pengaruh proporsi tepung jantung pisang, tepung …
TRANSCRIPT
i
PENGARUH PROPORSI TEPUNG JANTUNG PISANG, TEPUNG JAGUNG DAN TEPUNG SINGKONG TERMODIFIKASI TERHADAP MUTU COOKIES
ARTIKEL ILMIAH
OLEH
NUR ALYA OKTAVIANI
J1A014082
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM 2018
ii
1
PENGARUH PROPORSI TEPUNG JANTUNG PISANG, TEPUNG JAGUNG DAN TEPUNG
SINGKONG TERMODIFIKASI TERHADAP MUTU COOKIES
[The Effect of Banana Bud Flour, Corn Flour and Modified Cassava Flour Proportion On the Quality of
Cookies]
Nur Alya Oktaviani1) , Zainuri2), dan Yeni Sulastri2)
1)Mahasiswa Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindiustri Universitas Mataram 2)Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindiustri Universitas Mataram
Email: [email protected]
ABSTRACT
The aim of this research was to determine the effect of banana bud flour, corn flour and modified cassava flour (MOCAF) proportion on the quality of cookies. The experiment method used in this research was Completely Randomized Design (CRD) with one factor consisting of 6 treatments: P0 (Banana bud flour 0% : Corn flour 0% : Mocaf 100%), P1 (Banana bud flour 5% : Corn flour 80% : Mocaf 15%), P2 (Banana bud flour 10% : Corn flour 75% : Mocaf 15%), P3 (Banana bud flour 15% : Corn flour 70% : Mocaf 15%), P4 (Banana bud flour 20% : Corn flour 65% : Mocaf 15%) and P5 (Banana bud flour 25% : Corn flour 60% : Mocaf 15%) with three replications. The data were analyzed using Analysis of Variance at significant 5% using Co-Stat software. Further analysis was done using Honestly Significant Difference (HSD). The results showed that the proportion of banana bud flour, corn flour and mocaf had significant effect on the moisture content, ash content, crude fiber content, and protein content, color (hedonic and scoring), texture (hedonic), taste (hedonic and scoring) and odor (hedonic and scoring), but had not significant effect in the texture assessed with scoring test. The treatment of P1 (Banana bud flour 5% : Corn flour 80% : Mocaf 15%) was the best treatment whixh produced cookies that fulfil the quality standar requirement based on the SNI 01-2973-1992, with the moisture content 3,60%, ash content 1,46%, crude fiber content 7,39%, protein content 6,39%, crispy texture, the taste and odor were slightly liked by panelist.
Keywords : Banana bud flour, cookies, corn flour and mocaf.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengkaji pengaruh proporsi tepung jantung pisang, tepung jagung dan tepung singkong termodifikasi (modified cassava flour=MOCAF) terhadap mutu cookies. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang terdiri atas 6 perlakuan yaitu P0 (Tepung Jantung Pisang 0% : Tepung Jagung 0% : Mocaf 100%), P1 (Tepung Jantung Pisang 5% : Tepung Jagung 80% : Mocaf 15%), P2 (Tepung Jantung Pisang 10% : Tepung Jagung 75% : Mocaf 15%), P3 (Tepung Jantung Pisang 15% : Tepung Jagung 70% : Mocaf 15%), P4 (Tepung Jantung Pisang 20% : Tepung Jagung 65% : Mocaf 15%) dan P5 (Tepung Jantung Pisang 25% : Tepung Jagung 60% : Mocaf 15%) dengan 3 kali ulangan. Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis keragaman (ANOVA) pada taraf 5% menggunakan software Co-Stat, apabila terdapat perbedaan maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi penggunaan tepung jantung pisang, tepung jagung dan mocaf memberikan pengaruh yang berbeda nyata kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar protein, warna (hedonik dan skoring), tekstur (hedonik), rasa (hedonik dan skoring) dan aroma(hedonik dan skoring), namun memberikan pengaruh yang tidak berbeda terhadap tekstur yang diuji dengan metode skoring. Perlakuan P1 (Tepung Jantung Pisang 5% : Tepung Jagung 80% : Mocaf 15%) merupakan perlakuan terbaik yang menghasilkan cookies yang memenuhi syarat mutu sesuai SNI 01-2973-1992 dengan kadar air 3,60%, kadar abu 1,46%, kadar serat kasar 7,39 dan kadar protein 6,39%, warna kuning kemerahan, tekstur renyah, rasa dan aroma agak disukai oleh panelis.
Kata kunci : Cookies, Mocaf, Tepung Jagung, Tepung Jantung Pisang.
2
PENDAHULUAN
Tanaman pisang merupakan salah satu
tanaman yang sangat populer dan cukup
berpotensi di Indonesia. Produksi pisang di NTB
menempati kedudukan tertinggi kedua setelah
buah mangga, yaitu pada tahun 2013 mencapai
58.684 ton (BPS NTB, 2013), dan pada tahun
2015 mengalami sedikit penurunan sebesar
57.702 ton dengan produksi terbanyak
dihasilkan oleh kabupaten Lombok Barat sebesar
21.298 ton (BPS NTB, 2015). Di Indonesia,
tanaman pisang adalah tanaman yang memiliki
banyak kegunaan, selain daging buahnya
sebagai bahan konsumsi, bunganya yang lebih
dikenal dengan nama jantung pisang juga dapat
diolah namun masih sangat terbatas dan belum
optimal. Pengolahan jantung pisang yang
biasanya dilakukan adalah hanya sebatas
pengolahan sederhana, seperti diolah menjadi
sayur tumis jantung pisang atau sebagai
campuran dalam makanan ternak, bahkan sering
dibuang begitu saja, padahal jantung pisang
sangat kaya akan kandungan gizi.
