pengelolaan limbah padat di destinasi wisata dieng …
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI DESTINASI
WISATA DIENG KULON KABUPATEN
BANJARNEGARA
PROYEK AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh studi pada
Program Diploma IV
Oleh :
DINI SAGITANINGRUM
201520411
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DESTINASI PARIWISATA
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA
BANDUNG
2019
しEMBAR PENGESAHANナ
孝二
JUDUL SKRIPSI/PROYEK AKHIR几UGAS AKHIR
PengeIolaan Limbah Padat dj Destinasi Wisata Dieng Kulon
NAMA : Dinj Sagitaning「um
NIM : 201与20411
PROGRAM STUDI : MDP
Pembimbing I,
Bandung, Novembe「2019
i
MOTO
“Take the biggest risks while you are young,
and you are the youngest you will ever be right
now” ~Lavendaire
ii
PERSEMBAHAN
Puji syukur atas segala nikmat dan rahmat Allah S.W.T sehingga
proyek akhir ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Proyek akhir ini saya
persembahkan kepada:
1. Pengelola Destinasi Wisata Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara
agar pengembangan pariwisata di Dieng Kulon lebih berkelanjutan.
2. Kepada segenap keluarga yang telah mendukung sepenuhnya baik
secara moral mau pun materiil semenjak kecil hingga dapat
menyelesaikan proyek akhir ini.
3. Kepada teman-teman Manajemen Destinasi Wisata 2015 yang telah
menjadi support system selama empat tahun perkuliahan.
4. Kepada Ibu Mita dan Bapak Budhi selaku pembimbing yang telah
membimbing dengan sabar, dan memberikan wawasan kepada saya.
5. Kepada Segenap Dosen Manajemen Destinasi Pariwisata yang telah
mndidik serta membagikan wawasan serta ilmu selama menempuh
perkuliahan di STP Bandung.
6. Kepada teman-teman KKN Universitas Gadjah Mada Dieng, yang
membantu pengambilan data, serta menjadi teman yang baik selama
Dieng Culture Festival 2019.
7. Kepada segenap staff dan volunteer Greenpeace Indonesia, yang
telah membantu memahami isu limbah padat, serta memberikan
pengalaman terkait isu tersebut.
iii
8. Kepada teman-teman Psy Duck yang telah menjadi teman berbagi
cerita dan masukan selama pengerjaan proyek akhir.
9. Kepada teman-teman PKK Busui Kompleks V/A yang telah
menjadi teman mengusir kebosanan selama pengerjaan proyek akhir
ini.
10. Serta kepada teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
yang telah memberi semangat serta bantuan selama pengerjaan
proyek akhir ini.
・′ ふ
ナ」
室賀PERNYATAAN MAHASISWA
Yang be直anda tangan di bawah ini, Saya :
Nama : Dini Sagitaningrum
Tempat/Tanggaiしahir : Banjamegara, 10 Desembe「 1997
NIM : 201与20411
Program Studi : Manajemen Destinasi Pariwisata
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. TugasAkhir/ProyekAkhir/Skripsi yang be申uduI:
4.
PengeIoIaan しimbah Padat di Destinasi Wisata Dieng KuIon Kabupaten
Banjarnegara ini adaIah merupakan has= karya dan hasil peneIitian saya sendi「i,
bukan merupakan hasii penjipIakan, Pengutipan, PenyuSunan Oleh orang atau
Pihak Iain atau cara-Ca「a Iain yang tidak sesuai dengan ketentuan akademik yang
berlaku di STP Bandung dan etika yang berIaku dalam masyarakat keiimuan
kecuaIi arahan dari Tim Pembimbing.
DaIam Tugas Akhir/Proyek Akhir/Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat
yang teIah dituIis atau dipublikasikan orang atau pihak Iain kecuaIi secara tertulis
dengan jeIas dicantumkan sebagai acuan daIam naskah dengan disebutkan
Sumber′ nama Pengarang dan dicantumkan daiam daftar pustaka.
Surat Pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya′ aPabiIa daIam naskah Tugas
Akhir/Proyek Akhir/Skripsi ini ditemukan adanya pelanggaran atas apa yang saya
nyatakan di atas, atau Pelanggaran atas etika keilmuan, dan/atau ada kIaim
terhadap keasIian naskah ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
berupa pencabutan geIaryang telah diperoleh karena karya tulis ini dan sanksi
lainnya sesuai dengan norma yang berIaku di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
ini serta peraturan-Peraturan terkait Iainnya.
Demikian Surat Pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bandung, November2019
NIM 201与20411
v
ABSTRAK
Semenjak diadakannya Dieng Culture Festival pada tahun 2010, Destinasi
Wisata Dieng Kulon kian dikenal oleh wisatawan, baik wisatawan nusantara,
maupun mancanegara. Hal tersebut menjadikan Dieng Kulon sebagai salah
satu destinasi wisata unggulan, bukan hanya di Kabupaten Banjarnega, namun
juga merupakan salah satu kawasan strategis pengembangan pariwisata
nasional. Namun seiring meningkatnya jumlah wisatawan, penumpukan
limbah padat juga semakin meningkat. Destinasi Wisata Dieng Kulon yang
mana belum memiliki TPA mengalami kesulitan untuk mengatasi
penumpukan limbah padat tersebut. Demi menjaga lingkungan hidup
masyarakat, serta mengingat bahwa pariwisata merupakan sektor yang sangat
bergantung pada sumber daya yang dimiliki, pengembangan pariwisata harus
menjunjung tinggi asas-asas pengembangan pariwisata berkelanjutan. Demi
mencapai keberlanjutan tersebut, bukan hanya asas ekonomi saja yang perlu
dikembangkan, melainkan juga aspek sosial, serta lingkungan. Untuk itu
Environmental Management System dengan Solid Waste Management sebagai
best practice-nya merupakan salah satu alat yang sesuai dan dapat digunakan
demi mencapai keberlanjutan. Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara mendalam, serta observasi, dengan bantuan
dokumen-dokumen resmi, yang kemudian dianalisis dengan model Miles &
Huberman, dan menghasilkan metode pengelolaan limbah padat yang sesuai
dengan karakteristik dan permasalahan lokus, sebagai rekomendasinya.
Kata Kunci: Pengelolaan, Limbah Padat, Environmental Management System
vi
ABSTRACT
Since Dieng Culture Festival was hold in 2010, Dieng Kulon Tourist
Destination has become increasingly well-known by both domestic and foreign
tourists. This makes Dieng Kulon as one of the leading tourist destinations,
not only in Banjarnega Regency, but also as one of the national strategic
areas for tourism developement. But as the number of tourists increases, solid
waste production is also increasing. Dieng Kulon Tourist Destinations which
do not have landfill at this time, have difficulty to overcome the accumulation
of solid waste. In order to protect the environment for local people, and to
remember that tourism is a sector that is very dependent on its resources,
tourism development must uphold the principles of sustainable tourism
development. In order to achieve its sustainability, it is not only economic
principles that need to be developed, but also social and environmental
aspects. For this reason the Environmental Management System with Solid
Waste Management as its best practice is one of the appropriate tools that can
be used to achieve sustainability. This research was conducted using
qualitative methods with descriptive approach. Data collection is done by in-
depth interviews, and observations, with the help of official documents, which
are analyzed with the Miles & Huberman model, and produce solid waste
management methods that are suitable for the characteristics and problems of
the locus, as recommendations.
Keywords: Management, Solid Waste, Environmental Management System
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala ridho dan karunia-Nya
sehinga proyek akhir yang berjudul “Pengelolaan Limbah Padat di
Destinasi Wisata Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara” ini dapat
diselesaikan secara tepat waktu.
Dengan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu untuk memberikan dorongan, bimbingan, serta
bantuan untuk proyek akhir ini, yaitu kepada:
1. Bapak Faisal Kasim, MM. Par., CHE. Selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pariwisata Bandung.
2. Bapak Andar Danova L. Goeltom, S.Sos., M.Sc. Selaku Ketua
Bagian Administrasi, Akademik dan Kemahasiswaan.
3. Bapak Sugeng Hermanto, S.Sos., MM.Par. Selaku Ketua Program
Studi Manajemen Destinasi Pariwisata.
4. Ibu E. Paramita Marsongko, A.Par., M.Sc, dan Bapak Budhi
Gunawan, M.A., Ph.D. Selaku pembimbing.
5. Segenap dosen dan staff Program Studi Manajemen Destinasi
Pariwisata.
6. Segenap Staff Greenpeace Indonesia.
7. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara, Dinas
Perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup
Kabupaten Banjanegara.
viii
8. Unit Pelaksana Teknis Dieng serta Pokdarwis Dieng Pandawa, dan
Panitia Dieng Culture Festival 2019, selaku pengelola.
Akhir kata, penulis menyadari ketidak sempurnaan tulisan ini, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Maka dari itu segala bentuk
saran serta kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Bandung, 5 Oktober 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
MOTO ................................................................................................................ i
PERSEMBAHAN ............................................................................................ ii
PERNYATAAN MAHASISWA ................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
ABSTRACT....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................ 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 5
1. Pembatasan Substansi....................................................................... 5
2. Pembatasan Wilayah ........................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
1. Tujuan Formal................................................................................... 5
2. Tujuan Operasional .......................................................................... 5
x
E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
1. Manfaat Teoritis................................................................................ 6
2. Manfaat Praktis ................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 7
A. Kajian Teori ...................................................................................... 7
1. Environmental Management System ............................................... 7
2. Waste Management ........................................................................ 12
3. Solid Waste Management ............................................................... 14
E. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 20
A. Rancangan Penelitian ..................................................................... 20
B. Partisipan dan Tempat Penelitian ...................................................... 20
C. Pengumpulan Data ............................................................................. 21
1. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 21
2. Alat Kumpul Data ........................................................................... 23
D. Analisis Data ................................................................................... 24
E. Pengujian Keabsahan Data ................................................................ 26
F. Jadwal Penelitian ................................................................................ 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 28
A. Hasil Penelitian ............................................................................... 28
1. Gambaran Umum Dieng Kulon ..................................................... 28
xi
2. Gambaran Umum Kepariwisataan Dieng Kulon .......................... 30
3. Kondisi Faktual Pengelolaan Limbah Padat ................................. 34
4. Peran Stakeholders terhadap Solid Waste Management .............. 47
B. Pembahasan ........................................................................................ 60
1. Reuse ............................................................................................... 62
2. Recycle ............................................................................................ 62
3. Recovery .......................................................................................... 63
4. Disposal........................................................................................... 63
5. Avoiding Waste ............................................................................... 64
6. Stakeholders .................................................................................... 65
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................. 67
A. Simpulan ......................................................................................... 67
B. Rekomendasi ....................................................................................... 68
1. Avoiding Waste sebagai Upaya Pencegahan ................................. 69
2. Optimalisasi Reuse ......................................................................... 72
3. Optimalisasi Recycle ...................................................................... 72
4. Pengadaan Upaya Recovery ........................................................... 76
5. Pembenahan Disposal .................................................................... 77
6. Optimalisasi Pengelolaan Limbah Padat Selama DCF ................ 78
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 99
LAMPIRAN ................................................................................................. 101
xii
BIODATA PENULIS .................................................................................. 109
xiii
DAFTAR GAMBAR
II.1 Plan-Do-Check-Act-Stages ........................................................................... 10
II.2 Kategori Limbah Padat .................................................................................. 16
II.3 Solid Waste Managemen Methode................................................................. 18
IV.1 Peta Wisata kecamatan Batur ....................................................................... 29
IV.2 Tempat Sampah Terpisah Pemberian Geo Dipa ......................................... 38
IV.3 Batik Kayu Dieng ........................................................................... 39
IV.4 Pembakaran Oleh Warga ........................................................................... 40
IV.5 Keadaan TPS ........................................................................... 41
IV.6 Botol Plastik yang Dikumpulkan Pemulung ............................................... 42
IV.7 Jembatan di Jalan Menuju Dieng ................................................................. 43
IV.8 Tampak Kolong Jembatan ........................................................................... 43
IV.9 Limbah di Area Kawah Sikidang ................................................................. 44
IV.10 Isi Tempat Sampah Organik ...................................................................... 45
IV.11 Isi Tempat Sampah Anorganik .................................................................. 46
IV.12 Aturan Dieng Bersih ........................................................................... 47
IV.13 Wisatawan Asal Banjarnegara yang Berpose di Sebelah Limbah ............ 51
IV.14 Kemasan Makanan yang Ditinggalkan di Dekat Tempat Sampah .......... 52
IV.15 Tumpukan Limbah Padat di Area Kawah Sikidang ................................. 53
IV.16 Kebersihan Panggung Pandawa (Bertiket) ................................................ 54
IV.17 Kebersihan Lapangan Pandawa (Bebas Tiket) ......................................... 55
IV.18 Penggunaan Gelas Sekali Pakai di Warung .............................................. 57
IV.19 Kemasan Styrofoam yang Digunakan Pedagang ...................................... 58
xiv
IV.20 Penjual Lampion Illegal ........................................................................... 59
V.1 Alur Pengelolaan Limbah Padat .................................................................... 68
V.2 Contoh Ecobrick ........................................................................... 73
V.3 Contoh Penggunaan Ecobrick ....................................................................... 73
V.4 Contoh Tas Berbahan Banner ........................................................................ 74
V.5 Contoh Payung Berbahan Banner ................................................................. 74
V.6 Contoh Tas Berbahan Kaos Bekas ................................................................ 75
V.7 Contoh Produk Hasil Sulaman Kantong Plastik .......................................... 76
V.8 Contoh Tempat Sampah Terkategori ............................................................ 77
DAFTAR TABEL
III.1 Jadwal Penelitian .......................................................................................... 28
IV.1 Limbah Padat Destinasi di Wisata Dieng Kulon ........................................ 36
IV.2 Hasil Wawancara Reuse ............................................................................... 37
V.1 Rancangan Metode Pengelolaan Limbah Padat Dieng Kulon .................... 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Destinasi Wisata Dieng Kulon merupakan destinasi wisata yang
menjadi unggulan dari Kabupaten Banjarnegara, mulai dari alam, maupun
budayanya. Destinasi Wisata Dieng juga termasuk kedalam 88 Kawasan
Strategis Pariwisata Nasionl (KSPN) dan 222 Kawasan Pengembangan
Pariwisata Nasional (KPPN), dari tiga katogeri prioritas pengembangan
pariwisata di Indonesia (KSPN, KPPN, DPN) yang tercantum dalam PP No.
50 Tahun 2011 tentang rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional
tahun 2010-2025. Dengan keunikannya, yang merupakan dataran tinggi
dengan populasi terpadat kedua di dunia setelah Tibet (Travelhood.co.id).
Meskipun Dieng telah menjadi destinasi wisata, namun, sebelum
adanya Dieng Culture Festival wisatawan yang datang masih sedikit. Alif
Faozi selaku ketua Pokdarwis Dieng menuturkan kepada Phinemo bahwa pada
tahun 2009 pengunjung hanya berjumlah dua sampai tiga mobil. Nama Dieng
sebagai destinasi pariwisata semakin terdengar setelah adanya Dieng Culture
Festival. Alif Faozi menambahkan bahwa Festival Dieng (nama Dieng Culture
Festival pada saat itu) dibentuk untuk memberikan ciri khas pada Dieng Kulon
(Phinemo.com, November 2018).
Sejak dibentuknya Pokdarwis dan dilaksanakannya acara Dieng Culture
Festival tersebut, wisatawan yang berkunjung ke Dieng Kulon semakin
meningkat tiap tahunnya. Bahkan, pada tahun 2016 lalu jumlah pengunjung
2
Destinasi Wisata Dieng telah mencapai satu juta orang dalam setahun (Tribun
News, 11 September 2017). Kemudian pada tahun 2018 pengunjung Dieng
Culture Festival sendiri mencapai lebih dari 200.000 orang, dengan lebih dari
3000 wisatawan mancanegara. Jumlah kunjungan tersebut belum termasuk
orang-orang yang gagal sampai ke Dieng Kulon karena terjebak macet, dan
terpaksa harus tinggal di Alun-Alun Wonosobo (Koran Jakarta, 6 Agustus
2018).
