pengaruh sistem pengendalian mutu kantor akuntan …
TRANSCRIPT
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN MUTU KANTOR
AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PEKERJAAN
LAPANGAN AUDIT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Putrama Buntoro Nasution
NIM: 104082002663
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN MUTU KANTOR AKUNTAN
PUBLIK TERHADAP PEKERJAAN LAPANGAN AUDIT
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Putrama Buntoro Nasution
NIM: 104082002663
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II DR. Yahya Hamja, MM Abdul Hamid Cebba, SE, Ak, MBA NIP. 130 676 334 NIP. 132 055 044
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
Hari ini Kamis Tanggal Dua Belas Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Putrama Buntoro Nasution NIM:
104082002663 dengan judul Skripsi “PENGARUH SISTEM
PENGENDALIAN MUTU KANTOR AKUNTAN PUBLIK TERHADAP
PEKERJAAN LAPANGAN AUDIT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universtas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 12 Juni 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif Amilin, SE, M.Si, Ak Rahmawati, SE, MM Ketua Sekretaris Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
Hari ini Kamis, Tanggal 19 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Putrama Buntoro Nasution, NIM: 104082002663 dengan
judul Skripsi “PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN MUTU KANTOR
AKUNTAN PUBLIK TERHADAP PEKERJAAN LAPANGAN AUDIT”.
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Juni 2008
Tim Penguji Ujian Skripsi DR. Yahya Hamja, MM Abdul Hamid Cebba, SE, Ak, MBA Ketua Sekretaris Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si Penguji Ahli
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Putrama Buntoro Nasution
Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 8 Juli 1986
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Jl. Bumidaya VIII Kav.193 Blok-D
Cinere, Depok (16514)
Telepon : 081315035538 / 021-94248112
E – mail : [email protected]
Ayah : Yuliar Murad Nasution
Ibu : Endang Saptorini
IPK : 3,40
Pendidikan Formal
1. SD Muhammadiyah 5 Jakarta : Tahun 1992 - 1998
2. SLTP N 11 Jakarta : Tahun 1998 – 2001
3. SMA N 6 Jakarta : Tahun 2001 – 2004
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2004 - 2008
Pendidikan Non Formal
1. Pelatihan ESQ : Tahun
2006
2. Pelatihan Kepemimpinan (Malaysia) : Tahun
2007
3. Pelatihan Brevet Perpajakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) : Tahun
2008
Organisasi
1. UKM FORSA UIN Divisi Basket tahun 2004
2. Staf ahli Departemen Olahraga, Seni dan Budaya BEM Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial periode 2005 – 2006.
3. Wakil Ketua Propesa Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial tahun 2006.
4. Menteri Departemen Olahraga, Seni dan Budaya BEM Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial periode 2006 – 2007.
5. Manager Tim Basket Libama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
6. Staff Program Indonesian Bureau Of International Affairs (IBIA) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008.
Abstract
Putrama Buntoro Nasution. Thesis title,”Influence of Quality Control System in Accountant Public Office on Audit Field Work”. Stratum one (S1) Accounting Major in Economic and Social Science Faculty, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
The purpose of this research is to know the influence of supervision, consultation and inspection on audit field work by using simple random sampling in respondent selection.
The result of the research shows that there is significant influence of independent variable upon dependent variable as shown in “F test” for 87,146. The value of “F table” is 2,44. This means that “F test” (87,146) is bigger than “F table” (2,44). It shows that the independent variables influence the dependent variable simultaneously. This research acceptable the H1 for the hypothesis, because all of independent variable influence the dependent variable significantly. The adjusted R square value is 0,662, this shows that dependent variable can be explained by independent variables for 66,2 % and the rest of it is explained by other variables. Key words : Supervision, Consultation, Inspection, Audit Field Work.
Abstrak
Putrama Buntoro Nasution. Judul Skripsi, “Pengaruh Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik Terhadap Pekerjaan Lapangan Audit”. Skripsi, strata satu (S1) Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hdiayatullah Jakarta, 2008.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh supervisi, konsultasi dan inspeksi dalam pekerjaan lapangan audit dengan menggunakan metode simple random sampling dalam pemilihan responden.
Dari hasil penelitian dapat diketahui adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara signifikan seperti ditunjukkan dalam ”uji F” sebesar 87,146. Nilai ”F tabel” adalah sebesar 2,44, berarti ”F hitung” (87,146) lebih besar dari ”F tabel” (2,44). Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Dalam perumusan hipotesis, maka penelitian ini menerima H1, karena semua variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Nilai determinasi yang telah disesuaikan (adjusted R Square) adalah sebesar 0.662, berarti variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 66,2 % dan selebihnya dijelaskan oleh variabel lain. Kata Kunci : Supervisi, Konsultasi, Inspeksi, Pekerjaan Lapangan Audit.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirobbil‘alamiin dengan segala kerendahan hati, puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan taufiq
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga tercurah kepada baginda Rosulullah SAW keluarga dan para
sahabatnya yang telah menjadi jalan bagi umatnya dalam menempuh
keselamatan dan kebahagiaan dengan berbagai ilmu pengetahuan yang benar.
Skripsi ini disusun dalam rangka melengkapi tugas akhir untuk
memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi jenjang pendidikan
Strata Satu Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan
telah penulis hadapi. Namun, berkat petunjuk dan hidayah Allah SWT, seta
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu
diantaranya:
1. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan baik moril, spirituil dan
material yang tak terhingga.
2. Bapak DR. Yahya Hamja MM, sebagai pembimbing I, yang telah
memberikan perhatian dan waktunya bagi penulis dengan segala
profesionalitas dan kesabaran, semoga segala kebaikan dan ketulusan yang
bapak berikan menjadi amal shaleh.
3. Bapak Abdul Hamid Cebba, SE, Ak, MBA,sebagai Ketua Jurusan
Akuntansi dan sebagai pembimbing II , atas waktu yang telah diluangkan
untuk membimbing dan memberi motivasi dan bantuan dalam
penyempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Drs. M. Faisal Badroen, MBA, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial.
5. Semua jajaran Dekanat, Akademik, dan Dosen di Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial beserta staf.
6. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang telah membantu penulis
dalam menyebarkan kuesioner penelitian.
7. Semua sahabat dan teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,
BEM FEIS, FORSA, BEM J (Akuntansi, Manajemen, HI, IESP) semoga
silaturahmi kita terus terjaga selamanya. Lebarkan terus koneksi jaringan
”FE UIN” di dunia kerja. Hubungan relasi yang baik, kelak menjadi
penting dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Untuk teman-teman
junior FEIS, tetap pertahankan juara rektor cup basket kita!!, regenerasi
terus anggota tim futsal dan basket ekonomi untuk menjadi yang terbaik
diantara yang baik, jalankan terus semua kegiatan yang telah kita lakukan
(DEKAN CUP, FUSHION, SAMAN, FACTORY, FEUI CUP, REKTOR
CUP, dan lainnya).Ukir terus prestasi untuk ekonomi kita yang tercinta.
Namun, disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan guna
penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini
bermanfaat bagi pembaca, khususnya untuk menambah wawasan,
pengetahuan serta informasi.
Wassalam
Penulis,
Putrama Buntoro Nasution
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ................................................... i
Lembar Pengesahan Sidang Komprehensif ........................... ii
Lembar Pengesahan Sidang Skripsi ....................................... iii
Daftar Riwayat Hidup ............................................................... iv
Abstract ............................................................... v
Abstrak ............................................................... vi
Kata Pengantar ............................................................... vii
Daftar Isi ............................................................... ix
Daftar Gambar ............................................................... xi
Daftar Tabel ............................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ……………...... 1
B. Perumusan Masalah ………….......... 10
C. Tujuan dan Manfaat .......................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Auditing .............................................................. 13
1. Pengertian Auditing ...................................... 13
2. Jenis Audit .................................................. 16
B. Sistem Pengendalian Mutu .......................... 17
1. Pengertian Sistem Pengendalian Mutu ... 17
2. Pengertian Peer Review ........................... 18
3. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Mutu ... 19
4. Supervisi ................................................... 26
5. Konsultasi ................................................... 30
6. Inspeksi .................................................... 32
C. Pekerjaan Lapangan Audit ............................ 33
D. Kerangka Pemikiran ........................................ 38
E. Perumusan Hipotesis ........................................ 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................ 41
B. Metode Penentuan Sampel ……………......... 42
C. Metode Pengumpulan Data …………………. 42
D. Metode Analisis ..........................…. 43
E. Operasional Variabel Penelitian ………………….... 50
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........... 54
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ....................... 57
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ............................................. 70
B. Implikasi dan Saran ................................. 71
Daftar Pustaka ........................................................... xiv
Lampiran ........................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1, Gambaran umum proses pekerjaan lapangan audit ............ 36
Gambar 2.2, Kerangka Pemikiran .......................................... 39
Gambar 4.1, Hasil Uji Normalitas ........................................... 61
Gambar 4.2, Hasil Uji Normalitas ........................................... 62
Gambar 4.3, Hasil Uji Heterokedastisitas ........................................... 63
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1, Skala Likert Variabel Dependen ........................... 50
Tabel 3.2, Skala Likert Variabel Independen ............................ 52
Tabel 3.3, Operasional Variabel ............................ 53
Tabel 4.1, Rincian Pembagian dan Pengumpulan Kuesioner .... 55
Tabel 4.2, Karakteristik Responden ......................................... 55
Tabel 4.3, Hasil Uji Validitas Data Try Out .......................................... 57
Tabel 4.4, Hasil Uji Reliabilitas Data Try Out …………………... 60
Tabel 4.5, Hasil Uji Multikolinieritas …………………………… 62
Tabel 4.6, Hasil Uji Regresi Linier Berganda …………………………… 65
Tabel 4.7, Hasil Uji Statistik T ........................................................ 66
Tabel 4.8, Hasil Uji Statistik F ......................................................... 68
Tabel 4.9, Hasil Uji R2 ......................................................... 69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ke – 1 Kuesioner Penelitian ……………………………
74
Lampiran ke – 2 Hasil Try Out Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
data Try Out ……………………………………
81
Lampiran ke – 3 Tabulasi data Try Out ……………………………
83
Lampiran ke – 4 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
data Non Try Out …………………………………
84
Lampiran ke – 5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda …………………
86
Lampiran ke – 6 Tabulasi data Non Try Out …………………………
91
Lampiran ke – 7 Tabel “t” dan Tabel “r” .......................................
94
Lampiran ke – 8 Tabel “F” …………………………………………
95
Lampiran ke – 9 Daftar KAP yang diberikan kuesioner ………....
96
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Saat ini lingkungan dan ukuran bisnis entitas suatu perusahaan telah
menjadi kompleks dan rumit. Keanekaragaman jenis entitas bisnis tersebut
harus diikuti dan dipahami oleh pihak yang berkepentingan, sehingga tidak
terjadi kesalahpahaman informasi terhadap suatu entitas bisnis tertentu.
Keanekaragaman entitas bisnis tentunya diikuti juga dengan keanekaragaman
cara dalam menjalankan bisnis yang bisa menimbulkan keanekaragaman
kualitas dari suatu entitas perusahaan.
Salah satu tolak ukur untuk melihat sehat atau tidaknya kualitas suatu
entitas perusahaan, publik biasanya melihat dari opini audit. Opini audit ini
dibuat oleh auditor yang tergabung dalam suatu kantor akuntan publik. Dalam
pembuatan opini terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan, sehingga
bisa menghasilkan opini yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Auditor dalam menjalankan profesinya, harus memahami segala bentuk
perubahan dan perkembangan terhadap entitas bisnis saat ini, maka dalam
menyikapi hal tersebut, auditor dituntut untuk terus belajar dan menggali
informasi berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan
yang diadakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia ataupun oleh lembaga lainnya
yang terkait.
Dalam menjalankan profesinya, auditor memiliki pedoman standar yaitu
Standar Profesional Akuntan Publik yang merupakan ketentuan dan pedoman
audit yang harus dipatuhi oleh auditor. Dalam standar ini terdapat standar
audit yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan. Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan
seorang auditor . Standar pekerjaan lapangan memuat hal-hal yang harus ada
dan dikerjakan dalam suatu aktivitas audit. Standar pelaporan memuat hal-hal
yang harus dipenuhi dalam penyusunan dan penyajian laporan hasil audit.
