pengaruh religiusitas dan family support terhadap ... · pernyataan orisinalitas saya yang bertanda...
TRANSCRIPT
PENGARUH RELIGIUSITAS DAN FAMILY
SUPPORT TERHADAP HAPPINESS PADA
LANSIA
DI PANTI WERDHA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat
mencapai gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh :
Inayah Mardiah
107070001499
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
PENGARUH RELIGIUSITAS DAN FAMILY SUPPORT
TERHADAP HAPPINESS PADA LANSIA
DI PANTI WERDHA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat
mencapai gelar Sarjana Psikologi
Di bawah bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Netty Hartati, M.Si Nia Tresniasari, M. Si
NIP: 19531002 198303 2001 NIP : 19841026 200912 2004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH RELIGIUSITAS DAN FAMILY
SUPPORT TERADAP HAPPINESS PADA LANSIA DI PANTI WERDHA”
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Desember 2011. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program
Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 9 Desember 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua Pembantu Dekan/Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga,M.Si
NIP: 130 885 522 NIP: 19561223 198303 2 001
Anggota:
Yufi Adriani, M. Psi Dra. Netty Hartati, M.Si
NIP: 19820918 200901 2006 NIP: 19531002 198303 2001
Nia Tresniasari, M. Si
NIP : 19841026 200912 2004
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Inayah Mardiah
NIM : 107070001499
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH
RELIGIUSITAS DAN FAMILY SUPPORT TERADAP HAPPINESS PADA
LANSIA DI PANTI WERDHA” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan
tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun
kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan
sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan
undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau
jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 1 Desember 2011
Inayah Mardiah .
NIM: 107070001499
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Dalam hidup ini janganlah terpaku hanya
dengan 1 hal saja, karena waktu terus
bergulir.
Jalanilah dan isilah hidup ini dengan hal-hal
yang bermakna.
LIFE GOES ON..
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini ku persembahkan untuk Mama dan
Papa serta adikku tersayang..
Yang tanpa pernah lelah selalu memberikan
dukungan, nasehat, dan kebahagiaan tanpa henti.
Kalianlah penyemangat dan penghiburku dalam
menyelesaikan ini
ABSTRAK
(A)Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta(B) November 2011(C) Inayah Mardiah(D)xvi + 84 halaman + lampiran(E) Pengaruh Religiusitas dan Family Support terhadap Happiness pada Lansia di
Panti Werdha(F) Ketika orang berada pada periode akhir (lansia), terjadi perubahan-perubahan
baik secara fisik maupun psikis. Masalah-masalah psikologis pun dirasakanoleh para lansia pada periode ini yaitu tidak bisa menyesuaikan diri terhadapperubahan-perubahan yang terjadi disekitarnya. Di antaranya dikarenakankurangnya perhatian atau ditinggalkan oleh keluarga dan kerabat terdekatnya,sehingga para lansia tersebut merasakan kesepian, stress, bahkan depresi yangpada akhirnya mereka tidak bisa merasakan kebahagiaan dalam hidup mereka.Dalam hal ini, religiusitas dan family support mempunyai pengaruh untukmenumbuhkan atau meningkatkan happiness terutama pada lansia di pantiwerdha.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh religiusitas dan familysupport terhadap happiness lansia di PSTW Budi Mulia 3 Ciracas dan PSTWBudi Mulia 4 Margaguna. Adapun variabel dalam penelitian ini berjumlahsebelas variabel yaitu sepuluh independent variable (keyakinan, praktikagama, pengalaman, pengetahuan, konsekuensi, dukungan konkrit, dukunganemosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan, dan jenis kelamin)dan satu dependent variable (happiness). Teknik pengambilan sampel yangdigunakan dalam penelitian ini non-probability sampling dan jumlah sampelyang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 110 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antarareligiusitas, family support, dan jenis kelamin terhadap happiness pada lansiadi panti werdha, dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 atau sig < 0,05.Adapun R Square dari semua variabel yang diujikan sebesar 0,567 atau 56,7%, yang berarti variasi dari happiness (DV) dijelaskan oleh 10 IV dalampenelitian ini sebesar 56,7 %, sisanya 43,3 % dipengaruhi oleh IV lain yangtidak diteliti dalam penelitian ini. Dari kesepuluh IV yang diujikan hanya adadua IV yang berpengaruh secara signifikan terhadap happiness yaitu variabelpengalaman dan konsekuensi dengan taraf signifikansi sebesar 0,015 (sig <0,05). Dalam uji proporsi varians masing-masing IV, hanya enam IV yangberkontribusi secara signifikan yaitu variabel keyakinan (0,000), pengalaman(0,000), pengalaman (0,000), konsekuensi (0,010), dukungan konkrit (0,027),dan dukungan emosional (0,014).
Hasil penelitian ini merupakan masukan yang positif bagi pihak panti werdha,agar dapat lebih meningkatkan kegiatan keberagamaan para lansia di panti.Selain itu, juga lebih mempererat ikatan kekeluargaan tidak hanya pihak
keluarga lansia dengan lansia tetapi juga melibatkan pihak panti (petugas danperawat).
(G)Daftar Bacaan: 28, 15 buku; 7 jurnal; 6 internet.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah, dan kasih sayang yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “PENGARUH RELIGIUSITAS
DAN FAMILY SUPPORT TERHADAP HAPPINESS PADA LANSIA DI
PANTI WERDHA”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan Nabi kita semua, Nabi Muhammad SAW, berikut para keluarga dan
sahabatnya.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik
dalam bentuk sumbangan pikiran, materi, tenaga, dan waktu yang tidak terukur
dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Netty Hartati, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing I, terima kasih atas
bimbingan, sumbangan pikiran, dan telah meluangkan waktunya untuk
peneliti dalam penulisan, serta saran demi kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Nia Tresniasari, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih atas
perhatiannya, bimbingan, saran, tempat berbagi cerita, dan telah meluangkan
waktunya untuk memberikan materi setiap minggunya, serta motivasinya
dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Prof. Dr. Abdul Mujib, MA, selaku pembimbing seminar proposal. Terima
kasih atas arahan dan bantuan bapak memberikan bahan-bahan materi hingga
akhirnya peneliti bisa membawa judul seminar proposal ini menjadi skripsi
hingga selesai sekarang ini.
5. Bapak Drs. Rachmat Mulyono, M. Si., Dosen Pembimbing Akademik, terima
kasih atas bimbingannya dan semangatnya selama peneliti menjalani
perkuliahan.
6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
banyak memberikan ilmu dan pembelajaran kepada peneliti.
7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak membantu peneliti dalam menjalani perkuliahan.
8. Bapak Nuzul, pihak dari Dinas Sosial DKI Jakarta yang telah memberikan izin
peneliti untuk mengambil data di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI
Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur
9. Ibu Farah, pihak dari PSTW Budi Mulia 4 Margaguna dan Ibu Ira, pihak dari
PSTW Budi Mulia 3 Ciracas yang telah membantu dan memberikan arahan
pada peneliti selama pengambilan data di panti.
10. Kedua orangtuaku tercinta, Masrul Huda dan Haniah Hanafie yang
merupakan sumber inspirasi bagi peneliti dan senantiasa memberikan doa
yang selalu menyertai peneliti, kasih sayang, cinta, motivasi, bantuan dan
materi yang tidak akan pernah bisa terganti dan terbayar oleh apapun.
11. Adikku tersayang, Saifudin Nur terima kasih telah menjadi tempat berbagi
cerita, penghibur, dan menjadi adik yang sabar dalam menghadapi kakakmu
yang cerewet ini.
12. Fitra Maulana, terima kasih telah menjadi orang yang paling sabar
mendengarkan keluhan-keluhan peneliti dan memberikan semangat di saat
peneliti merasa jenuh.
13. Terima kasih untuk sahabatku Puri yang telah mandampingi peneliti selama
kurang lebih 4 tahun, memberikan semangat, berbagi cerita dan canda
terutama selama pengerjaan skripsi ini.
14. Sahabat-sahabatku tersayang lainnya, Nuran, Icha, Iki, Siro, Linda, Nyun,
Risna, Rifah, Weni dan Kamel. Terima kasih untuk semua persahabatan kita
selama ini, untuk berbagi cerita, gosip-gosip ria,dan saling membantu satu
sama lain dalam menyelesaikan masalah ataupun tugas kuliah.
15. Terima kasih kepada Kak Ndes yang telah memberikan saran-saran dan
sebagai tempat konsultasi untuk judul skripsi ini.
16. Teman satu perjuangan Ami dan Kak Lukem, kita bertiga akhirnya bisa
menyelesaikan skripsi ini tepat waktu dan bersama-sama pula. Serta Mala dan
Tia yang telah membantu peneliti dalam mengolah data dan sebagai tempat
bertanya.
17. Seluruh teman-teman kelas D angkatan 2007 yang unik dan membuat peneliti
rindu akan kegaduhan kalian semua. Terima kasih untuk semua kebersamaan
kita selama 4 tahun ini, untuk semua cerita, dan pengalaman yang luar biasa
serta diskusi-diskusi yang menegangkan dan seru dalam menyelesaikan
masalah kelas.
18. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk
segala doa, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh
Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Jakarta, 1 Desember 2011
Peneliti
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Pembimbing ............................................................. i
Lembar Pengesahan Panitia Ujian ............................................................. ii
Lembar Orisinalitas ................................................................................... iii
Motto dan Persembahan ............................................................................ iv
Abstrak ...................................................................................................... vi
Kata Pengantar .......................................................................................... viii
Daftar Isi ................................................................................................... xi
Daftar Tabel .............................................................................................. xiv
Daftar Lampiran ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 11.2. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 8
1.2.1. Batasan Masalah ................................................................ 81.2.2. Rumusan Masalah ............................................................. 10
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 111.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 11
1.4.1. Manfaat Teoritis ................................................................. 111.4.2. Manfaat Praktis .................................................................. 12
1.5. Sistematika Penulisan 12
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Lansia .............................................................................................. 15
2.1.1. Pengertian Lansia .................................................................. 15
2.1.2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia .................... 16
2.1.3. Lansia di Panti Werdha ........................................................ 22
2.2. Happiness ....................................................................................... 24
2.2.1. Pengertian Happiness ........................................................... 24
2.2.2. Aspek-aspek Happiness ........................................................ 25
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Happiness ..................... 29
2.2.4. Pengukuran Happiness .......................................................... 32
2.3. Religiusitas ...................................................................................... 33
2.3.1. Pengertian Religiusitas .......................................................... 33
2.3.2. Aspek-aspek Religiusitas ....................................................... 34
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas .................... 36
2.3.4. Pengukuran Religuisitas ........................................................ 37
2.4. Family Support ................................................................................ 38
2.4.1. Pengertian Family Support .................................................... 38
2.4.2. Jenis-jenis Family Support .................................................... 39
2.4.3. Kualitas Family Support ........................................................ 41
2.4.4. Pengukuran Family Support ................................................... 42
2.5. Kerangka Berpikir ........................................................................... 43
2.6. Hipotesis ......................................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ...................... 49
3.1.1. Populasi Penelitian ................................................................ 49
3.1.2. Sampel Penelitian ................................................................. 50
3.1.3. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 50
3.2. Variabel Penelitian .......................................................................... 50
3.2.1. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................ 50
3.2.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................. 51
3.3. Pengumpulan Data ......................................................................... 52
3.3.1. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 52
3.3.2. Instrumen Pengumpulan Data .............................................. 53
3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 62
3.4.1. Teknik Pengolahan Data ...................................................... 62
3.4.2. Teknik Analisis Data ............................................................ 63
3.4.2.1. Uji Validitas ........................................................... 63
3.4.2.2. Uji Reliabilitas ........................................................ 64
3.5. Prosedur Penelitian .......................................................................... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian .............................................. 66
4.2. Uji Hipotesis Penelitian ................................................................... 67
4.2.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian ..................................... 67
4.2.2. Uji Koefisien Masing-masing Independent Variable (IV) .... 68
4.2.3. Uji Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable ..75
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 79
5.2. Diskusi ............................................................................................ 80
5.3. Saran ............................................................................................... 83
5.3.1. Saran Metodelogis ................................................................ 83
5.3.2. Saran Praktis ......................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 86
LAMPIRAN ............................................................................................... 90
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Item Skala ................................................................. 48
Tabel 3.2 Blue Print Skala Religiusitas (Try Out).............................. 49
Tabel 3.3 Blue Print Skala Religiusitas (Field Test) ......................... 50
Tabel 3.4 Blue Print Skala Family Support (Try Out)......................... 52
Tabel 3.5 Blue Print Skala Family Support (Field Test) .................... 53
Tabel 3.6 Blue Print Skala Happiness (Try Out) ................................ 54
Tabel 3.7 Blue Print Skala Happiness (Field Test) ............................ 56
Tabel 4.1 Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ................... 61
Tabel 4.2 R Square Pengaruh Religiusitas dan Family Support
terhadap Happiness ............................................................. 62
Tabel 4.3 Signifikansi Religiusitas dan Family Support (IV)
terhadap Happiness (DV) .................................................... 63
Tabel 4.4 Koefisien Regresi Religiusitas dan Family Support (IV)
terhadap Happiness (DV) .................................................... 63
Tabel 4.5 Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable ..... 70
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Izin Penelitian
Surat Persetujuan Penelitian dari Dinas Sosial DKI Jakarta
Skala Penelitian
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Religiusitas
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Family Support
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Happiness
Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
R Square Pengaruh Religiusitas dan Family Support terhadap Happiness
Signifikansi Religiusitas dan Family Support (IV) terhadap Happiness (DV)
Koefisien Regresi Religiusitas dan Family Support (IV) terhadap Happiness (DV)
Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian
mengenai pengaruh religiusitas dan family support terhadap happiness pada lansia
di panti werdha, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
1.1. Latar Belakang Masalah
Proses menjadi tua merupakan suatu kejadian yang alami dan setiap orang
akan mengalaminya, karena hal ini merupakan tahap akhir dalam sebuah
perjalanan hidup. Papalia (2008) membagi lanjut usia (lansia) menjadi tiga
kelompok yaitu lansia muda (young old) usia antara 65 - 74 tahun, lansia tua (old-
old) rentang usia 75 - 84 tahun, dan lansia tertua (oldest old) berusia 85 tahun ke
atas. Di Indonesia batasan usia untuk lansia berdasarkan Undang-Undang No. 13
tahun 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut adalah di atas 60 tahun (Depsos,
1999). Pada periode ini akan terjadi perubahan fisik dan psikologis maupun
kondisi sosial yaitu dalam berhubungan dengan orang lain.
Perubahan fisik merupakan perubahan yang dapat dilihat secara langsung,
seperti adanya kerutan-kerutan di wajah, mulai terlihat bungkuk, sendi-sendi
pergelangan terasa linu, otot tangan dan kaki mulai cepat terasa pegal, sehingga
kemampuan untuk membawa barang-barang yang berat mulai berkurang, dan
lain-lain. Papalia (2008) juga menjelaskan bahwa perubahan-perubahan fisik yang
terjadi seperti kulit menjadi menua, memucat, kurang elastis, dan berkerut
dikarenakan mengkerutnya lemak dan otot. Selain itu perubahan fisik lainnya
yaitu rambut menjadi putih dan semakin tipis, para lansia menjadi lebih pendek
dikarenakan melemahnya tulang vertebrae dan postur bungkuk menjadikan
mereka semakin kecil. (Papalia, 2008)
Permasalahan lain yang dialami lansia yaitu permasalahan psikologis.
Dimana para lansia tidak bisa menyesuaikan dirinya terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi pada dirinya, salah satunya karena telah memasuki masa
pensiun. Adanya persepsi negatif dari masyarakat bahwa orang yang berusia
lanjut dianggap kurang berkontribusi, tidak produktif lagi, sakit-sakitan, dan lain-
lainnya. Menurut Kim dan Moen (dalam Papalia, 2008) orang-orang yang telah
pensiun merasakan kehilangan peran pekerjaannnya sehingga berpengaruh pada
identitas diri mereka. Hal tersebut menyebabkan kepercayaan dirinya menjadi
rendah dan dapat terjadi peningkatan gejala depresi terutama pada pria (Papalia,
2008).
Masalah lainnya yang terjadi pada lansia diantaranya kurang perhatian dari
orang-orang terdekatnya (keluarga), ditinggal oleh orang-orang terdekat seperti
suami, istri, orang tua, atau anak yang telah meninggal sebelumnya,bahkan
sengaja ditinggalkan oleh keluarganya karena tidak mampu mengurus anggota
keluarganya yang sudah lansia. Akibatnya para lansia tersebut merasa kesepian
karena tidak mempunyai teman untuk mengobrol. Akhirnya banyak lansia merasa
kurang nyaman, kesulitan dalam menjalani hidupnya, dan tidak bisa merasakan
kebahagiaan yang seharusnya mereka bisa merasakannya seperti orang lain pada
umumnya. Dikarenakan pada umumnya di Indonesia, orang yang sudah
memasuki periode lansia semakin hari semakin membutuhkan keluarganya.
Para lansia pun akhirnya tinggal di panti werdha dengan tujuan mereka
bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dibandingkan kehidupan sebelum
mereka masuk panti. Untuk itulah, peneliti ingin meneliti happiness pada lansia
yang tinggal di panti werdha karena happiness yang dirasakan oleh lansia yang
tinggal di panti berbeda dengan happiness yang dirasakan oleh lansia yang tidak
tinggal di panti. Ditambah lagi dengan permasalahan, lansia yang tinggal di panti
werdha jauh dari keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian O’Connor dan
Vallerand (Papalia, 2008), sekitar 129 penghuni yang tinggal di panti werdha
dengan tingkat perawatan cukup baik, merasa memiliki harga diri yang tinggi,
tingkat depresi lebih rendah, dan lebih puas akan kebermaknaan dalam hidup.
