pengaruh terapi bermain terhadap penerimaan tindakan invasif

Upload: sada-cty

Post on 08-Jul-2015

563 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 5/10/2018 Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Penerimaan Tindakan Invasif

    1/7

    PENGARUHTERAPIBERNUUNTERHADAPPENERl ldAANTlNDAKANINVASIFPADAANAKPRASEKOLAH

    DI RUANGANAK RSUD NGUDIWALUYOWLINGIBLITAR

    Citra Widyasari, HurunAin, GanifDjuwadiAbstract: Hospitalization is a stressor for preschool age who taken care in the hospital. The reactiondue to hospitalization are .. crying, fear, agressive, often ask, loss control, confuse, reject to eat, reject oninvasive procedure. According to the field study in pediatric ward in the general hospital "NgudiWaluyo Wlingi Blitar" on December 2004 Total of preschool age are 20 persons. This study was a Quasyexperimental study using one group pre test-post test design. A total of 19 respondents were selected bymeans of accidental sampling. Data were collected using structured questionnaire and analyzed withwilcoxon signed rank test with pd"O, 05. Result of analysis p=0,05

  • 5/10/2018 Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Penerimaan Tindakan Invasif

    2/7

    JU RN AL K ESE HATAN, VO LU ME 6, NO. I, M El 2008: /-7

    Intervensi yang penting dilakukan perawatterhadap anak pada prinsipnya untuk meminimal-kan stressor, mencegah perasaan kehilangan,meminimalkan rasa takut dan nyeri terhadapperlukaan, serta memaksimalkan perawatan dirumah sakit melalui terapi bermain, Hal yang harusdiingat adalah bahwa bermain merupakan salahsatu cara yang efektif dalam mengatasi dampakhospitalisasi tersebut (Supartini, 2004).

    Hasil riset terbaru Divisi Tumbang AnakRSUD Dr.Soetomo Surabaya dari StudiEksperimental (Pre dan Post test) dengan sampel10 pasien selama bulan Januari sampai denganFebruari 1999 menyebutkan metode mewamaigambar sebagai permainan terapeutik kreatif untukmenurunkan stress, kecemasan dan sarana.komunikasi pada anak, diperoleh hasil 8 pasiendidapatkan perubahan perilaku positif setelahintervensi (makan, penerimaan tindakan medis dankomunikasi. (http://www. kecernasan _anak.web.id, 28 Januari 2005. pkL 15.30).

    Dari Latar belakang tersebut di atas rumusanmasalah pene1 itian ini yaitu bagaimanakahpengaruh terapi bermain terhadap penerimaantindakan invas if pada anak prasekolah?

    Tujuan umum penelitian adalah untukmengetahui pengaruh terapi bermain terhadappenerimaan tindakan invasif pada anak prasekolah.

    Tujuan khusus penelitian adalah (1)Mengidentifikasi penerimaan anak pra sekolahterhadap tindakan invansif sebelum diberi terapibermain; (2) Mengidentifikasi penerimaan anakpra sekolah terhadap tindakan invansif setelahdiberi terapi bermain; dan (3) Mengidentifikasipengaruh terapi bermain terhadap penerimaantindakan invasifpada anak pra sekolah.Ho: tidak ada pengaruh terapi bermainterhadap penerimaan tindakan invasifpada anakpra sekolah.

    HI: ada pengaruh terapi bermain terhadappenerimaan tindakan invasif pada anak prasekolah.METODE PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan rancangan TheOne Group Pretest-posttes Design, merupakan

    salah satu bentuk rancangan Pra Experimental.Populasi dalam penelitian ini adalah semua

    anak usia pra sekolah yang dirawat di Ruang Anak(Anggrek) RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Populasitahun 2004 sebanyak 240 rata-rata tiap bulansejumlah 20 orang.

    Sampel dalam penelitian ini adalah anak usiaprasekolah yang dirawat di ruang anak (Anggrek)RSUD Ngudi Waluyo Wlingi yang memenuhikriteria sampel, sampel ditentukan dengan teknikAccidental Sampling dan didapatkan sebanyak19 responden.

