pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa
DESCRIPTION
Bagaimana pola asuh orang tua mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam sekolah.TRANSCRIPT
-
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN
MALANG I
SKRIPSI
Oleh :
Muhammad Din Haq 05110063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2009
-
ii
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN
MALANG I
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik IbrahimMalang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)
Oleh :
Muhammad Din Haq 05110063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2009
-
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI
MAN MALANG I
SKRIPSI
OLEH:
MUHAMMAD DIN HAQ NIM : 05110063
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Dra. Hj. Sulalah, M.Ag NIP: 150 267 279
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M. Pdi NIP. 150 267 235
-
iv
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN MALANG I
SKRIPSI Dipersiapkan dan disusun oleh Muhammad Din Haq (05110063) telah
dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 08 Agustus 2009 dengan nilai A
Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Pada tanggal 08 Agustus 2009
Panitia Ujian
Ketua Sidang Dra. Hj. Sulalah, M. Ag :______________________ NIP. 150 267 297
Sekretaris Sidang M. Amin Nur, MA :_______________________ NIP. 150 327 263
Pembimbing, Dra. Hj. Sulalah, M. Ag :______________________ NIP. 150 267 297
Penguji Utama Marno, M. Ag :_______________________ NIP. 150 321 639
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Dr. M. Zainuddin, MA NIP.150 275 502
-
v
PERSEMBAHAN
Karyaku ini akan aku persembahkan pada orang - orang yang terdekat denganku
dan telah membantuku selama ini, mereka adalah :
1. Ayah dan ibuku tercinta (Abd. Manaf & Mabruroh), karena merekalah yang
telah membesarkanku sampai saat ini.
2. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Saudara-saudaraq satu perjuangan dan satu atap mereka adalah temen-temen
MES: Howos, mas. Arip, mas Sunu, Samsul, Bagus, amin, syarib, dan rodhi
yang telah membantu menghitung data statistik.
4. Temen-temen kerjaan, mas Halim yang sudah membantu dan memberi
masukan, mas Idris yang selalu cooperative, obet, dll yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.
5. Dra. Hj. Sulalah, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkanku
dalam menulis skripsi ini.
6. Dr. M. Zainuddin, MA selaku dekan fakultas tarbiyah.
7. M. Padil, M. Pdi selaku ketua jurusan PAI.
8. Kepala sekolah MAN Malang I, dan seluruh guru beserta karyawan dan
murid-murid kelas XI yang telah membantu dalam penggalian data.
9. Dan yang terakhir adalah mahasiswa psikologi smt VI yang telah membantu
saya dalam segala hal, dan kamu telah banyak berjasa atas semua ini, terima
kasih Vida.
-
vi
Motto
#### kk kk==== ss ss3333 !!!! $$ $$#### $$$$ tt tt )))) $$$$ yy yy yy yy
Allah tidak akan membebani hambanya di luar kemampuannya.
-
vii
Nota Dinas Pembimbing Dra. Hj. Sulalah, M. Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Muhammad Din Haq Malang, 25 Juli 2009 Lamp : 1 (satu) Eksemplar
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI Malang Di
Malang
Assalamualaikum Wr. Wb Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:
Nama : Muhammad Din Haq NIM : 05110063 Jurusan : PAI
Judul Skripsi : Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Siswa
Kelas XI MAN Malang I Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk ujian. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr. Wb
Pembimbing
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP: 150 267 279
-
viii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.
Malang, 25 Juli 2009
Muhammad Din Haq
-
ix
KATA PENGANTAR
U||t{|t{t|t{|
Alhamdulillah, tiada kata-kata yang pantas dan patut penulis ucapkan
selain ungkapan rasa syukur kehadirat-Mu Ya Allah, dengan taufik, hidayah dan
limpahan rahmat-Mu lah serta ridha-Mu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar
Siswa
Sholawat dan salam senantiasa tetap tercurah dan terlimpahkan kepada
tauladan seluruh umat manusia, pemimpin umat Islam beliaulah Nabi Muhammad
SAW. beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya, karena beliaulah sampai saat
ini kita dapat menikmati tentramnya iman dan indahnya Islam.
Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Yang Tercinta; Ayah dan Ibu yang telah mendukung baik dari segi materi
maupun moril. Beserta keluarga besarku yang dengan adanya mereka maka
aku mempunyai garis keturunan.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.Pd.I. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam Universitas Islam Negeri Malang.
-
x
5. Dra. Hj. Sulalah, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan konstribusi tenaga dan pikiran, guna
memberikan bimbingan dan petunjuk serta pengarahan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Drs. H Zainal Mahmudi, M. Ag selaku kepala madrasah MAN Malang
I beserta para dewan guru dan karyawan dan para murid-murid kelas XI yang
telah banyak membantu dalam pengumpulan data selama ini.
7. Seluruh sahabat-sahabati PMII Rayon CHONDRODIMUKO dan kawan-
kawan IMADU (ikatan mahasiswa alumni Darul Ulum) yang dengan
kebesaran hati mendoakan saya di sela-sela kegiatan mereka
Penulis hanya bisa berdoa kepada Allah semoga amal baik Bapak/Ibu
serta sahabat-sahabat akan diberikan balasan yang setimpal oleh Allah SWT.
Dalam penulisan ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan dengan sebaik-baiknya, namun tidak menutup kemungkinan masih
terdapat kekurangan dan kekeliruan, sehingga masih jauh dari kesempurnaan.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya dan semoga Allah SWT. melimpahkan hidayah-Nya kepada kita
semua sehingga dapat mengemban tugas untuk melaksanakan pendidikan.
Malang, 25 Juli 2009 Penulis
Muhammad Din Haq NIM: 05110063
-
xi
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 VARIABEL PENELITIAN TABEL 3.2 PEDOMAN PEMBERIAN SKOR
TABEL 3.3 BLUE PRINT SKALA POLA ASUH ORANGTUA
TABEL 4.1 SASARAN PROGRAM UNGGULAN
TABEL 4.2 DATA LUAS TANAH TABEL 4.3 KEADAAN GEDUNG MADRASAH
MAN MALANG I TABEL 4.4 KEADAAN PERSONIL SEKOLAH
TABEL 4.5 KEADAAN SISWA TABEL 4.6 KEADAAN TIDAK NAIK KELAS,
TIDAK LULUS, DAN PUTUS SEKOLAH
TABEL 4.7 INPUT DAN OUTPUT NEM PESERTA DIDIK
TABEL 4.8 DATA NUN LIMA TAHUN TERAKHIR
TABEL 4.9 DATA PRESTASI NON AKADEMIK
TABEL 4.10 KEGIATAN KEAGAMAAN
TABEL 4.11 DISTRIBUSI FREKUENSI POLA ASUH DEMOKRATIS
TABEL 4.12 DISTRIBUSI FREKUENSI POLA ASUH OTORITER
TABEL 4.13 DISTRIBUSI FREKUENSI POLA ASUH PERMISIF
TABEL 3.14 DISTRIBUSI FREKUENSI PRESTASI SISWA
TABEL 3.15 RINGKASAN REGRESI
-
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 ANGKET LAMPIRAN
LAMPIRAN 2 REKAP NILAI SISWA
LAMPIRAN 3 HASIL ANGKET
LAMPIRAN 4 RELIABILITY
LAMPIRAN 5 HASIL ANALISIS DESKRIPTIF DAN DISTRIBUSI
FREKUENSI
LAMPIRAN 6 HASIL ANALISISREGRESI LINIER SEDERHANA
-
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... v
MOTTO ................................................................................................... vi
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING.......................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................. viii
KATA PENGANTAR.............................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii
ABSTRAK................................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................ 1
B. Rumusan Masalah......................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 7
E. Hipotesis ...................................................................... 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................. 8
G. Penegasan Istilah........................................................... 8
H. Sistematika Pembahasan ............................................... 9
-
xiv
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pola Asuh Orangtua ...................................................... 11
1. Pengertian Pola Asuh. ............................................. 11
2. Pola Asuh Dalam Perspektif Islam .......................... 14
3. Macam-macam Pola Asuh....................................... 18
4. Pentingnya Pola Asuh Bagi Anak............................ 27
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pola Asuh Orangtua. ............................................... 35
B. Prestai Belajar............................................................... `39
1. Pengertian Prestasi Belajar ...................................... 39
2. Macam-macam Prestasi Belajar............................... 42
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar . 43
4. Langkah-langkah dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa .......................................................... 51
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian.................................................... 54
B. Variabel Penelitian........................................................ 54
C. Sumber Data ................................................................. 57
D. Populasi dan Sampel ..................................................... 58
E. Instrumen Penelitian ..................................................... 59
F. Validitas dan Reliabilitas .............................................. 61
G. Metode Pengumpulan Data ........................................... 63
H. Analisis Data ................................................................ 65
-
xv
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................... 68
1. Sejarah Obyek Penelitian ........................................ 68
2. Visi, Misi, dan Tujuan............................................. 70
3. Sasaran Program Unggulan ..................................... 72
4. Sarana dan Prasarana............................................... 75
5. Keadaan Guru dan Karyawan .................................. 78
6. Data Siswa .............................................................. 82
7. Sumber Belajar........................................................ 87
8. Kegiatan Keagamaan............................................... 89
