pengaruh rasio kecukupan modal dan return on …etheses.iainponorogo.ac.id/8858/1/skripsi...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH RASIO KECUKUPAN MODAL DAN RETURN
ON ASSETS TERHADAP PENYISIHAN PENGHAPUSAN
AKTIVA PRODUKTIF PADA BANK UMUM SYARIAH
DI INDONESIA TAHUN 2014 - 2018
SKRIPSI
Oleh :
VIOLITA AGIL SAVITRI
NIM : 210816064
Pembimbing:
Dr. ANTON SUDRAJAT, M. A
NIDN. 2021078302
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
-
ii
PENGARUH RASIO KECUKUPAN MODAL DAN RETURN
ON ASSETS TERHADAP PENYISIHAN PENGHAPUSAN
AKTIVA PRODUKTIF PADA BANK UMUM SYARIAH
DI INDONESIA TAHUN 2014 – 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Sebagai Syarat – Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Program Strata satu (S – 1) Jurusan Perbankan Syariah Pada Fakultas
Ekononi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Oleh :
VIOLITA AGIL SAVITRI
NIM : 210816064
Pembimbing:
Dr. ANTON SUDRAJAT, M. A
NIDN. 2021078302
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
MOTTO
“Dari Aisyah ra, sungguh Rasulullah bersabda : Sesungguhnya Allah menerima
seseorang yang berhasil bekerja, mengerjakannya dengan professional”.1
1 HR. Thabrani, No: 891 dan Baihaqi, No: 334, http://kelascarsipugm17.blogspot.com
(diakses pada tanggal 3 Maret 2020, 00.21).
http://kelascarsipugm17.blogspot.com/
-
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan kepada:
Kedua orang tuaku Bapak (Basuki Rifanto) dan Ibuku (Supini),
dan sahabat –sahabatku yang telah mendukung dan member semangat,
serta almamaterku IAIN PONOROGO
-
ix
ABSTRAK
Savitri, Agil Violita. 2020. Pengaruh Rasio Kecukupan Modal Dan Return On
Assets Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Pada Bank
Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2014-2018. Skripsi, Jurusan Perbankan
Syariah (PS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri
Ponorogo. Pembimbing Dr. Anton Sudrajat, M. A.
Kata Kunci : Teori Keagenan, Laba, Bank Syariah
Teori keagenan didalamnya menimbulkan konflik keagenan yang dapat
mengakibatkan manajer mempunyai peluang untuk melaporkan laba yang tidak
semestinya atau memanipulasi laba yang dapat menyebabkan nilai perusahaan
berkurang di masa depan. Manajemen laba dapat diindikasi melalui penyisihan
penghapusan aktiva produktif. Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)
merupakan komponen pembentuk modal dan komponen pretax income yang
berpengaruh terhadap laba, maka memiliki potensi untuk dimanipulasi oleh
manajer. Dengan adanya manajemen laba di Bank Syariah maka terdapat tindakan
opportunistic manajer untuk mengelabui laporan keuangannya. Rumusan masalah
dalam penelitian ini 1) apakah ada pengaruh rasio kecukupan modal terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif?, 2) apakah ada pengaruh return on
assets terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif?, 3) apakah ada
pengaruh rasio kecukupan modal dan return on assets terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode
Tahun 2014-2018.
Penelitian ini menggunakan populasi laporan keuangan tahunan milik 14
Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode tahun 2014-2018, dengan
menggunakan 9 sampel Bank Umum Syariah di Indonesia. Adapun jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data
menggunakan dokumentasi dan observasi terhadap laporan keuangan Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2014-2018. Analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi berganda, uji asumsi klasik, uji hipotesis, dan koefisien
Determinasi (R2).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel rasio kecukupan modal
berpengaruh terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum
Syariah di Indonesia. Sedangkan return on assets tidak berpengaruh terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
Secara simultan rasio kecukupan modal dan return on assets berpengaruh
terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum Syariah di
Indonesia dengan besarnya pengaruh sebesar 15,8%.
-
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan
Return On Assets Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Pada Bank
Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2014-2018” sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Perbankan
Syariah Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.
Selanjutnya dalam menyelesaikan Skripsi ini banyak hambatan yang
dihadapi yang tanpa bimbingan, saran, motivasi serta doa dari berbagai pihak
selama penulisan skripsi ini tentu akan lebih sulit terwujud. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
tulus kepada :
1. Dr. Hj. Siti Maryam Yusuf, M.Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Ponorogo yang telah memberikan bantuan selama penulis
mengikuti studi.
2. Dr. H. Luthfi Hadi Aminuddin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo yang telah
memberikan bantuan dan semangat selama penulis mengikuti studi.
3. Agung Eko Purwana, M.SI., selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah (PS)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo yang telah memberikan
motivasi dan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Anton Sudrajat, M. A, selaku pembimbing yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan, arahan, dorongan, masukan serta saran yang
berharga bagi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Segenap dosen dan civitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ponorogo yang telah memberikan ilmu serta bantuan dan kemudahannya
selama penulis menempuh perkuliahan di IAIN Ponorogo.
-
xi
6. Untuk sahabat-sahabatku Perbankan Syariah B 2016 yang telah memberikan
doa dan dukungannya.
7. Untuk teman-temanku KPM 35 yang telah memberikan doa dan
dukungannya.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam skripsi
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Ponorogo, 4 Februari 2020
Penulis,
Violita Agil Savitri
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
LEMBAR KEASLIAN TULISAN ....................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... v
LEMBAR FORM F2 PERGANTIAN JUDUL .................................................... vi
MOTTO ................................................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8
E. Sistematika Pembahasan ................................................................................... 9
BAB II Landasan Teori
A. Landasan Teori .............................................................................................. 11
1. Teori Keagenan ............................................................................................. 11
2. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif ................................................... 14
3. Manajemen Laba .......................................................................................... 17
a. Pengertian Manajemen Laba ....................................................................... 17
b. Motif Manajemen Laba .............................................................................. 18
c. Pola Manajemen Laba ................................................................................. 21
4. Rasio Kecukupan Modal ............................................................................... 21
5. Return On Assets ........................................................................................... 24
-
xiii
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 27
C. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 29
D. Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ..................................................................................... 36
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................................ 37
C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 39
D. Jenis dan Sumber Data .................................................................................... 41
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 42
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................................ 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 50
B. Hasil Pengumpulan Data ................................................................................. 57
1. Rasio Kecukupan Modal ............................................................................. 57
2. Return On Assets ......................................................................................... 59
3. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif ................................................ 61
C. Hasil Penelitian Statistik Descriptiv .............................................................. 63
D. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 67
1. Uji Normalitas ............................................................................................. 68
2. Uji Autokorelasi .......................................................................................... 69
3. Uji Multikolinieritas .................................................................................... 71
4. Uji Heterokedastisitas ................................................................................. 72
E. Analisis Linier Berganda ................................................................................. 73
F. Uji Hipotesis .................................................................................................... 75
1. Uji t ............................................................................................................. 75
2. Uji F ............................................................................................................ 78
3. Koefisien determinasi (R2) .......................................................................... 79
G. Pembahasan .................................................................................................... 80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 89
B. Saran ............................................................................................................... 90
-
xiv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah PPAP ........................................................................................... 3
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 27
Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Sampel ..................................................................... 38
Tabel 3.2 Sampel Penelitian .................................................................................. 39
Tabel 4.1 Sampel Penellitian.................................................................................. 49
Tabel 4.2 Data CAR ............................................................................................... 58
Tabel 4.3 Data ROA ............................................................................................... 60
Tabel 4.4 Data PPAP ............................................................................................. 62
Tabel 4.5 Analisis Deskriptif ................................................................................. 63
Tabel 4.6 Normalitas Bermasalah .......................................................................... 68
Tabel 4.7 Normalitas Sembuh ................................................................................ 69
Tabel 4.8 Autokorelasi Bermasalah ....................................................................... 70
Tabel 4.9 Autokorelasi Sembuh ............................................................................. 70
Tabel 4.10 Multikolinieritas ................................................................................... 71
Tabel 4.11 Uji Heteroskedasitas ............................................................................ 72
Tabel 4.12 Analisis Regresi Berganda ................................................................... 73
Tabel 4.13 Uji t ..................................................................................................... 75
Tabel 4.14 Uji F .................................................................................................... 78
Tabel 4.15 Koefisien Determinasi ......................................................................... 80
Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Penelitian .............................................................. 81
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir .............................................................................. 29
Gambar 4.1 Uji t CAR .......................................................................................... 76
Gambar 4.2 Uji t ROA ........................................................................................... 77
Gambar 4.3 Uji F ................................................................................................... 79
-
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Rasio Kecukupan Modal ...................................................................... 64
Grafik 4.2 Return On Assets................................................................................... 65
Grafik 4.3 Manajemen Laba .................................................................................. 67
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia pada era sekarang ini tidak lepas dari peran jasa
keuangan dan lembaga perbankan. Lembaga perbankan merupakan suatu
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit untuk kegiatan produktif sehingga
pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. Maka dari itu berdirilah lembaga
keuangan atau perbankan untuk memenuhi kegiatan produktif masyarakat.