Auditor sebagai praktisi yang professional dapat memberikan jasa
atestasi yang terdiri dari jasa audit, pemeriksaan (examination), penelaahan
(review) dan jasa atestasi lainnya, maupun jasa non atestasi, yang terdiri dari
jasa perpajakan, konsultasi manajemen dan jasa akuntansi atau pembukuan.
Atestasi ialah suatu pernyataan tertulis atau pertimbangan tentang apakah
asersi atau pernyataan tertulis suatu usaha sesuai dalam semua hal yang
material dengan kriteria yang telah ditetapkan, menurut (Lilis Maryasih,
2002).
Auditor dengan jasa profesionalnya dapat membantu pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan (investor, maupun calon investor,
pemegang saham, kreditur maupun calon kreditur, badan pemerintah,
manajemen dan pihak-pihak lain) dengan memberikan tingkat keyakinan yang
tinggi dalam rangka digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi ialah
laporan keuangan yang berkualitas (memenuhi kriteria relevansi dan
reliabilitas). Kriteria relevansi dipenuhi bila laporan keuangan tersebut
memiliki nilai prediktif dan disajikan tepat pada waktunya. Kriteria reliabilitas
dipenuhi bila laporan keuangan dapat diuji netral dan dapat dipercaya.
Berdasarkan hasil pekerjaan auditor yang dituangkan dalam opini audit, para
pemakai laporan keuangan memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan
yang diaudit telah memenuhi kedua kriteria tersebut. Mereka menjadi lebih
yakin terhadap kualitas laporan keuangan suatu perusahaan yang telah diaudit.
Kantor akuntan publik dalam menjaga kualitas auditor dan staff audit
menerapkan sistem pengendalian mutu, agar hasil kerja para auditor tersebut
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut (SPAP, 2001), dalam
SPM seksi 100 no. 03 menyatakan bahwa “sistem pengendalian mutu KAP
mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang diterapkan KAP
untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan
profesional dengan (SPAP, 2001). Sistem pengendalian mutu harus
komprehensif dan harus dirancang selaras dengan struktur organisasi,
kebijakan, dan sifat praktik KAP.”
Dari pernyataan dalam (SPAP, 2001) tersebut, maka sistem
pengendalian mutu ini mengendalikan terhadap tiap unsur yang terdapat
dalam kantor akuntan publik. Namun yang masih belum diketahui adalah
unsur apa yang sangat berpengaruh dari adanya sistem pengendalian mutu ini.
Menurut (SPAP, 2001) dalam SPM seksi 100 no 07 terdapat sembilan unsur
prosedur dalam penerapan pengendalian mutu di suatu kantor akuntan publik.
Kesembilan unsur tersebut adalah :
1. Independensi
2. Penugasan personel
3. Konsultasi
4. Supervisi
5. Pemekerjaan
6. Pengembangan profesional
7. Promosi
8. Penerimaan dan keberlanjutan klien
9. Inspeksi
Dalam penerapan sistem pengendalian mutu, kesembilan unsur tersebut
saling mempengaruhi. Kantor Akuntan Publik dalam meyakinkan bahwa
sistem pengendalian mutunya telah sesuai atau tidak dengan standar audit
yang ditetapkan, maka diterapkanlah prosedur pengendalian mutu mengenai
supervisi yang mana dipengaruhi oleh faktor kerumitan masalah, kualifikasi
staf pelaksana perikatan dan lingkup konsultasi yang digunakan. Prosedur
pengendalian mengenai konsultasi juga digunakan agar staf pelaksana atau
personel audit dapat memperoleh informasi memadai sesuai yang dibutuhkan
dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan dan
wewenang memadai.
Prosedur supervisi dan konsultasi digunakan secara berkesinambungan
untuk mendukung jalannya prosedur pengendalian mutu kantor akuntan
publik. Dalam meyakinkan lebih lanjut mengenai kelengkapan elemen dalam
prosedur pengendalian mutu, inspeksi merupakan langkah yang dilakukan
supaya keefektifan dari prosedur pengendalian mutu tetap terjaga.
1. Penelitian Terdahulu
a. Parwanto (1999)
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Parwanto (1999), yaitu
meneliti dengan menganalisa terhadap penerapan sistem pengendalian
mutu pada KAP Djaka Surasa dan rekan. Di dalam penelitiannya
tersebut, dijelaskan secara deskriptif mengenai penerapan sistem
pengendalian mutu pada KAP Djaka Surasa dan rekan. Masing-masing
unsur sistem pengendalian mutu tersebut dipaparkan bagaimana
penerapan sistem tersebut di dalam KAP Djaka Surasa dan rekan.
Selain memaparkan secara deskriptif terhadap pengaplikasian sistem
pengendalian mutu, penelitian ini juga menganalisis terhadap penerapan
sistem pengendalian mutu pada KAP Djaka Surasa dan rekan. Dalam
analisa tersebut, dilakukan beberapa cara penelitian yakni seperti secara
langsung ke lapangan dengan menanyakan atau mewawancara pihak
klien dan pihak KAP, membandingkan hasil pemeriksaan audit terhadap
beberapa contoh kertas kerja audit dan laporan hasil audit, kemudian
menganalisa sistem pengendalian mutu dengan penerapannya.
b. Wahyudiono (2000)
Penelitian ini melakukan penelitian dengan mengevaluasi atas
penerapan sistem pengendalian mutu pada KAP H dan M. Di dalam
penelitiannya, penulis mengevaluasi terhadap penerapan yang dilakukan
oleh KAP H dan M terhadap sistem pengendalian mutu. Pengevaluasian
tersebut dipaparkan berdasarkan masing-masing unsur yang terkandung
dalam sistem pengendalian mutu. Proses pengevaluasian diikuti penulis
sesuai dengan prosedur penerapan sistem pengendalian mutu yang
diterapkan oleh KAP H dan M. Sehingga hasil dari penelitian ini
terdapat suatu penilaian tersendiri dari penulis terhadap hasil penerapan
sistem pengendalian mutu yang dilakukan oleh KAP H dan M.
c. Meldasari (2002)
Dalam penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi atas penerapan
standar pekerjaan lapangan pada KAP Husnul Mucharam dan Rosidi.
Didalam penelitiannya, Meldasari mengevaluasi terhadap standar
pekerjaan lapangan yang telah dilakukan oleh KAP Husnul Mucharam
dan Rosidi. Penulis lebih memperhatikan bagaimana penerapan tahap
pekerjaan lapangan audit yang dilakukan oleh KAP Husnul Mucharam
dan Rosidi. Tahap pekerjaan lapangan audit yang diperhatikan ialah
mengenai perencanaan audit, supervisi audit, pemahaman terhadap SPI
(Sistem Pengendalian Internal) dan terhadap bukti audit.
d. Rahmawati (2004)
Dalam penelitiannya dibahas mengenai analisis faktor penentu
kualitas audit. Penelitian bersifat deskriptif yang bertujuan memberikan
gambaran mengenai faktor-faktor yang menentukan kualitas audit
auditor independen di Indonesia. Sehingga terdapat dua golongan
variabel dalam penelitian ini, yaitu kualitas audit sebagai variabel terikat
dan kedelapan faktor yang menentukan kualitas audit, yaitu (1)
pengalaman audit, (2) pemahaman terhadap industri klien, (3) responsif
terhadap kebutuhan klien, (4) ketaatan terhadap standar umum audit, (5)
keterlibatan pimpinan KAP, (6) keterlibatan komite audit, (7)
Independensi anggota tim audit, (8) komunikasi tim audit dan
manajemen klien, sebagai variabel bebas.
Dari penelitian tersebut maka terdapat beberapa kesimpulan yang
dihasilkan, diantaranya mengenai faktor pengalaman audit dan faktor
keterlibatan pimpinan KAP mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas audit dengan faktor keterlibatan pimpinan KAP yang
berpengaruh paling signifikan terhadap kualitas audit.
e. Murtanto (2005)
Dalam penelitian ini dibahas mengenai tindakan supervisi, budaya
organisasi, dan kinerja akuntan publik. Tujuan dari penelitian ini ialah
untuk mendapatkan bukti empiris hubungan tindakan supervisi yang
disarankan AECC (Accounting Education Change Commision) dalam
Issues Statement No.4 dengan kepuasan kerja akuntan pemula di
Indonesia dan apakah terdapat perbedaan pelaksanaan tindakan supervisi
terhadap akuntan pemula dan perbedaan kepuasan kerja akuntan pemula
di KAP besar dan KAP kecil.
Variabel Independen dari penelitian ini ialah Tindakan supervisi dan
Budaya Organisasi. Untuk Variabel Intervening ialah Kepuasan Kerja.
Lalu untuk Variabel Independen ialah Kinerja Individual. Sehingga
dalam penelitian ini dibahas secara rinci bagaimana pengaruh supervisi
dan dibahas juga mengenai hal budaya organisasi.
f. Christiawan (2005)
Dalam penelitian ini dibahas mengenai aktivitas pengendalian mutu
jasa audit dalam laporan keuangan historis. Secara lebih ringkas saat ini
mutu jasa audit lebih biasa dikenal dengan istilah mutu audit. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam dan
menyeluruh tentang aktivitas pengendalian mutu jasa audit yang terjadi
di beberapa kantor akuntan publik di Surabaya. Sehingga hasil
kesimpulan dari peneltian ini menunjukkan lima fenomena yaitu (1)
sulitnya menetapkan suatu standar / ukuran independensi in fact, (2)
penggunaan aturan-aturan yang ditetapkan oleh organisasi profesi
sebagai dasar penetapan standar independensi in appearance, (3)
digunakan prinsip dalam manajemen sumber daya manusia untuk
menjamin adanya kompetensi pendidikan personel, (4) digunakan
perencanaan, supervisi dan evaluasi kinerja untuk dipenuhinya
kompetensi pengalaman personel dan (5) diberikannya sanksi tegas atas
pelanggaran independensi dan kompetensi.
Dari beberapa peneltian sebelumnya tersebut, penulis tertarik untuk
mengembangkan penelitian-penelitian sebelumnya yakni dengan meneliti
pengaruh sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik terhadap pekerjaan
lapangan audit yang akan dilakukan oleh auditor.
Di dalam sistem pengendalian mutu terdapat sembilan unsur yang
mempengaruhinya. Tanpa mengabaikan kesembilan unsur tersebut, penulis
tertarik terhadap tiga unsur dari kesembilam unsur tersebut, yaitu terhadap
supervisi, konsultasi dan inspeksi. Penulis tertarik terhadap ketiga hal tersebut
karena dalam pelaksanaan kerja audit ketiga hal tersebut biasanya sering
dilakukan oleh auditor. Dan tidak hanya terhadap auditor saja, ketiga hal
tersebut juga sangat umum digunakan terhadap proses pekerjaan di bidang
lainnya seperti bidang hukum, kedokteran, teknik dan berbagai macam bidang
lainnya.
Dalam standar pekerjaan lapangan, terdapat banyak faktor penentu
dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan audit. Pekerjaan lapangan audit ini
merupakan hal-hal yang harus terdapat dalam proses pekerjaan audit. Faktor
penentu merupakan hal yang sangat mempengaruhi terhadap hasil audit yang
akan disampaikan kepada klien. Tanpa mengabaikan kembali kesembilan
unsur dalam sistem pengendalian mutu, penulis ingin meneliti mengenai
pengaruh ketiga unsur pengendalian mutu tersebut terhadap pekerjaan
lapangan yang akan dilakukan oleh auditor.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik ingin mengetahui lebih
dalam bagaimana pengaruh supervisi, konsultasi dan inspeksi dalam sistem
pengendalian mutu kantor akuntan publik terhadap pekerjaan lapangan audit.