9. Gambaran Umum Orangtua Siswa .......................... 91
B. Analisis Statistik Deskriptif........................................... 91
1. Pola Asuh Orangtua ................................................ 91
2. Prestasi Belajar Siswa ............................................. 95
3. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap
Prestasi Belajar Siswa ............................................. 96
BAB V PEMBAHASAN
A. Penerapan Pola Asuh Orangtua Siswa
Kelas XI MAN Malang I............................................... 97
B. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Kelas XI MAN Malang I............ 103
-
xvi
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................... 105
B. Saran ............................................................................ 106
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
xvii
ABSTRAK
Muhammad Din Haq, Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Siswa Kelas XI MAN Malang I. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dra. Hj. Sulalah, M. Ag
Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua dan anak selama masa pengasuhan dan perawatan dengan tujuan untuk membimbing dan mendidik anak-anaknya pada kehidupan yang lebih baik dalam suatu lingkungan keluarga. Peran keluarga terutama orangtua sangat penting dalam mendidik anak baik tinjauan agama, sosial, maupun individu sehingga mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Dalam keluarga, orangtua juga memegang peranan penting dalam memberikan keteladanan yang baik bagi anak. Sehingga orangtua sedini mungkin dapat mengenalkan nilai-nilai yang mengandung suasana religi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari pekerjaan, sedangkan belajar adalah suatu proses mental yang dilakukan untuk memperoleh perubahan perilaku yang lebih baik. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana pola asuh yang diterapkan orangtua siswa terhadap anaknya. Setelah diketahui bagaimana pola asuh yang diterapkan langkah selanjutnya adalah mencari pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode angket (kuesioner), wawancara dan metode dokumentasi. Subjek penelitiaan ini adalah siswa kelas XI dengan jumlah 236 dan diambil sampel sebanyak 60 siswa atau 25 % dari jumlah populasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan regresi sederhana. Dari hasil analisis deskriptif diperoleh: (a) pola asuh yang digunakan oleh orangtua siswa adalah pola asuh campuran dari ketiga tipe yaitu demokratis, otoriter, dan permisif dengan rincian sebagai berikut: demokratis 32 %, otoriter 35 %, dan permisif 47 %. (b) prestasi belajar dari 60 siswa mayoritas berada pada level prestasi tinggi dengan frekuensi sebesar 32 siswa atau 53 %. Dari hasil uji regresi linier sederhana diperoleh: angka r sebesar 0.638 yang lebih besar dari taraf signifikansi 0.5, jadi hipotesis nol ditoalak dan hipotesis kerja diterima. Nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Suquare) sebesar 0.400 yang berarti variabel terikat prestasi belajar dijelaskan oleh variabel bebas pola asuh orang tua sebesar 40 % sedangkan sisanya 60 % dijelaskan oleh variabe lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Disarankan bagi pihak sekolah untuk lebih mengintensifkan hubungan yang sinergis antara sekolah dengan wali murid untuk membantu siswa dalam kegiatan belajar.
Kata kunci: Pola Asuh, Prestasi Belajar
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sebagian dari fenomena interaksi kehidupan
sosial manusia. Menurut K.J. Veeger pada hakekatnya kehidupan sosial itu
terdiri dari jumlah aksi dan reaksi yang tidak terbilang banyaknya, baik antara
perorangan maupun antara kelompok.1 Pihak-pihak yang terlibat
menyesuaikan diri dengan salah satu pola perilaku yang kolektif. Kesatuan
yang berasal dari penyesuaian diri itu disebut kelompok atau masyarakat. Oleh
karena itu, pendidikan merupakan bagian dari interaksi sosial yang telah ada
bersamaan dengan kehidupan manusia.
Kian maraknya pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat dipandang
sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri. Pemicu utamanya diduga adalah
situasi dan kondisi keluarga yang negatif.2 Keluarga adalah pondasi utama
bagi pendidikan anak, dimana dia dibentuk oleh orangtua mereka. Orangtua
merupakan guru pertama bagi anak dan sekaligus sebagai panutan dan
pembimbing dalam melewati fase-fase perkembangannya. Kebiasaan-
kebiasaan di lingkungan keluarga sedikit banyak akan mempengaruhi
kebiasaan anak-anak yang ada dalam lingkungan tersebut karena tipe
kepribadian pada masa kanak-kanak adalah imitasi
1 Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Quran Mendidik Anak, (Malang: UIN-
Malang Press, 2008), hlm 1 2 Moh. Shochib, Pola Asuh Orangtua, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1998), hlm. V
-
2
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk
membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam
rangka membangun masa depan. Karena itu pendidikan berperan
mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu
mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik.3
Dalam keseluruhan proses pendidikan tujuannya untuk menyiapkan
generasi penerus yang berkualitas, baik moral maupun intelektual serta
berketerampilan dan bertanggung jawab. Salah satu upaya untuk menyiapkan
genearasi penerus tersebut adalah melalui lembaga pesekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Hasan Langgulung menyebutkan bahwa dalam pendidikan mengandung
dua aspek, Pertama: Aspek mengajar dan Kedua: Aspek belajar. Aspek
mengajar itu hanyalah suatu cara untuk memantapkan proses belajar itu.
Sedangkan proses belajar berlaku apa sebanarnya yang terjadi pada manusia.4
Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan dihadapi oleh
setiap orang5. Maka dari itu banyak para ahli-ahli membahas dan
menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak
dipertentangkan kebenaran setiap teori yang dihasilkan, tetapi yang lebih
penting adalah pemakaian teori-teori itu dalam praktek kehidupan yang paling
cocok dengan situasi kebudayaan kita.
3 Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, (Solo: Ramadhan, 1991), hlm. 9
4 Ibid., hlm. 23
5 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara,
1988), hlm. V
-
3
Tokoh Lintang dalam sebuah novel yang berjudul Laskar Pelangi
karangan Andrea Hirata menunjukkan bahwa dia adalah seorang anak yang
berasal dari keluarga yang miskin, ibunya telah meninggal dan bapaknya
adalah seorang nelayan tradisional di pulau Belitong (Bangka Belitung) yang
setiap harinya selalu berangkat pagi dan pulang menjelang malam untuk
menangkap ikan untuk menghidupi keluarganya. Sehingga waktu untuk
mendampingi anak-anaknya hampir tidak ada sama sekali, akan tetapi
semangat belajar yang tinggi itu dimiliki oleh sosok seorang Lintang. Dia
tidak mudah putus asa meski harus berjalan puluhan kilometer setiap harinya
untuk bersekolah
Lintang adalah sosok yang pintar bahkan memiliki IQ diatas rata-rata
bila dibandingkan dengan teman sebaya satu kelasnya, dia menjadi contoh
bagi teman-temannya untuk selalu belajar agar bisa menyaingi kepintarannya
di kelas. Contoh yang dihadirkan dalam sosok seorang Lintang adalah sebuah
refleksi bahwasannya tidak hanya faktor pola asuh saja yang dijadikan sebagai
acuan untuk menentukan prestasi seorang anak dalam belajarnya, akan tetapi
pola asuh adalah salah satu unsur yang mendukung anak untuk memeproleh
prestasi yang gemilang dalam proses belajarnya.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan
segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan
kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku
teks atau yang diajarkan oleh guru.
-
4
Tidak disangkal lagi bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Sehingga bagi pelajar sendiri penting untuk mengetahui
faktor-faktor yang dimaksud. Hal ini menjadi lebih penting lagi tidak hanya
bagi pelajar tetapi juga bagi (calon-calon) pendidik, pembimbing dan pengajar
didalam mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar sedemikian rupa hingga dapat terjadi proses belajar yang optimal.
Proses belajar seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan
menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern
adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan
faktor ekstern adalah yang ada di luar individu6
Dalam hal ini penulis lebih menitik beratkan pada faktor ekstern pada
siswa salah satunya yaitu faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima
pengaruh dari keluarga berupa cara orangtua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor
lingkungan sekolah dan masyarakat juga banyak mempengaruhi proses belajar
siswa.
Pada dasarnya hubungan orangtua dan anak tergantung pada sikap serta
perilaku orangtua dalam keluarga. Sikap orangtua sangat menentukan
terbentuknya hubungan keluarga sebab apabila hubungan telah terbentuk
dengan baik, maka hal ini cenderung untuk di pertahankan, karenanya sikap
orangtua terhadap anak merupakan hasil belajar. Banyak faktor yang juga
menentukan sikap apa yang di pelajari, yang paling umum diantaranya adalah
6 Ibid., hlm. 56
-
5
sebagai berikut: pengalaman awal orangtua sebagai anak (dari pola asuh
orangtuanya yang di terapkan ketika mereka masih anak-anak) serta nilai
budaya mengenai cara terbaik memperlakukan anak. Orangtua yang
dahulunya menerima suatu bentuk pola asuh tertentu seringkali orang akan
menerapkan kembali kepada anak-anak mereka di kemudian hari
Ketika berbicara masalah prestasi-prestasi yang telah diraih oleh para
siswa sekolah, hal itu banyak yang mempengaruhi. Disamping model
pendidikan yang diterapkan pada sekolahan terdapat faktor lain, yaitu
pendampingan keluarga selama proses belajar mereka. Pendidikan yang
dilakukan di sekolah terbatas pada jam belajar saja, selebihnya para siswa
berada pada lingkungan keluarga maka unsur keluarga sangat berperan dalam
perjalanan belajar siswa. Banyak siswa yang berprestasi akan tetapi kondisi
keluarganya tidak sehat atau bisa dikatakan broken home. Hal ini sangat
bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa lingkungan keluarga
sangat berpengaruh dalam proses belajar siswa.
