pengaruh pola asuh orang tua dengan...
TRANSCRIPT
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PELAKSANAAN
IBADAH SHALAT FARDHU ANAK USIA SLTA DI DESA KAMPUNG
KEBON RT. 04 RW. 07 KEL. CINANGKA KEC. SAWANGAN KOTA.
DEPOK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh :
MUNAROM
NIM 208011000076
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ABSTRAK
Munarom, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 15 September 2014, Judul:
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dengan Pelaksanakan Ibadah Shalat Fardhu
Anak Usia SLTA di Desa Kampung Kebon RT. 04 RW. 07 Kel. Cinangka, Kec.
Sawangan, Kota Depok.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris tentang Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Melaksanakan Ibadah Shalat Fardhu
Anak Usia SLTA di Desa Kampung Kebon RT. 04 RW. 07 Kel. Cinangka, Kec.
Sawangan, Kota Depok. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Pola Asuh
Orang Tua, sedangkan variabel terikat (Y) adalah Pelaksanakan Ibadah Shalat
Fardhu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis, sedangkan tekniknya adalah observasi dan angket. Pengujian hipotesis
dengan menggunakan rumus regresi dan korelasi product moment.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa diperoleh tentang Pengaruh Pola
Asuh Orang Tua Dengan Pelaksanakan Ibadah Shalat Fardhu Anak Usia SLTA di
Desa Kampung Kebon RT. 04 RW. 07 Kel. Cinangka, Kec. Sawangan, Kota
Depok dengan kategori baik / tinggi. Diperoleh koefisien korelasi 0,67 terdapat
pengaruh antara pola asuh orang tua dengan pelaksanakan ibadah shalat fardhu.
Dibuktikan dengan pengujian hipotesis didapat 6,14 > 1,65. Dari
penghitungan koefisien determinasi diperoleh nilai 45%, yang berarti motivasi
melaksanakan ibadah shalat fardhu dapat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua
sebesar 45 % dan ada faktor lain yang mempengaruhi hubungan Pelaksanakan
ibadah shalat fardhu sebesar 55%.
i
ABSTRACT
Munarom, Islamic Education Department, Faculty of Tarbiyah and
Teaching UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, September 15, 2014, Title: The
Effect of Parents' Parenting With Prayer Worship Fard implementing high
school age children in the village of Kampung Kebun RT. 04 RW. 07 Ex.
Cinangka, district. Sawangan, Depok.
This study aims to obtain empirical date on Parenting Parental Influence
Motivation Fard Prayer Worship Implement high school age children in the
village of Kampung Kebun RT. 04 RW. 07 Ex. Cinangka, district. Sawangan,
Depok. The independent variable (X) in this study is the Parenting Parents, while
the dependent variable (Y) is implementing Fard Prayer Worship.
The method used in this research is descriptive method of analysis, while
the technique is the observation and questionnaires. Hypothesis testing using
product moment correlation formula.
The research concludes that obtained on the Influence Parenting Parents
With Prayer Worship Fard implementing high school age children in the village of
Kampung Kebun RT. 04 RW. 07 Ex. Cinangka, district. Sawangan, Depok City
with good category / high. Provided there are significant correlation coefficient of
0.67 between parenting parents with implementing praying fard. Evidenced by
testing hypotheses derived t_hitung 6.14> 1.65 t_tabel. From the calculation of the
coefficient of determination obtained a value of 45%, which means the motivation
to implement praying fard can be influenced by parenting parents by 45% and
there are other factors that affect the relationship implementing praying fard by
55%.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Allah SWT. yang telah memberikan pertolongan-Nya dan
telah melimpahkan kekuatan lahir dan batin kepada diri penulis, sehingga setelah
melalui proses yang cukup panjang, pada akhirnya penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya demikian juga para
pengikutnya yang setia mengikuti jejak Rasulullah Saw.
Selanjutnya penulis mengucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang langsung maupun tidak langsung dalam terslesainya
skripsi ini, diantaranya adalah :
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dekan Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Ibu Nurlena Rifa'I, MA,Ph.D beserta seluruh staffnya.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam bapak Dr. H. Abdul Majid Khon,
M.Ag dan sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam Ibu Marhamah
Shaleh, LC, beserta seluruh staffnya
4. Drs. Rusdi Jamil, MA. Selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan
pikiran, mengikhlasan waktu dan tenaganya untuk memberikan motivasi
dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan ibu dosen fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis, semoga bapak dan ibu dosen selalu
dalam lindungan Allah Swt. dan apa-apa yang diajarkan dapat bermanfaat
dikemudian hari.
6. Ibu, bapak, kakak, dan adikku tercinta serta istriku yang selalu
memberikan dukungan moril maupun materil selama menuntut ilmu dari
awal hingga akhir. Terimakasih yang tak terhingga atas semua
pengorbanan, cinta, kasih sayang dan do'anya.
7. Seluruh staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mencutahkan tenaganya untuk memberikan pelayanan terbaik, sehingga
penulis dapat menjalankan studi dengan lancar.
iii
8. Teman-temanku mahasiswa UIN Khususnya jurusan Pendidikan Agama
Islam angkatan 2008, teman-teman dekatku saudara Hermanto, Indah
Royta, Muhammad Abdul Jawad, dan sebagainya yang selalu memberikan
support semangat, motivasi kepada penulis. Semoga Allah SWT membalas
dengan balasan yang lebih sempurna.
9. Segenap sahabat dan semua pihak yang telah banyak memberikan
dukungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah Swt
membalaskan kalian dengan sebaik-baik balasan. Amin.
Jakarta, 15 September 2014
Penulis
Munarom
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK……………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………... ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………….. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah……………………………………….. 6
C. Pembatasan Masalah……………………………………….. 6
D. Perumusan Masalah………………………………………... 7
E. Tujuan Penelitian…………………………………………... 7
F. Manfaat Penelitian…………………………………………. 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik………………………………………… 9
1. Pola Asuh Orang Tua………………………………….. 9
a. Pengertian Pola Asuh……………………………… 9
b. Jenis-jenis Pola Asuh……………………………… 11
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh……... 17
d. Aspek-aspek Pengukuran Pola Asuh Orang Tua….. 19
2. Pelaksanakan Ibadah Shalat Fardhu…………………... 20
a. Pengertian Shalat Fardhu…………………………. 21
b. Hukum Shalat Fardhu …………………………….. 23
c. Tujuan Shalat……………………………………… 25
d. Tata Cara Shalat Nabi SAW………………………. 26
e. Indikator Melaksanakan Ibadah Shalat Fardhu…… 41
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan
Ibadah Shalat Fardhu……………………………… 49
v
B. Hasil Penelitian Yang Relevan……………………………. 51
C. Kerangka Berfikir…………………………………………. 52
D. Hipotesis Penelitian………………………………………... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………... 54
B. Metode Penelitian…………………………………………. 54
C. Populasi dan Sampel………………………………………. 55
D. Teknik Pengumpulan Data………………………………… 56
E. Definisi Operasional dari Variabel dan Kisi-Kisi
Instrumen………………………………………………….. 57
F. Teknik Analisis Data……………………………………… 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data…………………………………………….. 63
1. Deskripsi Data Variabel Pola Asuh Orang Tua……….. 63
2. Deskripsi Data Variabel Melaksanakan ibadah
Shalat Fardhu………………………………………….. 64
B. Pengujian Persyaratan Analisis……………………………. 66
1. Uji Normalitas Variabel Pola Asuh Orang Tua……….. 66
2. Uji Normalitas Variabel Pelaksanakan
Ibadah Shalat Fardhu………………………………….. 66
C. Pengujian Hipotesis……………………………………….. 66
1. Koefisien Korelasi…………………………………….. 67
2. Uji – t………………………………………………….. 67
3. Koefisien Determinasi………………………………… 67
D. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………… 68
vi
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………... 70
B. Implikasi…………………………………………………... 70
C. Saran – saran………………………………………………. 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Anak merupakan titipan (amanah) dari Allah SWT dan setiap anak yang
lahir ke muka bumi dalam keadaan suci (fitrah) sebagaimana dari Abu Hurairah
Ra, Rasulullah SAW bersabda1,
بأف ةرطفى انهع دني الإ دني ا يي ا ك اسجي أ ارصي أ ادي ا
ى خ: ح تايى رف اءعدج ا ييف سحح م اءعج تيب تيبان جخح
اعدجا حكح
Artinya :
"Tidaklah seorang anak terlahir melainkan dalam keadaan fitrah,
kedua orangtuanyalah yeng merubahnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi;
seperti hewan yang sehat dan tidak cacat melahirkan yang sehat, apakah kalian
mendapatkannya (melahirkan turunan) yang cacat." Dalam suatu riwayat,
"Hingga kamulah yang menjadikannya cacat."
Hadist ini menyatakan bahwa orangtua merupakan pemeran utama dalam
mendidik anak-anaknya. Perilaku anak sangat bergantung kepada pendidikan,
pengarahan, dan bimbingan orangtua. Seorang anak kecil yang belum mengerti
1 Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak (Jakarta :
Darul Haq, 2004) hal. 137
1
2
apa-apa ibarat sebuah kertas putih yang diatasnya bisa kita bubuhkan coretan
apapun yang kita mau. Para orangtua mempunyai tanggung jawab penuh atas
pendidikan anak-anaknya. Orangtua menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya di
lingkungan keluarga dalam berbagai hal dari mulai ibadah, ucapan, sikap,
prilaku hingga etika sehari-hari.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak-
anak, karena dalam keluarga anak-anak pertama kali akan mendapatkan
bimbingan ibadah terutama ibadah shalat. Keluarga juga merupakan lingkungan
pertama dan utama yang dikenal si anak, sehingga pendidikan paling banyak
diterima si anak dalam keluarga, yakni di kedua orangtuanya sebagai guru
pertama dan utama, karena pendidikan dimulai dari pangkuan ibunya.
Maimunah Hasan pernah mengatakan bahwa "Pola pengasuhan yang tepat
bagi anak akan mempengaruhi kehidupannya kelak. Pemberian asah, asih,
dan asuh yang tepat dapat mempengaruhi karakter anak. Asah adalah
stimulasi yang diberikan. Asih adalah kasih sayang yang diberikan oleh
orangtua. Asuh adalah kecukupan sandang, pangan, papan, dan kesehatan,
termasuk pendidikan yang diperoleh oleh anak,2
Oleh karena itu, dalam pola asuh orangtua harus bisa memberikan
pendidikan yang sesuai dengan kepribadian sang anak supaya sang anak mudah
mengerti dan memahami apa yang diberikan orangtua untuk menjalankan apa
yang dibuat peraturan dalam keluarga. Untuk itu tingkah laku orangtua sering
ditiru anak karena dalam perilaku orangtua terdapat pendidikan yang sangat
efektif untuk anak. Tujuannya untuk mencapai kehidupan yang lebih sukses
dalam pembentukan pribadi yang baik untuk anak. Dengan demikian, setiap
kata dan ucapan yang didengar oleh anak dari ibunya cenderung membentuk
wataknya. Pendidikan ibadah shalat dalam keluarga merupakan awal pendidikan
ibadah shalat anak sehingga pada usia baligh ia tidak mendapat kesulitan dalam
mengerjakan ibadah shalat fardhu.
Pada usia balita, hampir semua waktu seorang anak dihabiskan di rumah
atau di lingkungan keluarga. Pada masa inilah anak gemar melihat dan meniru
2 Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini (Jogjakarta : DIVA Press, 2011) hal. 18
3
ketika anak melihat orangtuanya shalat maka dengan cepat menirunya, bila
orangtuanya melatih dan membiasakan hal ini maka kebiasaan shalat akan
melekat dengan kuat hingga dewasa. Sifat meniru ini merupakan metode yang
positif dalam pendidikan keagamaan pada anak3. Orangtua yang rajin shalat
akan sangat efektif bagi pembentukan pribadi anak. Anak lebih senang pada
contoh gerakan-gerakan dibandingkan dengan contoh-contoh verbal. Pada masa
ini kebiasaan dan pembiasaan pada anak sangat penting bagi keberhasilan
pendidikan bukan hanya terbatas pada massalah shalat saja, tapi juga masalah-
masalah yang lain.
Rasulullah SAW memerintahkan agar para orangtua menyuruh anak-
anaknya mengerjakan shalat tatkala berumur tujuh tahun. Sabda Rasulullah
SAW yang dikutip Ibnu Hasan bin Abdul Kadir Nuh4 :
نادكى با ا أ ى ير ا ى عهي اضرب ى أباء سبع ا أباء عشرنصهاة فرق
ى ف )را اندر قطي( عاجضي انبي
Artinya : "Perintahkan anak-anakmu untuk shalat ketika berumur tujuh
tahun dan pukullah untuk shalat ketika mereka berumur sepuluh tahun serta
serta pisahkanlah tempat tidur mereka". (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Hakim)
Hadits tersebut memerintahkan kepada orangtua untuk membina dan
mendidik ibadah shalat kepada anak-anaknya sedini mungkin agar setelah
mereka dewasa nanti, benar-benar terampil dalam hal shalat itu dalam segala
seluk beluknya.
Ketika usianya mulai masuk sekolah atau bersekolah sampai usia duabelas
tahun, lebuh dari delapan puluh persen (80%) waktunya dihabiskan juga dalam
komunitas keluarga. Oleh karena itu orangtua memiliki kewajiban untuk terus
mengarahkan dan membimbing anak-anaknya tentang tata cara shalat mulai
rukunnya, syaratnya, waktunya dan hal-hal yang merusak shalat, serta
3 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2012) hal. 353
4 Ibnu Hasan bin Abdul Kadir Nuh, Panduan Shalat Lengkap, (Jakarta : Pena Pundi
Aksara, 2008) hal.25
4
membiasakan diri untuk mengerjakan shalat fardhu. Ajaklah anak pergi ke
masjid untuk shalat fardhu berjamaah dan mendengarkan ceramah-ceramah
agama. Pendidikan ibadah shalat pada masa ini dilakukan dengan penuh
kesabaran, dan jangan sekali-kali memaksakan kehendak kepada anak. Cara
yang paling tepat adalah pembinaan latihan dan suri tauladan dari orangtua5.
Mengenai penanaman dan pembinaan ibadah shalat, di masa anak-anak
inilah yang paling tepat, karena masa anak-anak adalah saat yang paling baik
untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama, pengenalan tauhid dan
keimanan serta pembinaan ketaatan kepada aturan Allah dan Rasulnya terutama
ibadah shalat fardhu. Apakah anak terbiasa melakukan shalat sejak usia kanak-
kanak maka ia akan mencintai shalat dan tidak malas atau tidak mau
meninggalkannya. Ibadah shalat memberi pengaruh yang besar dalam diri anak
karena mereka ada ikatan kuat dengan Allah, perasaan emosional terkendali,
dan hawa nafsu terpelihara sehingga anak berprilaku lurus dan bersikap
istiqomah.
Shalat adalah rukun Islam yang kedua, tiang agama, cahaya keyakinan,
peristirahatan ahli ibadah, wahana komunikasi Antara hamba dengan Rabb-Nya
dan tempat mencari ketentraman hati bagi kau mukminin. Shalat yang khusu'
mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, memacu orang untuk
berzakat, berbuat yang terbaik untuk dirinya, keluarganya dan masyarakat, dan
orang tersebut akan santun serta berakhlak mulia sebagaimana firman Allah
SWT :
…
Artinya : "… dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah
dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar…".(QS. Al-Ankabut (29) : 45).
5 Ramayulis, Op. Cit. hal. 455
5
Amalan yang pertama kali dihisab Allah pada hari kiamat adalah ibadah
shalat, dan shalat merupakan cermin sikap dan penentu nasib kehidupan
seseorang di dunia dan di akhirat. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW
yang dikutip dari HM. Masykuri Abdurrahman6 :
سائإ, فاةهانص تاييقان وي ديعان ب باسحا يي لأ , ر صهحج صهح ن ه ع
فسدث فسد سائر إ
Artinya : "Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada
hari kiamat adalah shalat, jika shalatnya baik maka akan baik seluruh amalnya,
jika shalatnya rusak maka akan rusak seluruh amalnya". (HR. Bukhori Muslim)
Shalat sebagai sarana untuk membentengi anak dari kehancuran moral dan
akhlak dan shalat juga sebagai bentuk syiar agama yang harus ditegaskan oleh
setiap orang muslim.
Setiap orang islam yang akil baligh berkewajiban melaksanakan shalat
fardhu tepat pada waktunya dengan waktu yang telah ditentukan, sebagaimana
firman Allah SWT :
Artinya : "Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa, sesungguhnya
shalat itu adalah suatu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman". (QS. An Nisa (11) : 103).
