pengaruh sanksi perpajakan, kesadaran wajib pajak

of 109 /109
PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN, KESADARAN WAJIB PAJAK, KUALITAS PELAYANAN, SOSIALISASI PERPAJAKAN DAN TINGKAT PENGHASILAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (STUDI PADA KANTOR SAMSAT III SEMARANG) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Fakultas Ekonomi Universitas Semarang Disusun oleh: Ketty Dema Roselawati B.231.15.0038 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEMARANG SEMARANG 2019

Upload: others

Post on 18-May-2022

8 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

PAJAK, KUALITAS PELAYANAN, SOSIALISASI
SAMSAT III SEMARANG)
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang
“Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan
bertaqwalah kepada Allah supaya kamu menang.”
(QS. Al Imraan : 200)
(Without hard work, success is bullshit).
-Chairul Tanjung-
Kedua orang tua tercinta
Papa Bakri dan Mama Sri Rukmini yang selalu mencintai dan menyayangiku
Kakak-Kakak tersayang Ci Mareta dan Ci Leva
Keponakan penyemangat Carol, Joice dan Shanum
Sahabat dan teman-teman terdekatku yang selalu memberi semangat
viii
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of tax sanctions,
awareness of taxpayers, service quality, taxation socialization and level of income
of taxpayers on motor vehicle taxpayers compliance in Samsat 3 Office Semarang.
The data used in this study are primary data sourced from questionnaires
distributed to respondents.
The data analysis method used in this research is multiple linear
regression analysis. The population used is the motor vehicle taxpayer registered
at the Samsat 3 Office in Semarang. The selected sample of 125 respondents with
accidental sampling technique.
The results in this study stated that taxation sanctions significantly
influence motor vehicle taxpayers compliance, taxpayer awareness has a
significant effect on motor vehicle taxpayers compliance, service quality does not
significantly influence motor vehicle taxpayers compliance, tax socialization has a
significant effect on vehicle taxpayer compliance motor and income level has a
significant effect on motor vehicle taxpayer compliance.
Keywords: Tax sanctions, taxpayer awareness, service quality, taxation
Socialization, income level, taxpayer compliance.
ix
ABSTRAK
kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, sosialisasi perpajakan dan tingkat
penghasilan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di
Kantor Samsat 3 Semarang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer yang bersumber dari kuesioner yang disebarkan kepada responden.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda. Populasi yang digunakan adalah wajib pajak kendaraan
bermotor yang terdaftar di Kantor Samsat 3 Semarang. Sampel terpilih sebanyak
125 responden dengan teknik accidental sampling.
Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa sanksi perpajakan
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor,
kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor, kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor, sosialisasi perpajakan berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dan tingkat
penghasilan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor.
sosialisasi perpajakan, tingkat penghasilan, kepatuhan wajib pajak.
xii
Pernyataan Orisinilitas Skripsi ............................................................................... vi
Motto dan Persembahan ........................................................................................ vii
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 8
1.3.1 Tujuan Penelitian ......................................................................... 9
1.3.2 Kegunaan Penelitian .................................................................. 10
2.1 Landasan Teori ..................................................................................... 12
2.1.1 Atribution Theory ....................................................................... 12
2.1.3 Kepatuhan WP............................................................................ 14
2.2.1 Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan WP ...................22
2.2.2 Pengaruh Kesadaran WP terhadap Kepatuhan WP ................22
2.2.3 Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan WP .........23
2.2.4 Pengaruh Sosialisasi Pajak terhadap Kepatuhan WP .............24
2.2.5 Pengaruh Tingkat Penghasilan terhadap Kepatuhan WP .......25
2.3 Penelitian Terdahulu .........................................................................26
2.4 Kerangka Pemikiran ..........................................................................32
3.1.1 Kepatuhan WP........................................................................33
3.2 Obyek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Penentuan Sampel ...37
3.2.1 Obyek Penelitian .....................................................................37
3.4 Metode Pengumpulan Data ...............................................................39
3.5.5 Pengujian Hipotesis .................................................................42
3.5.5.2 Uji t ............................................................................42
3.5.5.3 Uji f ............................................................................43
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ...............................................................44
Bab V Penutup .................................................................................................64
Daftar Pusataka ...................................................................................................66
Tabel 1.2 Senjangan Penelitian ....................................................................... 5
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................30
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ...........................................................36
Tabel 4.1 Distribusi Kuesioner Penelitian ........................................................44
Tabel 4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif .....................................................45
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas .............................................................................47
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas .........................................................................48
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas .........................................................................50
Tabel 4.6 Hasil Uji Kolmogrov .........................................................................51
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolonieralitas .............................................................52
Tabel 4.8 Hasil Uji Park .....................................................................................53
Tabel 4.9 Analisis Regresi Linear Berganda......................................................53
Tabel 4.10 Hasil Uji T ........................................................................................55
Tabel 4.11 Hasil Uji F ........................................................................................57
Tabel 4.12 Hasil Koefisien Determinasi ............................................................58
xvii
Gambar 4.2 Hasil Normal Probability Plots LN ...............................................51
xviii
Lampiran 9 Output SPSS Regresi Linear Berganda ...........................................87
1
yang mengharuskan negara memajukan pembangunan nasional diberbagai sektor
untuk menunjang sarana dan prasarana supaya menciptakan kesejahteraan
masyarakat dan pemerataan. Pembangunan daerah tidak dapat berjalan apabila
sumber pembiayaan tidak memungkinkan. (Utama, 2013) penelitiannya
mengungkapkan pembiayaan menjadi masalah yang sangat besar dalam
melakukan pembangunan daerah karena pembiayaan menjadi modal utama.
Sumber pembiayaan yang dapat optimal diantaranya adalah dari pembiayaan
sektor pajak (Efendy, Handayani, & ZA, 2015).
Banyak jenis dan golongan pajak, salah satunya adalah pajak kendaraan
bermotor karena memiliki potensi yang terus meningkat. Kesadaran wajib pajak
di Kota Semarang dalam membayar pajak belum begitu berjalan dengan tertib,
karena masih banyak masyarakat khususnya pengguna sepeda motor yang
terlambat untuk membayar pajak tepat waktu. Untuk meningkatkan pendapatan
daerah harus cermat dalam menetukan masyarakat itu berperan sebagai apa,
menggunakan tolok ukur dalam demokrasi dan mempersempit ketergantungan
fiskal guna untuk memandirikan daerah (Noerman Syah & Krisdiyawati, 2017).
Pajak wajib untuk dilakukan berdasarkan ketatapan Undang-Undang yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Secara otomatis masyarakat harus paham dan
2
mengerti akan pengetahuan pajak yang sedang berlaku saat ini. Dengan demikian
wajib pajak dapat mengetahui betapa berpengaruhnya pajak pada negara.
Mengenai kewajiban dan hak untuk membayarkan pajak, diperlukan berbagai cara
agar masyarakat mengetahui apa saja yang harus diperhatikan dalam pajak. Cara
yang harus dilakukan antara lain dengan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT), tata
cara perhitungan beban perpajakan, pembayaran dan melaporkan pajak setiap
bulannya. Dengan demikian masyarakat dapat membayarkan pajak dengan tepat
waktu tanpa harus menerima sanksi atas keterlambatannya dalam pembayaran
pajak (Fatmawati, 2016).
Berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, bahwa pajak daerah dan retribusi daerah salah satu sumber
pendapatan daerah yang penting untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan
daerah. Pasal (1) didefinisikan kendaraan bermotor adalah semua kendaraan baik
yang beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis
jalan darat dan digerakan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan
lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat
berat dan alat-alat besar yang dalam rangka operasinya menggunakan roda motor
dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di
air, sedangkan PKB didefinisikan pajak atas kepemilikan atau penguasaan
kendaraan bermotor. Jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Jawa Tengah
mencapai 15 juta unit tiap tahun terus tumbuh sekitar 1 juta unit, ini tentunya baik
3
jika masyarakat sadar akan membayar pajak dengan begitu Pendapatan Asli
Daerah (PAD) akan semakin bertambah (Rusmayani & Supadmi, 2017).
Permasalahannya yang timbul saat ini adalah biaya beban pajak yang tidak
sesuai serta waktu dalam pembayarannya yang tidak pasti, kemudian banyaknya
calo-calo yang beredar dalam daerah kantor Samsat. Hal tersebut dipicu karena
pelayanan yang dilakukan dalam Samsat kurang adil dan alur dalam pelayanan
cukup rumit mengakibatkan memakan banyak waktu. Sudah banyak kasus yang
terjadi akibat pelayanan di Kantor Samsat yang kurang baik diantaranya balik
nama kendaraan bermotor di Samsat Semarang yang memiliki biaya tambahan
padahal didalamnya tidak ada ketentuan yang berkaitan. Dengan kurangnya
kualitas pelayanan di Samsat membuat masyarakat menjadi malas untuk
membayar pajak dan dengan demikian masyarakat juga akan dikenakan sanksi
pajak kendaraan bermotor. Hal tersebut terjadi karena masyarakat juga kurang
memahami tentang pengetahuan dan pemahaman pajak kendaraan bermotor.
Dalam berita yang dimuat dalam TribunJateng.com 28 Oktober 2018 mengenai
pemungutan pajak kendaraan bermotor Kota Semarang menyatakan bahwa “Data
Badan Pengelola Pendapatan Daerah (BPPD) Jawa Tengah, tunggakan PKB Kota
Semarang dari 2017 sampai Juni 2018 mencapai Rp. 130 Miliar. Tunggakan pajak
pada Januari –Juni 2018 sebesar Rp. 37,9 Miliar, hal itu akan berpengaruh pada
bagi hasil yang diterima Pemkot Semarang.” Berdasarkan pernyataan diatas
diperlukan beberapa cara untuk meningkatkan pendapatan negara khususnya
membuat masyarakat lebih patuh lagi dalam membayarkan pajaknya (Cahyanti,
Wafirotin, & Hartono, 2019). Berikut terdapat tabel wajib pajak yang terdaftar di
4
Samsat III Semarang pada tahun 2014 sampai dengan 2018 yang telah melakukan
kewajibannya dalam melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor.
