pengelolaan pemangkasan tanaman...
TRANSCRIPT
i
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI,
PT RUMPUN SARI MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH
DIAN AYU RACHMAWATI
A24070055
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
DIAN AYU RACHMAWATI. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari
Medini, Kendal, Jawa Tengah. (Dibimbing oleh SUPIJATNO).
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan di lapangan kerja, baik yang menyangkut aspek teknis maupun
manajerial, sehingga mengetahui, memahami dan memecahkan permasalahan
yang dihadapi perkebunan.
Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari
Medini, Kendal, Jawa Tengah selama empat bulan, mulai 14 Februari sampai 14
Juni 2011. Metode yang dilaksanakan adalah bekerja aktif dengan melakukan
seluruh kegiatan yang ada di kebun. Penulis bekerja secara langsung sebagai
karyawan pada berbagai tingkatan, mulai dari karyawan harian lepas (KHL),
pendamping mandor, dan pendamping asisten tanaman, pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Selama melakukan kegiatan di
kebun penulis juga mengumpulkan data primer dan data sekunder yang
dibutuhkan.
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan dalam pemeliharaan tanaman
menghasilkan. Tujuan pemangkasan adalah untuk memelihara bidang petik tetap
rendah supaya memudahkan pemetikan, mendorong pertumbuhan tanaman teh
agar tatap pada fase vegetatif, membentuk bidang petik seluas mungkin,
merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru, dan membuang cabang-cabang yang
tidak produktif.
Perkebunan Medini menetapkan areal yang akan dipangkas 25 % per
tahun dari luas total areal tanaman menghasilkan (TM) dan dilakukan dalam dua
semester, karena menghindari fluktasi produksi. Realisasi pemangkasan pada
tahun 2010, semester I dilakukan pada bulan Januari sampai Juni dan
pemangkasan semester II dilakukan pada bulan September sampai Oktober.
Realisasi jadwal pemangkasan disesuaikan dengan kondisi tanaman di lapang,
antara lain ketinggian bidang petik dan tingkat produksi setiap tahun setelah
pangkas.
vi
Gilir pangkas di Perkebunan Medini berkisar empat tahun sekali , ini
sesuai dengan ketinggian Perkebunan Medini yang berada pada 950-1775 m dpl.
Jenis pangkasan yang ditetapkan di perkebunan adalah jenis pangkasan bersih,
dengan standar tinggi pangkasan 55-65 cm dari permukaan tanah, dan dilakukan
dengan sistem naik secara kontinyu 5 cm di atas pangkasan sebelumnya. Pada
pelaksanaan pemangkasan tinggi pangkasan bisa naik ataupun turun dari standar
tergantung dari kondisi kebun.
Pelaksanaan pemangkasan di Perkebunan Medini secara manual dengan
menggunakan sabit pangkas dan jidar (alat ukur pangkas). Sisa pangkasan
(brangkasan) di letakan di antara tanaman teh untuk menambah bahan organik dan
tidak menghalangi pertumbuhan pucuk. Tenaga pangkas yang digunakan adalah
tenaga pangkas yang memiliki keterampilan dalam bidang pemangkasan dan
diawasi oleh mandor supaya hasil pangkasan yang dihasilkan sesuai dengan yang
diharapkan kebun. Tenaga pemangkas merupakan karyawan harian lepas dengan
sistem borong, upah yang didapat pemangkas adalah Rp. 19 300/patok (400 m2).
Dian Ayu Rachmawati, Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.)
O. Kuntze) in Medini Plantation, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Central
Java. Guided by Supijatno.
Abstract
Internship activities carried out in Medini plantation PT Rumpun Sari
Medini, Kendal, Central Java for four months from February until June 2011.
Internship method is conducting garden has been established by both technical
and managerial aspects. Levels of work place as field worker for one month, as
assistant foreman for one month, and as assistant field lead for two month. Data
collection activities are used direct and indirect methods. Indirect method used to
obtain secondary data. Medini plantation is located at an altitude of 950-1 775 m
asl with an area of 309.28 ha. Pruning is an essential maintenance activities
carried out in tea plantations. Clean pruning is being done on plantation medini
with rotation 4 years. Mowed area that is 25 % of tea total crop yield by 55-65 cm
clipping height.
Keyword : Pruning, Rumpun Sari Medini, Tea, Internship
PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI,
PT RUMPUN SARI MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DIAN AYU RACHMAWATI
A24070055
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
vi
Judul : PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN
TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze)
DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI
MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH.
Nama : DIAN AYU RACHMAWATI
NRP : A24070055
Menyetujui,
Dosen pembimbing
Ir. Supijatno, MSi.
NIP 19610621 198601 1 001
Mengetahui
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.
NIP 19611101 198703 1 003
Tanggal lulus :
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Nganjuk, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 11
Desember 1988. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari
pasangan bapak Abdul Rochman dan ibu Tutik Darwati.
Pada tahun 1994 penulis mulai masuk jenjang pendidikan pertama di
Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Jogomerto, Nganjuk. Selesai pendidikan TK
pada tahun 1995 penulis melanjutkan jenjang pendidikan dasar di SDN Jogomerto
I Nganjuk dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan
jenjang pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Tanjunganom,
Nganjuk dan lulus pada tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Nganjuk, dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun
2007 penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kegiatan diluar
bidang akademis. Pada tahun 2008-2009 sebagai pengurus Ikatan Mahasiswa
Jawa Timur (IMAJATIM), 2008-2009 sebagai staf Internal Himpunan Mahasiswa
Agronomi (HIMAGRON), pada tahun 2009-2010 sebagai Kadiv Internal
HIMAGRON, dan mengikuti berbagai kepanitiaan. Bulan Juni–Agustus 2010
penulis menyelesaikan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Tajurhalang,
Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor. Penulis melaksanakan magang skripsi
di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa Tengah, Selama
empat bulan mulai 14 Februari sampai14 Juni 2011, untuk menyelesaikan tugas
akhir.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
skripsi yang berjudul Pengelolaan pemangkasan tanaman teh (Camellia sinensis
(L.) O. Kuntze) di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini, Kendal, Jawa
Tengah. Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat tugas akhir untuk meraih
gelar sarjana.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua beserta keluarga yang telah memberikan dorongan,
dukungan serta doa yang tulus kepada penulis.
2. Ir Supijatno, MSi sebagai dosen pembimbing skripsi atas bimbingan,
arahan, dan saran dalam penyusunan skripsi.
3. Bapak Dr. Ir. Anas D Susila MSc. Agr sebagai dosen pembimbing
akademik atas bimbingan yang bermanfaat bagi penulis.
4. Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa atas kesempatan yang diberikan
pada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang.
5. Bapak Purwadi dan Bapak Sumarno selaku Manager Perkebunan Medini,
PT Rumpun Sari Medini atas bimbingan dan memberikan kesempatan
melaksanakan magang di kebun.
6. Bapak Teguh W selaku KTU Perkebunan Medini atas saran-saran yang
diberikan kepada penulis
7. Bapak Sugeng P selaku Asisten Tanaman dan pembimbing lapang selama
magang atas bimbingan dan ilmu yang diberikan.
8. Keluarga besar PT Rumpun Sari Medini atas bimbingan dan kerjasamanya
selama magang.
9. Sahabat dan rekan-rekan AGH 44 atas kebersamaannya selama ini.
10. Semua pihak yang telah membantu baik dalam pelaksaaan magang
maupun penyusunan skripsi.
Bogor, September 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... viii
PENDAHULUAN ................................................................................. 1 Latar Belakang ................................................................................ 1 Tujuan ............................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4 Botani Tanaman Teh ....................................................................... 4 Ekofisiologi Teh .............................................................................. 5 Pemangkasan ................................................................................... 6
METODOLOGI ..................................................................................... 9 Tempat dan Waktu .......................................................................... 9 Metode Pelaksanaan .......................................................................... 9 Pengumpulan Data........................................................................... 10 Analisis Data ................................................................................... 13
KEADAAN UMUM .............................................................................. 14 Sejarah Kebun ................................................................................. 14 Letak Geografis dan Administrasi .................................................... 14 Keadaan Iklim dan Tanah ................................................................ 15 Luas Areal dan Tata Guna Lahan ..................................................... 15 Keadaan Tanaman dan Produksi ...................................................... 16 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ......................................... 17
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ........................................... 20 Aspek Teknis .................................................................................. 20 Aspek Manajerial ............................................................................ 51
PEMBAHASAN .................................................................................... 57 Jenis/Tipe Pangkasan ....................................................................... 57 Kriteria Pangkas .............................................................................. 58 Gilir Pangkas ................................................................................... 60 Waktu Pemangkasan........................................................................ 61 Luas Areal Pemangkasan ................................................................. 62 Tenaga Pemangkas .......................................................................... 62 Keterampilan Pemangkas................................................................. 63 Alat Pangkas.................................................................................... 63 Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan ....................................... 64 Pengelolaan Sisa Pangkas ............................................................... 64 Tinggi Pangkasan ............................................................................ 65
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 67 Kesimpulan .................................................................................... 67 Saran .............................................................................................. 68
viii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 69
LAMPIRAN .......................................................................................... 71
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari Medini .......................... 16
2. Produksi serta Produktivitas Teh Basah dan Kering di PT
Rumpun Sari Medini ...........................................................
17
3. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja PT Rumpun Sari
Medini pada Tahun 2011 .........................................................
19
4. Gilir Pangkas di Perkebunan Medini pada Tahun 2010-2011 ... 30
5. Realisasi Waktu dan Luas Pangkasan di Perkebunan Medini
Tahun 2010 .........................................................................
30
6. Realisasi Luas Areal Pemangkasan di Perkebunan Medini
Tahun 2006-2010 ................................................................
31
7. Kapasitas Tenaga Pangkas di Dua Blok Perkebunan Medini
Tahun 2011 ...........................................................................
32
8. Persentase Kerusakan Cabang Pangkasan Berdasarkan Usia
Tenaga Pangkas .......................................................................
33
9. Komposisi Pucuk Hasil Analisa Petik di Perkebunan Medini ... 40
10. Rata-rata Analisa Pucuk di Perkebunan Medini Bulan
Januari-Mei 2011 ...................................................................
