pengaruh tumpangsari terhadap ... - repository …repository.unja.ac.id/942/1/skripsi dwi dermawaty...

52
PENGARUH TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays saccharatas Sturt.) DAN LEGUM TARUM (Indigofera zollingeriana) SKRIPSI DWI DERMAWATY ANGRAENY SIHOMBING E10013086 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Upload: dangque

Post on 10-Jun-2018

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays saccharatas Sturt.) DAN

LEGUM TARUM (Indigofera zollingeriana)

SKRIPSI

DWI DERMAWATY ANGRAENY SIHOMBING

E10013086

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017

PENGARUH TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DANHASIL JAGUNG MANIS (Zea mays saccharatas Sturt.) DAN

LEGUM TARUM (Indigofera zollingeriana)

Dwi Dermawaty Angraeny Sihombing, di bawah bimbingan:Rahmi Dianita1) dan Ubaidillah2)

RINGKASAN

Keterbatasan suplai hijauan pakan ternak selalu menjadi kendala dalamupaya pengembangan usaha peternakan, khususnya kurang tersedianya lahanuntuk ditanami tanaman pakan. Sehingga, dilakukan penerapan pola tanamtumpangsari antara jagung manis dengan legum tarum. Untuk mendapatkanpertumbuhan dan hasil yang optimum dari tanaman tumpangsari, dapat dilakukandengan mengatur jarak tanam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipertumbuhan dan hasil tanaman tumpangsari jagung manis dan legum tarumdengan jarak tanam yang berbeda.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapangan Hijauan MakananTernak, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi. Bahan yang digunakan adalahbenih legum tarum, benih jagung manis, kapur, air, dan pupuk kimia (Urea, TSP,KCl) dan pupuk kandang. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan AcakKelompok (RAK) dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakanadalah kombinasi jarak tanam jagung manis (0,75 m x 0,35 m), (0,75 m x 0,38 m)dan jarak tanam legum tarum (1 m x 0,75 m), (1 m x 1 m) dengan ukuran setiapplot 16 m2. Peubah yang diamati meliputi nisbah kesetaraan lahan (NKL), bahankering hijauan jagung manis, bahan kering tajuk hijauan jagung manis, bahankering tajuk legum tarum, dan produksi total hijauan makanan ternak.

Data yang diperoleh, dianalisis menggunakan sidik ragam, jika terdapatpengaruh yang nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa pengaruh tumpangsari dengan jarak tanam yangberbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bahan kering tajuk legum tarum,dan produksi total hijauan makanan ternak, namun berbeda tidak nyata (P>0,05)terhadap bahan kering hijauan jagung manis, bahan kering tajuk hijauan jagungmanis. Tumpangsari jagung manis dan legum tarum efektif 93% daripada tanamanmonokultur, hal ini diindikasikan dengan nilai NKL yang tinggi.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tumpangsari jagung manisdan legum tarum dapat meningkatkan pertumbuhan legum tarum dan hasil jagungmanis. Hasil yang terbaik pada penelitian ini diperoleh pada pola tanamtumpangsari jagung manis dengan jarak 0,75 m x 0,35 m dan jarak legum0,75 m x 1 m.1) Pembimbing Utama2) Pembimbing Pendamping

PENGARUH TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DANHASIL JAGUNG MANIS (Zea mays saccharatas Sturt.) DAN

LEGUM TARUM (Indigofera zollingeriana)

Oleh

DWI DERMAWATY ANGRAENY SIHOMBINGE10013086

Telah diuji di Hadapan Tim PengujiPada Hari Selasa, tanggal 20 Juni 2017, dan dinyatakan LULUS

Ketua : Dr. Rahmi Dianita, S.Pt., M.ScSekretaris : Ir. Ubaidillah, MPAnggota : 1. Dr. Ir. A. Rahman Sy, M.Sc

2. Ir. Dodi Devitriano, MP 3. Dr. Ir. Suparjo, MP

Menyetujui,Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Dr. Rahmi Dianita, S.Pt., M.Sc Ir. Ubaidillah, MPNIP. 19710525 199708 2 001 NIP. 19571101 198503 1 006Tanggal: Tanggal:

Mengetahui,Wakil Dekan BAKSI, Ketua Jurusan/Program Studi

Dr. Sc. Agr. Ir. Teja Kaswari, M.Sc Ir. Darmawan, MPNIP. 19661215 199203 1 002 NIP. 19570615 198710 1 001Tanggal: Tanggal:

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul “Pengaruh

Tumpangsari terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays

saccharatas Sturt.) dan Legum Tarum (Indigofera zollingeriana)” adalah karya

saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini sesuai dengan

kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.

Jambi, Juni 2017

Dwi Dermawaty Angraeny Sihombing

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lobusingkam pada tanggal 3 Desember

1994, sebagai anak kedua dari enam bersaudara. Dibesarkan oleh

orang tua, Pdt. Tohap Sihombing, S.Th (Papa) dan Dumormauli

Tambunan (Mama). Jenjang pendidikan formal yang pernah

ditempuh adalah pendidikan tingkat dasar di bangku SD Negeri

174566 Hutabarat pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikan menengah

pertama di SMP Santa Maria Tarutung pada tahun 2010, dan melanjutkan

pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Lintongnihuta pada tahun 2013.

Pada tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi

Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Jambi melalui jalur UMBPTN. Pada

bulan Oktober sampai dengan Juni 2017, penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja

Nyata (KUKERTA) T.A 2016/2017 di Desa Pelayangan, Kecamatan Muara

Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Pada bulan Februari sampai

dengan Maret 2017, penulis melakukan kegiatan Farm Experience di Fapet Farm

Universitas Jambi. Hingga akhirnya lulus Pendidikan Sarjana (S1) Program Studi

Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi pada Tahun 2017.

PRAKATA

Syalom, salam sejahtera bagi kita semua.

Puji syukur atas kasih dan penyertaan Tuhan Yesus Kristus yang selalu

memberkati, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk

skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana di Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Dalam penulisan skripsi ini,

tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun

materiil. Oleh karena itu, Penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam

menyelesaikan skripsi ini kepada :

1. Orang yang paling kukasihi dan kucintai di sepanjang hidupku, yaitu Papa,

Pdt. Tohap Sihombing, S.Th dan Mama, Dumormauli Tambunan atas segala

doa, dukungan dan kasih sayang yang tiada henti, sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi dengan baik.

2. Ibu Dr. Rahmi Dianita, S.Pt., M.Sc selaku pembimbing utama dan Bapak

Ir. Ubaidillah., M.P selaku pembimbing pendamping atas segala

keikhlasannya meluangkan banyak waktu untuk membimbing, memberi

nasihat dan memotivasi sejak awal penelitian hingga selesainya penulisan

skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. A. Rahman Sy, M.Sc., Ir. Dodi Devitriano, M.P., dan

Dr. Ir. Suparjo, M.P., selaku Tim Evaluator yang telah banyak memberikan

saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Ir. H. Yusrizal, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing lapangan Farm

Experience yang telah membimbing dan memberi semangat dalam

penyelesaian laporan.

5. Bapak Ir. H. Wiwaha Anas Sumadja, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing

akademik yang selalu memberikan nasehat dan bimbingan dan motivasi yang

luar biasa kepada penulis.

6. Ibu Dr. Ir. Hj. Nurhayati, M.Sc., Agr selaku Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Jambi, Bapak Dr. Ir. Teja Kaswari, M.Sc selaku Wakil Dekan 1,

Dr. Ir. Agus Budiansyah, M.S selaku Wakil Dekan 2, Bapak Ir. Depison, M.P

selaku Wakil Dekan 3 di Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

7. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar keluarga besar Fakultas Peternakan

Universitas Jambi yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama

menuntut ilmu di Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

8. Teman seperjuangan penelitian Henggi Apedro, S.Pt, Adetias Katanakan

Ginting, S.Pt dan Nurmala Sari Lubis, S.Pt dan teman yang membantu selama

penelitian Lennaria Sinaga, Aldina Bonita, Shinta Adreani, Lusi Amidia dan

Uci Novita Sari, Abu Bakar, dan Ardi setiawan.

9. Tak lupa juga untuk Kakak ku, Debora Christine Sihombing, S.Si dan Pariban

ku, Pdt. Riki Rikardo Simanjuntak, S.Th yang selalu mendoakan,

menyemangati, dan membantu baik secara moril maupun materiil selama

penelitian. Dan Adik-adikku (Tiurma Yulita Sihombing, Timo Andri Rejeki

Sihombing, Yohana Sabrina Sihombing, dan Yohannes Adyanto Sihombing)

yang selalu mendukung, menyemangati dan mendoakan ku selama proses

perkuliahan ku sampai selesai.

10. Rekan-rekan yang sudah ku anggap sebagai keluarga, yaitu Abang Setia,

Tulus, Duve, Michael, Alex, Roy, Rian, Polin, Hermanto, Gindo, Jhon, Adi,

Kakak Iri, Elsa, Dian, Adek Angel, Echin, Riri, Ira, Ida, Tria, Minarta, Putri

dan personil bonpis yang tak tersebutkan lagi karna selalu ada dan membantu

selama proses penelitian.

11. Sahabat-sahabat ku Prido, Junior, Eli, Marthin, Rino, Juni, Widya, Azizah,

Syintia, Uli, Laily, Melantina, Lepita, Nuriani, Yuni, Inta, Siska dan Lenni

yang telah banyak memberikan bantuan dorongan serta motivasi, sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

12. Ucapan terima kasih penulis kepada Kelompok Kecil ku, Feodora (Kak Agus,

Rennika, Lamsari, Lisma, Artha, dan Riris) yang memberikan dukungan, doa

dan semangat dalam proses perkuliahan ku. Semoga semakin bertumbuh di

dalam pelayanannya.

13. Rekan-rekan Posko 13 KKN Reguler T.A 2016/2017 Desa Pelayangan

Kecamatan Muara Tembesi Kabupaten Batanghari, khususnya Lisa, Agung,

Rozi, Kak Widya, Riska, dan bang Renhar.

14. Seluruh teman-teman kelas A dan B angkatan 2013 terima kasih atas

kerjasamanya selama masa perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi

penyempurnaan selanjutnya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

penulis dan para pembaca pada umumnya.

