pengaruh warna wadah terhadap perubahan warna kuda …digilib.unila.ac.id/54639/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH WARNA WADAH TERHADAP PERUBAHAN WARNA
KUDA LAUT (Hippocampus comes) di Balai Besar Perikanan Laut Lampung
(Skripsi)
Oleh
Mitri M Manullang
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
PENGARUH WARNA WADAH TERHADAP PERUBAHAN WARNA
KUDA LAUT (Hippocampus comes) di BBPBL LAMPUNG
Mitri M Manullang
ABSTRAK
Kuda laut memiliki daya tarik pada warna, intensitas cahaya dari alam diduga
sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat kecerahan kuda laut. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh warna wadah terhadap tingkat kecerahan
warna kuda laut. Pada penelitian ini menggunakan metode rancangan acak
lengkap dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan yaitu A (wadah biru
sebagai kontrol), B (wadah transparan), C (wadah merah) dan D (wadah hitam).
Pengukuran tingkat kecerahan dengan M-TCF dan AHP dilakukan 7 hari sekali
selama 30 hari masa pemeliharaan. Perlakuan C (wadah merah) menunjukkan
hasil yang baik dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Perlakuan wadah
berwarna merah memberikan hasil berbeda nyata terhadap perubahan warna kuda
laut.
Kata Kunci: kuda laut, warna wadah, kecerahan , M-TCF, AHP
THE INFULENCE OF THE COLOR OF THE CONTAINER TO THE
COLOR OF THE SEA HORSE (Hippocampus sp) in BBPBL of LAMPUNG
Mitri M Manullang
ABSTRACT
Sea horse has an appeal on the color. The intensity of the light is suspected as a
factor that affects the brightness level of the sea horse. This study aims to
determine the influence of the color of the sea horse container to the brightness of
the sea horse. In this study using a completely random design method with four
treatments and three replications that is reatment A (blue container as control), B
(transparent container), C (red container) and D (black counteiner). The
measurement of the brightness level using the M-TCF and AHP, were carrie out
once every seven days during the thirty days maintenance period. Treatment C
(red countainer) shows good results compared with the other treatment. Treatmen
A(red container) container of red colored give result significantly different to the
change of the color of the sea horse.
Keywords: Sea horse, color container, intensity of the light, M-TCF, AHP
PENGARUH WARNA WADAH TERHADAP PERUBAHAN WARNA
KUDA LAUT (Hippocampus comes) di Balai Besar Perikanan Laut Lampung
Oleh
Mitri M Manullang
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
PERSEMBAHAN
Dengan segala rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kenikmatan dan
kemudahan yang sealu mengiringi langkah untuk semua hamba-NYA.
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Ayahanda dan ibunda tercinta, yang selalu memberikan dukungan, doa, kasih
sayang dan pengorbanan untuk putra putrinya. Bagiku, segaa jasa dan pengorbanan
kalian tidak akan mampu ku balas dengan cara apapu. Terimakasih untuk mu Ayah
dan Ibuku.
Selururuh pihak yang sudah berperan dalam membantu dan memberikan
semangat, doa selama masa studi.
Teman-teman Budidaya Perairan 2014 yang memiliki tujuan yang sama untuk
mengejar Toga yang telah setia menemani disaat butuh bantuan dan setia
memberiku semangat disaat saya membutuhkannya,
Dan..
Almamater tercinta UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sibolga, pada tanggal 16 Februari
1994, sebagai putri ke-empat dari lima bersaudara, dari
pasangan Bapak Najar Manullang dan Ibu Nurlayna
Habeahan yang diberi nama Mitri Merli Manullang.
Penulis menempuh pendidikan formal dari Taman Kanak-kanak (TK) di Xaverius
1 Teluk Betung, Bandar Lampung pada tahun 2000-2001, dilanjutkan ke Sekolah
Dasar (SD) di Xaverius 1 Teluk Betung, Bandar Lampung pada tahun 2001-2007,
kemudian melanjutkan di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPK
BPK Penabur pada tahun 2007-2010, Bandar Lampung, dan pendidikan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di SMK Negeri 6, Bandar Lampung pada tahun
2010-2013. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan kejenjang Perguruan
Tinggi di Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada
tahun 2014 dan telah menyelesaikan studinya pada tahun 2018. Selama menjadi
mahasiswa, aktif dalam kegiatan organisasi di Himpunan Mahasiswa Budidaya
Perairan (HIDRILA) sebagai anggota Bidang Kerohanian.
Penulis melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sendang Agung,
Kecamatan Sendang Agung Lampung Timur pada tahun 2017, kemudian
melakukan kegiatan Praktek Umum (PU) dengan judul ‘Pembenihan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)’ di BPBIAT, Karawang Jawa Barat pada tahun 2017.
Penulis meaksanakan penelitian dan menyelsaikan tugas akhir dalam bentuk
skripsi yang berjudul ‘Pengaruh Warna Wadah Terhadap Perubahan Warna Kuda
Laut (Hippocampus sp)’.
SANWACANA
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang
selalu memberikan kesehatan jasmani maupun rohani sehingga dapat
menyelesaikan penuisan skripsi yang berjudul ‘Pengaruh Warna Wadah Terhadap
Perubahan Warna Kuda Laut (Hippocampus sp)’ sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Jurusan Perikanan dan Kelautan
Universitas Lampung.
Selama proses penyelesaian skripsi, penulis telah memperoleh banyak bantuan
dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Kedua orangtuaku, Bapak dan Ibu yang telah orang terhebat untukku.
Terimakasih atas segala dukungan moril dan materi yang tidak putus kalian
berikan untukku.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si, selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
3. Ibu Siti Hudaidah, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
Universitas Lampung.
4. Ibu Rara Diantari, S.Pi., M.Sc, selaku pembimbing utama dalam
menyelesaikan skripsi saya yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Henni Wijayanti M, S.Pi., M.Si, selaku pembimbing anggota yang telah
memberikan arahan dalam memperbaiki kesalahan dan penulisan yang masih
kurang baik.