Tabel 1.1
Kewajiban
Jenis Kendaraan
Sumber: Kantor Samsat III Semarang Tahun 2019
Masyarakat harus sadar kegunaan perpajakan sebagai pendapatan negara
guna memperbaiki masyarakat agar patuh dalam pembayaran pajak. Sebab itu,
masyarakat harus memiliki kesadaran tentang posisinya sebagai warga negara
yang baik dan patuh serta harus bertindak sesuai Undang-Undang Dasar 1945
sebagai dasar hukum Negara Republik Indonesia. Pembayaran pajak harus
dilakukan dengan ikhlas tanpa terpaksa dan dengan keadaan sadar supaya wajib
pajak memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan
(Fatmawati, 2016).
Kesadaran WP B B B B
Pemahaman dan
Sosialisasi
Keterangan:
Penelitian dari Moh. Ardianto Refly Efendy , Siti Ragil Handayani &
Zahroh ZA (2015), Ni Made Lisa Rusmayani & Ni Luh Supadmi (2017), Asrofi
Langgeng Noerman Syah & Krisdiyawati (2017), Muchlis Aji Saputro, Dwiati
Marsiwi & Khusnatul Zulfa Wafirotin (2018) dan Eka Putri Cahyanti, Khusnatul
Zulfa Wafirotin & Arif Hartono (2019) menyatakan sanksi perpajakan secara
parsial berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Jadi dengan
diberlakukannya sanksi perpajakan secara baik otomatis wajib pajak akan patuh
dalam melakukan kewajibannya untuk membayarkan pajak (Rusmayani &
Supadmi, 2017). Sebaliknya dengan penelitian yang dilakukan oleh Yeni
Fatmawati (2016) hasilnya bahwa sanksi perpajakan tidak berpengaruh secara
6
parsial pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor, dibuktikan dengan nilai
signifikan variabelnya adalah 0,145 > alpha 0,05 (Fatmawati, 2016).
Penelitian Moh. Ardianto Refly Efendy, Siti Ragil Handayani & Zahroh
ZA (2015), Yeni Fatmawati (2016), Asrofi Langgeng Noerman Syah &
Krisdiyawati (2017), Muchlis Aji Saputro, Dwiati Marsiwi & Khusnatul Zulfa
Wafirotin (2018) dan Eka Putri Cahyanti, Khusnatul Zulfa Wafirotin & Arif
Hartono (2019) dari kelima peneliti tersebut hasilnya menyatakan bahwa
kesadaran wajib pajak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor. Sehingga apabila wajib pajak sadar akan pentingnya
membayarkan pajak maka semakin kepatuhan wajib pajak juga akan meningkat
(Rusmayani & Supadmi, 2017).
dan Arif Hartono (2019) menyatakan bahwa kualitas pelayanan pajak berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Maka dengan demikian
semakin baik kualitas pelayanan yang dilakukan oleh Samsat secara otomatis
wajib pajak dalam pembayaran pajaknya akan semakin patuh (Cahyanti,
Wafirotin, & Hartono, 2019). Beda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muchlis Aji Saputro, Dwiati Marsiwi dan Khusnatul Zufa Wafirotin (2018) hasil
dari kualitas pelayanan pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor yang dapat dibuktikan dengan dengan nilai t hitung sebesar -
0,800 < dari t tabel 1,664 dan nilai signifikansinya di bawah 0,05 yaitu sebesar
dengan nilai signifikan sebesar 0,426 (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018).
7
Penelitian dari Yeni Fatmawati (2016) dalam uji t menyatakan variabel
sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor dalam membayar pajaknya, hal tersebut bertentangan dengan
hipotesis pertamanya yang menyatakan variabel sosialisasi perpajakan
berpengaruh postif terhadap kepatuhan wajib pajak (Fatmawati, 2016). Hasil dari
uji t tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Lisa
Rusmayani dan Ni Luh Supadmi (2017) yang dari uji t menyatakan bahwa
variabel sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor (Rusmayani & Supadmi, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh Asrofi Langgeng Noerman & Krisdiyawati
(2017) menghasilkan bahwa tingkat penghasilan berpengaruh secara parsial
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaran bermotor. Dengan meningkatnya
penghasilan yang dimiliki oleh wajib pajak membuat wajib pajak patuh untuk
membayarkan pajaknya secara tepat waktu (Noerman Syah & Krisdiyawati,
2017). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muchlis Aji Saputro,
Dwiati Marsiwi & Khusnatul Zulfa Wafirotin (2018) menyatakan bahwa tingkat
penghasilan berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor. (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018) dengan meningkatnya
penghasilan wajib pajak, sehingga wajib pajak lupa akan kewajibannya untuk
membayarkan pajak dan lebih lebih mengutamakan untuk kepentingan pribadinya
sehari-hari.
8
tentang kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Dengan penelitian selanjutnya
yang akan dilakukan oleh peneliti maka dapat diketahui apakah ada perbedaan
atau tidak mengenai hasil dari variabel-variabel yang telah diteliti sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti akan
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran
Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Pajak, Sosialisasi Perpajakan dan Tingkat
Penghasilan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor (Studi Pada Kantor Samsat III Semarang”.
1.2. Rumusan Masalah
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah sanksi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor?
pajak kendaraan bermotor?
pajak kendaraan bermotor?
kendaraan bermotor?
kendaraan bermotor?
1.3.1. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan yang
akan dicapai oleh peneliti adalah:
1. Untuk mengetahui hasil dari pengaruh sanksi perpajakan terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dalam pembayaran pajak
kendaraan bermotor.
2. Untuk mengetahui hasil dari pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dalam pembayaran pajak
kendaraan bermotor.
3. Untuk mengetahui hasil dari pengaruh kualitas pelayanan pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dalam pembayaran pajak
kendaraan bermotor.
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dalam pembayaran pajak
kendaraan bermotor.
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dalam pembayaran pajak
kendaraan bermotor.
bermanfaat sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
bermotor yang baik melalui pemaparan secara teoritis maupun dengan
memberikan bukti nyata tentang kepatuhan wajib pajak dalam
membayarkan pajak kendaraan bermotor.
datang mengenai kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan pajak
kendaraan bermotor.
dalam membayarkan pajak kendaraan bermotor dan bisa untuk menjadikan
contoh wajib pajak agar menjadi patuh terhadap peraturan perpajakan yang
berlaku.
selanjutnya yang membahas mengenai penyebab yang dapat
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam kewajibannya dalam
membayarkan pajak kendaraan bermotor.
referensi untuk penelitian selanjutnya yang akan membahas dengan bidang
yang sama melalui variabel dan metode penelitian yang berbeda.
12
sikap tersebut tergolong dalam eksternal atau internal. Perilaku yang disebabkan
secara internal yaitu perilaku yang dipercaya berada dibawah kendali orang itu
sendiri, kemudian untuk perilaku yang disebabkan secara eksternal yaitu perilaku
yang dipengaruhi dari luar, yang berarti orang tersebut akan dipaksa untuk
berperilaku karena situasi dan kondisi (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018).
Perilaku internal dan eksternal ditentukan pada tiga faktor sebagai berikut:
1. Kekhususan (kesendirian atau distinctiveness)
2. Konsensus
3. Konsistensi
Teori atribusi ini dikelompokkan dalam dua hal yang bisa membolak
balikkan arti dari atribusi. Yang pertama, kekeliruan atribusi mendasar adalah
kekhawatiran untuk meremehkan pengaruh faktor-faktor eksternal daripada
internalnya. Kemudian prasangka layanan dari seseorang mengaitkan dengan
13
2.1.2. Social Learning Theory
melalui pengamatan dan pengalaman langsung. Teori ini merupakan persebaran
luasan teori pengkondisian peran dari (Skinner, 1971) adalah teori yang
mengendalikan perilaku sebagai suatu kegunaan dari konsekuensi-
konsekuensinya. Proses dalam pembelajaran sosial antara lain:
1. Proses perhatian (attentional)
2. Proses penahanan (retention)
3. Proses reproduksi motorik
4. Proses penguatan (reinforcement)
Proses perhatian adalah orang akan sekedar mencari tau saja tanpa
melakukannya kepada seseorang, apabila mereka telah menjalin kedekatan kepada
orang tersebut maka proses akan terhenti pada tahap itu saja. Proses penahanan
yaitu usaha untuk mengingat tingkah laku seseorang, apabila sudah 15 orang atau
lebih sudah tidak tersedia lagi. Proses reproduksi motorik adalah proses
perubahan pengamatan menjadi perbuatan atau tindakan. Kemudian proses yang
terakhir proses penguatan adalah proses dimana individu-individu dihadapkan
oleh rangsangan positif agar perilaku bersesuaian dengan model tersebut (Saputro,
Marsiwi, & Wafirotin, 2018).
perilaku wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya dalam kepatuhannya
14
membayarkan pajak. Wajib pajak akan teratur dalam membayarkan pajak tidak
terlambat tepat pada waktunya. Apabila melalui pengamatan dan pengalamannya
saat langsung berada di tempatnya, hasil pemungutan pajak tersebut telah
memberikan konstribusinya secara nyata untuk pembangunan di wilayahnya
(Noerman Syah & Krisdiyawati, 2017).
2.1.3. Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan adalah suatu penyemangat seseorang atau organisasi supaya
melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Kepatuhan wajib pajak menurut (Berutu, 2013) merupakan suatu
tindakan dari wajib pajak pribadi atau badan yang tidak pernah terlambat dan
patuh kepada ketentuan dan peraturan perpajakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, yaitu beban pajak harus dibayarkan sesuai dengan tanggal jatuh
tempo pembayarannya (Noerman Syah & Krisdiyawati, 2017).
Kepatuhan wajib pajak dapat diartikan dimana kondisi wajib pajak
mematuhi dan mempunyai kesadaran dalam pemenuhan kewajiban dalam
membayarkan pajaknya (Widayati & Nurlis, 2010). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dikelompokkan dalam empat faktor yaitu
diantaranya adalah aspek individu, aspek politik, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Menurut (Sapriadi, 2013) dalam pengukuran untuk mengetahui tingkat kepatuhan
wajib pajak dapat diketahui dengan beberapa indikator diantaranya adalah:
1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri apabila hendak akan
membayarkan pajak.
