pengaruh tindakan konservasi tanah dan aplikasi …digilib.unila.ac.id/55163/3/skripsi tanpa bab...

54
PENGARUH TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN APLIKASI PUPUK ORGANONITROFOS TERHADAP KEHILANGAN UNSUR HARA (N, P, K) DAN C-ORGANIK AKIBAT EROSI SELAMA FASE VEGETATIF TANAMAN SINGKONG (Skripsi) Oleh YUNIANA PUTRI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: lethu

Post on 15-Jun-2019

228 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

PENGARUH TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN APLIKASI

PUPUK ORGANONITROFOS TERHADAP KEHILANGAN

UNSUR HARA (N, P, K) DAN C-ORGANIK AKIBAT

EROSI SELAMA FASE VEGETATIF

TANAMAN SINGKONG

(Skripsi)

Oleh

YUNIANA PUTRI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

PENGARUH TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN APLIKASI

PUPUK ORGANONITROFOS TERHADAP KEHILANGAN

UNSUR HARA (N, P, K) DAN C-ORGANIK AKIBAT

EROSI SELAMA FASE VEGETATIF

TANAMAN SINGKONG

Oleh

YUNIANA PUTRI

Konservasi tanah merupakan kegiatan penggunaan dan pemberian perlakuan pada

tanah sesuai dengan kemampuan tanah agar tidak terjadi kerusakan tanah.

Konservasi tanah yang dilakukan yaitu dengan pembuatan guludan memotong

lereng dan guludan searah lereng. Guludan searah lereng yang dipadu dengan

kemiringan curam dan curah hujan tinggi dapat meningkatkan erosi. Erosi yang

terjadi akan mengangkut partikel tanah yang mengandung unsur hara dan bahan

organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tindakan konservasi

tanah dan aplikasi pupuk organonitrofos terhadap kehilangan unsur hara (N, P, K)

dan C-organik akibat erosi selama fase vegetatif tanaman singkong. Penelitian

ini dilaksanakan pada Desember 2017 sampai Mei 2018 di Laboratorium Lapang

Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Yuniana Putri

Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)

dengan dua faktor perlakuan yaitu cara penanaman berupa guludan dan aplikasi

pupuk organonitrofos dengan empat kali ulangan. Hasil analisis ragam

menunjukkan bahwa N-total, P-tersedia, K-dd, dan C-organik berbeda nyata pada

guludan dan tidak berbeda nyata pada aplikasi pupuk organonitrofos serta

interaksi keduanya dalam sedimen akibat erosi. Erosi yang rendah pada perlakuan

guludan memotong lereng menyebabkan kehilangan N-total, P-tersedia, K-dd, dan

C-organik nyata lebih rendah dalam sedimen.

Kata kunci : Erosi, guludan, konservasi tanah, pupuk organonitrofos, unsur hara.

PENGARUH TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN APLIKASI

PUPUK ORGANONITROFOS TERHADAP KEHILANGAN

UNSUR HARA (N, P, K) DAN C-ORGANIK AKIBAT

EROSI SELAMA FASE VEGETATIF

TANAMAN SINGKONG

Oleh

YUNIANA PUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Judul Skripsi : PENGARUH TINDAKAN KONSERVASI

TANAH DAN APLIKASI PUPUK

ORGANONITROFOS TERHADAP

KEHILANGAN UNSUR HARA (N, P, K)

DAN C-ORGANIK AKIBAT EROSI SELAMA

FASE VEGETATIF TANAMAN

SINGKONG

Nama Mahasiswa : Yuniana Putri

Nomor Pokok Mahasiswa : 1414121257

Jurusan : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.

NIP 196110201986031002

Dr. Supriatin, S.P., M.Sc.

NIP 197912192005012001

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si.

NIP 196305081988112001

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. ......................

Sekretaris : Dr. Supriatin, S.P., M.Sc. .......................

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. .......................

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.

NIP 196110201986031002

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 20 Desember 2018

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi saya yang

berjudul “PENGARUH TINDAKAN KONSERVASI TANAH DAN

APLIKASI PUPUK ORGANONITROFOS TERHADAP KEHILANGAN

UNSUR HARA (N, P, K) DAN C-ORGANIK AKIBAT EROSI SELAMA

FASE VEGETATIF TANAMAN SINGKONG” merupakan hasil karya saya

sendiri bukan hasil karya orang lain. Semua hasil yang tertuang dalam skripsi ini

telah mengikuti kaidah penulisan karya ilmiah Universitas Lampung. Apabila

kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil salinan atau dibuat oleh

orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan

akademik yang berlaku.

Bandar Lampung, Desember 2018

Penulis,

Yuniana Putri

NPM 1414121257

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjarsari Metro Utara Kota Metro pada 27 Juni 1996,

sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari bapak Siswadi dan ibu Tumini.

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh Penulis adalah Sekolah Dasar (SD)

Negeri 1 Metro Utara pada tahun 2002-2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Negeri 6 Metro pada tahun 2008-2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)

Negeri 3 Metro pada tahun 2011-2014.

Tahun 2014, Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah

menjadi asisten dosen mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Biologi Pertanian,

dan Kimia Dasar Pertanian. Tahun 2017 Penulis melaksanakan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Sendang Mulyo, Kecamatan Sendang

Agung, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Tahun 2017 Penulis

juga melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan

Obat (Balittro), Bogor, Jawa Barat selama 30 hari dengan judul laporan “Aplikasi

Mikoriza pada Tiga Varietas Benih Nilam (Pogostemon cablin Benth) di Balai

Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Bogor, Jawa Barat”.

Alhamdulillahirobbil’alamin

Dengan tulus dan penuh rasa syukur kupersembahkan karya ini untuk:

Kedua Orangtuaku yang aku sayangi dan cintai Papa Siswadi dan Mama Tumini

sebagai wujud rasa terima kasih dan baktiku atas doa, pengorbanan, kasih sayang,

dan dukungan yang diberikan.

serta

Almamater tercinta

Agroteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung

“Jangan pernah menunda sampai besok apa yang bisa dilakukan

hari ini”

(Thomas Jefferson)

“Milikilah mimpi yang nyata, buatlah rencana yang nyata, ambil

tindakan yang nyata, maka keberhasilanmu akan menjadi nyata”

(Merry Riana)

“Yakin, membuat segalanya menjadi mungkin dan Cinta, membuat

segalanya menjadi mudah ”

(Dwight L. Moody)

“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki

kesukaran bagimu”

(QS. Al-Baqarah (2):185)

“Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah

bekerja keras (untuk urusan yang lain)”

(Q.S. Al-Insyirah (94): 7)

“Urusan dalam kehidupan bukanlah untuk melampaui orang lain,

tetapi untuk melampaui diri sendiri, untuk memecahkan rekor kita

sendiri, dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari ini ”

(Stuart B. Johnson)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala,

yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan nikmat sehat sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dalam penyusunan skripsi ini dengan

lancar. Skripsi dengan judul “Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah Dan

Aplikasi Pupuk Organonitrofos Terhadap Kehilangan Unsur Hara (N, P, K)

Dan C-Organik Akibat Erosi Selama Fase Vegetatif Tanaman Singkong”

merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian Universitas

Lampung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-

tulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung dan Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan

waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan ilmu yang

bermanfaat sampai penulisan skripsi ini selesai.

2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

3. Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc., selaku Ketua Bidang Ilmu

Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

4. Dr. Supriatin, S.P., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang

telah menyisihkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, saran,

kritik, dan dukungan yang diberikan selama penelitian hingga penulisan

skripsi selesai.

5. Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

masukan dan arahan sebagai perbaikan selama penyusunan skripsi ini.

6. Dr. Ir. I Gede Swibawa, M.S., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan, saran, dan motivasi kepada Penulis selama

menempuh pendidikan di Universitas Lampung.

7. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Agroteknologi atas ilmu, arahan, dan

bimbingan serta bantuan yang telah diberikan.

8. Kedua orang tua, Papa Siswadi dan Mama Tumini, Mbakku Vera Noviana,

dan Mamasku Bayu Apriawan yang senantiasa memberikan cinta, kasih

sayang, doa, nasehat, perhatian, motivasi, dan dukungan baik secara moral

maupun material untuk keberhasilanku.

9. Rekan satu tim Vikky Zulyzar yang telah membantu dan kerjasama dalam

menyelesaikan penelitian ini.

10. Dicky Chandra yang selalu ada dan membantu dalam segala hal serta selalu

memberikan dukungan, semangat, dan keceriaan kepada Penulis.

11. Konco Khentel, Triana Elni Pratiwi, Yuves Menti, Zelviana Putri yang telah

memberi dukungan dan keceriaan.

