pengaruh risiko litigasi terhadap kualitas...
TRANSCRIPT
PENGARUH RISIKO LITIGASI TERHADAP KUALITAS PELAPORAN
KEUANGAN DENGAN KEAHLIAN HUKUM KOMITE AUDIT SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
RINI DWI ANGGRAINI
NIM. 1112082000001
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
i
PENGARUH RISIKO LITIGASI TERHADAP KUALITAS PELAPORAN
KEUANGAN DENGAN KEAHLIAN HUKUM KOMITE AUDIT SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
RINI DWI ANGGRAINI
NIM. 1112082000001
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Rini Dwi Anggraini
2. Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 19 Mei 1994
3. Alamat : Jl. Terusan H Nawi Malik Gg. H Toyib 2
Rt. 02 Rw. 05 No. 100 Serua. Kecamatan
Bojongsari. Depok.
4. Telepon : 082299252299
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK Islam Plus Darussalam 1999 - 2000
2. SD Negeri Pondok Petir 01 2000 - 2006
3. MTsN Tangerang II Pamulang 2006 - 2009
4. SMA Negeri 9 Tangerang Selatan 2009 - 2012
5. S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan 2012 - 2016
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Divisi Kreatif Adiwiyata SMAN 9 Tangsel periode 2010-
2011.
2. Anggota Marching Band Gita Cantika MTsN II Pamulang periode
2006-2008.
IV. KEPANITIAAN
1. Panitia perlombaan saman SEISMOGRAF 2013, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013.
2. Panitia Gebyar Lomba Akuntansi (Galaksi) 2013, HMJ Akuntansi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
3. Bendahara umum KKN Mentari (2015), UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Talkshow MATA NAJWA “Belajar dari KH Ahmad Dahlan dan KH
Hasyim Asy’ari” (2015) – Mata Najwa Metro TV & UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Seminar Motivasi dan Kewirausahaan “Burn Your Spirit! BE A
Super Student” (2012) – LDK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dialog Jurusan dan Seminar Motivasi (2012) – HMJ Akuntansi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Workshop Microsoft Excel Training (2015) – LiSEnSi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta & Microsoft User Group Indonesia.
5. ESQ Leadership Training (2009) – The ESQ Way 165
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Suparman
2. Ibu : Titik Maryani
3. Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
vii
THE INFLUENCE OF LITIGATION RISK TOWARDS FINANCIAL
REPORTING QUALITY WITH AUDIT COMMITTE LEGAL LEGAL
EXPERTS AS A MODERATING VARIABEL
ABSTRACT
The puspose of this research aimed to analyze and to examine the
hypothesis about the influence of financial reporting quality, litigation risks, and
the audit committee of legal experts. The study used a sample of companies listed
on the Indonesian Stock Exchange over the period 2011-2014. The total final
sample used in this study were 59 companies. The study used a sample were
obtained by purposive sampling method based on certain criteria and thecnical
analysis is the analysis of Moderated Regression Analysis (MRA).
Result of the study showed that the risk of litigation research
significanteffect on financial reporting quality. While the result show no evidence
that the legal experts audit committee moderating the relationship between
litigation risk and the quality of financial reporting.
Keywords : litigation risk, financial reporting quality, audit committee of legal
experts
viii
Pengaruh Risiko Litigasi
Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Dengan Keahlian Hukum Komite Audit Sebagai Variabel Moderasi
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kualitas
pelaporan keuangan, risiko litigasi, dan keahlian hukum komite audit. Penelitian
ini menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2011-2014. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 59 perusahaan. Metode
pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, sedangkan
metode analisis data menggunakan metode regresi dan Moderate Regression
Analysis (MRA). Hasil uji ditemukan bahwa variabel risiko litigasi mempengaruhi kualitas
pelaporan keuangan. Sedangkan variabel keahlian hukum komite audit tidak
mempengaruhi hubungan antara risiko litigasi dengan kualitas pelaporan
keuangan.
Kata kunci : Risiko litigasi, kualitas pelaporan keuangan, keahlian hukum
komite audit
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warromatullahi Wabarakaatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Pelaporan Keuangan Dengan
Keahlian Hukum Komite Audit Sebagai Variabel Moderasi”. Shalawat serta
salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur
Alhamdulillah penulis haturkan atas kekuatan dan kebesaran Allah SWT. Selain
itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orangtuaku, Mama tercinta yang telah membesarkan dan mengasuh
dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan, mendidik, mendoakan tiada henti,
dan memberi dukungan, doa dan motivasi, serta Bapak yang selalu
mendoakan dan memberi semangat belajar, memberikan banyak pelajaran
dalam hidup.
2. Kakak Retno Indriyanti dan sigit adi Pamungkas yang rela meminjamkan
laptop selama pengerjaan skripsi dan selalu memberikan dukungan dan doa
terbaiknya untuk penulis. Semoga kita dapat menjadi anak-anak yang
membanggakan bagi kedua orang tua baik di dunia maupun di akhirat kelak.
3. Keponakan Renata Aulia Shakila yang selalu memberikan kabahagiaan,
canda dan tawa kepada penulis di setiap mengerjakan skripsi ini.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
5. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
6. Ibu Nur Wachidah, SE., M.Si.,Ak selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan
dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
7. Ibu Yessi Fitri SE., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA. yang telah memberikan
arahan, dukungan, dan motivasi kepada penulis.
9. Ibu Atiqah, SE., MS.AK selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan, dukungan, dan motivasi kepada penulis.
10. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis.
11. Sahabat-sahabat (GAAP) tersayang, Aninditia, Desi Trisnawati, Haifa Najib,
Laila, Lidyna, Muthia, Inayah, Opi, Tasya Chasanah, dan Nova, yang telah
memberikan bantuan dan semangat, menghibur penulis dikala penulis sedang
jenuh dalam proses penyusunan skripsi ini, serta berbagi keceriaan dan
kebersamaan selama masa perkuliahan.
12. Teman-teman seperjuangan, Haifa Najib dan Tasya Chasanah Marpid yang
juga telah memberikan bantuan dalam proses penyusunan skripsi dan
perjuangan dalam ujian komprehensif.
13. Teman-teman Forkast 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
14. Teman-teman KKN Mentari, Haifa, Tyas, Hary, Roni, Djalinus, Josse, dan
lainnya, yang telah mengukir cerita dan pengalaman selama satu bulan
pelaksanaan KKN.
15. Sahabat-sahabat SMAN 9 Tangerang selatan angkatan 2012, Abad Nurul
Hakim, Angga, astianti, Barkah Pamuji, Kiki, Novie Putri, Septi Triana, Ody,
yang telah memberikan semangat, dukungan, dan motivasi, serta meluangkan
waktu untuk berbagi canda dan tawa.
xi
16. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya
dalam terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang membangun
dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Warromatullahi Wabarakaatuh.
Jakarta, Juni 2016
(Rini Dwi Anggraini)
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ....................................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .................................................................. iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................... v
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... vi
Abstract .............................................................................................................. vii
Abstrak ............................................................................................................. viii
Kata Pengantar ................................................................................................. ix
Daftar Isi ........................................................................................................... xii
Daftar Tabel .................................................................................................... xvi
Daftar Gambar ............................................................................................... xvii
Daftar Lampiran ........................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 11
A. Landasan Teori .............................................................................. 11
1. Teori Agensi (Agency Theory) ............................................... 11
2. Risiko Litigasi ......................................................................... 16
xiii
3. Kualitas Pelaporan Keuangan ................................................. 18
4. Keahlian Hukum Komite Audit .............................................. 22
B. Penelitian Sebelumnya .................................................................. 30
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 35
D. Hipotesis ....................................................................................... 36
1. Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Kualitas Pelaporan
Keuangan ................................................................................ 36
2. Pengaruh Keahlian Hukum Komite Audit terhadap
hubungan antara Risiko Litigasi dan Kualitas
Pelaporan Keuangan ............................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 40
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 40
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 40
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 41
D. Metode Analisis Data .................................................................... 41
1. Statistik Deskriptif .................................................................. 41
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 42
a. Uji Multikolonieritas ......................................................... 42
b. Uji Autokorelasi ................................................................ 42
c. Uji Heterokedastisitas ....................................................... 43
d. Uji Normalitas Data .......................................................... 44
3. Uji Hipotesis ........................................................................... 44
a. Analisis Regresi ................................................................ 44
xiv
b. Moderate Regression Analysis (MRA) ............................... 46
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................... 48
1. Kualitas Pelaporan Keuangan (Y) ........................................... 48
2. Risiko Litigasi (X1) ................................................................. 50
3. Keahlian Hukum Komite Audit (X2) ...................................... 51
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................... 53
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................. 53
1. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 53
2. Deskripsi Populasi Penelitian ................................................. 53
B. Hasil uji Instrumen Penelitian ....................................................... 55
1. Statistik Deskriptif .................................................................. 55
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 56
a. Uji Multikolonieritas ......................................................... 56
b. Uji Autokorelasi ................................................................ 57
c. Uji Heterokedastisitas ....................................................... 57
d. Uji Normalitas Data .......................................................... 59
3. Hasil Uji Hipotesis .................................................................. 62
a. Analisis Regresi ................................................................ 62
1) Koefisien Determinasi (R2) ......................................... 62
2) Uji Signifikansi Parameter Individual
(Uji Statistik t) ............................................................. 62
b. Moderate Regression analysis (MRA) ............................. 63
1) Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................... 63
xv
2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .................. 64
3) Uji Signifikansi Parameter Individual
(Uji Statistik t) ............................................................. 65
C. Pembahasan ................................................................................... 66
1. Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Kualitas Pelaporan
Keuangan ................................................................................ 66
2. Interaksi antara Risiko Litigasi dan Keahlian Hukum
Komite Audit terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan ........... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 71
A. Kesimpulan ................................................................................... 71
B. Saran ............................................................................................. 72
Daftar Pustaka ................................................................................................. 74
Lampiran .......................................................................................................... 78
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 10 Besar Perusahaan Yang Harus Menanggung Denda Terbesar
DI Dunia ................................................................................................... 5
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ............................................................ 33
4.1 Ringkasan Perolehan Sampel Penelitian ................................................ 54
4.2 Nama Sampel Penelitian ........................................................................ 54
4.3 Statistik Deskriptif ................................................................................. 55
4.4 Hasil Uji Multikolonieritas .................................................................... 56
4.5 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................... 57
4.6 Hasil Uji Glejser .................................................................................... 69
4.7 Hasil Uji Kormogorov-Smirnov (K-S) .................................................. 61
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) .................................................... 62
4.9 Hasil Uji Statistik T ............................................................................... 63
4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) .................................................... 64
4.11 Hasil Uji Statistik F ................................................................................ 64
4.12 Hasil Uji Statistik T ............................................................................... 65
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 35
4.1 Hasil uji Heterokedastisitas ..................................................................... 58
4.2 Hasil uji Normalitas Menggunaka Grafik Histogram ............................. 60
4.3 Hasil uji Normalitas Data Menggunakan P Plot ..................................... 60
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Data Sampel ............................................................................................ 79
2 Data Sekunder Dari BEI ......................................................................... 83
3 Hasil Output SPSS .................................................................................. 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian dunia pada era globalisasi seperti sekarang
ini menjadi semakin pesat. Hal demikian dapat menjadi sebuah peluang besar
sekaligus tantangan bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi dan tumbuh
berkembang. Pertumbuhan suatu perusahaan sangat bergantung pada
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh para manajer dalam perusahaan
tersebut, sehingga seorang manajer dituntut untuk mengetahui secara benar
dan pasti mengenai informasi-informasi yang berguna bagi perusahaan.
Namun pada kenyataannya, manajer sebagai pengelola perusahaan lebih
mengetahui informasi yang ada pada perusahaan dibandingkan dengan para
pemegang saham yang mendapatkan informasi perusahaan yang lebih sedikit.
Keadaan demikian disebut dengan asimetri informasi, yaitu suatu keadaan
dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak
dimiliki oleh para pemegang saham.
Dengan adanya masalah asimetri informasi akan membuat manajer
semakin menguasai informasi mengenai perusahaan dan pihak pemegang
saham semakin kesulitan dalam mencari informasi yang berkaitan dengan
perusahaan. Kondisi demikian merupakan kondisi yang tidak menguntungkan
bagi pihak pemegang saham. Hal tersebut dikarenakan asimetri informasi
dapat memberikan kesempatan kepada para manajer untuk melakukan
manajemen laba yang mengakibatkan seorang manajer mempunyai perilaku
2
oportunistik. Perilaku tersebut membuat manajer bertindak untuk mencapai
kepentingannya sendiri tanpa berpikir untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Dengan adanya asimetri informasi kemungkinan terburuk yang biasa
terjadi adalah seorang manajer dapat dengan mudah memanipulasi laporan
keuangan perusahaan tanpa sepengetahuan para pemegang saham ataupun
para stakeholder, padahal laporan keuangan tersebut nantinya akan dilaporkan
kepada para pengguna laporan keuangan termasuk para pemegang saham guna
melihat kondisi keuangan perusahaan serta prospek masa depan perusahaan
tempat mereka menanamkan modal.
Manipulasi laporan keuangan mengakibatkan pelaporan keuangan
perusahaan menjadi buruk. Beberapa literatur menyebutkan bahwa perusahaan
dapat mengurangi asimetri informasi dengan meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan (Bushman dan Smith (2001); Healy dan Palepu, (2001)).
Norbarani (2012) mengatakan bahwa penerbitan laporan keuangan
secara umum bertujuan untuk memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan. Jadi pelaporan keuangan yang
berkualitas sangat dibutuhkan oleh banyak pihak pengguna sebagai dasar
pengambilan keputusan sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masing-
masing pengguna.
Terjadinya skandal dan kasus manipulasi keuangan dapat disebabkan
karena adanya benturan kepentingan dan tujuan antara manajer sebagai
penyelenggara perusahaan dan pemegang saham sebagai pemilik perusahaan.
Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan Pramono (2011) yang menyatakan
3
bahwa perbedaan kepentingan dan tujuan tersebut dapat memunculkan konflik
karena manajer perusahaan cenderung untuk mengejar tujuan pribadinya,
misalnya mendapatkan insentif, sedangkan pemegang saham menginginkan
hasil kinerja perusahaan yang meningkat sehingga mereka mendapatkan return
atas investasi yang mereka buat.