15
3. Tidak pernah diberikan sanksi atau hukuman karena dengan berbuat
kriminal terdapat hukum pidananya dalam perundang-undangan
perpajakan.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
yaitu dipengaruhi oleh faktor kesadaran, kualitas pelayanan, kewajiban moral,
pengetahuan pajak dan persepsi sanksi perpajakan. Variabel-variabel itu semua
bisa digunakan acuan petunjuk dalam arah yang bagaimana kepatuhan wajib pajak
itu ditentukan. Kepatuhan wajib pajak tidak hanya berfokus pada Dirjen Pajak
saja tetapi perlu juga peran aktif dari wajib pajak itu sendiri dan kepatuhan wajib
pajak dihimbau supaya bisa mempermudah semua tahapan pelayanan dalam
perpajakan (Fatmawati, 2016).
pengaruh kualitas pelayanan, kesadaran, persepsi sanksi pajak dan kewajiban
moral terhadap kepatuhan wajib pajak hasilnya bahwa semua variabel-variabel
tersebut mempunyai pengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan dalam
pembayaran pajak kendaraan bermotor. Sedangkan hasil penelitian dari (Sucandra
& Pratiwi, 2016) berbanding terbalik karena terdapat variabel tambahan yaitu
sistem samsat drive thru terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa sanksi dan pengetahuan wajib pajak
kendaraan bermotor tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
sedangkan sistem samsat drive thru dan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif
pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
16
terhadap orang yang tidak mematuhi peraturan atau yang melanggar peraturan.
Undang-undang yang telah ditetapkan saat ini merupakan acuan untuk seseorang
dapat melakukan apa saja yang ingin dilakukan dan apa saja yang tidak harus
dilakukan. Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa penetapan peraturan
perundang-undangan yang harus dipatuhi atau sanksi pajak dapat dijadikan suatu
alat untuk mencegah agar wajib pajak tidak berani untuk melanggar peraturan-
peraturan perpajakan yang telah ditetapkan (Muliari & Setiawan, 2009). Sanksi
pajak dikenakan oleh semua wajib pajak yang terlambat dalam membayarkan
kewajiban pepajakannya. Untuk wajib pajak yang telah beranggapan bahwa
dengan adanya sanksi pajak itu menjadi rugi berarti mereka sadar dan akan
membayarkan pajaknya itu tepat pada waktunya.
Pada saat ini Ditjen Pajak tetap bertahan pada pengenaan sanksi pajak
negatif untuk membuat efek jera kepada wajib pajak yang selalu terlambat dalam
pembayaran pajak dan agar wajib pajak menjadi patuh untuk membayar pajak.
Jika dilihat pada Undang-Undang Perpajakan yang berlaku saat ini, menurut
(Ilyas & Burton, 2010) ada empat faktor yang harus dilakukan oleh semua wajib
pajak yaitu sebagai bertikut:
2. Harus bertanggung jawab dalam melaporkan Surat Pemberitahuan/SPT.
3. Harus jujur dalam melaporkan Surat Pemberitahuan/SPT atau harus tepat
dengan keadaan yang sebenarnya.
4. Diberikan sanksi yang setimpal jika tidak mematuhi peraturan.
Dengan empat hal yang harus dituntut dari wajib pajak tersebut diatas
yang paling tepat untuk diterapkan menurut (Ilyas & Burton, 2010) adalah dengan
penerapan sanksi (law enforcement) yang harus dilakukan secara tepat. Pada saat
ini banyak wajib pajak yang meremehkan dengan adanya denda administrasi
sebesar Rp. 10.000,00 menurut Pasal 7 UU Nomor 6/83, denda tersebut berlaku
pada wajib pajak yang terlambat dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Sanksi pajak diterapkan supaya wajib pajak mematuhi peraturan-peraturan
perpajakan yang berlaku pada saat ini. Kepatuhan wajib pajak dapat ditentukan
melalui pendapat para wajib pajak seberapa pengaruhnya sanksi pajak dapat
merubah sikap wajib pajak agar taat dalam membayarkan pajaknya (Putri & Jati,
2012)
Kesadaran adalah bagian dari diri seseorang untuk mengerti kenyataan dan
bagaimana cara seseorang tersebut untuk bertindak atau melakukannya.
Kesadaran juga dapat diartikan sebagai keadaan mengerti atau mengetahui. Sadar
untuk tidak melakukan pembayaran pajak dan untuk mengurangi beban pajak
dapat mengakibatkan sumber daya finansial menjadi terganggu dan pembangunan
negara dapat terhambat. Untuk menigkatkan kepatuhan wajib pajak membayar
pajak adalah salah satunya wajib pajak harus menyadari bahwa membayar pajak
itu juga akan kembali lagi untuk negara dan akan dirasakan juga oleh wajib pajak.
Dengan demikian wajib pajak akan berfikir bahwa mereka semua membayarkan
18
pajak tidak merasa sia-sia melainkan juga terkena dampaknya dengan terciptanya
pembangunan negara (Noerman Syah & Krisdiyawati, 2017).
Dengan menyadari bahwa pajak juga dilandasi dengan peraturan
perundang-undangan maka dapat dijadikan suatu alat untuk wajib pajak dapat
menjadi patuh dalam membayarkan pajaknya. Kesadaran perpajakan wajib pajak
sering mengalami kesulitan-kesulitan dalam mengumpulkan pajak dari
masyarakat. Menyadarkan masyarakat agar patuh dalam melaksanakan
kewajibannya dalam membayarkan pajak adalah suatu nilai positif pemerintah
pada pelaksanaan kegunaan negara (Cahyanti, Wafirotin, & Hartono, 2019).
2.1.6. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan pajak adalah usaha memenuhi apa yang di inginkan
oleh wajib pajak agar harapannya menjadi selaras. Dengan melakukan
perbandingan penafsiran seluruh wajib pajak mengenai pelayanan yang mereka
telah dapatkan di Kantor Samsat akan dapat mengetahui seberapa baiknya kualitas
pelayanan yang telah dilakukan. Menurut (Sari, 2013) kualitas pelayanan pajak
dapat diartikan sebagai kualitas sebagai kondisi dinamis yang berhubungan
dengan jasa manusia, lingkungan dan proses yang melebihi harapan pihak yang
terkait.
Kualitas pelayanan pajak merupakan tolok ukur sebagaimana bagusnya
tingkat layanan yang dapat diberikan sudah sesuai dengan harapan wajib pajak.
Pada dasarnya harapan wajib pajak dibentuk oleh iklan, pengalaman maupun
media informasi yang lain. Pelayanan yang dilakukan sesuai dengan prosedurnya
dapat memberikan respon yang baik bagi semua wajib pajak, dengan begitu wajib
19
pajak merasa telah terbantu. Peningkatan kemampuan secara teknis dan perbaikan
sarana harus mengalami peningkatan supaya tercipta kualitas pelayanan yang baik.
Kualitas pelayanan juga merupakan tindakan atau pertimbangan global mengenai
keuangan yang berasal dari suatu pelayanan (Cahyanti, Wafirotin, & Hartono,
2019).
1. Keandalan, memberikan pelayanan yang akurat dari pertama dengan tidak
melakukan kesalahan apapun kemudian sampai menyampaikan tujuan
berdasarkan dengan waktu yang telah disepakati bersama.
2. Daya Tanggap, membantu para wajib pajak dan memberikan tanggapan
tentang apa yang menjadi permintaan wajib pajak lalu juga memberikan
informasi pelayanannya akan diselenggarakan kapan dan pastinya
memberikan pelayanan dengan benar.
3. Jaminan, lebih kepada tingkah laku yang ditunjukan ke wajib pajak supaya
dapat menimbulkan rasa kepercayaan wajib pajak terhadap Kantor
Pelayanan Pajak (KPP).
4. Empati, harus dapat mengerti masalah wajib pajak kemudian bertindak
semata-mata karena kepentingan wajib pajak dan memberikan perhatian
secara satu persatu pada wajib pajak.
5. Wujud Nyata, daya tarik tentang fasilitas fisik kemudian perlengkapan
serta alat-alat yang digunakan dalam Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
20
Dalam penelitian Ni Made Lisa Rusmayani dan Ni Luh Supadmi (2017)
hasilnya bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Pelayanan pajak yang berkualitas
pasti akan membuat wajib pajak mempunyai kepercayaan dan akan patuh
terhadap pembayaran pajak. Kemudahan dalam sistem informasi pembayaran
pajak dapat memberikan kesan baik oleh semua wajib pajak dalam membayarkan
pajaknya, dengan demikian dapat diharapkan kualitas pelayanan yang baik akan
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan pajak kendaraan
bermotor (Rusmayani & Supadmi, 2017).
ataupun media elektronik sehingga wajib pajak dapat mengetahui keuntungan dan
pentingnya dalam membayar pajak. Sosialisasi perpajakan adalah usaha Dirjen
Pajak untuk melakukan penyuluhan tentang perpajakan kepada seluruh wajib
pajak agar mereka dapat mengerti apa saja yang bersangkutan dengan pajak
seperti peraturan pajak atau cara menggunakan teknik-teknik dalam pembayaran
pajak (Rengki, 2014). Sosialisasi perpajakan merupakan kegiatan penyuluhan
yang dilakukan supaya wajib pajak dapat mengerti segala sesuatu yang
berhubungan dengan perundang-undangan perpajakan (Mardiasmo, 2011).
Penelitian yang dilakukan Ni Made Lisa Rusmayani dan Ni Luh Supadmi
(2017) hasil penelitiannya bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Wajib pajak yang telah
mengikuti sosialisasi perpajakan yang baik biasanya akan patuh dalam
21
kesadaran wajib pajak supaya membayarkan pajaknya dengan tepat waktu dan
mulai percaya terhadap pemerintah untuk mengelola hasil dari pendapatan pajak
dari yang mereka telah bayarkan. Seringnya diadakan sosialisasi tentang
perpajakan kendaraan bermotor sehingga akan meningkatnya kepatuhan wajib
pajak dalam membayarkan pajak kendaraan bermotor (Rusmayani & Supadmi,
2017).
harus dibayarkannya. Jika wajib pajak berpenghasilan cukup maka wajib pajak
dalam pemenuhan pajaknya akan dilakukan setelah kebutuhan lainnya sudah
terpenuhi, apabila penghasilan wajib pajak tinggi maka wajib pajak akan segera
membayarkan pajaknya dengan tepat waktu. Dapat disimpulkan bahwa setiap
wajib pajak mempunyai beban pajak yang setara dengan seberapa banyak
penghasilan yang mereka peroleh (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018).