Kandungan gizi per 100 gram jantung
pisang segar menurut Direktorat Gizi
Departemen Kesehatan RI (1992) yaitu energi
31 kkal, protein 1,2 g, lemak 0,3 g, karbohidrat
7,1 g, kalsium 3,0 mg, fosfor 50 mg, zat besi 0,1
mg, vitamin A 170 mg, vitamin B1 0,05 mg,
vitamin C 10 mg, air 90,2 g dan bahan yang
dapat dimakan 25%. Komponen penting lainnya
yang terdapat pada jantung pisang adalah serat
yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Menurut Aspiatun (2004) jantung pisang kepok
giling dalam 100 gram mengandung serat
pangan total 12,2% berat basah atau 75,3 %
berat kering. Tingginya kandungan serat pada
jantung pisang menjadi salah satu peranan
penting karena serat diperlukan dalam
membantu memperlancar saluran pencernaan
dan dapat dijadikan sebagai pangan alternatif
bagi penderita diabetes dan program diet (Dinas
Kehutanan Provinsi Jawa Barat, 2014). Dengan
kandungan gizi yan tinggi tersebut, jantung
pisang dapat dimanfaatkan sebagai produk
pangan.
Produk pangan yang berpotensi dalam
pemanfaatan jantung pisang yaitu mengubahnya
menjadi tepung yang dapat dijadikan sebagai
bahan tambahan dalam pembuatan pangan
seperti cookies. Cookies merupakan makanan
yang cukup populer sebagai alternatif makanan
selingan dan tersebar luas di berbagai lapisan
masyarakat di Indonesia dan disukai oleh
hampir semua tingkat umur (Marissa, 2010).
Pada umumnya dalam pembuatannya, cookies
berbahan dasar tepung terigu, tepung beras,
tepung dari kacang-kacangan dan tepung umbi-
umbian. Cookies dapat bersifat fungsional bila
didalam proses pembuatannya ditambahkan
bahan yang mempunyai aktifitas fisiologis
dengan memberikan efek positif bagi kesehatan
tubuh misalnya cookies yang diperkaya serat,
kalsium atau provitamin A (Muchtadi dan Wijaya,
1996). Kandungan serat pada jantung pisang
tidak cukup untuk digunakan dalam pembuatan
cookies sehingga membutuhkan bahan lainnya
yang dapat memperbaiki tekstur cookies. Bahan
yang berpotensi digunakan untuk memperbaiki
tekstur cookies adalah jagung.
Jagung memiliki nilai gizi yang cukup
memadai dan dimanfaatkan sebagai tepung
komposit maupun substitusi bagi makanan yang
menggunakan terigu seperti cookies. Cookies
atau kue kering tidak memerlukan bahan yang
volumenya dapat mengembang besar
(kandungan gluten tinggi), sehingga dapat
memanfaatkan tepung jagung yang hanya
mengandung gluten kurang dari 1%. Komponen
utama yang terdapat dalam jagung adalah
karbohidrat sebesar 60% diikuti dengan lemak
dan protein. Karbohidrat utama pada jagung
hibrida adalah pati yang terdiri dari amilosa
(1000 unit glukosa) 70-75% dan amilopektin
(lebih dari 40.000 unit glukosa) (Inglet 1970
diacu dalam Lopulalan 2008). Pati yang terdapat
pada tepung jagung dapat memperbaiki tekstur
cookies yang mudah patah. Adanya air dalam
adonan akan menyebabkan pati mengalami
penyerapan air, sehingga granula pati akan
mengembang. Bila dalam keadaan tersebut
dipanaskan pati akan tergelatinisasi, gel pati
akan mengalami proses dehidrasi sehingga
3
akhirnya membentuk kerangka yang kokoh
(Handayani, 1987). Dalam pembuatan cookies
masih dibutuhkan bahan pengikat sehingga
didalam penelitian ini masih menggunakan
tepung singkongkong termodifikasi (Modified
cassava flour) dengan jumlah yang sangat
minimal.
Hasil penelitian Marissa (2010)
menunjukkan bahwa formulasi cookies tepung
jagung dan tepung terigu terbaik yaitu pada
formulasi 80:20 dengan kadar pati 54,31% dan
kadar serat kasar 1,52%, sedangkan penelitian
Ariantya (2016) menunjukkan bahwa cookies
dengan kombinasi tepung terigu, pati batang
aren dan tepung jantung pisang dengan kualitas
terbaik yaitu pada perbandingan 70:25:5 dengan
kadar serat kasar cukup tinggi sebesar 8,230%.
Hasil penelitian Mulyani, dkk (2015)
menunjukkan bahwa cookies dengan formulasi
tepung bekatul dan mocaf terbaik yaitu pada
perbandingan 40:60 dengan kadar air 4,01%
dan kadar protein 3,82%. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui proporsi tepung
jantung pisang, tepung jagung dan tepung
singkong termodifikasi yang tepat dalam
pembuatan cookies sehingga diperoleh mutu
cookies yang sesuai menurut SNI.
METODOLOGI
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada
pembuatan cookies adalah jagung hibrida yang
diperoleh dari petani jagung hibrida di Sumbawa
Besar, jantung pisang kapok yang diperoleh dari
petani pisang kapok di Lingsar dan Gerung
Lombok Barat, mocaf, kuning telur ayam ras,
gula halus merk SUPER, garam halus, susu skim
merk DANCOW, mentega merk FORVITA, baking
powder merk CENDRAWASIH, vanili, aquades,
K2SO4, H2SO4 pekat, NaOH 45% dan HCl.