Akibat dari skandal-skandal akuntansi yang pernah terjadi yang telah
menggemparkan dunia pada awal tahun 2000an, pemegang saham, kreditor,
dan investor lainnya di Amerika Serikat mengalami kerugian hingga jutaan
bahkan miliaran dolar. Berdasarkan kasus-kasus tersebut, hingga akhirnya
sebuah kongres dilakukan hingga menghasilkan Sarbanes-Oxley Act (SOX)
yang diundangkan pada Juli 2002. Undang-undang ini melakukan perubahan
besar-besaran dalam ketentuan mengenai praktik-praktik tata kelola
perusahaan (corporate governance) dan keuangan di pasar modal Amerika
Serikat. SOX menjadi salah satu undang–undang yang sangat penting dan
berpengaruh dalam sejarah perusahaan-perusahaan publik. Meskipun SOX
hanya berlaku untuk perusahaan yang menjual sahamnya di bursa efek, akan
tetapi hal tersebut menjadi pendongkrak kebutuhan untuk menjamin kontrol
dan pelaporan keuangan untuk semua jenis perusahaan. Dengan adanya SOX
diharapkan kepercayaan masyarakat akan kembali dengan dihasilkannya
pelaporan keuangan yang kualitasnya terjamin.
SOX mensyaratkan perusahaan agar menjaga kekuatan dan keefektifan
internal kontrol selama proses pelaporan keuangan. Salah satu hal yang
memiliki kontribusi penting dalam proses pelaporan keuangan adalah komite
4
audit yang berperan khusus dalam memantau pelaporan keuangan perusahaan.
Menurut Krishnan, et al. (2011), dalam beberapa tahun terakhir terdapat
peningkatan yang cukup besar jumlah ahli hukum yang ditunjuk sebagai
dewan perusahaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Krishnan, et al.
(2011) tentang hubungan antara audit committee legal expertise terhadap
kualitas pelaporan keuangan (financial reporting quality) dan menghasilkan
temuan bahwa komite audit dengan latar belakang hukum memberikan
kontribusi positif terhadap kualitas pelaporan kauangan perusahaan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Awalia (2014) mengenai pengaruh
risiko litigasi terhadap kualitas pelaporan keuangan dengan keahlian hukum
komite audit sebagai variabel pemoderasi dengan sampel yang diambil
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012, hasil
penelitian tersebut menunjukan bahwa komite audit ahli hukum tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hubungan antara risiko litigasi
dan kualitas pelaporan keuangan perusahaan.
Akan tetapi kewajiban untuk memiliki komite audit dengan latar
belakang hukum hanya diterapkan kepada perusahaan perbankan saja. Hal
tersebut belum ditujukan pula untuk perusahaan-perusahaan selain perbankan.
Padahal, perusahaan-perusahaan tersebut juga beresiko untuk mendapat
tuntutan litigasi dan kewajiban hukum lainnya berkenaan dengan transaksi-
transaksi yang dijalankan, seperti kasus-kasus hukum yang terjadi pada British
Potroleum, Volkswagen, dan perusahaan lainnya (tabel 1.2) yang dapat
mengakibatkan kerugian besar pada perusahaan.
5
Tabel 1.1
10 Besar Perusahaan Yang Harus Menangguang Denda Terbesar Di Dunia
No. Nama
Perusahaan
Jumlah
Denda Tuduhan Kasus
1. British
Potroleum
US$ 34
miliar
Perusahaan yang berbasis di London itu harus
menanggung denda yang terbesar di dunia yang
diakibatkan oleh tumpahan minyak di teluk Meksiko.
Tumpahan minyak tersebut berasal dari ledakan tambang
lepas pantai milik BP yang menewaskan 11 orang.
Minyak yang mengalir ke perairan tersebut berjumlah
hingga 60 ribu barel per hari dan menjadikannya sebagai
tumpahan minyak terbesar sepanjang sejarah.
2. Volkswagen
(VW)
US$ 18
miliar
Salah satu perusahaan otomotif andalan Jerman ini
diketahui melakukan kecurangan dengan memasang
perangkat lunak pada mobil-mobil bermesin dieselnya.
Perangkat lunak tersebut bekerja dengan memberikan data
emisi gas buang sesuai standar yang berlaku di AS hanya
pada saat pemeriksaan oleh otoritas. Namun pada
penggunaan sehari-hari, perangkat lunak akan mengubah
kembali setting emisi diatas ambang batas yang
diperbolehkan di AS. Pihak VW sendiri sudah
menyatakan akan me-recall 11 juta mobil di seluruh dunia
karena permasalahan ini.
3. Glaxo Smith
Kline
US$ 3
miliar
Salah satu skandal di dunia medis yang terlibat dalam
penawaran serius dan super cerdik dengan aksinya
menyuap para dokter. Badan pengawasan makanan dan
obat-obatan, Food and Drugs Administration menyatakan
perusahaan tersebut bersalah karena membayar dokter
untuk mempromosikan sejumlah produknya dan para
dokter juga diminta untuk mengiklankan produknya lewat
media. Temuan FDA juga menunjukan, obat untuk orang
dewasa diberikan secara illegal pada anak-anak dan
remaja. Selain itu, perusahaan tersebut juga dituduh
memanipulasi penelitian medis untuk membuat obat yang
dijualnya laku keras.
Bersambung pada halaman berikutnya
6
Tabel 1.1 (Lanjutan)
No. Nama
Perusahaan
Jumlah
Denda Tuduhan Kasus
4. Time Warner US$
2,4
miliar
Pada 2005, perusahaan media ini terjerembab dalam usaha
margernya dengan perusahaan internet raksasa, AOL. Time
Warner dituduh menipu para pemegang sahamnya tentang
rincian merger dan membuat para penanam modal geram
hingga menyeret kasus tersebut ke pengadilan. Kegagalan
merger itu mengakibatkan kekacauan di perusahaan
tersebut, sehingga harga-harga saham ambruk akibat
kesalahan manajemen dalam menangani merger tersebut.
Akibatnya, Times Warner memperoleh denda sebesar US$
2,4 miliar dan 8 pejabatnya menerima hukuman penjara
karena penipuan. Ironisnya, saat itu penghasilan Times
Warner hanya berjumlah US$1,3 miliar.
5. Pfizer US$
2,3
miliar
Perusahaan produsen obat multinasional ini pada tahun
2009 dituduh telah menipu konsumen atas produknya.
Kasus tersebut berawal dari Bextra, yang dijual untuk
pereda rasa sakit paska operasi padahal bukan
peruntukannya. Meski obat tersebut dijual oleh anak
perusahaannya Pharmacia & Upjohn, tetapi Pfizer tetap
harus bertanggungjawab membayarnya.
6. Johnson &
Johnson
US$
2,2
miliar
Dari hasil temuan FDA pada 2012, perusahaan
multinasional yang fokus pada penyedia peralatan medis,
barang konsumen, dan obat-obatan karena kesalahan
penggunaannya atas risperda obat anti kejiwaan sejak
1990-an. Obat yang seharusnya dikonsumsi untuk para
penderita skizofrenia justru diberikan pada penderita lansia
demensia. Hasil temuan FDA tersebut membuat
kepercayaan masyarakat menghilang karena perusahaan
diduga melakukan malpraktek.
7. Siemens US$
1,6
miliar
Perusahaan telekomunikasi multinasional ini terjebak kasus
korupasi pada tahun 2008. Perusahaan yang berbasis di
jerman ini juga dituduh telah melakukan penyuapan di
Negara asalnya dan AS. Siemens terbukti bersalah karena
telah menyuap sejumlah pengusaha untuk memperoleh
kontrak di Venezuel, Israel, Bangladesh dan Rusia.
Perusahaan juga ditemukan masih menyuap pemerintah
Irak untuk memenangkan kontrak pada program minyak
yang keuntungannya sangat menggiurkan.
Bersambung pada halaman berikutnya
7
Tabel 1.1 (Lanjutan)
No. Nama
Perusahaan
Jumlah
Denda Tuduhan Kasus
8. American
International
Group Inc
(A.I.G.)
US$
1,6
miliar
Pada 2006, Departemen Kehakiman AS bersama dengan
Departemen Asuransi New York menemukan bahwa
perusahaan asuransi dan jasa keuangan multinasional ini
melakukan kecurangan dalam operasinya selama lebih dari
10 tahun. A.I.G dituduh menyuap para pialang untuk
membesarkan bisnisnya. Selain itu, perusahaan tersebut
juga dinyatakan bersalah karena memalsukan transaksi
asuransi agar dapat membayar pajak dalam jumlah lebih
sedikit.
9. Enron Corp US$
1,5
miliar
Perusahaan pemasok energy yang berbasih di Texas ini
pada pertengahan 1990-an, mulai mengutak-atik rekening
perusahaan dan menyembunyikan sejumlah transaksi dari
pemegang saham dan investror dengan cerdik seiring
dengan naiknya nilai saham Enron. Namun akhirnya
kecurangan tersebut terbongkar pada tahun 2005, saat salah
satu pejabatnya tertangkap. Semua kecurangan terbongkar
mulai dari kebohongan pada pemegang saham hingga pada
konsumen.
10. Abbott Labs US$
1,5
miliar
Perusahaan obat-obatan global yang tertangkap basah FDA
melakukan tindak criminal. Perusahaan tersebut dituduh
telah memasarkan obat anti kejang, Depakote secara illegal
dalam kurun waktu 2006-2011. Yang menjadi target dari
perusahaan farmasi tersebut adalah orang-orang tua.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
Selain kasus-kasus hukum yang menimpa perusahaan-perusahaan
tersebut, beberapa kasus hukum juga pernah menimpa beberapa perusahaan di
Indonesia yang menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan, seperti PT
Indosat Tbk dan PT Megasari Makmur. PT Indosat harus menanggung denda
sebesar Rp 1,3 triliun karena Kejaksaan Agung menetapkan dua perusahaan,
yakni PT Indosat Tbk dan anak perusahaannya yaitu PT. Indosat Mega Media
sebagai tersangka dalam kasus korupsi penggunaan jaringan frekuensi radio
2,1 gigahertz atau 3G. Kedua korporasi tersebut dikenai pasal 2 dan 3 UU No
8
20 Tahun 2001. Sedangkan PT Megasari Makmur harus menarik seluruh
produk HIT obat anti nyamuk jenis HIT 2,1 A (jenis semprot) dan HIT 17 L
(cair isi ulang) karena obat anti nyamuk yang diproduksi oleh PT Megasari
Makmur dinyatakan ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif
Propoxur dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
terhadap manusia. Obat anti nyamuk tersebut telah memakan korban.
Sehingga hal tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi perusahaan bahwa
kasus hukum yang menimpa perusahaan akan menyebabkan kerugian yang
besar bagi perusahaan.
Ancaman litigasi atau risiko litigasi yang melekat pada perusahaan
dalam hal transakti yang dilakukan perusahaan, proses produksi maupun
produk yang dihasilkan oleh perusahaan tidak luput dari ancaman akan
tuntutan litigasi yang akan dapat memberikan pengaruh terhadap kualitas
pelaporan keuangan. Seperti yang terjadi oleh perusahaan American
International Group Inc (AIG) yang merupakan perusahaan asuransi terbesar
di dunia, pada tahun 2006 departemen Kehakiman AS menemukan bahwa
perusahaan tersebut melakukan kecurangan dalam hal operasinya selama lebih
dari 10 tahun. A.I.G dituduh menyuap para pialang untuk membesarkan
bisnisnya. Selain itu, perusahaan tersebut juga dinyatakan bersalah karena
memalsukan transaksi asuransi agar dapat membayar pajak dalam jumlah
yang lebih sedikit. Akibat kasus tersebut perusahaan A.I.G harus menanggung
denda sebesar US$ 1,6 miliar.
9
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Kualitas
Pelaporan Keuangan Dengan Keahlian Hukum Komite Audit Sebagai
Variabel Moderasi”.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh Asti Awalia (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah periode tahun laporan keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu tahun 2011-2014. Sedangkan periode tahun pada penelitian
sebelumnya adalah tahun 2010-2012.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah risiko litigasi berpengaruh negatif terhadap kualitas pelaporan
keuangan?
2. Apakah keahlian hukum komite audit berpengaruh positif terhadap
hubungan antara risiko litigasi dengan kualitas pelaporan keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a. Menganalisis pengaruh interaksi antara risiko litigasi dengan keahlian
hukum komite audit terhadap kualitas pelaporan keuangan.
10
b. Menganalisis pengaruh risiko litigasi terhadap kualitas pelaporan
keuangan
2. Manfaat Penelitian
Keberhasilan dalam suatu penelitian diharapkan dapat memberikan
manfaat untuk tujuan teoritis maupun praktis. Penelitian ini mempunyai
manfaat sebagai berikut:
1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan
referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah
ilmu pengetahuan.
2) Masyarakat, sebagai sarana informasi tantang kualitas pelaporan
keuangan serta menambah pengetahuan akuntansi khususnya auditing
dengan memberikan bukti empiris pengaruh risiko litigasi terhadap
kualitas pelaporan keuangan dengan keahlian hukum komite audit
sebagai pemoderasi.
3) Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
4) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah
referensi mengenai akuntansi, terutama tentang terutama tentang
kualitas pelaporan keuangan sehingga diharapkan dapat bermanfaat
bagi penulis di masa yang akan datang.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Agensi (Agency Theory)
Teori keagenan merupakan teori yang membahas isu-isu yang
berkaitan dengan hubungan principal (pemegang saham) dan agent
(manajemen), serta adanya pemisahan kepemilikan (ownership) dan
pengendalian (control) dalam badan usaha. Teori keagenan
menganalisis kepentingan dan perilaku dari pihak yang bertindak
sebagai pembuat keputusan bagi pihak lain yang bertindak sebagai
pemberi wewenang kepada pihak pertama dengan maksud agar pihak
pertama bertindak dan membuat keputusan sesuai dengan
kepentingannya selaku pemberi wewenang (Sholekah dan Venusita,
2014).
Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam
perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai
atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali,
2002 dalam Ujiyantho dan Pramuka 2007).
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan
keagenan adalah sebuah hubungan kontrak antara manajer (agent)
dengan pemegang saham (principal). Hubungan tersebut terkadang
menimbulkan masalah di antara kedua pihak yang melakukan kontrak.
Masalah ini terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang
12
mempunyai sifat dasar untuk mementingkan kepentingan diri sendiri.
Manajer dan pemegang saham memiliki tujuan yang berbeda dan
keduanya menginginkan agar tujuan tersebut terpenuhi. Hal ini
mengakibatkan munculnya konflik kepentingan. Pihak pemegang
saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat-
cepatnya atas investasi yang ia tanamkan di perusahaan. Sedangkan
pihak manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan
pemberian kompensasi yang sebesar- besarnya atas kinerja dalam
menjalankan perusahaan.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) permasalahan keagenan
ditandai dengan adanya perbedaan kepentingan dan informasi yang
tidak lengkap (asimetri informasi) antara pihak principal (pemilik
perusahaan) dan pihak agent (manajer). Manajer sebagai pihak internal
cenderung mendapatkan informasi lebih banyak dibanding pemilik
saham. Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi tersebut
akan memicu munculnya kondisi yang disebut dengan asimetri
informasi.
