pengaruh tingkat pendidikan dan pelatihan, motivasi...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN, MOTIVASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA
PEGAWAI NEGERI SIPIL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN WAKATOBI
THE EFFECT EDUCATION AND TRAINING, MOTIVATION AND CULTURE ORGANIZATION TO EMPLOYEE PERFORMANCE
DISTRICT SECRETARIAT WAKATOBI
RIKA WULANDA, NURDIN BRASIT, NURDJANNAH HAMID
Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi : Rika Wulanda Magister Manajemen Universitas Hasanuddin Makassar HP: 08164318784/081341789717 e-mail : [email protected]
2
Abstrak
Pegawai Sekretariat daerah sebagai aparatur Pemerintah yang mempunyai tugas mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah di seluruh kabupaten Wakatobi. Sekretariat daerah dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas membantu kepala daerah menyusun kebijakan daerah. Sebagai lembaga pemerintahan yang bertugas membantu Bupati dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan, administrasi, organisasi dan tata laksana serta memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh Perangkat Daerah Kabupaten. Walaupun tidak secara langsung melayani masyarakat umum Sekretariat daerah sangat diharapkan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kegiatan yang dilakukan oleh SKPD-SKPD untuk mengetahui sejauh mana capaian daerah setiap tahunnya yang kemudian dibuat dokumen laporan evaluasi tahunan daerah yang menjadi dasar tolak ukur keberhasilan daerah di tiap tahunnya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara Pendidikan dan pelatihan, motivasi dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai sekretariat daerah. Dari hasil Uji Statistik regresi dengan menggunakan SPSS 2.0 diperoleh koefisien korelasi antara Pendidikan dan Pelatihan,,motivasi dan budaya organisasi terhadap kinerja Pegawai sebesar 0,667. Hal ini berarti kinerja berhubungan erat dengan tingkat oendidikan dan pelatihan. Perubahan tingkat pendidikan dan pelatihan pegawai akan berpengaruh terhadap kinerja pegawai . Koefisien korelasi antara motivasi terhadap kinerja pegawai sebesar 0,815. Hal ini menunjukkan berhubungan erat dengan kinerja pegawai .tingginya motivasi pegawai tehadap pekerjaan mereka akan meningkatkan kualitas kerja para pegawai yang berdampak pada kinerja sekretariat daerah yang baik pula. Koefisien korelasi antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai sebesar 0,642 . hal ini menunjkkan hubungan yang erat antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai . dari hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa hubungana korelasi antara tingkat pendidikan dan pelatihan, motivasi dan budaya organisasi adalah sedang karena berada dikisaran 0,40 – 0,599. Nilai Adjusted Square sebesar 0,532 atau 53,2 % . ini menunjukkan bahwa variabel kinerja yang dapat dijelaskan oleh variabel pendidikan dna pelatihan, motivasi dan budaya organisasi sebesar 53,2 % sedangkan sisanya 0,368 atau 36,8 % di jelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakkan dalam model penelitian ini. Perubahan atau perlakuan secara bersama-sama yang terjadi pada tingkat pendidikan dan pelatihan, motivasi dan budaya organisasi akan berpengaruh pada peningkatan atau penurunan kinerja pegawai.
Kata – kata kunci : Sekretariat daerah Kabupaten Wakatobi , pendidikan dan pelatihan (diklat), motivasi, budaya organisasi dan kinerja pegawai.
Abstract
Secretariat staff areas as government apparatus that has the duties of local agencies and technical institutions in the area around the Wakatobi district. District secretariat headed by a secretary who has the task of helping local districts to head district policy. As a government agency that is responsible for assisting the regent in performing the tasks of governance, administration, organization and governance as well as providing administrative services to the whole of the Region District .. Although not directly serve the general public are encouraged district Secretariat in fostering and monitoring activities undertaken by SKPDs-on education to determine the extent to which performance area each year who then made an annual evaluation report documents the area that became the basis of a benchmark of success in the region each year. this study aims to determine the extent of the relationship between education and training, motivational and organizational culture on employee performance district secretariat. Using multiple regression by SPSS statisticaltest, we found correlation coefficient between education and training, motivation and organizational culture on employee performance at 0,667. This means that performance is closely linked to the level of oendidikan and training. Changes in the level of education and training of employees will affect the performance of employees. The correlation coefficient between the motivation of the employee's performance of 0.815. This show is closely linked to employee performance. Higher employee motivation tehadap their work will
3
improve the quality of employees that have an impact on the performance of the regional secretariat good anyway. The correlation coefficient between the culture of the organization with employee performance by 0.642. menunjkkan this is a close relationship between the culture of the organization with employee performance. coefficient of determination of test results showed that hubungana correlation between level of education and training, motivational and organizational culture are currently due is around 0.40 to 0.599. Adjusted Square value of 0.532 or 53.2%. This shows that the performance variables that can be explained by the variable dna education training, motivation and organizational culture at 53.2% while the remaining 0.368 or 36.8% in explained by other factors that are not disertakkan in this research model. Changes or treatment simultaneously occurring at the level of education and training, motivational and organizational culture will influence the increase or decrease in employee performance.
