pengaruh ukuran kap dan spesialisasi industri...
TRANSCRIPT
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-15
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
PENGARUH UKURAN KAP DAN SPESIALISASI INDUSTRI KAP
TERHADAP KUALITAS AUDIT: TINGKAT RISIKO LITIGASI
PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Diajeng Chrisnoventie, Surya Raharja 1
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851
ABSTRACT This study aims to analyze the influence of audit firm size and industry specialization auditor
on audit quality by the level of litigation risk as a moderating variable on the manufacturing
companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008 until 2010. Audit firm size and audit
firm industry specialization auditor as the independent variables and the quality audit that proxied
by discretionary accrual as the dependent variable.
Data from this study were obtained from financial statements of manufacturing firms drawn
from the Indonesia Stock Exchange and Indonesian Capital Market Directory. The population of
this study are manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the years
2008-2010 amounting to 450 companies. Determination of the sample using purposive sampling
method. Type of data are secondary data in the form of financial statement as the media
manufacturing companies. Data analysis tool is analysis of Covariances with the computer
program SPSS version 19.
The results of this study indicate that audit firm size that proxied by BIG 4 auditor, are
moderated by the level of litigation risk provide higher audit quality than non BIG 4 auditors while
audit firm industry specialization are not moderated by the level of litigation risk. Audit firm
industry specialization do not necessarily provide higher audit quality than audit firm non industry
specialization.
Keywords: Audit Firm Size, Audit Firm Industry Specialization , Litigation Risk, Discretionary
Accrual, Audit Quality
PENDAHULUAN Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan memiliki peran dan fungsi yang sangat penting
baik internal maupun eksternal. Untuk mempertahankan kualitas dalam laporan keuangan, peran
auditor sangat diperlukan untuk menjembatani antara kepentingan pihak prinsipal dengan pihak
agen, yaitu manajer sebagai pengelola keuangan perusahaan. Menurut PSAk No. 2, Tujuan audit
atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat
tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan
ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Oleh sebab
itu kualitas audit sangat dibutuhkan untuk memberikan opini yang berkualitas. Berkaitan dengan
Deep Pocket Theory yang mengemukakan bahwa penerimaan kualitas audit terkait dengan
kemakmuran auditor. Auditor yang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi memiliki insentif yang
lebih besar khususnya saat klien memiliki tingkat risiko litigasi yang lebih tinggi, secara efektif
memonitor sistem pelaporan keuangan untuk menghindari atau mengurangi kerugian moneter.
Khurana dan Raman (2004) dan Francis dan Wang (2008) dalam Jerry Sun dan Guoping Liu
(2011) menjelaskan bahwa perbedaan kualitas audit antara Big N dan Non Big N secara positif
mempengaruhi tingkat risiko litigasi suatu negara, konsisten dengan penjelasan Deep Pocket
Theory. Brown et al. (2005) mengkaji pengaruh dari risiko litigasi terhadap manajemen peramalan
laba dan menemukan bahwa risiko litigasi secara positif berhubungan dengan kemungkinan untuk
menyampaikan ramalan yang berkaitan dengan berita buruk. Laba yang tinggi memiliki potensi
risiko litigasi yang tinggi pula.
1 Diajeng Chrisnoventie, Surya Raharja
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2
2
Jerry Sun dan Guoping Liu (2011) meneliti hubungan antara risiko litigasi klien dan
perbedaan kualitas audit antara BIG N auditor dan Non BIG N auditor dengan manajemen laba
sebagai proksi kualitas audit. Hasil penelitian menunjukan bahwa BIG N auditor lebih efektif dalam
menghambat manajemen laba pada perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi. Rusmin
(2010) menemukan bahwa KAP kelompok Big Four lebih memiliki kemampuan dalam mendeteksi
adanya praktik manajemen laba dibandingkan KAP kelompok Non Big Four. Inten Meutia (2004)
menyatakan bahwa KAP BIG 5 lebih berkualitas dalam mendeteksi berlakunya manajemen laba
dalam suatu perusahaan. Rusmin Rusmin (2010) menemukan bahwa besarnya manajemen laba
signifikan relatif lebih rendah antara perusahaan yang menggunakan Big 4 Spesialis daripada
perusahaan yang menggunakan Non Big 4 spesialis.
Hasil penelitian Jerry Sun dan Guping Liu, Rusmin, Meutia dan Rusmin -Rusmin
berkontradiksi dengan penelitian yang dilakukan Choi et al (2008) dalam Jerry Sun dan Guoping
Liu (2011) menemukan bahwa biaya Big 4 lebih rendah dalam rezim tanggung jawab hukum yang
kuat daripada dalam rezim tanggung jawab hukum yang lemah, tidak konsisten dengan teori deep
pocket. Luhgiatno (2010) menemukan bahwa KAP Big Four tidak berpengaruh terhadap praktik
manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO. Ali Abedalqader Al-Thuneibat, Ream
Tawfiq Ibrahim Al Issa dan Rana Ahmad Ata Baker (2011) juga menyatakan bahwa Ukuran KAP
tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Craswell (1995) dalam Luhgiatno (2010) menyatakan bahwa reputasi KAP kurang bernilai
dalam suatu industri yang juga terdapat KAP spesialis industri. KAP spesialisasi industri tertentu
memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai kondisi lingkungan tertentu.
Untuk industri yang memiliki teknologi akuntansi khusus, KAP spesialisasi industri akan
memberikan jaminan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan KAP yang tidak spesialis.