Industri perbankan adalah industry yang penuh dengan regulasi dalam
menjalankan bisnisnya.1 Berdasarkan PBI Nomor 13/1/PBI/2011 terkait
dengan penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank dalam menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip kehati-hatian dalam rangka menjaga
tingkat kesehatan bank. Pencadangan sebagai alat yang digunakan manajer
bank untuk memenuhi aturan Bank Indonesia. Penyisihan penghapusan aktiva
produktif merupakan cadangan yang diperkenankan oleh Bank Indonesia
untuk menutupi resiko pembiayaan bank. Pencadangan ini berperan atas
penerapan dari prinsip kehati-hatian (prudential).
Bank Indonesia mengharuskan bank syariah untuk membentuk cadangan
umum penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sekurang-kurangnya
sebesar 1% (satu perseratus) dari seluruh Aset Produktif yang digolongkan
lancar (tidak termasuk sertifikat wadiah Bank Indonesia dan surat utang
1 Putri Sariati dan Aan Marlinah, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PPAP Pada Bank
Syariah dan Bank Konvensional,” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 17 No. 1 (ISSN: 1410-9875,
2015), 47.
-
2
Pemerintah). Selain itu bank syariah juga diwajibkan membentuk cadangan
khusus seperti yang tertera dalam pasal dua ayat tiga pada PBI Nomor
5/9/PBI/2003 tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Bagi
Bank Syariah.2
Sariati dan Marlinah mengemukakan bahwa, penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP) merupakan komponen pembentuk modal dan
komponen pretax income yang berpengaruh terhadap laba, sehingga memiliki
potensi untuk dimanipulasi oleh manajer.3 Aktiva produktif mempunyai
kaitan langsung dengan inti bank, maka dari itu ketika terjadi aktiva produktif
bermasalah apalagi macet maka akan menurunkan kinerja bank secara sangat
signifikan. Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang sehat atau baik
adalah nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif yang taat aturan dan
nilainya konsisten. Karena penyisihan penghapusan aktiva produktif
berpengaruh terhadap laba sehingga besarnya nilai penyisihan penghapusan
aktiva produktif akan mempengaruhi manajemen laba.
Manajemen laba dikatakan sebagai perilaku manajer untuk bermain-main
dengan komponen akrual yang discretionary untuk menentukan besar
kecilnya laba, karena standar akuntansi memang menyediakan berbagai
alternatif metode dan prosedur yang bisa dimanfaatkan. Manajemen laba
merupakan dampak dari kebebasan seorang manajer untuk memilih dan
2 Rizky Syahfandi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif: Praktik Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah Di Indonesia,”
Skripsi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2012), 4 3 Ibid.
-
3
menggunakan metode akuntansi tertentu ketika mencatat dan menyusun
informasi dalam laporan keuangan.4
Factor-faktor yang mempengaruhi nilai Penyisihan penghapusan aktiva
produktif dalam praktik manajemen laba yaitu nilai capital adequacy ratio
(CAR), Return on assets (ROA), Earnings before taxes and provisions
(EBTP), non performing loan (NPL), Loan to deposit ratio (LDR), jenis
bank, dan ukuran bank. Menurut Jian dalam Slamet Haryono (2008) manajer
melakukan manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva produktif
karena dipengaruhi oleh beberapa motif yaitu motif signaling dan
opportunistic.5 Motif opportunistic merupakan motif keinginan manajer
untuk melakukan manajemen laba.
Dalam motif opportunistic faktor yang mempengaruhi manajer bertindak
opportunis melakukan manajemen laba adalah dengan memenuhi regulasi
permodalan atau rasio kecukupan modal yang diproksi dengan capital
adequacy ratio (CAR). Capital adequacy ratio (CAR) adalah rasio
kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan suatu bank dalam
menutupi penurunan aktiva yang mengandung risiko. Penurunan nilai capital
adequacy ratio (CAR), mempengaruhi tindakan opportunis manajer
melakukan manajemen laba dalam suatu bank. Jadi jika Capital adequacy
ratio (CAR) dalam keadaan menurun maka akan meningkatkan pembentukan
4 Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori Dan Model Empiris (Jakarta: PT Grasindo,
2008), 4. 5 Slamet Haryono, “Pengaruh Motif Opportunistic, Signaling Dan Capital Regulation
Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,” Disertai (Semarang: Universitas
Diponegoro, 2008), 103.
-
4
penyisihan penghapusan aktiva produktif dalam praktik manajemen laba dan
sebaliknya.6
Faktor lain yang mempengaruhi manajer bertindak opportunis jika return
on assets perusahaan dalam keadaan buruk. Jadi manajer melakukan
manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva produktif
dipengaruhi oleh motif opportunistic manajer karena return on assets
perusahaan rendah. Return on assets (ROA) mengukur kemampuan bank
dalam mengembalikan laba yang dihasilkan dengan aktiva yang dimiliki.7
Sehingga jika Return on assets (ROA) perusahaan rendah maka akan
meningkatkan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif dan
sebaliknya.
Pada data jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) Bank
Umum Syariah selama 5 tahun dari tahun 2014 sampai 2018 diperoleh hasil
bahwa telah terjadi ketidakkonsistennya jumlah penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP) selama lima tahun pada periode 2014-2018. Bank-
bank yang termasuk dalam bank umum syariah tersebut mengalami
perubahan yang terkadang menurun dan meningkat. Ketidakkonsistennya
nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif diindikasi terjadinya
manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva produktif. Factor
yang mempengaruhi nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu nilai
Capital adequacy ratio (CAR) dan Return on assets (ROA). Diketahui dalam
6 Luh Made Dwi Parama Yogi dan I Gusti Ayu Eka Damayanthi, “Pengaruh Arus Kas
Bebas, Capital Adequacy Ratio dan Good Corporate Governance Pada Manajemen Laba.” Jurnal
Akuntansi, Vol. 15 No. 2 (ISSN: 2302-8556 , 2016), 1061. 7 Mamhud dan Abdul, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), 165.
-
5
data capital adequacy ratio (CAR) dan penyisihan penghapusan aktiva
produktif menujukkan bahwa nilai Capital adequacy ratio (CAR) pada saat
mengalami kenaikan justru mengalami kenaikan juga pada nilai penyisihan
penghapusan aktiva produktif. Padahal secara teori jika nilai Capital
adequacy ratio (CAR) dalam keadaan naik maka akan menurunkan nilai
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Hal tersebut terjadi pada Bank
Bukopin Syariah dan Bank Jabar Banten Syariah.
Nilai Return on assets (ROA) pada data diketahui bahwa pada Bank
BTPN Syariah dan Bank Muamalat menunjukkan nilai Return on assets
(ROA) mengalami kenaikan dan pada saat yang sama juga nilai penyisihan
penghapusan aktiva produktif mengalami kenaikan. Hal tersebut tidak sesuai
dengan teori yang menyebutkan bahwa jika Return on assets (ROA)
mengalami kenaikan maka akan menurunkan nilai penyisihan penghapusan
aktiva produktif.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sariati dan Marlinah (2015) yang
menunjukkan hasil bahwa ROA berpengaruh terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif dalam praktik manajemen laba. Dalam
penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin besar Return on assets
(ROA) maka akan menurunkan penyisihan penghapusan aktiva produktif.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rinanti (2012) menunjukkan
bahwa capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Penelitian yang dilakukan slamet
Haryono (2008) juga menunjukkan jika capital adequacy ratio (CAR) dalam
-
6
keadaan rendah maka akan meningkatkan pembentukan penyisihan
penghapusan aktiva produktif.