Untuk itu penelitian ini diberi judul:
“Pengaruh Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik
Terhadap Pekerjaan Lapangan Audit”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka variabel yang digunakan peneliti
dibatasi pada supervisi, konsultasi dan inspeksi sebagai variabel independen
dan pekerjaan lapangan audit sebagai variabel dependen. Untuk pertanyaan
penelitian dalam rumusan masalah ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh supervisi dalam sistem pengendalian mutu kantor
akuntan publik terhadap pekerjaan lapangan audit?
2. Bagaimana pengaruh konsultasi dalam sistem pengendalian mutu kantor
akuntan publik terhadap pekerjaan lapangan audit?
3. Bagaimana pengaruh inspeksi dalam sistem pengendalian mutu kantor
akuntan publik terhadap pekerjaan lapangan audit?
4. Bagaimana pengaruh supervisi, konsultasi, dan inspeksi secara
keseluruhan dalam sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik
terhadap pekerjaan lapangan audit?
C. Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui apakah supervisi dalam sistem pengendalian mutu
kantor akuntan publik berpengaruh secara signifikan terhadap
pekerjaan lapangan audit.
2. Untuk mengetahui apakah konsultasi dalam sistem pengendalian mutu
kantor akuntan publik berpengaruh secara signifikan terhadap
pekerjaan lapangan audit.
3. Untuk mengetahui apakah inspeksi dalam sistem pengendalian mutu
kantor akuntan publik berpengaruh secara signifikan terhadap
pekerjaan lapangan audit.
4. Untuk mengetahui apakah supervisi, konsultasi, dan inspeksi dalam
sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik berpengaruh secara
keseluruhan terhadap pekerjaan lapangan audit.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Auditor
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi auditor dalam
penerapan sistem pengendalian mutu di kantor akuntan publik.
2. Bagi Peneliti
Mendapatkan gambaran mengenai pentingnya penerapan sistem
pengendalian mutu kantor akuntan publik dalam pelaksanaan
pekerjaan lapangan audit yang dilakukan.
3. Bagi Mahasiswa dan Pembaca
Memberikan informasi dan gambaran mengenai pentingnya penerapan
sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik dalam pekerjaan
lapangan audit serta sebagai salah satu sarana bahan bacaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Auditing
1. Pengertian Auditing
Menurut Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the
American Accounting Association”(Accounting Review, Vol.47), definisi
audit ialah “suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa
ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-
asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak yang berkepentingan”.
Dari pengertian tersebut dapat diambil beberapa unsur penting yakni
proses sistematis, bukti yang objektif, peristiwa ekonomi, derajat
kesesuaian, dan penyampaian hasil kepada pihak yang berkepentingan.
Orang yang melakukan tindakan audit disebut sebagai auditor yang
pada umumnya diklasifikasikan menjadi tiga yaitu auditor internal, auditor
eksternal (auditor independen), dan auditor pemerintah. Auditor internal
ialah auditor yang bekerja di dalam suatu perusahaan yang dimana posisi
auditor dibawah pihak dan pengaruh manajemen perusahaan. Auditor
eksternal (auditor independen) ialah auditor yang bekerja secara
independen atau biasa sebagai praktisi audit yang bekerja pada kantor
akuntan publik, atau partner dari kantor akuntan publik dalam memberikan
jasa profesinya secara professional. Sedangkan auditor pemerintah ialah
auditor yang melakukan pekerjaan audit terhadap lembaga-lembaga yang
dimiliki oleh negara. Walaupun terdapat perbedaan posisi dalam proses
kerja audit yang dilakukan, ketiga klasifikasi auditor harus tetap menjaga
tingkat independensi dan profesionalitas dalam melakukan profesinya
sebagai auditor.
Dalam auditing, terdapat banyak tahap pekerjaan yang harus dilalui
oleh auditor untuk memperoleh hasil akhir yang maksimal dengan
melaksanakan pekerjaan audit secara sistematis. Proses sistematis yang
diterapkan dalam mengaudit tergantung terhadap jenis audit atau bidang
jasa yang dilakukan, karena hal ini dipengaruhi oleh jenis klien yang
sedang diaudit oleh auditor.
Dari proses yang sistematis diharapkan auditor dapat memperoleh dan
mengevaluasi bukti yang kompeten berupa bukti material. Maksud dari
material disini ialah bahwa jumlah nominal dari bukti tersebut sangatlah
mempengaruhi dari total asset yang dimiliki oleh klien. Bukti-bukti dalam
audit ini bisa berupa lembar kuitansi pembayaran, rekening koran
perusahaan, buku kas perusahaan, catatan aset perusahaan dan bukti
lainnya yang mendukung terhadap proses audit.
Peristiwa ekonomi yang dimaksud dari definisi audit tersebut
merupakan segala jenis informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan, laporan operasi intern, dan laporan biaya maupun pendapatan
berbagai pusat pertanggung jawaban pada suatu perusahaan.
Dalam mengaudit, auditor menentukan tingkat kesesuaian laporan
klien dengan kriteria standar yang telah dtetapkan dalam Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP, 2001). Namun standar yang dilihat
tidak hanya dari segi akuntan publik, melainkan juga harus tetap
memperhatikan terhadap aturan dasar dari akuntansi yang terdapat dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Ketika proses audit sudah selesai dilakukan, auditor menyampaikan
hasil auditnya kepada pihak yang membutuhkan dengan mengeluarkan
opini audit berdasarkan keadaan yang sebenarnya dari klien yang
ditangani oleh auditor. Apabila diketahui auditor eksternal mengeluarkan
opini audit yang tidak sesuai dengan keadaan klien, maka auditor eksternal
akan dicabut nomor izin usaha auditnya oleh departemen keuangan.
Memang tidak mudah untuk menjaga tingkat independensi yang tinggi
ketika dalam memberikan opini audit kepada klien. Disatu sisi auditor
merupakan suatu profesi yang harus tetap menjaga nilai-nilai integritas,
professional dan independensi profesi. Disisi lain, klien merupakan
pemberi kerja bagi auditor. Auditor mendapatkan pekerjaan dan
pendapatan bagi kantor akuntan publiknya dari klien. Untuk mengatasi
masalah seperti ini, auditor terus mengkomunikasikan segala sesuatunya
kepada klien, sehingga kejadian salah paham yang fatal bisa dihindari.
2. Jenis audit
a. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan
pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan
tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan yang
disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, yaitu Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
b. Audit Operasional
Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan
mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan
operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.
Menurut Gondodiyoto (2003: 90), audit operasional memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) Terhadap operasionalisasi entitas atau segmen atau divisi tertentu
2) Lebih berorientasi pemeriksaan kinerja
3) Pelaksanaan dan frekuensi tergantung kebutuhan atau kemauan
pimpinan organisasi
4) Data potensial atau kecenderungan kedepan yang mungkin terjadi.
c. Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah kegiatan
finansial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan
kondisi, aturan, dan regulasi yang telah ditentukan. Kriteria yang
ditentukan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber seperti
manajemen, kreditor, maupun lembaga pemerintah. (Halim, 2003: 5).
B. Sistem Pengendalian Mutu
Sistem pengendalian mutu biasa terdapat dalam tiap elemen organisasi
atau perusahaan tertentu yang bertujuan menghasilkan sesuatu yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Sistem pengendalian mutu merupakan
tindakan peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan untuk disesuaikan dengan
standarnya agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam
penelitian ini, sistem pengendalian mutu yang dimaksud ialah sistem
pengendalian mutu kantor akuntan publik.
1. Pengertian Sistem Pengendalian Mutu
Terdapat banyak definisi yang diberikan untuk pengendalian mutu
yang dalam banyak literatur bahasa Inggris dikenal dengan istilah quality
control. Definisi quality control dijelaskan oleh J.M. Juran dan Frank M.
Gryna sebagai berikut: “This process is used by operating forces as an aid
to meeting the product and process goals. It is based on the feedback loop,
and consist of the following steps: (1) evaluate actual operating
performance, (2) compare actual performance to goals, (3) act on the
difference”.
Definisi lain tentang quality control dikemukakan oleh Harrison M.
Wadsworth, Jr., Kenneth S. Stephens, dan A. Blanton Godfrey sebagai
berikut: “Quality control is the operational technique and the activities
which sustain a quality of product or service that will satisfy given needs;
also the use of such techniques and activities”.
Menurut (Wahyudiono,2000) “quality control atau sistem
pengendalian mutu merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
memastikan bahwa suatu output dapat memenuhi tujuan dan spesifikasi
yang telah ditetapkan sebelumnya yang diwujudkan dengan mengunakan
pedoman atau standar yang telah ditetapkan”.
Menurut (Meldasari, 2002) “sistem pengendalian mutu yang baik
harus memiliki rencana standar mutu, pelaksanaan dari rencana tersebut,
pembandingan antara pelaksanaan dengan rencana, dan perbaikan, apabila
dalam pelaksanaan terjadi penyimpangan dari rencana”.
Definisi sistem pengendalian mutu KAP menurut Standar Profesional
Akuntan Publik SPM 100 no.03 ialah “sistem pengendalian mutu KAP
mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
KAP untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan
professional dengan (SPAP, 2001)”.
Tujuan pengendalian mutu bagi kantor akuntan publik adalah untuk
meningkatkan kemampuan individu dan organisasi dan memastikan
kepatuhan terhadap standar teknis dan kode etik yang telah ditetapkan.
2. Pengertian Peer Review
Dari pelaksanaan sistem pengendalian mutu, terdapat kemungkinan
bahwa sistem tersebut tidak berjalan sebagaimana semestinya. Untuk
mengatasi hal tersebut maka kantor akuntan publik biasa mengenal dengan
istilah peer review. Evaluasi atas penerapan sistem pengendalian mutu
kantor akuntan publik umumnya dinamakan peer review.
Pengertian peer review menurut (Sukrisno, 1999: 10) ialah: “suatu penelahaan yang dilakukan terhadap kantor akuntan publik untuk menilai apakah kantor akuntan tersebut telah mengembangkan secara memadai kebijakan dan prosedur pengendalian mutu sebagaimana yang diisyaratkan dalam (SPAP, 2001) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia”.
Peer review dapat dilakukan oleh kantor akuntan publik lain atau oleh
suatu tim yang anggotanya dipilih oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia.
Selain dilakukan oleh profesi, penelahaan mutu terhadap kantor akuntan
publik juga dilakukan oleh BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan).
Menurut (SPAP, 2001) dalam SPM seksi 300 no.01 dinyatakan bahwa
tujuan program review mutu IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) adalah untuk
meningkatkan mutu kinerja anggota IAI dalam perikatan audit, atestasi,
akuntansi dan konsultasi. Tujuan program ini dicapai melalui tindakan
pendidikan dan perbaikan, serta tindakan koreksi.
Jadi dalam menjaga terhadap berjalannya suatu sistem pengendalian
mutu kantor akuntan publik, peer review menjadi penting dalam
mengevaluasi sistem pengendalian mutu suatu kantor akuntan publik.
3. Unsur-unsur sistem pengendalian mutu
Dalam pelaksanaan jasa professional, kantor akuntan publik
bertanggung jawab untuk mematuhi terhadap Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP). Dalam pemenuhan tanggung jawab tersebut, KAP wajib
mempertimbangkan intregritas stafnya dalam menentukan hubungan
profesionalnya, yakni seperti tingkat independensi, kompetensi,
objektivitas, dan kesungguhan untuk menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan tepat. Untuk mempertimbangkan hal
tersebut, maka setiap kantor akuntan publik wajib memiliki sistem
pengendalian mutu dan menjelaskan unsur pengendalian mutu dan yang
terkait dengan implementasi secara efektif dalam sistem.
Dalam merumuskan suatu kebijakan dan prosedur pengendalian mutu,
KAP harus memperhatikan terhadap beberapa faktor penting yaitu
mengenai ukuran kantor yang dimiliki, tingkat otonomi yang diberikan
kepada personel dan kantor-kantor cabangnya, sifat praktik yang
dijalankan, struktur organisasi kantor, dan pertimbangan atas biaya dengan
manfaat yang akan diperoleh olen kantor akuntan publik.