Mayangsari (2004) menyatakan bahwa auditor yang berkualitas tinggi memberikan kepastian yang
besar terhadap kesesuaian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi berterima umum. Sedangkan
Balsam (2003) menyatakan bahwa auditor spesialis berkontribusi pada kredibilitas yang ditawarkan
auditor. Hamersley (2006) dalam almutairi (2009) menyatakan bahwa auditor spesialis lebih cakap
dalam mengintrepetasikan kesalahan pelaporan. Carcello dan Nagy (2004) berhasil menemukan
hubungan antara spesialisasi auditor dengan kecurangan pelaporan keuangan klien. Rusmin
Rusmin (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang melibatkan jasa spesialis secara signifikan
lebih rendah daripada perusahaan yang melibatkan jasa non spesialis. Penelitian tersebut sejalan
dengan penelitian Rusmin (2010) yang menemukan bahwa KAP spesialisasi industri lebih
memiliki kemampuan dalam mendeteksi adanya praktik manajemen laba dibandingkan KAP non
spesialisasi industri. Chen et al (2005) menemukan bahwa spesialisasi industri auditor tidak
berpengaruh terhadap besarnya manajemen laba. Luhgiatno (2010) juga menemukan bahwa KAP
spesialisasi industri tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan yang
melakukan IPO.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
apakah ukuran KAP BIG 4 dan spesialisasi industri KAP memiliki kualitas audit yang lebih tinggi
terutama untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Teori Keagenan (Agency Theory) Penjelasan mengenai pentingnya auditor dalam mengaudit laporan keuangan terkait dengan
teori keagenan. Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik hubungan antara
pemilik (principal) dan manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan
keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (principal) yang menyewa
orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian
wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Hal tersebut memicu masalah agensi (agency
problem) karena manajemen memiliki kepentingan pribadi yang akan menguntungkannya
bertentangan dengan kepentingan pemilik perusahaan. Masalah agensi tersebut muncul karena
adanya asymetric information. Asimetri informasi dapat berupa informasi yang terdistribusi dengan
tidak merata diantara agent dan principal, serta tidak mungkinnya principal untuk mengamati
secara langsung usaha yang dilakukan oleh agent. Hal ini menyebabkan agent cenderung
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3
3
melakukan perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behaviour). Dalam upaya untuk menekan
masalah agensi ini diperlukan adanya pihak independen untuk menjembatani konflik antara
principal dan agen. Pihak independen adalah Kantor Akuntan Publik atau auditor independen.
Proses pengauditan diharapkan dapat mengurangkan ketidaksesuaian informasi yang wujud di
antara manajemen dan pemegang saham dengan menggunakan pihak lain adalah auditor untuk
mengesahkan laporan keuangan (DeAngelo, 1981). Jadi, teori keagenan digunakan untuk
membantu auditor sebagai pihak ketiga untuk memahami konflik kepentingan yang dapat muncul
antara principal dan agen.
Auditor diharapkan memberikan kualitas audit yang baik dengan mengurangi tingkat
manajemen laba suatu perusahaan. Terkait dengan risiko litigasi dan teori keagenan suatu
perusahaan, perusahaan berupaya untuk menghindari tuntutan dan ancaman litigasi mendorong
manajer (agent) mengungkapkan informasi yang cenderung mengarah pada: (i) pengungkapan
berita buruk dengan segera dalam laporan keuangan, (ii) menunda berita baik, (iii) memilih
kebijakan akuntansi yang cenderung konservatif (Seetharaman et al. 2002). Lingkungan hukum
yang berlaku pada suatu wilayah tertentu juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kebijakan
diskresioner manajer dalam melaporkan keuangannya (Ball et al. 1999 dan 2000). Manajer (agent)
akan melakukan penyeimbangan antara biaya litigasi yang akan timbul dengan keuntungan yang
diperoleh karena akuntansi yang agresif.
Teori Legitimasi (Legitimacy Theory) Teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat.
Dowling dan Pfeffer (1975) dalam A. Chariri dan I.Ghozali (2007) menyatakan karena legitimasi
adalah hal yang penting bagi organisasi, batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan
nilai-nilai sosial, dan reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku
organisasi dengan memperhatikan lingkungan. Suatu institusi harus lolos uji legitimasi dan
relevansi dengan cara menunjukan bahwa masyarakat memang memerlukan jasa perusahaan dan
kelompok tertentu yang memperoleh manfaat dari penghargaan (reward) yang diterimanya betul-
betul mendapat persetujuan masyarakat. Tekait dengan kantor akuntan publik, teori legitimasi
memberi dasar bahwa seorang kantor akuntan publik harus memiliki dasar norma dan etika yang
selaras dengan kepercayaan masyarakat dalam menjalankan pekerjaannya. Terkait dengan kualitas
audit kantor akuntan publik, teori ini mengasumsikan bahwa semua KAP baik BIG 4, Non BIG 4,
spesialis ataupun tidak spesialis memiliki potensi hukum jika tidak berjalan sesuai norma, etika dan
kepercayaan dari masyarakat. KAP BIG 4 dan Spesialis industri menunjukan bahwa perusahaan
memiliki legitimasi yang lebih besar dibandingkan dengan non BIG 4 dan non spesialis karena
penerimaan dan kepercayaan masyarakat lebih besar.
Teori Deep Pocket ( Deep Pocket Theory ) Teori deep pocket menunjukan bahwa penerimaan kualitas audit berhubungan dengan
kemakmuran auditor karena auditor BIG N memiliki lebih banyak kemakmuran dalam risiko.
Mereka memiliki insentif yang lebih tinggi, khususnya saat mereka memilih klien dengan tingkat
risiko litigasi yang tinggi. Kasus kebangkrutan yang terjadi seringkali membuat auditor membuat
auditor mempertanggungjawabkan kegagalan auditnya. Tuntutan hukum seringkali bukan datang
kepada perusahaan melainkan kepada auditor.
Manajemen Laba Menurut Sugiri (1998) dalam Widyaningdyah (2001) membagi definisi manajemen laba
menjadi dua, yaitu:
1. Definisi sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi.
Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk
bermain dengan komponen discretionary accrual dalam menentukan besarnya laba.