    Adapun kriteria inklusi dalam penelitian iniadalah anak pra sekolah usia 3-6 tahun yangdirawat di ruang anak (Anggrek) RSUD NgudiWaluyoWlingi Blitar, dilakukan tindakan invasif,dirawat inap 2 had, tidak mengalami gangguankesadaran, dan keluarga mengij in kan untuk diteliti,

    Adapun langkah-langkah penelitian yang akandilakukan sebagai berikut: (1) Pasien anak usiapra sekolah yang dirawat di Ruang AnggrekRSUD Ngudi Walyo Wlingi diambil secara acci-dental samplinguntuk dilakukan perlakuan terapibennain; (2)Mengidentifikasi penerimaan tindakaninvasif anak sebelum diberikan intervensi/perlakuan; (3) Melakukan intervensi padaresponden dengan terapi bermain sebanyak 2xdalam seminggu; (4) Mengidentifikasi penerimaantindakan invasif anak prasekolah setelah diberikaninervensi/perlakuan; dan (5) Membandingkanpenerimaan tindakan invasif antara sebelum dansesudah terapi bermain.

    Analisa data pada penelitian ini menggunakanWilcoxon Signed Ranks Test dengan bantu ankomputer dengan tingkat kemaknaan p :0,05.

    Penelitian dilaksanakan di ruang anak(Anggrek) RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Mei - 6Juni2005.RASIL PENELITIAN

    Ruang Anggrek adalah instalasi rawat inapklien anak dengan kasus penyakit dalam. Ruanganini terbagi menjadi dua bagian, yaitu ruang sebelahutara dan selatan, yang masing-masing ruang terdiridari ruang kelas satu, ruang isolasi, ruang kelasdua dan ruang kelas tiga.

    2 ISSN 1693-4903

  • 5/10/2018 Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Penerimaan Tindakan Invasif

    3/7

    Widyasari, Pengaruh Tempi Bermail! terhadap Penerimaan Tindakan Invasif pada Anak Pra sekalah

    Dari responden yang diteliti sebagian besarresponden, yaitu sebanyak 12 orang (63,2%)berjenis kelamin laki-laki dan 7 orang (36,8)perernpuan.

    Berdasarkan usia, sebanyak 7 orang (36,8%)berusia 5 tahun dan 7 orang (36,8%) berusia 6tahun.

    Tabell Distribusi Responden BerdasarkanDiagnosa Medis di Ruang Anak (Anggrek) RSUDNgudi Waluyo Wlingi, 9 Mei - 6 Juni 200S.No Diagnosa Medis F {%}1. Gastroenteristis 5 26,32. Typhus abdominalis 8 42,13. BronkoEneumonia 6 31,6

    Jumlah 19 100Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa

    hampir setengahnya responden yaitu sebanyak 8orang (42,1 %) sakit Typhus abdominalis.

    Tabel2 Distribusi Responden BerdasarkanTindakan Invasif diRuangAnak (Anggrek)

    RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, 9 Mei - 6 Juni 2005.No Tindakan Invasif n {%}1. Pen gam bilan darah 2 10,32. Injeksi 16 84,23. . Infus 1 5,3

    Jumlah 1 9 100Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa

    h amp ir s elu ru hnya responden yaitu sebanyak 1"6orang (84,2%) dilakukan tindakan injeksi.Penerimaan Responden Terhadap TindakanInvasif Sebelum dan Sesudah Diberi TerapiBermain

    TabeI3 Distribusi Frekuensi penerimaanResponden Terhadap Tindakan InvasifSebelumdan Sesudah Diberi Terapi Bermaln di RuangAnak (Anggrek) RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, 9

    Mei - 6 Juni 2005.NO Kriteria P re test P os t te st

    n % n %1. Jelek 3 15,8

    . Cukup 9 47,4 3 15,83 . Baik 7 36,8 16 84,2

    Jumlah 1 9 100 19 100ISSN 1693-4903

    Dad TabeI 3 diatas diketahui sebelurn diberiterapi bermain hampir setengahnya responden,yaitu sebanyak 9 orang (47,4%) penerimaannyaterhadap tindakan invasif dalam kriteria cukup baiksedangkan setelah diberi terapi bermain hampirsetengahnya responden yaitu sebanyak 16 orang(84,2%) penerimaannya terhadap tindakan invasifdalam kriteria baik.

