pengaruh strategi think-talk-write ttw terhadap hasil...
TRANSCRIPT
PENGARUH STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW)
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA (Studi Eksperimen di MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan)
oleh:
NINA NUR INAYAH NIM : 103017027246
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/ 2008 M
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI
Skripsi berjudul: “Pengaruh Strategi Think-Talk-Write (TTW)
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa” disusun oleh Nina Nur Inayah,
Nomor Induk Mahasiswa 103017027246, Jurusan Pendidikan Matematika. Telah
melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk
diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.
Jakarta, Agustus 2008
Yang Mengesahkan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Kadir, M.Pd Otong Suhyanto, M.Si
NIP. 150265632 NIP. 150293239
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Nina Nur Inayah NIM : 103017027246 Jurusan : Pendidikan Matematika Angkatan Tahun : 2003/2004 Alamat : Jl. RE Martadinata No. 22 Rt 12 Rw 05
Desa Mauk Timur Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang 15530
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Strategi Think-Talk-Write (TTW)
Terhadap Hasil belajar Matematika Siswa adalah benar hasil karya sendiri
dibawah bimbingan dosen:
1. Nama : Dr. Kadir, M.Pd
NIP : 150265632
Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika
2. Nama : Otong Suhyanto, M.Si
NIP : 150293239
Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, Agustus 2008
Nina Nur Inayah
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Pengaruh Strategi Think-Talk-Write (TTW)
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Jakarta, dan dinyatakan
lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 18 September 2008 dihadapan dewan
penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S. Pd) dalam
bidang pendidikan matematika.
Jakarta, 24 September 2008
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Jurusan (Ketua Jurusan/Program Studi)
Maifalinda Fatra, M. Pd ..................... ....................... NIP.: 150 277 129 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Otong Suhyanto, M. Si ..................... ........................ NIP.: 150 293 239 Penguji I
Maifalinda Fatra, M. Pd ...................... ........................ NIP.: 150 277 129 Penguji II
Drs. H. M. Ali Hamzah ...................... ........................ NIP.: 150 210 082
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. NIP.: 150 231 356
UJI REFERENSI
Nama : Nina Nur Inayah
NIM : 103017027246
Jur/Fak : Pendidikan Matematika/Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi : Pengaruh Strategi Think-Talk-Write (TTW) Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa
Paraf No Judul Buku dan Nama Pengarang Pembimbing I Pembimbing II1 2 3 4 5 6 7 8 9
R.soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Depdijknas, 2000), h. 43. Wahyudin Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika,(bandung, disertasi, 1999), h. 271. Wahyudin Kemampuan Guru Matematika… h. 253. Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA UPI, 2003), h.255. Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika…h. 71. Hera Sri Mudzakir, Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama (Journal Matematika dan pendidikan matematika, UIN, 02 Desember 2006), Vol.1, h. 197 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Rosda, 2004), Cet ke-9, h. 90. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.21. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Rosda, 2004), Cet ke-9, h. 91.
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekata... , h. 132. Paul Suparno, Konstruktivisme dan Dampaknya Terhadap Pendidikan, (http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/11/18/0236.html) Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2008), Cet ke-1, h. 91. Constructivism and the Five E’s, artikel ini diakses pada tanggal 20 Mei 2008, di http://www.constructivisme/expo.expo.edu.ph/pinatubo/page4.html. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 92. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 93. Constructivism and the Five E’s, http://www.constructivisme/expo.expo.edu.ph/pinatubo/page4.html, 20 Mei 2008 Guru,PembelajaranKonstuktivistik, http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=lihat&id=66, 13 April 2007. Nuryani Y. Rustaman Dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Surabaya: Penerbit Universitas Negeri Malang (UM Press), cet 1, 2005), hal. 171 M. Khoiruddin, Konstruktivisme Dalam Strategi Pembelajaran, http://www.google.co.id/search?hl=id&lr=lang_id&client=firefox-a&channel=s&rls=org.mozilla:en-US:official&hs=1xJ&q=pembelajaran+konstruktivisme&start=10&sa=N, 1 juli 2008, hal 1. Tumbuh Kembang, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran ke Depan, http://tumbuhkembang.blogspot.com/2007/08/konstruktivisme-dalam-pembelajaran-ke.html, 1 Juli 2008. Important People in the Development of the Theory of Constructivism, http://www.constructivisme.com/chd.gse.gme.edu/immersion/konwledgebase/index.htm, 20 Mei 2008.
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 94. Konstruktivisme dan Pembelajaran, http://suciptoardi.wordpress.com/2007/12/04/48/, 1 Juli 2008. Pembelajaran Konstruktivisme, http://guru-beasiswa.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-dengan-teori.html, 1 Juli 2008, hal 3 Fadjar Shadiq, Implikasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar,http://www.google.co.id/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=s&hl=id&q=pembelajaran+konstruktivisme&meta=lr%3Dlang_id&btnG=Telusuri+dengan+Google, 1 Juli 2008, hal 7-9. Pembelajaran Konstruktivisme, http://guru-beasiswa.blogspot......, hal 4, 1 Juli 2008. Hamzah, “Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme”dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, No. 040, Tahun ke-8, November 2002. h. 67 Guru, Pembelajaran Konstruktivistik, http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=lihat&id=66, 13 April 2007, hal 3. The Maryland Virtual High School of Sciense and Mathematics, 5 E’s Lesson Components, , http://mvhsl.mbhs.edu/mvhsproj/learningcycle/lcmodel.html, 29 Maret 2007. Ari Widodo, Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 064, Tahun ke-13, Januari 2007, Jakarta, h.101. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 94. Munasprianto Ramli, Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode Konstruktivisme, Metamorfosa, Vol. 1 No 2, Oktober 2006, Jakarta, h. 51 Guru, Pembelajaran Konstruktivistik, http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=lihat&id=66, hal 4, 13 April 2007. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Harapan, 1990), h. 190. R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstatasi Keadaan masa kini Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Depdiknas, 1999/2000), h. 11. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah …, h.191. Ismail et.al, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (PMAT44471/4SKS/modul.1-12), (Jakarta: Universitas terbuka, 2000), h. 1.15. Sukardjono, Filasafat dan Sejarah Matematika (Jakarta; UT, 2000), cet. 1, h. 1.3 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet ke-2, h. 252. Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA, 2003), h. 17. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet Ke-2, h. 119. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), Cet Ke-7, h.22. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar...h.121. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses...h. 22-23. Bansu Irianto Ansari, Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa SMU (Bandung: Disertasi UPI, 2003),h.36. http://www.mtsd.k12.wi.us/MTSD/District/ela-curiculum-03/writing/think_talk_write.html , 19 Februari 1999 Hera Sri Mudzakir, Strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Untuk Meninhgkatkan Kemampuan Representasi Matematika Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama, (Bandung: Tesis, 2005), h. 55. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 85. Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 86.
48 49 50 51 52 53 54
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 87-88. Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2005), h. 41 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2006),h. 185. Tim MKPBM, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Bandung: JICA UPI, 2003), h. 148. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.208 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi…,h.210. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi…, h. 218
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Kadir, M.Pd Otong Suhyanto, M.Si
NIP. 150265632 NIP. 150293239
ABSTRAK
Nina Nur Inayah. Pengaruh Strategi Thnik-Talk-Write Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Agustus 2008 Penelitian ini dilakukan atas suatu masalah kurang pahamnya siswa terhadap konsep pada materi yang dipelajari sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika siswa. Penggunaan strategi Think-Talk-Write pada proses pembelajaran ini dilakukan untuk mengarahkan siswa belajar secara mandiri dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas peningkatan hasil belajar matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write dan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada pokok bahasan bangun datar. Untuk menjawab permasalahan tersebut, dilakukan penelitian eksperimen yang bertempat di MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan pada bulan Maret sampai bulan Juni 2008. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen, karena hanya ada dua kelas maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara merandom dua kelas untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang diujikan adalah tes uji coba kepada kedua kelas yang berupa hasil belajar matametika siswa, sedangkan teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji-t untuk menguji hipotesis. Dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh nilai thitung = 2,09, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5 % = 1,98. Sehingga didapatkan thitung > ttabel, yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Oleh karena itu, data menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan strategi Think-Talk-Write lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian strategi Think-Talk-Write dalam pembelajaran matematika berpengaruh secara nyata terhadap hasil belajar matematika siswa. Kata Kunci: Strategi Think-Talk-Write, Hasil Belajar Matematika Siswa
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
perubahan hampir di semua aspek kehidupan, dimana berbagai permasalahan
tersebut hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan
ilmu pengetahuan dan teknologi.Selain manfaat bagi kehidupan manusia di
satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era
persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam
persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus
dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses
pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era
globalisasi tersebut.
Berkenaan dengan hal itu, Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat
Al Ankabut ayat 43 yang berbunyi:
☺
Artinya: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk manusia; dan
tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”
Berdasarkan ayat ini jelas bahwa orang-orang yang memiliki ilmu
pengetahuan adalah orang-orang yang mampu memahami apa yang sudah
diberikan-Nya, baik dari segi ilmu pengetahuan umum maupun ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan agama.
Dalam perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi dan
penguasaanya, Matematika mempunyai peranan yang sangat penting. Semakin
maju ilmu pengetahuan dan teknologi maka semakin banyak menuntut
matematika untuk menemukan bentuk-bentuk baru sebagai pembantunya.
Kenyataan tersebut mungkin menjadi dasar mengapa Matematika dijadikan
bidang studi yang dipelajari oleh siswa dari tingkat Sekolah Dasar sampai
Perguruan Tinggi. Mempelajari matematika sebenarnya adalah mempelajari
ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak yang tersusun secara hierarkis.
Menanamkan ide atau konsep yang abstrak ini merupakan persoalan yang
tidak mudah dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar jika tidak
diimbangi dengan metode dan pendekatan mengajar yang tepat dan
disesuaikan dengan kemampuan kognitif siswa.
R.Soedjadi merumuskan tujuan umum pembelajaran matematika,
yaitu:
1. Mempersipkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran yang logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.1
Keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat dinilai dari sejauh
mana perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa. Hal ini dapat
dicapai melalui proses belajar mengajar yang efektif, efisien, dan bermakna.
Salah satu cara untuk menciptakan kondisi tersebut adalah dengan pemilihan
model pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan karakteristik mata
pelajaran matematika yang memerlukan keaktifan siswa baik secara fisik,
intelektual, maupun emosional. Disinilah dituntut kemampuan guru dalam
memilih dan menerapkan model, strategi, pendekatan, dan metode
1 R.soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia Konstatasi Keadaan Masa Kini
Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Depdijknas, 2000), h. 43.
pembelajaran yang ada dalam upaya peningkatan penguasaan konsep-konsep
matematika. Untuk itu, model dan pendekatan pembelajaran matematika di
kelas pun seharusnya dimodifikasi agar siswa sebagai generasi penerus
memiliki kemampuan matematika yang lebih tinggi, baik dalam pemahaman
maupun kemampuan komunikasi matematikanya. Dalam hal ini tugas dan
peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi, namun guru harus mampu
mendorong siswa belajar mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui
berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah dan komunikasi matematika.
Disamping perubahan pada model pembelajaran di kelas, guru atau tenaga
pendidik juga diharapkan mampu berpikir kreatif dalam pembelajaran
matematika.
Al Ghazali dalam Asrorun Ni’am Sholeh memberikan batasan yang
ketat bagi profesi pendidik sebagai prasyarat yang harus dipenuhi: 1) Pendidik
harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap anak didik serta mampu
memperlakukan mereka sebagaimana anak sendiri; 2) Pendidik meakukan
aktivitas karena Allah SWT; 3)Pendidik harus mampu memberikan nasehat
yang baik kepada anak didik; 4) Pendidik harus mampu mengarahkan anak
didik kepada hal-hal yang positif dan mencegah mereka melakukan aktifitas
yang destruktif; 5) Mengetahui tingkat nalar dan intelektualitas anak didik; 6)
Pendidik harus mampu menumbuhkan kegairahan murid terhadap ilmu yang
dipelajarinya tanpa menimbulkan sikap apriori terhadap disiplin ilmu yna lain;
dan 7) Pendidik harus mampu mengidentifikasi kelompok anak didik usia dini
dan secara khusus memberikan materi ilmu pengetahuan yang sesuai dengan
perkembangan jiwanya.
Berkenaan dengan hal itu, Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat
An Nahl ayat 125 yang berbunyi:
☺
☺
☺
☺
Artinya: ” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.”
Ayat ini jelas bahwa guru harus mengajarkan yang benar kepada
siswanya, salah satunya adalah menerapkan strategi yang tepat yang
disesuaikan dengan kemampuan siswa, baik dari segi kognitif maupun dari
segi kejiwaannya. Sehingga hasilnya akan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia. namun demikian, pada kenyataannya,
pelaksanaan pembelajaran matematika di Indonesia masih mengalami banyak
kendala, diantaranya kualitas pembelajaran matematika yang masih rendah.
Hal ini ditandai dengan rendahnya penguasaan siswa dalam pelajaran
matematika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Wahyudin
mengungkapkan bahwa tingkat penguasaan atau hasil belajar terhadap
matematika cenderung rendah.2 Salah satu penyebab rendahnya penguasaan
atau hasil belajar siswa dalam matematika adalah siswa tidak memahami
konsep-konsep atau persoalan-persoalan yang diberikan dalam pembelajaran
matematika. Pemahaman terhadap suatu konsep matematika berpengaruh
terhadap pemahaman konsep matematika yang lain.
Masalah lain dalam pembelajaran matematika adalah banyaknya
keluhan yang muncul baik dari siswa maupun orang tua tentang pelajaran
matematika. Sebagian besar orang menganggap hal yang berkaitan dengan
matematika adalah hal yang sukar untuk dimengerti. Begitu pula pandangan
2 Wahyudin Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika,(bandung, disertasi, 1999), h. 271.
siswa terhadap pelajaran matematika di sekolah, mereka menganggap
pelajaran matematika sulit untuk dipelajari. Selain itu siswa merasa cepat
bosan dengan pembelajaran matematika yang monoton, akibatnya siswa
cenderung tidak menyukai matematika. Wahyudin mengungkapkan bahwa
matematika merupakan mata pelajaran yang cukup sukar untuk dipahami,
karena menurut mereka rumus-rumus atau persoalan dalam matematika terlalu
banyak dan sukar dipahami.3
Model pembelajaran yang umumnya dipakai seolah-olah adalah model
pembelajaran klasikal. Erman mengemukakan bahwa pada model pembelajarn
klasikal guru mengajar sejumlah siswa, biasanya sampai 30 sampai dengan 40
orang siswa dalam sebuah ruangan.4 Para siswa memiliki kemampuan
minimum dan diasumsikan memiliki kecepatan belajar yang relative sama.
Dengan kondisi ini, kondisi belajar siswa yang sacara individual baik
menyangkut kecepatan belajar, kesulitan belajar sukar diperhatikan oleh guru.
Pada umumnya cara guru dalam menentukan kecepatan menyajikan materi
dan tingkat kesukaran materi kepada siswanya berdasarkan informasi
kemampuan siswa secara umum. Guru nampaknya sangat mendominasi dalam
menentukan semua kegiatan pembelajaran. Banyaknya materi yang diajarkan,
urutan materi pelajaran, kecepatan guru mengajar, dan lain-lain sepenuhnya
ada di tangan guru. Model pembelajaran klasikal membuat guru menjadi pusat
utama kegiatan belajar di kelas, yang akhirnya siswa sukar untuk diperhatikan
mengenai kondisi individualnya. Siswa terkesan pasif dan menerima apa kata
guru. Kondisi ni umumnya membuat kejenuhan bagi siswa yang kurang
teroptmalkan potensinya dan berujung pada rendahnya efektifitas belajar
siswa. Pembelajaran yang diharapkan pada saat ini adalah pembelajaran yang
berpusat pada siswa dimana peran aktif siswa sangat ditekankan di dalamnya.
Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi (transfer of
knowledge), tetapi sebagai pendorong siswa belajar (stimulation of learning)
3 Wahyudin Kemampuan Guru Matematika… h. 253. 4Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA UPI,
2003), h.255.
agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktifitas
seperti komunikasi matematika.
Menurut teori belajar konstruksivisme, fokus utama dalam belajar
matematika adalah memberdayakan siswa untuk berfikir mengkonstruksi
pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya.
Cobb mendefinisikan bahwa belajar matematika merupakan proses di mana
siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika.5 Dengan
demikian guru berperan sebagai fasilitator yakni menyediakan kondisi belajar
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan
matematikanya.
Banyak model atau pendekatan pembelajaran matematika yang sesuai
dengan prinsip dasar konstruksivisme, salah satunya adalah pembelajaran
matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran Think-Talk-Write
(TTW). Strategi pembelajaran TTW yang diperkenalkan oleh Huinker dan
Laughin (1996: 82) menyebutkan bahwa penerapan TTW memungkinkan
seluruh siswa mengeluarkan ide-ide di belakang pemikirannya, membangun
secara tepat untuk berpikir dan refleksi, mengorganisasikan ide-ide, serta
mengetes ide tersebut sebelum siswa diminta untuk menulis.6 Strategi TTW
lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok kecil yang heterogen dengan 3-5
siswa, dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil,
menjelaskan, mendengar, dan membagi ide bersama teman kemudian
mengungkapkan melalui tulisan.
Berdasarkan paparan di atas diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai “PENGARUH STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW)
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA”.
5 Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika…h. 76. 6 Hera Sri Mudzakir, Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write Untuk Meningkatkan
Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama (Jurnal Matematika dan pendidikan matematika, UIN, 02 Desember 2006), Vol.1, h. 197
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunakan strategi TTW dapat membuat siswa lebih siap dan
aktif dalam proses pembelajaran?
2. Apakah pembelajaran dengan strategi think-talk-write mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa?
3. Apakah pembelajaran dengan strategi TTW lebih efektif dari pada
pembelajaran yang tidak menggunakan strategi TTW?
4. bagaimanakah respon siswa terhadap strategi TTW?
Pembatasan Masalah
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda maka
diberikan batasan masalah dari penelitian ini yaitu:
Penelitian ini diilakukan pada siswa kelas VII MTsN 19 Pondok Labu Jakarta
Selatan semester genap tahun ajaran 2007/2008 dengan pokok bahasan
bangun datar.
Strategi pembelajaran think-talk-write adalah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memulai belajar dengan memahami permasalahan terlebih
dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan
akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri hasil belajar yang
diperolehnya.
Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah nilai tes formatif pada
pokok bahasan bangun datar.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti menetapkan perumusan masalah di atas yaitu: Apakah penerapan
strategi Think-Talk-Write (TTW) berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika siswa?
Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya maka
yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui kualitas
peningkatan hasil belajar matematika siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan strategi TTW dan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilakukan, diharapkan dapat memberikan
sejumlah manfaat atau kegunaan, antara lain:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kepustakaan
pendidikan, khususnya mengenai pengaruh penerapan strategi Think-Talk-
Write (TTW) terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan
bangun datar. Serta menjadi bahan masukan bagi peneliti yang berminat
untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah
(guru) untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan
memberikan inovasi baru yaitu penerapan strategi Think-Talk-Write pada
pokok bahasan bangun datar.
3. Bagi siswa, pembelajaran matematika dengan strategi TTW diharapkan
dapat melatih belajar secara aktif dan mandiri dan akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun
sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat
yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah
semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang
tersaji dalam bentuk informasi /materi pelajaran.
Belajar menurut Muhibin Syah mengutip pendapat Chaplin
(1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua
macam rumusan, yaitu:
1) Rumusan pertama berbunyi: belajar adalah perolehan tingkah laku
yang relatif menetap sebagai akibat dari latihan dan pengalaman.
2) Rumusan kedua berbunyi: belajar adalah proses memperoleh
respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.7
Ada suatu hukum yang sangat terkenal dari teori gestalt yaitu
hukum Pragnanz yang kurang lebih berarti “teratur, seimbang, atau
harmonis”. Belajar merupakan upaya mencari dan menemukan
Pragnanz, keteraturan, keharmonisan dari sesuatu yang dipelajari.
Untuk menemukan Pragnanz diperlukan adanya pemahaman atau
insight. Menurut Ernest Hilgard ada 6 ciri dari belajar yang
mengandung pemahaman, yaitu:
7 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: Remaja
Rosda Karya, 2004), Cet ke-9, h. 90.
1) Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar
2) Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu
3) Pemahaman tergantung pada pengaturan situasi
4) Pemahaman didahului oleh usaha coba-coba
5) Belajar dengan pemahaman dapat diulangi
6) Suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi
lain.8
Dalam pandangan psikologis secara umum mendefinisikan
belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dan interaksi dengan
lingkungannya. Sejalan dengan itu Reber membatasi belajar dengan
dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring
knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar
adalah A relative permanent change ini respons potensiality which
occurs as a result of reinforced practise, yaitu suatu perubahan
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
diperkuat.9
Dari pendapat tersebut, belajar merupakan suatu perubahan
yang terjadi melalui latihan-latihan yang dilakukan berulang dan
pengalaman yang sifatnya relatif menetap, bukan bersifat sementara
atatu tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
kita bedakan menjadi tiga macam.
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi
jasmani dan rohani siswa.
8 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h.21. 9 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan..., (Jakarta: Remaja Rosda
Karya, 2004), Cet ke-9, h. 91.
9
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan
di sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-
materi pelajaran.10
Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang
sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa
atas materi-materi yang telah dipelajari. Bukti institusional yang
menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesui dengan proses
mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar semakin baik
pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk
skor. Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah
proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-
cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar pada pengertian ini
difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas
untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi
siswa.
Berdasarkan beberapa definisi tentang belajar, dapat ditarik
kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku untuk
menuju ke arah yang lebih baik yang membawa hasil dari sebuah
pengalaman. Adapun perubahan tingkah laku itu mencakup berbagai
aspek, seperti aspek: kognitif, afektif, dan aspek psikomotorik. Menurut teori konstruktivisme, fokus utama dalam pembelajaran matematika adalah
memberdayakan siswa untuk berpikir mengkonstruksi pengetahuan matematika yang pernah ditemukan oleh ahli-ahli sebelumnya.
Cobb (1991) dalam Erman mengatakan bahwa dari perspektif konstruktivis, belajar matematika bukanlah suatu proses ‘pengepakan’ pengetahuan secara hati-hati, melainkan tentang mengorganisir aktifitas, di mana kegiatan ini diinterpretasikan secara luas termasuk aktivitas dan berfikir konseptual. Cobb (1992) juga mengatakan bahwa belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika.
Paul Suparno mengemukakan bahwa dalam pengertian konstruktivisme, belajar adalah suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dibuat sendiri oleh pelajar atau orang yang mau
10 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan... , h. 132.
mengerti.11 Orang itulah yang aktif berpikir, membuat konsep, dan mengambil makna. Guru atau pendidik disini hanyalah membantu agar proses konstruksi itu berjalan. Guru bukan mentransfer pengetahuan sebagai yang sudah tahu, tetapi membantu agar anak didik membentuk pengetahuannya. Dalam belajar sistem ini, peran murid diutamakan dan keaktivan murid untuk membentuk pengetahuan dinomorsatukan. Semua peralatan, bahan, lingkungan dan fasilitas disediakan untuk membantu pembentukan itu. Murid diberri kesempatan mengungkapkan pemikirannya akan suatu masalah, tanpa dihambat. Dengan dibiasakan berpikir sendiri dan mempertanggung jawabkan pemikirannya, murid akan terlatih untuk menjadi pribadi yang sungguh mengerti, yang kritis, kreatif, dan rasional.
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama dalam
Martinis dengan ide utamanya sebagai berikut:
1. Pengetahuan tidak diberikan dalam bentuk jadi (final), tetapi siswa
membentuk pengerahuannya sendiri melalui interaksi dengan
lingkungannya, melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
adalah penyerapan informasi baru ke dalam pikiran. Akomodasi
adalah penyusunan kembali (modifikasi) struktur kognitif karena
adanya informasi baru, sehingga informasi itu mempunyai tempat.
2. Agar pengetahuan diperoleh, siswa harus beradaptasi dengan
linkungannya. Adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara
asimilasi dan akomodasi. Andaikan dengan proses asimilasi
seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkunganya,
terjadilah ketidaksetimbangan. Akibatnya terjadilah akomodasi dan
struktur yang ada mengalami perubahan atau struktur baru timbul.
3. Andaikan dengan proses asimilasi seseorang tidak dapat
mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya, terjadilah
ketidakseimbangan (disequilibrium). Akibatnya terjadilah
akomodasi, dan struktur yang ada mengalami perubahan atau
struktur baru timbul.
4. Pertumbuhan intelektual merupakan proses terus menerus tentang
keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang. Tetapi bila
terjadi kembali kesetimbangan, maka individu itu berada pada
tingkat intelektual yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan intelektual anak
dipengeruhi oleh faktor sosial. Lingkungan sosial dan
11 Paul Suparno, Konstruktivisme dan Dampaknya Terhadap Pendidikan, (http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/11/18/0236.html)
pembelajaran secara natural mempengaruhi perkembangan anak
dalam meningkatkan kekomplekan dan kesistematikan kognitif.12
Pada pembelajaran konstruktivisme, guru berusaha sebisa
mungkin untuk memberikan sistem pembelajaran yang tidak monoton.
Pembelajaran ini banyak sekali digunakan dalam pembelajaran sains,
dengan tuntunan berikut ini: belajar sesuatu yang baru dan berusaha
mengetahui pemahaman yang telah ada lebih mendalam. Hal ini
merupakan tahap awal dari eksplorasi, dimana siswa dapat
menggabungkan antara pengalaman sebelumnya dengan pengetahuan
yang baru.13 Metode pembelajaran seperti itu disebut metode
konstruktivisme.
Selain Piaget, Konstruksivis yang lain yaitu Vygostsky dalam
Martinis berpendapat bahwa perkembangan intelektual anak
dipengaruhi oleh lingkungan sosial.14 Lingkungan sosial dan
pembelajaran secara natural mempengaruhi perkembangan anak dalam
meningkatkan kekomplekkan dan kesisitematisan kognitif. Berkaitan
dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan
konstruktivisme, Martinis mengutip dari Driver dan Bell mengajukan
ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme sebagai berikut: (1) siswa tidak
dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2)
belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan
siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan
dikonstruksi secara persoanal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi
pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5)
kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat
pembelajaran, materi dan sumber. Berkaitan dengan pembelajaran
12 Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2008), Cet ke-1, h. 91. 13 Constructivism and the Five E’s, artikel ini diakses pada tanggal 20 Mei 2008, di
http://www.constructivisme/expo.expo.edu.ph/pinatubo/page4.html. 14 Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 92.
Brooks & Brooks menambahkan delapan visi pembelajaran yang
berbasis konstruktivis sebagai berikut:
1. Pembelajaran disajikan secara utuh menuju bagian-bagian yang
penekanannya pada konsep-konsep besar (big concepts)
2. Menggali pertanyaan siswa sangat dihargai
3. Aktivitas pembelajaran dititikberatkan pada sumber data utama dan
memanipulasi bahan-bahan atau alat peraga.
4. Siswa dipandang sebagai pemikir dengan memunculkan
permasalahan.
5. Guru secara umum bertindak dengan cara interaktif, dan mediator
lingkungan bagi siswa.
6. Guru menggali konsepsi siswa, sehingga memahami sajian
konsepsi siswa untuk penggunaan pelajaran berikutnya.
7. Penilaian hasil belajar siswa terkait dengan pembelajaran dan
terjadi melalui pengamatan guru terhadap pekerjaan dan
penampilan siswa serta portofolio.
8. Siswa sebaiknya bekerja dalam kelompok15
Filsafat tentang pembelajaran, yang menunjukkan pembelajar
butuh untuk dibangun pemahaman mereka, yang biasa disebut
kontruktivisme. Sudah banyak diteliti dan ditulis oleh para ahli teori
pembelajaran dan kognisi. Seperti Jean Piaget, Eleanor Duckworth,
George Hein dan Howard Gardener telah mendalami metode
pembelajaran ini.16
Konstruktivisme berarti bersifat membangun, dalam konteks
Filsafat Pendidikan, konstruktivisme adalah suatu upaya membangun
tata susunan hidup yang berbudaya dan modern. Dalam proses
pembelajaran konsep ini menghendaki agar anak didik dapat
mengembangkan kemampuannya secara konstruktif untuk
15 Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 93. 16Constructivism and the Five E’s,
http://www.constructivisme/expo.expo.edu.ph/pinatubo/page4.html, 20 Mei 2008
menyesuaikan diri dengan tuntutan dari ilmu pengetahuan dan
teknologi.17
Menurut Fensham (1994:5) penganut konstruktivisme memiliki
pandangan tentang hal-hal yang dialami atau diceritakan secara aktif
oleh diri mereka sendiri. Makna yang dibangun bergantung pada
pengetahuan yang sudah ada pada diri seseorang. Oleh karena
pengalaman dan hasil bacaan perorangan berbeda-beda, maka hasil
pemaknaan juga boleh jadi menjadi amat berbeda.18
Salah satu ahli pendidikan dari Indonesia berpendapat bahwa
pendekatan pembelajaran konstruktivisme merupakan proses
pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun
dalam benak atau pikiran manusia. John Dewey mengutakan lagi teori
konstruktivisme ini dengan mengatakan bahwa pendidik yang cakap
harus melaksanakan pembelajaran sebagai proses menyusun atau
membina pengalaman secara terus menerus.19
Pendapat lain menyatakan bahwa: Konstruktivisme merupakan
cara pandang (filosofist) yang menganjurkan perubahan proses
pembelajaran skolastik (baik formal maupun non formal dan informal)
melalui pengenalan, penyusunan, dan penetapan tangkapan
pengetahuan berdasar reaksi (di dalam pikiran) peserta didik. Ilmu
pengetahuan tidak boleh dipindahkan kepada peserta didik (transfer
knowledge) dalam bentuk yang serba “sempurna”/”jadi” melalui
program pengajaran guru (Teacher Centered Learning).20
17Guru,PembelajaranKonstuktivistik,
http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=lihat&id=66, 13 April 2007. 18 Nuryani Y. Rustaman Dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Surabaya: Penerbit
Universitas Negeri Malang (UM Press), cet 1, 2005), hal. 171 19M. Khoiruddin, Konstruktivisme Dalam Strategi Pembelajaran,
http://www.google.co.id/search?hl=id&lr=lang_id&client=firefox-a&channel=s&rls=org.mozilla:en-US:official&hs=1xJ&q=pembelajaran+konstruktivisme&start=10&sa=N, 1 Juli 2008, hal 1.