keywords: district Secretariat Wakatobi, education and training (training), motivation, organizational culture and employee performance.
4
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi saat ini, di mana dengan adanya perubahan yang begitu cepat, suatu organisasi atau lembaga institusi dituntut untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian dalam semua segi yang ada pada organisasi tersebut. Suatu organisasi dalam mewujudkan tujuannya diperlukan sumberdaya manusia (SDM) karena tumbuh kembangnya suatu organisasi tergantung dari SDM-nya. Oleh karenanya SDM harus diperhatikan dengan baik agar terjadi peningkatan efisiensi, efektifitas dan produktifitas kinerja yang tercermin dalam kinerja.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai anatara lai adalah toingkat pendidikan dan pelatihan, motivasi dan buday organisasi. Penulis memilih Sekretariat daerah kabupaten Wakatobi sebagai lokasi penelitian mengingat tugas pokok dan fungsinya selau organisasi pemerintrahan daerah yang bertugas memberikan pelayanan administrative, atat laksana serta penyelenggaraan aktivitas Kepemerintahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan dan pelatihan, motivasi dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai dan untuk mengetahui variabel manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja pegawai sekretariat daerah Kabupaten Wakatobi.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Rancangan Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada kantor sekretariat daerah kabupaten Wakatobi. waktu Penelitian dilakukan pada bulan april sampai dengan Bulan Juni 2013. Metode Penelitian yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda, dimana metode ini digunakan untuk memperoleh data yang akurat mengenai besarnya pengaruh tingkat pendidikan dan pelatihan, motivasi dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai.
Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu pegawai sekretariat daerah kabuapten Wakatobi dengan sampel sebanyak 34 (tiga puluh empat) orang.
Metode Pengumpulan Data
5
Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung ditempat penelitian dangan menyebar kuosioner, dan melakukan wawancara (interview)kepada responden Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan dari kantor Sekretariat daerah kabupaten Wakatobi, Biro Statistik dan literature/ buku-buku, media masa dan unit organisas lain yang terkait. Teknik Analisis Data.
Dalam analisis data digunakan konsep proses analisis dengan
menggunakan konsep yang dikembangkan oleh Ghozali (2005). Hubungan
kausilitas Pada penelitian ini, variabel, Pendidikan dan Pelatihan,motivasi dan
Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai. Adapun teknik analisis statistik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda
(multiple regression analysis)dengan menggunakan Program SPSS 2.0 for
Windows
Deskripsi Variabel Penelitian
Deskripsi variabel penelitian ini digambarkan mengenai seberapa besar
pengaruh tingkat pendidikan dan pelatihan, motivasi dan budaya organisasi
terhadap kinerja pegawai.
Pengujian Validitas Data
Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui seberapa cermat suatu tes
(alat ukur) melakukan fungsi ukurannya. Cara menguji validitas ini dilakukan
dengan mengkorelasikan antara skor konstruk dengan skor total. Adapun teknik
korelasi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah teknik product moment
correlation (Sugiyono, 2008:183)
Pengujian Realibilitas Data
Analisis reliabilitas menunjukkan pada pengertian apakah instrumen dapat
mengukur suatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Ukuran
dikatakan relibel jika ukuran tersebut memberikan hasil yang konsisten.
Reliabilitas diukur dengan menggunakan metode cronbach alpha. suatu variabel
dikatakan valid apabila nilai cronbach alpha (α) > r Tabel. atau cronbach
alpha lebih besar dari 0,60 (Ghozali) .Sebaaliknya bila nilai alpha lebih
6
kecil dari 0,6 maka dianggap kurang handal atau tidak terdapat internal
consistency reliability.