12. Teman semasa perkuliahan Akbar Hamzah, Arieya Pratama, Bramantio

Cahyo Nugroho, Sahel Renegade, Septiana Putri, Shafira Fatimah, Silfi

Indrasari, Tri Hananto, Tri Untari, Tunsiyah, Yais Daniati, Yugo Akbar

Firrizqi, dan teman-teman AGT kelas D yang sudah memberikan dukungan

dan semangat kepada Penulis.

13. Teman-teman Kosan F18, Amieria Citra Gita, Devie Fitriana, Indah Marlina

Ardianti, Rischa Rahmawati, dan Zenia Apriani yang telah memberikan rasa

kekeluargaan, kesabaran, dan semangat.

14. Seluruh angkatan Agroteknologi 2014 yang telah bersama-sama dari awal

perkuliahan.

15. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang secara

langsung telah membantu baik selama pelaksanaan penelitian maupun dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan

Penulis berharap semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas kebaikan semua

pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Bandar Lampung, 27 Desember 2018

Penulis,

Yuniana Putri

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ......................................................................................... i

DAFTAR TABEL ................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii

I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3

1.4 Kerangka Pemikiran ................................................................... 4

1.5 Hipotesis .................................................................................... 6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10

2.1 Erosi .......................................................................................... 10

2.1.1 Penyebab Erosi.................................................................. 10

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi ........................... 11

2.1.3 Metode Pengukuran Erosi ................................................. 11

2.1.4 Selektivitas Erosi............................................................... 13

2.2 Kehilangan Unsur Hara dan Bahan Organik ............................... 14

2.3 Tindakan Konservasi Tanah ..................................................... 15

III. BAHAN DAN METODE ............................................................... 19

3.1 Waktu dan Tempat ..................................................................... 19

3.2 Bahan dan Alat ........................................................................... 19

3.3 Metode Penelitian....................................................................... 19

3.4 Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 21

3.5 Pengumpulan Data ..................................................................... 26

3.5.1 Curah Hujan ...................................................................... 26

3.5.2 Aliran Permukaan dan Erosi .............................................. 26

ii

3.5.3 Analisis Unsur Hara dan Bahan Organik ........................... 27

3.6 Analisis Data .............................................................................. 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 29

4.1 Kandungan Unsur Hara dan C-Organik di dalam Sedimen ......... 29

4.2 Nisbah Pengayaan ...................................................................... 35

4.3 Kehilangan Unsur Hara dan C-Organik ...................................... 37

V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 43

5.1 Simpulan .................................................................................... 43

5.2 Saran .......................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 44

LAMPIRAN .......................................................................................... 48

Tabel 10 - 63 ........................................................................................... 49 - 73

Gambar 4 – 11 ........................................................................................ 74 - 76

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos terhadap Kandungan N-Total dalam Sedimen ........... 29

2. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos terhadap Kandungan P-Tersedia dalam Sedimen ....... 30

3. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos terhadap Kandungan K-dd dalam Sedimen ............... 30

4. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos terhadap Kandungan C-Organik dalam Sedimen ....... 30

5. Nisbah Pengayaan N-Total, P-Tersedia, K-dd, dan C-Organik .......... 36

6. Kehilangan Unsur Hara N-Total Akibat Erosi ................................... 38

7. Kehilangan Unsur Hara P-Tersedia Akibat Erosi ............................... 39

8. Kehilangan Unsur Hara K-dd Akibat Erosi ........................................ 39

9. Kehilangan Unsur Hara C-Organik Akibat Erosi ............................... 39

10. Data Curah Hujan Harian .................................................................. 49

11. Data Aliran Permukaan Harian .......................................................... 51

12. Data Erosi Harian .............................................................................. 53

13. Rekapitulasi Data dan Hasil Uji BNT Aliran Permukaan ................... 55

14. Rekapitulasi Data dan Hasil Uji BNT Erosi ....................................... 55

15. Rekapitulasi Data dan Hasil Uji BNT Erosi Hasil Transformasi

√x .................................................................................................... 55

16. Rekapitulasi Kandungan Unsur Hara pada Tanah Asal ...................... 56

iv

17. Rekapitulasi Kandungan Unsur Hara dalam Sedimen Erosi ............... 56

18. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Sedimen N-Total (%) ....................................... 57

19. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Sedimen

N-Total (%) ...................................................................................... 57

20. Sidik Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan

Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Sedimen N-Total (%) ............... 57

21. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Sedimen P-Tersedia (ppm) ............................... 58

22. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Sedimen

P-Tersedia (ppm) .............................................................................. 58

23. Sidik Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan

Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Sedimen P-Tersedia (ppm)....... 58

24. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Sedimen K-dd (me/100g) ................................. 59

25. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Konsentrasi

K-dd (me/100g)................................................................................. 59

26. Sidik Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan

Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Sedimen K-dd (me/100g) ......... 59

27. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Sedimen C-Organik (%) ................................... 60

28. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Sedimen

C-Organik (%) .................................................................................. 60

29. Sidik Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan

Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Sedimen C-Organik (%) .......... 60

30. Rekapitulasi Data Nisbah Pengayaan ................................................. 61

31. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Nisbah Pengayaan N-Total ............................... 61

v

32. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Nisbah Pengayaan

N-Total ............................................................................................. 62

33. Sidik Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan

Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Nisbah Pengayaan

N-Total ............................................................................................. 62

34. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Nisbah Pengayaan P-Tersedia ........................... 62

35. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Nisbah pengayaan

P-Tersedia ......................................................................................... 63

36. Sidik Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan

Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Nisbah Pengayaan

P-Tersedia ......................................................................................... 63

37. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Nisbah Pengayaan K-dd ................................... 63

38. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Nisbah Pengayaan

K-dd ................................................................................................. 64

39. Sidik Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan

Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Nisbah Pengayaan

K-dd ................................................................................................. 64

40. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Nisbah Pengayaan C-Organik ........................... 64

41. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Nisbah Pengayaan

C-Organik ......................................................................................... 65

42. Sidik Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan

Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Nisbah Pengayaan

C-Organik ......................................................................................... 65

43. Rekapitulasi Kehilangan Unsur Hara Akibat Erosi ............................ 66

44. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Kehilangan Unsur Hara N-Total (kg/ha)

Akibat Erosi ...................................................................................... 66

vi

45. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Kehilangan

Unsur Hara N-Total (kg/ha) Akibat Erosi .......................................... 67

46. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Kehilangan Unsur Hara N-Total (kg/ha)

Akibat Erosi Hasil Transformasi √x .................................................. 67

47. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Kehilangan

Unsur Hara N-Total (kg/ha) Akibat Erosi Hasil Transformasi √x ...... 67

48. Sidik Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan

Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Kehilangan Unsur Hara

N-Total (kg/ha) Akibat Erosi ............................................................. 68

49. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Kehilangan Unsur Hara P-Tersedia (kg/ha)

Akibat Erosi ...................................................................................... 68

50. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Kehilangan

Unsur Hara P-Tersedia (kg/ha) Akibat Erosi ..................................... 68

51. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Kehilangan Unsur Hara P-Tersedia (kg/ha)

Akibat Erosi Hasil Transformasi √x .................................................. 69

52. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Kehilangan

Unsur Hara P-Tersedia (kg/ha) Akibat Erosi Hasil Transformasi √x .. 69

53. Sidik Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan

Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Kehilangan Unsur Hara

P-Tersedia (kg/ha) Akibat Erosi ........................................................ 69

54. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Kehilangan Unsur Hara K-dd (kg/ha)

Akibat Erosi ...................................................................................... 70

55. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Kehilangan

Unsur Hara K-dd (kg/ha) Akibat Erosi .............................................. 70

56. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Kehilangan Unsur Hara K-dd (kg/ha)

Akibat Erosi Hasil Transformasi √x .................................................. 70

vii

57. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Kehilangan

Unsur Hara K-dd (kg/ha) Akibat Erosi Hasil Transformasi √x........... 71

58. Sidik Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan

Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Kehilangan Unsur Hara

K-dd (kg/ha) Akibat Erosi ................................................................. 71

59. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Kehilangan Unsur Hara C-Organik (kg/ha)

Akibat Erosi ...................................................................................... 71

60. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Kehilangan

Unsur Hara C-Organik (kg/ha) Akibat Erosi...................................... 72

61. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan Aplikasi Pupuk

Organonitrofos pada Kehilangan Unsur Hara C-Organik (kg/ha)

Akibat Erosi Hasil Transformasi √x .................................................. 72

62. Uji Homogenitas Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi

Tanah dan Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Kehilangan

Unsur Hara C-organik (kg/ha) Akibat Erosi Hasil Transformasi √x ... 72

63. Sidik Ragam terhadap Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah dan

Aplikasi Pupuk Organonitrofos pada Kehilangan Unsur Hara

C-Organik (kg/ha) Akibat Erosi ........................................................ 73

