 84 R-84 4 4 4 8 4 4 8 5 4 9 5 3 8 33 5 4 9 4 4 8 4 4 3 11 28 85 R-85 2 5 5 10 5 3 8 2 3 5 4 4 8 31 4 3 7 3 2 5 3 1 3 7 19 86 R-86 2 4 4 8 4 5 9 4 3 7 4 5 9 33 4 5 9 4 3 7 4 5 4 13 29 87 R-87 4 4 5 9 5 4 9 5 4 9 4 5 9 36 4 4 8 4 4 8 5 4 3 12 28 88 R-88 5 4 4 8 4 3 7 4 4 8 4 4 8 31 4 3 7 4 3 7 4 4 4 12 26 89 R-89 1 4 5 9 4 4 8 3 4 7 4 4 8 32 5 2 7 3 2 5 3 3 4 10 22 90 R-90 2 5 4 9 4 4 8 4 3 7 4 3 7 31 4 3 7 4 3 7 3 4 4 11 25 91 R-91 3 4 4 8 4 4 8 5 4 9 4 5 9 34 5 4 9 3 3 6 5 4 5 14 29 92 R-92 2 5 5 10 4 5 9 4 3 7 4 4 8 34 4 4 8 4 4 8 4 3 4 11 27 93 R-93 3 4 4 8 5 4 9 4 4 8 5 3 8 33 5 4 9 3 4 7 5 4 5 14 30 94 R-94 4 5 4 9 4 4 8 3 4 7 4 4 8 32 4 4 8 4 3 7 4 4 5 13 28 95 R-95 2 4 5 9 4 4 8 5 3 8 4 4 8 33 4 4 8 3 2 5 4 4 5 13 26
Mean 4 4 8 4 4 8 4 4 8 4 4 8 4 4 8 4 3 7 4 4 4 12
3 33 26 Median 4 4 8 4 4 8 4 4 8 4 4 8 4 4 8 4 3 7 4 4 4 12 3 33 27

107
Tabel Statistik Diskriptif Indikator – Indikator Variabel
Kesadaran Wajib Pajak
Tabel 4.2.1
Analisis Deskriptif Variabel Kesadaran Wajib Pajak
Indikator Sebab Kultural dan Historis
Interval Jumlah Responden Persentase Kriteria 10 – 11 9 9,47% Sangat Patuh 8 – 9 72 75,79% Patuh 6 – 7 12 12,63% Cukup Patuh 4 – 5 2 2,11% Sedang 2 – 3 0 0,00% Kurang
Total 95 100% Sumber : Data diolah, 2011
Tabel 4.2.2
Analisis Deskriptif Variabel Kesadaran Wajib Pajak
Indikator Kurangnya Informasi
Interval Jumlah Responden Persentase Kriteria 10 – 11 12 12,63% Sangat Patuh 8 – 9 69 72,63% Patuh 6 – 7 13 13,68% Cukup Patuh 4 – 5 1 1,05% Sedang 2 – 3 0 0,00% Kurang
Total 95 100% Sumber : Data diolah, 2011

108
Tabel 4.2.3
Analisis Deskriptif Variabel Kesadaran Wajib Pajak Indikator Adanya Kebocoran Pada Penarikan Pajak
Interval Jumlah Responden Persentase Kriteria 10 – 11 5 5,26% Sangat Patuh 8 – 9 55 57,89% Patuh 6 – 7 31 32,63% Cukup Patuh 4 – 5 3 3,16% Sedang 2 – 3 1 1,05% Kurang
Total 95 100% Sumber : Data diolah, 2011
Tabel 4.2.4
Analisis Deskriptif Variabel Kesadaran Wajib Pajak Indikator Suasana Individu
Interval Jumlah Responden Persentase Kriteria 10 – 11 8 8,42% Sangat Patuh 8 – 9 72 75,79% Patuh 6 – 7 13 13,68% Cukup Patuh 4 – 5 2 2,11% Sedang 2 – 3 0 0,00% Kurang
Total 95 100% Sumber : Data diolah, 2011