Dalam sector perbankan, praktik manajemen laba terjadi pada Bank
Century yang melakukan rekayasa akuntansi dengan tujuan agar laporan
keuangan bank menunjukkan kecukupan modal atau rasio capital adequacy
ratio (CAR). Capital adequacy ratio (CAR) Bank Century per 28 Februari
2008 ternyata minus 132,5 %. Hal ini disebabkan karena adanya aset berupa
Surat-Surat Berharga sebesar US$ 203 juta yang berkualitas rendah. Bank
Indonesia menyetujui untuk tidak melakukan penyisihan 100% atau
pengakuan kerugian aktiva produktif (PPAP) terhadap surat-surat berharga
(SSB) tersebut.8
Studi kasus manajemen laba yang lain dalam sector perbankan yaitu pada
PT Bank Lippo. Kasus ini terjadi penerbitan laporan keuangan ganda. PT.
Bank Lippo Tbk, yang menerbitkan 2 versi laporan keuangan yang berbeda
antara satu dengan yang lain, yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan
dalam media masa, dan laporan keuangan yang dilaporkan kepada Bapepam.
Bapepam menelaah bahwa perbedaan kedua laporan tersebut disebabkan
karena adanya penyesuaian penilaian kembali atas aset yang diambil alih
(AYDA) dan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP), adanya
kekurang hati-hatian Bank Lippo dalam mencantumkan kata diaudit dan opini
tanpa wajar, dan adanya kelalaian akuntan publik.9
8 Abel Muhammad, “Manajemen Laba Pada Laporan Keuangan PT Bank BNI Syariah
Periode 2013-2014,” Skripsi (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2017),4. 9Dedhy Sulistiawan, Yeni Januarsi, dan Liza Alvia, Creative Accounting:
Mengungkapkan Manajemen Laba dan Skandal Akuntnasi (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 56.
-
7
Kasus manajemen laba di perbankan konvensional tersebut, tidak menutup
kemungkinan untuk bank syariah juga melakukan manajemen laba. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Abel Muhammad (2017), Faradila dan
Cahyati (2013), dan Tulus Suryanto (2014) yang menunjukkan bahwa
terdapat indikasi terjadinya manajemen laba di bank syariah. Padahal Bank
syariah berdasarkan prinsip Islam dalam transaksinya tidak diperkenankan
untuk memanipulasi atau merekayasa laba dalam membuat laporan
keuangannya. Hal ini dikarenakan dapat menyesatkan pengguna laporan
keuangan sebagai informasi suatu kinerja perusahaan.10
Berdasarkan adanya kesenjangan antara teori dan fakta maka analisis
tentang pengaruh rasio kecukupan modal dan return on assets terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif harus dibuktikan melalui penelitian
empiris. Maka dari itu peneliti akan meneliti dengan judul “Pengaruh Rasio
Kecukupan Modal dan Return On Assets Terhadap Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2014-2018.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan
diteliti penulis adalah :
1. Apakah rasio kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
2. Apakah return on assets berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
10
Faradila dan Cahyati, “Analisis Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah,” Jurnal
Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4 No. 1 (Februari, 2013), 57.
-
8
3. Apakah rasio kecukupan modal dan return on assets berpengaruh signifikan
terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum
Syariah di Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh rasio kecukupan modal
terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum
Syariah di Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh return on assets terhadap
manajemen laba pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
3. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh rasio kecukupan modal dan
return on assets terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif pada
Bank Umum Syariah di Indonesia.
D. Kegunaan Penelitian
Dari uraian di atas manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai akuntansi perbankan syariah tentang praktik manajemen laba
melalui penyisihan penghapusan aktiva produktif pada bank syariah.
-
9
2. Manfaat Praktis
a. Hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat bagi Bank Umum Syariah di
Indonesia untuk mengevaluasi kinerja bank agar meminimalisir dalam
melakukan manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva
produktif.
b. Hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat bagi Bank Syariah agar lebih
menerapkan prinsip syariah, lebih memperhatikan kinerja bank dan
penyisihan penghapusan aktiva produktif agar dapat mengurangi praktik
manajemen laba.
c. Hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat bagi Bank Indonesia agar lebih
memperhatikan aturan rasio kecukupan modal, profitabilitas, serta
penyisihan penghapusan aktiva produktif.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi dan hal-hal
yang dibahas dalam tiap bab guna memberikan gambaran yang jelas
mengenai penelitian yang dilakukan.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum untuk memberi pola pemikiran
bagi seluruh skripsi, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan penelitian.
-
10
BAB II TEORI, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA
BERFIKIR DAN HIPOTESIS
Bab ini menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti meliputi tentang
landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka berfikir dan hipotesis. Landasan
teori menjelaskan teori-teori yang mendukung permasalahan yang akan
diteliti, yang berisikan dengan teori manajemen laba, rasio kecukupan modal,
profitabilitas, dan bank syariah.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan tentang bagaimana rancangan penelitian,
variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, serta metode
pengolahan dan analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan yang menjelaskan mengenai hasil dari
penelitian meliputi hasil pengumpulan data, hasil analisis data meliputi
analisis deskriptif, uji asumsi klasik, pengujian hipotesis dan pembahasan
yang memaparkan hasil dari pengujian dan pembahasan keseluruhan
penelitian. Didalamnya juga terdapat deskripsi objek penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang didapat dari hasil pembahasan yang
telah dilakukan serta saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang
diteliti mengenai hasil penelitian.
-
11
BAB II
TEORI, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan kontrak antara dua orang atau lebih. Teori
keagenan menurut Yuliati (2014: 657) menyatakan bahwa wewenang dan
tanggung jawab manajer dan pemegang saham diatur dalam kontrak kerja
atas persetujuan bersama.1 Menurut Dendi Purnama (2017) teori keagenan
dalam suatu perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract)
antara pemilik (principal) dan manajer (agent) sebagai pihak yang
mengelola perusahaan demi kepentingan pemilik (principal).2 Teori
keagenan menggambarkan bahwa principal memberikan pekerjaan kepada
pihak lain sebagai agen untuk melaksanakan tugas pekerjaan.
Hubungan keagenan antara pemegang saham dan manajer seharusnya
menghasilkan hubungan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan
semua pihak jika hak dan kewajiban masing-masing pihak dijalankan secara
bertanggung jawab. Namun hasilnya justru sebaliknya yaitu memunculkan
permasalahan keagenan (agency problem). Masalah keagenan ini muncul
1 Yuliati Yosephani Makaombohe, Sifrid S. Pangemanan dan Victorina. Z Tirayoh,
“Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2011,” Jurnal Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2 No. 1
(ISSN 2303-1174 , 2014), 657. 2 Dendi Purnama, “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Institusional, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Riset Keuangan
akutansi, Vol. 3, (Februari, 2017), 3.
-
12
karena terdapat pihak yang lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri
meskipun merugikan orang lain.3
Teori keagenan dapat dijelaskan dalam tiga bentuk asumsi sifat dasar
manusia menurut Eisenhardt dalam Jasman (2015) yaitu : a) manusia pada
umumnya lebih mementingkan diri sendiri (self interest), b) manusia
pemikirannya mengenai kondisi masa mendatang terbatas (bounded
rationality), dan c) manusia lebih cenderung menghindari resiko (risk
averse).4 Berdasarkan asumsi tersebut maka diketahui bahwa manajer atau
agen sebagai manusia kemungkinan besar dapat bertindak opportunistic.
Manajer dapat bertindak opportunistic untuk lebih mementingkan
kebutuhan diri sendiri misalnya pemenuhan kebutuhan ekonomi dan
psikologisnya sendiri dari pada kepentingan principal.
Konflik kepentingan disebabkan karena principal tidak dapat memonitor
aktivitas atau pekerjaan manajer sehari-hari secara terus menerus untuk
memastikan manajer sudah bekerja sesuai dengan keinginan pemegang
saham.5 Maka dari itu principal tidak memiliki informasi yang cukup
mengenai kinerja manager. Manajer sebagai pengelola perusahaan tentunya
mengetahui lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan dalam
waktu mendatang. Penguasaan informasi oleh manajer makin memotivasi
3 Sri Sulistyanto, Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris (Jakarta: PT Grasindo,
2008), 30 4 Jasman, “Manajemen Laba: Bukti Empiris pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di bursa efek Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi Keuangan, Vol.11 No. 01, (Februari, 2015), 3. 5 Wisnu Arwindo Irawan, “Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Leverage,
Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba,” Skripsi (Semarang:
Universitas Diponegoro, 2013), 14.