Jambi, Juni 2017

Dwi Dermawaty Angraeny Sihombing

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .............................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1

1.1. Latar Belakang .................................................................... 3

1.2. Tujuan ................................................................................ 4

1.3. Manfaat............................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 5

2.1. Jagung Manis (Zea mays saccharatas Sturt.) ....................... 5

2.2. Legum Tarum (Indigofera zollingeriana) ............................ 6

2.3. Pola Tanam Tumpangsari (Intercropping) Tanaman Legum Pakan dan Tanaman Pangan ................................................ 7

2.4. Kerapatan Tanam ................................................................ 8

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 10

3.1. Tempat dan Waktu .............................................................. 10

3.2. Materi dan Peralatan ............................................................ 10

3.3. Metode ................................................................................ 10

3.3.1. Persiapan Lahan ........................................................ 10

3.3.2. Persiapan Bahan Tanam ............................................ 10

3.3.3. Penanaman ................................................................ 11

3.3.4. Pemeliharaan ............................................................. 11

3.3.5. Pemanenan ................................................................ 11

3.4. Rancangan Penelitian .......................................................... 11

3.5. Peubah yang Diamati ........................................................... 12

3.5.1. Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) ............................... 12

3.5.2. Bahan Kering Hijauan Jagung Manis ......................... 13

3.5.3. Bahan Kering Tajuk Hijauan Jagung Manis ............... 13

3.5.4. Bahan Kering Tajuk Hijauan Legum Tarum .............. 14

3.5.5. Produksi Total Hijauan Makanan Ternak ................... 14

3.6. Analisis Data ....................................................................... 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 15

4.1. Keadaan Umum Tanaman .................................................. 15

4.2. Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) ........................................ 16

4.3. Bahan Kering Hijauan Jagung Manis .................................. 17

4.4. Bahan Kering Tajuk Hijauan Jagung Manis ........................ 18

4.5. Bahan Kering Tajuk Hijauan Legum Tarum ....................... 20

4.6. Produksi Total Hijauan Makanan Ternak ............................ 21

BAB V KESIMPULAN .................................................................. 23

5.1. Kesimpulan ........................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 24

LAMPIRAN ....................................................................................... 28

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai NKL pada sistem tumpangsari antara jagung manis danlegum tarum dengan jarak tanam yang berbeda ............................... 16

2. Rataan bahan kering hijauan jagung manis pada sistemtumpangsari antara jagung manis dan legum tarum denganjarak tanam yang berbeda ............................................................... 17

3. Rataan bahan kering tajuk hijauan jagung manis pada sistemtumpangsari antara jagung manis dan legum tarum denganjarak tanam yang berbeda ............................................................... 19

4. Rataan bahan kering tajuk legum tarum pada sistemtumpangsari antara jagung manis dan legum tarum denganjarak tanam yang berbeda ............................................................... 20

5. Rataan produksi total hijauan makanan ternak pada sistemtumpangsari antara jagung manis dan legum tarum denganjarak tanam yang berbeda ............................................................... 21

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Monokultur Jagung Manis (P5) 31 HST ........................................ 15

2. Monokultur Legum Tarum (P7) 31 HST ....................................... 15

3. Tanaman Tumpangsari (P3) 31 HST ............................................. 16

4. Masa Berbunga Jagung Manis 48 HST .......................................... 16

5. Denah Penanaman di Lapangan ..................................................... 28

6. Denah Perlakuan P1 ...................................................................... 28

7. Denah Perlakuan P2 ...................................................................... 28

8. Denah Perlakuan P3 ...................................................................... 29

9. Denah Perlakuan P4 ...................................................................... 29

10. Denah Perlakuan P5 ...................................................................... 29

11. Denah Perlakuan P6 ...................................................................... 29

12. Denah Perlakuan P7 ...................................................................... 29

13. Denah Perlakuan P8 ...................................................................... 29

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Denah Penanaman Penelitian di Lapangan ...................................... 28

2. Perhitungan Dosis Pemakaian Pupuk Berdasarkan Berat Tanah ...... 30

3. Perhitungan Dosis Pengapuran........................................................ 31

4. Perhitungan Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) ................................ 32

5. Perhitungan Berat Kering Hijauan Jagung Manis ............................ 33

6. Perhitungan Bahan Kering Tajuk Hijauan Jagung ........................... 34

7. Perhitungan Berat Kering Tajuk Legum Tarum .............................. 35

8. Perhitungan Total Hijauan Makanan Ternak ................................... 36

9. Analisis ragam kandungan N daun jagung pada sistem tumpangsariantara jagung manis dan legum tarum dengan jarak tanam yangberbeda ........................................................................................... 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha untuk meningkatkan produksi ternak pada petani/peternak rakyat

mengalami suatu hambatan, terutama disebabkan oleh sedikitnya dan bahkan

tidak tersedianya lahan yang dapat digunakan untuk ditanami tanaman pakan.

Pemanfaatan lahan lebih didominasi oleh penanaman tanaman pangan. Pada

kondisi lahan yang sempit dan terbatas, petani/peternak tidak mau menanam

tanaman pakan di lahan pertaniannya karena tidak ekonomis. Agar diperoleh

penyediaan hijauan pakan bagi ternak dalam jumlah yang cukup, mengandung

nutrien yang baik dan berkesinambungan sepanjang tahun, maka teknologi

penggunaan lahan dengan pola tanam yang baik dapat dilakukan.

Salah satu teknologi yang dapat digunakan adalah menggunakan pola

tanam tumpangsari. Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada

waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama.

Keuntungan yang diperoleh dengan penanaman secara tumpangsari diantaranya

yaitu memudahkan pemeliharaan, memperkecil resiko gagal panen, hemat dalam

pemakaian sarana produksi dan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan lahan

(Beets, 1982). Pola tanam tumpangsari tersebut juga dapat memperbaiki produksi

dan kualitas tanaman utama, mengefisienkan penggunaan pupuk dan

menyuburkan tanah. Peningkatan produksi hijauan yang berkualitas juga dapat

dilakukan dengan memanfaatkan lahan seefisien mungkin, yaitu dengan

menggunakan pola tanam tumpangsari antara tanaman pangan dengan tanaman

pakan. Dalam pola tanam tumpangsari terdapat interaksi antara tanaman yang

ditanam bersama. Interaksi tersebut dapat menguntungkan karena saling

menunjang, atau dapat juga merugikan karena adanya sifat saling berkompetisi

(Koten et. al., 2013).

Untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang optimum dari tanaman

tumpangsari, dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanam atau kerapatan

tanaman. Pengaturan jarak tanam dan populasi tanaman sangat menentukan

pertumbuhan dan hasil tanaman per satuan luas tanam. Semakin rapat jarak tanam

atau semakin padat populasi, semakin besar persaingan dalam pemanfaatan faktor

tumbuh. Harjadi (1989) menyatakan bahwa pada umumnya produksi setiap satuan

luas yang tinggi dicapai pada populasi tanaman yang tinggi karena tercapainya

pengunaan cahaya yang maksimum pada awal pertumbuhan. Walaupun demikian,

pada akhirnya penampilan individu tanaman akan menurun karena persaingan

terhadap cahaya dan faktor tumbuh lainnya.

Pengaturan jarak tanam ini dapat ditingkatkan dengan pemilihan

kombinasi tanaman yang sesuai, penggunaan varietas yang berproduksi tinggi dan

penggunaan kerapatan tanaman yang tepat. Selain itu, hasil dan bobot biomassa

yang tinggi akan diperoleh jika pertumbuhan tanaman optimal. Untuk itu

diperlukan pengelolaan hara, air, dan tanaman dengan tepat. Pengelolaan hara dan

tanaman yang mencakup pemupukan (waktu dan takaran), pengairan, dan

pengendalian gulma harus sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman. Menurut

Marliah (2010) yang sependapat bahwa penerapan pola penanaman sistem

tumpangsari sangat dipengaruhi oleh pengaturan jarak tanam (densitas) dan

pemilihan varietas.

Jenis tanaman pangan dengan tanaman pakan yang dapat menjadi pilihan

untuk dikembangkan dengan pola tanam tumpangsari, contohnya adalah jagung

manis dengan legum tarum. Pemilihan tanaman penyusun dalam tumpangsari

senantiasa didasarkan pada perbedaan karakter morfologi dan fisiologi antara lain

kedalaman dan distribusi sistem perakaran, bentuk tajuk, laju fotosintesis, pola

serapan unsur hara sehingga diperoleh suatu karakteristik pertumbuhan,

perkembangan dan hasil tumpangsari yang bersifat sinergis (Gomez, 1983;

Palaniappan, 1985). Dengan penanaman tumpangsari leguminosa pakan dengan

tanaman pangan akan memberikan beberapa keuntungan seperti meningkatkan

kandungan nitrogen dalam tanah sebab leguminosa dapat memfiksasi N udara

dengan bantuan bakteri Rhizobium yang ada pada bintil akar, menambah

pendapatan, dan lebih penting lagi adalah dapat memproduksi hijauan pakan

dengan tidak mengganggu produksi tanaman pangan itu sendiri. Hal ini sesuai

dengan pendapat Dahmardeh et. al., (2009) lebih lanjut menjelaskan bahwa hal ini

dimungkinkan dari morfologi, perbedaan kanopi dan sistem perakaran yang

berbeda antara rumput atau tanaman serelia dan legum sedangkan dari segi

kelengkapan nutriennya, legum dapat merupakan suplemen sumber protein yang

dapat melengkapi nutrien pada rumput atau tanaman serealia yang dibudidayakan

bersama-sama.

Legum tarum sedang berkembang di Indonesia secara massal karena

legum tarum (Indigofera zollingeriana) adalah varietas tanaman pakan yang

unggul karena kualitas nutrisi tinggi yang tercermin dari komposisi kimiawi,

kecernaan dan konsumsi ternak yang tergolong tinggi, sehingga dapat menjadi

sumber protein yang murah dan tersedia secara lokal, sumber energi dan mineral,

terutama mineral mikro. Dan tanaman legum tarum tahan terhadap kekeringan,

sehingga dapat menjadi sumber pakan pada musim kemarau dan memiliki

produksi per tahun 51 ton BK/ha (Abdullah, 2010). Tanaman ini dikenal

mengandung protein, vitamin dan elemen mineral dalam konsentrasi jauh lebih

tinggi dibandingkan jenis rumputan, dan karenanya memiliki potensi sebagai

sumber protein yang tinggi dan dapat diproduksi secara lokal (Simon dan Ginting,

2012). Legum tarum dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan yang memiliki

kandungan, protein kasar 28,98%, lemak kasar 3,30%, serat kasar 8,49%, kalsium

0,52%, dan kandungan phosphor 0,34%, asam amino yang lengkap, dan memiliki

vitamin A serta B-karoten yang tinggi (Palupi, 2014).

Salah satu produk holtikultura yang menjadi pilihan utama para petani

untuk dibudidayakan atau diusahakan secara komersial adalah jagung manis (Zea

mays saccharatas Sturt.) Jagung manis merupakan salah satu pangan yang

penting di dunia sebagai sumber karbohidrat selain padi dan gandum. Jagung

manis tidak hanya menjadi bahan pangan, namun juga menjadi pakan ternak,

sehingga kebutuhan jagung sangat besar bagi manusia maupun ternak. Sisi lain

pemanfaatan jagung adalah limbahnya, yaitu jerami jagung, kulit dan tongkol

jagung. Jerami jagung merupakan pakan yang berkualitas rendah karena

mengandung kadar protein yang rendah dan serat kasar yang tinggi. Jika limbah

jerami jagung ini diberikan kepada ternak tanpa disuplementasi atau diberikan

perlakuan sebelumnya, kemungkinan nutrisi limbah ini tidak akan cukup untuk

mempertahankan kondisi ternak. Oleh sebab itu, pencampuran jerami jagung

dengan leguminosa sebagai sumber protein sangat disarankan ketika akan

diberikan ke ternak atau bila hendak dibuat silase (Herlina, 2011). Sebenarnya

kualitas jerami jagung dapat ditingkatkan dengan penanganan sejak awal

penanaman jagung, yaitu dengan cara menanam jagung secara tumpang sari

dengan tanaman legum. Legum tarum dan jagung manis memungkinkan untuk

ditumpangsari karena tanaman jagung menghendaki nitrogen tinggi, sementara

legum tarum dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas, sehingga kekurangan

nitrogen pada jagung terpenuhi oleh kelebihan nitrogen pada legum tarum.