Hasil
Uji Validitas
Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan Product pearson dari
SPSS, diperoleh hasil variabel Pendidikan dan pelatihan sebesar 0,369 ,
variabel motivasi sebesar 0,509 dan variabel budaya organisasi sebesar
0,382. Nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel 0.349 dengan jumlah
sampel responden 34 orang, maka ketiga variabel dinyatakan valid
Uji Realibilitas
Hasil uji nilai cronbach alpha (α) dengan bantuan aplikasi SPSS nilai
variabel pendidikan dan pelatihan 0,667 , nilai ini lebih besar dari 0.6 maka
variabel pendidikan dan pelatihan dikatakan reliabel, Variabel motivasi
sebesar 0,815 dan variabel budaya organisasi sebesar 0,642 maka kedua
variabel dinyatakan reliabel α > 0,60 serta variabel kinerja sebesar 0,688
maka seluruh variabel dalam penelitian ini di nyatakan reliabel.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tiga variabel
independen(pendidikan dan pelatihan, Motivasi dan budaya organisasi), variabel
motivasi yang mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja pegawai
sedangkan variabel pendidikan dan pelatihan (diklat) dan budaya organisasi
mempunyai hubungan yang postiif tetapi tidak signifikan dengan kinerja pegawai.
Variabel motivasi sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai dalam bentuk
Keberhasilan dalam melaksanakan tugas(achievement), Pengakuan(recognition),
Pekerjaan itu sendiri (the work it self), tanggung jawab (responsibilities) dan
pengembangan karir (advancement)
7
Tidak adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan dan pelatihan
dengan kinerja pegawai disebabkan karena tugas-tugas pada Sekretariat daerah
tidak memerlukan keahlian khusus seperti unit kerja teknis lainya. Pendidikan
dan pelatihan yang ada pada pegawai sekretariat daerah masih dalam kategori
keahlian yang bersifat umum. Sehingga pegawai merasa tidak perlu menempuh
pendidikan yang khusus untuk bekerja Sedangkan variabel budaya organisasi
dengan kinerja tidak terlalu siginifikan(rendah) dikarenakan dipertahankannya
kebiasaan lama(budaya kekeluargaan) para pegawai yang merasa nyaman dengan
kondisi kerja yang ada
Temuan ini tentunya berbeda dengan apa yang dikatakan oleh
Sedarmayanti (2003:33), bahwa tingkat pendidikan yang tinggi menunjang dalam
pencapaian kinerja pegawai karena pendidikan yang rendah menyebabkan
pegawai sulit menyerap berbagai informasi yang berhubungan dengan
kegiatannya, semakin tinggi pendidikan maka semakin efisien ia dalam bekerja.
Berbeda halnya dengan tingkat pendidikan dan pelatihan, motivasi kerja dan
budaya organisasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja pegawai.
Dari ketiga variabel tersebut, maka variabel motivasi kerja mempunyai hubungan
yang Iebih besar dibandingkan dengan budaya organisasi dan budaya organisasi
dengan kinerja pegawai menunjukkan bahwa motivasi sangat menentukan di
dalam peningkatan kinerja pegawai. Menurut Hasibuan (1997) bahwa motivasi
adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang dan individu yang
merangsangnya melakukan tindakan-tindakan.
Timbulnya motivasi pada diri seseorang ditentukan oleh adanya kebutuhan
hidup baik kebutuhan primer maupun kehidupan sekundemya. Jika kebutuhan
tersebut dapat terpenuhi, maka seseorang akan giat bekerja dan dapat
meningkatkan kinerjanya. Hal ini sesuai dengan teori motivasi Need for
Achievement mengacu pada dorongan yang kuat pada seseorang untuk mencapai
suatu keberhasilan. Individu yang memiliki Need for Achievement yang tinggi
umumnya selalu ingin menghadapi tantangan baru. Individu dengan kebutuhan ini
akan cenderung lebih mengejar prestasi pribadi dibandingkan dengan reward
terhadap keberhasilan. Ciri-ciri seseorang yang memiliki Need for Achievement
8
adalah berusaha melakukan sesuatu dengan kreatif dan inovatif dan mengambil
tanggung jawab pribadi atas perbuatannya.