40
11. Produksi Teh Perkebunan Medini Berdasarkan Analisa
Kering dan Basah Tahun 2006-2010 ......................................
41
12. Bobot Pengepakan Teh di Perkebunan Medini Berdasarkan
Mutu Teh ................................................................................
51
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pelaksanaan Pengendalian Gulma Secara Kimia (A),
Pengendalian Gulma Secara Manual (B) .................................
22
2. Proses Pengendalian Hama dan Penyakit di Perkebunan
Medini ....................................................................................
25
3. Produktivitas Basah Berdasarkan Umur Pemangkasan .......... 28
4. Pangkasan Bersih ................................................................... 28
5. Pangkasan Setengah Bersih (Pangkasan di Kebun) ................. 29
6. Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan di Blok 4 .............. 33
7. Pelaksanaan Pemetikan Jendangan (A), Jidar Salib
Jendangan (B).........................................................................
35
8. Pelaksanaan Pemetikan Produksi ............................................ 36
9. Proses Penimbangan Pucuk di Kebun .................................... 39
10. Kegiatan Rawat Pucuk ............................................................ 42
11. Alat Pelayuan Rotary Panner Tampak Depan (A), Tampak
Belakang (B) ..........................................................................
43
12. Proses Penggulungan dengan Mesin Jackson Roller ............... 45
13. Mesin Pengeringan Awal yaitu Belong Tampak Samping
(A), Tampak Depan (B) ........................................................
45
14. Mesin Pengeringan Akhir Rotary Dryer (A), Ball Tea (B).. 47
15. Mesin Sortasi Awal Leaf Sifter (Layer 4) ............................... 48
16. Mesin Sortasi Stalk Extractor (Layer 3) ................................. 49
17. Mesin Sortasi Stalk Separator ................................................. 49
18. Proses Sortasi Manual ............................................................ 50
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian
Lepas ......................................................................................
72
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping
Mandor ...................................................................................
73
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping
Asisten ...................................................................................
75
4. Peta Lokasi Perkebunan Medini .............................................. 77
5. Peta Lokasi Kebun Kaligintung .............................................. 78
6. Data Curah Hujan Perkebunan Medini Tahun 2001-2010 ....... 79
7. Struktur Organisasi Perkebunan Medini .................................. 80
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman teh masuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1684, berupa
biji teh dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan
ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta (Setyamidjaja, 2000). Tanaman teh
berasal dari wilayah perbatasan negara-negara Cina Selatan, Laos Barat Laut,
Muangthai Utara, Burm Timur dan India Timur Laut yang merupakan vegetasi
hutan peralihan tropis dan subtropis (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Teh di Indonesia dihasilkan oleh tiga jenis perkebunan yaitu perkebunan
besar negara, perkebunan besar swasta, dan perkebunan rakyat. Berdasarkan data
sementara Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2010 luas areal produktif
perkebunan teh di Indonesia yakni sebesar 124 573 ha dengan produksi 150 342
ton. Produktivitas teh di Indonesia mencapai sekitar 1 206.85 kg/ha/tahun. Luas
areal perkebunan teh diperkirakan menurun menjadi 123 554 ha dengan total
produksi 153 175 ton, sedangkan produktivitasnya mencapai 1 239.7 kg/ha/tahun
pada tahun 2011 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).
Tanaman teh merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki
arti penting dalam perekonomian Indonesia. Teh (Camellia sinensis (L.) O.
Kuntze) merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang telah dikenal
sejak lama dan merupakan salah satu sumber devisa penting dari sub sektor
perkebunan (Setyamidjaja, 2000). Indonesia merupakan pamungkas dari produsen
terbesar secara berturut-turut, yaitu Cina, India, Kenya, Srilanka, Vietnam, dan
Turki (FAO, 2008).
Tahun 2008, volume ekspor teh Indonesia mencapai sekitar 96 209 ton.
Volume ekspor pada tahun 2009 mencapai 92 305 ton, dan volume impornya
sebanyak 7 168 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Merosotnya
pertumbuhan ekspor teh Indonesia disebabkan beberapa faktor, yaitu komposisi
produk teh yang diekspor Indonesia kurang mengikuti kebutuhan pasar, negara-
negara tujuan ekspor teh Indonesia kurang ditujukan ke negara-negara pengimpor
teh, yang memiliki pertumbuhan impor teh tinggi dan daya saing teh Indonesia di
pasar teh dunia masih lemah (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2011).
2
Penurunan ekspor teh disebabkan oleh menurunnya produktivitas teh di
Indonesia dan daya saing di pasar teh dunia. Meningkatkan produktivitas dan daya
saing perlu dilakukan perbaikan mutu teh, sektor yang mempengaruhi
peningkatan produksi dan perbaikan mutu teh adalah budidaya dan pengolahan di
kebun. Budidaya yang kurang baik dapat mengakibatkan produksi menurun, salah
satu aspek budidaya yang mempengaruhi produksi teh adalah pemangkasan.
Menurut Dalimoenthe dan Johan (2009) secara fisiologi cabang atau ranting akan
makin tua sehinga perkembangan pertumbuhan akan beralih dari fase vegetatif ke
fase generatif, pembentukan tunas atau pucuk baru akan berkurang karena
sabagian energi yang ada dipakai untuk pembentukan buah dan bunga. Karena itu
pemangkasan secara periodik selain diperlukan untuk mempertahankan tinggi
bidang petik yang dapat dijangkau dengan mudah, diperlukan pula untuk
mempermuda cabang-cabang sehingga bertahan pada fase vegetatif.
Pemangkasan adalah salah satu kegiatan dalam tindakan kultur teknis
tanaman teh untuk mencapai produksi pucuk yang tinggi sehingga dalam memilih
tipe pangkasan harus tepat, jika tidak maka tujuan dari pemangkasan yang
diharapkan tidak akan tercapai (Johan, 2006). Menurut Setyamidjaja (2000)
pemangkasan merupakan salah satu kegiatan budidaya dalam pemeliharaan teh
menjadi perdu, agar teh dapat dipetik dengan mudah, cepat, dan efisian sehingga
diperoleh jumlah pucuk yang banyak. Kegiatan ini bertujuan membentuk bidang
petik seluas mungkin dan merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru sehingga
mampu menghasilkan pucuk dalam jumlah besar.
Kegiatan pemangkasan merupakan salah sutu kegiatan yang penting bagi
pengelolaan perkebunan teh. Pengelolaan pemangkasan yang tidak baik akan
mengakibatkan kerusakan atau kematian pada tanaman teh. Keberhasilan
pemangkasan teh ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah : jenis
pemangkasan, waktu pemangkasan, daur pangkas, dan tenaga pangkas.
Tujuan
Kegiatan magang mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum kegiatan magang adalah meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
mahasiswa di lapangan kerja, baik yang menyangkut aspek teknis maupun
3
manajerial sehingga dapat mengetahui, memahami, dan memecahkan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan, khususnya di perkebunan
dalam rangka mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia kerja. Tujuan khusus dari
magang adalah mempelajari dan menganalisis pemangkasan tanaman teh.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Teh
Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal
dalam peradaban dunia. Tanaman teh dikenalkan oleh O. Kuntze. Tanaman teh
spesies Camellia sinensis, dikenal beberapa varietas yang penting, seperti varietas
Cina, Assam, Cambodia, dan hibrida-hibridanya (Setyamidjaja, 2000).
Secara umum tanaman teh berakar dangkal, terhadap keadaan fisik tanah,
dan cukup sulit untuk menembus lapisan tanah. Perakaran utamanya berkembang
pada lapisan tanah sedalam 0-20 cm, yang merupakan tempat utama
berakumulasinya unsur-unsur hara tanaman. Daun tanaman teh berwarna hijau,
bebentuk lonjong, ujungnya runcing, dan tepinya bergerigi. Daun-daun muda
yang mulai tumbuh setelah pemangkasan lebih besar daripada daun-daun yang
berbentuk sesudahnya. Daun tua bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya
berkilat dan berwarna hijau kelam (Setyamidjaja, 2000).
Menurut Setiawati dan Nasikun (1991) tanaman teh mempunyai batang,
daun, akar, bunga, dan buah. Tanaman teh mempunyai batang yang tegak dan
keras. Teh mempunyai daun yang bergerigi dengan tulang daun menyirip dari tepi
dan berpangkal pada ujung daun yang runcing. Pohon teh mempunyai akar yang
cukup panjang, masuk jauh ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang.
Bunga teh dapat tumbuh di ketiak daun, di cabang-cabang, atau di ujung batang.
Pada umumnya buah teh mempunyai tiga butir biji meskipun tidak jarang
dijumpai buah yang berbiji dua atau tunggal. Biji-biji yang masih muda berwarna
putih dan berwarna cokelat tua bila sudah tua.
Perkembangan bunga tanaman teh mengikuti tahap pertumbuhan daun.
Bunga tanaman teh sebagian besar self steril, dan biji yang berasal dari bunga
yang menyerbuk sendiri. Bunga teh merupakan bunga sempurna mempunyai putik
dengan 5-7 mahkota. Daun bunga berjumlah sama dengan mahkotanya, berwarna
putih, halus dan berlilin. Daun bunga berbentuk lonjong cekung. Tangkai sari
panjang dan benang sari kuning bersel kembar, menonjol 2-3 mm ke atas
(Setyamidjaja, 2000).
5
Buah yang masih muda berwarna hijau, bersel tiga, dan berdinding tebal.
Mula-mula berkilap tetapi semakin tua bertambah suram dan kasar. Bijinya
berwarna cokelat beruang tiga, berkulit tipis. Berbentuk bundar di satu sisi dan
datar di sisi lain. Bijinya berbelah dua dengan kotiledon besar yang jika dibelah
akan secara jelas memperlihatkan embrio tunas (Setyamidjaja, 2000).
Ekofisiologi Teh
Tanaman teh berasal dari daerah subtropis yang kemudian menyebar ke
berbagai bagian dunia. Penanamnya di Indonesia yang beriklim tropis agar dapat
tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman teh menghendaki persyaratan iklim dan
tanah yang sesuai dengan keperluan pertumbuhanya. Daerah pertanaman teh yang
lebih cocok di Indonesia adalah daerah pegunungan. Faktor iklim yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan teh adalah curah hujan, suhu udara, tinggi
tempat, sinar matahari, dan angin (Setyamidjaja, 2000).