Dengan adanya asimetri informasi antara manajemen dengan
pemilik akan memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan
manajemen laba sehingga akan menyesatkan pemegang saham
mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Perbedaan kepentingan ini
dikarenakan agen tidak selalu melakukan tindakan sesuai kepentingan
prinsipal, tetapi bertindak untuk mensejahterakan kepentingannya
13
sendiri. Oleh karena itu harus ada suatu pengawasan untuk
meminimumkan konflik antara principal dengan agen.
Dalam usaha meminimumkan konflik ini kemudian akan
memunculkan biaya yang disebut dengan agency cost. Biaya keagenan
(agency cost) adalah biaya yang dikeluarkan pemilik perusahaan untuk
mengatur dan mengawasi tindakan para manajer sehingga mereka
tidak bertindak sesuai kemauan sendiri atau bertindak berdasarkan
kepentingan perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
bahwa adanya masalah keagenan memunculkan agency cost yang
terdiri dari:
a. The monitoring expenditure by the principle, yaitu biaya
pengawasan yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengawasi
perilaku dari agen dalam mengelola perusahaan.
b. The bounding expenditure by the agent (bounding cost), yaitu
biaya yang dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen
tidak bertindak yang merugikan prinsipal.
c. The Residual Loss, yaitu penurunan tingkat utilitas prinsipal
maupun agen karena adanya hubungan agensi.
Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan
tiga asumsi sifat manusia, yaitu: (1) manusia pada umumnya
mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya
pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded
rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse).
14
Dari ketiga asumsi sifat manusia tersebut, dapat disimpulkan bahwa
konflik agensi yang terjadi di antara manajer dan pemegang saham
didorong oleh adanya sifat dasar tersebut.
Menurut Amalia A, Dista (2012), aplikasi agency theory dapat
terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan
kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan
kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan
seperangkat aturan yang mengatur mengenai mekanisme bagi
hasil,baik yang berupa keuntungan, return maupun risiko-risiko yang
disetujui oleh prinsipal dan agen. Kontrak kerja akan menjadi optimal
bila kontrak dapat fairness yaitu mampu menyeimbangkan antara
prinsipal dan agen yang secara matematis memperlihatkan pelaksanaan
kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif atau imbalan
khusus yang memuaskan dari prinsipal ke agen. Scott (1997), inti dari
Agency Theory atau teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang
tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal
terjadi konflik kepentingan antara prinsipal dan agen.
Menurut Arrow dalam Purwati (2006) terdapat dua macam agency
problem yaitu:
1. Moral hazard, adalah suatu keadaan saat pemegang saham sebagai
prinsipal tidak dapat melakukan pengamatan secara detail apakah
manajemen sebagai agen sudah membuat keputusan secara tepat
dan sesuai dengan aturan yang berlaku.
15
2. Adverse selection, adalah suatu keadaan saat seorang agen
membuat pengamatan yang belum dilakukan oleh prinsipal dimana
hasil pengamatan tersebut dipakai untuk mengambil keputusan.
Prinsipal dalam hal ini sulit memastikan apakah informasi hasil
pengamatan agen telah dipakai dengan baik untuk membuat
keputusan yang baik sesuai kepentingan prinsipal.
Berdasarkan teori-teori yang disebutkan di atas dapat disimpulkan
bahwa teori keagenan (agency theory) merupakan teori yang
melibatkan antara dua pihak yang saling mempunyai kepentingan
berbeda di suatu perusahaan. Pihak tersebut adalah manajer dan
pemegang saham. Teori keagenan juga membahas mengenai masalah
asimetri informasi yang terjadi antara kedua pihak tersebut dan dalam
kondisi tersebut, pihak yang merasa dirugikan adalah pihak pemegang
saham dikarenakan pihak ini mempunyai lebih sedikit informasi
dibandingkan dengan pihak manajer yang mengetahui seluk beluk
perusahaan dan memiliki informasi yang lebih banyak. Pendesainan
kontrak yang tepat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan antara
prinsipal dengan agen.
Keterkaitan teori keagenan dengan penelitian ini adalah dengan
adanya agency problem berupa asimetris informasi yang terjadi antara
manajemen (agen) dengan pemegang saham (prinsipal) yang dapat
menimbulkan terjadinya manajemen laba yang akan mempengaruhi
kualitas dari pelaporan keuangan perusahaan. Untuk menjembatani
16
keadaan tersebut maka dibutuhkan pihak lain untuk melakukan
pengawasan terhadap pelaporan keuangan perusahaan. Selain auditor
independen, komite audit perusahaan juga dapat melakukan
pengawasan terhadap pelaporan keuangan, karena salah satu tugas dari
komite audit adalah melakukan penelaahan (review) atas informasi
keuangan yang akan dikeluarkan oleh perusahaan seperti laporan
keuangan.
2. Risiko Litigasi
Definisi risiko litigasi menurut Juanda (2007) adalah risiko yang
melekat pada perusahaan yang mengakibatkan terjadinya ancaman
litigasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang
merasa dirugikan. Pihak-pihak tersebut meliputi kreditor, investor, dan
regulator.
Di Indonesia, upaya dari pemerintah untuk melakukan law
enforcement dalam bidang pelaporan keuanganperusahaan yang
terdaftar di pasar modal mulai menunjukkan intensitas yang
meningkat. Intensitas penegakan hukum tersebut berakibat pada
semakin tingginya kemungkinan perusahaan mengalami litigasi.
Risiko litigasi sebagai faktor kondisi eksternal, didasarkan pada
pandangan bahwa investor dan kreditor adalah pihak yang memperoleh
perlindungan secara hukum. Investor maupun kreditor dalam
memperjuangkan hak dan kepentingannya dapat melakukan litigasi
dan tuntutan hukum kepada perusahaan. Berdasarkan pasal 61 UU
17
Perusahaan Terbuka menyebutkan bahwa (1) setiap pemegang saham
berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke pengadilan negeri
apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil
dan tanpa alas an wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi,
dan/atau Dewan Komisaris. (2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 diajukan ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan persero.
Risiko litigasi biasa timbul dari pihak kreditor maupun investor.
Dari kreditor, karena perusahaan tidak menjalankan operasinya sesuai
dengan kontrak yang telah disepakati. Misalnya, ketidakmampuan
perusahaan membayar utang-utang yang telah diberikan kreditor. Dari
investor, karena perusahaan menjalankan operasi yang mengakibatkan
kerugian bagi pihak investor yang tercermin dari pergerakan harga dan
volume saham. Misalnya, menyembunyikan beberapa informasi
negatif yang seharusnya dilaporkan (Juanda, 2007).
Menurut Seetharaman et. al. (2002) tuntutan litigasi dapat timbul
dari pihak kreditor, investor atau pihak lain yang berkepentingan
dengan perusahaan. Bagi perusahaan, upaya untuk menghindari
tuntutan dan ancaman litigasi mendorong manajer mengungkapkan
informasi yang cenderung mengarah pada: (1) pengungkapan berita
buruk dengan segera dalam laporan keuangan, (2) menunda berita
baik, (3) memilih kebijakan akuntansi yang cenderung konservatif.
18
Apabila perusahaan memiliki ancaman litigasi maka perusahaan
akan mengeluarkan biaya litigasi, yaitu biaya yang timbul ketika
perusahaan memperoleh gugatan hukum dari pihak eksternal. Dengan
adanya gugatan hukum tersebut maka perusahaan akan mengeluarkan
biaya seperti biaya untuk menyewa pengacara (lawyer) dan denda yang
dikeluarkan apabila perusahaan terbukti bersalah, semakintinggi biaya
litigasi yang dikeluarkan oleh perusahaan maka laba perusahaan akan
semakin berkurang. Selain biaya litigasi, perusahaan juga akan
memperoleh citra buruk yang dapat menurunkan nilai perusahaan.
3. Kualitas Pelaporan Keuangan
Financial Accounting Standards Board (FASB) dalam Statement
of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1 menyebutkan bahwa
pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan tetapi
juga media pelaporan informasi lainnya, yang berkaitan langsung atau
tidak langsung, dengan informasi yang disediakan oleh sistem
akuntansi, yaitu informasi tentang sumber-sumber ekonomi, hutang,
laba periodik dan lain-lain.
Menurut FASB dalam Hendriksen dan Van Breda (2000) adapun
tujuan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi yang berguna
bagi investor, bagi kreditor, dan bagi pemakai lain yang sekarang
dan yang potensial mengambil keputusan rasional untuk investasi,
kredit, dan serupa.
19
b. Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi guna membantu
investor dan kreditor dan pemakai lain yang sekarang dan yang
potensial dalam menentukan jumlah, waktu, dan ketidakpastian
penerimaan kas prospektif dari dividen atau bunga dan hasil dari
penjualan, penarikan, atau jatuh tempo surat berharga atau
pinjaman.
c. Pelaporan keuangan harus menyediakan mengenai informasi
sumber daya ekonomi dan satuan usaha, tuntutan terhadap
sumberdaya tersebut (kewajiban satuan usaha itu untuk
mentransfer sumber daya ke satuan usaha lain dan modal pemilik),
dan pengaruh transaksi, kejadian, dan situasi yang mengubah
sumber daya dan tuntutannya pada sumber daya tersebut.
Kualitas pelaporan keuangan dapat dilihat dari karakteristik
kualitatif laporan keuangan. Karakteristik tersebut tercantum dalam
SFAC No. 2 seperti di bawah ini:
a. Relevan
b. Reliability (Keandalan)
c. Daya Banding dan Konsistensi
d. Perimbangan Cost-Benefit
e. Materialitas
Karakteristik kualitatif dari informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan
dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan. FASB dalam SFAC
20
No. 2 menyebutkan bahwa karakteristik kualitatif dimaksudkan untuk
member kriteria dasar dalam memilih alternatif metode akuntansi dan
pelaporan keuangan serta persyaratan pengungkapan (disclosure).
Kriteria tersebut digunakan untuk menunjukkan jenis informasi yang
relevan dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) juga menekankan pentingnya
karakteristik kualitatif dari informasi keuangan yang dihasilkan agar
informasi tersebut benar-benar bermanfaat bagi pengambilan
keputusan. Karakteristik kualitatif yang digunakan oleh IAI adalah
sebagai berikut:
1. Dapat dipahami (understandability)
laporan keuangan mempunyai kualitas penting yaitu kemudahan
untuk dapat dipahami oleh pemakai. Pemakai dianggap memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi.
2. Relevan
pengambilan keputusan bisa dilakukan jika informasi yang
disediakan masih relevan. Suatu informasi dapat dikatakan
memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai. Peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa depan
dapat dievaluasi dengan informasi yang masih memiliki tingkat
relevansi yang baik.
3. Keandalan (reliability)
21
karakteristik kualitas andal pada informasi keuangan terjadi jika
bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, serta
dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian jujur (faithfull
representation) yang seharusnya disajikan atau yang disajikan
sesuai harapan.
4. Daya banding (comparability)
laporan keuangan harus bisa dibandingkan antara periode oleh
pemakai untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan
kinerja keuangan. Selain itu pemakai harus dapat membandingkan
laporan keuangan antar perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta posisi keuangan
secara relatif.
Atribut kualitas pelaporan keuangan dibagi menjadi dua kelompok
besar oleh Francis et. al. (2004). Atribut tersebut adalah atribut-atribut
yang berbasis akuntansi dan atribut-atribut yang berbasis pasar. Atribut
pelaporan keuangan yang berbasis akuntansi yaitu meliputi kualitas
akrual, persistensi, prediktabilitas, dan perataan laba. Sedangkan
atribut pelaporan keuangan yang berbasis pasar meliputi relevansi
nilai, ketepatan waktu, dan konservatisme.
Menurut Francis et. al. (2004) dengan menyebutkan atribut-atribut
yang berbasis akuntansi untuk pandangan pertama, dan atribut-atribut
berbasis pasar untuk pandangan kedua. Pandangan pertama
menyatakan bahwa kualitas pelaporan keuangan berkaitan erat dengan
22
kinerja perusahaan yang diwujudkan dalam laba perusahaan yang
diperoleh pada tahun berjalan. Pelaporan keuangan dikatakan tinggi
(berkualitas) jika laba tahun berjalan dapat menjadi indikator yang baik
untuk laba perusahaan dimasa yang akan datang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas
pelaporan keuangan sangat penting dan berguna bagi pengambilan
keputusan agar perusahaan tidak salah dalam menentukan tindakan-
tindakan yang nantinya akan berdampak bagi masa depan perusahaan.
4. Keahlian Hukum Komite Audit
Berdasarkan kerangka dasar hukum di Indonesia perusahaan-
perusahaan publik diwajibkan untuk membentuk komite audit. Komite
audit tersebut dibentuk oleh dewan komisaris. Bahkan perusahaan-
perusahaan yang terlibat dalam aktivitas sehari-hari di luar bursa efek
yang juga terkena kewajiban untuk membentuk komite audit yang
salah satu tugasnya berkaitan dengan audit eksternal berhubungan
dengan audit internal dan pengendalian internal.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan ahli
hukum adalah orang yang mahir dalam bidang atau di ilmu hukum.
Sedangkan definisi komite audit sesuai dengan keputusan ketua
BAPEPAM Nomor: Kep-29/PM/2004 dalam peraturan nomor IX.I.5
definisi komite audit adalah komite yang dibentuk oleh Dewan
Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan
fungsinya.
23
Otoritas Jasa Keuangan melalui Rancangan SEOJK.05/2014
menyatakan komite audit adalah komite yang dibentuk dan
bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantau dan
memastikan efektifitas sistem pengendalian internal dan pelaksanaan
tugas auditor internal dan auditor independen atau eksternal.
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2003),
pengertian komite audit adalah komite yang menerima delegasi tugas-
tugas dewan komisaris karena pendelegasian wewenang tersebut akan
bermanfaat dalam pelaksanaan pekerjaan dewan komisaris secara rinci
dengan memusatkan perhatian dewan komisaris kepada bidang khusus
perusahaan atau pelaksanaan good corporate governance oleh
manajemen.
Sarbanes Oxley Act (SOX) mengartikan komite audit sebagai
suatu komite (badan yang setingkat) yang didirikan oleh dan terdiri
atas Board of Directors dengan tujuan mengawasi proses pelaporan
akuntansi, keuangan dan audit atas laporan keuangan perusahaan.
Apabila komite ini belum dibentuk maka Board of Directors secara
keseluruhan dianggap sebagai komite audit.
Arens et. al.(2006) komite audit adalah suatu komite yang
anggotanya merupakan anggota Dewan Komisaris yang dipilih yang
pertanggungjawabannya antara lain: membantu menetapkan auditor
independen terhadap usulan manajemen. Kebanyakan komite audit
24
terdiri dari 3 sampai 5 kadang-kadang sampai 7 orang yang bukan
merupakan bagian dari manajemen perusahaan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa
komite audit merupakan suatu kelompok yang sifatnya independen dan
tidak memiliki kepentingan terhadap manajemen dan diangkat secara
khusus serta memiliki pandangan antara lain bidang akuntansi dan hal-
hal lain yang terkait dengan sistem pengawasan internal perusahaan.