Untuk dapat memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia tentang sistem pengendalian mutu KAP, maka terdapat
unsur-unsur dari sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik yang
tercantum dalam (SPAP, 2001) SPM seksi 100 no.07, sebagai berikut:
a. Independensi
Unsur independensi memberikan keyakinan memadai bahwa, pada
setiap lapis organisasi, semua staf professional mempertahankan
indepedensi sebagaimana diatur dalam Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik secara rinci, Aturan Etika No.1, Integritas, objektivitas
dan independensi, memuat contoh-contoh penerapan yang berlaku untuk
akuntan publik.
b. Penugasan Personel
Dalam unsur ini mempunyai peran untuk memberikan keyakinan
memadai bahwa penugasan akan dilaksanakan oleh staf professional
yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk penugasan
tersebut. Dalam proses penugasan personel, sifat dan lingkup supervisi
harus dipertimbangkan. Umumnya, apabila personel yang ditugaskan
semakin cakap dan berpengalaman, maka supervisi secara langsung
terhadap personel tersebut, semakin tidak diperlukan.
c. Konsultasi
Unsur konsultasi memberikan keyakinan memadai bahwa personel
akan memperoleh informasi yang memadai sesuai yang dibutuhkan dari
orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan
(judgement) yang memadai. Sifat konsultasi akan tergantung atas
beberapa faktor, antara lain ukuran KAP dan tingkat pengetahuan,
kompetensi dan pertimbangan yang dimiliki oleh staf pelaksana
perikatan.
d. Supervisi
Unsur supervisi memberikan keyakinan memadai bahwa
pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh
KAP. Lingkup supervisi dan review yang sesuai pada suatu kondisi
tertentu, tergantung atas beberapa faktor, antara lain kerumitan masalah,
kualifikasi staf pelaksana perikatan, dan lingkup konsultasi yang
tersedia dan yang telah digunakan. Tanggung jawab KAP untuk
menetapkan prosedur mengenai supervisi berbeda dengan tanggung
jawab staf secara individual untuk merencanakan dan melakukan
supervisi secara memadai atas perikatan tertentu.
e. Pemekerjaan
Unsur pemekerjaan memberikan keyakinan memadai bahwa semua
staf profesionalnya memiliki karakteristik yang tepat sehingga
memungkinkan mereka melakukan perikatan secara kompeten.
Akhirnya, mutu pekerjaan KAP tergantung kepada integritas,
kompetensi, dan motivasi personel yang melaksanakan dan melakukan
supervisi atas pekerjaan. Oleh karena itu, program pemekerjaan KAP
manjadi salah satu unsur penentu untuk mempertahankan mutu
pekerjaan KAP.
f. Pengembangan peofesional
Unsur ini memberikan keyakinan memadai bahwa personel memiliki
pengetahuan yang memadai sehingga memenuhi mereka untuk
memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional dan
berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk
memberikan kepada personelnya pengetahuan memadai untuk
memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier mereka di
KAP.
g. Promosi
Unsur ini memberikan keyakinan memadai bahwa semua personel
terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang diisyaratkan
untuk lapis tanggung jawab yang lebih tinggi. Praktik promosi personel
akan berakibat terhadap mutu pekerjaan KAP. Kualifikasi personel
terseleksi untuk promosi harus mencakup, tetapi tidak terbatas kepada
karakter, intelegensi, pertimbangan dan motivasi.
h. Penerimaan dan keberlanjutan klien
Dalam penerimaan dan keberlanjutan klien bahwa perikatan dari
klien akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan hubungan
dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas. Adanya
keharusan bagi KAP untuk menetapkan prosedur dengan tujuan seperti
tersebut, tidak berarti bahwa KAP bertugas untuk menentukan integritas
atau keandalan klien, dan tidak juga berarti bahwa KAP berkewajiban
kepada siapa pun, kecuali kepada dirinya, untuk menerima, menolak
atau mempertahankan kliennya. Namun, dengan berdasarkan pada
prinsip pertimbangan hati-hati, KAP disarankan selektif dalam
menentukan hubungan profesionalnya.
i. Inspeksi
Unsur inspeksi memberikan keyakinan memadai bahwa prosedur
yang berhubungan dengan unsur-unsur pengendalian mutu, seperti
tersebut pada butir a sampai dengan butir h, telah diterapkan secara
efektif. Prosedur inspeksi dapat dirancang dan dilaksanakan oleh
individu yang bertindak untuk mewakili kepentingan manajemen KAP.
Jenis prosedur inspeksi yang akan digunakan tergantung kepada
pengendalian yang ditetapkan oleh KAP dan penetapan tanggung jawab
di KAP untuk melaksanakan kebijakan dan prosedur pengendalian
mutunya.
Dari kesembilan unsur yang terdapat dalam sistem pengendalian mutu
kantor akuntan publik, penulis akan memfokuskan lebih kepada tiga
bagian dari kesembilan unsur tersebut, yakni terhadap supervsi, konsultasi
dan inspeksi.
Dalam menerapkan berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian
mutu, maka kantor akuntan publik memperhatikan kepada penetapan
tangung jawab, komunikasi dan pemantauan. Berikut penjelasan yang
terdapat dalam (SPAP, 2001) SPM seksi 100 No.08 – No 10, sebagai
berikut:
a. Penetapan Tanggung Jawab
Penetapan tangung jawab ditetapkan kepada personil KAP agar
dapat melaksanakan kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya
secara efektif. Hal-hal yang harus mendapatkan pertimbangan memadai,
dalam penetapan tanggung jawab, ialah kompetensi individu, penetapan
wewenang, dan lingkup supervisi yang diberikan.
b. Komunikasi
Mengkomunikasikan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
kepada personilnya dengan suatu cara yang memberikan keyakinan
memadai bahwa kebijakan dan prosedur tersebut dapat dipahami ialah
wajib bagi KAP. Bentuk dan lingkup komunikasi tersebut dapat
menyampaikan kepada personel KAP, informasi mengenai kebijakan
dan prosedur pengendalian mutu yang berhubungan dengan mereka.
c. Pemantauan
KAP harus memantau keefektifan sistem pengendalian mutunya
secara rutin, kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya penetapan
tanggung jawabannya dan komunikasi kebijakan dan prosedurnya.
Ukuran struktur dan sifat praktik KAP mempengaruhi keterbatasan dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh fungsi pemantauan KAP.
Selain pertimbangan unsur-unsur sistem pengendalian mutu diatas,
kantor akuntan publik juga harus mempertimbangkan kondisi dan
kemampuan para personelnya. Oleh karena itu agar kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu yang telah dirancang dan ditetapkan dapat
berjalan secara efektif, maka harus disertai tindakan yang dapat menjamin
kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan kebijakan dan prosedur.
Tindakan tersebut antara lain meliputi penetapan tanggung jawab
langsung kepada beberapa staf dan personel untuk melaksanakan suatu
prosedur tertentu, melakukan komunikasi atas kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu yang telah ditetapkan kepada semua staf dan personel
kantor akuntan publik, dan mewajibkan semua personel pada setiap tingkat
organisasi untuk mematuhi kebijakan tersebut, serta melakukan
pemantauan terhadap efektifitas pelaksanaan sistem pengendalian mutu
yang telah ditetapkan.
4. Supervisi
Dalam setiap aktivitas organisasi atau perusahaan, tindakan supervisi
biasa dilakukan oleh atasan terhadap bawahan untuk memeriksa dan
memastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan telah
dilakukan sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.
Dalam profesi akuntan publik, supervisi merupakan hal yang penting.
Dalam bidang pemeriksaan akuntan, supervisi diatur dalam Standar
Profesional Akuntansi Publik. Seksi ini berisi panduan bagi auditor yang
melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Pengertian supervisi berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik
(2001:311) ialah sebagai berikut:
Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang dijumpai dalam audit, me-review
pekerjaan yang dilaksanakan, dan menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor akuntan. Luasnya supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit.
Supervisi merupakan cara atasan mentransfer pengalamannya kepada
bawahan berdasarkan permasalahan yang sedang dihadapi di lapangan.
Penggunaan kertas kerja sebagai salah satu media mendokumentasikan
pekerjaan lapangan memudahkan dan membantu di dalam mengarahkan
personel dalam melakukan pekerjaan lapangan, sehingga bawahan akan
mendapatkan pengalaman yang terarah. Untuk itu dalam pelaksanaan
sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik, supervisi harus
dilakukan untuk memastikan bahwa bawahan telah mengerti terhadap
pekerjaan lapangan audit yang akan dilakukan.
Menurut Mulianto dkk (2006), supervisor memiliki peran ganda yaitu:
a. Suatu saat ia mewakili perusahaan menyampaikan instruksi kerja,
perintah atau informasi lain kepada bawahan serta harus menjaga
kepentingan perusahaan.
b. Di saat lain, ia harus menyampaikan keluhan karyawan kepada atasan,
memperjuangkan kebutuhan karyawan, dan membela nasib karyawan
sesuai dengan norma-norma, peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP, 2001) unsur supervisi
ialah sebagai berikut:
a. Memberikan instruksi kepada asisten
Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan
prosedur yang mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal
yang kemungkinan berpengaruh terhadap sifat, lingkup, dan saat
prosedur yang harus dilaksanakan, seperti sifat bisnis entitas yang
bersangkutan dengan penugasan dan masalah akuntan dan audit.
b. Menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang
dijumpai dalam audit.
Auditor yang bertanggung jawab akhir untuk setiap audit harus
mengarahkan asisten untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi.
Signifikan yang muncul dalam audit sehingga auditor dapat
menetapkan seberapa signifikan masalah tersebut.
c. Memeriksa kembali pekerjaan yang dilaksanakan.
Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus di review untuk
menentukan apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara
memadai dan auditor harus menilainya apakah hasilnya sejalan
dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan auditor.
d. Menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor akuntan.
Auditor yang bertanggung jawab akhir mengenai auditnya dan
asistennya harus menyadari prosedur yang harus diikuti jika terdapat
perbedaan pendapat mengenai masalah akuntansi di antara personel
Kantor Akuntan Publik yang terlibat dalam audit. Prosedur tersebut
harus memungkinkan asisten mendokumentasikan ketidaksetujuan di
antara mereka, dan kesimpulan yang diambil jika setelah konsultasi
memadai, ia berkeyakinan bahwa perlu baginya untuk tidak
sependapat dengan penyelesaian masalah tersebut. Dalam hal ini,
dasar penyelesaian akhir masalah harus juga didokumentasikan.
Menurut (Lidyawati, 2007) terdapat berbagai kebijakan dan prosedur
untuk mengimplementasikan tindakan supervisi yaitu :
a. Sediakan prosedur untuk perencanaan perikatan. Langkah yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Bebankan tanggung jawab fungsi perencanaan suatu perikatan
kepada satu atau lebih personel dengan tingkat wewenang yang
memadai. Ikut sertakan personel yang semestinya ditugasi ke
perikatan tertentu dalam proses perencanaan.
2) Kembangkan informasi tentang latar belakang atau informasi
review yang dikumpulkan dari perikatan sebelumnya dan lakukan
pemutakhiran sesuai dengan kondisi yang telah berubah.
3) Jelaskan hal-hal yang harus dicakup dalam proses perencanaan
penugasan.
b. Sediakan prosedur untuk mempertahankan standar mutu KAP untuk
pekerjaan yang dilaksanakan. Langkah yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Lakukan supervisi memadai pada semua tingkat organisasi, dengan
mempertimbangkan pelatihan, kemampuan, dan pengalaman
personel yang ditugasi.
2) Kembangkan pedoman mengenai bentuk dan isi kertas kerja.
3) Manfaatkan lembar isian, daftar pemeriksaan, dan kuesioner
standar, sejauh sesiau dengan kondisi, untuk membantu
pelaksanaan perikatan.
4) Sediakan prosedur untuk menyelesaikan perbedaan pertimbangan
profesional di antara tim pelaksana perikatan.
5) Sediakan prosedur untuk me-review kertas kerja dan laporan
perikatan.
5. Konsultasi
Kebijakan konsultasi yang ada dalam kantor akuntan publik
merupakan alat untuk memberikan pengalaman kepada personel.