Apabila nilai pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak lebih tinggi
daripada penghasilan yang mereka peroleh maka akan terjadi kesulitan pada wajib
pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Faktor ekonomi memang
sangat mempengaruhi wajib pajak dalam kepatuhan dalam perpajakan. Dengan
begitu wajib pajak yang memiliki kebutuhan ekonomi yang banyak tetapi
penghasilan yang rendah maka mereka tidak akan patuh akan kewajibannya untuk
membayarkan pajaknya (Fatmawati, 2016).
2.2.1. Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Teori asuransi dapat dijadikan bahan sebagai acuan dalam pengaruh sanksi
perpajakan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
Dalam teori tersebut dijelaskan dimana kantor pelayanan atau fiskus memberikan
asuransi bebas dari sanksi perpajakan untuk wajib pajak yang tidak pernah
terlambat dalam pembayaran pajak atau pelaporan pajak. Pengenaan sanksi
perpajakan bisa digunakan sebagai alat pencegahan (preventif) untuk semua wajib
pajak guna melakukan pelanggaran dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan yang menyerupai tidak membayarkan pajak secara tepat waktu atau
menunda dalam melaporkan pajaknya. Dengan diberlakukannya sanksi
perpajakan diharapkan dapat membuat efek jera kepada semua wajib pajak dan
dapat menjadi patuh dalam membayarkan kewajiban perpajakannya.
Hasil penelitian (Efendy, Handayani, & ZA, 2015), (Saputro, Marsiwi, &
Wafirotin, 2018) dan (Cahyanti, Wafirotin, & Hartono, 2019) menyatakan bahwa
sanksi perpajakan berpengaruh signifikan positif pada kepatuhan wajib pajak
dalam membayarkan pajak kendaraan bermotornya.
Ha1 : Diduga sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor.
Kesadaran wajib pajak merupakan faktor penting dalam meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan pajaknya. Kepatuhan wajib pajak
dapat diketahui dengan kesadaran tentang pentingnya perpajakan dengan
23
demikian wajib pajak tidak bisa menghindari kewajibannya sebagai wajib pajak
untuk membayarkan pajak dan akan memunculkan kesadaran untuk patuh dalam
membayar pajak. Teori yang dapat digunakan dalam kesadaran wajib pajak untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak adalah dengan teori gaya pikul yaitu
maksutnya bahwa dasar dalam keadilan pemungutan pajak terletak pada jasa-jasa
yang diberikan oleh negara pada wajib pajak sehingga dengan wajib pajak harus
mengetahui dan memahami tentang perpajakan maka wajib pajak juga akan sadar
akan hal tersebut (Noerman Syah & Krisdiyawati, 2017).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Efendy, Handayani, & ZA, 2015),
(Fatmawati, 2016), (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018) dan (Cahyanti,
Wafirotin, & Hartono, 2019) hasilnya adalah bahwa kesadaran wajib pajak
berpengaruh positif signifikan pada kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
kendaraan bermotor.
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
2.2.3. Pengaruh Kualitas Pelayanana Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Upaya yang dapat dilakukan untuk lebih mengoptimalkan pelayanan pajak
di Kantor Samsat semua petugas harus memperhatikan dan melakukan 3S yaitu
Senyum, Sapa dan Salam pada seluruh wajib pajak kendaraan bermotor yang
datang ke Kantor Samsat, dengan demikian wajib pajak akan merasa puas dengan
pelayanan yang diberikan dan dapat menciptakan suasana yang nyaman oleh para
wajib pajak. Pemungutan pajak kendaraan bermotor harus menggunakan sistem
official assessment yaitu jumlah pajak dapat ditentukan dengan fiskus karena
24
fiskus sangat berperan penting untuk mendapatkan keadilan pada seluruh wajib
pajak, dengan demikian kualitas pelayanan dapat berpengaruh pada kepatuhan
wajib pajak dengan menggunakan teori keadilan. Dengan terciptanya kualitas
pelayanan yang baik sesuai dengan prosedurnya membuat semakin meningkatnya
kepatuhan para wajib pajak dalam melakukan kewajibannya membayarkan pajak
(Cahyanti, Wafirotin, & Hartono, 2019).
secara parsial pada kepatuhan wajib pajak dalam melakukan kewajiban
membayarkan pajaknya. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Noerman
Syah & Krisdiyawati, 2017) hasilnya menunjukkan kualitas pelayanan perpajakan
berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
Ha3 : Diduga kualitas pelayanan tidak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor.
Sosialisasi perpajakan pada wajib pajak dapat dilakukan dengan berbagai
media masa mengenai pentingnya dalam pembayaran pajak, sistem perpajakan
dan peraturan perpajakan yang selalu mengalami perkembangan harus
dilaksanakan karena betapa pentingnya peraturan tersebut. Karena dengan
demikian adanya sosialisasi tentang perpajakan diharapkan semua wajib pajak
dapat memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang perpajakan. Apabila
pemerintah berhasil untuk menjalankan sosialisasi tentang perpajakan secara
otomatis juga wajib pajak akan lebih mengerti serta memahami tentang semua
25
peraturan perpajakan dan akan patuh dalam pembayaran pajak (Novitasari, 2014).
Teori yang dapat dijadikan bahan dalam memberikan sosialisasi pada semua wajib
pajak dengan pemungutan yang didapat dari seluruh wajib pajak lalu di
kembalikan lagi kepada wajib pajak sebagai kesejahteraan masyarakat yang telah
ikut serta dalam konstribusinya terhadap negara yaitu dengan menggunakan teori
daya beli (Rusmayani & Supadmi, 2017).
Dalam penjelasan diatas penelitian yang dilakukan oleh (Rusmayani &
Supadmi, 2017) hasil dari penelitian tersebut bahwa sosialisasi perpajakan
berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak untuk
membayarkan pajaknya. Kemudian dalam penelitian yang dilakukan oleh
(Fatmawati, 2016) menyatakan bahwa sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh
secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran pajak kendaraan
bermotor. Dari penjelasan diatas dapat diambil informasi hipotesisnya adalah:
Ha4 : Diduga sosialisasi perpajakan berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor.
Penghasilan wajib pajak tidak serta merta sama semuanya melainkan
berbeda satu dengan yang lainnya. Tingkat penghasilan wajib seseorang dapat
diketahui dengan mereka bekerja dimana dan sebagai apa. Oleh karena itu beban
pajak yang harus mereka bayarkan juga tidak sama, melainkan sesuai dengan
berapa penghasilan yang mereka dapatkan. Teori untuk mengetahui apakah
tingkat penghasilan berpengaruh dengan kepatuhan wajib pajak dengan
menggunakan teori daya pikul. Ada dua indikator untuk mengetahui daya pikul
26
wajib pajak yaitu jumlah penghasilan wajib pajak dan jumlah kebutuhan materiil
yang harus mereka penuhi (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018).
Penelitian yang dilakukan (Noerman Syah & Krisdiyawati, 2017)
membuktikan bahwa tingkat penghasilan berpengaruh secara parsial terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018) hasilnya bahwa tingkat penghasilan
wajib pajak berpengaruh negatif secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor. Dengan penjelasan yang telah diuraikan diatas dapat ditarik
hipotesisnya:
wajib pajak kendaraan bermotor.
Moh. Ardianto, Siti Ragil & Zahroh (2015) menyatakan bahwa biaya
kepatuhan secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor di Upt Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur
Malang. Kemudian sanksi perpajakan secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Upt Dinas
Pendapatan Provinsi Jawa Timur Malang. Lalu untuk kesadaran wajib pajak
secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor di Upt Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur Malang. Dapat
disimpulkan hasil hipotesis dalam penelitian ini adalah biaya kepatuhan, sanksi
perpajakan dan kesadaran wajib pajak secara parsial berpengaruh signifikan
27
2015).
sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor di Samsat Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesadaran
wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor di Samsat Daerah Istimewa Yogyakarta. Kualitas pelayanan perpajakan
tidak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor di Samsat Daerah Istimewa Yogyakarta. Variabel terakhir sanksi
perpajakan juga tidak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor di Samsat Daerah Istimewa Yogyakarta. Dapat ditarik
kesimpulan dalam penelitian ini adalah sosialisasi perpajakan, kualitas pelayanan
dan sanksi perpajakan tdak berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor dengan tidak didasarkan pada kesadaran diri wajib
pajak supaya sukarela dalam membayarkan pajak kendaraan bermotornya
(Fatmawati, 2016).
Ni Made Lisa Rusmayani & Ni Luh Supadmi (2017) menyatakan bahwa
sosialisasi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama Samsat Tabunan.
Pengetahuan perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama Samsat Tabunan. Sanksi
perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor di Kantor Bersama Samsat Tabunan. Yang terakhir variabel
28
wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama Samsat Tabunan. Dalam
penelitian tersebut dapat disimpulkan yaitu apabila sosialisasi perpajakan
dilakukan secara terus menerus maka akan meningkatkan pengetahuan wajib
pajak dan dengan adanya sanksi perpajakan yang tegas serta pelayanan yang baik
akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam kewajibannya membayar pajak
(Rusmayani & Supadmi, 2017).
yang mereka teliti adalah bahwa pengetahuan perpajakan secara parsial tidak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor
UPPD / Samsat Brebes. Pelayanan perpajakannya secara parsial berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor UPPD / Samsat
Brebes. Sanksi perpajakan secara parsial berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor di Kantor UPPD / Samsat Brebes. Kemudian tingkat
pendidikan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor di Kantor UPPD / Samsat Brebes. Variabel yang terakhir
tingkat penghasilan secara parsial berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor di Kantor UPPD / Samsat Brebes (Noerman Syah &
Krisdiyawati, 2017).
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pengetahuan perpajakan secara parsial
Samsat Kabupaten Ngawi. Kesadaran wajib pajak secara parsial berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor Samsat Kabupaten
29
pajak kendaraan bermotor di Kantor Samsat Kabupaten Ngawi. Beda halnya
dengan kualitas pelayanan perpajakan secara parsial tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor Samsat Kabupaten Ngawi.
