pengaruh substitusi tepung sorgum … abu-abu dan hitam. nilai l yang paling tinggi pada biskuit...

14
PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM TANPA SOSOH TERHADAP WARNA DAN DAYA PATAH BISKUIT Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Program Studi Gizi FIK UMS Disusun Oleh: TRIAS ANNISA ALFIANA J310 141012 PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: tranquynh

Post on 13-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM … abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM TANPA SOSOH

TERHADAP WARNA DAN DAYA PATAH BISKUIT

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Pada Program Studi Gizi FIK UMS

Disusun Oleh:

TRIAS ANNISA ALFIANA

J310 141012

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM … abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L

i

Page 3: PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM … abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L

ii

Page 4: PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM … abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L

iii

Page 5: PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM … abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM TANPA SOSOH

TERHADAP WARNA DAN DAYA PATAH BISKUIT

1

Abstrak

Sorgum tanpa sosoh berpotensi dijadikan tepung untuk diolah menjadi biskuit yang banyak digemari oleh masyarakat. Penentu mutu biskuit yaitu sifat kimia, sensorik, dan sifat fisik. Daya patah dan warna merupakan bagian dari sifat fisik biskuit. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh substitusi tepung sorgum tanpa sosoh terhadap warna dan daya patah biskuit. Menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0%, 15%, 30%, dan 45%.Warna dan daya patah dianalisis dengan uji t dan Anova One Way. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna biskuit berdasarkan perlakuan 0%, 15%, 30% dan 45% memiliki nilai p<0,05. Oleh karena ada beda maka dilakukan uji Duncan, hasil uji Duncan menunjukkan ada beda nilai warna antar substitusi tepung sorgum tanpa sosoh pada biskuit sorgum.Pengaruh daya patah biskuit dari substitusi tepung sorgum tanpa sosoh rata-rata nilai p≥0,05 yang berarti keempat perlakuan tidak berbeda nyata pada daya patah biskuit. Terdapat pengaruh dari berbagai konsentrasi pada biskuit yang disubstitusi tepung sorgum tanpa sosoh terhadap warna biskuit sorgum.Tidak terdapat pengaruh dari berbagai konsentrasi pada biskuit yang disubstitusi tepung sorgum tanpa sosoh terhadap daya patah biskuit sorgum. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai aplikasi biskuit sorgum tanpa sosoh untuk penderita diabetes dengan mengganti gula pasir dengan gula rendah kalori. Konsumen disarankan mengkonsumsi biskuit sorgum tanpa sosoh dengan substitusi 45% karena kandungan seratnya yang tinggi dan baik untuk pencernaan.

Abstract

Whole sorghum flour potentially be used as flour for biscuits processed into a much-loved by the people. Determinants of quality biscuits namely chemical properties, sensory, and physical properties. Broken power and the color is part of the physical properties of biscuits. The aim of research to find out how the effect of substitution of whole sorghum flour of color and broken biscuits. The completely randomized design with four substitutions in whole sorghum flour 0%, 15%, 30%, and 45%. Color and fracturability analyzed by t-test and One Way Anova. The results showed that the color of the biscuits by 0%, 15%, 30% and 45% had a value of p <0.05. Therefore, no different then tested Duncan, Duncan test results showed no difference between the color value whole sorghum flour substitution on sorghum biscuits.The influence of fracturability biscuits from whole sorghum flour substitution the average value p≥0,05 which means fourth treatment has no significant difference in fracturability biscuits. There is the effect of various concentrations on biscuits substituted whole sorghum flourto biscuit color sorghum. There is no influence of various concentrations on biscuits substituted whole sorghum flour to fracturability the biscuit sorghum. Need further research on the application whole sorghum biscuits for diabetics to replace refined sugar with low calorie sugar. Consumers are advised to

Page 6: PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM … abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L

2

consume whole sorghum biscuit with the substitution of 45% because of the high fiber content and good for digestion.

1. PENDAHULUAN

Indonesia kaya akan sumber bahan pangan yang berpotensi untuk diolah

menjadi produk pangan, namun banyak sumberdaya pangan lokal tersebut yang belum

termanfaatkan hingga saat ini (Angelina, dkk, 2013). Sorgum (Sorghum bicolor

L.moench) merupakan salah satu jenis pangan lokal yang belum banyak dimanfaatkan

oleh masyarakat (Rohajatein, 2010). Sorgum di Indonesia merupakan tanaman sereal

pengganti padi dan jagung. Pengembangan produk olahan sorgum masih terbatas

(Suarni, 2012).