Dengan pola tanam tumpangsari jagung manis dengan legum tarum ini diharapkan

dapat meningkatkan produktifitasnya untuk produksinya.

1.2. Tujuan

Untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman tumpangsari jagung

manis dan legum tarum dengan jarak tanam yang berbeda.

1.3. Manfaat

Untuk memperoleh kerapatan tanam yang paling tepat dalam penggunaan

pola tanam tumpangsari jagung manis dengan legum tarum dan meningkatkan

pertumbuhan legum tarum dan hasil jagung manis tanpa menurunkan produksi

kedua tanaman.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jagung Manis (Zea mays saccharatas Sturt.)

Jagung adalah tanaman yang menghendaki pencahayaan secara langsung,

tumbuh tegak, dan tidak bercabang dengan kanopi yang renggang, sehingga

memungkinkan tanaman ini memperoleh pencahayaan secara langsung dan dapat

memberikan kesempatan bagi tanaman lain tumbuh dibawahnya. Tanaman jagung

memiliki sistem perakaran serabut yang menyebar dangkal selama

pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan dalam jumlah besar, khususnya unsur

N (Koswara, 1983).

Jagung tergolong tanaman yang mampu beradaptasi dengan baik pada

faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah satu sifat tanaman jagung

antara lain, daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi, fotorespirasi dan

transpirasi rendah, efisien dalam penggunaan air (Salisbury dan Ross, 1992).

Menurut Purwono dan Hartono (2007) bahwa sistematika dari tanaman

jagung manis adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Graminales

Family : Graminaceae

Genus : Zea

Species : Zea mays saccharatas Sturt.

Beberapa varietas jagung manis yang sudah dilepas dan dibudidayakan

saat ini antara lain Bonanza, Cap panah Merah (Jago F1), Si Manis, Manise,

Sweet Boy, Jaguar F1, Super Sweet, Bisi Sweet 1 dan lain-lain (Syafruddin, et.

al., 2012).

Kandungan zat makanan hijauan jagung muda pada bahan kering (BK)

90% adalah serat kasar (SK) 28,0%, lemak kasar (LK) 0,68%, BETN 49,23%,

Abu 10,76%, NDF 64,40%, ADF 32,64% dan TDN 53,0% (Sudirman dan

Imran, 2007).

Penanaman jagung dilakukan dengan pemilihan benih yang sesuai dengan

varietas-varietas yang telah dianjurkan dan diseuaikan dengan keadaan tanah dan

lingkungan ekologi sekitar penanaman. Jarak tanam yang baik adalah

75 cm x 20-25 cm atau 80 cm x 10-20 cm dengan satu benih tiap lubang tanaman,

atau 75 cm x 40-50 cm dengan 2 benih tiap lubang tanamnya (Sarono

et. al., 2001).

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendapatkan hasil optimum

adalah dengan mengatur jarak tanam dan populasi tanaman. Secara umum,

kepadatan tanaman anjuran adalah 66.667 tanaman/ha. Ini dapat dicapai dengan

jarak tanam antarbaris 75 cm, dan 20 cm dalam barisan dengan satu tanaman per

rumpun, atau jarak antarbaris 40 cm dengan dua tanaman per rumpun. Jika

penanaman dilakukan dengan cara tanam legowo, agar populasi tanaman tetap

berkisar antara 66.000-71.000 tanaman/ha, maka jarak tanam yang diterapkan

adalah (100-50) cm x 20 cm dengan 1 tanaman/lubang atau (100-50) cm x 40 cm

dengan 2 tanaman/lubang. Jarak tanam (100-40) cm x 20 cm dengan 1

tanaman/lubang atau (100-40) cm x 40 cm dengan 2 tanaman/lubang

(Bahua et. al., 2015).

2.2. Legum Tarum (Indigofera zollingeriana)

Legum tarum merupakan salah satu tanaman pakan ternak yang memiliki

kandungan nutrisi seperti proteinnya yang tinggi dan produksi yang tinggi serta

sangat toleran terhadap kondisi tanah kering, genangan, tanah berkadar garam

tinggi (saline) dan tanah masam, sehingga tanaman tersebut sangat baik untuk

dikembangkan sebagai hijauan pakan ternak di daerah yang memiliki potensi

cekaman biotik dan abiotik tinggi (Hassen et. al., 2007).

Shehu et. al., (2001) menyatakan bahwa rasio daun/batang pada

leguminosa pohon sangat penting, karena daun merupakan organ metabolisme dan

kualitas leguminosa pohon dipengaruhi oleh rasio daun/batang. Semakin banyak

jumlah daun, kualitas leguminosa tersebut semakin baik karena daun merupakan

bagian jaringan tanaman yang memiliki kandungan nutrisi paling tinggi

dibandingkan dengan batang/ranting.

Jenis tanaman yang banyak digunakan sebagai pupuk hijau adalah jenis

atau family leguminosa. Jenis tanaman ini memiliki bintil akar yang dapat

menambat nitrogen (N) bebas dengan bantuan bakteri rhizobium. Hal ini

menguntungkan, baik dalam akumulasi nitrogen (N) dalam tanah maupun dalam

peningkatan kandungan nitrogen (N) bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu,

tanaman legum baik digunakan sebagai bahan organik karena memiliki nisbah

C/N yang rendah jika dibandingkan dengan tanaman nonlegum dengan nisbah

C/N jauh lebih tinggi, yang menyebabkan proses pendekomposisian lebih lama

dan proses mineralisasi hara lebih lambat dari tanaman legume (Isrun, 2010).

Klasifikasi tanaman legum tarum menurut Hassen et. al., (2006) sebagai

berikut:

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Family : Rosales

Subfamily : Leguminosainosae

Genus : Indigofera

Spesies : Indigofera zollingeriana

Leguminosa diintroduksi ke dalam pastura perenial untuk ruminansia

karena leguminosa memberikan kontribusi untuk menjamin ketersediaan pakan

yang berkelanjutan dan menjaga lingkungan. Leguminosa sangat bermanfaat dan

menentukan kualitas hijauan (Bahar et.al., 1999).

Pada proses penambatan N, tanaman leguminosa menyediakan lingkungan

dan karbohidrat untuk metabolisme bakteri, sedangkan bakteri mengubah N2

udara menjadi N tersedia bagi tanaman. Tanaman leguminosa mampu tumbuh

baik pada tanah yang miskin N karena adanya simbiosis dengan rhizobium,

sehingga mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman leguminosa, serta

mampu meningkatkan dan menjaga kesuburan tanah (Gardner et al., 1991).

2.3. Pola Tanam Tumpangsari (Intercropping) Tanaman Legum Pakan danTanaman Pangan

Tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang

bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama (Indriati,

2009).

Keuntungan dari pola tanam tumpangsari adalah meningkatkan

produktivitas lahan persatuan waktu, mengefisienkan pemanfaatan faktor tumbuh

(seperti air, unsur hara, dan cahaya matahari), mengurangi resiko kegagalan

panen, menambah kesuburan tanah, dan menyebarkan input tenaga kerja yang

lebih merata (McIntosh et. al., 1977).

Pola tanam berganda atau tumpangsari antara jenis rerumputan atau serelia

dengan legum merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah

keberlanjutan produksi pakan terutama pada daerah lahan kering (Tsubo et. al.,

2005).

Pola pertanaman campuran leguminosa dengan non leguminosa, fungsi

leguminosa adalah sebagai tanaman yang dapat memfiksasi nitrogen dari udara

yang hasilnya akan dimanfaatkan oleh tanaman non leguminosa (Midleton, 1981).

Hasil Penelitian Internasional Rice Research Institute (1973) menunjukkan

bahwa total produksi lebih banyak apabila jagung dan kacang-kacangan ditanam

secara sistem tumpangsari dibandingkan sistem monokultur.

Sistem pertanian ganda ini sangat cocok bagi petani kita dengan lahan

sempit di daerah tropis, sehingga dapat memaksimalkan produksi dengan input

luar yang rendah sekaligus meminimalkan resiko dan melestarikan sumber daya

alam. Selain itu keuntungan lain dari sistem ini : (a) mengurangi erosi tanah atau

kehilangan tanah-olah, (b) memperbaiki tata air pada tanah-tanah pertanian,

termasuk meningkatkan pasokan (infiltrasi) air ke dalam tanah sehingga cadangan

air untuk pertumbuhan tanaman akan lebih tersedia, (c) menyuburkan dan

memperbaiki struktur tanah, (d) mempertinggi daya guna tanah sehingga

pendapatan petani akan meningkat pula, (e) mampu menghemat tenaga kerja,

(f) menghindari terjadinya pengangguran musiman karena tanah bisa ditanami

secara terus menerus, (g) pengolahan tanah tidak perlu dilakukan berulang kali,

(h) mengurangi populasi hama dan penyakit tanaman, dan (i) memperkaya

kandungan unsur hara antara lain nitrogen dan bahan organik (Indriati, 2009).

Untuk meningkatkan produksi pada pola tanam tumpangsari, diperlukan

pengaturan pertanaman yang baik, yaitu dengan mengatur jarak tanam atau

populasi tanaman per satuan luas, dan pemilihan waktu tanam serta varietas

tanaman yang tepat (Zamroni, 2003).

2.4. Kerapatan Tanam

Dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan akan terjadi interaksi,

masing-masing tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk

memaksimumkan kerja sama dan meminimumkan kompetisi. Oleh karena itu,

dalam tumpangsari perlu dipertimbangkan berbagai hal yaitu pengaturan jarak

tanam, populasi tanaman, umur panen tiap-tiap tanaman, dan arsitektur tanaman

(Suwarto et. al., 2005).

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam campuran tanam adalah

kemampuan berbagai tanaman untuk tumbuh lebih baik, terutama tanaman pangan

atau jenis rumput dibandingkan leguminosa, karena leguminosa di daerah tropis

tumbuh lebih lambat daripada rumput, untuk mengatasi campuran ini rumput dan

tanaman leguminosa harus dilakukan jarak tanam yang sesuai (Sumarsono, 2009).

Untuk meningkatkan produksi pada pola tanam tumpangsari, diperlukan

pengaturan pertanaman yang baik, yaitu dengan mengatur jarak tanam atau

populasi tanaman per satuan luas, dan pemilihan waktu tanam serta varietas

tanaman yang tepat (Zamroni, 2003).

Jagung adalah tanaman yang efisien dalam penggunaan sarana tumbuh.