Oleh karena itu, dari ayat diatas kita mengambil kesimpulan dalam
konteks mendidik anak bahwa Seorang anak yang di didik shalat oleh
orangtuanya jelas akan berbeda dengan seorang anak yang biasa diajarkan
menonton film, music atau sepak bola. Kenyataan membuktikan, bahwa anak-
anak yang masa kecilnya tidak dilatih dan tidak dibiasakan untuk mengerjakan
shalat fardhu dalam kehidupan keluarga, maka tatkala dewasa mereka itupun
6 HM. Masykuri Abdurrahman, Shalat Versi Kitab Salaf, (Sidogiri: Pustaka Sidogiri, 2006) hal. 3
6
akan malas mengerjakan shalat. Adalah suatu kesia-siaan apabila orangtua
mengabaikan waktu anak-anaknya hanya dengan membiarkan anak-anak
bermain-main, menonton televisi tanpa terus mendidik dan memotivasi anak
untuk rajin mengerjakan ibadah shalat fardhu dan segala aktifitas keagamaan.
Orangtua harus mengontrol anaknya agar selalu mengerjakan ibadah shalat
fardhu baik di rumah maupun di luar rumah. Serta orangtua juga harus sering
berinteraksi dengan anaknya, karena dengan interaksi anak tidak sukar atau
merasa tidak diabaikan/tidak dipedulikan sama orangtua sehingga anak dengan
mudah menjalankan peraturan yang dibuat oleh keluarga. Dan satu hal lagi,
ketika orangtua membuat peraturan sang anak harus diajak untuk berdiskusi
menentukan peraturan tersebut supaya anak juga mudah untuk menjalankannya.
Berdasarkan pengamatan sepintas di lingkungan Desa Kampung Kebon
RT. 04 RW. 07 Kel. Cinangka, Kec. Sawangan, Kota Depok, penulis
menemukan tidak sedikit anak yang sudah akil baligh sering lali dan malas
untuk melaksanakn shalat fardhu, bahkan ada yang belum bisa shalat apalagi
menghafal bacaan-bacaan shalat. Mereka lebih suka pergi ke internet, cafe, mall,
jalan-jalan dengan teman hingga melupakan waktu shalat daripada pergi ke
masjid untuk shalat berjamaah dan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Inilah yang menjadi tantangan bagi orangtua, ketika anak lalai dan malas untuk
shalat, orangtua harus memberi peringatan yang keras, sebab anak sudah
dipengaruhi oleh setan dan anak butuh dikembalikan kepada jalan yang benar
dan lurus.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis mengajukan judul
penelitian "Hubungan Pola Asuh Orangtua Terhadap Pelaksanaan Shalat Fardhu
Anak Usia SLTA di Desa Kampung Kebon RT. 04 RW. 07 Kel. Cinangka, Kec.
Sawangan, Kota Depok"
B. Identifikasi Masalah
1. Pola asuh orangtua belum bisa mempengaruhi anak untuk melaksanakan
ibadah shalat fardhu
7
2. Kurangnya interaksi orangtua dengan anak dalam membimbing dan
mendidik untuk shalat fardhu
3. Usaha orangtua belum bisa membawa hasil dalam memotivasi anak
untuk melaksanakan shalat fardhu
4. Sering kali tidak ada kerjasama yang baik Antara orangtua dengan anak
untuk memotivasi agar anak rajin shalat
5. Kurangnya motivasi anak untuk melaksanakan ibadah shalat fardhu
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah:
1. Pola asuh orangtua untuk membimbing dan mendidik anak di
lingkungan rumah
2. Pelaksanaan ibadah shalat fardhu anak usia SLTA di Kampung Kebon
Rt. 04 Rw. 07 Kel. Cinangka Kec. Sawangan Kota. Depok.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
penulis dapat merumuskan masalah yaitu Bagaimana Hubungan Pola Asuh
Orangtua Dengan Pelaksanaan Ibadah Shalat Fardhu Anak Usia SLTA di
Desa Kampung Kebon Rt. 04 Rw. 07 Kel. Cinangka Kec. Sawangan Kota.
Depok?.
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui usaha-usaha pola asuh orangtua dengan pelaksanaan
ibadah shalat fardhu Anak Usia SLTA di Desa Kampung Kebon Rt. 04 Rw.
07 Kel. Cinangka Kec. Sawangan Kota. Depok
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
8
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan khususnya tentang pola asuh orangtua terhadap
pelaksanaan ibadah shalat fardhu anak-anaknya.
b. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian lebih lanjut dan
sejenis.
2. Secara praktis
a. Bagi penulis ini sebagai salah atu syarat untuk menyelesaikan studi
strata satu (S1).
b. Memberikan masukan kepada orangtua untuk terus membimbing
anak-anaknya agar taat dalam melaksanakan ibadah shalat fardhu.
c. Untuk dapat memperkaya khasanah dan bacaan bagi mahasiswa
khususnya Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan dan semua
mahasiswa pada umumnya.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Pola Asuh Orangtua
a. Pengertian Pola Asuh
Secara etimologi, pola Asuh berasal dari dua kata yaitu "Pola" dan
"Asuh". Pola artinya 1) gambar yang dipakai untuk contoh batik 2) corak
batik 3) potongan kertas yang dipakai membuat baju, model 4) system, cara
kerja 5) bentuk (struktur) yang tetap. Asuh artinya 1) menjaga (merawat dan
mendidik) anak kecil, 2) membimbing (membantu, melatih, dan sebagainya)
supaya dapat berdiri sendiri, 3) memimpin (mengepalai, menyelenggarakan)
suatu badan kelembagaan.7 Pola asuh merupakan suatu system atau cara
membimbing dan mendidik anak. Mendidik dan memelihara anak baik
mengurus makannya, misalnya, pakaiannya, dan keberhasilanya sampai
dewasa.
Disamping pengertian etimologi di atas, berikut akan dijelaskan
pengertian pola asuh secara terminologi dari beberapa pendapat ahli sebagai
berikut :
1) Pola asuh dapat diartikan kepemimpinan dan bimbingan yang
dilakukan terhadap anak yang berkaitan dengan kepentingan
7 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka,
2007) hal. 268
9
10
hidupnya.8 Pendidikan yang diberikan orangtua seharusnya
menjadi dasar pendidikan anak, proses sosialisasi, dan kehidupan
anak di masyarakat. Orangtua terkadang kurang memperhatikan
kebutuhan anak yang sebenarnya serta kurang memperhatikan
adanya suatu perbedaan individu pada setiap anak.
2) KBBI menyatakan bahwa kata pola asuh terdiri dari dua kata,
yaitu pola dan asuh. Kata pola berarti system, corak, bentuk
(struktur) yang tetap, cara kerja. Sedangkan kata asuh dapat
berarti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil,
membimbing (membantu, melatih, dan sebagainya), dan
memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau
lembaga. Singkatnya, kata asuh mencakup segala aspek yang
berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan
bantuan sehingga orang tetap berdiri dan menjalani kehidupan
secara sehat dan optimal.9
3) sedangkan pola asuh menurut St. Vembriarto adalah melindungi,
memelihara, sosialisasi, dan memberikan suasana kemesraan bagi
anggotanya.10
Dalam mengasuh anak hendaknya sikap orangtua
dapat memberi kesempatan kepada anak untuk menyalurkan
inisiatifnya, sehingga ia mendapat kesempatan untuk membuat
kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut. Ikut sertakan anak
dalam aktivitas keluarga, misalnya berbelanja ke pasar, menyapu
ruangan dan membetulkan mainan yang rusak. Jangan membuat
dan memberi perasaan takut terhadap anak. Dengar dan hargailah
pendapat serta usul yang dikemukakan oleh anak. Orangtua
jangan menuntut yang melebihi kemampuan anak. Berikan
pelajaran pada anak untuk membedakan perilaku yang benar dan
8 Maimunah Hasan, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) (Yogyakarta : DIVA Press,
2011) hal. 21 9 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : edisi ke 3 cet. 4, Balai Pustaka) hal.73 & 884 10
St. Vembriarto, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Grasindo, 1993) hal. 35
11
perilaku yang salah, serta tata tertib dan sopan santun yang
berlaku di masyarakat setempat. Ketidaktepatan dalam
memberikan pengarahan akan menyebabkan anak merasa
bersalah, rasa takut berbuat sesuatu serta serba salah dalam
bergaul.
4) Pengarahan, bimbingan dan pendidikan kepada anak secara
maksimun dan sempurna baik berbentuk perintah maupn
larangan atau baik dalam bentuk motivasi maupun sanksi, atau
bisa dalam bentuk ajakan kepada kebaikan maupun peringatan
dari perbuatan tercela.11
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pola
asuh adalah keteladanan, cara pengasuhan anak dan keseluruhan interaksi
orangtua dengan anak yang merupakan kegiatan dalam usaha memelihara,
membimbing, dan membina anak baik berbentuk perintah maupun larangan
atau baik dalam bentuk motivasi maupun sanksi untuk kelangsungan hidup,
perkembangan dan pertumbuhan yang serasi, selaras dan seimbang baik
fisik maupun mentalnya.
b. Jenis-jenis Pola Asuh
Menurut Baumrind seorang ahli psikologi perkembangan yang
dikutip oleh Agoes Dariyo mengatakan Ada tiga jenis pola asuh yaitu Pola
asuh Otoriter, permisif, dan Demokratis12
.
1) Pola asuh otoriter (parent oriented). Ciri-ciri dari pola asuh ini,
menekankan segala aturan orangtua harus ditaati oleh anak. Orangtua
bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus
menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa yang
diperintahkan oelh orangtua. Dalm hal ini, anak seolah-olah menjadi
"robot", sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut, tidak percaya diri,
pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan; tetapi disisi lain,
11
Al-maghribi bin as Said al Maghribi, Op. Cit., hal. 134 12
Agoes Dariyo, Psi, Psikologi Perkembangan Remaja (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004)
hal. 97-98
12
anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri dari kenyataan,
misalnya dengan menggunakan narkoba (alchohol or drug abuse)
dari segi positifnya, anak yang dididik dalam pola asuh ini,
cenderung akan menjadi disiplin yakni mentaati peraturan. Akan
tetapi bisa jadi, ia hanya mau menunjukkan kedisiplinan dihadapan
orangtua, padahal dalam hatinya berbicara lain, sehingga ketika di
belakang orangtua, anak bersikap dan bertindak lain. hal itu
tujuannya semata hanya untuk menyenangkan hati orangtua. Jadi
anak cenderung memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu.
2) Pola asuh permisif. Sifat pola asuh ini, children centered yakni
segala aturan dan ketetapan keluarga di tangan anak. Apa yang
dilakukan oleh anak diperbolehkan orangtua. Orangtua menuruti
segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-mena,
tanpa pengawasan orangtua. Ia bebas melakukan apa saja yang
diinginkan. Dari sisi negatif lain, anak kurang disiplin dengan aturan-
aturan sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan
kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak akan
menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif dan mampu
mewujudkan aktualisasinya.
3) Pola asuh demokratis. Kedudukan antara orangtua dan anak sejajar.
Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua
belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya
apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan
orangtua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Orangtua
dan anak tidak dapat berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan
dan dilatih untuk mempertanggungjawabkan segala tindakannya.
Akibat positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu
yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-
tindakannya, tidak munafik, jujur. Namun akibat negative, anak akan
cenderung merongrong kewibawaan otoritas orangtua, kalau segala
sesuatu harus dipertimbangkan antara anak-orangtua.
13
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa pola
asuh Otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras
dan kaku dimana orangtua akan membuat berbagai aturan yang harus
dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan anak. Sedangkan pola
asuh Permisif ialah jenis mengasuh anak yang cuek terhadap anak, apapun
yang mau dilakukan anak diperbolehkan. Dan yang terakhir pola asuh
Demokratis adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan
pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan
kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari
orangtua.
Menurut Maimunah Hasan ada beberapa tipe pola asuh, diantaranya
adalah tipe autoritatif, tipe otoriter, tipe penyabar, dan tipe penelantar.13
1) Tipe Autoritatif
Orangtua tipe autoritatif akan menerima dan melibatkan anak
sepenuhnya. Orangtua itu memiliki tingkat pengendalian yang
tinggi dan mengharuskan anak-anaknya bertindak pada tingkat
intelektual dan sosial sesuai dengan usia dan kemampuan mereka.
akan tetapi, mereka tetap memberi kehangatan, bimbingan dan
komunikasi dua arah. Mereka memberikan penjelasan dan alasan
hukuman dan larangan. Anak dari orangtua seperti ini akan tumbuh
menjadi anak yang mandiri, tegas terhadap diri sendiri, ramah
dengan teman sebayanya, dan mau bekerja sama dengan orangtua.
Anak juga akan berhasil secara intelektual dan sosial, menikmati
kehidupan dan memiliki motivasi yang kuat untuk maju.
2) Tipe Otoriter
Orangtua tipe otoriter selalu menuntut dan mengendalikan semata-
mata karena kekuasaan, tanpa kehangatan, bimbingan dan
komunikasi dua arah. Mereka mengendalikan dan menilai perilaku
anak dengan standar mutlak. Mereka menghargai kepatuhan, rasa
hormat terhadap kekuasaan mereka dan tradisi. Hukuman mental
13
Maimunah Hasan, Op. Cit., hal. 26
14
dan fisik akan sering diterima dengan alasan agar anak terus tetap
patuh dan disiplin serta menghormati orangtua yang
membesarkannya. Anak-anak dengan orangtua seperti ini cenderung
memiliki kompetensi dan tanggung jawab sedang, cenderung
menarik diri secara sosial. Dan tidak memiliki sikap spontanitas.
Anak perempuan akan tergantung pada orangtuanya dan tidak
memiliki motivasi untuk maju. Anak laki-laki cenderung lebih
agresif dibandingkan dengan anak laki-laki yang lain.
3) Tipe Penyabar
Orangtua tipe penyabar akan menerima, responsif, sedikit
memberikan tuntutan pada anak-anak. Anak akan lebih positif
mood-nya dan lebih menunjukkan vitalitasnya dibandingkan anak
dari keluarga otoriter. Orangtua yang serba membolehkan (permisif)
akan membuat anak cenderung berwatak tidak patuh, tidak dapat
menahan emosi kemarahan dan menuntut orang lain secara
berlebihan. Dia memiliki sikap cemas, ragu-ragu dan tidak percaya
diri.
Untuk itu orangtua yang terlalu berlebihan dalam memberikan
perhatian kepada anak. Mereka terlamapau cemas terhadap
keadaan-keadaan yang dihadapi anak dan kelewat hati-hati.
Memamg, orang sering keliru menerapkan kasih sayang dan
menyerah pada keinginan-keinginan anak. Ternyata "cinta yang
buta" itu malahan mengakibatkan anak sangat bergantung kepada
orangtua dan si anak kehilangan kesempatan untuk belajar dan
berusaha bagi diri sendiri. Hal ini berarti menambah masalah baru
bagi orangtua.14
4) Tipe Penelantar
Orangtua tipe penelantar lebih memperhatikan aktivitas diri mereka
sendiri dan tidak terlibat dengan aktivitas anak-anaknya. Mereka
14
Dra. Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, (Jakarta : CV. Rajawali,
1992) hal. 21
15
tidak tahu dimana anak-anak mereka berada, apa yang sedang
dilakukan, dan siapa teman-temannya saat diluar rumah. Mereka
tidak tertarik pada kejadian-kejadian di sekolah anak, jarang
bercakap-cakap dengan anak-anaknya, dan tidak mempedulikan
pendapat anak-anaknya. biasanya pola pengasuhan anak oleh
orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk
dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa
untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu
anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau
tumbuh dan berkembang menjadi apa.
Pola asuh juga merupakan kepemimpinan karena orangtua sebagai
pemimpin dalm keluarga. Anak-anak selalu membutuhkan kepemimpinan
dari orangtua yang mampu memberikan rasa percaya diri dan kedewasaan
dalam berpikir serta yang mampu membimbingnya membuat keputusan
yang lebih rasional dan bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu
orangtua bisa memilih pola kepemimpinan yang sesuai untuk diterapkan
dalam menetapkan paraturan-peraturan dan batas-batas dalam mendidik
anak. Tanpa kepemimpinan, tanpa peraturan dan tanpa batas-batas, maka
tak akan ada keluarga yang dapat berfungsi.
Dr.W.A Gerungan Dipl. Psych. dalam bukunya mengemukakan ada
3 cara kepemimpinan yaitu cara otoriter, cara demokratis, dan cara laissez
faire.15
1) Cara otoriter
Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara otoriter.