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata Letak Petak Erosi ..................................................................... 21

2. Konstruksi Petak Erosi, Bak, dan Drum Penampung di Lapang ......... 24

3. Diagram Alir Penelitian ................................................................... 25

4. Pengambilan Tanah Asal ................................................................... 74

5. Aplikasi Pupuk Organonitrofos ......................................................... 74

6. Penanaman Stek Batang Singkong ................................................... 74

7. Tanaman Singkong pada Guludan Searah Lereng .............................. 75

8. Tanaman Singkong pada Guludan Memotong Lereng ....................... 75

9. Pemupukan Urea, TSP, KCl .............................................................. 75

10. Pengambilan Sedimen Erosi .............................................................. 76

11. Penyiapan Sampel untuk Analisis Kimia Tanah................................. 76

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Erosi merupakan proses berpindahnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat

ke tempat yang lain oleh media air maupun angin (Arsyad, 2010). Pada peristiwa

erosi, tanah atau bagian tanah pada suatu lahan akan terangkut yang kemudian

diendapkan di tempat lain yang disebut sedimen (Banuwa, 2016). Sedimen erosi

mengangkut banyak unsur hara dan bahan organik sehingga tanah yang

mengalami erosi akan kekurangan unsur hara dan bahan organik yang berakibat

pada ketidakmampuan tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Selain itu,

erosi juga dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap

dan menahan air. Akibatnya, produktivitas tanah menjadi menurun.

Pada penggunaan tanah-tanah yang berlereng, erosi sering menjadi masalah.

Semakin curam lereng maka erosi yang terjadi semakin besar (Arsyad, 2010).

Cara pengolahan tanah dan penanaman di atas guludan searah lereng apabila

dikombinasikan dengan kemiringan yang curam dan curah hujan yang tinggi

dapat menyebabkan peningkatan erosi (Utami, 2001). Oleh karena itu perlu

dilakukan tindakan konservasi tanah untuk mengatasi permasalahan tersebut

dengan melakukan pengolahan tanah dan penanaman di atas guludan memotong

lereng.

2

Penanaman di atas guludan memotong lereng merupakan penanaman tanaman

yang searah kontur atau memotong lereng, bukan menjurus searah dari atas ke

bawah lereng (Kartasapoetra dkk., 1985). Penanaman di atas guludan memotong

lereng dapat menahan air aliran permukaan dan memberikan kesempataan air

untuk berinfiltrasi ke dalam tanah sehingga aliran permukaan turun secara nyata

yang selanjutnya dapat mengurangi laju erosi yang mengangkut unsur hara dan

bahan organik tanah (Banuwa, 2013).

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya erosi yaitu dengan

mengaplikasikan bahan pembenah tanah (soil conditioner) dalam bentuk pupuk

organik pada tanah. Menurut Lingga dan Marsono (1999), pemberian pupuk

organik dapat memperbaiki struktur tanah sehingga tanah lebih tahan terhadap

kerusakan akibat pukulan air hujan sehingga mampu mengurangi erosi. Selain

itu, pemupukan memberikan tambahan unsur hara bagi tanaman agar kebutuhan

unsur hara selama pertumbuhannya dapat tercukupi. Salah satu jenis pupuk

organik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pupuk organonitrofos. Pupuk

organonitrofos merupakan pupuk organik yang terbuat dari 70-80% kotoran sapi

dan 20-30% batuan fosfat, dengan penambahan mikroba penambat N dan pelarut

P (Nugroho dkk., 2012). Pupuk organonitrofos mengandung unsur hara N sebesar

1,13%, P sebesar 5,58%, K sebesar 0,68%, dan C-organik sebesar 9,52%

(Dermiyati, 2017).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh

tindakan konservasi tanah dan aplikasi pupuk organonitrofos terhadap kehilangan

unsur hara dan C-organik akibat erosi pada lahan pertanaman singkong.

3

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Apakah penerapan tindakan konservasi tanah berpengaruh terhadap kehilangan

unsur hara (N, P, K) dan C-organik akibat erosi pada lahan pertanaman

singkong?

2. Apakah aplikasi pupuk organonitrofos berpengaruh terhadap kehilangan unsur

hara (N, P, K) dan C-organik akibat erosi pada lahan pertanaman singkong?

3. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara penerapan tindakan konservasi tanah

dan aplikasi pupuk organonitrofos terhadap kehilangan unsur hara (N, P, K)

dan C-organik akibat erosi pada lahan pertanaman singkong?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari pengaruh penerapan tindakan konservasi tanah terhadap

kehilangan unsur hara (N, P, K) dan C-organik akibat erosi pada lahan

pertanaman singkong.

2. Mempelajari pengaruh aplikasi pupuk organonitrofos terhadap kehilangan

unsur hara (N, P, K) dan C-organik akibat erosi pada lahan pertanaman

singkong.

3. Mempelajari pengaruh interaksi penerapan tindakan konservasi tanah dan

aplikasi pupuk organonitrofos terhadap kehilangan unsur hara (N, P, K) dan

C-organik akibat erosi pada lahan pertanaman singkong.

4

1.4 Kerangka Pemikiran

Salah satu penyebab utama kerusakan tanah adalah erosi (Banuwa, 2013). Oleh

karena itu, perlu dilakukan tindakan konservasi tanah agar produktivitas tanah

tetap terjaga. Konservasi tanah merupakan penggunaan tanah sesuai dengan

kemampuan tanah dan memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat yang

diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 2010). Konservasi tanah

yang dapat dilakukan pada lahan yang berlereng adalah dengan pengolahan tanah

memotong lereng. Di lain pihak, pengolahan tanah searah lereng tidak

dianjurkan pada lahan yang berlereng karena dapat mempercepat erosi.

Pengolahan tanah memotong lereng dilakukan dengan pencangkulan mengikuti

garis kontur atau memotong lereng, sehingga membentuk jalur-jalur tumpukan

tanah dan alur yang searah kontur atau memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan

menghambat aliran air di permukaan dan mencegah erosi. Pengolahan tanah

memotong lereng akan lebih efektif jika diikuti dengan penanaman memotong

lereng. Menurut Suripin (2001), pengolahan tanah dan penanaman memotong

lereng dapat mengurangi laju erosi sampai 50%.

Selain pengolahan tanah dan penanaman memotong lereng, tindakan konservasi

tanah lain yang dapat dilakukan pada lahan yang berlereng adalah membuat

guludan. Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut garis

kontur atau memotong lereng (Arsyad, 2010). Guludan memotong lereng

berperan sebagai penghambat aliran permukaan yang dapat meningkatkan

penyerapan air oleh tanah sehingga akan mengurangi jumlah tanah yang terbawa

erosi. Sebaliknya pembuatan guludan searah lereng justru dapat meningkatkan

5

aliran permukaan sehingga mempercepat pengangkutan lapisan atas yang subur

dan pada akhirnya akan terjadi kerusakan tanah. Hal ini karena ketika terjadi

hujan maka air hujan yang jatuh langsung mengalir dengan kecepatan yang lebih

tinggi dan mengikis permukaan tanah, sehingga erosi yang terjadi lebih besar.

Henny dkk. (2011) melaporkan bahwa penanaman pada guludan memotong

lereng dapat menekan erosi sebesar 81,21 % dibandingkan dengan penanaman

pada guludan searah lereng. Selanjutnya, hasil penelitian Banuwa (1994)

melaporkan bahwa penanaman di atas guludan memotong lereng mampu

menekan aliran permukaan sebesar 80,9% - 93,6% dibandingkan dengan

penanaman di atas guludan searah lereng. Menurut Sinukaban (2007), adanya

guludan dan penanaman memotong lereng dapat mengendalikan aliran permukaan

dan erosi yang sekaligus akan menurunkan jumlah N, P, K, dan C-organik yang

hilang terbawa erosi. Sejalan dengan penelitian Henny dkk. (2011) yang

melaporkan bahwa jumlah N, P, K dan C-organik yang hilang terbawa oleh erosi

nyata lebih kecil pada penanaman di atas guludan memotong lereng dibandingkan

dengan penanaman di atas guludan searah lereng. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Abdurachman dan Suwardjo (1992) yang menyatakan bahwa

pembuatan guludan memotong lereng dapat mengurangi pengikisan tanah serta

kehilangan N, P, K dan C-organik.

Aplikasi pupuk organik seperti pupuk organonitrofos juga merupakan salah satu

alternatif dalam mengurangi erosi serta meningkatkan kesuburan tanah. Menurut

Arsyad (2010), aplikasi pupuk organik dapat meningkatkan kemantapan agregat

tanah sehingga tanah lebih tahan terhadap kekuatan perusak butir-butir hujan yang

jatuh dan dapat mengurangi aliran permukaan serta erosi tanah. Hal ini sesuai

6

dengan pernyataan Suwardjo (1981) yang menyatakan bahwa adanya bahan

organik pada permukaan tanah dapat menghambat laju aliran permukaan dan

dapat meningkatkan penyerapan air oleh tanah akibatnya aliran permukaan

menjadi kecil. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Wati dkk.