Jarak tanam jagung yang dapat digunakan 80 x 20 cm dan 80 x 30 cm (Waluya,

2009). Terjadi interaksi antara perlakuan jarak tanam dan defoliasi bunga jantan

pada peubah diameter tongkol. Perlakuan kombinasi jarak tanam 70 x 20 cm dan

defoliasi bunga jantan dapat menunjukkan diameter tongkol yang lebih besar

dibandingkan dengan kombinasi perlakuan lainnya sebesar 14,50 cm (Effendi,

2008).

Jarak tanam leguminosa dalam pertanaman campuran dengan tanaman

serealia, menentukan kemampuan kompetisi dan pemanfaatan unsur hara, cahaya

dan kelembaban yang tergambar dalam produksi dan kualitas hijauan yang

dihasilkan. Pada lahan kering, jumlah baris tanaman sereal dan kepadatan

tanaman sangat berpengaruh terhadap kompetisi antara tanaman yang ada

terhadap kelembaban dan unsur hara (Shesu et. al., 2001).

Pengaturan jarak tanam berpengaruh terhadap besarnya intensitas

cahaya dan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman. Semakin

lebar jarak tanam, semakin besar intensitas cahaya dan semakin banyak

ketersediaan unsur hara bagi individu tanaman, karena jumlah pohonnya lebih

sedikit (Mawazin and Hendi, 2008).

Jarak tanam yang lebih renggang menghasilkan poduksi yang lebih besar

per tanaman, namun pada jarak yang relatif sempit sampai batas tertentu akan

menghasilkan produksi yang lebih besar (Simamora, 2006).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan

Rumah Kaca Fakultas Peternakan Universitas Jambi, mulai Juni 2016 sampai

dengan September 2016.

3.2. Materi dan Peralatan

Bahan-bahan yang digunakan adalah benih legum tarum, benih jagung

manis, kapur, pupuk kimia (Urea, TSP, KCl) dan pupuk kandang.

Alat-alat yang digunakan adalah polibag ukuran kecil untuk nurseri legum

tarum, tali plastik, alat pengukur (meter), alat pengolah tanah, amplop sampel,

timbangan, cawan dan oven.

3.3. Metode

3.3.1. Persiapan lahan

Sebelum penanaman dilakukan pembersihan dan pengolahan lahan

(penggemburan lahan) dan pembuatan petak-petak penelitian. Selanjutnya dibuat

sebanyak 24 petak dengan ukuran 4 m x 4 m, sedangkan jarak antar petak 0,75 m

dan antar blok 1 m. Pengapuran (4,8 kg/plot) serta pemupukan dasar dengan

pupuk kandang (8 kg/plot). Tiap petakan diberikan tanda dengan tali plastik.

3.3.2. Persiapan bahan tanam

Penyemaian benih legum tarum dilakukan dalam media tanam yang telah

disiapkan merupakan campuran dari pasir, tanah dan pupuk organik dengan

perbandingan 1:1:1. Kemudian benih dimasukkan ke dalam bak penyemaian.

Larikan dibuat beberapa baris dan kemudian benih legum tarum ditaburkan.

Sebelumnya, benih legum tarum direndam terlebih dahulu dengan air hangat agar

benih cepat berkecambah. Setelah beberapa hari benih tumbuh dan mempunyai

4-5 daun utuh, kemudian legum tarum dipindahkan ke dalam polibag nurseri yang

berisikan campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Legum

tarum dibiarkan tumbuh sampai 4 minggu baru siap dipindahkan ke lahan.

3.3.3. Penanaman

Pada saat benih legum tarum sudah berumur 4 minggu maka tanaman

tersebut dipindahkan ke lahan. Penanaman legum tarum dan jagung di lahan

dilakukan pada waktu yang sama. Penanaman jagung dilakukan secara tugalan

dengan kedalaman tugalan ± 3 cm, kemudian setiap lubang diisi dengan 2 benih

jagung dan ditutup kembali dengan tanah. Pemberian pupuk dilakukan secara

bersamaan pada 14 hari setelah tanam (HST). Pemberian pupuk Urea untuk

tanaman jagung, sedangkan pupuk TSP dan KCl diberikan pada tanaman legum

tarum. Pemberian dosis yang diberikan sebagai berikut : Urea (320 g/plot), TSP

(144 g/plot), KCL (112 g/plot).

3.3.4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan yang dilakukan setiap hari

dengan menyiram tanaman, dan pengendalian organisme pengganggu (gulma,

hama dan penyakit) tanaman (jika ada). Penyiraman dilakukan dua kali sehari,

yaitu pagi dan sore hari.

3.3.5. Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada tanaman yang telah menunjukkan ciri-ciri

matang fisiologis dan umur tanaman yang cukup. Pada penelitian ini pemanenan

dilakukan pada umur 80 HST. Pemanenan legum tarum dilakukan dengan cara

memotong batang/ranting setinggi 75 cm dari permukaan tanah dan pemanenan

jagung dilakukan dengan cara menguji kematangan jagung terlebih dahulu,

dengan menusuk biji jagung dengan ibu jari. Apabila jagung mengeluarkan cairan

seperti susu setelah ditusuk, maka jagung tersebut telah siap untuk dipanen.

3.4. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan, sehingga terdapat 24 unit percobaan. Denah

penanaman di lapangan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Adapun perlakuan tumpangsari dilakukan dengan menggunakan jarak

tanam sebagai berikut :

P1 = Jagung manis 0,75 m x 0,38 m dan legum tarum 1 m x 1 m

P2 = Jagung manis 0,75 m x 0,38 m dan legum tarum 0,75 m x 1 m

P3 = Jagung manis 0,75 m x 0,35 m dan legum tarum 1 m x 1 m

P4 = Jagung manis 0,75 m x 0,35 m dan legum tarum 0,75 m x 1 m

P5 = Kontrol untuk jagung manis 0,75 m x 0,38 m

P6 = Kontrol untuk jagung manis 0,75 m x 0,35 m

P7 = Kontrol untuk legum tarum 1 m x 1 m

P8 = Kontrol untuk legum tarum 0,75 m x 1 m

Jarak antara jagung manis dengan legum tarum sebagai berikut :

P1 = 0,398 m x 0,734 m x 0,588 m x 0,852 m

P2 = 0,811 m x 1,019 m x 0,811 m x 1,019 m

P3 = 0,559 m x 0,559 m x 0,707 m x 0,707 m

P4 = 0,901 m x 0,901 m x 0,765 m x 0,765 m

Hasil analisis yang memperlihatkan pengaruh nyata (P<0,05) maka

dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan (Duncan Multiple Range Test)

(Steel and Torrie, 1995).

3.5. Peubah yang diamati

Adapun peubah yang diamati dari penelitian ini adalah nisbah kesetaraan

lahan (NKL), bahan kering hijauan jagung manis, bahan kering tajuk hijauan

jagung manis, bahan kering tajuk hijauan legum tarum, dan produksi total hijauan

makanan ternak.

3.5.1. Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL)

Pengamatan NKL pada pertanaman tumpangsari jagung manis dan legum

tarum. Nisbah kesetaraan lahan dihitung untuk memperoleh informasi mengenai

tingkat efisiensi lahan dalam pertanaman tumpangsari.

Menurut Beets (1982) dalam Herlina (2011) NKL diperoleh menggunakan rumus:

NKL = ்ଵெଵ

+ ்ଶெଶ

Keterangan:

TI = Produksi tanaman T1 (jagung manis) yang ditanam secara tumpangsari

T2 = Produksi tanaman T2 (legum tarum) yang ditanam secara tumpangsari

M1 = Produksi tanaman M1 (jagung manis) yang ditananam secara

monokultur

M2 = Produksi tanaman M2 (legum tarum) yang ditananam secara monokultur

3.5.2. Bahan Kering Hijauan Jagung Manis

Pertama-tama masing-masing sampel batang dan daun jagung manis

dipisah. Kemudian dimasukkan ke dalam kantong dan dioven pada suhu 70oC

selama 24 jam untuk sampel daun dan 72 jam untuk sampel batang jagung manis.

Setelah dioven pada waktu yang ditentukan, masing-masing sampel ditimbang

dan dipotong dengan ukuran 2 cm, setelah itu masing-masing sampel digiling

dengan mesin penggiling. Selanjutnya, sebanyak 1 gr sampel dari masing-masing

sampel batang dan daun diambil secara acak dan dioven pada suhu 105oC selama

24 jam. Setelah itu, sampel dikeluarkan dan didinginkan di dalam eksikator

hingga berat konstan lalu ditimbang. Bahan kering hijauan jagung manis dihitung

dengan menjumlahkan jumlah produksi batang jagung dengan daun jagung manis

yang masih dapat dikonsumsi oleh ternak.

3.5.3. Bahan Kering Tajuk Hijauan Jagung Manis

Langkah pertama masing-masing sampel batang, buah, daun, dan minicorn

jagung manis dipisah. Kemudian dimasukkan ke dalam kantong dan dioven pada

suhu 70oC selama 24 jam untuk sampel daun, 72 jam untuk sampel batang jagung

manis, dan 120 jam untuk sampel buah jagung manis dan minicorn. Untuk sampel

buah jagung dan minicorn hanya dioven 70oC, sedangkan daun dan batang lanjut

dioven 105oC. Setelah dioven pada waktu yang ditentukan, masing-masing

sampel ditimbang dan dipotong dengan ukuran 2 cm, setelah itu masing-masing

sampel digiling dengan mesin penggiling. Selanjutnya, sebanyak 1 gr sampel dari

masing-masing sampel batang dan daun diambil secara acak dan dioven pada suhu

105oC selama 24 jam. Setelah itu, sampel dikeluarkan dan didinginkan di dalam

eksikator hingga berat konstan lalu ditimbang. Bahan kering tajuk hijauan jagung

manis dihitung dengan menjumlahkan jumlah produksi batang, buah, daun, dan

minicorn yang masih dapat dikonsumsi oleh ternak.

3.5.4. Bahan Kering Tajuk Hijauan Legum Tarum

Bahan kering tajuk legum tarum merupakan penjumlahan dari produksi

batang/ranting dan daun legum tarum yang masih dapat dikonsumsi oleh ternak.

Bagian daun dan batang/ranting yang dipangkas 75 cm dari permukaan tanah.

Bagian batang/ranting dan daun dipisahkan, lalu masing-masing sampel

dimasukkan ke dalam kantong kertas sampel selanjutnya dioven pada suhu 70oC

selama 48 jam untuk sampel daun, 72 jam untuk sampel batang. Setelah dioven

pada waktu yang ditentukan, masing-masing sampel ditimbang dan dipotong

dengan ukuran 2 cm, setelah itu masing-masing sampel digiling dengan mesin

penggiling. Selanjutnya, sebanyak 1 gr sampel dari masing-masing sampel batang

dan daun diambil secara acak dan dioven pada suhu 105oC selama 24 jam. Setelah

itu, sampel dikeluarkan dan didinginkan di dalam eksikator hingga berat konstan

lalu ditimbang.