Dialah yang memastikan apa yang akan dilakukan oleh kelompok,
dan anggota-anggota kelompok tidak diajak untuk turut menentukan
langkah-langkah pelaksanaan ataupun perencanaan kegiatan-kegiatan
anggota kelompok. Kegiatan-kegiatan, acara-acara, dan tujuan-tujuan
15
W.A. Gerungan. Dipl. Psych, Psikologi Sosial (Bandung: PT. Refika Aditama, 2000)
hal. 132
16
kelompok ditentukan dari atas. Di samping itu, kelompok hanya
diberi intrusksi tentang langkah-langkah pekerjaan yang paling dekat
saja, tanpa diberi tahu rencana secara keseluruhan. Anggota hanya
diberi tahu langkah kegiatan selangkah demi selangkah, tanpa ada
perembukan mengenai tujuan-tujuan umum dari kegiatan kelompok.
Sikap pemimpin otoriter seakan-akan ia tidak turut serta dengan
interaksi kelompok. Ia hanya bersaling hubungan dengan anggota-
anggota ketika memberikan instruksi mengenai langkah kegiatan,
setelah itu ia menyendiri. Ia terpisah dari kelompok dan tidak
mencampurkan diri dengan mereka.
2) Cara demokratis
Pemimpin di sini mengajak anggota kelompok untuk menentukan
bersama tujuan kelompok serta perencanaan langkah-langkah
pekerjaan. Penentuan tersebut adalah secara musyawarah dan
mufakat. Pemimpin memberikan bantuan atau nasihat kepada
anggota kelompok dalam pekerjaannya. Selain itu, ia pun
memberikan saran-saran mengenai berbagai kemungkinan
pelaksanaan pekerjaan yang dapat mereka pilih sendiri mana yang
terbaik. Pemimpin demokratis memberikan penghargaan dan kritik
secara objektif dan positif. Dengan tindakan-tindakan demikian,
pemimpin demokratis itu berpartisipasi, ikut serta dengan kegiatan-
kegiatan kelompok. Ia bertindak sebagai seorang kawan yang lebih
berpengalaman dan turut serta dalam interaksi kelompok dengan
peranan sebagai kawan yang lebih matang tadi.
3) Cara laissez faire
Pemimpin menjalankan peranan yang pasif sebagai seseorang
yang hanya menonton. Ia menyerahkan segala penentuan tujuan dan
kegiatan kelompok kepada anggota-anggotanya sendiri. Pemimpin
hanya menyerahkan bahan-bahan dan alat-alat yang diperlukan
17
dalam pekerjaan kelompok itu. Ia tidak mengambil inisiatif apapun
didalam kegiatan kelompok. Ia berada di tengah-tengah kelompok
tetapi tidak berinteraksi dan berlaku seperti seorang penonton saja.
Dalam mengasuh anak, orangtua mempunyai cara yang berbeda-beda.
Perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan latar belakang pendidikan,
sosial ekonomi orangtua, seperti ada orangtua yang bersikap keras dan ada
pula yang bersikap lembut penuh toleransi. Orangtua yang tidak otoriter
akan dapt mentoleransikan kemauan anak-anaknya. Tetapi yang paling
penting, mungkin yang dapat membawa anak ke jenjang kesuksesan adalah
suasana yang hangat dan menyenangkan di dalam rumah.
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh
Menurut Oqbum yang dikutip oleh Drs. H. Abu Ahmadi, bahwa
keluarga juga berfungsi sebagai kasih sayang, ekonomi, pendidikan,
perlindungan/penjagaan, status dalam keluarga, beragama, dan rekreasi
dalam keluarga.16
Oleh sebab itu artinya ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi digunakannya pola asuh tertentu oleh orangtua dalam
mendidik dan mengasuh anaknya, antara lain : faktor tingkat sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, kepribadian, jumlah anak.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan faktor-faktor yang
mempengaruhi pola asuh dibagi dua yaitu faktor intern dan ekstern.
1) Faktor intern
Faktor yang ada dalam diri individu, mencakup :
a) Faktor tingkat sosial ekonomi : orangtua berasal dari tingkat sosial
ekonomi menengah lebih bersikap hangat dibandingkan dengan
orangtua yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.
16
Drs. H. Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007) hal.
108
18
b) Faktor tingkat pendidikan : orangtua dalam latar belakang
pendidikan yang lebih tinggi, dalam praktek asuhannya terlihat lebih
sering membaca artikel ataupun mengikuti kemajuan pengetahuan
mengenai perkembangan anaknya. Dalam mengasuh anaknya
mereka menjadi lebih siap karena memiliki latar belakang
pendidikan terbatas, memiliki pengetahuan dan pengertian yang
terbatas mengenai kebutuhan dan perkembangan anak, sehingga
menunjukkan pengertian dan cenderung untuk mendominasi anak.
c) Faktor kepribadian : kepribadian orangtua dapat mempengaruhi
penerapan pola asuh. Orangtua yang berkepribadian tertutup
cenderung akan memperlakukan anaknya dengan ketat, tegas, dan
otoriter. Demikian juga dengan anak yang bersifat terbuka, akan
lebih bisa dapat menerima rangsangan-rangsangan yang datang pada
dirinya, dan hal tersebut akan mempengaruhi pemilihan pola asuh
yang diberikan oleh orangtua kepada dirinya.
2) Faktor ekstern
Faktor berada di luar individu, mencakup :
a) Faktor jumlah anak : jumlah anak yang dimiliki oleh suatu keluarga
juga dapat mempengaruhi digunakannya pola asuh tertentu. Orangtua
yang memilikianak hanya dua sampai tiga orang (keluarga kecil)
cenderung lebih intensif pengasuhannya, dimana interaksi yang
terjadi antara orangtua dan anak lebih menekan pada perkembangan
pribadi, kerjasama antara anggota keluarga dapat lebih diperhatikan.
Tetapi, biasanya anak kurang bersosialisasi karena dirumahnya
hanya terdiri dari empat atau lima orang saja. Orangtua yang
memiliki anak lebih dari lima orang (keluarga besar) sangat kurang
memperoleh kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara
intensif antar orangtua dan anak, karena orangtua secara tidak
langsung kurang memperhatikan segala perilaku dan perbuatan
19
anaknya. Tetapi, rasa sosialisasi anak sangat tinggi karena mereka
merasa ada saingan dalam keluarganya.
b) Latar belakang keluarga : faktor ini mempengaruhi kualitas
perkawinan seseorang, menentukan pemilihan pasangan
mempengaruhi pola interaksi/komunikasi antara suami istri dan anak
sehingga akan mempengaruhi dalam menentukan pola asuh dalam
keluarganya.
c) Keadaan masyarakat di mana keluarga itu hidup : keluarga yang
berada di lingkungan yang baik, ramah, penuh kasih sayang akan
membuat keluarga yang harmonis sebaliknya keluarga yang berada
di lingkungan yang buruk, masa bodoh dan kurang perhatian akan
menyebabkan sikap orangtua yang tidak memperhatikan perilaku
anak-anaknya.
d. Aspek-aspek Pengukuran Pola Asuh Orangtua
Orangtua selalu mempunyai pengaruh yang kuat pada anak-anak.
Setiap orangtua mempunyai gaya tersendiri dalam hubungannya dengan
anak-anaknya.
Menurut Diane Baumrind yang dikutip oleh Sri Esti Wuryani
Djiwandono ada beberapa aspek dalam pola asuh orangtua yaitu : kontrol
orangtua terhadap anak, tuntutan orangtua kepada anak untuk menjadi
matang, dan kejelasan komunikasi orangtua dan anak17
.
1) Kontrol orangtua terhadap anak
Adalah bagaimana sikap orangtua dalam menerima dan menghadapi
tingkah laku anaknya, yang tidak sesuai dengan perilaku yang
diharapkan. Orangtua mengontrol dan memberikan pujian atas tingkah
laku yang baik.
2) Tuntutan orangtua kepada anak untuk menjadi matang
17
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT Grasindo, 2008)
hal. 78
20
Adalah bagaimana tingkah laku orangtua mendorong kemandirian anak
dan mendorong anak memiliki rasa tanggung jawab atas segala
tindakannya dan mengharapkan anak-anak bertindak cara-cara yang
matang.
3) Kejelasan komunikasi orangtua dan anak
Adalah bagaimana usaha orangtua anak agar tampil pada tingkat yang
tinggi secara intelektual, sosial, dan emosional. Bagaimana ungkapan
orangtua dalam menunjukkan kasih sayang, perhatian, terhadap anak dan
bagaimana cara memberikan dorongan kepada anaknya.
2. Pelaksanakan Ibadah Shalat Fardhu
Secara umum pelaksanaan ibadah berarti bakti manusia kepada
Allah SWT karena didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid18
. Tujuan
utama penciptaan manusia adalah untuk merealisasikan akidah yang shahih
dan tauhid yang lurus yaitu agar setiap muslim memurnikan ibadah hanya
kepada Allah sebagaimana firman-Nya :
Artinya : "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku". (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Dengan demikian ibadah adalah bertaqarrub (mendekatkan diri)
kepada Allah dengan jalan mentaati segala perintah-perintah-Nya, menjauhi
larangan-larangan-Nya, dan mengamalkan segala yang diizinkan Allah.
Oleh sebab itu, ibadah secara umum adalah segala mengamalkan yang di
izinkan Allah dan secara khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan
perincian-perinciannya, tingkah dan cara-caranya yang tertentu.
18
Nasruddin Razak, Dienul Islma (Bandung : PT Almaarif, 2000) hal. 57
21
Ibadah yang khusus merupakan pokok-pokok ibadah yang
dirumuskan dalam "Arkanul Islam" yaitu : Shalat lima waktu, zakat, puasa
di bulan ramadhan, naik haji dan ditambah degan ibadah bersuci
(thaharah)19
. Di dalam penelitian ini hanya membahas ibadah shalat fardhu.
a. Pengertian Shalat Fardhu
Shalat secara etimologi berarti doa, sebagaimana tertera di dalam
firman Allah SWT20
:
…
Artinya :
…..Dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui. (At-Taubah : 103)
Secara terminologi ada beberapa pendapat yaitu :
1) Shalat adalah ibadah dalam bentuk perkataan dan perbuatan tertentu
dengan menghadirkan hati secara iklas dan khusu', dimulai dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, menurut syarat dan rukun
yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya.21
2) Shalat ialah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadat, dalam bentuk
beberapa perkataan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam serta menurut syarat-syarat yang telah ditentukan
syara'.22
3) Shalat adalah bentuk ibadah yang paling agung karena amal pertama kali
yang akan ditanyakan nanti di hari kiamat adalah shalat. Kalau shalatnya
19
Nasrudin Razak, Op. Cit., hal. 228 20
Ibnu Hasan Bin Abdul Kadir Nuh, Panduan Shalat Lengkap dan Mudah (Jakarta : Pena
Pundi Aksara, 2008) hal. 11 21
Ibid, hal. 12 22
Moh. Rifa'I, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang : PT. Karya Toha Putra,
2008) hal. 32
22
baik, semua amalan lainnya baik pula. Tapi sebaliknya, kalau shalatnya
jelek amalan yang lainnya juga akan ikut jelek.23
4) Menurut Sulaiman Rasyid yang di kutip oleh Dr. H. Zurinal Z adalah
ibadat yang tersusun dari beberapa perkataan dan beberapa perbuatan
yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, dan memenuhi
beberapa syarat yang ditentukan24
.
5) Shalat adalah cahaya hati. Barang siapa ingin agar hatinya selalu
bersinar, maka hendaklah ia menyinarinya dengan shalat.25
Berdasarkan pengertian secara etimologi dan terminologi, dapat
disimpulkan bahwa shalat merupakan sarana komunikasi dan pendekatan
diri antara hamba dan Al-Khaliq yang Maha Pencipta. Penghambaan itu
dilakukan dalam bentuk kepatuhan dan ketaatan secara utuh, baik jiwa
maupun raga, juga dalam bentuk munajat (permohonan) sesuai aturan dan
ketentuan yang telah digariskan didalam firman-Nya dan dijelaskan di
dalam Sunnah Rasul-Nya.
Oleh karena itu, shalat merupakan sarana menjalin hubungan antara
seseorang (hamba) dengan Allah yang Maha Pencipta. Ketika itulah,
seseorang menjadi ingat kepada Allah (minimal lima sampai sepuluh menit
dalam satu waktu shalat), sejak awal pelaksanaan shalat sampai akhir.26
Komunikasi yang dibangun di dalam shalat dapat menjadikan orang itu
sadar akan resiko amal perbuatannya, yakni bahwa perbuatan baik sekecil
apa pun akan diperlihatkan balasannya oleh Allah SWT., begitu pula
perbuatan buruk sekecil apa pun akan dimintai pertanggungjawaban di
hadapan Allah swt.
Dengan demikian, pelaksanaan shalat dapat menumbuhkan
kesadaran setiap insan akan datangnya hari Akhir. Pada hari itu, manusia
akan dimintai pertanggungjawaban akan amal-amal perbuatannya selama
23
Sayyid Shaleh Al-Ja'fari, The Miracle Of Shalat, (Depok: Gema Insani, 2007) hal. 24 24
Zurinal.Z & Drs. Aminuddin, M.Ag, Op. Cit., hal. 64 25
Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2008) hal. 53 26
Ibnu Hasan Bin Abdul Kadir Nuh, Op. Cit., hal. 18
23
hidup di dunia. Karena itu, apabila seseorang melaksanakan shalat dengan
sungguh-sungguh, akan menumbuhkan rasa mawas diri dan kehati-hatian
dalam membuat putusan terhadap keinginan yang timbul di dalam dirinya,
serta mencegahnya melakukan hal-hal keji dan mungkar.
b. Hukum Shalat Fardhu
Kewajiban untuk mengerjakan shalat lima waktu diturunkan oleh
Allah SWT sewaktu Rasulullah SAW menjalani mi'raj dan shalat sendiri
sering disebut sebagai mi'rajnya orang-orang beriman yang mengerjakan
ibadah itu, bukan karena shalat diperintahkan saat Nabi SAW mengalami
mukjizat itu, tetapi karena sifat ibadah ini yang menuntut komunikasi
langsung antara hamba dengan Tuhannya.27
Diterimanya perintah shalat lima waktu melalui peristiwa khusus
Isra dan Mikraj berbeda dengan perintah ibadah lainnya, seperti zakat,
puasa, dan haji, yang disampaikan melalui Malaikat Jibril. Hal itu menjadi
bukti bahwa shalat merupakan ibadah penting dan harus diprioritaskan
untuk dikerjakan oleh setiap orang Islam. Karena itu, tidaklah pantas jika
orang yang telah beriman kepada Allah, lalu ia meninggalkan shalat.
Menurut Abu Hanifah, Malik, dan Imam Syafi'I sebagaimana yang
dikutip oleh Ibnu Hasan Bin Abdul Kadir Nuh, "Orang yang meninggalkan
shalat lima waktu digolongkan fasik. Karena itu, ia diperintahkan untuk
bertobat. Jika ia tidak mau bertobat, ia boleh dibunuh". Mengenai hal itu,
Abu Hanifah berkata, "Ia tidak dibunuh, tapi dihukum takzir dan dipenjara
sampai ia mau melakukan shalat.28
Maka, shalat fardhu lima waktu wajib di kerjakan karena hukumnya
wajib 'ain. Yaitu yang mesti dikerjakan oleh setiap orang yang mukallaf
sendiri, seperti shalat yang lima waktu, puasa dan sebagainya.29
Untuk itu
27
Sudirman Tebba, Op. Cit., hal. 11 28
Ibnu Hasan Bin Abdul Kadir Nuh, Op. Cit., hal. 24 29
Moh. Rifa'I, Op. Cit. hal. 9
24
mari kita ikuti uraian tentang dalil yang memerintahkan setiap mukmin
untuk mendirikan shalat yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadits
Rasulullah saw sebagai berikut30
:
1) Perintah shalat di dalam Al-Qur'an
Dalil tentang diwajibkannya shalat bagi setiap mukmin banyak
tertera di dalam Al-Qur'an. Sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya :
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Ankabut
: 45)
Begitu pula firman Allah swt :
Artinya :
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah
di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian
30
Ibnu Hasan Bin Abdul Kadir Nuh, Op. Cit., hal. 25
25
apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (an-Nisa : 103)
2) Perintah shalat di dalam Hadits Rasulullah saw.