Konsultasi ditetapkan agar kantor akuntan publik memperoleh keyakinan
yang layak bahwa auditor pada kantor akuntan publik akan meminta
bantuan sepanjang diperlukan dari orang yang mempunyai pertimbangan
yang lebih matang ataupun otoritas.
Tindakan konsultasi ini diharapkan agar para pekerja lapangan audit
dapat meminta bantuan saran atau solusi kepada atasan audit dengan tidak
kaku, sehingga segala pekerjaan lapangan audit yang dilakukan tetap
dalam koridor yang telah ditetapkan.
Menurut (Lidyawati, 2007) terdapat berbagai kebijakan dan prosedur
untuk mengimplementasikan tindakan konsultasi yaitu :
a. Menganalisa masalah dan situasi khusus, sehingga personel harus
berkonsultasi dengan sumber atau pihak yang berwenang mengenai
masalah yang tidak biasa. Langkah yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Informasikan kebijakan dan prosedur konsultasi KAP kepada
personel
2) Tentukan bidang atau situasi khusus yang mengharuskan personel
untuk berkonsultasi
3) Selenggarakan atau sediakan akses ke perpustakaan referensi dan
sumber yang berwenang lainnya.
4) Bentuk fungsi riset untuk membantu personel dalam hal masalah
praktik.
b. Terdapat satu individu sebagai spesialis yang bertindak sebagai pihak
yang berwenang, dan tetapkan wewenang tersebut dalam koridor
konsultasi. Buat prosedur untuk menyelesaikan perbedaan pendapat
antara personel pelaksana perikatan dengan para spesialis.
c. Tentukan lingkup dokumentasi yang harus dilakukan terhadap hasil
konsultasi mengenai masalah atau situasi khusus yang mengharuskan
adanya konsultasi khusus. Langkah yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Jelaskan lingkup dokumentasi yang perlu disiapkan dan tanggung
jawab penyiapannya kepada personel
2) Tunjukkan kondisi yang mengharuskan dilakukannya dokumentasi
konsultasi.
3) Buat arsip, berdasarkan subjek, yang memuat hasil konsultasi
untuk referensi dan riset pada masa mendatang.
Pekerjaan lapangan audit akan menjadi lebih cepat dengan adanya
konsultasi, sehingga kesulitan dalam mengaudit, bisa lebih cepat
terselesaikan bila dibandingkan dengan tidak adanya tindakan konsultasi.
Konsultasi merupakan lanjutan tindakan dari adanya supervisi audit,
sehingga konsultasi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap hasil
pekerjaan lapangan audit.
6. Inspeksi
Inspeksi merupakan tindakan untuk memeriksa kembali terhadap
pekerjaan lapangan audit yang telah dilakukan oleh auditor. Maksud dari
pemeriksaan kembali ialah apakah segala tahapan dalam pekerjaan
lapangan audit yang ditentukan telah dijalankan dengan baik atau tidak,
karena jika tindakan inspeksi tidak dilakukan, resiko mutu audit yang
dihasilkan akan semakin tinggi dan tentunya akan berpengaruh terhadap
kinerja dari kantor akuntan publik.
Dalam pelaksanaan tindakan inspeksi, kantor akuntan publik tentunya
harus menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu seperti
menetapkan program inspeksi dan menyajikan pelaporan temuan inspeksi
kepada tingkat manajemen yang semestinya.
Menurut (Lidyawati, 2007) terdapat berbagai kebijakan dan prosedur
untuk mengimplementasikan tindakan inspeksi yaitu :
a. Tetapkan batas lingkup dan isi program inspeksi KAP. Langkah yang
dapat dilakukan ialah:
1) Tetapkan prosedur inspeksi yang diperlukan untuk memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu KAP diterapkan dengan efektif.
2) Tetapkan kualifikasi staf pelaksana inspeksi dan metode
pemilihannya.
3) Laksanakan inspeksi terhadap unit, fungsi atau departemen praktik.
b. Sajikan pelaporan temuan inspeksi dan tindakan pemantauan yang
dilaksanakan atau direncanakan, kepada tingkat manajemen yang
semestinya. Langkah yang dapat dilakukan ialah:
1) Lakukan pembahasan temuan review inspeksi terhadap perikatan
yang di-review, dengan staf pelaksana perikatan.
2) Lakukan pembahasan temuan inspeksi mengenai unit, fungsi,
departemen yang di-review, dengan personal manajemen yang
bersangkutan.
3) Laporkan temuan dan rekomendasikan inspeksi, bersama dengan
tindakan perbaikan yang diambil atau direncanakan, kepada
manajemen KAP.
4) Pastikan bahwa tindakan perbaikan yang direncanakan telah
dilaksanakan.
Dari hasil tindakan inspeksi, hasil pekerjaan lapangan audit akan dapat
terlihat baik atau buruk, sehingga inspeksi memiliki pengaruh yang cukup
signifikan terhadap pekerjaan lapangan audit.
C. Pekerjaan Lapangan Audit
Dalam melakukan pekerjaan audit, tentunya terdapat berbagai macam
tahap yang harus dilewati yang dimana tahapan tersebut disesuaikan terhadap
jenis klien yang auditor hadapi. Sebelum melakukan tahapan tersebut, auditor
harus tetap mengacu kepada aturan profesional auditing, yakni mengacu
kepada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP, 2001). Pekerjaan
lapangan audit termasuk di dalam standar auditing dalam bagian standar
pekerjaan lapangan.
Standar pekerjaan lapangan menurut (SPAP, 2001) SA seksi 150 No.2 b.
ialah:
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Dalam pekerjaan lapangan audit terdapat beberapa langkah umum yang
diperlukan. Berikut tujuh langkah pokok yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan audit laporan keuangan menurut (Boynton, 2004: 190) yaitu:
1. Memahami terlebih dahulu terhadap jenis bisnis dari klien.
2. Mengidentifikasi asersi laporan keuangan yang relevan.
3. Membuat keputusan tentang jumlah yang material bagi para pengguna
laporan keuangan.
4. Membuat keputusan tentang komponen resiko audit.
5. Memperoleh bukti melalui prosedur audit, termasuk prosedur untuk
memahami pengendalian intern, melaksanakan pengujian pengendalian,
dan melaksanakan pengujian substantif.
6. Menetapkan bagaimana menggunakan bukti untuk mendukung suatu
pendapat audit, komunikasi kepada klien lain, serta jasa bernilai tambah.
7. Mengkomunikasikan temuan-temuan.
Gambar 2.1.
Pengujian bertujuan ganda
Gambaran umum proses pekerjaan lapangan audit menurut (Boynton, 2004: 191)
Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri
Membuat keputusan tentang komponen resiko audit
Menetapkan bagaimana menggunakan bukti
Mengidentifikasi asersi laporan keuangan yang relevan
Membuat keputusan tentang materialitas
Memperoleh bukti melalui prosedur audit
Pengujian substantif: prosedur analitis, rincian transaksi,
rincian saldo
Pengujian Pengendalian
Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas
pengendalian klien
Komunikasi kepada para pengguna laporan keuangan melalui
pendapat audit
Komunikasi lain yang diperlukan kepada komite
audit
Komunikasi temuan yang
berkaitan dengan jasa bernilai tambah lain
Gambar 2.1 merupakan gambaran umum proses pekerjaan lapangan
audit. Auditor harus mengembangkan pemahaman tentang bisnis dan industri
agar dapat memahami substansi ekonomi suatu transaksi entitas serta untuk
mengembangkan harapan tentang laporan keuangan entitas. Auditor harus
membagi audit berdasarkan fungsinya tersendiri seperti audit atas saldo akun
utama, penggolongan transaksi dan audit atas asersi laporan keuangan untuk
setiap saldo akun dan golongan transaksi.
Kemudian auditor membuat keputusan perencanaan penting tentang apa
yang dianggap material bagi laporan keuangan (materialitas), dan tentang
resiko salah saji yang material dalam laporan keuangan (risiko audit).
Keputusan pendahuluan ini akan membimbing kinerja prosedur audit untuk
mengumpulkan bukti tentang asersi laporan keuangan dan secara keseluruhan,
kewajaran penyajian laporan keuangan.
Ketika auditor mengumpulkan bukti tentang kewajaran penyajian
laporan keuangan, ia juga menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam
proses audit untuk menentukan apakah terdapat jasa bernilai tambah lain yang
mungkin bermanfaat bagi manajemen dan dewan direksi. Akhirnya, audit
akan berakhir pada komunikasi temuan audit, pernyataan pendapat atas
laporan keuangan, komunikasi dengan komite audit, serta komunikasi lain
dengan dewan direksi dan manajemen berkaitan dengan jasa bernilai tambah.
Dari penjelasan mengenai tahapan pekerjaan lapangan audit, tentunya
terdapat banyak hal yang mempengaruhi pekerjaan lapangan audit. Untuk
menjaga agar pekerjaan lapangan audit berjalan sesuai dengan aturan yang
berlaku, maka kantor akuntan publik harus menerapkan sistem pengendalian
mutu secara terus menerus.
Tindakan yang sering dilakukan oleh auditor ketika sedang mengaudit
dilapangan yaitu supervisi, konsultasi dan inspeksi. Untuk supervisi dilakukan
terhadap pekerjaan lapangan agar auditor mendapat pengarahan yang tepat
ketika dalam mengaudit. Untuk konsultasi, auditor dapat mengkomunikasikan
kesulitan pekerjaan lapangan auditnya kepada pihak yang mengerti terhadap
masalah pekerjaan tersebut. Untuk Inspeksi, dilakukan agar segala bentuk
pekerjaan lapangan audit itu telah dipastikan sesuai dengan aturan pekerjaan
lapangan audit yang berlaku, sehingga inspeksi bersifat untuk meninjau
kembali terhadap pekerjaan lapangan audit yang telah dilakukan.
D. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mengkaji pengaruh sistem pengendalian mutu kantor
akuntan publik, yang dimana supervisi sebagai (X1), konsultasi sebagai (X2),
dan inspeksi sebagai (X3) terhadap pekerjaan lapangan audit sebagai (Y).
Maka kerangka pemikiran atas variabel – variabel tersebut adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.2.
Kerangka Pemikiran
E. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Karena jawaban yang diberikan masih didasarkan pada teori yang
relevan, tidak berdasar pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data (Sugiyono, 2005), dengan kata lain rumusan hipotesis
merupakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,
karena masih perlu dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.
Berdasarkan dari rumusan masalah penelitian, maka penulis akan
merumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh antara tindakan supervisi auditor terhadap pekerjaan
lapangan audit.
SUPERVISI (X1)
INSPEKSI (X3)
KONSULTASI (X2)
PEKERJAAN LAPANGAN AUDIT (Y)
2. Terdapat pengaruh antara tindakan konsultasi auditor terhadap pekerjaan
lapangan audit.
3. Terdapat pengaruh antara tindakan inspeksi auditor terhadap pekerjaan
lapangan audit.
4. Terdapat pengaruh secara bersama-sama antara tindakan supervisi,
konsultasi, dan inspeksi terhadap pekerjaan lapangan audit.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan dirancang untuk meneliti pengaruh
sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik, yakni supervisi, konsultasi,
dan inspeksi terhadap pekerjaan lapangan audit. Untuk penelitian ini, data
diambil dari sejumlah sampel yang ada dalam populasi.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 1999:73), sedangkan populasi merupakan keseluruhan
kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah kantor akuntan publik yang berada
di Jakarta. Penulis mengambil hanya sekitar Jakarta dikarenakan penulis ingin
meneliti dari ruang lingkup yang kecil terlebih dahulu. Sehingga pada
penelitian berikutnya dapat menggunakan ruang lingkup yang lebih besar lagi.
Selain itu juga, diharapkan dapat lebih efektif dan efisien dalam pengumpulan
datanya. Sampel dari penelitian ini adalah auditor eksternal, baik itu tingkatan
senior, junior ataupun staf audit yang berada di kantor akuntan publik di
sekitar Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam melakukan penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang akan
digunakan oleh penulis ialah teknik simple random sampling. Metode simple
random sampling memberikan kesempatan yang sama bersifat tidak terbatas
pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel (Indriantoro dan
Supomo, 1999: 124).