-
13
pihak manajer dalam bertindak kreatif guna memaksimalkan keuntungan
pribadinya atau berperilaku oportunis.6
Teori keagenan memunculkan beberapa masalah keagenan hal tersebut
dikarenakan kondisi informasi yang tidak lengkap dan penuh ketidakpastian.
Masalah keagenan yang muncul yaitu adverse selection dan moral hazard.
Adverse selection yaitu kondisi yang menunjukkan posisi principal tidak
mendapatkan informasi yang cermat mengenai kinerja manajemen. Moral
Hazard adalah kondisi principal tidak mendapatkan kepastian bahwa agen
telah berupaya kerja dengan maksimal untuk kepentingan pemilik.7
Asimetri informasi dan konflik kepentingan dapat mendorong manajer
untuk menyajikan informasi yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya
kepada principal. Apalagi jika informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja agent atau manajer. Asimetri informasi dan perilaku
oportunistik menjadi salah satu faktor manager dalam melakukan
manajemen laba dengan tujuan untuk menyesatkan pemilik atau pemegang
saham mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Konflik keagenan dapat
mengakibatkan manajer mempunyai peluang untuk melaporkan laba yang
tidak semestinya atau memanipulasi laba yang dapat menyebabkan nilai
perusahaan berkurang di masa depan.8
6 Dedhy Sulistiawan, Yeni Januarsi, dan Liza Alvia, Creative Accounting:
Mengungkapkan Manajemen Laba dan Skandal Akuntnasi (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 31. 7 Harmono, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard (Jakarta: Bumi Aksara,
2017), 3. 8 Riza Ramadhan, “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di Bei,” SNAPER-EBIS, (ISBN : 978-602-5617-01-0,
2017), 465.
-
14
2. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Bank wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP) terhadap aset produktif dan aset non produktif. Pencadangan
sebagai alat yang digunakan manajer bank untuk memenuhi aturan Bank
Indonesia. Penyisihan penghapusan aktiva produktif merupakan cadangan
yang diperkenankan oleh Bank Indonesia untuk menutupi resiko
pembiayaan bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.
14/15/PBI/2012 mengenai penilaian aset bank umum, aset terdiri dari aset
produktif dan aset non produktif. Penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP) merupakan salah satu akun dalam perbankan yang memiliki peluang
untuk di manipulasi dalam nilai yang cukup besar.9
Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor. 31/148/1998,
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) merupakan cadangan yang
harus dibentuk oleh bank sebesar persentase dari penggolongan kualitas
aktiva produktif. Aktiva produktif mempunyai kaitan langsung dengan inti
bank, maka dari itu ketika terjadi aktiva produktif bermasalah apalagi macet
maka akan menurunkan kinerja bank secara sangat signifikan. Aktiva
produktif menjadi obyek utama bagi manajer untuk melakukan manajemen
laba.
Bank Indonesia mewajibkan bank syariah untuk membentuk cadangan
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sekurang-kurangnya
sebesar 1% dari seluruh aset produktif yang digolongkan lancar (tidak
9 Putri Sariati dan Aan Marlinah, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PPAP Pada Bank
Syariah dan Bank Konvensional.” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 17 No. 1 (ISSN: 1410-9875,
2015), 48.
-
15
termasuk sertifikat wadiah Bank Indonesia dan surat utang Pemerintah).
Selain itu bank syariah juga diwajibkan untuk membentuk cadangan khusus
seperti dalam pasal dua ayat tiga pada PBI Nomor 5/9/PBI/2003 tentang
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Bagi Bank Syariah.
Tata-cara pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)
dijelaskan dalam PBI No. 5/9/PBI/2003 sebagai berikut10
:
a. Cadangan umum PPAP ditetapkan oleh Bank Indonesia dibentuk
sekurang-kurangnya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif yang
digolongkan lancar, tidak termasuk SWBI dan surat utang pemerintah.
b. Cadangan khusus PPAP ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar :
1) 5% dari aktiva produktif dalam perhatian khusus
2) 15% dari aktiva produktif yang tergolong kurang lancar setelah
dikurangi nilai agunan.
3) 50% dari aktiva produktif yang diragukan setelah dikurangi nilai
agunan.
4) 100% dari aktiva produktif yang tergolong macet setelah dikurangi
nilai agunan.
c. Cadangan khusus PPAP untuk piutang ijarah ditetapkan 50% dari
masing-masing kewajiban pembentukan Penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang tergolong dalam perhatian khusus, kurang lancar,
diragukan, dan macet.
10
Rizky Syahfandi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif : Praktik Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah Di Indonesia,”
Skripsi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2012), 29.
-
16
Besarnya penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang
dibentuk oleh bank ditentukan oleh Perarturan Bank Indonesia, namun
manajer diperbolehkan untuk membentuk cadangan penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) melebihi ketentuan cadangan wajib.11
Sariati dan Marlinah mengemukakan bahwa, penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP) merupakan komponen pembentuk modal dan komponen
pretax income yang berpengaruh terhadap laba, maka memiliki potensi
untuk dimanipulasi oleh manajer.12
Sehingga hal ini dapat mengindikasi
terjadinya manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP).
Penggunaan PPAP bertujuan sebagai alat penerapan prinsip kehati-hatian
(prudential banking). Perubahan jumlah PPAP pada dasarnya bertujuan
untuk perataan laba yang dapat menimbulkan risiko kerugian bagi bank
apabila prediksinya meleset. Penggunaan PPAP untuk perataan laba didasari
atas fakta bahwa perubahan terhadap PPAP tidak menimbulkan dampak
terhadap arus kas sehingga arus kas tidak terpengaruh, serta jika PPAP
mengalami perubahan, akan berpengaruh pada nilai laba bersih yang
dihasilkan dan jumlah pajak yang dibayarkan.
PPAP dibentuk sebagai salah satu akun kontra aset yang menunjukkan
jumlah kerugian yang mungkin terjadi atas saldo pembiayaan bank. Dalam
laporan keuangan PPAP dicantumkan dalam laporan laba rugi sebagai salah
satu beban bank pada tiap periode. PPAP memiliki nilai yang signifikan
11
Putri Sariati dan Aan Marlinah, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PPAP Pada Bank
Syariah dan Bank Konvensional,” 47. 12
Ibid.
-
17
dalam laporan keuangan dan menjadi area yang memiliki potensi untuk
dimanipulasi oleh para manajer. Penyisihan penghapusan aktiva produktif
dapat diihitung dengan :
( )
3. Manajemen Laba
a. Pengertian manajemen laba
Perarturan system penilaian kesehatan dapat membuat perusahaan
perbankan untuk lebih berupaya dalam memenuhi kriteria Bank Indonesia.
Perbankan dalam rangka memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank
Indonesia salah satunya dengan melakukan manajemen laba. Menurut
Novita (2012) timbulnya manajemen laba didorong dengan adanya motif
meningkatkan kinerja bank.13
Manajemen laba adalah tindakan manajer dengan mengambil keputusan
tertentu dalam pelaporan keuangan untuk menyesatkan pemegang saham
tentang kinerja ekonomi yang dilaporkan perusahaan. Manajemen laba
(earnings management) merupakan pilihan yang diambil oleh manajer
dalam kebijakan akuntansi yang digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu.14
Menurut Sulistyanto (2008) manajemen laba merupakan upaya
yang dilakukan manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi dalam
laporan keuangan untuk mengelabui para pemegang saham terkait kinerja
dan kondisi perusahaan.
13
Novita Senja Kartika Sari, “Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Manajemen Laba
pada perusahaan Go Public Tahun 2007-2011” . JURNAL AKUNTIANSI, Vol. 1 No. 1, (Agustus,
2012). 14
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris, 5.