Alat-alat yang digunakan dalam
pembuatan tepung jantung pisang, tepung
jagung dan cookies adalah botol timbang, panci,
huller, roller, kompor, krus porselin, kuvet,
baskom, pengaduk (mixer), oven listrik,
desikator, timbangan analitik, pisau stainless
steel, ayakan 80 mesh, eksikator, labu ukur,
pipet, cetakan kue, Loyang, erlenmeyer, lap,
piring, panelis dan quisioner, alat colorimeter
(MSEZ User Manual) untuk nilai L, a, b.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan
Mei 2018 yang dilaksanakan di Laboratorium
Teknologi Pengolahan Fakultas Teknologi
Pangan dan Agroindustri untuk pembuatan
cookies, Laboratorium Pengendalian Mutu
Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
untuk uji sensoris dan uji warna fisik,
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak
Nonruminansia Fakultas Peternakan Universitas
Mataram untuk analisis kadar air, kadar abu,
kadar serat kasar dan kadar protein.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan tiga tahapan
pengerjaan yaitu tahapan pembuatan tepung
jantung pisang, pembuatan tepung jagung, dan
pembuatan cookies.
Pembuatan Tepung Jantung Pisang
Jantung pisang yang akan dibuat tepung
adalah jantung pisang kepok, jantung pisang
dikupas menggunakan pisau kemudian dibuang
bagian kelopak luar sampai hingga mendapatkan
bagian dalam yang berwarna putih, diiris
jantung pisang sebesar ±1 mm melebar,
sehingga menghasilkan irisan tipis-tipis,
kemudian blanching dilakukan selama ± 10
menit pada suhu 800C – 1000C, penjemuran
dilakukan di bawah sinar matahari selama ± 6
jam, jantung pisang yang sudah kering digiling,
kemudian diayak dengan ayakan ukuran 80
mesh.
Pembuatan Tepung Jagung
Jagung dengan jenis jagung hibrida
yaitu jagung tongkol kering dengan kadar air
sekitar 12%, dilakukan pengupasan untuk
membersihkan jagung dari kulitnya serta dari
cemaran yang ada seperti kotoran dan rambut
jagung, kemudian dilakukan pemipilan secara
4
manual menggunakan tangan, jagung digiling
dengan menggunakan mesin huller kemudian
dilakukan pengayakan dengan ayakan ukuran 80
mesh, tepung jagung dikemas dalam kantong
plastik jenis polypropylene (PP).
Pembuatan cookies
Dicampur margarine, gula, garam halus,
baking powder dalam wadah dan dilakukan
pengocokan menggunakan mixer selama 4 – 5
menit, ditambahkan kuning telur dan dikocok
menggunakan mixer dengan kecepatan rendah
selama 5 menit, ditambahkan susu skim, tepung
jantung pisang, tepung jagung dan mocaf,
kemudian diulen selama 3 – 5 menit, adonan
kemudian dibentuk menjadi lembaran
menggunakan roller pin dari kayu dengan
ketebalan ± 0,5 cm, dilakukan penggilingan dan
pencetakan adonan dilakukan menggunakan
cetakan kue berbentuk bulat dengan diameter 3
cm, Pemanggangan dilakukan dengan suhu
150oC selama 12 menit, cookies dikemas
menggunakan toples plastik.
Parameter Penelitian
Parameter yang diamati dalam penelitian
ini meliputi kadar air dengan metode
thermogravimetri (Sudarmadji dkk, 1984), kadar
abu dengan metode oven (Sudarmadji dkk,
1984), kadar serat kasar dengan metode
gravimetri (Sudarmadji dkk, 1984), kadar protein
dengan metode kjeldahl (Sudarmadji dkk, 1984).
Parameter fisik warna menggunakan colorimeter
(MSEZ User Manual) (Hunchting, 1999)
Sedangkan parameter sensoris meliputi warna,
tekstur, rasa dan aroma dilakukan dengan
menggunakan uji hedonik dan uji skoring
(Rahayu, 1998).
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Metode yang digunakan pada penelitian
ini adalah metode eksperimental di laboratorium.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 1 faktor yaitu proporsi tepung
jantung pisang, tepung jagung dan tepung
singkong termodifikasi (Modified cassava
flour=Mocaf) terdiri dari 6 aras:
P0 = TJP 0% : TJ 0% : M 100%
P1 = TJP 5% : TJ 80% : M 15% P2 = TJP 10% : TJ 75% : M 15%
P3 = TJP 15% : TJ 70% : M 15%
P4 = TJP 20% : TJ 65% : M 15% P5 = TJP 25% : TJ 60% : M 15% Keterangan TJP = Tepung Jantung pisang TJ = Tepung Jagung M = Mocaf
Masing-masing perlakuan diulang
sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh 18 unit
percobaan. Data hasil pengamatan dianalisis
dengan analisis keragaman ANOVA (Analysis Of
Varience) pada taraf 5% menggunakan software
Co- Stat, dan apabila terdapat perbedaan maka
diuji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) (Hanafiah,
2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
Mutu Kimia, Fisik dan Organoleptik
Hasil pengamatan terhadap mutu
cookies parameter kimia terdiri atas : kadar air,
kadar abu, kadar serat kasar dan kadar protein,
parameter fisik terdiri atas warna serta
parameter organoleptik. Hasil analisis
keragaman (ANOVA) pada taraf 5% untuk setiap
parameter dapat dilihat pada Tabel 1, 2 dan 3.