20Tumbuh Kembang, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran ke Depan, http://tumbuhkembang.blogspot.com/2007/08/konstruktivisme-dalam-pembelajaran-ke.html, 1 Juli 2008.
Menurut paham konstruktivisme di atas, ilmu pengetahuan
sekolah tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru kepada murid,
tapi murid perlu dibina untuk memperoleh pengetahuan itu sendiri
dengan pengalaman masing-masing.
Banyak ahli pskilogi dan pendidikan yang berkutat meneliti
metode pembelajaran tersebut. Seperti yang sudah penulis jabarkan di
atas. Berikut ini sumbangan pemikiran dari John Dewey tentang
pendekatan konstruktivisme. Bagi Dewey, berfikir adalah mengubah,
mengorganisasi kembali, membentuk makna. Dewey kerap berkata
pada pembaca bahwa:
“ Mind is active, a verb and not a noun” (Fosnot, 1996, p.126)
Dewey menegaskan bahwa penting bagi siswa untuk
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Pengalaman yang
dimaksud Dewey adalah lingkungan sosial, dimana siswa bersama-
sama menganalisa objek permasalahan dan atau menciptakan sendiri
komunitas untuk saling bertukar pikiran. 21
Akhir-akhir ini para ahli mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang dilandasi pandangan konstruktivisme dari Piaget.
pandangan ini berpendapat bahwa dalam proses belajar anak
membangun pengetahuannya sendiri dan memperoleh banyak
pengetahuan di luar sekolah (Dahar, 1989:160). Oleh karena itu setiap
siswa akan membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh selam
berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar.
Terdapat beberapa hal yang perlu ditekankan dalam konstruktivisme,
yaitu : (1) peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara
bermakna; (2) pentingnya membuat kaitan antar gagasan oleh siswa
mengkonstruksi pengetahuan; (3) mengaitkan antara gagasan siswa
dengan informasi baru di kelas (Tasker, 1992: 30). Konstruktivisme
yang menggunakan kegiatan hands-on serta memberikan kesempatan
21Important People in the Development of the Theory of Constructivism, http://www.constructivisme.com/chd.gse.gme.edu/immersion/konwledgebase/index.htm, 20 Mei 2008.
yang luas untuk melakukan dialog dengan guru dan teman-temannya
akan dapat meningkatkan pengembangan konsep dan keterampilan
berpikir para siswa.
Implementasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran,
Menurut Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam
kaitannya dengan pembelajaran matematika, yaitu: (1) siswa
mengkonstruksi pengetahuan matematika dengan cara
mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) matematika menjadi
lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai,
dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling
bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.22
Ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, maka
otaknya akan terbentuk struktur kognitif tertentu. Struktur kognitif itu
disebut skemata yang merupakan suatu organisasi mental yang akan
memudahkan individu untuk menghadapi tuntutan lingkungannya
semakin meningkat.
Siswa tidak boleh diberikan bagian-bagian yang terpisah,
penyerdehanaan masalah, dan pengulangan keterampilan dasar, tetapi
sebaliknya: siswa dihadapkan pada lingkungan belajar yang kompleks,
terlihat samar-samar, dan masalah yang tidak beraturan.
Masalah-masalah yang kompleks itu harus dihubungkan pada
aktivitas dan tugas yang otentik, karena keberagaman situasi yang
dihadapi tersebut, seperti juga aplikasi yang mereka hadapi tentang
dunia nyata.23
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut
pandangan konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn
dan Tony, 1995:222) mengajukan karakteristik sebagai berikut: (1)
siswa tidak dipandang sebagai suatu yang pasif melainkan memiliki
tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungin proses
22 Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 94. 23 Konstruktivisme dan Pembelajaran, http://suciptoardi.wordpress.com/2007/12/04/48/,
1 Juli 2008.
keterlibatan siswa, (3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari
luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran
bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan
situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan
seperangkat pmbelajaran, materi, dan sumber.24
Konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan akan terbentuk
atau terbangun di dalam pikiran siswa sendiri ketika ia berupaya untuk
mengorganisasikan pengalaman barunya berdasar pada kerangka
kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya, sebagaimana dinyatakan
Bodner (1986:873): “… knowledge is constructed as the learner strives
to organize his or her experience in terms of preexisting mental
structures”. Dengan demikian, belajar matematika merupakan proses
memperoleh pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa
sendiri melalui transformasi pengalaman individu siswa. Di samping
itu, pentingnya kemampuan memecahkan masalah, terutama di saat
para siswa sudah bekerja atau di saat mempelajari materi lain, akan
menuntut adanya perubahan proses pembelajaran di kelas-kelas,
termasuk di Sekolah Dasar di seluruh Indonesia.
Berdasarkan penjelasan dan contoh di atas, implikasi
konstruktivisme pada pembelajaran di antaranya adalah:25
1. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak mesti diikuti
dengan hasil yang bagus pada siswanya. Setiap siswa SD harus
mengkonstruksi (membangun) pengetahuan matematika di dalam
benaknya masing-masing berdasar pada kerangka kognitif yang
sudah ada di dalam benaknya.
2. Tugas setiap guru adalah memfasilitasi siswanya, sehingga
pengetahuan matematika dibangun atau dikonstruksi para siswa
24Pembelajaran Konstruktivisme, http://guru-
beasiswa.blogspot.com/2007/12/pembelajaran-matematika-dengan-teori.html, 1 Juli 2008, hal 3. 25 Fadjar Shadiq, Implikasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah
Dasar,http://www.google.co.id/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=s&hl=id&q=pembelajaran+konstruktivisme&meta=lr%3Dlang_id&btnG=Telusuri+dengan+Google, 1 Juli 2008, hal 7-8.
sendiri dan bukan ditanamkan oleh para guru. Para siswa harus
dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi
pengalaman baru ke dalam kerangka kognitifnya. Karenanya,
pembelajaran matematika akan menjadi lebih efektif bila guru
membantu siswa menemukan dan memecahkan masalah dengan
menerapkan pembelajaran bermakna
3. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model
mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka
dan penalaran yang dikembangkan dan yang dibuat para siswa
untuk mendukung model-model itu. Karenanya, para guru harus
mau bertanya dan mau mengamati pekerjaan siswanya. Setiap
kesalahan siswa harus menjadi umpan balik dalam proses
penyempurnaan rancangan proses pembelajaran berikutnya.
4. Pada konstruktivisme, siswa perlu mengkonstruksi pemahaman
mereka sendiri untuk masing-masing konsep matematika sehingga
peranan guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”,
menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan
pengetahuan matematika pada siswa tetapi menciptakan situasi
bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat
konstruksi-kontruksi mental yang diperlukan. Pada akhirnya
mudah-mudahan tulisan ini akan lebih menjelaskan dan dapat
meyakinkan para guru, akan perlunya perubahan ini.
Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam
pendidikan anak menurut Poedjiadi adalah sebagai berikut:26
(a) tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah
menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan
berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
(b) kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi
oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah
26 Pembelajaran Konstruktivisme, http://guru-beasiswa.blogspot......, hal 4, 1 Juli 2008.
seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
(c) peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara
belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai
mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif
untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Menurut Wheatley dalam jurnal Hamzah, dua prinsip utama
dalam pembelajaran konstruktivisme. Pertama, pengetahuan tidak
dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif
siswa. Kedua, fungsi kognitif bersifat adaptif dan membantu
pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.27
Pendapat lain mengatakan prinsip dari konstruktivisme sebagai
berikut:28
1. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
2. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan.
3. Mencari dan menilai pendapat siswa.
4. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
5. Menilai belajar siswa dalam konteks pengajaran.
Konstruktivisme memiliki beberapa tahap yang dapat
menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien, tahap-tahapnya
adalah sebagai berikut:29
1. Persiapan, pada tahap ini terdapat aktivitas untuk menarik
perhatian siswa, menstimulasi cara berfikir siswa dan menolong
mereka untuk menerima pengetahuan yang baru. Biasanya dengan
27 Hamzah, “Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Konstruktivisme”dalam
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, No. 040, Tahun ke-8, November 2002. h. 67 28Guru, Pembelajaran Konstruktivistik,
http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=lihat&id=66, 13 April 2007, hal 3. 29 The Maryland Virtual High School of Sciense and Mathematics, 5 E’s Lesson
Components, , http://mvhsl.mbhs.edu/mvhsproj/learningcycle/lcmodel.html, 29 Maret 2007.
metode; demonstrasi, membaca dari media koran, jurnal, buku,
literature, biografi, dan menganalisis grafik.
2. Pencarian, pada tahap ini siswa diberi waktu untuk berfikir,
berencana, berinvestigasi dan mengorganisasi informasi. Dengan
melakukan metode-metode berikut; mengumpulkan informasi agar
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan open-ended dan untuk
membuat keputusan, pemecahan masalah, mengkonstruksi model,
eksperimen.
3. Penjelasan, siswa melakukan analisis terhadap pencarian yang
dilakukan. Pemahaman mereka diklarifikasi dan dimodifikasi
karena aktivitas bayangan. Dengan menggunakan metode-metode
berikut ini: analisis dan penjelasan siswa, mengeluarkan gagasan,
berdiskusi.
4. Perluasan, pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
meluaskan dan menguatkan pengertian mereka akan konsep dan
menerapkan situasi yang sebenarnya. Dengan menggunakan
metode pembelajaran berikut ini: pemecahan masalah, eksperimen
inquiri, aktivitas kemampuan berpikir, membuat keputusan.
5. Evaluasi, dimana guru dan siswa menggenerasi alat dan rubrik.
Konstruktivisme merupakan pembelajaran yang berfokus pada
bagaimana siswa dapat memahami konsep tentang materi yang
diajarkan. Dimana siswa dapat membangun sendiri pemahamannya
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata, tentunya dengan
prosedur di atas.
Tahap-tahap dalam pembelajaran konstruktivisme tercantum
dalam berbagai persepsi dari beberapa ahli. Tapi memiliki satu tujuan,
diantaranya dari Ari Widodo, tahap-tahapnya adalah sebagai berikut:30
1) Pendahuluan, tahap penyiapan pembelajaran untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran.
30Ari Widodo, Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 064, Tahun ke-13, Januari 2007, Jakarta, h.101.
2) Eksploitasi, tahap pengidentifikasian dan pengaktifan pengetahuan
awal pembelajaran.
3) Restrukturisasi, tahap restrukturisasi pengetahuan awal
pembelajaran agar terbentuk konsep yang diharapkan.
4) Aplikasi, tahap penerapan konsep yang telah dibangun pada
konteks/kondisi yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari.
Secara umum menurut Horsley (1990: 59) dalam Martinis
mengutarakan bahwa pembelajaran dengan teori konstruktivisme
meliputi empat tahapan:
1) Tahap apersepsi, ini berguna untuk mengungkapkan konsepsi awal
siswa dan membangkitkan motivasi belajar
2) Tahap eksplorasi
3) Tahap diskusi dan penjelasan konsep
4) Tahap pengembangan dan aplikasi konsep.
Sehubungan dengan itu Tytler (1996: 20) lebih merincikan lagi
rancangan pembelajaran dengan teori ini yaitu:
1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
gagasannya dengan bahasanya sendiri.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang
pengalamannya, sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
4) Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang
telah dimiliki siswa.
5) Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
6) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.31
Konstruktivis menurut Piaget adalah dimana siswa akan
mempunyai pengalaman belajar jika mereka aktif berpartisipasi.
Shapiro (1994) menyatakan bahwa di dalam kelas yang
mengaplikasikan metode konstruktivis, siswa mempunyai sifat dan
perilaku yang sama dengan saintis: Siswa membangun hipotesa,
31 Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 94.
mengumpulkan data dengan melakukan percobaan atau observasi, dan
membangun konsep berdasarkan hipotesis dan fakta yang mereka
peroleh.32
Setiap model, strategi atau metode pendidikan memiliki
keurangan dan kelebihan masing-masing. Adakalanya cocok
menggunakan metode yang satu dan tidak cocok dengan metode
lainnya. Berikut ini akan dijelaskan kelebihan dari metode
konstruktivisme, diantaranya:
1. Pembelajaran melekat dalam lingkungan belajar yang komplek,
realistis, dan relevan.
2. Menyediakan negosiasi sosial, dan tanggungjawab bersama
sebagai bagian dari pembelajaran.
3. Mendukung pandangan beragam dan menggunakan representasi
yang juga beragam terhadap isi yang dipelajari.
4. Meningkatkan kesadaran diri dan pengertian bahwa pengetahuan
itu dibangun.
5. Mendorong kesadaran dalam pembelajaran.
Kekurangan dari metode konstruktivisme adalah sebagai
berikut:33
1. Sulit mengubah keyakinan guru yang sudah bertahun-tahun
menggunakan pendekatan tradisional.
2. Guru konstruktivis dituntut lebih kreatif dalam merencanakan
pembelajaran dan memilih menggunakan media.
3. Pendekatan konstruktifis menuntut perubahan siswa evaluasi, yang
mungkin belum bisa diterima oleh otoritas pendidik dalam waktu
dekat.
32Munasprianto Ramli, Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode
Konstruktivisme, Metamorfosa, Vol. 1 No 2, Oktober 2006, Jakarta, h. 51 33 Guru, Pembelajaran Konstruktivistik,
http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=lihat&id=66, hal 4, 13 April 2007.
4. Fleksibilitas kurikulum mungkin masih sulit diterima oleh guru
yang terbiasa dengan kurikulm terkontrol.
5. Siswa dan orang tua mungkin memerlukan waktu beradaptasi
dengan proses belajar dan mengajar yang baru.
b. Pengertian Matematika Matematika merupakan alat yang efisien dan diperlukan oleh
semua ilmu pengetahuan, karena tanpa bantuan matematika ilmu
pengetahuan tidak akan mengalami kemajuan yang berarti.
Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat diantara para
matematikawan, apa yang disebut matematika. Para ahli matematika
mendefinisikan matematika dari tinjauan yang berbeda diantaranya ada
yang mengatakan bahwa matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita
sampaikan. Lambang matematika bersifat artifisial yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya, tanpa itu
matematika hanya sekumpulan rumus-rumus mati.34
Pendapat lain mengatakan bahwa matematika adalah
pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan dengan
bilangan.35 Matematika merupakan bahasa artifisial yang
dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal yang
bersifat alamiah. Matematika mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik
yang memungkinkan untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif,
sedangkan bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan
yang bersifat kualitatif.36 Suatu rumus yang jika ditulis dalam bahasa
34Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1990), h. 190. 35R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstatasi Keadaan masa kini
Menuju Harapan Masa Depan, (Jakarta: Depdiknas, 1999/2000), h. 11. 36Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah …, h. 191.
verbal memerlukan kalimat yang panjang, sedangkan jika ditulis dalam
bahasa matematika cukup ditulis dengan model yang sederhana.
Kata matematika berasal dari bahasa latin mathematica, yang
bermula dari bahasa yunani mathematike dari akar kata mathema yang
berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berkaitan pula
dengan kata mathanein yang berfikir atau belajar. Dalam kamus besar
bahasa indonesia, mathematika diartikan sebagai ilmu tentang
bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.
(Depdikbud).37
Matematika adalah cara atau metode berpikir dan bernalar. Matematika dapat digunakan untuk memutuskan apakah suatu ide itu benar atau salah, atau paling sedikit ada kemungkinan benar. Matematika adalah suatu medan eksplorasi dan penemuan, di situ setiap hari ide-ide baru diketemukan. Matematika adalah cara berpikir yang digunakanuntuk memecahkan semua jenis persoalan di dalam sains, pemerintah dan industri ia adalah bahasa lambang yang dipahami oleh semua bangsa berbudaya di dunia bahkan dipercaya bahwa matematika akan menjadi bahasa yang dipahami oleh penduduk di planet mars (jika di sana ada penduduknya!). matematika adalah seni, seperti halnya musik, penuh dengan simetri, pola dan irama yang dapat sangat menyenangkan.38 Menurut Abdurrahman, dalam buku pendidikan bagi anak
berkesulitan belajar menuliskan:
Menurut Johnson dan Myklebust (1967: 244), matematika adalah
bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi
teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner (1988: 430)
mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis
juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia
memikirkan, mencatat dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen
37 Ismail et.al, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika, (PMAT44471/4SKS/modul.1-
12), (Jakarta: Universitas terbuka, 2002), h. 1.15. 38 Sukardjono, Filasafat dan Sejarah Matematika (Jakarta; UT, 2000), cet. 1, h. 1.3
dan kualitas. Kline (1981: 172) juga mengemukakan bahwa
matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah
penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara
bernalar deduktif.39
Menurut Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan
bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan
akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa
simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.40
c. Pengertian Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya
seorang subyek didik dalam menyelesaikan program belajar yang
dibebankan kepada siswa, sehingga terlihat adanya perubahan tingkah
laku secara keseluruhan. Dalam hal ini penentu baik atau tidaknya
hasil belajar siswa adalah siswa itu sendiri, karena siswalah yang
bertanggung jawab terhadap komitmen dirinya menjalani proses
belajar dari gurunya, hasil belajar dapat diukur melalui tes dalam
bentuk nilai atau diamati dengan jalan membandingkan sebelum dan
sesudah belajar.
Ada empat unsur utama dalam proses pembelajaran, yaitu
tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian. Tujuan sebagai arah
dari proses pembelajaran pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku
yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau
menempuh pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperangkat
39 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1999), cet ke-2, h. 252. 40 Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA,
2003), h. 17.
pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari kurikulum untuk
disampaikan atau dibahas dalam proses pembelajaran agar sampai
pada tujuan yang ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik
yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah
upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan itu tercapai atau tidak.
Untuk mengatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat
dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan yang berbeda
sejalan dengan filsafatnya. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu
bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional
khususnya dapat tercapai.41 Hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya.42 Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar,
yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap
dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan
bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne
membagi lima kategori hasil belajar, yaitu informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan
motoris.
Hasil belajar adalah nilai hasil pengajaran yang telah diberikan
oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu. Menurut Syaiful
Djamarah ketercapaian hasil belajar dapat dikategorikan menjadi
beberapa kriteria, yaitu:
1) Istimewa/maksimal, apabila seluruh (100%) bahan pelajaran yang
diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
2) Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar (76%-99%) bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
41 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), Cet Ke-2, h. 119. 42 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2004), Cet Ke-7, h.22.
3) Baik/minimal, apabila hanya 60%-75% bahan pelajaran yang
diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.43
Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Bloom dan rekan-
rekannya membagi hasil belajar dalam tiga ranah, yaitu:
1) Ranah kognitif, meliputi: pengetahuan, pemaahaman, penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah afektif, meliputi: penerimaan, partisipasi, penilaian atau
penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
3) Ranah psikomotor, meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, dan
kreatifitas.44
Hasil belajar merupakan tolak ukur berhasil atau tidaknya
seorang subyek didik dalam menyelesaikan program belajar yang
dibebankan kepada siswa, sehingga terlihat adanya perubahan tingkah
laku secara keseluruhan. Dalam hal ini penentu baik atau tidaknya
hasil belajar siswa adalah siswa itu sendiri, karena siswalah yang
bertanggung jawab terhadap komitmen dirinya menjalani proses
belajar dari gurunya, hasil belajar dapat diukur melalui tes dalam
bentuk nilai atau diamati dengan jalan membandingkan sebelum dan
sesudah belajar.
Hasil belajar matematika di tingkat sekolah dasar dan menengah
umumnya dinyatakan dengan nilai (angka), sehingga siswa yang
belajar matematika akan mempunyai kemampuan baru tentang
matematika sebagai tambahan dari kemampuan yang telah ada. Hasil
belajar matematika adalah tolak ukur keberhasilan yang dicapai siswa
dalam belajar matematika dengan tujuan kognitif, yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sebelum
seorang guru menilai hasil belajar siswa dalam penguasaan terhadap
43 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar...h.121. 44 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses...h. 22-23.
mata pelajaran yang ditekuninya, guru tersebut sebaiknya mengukur
hasil belajar siswa dalam penguasaan pelajaran tersebut. Kegiatan
pengukuran hasil belajar siswa dapat dilakukan antara lain melalui
ulangan, ujian, tugas, dan sebagainya.
2. Strategi Think-Talk-Write (TTW)
a. Pengertian Think-Talk-Write (TTW)
Untuk merealisasikan pembelajaran matematika yang
melibatkan siswa secara aktif, dewasa ini telah dikembangkan
berbagai strategi pembelajaran matematika baik yang melibatkan
penggunaan alat bantu seperti multimedia ataupun tidak. Salah
satunya adalah strategi think-talk-write (TTW).
Strategi TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin ini pada
dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur
kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir
atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca
selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum
menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam
kelompok kecil yang heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok
ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan,
mendengar, dan membagi ide bersama teman kemudian
mengungkapkannya melalui tulisan.45
TTW is a strategi that facilitates the oral rehearsal of language
and writing fluency. It is based on the understanding that learning is a
social behavior. It encourages students to think, talk, and then write
regarding a topic.46
45 Bansu Irianto Ansari, Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan
Komunikasi Matematika Siswa SMU (Bandung: Disertasi UPI, 2003),h.36. 46http://www.mtsd.k12.wi.us/MTSD/District/ela-curiculum-
03/writing/think_talk_write.html , 19 Februari 1999
Esensinya strategi pembelajaran ini melibatkan tiga aspek
penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran
matematika yaitu:
1. Think (Berpikir)
Think diartikan sebagai berpikir. Resnick dalam Hera Sri
Mudzakir mengutarakan pengertian berpikir sebagai suatu proses
yang melibatkan operasi mental seperti klarifikasi, induksi,
deduksi, dan penalaran, atau merupakan suatu kemampuan untuk
menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan
pada inferensi atau pertimbangan yang seksama.47 Menurut
Marpaung dalam Hera Sri Mudzakir menyatakan bahwa proses
yang terjadi pada saat berpikir dimulai dengan penerimaan atau
penemuan informasi yang datangnya dari diri siswa itu sendiri
atau dari luar, kemudian siswa mengolahnya, menyimpan, dan
memanggil kembali informasi tersebut dari ingatanya.
Aktivitas berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca
suatu teks matematika atau berisi cerita matematika kemudian
membuat catatan apa yang telah dibaca. Dalam membuat atau
menulis catatan, siswa membedakan dan mempersatukan ide yang
disajikan dalam teks bacaan, kemudian diterjemahkan dalam
bahasa sendiri. Wiederhold (1997) dalam Martinis menyatakan
bahwa membuat catatan berarti menganalisis tujuan isi teks dan
47Hera Sri Mudzakir, Strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Untuk
Meninhgkatkan Kemampuan Representasi Matematika Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama, (Bandung: Tesis, 2005), h. 55.
memerikasa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu, belajar rutin atau
membuat dan menulis catatan setelah membaca merangsang
aktivitas berpikir sebelum, selama dan setelah membaca. 48
Membuat catatan mempertinggi pengetahuan siswa bahkan
meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis. Salah satu
manfaat dari proses ini adalah membuat catatan akan menjadi
bagian yang integral dalam pembelajaran. Kemampuan membaca
secara komprehensif secara umum dianggap berfikir, meliputi
membaca baris demi baris atau membaca yang penting saja.
2. Talk (Berbicara atau Berdialog)
Setelah siswa berpikir dan mendokumentasikan hasilnya, aspek
berikutnya yang harus dilakukan adalah tahap talk yang diartikan
sebagai berbicara atau berdiskusi.
Talk menjadi penting dalam matematika karena: (1) apakah
itu tulisan, gambaran, isyarat, atau percakapan merupakan
perantara ungkapan matematika sebagai bahasa manusia.
matematika adalah bahasa yang spesial dibentuk untuk
mengkomunikasikan bahasa sehari-hari; (2) pemahaman
matematika dibangun melalui interaksi dan percakapan antara
sesama individual yang merupakan aktivitas sosial yang
bermakna; (3) cara utama partisipasi komunikasi dalam
matematika adalah melalui talk. Siswa menggunakan bahasa untuk
menyajikan ide kepada temannya, membangun teori bersama,
sharing strategi solusi, dan membuat definisi; (4) pembentukan ide
melalui proses talking. Dalam proses ini, pikiran seringkali
dirumuskan, diklatrifikasi atau direvisi; (5) internalisasi ide.
48 Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 85.
Dalam proseds konversi matematika internalisasi dibentuk melalui
berpikir dan memecahkan masalah; (6) meningkatkan dan menilai
kualitas berpikir. Talking membantu guru mengetahui tingkat
pemahaman siswa dalam belajar matematika, sehingga dapat
mempersipkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan. 49
Berdasarkan uraian di atas fase berkomunikasi (talk) pada
strategi ini memungkinkan siswa untuk tampil berbicara.
Keterampilan berkomunikasi dapat mempercepat kemampuan
siswa mengungkapkan idenya melalui tulisan. Selanjutnya
berkomunikasi atau dialog baik antar siswa maupun dengan guru
dapat meningkatkan pemahaman. Hal ini dapat terjadi karena
ketika siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau berdialog,
sekaligus mengkonstruksi berbagai ide untuk dikemukakan
melalui dialog.
3. Write (Menulis)
Selanjutnya fase write yaitu menuliskan hasil diskusi atau
dialog pada lembar kerja yang disediakan (lembar aktivitas siswa).
Aktivitas menulis berarti mengkonstruksikan ide, karena setelah
berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian
mengungkapkannya melalui tulisan. Menulis dalam matematika
membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu
pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari. Paparan di atas
sejalan dengan pandangan Shield dan Swinson dalam Martinis
yang menyatakan bahwa aktivitas menulis akan membantu siswa
dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat
perkembangan konsep siswa. Mesingilia dan Winowska
mengemukakan aktivitas menulis siswa bagi guru dapat
memantau: (1) kesalahan siswa, miskonsepsi dan konsepsi siswa
49 Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan...., h. 86.
terhadap ide yang sama; (2) keterangan yangn nyata dari prestasi
siswa.50
Dalam tahap ini aktivitas siswa adalah sebagai berikut::
1. Menulis solusi terhadap masalah atau pernyataan yang
diberikan termasuk perhitungan.
2. Mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah,
baik penyelesaiannya ada yang menggunakan diagram, grafik,
ataupun table agar mudah dibaca dan ditindaklanjuti.
3. mengoreksi semua pekerjaan.
4. meyakini bahwa pekerjaannya yang terbaik yaitu lengkap,
mudah dibaca dan terjamin keasliannya.
Peranan dan keutamaan think-talk-write serta tugas-tugas
yang dilakukan siswa dalam menggunakan strategi ini, secara
rasional diharapkan bahwa pembelajaran dengan strategi think-
talk-write dapat meningkatkan hasil belajar matematka siswa.
b. Pelaksanaan Strategi Think-Talk-Write (TTW)
Untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang diharapkan dapat
menjawab permasalahn pokok dalam penelitian ini, seperti yang telah
disebutkan pada latar belakang masalah, dirancang suatu desaign
pembelajaran yang menggunakan strategi think-talk-write dengan
memperhatikan karakteristik seperti yang telah disebutkan di atas.
Desaignnya tampak pada gambar 1.
50 Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan....,
h. 87-88.
Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW:
1. Guru menjelaskan secara garis besar tentang materi yang akan
dibahas.
2. Guru membagi teks bacaan berupa lembar kerja siswa yang
memuat situasi masalah dan petunjuk serta prosedur
pelaksanannya.
3. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara
individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think)
4. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk
membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator
lingkungan belajar.
5. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil
kolaborasi (write).
6. Setelah selesai melalui tahap think, talk, dan write, guru
memerintahkan salah satu kelompok untuk mempersentasikan hasil
diskusinya di depan kelas.