2. Definisi luas
Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang
dilaporkan saat ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4
4
Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan laporan keuangan menggunakan dasar
akrual. Konsep model akrual memiliki dua komponen yaitu Discretionary Accrual dan Non
Discretionary Accrual. Salah satu cara untuk mengukur adanya manajemen laba dalam suatu
perusahaan dengan menggunakan proksi Discretionary Accruals (DAC). Discretionary Accrual
merupakan komponen akrual yang dapat diatur dan direkayasa sesuai kebijakan (discretion)
manajerial karena manajerial memiliki kemampuan pengawasan dan tindakan, sementara non
discretionary accrual merupakan komponen akrual yang tidak dapat diatur dan direkayasa sesuai
kebijakan manajer. Manajer akan melakukan manajemen laba dengan memanipulasi akrual- akrual
tersebut untuk mencapai tingkat pendapatan yang diinginkan. Semakin besar manajemen laba
dalam perusahaan, semakin tinggi tingkat discretionary accrual dalam perusahaan tersebut.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba Faktor- faktor yang mempengaruhi manajemen laba yang diajukan Watt dan Zimmerman
(1996) dalam Sugiri (1998) adalah :
1. Bonus Plan Hypothesis
2. Debt to Equity Hypothesis
3. Political Cost Hypothesis
Kualitas Audit DeAngelo (1981) dalam Alim, dkk (2007) menyatakan kualitas audit adalah kebebasan yang
tinggi sebagai faktor kemungkinan auditor dapat menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam
sistem akuntansi klien. Penemuan pelanggaran merupakan ukuran kualitas audit yang berkaitan
dengan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan auditor tersebut. DeAngelo (1981b)
mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas bahwa laporan keuangan mengandung
kekeliruan material dan auditor akan menemukan dan melaporkan kekeliruan material tersebut.
Balsam (2003) menyatakan bahwa kualitas audit yang tinggi (dalam hal ini KAP BIG N)
dapat mendeteksi manajemen laba karena pengetahuan superior mereka dan menekan manajemen
laba opportunitis untuk menjaga reputasi mereka. Mayangsari (2004) menyatakan bahwa auditor
berkualitas tinggi memberikan kepastian yang besar terhadap kesesuaian laporan keuangan dengan
prinsip berterima umum. Klien yang berisiko lebih tinggi dapat saja memilih untuk menggunakan
auditor dengan kualitas yang lebih baik. Reputasi auditor yang lebih baik pada masa lalu dapat
digunakan oleh klien yang memiliki proyek beresiko tinggi dan tidak terlalu menguntungkan
sebagai sinyal bahwa proyek perusahaan tidak seberisiko yang terlihat. Penelitian Datar, Fetlham,
dan Hughes (1991) dalam Widiastuti (2010) membuktikan bahwa perusahaan yang menggunakan
auditor besar cenderung berisiko.
Balsam (2003) menyatakan bahwa spesialisasi industry auditor berkontribusi pada
kredibilitas yang ditawarkan auditor. Hamersley (2006) dalam Almutairi (2009) menyatakan bahwa
auditor spesialis lebih cakap dalam mengintrepetasikan kesalahan pelaporan. Pengetahuan yang
harus dimiliki auditor tidak hanya pengetahuan mengenai pengauditan dan akuntansi melainkan
juga industri klien. Meskipun mengaudit perusahaan pemanufakturan prinsipnya sama dengan
mengaudit perusahaan asuransi, namun sifat bisnis, prinsip akuntansi, sistem akuntansi, dan
peraturan perpajakan yang berlaku mungkin berbeda. KAP yang mempunyai banyak klien dalam
industri yang sama (spesialisasi pada industri tertentu) akan lebih memahami risiko audit khas yang
ada dalam industri khusus tersebut.
Risiko Litigasi ( Litigation Risk ) Risiko litigasi diartikan sebagai risiko yang melekat pada perusahaan yang memungkinkan
terjadinya ancaman litigasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang merasa
dirugikan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan meliputi kreditor, investor, dan
regulator. Risiko litigasi dapat diukur dari berbagai indikator keuangan yang menjadi determinan
kemungkinan terjadinya litigasi.
Besar kecilnya risiko litigasi yang melekat pada perusahaan akan mempengaruhi dorongan
atau perilaku manajer. Cao dan Narayanamoorthy (2005) dalam Juanda (2007) menyatakan bahwa
dengan mempertimbangkan adanya risiko litigasi, manajer lebih memungkinkan untuk
mengungkapkan berita buruk. Demikian juga halnya dengan Skinner (1997) dalam Juanda (2007)
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5
5
menunjukan bahwa perusahaan yang secara sukarela menyampaikan informasi berita buruk lebih
awal akan mengurangi risiko terjadinya tuntutan litigasi. Johnson et al. (2001) dalam Juanda (2007)
menunjukan bahwa dengan adanya kewajiban hukum bagi perusahaan berteknologi tinggi,
mendorong mereka untuk mengungkapkan laporannya relatif lebih lengkap. Brown et al. (2005)
mengkaji pengaruh dari risiko litigasi terhadap manajemen peramalan laba dan menemukan bahwa
risiko litigasi secara positif berhubungan dengan kemungkinan untuk menyampaikan ramalan yang
berkaitan dengan berita buruk.
Litigasi Auditor ( Auditor Litigation ) Tuntutan hukum yang dihadapi oleh para auditor meningkat tajam dalam beberapa tahun
terakhir. Penelitian yang dilakukan oleh Henninger (2001) menunjukan bahwa risiko litigasi
berhubungan dengan suatu ukuran dari earning management-abnormal accrual. Lys and Watts
(1994) menemukan bahwa gugatan terhadap auditor lebih cenderung untuk klien dengan ukuran
yang besar, peningkatan pendapatan akrual, kesulitan keuangan, kinerja harga saham yang lemah
atau laporan audit kualifikasi. Mereka juga menemukan bahwa gugatan yang lebih tinggi jika
auditor mempekerjakan audit teknologi yang tidak berstruktur dan jika klien merepresentasikan
proporsi pendapatan auditor yang relatif besar.
Ukuran KAP, Risiko Litigasi dan Kualitas Audit Becker et al, 1998 dan Francis et al, 1999 dalam Jerry Sun dan Guoping Liu, 2011
menemukan bahwa auditor BIG N menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi daripada auditor
Non-BIG N, karena BIG N auditor memiliki insentif yang lebih besar untuk menyediakan kualitas
audit yang lebih tinggi daripada NON-BIG N. Dye (1993) dalam Jerry Sun dan Guoping Liu (2011)
menyatakan bahwa Perbedaan kualitas audit adalah auditor BIG N menderita kerugian dalam kasus
litigasi karena memiliki kemakmuran dalam risiko. Francis dan Wang (2008) memberikan bukti
bahwa auditor BIG N menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi dalam yurisdiksi litigasi tinggi
tetapi tidak dalam yurisdiksi litigasi rendah.
Perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi cenderung akan menurunkan laba untuk
menghindari tuntutan hukum. Semakin tinggi risiko klien, semakin tinggi probabilitas risiko litigasi
yang dihadapi auditor jika klien tersebut ternyata tidak mengungkapkan informasi yang benar.
Auditor yang berhadapan dengan klien yang berisiko jika harus menerimanya, akan mengenakan
fee yang lebih tinggi dan meningkatkan jam audit agar bisa meningkatkan kekuatan pemonitoran
(Watkins et al., 2004: 165). Ketika berhadapan dengan klien yang berisiko tinggi, kantor akuntan
besar cenderung lebih berhati-hati karena biaya litigasi potensial mereka lebih besar daripada biaya
yang potensial ditanggung oleh kantor akuntan yang lebih kecil.
H1: Kualitas audit lebih tinggi untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi ketika
diaudit oleh auditor BIG 4
Spesialisasi Industri KAP, Risiko Litigasi dan Kualitas Audit Balsam (2003) menyatakan bahwa spesialisasi auditor berkontribusi pada kredibilitas yang
ditawarkan auditor. Hamersley (2006) dalam Almutairi (2009) menyatakan bahwa auditor spesialis
lebih cakap dalam mengintrepetasikan kesalahan pelaporan. Carcello dan Nagy (2004) berhasil
menemukan hubungan antara spesialisasi auditor dengan kecurangan pelaporan keuangan klien
akuntan publik.
Pengetahuan yang harus dimiliki auditor tidak hanya pengetahuan mengenai pengauditan
dan akuntansu melainkan juga industri klien. Meskipun mengaudit perusahaan manufaktur
prinsipnya sama dengan mengaudit perusahaan asuransi, namun sifat bisnis, prinsip akuntansi,
sistem akuntansi dan peraturan perpajakan yang berlaku mungkin berbeda. Pengetahuan lebih
dalam yang dimiliki oleh auditor spesialis industri memberikan kualitas audit yang lebih baik pula.
Kecenderungan perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi, memaksa auditor spesialis
untuk memberikan audit yang lebih berkualitas untuk menghindari adanya tuntutan hukum dan
kecurangan.
H2: Kualitas audit lebih tinggi untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi ketika
diaudit oleh spesialisasi industri KAP
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6
6
METODE PENELITIAN
Variabel Dependen/Terikat Kualitas audit direfleksikan dengan manajemen laba karena Heninger (2001) menemukan
bahwa tingkat manajemen laba mendorong ex-post litigasi auditor lebih tinggi. Manajemen laba
menggunakan proksi discretionary accrual. Dalam penelitian ini manajemen laba diukur
menggunakan model yang dikembangkan Kothari et al. (2005) dalam A. Herusetya (2009 ) yaitu
Linier Performance – Matching Jones. Tahapan Linier Performance- Matching Jones:
TACCt/ TA
t-1 = NDACCt / TA
t-1 = α
0 +
α
1(1/ TA
t-1) + α
2((Δ REV
t - Δ REC
t ) / TA
t-1) + α
3(PPE
t /
TAt-1
) + α4 ( ROA
t-1) + є............ (1)
TACCt = total accruals perusahaan i pada periode t
NDACCt = nondiscretionary accruals pada tahun t
α0
= konstanta
TAt-1
= total aset untuk sampel perusahaan i pada akhit tahun t-1
Δ REVt = perubahan laba perusahaan pada tahun t
Δ RECt = perubahan piutang bersih (net receivable)perusahaan pada tahun t
PPEt = aktiva tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun t
ROA t-1
= Return on assets perusahaan i pada akhir tahun t-1
є = Residual eror
Discretionary accruals atau abnormal accruals merupakan selisih antara total accrual
dengan nondiscretionary accrual ( merupakan fitted value ). Perusahaan dengan Discretionary
accrual rendah menunjukan tingkat manajemen laba rendah yang berarti kualitas audit tinggi,
sedangkan jika perusahaan memiliki discretionary accrual tinggi menunjukan tingkat manajemen
laba tinggi dan kualitas audit rendah.
Variabel Independen/Bebas
Ukuran Kantor Akuntan Publik Kategori KAP BIG 4 di Indonesia yaitu :
KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Drs.Haryanto Sahari & Rekan,
KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan; KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang
bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta dan Widjaja; KAP Ernets dan Young, yang
bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja; KAP Deloitte Touche Thomatsu,
yang bekerjasama dengan KAP Drs.Hans Tuanokata & Mustofa, Osman Bing Satrio & Rekan.
Pada penelitian ini ukuran KAP menggunakan variabel dummy, nilai 1 jika perusahaan
diaudit oleh BIG 4 Auditor dan 0 jika lainnya.
Spesialisasi Industri KAP Spesialisasi industri auditor diproksi dengan konsentrasi jasa auditor pada bidang tertentu.
Penetapan spesialis industri KAP dapat dilihat melalui frekuensi penugasan yang dilakukan oleh
KAP dalam melakukan pemeriksaan pada perusahaan sejenis menurut pengelompokan perusahaan
oleh BEI. Spesialisasi industri KAP pada penelitian ini adalah auditor yang memiliki pangsa pasar
minimal 20% dari jumlah klien yang diterima pada kelompok tertentu (Rusmin 2010).