Pada tahun 2004 BAPEPAM mengeluarkan surat keputusan ketua
BAPEPAM Nomor: Kep-29/PM/2004 mengenai pembentukan komite
audit. Pada tahun selanjutnya ketua BEI mengeluarkan Keputusan
Direksi BEJ Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 mengenai peraturan
pencatatan efek di bursa yang mencakup komisaris independen, komite
audit, sekretaris perusahaan, keterbukaan. Dan standar laporan
keuangan per sektor.
Melihat betapa pentingnya keberadaan komite audit yang efektif
dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan perusahaan, maka
serangkaian ketentuan mengenai komite audit telah diterbitkan, antara
lain sebagai berikut:
a. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia (2006)
yang menganjurkan semua perusahaan di Indonesia memiliki
komite audit;
b. Surat edaran Bapepam No. SE-03/PM/2000 merekomendasikan
perusahaan-perusahaan publik memiliki Komite Audit,
25
sebagaimana diperbaharui dengan keputusan ketua BAPEPAM
Nomor: Kep-29/PM/2004 tentang Peraturan Nomor IX.1.5:
Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit;
c. Keputusan Menteri BUMN No. Kep-103.MBU/2002 yang
mengharuskan semua BUMN mempunyai komite audit;
Menurut Hiro Tugiman (1999), anggota komite audit adalah
profesional yang bukan pegawai perusahaan, satu di antaranya
dipersyaratkan mempunyai latar belakang pendidikan dan pengalaman
dalam bidang akuntansi dan audit, anggota lainnya dapat berlatar
belakang pendidikan dan pengalaman dalam bidang hukum atau yang
berkaitan dengan operasional atau kultur organisasi.
Berdasarkan Rancangan SEOJK.05/2014 tentang komite audit
perusahaan asuransi dan reasuransi menyebutkan bahwa anggota
komite audit yang berasal dari pihak independen dinilai memiliki
keahlian dibidang hukum atau perasuransian apabila memenuhi
kriteria: (a) memiliki pengetahuan di bidang hukum dan/atau
perasuransian; dan (b) memiliki pengalaman kerja di bidang hukum
dan/atau perasuransian paling singkat 5 (lima) tahun.
Dalam Pasal 38 8/4/PBI/2006 Ayat (1)c SE 15/15/DPNP2013
Romawi IV. B peraturan Bank Indonesia, menyatakan bahwa struktur
dan keanggotaan komite audit dalam perbankan harus seorang dari
pihak independen yang memiliki keahlian di bidang hukum atau
perbankan apabila memenuhi kriteria: (1) memiliki pengetahuan di
26
bidang hukum dan/atau perbankan; dan (2) memiliki pengalaman kerja
paling kurang 5 (lima tahun di bidang hukum dan/atau perbankan).
Di Indonesia struktur Komite Audit diatur dalam Kep. Men.
117/2002 untuk perusahaan BUMN dan untuk perusahaan publik
diatur dalam keputusan BEJ dan keputusan BAPEPAM yang relevan.
Ketentuan mengenai struktur Komite Audit keputusan ketua
BAPEPAM No. Kep-29/PM/2004 tentang peraturan No IX.1.5:
pembentukan dan pedoman pelaksanaan kinerja Komite Audit sebagai
berikut:
1. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan
Komisaris dan dilaporkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham.
2. Anggota Komite Audit yang merupakan Komisaris independen
bertindak sebagai Ketua Komite Audit. Dalam hal ini Komisaris
Independen yang menjadi Komite Audit lebih dari satu orang maka
salah satunya bertindak sebagai ketua komite audit.
Adapun syarat keanggotaan komite audit sesuai dengan keputusan
ketua BAPEPAM No. Kep-29/PM/2004 tentang peraturan No IX.1.5 :
pembentukan dan pedoman pelaksanaan kinerja komite audit sebagai
berikut:
1. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman yang memadai sesuai dengan latar belakang
pendidikannya, serta dapat berkomunikasi dengan baik.
27
2. Salah seorang dari anggota komite audit memiliki latar belakang
pendidikan akuntansi atau keuangan.
3. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami
laporan keuangan.
4. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan
perundang-undangan terkait lainnya.
5. Bukan merupakan orang dalam kantor akuntan publik yang
memberikan jasa audit atau non audit pada emiten atau perusahaan
publik yang bersangkutan dalam satu tahun terakhir sebelum
diangkat oleh komisaris sebagaimana didasarkan pada peraturan
nomor VIII A.2 tentang independensi akuntan yang memberikan
jasa audit di pasar modal.
6. Bukan merupakan karyawan kunci emiten atau perusahaan publik
dalam satu tahun terakhir sebelum diangkat oleh komisaris.
7. Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung
pada emiten atau perusahaan publik. Dalam hal anggota komite
audit memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum maka
dalam jangka waktu paling lama enam bulan setelah diperolehnya
saham tersebut wajib mengalihkan pada pihak lain.
8. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau
perusahaan publik, komisaris, direksi atau pemegang saham utama
emiten atau perusahaan publik.
28
9. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak
langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau
perusahaan publik.
Tujuan Komite Audit pada umumnya adalah untuk
mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap mekanisme
akuntansi, auditing serta sistem pengendalian lainnya, sehingga unsur
pengendalian tersebut tetap optimal dalam sistem ekonomi pasar.
Menurut Keputusan Menteri BUMN No. Kep-103.MBU/2002, tujuan
dibentuknya Komite Audit adalah membantu komisaris atau dewan
pengawas dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian internal
dan efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan auditor
internal.
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2008) menjelaskan bahwa
komite audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada dewan
komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi
kepada Dewan Komisaris, mengindentifikasi hal-hal yang memerlukan
perhatian komisaris dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan
dengan tugas Dewan, antara lain:
a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi,
informasi yang lainnya.
b. Melakukan penelaahan dan penerapan atas pelaksanaan
pemeriksaan oleh Auditor Internal.
29
c. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan di pasar modal dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan.
d. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris
atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten atau perusahaan
publik.
e. Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi perusahaan.
Atiek Sri Purwanti (2006) tugas dan tanggung jawab Komite
Audit secara garis besar mencakup penelaahan (review) atas informasi
keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan,
proyeksi dan informasi keuangan lainnya, melaporkan kepada
komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan
manajemen risiko oleh direksi, serta penerapan praktik-praktik tata
kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
Seiring dengan karakteristik tersebut, otoritas Komite audit juga
terkait dengan batasan mereka sebagai alat bantu dewan komisaris.
Mereka tidak memiliki otoritas eksekusi apapun hanya memberikan
rekomendasi kepada dewan komisaris kecuali hal spesifik yang telah
memperoleh kuasa secara eksplisit dari dewan komisaris,
mengevaluasi dan menentukan kompensasi auditor eksternal dan
memimpin suatu investigasi khusus.
30
Dalam menjalankan perannya, komite audit harus memiliki hak
terhadap akses tidak terbatas kepada direksi, auditor internal, auditor
eksternal dan semua informasi yang ada di perusahaan. Tanpa otoritas
atau hak atas akses tersebut, akan tidak mungkin komite audit dapat
menjalankan perannya dengan efektif.
Berdasarkan uraian teori di atas dapat disimpulkan bahwa
keahlian hukum komite audit merupakan komite yang anggotanya
dibentuk oleh dewan komisaris, bertanggung jawab kepada dewan
komisaris dalam membantu dan memastikan efektivitas sistem
pengendalian internal dan pelaksanaan tugas auditor internal dan
auditor independen atau eksternal, dimana komite audit tersebut
merupakan orang yang mahir di ilmu hukum dan/atau memiliki
pengalaman dalam bidang hukum. Akan tetapi kewajiban anggota
komite audit ahli dalam bidang hukum hanya berlaku pada perusahaan
perbankan dan perasuransian.
B. Penelitian Sebelumnya
Selain menggunakan dukungan landasan teori, agar penelitian ini
dapat dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian sejenis, maka dalam
penelitian ini juga dilengkapi dengan beberapa penelitian terdahulu
sebagai bahan pertimbangan. Beberapa hasil penelitian terdahulu oleh
beberapa peneliti, diantaranya:
Krishnan, et. al. (2011) melakukan penelitian tentang hubungan
antara audit committees legal expertise terhadap kualitas pelaporan
31
keuangan (financial reporting quality) dengan menggunakan sampel
perusahaan russel pada tahun 2003 sampai 2005. Hasil penelitian
menyatakan bahwa keberadaan komite audit dengan latar belakang hukum
memberikan kontribusi positif terhadap kualitas pelaporan keuangan.
Awalia (2014) melakukan penelitian dengan menggunakan sampel 61
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2010 sampai tahun 2012. Hasil dari penelitian ini menyatakan
bahwa risiko litigasi berpengaruh signifikan positif terhadap discretionary
accruals yang merupakan ukuran kebalikan dari kualitas pelaporan
keuangan. Di sisi lain, hasil dari penelitian ini juga menunjukan bahwa
tidak terdapat bukti bahwa keahlian hukum komite audit dapat
memoderasi pengaruh antara risiko litigasi terhadap kualitas pelaporan
keuangan.
Zaenal Fanani (2008) melakukan penelitian dengan menggunakan
sampel 141 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2001-2006. Hasil penelitian menunjukan bahwa volatilitas
penjualan, kinerja perusahaan, dan klasifikasi industri berhubungan positif
terhadap kualitas pelaporan keuangan. Sedangkan siklus operasi, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, likuiditas dan leverage tidak menunjukan
pengaruh yang signifikan.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Awalia(2014) yang
menguji pengaruh dari risiko litigasi terhadap kualitas pelaporan keuangan
dengan keahlian hukum komite audit sebagai variabel pemoderasi pada
32
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2012. Penelitian ini juga menggunakan sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode 2011-
2014.
33
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Ayu
Purnama
Sari
(2015)
Pengaruh Risiko
Litigasi Terhadap
Manajemen Laba
dengan Kualitas
Audit Sebagai
Variabel Moderating
Variabel risiko litigasi,
pengukuran
manajemen laba,
Variabel kualitas
audit
Hasil penelitian menyatakan bahwa risiko litigasi
berpengaruh negativ terhadap manajemen laba
dan kualitas audit berpengaruh signifikan positif
terhadap hubungan risiko litigasi dan manajemen
laba.
2. Asti
Awalia,
Daljono
(2014)
Pengaruh Risiko
Litigasi Terhadap
Kualitas Pelaporan
Keuangan Dengan
Keahlian Hukum
Komite Audit
Sebagai Variabel
Pemoderasi
Variabel risiko litigasi,
variabel kualitas
pelaporan keuangan,
variabel keahlian
hukum komite audit,
sampel perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI,
Periode tahun
pelaporan
keuangan 2011-
2014
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa risiko
litigasi berpengaruh signifikan positif terhadap
discretionary accruals yang merupakan ukuran
kebalikan dari kualitas pelaporan keuangan.
Disisi lain, hasil dari penelitian ini juga
menunjukan bahwa tidak terdapat bukti bahwa
keahlian hukum komite audit dapat memoderasi
pengaruh antara risiko litigasi terhadap kualitas
pelaporan keuangan.
3. Neni
Nuraini
(2013)
Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi
Manajemen Laba
Variabel leverage dan
ukuran perusahaan
yang digunakan untuk
mengukur risiko
litigasi, variabel
manajemen laba.
Variabel jumlah
dewan direksi,
kepemilikan
institusional,
ukuran KAP dan
KAP spesialisasi
industri.
Hasil dari penelitian ini adalah jumlah dewan
direksi, kepemilikan institusional tidak memiliki
pengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan
leverage, ukuran perusahaan, ukuran KAP, KAP
spesialisasi industri mrmiliki pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen laba.
Bersambung pada halaman selanjutnya
34
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4. Krishnan
(2011)
Legal Expertise on
Corporate Audit
Committees and
Financial Reporting
Quality
Variabel keahlian
hukum komite audit
(legal expertise audit
committee), variabel
kualitas pelaporan
keuangan (financial
reporting quality),
Variabel risiko
litigasi
Hasil penelitian menyatakan bahwa keberadaan
komite audit dengan latar belakang hukum
memberikan kontribusi positif terhadap kualitas
pelaporan keuangan.
5. Laux dan
Stocken
(2011)
Managerial
Reporting,
Overoptimism, and
Litigation Risk
Variabel risiko litigasi
(potential legal
penalties), variabel
kualitas pelaporan
keuangan (financial
reporting behavior),
Variabel
overoptimism
Semakin besar expected legal expertise yang
dihadapi perusahaan tidak selalu membuat
manajemen semakin waspada terhadap
pelaporannya, tetapi sebaliknya bisa
meningkatkan missreporting .
6. Miratul
Atiqah
dan Agus
Purwanto
(2011)
Pengaruh Risiko
Litigasi Terhadap
Manajemen Laba
Dengan Kualitas
Audit Sebagai
Variabel Moderating
Variabel risiko litigasi,
variabel manajemen
laba sebagai
perhitungan.
Variabel kualitas
audit
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwan
tidak terdapat bukti adanya pengaruh risiko
litigasi terhadap manajemen laba dan kualitas
audit berpengaruh signifikan terhadap hubungan
risiko litigasi dengan manajemen laba.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
35
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teoritis dari penerapan diatas, maka kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan model penelitian
sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
“Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Kualitas Pelaporan
Keuangan Dengan Keahlian Hukum Komite Audit Sebagai
Variabel Moderasi”
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Pelaporan
Keuangan
Variabel Dependen:
Kualitas Pelaporan keuangan
(Y)
Variabel Independen:
Risiko Litigasi (X1)
Variabel Moderating:
Keahlian Hukum Komite Audit (X2)
Metode Analisis: Regresi
Regresi Moderate
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
36
D. Hipotesis
1. Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Risiko litigasi merupakan suatu risiko mendapatkan tuntutan
hukum dari pihak eksternal perusahaan baik investor, regulator
maupun pihak-pihak lain yang menggunakan laporan keuangan
perusahaan untuk mengambil keputusan yang dikarenakan pihak
tersebut merasa dirugikan (Juanda, 2007). Qiang (2003) dalam Juanda
(2007) mengungkapkan bahwa pemicu dari terjadinya tuntutan litigasi
atau hukum berkaitan dengan tidak terpenuhinya kepentingan investor
dan kreditor.
Awalia (2014) risiko litigasi yang mungkin dihadapi perusahaan
dapat merugikan bagi perusahaan jika tidak diberi perhatian tersendiri.