Sedangkan untuk tingkat penghasilan wajib pajak secara parsial berpengaruh
negatif terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kantor Samsat
Kabupaten Ngawi. Hal tersebut dapat disimpulkan dengan adanya pengetahuan
perpajakan, kesadaran wajib pajak, sanksi pajak, kualitas pelayanan pajak dan
tingkat penghasilan wajib pajak akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018).
Eka Putri Cahyanti, Khusnatul Zulfa Wafirotin & Arif Hartono (2019)
dalam hasil penelitiannya adalah kesadaran wajib pajak berpengaruh dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kabupaten
Ponorogo. Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor di Kabupaten Ponorogo. Kewajiban moral berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Ponorogo.
Pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor di Kabupaten Ponorogo. Variabel yang terakhir persepsi sanksi
perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di
Kabupaten Ponorogo (Cahyanti, Wafirotin, & Hartono, 2019).
Dalam penelitian terdahulu terdapat judul pengaruh sanksi perpajakan,
pemahaman dan pengetahuan perpajakan, kualitas pelayanan dan sosialisasi
30
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor yang dapat dilihat
dalam tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2.1
terdaftar dan melakukan
Kantor Bersama Samsat
Tabunan tahun 2015.
32
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor, dengan demikian dapat peneliti simpulkan variabel independen
penelitian ini yaitu sanksi perpajakan, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan,
sosialisasi perpajakan dan tingkat penghasilan. Sedangkan untuk variabel
dependen dalam penelitian ini yaitu kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
Dilihat dari hubungan antar variabel-variabel tersebut dapat digambarkan ke
dalam kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor. Sedangkan variabel independen merupakan variabel
yang menjadi penyebab variabel menjadi berubah atau yang dapat mempengaruhi
terjadinya variabel dependen. Variabel independen yang terdapat di penelitian ini
meliputi sanksi perpajakan, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, sosialisasi
perpajakan dan tingkat penghasilan wajib pajak (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin,
2018). Indikator-indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.1.1. Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak merupakan apabila wajib pajak telah melakukan
kewajibannya membayarkan pajak dan sudah melakukannya dengan tepat seperti
yang telah ditetapkan dalam perundan-undangan pajak yang saat ini masih berlaku
(Ilhamsyah, Endang, & Dewantara, 2016). Indikator-indikator untuk mengukur
kepatuhan wajib pajak sebagai berikut:
a. Pembayaran pajak
b. Tunggakan pajak
c. Penghitungan Pajak
Sanksi perpajakan merupakan suatu tanggung jawab wajib pajak untuk
mematuhi dan menjalankan perpajakan sesuai dengan peraturan yang masih
berlaku atau dapat dikatakan sebagai alat pencegahan supaya wajib pajak tidak
melakukan hal-hal diluar peraturan perundang-undangan (Saputro, Marsiwi, &
Wafirotin, 2018). Indikator-indikator untuk mengukur sanksi perpajakan sebagai
berikut:
c. Sanksi digunakan sebagai pendidik wajib pajak
d. Sanksi yang tdak ada toleransinya
3.1.3. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak merupakan kemauan wajib pajak yang dapat
dijadikan sebagai teladan bagi wajib pajak yang lain karena mereka sadar dalam
kewajibannya membayar pajak dengan tepat waktu sesuai dengan kemauan hati
dan ikhlas (Susilawati & Budiartha, 2013). Inkator-indikator untuk mengukur
kesadaran wajib pajak sebagai berikut:
a. Pajak sebagai sumber pendapatan paling besar
b. Memberikan dana sebagai pelaksanaan pajak
c. Pembayaran pajak wajib dilakukan sebagai warga negara
d. Kesadaran wajib pajak dalam melakukan kewajibannya
35
menggunakan cara yang telah ditentukan kemudian harus berpengaruh terhadap
seseorang tersebut supaya terjadi perasaan puas atau behasil (Saputro, Marsiwi, &
Wafirotin, 2018). Indikator-indikator untuk mengukur kualitas pelayanan sebagai
berikut:
c. Pelayanan yang dilakukan oleh petugas
d. Alur dalam pembayaran pajak
e. Prosedur yang terdapat pada Kantor Samsat
3.1.5. Sosialisasi Perpajakan
Sosialisai perpajakan merupakan suatu cara untuk menambah kepahaman
wajib pajak mengenai pentingnya apa saja yang terdapat dalam pajak dengan
diadakannya penyuluhan yang dihadiri seluruh wajib pajak (Fatmawati, 2016).
Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur sosialisasi perpajakan
sebagai berikut:
c. Pengetahuan tentang perpajakan
e. Penerimaan informasi yang di dapat dari sosialisasi
36
Tingkat penghasilan merupakan suatu yang dapat mengukur berapa besar
pajak yang harus dibayarkan sesuai dengan penghasilan yang wajib pajak peroleh
dan dapat diketahui wajib pajak akan membayarkan pajak tepat pada waktunya
atau tidak (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018). Indikator-indikator yang
digunakan dalam mengukur tingkat penghasilan wajib pajak sebagai berikut:
a. Kemampuan dalam pembayaran pajak
b. Besarnya beban pajak
Tabel 3.1
Kepatuhan
WP
membayarkan pajak dan sudah
telah ditetapkan dalam perundan-undangan
a.pembayaran
pajak
b.Tunggakan
pajak
c.Penghitungan
pajak
d.Waktu
jawab wajib pajak untuk mematuhi dan
menjalankan perpajakan sesuai dengan
dikatakan sebagai alat pencegahan supaya
wajib pajak tidak melakukan hal-hal diluar
peraturan perundang-undangan.
wajib pajak yang dapat dijadikan sebagai
teladan bagi wajib pajak yang lain karena
mereka sadar dalam kewajibannya
dengan kemauan hati dan ikhlas.
a.Pajak
pendapatan
Kualitas
Pelayanan
membantu seseorang menggunakan cara
berpengaruh terhadap seseorang tersebut
a.Lokasi Samsat
b.Keadaan dan
suasana Samsat
pajak.
a.Penyuluhan
petugas
b.Keterlibatan
dapat mengukur berapa besar pajak yang
harus dibayarkan sesuai dengan
dapat diketahui wajib pajak akan
membayarkan pajak tepat pada waktunya
atau tidak.
3.2. Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Sampel
3.2.1. Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dilakukan di
Kantor Samsat 3 Semarang.
3.2.2. Unit Sampel
Unit sampel yang digunakan untuk penelitian ini yaitu data primer yang
didapat melalui penyebaran kuesioner yang harus diisi oleh wajib pajak kendaraan
bermotor atau yang bersifat kuantitatif.
38
bahan yang memiliki karakter dan keistimewaan tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan akhirnya diambil kesimpulan (Sugiyono, 2016).
Populasi yang digunakan untuk penelitian ini yaitu seluruh wajib pajak yang
terdaftar dan melakukan pembayaran pajak di Kantor Samsat 3 Semarang.
3.2.4. Sampel
Sampel adalah bagian kriteria dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2015). Untuk pemilihan sampelnya sendiri
menggunakan metode accidental sampling yaitu metode untuk menentukan
sampel secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti bila memang dianggap cocok
dengan begitu dapat dijadikan sebagai sumber data. Kemudian untuk mengetahui
berapa jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan
rumus dari Hair el al yaitu disesuaikan dengan jumlah indikator yang digunakan
lalu dikalikan 5 sampai dengan 10 (Hair, 2010). Dalam penelitian ini dapat
disimpulkan dengan rumus sebagai berikut:
Sampel= jumlah indikator x 5
= 25 x 5
paling sedikitnya adalah 125 responden.
39
Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif dan sumber datanya
menggunakan data primer (Fatmawati, 2016). Data primer merupakan data yang
langsung diambil dari objek yang digunakan yaitu di Kantor Samsat 3 Semarang.
Data diperoleh dari penyebaran kuesioner terdiri dari beberapa pertanyaan yang
disebar oleh peneliti yang kemudian di isi oleh para responnya yaitu wajib pajak
yang terdaftar di Samsat tersebut.
3.4. Metode Pengumpulan Data
data yang akan digunakan dalam penelitiannya. Penelitian ini menggunakan data-
data yang didapat dari jurnal-jurnal acuan, buku-buku referensi dan data primer
yaitu kuesioner yang disebarkan di Kantor Samsat 3 Semarang. (Fatmawati, 2016)
kuesioner dalam penelitian ini ada 33 pertanyaan dan jawaban responden
menggunakan skala likerts yang isinya ada 5 tingkatan.
3.5. Metode Analisis
Metode tersebut dapat mengetahui pengaruh sanksi perpajakan, kesadaran wajib
pajak, kualitas pelayanan, sosialisasi perpajakan dan tinngkat penghasilan wajib
pajak pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor (Fatmawati, 2016).
3.5.1. Statistik Deskriptif
statistik yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, minimum,
40
maximum, sum, range, kurtosis dan skewness (Ghozali, 2018). Analisis deskriptif
ini dilakukan pengkajian mengenai bagaimana pengaruh variabel independen pada
variabel dependen (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018).
3.5.2. Uji Kualitas Data
kuesioner yang digunakan. Cara pengukuran validitasnya yaitu korelasi dari skor
butir pertanyaan yang diajukan dengan total skor variabel-variabel yang
digunakan. Dinyatakan valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel kemudian
nilainya positif.
(Santoso, 2015) Uji Reliabilitas adalah pengukuran yang dilakukan guna
mengetahui sampai dimana alat ukur dapat benar-benar dipergunakan dengan
layak bila pengukuran dilakukan sampai dua kali dengan tanda-tanda yang serupa.
Variabel dinyatakan reliabel bila nilai Cronbach Alpha nya lebih besar dari 0,60
(Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018).
3.5.3. Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas berfungsi sebagai penentu nilai residual terdistribusi
normal atau tidak normal. Apabila nilai residualnya normal dan uji normalitasnya
dilakukan semua variabel maka bentuk regresi yang dihasilkan akan baik.
Variabel diharuskan berdistribusi normal walaupun normalitas variabel-variabel
41
hasilnya akan terdegradasi (Ghozali, 2018).