Siswa
Aktivitas
Siswa
Aktivitas
Siswa
Guru
Menjelaskan secara garis besar materi yang akan dibahas
Belajar bermakna dengan strategi TTW
Dampak
Situasi Masalah melalui pemberian
LKS
THINK
TALK
Membaca teks yang ada di LKS dan
membuat catatan secara individual
Interaksi dengan grup untuk
membahas situasi masalah
WRITE Konstruksi
pengetahuan hasil dari Think dan Talk
secara individual
Siswa secara
individu
Siswa secara
kelompok
Siswa secara
individu
Hasil belajar matematika
siswa
Gambar 1: Desain Pembelajaran dengan Strategi TTW
3. Penggunaan Strategi Think-Talk-Write (TTW) Dapat Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap
sangat sulit untuk dipelajari oleh para siswa disekolah-sekolah, apalagi
dengan rumus-rumus atau persoalan dalam matematika terlalu banyak dan
sukar untuk dipahami. selain itu siswa merasa cepat bosan dengan
pembelajaran matematika yang monoton, akibatnya siswa cenderung tidak
menyukai matematika.
Agar hal tersebut dapat tidak terus berulang maka para guru
matematika senantiasa selalu mencoba dan terus berusaha mencari metode
atau strategi yang tepat yang sesuai dengan materi dalam matematika,
sehingga proses belajar mengajar akan lebih efisien, efektif, dan
bermakna. Para guru juga selalu berusaha kreatif mencari strategi
pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan bervariasi sehingga dapat
menumbuhkan minat siswa untuk lebih menyenangi pelajaran matematika
dan terus ingin belajar matematika sehingga dapat mencapai keberhasilan
yang terus membaik dan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Strategi Think-Talk-Write (TTW) merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang menyenangkan, rileks, dan menarik dengan lebih
mementingkan proses untuk mendapatkan hasil belajar matematika yangt
lebih baik. Strategi Think-Talk-Write (TTW) diyakini dapat
membangkitkan motivasi belajar siswa, dapat membuat siswa lebih aktif,
lebih berani dalam mengungkapkan pendapat karena belajar dengan
kelompok, dan lebih rileks karena adanya doingmath dalam proses
pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write
(TTW) ini menggunakan lembar kerja siswa (LKS). Sebelumnya guru
menjelaskan secara garis besar tentang materi yang akan dibahas, setelah
itu guru memberikan LKS kepada siswa, kemudian siswa secara individu
diperintahkan untuk memasuki tahap Think dengan waktu yang telah
ditentukan, tahap Think ini bertujuan agar siswa memahami soal yang ada
di LKS kemudian menulis catatan kecil tentang apa yang diketahui atau
apa yang tidak difahami untuk dibawa ke forum diskusi. Setelah selesai
guru membagikan kelompok yang telah ditentukan secara heterogen
sebanyak 3-5 orang siswa kemudian siswa langsung berdiskusi dengan
teman sekelompoknya untuk membahas soal-soal yang ada di LKS yang
disertai doingmath dengan waktu yang telah ditentukan. Pada tahap ini
guru sebagai mediator lingkungan belajar. Setelah selesai melaui tahap
Talk, guru memerintahkan kepada siswa untuk memasuki tahap Write.
Pada tahap ini siswa secara individu langsung menuliskan hasil diskusi
yang telah dilakukan. Setelah selesai melalui tahap Think-Talk-Write guru
memerintahkan perwakilan kelompok untuk mempersentasikan hasil
diskusinya di depan kelas.
Berdasarkan uraian di atas dapat diasumsikan bahwa pembelajaran
matematika dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) akan
dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
4. Strategi Pembelajaran Konvensional
Ruseffendi (1991: 231) memandang bahwa strategi pembelajaran
konvensional sama dengan pembelajaran tradisional yaitu proses
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode ekspositori. Siswa
dalam kelas ini dianggap memiliki kemampuan pada syarat minimal,
minat, kepentingan, kecakapan, dan kecepatan belajar yang diasumsikan
relatif sama51
Pembelajaran matematika konvensional ini menurut Silver dan
Smith (1996: 20) dalam Hera mengatakan bahwa tugas dan peran guru
secara esensial hanya memindahkan atau menyalurkan pengetahuan dan
memvalidasi jawaban siswa, sedangkan siswa diharapkan untuk belajar
sendiri dalam keadaan kelas yang tenang dan sunyi.
Berdasarkan pengertian di atas, dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran konvensional guru menyajikan
pengetahuan kepada siswa dalam bentuk yang telah dipersipkan secara
rapi, sistematis, dan lengkap. Sehingga anak didik tinggal menyimak dan
mencernanya saja secara tertib dan teratur. Tetapi pada strategi
pembelajaran konvensional ini dominasi guru banyak berkurang karena
tidak terus menerus bicara. Guru berbicara pada awal pelajaran,
menerangkan materi dan contoh soal pada waktu-waktu yang diperlukan
saja. Pada pembelajaran dengan strategi konvensional ini siswa belajar
lebih aktif seperti siswa mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga
saling bertanya dan mengerjakannya bersama dengan temannya atau
disuruh membuatnya di papan tulis.
Ciri umum strategi pembelajaran konvensional adalah definisi dan
teorema disajikan oleh pengajar, contoh soal diberikan oleh pengajar
kemudian latihansoal. Secara garis besar, prosedur pelaksanaannya kurang
menekankan aktivitas fisik siswa, yang diutamakan adalah aktivitas mental
siswa, sehingga banyak orang beranggapan bahwa strategi pembelajaran
konvensional menghasilkan belajar menghafal dan kurang efektif belajar
bermakna. Secara umum strategi pembelajaran konvensional sama dengan
cara mengajar biasa (tradisional), namun di dalam strategi pembelajaran
konvensional dominasi guru berkurang, guru tidak terus berbicara, guru
hanya menjelaskan pada bagian-bagian yang diperlukan saja. 51 Hera Sri Mudzakkir, strategi Pembelajaran dengan Pendekatan Think-Talk-Write untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematika Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama, (jurnal Matematika, Vol. 1, 02 desember 2006).
5. Materi Bangun Datar
1) Segi Empat
Segiempat adalah suatu bidang datar yang dibentuk/dibatasi oleh
empat garis lurus sebagai sisinya. Bangun datar segi empat yang akan
dibahas meliputi persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat,
layang-layang, dan trapesium.
Persegi Panjang
Pengertian
Persegi panjang adalah segi empat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama
panjang, dan keempat sudutnya siku-siku.
Sifat-sifat persegi panjang
Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
Setiap sudutnya siku-siku.
Mempunyai dua buah diagonal yang sama panjang dan saling
berpotongan di titik pusat persegi.
Mempunyai 2 sumbu simetri yaitu sumbu vertikal dan
horizontal.
Mempunyai 4 cara dalam menempati bingkainya.
Keliling dan luas persegi panjang
a. Keliling
b. Luas
Persegi/Bujur Sangkar
Pengertian
Persegi / bujur sangkar adalah segi empat yang keempat sisinya sama panjang.
( )lpK += 2
lpL ×=
Sifat – sifat persegi / bujur sangkar
a. Semua sisinya sama panjang dan sisi yang berhadapan
sejajar.
b. Setiap sudutnya siku-siku c. Mempunyai diagonal yang sama panjang, berpotongan di tangah-tengah, dan membentuk
sudut siku-siku.
d. Setiap sudutnya dibagi dua sama besar oleh diagonal-
diagonalnya.
e. Memiliki 4 sumbu simetri.
f. Memiliki 8 cara dalam menempati bingkainya.
Keliling dan luas persegi / bujur sangkar
Keliling persegi / bujur sangkar
Luas persegi / bujur sangkar
Jajargenjang
1. Pengertian
Jajargenjang adalah segiempat dengan kekhususan yaitu sisi-sisi
yang berhadapan sejajar dan sama panjang.
2. Sifat-sifat jajargenjang
a. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar.
b. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
c. Mempunyai dua buah diagonal yang berpotongan di satu titik
dan salai saling membagi dua sama panjang.
d. Mempunyai simetri putar tingkat dua dan tidak memiliki
simetri lipat.
3. Keliling dan luas jajargenjang
a. Keliling
sK 4=
2sL =
( )nmK += 2
b. Luas
Belah Ketupat
1. Pengertian
Belah ketupat adalah segi empet yang dibentuk dari segitiga
sama kaki dan bayangannya, dengan alas sebagai sumbu cermin.
2. Sifat-sifat belah ketupat
a. Semua sisinya sama panjang.
b. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua
sama besar oleh diagonal-diagonalnya.
c. Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang dan
saling tegak lurus.
d. Kedua diagonal belah ketupat merupakan sumbu simetrinya.
3. Keliling dan luas belah ketupat
a. Keliling
b. Luas
E. Layang-layang
1. Pengertian
Layang-layang merupakan segiempat yng dibentuk oleh dua
segitiga sama kaki yang alasnya sama panjang dan berhimpit.
2. Sifat-sifat layang-layang
taL ×=
sK 4=
2121 ddL ××=
a. Pada layang-layang terdapat dua pasang sisi yang sama
panjang.
b. Pada layang-layang terdapat sepasang sudut berhadapan
yang sama besar.
c. Pada layang-layang terdapat satu sumbu simetri yang
merupakan diagonal terpanjang.
d. Pada layang-layang, salah satu diagonalnya membagi dua
sama panjang diagonal dan tegak lurus terhadap diagonal
lainnya.
3. Keliling dan luas layang-layang
a. Keliling
b. Luas
F. Trapesium
1. Pengertian
Trapesium adalah segi empat yang memiliki sepasang sisi
berhadapan sejajar.
2. Sifat-Sifat Trapesium
Sifat umum trapesium
a. AB sejajar DC
b. <A + <D = 180°
c. <B + <C = 180°
Sifat khusus trapesium
a. Terdapat dua pasang sudut berdekatan sama besar.
b. Dalam trapesium sama kaki terdapat diagonal-diagonal
yang sama panjang.
( )yxK += 2
2121 ddL ××=
3. Keliling dan luas Trapesium
a. Keliling
b. Luas
2) Segitiga
Pengertian Segitiga adalah bidang datar yang dibatasi oleh tiga garis lurus dan
membentuk tiga sudut.
Jenis-Jenis Segitiga
Jenis segitiga ditinjau dari panjang sisi-sisinya
Segitiga sama kaki
Segitiga sama kaki terbentuk dari dua segitiga siku-siku
kongruen yang berimpit pada sisi siku-siku yang sama
panjang
Segitiga sama sisi
Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama
panjang.
Segitiga sebarang
Segitiga sebarang adalah segitiga yang ketiga sisinya tidak
sama panjang.
Jenis segitiga ditinjau dari sudut-sudutnya
a. Segitiga yang ketiga sudutnya lancip disebut segitiga
lancip
b. Segitiga yang salah satu sudutnya siku-siku disebut
segitiga siku-siku
21 kakikakiatapalasK +++=
( ) tbaL ×+= 21
c. Segitiga yang salah satu sudutnya tumpul disebut segitiga
tumpul.
Jenis segitiga ditinjau dari panjang sisi-sisi dan besar sudutnya
a. Segitiga sama kaki
Segitiga siku-siku Segitiga lancip sama kaki Segitiga tumpul
sama kaki sama kaki b. Segitiga sama sisi
Segitiga sama sisi bila dikaitkan dengan besar sudut-sudutnya
adalah besar tiap sudutnya 60°.
c. Segitiga sebarang
Sifat-Sifat Segitiga
1. Segitiga siku-siku
Segitiga siku-siku mempunyai dua sisi siku-siku yang
mengapit sudut siku-siku dan satu sisi miring (hypotenusa).
2. Segitiga sama kaki
Dua sisi yang sama panjang, sisi tersebut sering disebut kaki
segitiga.
Dua sudut yang sama besar yaitu sudut yang berhadapan
dengan sisi yang panjangnya sama.
Satu sumbu simetri.
3. Segitiga sama sisi
a. Tiga sisi yang sama panjang
b. Tiga sudut yang sama besar
c. Tiga sumbu simetri.
Keliling dan Luas Segitiga
Keliling dan luas Segitiga
a. Keliling
b. Luas
Penelitian yang Relevan Bansu Irianto Ansari, dalam disertasinya yang berjudul
“Menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman dan Komunikasi
Matematika Siswa SMU Melalui Think-Talk-Write”, (Studi eksperimen pada
siswa kelas I SMUN di kota Bandung), memberikan kesimpulan bahwa hasil
penelitiannya yang menggunakan strategi pembelajaran think-talk-write
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan pemahaman dan
komunikasi matematika siswa baik langsung maupun tidak langsung.
Kerangka Berpikir Belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dan interaksi dengan lingkungannya.
Dalam proses pembelajaran, pengetahuan tidak begitu saja dipindahkan
langsung dari guru kepada siswa, tetapi siswa mengonstruksi pengetahuannya
sendiri menurut kemampuan kognitif yang dimilikinya. Adapun Pembelajaran
yang dikembangkan saat ini salah satunya adalah pembelajaran
konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana peran
aktif siswa sangat ditekankan di dalamnya.Dalam proses pembelajaran ini
guru bukan lagi sebagai pusat utama kegiatan belajar di kelas, sehingga siswa
terkesan pasif dan mengikuti apa kata guru, tetapi guru sebagai pendorong
siswa belajar agar siswa dapat mengkonstrksi sendiri pengetahuannya.
cbaK ++=
taL ××=21
Dalam belajar matematika, seorang guru harus mempunyai banyak ide
dan kreativitas dalam mendesain pembelajaran, sehingga siswa merasa senang
dengan matematika dan terhindar dari kejenuhan dan berujung pada rendahnya
hasil belajar siswa. Selain itu guru juga harus mempunyai banyak strategi
pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan pokok bahasan dalam pelajaran
matematika yang dapat mendorong siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri dan merangsang keaktifan siswa, sehingga siswa lebih
memahami pelajaran matematika. Salah satu strategi yang sesuai dengan
pembelajaran konstruktivisme adalah strategi pembelajaran think-talk-write
(TTW).
Penggunaan strategi pembelajaran TTW dalam proses pembelajaran
dapat digunakan untuk menjadikan siswa aktif dan dapat mengkonstruksi
belajarnya secara mandiri, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami
konsep matematika. Dengan demikian maka diharapkan penggunaan strategi
pembelajaran think-talk-write (TTW) dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
Pengajuan Hipotesis Sesuai dengan pemilihan pokok masalah yang diajukan dan landasan
teori yang melandasi penelitian ini, maka perumusan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang diajar
dengan menggunakan strategi TTW dengan siswa yang diajar tanpa
menggunakan strategi TTW.
Ha: Rata-rata hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan
strategi TTW lebih tinggi daripada siswa yang diajar tanpa
menggunakan strategi TTW.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan
pada semester genap tahun ajaran 2007/2008.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen,
yaitu penelitian yang tidak dapat memberikan kontrol penuh. Penelitian ini
dilakukan terhadap kelompok-kelompok homogen, dengan membagi
kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok pengamat, yaitu kelompok X1
dan kelompok X2. Kelompok X1 adalah kelompok dengan perlakuan
pemberian strategi TTW dan kelompok X2 adalah kelompok yang tidak diberi
perlakuan strategi TTW. Perlakuan ini diberikan selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung yaitu pada pokok bahasan bangun datar.
Setelah penguasaan materi pelajaran, kedua kelompok diberi tes yang
sama. Hasil tes tersebut kemudian diolah sehingga dapat diketahui apakah
rata-rata hasil belajar antara kelompok eksperimen lebih tinggi daripada
kelompok kontrol.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Two Group
Randdomized Subject Post Test Only. Untuk pelaksanaan diperlukan 2
kelompok, yaitu:
1. Kelas eksperimen adalah kelompok siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran TTW.
2. Kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang tidak diajar dengan
menggunakan model pembelajaran TTW (konvensional).
Tabel 1
Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Tes
(R)E XE T
(R)K Xk T
Keterangan:
R : Proses pemilihan subjek secara random
E : Kelompok yang diajar dengan menggunakan strategi think-talk-write
(kelompok eksperimen)
K : Kelompok yang diajar tidak menggunakan strategi think-talk-write
(kelompok kontrol)
XE : Perlakuan terhadap objek berupa kegiatan belajar menggunakan strategi
think-talk-write
Xk : Perlakuan terhadap objek berupa kegiatan belajar dengan tidak
menggunakan strategi think-talk-write
T : Tes hasil belajar
Populasi dan Sampel
1. Populasi
a. Populasi Target
Populasi target penelitian adalah seluruh siswa-siswi MTsN 19
Pondok Labu yang terdaftar pada tahun ajaran 2007/2008.
b. Populasi Terjangkau
populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VII MTsN 19 Pondok Labu yang terdaftar pada tahun
2007/2008.
2. Sampel Sampel yang diambil berasal dari populasi terjangkau. Pada penelitian ini populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas VII tahun ajaran 2007/2008 sebanyak 96 siswa yang terdiri dari dua kelas. Maka cara pengambilan sampelnya dengan cara mengocok dua kelas tersebut yakni kelas VII. 1 dan kelas VII. 2. pengocokan ini dilakukan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Peneliti memperoleh data dari:
1). Tes
Tes ini berupa tes hasil belajar matematika pada pokok bahasan
bangun datar setelah pokok bahasan tersebut selesai diajarkan. Tes
tersebut diberikan pada kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen
sebagai kelompok yang diberi pengajaran dengan strategi TTW dan
kelompok kontrol sebagai kelompok yang tidak diberi pengajaran
dengan strategi TTW..
2). Non Tes
a. Angket
Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan strategi think-talk-write
(TTW).
b. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan pada setiap pertemuan untuk
mengamati kegiatan belajar siswa kelas eksperimen.
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan ini digunakan pada setiap pertemuan untuk
mengamati proses tindakan pembelajaran selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa:
1. Tes
Tes ini merupakan tes hasil belajar matematika yang berupa tes objektif
sebanyak 24 soal. Tes yang digunakan dalam penelitian perlu dilakukan uji
validitas agar ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sesuai,
sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Uji tes ini
dilakukan satu kali yaitu postest untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah perlakuan. Sebelum digunakan, soal tersebut diuji coba terlebih
dahulu untuk mengetahui apakah soal tersebut memenuhi persyaratan
validitas dan reabilitas.
a. Pengujian validitas
Uji validitas yaitu untuk mengetahui apakah soal itu valid atau
tidak.52 Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas isi, yang berarti suatu instrument dipandang valid apabila
telah cocok dengan indikator. Soal dikaitkan dengan aspek-aspek
ingatan, pemahaman, dan aplikasi sesuai dengan pokok pembahasan
bangun datar. Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini
menggunakan rumus korelasi point biserial.
Rumus: qp
SDMM
rt
tppbi
−=
keterangan:
=pbir koefisien korelasi biserial, dalam hal ini adalah koefisien
validitas butir soal
pM = rerata skor dari subyek yang menjawab benar untuk butir soal
yang dicari validitasnya.
tM = rerata skor total
52 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada,
2005), h. 41
tSD = simpangan baku skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar pada butir soal yang dimaksud
q = proporsi sisws yang menjawab salah pada butir soal yang
dimaksud (q = 1 – p).53
Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka hasil
perhitungan rhit dibandingkan dengan rtabel Product Moment yaitu
0,320 karena n = 38. Jika hasil perhitungan rhit ≥ rtabel, maka soal
tersebut valid. Jika hasil penelitian rhit < rtabel, maka soal tersebut
dinyatakan tidak valid.
b. Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas yaitu untuk mengetahui apakah soal itu reliabel.
Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi.
Reliabel tes dengan konsentrasi hasil belajar matematika pada
penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus kuder-Richardson 20
(KR-20 ).:
Rumus: ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−= ∑
2
2
11 1 t
iit
s
qpsk
kr
Keterangan:
k = Banyak butir soal (item) yang valid
ip = Proporsi banyak subyek yang menjawab benar pada butir
soal ke-i
iq = Proporsi banyak subyek yang menjawab salah pada butir soal
ke-i, jadi qi = 1 - pi 2
ts = Varians skor total.54
c. Pengujian Taraf Kesukaran
53 Anas sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2006),h. 185.
54 Tim MKPBM, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Bandung: JICA UPI, 2003), h. 148.
Perhitungan taraf kesukaran soal bertujuan untuk mengetahui
apakah tes tergolong soal-soal mudah, sedang, dan sukar. Agar sesuai
dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan, untuk itu digunakan
rumus:
JSBP =
Keterangan:
P : Indeks Kesukaran
B : Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes.55
Klasifikasi indeks kesukaran:
IK = 0,71-1,00 = Mudah
= 0,31-0,70 = Sedang
= 0,00-0,30 = Sukar.56
d. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan kemampuan siswa. Angka yang menunjukkan besarnya
daya pembeda disebut indeks diskriminan yang berkisar pada 0,00
sampai 1,00. pada indeks diskriminan ini dikenal tanda negatif yang
berarti bahwa suatu soal itu terbalik dalam mengukur kemampuan
siswa. Rumus yang digunakan untuk menemukan indeks diskriminan
adalah:
BAB
B
A
A PPBB
JBD −=−=
Keterangan:
55 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.208
56 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi…,h.210.
D = Daya pembeda
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
PA = A
A
JB = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan
benar
PB = B
B
JB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab
dengan benar.2
Untuk mengetahui daya penilaian pembeda tiap-tiap soal indeks
diskriminan diklasifikasikan sebagai berikut:
0,71-1,00 = Soal tersebut baik sekali
0,41-0,70 = Soal tersebut baik
0,21-0,40 = Soal tersebut cukup
0,00-0,20 = Soal tersebut jelek.57
2. Non Tes
a. Angket
Angket ini sebanyak 25 soal yang digunakan untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan strategi
TTW.
Uji Validitas
Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas item. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui banyaknya item tes hasil angket yang
valid. Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas product
moment. Dengan rumus sebagai berikut:
57 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi…, h. 218.
( )( )
( ){ } ( ){ }∑ ∑∑ ∑∑ ∑∑
−−
−=
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
a. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes
hasil angket yang sudah valid. Uji reliabilitas yang digunakan
adalah dengan menggunakan rumus Alfa Cronbach:
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡ −⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
−= ∑
2
22
11 1 t
it
S
SSk
kr
Keterangan:
= Koefisien reliabilitas tes
k = Banyaknya butir item yang sudah valid
St2 = Varian total
2iS = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir soal.
b. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan untuk mengamati kegiatan belajar
siswa kelas eksperimen, cara pengisiannya dengan penceklisan pada
setiap item aktivitas siswa.
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan yang digunakan untuk mengamati proses kegiatan
belajar mengajar di kelas eksperimen berupa deskripsi proses kegiatan
belajar mengajar.
Teknik Analisis Data
1. Uji Persyaratan Analisis Data
a. Uji Normalitas
∑ 2Si
11r
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sample yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan
yaitu uji liliefors karena datanya berupa data tunggal.
Adapun cara untuk mencari Uji Normalitas adalah sebagai berikut:
1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar
2) Tentukan nilai S
XXZ i
i−
=
Dengan: Zi = skor baku
Xi = skor data
X = nilai rata-rata
S = simpangan baku
3) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi
Berdasarkan tabel Zi dan disebut dengan F(Zi) dengan aturan:
Jika Zi > 0, maka F(Zi) = 0,5 + nilai tabel
Jika Zi < 0, maka F(Zi) = 1 – (0,5 + nilai tabel)
4) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2,…, Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Z), maka:
nZyangZBanyaknya i21 ,...,,
)(≤
= ni
ZZZS
5) Hitunglah selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian tentukan harga
mutlaknya.
6) Ambil nilai terbesar antara harga-harga mutlak selisih tersebut,
nilai ini kita namakan L0.
7) Memberikan interpretasi, L0 dengan membandingkannya dengan
Lt, Lt adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji liliefors.
8) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga L0 dan Lt yang telah
didapat. Apabila L0 < Lt maka sampael berasal dari distribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan uji homogenitas dua varian, di maksud
untuk melihat perbedaan nilai kelompok eksperimen dan kelompok
control. Uji homogenitas yang digunakan yaitu Uji Fisher, dengan
rumus sebagai berikut:
1) Tentukan Hipotesis:
2) Bagi data menjadi dua kelompok
3) Tentukan simpangan baku dari masing-masing kelompok
4) Tentuka Fhitung dengan rumus
)1()(
22
22
21
−
−=== ∑ ∑
nnXXn
SS
F ii2SdimanaterkecilVariansterbesarVarians
5) Tentukan taraf nyata yang akan digunakan
6) Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians
terkecil)
7) Tentukan kriteria pengujian:
a) Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, yang berarti varians kedua
populasi homogen.
b) Jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti varians kedua
populasi tidak homogen.
2. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian populasi data yang menggunakan uji
normalitas dan uji homogenitas, apabila data populasi berdistribusi normal
dan data populasi homogen maka dilakukan uji hipotesis dengan uji t. uji
hipotesis ini dilakukan unutk mengetahui apakah penggunaan strategi
TTW berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa pada pokok
bahasan bangun datar.
21
21
11nn
S
XXt
gab
hit
+
−= dengan
( ) ( )2nn
S1nS1nSKE
2KK
2EE2
gab −+−+−
=
Keterangan:
EX = Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen.
KX = Rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
nE = Jumlah siswa kelompok eksperimen
nK = Jumlah siswa kelompok kontrol
Sgab = Varians total kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kriteria pengujian tolak H0 jika thitung > ttabel
Hipotesis Statistik
Hippotesis statistik dirumuskan sebagai berikut:
H0 : µE = µK
Ha : µE > µK
Keterangan:
µE = Rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan strategi think-
talk-write (TTW)
µK = Rata-rata hasil belajar matematika yang tidak menggunakan strategi
think-talk-write (TTW)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di MTsN 19 Jakarta. Pada penelitian ini
digunakan dua kelas sampel. Kelas VII-1 sebagai kelas kontrol yang diajar
dengan pendekatan pembelajaran konvensional, sedangkan kelas VII-2
sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan strategi
pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Materi matematika yang diajarkan pada penelitian ini adalah matematika bangun datar segiempat dan segitiga. Untuk mengetahui hasil belajar kedua kelompok, setelah diberikan perlakuan yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol lalu kedua kelompok tersebut diberikan tes berupa post tes. Sebelumnya, tes tersebut diuji cobakan terlebih dahulu kepada kelas selain kelas eksperimen dan kelas kontrol, yaitu kelas VIII. 4 yang berjumlah 38 siswa. Setelah dilakukan uji coba dan dilakukan uji validitas (lampiran 10), dari 35 soal pilihan ganda yang diuji cobakan diperoleh 24 soal yang valid dan 11 soal yang tidak valid
Data hasil belajar matematika pada materi bangun datar segiempat dan
segitiga dengan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dan
Pembelajaran Konvensional disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,
histogram dan poligon berikut:
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen
Frekuensi Nilai
Batas
Nyata Absolut Komulatif Relatif (%)
38 - 43 37,5 - 43,5 6 6 12,5
44 - 49 43,5 - 49,5 3 9 6,25
50 - 55 49,5 - 55,5 5 14 10,42
56 - 61 55,5 - 61,5 12 26 25
62 - 67 61,5 - 67,5 11 37 22,92
68 - 73 67,5 - 73,5 4 41 8,33
74 - 79 73,5 - 79,5 7 48 14,58
48
Secara visual hasil belajar matematika yang diberi TTW disajikan dalam
histogram dan poligon berikut.
F y
r 14
e 12
k 10
u 8
e 6
n 4
s 2
i
37,5 43,5 49,5 55,5 61,5 67,5 73,5 79,5 x
Interval Data Gambar 2: Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar matematika Kelas
Eksperimen
Berdasarkan Tabel 2, histogram dan poligon distribusi frekuensi hasil
belajar matematika kelas eksperimen dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak
22 siswa atau sekitar 45,8 % memiliki nilai di atas rata-rata dan 26 siswa atau
sekitar 54,2 % nilainya berada di bawah rata-rata.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol
Frekuensi Nilai
Batas
Nyata Absolut Komulatif Relatif (%)
38 - 43 37,5 - 43,5 8 8 16,67
44 - 49 43,5 - 49,5 6 14 12,5
50 - 55 49,5 - 55,5 13 27 27,08
56 - 61 55,5 - 61,5 6 33 12,5
62 - 67 61,5 - 67,5 9 42 18,75
68 - 73 67,5 - 73,5 3 45 6,25
74 - 79 73,5 - 79,5 3 48 6,25
48
Secara visual hasil belajar matematika yang tidak diberi TTW disajikan
dalam histogram dan poligon berikut.
F y
r 14
e 12
k 10
u 8
e 6
n 4
s 2
i
37,5 43,5 49,5 55,5 61,5 67,5 73,5 79,5 x
Interval Data Gambar 3: Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas
Kontrol
Berdasarkan Tabel 3, histogram dan poligon distribusi frekuensi hasil
belajar matematika kelas kontrol dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 21
siswa atau sekitar 43,75 % memiliki nilai di atas rata-rata dan 27 siswa atau
sekitar 56,25 % nilainya berada di bawah rata-rata.