    Perbandingan Penerimaan TindakanInvasif pada Anak PrasekoIah Sebelum danSesudah Diheri Terapi Bermain,Tabel4. Tabel statistik deskriptifPerbandingan

    Penerimaan Tindakan Invasif pada AnakPrasekolah Sebelum dan Sesudah Diberi TerapiBermain di Ruang Anak (Anggrek) RSUD NgudiWaluyo Wlingi, 9 Mei - 6 Juni 2005

    N Mean SD Min MaxPre 19 5,79 8,87 2Post 19 8,16 1,30 6 10Dari Tabel datadi atas dapat diketahui bahwa

    nilai rata-rata (mean) responden sebelum terapibermain 5,79 dan sesudah terapi bermain 8,16 adakenaikan 2,37 point.

    Standar deviasi sebelum diberikan terapibermain 1,30 ada kenaikan 0,57point. Nilai mini-mum sebeIum diberikan terapi bermain 2 dansesudah terapi bermain 6 ada kenaikan 4 point.Nilai maksimum sebelum terapi bermain 8 dansesudah terapi bermain 10 ada kenaikan 2 point.Tabel 5 Tabel Uji Statistik Wilcoxon Signed

    Ranks Test Pengaruh Terapi Bermain TerhadapPenerimaan Tindakan Invasif pada Anak Pra

    sekolah di ruang Anak (Anggrek) RSUD NgudiWaluyo Wlingi, 9 Mei - 6 Juni 2005

    Test statistics b SesudahSebelum

    ZAsymp. Sig. (2-tailed)Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon

    Signed Ranks Test dengan tingkat kemaknaanp 0,05 didapatkan nilai p=0,00

  • 5/10/2018 Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Penerimaan Tindakan Invasif

    4/7

    JURNAL KESEHATAN, VOLUME 6, NO. t,MEl2008: 1-7

    invasif pada anak pra sekolah di ruang anak(Anggrek) RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.

    PEMBAHASANPenerimaan Tindakan InvasifPadaAnak Prasekolah Sebelum Diberikan Terapi Bermain

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkanbahwa penerimaan tindakan invasif pada anak prasekolah sebelum diberi terapi bermain memilikikategori penerimaan cukup baik (47,4%).

    Hal ini mungkin disebabkan pada penelitianini responden sebagian besar berusia 5 tahun dan6 tahun masing -masing 36,8%, dimana pad a usiaini kemampuan kognitif mulai berkembangsehingga melalui pemberian informasi sebelumprosedur tindakan invasif, anak akan mulaimencoba berpikir dan menerimanya meskipunmungkin disertai respon menangis, takut, tegang.

    Hal ini terbukti dari nomer item observasi 1(anak tidak menangis dan berteriak-teriak sebelumtindakan diberikan) hanya 5 anak (26,3%) yangrnenunjukkan respon tersebut, dari nomer itemobservasi 2 (anak tidak ketakutan/ekspresi wajahtenang) tidak ada satupun anak (0%) yangrnenunjukkan respon tersebut, dan item observasi10(emosi stabil: tenang, tidaktegang, tidak marah)tidak ada satupun anak yang menunjukkan respontersebut. Sedang dari nomer item 4 (anak tidakmencoba untuk lari saat diberikan tindakan) 19anak (100%) menunjukkan respon tersebut, nomeritem observasi 8 (anak tidak menolak tindakaninvasif yang di berikan) 18 anak (94,7%)menunjukkan respon tersebut.

    Menurut Bezt, Sowden, 2002 bahwa padaanak pra sekolah perkembangan kepribadian danpertumbuhan kognitifterjadi sangatdrastis. Selainitu, menurut teori perkembangan psikososiaIErickson bahwa pada anak pra sekolah memilikiketrampilan koping awal dan perilaku sosial mampubekerja sarna dengan ternan sebaya dan orangdewasa. Hal ini sesuai pendapat Supartini, 2004bahwa reaksi anak terhadap hospitalisasi sangatindividual sangat tergantung pada tahapanperkembangan, sistern pendukung yang ada, dankernampuan koping yang dimiliki,

    Dati hasil penelitian didapatkanjugasebanyak7 orang (36,8%) responden yang respon

    penerimaannya terhadap tindakan invasifberadapada kategori cukup.