(2014) yang melaporkan bahwa rata rata laju aliran permukaan pada perlakuan

aplikasi pupuk organik (kompos) pada lahan pertanaman kentang lebih rendah

dibandingkan dengan perlakuan tanpa aplikasi pupuk organik. Aplikasi pupuk

organik (kompos) dapat menurunkan laju aliran permukaan menjadi 370,13

L/plot, sedangkan laju aliran permukaan pada lahan tanpa aplikasi pupuk organik

sebesar 398,28 L/plot. Selanjutnya, Hasanah dkk. (2014) menyatakan bahwa

aplikasi pupuk organik (kompos) pada lahan pertanaman kentang dapat

menurunkan kehilangan unsur hara N, P, K dan C-organik.

Aplikasi pupuk organik yang dipadu dengan pengolahan tanah dan penanaman

di atas guludan memotong lereng dilakukan untuk menekan laju erosi pada lahan

berlereng. Tindakan tersebut diharapkan dapat mengurangi secara nyata

hilangnya lapisan tanah yang mengandung unsur hara dan bahan organik akibat

erosi.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka

ditetapkan beberapa hipotesis sebagai berikut:

1. Penerapan tindakan konservasi tanah dengan penanaman di atas guludan

memotong lereng dapat menekan kehilangan unsur hara (N, P, K) dan

C-organik akibat erosi pada lahan pertanaman singkong.

7

2. Aplikasi pupuk organonitrofos dapat menekan kehilangan unsur hara (N, P, K)

dan C-organik akibat erosi pada lahan pertanaman singkong.

3. Terdapat pengaruh interaksi antara penerapan tindakan konservasi tanah dan

aplikasi pupuk organonitrofos terhadap kehilangan unsur hara (N, P, K) dan

C-organik akibat erosi pada lahan pertanaman singkong.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah cara

penanaman yang terdiri dari guludan searah lereng dan guludan memotong lereng,

sedangkan faktor kedua adalah aplikasi pupuk organonitrofos yang terdiri dari

tanpa aplikasi pupuk organonitrofos 0 ton/ha dan aplikasi pupuk organonitrofos

20 ton/ha. Penelitian ini merupakan salah satu dari rangkaian penelitian besar

yang terdiri dari fase vegetatif dan fase generatif tanaman singkong. Pada fase

vegetatif dilakukan selama 6 bulan yaitu sejak penanaman pada Desember 2017

sampai Mei 2018. Pada fase vegetatif tersebut dilakukan penelitian dengan dua

indikator pengamatan, yaitu pengukuran aliran permukaan dan erosi, serta analisis

unsur hara (N, P, K) dan C-organik dalam sedimen erosi. Selanjutnya, pada fase

generatif dilakukan selama 3 bulan yaitu pada Juni 2018 sampai Agustus 2018.

Indikator pengamatan yang dilakukan pada fase generatif sama dengan fase

vegetatif, yaitu pengukuran aliran permukaan dan erosi, serta analisis unsur hara

(N, P, K) dan C-organik dalam sedimen erosi. Akan tetapi pada fase generatif

juga ditambah dengan menghitung produksi. Penelitian yang saya lakukan hanya

pada fase vegetatif tanaman singkong dengan analisis unsur hara (N, P, K) dan

C-organik dalam sedimen erosi.

8

Fase pertumbuhan vegetatif awal tanaman singkong yaitu 5 sampai 7 hari setelah

tanam. Bagian tanaman yang pertama kali muncul adalah akar adventif dari

permukaan bawah tanah dan terkadang dari tunas bawah tanah. Pada 10 sampai

12 hari setelah tanam, tunas baru dan daun muda mulai muncul. Kemunculan

semua mata tanaman pada stek yang telah bertunas dicapai saat tanaman berumur

15 hari setelah tanam. Pada fase vegetatif berikutnya yaitu saat tanaman berumur

15-30 hari setelah tanam, terjadi pembentukan daun dan calon umbi. Pada 30 hari

setelah tanam, daun mulai meluas dan tanaman sudah melakukan proses

fotosintesis serta menggunakan hasil fotosintesis (fotosintat) untuk pertumbuhan

tanaman dan pada saat itu juga pertumbuhan akar dipengaruhi oleh cadangan

makanan dari pemotongan batang. Pada 30-40 hari setelah tanam, umbi mulai

terbentuk. Pada fase vegetatif selanjutnya yaitu saat tanaman berumur 3-6 bulan,

pertumbuhan batang dan daun telah mencapai maksimum. Umur 4-5 bulan

merupakan periode pertumbuhan vegetatif paling aktif karena proses fotosintesis

mencapai maksimum dan sebagian besar fotosintat digunakan untuk

perkembangan daun dan umbi (Saleh dkk., 2016).

Pada fase pertumbuhan vegetatif awal tanaman singkong penutupan tajuk

tanaman masih rendah sehingga energi kinetik hujan yang jatuh langsung

mengenai permukaan tanah dan mengakibatkan terjadinya penghancuran dan

pengangkutan tanah oleh aliran permukaan yang semakin besar. Pada fase

pertumbuhan vegetatif berikutnya saat tanaman berumur 3-6 bulan pertumbuhan

batang dan daun telah mencapai maksimum sehingga penutupan tajuk tanaman

lebih rapat. Semakin rapat tajuk tanaman maka energi kinetik hujan yang jatuh ke

permukaan tanah menurun dan kecepatan aliran permukaan berkurang, sehingga

9

semakin rendah juga kapasitas transportasi aliran permukaan dan erosinya. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Banuwa (2008) yang menyatakan bahwa semakin

rapat penutupan tajuk tanaman maka aliran permukaan dan erosi dapat berkurang.

Rendahnya aliran permukaan dan erosi pada tajuk tanaman yang rapat disebabkan

karena semakin kecilnya energi kinetik hujan yang mengenai permukaan tanah.

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Erosi

Erosi adalah peristiwa terangkutnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh

media alami yaitu air maupun angin (Arsyad, 2010). Erosi tanah oleh air terjadi

melalui dua proses yaitu proses penghancuran partikel tanah (detachment) dan

proses pengangkutan partikel tanah (transport) yang telah hancur. Proses ini

terjadi karena hujan dan aliran permukaan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya curah hujan (intensitas, diameter, lama, dan jumlah hujan),

karakteristik tanah (sifat fisik), penutupan lahan (land cover), kemiringan lereng,

dan panjang lereng (Wischmeier dan Smith, 1978 dalam Banuwa, 2016).

2.1.1 Penyebab Erosi

Penyebab erosi dapat dibedakan menjadi erosi percik dan erosi gerusan yaitu:

1. Erosi percik adalah erosi hasil dari percikan atau benturan air hujan secara

langsung pada partikel tanah (Arsyad, 2010). Erosi percik menyebabkan

pemecahan dan pengangkutan pada partikel tanah. Pada lahan yang terbuka,

erosi percik akan semakin besar dengan semakin besarnya massa dan

kecepatan jatuh butir-butir hujan. Pada lahan yang tertutup vegetasi rapat

dengan tajuk bertingkat maka erosi percik dapat berkurang (Banuwa, 2013).

11

2. Erosi gerusan adalah erosi yang disebabkan oleh gerusan aliran permukaan.

Berdasarkan daya erosi, maka erosi percik lebih erosif dibandingkan dengan

erosi gerusan. Hal ini karena kecepatan jatuh butir-butir hujan yang jauh lebih

cepat daripada aliran permukaan (Banuwa, 2013).

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi

Menurut Baver (1959), faktor yang mempengaruhi laju erosi adalah hasil interaksi

antara iklim, topografi, vegetasi, tanah, dan tindakan manusia. Diantara kelima

faktor tersebut, topografi merupakan faktor penting yang mempengaruhi aliran

permukaan dan erosi. Faktor topografi meliputi bentuk lereng, panjang lereng,

dan kemiringan lereng (Zachar, 1982). Hasil penelitian Banuwa (1994)

menunjukkan bahwa semakin panjang lereng dari 7,5 m menjadi 12 m, erosi

meningkat dari 36,65 ton/ha menjadi 47,07 ton/ha. Selanjutnya hasil penelitian

Banuwa (2008) menunjukkan bahwa semakin curam lereng dari 10% menjadi

20%, erosi meningkat dari 0,31 ton/ha menjadi 0,52 ton/ha.