Pengolahan sorgum menjadi produk setengah jadi lebih dianjurkan karena

memiliki daya simpan yang lebih lama, mudah dicampur (substitusi), dapat diperkaya

dengan zat gizi (fortifikasi) dan lebih cepat diolah salah satunya menjadi biskuit

(Suarni, 2004). Kandungan gizi utama pada biskuit adalah karbohidrat. Karbohidrat

memegang peranan penting pada produk biskuit karena akan mempengaruhi warna

dan daya patah pada biskuit (Rudianto, dkk, 2014). Kualitas biskuit selain ditentukan

oleh nilai gizinya juga ditentukan dari warna, aroma, cita rasa (sifat organoleptik) dan

sifat fisik. Formula bahan pembuatan biskuit juga akan mempengaruhi sifat

organoleptik dan sifat fisik. Sifat fisik ditentukan berdasarkan tekstur dan warna

biskuit (Asni, 2004).

Tekstur dapat dipengaruhi oleh protein yang terdapat pada sorgum tanpa sosoh.

Biji sorgum tanpa sosoh memiliki kadar protein lebih tinggi dibandingkan dengan biji

sorgum sosoh. Hal tersebut disebabkan karena protein ikut terbawa ketika penyosohan

akibat protein yang berada di bagian endosperm yang dekat dengan aleuron banyak

yang terkikis (Suarni,2004).

Biskuit dengan substitusi sorgum tanpa sosoh mempengaruhi warna biskuit.

Warna ini disebabkan karena adanya tanin dalam jumlah tinggi (Narsih, dkk, 2008).

Warna pada produk biskuit juga dapat ditentukan berdasarkan reaksi kecoklatan

enzimatis pada tanin yang merupakan senyawa fenolik kemudian dipicu oleh reaksi

oksidasi yang dikatalisis oleh enzim fenol oksidase atau polifenol oksidase. Kedua

Page 7: PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM … abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L

3

enzim ini dapat mengkatalisis reaksi oksidasi senyawa fenol yang menyebabkan

perubahan warna menjadi coklat (Kusnandar, 2011).

2. METODE

2.1 Jenis Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen tentang pengaruh substitusi tepung sorgum tanpa

sosoh terhadap warna dan daya patah biskuit.

2.2 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas yaitu substitusi tepung sorgum tanpa sosoh.

2. Variabel terikat yaitu nilai warna dan daya patah biskuit.

3. Variabel kontrol yaitu bahan-bahan yang dikontrol meliputi persiapan pembuatan

tepung sorgum, pencampuran adonan, pencetakan dan pengovenan.

2.3 Prosedur Penelitian

Pembuatan Tepung Sorgum

Pembuatan tepung sorgum menurut Suarni dan Firmansyah (2007) yaitu pertama biji

sorgum disortasi dan dicuci dengan air bersih hingga pasir atau kotoran lain dapat

dihilangkan. Lalu dijemur dengan sinar matahari hingga kering. Kedua, sorgum direndam

dalam air selama 4 jam. Lalu sorgum ditiriskan dan dijemur dengan sinar matahari hingga

kering. Setelah itu biji sorgum digiling dengan menggunakan grinder selama 20 menit dan

diayak dengan menggunakan ayakan 80 mesh.

Pembuatan Biskuit

Pembuatan biskuit menurut Napitupulu (2006) dengan beberapa modifikasi yaitu yang

pertama gula halus dan margarine dicampur dengan cara dimixer selama 10 menit (adonan

gula). Kedua, kuning telur dan susu bubuk dicampur lalu dimasukkan dalam adonan gula

dan dimixer selama 4 manit (adonan telur). Ketiga, baking powder dan substitusi tepung

sorgum : terigu (0%, 15%, 30%, 45%) dicampur hingga mendapatkan adonan yang

homogen dengan cara diayak (adonan tepung). Campuran tepung ditambahkan ke adonan

telur lalu dicampur dengan cara dimixer selama 4 menit. Kemudian adonan dicetak dengan

ketebalan dan ukuran yang sama. Adonan yang telah dicetak lalu dipanggang

menggunakan oven dengan suhu 1500C selama 15 menit.