Meski pencapaian prestasi itu penuh dengan rintangan dan tantangan
yang harus dihadapi oleh seseorang, namun seseorang tidak akan pernah
menyerah untuk mencapainya. Di sinilah nampaknya persaingan dalam
mendapatkan prestasi dalam keompok terjadi secara konsisten dan persisten.
Banyak kegiatan yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan
prestasi. Semuanya tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing
individu, kegiatan mana yang akan digeluti untuk mendapatkan prestasi
-
6
tersebut. Konsekuensinya kegiatan tersebut harus digeluti secara optimal agar
menjadi bagian dari diri secara pribadi.7
Penulis menemukan beberapa realita yang terjadi yaitu ketika ada
seorang teman yang berangkat dari keluarga mampu, akan tetapi kehidupan
belajarnya tidak maksimal maka hasil belajarnya pun tergolong rendah.
Sebaliknya ada seorang yang berangkat dari keluarga pas-pasan bahkan
termasuk miskin akan tetapi prestasinya bagus dan semangat belajarnya tinggi.
Hal ini tentu bertolak belakang dengan iklim pendidikan di Indonesia yang
mana biaya pendidikan semakin tinggi. Maka yang punya kesempatan untuk
mengenyam pendidikan yang bagus adalah mereka yang berangkat dari
keluarga mampu.
Hemat penulis anak yang mempunyai kesempatan untuk mengenyam
pendidikan tinggi dan bagus berkualitas adalah mereka yang berangkat dari
keluarga mampu (menengah-ke atas) dan itu berimplikasi dengan semangat
belajar yang tinggi mengingat hanya sedikit yang bisa menikmati pendidikan
dengan kualitas tinggi. Namun pada kenyataannya banyak diantara mereka
yang mengabaikan dan meremehkan kesempatan itu sehingga tidak sedikit
dari mereka yang tidak berprestasi dalam belajarnya. Sebaliknya banyak
diantara anak-anak yang dari keluarga tidak mampu dan latar belakang
pendidikan keluarganya rendah justru berprestasi dalam belajarnya.
Seorang anak ketika masih kanak-kanak pembentukan mental secara
psikologis sangat bergantung sekali pada pola asuh yang digunakan
orangtuanya, sedangkan proses belajar adalah proses mental, maka penulis
7 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), hlm. 20
-
7
disini beranggapan bahwa ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan
tingkat belajar siswa yang akhirnya terukur dengan adanya prestasi belajar.
Adanya hubungan antara pola asuh dengan proses mental seorang anak maka
ada juga pengaruhnya dengan prestasi belajar siswa. Atas dasar latar belakang
yang sudah penulis kemukakan diatas, maka penulis mengangkat sebuah judul
Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orangtua siswa terhadap
anaknya?
2. Bagaimana pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar
siswa kelas XI MAN Malang I?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelititan ini adalah:
1. Untuk mengetahui, mendiskripsikan dan menganalisis pola asuh yang
diterapkan orangtua terhadap anaknya.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar
siswa
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Dari hasil penelitian ini bagi masyarakat umum dapat dijadikan sebagai
tambahan wawasan keilmuan tentang pola asuh dan pengaruhnya
-
8
2. Hasil dari penelitian ini bagi lembaga pendidikan yang diteliti dapat
digunakan acuan dalam mengembangkan prestasi belajar siswa.
3. Bagi penulis penelitian ini sebagai wawasan serta pengalaman baru dalam
dunia penelitian
E. HIPOTESIS
Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul8.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
a. Hipotesis Kerja (Ha)
Adanya pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa
b. Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak ada pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa
F. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Pembatasan ruang lingkup dalam penelitian lazim dibutuhkan, hal ini
dimaksudkan untuk memperjelas arah penelitian yang akan dibahas oleh
peniliti sehingga pembaca mudah untuk memahami arah berpikir peniliti.
Dalam penilitian ini peneliti hanya meneliti bagaimana pengaruh pola
asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I
G. PENEGASAN ISTILAH
Dalam rangka menghindari kemungkinan terjadinya kerancuan dalam
memahami maksud definisi istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka
dipandang perlu penegasan istilah dalam penelitian ini. Adapaun istilah-istilah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
8Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 71
-
9
1. Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua dan anak selama
masa pengasuhan dan perawatan, dengan tujuan untuk membimbing atau
mengarahkan serta mendidik ank-anknya pada kehidupan yang lebih baik
dalam suatu lingkungan keluarga. Pola asuh tersebut meliputi demokratis,
otoriter dan permisif. Dalam hal ini yang dimaksud orangtua yaitu ayah
dan ibu atau yang mempunyai tanggung jawab untuk mengasuh anak.
2. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai
hasil dari aktifitas dalam belajar
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang skripsi ini, maka
penulis akan menguraikan dalam enam bab sebagai berikut:
1. Bab I, pada bab ini peneiliti akan menguraikan pendahuluan yang berisi
tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, ruang lingkup penelitian, dan penegasan istilah.
2. Bab II, pada bab ini akan dikemukakan kajian teoritis mengenai variabel
penelitian yang digunakan meliputi: definisi pola asuh, pola asuh dalam
perspektif islam, macam-macam pola asuh, pentingnya pola asuh bagi
anak, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua.
3. Bab III, merupakan pemaparan tentang metodologi penelitian yang
digunakan terdiri dari: rancangan penelitian, variabel penlitian, data dan
sumber data, populasi dan sampel, instrumen penelitian, metode
pengumpulan data, analisis data.
-
10
4. Bab IV, merupakan pemaparan hasil penelitian yang meliputi profil temapt
penelitian dan analisa statistik deskriptif tentang pola asuh orang tua,
prestasi belajar siswa, serta pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap
prestasi belajar siswa.
5. Bab V, dalam bab ini akan dijelaskan tentang pembahasan yang meliputi
bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orang tua siswa, bagaimana
prestasi siswa di sekolah, dan bagaimana pengaruh antara pola asuh
orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I
6. Bab VI, bab inimerupakan bab yang terakhir yang berisi kesimpulan dari
penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta saran yang
diperlukan.
-
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pola Asuh Orangtua
1. Pengertian Pola Asuh
Orangtua merupakan model figur utama bagi anak. Sebab orangtua
memiliki peluang yang cukup banyak untuk mensosialisasikan aturan,
nilai, dan kebiasaan serta sikap hidup. Disamping itu, orangtua dalam
keluarga juga merupakan sosok yang menjadi panutan dan perlakuan yang
akan diterapkannya kepada anak-anaknya, serta mempunyai hak untuk
mengasuh dan membesarkan anak-anaknya karena orangtua berperan
sebagai guru, penuntun, dan pengajar.
Bagi orangtua, anak adalah dambaan, buah hati, pelipur lara, amanah
sekaligus cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh karena itu sudah
seharusnya jika mereka mengetahui dan memahami dengan benar apakah
fungsi daripada anak dalam sebuah keluarga dan bagaimana metode
pendidikan yang seharusnya mereka terapkan dalam rangka membentuk
pribadi anak yang berakhlak, berkualitas dan kompeten. Sehingga dari
pendidikan keluarga tersebut diharapkan akan tercetak generasi-generasi
umat yang tangguh di dalam maupun di luar.
Mengasuh anak merupakan proses yang sangat kompleks, sebab
banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengasuh anak. Dalam
mengasuh dan mendidik anak membutuhkan beberapa kemampuan yang
perlu diperhatikan, seperti memberikan kasih sayang, penanaman rasa
disiplin, pemberian hukuman dan hadiah, pemberian teladan, penanaman
-
12
sikap dan moral, serta kecakapan dalam mengatur anak. Hal tersebut
merupakan rangkaian suatu pola yaitu pola asuh orangtua.
Menurut Wahyuni, bahwa dalam mengasuh dan mendidik anak,
sikap orangtua ini dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor diantaranya
pengalaman masa lalu yang berhubungan erat dengan pola asuh ataupun
sikap orangtua mereka, nilai-nilai yang dianut oleh orangtua, tipe
kepribadian orangtua maupun keluarga, kehidupan perkawinan orangtua
dan alasan orangtua mempunyai anak.9
Sehingga Wahyuni dalam penelitiannya menjelaskan pola asuh
adalah suatu model dan cara pemberian perlakuan seseorang kepada orang
lain dalam suatau lingkungan sosial, atau dengan kata lain pola asuh
adalah model dan cara dari orangtua memperlakukan anak dalam suatu
lingkungan keluarganya sehari-hari, baik perlakuan yang berupa fisik
maupun psikis.10
Menurut pendapat Mussen, mendefinisikan pola asuh orangtua
adalah suatu cara yang digunakan oleh orang dalam mencoba berbagai
strategi untuk mendorong anak-anaknya mencapai tujuan yang diinginkan.