2.1.3 Metode Pengukuran Erosi

Menurut Banuwa (2013), metode pengukuran erosi dapat berupa:

1. Mengukur seluruh erosi yang terjadi dalam masa yang lama (accumulated

erosion).

Pada metode ini, pengukuran erosi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu

pertama, melakukan pengamatan terhadap profil tanah dengan menentukan

ketebalan tanah yang hilang. Cara ini hanya dapat dilakukan pada tanah yang

memiliki horizon-horizon yang jelas. Kedua, besarnya erosi dan pengendapan

yang terjadi dapat ditentukan berdasarkan kandungan fosfat tersedia pada tanah

12

bagian bawah. Cara ini digunakan apabila terdapat perbedaan yang jelas antara

kandungan fosfat pada lapisan atas dan lapisan bawah atau pemupukan hanya

dilakukan pada lapisan olah saja. Ketiga, jumlah erosi yang terjadi dapat

ditentukan melalui jumlah endapan yang terdapat pada bagian bawah dari suatu

daerah aliran sungai. Cara ini dapat dilakukan apabila dam pengumpul sudah

dibangun sehingga jumlah endapan dapat dihitung untuk menentukan besarnya

erosi yang terjadi.

2. Mengukur erosi yang terjadi untuk satu kejadian hujan.

Mengukur erosi untuk satu kejadian hujan dapat dilakukan dengan pengukuran

erosi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan petak kecil (multislot deviser).

a. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Mengukur erosi pada DAS dapat mendekati keadaan sebenarnya, karena

DAS merupakan suatu sistem hidrologi. Cara mengukur erosi pada DAS

dilakukan dengan mengukur debit dan pengambilan contoh air pada suatu

tempat, dimana semua aliran permukaan dari DAS tersebut akan keluar.

Pengukuran debit menyatakan banyaknya air yang keluar dari DAS untuk

suatu masa atau waktu tertentu, sedangkan pengambilan contoh air

digunakan untuk menentukan kandungan lumpur dan unsur hara yang

terangkut selama waktu yang ditentukan.

b. Petak Kecil

Petak kecil yang digunakan berbentuk petak empat persegi, dimana petak

ini memiliki fungsi untuk mendapatkan besarnya erosi yang disebabkan

oleh faktor-faktor tertentu untuk suatu tipe tanah dan kemiringan lereng

tertentu.

13

2.1.4 Selektivitas Erosi

Tanah yang tererosi biasanya lebih kaya akan bahan organik dan unsur hara

dibandingkan dengan tanah asalnya. Pengayaan ini berasal dari selektifnya erosi

terhadap partikel tanah yang halus yang menjerap bahan organik dan unsur hara

(Menzel, 1980 dalam Banuwa, 2016). Selain itu, pengayaan juga dapat

disebabkan karena terangkutnya unsur hara yang ada dalam residu tanaman,

pupuk organik maupun pupuk anorganik yang diberikan ke tanah dan mudahnya

pengangkutan bahan organik (Sinukaban, 1981 dalam Banuwa, 2016).

Erosi bersifat selektif pada partikel halus (liat) apabila erosi kecil dan erosi

bersifat tidak selektif apabila erosi besar. Dengan demikian, selektivitas erosi

sangat berhubungan dengan ukuran partikel yang terbawa oleh erosi. Hal ini

sejalan dengan Arsyad (2010) yang menyatakan bahwa erosi bersifat selektif

apabila fraksi halus (liat) lebih banyak terangkut daripada fraksi kasar.

Henny dkk. (2011) melaporkan bahwa kandungan liat di dalam sedimen dari

petakan yang mempunyai guludan memotong lereng lebih tinggi dibandingkan

dengan penanaman guludan searah lereng. Hal ini karena guludan memotong

lereng dapat memperlambat aliran permukaan sehingga partikel yang lebih kasar

(pasir) akan tertinggal atau mengendap terlebih dahulu sedangkan partikel yang

lebih halus (liat) sebagian besar tetap berada dalam suspensi dan terangkut

bersama aliran permukaan.

Pada umumnya energi aliran permukaan akan menurun apabila terdapat hambatan

seperti adanya tindakan konservasi tanah, permukaan yang kasar atau sisa-sisa

tanaman di permukaan tanah. Oleh karena itu, pengolahan tanah dan penanaman

14

di atas guludan memotong lereng dapat menurunkan energi aliran permukaan

sehingga dapat meningkatkan selektivitas erosi dan sekaligus akan menurunkan

jumlah tanah tererosi. Sebaliknya pada lahan dengan penanaman pada guludan

searah lereng, erosi kurang selektif akibat aliran permukaan mengalir tanpa

hambatan sehingga partikel pasir, debu dan liat terbawa bersama aliran

permukaan. Tanah yang bertekstur kasar mempunyai kemampuan rendah dalam

menyediakan unsur hara dibandingkan tanah yang bertekstur halus.

2.2 Kehilangan Unsur Hara dan Bahan Organik Akibat Erosi

Unsur hara dan bahan organik dalam tanah dapat terbawa oleh aliran permukaan

dan erosi. Foth (1978 dalam Banuwa, 2016) melaporkan hasil penelitian di

Wisconsin bahwa tanah tererosi mempunyai konsentasi bahan organik, N-total, P

dan K-tersedia sebesar 2,7; 2,7; 3,41; dan 19,3 kali lebih banyak dibandingkan

dengan tanah asal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Henny dkk. (2011)

menunjukkan bahwa jumlah C-organik, N, P dan K yang hilang terbawa oleh

erosi nyata lebih kecil pada pertanaman dengan guludan memotong lereng

dibandingkan dengan penanaman pada guludan searah lereng. Hal ini disebabkan

rendahnya jumlah erosi pada perlakuan yang mempunyai guludan memotong

lereng. Dengan kata lain teknik konservasi tanah yang dapat menekan

jumlah erosi sekaligus akan menurunkan jumlah bahan organik dan unsur hara

yang hilang terbawa erosi, karena kehilangan unsur hara berhubungan langsung

dengan jumlah erosi dan merupakan fungsi dari konsentrasi C-organik dan unsur

hara tersebut di dalam sedimen (Sinukaban, 2007).

15

2.3 Tindakan Konservasi Tanah dan Air

Konservasi merupakan pendekatan usahatani terpadu yang menekankan

kombinasi teknik budidaya atau usahatani lahan kering dengan teknik konservasi

tanah (vegetatif, mekanik, kimia) secara efektif untuk menjamin pemanfaatan

lahan, air, dan vegetasi secara lestari (Arsyad, 2010). Menurut Arsyad (2010),

tindakan konservasi dikelompokkan menjadi konservasi tanah dan konservasi air,

yaitu:

1. Konservasi Tanah

Konservasi tanah merupakan penyesuaian penggunaan tanah sesuai dengan

kemampuan tanah dan memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat yang

diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Tujuan konservasi tanah yaitu

untuk menjaga kesuburan tanah dan meminimumkan erosi pada suatu lahan.

2. Konservasi Air

Konservasi air merupakan penggunaan air yang jatuh ke tanah dan pengaturan

waktu aliran seefisien mungkin agar tidak terjadi banjir yang merusak pada

musim hujan dan cukup air pada musim kemarau.

Menurut Arsyad (2010), metode konservasi tanah dan air untuk mencegah dan

mengurangi erosi dapat dilakukan dengan cara:

1. Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan

melakukan penanaman pohon atau kayu-kayuan, perdu, rumput-rumputan

secara permanen atau tanaman penutup tanah lainnya. Tanaman penutup tanah

ini berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai

permukaan tanah, menambah kesuburan tanah, mengurangi pengikisan tanah

oleh air, mencegah proses pencucian unsur hara, dan mempertahankan tingkat

16

produktivitas tanah. Metode vegetatif dapat dilakukan dengan penanaman

dalam strip, penggunaan sisa tanaman atau tumbuhan, geotekstil, strip

tumbuhan penyangga, tanaman penutup tanah, pergiliran tanaman, dan sistem

pertanian hutan (agroforestry).

2. Metode mekanik adalah cara pengelolaan lahan yang diberikan terhadap tanah

dengan pembuatan bangunan untuk memperlambat aliran permukaan dan

mengurangi erosi. Metode mekanik dapat dilakukan dengan pengolahan tanah,

guludan, teras, penghambat (check dam), waduk, rorak, perbaikan drainase dan

irigasi. Beberapa bentuk metode mekanik adalah:

a. Pengolahan tanah menurut kontur atau memotong lereng

Pengolahan tanah menurut kontur dilakukan dengan pembajakan

membentuk jalur-jalur yang membentuk kontur atau memotong lereng,

sehingga membentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan alur yang menurut

kontur atau memotong lereng. Keuntungan utama pengolahan tanah

menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang

memungkinkan penyerapan air dan menghindari pengangkutan tanah.