3.5.4. Produksi Total Hijauan Makanan Ternak

Produksi total hijauan makanan ternak merupakan hasil penjumlahan

bahan kering tajuk hijauan jagung manis dengan bahan kering tajuk legum tarum

yang masih dapat dikonsumsi oleh ternak.

3.6. Analisis Data

Data yang terhimpun dianalisis menggunakan analisis ragam sesuai

dengan rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan. Apabila terdapat pengaruh nyata, maka

dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Steel and Torrie, 1995).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Tanaman

Pengamatan pada awal penanaman, bibit jagung manis mengalami

perkecambahan dan pertumbuhan yang agak lambat, meskipun penyiraman telah

dilakukan 2 x sehari. Hal ini mengakibatkan tunas baru jagung manis tumbuh

lambat sekitar ± 2 minggu. Pada warna daun jagung manis terlihat hijau pucat

dengan ukuran tanaman yang kerdil. Sedangkan pada daun legum tarum terdapat

beberapa daun yang mulai menguning, bahkan ada 1-2 tanaman yang layu tapi

masih dapat bertahan karena legum tarum merupakan tanaman yang tahan akan

cekaman kekeringan. Berbeda dengan tanaman jagung manis merupakan tanaman

yang tidak tahan akan cekaman kekeringan, khususnya pada masa pembentukan

tunas baru. Pemberian pupuk NPK, TSP, dan KCL dilakukan setelah tunas jagung

manis muncul merata. Pemupukan dilakukan secara bersamaan sesuai dengan

dosis yang dianjurkan baik untuk tanaman jagung manis maupun legum tarum.

Memasuki pengamatan pada bulan kedua, terlihat bahwa kedua tanaman

mulai menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal tersebut bisa dilihat dari

warna daun yang lebih menghijau, luas daun yang melebar dan pertumbuhan

tanaman yang meningkat. Masa berbunga pada tanaman jagung mulai pada umur

44-48 HST. Masa berbunga pertama kali terjadi pada tanaman tumpangsari yaitu

pada perlakuan P4.

Gambar 1. Monokultur Jagung Manis Gambar 2. Monokultur Legum Tarum (P5) 31 HST (P7) 31 HST

Gambar 3. Tanaman Tumpangsari Gambar 4. Masa Berbunga Jagung (P3) 31 HST Manis 48 HST

Selama 3 bulan penelitian bahwa pertumbuhan tanaman nyata dipengaruhi

oleh perlakuan jarak tanam. Selama penelitian terlihat bahwa tanaman

tumpangsari jauh lebih cepat masa pertumbuhannya dibandingkan dengan

tanaman monokultur. Berdasarkan pengamatan tanaman tumpangsari, terlihat

jelas bahwa warna daun jagung manis dan legum tarum jauh lebih hijau dan lebih

lebar, dan disertai tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan tanaman

monokultur. Hal ini sesuai dengan pendapat Catharina (2009) menyatakan bahwa

penanaman tumpangsari antara jagung dengan legum lebih menguntungkan dari

pada penanaman monokultur.

4.2. Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL)

Pengamatan terhadap sistem tumpangsari dilakukan terhadap parameter

NKL. Hasil dari pengukuran ini dapat menggambarkan apakah sistem

tumpangsari jagung manis dengan legum tarum dapat mengoptimalkan

penggunaan lahan. Menurut Paulus (2005) NKL merupakan perbandingan jumlah

nisbah tanaman yang ditanam secara tumpangsari dengan tanaman secara tunggal

pada pengelolaan yang sama. Nilai NKL dapat dilihat pada Tabel 1 (Lampiran 4).

Tabel 1. Nilai NKL pada sistem tumpangsari antara jagung manis dan legumtarum dengan jarak tanam yang berbeda

Perlakuan Jarak tanam NKLJagung manis (m) Legum Tarum (m)P1 0,75 x 0,38 1 x 1 1.88P2 0,75 x 0,38 0,75 x 1 1.75P3 0,75 x 0,35 1 x 1 1.87P4 0,75 x 0,35 0,75 x 1 1.93

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pola tanam tumpangsari jagung

manis dan legum tarum dengan berbagai jarak tanam, memiliki nilai NKL yang

bervariasi. Nilai NKL tertinggi yaitu pada perlakuan P4 sebesar 1,93. Angka

tersebut menunjukkan bahwa dengan cara pola tanam tumpangsari, pemanfaatan

penggunaan lahan semakin efisien dan produktif sebesar 93% dibandingkan

dengan pola tanam monokultur. Hal ini sesuai dengan pendapat Herlina (2011)

bahwa NKL merupakan salah satu cara menghitung produktivitas lahan yang

ditanam dua atau lebih jenis tanaman menggunakan pola tanam tumpangsari.

Sistem tumpangsari akan lebih menguntungkan bila NKL lebih besar dari satu.

Penanaman tumpangsari antara jagung dengan legum lebih menguntungkan dari

pada penanaman monokultur, hal tersebut ditunjukkan dengan NKL tumpangsari

jagung dengan legum lebih tinggi (Catharina, 2009).

4.3. Bahan Kering Hijauan Jagung Manis

Bahan kering hijauan jagung manis adalah penjumlahan produksi batang

dan daun tanaman jagung manis. Pengukuran bahan kering umumnya digunakan

sebagai petunjuk yang memberikan ciri pertumbuhan. Parameter ini digunakan

untuk membandingkan tanaman yang langsung diberikan ke ternak berupa batang

dan daun jagung manis saja. Rataan bahan kering hijauan jagung manis pada

masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2 (Lampiran 5).

Tabel 2. Rataan bahan kering hijauan jagung manis pada sistem tumpangsariantara jagung manis dan legum tarum dengan jarak tanam yangberbeda.

PerlakuanJarak tanam Rataan BK Hijauan

Jagung Manis(g/tanaman)Jagung manis (m) Legum Tarum (m)

P1 0,75 x 0,38 1 x 1 69.40P2 0,75 x 0,38 0,75 x 1 65.97P3 0,75 x 0,35 1 x 1 74.81P4 0,75 x 0,35 0,75 x 1 69.71P5 0,75 x 0,38 - 64.75P6 0,75 x 0,35 - 57.06

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan tidakberbeda nyata (P>0,05)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam

berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap bahan kering hijauan jagung manis.

Namun, rataan produksi bahan kering hijauan jagung manis tumpangsari lebih

baik dibandingkan jagung manis monokultur. BK jagung manis tumpangsari

tertinggi yaitu pada P3 (74,81 g/tanaman) dan terendah pada

P2 (65,97 g/tanaman), sedangkan BK jagung manis monokultur tertinggi yaitu

pada P5 (64,75 g/tanaman) dan terendah pada P6 (57,06 g/tanaman). Hal ini

diduga karena jarak tanam hijauan legum tarum lebih renggang pada perlakuan P3

(1 m x 1 m) dibandingkan pada perlakuan P2 (0,75 m x 1 m) sehingga kompetisi

unsur hara lebih rendah dan unsur hara dari hasil fiksasi N yang disuplai tanaman

legum tarum itu sendiri untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman jagung.

Marliah, et. al (2010) menyatakan bahwa tujuan dari sistem tanam tumpangsari

adalah untuk mengoptimalkan penggunaan hara, air, dan sinar matahari seefisien

mungkin untuk mendapatkan produksi maksimum. Kemudian hal ini didukung oleh

Apedro (2017) yang menemukan bahwa kandungan N daun jagung pada

tumpangsari lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan jagung manis monokultur

(Lampiran 9).

Selain itu, jarak tanam jagung manis pada tanaman monokultur lebih

renggang pada perlakuan P5 (0,75 m x 0,38 m) daripada perlakuan P6 (0,75 m x

0,35 m). Hal ini dapat terjadi karena jarak tanam jagung belum mencapai jarak

tanam maksimum, sehingga produksi BK hijauan jerami jagung masih meningkat.

Sugito (1999) melaporkan bahwa pada umumnya hasil akan meningkat dengan

bertambahnya populasi hingga batas tertentu, namun penambahan populasi

selanjutnya dapat menurunkan hasil akibat kompetisi untuk mendapatkan nutrisi,

cahaya matahari, air dan faktor tumbuh lainnya. Hasil produksi suatu tanaman

mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan kerapatan tanaman,

karena itu penentuan jarak tanam sangat menentukan jumlah produksi yang

dihasilkan. Sedangkan menurut Maskyadji (2007) bahwa kepadatan tingkat

populasi yang semakin tinggi pada sistem pertanaman tumpangsari jagung dan

legum mengakibatkan berat kering tanaman semakin rendah.

4.4. Bahan Kering Tajuk Hijauan Jagung Manis

Bahan kering tajuk hijauan jagung adalah hasil dari produksi jagung manis

yang terdiri dari batang, buah jagung, daun, dan minicorn. Pengukuran bahan

kering umumnya digunakan sebagai petunjuk yang memberikan ciri pertumbuhan

yang mencakup produksi keseluruhan (batang, buah jagung, daun, dan minicorn)

jagung manis. Parameter ini digunakan untuk membandingkan tanaman setelah

panen, lalu hasinya diberikan ke ternak secara keseluuruhan, berupa batang, buah

jagung, daun, dan minicorn. Rataan produksi total hijauan jagung manis pada

masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3 (Lampiran 6).

Tabel 3. Rataan bahan kering tajuk hijauan jagung manis pada sistem tumpangsariantara jagung manis dan legum tarum dengan jarak tanam yang berbeda

Perlakuan Jarak tanam Rataan BK Tajuk HijauanJagung Manis (g/tanaman)Jagung (m) Legum Tarum (m)

P1 0,75 x 0,38 1 x 1 91.40P2 0,75 x 0,38 0,75 x 1 87.97P3 0,75 x 0,35 1 x 1 96.82P4 0,75 x 0,35 0,75 x 1 91.71P5 0,75 x 0,38 - 86.75P6 0,75 x 0,35 - 79.07

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak

tanam berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap bahan kering tajuk hijauan

jagung manis. Rataan BK jagung manis tumpangsari tertinggi yaitu pada

perlakuan P3 (96,82 g/tanaman) dan terendah pada perlakuan P2

(87,97 g/tanaman), sedangkan produksi total tanaman monokultur tertinggi yaitu

pada P5 (86,75 g/tanaman) dan terendah pada P6 (79,07 g/tanaman). Hal ini

diduga bahwa dengan adanya perlakuan tumpangsari legum tarum dapat

memperbaiki pertumbuhan dan produksi hijauan jagung karena unsur hara N yang

dibutuhkan jagung dapat tercukupi dengan bantuan legum tarum itu sendiri.