Seiring dengan adanya peningkatan kunjungan, produksi limbah dari
kegiatan pariwisata pun meningkat, khususnya limbah padat (solid waste) baik
limbah padat organik, dan juga anorganik. Selain dari kegiatan yang dilakukan
oleh masing-masing wisatawan, pada saat berlangsungnya acara Dieng
Culture Festival, tepatnya kegiatan melepas lampion juga turut menghasilkan
limbah padat, berupa sisa-sisa lampion yang jatuh pada pagi hari. Bahkan dari
tahun ke tahun, setelah rangkaian Dieng Culture Festival selesai, limbah padat
tersebut menumpuk di sekitar jalan, sehingga mengganggu warga yang tinggal
di area tersebut (Tribun Jateng, 4 Agustus 2017).
Untuk mengatasi tumpukan limbah padat tersebut, penyelenggaraan
Dieng Culture Festival pada tahun 2018 lalu diawali dan diakhiri dengan aksi
Dieng bersih yang diikuti oleh seluruh peserta festival (Kompas Travel, 30
Juli 2018). Meskipun telah dilakukan kegiatan Dieng bersih, permasalahan
tersebut baru menyelesaikan masalah penumpukan limbah padat pasca
diselenggarakannya Dieng Culture Festival, dan belum menyelesaikan
permasalahan limbah padat dari kegiatan wisata secara menyeluruh.
3
Destinasi Wisata Dieng sendiri telah mengalami permasalahan limbah
padat tersebut selama bertahun-tahun. Produksi limbah padat di Destinasi
Wisata Dieng Kulon di hari hari biasa diperkirakan mencapai 4,5 ton dalam
sepekan (Jawa pos, 28 Maret 2017). Namun, penumpukan limbah padat
tersebut masih belum dapat ditangani secara maksimal, karena sampai saat ini
Dieng Kulon sendiri masih belum memiliki TPA yang sesuai standar. Limbah
padat yang ada hanya sementara masih diletakkan di tempat pembuangan
sementara yang berada di dekat pintu masuk Kawah Sikidang.
Menteri Pariwisata Indonesia Arief Yahya menyatakan bahwa masalah
sampah masih menjadi salah satu masalah utama bagi pariwisata di Indonesia
(Kompas.com, 28 Maret 2018). Bahkan karena permasalahan yang sama,
beberapa destinasi yang awalnya menjadi destinasi unggulan justru mengalami
kerusakan lingkungan, yang berakibat pada penurunan tingkat kunjungan.
Destinasi tersebut diantaranya Taman Nasional Bunaken, Danau Segara Anak
Rinjani, dan Ranokumbolo yang tercemar oleh limbah (IDN Times, 26
September 2017).
Masalah tersebutlah yang mendorong topik penelitian akhir ini, karena
pada dasarnya pariwisata merupakan sebuah sektor yang bergantung pada
sumber daya yang dimilikinya baik alam, budaya, mau pun manusianya.
Karena tanpa adanya limbah padat dari kegiatan wisata, masyarakat desa
sendiri telah mengalami kesulitan untuk menangani limbah mereka sendiri.
Maka dari itu baik pengelola, wisatawan, pemerintah, masyarakat, dan juga
pelaku bisnis memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian sumber daya
tersebut, dengan menyeimbangkan baik aspek sosial budaya, ekonomi,
4
maupun lingkungan, demi terciptanya pariwisata yang berkelanjutan. Selain
upaya penanganan, diperlukan juga adanya upaya pencegahan, dalam hal ini
alat yang akan digunakan adalah Environmental Management System. Sesuai
dengan permasalahan yang telah dijabarkan di atas, maka penelitian ini
berjudul “Pengelolaan Limbah Padat di Destinasi Wisata Dieng Kulon,
Kabupaten Banjarnegara.”
B. Fokus Penelitian
Menanggapi permasalahan yang telah dijelaskan pada latar belakang,
penelitian ini berfokus kepada isu terkait dengan limbah padat (solid waste)
yang dihasilkan di Destinasi Wisata Dieng Kulon, di Desa Dieng Kulon. Desa
ini dipilih karena merupakan desa dengan daya tarik terbanyak, dan
merupakan lokasi berlangsungnya Dieng Culture Festival.
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan konsep Environmental
Management System (European Commission, 2013). EMS sendiri merupakan
salah satu alat yang dapat digunakan untuk mencegah dan atau mengurangi
dampak dari kegiatan wisata. Selanjutnya penelitian ini akan merujuk pada
salah satu best practice dari EMS yaitu Waste Management (UNEP, 2003)
secara spesifik akan membahas mengenai Solid Waste Management,
disesuaikan dengan permasalahan utama yang ada di lokus penelitian.
Penelitian diawali dengan mencari tahu sejauh mana penerapan Solid
Waste Management yang dilakukan oleh pihak terkait, baik pengelola,
pemerintah, maupun pelaku bisnis. Kemudian dilakukan proses analisis, dan
identifikasi terhadap limbah padat yang dihasilkan sebagai acuan untuk
pembuatan rekomendasi. Berdasarkan pernyataan di atas, pertanyaan
5
penelitian yang muncul adalah “Bagaimana sistem pengelolaan limbah padat
yang ada di Desa Dieng Kulon?”
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dibagi menjadi dua, yaitu pembatasan substansi,
dan pembatasan wilayah, dengan detail yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Pembatasan Substansi
Penelitian ini dibatasi dengan konsep Environmental Management System,
dengan best practice waste management, khususnya solid waste
management, sesuai dengan permasalahan utama lokus penelitian, yaitu
limbah padat.
2. Pembatasan Wilayah
Wilayah penelitian akan dilaksanakan di Desa Dieng Kulon, Kabupaten
Banjarnegara (7° 20’ 23” Lintang Selatan, dan 109° 90’ 66” Bujur Timur),
Karena desa tersebut merupakan desa yang memiliki daya tarik wisata
terbanyak, serta merupakan tempat dilaksanakannya Dieng Culture
Festival setiap tahunnya.
D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua tujuan, yaitu tunjuan formal dan
tujuan operasional. Tujuan-tujuan tersebut diantaranya adalah:
1. Tujuan Formal
Tujuan formal dari penelitian ini adalah untuk memenuhi proyek akhir,
khususnya bagi mahasiswa Program Studi Manajemen Destinasi
Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung di semester delapan.
2. Tujuan Operasional
6
Secara operasional tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu
kepedulian stakeholders terhadap masalah limbah padat, dan
mengidentifikasi limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata
yang tawarkan di Destinasi Wisata Dieng Kulon. Kemudian dari hasil
tersebut akan dilakukan analisis untuk mendapatkan solusi yang tepat,
yang kemudian dari hasil tersebut akan dirumuskan sebuah prencana
pengelolaan limbah.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mendukung bidang
keilmuan pariwisata, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan, dan
juga sebagai referensi atau acuan bagi penelitian sejenis lainnya yang akan
dilaksanakan di daerah lain.
2. Manfaat Praktis
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan hasil yang dicapai
dapat membantu pengelola Destinasi Wisata Dieng Kulon, baik
masyarakat, pemerintah, pelaku bisnis, dan juga lembaga-lembaga terkait
untuk mengelola sampah yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata yang
berlangsung di kawasan tersebut.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Dalam penelitian ini payung konsep yang akan digunakan adalah
Sustainable Tourism Development, atau pengembangan pariwisata
berkelanjutan yang merupakan sebuah konsep pengembangan pariwisata yang
turut memperhatikan kondisi ekonomi, sosial budaya, dan alam baik pada saat
ini atau pun di masa yang akan datang (UNEP & UNWTO, 2005: 11).
Selanjutnya konsep-konsep yang akan dibahas yaitu Environmental
Management System, Waste Management, dan Solid Waste Management.
Namun rekomendasi akan turut disesuaikan dengan standar nasional yang
telah diberlakukan di Indonesia, yaitu SNI 03 3241 1994 dan SNI 19 2454
2002 dengan beberapa penyesuaian yang sesuai dengan kondisi lokus.
Environmental Management System merupakan salah satu alat untuk
mencapai Sustainable Tourism Development, yang dapat mencegah dan atau
mengurangi efek samping dari kegiatan pariwisata, yang memiliki beberapa
best practices, salah satunya Waste Management, khususnya dalam penelitian
ini akan membahas Solid Waste Management disesuaikan dengan
permasalahan di Destinasi Wisata Dieng Kulon. Kemudian akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Environmental Management System
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki dampak, begitu juga dengan
pariwisata. Selain melakukan upaya penanganan, upaya pencegahan juga
8
perlu dilakukan, salah satunya dengan EMS. Environmental management
system merupakan serangkaian proses yang membantu suatu organisasi
untuk mengurangi dampak dari kegiatan yang dilakukannya, sekaligus
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan tersebut (US EPA, 2017).
Sedangkan Environmental Management System for Tourism adalah sebuah
bentuk penerapan Environmental Management System di bidang
pariwisata. Baik EMS yang diterapkan pada sektor pariwisata, maupun
sektor lainnya, tahapan-tahapan yang dilalui adalah sebagai berikut:
a. Tahapan Environmental Management System
Tahapan yang harus diperhatikan dalam environmental management
system adalah sebagai berikut :
1) Plan
Merencanakan mulai dari mengidentifikasi isu, menetapkan tujuan
dan target, menetapkan tugas dan kewajiban, dan juga menyiapkan
rencana, program, dan prosedur yang harus dilakukan.
2) Do
Merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat. Mulai
dari membentuk team, mengidentifikasi aspek aspek lingkungan
yang terkait, membagi job desk, membuat program terkait dengan
manajemen lingkungan, dan lain sebagainya.
3) Check
Memonitor, mengontrol, serta mengevaluasi berjalannya sistem,
baik program, sumber daya manusia, dan lain sebagainya.
9
Sekaligus untuk mencari tahu dimana kelemahan, kekurangan
maupun kelebihan dari system yang telah berjalan.
4. Act
Pada tahap ini sistem tersebut diharapkan telah mengetahui
kelemahan dan kelebihannya. Tahap ini berfungsi untuk
mengimplementasikan perbaikan yang ada, kemudian berlanjut
kembali ke tahap awal yaitu plan.
Gambar II.1
Plan-Do-Check-Act Stages
Sumber: United States Environmental Protection Agency, 2014
Tahapan tersebut adalah sebuah siklus yang terus berulang, sehingga
dapat memaksimalkan efektivitas dan efisiensi dari sebuah system,
organisasi, maupun lembaga tertentu. “Effective implementation of
some form of EMS is a prerequisite for, and often directly leads to, the
realization of continuous improvement across key environmental
pressures,” (Comissão Europeia, 2013: 5).
a. EMS Best Practices
Dalam Environmental Management System tersebut, terdapat
beberapa indikator yang dapat diukur dalam proses tersebut.
10
Indikator-indikator tersebut telah terasosiasi dengan best practices
yang ada, dalam hal pengaruh dari aktivitas terhadap lingkungan
(Comissão Europeia, 2013: 6). Best Practices tersebut diantaranya
adalah:
1) Energy Management
Energy management meliputi jenis energi yang digunakan, jumlah
energi yang digunakan, penggunaan energy yang terbarukan, dan
juga meliputi emisi yang dikeluarkan.
2) Water Management
Water management meliputi sistem penggunaan air, jumlah air
yang digunakan, sumber air, dan juga system pendaur ulangan air
yang telah digunakan.
3) Waste Management
Waste management meliputi pengelolaan segala bentuk limbah
yang telah dihasilkan dari berbagai kegiatan baik limbah padat,
limbah cair, maupun gas.
4) Biodiversity
Meliputi presentase area alami, area yang dilindungi, jumlah
spesies lokal, pendidikan mengenai keanekaragaman flora dan
fauna, peraturan mengenai area konservasi, aktivitas wisata yang
ramah lingkungan, dan lain sebagainya.
11
6) Consumables
Memperhatikan jumlah produk lokal, produk bersertifikat, produk
organik, produk yang berlabel eco, memperhatikan sumber dan
memperhatikan kemasan dari produk yang dikonsumsi.
b. EMS dalam Pariwisata
EMS merupakan sebuah alat yang bersifat universal dan dapat
digunakan pada segala sektor. Dalam sektor pariwisata penerapan
EMS masih belum diregulasi secara langsung, penerapan EMS
tersebut masih bersifat sukarela. Namun ada beberapa faktor
pendorong penerapan EMS pada sektor pariwisata(Comissão
Europeia, 2013: 9) yaitu:
1) Mengidentifikasi dan mengimplementasikan peningkatan efisiensi,
2) Mengelola resiko dan kewajiban terkait lingkungan,
3) Merupakan sebuah komitmen dari para pemegang tanggung jawab
pariwisata,
4) Merupakan bentuk komitmen bagi pemerintah terkait dengan
lingkungan
Dalam sektor pariwisata best practices yang ada dapat diaplikasikan
baik bagi tour operators, destination manager, penyedia jasa laundry,
penyedia jasa akomodasi, maupun penyedia makanan dan minuman,
dengan menyesuaikan hal-hal diatas dengan kebutuhan masing masing
bidang.
Pengaplikasian Environmental management system juga turut
membawa dampak pada perekonomian, sebagai contoh pada sebuah
12
kamar luxury dengan adanya efisiensi daya, biaya pemeliharaanya
dapat berkurang sebanyak 120.000 EUR dalam setahunnya (Comissão
Europeia, 2013 : 10).
2. Waste Management
Sesuai dengan permasalahan di lokus penelitian, best practice yang akan
menjadi fokus adalah waste management. Menurut Wrfound waste
management adalah “The collection, transportation, disposal or recycling
and monitoring of waste. This term is assigned to the material, waste
material that is through human being activity,” atau dalam kata lain
merupakan pengumpulan, pengangkutan, pembuangan, pendaurulangan,
dan monitoring dari limbah, yang merupakan materi yang dihasilkan dari
aktivitas manusia. Waste management sendiri dilakukan untuk
menghindari dampak buruknya bagi manusia dan lingkungan.
a. Kategori Limbah
Berdasarkan bentuknya waste atau limbah terbagi kedalam tiga
kategori, yaitu gaseous, liquid, dan solid. Gaseous waste merupakan
limbah yang berbentuk gas, yang mana dihasilkan dari aktifitas seperti
manufaktur, proses biologi, dan lain sebagainya. Sedangkan liquid
waste atau biasa disebut juga dengan wastewater merupakan limbah
yang berbentuk cairan, yang mana dihasilkan dari kegiatan
manufaktur, sisa limbah rumah tangga, minyak, dan lain sebagainya.
Sedangkan solid waste atau limbah padat merupakan limbah yang
berbentuk padat, biasanya berasal dari sisa konsumsi, kegiatan
manufaktur, produksi, dan lain sebagainya.
13
Namun, dalam penelitian ini pembahasan akan berfokus pada solid
waste. Solid waste atau limbah padat tersebut terbagi kedalam tiga
kategori (UNEP, 2003: 7) yaitu:
1) Combustile and Non-Combustile Waste
Combustile waste adalah limbah limbah yang mudah terbakar,
seperti kertas, kayu, daun kering, bahan kulit, dan lain sebagainya.
Sedangkan non-combustile waste merupakan bahan bahan yang
tidak mudah terbakar, biasanya didominasi dari limbah makanan,
bahan-bahan metal seperti alumunium, dan besi, bahan kaca, dan
lain sebagainya.
2) Hazardous Waste
Hazardous waste merupakan limbah beracun, yang mana dapat
membahayakan apabila terbakar, dan atau dapat mencemari
lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah tersebut
diantaranya adalah limbah kaleng cat, beterai, dan lain sebagainya.
3) Biodegradable and Non-Biodegradable Waste
Biodegradable waste merupakan limbah yang mengandung
senyawa organik, yang mana dapat terurai dengan sendirinya oleh
alam. Sedangkan non-biodegradable waste merupakan limbah
dengan senyawa non-organik yang mana tidak dapat terurai oleh
proses alami seperti plastik, karet, kain non-organik, dan lain
sebagainya.