Tanaman teh menghendaki daerah pertanaman yang sejuk dan lembab.
Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan, oleh karena itu memerlukan daerah
yang mempunyai curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun.
Curah hujan yang diperlukan setiap tahunnya adalah 2 000 mm-2 500 mm,
dengan jumlah hujan pada musim kemarau tidak kurang dari 100 mm. Curah
hujan yang kurang dari batas minimum akan mengakibatkan penurunan produksi
(Setyamidjaja, 2000).
Tanaman teh di Indonesia hanya ditanam di dataran tinggi. Daerah
pertanaman ini umumnya terletak pada ketinggian lebih dari 400->1 200 m dpl.
Di Indonesia daerah pertanaman teh dapat dibagi menjadi tiga daerah berdasarkan
ketinggian tempatnya :
a. Daerah dataran rendah : 400-800 m dpl dengan suhu mencapai
230C-24
0C
b. Daerah dataran sedang : 800-1200 m dpl dengan suhu mencapai
210 C-22
0C
c. Daerah dataran tinggi : diatas 1200 m dpl dengan suhu mencapai
180C-19
0 C
6
Perbedaan ketinggian tempat yang menyebabkan perbedaan suhu
mempengaruhi sifat pertumbuhan perdu teh. Karena perbedaan sifat
pertumbuahan tersebut, maka terdapat perbedaan mutu teh. Teh produksi dataran
tinggi mempunyai aroma yang lebih baik daripada teh produksi dataran rendah
(Setyamidjaja, 2000).
Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh,
makin banyak sinar matahari makin cepat pertumbuhan, sepanjang curah hujan
mencukupi. Sinar matahari mempengaruhi pula suhu udara, makin banyak sinar
matahari makin tinggi suhu udara, apabila suhu udara mencapai 300C maka
pertumbuhan tanaman teh akan terhambat (Pusat Penelitian Kopi dan Kina, 2006).
Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah
yang cukup subur dengan kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas serta
mempunyai derajat keasaman antara 4.5-6.0, di Indonesia tanah untuk tanaman
teh dapat dibedakan menjadi dua buah yaitu tanah Andosol (di pulau Jawa pada
ketinggian di atas 800 m dpl) dan tanah Podsolik (di Sumatera) (Setyamidjaja,
2000).
Pemangkasan
Pengertian Pemangkasan
Pemangkasan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan ketinggian bidang petik yang memudahkan dalam pekerjaan
pemetikan dan mendapatkan produktivitas tanaman yang tinggi (Asrimelwati,
2008). Selain itu, pemangkasan adalah salah satu kegiatan dalam tindakan kultur
teknis tanamam teh untuk mencapai produksi pucuk yang tinggi sehingga dalam
memilih pemangkasan harus tepat (Johan, 2006). Tujuan pemangkasan adalah
untuk memelihara bidang petik tetap rendah untuk memudahkan pemetikan,
mendorong pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif, membentuk
bidang petik seluas mungkin, merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru,
membuang cabang-cabang yang tidak produktif, dan mengukur fluktasi produksi
harian pada masa flush dan masa minus (Asrimelwati, 2008).
7
Jenis-Jenis Pangkasan
Jenis pangkasan adalah bentuk-bentuk pangkasan yang dilakukan pada
tanaman teh. Tipe pemangkasan memberikan ciri secara kualitatif kepada suatu
jenis pemangkasan tentang daun-daun tua yang tersisa di perdu teh setelah
pemangkasan selesai (Sukasman, 1988). Dilaksanakan pemangkasan tersebut akan
terbentuk bidang petik sesuai yang diharapkan, yang akan menunjang
terbentuknya kerangka dasar percabangan yang cukup rendah sehingga perdu teh
memiliki bentuk yang baik sekali (Setyamidjaja, 2000).
Jenis pangkasan yang sering digunakan oleh perkebunan adalah pangkasan
kepris dan pangkasan jambul. Pangkasan kepris adalah pangkasan dengan bidang
pangkas rata seperti meja tanpa melakukan pembersihan atau pembuangan
ranting. Pangkasan kepris dilakukan pada ketinggian 60 sampai 70 cm dari
permukaan tanah. Pangkasan jambul adalah pangkasan bersih dengan
meninggalkan satu sampai dengan dua cabang di bagian perdu (Asrimelwati,
2008).
Pangkasan leher akar dilakukan untuk meremajakan kebun sacara cepat.
Pangkasan ini biasanya dilakukan pada perdu yang kerangka dasar
percabangannya telah rusak karena adanya gangguan dari tanaman lain. Pada
pangkasan leher akar batang pokok dipotong pada ketinggian 10 cm (pada leher
akar atau di bawah bekas pangkasan indungnya) (Setyamidjaja, 2000). Pangkasan
leher akar digunakan untuk memperbaiki kerangka tanaman yang rusak, dalam
pelaksanaan replanting rejuvinasi kebun (Pusat Penelitian Kopi dan Kina, 2006).
Kriteria dan Waktu Pemangkasan
Kriteria penentuan saat pangkas berguna untuk mengetahui saat pangkas
yang tepat. Faktor- faktor yang harus diperhatikan untuk menentukan kebun layak
untuk dipangkas adalah gilir pangkas, ketinggian bidang petik tanaman,
persentase pucuk burung, dan tingkat produksi tahun lalu (Setyamidjaja, 2000).
Waktu pemangkasan ialah waktu yang tepat untuk pelaksanaan
pemangkasan sehingga diperoleh hasil pangkasan yang optimal. Menentukan
waktu yang tepat untuk melaksanakan pemangkasan perlu diperhatikan kondisi
8
tanaman, karena kondisi atau kesehatan tanaman sangat dipengaruhi oleh
kandungan pati dalam akar, bila kadar pati kurang dari 12 %, pemangkasan dapat
mengakibatkan tanaman merana bahkan mati (Setyamidjaja, 2000). Pemangkasan
dapat dilaksanakan pada waktu tanaman sehat, yang ditandai dengan produksi
pucuk sedang banyak, cadangan pati pada akar cukup banyak, dan didukung oleh
faktor lingkungan yang optimum. Secara umum waktu pemangkasan dapat
dilaksanakan pada bulan Maret-Juni dan bulan Oktober-November (Suwardi,
1991).
Peralatan Pemangkasan
Alat pangkas yang digunakan untuk pemangkasan harus tajam supaya
tidak merusak cabang yang di pangkas. Menurut Wachjar (2004) pemangkasan
secara manual menggunakan alat pangkas berupa gergaji pangkas dan gaet.
Gergaji pangkas digunakan apabila tinggi pangkasan 55 cm, sedangkan untuk
tinggi pangkasan > 55 cm menggunakan gaet. Hartopo (2005) menyatakan bahwa
Perkebunan Bedakah alat pangkas yang digunakan berupa sabit pangkas. Sabit
yang digunakan harus tajam supaya tidak merusak batang/cabang/ranting yang
dipangkas karena dapat menghambat pertumbuhan tunas baru.
Gilir Pangkas
Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu
dengan pangkasan berikutnya dan biasanya dinyatakan dalam tahun pada blok
yang sama. Panjang pendek daur pangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain : tinggi rendahnya letak kebun dari permukaan laut, sistem petik,
kesuburan tanah, tinggi pangkasan sebelumnya (Pusat Penelitian Teh dan Kina,
2006). Menurut Suwardi (1991) pemangkasan merupakan salah satu faktor teknis
yang berpengaruh terhadap produksi. Pengertian efesiensi teknis maka penentuan
daur pangkas yang optimal ditentukan oleh produktivitas rata-rata yang paling
tinggi.
METODOLOGI
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari
Medini, Kendal Jawa Tengah selama empat bulan mulai 14 Februari sampai 14
Juni 2011.
Metode Pelaksanaan
Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan kegiatan yang telah
ditetapkan oleh kebun baik aspek teknis di lapangan maupun aspek manajerial.
Pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari karyawan harian lepas (KHL),
pendamping mandor sampai pendamping asisten afdeling.
Pada bulan pertama dilaksankan kegiatan menjadi KHL. Kegiatan yang
dilaksanakan saat menjadi KHL adalah kegiatan yang sudah ditetapkan oleh
kebun, seperti pemupukan, pengendalian gulma, pemangkasan, pengendalian
hama dan penyakit, dan pemetikan. Data-data yang didapat pada saat menjadi
KHL adalah prestasi kerja, jumlah tenaga kerja, dosis lapang pemupukan, dan
dosis rekomendasi pemupukan. Jurnal kegiatan selama menjadi karyawan harian
lepas dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pada bulan kedua dilaksanakan kegiatan sebagai pendamping mandor.
Pekerjaan yang dilaksanakan adalah mengawasi dan mengkoordinir pekerjaan
karyawan, menghitung biaya operasional yang dipakai dalam setiap kegiatan
yang akan dilakukan, dan membuat jurnal kegiatan. Jurnal kegiatan selama
menjadi pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2.
Pada bulan ketiga dan keempat dilaksanakan kegiatan sebagai asisten
tanaman. Pekerjaan yang dilakukan adalah membantu mengelola dan mengawasi
tenaga kerja, menganalisa setiap kegiatan yang dilakukan di tingkat kebun. Jurnal
kegiatan selama menjadi pendamping asisten tanaman dapat dilihat pada
Lampiran 3. Selama empat bulan kegiatan magang, aspek khusus yang diamati
adalah proses pemangkasan teh.
10
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan pada saat magang adalah metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode tidak langsung untuk mendapatkan
data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen kebun, arsip
kebun dan studi pustaka. Data yang diperoleh mengenai keadaaan umum
perusahaan, letak geografis, keadaan tanah dan produksi, luas areal, organisasi
dan manajemen, peta lokasi, data produksi, dan data pemangkasan per tahun
selama lima tahun terbaru.