-
18
Berdasarkan beberapa definsi disimpulkan bahwa manajemen laba
adalah tindakan yang dilakukan oleh manajer dalam mempermainkan
angka dalam laporan keuangan untuk mengelabui para pemegang saham
mengenai kinerja bank. Manajemen laba timbul dari masalah keagenan
karena adanya pemisahan peran atau konflik kepentingan antara pemilik
(pemegang saham) dengan pengelola (manajemen) perusahaan. Menurut
Healy dan Wahlen (1998)15
manajemen laba timbul ketika manajer
menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan untuk
menyesatkan pemilik atau pemegang saham tentang kinerja ekonomi yang
diperoleh perusahaan.
b. Motif manajemen laba
Menurut Jian dalam Slamet Haryono (2008)16
manajer melakukan
manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva produktif
dipengaruhi oleh beberapa motif yang dikategorikan menjadi dua yaitu :
1) Signaling Hypothesis
Motif signaling membawa dampak yang baik bagi pemakai laporan
keuangan. Motif ini menjelaskan manajer melakukan manajemen laba
akuntansi untuk mengkomunikasikan terkait kondisi fundamental
perusahaan saat ini dan prospek kinerja dimasa mendatang serta
sebagai pengambil keputusan untuk para stakeholder. Manajer dapat
15
Ibid., 15. 16
Slamet Haryono, “Pengaruh Motif Opportunistic, Signaling Dan Capital Regulation
Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,” Disertasi (Semarang: Universitas
Diponegoro, 2008), 103.
-
19
mengestimasi secara baik laba masa datang dan diinformasikan
kepada investor atau pemakai laporan keuangan lainya.17
2) Opportunistic behavior hypothesis
Sikap opportunistic manajer mungkin dapat merugikan pemakai
laporan keuangan karena informasi yang disampaikan oleh manajer
menjadi tidak akurat dan juga tidak menggambarkan nilai fundamental
perusahaan. Sikap oportunis ini dinilai sebagai sikap curang manajer
perusahaan yang diimplikasikan dalam laporan keuangannya pada saat
menghadapi intertemporal choice. Intertemporal choice yaitu suatu
kondisi yang memaksa eksekutif tersebut menggunakan keputusan
tertentu dalam melaporkan kinerja yang menguntungkan bagi dirinya
sendiri ketika menghadapi situasi tertentu.18
Kesimpulannya sikap opportunistic merupakan motif keinginan
manajer untuk melakukan manajemen laba. Menurut Indra (2013)
manajer dapat bertindak opportunis jika kinerja perusahaan buruk,
manajer akan melakukan manajemen laba dengan menaikkan laba
akuntansi guna menyembunyikan kinerja yang buruk, dan sebaliknya
bila perusahaan dalam kinerja baik, maka manajer menurunkan laba
akuntansinya untuk menunda kinerja yang baik.19
Kinerja dapat
tercermin dari profitabilitas perusahaan. Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Profitabilitas
17
Jasman, “Manajemen Laba: Bukti Empiris pada perusahaan perbankan,” 2. 18
Ibid. 19
Indra Setya Prasavita Amertha, “Pengaruh Return On Asset Pada Praktik Manajemen
Laba Dengan Moderasi Corporate Governance.” Jurnal Akuntansi, Vol. 4 No. 2 (ISSN: 2302-
8556, 2013), 3.
-
20
dapat diukur dengan Return on assets (ROA). Return on assets (ROA)
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.20
Jadi
manajer melakukan manajemen laba dipengaruhi oleh motif
opportunistic manajer karena return on assets perusahaan rendah.
Slamet Haryono (2008) menyebutkan beberapa keinginan manajer
atau tindakan opportunistic manajer yang mempengaruhi terjadinya
manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva produktif21
:
a) keinginan mempengaruhi persepsi pemakai informasi keuangan
yang dilaporkan supaya memberikan penilaian lebih baik
b) keinginan meningkatkan kompensasi eksekutif
c) mengurangi pengorbanan politik (political cost)
d) memenuhi persyaratan memperoleh pinjaman (debt covenant)
e) memenuhi persyaratan regulasi, misalkan regulasi permodalan.
Regulasi permodalan diproksikan dengan nilai rasio kecukupan
modal atau capital adequacy ratio (CAR) karena merupakan rasio
dalam penilaian kondisi permodalan dan kesehatan bank.22
Regulasi permodalan atau rasio kecukupan modal merupakan cara
untuk mewujudkan praktek bank yang benar dan sehat sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia. Capital adequacy ratio (CAR)
adalah rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan
suatu bank dalam menutupi penurunan aktiva yang mengandung
20
Mamhud dan Abdul, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), 165. 21
Slamet Haryono, “Pengaruh Motif Opportunistic, Signaling Dan Capital Regulation
Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,” 103. 22
Ibid., 148.
-
21
risiko.23
Penurunan nilai CAR mempengaruhi tindakan opportunis
manajer melakukan manajemen laba dalam suatu bank.
f) mempertahankan jabatannya yang bentuknya tidak semata-mata
berupa manfaat moneter tetapi juga non moneter mendapatkan
dana segar baru dari hutang baru atau tabungan bank
g) meningkatkan kesejahteraan (nilai saham) pemilik perusahaan.
h) tujuan insider stocks trading.
c. Pola manajemen laba
Pola manajemen laba menurut Scott dalam Dedhy Sulistiawan (2011)
secara umum terbagi menjadi empat pola manajemen laba24
:
1) Taking Bath (Cuci Bersih)
Pola ini terjadi pada saat adanya reorganisasi. Pola ini dilakukan
dengan cara mengatur laba dengan menaikan laba menjadi sangat
tinggi atau menurunkan laba perusahaan tahun berjalan dibandingkan
tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Tindakan ini diharapkan
dapat meningkatkan laba di masa datang karena terjadi penurunan pada
periode masa depan.
2) Income Minimization (Menurunkan Laba)
Pola ini dilakukan pada saat perusahaan sedang mengalami tingkat
profitabilitas yang tinggi. Pola ini dilakukan dengan membuat laba
periode tahun berjalan menjadi lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola
23
Luh Made Dwi Parama Yogi dan I Gusti Ayu Eka Damayanthi, “Pengaruh Arus Kas
Bebas, Capital Adequacy Ratio dan Good Corporate Governance Pada Manajemen Laba.” Jurnal
Akuntansi, Vol. 15 No. 2 (ISSN: 2302-8556 , 2016), 1061. 24
Dedhy Sulistiawan, Yeni Januarsi, dan Liza Alvia, Creative Accounting:
Mengungkapkan Manajemen Laba, 40.
-
22
ini bermanfaat jika pada periode yang akan datang terjadi penurunan
laba drastis dapat diatasi dengan mengambil laba simpanan.25
3) Income Maximization (Menaikkan Laba)
Pola dilakukan dengan cara mengambil laba dari laba simpanan
pada periode sebelumnya atau dengan menarik laba periode yang akan
mendatang dan menjadikan laba tahun berjalan menjadi lebih tinggi
dari laba sebenarnya. Pola ini dilakukan manajer untuk melaporkan net
income untuk tujuan memperoleh bonus yang lebih besar. Pola ini
dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian
hutang.
4) Income Smoothing (Perataan Laba)
Pola ini dilakukan dengan cara meratakan laba antar periode yang
dilaporkan dengan tujuan pelaporan eksternal bagi investor. Pola ini
adalah pola yang paling banyak diminati pada pola manajemen laba.
Pola ini bertujuan untuk mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar
agar laba stabil karena investor lebih menyukai laba yang relative
stabil.26
4. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio)
Rasio kecukupan modal berkaitan dengan prinsip kehati-hatian. Tingkat
kecukupan modal bank dinyatakan dalam suatu indicator rasio yaitu capital
adequacy ratio (CAR). Rasio Kecukupan Modal atau capital adequacy
25
Ibid., 41. 26
Ayu Susanti, “Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial, Dan Capital Adequacy Ratio Terhadap Manajemen Laba.” JOM Fekon, Vol. 3 No. 1
(Februari, 2016), 482.
-
23
ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank yang berkaitan dengan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung dan menghasilkan
unsur risiko, misalnya pemberian pembiayaan.27
Capital adequacy ratio
(CAR) merupakan kinerja bank yang menunjukkan kemampuan bank dalam
mempertahankan kecukupan modal dan kemampuan manajemen dalam
mengidentifikasi, mengawasi, dan mengontrol risiko yang timbul dan
berpengaruh terhadap modal.