Sehingga mendapatkan motivasi yang berasal dari keluarga merupakan
salah satu hal yang penting bagi para lansia untuk tetap bersemangat dan tidak
mudah putus asa dalam menghadapi masalah walaupun mereka tidak tinggal
bersama. Selain itu, cara lainnya yaitu dengan lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan dengan mengikuti pengajian, aktif mengikuti kegiatan sosial yang di
lingkungan mereka dan mengembangkan hobi yang dimiliki seperti menjahit,
merajut, berkebun, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan ini juga dapat mengurangi
rasa kesepian atau kekosongan, putus asa, stress, dapat menambah harapan, tujuan
hidup, kebermaknaan dan kepuasan hidup, sehingga para lansia dapat merasakan
happiness.
Happiness adalah suatu keadaan pikiran maupun perasaan yang ditandai
dengan adanya kesenangan, kenikmatan, kebermakanaan, dan kepuasan dalam
menjalani hidup. Menurut Seligman (2002) happiness ialah kondisi dan
kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan,
dan sekarang. Bagian-bagian dari happiness itu sendiri adalah kepuasan masa lalu,
kebahagiaan pada masa sekarang dan optimis masa depan. Menurut Seligman
(2002), faktor-faktor yang mempengaruhi happiness ialah uang, kehidupan sosial,
emosi negatif, perkawinan, jenis kelamin, kesehatan, usia, dan agama.
Happiness dapat mempengaruhi diri seseorang untuk ke arah yang positif,
baik secara kognitif maupun tingkah laku. Sebagaimana Gloaguen dan kawan-
kawan (dalam Lyubomirsky, 2005) menjelaskan bahwa manfaat dari happiness
secara kognitif dan tingkah laku dapat mengatasi perasaan-perasaan negatif dan
depresi. Selain itu, rasa optimis juga merupakan salah satu bagian terpenting bagi
para lansia dalam menjalani hidup ini seperti bisa menerima dengan ikhlas dan
mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang ada, sehingga
dapat menjalani hidupnya dengan tenang dan merasakan kenyamanan dalam
menjalani aktivitas sehari-harinya. Sebagaimana yang dijelaskan Charles dan
kawan-kawan (dalam Lyubomirsky, 2005) bahwa orang tua yang memiliki rasa
optimis akan lebih bahagia dalam menjalani hidupnya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para lansia untuk mendapatkan
happiness serta mengatasi masalah-masalah psikologis dalam hidupnya melalui
keberagamaan (religiusitas) yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan. Selain itu,
religiusitas dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada
lansia dalam hal menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan
perasaan berharga akan pentingnya kehidupan, dan menerima kekurangan di masa
tua (Daaleman, Perera, & Studenski, 2004; Fry, 1999; Koenig & Larson, 1998
dalam Santrock, 2006; dalam psikomedia.com)
Glock dan Stark (1968) mengartikan religiusitas yang berasal dari kata
religi yaitu sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku
yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang
dihayati sebagai sesuatu yang paling maknawi. Aspek-aspek religiusitas menurut
Glock dan Stark (1968) ialah keyakinan (the belief), peribadatan atau praktik
agama (religious practice), pengalaman (the experience), pengetahuan agama (the
knowledge), konsekuensi (the consequences).
Khalek (2006) menjelaskan bahwa tingkat religiusitas dan kebahagian
yang dimiliki antara pria dan wanita berbeda. Dimana pria merasa lebih bahagia
dan kesehatannya secara mental lebih baik dibandingkan wanita, sedangkan untuk
tingkat religiusitas lebih tinggi wanita dibandingkan pria. Koenig (dalam Khalek,
2006) juga menyatakan bahwa seseorang yang beriman serta tulus dalam
menjalankan ibadahnya sesuai dengan aturan agamanya maka ia akan lebih
menikmati dan kesehatannnya secara fisik dan psikis lebih baik.
Manfaat dari religiusitas secara psikologis bagi lansia adalah memberikan
keyakinan dan pikiran positif. Contohnya yaitu para lansia bisa menentukan
keputusan yang tepat bagi dirinya, mengontrol dirinya untuk berperilaku, mampu
memilih dengan baik apa yang seharusnya dilakukan, dapat mengalihkan stress ke
hal yang positif, dan lain-lain. Seperti yang dijelaskan David dan kawan-kawan
(2009) bahwa seseorang yang percaya pada Tuhan dapat mengurangi tingkat
keputusasaan, depresi, stress, kecemasan, serta bisa meningkatkan happiness,
kepuasan hidup, dan kesejahteraan pada dirinya.
Selain dengan agama, para lansia juga bisa mendapatkan happiness
dengan mendapat dukunngan dari orang-orang terdekatnya (keluarga) dalam hal
ini melalui family support. Family support yang akan diteliti terdiri dari dari dua
macam yaitu dukungan yang berasal dari keluarga dan dari orang-orang terdekat,
dalam hal ini orang-orang terdekat yang dimaksud adalah petugas, perawat,
dokter, dan sesama lansia yang berada di panti dan sudah sudah dianggap seperti
keluarga sendiri oleh lansia tersebut. Pengertian family support itu sendiri
menurut Thompson (2006) adalah pemberian bantuan yang merupakan suatu
kewajiban untuk membantu anggota keluarga yang mengalami suatu masalah
yang bersifat sukarela dan sosial. Jenis-jenis family support menurut Thompson
(2006) adalah dukungan konkrit (concrete support), dukungan emosional
(emotional support), dukungan informatif (advice support), dukungan
penghargaan (esteem support).
Family support merupakan salah satu cara untuk menjaga hidup tetap
sehat dan bahagia khususnya para lansia. Selain itu, dengan adanya family support
bagi lansia membuat mereka lebih termotivasi dalam menjalani kehidupan sehari-
harinya, menghadapi suatu masalah, lebih optimis dan percaya diri dalam
melakukan kegiatan sehari-hari karena adanya perhatian dari anggota
keluarganya. Menurut Taylor (dalam Sharma, 2010), seseorang yang
mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-temannya lebih berani untuk
mengatasi stress yang mereka alami.
Bagi para lansia yang tinggal di panti werdha, family support yang
dibutuhkan adalah dukungan yang berasal dari orang-orang terdekatnya (perawat,
petugas sosial, dokter, dan antar lansia) terutama yang berada di panti. Dimana
mereka saling memberikan saran, nasehat, dan berbagi cerita satu sama lain.
Dukungan dari anggota keluarga juga dibutuhkan, walaupun keluarga mereka jauh
dan tidak tinggal bersama. Adanya kunjungan dari keluarga untuk menjenguk
para lansia atau sekedar berkomunikasi lewat telepon merupakan bentuk perhatian
yang dapat memberikan kebahagiaan tersendiri bagi para lansia.
Family support dapat menciptakan suatu komunikasi yang lebih baik
antara satu sama lain, saling membantu dalam memmecahkan masalah dan
berbagi cerita antara satu sama lain. Menurut Boyles (2008), seseorang merasa
bahagia dikarenakan adanya family support dibandingkan dengan pendapatan
yang mereka dapatkan tiap tahunnya, karena dengan adanya family support dapat
membuat kualitas hubungan keluarga menjadi lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian di panti
werdha karena banyak lansia yang tinggal di sana dengan permasalahan yang
tidak dapat diselesaikan dengan baik sehingga menjadi stress, putus asa, depresi,
dan lain-lain. Selain itu, para lansia yang tinggal di panti jauh dari keluarganya,
karena mereka tidak sanggup mengurus, dan keadaan di panti jauh berbeda
dengan keadaan tempat tinggal mereka sebelumnya.
Berdasarkan fenomena-fenomena dan hasil penelitian yang telah
dipaparkan sebelumnya, peneliti ingin melihat lebih jauh bagaimana religiusitas
dan family support dapat berpengaruh terhadap happiness khususnya pada lansia
di panti werdha. Untuk itu, peneliti tertarik melakukan suatu penelitian yang
berjudul ”Pengaruh Religiusitas dan Family Support terhadap Happiness pada
Lansia di Panti Werdha.”
1.2. Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1. Batasan Masalah
Untuk menghindari kesalahan persepsi dan lebih terarahnya pembahasan, maka
penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut :
1. Happiness (kebahagiaan) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi
dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa
depan, dan sekarang. Aspek dari happiness itu sendiri kepuasan masa lalu,
kebahagiaan pada masa sekarang, dan optimis masa depan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi happiness ialah uang, kehidupan sosial, emosi negatif,
perkawinan, jenis kelamin, kesehatan, usia, dan agama. (Seligman, 2002).
2. Religiusitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem simbol, sistem
keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang
semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu
yang paling maknawi. Aspek-aspeknya ialah keyakinan (the belief),
peribadatan atau praktik agama (religious practice), pengalaman (the
experience), pengetahuan agama (the knowledge), konsekuensi (the
consequences) (Glock & Stark, 1968).
3. Family support yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan yang
berasal dari orang-orang terdekatnya (perawat, petugas sosial, dokter, dan antar
lansia di panti) terutama yang berada di panti. Dimana mereka saling
memberikan saran, nasehat, dan berbagi cerita satu sama lain. Dukungan dari
anggota keluarga juga dibutuhkan oleh para lansia walaupun keluarga mereka
jauh dan tidak tinggal bersama. Adanya kunjungan dari keluarga untuk
menjenguk para lansia atau sekedar berkomunikasi lewat telepon merupakan
bentuk perhatian yang dapat memberikan kebahagiaan tersendiri bagi para
lansia. Jenis-jenis dukungan yang dapat diberikan berupa dukungan konkrit
(concrete support) yaitu menjaganya dan merawat para lansia ketika sakit,
memberikan bantuan materi berupa uang atau barang untuk kebutuhan sehari-
hari, menemaninya jika ingin pergi, dan lain-lain. Dukungan emosional
(emotional support) berupa empati maupun simpati ketika para lansia
menghadapi masalah, dukungan informatif (advice support) berupa saran atau
nasehat yang diberikan sebagai solusi dari suatu permasalahan. Dukungan
penghargaan (esteem support) dapat berupa rasa hormat atau menghargai atas
kemampuan atau jasa yang dilakukan oleh para lansia, melalui pujian maupun
tingkah laku. (Thompson, 2006).
4. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang sehat berumur 60-75 tahun
(sesuai Undang-Undang No. 13 tahun 1998 mengenai kesejahteraan usia lanjut
bahwa batasan usia lansia di atas 60 tahun) baik pria maupun wanita (Khalek,
2006) yang tinggal di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah
Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
1.2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Apakah ada pengaruh keyakinan (the belief) religiusitas terhadap happiness
pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ?
2. Apakah ada pengaruh peribadatan atau praktik agama (religious practice)
religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial
DKI Jakarta ?
3. Apakah ada pengaruh pengalaman (the experience) religiusitas terhadap
happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ?
4. Apakah ada pengaruh pengetahuan agama (the knowledge) religiusitas terhadap
happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ?
5. Apakah ada pengaruh konsekuensi (the consequences) religiusitas terhadap
happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ?
6. Apakah ada pengaruh dukungan konkrit (concrete support) family support
terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI
Jakarta ?
7. Apakah ada pengaruh dukungan emosional (emotional support) family support
terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI
Jakarta ?
8. Apakah ada pengaruh dukungan informatif (advice support) family support
terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI
Jakarta ?
9. Apakah ada pengaruh dukungan penghargaan (esteem support) family support
terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI
Jakarta ?
10. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap happiness pada lansia di panti
werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran pengaruh
religiusitas dan family support terhadap happiness pada lansia yang ada di
panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan
Jakarta Timur.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti untuk
pengembangan ilmu psikologi terutama dalam bidang Psikologi Klinis dan
Psikologi Perkembangan. Dalam penelitian ini juga terdapat nuansa
keagamaan yaitu religiusitas yang ada pada lansia di panti werdha
sehingga dapat mengetahui seberapa jauh perkembangan keagamaan pada
lansia khususnya di panti werdha.
1.4.2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk perencanaan
program sosial seperti pendirian yayasan atau lembaga-lembaga sosial,
penyuluhan, seminar, dan informasi lainnya. Selain itu, menambah
informasi mengenai pentingnya religiusitas dan family support terhadap
happiness pada lansia, serta dapat memberikan saran bagi orang-orang
yang memerlukan bantuan terhadap keluarganya yang telah memasuki
periode dewasa akhir (lansia).
1.5. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Menguraikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian mengenai
pengaruh religiusitas dan family support terhadap happiness pada lansia di
panti werdha, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan dari penelitian
ini, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Teori
Menguraikan dan menjelaskan beberapa teori yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya ialah penjelasan mengenai lansia, penjelasan
mengenai pengertian, aspek-aspek, serta faktor-faktor yang mempengaruhi
happiness. Pengertian, jenis-jenis, dan kualitas dari family support itu
sendiri. Pengertian, aspek-aspek serta faktor-faktor religiusitas, kerangka
berpikir, dan gambar bagannya serta hipotesis dari penelitian ini.
Bab III : Metode Penelitian
Pada bab ini berisi mengenai penguraian mengenai variabel-variabel
penelitian, pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, populasi,
sampel, teknik pengambilan sampel, definisi operasional dari variabel
penelitian, pengumpulan data, instrument pengumpulan data, serta teknik
pengolahan dan analisis data.
Bab IV : Analisa Data
Pada bab ini menguraikan mengenai pengolahan data yang terkumpul dari
penelitian ini. Data yang terkumpul meliputi gambaran umum subyek
penelitian, pengaruh religiusitas dan family support terhadap happiness.
Bab V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
Pada bagian kesimpulan berisi jawaban dari permasalahan yang
dikemukakan dalam penelitian ini. Kesimpulan dibuat berdasarkan analisis
dan interpretasi data yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Pada
bagian diskusi akan dibahas hasil penelitian, selain itu juga akan diberikan
pembahasan mengapa suatu hipotesis penelitian ditolak atau diterima,
serta keterbatasan-keterbatasan penelitian. Bagian saran berisi saran-saran
teoritis untuk keperluan penelitian dan saran-saran praktis sesuai dengan
permasalahan dan hasil penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Lansia
2.1.2. Pengertian Lansia
Lansia merupakan masa dewasa akhir yang dimulai pada usia 60-an
hingga 120-an, memiliki rentang kehidupan yang paling panjang dalam periode
perkembangan (Santrock, 2002). Menurut Papalia (2008) pada masa ini terjadi
penuaan primer yaitu proses kemunduran tubuh yang bersifat gradual dan tidak
terhindarkan sepanjang rentang usia. Selain itu juga terjadi penuaan sekunder
yaitu proses penuaan yang terjadi akibat penyakit atau tidak menjaga tubuh
dengan baik, yang sebenarnya dapat dicegah sebelum terjadi. (Busse, 1987; dalam
Papalia, 2008)
Di Indonesia batasan usia lansia menurut Undang-Undang No. 13 tahun
1998 tentang kesejahteraan lansia adalah 60 tahun ke atas. Sedangkan Santrock
(2002) membagi masa dewasa akhir dibagi menjadi 2 sub-periode yaitu orang tua
muda (usia tua) dari 65-74 tahun dan orang tua yang tua (usia tua akhir) 75 tahun
ke atas.
Papalia (2008) membagi kelompok lansia menjadi 3 kelompok yaitu lansia
muda (young old) antara 65-74 tahun, lansia tua (old-old) berusia antara 75-84
tahun, sedangkan lansia tertua (oldest old) berusia 85 tahun ke atas. Akan tetapi
dilihat secara usia fungsional Papalia (2008) membedakannya menjadi 2 yaitu
lansia muda (young old) adalah lansia yang masih aktif, sehat, dan bugar.
Sedangkan lansia tua (old-old) dan lansia tertua (oldest old) adalah lansia yang
cenderung lemah, tidak bugar serta memiliki kesulitan dalam mengelola aktivitas
sehari-hari.
Dari penjelasan di atas, batasan usia lansia yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lansia yang sehat berumur 60-75 tahun (sesuai Undang-
Undang No. 13 tahun 1998 mengenai kesejahteraan usia lanjut bahwa batasan usia
lansia di atas 60 tahun) baik pria maupun wanita, yang tinggal di panti werdha
binaan Kementerian Sosial wilayah Jakarta Selatan.
2.1.2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia
Menurut Papalia (2008) perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
diantaranya ialah :
1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang bisa dapat dilihat secara langsung adalah bagian luar
tubuh. Salah satunya kulit yang sudah menua terlihat memucat dan kurang
elastis, seiring dengan mengkerutnya lemak dan otot kulit tersebut dapat
menjadi mengkerut. Selain itu, rambut menjadi putih dan semakin tipis
disertai dengan rambut-rambut pada bagian tubuh lainnya makin jarang.
Banyak juga para lansia yang menjadi semakin kecil dan bungkuk
dikarenakan melemahnya tulang vertebrae.
Perubahan yang tidak terlalu tampak secara kasat mata yang terjadi pada
organ dalam sistem tubuh adalah :
Otak dan Sistem Saraf
Setelah usia 30 tahun, otak akan kehilangan beratnya secara sedikit demi
sedikit, kemudian menjadi cepat. Pada usia 90 tahun, otak kehilangan 10
persen dari beratnya karena mengecilnya neuron (sel saraf) di cerebral
cortex. Ukuran neuron yang mengecil karena seiring bertambahnya usia
paling cepat terjadi pada frontal cortex, yang merupakan bagian penting
dari fungsi kognitif dan ingatan. Hal ini merupakan penyebab menurunnya
daya ingat pada lansia.