Metode langsung untuk memperoleh data primer dilaksanakan dengan cara
melakukan pengamatan dan bekerja langsung di lapangan serta dengan cara
wawancara. Data yang diambil di lapang dilaksanakan pengamatan yang
difokuskan pada kegiatan pemangkasan. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman
contoh yang diambil secara acak pada blok yang dilakukan pemangkasan di
perkebunan teh. Ulangan pengamatan dilakukan sebanyak lima kali. Ulangan
yang digunakan adalah hari pelaksanaan pemangkasan untuk semua variabel
pengamatan, sedangkan untuk pertumbuhan pucuk burung yang menjadi ulangan
adalah jumlah perdu teh yang diamati.
Beberapa variabel yang diamati dalam kegiatan magang dengan aspek
pemangkasan adalah sebagai berikut :
Pengamatan sebelum pemangkasan
1. Tinggi Bidang Petik
Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi dari permukaan tanah
sampai ke permukaan bidang petik
2. Diameter Bidang Petik (DBP)
Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter bidang petik ke dua
arah, yaitu dari Timur-Barat dan Utara-Selatan pada masing-masing
tanaman contoh kemudian diambil rata-rata keduanya dengan
menggunakan rumus :
DBP = diameter Utara −Selatan + diameter ( Timur −Barat )
2
11
3. Persentase Pucuk Burung
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah pucuk burung dan
pucuk peko pada tanaman yang akan di pangkas. Pengamatan ini dengan
menggunakan lingkaran dengan diameter 75 cm kemudian dihitung
persentase pucuk dengan rumus :
Persen pucuk burung = jumlah pucuk burung
jumlah pucuk (burung+peko) x 100%
Pengamatan saat pemangkasan
1. Tinggi Pangkasan
Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi pangkasan mulai dari
permukaan tanah sampai luka bekas pangkasan pada tanaman contoh yang
telah dipangkas.
2. Diameter Bidang Pangkas (DBP)
Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter bidang pangkas kedua
arah yaitu Timur-Barat dan Utara-Selatan dari masing-masing tanaman
contoh dan diambil rata-rata keduanya dengan menggunakan rumus:
DBP = diameter (Utara-Selatan ) + diameter (Timur – Barat)
2
3. Persentase Kerusakan Akibat Pangkasan
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah cabang yang rusak atau
pecah akibat penggunaan alat pangkas pada setiap tanaman contoh,
persentase kerusakan dihitung dengan rumus :
% kerusakan = Jumlah bekas luka pangkasan yang rusak/pecah x 100%
Jumlah bekas luka pangkasan seluruhnya
4. Bobot Brangkasan
Pengamatan dilakukan dengan menimbang brangkasan yang dihasilkan
tanaman contoh.
5. Luas Areal Pangkasan
Pengamatan dilakukan berdasarkan luas areal yang dipangkas secara riil.
Pengamatan ini bertujuan untuk membandingkan antara rencana dan
12
realisasi luas areal yang dipangkas dalam satu tahun. Secara umum luas
areal pangkasan per tahun dapat dihitung dengan :
Luas areal pangkasan = luas areal TM
gilir pangka s
6. Tenaga Kerja
Pengamatan dilaksanakan dengan cara menghitung berdasarkan jumlah
tenaga pangkas sacara riil di kebun pada saat pemangkasan.
Jumlah tenaga pemangkas = Luas Area Pangkasan ha
HKE 1 bulan ×Kapasitas Standar
Keterangan : HKE = Hari Kerja Efektif (hari)
Kapasitas Standar = kemampuan yang harus dicapai oleh
seorang pemangkas.
7. Jenis pangkasan
Pengamatan dilakukan pada waktu pemangkasan dengan cara melihat
langsung maupun melalui wawancara dengan mandor.
8. Komposisi batang
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung komposisi batang setelah
dilakukan pemangkasan. Cara menghitung komposisi batang, yaitu dengan
menghitung jumlah batang yang berdiameter <2 cm dan >2 cm pada
tanaman contoh.
Pengamatan setelah pemangkasan
1. Pertumbuhan Tunas Baru setelah Pemangkasan
Pengamatan dilakukan dengan melihat pertumbuhan tunas baru berumur
dua minggu setelah pemangkasan dan pengamatan dilakukan selama enam
minggu. Pertumbuhan tunas diamati dengan mengukur tinggi tunas dari
pangkal tunas sampai titik tumbuh, pengamatan dilakukan dari dua
minggu setelah pangkas sampai delapan minggu setelah pangkas. Tunas
yang diamati sebanyak lima tunas per tanaman. Tanaman yang diambil
contoh sebanyak 5 tanaman.
13
Analisis data
Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisa secara kuantitatif
dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu diuraikan secara
deskriptif dengan menbandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada
perkebunan. Menggunakan perhitungan matematis sederhana (rata-rata dan
persentase) selain itu pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Uji T-
student pada taraf 0.05 yaitu dengan membandingkan data yang diperoleh di
lapang dengan. Uji T-student digunakan untuk membandingkan keterampilan
pemangkas berdasarkan usia pemangkas.
14
KEADAAN UMUM
Sejarah Kebun
Perkebunan Teh Rumpun Sari Medini dahulu merupakan perkebunan kina
dan kopi milik NV Culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun
Teh Medini menjadi tidak terawat dan rusak. Oleh karena itu, perkebunan tersebut
diganti dengan tanaman pangan. Pada tahun 1958, tanaman pangan tersebut
diganti dengan komoditi teh karena dianggap kurang menguntungkan. Pada tahun
1961 kebun ini dijual oleh pemiliknya kepada NV Kencana Wati Corporate.
Tahun 1980 PT Rumpun dipecah menjadi dua, yaitu PT Rumpun Teh dan
PT Rumpun Antan (aneka tanaman) yang keduanya berpusat di Semarang. PT
Rumpun Terdiri atas : Kebun Teh Medini, Boja, Kendal, Kebun Teh Kemuning,
Surakarta dan Kebun Kopi Kaligintung, Temanggung. Berdasarkan surat direksi
PT Rumpun Teh, SK nomor DIR/04/3/II/A/1984 tanggal 17 Maret 1984, Medini
bergabung dengan Kaligintung. Kebun Teh Medini dan Kebun Teh Kaligintung
menjadi bagian dari Kebun Medini mulai tanggal 1 Januari 1989 dengan SK
nomor DIR/kep/29/teh/12/1989. Yayasan Rumpun Diponegoro, PT Astra Agro
Lestari dan PT Rumpun mengadakan kerjasama dalam mengelola Kebun Medini,
sehingga pada bulan Februari 1990 berdirilah PT Rumpun Sari Medini (RSM)
yang merupakan anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk.
Pada tahun 2004, PT Astra Agro Lestari Tbk menjual seluruh kebun selain
komoditi kelapa sawit. Pada tahun 2004 Kebun Teh Rumpun Sari Medini beralih
menjadi anak perusahaan PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (PT SATS).
Letak Geografis dan Administrasi
PT Rumpun Sari Medini terbagi menjadi dua kebun yaitu Kebun Medini
dan Kebun Kaligintung. Perkebunan Medini terletak di lereng Gunung Ungaran,
yaitu di Desa Ngesrep Balong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal,
Provinsi Jawa Tengah. Perkebunan ini berjarak 11 km dari Boja ke arah Timur, 40
km dari Kota Semarang ke arah Selatan dan 60 km dari Kota Kendal ke arah
Timur. Lahan Perkebunan Medini berada pada ketinggian 950-1 775 m di atas
15
permukaan laut (dpl). Batas-batas Perkebunan Medini adalah sebagai berikut :
sebelah Utara Kelurahan Ngesrep Balong, sebelah Selatan Lereng Gunung
Ungaran, sebelah Barat Kecamatan Limbangan, dan sebelah Timur Lereng
Gunung Glimut.
Lokasi Kebun Kaligintung (Afdeling OC) terletak di Desa Kalisari terpisah
dari Kebun Medini. Kebun Kaligintung berada dalam ketinggian 1 200 m dpl.
Batas–batas Kebun Kaligintung sebagai berikut : sebelah Utara Desa Duren,
sebelah Selatan Desa Kaloran, sebelah Barat Desa Tlogo Pucang, dan sebelah
Timur Desa Kemitir.
Di lingkungan Perkebunan Medini terdapat tiga dusun, yaitu dua dusun
implasemen (Dusun Medini dan Dusun Candi Promasan) dan dusun asli penduduk
kampung yaitu Dusun Gunungsari. Kantor pelaksanaan dan pabrik pengolahan teh
Perkebunan Medini berada di dalam lokasi Kebun. Untuk mengetahui lebih jelas
lokasi perkebunan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.
Keadaan Iklim dan Tanah
Perkebunan Medini berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth–Ferguson
merupakan tipe iklim B (basah) dengan suhu rata–rata 260C dan kelembaban
berkisar 92 %. Rata–rata curah hujan selama 10 tahun terakhir adalah 4 060
mm/tahum dengan 191 hari hujan/tahun, rata-rata bulan basah 8.8 dan bulan
kering 2.8 bulan. Data curah hujan dan hari hujan di Perkebunan Medini dapat
dilihat pada Lampiran 6.