Tabel 4
Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan
Kontrol
Kelas Statistik
Eksperimen Kontrol
Nilai Terendah 38 38
Nilai Terbesar 79 75
Mean 59,875 55,375
Median 60,5 54,11
Modus 60,75 52,5
Varians 121,39 110,28
Simpangan Baku 11,02 10,50
Berdasarkan data hasil belajar matematika siswa pada materi bangun
datar segiempat dan segitiga pada Tabel 4, kelompok eksperimen yang
menggunakan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) diperoleh
rentangan nilai dari 38 sampai 79 dengan nilai rata-rata 59,875, simpangan
baku 11,02 dan varians 121,39. Sedangkan untuk kelompok kontrol yang
mneggunakan pembelajaran konvensional diperoleh rentang nilai 38 sampai
75 dengan nilai rata-rata 55,375, simpangan baku 10,50 dan varians 110,28.
B. Pengujian Persyaratan Penelitian Uji Normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors. Berdasarkan perhitungan
uji normalitas data, didapat Lhitung untuk kelas eksperimen sebesar 0,109
dan pada tabel harga kritis Lt untuk n = 48 pada taraf signifikansi α = 0,05
adalah 0,128 karena L0 < Lt maka sampel pada kelas eksperimen berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas kontrol
didapat harga L0 = 0,110 dan pada table harga kritis Lt untuk n = 48 pada
taraf signifikan α = 0,05, diperoleh Lt = 0,128. karena L0 < Lt maka
sampel pada kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Uji normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
Tabel 5 berikut.
Tabel 5 Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Variabel Jumlah Sampel
Taraf Signifikansi
Lhitung (L0)
Ltabel (Lt)
Keterangan
Kelas Eksperimen 48 0,05 0,109 0,128 Normal
Kelas Kontrol 48 0,05 0,110 0,128 Normal
Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Dari hasil
perhitungan (lampiran 24), diperoleh nilai varians kelas eksperimen adalah
121,39 dan varians kelas kontrol adalah 110,28. Sehingga didapat Fhitung =
1,10. Dengan taraf signifikan α = 0,05 untuk dbpembilang = 47 dan dbpenyebut
= 47, dengan interpolasi didapat Ftabel = 1,6397. Karena Fhitung < Ftabel,
artinya H0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok
tersebut berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas dapat
dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6 Uji Homogenitas
Varians
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Taraf Signifikan Fhitung Ftabel Keterangan
121,39 110,28 0,05 1,10 1,6397 Data Homogen
Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Perhitungan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write
(TTW) terhadap hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan uji-t.
Berdasarkan uji prasyarat yang telah dilakukan, diperoleh dua kelompok yang
berdistribusi normal dan homogen, maka uji-t yang digunakan adalah:
21gab
21
n1
n1S
XX t +
−=
Dengan taraf signifikan α = 0,05 dan db = 94, maka pada thitung
diperoleh 2,09 dan ttabel sebesar 1,98 (lampiran 25). Dapat dilihat pada Tabel 7
berikut.
Tabel 7
Uji-t
db thitung ttabel Kesimpulan
94 2,09 1,98 H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 7 terlihat thitung > ttabel (2,09 > 1,98), hal ini
menjelaskan bahwa H0 ditolak atau Ha diterima. Berarti terdapat perbedaan
nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan
menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dengan siswa yang tidak
diajarkan dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW). Dengan
kata lain, hasil belajar kelas yang menggunakan strategi Think-Talk-Write
(TTW) lebih tinggi dari pada kelas yang tidak menggunakan strategi Think-
Talk-Write (TTW).
Perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara kedua kelompok
tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi
Think-Talk-Write (TTW) lebih baik dari pembelajaran yang tidak
menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW). Hal tersebut didukung oleh
hasil pengamatan selama berlangsungnya pembelajaran, pada pertemuan
pertama memang siswa kebingungan apa yang harus dilakukan pada tahap
think, tapi setelah beberapa pertemuan selanjutnya dan atas bimbingan guru
sebagian besar siswa berangsur-angsur dapat berpikir secara sistematis dalam
menyelesaikan persoalan yang diberikan. Suatu masalah dapat diselesaikan
dengan baik apabila seseorang memiliki kesadaran tentang apa yang mereka
ketahui dan bagaimana mereka melakukannya. Melalui strategi TTW ini siswa
dapat lebih memahami konsep-konsep matematika karena melalui tahap think
ini siswa dapat menganalisis tujuan isi teks. Dan dengan membuat catatan
kecil siswa dapat membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam
teks bacaan. Kemudian tahap talk siswa dapat lebih paham karena dibangun
melalui percakapan antara sesama individual yang merupakan aktifitas sosial
yang bermakna. Pada tahap inipun siswa lebih aktif, berani mengungkapkan
pendapat terhadap pengetahuan yang telah dimilikinya tentang materi yang
sedang dipelajari. Sehingga membuat siswa lebih mandiri dalam
menyelesaikan persoalan yang diberikan.
Berdasarkan hasil pengamatan juga terlihat pada tahap write sebagian
besar siswa dapat menuliskan hasil diskusinya dengan baik di LKS. Siswa
dapat mengkonstruksikan ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar
teman. Dan dengan menulis siswa lebih paham tentang konsep-konsep materi
yang ia pelajari. Karena penelitian dilakukan di sekolah yang tidak ada
pengklasifikasian kelas (pembedaan kelas antara siswa pintar dan siswa
kurang pintar), maka hanya siswa yang memiliki kemampuan lebih yang dapat
langsung mengikuti proses pembelajaran dan siswa yang lain masih merasa
kaku dengan proses pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-
Write (TTW). Namun hal ini dapat disejajarkan dengan pemberian LKS
sebagai bahan latihan di sekolah dan di rumah dengan tujuan agar siswa
semakin paham tentang materi yang telah dipelajari. Dalam penelitian ini
siswa tidak hanya diajak untuk selalu mengerjakan soal-soal, berpikir untuk
menyelesaikan soal-soal tetapi siswa juga diberi doing math seperti membuat
jajar genjang yang berasal dari persegi panjang secara berkelompok dan
menjelaskan cara penyusunannya, agar siswa merasa dilibatkan dalam proses
pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Adapun nilai rata-rata lembar kerja siswa (LKS) pada setiap pertemuan
kegiatan belajar mengajar disajikan pada Gambar 4 berikut.
y
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
1 2 3 4 5 6 7 8
Pertemuan ke
R A N T I A L - A R I A T A
x
Gambar 4: Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Nilai Rata-rata Lembar Keja
Siswa (LKS) pada Setiap Pertemuan Selama Proses KBM
Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa pada pertemuan ke-1
diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 56, pada pertemuan ke-2 diperoleh
nilai rata-rata LKS siswa sebesar 62, pada pertemuan ke-3 diperoleh nilai rata-
rata LKS siswa sebesar 47, pada pertemuan ke-4 diperoleh nilai rata-rata LKS
siswa sebesar 51, pada pertemuan ke-5 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa
sebesar 62, pada pertemuan ke-6 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar
74, pada pertemuan ke-7 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 78, pada
pertemuan ke-8 diperoleh nilai rata-rata LKS siswa sebesar 82. Dengan
demikian, nilai rata-rata LKS siswa yang didapat dari setiap pertemuan tidak
selalu meningkat karena pada setiap pertemuan mempunyai materi pokok
bahasan yang tingkat kesulitannya berbeda.
Deskripsi Respon Terhadap Strategi Think-Talk-Write (TTW) Setelah melakukan penelitian di kelas eksperimen yaitu kelas yang
pembelajarannya menggunakan strategi TTW dan kelas kontrol yaitu
pembelajaran yang tidak menggunakan strategi TTW, peneliti menyebarkan
angket kepada kelas eksperimen saja, angket ini dimaksudkan untuk
mengetahui respon siswa terhadap strategi TTW. Setelah angket tersebut
disebar ke kelas eksperimen, dan dilakukan uji validitas, dari 25 soal terdapat
5 soal yang tidak valid. Sehingga ada 20 soal yang valid (lampiran 28).
Berdasarkan perhitungan reliabilitas, dari 20 soal yang valid diperoleh
reliabilitas sebesar = 0,902. Dengan demikian reliabilitas soal tergolong tinggi.
Data hasil angket tanggapan siswa terhadap strategi TTW disajikan
dalam bentuk tabel, distribusi frekuensi, histogram dan poligon berikut:
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap
Strategi TTW
Frekuensi Nilai
Batas
Nyata Absolut Komulatif Relatif (%)
38 - 43 37,5 - 43,5 3 3 6,25
44 - 49 43,5 - 49,5 4 7 8,33
50 - 55 49,5 - 55,5 9 16 18,75
56 - 61 55,5 - 61,5 10 26 20,83
62 - 67 61,5 - 67,5 8 34 16,67
68 - 73 67,5 - 73,5 12 46 25
74 - 79 73,5 - 79,5 2 48 4,17
48
Secara visual hasil angket tanggapan siswa terhadap TTW disajikan
dalam histogram dan poligon berikut.
F y
r 14
e 12
k 10
u 8
e 6
n 4
s 2
i
37,5 43,5 49,5 55,5 61,5 67,5 73,5 79,5 x
Interval Data Gambar 5: Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Angket Tanggapan Siswa
Terhadap Strategi Think-Talk-Write (TTW)
Berdasarkan data Tabel 8, histogram dan poligon distribusi frekuensi
hasil angket tanggapan siswa terhadap strategi TTW dapat diinterpretasikan
bahwa sebanyak 30 siswa atau sekitar 62,5 % memiliki nilai di atas rata-rata
dan 18 siswa atau sekitar 37,5 % nilainya berada di bawah rata-rata.
Adapun untuk mengetahui seberapa besar respon siswa terhadap strategi
TTW adalah dengan menggunakan kategori berikut.
Kategori : Skala (1 2 3 4)
Skor maksimum : 20 x 4 = 80
Skor netral : 20 x 2,5 = 50
Skor minimum : 20 x 1 = 20
Kriteria:
Baik : 60 < X ≤ 80 (N = 25)
Sedang : 50 < X ≤ 60 (N = 16)
Kurang : X ≤ 50 (N = 7)
Berdasarkan kriteria di atas diperoleh 25 orang siswa atau 52,08 %
mempunyai nilai rata-rata antara 60 sampai 80, 16 orang siswa atau 33,33 %
mempunyai nilai rata-rata antara 50 samapi 60, dan 7 orang siswa atau 14,58
% mempunyai nilai rata-rata di bawah atau sama dengan 50. dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi TTW
mendapat respon yang baik dari siswa yang diajar dengan menggunakan
TTW.
Berdasarkan hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran
dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) dapat disimpulkan
juga bahwa sebagian besar siswa menyukai pembelajaran dengan
menggunakan strategi TTW. Mereka bersemangat dan tertarik untuk belajar
materi bangun datar dengan menggunakan strategi TTW dari pada
pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan selain karena strategi TTW ini
merupakan strategi yang baru digunakan oleh guru dalam menyampaikan
materi bangun datar dan aturan mainnya, siswa juga merasa tertantang dengan
soal-soal yang diberikan. Dan dengan adanya kelompok belajar siswa tidak
merasa terlalu sulit dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan karena
siswa dapat bertukar pikiran dan bebas mengemukakan ide dengan teman
sekelompoknya. Dengan pembelajaran seperti tu mereka merasa lebih rileks
dalam belajar dan mereka merasa terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Sehingga mereka bisa lebih memahami konsep pada materi
yang telah dipelajari.
Keterbatasan Penelitian
Beberapa tahap yang terdapat pada strategi TTW antara lain tahap think
yaitu aktivitas berpikir, tahap talk yaitu aktivitas berbicara/diskusi dengan
teman sekelompoknya, dan tahap write yaitu aktivitas menulis, menuliskan
hasil diskusinya dengan teman sekelompoknya belum bisa dilaksanakan
dengan sempurna. Hal ini disebabkan karena penelitian dilakukan di sekolah
yang tidak ada pengklasifikasian kelas ( pembedaan kelas antara siswa pintar
dan siswa kurang pintar), sehingga hanya siswa yang memiliki kemampuan
lebih yang dapat langsung mengikuti proses pembelajaran dan siswa yang
lain masih merasa kaku dan tidak mengerti apa yang harus dilakukan.
Selain itu disebabkan karena dalam satu kelas siswanya terlalu banyak
yaitu 48 siswa sedangkan ruangan tidak terlalu luas. Hal itu membuat peneliti
sedikit kesulitan dalam mengatur pembagian kelompok dan mengontrol
jalannya diskusi. Pembelajaran dengan menggunakan TTW yang diberi doing
math membuat siswa lebih antusias karena dapat belajar lebih rileks dan
terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, untuk
menunjang pembelajaran berlangsung dengan lancar peneliti sebelumnya
memerintahkan kepada seluruh siswa untuk membawa perlalatan yang
dibutuhkan. Kesulitan yang terjadi adalah tidak semua siswa membawa
peralatan yang dibutuhkan maka terjadi sedikit kegaduhan karena siswa saling
meminjam peralatan antara satu dengan yang lain. Adapula siswa yang tidak
membawa peralatan dan dia pun hanya diam saja tanpa ada usaha, sehingga
pada menit-menit terakhir pengerjaan soal, siswa tersebut masih belum dapat
menyelesaikan semua soal-soal yang diberikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian dan hasil pengujian hipotesis dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diberi Think-Talk-
Write secara signifikan lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvensional atau strategi pembelajaran Think-Talk-Write
dalam pembelajaran matematika berpengaruh secara nyata terhadap hasil
belajar matematika siswa.
Hasil Angket tanggapan siswa terhadap strategi Think-Talk-Write
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan strategi Think-Talk-
Write membuat siswa lebih mandiri, berani mengungkapkan pendapat, dan
terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa dapat lebih
paham terhadap materi pelajaran dan lebih tertarik terhadap matematika.
Dengan demikian sebagian besar siswa mempunyai respon yang baik terhadap
strategi Think-Talk-Write.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Agar siswa dapat lebih terlatih untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman konsep matematiknya, sebaiknya frekuensi penggunaan
strategi Think-Talk-Write TTW lebih ditingkatkan dalam proses belajar
mengajar sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Guru mempunyai kreativitas dalam memberikan dorongan dan semangat
belajar siswa-siswanya, serta menciptakan suasana yang menyenangkan
sehingga anak tidak jenuh dan bisa aktif terlibat dalam proses
pembelajaran.
3. Strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dapat dijadikan salah satu
alternaif dalam proses pembelajaran, sehingga dapat menjadi salah satu
solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam kualitas
dunia pendidikan matematika.
70
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, cet. 2, 2003.
Ansari, Bansu Irianto, Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan
Komunikasi Matematika Siswa SMU, Bandung: Disertasi UPI, 2003. Constructivism and the Five E’s,
http://www.constructivisme/expo.expo.edu.ph/pinatubo/page4.html, 20 Mei 2008
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, Cet. 2, 2002. Ghazali, Syukur, H, A, “Menciptakan Lingkungan yang Kontruktivistik Bagi
Pembelajaran Bahasa”, dalam, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Tahun 16 No. 1, 2003.
Guru,PembelajaranKonstuktivistik,
http://www.whandi.net/?pilih=new&aksi=lihat&id=66, 13 April 2007 Hamzah, Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar
Konstruktivisme”dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, No. 040, Tahun ke-8, November 2002.
Ismail et.al, Kapita Selekta Pembelajaran Matematika,
PMAT44471/4SKS/modul.1-12, Jakarta: Universitas terbuka, 2000. Khoiruddin, M, Konstruktivisme Dalam Strategi Pembelajaran,
http://www.google.co.id/search?hl=id&lr=lang_id&client=firefox-a&channel=s&rls=org.mozilla:en-US:official&hs=1xJ&q=pembelajaran+konstruktivisme&start=10&sa=N, 1 juli 2008.
Mudzakir, Hera Sri. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write Untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama, Journal Matematika dan pendidikan matematika, UIN, 02 Desember, Vol.1, 2006.
Mudzakir, Hera Sri, Strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Untuk
Meninhgkatkan Kemampuan Representasi Matematika Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama, Bandung: Tesis, 2005.
Nuryani, Y, Rustaman Dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Surabaya:
Penerbit Universitas Negeri Malang, UM Press, cet 1, 2005.
Ramli, Munasprianto, Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode
Konstruktivisme, Metamorfosa, Vol. 1 No 2, Oktober 2006.
Setiawan, Deni, Penanganan Belajar Siswa, (http://www.sd-bintalenta.com/images/artikel003.php)
Shadiq, Fadjar, Implikasi Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika
Sekolah Dasar, http://www.google.co.id/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=s&hl=id&q=pembelajaran+konstruktivisme&meta=lr%3Dlang_id&btnG=Telusuri+dengan+Google, 1 juli 2008.
Sholeh, Asrorun Ni’am, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Elsa, 2004. Simangunsong, Sukino Wilson. Matematika Untuk SMP kelas VII, Jakarta:
Erlangga, 2004. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, cet. 4, 2003. Soedjadi, R, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstatasi Keadaan masa
Kini Menuju Harapan Masa Depan, Jakarta: Depdiknas, 1999/2000. Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada, 2005. Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grapindo
Persada, 2005. Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 1996. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosda Karya, Cet. 7, 2001. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), Jakarta:
Bumi Aksara, 2005. Sukardjono, Filasafat dan Sejarah Matematika, Jakarta; UT, cet. 1, 2000 Suparno, Paul, Konstruktivisme dan Dampaknya Terhadap Pendidikan,
(http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/11/18/0236.html) Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1990.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Jakarta: Rosda, 2004.
The Maryland Virtual High School of Sciense and Mathematics, 5 E’s Lesson
Components, , http://mvhsl.mbhs.edu/mvhsproj/learningcycle/lcmodel.html, 29 Maret 2007.
Tim MKPBM, Evaluasi pembelajaran Matematika, Bandung: JICA UPI, 2003. Tim MKPBM, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: JICA-
UPI, 2003. Wahyudin, Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan Siswa
Dalam Mata Pelajaran Matematika,(bandung, disertasi, 1999), h. 271. Widodo, Ari, Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 064, Tahun ke-13, Januari 2007. Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari. Taktik Mengembangkan Kemampuan
Individual Siswa, Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, Cet.1, 2008. Tumbuh Kembang, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran ke Depan,
http://tumbuhkembang.blogspot.com/2007/08/konstruktivisme-dalam-pembelajaran-ke.html, 1 Juli 2008.
Important People in the Development of the Theory of Constructivism,
http://www.constructivisme.com/chd.gse.gme.edu/immersion/konwledgebase/index.htm, 20 mei 2008.
Konstruktivisme dan Pembelajaran,
http://suciptoardi.wordpress.com/2007/12/04/48/, 1 Juli 2008.
Pembelajaran Konstruktivisme, http://guru-beasiswa.blogspot......, hal 4, 1 Juli
2008. Http://www.mtsd.k12.wi.us/MTSD/District/ela-curiculum-
03/writing/think_talk_write.html , 19 Februari 1999 Http://Id.wikipedia.org/wiki/Angka.
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP)
KELAS EKSPERIMEN Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun Datar Sub Bahasan : Persegi Panjang Kelas/Semester : VII / 2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam
pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator
a. Menjelaskan pengertian persegi panjang menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan
sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi panjang. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-
hari.
4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian persegi panjang menurut sifat-
sifatnya. b. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal,
sisi, dan sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi
panjang. d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan
masalah sehari-hari. 5. Materi Ajar
Persegi Panjang
6. Metode Pembelajaran Pendekatan : Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Alokasi
waktu Pendahuluan • Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang
pembelajaran yang akan dilakukan - Mengingatkan kembali persegi panjang
yang pernah dipelajari di SD. • Motivasi: Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka
akan dapat membantu siswa dalam memahami materi selanjutnya.
5 menit
Kegiatan Inti • Guru menjelaskan secara garis besar tentang persegi panjang
• Pembagian LKS 01 yang merupakan sumber utama untuk tahap think dan diskusi kelompok.
• Pada tahap think ini siswa secara individu mempelajari LKS 01, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya.
• Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk.
• Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 01.
• Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan.
• Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing. Siswa melakukan tahap write, pada tahap write ini siswa secara individu menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 01, berdasarkan hasil diskusi.
• Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik
kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari
10 menit 35 menit 5 menit 20 menit
Penutup • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru membantu seperlunya
• Guru memberikan penghargaan pada setiap team • Guru memberikan LKS PR 01
5 menit
• Guru menyampaikan materi selanjutnya.
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar
• Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 01 (persegi panjang), mistar, kertas origami, kertas berpetak, gunting,
model persegi panjang.
• Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian
• Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2
(RPP) KELAS EKSPERIMEN
Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun Datar Sub Bahasan : Persegi Kelas/Semester : VII / 2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam
pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator
a. Menjelaskan pengertian persegi menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-
hari.
4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian persegi dengan kata-kata sendiri. b. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat persegi dengan kata-kata sendiri
ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi. d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan
masalah sehari-hari 5. Materi Ajar
Persegi 6. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Alokasi
waktu Pendahuluan • Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang
pembelajaran yang akan dilakukan - Mengumpulkan LKS PR 01. • Motivasi: Jika materi ini dikuasai dengan baik,
maka akan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah sehari-hari.
5 menit
Kegiatan Inti • Guru menjelaskan secara garis besar tentang persegi • Pembagian LKS 02 yang merupakan sumber utama
untuk tahap think dan diskusi kelompok. • Pada tahap think ini siswa secara individu
mempelajari LKS 02, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya.
• Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk.
• Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 02.
• Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan.
• Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing. Siswa melakukan tahap write, pada tahap ini siswa secara individu menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 02, berdasarkan hasil diskusi.
• Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik
kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari
10 menit 35 menit 5 menit 20 menit
Penutup • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru hanya membantu seperlunya
• Guru memberikan penghargaan pada setiap kelompok
• Guru memberikan LKS PR 02. • Guru menyampaikan materi selanjutnya.
5 menit
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar
• Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 02 (persegi), kertas origami, kertas berpetak, gunting, mistar, model persegi, lem.
• Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian • Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3 (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun Datar Sub Bahasan : Jajargenjang Kelas/Semester : VII / 2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam
pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator
a. Menjelaskan pengertian jajargenjang berdasarkan sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat jajargenjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan
sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas jajargenjang. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-
hari.
4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian jajargenjang menurut sifat-sifatnya.. b. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat jajargenjang ditinjau dari diagonal,
sisi, dan sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas
jajargenjang. d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan
masalah sehari-hari 5. Materi Ajar
Jajar genjang 6. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Alokasi waktu
Pendahuluan • Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang pembelajaran yang akan dilakukan
- Mengumpulkan LKS PR 02. • Motivasi: Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka
akan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah sehari-hari.
5 menit
Kegiatan Inti • Guru menjelaskan secara garis besar tentang jajargenjang.
• Pembagian LKS 03 yang merupakan sumber utama untuk tahap think dan diskusi kelompok.
• Pada tahap think ini siswa secara individu mempelajari LKS 03, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya.
• Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk.
• Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 03.
• Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan.
• Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing. Siswa melakukan tahap write, pada tahap ini siswa secara individu menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 03, berdasarkan hasil diskusi.
• Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik
kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari
10 menit 35 menit 5 menit 20 menit
Penutup • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru hanya membantu seperlunya
• Guru memberikan penghargaan pada setiap kelompok
• Guru memberikan LKS PR 03. • Guru menyampaikan materi selanjutnya.
5 menit
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar
• Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 03 (jajargenjang), mistar, kertas origami, kertas berpetak, lem, gunting, model jajargenjang
• Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian
• Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 4
(RPP) KELAS EKSPERIMEN
Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun Datar Sub Bahasan : Belah ketupat Kelas/Semester : VII / 2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi
Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator
a. Menjelaskan pengetian belah ketupat menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat belah ketupat ditinjau dari diagonal, sisi, dan
sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas belah ketupat. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-
hari.
4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian belah ketupat menurut sifat-sifatnya. b. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat belah ketupat ditinjau dari diagonal,
sisi, dan sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan rumus
keliling dan luas belah ketupat. d. Siswa dapat Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan
masalah sehari-hari 5. Materi Ajar
Belah ketupat 6. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Alokasi
waktu Pendahuluan • Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang
pembelajaran yang akan dilakukan - Mengumpulkan LKS PR 03. • Motivasi: Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka
akan dapat membantu siswa dalam memahami materi selanjutnya.
5 menit
Kegiatan Inti • Guru menjelaskan secara garis besar tentang belah ketupat.
• Pembagian LKS 04 yang merupakan sumber utama untuk tahap think dan diskusi kelompok.
• Pada tahap think ini siswa secara individu mempelajari LKS 04, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya.
• Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk.
• Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 04.
• Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan.
• Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing.Siswa melakukan tahap write, pada tahap ini siswa secara individu menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 04, berdasarkan hasil diskusi.
• Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik
kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari
10 menit 35 menit 5 menit 20 menit
Penutup • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru hanya membantu seperlunya
• Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok
• Guru memberikan LKS PR 04. • Guru menyampaikan materi selanjutnya.
5 menit
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar
• Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 04 (belah ketupat), kertas origami, kertas berpetak, gunting, mistar, model belah ketupat, lem.
• Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian
• Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 5
(RPP) KELAS EKSPERIMEN
Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun Datar Sub Bahasan : Layang-layang Kelas/Semester : VII / 2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi
Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator
a. Menjelaskan pengertian layang-layang menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat layang-layang ditinjau dari diagonal, sisi, dan
sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas layang-layang. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-
hari.
4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian layang-layang. b. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat layang-layang ditinjau dari diagonal,
sisi, dan dapat sudutnya. c. Siswa dapat menghubungkan dua buah variabel untuk menemukan luas
layang-layang. d. Siswa dapat Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan
masalah sehari-hari 5. Materi Ajar
Layang-layang 6. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Alokasi
waktu Pendahuluan • Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang
pembelajaran yang akan dilakukan - Mengumpulkan LKS PR 04. • Motivasi: Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka
akan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah sehari-hari.
5 menit
Kegiatan Inti • Guru menjelaskan secara garis besar tentang layang-layang.
• Pembagian LKS 05 yang merupakan sumber utama untuk tahap think dan diskusi kelompok.
• Pada tahap think ini siswa secara individu mempelajari LKS 05, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya.
• Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk.
• Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 05.
• Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan.
• Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing. Siswa melakukan tahap write, pada tahap ini siswa secara individual menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 05, berdasarkan hasil diskusi
• Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik
kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari
10 menit 35 menit 5 menit 20 menit
Penutup • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru hanya membantu seperlunya
• Guru memberikan penghargaan pada setiap kelompok
• Guru memberikan LKS PR 05. • Guru menyampaikan materi selanjutnya.
5 menit
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar
• Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 05 (layang-layang), kertas origami, kertas berpetak, gunting, mistar, model layang, lem
• Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian
• Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 6
(RPP) KELAS EKSPERIMEN
Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun Datar Sub Bahasan : Trapesium Kelas/Semester : VII / 2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi
Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator
a. Menjelaskan pengertian trapesium menurut sifat-sifatnya.. b. Menjelaskan sifat-sifat trapesium ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas trapesium. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-
hari.
4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian trapesium menurut sifat-sifatnya.. b. Siswa menjelaskan sifat-sifat trapesium ditinjau dari diagonal, sisi, dan
dapat sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas
trapesium. d. Siswa dapat Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan
masalah sehari-hari
5. Materi Ajar Trapesium
6. Metode Pembelajaran
Pendekatan :Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Alokasi
waktu Pendahuluan • Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang
pembelajaran yang akan dilakukan - Mengumpulkan LKS PR 05. • Motivasi: - Jika materi ini dikuasai dengan baik,
maka akan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah sehari-hari.
5 menit
Kegiatan Inti • Guru menjelaskan secara garis besar tentang trapesium
• Pembagian LKS 06 yang merupakan sumber utama untuk tahap think dan diskusi kelompok.
• Pada tahap think ini siswa secara individu mempelajari LKS 06, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya.
• Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk.
• Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 06.
• Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan.
• Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing. Siswa melakukan tahap write, pada tahap ini siswa secara individu menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 06, berdasarkan hasil diskusi.
• Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik
kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari
10 menit 35 menit 5 menit 20 menit
Penutup • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru hanya membantu seperlunya
• Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok
• Guru memberikan LKS PR 06. • Guru menyampaikan materi selanjutnya.
5 menit
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar
• Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 06 (trapesium), kertas origami, kertas berpetak, gunting, mistar, model trapesium, lem.
• Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian • Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 7
(RPP) KELAS EKSPERIMEN
Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun Datar Sub Bahasan : Segitiga Kelas/Semester : VII / 2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi
Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segitiga.
3. Indikator
Menjelaskan segitiga dan jenis-jenis segitiga.
4. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menjelaskan segitiga dan jenis-jenis segitiga 5. Materi Ajar
Jenis-jenis segitiga 6. Metode Pembelajaran
Pendekatan :Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Alokasi
waktu Pendahuluan • Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang
pembelajaran yang akan dilakukan - Mengumpulkan LKS PR 06. • Motivasi: - Jika materi ini dikuasai dengan baik,
maka akan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah sehari-hari.