Apalagi jika risiko-risiko tersebut berhubungan dengan pihak-pihak
berkepentingan perusahaan yang mempertimbangkan berbagai
kemungkinan yang ada sebelum memberikan keputusan bagi
perusahaan. Manajemen akan berusaha menutupi atau cenderung
menyembunyikan dari pihak berkepentingan apabila memiliki tingkat
risiko litigasi yang tinggi pada perusahaannya. Manajemen akan
berusaha supaya pelaporan yang dihasilkan akan membuat pihak-pihak
tersebut tetap percaya dan tertarik dengan perusahaan.
Apabila perusahaan memiliki tingkat risiko litigasi yang tinggi
maka manajemen akan sedikit “memoles” pelaporan keuangannya agar
terlihat baik bagi para pihak berkepentingan sehingga mereka tetap
37
percaya untuk menyuntikkan dana ke perusahaan. Akan tetapi,
sebaliknya hal tersebut akan membuat kualitas laporan yang dihasilkan
menjadi semakin buruk karena informasi yang ditampilkan tidak
menunjukan keadaan yang sebenarnya, bahkan cenderung
dimanipulasi. Hal tersebut dilakukan agar pelaporan yang menjadi
dasar pengambilan keputusan bagi para pengguna tetap terlihat baik
sehingga perusahaan bisa mendapatkan modal untuk menjalankan
operasional perusahaannya.
Laux dan Stocken (2011) mengatakan bahwa semakin besar
expected legal penalties yang dihadapi perusahaan tidak selalu
membuat manajemen menjadi semakin waspada terhadap
pelaporannya, tetapi sebaliknya bisa meningkatkan missreporting.
Berdasarkan pemikiran tersebut terlihat bahwa pada kondisi
perusahaan berisiko litigasi tinggi, maka akan membuat kualitas
pelaporan keuangan semakin rendah. Awalia (2014) semakin tinggi
risiko litigasi perusahaan maka dapat menurunkan kualitas pelaporan
keuangan perusahaan. Sehingga hipotesis atas pemikiran tersebut
dirumuskan sebagai berikut:
H1: Risiko litigasi berpengaruh negatif terhadap kualitas pelaporan
keuangan
38
2. Pengaruh Keahlian Hukum Komite Audit terhadap hubungan
antara Risiko Litigasi dan Kualitas Pelaporan Keuangan
Tingginya tingkat risiko litigasi yang dimiliki oleh perusahaan
akan membuat manajemen khawatir akan kehilangan sumber dana
perusahaannya, sehingga manajemen akan menutup-nutupi tingginya
tingkat risiko litigasi tersebut. Manajemen akan menutupi hal tersebut
dengan cara melakukan manajemen laba atau memanipulasi laporan
yang seharusnya menyajikan informasi yang menggambarkan kondisi
yang sebenarnya, dengan terjadinya kasus tersebut, maka kualitas
pelaporan keuangan perusahaan akan menjadi sangat rendah. Oleh
karena itu, diperlukan adanya suatu mekanisme pemantauan ataupun
pengendalian yang dapat menjamin proses pelaporan keuangan
berlangsung dengan baik. Pemantauan terhadap proses pelaporan
keuangan salah satunya dapat dilakukan oleh komite audit perusahaan.
Asti Awali (2014) salah satu hal yang mempengaruhi kinerja
komite audit perusahaan adalah kompetensi komite audit perusahaan.
Komite audit dengan latar belakang di bidang hukum akan lebih
cermat dengan aktivitas-aktivitas perusahaan yang mempunyai
implikasi hukum sehingga mampu meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan. Pelaporan keuangan dapat berhubungan dengan
kemungkinan timbulnya kewajiban hukum bagi perusahaan. Dengan
adanya latar belakang hukum komite audit akan membuat manajemen
lebih waspada terhadap kemungkinan timbulnya kewajiban ini. Komite
39
audit ahli hukum lebih banyak mengetahui hal-hal apa saja yang dapat
menjadi dasar timbulnya masalah hukum dan dampak yang bisa
diterima oleh perusahaan apabila hal tersebut sampai terjadi.
Tingginya tingkat risiko litigasi yang dimiliki oleh perusahaan
akan menghasilkan laporan perusahaan dengan kualitas yang rendah.
Sehingga keberadaan komite audit ahli hukum dalam perusahaan akan
dapat mengurangi dampak dari risiko litigasi ini terhadap kualitas
pelaporan keuangan perusahaan. Krishnan, et al. (2011) keberadaan
komite audit dengan latar belakang hukum memberikan kontribusi
positif terhadap kualitas pelaporan keuangan. Berdasarkan pemikiran
tersebut, maka hipotesisnya adalah:
H2 : Keberadaan komite audit ahli hukum memperlemah hubungan
negatif antara risiko litigasi dan kualitas pelaporan keuangan
perusahan.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kausalitas yang
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu risiko
litigasi terhadap variabel dependen, yaitu kualitas pelaporan keuangan
dengan keahlian hukum komite audit sebagai variabel moderating.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Dengan kata lain,
sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari
populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel
dapat digeneralisasikan pada populasi (Uma Sekaran, 2006). Adapun
sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian
adalah purposive sampling. Alasan digunakan teknik purposive sampling
karena dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah sampel
berdasarkan pertimbangan atau justifikasi tertentu. Adapun kriteria yang
ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2011-2014.
41
2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan tahunan periode 2011-
2014.
3. Mempublikasikan profil komite audit perusahaan.
4. Memiliki anggota komite audit dengan latar belakang bidang
hukum.
5. Menerbitkan laporan keuangan dengan menggunakan mata uang
rupiah.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu
pengumpulan data lewat informasi yang sudah dicatat dan disimpan dalam
suatu arsip baik dari media cetak maupun lewat media elektronik. Data
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, dimana
data-data diperoleh dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang diperoleh dari website
www.idx.co.id.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013).
42
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas
Tujuan dari uji multikolonieritas adalah untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang dinilai baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali,
2013). Ghozali (2013) menjelaskan cara untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah:
1. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen.
Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya di atas 0.90), maka hasil ini mengidentifikasikan
adanya multikolonieritas.
2. Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan
lawannya serta variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =
1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance.
b. Uji Autokolerasi
Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
43
sepanjang waktu berkaitan satu sama yang lainnya dan juga karena
timbulnya residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2013).
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada
atau tidaknya autokorelasi adalah uji Durbin Watson (Ghozali,
2013). Ghozali (2013) menjelaskan bahwa uji Durbin Watson
hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan
adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada
variabel lag diantara variabel independen. Dasar pengambilan
keputusan dalam uji Durbin Watson adalah du < d < 4-du.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Ghozali (2013) menjelaskan salah satu cara mendeteksinya
adalah dengan cara melihat grafik plot antara prediksi variabel
terikat (dependen) dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya
heteroskeaditisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot.
44
d. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik (Ghozali, 2013).
Analisis grafik dapat dilihat melalui data histogram ataupun
dengan melihat normal probability plot dimana distribusi normal
akan membentuk suatu garis lurus diagonal. Jika distribusi data
residual normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Suatu variabel
dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang
menyebar di sekitar garis diagonal, dan penyebaran titik-titik data
searah mengikuti garis diagonal (Santoso, 2004).
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi
Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan
antara dua variabel atau lebih, juga menunjukan arah gabungan
antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali,
2013), dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + e
dimana:
Y = Kualitas pelaporan keuangan
45
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = Risiko litigasi
e = Error
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
1) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Niai koefisien determinasi adalah antara nol dan
satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
(Ghozali, 2013)
2) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2013).
Menurut Singgih Santoso (2004) dasar pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:
46
a. Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa
variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh
secara individual terhadap variabel dependen atau terikat.
b. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak
atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel
independen atau bebas mempunyai pengaruh secara
individual terhadap variabel dependen atau terikat.
b. Moderate Regression Analysis (MRA)
Menurut Ghozali (2013), Moderated Regression Analysis
(MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana
dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi
(perkalian dua atau lebih variabel independen) dengan rumus
persamaannya sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3 (X1X2) + e
Dimana:
Y = Kualitas Pelaporan Keuangan
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = Risiko Litigasi
X2 = Keahlian Hukum Komite Audit
X1X2 = Variabel perkalian antara risiko litigasi dengan keahlian
hukum komite audit yang menggambarkan pengaruh
47
variabel moderating keahlian hukum komite audit
terhadap hubungan risiko litigasi dengan kualitas
pelaporan keuangan
e = Error
Dalam uji hipotesis ini dilakukan melalui:
1) Koefisien Determinasi (R2)
Hasil uji koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa
besar kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan
satu (Ghozali, 2009). Acuan yang menjadi ukuran seberapa
besar penjelasan R2 adalah sebagai berikut:
0,00 – 0,199 : Sangat Rendah
0.20 – 0.399 : Rendah
0,40 – 0,599 : Sedang
0,60 – 0,799 : Kuat
0,80 – 1,000 : Sangat Kuat
(Sugiyono, 2010)
2) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2013).
48
Menurut Santoso (2004) dasar pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima dan Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa
variabel independen atau bebas tidak mempunyai pengaruh
secara individual terhadap variabel dependen atau terkait.
b. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka H0
ditolak, atau dengan kata lain Ha diterima, ini berarti
menyatakan bahwa variabel independen atau bebas
mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel
dependen atau terikat.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Kualitas Pelaporan Keuangan (Y)
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel
lain. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah kualitas
pelaporan keuangan. Pada penelitian ini kualitas pelaporan keuangan
diukur dengan menggunakan Discretionary Accruals yang mengacu
pada Modified Jones Model (Dechow, 1995). Adapun langkah-langkah
dalam menghitung besarnya discretionary accruals adalah sebagai
berikut:
49
a. Menghitung total akrual (TACC)
TACC = Net Income – Cash Flow From Operation
b. Menghitung nilai total accrual yang diestimasi dengan persamaan
regresi OLS, yaitu:
(
) (
( )
)
(
)
c. Menghitung nilai non discretionary accruals (NDACC)
menggunakan koefisien regresi yang diperoleh ( )
dengan rumus:
(
) (
( )
)
(
)
d. Menghitung akrual diskresioner (DACCt)
DACCt =
- NDACC
Keterangan:
TACC = Total accrual periode t
DACC = Discretionary accruals
ASSETS = Total asset periode t-1
ΔREV = Perubahan penjualan bersih periode t
ΔAR = Perubahan piutang bersih periode t
PPE = net property, plant, and equipment
50
= Koefisien regresi untuk mencari total accruals
yang dapat diestimasi
Menentukan apakah perusahaan melakukan earnings management
ataukah tidak, yaitu dengan kriteria : apabila akrual diskresioner (+)
atau (-), maka merupakan indikasi perusahaan melakukan earnings
management; sedangkan apabila nilai akrual diskresioner (0), maka
perusahaan tidak melakukan earnings management (Setiawati, 2002).
Besaran nilai discretionary accruals (DAC) berbanding terbalik
dengan kualiats pelaporan keuangan. Jadi, semakin tinggi nilai DAC
maka mengindikasikan kualitas pelaporan keuangan perusahaan yang
semakin buruk (Awalia, 2014).
2. Risiko Litigasi (X1)
Untuk mengukur risiko litigasi, penelitian ini melakukan analisis
faktor (component factor analysis) terhadap variabel-variabel (1)
return saham dan perputaran saham, keduanya merupakan proksi
volatilitas saham; (2) likuiditas dan solvabilitas, keduanya merupakan
proksi dari risiko keuangan; (3) ukuran perusahaan yang merupakan
proksi dari risiko politik (Awalia, 2014). Adapun tahapan pengukuran
risiko litigasi adalah sebagai berikut:
a. Return saham (RET)
RETt = ( )
b. Perputaran saham (TURNOV)
TURNOVt =
51
Dimana:
TURNOVt : Turnover atau perputaran volume saham
VOLt : Rata-rata volume saham
LBSt : Jumlah saham beredar
c. Likuiditas (LIK)
LIKt =
d. Leverage (LEV)
LEVt =
e. Ukuran perusahaan (SIZE)
SIZEt = LogNatural Total ASSETS
f. Kelima variabel tersebut dikomposit dengan melakukan factor
analysis untuk menentukan indeks risiko litigasi. Nilai indeks yang
tinggi menunjukkan risiko litigasi tinggi, demikian sebaliknya
untuk nilai indeks yang rendah.
3. Keahlian Hukum Komite Audit (X2)
Keahlian hukum komite audit merupakan komite yang anggotanya
dibentuk oleh dewan komisaris, bertanggung jawab kepada dewan
komisaris dalam membantu dan memastikan efektivitas sistem
pengendalian internal dan pelaksanaan tugas auditor internal dan
auditor independen atau eksternal, dimana komite audit tersebut
merupakan orang yang mahir di ilmu hukum dan/atau memiliki
pengalaman dalam bidang hukum. Variabel keahlian hukum diukur
dengan proporsi ahli hukum komite audit, yaitu jumlah komite audit
52
ahli hukum dibagi dengan jumlah keseluruhan komite audit (Krishnan,
et al., 2011).
Komite audit ahli hukum =
53
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap perusahaan publik bidang
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang meliputi
sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri dan sektor barang
konsumsi yang memiliki karakteristik sesuai dengan kriteria sampel.
2. Deskripsi Populasi Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara
purposive sampling, sedangkan populasi pada penelitian ini adalah seluruh
perusahaan publik bidang manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dan memiliki data yang dipublikasikan di website Bursa
Efek Indonesia (BEI).
Penelitian ini menggunakan sampel data perusahaan selama 4
periode, yaitu tahun 2011-2014. Penelitian secara purposive sampling
mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan representasi dari populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan
dari penelitian.