Variabel Moderasi
Risiko Litigasi Langkah menetapkan tingkat risiko litigasi :
LITSCORE=0,276*SIZE+1,153*INV+2,075*REC+1,251*ROA+1,501*LEV+
0,301*GROWTH-0,371*RET+0,235*BETA+
1,464*TURNOVER+1,060*DELIST+0,928*TECH+ 0,463*OPINION-10,049
LITSCORE = skor litigasi
SIZE = log natural dari total aset di akhir tahun
INV = persediaan dibagi dengan total aset di akhir tahun
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7
7
REC = piutang dibagi dengan total aset di akhir tahun
ROA = laba bersih pada tahun sample dibagi dengan total aset di akhir tahun
LEV = total kewajiban pada tahun sample dibagi dengan total aset pada akhir tahun
GROWTH = perubahan penjualan t-1 ke tahun t dibagi dengan penjalan t-1
RET = harga saham dari tahun t dikurangi harga saham t-1 dibagi harga saham t-1
BETA = koefisien dari regresi return saham dengan hari return pasar
TURNOVER = volume saham perusahaan dibagi dengan saham yang beredar
DELIST = 1 jika perusahaan dinyatakan delist, 0 sebaliknya
TECH = 1 jika perusahaan berada dalam kode SIC perusahaan dalam 2830s, 3570s,
7370s, 8730s dan antara 3825 dan 3839, 0 sebaliknya
OPINION = 1 jika menerima opini going concern pada tahun sebelumnya dan 0 sebaliknya
Perusahaan dengan skor litigasi diatas median menunjukan bahwa perusahaan tersebut
mempunyai tingkat risiko litigasi yang tinggi, begitu sebaliknya.
Variabel Kontrol 1. Market to Book Ratio
Skinner dan Sloan (2002) dalam Jerry Sun and Guoping Liu ( 2011) menyatakan bahwa
manajemen laba lebih tinggi untuk perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang tinggi
daripada perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang rendah.
2. Absolute value of Change in Net Income
Klein ( 2002 ) menemukan bahwa absolute value of change in net income berhubungan
positif terhadap absolute value of discretionary accruals.
3. Debt
Klein ( 2002 ) berpendapat bahwa perusahaan dengan leverage keuangan yang tinggi
mungkin mempunyai tingkat discretionary accrual yang lebih tinggi. Jensen and Meckling (
2002 ) berpendapat bahwa Leverage keuangan dapat mengurangi agency cost.
4. Asset
Perusahaan besar cenderung memiliki kualitas laba yang lebih besar (Armstrong et al., 2010)
5. Loss
Kualitas laba cenderung lebih rendah ketika perusahaan mengalami kerugian (Francis et al.,
2004). Loss diukur dengan variabel dummy, 1 untuk laba bersih negatif dan 0 untuk
sebaliknya.
Populasi dan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive
sampling method. Kriteria pemilihan sampel adalah emiten berada pada industri manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008-2010, Emiten mempublikasikan
laporan keuangan tahunan untuk periode 31 Desember 2008-2010, Minimal harus tersedia 8
perusahaan dalam setiap industri, dan data – data mengenai variabel penelitian yang akan diteliti
tersedia lengkap dalam laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan tahun 2008-2010.
Metode Analisis
Analysis of Covariance (ANCOVA) Analysis of Covariance adalah analysis variance (ANOVA) yang memasukan variabel
independen metrik sebagai covariate ke dalam model. Model linier yang dikembangkan untuk
menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. DAC = a + β
1 LITRISK + β
2 BIGAUD + β
3 LITRISK*BIGAUD + β
4 MB + β
5ACNI + β
6
DEBT + β7 ASSET + β
8 LOSS + є
2. DAC = a + β
1 LITRISK + β
2 AUDSPES + β
3 LITRISK*AUDSPES + β
4 MB + β
5 ACNI +
β6 DEBT + β
7 ASSET + β
8 LOSS +
a = konstanta
β1,2,3,4,5,6,7,8
= koefisien variabel
DAC = nilai abnormal accrual
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8
8
LITRISK = risiko litigasi, 1 untuk perusahaan dengan risiko litigasi tinggi dan 0
sebaliknya
BIGAUD = BIG 4 Auditor, 1 untuk BIG 4 auditor dan 0 untuk NON BIG 4 Auditor
AUDSPES = spesialisasi industri Auditor, 1 untuk spesialisasi industri auditor, 0 sebaliknya
MB = saham beredar dikali harga saham dibagi dengan total ekuitas
ACNI = nilai absolut perubahan laba bersih dari tahun t-1 ke tahun t dibagi total aset
DEBT = rasio utang jangka panjang terhadap total aset
ASSET = Log Natural dari total aset
LOSS = 1 untuk laba bersih negatif , 0 sebaliknya
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Obyek Penelitian
Tabel 1
Jumlah Sample Perusahaan Berdasarkan Sektor Usaha
Tabel 2
Analisis Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DAC 144 -5,576958 0,095878 -2,2949432 0,944058
MB 144 -8,672033 35,40235 1,202847 3,479632
ACNI 144 0,000189 0,88161 0,069467 0,131936
DEBT 144 0 2,439393 0,239717 0,433039
ASSET 144 24,068944 32,35714 27,39456 1,694266
Tabel 4
Analisis Deskriptif
Variabel Jumlah Prosentase
Risiko Litigasi:
Risiko rendah 84 58,3
Risiko tinggi 60 41,7
Auditor Big 4
KAP Big 4 57 39,6
KAP non Big 4 87 60,4
Spesialis Auditor
Auditor spesialis 54 37,5
Auditor non spesialis 90 62,5
Loss
Laba positif 124 86,1
Laba negative 20 13,9
Jenis Perusahaan Manufaktur Jumlah Perusahaan
Food and Beverage 11
Apparel and Other Textile Product 9
Plastic and Glass Product 9
Metal and Allied Product 9
Automotive and Allied Product 10
Jumlah sampel per tahun 48
Jumlah Sampel 2008 – 2010 144
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9
9
Hasil Uji Hipotesis
Analisis Ancova Model 1 Analisis 1 digunakan untuk menguji pengaruh ukuran KAP (Big 4 atau non Big 4), risiko
litigasi dan interaksi keduanya terhadap kualitas audit ADAC. Pola yang dibentuk oleh variabel
BIGAUD, LITRISK maupun interaksinya dapat ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar 1
Interaksi BIGAUD dan LITRISK terhadap kualitas audit
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 dengan
tingkat risiko litigasi yang tinggi memiliki tingkat discretionary accrual yang rendah maka kualitas
audit yang diperoleh adalah yang tertinggi. Kualitas audit akan menurun ketika perusahaan yang
diaudit oleh KAP Big 4 dengan risiko litigasi yang rendah.