Perintah shalat oleh Rasulullah saw. mulai ditanamankan ke dalam
hati dan jiwa anak-anak sejak mereka kecil. Sebagaimana dijelaskan di
dalam hadits :
"Perintahkanlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat apabila
mereka sudah berumur tujuh tahun, dan pulullah mereka jika mereka
meninggalkannya ketiga umur mereka sudah mencapai sepuluh tahun,
serta pisahkanlah tempat tidur mereka." (HR Ahmad, Abu Dawud, dan
Hakim)
Imam Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda :
"ikatan yang ada antara kami dan mereka adalah shalat. Barangsiapa
meninggalkannya (shalat) dengan sengaja, sungguh, ia telah menjadi
kafir". (HR Imam Tirmidzi)
Berdasarkan keterangan ayat al-Qur'an dan hadis Rasulullah saw di
atas, dapatlah dimengerti bahwa perintah mendirikan shalat bersifat
mutlak, artinya tidak ada alasan bagi orang dewasa yang normal untuk
meninggalkan shalat. Bahkan, anak-anak yang mulai tumbuh dan
berkembang secara fisik (jasmani) maupun psikis (kejiwaan) sudah harus
dididik sejak dini untuk melakukan shalat sampai tiba saatnya bagi
mereka dapat merasakan bahwa shalat merupakan suatu kebutuhan
utama di dalam hidup mereka.
c. Tujuan Shalat
Untuk meningkatkan keimanan dan ketaatan dalam beribadah shalat
fardhu, maka kita harus mengetahui tujuan shalat fardhu dan arahnya yang
di kemukakan dalam al-Qur'an:
26
Artinya :
"Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat
aku." (Q. 20 : 14)
d. Tata Cara Shalat Nabi SAW
Di dalam pelaksanaan shalat ada beberapa syarat dan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan berdasarkan keterangan Al-Qur'an dan As-
Sunnah. Karena itu, tidak dibenarkan bagi siapapun untuk melakukan shalat
tanpa mendapat bimbingan yang benar dan bersumber dari contoh-contoh
yang telah diajarkan Rasulullah saw sebagaimana sabda beliau31
:
ى أصهي ا رأيخ ا ك سهى صه عهي صهى انه ل انه قال رس
Artinya : "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat"
(Diriwayatkan oleh Bukhori)
"Rifa'ah ibn Rafi' bercerita : Seorang laki-laki datang ke masjid dan shalat.
Lalu ia mendatangi Rasulullah saw. dan memberi salam. Beliau menjawab,
"Ulangi shalatmu, karena kamu belum shalat!" laki-laki itu meminta
Rasulullah mengajarinya. Rasulullah menjelaskan, "Ketika menghadap
kiblat, bertakbirlah, lalu bacalah beberapa ayat Al-Quran; ketika rukuk,
tempatkan kedua telapak tangan pada kedua lututmu, membungkuk secara
sempurna dengan merentangkan punggungmu; saat berdiri, berdirilah
dengan meluruskan punggungmu dan mengangkat wajahmu agar kamu
tegak;kala bersujud, sujudlah dengan baik, dan duduk di antara keduanya
31
Ibid, hal. 27
27
dengan baik pula. Kerjakanlah semua itu sampai kamu menyelesaikan
shalatmu."(HR Bukhari)32
Demianlah Rasulullah saw. mengajarkan tatacara shalat.
Ringkasnya, rukun shalat ada empat belas33
:
1) Niat
2) Takbiratul ihram
3) Berdiri tegak
4) Membaca Al-fatiha setiap rakaat
5) Rukuk
6) Bangkit dari rukuk
7) I'tidal
8) Sujud
9) Bangkit dari sujud
10) Duduk diantara dua sujud
11) Tumakninah ketika rukuk, sujud, berdiri, dan duduk
12) Membaca tasyahud akhir serta duduk
13) Membaca salam yang pertama
14) Menjalankan rukun-rukun shalat di atas secara berurutan
Untuk terhidar dari bid'ah (penyimpangan) maka di bawah ini akan
dijelaskan tentang tata cara shalat Nabi Muhammad SAW yang dikutip Ibnu
Hasan bin Abdul Kadir Nuh34
, yaitu :
1. Berdiri tegak menghadap kiblat sambil mengukuhkan niat di dalam hati
untuk melakukan shalat karena Allah swt. Pandangan mata diarahkan ke
tempat sujud dan kedua lengan lurus ke bawah searah dengan sisi badan.
Sementara jarak antar kaki yaitu mulai sejengkal hingga posisi kaki bagian
luar lurus dengan pundak, (lihat gambar 1 dan 2)
32
Firdaus Wajdi & Saira Rahmani, Buku Pintar Shalat Wajib dan Sunnah (Jakarta:
Zaman, 2010) hal. 36 33
Ibid, hal. 37 34
Hasan bin Abdul Kadir Nuh, Op. Cit. hal. 129-155
28
ال بانياث ا انأع إ
"Sesungguhnya (sahnya)
amal itu tergantung kepada
niyat"
2. Mengangkat kedua tangan (takbiratul ihram) sambil mengucapkan,"Allahu
akbar". Telapak tangan dihadapkan kea rah kiblat, ujung jari-jari tangan
lurus terbuka dan sejajar dengan pundak, (lihat gambar 3 dan 4);
اهلل أكبر
Atau ibu jari didekatkan ke telinga dan jari-jari tangan lurus terbuka
menghadap ke arah kiblat, (lihat gambar 5 dan 6)
29
3. Setelah takbiratul ihram, kedua lengan diletakkan di dada; di sekitar ulu
hati. Lengan kanan ditopangkan di atas lengan kiri; sisi dalam pergelangan
tangan kanan ditopangkan ke punggung pergelangan tangan kiri. Sementara
posisi jari tangan kanan menggenggam lengan tangan kiri, (lihat gambar 7).
4. Membaca doa iftitah (tawajjub)
30
5. Membaca ta'awwudz
6. Membaca Al-fatihah
7. Setelah membaca al-Fatihah yaitu setelah bacaan "gairil-magdhubi 'alaihim
wa ladhdhallin," maka ucapkanlah, "Amin". Setelah itu, lanjutkan dengan
membaca salah satu surah atau ayat al-Qur'an. Misalnya seperti surah
berikut ini.
8. Setelah membaca surah atau ayat al-Qur'an, dilanjutkan dengan rukuk yang
diawali dengan mengangkat kedua tangan, seperti ketika takbiratul ihram
sambil mengucapkan, "Allahu akbar" (lihat gambar 8)
31
اهلل أكبر
Kemudian membungkuk (rukuk) dan kedua telapak tangan memegang lalu
menggenggam kedua lutut dengan posisi jari renggang, sedangkan posisi
kedua lengan direnggangkan dari sisi samping lambung dan kepala
diluruskan dengan punggung; kepala tidak diangkat dan tidak diturunkan.
Sementara pandangan diarahkan ke tempat sujud, (lihat gambar 9 dan 10)
Ketika rukuk, bacalah dzikir berikut ini
9. tegak setelah rukuk (I'tidal), sambil mengengkat kedua tangan seperti ketika
takbiratul ihram, (lihat gambar 11). Kemudian berdiri tegak sejenak, dan
posisi kedua tangan lurus ke bawah searah dengan sisi badan, seperti sikap
32
awal ketika hendak memulai shalat (lihat gambar 12). Ketika hendak berdiri
sambil membaca zikir berikut ini.
Ketika telah berdiri tegak, bacalah
doa berikut ini.
(Rabbku dan segala puji kepada-
Mu), (Mencakup seluruh langit dan
seluruh bumi dan segenap yang
Engkau kehendaki selain dari itu)
10. Sujud, sambil mengucapkan, "Allahu akbar." Ketika hendak sujud, kedua
lutut diletekkan di lantai sebelum kedua telapak tangan (sejajar dengan
telinga atau pundak). Lalu, kening dan hidung ditempelkan di tempat sujud.
Kedua sikut diangkat (tidak menempel ke lantai) dan direnggangkan dari
sisi badan. Ujung jari-jari tangan dirapatkan dan dihadapkan kea rah kiblat.
Perut jari-jari kaki ditempelkan ke lantai dan kedua telapak kaki ditegakkan.
Dan kedua tumit kaki di dekatkan. Boleh juga dirapatkan, (lihat gambar 13
dan gambar 14)
33
Ketika sedang sujud, bacalah salah satu zikir berikut
ini.
11. Setelah sujud, bangkit untuk duduk iftirasy, yaitu duduk dengan menduduki
telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan, sedangkan jari-jari
kaki kanan ditekuk mengarah ke kiblat. Sementara telapak tangan kanan
dan kiri diletakkan di atas paha (dekat dengan lutut), dan posisi jari-jari
tangan tidak terlalu rapat dan tidak terlalu renggang,(lihat gambar 15 dan
16)
Ketika sudah duduk, bacalah salah satu doa berikut ini.
12. Sujud kembali dengan mengucapkan, "Allahu akbar," dengan menurunkan
kedua telapak tangan ke lantai, kemudian kening dan hidung, (lihat gambar
17 dan 18).
34
Ketika telah sujud, bacalah salah
satu zikir berikut ini.
13. Kemudian, berdiri kembali dengan mengucapkan, "Allahu akbar." Ketika
hendak bangkit dari sujud hendaklah mengangkat kepala terlebih
dahulu,lalu kedua tangan, kemudian kedua lutut, lalu berdiri seperti sikap
semula sesudah takbiratul ihram, yakni langsung meletakkan kedua lengan
di atas dada (bersedekap), tanpa mengangkat tangan sejajar dengan pundak
seperti ketika takbiratul ihram, (lihat gambar 19).
اهلل أكبر
Selanjutnya, tanpa membaca doa iftitah/tawajjub, dimulai shalat (rakaat)
yang kedua dengan langsug membaca surah al-Fatihah. Setelah itu,
lanjutkan dengan membaca surah atau ayat lain di dalam Al-Qur'an,
misalnya surah berikut ini.
35
14. Selanjutnya, rukuk; sama dengan rakaat pertama, sambil mengucapkan,
"Allahu akbar", (lihat gambar 21). Sebelum rukuk, hendaklah mengangkat
kedua tangan, (lihat gambar 20).
Kemudian, membaca zikir
sebanyak tiga kali.
15. Kemudian, I'tidal (sama dengan rakaat pertama) sambil mengangkat kedua
tangan seperti ketika takbiratul ihram, (lihat gambar 22). Kemudian
mengucapkan, . setelah berdiri tegak, (lihat gambar 23),
36
lalu membaca zikir
(Rabbku dan segala puji kepada-Mu),
(Mencakup seluruh langit dan seluruh bumi dan
segenap yang Engkau kehendaki selain dari itu)
16. Setelah itu, sujud, sama dengan rakaat pertama, diawali dengan
mengucapkan, "Allahu akbar," (lihat gambar 24 dan 25)
Ketika sujud bacalah zikir, sebanyak tiga kali,
atau bacaan lainnya yang di ajarkan Rasulullah
saw
37
17. Bangkit dari sujud untuk iftirasy sambil mengucapkan, "Allahu akbar"
(lihat gambar 26 dan 27).
Lalu bacalah doa,
atau bacaan yang lain yang di ajarkan Rasulullah saw
18. Sujud kembali, sama dengan rakaat pertama, sambil mengucapkan, "Allahu
akbar" (lihat gambar 28 dan 29).
Ketika sujud, bacalah zikir,
sebanyak tiga kali, atau bacaan lain yang di ajarkan Rasulullah
38
saw
19. Duduk tahiat dengan posisi iftirasy sambil mengucapkan, "Allahu akbar”.
Jika shalat yang dilakukan terdiri dari tiga atau empat rakaat, maka posisi
duduknya adalah tahiat awal, lalu berdiri kembali melakukan gerakan shalat
seperti rakaat pertama.
Kemudian membaca tasyahud sebagai berikut :
Tahiat awal, yakni duduk setelah bangkit dari sujud pada rakaat kedua di
dalam shalat zhuhur,ashar, maghrib, dan isya (lihat gambar 30 dan 31)
مال, السلهل اتبيالط اتىلالص اتكربمال اتيحالتا نيلع مال, الس هاتكربو اهلل ةمحرو يبنا الهيأ كيلع اهلل ألإ لها إل نأ دهش. أهيحالالص اهلل ادبى علع و .اهلل لىسا ردمحم نأ دهشأو
"segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan, dan kebaikan
bagi Allah. Salam, rahmat, dan berkah-Nya kupanjatkan
kepadamu (Muhammad), wahai Nabi. Salam (keselamatan)
semoga tetap untuk kami, seluruh hambah yang saleh. Aku
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa
Nabi Muhammad adalah utusan Allah
39
Tahiat akhir, yakni pada rakaat kedua shalat subuh dan pada rakaat ketiga
shalat maghrib, atau pada rakaat keempat dalam shalat zhuhur, ashar, dan
isya' (lihat gambar 32, 33, dan 34)
Posisi tangan ketika tahiat awal atau akhir adalah telapak tangan kiri
diletakkan di atas paha kiri (dekat dengan lutut) dan posisi siku lurus
dengan paha tapi tidak rapat dengan paha. Sementara tangan kanan
diletakkan di atas paha kanan dengan posisi ibu jari, jari tengah, jari manis,
dan kelingking digenggam, sedangkan jari telunjuk diluruskan ke depan,
dan posisi siku lurus dengan paha tapi tidak rapat dengan paha. Dalam
sumber yang lain dikatakan, ibu jari dan jari tengah dibuat melingkar, jari
manis dan kelingking digenggam, sedangkan jari telunjuk dibentangkan ke
depan.
Bacalah tasyahud pada tahiat akhir sama dengan bacaan tasyahud
pada tahiat awal, ditambah dengan bacaan shalawat. Adapun duduk
tasyahud akhir adalah duduk tawarruk, yakni duduk dengan meletakkan
pinggul dilantai dengan mengeluarkan telapak kaki yang kiri (melalui
bawah tulang kering kaki kanan) dan menegakkan telapak kaki yang kanan,
dan jari-jari kaki kanan ditekuk mengarah ke kiblat.
Adapun bacaan shalawat ketika duduk tasyahud yaitu sebagai
berikut:
40
Artinya : “Ya Allah berikanlah Shalawat kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat kepada
keluarga Ibarahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.
Ya Allah berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana
Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji dan Maha Agung.”
20. Membaca doa sesudah tasyahud akhir, yakni sebelum mengucapkan salam.
Artinya: “Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam, siksa
kubur, fitnahnya hidup dan mati serta fitnahnya Al-Masiihid
Dajjaal.”(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim dengan
lafadhz Muslim)
21. Mengucapkan salam sambil menengok ke kanan hingga pipi terlihat dari
belakang (lihat gambar 35), Kemudian mengulang ucapan salam yang sama
sambil menengok ke kiri hingga pipi terlihat dari belakang, (lihat gambar
36).
41
Adapun kalimat salamnya adalah sebagai berikut.
Dengan demikian kalau di ucapkannya salam, berakhirnya shalat yang kita
kerjakan. Dan setelah melaksanakan shalat,dianjurkan bagi kita untuk
berzikir dan berdoa, sebagaimana yang dicantumkan di dalam pembahasan
khusus pada bab terakhir buku ini.
e. Indikator Melaksanakan Ibadah Shalat Fardhu
Shalat merupakan pendidikan positif menjadikan manusia dan
masyarakat hidup teratur35
. Shalat juga merupakan obat bagi gangguan
kejiwaan, karena salah satu penyebab dari gangguan kejiwaan adalah
merasa bersalah atau berdosa. Orang akan merasa gelisah dan goncang
jiwanya apabila ia merasa bersalah atau berdosa kepada Tuhan36
. Oleh
karena itu dalam shalat terdapat pendidikan positif menjadikan manusia dan
masyarakat hidup teratur. Sebagaimana yang di katakan Prof. Dr. Zakiah
Daradjat bahwa, shalat yang di landasi dengan sabar dalam diri manusia,
35
Nasruddin Razak, Op. Cit., hal. 57 36
Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, (Jakarta : CV
Ruhama, 1996) hal. 21
42
maka shalat tersebut dapat menjadi penolong dalam menentramkan batin
dan selanjutnya menjadi penolong dalam menghadapi berbagai persoalan
hidup.37
Sungguh banyak pembelajaran dan manfaat bagimengerjakan shalat,
di antaranya yang sangat penting pula adalah untuk pengendali moral,
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-An Kabut : 45
….
Artinya :
…dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kepada kita mendirikan
shalat. Ditegaskan-Nya bahwa dengan melaksanakan shalat, orang dapat
menjaga dirinya dari kerusakan akhalak dan terjatuh ke lembah nista, serta
diingatkan-Nya pula betapa besarnya nilai shalat bagi kehidupan manusia.
Ayat itu diakhiri dengan peringatan bahwa tidak ada suatu perbuatan yang
dapat disembunyikan kepada Allah SWT.