14
Gambar II.2
Kategori Limbah Padat
Sumber: UNEP, 2003: 7
3. Solid Waste Management
Dalam sektor pariwisata, berurusan dengan limbah padat merupakan
sebuah tantangan. Seiring dengan meningkatnya jumlah limbah yang
dihasilkan, maka biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasinya juga
akan semakin tinggi.
Dalam skala global seorang wisatawan eropa dapat menghasilkan 1kg
limbah padat perharinya, sedangkan wisatawan dari negara berkembang
dapat menghasilkan hingga 2kg limbah padat perharinya (IFEN, 1999).
Seseorang dapat memproduksi lebih banyak limbah saat berwisata
ketimbang dengan produksi limbahnya pada hari-hari biasa. Sebagai
contoh produksi limbah padat perkapita di Coastal Holiday Inn, Perancis
terhitung 25% lebih banyak ketimbang produksi limbah padat dari
penduduk lokal (IFEN, 1999).
15
Dengan adanya pengaplikasian solid waste management pada sebuah
destinasi, akan membawa manfaat (UNEP, 2003: 3), diantaranya:
1) Penghematan biaya,
2) Meningkatkan efisiensi operasional,
3) Turut melindungi lingkungan,
4) Meningkatkan image dan kepuasan bagi wisatawan.
Atas dasar hal tersebut, maka waste management perlu dilakukan dalam
sebuah destinasi. “Managing waste should begin with understanding the
nature of a problem in a facility (possibly through a solid waste audit
system) and examining a range of technical and management approaches
for dealing with this solid waste” (UNEP, 2003: 3) Pengelolaan sampah
harus dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan dalam suatu fasilitas,
salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui waste audit. Waste
audit dapat delakukan melalui dua langkah, yaitu:
1) Menentukan volume limbah padat yang dihasilkan dari tiap
fasilitas.
2) Menilai apakah limbah yang dihasilkan dapat dipakai kembali
atau di daur ulang.
a. Solid Waste Management Method
Meskipun secara alami limbah padat merupakan limbah yang
memiliki jenis yang berbeda, namun beberapa diantaranya masih
dapat dipulihkan. Berikut merupakan metode yang dapat dilakukan,
diantaranya (UNEP, 2003: 14):
16
1) Waste Reuse
Menggunakan kembali barang barang lama dengan cara
memperbaiki, menjual, atau mendonasikannya dianggap lebih
mudah dari pada proses daur ulang, karena tidak memerlukan
proses lanjutan. Contoh hal yang dapat dilakukan adalah
mendonasikan majalah bekas ke sekolah, mewarnai handuk yang
terkena noda, menggunakan kertas pada kedua sisinya, dan lain
sebagainya.
2) Waste Recycling
Mendaur ulang limbah menjadi barang yang lebih berguna dapat
membantu mengurangi timbunan limbah. Contoh yang dapat
dilakukan adalah mengubah limbah kering menjadi energy listrik di
TPA, bekerja sama dengan tempat pendaur ulangan lokal,
memisahkan tempat sampah berdasarkan jenisnya guna didaur
ulang, mendaur ulang limbah menjadi souvenir, dan lain
sebagainya.
3) Waste Recovery
Pemulihan limbah dapat dilakukan melalui du acara, yaitu dengan
membuat kompos, dan melalui pembakaran. Namun, pembakaran
merupakan opsi terakhir apabila hal-hal lain masih dapat dilakukan,
karena pada dasrnya pembakaran tersebut dapat menimbulkan gas
berbahaya. Pembakaran tersebut juga tidak dianjurkan untuk
dilakukan non-professional.
4) Waste disposal
17
Pada akhirnya akan selalu ada limbah yang tersisa. Limbah tersebut
harus dikelola dengan baik oleh daerah maupun bekerja sama
dengan pihak swasta sehingga tidak mencemari lingkungan sesuai
dengan prosedur yang pembuangan sampah yang berlaku.
Gambar II.3
Solid Waste Management Method
Sumber: UNEP, 2003: 14
b. Avoiding Waste
Meskipun telah ada metode untuk mengelola limbah yang telah
dihasilkan, namun hal yang terlebih dahulu harus dilakukan dalam
pengelolaan limbah padat dalah menghindari terbentuknya limbah
padat tersebut secara berkelanjutan (UNEP, 2003: 9). Hal yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Waste Minimization
Satu-satunya cara yang ekonomis dan memiliki jangka waktu
panjang untuk menghindari limbah yang berbahaya bagi manusia
dan lingkungan, yaitu dengan mengurangi produksi dari limbah
tersebut, ketimbang harus berhadapan dengan masalah di masa
yang akan datang.
18
2) Green Purchasing
Penggunaan produk-produk ramah lingkungan bukan hanya
memiliki nilai yang ekonomis, namun juga akan menghindari
pencemaran akibat racun zat berbahaya. Hal-hal yang harus
diperhatikan dari green purchasing adalah kandungan zat
berbahaya pada suatu produk, kemampuan suatu produk untuk
digunakan kembali atau didaur ulang, dan produk-produk yang
menggunakan lebih sedikit kemasan.
Sebagaimana tahapan sebuah management, hal selanjutnya yang harus
dilakukan adalah Do dimana dalam hal ini adalah penyusunan
perencanaan yang tepat baik secara operasional, tahapan, pemilihan
pelatihan yang tepat sesuai dengan data yang ada. Kemudian
dilanjutkan dengan Check, yaitu mengawasi, dan mengontrol jalannya
rencana, sekaligus mengevaluasinya, dan kemudian pengaplikasian
tahap Act untuk memperbaiki program sebelumnya.
19
E. Kerangka Pemikiran
Pengelolaan Limbah Padat aktual di Destinasi Wisata Dieng
Kulon
Pengelolaan Limbah Padat
(UNEP, 2003)
Avoiding
Waste
Disposal
Kejasama
dengan dinas kebersihan
Terdapat TPA
Tempat
sampah yang
terkategorisasi
Recovery
Kompos
Pembakaran
Recycling
Fasilitas daur ulang
Kerjasama dengan
pengolah
Macam Bahan yang
di daur ulang
Reuse Memperbaiki
Menjual
Mendonasikan
Green
Purchasing
Kebijakan
Ketersediaan
Minimization
Kemasan
Barang
sekali pakai
Baik Buruk
Waste Audit
Environmental Management System
(European Comission, 2013)
Optimalisasi
Rekomendasi
SNI 03 3241 1994
SNI 19 2454 2002
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Pengelolaan Limbah Padat di Destinasi
Wisata Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara” ini akan mengkaji tentang
permasalahan limbah yang dihasilkan dari berbagai kegiatan pariwisata yang
ada di Destinasi Wisata Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara dari sudut
pandang pengelolaan kepariwisataan. Oleh karena itu metode yang akan
digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2001: 3) berpendapat bahwa
metode ini akan menghasilkan data berupa tulisan dari perkataan orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati secara utuh. Penelitian ini akan bersifat lebih
rinci dan mendalam. Meskipun metode yang akan digunakan adalah
kualitatif, seiring berjalannya penelitian, data kuantitatif memungkinkan untuk
dijadikan sebagai tambahan rujukan untuk pengambilan keputusan apabila
dibutuhkan. Khususnya dalam pelaksanaan waste audit yang membutuhkan
sampel jenis limbah.
B. Partisipan dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan melibatkan stakeholders pariwisata (Dinas
pariwisata, pokdarwis, pelaku bisnis, UPT Dieng Kulon, Perangkat Desa
Dieng Kulon, dan Panitia DCF 2019) selaku pihak yang berkaitan langsung
dengan pengelolaan pariwisata setempat, serta stakeholders yang berkaitan
21
dengan masalah limbah (DPKP LH Banjarnegara, Perangkat Desa Dieng
Kulon, dan Panitia Dieng Bersih).
Lokasi penelitian dilaksanakan di Destinasi Wisata Dieng Kulon, Desa
Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Khususnya
meliputi Daya Tarik Wisata, akomodasi, usaha terkait pariwisata (toko atau
pedagang oleh-oleh dan makanan), dan tempat pengolahan limbah lokal
(Perangkat Desa Dieng Kulon).
C. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
adalah :
a. Observasi
Observasi merupakan alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejalagejala yang diselidiki
(Achmadi, 2004). Ada dua macam observasi yang akan dilakukan pada
penelitian ini, yaitu :
1) Observasi Non-Sistematis
Observasi non-sistematis dilaksanakan secara tidak terstruktur.
Tekhnik ini dilakukan untuk mengamati DTW. Kemudian
digunakan pula untuk mengamati kegiatan yang berkaitan dengan
pariwisata di Dieng Kulon, mulai dari kegiatan wisata, kegiatan
produksi souvenir dan oleh-oleh, kegiatan di akomodasi seperti
homestay, mengamati proses pengelolaan limbah padat yang telah
ada, memastikan ulang kebenaran informasi yang diberikan oleh
22
informan, serta mengamati proses berlangsungnya Dieng Culture
Festival 2019
2) Observasi Sistematis
Observasi ini dilakukan secaraterstruktur dengan berpedoman
kepada checklist yang berupa table waste audit. Teknik ini
digunakan untuk mendata sampel limbah padat yang ada dan
memisahkannya kedalam kategori yang ada.
b. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam dilakukan dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan responden, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman wawancara dimana pewawancara dan
informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo,
2006: 72). Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan
informasi dari stakeholder yang terlibat langsung dengan kegiatan
pariwisata dan juga kegiatan yang terkait dengan pengelolaan limbah
padat, dimulai dari mendapatkan gambaran umum dari Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara, kemudian
dilanjutkan kepada Unit Pengelola Teknis Dieng, Pokdarwis Dieng
Pandawa, Panitia Dieng Culture Festival, Perangkat Desa Dieng
Kulon, Pedagang di sekitar daya tarik, pengelola homestay, masyarakat
sekitar, dan Dinas Perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan
Hidup Kabupaten Banjarnegara.
23
2. Alat Kumpul Data
a. Catatan Lapangan
Menurut Bogdan dan Bikle catatan lapangan merupakan catatan
tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan
dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian kualitatif (dalam Moleong, 2001: 153). Catatan lapangan
digunakan sebagai alat bantu untuk mengingat secara tertulis. Dalam
penelitian ini, catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan
temuan yang ada selama observasi.
b. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan saat melakukan
wawancara mendalam, sehingga dapat memudahkan proses
wawancara, dan membantu mengingat poin poin yang harus
didapatkan.
c. Checklist
Checklist merupakan alat bantu yang digunakan dalam teknik
pengamatan terstruktur. Alat ini digunakan untuk membantu proses
waste audit, dengan terlebih dahulu menyiapkan format yang berisi
indikator dari waste audit sendiri. Checklist yang digunakan akan
merujuk kepada waste audit checklist yang bersumber dari UNEP
2003.
d. Dokumen
Dokumen dapat menjadi salah satu input tambahan dalam penelitian
ini. Dokumen yang memungkinkan untuk digunakan diantaranya
24
adalah dokumen resmi dari instansi atau pemerintah, dan dokumen
publik yang berasal dari penelitian terdahulu, berita, dan lain
sebagainya. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa data
Profil Desa Dieng Kulon.
D. Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model
dari Miles and Hubberman (1984). Dalam model analisis ini aktivitas analisis
data yang dilakukan meliputi, data reduction, data display, dan conclusion
drawing atau verification. Aktivitas tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Data Reduction
Seiring berjalannya penelitian, data yang didapatkan akan semakin
banyak dan kompleks. Maka dari itu diperlukan adanya reduksi data.
Yaitu dengan merangkum, memilih, dan memfokuskan data yang
dianggap penting dan sesuai dengan batasan penelitian serta konsep
acuan yang digunakan. Reduksi data akan mempermudah, dan
memperjelas berjalannya analisis.
Reduksi data juga dilakukan dengan meminta saran atau bantuan
terhadap orang yang dianggap ahli. Dengan demikian pandangan dan
wawasan akan data yang akan diolah akan semakin kaya dan
berkembang.
Kemudian untuk memaksimalkan hasil dari reduksi data, akan
dilakukan parafrase data. “Parafrase dapat diartikan sebagai
penguraian kembali informasi tertentu secara lebih spesifik tanpa
mengubah makna atau substansi informasi tersebut,” (Sugiyono dkk,
25
2015: 56). Informasi yang tekah didapatkan dari narasumber
disimpulkan kembali dengan Bahasa yang lebih mudah dipahami tanpa
mengubah makna dari jawaban tersebut.
b. Data Display
Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam beberapa bentuk.
Menurut Miles and Huberman (1984) penyajian data dalam penelitian
kualitatif dapat berbentuk uraian teks naratif, dan dapat pula dibantu
dengan menggunakan grafik, bagan, matriks, dan lain sebagainya.
Agar semakin mudah dipahami, data yang disajikan akan disajikan
dengan pola-pola yang serupa satu dengan yang lainnya.
c. Conclusion Drawing
Setelah data disajikan, kemudian akan ditarik kesimpulan sementara
berdasarkan data yang ada. Data dapat bertambah selama waktu
penelitian dilaksanakan, maka dari itu kesimpulan sementara tersebut
dapat berubah. Namun apabila data dan bukti yang dikemukakan telah
cukup kuat kesimpulan tersebut dapat menjadi kesimpulan yang dapat
dipercaya.
Kesimpulan tersebut berupa temuan-temuan selama berada di
lapangan, dapat berupa deskripsi, dan gambaran mengenai objek
penelitian, yang sebelumnya masih belum tergambar dengan jelas.
26
E. Pengujian Keabsahan Data
Terdapat dua jenis pengujian keabsahan data yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu, triangulasi data dan dengan mengacu pada referensi.
a. Triangulasi Data
Dalam pengujian keabsahan data ini dilakukan beberapa kali
pengecekan baik sumber, keadaan dan juga waktu.
1) Triangulasi Data
Triangulasi data dilakukan dengan cara menanyakan atau
mengecek pertanyaan yang sama kepada beberapa sumber
terpercaya untuk mendapatkan jawaban yang dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk memperoleh gambaran umum,
terlebih dahulu dilakukan wawancara kepada Kepala Bidang
Destinasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Banjarnegara
2) Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu dilakukan dengan cara memilih waktu yang
paling tepat dan efektif dalam pengambilan data, baik saat
observasi, mau pun wawancara. Khusus untuk observasi akan
dilakukan dibeberapa waktu yang berbeda untuk mengetaui
kestabilan data yang diperoleh.
b. Referensi Rujukan
Referensi rujukan digunakan untuk memastikan apakah data yang
diperoleh valid, dengan cara memilih sumber yang terpercaya. Khusus
27
untuk data primer teknik yang digunakan di cek secara berkala dengan
panduan dari referensi yang ada.
F. Jadwal Penelitian
Tabel III.1
Jadwal Penelitian
NO Kegiatan Waktu Pelaksanaan
Jun Jul Ags Sept Okt
1 Persiapan Observasi
Lapangan
2 Observasi Lapangan
3 Penyusunan Hasil Data
4 Observasi DCF
5 Penyusunan BAB IV
6 Penyusunan BAB V
7 Sidang
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah melakukan pengumpulan data, baik data primer melalui
wawancara mendalam dan observasi, maupun data sekunder yang didapatkan
melalui dokumen-dokumen resmi, data akan dipaparkan dengan membaginya
kedalam empat bagian, yaitu gambaran umum Dieng Kulon, gambaran umum
kepariwisataan Dieng Kulon, kondisi faktual pengelolaan limbah padat, serta
peran stakeholders pariwisata terhadap isu limbah padat sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Dieng Kulon
Gambar IV.1
Peta Wisata Kecamatan Batur
Sumber: Dokumen Kecamatan Batur
29
Destinasi Wisata Dieng terletak pada tiga kabupaten, yaitu Kabupaten
Banjarnegara, Wonosobo, dan Batang, namun dalam penelitian ini wilayah
yang akan dibahas akan sebatas Desa Dieng Kulon yang terletak di
Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah tepatnya pada 7°
20’ 23” Lintang Selatan, dan 109° 90’ 66” Bujur Timur. Kemudian secara
administratif berbatasan dengan Desa Pranten, Kabupaten Batang di utara,
Desa Sikunang, Kabupaten Wonosobo di selatan, Desa Karangtengah,
Kabupaten Banjarnegara di barat, dan Desa Dieng, Kabupaten Wonosobo
di timur (BPS Kabupaten Banjarnegara, 2017). Desa Dieng Kulon berjarak
12km dari Kantor Kecamatan Batur, dan 54km dari Kantor Bupati
Banjarnegara. Desa Dieng Kulon memiliki luas sebesar 337,85 Ha, yang
meliputi 13 Rukun Tetangga, 4 Rukun Warga, dan 3 Dusun.