    Menurut hasil survey peneliti di ruang anak(Anggrek) RSUD Ngudi Waluyo Wlingi orangtuadiperbolehkan tinggal bersama anak selama 24jamdan situasi ruang perawatan yang dibuat yangdibuat dekorasi ruangan bernuansa anak sepertigambar tokoh kartun didinding.

    Hal ini sesuai pendapat Supartini 2004, bahwaupaya meminimalkan stresor dapat dilakukandengan rnencegah dampak perpisahan dengancara: melibatkan orang tua berperan aktif dalamperawatan anak dengan mernperbolehkan rnerekauntuk tinggal bersama anak selama 24jam (room-ing in ), modifikasi ruang perawatan dengan caramembuat dekorasi ruangan bernuansa anak.Sehingga hal tersebut diatas dapat mempengaruhipenerimaan tindakan invasif anak yang hampirsetengahnya dalam kategori cukup.

    Hasil penelitian juga menunjukkan ada 3responden (15,8%) respon penerimaannyaterhadap tindakan invasif dalam kategorijelek.

    Hal ini dimungkinkan karenaresponden masihbelum sepenuhnya beradaptasi dengan lingkungandan kebiasaan di rumah sakit.

    Hospitalisasi merupakan suatu proses yangkarena suatu alasan yang berencana atau darurat,mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,menjalani terapi dan perawatan sampai kembalike rumah. (Supartini, 2004)

    Perawatan anak di rumah sakit memaksaanak untuk berpisah dengan lingkungan yangdirasakannya aman, penuh kasih sayang dan me-nyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainandan ternan sepermaianannya. Reaksi tahapperpisahan yang ditunjukkan anak usia pra sekolahadalah dengan menolak makan, sering bertanya,menangis walaupun secara perlahan-lahan dantidak kooperatifterhadap pertugas kesehatan.

    Perawatan di rumah sakit juga rnernbuat anakkehilangan kontrol terhadap dirinya. Perawatandi rumah sakit mengharusnya adanya pembatasanaktivitas anak sehingga anak rnerasa kehilangankekuatan diri. Perawatan di rumah sakit seringkali dipersepsikan anak pra sekolah sebagaihukuman sehingga anak akan merasa malu,bersalah atau takut. Ketakutan anak terhadap

    4 ISSN 1693-4903

  • 5/10/2018 Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Penerimaan Tindakan Invasif

    5/7

    Widyasari, Pengaruh Terapi Bermain terhadap Penerimaan Tindakan Invasif pada Anak Pra sekolak

    perlakuan muneul karena anak menganggaptindakan dan prosedurnya mengancam integritastubuhnya. Oleh karen a itu, hal ini menimbulkanreaaksi agresiv dengan marah dan berontak,ekspresi verbal dengan rnengucapkan kata-katarnarah, tidak mau bekerja sarna dengan perawatdan ketergantungan pada orang tua.

    Adaptasi rnerupakan proses penyesuaiansecara psikologis akibat stresor yang ada, dengancara rnemberikan rnekanisme pertahanan diridengan harapan dapat melindungi atau bertahandari serangan-serangan atau hal-hal yang tidakmenyenangkan.Penerimaan Tindakan Invasif Pada AnakPra sekolah Setelah Diberikan TerapiBermain

    Berdasarkan hasil penelitian menunjukkanbahwa penerirnaan tindakan invasif pada anak prasekolah setelah diberikan terapi bennain memilikikategori penerirnaan baik (84,2%).

    Menurut Champbell Glaser, 1995 bennainsarna dengan bekerja dengan orang dewasa,danmerupakan aspek terpenting dalam kehidupananak serta merupakan satu cara yang palingefektif untuk rnenurunkan stres pada anak, danpenting untuk kesejahteraan mental dan emosionalanak. Hal ini disebabkan karena aktivitas bermainyang dilakukan perawat pada anak di rurnah sakitakan memberikan keuntungan meningkatkanhubungan antara klien perawat dan juga tidakhanya memberikan rasa senang, tetapi jugamembantu anak mengekspresikan perasaan danpikiran, cemas, takut, sedih, tegang dan nyeri, sertameningkatkan kemampuan anak untuk mempu-nyai tingkah laku yang positif dalam penerimaantindakan invasif.