Ketika membaca ayat tersebut, terbayang seolah-olah setiap orang
yang mengajarkan shalat dengan sendirinya tidak akan pernah jatuh kepada
perbuatan keji dan mungkar. Tetapi dalam kenyataan sehari-hari, ada orang
yang mengerjakan shalat, tetap saja melakukan perbuatan yang dilarang
Allah, seolah-olah baginya shalat merupakan kewajiban kepada Allah yang
tidak ada kaitannya dengan larangan Allah SWT, seperti berjudi, minuman
keras, mencuri, bahkan mau melakukan perbuatan onar yang dikutuk Allah.
37
Ibid, hal. 13
43
Oleh karena itu, shalat yang bernilai tinggi dan mengungguli semua
ibadah lainnya adalah shalat yang dilaksanakan dengan sempurna sesuai
dengan syarat dan rukunnya, serta tekun dan teratur sedemikian rupa,
sehingga tidak ada satu pun shalat wajib yang lima waktu ditinggalkan.38
Berdasarkan pendapat di atas terdapat indikator dalam melaksanakan
shalat sebagai berikut : tepat waktu, kepatuhan terhadap syarat dan rukun
shalat, berjamaah, khusu' dalam shalat dan pembiasaan. Berikut
penjelasannya :
1) Tepat Waktu
Melaksanakan shalat, terdapat indikator bahwa sesorang itu
mematuhi perintah Allah SWT, disiplin bagi seseorang adalah penting
karena seorang muslim sebenarnya telah diajarkan dan dilatih untuk
tepat waktu sesuai dengan firman Allah : "Wal-Ashri". (QS. Al Ashr
(103): 1). Ayat tersebut menunjukkan bahwa islam mewajibkan setiap
orang muslim mengerjakan shalat lima waktu tepat pada waktunya
dalam sehari semalam.
2) kepatuhan terhadap syarat dan rukun shalat
kepatuhan adalah sikap mental yang ditunjukkan dengan kemauan
untuk melaksanakan segala perintah shalat dan menjauhi segala
larangan. Kepatuhan terhadap syarat dan rukun shalat merupakan
prasyarat bagi seseorang sebelum melaksanakan shalat. Disiplin
seseorang dalam melaksanakan shalat ditandai pula dengan kepatuhan
terhadap syarat dan rukun shalat.
3) Berjamaah
Shalat berjamaah adalah shalat bersama yang dilakukan oleh
sekurang-kurangnya dua orang, dengan adanya imam dan makmum.
Hukum shalat ini adalah fardhu kifayah bagi orang yang mendengarkan
azan.39
Sedangkan pahala shalat berjamaah melebihi shalat sendiri
sebanyak 27 derajat. Shalat berjamaah mempunyai peranan penting
38
Ibid, hal. 13 39
Ibnu Hasan Bin Abdul Kadir Nuh, Op. Cit., hal. 173
44
dalam beribadah, selain mempunyai keterkaitan batin langsung dengan
Allah juga mempunyai ajaran sosial yang tinggi sekaligus dapat
mempererat tali silaturrahmi antara sesama muslim. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sudirman Tebba bahwa melaksanakan shalat
berjamaah, maka memelihara keteraturan dalam pemujaan menjadi lebih
mudah. Semangat kompitisi positif tercipta di tengah-tengah mereka.
Seseorang juga dapat mengoreksi kesalahan yang lainnya dan
mempelajari aturan-aturan shalat secara lebih mudah melakukannya
dengan berjamaah.
Shalat berjamaah juga memberikan kesempatan yang luar biasa
bagi para pemuja untuk mencontoh para ulama dan hambah Allah
lainnya yang taat. Satu keuntungan dari shalat berjamaah adalah bahwa
sering kali seluruh jamaah terhimpun dalam limpahan kasih Tuhan
karena ketaatan dan ketinggian ruhani di dalamnya serta kemuliaan dan
kebaikan orang-orang yang ikut di dalamnya. Begitu pula dengan
keimanan dan keikhlasan setiap hamba Allah kadang memberikan
pengaruh yang menyejukkan bagi orang-orang yang sedih dan putus asa,
dan karena merekalah maka doa-doa dari para anggota jamaahpun
diterima. Seperti yang dikatakan Rasulullah : "(mereka yang taat dan
Ikhlas) adalah orang-orang yang keikutsertaannya (dalam shalat) tidak
pernah terlepas dari rahmat Allah". Lagi pula kalau diingat bahwa taka
da satu pun bangsa atau kelompok yang dapat hidup dan bertahan tanpa
organisasi dan tata tertib yang tepat dalam masyarakat. Tata tertib
individual dan karakter individual semata tidak dapat memberikan hasil
yang nyata tanpa adanya pengorganisasian pada tingkat sosial dan
kelompok.40
4) khusu' dalam shalat
secara harfiah istilah khusu' berarti tunduk dan menundukkan
pandangan. Sedang khusu' dalam shalat ada yang mengatakan bahwa itu
adalah memejamkan mata (penglihatan) dan merendahkan suara. Ada
40
Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, (Jakarta : Pustaka Irvan, 2008) hal. 113
45
pula yang mengatakan bahwa khusu' ialah tiada berpaling ke kanan dan
ke kiri dalam shalat41
. Dalam firman Allah :
Artinya : "(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
sembahyangnya," (QS. Al-Mukminuun : 2)
Atthobrosi berkata mengenai ayat tersebut yang di kutip oleh
Muhammad Taufiq Ali Yahya bahwa mereka yang khusyu di dalam
shalat yaitu mereka merendahkan diri atau khuduk, rendah hati, dan hina
serta tidak mengangkat pandangan mereka dari tempat sujudnya.
Sedangkan khusyu' dengan hati adalah perhatian hati dengan segala
konsentrasinya terhadap shalat dan berpaling ke laiannya maka
didalamnya hanya terdapat ibadah dan ma'bud (yag di sembah). Adapun
khusyu' dalam anggota badan adalah menutup sebagian mata menghadap
penuh pada-Nya serta tidak menoleh dan tidak bersenda gurau.42
Adapun khusyu' menurut al-Qur'an adalah43
a) Khusyu' pandangan sebagaimana firman Allah :
Artinya :
Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari
kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan (QS. Al-
Qamar : 7)
b) Khusyu di dalam hati seperti yang terdapat dalam firman Allah :
41
Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Yang Khusyu', , (Jakarta : Pustaka Irvan, 2008)
hal. 1 42
Muhammad Taufiq Ali Yahya, Shalat Hikmah, Syariat & Wirid-wiridnya, (Jakarta :
Lentara, 2006) hal. 48 43
Ibid, hal. 49
46
Artinya :
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman,
untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran
yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya,
kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hadid : 16)
c) Khusyu' suara sebagaimana disebut dalam firman Allah :
Artinya :
"pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara)
penyeru dengan tidak berbelok-belok; dan merendahlah semua
suara kepada Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu tidak
mendengar kecuali bisikan saja." (QS. Thahaa : 108)
Di anjurkan mengeluarkan suara dalam bacaan shalat walaupun
sekedar berbisik. Oleh karena itu "Khusyu'nya shalat sangat
tergantung pada tiga arti khusyu' di atas. Allah SWT berfirman
(hadis Qudsi)44
:
"sesungguhnya aku hanya menerima shalat dari orang yang
merendah diri karena keagungan-Ku, dan dia mengekang dirinya dari
syawat-syawat karena Aku dan mengisi siang harinya dengan
44
Ibid, hal. 51
47
mengingat-Ku, dan tidak sombong atas ciptaan-Ku, memberi makan
orang lapar, memberi pakaian orang telanjang, berbalas kasih
terhadap orang yang tertimpa musibah, memberi tempat pada orang
pendatang, maka orang itulah yang cahayanya memancar seperti
matahari, dan di tengah kegelapan akan diberikan cahaya buatnya,
dan ditengah kebodohan Aku berikan padanya pengetahuan." (Al-
Bihar : 78/285)
5) Pembiasaan
Pembiasaan adalah sebuah pendekatan dalam pendidikan Islam.
Pembiasaan pada intinya adalah pengalaman. Karena apa yang
dibiasakan berarti itulah yang diamalkan. Seseorang terbiasa dengan
suatu perilaku karena sering mengamalkan perilaku itu45
. Faktor ini perlu
diterapkan sejak usia dini contorh membiasakan mengucapkan salam,
berdoa sebelum dan sesudah melakukan suatu pekerjaan da
melaksanakan ibadah shalat. Dengan pembiasaan maka segala urusan
yang banyak menjadi mudah. Seseorang yang melakukan sesuatu amalan
kalau terus-menerus dilakukan maka jadilah sebuah kebiasaan. Bila anak
sudah dibiasakan dengan sesuatu seperti shalat maka ia akan senantiasa
akan mengerjakannya sepanjang hidupnya.
Faktor pembiasaan hendanya dilakukan secara kontinu dalam arti
dilatih dengan tidak jemu-jemunya. Ada dua jenis pembiasaan yang
perlu ditanamkan yaitu : (1) Pembiasaan yang bersifat otomatis, (2)
Pembiasaan yang dilakukan atas dasar pengertian dan kesadaran akan
manfaat dan tujuannya46
.
45
Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta : Ciputat Pers,2002) hal. 124
46 Ramayulis, Op. Cit., hal. 287
48
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Ibadah Shalat
Fardhu
Rasulullah saw. memerintahkan supaya kita melahirkan keturunan
yang mu'min dan shalih, agar pada hari kiamat kelak beliau bangga dengan
kita terhadap umat-umat lain. beliau bersabda47
:
"menikahlah kalian, niscaya kalian akan berketurunan, dan niscaya kalian
akan menjadi banyak. Maka sesungguhnya aku bangga dengan kalian
terhadap umat-umat pada hari kiamat". (al-hadits)
Ini merupakan dalil yang jelas, bahwa keluarga Muslim wajib
mendidik anak-anaknya dengan tujuan agar dapat merealisasikan ajaran
Islam dan rukun iman di dalam jiwa dan tingkah laku mereka. banyaknya
keturuan yang shalih membawakan kebanggaan tersendiri. Oleh karena itu,
diatas pundak kedua orangtua terletak tanggungjawab mendidik dan
melindungi anak-anak dari kerugian, kejahatan, dan api neraka yang
menanti setiap insan yang tidak beriman kepada Allah SWT. Mengikuti
selain jalan orang-orang Mu'min. Allah berfirman :
….
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga
kalian dari api neraka yang bahan bakarnya addalah manusia dan
batu.."(Q.S. 66 At-Tahrim:6)
Tanggungjawab ini dirasakan semakin penting pada masa sekarang,
sebab sebagian anasir kehidupan sosial di luar keluarga dan masjid tidak
selalu menunjang tercapainya tujuan pendidikan Islam. Misalnya ada
sementara acara radio, televisi serta beberapa majalah menyajikan cerita-
cerita yang tidak sepantasnya ditonton dan dibaca anak-anak. Jika kedua
47 Abdurahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam (Bandung:
Darul Fikr, 1989) hal. 196
49
orangtua kurang waspada, niscaya tidak akan mudah menyelamatkan anak-
anak mereka dari godaan syetan, baik yang berbentuk manusia maupun jin.
Maka dari itu, ajarkanlah kepada anak-anak tentang shalat sedini mungkin
karena mendidik dan mengubah anak tidak bisa dilakukan sekaligus dalam
sekejap mata, melainkan harus melalui tahapan waktu yang tepat. Orangtua
yang cermat adalah orangtua yang bisa menanamkan kepada anak-anaknya
kebiasaan melakukan amalan yang baik dan melaksanakan ibadah sesuai
dengan ajaran islam48
.
Shalat yang dilakukan secara tekun dan kontinu, menjadi alat
pendidikan rohani manusia yang efektif, memperbaharui dan memelihara
jiwa serta memupuk pertumbuhan kesadaran. Semakin banyak shalat itu
dilakukan dengan kesadaran bukan dengan paksaan dan tekanan apapun,
berarti sebanyak itu rohani dan jasmani dilatih berhadapan dengan Zat yang
Maha Suci49
.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan ibadah shalat fardhu, yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Penjelasan singkat faktor-faktor tersebut sebagai berikut :
1) Faktor intern
Faktor yang ada dalam diri individu seperti : motivasi, minat sikap yang
berkaitan erat dengan keimanan yang ada dalam dirinya. Keimanan
seseorang kadang-kadang sangat kuat, tetapi kadang-kadang akan
menjadi kurang yang terlihat pada ibadahnya. Shalatnya kadang-kadang
rajin kadang-kadang malas.
2) Faktor ekstern
Faktor yang berada diluar individu yang mencakup lingkungan,
kebiasaan, kesadaran dan faktor keilmuan.
a) Lingkungan
Lingkungan yaitu kondisi di sekitar yang terdiri dari lingkungan
keluarga, lingkungan tempat bergaul dan lingkungan masyarakat.
48
Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Op. Cit., hal. 380 49
Nasruddin Razak, Op. Cit., hal. 233
50
Lingkungan masyarakat apabila dibina dengan pendidikan agama
islam akan berpengaruh keimanan kepada setiap individu
didalamnya, sebaliknya apabila di lingkungan masyarakat rusak
akhlaknya yang tidak dibina oleh pendidikan agama islam akan
merusak keimanan setiap individu.
Pendidikan di mulai dari lingkungan keluarga dan orangtualah yang
menjadi penanggung jawabnya, sebagaimana firman Allah :
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-
Tahrim : 6)
b) Kebiasaan
Untuk membina anak agar mengamalkan ibadah shalat fardhu, perlu
disadari sejak kecil melalui latihan-latihan dan pembiasaan,
mengajak dan membimbing mereka untuk melakukan ibadah shalat
di rumah oleh orangtua. Jika anak-anak telah terbiasa shalat fardhu
dalam lingkungan keluarga, maka kebiasaan tersebut akan terbawa
sampai ia dewasa, bahkan sampai tua di kemudian hari dalam
lingkungan dan dalam kondisi bagaimanapun tidak akan
meninggalkan ibadah shalat fardhu.
51
Abdullah Ibnu Mas Mas'ud memberi nasihat kepada anak-anak dan
kaum ibu : "Jagalah shalatnya anak-anakmu dan biasakanlah mereka
berbuat kebaikan sebab perbuatan baik tergantung kebiasaan"50
.
Kebiasaan mengamalkan ibadah shalat fardhu akan mendorong
seseorang untuk mematuhi segala peraturan atau norma yang telah
digariskan oleh Allah SWT, serta kebiasaan itu akan menumbuhkan
seseorang untuk secara teratur dan terus-menerus melaksanakan
segala peraturan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
c) Faktor keilmuan
Seseorang yang mempunyai ilmu dan memahami secara luas ajaran
Islam akan berbeda dengan orang yang tidak mempunyai ilmu agama
Islam. Kesungguhan dalam memahami dan mempelajari maka akan
semakin bertambah ilmu pengetahuan, keimanan dan pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang berilmu akan mengetahui
hukum ibadah shalat yang merupakan kewajiban bagi setiap orang
muslim yang telah akil baligh, sehingga dengan kesadaran ia akan
mengajarkan ibadah shalat fardhu karena Allah.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan mengacu pada penelitian terdahulu yang
relevan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati MS (2011)
"Hubungan Peranan Orangtua Sebagai Motivator Dengan Pelaksanaan
Ibadah Shalat Anak Di MTS Al-Falah", menyimpulkan bahwa dengan
peranan orangtua sebagai motivator memberikan konstribusi terhadap
pelaksanaan ibadah shalat anak sebesar 48,58%. Peranan orangtua dalam hal
ini yaitu peran orangtua dalam memberikan dorongan kepada anak-anaknya
untuk melaksanakan ibdah shalat dengan cara memberikan bimbingan,
mengawasi ibadah shalat, memerintahkan anak melaksanakan shalat,
menghukum anak jika tidak mau shalat, mengajari bacaan dan gerakan
shalat, membiasakan shalat dalam keluarga, mengingatkan anak untuk tidak
50
Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Op. Cit., hal. 282
52
meninggalkan shalat dan memberi tauladan. Cara-cara tersebut dapat
memotivasi anak dalam melaksanakan ibadah shalat.
Lutfiyah (2009) dalam penelitian "Hubungan Motivasi Orangtua
Terhadap Prestasi Belajar siswa Kelas V Di SDN Curug 2 Cimanggis
Depok", menyimpulkan bahwa orangtua siswa SDN Curug 2 banyak atau
sering sekali memberikan motivasi terhadap anak-anaknya dan prestasi
belajar siswa SDN Curug 2 rata-rata baik hal ini kemungkinan disebabkan
karena adanya motivasi orangtua sehingga siswa terdorong untuk
melakukan penunjang prestasi belajar.