Tabel 1.Data Hasil Analisis Keragaman Pengaruh
Proporsi Tepung Jantun Pisang, Tepung Jagung dan Mocaf Terhadap Mutu Kimia
Cookies
Parameter Signifikansi
Kadar Air S
Kadar Abu
Kadar Serat Kasar Kadar Protein
S
S S
Keterangan: NS= Non Signifikan S= Signifikan
Tabel 2.Data Hasil Analisis Keragaman Pengaruh
Proporsi Tepung Jantun Pisang, Tepung Jagung dan Mocaf Terhadap Mutu Fisik
Cookies Parameter Signifikansi
Warna S Keterangan: NS= Non Signifikan S= Signifikan
5
Tabel 3.Data Hasil Analisis Keragaman Pengaruh
Proporsi Tepung Jantun Pisang, Tepung Jagung dan Mocaf Terhadap Mutu
Organoleptik Hedonik dan Skoring Cookies
Parameter Signifikansi
Hedonik Skoring
Warna
Tekstur Rasa
Aroma
S
S S
S
S
NS S
S Keterangan: NS= Non Signifikan S= Signifikan
Parameter Kimia
Kadar Air
Perlakuan pengaruh proporsi tepung
jantung pisang, tepung jagung dan mocaf
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap kadar air cookies yang dapat dilihat
pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Pengaruh Proporsi Tepung Jantung Pisang, Tepung Jagung dan Mocaf Terhadap Kadar Air Cookies
Gambar 1 menunjukkan bahwa, kadar
air cookies tertinggi terdapat pada perlakuan P0
(Mocaf 100%) sebesar 5,03%, sedangkan kadar
air cookies terendah terdapat pada perlakuan P2
(Tepung Jantung Pisang 10% : Tepung Jagung
75% : Mocaf 15%) sebesar 3,15%. Semakin
tinggi proporsi tepung jantung pisang dan
semakin rendah proporsi tepung jagung yang
ditambahkan, kadar air cookies yang dihasilkan
cenderung semakin meningkat. Hal ini karena
tepung jantung pisang memiliki kandungan serat
yang tinggi. Menurut Sari (2015), bahwa serat
dapat mengikat molekul air saat pengulenan
adonan biscuit. Air yang terikat akan diuapkan
sehingga akan meningkatkan rongga-rongga
udara pada biskuit pada saat pemanasan.
Semakin banyak rongga udara yang terbentuk,
maka pada saat penyimpanan sebelum analisis
dilakukan, air yang terperangkap dalam biskuit
akan semakin banyak.
Kadar air cookies pada perlakuan P0
(Mocaf 100%) paling tinggi dikarenakan bahan
baku yang digunakan merupakan tepung mocaf
yang mengandung karbohidrat polisakarida yaitu
pati. Menurut Salim (2011), kandungan pati
dalam 100 gram tepung mocaf yaitu 87,3%.
Menurut Harzau dan Teti (2013), Pati
merupakan salah satu komponen penting dalam
menentukan besarnya nilai daya serap air. Pati
merupakan senyawa hidrofilik. Granula pati
memiliki kemampuan menyerap air yang sangat
besar karena jumlah gugus hidroksil pati yang
sangat besar, oleh karena itu semakin tinggi pati
maka kadar airnya semakin besar. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Ariantya (2016),
menyebutkan bahwa semakin rendah proporsi
pati batang aren yaitu berkisar 25% sampai
dengan 15% dan proporsi tepung jantung
pisang yang semakin tinggi berkisar 5% sampai
dengan 15% menghasilkan kadar air cookies
yang semakin meningkat yaitu berkisar antara
4,22% sampai dengan 4,94%.
Secara umum, kadar air yang dihasilkan
pada produk cookies dengan proporsi tepung
jantung pisang, tepung jagung dan mocaf telah
memenuhi syarat SNI No. 01-2973-1992. Syarat
mutu cookies berdasarkan SNI No. 01-2973-
1992 untuk kadar air yaitu maksimal 5%.
Kadar Abu
Perlakuan pengaruh proporsi tepung
jantung pisang dan tepung jagung dan mocaf
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap kadar abu cookies yang dapat dilihat
pada Tabel 1 dan Gambar 2.
5.03 a
3.60b 3.15b
3.54b
4.56a 4.58a
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0;0;100 5;80;15 10;75;15 15;70;15 20;65;15 25;60;15
Ka
da
r A
ir (
%)
Perlakuan
Proporsi Tepung Jantung Pisang : Tepung Jagung : Mocaf (%)
6
Gambar 2. Grafik Pengaruh Proporsi Tepung Jantung Pisang, Tepung Jagung dan Mocaf Terhadap Kadar Abu Cookies
Gambar 2 menunjukkan bahwa, kadar
abu cookies tertinggi terdapat pada perlakuan P5
(Tepung Jantung Pisang 25% : Tepung Jagung
60% : Mocaf 15%) sebesar 2,27%, sedangkan
kadar abu cookies terendah terdapat pada
perlakuan P0 (Mocaf 100%) sebesar 0,67%.
Secara umum, semakin tinggi proporsi tepung
jantung pisang yang ditambahkan, maka kadar
abu yang dihasilkan semakin meningkat. Hal ini
disebabkan karena kadar abu dari tepung
jantung pisang yang tinggi yaitu sebesar 6,97%.
Selain itu, besarnya nilai kadar abu cookies
dipengaruhi oleh besarnya jumlah mineral yang
terkandung dalam bahan. Menurut Fatkurahman,
dkk (2012), yang menyatakan bahwa besarnya
kadar abu pada suatu produk pangan
bergantung pada besarnya kandungan mineral
bahan yang digunakan dan apabila kadar abu
melebihi dari standar mutu yang ada maka akan
mempengaruhi warna cookies yang dihasilkan.
Tepung jantung pisang mengandung banyak
mineral. Menurut Direktorat Gizi Departemen
Kesehatan RI (1992), mineral yang terkandunng
dalam jantung pisang per 100 gram yaitu
kalsium 3,0 mg, fosfor 50 mg dan zat besi 0,1
mg sehingga semakin tinggi proporsi tepung
jantung pisang maka kadar abu yang dihasilkan
semakin meningkat.