Need for Affiliation didasari oleh kebutuhan untuk menjalankan dan
memiliki hubungan yang baik dengan orang lain. McClelland mengungkapkan
bahwa kebutuhan afiliasi yang kuat akan mencampuri objektifitas seseorang.
Sebab, jika ia merasa ingin disukai, maka ia akan melakukan hal apapun agar
orang lain dapat menerimanya sebagai anggota. Karakteristik individu yang
memiliki Need for Affiliation antara lain selalu berusaha untuk menghindari
konflik, lebih suka bersama dengan orang lain dibandingkan sendiri, dan mencari
persetujuan atau kesepakatan dari orang lain.
Need for Power didasari oleh keinginan untuk mengatur, mengendalikan,
mempengaruhi, dan memimpin orang lain. McClelland mengemukakan dua jenis
kebutuhan akan kekuasaan, yaitu kekuasaan pribadi dan kekuasaan sosial. Ciri-ciri
Need for Power yaitu menyukai pekerjaan dimana mereka menjadi atasan atau
pimpinan, aktif dalam menentukan tujuan kegiatan dari organisasi yang mereka
pimpin, dan sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok
atau organisasi.
Dengan demikian seseorang yang terdorong akan kebutuhani Need for
Achievement akan menyenangi pekerjaannya, memungkinkan menggunakan
kreatifitas dan inovasi dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Kepuasan disini tidak
dikaitkan dengan perolehan hal-hal yang bersifat materi. Sebaliknya, mereka yang
terdorong oleh faktor-faktor lain, cenderung melihat kepada apa yang diberikan
oleh organisasi kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan hal-hal
yang diinginkannya dari organisasi. Tentang Mcllelaand faktor Need for Power
akan mendorong para pegawai untuk berforma baik. akan tetapi jika faktor-faktor
ini dianggap tidak memuaskan dalamn berbagai hal seperti gaji tidak memadai,
kondisi kerja tidak rnenyenangkan, hal tersebut dapat menjadi sumber
ketidakpuasan potensial.
Disamping variabel Motivasi variabel budaya organisasi mempunyai
peranan penting dalam dalam peningkatan kinerja pegawai Keterkaitan budaya
organisasi dengan efektivitas organisasi dikemukakan Robbins (2006) bahwa
9
organisasi memfokuskan dirinya pada perilaku dari organisasi dan mengunakan
pengertian yang lebih luas dan keefektifan orgasasi Budaya merupakan produk
struktur dan fungsi yang ada dalam organisasi. Dengan menilai organisasi itu berdasarkan
karakteristik, akan diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi
dasar untuk perasaan pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu,
bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku.
Budaya organisasi merupakan karakteristik organisasi yang membentuk
perilaku anggota organisasi dalam mencapai tujuannya, melalui pemahaman yang
baik terhadap elemen-elemen pembentuk budaya seperti keyakinan, tata nilai, atau
adat kebiasaan. Semakin anggota organisasi memahami, mengakui, menjiwai, dan
mempraktekan keyakinan, tata nilai atau adat kebiasaan tersebut dan semakin
tinggi tingkat kesadaran mereka, budaya organisasi akan semakin eksis dan
lestari. Artinya budaya organisasi merupakan keyakinan setiap orang di dalam
organisasi akan jati diri yang secara idiologis dapat memperkuat eksistensi
organisasi baik ke dalam sebagai pengikat atau simpul organisasi dan keluar
sebagai identitas sekaligus kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai situasi
dan kondisi yang dihadapi organisasi.
Untuk mengetahul hubungan antara variabel independen secara bersama
sama, dengan variabel dependen maka digunakan analisis Korelasi Berganda.
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Berganda diperoleh hasil nilai R = 0,581.
Dengan tingkat signifikansi 5 % (0,05) dengan jurnlah sampel 34 nilai r tabel =
0,429. Hal ini berarti bahwa nilai r hitung lebih besar dar nilai r tabel (0,581 >
0,429). Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel pendidikan dan
pelatihan (diklat), motivasi dan budaya organisasi secara bersama-sama
mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan Kinerja Pegawai
Sekretariat daerah Kabupaten Wakatobi. Semakin tinggi motivasi kerja pegawai
maka semakin tinggi peningkatan kinerja pegawai sekretariat daerah. Motivasi
sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai adalah dalam bentuk keberhasilan
pelaksanaan tugas (achivement), pengakuan (recognition), pekerjaan itu sendiri
(the work it self ), tanggung jawab (responsibilities) dan pengembangan
(advancemnent).