Pengolahan tanah menurut kontur akan lebih efektif jika diikuti dengan

penanaman menurut garis kontur.

b. Guludan dan Guludan Bersaluran

Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut garis

kontur atau memotong arah garis lereng. Tinggi tumpukan tanah berkisar

antara 25-30 cm dengan lebar dasar 30-40 cm. Jarak guludan biasanya

tergantung pada kecuraman lereng. Guludan efektif menekan erosi sampai

dengan kemiringan 6%. Efektivitas guludan dapat ditingkatkan hingga

17

kemiringan lebih dari 12% apabila diikuti dengan penanaman di atas

guludan memotong lereng. Guludan bersaluran juga dibuat memanjang

memotong lereng dan di sebelah atas guludan dibuat saluran yang

memanjang mengikuti guludan. Guludan ini diperkuat dengan tanaman

rumput atau pohon agar tidak mudah rusak oleh gerusan aliran permukaan.

Hasil penelitian Sinukaban dan Banuwa (1995) menunjukkan bahwa

tindakan konservasi dengan penanaman pada guludan searah kontur atau

memotong lereng pada lahan pertanaman kentang dan kubis dengan

kemiringan lereng 30% dapat menekan erosi sebesar 71,1-71,67% dan aliran

permukaan sebesar 80,9-93,67%. Hasil penelitian yang sama dilaporkan

oleh Utomo dan Sutrisno (1983 dalam Utomo, 1987), yang menyatakan

bahwa sistem penanaman di atas guludan searah kontur atau memotong

lereng pada lahan pertanaman kentang dapat menekan erosi sebesar 3,06

ton/ha.

3. Metode kimia adalah cara pengelolaan lahan dengan penggunaan preparat

kimia baik sintetis maupun alami. Preparat kimia tersebut secara umum

disebut dengan soil conditioner yang berperan sebagai pemantap tanah guna

memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi.

Struktur tanah yang stabil merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

positif terhadap pengurangan erosi. Pemberian pupuk organik (organonitrofos)

menjadi salah satu contoh dari metode ini.

Pupuk organik merupakan salah satu bahan pembenah tanah yang paling baik

dibandingkan bahan pembenah lainnya. Sebagai bahan pembenah tanah,

18

pupuk organik membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi

terjadinya retakan tanah (Sutanto, 2002). Hal ini terjadi akibat dari perbaikan

struktur tanah yaitu dengan semakin mantapnya agregat tanah, maka ketahanan

tanah terhadap pukulan air hujan meningkat. Lebih lanjut hasil penelitian

Warsiti (2009) melaporkan bahwa pemakaian pupuk organik yaitu pupuk

kandang sapi dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air,

sehingga air hujan yang jatuh di permukaan tanah akan lebih banyak yang

terserap masuk ke dalam tanah melalui infiltrasi dan dapat mengurangi

terbawanya butiran tanah yang mengangkut unsur hara dan bahan organik oleh

air aliran permukaan. Dengan kata lain, meningkatnya kapasitas infiltrasi air

akan berdampak pada aliran permukaan dapat diperkecil, sehingga erosi dapat

berkurang (Stevenson, 1982).

19

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 sampai dengan Mei 2018

di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman singkong, pupuk

organonitrofos, fungisida Dithane M-45, dan bahan lain yang digunakan untuk

keperluan analisis di laboratorium.

Alat-alat yang digunakan adalah petak erosi berukuran 4 m x 4 m, pengukur erosi

atau sedimen (saringan dan sendok), pengukur aliran permukaan (gelas ukur),

pengukur curah hujan (ombrometer), cangkul, kantong plastik, timbangan, dan

alat-alat yang digunakan pada saat analisis sedimen di laboratorium.

3.3 Metode Penelitian

Pengukuran erosi dilakukan dengan mengukur erosi pada petak-petak kecil

(multislot deviser). Penelitian ini dirancang dengan menggunakan rancangan

faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan dua faktor

20

perlakuan. Faktor pertama adalah cara penanaman, yang terdiri dari G1 (guludan

searah lereng) dan G2 (guludan memotong lereng) dan faktor kedua adalah

aplikasi pupuk organonitrofos yaitu P0 (tanpa aplikasi pupuk organonitrofos

0 ton/ha) dan P1 (aplikasi pupuk organonitrofos 20 ton/ha). Berdasarkan kedua

faktor perlakuan ini, maka diperoleh empat kombinasi perlakuan yaitu sebagai

berikut:

- G1P0 = Guludan searah lereng + tanpa aplikasi pupuk organonitrofos 0 ton/ha

- G1P1 = Guludan searah lereng + aplikasi pupuk organonitrofos 20 ton/ha

- G2P0 = Guludan memotong lereng + tanpa aplikasi pupuk organonitrofos

0 ton/ha

- G2P1 = Guludan memotong lereng + aplikasi pupuk organonitrofos 20 ton/ha

Dalam penelitian ini dilakukan empat kali pengulangan untuk setiap perlakuan

sehingga didapatkan 16 satuan percobaan, dimana setiap satuan percobaan

ditempatkan pada petak erosi berukuran 4 m x 4 m. Tata letak petak erosi di

lapangan dapat dilihat pada Gambar 1.

21

Kelompok 1 Kelompok 2

G1P0 G2P1 Arah Lereng

G1P1 G2P0

G2P1 G1P0

G2P0 G1P1 Arah Lereng

Kelompok 3 Kelompok 4

G2P1 G2P0 G1P0 G1P1

G1P1 G1P0 G2P0 G2P1

Keterangan: - G1P0 : Guludan searah lereng + tanpa aplikasi pupuk

organonitrofos 0 ton/ha

- G1P1 : Guludan searah lereng + aplikasi pupuk organonitrofos

20 ton/ha

- G2P0 : Guludan memotong lorong + tanpa aplikasi pupuk

organonitrofos 0 ton ha

- G2P1 : Guludan memotong lereng + aplikasi pupuk organonitrofos

20 ton/ha

Gambar 1. Tata Letak Petak Erosi.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dan merupakan penelitian pada

musim tanam keempat. Penelitian musim tanam pertama dilaksanakan pada

Januari 2014 sampai April 2014 dengan tanaman jagung, selanjutnya Mei 2014

sampai April 2015 dengan tanaman singkong. Penelitian musim tanam kedua

22

dilaksanakan pada Mei 2015 sampai Agustus 2015 dengan tanaman jagung,

selanjutnya Oktober 2015 sampai September 2016 dengan tanaman singkong.

Penelitian musim tanam ketiga dilaksanakan pada Oktober 2016 sampai Februari

2017 dengan tanaman jagung, selanjutnya April 2017 sampai Juni 2017 dengan

tanaman kacang hijau.

Penelitian musim tanam pertama sampai musim tanam ketiga dengan tanaman

jagung dilakukan dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah sistem olah

tanah, yang terdiri dari M (olah tanah minimum) dan F (olah tanah intensif) dan

faktor kedua adalah aplikasi herbisida yaitu H1 (aplikasi herbisida) dan H0 (tanpa

aplikasi herbisida), selanjutnya penelitian musim tanam ketiga dengan tanaman

kacang hijau dilakukan dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah

sistem olah tanah, yang terdiri dari T0 (olah tanah minimum) dan T1 (olah tanah

intensif) dan faktor kedua adalah aplikasi mulsa organik yaitu M0 (tanpa aplikasi

mulsa organik) dan M1 (aplikasi mulsa organik).

Penelitian musim tanam keempat ini dilaksanakan pada Desember 2017 sampai

Mei 2018 dengan tanaman indikator singkong dengan dua faktor perlakuan.

Faktor pertama adalah cara penanaman, yang terdiri dari G1 (guludan searah

lereng) dan G2 (guludan memotong lereng) dan faktor kedua adalah aplikasi

pupuk organonitrofos yaitu P0 (tanpa aplikasi pupuk organonitrofos 0 ton/ha) dan

P1 (aplikasi pupuk organonitrofos 20 ton/ha).

Petak erosi yang digunakan pada penelitian ini berukuran 4 m x 4 m dengan

dinding yang terbuat dari beton pada kemiringan lereng 12,5 %. Pada bagian

depan atau bawah petak erosi terdapat bak penampung yang berukuran 100 cm x

23

50 cm x 50 cm yang berfungsi untuk menampung aliran permukaan dan tanah

yang tererosi. Bak penampung tersebut memiliki 5 buah lubang yang berfungsi

untuk saluran pembuangan apabila volume air yang ada pada bak penampung

erosi terlalu banyak. Lubang yang berada di tengah bak disalurkan menuju

sebuah drum penampung yang berfungsi untuk mengukur besarnya jumlah aliran

permukaan. Besarnya aliran permukaan dapat dihitung dengan rumus:

AP = Vb + (n x Vd)

Keterangan

AP = Aliran permukaan (ml)

Vb = Volume air di dalam bak penampung (ml)

Vd = Volume air di dalam drum penampung (ml)

n = Banyaknya lubang saluran pembuangan

Volume air yang ada di dalam drum dikalikan lima karena terdapat lima buah

saluran pembuangan. Bak dan drum penampung tersebut kemudian ditutup rapat

agar tidak tercampur dengan air hujan sehingga data yang diperoleh lebih akurat.