54
Tabel 4.1
Ringkasan perolehan Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama tahun 2011-2014
520
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan
maupun laporan tahunan dengan lengkap
102
Perusahaan yang tidak memiliki anggota komite audit
dengan latar belakang bidang hukum
331
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan
menggunakan satuan mata uang rupiah
17
Jumlah data outlier 11
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian 59
Sumber: Data sekunder yang diolah
Setelah dilakukan seleksi berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan, maka jumlah keseluruhan perusahaan yang memenuhi kriteria
dari sampel adalah sebanyak 59 sampel. Tabel 4.2 menyajikan nama
perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian sesuai dengan metode
purposive sampling berdasarkan data keuangan yang diperoleh melalui
website Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tabel 4.2
Nama Perusahaan Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode
1 Asahimas Flat Glass Tbk AMFG
2 Cahaya Kalbar Tbk CEKA
3 Eterindo Wahanatama Tbk ETWA
4 Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR
5 Inti Keramika Indonesia Assosiasi Tbk IKAI
6 Indocemen Tunggal Prkarsa Tbk INTP
7 Kimia Farma Tbk KAEF
8 KMI Wire and Cable Tbk KBLI
9 Hanson International Tbk MYRX
Bersambung pada halaman selanjutnya
55
Tabel 4.2 (Lanjutan)
No Nama Perusahaan Kode
10 Siearad Produce Tbk SIPD
11 Sekar Laut Tbk SKLT
12 Selamat Sempurna Tbk SMSM
13 Sorini Argo Asia Corpindo Tbk SOBI
14 Suparma Tbk SPMA
15 Sumalindo Lestari Jaya Tbk SULI
16 Mandom Indonesia Tbk TCID
17 Ultrajaya Milk Industry and Trading Co Tbk ULTJ
18 Holcim Indonesia Tbk SMCB
19 Kabelindo Murni Tbk KBLM
20 Keramika Indonesia Assosiasi Tbk KIAS
21 Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA
22 Japfa Comfeed Indonesia Tbk JPFA
23 Delta Djakarta Tbk DLTA
24 Arwana Citra Mulia Tbk ARNA
Sumber: Data sekunder yang diolah
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Statistik Deskriptif
Hasil dari statistik deskriptif disajikan dalam tabel 4.3 sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa dalam penelitian
ini risiko litigasi (RISLIT) memiliki nilai minimum -36,470 dan
maksimum 142,098 dengan rata-rata dan standar deviasi masing-masing
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
RISLIT 59 -36.470 142.098 37.11690 34.713473
DACC 59 -.243 .178 -.00385 .082990
ACLE 59 .250 .330 .32186 .024387
Valid N (listwise) 59
56
sebesar 37,11690 dan 34,713473. Kualitas pelaporan keuangan (DACC)
memiliki nilai minimum -0,243 dan maksimum 0,178 dengan rata-rata dan
standar deviasi masing-masing sebesar -0,00385 dan 0,082990. Keahlian
hukum komite audit (ACLE) memiliki nilai minimum 0,250 dan
maksimum 0,330 dengan rata-rata dan standar deviasi masing-masing
sebesar 0,32186 dan 0,024387.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas
Hasil uji multikolonieritas disajikan dalam tabel 4.4 sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas pada tabel 4.4 dapat
diketahui bahwa variabel risiko litigasi (RISLIT), keahlian hukum
komite audit (ACLE) masing-masing memiliki nilai Tolerance sebesar
0,987, dan nilai VIF sebesar 1.013.
Hasil uji di atas menunjukan bahwa tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0.10 serta tidak
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.126 .141 -.890 .377
RISLIT .001 .000 .329 2.588 .012 .987 1.013
ACLE .288 .432 .085 .666 .508 .987 1.013
a. Dependent Variable: DACC
57
ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi
tidak terdapat problem multikolonieritas dan dapat digunakan dalam
penelitian ini.
b. Uji Autokolerasi
Hasil dari uji autokorelasi disajikan dalam tabel 4.5 sebagai
berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji autokorelasi pada tabel 4.5 diketahui
bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,780. Nilai ini akan dibandingkan
dengan tabel DW menggunakan nilai signifikansi 5%, maka di tabel
Durbin-Watson akan didapatkan nilai 1,601. Oleh karena nilai DW
1,780 lebih besar dari batas atas (du) 1,601 dan kurang dari 4-1,601 (4-
du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas disajikan dalam gambar 4.1 dan
tabel 4.6 sebagai berikut:
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .330a .109 .077 .079730 1.780
a. Predictors: (Constant), ACLE, RISLIT
b. Dependent Variable: DACC
58
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan gambar 4.1 diatas, grafik scatterplot terlihat bahwa
data tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 (nol) pada sumbu
Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi.
Akan tetapi analisis grafik plot memiliki kelemahan yang cukup
signifikan oleh karena jumlah pengamatan memepengaruhi hasil
ploting. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat
menjamin keakuratan hasil (Ghozali, 2013). Uji statistik yang
59
digunakan adalah uji glejser. Tabel di bawah akan menampilkan hasil
uji glejser.
Tabel 4.6
Hasil Uji Glejser
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa tidak ada satupun
variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen nilai absolut (Abs_Res) atau variabel independen
memiliki tingkat signifikansi lebih besar dari 0.05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya
heterokedastisitas atau dengan kata lain tidak terjadi ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain, sehingga
model regresi dalam penelitian ini disebut dengan homokedastisitas.
d. Uji Normalitas Data
Hasil uji normalitas disajikan dalam gambar 4.2 dan gambar 4.3
sebagai berikut:
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .002 .093 .021 .983
RISLIT 7.315E-5 .000 .049 .367 .715
ACLE .166 .284 .079 .586 .560
a. Dependent Variable: Abs_Res
60
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data sekunder yang diolah
Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa residual terdistribusi secara
normal dan berbentuk simetris tidak menceng ke kanan atau ke kiri, ini
menunjukan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas
Gambar 4.3
Hasil Uji Normalitas Menggunakan P Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah
61
Gambar 4.3 memperlihatkan penyebaran data yang berada
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, ini
menunjukan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
Akan tetapi uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan
apabila tidak hati-hati secara visual, karena grafik yang terlihat normal
akan tetapi secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu diperlukan
uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil (Ghozali,
2013). Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik non-parametik
kolmogorov-smirnov (K-S). Tabel dibawah akan menampilkan hasil
uji kormogorov-smirnov (K-S).
Tabel 4.7
Hasil uji Kormogorov-Smirnov (K-S)
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 nilai signifikansi sebesar 0,063 dengan
nilai yang lebih besar atau diatas 0,05. Sehingga dapat disimpulkan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 59
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .07825920
Most Extreme Differences Absolute .112
Positive .112
Negative -.075
Test Statistic .112
Asymp. Sig. (2-tailed) .063c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
62
bahwa dalam model regresi data residual telah terdistribusi secara
normal.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi
1) Koefisien Determinasi (R2)
Hasil uji koefisien determinasi (R2) disajikan dalam tabel 4.8,
sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa variabel
risiko litigasi (RISLIT) mampu menjelaskan 0.086 atau 8,6%
kualitas pelaporan keuangan dan sisanya dijelaskan oleh variabel
lain diluar model.
2) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Hasil dari uji statistik t disajikan dalam tabel 4.9, sebagai
berikut:
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .319a .102 .086 .079339 1.700
a. Predictors: (Constant), RISLIT
b. Dependent Variable: DACC
63
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik T
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa risiko litigasi
(RISLIT) secara individual berpengaruh signifikan positif terhadap
kualitas pelaporan keuangan dengan nilai signifikansi sebesar
0.014 lebih kecil dari 0.05.
b. Moderate Regresion Analysis (MRA)
Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regresion
Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linier
dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi
(Ghozali, 2013).
1) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil dari uji koefisien determinasi (R2) disajikan dalam
tabel 4.10, sebagai berikut:
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.032 .015 -2.117 .039
RISLIT .001 .000 .319 2.542 .014
a. Dependent Variable: DACC
64
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Sumber: Data sekunder yang diolah
Berdasarkan tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa variabel
risiko litigasi (RISLIT), keahlian hukum komite audit (ACLE), dan
moderasi keahlian hukum komite audit (RISLIT_ACLE) mampu
menjelaskan 6,2% kualitas pelaporan keuangan dan sisanya
dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.
2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Hasil dari uji statistik f disajikan dalam tabel 4.11, sebagai
berikut:
Tabel 4.11
Hasil Uji Statistik F
U
Sumber: Data sekunder yang diolah
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .333a .111 .062 .080365 1.779
a. Predictors: (Constant), RISLIT_ACLE, ACLE, RISLIT
b. Dependent Variable: DACC
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .044 3 .015 2.283 .089b
Residual .355 55 .006
Total .399 58
a. Dependent Variable: DACC
b. Predictors: (Constant), RISLIT_ACLE, ACLE, RISLIT
65
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukan nilai F hitung sebesar
2,283 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.089. Karena
probabilitas signifikansi (Sig.) lebih besar dari 0.05, maka model
regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi kualitas
pelaporan keuangan, atau dapat dikatakan bahwa variabel risiko
litigasi (RISLIT), keahlian hukum komite audit (ACLE), dan
moderasi keahlian hukum komite audit (RISLIT_ACLE) secara
bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kualitas pelaporan
keuangan
3) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Hasil dari uji statistik t disajikan dalam tabel 4.11, sebagai
berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Statistik T
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel di atas menunjukan bahwa moderasi keahlian hukum
komite audit (RISLIT_ACLE) secara individual tidak berpengaruh
terhadap kualitas pelaporan keuangan dengan nilai sig. sebesar
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.020 .339 -.059 .953
RISLIT -.001 .006 -.588 -.220 .827
ACLE -.035 1.036 -.010 -.034 .973
RISLIT_ACLE .007 .020 .912 .343 .733
a. Dependent Variable: DACC
66
0,733 atau lebih besar dari 0.05 atau dengan kata lain variabel
keahlian hukum komite audit bukan merupakan variabel
pemoderasi antara hubungan risiko litigasi dengan kualitas
pelaporan keuangan.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Hasil uji statistik deskriptif menunjukan nilai minimum dari
discretionary accruals (DACC) -0,243, nilai maksimum sebesar 0,178
dan rata-rata sebesar -0,00385 dengan standar deviasi sebesar
0,082990 menunjukkan bahwa kualitas pelaporan keuangan
perusahaan-perusahaan sampel memiliki nilai yang sangat bervariasi.
Hal tersebut dapat dilihat dari nilai standar deviasi yang lebih besar
dari mean. Nilai minimum discresionary accruals sebesar -0,243
berarti bahwa terdapat perusahaan yang melakukan praktik income
decreasing. Sedangkan nilai maksimum discretionary accruals sebesar
0,178 berarti bahwa terdapat perusahaan-perusahaan yang melakukan
praktik income increasing. Nilai rata-rata sebesar 0,00385 berarti
bahwa perusahaan-perusahaan sampel cenderung melakukan praktik
income increasing. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa perusahaan-perusahaan sampel melakukan praktik manajemen
laba baik ke arah income decreasing maupun income increasing. Hal
tersebut berarti bahwa kualitas pelaporan keuangan perusahaan-
67
perusahaan sampel masih rendah karena terdapat indikasi manajemen
laba.
Sedangkan hasil uji statistik deskriptif dari risiko litigasi
(RISLIT) membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan sampel
memiliki tingkat risiko litigasi yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat
dari nilai rata-rata risiko litigasi sebesar 37,11690 dengan nilai
maksimum sebesar 142,098 dan nilai minimum risiko litigasi sebesar -
36,470. Namun apabila dilihat dari nilai minimum dan maksimum
menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan sampel memiliki tingkat
risiko litigasi yang bervariasi nilainya dan relatif tinggi.
Hipotesis pertama yang diajukan menyebutkan bahwa risiko
litigasi berpengaruh negatif terhadap kualitas pelaporan keuangan.
Dengan kata lain untuk membuktikan bahwa hipotesis pertama
penelitian diterima maka hasil yang diperoleh haris menunjukkan
tanda yang positif dan signifikan terhadap pengujian risiko litigasi
(RISLIT) terhadap kualitas pelaporan keuangan (DACC). Hal ini
karena discretionary accruals merupakan ukuran kebalikan dari
kualitas pelaporan keuangan, atau semakin tinggi DACC maka
semakin rendah kualitas pelaporan keuangan (Awalia, 2014).
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa variabel risiko litigasi
mampu menjelaskan 8,6% kualitas pelaporan keuangan dengan nilai
koefisien risiko litigasi sebesar 0,001 bertanda positif dan nilai
signifikansi sebesar 0,014 (<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa
68
risiko litigasi berpengaruh positif signifikan terhadap discretionary
accruals atau dengan kata lain menerima H1. Berdasarkan hasil uji
tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi risiko litigasi maka
semakin rendah kualitas pelaporan keuangan, yang ditunjukkan dengan
semakin tinggi nilai discretionary accruals.
Semakin tinggi tingkat risiko litigasi perusahaan maka
manajemen akan berusaha menutupinya dengan cara sedikit memoles
laporan keuangan agar terlihat baik bagi para pihak yang
berkepentingan seperti investor maupun kreditor agar mereka tetap
percaya dan tertarik dengan perusahaan. Akan tetapi hal tersebut akan
membuat hasil pelaporan semakin buruk akibat informasi yang
disajikan tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Hal ini
dilakukan agar perusahaan tetap mendapatkan modal untuk operasinya
karena pelaporan keuangan digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan sehingga manajemen khawatir para pihak yang
berkepentingan tidak tertarik dengan perusahaan sehingga perusahaan
tidak mendapatkan suntikan dana untuk menjalankan operasinya dan
menghasilkan laba yang dapat menjadi return bagi para prinsipal.
Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Laux
dan Stocken (2011) yang berpendapat bahwa semakin besar expected
legal penalties yang dihadapi perusahaan tidak selalu membuat
manajemen menjadi semakin waspada terhadap pelaporannya, tetapi
sebaliknya bisa meningkatkan missreporting. Terlihat bahwa semakin
69
tinggi risiko litigasi perusahaan maka semakin rendah kualitas
pelaporan keuangan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan
oleh Awalia (2014) yang membuktikan bahwa risiko litigasi
berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan.
2. Interaksi antara Risiko Litigasi dan Keahlian Hukum Komite
Audit terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Hasil uji statistik deskriptif menunjukkan nilai minimum dari
keahlian hukum komite audit (ACLE) sebesar 0,250, nilai maksimum
sebesar 0,330, dan rata-rata sebesar 0,32186 dengan standar deviasi
sebesar 0,024387. Berdasarkan hasil tersebut tampak bahwa proporsi
keberadaan komite audit ahli hukum pada perusahaan-perusahaan
sampel paling sedikit adalah 25% dan paling banyak adalah 33%
dengan rata-rata 32,1%.
Hasil moderated regression analysis (MRA) atau uji interaksi
menunjukkan bahwa variabel risiko litigasi, keahlian hukum komite
audit, dan moderasi keahlian hukum komite audit mampu menjelaskan
6,2% kualitas pelaporan keuangan. Variabel risiko litigasi, keahlian
hukum komite audit dan moderasi keahlian hukum komite audit secara
simultan dan parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas pelaporan
keuangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,733 (>0,05), hal ini
menandakan bahwa variabel keahlian hukum komite audit bukan
merupakan variabel pemoderasi hubungan antara risiko litigasi dan
kualitas pelaporan keuangan atau dengan kata lain menolak H2.
70
Variabel keahlian hukum komite audit tidak dapat dikatakan sebagai
variabel pemoderasi hubungan antara risiko litigasi dengan kualitas
pelaporan keuangan, karena risiko litigasi merupakan suatu hal yang
melekat pada perusahaan dan bukan melekat pada komite audit.
Sehingga dengan adanya komite audit yang memiliki latar belakang
hukum ataupun tidak maka apabila tingkat risiko litigasi yang dimiliki
oleh perusahaan tinggi maka kualitas dari pelaporan keuangan
perusahaan akan tetap menurun.