6. Bapak Limin Santoso, S.i., M.Si, selaku dosen penguji yang sudah
meluangkan waktunya saat seminar untuk mengkoreksi skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan staf jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang
8. bermanfaat bagi penulis, serta segala bantuan yang telah diberikan selama
penulis menyelesaikan studi.
9. Adik dan Abang-abangku yang sesekali memberikanku semangat selama ini.
10. Petrus Sianturi sponsor terbesar yang selalu memberikan doa, semangat,
motivasi, dukungan, keceriaan, kesabaran, waktu dan tenaga yang selalu ada
untukku dalam keadaan suka maupun duka selama ini.
11. Sahabatku Ratna, Rana, Yesica, Nora, Nurselawati, Maolya, Derry yang
sangat berperan penting dalam waktu dekat ini, canda tawa, waktu dan
pengorbanan kalian selalu ku ingat.
12. Teman-teman seperjuangan saat penelitian mbak Ulfa, mbak Aul, mbak Ulfa
dan bang Ifta dari Universitas Malikussaleh Banda Aceh yang menemani hari
demi hari saat melaksanakn penelitian.
13. Kepada teman-teman Budidaya Perairan 2014 atas kebersamaanya selama ini.
14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu
selama menyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian.
Penulis skripsi ini masih merasa banyak sekali kekurangan, akan tetapi
penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca maupun
bagi penulis untuk mengembangkan dan mengamalkan ilmu yang telah
diperoleh.
Bandar Lampung,
Penulis,
Mitri Merli Manullang
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ........................................................................... 2
1.4 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kuda Laut ....................................................................................... 4
2.1.1.Taksonomi dan Morfologi ........................................................ 4
2.1.2.Habitat dan Kebiasaan Hidup .................................................. 5
2.2. Reproduksi Kuda Laut .................................................................... 5
2.3. Tingkah Laku Kuda Laut .................................................................. 7
2.2.1. Makanan dan Cara Makan ..................................................... 7
2.3. Kemampuan Berubah Warna ......................................................... 7
2.4. Cahaya dan Media Budidaya ........................................................... 9
2.5. Parameter Kualitas Air .................................................................... 9
2.5.1. Suhu ........................................................................................ 9
2.5.2. Salinitas, pH dan DO ............................................................. 10
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................... 11
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................ 11
3.3. Desain Penelitian ............................................................................. 13
3.4. Metode Penelitian............................................................................. 14
3.4.1. Persiapan Wadah Pemeliharaan .............................................. 14
3.4.2. Penyiponan ............................................................................. 15
3.4.3. Pergantian Air ......................................................................... 15
3.5. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................... 15
3.5.1. Pemberian Pakan .................................................................... 15
3.5.2. Pengecekan Kualitas Air ......................................................... 15
3.5.3. Pengukuran Sintasan ............................................................... 16
3.5.4. Laju Pertumbuhan Harian ........................................................ 16
3.6. Pengujian M-TCF ........................................................................... 16
ii
3.7. Pengujian AHP ............................................................................... 16
3.8. Analisis Data ................................................................................... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan ........................................................................ 20
4.1.1 Pertumbuhan Kuda Laut ............................................................ 20
4.1.2 Panjang Awal dan Akhir Kuda Laut .......................................... 22
4.1.3 Laju Pertmbuhan Kuda Laut ...................................................... 23
4.1.4 Tingkat Kelulushidupan Kuda Laut ........................................... 24
4.1.5 Perubahan Warna Kuda Laut ..................................................... 26
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 31
5.2 Saran ..................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat dan Bahan yang digunakan .................................................................. 11
2. Skala Penilaian AHP .................................................................................... 17
3. Matriks Perbandingan .................................................................................. 18
4. Matriks Perbandingan Ternormalisasi ......................................................... 18
5. Nilai RI (Random index) .............................................................................. 19
6. Berat Awal dan Akhir Kuda Laut ................................................................ 20
7. Panjang Awal dan Akhir Kuda Laut ........................................................... 22
8. Laju Pertumbuhan Harian ............................................................................ 23
9. Tingkat Kelulushidupan Kuda Laut ............................................................ 24
10. Nilai Rata-rata Prioritas ............................................................................. 27
11. Tabel Kualitas Air ..................................................................................... 29
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 3
2. Kuda Laut .................................................................................................... 4
3. Tata Letak Wadah Pemeliharaan Kuda Laut .............................................. 14
4. Proses Pengukuran Kuda Laut ..................................................................... 22
5. Grafik LPH .................................................................................................. 22
6. Grafik Kelulushidupan ................................................................................. 25
7. Grafik Perubahan Warna .............................................................................. 26
8. Grafik Intensitas Warna ............................................................................... 27
9. Hasil Akhir Perubahan Warna ..................................................................... 28
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Foto Hasil Penelitian ................................................................................... 34
2. Hasil Olahan Data SPSS ............................................................................. 35
vi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kuda laut (Hippocampus comes) merupakan salah satu komoditas
perikanan laut yang dimanfaatkan sebagai ikan hias karena kuda laut memiliki
daya tarik yaitu posisi badannya yang tegak saat berenang, dan kemampuannya
untuk menyesuaikan warna tubuhnya dengan lingkungan (mimikri) sehingga
membuat penampilannya semakin menarik sebagai penghias dalam aquarium.
Kenyataan tersebut menyebabkan kuda laut menjadi salah satu komoditi
primadona perikanan yang laku di pasaran maupun ekspor. Di Indonesia, kuda
laut dijual sebagai ikan hias dengan harga Rp. 15.000- 20.000/ekor dan
permintaan terus meningkat (Al Qodri dkk,1998). Faktanya warna kuda laut yang
dibudidayakan khususnya di Balai Perikanan Laut Lampung (BBPBL) dominan
berwarna gelap sehingga dapat menentukan daya jual kuda laut yang rendah.
Daya tarik pada kuda laut terdapat di warna dan bentuk yang beragam dan
menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk menentukan harga jual kuda laut di
pasaran. Kondisi normal kebanyakan kuda laut yang ditemukan cenderung
memiliki warna coklat dan hitam (Vincent,1996). Faktanya kuda laut yang
digunakan melalui hasil budidaya warnanya lebih gelap dibandingkan dengan
kuda laut yang sudah hidup di alam warnanya lebih cerah. Intensitas cahaya dari
alam diduga sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat kecerahan kuda laut.