Dimana tujuan tersebut antara lain pengetahuan, nilai moral, dan standart
perilaku yang harus dimiliki anak bila dewasa nanti.11
Pandangan Meichati yang mengutarakan bahwa pola asuh orangtua
adalah perlakuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan dan memberikan
perlindungan, serta mendidik anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari.
9 Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia. 1976),
hlm. 144 10
Ibid 11
Mussen, Perkembangan dan Kepribadian Anak, (Jakartan : Arcan , 1994), hlm. 395
-
13
Sehingga setiap orangtua dapat menerapkan cara pengasuahan yang
berbeda dalam sebuah keluarga.
Setiap orangtua memegang teguh prinsip-prinsip islam sebagai tolak
ukur dalam mendidik anak-anaknya, sebab ia akan membimbing manusia
pada fitrahnya yang lurus, yaitu pembentukan pribadi-pribadi yang
bertaqwa. Hal ini sebagaimana yang tersirat dalam sebuah hadits
bahwasannya Rasulullah SAW membuat garis dengan tangannya seraya
bersabda: Inilah jalan Allah SWT yang lurus Kemudian beliau membuat
garis-garis yang banyak sekali di kanan kirinya seraya beliau bersabda:
Inilah jalan-jalan yang tak satupun terlepas dari intaian setan yang
menyesatkan Kemudian beliau membaca ayat Al-Quran:
r&u #xy u $V ) tG 7 ? $$s ( u (# 7 Fs? 6 9$# sx tG s 3 / t & #7y 4 3 9 s 38 u / 6 =y s9 t )Gs?
Artinya: Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. Al-anam; 153)12
Dari pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pengertian pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua
dan anak selama masa pengasuhan dan perawatan dengan tujuan untuk
membimbing dan mendidik anak-anaknya pada kehidupan yang lebih baik
dalam suatu lingkungan keluarga.
12 Al-Quran dan terjemahannya DEPAG RI. (Semarang; Karya Toha Putra). hlm 283
-
14
2. Pola asuh Orangtua Perspektif Islam
Mengasuh dan memelihara anak merupakan kewajiban dari orangtua
sekaligus sebagai hak yang sudah semestinya diterima oleh setiap anak.
Dalam hukum islam terdapat suatu istilah yang disebut dengan hadanah,
yaitu memelihara anak-anak yang masih kecil, baik itu laki-laki maupun
perempuan dengan menyediakan sesuatu yang menjadikan anak baik,
mengasuh, merawat, dan menjaganya dari sesuatu yang membahayakan
dirinya serta memberikannya pendidikan dalam seluruh aspek kehidupan
sehingga ketika dewasa mereka menjadi pribadi yang mandiri dan
memiliki tanggung jawab.
Doktrin islam menggariskan dan mengatur orang islam agar dapat
mengikuti gaya hidup yang berbudaya atas dasar kerja sama, kasih sayang,
dan kesetiaan sehingga meningkatkan kemajuan budaya masyarakat islam.
Sehingga islam mulai pengaturannya pada manusia sebagai individu
karena ia merupakan organisme yang pertama yang membentuk kehidupan
keluarga dan masyarakat, dan selanjutnya kehidupan bangsa.13
Rasulullah SAW merupakan sosok teladan dalam hal menyayangi
anak dan orang pertama yang senantiasa menasihatkan kepada para
orangtua agar menyayangi anak-anak mereka, karena persahabatan
orangtua dengan anak-anaknya akan menanamkan dalam diri anak tersebut
watak yang mulia dan mengarahkan tingkah laku yang disiplin pada anak.
Seperti dalam sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:
:
13 Zamarkasyi Dhifier, dkk, Mengasuh Anak Menurut Ajaran Islam. (Jakarta: UNICEF
Indonesia, 1986), hlm. 53
-
15
) (
Artinya: Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik
akhlaknya serta paling penyayang kepada keluarganya (HR. Tirmidzi).
Peran keluarga terutama orangtua menjadi penting untuk mendidik
anak baik tinjauan agama, sosial, maupun individu. Akan tetapi bagaimana
pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik sehingga mampu
menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa
yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan
mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang
secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan dan pembinaan dalam
keluarga merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan penting. Dalam
keluarga, orangtua juga memegang peranan penting dalam memberikan
keteladanan yang baik bagi anak. Sehingga orangtua sedini mungkin dapat
mengenalkan nilai-nilai yang mengandung suasana religi.
Syariah islam membebani kewajiban orangtua untuk memelihara
keselamatan anak dan perkembangan anak, atas dasar pertimbangan bahwa
anak adalah titipan Allah SWT yang harus dijaga baik-baik sebab mereka
akan mempertanggung jawabkannya kepada Allah SWT.14
Seperti dalam hadits Bukhori yang menjelaskan dengan tegas bahwa
bagian tanggung jawab yang harus dipikul oleh orangtua, yaitu kewajiban
untuk memelihara keselamatan anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan
14 Dhofier, dkk, Op.cit, hlm. 29
-
16
hidupnya. Hal ini berarti bahwa orangtua harus menyediakan makanan
dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah SAW menganjurkan kepada setiap orangtua agar
menyuruh anak-anknya untuk menjalankan ibadah shalat ketika mereka
telah berumur tujuh tahun, adalah tidak lain agar supaya mereka terbiasa
melakukan hal itu dan membina anak mempunyai sifat yang terpuji.
Disamping itu juga, orangtua dapat bersikap adil (tidak membedakan
dengan saudara lain) dalam memberikan perhatian dan kasih sayang
terhadap anak-anaknya, agar kewajiban mereka tumbuh dengan baik
dalam kasih sayang dan persaudaraan. Rasulullah bersabda:
:
, ,
) (
Artinya: Kamu semua adalah penanggung jawab dan akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipercayakan kepadamu. Seorang ayah bertanggung jawab membiayai dan memelihara kehidupan keluarganya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Seorang istri bertanggung jawab terhadap anak dan harta suaminya dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya (Shahih Al-Bukhori Juz.VII: 34)
Menurut Dharmawan, terdapat tiga macam pola asuh orangtua dalam
mendidik anak, diantaranya:15
15 Budi Dharmawan dan Yoyoh Yusroh, Metode pendidikan Rasulullah SAW dalam
Mengembangkan kepribadian anak, one-line: http//www.pks-anz.org/print.php?sid. akses: 11 Maret 2009
-
17
1. Pola asuh koersif
a. Cara orangtua mendisiplinkan anak tanpa memberi anak
kebebasan.
b. Membuat keputusan untuk anak, dan anak tinggal melaksanakan
keputusan orangtua.
c. Memberikan dorongan dari luar kepada anak.
2. Pola asuh permisif
a. Orangtua memberi anak kebebasan tanpa disiplin.
b. Mengambil alih tanggung jawab anak menjadi tanggung jawab
orangtua.
c. Tidak memberikan dorongan kepada anak.
3. Pola asuh dialogis
a. Orangtua memberi anak kebebasan tetapi disiplin.
b. Memberi pilihan kepada anak untuk membuat keputusannya
sendiri.
c. Menumbuhkan dorongan dari dalam pada diri anak.
Dari ketiga macam pola asuh di atas, maka landasan pola asuh yang
diterapkan oleh Rasulullah SAW adalah pola asuh dialogis yaitu tertib
dengan kebebasan, karena sesuai dengan fitrah penciptaan manusia dan
diwajibkan oleh Allah SWT terhadap para utusannya. Disamping itu,
berpijak pada dorongan dan konsekuensi dalam membagun dan
memelihara fitrah anak.
-
18
Di bawah ini merupakan tiga fase pola asuh yang diterapkan oleh
Rasulullah SAW, diantaranya:16
a. 0-7 tahun (dialogis-permisif), menjadikan anak manja-terarah
b. 7-14 tahun (dialogis-koersif), menjadikan anak disiplin-terdidik.
c. 14-21 tahun (dialogis-dialogis), menjadikan anak dapat mandiri-
bertanggung jawab.
Hal tersebut juga dapat diketahui dari contoh Rasulullah SAW yang
sangat memperhatikan dan memperlakukan anak kecil dengan sangat baik.
Beliau merawat cucu-cucunya yaitu Hasan dan Husen dengan penuh
kelembutan, kehangatan dan cinta kasih, dimana hal tersebut merupakan
wujud dari kecintaan dan perhatian beliau kepada mereka.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh
orangtua dalam prespektif Islam yaitu pola asuh koersif (tertib tanpa
kebebasan), pola asuh permisif (bebas tanpa ketertiban), dan pola asuh
dialogis (tertib dengan kebebasan). Sedangkan pola asuh yang diterapkan
Rasulullah SAW yaitu pola asuh dialogis, dimana terbagi menjadi tiga
macam yaitu dialogis-permisif (menjadikan anak manja-terarah), dialogis-
koersif (menjadikan anak disiplin-terdidik) dan dialogis-dislogis
(menjadikan anak mandiri-bertanggung jawab).
3. Macam-macam Pola Asuh
Dalam menentukan aturan yang berlaku dalam sebuah keluarga,
harus dipertimbangkan dengan berbagai macam aspek yang dapat
16 Dharmawan dan Yusroh, Op.cit, akses: 11 Maret 2009
-
19
menjamin adanya kerukunan dan kedamaian dalam berkeluarga.