3.5.3.2 Uji Multikolinearitas
ada korelasi dengan variabel independen. apabila tidak terjadi korelasi antara
variabel independen berarti model regresinya sudah baik, jika variabelnya saling
berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak orthogonal yaitu variabel independen
yang nilai korelasi antara sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali,
2018).
Uji Heteroskedastisitas berfungsi membuktikan akan ada perbedaan versi
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang
termasuk persyaratan adalah apabila terjadi kesamaan varian dari residual satu
observasi pada observasi yang lain disebut homoskedastisitas. Uji statistik yang
digunakan adalah uji park untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel
independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen maka ada tanda terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2018).
3.5.4. Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis regresi
linear berganda. Analisis regresi linear berganda berfungsi sebagai petunjuk dan
jumlah yang dapat mempengaruhi variabel independen pada variabel dependen.
Metode ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+e
42
Keterangan:
dalam merumuskan variasi variabel dependen. Nilai yang mendekati 1 berarti
variabel independen akan memberikan sebagian informasi yang dibutuhkan untuk
memperkirakan variasi-variasi variabel yang ada (Ghozali, 2018). Apabila nilai
koefisien determinasinya semakin dekat dengan nilai 1 maka akan lebih baik
kemampuan model tersebut dalam menjelaskan variabel independen (Fatmawati,
2016).
Uji statistik T berfungsi untuk memahami pengaruh secara parsial dan
variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada umumnya menerangkan seberapa
jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam memperlihatkan
43
variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen yang
diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2018).
3.5.5.3 Uji F (Serempak)
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018).
44
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak kendaraan
bermotor yang terdaftar di Kantor Samsat 3 Semarang. Dengan metode accidental
sampling, dari populasi tersebut diperoleh sampel sebanyak 125 wajib pajak
kendaraan bermotor. Metode accidental sampling merupakan teknik pengambilan
sampel dengan cara acak, dimana bertemu dengan wajib pajak yang ada di Samsat
apabila dianggap cocok maka wajib pajak tersebut dapat digunakan sebagai
sumber data (Noerman Syah & Krisdiyawati, 2017). Kuesioner disebarkan
langsung kepada wajib pajak dan adapun kuesioner yang tidak dapat digunakan
sebagai penelitian, disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
2 Kuesioner yang kembali 136
3 Kuesioner yang tidak kembali 14
4 Kuesioner tidak lengkap isi 11
JUMLAH SAMPEL 125
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimun
45
dari data yang dijadikan objek pengamatan (Sugiyono, 2016). Di mana uji statistik
deskriptif ini berfungsi untuk memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti.
Adapun hasil statistik deskriptif untuk variabel kepatuhan wajib pajak, sanksi
perpajakan, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, sosialisasi perpajakan dan
tingkat penghasilan dengan menggunakan 125 data sampel dari seluruh wajib
pajak kendaraan bermotor yang terdaftar di Kantor Samsat 3 Semarang yang
terpilih, disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, output SPSS menunjukkan jumlah data yag
diamati sebanyak 125. Hasil analisis menggunakan statistik dekskriptif terhadap
variabel kepatuhan wajib pajak menunjukkan nilai minimun sebesar 3,38, nilai
maksimum sebesar 5,00 dengan rata-rata sebesar 4,3430 dan standar deviasi
sebsar 0,41394. Untuk hasil analisis statistik deskriptif variabel sanksi perpajakan
menunjukan nilai minimun sebesar 1,60 kemudian nilai maksimum sebesar 5,00
dengan nilai rata-rata 4,1936 dan standar deviasi sebesar 0,54176. Untuk hasil
46
statistik deskriptif variabel kesadaran wajib pajak menunjukkan nilai minimum
sebesar 2,83 lalu nilai maksimum sebesar 5,00 kemudian nilai rata-rata sebesar
4,1573 dan nilai standar deviasi sebesar 0,46773 (Rusmayani & Supadmi, 2017).
Hasil analisis statistik deskriptif variabel kualitas pelayanan menunjukkan
hasil nilai minimum sebesar 1,17 nilai maksimum sebesar 5,00 sedangkan nilai
rata-rata sebesar 3,9000 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,59868. Sedangkan
untuk hasil analisis statistik deskriptif variabel sosialisasi perpajakan
menunjukkan nilai minimun sebesar 1,00 kemudian nilai maksimum sebesar 5,00
dengan nilai rata-rata sebesar 3,6624 dan nilai standar deviasi sebesar 0,68975.
Untuk variabel tingkat penghasilan wajib pajak, analisis deskriptif menunjukkan
nilai minimum sebesar 2,00 nilai maksimumnya 5,00 dan rata-rata sebesar 3,8533
dengan nilai standar deviasi sebesar 0,66855 (Rusmayani & Supadmi, 2017).
4.2.2 Uji Validitas
Uji validitas dapat dihitung dengan kriteria r tabel pada signifikansi satu
arah 0,05 dengan rumus df = 125-2 = 123 maka r tabel yang digunakan yaitu 123
sebesar 0,1478. Jadi dengan demikian nilai r hitung pada pernyataan kuesioner
variabel kepatuhan wajib pajak, sanksi perpajakan, kesadaran wajib pajak,
kualitas pelayanan, sosialisasi perpajakan dan tingkat penghasilan wajib pajak
harus lebih besar dari 0,1478 agar dapat dikatakan bahwa pernyataan-pernyataan
dalam kuesioner adalah valid (Sugiyono, 2016) .
47
Uji reliabilitas bertujuan untuk menguji suatu alat dapat dikatakan
dipercaya dan bisa digunakan untuk instrumen dengan cronbach’s alpha lebih
besar dari 0,60 (Sugiyono, 2013). Jadi apabila pernyataan pada variabel kepatuhan
wajib, sanksi perpajakan, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, sosialisasi
perpajakan dan tingkat penghasilan masing-masing lebih besar dari 0,60 maka
pernyataan tersebut dapat dikatakan terpercaya atau reliabel.
Tabel 4.4
Hasil pengujian normalitas data pada model berdasarkan nilai residual diperoleh
sebagai berikut :
Dilihat dari hasil grafik normal probability plots, menunjukkan titik – titik
menjauh dari garis diagonal serta penyebarannya agak menjauh dari garis
diagonal (Ghozali, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa model tersebut memiliki
residual yang tidak terdistribusi normal.
50
Hasil pengujian normalitas menunjukkan bahwa nilai signifikansi
pengujian diperoleh sebesar 0,019 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa model tersebut memiliki residual yang tidak terdistribusi normal.
Untuk mengobati terhadap asumsi klasik ini, maka beberapa variabel
dirubah dalam bentuk logaritma natural (Ln) (Ghozali, 2011). Adapun variabel
yang dirubah ke dalam bentuk logaritma natural adalah kesadaran wajib pajak,
kualitas pelayanan, tingkat penghasilan dan kepatuhan wajib pajak. Hasil setelah
dilakukan pengujian logaritma natural(Ln) :
normal, probability plots menunjukkan bahwa titik – titik mendekati atau
menyentuh garis diagonalnya yang berarti nilai residual sudah terdistribusi
normal. Dan pada nilai Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai signifikansi
52
sebesar 0,200 yang jauh diatas 0,05 yang berarti nilai residual sudah terdistribusi
normal.
(Variance Inflantion Factor). Hasil pengujian diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.7
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa semua variabel bebas mempunyai
nilai VIF dibawah 10 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur variabel-
variabel yang digunakan dalam model regresi ini tidak mengandung masalah
multikolonieritas (Ghozali, 2011).
4.2.4.3 Uji Heteroskedastisitas
disajikan sebagai berikut :
LNX2 ,543 1,843
LNX3 ,671 1,491
LNX5 ,823 1,216
Sumber : Output SPSS, 2019
Dilihat dari tabel signifikansi pada uji park yang melebihi 0,05 atau diatas
tingkat kepercayaan 5%, dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung
adanya Heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).
4.2.5 Analisis Regresi Berganda
regresi ini menggunakan bantuan program SPSS versi 22. Hasil perhitungan
regresi dari output SPSS diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.9
Model persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
KEPATUHAN WP = 0,774 + 0,044 X1 + 0,359 LNX2 - 0,025 LNX3 – 0,009 X4
+ 0,047 LNX5 + e
Persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Koefisien konstanta bernilai positif. Hal ini berarti apabila variabel bebas (SP,
KWP, KP, SOP, TP) diasumsikan konstan, maka nilai variabel kepatuhan
wajib pajak akan bernilai positif.
2. Variabel SP bernilai positif. Hal ini berarti dengan mengasumsikan variabel
bebas lainnya bersifat konstan jadi setiap SP mengalami kenaikan maka
kepatuhan wajib pajak berpotensi mengalami kenaikan.
3. Variabel KWP (transformasi LN) bernilai positif. Hal ini berarti dengan
mengasumsikan variabel bebas lainnya bersifat konstan jadi setiap KWP
mengalami kenaikan maka kepatuhan wajib pajak berpotensi mengalami
kenaikan.
4. Variabel KP (transformasi LN) bernilai positif. Hal ini berarti dengan
mengasumsikan variabel bebas lainnya bersifat konstan jadi setiap KP
mengalami kenaikan maka kepatuhan wajib pajak mengalami kenaikan.
5. Variabel SOP bernilai positif. Hal ini berarti dengan mengasumsikan variabel
bebas lainnya bersifat konstan jadi setiap SOP mengalami kenaikan maka
kepatuhan wajib pajak berpotensi mengalami kenaikan.
6. Variabel TP (transformasi LN) bernilai positif. Hal ini berarti dengan
mengasumsikan variabel bebas lainnya bersifat konstan jadi setiap TP
55
kenaikan.
Untuk melihat variabel-variabel mana yang memiliki pengaruh yang
bermakna secara parsial terhadap harga saham sebagai berikut :
Tabel 4.10
Pajak. Dari hasil variable Sanksi Perpajakan (SP) terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak, t hitung sebesar 2,836 dengan probabilitas sebesar 0,005. Nilai
signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel
Sanksi Perpajakan (SP) memiliki pengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Dengan demikian berarti Hipotesis 1 diterima.