5 menit
Kegiatan Inti • Guru menjelaskan secara garis besar tentang segitiga • Pembagian LKS 07 yang merupakan sumber utama
untuk tahap think dan diskusi kelompok. • Pada tahap think ini siswa secara individu
mempelajari LKS 07, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya.
• Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk.
• Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 07.
• Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan.
• Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing. Siswa melakukan tahap write, pada tahap ini siswa secara individu menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 07, berdasarkan hasil diskusi.
• Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik
kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari
10 menit 35 menit 5 menit 20 menit
Penutup • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru hanya membantu seperlunya
• Guru memberikan penghargaan pada setiap kelompok
• Guru memberikan LKS PR 07. • Guru menyampaikan materi selanjutnya.
5 menit
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar
• Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 07 (segitiga), kertas origami, gunting, mistar, model segitiga, lem.
• Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian
• Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 8
(RPP) KELAS EKSPERIMEN
Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun Datar Sub Bahasan : Segitiga Kelas/Semester : VII / 2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi
Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segitiga.
3. Indikator
a. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas segitiga. b. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-
hari.
4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas
segitiga. b. Siswa dapat Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan
masalah sehari-hari. 5. Materi Ajar
Keliling dan Luas Segitiga 6. Metode Pembelajaran
Pendekatan :Konstruktivisme Strategi : Think Talk Write (TTW) dalam kelompok kecil
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Alokasi
waktu Pendahuluan • Apersepsi:- Penjelasan umum dari guru tentang
pembelajaran yang akan dilakukan - Mengumpulkan LKS PR 07. • Motivasi: - Jika materi ini dikuasai dengan baik,
maka akan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah sehari-hari.
5 menit
Kegiatan Inti • Pembagian LKS 08 yang merupakan sumber utama untuk tahap think dan diskusi kelompok.
• Pada tahap think ini siswa secara individu mempelajari LKS 08, membuat catatan kecil mengenai kemungkinan jawaban, dan hal yang tidak dipahaminya.
• Setelah siswa melakukan tahap think, kemudian siswa dengan kelompoknya masing-masing melakukan tahap talk.
• Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil, bertukar ide untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam LKS 08.
• Guru memantau jalannya diskusi, memberi bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kesulitan.
• Setelah tahap talk selesai dilakukan dengan kelompoknya masing-masing. Siswa melakukan tahap write, pada tahap ini siswa secara individu menuliskan penyelesaian untuk setiap tugas dalam LKS 08 berdasarkan hasil diskusi.
• Presentasi dari perwakilan kelompok • Guru bersama-sama dengan siswa menarik
kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari
10 menit 35 menit 5 menit 20 menit
Penutup • Siswa membuat rangkuman materi yang baru dipelajari, sedangkan guru membantu seperlunya
• Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok.
5 menit
8. Alat, Bahan dan Sumber Belajar
• Alat dan bahan yang diperlukan: LKS 08 (Segitiga), model segitiga.
• Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian • Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1
(RPP) KELAS KONTROL
Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun Datar Sub Bahasan : Persegi Panjang Kelas/Semester : VII / 2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 10. Standar Kompetensi
Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
11. Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
12. Indikator a. Menjelaskan pengertian persegi panjang menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan
sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi panjang. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-
hari.
13. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat menjelaskan pengertian persegi panjang menurut sifat-sifatnya.
b. Siswa menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan dapat sudutnya.
c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi panjang .
d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari.
14. Materi Pembelajaran
Persegi Panjang
15. Metode Pembelajaran Konvensional
16. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendahuluan
Apersepsi :-Mengingatkan kembali tentang persegi panjang yang pernah dipelajari di SD.
-Guru meminta siswa untuk memberikan contoh persegi panjang yang ada di dalam kelas.
Motivasi : Siswa dapat mngaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan inti a. Guru memperlihatkan bentuk persegi panjang yang terbuat dari karton b. Bersama siswa guru membahas tentang sifat-sifat, keliling, dan luas
pada persegi panjang. c. Bersama siswa guru menjelaskan keliling dan luas persegi panjang d. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru
Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Siswa dan guru melakukan refleksi c. Guru memberikan tugas (PR)
17. Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: Model persegi panjang dari karton • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
18. Penilaian
• Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2 (RPP)
KELAS KONTROL Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun Datar Sub Bahasan : Persegi Kelas/Semester : VII / 2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi
Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator a. Menjelaskan pengertian persegi menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi . d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-
hari.
4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian persegi menurut sifat-sifatnya. b. Siswa menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari diagonal, sisi, dan dapat
sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas persegi . d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan
masalah sehari-hari. 5. Materi Pembelajaran
Persegi
6. Metode Pembelajaran Konvensional
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendahuluan
Apersepsi :-Mengingatkan kembali tentang persegi yang pernah dipelajari di SD.
-Guru meminta siswa untuk memberikan contoh persegi yang ada di dalam kelas.
Motivasi : Siswa dapat mngaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan inti a. Bersama siswa guru membahas tentang sifat-sifat, keliling, dan luas
pada persegi. b. Bersama siswa guru menjelaskan keliling dan luas persegi. c. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru
Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Siswa dan guru melakukan refleksi
i. Guru memberikan tugas (PR) 8. Sumber Belajar
• Alat dan bahan yang diperlukan: Model persegi dari karton • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian
• Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3 (RPP)
KELAS KONTROL Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun Datar Sub Bahasan : Jajargenjang Kelas/Semester : VII / 2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi
Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator a. Menjelaskan pengertian jajargenjang menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat jajargenjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan
sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas jajargenjang . d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-
hari.
4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian jajargenjang menurut sifat-sifatnya. b. Siswa menjelaskan sifat-sifat jajargenjang ditinjau dari diagonal, sisi, dan
dapat sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas
jajargenjang . d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan
masalah sehari-hari. 5. Materi Pembelajaran
Jajargenjang
6. Metode Pembelajaran Konvensional
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendahuluan
Apersepsi :-Membahas PR -Guru menjelaskan materi dengan kehidupan sehari-hari.
Motivasi : Siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari Kegiatan inti
a. Guru memperlihatkan model jajargenjang, dan bersama siswa guru menjelaskan pengertian jajargenjang.
b. Bersama siswa guru membahas sifat-sfat, keliling, dan luas jajargenjang
c. Siswa mengerjakan latihan yang ada di buku paket Penutup
a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Siswa dan guru melakukan refleksi
ii. Guru memberikan tugas (PR)
8. Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: Model jajargenjang dari karton • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian • Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 4 (RPP)
KELAS KONTROL Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Bangun Datar Sub Bahasan : Belah Ketupat Kelas/Semester : VII / 2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi
Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator a. Menjelaskan pengertian belah katupat menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat belah ketupat ditinjau dari diagonal, sisi, dan
sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas belah ketupat. d. Menerapkan konsep keliling dan luas utuk memecahkan masalah sehari-
hari. 4. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat menjelaskan pengertian belah ketupat menurut sifat-sifatnya.
b. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat belah katupat ditinjau dari diagonal, sisi, dan dapat sudutnya.
c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas belah katupat.
d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-hari.
5. Materi Pembelajaran
Belah ketupat
6. Metode Pembelajaran Konvensional
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendahuluan
Apersepsi : Membahas PR Motivasi : Siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
Kegiatan inti a. Guru memperlihatkan segitiga sama kaki dan pencerminannya untuk
membahas belah ketupat b. Bersama siswa guru membahas sifat-sifat, keliling, dan luas belah
ketupat c. Siswa mengerjakan latihan yang ada di buku paket
Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Siswa dan guru melakukan refleksi c. Guru memberikan tugas (PR)
8. Sumber Belajar
• Alat dan bahan yang diperlukan: Model belah ketupat dari karton • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian • Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 5 (RPP)
KELAS KONTROL Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Layang-layang Kelas/Semester : VII/2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi
Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator a. Menjelaskan pengertian layang-layang menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat layang-layang ditinjau dari diagonal, sisi, dan
sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas layang-layang. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-
hari.
4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat Menjelaskan pengertian layang-layang menurut sifat-sifatnya. b. Siswa Menjelaskan sifat-sifat layang-layang ditinjau dari diagonal, sisi,
dan sudutnya. c. Siswa dapat Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas layang-
layang. d. Siswa dapat Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan
masalah sehari-hari. 5. Materi Pembelajaran
Layang-layang 6. Metode Pembelajaran
Konvensional
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendahuluan
Apersepsi : Mengingatkan kembali tentang sifat-sifat layang-layang yang pernah dipelajari di SD
Motivasi : Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah sehari-hari
Kegiatan inti a. Guru memperlihatkan penggabungan dua segitiga sama kaki untuk
membahas layang-layang b. Bersama siswa dengan tanya jawab ditanyakan tentang sifat-sifat
layang-layang c. Bersama siswa, guru membahas tentang keliling dan luas layang-
layang d. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Guru dan siswa melakukan refleksi c. Siswa diberi tugas (PR)
8. Sumber Belajar • Alat dan bahan yang diperlukan: Model layang-layang dari karton • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian
• Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 6 (RPP)
KELAS KONTROL Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Trapesium Kelas/Semester : VII/2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi
Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segi empat.
3. Indikator a. Menjelaskan pengertian trapesium menurut sifat-sifatnya. b. Menjelaskan sifat-sifat trapesium ditinjau dari diagonal, sisi, dan sudutnya. c. Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas trapesium. d. Menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan masalah sehari-
hari.
4. Tujuan Pembelajaran a. Siswa dapat menjelaskan pengertian trapesium menurut sifat-sifatnya. b. Siswa menjelaskan sifat-sifat trapesium ditinjau dari diagonal, sisi, dan
sudutnya. c. Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas
trapesium. d. Siswa dapat menerapkan konsep keliling dan luas untuk memecahkan
masalah sehari-hari.
5. Materi Pembelajaran Trapesium
6. Metode Pembelajaran Konvensional
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Pendahuluan
Apersepsi : Membahas PR Motivasi : Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat
membantu siswa dalam pemecahan masalah sehari-hari Kegiatan inti
a. Guru memperlihatkan bentuk trapesium yang terbuat dari karton b. Bersama siswa guru membahas tentang sifat-sifat, keliling, dan luas
pada trapesium. c. Bersama siswa guru menjelaskan keliling dan luas trapesium. d. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Guru dan siswa melakukan refleksi c. Siswa diberi tugas (PR)
8. Sumber Belajar
• Alat dan bahan yang diperlukan: Model trapesium dari karton. • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian • Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 7
(RPP) KELAS KONTROL
Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Segitiga Kelas/Semester : VII/2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi
Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segitiga.
3. Indikator Menjelaskan segitiga dan jenis-jenis segitiga
4. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat menjelaskan pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga b. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat segitiga
5. Materi Pembelajaran
Segitiga
6. Metode Pembelajaran Konvensional 7. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pendahuluan Apersepsi : Mengingatkan siswa pada segitiga yang pernah dipelajari di
SD Motivasi : Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat
membantu siswa dalam pemecahan masalah sehari-hari Kegiatan inti
a. Guru memperlihatkan bentuk segitiga yang terbuat dari karton b. Bersama siswa guru membahas tentang jenis-jenis segitiga
bertdasarkan sisi atau sudutnya. c. Bersama siswa guru menjelaskan jenis segitiga berdasarkan sifat-
sifatnya. d. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru
Penutup
a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Guru dan siswa melakukan refleksi c. Siswa diberi tugas (PR)
8. Sumber Belajar
• Alat dan bahan yang diperlukan: Model segitiga dari karton. • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian
• Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 8 (RPP)
KELAS KONTROL Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Segitiga Kelas/Semester : VII/2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Pelajaran : 2008 1. Standar Kompetensi
Memahami dan dapat menggunakan sifat dan unsur pada bangun datar dalam pemecahan masalah.
2. Kompetensi Dasar
Menemukan sifat dan menghitung besaran-besaran segitiga.
3. Indikator Menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas segitiga
4. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menurunkan dan menghitung rumus keliling dan luas segitiga 5. Materi Pembelajaran
Segitiga
6. Metode Pembelajaran Konvensional 7. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pendahuluan Apersepsi : Membahas PR Motivasi : Jika materi ini dikuasai dengan baik, maka akan dapat
membantu siswa dalam pemecahan masalah sehari-hari Kegiatan inti
a. Bersama siswa guru menjelaskan keliling dan luas segitiga. b. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru
Penutup a. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman b. Guru dan siswa melakukan refleksi
c. Siswa diberi tugas (PR) 8. Sumber Belajar
• Alat dan bahan yang diperlukan: - • Sumber: Buku paket matematika SMP kelas VII dan sumber yang relevan.
9. Penilaian • Teknik Instrumen : Tes tertulis • Bentuk Instrumen : Pilihan ganda (PG)
Lampiran 3
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan.
Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan
penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di
lembar jawaban pada kolom catatan kecil)
2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai
kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya.
3. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang
disediakan.
Persegi Panjang Perhatikan gambar di bawah ini!
1. Diketahui persegi panjang ABCD dengan ukuran panjang AB = 6 cm dan
panjang BC = 4 cm.
a. Gambarlah persegi panjang di kertas berpetak. Gunakanlah mistar.
b. Gambarlah persegi panjang di kertas origami. Gunakanlah mistar. Dan
guntinglah persegi panjang tersebut.
c. Ada berapa persegi panjang menempati bingkainya! dan ada berapa
sumbu simetri persegi panjang?
Nama :………………………. Tanggal :………………. Kelompok :……………………….
A
C
B
D
d. Dari kegiataan di atas coba sebutkan sifat-sifat persegi panjang!
2. Dari soal no. 1, Berapa meterkah jarak yang ditempuh, jika kita mulai berjalan
dari A ke B, B ke C, C ke D, dan D ke A?
3. dari kasus di atas, maka apakah rumus keliling persegi panjang?
4. Dari soal no. 1, berapakah luas persegi panjang ABCD tersebut?
5. dari kasus di atas, apakah rumus luas persegi panjang?
Untuk selanjutnya coba kamu selesaikan soal berikut ini!
1. Diketahui luas sebuah persegi panjang PQRS adalah 150 cm2, panjang PQ =
15 cm. Hitunglah panjang QR dan keliling PQRS tersebut?
2. Bagian atap suatu rumah yang berbentuk persegi panjang memiliki ukuran
8 m x 6 m. atap rumah itu akan ditutup genteng yang berukuran 40 cm x 30
cm. Tentukan banyaknya genteng yang dibutuhkan.
1.
2. Diketahui luas sebuah persegi panjang adalah 240 cm2 dan panjangnya adalah
20 cm. Hitunglah:
a. Lebar persegi panjang tersebut.
b. Keliling persegi panjang tersebut.
3. Sebuah papan tulis memiliki keliling 460 cm dan lebarnya 80 cm. hitunglah
panjang dan luas papan tulis tersebut.
4. Lantai berukuran 15 m x 12 m akan ditutup ubin persegi yang berukuran 30
cm x 30 cm. Berapa banyak ubin yang harus disediakan?
Panjang Lebar Keliling Luas
12 cm 10 cm
20 cm 70 cm
17 170 cm2
25 cm 130 cm
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan.
Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan
penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di
lembar jawaban pada kolom catatan kecil)
2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai
kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya.
3. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang
disediakan.
Persegi
Perhatikan Gambar di bawah ini!
1. Diketahui persegi ABCD dengan panjang sisinya adalah 4 cm.
a. Gambarlah persegi di kertas berpetak. Gunakanlah mistar.
b. Gambarlah persegi di kertas origami. Gunakanlah mistar.Gunting persegi
tersebut.
b. Ada berapa cara persegi menempati bingkainya? dan berapa sumbu simetri
bangun persegi?
d. dari kegiatan di atas, sebutkan sifat-sifat persegi!
Nama :………………………. Tanggal :………………. Kelompok :……………………….
D C
A B
2. Dari soal no. 1. berapakah keliling persegi?
3. Dari kasus di atas, apakah rumus keliling persegi?
4. Dari soal nomor 1, berapakah luasnya?
5. Dari kasus di atas, apa rumus dari luas persegi?
Untuk selanjutnya coba kamu selesaikanlah soal berikut!
1. Jika s, K, L berturut-turut menyatakan panjang sisi, keliling, dan luas suatu
persegi. Lengkapilah table berikut ini.
Sisi Keliling Luas
16 cm
72 cm
1156 cm2
676 cm2
2. Diberikan perssegi panjang dengan ukuran 15 cm x 10 cm. Tentukan
banyaknya persegi berisi 2 cm dalam persegi panjang tersebut!
1.
s K L
15 cm
40 cm
625 cm2
23
68 cm
2. Diberikan perssegi panjang dengan ukuran 18 cm x 15 cm. tentukan banyaknya
persegi berisi 3 cm dalam persegi panjang tersebut!
3. Sebuah persegi ABCD mempunyai panjang sisi adalah (x + 20) cm dan
kelilingnya adalah 120 cm. Tentukan:
a. Nilai x.
b. Luas persegi ABCD.
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan.
Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan
penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di
lembar jawaban pada kolom catatan kecil)
2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai
kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya.
3. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang
disediakan.
Jajargenjang 1. Diketahui jajargenjang ABCD, DE ⊥ AB, panjang AB = 7 cm, BC = 5 cm,
dan DE = 4 cm.
a. Gambarlah jajargenjang di kertas berpetak. Gunakanlah mistar.
b. Guntinglah jajargenjang di kertas origami. Gunakanlah mistar. Guntinglah
jajargenjang tersebut.
c. Ada berapa cara jajargenjang menempati bingkainya? dan berapa sumbu
simetri jajargenjang?
d. Dapatkah kamu menyebutkan persamaan dan perbedaan antara persegi
panjang dan jajargenjang?
2. Dari soal nomor 1, berapakah keliling jajargenjang tersebut?
3. Apa kasus di atas, apa rumus keliling jajargenjang?
4. Perhatikan gambar di bawah ini!
Nama :………………………. Tanggal :………………. Kelompok :……………………….
CD
a. Gambarlah di kertas origami. Gunakanlah mistar. Gunting jajargenjang
tesebut. Gunting garis DE. Kemudian potongan tesebut letakkan di garis BC.
Bangun apa yang akan terbentuk?
b. dari kegiatan di atas, bagaimana luas jajargenjang dibanding dengan luas
bangun baru tersebut?
Untuk selanjutnya coba kamu selesaikan soal-soal berikut ini.
1. Perhatikan gambar di bawah ini!
a. Besar sudut lainnya!
b. Berapa keliling dan luas ABCD?
c. Hitung panjang BF!
A B
F
CD E
60o
6 cm
18 cm
4,8 cm
BEA
1. Perhatikan gambar! Tentukan nilai x dan y
2. Gambarlah jajargenjang EFGH.
EF ⊥ HM, FG ⊥ HN, jika EF = 20 cm, FG = 15 cm, dan HM = 12 cm. Maka
hitunglah:
a. Luas jajargenjang EFGH
b. Keliling Jajargenjang EFGH.
c. Panjang HN.
C
B
D
A
x+20
2y-60 40o 3x
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan.
Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan
penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di
lembar jawaban pada kolom catatan kecil)
2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai
kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya.
2. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang
disediakan.
Belah Ketupat
1. Diketahui belah ketupat ABCD dengan panjang AB = 5 cm, AC = 6 cm,
BD = 8 cm.
a. Gambarlah belah ketupat tersebut di kertas berpetak. Gunakanlah mistar
dan busur.
b. Gambarlah belah ketupat di kertas origamai. Gunakanlah mistar dan busur.
Kemudian guntinglah belah ketupat tersebut.
c. Ada berapa cara belah ketupat menempati bingkainya? dan ada berapa
sumbu simetrinya?
d. Dari kegiatan di atas, coba sebutkan sifat-sifat belah ketupat?
2. Dari soal nomor 1, berapakah keliling belah ketupat tersebut?
3. Dari kasus di atas, apa rumus keliling belah ketupat?
Nama :………………………. Tanggal :………………. Kelompok :……………………….
4.
Diketahui panjang PQ 6 cm, QR = 4 cm, PB = 3 cm, dan QC = 2 cm.
a. Gambarlah di kertas origami. Gunakanlah mistar dan busur.
b. Guntinglah belah ketupat tesebut. Gunting garis BC, CD, AD, dan AB.
Kemudian potongan tesebut susun menjadi belah ketupat KLMN! ada
berapa belah ketupat yang terbentuk?
c. Dari kegiatan di atas, bagaimana luas belah ketupat dibanding dengan luas
persegi panjang?
Untuk selanjutnya coba kamu selesaikan soal-soal berikut ini!
1. Diketahui keliling belah ketupat ABCD adalah 52 cm dan panjang diagonal
BD = 10 cm. Hitunglah:
a. Panjang diagonal AC.
b. Luas belah ketupat ABCD tersebut.
A
D
C
B P Q
R S
K
L
M
N
1. Diberikan belah ketupat ABCD, dengan <BAC = 20°. Hitunglah besar sudut-
sudut belah ketupat itu.
2. Keliling belah ketupat adalah 48 cm dan luasnya adalah 60 cm2. panjang salah
satu diagonalnya adalah 8 cm. Tentukan:
a. Panjang sisi belah ketupat.
b. Panjang diagonal lainnya.
3. Diketahui belah ketupat ABCD, kedua diagonalnya berpotongan di T. Jika AT
= 24 cm, BT = 7 cm. Hitunglah:
a. panjang sisi belah ketupat ABCD.
b. Keliling dan luas belah ketupat ABCD.
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan.
Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan
penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di
lembar jawaban pada kolom catatan kecil)
2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai
kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya.
3. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang
disediakan.
Layang-Layang
1. Diketahui layang-layang ABCD memiliki panjang AB = 5 cm, AD = 3 cm,
AC = 4 cm, dan DB = 7 cm.
a. Gambarlah layang-layang tersebut di kertas berpetak. Gunakanlah mistar
dan busur.
b. Gambarlah layang-layang tersebut di kertas origami. Gunakanlah mistar
dan busur. Guntinglah layang-layang tersebut.
c. Ada berapa cara layang-layang menempati bingkainya? dan ada berapa
sumbu simetrinya?
d. Atas dasar kegiatan di atas, sebutkan sifat-sifat layang-layang!
2. dari soal no.1, berapakah keliling layang-layang tersebut?
3. dari kasus di atas, Apa rumus layang-layang?
Nama :………………………. Tanggal :………………. Kelompok :……………………….
4.
Diketahui panjang KL = 6 cm, LM = 4 cm, dan BL = CL = 2 cm.
a. Gambarlah di kertas origami. Gunakanlah mistar dan busur.
b. Guntinglah layang-layang tesebut.Gunting garis AB, BC, CD, dan AD.
Kemudian potongan tesebut susun menjadi layang-layang PQRS!ada
berapa belah ketupat yang terbentuk?
c. Dari kegiatan di atas, bagaimana luas layang-layang dibanding dengan
luas persegi panjang?
Untuk selanjutnya coba kamu selesaikanlah soal-soal berikut ini!
1. Iwan membuat sebuah layang-layang yang berukuran 20 cm dan 38 cm. Bilah
bambu pendek diikat ke bilah bambu panjang sehingga salah satu bagian
panjangnya 8 cm. Berapa luas kertas untuk menutup rangka layang-layang
tersebut?
B
C
D
A
M
LK
N
P
Q
S
R
1. Diketahui luas sebuah layang-layang PQRS adalah 1200 cm2, panjang diagonal
PR = 48 cm dan PQ = 30 cm, dan luas PQRS = 1200 cm2. Hitunglah:
a. Panjang diagonal QS.
b. keliling layang-layang PQRS.
2. Gambarlah layang-layang ABCD dengan panjang AC = 10 cm dan BD =
17 cm. AC dan BD berpotongan di titik E sehingga DE = 7 cm. Berapa luas
layang-layang tersebut?
3. Diketahui layang-layang PQRS, dengan perbandingan diagonal PR dengan
QS adalah 3 : 4 dan luasnya 384 cm2. hitunglah panjang diagonal tersebut!
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan.
Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan
penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di
lembar jawaban pada kolom catatan kecil)
2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai
kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya.
3. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang
disediakan.
Trapesium
Pada trapesium ABCD tersebut, AB // CD dengan AB adalah sisi alas dan CD
adalah sisi atas.
Dari batasan di atas. Apa kesimpulanmu tentang trapesium dan sebutkanlah sifat-
sifatnya!
1. Keliling Trapesium
K = a + b + c + d
2. Luas trapesium
Nama :………………………. Tanggal :………………. Kelompok :……………………….
A B M
N C D
Bagaimanakah luas trapesium dibandingkan luas jajargenjang tersebut?
Untuk selanjutnya, coba kamu selesaikan soal berikut:
1. Tentukan nilai-nilai x, y, dan z dari setiap trapezium berikut ini!
2. Sebidang tanah berbentuk trapesium ABCD, dengan AB = 30 m, BC = 18 m, CD = 26 m, dan AD = 20 m. Jika
sekeliling tanah itu ditanami pohon jeruk yang jarak antar pohonnya 2 m. Tentukan banyak pohon jeruk yang
dibutuhkan!
3. Sebuah perahu mempunyai ukuran sisi seperti gambar di bawah ini. Tentukan
luas perahu tersebut!
A B
D C
K L
MN
45o
z y
x
y x
50o
7 m
5 m
2 m
.
1. ABCD adalah trapesium sama kaki. Panjang AB = 14 cm, BC = 5 cm, dan CD = 8 cm. Berapa keliling dan luas
trapesium ABCD?
2. Tentukan nilai-nilai x, y, dan z dari setiap trapezium berikut ini!
3. Sebidang tanah berbentuk trapesium PQRS, dengan AB = 24 m, BC = 15 m, CD = 21 m, dan AD = 18 m. Jika
sekeliling tanah itu ditanami pohon jeruk yang jarak antar pohonnya 3 m. Tentukan banyak pohon jeruk yang
dibutuhkan!
A B
D C
K L
MN
y
140o x
80o
y x
40o
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan.
Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan
penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di
lembar jawaban pada kolom catatan kecil)
2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai
kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya.
3. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang
disediakan.
Segitiga 1. Tentukanlah jenis segitiga dibawah ini, berdasarkan panjang sisinya dan besar
sudutnya!
(a) (b) (c)
(d) (e)
Nama :………………………. Tanggal :………………. Kelompok :……………………….
A
C
B D E
F
G H
L
M
K Q P
O
CD
I
2.
a. Gambarlah persegi panjang tersebut di kertas origami. Gunakanlah
penggaris dan busur.
b. Guntinglah pada bagian diagonal AC dan diagonal BD. Ada berapa
segitiga sama kaki yang terbentuk? Tulislah nama-nama sudut-sudut
segitiga itu dan sisi-sisi yang sama.
3. Perhatikan gambar
a. Gambarlah persegi enam tersebut pada kertas origami. Gunakanlah
penggaris. Guntinglah segienam tersebut.
b. Berapa banyak segitiga yang ada di dalamnya?
c. Dengan menggunakan busur, berapakah besar <AOD? Tentukan dua garis
lain yang sama panjang dengan AD
d. Berapakah banyaknya garis yang sama panjang dengan AB?
A B
A B
F C
E D
O
O 4 cm
6 cm
2 cm
1.
6 cm
Gambarlah segitiga di kertas berpetak dengan ukuran yang sama. Gunakanlah
mistar.
a. Berapakah banyaknya segitiga sama sisi yang terbentuk?
b. Jika panjang segitiga sama sisi yang terkecil adalah 6 cm, berapakah
panjang segitiga sama sisi yang paling besar?
2. Perhatikan gambar
a. Tentukanlah nama segitiga-segitiga yang membentuk ∆KLM
b. Berapa panjang KM, LN, dan KL
3. Hitunglah besar sudut-sudut segitiga ABC berikut!
Nama :………………………. Tanggal :………………. Kelompok :……………………….
2 cm
35 cm
K N L
M
A B
C
A B
C
A B
C
2x+20o
5x 3x+50o
3x
x 2x
28 cm
Petunjuk: lakukanlah setiap tugas di bawah ini, dengan urutan sebagai berikut:
1. Pikirkanlah cara untuk menyelesaikan setiap persoalan yang diberikan.
Tulislah hasilnya berupa apa yang diketahui, ditanyakan, kemungkinan
penyelesaiannya serta apa yang belum kamu ketahui atau pahami (tulis di
lembar jawaban pada kolom catatan kecil)
2. Diskusikanlah bersama teman sekelompokmu. Setiap orang harus mempunyai
kesempatan untuk mengemukakan idenya, serta mendengarkan ide temannya.
3. Berdasarkan hasil diskusi, tulislah jawabanmu untuk setiap persoalan yang
disediakan.
Segitiga 1. Diketahui segitiga ABC, dengan panjang AB = 4 cm, BC = 5 cm, dan AC = 6
cm.
a. Berapakah keliling segitiga ABC tersebut?
b. Jika AB adalah a, BC adalah b, dan AC adalah c,maka apa rumus keliling
segitiga?
2. Coba perhatikan gambar di bawah ini.
a. Gambarlah segitiga di kertas origami. Gunakanlah mistar.
b. Guntinglah pada garis AC. Ada berapa segitiga yang tebentuk?