Alasan penulis menggunakan metode tersebut karena sampel dari
penelitian ini ialah auditor eksternal yang terdapat dalam kantor akuntan
publik, yang dimana auditor eksternal ini bisa mencakup auditor senior,
auditor junior maupun staf auditor, sehingga pada saat penelitian dilakukan,
sampel yang telah diberikan daftar pertanyaan (kuesioner) memiliki tingkatan
dan kesempatan yang sama dalam menjawab.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2004:129). Dalam
data primer, peneliti memperoleh langsung data dari sumber. Data
sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain) (Indriantoro dan Supomo, 2002: 147).
2. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam data primer, pengumpulan data dilakukan dengan memberikan
daftar pertanyaan (kuesioner) langsung kepada sampel. Sumber data
diperoleh langsung dari para auditor eksternal yang terdapat dalam kantor
akuntan publik, baik itu tingkatan senior, junior maupun staf auditor.
Dalam data sekunder, pengumpulan data dilakukan dengan memperoleh
data dari buku, literatur, jurnal, skripsi, (SPAP, 2001) dan referensi
lainnya yang terkait dengan penelitian ini. Sumber data diperoleh dari
perpustakaan-perpustakaan, baik universitas negeri maupun swasta, dan
dari internet.
D. Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS
(Statistical Product and Service Solution) versi 11.5. Analisis ini bertujuan
untuk menentukan keeratan hubungan antara variabel supervisi (X1),
konsultasi (X2), dan inspeksi (X3) dengan pekerjaan lapangan audit (Y).
1. Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan sejauh mana data
yang terdapat di kuesioner dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur. Suatu instrument pengukur dikatakan valid jika instrument
tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur, sehingga instrument
dapat mengukur construct sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti
(Indriantoro dan Supomo, 1999: 181). Pengujian validitas ini
menggunakan metode Pearson Correlation yang dapat dilihat dari
hasil korelasi bivariate dengan melihat output kolom Corrected Item-
Total Correlation adalah identik karena keduanya mengukur hal yang
sama (Ghozali, 2004;46). Metode ini akan menunjukkan korelasi
antara masing-masing butir pernyataan terhadap skor butir-butir
pernyataan tiap variabel. Suatu instrumen dikatakan valid bila angka
korelasional yang diperoleh dari perhitungan yaitu nilai r hitung lebih
besar daripada r tabel. Kriteria dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan valid yakni jika nilai r hitung lebih besar daripada r tabel
pada taraf signifikan 5% (Ghozali, 2005;45).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan dengan keterandalan suatu indikator.
Informasi yang ada pada indikator ini tidak berubah-ubah, atau bisa
disebut dengan konsisten. Maksudnya, bila suatu pengamatan
dilakukan dengan perangkat ukur yang sama lebih dari satu kali, hasil
pengamatan itu sama. Jadi, jika hasil tersebut tidak sama, maka
perangkat ukur tersebut tidak reliabel. Dalam pengukuran reliabilitas
ini, peneliti mengunakan SPSS versi 11.5. Uji reliabilitas dapat
dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan validitasnya. Teknik
yang digunakan ialah dengan mengukur koefisien Cronbach’s Alpha.
Data dapat dikatakan reliable jika memiliki nilai alpha diatas 0,6.
c. Uji Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen
mempunyai distribusi data normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah distribusi normal atau mendekati normal. (Santoso,
2002;212). Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2002;74).
2) Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ini
terdapat korelasi antar variabel bebas (independen). Jika ternyata
ditemukan hubungan korelasi, maka model regresi ini terjadi
multikolinieritas. Untuk model regresi yang baik ialah regresi yang
tidak terjadinya multikolinieritas. Cara mengetahuinya ialah
dengan melihat pada VIF (Variance Inflation Factor) dan angka
tolerance. Jika VIF tersebut kurang dari 10 dan angka tolerance
dibawah 0,9 maka instrumen seperti ini dikatakan tidak terjadi
multikoliniearitas.
Hipotesis:
H0 : Model regresi tidak terjadi multikolinieritas
H1 : Model regresi terjadi multikolinieritas
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika nilai variannya tetap, maka disebut
Homokedastisitas. Jika variannya berbeda disebut dengan
heterokedastisitas. Model regresi yang baik ialah terjadinya
homokedastisitas yang berarti tidak terjadinya heterokedastisitas.
Dasar pengambilan keputusannya, jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah
terjadi Heterokedastisitas. Apabila terdapat pola yang menyebar,
yang dimana titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada
sumbu Y, maka tidak terjadi Heterokedastisitas (Santoso, 2002;
210).
Hipotesis:
H0 : Model regresi tidak terjadi Heterokedastisitas.
H1 : Model regresi terjadi Heterokedastisitas.
2. Analisis Data
a. Analisis Regresi Berganda
Peneliti menggunakan analisis regresi berganda karena ingin
mengetahui bagaimana variabel dependen dapat diprediksikan melalui
variabel independen atau predictor, secara individual. Untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara tiga variabel bebas
(X1,X2, dan X3) dengan variabel terikat (Y) dipergunakan analisis
regresi linier dengan persamaan matematik sebagai berikut:
Y = a + bX1 + bX2 + bX3 + e
Dimana:
Y = Pekerjaan lapangan audit (Variabel Terikat)
a = Konstanta, harga Y bila X = 0
b = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan
pada variabel bebas (X). Bila b (+) maka naik, dan bila b (-)
maka terjadi penurunan,
X1 = Supervisi
X2 = Konsultasi
X3 = Inspeksi
e = Standart Error
Nilai koefisien regresi atau b diperoleh dengan menggunakan SPSS
versi 11.5. Sedangkan hipotesis yang digunakan adalah:
Ho = Koefisien model regresi tidak signifikan
H1 = Koefisien model regresi signifikan
Dengan kriteria sebagai berikut:
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
b. Pengujian Hipotesis
1) Uji T
Analisis regresi secara univariate dengan menggunakan t-test
dengan taraf signifikansi 5% untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai probabilitas.
Jika nilai probabilitas > 0,05 dan nilai t table lebih besar dari
pada t hitung maka H0 diterima dan H alternative ditolak, yang
berarti tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Sedangkan jika terjadi sebaliknya, jika nilai probabilitas
< 0,05 dan nilai t table lebih kecil dari t hitung maka H0 ditolak dan
H alternatif diterima, yang berarti bahwa variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) Uji F
Analisis regresi secara multivariate dengan menggunakan
metode uji f dengan taraf signifikansi 5% untuk mengetahui
pengaruh seluruh variabel independen secara serentak atau
simultan terhadap variabel dependen.
Uji ini dilakukan dengan melihat nilai probabilitas, jika nilai
probabilitas > 0,05 dan nilai f tabel lebih besar dari nilai f hitung
maka H0 diterima dan H alternatif ditolak, yang berarti tidak ada
pengaruh signifikan secara serentak variabel independen terhadap
variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas < 0,05 dan
nilai f tabel lebih kecil dari nilai f hitung maka H0 ditolak dan H
alternatif diterima, yang berarti terdapat pengaruh signifikan secara
serentak variabel independen terhadap variabel dependen
3) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur persentase
variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh semua variabel
bebasnya. Untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas,
digunakan adjusted R2 sebagai koefisien determinasi. (Santoso,
2004: 365). Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1 (0 <
R2 < 1), dimana semakin tinggi nilai R2 suatu regresi atau semakin
mendekati 1, maka hasil regresi tersebut semakin baik. Hal ini
berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
terikat.
Pada intinya koefisien determinasi mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai R2 yang mendekati 1 berarti variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel dependen (Ghozali, 2005:83).
E. Operasional Variabel Penelitian
Definisi dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu
variabel pekerjaan lapangan audit, variabel supervisi, variabel konsultasi, dan
variabel inspeksi. Perincian dari masing-masing variabel tersebut adalah:
1. Variabel Dependen : Pekerjaan Lapangan Audit (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pekerjaan lapangan
audit. Yang dimaksud dalam pekerjaan lapangan audit ini adalah segala
jenis dan tahapan pekerjaan audit yang akan dilakukan oleh auditor ketika
dalam proses mengaudit.
Pekerjaan lapangan audit ini diukur dengan menggunakan tingkat
efektif dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan lapangan audit yang dilakukan
oleh auditor eksternal. Dalam pengukurannya tersebut digunakan skala
likert dengan ukuran ordinal.
Tabel 3.1.
Skala Likert Variabel Dependen (Y)
Pernyataan Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Tidak Berpendapat 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
2. Variabel Independen (X)
a. Supervisi (X1)
Supervisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu bentuk
pengarahan yang dilakukan oleh auditor terhadap tim pelaksana audit,
sehingga meyakinkan bahwa tim pelaksana audit memahami terhadap
pekerjaan audit yang akan dilakukan. Supervisi dapat diukur dari
kualifikasi personel yang melakukan supervisi, kerumitan masalah,
dan lingkup konsultasi yang tersedia. Pengukuran tindakan supervisi
ini dengan menggunakan instrumen dengan lima point skala likert.
b. Konsultasi (X2)
Konsultasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
aktivitas untuk memberikan keyakinan memadai bahwa semua
personel akan memperoleh informasi sesuai yang dibutuhkan dari
orang yang memiliki pengetahuan, dan kompetensi yang memadai.
Konsultasi disini dilakukan oleh orang yang melakukan audit.
Konsultasi dapat diukur dari kualifikasi personel yang memberikan
konsultasi, ukuran besarnya KAP, lalu dapat juga diukur dari tingkat
pertimbangan yang dimiliki oleh staf pelaksana pekerjaan audit.
Pengukuran tindakan konsultasi ini dengan menggunakan instrumen
dengan lima point skala likert.
c. Inspeksi (X3)
Inspeksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu tindakan
yang dilakukan oleh auditor terhadap tim pelaksana audit, yang dimana
untuk mengendalikan dan memeriksa pekerjaan yang telah dilakukan
tim pelaksana audit telah sesuai dengan tujuan awal pekerjaan audit
yang ditetapkan. Inspeksi dalam penelitian ini dapat diukur dengan
melihat kebijakan dan prosedur inspeksi, memantau kepatuhan
personel terhadap pekerjaan audit yang dilakukan, tingkat dokumentasi
terhadap inspeksi yang telah dilakukan. Pengukuran tindakan inspeksi
ini dengan menggunakan instrumen dengan lima point skala likert.
Tabel 3.2.
Skala Likert Variabel Independen (X)
Pernyataan Skor
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Tidak Berpendapat 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Tabel 3.3.
Operasional Variabel
Variabel Indikator Ukuran Skala
Pekerjaan Lapangan
Audit (Y)
Penelahaan kembali terhadap kejadian ekonomi tertentu.
Langkah kerja audit yang ditetapkan. Situasi pekerjaan lapangan audit Efektifitas dari perencanaan audit. Pemahaman terhadap pengendalian intern klien. Bukti audit yang kompeten. Komunikasi antara auditor eksternal dengan klien. Efektif dan efisiensi pekerjaan lapangan. Ketepatan dalam bekerja. Ketelitian dalam menganalisa.
Ordinal Likert
Supervisi (X1)
Pendelegasian tanggung jawab dari supervisor. Tindakan terhadap adanya ketidakpuasan bawahan. Saling terbuka, jujur dan interaktif. Pengawasan secara berkala. Pujian terhadap kinerja yang baik serta bantuan untuk
mendapat peluang kerja. Kepedulian terhadap minat bawahannya. Adanya review program audit. Kompetensi yang memadai. Kelengkapan data permanen sebagai bahan bukti audit Waktu dalam mereview.
Ordinal Likert
Konsultasi (X2)
Ruang lingkup dalam konsultasi Tersedianya ruang perpustakaan literatur Kesempatan dalam berkonsultasi. Identifikasi masalah dalam konsultasi. Standar dalam konsultasi. Pendokumentasian hasil konsultasi. Adanya panduan teknis audit. Dorongan atasan untuk menggunakan perpustakaan
KAP. Adanya prosedur dalam konsultasi.