Menurut Ella dan Nurhayu (2010) dengan penanaman legum pakan dengan

tanaman pangan akan dapat beberapa keuntungan seperti perbaikan struktur tanah,

meningkatkan kandungan nitrogen dalam tanah sebab legum dapat memfiksasi N

udara dengan bantuan bakteri Rhizobium yang ada pada bintil akar, dan lebih

penting lagi adalah dapat memproduksi hijauan pakan dan tidak menggangu

produksi tanaman pangan itu sendiri. Kemudian hal ini didukung oleh Apedro

(2017) bahwa hasil kandungan N daun jagung tertinggi diperoleh pada perlakuan

tumpang sari sedangkan hasil terendah diperoleh pada perlakuan penanaman

jagung secara monokultur. Pada sistem tumpangsari memberikan pengaruh positif

pada kandungan N daun jagung. Tanaman jagung memperoleh sumbangan unsur

N dari legum tarum. Penanaman legum dalam pertanaman campuran dapat

meningkatkan kandungan N daun jagung dibandingkan dengan penanaman hanya

jagung dikarenakan legum tarum dapat memfiksasi nitrogen bebas dari udara.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas hijauan jagung pada sistem

tumpang sari lebih baik dibandingkan dengan jagung yang ditanam secara

monokultur.

Selain itu, jarak tanam legum tarum pada perlakuan P3 (1 m x 1 m) lebih

renggang daripada perlakuan P2 (0,75 m x 1 m) dan jarak tanam jagung lebih

renggang pada perlakuan P5 (0,75 x 0,38 m) daripada perlakuan P6 (0,75 m x

0,35 m). Hal ini diduga bahwa legum tarum mampu meningkatkan tajuk hijauan

jagung akibat fiksasi N yang disuplai legum tarum untuk ketersediaan produksi

jagung manis. Sesuai dengan pendapat Menurut Sirajuddin et. al., (2010) salah

satu unsur yang penting dalam produksi tanaman adalah N. Sebagian besar

nitrogen ditransfer pada fase generatif yang mampu merangsang pembentukan

tongkol pada jagung (Zea mays). Translokasi unsur hara nitrogen yang

berlangsung baik pada tanaman mempengaruhi pembuahan, ukuran tongkol dan

berat biji jagung. Salli (2015) melaporkan jarak tanam yang lebih renggang

menghasilkan luas daun tanaman semakin luas, bobot kering tanaman semakin

meningkat, laju asimilasi bersih meningkat. Peningkatan laju asimilasi bersih

berindikasi terjadi peningkatan fotosintesis yang berdampak pada meningkatnya

pembentukan biji, pengisian biji dan bobot biji. Permanasari dan Kastono (2012)

menyebutkan pada keadaan tersebut tanaman mampu mengabsorbsi energi

matahari untuk digunakan dalam proses fotosintesis lebih baik dan mampu

memanfaatkannya dengan lebih efisien sehingga berat kering yang dihasilkan juga

akan lebih besar.

4.5. Bahan Kering Tajuk Hijauan Legum Tarum

Bahan kering tajuk legum tarum adalah penjumlahan dari produksi

batang/ranting dan daun legum tarum yang dipangkas 75 cm dari permukaan

tanah Hasil rataan bahan kering tajuk legum tarum pada masing-masing perlakuan

dapat dilihat pada Tabel 4 (Lampiran 7).

Tabel 4. Rataan bahan kering tajuk hijauanlegum tarum pada sistem tumpangsariantara jagung manis dan legum tarum dengan jarak tanam yang berbeda

PerlakuanJarak tanam Rataan BK Tajuk

Hijauan Legum Tarum(g/tanaman)Jagung (m) Legum Tarum (m)

P1 0,75 x 0,38 1 x 1 128.74bo

P2 0,75 x 0,38 0,75 x 1 115.64bc

P3 0,75 x 0,35 1 x 1 110.02bc

P4 0,75 x 0,35 0,75 x 1 129.65bo

P7 - 1 x 1 155.91ab

P8 - 0,75 x 1 169.24ao

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkanberbeda nyata (P<0,05)

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak

tanam berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bahan kering tajuk hijauan legum

tarum. Uji jarak berganda Duncan menunjukan bahwa BK tajuk legum tarum pada

P7 dan P8 berbeda nyata (P<0,05) dengan P1, P2, P3 dan P4. Namun, P7 berbeda

tidak nyata (P>0,05) dengan P8. Bahan kering tajuk legum tarum tertinggi ada

pada perlakuan P8 (169,24 g/tanaman) sebagai tanaman monokultur, sedangkan

pada tanaman tumpangsari BK tajuk tertinggi pada perlakuan P4 (129,65

g/tanaman). Hal ini diduga karena tanaman kontrol legum tarum tidak ternaungi

oleh tanaman jagung dan tidak banyak mengalami persaingan atau kompetisi

cahaya matahari atau unsur hara dalam tanah, sehingga proses fotosintesis pada

tanaman monokultur ini berlangsung dengan baik untuk meningkatkan produksi

tajuk legum tarum. Sependapat dengan Musfal (2010) bahwa berat kering tajuk

mengindikasikan efisiensi proses fotosintesis. Semakin besar fotosintat yang

dihasilkan maka semakin besar berat kering yang dihasilkan. Semakin berat bobot

kering tanaman, maka pertumbuhan tanaman tersebut semakin baik dan unsur

hara serta air yang terserap tanaman juga semakin banyak. Hal ini didukung oleh

Zuchri (2007) semakin berat bobot kering tanaman, maka pertumbuhan tanaman

tersebut semakin baik dan unsur hara serta air yang terserap tanaman juga

semakin banyak. Semakin banyak cahaya matahari yang diterima tanaman dapat

menambah produk fotosintat dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhan dan

metabolisme. Sebaran sinar matahari perlu diperhatikan untuk menghindari

persaingan antara tanaman dalam mendapatkan cahaya matahari (Warsana, 2009).

4.6. Produksi Total Hijauan Makanan Ternak

Produksi total hijauan makanan ternak adalah total penjumlahan bahan

kering tajuk hijauan jagung manis dengan bahan kering tajuk legum tarum yang

masih dapat dikonsumsi oleh ternak. Rataan produksi total hijauan makanan

ternak pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5 (Lampiran 8).

Tabel 5. Rataan produksi total hijauan makanan ternak pada sistem tumpangsariantara jagung manis dan legum tarum dengan jarak tanam yang berbeda

Perlakuan Jarak tanam Rataan Produksi Total HijauanMakanan Ternak (g/tanaman)Jagung (m) Legum Tarum (m)

P1 0,75 x 0,38 1 x 1 220.14a

P2 0,75 x 0,38 0,75 x 1 203.61a

P3 0,75 x 0,35 1 x 1 206.84a

P4 0,75 x 0,35 0,75 x 1 221.36a

P5 0,75 x 0,38 - 86.75co

P6 0,75 x 0,35 - 79.07co

P7 - 1 x 1 155.90bo

P8 - 0,75 x 1 169.24bo

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkanberbeda nyata (P<0,05)

Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak

tanam berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi total hijauan makanan

ternak (HMT). Uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa produksi pada P1,

P2, P3, dan P4 berbeda nyata (P<0,05) dengan P5, P6, P7 dan P8. P7 dan P8

berbeda nyata (P<0,05) dengan P5 dan P6. Rataan produksi total hijauan makanan

ternak pada tanaman tumpangsari tertinggi yaitu pada perlakuan P4 (221,36

g/tanaman) dan terendah pada perlakuan P2 (203,61 g/tanaman). Rataan produksi

tanaman monokultur jagung manis tertinggi pada perlakuan P5 (86,75 g/tanaman)

dan terendah P6 (79,07 g/tanaman). Sedangkan rataan produksi tertinggi tanaman

monokultur legum tarum pada perlakuan P8 (169,24 g/tanaman) dan terendah

pada perlakuan P7 (155,90 g/tanaman). Dari hasil rataan yang diperoleh, dapat

disimpulkan bahwa produksi tanaman tumpangsari lebih tinggi dibandingkan

tanaman monokultur. Menurut Mwangi et. al., (2004) penanaman dengan pola

tumpangsari akan memberikan produksi pakan yang lebih tinggi (Here et. al.,

2004) baik antara tanaman pakan sendiri maupun dengan tanaman pangan.

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pola tanam tumpangsari

jagung manis dengan legum tarum dapat meningkatkan produksi legum tarum dan

hasil jagung manis tanpa menurunkan produksi kedua tanaman. Hasil yang terbaik

diperoleh dengan jarak jagung manis 0,75 m x 0,35 m dan jarak legum tarum

0,75 m x 1 m.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, L., Suharlina. 2010. Herbage yield and quality of two vegetative partsof Indigofera at different time of first regrowth defoliation.Med. Pet. 33:44-49.

Apedro, H. 2017. Pertumbuhan dan Kandungan Nitrogen Daun Jagung yangDitanam dengan Jarak Tanam yang Berbeda dalam Sistem TumpangsariAntara Jagung (Zea mays) dan Legum Tarum (Indigofera zollingeriana).Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Jambi. Jambi.

Bahar, S., Hardjosoewignjo, I. Kismono, dan O. Haridjaja. 1999. Perbaikanpadang rumput alam dengan introduksi leguminosa dan beberapa carapengolahan tanah. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 4:185-190.

Bahua, M. I., Nurmi. 2015. Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Jagung Manis(Zea mays saccharata Sturt) pada Sistem Jarak Tanam Jajar Legowo yangBerbeda. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

Beets, W. C. 1982. Multiple Cropping and Tropical Farming Systems. GowerPublishing Company Limited. England. 156p.

Catharina, T. S. 2009. Respon Tanaman Jagung pada Sistem Monokultur denganTumpangsari Kacang-Kacangan terhadap Ketersediaan Unsur Hara N danNilai Kesetaraan Lahan di Lahan Kering. Fakultas Pertanian UniversitasMaraswati, Mataram. Ganeca Swara Edisi Khusus. 3(3):17-21.

Dahmardeh, M., A. Ghanbari, B. Syasar, and M. Ramroudi. 2009. Effect ofintercropping maize (Zea mays l) with cowpea (Vigna unguiculata l.) ongreen forage yield and quality evaluation. Asian Journal of PlantScience. 8:235-239.

Effendi, S. 2008. Cropping Sistem Suatu Cara untuk Stabilisasi ProduksiPertanian. Penataran PPS Bidang Agronomi dalam Pola Bertanam.Lembaga Penelitian, Bogor.

Ella, A., dan A. Nurhayu. 2010. Kemampuan Daya Dukung Hijauan PakanTernak (Flemengia Congesta dan Desmodium Rensonii) pada PolaTanam Tumpangsari dengan Tanaman Jagung. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Sulawesi Selatan, Makasar. Seminar NasionalTeknologi Peternakan dan Veteriner: 422-427.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi TanamanBudidaya. UI Press, Jakarta.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 2008. Fisiologi TanamanBudidaya. Terjemahan. UI Press. Jakarta.

Goldsworthy, P. R., dan N. M. Fisher. 1984. The Physiology of Tropical FieldCrops. John Wiley and Sons, Ltd. New York.

Gomez, A. A., dan K. A. Gomez. 1983. Multiple Cropping in The Humid Tropicsof Asia. International Development Research Centre. Ottawa.

Harjadi, S. 1989. Pengantar Agronomi. Penerbit Gramedia. Jakarta.