A B
CD
2 cm
4 cm
c. Bagaimanakah luas segitiga dibandingkan dengan luas persegi panjang?
Untuk selanjutnya coba kamu selesaikan soal berikut!
1. Diketahui luas sebuah segitiga adalah 180 cm2 dan panjang alasnya adalah 15
cm. Hitunglah tingginya dan keliling segitiga tersebut!
2. Feri bermain sepeda mengelilingi lapangan berbentuk segitiga dengan sisi-
sisinya berturut-turut adalah 150 m, 145 m, dan 155 m. Jika setiap 2 menit
Feri menempuh jarak 50 meter. Maka berapa menitkah Feri dapat
mengelilingi lapangan sebanyak satu kali?
1. Dita bermain sepeda mengelilingi lapangan yang berbentuk segitiga, dengan
panjang sisinya adalah 175 m, 200 m, dan 125 m. Jika setiap 3 menit dita
menempuh jarak 100 m, maka berapa menitkah Dita dapat mengelilingi
lapangan itu sebanyak satu kali?
2.
Hitunglah:
a. Panjang AC.
b. Luas dan keliling segitiga ABC.
A B
C
10 cm
8 cm
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI SISWA Berikanlah tanda cheklist (√) pada kolom dibawah ini. Pertemuan: Hari/Tanggal: Observer:
Aspek yang diamati No Kode Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 Kelompok 1 1 A3 2 A10 3 A24 4 A35 Kelompok 2 5 A2 6 A18 7 A37 8 A48 Kelompok 3 9 A8 10 A32 11 A39 12 A44 Kelompok 4
13 A17 14 A23 15 A31 16 A40 Kelompok 5
17 A4 18 16 19 A32 20 A41 Kelompok 6
21 A9 22 A11 23 A15 24 A39 Kelompok 7
25 A7 26 A13 27 A14
28 A45 Aspek yang diamati No Kode Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8
Kelompok 8 29 A1 30 A5 31 A27 32 A47 Kelompok 9
33 A6 34 A19 35 A22 36 A33 Kelompok 10
37 A20 38 A28 39 A44 40 A46 Kelompok 11
41 A21 42 A34 43 A36 44 A42 Kelompok 12
45 A12 46 A25 47 A26 48 A29
Jumlah keterangan: 1. Datang tepat waktu. 2. Bersemangat dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi think-talk—
Write (TTW). 3. Membawa peralatan dan sumber belajar matematika. 4. Pada tahap think siswa menulis catatan kecil. 5. Pada tahap talk siswa mengungkapkan ide dalam diskusi kelompok. 6. Siswa bertukar pikiran dengan teman sekelompoknya. 7. Pada tahap write, siswa secara individu menuliskan hasil diskusi yang telah
dilakukan. 8. Siswa memperhatika ketika perwakilan dari kelompok mempersentasikan
hasil diskusinya di depan kelas.
Lampiran 5
CATATAN LAPANGAN
Pertemuan Pertama/Kamis, 17 April 2008
Pertemuan pertama berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari
pukul 08.30 s.d. pukul 09.50 WIB. Pokok bahasan yang dibahas adalah persegi
panjang. Kegiatan diawali dengan membuka kegiatan pembelajaran dengan
memberi salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa. Pertemuan pertama ini
terdapat satu orang yang tidak hadir dikarenakan sakit.
Kemudian kegiatan penbelajaran selanjutnya adalahmenyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan mengenai aturan dari strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) dan guru akan memberikan poin tambahan bagi siswa yang melakukan aturan main TTW dengan baik. Setelah semuanya paham, guru memberikan kartu kode A1 – A48 kepada masing-masing siswa sesuai dengan nomor urut absen, pembagian kartu tersebut dimaksudkan untuk memudahkan observer untuk menilai. Kemudian guru memberi LKS 01 kepada masing-masing siswa. Setelah itu secara garis besar guru menjelaskan materi persegi panjang sambil Tanya jawab kepada siswa. Kemudian guru segera memerintahkan siswa untuk memasuki tahap think, sekitar 10 menit. Pada tahap ini guru memberikan pengarahan mengenai langkah-langkah dalam menyelesaikan soal-soal dalam LKS 01 dan memberi panduan kepada siswa apa yang harus ditulis di catatan kecil. Pada tahap ini siswa masih banyak yang bingung apa yang harus ditulis dalam catatan kecil, sehingga guru harus membimbing semua kelompok. Setelah selesai guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang telah ditentukan sebelumnya dan sudah didiskusikan dengan guru mata pelajaran matematika.
Guru mengkondisikan siswa menjadi 12 kelompok dari 48 siswa, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Karena ada satu orang siswa yang sakit maka kelompok 4 hanya berjumlah 3 orang. Ketika pembagian kelompok berlangsung, beberapa anak menolak untuk dikelompokkan tapi untungnya hanya segelintir siswa saja, dan hal itu dapat ditangani dengan segera. Pembagian kelompok ini menghabiskan waktu sekitar 17 menit.
Setelah siswa duduk dalam kelompokn yang telah ditentukan, guru memerintahkan untuk memasuki tahap talk yaitu diskusi dalam kelompoknya sekitar 35 menit. Pada tahap talk ini terjadi sedikit kegaduhan karena hampir semua kelompok bertanya pada bagaimana cara untuk mengerjakan soalnya. Hampir semua siswa bertanya “Bu, bagaimana si cara ngerjainnya?, bingung…” ada perwakilan dari kelompok 2, 3, 6, 8, 9, 10, 11, 12 selalu bolak-balik mendatangi guru untuk menanyakan soal-soal yang mereka tidak mengerti. Di sini
guru agak kesulitan karena terpecah konsentrasinya untuk memantau setiap kelompok, pada pertemuan pertama ini guru sangat ekstra membimbing setiap kelompok dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Selain itu ada beberapa kelompok yang tidak membawa peralatan matematika yang diperlukan untuk mengerjakan soal yang diberi doing math sehingga banyak siswa yang mondar mandir untuk meminjam peralatan. Gurupun berusaha untuk menertibkan dan mengatur mereka agar tetap pada kelompoknya masing-masing. Ketika tahap talk sudah habis waktunya gurupu memerintahkan kepada semua kelompok untuk memasuki tahap write yaitu menuliskan hasil diskusinya secara individual sekitar 5 menit. Setelah selesai melalui tiga tahap tersebut, guru memerintahkan kelompok yang telah menyelesaikan seluruh soal yakni kelompok 3 untuk maju ke dapan mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lainnya menyimak dan melakukan Tanya jawab apabila ada penyelesaian yang tidak sesuai atau masih ganjil. Presentasi ini diberi waktu sekitar 20 menit. Pada saat wakil kelompok 3 maju, mereka sangat malu-malu dan saling tunjuk untuk persentasi dan ketika persentasi dimulai masih banyak siswa yang tidak memperhatikan karena ngobrol. Gurupun berusaha untuk menenangkannya dan meminta seluruh siswa untuk memperhatikan dan menghargai temannya yang sedang presentasi. Ketika presentasi berlangsung ternyata waktunya habis. Guru meminta kepada guru mata pelajaran lain untuk meminta sedikit waktunya. Setelah selesai guru memberika penghargaan dan memberikan poin pada kelompok 3. kemudian guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang materi yang baru dipelajari.
Pada pertemuan pertama ini, terkesan sangat terburu-buru, masih banyak siswa yang belum menyelesaikan seluruh soal yang diberikan disebabkan oleh pembagian kelompok yang sangat memakan waktu. Dimana para siswa kebanyakan tidak menyutujui anggota-anggota dari kelompok belajarnya tersebut dan ada yang tidak menyetujui untuk dikelompokkan. Kendala ini menyebabkan proses pembelajaran pada pertemuan pertama ini belum berjalan secara maksimal, namun beberapa siswa sudah menunjukkan ketertarikan. Sebagai penutup gurumemberikan LKS PR 01 sebagai bahan latihan agar siswa semakin mengerti tentang materi yang telah dipelajarinya. Dan mengingatkan siswa untuk terlebih dahulu mempelajari materi persegi untuk pertemuan selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN
Pertemuan Kedua/Selasa, 22 April 2008
Sebagaimana pada pertemuan sebelumnya, pertemuan kedua ini
berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 07.10 s.d. pukul 08.30
WIB. Kegiatan pembelajaran diawali dengan memberi salam dan memeriksa
absensi/kehadiran siswa, semua siswa hadir.
Selanjutnya guru engulang aturan main TTW agar siswa lebih mengerti
dalam melaksanakannya. Sebelum guru memberika LKS 02 guru mengingatkan
kembali tentang materi sebelumnya dengan tujuan agar siswa tidak cepat
melupakan materi yang telah ia pelajari dan menjelaskan secara garis besar materi
yang akan dipelajari. Kemudian guru langsung membagikan LKS 02 kepada
masing-masing siswa dan langsung memerintahkan siswa untuk memasuki tahap
think dengan waktu sekitar 10 menit. Pada tahap ini guru memberikan pengarahan
mengenai langkah-langkah dalam menyelesaikan soal pada LKS 02. Setelah tahap
think selesai, gurulangsung memerintahkan siswa untuk membentuk kelompok
yang telah ditentukan sebelumnya. Pembegian kelompok ini lebih cepat dari
pertemuan sebelumnya karena siswa sudah tahu kelompok masing-masing dan
letak kelompoknya. Kemudian siswa memasuki tahap talk dan alokasi waktu yang
diberikan pada tahp talk ini sekitar 35 menit. Mereka langsung berdiskusi dengan
kelompoknya masing-masing untuk menyelesaikan soal-soal pada LKS 02. guru
berkeliling untuk memantau aktivitas siswa dari satu kelompok ke kelompok lain.
Guru melihat masih banyak kelompok yang masih kesulitan, dan adapula dari
perwakilan kelompok 2, 3, 5, 6, dan 7 masih suka bolak-balik mendatangi guru
untuk menanyakan soal yang mereka tidak mengerti. Gurupun sedikit terpecah
konsentrasinya dan segera menertibkan siswa untuk tetap berada pada
kelompoknya masing-masing. Kemudian guru memberikan sedikit arahan kepada
mereka, dan setelah mereka paham mereka melanjutkan diskusinya kembali untuk
menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
Pada tahap ini hampir semua siswa membawa peralatan yang diperlukan
sehingga soal-soal yang diberi doing math dapat dikerjakan. Pada tahap ini masih
saja ada siswa yang tidak mengerjakan soal, mereka hanya mengandalkan
temannya yang pintar untuk menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS 02 dan
masih banyak siswa yang keluar dari kelompok belajarnyauntuk mengganggu
siswa lain. Guru langsung menegur dan memberikan nasihat agar mereka kembali
duduk dalam kelompok belajarnya masing–masing, namun hal itu hanya bertahan
beberapa saat. Akhirnya guru meminta bantuan kepada guru matematika yang
pada saat itu menjadi observer untuk menangani siswa–siswa tersebut. Ketika
waktu sudah habis, guru langsung memerintahkan siswa untuk memasuki tahap
write dengan alokasi waktu 5 menit. Guru memeriksa hasil kerja tiap kelompok,
sebagian sudah menyelesaikan LKS 02 sebagian lagi ada anggotanya belum
selesai mengerjakannya, diantaranya kelompok 2, 4, 7, 9, 10, dan 11. setelah
selesai guru memerintahkan wakil dari kelompok 1 untuk maju mempersentasikan
hasil diskusinya dan kelompok yang lainnya menyimak dan melakukan Tanya
jawab apabila ada penyelesaian yang tidak sesuai atau masih ganjil. Pada saat
wakil kelompok 1 maju untuk mempresenatsikan hasil diskusinya, seperti
pertemuan pertama anggota kelompok masih saling tunjuk untuk presentasi dan
malu-malu, ketika persentasipun terlihat tidak lancar disebabkan karena
disebabkan belu terbiasa dan gerogi. Pada saat presentasi sebagian sudah hampir
semua kelompok memperhatikan temannya yang sedang presentasi. Tapi masih
saja ada beberapa anak yang mondar mandir dan ngobrol, kondisi tersebut segera
teratasi. Setelah selesai guru bersama siswa menyimpulkan materi yang baru
dipelajari. Sebagai penutup guru memberikan LKS PR 02 sebagai bahan latihan
agar siswa semakin mengerti tentang materi yang telah dipelajarinya dan
mengingatkan siswa untuk terlebih dahulu mempelajari materi jajargenjang untuk
pertemuan selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN
Pertemuan Ketiga/Kamis, 24 April 2008
Pertemuan ketiga sama halnya dengan pertemuan sebelumnya berlangsung
selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 08.30 s.d. 09.50 WIB. Kegiatan
pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan memberi salam dan
memeriksa absensi/kehadiran siswa, tidak ada siswa yang tidak hadir pada
pertemuan ketiga ini, semuanya hadir.
Guru menjelaskan aturan main TTW, kemudian gurur menjelaskan materi
yang akan dibahas secara garis besar yaitu jajargenjang. Menyampaikan tujuan
pembelajaran. Setelah semuanya paham, seperti pertemuan sebelumnya guru
mengingatkan siswa tentang materi yang telah dipelajari agar siswa selalu ingat.
Selanjutnya guru mebagikan LKS 03 kepada setiap siswa. Guru memerintahkan
siswa secara individual untuk memasuki tahap think dengan alokasi waktu 10
menit. Pada tahp ini sebagian besar siswa sudah mengerti apa yang harus
dilakukan. Setelah selesai siswapun berkumpul dengan angota kelompok
belajarnya masing–masing dengan alokais waktu sekitar 35 menit.pada pertemuan
ketiga ini tidak banyak mangalami perubahan, masih saja adabeberapa siswa yang
tidak membawa peralatan yang dibutuhkan dan tidak bekerjasama dengan
kelompok belajarnya, mereka hanya mengobrol dan mengganggu siswa lainnya.
Guru sering menegur siswa–siswa tersebut, kemudian itu tidak bertahan lama.
Kemudian guru mengambil tindakan lainnya yaitu jika masih ada yang
mengganggu proses pembelajaran ini maka guru tidak segan–segan untuk
mengeluarkan mereka. Sejak saat itu beberapa siswa menjadi diam dan mulai
bekerjasama dengan kelompok belajarnya, tapi masih saja ada yang tidak
menghiraukan. Setelah selesai siswa memasuki tahap write. Ketika guru
memantau ke setiap kelompok ternyata sebagian besar kelompok sudah
menyelesaikan LKS 03. Ada beberapa kelompok, yaitu kelompok 2, 4, 7, 10, dan
11 yang anggota kelompoknya ada yang belum menyelesaikan LKS 03. Setelah
selesai semua, guru memilih kelompok yang paling bagus yang maju yaitu
kelompok 5 untuk presentasi. Pada saat sesi tanya jawab berlangsung, mereka
antusias sekali untuk bertanya jika ada jawaban atau hasil yang tidak sesuai
dengan mereka. Wakil kelompok yang berada di depan kelas masih kebingungan
dalam menjawab pertanyaan temannya dari kelompok lain. Akhirnya, sesi
mempersenatsikan hasilnya. Setelah selesai guru memberikan penghargaan
kepada kelompok 5 dan memberikan poin tambahan untuk kelompok tersebut dan
siswa yang telah berani bertanya dan mengemukakan pendapat. Kemudian guru
dan siswa bersama–sama menyimpulkan materi yang baru dipelajari. Sebagai
penutup seperti biasa guru memberikan LKS PR 03 sabagai bahan latihan agar
siswa semakin mengerti tentang materi yang telah dipelajarinya dan mengingatkan
siswa untuk terlebih dahulu mempelajari materi belah ketupat untuk pertemuan
selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN
Pertemuan Keempat/Selasa, 29 April 2008
Pertemuan keempat sama halnya dengan pertemuan sebelumnya
berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 07.10 s.d. 08.30 WIB.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan memberi
salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, tidak ada siswa yang tidak hadir
pada pertemuan ketiga ini, semuanya hadir.
Seperti biasa gurur menjelaskan aturan main TTW, kemudian guru
menjelaskan materi yang akan dibahas secara garis besar yaitu balah ketupat.
Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah semuanya paham, guru
mebagikan LKS 04 kepada setiap siswa. Guru memerintahkan siswa untuk
memasuki tahap think dengan alokasi waktu sekitar 10 menit. Pada tahap ini
sebagian besar siswa sudah mengerti apa yang harus dialukan. Setelah selesai
pada tahap think guru memerintahkan siswa untuk memasuki tahap talk
denganalokasi waktu sekitar 35 menit. Pada tahp ini masih saja ada siswa yang
tidak membawa peralatan yang dibutuhkan dan tidak bekerjasama dengan
kelompok belajarnya, mereka hanya mengontrol dan mengganggu siswa lainnya.
Guru sering menegur siswa–siswa tersebut dan mendisiplinkan mereka agar bisa
tertib. Setelah selesai siswa memasuki tahap write dengan alokasi waktu sekitar 5
menit. Ketika gurur memantau ke setiap kelompok ternyata sebagian besar
kelompok sudah menyelesaikan LKS 04, ada beberapa kelompok, yaitu kelompok
2, 4, 7, dan 11 yang anggota kelompoknya ada yang belum menyelesaikan LKS
04. Setelah selesai semua, guru memilih wakil kelompok 6 untuk presentasi dan
kelompok lainnya menyimak dan melakukan tanya jawab apabila ada
penyelesaian yang tidak sesuai atau masih ganjil. Presentasi kali ini lebih baik dari
sebelumnya karena siswa sudah lumayan lancar dalam mempresentasikan hasil
diskusinya maupun dalam sesi tanya jawab karena sudah mulai terbiasa. Setelah
selesai guru memberi penghargaan kepada kelompok 6 dan memberi poin
tambahan untuk kelompok tersebut dan siswa yang telah berani bertanya dan
mengemukakan pendapat. Kemudian guru dan siswa bersama–sama
menyimpulkan materi yang baru dipelajari. Sebagai penutup seperti biasa guru
memberikan LKS PR 04 sebagai bahan latihan agar siswa semakin mengerti
tentang materi yang telah dipelajarinya. Dan mengingatkan siswa untuk terlebih
dahulu materi layang–layang untuk pertemuan selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN
Pertemuan Kelima/Selasa, 13 Mei 2008
Pertemuan kelima sama halnya dengan pertemuan sebelumnya
berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 07.10 s.d. 08.30 WIB.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan memberi
salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, tidak ada siswa yang tidak hadir
pada pertemuan ketiga ini, semuanya hadir.
Ketika guru memasuki kelas, ada siswa yang masih di luar. Setelah semua
siswa sudah berada di kelas, guru langsung menjelaskan aturan main TTW dengan
detail, agar siswa tidak lupa dikarenalan sudah libur selama satu minggu. Guru
merefresh siswa dengan mengingatkan kembali materi sebelumnya yang telah
dipelajari dengan sedikid tanya jawab. Ternyata sebagian besar siswa dapat
menjawabnya. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan dipeajari secara
garis besar yaitu layang – layang. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran.
Setelah semuanya paham, selanjutnya guru membagikan LKS 05 kepada setiap
siswa. Guru memerintahkan tahap think dengan alokasi waktu sekitar 10 menit.
Pada tahap ini sebagian besar siswa mengerti apa yang harus dilakukan. Setelah
selesai siswa berkumpul dengan kelompok belajarnya masing–masing dan
memasuki tahap talk dengan alokasi waktu sekitar 35 menit. Karena liburan
selama satu minggu beberapa kelompok tidak membawa peralatan yang
dibutuhkan, tapi guru sudah mengantisipasi dengan membawa peralatan sehingga
permasalahan segera teratasi. Pada tahap talk ini ada siswa yang izin untuk ke
kamar mandi, gurupun mengizinkannya. Tapi setelah itu banyak siswa yang
akhirnya ikut–ikutan ke kamar mandi. Gurupun menegur siswa dan memberi
ketegasan dengan melarang siswa untuk keluar masuk dan berusaha menertibkan
mereka kembali. Setelah selesai siswa memasuki tahap write dengan alokasi
waktu sekitar 5 menit. Ketika guru memantau ke setiap kelompom ternyata
sebagian besar kelompok telah menyelesaikan LKS 05. Ada beberapa kelompok,
yaitu kelompok 4, 10, dan 11 yang anggota kelompoknya ada yang belum
menyelesaikan LKS 05. setelah selesai semua guru memilih kelompok yang
paling bagus yang maju yaitu wakil dari kelompok 8 untuk presentasi dan
kelompok yang lainnya menyinak dan melakukan tanya jawab apabila ada
penyelesaian yang tidak sesuai atau masih ganjil. Presentasi berjalan lumayan
lancar meski masih terlihat sedikit gerogi. Setelah selesai guru memberikan
penghargaan kepada kelompok 8 dan membari poin tambahan kepada kelompok
tersebut dan siswa yang berani bertanta dan mengemukakan pendapat. Kemudian
guru dan siswa bersama–sama menyimpulkan materi yang baru dipelajari.
Sebagai penutup seperti biasa guru memberikan LKS PR 05 kepadas etiap siswa
sebagai bahan latihan agar siswa semakin mengerti tentang materi yang telah
dipelajarinya dan mengingatkan siswa untuk terlebih dahulu mempelajari materi
trapesium untuk pertemuan selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN
Pertemuan Keenam/Kamis, 15 Mei 2008
Pertemuan keenam sama halnya dengan pertemuan sebelumnya
berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 08.30 s.d. 09.50 WIB.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan memberi
salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, tidak ada siswa yang tidak hadir
pada pertemuan ketiga ini, semuanya hadir.
Guru menjelaskan aturan main TTW, kemudian guru menjelaskan materi
yang akan dibahas secara garis besar yaitu trapesium. Kemudian guru
menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah semuanya paham, seperti biasa
sebelum guru membagikan LKS 06 kepada setiap siswa, guru mengingatkan
siswa tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Selanjutnya guru membagikan LKS 06 kepada setiap siswa. Guru memerintahkan
kepada setiap siswa untuk memasuki tahap think dengan alokasi waktu sekitar 10
menit. Pada tahap ii sebagian besar siswa smengerti apa yang harus dilakukan.
Setelahs elesai, dengan mandiri siswa berkumpul dengan kelompok belajarnya
masing – masing untuk memasuki tahap talk dengan alokasi waktu sekitar 35
menit. Pada pertemuan kali ini sebagian besar kelompok membawa peralatan yang
dibutuhkan, sehingga kegiatan untuk mengerjakan soal yang diberi doing math
berjalan dengan lancar. Pada saat tahap talk berlangsung ada anggota kelompok
yang meminta izin untuk ke kamar mandi, tapi sekarang menjadi lebih tertib.
Setelah selesai, siswa memasuki tahap write dengan alokasi waktu sekitar 5 menit
secara individu. Ketika guru memantau ke setiap kelompok ternyata sebagian
besar kelompok sudah menyelesaikan LKS 06. Ada dua kelompok, yaitu
kelompok 6 dan 7 yang anggota kelompoknya ada yang belum menyelesaikan
LKS 06. setelah selesai semua, guru memilih kelompok yang paling bagus yaitu
wakil dari kelompok 12 untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas
dan kelompok yang lainnya menyimak dan melakukan tanya jawab apabila ada
penyelesaian yang tidak sesuai atau masih ganjil. Presentasi berjalan lumayan
lancar meski terlihat masih sedikit gerogi. Setelah selesai guru memberikan
penghargaan kepada kelompok 12 dan memberikan poin tambahan kepada
kelompok tersebut dan kepaa siswa yang berani bertanya dan mengemukakan
pendapat. Kemudian guru dan siswa bersama–sama menyimpulkan materi yang
baru dipelajari. Sebagai penutup seperti biasa guru memberikan LKS PR 06
kepada setiap siswa agar siswa semakin mengerti tentang materi yang telah
dipelajari dan mengingatkan siswa untuk terlebih dahlu mempelajari materi
segitiga khususnya sifat m-sifat dan jenis–jenis segitiga untuk pertemuan
selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN
Pertemuan Ketujuh/Kamis, 22 Mei 2008
Pertemuan ketujuh sama halnya dengan pertemuan sebelumnya
berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 08.30 s.d. 09.50 WIB.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan memberi
salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, ternyata ada 3 orang yang tidak
hadir, satu siswa dikarenakan sakit dan dua orang tidak ada keterangan.
Karena pertemuan sebelumnya libur, guru menjelaskan aturan main TTW
dengan detail. Sebelumnya guru mengingatkan kembali tentang materi
sebelumnya yang sudah dipelajari agar siswa tidak lupa. Kemudian guru
menjelaskan materi yang akan dibahas secara garis besar yaitu jenis–jenis
segitiga. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran, setelah semuanya
paham, guru membagikan LKS 07 kepada setiap siswa. Guru memerintahkan
kepada siswa untuk memasuki tahap think dengan alokasi waktu sekitar 10 menit.
Pada pertemuan ketujuh ini siswa sudah bisa mandiri. Ketika guru memerintahkan
untuk memasuki tahap talk siswapun langsung berkumpul dengan kelompok
belajarnya masing–masing. Dikarenakan ada 3 orang yang tidak hadir maka
kelompok 3, 4, dan 7 hanya mempunyai 3 orang anggota. Meski pertemuan
sebelumnya libur, pada tahap talk ini hampir semua siswa membawa peralatan
yang dibutuhkan, cuma dua kelompok yang anggotanya tidak membawa
peralatan, sehingga permasalahan dapat cepat teratasi. Pada tahap talk ini
berlangsung semakin lebih baik dari pertemuan sebelumnya, guru bisa mengontrol
setiap kelompok, dan setiap anggota kelompok saling bertukar pikiran dalam
menyelesaikan soal–soal yang diberikan. Guru hanya sedikit memberi bantuan
kepada kelompok yang benar–benar merasa kesulitan. Setelah selesai siswa
langsung memasuki tahap write dengan alokasi waktu sekitar 5 menit. Ketika guru
memantau ke setiap kelompok ternyata sebagian besar kelompok sudah
menyelesaikan LKS 07, ada dua kelompok yaitu kelompok 7 dan 9 yang anggota
kelompoknya belum menyelesaikan LKS 07. Setelah selesai semua, guru memilih
kelompok yang paling bagus untuk maju yaitu wakil dari kelompok 10 untuk
presentasi di depan kelas dan kelompok lainnya menyimak dan melakukan tanya
jawab apabila ada penyelesaian yang tidak sesuai atau masih ganjil. Presentasi
kali ini lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Setelah selesai guru memberikan
penghargaan kepada kelompok 10 dan memberikan poin tambahan kepada
kelompok tersebut dan kepada siswa yang berani bertanya dan mengeluarkan
pendapat. Kemudian guru dan siswa bersama–sama menyimpulkan materi yang
baru dipelajari. Sebagai penutup seperti biasa guru memberikan LKS PR 07
kepada siswa sebagai bahan latihan agar siswa semakin mengerti tentang materi
yang telah dipelajarinya dan mengingatkan siswa untuk terlebih dahulu
mempelajari materi keliling dan luas segitiga untuk pertemuan selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN
Pertemuan Kedelapan/Selasa, 03 Juni 2008
Pertemuan kedelapan sama halnya dengan pertemuan sebelumnya
berlangsung selama 2 x 40 menit yang dimulai dari pukul 07.10 s.d. 08.30 WIB.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dengan memberi
salam dan memeriksa absensi/kehadiran siswa, ternyata semua siswa hadir.
Guru menjelaskan aturan main TTW dengan detail, agar siswa tidak lupa
dikarenakan libur selama satu minggu. Guru merefresh siswa untuk mengingat
kembali tentang materi sebelumnya yang sudah dipelajari agar siswa tidak lupa
terhadap materi yang telah dipelajari dengan sedikit tanya jawab. Ternyata
sebagian besar siswa dapat menjawabnya. Kemudian guru menjelaskan materi
yang akan dibahas yaitu keliling dan luas segitiga secara garis besar. Kemudian
guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Setelah semuanya paham, guru
membagikan LKS 08 kepada setiap siswa. Guru langsung memerintahkan kepada
setiap siswa untuk memasuki tahap think dengan alokasi waktu sekitar 10 menit.
Pada tahap ini sebagian besar siswa mengerti apa yang harus dilakukan. Setelah
selesai, siswa langsung memasuki tahap talk dengan alokasi waktu sekitar 35
menit. Siswapun langsung berkumpul dengan kelompok belajarnya masing–
masing untuk berdiskusi menyelasaikan soal-soal yang ada dalam LKS 08. meski
liburan selama satu minggu, hampir semua anggota kelompok membawa
peralatan yang dibutuhkan, cuma ada dua kelompok yang anggotanya tidak
membawa peralatan, tapi guru sudah bisa belajar dengan mandiri. Setelah selesai
siswa memasuki tahap write dengan alokasi waktu sekitar 5 menit. Ketika guru
memantau ke setiap kelompok ternyata sebagian besar kelompok sudah
menyelesaikan LKS 08, ada satu kelompok ysng anggotanya belum
menyelesaikan LKS 08. setelah selesai semua, guru memilih wakil dari kelompok
7 untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan kelompok lain
menyimak dan melakukan tanya jawab apabila ada yang tidak sesuai atau masih
ganjil. Presentasi berjalan dengan lancar. Setelah selesai, guru memberikan LKS
PR 08 kepada siswa sebagai bahan latihan agar siswa semakin mengerti tentang
materi yang telah dipelajarinya. Dan mengingatkan siswa untuk mengulang
kembali semua materi yang telah dibahas, karena pertemuan selanjutnya akan
dilaksanakan ulangan atau tes akhir pada pokok bahasan bangun datar.