Tabel 5
Hasil Ancova – 1
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:DAC
Source Type III Sum
of Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 23.571a 8 2.946 3.829 .000
Intercept .839 1 .839 1.090 .298
BIGAUD 2.304 1 2.304 2.994 .086
LITRISK .077 1 .077 .100 .752
BIGAUD * LITRISK 6.161 1 6.161 8.006 .005
MB .138 1 .138 .179 .673
ACNI 4.036 1 4.036 5.245 .024
DEBT 1.158 1 1.158 1.505 .222
ASSET .206 1 .206 .268 .606
LOSS 4.619 1 4.619 6.003 .016
a. R Squared = .185 (Adjusted R Squared = .137)
Pengaruh ukuran KAP (BIGAUD) terhadap kualitas audit mendapatkan nilai F sebesar
2.994 dengan signifikansi sebesar 0,086. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,10. Hal ini
berarti bahwa BIGAUD secara signifikan membedakan tingkat kualitas audit. Pengaruh dari risiko
litigasi terhadap kualitas audit menunjukkan nilai statistik uji F sebesar 0,100 dengan signifikansi
sebesar 0,752. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa risiko litigasi
dapat membedakan tingkat kualitas audit.
Hasil pengujian perbedaan kualitas audit pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Big4 dan
KAP non Big 4 dengan adanya risiko litigasi rendah dan tinggi diuji dengan uji Ancova. Untuk
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10
10
mengetahui apakah tingkat risiko litigasi perusahaan merupakan variabel moderating pada
hubungan antara ukuran KAP dengan kualitas audit, maka pengujian terhadap interaksi
BIGAUD*LITRISK digunakan sebagai dasar pengujian. Hasil pengujian untuk variabel
BIGAUD*LITRISK diperoleh nilai F sebesar 8,006 dengan signifikansi sebesar 0,005. Nilai
signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa interaksi BIGAUD*LITRISK
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hipotesis 1 yang diajukan adalah bahwa kualitas
audit akan lebih tinggi untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi ketika diaudit
oleh auditor Big 4. Dengan demikian temuan hasil penelitian ini tidak berbeda dengan Hipotesis 1
karena pola yang dibentuk dari penelitian ini adalah kualitas audit lebih tinggi untuk perusahaan
dengan risiko litigasi yang tinggi yang diaudit oleh auditor Big 4. Hal tersebut terlihat dari
discretionary accrual yang semakin rendah untuk perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang
tinggi. Dengan demikian Hipotesis 1 diterima.
Analisis Ancova 2 Analisis 2 digunakan untuk menguji pengaruh Spesialisasi KAP, risiko litigasi dan interaksi
keduanya terhadap kualitas audit DAC. Pola yang dibentuk oleh variabel AUDSPES, LITRISK
maupun interaksinya dapat ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar 4.2
Interaksi AUDSPES dan LITRISK terhadap kualitas audit
Hasil penelitian mendapatkan bahwa pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Spesialisasi
industri dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi maka kualitas audit yang diperoleh adalah yang
terendah karena tingkat discretionary accrualnya semakin tinggi dan selanjutnya kualitas audit akan
meningkat ketika KAP spesialisasi industri mengaudit perusahaan dengan tingkat risiko litigasi
yang rendah.
Tabel 6
Hasil Ancova – 2
Dependent Variable:DAC
Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 14.780a 8 1.847 2.214 .030
Intercept 3.247 1 3.247 3.891 .051
AUDSPES .382 1 .382 .457 .500
LITRISK .575 1 .575 .689 .408
AUDSPES * LITRISK .266 1 .266 .319 .573
MB .796 1 .796 .954 .330
ACNI 5.106 1 5.106 6.118 .015
DEBT .549 1 .549 .658 .419
ASSET .103 1 .103 .123 .726
LOSS 4.541 1 4.541 5.442 .021
RSquared = .116 (Adjusted R Squared = .064)
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11
11
Pengaruh Spesialisasi KAP terhadap kualitas audit mendapatkan nilai F sebesar 0.457
dengan signifikansi sebesar 0,500. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti
bahwa spesialisasi KAP tidak signifikan membedakan tingkat kualitas audit. Pengaruh dari risiko
litigasi pada kualitas audit menunjukkan nilai statistik uji F sebesar 0,689 dengan signifikansi
sebesar 0,408. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa risiko litigasi dapat
membedakan tingkat kualitas audit.
Hasil pengujian perbedaan kualitas audit pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Spesialis
non spesialis dengan adanya risiko litigasi rendah dan tinggi diuji dengan uji ancova. Untuk
mengetahui apakah tingkat risiko litigasi perusahaan merupakan variabel moderating pada
hubungan antara spesialisasi KAP dengan kualitas audit, maka pengujian terhadap interaksi
AUDSPES*LITRISK digunakan sebagai dasar pengujian. Hasil pengujian untuk variabel
AUDSPES*LITRISK diperoleh nilai F sebesar 0,319 dengan signifikansi sebesar 0,573. Nilai
signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa interaksi AUDSPES*LITRISK
tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dengan demikian Hipotesis 2 ditolak.
Variabel Kontrol Market to book value tidak berpengaruh signifikan terhadap discretionary accruals, ACNI
berpengaruh signifikan terhadap discretionary accruals, DEBT tidak berpengaruh signifikan
terhadap discretionary accruals, aset tidak berpengaruh signifikan terhadap discretionary
accruals,loss berpengaruh positif dan signifikan terhadap discretionary accruals.
Pembahasan Ukuran KAP yang ditunjukkan oleh KAP Big 4 berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit yang ditunjukkan oleh discretionary accruals. KAP Big 4 sebagai perusahaan audit yang
memiliki pengalaman serta keahlian yang baik dalam auditing dapat mendeteksi discretionary
accruals serta akan menekan terjadinya discretionary accruals untuk menjaga reputasi mereka.
Oleh karena itu perusahaan yang menggunakan KAP Big 4 kualitas labanya cenderung meningkat.