Ordinal Likert
Inspeksi (X3)
Adanya prosedur inspeksi KAP. Ruang lingkup program inspeksi KAP. Standar pelaksana inspeksi. Kompetensi dalam inspeksi. Review terhadap prosedur pengendalian mutu KAP. Evaluasi pengendalian mutu secara berkala. Pelaporan hasil inspeksi kepada atasan. Pembahasan hasil inspeksi dalam tingkatan atasan.
Ordinal Likert
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor eksternal yang bekerja di
Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta, yang dimana data primer
diperoleh dengan cara mengirimkan kuesioner secara langsung oleh
penulis sebanyak 160 buah kepada 30 KAP dan kepada Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI) dalam seminar yang diadakan di Hotel Acasia
tentang “Laporan Audit Independen”, yang dimana dalam seminar
tersebut saya menitipkan kuesioner kepada panitia IAPI untuk diisi oleh
peserta seminar yaitu auditor atau partner KAP. Pembagian sebanyak 160
kuesioner mulai dilakukan pada tanggal 2 April 2008 dan selesai diperoleh
kembali sekitar 83 % dari 160 kuesioner yang disebar yaitu sebanyak 133
kuesioner pada tanggal 21 April 2008. Total kuesioner yang kembali
sekitar 83 %, maka dari total ini menunjukkan tingkat response rate yang
cukup tinggi, yang berarti kuesioner yang diberikan cukup menarik bagi
auditor untuk mengisinya.
Tabel 4.1.
Rincian Pembagian dan Pengumpulan Kuesioner
Keterangan Jumlah
Pembagian Kuesioner 160
(Kuesioner yang tidak kembali) (27)
Kuesioner yang kembali 133
Tingkat pengembalian
(Response Rate) 83 %
Sumber : data primer yang diolah
2. Karakteristik Responden
Berikut ini adalah karakteristik dari responden yang disajikan dalam
bentuk tabel:
Tabel 4.2.
Karakteristik Responden
Frekuensi Keterangan
Absolut Persentase
Jumlah Responden 133 100 %
Jenis Kelamin
Pria 85 64 %
Wanita 48 36 %
Posisi Jabatan
Partner 26 20 %
Manager Audit 11 8 %
Supervisor Audit 12 9 %
Auditor Senior 29 21 %
Auditor Junior 55 42 %
Pendidikan Terakhir
S 3 2 1,5 %
S 2 11 8, 5 %
S 1 100 75 %
D 3 20 15 %
Lama Bekerja
> 5 tahun 52 40 %
3 – 5 tahun 18 13 %
< 3 tahun 63 47 %
Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden penelitian 64% pria dari 133
auditor dan sisanya wanita ( 36 %). Dari kelompok jabatan sebanyak 42 %
merupakan auditor junior, lalu auditor senior sebanyak 21%, diikuti
dengan peringkat ketiga terbanyak yaitu partner sebanyak 20%, dan
sisanya merupakan manager audit dan supervisor audit yang masing-
masing sebanyak 8% dan 9%. Dilihat dari jenis pendidikan, sebagian besar
merupakan berpendidikan S1 yaitu sebanyak 75%, lalu terdapat juga yang
berpendidikan S2 yaitu sebanyak 8,5%, S3 sebanyak 1,5% dan sisanya
berlatar pendidikan D3 sebanyak 15%. Responden sebagian besar
memiliki pengalaman kerja kurang dari 3 tahun, yaitu sebanyak 47%,
namun sebagian kuesioner juga diisi oleh responden yang memiliki
pengalaman lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 40%, dan selebihnya diisi
oleh responden yang memiliki pengalaman audit antara 3 sampai dengan 5
tahun yaitu sebesar 13%.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data primer, penulis melakukan penyebaran kuesioner
kepada para auditor yang bekerja di 30 Kantor Akuntan Publik di wilayah
DKI Jakarta sebanyak 160 kuesioner. Sebelum kuesioner disebar ke 160
responden, peneliti melakukan Try Out terlebih dahulu terhadap 20 responden
dengan memberikan 48 butir pertanyaan untuk menguji tingkat validitas dan
reabilitas instrumen penelitian yang digunakan.
1. Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Tabel 4.3.
Hasil Uji Validitas Data Try Out
No. Variabel r hitung r tabel Kesimpulan
1 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 9156 0,3783 Valid
2 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 8361 0,3783 Valid
3 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 7556 0,3783 Valid
4 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 7520 0,3783 Valid
5 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 6157 0,3783 Valid
6 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 7777 0,3783 Valid
7 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 7635 0,3783 Valid
8 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 7765 0,3783 Valid
9 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 7048 0,3783 Valid
10 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 6313 0,3783 Valid
11 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 6202 0,3783 Valid
12 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 6912 0,3783 Valid
13 Pekerjaan Lapangan Audit 0,7107 0,3783 Valid
14 Pekerjaan Lapangan Audit 0,7846 0,3783 Valid
15 Supervisi 0, 5465 0,3783 Valid
16 Supervisi 0, 5834 0,3783 Valid
17 Supervisi 0, 5847 0,3783 Valid
18 Supervisi 0, 5036 0,3783 Valid
19 Supervisi 0,8378 0,3783 Valid
20 Supervisi 0, 5342 0,3783 Valid
21 Supervisi 0,4767 0,3783 Valid
22 Supervisi 0, 8032 0,3783 Valid
23 Supervisi 0,8152 0,3783 Valid
24 Supervisi 0, 5625 0,3783 Valid
25 Supervisi 0, 6752 0,3783 Valid
26 Supervisi 0, 6145 0,3783 Valid
27 Konsultasi 0, 6805 0,3783 Valid
28 Konsultasi 0, 6234 0,3783 Valid
29 Konsultasi 0, 6578 0,3783 Valid
30 Konsultasi 0, 7477 0,3783 Valid
31 Konsultasi 0, 6380 0,3783 Valid
32 Konsultasi 0,8324 0,3783 Valid
33 Konsultasi 0, 6288 0,3783 Valid
34 Konsultasi 0, 8059 0,3783 Valid
35 Konsultasi 0,6459 0,3783 Valid
36 Konsultasi 0,5949 0,3783 Valid
37 Inspeksi 0, 6261 0,3783 Valid
38 Inspeksi 0,7760 0,3783 Valid
39 Inspeksi 0,6168 0,3783 Valid
40 Inspeksi 0,8078 0,3783 Valid
41 Inspeksi 0,7670 0,3783 Valid
42 Inspeksi 0,5808 0,3783 Valid
43 Inspeksi 0,6563 0,3783 Valid
44 Inspeksi 0,6925 0,3783 Valid
45 Inspeksi 0,7072 0,3783 Valid
46 Inspeksi 0,5977 0,3783 Valid
47 Inspeksi 0,6727 0,3783 Valid
48 Inspeksi 0,7152 0,3783 Valid
Berdasarkan hasil uji validitas data try out pada tabel 4.3, data
instrumen yang diperoleh merupakan valid secara keseluruhan. Karena
dari 20 responden yang diteliti, diperoleh r hitung diatas r tabel yaitu r
hitung diatas 0,3783. Sehingga korelasi item dinyatakan semuanya
valid.
b. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel berarti instrumen tersebut bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik
jika memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,6 (Nugroho, 2005: 72).
Tabel 4.4.
Hasil Uji Reliabilitas Data Try Out
No Variabel α hitung Kesimpulan
1 Pekerjaan Lapangan Audit 0, 9407 Reliabel
2 Supervisi 0, 8892 Reliabel
3 Konsultasi 0, 9210 Reliabel
4 Inspeksi 0, 9203 Reliabel
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa instrumen untuk setiap
variabel penelitian adalah reliabel, karena nilai α hitung > 0,60. Pada
variabel pekerjaan lapangan audit memiliki α hitung 0,9407 > 0,60,
variabel supervisi memiliki α hitung 0,8892 > 0,60 , variabel
konsultasi memiliki α hitung 0,9210 > 0,60 , dan variabel inspeksi
memiliki α hitung 0,9203 > 0,60 . Hasil tersebut mengindikasikan
bahwa instrumen penelitian ini akan menghasilkan data yang sama
walaupun digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama.
c. Uji Klasik
1) Uji Normalitas
Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas
Regression Standardized Residual
3.753.25
2.752.25
1.751.25
.75.25-.25-.75
-1.25-1.75
-2.25
Histogram
Dependent Variable: PEK.LPNG
Freq
uenc
y
20
10
0
Std. Dev = .99 Mean = 0.00
N = 133.00
Sumber : data primer yang diolah
Gambar 4.2. Hasil Uji Normalitas
Sumber : data primer yang diolah
Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal
Plot dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola
distribusi yang normal. Sedangkan pada grafik normal Plot terlihat
titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya
mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa
model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas.
2) Uji Multikolinieritas
Tabel 4.5.
Hasil Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics Model
Tolerance VIF 1 (Constant) SUPERVISI .369 2.710 KONSULTASI .342 2.923 INSPEKSI .361 2.770
a Dependent Variable: PEKERJAAN LAPANGAN Sumber : data primer yang diolah
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: PEK.LPNG
Observed Cum Prob
1.00.75.50.250.00
Exp
ecte
d C
um P
rob
1.00
.75
.50
.25
0.00
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam
pengujian ini jika model regresi yang bebas multiko adalah
mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 sampai dengan 9 dan
mempunyai angka tolerance dibawah 0,9.
Berdasarkan tabel 4.5, nilai tolerance untuk variabel supervisi
ialah 0,369, variabel konsultasi ialah 0,342, dan variabel inspeksi
ialah 0,361. Lalu untuk nilai VIF dari variabel supervisi ialah 2,71,
variabel konsultasi ialah 2,923, dan variabel inspeksi ialah 2,770.
Dari hasil nilai tolerance dan nilai VIF, maka hasil uji regresi ini
tidak terjadi korelasi antar variabel yang berarti tidak terjadi
multikolinieritas, dan model regresi ini menerima H0 dan menolak
H1 , karena untuk semua nilai tolerance masih dibawah 0,9 dan
untuk nilai VIF juga masih dibawah 10.
3) Uji Heterokedastisitas
Gambar 4.3. Hasil Uji Heterokedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: PEK.LPNG
Regression Standardized Predicted Value
3210-1-2
Reg
ress
ion
Stu
dent
ized
Res
idua
l
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
Sumber : data primer yang diolah
Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi kesamaan varian residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Untuk mendeteksi ada
tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot, jika
dari grafik tersebut bersifat pola menyebar yang dimana titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak
terjadi heterokedastisitas dalam model.
Berdasarkan hasil pengujian heterokedastisitas, dalam gambar
4.3 terlihat bahwa pola titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu y, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
model regresi penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas dan
dalam model regresi ini berarti juga menerima H0 dan menolak H1
2. Analisis Data
a. Persamaan Regresi Berganda
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara tiga variabel
bebas (X1,X2, dan X3) dengan variabel terikat (Y) dipergunakan
analisis regresi linier dengan persamaan matematik sebagai berikut:
Y = a + bX1 + bX2 + bX3 + e
Dimana:
Y = Pekerjaan lapangan audit (Variabel Terikat)
a = Konstanta, harga Y bila X = 0
b = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel terikat (Y) yang didasarkan
pada variabel bebas (X). Bila b (+) maka naik, dan bila b (-)
maka terjadi penurunan,
X1 = Supervisi
X2 = Konsultasi
X3 = Inspeksi
e = Standart Error
Tabel 4.6. Hasil Uji Regresi linier berganda
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta
1 (Constant) 11.480 2.970 SUPERVISI .328 .088 .311 KONSULTASI .509 .113 .391 INSPEKSI .202 .090 .190
a Dependent Variable: PEKERJAAN LAPANGAN Sumber : data primer yang diolah
Dari tabel 4.6, maka persamaan regresi linier bergandanya ialah
sebagai berikut:
Y = 11,480 + 0, 328 X1 + 0,509 X2 + 0,202 X3 + e
Persamaan regresi linier berganda diatas menjelaskan bahwa jika
variabel X1 ditambah satu variabel terhadap variabel Y maka akan
mempengaruhi varibel Y sebanyak 0,328. Begitu juga untuk variabel
X2 dan variabel X3, jika masing-masing ditambah 1 variabel terhadap
variabel Y maka akan mempengaruhi variabel Y sebanyak 0,509 dari
variabel X2 dan sebanyak 0,202 dari variabel X3.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji T
Uji t statistik digunakan untuk mengetahui hubungan masing-
masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen.