10
Berdasarkan perhitungan Koefisien Determinasi (R²), diperoleh hasil
perhitungan nilai R² = 0,388. Hal ini berarti bahwa Pengaruh variabel independen
(pendidikan dan pelatihan(diklat), motivasi dan budaya kerja) terhadap variabel
dependen (Kinerja Pegawai) adalah sebesar 33,8 persen, sedangkan sisanya 61,2
persen lainnya dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel pendidikan dan
pelatihan, motivasi dan budaya organisasi tersebut. Hal ini berarti masih terdapat
variabel-variabel lain yang cukup berpengaruh terhadap kinerja pegawai.
Menurut Mahmudi (2005), bahwa kinerja merupakan suatu konstruk
multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya yaitu (1)
Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill),
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap
individu: (2) Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan
dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team
leader: dan (3) Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan sernangat yang
diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,
kekompakan dan keeratan anggotan tim: (4) Faktor sistem, meliputi: sistem kerja,
fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi,
dan kultur kinerja dalam organisasi: (5) Faktor konteksual (situasional), meliputi:
tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.
Berdasarkan pendapat Mahmudi tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja
pegawai sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dan individu. Dalam
penelitian ini yang dianalisis dan faktor internal adalah pendidikan dan pelatihan
dan motivasi sedangkan faktor eksternal adalah budaya organisasi. Artinya masih
banyak faktor (61,2 persen ) yang mempengaruhi kinerja pegawai yang tidak
dianalisis dalam penelitian ini. Hal ini menjadi salah satu keterbatasan penelitian
ini, sehingga diperlukan penelitian lain yang melihat variabel-variabel selain
pendidikan dan pelatihan, motivasi dan budaya organisasi yang mempengaruhi
kinerja pegawai seperti faktor internal/individu (pengetahuan, keterampilan/skill,
kemampuan dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu) dan faktor
eksternal ( kepemimpinan, sistem kerja birokrasi pemerintahan, fasilitas kerja atau
11
infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, serta konteksual
(situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uji koefisien determinasi maka dapat diambil beberapa
kesimpulan tentang hubungan pendidikan dan pelatihan, motivasi dan budaya
organisais terhadap kinerja pegawai Sekretariat daerah Kabupaten Wakatobi
sebagai berikut: Hubungan antara pendidikan dan pelatihan dengan kinerja
pegawai Sekretariat daerah Kabupaten Wakatobi adalah positif namun tidak
signifikan, artinya tingkat pendidikan formal yang bersifat umum tidak
berpengaruh secara langsung terhadap pelaksanaan tugas-tugas evaluasi dan
monitoring SKPD yang ada di Kabupaten wakatobi. Hubungan antara motivasi
dengan kinerja pada pegawai Sekretariat daerah Kabupaten Wakatobi positif dan
signifikan, artinya semakin tinggi motivasi pegawai dalam bentuk keberhasilan
pelaksanaarn tugas (achivement), pengakuan (recognition), pekerjaan itu sendiri
(the work it self), tanggung jawab (responsibilities) dan pengembangan
(advancement), maka akan semakin tinggi dan baik kinerja pegawai. Hubungan
antara budaya organisasi dengan kinerja pada pegawai Sekretariat daerah
Kabupaten Wakatobi adalah positif namun tidak signifikan, artinya perlu
dikembangkan budaya organisasi seperti budaya disiplin dan jujur (pelaksanaan
tugas tepat waktu, tidak melanggar hukum atau peraturan pemerintah, perilaku
yang tegas dan percaya diri yaitu tidak ragu dalam mengambil keputusan dan
mampu melaksanakan tugas secara maksimal), maka akan semakin baik pula
kinerja pegawai.Hubungan variabel independen (Pendidikan dan pelatihan (X1)
Motivasi (X2), Budaya Organisasi (X3), secara bersama-sama terhadap variabel
dependen Kinerja Pegawai (Y) pada Sekretariat daerah Kabupaten Wakatobi
adalah sebesar 33,8 persen, Artinya masih banyak faktor 61,2 persen yang
mempengaruhi kinerja pegawai yang tidak dianalisis dalam penelitian ini sehingga
diperlukan penelitian lain yang melihat variabel-variabel selain pendidikan dan
pelatihan, motivasi dan budaya organisasi seperti faktor internal indiidu
(pengetahuan. keterampilanskill. faktor internaI individu adalah : (pengetahuan,
12
keterampilan/skill, kemampuan. dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu)
dan faktor eksternal: kepemimpinan, sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur
yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, serta konteksual (situasional),
meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.