Penelitian ini mendukung penelitian Awalia (2014) bahwa
komite audit ahli hukum tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap hubungan antara risiko litigasi dan kualitas pelaporan
keuangan. Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian
Krishnan, et al. (2011) bahwa keberadaan komite audit dengan latar
belakang hukum memberikan kontribusi positif terhadap kualitas
pelaporan keuangan.
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh risiko litigasi terhadap
kualitas pelaporan keuangan dengan keahlian hukum komite audit sebagai
variabel moderating. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 59 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah
dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi
moderate uji interaksi dan analisis regresi, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Risiko litigasi berpengaruh positif signifikan terhadap discreationary
accruals yang merupakan ukuran kebalikan dari kualitas pelaporan
keuangan. . Hal ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat signifikansi
variabel risiko litigasi sebesar 0,014 dengan nilai koefisien risiko litigasi
sebesar 0,001. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Laux dan
Stocken (2011), Neni Nuraini (2013), dan Awalia (2014) yang menyatakan
bahwa risiko litigasi berpengaruh negatif terhadap pelaporan keuangan dan
bertolak belakang dengan penelitian, sedangkan Ayu Purnama Sari (2015)
menyatakan bahwa risiko litigasi berpengaruh negativ terhadap
manajemen laba dan hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil
penelitian Miratul Atiqah (2011) yang tidak mendapatkan bukti adanya
pengaruh antara risiko litigasi dengan manajemen laba.
72
2. Keahlian hukum komite audit bukan merupakan variabel pemoderasi
hubungan antara risiko litigasi dengan kualitas pelaporan keuangan. Hal
ini karena tingkat signifikansi moderasi (X1 dan X2) sebesar 0,733, jauh
diatas 0,05. Penelitian ini mendukung penelitian Awalia (2014) yang
menyatakan bahwa keahlian hukum komite audit bukan merupakan
variabel pemoderasi hubungan antara risiko litigasi dengan kualitas
pelaporan keuangan. Akan tetapi hasil dari penelitian ini tidak mendukung
penelitian Krishnan (2011) yang menyatakan bahwa keberadaan komite
audit dengan latar belakang hukum memberikan kontribusi positif
terhadap kualitas pelaporan keuangan.
B. Saran
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan
hasil penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa
masukan mengenai beberapa hal diantaranya:
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel
moderating atau mengganti variabel moderating keahlian hukum
komite audit dengan variabel lain yang lebih berpengaruh terhadap
interaksi variabel risiko litigasi terhadap kualitas pelaporan keuangan.
2. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel-variabel
yang dapat memoderasi seperti kualitas audit.
3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah sampel
perusahaan agar dapat memprediksi pengaruh faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan.
73
4. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan sampel perusahaan
non-manufaktur yang ada di Indonesia dan periode pengamatan dapat
diperluas agar dapat memprediksi hasil penelitian jangka panjang.
74
DAFTAR PUSTAKA
Arifah, Dista Amalia, “Praktek Teori Agensi pada Entitas Publik dan Non Publik,
Prestasi”, Volume 9, Nomor 1, hal 85-95, 2012.
Arens, Alvin A, Randal J Elder dan Mark S Beasley, “Auditing dan Jasa
Assurance: Pendekatan Terintegrasi”, Edisi Keduabelas, Jilid 1,
Erlangga, Jakarta, 2008.
Atiqah, Miratul dan Agus Purwanto, “Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap
Manajemen Laba Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel
Moderating”, Universitas Diponegoro, 2011.
Awali, Asti, “Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Dengan Keahlian Hukum Komite Audit Sebagai Variabel Pemoderasi”
Diponegoro Journal Of Accounting Vol. 3, No. 3, 2014.
Bank Indonesia, “Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Manajemen Good
Corporate Governance”, 2013.
Bapepam, “Surat Keputusan Ketua BAPEPAM”, Kep-29/PM/2004 Peraturan
Nomor IX.I.5 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit, 2004.
Basari, M. Taufikul, “Toshiba Diguncang skandal Akuntansi senilai US$1,2
Miliar”, Diakses melalui: http://finansial.bisnis.com/read/20150721/
9/455185/toshiba-diguncang-skandal-akuntansi-senilai-us12-miliar,
Pada tanggal: 20 Mei 2016.
BEJ, “Surat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta” Kep-305/BEJ/07-2004
Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham
Yang Diterbitkan Oleh Perusahaan Tercatat, 2004.
Bushman, R., Smith A, “Financial accounting information and corporate
governance”, Journal of Accounting and Economics 32: 237-333, 2001.
Deil, Siska A F, “10 Perusahaan Yang Pernah Menanggung Denda Terbesar di
dunia,” Diakses melalui: http://bisnis.liputan6.com/read/796351/10-
perusahaan-yang-pernah-menanggung-denda-terbesar-di-dunia-i, Pada
tanggal; 10 Januari 2016.
Eisenhardt, K.M, “Agency Theory: An Assesment and Review, Academy of
Management Review”, Vol. 14. No. 1: 57-74, 1989.
75
Fanani, Zaenal, “Kualitas Pelaporan Keuangan: Berbagai Faktor Penentu dan
Konsekuensi Ekonomis”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia
Vol. 6, No. 1, Juni 2009, hal 20-45, 2009.
Francis, J., R. LaFond, P. Olsson, and K. Schipper, “Costs of Equity and Earnings
Attributes”, The Accounting Review, Vol.79. No.4: 967-1010, 2004.
Healy, P. M. dan K. G. Palepu, “Information Asymmetry, Corporate Disclosure,
and The Capital Markets: A Review of The Empirical Disclosure
Literature”, Journal of Accounting and Economics 31(1-3): 405- 440,
2001.
Hendriksen, Eldon S., dan Michael F Van Breda, “Teori Akunting”, Edisi Kelima,
Interaksara, Jakarta, 2002.
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”, Salemba
Empat, Jakarta, 2013.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi & Manajemen”, BPFE, Yogyakarta, 2002.
Jensen, Michael C., dan Meckling William H, “Theory of The Firm: Managerial
Behaviour, Agency Costs, and Ownership Stucture”, Journal of
Financial Economics, Volume 3, Nomor 4, hal 305-360, 1976.
Juanda, Ahmad, “Pengaruh Risiko Litigasi dan Tipe Strategi terhadap Hubungan
Antara Konflik Kepentingan dan Konservatisme Akuntansi”, Simposium
Nasional Akuntansi X. Makasar, 2007.
KBBI, “Kamus Bahasa Indonesia Online”, Arti Kata Ahli, Diakses melalui: http://kamusbahasaindonesia.org/ahli, Pada tanggal: 20 Februari
2016.
Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D., “Intermediate Accounting”,
Volume 1 IFRS Edition. United States of America : Wiley, 2011.
KNKG, “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”, 2006.
Krishnan, Jayanthi, Yuan Wen, dan Wanli Zhao, “Legal Expertise on Corporate
Audit Committees and Financial Reporting Quality”, The Accounting
Review: American Accounting Association Vol. 86, No. 6 pp. 2099–
2130, 2011.
Laux, Volker dan P.C. Stocken, “Managerial Reporting, Overconfidence, and
Litigation Risk”, Journal of Accounting and Economics No. 53 pp. 577-
591, 2011.
76
Menteri BUMN, “Surat Keputusan Menteri BUMN”, Kep-103.MBU/2002
Tentang Pembentukan Komite Audit Bagi Badan Usaha Milik Negara,
2002.
Norbarani, Listiana, “Pendeteksian kecurangan laporan Keuangan dengan
analisis fraud Triangle yang diadopsi dalam sas no.99”, Skripsi
Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro,
Semarang, 2012.
Nuraini, Neni, “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba”, Skripsi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.
Ojk, “Rancangan SE OJK. No./SEOJK.05/2014”, Tentang Komite yang Dibentuk
Oleh Dewan Komisaris Perusahaan Asuransi dan Reasuransi, 2014.
Pramono, Ferry Adriawan, “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan
terhadap Kualitas Pengungkapan Corporate Governance pada Laporan
Tahunan”, Skripsi S1 FEB Universitas Diponegoro Semarang, 2011.
Purwanti, Atiek Sri, “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Ketepatan
Waktu Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di
BEJ”, Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi
Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.
Sagara, Yusar, dan Jalil, Fitri Yani, “Auditing Dilengkapi Dengan Kasus dan
Pembahasan Kasus”, UIN Jakarta Press. Tangerang Selatan, 2013.
Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2004.
Sari, Ayu Purnama, “Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Manajemen Laba
Dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating”,Artikel Ilmiah,
Universitas Negeri Padang, 2015.
Scott William R. 2009, “Financial Accounting Theory”, Fifth Edition, Canada :
Prentice Hall, Toronto, 2009.
Seetharaman,A., B. Srinidhi., Zane, Swanson, “The Effect of the Private Securities
Litigation Reform Act of 1995 on Accounting Conservatism”, Working
Paper, Saint Louis University, 2002.
Sholekah, Febrina Wibawati, dan Lintang Venusita, “Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusianal, Leverage, Firm Size dan
Corporate Social Responcibility terhadap Nilai Perusahaan pada
77
Perusahaan High Profile yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2008-2012”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vo.2, No.3, 2014.
Suhartono, Anton, “Ini Dampak Terparah Skandal Emisi VW”, Diakses melalui:
http://news.okezone.com/read/2015/09/24/15/1220189/ini-dampak-
terparah-skandal-emisi-vw, Pada tanggal: 10 Januari 2016.
Suryanto, “Tujuh Orang ditangkap Karena Skandal Olympus”, Diakses melalui:
http://www.antaranews.com/berita/297665/tujuh-orang-ditangkap-
karena-skandal-olympus, Pada tanggal: 20 Mei 2016.
Tuanakotta, Theodorus M, “Berpikir Kritis Dalam Auditing”, Salemba Empat,
Jakarta, 2011.
Tunggal, Amin Widjaja, “Audit Manajemen”, Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
Tugiman, Hiro,“Komite audit”, PT. Eresco, Bandung, 1999.
Ujiyantho, Arif Muh. dan B.A. Pramuka, “Mekanisme Corporate Governance,
Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”, Simposium Nasional
Akuntansi X, Makasar, 26-28 Juli 2007.
Valli. “10 Major Accounting Scandals”, Diakses melalui:
http://bizcovering.com/history/10-major-accounting-scandals/, Pada
tanggal: 05 Januari 2016 .
Wahono, Tri, “Perusahaan Indosat dan IM2 Jadi Tersangka”, Diakses melalui:
http://nasional.kompas.com/read/2013/01/05/06291316/Perusahaan.Indo
sat.dan.IM2.Jadi.Tersangka, Pada tanggal: 10 Januari 2016.