Desa Dieng Kulon sendiri merupakan dataran tinggi yang terletak di
ketinggian 2.088 m diatas permukaan laut, dan juga dikelilingi oleh
gunung, perbukitan, dan kawah. Ketinggian tersebut membuat Desa Dieng
Kulon memiliki rata-rata suhu tahunan yang dingin, yaitu 14° C, dengan
titik tertingginya yaitu 19° C dan titik terendahnya 7° C, namun dapat
mencapai 4° C saat terjadi peristiwa bun upas atau embun beku (Climate
Data org, 2017).
Penduduk Desa Dieng Kulon berjumlah 3.222 orang dengan jumlah
penduduk laki-laki 1.687 orang, sedangkan peduduk perempuan sebanyak
1.535 orang. Mayoritas penduduk memiliki profesi sebagai petani non-
sawah dengan komoditi utama yaitu kentang, dan juga buah khas Dieng
yaitu carica.
30
Pada awal mula terbentuknya pemukiman di daerah Dieng, mayoritas
masyarakat merupakan masyarakat Hindu, terbukti dengan peninggalan
peninggalannya, namun seiring berjalannya waktu, kini masyarakat Dieng
Kulon mayoritas memeluk agama Islam.
2. Gambaran Umum Kepariwisataan Dieng Kulon
Kondisi kepariwisataan dari Desa Dieng Kulon akan dijelaskan melalui
aspek 3A, yaitu atraction, accessibility, dan amenity, atau daya tarik,
aksesibilitas, dan amenitas, yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Daya Tarik
Terdapat beberapa daya tarik yang ada di Desa Dieng Kulon. Daya tarik
tersebut meliputi daya tarik alam, budaya, maupun buatan, diantaranya
adalah:
1) Daya Tarik Alam
a) Telaga Bale Kambang
DTW ini merupakan salah satu dayatarik wisata alam yang
sedang dalam proses pengembangan sebagai daya tarik wisata
tirta atau air.
b) Kawah Sikidang
Kawah Sikidang memiliki daya tarik yaitu lokasi kawahnya
yang berpindah pindah atau melompat lompat seperti kijang,
sehingga diberi nama Sikidang, dimana dalam Bahasa Jawa
kidang berarti kijang.
31
c) Telaga Semurup
Telaga Semurup terletak di Pegunungan Dieng yang sering
dimanfaatkan untuk berkemah oleh wisatawan.
2) Daya Tarik Budaya
a) Dieng Culture Festival
Dieng Culture Festival merupakan sebuah upacara ritual,
dimana anak-anak berambut gembel yang dipercaya
masyarakat lokal sebagai anak yang diberi kelebihan oleh
leluhur dipotong rambutnya. Pemotongan rambut tersebut
tidak bisa dilakukan sembarangan, dan harus melalui ritual
tersendiri, dan orang tua wajib memenuhi keinginan anak
berambut gembel. Oleh karena itu pada awalnya upacara
tersebut dilaksanakan sesuai dengan kemampuan masing
masing keluarga. Namun kini upacara tersebut telah menjadi
acara tahunan yang diselenggarakan oleh POKDARWIS
Dieng, sehingga menarik perhatian wisatawan.
b) Kompleks Candi
Desa Dieng Kulon juga memiliki peninggalan candi Hindu,
diantaranya adalah Candi Arjuna, Candi Dwarawati, Candi
Gatotkaca, dan Candi Bima, yang letaknya berdekatan satu
sama lain.
32
c) Gasiran Aswotomo
Gasiran aswotomo merupakan sumur-sumur yang merupakan
peninggalan pendahulu Dieng, yang memiliki kedalaman
berbeda-beda pada masing masing sumur. Gasiran Aswotomo
sendiri terletak di dekat kompleks candi.
d) Sendang Sedayu
Sendang Sedayu juga merupakan peninggalan pendahulu
Dieng yang berupa pemandian. Sendang ini digunakan untuk
memandikan anak-anak berambut gembel sebelum
berlangsungnya upacara pemotongan rambut. Letaknya berada
di sebelah utara kompleks candi.
e) Living Culture
Di Desa Dieng Kulon wisatawan juga dapat mengikuti
kegiatan sehari hari masyarakat lokal, dengan bercocok tanam,
ikut mengolah carica, membuat souvenir, batik kayu, dan lain
sebagainya.
3) Daya Tarik Buatan
a) Flying Fox
Desa Dieng Kulon juga memiliki wisata buatan berupa fasilitas
outbound berupa flying fox yang diinisiasi oleh pemuda desa
dan didanai oleh PNPM. Flying fox tersebut terletak di dalam
DTW Kawah Sikidang
33
b) Museum Kailasa
Museum Kailas merupakan museum yang menyimpan koleksi
mengenai sejarah dari Dieng. Selain koleksi sejarah, Museum
Kailasa juga memiliki movie theater yang juga menceritakan
sejarah Dieng.
b. Aksesibilitas
Untuk mencapai Desa Dieng Kulon ada tiga jalur darat yang dapat
dilewati, yaitu melalui Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo,
dan Kabupaten Batang. Namun Kabupaten Wonosobo menjadi pintu
masuk utama bagi kebanyakan wisatan. Hal tersebut dikarenakan pintu
masuk dari Kabupaten Banjarnegara yang rawan longsor, dan
Kabupaten Batang yang curam karena melewati Gunung Prau. Selain
itu POKDARWIS Dieng sendiri juga menyediakan shuttle berupa
mikrolet bagi para wistawan di jalur Wonosobo. Shuttle tersebut juga
disediakan karena ruas jalan yang sempit sehingga bus besar tidak
diperbolehkan naik, karena berpotensi tinggi untuk mengakibatkan
kemacetan. Selain itu terdapat pula mikrolet umum yang memiliki
trayek tetap menuju Dieng. Sudah banyak pula travel agent yang
menyediakan paket perjalananan ke Dieng.
Di dalam Dieng Kulon sendiri wisatawan dapat berkeliling dengan
berjalan kaki, karena kebanyakan daya tarik saling berdekatan, namun
terdapat pula ojek motor apabila ingin berkeliling dengan menggunakan
motor. Jalan yang ada di dalam Dieng Kulon merupakan jalan aspal
berbatu yang dapat dilalui oleh motor, dan mobil pribadi.
34
c. Amenitas
Desa Dieng Kulon memiliki akomodasi berupa sebuah hotel dan 45
homestay. Hotel tersebut adalah Hotel Gunung Agung yang merupakan
akomodasi tertua di desa tersebut. Kemudian terdapat pula homestay
yang dikelola oleh masyarakat yang dibagi dalam beberapa kelas, yang
disesuaikan dengan fasilitas yang disediakan.
Terdapat pula lima buah rumah makan atau warung makan, dan juga
toko souvenir dan kios-kios sebanyak 137 unit (Profil Desa Dieng
Kulon, 2017).
3. Kondisi Faktual Pengelolaan Limbah Padat
Pada hari-hari diluar pelaksanaan Dieng Culture Festival, kegiatan yang
menimbulkan banyak limbah padat adalah kegiatan konsumsi makanan
dan minuman. Karena pada hari hari biasa, aktivitas yang ditawarkan
terbatas, seperti sight seeing, tur keliling desa, dan edukasi di museum.
Terdapat pula aktivitas bercocok tanam hingga mengolah carica, namun
tidak banyak pengunjung yang melakukannya karena mayoritas
pengunjung merupakan pengunjung yang berasal dari daerah sekitar
Dieng.
Berbeda dengan hari-hari biasa, pada saat pelaksanaan Dieng Culture
Festival, aktivitas yang menimbulkan limbah bukan hanya dari konsumsi,
namun juga dari salah satu acara di hari ke-dua yaitu festival lampion, dan
juga dari banner dan poster yang dipasang selama berlangsungnya acara.
Selain itu ada juga limbah yang berasal dari kegiatan wisatawan yang live
35
in, seperti sabun, shampoo, dll, hanya saja jumlahnya minoritas. Untuk
lebih jelasnya akan dijabarkan pada tabel berikut:
Tabel IV.1
Limbah Padat di Destinasi Wisata Dieng Kulon
Jenis Limbah Jumlah Satuan Keterangan
Kertas 136 Lembar
(1x0.75m) Sisa lampion yang jatuh
Kertas 92 Lembar
(20x30cm) Kemasan makanan dan minuman
Plastik 273 Buah Kemasan makanan produksi
pabrik
Plastik 357 Buah Kemasan makanan tenant dan
pedagang
Plastik 219 Buah Plastik lainnya
Metal 136 Potong Kawat sisa lampion
Kaca 2 Buah Botol kaca
Styrofoam 185 Buah Kemasan makanan tenant dan
pedagang
Styrofoam 263 Buah Kemasan makanan produksi
pabrik
Material
Organik 136
Batang
(1m) Bambu sisa rangka lampion
Sisa
Makanan 49 Kantong Pada homestay dan DTW
Limbah
Berbahaya 142 Buah
Paraffin sisa pembakaran
lampion
Sumber: Olahan Peneliti 2019
Tabel tersebut diperoleh dengan cara mengambil sample limbah padat
yang ada di lokasi penyelenggaraan DCF 2019, yaitu Kompleks Candi
Arjuna, lapangan serta jalan sekitar, serta homestay. Pengambilan sample
dilaksanan selama 3 hari berturut-turut dengan dibantu oleh para relawan
Aksi Dieng Bersih.
Kemudian pengelolaan limbah padat secara lebih rinci akan dijelaskan
sebagai berikut:
36
a. Reuse
Hasil dari wawancara terhadap informan disajikan dalam table berikut:
Tabel IV.2
Hasil Wawancara Mengenai Reuse
Pertanyaan Warga 1 Warga 2 Pengelola
Homestay
Korlap
Dieng
Bersih
Pokdarwis
Menerapkan
Metode
Reuse
Ya Ya Ya Ya Ya
Benda yang
digunakan
kembali
Pakaian,
Furniture
Pakaian,
Kresek,
furnitur
Pakaian,
Alat
elektronik
rumah
tangga
Banner
tanpa
tahun
Inventoris
DCF tahun
sebelumnya
yang layak
pakai
Sumber: Olahan Peneliti 2019
Secara umum masyarakat Dieng Kulon sendiri telah menerapkan
metode reuse dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari pakaian, dengan
memberikan pakaian yang sudah sempit kepada orang yang lebih
membutuhkan, menjahit kembali pakaian yang robek, dan
memanfaatkan pakaian yang telah rusak sebagai lap. Begitu pula
dengan furnitur, masyarakat memperbaiki furnitur yang rusak, menjual
kembali furnitur lama, atau memberikannya kepada orang yang
membutuhkan. Hal serupa juga dilakukan terhadap barang barang lain
yang dapat diperbaiki atau dipakai kembali.
Dalam konteks wisata metode reuse diterapkan pada beberapa barang,
seperti penggunaan kembali banner yang tidak bertuliskan tahun,
menggunakan sisa-sisa merchandise tahun sebelumnya sebgai
tambahan souvenir, door prize, dan kenang-kenangan bagi volunteer.
Namun, banner yang tidak digunakan lagi jumlahnya masih lebih besar.
37
b. Recycling
1) Tempat Sampah terkategori pemberian Geo Dipa Energi
Sebagai perusahaan BUMN yang berletak dan juga mengambil
sember daya alam yang ada di Dieng dan sekitarnya, Geo Dipa
Energi memiliki beberapa program CSR, salah satunya adalah
menyumbang tempat sampah yang terkategori, di dekat Tugu
Dieng. Namun meski telah memiliki kategori sendiri, sampah yang
ada didalamnya masih tercampur.
Gambar IV.2
Tempat Sampah Terpisah Pemberian Geo Dipa
Sumber: Dokumentasi peneliti 2019
2) Batik Kayu
Dieng Kulon memili cenderamata yang dibuat langsung oleh
warganya, yaitu batik kayu, serta gantungan kunci yang terbuat
dari kayu. Cenderamata tersebut terbuat dari sisa-sisa kayu bekas,
yang diolah oleh warga desa sendiri menjadi barang yang dapat
dijual.
38
Gambar IV.3
Batik Kayu Dieng
Sumber: infobatik.com 2019
b. Recovery
1) Pembakaran
Saat ini pemulihan yang dilakukan di Desa Deng Kulon hanya
sebatas pembakaran limbah yang dilakukan oleh warga sendiri.
Ada yang melakukan pembakaran di dekat warung, dan di
beberapa tempat terbuka lainnya. Limbah yang ada dibakar secara
manual, tanpa adanya pemisahan, mekanisme, alat khusus, atau
pengawasan dari ahli. Meski di beberapa tempat terbuka warga
kerap membakar sampah sendiri, namun untuk sampah rumah
tangga, warga tidak melakukan pembakaran di dekat rumah masing
masing, semua limbah yang ada diangkut ke tempat pembuangan
sementara.
39
Gambar IV.4
Pembakaran Oleh Warga
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019
2) Kompos
Sampai saat ini pupuk yang digunakan oleh warga sekitar
merupakan pupuk kandang, dan pupuk kimia. Belum ada yang
menggunakan pupuk kompos yang berasal dari sisa makanan dan
limbah-limbah organik lainnya. Dieng Kulon sendiri juga belum
memiliki fasilitas untuk mengolah limbah organik tersebut menjadi
kompos. Hal ini diakui oleh Bapak Rahmat Hidayat Selaku
Perangkat Desa Dieng Kulon.
Meskipun belum mengelola limbah organik menjadi kompos,
DPKP LH Kabupaten Banjarnegara sebelumnya telah melakukan
sosialisasi tentang pembuatan, serta pengaplikasian biopori yang
dihadiri perwakilan warga dari beberapa desa di Kabupaten
Banjarnegara, termasuk perwakilan dari Dieng Kulon, pada awal
tahun 2019.
40
c. Disposal
1) TPA
Desa Dieng Kulon belum memiliki tempat pembuangan akhir yang
tetap dan berstandar. Saat ini limbah yang dihasilkan baik oleh
warga Dieng Kulon, maupun oleh wisatawan semuanya dibuang di
tempat pembuangan sementara yang terletak di kawasan milik
Perhutani, lebih tepatnya kurang lebih 250 meter di arah jalan
menuju Kawah Sikidang.
Gambar IV.5
Keadaan di TPS
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019
Tempat pembuangan sementara tersebut berada di kawasan
terbuka, sehingga bau tidak sedap yang berasal dari tumpukan
limbah sudah dapat tercium dari jalan, karena memang letaknya
yang hanya sekitar 20 meter dari tepi jalan. Selain itu limbah yang
dibuang tidak dikelola dengan baik dan hanya dibiarkan
menumpuk, serta mengundang banyak lalat.
41
Limbah-limbah yang dibuang di TPS tersebut merupakan limbah
limbah yang masih murni berasal dari warga dan wisatawan, tanpa
melalui tahap pemrosesan apa pun. Limbah yang terdapat di TPA
sementara tersebut didominasi oleh plastik, styreofoam, dan juga
sisa-sisa makanan.
Gambar IV.6
Botol Plastik yang Dikumpulkan Pemulung
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019
Ibu Siti Nurhidayah selaku Kepala Bidang Lingkungan Hidup
DPKP LH Kabupaten Banjarnegara menerangkan bahwa tempat
pembuangan sementara tersebut terbentuk tanpa direncanakan,
karena banyak warga yang membuang limbahnya di kawasan milik
Perhutani tersebut, sehingga DPKP LH harus membuat
persetujuan dengan Perhutani. DPKP LH sendiri terlambat
mengetahui hal tersebut karena penanganan limbah di Dieng Kulon
telah diserahkan kepada otoritas setempat, dalam hal ini Desa
Dieng Kulon.