Hassen, A., N. F. G. Rethman, and Z. Apostolides. 2006. Morphological andagronomic characterization of indigofera species using multivariateanalysis. Trop Grassl. 40:45-59.

Hassen, A., N. F. G. Rethman, V. Niekerk, and T. J. Tjelele. 2007. Influence ofseason/year and species on chemical composition and in vitro digestibilityof five indigofera accessions. Animal Feed Science Technology. 136:312-322.

Here, D. M., I. E. Gruben., P. Tatsopong., A. Lunpha., M. Saengkham And K.Wangpicher. 2004. Inter-row planting of legumes to improve and createprotein consentration in Paspalum abatum Cv. Ubon pasture in Nort-EastThailand. Tropical Grassland. 38:167-177.

Herlina. 2011. Kajian Variasi Jarak dan Waktu Tanam Jagung Manis dalamSistem Tumpang Sari Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) danKacang Tanah (Arachis hypogaea L). Universitas Andalas. Padang.

Indriati, T. R. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Organik dan Populasi Tanamanterhadap Pertumbuhan serta Hasil Tumpangsari Kedelai (Glycine max L)Dan Jagung (Zea mays L). Tesis. Sekolah Pascasarjana, UniversitasSebelas Maret, Surakarta.

Isrun. 2010. Respon inceptisols terhadap pupuk guano dan pupuk p sertapengaruhnya terhadap serapan p tanaman kacang tanah. Jurnal Agroland.16(1):40-44.

Koswara, J. 1983. Jagung (Diktat Mata kuliah Tanaman Setahun) DepartemenAgronomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Koten, B. B., R. D. Soetrisno, N. Ngadiyono, dan B. Soewignyo. 2013.Penampilan produksi hijauan hasil tumpangsari arbila (Phaseoluslunatus) berinokulum rhizobium dan sorgum (Sorghum bicolor) padajarak tanam arbila dan jumlah baris sorgum. SainsPeternakan. 2013:26-33.

Lorina, M. D. P., Sitawati, P. W. Kurniawan. 2015. Studi sistem tumpangsaribrokoli (Brassica oleracea l.) dan bawang prei (Allium porrum L.) padaberbagai jarak tanam. Jurnal Produksi Tanaman. 3:564-573.

Marliah. A., Jumini, dan Jamilah. 2010. Pengaruh jarak tanam antar barisan padasistem tumpangsari beberapa varietas jagung manis dengan kacang merahterhadap pertumbuhan dan hasil. Jurnal Agrista. 141:30-38.

Maskyadji, A. S. Z. Z. 2007. Peningkatan produktivitas hijauan tanaman kacangkomak (Dolichos lablab L.) dalam berbagai pola tumpang sari berbasis

tanaman jagung (Zea mays) di lahan kering. Jurusan Budidaya TanamanFakultas Pertanian Unijoyo. Embryo. 4(1):72-84.

Mawazin, Hendi, S. 2008. Pengaruh Jarak Tanam terhadap PertumbuhanDiameter Shorea parvifolia Dyer. Penelitian Hutan dan KonservasiAlam. 5:381-388.

McIntosh, J. L., S. Effendi, and A. Syariffuddin. 1977. Testing cropping patternsfor upland conditions. In cropping system research and development forthe asian rice farmer. IRRI. P. 202-221.

Midleton, G. H. 1981. The Role of Legume in Legume Grass Pasture in the WetTropic. Tropical Grassland.

Musfal. 2010. Potensi cendawan mikoriza arbuskula untuk meningkatkan hasiltanaman jagung. Jurnal Litbang Pertanian. 29(4):154-158.

Mwangi, D. M., G. Cadisch., W. Thorpe And K. E. Giller. 2004. HarvestingManagement Options for Legumes Intercropped in Napier Grass in TheCentral Highlands of Kenya. Tropical Grasslands. 38:234-244.

Palaniappan, S. P. 1985. Cropping System in the Tropics: Principles andManagement. Wiley eastern Ltd. New Delhi.

Palupi, R., L. Abdullah., D. A. Astuti., dan Sumiati. 2014. Potensi danpemanfaatan tepung pucuk Indigofera sp. sebagai bahan pakan substitusibungkil kedelai dalam ransum ayam petelur. JITV. 19(3):210-219.

Paulus, J. M. 2005. Produktifitas Lahan, Kompetensi, dan Toleransi dari TigaKlon Ubi Jalar pada Sistem Tumpangsari dengan Jagung. JurusanBudidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat,Manado. Eugenia. 11(1):1-7.

Permanasari, I dan D. Kastono. 2012. Pertumbuhan tumpangsari jagung dankedelai pada perbedaan waktu tanam dan pemangkasan jagung. JurnalAgroteknologi. 3(1):13-20.

Purwono, M. dan R. Hartono. 2007. Bertanam Jagung Manis. Penebar Swadaya.Bogor. Hal. 68.

Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1992. Plant Physiology. California. WadsworthPubl. Co. 4th Edition.

Salli, M. K. 2015. Hasil Tumpang Sari Jagung (Zea mays L.) dan Kacang Merah(Phaseolus vulgaris L.) pada Jarak Tanam Jagung yang Berbeda. Partner.58(1):57-62.

Sarono, S., Sa’ud, and C. Tsai. 2001. Corn Production in Indonesia. In: Park K,editor. Corn Production in Asia. Taipei: FFTC-ASPAC. Hal. 35-53.

Shehu, Y., W. S. Alhassan, U. R. Pal, dan C. J. C. Phillips. 2001. Yield andChemical Composition Response of Lab Purpureus to Nitrogen,Phosphorus and Potassium Fertilizers. Trop Grassl. 35:180-185.

Simamora, T. J. L. 2006. Pengaruh waktu Penyiangan dan Jarak Tanam terhadapPertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) VarietasDK3. In: Program Studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. P. I-39.

Simon dan Ginting. 2012. Indigofera sebagai Pakan Ternak. IAARD Press.Jakarta.

Sirajuddin, M., dan S. A. Lasmin. 2010. Respon pertumbuhan dan hasil jagungmanis (Zea mays saccharata) pada berbagai waktu pemberian pupuknitrogen dan ketebalan mulsa jerami. Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. JurnalAgroland. 17(3):184-191.

Soejono, A. T. 1994. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Jenis Tanaman Kacangandalam Tumpangsari dengan Tebon Ratoon. Laporan Penelitian FakultasPertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Soejono, A. T. 2005. Tumpangsari Tebu Lahan Kering Dengan Beberapa JenisTanaman Palawija Kaitannya dengan Pertumbuhan Gulma dan HasilTanaman. Disertasi. Sekolah Pasasarjana Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.

Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. PenerjemahBambang Sumantri. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Sudirman dan Imran. 2007. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press.Yogyakarta.

Sudomo, A dan N. Mindawati. 2011. Pertumbuhan manglid (Manglieta glaucabu)pada tiga jarak tanam dan tiga jenis pupuk di Tasikmalaya Jawa Barat.Jurnal Tekno Hutan Tanaman. 4(3):115.

Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.Malang.

Sumarsono. 2009. Forage Crops. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.

Suwarto, S., Yahya, Handoko, dan M. A. Chozin. 2005. Kompetisi TanamanJagung dan Ubi Kayu dalam Sistem Tumpangsari. Universitas SumateraUtara. Medan.

Syafruddin, Nurhayati, dan R. Wati. 2012. Pengaruh jenis pupuk terhadappertumbuhan dan hasil beberapa varietas jagung manis.Jurnal Floratek. 7:107-114.

Tsubo, M., S. Walker, and H. O. Ogindo. 2005. A Stimulation Model of CerealLegume Intercropping Systems for Semi-Arid Regions. Field CropsResearch. 93:10-22.

Waluya, A. 2009. Gulma pada Tanaman Jagung di Kebun Percobaan Cikabayan,Institut Pertanian Bogor. Penguasaan Sarana Tumbuh. DepartemenAgronomi Dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor.

Warsana, E. 2009. Potensi Kerandang (Canavalia virosa) sebagai Sumber Pakandan Pangan Ternak Alternatif. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,Yogyakarta. Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner: 765-769.

Zakaria, F. 2016. Pola Tanam Tumpangsari Kedelai dan Jagung. Ideas Publishing.Gorontalo.

Zamroni. 2003. Pengaruh Varietas dan Populasi terhadap Distribusi Bahan KeringTanaman Jagung (Zea mays L.) pada Pola Tanam Tumpangsari denganUbi Kayu (Manihot esculenta Crantz). Skripsi. Fakultas Pertanian. InstitutPertanian Bogor, Bogor.

Zuchri, A. 2007. Optimalisasi Hasil Tanaman Kacang Tanah dan Jagung DalamTumpangsari melalui Pengaturan Baris Tanam dan Perompesan DaunJagung. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Unijoyo.Embryo 4(2):157-163.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Penanaman Penelitian di Lapangan

0.5 m

1 m

1 m

Gambar 5. Denah Penanaman di Lapangan

Lay out penanaman per plot:

Gambar 6. Denah Perlakuan P1 Gambar 7. Denah Perlakuan P2

]

P11

]

P31 P41]

P71

]

P51

]

P21

]

P61

]

P81

]

P52

]

P32

]

P62

]

P22

]

P42

]

P72

]

P12

]

P82

]

P43

]

P33

]

P73

]

P63

]

P13

]

P23

]

P53

]

P83

Rumah Kaca FakultasPeternakan Universitas Jambi

Gambar 8. Denah Perlakuan P3 Gambar 9. Denah Perlakuan P4

Gambar 10. Denah Perlakuan P5 Gambar 11. Denah Perlakuan P6

Gambar 12. Denah Perlakuan P7 Gambar 13. Denah Perlakuan P8

Lampiran 2. Perhitungan Dosis Pemakaian Pupuk Berdasarkan Berat Tanah

1 ha tanah = 2.000.000 kg tanah1 m2 = 200 kg1 plot = 16 m2

16 m2 = 3.200 kg

ୣ୰ୟ୲ ୟ୬ୟ୦ (୮୭୪୷ୠୟ)ୗ୩ୟ୪ୟ ୣ୰ୟ୲ ୟ୬ୟ୦ ୮ୟୢୟ ଵ ୌୟ

= ୳୮୳୩ (୮୭୪୷ୠୟ)ୣ୫ୟ୩ୟ୧ୟ୬ ୳୮୳୩ ୮ୟୢୟ ୮ୣ୰ ୌୟ

1. Dosis Pupuk Nitrogen dengan pemakaian 200 kg/ha Urea

Kebutuhan Urea = ଷଶ ୩ଶ

= ୰ୣୟ (୧୲୰୭ୣ୬)ଶ ୩

= ଷଶ ୶ ଶଶ

= 0,32 kg/plot

= 320 gr/plot

Maka, penggunaan pupuk urea dalam 1 plot adalah 320 gr dibagi jumlah per

tanaman dalam plot.