Tabel 4.7. Hasil Uji Statistik T
t Sig. Model
1 (Constant) 3.865 .000 SUPERVISI 3.736 .000 KONSULTASI 4.522 .000 INSPEKSI 2.257 .026
a Dependent Variable: PEKERJAAN LAPANGAN Sumber : data primer yang diolah
1) Pengaruh supervisi terhadap pekerjaan lapangan audit
Berdasarkan uji signifikansi dengan menggunakan uji t, untuk
variabel supervisi maka koefisien persamaan regresi dapat
diperoleh t hitung sebesar 3,736 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000. Nilai t tabel untuk pengujian signifikansi diperoleh dengan
nilai alpha 0,05 dengan df sebesar 133 – 3 = 130 maka diperoleh t
tabel 1,6567. Maka untuk variabel supervisi, nilai t hitung lebih
besar daripada nilai t tabel ( 3,376 > 1,6567) dan nilai
signifikansinya lebih kecil dari alpha (0,000 < 0,05), yang dapat
diartikan bahwa variabel supervisi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pekerjaan lapangan audit dan H1 diterima
dalam pengujian ini.
2) Pengaruh konsultasi terhadap pekerjaan lapangan audit
Berdasarkan uji signifikansi dengan menggunakan uji t, untuk
variabel konsultasi maka koefisien persamaan regresi dapat
diperoleh t hitung sebesar 4,522 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000. Nilai t tabel untuk pengujian signifikansi diperoleh dengan
nilai alpha 0,05 dengan df sebesar 133 – 3 = 130 maka diperoleh t
tabel 1,6567. Maka untuk variabel konsultasi, nilai t hitung lebih
besar daripada nilai t tabel ( 4,522 > 1,6567) dan nilai
signifikansinya lebih kecil dari alpha (0,000 < 0,05), yang dapat
diartikan bahwa variabel konsultasi memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pekerjaan lapangan audit dan H1 diterima
dalam pengujian ini.
3) Pengaruh inspeksi terhadap pekerjaan lapangan audit
Berdasarkan uji signifikansi dengan menggunakan uji t, untuk
variabel inspeksi maka koefisien persamaan regresi dapat diperoleh
t hitung sebesar 2,257 dengan nilai signifikansi sebesar 0,026. Nilai
t tabel untuk pengujian signifikansi diperoleh dengan nilai alpha
0,05 dengan df sebesar 133 – 3 = 130 maka diperoleh t tabel
1,6567. Maka untuk variabel supervisi, nilai t hitung lebih besar
daripada nilai t tabel ( 2,257 > 1,6567) dan nilai signifikansinya
lebih kecil dari alpha (0,026 < 0,05), yang dapat diartikan bahwa
variabel supervisi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pekerjaan lapangan audit dan H1 diterima dalam pengujian ini.
b. Uji F
Uji statistik f dlakukan untuk mengetahui hubungan variabel
independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel
dependen.
Tabel 4.8. Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1846.624 3 615.541 87.146 .000(a) Residual 911.166 129 7.063 Total 2757.789 132
a Predictors: (Constant), INSPEKSI, SUPERVISI, KONSULTASI b Dependent Variable: PEKERJAAN LAPANGAN Sumber : data primer yang diolah
Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji f dengan hasil f hitung sebesar
87,146 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dimana besarnya
signifikansi dari hasil uji F tersebut lebih kecil dari 0,05 dan jumlah f
hitung lebih besar dari pada f tabel (87,146 > 2,44). Hal ini berarti
penelitian ini menerima H1 (H0 ditolak) yang berarti variabel supervisi,
konsultasi dan inspeksi memiliki pengaruh yang signifikan secara
bersama-sama terhadap pekerjaan lapangan audit.
c. Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur persentase
variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh semua variabel bebasnya.
Tabel 4.9. Hasil Uji R2
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .818(a) .670 .662 2.658
a Predictors: (Constant), INSPEKSI, SUPERVISI, KONSULTASI b Dependent Variable: PEKERJAAN LAPANGAN Sumber : data primer yang diolah
Besarnya korfisien determinasi pada tabel 4.9 adalah sebesar 0,662
atau 66,2 % yang berarti bahwa variabel (Y) pekerjaan lapangan audit
dapat dijelaskan oleh variabel supervisi, konsultasi dan inspeksi
sebesar 66,2 %, sedangkan selebihnya sebesar 33,8% dijelaskan oleh
faktor-faktor lain.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh variabel independen
yaitu supervisi, konsultasi dan inspeksi terhadap variabel dependen yaitu
pekerjaan lapangan audit. Hasil pengujian yang dilakukan terhadap 133
responden auditor ialah sebagai berikut:
1. Tindakan supervisi dalam pekerjaan lapangan audit memiliki pengaruh
yang positif dan signifikan dalam pekerjaan lapangan audit. Hal ini dapat
dijelaskan dari hasil signifikansi uji t sebesar 0,000. Karena signifikansi
uji t hitung lebih kecil daripada 0,05, maka H1 diterima dan Ho ditolak.
2. Tindakan konsultasi dalam pekerjaan lapangan audit mempunyai hasil
signifikansi uji t sebesar 0.000, karena hasil uji t signifikansinya
dibawah 0.05 maka hipotesisnya menolak Ho dan menerima H1 yang
artinya tindakan konsultasi mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap pekerjaan lapangan audit.
3. Tindakan inspeksi dalam pekerjaan lapangan audit mempunyai hasil
signifikansi uji t sebesar 0.026, karena hasil uji t signifikansinya
dibawah 0.05 maka hipotesisnya menolak Ho dan menerima H1 yang
artinya tindakan inspeksi mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap pekerjaan lapangan audit.
4. Hasil uji f (simultan) menunjukkan f hitung sebesar 87,146 dengan
tingkat signifikan pada alpha 0,000. Hal ini berarti variabel independen
yaitu supervisi, konsultasi dan inspeksi secara bersama-sama
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel dependen
(pekerjaan lapangan audit).
5. Hasil uji t (parsial), menunjukkan bahwa seluruh variabel independen
yaitu supervisi, konsultasi, dan inspeksi berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen (pekerjaan lapangan audit) pada pengujian
individu atau parsial.
6. Hasil uji regresi linier berganda antara variabel independen (supervisi,
konsultasi dan inspeksi) terhadap variabel dependen (pekerjaan lapangan
audit) menunjukkan Adjusted R Square sebesar 0,662 atau 66,2%. Hal
ini berarti bahwa pekerjaan lapangan audit dapat dijelaskan oleh
supervisi, konsultasi dan inspeksi sebesar 66,2 % dan selebihnya
dijelaskan oleh variabel lain.
B. Implikasi dan Saran
1. Implikasi
Pekerjaan lapangan audit mampu dijelaskan oleh supervisi, konsultasi
dan inspeksi sebesar 66,2% yang artinya ketiga variabel independen dapat
menilai dan mempengaruhi pekerjaan lapangan audit. Jika dilihat dari
masing – masing koefisien, hasil regresi memperlihatkan nilai koefisien
supervisi sebesar 0,328 dengan tingkat signifikansi 0.000, koefisien
konsultasi sebesar 0,509 dengan tingkat signifikansi 0,000 dan koefisien
inspeksi sebesar 0,202 dengan tingkat signifikansi 0,026. Ketiga variabel
independen tersebut signifikan, hal ini menjelaskan bahwa:
a. Variabel supervisi mempunyai pengaruh positif dan signifikan yang
berarti pekerjaan lapangan audit yang dilakukan oleh auditor akan
berjalan lebih efektif dan efisien jika tindakan supervisi diterapkan
dalam kantor akuntan publik.
b. Variabel konsultasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan yang
paling besar dibandingkan dari variabel supervisi dan inspeksi. Hal ini
berarti tindakan konsultasi dalam kantor akuntan publik sangat
dibutuhkan oleh auditor dalam mempermudah dan mempercepat
proses pekerjaan lapangan audit.
c. Variabel inspeksi mempunyai pengaruh positif dan signifikan yang
berarti pekerjaan lapangan audit yang dilakukan oleh auditor akan
berjalan lebih efektif dan efisien jika tindakan inspeksi diterapkan
dalam kantor akuntan publik.
2. Saran
Sebagai hasil dari penelitian dan analisisn pada bab sebelumnya, maka
dapat diajukan beberapa saran yaitu:
a. Tindakan supervisi, konsultasi, dan inspeksi harus selalu diterapkan
oleh kantor akuntan publik dalam melakukan pekerjaan lapangan
audit, agar ketepatan, efisien dan keefektifan dalam bekerja dapat
dicapai oleh auditor.
b. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunakan variabel
lain yang terdapat dalam sistem pengendalian mutu kantor akuntan
publik yaitu independensi, penugasan personel, pemekerjaan,
pengembangan profesional, promosi, dan penerimaan keberlanjutan
klien. Misalnya menguji pengaruh ke enam variabel diatas terhadap
pekerjaan lapangan audit yang dilakukan oleh auditor.
DAFTAR PUSTAKA
Christiawan, Jogi, Yulius. “Aktivitas Pengendalian Mutu Jasa Audit Laporan
Keuangan Historis (Studi Kasus pada Beberapa Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Surabaya, 2005.
Ghozali, Imam. ”Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Badan
Penerbit Universitas Dipenogoro, Jakarta, 2001. Gondodiyoto, Sanyoto. “Audit Sistem Informasi : pendekatan konsep”. PT media
Global Edukasi, Jakarta, 2003. Halim, Abdul. “Auditing : Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan”. Edisi Ketiga,
Cetakan pertama, Unit Penerbit, Yogyakarta, 2003. Harrison M. Wadsworth, Jr., Kenneth S. Stephens, and A Blanton Godfrey.
“Modern Methods for Quality Control and Improvement”. USA, John Wiley & Sons, 1986.
J.M. Juran and Frank M. Gryna, Juran’s. “Quality Control Handbook”, edisi ke-4,
USA, McGraw-Hill Book Company, 1988. Kell. Johnson. Boynton. “Modern Auditing”, Eight Edition, John Wiley & Sons,
United State of America, 2006.
Kosasih, Ruchiat. “Gebyar Pendidikan Profesi Berkelanjutan : Strategi Pengendalian dan Review Mutu Jasa Profesional”. Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta 1998.
Lidyawati. “Kajian Empiris Persepsi dan Implementasi Sistem Pengendalian
Mutu Kantor Akuntan Publik di Jakarta”. Skripsi Program Strata Satu Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Meldasari, Yunita. “Evaluasi Atas Penerapan Standar Pekerjaan Lapangan pada
KAP Husnul Mucharam dan Rosidi”. Tesis Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Jakarta, 2002.
Murtanto. “Analisa Hubungan Tindakan Supervisi dan Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Individual Akuntan Yunior di Kantor Akuntan Publik dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Jakarta, 2005.
Parwanto. “Analisis Terhadap Penerapan Sistem Pengendalian Mutu KAP Djaka
Surasa dan Rekan”. Tesis Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Jakarta, 1999.
Rachmati, Wiwin. Nurchasanah, Rizmah. “Analisis Faktor-Faktor Penentu
Kualitas Audit”. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Jakarta, 2004. Sawyer. Mortimer dan James. “Sawyer Internal Auditing”. Salemba Empat,
Jakarta, 2006. Sugiyono. “ Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, Bandung, 1999. Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Pulik. “Standar Profesional
Akuntan Publik”. Salemba Empat, Jakarta, 2001. Umar, Sekaran. “Research Methods For Business: Metodologi Penelitian untuk
Bisnis.” Edisi ke empat, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Wahyudiono, Bambang. “Evaluasi Atas Penerapan Sistem Pengendalian Mutu
pada KAP H dan M”. Tesis Program Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Jakarta, 2000.