Lampiran 6
Tabel 9
Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika (Bangun Datar)
Aspek yang Diukur
Sub
Pokok Bahasan
Indikator
Ingatan Pemahaman Aplikasi
Jumlah Soal
Mengenal sifat-sifat segi empat ditinjau dari diagonal, sisi, dan sifatnya.
1, 7 6, 8, 10, 11, 17
2 5
Menghitung keliling dan luas segi empat.
2, 3, 5, 9, 13, 15, 16, 20, 21, 23
10
Segi Empat
Menerapkan keliling dan luas segi empat untuk memecahkan masalah sehari-hari.
4, 12, 14, 18, 19, 22
6
Mengetahui jenis-jenis segitiga
28, 32 25, 29
2 2
Segi Tiga
Menghitung keliling dan luas segitiga.
24, 26, 27, 30, 31,
33, 34, 35
5
3
Jumlah 35
Lampiran 7 Instrumen Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika
(Pokok Bahasan: Bangun Datar) MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan
Waktu : 80 menit Bentuk Tes : Pilihan Ganda (PG) Petunjuk : Bacalah soal dengan teliti, kemudian jawablah soal tersebut
dengan benar! 1. Perhatikan pernyataan-pernyataan di bawah ini!
I. Diagonal-diagonalnya berpotongan saling tegak lurus. II. Diagonal-diagonalnya tidak sama panjang. III. Semua sudutnya besarnya sama yaitu 60˚ IV. Sudut yang berhadapan, sama besar yaitu 90˚ Dari pernyataan-pernyataan tersebut yang bukan sifat dari sebuah persegi panjang adalah …. a. I c. III b. II d. IV
2. Perhatikan gambar di bawah ini! Berikut ini rumus luas jajar genjang, kecuali…..
a. a x p
b. a x r c. q x b d. a x b 3. Luas belah ketupat MILO adalah 225 cm2, bila panjang diagonal ML = 30 cm,
maka panjang diagonal IO adalah… a. 10 cm c. 20 cm
b. 15 cm d. 25 cm 4. Sebuah perahu mempunyai ukuran sisi seperti gambar di bawah. Tentukan
luas perahu tersebut! a. 4 m2 b. 6 m2 c. 8 m2 d. 10 m2
5. Bila keliling belah ketupat adalah 20 cm dan perbandingan panjang
diagonalnya 3 : 4, maka jumlah panjang kedua diagonalnya adalah a. 12 cm c. 24 cm
p q
a
r b
5 m
3 m
m2
b. 14 cm d. 28 cm
6. Perhatikan gambar di bawah ini!
Bila <NKO = 25° maka <LMN sama dengan a. 40° c. 65° b. 50° d. 90°
7. Berikut ini adalah sifat layang-layang, kecuali…. a. diagonal-diagonalnya sama panjang. b. salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri. c. sepasang sisinya sama panjang. d. dua diantara 4 sudutnya pasti sama besar.
8. Perhatikan gambar di bawah ini!
PQRS adalah trapesium siku-siku. Bila PQ = QR = PR, maka < QRS sama dengan a. 80° c. 120° b. 100° d. 140°
9. ABCD adalah layang-layang dengan panjang AB = 13 cm, dan AC = 10 cm,
bila OD = 3 cm, maka luas layang tersebut adalah a. 75 cm2 b. 120 cm2 c. 140 cm2 d. 150 cm2
R S
Q P 40o
D
A
B
C 3
10
13
N L
K
M
O
O
10. KLMN adalah jajargenjang dengan <LKN = ( x – 20)°, <KNM = 5y°, dan
<NMA = 40°. Nilai x°+ y° =
a. 40° c. 108° b. 80° d. 168°
11. ABCD adalah jajargenjang, dengan AC = (4x –7) cm, AB = (2x + 5) cm, BC
= (3x – 1) cm, dan CD = (x + 10) cm, panjang AC adalah a. 12 cm b. 13 cm c. 14 cm d. 15 cm
12. Sebuah permukaan meja berbentuk persegi panjang dengan panjang adalah
100 cm, dan luasnya adalah 5000 cm2. Berapakah lebar dan keliling meja tersebut? a. 50 cm dan 100 cm c. 50 cm dan 300 cm
b. 55 cm dan 200 cm d. 55 cm dan 400 cm 13. Keliling sebuah persegi panjang adalah 80 m dan lebarnya kurang 10 cm dari
panjangnya, luas persegi panjang itu adalah a. 200 cm2 c. 375 cm2
b. 336 cm2 d. 600 cm2
14. Lantai berukuran 15 m x 12 m akan ditutup dengan ubin persegi yang berukuran 30 cm x 30 cm, maka banyak ubin yang harus disediakan adalah a. 1000 buah c. 3000 buah
b. 2000 buah d. 4000 buah
15.
K
N
L
M
5y
x-20
40o
P BA
D Q C
6
5 5
3
BA
C D
(3x – 1) cm (4x – 7) cm
(2x + 5) cm
(x + 10) cm
A
Pada gambar di atas, perbandingan luas BCQP yang diarsir dengan persegi panjang ABCD adalah a. 1 : 5 c. 3 : 5
b. 2 : 5 d. 4 : 5
16. Belah ketupat ABCD, dengan BD = 16 cm, <BAD = 60°, dan AB = (2x – 4) cm, keliling belah ketupat PQRS adalah
a. 26 cm c. 64 cm
b. 32 cm d. 84 cm
17.
Pernyataan berikut yang tidak sesuai adalah a. x = 20 c. <A = 80°
b. y = 21 d. <C = 144°
18. Sebidang tanah berbentuk trapesium ABCD, dengan AB = 27 m, BC = 15 m, CD = 24 m, dan AD = 18 m, jika sekeliling tanah itu ditanami pohon palem yang jarak antar pohon 3 m, maka banyak pohon palem yang dibutuhkan adalah a. 24 pohon c. 28 pohon
b. 26 pohon d. 30 pohon 19. Sebidang tanah berbentuk persegi panjang yang panjangnya 18 m dan
lebarnya 14 m, jika harga tanah itu adalah Rp. 250.000,00; tiap m2, maka dengan menjual tanah itu akan diperoleh uang sebesar a. Rp. 63.000.000,00; c. Rp. 83.000.000,00;
b. Rp. 73.000.000,00; d. Rp. 96.000.000,00;
20. Selisih antara panjang dan lebar sebuah persegi panjang adalah 3 cm. Jika keliling persegi panjang tersebut adalah 54 cm maka luasnya adalah … a. 180 cm2 c. 150 cm2
b. 160 cm2 d. 120 cm2
21. Diketahui sebuah jajargenjang ABCD, DE ⊥ AB, panjang AB adalah 10 cm, dan panjang DE adalah 6 cm. Maka luas jajargenjang ABCD tersebut adalah… a. 60 cm2 c. 40 cm2
b. 50 cm2 d. 30 cm2
A
D C
B
6y
4y - 30
x + 80
2x + 40
22. Suatu taman berbentuk persegi panjang sama dengan ukuran 24 m x 12 m. di
sekeliling taman di buat jalan dengan lebar setiap sisinya adalah 3 m. luas jalan yang mengelilingi taman tersebut adalah… a. 90 cm2 c. 164 cm2
b. 104 cm2 d. 180 cm2 23. Belah ketupat dengan panjang masing-masing diagonalnya adalah 8 cm dan
10 cm, bila kedua diagonalnya diperpanjang menjadi 3/2 kalinya, maka selisih luas belah ketupat yang diperbesar terhadap luas belah ketupat semula adalah a. 130 cm2 c. 50 cm2
b. 90 cm2 d. 40 cm2 24. Keliling KLM adalah 28 cm. Jika KL : LM : KM = 3 : 5 : 6 maka panjang LM
adalah…. a. 6 cm c. 12 cm
b. 10 cm d. 20 cm 25. Besar <A pada segitiga ABC di bawah ini adalah
a. 24°
b. 40° c. 48° d. 72°
26. Tinggi sebuah segitiga adalah 7 cm, jika luasnya adalah 21 cm2, maka alas
segitiga itu adalah a. 3 cm c. 9 cm
b. 6 cm d. 12 cm
27. Keliling segitiga PQR adalah 60 cm dan sisinya berbanding sebagai 3 : 4 : 5, panjang sisi terpendek adalah a. 9 cm c. 15 cm
b. 12 cm d. 20 cm
28. Jika diketahui ∆ ABC dengan < A = 65° dan < B = 50°, maka jenis segitiga ABC tersebut adalah ….. a. siku-siku b. sama sisi c. sama kaki d. sembarang
29. Diketahui segitiga siku-siku ABC dengan < C = 38o, besar sudut B adalah … a. 44o b. 54o
c. 42o
BA
2x
3x
60o
C
A
B
C
d. 52o
30. Apabila diameter lingkaran berikut adalah 36 cm, maka keliling segienam beraturan adalah a. 36 cm b. 72 cm c. 108 cm d. 144 cm
31. Luas segitiga di bawah ini adalah
a. 10 cm
b. 12 cm
c. 24 cm d. 34 cm
32. Sebuah segitiga yang memiliki sekaligus titik berat, bagi, dan tinggi yang
berimpit adalah … a. sama sisi b. sama kaki c. siku-siku d. lancip
33. Sebuah kebun berbentuk segitiga dengan ukuran sisi-sisinya adalah 17 m, 15
m, dan 12 m, sekeliling kebun itu ditanami pohon jeruk yang jarak antar pohon adalah 1 m. Maka banyaknya pohon jeruk di sekeliling kebun tersebut adalah a. 22 pohon c. 64 pohon
b. 44 pohon d. 88 pohon 34. Tanah lapang berbentuk segitiga dengan sisi-sisinya 100 m, 75 m, dan 125 m.
Berapakah keliling tanah lapang tersebut? a. 100 m c. 300 m
b. 200 m d. 400 m 35. Ika bermain sepeda mengelilingi lapangan berbentuk segitiga dengan sisi-
sisinya 135 m, 120 m, dan 145 m. setiap 1 menit Ika dapat menempuh jarak 100 m. berapa menit Ika mengelilingi lapangan itu? a. 3 menit c. 5 menit
b. 4 menit d. 6 menit
36 cm
8 cm
6 cm
Lampiran 8
KUNCI JAWABAN
INSTRUMEN UJI COBA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA
1. C 19. A 2. D 20. A 3. B 21. D 4. A 22. D 5. B 23. C 6. B 24. B 7. A 25. C 8. D 26. B 9. A 27. C 10. D 28. D 11. B 29. D 12. C 30. C 13. C 31. C 14. B 32. A 15. B 33. B
16. C 34. C 17. D 35. B 18. A
Lampiran 10
Tabel 11
Hasil Uji Coba Validitas
No Soal Mp Mt SDt p q rpbi Interpretasi
1 23.7 23.3 5.3 0.87 0.13 0.20 invalid 2 24.2 23.3 5.3 0.84 0.16 0.39 valid 3 24.4 23.3 5.3 0.71 0.29 0.32 valid 4 25 23.3 5.3 0.66 0.34 0.45 valid 5 24.6 23.3 5.3 0.68 0.32 0.36 valid 6 24.8 23.3 5.3 0.74 0.26 0.48 valid 7 24.2 23.3 5.3 0.79 0.21 0.33 valid 8 25.2 23.3 5.3 0.71 0.29 0.56 valid 9 26 23.3 5.3 0.63 0.37 0.66 valid
10 24.2 23.3 5.3 0.47 0.53 0.16 invalid 11 25.3 23.3 5.3 0.61 0.39 0.47 valid 12 25.3 23.3 5.3 0.68 0.32 0.55 valid 13 22.5 23.3 5.3 0.58 0.42 -0.18 invalid 14 25.1 23.3 5.3 0.63 0.37 0.44 valid 15 25.7 23.3 5.3 0.61 0.39 0.57 valid 16 24.7 23.3 5.3 0.55 0.45 0.29 invalid 17 23.3 23.3 5.3 0.58 0.42 0.00 invalid 18 23.8 23.3 5.3 0.29 0.71 0.06 invalid 19 25.7 23.3 5.3 0.55 0.45 0.50 valid 20 25.2 23.3 5.3 0.58 0.42 0.42 valid 21 24.8 23.3 5.3 0.79 0.21 0.55 valid 22 25.6 23.3 5.3 0.29 0.71 0.28 invalid 23 24.5 23.3 5.3 0.53 0.47 0.24 invalid 24 25.7 23.3 5.3 0.68 0.32 0.66 valid 25 25.2 23.3 5.3 0.68 0.32 0.52 valid 26 24.3 23.3 5.3 0.79 0.21 0.37 valid 27 23.2 23.3 5.3 0.68 0.32 -0.03 invalid 28 24.1 23.3 5.3 0.89 0.11 0.43 valid 29 24.9 23.3 5.3 0.76 0.24 0.54 valid 30 25.5 23.3 5.3 0.61 0.39 0.52 valid 31 23.3 23.3 5.3 0.82 0.18 0.00 invalid 32 24.1 23.3 5.3 0.84 0.16 0.35 valid 33 24.9 23.3 5.3 0.63 0.37 0.39 valid 34 23.4 23.3 5.3 0.92 0.08 0.06 invalid
35 24.9 23.3 5.3 0.63 0.37 0.39 valid
Lampiran 11
PERHITUNGAN VALIDITAS
BUTIR SOAL PILIHAN GANDA
Misal validitas butir soal nomor 1. Berdasarkan tabel diperoleh nilai sebagai
berikut:
p = 0,87
q = 0,13
Mp = 23,7
Mt = 23,3
SDt = 5,3
“r tabel” = 0,320
Adapun rumusan yang digunakan menggunakan rumus point biserial, yaitu:
qp
SDMM
rt
tppbi
−=
=13,087,0
3,53,238,23 −
= 0,09 x 2,59
= 0,24
Berdasarkan perhitungan didapat nilai hitung rhitung < rtabel maka butir soal
nomor satu dikatakan tidak valid.
Lampiran 13 PERHITUNGAN RELIABILITAS
BUTIR SOAL PILIHAN GANDA a. Langkah pertama yaitu menentukan nilai standar deviasi. Adapun
rumusannya:
( )
( ) ( )( )
55,251406
404496440420138386361159038
)1(
2
2
22
222
=
−=
−−
=
−
−= ∑ ∑
S
S
S
nnXXn
S tt
b. Langkah kedua menentukan besarnya nilai reliabilitas (r11)
85,0r0,81 x 04,1
55,2565,20
2324
55,259,455,25
12424
S
1
11
11
11
11
2
2t
11
==
⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛=
⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛ −−
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−= ∑
r
r
r
Sqp
kkr
t
ii
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh nilai r11 = 0,85. Hal ini berarti
reliabilitas instrument hasil belajar matematika termasuk dalam kategori tinggi.
Lampiran 14
Tabel 13
Taraf Kesukaran Butir Soal Pilihan Ganda
soal menjawab yang siswaJumlah benar dijawab yang soalJumlah
==SJ
BP
uji taraf kesukaran soal pilihan ganda
Nomor Soal p Keterangan
1 0.87 Mudah 2 0.84 Mudah 3 0.71 Mudah 4 0.66 Sedang 5 0.68 Sedang 6 0.74 Mudah 7 0.79 Mudah 8 0.71 Mudah 9 0.63 Sedang
10 0.47 Sedang 11 0.61 Sedang 12 0.68 Sedang 13 0.58 Sedang 14 0.63 Sedang 15 0.61 Sedang 16 0.55 Sedang 17 0.58 Sedang 18 0.29 Sukar 19 0.55 Sedang 20 0.58 Sedang 21 0.79 Mudah 22 0.29 Sukar 23 0.53 Sedang 24 0.68 Sedang 25 0.68 Sedang 26 0.79 Mudah 27 0.68 Sedang 28 0.89 Mudah 29 0.76 Mudah 30 0.61 Sedang 31 0.82 Mudah 32 0.84 Mudah 33 0.63 Sedang
34 0.92 Mudah 35 0.63 Sedang
Lampiran 15
Tabel 14
Perhitungan Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda
BAB
B
A
A PPJB
JBD −=−=
NO BA BB JA JB PA PB D KET 1 17 16 19 19 0.89 0.84 0.05 Jelek 2 19 13 19 19 1.00 0.68 0.32 Cukup 3 16 11 19 19 0.84 0.58 0.26 Cukup 4 15 10 19 19 0.79 0.53 0.26 Cukup 5 16 10 19 19 0.84 0.53 0.32 Cukup 6 18 10 19 19 0.95 0.53 0.42 Baik 7 18 12 19 19 0.95 0.63 0.32 Jelek 8 18 9 19 19 0.95 0.47 0.47 Baik 9 17 7 19 19 0.89 0.37 0.53 Baik
10 11 7 19 19 0.58 0.37 0.21 Cukup 11 14 9 19 19 0.74 0.47 0.26 Cukup 12 18 8 19 19 0.95 0.42 0.53 Baik 13 9 13 19 19 0.47 0.68 -0.21 Cukup 14 16 8 19 19 0.84 0.42 0.42 Baik 15 17 6 19 19 0.89 0.32 0.58 Baik 16 13 8 19 19 0.68 0.42 0.26 Cukup 17 11 11 19 19 0.58 0.58 0.00 Jelek 18 6 5 19 19 0.32 0.26 0.05 Jelek 19 14 7 19 19 0.74 0.37 0.37 Cukup 20 12 10 19 19 0.63 0.53 0.11 Jelek 21 19 11 19 19 1.00 0.58 0.42 Cukup 22 8 3 19 19 0.42 0.16 0.26 Cukup 23 12 8 19 19 0.63 0.42 0.21 Cukup 24 18 8 19 19 0.95 0.42 0.53 Baik 25 17 9 19 19 0.89 0.47 0.42 Baik 26 18 12 19 19 0.95 0.63 0.32 Cukup 27 12 14 19 19 0.63 0.74 -0.11 Jelek 28 19 15 19 19 1.00 0.79 0.21 cukup 29 19 10 19 19 1.00 0.53 0.47 Cukup 30 15 8 19 19 0.79 0.42 0.37 Cukup 31 15 16 19 19 0.79 0.84 -0.05 Jelek 32 18 14 19 19 0.95 0.74 0.21 Cukup
33 15 9 19 19 0.79 0.47 0.32 Cukup 34 18 17 19 19 0.95 0.89 0.05 Jelek 35 15 9 19 19 0.79 0.47 0.32 Cukup
Lampiran 16 Tabel 15
Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika (Bangun Datar)
Aspek yang Diukur
Sub
Pokok Bahasan
Indikator Ingatan Pemahaman Aplikasi
Jumlah Soal
Mengenal sifat-sifat segi empat ditinjau dari diagonal, sisi, dan sifatnya.
7 6, 8, 11
1 3
Menghitung keliling dan luas segi empat.
2, 3, 5, 9, 15, 20, 21
7
Segi Empat
Menerapkan keliling dan luas segi empat untuk memecahkan masalah sehari-hari.
4, 12, 14, 19
4
Mengetahui jenis-jenis segitiga
28, 32 25, 29
2 2
Segi Tiga
Menghitung keliling dan luas segitiga.
24, 26, 30,
33, 35
3
2
Jumlah 24
Lampiran 17 Tes Hasil Belajar Matematika
(Pokok Bahasan: Bangun Datar)
MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan
Waktu : 80 menit Bentuk Tes : Pilihan Ganda (PG) Petunjuk : Bacalah soal dengan teliti, kemudian jawablah soal tersebut
dengan benar!
26. Perhatikan gambar di bawah ini! Berikut ini rumus luas jajar genjang,
kecuali….. a. a x p
b. a x r c. q x b d. a x b 27. Luas belah ketupat MILO adalah 225 cm2, bila panjang diagonal ML = 30 cm,
maka panjang diagonal IO adalah… a. 10 cm c. 20 cm
b. 15 cm d. 25 cm 28. Sebuah perahu mempunyai ukuran sisi seperti gambar di bawah. Tentukan
luas perahu tersebut! a. 4 m2 b. 6 m2 c. 8 m2 d. 10 m2
29. Bila keliling belah ketupat adalah 20 cm dan perbandingan panjang
diagonalnya 3 : 4, maka jumlah panjang kedua diagonalnya adalah a. 12 cm c. 24 cm
b. 14 cm d. 28 cm
30. Perhatikan gambar di bawah ini!
Bila <NKO = 25° maka <LMN sama dengan a. 40° c. 65°
p q
a
r b
5 m
3 m
m2
N L
K
M
O
b. 50° d. 90°
31. Berikut ini adalah sifat layang-layang, kecuali…. a. diagonal-diagonalnya sama panjang. b. salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri. c. sepasang sisinya sama panjang. d. dua diantara 4 sudutnya pasti sama besar.
32. Perhatikan gambar di bawah ini!
PQRS adalah trapesium siku-siku. Bila PQ = QR = PR, maka < QRS sama dengan a. 80° c. 120° b. 100° d. 140°
33. ABCD adalah layang-layang dengan panjang AB = 13 cm, dan AC = 10 cm,
bila OD = 3 cm, maka luas layang tersebut adalah a. 75 cm2 b. 120 cm2 c. 140 cm2 d. 150 cm2
34. ABCD adalah jajargenjang, dengan AC = (4x –7) cm, AB = (2x + 5) cm, BC
= (3x – 1) cm, dan CD = (x + 10) cm, panjang AC adalah a. 12 cm b. 13 cm c. 14 cm d. 15 cm
35. Sebuah permukaan meja berbentuk persegi panjang dengan panjang adalah
100 cm, dan luasnya adalah 5000 cm2. Berapakah lebar dan keliling meja tersebut? a. 50 cm dan 100 cm c. 50 cm dan 300 cm
b. 55 cm dan 200 cm d. 55 cm dan 400 cm
R S
Q P 40o
D
A
B
C 3
10
13
BA
C D
(3x – 1) cm (4x – 7) cm
(2x + 5) cm
(x + 10) cm
O
36. Lantai berukuran 15 m x 12 m akan ditutup dengan ubin persegi yang berukuran 30 cm x 30 cm, maka banyak ubin yang harus disediakan adalah a. 1000 buah c. 3000 buah
b. 2000 buah d. 4000 buah
37.
Pada gambar di atas, perbandingan luas BCQP yang diarsir dengan persegi panjang ABCD adalah a. 1 : 5 c. 3 : 5
b. 2 : 5 d. 4 : 5
38. Sebidang tanah berbentuk persegi panjang yang panjangnya 18 m dan
lebarnya 14 m, jika harga tanah itu adalah Rp. 250.000,00; tiap m2, maka dengan menjual tanah itu akan diperoleh uang sebesar a. Rp. 63.000.000,00; c. Rp. 83.000.000,00;
b. Rp. 73.000.000,00; d. Rp. 96.000.000,00;
39. Selisih antara panjang dan lebar sebuah persegi panjang adalah 3 cm. Jika keliling persegi panjang tersebut adalah 54 cm maka luasnya adalah … a. 180 cm2 c. 150 cm2
b. 160 cm2 d. 120 cm2
40. Diketahui sebuah jajargenjang ABCD, DE ⊥ AB, panjang AB adalah 10 cm, dan panjang DE adalah 6 cm. Maka luas jajargenjang ABCD tersebut adalah… a. 60 cm2 c. 40 cm2
b. 50 cm2 d. 30 cm2 41. Keliling KLM adalah 28 cm. Jika KL : LM : KM = 3 : 5 : 6 maka panjang LM
adalah…. a. 6 cm c. 12 cm
b. 10 cm d. 20 cm 42. Besar <A pada segitiga ABC di bawah ini adalah
P BA
D Q C
6
5 5
3
a. 24°
b. 40° c. 48° d. 72°
18. Tinggi sebuah segitiga adalah 7 cm, jika luasnya adalah 21 cm2, maka alas
segitiga itu adalah a. 3 cm c. 9 cm
b. 6 cm d. 12 cm
19. Jika diketahui ∆ ABC dengan < A = 65° dan < B = 50°, maka jenis segitiga ABC tersebut adalah ….. a. siku-siku b. sama sisi c. sama kaki d. sembarang
20. Diketahui segitiga siku-siku ABC dengan < C = 38o, besar sudut B adalah … a. 44o b. 54o
c. 42o
d. 52o
21. Apabila diameter lingkaran berikut adalah 36 cm, maka keliling segienam beraturan adalah a. 36 cm b. 72 cm c. 108 cm d. 144 cm
22. Sebuah segitiga yang memiliki sekaligus titik berat, bagi, dan tinggi yang
berimpit adalah … a. sama sisi b. sama kaki c. siku-siku d. lancip
23. Sebuah kebun berbentuk segitiga dengan ukuran sisi-sisinya adalah 17 m, 15
m, dan 12 m, sekeliling kebun itu ditanami pohon jeruk yang jarak antar
36 cm
BA
2x
3x
60o
C
A
B
C
pohon adalah 1 m. Maka banyaknya pohon jeruk di sekeliling kebun tersebut adalah a. 22 pohon c. 64 pohon
b. 44 pohon d. 88 pohon 24. Ika bermain sepeda mengelilingi lapangan berbentuk segitiga dengan sisi-
sisinya 135 m, 120 m, dan 145 m. setiap 1 menit Ika dapat menempuh jarak 100 m. berapa menit Ika mengelilingi lapangan itu? a. 3 menit c. 5 menit
b. 4 menit d. 6 menit
Lampiran 18
Tabel 16
Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen Siswa Nilai Siswa Nilai
A1. 58 A25. 58
A2. 63 A26. 42
A3. 42 A27. 58
A4. 79 A28. 54
A5. 75 A29. 42
A6. 67 A30. 38
A7. 63 A31. 54
A8. 67 A32. 63
A9. 71 A33. 38
A10. 58 A34. 63
A11. 63 A35. 54
A12. 67 A36. 71
A13. 58 A37. 58
A14. 46 A38. 58
A15. 71 A39. 50
A16. 75 A40. 50
A17. 46 A41. 67
A18. 58 A42. 42
A19. 58 A43. 67
A20. 58 A44. 71
A21. 58 A45. 75
A22. 58 A46. 58
A23. 67 A47. 79
A24. 75 A48. 46
Lampiran 19
Tabel 17
Hasil Balajar Matematika Kelompok Kontrol Siswa Nilai Siswa Nilai
B1. 50 B25. 54
B2. 50 B26. 46
B3. 54 B27. 42
B4. 67 B28. 58
B5. 58 B29. 75
B6. 50 B30. 46
B7. 54 B31. 46
B8. 67 B32. 54
B9. 54 B33. 58
B10. 54 B34. 38
B11. 50 B35. 63
B12. 54 B36. 63
B13. 58 B37. 42
B14. 46 B38. 58
B15. 54 B39. 46
B16. 58 B40. 42
B17. 42 B41. 75
B18. 67 B42. 63
B19. 75 B43. 71
B20. 71 B44. 38
B21. 63 B45. 63
B22. 67 B46. 42
B23. 54 B47. 38
B24. 46 B48. 46
Lampiran 20
Tabel 18
Uji Normalitas Kelompok Eksperimen
xi fi fk fixi xi2 fi(xi)2 Z Zt
38 2 2 76 1444 2888 -1.94 0.474
42 4 6 168 1764 7056 -1.59 0.444
46 3 9 138 2116 6348 -1.23 0.391
50 2 11 100 2500 5000 -0.88 0.311
54 3 14 162 2916 8748 -0.53 0.202
58 12 26 696 3364 40368 -0.17 0.068
63 5 31 315 3969 19845 0.27 0.106
67 6 37 402 4489 26934 0.62 0.232
71 4 41 284 5041 20164 0.98 0.337
75 4 45 300 5625 22500 1.33 0.408
79 3 48 237 6241 18723 1.68 0.454
48 2878 178574
Lampiran 21
Tabel 19
Uji Normalitas Kelompok Kontrol
xi fi fk fixi xi2 fi(xi)2 Z Zt
38 3 3 114 1444 4332 -1.64 0.4495
42 5 8 210 1764 8820 -1.26 0.3962
46 6 14 276 2116 12696 -0.88 0.3106
50 4 18 200 2500 10000 -0.50 0.1915
54 9 27 486 2916 26244 -0.12 0.0478
58 6 33 348 3364 20184 0.26 0.0987
63 5 38 315 3969 19845 0.73 0.2673
67 4 42 268 4489 17956 1.11 0.3665
71 3 45 213 5041 15123 1.49 0.4319
75 3 48 225 5625 16875 1.87 0.4693
48 2655 152075
Lampiran 22
Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen
1. Banyaknya data (n) = 48
2. Distribusi frekuensi
58 63 58 58 58 54 58 67
63 67 46 58 42 63 58 71
42 71 71 58 58 38 50 75
79 58 75 58 54 63 50 58
75 63 46 67 42 54 67 79
67 67 58 75 38 71 42 46
3. Jangkauan = Data terbesar – data terkecil
= 79-38
= 41
4. Batas kelas interval = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 48
= 1 + 5,55
= 6,55 (dibulatkan menjadi 7)
5. Panjang kelas interval = rvalKelasBanyakInte
Jangkauan
= 741
= 5,86 (dibulatkan menjadi 6)
6. Mean = ∑∑
i
ii
fxf
= 48
2874
= 59,875
7. Modus (Mo) = b + pdd
d⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+ 21
1
= 55,5 + 6 17
7⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+
= 55,5 + 5,25
= 60,75
Tabel 20
Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kelas Eksperimen
Interval BB BA xi fi fk f
(relatif) %
fixi xi2 fi(xi)2 xxi −
( )4i xx − ( )4ii xxf −
38-43 37.5 43.5 40.5 6 6 12.50 243 1640.25 9841.50 -19.38 140918.12 845508.73
44-49 43.5 49.5 46.5 3 9 6.25 139.5 2162.25 6486.75 -13.38 32001.86 96005.57
50-55 49.5 55.5 52.5 5 14 10.42 262.5 2756.25 13781.25 -7.38 2958.34 14791.70
56-61 55.5 61.5 58.5 12 26 25.00 702 3422.25 41067.00 -1.38 3.57 42.89
62-67 61.5 67.5 64.5 11 37 22.92 709.5 4160.25 45762.75 4.63 457.56 5033.15
68-73 67.5 73.5 70.5 4 41 8.33 282 4970.25 19881.00 10.63 12744.29 50977.17
74-79 73.5 79.5 76.5 7 48 14.58 535.5 5852.25 40965.75 16.63 76391.78 534742.44
Jumlah 48 2874 177786.00 1547101.65
8. Median (Me) = b + pf
fn
m
kkm
- 21
⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
= 55,5 + 6 12
14 - (48) 21
⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
= 55,5 + 5
= 60,5
9. Varians (Si2) =)1(
)( 22
−
−∑ ∑nn
fxfxN ii
=)47(48
)2874()177786)(48( 2−
=121,39
10. Simpangan Baku (S) = 2iS
= 39,121
= 11,02
11. Kemiringan (sk) =SMx o−
= 02,11
75,60875,59 −
= -0,079
Kesimpulan:
Karena kemiringan negatif dan dekat kepada nol maka modelnya sedikit miring
ke kiri.