Peningkatan kecerahan warna pada kuda laut belum pernah dilakukan sedangkan
untuk peningkatan intensitas cahaya pada ikan hias sudah banyak dilakukan
dengan penambahan Axtaxanthin dan pigmen Spirulina yang ditambahkan ke
pakan (Dwijayanti, 2005 ; Sugito, 1997). Oleh karena itu perlu penelitian tentang
pengaruh warna wadah terhadap perubahan warna kuda laut.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh perbedaan
warna wadah terhadap perubahan warna kuda laut sehingga dapat ditentukan
warna wadah yang paling sesuai bagi pemeliharaan kuda laut.
1.3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
pembudidaya kuda laut terhadap peningkatan warna kuda laut yang dipengaruhi
oleh warna wadahnya.
1.4. Kerangka Pemikiran
Kuda laut yang memiliki sifat mimikri memberikan kelebihan tersendiri
yang bias menjadikan ikan hias ini berubah sesuai dengan warna lingkungannya.
Oleh sebab itu nilai jual ikan hias kuda laut ini ditentukan oleh warna dan tingat
kecerahan kuda laut itu sendiri.
Dalam hal ini usaha peningkatan warna kuda laut belum pernah dilakukan
oleh pembudidaya kuda laut. Adapun penelitian peningkatan terhadap ikan hias
yang sudah dilakukan ialah dengan penambahan pigmen Spirulina dan
penambahan sumber karotenoid jenis Axtaxanthin pada pakan ikan.
Menurut (Rahardja, 1989), pemiripan warna kuda laut dengan latar
belakang dan habitatnya menjadi kemampuan tersendiri kuda laut. Maka
penelitian ini dapat membantu dan memberikan informasi tentang peningkatan
dan perubahan warna kuda laut yang cenderung gelap diharapkan bisa merubah
warna kuda laut menjadi lebih cerah.
2
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Hipotesis
H0 Warna wadah budidaya yang berbeda tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap peningkatan intensitas warna kuda laut (Hippocampus comes).
H1 Warna wadah budidaya yang berbeda memberikan pengaruh nyata
terhadap peningkatan intensitas warna kuda laut (Hippocampus comes).
Budidaya Kuda laut (Hippocampus comes)
Warna kuda laut yang dominan berwarna gelap
Kuda laut (Hippocampus comes) yang dipelihara
pada beberapa wadah
Meningkatkan intensitas warna kuda laut (Hippocampus comes)
Warna Biru
(Kontrol) (TC 04)
Warna Hitam
(TC 00)
Warna Merah
(TC 06) Transparan
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kuda Laut
2.1.1. Taksonomi dan Morfologi
Menurut Maurice (1983) dan Vincent (1998) kuda laut mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut : tubuh agak pipih, melengkung, permukaan kasar, seluruh
tubuh terbungkus dengan semacam baju baja yang terdiri atas lempengan -
lempengan tulang atau cincin. Kepala mempunyai mahkota dan moncong dengan
mata kecil yang sama lebar. Ekor prehensil (dapat memegang) lebih panjang dari
kepala dan tubuh. Sirip dada pendek dan lebar, sirip punggung cukup besar dan
sirip ekor tidak ada. Pada kuda laut jantan mempunyai kantung pengeraman yang
terletak di bawah perut.
Gambar 2. Kuda Laut (Syafiuddin, 2010)
Taksonomi kuda laut menurut Burton dan Maurice (1983) adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Klas : Pisces
Sub klas : Teleostomi
Ordo : Gasterosteiformes
Famili : Syngnathidae
Genus : Hippocampus
Species : Hippocampus sp
2.1.2. Habitat dan Kebiasaan Hidup
Kuda laut dapat dijumpai hampir di seluruh perairan dunia, mulai dari
kawasan beriklim tropis hingga beriklim sedang. Habitat kuda laut terutama di
sepanjang pesisir pantai, tepian laut, teluk-teluk yang dangkal, mendiami tempat-
tempat yang banyak terdapat terumbu karang, hutan bakau, dan padang lamun.
Dari sejumlah species anggota kuda laut Hippocampus kuda adalah jenis yang
memiliki distribusi paling luas, terutama di sepanjang perairan tropis Indo -
Pasifik. Wilayah persebaran hewan ini ke barat hingga Selat Inggris, ke timur
hingga Kepulauan Hawaii, ke utara hingga Laut Jepang, dan ke selatan hingga
Pantai Australia. Sedangkan di Indonesia, kuda laut banyak tersebar di perairan
Lampung, Teluk Jakarta, Bali dan Flores (Balai Besar Pengembangan Laut,
2004).
Kuda laut umumnya hidup diperairan dangkal hingga kedalaman 20 meter,
beberapa spesies ditemukan pada kedalaman lebih dari 150 meter (Lourie, et al.
1999). Hippocampus white, Hippocampus borbouniensis, Hippocampus erectus,
Hippocampus guttulatus, dan Hippocampus zosterae hidup di perairan hangat dan
daerah tropis diantara hamparan rumput laut (Zosterae, Possidonia,
dan Halopilla) atau padang lamun. Kuda laut juga hidup di dasar laut yang
ditumbuhi bungan karang lunak (Hippocampus subelong), dijumpai pula diantara
karang di daerah tropis (H. comes).
Kuda laut beradaptasi pada wilayah perairan yang cukup luas,
menyebabkan bersifat euryhaline. Kuda laut juga bersifat fototaksis positif yaitu
bereaksi positif apabila melihat cahaya (Wong, 2003).
2.2 Reroduksi Kuda Laut
Kuda laut melakukan pemijahan masing-masing mencari pasangannya.