Kecukupan modal bank yang memadai sebagai cerminan untuk
melindungi bank dari risiko yang bisa jadi timbul dan kerugian yang tidak
terduga, serta mendukung pertumbuhan diamasa depan. Modal dimiliki
bank memilliki fungsi yang besar dalam pembiayaan operasi dan ekspansi
usaha, serta untuk mengantisipasi risiko yang timbul. Capital adequacy
ratio (CAR) juga berfungsi sebagai modal yang harus dimiliki oleh bank
untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kinerjanya.28
Koosrini
(2010) menyatakan bahwa suatu perbankan harus memenuhi kriteria capital
adequacy ratio (CAR) minumun yang ditetapkan Bank Indonesia, sehingga
diketahui bahwa perbankan mempunyai regulasi yang lebih ketat
dibandingkan dengan industri lain.29
Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dapat
diukur dengan dua cara yaitu:
27
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), 66. 28
Luh Made Dwi Parame Yogi, , “Pengaruh Arus Kas Bebas, Capital Adequacy Ratio
dan Good Corporate Governance Pada Manajemen Laba.” 1060. 29
Koosrini, “Pengaruh Rasio Camel Terhadap Praktik Manajemen Laba di Bank Umum
Syariah,” Skripsi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2010), 35.
-
24
a) Membandingkan modal dengan dana pihak ketiga
Perhitungan tersebut menjelaskan bahwa rasio modal atas simpanan
cukup dengan 10%, dan dengan rasio ini permodalan bank dianggap
sehat.
b) Membandingkan modal dengan aktiva berisiko
Risiko dari aktiva tertimbang menurut risiko adalah risiko penyaluran
dana, risiko pasar (market risk), dan risiko nilai tukar (foreign exchange
risk).30
Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013, bank dinyatakan
sehat jika memiliki capital adequacy ratio (CAR) minimum 8 persen. Bank
wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 persen dari aktiva tertimbang
menurut risiko dari kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.31
Bank
Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter menerapkan pengawasan
yang lebih intensif dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dengan bank
yang nilai capital adequacy ratio (CAR) dibawah 8 persen untuk segera
memperbaiki kondisi permodalannya jika tidak ingin dilikuidasi oleh Bank
Indonesia agar bank-bank tidak melanggar ketentuan dari prinsip kehati-
hatian.
30
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah, 67. 31
Ibid.
-
25
Capital Adequacy Ratio (CAR) dalam suatu bank jika mengalami
penurunan akan menyebabkan manajer memiliki inisiatif untuk melakukan
manajemen laba agar tidak melanggar ketentuan dari Bank Indonesia.
Apabila capital adequacy ratio (CAR) dalam keadaan meningkat akan
meningkatkan penilaian para investor dan masyarakat terhadap bank
tersebut.32
Cara penilaian Bank Indonesia sebagai pengawas semua bank
yang ada di Indonesia menerapkan penilaian berdasarkan pada laporan
keuangan. Maka dari itu manajer melakukan tindakan manajemen laba agar
perusahaan memenuhi kriteria Bank Indonesia.
5. Return On Assets (ROA)
Menurut Wisnu Arwindo Irawan (2013) profitabilitas merupakan
indicator kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang
ditunjukkan pada laba yang dihasilkan perusahaan.33
Profitabilitas
merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Return on assets (ROA) menjadi salah satu indicator
untuk mengukur profitabilitas. Return on assets (ROA) mengukur
kemampuan bank dalam mengembalikan laba yang dihasilkan dengan aktiva
yang dimiliki.
Return on assets (ROA) diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yaitu
sebagai rentabilitas ekonomi yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba periode tertentu dan sebagai proyeksi untuk melihat
kemampuan perusahaan pada masa datang. Return on assets (ROA) dalam
32
Ayu Susanti, “Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan,” 485. 33
Wisnu Arwindo Irawan, “Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Leverage,” 24.
-
26
suatu bank jika semakin besar maka semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai dan semakin baik pula posisi bank dalam sisi penggunaan
aset.34
Return on assets (ROA) dapat diukur dengan :
Profit (laba) yang dihasilkan dan disajikan dalam laporan keuangan
menunjukkan kinerja pihak manajemen dalam mengelola kekayaan yang
dimiliki perusahaan. Laba berfungsi dalam mengukur efektifitas bersih dari
suatu operasi bisnis. Return on assets (ROA) yang tinggi menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan baik dan pengawasan berjalan dengan baik,
sedangkan dengan tingkat return on assets yang rendah menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan kurang baik, dan kinerja manajemen tampak
buruk di mata principal. Kinerja tersebut tercermin melalui profitabilitas
perusahaan.
Return on assets (ROA) merupakan salah satu dari motivasi metode
bonus plan hypothesis manajer melakukan tindakan manajemen laba. Return
on assets (ROA) dapat mempengaruhi manajer untuk melakukan suatu
tindakan manajemen laba. Return on assets (ROA) perusahaan yang rendah
akan memotivasi pihak manajemen melakukan tindakan manajemen laba.
Hal tersebut agar pihak manajemen perusahaan mendapatkan bonus atas
34
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Edisi Kedua (Bogor: Ghalia Indonesia,
2003), 118.
-
27
kinerjannya. Return on assets (ROA) atau profitabilitas yang tinggi
menimbulkan kepercayaan investor atas kinerja perusahaan.
Menurut Archibalt dalam Ketut Gunawan dan Dermawan (2015)
perusahaan yang memiliki return on assets (ROA) yang rendah cenderung
akan melakukan manajemen laba dalam bentuk perataan laba.35
Teori
keagenan juga menjelaskan apabila perusahaan berada dalam kinerja yang
buruk, manajer dapat bertindak opportunis dengan menaikkan laba untuk
menyembunyikan kinerja yang buruk dan sebaliknya bila perusahaan dalam
kinerja baik manajer bertindak opportunis dengan menurunkan laba
akuntansinya untuk menunda kinerja yang baik.36
Dalam teori tersebut
dikatakan bahwa manajer bertindak opportunis menaikkan dan menurunkan
laba.
B. Studi Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Persamaan Perbedaan Hasil
1 Amertha
(2013)37
Terdapat variabel X
yaitu profitabilitas
(ROA) dan variabel
Y yaitu manajemen
laba.
Tidak terdapat
variabel X yaitu
Rasio kecukupan
modal. Terdapat
perbedaan tempat
penelitian.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa ROA
berpengaruh
positif terhadap
manajemen laba.
35
Ketut Gunawan dan Surya Dermawan, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia (Bei),” Jurnal Akuntansi, Vol. 3 No. 1 (2015), 3. 36
Indra Setya Prasavita Amertha, “Pengaruh Return On Asset Pada Praktik Manajemen
Laba Dengan Moderasi Corporate Governance.” Jurnal Akuntansi, Vol. 4 No. 2 (ISSN: 2302-
8556, 2013). 37
Ibid., 3.
-
28
2 Hardianti
(2017)38
Terdapat variabel X
yaitu Return on
assets dan variabel Y
yaitu penyisihan
penghapusan aktiva
produktif
Tidak terdapat
variabel X yaitu
capital adequacy
ratio (CAR)
Terdapat perbedaan
tempat penelitian.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa ROA
berpengaruh
terhadap
penyisihan
penghapusan
aktiva produktif
3 Rinanti
(2012)39
Terdapat variabel X
yaitu rasio
kecukupan modal
(CAR) dan variabel
Y yaitu penyisihan
penghapusan aktiva
produktif
Tidak terdapat
variabel X yaitu
return on assets
(ROA). Terdapat
perbedaan tempat
penelitian.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa CAR
berpengaruh
signifikan
terhadap
penyisihan
penghapusan
aktiva produktif.
4 Sariati dan
Marlinah
(2015)40
Terdapat varibel X
yaitu capital
adequacy ratio
(CAR) dan return on
assets (ROA). Serta
variabel Y yaitu
penyisihan
penghapusan aktiva
produktif
Terdapat perbedaan
tempat penelitian.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa CAR
tidak
berpengaruh
terhadap PPAP
dan ROA
berpengaruh
terhadap PPAP.
5 Syahfandi
(2012)41
Terdapat variabel X
capital adequacy
ratio (CAR) dan
variabel Y yaitu
Tidak terdapat
variabel return on
assets (ROA)
Terdapat perbedaan
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa capital
adequacy ratio
38
Dina Hardianti, “Pengaruh Profitabilitas Dan Risiko Kredit Terhadap Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Dalam Praktek Manajemen Laba Pada Perusahaan
Perbankan Di Indonesia,” Tesis (Padang: Universitas Andalas, 2017). 39
Risna Rinanti, “Analisis Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (Studi Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah Di Indonesia),”Jurnal
Bisnis Strategi, Vol. 21 No. 2 (Desember, 2012). 40
Putri Sariati dan Aan Marlinah, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PPAP Pada Bank
Syariah dan Bank Konvensional.” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 17 No. 1 (ISSN: 1410-9875,
2015). 41
Rizky Syahfandi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif : Praktik Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah Di Indonesia,”
Skripsi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2012).