C. Kerangka Berfikir
Pola asuh merupakan cara atau kerangka kerja yang diterapkan
orangtua dalam usaha membimbing anak untuk kelangsungan hidup dan
masa depannya. Orangtua memperlakukan anaknya dalam pemenuhan
kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis, melatih pengetahuan,
ketrampilan dan nila serta pendidikan agama untuk bekal kehidupan di
dunia dan di akhirat melalui pola asuh yang diterapkannya.
Orangtua harus bisa menyesuaikan pola asuh orang dengan situasi,
kondisi, kemampuan dan kebutuhan anak. Anak yang dibesarkan dalam
suasana demokratis, perkembangannya lebih luwes dan dapat menerima
kekuasaan secara rasional serta akan bisa mematuhi peraturan-peraturan
dengan mudah.
Anak yang orangtuanya sibuk bekerja dan hanya memberi materi
saja kepada anak menyebabkan anak kurang perhatian sehingga
mengakibatkan anak tumbuh tanpa kedisiplinan sebaliknya anak dalam pola
pengasuhan yang bersifat pemaksaan akan tetap patuh dan disiplin tetapi
akan mudah sedih dan tertekan.
Peran pola asuh orangtua sangat besar dalam usaha mengasuh dan
mendidik anak melalui pola auh yang diterapkannya. Orangtua memberikan
semua yang terbaik untuk anaknya dengan harapan anaknya mandiri,
bertanggung jawab dan taat pada perintah agama terutama dalam
53
melaksanakan ibadah shalat fardhu. Secara sistematis uraian kerangkaa
pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir maka diajukan
hipotesis penelitian sebagai berikut :
H0 : Tidak ada hubungan Antara pola asuh orangtua terhadap
motivasi melaksanakan ibadah shalat fardhu
H1 : Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua
terhadap motivasi melaksanakan ibadah shalat fardhu
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kampung Kebon RT. 04 RW. 07
Kel. Cinangka, Kec. Sawangan, Kota Depok, Provensi Jawa Barat. Adapun
waktu yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan dan mengelola data.
Terhitung dilaksanakan pada bulan juli sampai dengan bulan Agustus 2014.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hal ini sejalan
dengan tujuan penelitian yang penulis lakukan, yang memfokuskan
permasalahan pada pembuktian tentang pengaruh antara pola asuh orangtua
terhadap motivasi melaksanakan ibadah shalat. Untuk memperoleh data-
data yang dibutuhkan, maka peneliti menggunakan deskriptif analisis,
untuk mendapatkan data nyata atas hal-hal yang dialami dan dirasakan
responden untuk membahas hubungan Antara variabel bebas yaitu pola asuh
orangtua dengan variabel terikat yaitu motivasi melaksanakan ibadah shalat
fardhu.
Berdasarkan konsep, teori dan pandangan dari berbagai ahli, dalam
setiap variabel penelitian telah dibangun konstruk dan indikator yang juga
54
55
berfungsi sebagai dasar penyusunan instrument penelitian dalam bentuk
kuesioner.
Sedangkan jenis pendekatan yang digunakan adalah metode
korelasional. Metode ini digunakan karena untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai yaitu untuk mengetahui signifikan pengaruh Antara pola asuh
orangtua terhadap motivasi melaksanakan ibadah shalat fardhu.
C. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik
kesimpulan51
. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi obyek dalam
penelitian adalah seluruh anak usia SLTA yang bertempat tinggal di Desa
Kampung Kebon RT. 04 RW. 07 Kel. Cinangka, Kec. Sawangan, Kota
Depok yang berjumlah 48 anak terdiri dari 21 anak laki-laki dan 27 anak
perempuan.
Sampel yang kelak menjadi responden adalah semua anggota
populasi karena jumlah populasi kurang dari 100.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode deskriptif ini menggunakan teknik pengumpulan data seperti
Angket, yaitu teknik pengumpul data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya52
. Peneliti memberikan pertanyaan dan
pernyataan secara tertulis kepada responden (siswa) untuk dijawab
dengan menggunakan skala likert.
Pengumpulan data untuk penelitian ini mencakup 2 variabel
penelitian yaitu : variabel pola asuh orangtua (X) dan variabel motivasi
melaksanakan ibadah shalat fardhu (Y). pegukuran kedua variabel dilakukan
51
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta, 2011) hal. 119 52
Ibid.,hal. 192
56
dengan menggunakan instrument berbentuk kuesioner yang dikembangkan
oleh peeliti. Kuesioner yang telah disiapkan disebarkan kepda responden
yang di sertai dengan sejumlah alternative jawaban. Setiap jawaban yang
dikembangkan akan disusun kedalam 5 optimal (paling tinggi). Jika item
angket berorientasi positif maka penyekorannya a=5, b=4, c=3, d=2, e=1
dan jika item angket berorientasi negatif maka penyekorannya a=1, b=2,
c=3, d=4, e=5.
E. Definisi Operasional dari Variabel dan Kisi-Kisi Instrumen
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : Pola Asuh
Orangtua (X) dan Pelaksanaan Ibadah Shalat fardhu (Y).
1. Pola Asuh Orangtua
Pola asuh orangtua adalah kepemimpinan, cara pengasuhan anak dan
keseluruhan interaksi orangtua dengan anak merupakan kegiatan dalam
usaha memelihara, membimbing, dan membina anak baik berupa perintah
maupun larangan atau dalam bentuk motivasi maupun sanksi untuk
kelangsungan hidup, perkembangan dan pertumbuhan yang serasi, selaras
dan seimbang baik fisik maupun mentalnya. Peranan orangtua sangat
penting bagi perkembangan anak, meliputi : tingkat control orangtua
terhadap anak, tuntutan orangtua kepada anak untuk menjadi matang dan
kejelasan komunikasi orangtua dan anak.
Dari definisi operasional diatas peneliti memperoleh sejumlah
indicator dari variabel pola asuh orangtua : a) Penerapan peraturan b)
Bimbingan c) Pemberian/belajar bertanggung jawab d) Memberikan
kesempatan untuk mandiri e) Keterbukaan dalam hubungan dengan anak f)
Bersedia menjelaskan larangan dan perintah g) Pemenuhan kebutuhan, dan
h) Cara memberikan dorongan.
57
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Pola Asuh Orangtua
Variabel Dimensi Indikator Nomor Butir
Pertanyaan Jumlah
Pola
Asuh
Orangtua
1. Kontrol dari
orangtua
a. Penerapan peraturan
b. Bimbingan
1,3,5,10,25
6,9,15,7
5
4
2. Tuntutan
kedewasaan
a. Pemberian/belajar
tanggung jawab
b. Memberikan kesempatan
untuk mandiri
14,16,23
4,11
3
2
3. Interaksi
orangtua
dengan anak
a. Keterbukaan dalam
berhubungan
b. Bersedia menjelaskan
larangan dan perintah
17,19,20
2,8
3
2
4. Asuhan
orangtua
a. Pemenuhan kebutuhan
b. Cara memberikan
dorongan
12,18,13
21,22,24
3
3
2. Melaksanakan Ibadah shalat fardhu
melaksanakan ibadah shalat fardhu adalah suatu hasrat, keinginan, dan
minat sehingga timbul semangat dalam mendekatkan diri kepada Allah,
memohon kebijakan dan pujian, serta mengingat dan mengagungkan
kebesaran-Nya dengan beberaapa ucapan dan perbuatan ibadah yang
tersusun sedemikian rupa dengan syarat-syarat dan rukun tertentu serta
merupakan suatu kewajiaban.
Dari definisi operasional diatas ditentukan indikator variabel
melaksanakan ibadah shalat fardhu : a) senang menjalankan shalat fardhu b)
ketekunan dalam menjalankan shalat c) kerelaan meninggalkan tugas lain d)
kesadaran melakukan e) merasakan pentingnya shalat f) taat dan patuh g)
58
bersemangat dan bergairah dalam shalat, dan h) lebih senang shalat
berjamaah.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Motivasi Melaksanakan
Ibadah Shalat Fardhu
Variabel Dimensi Indikator Nomor Butir
Pertanyaan Jumlah
Motivasi
melaksanakan
ibadah shalat
fardhu
1. Hasrat a. Senang menjalankan
shalat fardhu
b. Ketekunan dalam
menjalankan shalat
1,4,10,18
6,7,17
4
3
2. Keinginan a. Kerelaan meninggalkan
tugas lain
b. Kesadaran melakukan
2,5,21
15,16,22
3
3
3. Minat a. Merasakan pentingnya
shalat
b. Taat dan patuh
19,20,23
8,9,24
3
3
4. Semangat a. Bersemangat dan
bergairah dalam shalat
b. Lebih senang shalat
berjamaah
3,14
11,12,13,25
2
4
F. Teknik Analisis Data
Dari data-data yang terkumpul berupa data-data kuantitatif
dianalisis dengan menggunakan analisis ststistik. Adapun cara
pengolahannya dengan menggunakan analisis persial dan analisis
korelasional.
59
1. Analisis Persial
Analisis persial digunakan untuk mendapatkan data masing-masing
variabel dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mencarai rentang dengan rumus :
R = Data terbesar di kurangi data terkecil53
b. Mencari kelas interval (Ki), dengan rumus :
Ki = 1 + 3,3 Log n54
c. Mencari panjang interval (P), dengan rumus :
P = R : Ki55
d. Membuat table distribusi frekuensi
e. Menghitung mean ( )dengan rumus :
꞊
56
f. Menentukan median (Me), dengan rumus
[
] 57
g. Menentukan Modus (Mo), dengan rumus :
[
] 58
h. Sebagai kriteria interprestasi dari kecenderungan perumusan
(tendensi sentral) di atas adalah sebagai berikut :
a) Jika mean median modus ini berarti data mempunyai
kecenderungan positif
b) Jika mean median modus ini berarti data mempunyai
kecenderungan yang sama kearah positif dan negative.
53
Prof. Dr. Sudjana,MA., M.Sc, Metoda Statistika (Bandung: Tarsito, 2005) hal. 47 54
Ibid., hal. 47 55
Ibid., hal. 47 56
Ibid., hal. 67 57
Ibid., hal. 79 58
Ibid., hal. 77
60
2. Uji Normalitas Data
Sebelum penghitungan uji hipotesis menggunakan regresi dan
korelasi terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan
uji Lilifors. Langkah perhitungan sebagai berikut59
:
a. Menetapkan L berdasarkan tabel atau rumus L =
√
b. Perhitungan
Mencari (Xi - ) yaitu selisih Antara Xi dan
Mencari yaitu kuadrat dari Xi -
c. Mencari Simpangan Baku (Standar Deviasi)
S = √
d. Mencari Simpangan Baku (Zi) dengan rumus :
Zi =
e. Untuk mengisi F(Zi) dapat dilihat pada table distribusi normal baku.
f. Mencari S(Zi) =
g. Mencari | | yaitu selisih Antara F (Zi). Tentukan harga
mutlaknya.
h. Ambil harga yang paling besar diantara harga mutlak. Harga tersebut
disebut
Kesimpulan :
Jika maka da ta berdistribusi normal
3. Menghitung Koefisien
a. Jika kedua variabel berdistribusi normal dan beregresi linier, maka
digunakan rumus kolerasi product moment, yaitu :
√
60
59
Ibid., hal. 466 60
Ibid., hal.369
61
b. Jika salah satu atau dua variabel tidak berdistribusi normal atau tidak
beregresi linier, maka menggunakan rumus kolerasi rangkaian dari
Spermen sebagai berikut :
61
Tinggi rendahnya interprestasi koefisien korelasi menurut Prof. Dr.
Sugiono62
, yaitu :
0,00 – 0,199 Korelasi sangat rendah
0,20 – 0,399 Korelasi rendah
0,40 – 0,599 Korelasi sedang
0,60 – 0,799 Korelasi kuat
0,80 – 1,000 Korelasi sangat kuat
4. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikasi korelasi menggunakan rumus sebagai
berikut :
t = √
√
63
Jika ternyata t hitung > t table, maka korelasi Antara variabel X dan
variabel Y adalah signifikan, akan tetapi sebaliknya jika t hitung < t
table, maka korelasi Antara variabel X dan variabel Y tidak signifikan.
5. Koefisien Determinasi
Perhitungan ini dimanfaatkan untuk mengetahui kontribusi variabel X
terhadap variabel Y, dengan rumus 64
:
KD = x 100%
61
Prof. Dr. Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: ALFABETA, 2011) hal. 245 62
Sugiyono, Op. Cit., hal. 242 63
Ibid., hal. 243 64
Drs. M. Subana, M. Pd – Sudrajat, S. Pd, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung:
Pustaka Setia, 2009) hal. 174
62
KD : Koefisien Detemination (kontribusi variabel X terhadap
variabel Y)
r : Koefisien korelasi Antara variabel X dan Y
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Deskripsi data penelitian yang disajikan pada bab ini terdiri dari skor
terendah, skor tertinggi, skor rata-rata, skor median, skor modus, skor standar
deviasi dan varians dari masing-masing variabel penelitian. Selanjutnya,
sebaran data dari setiap variabel penelitian disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan gambar histogram. Secara rinci, deskripsi data yang
dimaksud diuraikan sebagai berikut :
1. Deskripsi Data Variabel pola Asuh Orangtua
Variabel Pola Asuh Orangtua yang dikaji dianalisis dalam penelitian ini
merupakan data yang dikumpulkan melalui penyebaran angket (kuesioner).
Data pola asuh orangtua tersebut memiliki skor terendah 57 dan skor tertinggi
94. Selanjutnya, diperoleh skor rata-rata 79,3, skor modus 84,8, skor median
81,04, standar deviasi 9,83, dan varians sebesar 96,61 (hasil perhitungan
selengkapnya ditunjukkan pada lampiran 2)
Apabila skor Pola Asuh Orangtua dikelompokkan dalam bentuk distribusi
frekuensi kumulatif absolut dan presentase dapat dikatagorikan dalam tiga
kelompok, yaitu responden yang memperoleh skor pada kelompok rata-rata
63
64
sebanyak 6 orang atau sebesar 12,5%, kelompok responden yang memperoleh
skor di bawah skor rata-rata sebanyak 17 orang atau sebesar 35,4%, dan yang
memperoleh skor di atas kelompok rata-rata sebanyak 25 orang atau sebesar
52,1%. Data ini memberikan indikasi bahwa sebanyak 31 orang (64,6%) yang
menjadi responden dalam penelitian ini memberikan respon bahwa Pola Asuh
Orangtua di lingkungan RT. 04 RW. 07 Kampung Kebon – Cinangka –
Sawangan – Depok, berada dalam kategori rata-rata atau lebih tinggi dari
kelompok rata-rata.
Selengkapnya distribusi frekuensi skor Pola Asuh Orangtua menurut
responden dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Skor Pola Asuh Orangtua (X)
Kelas Interval Frek Absolut
(f)
Frek Kumulatif
(fk)
Frek Relatif
(%)
57 – 62 3 3 6,25
63 – 68 6 9 12,50
69 – 74 8 17 16,67
75 – 80 6 23 12,50
81 – 86 11 34 22,92
87 – 92 9 43 18,75
93 – 98 5 48 10,41
Jumlah 48 100
2. Deskripsi Data variabel Pelaksanakan Ibadah Shalat Fardhu
Instrument variabel Pelaksanaan Ibadah Shalat Fardhu yang
dikembangkan dalam penelitian ini dan digunakan untuk mengumpulkan data
65
berjumlah 20 butir (item) pernyataan, dengan skor terendah 56, skor tertinggi
94.
Selanjutnya, hasil perhitungan memberikan skor rata-rata 75,4 skor
modus 71,5 median 68,36, standar deviasi 11,74, dan variansi 137,76 (hasil
perhitungan selengkapnya pada lampiran 3).
Jika skor variabel Pelaksanakan Ibadah Shalat Fardhu dikelompokkan ke
dalam distribusi frekuensi, diperoleh sebanyak 7 orang (14,58%) berada dalam
kelompok rata-rata, sebanyak 23 orang (47,92%) berada di bawah kelompok
rata-rata, dan 18 orang (37,50%) berada di atas kelompok rata-rata. Data ini
memberikan suatu evidensi bahwa sebagian besar responden, yaitu 25 orang
(52,08%) yang menjadi responden dalam penelitian ini memberikan respon
bahwa Pelaksanakan Ibadah Shalat Fardhu di lingkungan RT. 04 RW. 07
Kampung Kebon – Cinangka – Sawangan – Depok, berada dalam kategori rata-
rata atau lebih tinggi dari kelompok rata-rata.