42
Selain di tempat pembuangan sementara tersebut, ada tempat-
tempat lain yang juga digukanan untuk pembuangan limbah, seperti
di kolong jembatan, dibelakang warung, dan dikebun.
Gambar IV.7
Jembatan di Jalan Menuju Dieng
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019
Gambar IV.8
Tampak Kolong Jembatan
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019
Gambar di atas merupakan gambar jembatan yang berada di
pinggir jalan menuju Desa Dieng Kulon. Jalan tersebut terletak 1.5
Km dari pemukiman warga, dan tepat disebelahnya terdapat rest
area kecil yang terkadang digunakan untuk mengambil foto
43
pemandangan oleh pengunjung yang datang. Limbah yang terdapat
didominasi oleh kantong plastik, plastik kemasan makanan, alat
makan plastik (sendok, garpu), dan beberapa styreofoam. Limbah
tersebut berasal dari wisatawan yang singgah sejenak untuk
beristirahat, serta berfoto-foto.
Gambar IV.9
Limbah di Area Kawah Sikidang
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019
Kemudian gambar di atas merupakan salah satu tumpukan limbah
di Kawah Sikidang yang berjarak kurang dari 10 meter dari salah
satu spot foto yang disediakan. Terlihat sisa-sisa pembakaran yang
dilakukan oleh warga sekitar. Limbah yang ada di beberapa
tumpukan tersebut didominasi oleh plastik kemasan makanan, dan
juga stereofoam.
Melihat keadaan diatas, dapat direfleksikan bahwa Dieng Kulon
belum memiliki TPA, dan meskipun telah memiliki tempat
pembuangan sementara, kondisinya pun tidak layak, karena berada
di lahan terbuka tanpa pengelolaan, lokasinya yang sangat dekat
44
dengan jalan, serta kondisinya yang bau sehingga mengundang
banyak lalat. Kemudian, meskipun telah ada tempat pembuangan
sementara, masih banyak tumpukan limbah yang berada di tempat
yang tidak semestinya, seperti di dalam DTW, serta di bawah
kolong jembatan.
2) Tempat Sampah Terkategori
Terdapat 3 tempat sampah terkategori yang berletak di dekat tugu
Dieng Kulon yang merupakan pemberian dari Geo Dipa
sebagaimana telah dijelaskan di bagian sebelumnya. Walaupun
terdapat tempat sampah yang terkategori, namun tempat sampah
yang terkategori tersebut tidak difungsikan sebagaimana mestinya.
Sampah yang ada di dalamnya tercampur.
Gambar IV.10
Isi Tempat Sampah Organik
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019
45
Gambar IV.11
Isi Tempat Sampah Anorganik
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2019
d. Avoiding Waste
1) Waste Minimization
Pengelola telah memberikan himbauan-himbauan untuk
mengurangi limbah. Seperti yang dilaksanakan pada saat Dieng
Culture Festival 2019. Himbauan tersebut berupa himbauan bagi
pedagang, dan juga bagi wisatawan.
Himbauan untuk pedadang berupa penerapan pengenaan biaya
sebesar Rp. 1000 untuk kantong plastik pada mini market. Pihak
mini market pun melaksanakan himbauan tersebut, hanya saja
nominalnya berkurang menjadi Rp. 200 per kantung plastik.
Sedangkan himbauan bagi wisatawan berupa peraturan-peraturan
sebagai berikut:
46
Gambar IV.12
Aturan Dieng Bersih
Sumber: Dokumen Panitia DCF 2019
Panitia Dieng bersih pun telah melakukan sosialisasi terkait
peraturan tersebut kepada wisatawan sejak seminggu sebelum
pelaksanaan Dieng Culture Festival 2019. Selain sosialisasi
peraturan kepada wisatawan, Aji selaku coordinator lapangan
Dieng bersih juga menjelaskan bahwa timnya telah melakukan
sosialisasi kepada warga, pemilik homestay, serta para tenant,
mengenai bagaimana cara menjaga kebersihan lingkungan.
Sedangkan pada hari-hari biasa diluar Dieng Culture Festival,
himbauan tersebut belum dilaksanakan. Himbauan yang ada
menjadi lebih longgar, yaitu menghimbau wisatawan agar tidak
membawa makanan ke dalam kompleks candi, dan DTW lainnya.
47
Selain itu pada minimarket tidak lagi diterapkan biaya untuk
kantong plastik.
2) Green Purchasing
Baik pemerintah Kabupaten Banjarnegara, pemerintah Desa Dieng
Kulon, UPT Dieng, maupun Pemerintah Kabupaten Banjarnegara
sendiri belum menerapkan peraturan mengenai pembelian barang-
barang yang lebih ramah lingkungan. Barang-barang yang
memiliki eco label juga sulit ditemukan. Namun untuk pengganti
kemasan makanan sekali pakai seperti stereofoam, tempat ploastik,
gelas plastik, dll sudah bisa ditemukan, seperti mangkuk kertas,
daun pisang, dll.
4. Peran Stakeholders terhadap Solid Waste Management
a. UPT Dieng Kulon
Unit Pengelola Teknis Dieng Kulon merupakan pengelola yang berada
di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara,
yang bertugas mengelola DTW yang ada, seperti Kompleks Candi
Arjuna, Museum Kailasa, Kawah Sikidang, dll. Tugas tersebut
termasuk meregulasi pedagang, tiket, dan wisatawan.
Berkaitan dengan pengelolaan limbah padat UPT Dieng Kulon
memiliki regulasi untuk wisatawan untuk tidak membawa makanan
masuk ke Kompleks Candi Arjuna dan Museum Kailasa. Namun,
Regulasi ini tidak berlaku di DTW lainnya.
48
Sementara itu, peraturan untuk pedagang hanya sebatas membatasi
area berdagang, tidak ada regulasi yang dikhususkan untuk
pengelolaan limbah padat.
UPT Dieng Kulon juga merupakan penanggung jawab kerjasama
antara Dieng Kulon dengan perusahaan melakukan CSR. Salah
satunya adalah memfasilitasi sosialisasi Bank Sampah Indonesia
mengenai pendaur ulangan limbah menjadi bahan bakar, dan
pembuatan bio gas dari limbah kentang. Namun, saat ini hanya
program bio gas saja yang berjalan.
Dari informasi yang didapatkan selama wawancara dengan ketua UPT
Dieng Kulon Bapak Ari, dan beberapa anggota UPT yaitu Bapak
Suryono, dan Ibu Atus, ketika beberapa kali disinggung mengenai
pengelolaan limbah padat, jawaban yang diberikan hanya seputar
penanganan saja, terutama terkait dengan reuse, recycling, dan
disposal. Sama halnya ketika diberi pertanyaan mengenai pencegahan,
dan pengurangan limbah, jawaban yang didapat hanya berupa
larangan makan dan minum di dalam DTW, tanpa upaya pengurangan
limbah padat yang lainnya.
b. Pemerintah Desa Dieng Kulon
Pemerintah Desa Dieng Kulon merupakan pemegang wewenang atas
pengelolaan limbah padat di Desa Dieng Kulon. Desa Dieng Kulon
sendiri telah memiliki satu truk pengangkut dan petugas kebersihan,
yang bertugas mengambil limbah dari setiap rumah warga, dan
mengangkutnya ke tempat pembuangan sementara.
49
c. Masyarakat
Masyarakat Dieng Kulon sendiri masih belum memiliki kesadaran
akan permasalahan limbah padat di lingkungannya. Minimnya
kesadaran masyarakat tersebut tercermin dari pola pikir masyarakat
yang menganggap banyak sampah, banyak pengunjung, banyak rejeki.
Hal tersebut turut disampaikan oleh Bapak Suryono selaku anggota
UPT Dieng Kulon, Mas Aji selaku koordinator lapangan Dieng bersih,
Bapak Imron selaku Camat Kecamatan Batur, serta beberapa
pedangan makanan, dan pengelola homestay. Masyarakat Dieng
Kulon sendiri tidak menganggap limbah sebagai suatu masalah yang
berarti.
Selain itu, kurangnya kesadaran juga ditunjukan dari perilaku
masyarakat dalam membuang kemasan makanan ringan, puntung
rokok, dan limbah lainnya. Masyarakat masih membuang limbah
tersebut secara sembarangan. Prilaku ini ditunjukan baik dari orang
dewasa, mau pun anak-anak, bahkan di lingkungan sekolah.
Berdasarkan pernyataan Ketua UPT Dieng Kulon, sebelumnya telah
ada uji coba pemilahan limbah rumah tangga pada masyarakat RT 6,
namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Menurut tuturan beberapa
pemilik homestay, pemilahan tersebut merupakan hal yang
merepotkan. Mereka juga beranggapan bahwa pemilahan tersebut
adalah hal yang sia sia, karena limbah yang telah dipisahkan pada
akhirnya kembali digabungkan saat pengangkutan dan pembuangan.
50
d. Wisatawan dan Pengunjung
Pada bagian ini, wisatawan dibagi kedalam pengunjung lokal, yang
terdiri dari pengunjung yang berasal dari daerah disekitar Dieng seperti
Banjarnegara, Wonosobo, Batang, Purwokerto, Purbalingga,
Kebumen, dan Cilacap. Kemudian wisatawan nusasntara (wisnus) dan
juga wisatawan mancanegara (wisman).
Pada hari hari biasa diluar pelaksanaan Dieng Culture Festival,
kebanyakan wisatawan yang datang merupakan pengunjung lokal,
dimana mereka datang untuk sekedar refreshing dari rutinitas baik
bersama teman, pasangan, maupun keluarga, dan memilih destinasi
wisata yang berdekatan dengan tempat tinggal mereka. Mayoritas
pengunjung lokal tidak keberatan dengan kondisi kebersihan di Dieng
Kulon, dan menganggap bahwa DTW yang berada di Dieng Kulon
sudah cukup bersih. Namun, pengunjung lokal tersebut hanya
mengaitkan pertanyaan tersebut pada area di dalam DTW.
` Gambar IV.13
Wisatawan Asal Banjarnegara Berpose di Sebelah Limbah
Sumber: Dokumen Peneliti 2019
51
Pengunjung lokal juga masih sering terlihat membuang sisa makanan,
kemasan makanan, serta puntung rokok sembarangan, meski pun
tempat sampah berada tidak jauh dari mereka. Kebanyakan dari
mereka membuang limbah sembarangan di area sekitar parkir, dan
didekat warung-warung.
` Gambar IV.14
Kemasan Makanan yang Ditinggalkan di Dekat Tempat Sampah
Sumber: Dokumen Peneliti 2019
Sementara itu pada hari biasa diluar pelaksanaan Dieng Culture
Festival terdapat pula wisnus. Kebanyakan wisnus merupakan
rombongan mahasiswa, dan keluarga yang berwisata karena tertarik
dengan fenomena bun upas atau yang banyak disebut dengan salju
Dieng, dan juga untuk mendaki dan melihat sunrise di Bukit Sikunir,
dan Gunung Prau. Kebanyakan dari wisnus pun tidak merasa
terganggu dengan kebersihan Dieng Kulon, karena DTW yang
didatangi merupakan DTW yang ditujukan kepada wisatawan
dengang special interest, dan terjaga kebersihannya.
52
Namun, baik wisnus mau pun pengunjung lokal sama sama memiliki
kecenderungan untuk ikut membuang limbah di tumpukan limbah
yang berserakan dan di tempat yang bukan semestinya. Terlebih di
tempat yang sudah kotor, wisatawan tidak ragu ragu untuk ikut
membuang limbah secara sembarangan.
` Gambar IV.15
Tumpukan Limbah Padat di Area Kawah Sikidang
Sumber: Dokumen Peneliti 2019
Kemudian, pada saat penelitian berlangsung, yaitu bulan Juni sampai
dengan Agustus 2019, diluar hari pelaksanaan Dieng Culture Festival
2019 tidak ada wisman yang berkunjung.
Sementara itu, pada saat berlangsungnya Dieng Culture Festival 2019
perbedaan juga dapat dirasakan. Terdapat empat area yang disediakan,
yaitu Panggung Pandawa yang merupakan panggung utama,
Panggung Arjuna, serta Panggung Rakyat, serta Candi Arjuna yang
53
merupakan tempat berlangsungnya Ritual Rambut Gembel. Dari area
area tersebut, Candi Arjuna, serta Panggung Pandawa merupakan area
yang hanya dapat didatangi oleh pemilik tiket, sementara itu
Panggung Arjuna, Panggung Rakyat, dan sebagian Lapangan
Pandawa merupakan area bebas tiket. Area bertiket terlihat lebih
bersih, karena memiliki penjagaan yang ketat, serta memiliki lebih
sedikit acara. Sedangkan area bebas tiket terlihat lebih kotor, karena
acara berlangsung selama tiga hari penuh. Namun, pada saat area
bertiket dan bebas tiket menjalakankan acara di saat yang bersamaan,
area bebas tiket tetap terlihat lebih kotor.
` Gambar IV.16
Kebersihan Panggung Pandawa (Bertiket)
Sumber: Dokumen Peneliti 2019
54
Gambar IV.17
Kebersihan Lapangan Pandawa (Bebas Tiket)
Sumber: Dokumen Peneliti 2019
Mayoritas pengunjung bertiket merupakan wisnus, dan beberapa
wisman sebagai minoritas. Sedangkan pengunjung tidak bertiket
merupakan pengunjung lokal. Wisatawan bertiket tersebut sudah lebih
banyak yang sadar akan kebersihan lingkungan, dan peraturan yang
ditetapkan oleh panitia DCF, meski pun memang masih banyak pula
yang membuang limbah sembarangan, terlebih puntung rokok.
Beberapa wisatawan bertiket juga telah mengurangi penggunaan
kemasan sekali pakai, dan membawa botol minum sendiri. Namun,
pada akhirnya tetap banyak wisatawan yang membeli minuman
kemasan, karena tidak disediakan air mineral yang dapat dibeli dengan
cara isi ulang.
Sedangkan di area tanpa tiket sangat terlihat lebih kotor. Selain karena
kurangnya kesadaran, namun hal tersebut juga disebabkan karena
jumlah pengunjungnya yang lebih banyak disbanding area bertiket,
kemudahaan aksesnya menuju stand penjual makanan, sedikit dari
mereka yang mendapatkan akses tentang aturan Dieng bersih sebelum
berlangsungnya acara.
55
Kemudian, baik wisatawan bertiket, mau pun tanpa tiket, keduanya
sama sama sudah memiliki kesadaran untuk membantu sukarelawan
Aksi Dieng Bersih, yang bertugas saat acara telah usai.
e. Pokdarwis Dieng Pandawa
Pokdarwis Dieng Pandawa merupakan ujung tombak, dan penggerak
bagi masyarakat Dieng Kulon. Pokdarwis Dieng Pandawa
bertanggung jawab untuk mengorganisir homestay, kesenian,
souvenir, mensosialisasikan berbagai hal yang berkaitan tentang
pariwisata, dan juga menjadi panitia DCF dengan dibantu oleh karang
taruna setempat.
Pokdarwis Dieng Pandawa juga turut mensosialisasikan cara menjaga
kebersihan bagi homestay, serta peraturan pengurangan penggunaan
plastik sekali pakai pada pedagang, dan wisatawan. Terutama sebelum
berlangsungnya DCF.
Namun, meskipun mereka lah yang mensosialisasikan hal hal terkait
kebersihan, dan pengurangan penggunaan plastic sekali pakai,
beberapa anggota pokdarwis juga masih terlihat membeli minuman
dengan kemasan sekali pakai, serta membuang puntung rokok secara
sembarangan.
Pada saat berlangsungnya DCF, panitia Dieng bersih yang juga
merupakan pokdarwis yang dibantu oleh karang taruna juga
merupakan orang yang bertanggung jawab atas berlakunya peraturan
terkait kebersihan saat acara berlangsung. Namun, karena jumlah
panitia tidak sebanding dengan banyaknya jumlah wisatawan,
56
penerapan aturan Dieng bersih tersebut juga tidak maksimal,
meskipun telah dibantu oleh sukarelawan.
f. Pedagang
Pedagang terdiri dari minimarket, warung makanan dan makanan
ringan, toko oleh-oleh, dan pedagang asongan. Sedangkan saat
berlagsungnya DCF banyak pula pedagang yang membuka stand atau
pun food truck. Minimarket sendiri telah memiliki kebijakan tersendiri
untuk pengurangan penggunaan kantong plastik, yaitu dengan
menetapkan biaya sebesar Rp. 200 untuk setiap kantongnya, sehingga
tidak dapat memenuhi himbauan untuk mengenakan biaya Rp. 1000
per kantung plastiknya.