2. Dosis Pupuk Fosfor dengan pemakaian 90 kg/ha TSP

Kebutuhan Fosfor = ଷଶ ୩ଶ

= ୗ (୭ୱ୭୰)ଽ ୩

= ଷଶ ୶ ଽଶ

= 0,144 kg/plot

= 144 gr/plot

Maka, penggunaan pupuk TSP dalam 1 plot adalah 144 gr dibagi jumlah per

tanaman dalam plot.

3. Dosis Pupuk Kalium dengan pemakaian 70 kg/ha KCl

Kebutuhan Kalium = ଷଶ ୩ଶ

= େ (ୟ୪୧୳୫) ୩

= ଷଶ ୶ ଶ

= 0,112 kg/plot

= 112 gr/plot

Maka, penggunaan pupuk KCl dalam 1 plot adalah 112 gr dibagi jumlah per

tanaman dalam plot.

Sumber: Buku Ilmu Tanah Karya Sarwono Harjowigeno, 1987

4. Dosis Pupuk Kompos dengan pemakaian 5 ton/ha

Kebutuhan Pupuk Kompos = ଷଶ ୩ଶ

= ୳୮୳୩ ୭୫୮୭ୱହ ୩

= ଷଶ ୶ ହଶ

= 8 kg/plot

= 800 gr/plot

Lampiran 3. Perhitungan Dosis Pengapuran

Diketahui = pH aktual 4,25

pH yang dituju 6

Jawab = 6 - 4,5 x 2000 kg

= 3000 kg/ha

Untuk menaikan 1 point pH tanah diperlukan 2000 kg kapur (sudah baku).

Artinya untuk menaikan pH dari pH sebelumnya 4,5 menjadi 6 dalam satu hektar

luas lahan diperlukan 3000 kg kapur.

Karena 1 plot berisi 3.200 kg tanah, maka perhitungan kebutuhan kapur adalah :

Kebutuhan kapur =ଷ.

ଶ.. x 3200 kg = 4,8 kg/plot

Sumber: Buku Pengapuran Tanah Pertanian Karya Kuswadi, 1993

Lampiran 4. Perhitungan Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL)

JAGUNG TUMPANGSARIPerlakuan I II III ∑Pi Rataan

P1 88,86 95,52 89,82 274,20 91,40P2 84,14 90,20 89,57 263,91 87,97P3 88,77 92,15 109,54 290,46 96,82P4 110,57 89,83 74,73 275,13 91,71∑Pi 372,34 367,70 363,66

JAGUNG MONOKULTURPerlakuan I II III ∑Pi Rataan

P5 82,91 78,50 98,84 260,25 86,75P6 71,61 78,69 86,90 237,20 79,07∑Pi 154,52 157,19 185,74

LEGUM TARUM TUMPANGSARIPerlakuan I II III ∑Pi Rataan

P1 148,65 118,63 118,94 386,22 128,74P2 108,20 116,55 122,16 346,91 115,64P3 119,24 127,20 83,63 330,07 110,02P4 108,14 135,81 145,01 388,96 129,65∑Pi 484,23 498,19 469,74

LEGUM TARUM MONOKULTURPerlakuan I II III ∑Pi Rataan

P7 145,44 148,92 173,35 467,71 155,90P8 168,74 153,31 185,67 507,72 169,24∑Pi 314,18 302,23 359,02

Perhitungan NKL :

NKL P1 = ்ଵெଵ

+ ்ଶெଶ

NKL P3 = ்ଵெଵ

+ ்ଶெଶ

= ଽଵ,ସ଼,ହ

+ ଵଶ଼,ସଵହହ,ଽ

= ଽ,଼ଶଽ,

+ ଵଵ,ଶଵଽ,ଶସ

= 1,05 + 0,83 = 1,22 + 0,65

= 1,88 = 1,87

NKL P2 = ்ଵெଵ

+ ்ଶெଶ

NKL P4 = ்ଵெଵ

+ ்ଶெଶ

= ଼,ଽ଼,ହ

+ ଵଵହ,ସଵହହ,ଽ

= ଽଵ,ଵଽ,

+ ଵଶଽ,ହଵଽ,ଶସ

= 1,01 + 0,74 = 1,16 + 0,77

= 1,75 = 1,93

Lampiran 5. Perhitungan Berat Kering Hijauan Jagung Manis

Perlakuan I II III ∑Pi Rataan

P1 66,85 73,53 67,83 208,21 69,40

P2 62,15 68,20 67,57 197,92 65,97

P3 66,76 70,14 87,53 224,43 74,81

P4 88,57 67,83 52,73 209,13 69,71

P5 60,90 56,49 76,85 194,24 64,75

P6 49,60 56,68 64,90 171,18 57,06

∑r 394,84 392,87 417,41 1205,12

FK JKT JKK JKP JKG

80683,64 1828,23 61,99 537,02 1229,22

SK Db JK KT Fhit 0,05 0,01

Kelompok 2 61,99 31,00 0,25 3,33 5,64

Perlakuan 5 537,02 107,40 0,87

Galat 10 1229,22 122,92

Total 17 1828,23 107,54

Lampiran 6. Perhitungan Bahan Kering Tajuk Hijauan Jagung Manis

Perlakuan I II III ∑Pi Rataan

P1 88,86 95,52 89,82 274,20 91,40

P2 84,14 90,20 89,57 263,90 87,97

P3 88,77 92,15 109,54 290,46 96,82

P4 110,57 89,83 74,73 275,13 91,71

P5 82,91 78,50 98,84 260,24 86,75

P6 71,61 78,69 86,90 237,21 79,07

∑r 526,85 524,89 549,41 1601,15

FK JKT JKK JKP JKG

142426,45 1827,59 61,86 537,06 1228,67

SK Db JK KT Fhit 0,05 0,01

Kelompok 2 61,86 30,93 0,25 3,33 5,64

Perlakuan 5 537,06 107,41 0,87

Galat 10 1228,67 122,87

Total 17 1827,59 107,51

Lampiran 7. Perhitungan Berat Kering Tajuk Hijauan Legum Tarum

Perlakuan I II III ∑Pi RataanP1 148,65 118,63 118,94 386,22 128,74P2 108,20 116,55 122,16 346,92 115,64P3 119,24 127,20 83,63 330,07 110,02P4 108,14 135,81 145,01 388,96 129,65P7 145,44 148,92 173,35 467,72 155,91P8 168,74 153,31 185,67 507,72 169,24∑r 798,40 800,43 828,77 2427,60

FK JKT JKK JKP JKG327402,13 11520,09 96,12 8027,19 3396,78

SK Db JK KT Fhit 0,05 0,01Kelompok 2 96,12 48,06 0,14 3,33 5,64Perlakuan 5 8027,19 1605,44 4,73*Galat 10 3396,78 339,68Total 17 11520,09 677,65

Uji Lanjut Berganda DuncanSX 10,64077

NILAI JARAK SSR & LSR 2 3 4 5 6

SSR0,05 3,33 3,22 3,14 3,07 3,370,01 5,64 5,39 5,20 5,06 4,94

LSR0,05 35,39 34,23 33,36 32,69 35,870,01 59,97 57,31 55,33 53,81 52,59

PERBANDINGAN NILAI BEDA ANTAR PERLAKUANPerlakuan Rataan P8 P7 P4 P1 P2 P3

P8 169,24a0 13,33 39,59* 40,50* 53,60* 59,22*P7 155,91ab 26,26 27,17 40,27* 45,89*

P4 129,65bo 0,91 14,01 19,63

P1 128,74b0 13,10 18,72

P2 115,64bc 5,62

P3 110,02bc

Lampiran 8. Perhitungan Total Hijauan Makanan Ternak

Perlakuan I II III ∑Pi RataanP1 237,51 214,15 208,76 660,42 220,14P2 192,34 206,75 211,73 610,82 203,61P3 208,01 219,35 193,17 620,53 206,84P4 218,71 225,64 219,74 664,09 221,36P5 82,91 78,50 98,84 260,25 86,75P6 71,61 78,69 86,90 237,20 79,07P7 145,44 148,92 173,35 467,71 155,90P8 168,74 153,31 185,67 507,72 169,24

∑r 1325,27 1325,31 1378,16 4028,74

FK JKT JKK JKP JKG676281,08 71379,14 232,94 69003,85 2142,35

SK Db JK KT Fhit 0,05 0,01Kelompok 2 232,94 116,47 0,76 2,76 4,28Perlakuan 7 69003,85 9857,69 64,42*Galat 14 2142,35 153,03Total 23 71379,14 3103,44

Uji Lanjut Berganda DuncanSX 7,14201

NILAI JARAK SSR & LSR 2 3 4 5 6 7 8

SSR0,05 3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,40 3,430,01 4,21 4,39 4,51 4,59 4,65 4,70 4,74

LSR0,05 21,66 22,70 23,34 23,77 24,08 24,30 24,470,01 30,07 31,36 32,20 32,79 33,24 33,59 33,87

PERBANDINGAN NILAI BEDA ANTAR PERLAKUANPerlakuan Rataan P4 P1 P3 P2 P8 P7 P5 P6

P4 221,36a 1,22 14,52 17,75 52,12* 65,46* 134,61* 142,29*P1 220,14a 13,30 16,53 50,90* 64,24* 133,39* 141,07*P3 206,84a 3,23 37,60* 50,94* 120,09* 127,77*P2 203,61a 34,37* 47,71* 116,86* 124,54*P8 169,24c 13,34 82,49* 90,17*P7 155,90c 69,15* 76,83*P5 86,75b 7,68P6 79,07b

Lampiran 9. Analisis Ragam Kandungan N Daun Jagung pada SistemTumpangsari antara Jagung Manis dan Legum Tarumdengan jarak tanam yang berbeda

Perlakuan I II III ∑Pi RataanP1 9,65 12,86 15,34 37,86 12,62P2 8,77 12,31 18,15 39,23 13,08P3 8,77 12,31 13,83 34,91 11,64P4 7,46 7,34 10,30 25,10 8,37P5 6,58 6,47 9,53 22,58 7,53P6 6,58 7,85 9,37 23,80 7,93

∑r 1325,27 1325,31 1378,16 4028,74

FK JKT JKK JKP JKG1870,26 185,67 69,50 95,50 20,47

SK Db JK KT Fhit 0,05 0,01Kelompok 2 69,70 34,85 17,02 4,10 7,56Perlakuan 5 95,50 19,10 9,33* 3,33 2,52Galat 10 20,47 2,05Total 17 185,67 10,92

Uji Lanjut Berganda DuncanSX 0,83

NILAI JARAK SSR & LSR 2 3 4 5 6

SSR0,05 3,15 3,29 3,38 3,43 3,470,01 4,48 4,67 4,79 4,87 4,93

LSR0,05 2,60 2,72 2,79 2,83 2,860,01 3,70 3,86 3,96 4,02 4,07

PERBANDINGAN NILAI BEDA ANTAR PERLAKUANPerlakuan Rataan P2 P1 P3 P4 P6 P5

P2 13,08a 0,46 1,44 4,71* 5,15* 5,55*P1 12,62a 0,98 4,25* 4,69* 5,09*P3 11,64a 3,27* 3,71* 4,11*P4 8,37b 0,44 0,84P6 7,93b 0,40P5 7,53b