Jenis tanah di Perkebunan Medini yaitu Andosol, sebagian Regosol, dan
Latosol dengan pH tanah 6.7, topografi lahan perkebunan sangat bervariasi yaitu
berkisar 15–70 % merupakan lahan perbukitan bergelombang yang curam.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Pada tahun 2010 PT Rumpun Sari Medini mempunyai luas keseluruhan
534.91 ha dengan lahan efektif 466.67 ha, sedangkan lahan non efektif seluas
68.24 ha terletak Kebun Medini dan kebun Kaligintung. Luas areal efektif pada
Kebun Medini yang merupakan lahan produktif tanaman teh seluas 286.32 ha
16
sedangkan seluas 54.93 ha merupakan lahan cadangan/konservasi. Di Kebun
Kaligintung luas areal produktif yang menghasilkan tanaman teh seluas 23 ha
sedangkan 102.42 ha merupakan lahan konservasi, TBM dan tanaman lainya
(Albazia, Durian, Petai, Jati). Tata guna lahan di PT Rumpun Sari Medini dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tata Guna Lahan PT Rumpun Sari Medini Tahun 2010
Uraian Afdeling A Afdeling B Afdeling C Total
……………………………(ha)……………………………
Teh (TM) 115.78 170.54 23.00 309.32
TBM I - - 7.00 7.00
TBM II - - 4.68 4.68
Budidaya tanaman
lain - - 47.79 47.79
Areal Cadangan 36.82 18.11 42.95 97.88
Sub Total Lahan
Efektif 152.60 188.65 125.42 466.67
Jalan 12.71 7.52 3.52 23.75
Sungai 13.77 3.20 16.10 33.07
Emplasemenn 6.37 2.00 3.05 11.42
Sub Total Lahan
Non Efektif 32.85 12.72 22.67 68.24
Total 185.45 201.37 148.09 534.91 Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011
Kedaan Tanaman dan Produksi
Tanaman teh yang dibudidayakan di Perkebunan Medini tanaman asal stek
(klonal). Klon yang dibudidayakan adalah TRI 2024, TRI 2025, CIN 143 dan
Gambung. Klon yang paling banyak ditanam adalah Klon TRI 2025. Jarak tanam
yang digunakan adalah 120 x 60 cm dengan populasi 13 888 tanaman/ha, tetapi
populasi rata–rata Perkebunan Medini 9 162 tanaman/ha. Hal ini disebabkan
karena banyak lahan yang tidak bisa ditanami dikarenakan lahan berbatu dan
kondisi lahan curam,
Perkebunan Medini rata-rata produksi basah selama lima tahun terakhir
adalah 2 934 355 kg teh basah/tahun dengan produktivitas 9 487 kg teh
basah/ha/tahun. Produksi dan produktivitas teh kering yang dihasilkan
Perkebunan Medini selama lima tahun terakhir adalah 644 172 kg teh
17
kering/tahun dan 2 133 kg teh kering/ha/tahun, produktivitas teh Perkebunan
Medini masih lebih besar daripada produktivitas Perkebunan Swasta Nasional
pada tahun 2010 sebesar 1 297.07 kg teh/ha/tahun. Perkembangan produksi dan
produktivitas teh basah maupun teh kering di Perkebunan Medini dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi serta Produksitivitas Teh Basah dan Kering di Perkebunan
Medini Tahun 2006-2010
Tahun Luas areal
TM
Produksi Produktivitas
Basah Kering Basah Kering
…..(ha)….. …………..(kg)…………. …………..(kg/ha)……….
2006 309.32 2 526 209 567 951 8 167 1 836
2007 309.32 3 223 316 725 453 10 421 2 345
2008 309.32 3 034 394 682 967 9 810 2 208
2009 309.32 2 865 524 644 172 9 264 2 082
2010 309.32 3 022 332 679 213 9 771 2 196
Rata-rata 2 934 355 659 971 9 487 2 133 Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Perkebunan Medini, PT Rumpun Sari Medini dipimpin langsung oleh
seorang Administratur yang diangkat melalui dewan direksi dan bertanggung
jawab langsung kepada Dewan Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa. Seorang
Administratur dibantu olah bagian tanaman, bagian administrasi, bagian pabrik
dan teknik. Administratur merupakan jabatan tertinggi dalam perkebunan Medini
yang bertugas mengkoordinir semua lini (kepala tata usaha, kepala tanaman,
kepala pabrik, dan kepala teknik) sebagai mediator Head Office (HO), mengelola
kebun dan membuat kebijakan–kebijakan yang berhubungan dengan kebun, serta
melakukan pengawasan dan pembinaan untuk menjamin berlangsunganya proses
produksi.
Bagian tanaman dipimpin oleh Asisten tanaman yang bertugas mengatur
dan mengkoordinasi segala kegiatan yang ada di kebun. Asisten tanaman dibantu
langsung oleh mandor-mandor tanaman dan krani tanaman. Asisten tanaman
bertanggung jawab atas semua kegiatan di kebun dan bertugas mengawasi
operasional lapangan serta membuat kebijakan kebun. Asisten tanaman membuat
18
rencana kerja dan anggaran yang dimasukkan dalam anggaran tahunan dan
bulanan, mengkoordinir dan mengevaluasi pekerjaan mandor.
Bagian administrasi dipimpin oleh kepala tata usaha (KTU) yang
bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi di kantor yang
berhubungan dengan koordinasi kerja dengan administratur, koordinasi dengan
asisten tanaman, dan kepala pabrik tentang Standart Operasional Procedur (SOP)
yang berlaku di perkebunan. KTU membawahi langsung bagian personalia,
bagian keuangan, bagian gudang, dan bagian keamanan.
Bagian pabrik dipimpin oleh kepala pabrik yang bertanggung jawab
langsung kepada administratur. Kepala pabrik bertugas melakukan koordinasi
seluruh kegiatan produksi di pabrik, yaitu menjamin kelangsungan proses
produksi dan kualitas teh kering yang dihasilkan, serta berkewajiban atas
pemeliharaan infrastruktur pabrik dan bangunan pabrik. Kepala pabrik dibantu
oleh mandor 1 teknik untuk mengkoordinir segala aspek teknis sehingga dapat
membantu kelancaran proses produksi. Untuk melaksanakan tugas kepala pabrik
dibantu oleh mandor teknik, mandor pengolahan, dan krani pabrik. Struktur
organisasi Perkebunan Medini dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tenaga kerja di PT Rumpun Sari Medini terdiri atas karyawan staf
(bulanan HO), karyawan non staf (bulanan lokal), karyawan harian tetap
(KHT/PHT) dan karyawan harian lepas (KHL). Karyawan staf meliputi meliputi
manager (Administratur), asisten tanaman, kepala tata usaha (KTU) dan kepala
pabrik. Karwayan staf mendapatkan kenaikan gaji maupun kenaikan jabatan
berdasarkan keputusan dari Head Office (HO).
Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan lokal, karyawan harian
tetap, dan karyawan harian lepas. Karyawan bulanan terdiri dari krani pabrik dan
tanaman, sebagian mandor rawat dan panen, mandor teknik, sebagian mandor
pengolahan dan krani gudang. Karyawan harian tetap tediri dari sebagian mandor
rawat dan panen, pekerja rawat dan HPT, karyawan dan operator pabrik,
sedangkan karyawan harian lepas berupa karyawan petik, rawat dan sebagian
operator pabrik.
19
Sistem bulanan HO digaji langsung oleh direksi PT Sumber Abadi
Tirtasentosa, sedangkan untuk sistem pengajian selain bulanan HO digaji oleh
kebun. Besarnya gaji untuk karyawan harian lepas berdasarkan prestasi kerja yang
diperoleh dan telah disesuaikan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK),
sedangkan untuk karyawan KHT pengajianya didasarkan pada UMK dan
ditentukan sesuai hari kerja efektif dalam satu bulan ditambah hak sosial.
Karyawan harian tetap, bulanan, karyawan staf mendapatkan jaminan
sosial yang meliputi pengobatan, cuti tahunan 12 hari kerja/tahun, cuti panjang 5
tahunan, jamsostek, perumahan, tunjangan hari raya dan perkawinan, sedangkan
karyawan harian lepas tidak mendapatkan jaminan sosial. Pembagian gaji untuk
karyawan dilakukan setiap bulan yaitu maksimal tanggal 5, kecuali untuk
karyawan harian lepas pemetikan pembayaran gaji dilakukan dua kali dalam satu
bulan yaitu tanggal 5 dan 20. Jumlah karyawan di PT Rumpun Sari Medini adalah
506 dengan luas areal sebesar 466.67, indeks tenga kerja yang dapat dicapai
sebesar 1.08 orang/ha. Jumlah dan komposisi tenaga kerja di PT Rumpun Sari
Medini pada tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja di PT Rumpun Sari Medini pada
Tahun 2011
Bagian Staf Bulanan
Lokal
Pekerja
Harian Tetap
Buruh Harian
Lepas
Total
………………………….(orang)…………………………….
Adm. Umum 2 7 8 8 25
Kebun 2 8 10 388 408
Pabrik 1 8 31 25 65
Teknik - 2 2 4 8
Total 5 25 51 425 506 Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pengendalian Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan
karena kemampuannya dapat bersaing dengan tanaman pokok. Pengendalian
gulma bertujuan menekan pertumbuhan gulma serendah mungkin melalui
pemilihan pengendalian gulma yang tepat.
Gulma yang dominan di Perkebunan Medini adalah Impatiens plalypetata
(pacar banyu), Boreria alata (ketoprakan), Clibadium surinamense (krinyu),
Clydemia hirta (cata’an), Melastoma malabraticum (senganen), Ageratum
conyzoides (babadotan), Commelina difusa (tali said), Gleicenia linearis (pakis
andan), Setaria plicata (coe’an), dan Emilia sonchifolia (jawaroro).
Sistem pengendalian gulma yang dilakukan di Perkebunan Medini adalah
secara kimiawi dan manual. Baik pengendalian gulma secara kimiawi maupun
manual dilakukan dua kali setahun. Pelaksanaan pengendalian disesuaikan dengan
kondisi lapangan yaitu berdasarkan kerapatan gulma ketinggian gulma dan jenis
gulma.
Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan cara dibabat dan
didongkel. Pembabatan dilakukan dengan membabat semua gulma yang berada di
bawah perdu teh. Dongkel Anak Kayu (DAK) dilakukan dengan mendongkel
gulma berkayu sampai ke akar-akarnya sehingga memperkecil kemungkinan
untuk tumbuh kembali. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma secara
manual adalah sabit atau dicabut langsung dengan kedua tangan. Gulma setelah
dibabat atau didongkel diletakkan di atas bidang petik supaya kering dan tidak
tumbuh lagi, selain itu untuk mempermudah pengecekan oleh mandor.
Pekerjaan pengendalian gulma dilakukan oleh KHL dengan sistem harian
yang diawasi oleh mandor rawat. Upah KHL untuk pengendalian gulma manual
adalah Rp. 14 500/HK. Standar yang ditetapkan kebun untuk pengendalian
manual 0.2 ha/HK (5 patok/HK), akan tetapi prestasi pekerja di lapangan 0.076
ha/HK (2 patok/HK). Hal ini dikarenakan kerapatan gulma sangat tinggi. Penulis
21
melaksankan pengendalian manual selama dua hari dengan prestasi kerja 0.04
ha/HK (2 patok /HK).
Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia (herbisida). Herbisida yang digunakan di Perkebunan Medini adalah
herbisida sistemik berbahan aktif Glifosat. Dosis yang digunakan di lapangan 1.5
l/ha dengan konsentrasi 5-7 ml/l air. Alat yang digunakan untuk pengendalian
adalah knapsack sprayer dengan kapasitas 15 l air, nozzle yang digunakan
berwarna merah, kuning, biru dan hitam. Alat bantu yang digunakan adalah
dirigen plastik 20 l, gelas ukur, dan perlengkapan keselamatan kerja.
Herbisida dan air dicampur dipinggir areal kebun lalu dimasukkan ke
dalam knapsack sprayer, alat digendong dan memompa sebanyak 10 kali untuk
mencapai tekanan konstan. Aplikasi herbisida dilakukan dari lokasi yang jauh dari
sumber air menuju lokasi yang dekat dengan sumber air. Pada saat proses
penyemprotan pekerja jalan dua langkah sambil menyemprotkan bahan ke gulma.
Untuk mempertahankan tekanan konstan dilakukan pemompaan setiap dua
langkah sekali. Aplikasi herbisida dilakukan pada saat cuaca cerah, apabila turun
hujan aplikasi dihentikan.
Aplikasi herbisida dilakukan dibawah pengawasan mandor rawat. Luasan
yang dapat dikendalikan dengan satu kali angkatan knapsack sprayer adalah
600 m2
(1.5 patok) dalam waktu 20 menit. Standar pengendalian kimia yang
ditentukan oleh kebun adalah 0.6 ha/HK (15 patok/HK), dengan prestasi kerja
sebesar 0.4 ha/HK. Pengendalian secara kimiawi dilakukan oleh KHL, upah KHL
untuk pengendalian secara kimia sebesar Rp. 15 750/HK. Penulis melaksanakan
pengendalian gulma secara kimia selama dua hari dengan prestasi kerja
0.14 ha/HK. Pengendalian gulma secara kimia maupun manual dapat dilihat pada
Gambar 1.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit dapat merusak kualitas dan menurunkan nilai ekonomi
hasil tanaman. Kerugian langsung dapat berupa berkurangnya produksi dan secara
22
tidak langsung berupa kerusakan tanaman. Tujuan pengendalian hama dan
penyakit adalah menekan populasi serangga yang merugikan tanaman.
(A) (B)
Gambar 1. Pelaksanaan Pengendalian Gulma Secara Kimia (A), Pengendalian
Gulma Secara Manual (B)
Sasarannya dari kegiatan ini yaitu dengan tercapainya produktivitas
tanaman dapat tetap optimal sesuai dengan potensinya, menekan kerugian akibat
organisme pengganggu tanaman hingga sekecil mungkin dan meminimalkan
penggunaan pestisida. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit dilaksanakan
bersamaan dengan pemupukan daun yaitu setelah dilakukan pemetikan. Hama dan
penyakit menyerang Perkebunan Medini selama sepanjang musim. Hama yang
menyerang di Perkebunan Medini adalah ulat penggulung daun, Empoasca sp.,
ulat penggulung pucuk, tungau jingga (Myte), kutu hitam, dan ulat pengerek
batang sedangkan penyakit yang menyerang di Perkebunan Medini adalah jamur
akar dan cacar daun teh (blister blight).
Perkebunan Medini menggunakan metode EWS untuk mengetahui tingkat
serangan dan tindakan pengendalian serta keefisienan biaya untuk pengendalian
(penggunaan herbisida). Early Warning Sistem (EWS) dilakukan dari blok ke blok
dan menghitung tingkat serangan hama dan penyakitnya. EWS dilakukan dengan
mengambil tanaman contoh sebanyak 3 tanaman setiap patok sehingga dalam 1 ha
(= 25 patok) terdapat 75 tanaman sampel. Sampel tanaman diambil secara acak
untuk menentukan intensitas serangan, luas serangan dan luas pengendalian.
23
Intensitas serangan = pokok seranagan
total tanaman sampel dalam blok x 100 %
Luas serangan = intensitas serangan x luas blok
Luas pengendalian = luas serangan x 1.38
1.38 = konstanta pengendalian ( luas isolasi )
EWS dilakukan oleh mandor HPT dengan rotasi dua kali dalam satu
bulan. Kriteria tingkat serangan hama di Perkebunan Medini digolongkan menjadi
tiga, yaitu : 0-5 % serangan ringan, 5-10 % serangan sedang, dan > 10 % serangan
berat, sedangkan untuk penyakit: 0-3 % serangan ringan, 3-5 % serangan sedang
dan >5 % serangan berat. Pengendalian hama dan penyakit didahulukan pada
populasi hama ataupun penyakit yang lebih tinggi terutama pada kantong-kantong
serangan.
Hama yang menyerang di Perkebunan Medini pada saat pelaksanaan
magang adalah Empoasca sp dan ulat penggulung. Empoasca sp merupakan hama
utama yang sering menyerang tanaman teh dibandingkan hama yang lain. Hama
ini menyerang pada musim kemarau. Hama Empoasca sp menimbulkan kerugian
baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian langsung berupa rusaknya
daun muda/pucuk, yang mengakibatkan produksi menurun. Gejala awal serangan
Empoasca sp adalah tulang daun berwarna merah sedangkan gejala lebih parah
daun akan kerdil dan keriting. Kerugian tidak langsung akibat serangan hama
pada tanaman menyebabkan kanker cabang. Pengendalian hama Empoasca sp
dilaksanakan secara kimiawi dengan menggunakan insektisida sistemik berbahan
aktif Imidokloprid 50 g/l dan Imidokloprid 200 g/l. Dosis yang digunakan untuk
pengendalian hama ini adalah 0.6 l/ha untuk Imidokloprid 50 g/l dan 0.15 l/ha
untuk berbahan aktif Imidokloprid 200 g/l.
Serangan hama ulat penggulung pucuk dan ulat penggulung daun terjadi
sepanjang tahun, tetapi intensitas serangan tinggi terjadi pada peralihan musim
kemarau dan hujan. Ulat penggulung pucuk menyerang daun pucuk teh yang
mengakibatkan daun menggulung dan pertumbuhan tunas terhambat.
Pengendalian hama ulat penggulung dilakukan secara manual dan kimiawi.
24
Pengendalian manual dilakukan dengan memetik langsung daun yang terserang.
Pengendalian secara kimiawi menggunakan insektisida kimiawi berbahan aktif
Sipermetrin 100 g/l, dosis yang digunakan di lapang 0.25–0.5 l/ha.
Penyakit yang menyerang tanaman teh di Perkebunan Medini adalah cacar
daun (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Serangan
terbesar cacar daun teh terjadi pada musim penghujan, dikarenakan kelembaban
udara tinggi dan intensitas cahaya rendah maka jamur dapat berkembang biak
secara sempurna. Bagian yang diserang adalah daun dan ranting yang masih
muda. Gejala serangan adalah timbul bintik kecil tembus cahaya dengan diameter
± 0.25 mm, kemudian membesar dan menonjol ke bawah permukaan daun dengan
permukaan atas utuh dan membentuk spora pada tonjolan. Lama-kelamaan pusat
bercak berwarna cokelat lalu mengering, setelah mengering bercak dapat terlepas
sehingga daun berlubang. Penyebaran penyakit Blister blight akibat spora yang
diterbangkan oleh angin dan terbawa serangga dan manusia. Pengendalian
penyakit cacar daun dilakukan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan
aktif tembaga oksida 86 % dengan dosis 75–100 g/ha.
Alat yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit adalah motor
pompa (mist blower) dengan kapasitas 12-15 l untuk luasan 1.5 patok/kap
(600 m2). Kegiatan pengendalian dilakukan pada keadaan cuaca cerah dan setelah
pemetikan, supaya bahan aktif bekerja secara optimal dan tidak mempengaruhi
mutu pucuk yang diolah.
Tenaga kerja pengendalian hama dan penyakit tanaman adalah
penyemprot, pengangkut air sekaligus pencampur bahan kimia. Pekerja
pengendalian hama terdiri dari karyawan harian lepas dan karyawan harian tetap
yang diawasi oleh satu mandor HPT. Standar kerja pengendalian hama dan
penyakit yang telah ditentukan oleh kebun sebesar 1.5 ha/HK. Penulis mengikuti
kegiatan pengendalian HPT selama dua hari dengan prestasi kerja 0.36 ha/HK
sedangkan prestasi kerja KHL 0.63 ha/HK. Proses pengendalian hama dan
penyakit di Perkebunan Medini dapat dilihat pada Gambar 2.
25
Gambar 2. Proses Pengendalian Hama dan Penyakit di Perkebunan Medini
Pemupukan
Pemupukan adalah memberikan unsur-unsur hara ke dalam tanah dalam
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan yang dilakukan
supaya efektif dan efisien maka harus dilakukan tepat jenis, tepat dosis, tepat cara,
tepat waktu dan tepat sasaran. Pemupukan di Perkebunan Medini dilakukan
melalui dua cara yaitu melalui daun dan akar. Dosis dan jenis pupuk yang
digunakan mengacu kepada surat rekomendasi dari kantor pusat PT Sumber
Abadi Tirtasentosa.
Pemupukan melalui daun dilakukan setelah pemetikan dan bersamaan
dengan pengendalian hama dan penyakit. Pupuk daun yang digunakan adalah urea
dengan konsentrasi 75 g/15 l air. Pemupukan melalui daun digunakan untuk
mempercepat penyembuhan dari serangan hama/penyakit, dan merangsang
pertumbuhan pucuk. Pekerjaan pemupukan melalui daun dimulai dari pukul 06.00
sampai pukul 13.30 WIB. Aplikasi pupuk daun tergantung cuaca, kalau turun
hujan pemupukan tidak dilakukan dikarenakan pupuk akan tercuci oleh air hujan.
Pemupukan melalui tanah menggunakan Urea, MOP dan Rock Phosphate.