12. Ketajaman/Kurtosis:
( )
( )44
4
4
4
02,11
1547102481
1
x
S
xxfn i
=
−=
∑
α
α
= 2,19
Kriteria:
4α = 3 : distibusi normal
4α > 3 : distribusi leptokurtik
4α < 3 : distribusi platikurtik
Kesimpulan:
Karena ketajaman kurang dari 3 maka kurvanya cenderung platikurtik
Lampiran 23
Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Matematika
Kelompok Kontrol
1. Banyaknya data (n) = 48
2. Distribusi frekuensi
50 54 58 75 54 46 42 71
50 67 46 71 46 54 58 38
54 54 54 63 42 58 46 63
67 54 58 67 58 38 42 42
58 50 42 54 75 63 75 38
50 54 67 46 46 63 63 46
3. Jangkauan = Data terbesar – data terkecil
= 75-38
= 37
4. Batas kelas interval = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 48
= 1 + 5,55
= 6,55 (dibulatkan menjadi 7)
5. Panjang kelas interval = kelaservalBanyak
Jangkauan int
= 7
37
= 5,12 (dibulatkan menjadi 6)
Tabel 21
Distrbusi Frekuensi Nilai Tes Kelas Kontrol
C. Inte
rval BB BA xi fi
f (relatif)
% fixi xi
2 fi(xi)2 xxi −
( )4i xx −
( )4ii xxf −
38-43 37.5 43.5 40.5 8 8 16.67 324 1640.25 13122.00 -14.88 48958.48 391667.81
44-49 43.5 49.5 46.5 6 14 12.50 279 2162.25 12973.50 -8.88 6204.02 37224.14
50-55 49.5 55.5 52.5 27 27.08 682.5 2756.25 35831.25 -2.88 68.32 888.17
56-61 55.5 61.5 58.5 6 33 12.50 351 3422.25 20533.50 3.13 95.37 572.20
62-67 61.5 67.5 64.5 9 42 18.75 580.5 4160.25 37442.25 9.13 6933.16 62398.48
68-73 67.5 73.5 70.5 3 45 6.25 211.5 4970.25 14910.75 15.13 52333.71 157001.13
74-79 73.5 79.5 76.5 3 48 6.25 229.5 5852.25 17556.75 21.13 199153.01 597459.02
Jumlah 48 2658 152370.00 1247210.96
6. Mean = ∑∑
i
ii
fxf
= 48
2658
= 55,375
7. Modus = b + pdd
d⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+ 21
1
= 49,5 + 6 77
7⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+
= 49,5 + 3
= 52,5
8. Median = b + pf
fn
m
kkm
- 21
⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
= 49,5 + 6 13
14 - (48) 21
⎟⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜⎜
⎝
⎛
= 49,5 + 4,61
= 54,11
9. Varians (Si2) =)1(
)( 22
−
−∑ ∑nn
fxfxN ii
=)47(48
)2658()152370)(48( 2−
=110,28
10. Simpangan Baku (S) = 2iS
= 28,110
= 10,50
11. Kemiringan (sk) =SMx o−
= 50,10
5,52375,55 −
= 0,27
Kesimpulan:
Karena kemiringan positif maka modelnya miring kekanan
12. Ketajaman/Kurtosis:
( )
( )44
4
4
4
50,10
1247211481
1
x
S
xxfn i
=
−=
∑
α
α
= 2,14
Kriteria:
4α = 3 : distibusi normal
4α > 3 : distribusi leptokurtik
4α < 3 : distribusi platikurtik
Kesimpulan:
Karena ketajaman kurang dari 3 maka kurvanya cenderung platikurtik
Lampiran 24
Uji Homogenitas Uji Homogenitas yang dilakukan adalah uji fisher, dengan rumus:
Fhitung =1)-(
)( Sdengan
terkecilvarians terbesarvarians
222
22
21
nnfxfxn
SS ii∑ ∑−
==
Langkah-langkah perhitungannya:
1. Merumuskan hipotesis
H0 = Data memiliki varians homogen
Ha = Data memiliki varians tidak homogen
2. Menentukan criteria pengujian
Jika Fhitung < Ftabel maka terima H0
Jika Fhitung > Ftabel maka terima Ha
3. Mencari db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil),
diperoleh:
Db1 (Pembilang) = n –1 = 48-1 = 47
Db2 (penyebut) = n -1 = 48-1 = 47
4. Menentukan nilai Fhitung
Berdasarkan table persiapan uji homogenitas (lampiran).
Diperoleh S12 = 121,39 dan S2
2 = 110,28 sehingga:
Fhitung = 28,11039,121 = 1,10
5. Menentukan nilai Ftabel
Karena F0,05 (47, 47) tidak terdapat di dalam Ftabel maka digunakan interpolasi
sebagai berikut:
Dari table distribusi F diperoleh dengan nilai
F0,05 (50, 46) = 1,62 dan F0,05 (50, 48) = 1,61
Jadi diperoleh F0,05 (50, 47) = 1,62 - )01,0(21 = 1, 615
F0,05 (40, 46) = 1,65 dan F0,05 (40, 48) = 1,64
Jadi diperoleh F0,05 (40,47) = 1,65 - )01,0(43 = 1, 6425
Sehingga F0,05 (47, 47) = 1,6425 - )028,0(101 = 1,6397.
Karena Fhitung < Ftabel (1,10 < 1,6397) dimana H0 diterima. Maka dapat
disimpulkan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen.
Lampiran 25
Perhitungan Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian statistik dalam penelitian ini, digunakan statistik uji-t, dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1. Hipotesis
H0 : KE μμ =
H1 : Kμμ E >
2. Berdasarkan perhitungan hasil belajar siswa
Variabel Jumlah
(N) Mean
Simpangan
Baku (S) Varians (S2)
Kelas Eksperimen 48 59,875 11,02 121,39
Kelas Kontrol 48 55,375 10,50 110,28
3. Menentukan perhitungan harga thitung
Karena kedua sampel homogen setelah diberi perlakuan, maka pengujian hipotesis
menggunakan rumus:
KEgab
KEhit
nnS
XXt11
+
−=
dengan =
( ) ( )
( ) ( )
10,76 S
835,115 24848
28,1101-48 39,1211-48
2 - 11
gab
2
2
222
=
=
−++
=
+−+−
=
gab
gab
KE
KKEEgab
S
S
nnSnSnS
Sehingga diperoleh:
KEgab
KEhit
nnS
XXt11
+
−=
= 2,09
4. Menentukan harga ttabel
Jenis pengujian yang digunakan adalah pengujian satu arah pihak kanan
dengan taraf signifikan α = 0,05, n1 + n2 –2 = 48 + 48 – 2 = 94, diperoleh
harga ttabel = 1,98
5. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung > ttabel
6. Kesimpulan
Karena thitung > ttabel, yaitu 2,09 > 1,98, maka H0 ditolak dan Ha diterima pada
taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan (db) = 94. sehingga dapat
disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari
rata-rata kelas kontrol.
2,1524,5
04,076,10375,55875,59
=
−=
hit
hit
t
t
Lampiran 26
Tabel 22 Kisi-Kisi Angket Tanggapan Siswa Terhadap Strategi Think-Talk-
Write (TTW)
Nomor Pernyataan Aspek Tanggapan yang Diteliti
Positif Negatif Jumlah
Tanggapan siswa terhadap
pembelajaran matematika. 1, 2, 18 3, 6, 16 6
Tanggapan siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan
strategi think-talk-write (TTW)
5, 12, 13,
21, 23 7, 20, 14 8
Tanggapan siswa terhadap materi
yang diajarkan dengan mengunakan
stategi think-talk-write (TTW)
8, 9, 17,
19, 22 15, 24 7
Tanggapan Siswa terhadap guru 4, 11 10, 25 4
Jumlah 25
Lampiran 27
ANGKET TANGGAPAN SISWA TERHADAP STRATEGI THINK-TALK-
WRITE (TTW)
Nama : Kelas : Bacalah dengan cermat semua pernyataan di bawah ini. Tentukanlah jawaban anda sejujurnya dengan menceklis (√ ) salah satu kolom. Keterangan: SS : Setuju Sekali S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Alternatif No Pernyataan SS S TS STS 1. Saya menyukai mata pelajaran matematika. 2. Saya selalu mempersiapkan diri sebelum mengikuti
pembelajaran matematika.
3. Mata pelajaran matematika sulit untuk saya pahami. 4. Saya senang dengan guru yang mengajarkan materi
bangun datar dengan menggunakan strategi TTW.
5. Saya semangat belajar matematika dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW).
6. Saya tidak suka membaca buku pelajaran matematika.
7. Saya lebih menyukai pembelajaran seperti biasa daripada pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW).
8. Saya dapat menguasai materi bangun datar dengan baik jika menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW).
9. Saya merasa tertantang dengan soal-soal yang diberikan pada proses pembelajaran menggunakan
strategi Think-Talk-Write (TTW). 10. Saya malas dengan guru yang mengajar matematika
dengan menggunakan strategi TTW.
11. Saya selalu berusaha mendengrkan penjelasan guru matematika dengan baik.
12. Pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) membuat saya terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
13. Pembelajaran dengan Think-Talk-Write (TTW) membuat saya lebih mandiri.
14. Pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) membuat saya tegang.
15. Materi yang diajarkan dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) ini semakin sulit saya pahami.
16. Matematika adalah pelajaran yang membosankan. 17. Materi yang diajarkan dengan strategi Think-Talk-
Write (TTW) membuat saya lebih paham.
18. Matematika membantu saya dalam mempelajari mata pelajaran lain.
19. Materi yang diajarkan dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) ini menarik buat saya.
20. Pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) membuat saya bosan.
21. Saya senang belajar matematika dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW).
22. Saya dapat mengerjakan soal-soal LKS yang diberikan dengan baik dan tepat waktu.
23. Pembelajaran dengan Think-Talk-Write (TTW) membuat saya lebih berani mengungkapkan pendapat.
24. Materi bangun datar tidak cocok diajarkan dengan menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW)
25. Saya lebih suka guru menerangkan dan saya mendengarkan.
Lampiran 29
PERHITUNGAN VALIDITAS
BUTIR SOAL ANGKET
Misal validitas butir soal nomor 1. Berdasarkan tabel diperoleh nilai sebagai
berikut:
∑X = 147
∑Y = 3632
∑ 2X = 473
2Y∑ = 279370
∑XY = 11134
N = 48
“r tabel” = 0,284
Adapun rumusan yang digunakan menggunakan rumus product moment, yaitu:
( )( )( ){ } ( ){ }∑ ∑∑∑
∑ ∑∑−−
−=
222211
YYNXXN
YXXYNr
={ }{ }22 )3632(27937048)147(47348
3632)(147()1113448−×−×
−×
= 2183361095533904534432
×−
= 145,15462
528
= 0,034
Berdasarkan perhitungan didapat nilai hitung rhitung < rtabel maka butir soal
nomor satu dikatakan tidak valid.
Lampiran 30 Tabel 24
Rekapitulasi Butir Instrumen Angket (Valid)
Nomor Item Yang Valid No Nama 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 A1 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3
2 A2 1 1 4 3 1 1 3 4 3 2 4 3 4 4 4
3 A3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4
4 A4 3 2 2 3 3 1 2 3 4 4 3 4 3 3 3
5 A5 3 2 2 2 3 1 2 4 2 4 1 1 1 1 4
6 A6 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 4
7 A7 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 4 3 4
8 A8 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3
9 A9 3 2 3 2 3 1 3 2 3 3 2 3 2 3 2
10 A10 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4
11 A11 3 2 3 2 3 1 3 2 3 3 2 3 2 3 2
12 A12 3 3 3 2 2 3 3 2 2 4 3 3 4 3 3
13 A13 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3
14 A14 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3
15 A15 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4
16 A16 3 3 4 4 4 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4
17 A17 3 4 4 4 3 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4
18 A18 3 1 1 2 3 1 2 1 2 1 1 2 2 2 4
19 A19 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3
20 A20 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 3 4
21 A21 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 4
22 A22 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4
23 A23 3 3 4 4 3 3 4 4 2 3 4 3 4 3 4
24 A24 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 1 1 3 3 3
25 A25 3 4 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4 1 3 4
26 A26 3 3 3 4 3 3 4 2 2 2 2 3 3 4 4
27 A27 4 1 1 2 3 1 2 1 2 3 3 3 1 2 4
28 A28 3 4 3 3 4 3 4 4 2 4 4 4 3 3 4
29 A29 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3
30 A30 3 4 4 2 2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4
31 A31 3 4 3 3 4 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4
32 A32 3 4 3 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4
33 A33 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4
34 A34 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4
35 A35 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3
36 A36 4 4 2 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4
37 A37 2 3 3 3 3 3 4 2 3 4 3 4 4 4 4
38 A38 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4
39 A39 3 3 3 3 2 4 4 4 2 2 3 3 3 3 2
40 A40 3 2 2 3 3 1 3 3 2 3 1 3 4 3 3
41 A41 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 4 4 4
42 A42 3 4 2 4 2 2 3 4 2 3 4 4 2 2 2
43 A43 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2
44 A44 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4
45 A45 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 4
46 A46 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4
47 A47 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4
48 A48 2 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4
ΣX 137 148 140 148 145 124 149 153 127 140 148 151 143 141 171
ΣX2 411 492 440 486 463 366 489 525 357 430 498 507 463 439 631
Lampiran 31
PERHITUNGAN RELIABILITAS
BUTIR SOAL ANGKET Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai sebagai berikut:
St2 = 88,75
∑ 2iS = 12,72
k = 20 Langkah kedua menentukan besarnya nilai reliabilitas (r11)
902,0r0,8571,053
75,8803,76
1920
75,8872,1275,88
12020
1
11
11
11
11
2
22
11
=×=
⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛×=
⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛ −−
=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−= ∑
r
r
r
S
SSk
krt
it
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh nilai r11 = 0,902. Hal ini berarti
reliabilitas instrument hasil belajar matematika termasuk dalam kategori tinggi.
Lampiran 32
LEMBAR WAWANCARA DENGAN GURU
Wawancara pada kegiatan observasi
Untuk guru bidang studi matematika kelas VII MTsN 19 Pondok Labu Jakarta
Selatan
1. Apakah pembagian kelas VII ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa?
2. Pembelajaran matematika yang bagaimanakah yang biasa ibu lakukan?
3. Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas VII ini terhadap pelajaran
matematika?
4. Kendala/kesulitan apa saja yang Ibu hadapi selama proses KBM berlangsung
terutama matematika?
5. Bagaimana pendapat Ibu mengenai pembelajaran dengan menggunakan
strategi Think-Talk-Write (TTW) ?
6. menurut Ibu apakah pembelajaran dengan menggunakan strategi Think-Talk-
Write (TTW) ini dapat diterapkan dalam setiap pembahasan materi
matematika?
KUTIPAN WAWANCARA
Peneliti : Apakah pembagian kelas VII ini berdasarkan tingkat kemempuan
siswa?
Guru MTK : Tidak, karena rata-rata kemampuan antar siswa tidak jauh
berbeda, maka pembagian kelas VII ini dilakukan secara
acak saja.
Peneliti : Pembelajaran matematika yang bagaimanakah yang biasa
Ibu ajarkan?
Guru MTK : Seperti biasanya yaitu dengan metode ceramah dan tugas.
Peneliti : Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas VII ini
terhadappelajaran matematika?
Guru MTK : Dilihat dari nilai harian dan ujian semester ganjil kemarin, tingkat
kemampuan siswa kelas VII.1 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas VII.2
Peneliti : Kendala/kesulitan apa saja yang Ibu hadapi selama proses KBM
berlangsung terutama matematika?
Guru MTK : Untuk kelas VII.1 dan VII.2 itu tidak jauh berbeda ya kendalanya.
Untuk kelas VII.1 mereka lebih bias diatur disbanding dengan kelas VII.2.
Hanya saja dalam menerima materi pelajaran mereka cepat lupa. Ketika guru
menerangkan materi pelajaran mereka bilang mengerti, tetapi ketika guru
memberi soal mereka seringnya jadi tidak mengerti.
Peneliti : Bagaimana pendapat Ibu mengenai pembelajaran dengan
menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW)?
Guru MTK : Menurut Ibu sangat bagus, mudah-mudahan dengan
menggunakan strategi Think-Talk-Write (TTW) ini dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, terutama dalam pelajaran matematika.
Peneliti : Menurut Ibu apakah pembelajaran dengan menggunakan strategi
Think-Talk-Write (TTW) ini dapat diterapkan dalam setiap
pembahasan materi matematika?
Guru MTK : Dilihat dari teorinya, strategi Think-Talk-Write (TTW) ini lebih
baik digunakan pada materi yang dapat didiskusikan.sehingga
pelaksanaannya akan lebih efektif.
Lampiran 19 Tes Hasil Belajar Matematika
(Pokok Bahasan: Bangun Datar) MTsN 19 Jakarta
Waktu : 80 menit Bentuk Tes : Pilihan Ganda (PG) Petunjuk : Bacalah soal dengan teliti, kemudian jawablah soal tersebut
dengan benar!
43. Perhatikan gambar di bawah ini! Berikut ini rumus luas jajar genjang,
kecuali….. a. a x p
b. a x r c. q x b d. a x b 44. Luas belah ketupat MILO adalah 225 cm2, bila panjang diagonal ML = 30 cm,
maka panjang diagonal IO adalah… a. 10 cm c. 20 cm
b. 15 cm d. 25 cm 45. Sebuah perahu mempunyai ukuran sisi seperti gambar di bawah. Tentukan
luas perahu tersebut! a. 4 m2 b. 6 m2 c. 8 m2 d. 10 m2
46. Bila keliling belah ketupat adalah 20 cm dan perbandingan panjang
diagonalnya 3 : 4, maka jumlah panjang kedua diagonalnya adalah a. 12 cm c. 24 cm
b. 14 cm d. 28 cm
p q
a
r b
5 m
3 m
m2
47. Perhatikan gambar di bawah ini!
Bila <NKO = 25° maka <LMN sama dengan a. 40° c. 65° b. 50° d. 90°
48. Berikut ini adalah sifat layang-layang, kecuali…. a. diagonal-diagonalnya sama panjang. b. salah satu diagonalnya merupakan sumbu simetri. c. sepasang sisinya sama panjang. d. dua diantara 4 sudutnya pasti sama besar.
49. Perhatikan gambar di bawah ini!
PQRS adalah trapesium siku-siku. Bila PQ = QR = PR, maka < QRS sama dengan a. 80° c. 120° b. 100° d. 140°
50. ABCD adalah layang-layang dengan panjang AB = 13 cm, dan AC = 10 cm,
bila OD = 3 cm, maka luas layang tersebut adalah a. 75 cm2 b. 120 cm2 c. 140 cm2
R S
Q P 40o
B
13
N L
K
M
O
d. 150 cm2
51. ABCD adalah jajargenjang, dengan AC = (4x –7) cm, AB = (2x + 5) cm, BC
= (3x – 1) cm, dan CD = (x + 10) cm, panjang AC adalah a. 12 cm b. 13 cm c. 14 cm d. 15 cm
52. Sebuah permukaan meja berbentuk persegi panjang dengan panjang adalah 100 cm, dan luasnya adalah 5000 cm2. Berapakah lebar dan keliling meja tersebut? a. 50 cm dan 100 cm c. 50 cm dan 300 cm
b. 55 cm dan 200 cm d. 55 cm dan 400 cm 53. Lantai berukuran 15 m x 12 m akan ditutup dengan ubin persegi yang
berukuran 30 cm x 30 cm, maka banyak ubin yang harus disediakan adalah a. 1000 buah c. 3000 buah
b. 2000 buah d. 4000 buah
54.
Pada gambar di atas, perbandingan luas BCQP yang diarsir dengan persegi panjang ABCD adalah a. 1 : 5 c. 3 : 5
b. 2 : 5 d. 4 : 5
55. Sebidang tanah berbentuk persegi panjang yang panjangnya 18 m dan
lebarnya 14 m, jika harga tanah itu adalah Rp. 250.000,00; tiap m2, maka dengan menjual tanah itu akan diperoleh uang sebesar
D
A C 3
10
P BA
D Q C
6
5 5
3
BA
C D
(3x – 1) cm (4x – 7) cm
(2x + 5) cm
(x + 10) cm
O
a. Rp. 63.000.000,00; c. Rp. 83.000.000,00;
b. Rp. 73.000.000,00; d. Rp. 96.000.000,00;
56. Selisih antara panjang dan lebar sebuah persegi panjang adalah 3 cm. Jika keliling persegi panjang tersebut adalah 54 cm maka luasnya adalah … a. 180 cm2 c. 150 cm2
b. 160 cm2 d. 120 cm2
57. Diketahui sebuah jajargenjang ABCD, DE ⊥ AB, panjang AB adalah 10 cm, dan panjang DE adalah 6 cm. Maka luas jajargenjang ABCD tersebut adalah… a. 60 cm2 c. 40 cm2
b. 50 cm2 d. 30 cm2 58. Keliling KLM adalah 28 cm. Jika KL : LM : KM = 3 : 5 : 6 maka panjang LM
adalah…. a. 6 cm c. 12 cm
b. 10 cm d. 20 cm 59. Besar <A pada segitiga ABC di bawah ini adalah
a. 24°
b. 40° c. 48° d. 72°
18. Tinggi sebuah segitiga adalah 7 cm, jika luasnya adalah 21 cm2, maka alas
segitiga itu adalah a. 3 cm c. 9 cm
b. 6 cm d. 12 cm
19. Jika diketahui ∆ ABC dengan < A = 65° dan < B = 50°, maka jenis segitiga ABC tersebut adalah ….. a. siku-siku b. sama sisi c. sama kaki d. sembarang
20. Diketahui segitiga siku-siku ABC dengan < C = 38o, besar sudut B adalah … a. 44o b. 54o
c. 42o
d. 52o
BA
2x
3x
60o
C
A
B
C
21. Apabila diameter lingkaran berikut adalah 36 cm, maka keliling segienam
beraturan adalah a. 36 cm b. 72 cm c. 108 cm d. 144 cm
22. Sebuah segitiga yang memiliki sekaligus titik berat, bagi, dan tinggi yang berimpit adalah … a. sama sisi b. sama kaki c. siku-siku d. lancip
23. Sebuah kebun berbentuk segitiga dengan ukuran sisi-sisinya adalah 17 m, 15 m, dan 12 m, sekeliling kebun itu ditanami pohon jeruk yang jarak antar pohon adalah 1 m. Maka banyaknya pohon jeruk di sekeliling kebun tersebut adalah a. 22 pohon c. 64 pohon
b. 44 pohon d. 88 pohon 24. Ika bermain sepeda mengelilingi lapangan berbentuk segitiga dengan sisi-
sisinya 135 m, 120 m, dan 145 m. setiap 1 menit Ika dapat menempuh jarak 100 m. berapa menit Ika mengelilingi lapangan itu? a. 3 menit c. 5 menit
b. 4 menit d. 6 menit
36 cm
Lampiran 20 KUNCI JAWABAN
TES HASIL BEELAJAR MATEMATIKA
No Jawaban No Jawaban 1 D 13 A 2 B 14 A 3 A 15 D 4 B 16 B 5 B 17 C 6 A 18 B 7 D 19 D 8 A 20 D 9 B 21 C 10 C 22 A 11 B 23 B 12 B 24 B
Uji Normalitas Kelompok Eksperimen
Contoh perhitungan baris pertama:
Z = S
X-Xi
= 31,11
96,5938 −
= -1,94
F(Z) = Jika nilai Z < 0, maka: 0,5 – Z tabel
Jika nilai Z > 0, maka: 0,5 + Z tabel
S(Z) = nfk =
482
= 0,04
Untuk baris seterusnya perhitungannya sama.
Sehingga diperoleh:
Ltabel = Jika n > 30, maka acuan yang digunakan adalah n
886,0
= 48886,0 = 0,128
Lhitung = Diperoleh dari nilai |F(Z) – S(Z)| yang memiliki nilai terbesar
= 0,109
Kriteria:
Terima H0 jika Lhitung < Ltabel
Tolak H0 jika Lhitung > Ltabel
Karena Lhitung < Ltabel (0,109 < 0,128) maka dapat disimpulkan bahwa
sampel kelas tersebut berdistribusi normal.
Uji Normalitas Kelompok Kontrol
Contoh perhitungan baris pertama:
Z = S
X-Xi
= 54,10
31,5538 −
=-1,64
F(Z) = Jika nilai Z < 0, maka: 0,5 – Z tabel
Jika nilai Z > 0, maka: 0,5 + Z tabel
S(Z) = nfk =
483
= 0,06
Untuk baris seterusnya perhitungannya sama.
Sehingga diperoleh:
Ltabel = Jika n > 30, maka acuan yang digunakan adalah n
886,0
= 48886,0 = 0,128
Lhitung = Diperoleh dari nilai |F(Z) – S(Z)| yang memiliki nilai terbesar
= 0,110
Kriteria:
Terima H0 jika Lhitung < Ltabel
Tolak H0 jika Lhitung > Ltabel
Karena Lhitung < Ltabel (0,110 < 0,128) maka dapat disimpulkan bahwa
sampel kelas tersebut berdistribusi normal.
Nama Siswa Kelas VII-2 Berdasarkan kelompok MTsN 19 Jakarta Tahun pelajaran 2007/2008
Kelompok 1 Kelompok 2
1. Ahmad fauzi
2. Apriliana
3. Jaka
4. Rivaldi Rizki Pratama
1. Adi Sulaksono
2. Feri Hidayat
3. Sarah Sita Qomariah
4. Zaenal Arifin
Kelompok 3 Kelompok 4
1. Anisa Rahmayani
2. Nurhasanah
3. Serranisa Yelsi
4. Syarifudin
1. Fauziah Aulia
2. Ibrahim yusro
3. Nurrina Setia Ayuningtyas
4. Siti Humairoh
Kelompok 5 Kelompok 6
1. Aldi Setiawan
2. Evi Lutviani
3. Nurul Islamiyah
4. Sugi Febriatik
1. Annisa Al Husna
2. Citra Melati
3. Eti Susuanti
4. siti Damayanti
Kelompok 7 Kelompok 8
1. Amarsjah Putra Bimara
2. Umi Jamiatul Hasanah
3. Desi Rizki Liani
4. Eka Septiani
1. Winda Rahmawati
2. Abi Fauzan
3. Medika Marsah
4. Alfian Ridzwan
Kelompok 9 Kelompok 10
1. Hoki Purwasih
2. Putri hadi Pratiwi
3. Alvi Salam
4. Fika Muthiarahmah
1. Mita Diofani
2. Utari Wulandari
3. Hamdani
4. Titin Taryati
Kelompok 11 Kelompok 12
1. Sab’atun Widad
2. Rahmawati
3. Handoko Tri Pamungkas
4. Suryadi
1. Karlianingsih Maysa Putri
2. Nur fauziah Oktaviani
3. Luthfiah Yunida
4. Daru Hendrawan