2. Pengujian pengaruh Kesadaran Wajib Pajak (KWP) menggunakan
transformasi LN terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dari hasil variabel
Coefficients a
SOSIALISASI PAJAK
Kesadaran Wajib Pajak (KWP) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, t hitung
sebesar 4,430 dengan probabilitas sebesar 0,000. Nilai signifikansi tersebut
lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel Kesadaran Wajib Pajak
(KWP) memiliki pengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dengan
demikian berarti Hipotesis 2diterima.
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dari hasil variabel Kualitas Pelayanan (KP)
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, t hitung sebesar 0,544 dengan probabilitas
sebesar 0,588. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti
bahwa variabel Kualitas Pelayanan (KP) tidak memiliki pengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Dengan demikian berarti Hipotesis 3 ditolak.
4. Pengujian pengaruh Sosialisasi Perpajakan (SOP) terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. Dari hasil variabel Sosialisasi Perpajakan (SOP) terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak, t hitung sebesar 3,746 dengan probabilitas sebesar 0,003. Nilai
signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel
Sosialisasi Perpajakan (SOP) memiliki pengaruh terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. Dengan demikian berarti Hipotesis 4 diterima.
5. Pengujian pengaruh Tingkat Penghasilan (TP) menggunakan transformasi LN
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Dari hasil Tingkat Penghasilan (TP)
menggunakan transformasi LN terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, t hitung
sebesar 1,163 dengan probabilitas sebesar 0,027. Nilai signifikansi tersebut
lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel Tingkat Penghasilan (TP)
57
berarti Hipotesis 5diterima.
Hasil pengujian model regresi secara simultan ditunjukan dengan nilai F
dari hasil pengujian. Nilai uji F diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.11
Diperoleh nilai F sebesar 15,142 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
Dengan demikian menunjukkan bahwa model regresi ini mampu menjelaskan
bahwa variable bebas (SP,KWP,KP,SOP,TP) secara bersama-sama berpengaruh
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
4.2.5.3 Koefisien Determinasi ()
dapat diperoleh dari nilai adjusted R2.
58
Hasil menunjukkan bahwa nilai adjusted R2sebesar 0,363, hal ini berarti
bahwa sebesar 36,3% Kepatuhan Wajib Pajak dapat dijelaskan oleh variabel SP,
KWP, KP, SOP, dan TP, dan 63,7% dapat dijelaskan oleh variabel diluar dari
variabel SP, KWP, KP, SOP dan TP dalam penelitian ini.
4.3 Pembahasan
Sanksi Perpajakan (SP), Kesadaran Wajib Pajak (KSP), Kualitas Pelayanan (KP),
Sosialisasi Perpajakan (SOP) dan Tingkat Penghasilan (TP) terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak dilakukan pengujian hipotesis.
4.3.1 Pengaruh Sanksi Perpajakan (SP) terhadap Kepatuhan WP
Hipotesis Pertama (H) yang menyatakan adanya pengaruh Sanksi
Perpajakan (SP) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian ini
mendapatkan bahwa Sanksi Perpajakan (SP) memiliki pengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak, Hditerima. Hal ini menunjukkan bahwa apabila sanksi
pajak lebih ditingkatkan lagi maka kepatuhan wajib pajak akan lebih meningkat.
Sanksi perpajakan masih belum dapat membuat wajib pajak patuh untuk
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal ini dapat terjadi karena pengetahuan
59
wajib pajak yang minim mengenai sanksi perpajakan. Pemberian sanksi yang
memberatkan wajib pajak bertujuan untuk memberikan efek jera sehingga tercipta
kepatuhan pajak. Namun, pengetahuan wajib pajak yang minim mengenai sanksi
perpajakan dapat membuat wajib pajak beranggapan bahwa sanksi bukan hal yang
menakutkan atau memberatkan sehingga dapat mencegah terjadinya
ketidakpatuhan.
ZA, 2015), (Rusmayani & Supadmi, 2017), (Noerman Syah & Krisdiyawati,
2017) (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018) dan (Cahyanti, Wafirotin, &
Hartono, 2019) yang menyatakan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Kemudian bertolak belakang dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Fatmawati, 2016) yang menyatakan bahwa sanksi
perpajakan tidak berpengaruh dengan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor
(Efendy, Handayani, & ZA, 2015).
Hipotesis Kedua H yang menyatakan adanya pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak (KWP) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian ini mendapatkan
bahwa Kesadaran Wajib Pajak (KWP) memiliki pengaruh terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak, H diterima. Hal ini menunjukkan bahwa apabila kesadaran wajib
pajak meningkat maka kepatuhan wajib pajakpun juga akan meningkat.
Wajib pajak menyadari bahwa membayar pajak itu penting karena itu
adalah kewajiban setiap wajib pajak. Para wajib pajak berarti juga tidak menerima
paksaan dari pihak manapun untuk membayarkan pajak kendaraan bermotornya.
60
Pajak kendaraan bermotor sangat penting karena pajak tersebut merupakan salah
satu pendapatan yang dihasilkan oleh daerah untuk pembangunan daerah. Tetapi
sampai saat ini kesadaran wajib pajak masih belum mencapai tingkat sebagaimana
yang diharapkan. Pada umumnya wajib pajak masih sinis dan kurang percaya
terhadap keberadaan pajak karena masih merasa sama dengan upeti,
memberatkan, pembayarannya sering mengalami kesulitan dan ketidak
mengertian wajib pajak apa dan bagaimana pajak dan ribet menghitung dan
melaporkannya.
Handayani, & ZA, 2015), (Fatmawati, 2016), (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin,
2018) dan (Cahyanti, Wafirotin, & Hartono, 2019) dalam hasilnya bahwa
kesadaran wajib pajak berpengaruh dengan kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018).
4.3.3 Pengaruh Kualitas Pelayanan (KP) terhadap Kepatuhan WP
Hipotesis Ketiga H yang menyatakan tidak adanya pengaruh Kualitas
Pelayanan (KP) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian ini
mendapatkan bahwa variabel Kualitas Pelayanan (KP) tidak memiliki pengaruh
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, Hditolak. Hal ini menunjukkan bahwa
meningkat atau tidaknya kualitas pelayanan pada Kantor Samsat 3 Semarang tidak
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
Para wajib pajak masih banyak yang meragukan dengan kemampuan para
petugas Kantor Samsat saat melakukan pelayanan pembayaran pajak. Lalu wajib
pajak juga ragu dengan kemampuan petugas dalam mengoperasikan teknologi.
61
Dengan demikian pelayanan pajak di Kantor Samsat 3 Semarang tidak
berpengaruh dalam kepatuhan membayarkan pajak kendaraan bermotor. Kualitas
pelayanan merupakan penyebab eksternal karena berasal dari luar wajib pajak
atau akibat dari paksaan situasi. Persepsi wajib pajak mengenai kualitas pelayanan
dari aparat pajak akan mempengaruhi nilai masing-masing wajib pajak untuk
berperilaku patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakan (Saputro, Marsiwi,
& Wafirotin, 2018).
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh (Fatmawati, 2016) dan
(Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018) yang menyatakan bahwa kualitas
pelayanan tidak berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
Kemudian bertolak belakang dengan yang dilakukan oleh (Noerman Syah &
Krisdiyawati, 2017) dan (Rusmayani & Supadmi, 2017) bahwa kualitas pelayanan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor (Fatmawati,
2016).
Hipotesis Keempat H yang menyatakan adanya pengaruh Sosialisasi
Perpajakan (SOP) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian ini
mendapatkan bahwa Sosialisasi Perpajakan (SOP) memiliki pengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak, H diterima. Hal ini berarti bahwa seringnya Kantor
Samsat melakukan sosialisasi tentang perpajakan maka kepatuhan wajib pajak
akan meningkat.
patuh dalam membayarkan pajak kendaraan bermotor dan dapat tumbuh rasa
62
percaya terhadap pemerintah bahwa pajak juga akan kembali lagi ke masyarakat
dalam bentuk pembangunan daerah. Sosialisasi perpajakan merupakan hal penting
yang harus selalu ditingkatkan karena sosialisasi perpajakan mampu
menyampaikan informasi mengenai pajak kepada wajib pajak sehingga dapat
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Dengan dilaksanakannya sosialisasi
perpajakan maka secara tidak langsung wajib pajak akan mengetahui atau wajib
pajak akan bertambah pengetahuannya tentang perpajakan kendaraan bermotor
yang sedang berlaku saat ini (Rusmayani & Supadmi, 2017).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Rusmayani & Supadmi, 2017)
selaras dengan penelitian ini bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak. Bertolak belakang pada penelitian yang dilakukan oleh
(Fatmawati, 2016) bahwa sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh pada
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
4.3.5 Pengaruh Tingkat Penghasilan (TP) terhadap Kepatuhan WP
Hipotesis kelima H5 yang menyatakan adanya pengaruh Tingkat
Penghasilan (TP) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian ini
mendapatkan bahwa Tingkat Penghasilan (TP) memiliki pengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak, H5 diterima. Hal ini berarti bahwa semakin
meningkatnya tingkat penghasilan wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak juga
akan meningkat.
Tingkat peghasilan dalam penelitian ini mempunyai peran penting karena
kepatuhan wajib pajak akan meningkat jika tingkat penghasilan wajib pajak juga
meningkat. Jika wajib pajak mempunyai cukup dana maka wajib pajak akan
63
membayarkan beban pajak secara tepat waktu. Untuk wajib pajak yang memiliki
penghasilan yang rendah maka dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya
akan tetap dilakukan namun tidak akan optimal. Sehubungan dengan hal tersebut
maka tetap saja tingkat penghasilan wajib pajak akan berpengaruh dengan
kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan pajak kendaraan bermotornya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh (Noerman Syah &
Krisdiyawati, 2017) dan (Saputro, Marsiwi, & Wafirotin, 2018) bahwa tingkat
penghasilan wajib pajak berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor (Noerman Syah & Krisdiyawati, 2017).
64
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Terdapat pengaruh signifikan pada Sanksi Pajak (SA) terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Samsat 3 Semarang.
2. Terdapat pengaruh signifikan pada Kesadaran Wajib Pajak (KWP)
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Samsat 3
Semarang.
3. Tidak terdapat pengaruh signifikan pada Kualitas Pelayanan (KP) terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Samsat 3 Semarang.