Pemupukan pada Bulan Februari menggunakan Urea dan MOP. Dosis yang
digunakan 100 kg/ha untuk Urea dan 50 kg/ha untuk MOP. Pemupukan kedua
dilaksanakan pada Bulan April, pupuk yang digunakan adalah Urea dan Rock
Phosphate. Dosis yang digunakan 100 kg/ha untuk Urea dan 65 kg/ha untuk Rock
Phosphate. Proses pemupukan diprioritaskan pada kebun yang bersih dari gulma.
26
Pelaksanaan pemupukan sangat disesuaikan dengan kondisi lapang dan cuaca, jika
turun hujan pemupukan dihentikan.
Kegiatan pemupukan dimulai pukul 07.00 WIB dan selesai pukul 11.00
WIB. Tenaga kerja pemupukan terdiri atas tenaga langsir (penyampur pupuk dan
pengangkut) dan penyebar pupuk. Pupuk diambil dari gudang dibawa ke lapangan
menggunakan mobil Hi line dan diletakkan di tempat yang akan dipupuk. Pupuk
yang akan dipupuk dicampur sesuai dosis yang ditetapkan lalu disebar ke tanaman
dengan menggunakan ember. Pemupukan dilakukan oleh 16-25 orang, tergantung
berapa banyak pupuk yang diaplikasikan.
Pemupukan dilakukan oleh KHL dengan sistem harian, upah per HK
adalah Rp.14 500 /orang/hari. Kapasitas perorang adalah 110 kg pupuk/HK.
Kegiatan pemupukan diawasi oleh 3-4 orang mandor rawat dan 1 orang asisten
tanaman. Pemupukan dilakukan secara sisir dimana pemupuk berjajar seperti sisir
bergerak ke depan secara bersamaan. Pupuk ditebar/ditaburkan dipinggir tanaman
setiap 2 baris tanaman, apabila pupuk penebar habis lansir menggantarkan pupuk.
Standar pemupukan yang ditetapkan oleh kebun adalah 110 kg/HK sedangkan
prestasi kerja karyawan rata-rata 106 kg/HK. Penulis melakukan kegiatan
pemupukan selama empat hari tetapi tidak mempunyai prestasi kerja, dikarenakan
tidak diijinkan oleh pihak kebun.
Pemangkasan
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan kultur teknis untuk
menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu, sehingga pemetikan dapat
dilakukan dengan mudah, cepat dan efisien serta pucuk yang dihasilkan banyak.
Pemangkasan bertujuan mempermudahkan agar tanaman selalu berada pada fase
vegetatif, memelihara bidang petik agar tetap rendah untuk memudahkan
pemetikan, membentuk bidang petik selebar mungkin, membuang cabang tidak
produktif serta merangsang pembentukan tunas baru.
Standar pemangkasan yang ditetapkan oleh kebun adalah 0.04 ha/HK
sedangkan prestasi kerja karyawan rata-rata 0.05 ha/HK. Penulis melakukan
27
kegiatan pemangkasan selama 3 hari di Blok 4 tetapi tidak mempunyai prestasi
kerja.
Kriteria pangkas. Faktor-faktor yang menentukan saat pemangkasan
adalah tinggi bidang petik, persentase pucuk burung, tingkat produksi, kadar pati
pada akar, alasan ekonomi, dan kebijakan kebun. Perkebunan Medini kriteria yang
digunakan untuk menentukan saat pemangkasan adalah kebijakan kebun dan
tingkat produksi.
Pemangkasan akan segera dilakukan apabila bidang petik sudah sulit
dijangkau oleh pemetik, tinggi maksimal bidang petik rata-rata 120 cm. Blok 4
dilaksanakan pemangkasan pada Bulan April. Hasil pengamatan yang dilakukan
secara langsung didapatkan rata-rata tinggi bidang petik dan diameter bidang
petik yang akan dipangkas sebesar 109 cm dan 123 cm. Pucuk burung merupakan
pucuk dengan tunas dalam keadaan dorman. Tanaman teh yang akan dipangkas
pada umumnya lebih banyak menghasilkan pucuk burung dari pada pucuk peko.
Berdasarkan hasil pengamatan di Blok 4 didapatkan rata-rata persentase pucuk
burung sebesar 91 %.
Tingkat produksi merupakan salah satu kriteria yang sering dijadikan
indikator untuk dilakukan pemangkasan. Tingkat produksi adalah untuk
menentukan nilai ekonomis tanaman. Tingkat produksi suatu blok kebun dalam
satu tahun umumnya dijadikan acuan dalam melakukan pemangkasan, pada saat
tingkat produksi lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu maka tanaman
sudah saatnya untuk dipangkas. Produksi basah tanaman teh berdasarkan umur
setelah pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 didapat bahwa kenaikan produksi teh terjadi pada umur tanaman
dua tahun setelah pangkas dan mengalami penurunan pada tahun ketiga setelah
pangkas. Penurunan yang sangat besar terjadi pada empat tahun setelah pangkas,
jadi semakin tua umur tanaman maka semakin sedikit produktivitasnya.
28
Gambar 3. Produktivitas Basah Berdasarkan Umur Pemangkasan
Jenis pangkasan. Jenis pangkasan yang ditetapkan di Perkebunan Medini
adalah jenis pangkasan bersih. Pangkasan yang membentuk bidang pangkas yang
menyerupai mangkok, dimana bagian tengah pangkasan lebih rendah
dibandingkan bagian luar. Proses pemangkasan di Blok 4 rata-rata pemangkas
melakukan pemangkasan setengan bersih. Pangkasan rata dimana bagian
tengahnya lebih rendah dibandingkan bagian luar yang masih menyisakan daun-
daun pinggir dan ranting–ranting yang berdiameter kurang dari 2 cm.
Pemangkasan yang diharapkan oleh Perkebunan Medini adalah pangkasan bersih
dengan spesifikasi, yaitu tinggi pangkasan 55 cm, luka pangkasan membentuk
oval menghadap ke dalam, rawisan (cabang kecil) dibersihkan, sedangkan cabang
yang menyamping dibiarkan, serasah diatur di gawangan dengan rapi.
Gambar 4. Pangkasan Bersih
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
1 2 3 4
Pro
dukti
vit
as B
asah
(kg
/ha)
Tahun setelah Pangkas
29
Gambar 5. Pangkasan Setengah Bersih (Pangkasan di Kebun)
Sistem upah borongan yang ditetapkan seringkali membuat pemangkas
lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas, maka rata-rata pemangkasan di
Blok 4 menggunakan pangkasan setengah bersih. Jenis pangkasan bersih dan
setengah bersih dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.
Tinggi pangkasan. Tinggi pangkasan tanaman teh biasa bervariasi
tergantung pada jenis pangkasannya. Perkebunan Medini menetapkan standar
tinggi pangkasan 55-65 cm. Tinggi pangkasan di Perkebunan Medini senantiasa
dinaikkan dari luka pangkas sebelumnya sampai pada ketinggian tertentu, maka
tinggi pangkasan akan dikembalikan lagi ke tinggi pangkasan semula.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Blok 4 rata-rata tinggi dan
diameter pangkasan sebesar 62 cm dan 74 cm, sedangkan standar tinggi
pangkasan 55 cm.
Gilir pangkas. Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan
yang terdahulu dengan pemangkasan yang berikutnya pada blok yang sama.
Perkebunan Medini termasuk daerah dataran tinggi, sehingga menggunakan gilir
pangkas 4 tahun. Pelaksanaan pemangkasan tidak selalu sesuai dengan gilir
pangkas yang direncanakan. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4,
pemangkasan pada tahun 2010-2011, gilir pangkas tidak ada yang sesuai dengan
gilir pangkas yang ditetapkan perkebunan. Gilir pangkas pada tahun 2010 antara
kurang dari tiga tahun sampai enam tahun.
30
Tabel 4. Gilir Pangkas di Perkebunan Medini pada Tahun 2010-2011
Blok
Luas Areal
Pemangkasan
(ha)
Waktu
Pemangkasan
Sebelumnya
Waktu
Pemangkasan
Berikutnya
Gilir Pangakas
Bulan Tahun
2 12.79 Februari 2007 September 2010 43 <4
5 7.01 Februari 2006 April 2010 50 >4
7 17.07 Februari 2005 Januari 2010 58 >4
10 19.28 Mei 2007 November 2010 30 <3
15 7.48 Mei 2006 Mei 2010 36 3
17 18.40 Februari 2006 Maret 2010 49 >4
18 7.96 April 2006 Juni 2010 39 <4
1 5.84 Januari 2005 Januari 2011 72 6
4 18.20 Juni 2008 April 2011 34 <3 Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011
Waktu pemangkasan. Waktu pemangkasan adalah waktu yang tepat untuk
melaksanakan pemangkasan sehingga diperoleh hasil pangkasan yang optimal.
Menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan pemangkasan harus
memperhatikan kondisi/kesehatan tanaman, iklim dan ketinggian tempat.
Tabel 5. Realisasi Waktu dan Luas Pangkasan di Perkebunan Medini pada
Tahun 2010
Blok Realisasi
Pemangkasan
Luas Areal yang di
Pangkas Keterangan
……..(ha)…….. …….(%)........
7 Januari 17.07
C8 Januari 6.00
5 April 8.01
17 Maret 18.40
15 Mei 7.48
18 Juni 7.96
Sub Total Semester I 64.93 66.93
2 September 12.79
Sub Total Semester II 12.79 13.19
10 November 19.28
Sub Total diluar semester 19.28 19.88
Total Pangkasan 96.99 100 Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011.
Realisasi pemangkasan pada tahun 2010 di Perkebunan Medini dilaksanakan
dalam dua semester yaitu semester I (Januari-Juni) dan semester II (September-
31
Oktober). Waktu pemangkasan pada tahun 2010 di Perkebunan Medini pada
semester satu sebesar 66.93 % dan semester dua 13.19% dari luas total yang di
pangkas pada tahun 2010. Realisasi dan luas pangkasan dapat dilihat pada Tabel
5.
Luas areal pemangkasan. Luas areal pangkasan yang ditetapkan
Perkebunan Medini adalah 25 % dari luas total areal tanaman menghasilkan.