Konstruksi petak erosi, bak, dan drum penampung di lapang dapat dilihat pada

Gambar 2.

24

Gambar 2. Konstruksi Petak Erosi, Bak, dan Drum Penampung di Lapang.

Pada persiapan lahan, tanah diolah sempurna dengan menggunakan cangkul

hingga tanah menjadi gembur. Selanjutnya dilakukan pemupukan pada perlakuan

yang menggunakan pupuk organonitrofos 20 ton/ha (Gambar 5 pada Lampiran).

Setelah itu dilakukan penanaman stek batang singkong (Gambar 6 pada

Lampiran). Tanaman singkong yang digunakan adalah varietas UJ-5 (Cassesart)

atau lebih dikenal “Singkong Kasesa”. Jarak tanam yang digunakan adalah 50 cm

x 100 cm (jarak antar tanaman dalam satu guludan 50 cm dan jarak antar tanaman

untuk guludan yang berbeda 100 cm). Agar tanaman mendapatkan kebutuhan

hara yang cukup, maka setiap perlakuan diberi tambahan pupuk urea sebanyak

300 kg/ha, TSP 300 kg/ha, dan KCl 300 kg/ha (Gambar 9 pada Lampiran).

Setelah tanaman berumur 3 bulan, dilakukan kembali pengolahan tanah dengan

membuat guludan searah lereng dan memotong lereng di sekitar tanaman

singkong sesuai dengan penanaman yang telah dilakukan. Pada guludan searah

25

lereng, pengolahan tanah dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar

tanaman dan pencangkulan dilakukan ke arah bawah lereng sehingga membentuk

alur-alur searah lereng (Gambar 7 pada Lampiran). Sedangkan pada guludan

memotong lereng, pengolahan tanah dilakukan dengan menggemburkan tanah di

sekitar tanaman dan pencangkulan dilakukan memotong lereng sehingga

terbentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan alur yang berlawanan dengan arah

lereng (Gambar 8 pada Lampiran). Guludan dibuat dengan ukuran lebar 50 cm,

tinggi tumpukan tanah 50 cm dan panjang disesuaikan dengan lahan. Diagram

alir pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Pengolahan Tanah, Pemupukan Organonitrofos,

Penanaman

Pemupukan Urea, TSP, KCl dan Pemeliharaan

Pembuatan Guludan

Analisis Kimia Tanah Asal

Pengumpulan Data-Data Penelitian:

1. Data Curah Hujan, Aliran Permukaan, dan Erosi

2. Analisis Kandungan Unsur Hara (N, P, K) dan

C-organik di dalam Tanah Asal dan Sedimen

Analisis Data:

1. Nisbah Pengayaan

2. Analisis Data Statistik

Selesai

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian.

26

3.5 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur curah hujan, jumlah sedimen dan

aliran permukaan, serta menganalisis kandungan unsur hara (N, P, K) dan

C-organik dalam tanah asal dan sedimen.

3.5.1 Curah Hujan

Pengukuran curah hujan dilakukan dengan menghitung jumlah volume air yang

ada pada Ombrometer setiap terjadi hujan selama periode percobaan berlangsung.

Pengukuran curah hujan ini dilakukan pada keesokan paginya setelah terjadi

hujan. Hasil pengukuran curah hujan dinyatakan dalam satuan mili meter (mm).

3.5.2 Aliran Permukaan dan Erosi

Pengukuran aliran permukaan dan jumlah tanah tererosi dilakukan keesokan

harinya setiap kali setelah terjadi hujan untuk setiap petak erosi (Gambar 10 pada

Lampiran). Pengukuran aliran permukaan dilakukan dengan cara mengukur

volume air keseluruhan yang tertampung dalam bak penampung dengan

menggunakan gelas ukur berskala liter. Pengukuran volume air juga dilakukan

pada drum penampung jika terdapat air yang berlebih dari bak penampung dan

mengalir mengisi drum penampung. Volume air yang ada dalam drum

penampung dikali lima karena terdapat lima lubang dari bak penampung. Total

volume aliran permukaan dihitung dengan menjumlahkan volume air dalam bak

penampung dan volume air dalam drum penampung. Volume aliran permukaan

yang terjadi dinyatakan dalam mm. Pengukuran erosi dilakukan dengan cara

mengambil tanah yang mengendap (sedimen) di dalam bak erosi yang kemudian

27

ditimbang untuk mengetahui berat basahnya. Setelah itu sampel sedimen

dikeringkan dengan oven pada suhu 105oC selama 24 jam untuk mengukur kadar

air sedimen tersebut. Selanjutnya dihitung bobot total tanah yang tererosi setiap

terjadi hujan. Erosi yang terjadi dinyatakan dalam kg/ha.

3.5.3 Analisis Unsur Hara dan C-Organik

a. Analisis pada Tanah Asal

Analisis pada tanah asal dilakukan dengan mengambil sampel tanah pada setiap

petak erosi (Gambar 4 pada Lampiran). Pengambilan sampel dilakukan dengan

cara mengambil tanah sebanyak lima titik dalam petak erosi dan sampel tanah

tersebut dikomposit sehingga didapatkan satu sampel tanah untuk setiap petaknya.

Pengambilan sampel dilakukan pada awal periode percobaan setelah dilakukan

pengolahan tanah dan sebelum pemupukan. Setelah itu sampel tanah dianalisis

untuk menentukan kandungan unsur hara dan bahan organik di dalam tanah

tersebut. Unsur hara yang dianalisis adalah N-total (metode Kjeldahl), P-tersedia

(metode Bray-1), K-dd (metode ekstraksi NH4OAc 1N pH 7,0), dan C-organik

(metode Walkey and Black).

b. Analisis pada Sedimen

Analisis unsur hara dan bahan organik dalam sedimen sama dengan analisis yang

dilakukan pada tanah asal. Sampel yang digunakan dalam analisis sedimen adalah

hasil dari komposit tanah tererosi (sedimen) selama periode penelitian yang

diperoleh dari masing-masing petak erosi (Gambar 11 pada Lampiran). Analisis

yang dilakukan meliputi N-total (metode Kjeldahl), P-tersedia (metode Bray-1),

28

K-dd (metode ekstraksi NH4OAc 1N pH 7,0) dan C-organik (metode Walkey and

Black).

c. Nisbah Pengayaan

Menurut Sinukaban (1981 dalam Banuwa, 2004), nisbah pengayaan adalah

perbandingan konsentrasi suatu unsur hara dalam tanah yang tererosi (sedimen)

dengan konsentrasi unsur hara dalam tanah asalnya, dengan persamaan sebagai

berikut:

NP = ⁄

Keterangan :

NP = Nisbah pengayaan

CUS = Konsentrasi unsur hara dan bahan organik pada sedimen

CUT = Konsentrasi unsur hara dan bahan organik pada tanah asal

Nisbah pengayaan unsur hara yang dihitung adalah N-total, P-tersedia, K-dd, dan

C-organik.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis homogenitasnya dengan uji Bartlet dan aditivitas

data diuji dengan uji Tukey. Setelah itu, data dianalisis dengan menggunakan

sidik ragam. Kemudian perbedaan nilai rata-rata dari masing-masing perlakuan

diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%.

43

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan penelitian ini adalah :

1. Penerapan tindakan konservasi tanah pada lahan pertanaman singkong berupa

penanaman pada guludan memotong lereng nyata menurunkan kehilangan

N-total, P-tersedia, K-dd, dan C-organik tanah dalam sedimen.

2. Perlakuan aplikasi pupuk organonitrofos tidak berpengaruh nyata terhadap

kandungan N-total, P-tersedia, K-dd, dan C-organik dalam sedimen.

3. Tidak terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan tindakan konservasi tanah

dan aplikasi pupuk organonitrofos terhadap kandungan N-total, P-tersedia,

K-dd, dan C-organik dalam sedimen.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan dosis pupuk

organonitrofos, sehingga pada tindakan konservasi tanah berupa penanaman pada

guludan memotong lereng dengan aplikasi pupuk organonitrofos dan penanaman

pada guludan searah lereng tanpa aplikasi pupuk organonitrofos didapatkan hasil

yang berbeda nyata terhadap erosi dan kehilangan unsur hara dan C-organik.