4. Terdapat pengaruh signifikan pada Sosialisasi Perpajakan (SOP) terhadap
Kepatuhan wajib pajak yang terdaftar di Kantor Samsat 3 Semarang.
5. Terdapat pengaruh signifikan pada Tingkat Penghasilan (TP) terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Samsat 3 Semarang.
5.2 Saran
Saran yang dapat menjadi masukan dan arahan bagi penelitian selanjutnya
adalah:
1. Bagi pihak Kantor Samsat 3 Semarang diharapkan lebih meningkatkan
kualitas pelayanan yang diberikan agar wajib pajak patuh akan
kewajibannya dalam membayarkan pajak kendaraan bermotor.
65
dari variabel independen yang digunakan peneliti saat ini karena masih
terdapat pengaruh sebesar 63,7% dari variabel lain diluar penelitian.
5.3 KeterbatasanPenelitian
menyatakan hasil sebesar 36,3% kepatuhan wajib kendaraan bermotor
pajak dipengaruhi oleh variabel-variabel yang ada di penelitian sehingga
masih ada 63,7% variabel lain yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor.
2. Hasil uji normalitas pada awalnya tidak normal lalu ada variabel yang
diobati dengan menggunakan Logaritma Natural (LN). Variabel tersebut
yaitu variabel kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, tingkat
penghasilan wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
5.4 Agenda Penelitian yang Akan Datang
Penelitian berikutnya diharapkan untuk dapat memperluas obyek
penelitian agar data yang diperoleh dan diolah menjadi sampel dapat lebih banyak
lagi. Dengan demikian data yang akan lebih akurat lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Berutu, D. A. (2013). Persepsi Keadilan Pajak Terhadap Perilaku Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP). Diponegoro Journal Of Accounting ,
6, 5-18.
Boediono, B. (1996). Perpajakan Indonesia Jilid I. Jakarta: Kawula Indonesia.
Boediono, B. (1996). Perpajakan Indonesia. Jilid I. Jakarta: Kawula Indonesia.
Cahyanti, E. P., Wafirotin, K. Z., & Hartono, A. (2019). Pengaruh Kesadaran,
Kualitas Pelayanan, Kewajiban Moral, Pengetahuan Pajak dan Persepsi
Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan Pembayaran Pajak Kendaraan
Bermotor Di Kabupaten Ponorogo. Jurnal Ekonomi, Manajemen &
Akuntansi , 3 (1), 40-57.
Efendy, M. A., Handayani, S. R., & ZA, Z. (2015). Pengaruh Biaya Kepatuhan,
Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. Jurnal Akuntansi Bisnis - Perpajakan (JAB) , 6, 1-10.
Fatmawati, Y. (2016). Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak,
Kualitas Pelayanan Fiskus dan Sanksi Perpajakan Terhadap Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor. Jurnal Perpajakan (JEJAK) Vol:8 No.1 , 1-26.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
H. e. (2010). Multivariate Data Analysis, Seventh Edition. USA: Pearson Prentice
Hall.
Ilhamsyah, R., Endang, M. G., & Dewantara, R. Y. (2016). Pengaruh Pemahaman
dan Pengetahuan Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan, Kesadaran
Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan dan Sanksi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Samsat Kota
Malang) . Jurnal Perpajakan (JEJAK) , 8 (1), 1-9.
Ilyas, B., & Burton, R. (2010). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
66
67
Jatmiko, A. N. (2006). Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi
Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak. Tesis. Program Studi Magister Akutansi Universitas
Diponegoro , 9, 117.
Layata, S., & Setiawan, P. E. (2014). Pengaruh Kewajiban Moral, Kualitas
Pelayanan, Pemeriksaan Pajak dan Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan
Wajib Pajak Badan. E-Jurnal Akunntansi Universitas Udayana , 4, 2.
Mardiasmo. (2008). Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo. (2011). Perpajakan Edisi Revisi. Jakarta: Andi Publisher.
Muliari, N. K., & Setiawan, P. E. (2009). Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi
Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib
Pajak Orang Pribadi di Kantor KPP Pratama Denpasar Timur. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana , 3, 1-23.
Mutia, S. P. (2014). Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Perpajakan,
Pelayanan Fiskus, dan Tingkat Pemahaman Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi. Jurnal Akuntansi , 5, 1-17.
Noerman Syah, A. L., & Krisdiyawati. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak
Kendaraan Bermotor (Studi Empiris Pada Kantor UPPD / Samsat Brebes).
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) , 2, 65-77.
Putri, A., & Jati, I. K. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor di Denpasar. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana , 8, 2-32.
Rahayu, S. K. (2010). Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal Edisi
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan. Jurnal Akuntansi Program Studi
Akuntansi Universitas Bung Hatta , 4, 1-36.
Robbins, S. P. (1996). Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi.
Badung: PT. Bhuana Ilmu Populer.
68
Rusmayani, N. M., & Supadmi, N. L. (2017). Pengaruh Sosialisasi, Pengetahuan,
Sanksi dan Kualitas Pelayanan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. ISSN: 2302-8556 , 5,
173-201.
Santoso, S. (2015). Penelitian Kuantitatif Metode Dan Langkah Pengolahan Data.
Ponorogo: UMPO Press.
Sapriadi, D. (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Perpajakan dan
Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar PBB . E-Journal UNP , 1 (1), 1-27.
Saputro, M. A., Marsiwi, D., & Wafirotin, K. Z. (2018). Pengaruh Pengetahuan
Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan dan Tingkat
Penghasilan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar PajakKendaraan Bermotor Di Samsat Kabupaten Ngawi.
Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi , 2 (15), 97-111.
Sari, D. (2013). Konsep Dasar Perpajakan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Siahaan, M. P. (2013). Edisi Refisi Pajak Daerah & Retribusi Daerah. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Skinner, B. F. (1971). Beyond, Freedom and Dignity. England: Penguin Books.
Soemitro, R. (2013). Asas dan Dasar Perpajakan. Bandung: Eresco.
Sucandra, L. K., & Pratiwi, I. (2016). Pengaruh Kualitas Pelayanan, Pemeriksaan
Pajak, Pengetahuan Perpajakan dan Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan
Wajib Pajak Restoran. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana , 8, 1210-
1237.
Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . Bandung:
PT. Alfabet.
Susilawati, K. E., & Budiartha, K. (2013). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak,
Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan dan Akuntabilitas Pelayanan Publik
Pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana , 4, 345-357.
69
Utama, I. W. (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan dan Biaya
Kepatuhan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi, 2 (2).
Bali: Universitas Udayana , 9, 2.
Widayati, & Nurlis. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Untuk
Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan
Bebas. Simposium Nasional Akuntansi XIII , 3, 6-21.
Witjaksono, A. (2013). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
LAMPIRAN
70
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Nama : Ketty Dema Roselawati
Adalah mahasiswi yang sedang melakukan penelitian untuk penulisan tugas
akhir sarjana dengan judul “Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Wajib
Pajak, Kualitas Pelayanan Pajak, Sosialisasi Perpajakan dan Tingkat
Penghasilan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
(Studi Pada Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Samsat 3 Kota Semarang
Jawa Tengah)”.
kuisioner penelitian ini secara obyektif. Kuisioner ini ditunjukkan hanya
kepada wajib pajak kendaraan bermotor yang terdaftar di Kantor Samsat 3
Semarang. Kesungguhan dan kejujuran Bapak/Ibu/Saudara/i sangat berarti bagi
penelitian ini.
untuk kepentingan penelitian saja. Atas kesediaan dan bantuan yang
Bapak/Ibu/Saudara/i berikan di dalam pengisian kuisioner ini, saya ucapkan
limpah terima kasih.
Petunjuk :
pendapat Bapak/Ibu/Sdr/i Responden.
Data Diri Responden
Jenis Kelamin : Pria Wanita
Pendidikan : SMA//K S1 S2
72
No
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PKB (Pajak Kendaraan
Bermotor) dan BBN-KB (Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor)
1. Saya selalu membayar Pajak Kendaraan
Bermotor maupun Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor tepat pada waktunya.
2. Saya tidak pernah memiliki tunggakan
pembayaran pajak kendaraan bermotor.
jumlah yang telah ditetapkan pada Surat
Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).
dibutuhkan Kantor Samsat secara lengkap
dan benar.
73
No
6. Saya tidak pernah melakukan kejahatan
ataupun kecurangan di bidang perpajakan.
7. Saya tidak pernah mendapatkan hukuman
atas kelalaian saya dalam bidang perpajakan.
8. Saya tidak pernah mendapatkan surat
teguran dari Kantor Samsat.
berupa denda apabila terlambat melakukan
pembayaran pajak kendaraan bermotor.
Samsat apabila memiliki tunggakan pajak.
11. Polisi akan bertindak tegas kepada para
pengendara motor yang belum atau terlambat
membayar pajak kendaraan bermotor.
tidak membayar pajak kendaraan bermotor.
13. Saya merasa malu apabila mendapatkan surat
teguran karena tidak membayar pajak
kendaraan bermotor.
Kesadaran Wajib Pajak
maupun Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor atas kemauan sendiri.
paksaan dari pihak manapun.
Kendaraan Bermotor.
pajak kendaraan bermotor dapat merugikan
pemerintah setempat.
bahwa Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor
merupakan sumber penerimaan daerah
bahwa pajak untuk kemakmuran masyarakat.
75
No
Kualitas Pelayanan Fiskus
sehingga mudah dijangkau wajib pajak.
21. Ruang pelayanan pada Kantor Samsat
memadai, bersih, dan sejuk sehingga
memberikan kenyamanan bagi wajib pajak.
22. Petugas Samsat melayani wajib pajak secara
tanggap dan tepat.
24. Posedur pembayaran pajak tidak memakan
waktu yang lama.
Sosialisasi Perpajakan
perpajakan kepada masyarakat.
cetak maupun elektonik.
28. Saya dapat memahami setiap informasi
yang diberikan petugas pajak pada saat
sosialisasi.
meningkat setelah dilakukan sosialisasi
Tingkat penghasilan
bermotor yang dikenakan.
pajak kendaraan bermotor terkait erat
dengan besarnya penghasilan.
dengan tingkat penghasilan yang dimiliki
wajib pajak.
No Jeni