-
29
penyisihan
penghapusan aktiva
produktif
tempat penelitian. (CAR) tidak
berpengaruh
terhadap
penyisihan
penghapusan
aktiva produktif
Penelitian ini mengkaji tema tentang “Pengaruh Rasio Kecukupan Modal
Dan Return On Assets Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2014-2018”. Berdasarkan
penelitian terdahulu terbukti bahwa penyisihan penghapusan aktiva produktif
dapat mengindikasi terjadinya manajemen laba. Penelitian ini pengembangan
dari penelitian sebelumnya dalam penelitian ini terdapat dua variabel
independen yaitu rasio kecukupan modal dan return on assets (ROA) dan
variabel dependen yaitu penyisihan penghapusan aktiva produktif. Penelitian
sebelumnya tentang penyisihan penghapusan aktiva produktif memakai teori
signaling berbeda dari penelitian sebelumnya. Selain itu peneliti juga
menggunakan data sekunder dengan cakupan yang lebih luas yaitu Bank
Umum Syariah di Indonesia dan rentang waktu yang lebih panjang yaitu
tahun 2014-2018.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir atau kerangka konseptual merupakan model konseptual
yang menjelaskan bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai suatu masalah yang penting. Kerangka berpikir
disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan.
-
30
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu mengenai pengaruh
antara variabel independen atau variabel X meliputi (Rasio Kecukupan Modal
dan Return On Assets) dengan variabel dependen atau variabel Y (Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif), maka kerangka konseptual penelitian ini
yaitu sebagai berikut42
:
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
H1
H2
H3
Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka diketahui bahwa jika rasio
kecukupan modal yang diproksi dengan capital adequacy ratio (CAR)
berpengaruh signifikan terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif.
Apabila dalam suatu perusahaan capital adequacy ratio (CAR) rendah maka
akan berpengaruh terhadap pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang lebih tinggi. Sebaliknya jika capital adequacy ratio (CAR)
dalam suatu perusahaan tinggi maka akan berpengaruh terhadap penurunan
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Return on assets (ROA)
berpengaruh signifikan terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif.
Jika dalam suatu perusahaan return on assets (ROA) rendah maka akan
42
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: ALFABETA CV, 2016), 60.
Rasio Kecukupan
Modal (X1)
Return On Assets
(X2)
Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (Y)
-
31
berpengaruh terhadap meningkatnya pembentukan penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP). Sebaliknya jika return on assets (ROA) tinggi maka
akan berpengaruh terhadap penurunan pembentukan penyisihan penghapusan
aktiva produktif. Sedangkan jika capital adequacy ratio (CAR) dan return on
assets (ROA) rendah maka akan meningkatkan pembentukan penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) dan sebaliknya. Demikian jadi capital
adequacy ratio (CAR) dan return on assets (ROA) secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian.
Jawaban sementara maksudnya jawaban yang diberikan baru didasari pada
teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data. Hipotesis yang baik, hipotesis yang harus dapat
diuji kebenarannya, melalui pengumpulan dan pengolahan data yang relevan.
Pengujian hipotesis membawa kepada kesimpulan untuk menerima hipotesis
atau menolak hipotesis.43
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir
diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Pengaruh Rasio Kecukupan Modal Terhadap Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif
Rasio Kecukupan Modal atau Capital adequacy ratio (CAR) adalah
rasio kinerja bank mengenai modal yang dimiliki bank untuk menunjang
aktiva yang mengandung dan menghasilkan unsur risiko, misalnya
43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 64.
-
32
pemberian pembiayaan.44
Rasio kecukupan modal diproksi dengan capital
adequacy ratio (CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR) dalam suatu bank
jika mengalami penurunan akan menyebabkan manajer memiliki inisiatif
untuk melakukan manajemen laba dengan membentuk penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) lebih tinggi, agar tidak melanggar
ketentuan dari Bank Indonesia. Apabila capital adequacy ratio (CAR)
dalam keadaan meningkat akan meningkatkan penilaian para investor dan
masyarakat terhadap bank tersebut. Pernyataan ini didukung oleh penelitian
Risna Rinanti (2012) yang menyatakan bahwa capital adequacy ratio
(CAR) berpengaruh terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif,
semakin rendah capital adequacy ratio (CAR) maka akan meningkatkan
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut :
Ha1 : CAR berpengaruh signifikan terhadap penyisihan penghapusan
aktiva produktif.
Ho1 : CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif.
2. Pengaruh Return On Assets Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif
Menurut Harahap dalam Dendi Purnama (2017) profitabilitas yaitu
kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui kemampuan dan sumber
yang terdapat dalam perusahaan. Return on assets (ROA) menjadi salah satu
44
Ayu Susanti,“Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial, Dan Capital Adequacy Ratio Terhadap Manajemen Laba,” 484.
-
33
indicator untuk mengukur profitabilitas. Return on assets (ROA) mengukur
kemampuan bank dalam mengembalikan laba yang dihasilkan dengan aktiva
yang dimiliki. Return on assets (ROA) yang rendah akan memotivasi pihak
manajer melakukan tindakan manajemen laba dengan membentuk
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Tindakan tersebut agar pihak
manajemen perusahaan mendapatkan bonus atas kinerjannya. Return on
assets (ROA) yang tinggi akan menimbulkan kepercayaan investor atas
kinerja perusahaan.45
Menurut Archibalt dalam Herni dan Yulius Kurnia Susanto (2008)46
perusahaan yang memiliki profitabilitas atau return on assets yang rendah
cenderung akan melakukan manajemen laba dalam bentuk perataan laba.
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Dina Hardianti (2017) yang
menyatakan bahwa return on assets (ROA) berpengaruh terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif, semakin rendah return on assets
(ROA) akan meningkatkan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif dan sebaliknya. Maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut :
Ha2 : ROA berpengaruh signifikan terhadap penyisihan penghapusan
aktiva produktif.
Ho2 : ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif.
45
Dendi Purnama, “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Institusional, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba,” 2. 46
Ketut Gunawan dan Surya Dermawan, , “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
dan Leverage Terhadap Manajemen Laba,” 3.
-
34
3. Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Return On Assets Terhadap
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Menurut Jian dalam Slamet Haryono (2008) dipengaruhi oleh dua motif
untuk melakukan manajemen laba yaitu signaling hypothesis dan
opportunistic behavior hypothesis. Tindakan manajemen laba dipengaruhi
oleh motif opportunistic. Motif opportunistic yaitu motif keinginan manajer.
Peneliti mengambil variabel independen yaitu rasio kecukupan modal dan
return on assets (ROA) yang mempengaruhi terjadinya manajemen laba
dengan motif opportunistic.47
Rasio kecukupan modal diproksi dengan
capital adequacy ratio (CAR). Apabila capital adequacy ratio (CAR) dalam
perusahaan kecil maka akan memotivasi manajer melakukan manajemen
laba dengan membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif lebih
tinggi. Profitabilitas diproksikan dengan return on assets (ROA). Apabila
return on assets (ROA) dalam perusahaan rendah maka akan meningkatkan
manajemen laba dan sebaliknya.
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Sariati dan Marlinah
(2015) yang menyatakan bahwa capital adequacy ratio (CAR) dan return
on assets (ROA) berpengaruh terhadap penyisihan pnghapusan aktiva
produkif. Apabila capital adequacy ratio (CAR) dan return on assets
(ROA) perusahaan rendah maka akan meningkatkan pembentukan
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut :
47
Slamet Haryono, “Pengaruh Motif Opportunistic, Signaling Dan Capital Regulation
Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,” 103.
-
35
Ha3 : CAR dan ROA berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif.
Ho3 : CAR dan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif.