Fungsi Sensoris dan Psikomotoris
Kerusakan pada fungsi ini dan cenderung lebih parah terjadi pada
kelompok lansia tua (old-old). Kerusakan-kerusakan yang terjadinya
diantaranya adalah:
o Penglihatan menjadi terganggu dikarenakan hilangnya sensitivitas
penglihatanan sehingga menyebabkan kesulitan dalam membaca
sesuatu yang halus atau melihat cetakan yang amat halus. Selain itu,
dikarenakan berkurangnya cahaya yang masuk ke mata, lebih sensitif
terhadap kilauan, pemrosesan visual yang lambat sehingga reaksi dalam
melihat sesuatu menjadi lambat.
o Kerusakan lainnya terjadi pada pendengaran yang disebabkan oleh
presbycusis yaitu menurunnya kemampuan mendengar suara bernada
tinggi yang berkaitan dengan usia (O’Neil, 1999; dalam Papalia, 2008).
Hal ini berakibat lansia menjadi sulit untuk mendengar perkataan orang
lain terutama jika ada suara lain yang berasal dari radio, televisi, atau
beberapa orang berbicara bersamaan. Penyebab lain menurunnya fungsi
pendengaran dikarenakan merokok, sebelumnya pernah terkena infeksi
telinga, keracunan bahan kimia dalam jangka waktu cukup lama, dan
lain-lain (Desai, 2001; dalam Papalia, 2008). Berkurangnya fungsi
pendengaran memberikan pengaruh secara psikologis pada lansia yaitu
adanya kesalahan persepsi sehingga mereka menjadi cepat marah,
mudah terganggu, absentminded (pelupa, linglung, melamun). Dalam
hal ini, pria lebih berpeluang besar menderita masalah pendengaran
dibandingkan wanita.
o Rasa dan bau, kehilangan kedua indra ini merupakan bagian normal
dari proses penuaan. Hal-hal lain yang dapat menyebabkan hilangnya
rasa dan bau adalah berbagai macam penyakit yang diderita, obat-
obatan, operasi bedah, atau keracunan materi-materi yang berada di
lingkungan sekitar. Ketika para lansia mengeluh mengenai makanan
mereka yang tidak terasa enak lagi biasanya terjadi karena ujung perasa
di lidah menjadi lebih sedikit atau penerima rasa di lidah tidak bekerja
dengan benar. Hal tersebut juga bisa disebabkan rusaknya struktur otak
di bagian olfactory bulb yaitu organ otak yang bertanggung jawab
terhadap penciuman dan bau (Schiffman, 1997; dalam Papalia, 2008).
Dalam hal ini, wanita lebih baik dalam mempertahankan indra perasa
dan pembaunya dibandingkan pria (Ship & Weiffenbach, 1993; dalam
Papalia, 2008).
o Kekuatan, daya tahan, dan keseimbangan. Kekuatan yang dimiliki
lansia sudah banyak jauh berkurang dibandingkan ketika mereka masih
muda. Sehingga kemampuannya terbatas dalam menjalani aktivitas
yang berkaitan dengan daya tahan tubuh dan untuk membawa beban
berat. Biasanya ketika mencapai usia 70 tahun, 10-20 % kekuatan akan
berkurang terutama pada otot tubuh bagian bawah. Hal tersebut
membuat para lansia cenderung lebih besar untuk jatuh dan patah
tulang. Selain itu, alasan lain mengapa lansia lebih rapuh dan mudah
jatuh, karena adanya penurunan sel reseptor yang memberikan
informasi kepada otak mengenai posisi tubuh dalam ruangan yang
dibutuhkan guna mempertahankan keseimbangan.
Fungsi Seksual
Perubahan seksual lebih terlihat pada pria, dimana pria membutuhkan
waktu lebih lama untuk ereksi dan ejakulasi serta membutuhkan stimulasi
manual yang lebih banyak. Bagi wanita sendiri, ketika memasuki usia
lanjut gairah seksual menjadi berkurang.
2. Kesehatan Fisik dan Mental
Ketika seseorang semakin tua, mereka cenderung atau berpotensi
mengalami masalah kesehatan yang berkaitan dengan ketidakberfungsian.
Dalam kasus lansia kondisi kronis (ketidakberdayaan fisik) dan kehilangan
kemampuan untuk menyembuhkan diri, sehingga penyakit atau cedera
ringan dapat memberikan dampak yang serius. Ada beberapa penyakit
yang mempengaruhi kesehatan fisik dan mental pada lansia, diantaranya
ialah :
Arthritis (Radang Sendi)
Arthritis atau paling sering disebut dengan radang sendi adalah kondisi
kesehatan kronis yang paling umum dialami oleh para lansia. Gangguan
ini menyebabkan rasa sakit dan ketidakmampuan untuk bergerak,
seringkali disertai dengan peradangan sendi. Bagian yang terparah dari
arthritis ini disebut dengan osteoarthritis atau penyakit degenaratif
sambungan sendi. Pada umumnya osteoarthritis mempengaruhi
sambungan weight bearing pada bagian pinggul dan lutut. Selain itu, juga
mempengaruhi rheumatoid arthritis yang berakibat kesulitan bergerak dan
secara progresif menghancurkan jaringan sambungan.
Penyakit Alzheimer
Penyakit ini merupakan penyakit paling umum dan paling ditakuti di
kalangan lansia terutama di negara maju. Penyakit ini secara perlahan
merampas kecerdasan, kesadaran, bahkan kemampuan untuk
menggerakkan fungsi tubuh dan akhirnya membunuh si penderita.
Penyakit Alzheimer biasanya mulai pada usia 60-an dan risikonya
meningkat secara dramatis seiring dengan bertambahnya usia. Gejala awal
yang menonjol adalah ketidakmampuan mengingat peristiwa yang baru
saja terjadi atau menyerap informasi baru. Setelah itu, muncul simtom-
simtom seperti mudah marah, gelisah, depresi, delusi, delirium (gangguan
mental akut), dan melamun.
Akibatnya, memori jangka panjang, konsentrasi penilaian, orientasi, dan
kemampuan berbicara menjadi rusak. Selain itu, keterampilan yang
dimiliki hilang, tidak mengenali anggota keluarga, tidak dapat makan
kecuali dengan bantuan, tidak dapat mengontrol usus besar dan kandung
kemih, dan kehilangan kemampuan berjalan, duduk, serta menelan
makanan padat. Biasanya kematian akan muncul dalam delapan hingga
sepuluh tahun, setelah gejala penyakit tersebut muncul.
Depresi
Depresi yang maksud di sini adalah gangguan otak yang disebabkan
karena lansia merasa tertekan dan adanya penurunan baik secara fisik
maupun emosional. Depresi ini seringkali dianggap remeh karena
dianggap sebagai hal yang wajar dalam proses penuaan. Hal-hal lain yang
dapat memicu depresi yaitu kurangnya olahraga, terjadi peristiwa yang
membuat lansia menjadi tertekan, kesendirian, dan penggunaan obat-
obatan tertentu. Beberapa cara untuk mengatasi depresi ini dengan
dukungan yang kuat dari keluarga dan teman, psikoterapi perilaku
kognitif, terapi interpersonal, obat antiderpressant dapat mengembalikan
keseimbangan kimia dalam otak, dan terapi electroconvulsive (ECT) untuk
kasus yang berat.
2.1.3. Lansia di Panti Werdha
Hampir di seluruh negara, para lansia yang tinggal di panti werdha (nursing
home) dari waktu ke waktu cenderung meningkat. Para lansia yang biasanya
tinggal di panti werdha dikarenakan mereka hidup sendirian, kurang berpartisipasi
di lingkungan sosialnya, ketidakmampuan fisik sehingga tidak bisa menjalani
aktivitas sehari-hari, dan lain-lainnya.
Banyak juga para lansia yang tinggal di panti werdha memiliki kehidupan
yang lebih baik dibandingkan sebelum tinggal di panti. Berdasarkan hasil
penelitian O’Connor dan Vallerand (dalam Papalia 2008), sekitar 129 penghuni
yang tinggal di panti werdha dengan tingkat perawatan cukup baik, merasa
memiliki harga diri yang tinggi, tingkat depresi lebih rendah, dan lebih puas akan
kebermaknaan dalam hidup .
Santrock (2002) membagi 3 jenis pelayanan yang disediakan oleh panti
werdha, yang pertama fasilitas perawatan yang terampil (skilled) merupakan
perawatan yang diperiksa dan diawasi oleh pemerintah. Kedua, perawatan
menengah (intermediate) atau biasa (ordinary) yaitu perawatan fasilitasnya di
bawah perawatan yang terampil (skilled). Ketiga, perawatan di rumah
(residential) yaitu perawatan yang standar-standar kualifikasinya kurang ketat dan
biayanya pun lebih murah dibandingkan perawatan yang terampil dan perawatan
menengah.
Panti werdha yang baik adalah panti yang memiliki staf professional yang
berpengalaman, memiliki program asuransi pemerintah yang memadai,
strukturnya terkoordinasi dengan baik dan dapat memberikan berbagai macam
pelayanan. Selain itu, pihak panti juga menawarkan aktivitas yang bisa
merangsang para lansia untuk melakukannya secara bersama-sama baik pria
maupun wanita semua usia. Panti werdha yang baik juga menyediakan ruangan
tersendiri bagi para penghuninya jika mereka sedang dikunjungi oleh keluarganya,
serta menyediakan juga pelayanan sosial, terapi, dan rehabilitasi. (Papalia, 2008)
Panti werdha yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah panti yang
memiliki fasilitas perawatan yang terampil (skilled) (Santrock, 2002). Dimana
fasilitas, perawatan-perawatan yang dilakukan hingga petugasnya berasal dari
pemerintah yaitu melalui Dinas Sosial DKI Jakarta. Fasilitas-fasilitas yang ada di
panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta cukup lengkap.
Sarana fisik yang ada di panti ini diantaranya ada poliklinik, dapur umum,
mushola, aula terbuka, sarana olahraga, ruangan keterampilan, ruangan isolasi,
dan lain-lain. Sedangkan untuk program kegiatan yang ada pun cukup bervariasi
diantaranya bimbingan rohani bagi agama Islam dan Kristen, olahraga dan senam
lansia, bimbingan keterampilan, pelayanan kesehatan, kesenian, rekreasi, dan lain-
lain. Selain itu, petugas-petugas yang ada di panti ini dibantu oleh perawat-
perawat yang merupakan mahasiswa dari perguruan tinggi baik swasta maupun
negri yang sedang praktek di panti tersebut.
Sarana-sarana yang ada di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta
ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tempat tinggal para lansia sebelumnya.
Selain itu, di panti ini setiap harinya ada petugas dan para perawat yang
mengontrol para lansia setiap saat, melayani mereka ketika makan, mengajak
mereka untuk mengobrol satu sama lain sehingga para lansia tidak merasa
kesepian, mengadakan kegiatan-kegiatan seperti keterampilan atau olahraga agar
mereka bersemangat dan tidak bosan menjalani kehidupannya setiap hari karena
ada kegiatan yang mereka kerjakan. Hal-hal ini yang dapat membuat para lansia
menjadi betah, nyaman, dan merasa bahagia sehingga dapat mengurangi stress
atau depresi yang mereka rasakan.
2.2. Happiness
2.2.1. Pengertian Happiness
Menurut Seligman (2002) happiness ialah kondisi dan kemampuan
seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan, dan sekarang.
Sedangkan menurut Diener dan kawan-kawan (dalam Carr, 2004) happiness dan
subjective well-being sebagai gabungan dari perasaan positif dan kepuasan hidup.
Menurut Diener dan kawan-kawan (dalam Carr, 2004) kebahagiaan merupakan
evaluasi seseorang terhadap kehidupan yang mereka alami, lebih spesifik lagi
kebahagiaan meliputi pengalaman yang menyenangkan seseorang dan
apresiasinya terhadap kehidupan.
Carr (2004) mengartikan happiness dan subjective well-being mengarah
pada perasaan positif yaitu sebagai perasaan bahagia atau ketenangan maupun
keadaan positif. Carlson (1984, dalam Manz, 2003) mendefinisikan happiness
adalah perasaan yang dialami sebagai bagian dari pembawaan fungsi psikologis
yang sehat.
Dari pengertian di atas mengenai definisi happiness, maka penulis
memilih pengertian happiness menurut Seligman (2002) yang mengartikan
happiness sebagai kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi
positif di masa lalu, masa depan, dan sekarang
2.2.2. Aspek-aspek Happiness
Seligman (2002) membagi aspek-aspek happiness menjadi tiga aspek
yaitu:
1. Kepuasan Masa Lalu
Macam-macam emosi dari masa lalu seperti kelegaan, kedamaian,
kebanggaan, kepuasan, rasa kesal yang tak pernah hilang atau rasa marah yang
penuh dendam pada seseorang semuanya dipendam dalam memori. Emosi yang
selalu timbul pada diri seseorang faktor pemicunya adalah kenangan masa lalu
yang tersimpan pada memori masing-masing. Suatu interpretasi, kenangan, atau
pemikiran dapat mengintervensi dan mengendalikan apa yang dihasilkan emosi.
Hal ini merupakan suatu kunci untuk memahami perasaan kita sendiri mengenai
masa lalu.
Bagaimana individu membuang kenangan masa lalu yang menyakitkan
dan emosi negatif pada dirinya menurut Seligman (2002) dengan cara bersyukur,
memaafkan, melupakan atau menekan kenangan buruk. Akan tetapi, hingga saat
ini belum ditemukan cara untuk meningkatkan secara langsung proses melupakan
dan menekan kenangan (memori) buruk tersebut. Jika seseorang melakukan
suatu upaya untuk melupakan pikiran atau kenangan masa lalu yang buruk
dengan cara yang salah, kemungkinan kenangan buruk tersebut tidak hilang
malah sebaliknya akan selalu terbayang-bayang dalam pikirannya.
Jadi upaya yang efektif agar seseorang bisa terbebas dari masa lalu yang
kelam yaitu dengan cara memaafkan dan bersyukur. Memaafkan menurut
Seligman adalah suatu strategi membiarkan memori-memori itu tetap utuh dan
menghilangkan rasa kepedihan yang ada pada memori tersebut. Sedangkan
bersyukur dapat menambah kepuasan hidup karena dapat menambah intensitas
kesan dari kenangan yang baik tentang masa lalu.
2. Kebahagiaan pada Masa Sekarang
Kebahagiaan masa sekarang terdiri dari dua hal yang sangat berbeda yaitu
kenikmatan (pleasure) dan gratifikasi (gratification). Pertama, kenikmatan
adalah kesenangan yang memiliki komponen inderawi yang jelas dan komponen
emosi yang kuat, yang disebut oleh para filosof sebagai “perasaan-perasaan
dasar” (raw feels) seperti : ekstase, gairah, orgasme, rasa senang, riang, ceria, dan
nyaman. Semua perasaan ini bersifat sementara dan sedikit yang melibatkan
dengan pikiran atau bahkan tidak melibatkan pikiran sama sekali.
Kenikmatan (pleasure) dibagi menjadi dua, yang pertama kenikmatan
ragawi (bodily pleasure). Kesenangan jenis ini datang segera, melalui indera, dan
bersifat sementara. Kesenangan ini tidak membutuhkan atau hanya butuh sedikit
interpretasi, disebabkan oleh evolusi, organ-organ pengindra menjadi terkait
langsung dengan emosi positif, seperti : meraba, mengecap, membaui,
menggerakkan tubuh, melihat, dan mendengar secara langsung yang dapat
menimbulkan kenikmatan. Contoh yang ada pada kehidupan sehari-hari adalah
air susu ibu bagi seorang anak bayi dimana ia merasakan sensasinya. Sama
seperti anak kecil yang menyukai es krim, rasa es krim vanilanya yang membuat
ia merasakan sensasi dan si anak tersebut merasakan kesenangan pada saat
memakannya. Kenikmatan ragawi ini dapat memudar dengan cepat karena
rangsangan eksternalnya menghilang (air susu dan es krim vanila) dan setelah itu
kita dengan cepat dapat merasa terbiasa terhadap rangsangan tersebut.
Kedua, kenikmatan yang lebih tinggi (high pleasures). Kenikmatan ini
memiliki banyak persamaan dengan kenikmatan ragawi yaitu memiliki “perasaan
dasar” yang positif, bersifat sementara, cepat memudar, dan mudah terbiasa.
Namun, pada kenikmatan ini memerlukan rangsangan eksternal yang lebih besar
dan cukup rumit. Kenikmatan ini juga bersifat kognitif dan lebih banyak
variasinya dibandingkan kenikmatan ragawi.
Faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan pada masa sekarang selain
kenikmatan adalah gratifikasi. Gratifikasi berasal dari kegiatan-kegiatan yang
sangat disukai, tetapi tidak disertai oleh “perasaan dasar”. Gratifikasi lebih
bertahan lama dibandingkan kenikmatan dan lebih banyak berhubungan dengan
pemikiran serta interpretasi.
3. Optimisme akan Masa Depan
Emosi positif mengenai masa depan mencakup keyakinan (faith),
kepastian (confidence), harapan dan optimisme. Menurut Seligman, optimisme
dan harapan memberikan daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi depresi
ketika masalah melanda seseorang, kinerja akan menjadi lebih tinggi di tempat
kerja terutama pada tugas-tugas yang menantang, dan kesehatan fisik dapat
menjadi lebih baik dengan adanya kedua hal ini.