Sedangkan warung makan dan makanan ringan masih banyak yang
menggunakan styrofoam untuk mengemas makanan, atau pun
makanan ringan. Selain itu beberapa diantara warung makan juga
menggunakan gelas plastic sekali pakai, meski pun pembeli makan di
tempat, terlebih pada saat berlangsungnya DCF. Penggunaan gelas
sekali pakai tersebut dianggap lebih praktis, ketimbang harus mencuci
gelas, terlebih pada saat ramai pembeli.
57
Gambar IV.18
Penggunaan Gelas Sekali Pakai di Warung
Sumber: Dokumen Peneliti 2019
Gambar IV.19
Kemasan Styrofoam yang Digunakan Pedagang
Sumber: Dokumen Peneliti 2019
Untuk toko oleh-oleh, terutama toko oleh-oleh makanan, makanan
yang dijual kebanyakan merupakan makanan yang memiliki masa
simpan yang lama, seperti makanan kering dan manisan carica.
Penjual selalu memajang makanan dengan masa kadaluarsa terdekat
terlebih dahulu, untuk menghindari sisa makanan. Kemudian untuk
kemasan yang digunakan masih menggunakan plastik, karena
merupakan pilihan yang murah, mudah ditemukan, serta dapat
menjaga makanan untuk waktu yang lama.
58
Pada saat berlangsungnya DCF, penjual makanan semakin banyak
dengan adanya stand, dan food truck. Diantara penjual makanan
tersebut juga belum ada yang menerapkan kebijakan pengurangan
kemasan sekali pakai. Namun beberapa diantaranya sudah ada yang
memiliki kemasan yang lebih ramah lingkungan, seperti kardus
makanan, serta kantong makanan kertas. Mereka mengakui bahwa
tidak ada himbauan dari panitia untuk mengurangi penggunaan
kemasan sekali pakai.
Selain itu saat berlangsungnya DCF, banyak pedagang asongan yang
menjual lampion disekitar area DCF. Meskipun lampion yang tidak
berasal dari panitia merupakan lampion ilegal, dan telah tercantum
dalam peraturan Dieng bersih, namun tidak ada tindakan baik bagi
penjual lampion ilegal, mau pun pembeli lampion tersebut.
Gambar IV.20
Penjual Lampion Ilegal
Sumber: Dokumen Peneliti 2019
g. DPKP LH Kabupaten Banjarnegara
DPKP LH kabupaten Banjarnegara merupakan pemegang kebijakan
perihal lingkungan hidup. DPKP LH pula lah yang turut membuat
perjanjian dengan perhutani terkatit warga yang membuang limbahnya
59
di area milik perhutani, dan membentuk perjanjian untuk menjadikan
area tersebut sebagaiTPS. Meskipun Kabupaten Banjarnegara sendiri
telah memiliki TPA, namun Ibu Nur selaku kepala bidang lingkungan
hidup menyatakan bahwa pemindahan limbah dari TPS menuju TPA
membutuhkan biaya dan waktu yang lama, terlebih masyarakat akan
membuang limbah mereka kembali ke TPS tersebut di kemudian hari,
karena pengelolaan limbah setempat ditangani oleh pemerintah Desa
Dieng Kulon sendiri. Beliau menambahkan bahwa DPKP LH hanya
bisa mengawasi proses tersebut, karena harus mengatasi masalah di
seluruh Kabupaten Banjarnegara bukan hanya Dieng Kulon.
DPKP LH juga bertanggung jawab untuk memfasilitasi, serta
memberikan sosialisasi mengenai pengelolaan limbah padat tersebut,
seperti sosialisasi mengenai pembuatan kompos dengan biopori.
Namun, Ibu Nur juga menjelaskan bahwa pembuatan biopori tersebut
hanya dapat direalisasikan apa bila warga sendiri memiliki keinginan
untuk membuatnya.
Selain itu DPKP LH juga sempat berencana untuk bekerjasama
dengan investor jepang untuk mengelola limbah padat yang ada
menjadi energy listrik, namun kerjasama tersebut gagal, karena limbah
yang ada tidak memenuhi syarat, karena basah, dan saling tercampur.
h. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara juga
merupakan pemegang kebijakan terkait pariwiwsata di Kabupaten
Banjarnegara. Kabupaten Banjarnegara sendiri sudah memiliki
60
RIPPARKAB, namun didalamnya belum ada yang mengatur tentang
masalah terkait dengan limbah padat.
Selain itu, Disparbud Kabupaten banjarnegara juga memiliki tanggung
jawab atas pembangunan DTW, termasuk di dalamnya fasilitas, dan
juga warung warung pedagang. Bapak Imam selaku kepala bidang
destinasi menyatakan bahwa, untutuk saat ini pembangunan dan
pembenahan sedang difokuskan pada Kawah Sikidang, karena Kawah
Sikidang merupakan DTW yang ramai dikunjungi, namun masih
belum terkelola dengan baik. Pembenahan dan pembangunan tersebut
juga termasuk dengan relokasi pedagang. Dengan adanya relokasi
pedagang, diharapkan, nantinya area di dalam Kawah Sikidang
menjadi lebih bersih dan rapi.
B. Pembahasan
Secara umum limbah padat di Dieng Kulon hanya sekedar dibuang, dan
melewati tahapan-tahapan metode Solid Waste Management yang seharusnya.
Sebelum membahas lebih lanjut, agar mempermudah pemahaman, berikut
adalah perbandingan table Solid Waste Management yang ideal sesuai dengan
konsep UNEP: 2003, dengan table keadaan faktual di Dieng Kulon:
61
Tabel IV.3
Perbandingan Metode Pengelolaan Limbah Padat pada Konsep
dan Kondisi Faktual
Jenis
Limbah Keterangan
Pengelolaan
UNEP 2013 Faktual
Kertas Sisa lampion yang jatuh Composted /
Combusted
Send to landfill
site
Kertas Kemasan makanan dan
minuman
Composted /
Combusted
Send to landfill
site
Plastik Kemasan makanan
produksi pabrik Recycled
Send to landfill
site
Plastik Kemasan makanan tenant
dan pedagang Recycled
Send to landfill
site
Plastik Plastik lainnya Recycled Send to landfill
site
Metal Kawat sisa lampion Reuse Send to landfill
site
Kaca Botol kaca Reuse Send to landfill
site
Styrofoam Kemasan makanan tenant
dan pedagang Combusted
Send to landfill
site
Styrofoam Kemasan makanan
produksi pabrik Combusted
Send to landfill
site
Material
Organik
Kayu sisa rangka
lampion Combusted
Send to landfill
site
Sisa
Makanan Pada homestay dan DTW Composted
Send to landfill
site
Limbah
Berbahaya
Paraffin sisa pembakaran
lampion Combusted
Send to landfill
site
Sumber: Olahan Data Peneliti 2019
Seperti data yang telah dipaparkan di atas, seluruh limbah padat yang
ada hanya dibuang ke tempat pembuangan sementara. Hal ini dapat terjadi
karena pengelolaan limbah tersebut diserahkan pada pemerintah desa setempat
yang masih minim pemahaman mengenai tata cara pengelolaan limbah padat
yang semestinya. Kemudian pembahasan selengkapnya akan di bagi kedalam
poin poin sebagai berikut:
62
1. Reuse
Secara umum metode reuse telah diterapkan baik oleh masyarakat, mau
pun oleh pengelola DTW. Hal ini dikarenakan penggunaan kembali
dianggap dapat menghemat biaya. Namun, penerapan metode reuse
tersebut masih dapat ditinngkatkan dengan memilih untuk memakai barang
barang yang dapat digunakan kembali untuk jangka waktu yang lama.
2. Recycle
Meskipun metode recycle telah diterapkan namun penerapannya masih
belum maksimal. Karena pendaur ulangan tersebut hanya diterapkan
sebatas untuk limbah kayu, yang merupakan limbah organik. Kemudian,
meskipun telah ada tempat sampah yang terkategori, dan uji coba
pemilahan limbah di salah satu RT yang ada, nyatanya hal tersebut tidak
berjalan secara maksimal. Penggunaan istilah Organik dan Anorganik
patut dipertanyakan, mengingat masih banyak masyarakat yang belum
paham mengenai pengelolaan limbah dan juga istilah-istilah tersebut.
Selain itu pemilahan limbah berdasarkan dua kategori tersebut dirasa
kurang maksimal, mengingat masih banyaknya limbah limbah yang
tercampur, seperti sisa makanan di dalam kemasan plastik, dan sebagainya.
Pemilihan istilah tersebut masih membingungkan baik bagi masyarakat,
pengunjung, mau pun wisatawan, karena mereka diharuskan untuk
mengkategorikan limbah mereka kedalam dua kategori tersebut sendiri.
Sedangkan uji coba mengenai pemilahan limbah oleh warga juga tidak
berjalan maksimal, karena hanya dilakukan oleh satu RT saja, dan terlebih
lagi fasilitas untuk mengolah limbah yang telah dipila belum memadahi.
63
Ketika diangkut oleh truk pengangkut, limbah yang telah dipisahkan
tersebut disatukan kembali. Selain itu, belum ada tindakan lebih lanjut
terhadap limbah yang sudah dipilah tersebut.
3. Recovery
Metode recovery sama sekali belum dilakukan di Dieng Kulon. Hal ini
dikarenaka oleh penanganan yang salah pada proses sebelumnya.
Meskipun telah ada rencana untuk melakukan proses pembakaran
menggunakan alat khusus yang mengubah limbah yang dapar terbakar
menjadi energy listrik oleh Investor Jepang, namun hal tersebut tidak
dapan dilakukan karena limbah tecampur dan tidak dipilah dengan baik,
proses pemilahan kembali limbah tersebut akan memakan banyak waktu,
biaya dan tenaga, karena limbah yang tercampur sudah menumpuk selama
bertahun tahun.
Selain itu pembuatan kompos juga tidak dilakukan. Masyarakat masih
membutuhkan sosok penggerak yang menginisiasi upaya tersebut, karena
kurangnya pemahaman masyarakat, serta kesadaran akan isu mengenai
limbah padat. Selain itu masyarakat yang mayoritasnya merupakan petani
juga merasa hal tersebut merepotkan, karena sebagian besar waktunya
sudah tersita untuk bertani. Selain itu masyarakat juga masih belum
mengetahui manfaat apa yang akan didapatkan oleh mereka, dengan
membuat kompos dari limbah organik mereka sendiri.
4. Disposal
Metode disposal juga belum dilakukan dengan baik di Dieng Kulon.
Masalah yang ada di TPS harus segera ditangani, karena selain tidak sesuai
64
dengan standar yang telah ditentukan dalam SNI 03 3241 tahun 1994
tentang tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan, TPS tersebut juga
merupakan wilayah perhutani yang seharusnya merupakan kawasan yang
dilindungi, bukan untuk dicemari. Selain itu proses disposal sendiri juga
tidak dapat dilakukan dengan baik mengingat proses penanganan
sebelumnya juga belum dilaksanakan dengan baik.
5. Avoiding Waste
Metode avoiding waste juga masih belum dilaksanakan secara maksimal.
Meskipun telah ada peraturan, dan sosialisasi bagi wisatawan untuk
membawa botol minum, dan kantong belanja yang dapat dipakai kembali,
namun Dieng Kulon sendiri masih memperbolehkan pedagang untuk
menjual makanan dengan kemasan sekali pakai. Peraturan bagi
pengunjung belum diimbangi dengan peraturan bagi pedagang. Begitu
pula dengan himbauan kepada masyarakat dan pemilik homestay, yang
sebatas himbauan untuk menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu pada
saat berlangsungnya DCF 2019, baik wisatawan atau pengunjung yang
melanggar peraturan Dieng bersih, maupun pedagang illegal juga masih
belum dapat teratasi dengan baik.
Green purchasing juga sama sekali belum dilaksanakan. Belum
tersedianya barang-barang yang memiliki eco label turut membuat aturan
ini sulit untuk diterapkan di Dieng Kulon. Selain itu masyarakat juga
hanya membeli barang barang yang disediakan oleh produsen saja, karena
kurangnya pemahaman akan dampaknya kepada lingkungan.
65
6. Stakeholders
Baik UPT Dieng, Dinas Pariwisata, Pemerintah Desa Dieng Kulon,
maupun Pokdarwis Dieng Pandawa sebagai pengelola, DTW mau pun
Dieng Kulon sebagai destinasi, dan DCF semuanya sudah memiliki
kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah padat di sebuah destinasi
wisata. Hanya saja usaha yang dilakukan masih belum maksimal, terutama
upaya pencegahan terkait isu limbah padat, yang meliputi waste
minimization, serta green purchasing.
Kemudian peran stakeholders yang berhubungan langsung dengan
masyarakat, dan pedagang dalam hal ini Pemerintah Desa Dieng Kulon,
serta Pokdarwis Dieng Pandawa terkait pengelolaan limbah padat masih
dapat ditingkatkan kembali, mengingat masyarakat, dan pedagang yang
belum memiliki pemahaman cukup mengenai isu maupun pengelolaan
limbah padat. Masyarakat dan pedagang tersebut membutuhkan adanya
sosok penggerak, dan pemberi contoh.
Sosialisasi, dan penerapan aturan bagi wisatawan dan pengunjung juga
perlu ditingkatkan. Mengingat bahwa saat berlangsungnya DCF 2019,
pengunjung yang tidak memiliki tiket, dan berasal dari daerah sekitar
masih sedikit yang memiliki akses akan aturan Dieng bersih yang telah
ditetapkan oleh panitia di hari sebelum berlangsungnya DCF. Terlebih
lagi, jumlah pengunjung yang tidak membeli tiket DCF lebih besar
dibandingkan dengan wisatawan yang memiliki tiket.
66
Kemudian, peran dari DPKP LH Kabupaten Banjarnegara juga masih
dapat ditingkatkan kembali. Pemberian sosialisasi semata tidaklah efektif,
mengingat masih kurangnya kesadaran serta pemahaman masyarakat
Dieng Kulon akan isu limbah padat. Perlu ada tindakan lanjutan dari
sosialisasi tersebut, seperti pelatihan, serta pembinaan. Selain itu perlu
juga kerjasama yang lebih kooperatif dengan Pemerintah desa, maupun
pengelola.
Selain itu, baik masyarakat, pedagang, maupun wisatawan dan pengunjung
DCF 2019, masih memiliki kesadaran yang rendah akan limbah yang
berasal dari kegiatan yang mereka lakukan. Masih banyak yang
beranggapan bahwa limbah tersebut adalah tanggung jawab petugas
kebersihan. Terlebih karena relawan Dieng bersih selalu bertugas setiap
acara selesai. Melihat limbah yang berserakan dapat dibersihkan dalam
kurun waktu kurang dari dua jam, memberikan rasa aman pada mereka,
bahwa akan selalu ada petugas yang membersihkan limbah yang mereka
hasilkan.
67
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Pengelolaan Limbah Padat di Desa Dieng Kulon sebagai sebuah
destinasi wisata yang merupakan unggulan dari Kabupaten Banjarnegara
masih jauh dari kata sempurna. Dari lima metode pengelolaan limbah padat
yang ada, hanya metode reuse serta recycle saja yang sudah dilaksanakan.
Meskipun telah dilaksanakan, pengaplikasiannya pun masih belum maksimal.
Kesadaran serta pemahaman baik pengelola, masyarakat, pelaku bisnis, dan
wisatawan masih sangat rendah. Pola pikir akan limbah padat sebagai acuan
untuk keberhasilan ekonomi, serta pola pikir akan limbah hanyalah sebatas
limbah yang hanya bisa dibuang membuat penyelesaian isu tersebut kian
terhambat.