Risiko litigasi pada perusahaan memoderasi pengaruh ukuran perusahaan audit terhadap kualitas
audit. Auditor BIG 4 yang memiliki klien dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi akan
meningkatkan kualitas auditnya untuk menghindari tuntutan hukum yang berisiko pada reputasi
mereka. Hasil ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Becker et al, 1998; Francis et al,
1999 bahwa auditor BIG N menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi daripada auditor Non-BIG
N, karena BIG N auditor memiliki insentif yang lebih besar untuk menyediakan kualitas audit yang
lebih tinggi daripada NON-BIG N. auditor BIG N menyediakan kualitas audit yang lebih tinggi
dalam yurisdiksi litigasi tinggi tetapi tidak dalam yurisdiksi litigasi rendah (Francis dan Wang,
2008 ). Ketika berhadapan dengan klien yang berisiko tinggi, kantor akuntan besar cenderung lebih
berhati-hati karena biaya litigasi potensial mereka lebih besar daripada biaya yang potensial
ditanggung oleh kantor akuntan yang lebih kecil.
Spesialisasi industri kantor akuntan publik terbukti tidak dipengaruhi oleh tingkat risiko
litigasi perusahaan sebagai variabel moderasi dan memiliki hubungan yang tidak signifikan
terhadap kualitas audit. Perusahaan yang menggunakan auditor dengan spesialisasi industri tidak
selalu meningkatkan kualitas audit demikian sebaliknya dan perusahaan yang menggunakan auditor
non spesialisasi industri tidak selalu menurunkan kualitas audit. Demikian pula risiko litigasi tidak
terbukti menjadi variabel moderasi dalam hubungan antara auditor spesialis industri dengan
kualitas audit. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Balsam (2003)
bahwa spesialisasi auditor berkontribusi pada kredibilitas yang ditawarkan auditor. Auditor
spesialis industri dengan pengalamannya yang lebih baik diharapkan mampu mendeteksi
discretionary accruals pada perusahaan yang diaudit, dengan demikian akan meningkatkan kualitas
audit.
Hasil penelitian ini juga tidak mendukung hasil penelitian Carcello dan Nagy (2004) yang
menemukan bukti empiris pengaruh auditor spesialis industry terhadap kualitas laba.
Kecenderungan perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi tidak mendorong auditor
spesialis untuk memberikan audit yang lebih berkualitas. Auditor spesialis juga tidak menekankan
pada reputasi mereka sehingga cenderung tidak terpengaruh pada tingkat risiko litigasi klien
sehingga auditor spesialis tidak berusaha untuk meningkatkan kualitas auditnya agar terhindar dari
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12
12
tuntutan hukum. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Luhgiatno (2008) yang menyatakan bahwa
spesialisasi industri KAP bukan untuk mengurangi manajemen laba tetapi untuk meningkatkan
kredibilitas laporan keuangan dengan mengurangi gangguan di dalamnya. Faktor- faktor eksternal
yang mendorong auditor spesialis tidak mampu meningkatkan kualitas auditnya antara lain:
Independensi, kurang jelasnya pengukuran penetapan spesialisasi industri KAP di Indonesia dan
time-pressure.
Variabel lain yang berpengaruh terhadap kualitas audit adalah ACNI yaitu perubahan laba
bersih. Semakin tinggi perubahan laba bersih akan meningkatkan discretionary accruals yang
berarti kualitas audit cenderung menurun. Perubahan laba bersih yang tinggi merupakan indikator
kinerja perusahaan yang baik, selanjutnya investor akan tertarik untuk menginvestasikan modalnya
ke perusahaan. Hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan discretionary accrual sehingga
perubahan laba bersih menjadi baik. LOSS berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Perusahaan yang mengalami laba negatif akan menurun kualitas auditnya. Hal ini terjadi ketika
perusahaan yang mengalami laba negatif cenderung untuk mengurangi kerugian agar kinerja
perusahaan tidak terlalu buruk. Tindakan ini dilakukan agar investor tetap mempertimbangkan
perusahaannya untuk berinvestasi.
Variabel debt, market to book value serta asset tidak terbukti secara empiris berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi debt tidak menurunkan kualitas audit. Demikian
pula semakin tinggi market to book ratio maupun asset tidak meningkatkan kualitas laba.
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran KAP dan spesialisasi industri
KAP terhadap kualitas audit dengan tingkat risiko litigasi perusahaan sebagai variabel moderasi.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa Risiko litigasi perusahaan memoderasi pengaruh ukuran
KAP terhadap kualitas audit. Hal ini berarti perusahaan yang menggunakan auditor KAP Big 4 dan
mempunyai risiko litigasi yang tinggi akan meningkatkan kualitas audit. KAP Big 4 cenderung
meningkatkan kualitas auditnya karena memiliki insentif yang lebih besar daripada Non Big 4 dan
memiliki risiko yang lebih tinggi pula. KAP Big 4 akan lebih berhati-hati dalam auditnya untuk
menghindari tuntutan hukum yang berisiko pada reputasi mereka. Reputasi tersebut berhubungan
pula dengan biaya litigasi potensial yang akan mereka tanggung dibandingkan KAP Non Big 4.
Risiko litigasi perusahaan tidak memoderasi hubungan spesialisasi industri kantor akuntan
publik terhadap kualitas audit. Hal ini berarti perusahaan yang menggunakan auditor spesialis
industri dan mempunyai risiko litigasi yang tinggi belum tentu akan meningkatkan kualitas audit
dan perusahaan dengan tingkat risiko litigasi yang tinggi belum tentu akan menggunakan auditor
spesialis. Hal tersebut dikarenakan auditor spesialis dalam mengaudit tidak terpengaruh dengan
tingkat risiko litgasi klien. Auditor spesialis tidak menekankan pada reputasi mereka sehingga
auditor spesialis cenderung tidak meningkatkan kualitas auditnya meskipun kliennya memiliki
risiko litigasi tinggi. Auditor spesialis juga terbukti tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Meskipun memiliki pemahaman yang sangat baik dalam industri klien, belum tentu mampu
menekan discretionary accrual klien. Hal tersebut dipengaruhi pula oleh faktor- faktor seperti
independensi, time-pressure, dan penetapan pengukuran spesialisasi industri KAP di Indonesia
yang masih belum jelas.