Pengujian Warna Biskuit

Prosedur pengujian warna biskuit menurut Gonnet (1992) dalam Subagio (2004) dengan

menggunakan alat Minolta Reflectance Chromameter (CR-400) yaitu yang pertama adalah

Page 8: PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM … abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L

4

mempersiapkan sampel biskuit yang akan dilakukan uji warna dan mempersiapkan alat uji.

Kedua, memprogram alat Minolta Reflectance Chromameterdalam posisi ON. Kemudian

mengatur kalibrasi awal dengan standar Y=93,9 ; X=3134 ; y=3193 pada plate putih. Lalu

meletakkan sampel biskuit pada media piring kecil dan mulai menganalisa sampel dengan

cara membidik sampel biskuit. Analisis warna biskuit diulang sebanyak 2 kali.

Pengujian Daya Patah Biskuit

Pengujian pada daya patah biskuit yaitu pertama mempersiapkan biskuit yang akan

dilakukan pengujian daya patah, lalu biskuit diletakkan di bawah probe. Kemudian

penekanan biskuit diulang sebanyak 2 kali. Lalu dapat terbaca nilai daya patah dengan

melihat grafik yang terbentuk dari computer dengan satuan gram.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Biskuit sorgum adalah biskuit yang terbuat dari tepung terigu dengan substitusi tepung

sorgum tanpa sosoh dengan besar konsentrasi tepung sorgum yang ditambahkan mengacu

pada penelitian pendahuluan yaitu konsentrasi 5%, dan 25%. Hasil penelitian pendahuluan

tersebut menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai substitusi 5%, tetapi pada substitusi

25% tidak jauh beda sehingga dapat diabaikan. Maka dapat diambil batas bawah dan batas

atas dari substitusi 25%. Substitusi tepung sorgum yang digunakan pada penelitian utama

adalah 0%, 15%, 30%, dan 45%. Biskuit substitusi tepung sorgum tanpa sosoh dibuat

dengan melalui proses pengolahan yang meliputi pencampuran bahan, pencetakan, serta

pemanggangan yang selanjutnya diuji tingkat warna dan daya patah.

3.1 Hasil Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan digunakan sebagai acuan pada penelitian utama yang bertujuan

untuk menentukan persentase substitusi tepung sorgum tanpa sosoh terhadap daya terima

meliputi warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan pada pembuatan biskuit. Besar

substitusi yang digunakan adalah 5% dan 25% dari jumlah tepung sorgum tanpa sosoh

kemudian dilihat dari daya terimanya. Hasil yang didapat digunakan sebagai acuan dalam

penelitian utama. Hasil analisis biskuit sorgum meliputi analisis daya terima dapat dilihat

pada Tabel 1 sebagai berikut:

Page 9: PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM … abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L

5

Tabel 1

Daya Terima Panelis terhadap Biskuit Sorgum yang Disubstitusi Tepung Sorgum Tanpa

Sosoh

Persentase

Substitusi

Tepung

Sorgum

Warna Aroma Rasa Tekstur Kesukaan

Keseluruhan

5% 4,13 ± 0,64 4,33 ± 0,48 4,27 ± 0,59 4,27 ± 0,7 4,2 ± 0,41

25% 4,07 ± 0,59 3,87 ± 0,51 4 ± 0,75 3,67 ± 0,97 4 ± 0,65

Nilai p 0,770 0,017 0,292 0,064 0,326

Keterangan : Notasi huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata pada hasil analisis Duncan.

Angka yang dicetak tebal menunjukkan nilai tertinggi.

Berdasarkan uji statistik pada Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa terdapat beda nyata

pada aspek aroma tetapi secara keseluruhan tidak ada beda nyata. Persentase hasil uji daya

terima pada penelitian pendahuluan yang meliputi warna, aroma, rasa, tekstur dan

kesukaan keseluruhan panelis menyatakan biskuit dengan substitusi tepung sorgum tanpa

sosoh 5% lebih disukai tetapi pada substitusi 25% tidak jauh beda sehingga dapat

diabaikan. Maka substitusi tepung sorgum tanpa sosoh pada penelitian utama adalah 15%,

30% dan 45%.

3.2 Hasil Penelitian Utama Persentase substitusi tepung sorgum tanpa sosoh pada pembuatan biskuit pada penelitian

utama adalah 0%, 15%, 30% dan 45% dari jumlah total tepung terigu. Adapun hasil uji

warna dan daya patah adalah sebagai berikut:

3.2.1 Warna

Warna merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan dalam

penerimaan atau penolakan dari satu produk, karena warna menjadi kesan pertama yang

tampil terlebih dahulu.