109
Tabel Statistik Diskriptif Indikator – Indikator Variabel
Kepatuhan Wajib Pajak
Tabel 4.3.1
Analisis Deskriptif Variabel Kepatuhan Membayar PBB Indikator Ketaatan
Interval Jumlah Responden Persentase Kriteria 10 – 11 6 6,32% Sangat Patuh 8 – 9 55 57,89% Patuh 6 – 7 30 31,58% Cukup Patuh 4 – 5 4 4,21% Sedang 2 – 3 0 0,00% Kurang
Total 95 100% Sumber : Data diolah, 2011
Tabel 4.3.2
Analisis Deskriptif Variabel Kepatuhan Membayar PBB Indikator Persepsi wajib pajak
Interval Jumlah Responden Persentase Kriteria 10 – 11 0 0,00% Sangat Patuh 8 – 9 34 35,79% Patuh 6 – 7 51 53,68% Cukup Patuh 4 – 5 10 10,53% Sedang 2 – 3 0 0,00% Kurang
Total 95 100% Sumber : Data diolah, 2011

110
Tabel 4.3.3
Analisis Deskriptif Variabel Kepatuhan Membayar PBB Indikator Ketepatan waktu
Interval Jumlah Responden Persentase Kriteria 15 – 17 6 6,32% Sangat Patuh 12 – 14 51 53,68% Patuh 9 – 11 33 34,74% Cukup Patuh 6 – 8 5 5,26% Sedang 3 – 5 0 0,00% Kurang
Total 95 100% Sumber : Data diolah, 2011

111
Hasil Olah Data Uji Multikolineritas
Coefficientsa
.930 1.075
.930 1.075X1X2
Model1
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
Uji Heterokedastisitas
uji Glejser
Coefficientsa
.501 2.198 .228 .820-.128 .145 -.094 -.880 .381.059 .070 .091 .850 .397
(Constant)X1X2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Abs_Residuala.

112
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
95.0000000
2.74068419.122.050
-.1221.184
.121
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.

113
Analisis Regresi Berganda Uji t
Coefficientsa
6.561 3.338 1.966 .052.382 .220 .156 1.735 .086.576 .106 .491 5.453 .000
(Constant)X1X2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Ya.
Uji F

114
ANOVAb
311.617 2 155.809 20.302 .000a
706.067 92 7.6751017.684 94
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.
Koefisien Determinasi Uji Parsial
Coefficientsa
.286 .178 .151 .930 1.075
.532 .494 .474 .930 1.075X1X2
Model1
Zero-order Partial PartCorrelations
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
Uji Simultan
Model Summaryb
.553a .306 .291 2.77031 2.212Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), X2, X1a.
Dependent Variable: Yb.

115
Daftar Skripsi Terdahulu dan Jurnal
Nama Judul Variabel Hasil
Kusumawati, Atika. 2006
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Sumurrejo Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang.
2. Faktor pendidikan wajib pajak
3. Faktor penghasilan wajib pajak
4. Faktor pelayanan aparatur pajak
5. Faktor penegakan hukum pajak
6. Faktor sosialisasi
Y :Kepatuhan
Secara simultan dan parsial berpengaruh
Noviani, Elly. 2005
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Sunggingan Kecamatan Kota Kabupaten Kudus.
1 Faktor pendidikan wajib pajak
2 Faktor penghasilan wajib pajak
3 Faktor pelayanan aparatur pajak
4 Faktor penegakan hukum pajak
5 Faktor sosialisasi
Y :Kepatuhan
Secara simultan dan parsial berpengaruh

116
Wulandari, Lia. 2007
Pengaruh Penghasilan, Kualitas Pelayanan, dan Penegakan Hukum terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
1. Penghasilan 2. Kualitas
Pelayanan 3. Penegakan
Hukum Y :Kepatuhan
Secara simultan dan parsial berpengaruh
Kasipillai, Jeyapalan, Norhani, Aripin and Noor Afza Amran. 2003
The Influence of education on tax avoidance and tax evasion
Siti Noormala Sheikh Obid. 2009
Voluntary compliance : tax education preventive

117
Ali Roshidi, Mohamad bin Ahmad, Hajah Mustafa bin Mohd Hanefah, and Mohd Asri bin Mohd Noor. 2007
The Effects of Knowledge on tax compliance behaviors among Malaysian Taxpayers
ARIEF RACHMAN RINDAH FEBRIANA SURYAWATI, SE., M.Acc., Ak. GITA ARASY HARWIDA, SE., M.Tax., Ak
PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN, SERTA KEPATUHAN WAJIB PAJAK PBB TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PBB DI KECAMATAN KOTA SUMENEP KABUPATEN SUMENEP
1. Pemahaman 2. Kesadaran 3. Kepatuhan Y: Keberhasilan
Penerimaan PBB
4. Faktor yang telah terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan penerimaan PBB di Kecamatan Kota Sumenep Kabupaten Sumenep adalah kesadaran WP PBB
5. Faktor pemahaman WP PBB dan kepatuhan WP PBB tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan penerimaan PBB