    Selain itu, menurut Supartini (2004) tujuanbermain di rumah sakit adalah dapat melanjutkantumbuh kembang selama perawatan, dapatmengernbangkan kreativitas melalui pengalamanbermain yang tepat, dapat beradaptasi terhadapstres karena penyakit atau dirawat di rumah sakit.Sehingga dengan adanya adaptasi terhadap stresyang baik dapat rnenurunkan stress hospitalisasianak dan penerimaan terhadap tindakan invasifIebih baik.

    Hasil penelitian juga menunjukkan ada 3respond en (15,8%) respon penerimaannyaterhadap tindakan invasif dalam kategori cukup.H al ini kemungkinan dipengaruhi oleh responterhadap kegiatan bermain pada msing-masingindividu anak berbeda satu sarna lain. Ada yangberespon positif dan ada juga yang beresponnegatif apabila kegiatan bermain tersebut tidakberkenan bagi dirinya.

    Faktor lain yang juga mungkin mempengruhiadalah tingkat stres yang berbeda-beda pada setiapindividu anak, dimana stress yang dialami anakdapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:Lingkungan asing, kehilangan kernandiriansehingga mengalami ketergantungan dan memerlu-kan bantuan orang lain, berpisah dengan pasangandan keluarga, masalah biaya, kurang informasi,ancaman akan penyakit yang lebih parah, masalahpengobatan (Tarwoto, 2004).

    Pengaruh Terapi Bermain TerhadapPenerimaan Tindakan Invasif pada AnakPrasekolah Sebelum dan Sesudah DiberiTerapi Bermain.

    Berdasarkan uji statistik dengan mengguna-kan Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan p =O,OO

  • 5/10/2018 Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Penerimaan Tindakan Invasif

    6/7

    JURNAL KESEHATAN, VOLUME 6, NO.1, MEl 2008: 1-7

    melalui pernberian terapi bermain ini anak denganmudah menerima tindakan invasifyang diberikan.

    Bermain sarna dengan bekerja pada orangdewasa, dan merupakan aspek terpenting dalamkehidupan anak serta merupakan satu cara yangpaling efektifuntuk menurunkan stres pada anak,dan penting untuk kesejahteraan mental danernosional anak. (Champbell dan Glaser, 1995).

    Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akanmengalarni berbagai perasaan yang tidakmenyenangkan, seperti rnarah, takut, cernas, sedihdan nyeri, sebagai darnpak stres hospitalisasi,Untuk itu, dengan rnelakukan permainan anakakan terlepas dari ketegangan dan stres yangdialaminya, Karena dengan melakukan permainan,anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pad apermainannya (distraksi) dan relaksasi melaluikesenangannya dalam permainan (Supartini, 2004).

    Menurut, Supartini (2004) antara lain dapatrnerangsang perkembangan intelektual, kesadarandiri. Dimana dengan dilakukan terapi bermain danpenjelasan prosedur tindakan anak akan mencobaberp ikir yang mana akan mempengaruhipenerimaan tindakan invasif yang diberikan. Selainitu, fungsi bermain juga sebagai terapi karenadengan melakukan permainan anak dapatmengalihkan rasa sakitnya pada permainan(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannyadalam permainan. Oleh karena itu, penerimaantindakan invasif pada anak pra sekolah yang diberi-kan terapi bermain lebih baik daripada sebelumdiberikan terapi bermain .

    Perawatan anak di rumah sakit merupakanpengalaman yang penuh dengan stres.Streshospitalisasi dipengaruhi oleh faktor lingkunganasing, berpisah dari keluarga, kurang informasi,dan prosedur pengobatan. Stress akibat hospitalisa-si akan menimbulkan perasaan tidaknyaman padaanak seperti rnarah, takut, cemas, sedih dan nyeri.Hal ini akan memacu anak menggunakan meka-nisme koping dalam menangani stress. Apabilaanak tidak mampu menangani stress dapatberkembang menjadi krisis. Dampaknya anak akanrnenangis, ketakutan, bertindak agresif, seringbertanya, kehilangan kontrol, bingung, menolakmakan atau minum obat, menolak tindakan invasifyang diberikan perawat (Supartini, 2004).