Hasil pengujian warna biskuit pada substitusi tepung terigu dan tepung sorgum tanpa

sosoh dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2

Hasil Uji Warna

Substitusi L a b

0 % 76,22 ± 0,06c 4,48 ± 0,03a 36,82 ± 1,47c

15% 71,53 ± 0,26b 5,67 ± 0,16b 27,92 ± 0,47b

30% 61,72 ± 0,17a 6,68 ± 0,31c 23,45 ± 0,64a

45% 61,52 ± 0,36a 7,53 ± 0,16d 22,02 ± 0,21a

Nilai p 0,000 0,000 0,000

Berdasarkan hasil uji anova menunjukkan bahwa ada pengaruh substitusi tepung sorgum tanpa

sosoh terhadap nilai L (kecerahan), a (kemerahan), dan b (kekuningan) biskuit sorgum yang

ditunjukkan dengan nilai p < 0,05. Oleh karena ada beda maka dilakukan uji Duncan. Hasil uji

Page 10: PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM … abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L

6

Nila

i L (k

ec

era

ha

n)

Duncan, menunjukkan ada beda nyata nilai warna antar substitusi tepung sorgum tanpa sosoh pada

biskuit sorgum.

3.2.1.1 Kecerahan (L)

Nilai L merupakan parameter yang menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan warna kromatik

putih, abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi

tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L yang paling rendah pada biskuit sorgum

adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 45% sebesar 61,52.

Berdasarkan hasil uji Duncan, menunjukkan tidak berbeda secara signifikan kecerahan (L) biskuit

sorgum substitusi 30% dan 45%, sedangkan biskuit sorgum substitusi 0% berbeda nyata dengan

substitusi 15%, 30% dan 45% dan substitusi 15% berbeda nyata dengan substitusi 0%, 30% dan

45%. Adapun besar nilai kecerahan (L) terdapat pada Gambar 1, sebagai berikut.

90

80 76.22

70

60

71.53

61.72 61.52

50

40

30

20

10

0

0% 15% 30% 45%

Sorgum Tanpa Sosoh

Gambar 1. Persentase Nilai L (Kecerahan) biskuit yang disubstitusi tepung sorgum tanpa sosoh Gambar 1 tersebut dapat dilihat bahwa nilai L (kecerahan) biskuit sorgum menurun seiring dengan

besarnya substitusi. Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi maillard pada saat proses

pemanggangan. Reaksi maillard merupakan reaksi non enzimatis yang terjadi karena adanya reaksi

antara gula pereduksi (karbohidrat) seperti fruktosa, laktosa dan malaktosa yang terdapat pada

tepung sorgum dengan gugus amin bebas dari asam amino atau protein yang menghasilkan

pembentukan warna coklat (Stephanie, 2008). Menurut McWilliam (2001), perubahan warna yang

terjadi selama reaksi maillard karena warna asli pada bahan tersebut mula-mula berubah warna

menjadi keemasan, kemudian coklat keemasan, dan menjadi warna coklat.

Page 11: PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM … abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L

7

Nila

i a

(K

em

era

ha

n)

3.2.1.2 Kemerahan (a)

Nilai a menyatakan warna kromatik dari hijau sampai merah. Nilai a paling tinggi terdapat pada

biskuit dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 45% sebesar 7,53. Nilai a terendah terdapat

pada biskuit substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 4,48.

Berdasarkan hasil uji Duncan, menunjukkan tidak berbeda secara signifikan kemerahan (a) antar

substitusi tepung sorgum tanpa sosoh pada biskuit. Adapun besar nilai kemerahan (a) terdapat pada

Gambar 2, sebagai berikut.