Hal ini sesuai dengan penelitian Ariantya
(2016) menyatakan bahwa, semakin tinggi
proporsi tepung jantung pisang, maka semakin
meningkat kadar abu yang dihasilkan yaitu
berkisar antara 0,98%-1,86%. Syarat mutu
cookies berdasarkan SNI No. 01-2973-1992
untuk kadar abu yaitu maksimal 1,5%. Secara
umum, kadar abu pada perlakuan P0 (Mocaf
100%) dan P1 (Tepung Jantung Pisang 5% :
Tepung Jagung 80%: Mocaf 15%) telah
memenuhi syarat SNI No. 01-2973-1992.
Namun, semakin meningkatnya proporsi tepung
jantung pisang, kadar abu yang dihasilkan
semakin meningkat pula sehingga melebihi
syarat SNI No. 01-2973-1992.
Kadar Serat Kasar
Perlakuan pengaruh proporsi tepung jantung pisang, tepung jagung dan mocaf
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar serat kasar cookies yang dapat
dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Pengaruh Proporsi Tepung Jantung Pisang, Mocaf Terhadap Kadar Serat Kasar Cookies
Gambar 3 menunjukkan bahwa kadar
serat kasar cookies tertinggi terdapat pada
perlakuan P5 (Tepung Jantung Pisang 25% :
Tepung Jagung 60% : Mocaf 15%) sebesar
9,86%, sedangkan kadar serat kasar cookies
terendah terdapat pada perlakuan P0 (Mocaf
100%) sebesar 5,11%. Secara umum, semakin
tinggi proporsi tepung jantung pisang yang
ditambahkan, maka kadar serat kasar yang
dihasilkan semakin meningkat. Hal ini
disebabkan karena kadar serat kasar dari tepung
jantung pisang yang tinggi yaitu sebesar
22,79%. Hal ini sejalan dengan hasil peneltian
Ariantya (2016), yang menyebutkan bahwa
semakin tinggi proporsi tepung jantung pisang
0.67b
1.46ab
1.75a 1.91a 1.91a
2.27a
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
0;0;100 5;80;15 10;75;1515;70;1520;65;1525;60;15
Ka
da
r A
bu
(%
)
Perlakuan
Proporsi Tepung Jantung Pisang : Tepung Jagung : Mocaf (%)
5.11d
7.39c 8.19bc
9.05ab 9.11ab 9.86a
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
0;0;100 5;80;15 10;75;15 15;70;15 20;65;15 25;60;15
Ka
da
r S
era
t K
asa
r (%
)
Perlakuan
Proporsi Tepung Jantung Pisang : Tepung Jagung : Mocaf (%)
7
maka kadar serat cookies yang dihasilkan
semakin meningkat yaitu berkisar antara 7,50%
sampai dengan 8,77%.
Syarat mutu cookies berdasarkan SNI
No. 01-2973-1992 untuk kadar serat kasar yaitu
maksimal 0,5%. Secara umum, kadar serat kasar
yang dihasilkan pada cookies tidak memenuhi
syarat SNI No. 01-2973-1992 sehingga tepung
jantung pisang kurang cocok digunakan sebagai
bahan dalam pembuatan produk cookies.
Kadar Protein
Perlakuan pengaruh proporsi tepung
jantung pisang, tepung jagung dan mocaf
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap kadar protein cookies yang dapat
dilihat Tabel 1 dan Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Pengaruh Proporsi Tepung Jantung Pisang, Tepung Jagung dan Mocaf Terhadap Kadar Protein Cookies
Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan
bahwa kadar protein cookies tertinggi terdapat
pada perlakuan P5 (Tepung Jantung Pisang 25%
: Tepung Jagung 60% : Mocaf 15%) sebesar
7,74%, sedangkan kadar protein cookies
terendah terdapat pada perlakuan P0 (Mocaf
100%) sebesar 3,20%. Secara umum, semakin
tinggi proporsi tepung jantung pisang dan
semakin rendah proporsi tepung jagung yang
ditambahkan, maka kadar protein yang
dihasilkan semakin meningkat. Hal ini
disebabkan karena kadar protein dari tepung
jantung pisang yang tinggi yaitu sebesar 14,71%
dibandingkan dengan tepung jagung dan tepung
mocaf. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Ariantya (2016), menyatakan bahwa semakin
tinggi proporsi tepung jantung pisang maka
kadar protein cookies yang dihasilkan semakin
meningkat yaitu berkisar 7,88% sampai dengan
8,82%. Kenaikan kadar protein pada cookies
disebabkan karena kandungan protein dalam
bahan baku yaitu tepung jantung pisang cukup
tinggi sebesar 9,14%.
Jika dibandingkan antara kadar protein
cookies dan kadar protein bahan baku maka
terlihat bahwa kadar protein cookies lebih
rendah, hal ini kemungkinan disebabkan karena
adanya denaturasi protein selama
pemanggangan. Menurut Apriyantono (2002),
kebanyakan protein pangan terdenaturasi jika
dipanaskan pada suhu 60-90oC selama satu jam
atau kurang. Denaturasi adalah perubahan
struktur protein dimana pada keadaan
terdenaturasi penuh hanya struktur primer
protein saja yang tersisa, protein tidak lagi
memiliki struktur sekunder, tersier dan
kuartener. Secara umum, kadar protein yang
dihasilkan pada cookies telah memenuhi syarat
SNI No. 01-2973-1992. Syarat mutu cookies
berdasarkan SNI No. 01-2973-1992 untuk kadar
protein yaitu minimal 5%.
Parameter Fisik
Warna
Perlakuan pengaruh proporsi tepung
jantung pisang, tepung jagung dan mocaf
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap warna cookies yang dapat dilihat pada
Tabel 2 dan Gambar 5.
3.20c
6.39b 6.53b 6.86ab 7.30ab
7.74a
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
0;0;100 5;80;15 10;75;1515;70;1520;65;1525;60;15
Ka
da
r P
rote
in (
%)
Perlakuan
Proporsi Tepung Jantung Pisang : Tepung Jagung : Mocaf (%)
8
Gambar 5. Grafik Pengaruh Proporsi Tepung Jantung Pisang, Tepung Jagung dan Mocaf Terhadap Warna Cookies
Gambar 5 menunjukkan bahwa warna
cookies yang dihasilkan oleh semua perlakuan
berkisar 75,80 sampai 83,80 yaitu berwarna
kuning kemerahan (yellow red). Nilai °HUE
tertinggi yakni pada perlakuan P5 (Tepung
Jantung Pisang 25% : Tepung Jagung 60% :
tepung Mocaf 15%) sebesar 83,80 dan nilai
°HUE terendah pada perlakuan P0 (Mocaf
100%) sebesar 75,80. Berdasaran nilai °HUE,
yang membedakan warna cookies yaitu tingkat
kemerahannya yang dapat ditentukan melalui
nilai a dan nilai b yang dihasilkan. Nilai rerata a
untuk perlakuan P5 (Tepung Jantung Pisang
25% : Tepung Jagung 60% : tepung Mocaf
15%) sebesar 3,66 dan dan rerata b sebesar
31,21 sehingga menghasilkan cookies yang
berwarna kuning agak kemerahan yang
ditunjukkan oleh nilai a yang semakin negatif
dan nilai b yang semakin postitif, sedangkan nilai
a untuk perlakuan P0 (Mocaf 100%) sebesar
7,07 dan rerata b sebesar 28,31 sehingga
menghasilkan cookies yang berwarna kuning
kemerahan yang ditunjukkan oleh nilai a yang
semakin positif dan nilai b yang semakin negatif.
Hasil pengujian nilai L pada cookies
menunjukkan bahwa, nilai L tertinggi yakni pada
perlakuan P0 (Mocaf 100%) sebesar 67,87,
sedangkan nilai L terendah yakni pada perlakuan
P5 (Tepung Jantung Pisang 25% : Tepung
Jagung 60% : Mocaf 15%) sebesar 42,04.
Semakin tinggi proporsi tepung jantung pisang
maka nilai L yang dihasilkan semakin menurun
yang menandakan bahwa tingkat kecerahan dari
cookies tersebut semakin rendah. Hal ini diduga
karena tepung jantung pisang yang memiliki
warna kecoklatan yang disebabkan oleh adanya
reaksi browning pada saat pembuatan tepung
jantung pisang.
Parameter Organoleptik
Warna
Perlakuan pengaruh proporsi tepung
jantung pisang, tepung jagung dan mocaf
terhadap sensoris warna cookies dapat dilihat
pada Tabel 3 dan Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Pengaruh Proporsi Tepung Jantung Pisang, Tepung Jagung dan Mocaf Terhadap Warna Cookies
Gambar 6 menunjukkan bahwa, proporsi
tepung jantung piasang, tepung jagung dan
mocaf memberikan pengaruh yang berbeda
nyata terhadap warna cookies yang dihasilkan.
Purata untuk warna hedonik berkisar antara
2,55-4,35. Nilai tertinggi diperoleh pada
perlakuan P0 (Mocaf 100%) dengan nilai 4,35
yaitu kriteria suka dan nilai terendah diperoleh
pada perlakuan P5 (tepung Jantung Pisang 25%
:Tepung Jagung 60% : Mocaf 15%) dengan nilai
2,55 yaitu kriteria tidak suka. Penambahan
tepung jantung pisang dengan proporsi yang
semakin meningkat menyebabkan penurunan
nilai kesukaan panelis. Hal ini disebabkan karena
75.8 76.79 77.97 81.59 82.69 83.29
67.87a
53.63b 49.68bc 49.36bc 46.59bc
42.04c
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0;0;100 5;80;15 10;75;1515;70;1520;65;1525;60;15
war
na
Perlakuan
Proporsi Tepung Jantung Pisang : Tepung Jagung : Mocaf (%)
Nilai Hue Nilai L
4.35a
3.7ab
3.25cd
2.8cd 2.75cd 2.55d
4.9a
3.35b
2.95c
1.9c 1.85c
1.35c
0
1
2
3
4
5
0;0;100 5;80;15 10;75;15 15;70;15 20;65;15 25;60;15
Wa
rna
Perlakuan
Proporsi Tepung Jantung Pisang : Tepung Jagung : Mocaf (%)
Metode Hedonik Metode Skoring
9
warna dari tepung jantung pisang yang
kecokelatan.
Purata untuk warna skoring berkisar
antara 1,35-4,90. Nilai tertinggi diperoleh pada
perlakuan P0 (Mocaf 100%) dengan nilai 4,90
yaitu kriteria krem kecoklatan dan nilai terendah
diperoleh pada perlakuan P5 (Tepung Jantung
Pisang 25% : Tepung Jagung 60% : Mocaf
15%) dengan nilai 1,35 yaitu kriteria cokelat tua.
Hal ini sama dengan metode hedonik yaitu
semakin kecokelatan warna cookies yang
dihasilkan maka akan semakin menurunkan
kesukaan panelis terhadap cookies.
Tekstur
Perlakuan pengaruh proporsi tepung
Jantung pisang, tepung jagung dan mocaf
terhadap tektur cookies dapat dilihat pada Tabel
3 dan Gambar 7.
Gambar 7. Grafik Pengaruh Proporsi Tepung Jantung Pisang, Tepung Jagung dan Mocaf Terhadap Tekstur Cookies
Gambar 7 menunjukkan bahwa, proporsi
tepung jantung piasang, tepung jagung dan
mocaf memberikan pengaruh yang berbeda
nyata terhadap tekstur cookies dengan metode
hedonik, namun tidak berbeda nyata terhadap
tekstur dengan metode skoring. Purata untuk
tekstur hedonik berkisar antara 3,2-4,3. Nilai
tertinggi diperoleh pada perlakuan P0 (Mocaf
100%) dengan nilai 4,3 yaitu kriteria suka dan
nilai terendah diperoleh pada perlakuan P3
(Tepung Jantung Pisang 15% : Tepung Jagung
70% : Mocaf 15%) dengan nilai 3,2 yaitu kriteria
agak suka. Penambahan tepung jantung pisang
dengan proporsi yang semakin meningkat
menyebabkan penurunan nilai kesukaan panelis.
Hal ini disebabkan karena kerenyahan cookies
yang semakin menurun.
Purata untuk tekstur skoring berkisar
antara 3,4-3,95. Nilai tertinggi diperoleh pada
perlakuan P0 (Mocaf 100%) dengan nilai 3,95
yaitu kriteria renyah dan nilai terendah diperoleh
pada perlakuan P3 (Tepung Jantung Pisang 15%
: Tepung Jagung 70% : Mocaf 15%) dengan
nilai 3,4 yaitu kriteria agak renyah. Penambahan
tepung jantung pisang dengan proporsi yang
berbeda tidak mempengaruhi tekstur cookies,
hal ini disebabkan karena tepung jantung pisang
mengandung serat yang tinggi yang dapat
mempengaruhi kerenyahan cookies. Menurut
Sari (2015), bahwa serat dapat memerangkap
molekul air saat adonan biscuit dibuat dalam
bentuk pipih, air yang terperangkap akan
diuapkan dan akan meningkatkan rongga-rongga
udara pada biskuit pada saat pemanasan.
Semakin banyak rongga udara yang terbentuk,
maka pada saat proses rehidrasi dilakukan, air
yang terperangkap dalam biskuit juga semakin
banyak sehingga biskuit menjadi kurang renyah.
Rasa
Perlakuan pengaruh proporsi tepung
Jantung pisang, tepung jagung dan mocaf
terhadap rasa cookies dapat dilihat pada Tabel 3
dan Gambar 8.
4.3a
3.4ab 3.45b 3.2b 3.35b 3.35b
3.95a 3.75a 3.5a 3.85a 3.55a 3.4a
0
1
2
3
4
5
0;0;100 5;80;15 10;75;15 15;70;15 20;65;15 25;60;15
Te
kstu
r
Perlakuan
Proporsi Tepung Jantung Pisang : Tepung Jagung : Mocaf (%)
Metode Hedonik Metode Skoring
10
Gambar 8. Grafik Pengaruh Proporsi Tepung Jantung Pisang, Tepung Jagung dan Mocaf Terhadap Rasa Cookies
Gambar 8 menunjukkan bahwa proporsi
tepung jantung piasang, tepung jagung dan
tepung mocaf memberikan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap rasa cookies yang
dihasilkan. Purata untuk rasa hedonik berkisar
antara 2,85-4,4. Nilai tertinggi diperoleh pada
perlakuan P0 (Mocaf 100%) dengan nilai 4,4
yaitu kriteria suka dan nilai terendah diperoleh
pada perlakuan P5 (Tepung Jantung Pisang 25%
: Tepung Jagung 60% : Mocaf 15%) dengan
nilai 2,85 yaitu kriteria tidak suka. Hal ini
disebabkan karena proporsi tepung jantung
pisang yang semakin meningkat sehingga
semakin menurunkan kesukaan panelis.
Purata untuk rasa skoring berkisar
antara 1,1-3,1. Nilai tertinggi diperoleh pada
perlakuan P5 (Tepung Jantung Pisang 25% :
Tepung Jagung 60% : Mocaf 15%) dengan nilai
3,1 yaitu kriteria agak berasa jantung pisang dan
nilai terendah diperoleh pada perlakuan P1
(Mocaf 100% dengan nilai 1,1 yaitu kriteria
sangat tidak berasa jantung pisang. Hal ini
disebabkan karena rasa yang dominan diperoleh
dari tepung jantung pisang dengan proporsi
25%. Rasa khas yang dimiliki oleh jantung
pisang yaitu rasa berpasir yang disebabkan
karena tingginya kandungan serat dari jantung
pisang.
Aroma
Perlakuan pengaruh proporsi tepung
Jantung pisang, tepung jagung dan mocaf
terhadap Aroma cookies dapat dilihat pada Tabel
3 dan Gambar 9.
Gambar 9. Grafik Pengaruh Proporsi Tepung Jantung Pisang, Tepung Jagung dan Mocaf Terhadap Aroma Cookies
Gambar 9 menunjukkan bahwa proporsi
tepung jantung piasang, tepung jagung dan
mocaf memberikan pengaruh yang berbeda
nyata terhadap aroma cookies yang dihasilkan.
Purata untuk aroma hedonik berkisar antara
3,05-4,1. Nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan
P0 (Mocaf 100%) dengan nilai 4,1 yaitu kriteria
suka dan nilai terendah diperoleh pada
perlakuan P3 (Tepung Jantung Pisang 15% :
Tepung Jagung 70% : Mocaf 15%) dan P5
(Tepung Jantung Pisang 25% : Tepung Jagung
60% : Mocaf 15%) dengan nilai 3,05 yaitu
kriteria agak suka. Hal ini menunjukkan bahwa
aroma cookies dengan penambahan proporsi
tepung jantung pisang yang semakin meningkat
masih dapat diterima oleh panelis.