Market to book value, Asset, dan Debt to Value tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Perubahan laba bersih berpengaruh signifikan dan positif terhadap kualitas audit.
Kerugian juga berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Keterbatasan Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang harus disempurnakan dalam penelitian
selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain: periode penelitian terbatas hanya 3 tahun dan sample
penelitian yang didapat berjumlah sedikit. pengaruh variabel – variabel bebas hanya dapat
dibuktikan sebesar 13% dan 6,4%. Sehingga kurang menjelaskan pengaruh terhadap variabel
terikat.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 13
13
Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapat serta keterbatasan penelitian yang ada, dapat diberikan
saran sebagai berikut: bagi penelitian mendatang hendaknya dapat memperpanjang periode
penelitian dan menambah jumlah industri tidak terbatas hanya pada perusahaan manufaktur untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik, menambah variabel kontrol disamping variabel yang sudah
digunakan dalam penelitian ini yang berpengaruh terhadap kualitas audit, menggunakan ukuran
spesialisasi industri KAP lain dengan market share lebih dari 15% atau menggunakan market share
auditor yang paling tinggi dalam suatu industri.
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 14
14
REFERENSI
Ali Abedalqader Al-Thuneibat, Ream Tawfiq Ibrahim Al Issa, Rana Ahmad Ata Baker.
2011 “Do audit tenure and firm size contribute to audit quality? Empirical evidence
from Jordan”. Managerial Auditing Journal, Vol. 26 No. 4. pp. 317-334.
Alim, N.M., T. Hapsari, dan L. Purwanti. 2007. “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap
Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”. Simposium Nasional
Akuntansi X.
Almutairi, A.R., K. A. Dunn, and T. Skantz.2009. “Auditor Tenure, Auditor
Specialization, and Information Asymmetry”. Managerial Auditing Journal Vol. 24
No. 7, pp. 600-623.
Armstrong, C.S., Barth, M.E., Jagolinzer, A.D. and Riedl, E.J. 2010. “Market reaction to
the adoption of IFRS in Europe”. The Accounting Review, Vol. 85, pp. 31-61.
Ball, R., Kothari SP., and Robin A. 1999.” The Effect of International Institution Factors on
Properties of Accounting Earnings”. Journal of Accounting and Economics 29:1-51.
Ball, R., Robin A., and Wu Y. 2000. “Incentives Versus Standard: Properties of Accounting
Income in Four East Asian Countries, and Implication for Acceptance of IAS”. Working
Paper, University of Chicago.
Balsam, S., J. Krishnan, and Joon S. Yang. 2003. “Auditor Industry Specialization and
Earnings Quality”. SSRN.
Brown et. al. 2005. “Management forecasts and litigation risk”.SSRN.
Carcello, J and Nagy, A. 2004. “Client size, auditor specialization and fraudulent financial
reporting”. Managerial Auditing Journal Vol. 19 No. 5, pp. 651-668.
Chariri, A. dan I. Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Edisi 3. Semarang:Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Chen K.Y., K.L. Lin, and J. Zhou. 2005. “Audit quality and earnings management for
Taiwan IPO firms”. Managerial Auditing Journal Vol. 20 No. 1, pp. 86-104.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. 5 ed.
Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Heninger W. 2001.” The Association between Auditor Litigation and abnormal Accruals”.
The Accounting Review Vol. 76 No.1, pp 111-126.
Herusetya, A. 2009. “Efektivitas Pelaksanaan Corporate Governance dan Audit Eksternal-
Auditor dengan Spesialisasi Industri dalam Menghambat Manajemen laba”. JAAI Vol.
13 No. 2, pp. 167–188.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1 (revisi
2009)
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 15
15
Jensen M.C. and William H. Meckling.1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure”.Journal of Financial Economics Vol. 3, No.
4, pp. 305-360.
Juanda, A. 2007. “Pengaruh Risiko Litigasi dan Tipe Strategi terhadap Hubungan antara
Konflik Kepentingan dan Konservatisma”.Simposium Nasional Akuntansi X.
Klein, A.2002. “Audit committee, board of director characteristics, and earnings
management”. Journal of Accounting and Economics, Vol. 33, pp. 375-400.
Luhgiatno. 2010. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba Studi pada
Perusahaan yang Melakukan IPO di Indonesia”. Fokus Ekonomi, Vol 5 No. 2. Hal. 15-
31.
Lys, T. and R.L. Watts. 1994. “Lawsuits against auditors”. Journal of Accounting
Research Vol. 32, pp 65 – 93.
Mayangsari, S. 2004.” Bukti Empiris Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor terhadap
Earnings Response Coefficient”.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.7, No.2.Hal
154-178.
Meutia, I. 2004. “Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba untuk KAP
Big 5 dan Non Big 5”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 7 No. 3. Hal. 333-350.
Rusmin. 2010. “ Auditor Quality and Discretionary Accruals: Case of Australian Listed
Companies” . JAAI, Vol. 14 No. 1, pp. 1-27.
Rusmin, R. 2010. “Auditor quality and earnings management: Singaporean evidence”.
Managerial Auditing Journal ,Vol. 25 No. 7. pp 618-638.
Seetharaman et. al. 2002. “ Litigation Risk and Audit Fees: Evidence From UK Firms
Cross-Listed on US Markets. Journal of Accounting and Economics Vol.33 pp. 91–
115.
Sugiri, Slamet. (1998), “Earnings Management: Teori, Model, dan Bukti Empiris”.Telaah,
hal 1-18.
Sun, J. and Guoping L. 2011. “Client-specific litigation risk and audit quality
differentiation“. Managerial Auditing Journal, Vol. 26 No. 4. pp. 300-316.
Watts, R. L. and Zimmerman J. L. 1986. Positive Accounting Theory. New York, Prentice
Hall.
Widiastuty, E. dan R. Febrianto. 2010. “ Pengukuran Kualitas Audit: Sebuah Esai”.
Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Widyaningdyah A.U. 2001. “Analisis Faktor- Faktor yang Berpengaruh terhadap Earning
Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol. 3, No. 2, hal. 89 – 101.
www. idx.co.idHubungan Antara Kualitas Audit