Ketentuan-ketentuan tersebut harus sesuai dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan anggota keluarga yang bersangkutan.
Orangtua memang perlu memperhatikan keadaan anak-anaknya.
Dalam mengajarkan norma dibutuhkan ketrampilan berkomunikasi yang
baik dengan anak, karena komunikasi yang baik dan terarah diharapkan
apa yang diajarkan orangtua mudah diterima oleh anak. Semua perbuatan
dan tingkah laku dari orangtua merupakan contoh yang baik untuk
diterapkan pada diri anak dalam kehidupan sehari-harinya.
Orangtua dengan segala sikap, tindakan dan kebiasaannya sehari-hari
adalah teladan bagi anak-anaknya. Tidak heran bila mereka juga
berperilaku seperti orangtuanya. Terlebih pada masa kanak-kanak sampai
masa remaja karena mereka mulai berpikir kritis. Sebagian besar waktu
anak didapat di lingkungan keluarga. Dasar kelakuan, sikap hidup serta
kebiasaannya dibangun dari lingkungan keluarga. Pengaruh lingkungan
luar akan kalah pengaruhnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Dewantara mengatakan
bahwa setiap pemimpin (dalam hal ini adalah orangtua sebagai pemimpin
keluarga) sebaiknya menganut tiga aspek diantaranya:
a. Ing ngarso sung tulodo
Orangtua harus dapat menjadikan dirinya pola anutan melalui
tingkah laku kepada anak-anaknya dalam keluarga. Sebab jika
orangtua hanya memerintah tanpa memberikan contoh, maka akan
menimbulkan konflik bagi anak-anaknya karena anak merasa dituntut
-
20
sementara orangtua tidak melaksanakanya. Akibatnya anak tidak mau
menuruti perintah orangtua.
b. Ing madyo mangun karso
Orangtua harus mampu memberikan semangat kepada anak-
anaknya untuk mampu berkreasi dalam kehidupannya. Dengan kata
lain orangtua harus mampu menghidupkan jiwa dan semangat yang
positif kepada anak-anak, sehingga anak mampu untuk berkreativitas
sesuai dengan potensinya.
c. Tut wuri handayani
Orangtua harus memiliki kemampuan untuk dapat memberikan
dorongan kepada anak-anaknya agar berani melangkah ke depan
menatap dunia yang kian maju dan berani bertanggung jawab atas
semua yang diperbuatnya.
Menurut Baumrind (1967), terdapat empat macam pola asuh
orangtua, diantaranya:17
a. Pola asuh demokratis
Yaitu pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan
tetapi tidak ragu-ragu dalam mengendalikan mereka. Orangtua dengan
pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada
rasio atau pemikiran-pemikiran serta bersikap realistis terhadap
kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui
batas kemampuan anak. Dismping itu, orangtua juga memberikan
17 Ira Petranto, Rasa Percaya Diri Anak adalah Pantulan Pola Asuh Orangtuanya, Buletin
DWP PTRI Jenewa, on-line: http;//www.binarymoon.co.uk/2005. Jakarta: Kawan Pustaka, Akses: 11 Maret 2009
-
21
kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan
serta pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
b. Pola asuh otoriter
Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan standart yang
mutlak harus di turuti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman.
Orangtua tipe ini cenderung untuk memaksa, memerintah, dan
menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan
oleh orangtua, maka orangtua tidak segan-segan untuk menghukum
anaknya. Orangtua juga tidak mengenal kompromi, dan dalam
komunikasi biasanya bersifat satu arah. Disamping itu, orangtua tidak
memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai
keinginan anaknya.
c. Pola asuh permisif
Pola asuh permisif atau biasa disebut pemanja biasanya
memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan
kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan
yang cukup dari orangtua. Mereka cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat
sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orangtua tipe
ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.
d. Pola asuh penelantar
Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe penelantar. Orangtua tipe
ini umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada
anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan
-
22
pribadi mereka, seperti bekerja, dan kadang kala biayapun dihemat-
hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku
penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang
depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik
maupun psikis pada anak-anaknya.
Sehingga dari macam pola asuh yang diterapkan oleh orangtua,
masing-masing terdapat dampak yang terjadi pada anak. Karakteristik-
karakteristik anak dalam kaitannya dengan pola asuh orangtua,
diantaranya:
a. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan
teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal
baru, dan kooperatif terhadap orang-orang lain.
b. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,
pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar
norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
c. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
implusif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang
sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
d. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
moody, implusive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau
mengalah, self esteem yang rendah, sering bolos, dan bermasalah
dengan teman.
-
23
Dari karakteristik-karakteristik tersebut, sebagai orangtua dapat lebih
mawas diri, karena apabila orangtua memahami pola asuh mana yang
cenderung diterapkan, maka orangtua dapat segera merubahnya. Orangtua
dapat melihat, bahwa harga diri anak yang rendah terutama disebabkan
karena pola asuh orangtua yang penelantar.
Dalam diri anak juga perlu ditanamkan karakter-karakter positif yang
akan mendorong anak untuk melakukan hal-hal yang terbaik dalam setiap
urusannya di dunia maupun di akhirat, seperti sifat jujur, optimisme,
keuletan, kemandirian, keberanian, kelembutan, kasih sayang dan
sebagainya. Karakter-karakter yang demikian sangat diperlukan bagi
setiap individu terlebih lagi dalam menghadapi zaman serba kompleks ini.
Seperti dalam syair di bawah ini, yang dapat dipahami oleh para
orangtua dalam mendidik anak, diantaranya:
Bila anak sering dikritik, ia belajar mengumpat
Bila anak sering dikritik, ia belajar berkelahi
Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu
Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar
Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai
Bila anak mendapat haknya, ia belajar bertindak adil
Bila anak merasa aman, ia belajar percaya
Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menyukai dirinya
Bila anak diterima dan diakrabi, ia akan menemukan cinta
-
24
(karya: Dorothy Law Notle dalam syair Children Learn What They Live)18
Hal diatas juga senada dengan syair yang diungkapkan Rakhmat
dalam psikologi komunikasi, yang berbunyi:
Jika anak dibesarkan dengan celaan,
Ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
Ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
Ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
Ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
Ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,
Ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian,
Ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,
Ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan,
Ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,
18 Labib, MZ, Menciptakan Keluarga Sakinah Dalam Pandangan Islam, (Surabaya:
Bintang Usaha Jaya, 2006), hlm. 105
-
25
Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
(Karya: Dorothy Law Notle dalam syair Children Learn What They Live)19
Menurut syair di atas menjelaskan bahwa orangtua dalam mendidik
anak tidak menggunakan cara yang dapat menyebabkan anak merasa tidak
disenangi, tidak dihargai, tidak diperhatikan bahkan merasa dibedakan
dengan saudara yang lain, karena akan berdampak tidak baik bagi anak.
Dalam sebuah hadits bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda:
: )(
Artinya: Tidak ada sesuatu pemberian (hadiah) dari orangtua kepada anak-anaknya yang
lebih utama ketimbang mengajarkan budi pekerti yang baik kepada mereka (HR.
Turmudzi).
Menurut Bolson, pola asuh orangtua dapat digolongkan dalam tiga
tipe, diantaranya:20
a. Otoriter
Orangtua berada dalam posisi sebagai arsitek. Orangtua dengan
cermat memutuskan bagaimana individu harus berperilaku,
memberikan hadiah atau hukuman agar perintah orangtua ditaati.
Tugas dan kewajiban orangtua tidak sulit, tinggal menentukan apa
yang didinginkan dan harus dikerjakan atau yang tidak boleh
dilakukan oleh anak-anak mereka.
19 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: CV. Remaja Karya, 1986), hlm.
128-129 20
Andrie, Winarti & Utami, Pola Asuh Orangtua dan Nilai-nilai Kehidupan yang Dimiliki oleh Remaja (Fenomena: Jurnal Psiklogi, 2001), hlm. 71
-
26
b. Demokratis
Tipe ini bercirikan adanya kebebasan dan ketertiban, orangtua
memberikan arahan atau masukan-masukan yang sifatnya tidak
mengikat kepada anak. Dalam hal ini orangtua bersifat objektif,
perhatian dan kontrol terhadap perilaku anak-anaknya. Sehingga
orangtua dapat menyesuaikan dengan kemampuan anak.
c. Permisif
Orangtua biasanya bertindak menghindari adanya konflik ketika
orangtua merasa tidak berdaya untuk mempengaruhi anak. Akibatnya,
orangtua membiarkan perbuatan-perbuatan salah yang dilakukan anak.
Dalam hal ini orangtua kurang dapat membimbing terhadap anak,
karena anak dibiarkan melakukan tindakan sesuka hati dan tidak ada
kontrol dari orangtua.