Dalam konsep optimisme terdapat 2 aspek, yaitu permanen dan pervasif.
Pertama, permanen menjelaskan berapa lama seseorang terpengaruh terhadap
setiap kejadian yang mereka alami (masalah waktu). Pada aspek ini dibagi
menjadi dua bagian lagi yaitu tipe permanen (pesimistis) dan tipe temporer
(optimistis). Orang-orang yang termasuk ke dalam tipe permanen adalah orang-
orang yang percaya bahwa setiap kejadian yang mereka alami bersifat permanen
dan akan terus mempengaruhi sepanjang kehidupan mereka. Sedang orang-orang
dengan tipe temporer percaya bahwa setiap kejadian buruk yang terjadi baik sebab
akibatnya hanya bersifat sementara.
Kedua, pervasif yaitu mengenai masalah ruang, ruang disini maksudnya
ialah seberapa besar kondisi yang dialami oleh seseorang mempengaruhi
kehidupannya. Pada aspek ini sama seperti permanen dibagi menjadi dua bagian
pula yaitu universal dan spesifik. Seseorang dengan tipe universal ketika
mengalami suatu kejadian dalam hidupnya, hal tersebut akan mempengaruhinya
di segala aspek kehidupannya. Sedangkan seseorang dengan tipe spesifik pada
saat suatu masalah atau kejadian menimpa dirinya, hanya aspek tertentu saja yang
terpengaruh tidak keseluruhannya.
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Happiness
Faktor-faktor yang mempengaruhi happiness menurut Seligman (2002)
ialah :
1. Uang
Banyak data tentang pengaruh kekayaan dan kemiskinan terhadap
kebahagiaan. Pada tingkatan yang paling umum, terlihat uang
mempengaruhi kesejahteraan subjektif rata-rata orang yang tinggal di negara
kaya dengan orang-orang yang tinggal di negara miskin. Penilaian seseorang
terhadap uang akan mempengaruhi kebahagiaan dibandingkan uang itu
sendiri.
2. Perkawinan
Pusat Riset Opini Nasional Amerika Serikat mensurvei 35.000 warga
Amerika selama 30 tahun terakhir. Hasilnya, 40 % dari orang-orang yang
menikah mengatakan mereka “sangat bahagia” sedangkan hanya 24 % dari
orang yang tidak menikah, bercerai, berpisah, dan ditinggal mati
pasangannya yang mengatakan mereka bahagia. Kebahagiaan orang yang
menikah mempengaruhi panjangnya usia dan besarnya penghasilan, ini
berlaku baik pada pria maupun wanita.
3. Kehidupan Sosial
Orang yang sangat bahagia jauh berbeda dengan orang rata-rata dan orang
yang tidak bahagia, yaitu mereka menjalani kehidupan sosial yang kaya dan
memuaskan. Orang-orang yang sangat bahagia paling sedikit menghabiskan
waktu sendirian dan kebanyakan dari mereka bersosialisasi. Kemampuan
bersosialisasi meningkat pada orang yang sedang bahagia kemungkinan
sebenarnya merupakan temuan positif dari penyebab mengapa orang ingin
menikah.
4. Emosi Negatif
Kegembiraan tertinggi terkadang datang setelah seseorang bebas dari
ketakutan terburuknya. Menurut Bradburn (dalam Seligman, 2002) orang
yang memiliki emosi negatif bukan berarti tidak memiliki kehidupan yang
bahagia. Sama halnya dengan seseorang yang memiliki emosi positif belum
tentu ia terhindar dari kesedihan. Wanita mengalami depresi dua kali lipat
dibandingkan pria dan umumnya mereka lebih banyak memiliki emosi
negatif. Tetapi, wanita juga cenderung lebih bahagia dan banyak mengalami
hal-hal yang bahagia dibandingkan pria. Hal ini menunjukkan bahwa emosi
negatif mempunyai kaitan dengan emosi positif, dalam hal ini adalah
kebahagiaan.
5. Usia
Kebahagiaan pada orang dewasa biasanya terdiri dari kepuasan hidup,
perasaan menyenangkan, dan perasaan tidak menyenangkan. Kepuasan
hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, perasaan
menyenangkan sedikit meningkat, dan perasaan negatif tidak berubah, yang
berubah ketika seseorang bertambah tua adalah intensitas emosinya.
Perasaan “mencapai puncak dunia” dan “terpuruk dalam keputusasaan”
menjadi berkurang seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman.
6. Kesehatan
Banyak orang yang mengira dengan kesehatan yang baik adalah salah satu
jalan menuju kebahagiaan karena kesehatan merupakan salah satu bagian
terpenting. Tetapi sebenarnya kesehatan yang objektif tidak terlalu berkaitan
dengan kebahagiaan. Bagaimana kesehatan dapat membawa diri kita kepada
kebahagiaan tergantung persepsi subjektif individu sendiri seberapa baik
(sehat) dirinya. Walaupun individu sedang mengalami sakit yang parah atau
kronis, tetapi jika persepsinya terhadap penyakit tersebut positif maka
kebahagiaan yang dirasakan tidak akan berkurang, mungkin sebaliknya akan
semakin bertingkat karena adanya penyakit tersebut.
7. Jenis Kelamin
Jenis kelamin memiliki hubungan yang mengherankan berkaitan dengan
suasana hati. Tingkat emosi pria dan wanita rata-rata tidak banyak berbeda,
yang membedakannya ialah wanita cenderung lebih bahagia, cepat merasa
sedih, dan lebih mudah terkena depresi dibandingkan dengan pria.
8. Agama
Menurut Seligman (2002), orang yang religius jelas lebih kecil
kemungkinannya untuk terlibat obat-obatan terlarang, melakukan kejahatan,
bercerai, dan bunuh diri. Mereka juga secara fisik lebih sehat dan berumur
panjang. Sebaliknya orang yang memiliki tingkat religiusitasnya rendah
takut terhadap perceraian, pengangguran, penyakit, dan kematian. Relevansi
langsung yang paling terlihat pada fakta bahwa data survei secara konsisten
menunjukkan bahwa orang-orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas
terhadap kehidupan dibandingkan orang-orang yang tidak religius.
Hubungan yang kausal antara agama dan kebahagiaan yang lebih besar
terlihat dengan tingkat depresi yang rendah, dan kelenturan menghadapi
tragedi tidak seperti garis lurus. Menurut Seligman (2002), agama mengisi
manusia dengan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam
hidup.
2.2.4. Pengukuran Happiness
Pengukuran happiness pada penelitian ini menggunakan teori Seligman
(2002) yang berdasarkan buku Autentic Happiness. Aspek-aspek happiness
yang diukur pada penelitian ini adalah kepuasan masa lalu, kebahagiaan
masa sekarang, dan optimis akan masa depan. Indikator yang digunakan
berdasarkan aspek-aspek happiness yaitu :
Kepuasan masa lalu mencakup merasa puas terhadap suatu pencapaian,
merasakan ketenangan dalam diri, mempunyai penilaian diri yang
positif, memaafkan kesalahan di masa lalu, dan mensyukuri apa yang
telah didapat.
Kebahagiaan masa sekarang mencakup menikmati kegiatan-kegiatan
yang disukai dan merasakan kenikmatan inderawi.
Optimis akan masa depan mencakup percaya bahwa harapan akan
tercapai, yakin bahwa setiap masalah baik masalah besar maupun kecil
dapat terselesaikan, mempunyai keyakinan bahwa hidup akan menjado
lebih baik, dan percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki.
2.3. Religiusitas
2.3.1. Pengertian Religiusitas
Anshori (1980) mengartikan religiusitas adalah aspek religi yang telah
dihayati seseorang dalam hati. Pengertian religiusitas menurut Nashori (2002)
adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa
pelaksanaan ibadah dan kaidah, seberapa dalam penghayatan atas agama yang
dianutnya.
Glock dan Stark (1968, dalam Nashori, 2002) mengartikan religiusitas
adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang
terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati
sebagai sesuatu yang paling maknawi. Menurut Thouless (1995, dalam Jalaluddin,
2000) religius adalah sikap atau cara penyesuaian diri terhadap dunia yang
mencakup acuan yang menunjukan lingkungan yang lebih luas dari pada
lingkungan dunia fisik yang terkait ruang dan waktu.
Dari pengertian di atas, peneliti memilih pengertian religiusitas menurut
Glock dan Stark (1968, dalam Nashori, 2002) yang mengartikan religiusitas
adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang
terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati
sebagai sesuatu yang paling maknawi.
2.3.2. Aspek-aspek Religiusitas
Aspek-aspek religiusitas yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu
menurut Glock dan Stark (1968). Aspek-aspek tersebut dibagi menjadi lima
aspek yaitu :
1. Keyakinan (the belief)
Keyakinan (the belief) adalah tingkatan sejauh mana seseorang berpegang
teguh, menerima, dan mengakui ajaran-ajaran dalam agamanya. Setiap
agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para penganut
diharapkan untuk taat.
2. Peribadatan atau praktik agama (religious belief)
Pada aspek ini melihat sejauh mana tingkatan seseorang dalam
menunaikan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Aspek ini
mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dalam menjalani kewajiban agama,
dan hal-hal yang menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.
Peribadatan atau praktik agama terdiri dari dua hal yaitu ritual dan
ketaatan. Ritual mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
agama, seperti menghadiri pengajian bagi umat Muslim, mengadakan
baptis dan sekolah minggu bagi umat Kristiani. Sedangkan ketaatan
mencakup hal-hal utama dan merupakan suatu kewajiban untuk
menjalankannya, seperti shalat, membaca Al-Qur’an atau alkitab,
menyanyikan puji-pujian, dan lain-lain.
3. Pengalaman (the experience)
Pengalaman (the experience) adalah perasaan keagamaan yang pernah
dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan, tenteram saat
berdoa, tersentuh mendengar atau membaca ayat-ayat kitab, merasa senang
doanya dikabulkan, dan lain-lain. Setiap agama memiliki penilaian yang
berbeda-beda dan biasanya bersifat subyektif dalam menilai feeling atau
penghayatan yang pernah dirasakan oleh tiap orang.
4. Pengetahuan agama (the knowledge)
Aspek ini melihat seberapa jauh seseorang mengetahui dan memahami
ajaran-ajaran agamanya yang terdiri dari dasar-dasar keyakinan, ritual atau
tradisi terutama yang ada dalam kitab suci, hadis, paritta, dan lain-lain.
5. Konsekuensi (the consequence)
Konsekuensi (the consequence) mengenai implikasi ajaran agama
mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupan sosial. Selain itu,
mengacu pada identifikasi komitmen terhadap agama dari keyakinan
agama, praktik, pengalaman, dan pengetahuan yang dimiliki.
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas
Thouless (1995) menyatakan ada 3 faktor yang mempengaruhi religiusitas,
diantaranya adalah :
1. Faktor Sosial
Faktor sosial berpengaruh terhadap keyakinan dan perilaku keagamaan,
mulai dari pendidikan yang diterima sejak kecil pada masa anak-anak,
berbagai macam pendapat hingga sikap dari orang-orang disekitar. Semua
hal tersebut mempengaruhi sikap keagamaan seseorang beserta dengan
tradisi yang diterimanya dari masa lampau. Hal ini terjadi, karena tidak ada
seorang pun yang dapat mengembangkan sikap-sikap keagamaan dengan
keadaan terisolasi dari lingkungan masyarakat.
2. Faktor Emosional
Setiap pemeluk agama memiliki pengalaman emosional dalam taraf tertentu
sesuai dengan agamanya. Namun ada beberapa orang yang pernah
merasakan pengalaman-pengalaman agama disertai dengan kekuatan dan
komitmen agama yang luar biasa sehingga berbeda dengan orang lain. Hal
ini terjadi karena beberapa orang menilai dirinya sendiri hanya terpengaruh
oleh persepsi yang bersifat visual sedangkan yang lainnya menganggap
hanya sebagai kesibukan biasa.
Pendapat orang-orang beragama umumnya membawa pengaruh penting bagi
kesadaran beragama, yaitu dorongan untuk taat sesuai dengan ajaran
agamanya, dan berperilaku baik terhadap sesama manusia. Nilai emosi dari
keagamaan itu sendiri harus dilihat dari keberhasilan seseorang dalam
mencapai tujuannya.
3. Faktor Intelektual
Faktor intelektual mencakup kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata
dan menggunakannya sebagai alat untuk membedakan mana yang benar atau
salah. Jika faktor intelektual berhasi digunakan sebagai alat tersebut, maka
diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan sikap
keagamaan. Beberapa faktor seperti pengaruh lingkungan (sosial) dan
emosional tidak diverbalisasikan, namun keduanya dapat menjadi lebih kuat
jika menggunakan intelektual.
2.3.4.Pengukuran Religiusitas
Pengukuran religiusitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
teori Glock dan Stark (1968) yang berdasarkan pada buku American Piety :
The Nature of Religious Commitment. Aspek-aspek yang diukur dalam
penelitian ada lima yaitu keyakinan (the belief), praktik agama (religious
practice), pengalaman (the experience), pengetahuan agama (the
knowledge), dan konsekuensi (the consequence). Untuk mengukur
religiusitas dibuat indikator-indikator berdasarkan kelima aspek di atas yaitu
:
Keyakinan (the belief) mencakup keyakinan terhadap Tuhan,
mikjizat (keajaiban) dari Tuhan, kehidupan setelah kematian,
kepastian dan kepercayaan mengenai keyakinan.
Praktik agama (religious practice) mencakup menghadiri kegiatan
agama, mengikuti siraman rohani dari media elektronik, ikut serta
dalam organisasi keagamaan, dan ibadah malam hari.
Pengalaman (the experience) mencakup pengalaman yang
memperkuat dan pengalaman responsif.
Pengetahuan (the knowledge) mencakup pengetahuan tentang ajaran
dan dasar-dasar agama yang dianut dan pengetahuan terhadap isi
kitab suci.
Konsekuensi (the consequence) mencakup sabar, jujur, ikhlas, dan
memaafkan.
2.4. Family Support
2.4.1. Pengertian Family Support
Family support merupakan unsur terpenting dalam membantu individu
menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah
dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat (Tamher,
2009; dalam Furiyah, 2010). Menurut Friedman (1998, dalam Furiyah, 2010),
family support adalah pemberian bantuan berupa suatu perilaku, materi, atau
membina hubungan sosial yang baik (akrab) sehingga individu merasa
diperhatikan, bernilai, dan dicintai.
Sedangkan pengertian family support itu sendiri menurut Thompson
(2006) adalah pemberian bantuan yang merupakan suatu kewajiban untuk
membantu anggota keluarga yang mengalami suatu masalah yang bersifat
sukarela dan sosial. Gardner (2003, dalam Thompson, 2006) mengartikan family
support sebagai suatu pendekatan yang melibatkan dukungan dari anggota
keluarga dan bertujuan untuk menghindari intervensi lebih lanjut dari pihak luar.
Berdasarkan pengertian family support diatas, peneliti memilih pengertian
family support menurut Thompson (2006) yaitu pemberian bantuan yang
merupakan suatu kewajiban untuk membantu anggota keluarga yang mengalami
suatu masalah yang bersifat sukarela dan sosial. Dimana family support pada
penelitian ini tidak hanya mencakup anggota keluarga lansia saja tetapi juga
orang-orang panti (sesama lansia, petugas, perawat, dan dokter) yang merupakan
orang-orang terdekat lansia selama ada di panti.
2.4.2. Jenis-jenis Family Support
Jenis-jenis family support yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu
menurut Thompson (2006), yang membagi jenis-jenis family support menjadi
empat macam, yaitu :
Dukungan Konkrit (concrete support)
Bantuan yang terlihat secara real atau nyata yaitu berupa tingkah laku.
Bantuan ini dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja kepada anggota
keluarga yang membutuhkannya dukungan ini dapat berupa pemberian materi
yaitu uang untuk membantu memenuhi kehidupan lansia sehari-hari. Selain itu
dukungan konkrit yang dapat diberikan berupa dukungan non-materi yaitu
menjaga, merawat ketika sakit, menemai dan mengantar ketika akan keluar
rumah, dan lain-lain. Contohnya yang paling sering terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, apabila ibu sedang pergi ke luar, maka kita sebagai kakak yang
berada di rumah yang menggantikan ibu untuk menjaga adik yang masih kecil
(Cochran 1993; Dolan and Holt 2002; Jack 2001, dalam Thompson, 2006).
Dukungan Emosional (emotional support)
Dukungan yang berupa emosional untuk anggota keluarga yang
membutuhkannya. Dimana dukungan yang diberikan berupa empati atau
simpati pada anggota keluarga yang membutuhkannya yaitu dengan cara
selalu ada ketika mereka membutuhkannya. Jenis dukungan ini dapat
memberikan ketenangan dan kenyamanan, selain itu dukungan ini paling
mudah digunakan. Menurut Cutrana (1996, dalam Thompson, 2006)
dukungan ini juga merupakan salah satu alternatif yang baik, bermanfaat, dan
mempunyai pengaruh yang kuat.