    Untuk itu, anak memerlukan media yang

    dapat mengekspresikan perasaan tersebut danmampu bekerjasama dengan petugas kesehatanselama dalam perawatan. Media yang palingefektif adalah melalui kegiatan permainan.Dengan demikian, kegiatan bermain hams menjadibagian integral dari pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Supartini, 2004).

    Menurut Supartini 2004, aktivitas bermainyang dilakukan perawat pada anak di rumah sakitakan memberikan keuntungan sebagai berikut; (a)meningkatkan hubungan antara klien dan perawat;(b) aktivitas bermain yang terprogram akanmemulihkan perasaan mandiri pada anak; (c)permainan pad a anak di rumah sakit tidak hanyaakan memberikan rasa senang pada anak, tetapijuga akan membantu anak mengekspresikanperasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegangdan nyeri; (d) permainan yang terapeutik akandapat meningkatkan kernampuan anak untukmempunyai tingkah laku yang positifKESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

    Penerimaan tindakan invasif pada anak usiaprasekolah sebelum diberikan terapi bermain memi-liki kategori penerimaan cukup (47,4%). Hal inidisebabkan karen a faktor usia, orang tua yangdiperbolehkan tinggal bersama anak selama 24jam,dan situasi ruang perawatan yang didekorasibernuansa anak.

    Penerimaan tindakan invasif pada anak prasekolah setelah diberikan terapi bermain memilikikategori penerimaan baik (84,2%). Hal inidisebabkan pada anak pra sekolah yang diberikanterapi bermain dapat meningkatkan hubunganantara klien dan perawat, memberikan rasasenang, membantu mengekspresikan perasaandan pikiran, cemas, takut, sedih, tegang, nyeri,meningkatkan kemampuan anak memiliki tingkahlaku yang positif.

    Ada pengaruh terapi bermain terhadappenerimaan tindakan invasif pada anak prasekolah di ruang anak (Anggrek) RSUD NgudiWaluyo Wlingi. Sehingga anak pta sekolah yangdiberikan terapi bermain lebih baik.Penerimaannya dari pada sebelum diberikan terapibermain.

    6 ISSN 1693-4903

  • 5/10/2018 Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Penerimaan Tindakan Invasif

    7/7

    Widyasari, Pengaruh Terapi Bermatn terhadap Penerimaan Tindakan Invasif pada Anak Pra sekolah

    SaranBerdasarkan temuan-temuan dalam peneliti-

    an, saran-saran yang diajukan adalah sebagaiberikut ini:

    Hendaknya perawat memberikan terapibermain untuk meminimalkan rasa takut terhadapcidera tubuh dan rasa nyeri pada anak prasekolahsaat akan dilakukan tindakan invasif.

    Bagi Orang Tua hendaknya menyadaripentingnya bermain bagi anak selama di rawat dirumah sakit dan ikut terlibat dalam pemberianterapi bermain .

    II. Ihwan Hadi Gg I No.02 Batu

    DAFTAR RUJUKANBehrman, (1996). I/mu Kesehatan Anak, Jakarta: EGC.Bezt & Sowden. (2002); Buku Saku Keperawat

    Pediatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.http://www.kecemasananak.web.id. diakses tanggal

    28 Januari 2005. pk1.15.30).Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar

    Keperawatan Anak: Jakarta: EGC.Tarwoto, Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar

    Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:SalembaMedika ,Whaley & Wong's. (I996). Pediatric Nursing, Ins

    St.Louis Missouri: Mosbi YearBook.Whaley & Wong's. (I999). Nursing Care Oflrfant and

    Children. Inc. St. Louis Missouri : Mosby YearBook.

    Alamat PenelitiCitra WidyasariAlumniProdi Keperawatan Lawang Poltekkes MalangJI.A. YaniLawang65218Alamat Koresponden:Desa Kunjang RT 02 RW 02 No.142 KediriRurunAinProdi Keperawatan Lawang Poltekkes MalangJI. A. Yani Lawang 65218Alamat Koresponden:Perum Griya Husada D IW9 Lawang MalangGanifDjuwadiProdi Keperawatan Lawang Poltekkes MalangJI.A. Yani Lawang 65218Alamat Koresponden:ISSN 1693-4903 7

    http://www.kecemasananak.web.id./http://www.kecemasananak.web.id./