Induk jantan yang matang kelamin aktif mencari induk betina, begitu pula
sebaliknya apabila ikan betina siap memijah akan berusaha menemukan pasangan
yang cocok. Ciri-ciri induk jantan yang matang kelamin dan siap memijah adalah
jantan akan mengejar betina sambil menekuk ekor dan menggembungkan kantung
pengeraman, dan warna tubuh jantan berubah menjadi cerah. Sedangkan ciri-ciri
betina yang matang gonad dan siap memijah adalah bagian perut membesar,
5
urogenital berwarna kemerah-merahan, apabila disorot cahaya, bagian dalam
perut berwarna kemerah-merahan. Warna tubuh berubah menjadi cerah dan bila
dililit oleh ekor kuda laut jantan tidak berusaha melepaskan diri.
Proses pemijahan dimulai dengan percumbuan yang tak kalah unik karena
dapat berlangsung selama berhari-hari dengan tarian-tarian dan perubahan warna
yang mengesankan, dan akan diakhiri dengan perubahan warna individu betina
yang menjadi cerah, menandakan siap memijah. Telur-telur yang dihasilkan oleh
si betina akan disalurkan ke kantung eram (brood pouch) yang dimiliki oleh
individu jantan, dibuahi di dalam kantung tersebut, dan selanjutnya dipelihara
hingga menetas. Selama lebih kurang sepuluh hari kuda laut jantan akan tampak
seperti sedang ‘bunting’ dan selanjutnya ‘melahirkan’ sejumlah kuda laut mungil.
Dari 1000 butir telur yang dihasilkan setiap kali pemijahan, jumlah anakan yang
mampu lulus-hidup hanya sekitar 250 - 600 ekor saja. Masa pemijahan kuda laut
dapat berlangsung sepanjang tahun, tergantung pada kondisi air, terutama
temperatur. Dalam kondisi yang optimal, pemijahan dapat terjadi hingga empat
kali dalam setahun (Anonimous, 2006).
Kelahiran atau proses pengeluaran juwana merupakan proses yang sangat
meletihkan bagi kuda laut jantan. Induk jantan berpegang kuat - kuat atu berenang
mondar-mandir dan menggosok-gosokan kantungnya pada dasar bak. Dengan cara
menekuk tubuh dan membuka lubang kantungnya, disertai kontraksi kantung
pengeraman maka juwana disemprotkan keluar dari kantung. Proses kelahiran
juwana dilakukan secara bertahap. Setelah melahirkan induk jantan diam, dan
beristirahat untuk beberapa jam (Fahri, 2009).
Selain itu, kuda laut jantan juga ternyata memiliki sperma-sperma super
yang mampu membuahi banyak set telur dalam waktu singkat. Analisis tersebut di
buat oleh Profesor Bill Holt dan para koleganya dari Zoological Society of
London (ZSL). Kesimpulan tersebut dikemukakan setelah mengamati video
rekaman pertama yang menayangkan protes perkawinan kuda laut kuning
(Hippocampus kuda) secara terperinci. Saat ritual kawin dimulai, kuda laut betina
akan menyalurkan sel-sel telurnya ke kantung khusus yang ada di tubuh kuda laut
jantan selama 5 hingga 10 detik. Disaat yang sama, kuda laut jantan ternyata
menyemprotkan ratusan spermanya ke air yang kemudian berenang secepatnya
6
mencari sel telur di dalam kantung. Temuan ini mengejutkan karena sebelumnya
diduga bahwa sperma langsung disalurkan dari tubuh pejantan ke kantung khusus
di tubuhnya. Dari beberapa ratus sperma yang dihasilkan tiap kali kawin, sekitar
100 di antaranya berhasil membuahi sel telur dan menjadi keturunan. Saat ini para
peneliti belum dapat menjelaskan bagaimana sperma-sperma kuda laut jantan bisa
menemukan sel telur begitu cepat. Sebab, setelah sel telur dipindahkan dalam 10
detik, kantung sel telur di tubuh kuda laut jantan akan tertutup rapat sampai
saatnya telur menetas.
2.3. Tingkah Laku Kuda Laut
2.3.1. Makanan dan Cara Makan
Kuda laut memanfaatkan matanya sebagai alat untuk mencari
mangsa.Kuda laut termasuk hewan karnovira yaitu pemakan segala jenis hewan
kecil mulai dari jenis Crustacea dan larva ikan. Kuda laut juga memakan udang
kecil, atau bisa disebut juga udang rebon. Kuda laut tergolong hewan pemangsa
yang pasif yaitu menunggu makanan lewat dan memangsanya dengan cara dihisap
hingga masuk ke dalam moncongnya yang panjang (Al Qodri,et al.1998).
Mangsa yang ditelan secara utuh akan masuk ke dalam saluran
pencernaan. Meskipun kuda laut memiliki saluran pencernaan yang bergulung-
gulung, namun kuda laut sangat cepat menelan makanan secara utuh dan langsung
masuk ke dalam saluran pencernaan (Asmanelli dan Ikhsan, 1993).
2.4. Kemampuan Berubah Warna
Menurut Simon and Schuster (1997), warna dasar kuda laut berubah –
ubah dari dominan putih menjadi kuning tanah, terkadang memiliki bintik – bintik
atau garis terang atau gelap. Perubahan tersebut secara perlahan – lahan dari ujung
ke ujung tergantung pada intensitas cahaya. Walaupun sebagian besar kuda laut
mempunyai warna kecoklat - coklatan alami, warna campuran abu-abu dan coklat
atau bahkan warna hitam agar sesuai dengan lingkungannya, ternyata kuda laut
dapat berubah warna seperti halnya bunglon selama mendekati dan meminang
pasangannya, dan juga untuk bersembunyi dari pemangsa. Ada juga beberapa
jenis yang dapat membuat diri mereka menjadi oranye berpendar hingga ungu
7
pekat (Hidayat dan Silfester, 1998). Selanjutnya Al Qodri dkk (1998) menyatakan
bahwa perbedaan warna pada kuda laut bukan berarti berbeda jenis, kuda laut
termasuk salah satu hewan yang sering dan sangat mudah berganti warna.
Perbedaan jenis – jenis kuda laut yang paling menonjol adalah terdapatnya duri –
duri atau tulang yang muncul pada setiap cincin (ring) di tubuh dan mahkotanya,
perbedaan lainnya adalah bentuk badannya ada yang langsing dan lebih panjang
dan ada juga yang besar dan lebar.