Berdasarkan simpulan diatas bahwa faktor tingkat pendidikan dan
pelatihan, motivasi dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai Untuk lebih
meningkatkan kinerja pegawai sekretariat daerah kabupaten Wakatobi, maka perlu
dilakukan hal-hal sebagai berikut 1).Pemerintah daerah dalam hal ini Sekretaris
daerah sebagai puncak pimpinan pada sekretariat daerah,memotivasi para pegawai
untuk Mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) teknis maupun bimbingan
teknis (bintek) yang sesuai dengan tupoksi kerja para pegawai Sekretariat daerah
Kabupaten Wakatobi 2).Pemberian motivasi kepada pegawai Sekretariat daerah
Kabupaten Wakatobi baik secara internal maupun eksternal untuk lebih aktif
dalam bekerja guna mencapai kinerja aparatur pemerintah yang baik (Good
governance) melayani public pada umumnya .3). Pembentukan budaya organisasi
yang mendukung kinerja Sekretariat daerah dalam rangka monitoring dan evaluasi
kinerja perangkat SKPD serta peningkatan disiplin pegawai secara profesional.
4).Pembagian beban kerja yang jelas antara bidang dalam lingkup Sekretariat
daerah untuk memudahkan proses Monev SKPD
13
DAFTAR PUSTAKA
Asri Laksmi Riani, 2011” Budaya Oragnisasi” Graha Ilmu, Yogyakarta 2011
Ambar T,Sulitiyani dan rosidah, 2004, “Manajemen Sumber Daya Manusia ; Konsep teori dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam konteks Organisasi Publik “Graha Ilmu Yogyakarta.
Bambang Harsono, 2009 “ Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan,Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dengan komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening Pada Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karanganyar ,Jurnal Excellent vol 1 nomor 2 September Tahun 2009.
Byars, 1984, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Andi Offset, Yogyakarta, 2001.
Cahyono, Suharto, 2005, “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Sumberdaya Manusia Di Sekretariat DPRD Propinsi Jawa Tengah, JRBI, Vol.1.
Denison and Misra, 1995, “Toward Of Organizational Culture and Effectiveness”. Organization Science, Vol.6, No.2, March-April
Dessler, G, 1992, ”Manajemen Personalia”, Penerbit Erlangga, Jakarta. Dessler, Garry, 1992, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, PT
Prenhalindo, Jakarta.
Edy Sutrisno, 2010, “ Manajemen Sumber Daya Manusia”, PT Kencana Prenada, Jakarta
Ferdinand, Augusty, 2006, “Metode Penelitian Manajemen : Pedoman Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen”, BP Undip, Semarang.
Gibson, et al, 1995, ”Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses”. Edisi kelima, Jilid 1, Cetakan 8, Jakarta: Penerbit Erlangga
Gomes, Faustino, Cardoso, 2001, “Manajemen Sumber Daya Manusia”, Andi Offset, Yogyakarta.
Guritno, Waridin, 2005, “Pengaruh Persepsi Karywan Mengenai Perilaku Kepemimpinan Kepuasan Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja”, JRBI, Vol.1.
Mas’ud, 2004, “Survey Diagnosis Organizational”, Undip, Semarang.
Nurhayati, Ma’num dan Bisma Dewabrata, 1995, “Identifikasi Nilai-Nilai Budaya Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Sikap Kerja” Studi Kasus
14
Direktorat Produksi PT.IPTN, Proceeding Forum Komunikasi Penelitian Manajemen di Indonesia.
Setjipto, 2007 :” Pengaruh Faktor Pendidikan , Pelatihan dan Motivasi dan Pengalaman kerja terhadap Kinerja Kepala Desa “ Jurnal Aplikasi Manajemen Vol 5 nmr 1 tahun 2007.
Syafri Mangkuprawira, “ Manajemen Sumber daya Manusia Starategik ”. Edisi kedua, , Cetakan 1, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia .
Zulian Yamit, “Pengaruh Faktor Individu, Budaya Organisasi dan Perilaku Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Dua. Jurnal Kajian Bisnis Dan Manajemen Edisi Khusus on Human Resources, 2005