44

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman dan H. Suwardjo. 1992. Pengaruh Teras Bangku, Gulud, Slot

Mulsa Flemingia, dan Strip Rumput terhadap Erosi, Hasil Tanaman dan

Ketahanan Tanah Tropudult di Sitiung. Prosiding Pertemuan Teknis

Penelitian Tanah Bidang Konservasi Tanah dan Air. Bogor. Hlm 79-89.

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua Cetakan Kedua. IPB

Press. Bogor. 472 hlm.

Banuwa, I.S. 1994. Dinamika Aliran Permukaan dan Erosi Akibat Tindakan

Konservasi Tanah pada Andosol Pangalengan Jawa Barat. Tesis. Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 85 hlm.

Banuwa, I.S. 2008. Pengembangan Alternatif Usahatani Berbasis Kopi untuk

Pembangunan Pertanian Lahan Kering Berkelanjutan di DAS Sekampung

Hulu. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

200 hlm.

Banuwa, I.S. dan H. Buchari. 2010. Karbon Tersimpan pada Berbagai Pola Usaha

Tani Berbasis Kopi. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Konservasi

Tanah dan Air Indonesia (MKTI). Jambi. 595-609 hlm.

Banuwa, I.S. 2013. Erosi. Kencana Prenadamedia Group. Jakarta. 205 hlm.

Banuwa, I.S. 2016. Selektivitas Erosi dan Nisbah Pengayaan. Anugrah Utama

Raharja. Bandar Lampung. 112 hlm.

Baver, L.D. 1959. Soil Physics. John Wiley and Sons Inc. New York. USA.

489 hlm.

Dariah, A., F. Agus., S. Arsyad., Sudarsono, dan Maswar. 2004. Tingkat Erosi

dan Kualitas Tanah pada Lahan Usahatani Berbasis Kopi di Sumberjaya,

Lampung Barat. Disertasi. IPB. Bogor. Hlm 49-81.

Dermiyati, J. Lumbanraja, S. Triyono, dan H. Ismono. 2017. Pengembangan

Pupuk Organonitrofos Plus dan Diseminasinya pada Kelompok Tani.

Hasil-Hasil Penelitian Unggulan Universitas Lampung. Graha Ilmu.

Bandar Lampung. 121-127 hlm.

45

Hadi, M.A, Razali, dan Fauzi. 2014. Pemetaan Status Unsur Hara Fosfor dan

Kalium di Perkebunan Nanas (Ananas comosus L. Merr) Rakyat Desa

Panribuan Kecamatan Dolok Silau Kabupaten Simalungun. Jurnal Online

Agroteknologi, 2(2): 427-439.

Hanafiah, K.A. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers. Jakarta. 355 hlm.

Hasanah, U., M.R. Alibasyah, dan T. Arabia. 2014. Pengaruh Lereng dan Pupuk

Organik terhadap Kehilangan Hara pada Areal Tanaman Kentang

(Solanum tuberosum L.) di Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh

Tengah. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan, 3(2): 480-488.

Henny H., K. Murtilaksono, N. Sinukaban, dan S.D. Tarigan. 2011. Erosi dan

Kehilangan Hara pada Pertanaman Kentang dengan Beberapa Sistem

Guludan pada Andisol di Hulu DAS Merao, Kabupaten Kerinci, Jambi.

Jurnal Solum, 8 (2): 43-52.

Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra, dan M.M. Sutedjo. 1985. Teknologi

Konservasi Tanah dan Air. Bina Aksara. Jakarta. 182 hlm.

Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

173 hlm.

Lingga, P. dan Marsono. 1999. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.

Jakarta. 160 hlm.

Mastur, H. Narioka, Anase, and Yasutomi. 2000. Soil Characteristics, Farming

System and Conservation Strategies in the Sloping Volcanic Areas in

Indonesia. Journal of the Physical Society of Japan, 85: 19-29.

Nariratih, I., M.M.B. Damanik, dan G. Sitanggang. 2013. Ketersediaan Nitrogen

pada Tiga Jenis Tanah Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik dan

Serapannya pada Tanaman Jagung. Jurnal Online Agroteknologi, 1(3):

479-488.

Noor, D. 2006. Geologi Lingkungan. Graha Ilmu. Yogyakarta. 213 hlm.

Nugroho, S.G., Dermiyati, J. Lumbanraja, S.Triyono, H. Ismono, M.K Ningsih,

dan F.Y Saputri. 2012. Inoculation Effect of N2 - Fixer and P-Sulobilizer

into a Mixture of Fresh Manure and Phosphate Rock Formulated as

Organonitrofos Fertilizer on Bacterial and Fungal Populations. Journal of

Tropical Soils, 18(1): 75-80.

Peraturan Menteri Pertanian. 2011. Nomor 70/Permentan/SR.140/10/2011 tentang

Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah. 88 hlm.

46

Pratiwi dan B.H. Narendra 2012. Pengaruh Penerapan Teknik Konservasi Tanah

terhadap Pertumbuhan Pertanaman Mahoni (Swietenia macrophylla King)

di Hutan Penelitian Carita, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan

Konservasi Alam, 9(2): 139-150.

Saleh, N., A. Taufiq, Y. Widodo, dan T. Sundari. 2016. Pedoman Budidaya Ubi

Kayu Di Indonesia. IAARD Press. Jakarta. 64 hlm.

Sanjaya, J.M., Afandi, Afrianti, N.A., dan Novpriansyah, H. 2016. Pengaruh

Effluent Sapi terhadap Beberapa Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Lahan

Ultisol di PT Great Giant Pineapple Lampung Tengah. Jurnal Agrotek

Tropika, 4(1): 105-110.

Sinukaban dan I.S. Banuwa. 1995. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah

terhadap Aliran Permukaan, Erosi, dan Kehilangan Hara pada Pertanaman

Sayuran. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 5(2): 76- 81.

Sinukaban, N. 2007. Membangun Pertanian Menjadi Industri yang Lestari

dengan Pertanian Konservasi. Direktorat Jenderal RLPS. Departemen

Kehutanan. Jakarta. 226–241 hlm.

Slater, C.S. and E.A. Carleton. 1938. The Effect of Erosion on Losses of Soil

Organic Matter. Soil Science Society of America Proceedings, 3: 123-128.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah Fakultas

Pertanian, IPB. Bogor. 591 hlm.

Stevenson, F.T. 1982. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reaction. 2nd

Edition. John Wiley and Sons. Newyork. 512 hlm.

Stoltenberg, N.L. and J.L. White. 1953. Selective Loss of Plant Nutrient by

Erosion. Soil Science Society of America Proceedings,17: 406-410.

Suganda, H., M. Sodik, D. Santoso, dan S. Sukmana. 1997. Pengaruh Cara

Pengendalian Erosi terhadap Aliran Permukaan, Tanah Erosi, dan Produksi

Sayuran pada Andisol. Jurnal Tanah dan Iklim, 10(15): 38-50.

Suripin. 2001. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta.

210 hlm.

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik menuju Pertanian Alternatif dan

Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta. 218 hlm.

Sutapradja, H. dan A.A. Ashandi. 1998. Pengaruh Arah Guludan, Mulsa, dan

Tumpangsari terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang serta Erosi di

Dataran Tinggi Batur. Jurnal Hortikultura, 8(1): 1006-1013.

47

Suwardjo. 1981. Peranan Sisa-sisa dalam Konservasi Tanah dan Air pada Lahan

Usahatani Tanaman Semusim. Disertasi. Fakultas Pascasarjana, IPB.

Bogor. 240 hlm.

Utami, U.B.L. 2001. Pengaruh Tindakan Konservasi Tanah Terhadap Aliran

Permukaan, Erosi, Kehilangan Hara dan Penghasilan pada Usaha Tani

Kentang dan Kubis. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 8(2): 98-107.

Utomo, W.H. 1987. Erosi dan Konservasi Tanah. Universitas Brawijaya. Malang.

294 hlm.

Utomo, M. 2016. Ilmu Tanah: Dasar-Dasar dan Pengelolaan. Prenadamedia

Group. Jakarta. 434 hlm.

Warsiti. 2009. Kajian Pemakaian Pupuk Kandang Sapi pada Tanah Regosol

Kelabu terhadap Erosi. Jurnal Orbith, 5(1): 52-59.

Wati, Y., M.R. Alibasyah, dan T. Arabia. 2014. Pengaruh Lereng dan Pupuk

Organik terhadap Aliran Permukaan, Erosi, dan Hasil Kentang di

Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Manajemen

Sumberdaya Lahan, 3(6): 496-505.

Zachar, D. 1982. Soil Erosion. Elsevier Scientific Publishing. Amsterdam,

Oxford, New York. 526 hlm.