Kuda laut dapat bercampur dengan lingkungan sekitarnya dengan cara
mengaktifkan saraf kulitnya dan menyatu dengan alga dan mikroorganisme.
Kebanyakan spesies ini dapat mengubah warna tubuhnya menyesuaikan warna
latar belakangnya dengan sempurna yaitu kuning, putih, merah, ungu, hijau dan
warna lainnya (Vincent,1994). Kuda laut juga dapat berubah warna menjadi
warna merah, kuning, hijau dan hitam tergantung tingkat pencahayaan yang
mengenai tubuhnya dan bergantung juga pada kondisi tubuh kuda laut itu sendiri
(Yahya, 2005). Bentuk dan warna wadah akan mempengaruhi intensitas cahaya
dan panjang gelombang yang dipantulkan kembali, kondisi ini akan
mempengaruhi perkembangan dan kelangsungan hidup ikan budidaya (Subiyanto
et al., 2013).
Menurut Agusindra (2010), telah dipahami dan diklarifikasikan,
pewarnaan pada tubuh ikan dikelompokkan menjadi tiga kategori umum
berdasarkan fungsinya, yakni kamuflase, menarik pasangannya dan sebagai
topeng mimikri. Kamuflase ialah tipe pewarnaan ini merupakan yang paling
banyak dipakai oleh ikan dan tergolong sangat penting. Banyak dipakai oleh ikan
untuk menghindar dari berbagai macam predator yang siap untuk memangsa.
Menarik pasangannya ialah system dan fungsi lain warna dan perubahan warna
pada ikan. Di dalam air, air yang sudah padat dengan berbagai macam makhluk,
merupakan salah satu strategi untuk menjaga eksistensi, identitas dan juga
mencari pasangan. Mimikri merupakan tipe umum ketiga dari pewarnaan dan
proses yang dilakukan oleh ikan, dalam rangka pertahanan diri atau bertahan
beberapa jenis ikan penguraikan penampakan (atau tingkah laku) dari spesies
lainnya untuk mempertahankan diri dan atau sekalian memangsa.
8
Mimikri adalah teknik manipulasi warna kulit pada binatang seperti
misalnya bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di sekitarnya agar
dapat mengelabuhi hewan predator / pemangsa sehingga sulit mendeteksi
keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat dengan dedaunan hijau
maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau, jika dekat batang pohon warna
coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi coklat, dan lain sebagainya.
Selanjutnya kuda laut terkenal dengan kemampuan kamuflasenya yang
sangat hebat, yaitu dengan cara mengubah corak tubuhnya sesuai dengan
lingkungan sekitarnya atau menumbuhkan filamen-filamen di sekujur tubuhnya
sehingga tampak menyerupai tumbuhan laut. Kamuflase ini dilakukan dalam
rangka menghindari predator, mengelabui mangsa, dan selama aktivitas
percumbuan. Ada juga beberapa jenis yang dapat membuat diri mereka menjadi
oranye berpendar hingga ungu pekat (Hidayat dan Silfester, 1998).
2.5. Cahaya dan Media Budidaya
Faktor - faktor yang mempengaruhi intensitas warna ikan hias ada dua
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam tubuh ikan yang sifatnya tetap yaitu genetik. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar tubuh ikan yaitu kualitas air, cahaya,
dan pakan yang mengandung gizi tinggi dan sumber karoten.
Bentuk dan warna wadah budidaya akan mempengaruhi intensitas cahaya
dan panjang gelombang yang dipantulkan kembali, kondisi ini akan
mempengaruhi perkembangan dan kelangsungan hidup ikan budidaya (Subiyanto
et al, 2013).
2.6. Parameter Kualitas Air Yang Mempengaruhi Kehidupan Kuda Laut
2.6.1. Suhu
Pada kegiatan budidaya ikan suhu merupakan salah satu parameter kualitas
air yang sangat penting, dimana suhu sangat berpengaruh terhadap metabolisme
kuda laut. Jika kondisi suhu perairan disekitar kuda laut dalam keadan stabil dan
normal maka kuda laut akan mengkonsumsi makanan lebih banyak. Semakin
tinggi sushu diperairan tersebut maka akan menyebabkan tumbuhnya lumut yang
9
menyebabkan kurangnya oksigen terlarut dalam perairan tersebut. Begitu
sebaliknya apabila suhu diperairan rendah makan kuda laut akan mudah terserang
penyakit dan akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan gonad (Moreau,
1998). Suhu yang optimal untuk pertumbuhan kuda laut ialah 25 - 27°C (Giwojna,
1990).
2.6.2. Salinitas, pH dan DO
Menurut Weiping, (1990) bahwa salinitas yang optimal untuk kehidupan
kuda laut berkisar 30-32‰. Sedangkan larva kuda laut salinitas yang baik berkisar
dari 32 - 35‰. Kisaran pH untuk kehidupan kuda laut berkisar 7 - 8,5. Perairan
yang bersifat asam dapat menyebabkan kematian pada kuda laut dan akan
menghentikan reproduksi kuda laut (Al Qodri,1998).
Oksigen terlarut (DO) merupakan komponen utama dalam kehidupan
organisme di perairan. Kadungan oksigen terlarut (DO) sangat dipengaruhi oleh
pergerakan air, temperatur dan aktivitas organisme dalam air (Moreau,1998).
Kuda laut jantan yang sedang hamil membutuhkan kandungan oksigen terlarut
(DO) lebih banyak dibanding kuda laut lainnya. Kandungan oksigen terarut yang
berlebih juga tidak baik karena mengakibatkan penyakit gelembung udara pada
bagian perut kuda laut. Kandungan oksigen terlarut (DO) bagi pertumbuhan dan
perkembangan kuda laut ialah 3ppm.
10
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL)
Hanura, Bandar Lampung pada bulan Desember.