Selain itu pengurangan limbah padat yang hanya dibebankan pada
wisatawan, dengan memberikan peraturan tidak akan maksimal tanpa adanya
keinambungan dari pengelola untuk turut menerapkan peraturan bagi
pedangan, masyarakat, sukarelawan, panitia, serta pelaku bisnis yang ada.
Meskipun demikian, baik pengelola, maupun pemerintah sangat terbuka
akan kemungkinan-kemungkinan untuk bisa mengatasi isu tersebut. Seperti
bekerjasama dengan investor, melaksanakan penyuluhan, dan turut terbuka
dengan konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan. Hanya saja upaya
upaya yang dilakukan tersebut masih belum maksimal.
68
Pemerintah, dalam hal ini Disparbud Kabupaten Banjarnegara, dan
DPKP LH Kabupaten Banjarnegara, serta pengelola, dalam hal ini UPT
Dieng, serta Pokdarwis Dieng Pandawa perlu meningkatkan kerjasama,
mengingat isu mengenai limbah padat merupakan isu yang menyangkut
berbagai pihak, dan harus diselesaikan bersama-sama. Upaya untuk
memberikan kesadaran bahwa limbah padat merupakan masalah bersama,
serta memupuk pola pikir akan tanggung jawab pada masing masing pribadi,
dalam hal ini masyarakat, wisatawan, pengunjung, serta pedagang juga perlu
dilakukan.
B. Rekomendasi
Dengan menimbang kondisi faktual pada lokus, dan disesuaikan dengan
metode pengelolaan limbah padat dari UNEP Tahun 2013, serta teknik
operasional pengelolaan limbah padat Badan Standar Nasional Indonesia 19
2454 Tahun 2002, berikut adalah rekomendasi yang dapat diterapkan:
Gambar V.1
Alur Pengelolaan Limbah Padat
Sumber: Olahan Peneliti 2019
69
Hal awal yang perlu dilakukan adalah mengurangi penimbunan limbah
padat. Setelah itu limbah limbah yang masih belum bisa dikurangi ditampung
pada tempat sampah yang terkategori untuk memudahkan proses selanjutnya.
Kemudian limbah limbah yang dapat dibuat menjadi kompos akan langsung
dibawa ke pusat pembuatan kompos, sama halnya dengan limbah yang dapat
di daur ulang. Kemudian sisa limbah yang tidak dapat dijadikan kompos
maupun didaur ulang akan dibawa ke TPA yang telah legal dan dikelola,
namun mengingat letaknya yang cukup jauh dari Desa Dieng Kulon, yaitu 66
Km maka diperlukan tempat pembuangan transit, namun tetap memperhatikan
pemisahan limbah, dan penanganan yang tepat sesuai dengan jenis limbah
yang ada.
Kemudian poin-poin tersebut secara lebih rinci akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Avoiding Waste sebagai Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan dinilai sebagai upaya yang paling efektif untuk
menangani permasalahan terkait limbah padat di Dieng Kulon. Terlebih
lagi mengingat belum tersedianya fasilitas-fasilitas pendukung untuk
mengolah limbah padat yang dihasilkan, belum adanya TPA yang sesuai
standar, serta masih kurangnya tenaga ahli untuk melakukan pengelolaan
limbah padat tersebut.
a. Pemberian Sosialisasi Mengenai Limbah Padat
Mengingat masih terbatasnya pemahaman dan kesadaran masyarakat
akan isu limbah padat, pendidikan yang dilakukan mulai dari tingkat
sekolah akan membiasakan masyarakat untuk bertanggung jawab akan
70
limbah yang dihasilkannya semenjak dini. Sosialisasi tersebut bisa
berupa pemberlakuan sanksi pada siswa yang membuang limbah padat
sembarangan, membiasakan siswa untuk membawa botol minum, dan
tempat makan sendiri, kemudian menggunakan botol dan tempat
makan tersebut untuk membeli makanan ringan. Kerja bakti
lingkungan secara rutin, serta sosialisasi mengenai masalah
lingkungan yang dilakukan secara rutin.
Kemudian bagi masyarakat umum, perlu juga dilaksanakan sosialisasi
serupa yang dapat dilaksanakan bersamaan dengan acara rutin yang
diselenggarakan oleh PKK, perkumpulan pemilik homestay, dan
sebagainya. Selain sosialisasi, perlu juga untuk membentuk
kesepakatan bersama untuk menepati tata cara penanganan limbah
padat yang ada. Hal ini perlu dilakukan, terlebih mengingat bahwa
anak anak akan cenderung meniru perbuatan yang biasa dilakukan
oleh orang tua dan keluarganya di rumah. Poin ini juga akan menjadi
metode pembelajaran yang baik bagi anak dalam keluarga.
b. Kerja Bakti membersihkan Lingkungan
Untuk menghindari pengunjung dan wisatawan yang membuang
limbah secara sembarangan, kerja bakti membersihkan lingkungan
perlu dilakukan. Karena pengunjung dan wisatawan akan lebih merasa
segan untuk membuang limbah secara sembarangan di wilayah yang
sudah bersih.
71
d. Pembuatan Regulasi Penggunaan Kemasan Sekali Pakai
Mengingat masih banyaknya penggunaan kemasan sekali pakai pada
pedagang, pembuatan regulasi akan hal ini juga perlu dilaksanakan.
Terlebih lagi, menerapkan regulasi pada pedagang akan lebih efektif
ketimbang hanya menerapkan hal tersebut pada masyarakat saja,
mengingat pengunjung yang datang adalah orang orang yang berasal
dari luar daerah, dan tidak ada jaminan bahwa setiap individu
memiliki pemahaman akan isu lingkungan tersebut.
Penerapan regulasi tersebut dapat diterapkan secara bertahap, dan
dapat dimulai dengan pelarangan penggunaan kemasan Styrofoam.
Karena, Styrofoam merupakan kemasan sekali pakai yang tidak dapat
diurai oleh alam, serta penggunaannya yang masih banyak ditemukan
di Dieng Kulon sendiri.
Kemudian dibutuhkan sosialisasi pula untuk pedagang, agar selalu
menanyakan apakah pembeli membawa tas, tempat makan, atau botol
yang dapat diisi ulang, serta tidak memberikan kantong plastik untuk
pembelian dalam jumlah kecil. Hal ini dapat di laksanakan sembari
melakukan pengurangan penggunaan kantong plastik, dan kemasan
sekali pakai. Pengurangan penggunaan kantong plastik sekali pakai
dapat dilakukan dengan cara memberikan diskon bagi pembeli yang
membawa kantong, dan kemasan sendiri. Hal ini dinilai lebih efektif
ketimbang apabila pembeli diharuskan untuk membayar kantong
plastik, seperti halnya yang pernah dilakukan pada event Ubud
Writers and Readers Festival 2018 lalu.
72
Kemudian bagi pedagang buah tangan dapat mengganti kantong
plastiknya menggunakan kantong kertas, atau dapat juga menyediakan
kantong kain yang bisa didapatkan oleh pembeli dengan cara
membayar kantong tersebut.
2. Optimalisasi Reuse
Melihat banyaknya banner yang tidak digunakan kembali, banner tersebut
dapat digunakan untuk membuat tenda, atau pun alas duduk. Selain itu
panitia juga dapat mendesain banner yang dapat digunakan setiap tahun,
terlebih untuk banner banner yang memiliki pesan yang sama seperti untuk
aturan Dieng bersih, dan sebagainya. Pemilihan materialnya juga dapat
dibuat agar lebih ramah lingkungan, yaitu dengan menggunakan banner
kain. Selain banner, penggunaan barang barang yang dapat dipakai
berulang ulang juga dapat diterapkan pada hal yang lain.
3. Optimalisasi Recycle
Ada banyak upaya daur ulang yang dapat dipilih guna mengurangi
tumpukan limbah padat. Pengelolaan daur ulang ini dapat dilakukan
sebagai program CSR dengan Geodipa Energi, mau pun Bank Indonesia
Cabang Purwokerto yang akan mendirikan bank sampah di Dieng Kulon.
Berikut adalah beberapa upaya daur ulang yang dapat diterapkan:
a. Ecobrick
Ecobrick merupakan pengganti batu bata yang terbuat dari botol air
mineral yang diisi dengan menggunakan kemasan saset yang mana
tidak dapat didaur ulang kembali. Ecobrick dapat digunakan untuk
membuat anak tangga, kursi, patung, dan lain sebagainya, dengan
73
menggunakan tanah liat sebagai media pengikat antara satu ecobrick
dengan ecobrick lainnya. Karena menggunakan tanah sebagai material
pengikatnya, fasilitas, maupun bangunan yang dibuat dengan ecobrick
dapat diubah dengan mudah apa bila dibutuhkan dikemudian hari.
Karena daya tahan dari botol plastic tersebut, ecobrick yang sudah
pernah digunakan juga dapat digunakan kembali secara berulang
unlang untuk waktu yang lama.
Gambar V.2
Contoh Ecobrick
Sumber: Dormai com 2019
Gambar V.3
Contoh Penggunaan Ecobrick
Sumber: Zero waste id 2019
74
b. Daur Ulang Banner
Sisa-sisa banner yang sudah tidak digunakan kembali dapat dijadikan
bahan untuk membuat tas, terlebih karena bahannya yang kuat. Tas
tersebut dapat digunakan untuk menyimpan peralatan besar, sebagai
tas belanja kedap air, bahkan bisa digunakan untuk melapisi tempat
sampah sehingga tidak perlu menggunakan trash bag sekali pakai.
Selain digunakan sebagai bahan pembuat tas, sisa banner juga dapat
digunakan sebagai bahan untuk membuat paying, atau untuk
memperbaiki paying yang telah robek, karena material yang
digunakan merupakan material yang kedap air.
Gambar V.4
Contoh Tas Berbahan Banner
Sumber: Vitarlenology 2009
75
Gambar V.5
Contoh Payung Berbahan Banner
Sumber: Brilio net 2019
c. Tas Berbahan Kaos Bekas
Ketimbang menggunakan kaos bekas sebagai kain lap, mendaur ulang
kaos bekas menjadi tas bisa jadi alternatif yang lebih baik, yaitu
dengan menggunakannya sebagai tas. Dengan mengubahnya menjadi
tas, dibandingkan dengan menjadikannya sebagai kain lap, masa pakai
dari kaos bekas tersebut menjadi lebih panjang.
Gambar V.6
Contoh Tas Berbahan Kaos Bekas
Sumber: Dokumentasi Peneliti 2018
76
d. Sulaman dari kantong Plastik
Kantong plastic dapan menjadi alternatif untuk membuat sulaman,
yang kemudian dapat dibuat menjadi tas. Dengan menyulam kantong
plastik, tampilannya akan berubah dan menjadi lebih estetik. Membuat
sulaman yang berbahan kantong plastik ini juga dapat diterapkan di
Dieng Kulon, karena banyaknya limbah kantong plastic yang
ditemukan. Kantong plastik yang dapat digunakan adalah kantong
plastik non bio degradable, hal ini dilakukan agar produk yang
dihasilkan memiliki masa pakai yang lebih lama.
Gambar V.7
Contoh Produk hasil Sulaman Kantong Plastik
Sumber: Kreskros id 2018
4. Pengadaan Upaya Recovery
Melihat banyaknya limbah makanan, upaya pembuatan kompos berbahan
dasar limbah makanan dapat menjadi salah satu solusi. Bahan-bahan yang
digunakan juga dapat ditemukan sehari-hari, seperti limbah makanan,
tanah, container tertutup, dan air. Selain itu kompos tersebut juga memiliki
nilai guna yang tinggi, mengingat mayoritas warga lokal adalah petani.
Pembuatan kompos tersebut dapat dikolektifkan, dan dikelola oleh desa,
atau RW, mau pun RT. Warga dapat menyetorkan limbah sisa
77
makanannya kepada pengelola, dan dapat mengambil kompos tersebut
ketika sudah dipanen. Pembuatan kompos juga bisa dilkukan secara
mandiri oleh masing masing keluarga, dengan menyimpan container berisi
tanah, dan memasukan limbah makanan kedalamnya setiap hari. Jenis
pengelolaan dapat diseuaikan dengan kondisi, dan kesepakatan bersama.
5. Pembenahan Disposal
a. Tempat Sampah
Membuat tempat sampah yang terkategori baik umum, mau pun
secara individu. Namun, pembagian tempat sampah tersebut tidak
hanya berupa organik dan anorganik saja, melainkan lebih spesifik
seperti sisa makanan, plastik, kertas, kaleng, dan sebagainya. Hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah pembaca, sehingga tidak perlu
berpikir ulang saat akan membuang limbahnya.
Gambar V.8
Contoh Tempat Sampah Terkategori
Sumber: Pulp Paper
78
b. Pembuatan Fasilitas Penampungan Limbah Terpisah
Setelah membuat tempat sampah yang terkategori, fasilitas
penampungan limbah yang telah dipisahkan juga perlu dibuat, tentu
saja agar limbah yang telah dipisahkan tersebut tidak kembali
disatukan. Pembuatan fasilitas ini juga akan memudahkan proses
pengolahan limbah kemudiannya. Pengolah tidak perlu memilah
limbah yang ada karena sudah dipisahkan sebelumnya. Selain itu, hari
pengangkutan limbah juga dapat dibedakan, agar limbah tidak
tercampur kembali, mengingat Dieng Kulon hanya memiliki satu truk
pengangkut.
c. Pemilahan Limbah TPS
Karena tempat pembuangan sementara yang ada di wilayah perhutani
merupakan tempat pembuangan yang tidak seharusnya, upaya
pembersihan wilayah tersebut harus dilakukan, setelah mengurangi
timbunan limbah. Limbah yang telah terlanjur menumpuk terlebih
dulu dipilah, dan dimasukan kedalam fasilitas penampungan serta
pengolahan limbah. Kemudian, sisa limbah yang sudah tidak dapat
dipilah dapat dipindahkan ke TPA Winong, Kecamatan Bawang,
Banjarnegara yang merupakan TPA yang telah legal.
6. Optimalisasi Pengelolaan Limbah Padat Selama DCF
Untuk mengimbangi peraturan Dieng Bersih yang diberlakukan pada
wisatawan serta pengunjung, berikut adalah hal-hal yang perlu dilakukan:
79
a. Panitia
Selain wisatawan, peraturan Dieng bersih harus diberlakukan juga
bagi panitia. Selain itu panitia juga harus lebih berhati-hati untuk tidak
membuang limbah sembarangan. Selain itu panitia juga dapat berlaku
lebih tegas kepada wisatawan, pengunjung, dan pedagang yang
melanggar aturan tersebut. Terlebih kepada pedagang lampion illegal.
Tentunya dengan melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada
pedagang, dan masyarakat sekitar.
Kemudian, peraturan Dieng bersih dapat disosialisasikan lebih giat,
serta jauh-jauh hari sebelum acara berlangsung. Sosialisasi dapat
dilakukan melalui sosial media, serta sosialisasi langsung kepada
masyarakat sekitar. Mengingat banyaknya pengunjung yang tidak
memiliki tiket, sosialisasi lewat media sosial dapat digerakkan pula
oleh panitia, relawan, dan bekerja sama dengan akun akun sosial
media lain di Banjarnegara dan sekitarnya, agar lebih banyak pihak
yang melihatnya.
Selain itu panitia juga harus lebih mempertimbangkan penggunaan
poster. Karena penyebaran poster tersebut justru akan memperbanyak
tumpukan limbah. Alternatif yang dapat dibuat untuk pengganti poster
tersebut adalah penggunaan banner besar berbahan kain, namun dalam
pembuatannya desain yang digunakan juga harus lebih diperhatikan,
agar banner tersebut tidak hanya dapat digunakan sekali, namun
berulang kali.
80
Kemudian panitia juga dapat menyediakan air minum dalam bentuk
galon, yang diletakkan di beberapa pos yang ada, sehingga reawan
Dieng bersih dapat mengisi ulang air minumnya, tanpa harus membeli
minuman kemasan sekali pakai.
b. Volunteer Dieng Bersih
Volunteer Dieng Bersih dapat diajak untuk turut mempromosikan
aturan Dieng bersih. Hal tersebut juga berarti bahwa para volunteer
harus turut mematuhi aturan yang ada, dan turut mengurangi
penggunaan kemasan sekali pakai. Kemudian apd yang digunakan
oleh volunteer juga harus dipertimbangkan. Seperti menggunakan
sarung tangan latex untuk industri ketimbang sarung tangan medis.