Selengkapnya distribusi frekuensi skor variabel Pelaksanakan Ibadah
Shalat Fardhu dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Skor Variabel Pelaksanakan Ibadah Shalat
Fardhu (Y)
Kelas
Interval
Frek Absolut
(f)
Frek Kumulatif
(fk)
Frek Relatif
(%)
56 – 61 9 9 18,75
62 – 67 4 13 8,33
68 – 73 10 23 20,84
74 – 79 7 30 14,58
80 – 85 6 36 12,50
86 – 91 6 42 12,50
92 – 97 6 48 12,50
Jumlah 48 100,00
66
Histogram distribusi frekuensi skor variabel Pelaksanakan Ibadah Shalat
Fardhu berdasarkan jawaban 48 responden terhadap 20 butir pernyataan melalui
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, secara visual ditunjukkan pada
gambar 4.2.
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum penarikan kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesis,
menggunakan analisis regresi dan korelasi, terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaaan terhadap persyaratan analisis yang diperlukanyaitu uji normalitas
data.
1. Uji Normalitas Variabel Pola Asuh Orangtua
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Lillifors. Hasil
pengujian normalitas variabel Pola Asuh Orangtua menunjukkan bahwa
Lhitung < Ltabel, yaitu 0,065 < 0,128, berarti variabel Pola Asuh
Orangtua berdistribusi normal. (perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran halaman 4)
2. Uji Normalitas Variabel Pelaksanakan Ibadah Shalat Fardhu
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Lillifors. Hasil
pengujian normalitas variabel Pelaksanakan Shalat Fardhu menunjukkan
bahwa Lhitung < Ltabel, yaitu 0,056 < 0,128, berarti variabel Motivasi
Melaksanakan Ibadah Shalat Fardhu berdistribusi normal.
(penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5).
C. Pengujian Hipotesis
Setelah menganalisa variabel X da variabel Y, maka selanjutnya
dilakukan analisis korelasioner dengan maksud untuk mengetahui seberapa
besar derajat korelasi antara kedua vvariabel tersebut, dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
67
1. Koefisien Korelasi
Hasil perhitugan menunjukkan bahwa kedua variabel berdistribusi
normal dan regresinya linier. Oleh karena itu derajat hubungannya
ditentukan dengan menggunakan pendekatan Product Moment. Pada
hasil perhitungan menghasilkan angka koefisien korelasi sebesar 0,67.
Adapun penghitungan korelasi harga koefisien 0,67 jika dikonsultasikan
pada skala konservatif termasuk pada kategori kuat karena terletak pada
interval 0,60 – 0,799. (penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 6)
2. Uji – t
Hasil perhitungan uji – t diperoleh hasil 6,14 dan
sebesar 1,678 dengan taraf signifikasi 5% dengan db = 46 sehingga
> . Hal ini menunjukkan hipotesis nol (Ho) yang
menyatakan tidak ada pengaruh antara pola asuh orangtua terhadap
pelaksanakan ibadah shalat fardhu ditolak sedangkan hipotesis
alternative diterima. Konsekwensinya terdapat pengaruh yang signifikan
antara pola asuh orangtua terhadap pelaksanakan ibadah shalat fardhu.
3. Koefisien Determinasi (KD)
Adapun penentuan kontribusi variabel X terhadap variabel Y
menggunakan rumus Koefisien Determinasi (KD). Berdasarkan
perhitungan pola asuh orangtua berkontribusi 45% terhadap
Pelaksanakan ibadah shalat fardhu. (perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 6).
68
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Langkah selanjutnya penulis berusaha untuk membahas hasil penelitian
yang penulis lakukan melalui angket yang diberikan kepada responden untuk
menjawab beberapa pertanyaan dan pembahasan sebagai berikut :
1. Pola Asuh Orangtua
Arti pola asuh orangtua menurut Maemunah Hasan adalah Pola asuh
dapat diartikan kepemimpinan dan bimbingan yang dilakukan terhadap
anak yang berkaitan dengan kepentingan hidupnya. Pendidikan yang
diberikan orangtua seharusnya menjadi dasar pendidikan anak, proses
sosialisasi, dan kehidupan anak di masyarakat.
Adapun hasil penelitian yang telah penulis laksanakan menunjukkan
bahwa pola asuh orangtua, baik ditinjau dari penerapan peraturan,
bimbingan, pemberian/belajar bertanggung jawab, memberikan
kesempatan untuk mandiri, keterbukaan dalam berhubungan, bersedia
menjelaskan larangan dan perintah, pemenuhan kebutuhan, dan cara
memberikan dorongan adalah berkualifikasi baik.
2. Pelaksanakan Ibadah Shalat Fardhu Anak usia SLTA di Lingkungan
RW 07 kampung kebon – cinangka – Sawangan – Depok
Penelitian terhadap pelaksanakan ibadah shalat fardhu anak usia
SLTA di lingkungan RW 07 kampung kebon – cinangka – Sawangan –
Depok dinilai dari delapan (8) indikator yaitu senang menjalankan shalat
fardhu, ketekunan dalam menjalankan shalat, kerelaan meninggalkan
tugas lain, kesadaran melakukan, merasakan pentingnya shalat, taat dan
patuh, bersemangat dan bergairah dalam shalat, dan lebih senang shalat
berjamaah.
menurut Drs. K.H. Nasruddin Razak : shalat yang dilakukan secara
tekun dan continue, menjadi alat pendidikan rohani manusia yang
efektif, memperbaruhi da memelihara jiwa serta memupuk pertumbuhan
kesadaran.
69
Shalat harus dilakukan dengan penuh ikhlas dan kesadaran baik
dalam kondisi apapun. Ikhlas adalah mengajarkan ibadah semata-mata
hanya karena Allah dan hendak mendekatkan diri kepada Allah bukan
karena melahirkan taat di hadapan umum dan mengharapkan puji dan
sanjungan orang banyak.
Dari hasil angket menunjukkan bahwa pelaksanakan ibadah shalat
fardhu anak usia SLTA di lingkungan RW.04 kampung kebon –
Ciangka- Sawangan – Depok tergolong cukup.
3. Hubungan Pola Asuh Orangtua Terhadap Pelaksanakan Ibadah Shalat
Fardhu
Pendapat Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi65
`mengatakan
seorang pendidik yang cermat adalah orang yang bisa menanamkan
kepada anak-anaknya kebiasaan melakukan amalan yang baik dan
beruntung dalam urusan agama, dunia, taqwa dan amal shalih. Oleh
karena itu, orangtua yang cermat adalah orangtua yang bisa
menanamkan kepada anak-anaknya kebiasaan melakukan amalan yang
baik dan melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran Islam.
Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang
signifikan antara pola asuh orangtua dengan pelaksanakan ibadah shalat fardhu.
Karena pada dasarnya orangtua adalah manusia dewasa pertama yang
bertanggungjawab dalam pendidikan putra-putrinya, ibu dan ayah pola interaksi
pertama yang dipelajari dan diteladani anak. Pendidikan keluarga menjadi
sebagian penentu masa depan anak, apakah anak akan menjadi shaleh,baik,
santun, penyayang, taat beribadah atau sebaliknya, semuanya tergantung pada
tangan-tangan pertama yang mendidiknya yakni orangtuanya.
Setelah diteliti hasilnya menunjukkan bahwa hubungan orangtua dengan
pelaksanakan ibadah shalat fardhu termasuk pada kategori kuat / tinggi karena
terletak pada interval 0,60 – 0,799.
65
Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Op.Cit., hal. 380
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis, mengenai pola
asuh orangtua dengan pelaksanakan ibadah shalat fardhu, secara kuantitatif
dapat disimpulkan bahwa hipotesis hubungan pola asuh orangtua dengan
pelaksanakan ibadah shalat fardhu, menunjukkan hubungan yang tinggi. Ini
terbukti dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,67. Angka ini termasuk
korelasi kuat / tinggi, karena berada pada daerah interval 0,06 – 0,799.
Sementara itu pola asuh orangtua mempengaruhi dengan pelaksanakan ibadah
shalat fardhu sebesar 45%. Dengan demikian masih ada faktor lain yang
mempengaruhi motivasi melaksanakan ibadah shalat fardhu sebesar 55%
B. Implikasi
1. Penerapan peraturan, bimbingan, pemberian/belajar bertanggung jawab,
memberikan kesempatan untuk mandiri, keterbukaan dalam berhubungan,
bersedia menjelaskan larangan dan perintah, pemenuhan kebutuhan, dan
cara memberikan dorongan pada anak adalah merupakan pola asuh yang
berkualitas baik dan hal itu harus di tanamkan setiap keluarga.
2. Memberikan tauladan pada anak kita, agar melaksanakan shalat fardhu
lima waktu dalam sehari dan tepat waktu untuk mengerjakannya. Karena
dari shalatlah akhlak maupun moral dan sebagainya tercipta karena
dimulai dengan shalat lima waktu tersebut.
70
71
C. Saran – saran
Berdasarkan hasil perhitungan data pada bab sebelumnya dan
kesimpulan diatas,maka setidaknya penulis dapat memberikan saran, antara
lain :
1. Setelah diketahui bahwa pelaksanakan ibadah shalat fardhu sebesar 45%
dipengaruhi oleh pola asuh orangtua dan masih ada faktor lain sebesar
55%, maka diharapkan kepada para ketua RT dan ketua RW serta tokoh
masyarakat di lingkungan RW. 07 Kp.Kebon cinangka – Sawangan untuk
membantu meningkatkan pelaksanakan ibadah shalat fardhu anak usia
SLTA dengan cara anatara lain : membentuk remaja masjid, TPA,
pesantren Ramadhan, dan melalui Karang Taruna, misalnya : diadakan
pengajian rutin dua mingguan, diskusi keagamaan.
2. Karena terdapat hubungan antara pola asuh orangtua dengan pelaksanakan
ibadah shalat fardhu, maka sebaiknya orangtua menjadi teladan yang baik
bagi anak-anaknya. Dengan adanya teladan, seorang anak akan belajar
shalat dan menekuninya ketika melihat kedua orangtuanya tekun
menunaikan shalat fardhu di setiap waktunya.
3. Shalat merupakan kewajiban setiap orang islam. Oleh karena itu, setiap
anak yang sudah baligh harus menjaga shalatnya, pilihlah teman yang rajin
shalat. Teman yang baik akan memberi pengaruh yang baik, sedang teman
yang buruk akan memberi pengaruh yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, 2004. Begini Seharusnya Mendidik Anak ,
Jakarta : Darul Haq
Peter Salim, M.A., Drs., & Yenny Salim, B. Se, 2002. Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer, Jakarta : Modern English Press
Arif, Armai, 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta :
Ciputat Pers
An-Nahlawi, Abdurahman, 1989. Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam,
Bandung: Darul Fikr
Dariyo, Psi, Agoes, 2004. Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor : Ghalia
Indonesia
Dr. Zakiah Daradjat, Prof., 1996. Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, Jakarta :
CV Ruhama
Firdaus Wajdi & Saira Rahmani, 2010. Buku Pintar Shalat Wajib dan Sunnah,
Jakarta: Zaman
Gerungan, W.A., 2000. Psikologi Sosial, Bandung: PT. Refika Aditama
Hasan, Maimunah,2011. Pendidikan Anak Usia Dini, Jogjakarta : DIVA Press
H. Ramayulis, Prof. Dr., 2012. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia
Hj. Zurinal.Z, Dr. & Aminuddin, M.Ag, Drs., 2008. Fiqih Ibadah, Jakarta:
Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Ibnu Hasan Bin Abdul Kadir Nuh, 2008. Panduan Shalat Lengkap dan Mudah,
Jakarta : Pena Pundi Aksara
Kartini Kartono, Dra, 1992. Peranan Keluarga Memandu Anak, Jakarta : CV.
Rajawali
Masykuri Abdurrahman, HM., 2006. Shalat Versi Kitab Salaf, Sidogiri: Pustaka
Sidogiri
Abu Ahmadi, Drs. H., 2007., Sosiologi Pendidikan,, Jakarta : PT. Rineka Cipta,
M. Echols, John, 2000. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia
M. Alisuf Sabri, Drs., 1993. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan,
Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya
Moh. Rifa'I, Drs., 2008. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, Semarang : PT.
Karya Toha Putra
M. Subana, M. Pd, Drs. – Sudrajat, S. Pd, 2009. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah,
Bandung: Pustaka Setia
Ngalim Purwanto, M. 2002. Psikologi Pendidikan, bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Razak, Nasruddin, 2000. Dienul Islam, Bandung : PT Almaarif
Sadirman A.M, 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali
Pers
Shaleh Al-Ja'fari, Sayyid., 2007. The Miracle Of Shalat, Depok: Gema Insani
Sudjana,MA., M.Sc,. Prof. Dr., 2005. Metoda Statistika Bandung: Tarsito
Sugiyono, Prof. Dr., 2011. Statistika Untuk Penelitian, Bandung: ALFABETA
-----------, Prof. Dr, 2011. Metode Penelitian Kombinasi, Bandung: Alfabeta
Tebba, Sudirman, 2008. Nikmatnya Shalat, Jakarta: Pustaka Irvan
--------------------, 2008. Nikmatnya Shalat Jamaah, Jakarta : Pustaka Irvan
----------------------, 2008. Nikmatnya Shalat Yang Khusyu', Jakarta : Pustaka Irvan
Taufiq Ali Yahya, Muhammad, 2006. Shalat Hikmah, Syariat & Wirid-wiridnya,
Jakarta : Lentara
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta : edisi ke 3 cet. 4, Balai Pustaka
Vembriarto, St, 1993. Sosiologi Pendidikan, Jakarta : PT. Grasindo
Wuryani Djiwandono, Sri Esti, 2008. Psikologi Pendidikan , Jakarta : PT
Grasindo
W. Santrock, John, 2011. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Kencana
LAMPIRAN
Lampiran 1
ANGKET PENELITIAN
NAMA : …………………………………………………………………..
Petunjuk Pengisihan :
1. Bacalah setiap soal dengan baik dan teliti
2. Pilih jawaban yang paling sesuai menurut Anda dengan cara memberi tanda
(X) pada pilihan A, B, C, D, atau E
3. Bila terjadi kesalahan dalam memberi tanda silang, jawaban diberi tanda
lingkaran (O) dan memberi tanda silang pada jawaban yang menurut Anda
benar
A. POLA ASUH ORANG TUA
1. Peraturan di rumah saya dibuat melalui musyawarah bersama antar anggota
keluarga
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
2. Orang tua saya bersedia menjelaskan alasan dari peraturan yang telah dibuat
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
3. Peraturan yang telah dibuat bisa berubah sesuai keadaan.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
4. Saya diikutsertakan dalam pengambilan keputusan keluarga
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
5. Orang tua memaksa anaknya untuk mematuhi peraturannya
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
6. Orang tua mendidik anak dengan penuh kedisiplinan.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
7. Jika orang tua melarang saya melakukan sesuatu disertai alasan yang
dimengerti anaknya.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
8. Orang tua saya percaya sepenuhnya bahwa saya bisa mengikuti kegiatan tanpa
adanya bimbingan dari orang tua.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
9. Orang tua membebaskan saya melakukan kegiatan yang positif di rumah.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
10. Orang tua saya menyediakan waktu untuk rekreasi atau bermain dengan anak
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
11. Orang tua saya memberi kesempatan anaknya untuk bermain bersama teman
sebayanya di luar rumah
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
12. Orang tua saya membiarkan anaknya belajar menghadapi masalah dan
mencoba memecahkan masalahnya sendiri.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
13. Orang tua saya ikut menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi anaknya.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
14. Orang tua saya memberi kesempatan untuk berperan menjadi teman saya
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
15. Orang tua membantu menyiapkan perlengkapan sekolah
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
16. Orang tua saya tidak mempunyai waktu untuk mendengarkan permasalahan
yang sedang saya hadapi
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
17. Dukungan yang diberikan oleh orang tua memacu saya untuk berprestasi
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
18. Orang tua saya memberikan motivasi kepada saya untuk rajin beribadah
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
19. Orang tua saya mendukung hal-hal positif yang saya lakukan
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
20. Orang tua saya memberi penghargaan atas keberhasilan yang saya capai.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
B. ANGKET PELAKSANAAN IBADAH SHALAT FARDHU
1. Saya melaksanakan ibadah shalat fardhu
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
2. Ketika saya sedang menonton acara televisi kesayangan tiba-iba waktu shalat
tiba, saya tidak menghiraukannya.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
3. Ketika mendengar suara adzan, saya segera mengambil air wudhu untuk
melaksanakan shalat fardhu
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
4. Saya mengerjakan shalat fardhu secara rutin
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
5. Ketika waktu shalat tiba sedangkan saya sedang sibuk dengan pekerjaan yang
sedang saya lakukan, saya memilih menyelesaikan pekerjaan
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
6. Ketika saya akan mengerjakan shalat, saya menjauhi segala yag akan
membatalkan shalat
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
7. Ketika salah satu rukun shalat ketinggalan tetapi saya ingat setelah shalat
selesai maka saya mengulanginya.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
8. Jika saya berada di pegunungan, sedangkan waktu shalat tiba tetapi saya tidak
mengetahui arah kiblat, saya tetap akan melaksanakan shalat.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
9. Saya mengerjakan shalat sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
10. Walaupun rumah saya berjauhan dengan masjid, saya melaksanakan shalat
berjamaah di masjid.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
11. Apabila saya bersama teman-teman melaksanakan shalat, saya melaksanakan
dengan shalat berjamaah.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
12. Dalam keadaan tergesa-gesa sedangkan di masjid sedang berlangsung shalat
berjamaah, saya tetap mengikutinya.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
13. Saya mengerjakan shalat fardhu tepat waktu
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
14. Saya memperoleh ketenangan hati sesudah melaksanakan shalat fardhu
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
15. Ketika shalat saya mudah melamun dan lupa jumlah rakaat yang sudah
dilewati.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
16. Pada saat saya shalat perhatian saya disibukkan dengan hal-hal yang lainnya
selain ketentuan shalat
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
17. Pada saat shalat, saya megingat tugas dari guru yang harus dikerjakan.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
18. Saya melakukan shalat fardhu atas kesadaran sendiri
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
19. Ketika saya berpergian, saya terbiasa untuk tetap mengerjakan shalat fardhu.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