3.2. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Alat dan Bahan Keterangan
Ember berukuran 20 L, sebanyak
12 buah
Shalter sebagai tempat menempel
dan bertengger kuda laut
Aerasi
Alat tulis
Termometer
Ketelitian:25 - 27°C
Refraktometer
Ketelitian: 32 - 33ppt
DO meter dan pH meter
Ketelitian DO: 5 - 6
pH: 7 - 8
M-TCF (Buku indentifikasi
warna)
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 96 ekor benih kuda laut
dengan isi masing - masing wadah sebanyak 8 ekor. Volume wadah 20 liter
dengan air laut yang diisi sebanyak 10 liter, menurut (Mulyadi, 2004) padat tebar
yang baik yaitu 1 ekor/liter. Benih kuda laut yang digunakan berasal dari induk
yang sama. Ukuran benih yang digunakan ialah 2 - 3 cm dengan umur benih yaitu
34 hari (±1 bulan). Ukuran bukaan benih kuda laut sangat menentukan jenis pakan
yang dapat dikonsumsinya. Ukuran benih kuda laut pada penelitian ini berkisar
yaitu (300, 24 ± 30, 47 Fm), memungkinkan kuda laut mengkonsumsi pakan yang
12
diberikan ialah Diaphanosoma sp, Artemia dan Clorela sp dengan ukuran pakar
berkisar antara (±170 – 210 Fm).
3.3. Desain Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL), terdiri atas 4 perlakuan meliputi :
1 Perlakuan A : Pemeliharaan benih kuda laut dalam toples transparan
2 Perlakuan B : Pemeliharaan benih kuda laut dalam ember warna biru
(kontrol)
3 Perlakuan C : Pemeliharaan benih kuda laut dalam ember berwarna
hitam
4 Perlakuan D : Pemeliharaan benih kuda laut dalam ember berwarna
merah
Masing – masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Model Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang digunakan adalah :
Yij = μ + σi + єij
Keterangan:
Yij : Data pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j
μ : Nilai tengah umum
σi : Pengaruh pemberian perbedaan warna ke-i
єij : Galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
i : Perlakuan B, C
j : Ulangan (1,2,3,4)
13
1
Berikut penempatan wadah pemeliharaan kuda laut (Hippocampus comes) secara
acak:
Gambar 3. Tata Letak Wadah Pemeliharaan Kuda laut (Hippocampus comes)
Keterangan :
A : Wadah toples transparan
B : Wadah ember warna biru (kontrol)
C : Wadah ember warna hitam
D : Wadah ember warna merah
1 : Ulangan Pertama
2 : Ulangan Kedua
3 : Ulangan Ketiga
3.4. Metode Penelitian
3.4.1. Persiapan Wadah Pemeliharaan
Menyiapkan toples 3 unit dan ember sebanyak 9 unit, toples dan ember
direndam air laut selama 3 jam lalu dibilas bersih menggunakan air tawar lalu
dikeringkan atau dijemur di bawah matahari untuk menghilangkan aroma plastik
yang terdapat pada ember tersebut. Setelah ember steril kemudian diaerasi yang
pasang akan digunakan, setiap emeber menggunakan 1 selang aerasi dengan
pengaturan tekanan oksigen yang sama setiap wadahnya. Lalu mengisi air laut
tiap-tiap wadah, air laut yang digunakan diendapkan selama satu hari di dalam bak
fiber, volume air yang digunakan ialah 10 liter perwadah. Lalu langkah
selanjutnya memasukkan shelter (melekat dan bertengger kuda laut) kemudian
memasukkan 8 ekor kuda laut setiap wadahnya.
A1
C2
B1
D3
A2
B3
D2 C1
D3
D3
D3
D3
14
2
3.4.2. Penyiponan
Penyiponan berfungsi untuk membersihkan sisa makanan yang tidak
dimakan oleh kuda laut. Penyiponan dilakukan sebanyak 2 kali, pertama
penyiponan dilakukan sebelum pemberian pakan pagi hari dan kedua penyiponan
dilakukan pada sore hari setelah proses pemberian pakan hingga sore hari, dan air
yang terbuang akibat penyiponan diganti menggunakan air laut yang sudah
diendapkan terlebih dahulu.
3.4.3. Pergantian Air
Pergantian air dilakukan seminggu sekali sebelum melakukan penyiponan
karena kuda laut yang mudah stres dan kondisi air harus selalu bersih. Fungsi
pergantian air agar tidak tumbuh lumut dan menghilangkan sisa pakan yang
menempel pada wadah.
3.5. Pelaksanaan Penelitian
3.5.1. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan ialah Naupli artemia, Diaphanosoma dan Copepoda.
Pakan diberikan 3 kali sehari pada pukul 08.00, 13.00 dan 16.00 WIB. Pada
pemberian pakan ini kuda laut diberikan pakan secara bertahap di waktu
pemberian pakan kuda laut.
3.5.2. Pengecekan Kualitas Air
Pengecekan kualitas air dilakukan seminggu sekali dan diamati di
Laboratorium BBPBL Hanura, pengecekan suhu menggunakan thermometer, pH
menggunakan pHmeter, DO menggunakan DOmeter dan untuk mengukur
salinitas menggunakan refraktometer. Pada akhir penelitian dilakukan pengecekan
parasit dengan membawa sampel air dimasing-masing perlakuan lalu diamati di
Laboratorium BBPBL Hanura.
3.5.3. Pengukuran Sintasan
Sintasan atau sering dikenal dalam dunia perikanan ialah SR (Survival rate)
adalah presentase jumlah individu yang hidup dalam kurun waktu tertentu.
15
Sintasan kuda laut dapat dihitung dengan rumus:
SR= ∑awal-∑akhir x 100%
∑awal
Keterangan: SR : Tingkat kelulushidupan (%)
∑awal : Jumlah kuda laut pada awal penelitian
∑akhir: Jumlah kuda laut pada akhir penelitian
3.5.4. Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan berat harian adalah pertumbuhan berat ikan setiap
harinya selama pemeliharaan, laju pertumbuhan berat harian ditunjukan dalam
gram. Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus (Effendi,
1997).
Keterangan:
ADG = Laju pertumbuhan harian (gram)
Wt = Bobot ikan akhir penelitian (gram)
Wo = Bobot ikan awal penelitian (gram).
t = Waktu (hari)
3.6. Pengujian M-TCF
Pengukuran warna menggunakan standar warna M-TCF, cara pengukuran
dengan memfokuskan dua warna yang mendekati pada permukaan tubuh secara
vertikal dibagian badan. Metode ini memiliki standart angka keakuratan 1 - 24
dimana 1 menunjukan rendah dan 24 menunjukkan angka sangat akurat.
3.7. Analytical Hirarchy Process (AHP)
Pengukuran rasio konsisten menggunakan metode AHP (Analytical Hirarchy
Process) bertujuan untuk mengetahui hasil dari keputusan lima orang pengamat
independen dalam pengukuran warna sampel melalui M-TCF. Metode AHP akan
meminta pengguna untuk membandingkan setiap dua kriteria (Pairwise
comparison) sehingga untuk empat kriteria (Saaty, 2008) diperoleh:
16
C(4,2) = = 6 hasil perbandingan
Ket : n= jumlah kriteria
Kegiatan pembandingan antar sepasang objek, metode AHP memberikan sebuah
standar nilai pembandingan antar objek, metode AHP memberikan sebuah standar
nilai pembandingan antar dua objek (Tabel 1). Data nilai pada (Tabel 1)
merupakan bentuk kuantitatif dari sintaks pembandingn mulai dari nilai tertinggi
(14: Sangat diutamakan) s.d nilai terendah (1 : Setara).
Tabel 2. Skala penilaian AHP (Analytical Hirarchy Process)
Sintaks Pembanding Nilai
Hitam menuju cokelat 18-19
Cokelat menuju orange 17
Lebih orange 16
Orange menuju kuning 15
Lebih kuning 14
Adapun langkah-langkah dalam metode AHP yaitu:
1. Langkah pertama untuk mencari rasio konsistensi hasil dari setiap pengamatan
menggunakan metode AHP dengan menyatukan pendapat setiap kriteria dari 5
pengamat independen yang tidak buta warna menggunakan rata-rata geometrik.
G =
Ket:
G = Rata-rata geometrik
X1 = Pengamat independen ke-1
X2 = Pengamat independen ke-2
Xn = Pengamat independen ke-n
2. Hasil dari rata-rata geometrik tersebut dimasukkan kedalam pairwise
comparison yaitu menentukan perbandingan antara sepasang kriteria dari empat
kriteria yang ada. Kriteria yang akan diperbandingkan menggunakan metode AHP
adalah sampel control wadah berwarna transparan (A), sampel wadah berwarna
biru (B), sampel wadah berwarna hitam (C) dan sampel wadah berwarna merah
(D). Pembandingan dilakukan berdasarkan tingkat warna kuning. Hasil dari
pairwise comparison diurutkan setiap kriteria berdasarkan keutamaannya.
3. Menyusun matriks perbandingan (Tabel 3) dari hasil perbandingan antar pasang
kriteria pairwise comparison yaitu kriteria sampel transparan (A), sampel wadah
17
berwarna biru (B), sampel wadah berwarna hitam (C) dan sampel wadah berwarna
merah (D).
Tabel 3. Matriks Perbandingan
Kriteria A B C D
A 1 A/B A/C A/D
B B/A 1 B/C B/D
C C/A C/B 1 C/D
D D/A D/B D/C 1
jumlah kolom kolom A kolom B kolom C kolom D
4. Menjumlahkan setiap kolom matriks perbandingan (Tabel 3)
5. Menghitung nilai elemen kolom kriteria dengan masing-masing elemen kolom
dibagi dengan jumlah matriks kolom,
6. Menghitung nilai eigen vector atau nilai prioritas kriteria (Tabel 4) kriteria
dengan menjumlahkan baris matriks hasil dari langkah ke-5 dan hasilnya
dibagi dengan jumlah kriteria.
Tabel 4. Matriks perbandingan ternormalisasi
kriteria A B C D Eigen
vektor
A (1)/(kolomA) (A/B)/(kolom
B)
(A/C)/(kolom
C)
(A/D)/(kolom
D)
jumlah
baris/4
B (B/A) /
(kolom A)
(1)/(kolom
B)
(B/C)/(kolom
C)
(B/D)/(kolom
D)
jumlah
baris/4
C (C/A) /
(kolom A)
(C/B)/(kolom
B)
(1) /(kolom
C)
(C/D)/(kolom
D)
jumlah
baris/4
D (D/A) /
(kolom A)
(D/B)/(kolom
B)
(D/C)/(kolom
C) (1) /(kolom D)
jumlah
baris / 4
7. Menghitung lamda max dengan rumus (Saati, 2008).
λ maksimum = (jumlah kolom sampel A x eigen vektor sampel
A)+....+(jumlah kolom sampel D x eigen vektor sampel D)
8. Menghitung consistency index (CI) dengan rumus
Keterangan : n = Jumlah perlakuan
18
9. Menghitung Consistency ratio (CR) dengan rumus, nilai Random index (RI)
ditentukan berdasarkan jumlah kriteria (Tabel 4).
Tabel 5. Nilai Random Index
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51
Sumber: (Saaty, 2008).
Jika CR< 0,1maka nilai matriks perbandingan berpasangan pada matriks
kriteria konsisten, jika CR ≥ 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada
matriks kriteria tidak konsisten (Saaty, 2008). Sehingga jika tidak konsisten,
maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun
alternatif harus diulang.
3.8. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kuantitatif. Data yang
diperoleh dari setiap pengamatan parameter akan ditabulasi dan dianalisis
menggunakan program Excel 2013 dan SPSS v.20.0. Data kualitas air dianalisis
secara deskriptif. Untuk data penelitian seperti laju pertumbuhan harian,
perubahan warna dan pertumbuhan berat harian dianalisis menggunakan sidik
ragam (ANNOVA). Jika terdapat pengaruh atau beda nyata dilakukan uji lanjut
BNT dengan selang kepercayaan 95%.
19
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Pemeliharaan kuda laut di warna wadah yang berbeda memberikan
pengaruh nyata terhadap kecepatan perubahan warna kuda laut. Kuda laut yang
mengalami perubahan warna terdapat pada perlakuan wadah berwarna merah.
5.2. Saran
Perlu dilakukan peningkatan warna kuda laut dengan menggunakan warna
wadah yang lebih cerah untuk meningkatkan nilai jual kuda laut.
DAFTAR PUSTAKA
Agusrinda. 2010. Pewarnaan Tubuh Ikan. http://surgaku.com/tao/biologi/page/4/.
Diakses pada tanggal 27 Mei 2018 pukul14.33 WIB.
Al Qodri, A. H. 2012. Pemeliharaan Kuda Laut (Hippocampus sp). Direktorat
Jendral Perikanan Balai Budidaya Laut. Lampung
Al Qodri, A. H., Wahyuni, K. A. dan Putro, D. H. 1998. Pemeliharaan Kuda Laut
(Hippocampus sp). Direktorat Jendral Perikanan Balai Budidaya Laut.
Lampung.
Asmanelli dan Ikhsan, A. P. 1993. Beberapa Catatan Mengenai Kuda Laut dan
Kemungkinan Pengembangannya.Oseana.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut. 2008. Hasil Analisis Kualitas Air.
Lampung.
Bruton, R and Maurice. 1983. Differences in potential reproductive rates of male
and female seahorses related to courtship roles. Article. Anim Behav
59:11-20
Dwijayanti, Y. 2005. Pengaruh Penggunaan Tepung Alga Spirulina dalam Pakan
Buatan Terhadap Perubahan Warna Ikan Botia.Skripsi. Bandung:
Universitas Pandjajaran
Effendi, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta.Yayasan Pustaka Nusatama.
Evans, D. H. 1993. Ionic Transport in the fish gill epithelium. Journal of
Experimental Zoology Part A: Ecologycal Genetics and Physiology.
Giwojna, P. 1990. A Step by Step Book About Seahourses. T. F. Publication, Inc.
US
Hidayat dan Silfester. 1998. Biologi Kuda Laut.PembenihanKuda Laut
(Hippocampus spp). Direktorat Jenderal Perikanan.Balai Budidaya Laut.
Lampung.
Isnansetyo. Alim dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton &
Zooplankton. Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Penerbit
Kanisius,Yogyakarta. 116 pp.
Khairuman dan K. Amri. 2002. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia
Pustaka, Tangerang. 83 pp.
Lourie, S. A., A. C. J. Vincent and H. J. Hall, 1999. Seahorse: An Identification
guide to the world’s Species and Their Coservation. Project Seahorse,
London. 214 pp.
Lockyear, J. 1998. Studi Pendahuluan Pemijahan di Bak Terkontrol dan
Pembesaran Kuda Laut KNYSNA (Hippocampus copensis). Departement
of Ichthyology and Fisheries Science Rhodes University. Graham Stown.
South Africa.
Moreau, M. A. 1998. A Review Of The Current State Of Seahorses Aquaculture.
Philipina
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Prein, M. 2006. Aquaculture Potential of Sea horse and Pipe Fishes. Naga, The
ICLARM.
Rahardja, M. F., Djaja. Ridwan. Sulistiona. 1989. Biologi Ikan. Institut Pertanian
Bogor : Bandung
Redjeki, S. 2002. Kajian Aspek Biologi Kuda Laut (Hippocampus sp) di Perairan
Jepara. Laporan Penelitian. Jurusan Ilmu Kelautan. UNDIP, Semarang
Saaty, T. L. 2008. Decision making with the analytic hierarchy process.
International journal of services sciences.
Sastrawidjaja, T. M. F. 1992. Pengaruh Pemberian Ransum Uji Dengan Kadar
Protein. Aneka Ilmu. Semarang.
Simon and Schuster‟ s. 1997. Guide to Freshwater and Marine Aquarium Fishes.
A Fire Side Book. New York, London, Toronto.
Sugito, S. 1997. Axtaxanthin Sebagai Sumber Pakan Untuk Peningkatan Warna
Ikan Hias.Warta Penelitian Perikanan Indonesia. Hal: 6-8
Suhenda N., Z. I. Azwar., H. Djajasewaka. 2003.Aplikasi Teknologi Pakan dan
Peranannya Bagi Perkembangan Usaha Perikanan Budidaya:Kontribusi
Penelitian Nutrisi dan Teknologi Pakan Untuk Mendukung Usaha
Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. Badan Riset
Kelautan dan Perikanan. Pusat Riset Perikanan Budidaya, Jakarta. pp 53-
58.
Subiyanto, R., N. Ely., Hariyano., dan L. Darto. 2013. Pemeliharaan Benih Ikan
Hias Mandarin (Synchiropus spelendidus) dengan Warna Wadah yang
Berbeda. Jurnal Teknologi Budidaya Laut, Balai Budidaya Laut Ambon.
33
Syafiuddin. 2010. Studi Aspek Fisisologi Reprodukis: Perkembangan Ovari dan
Pemijahan Kuda Laut (Hippocampus b) dalam Wadah Budidaya.
Diserttasi. Program Studi Ilmu Perairan Pasca Sarjana IPB.
Vincent, A. C. J. 1994. The Improbable Seahorses. National Geographic October
1994.
Vincent, A. C. J. 1996. The International Trade in Sea Horse. Traffic
International. Cambrige. United Kingdom.
Vincent, A. C. J. 1998. The International Trade In Sea Horse. Traffic
International. Cambridge. United Kingdom.
Weiping, Wang. 1990. Seahorses Culture in North China Saltpan. China
Aquaculture Magazine.Vol 92(4).
Widianingrum, R. 2000. Respon Pertumbuhan Kuda Laut Trhadap Lama
Pencahayaan. (Skripsi).IPB
Wong, J. M. 2003. The Effects Of Themperature, Artemia Enrichment, Stocking
Density and Light On The Growth of Juvenile Seahorse (Hippocampus w).
From Australia. Aquaculture 228.
Yahya, H. 2005. Pesona Alam Raya http://www.harunyahya.com
/indo/buku/pesona 03.htm – 6 Oktober 2018) pkl. 19.00 WIB.
34