Dukungan Informatif (advice support)
Dukungan ini berupa saran atau nasehat dan biasanya agak lebih rumit untuk
disampaikan kepada anggota keluarga yang membutuhkan. Jenis dukungan ini
dapat membuat seseorang akan merasa lebih nyaman dan merasa tenang
(Cotterell, 1996; dalam Thompson, 2006). Contohnya, jika ada salah satu
anggota keluarga yang terkena penyakit kanker, maka sebagai keluarganya
memberikan nasehat atau saran-saran positif yang dapat meyakinkan mereka
untuk tetap bertahan dan terus melakukan usaha yang terbaik. (Aymanns,
Sigrun and Klaur 1995; dalam Thompson, 2006)
Dukungan Penghargaan (esteem support)
Dukungan ini berupa pengakuan atas kemampuan atau keahlian yang dimiliki
oleh seseorang. Menurut Burleson (1990, dalam Thompson, 2006), bentuk
dukungan ini merupakan batu fondasi yang kuat dalam sebuah keluarga.
Dimana para anggota keluarga percaya akan kemampuan seseorang tersebut
serta memotivasinya untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri
dalam menghadapi masalahnya.
2.4.3. Kualitas Family Support
Menurut Thompson (2006), kualitas dalam family support adalah suatu
hubungan yang mempunyai makna penting bagi si penerima melalui dukungan
yang ia terima. Untuk itu Thompson (2006) membagi tiga macam kualitas dalam
family support, yaitu :
1. Kedekatan (closeness), tidak hanya dengan anggota keluarga tetapi juga
dengan orang lain. Pada penelitian di Irlandia dan Amerika Serikat
(Cutrona dan Cole 2000; Riordan 2002; dalam Thompson, 2006)
menunjukkan bahwa, seseorang akan lebih responsif kepada seseorang
yang ia rasa dekat dengan dirinya. Hal ini terutama terjadi antara remaja
dan orang tua.
2. Reciprocity, hubungan timbal balik antar anggota keluarga dalam
membantu satu sama lain, dimana dengan adanya dukungan ini berarti tiap
anggota keluarga bersedia memberikan dukungan atau pertolongan.
Adanya hubungan ini akan timbul rasa kenyamanan satu sama lain dalam
keluarga.
3. Durability, lebih mengarah pada siapa individu ingin mendapatkan
dukungan atau pertolongan dari anggota keluarganya. Biasanya individu
lebih terbuka mengenai masalahnya kepada anggota keluarganya yang
sudah ia kenal cukup lama, sering berkomunikasi satu sama lain, dan
anggota keluarganya tidak pernah mengganggu individu tersebut (Tracy &
Biegel 1994; dalam Thompson, 2006)
2.4.4. Pengukuran Family Support
Pengukuran family support yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teori Thompson (2006) yang berdasarkan pada buku Family
Support as Reflective Practice. Jenis-jenis family support yang diukur dalam
penelitian ada empat jenis yaitu dukungan konkrit (concrete support),
dukungan emosional (emotional support), dukungan informatif (advice
support), dan dukungan penghargaan (esteem support). Indikator-indikator
yang digunakan berdasarkan keempat jenis family support ini yaitu :
Dukungan konkrit (concrete support) mencakup membantu secara
finansial, menemani dan membantu dalam melakukan suatu aktivitas.
Dukungan emosional (emotional support) mencakup empati,
perhatian, dan simpati.
Dukungan informatif (advice support) mencakup nasehat, saran, dan
kritik.
Dukungan penghargaan (esteem support) mencakup memberikan
motivasi yang positif dan memberikan kepercayaan untuk
menumbuhkan rasa percaya dirinya.
2.5. Kerangka Berpikir
Setiap orang pasti akan memasuki usia lanjut dan menjadi tua, ketika
menjadi tua banyak permasalahan-permasalahan yang akan dihadapi baik secara
fisik maupun psikis. Banyak para lansia yang tidak bisa menyesuaikan dirinya
dengan perubahan-perubahan atau permasalahan yang ada sehingga menjadi
cemas, stress, bahkan depresi. Selain itu, dikarenakan kurangnya perhatian dari
keluarga atau orang-orang terdekatnya, ditinggal meninggal oleh suami, saudara,
atau anaknya terlebih dahulu, bahkan sengaja ditinggalkan oleh keluarganya
karena tidak mampu mengurus anggota keluarganya yang sudah lansia, sehingga
para lansia merasa kesepian karena tidak mempunyai teman untuk mengobrol,
tidak bisa merasakan kebermaknaan dan kepuasan dalam hidupnya, sehingga
tidak bisa merasakan happiness seperti orang lain pada umumnya. Akhirnya
banyak lansia yang tinggal di panti werdha dengan tujuan untuk kehidupan yang
lebih baik dibandingkan kehidupan sebelum mereka di panti.
Beberapa faktor yang mempengaruhi happiness menurut Seligman (2002)
diantaranya ialah uang, perkawinan, usia, kehidupan sosial, agama, jenis kelamin,
kesehatan, dan emosi negatif. Selain beberapa faktor diatas, religiusitas juga
merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi bahkan meningkatkan
happiness. Religiusitas memberikan pengaruh positif yang dapat membuat para
lansia berani menghadapi masalahnya, mengatasi rasa cemas, stress atau depresi
yang sedang dialami. Khalek (2006) pun menjelaskan semakin tinggi tingkat
religiusitas seseorang, maka ia akan semakin lebih bahagia, kesehatan pun secara
mental maupun fisik menjadi lebih baik. Aspek-aspek dari religiusitas (Glock &
Stark, 1968) yang dapat memberikan pengaruh terhadap happiness khususnya
pada lansia di panti werdha diantarannya adalah keyakinan (belief), praktik agama
(religious practice), pengalaman (the experience), pengetahuan agama (the
knowledge), dan konsekuensi (the consequence).
Selain religiusitas, family support juga dapat mempengaruhi dan
meningkatkan
happiness pada lansia. Menurut Boyles (2008), seseorang bisa merasakan
happiness dikarenakan adanya family support, yang dapat membuat kualitas
hubungan keluarga menjadi lebih baik. Family support yang dibutuhkan oleh
para lansia yang berada di panti werdha tidak hanya dari anggota keluarganya
sendiri tetapi juga berasal dari orang-orang terdekatnya yang berada di panti yaitu
petugas, perawat, dokter, dan antar lansia satu sama lain. Dikarenakan para lansia
yang tinggal di panti jauh dari keluarganya sehingga mereka memerlukan orang-
orang yang dapat memberikan dukungan dan orang-orang terdekat itu adalah para
petugas panti, perawat, dokter, dan sesama lansia yang merupakan keluarga baru
bagi para lansia. Dimana mereka saling memberikan saran, nasehat, dan berbagi
cerita satu sama lain.
Dukungan dari anggota keluarga juga dibutuhkan, walaupun keluarga
mereka jauh dan tidak tinggal bersama. Adanya kunjungan dari keluarga untuk
menjenguk para lansia atau sekedar berkomunikasi lewat telepon merupakan
bentuk perhatian yang dapat memberikan kebahagiaan tersendiri bagi para lansia.
Jenis-jenis family support (Thompson, 2006) yang bisa diberikan oleh para lansia
yang ada di panti werdha dan dapat memberikan pengaruh terhadai happiess
adalah dukungan konkrit (concrete support), dukungan emosional (emotional
support), dukungan informatif (advice support), dan dukungan penghargaan
(esteem support).
b
Keyakinan (the belief)
Peribadatan/praktik
agama (religious
belief)
Pengalaman (the
experience)Religiusitas
Pengetahuan agama
(the knowledge)
Konsekuensi (the
consequence)
Dukungan konkrit
(concrete support)
Dukungan emosional
(emotional support)
Dukungan penghargaan
(esteem support)
Dukungan informatif
(advice support)
Jenis
Kelamin
Family
Support
Happiness
2.6. Hipotesis
Ho1 : Tidak ada pengaruh keyakinan (the belief) religiusitas terhadap happiness
pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah
Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho2 : Tidak ada pengaruh praktik agama (religious belief) religiusitas terhadap
happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta
wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho3 : Tidak ada pengaruh pengalaman (the experience) religiusitas terhadap
happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta
wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho4 : Tidak ada pengaruh pengetahuan agama (the knowledge) religiusitas
terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI
Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho5 : Tidak ada pengaruh konsekuensi (the consequence) religiusitas terhadap
happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta
wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho6 : Tidak ada pengaruh dukungan konkrit (concrete support) family support
terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI
Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho7 : Tidak ada pengaruh dukungan emosional (emotional support) family
support terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas
Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho8 : Tidak ada pengaruh dukungan informatif (advice support) family support
terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI
Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho9 : Tidak ada pengaruh dukungan penghargaan (esteem support) family
support terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas
Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho10 : Tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap happiness pada lansia di panti
werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan
Jakarta Timur.
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang terdiri dari lima
subbab. Subbab tersebut adalah populasi, sampel, teknik pengambilan sampel,
variabel penelitian, pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisa data, serta
prosedur penelitian.
3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
3.1.1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di panti werdha
binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Sedangkan untuk try out populasi diambil dari panti werdha yang berada di
Tangerang yang memiliki karakteristik sama dengan populasi yang akan
dilakukan dalam penelitian ini. Adapun karakteristik dari populasi penelitian ini
adalah :
1. Lansia yang sehat baik secara fisik maupun psikis, dimana informasi
mengenai kesehatan lansia diperoleh dari petugas panti.
2. Berjenis kelamin baik pria maupun wanita yang tinggal di panti werdha
binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
3. Berumur 60 - 75 tahun.
4. Bisa membaca dan menulis.
5. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
3.1.2. Sampel Penelitian
Dengan mempertimbangkan pada kenyataan akan besarnya jumlah
populasi yang akan diteliti dan adanya berbagai keterbatasan dalam pelaksanaan
penelitian, maka peneliti dalam menentukan jumlah responden pada penelitian ini
terdiri dari :
1. Jumlah sampel untuk try out sebanyak 30 lansia.
2. Jumlah sampel untuk penelitian sebanyak 80 lansia.
Try out dilaksanakan di panti werdha Yayasan Usaha Mulia Jaya dan
Yayasan Bina Bhakti, sedangkan penelitian dilakukan di PSTW Budi Mulia 03
Ciracas dan PSTW Budi Mulia 04 Margaguna.
3.1.3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability
sampling. Dimana setiap individu dalam populasi tidak memiliki peluang yang
sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian karena peneliti memilih sampel
berdasarkan karakteristik yang sudah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, beberapa
kendala mengapa peneliti tidak menggunakan teknik probability sampling
dikarenakan masalah efektivitas (waktu, jarak, tenaga) dan efisiensi.
3.2. Variabel Penelitian
3.2.1. Identifikasi Variabel Penelitian
Menurut Kerlinger (1990) variabel sesuatu yang bervariasi dan merupakan
suatu sifat yang mempunyai nilai. Dalam penelitian ini terdapat 11 variabel yang
terdiri dari :
1. Independent variabel
Religiusitas : Keyakinan (the belief)
Peribadatan atau praktik agama (religious
practice)
Pengalaman (the experience)
Pengetahuan agama (the knowledge)
Konsekuensi (the consequence)
Family Support : Dukungan konkrit (concrete support)
Dukungan emosional (emotional support)
Dukungan informatif (advice support)
Dukungan penghargaan (esteem support)
Jenis kelamin
2. Dependent variable : Happiness
2.2.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Religiusitas adalah skor yang diperoleh dari pengukuran religiusitas melalui
skala religiusitas berdasarkan teori Glock dan Stark (1968). Religiusitas dalam
penelitian ini terdiri dari lima aspek yaitu keyakinan, peribadatan atau praktik
agama, pengalaman, pengetahuan agama, dan konsekuensi.
2. Family support adalah skor yang diperoleh dari pengukuran family support
melalui skala family support berdasarkan teori Thompson (2006). Family
support dalam penelitian ini terdiri dari empat jenis yaitu dukungan konkrit,
dukungan emosional, dukungan informatif, dan dukungan penghargaan.
3. Happiness adalah skor yang diperoleh dari pengukuran happiness melalui
skala happiness berdasarkan teori Seligman (2002), yang memiliki tiga aspek
yaitu kepuasan pada masa lalu, kebahagiaan pada masa sekarang, dan optimis
akan masa depan.
3.3. Pengumpulan Data
3.3.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket yaitu teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2008). Sedangkan instrument
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model Likert, dimana
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian
indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang
berupa pernyataan (Sugiyono, 2008).
Pernyataan terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan negatif
(unfavorable). Jawaban setiap instrument ini memiliki tingkat dari tertinggi
(sangat positif), netral, dan sangat rendah (sangat negatif) dan diukur melalui satu
item dengan lima skala jawaban. Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya
menggunakan pernyataan positif (favorable) dikarenakan sampel dalam penelitian
ini adalah lansia. Selain itu, agar tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan
kalimat-kalimat dan untuk mempermudah para lansia dalam membacanya. Selain
itu, peneliti hanya menggunakan empat skala jawaban untuk mengukur satu item,
dimana pilihan netral yaitu pilihan kelima dihilangkan.
Tabel 3.1 Skor Item Skala
Item Favorable Skor Item Unfavorable Skor
SS (sangat setuju) 4 SS (sangat setuju) 1
S (setuju) 3 S (setuju) 2
TS (tidak setuju) 2 TS (tidak setuju) 3
STS (sangat tidak setuju) 1 STS (sangat tidak setuju) 4
3.3.2. Instrumen Pengumpulan Data
Metode yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala yang digunakan dalam
penelitian ini ada tiga yaitu skala Religiusitas, Family Support, dan Happiness.
1. Skala religiusitas dalam penelitian ini diadaptasi dari buku yang berjudul
American Piety : The Nature of Religious Commitment dari Glock dan Stark
(1968). Item-item dalam skala ini dibuat berdasarkan lima dimensi yaitu
keyakinan (the belief), peribadatan atau praktik agama (religious practice),
pengalaman (the experience), pengetahuan agama (the knowledge),
konsekuensi (the consequences).
Tabel 3.2 Blue Print Skala Religiusitas (Try Out)
No. Dimensi Indikator Favorable
1. Keyakinan Keyakinan terhadap Tuhan 13*, 25*
Mukjizat (keajaiban) dari Tuhan 5, 22*
Kehidupan setelah kematian 2, 11*
Kepastian dan kepercayaan
mengenai keyakinan
7*, 12*
2. Praktek agama Menghadiri kegiatan agama 23, 30*
Mengikuti siraman rohani dari
media elektronik
6, 31*
Ikut serta dalam organisasi agama 1*, 28*
Ibadah malam hari 4, 19*
3. Pengalaman Pengalaman yang memperkuat 16*, 21*
Pengalaman responsif 14*, 32*
4. Pengetahuan Pengetahuan tentang ajaran dan
dasar-dasar agama yang dianut
17*, 29*
Pengetahuan terhadap isi kitab suci 3*, 15*
5. Konsekuensi Sabar 9*, 20*
Jujur 8*, 26*
Ikhlas 18*, 27*
Memaafkan 10*, 24*
Jumlah 32
Ket : *item valid
Tabel 3.3 Blue Print Skala Religiusitas (Field Test)
No. Dimensi Indikator Favorable
1. Keyakinan Keyakinan terhadap Tuhan 9, 20
Mukjizat (keajaiban) dari Tuhan 18
Kehidupan setelah kematian 7
Kepastian dan kepercayaan
mengenai keyakinan
3, 8
2. Praktek agama Menghadiri kegiatan agama 25
Mengikuti siraman rohani dari
media elektronik
26
Ikut serta dalam organisasi agama 1, 23
Ibadah malam hari 15
3. Pengalaman Pengalaman yang memperkuat 12, 17
Pengalaman responsif 10, 27
4. Pengetahuan Pengetahuan tentang ajaran dan
dasar-dasar agama yang dianut
13, 24
Pengetahuan terhadap isi kitab suci 2, 11
5. Konsekuensi Sabar 5, 16
Jujur 4, 21
Ikhlas 14, 22
Memaafkan 6, 19
Jumlah 27
2. Skala Family Support dalam penelitian ini menggunakan skala model Likert.
Skala ini dibuat oleh peneliti sendiri dengan komponen aspek-aspeknya
menurut Thompson (2006).
Tabel 3.4 Blue Print Skala Family Support (Try Out)
No. Dimensi Indikator Favorable
1. Dukungan konkrit Membantu secara finansial
(materi)
3*, 11
Menemani dan membantu
dalam melakukan suatu
aktivitas
5*, 7, 20*
Menemani untuk
menyelesaikan masalahnya.
1, 8*
2. Dukungan emosional Empati 12*, 18*
Perhatian 2*, 15*
Simpati 14*, 22*
3. Dukungan informatif Nasehat atau saran 9*, 13*
Kritik 19*, 21*
4. Dukungan
penghargaan
Memberikan motivasi yang
positif
4*, 17*
Memberikan kepercayaan
untuk menumbuhkan rasa
percaya dirinya
6*, 10*, 16*
Jumlah 22
Ket : *item valid
Tabel 3.5 Blue Print Skala Family Support (Field Test)
No. Dimensi Indikator Favorable
1. Dukungan konkrit Membantu secara finansial
(materi)
2
Menemani dan membantu
dalam melakukan suatu
aktivitas
4, 17
Menemani untuk 6
menyelesaikan masalahnya.
2. Dukungan emosional Empati 9, 15
Perhatian 1, 12
Simpati 11, 19
3. Dukungan informatif Nasehat atau saran 7, 10
Kritik 16, 18
4. Dukungan
penghargaan
Memberikan motivasi yang
positif
3, 14
Memberikan kepercayaan
untuk menumbuhkan rasa
percaya dirinya
5, 8, 13
Jumlah 19
3. Skala Happiness dalam penelitian ini disusun peneliti dengan membuat
pernyataan-pernyataan berdasarkan aspek-aspek dari konsep Seligman (2002).
Tabel 3.6 Blue Print Skala Happiness (Try Out)
Dimensi Indikator Sub-Indikator Favorable
Emosi
Positif
Kepuasan masa
lalu
Merasa puas terhadap suatu
pencapaian
11, 13*
Merasakan ketenangan dalam
diri
4*, 14*
Mempunyai penilaian diri
yang positif
7*, 22*
Memaafkan kesalahan di masa
lalu
12*, 20*
Mensyukuri apa yang telah di
dapat
15*, 19*
Kebahagiaan masa
sekarang
Menikmati kegiatan-kegiatan
yang disukai
2*, 8*
Merasakan kenikmatan
inderawi
3*, 16*
Optimistis akan
masa depan
Percaya bahwa harapan akan
tercapai
17*, 21*
Yakin bahwa setiap masalah
besar atau kecil dapat
terselesaikan
1*, 6
Mempunyai keyakinan bahwa
hidup akan menjadi lebih baik
5*, 10*
Percaya diri terhadap 9*, 18*
kemampuan yang dimiliki
Jumlah 22
Ket : *item valid
Tabel 3.7 Blue Print Skala Happiness (Field Test)
Dimensi Indikator Sub-Indikator Favorable
Emosi
Positif
Kepuasan masa
lalu
Merasa puas terhadap suatu
pencapaian
11
Merasakan ketenangan dalam
diri
4, 12
Mempunyai penilaian diri
yang positif
5, 20
Memaafkan kesalahan di masa
lalu
15, 18
Mensyukuri apa yang telah di
dapat
13, 17
Kebahagiaan masa
sekarang
Menikmati kegiatan-kegiatan
yang disukai
2, 7
Merasakan kenikmatan
inderawi
3, 14
Optimistis akan
masa depan
Percaya bahwa harapan akan
tercapai
8, 19
Yakin bahwa setiap masalah
besar atau kecil dapat
terselesaikan
1
Mempunyai keyakinan bahwa
hidup akan menjadi lebih baik
9, 6
Percaya diri terhadap
kemampuan yang dimiliki
10, 16
Jumlah 20
3.4. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.4.1. Teknik Pengolahan Data
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat
pengaruh yang signifikan masing-masing variable independent yang berjumlah 10
variabel terhadap happiness, dan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan
yang diberikan masing-masing variable independent terhadap happiness. Peneliti
menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang
merupakan hasil pengukuran atau perhitungan.
Dalam hal ini berdasarkan hipotesis yang akan diuji peneliti menggunakan
teknik analisis multiple regression atau analisis berganda untuk mengetahui besar
dan arah hubungan antara variable X1 (religiusitas), dan X2 (family support)
dengan variabel Y (happiness). Analisis multiple regression adalah suatu metode
untuk mengkaji akibat-akibat dan besarnya akibat lebih dari satu variabel bebas
terhadap satu variabel terikat, dengan menggunakan prinsip-prinsip korelasi dan
regresi (Kerlinger, 1990).
Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi,
diantaranya :
1. R² yang menunjukkan proporsi varians (persentase varians) dari dependent
variabel (DV) yang bisa diterangkan oleh independent variable (IV).
2. Dapat melihat signifikan atau tidak signifikannya R2.
3. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien
regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan
dari independent variable (IV) yang bersangkutan.
4. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat
prediksi tentang berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV)
diketahui.
3.4.2. Teknik Analisis Data
3.4.2.1. Uji validitas
Untuk mengetahui validitas instrumen (uji validitas) untuk
menghitungnya penulis menggunakan program SPSS Versi 16.0.
Hasilnya pada skala religiusitas yang terdiri dari 32 item, item
yang tidak valid berjumlah 5 item yaitu item nomor 2, 4, 5, 6, dan
23. Untuk skala family support yang terdiri dari 22 item, item yang
tidak valid berjumlah 3 item yang terdiri dari item nomor 1, 7, dan
11. Sedangkan untuk skala happiness yang terdiri dari 22 item,
item yang tidak valid berjumlah 2 item yang terdiri dari item
nomor 6 dan 11.
3.4.2.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran
relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih
atau dapat dipercaya (apabila dalam beberapa kali pengukuran
diperoleh hasil yang relatif sama). Untuk menghitung reliabilitas
alat pengumpulan data (uji reliabilitas) digunakan teknik Alpha
Cronbach dengan perhitungan menggunakan program SPSS Versi
16.0. Hasil uji reliabilitas pada skala religiusitas sebesar 0, 891,
pada skala family support sebesar 0, 866, dan pada skala happiness
sebesar 0, 909.
3.5. Prosedur Penelitian
Secara garis besar penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:
1. Tahap persiapan
a) Perumusan masalah yang akan diteliti.
b) Menentukan variabel yang akan diteliti.
c) Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang tepat
mengenai variabel penelitian.
d) Menentukan subjek penelitian.
e) Persiapan alat pengumpulan data dengan menggunakan dan menyusun alat
ukur yang akan digunakan dalam penelitian yaitu berupa skala model Likert
yang terdiri dari skala religiusitas, skala family support, dan skala
happiness.
f) Persiapan segala hal yang menyangkut perizinan.
2. Tahap uji coba alat ukur
a) Melakukan uji coba terhadap alat ukur yang telah dibuat.
b) Memilih item-item dari skala yang valid dan reliable.
c) Memilih dan menyusun kembali item-item yang valid dan reliabel untuk
dijadikan alat ukur yang siap pakai dalam penelitian ini.
3. Tahap pelaksanaan
a) Menentukan jumlah sampel penelitian.
b) Memberikan penjelasan tujuan penelitian dan meminta kesediaan
responden untuk mengisi skala dalam penelitian.
c) Melaksanakan pengambilan data.
4. Tahap pengolahan data
a) Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban responden.
b) Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan membuat tabel
data.
c) Menganalisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji
hipotesis.
d) Membuat kesimpulan dan laporan hasil.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Oktober sampai 14 November
2011 di PSTW 3 Budi Mulia Ciracas 50 lansia yang terdiri dari 25 pria dan 25
wanita, sedangkan di PSTW 4 Budi Mulia Margaguna 30 lansia yang terdiri dari
11 pria dan 19 wanita. Gambaran subyek pada penelitian ini berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Subyek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Wanita 44 55 %
Pria 36 45 %
Total 80 100 %
Jumlah keseluruhan subyek dalam penelitian ini adalah 110 lansia yang terdiri
dari 30 lansia untuk try out dan 80 lansia untuk field test.
4.2. Uji Hipotesis Penelitian
4.2.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS versi 16. Dalam regresi ada tiga
hal yang dilihat, yaitu melihat pengaruh dan besaran R square IV secara
keseluruhan terhadap DV beserta signifikansinya, melihat masing-masing IV
berpengaruh terhadap DV dan signifikansinya, kemudian terakhir melihat
besarnya kontribusi masing-masing IV terhadap DV beserta signifikansinya.
Pertama, peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapa
persen (%) pengaruh IV secara keseluruhan terhadap DV dan signifikansinya,
selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 R Square Pengaruh Religiusitas dan
Family Support terhadap Happiness
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error ofthe Estimate
1 0,753a 0,567 0,504 6,82660
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0,567 atau 56,7
%. Artinya variasi dari happiness (DV) yang dijelaskan oleh semua IV adalah
sebesar 56,7 %, sedangkan sisanya yaitu 43,3 % dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak diteliti pada penelitian ini. Kemudian peneliti menguji signifikansi
pengaruh keseluruhan IV terhadap happiness. Adapun hasil uji F bisa dilihat pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3 Signifikansi Religiusitas danFamily Support (IV) terhadap Happiness (DV)
Dari tabel Anova, diperoleh F hitung sebesar 9,028 dan signifikansi
sebesar 0,000 atau lebih kecil dari alpha 5 % (0,000 < 0,05). Ini berarti bahwa
besarnya variasi dari DV (happiness) yang dipengaruhi oleh 10 IV sebesar 56,7 %
adalah signifikan secara statistik. Hal ini berarti secara keseluruhan bahwa ada
pengaruh religiusitas dan family support terhadap happiness.
4.2.2. Uji Koefisien Masing-masing Independent Variable (IV)
Langkah kedua adalah melihat pengaruh masing-masing IV berpengaruh
terhadap DV beserta signifikansinya. Adapun penyajiannya pada tabel 4.4 berikut
:
Tabel 4.4 Koefisien Regresi Religiusitas danFamily Support (IV) terhadap Happiness (DV)
Model Sum of
Square
Df Mean Square F Sig
1 Regression 4207,494 10 420,749 9,028 0,000a
Residual 3215,571 69 46,602
Total 7423,065 79
Model UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
T SigB Std.Error Beta
1 (Constant)-1,516 7,398 -0,205 0,838
R.keyakinan0,037 0,125 0,036 0,297 0,768
R.praktikagama-0,011 0,139 -0,011 -0,081 0,936
R.pengalaman0,224 0,089 0,225 2,503 0,015*
Happiness = -1,516 + 0,037 R.keyakinan -0,011 R.praktikagama + 0,224
R.pengalaman* + 0,112 R.pengetahuan + 0,378 R.konsekuensi*
-0,203 FS.konkrit + 0,328 FS.emosional -0,101 FS.informatif +
0,245 FS.penghargaan + 1,907 sex
Keterangan : *signifikan
Dari tabel 4.4, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefesien regresi
yang dihasilkan dapat dilihat pada kolom yang paling kanan yaitu kolom sig. Jika
nilai sig dari tiap-tiap IV kurang dari 0,05 (sig < 0,05), maka koefisien dari
masing-masing IV berpengaruh terhadap happiness (DV). Sebaliknya jika nilai
sig dari masing-masing IV lebih besar dari 0,05 (sig > 0,05) maka koefisien dari
masing-masing IV tidak berpengaruh terhadap happiness (DV). Untuk melihat
dan membandingkan besar kecilnya koefisien dari masing-masing IV dapat
diketahui dengan cara melihat Standardized Coefficient (Beta).
Dari hasil tabel 4.4, diketahui bahwa hanya ada dua IV yang signifikan,
pertama koefisien pengalaman dengan nilai beta sebesar 0,224 dan nilai
signifikansinya sebesar 0,015 (sig < 0,05). Kedua adalah koefisien konsekuensi
R.pengetahuan0,112 0,122 0,097 0,919 0,361
R.konsekuensi0,378 0,151 0,369 2,501 0,015*
FS.konkrit-0,203 0,164 -0,207 -1,238 0,220
FS.emosional0,328 0,174 0,325 1,883 0,064
FS.informatif-0,101 0,105 -0,092 -0,958 0,341
FS.penghargaan0,245 0,153 0,237 1,600 0,114
Sex1,907 1,659 0,098 1,150 0,254
dengan nilai beta sebesar 0,378 dan nilai signifikansinya sebesar 0,015 (sig <
0,05), sedangkan sisanya delapan IV tidak signifikan.
Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-
masing IV adalah sebagai berikut:
1. Nilai koefisien keyakinan sebesar 0,037 dan nilai signifikansinya sebesar
0,768 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel keyakinan secara positif
berpengaruh terhadap happiness tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil
analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor keyakinan maka semakin tinggi
happiness pada lansia di panti werdha.
2. Nilai koefisien praktik agama sebesar -0,011 dan nilai signifikansinya
sebesar 0,936 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel praktik agama secara
negatif berpengaruh terhadap happiness tetapi tidak signifikan berdasarkan
hasil analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor praktik agama maka
semakin rendah happiness pada lansia di panti werdha.
3. Nilai koefisien pengalaman sebesar 0,224 dan nilai signifikansinya sebesar
0,015 (sig < 0,05). Hal ini berarti variabel pengalaman secara positif
berpengaruh terhadap happiness dan signifikan berdasarkan hasil analisis
statistik. Jadi semakin tinggi skor pengalaman maka semakin tinggi
happiness pada lansia di panti werdha.
4. Nilai koefisien pengetahuan sebesar 0,112 dan nilai signifikansinya
sebesar 0,361 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel pengetahuan secara
positif berpengaruh terhadap happiness tetapi tidak signifikan berdasarkan
hasil analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor pengetahuan maka semakin
tinggi happiness pada lansia di panti werdha.
5. Nilai koefisien konsekuensi sebesar 0,378 dan nilai signifikansinya
sebesar 0,015 (sig < 0,05). Hal ini berarti variabel konsekuensi secara
positif berpengaruh terhadap happiness dan signifikan berdasarkan hasil
analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor konsekuensi maka semakin
tinggi happiness pada lansia di panti werdha.
6. Nilai koefisien dukungan konkrit sebesar -0,203 dan nilai signifikansinya
sebesar 0,220 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel dukungan konkrit secara
negatif berpengaruh terhadap happiness tetapi tidak signifikan berdasarkan
hasil analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor dukungan konkrit maka
semakin rendah happiness pada lansia di panti werdha.
7. Nilai koefisien dukungan emosional sebesar 0,328 dan nilai
signifikansinya sebesar 0,064 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel
dukungan emosional secara positif berpengaruh terhadap happiness tetapi
tidak signifikan berdasarkan hasil analisis statistik. Jadi semakin tinggi
skor dukungan emosional maka semakin tinggi happiness pada lansia di
panti werdha.
8. Nilai koefisien dukungan informatif sebesar -0,101 dan nilai
signifikansinya sebesar 0,341 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel
dukungan informatif secara negatif berpengaruh terhadap happiness tetapi
tidak signifikan berdasarkan hasil analisis statistik. Jadi semakin tinggi
skor dukungan informatif maka semakin rendah happiness pada lansia di
panti werdha.
9. Nilai koefisien dukungan penghargaan sebesar 0,245 dan nilai
signifikansinya sebesar 0,114 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel
dukungan penghargaan secara positif berpengaruh terhadap happiness
tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil analisis statistik. Jadi semakin
tinggi skor dukungan penghargaan maka semakin tinggi happiness pada
lansia di panti werdha.
10. Nilai koefisien jenis kelamin sebesar 1,907 dan nilai signifikansinya
sebesar 0,254 (sig > 0,05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan jenis
kelamin antara pria dan wanita dengan happiness pada lansia di panti
werdha.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini dari sepuluh hipotesis
minor yang ada, hanya dua hipotesisi minor yang ditolak, yaitu :
1. Ho1 diterima yaitu tidak ada pengaruh keyakinan (the belief)
religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan
Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Dikarenakan nilai koefisiennya 0,037 dengan taraf signifikansi 0,768
(sig > 0,05).
2. Ho2 diterima yaitu tidak ada pengaruh praktik agama (religious
practice) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha
binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta
Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya -0,011 dengan taraf signifikansi
0,936 (sig > 0,05).
3. Ho3 ditolak sehingga Ha3 diterima yaitu ada pengaruh pengalaman
(the experience) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti
werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan
Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya 0,224 dengan taraf
signifikansi 0,015 (sig < 0,05).
4. Ho4 diterima yaitu tidak ada pengaruh pengetahuan agama (the
knowledge) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti
werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan
Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya 0,112 dengan taraf
signifikansi 0,361 (sig > 0,05).
5. Ho5 ditolak sehingga Ha5 diterima yaitu ada pengaruh konsekuensi
(the consequence) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti
werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan
Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya 0,378 dengan taraf
signifikansi 0,015 (sig < 0,05).
6. Ho6 diterima yaitu tidak ada pengaruh dukungan konkrit (concrete
support) family support terhadap happiness pada lansia di panti
werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan
Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya 0,203 dengan taraf
signifikansi 0,220 (sig > 0,05).
7. Ho7 diterima yaitu tidak ada pengaruh dukungan emosional (emotional
concrete) family support terhadap happiness pada lansia di panti
werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan
Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya 0,328 dengan taraf
signifikansi 0,064 (sig > 0,05).
8. Ho8 diterima yaitu tidak ada pengaruh dukungan informatif
(informative support) family support terhadap happiness pada lansia di
panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan
dan Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya -0,101 dengan taraf
signifikansi 0,341 (sig > 0,05).
9. Ho9 diterima yaitu tidak ada pengaruh dukungan penghargaan (esteem
support) family support terhadap happiness pada lansia di panti
werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan
Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya 0,245 dengan taraf
signifikansi 0,114 (sig > 0,05).
10. Ho10 diterima yaitu tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap
happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta
wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Dikarenakan nilai
koefisiennya 1,907 dengan taraf signifikansi 0,254 (sig > 0,05).
4.2.3. Uji Proporsi Varians Masing-masing Independet Variable (IV)
Berdasarkan hasil dari koefisien regresi di atas, diketahui bahwa pada
variabel religusitas hanya dua dari lima aspek yang berpengaruh signifikan.
Sedangkan pada variabel family support dari empat aspek tidak ada satu pun yang
signifikan. Langkah terakhir, peneliti ingin melihat besarnya kontribusi dari
masing-masing IV dan signifikansinya.
Tabel 4.5 Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable
Model
R
Square
Change Statistic
R Square
Change
F
Changedf1 df2 Sig. F Change
1 0,171 0,171 16,098 1 78 0,000*
2 0,305 0,134 14,901 1 77 0,000*
3 0,411 0,106 13,691 1 76 0,000*
4 0,412 0,000 0,037 1 75 0,849
5 0,463 0,051 7,061 1 74 0,010*
6 0,498 0,035 5,067 1 73 0,027*
7 0,539 0,041 6,360 1 72 0,014*
8 0,544 0,005 0,828 1 71 0,366
9 0,559 0,015 2,312 1 70 0,133
10 0,567 0,008 1,321 1 69 0,254
Total 0,567
Keterangan :
1. Keyakinan2. Praktik agama3. Pengalaman4. Pengetahuan5. Konsekuensi6. Dukungan konkrit7. Dukungan emosional8. Dukungan informatif9. Dukungan penghargaan10. Jenis kelamin
Dari tabel 4.5 terdapat total R Square sebesar 0,567 atau 56,7 %, nilai
tersebut adalah total kontribusi dari semua IV terhadap DV. Selain itu, dari tabel
di atas dapat diketahui ada enam IV yang signifikan yaitu variabel keyakinan
dengan nilai signifikan 0,000, variabel praktik agama dengan nilai signifikan
0,000, variabel pengalaman dengan nilai signifikan 0,000, variabel konsekuensi
dengan nilai signifikan 0,010, variabel dukungan konkrit dengan nilai signifikan
0,027, dan variabel dukungan emosional dengan nilai signifikan 0,014. Sedangkan
empat IV lainnya yaitu variabel pengetahuan agama, variabel dukungan
informatif, variabel dukungan penghargaan, dan jenis kelamin tidak signifikan.
Adapun penjelasan nilai R Square dari masing-masing IV adalah sebagai
berikut :
1. Variabel keyakinan memberikan kontribusi sebesar 17,1 % terhadap
happiness dan secara statistik signifikan, dengan nilai F Change sebesar
0,000 (sig < 0,05).
2. Variabel praktik agama memberikan kontribusi sebesar 13,4 % terhadap
happiness dan secara statistik signifikan, dengan nilai F Change sebesar
0,000 (sig < 0,05).
3. Variabel pengalaman memberikan kontribusi sebesar 10,6 % terhadap
happiness dan secara statistik signifikan, dengan nilai F Change sebesar
0,000 (sig < 0,05).
4. Variabel pengetahuan memberikan kontribusi sebesar 0 % terhadap
happiness dan secara statistik tidak signifikan, dengan nilai F Change
sebesar 0,849 (sig > 0,05).
5. Variabel konsekuensi memberikan kontribusi sebesar 5,1 % terhadap
happiness dan secara statistik signifikan, dengan nilai F Change sebesar
0,010 (sig < 0,05).
6. Variabel dukungan konkrit memberikan kontribusi sebesar 3,5 % terhadap
happiness dan secara statistik signifikan, dengan nilai F Change sebesar
0,027 (sig < 0,05).
7. Variabel dukungan emosional memberikan kontribusi sebesar 4,1 %
terhadap happiness dan secara statistik signifikan, dengan nilai F Change
sebesar 0,014 (sig < 0,05).
8. Variabel dukungan informatif memberikan kontribusi sebesar 0,5 %
terhadap happiness dan secara statistik tidak signifikan, dengan nilai F
Change sebesar 0,366 (sig > 0,05).
9. Variabel dukungan penghargaan memberikan kontribusi sebesar 1,5 %
terhadap happiness dan secara statistik tidak signifikan, dengan nilai F
Change sebesar 0,133 (sig > 0,05).
10. Variabel jenis kelamin memberikan kontribusi sebesar 0,8 % terhadap
happiness dan secara statistik tidak signifikan, dengan nilai F Change
sebesar 0,254 (sig > 0,05).
Pada tabel uji proporsi varians menjelaskan besarnya kontribusi masing-
masing IV terhadap happiness (DV), dimana total dari keseluruhan kontribusi
masing-masing IV harus sama dengan jumlah R square secara keseluruhan dari
tabel 4.2. Sehingga seluruh IV baik yang memberikan pengaruh positif, negatif,
atau sama sekali tidak ada perbedaan (jenis kelamin) tetap diikut sertakan pada
tabel uji proporsi varians ini. Jika tidak diikut sertakan, maka jumlah proporsi
varians tidak akan sesuai dengan jumlah R square secara keseluruhan.
Dengan demikian dapat disimpulkan dari sepuluh independent variable
(IV) hanya ada enam IV yang kontribusinya signifikan terhadap happiness (DV)
yaitu variabel keyakinan, variabel praktik agama, variabel pengalaman, variabel
konsekuensi, variabel dukungan konkrit, dan variabel dukungan emosional.
Sedangkan keempat IV lainnya berkontribusi tetapi tidak signifikan yaitu variabel
pengetahuan, variabel dukungan informatif, variabel penghargaan, dan jenis
kelamin.
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah peneliti mendapatkan data penelitian, kemudian diolah dan
dianalisis hasil-hasil penelitian yang telah didapat, maka pada bab ini peneliti
akan menyimpulkan hasil penelitian yang telah diteliti. Kesimpulan pada bab ini
merupakan jawaban atas dari permasalahan penelitian. Berikut peneliti akan
memaparkannya pada penjelasan berikut ini.
Berdasarkan hasil tabel R square dan anova, dapat diketahui bahwa secara
keseluruhan religiusitas dan family support (IV) berpengaruh terhadap happiness
sebesar 56,7 % dan signifikansinya sebesar 0,000 (sig < 0,05). Sedangkan dari
hasil uji koefisien masing-masing IV pada tabel koefisien regresi, hasil yang
didapatkan dari sepuluh hipotesis minor yang ada dalam penelitian ini hanya ada
dua hipotesis minor yang ditolah yaitu Ho3 dan Ho5, sedangkan delapan hipotesis
minor lainnya diterima. Jadi dari hasil tabel koefisien regresi hanya variabel
religiusitas (IV) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap happiness (DV).
Untuk hasil tabel uji proporsi varians masing-masing IV, dapat diketahui
bahwa ada enam IV yang kontribusinya signifikan terhadap happiness (DV) yaitu
variabel keyakinan, variabel praktik agama, variabel pengalaman, variabel
konsekuensi, variabel dukungan konkrit, dan variabel dukungan emosional.
Sedangkan keempat IV lainnya berkontribusi tetapi tidak signifikan yaitu variabel
pengetahuan, variabel dukungan informatif, variabel penghargaan, dan jenis
kelamin.
5.2. Diskusi
Dari kesimpulan terdahulu, religiusitas memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap happiness pada lansia di panti werdha. Selain itu, kontribusi dari aspek-
aspek religiusitas pun signifikan terhadap happiness yaitu keyakinan sebesar 17,1
% (0,000 < 0,05), praktik agama 13,4 % (0,000 < 0,05), pengalaman 10,6 %
(0,000 < 0,05), dan konsekuensi 5,1 % (0,010). Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Khalek (2006), bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang,
maka ia akan merasa lebih bahagia, dan kesehatannya pun lebih baik secara
mental dan fisik. Ketika peneliti berada di panti, para lansia yang suka mengikuti
pengajian, sholat berjamaah di masjid, ikut kebaktian setiap minggunya, merasa
lebih bersemangat dan menikmati kegiatan sehari-hari mereka walaupun tinggal
di panti. Ekspresi muka mereka pun pada saat bertemu dan berbicara dengan
peneliti terlihat berseri-seri tanpa ada beban atau memikirkan sebab mereka bisa
tinggal di panti.
Semakin mereka mendekatkan diri mereka kepada Tuhan dengan rajin
beribadah serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-
harinya, para lansia tersebut pasrah dan tidak mempunyai pikiran yang macam-
macam. Mereka juga merasa tenang dan bahagia tinggal di panti, karena fasilitas
dan kebutuhan sehari-hari mereka ditanggung oleh panti tanpa ada pemungutan
biaya, kadang tiap bulan mereka diberi uang jajan oleh panti. Hal ini juga sesuai
dengan pernyataan David (2009), bahwa orang yang percaya pada Tuhan dapat
mengurangi tingkat keputusasaan, depresi, stress, kecemasan serta bisa
meningkatkan happiness, kepuasan hidup, dan kesejahteraan pada dirinya.
Family support walaupun tidak berpengaruh secara signifikan, tetapi
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap happiness. Ada dua jenis family
support yang berkontribusi secara signifikan yaitu dukungan konkrit sebesar 3,5
% (0,027 < 0,05) dan dukungan emosional sebesar 4,1 % (0,014 < 0,05). Dari
hasil penelitian ini, family support dibagi menjadi 2 macam yaitu dukungan yang
berasal dari keluarga dan orang terdekat. Kedua jenis dukungan ini memang
sangat terlihat jelas sekali di panti. Dimana dukungan ini tidak hanya berasal dari
para keluarga lansia tetapi juga dari para petugas, perawat, sesama lansia yang
sudah dianggap seperti keluarga sendiri antara satu sama lain.
Dukungan konkrit yang biasanya terlihat adalah para lansia sering
ditengok oleh keluarganya, keluarga mereka datang untuk menemani para lansia
keluar atau diajak jalan-jalan. Sedangkan dukungan emosional lebih terlihat antara
lansia satu dengan lansia lainnya atau para perawat. Biasanya mereka saling
bercerita mengenai masalah-masalah yang dihadapi dan menanggapi cerita
tersebut (empati atau simpati). Menurut Cutrana (dalam Thompson, 2006),
walaupun dukungan emosinal terlihat sederhana, dukungan ini mempunyai
pengaruh yang kuat dan bermanfaat. Inilah yang membuat para lansia yang di
panti lebih kuat dan tabah dalam menjalani hidup, hal ini sesuai dengan pendapat
Taylor (dalam Sharma, 2010), bahwa seseorang yang mendapatkan dukungan dari
keluarga dan teman-temannya lebih berani untuk mengatasi stress yang mereka
alami.
Untuk variabel dukungan informatif dan dukungan penghargaan tidak
berpengaruh dan kontribusinya pun tidak signifikan secara statistik. Dimana
koefisien beta pada variabel dukungan informatif sebesar -0,101 dengan nilai
signifikan sebesar 0,341 > 0,05 dan nilai kontribusinya (R square change) sebesar
0,5 % dengan nilai signifikan sebesar 0,366 > 0,05. Sedangkan variabel dukungan
penghargaan, koefisien betanya sebesar 0,245 dengan nilai signifikan sebesar
0,114 dan untuk nilai kontribusi (R square change) sebesar 1,5 % dengan nilai
signifikan sebesar 0,133 > 0,05.
Hal ini terjadi dikarenakan selama peneliti berada di panti dukungan
informatif ini jarang terlihat dan dirasakan oleh para lansia di panti. Jika pun ada
itu pun hanya sesekali dan para lansia bercerita pada peneliti ketika mereka
mengisi angket bahwa dukungan yang diberikan hanya sekedar nasehat biasa dan
tidak memberikan keyakinan yang berarti bagi mereka. Sedangkan untuk
dukungan penghargaan jarang sekali dilakukan karena dukungan ini berupa
pengakuan atas kemampuan atau keahlian yang dimiliki. Di panti sendiri semua
kegiatan yang dilakukan lansia baik pria dan wanita semuanya hampir sama antara
satu sama lain. Ketika keluarga para lansia datang menjenguk pun, para lansia
tidak memperlihatkan kemampuan atau keahlian yang mereka miliki, sehingga
orang-orang terdekat yang berada di panti beserta keluarga lansia tersebut sulit
untuk mengemukakannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cotterell, (1996;
dalam Thompson, 2006) bahwa dukungan ini agak lebih rumit untuk disampaikan.
Jenis kelamin pada penelitian ini tidak mempunyai pengaruh (koefisien
beta 1,907 dan 0,254 > 0,05) ataupun kontribusi yang signifikan (R square change
0,008 atau 0,8 % dan 0,254 > 0,05). Dikarenakan pada penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Khalek (2006), sampel yang digunakan adalah mahasiswa
dengan latar belakang sosial ekonomi berbeda dan sebelumnya dilakukan
observasi terlebih dahulu terhadap mahasiswa tersebut.
5.3. Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangannya. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran
sebagai bahan pertimbangan, dan untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya
yang terkait dengan penelitian serupa yaitu saran metodelogis dan saran praktis.
5.3.1. Saran Metodelogis
1. Pada penelitian ini masih banyak variabel-variabel (IV) yang terkait
dengan happiness khususnya pada lansia di panti werdha. Variabel-
variabel tersebut adalah status perkawinan, tipe kepribadian, locus of
control, self-ratings, dan kesehatan mental. Variabel-variabel tersebut
sangat penting diteliti terutama terkait dengan happiness.
2. Untuk penelitian selanjutnya, dapat ditambah lagi dengan
membandingkan antara lansia di panti werdha dengan lansia yang tidak
tinggal di panti (di rumah). Selain itu, dapat juga membandingkan antara
lansia yang tinggal di panti binaan pemerintah dengan panti werdha
binaan swasta.
3. Dapat memberikan manfaat dan pengembangan bagi penelitian
selanjutnya dan untuk penelitian selanjutnya jika ingin meneliti
mengenai happiness sebaiknya tidak menggunakan aspek kepuasan masa
lalu dan optimis akan masa depan tetapi menggunakan aspek-aspek yang
lain dari teori happiness yang terbaru.
5.3.2. Saran Praktis
1. Hasil penelitian ini juga merupakan saran yang positif bagi pihak panti
werdha untuk mengetahui bahwa kebahagiaan pada lansia yang tinggal
di panti dipengaruhi oleh religiusitas (keberagamaan) sehingga dapat
lebih meningkatkan kegiatan keberagamaan bagi para lansia.
2. Selain religiusitas, family support baik yang berasal dari keluarga
maupun kerabat terdekat (petugas, perawat, dan sesama lansia) juga
dapat mempengaruhi happiness, sehingga bisa lebih ditingkatkan ikatan
kekeluargaan dengan diadakannya pertemuan keluarga antara keluarga
lansia dengan petugas, perawat, dan lansia. Hal ini terlihat dari hasil
proporsi varians IV terhadap DV, dimana dukungan konkrit
memberikan kontribusi sebesar 3,5 %, dukungan emosioanal sebesar
4,1 %, dan keduanya signifikan.
3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan populasi yang lebih besar
yaitu tidak hanya wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur saja tetapi
juga wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Pusat juga.
DAFTAR PUSTAKA
Aghili,. Mojtaba and Kumar Venkatesh., G. 2008. Relationship between religiousattitude and happiness among professional employees. Journal of theIndian Academy of Applied Psychology, April 2008, Vol. 34, SpecialIssue, 66-69.
Carr, Alan. 2004. Positive psychology. Brunner-Routledge
Dockery Michael, Alfred. 1987. Happiness, life satisfaction and the role of work:evidence from two australian surveys.
Ghufron Nur., M. & S Risnawati., M. 2010. Teori-teori psikologi. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Glock., Charles Y., and Stark., Rodney. 1968. American piety : The nature ofreligious commitment. Berkeley : University of California Press
Hidayati Narendrany., Heny dan Yudiantoro., Andri. 2007. Psikologi agama.Jakarta : UIN Press
http://lanjutusia_detail.asp.htm- Kuntjoro Sri, Zainuddin. 2002. Dukungan Sosialpada Lansia.
http://Lansia « Referensi Kesehatan.htm
http//www.ebooks-freedownload.net/2010/pdf-link/iadl-pada-lansia.html/digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-furiyahg2a-5505-3-babii.pdf. di akses pada tanggal 4 November 2010
http//www.Psikomedia.com/Penyesuaian Diri Terhadap Ambang Pensiun. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2010
http//www.TanyaDokterAnda.com/waspadai-depresi-pada-lansia.htm. di akses padatanggal 26 Oktober 2010
http://www.webmd.com/balance/news/20080619/for-happiness-seek-family-not-fortune. Boyles., Salynn. 2008. For Happiness Seek Family Not FortuneStudy Shows Family Relationships Bring Greater Happiness Than HighIncome. Di akses pada tanggal 26 Mei 2011
Hurlock B., Elizabeth. 1980. Psikologi perkembangan suatu pendekatansepanjang rentan kehidupan. Jakarta : Erlangga
Jalaluddin. 2000. Psikologi agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Kerlinger, N. Fred. 1990. Asas-asas penelitian behavioral. Jogja : Gajah MadaUniversity Press
Khalek M. Abdel., Ahmed. 2006. Happiness, health, and religiositiy : Significantrelations. Mental Health, Religion & Culture March 2006; 9(1): 85–97
Lyubomirsky., Sonja., Sheldon M., Kennon., and Schkade., David. 2005.Pursuing happiness: The architecture of sustainable change. Review ofGeneral Psychology 2005, Vol. 9, No. 2, 111–131
Manz, Charles C. 2003. Emotional disipline : The power to choose how you feel.Bernett-Kohler Publisher, Inc. San Francisco
Muchanam Diana., Rachmy & Nashori Fuad., H. 2002. Mengembangkankreativitas dalam perspektif psikologi islami. Jogjakarta : Menara KudusJogjakarta
Papalia E., Diane., Olds Wendkos., Sally., Feldman Duskin., Ruth., 2008. Humandevelopment eleventh edition. New York, NY : The McGraw-HillCompanies, Inc.
Poot, Germaine and Liefbroer, C. Art. 2007. Happiness in the garden of epicurus.Happiness Study (2008) 9:397–423 DOI 10.1007/s10902-006-9036-z
Rosmarin H., David., Pargament I., Kenneth., and Mahoney., Annete. 2009. Therole of religiousness in anxiety, depression, and happiness in a jewishcommunity sample : A preliminary investigation. Mental Health, Religion &Culture Vol. 12, No. 2, March 2009, 97–113
Santrock., W. John. 2002. Life-span development perkembangan masa hidup.Jakarta : Erlangga
Seligman E. P., Martin. 2002. Authentic happiness. Bandung : Mizan
Sharma., Anita and Maholtra., Dalip. 2010. Social-psychological correlates ofhappiness in adolescents. European Journal of Social Sciences – Volume12, Number 4 (2010)
Sugiyono. 2008. Metodelogi penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta
Thompson., Neil. 2006. Family support as reflective practice. London andPhiladelphia : Jessica Kingsley Publishers
Thouless H., Robert. 1995. pengantar psikologi agama. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
LAMPIRAN
SKALA PENELITIAN
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Program Sarjana Strata-1 (S1) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sedang mengadakan penelitian
mengenai lansia yang berjudul “PENGARUH RELIGIUSITAS DAN FAMILY
SUPPORT TERHADAP HAPPINESS PADA LANSIA DI PANTI
WERDHA”, penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir saya yaitu
skripsi. Sehubungan dengan itu, saya membutuhkan partisipasi dari Bapak/Ibu
untuk mengisi angket.
Data pribadi dan jawaban Bapak/Ibu akan di jaga kerahasiaannya, tidak akan
disebarluaskan, dan hanya akan digunakan untuk kebutuhan penelitian saja.
Isilah data di bawah ini sebelum Bapak/Ibu mengisi skala
Nama :
Usia :
Agama :
Jenis Kelamin : L/P
Petunjuk Pengisian
Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan untuk membantu anda dalam
menggambarkan diri Bapak/Ibu sendiri. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti,
dan berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai menggambarkan
perasaan, pikiran, atau perilaku anda pada lembar jawaban yang telah disediakan.
Ada 4 (empat) pilihan jawaban terhadap masing-masing pernyataan yang
mempunyai arti sebagai berikut.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak setuju
Contoh :
1. Saya tahu benar apa yang saya rasakan saat ini.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
Atas kesedian Bapak/Ibu meluangkan waktunya untuk mengisi skala ini, saya
ucapkan terima kasih.
Jakarta,
Oktober 2011
TTD Hormat Peneliti,
( ) Inayah Mardiah
SKALA RELIGIUSITAS
PETUNJUK
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Bapak/Ibu diminta untuk
mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri Bapak/Ibu, dengan
cara memberi tanda SILANG (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
1. Saya suka mengikuti organisasi keagamaan.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
2. Menurut saya, apa yang tercantum dalam kitab suci, dapat juga terlihat dalam
kehidupan nyata.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
b. d. sangat tidak setuju
3. Saya yakin dan percaya bahwa keyakinan yang selama ini saya anut benar.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
4. Kejujuran merupakan hal yang penting dalam menjalani hidup.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
5. Sabar merupakan salah satu jalan untuk menghadapi masalah, saya pun
berusaha untuk bersabar.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d.sangat tidak setuju
6. Memaafkan orang-orang yang telah menyakiti saya merupakan hal sulit tapi
saya berusaha untuk mencobanya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
7. Saya percaya bahwa kehidupan setelah kematian lebih kekal dibandingkan
kehidupan saat ini.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
8. Saya yakin dan percaya bahwa keyakinan yang saya anut ini memberikan
kebaikan sepanjang hidup terutama pada masa tua ini.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
9. Saya yakin akan kebesaran Tuhan.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d.sangat tidak setuju
10. Saya merasa Tuhan selalu di dekat saya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
11. Kitab suci adalah tuntunan para umat manusia dalam menjalani hidup.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
12. Saya pernah mendapatkan pengalaman yang religius sehingga membuat saya
semakin rajin beribadah dan merasa dekat dengan Tuhan.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d.sangat tidak setuju
13. Sejak kecil saya mulai belajar tentang ajaran dan dasar-dasar agama.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d.sangat tidak setuju
14. Saya ikhlas menjalani dan menghabiskan masa-masa tua di panti ini.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
15. Setiap malam saya selalu berdoa agar diberikan kebaikan selama hidup ini.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
16. Saya yakin, orang yang sabar akan mendapatkan hasil yang terbaik.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
17. Saya pernah merasakan Tuhan menegur saya melalui musibah yang akhirnya
menjadikan saya untuk kembali ke jalan yang benar.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
18. Saya percaya, bagi orang yang mendapatkan mukjizat dari-Nya akan
mendapatkan keberkahan dalam hidupnya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
19. Memaafkan merupakan hal yang terpuji dan dapat memberikan pengaruh
positif bagi orang meminta dan memberi maaf.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
20. Saya percaya Tuhan selalu ada di sisi umat-Nya baik dalam keadaan senang
atau susah.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
21. Dalam agama kejujuran sangat diperlukan.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
22. Segala sesuatu yang telah terjadi selama hidup saya hingga saat ini, saya terima
dengan ikhlas.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
23. Saya menjadi lebih bersemangat ketika terlibat dalam organisasi keagamaan.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
b. d. sangat tidak setuju
24. Saya cukup baik dalam memahami ajaran dan dasar-dasar agama yang saya
anut.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
25. Saya senang jika terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
kegiatan keagamaan.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
26. Saya merasakan ketenangan pada saat melihat atau mendengar siraman rohani.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
27. Saya merasa Tuhan selalu melihat apa yang saya lakukan.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
SKALA FAMILY SUPPORT
PETUNJUK
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Bapak/Ibu diminta untuk
mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri Bapak/Ibu, dengan
cara memberi tanda SILANG (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
1. Walaupun saya sudah setua ini, keluarga saya masih sering datang ke panti
untuk menengok saya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
2. Walaupun saya tinggal di panti jompo dan sudah tua, anggota keluarga saya
tetap memenuhi kebutuhan saya sehari-hari.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
3. Apapun yang saya lakukan, keluarga saya selalu mendukung dengan baik.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
4. Ketika saya merasa sendiri dan kesepian, saudara-saudara saya atau orang-
orang panti menemani saya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
5. Keluarga saya atau orang-orang panti selalu meyakinkan saya bahwa saya
bisa melakukan sesuatu dengan baik.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
6. Walaupun saya sedang terkena musibah, keluarga saya atau orang-orang panti
tetap mendampingi saya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
7. Keluarga saya atau orang-orang panti suka memberikan nasehat agar saya
menjaga kesehatan dengan baik.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
8. Setiap mendengar perkataan dari keluarga atau orang-orang panti saya merasa
lebih bersemangat.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
9. Ketika saya sedang bersedih, beberapa anggota keluarga maupun orang-orang
panti ikut sedih karena melihat keadaan saya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
10. Keluarga saya sering memberikan saran-saran yang baik bagi kehidupan saya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
11. Keluarga saya mengerti keadaan saya yang sudah setua ini.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
12. Ketika saya sedang berbicara keluarga saya maupun orang-orang di panti
selalu mendengarkan dengan baik.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
13. Dengan adanya keluarga atau orang-orang panti saya lebih percaya diri dalam
menjalani kehidupan saya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
14. Keluarga saya atau orang-orang panti selalu memberikan dorongan agar saya
tidak putus asa dalam menjalani hidup.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
15. Keluarga saya atau orang-orang panti memahami saya ketika saya sedang
mengalami kesulitan, seolah-olah mereka mengalami hal yang sama dengan
saya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
16. Jika saya melakukan sesuatu yang tidak di sukai oleh keluarga saya atau
orang-orang panti mereka akan melarang saya untuk melakukannya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
17. Jika saya ingin pergi ke luar, saya selalu ditemani oleh anggota keluarga saya
atau orang-orang panti.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
18. Jika saya melakukan suatu kesalahan keluarga saya atau orang-orang panti
akan menegur saya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
19. Ketika saya mengalami musibah keluarga saya atau orang-orang panti suka
menghibur saya agar saya tidak bersedih lagi.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
SKALA HAPPINESS
PETUNJUK
Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Bapak/Ibu diminta untuk
mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri Bapak/Ibu, dengan
cara memberi tanda SILANG (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
1. Saya percaya bahwa setiap masalah pasti ada penyelesaiannya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
2. Saya menyukai kegiatan-kegiatan yang ada di panti.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
3. Lingkungan panti yang asri membuat saya nyaman dan betah tinggal di panti
ini.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
4. Saya merasa nyaman ketika berkumpul dengan keluarga maupun orang-orang
di panti.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
5. Saya percaya di masa tua ini, saya bisa menjalani hidup yang lebih baik.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
6. Saya sudah berusaha sebaik mungkin dalam menjalani hidup ini.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
7. Saya senang menjalani aktivitas sehari-hari saya sekarang ini.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
8. Saya tetap bisa menjalankan hidup yang lebih baik walaupun tinggal di panti
jompo.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
9. Walaupun sudah setua ini, saya mampu melakukan hal yang terbaik dalam
hidup ini.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
10. Saya yakin hidup saya akan lebih baik lagi setiap harinya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
11. Sejauh ini, saya telah mendapatkan hal-hal yang penting dalam hidup saya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
12. Saya tetap merasa tenang tinggal di panti walaupun orang-orang terdekat saya
tidak ada lagi.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
13. Semua yang telah terjadi selama ini, saya terima dengan lapang dada.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
14. Saya suka menikmati udara pagi hari dan jalan-jalan di sekitar panti.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
15. Apapun yang terjadi di masa lalu, saya tetap bersemangat dalam menjalani
hidup ini.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
16. Saya masih bisa mengurus diri sendiri walaupun sudah setua ini.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
17. Segala sesuatu yang telah terjadi terutama masalah-masalah yang saya terima
selama hidup ini, membuat saya lebih tegar dan kuat dalam menjalani hidup
ini.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
18. Berbagai masalah yang sudah terjadi dalam hidup ini sudah saya lupakan dan
tidak mempermasalahkannya lagi.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
19. Hingga saat ini saya tetap memiliki cita-cita dan berusaha untuk mencapainya.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
20. Walaupun tinggal di panti jompo, saya tetap menjalani kehidupan sehari-hari
saya dengan ceria.
a. sangat setuju b. setuju c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
HASIL TRY OUT SKALA RELIGIUSITAS
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.891 32
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 105.1000 74.921 .350 .889
VAR00002 105.3667 77.482 .019 .897
VAR00003 105.0667 72.340 .499 .886
VAR00004 104.5667 75.151 .296 .890
VAR00005 104.9000 76.783 .104 .894
VAR00006 105.1667 75.661 .133 .896
VAR00007 104.6000 75.007 .354 .889
VAR00008 104.7333 73.857 .473 .887
VAR00009 104.7667 73.289 .474 .886
VAR00010 104.8667 72.051 .558 .885
VAR00011 104.6000 71.076 .656 .883
VAR00012 104.7000 74.286 .424 .887
VAR00013 104.3333 76.161 .376 .889
VAR00014 104.4000 74.179 .602 .886
VAR00015 104.5667 73.289 .577 .885
VAR00016 104.9333 71.168 .516 .885
VAR00017 105.0000 70.759 .674 .882
VAR00018 105.3333 71.609 .554 .885
VAR00019 104.6333 73.551 .521 .886
VAR00020 104.7000 73.114 .563 .885
VAR00021 105.1000 72.093 .492 .886
VAR00022 104.9000 72.369 .601 .884
VAR00023 105.1333 76.533 .127 .893
VAR00024 104.7667 73.013 .451 .887
VAR00025 104.6667 72.437 .568 .885
VAR00026 104.5667 73.289 .499 .886
VAR00027 104.9000 72.162 .504 .886
VAR00028 105.1333 73.844 .387 .888
VAR00029 105.0667 75.306 .426 .888
VAR00030 105.1000 74.645 .382 .888
VAR00031 104.9000 73.748 .448 .887
VAR00032 104.6667 73.195 .487 .886
HASIL TRY OUT SKALA FAMILY SUPPORT
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.886 22
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 59.9000 67.197 .268 .887
VAR00002 59.7667 62.323 .558 .879
VAR00003 59.7667 62.047 .545 .880
VAR00004 59.7667 64.530 .371 .885
VAR00005 59.9000 61.886 .587 .878
VAR00006 59.7000 64.217 .556 .880
VAR00007 59.8000 67.269 .174 .890
VAR00008 59.5667 62.392 .688 .876
VAR00009 59.4000 66.110 .360 .885
VAR00010 59.6667 66.575 .446 .883
VAR00011 59.6000 65.766 .254 .889
VAR00012 60.0000 62.138 .583 .879
VAR00013 59.8000 63.269 .499 .881
VAR00014 59.5000 62.948 .587 .879
VAR00015 59.9667 64.033 .500 .881
VAR00016 59.6333 62.930 .576 .879
VAR00017 59.7333 61.582 .745 .874
VAR00018 59.8333 63.592 .540 .880
VAR00019 60.1333 61.637 .661 .876
VAR00020 59.9667 64.171 .339 .887
VAR00021 59.9333 63.237 .540 .880
VAR00022 59.9667 66.033 .341 .885
HASIL TRY OUT SKALA HAPPINESS
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.909 22
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 65.3000 65.045 .372 .908
VAR00002 65.8667 61.844 .549 .905
VAR00003 65.9000 62.576 .427 .908
VAR00004 65.5667 63.495 .425 .908
VAR00005 65.6333 61.482 .600 .904
VAR00006 65.8000 66.303 .249 .910
VAR00007 65.6000 62.317 .616 .904
VAR00008 66.0000 62.069 .592 .904
VAR00009 65.8667 60.809 .708 .901
VAR00010 65.7333 63.444 .572 .905
VAR00011 65.8000 66.855 .119 .914
VAR00012 65.7000 61.666 .679 .902
VAR00013 66.1000 60.024 .642 .903
VAR00014 66.0667 61.926 .454 .908
VAR00015 65.6333 63.137 .539 .905
VAR00016 65.6000 63.834 .445 .907
VAR00017 65.7333 62.271 .635 .903
VAR00018 65.6667 62.851 .592 .904
VAR00019 65.6333 61.137 .773 .900
VAR00020 65.6667 62.437 .476 .907
VAR00021 65.7333 59.720 .592 .904
VAR00022 65.6000 60.317 .765 .900
Sex
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-Laki 36 45.0 45.0 45.0
Perempuan 44 55.0 55.0 100.0
Total 80 100.0 100.0
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .753a
.567 .504 6.82660
a. Predictors: (Constant), sex, R.konsekuensi, FS.informatif,
R.pengalaman, FS.penghargaan, R.pengetahuan, R.keyakinan,
R.praktikagama, FS.konkrit, FS.emosional
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 4207.494 10 420.749 9.028 .000a
Residual 3215.571 69 46.602
Total 7423.065 79
a. Predictors: (Constant), sex, R.konsekuensi, FS.informatif, R.pengalaman, FS.penghargaan,
R.pengetahuan, R.keyakinan, R.praktikagama, FS.konkrit, FS.emosional
b. Dependent Variable: happiness
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.516 7.398 -.205 .838
R.keyakinan .037 .125 .036 .297 .768
R.praktikagama -.011 .139 -.011 -.081 .936
R.pengalaman .224 .089 .225 2.503 .015
R.pengetahuan .112 .122 .097 .919 .361
R.konsekuensi .378 .151 .369 2.501 .015
FS.konkrit -.203 .164 -.207 -1.238 .220
FS.emosional .328 .174 .325 1.883 .064
FS.informatif -.101 .105 -.092 -.958 .341
FS.penghargaan .245 .153 .237 1.600 .114
Sex 1.907 1.659 .098 1.150 .254
a. Dependent Variable: happiness
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .414a
.171 .160 8.88182 .171 16.098 1 78 .000
2 .553b
.305 .287 8.18257 .134 14.901 1 77 .000
3 .641c
.411 .388 7.58161 .106 13.691 1 76 .000
4 .642d
.412 .380 7.63013 .000 .037 1 75 .849
5 .680e
.463 .427 7.33936 .051 7.061 1 74 .010
6 .706f
.498 .457 7.14561 .035 5.067 1 73 .027
7 .734g
.539 .494 6.89691 .041 6.360 1 72 .014
8 .738h
.544 .493 6.90516 .005 .828 1 71 .366
a. Predictors: (Constant), R.keyakinan
b. Predictors: (Constant), R.keyakinan, R.praktikagama
c. Predictors: (Constant), R.keyakinan, R.praktikagama, R.pengalaman
d. Predictors: (Constant), R.keyakinan, R.praktikagama, R.pengalaman, R.pengetahuan
e. Predictors: (Constant), R.keyakinan, R.praktikagama, R.pengalaman, R.pengetahuan,
R.konsekuensi
f. Predictors: (Constant), R.keyakinan, R.praktikagama, R.pengalaman, R.pengetahuan,
R.konsekuensi, FS.konkrit
g. Predictors: (Constant), R.keyakinan, R.praktikagama, R.pengalaman, R.pengetahuan, R.konsekuensi, FS.konkrit,
FS.emosional
h. Predictors: (Constant), R.keyakinan, R.praktikagama, R.pengalaman, R.pengetahuan, R.konsekuensi, FS.konkrit,
FS.emosional, FS.informatif
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .738a
.544 .493 6.90516 .544 10.585 8 71 .000
2 .747b
.559 .502 6.84226 .015 2.312 1 70 .133
3 .753c
.567 .504 6.82660 .008 1.321 1 69 .254
a. Predictors: (Constant), FS.informatif, R.keyakinan, R.pengalaman, FS.konkrit, R.pengetahuan, R.praktikagama,
R.konsekuensi, FS.emosional
b. Predictors: (Constant), FS.informatif, R.keyakinan, R.pengalaman, FS.konkrit, R.pengetahuan, R.praktikagama,
R.konsekuensi, FS.emosional, FS.penghargaan
c. Predictors: (Constant), FS.informatif, R.keyakinan, R.pengalaman, FS.konkrit, R.pengetahuan, R.praktikagama,
R.konsekuensi, FS.emosional, FS.penghargaan, sex