80
Data Lampiran: Sampel Perusahaan 2011-2014
SAMPEL PERUSAHAAN SEKTOR MANUFAKTUR
No. Kode Nama Perusahaan
1 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
2 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
3 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
4 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk
5 IKAI Inti Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
6 INTP Indocemen Tunggal Prkarsa Tbk
7 KAEF Kimia Farma Tbk
8 KBLI KMI Wire and Cable Tbk
9 MYRX Hanson International Tbk
10 SIPD Siearad Produce Tbk
11 SKLT Sekar Laut Tbk
12 SMSM Selamat Sempurna Tbk
13 SOBI Sorini Argo Asia Corpindo Tbk
14 SPMA Suparma Tbk
15 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk
16 TCID Mandom Indonesia Tbk
17 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Co Tbk
18 SMCB Holcim Indonesia Tbk
19 KBLM Kabelindo Murni Tbk
20 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
21 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
22 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
23 DLTA Delta Djakarta Tbk
24 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk
81
Data Lampiran 2011-2012
No. 2011
No. 2012
Kode Nama Perusahaan Kode Nama Perusahaan
1 AMFG PT. Asahimas Flat Glas Tbk 1 AMFG PT. Asahimas Flat Glas Tbk
2 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk 2 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk
3 ETWA PT. Eterindo Wahanatama Tbk 3 ETWA PT. Eterindo Wahanatama Tbk
4 IKAI PT. Inti Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 4 IGAR PT. Champion Pasific Indonesia Tbk
5 INTP PT. Indocemen Tunggal Prkarsa Tbk 5 IKAI PT. Inti Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
6 KAEF PT. Kimia Farma Tbk 6 INTP PT. Indocemen Tunggal Prkarsa Tbk
7 KBLI PT. KMI Wire and Cable Tbk 7 KBLI PT. KMI Wire and Cable Tbk
8 SIPD PT. Siearad Produce Tbk 8 KBLM PT. Kabelindo Murni Tbk
9 SKLT PT. Sekar Laut Tbk 9 SIPD PT. Siearad Produce Tbk
10 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk 10 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk
11 SOBI PT. Sorini Argo Asia Corpindo Tbk 11 SOBI PT. Sorini Argo Asia Corpindo Tbk
12 SPMA PT. Suparma Tbk
13 SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk
14 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk
82
Data Lampiran 2013-2014
No. 2013
No. 2014
Kode Nama Perusahaan Kode Nama Perusahaan
1 AMFG PT. Asahimas Flat Glas Tbk 1 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk
2 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk 2 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk
3 IGAR PT. Champion Pasific Indonesia Tbk 3 DVLA PT. Darya Varia Laboratoria Tbk
4 IKAI PT. Inti Keramika Indonesia Assosiasi Tbk 4 ETWA PT. Eterindo Wahanatama Tbk
5 INTP PT. Indocemen Tunggal Prkarsa Tbk 5 IGAR PT. Champion Pasific Indonesia Tbk
6 JPFA PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk 6 IKAI PT. Inti Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
7 KBLI PT. KMI Wire and Cable Tbk 7 INTP PT. Indocemen Tunggal Prkarsa Tbk
8 KBLM PT. Kabelindo Murni Tbk 8 JPFA PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk
9 MYRX PT. Hanson International Tbk 9 KBLI PT. KMI Wire and Cable Tbk
10 SIPD PT. Siearad Produce Tbk 10 KBLM PT. Kabelindo Murni Tbk
11 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk 11 KIAS PT. Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
12 SPMA PT. Suparma Tbk 12 MYRX PT. Hanson International Tbk
13 SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk 13 SIPD PT. Siearad Produce Tbk
14 SOBI PT. Sorini Argo Asia Corpindo Tbk
15 SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk
16 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk
17 ARNA PT. Arwana Citra Mulia Tbk
84
Data Lampiran: Keahlian Hukum Komite Audit 2011
No. Kode Nama Perusahaan
Jumlah
Komite
Audit
Jumlah Komite
Audit Ahli
Hukum
ACLE
1 AMFG PT. Asahimas Flat Glas Tbk 4 1 0.25
2 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk 3 1 0.33
3 ETWA PT. Eterindo Wahanatama Tbk 3 1 0.33
4 IKAI PT. Inti Keramika Indonesia
Assosiasi Tbk 3 1 0.33
5 INTP PT. Indocemen Tunggal
Prkarsa Tbk 3 1 0.33
6 KAEF PT. Kimia Farma Tbk 3 1 0.33
7 KBLI PT. KMI Wire and Cable Tbk 3 1 0.33
8 SIPD PT. Siearad Produce Tbk 3 1 0.33
9 SKLT PT. Sekar Laut Tbk 3 1 0.33
10 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk 3 1 0.33
11 SOBI PT. Sorini Argo Asia Corpindo
Tbk 3 1 0.33
12 SPMA PT. Suparma Tbk 3 1 0.33
13 SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya
Tbk 3 1 0.33
14 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk 4 1 0.25
15 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry
and Trading Co Tbk 3 1 0.33
85
Data Lampiran: Keahlian Hukum Komite Audit 2012
No. Kode Emiten Jumlah
Komite Audit
Jumlah Komite
Audit Ahli
Hukum
ACLE
1 AMFG PT. Asahimas Flat Glas
Tbk 4 1 0.25
2 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk 3 1 0.33
3 ETWA PT. Eterindo
Wahanatama Tbk 3 1 0.33
4 IGAR PT. Champion Pasific
Indonesia Tbk 3 1 0.33
5 IKAI PT. Inti Keramika
Indonesia Assosiasi Tbk 3 1 0.33
6 INTP PT. Indocemen Tunggal
Prkarsa Tbk 3 1 0.33
7 KBLI PT. KMI Wire and Cable
Tbk 3 1 0.33
8 KBLM PT. Kabelindo Murni
Tbk 3 1 0.33
9 SIPD PT. Siearad Produce Tbk 3 1 0.33
10 SMSM PT. Selamat Sempurna
Tbk 3 1 0.33
11 SOBI PT. Sorini Argo Asia
Corpindo Tbk 3 1 0.33
12 SPMA PT. Suparma Tbk 3 1 0.33
13 SULI PT. Sumalindo Lestari
Jaya Tbk 3 1 0.33
14 TCID PT. Mandom Indonesia
Tbk 4 1 0.25
86
Data Lampiran: Keahlian Hukum Komite Audit 2013
No. Kode Emiten Jumlah
Komite Audit
Jumlah Komite
Audit Ahli
Hukum
ACLE
1 AMFG PT. Asahimas Flat Glas
Tbk 4 1 0.25
2 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk 3 1 0.33
3 IGAR PT. Champion Pasific
Indonesia Tbk 3 1 0.33
4 IKAI PT. Inti Keramika
Indonesia Assosiasi Tbk 3 1 0.33
5 INTP PT. Indocemen Tunggal
Prkarsa Tbk 3 1 0.33
6 JPFA PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk 3 1 0.33
7 KBLI PT. KMI Wire and Cable
Tbk 3 1 0.33
8 KBLM PT. Kabelindo Murni
Tbk 3 1 0.33
9 MYRX PT. Hanson International
Tbk 3 1 0.33
10 SIPD PT. Siearad Produce Tbk 3 1 0.33
11 SMSM PT. Selamat Sempurna
Tbk 3 1 0.33
12 SPMA PT. Suparma Tbk 3 1 0.33
13 SULI PT. Sumalindo Lestari
Jaya Tbk 3 1 0.33
87
Data Lampiran: Keahlian Hukum Komite Audit 2014
No. Kode Emiten
Jumlah
Komite
Audit
Jumlah Komite
Audit Ahli
Hukum
ACLE
1 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk 3 1 0.33
2 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk 3 1 0.33
3 DVLA PT. Darya Varia Laboratoria
Tbk 3 1 0.33
4 ETWA PT. Eterindo Wahanatama
Tbk 3 1 0.33
5 IGAR PT. Champion Pasific
Indonesia Tbk 3 1 0.33
6 IKAI PT. Inti Keramika Indonesia
Assosiasi Tbk 3 1 0.33
7 INTP PT. Indocemen Tunggal
Prkarsa Tbk 3 1 0.33
8 JPFA PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk 3 1 0.33
9 KBLI PT. KMI Wire and Cable
Tbk 3 1 0.33
10 KBLM PT. Kabelindo Murni Tbk 3 1 0.33
11 KIAS PT. Keramika Indonesia
Assosiasi Tbk 3 1 0.33
12 MYRX PT. Hanson International
Tbk 3 1 0.33
13 SIPD PT. Siearad Produce Tbk 3 1 0.33
14 SOBI PT. Sorini Argo Asia
Corpindo Tbk 3 1 0.33
15 SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya
Tbk 3 1 0.33
16 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk 4 1 0.25
17 ARNA PT. Arwana Citra Mulia Tbk 3 1 0.33
88
No. Kode RET LEV SIZE RISLIT
1 AMFG 12.931 0.079 28.621 41.631
2 CEKA -13.636 0.062 27.437 13.863
3 ETWA 86.957 0.019 27.154 114.130
4 IKAI -3.401 0.026 27.031 23.655
5 INTP 6.897 0.052 30.530 37.478
6 KAEF 113.836 0.046 28.216 142.098
7 KBLI 30.000 0.130 27.711 57.841
8 SIPD -23.944 0.185 28.603 4.844
9 SKLT 0.000 0.144 26.090 26.235
10 SMSM 27.103 0.155 27.915 55.172
11 SOBI -32.090 0.069 28.066 -3.954
12 SPMA 4.348 0.319 28.070 32.738
13 SULI 2.290 0.110 28.159 30.559
14 TCID 6.944 0.047 27.754 34.746
15 ULTJ -10.744 0.078 28.410 17.744
Data Lampiran: Risiko Litigasi 2011
89
Data Lampiran: Risiko Litigasi 2012
No. Kode RET LEV SIZE RISLIT
1 AMFG 26.718 0.074 28.767 55.559
2 CEKA 36.842 0.018 27.658 64.519
3 ETWA -27.907 0.145 27.591 -0.170
4 IGAR -21.053 0.031 26.467 5.445
5 IKAI 0.000 0.029 26.953 26.981
6 INTP 31.672 0.040 30.756 62.468
7 KBLI 79.808 0.078 27.781 107.667
8 KBLM 18.421 0.023 27.307 45.751
9 SIPD -7.407 0.178 28.824 21.595
10 SMSM 85.662 0.110 27.996 113.768
11 SOBI -64.396 0.023 27.903 -36.470
12 SPMA 20.833 0.422 28.140 49.396
13 SULI -19.403 0.105 27.988 8.690
14 TCID 42.857 0.052 27.863 70.772
90
Data Lampiran: Risiko Litigasi 2013
No. Kode RET LEV SIZE RISLIT
1 AMFG -15.663 0.086 28.895 13.318
2 CEKA -10.769 0.021 27.698 16.950
3 IGAR -21.333 0.283 26.475 5.424
4 IKAI -1.408 0.306 26.901 25.799
5 INTP -10.913 0.033 30.912 20.032
6 JPFA -0.813 0.356 30.334 29.877
7 KBLI -24.064 0.054 27.921 3.911
8 KBLM 17.037 0.024 27.207 44.268
9 MYRX 100.000 0.018 29.305 129.324
10 SIPD 0.000 0.205 28.780 28.985
11 SMSM 36.634 0.100 28.169 64.903
12 SPMA -27.586 0.314 2
28.200 0.928
13 SULI -31.481 0.497 2
27.570 -3.414
91
Data Lampiran: Risiko Litigasi 2014
No. Kode RET LEV SIZE RISLIT
1 CEKA 29.310 0.022
2
27.881 57.213
2 DLTA 2.632 0.037
2
27.623 30.291
3 DVLA -23.182 0.077
2
27.843 4.738
4 ETWA -28.767 0.287
2
27.917 -0.563
5 IGAR 6.780 37.508
2
26.581 70.869
6 IKAI -15.714 0.256
2
26.974 11.516
7 INTP 25.000 0.029
3
30.994 56.023
8 JPFA -22.131 0.351
3
30.387 8.607
9 KBLI -2.113 0.105
2
27.922 25.914
10 KBLM -1.899 0.023
2
27.196 25.320
11 KIAS -5.161 0.040
2
28.487 23.365
12 MYRX 21.930 0.045
2
29.376 51.351
13 SIPD 6.000 0.111
2
28.661 34.772
14 SOBI 35.135 0.022
2
28.434 63.591
15 SULI -16.216 0.978
2
27.526 12.288
16 TCID 47.269 0.045
2
28.248 75.562
17 ARNA 6.098 0.025
2
27.861 57.213
92
Data Lampiran: Kualitas Pelaporan Keuangan 2011
No. Kode TACCt / ASSETSt-1 NDACC DACCt
1 AMFG -0.0542480434382 -0.008260 -0.046
2 CEKA -0.0351897306833 -0.004056 -0.031
3 ETWA 0.1424977767572 -0.002057 0.145
4 IKAI -0.0771136596162 -0.011047 -0.066
5 INTP -0.0183886560183 -0.008461 -0.010
6 KAEF 0.0537968549791 -0.004377 0.058
7 KBLI -0.0133765124169 -0.006880 -0.006
8 SIPD 0.0003262228477 -0.013186 0.014
9 SKLT -0.0645754629561 -0.008555 -0.056
10 SMSM -0.0023592063280 -0.007819 0.005
11 SOBI -0.0390281847091 -0.006901 -0.032
12 SPMA -0.0533215216019 -0.013383 -0.040
13 SULI -0.1734462597655 -0.007507 -0.166
14 TCID 0.0638803942355 -0.006758 0.071
15 ULTJ -0.1104556452269 -0.009063 -0.101
93
Data Lampiran: Kualitas Pelaporan Keuangan 2012
No. Kode TACCt / ASSETSt-1 NDACC DACCt
1 AMFG -0.0239820560136 -0.008751 -0.015
2 CEKA -0.1306679337929 -0.004188 -0.126
3 ETWA -0.0238989746385 -0.006600 -0.017
4 IGAR -0.0135517329012 -0.002059 -0.011
5 IKAI -0.0806536394773 -0.012635 -0.068
6 INTP -0.0502130670197 -0.007432 -0.043
7 KBLI 0.1067602796108 -0.006127 0.113
8 KBLM 0.1607396727245 -0.007662 0.168
9 SIPD 0.0596974431457 -0.000964 0.061
10 SMSM -0.0633364773931 -0.006258 -0.057
11 SOBI -0.1431765716711 -0.005346 -0.138
12 SPMA 0.0077889036842 -0.012853 0.021
13 SULI -0.0767648577544 -0.007269 -0.069
14 TCID -0.0884985261448 -0.006616 -0.082
94
Data Lampiran: Kualitas Pelaporan Keuangan 2013
No. Kode TACCt / ASSETSt-1 NDACC DACCt
1
AMFG -0.0685342366248 -0.008066 -0.060
2
CEKA 0.0440435368520 -0.003565 0.048
3
IGAR -0.0379511165321 -0.002661 -0.035
4
IKAI 0.1091707051470 -0.012143 0.121
5
INTP -0.0088470043718 -0.006952 -0.002
6
JPFA 0.0426063525821 -0.008189 0.051
7
KBLI 0.0866432076641 -0.005755 0.092
8
KBLM 0.1580062974837 -0.007042 0.165
9
MYRX 0.0306741861859 -0.004148 0.035
10
SIPD -0.0130236630276 -0.008184 -0.005
11
SMSM -0.0763580846634 -0.005812 -0.071
12
SPMA -0.0584177279806 -0.012272 -0.046
13
SULI -0.0993435764662 -0.005464 -0.094
95
Data Lampiran: Kualitas Pelaporan Keuangan 2014
No. Kode TACCt / ASSETSt-1 NDACC DACCt
1 CEKA 0.1746713000829 -0.003521 0.178
2 DLTA 0.1428152155174 -0.002227 0.145
3 DVLA -0.0197527467755 -0.003815 -0.016
4 ETWA -0.2464564141711 -0.004039 -0.242
5 IGAR 0.0217037149139 -0.002489 0.024
6 IKAI 0.0883414133655 -0.012144 0.100
7 INTP -0.0071721453570 -0.007759 0.001
8 JPFA -0.0794824767271 -0.007274 -0.072
9 KBLI -0.0747928415568 -0.005233 -0.070
10 KBLM 0.0223591434430 -0.007528 0.030
11 KIAS 0.0169237439604 -0.011179 0.028
12 MYRX 0.0378404990945 -0.000835 0.039
13 SIPD 0.0084628083675 -0.004923 0.013
14 SOBI -0.0340603629217 -0.007401 -0.027
15 SULI -0.0308370371708 -0.007340 -0.023
16 TCID 0.0346281570481 -0.010715 0.045
17 ARNA 0.0200071889885 -0.011024 0.031
97
Hasil Analisis Uji Regresi
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
b. Hasil Uji Autokorelasi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
RISLIT 59 -36.470 142.098 37.11690 34.713473
DACC 59 -.243 .178 -.00385 .082990
ACLE 59 .250 .330 .32186 .024387
Valid N (listwise) 59
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant)
RISLIT .987 1.013
ACLE .987 1.013
a. Dependent Variable: DACC
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .330a .109 .077 .079730 1.780
a. Predictors: (Constant), ACLE, RISLIT
b. Dependent Variable: DACC
98
c. Hasil Uji Heterokedastisitas
Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .002 .093 .021 .983
RISLIT 7.315E-5 .000 .049 .367 .715
ACLE .166 .284 .079 .586 .560
a. Dependent Variable: Abs_Res
100
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Analisis Regresi
1.) Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
2.) Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.032 .015 -2.117 .039
RISLIT .001 .000 .319 2.542 .014
a. Dependent Variable: DACC
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 59
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .07825920
Most Extreme Differences Absolute .112
Positive .112
Negative -.075
Test Statistic .112
Asymp. Sig. (2-tailed) .063c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .319a .102 .086 .079339 1.700
a. Predictors: (Constant), RISLIT
b. Dependent Variable: DACC
101
b. Hasil Uji Moderate Regresion Analysis (MRA)
1.) Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
2.) Hasil Uji Statistik F
3.) Hasil Uji Statistik t
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .333a .111 .062 .080365 1.779
a. Predictors: (Constant), RISLIT_ACLE, ACLE, RISLIT
b. Dependent Variable: DACC
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression .044 3 .015 2.283 .089b
Residual .355 55 .006
Total .399 58
a. Dependent Variable: DACC
b. Predictors: (Constant), RISLIT_ACLE, ACLE, RISLIT
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.020 .339 -.059 .953
RISLIT -.001 .006 -.588 -.220 .827
ACLE -.035 1.036 -.010 -.034 .973
RISLIT_ACLE .007 .020 .912 .343 .733
a. Dependent Variable: DACC