Purata untuk aroma skoring berkisar
antara 1,15-3,25. Nilai tertinggi diperoleh pada
perlakuan P5 (Tepung Jantung Pisang 25% :
Tepung Jagung 60% : Mocaf 15%) dengan nilai
3,25 yaitu kriteria agak beraroma jantung pisang
dan nilai terendah diperoleh pada perlakuan P1
(Mocaf 100%) dengan nilai 1,15 yaitu kriteria
sangat tidak beraroma jantung pisang. Hal ini
4.4a
3.45b 3.4b 3b 3.25b
2.85b
1.1b
2.35a 2.7a 2.6a 2.55a
3.1a
0
1
2
3
4
5
0;0;100 5;80;15 10;75;1515;70;1520;65;1525;60;15
Ra
sa
Perlakuan
Proporsi Tepung Jantung Pisang : Tepung Jagung : Mocaf (%)
Metode Hedonik Metode Skoring
4.1a
3.55b 3.5b
3.05b 3.15b 3.05b
1.15c
2.35b 2.7ab 2.7ab 2.8ab
3.25a
0
1
2
3
4
5
0;0;100 5;80;15 10;75;1515;70;1520;65;1525;60;15
Aro
ma
Perlakuan
Proporsi Tepung Jantung Pisang : Tepung Jagung : Mocaf (%)
Metode Hedonik Metode Skoring
11
disebabkan karena proporsi tepung jantung
pisang yang semakin meningkat. Tepung
jantung pisang cenderung mengeluarkan aroma
yang khas yang secara alami terbentuk selama
proses pembuatan dan pemasakan.
Penambahan bahan lain seperti telur, margarin,
susu bubuk dan lain-lain tidak mampu
menghilangkan aroma khas tepung jantung
pisang.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis uraian
pembahasan yang terbatas pada lingkup
penelitian ini maka ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Perlakuan proporsi tepung jantung pisang,
tepung jagung dan mocaf memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap
parameter kimia (kadar air, kadar abu, kadar
serat kasar, kadar protein), parameter fisik
(warna) dan organoleptik hedonik (warna,
tekstur, rasa, aroma) serta skoring (warna,
rasa, aroma) cookies.
2. Perlakuan proporsi tepung jantung pisang,
tepung jagung dan mocaf tidak memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap
parameter organoleptik skoring pada tekstur
cookies.
3. Perlakuan proporsi tepung jantung pisang
5%, tepung jagung 80% dan mocaf 15%
merupakan perlakuan yang terbaik karena
menghasilkan cookies dengan kadar air
3,60%, kadar abu 1,46% dan kadar protein
6,39% yang telah memenuhi standar SNI
No. 01-2973-1992 yang memiliki warna
kuning kemerahan, tekstur renyah, tidak
berasa dan beraroma jantung pisang yang
agak disukai oleh panelis.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, A. 2002. Pengaruh Pengolahan Terhadap Nilai Gizi dan Keamanan Pangan. Karumo Women dan Education : Jakarta.
Ariantya, F. S. 2016. Kualitas Cookies dengan
Kombinasi Tepung Terigu, Pati Batang Aren (Arenga pinnata) dan Tepung
Jantung Pisang (Musa paradisiaca). Skripsi. Yogyakarta : Fakultas
Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Aspiatun. 2004. Mutu dan Daya Terima Nugget
Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dengan Penambahan Jantung Pisang.
Skripsi. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga.
Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2013. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka. Balai Pusat Statistik
(BPS), Nusa Tenggara Barat.
Badan Pusat Statistik. 2015. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka. Balai Pusat Statistik (BPS), Nusa Tenggara Barat.
Badan Standardisasi Nasional. 1992. Syarat
mutu Cookies (SNI 01-2973-1992). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. 2014. Jantung Pisang Kaya Serat dan
Manfaat.http://dishut.jabarprov.go.id/?m
od=detilBerita&idMenuKiri=&i dBerita=3740. [Diakses pada 18
Desember 2016].
Handayani, T. S. S. 1987. Pencarian Metode
Tekstur Cookies yang Menggunakan Campuran Tepung Terigu dan Maizena
dengan Penetrometer. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Harzau, H. dan Teti, E. 2013. Karakteristik
Cookies Umbi Inferior Uwi Putih (Kajian Proporsi Tepung Uwi : Pati Jagung dan
Penambahan Margarin). Jurnal Pangan
dan Agroindustri. Vol. 1(1) : 138-147.
Hutching, J. B. 1999. Food Color and Appearancw 2nd ed. Aspen Pub : Maryland.
Inglett, G. E. 1970. Corn: Culture, Processing, Products. Westport, Connecticut: The Avi Publishing Company Inc.
12
Marissa, D. 2010. Formulasi Cookies jagung dan
Pendugaan Umur Simpan Produk Denganpendekatan Kadar Air Kritis.
Skripsi. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Muchtadi, D. dan Wijaya, C. H. 1996. Makanan Fungsional: Pengenalan dan Perancangan. Hand-out Kursus Singkat Makanan Fungsional dan Keamanan Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM : Yogyakarta.
Mulyani. T., Sri, D. dan Liea D. R. 2015. Pembuatan Cookies Bekatul (Kajian
Proporsi Tepung Bekatul dan Tepung Mocaf) dengan Penambahan Margarine. J. REKAPANGAN. Vol 9(2):1-8.
Rahayu, W. P. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
Salim, E. 2011. Mengolah Singkong Menjadi Tepung Mocaf Bisnis Produk Alternatif Pengganti Terigu. Yogyakarta : Lily Publisher.
Sari, D. R. 2015. Pengaruh Subtitusi Tepung Labu Kuning (Cucurita moschata)
terhadap Kadar Proksimat dan Kerenyahan Biskuit. Skripsi. Surakarta :
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sudarmaji., Suhardi dan Bambang, H. 1984.
Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty : Yogyakarta.