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang demokratis, akan
membuat anak mudah bergaul, aktif dan ramah tamah. Anak belajar
menerima pandangan orang lain, belajar dengan bebas mengemukakan
pandangannya sendiri dan mengemukakan alasan-alasannya. Hal ini bukan
berarti bahwa anak bebas melakukan segala-galanya. Bimbingan kepada
anak tetap diberikan. Anak lebih mudah melakukan kontrol terhadap
sikapnya yang tidak disukai masyarakat, anak juga merasakan kehangatan
pergaulan. Hal ini sesuai dalam Al-Quran, yaitu:
r&u y7 s? u t / t% F{$#
-
27
Artinya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (QS. Asy-
Syuraa; 214)21
Pada keluarga yang menerapkan pola asuh bebas, sering membiarkan
tindakan anak, maka akan membuat anak tidak aktif dalam kehidupan
sosial, dan dapat dikatakan anak menarik dir dari kehidupan sosial mereka.
Dari ketiga jenis pola asuh itu, Baldwin mengatakan bahwa tipe
demokratis merupakan cara yang terbaik untuk diterapkan oleh orangtua
bagi anaknya untuk memberikan kemampuan menyesuaikan diri. Namun
demikian, cara susunan keluarga ini kenyataannya tidak terbagi secara
tajam berdasarkan ciri-ciri keluarga dalam tiga tipe tersebut. Terbanyak
adalah campuran dari tiga tipe, dalam hal ini ditentukan mana yang paling
menonjol yang ada dalam susunan suatu keluarga.22
Berdasarkan beberapa uraian tentang macam-macam pola asuh
orangtua di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pola asuh yang
diterapkan oleh setiap orangtua sangtlah beragam, diantaranya; tipe
demokratis, otoriter, dan permisif. Tipe demokratis (orangtua bersikap
ramah terhadap anak) akan menghasilkan karakteristik anak yang baik
karena dapat mengontrol diri, sedangkan tipe otoriter (orangtua tidak
mengenal kompromi terhadap anak) akan menghasilkan karakteristik anak
yang penakut, suka melanggar norma, serta untuk tipe permisif (orangtua
memberikan pengawasan yang kurang terhadap anak) akan menghasilkan
21 Al-Quran dan Terjemahannya, op.cit, hlm 742
22 Notosudirjdo & Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan ( Malang: UMM
Press. 2005), hlm. 176.
-
28
karakteristik anak yang manja dan tidak mandiri. Penerapannya ini sesuai
dengan kesepakatan dalam suatu keluarga tersebut.
4. Pentingnya Pola Asuh Bagi Anak
Orangtua sebagai pendidik, mempunyai peranan yang sangat penting
dalam pendidikan anaknya. Karena dalam keluarga, anak pertama kali
mengenal pendidikan untuk mengembangkan segala potensi dasarnya,
baik potensi agama, sosial maupun budaya. Oleh karena itu, peran
orangtua dalam membimbing dan mendidik anak serta menyelamatkan
anak merupakan tujuan yang utama. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT yang berbunyi:
$ pr' t t% !$# (# t# u (# % / 3| r& /3= r& u #Y$t $y %u $ 9$# u$ yft :$#u $ p n= t s3 n=t #y t t !$# !$t tt r& t =y t u $ t ts
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. At-Tahrim; 6)23
Menurut ayat tersebut diatas diketahui bahwa orangtua sebagai
pemimpin dalam keluarga, bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.
Sebagaimana mendidik anak tersebut menjadikan taat kepada Allah SWT
serta berbakti kepada orangtuanya. Ayat tersebut juga mengajarkan kepada
orang-orang yang beriman agar menjaga diri mereka dan keluarganya dari
23 Al-Quran dan Terjemahannya, op.cit, hlm 1148
-
29
siksaan api neraka, yaitu sikasaan Tuhan yang akan ditimpahkan kepada
orang-orang yang berbuat dosa di dunia.
Menurut pendapat Soekanto, sikap orangtua yang baik (ideal)
diterapkan kepada anak adalah:24
a. Orangtua seyogyanya bersikap tindak logis (sabenere), artinya
orangtua dapat membuktikan apa dan mana yang benar dan salah.
Misal: mendidik anak agar dia menjadi orang mandiri dan bertanggung
jawab.
b. Orangtua seyogyanga bersikap tindak etis (samestine), artinya
bersikap tindak didasarkan pada dasar tertentu, sehingga tidak asal saja
(sembrono). Misal: tidak serakah, mampu tidak berkekurangan tetapi
juga tidak serba kelebihan, dan berlarut-larut.
c. Orangtua seyogyanya bersikap tindak estetis (sapenake), artinya
seharusnya orangtua hidup enak, tanpa menyebabkan ketidak enakan
pada pihak lain.
Selain hal diatas, menurut pendapat Kartono dan Andari, sikap
orangtua yang baik adalah:25
a. Orangtua bisa menuntun anak untuk bertanggung jawab dan
menentukan jalan hidupnya sendiri.
24 Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga; Ikhwal Tentang Keluarga, Remaja dan Anak,
cet. Ketiga (Jakarta: PT Rineka Cipta 2004), hlm. 6-7 25
Kartini Kartono dan Jeny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1998), hlm. 187-189.
-
30
b. Orangtua dapat bersikap toleran terhadap implus-implus dan emosi-
emosi anaknya serta bisa memberikan bimbingan penyalurannya
dengan cara yang sehat.
c. Adanya identifikasi anak yang sehat terhadap orangtua, guna
memperkuat kepribadian anak.
d. Orangtua mampu membimbing anak menetukan sikap dan tujuan
hidupnya sendiri agar mandiri dan mampu membangun diri sendiri.
e. Orangtua harus memberikan contoh sikap hidup dan perilaku yang
baik dan menyingkirkan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri
yang negatif (yang tidak sehat).
Tanggung jawab keluarga (orangtua) terhadap pendidikan anak-
anaknya menurut Syam harus berdasarkan pada:26
a. Dorongan (motivasi) cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua
dengan anaknya, yang nantinya mendorong sikap dan tindakan rela
menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk anak.
b. Dorongan (motivasi) kewajiban moral, sebagai konsekuensi
kedudukan orangtua terhadap nilai-nilai religius spiritual yang dijiwai
ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan agama masing-masing.
c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada
gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan
negaranya, bahkan kemanusiaan.
26 Siti Muntamah, 2000, hlm. 53
-
31
Hal tersebut seperti yang difirmankan oleh Allah SWT yang
berbunyi:
4< us? u ] t t$ s%u 4syr' t 4 n?t y# Mu/$#u $u t s9 $# u s x.
Artinya: Dan Ya'qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf", dan kedua matanya menjadi putih karena Kesedihan dan Dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). (QS. Yusuf; 84)27
Pentingnya pola asuh orangtua bagi anak juga dapat dilihat dari cara
mereka melakukan pendampingan terhadap anaknya pada saat belajar,
diantaranya:28
a. Mengajarkan tanggung jawab
Anak perlu mengetahui bahwa sebagai seorang siswa memiliki
tanggung jawab seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah dan mentaati
semua peraturan sekolah. Dengan mengetahui tanggung jawab, anak
akan menjadi percaya diri dan dapat mengorganisir pikirannya sendiri.
b. Harapan tinggi
Anak juga diajarkan bahwa mereka harus memiliki harapan dan
cita-cita yang tinggi, misalnya masuk Universitas. Dengan demikian
mereka akan giat (termotivasi) belajarnya. Hal tersebut untuk
melihatkan harapan yang tinggi dan menumbuhkan motivasi belajar.
27 Al-Quran dan Terjemahannya, op.cit, hlm 466
28 Jordan, Kiat Sukses Orangtua, (Yogyakarta: Dolphin Books, 2006), hlm. 69-73
-
32
c. Melibatkan diri dengan sekolah si anak
Orangtua memiliki tanggung jawab dan peran penting dalam
mencari tahu apa yang terjadi pada anaknya di sekolah. Bertemu
dengan guru-guru di sekolah secara teratur merupakan salah satu cara
keterlibatan orangtua di sekolah.
d. Belajar tidak selalu menyenangkan
Untuk membangun kepribadian anak dalam belajar, anak perlu
diberitahu bahwa belajar tidak selamanya menyenangkan. Orangtua
perlu memberi motivasi seperti penghargaan atau ciuman sayang atas
keberhasilan anak dalam pelajaran yang mereka anggap berat.
e. Memberi waktu untuk bermain dan bersantai
Orangtua dapat memberikan anak waktu untuk bermain agar
mereka bersantai, memberikan waktu untuk menonton televisi
meskipun tidak terlalu lama. Tidak memaksa anak untuk terus-menerus
mengerjakan PR, tugas-tugas sekolah, atau belajar melebihi waktu.
Anak akan bosan dan dapat menimbulkan stres padanya.
Disamping itu juga terdapat sepuluh kunci untuk membantu orangtua
menggunakan metode-metode yang telah terbukti memberikan rasa
eksistensi dan rasa keamanan pada anak-anak, diantaranya:29
a. Memanfaatkan waktu bercengkrama
Kepercayaan diri umumnya dipengaruhi oleh kualitas waktu
yang orangtua habiskan bersama anak, bukan jumlah waktu yang
29 Ibid. hlm. 9-15
-
33
dihabiskan orangtua. Jika kita tidak memberi anak-anak waktu
bercengkrama sepanjang hari, anak akan mulai bertingkah aneh. Anak
menganggap perhatian negatif itu lebih baik daripada merasa
diabaikan. Sehingga orangtua menggunakan tindakan, tidak hanya
sekedar kata-kata.
b. Memberi anak cara-cara yang benar untuk merasa kuat
Cara untuk membantu mereka agar merasa kuat dan bernilai
adalah meminta nasihat mereka, memberi mereka pilihan, mengizinkan
mereka membantu orangtua menyelesaikan perhitungan belanja,
meminta anak memasak (membantu) orangtua berbelanja.
c. Menggunakan konsekuensi-konsekuensi alami
Jika orangtua ikut campur ketika tidak perlu melakukannya,
berarti kita merampok peluang yang dimilik anak untuk belajar dari
konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul akibat perbuatannya.