Kemudian, teknik pengumpulan limbah yang dilakukan juga butuh
dipertimbangkan. Yaitu dengan memisahkan limbah berdasarkan
jenisnya secara langsung.
c. Pedagang
Untuk mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai, pada saat
berlangsungnya DCF, ketimbang mengenakan biaya untuk kantong
plastik, selama DCF berlangsung lebih baik jika pedagang tidak
menyediakan kantong plastik sama sekali. Terlebih mengingat bahwa
para wisatawan telah mendapat tas saat membeli tiket. Bagi para
pengunjung yang tidak membeli tiket, pedagang atau pun panitia dapat
menjual tas berbahan kain, atau mengganti tas belanja dengan tas
berbahan kertas. Hal ini tentunya harus disosialisasikan terlebih
dahulu kepada wisatawan dan pengunjung.
81
Kemudian untuk mendukung pengurangan limbah, panitia dapat
membuat award khusus bagi para tenant yang menerapkan konsep jual
beli yang lebih ramah lingkuingan. Hal yang dapat dilakukan oleh
tenant diantaranya adalah menjual air mineral dalam bentuk galon
untuk wisatawan dan pengunjung agar dapat mengisi ulang botol yang
mereka bawa, menggunakan kemasan alternatif dari kemasan plastik,
seperti gelas atau mangkok kertas, atau menerapkan diskon bagi
pembeli yang mau membeli makanan dengan membawa kemasan
sendiri, atau merefil kemasan makanan yang sudah habis, dll.
Untuk memperjelas metode-metode yang digunakan, berikut tabel
metode pengelolaan limbah padat untuk Dieng Kulon:
82
Tabel V.1
Rancangan Metode Pengelolaan Limbah Padat Dieng Kulon
Taha
p
Metod
e Kegiatan
Penanggung
Jawab Pengelola
Peserta/Ang
gota
1
Avoidi
ng
waste
Pelarangan
penggunaan
Styrofoam
Disparbud,
Pemerintah
Desa, DPKP LH
UPT,
Pokdarwis Pedagang
Sosialisasi Isu
Limbah Padat
DPKP LH,
Pemerintah
Desa
Guru
Sekolah,
Pokdarwis
Masyarakat
Kerja Bakti
Lingkungan
Disparbud,
Pemerintah
Desa, DPKP LH
UPT,
Pokdarwis Masyarakat
Dispo
sal
Pemilahan
Limbah 1
(Organik)
Pemerintah
Desa
Pokdarwis,
Karang
Taruna
Masyarakat,
Pedagang
Pembuatan
Kompos
DPKP LH,
Pemerintah
Desa
Pokdarwis,
Karang
Taruna
Masyarakat
Reuse
Penggunaan
Barang Barang
Non Sekali
Pakai
Disparbud,
Pemerintah
Desa
UPT,
Pokdarwis
Masyarakat,
Wisatawan
2
Avoidi
ng
waste
Pengurangan
Penggunaan
Kantong
Plastik
Disparbud,
Pemerintah
Desa, DPKP LH
UPT,
Pokdarwis
Masyarakat,
Pedagang,
Wisatawan
Dispo
sal
Tempat
Sampah
Terkategori
Pemerintah
Desa, DPKP
LH, Disparbud
UPT,
Pokdarwis
Recyc
le
Bank Sampah
& Fasilitas
daur Ulang
Pemerintah
Desa, DPKP
LH, Disparbud
CSR, UPT,
Pokdarwis Masyarakat
3
Avoidi
ng
waste
Pelarangan
penggunaan
Kantong
Plastik
Pemerintah
Desa, DPKP
LH, Disparbud
UPT,
Pokdarwis
Pedagang,
Masyarakat
Wisatawan
Dispo
sal
Pembuatan
Fasilitas
Penampungan
Limbah
Terkategori
DPKP LH Pemerintah
Desa
Pemilahan
Limbah di TPS DPKP LH
Pemerintah
Desa
Pemindahan
Limbah di TPS DPKP LH
Pemerintah
Desa
Sumber: Olahan Peneliti 2019
99
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Banjarnegara. (2017). Kecamatan Bululawang Dalam Angka
2017.
Comissão Europeia. (2013). Best Environmental Management Practice in the
Tourism Sector: Learning from frontrunners, 1–11.
https://doi.org/10.2788/33972
Moleong, L. J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. (T. Surjaman, Ed.) (14th
ed.). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Saldana, J. (2014). The Coding Manual for Qualitative Researchers. (J. Seaman,
Ed.) (2nd ed.). Singapore: Sage Publications Ltd.
UNEP. (2003). A Manual for Water and Waste Management: What the Tourism
Industry Can Do To Improve It’s Performance (1st ed.). Paris, France.
UNEP & UNWTO. (2005). Making Tourism More Sustainable - A Guide For
Policy Makers. https://doi.org/92-807-2507-6
US EPA, REG 06, M. (2017). Learn About Environmental Management Systems.
United States Environmental Protection Agency. Retrieved from
https://www.epa.gov/ems/learn-about-environmental-management-
systems#what-is-an-EMS
http://blj.co.id/2014/04/10/dieng-plateu-dataran-tertinggi-kedua-dunia-setelah-
nepal/
https://en.climate-data.org/asia/indonesia/dieng-kulon/dieng-kulon-
614315/#temperature-graph
100
http://jateng.tribunnews.com/2017/09/09/ini-destinasi-di-jateng-yang-paling-
diminati-wisatawan
https://travel.kompas.com/read/2018/03/27/103500327/ini-akan-jadi-pr-berat-
pariwisata-indonesia-di-2018
https://travel.tempo.co/read/1115307/gaet-ratusan-ribu-turisdieng-festival-
diminta-perbaiki-3-hal-ini/full&view=ok
http://travelhood.co.id/the-magnificent-dieng-plateau/
http://www.wrfound.org.uk/
101
LAMPIRAN
A. Pedoman Wawancara Mendalam
Alat kumpul data berupa pedoman wawancara mendalam ini akan di
gunakan di beberapa stakeholder berbeda. Maka dari itu pedoman wawancara
akan dibedakan menurut masing masing stakeholder, sebagai berikut:
1. Instansi Pemerintah
a. Dinas Pariwisata
1) Terkait dengan perkembangan pariwisata di Dieng Kulon, apa saja
tenggung jawab dinas pariwisata dalam pengelolaan di desa
tersebut?
2) Apakah dinas pariwisata memiliki kebijakan khusus yang terkait
dengan lingkungan?
3) Apakah dinas pariwisata sudah memiliki kerjasama dengan dinas,
atu organisasi lain yang bergerak di bidang lingkungan?
4) Apabila ada, apa saja kerjasama tersebut? Apabila belum, apakah
ada keinginan untuk melakukan kerjasama?
5) Terkait dengan Event DCF, persiapan apa sajakah yang sudah
dilaksanakan, khususnya yang terkait dengan pengelolaan limbah
sebelum, saat pelakasanaan, dan setelah event usai?
6) Kemana limbah padat dari dieng paska event didistribusikan, dan
siapa yang menanganinya?
7) Apakah hal tersebut juga dilakukan saat tidak ada event?
102
b. Dinas Kebersihan
1) Apa saja kewajiban yang harus dilaksanakan oleh dinas
kebersihan?
2) Apakah dinas kebersihan memiliki kebijakan khusus bagi daerah
wisata?
3) Kemana limbah padat dari dieng kulon di distribusikan?
4) Pada hari apa limbah tersebut diangkut?
5) Bagaimana proses pengangkutannya?
6) Adakah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk
mengangkut limbah tersebut?
7) Berapa banyak volume limbah yang dihasilkan di dieng pada hari
biasa, akhir pekan, dan sebelum, saat, dan setelah event?
8) Apa saja yang dilakukan untuk mengolah limbah tersebut?
9) Apakah limbah tersebut dipisahkan sesuai dengan jenisnya?
10) Sudahkah ada pendaurulangan yang dilakukan?
11) Apa saja limbah yang didaur ulang, dan apa hasil daur ulangnya?
Apabila tidak ada mengapa?
12) Siapa yang menangani pendaurulangan tersebut?
13) Berapa tempat yang dapat mengani daur ulang tersebut?
14) Kendala dalam melakukan proses daur ulang?
15) Apakah ada kerjasama dengan pengepul rongsok lokal?
16) Apakah dinas pemerintah memiliki fasilitas composter, dan
insulator? Ada berapa, dan dimana saja?
17) Apabila tidak ada, apa kendalanya?
103
18) Limbah mana saja yang dapat telah diolah menjadi kompos?
19) Apa saja kegunaan dari pengolahan tersebut?
20) Limbah apa saja yang biasanya dibakar?
21) Apakah tidak ada pilihan lain selain membakar limbah tersebut?
22) Siapa yang menangani proses tersebut?
23) Apa yang dilakukan terhadap sisa limbah yang dihasilkan?
24) Adakah bank sampah yang dikelola pemerintah?
25) Apabila ada, apa saja yang dilakukan, dan siapa yang
mengoprasikannya?
26) Berapakah anggotanya?
27) Apa tanggapan masyarakat tentang bank sampah tersebut?
28) Adakah pelatihan khusus bagi masyarakat, terkait pengelolaan
limbah sehari hari, khususnya bagi masyarakat dieng kulon?
29) Apabila ada, pelatihan apa saja yang telah dilakukan? Kapan, dan
apa hasilnya?
30) Melihat kunjungan Dieng Kulon saat ini bagaimana pendapat
bapak/ibu terkait dengan dampaknya terhadap masalah limbah
padat?
31) Apa harapan bapak/ibu kedepannya terkait isu limbah padat di
Dieng Kulon?
2. Pengelola Pariwisata
a. POKDARWIS Dieng Pandawa
1) Sejauh mana persiapan DFC telah dilaksanakan?
2) Apa saja kegiatan yang akan dilaksanakan di DFC 2019?
104
3) Bagaimana dampak yang ditimbulkan terkait dengan event DFC,
khususnya mengenai limbah padat?
4) Perbedaan apa yang dirasakan terkait dengan timbunan limbah
padat yang terjadi sebelum, saat, paska DFC, dengan pada hari hari
biasa?
5) Bagaimana persiapan terkait dengan lonjakan limbah padat yang
akan terjadi?
6) Kerjasama yang dilakukan dengan pihak lain baik pemerintah
maupun swasta terkait pengelolaan limbah padat tersebut?
7) Apakah dinas pariwisata ikut membantu dalam hal tersebut?
8) Apakah pengelola memiliki panitia yang khusus menangani
limbah?
9) Kemana limbah tersebut didistribusikan?
10) Limbah apa saja yang mendominasi?
11) Selain dibawa menuju TPA, apakah ada limbah yang dipisahkan
guna diproses lebih lanjut?
12) Apakah pada hari hari biasa saat tidak ada DFC hal tersebut masih
dilakukan?
13) Apakah telah ada pola pengelolaan, atau pengolahan lain selain
dari pada yang dilakukan oleh dinas kebersihan?
14) Apakah ada pelatihan khusus tentang pengelolaan limbah bagi
warga setempat, khususnya yang memiliki bisnis akomodasi,
makanan, souvenir, dan juga pengelola DTW?
105
15) Apabila ada, apa saja yang telah dilakukan, kapan, dengan siapa
kegiatan tersebut dilaksanakan, dana pa hasil yang telah dirasakan?
16) Apabila belum ada, apakah ada keinginan untuk melaksanakan hal
tersebut, dan pelatihan seperti apakah yang paling dibutuhkan?
17) Apakah ada program yang akan dilaksanakan di masa mendatang
terkait dengan isu limbah padat?
18) Apa harapan POKDARWIS tentang perkembangan pariwisata di
Dieng Kulon, dan mengenai isu limbah padat tersebut?
b. Pengelola DTW
1) Apakah di DTW ini memiliki pengurus yang khusus menangani
masalah limbah?
2) Apa saja yang dilakukan pengurus tersebut?
3) Apa di DTW ini memiliki permasalahan yang berkaitan dengan
limbah padat (sebelum, saat, paska DFC, hari biasa, dan akhir
pekan)?
4) Kapan biasanya limbah padat paling banyak dihasilkan?
5) Limbah apa saja yang mendominasi?
6) Apa yang menjadi kendala dalam menangani masalah limbah
tersebut?
7) Bagaimana perilaku wisatawan yang berkunjung ke DTW ini
terkait dengan pola pembuangan limbah?
8) Dari limbah yang dihasilkan, kemana limbah tersebut di
distribusikan?
9) Berapa kali limbah tersebut diankut oleh dinas kebersihan?
106
10) Apa harapan pengelola kedepannya terkait dengan isu tersebut?
3. Usaha Pariwisata
a. Akomodasi
1) Apakah di akmodasi ini telah menerapkan kebjakan terkait dengan
lingkungan?
2. Apabila ada, apa saja hal yang telah dilaksanakan?
3. Sejauh ini apa kendala yang dialami dalam melaksanakan
kebijakan tersebut?
4. Apabila belum ada, apakah pengelola mengetauhi akan adanya
kebijakan tersebut? Dan apakah tertarik untuk mencoba?
5. Di waktu apa saja akomodasi ini ramai tamu?
6. Bagaimana dampaknya terhadap timbunan limbah padat?
7. Limbah apa saja yang biasanya mendominasi?
8. Hal apa yang biasanya dilakukan untuk menangani limbah
tersebut?
9. Apakah ada kerjasama dengan pihak lain terkait dengan
pengelolaan limbah tersebut?
10. Adakah kesulitan dalam menangani limbah tersebut?
b. Pedagang Makanan
1) Apakah di usaha ini telah menerapkan kebjakan terkait dengan
lingkungan?
2. Apabila ada, apa saja hal yang telah dilaksanakan?
3. Sejauh ini apa kendala yang dialami dalam melaksanakan
kebijakan tersebut?
107
4. Apabila belum ada, apakah pengelola mengetauhi akan adanya
kebijakan tersebut? Dan apakah tertarik untuk mencoba?
5. Berapa jenis makanan yang anda jual?
6. Berapa banyak makanan yang anda buat dalam sehari?
7. Berapa lama makanan tersebut dapat disimpan?
8. Apakah makanan yang telah dibuat dapat habis dalam kurun waktu
tersebut?
9. Apabila masih tersisa, apa yang dilakukan terhadap sisa makanan
tersebut?
10. Untuk makanan dengan pembungkus, biasanya berapa banyak
produk yang ada dalam satu kemasan untuk masing masing
makanan?
11. Berapa rata-rata jumlah kemasan yang dibeli oleh seorang
wisatawan?
12. Jenis kemasan apa yang dipakai?
13. Apakah ada keinginan untuk mengganti kemasan dengan kemasan
yang lebih ramah lingkungan, apa alasannya?
c. Toko dan Souvenir
1) Apakah di toko ini telah menerapkan kebjakan terkait dengan
lingkungan?
2. Apabila ada, apa saja hal yang telah dilaksanakan?
3. Sejauh ini apa kendala yang dialami dalam melaksanakan
kebijakan tersebut?
108
4. Apabila belum ada, apakah pengelola mengetauhi akan adanya
kebijakan tersebut? Dan apakah tertarik untuk mencoba?
5. Apa saja yang dijual ditoko ini?
6. Dari mana asal souvenir ini? Barang apa saja yang diproduksi
sendiri, dan barang apa saja yang dibeli dari tempat lain?
7. Untuk barang yang diproduksi sendiri, apa bahan utama dari
masing masing barang?
8. Apakah dalam memproduksi barang tersebut terdapat sisa hasil
produksi?
9. Apa yang dilakukan terkait dengan sisa produksi tersebut?
109
BIODATA PENULIS
Nama : Dini Sagitaningrum
Prodi : Manajemen Destinasi Pariwisata
NIM : 201520411
TTL : Banjarnegara, 10 Desember 1997
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pramuka No. 392 Purwareja Klampok,
Kabupaten Banjarnegara
E-mail : [email protected]
No Hp : 082137866665
Ibu : Suhartuti
Ayah : Windratno