-
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Desain penelitan sama dengan rancangan penelitian yang pada
hakikatnya sebagai suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitan dan
sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitan.1
Menurut Sandu Siyoto (2015) desain penelitan merupakan sebuah peta bagi
peneliti yang menuntun serta menentukan arah pada saat proses penelitan
secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, tanpa
adanya desain penelitian yang benar seorang peneliti tidak akan dapat
melakukan penelitan dengan baik karena tidak mempunyai pedoman arah
yang jelas.2
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Metode
penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme yang memandang bahwa realitis, gejala atau fenomena
diklasifikasikan dapat diukur dan diamati, digunakan untuk meneliti populasi
atau sampel tertentu dengan menggunakan instrumen penelitian dan analisis
data bersifat kuantitatif atau statistik yang bertujuan untuk menguji hipotesis.3
Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta,
menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskripsi statistic,
1 Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015), 98. 2 Ibid.
3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2010), 8.
-
37
menaksir dan meramalkan hasilnya. Penelitian kuantitatif melihat hubungan
variabel terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat, maka
dari itu dalam penelitiannya terdapat variabel independen dan dependen.
Variabel tersebut kemudian dicari seberapa besar pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
Penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel X1 (Rasio Kecukupan
Modal) dan X2 (Return On Assets) terhadap Y (Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif). Alasan dipilihnya jenis penelitian ini karena peneliti ingin
mengetahui seberapa besar pengaruh rasio kecukupan modal dan return on
assets terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel merupakan objek yang mempunyai variasi antara satu dengan
yang lainnya. Menurut Tia Mutiara, variabel adalah sesuatu yang menjadi
fokus perhatian yang memberikan pengaruh dan mempunyai nilai (value).4
Jadi variabel yaitu konsep yang memiliki variasi lain dan memiliki nilai.
Penelitian ini menggunakan variabel dependen (Y) yaitu penyisihan
penghapusan aktiva produktif dan variabel bebas (X1) yaitu rasio kecukupan
modal dan (X2) yaitu return on assets (ROA).
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
atau yang menjadi akibat. Variabel dependen, variabel terikat atau variabel
Y dalam penelitian ini yaitu penyisihan penghapusan aktiva produktif.
4 Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, 51.
-
38
Penyisihan penghapusan aktiva produktif merupakan cadangan yang
diperkenankan oleh Bank Indonesia untuk menutupi resiko pembiayaan
bank. Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) menjadi indicator
untuk mengindikasi terjadinya manajemen laba. Alasannya penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) merupakan komponen pembentuk
modal dan komponen pretax income yang berpengaruh terhadap laba, maka
memiliki potensi untuk dimanipulasi oleh manajer. Cara menghitung nilai
PPAP yaitu :
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah rasio kecukupan modal
(XI) dan Return on assets (X2). Variabel independen atau variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat atau yang menjadi
sebab perubahannya dan timbulnya variabel terikat.
a. Rasio kecukupan modal (CAR)
Rasio kecukupan modal adalah rasio kinerja bank yang berkaitan
dengan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung dan menghasilkan unsur risiko, misalnya pemberian
pembiayaan.5 Rasio kecukupan modal diproksikan dengan CAR. CAR
bertujuan untuk melindungi bank dari risiko dan kerugian yang timbul
dari aktivitas yang dilakukan. CAR merupakan kinerja bank yang
5 Ayu Susanti, “Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial, Dan Capital Adequacy Ratio Terhadap Manajemen Laba.” JOM Fekon, Vol. 3 No. 1
(Februari, 2016), 482.
-
39
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan kecukupan
modal. Rasio kecukupan modal (CAR) dapat dihitung dengan :
b. Return On Assets (ROA)
Return on assets (ROA) menjadi salah satu variabel independen
dalam penelitian ini. Return on assets (ROA) mengukur kemampuan
bank dalam mengembalikan laba yang dihasilkan dengan aktiva yang
dimiliki. Return on assets (ROA) dalam suatu bank jika semakin besar
maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dan semakin
baik pula posisi bank dalam sisi penggunaan aset. Return on assets
(ROA) dapat dihitung dengan :
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah
tertentu, waktu tertentu serta dengan kualitas tertentu yang akan
diamati/diteliti. Pengertian lain populasi adalah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Dalam penelitian ini populasi atau objek penelitian yang dimaksud yaitu
seluruh Bank Umum Syariah (BUS) periode 2014-2018. Berdasarkan data
statistic OJK per Oktober 2019 terdapat 14 Bank Umum Syariah.
-
40
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel ditentukan berdasarkan pertimbangan masalah,
tujuan, hipotesis, metode dan instrumen penelitian. Sampel diambil jika
populasi dalam ukuran besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga
dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel.6
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik penentuan sampel ini dengan pertimbangan atau kriteria
tertentu. Pemilihan sampel ini berdasarkan beberapa kriteria yaitu :
Tabel 3.1
Kriteria Pemilihan Sampel
No Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah Bank
1. Bank Umum Syariah di
Indonesia
14
2. Bank Umum Syariah yang tidak
mempublikasikan laporan
keuangan secara lengkap selama
tahun 2014-2018
(2)
3. Bank Umum Syariah yang
laporan keuangannya selama
tahun 2014-2018 berturut-turut
merugi
(3)
4. Bank Umum Syariah yang telah
memenuhi kriteria dari sampel
9
Sumber : website masing-masing bank syariah
Berdasarkan kriteria maka sampel yang akan diolah dalam penelitian ini
yaitu 9 bank umum syariah dengan masing-masing data laporan keuangan
lima tahun selama 2014-2018 jadi data yang akan diolah sebanyak 45
6 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 80-81.
-
41
observasi. Berikut daftar nama bank yang dijadikan sampel penelitian ini
yaitu :
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No Nama Bank Sumber Data
1. BRI Syariah www.brisyariah.co.id
2. BNI Syariah www.bnisyariah.co.id
3. Bank Syariah Mandiri www.syariahmandiri.co.id
4. Bank Muamalat www.bankmuamalat.co.id
5. Bank Mega Syariah www.megasyariah.co.id
6. BTPN Syariah www.btpnsyariah.co.id
7. Bukopin Syariah http://www.syariahbukopin.co.id/
8. Bank Jabar Banten
Syariah
www.bjbsyariah.co.id
9. BCA Syariah www.bcasyariah.co.id
Sumber: website bank syariah
D. Jenis Dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder berasal
dari sumber informasi dari web, majalah dan jurnal yang perlu disusun dan
disinkronkan agar dapat meningkatkan kebenaran dan ketepatan.7 Data
sekunder memberikan jaminan tidak adanya manipulasi data yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan
tahunan bank umum syariah selama 5 tahun dalam rentang 2014 s/d 2018
yang menjadi sampel penelitian. Laporan keuangan dapat diakses langsung
melalui website masing-masing sampel bank.
7 Noegroho Boedijoewono, Pengantar Statistika Ekonomi dan Bisnis (Yogyakarta: UPP
STIM YKPN, 2016), 12-13.
http://www.brisyariah.co.id/http://www.bnisyariah.co.id/http://www.syariahmandiri.co.id/http://www.bankmuamalat.co.id/http://www.megasyariah.co.id/http://www.btpnsyariah.co.id/http://www.syariahbukopin.co.id/http://www.bjbsyariah.co.id/http://www.bcasyariah.co.id/
-
42
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data menjadi langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data
dilihat dari sumbernya dapat menggunakan sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah data yang langsung diterima dari sumber
data (responden/sampel/informan). Sedangkan sumber sekunder adalah data
yang tidak langsung diterima dari sumber data.8 Metode pengumpulan data
dalam penelitian dapat diperoleh dengan beberapa cara diantaranya yaitu tes,
wawancara, kuesioner, observasi, dokumentasi, dan gabungan ketiganya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan
cara :
1. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data yang berkaitan dengan variabel
yang akan diteliti bisa berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Metode dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan laporan keuangan dari sumber data
yang telah dijelaskan sebelumnya.9
2. Metode Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Pengumpulan data dengan
observasi memiliki ciri yang spesifik jika dibandingkan dengan teknik yang
lain, karena observasi tidak terbatas pada orang sebagai responden tetapi
8 Eri Barlian, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantiitatif (Padang: Sukabina Press,
2016),42. 9 Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, 78.
-
43
pada objek alam yang lain. Teknik observasi ini digunakan jika penelitian
berkenaan dengan manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila
responden yang diamati tidak terlalu luas.10
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi untuk
mengamati rasio kecukupan modal, return on assets, dan penyisihan
penghapusan aktiva produktif bank umum syariah selama 5 tahun pada
tahun 2014-2018.
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data diarahkan dalam penelitian kuantitatif digu