Dengan membiarkan mereka menghadapi konsekuensi-konsekuensi
ini, orangtua tidak mengganggu hubungan anak dengan terlalu banyak
mengingatkan.
d. Menggunakan konsekuensi-konsekuensi logis
Seringkali konsekuensi-konsekuensi logis muncul jauh di masa
yang akan datang dengan memakai konsekuensi alamiah. Jika itu yang
terjadi, maka konsekuensi-konsekuensi logis memang efektif. Sebuah
konsekuensi untuk anak harus secara logis dikaitkan dengan
perilakunya agar konsekuensi itu berfungsi.
-
34
e. Menjauh dari konflik
Jika anak sedang menguji orangtua melalui perilaku yang
membuat marah atau berbicara tanpa hormat kepada orangtua, maka
langkah terbaik adalah meninggalkan kamar. Tidak pergi dalam
keadaaan marah atau kalah.
f. Memisahkan antara perbuatan dari yang berbuat
Menjauhkan perkataan kepada anak bahwa dia nakal, karena
akan merusak harga dirinya. Membantu anak untuk menyadarinya
bahwa yang dibenci bukan dia melainkan perbuatannya.
g. Bersikap ramah sekaligus tegas
Memastikan bahwa orangtua penuh kasih saat menjemput anak,
namun bertindak tegas dengan menjemput anak secepat mungkin jika
waktunya habis tanpa mengomel lagi.
h. Orangtua dengan tujuan di kepala
Kebanyakan dari Orangtua telah menggunakan pola pikir untuk
dapat mengendalikan situasi dengan sesegera mungkin. Namun hal ini
dapat mengakibatkan anak-anak terlalu dikekang. Sebagai Orangtua
kita berpikir bagaimana agar anak kita menjadi dewasa, maka kita akan
sering merenung dengan cara itu saat mendidik.
i. Bersikap konsisten
Anak akan belajar untuk lebih menghormati orangtua jika
orangtua tersebut serius dengan ucapannya dan lebih bersikap
konsisten pada anak. Hal tersebut seperti firman Allah SWT yang
berbunyi:
-
35
!$ yx. $ u=yr& 6 Z u 6 i (# = Gt 3 n= t $ o Gt#u 6j. t u 6 k=y u |=tG 3 9$# sy6 t:$# u 3 k= y u $ s9 (# 3s? t n= s?
Artinya: Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.(QS. Al-Baqarah; 151)30
Setelah kita telaah beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pentingnya pola asuh orangtua bagi anak adalah bagi penentuan anak
untuk masa depannya, karena orangtua mempunyai tanggung jawab untuk
dapat membimbing dan mengarahkan anak-anaknya kepada hal-hal yang
bersifat positif. Disamping itu, orangtua juga berperan aktif dalam
pendidikan anak, terutama dalam hal pendampingan belajar anaknya.
Kehadiran orangtua pada saat mereka belajar sangat berarti, dengan tujuan
supaya anak dapat termotivasi saat mereka sedang melakukan aktivitas
belajar.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua
Dalam setiap keluarga, terutama orangtua memiliki norma dan alasan
tertentu dalam menerapkan pola asuh kepada anak-anaknya. Menurut
Mussen, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orangtua
yaitu:31
30 Al-Quran dan Terjemahannya, op.cit, hlm 45
31 Mussen, Op.cit, hlm. 392
-
36
a. Lingkungan tempat tinggal
Lingkungan tempat tinggal akan mempengaruhi cara orangtua
dalam menerapkan pola asuh. Hal ini dapat dilihat jika suatu keluarga
yang tinggal di kota besar, kemungkinan orangtua akan banyak
mengontrol anak karena merasa khawatir, misal: melarang anaknya
pergi kemana-mana sendiri. Sedangkan keluarga yang tinggal di
pedesaan, kemungkinan orangtua tidak begitu khawatir anaknya pergi
sendirian.
b. Sub kultur budaya
Budaya di lingkungan tempat tinggal keluarga menetap akan
mempengaruhi pola asuh orangtua. Hal ini dapat dilihat dari pendapat
Bunruws yang menyatakan bahwa banyak orangtua di Amerika Serikat
yang memperkenankan anak-anaknya untuk mempertanyakan tindakan
orangtua dan mengambil bagian dalam argumentasi tentang aturan dan
standart moral. Di Meksiko, perilaku seperti itu akan dianggap tidak
sopan dan tidak pada tempatnya.32
c. Status sosial ekonomi
Status sosial akan mempengaruhi pola asuh orangtua. Keluarga
dari kelas sosial yang berbeda, tentu juga mempunyai pandangan yang
berbeda pula bagaimana cara menerapkan pola asuh yang tepat dan
dapat diterima bagi masing-masing anggota keluarga.
32 Mussen, Op.cit, hlm. 393
-
37
Pendapat di atas juga didukung Mindel yang menyatakan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola asuh orangtua
dalam keluarga, diantaranya:33
a. Budaya setempat
Lingkungan masyarakat di sekitar tempat tinggal memiliki peran
yang cukup besar dalam membentuk arah pengasuhan orangtua
terhadap anaknya. Dalam hal ini mencakup segala aturan, norma, adat
dan budaya yang berkembang di dalamnya.
b. Ideologi yang berkembang dalam diri orangtua
Orangtua yang mempunyai keyakinan dan ideologi tertentu
cenderung untuk menurunkan kepada anak-anaknya dengan harapan
bahwa nantinya nilai dan ideologi tersebut dapat tertanam dan
dikembangkan oleh anak dikemudian hari.
c. Letak geografis dan norma etis
Letak suatu daerah serta norma yang berkembang dalam
masyarakat memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk pola
asuh orangtua. Penduduk pada dataran tinggi tentu memiliki perbedaan
karakteristik dengan penduduk dataran rendah sesuai tuntutan dan
tradisi yang dikembangkan pada tiap-tiap daerah.
d. Orientasi religius
Arah dan orientasi religiusitas dapat menjadi pemicu
diterapkannya pola asuh dalam keluarga. Orangtua yang menganut
33 Walker, Handbook of Clinical Child Psychology, (Canada: A. Wiley-Inter Science
Publication, 1992), hlm. 3
-
38
agama dan keyakinan religius tertentu senantiasa berusaha agar anak
pada akhirnya nanti juga dapat mengikutinya.
e. Status ekonomi
Hal ini juga mempengaruhi pola asuh orangtua. Dengan
perekonomian yang cukup, kesempatan dan fasilitas yang diberikan
serta lingkungan material yang mendukung cenderung mengarahkan
pola asuh orangtua menuju perlakuan tertentu yang dianggap orangtua
sesuai.
f. Bakat dan kemampuan orangtua
Orangtua yang memiliki kemampuan komunikasi dan
berhubungan dengan cara yang tepat dengan anaknya cenderung akan
mengembangkan pola asuh yang sesuai dengan diri anak.
g. Gaya hidup
Suatu norma yang dianut sehari-hari sangat dipengaruhi faktor
lingkungan yang mengembangkan suatu gaya hidup. Gaya hidup
masyarakat di desa dan di kota besar cenderung memiliki ragam dan
cara yang berbeda dalam mengatur interaksi orangtua dan anak.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pola asuh orangtua yaitu adanya hal-hal yang bersifat
internal (seperti: ideologi yang berkembang dalam diri orangtua, bakat dan
kemampuan orangtua, orientasi religius serta gaya hidup) dan eksternal
(seperti: lingkungan tempat tinggal, budaya setempat, letak geografis
-
39
norma etis dan status ekonomi). Hal itu menentukan pola asuh terhadap
anak-anak untuk mencapai tujuan agar sesuai dengan norma yang berlaku.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Ada beberapa
definisi prestasi menurut para ahli adalah sebagai berikut;
Menurut WJS Poerwadarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah
hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).34
Sedangkan menurut Mas'ud Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang
telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati
yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja.35 Sementara Nasrun
Harahap, prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan
kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang
disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.36
Sedangkan menurut Bloom prestasi belajar adalah proses belajar yang
dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan,
pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi.37
Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli di
atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan,
34 WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982),
hlm. 773 35
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional; 1994), hlm. 21
36 Ibid., hlm, 21
37 Reni Kbar Hawadi, Akselerasi (Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta
2004), hlm 68
-
40
namun intinya sama, yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk
itu dapat difahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh
dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok
dalam bidang kegiatan tertentu.
Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-
kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun
kelompok sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar.
Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh
individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku ke arah yang lebih
baik sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat terjadi
melalui usaha mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,
memikirkan, menghayati, meniru, melatih atau mencoba sendiri dengan
pengajaran atau latihan. Adapun perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar tersebut relatif tetap dan bukan hanya perubahan yang bersifat
sementara. Tingkah laku mengalami perubahan menyangkut semua aspek
kepribadian, baik perubahan pengetahuan, kemampuan, keterampilan,
kebiasaan, sikap dan aspek perilaku lainnya.
Agar manusia senantiasa tumbuh dan berkembang, seseorang pasti
memerlukan kegiatan belajar. Sebagian orang beranggapan bahwa yang
dimaksud belajar adalah mencari atau menuntut ilmu. Aliran modern
dewasa ini memberikan pengertian belajar adalah perubahan yang terjadi
dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada
-
41
kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar, misalnya:
perubahan fisik, mabuk gila dan sebagainya.38
Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang
diperoleh, artinya belajar harus dilakukan dengan usaha sendiri adapun
orang lain itu hanya sebagai pembantu atau penunjang dalam kegiatan
belajar agar belajar dapat berjalan dengan baik dan akhirnya hasilnya juga
baik.
Surya menyatakan bahwa pengertian dari belajar adalah suatu
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.39 Dan dalam
bukunya ANITA WOOLFOLK menjelaskan bahwa learning is process
through which experience causes permanent change in knowledge or
behavior.40
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan
tingkah laku yang relatif menetap terjadi sebagai hasil dari pengalaman
atau tingkah laku. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah segala
kejadian yang secara sengaja dialami oleh setiap orang. Sedangkan latihan
merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan setiap orang secara
berulang-ulang.41
38 Pupuh Fathurrohman, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman
Konsep Umum dan Konsep Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), hlm 6 39
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 8
40 Anita Woolfolk., Educational Psychology (Printed in the United States of America
2004). Page.198 41
Muhaimin, Abd Ghofir, Nur Ali Rahman, Strategi Belajar Mengaja, (Surabaya: CV. Citra Media karya anak Bangsa, 1996), hlm. 43
-
42
Menurut Rebber dalam kamus susunannya yang tergolong modern,
Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi.
Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses
memperoleh pengetahuan. Pengetahuan ini biasanya lebih sering dipakai
dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang
kurang repsentatif karena tidak mengikutsertakan perolehan ketrampilan
non kognitif. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in
respons potentiality which occurs as a result of reinforces practice, yaitu
suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatife langgeng sebagai hasil
latihan yang diperkuat.42
Pandangan agama khususnya islam bahwa belajar adalah proses
kerja sistim memori (akal), dan proses dikuasainya pengetahuan dan
ketrampilan oleh manusia. Namun islam, dalam hal penekanannya
terhadap signifikansi fungsi kognitif dan fungsi sensori sebagai alat
penting untuk belajar, sangat belajar seperti halnya, ya'qilun,
yatafakkarun, yubshirun, yasma'un.43
2. Macam-macam Prestasi Belajar
Adapun macam-macam prestasi belajar antara lain;
a. Prestasi yang bersifat kognitif 44
Yang termasuk dalam prestasi yang bersifat kognitif yaitu; ingatan,
pemahaman, penerapan, pengamatan, analisis, sintesis dan lain-lain.
42 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) hlm.
91 43
Ibid., hlm. 101 44
Muhibbin Syah, Op.Cit hlm 154
-
43
Misalnya seorang siswa mampu menyebutkan materi pelajaran yang sudah
dipelajari pada minggu lalu maka siswa tersebut bisa dikatakan potensi
dalam kognitifnya dan lain sebagainya.
b. Prestasi yang bersifat afektif
Yang termasuk dalam prestasi afektif adalah yaitu sikap
menghargai, penerimaan, penolakan dan lain-lain. Misalnya seorang siswa
dapat menunjukkan sikap menerima dan menolak terhadap sustu
pernyataan atau suatu permasalahan dan lain-lain. Itu bisa dikatakan
bahwa siswa mengalami prestasi afektif.
c. Prestasi yang bersifat psikomotorik
Yang termasuk prestasi yang bersifat psikomorik siswa yaitu;
kecakapan ekspresi verbal dan non verbal, ketrampilan bergerak dan
bertindak. Misalnya seorang siswa menerima tentang adab sopan santun
kepada orangtua, maka si anak mengaplikasikan pelajaran tersebut ke
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
a. Internal siswa
Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, termasuk
kedalam faktor internal, yakni faktor dari diri dalam siswa. Faktor ini
terdiri dari dua aspek antara lain: 45
45 Ibid., hlm. 127
-
44
1) Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis yang mempengaruhi belajar berkenaan dengan
keadaan dengan keadaan dan kondisi umum jasmani seseorang,
misalnya menyangkut kesehatan atau kondisi tubuh, seperti sakit atau
terjadinya gangguan pada fungsi-fungsi tubuh. Aspek ini juga
menyangkut kebugaran tubuh. Tubuh yang kurang prima, akan
mengalami kesulitan belajar. Untuk menjaga kondisi tubuh, dianjurkan
untuk menjaga atau mengatur pola istirahat yang baik dan mengatur
menu makanan atau mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.
Dalam perspektif Islam makanan yang harus dikonsumsi adalah
makanan yang halal dan baik. Apabila sisiwa terbiasa mengasumsi
makanan yang haram atau tidak baik, akan mengalir darah yang tidak
baik. Kondisi ini sedikit banyak akan mempengaruhi kepada belaja.
Karena di dalam tubuh yang mengalir darah haram, menyebabkan cara
berfikir yang kurang baik, sulit berkonsentrasi, semua itu bisa
terefleksi pada prilaku yang tidak baik dalam belajar.
2) Aspek Psikologis
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang
menentukan terjadi dan tidak terjadinya belajar. Untuk bertindak
belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa
tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik.
-
45
Faktor intern dalam aspek psikologis yang dialami dan dihayati oleh
siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut:46
a. Intellegensi siswa
Intellegensi merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga
jenis, yaitu: pertama. Kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan diri kedalam situasi yang baru denagn cepat dan
efektif Kedua. Mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang
abstrak secara efektif, Ketiga. Mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi juga merupakan
kemampuan psikologis untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan dri dengan dengan lingkungan dengan cara yang
tepat.
Dengan demikian, intelegensi bukan persoalan kualitas otak
saja, melainkan juga kualitas organorgan tubuh yang lainnya.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan dan hasil
belajar.47
b. Perhatian siswa
Gazali dalam Salameto menyatakan bahwa perhatian
merupakan keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itu semata-mata
tertuju kepada suatu objek. Untuk memperoleh hasil belajar yang
baik, siswa harus memberi perhatian pada bahan yang
dipelajarinya, karena apabila bahan pelajaran tidak menjadi
perhatian bagi siswa akan menimbulkan kebosanan, sehingga
46 Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran(Bandung : Penerbit Rineka Cipta,
1997) hlm 238 47
Tohirin. Op.cit., hlm. 129
-
46
yang bersangkutan tidak suka lagi belajar. Supaya timbul perhatian
siswa terhadap bahan pelajaran.
Proses timbulnya perhatian ada dua cara, yaitu perhatian
yang timbul dari keinginan dan bukan dari keinginan (volitional
and nonvolitional attention). Perhatian volitional memerlukan
usaha sadar dari individu untuk menangkap suatu gagasan atau
objek, sedangkan perhatian nonvolisional timbul tanpa kesadaran
kehendak.
Islam memandang perhatian sebagai tindakan penting dan
sifat acuh merupakan aktifitas yang tidak terpuji dan merupakan
tanda tidak bersyukur kepada Allah swt. Berkenaan dengan
perhatian. Al-Qur'an banyak menegaskan agar manusia
memperhatikan ayat-ayat atau tanda-tanda kekuasaannya. Ayat Al-
Qur'an yang menegaskan tentang perhatian antara lain adalah surat
Al-A'araf (7):204.
#s )u % #u ) 9 $# (# tG $$s s9 (#F r& u 3 =y s9 t xq?
Artinya: Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat (QS. Al-Araf; 204)48
c. Sikap siswa
Sikap merupakan kemampuan memberikan penialaian
tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian
adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap
48 Al-Quran dan terjemahannya DEPAG RI. (Semarang; Karya Toha Putra). Hlm. 336
-
47
menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh
kesempatan belajar.49 Dan sikap dalam siswa yakni adakalanya
positif dan negatif sikap siswa yang positif terutama kepada anda
dan mata pelajaran yang anda sajkan merupakan, sikap negative
siswa terhadap anda dalam mata pelajaran anda, apalagi serta
diiringi dengan kebencian kepada anda dan mata pelajaran anda
dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.50
d. Bakat siswa
Bakat adalah kemampuan potensional yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang.
Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki
bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai
ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi,
secara global itu bakat mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya
seorang anak yang berintelegensi sangat cerdasdisebut juga
sebagai anak talented child. Yakni anak berbakat. Dan dalam
perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.51
e. Minat siswa
Hilgard menyatakan minat adalah : interestis persiting
tendency to pay attention to and enjoy some activity or content.
49 Dimyati. Op.cit., hlm. 239
50 Muhibbin Syah. Op.Cit., hlm. 135
51 Ibid., hlm 135
-
48