20. Dalam keluarga saya dibiasakan untuk shalat fardhu berjamaah.
A. Selalu B. Sering C. Kadang-kadang
D. Tidak pernah
Lampiran 2
Skor mentah variabel X
57 60 62 64 65 66 67 67 68 69 72 72
73 73 73 74 74 77 77 78 79 79 80 81
81 82 82 82 83 83 83 84 84 86 87 87
87 88 88 89 89 89 92 93 93 93 94 94
Menentukan distribusi frekuensi variabel X
1. Menghitung Rentang (R)
R = Data tertinggi – data terendah
R = 94 – 57
= 37
2. Menghitung Kelas Interval (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 48
= 1 + 5,54
= 6,54 dibulatkan menjadi 7
3. Menentukan Panjang Interval (P)
P =
=
= 6 (sudah dibulatkan)
4. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
Interval f x fx
57 – 62 3 59,5 178,5
63 – 68 6 65,5 393
69 – 74 8 71,5 572
75 – 80 6 77,5 465
81 – 86 11 83,5 918,5
87 – 92 9 89,5 805,5
93 – 98 5 95,9 477,5
Jumlah 48 532,5 3810
5. Menentukan Mean (M)
M = ∑
∑
=
M = 79,3
6. Menentukan Median (Me)
Me = b+p (
)
= 80,5 + 6 (
)
= 80,5 + 0,545
Me = 81,04
7. Menentukan Modus (Mo)
Mo = b + p (
)
= 80,5 + 6 (
)
= 80,5 + 4,3
Mo = 84,8
Lampiran 3
Skor mentah variabel Y
56 56 57 58 58 60 61 61 61 62 63 63
64 70 71 71 71 71 71 72 72 72 73 74
74 76 76 77 79 79 80 80 80 81 83 85
86 86 87 90 90 91 92 92 93 93 94 94
Menentukan distribusi frekuensi variabel Y
1. Menghitung Rentang (R)
R = Data tertinggi – data terendah
R = 94 – 56
= 38
2. Menghitung Kelas Interval (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 48
= 1 + 5,54
= 6,54 dibulatkan menjadi 7
3. Menentukan Panjang Interval (P)
P =
=
= 6 (sudah dibulatkan)
4. Membuat Tabel Distribusi Frekuensi
Interval f x fx
56 – 61 9 58,5 526,5
62 – 67 4 64,5 258
68 – 73 10 70,5 705
74 – 79 7 76,5 535,5
80 – 85 6 82,5 495
86 – 91 6 88,5 531
92 – 97 6 94,9 567
Jumlah 48 535,5 3618
5. Menentukan Mean (M)
M = ∑
∑
=
M = 75,4
6. Menentukan Median (Me)
Me = b+p (
)
= 67,5 + 6 (
)
= 67,5 + 0,857
Me = 68,36
7. Menentukan Modus (Mo)
Mo = b + p (
)
= 67,5 + 6 (
)
= 67,5 + 4
Mo = 71,5
Lampiran 4
Perhitungan Uji Normalitas Data Variabel Pola Asuh Orang Tua
No.
Urut
No.
Resp Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) – S(Zi) Xi – X
1 30 57 -2.26 0.0119 0.0208 -0.009 -2.2167 491.376
2 1 60 -1.95 0.0256 0.0416 -0.016 -1.9167 367.374
3 17 62 -1.75 0.0401 0.0625 -0.022 -1.7167 294.706
4 25 64 -1.54 0.0618 0.0833 -0.022 -1.5167 230.037
5 13 65 -1.44 0.0749 0.1041 -0.023 -1.4167 200.704
6 21 66 -1.34 0.0901 0.1250 -0.014 -1.3167 173.370
7 29 67 -1.24 0.1075 0.1458 -0.038 -1.2167 148.036
8 34 67 -1.24 0.1075 0.1666 -0.059 -1.2167 148.036
9 3 68 -1.14 0.1271 0.1875 -0.060 -1.1167 124.702
10 12 69 -1.04 0.1492 0.2083 -0.059 -1.0167 103.368
11 27 72 -0.73 0.2033 0.2291 -0.026 -7.167 51.366
12 37 72 -0.73 0.2033 0.2500 -0.047 -7.167 51.366
13 15 73 -0.64 0.2611 0.2708 -0.010 -6.167 38.032
14 16 73 -0.64 0.2611 0.2916 -0.031 -6.167 38.032
15 28 73 -0.64 0.2611 0.3125 -0.051 -6.167 38.032
16 5 74 -0.53 0.2981 0.3333 -0.036 -5.167 26.698
17 8 74 -0.53 0.2981 0.3542 -0.056 -5.167 26.698
18 4 77 -0.22 0.4125 0.3750 0.034 -2.167 4.696
19 35 77 -0.22 0.4125 0.3958 0.017 -2.167 4.696
20 22 78 -0.12 0.4522 0.4166 0.043 -1.167 1.362
21 10 79 -0.02 0.4920 0.4375 0.055 -0.167 0.028
22 31 79 -0.02 0.4920 0.4583 0.034 -0.167 0.028
23 42 80 0.08 0.5319 0.4791 0.053 0.833 0.694
24 23 81 0.19 0.5753 0.5000 0.075 1.833 3.360
25 26 81 0.19 0.5753 0.5208 0.055 1.833 3.360
26 11 82 0.29 0.6141 0.5417 0.072 2.833 8.026
27 23 82 0.29 0.6141 0.5621 0.052 2.833 8.026
28 32 82 0.29 0.6141 0.5833 0.031 2.833 8.026
29 20 83 0.39 0.6517 0.6042 0.048 3.833 14.692
30 33 83 0.39 0.6517 0.6250 0.027 3.833 14.692
31 38 83 0.39 0.6517 0.6458 0.006 3.833 14.692
32 6 84 0.49 0.6879 0.6667 0.021 4.833 23.358
33 14 84 0.49 0.6879 0.6875 0.004 4.833 23.358
34 44 86 0.70 0.7580 0.7083 0.050 6.833 46.690
35 2 87 0.80 0.7881 0.7291 0.059 7.833 61.356
36 7 87 0.80 0.7881 0.7500 0.038 7.833 61.356
37 19 87 0.80 0.7881 0.7768 0.017 7.833 61.356
38 39 88 0.90 0.8150 0.7917 0.023 8.833 78.022
39 45 88 0.90 0.8150 0.8125 0.003 8.833 78.022
40 9 89 1.00 0.8413 0.8333 0.008 9.833 96.688
41 43 89 1.00 0.8413 0.8542 -0.013 9.833 96.688
42 48 89 1.00 0.8413 0.8750 -0.034 9.833 96.688
43 40 92 1.31 0.9049 0.8958 0.009 12.833 164.686
44 24 93 1.41 0.9207 0.9167 0.004 13.833 191.352
45 46 93 1.41 0.9207 0.9375 -0.017 13.833 191.352
46 47 93 1.41 0.9207 0.9583 -0.020 13.833 191.352
47 18 94 1.51 0.9345 0.9792 -0.042 14.833 220.018
48 41 94 1.51 0.9345 1 -0.066 14.833 220.018
3800 4540.671
Perhitungan Uji Normalitas Data variable Pola Asuh Orangtua
1. Hipotesis
: Data berdistribusi normal
: Data tidak berdistribusi normal
2. Kriteria Pengujian Terima , bila <
3. Menetapkan L berdasarkan table atau rumus L =
√ =
√ = 0,128
4. Perhitungan
Mencari (Xi – X ) yaitu selisih antara Xi dan X
Mencari yaitu kuadrat dari Xi - X
5. Mencari Simpangan Baku (Standar Deviasi)
S = √∑
= √
= √
= 9,829
6. Mencari Simpangan Baku (Zi) dengan rumus : Zi =
7. Untuk mengisi F(Zi) dapat dilihat pada table distribusi normal baku.
8. Mencari S(Zi) =
9. Mencari | | yaitu selisih antara F(Zi) dengan S(Zi). Tentukan
harga mutlaknya.
10. Ambil harga yang paling besar diantara harga mutlak. Harga tersebut
disebut
Kesimpulan :
sebesar 0,066 dan pada = 0,05 sebesar 0,128. Karena <
. Jadi data terdistribusi normal.
Lampiran 5
Perhitungan Uji Normalitas Data Variabel Pelaksanaan Shalat Fardhu Anak
No.
Urut
No.
Resp Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi) – S(Zi) Xi – X
1 6 56 -1.63 0.516 0.0208 0.031 -19.146 366.569
2 27 56 -1.63 0.516 0.0416 0.010 -19.146 366.569
3 28 57 -1.55 0.0906 0.0625 0.028 -18.146 329.277
4 15 58 -1.46 0.0721 0.0833 -0.011 -17.146 293.985
5 30 58 -1.46 0.0721 0.1041 -0.032 -17.146 293.985
6 16 60 -1.29 0.0985 0.1250 -0.027 -15.146 229.401
7 1 61 -1.21 0.1131 0.1458 -0.033 -14.146 200.109
8 14 61 -1.21 0.1131 0.1666 -0.054 -14.146 200.109
9 29 61 -1.21 0.1131 0.1875 -0.074 -14.146 200.109
10 10 62 -1.04 0.1492 0.2083 -0.059 -12.146 147.525
11 2 63 -1.04 0.1492 0.2291 -0.080 -12.146 147.525
12 34 63 -1.04 0.1492 0.2500 -0.101 -12.146 147.525
13 11 64 -0.95 0.1711 0.2708 -0.099 -11.146 124.233
14 18 70 -0.44 0.3300 0.2916 0.038 -5.146 26.481
15 3 71 -0.35 0.3032 0.3125 -0.010 -4.146 17.189
16 12 71 -0.35 0.3032 0.3333 -0.030 -4.146 17.189
17 17 71 -0.35 0.3032 0.3542 -0.051 -4.146 17.189
18 19 71 -0.35 0.3032 0.3750 -0.072 -4.146 17.189
19 22 71 -0.35 0.3032 0.3958 -0.092 -4.146 17.189
20 7 72 -0.27 0.3936 0.4166 -0.023 -3.146 9.897
21 31 72 -0.27 0.3936 0.4375 -0.044 -3.146 9.897
22 20 73 -0.18 0.4285 0.4583 -0.030 -2.146 4.605
23 35 73 -0.18 0.4285 0.4791 -0.051 -2.146 4.605
24 21 74 -0.10 0.4602 0.5000 -0.040 -1.146 1.313
25 32 74 -0.10 0.4602 0.5208 -0.061 -1.146 1.313
26 5 76 0.07 0.5279 0.5417 -0.014 0.854 0.729
27 9 76 0.07 0.5279 0.5625 -0.035 0.854 0.729
28 33 77 0.16 0.5636 0.5833 -0.020 1.854 3.437
29 23 79 0.33 0.6293 0.6042 0.025 3.854 14.853
30 43 79 0.33 0.6293 0.6250 0.004 3.854 14.853
31 24 80 0.41 0.6591 0.6458 0.013 4.854 23.561
32 37 80 0.41 0.6591 0.6667 -0.008 4.854 23.561
33 42 80 0.41 0.6591 0.6875 -0.029 4.854 23.561
34 8 81 0.50 0.6915 0.7083 -0.017 5.854 34.269
35 4 83 0.67 0.7486 0.7291 0.020 7.854 61.685
36 36 85 0.84 0.7995 0.7500 0.050 9.854 97.101
37 13 86 0.92 0.8212 0.7708 0.050 10.854 117.809
38 48 86 0.92 0.8212 0.7917 0.030 10.854 117.809
39 39 87 1.01 0.8435 0.8125 0.031 11.854 140.517
40 41 90 1.27 0.8980 0.8333 0.065 14.854 220.641
41 44 90 1.27 0.8980 0.8542 0.044 14.854 220.641
42 45 91 1.35 0.9115 0.8750 0.037 15.854 251.349
43 26 92 1.44 0.9251 0.8958 0.029 16.854 284.057
44 46 92 1.44 0.9251 0.9167 0.008 16.854 284.057
45 38 93 1.52 0.9357 0.9375 -0.002 17.854 318.765
46 40 93 1.52 0.9357 0.9583 -0.023 17.854 318.765
47 25 94 1.59 0.9441 0.9792 -0.035 18.854 355.473
48 47 94 1.59 0.9441 1 -0.056 18.854 355.473
3607 6474.672
Perhitungan Uji Normalitas Data Variabel Pelaksanaan Shalat Fardhu Anak
1. Hipotesis
: Data berdistribusi normal
: Data tidak berdistribusi normal
2. Kriteria Pengujian Terima , bila <
3. Menetapkan L berdasarkan table atau rumus L =
√ =
√ = 0,128
4. Perhitungan
Mencari (Xi – X ) yaitu selisih antara Xi dan X
Mencari yaitu kuadrat dari Xi - X
5. Mencari Simpangan Baku (Standar Deviasi)
S = √∑
= √
= √
= 11,737
6. Mencari Simpangan Baku (Zi) dengan rumus : Zi =
7. Untuk mengisi F(Zi) dapat dilihat pada table distribusi normal baku.
8. Mencari S(Zi) =
9. Mencari | | yaitu selisih antara F(Zi) dengan S(Zi). Tentukan
harga mutlaknya.
10. Ambil harga yang paling besar diantara harga mutlak. Harga tersebut disebut
Kesimpulan :
sebesar 0,056 dan pada = 0,05 sebesar 0,128. Karena <
. Jadi data terdistribusi normal.
Lampiran 6
PROSES PERHITUNGAN UNTUK MENENTUKAN ANGKA KOFISIEN
KORELASI DAN HIPOTESIS
Dari hasil analisis terdahulu diketahui bahwa data variabel X dan Y
berdistribusi normal dan regresinya linier. Oleh karena itu derajat hubungan
variabel X Pola Asuh Orang Tua dan Y Pelaksanaan Ibadah Shalat Fardhu Anak
ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment.
1. Derajat Korelasi (r)
= ∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑
∑
=
√
= 0,67
2. Uji Signifikan Korelasi
a. Menentukan nilai t hitung
t = √
= √
=
= 6,14
b. Mencari nilai dari daftar (table) dengan db = 46 dengan taraf signifikansi
5 % (α = 0,05)
Db = n – 2
= 48 – 2
Angket yang taraf signifikansi 5% dengan db = 46 setelah dilihat dalam
table ternyata tidak terdapat, maka untuk memperoleh jawaban digunakan cara
interpolasi yaitu :
t 0,95(40) = 1,68
0,95 (46) = 1,68 – 1/40 (0,01)
t 0,95 (60) = 1,67 = 1,68 – 0,03 = 1,65
Dari hasil perhitungan ternyata a > atau 6,14 > 1,65 maka dapat
disimpulkan koefisien korelasi sebesar 0,67 untuk kedua variabel penelitian
berarti (signifikan).
3. Koefisien Determinasi (KD)
Perhitungan ini dimanfaatkan untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap
variabel Y.
KD = . 100%
= 0,45 . 100 (Nilai r berasal dari hasil perhitungan )
= 45%
Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa variabel pola asuh
orangtua berkontribusi terhadap variabel pelaksanaan ibadah shalat fardhu anak
45%.