8 7.53

7 6.68

6 5.67

5

4.48

4

3

2

1

0

0% 15% 30% 45%

Sorgum Tanpa Sosoh

Gambar 2. Persentase Nilai a (Kemerahan) biskuit yang disubstitusi tepung sorgum tanpa sosoh

Berdasarkan Gambar 2 tersebut dapat dilihat bahwa pada penelitian ini nilai a (kemerahan)

meningkat seiring dengan besarnya substitusi tepung sorgum tanpa sosoh pada biskuit.. Nilai

kemerahan pada biskuit disebabkan oleh kandungan pigmen antosianin pada sorgum. Antosianin

merupakan pigmen alam yang menghasilkan warna merah yang banyak terdapat pada bunga dan

buah-buahan. Menurut De Man (1997), pigmen antosianin terdapat dalam cairan sel tumbuhan,

senyawa ini berbentuk glikosida dan menjadi penyebab warna merah yang banyak terdapat pada

buah dan sayur. Pada penelitian Awika and Rooney (2004) menyatakan antosianin pada sorgum

lebih stabil pada pH tinggi dibanding antosianin dari buah-buahan atau sayuran yang berpotensi

sebagai zat pewarna alami makanan.

Page 12: PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM … abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L

8

Nila

i b (K

ek

un

in

ga

n)

3.2.1.3 Kekuningan (b)

Nilai b menyatakan warna kromatik biru dan kuning. Nilai b paling tinggi terdapat pada biskuit

substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 36,82. Nilai b terendah terdapat pada biskuit

substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 45% sebesar 22,02.

Berdasarkan hasil uji Duncan, menunjukkan tidak berbeda secara signifikan kekuningan (b) biskuit

sorgum substitusi 30% dan 45%, sedangkan biskuit sorgum substitusi 0% berbeda nyata dengan

substitusi 15%, 30% dan 45% dan substitusi 15% berbeda nyata dengan substitusi 0%, 30% dan

45%. Adapun besar nilai kekuningan (b) terdapat pada Gambar 3, sebagai berikut.

40

36.82

35

30 27.92

25 23.45

22.02

20

15

10

5

0

0% 15% 30% 45%

Sorgum Tanpa Sosoh

Gambar 3. Persentase Nilai b (Kekuningan) biskuit yang disubstitusi tepung sorgum tanpa sosoh

Pada Gambar 3 dapat dilihat nilai b (kekuningan) biskuit sorgum menurun seiring dengan besarnya

substitusi tepung sorgum tanpa sosoh. Pada biskuit dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh

dihasilkan warna lebih gelap yang cenderung lebih pekat. Hal tersebut disebabkan oleh senyawa

tanin yang terkandung dalam tepung sorgum tanpa sosoh. Tanin terdiri atas katekin,

leucoantosianin, dan asam hidroksi yang masing-masing dapat menimbulkan warna bila bereaksi

dengan ion logam (Winarno, 1984). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Abdelghafor

(2011) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar substitusi tepung sorgum membuat warna

roti semakin gelap.

3.2.2 Daya Patah Biskuit

Hasil pengujian daya patah biskuit pada substitusi tepung terigu dan tepung sorgum tanpa sosoh

dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut ini :

Page 13: PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM … abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L

9

Tabel 3

Hasil Uji Daya Patah

Persentase Rata-

rata

Substitusi Ulangan

Daya Patah

(gram)

I (gr) II (gr) 0 % 878 548 713 ± 233,34a 15% 888 1166 1027 ± 196,57a 30% 876 1182 1029 ± 216,37a 45% 934 1423 1178 ± 345,77a

Nilai p 0,147

Berdasarkan hasil uji daya patah pada Tabel 3 menunjukkan perlakuan 0%, 15%, 30% dan 45%

memiliki nilai p ≥ 0,05 yang berarti keempat perlakuan tidak memiliki perbedaan yang nyata pada

daya patah biskuit. Rata-rata nilai daya patah pada biskuit sorgum berkisar 713 gram sampai 1178

gram. Nilai daya patah biskuit menunjukkan ada kecenderungan meningkat seiring dengan

penambahan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh walaupun secara statistik tidak ada beda nyata.

Kecenderungan tersebut karena perbedaan kandungan pati dalam tepung, kandungan pati dalam

tepung terigu 78,74% sedangkan dalam sorgum 80,42%. Menurut Suarni (2004), kandungan

amilosa pada tepung sorgum tanpa sosoh berkisar 19-25%, mendekati tepung terigu yang memiliki

kandungan amilosa sebesar 25%. Pati terdiri dari dua macam polimer yaitu amilosa dan

amilopektin. Amilosa merupakan polimer dengan rantai heliks residu glukosa yang dihubungkan

dengan ikatan glikosida α(1-4) dan memberikan efek keras pada makanan. Sedangkan amilopektin

adalah polimer bercabang yang terdiri dari residu glukosa yang dihubungkan dengan ikatan

glikosida α(1-4) dan α(1-6) serta menyebabkan sifat lengket (Muchtadi, 2011). Secara umum

biskuit dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh tidak memiliki perbedaan terhadap daya

patah. Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa persentase substitusi tepung sorgum tanpa

sosoh hingga 45% belum dapat mempengaruhi daya patah biskuit.

1. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Nilai L (kecerahan), dan b (kekuningan) biskuit sorgum cenderung menurun sedangkan

nilai a (kemerahan) cenderung meningkat dengan semakin tinggi substitusi tepung

sorgum tanpa sosoh.

2. Rata-rata daya patah biskuit sorgum yang disubstitusi tepung sorgum tanpa sosoh antara

713 gram sampai 1178,5 gram.

3. Terdapat pengaruh dari berbagai konsentrasi pada biskuit yang disubstitusi tepung

sorgum tanpa sosoh terhadap warna biskuit sorgum.

Page 14: PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG SORGUM … abu-abu dan hitam. Nilai L yang paling tinggi pada biskuit sorgum adalah dengan substitusi tepung sorgum tanpa sosoh 0% sebesar 76,22. Nilai L

10

4. Tidak terdapat pengaruh dari berbagai konsentrasi pada biskuit yang disubstitusi tepung

sorgum tanpa sosoh terhadap daya patah biskuit sorgum.

4.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai aplikasi biskuit sorgum tanpa sosoh untuk

penderita Diabetes dengan mengganti gula pasir dengan gula rendah kalori.

2. Konsumen disarankan mengkonsumsi biskuit sorgum tanpa sosoh dengan substitusi

45% karena mengandung tinggi serat yang baik pencernaan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdelghafor, R.F., Mustafa, A.l., Ibrahim, A.M.H., and Krishnan, P.G. 2011. Quality of

bread from composite flour of sorghum and hard white winter wheat. Advance

Journal of Food Science and Technology. 3(1): 9-15

Angelina, A., Theresia, R., Nur, I., Setiyo, G., Anil, K. 2013. Pengujian Parameter Biji

Sorghum dan Pengaruh Analisa Total Asam Laktat dan pH pada Tepung Sorghum

Terfermentasi Menggunakan Baker’s Yeast (Saccharomyces Cereviceae). Jurnal

Teknik Pomits. Surabaya. Vol 2, no 2

Asni, Y. 2004. Studi Pembuatan Biscuit dengan Penambahan Tepung Tulang Ikan Patin.

Skripsi. Institute Pertanian Bogor

Awika, J.M. dan Rooney, L.W. 2004. Sorghum Phytochemical and Their Potential Impact

on Human Health. Journal Phytochemistry. 65: 1199-1221

Kusnandar, F. 2011. Kimia Pangan : Komponen Mikro. Jakarta. Dian Rakyat

Man, J.M.de. 1997. Kimia Makanan. Edisi kedua. Diterjemahkan oleh kosasih

Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB

McWilliams, M. 2001. Food Experimental Perspective: 4th

edition. Pretice Hall. New York

Muchtadi, T.R., Sugiyono., dan Fitiyono, A. 2011. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.

Bandung: Alfabeta

Napitupulu, A. 2006. Kajian Pemanfaatan Tepung Sorgum dalam Pembuatan Biskuit

Marie. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Narsih, Y., dan Harijono. 2008. Studi Lama Perendaman dan Lama Perkecambahan

Sorgum (Sorghum Bicolour L. Moench) untuk Menghasilkan Tepung Rendah Tanin

dan Fitat. Jurnal Teknologi Pertanian 9(3):173-180

Rohajatien, U. Studi Tentang Pemrosesan Tepung Sorgum Terfosforilassi dan Aplikasinya

pada Berbagai Adonan Pastri. Jurnal Teknologi dan Kejuruan, vol.33, no.1. 2010

Rudianto, Aminuddin, S., dan Sriah, A. Studi Pembuatan dan Analisis Zat Gizi pada

Produk Biskuit Moringa Oleifera dengan Substitusi Tepung Daun Kelor. Makasar:

Universitas Hasanuddin; 2014

Suarni. Pemanfaatan Tepung Sorgum untuk Produl Olahan. Balai Penelitian Tanaman

Serealia. Jurnal Litbang Pertanian. 2004

Suarni. Potensi Sorgum sebagai Bahan Pangan Fungsional. Jurnal Iptek Pangan vol.7,

no.1. 2012

Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama