pengelolaan hutan rakyat

Upload: imamoto-kinu

Post on 03-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 Pengelolaan Hutan Rakyat

    1/9

    Pengelolaan Hutan Rakyat Wonosadi

    Dusun Duren Desa Beji Kecamatan

    Ngawen Kabupaten Gunung Kidul

    Hutan rakyat adalah istilah yang

    popular diberikan oleh ahli-ahli kehutanan sejak dua atau tiga dasa warsa terakhir. Nama

    hutan rakyat muncul sebagai sisi lain dari hutan negara yang tumbuh di atas lahan milik

    negara. Di dalam UUPK no 5/67 dikenal dua istilah hutan yaitu hutan negara dan hutan

    milik. Rupanya hutan rakyat diperuntukan sebagai sinonim dari kata hutan milik tersebut.Sedikit berbeda bahwa dalam UUPK 41/99 istilah hutan milik tidak dijumpai lagi, diganti

    dengan hutan hak sebagai sisi yang lain dari hutan negara. Pada dasarnya hutan rakyat

    adalah hutan yang tumbuh di lahan milik dikelola dan dikuasai sepenuhnya oleh

    pemiliknya atau oleh rakyat.

    Kawasan hutan Wonosidi ditunjuk sebagai

    lokasi Praktek Lapangan Praktikum Pengelolaan Hutan Rakyat tahun ini. Kawasan hutan

    ini berada di Dusun Duren, Desa Beji, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul.

    Jarak kawasan ini kurang lebih 35 km dari kota Wonosari ke arah utara. Hingga sekarang,

    hutan ini masih terjaga kelestariannya. Berbagai flora dan fauna serta batu-batu alam

    berukuran besar hasil letusan Gunung Merapi terdapat di sini. Musim kemarau tidak

    http://ndarurice.blogspot.com/2012/06/pengelolaan-hutan-rakyat-wonosadi-dusun.htmlhttp://ndarurice.blogspot.com/2012/06/pengelolaan-hutan-rakyat-wonosadi-dusun.htmlhttp://ndarurice.blogspot.com/2012/06/pengelolaan-hutan-rakyat-wonosadi-dusun.htmlhttp://2.bp.blogspot.com/-ziidV7xqj0w/T-MSp8rmN7I/AAAAAAAAAFA/i-niLUVEHdQ/s1600/2012-06-02+14.40.10.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-jezuo3zBR6k/T-MRqJLtJII/AAAAAAAAAE4/czrod1Pzhf8/s1600/2012-06-02+14.40.46.jpghttp://2.bp.blogspot.com/-ziidV7xqj0w/T-MSp8rmN7I/AAAAAAAAAFA/i-niLUVEHdQ/s1600/2012-06-02+14.40.10.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-jezuo3zBR6k/T-MRqJLtJII/AAAAAAAAAE4/czrod1Pzhf8/s1600/2012-06-02+14.40.46.jpghttp://ndarurice.blogspot.com/2012/06/pengelolaan-hutan-rakyat-wonosadi-dusun.htmlhttp://ndarurice.blogspot.com/2012/06/pengelolaan-hutan-rakyat-wonosadi-dusun.htmlhttp://ndarurice.blogspot.com/2012/06/pengelolaan-hutan-rakyat-wonosadi-dusun.html
  • 7/28/2019 Pengelolaan Hutan Rakyat

    2/9

    membawa masalah bagi masyarakat Desa Wonosadi karena jaminan air bersih tetap ada.

    Predikat Zamrud di Gunung Kidul pun diberikan kepada kawasan ini.

    Pemilihan kawasan ini sebagai tempat Praktek Pengelolaan Hutan Rakyat karena

    tingginya kepedulian masyarakat local terhadap kelestarian hutannya. Menurut cerita

    yang beredar hal ini disebabkan masih kuatnya kearifan lokal masyrakatnya. Masih ada

    beberapa upacara adat yang menjunjung tinggi nilai kelestarian alam yang kemudian

    menimbulkan hukum adat masyarakat. Hukum adat itu misalnya jika seseorang

    mengambil/ menebang pohon di kawasan hutan Wonosadi maka orang tersebut akan

    mendapatkan celaka.

    Ketekunan masyarakat dalam pelestarian lingkungan telah menjadikan Hutan

    Adat Wonosadi sebagai kenyamanan bagi aneka flora dan fauna. Hutan seluas 25 hektar

    di Desa Beji, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul. Ini menarik dijadikan

    laboratorium alam, setelah sebelumnya kawasan ini diresmikan sebagai desa wisata,

    karena di sana ada puluhan jenis tumbuhan dan hewan langka. Mereka hidup nyaman

    dalam rimbunnya pepohonan yang di antaranya telah berusia ratusan tahun.

    Menelusuri hingga puncak Hutan Wonosadi akan mendapati sejumlah pohon tua

    berusia lebih dari 200 tahun. Di sekitar hutan, bebatuan vulkanik dari gunung api purba

    menjadi daya tarik kawasan ini sebagai desa wisata. Kita juga dapat menikmati

    pegunungan pandang di sisi kanan saat hendak turun dari puncak. Selain itu, rangkaian

    bukit-bukit karst yang terlihat saat melangkah semakin turun menambah bervariasinya

    nilai estetika di sana.

    Hingga sekarang, masyarakat masih memercayai bahwa Hutan Wonosadi

    mempunyai nilai keramat. Hal itu ditandai dengan masih beredarnya cerita masa lalu

    yang turun-temurun hingga sekarang. Cerita berawal dari Onggoloco, yaitu putra salah

    seorang selir Prabu Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit yang melarikan diri dari kejaran

    pasukan Kerajaan Demak, pernah bertapa di kawasan Hutan Wonosadi. Onggoloco

    dikenal memiliki ilmu kebatinan tinggi. Dalam pertapaannya, Onggoloco membuat hutan

    supaya penduduk setempat tak kekurangan air lagi. Cerita itu memunculkan penamaan

    hutan ini, di mana Wonosadi berasal dari kata "wono" yang berarti alas/Hutan dan

    "sadi" yang mengandung arti sandi/rahasia. Ceritanya hingga saat ini rahasia sandi

    tersebut belum terungkap.

    Cerita sejarah masa lalu tersebut telah mewariskan sebuah kawasan hutan dengan

    tingkat biodiversitas tinggi. Sayangnya ada tahun 1965 hutan ini sempat mengalami

    penebangan besar-besaran oleh kalangan tak dikenal. Pengrusakan tersebut hingga kini

  • 7/28/2019 Pengelolaan Hutan Rakyat

    3/9

    masih menjadi misteri entah siapa yang sudah melakukannya dan dengan misi apa mereka

    melakukan pengrusakan. Ternyata kejadian tersebut tidak membawa masyarakat dalam

    suasana duka berkepanjangan. Masyarakat beramai-ramai kembali menanami pohon

    setahun kemudian atau tepatnya tahun 1966. Hasilnya, Hutan Adat Wonosadi kembali

    rimbun.

    Mengetahui cerita tersebut, pemerintah tidak tinggal diam. Pemeriantah saat itu

    ikut takut jika Hutan Wonosadi kembali rusak akibat ulah orang-orang yang serakah.

    Akhirnya pada tahun1977 pemerintah mengambil sikap berawal dari pemikiran

    bagaimana caranya agar masyarakat tidak menebang hutan Wonosadi itu, karena

    pemerintah sadar bahwa masyarakat pastinya akan membutuhkan kayu. Pemikiran

    tersebut melahirkan ide pembebasan tanah milik negara yang dialihtangakan kepada

    masyarakat. Masyarakat diijinkan menebang kayu dengan syarat masyarakat menanam

    pohon di kawasan alih tangan tadi. Jadi masyarakat menebang kayu di luar kawasan 25

    hektar Hutan Inti Wonosadi yang sekarang sudah menjadi kawasan milik mereka sendiri.

    Hutan seluas 25 hektar sebagai hutan kawasan inti oleh masyarakat dinamakan

    hutan konservasi. Penanaman tahun 1966 murni penanaman dari masyarakat, sedangkan

    yang tahun 1977 adalah buah karya dengan pemerintah. Kawasan di luar 25 hektar

    tersebut oleh masyrakat dinamakan kawasan penyangga. Kawasan peyangga juga

    dinamakan kawasan oro-oro yang berarti kawasan pemberian dari pemerintah sebagai

    penghargaan untuk masyarakat agar tetap melestarikan lingkungan.

    Hingga tahun 1998 kondisi kepemilikan dan kondisi pengelolaan tidak berubah.

    Kawasan juga masih terbagi menjadi dua yaitu hutan konservasi dan hutan peyangga.

    Tahun 1997 juga tidak ada perubahan pada hal penentuan kawasan. Tahun 1997 yang

    berubah adalah semakin berkembangnya pengelolaan hutan. Tahun tersebut bisa dibilang

    sebagai awal mula kesadaran masyarakat untuk melakukan pengorganisiran sebagai

    upaya untuk mengamankan hutan.

    Tahun 1997 pemerintah membantu masyarakat dengan membagikan bibit gratis.

    Saat itu program ini dinamakan program penghijauan. Mulai memasuki tahun 2000

    pengelolaan hutan semakin berkembang. Pembentukan kelompok tani dan jagawana pun

    mengikuti perkembangan pengelolaan hutan rakyat tersebut.

    Ceritanya yang pertama terbentuk adalah jagawana Ngudi Lestari, berlanjut

    kelompok tani Sumber Rejeki dan yang terakhir pengurus hutan rakyat tingkat desa yang

    dinamai Bala Dewi. Ketiganya mempunya peran dan tugasnya masing-masing. Jagawana

    menjaga hutan dari gangguan langsung. Kelompok tani sebagi sebuah wadah penyaluran

  • 7/28/2019 Pengelolaan Hutan Rakyat

    4/9

    aspirasi dan sebagai media pembelajaran bersama dalam pengelolaan hutan, sedangkan

    Bala Dewi sebagai penentu kebijakan dan membuka jaringan dengan pihak luar.

    Tahun 2012, Balai Dewi mendapatkan bantuan dari pemerintah sebesar 500 juta

    sebagai wujud kepedulian pemerintah untuk mendukung Hutan Wonosadi dijadikan

    ekowisata dan hutan laboratorium. Hal itu ditinjau dari kayanya nilai keaneragam hayati

    di Hutan Wonosadi. Buktinya masih ada pohon yang berusia lebih dari 500 tahun dan

    berkeliaran hewan-hewan seperti monyet serta kijang. Selain itu, daya tarik yang lain

    yaitu dari factor kebudayaan daerah. Masyarakat lokal hingga sekarang tetap

    mempertahankan dan melaksanakan upacara adat setiap tahunnya sebagai ucapan rasa

    syukur atas kelestarian hutan sehingga sawah dan ladang hingga keperluan sehari-hari

    dari air tidak kurang.

    Penyaluran bantuan dari pemerintah tersebut tidak turun dalam satu waktu, tetapi

    aka nada tiga termin. Saat ini masyarakat sudah ada bayangan uang 500 juta akan

    dimanfaatkan untuk apa, diantaranya untuk mebeli kambing, pembuatan posko, perbaikan

    jalan, dan pembuatan gardu pandang. Semua itu merupakan bentuk pembangunan untuk

    mendukung fasilitas kenyamanan bagi pengunjung wilayah ekowisata.

    Saat ini masyarakat mengharapkan pendampingan dan penyuluan dari semua

    pihak yang bersedia membantu demi suksesnya ekowisata Hutan Wonosadi. Masyarakat

    menyadari bahwa mereka masih minim pengetahuan tentang ekowisata dan strategi

    pengembangannya.

    Sumber daya Hutan Wonosadi memiliki berbagai aspek yang menguntungkan

    bagi masyarakat. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek ekologi yang mendukung aspek

    ekonomi dan aspek psychology bagi masyarakatnya. Kawasan hutan konservasi dan

    penyangga telah berperan dengan baik dimana aspek ekologi, ekonim dan pshycology

    saling berkaitan.

    Aspek ekologi yaitu bahwa Hutan Wonosadi memiliki nilai biodiversity yang

    tinggi dan kaya baik flora maupun fauna yang berada di sana. Salah satu manfaat yang

    dirasakan hingga kini oleh masyarakat adalah sebagai sumber air bersih maupun sumber

    irigasi sawah. Dari kawasan konservasi ini ternyata efek sumber air tidak hanya diraskan

    oleh Desa Beji, melainkan dirasakan oleh desa tetangga yang kemudian ikut

    memanfaatkan air yang bersumber dari kawasan konservasi ini.

    Air yang tidak pernah surut semakin memudahkan masyrakat untuk

    mengembangkan pertaniannya karena didukung dengan irigasi yang baik. Kawasan

    penyanngga tentunya yang juga masih terpengaruh oleh kawasan konservasi yang

  • 7/28/2019 Pengelolaan Hutan Rakyat

    5/9

    letaknya berdampingan , ternyata selama ini menjadi andalan ekonomi masyarakat di

    mana ditanami tegakan Mahoni, Jati, dan Akasia.

    Tegakan-tegakan tersebut menjadi andalan perekonomian masyarakat. Di kala

    membutuhkan uang maka masyarakat tinggal mengambil uang di bank alamiah dengan

    cara menjual kayu yang berasal dari tegakan tersebut.

    Dari aspek pshycology yaitu, indahnya hutan dan terjaganya kelestarian

    meningkatkan mental masyrakat karena mereka merasa bangga telah berhasil mengubah

    daerah yang tandus menjadi bentangan kawasan hijau yang memiliki nilai estetika tinggi.

    Masyarakat semakin percaya diri untuk berkomunikasi dengan pihak luar. Keuntungan

    dari hal ini adalah sumber daya manusia akan semakin meningkat karena informasi

    masuk dan keluar dengan baik.

    Pendapatan masyarakat Dusun Duren sangat tergantung dari hutan. Terbukti dari

    wawancara kuosioner Analisis Livelihood sebagian besar masyrakat berpekerjaan pokok

    petani. Pak Wardi mempunyai pekerjaan harian sebagai Kepala Kadus Dusun Duren Desa

    Beji. Gaji sebagai kadus sebesar Rp 750.00,-/ bulan. Gaji sebesar itu tidak seberapa kalau

    dibandingkan dengan pendapatnnya dari peternakan dan pertanian. Dari pertanian, Pak

    Wardi setiap bulannya mendapatkan Rp 3.100.000,-/ bulan kalau tegakannya diuangkan,

    sedangkan dari peternakan Rp 1.000.000/ bulan.

    Hampir setiap kepala keluarga (KK) memiliki kepemilikan lahan hutan. Lahan

    hutan tersebut telah menjadi andalan bagi masyarakat. Dalam pengakuannya masyarakat

    tidak memegang uang cast , tetapi kalau diuangkan tegakan dari masyarakat memiliki

    harga yang tinggi.

    Masyarakat sudah menyatu dengan alam. Hutan Rakyat Wonosadi ruask, maka

    bisa dijamin masyarakat akan kehilangan sumber pendapatan utamanya. Alasan tersebut

    sudah disadari oleh masyarakat. Dampak positifnya secara tidak langsung masyarakat

    ikut mlestarikan alam.

    Tipe klasifikasi agroforestry di wilayah ini adalah agrosilvopastura. Hutan juga

    menyumbangkan kebutuhan pangan peternakan warga. Hampir setiap warga mempunyai

    hewan ternak. Hewan ternak ini telah menyumbangkan pendapatan masyarakat yang

    tidak sedikit.

    Selain hasil dari hutan berupa kayu yang bercirikan pada penjualan hasil

    produksinya untuk memenuhi kebutuhan akan uang tunai, ternyata hutan rakyat ini juga

    untuk pemenuhan pangan keluarga dimana ada tanaman pangan di antara tegakan pohon

    kayu. Tipe agroforestry ini berdasarkan social-ekonomi termasuk dalam sistem semi

  • 7/28/2019 Pengelolaan Hutan Rakyat

    6/9

    komersial. Hal inilah yang menguatkan masyarakat untuk tetap menjaga kelestarian

    hutan. Apabila hutan rusak, maka masyarakat kehilangan segalanya.

    Sorot mata kebahagian tergambar dari masyarakat di saat hutannya lestari. Mereka

    dengan bangga menceritakan apa yang alam berikan kepada mereka. Sesaat kemudian

    muka mereka berubah lesu ketika bercerita tentang bayangan Hutan Wonosadi rusak. Hal

    ini yang tidak diinginkan oleh masyarakat. Kebahagian mereka hanyalah memiliki hutan

    yang lestari, ketika hal itu diambil oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab habis

    sudah kebahagiaan mereka.

    Antara tahun 1966-1997 pengelolaan kelembagaan di Hutan Rakyat Wonosadi

    belum terbentuk kelembagaan yang modern. Waktu itu masyarakat sudah kompak

    bersama-sama membangun hutan, tetapi belum terstruktur dengan baik. Sampai dengan

    tahun 1997 koordinasi kegiatan dipegang oleh pak kadus dan orang yang dituakan.

    Peran pak kadus jelas sebagai penyalur aspirasi dan penyalur informasi dari desa.

    Peran orang yang dituakan lebih kepada peran spiritual. Pemimpin dalam upacara adat

    dan orang yang paling mengetahui tentang seluk-beluk Hutan Wonosadi adalah orang

    yang dituakan ini. Posisinya sangat dihargai ketika membicarakan mau disepertiapakan

    Hutan Wonosadi ini.

    Pada saat menginjak tahun 1997, ada sedikit perubahan dalam hal organisir masa.

    Saat itu masyarakat menginginkan sebuah bentuk/ wadah bersama untuk pengelolaan

    Hutan Wonosadi. Hal itu dipicu oleh adanya Jagawana Ngudi Lestari, dimana para

    jagawana mendapatkan penyuluhan dan bantuan dari pemerintah, sedangkan masyarakat

    di luar jagawana tidak. Masyarakat di luar keanggotaan jagawana iri atas pengetahuan

    pengelolaan hutan yang jagawana dapatkan. Inilah awal mula keinginan untuk

    membentuk lembaga sebagai wadah berbagi informasi pengelolaan hutan.

    Akhirnya masyarakat bersepakat membentuk Kelompok Tani Hutan Rakyat

    (KTHR) Sumber Rejeki. Dari namanya mengandung arti tempat sumbernya rejeki, tidak

    lain tidak bukan rejeki yang datang dari pemanfaatan sumberdaya hutan. Munculnya

    nama ini belum terdeteksi atas usulan siapa.

    Sebelum pembenetukan KTHR Sumber Rejeki ini sebenarnya masyarakat sudah

    cukup tahu mengenai pengelolaan hutan rakyat. Masyarakat mandiri mencari informasi

    mengenai ilmu pengelolaan hutan dari mulut ke mulut. Dengan adanya KTHR ini

    masyarakat banyak berharap akan mendapatkan keuntungan.

    Perkembangan pengelolaan hutan rakyat sejak 1966-2012 di kawasan ini menurut

    saya mengalami kemajuan yang signifikan dan kemajuan yang bertahap. Dari sekedar

  • 7/28/2019 Pengelolaan Hutan Rakyat

    7/9

    asal menanam dengan prinsip konservatif, menanam pohon kayu agar hasilnya dapat

    dijual, dan sekrang beranjak pemikiran ekowisata. Semuanya ini karena adanya

    semangat dan kesadaran masyarakat untuk mempertahankan hidup yang berdampingan

    dengan alam.

    Setelah terbentuknya KTHR Sumber Rejeki pelan-pelan masyarakat membuka

    diri kepada pihak luar. Penyuluhan dan bantuan perlahan-lahan didaptakan oleh

    masyarakat. Tentunya ini menguntungkan bagi masyarakat. KTHR Sumber Rejeki juga

    semakin berkembang dan dikenal oleh masyarakat luar.

    KTHR ini memiliki asset traktor 1 buah, pupuk 3 ton, alat penyemprot hama 4

    buah, dan 2 buah penggilingan padi manual. Monografi dan aturan kelompok pun sudah

    ada. Semuanya ini berkat lancarnya pertemuan rutin kelompok yang diselenggarakan 35

    hari sekali.

    Meningkat ke hal yang lebih modern, kelompok ini sudah mempunyai AD/ ART

    kelompok. Sayangnya pengurusan surat akta organisasi belum selesai. Pengurus sudah

    mengusahakan, tetapi mereka mengalami kebuntuan. Kurangnya informasi dan

    pengetahuan mengenai pengurusan akta menjadi penyebab utamanya. Hal ini yang

    menyebabkan kelompok ini belum tersertifikasi.

    Tahun 2012 ini, masyarakat mendapatkan bantuan sebesar 500 juta rupiah dari

    pemerintah guna pengelolan ekowisata. Bantuan ini diterima atas nama kelompok tani

    tingkat desa yaitu Bala Dewi, sedangkan Bala Dewi sendiri orang-orangnya juga berasal

    dari KTHR Sumber Rejeki. Dengan demikian penyaluran dana itu disalurkan juga ke

    KTHR Sumber Rejeki. Sebenarnya dana tersebut memang ditujuakan kepada KTHR

    Sumber Rejeki, tetapi karena permasalahan akta hal itu yang menyebabkan dana diterima

    atas nama KTHR Bala Dewi.

    Sususan struktur organisasi KTHR Sumber Rejeki sudah cukup lengkap. Divisi

    jagawana dan konservasi juga sudah masuk ke dalam struktur organisasi. Pelindung juga

    mengikutkan dari struktur administrasi desa. Permasalahannya adalah program kerja

    belum terbentuk secara tersetruktur.

    Pertemuan rutin menjadi media yang paling efektif dalam mengambil kebijakan

    dan pembuatan program kerja. Melalui pertemuan ini anggota dan pengurus berbagi

    aspirasi dan informasi. Pertemuan rutin inilah yang menghidupi jalannya roda organisasi.

    Konflik belum terlihat karena kami tidak inten mencari informasi mengenai konflik.

    Kelembagaan dan pengelolaan Hutan Rakyat Wonosadi sudah berjalan dengan

    baik. Masyarakat Dusun Duren kehidupannya sangat bergantung kepada Hutan Rakyat

  • 7/28/2019 Pengelolaan Hutan Rakyat

    8/9

    Wonosadi baik hutan konservasi maupun hutan penyangganya. Hutan telah memberikan

    manfaat yang banyak dan tak terhitung jumlahnya. Kesadaran masyarakat akan

    pentingnya fungsi hutan juga sudah dipahami oleh masyarakat, sehingga upaya

    kelestarian hutan di sana berjalan dengan baik.

    Sarannya yaitu ada pihak luar yang membantu mengatasi permasalahan

    administrasi dalam hal ini akta organisasi dan membantu menyusun program kerja.

    Seperti program kerja dalam waktu dekat ini mengenai ekowisata bisa berjalan dengan

    baik dan optimal. Dana sebesar itu seandainya dalam penyusunan program tidak tepat

    maka yang terjadi dana akan terbuang dengan sia-sia dan hasil yang didaptkan minim.

    Referensi

    Djuwadi, 2002. Pengusahaan Hutan Rakyat. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah

    Mada

    Widayanti, Wahyu Tri, 2011/2012. Panduan Praktikum Pengelolaan Hutan Rakyat.

    Bagian Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

    Hutan Pendidikan Gunung Betung

    Pengembangan Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rahman merupakan

    kerjasama antara Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan Dinas Kehutanan

    Propinsi Lampung. Tujuan dari kegiatan kerjasama pengembangan hutan pendidikan

    dirancang untuk mencapai beberapa tujuan strategis berikut (Anonim, 2010):

    1. Membangun model pengelolaan hutan konservasi terpadu secara berlanjutan,

    2. Membangun sumber belajar untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia melalui

    program pendidikan informal dan formal (S1, S2, dan S3) dalam disiplin ilmu yang

    terkait dengan aspek pengelolaan dan pembangunan kehutanan berkelanjutan,

    3. Mengembangkan iptek tepat guna yang terkait dan bermanfaat untuk pembangunan

    kehutanan berkelanjutan dan membangun pusat keunggulan manajemen hutan,

  • 7/28/2019 Pengelolaan Hutan Rakyat

    9/9

    4. Mengoptimalkan fungsi dan manfaat hutan secara berkelanjutan untuk meningkatkan

    pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, peningkatan mutu aparat pemerintah

    daerah, dan peningkatan mutu pengelolaan perguruan tinggi.

    Untuk mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan secara efektif, dirumuskan strategi

    dan arah kebijakan sbb.

    1. Mengembangkan kerjasama kelembagaan Pengembangan Hutan Pendidikan

    Konservasi Terpadu Unila antara Unila melalui Fakultas Pertanian dengan pihak

    Departemen Kehutanan RI dan Dinas Kehutanan Propinsi Lampung.

    2. Mengembangkan program pengelolaan hutan pendidikan konservasi terpadu yang

    sistematis, komprehensif, dan berkelanjutan (dalam jangka pendek, menengah, dan

    panjang), dengan melibatkan partisipasi masyarakat dan stakeholderterkait.

    3. Mengembangkan kerjasama partnership dengan mitra eksternal (termasuk masyarakat

    sekitar) untuk implementasi program pengembangan hutan pendidikan konservasi

    terpadu Unila.

    (Tinjauan Pustaka Penelitian Agung Wahyudi : Keanekaragaman Jenis Pohon di Hutan

    Pendidikan Konservaasi Terpadu Tahura Wan Abdul Rachman. tahun 2012)