Pelaksanaan luas areal pemangkasan berdasarkan gilir pangkas yang ditetapkan
empat tahun sekali. Pekerjaan pemangkasan dilakukan pada dua semester dengan
60 % dari target setahun disemester I, sisanya pada semester II. Realisasi
pemangkasan pada tahun 2010 semester satu luas areal yang dipangkas 66.93 %
dari luas total areal yang dipangkas dalam satu tahun. Kebijakan dimaksudkan
untuk mengantisipasi terganggunya stabilitas produksi karena areal produktif
berkurang akibat pemangkasan. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa realisasi
pangkas dalam per tahun tidak sama, dan tidak sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 25 %. Realisasi luas areal yang di pangkas di kebun dapat
berubah karena kondisi kebun, ketersediaan dana, dan faktor iklim. Realisasi luas
areal pangkasan Perkebunan Medini dari tahun 2006-2010 dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Realisasi Luas Areal Pemangkasan di Perkebunan Medini Tahun 2006-
2010
Tahun Luas
Areal TM
Luas Areal Pangkasan Persentasi
Rencana Realisasi Rencana Realisasi
……………….….(ha)……...………….. …………(%)..............
2006 309.32 77.33 64.49 25 20.43
2007 309.32 77.33 54.25 25 17.63
2008 309.32 77.33 89.92 25 29.22
2009 309.32 77.33 95.37 25 30.99
2010 309.32 77.33 96.99 25 31.35
Rata-rata 77.33 80.20 25 26.03 Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini , 2011.
Alat pemangkasan. Alat yang digunakan untuk pemangkasan Perkebunan
Medini adalah, sabit pangkas, batu gosok, blak pangkas (tongkat ukur pangkas).
Alat pemangkasan dibawa sendiri oleh pekerja karena tidak disediakan oleh
32
kebun. Blak pangkas terbuat dari bambu yang ukurannya sesuai dengan
ketinggian pangkas yang diharapkan. Batu gosok digunakan untuk mengasah
sabit. Ketajaman alat pangkas sangat mempengaruhi luka pangkas yang
dihasilkan, semakin tajam sabit maka persentase kerusakan batang akan lebih
kecil. Pelaksanaan pemangkasan di kebun para pekerja banyak yang tidak
menggunakan blak pangkas untuk mengukur tinggi pangkasan, pemangkas
biasanya menggunakan tinggi lutut pemangkas.
Tenaga pemangkas. Tenaga pemangkas Perkebunan Medini merupakan
KHL dengan sistem borongan. Besarnya upah yang dibayarkan untuk tenaga
pemangkas adalah Rp. 19 300/patok (400 m2). Tenaga pemangkas yang tersedia
pada pemangkasan di Blok4 ada 15 orang, jumlah ini masih kurang apabila
dibandingkan dengan standar jumlah tenaga yang dibutuhkan. Pada Tabel 7
menunjukkan bahwa kapasitas rata-rata kapasitas pemangkas 0.05 ha/HK, lebih
tinggi dibandingkan kapasitas standar yang telah ditetapkan oleh kebun. Hal ini
disebabkan karena upah borong yang ditetapkan, dimana pemangkas ingin
mendapatkan luasan yang lebih luas untuk mendapatkan upah yang lebih besar.
Kapasitas tenaga pangkas di Perkebunan Medini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kapasitas Tenaga Pangkas di Dua Blok Perkebunan Medini Tahun 2011
Blok Luas Areal
Pemangkasan
Tenaga Pangkas Kapasitas Pemangkas
Teori Riil Standar Riil
……(ha)……. …………..(orang)………… ………(ha/HK)……
1 5.84 6 11 0.04 0.047
4 18.20 18 15 0.04 0.054
Jumlah 24 26 0.08 0.10
Rata-rata 12 13 0.04 0.05 Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011
Persentase kerusakan akibat pemangkasan. Pemangkasan merupakan
kegiatan pemeliharaan tanaman teh yang menuntut keterampilan dalam
pelaksanaan. Kurangnya keterampilan diri tenaga pemangkas akan mengakibatkan
tingginya kerusakan cabang setelah pemangkasan yang nantinya akan berdampak
pada terganggunya pertumbuhan tunas setelah pemangkasan. Pada kegiatan
33
pemangkasan penulis mengamati persentase kerusakan cabang akibat pangkasan
berdasarkan usia.
Tabel 8. Persentase Kerusakan Cabang Pangkasan Berdasarkan Usia Tenaga
Pangkas.
Usia ∑ Tenaga Kerja ∑ Tanaman / Pekerja % Kerusakan
≥60 tahun 8 10 12.78a
<60 tahun 7 10 13.76a
Sumber : Hasil Pengamatan di Perkebunan Medini pada Blok 4, 2011
Keterangan : Angka-angka di atas merupakan hasil uji t-student pada taraf 5 %.
Pada Tabel 8 tampak bahwa persentase kerusakan cabang pangkasan yang
berusia < 60 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan presentasi kerusakan cabang
bidang pangkasan ≥ 60 tahun. Meskipun terdapat perbedaan persentasi kerusakan
pangkas dari dua kelompok umur di atas persentase kerusakan pangkas tidak
berbeda pangkas.
Pertumbuhan tunas setelah pemangkasan. Pengamatan pertumbuhan
tunas dilakukan 2-8 minggu setelah pangkas. Pertumbuhan tunas tanaman teh
sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat dari permukaan laut karena perbedaan
ketinggian tempat akan mempengaruhi tingkat suhu dan penyinaran matahari.
Pertumbuhan tunas pada Blok 4 pada 8 MSP sudah mencapai 13.05 cm. tujuan
dilakukan pengamtan pertumbuhan tunas untuk mengetahui pertumbuhan tubus
setiap minggunya. Pertumbuhan tunas setiap minggu dapat digunakan untuk
memperkirakan dilakukan pemetikan jendangan. Pertumbuhan tunas di Blok 4
setelah pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan di Blok 4
0
5
10
15
2 3 4 5 6 7 8Tin
ggi
Tunas
(cm
)
Umur Pangkasan (MSP)
34
Pemetikan
Pemetikan merupakan kegiatan memungut sebagian dari tunas-tunas
tanaman. Daunnya yang masih muda pada tanaman yang memenuhi syarat-syarat
pengolahan. Pemetikan juga berfungsi untuk membentuk kondisi tanaman agar
mampu menghasilkan produksi yang tinggi dan berkesinambungan. Kualitas
pucuk yang baik juga menentukan kualitas teh yang dihasilkan, oleh karena itu
pemetikan harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang ada.
Jenis pemetikan Pemetikan di Perkebunan Medini dalam satu daur
pangkas ada tiga jenis pemetikan yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi,
dan pemetikan rampasan.
Pemetikan jendangan adalah awal pemetikan setelah pemangkasan,
dilaksanakan 2-3 bulan setelah pangkas. Pemetikan jendangan dilaksanakan apbila
kebun sudah memenuhi syarat. Syarat pemetikan jendangan adalah 60 % dari
luas total areal yang dipangkas telah memenuhi syarat untuk dijendang, tinggi
pucuk yang siap dijendang 15-20 cm atau 3-4 helai daun dari luka pangkasan.
Pucuk yang berada dibawah ketinggian tersebut tidak boleh dipetik karena
berfungsi untuk membentuk bidang petik. Pemetikan jendangan dilakukan
sebanyak 5-6 kali rotasi sampai terbentuk bidang petik sempurna dan
pertumbuhan pucuk optimal. Rotasi pemetikan jendangan 13-15 hari, pemetikan
jendangan dilakukan oleh pemetik terampil yang terpilih, supaya mendapatkan
bidang petik yang optimal. Bidang petik sangat mempengaruhi pertumbuhan
pucuk tanaman teh.
Alat yang digunakan untuk pemetikan jendangan adalah jidar salib, pisau
petik, dan waring. Jidar salib berukuran tinggi 75 cm dan lebar 50 cm.
Pelaksanaan pemetikan jendangan, memetik semua pucuk yang berada diatas jidar
salib sedangkan yang berada di bawah salib dibiarkan walupun pucuk sudah siap
di petik. Pemetikan jendangan dilaksanakan dengan menggunakan pisau supaya
bidang petik yang terbentuk rata dan tidak rusak sehingga pertumbuhan tunas
tidak terganggu. Pelaksanaan pemetikan jendangan dan peralatan dapat dilihat
pada Gambar 7.
35
(A) (B)
Gambar 7. Pelaksanaan Pemetikan Jendangan (A), Jidar Salib Jendangan (B)
Pemetikan produksi dilakukan setelah pemetikan jendangan selesai dan
bidang petik sudah terbentuk sempurna. Pemetikan produksi dilakukan secara
terus menerus sesuai dengan gilir petik sampai tanaman teh kembali dipangkas.
Pemetikan produksi yang dilaksanakan Perkebunan Medini adalah pemetikan
medium yaitu peko dengan dua atau tiga daun (p+2 dan p+3) serta pucuk burung
dengan satu atau dua daun muda (b+2m dan b+3m). Pemetikan produksi
Perkebunan Medini dilakukan dengan sistem manual dan menggunakan pisau
petik (etem). Pemetikan manual dilakukan dengan cara menggunakan ibu jari dan
telunjuk dan tidak dibenarkan memetik dengan lima jari atau dirampas. Pemetikan
dengan pisau adalah dengan mengarahkan pisau berlawanan arah dengan badan
dan pemetikan tidak boleh ngerit. Proses pemetikan produksi Perkebunan Medini
dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Pelaksanaan Pemetikan Produksi
Pemetikan rampasan adalah pemetikan yang dilakukan sebelum tanaman
teh dipangkas. Pemetikan rampasan dilakukan dengan cara memetik semua pucuk
36
yang masih memenuhi syarat untuk diolah, oleh karena itu hasil pemetikan
rampasan tidak sesuai dengan ketentuan rumus petik yang dianjurkan kebun.
Pemetikan rampasan bertujuan untuk menambah produksi pucuk basah dan
mencegah pucuk yang masih bisa diolah terbuang akibat pemangkasan.
Perkebunan Medini tidak ada ketentuan pasti dilakukan pemetikan rampasan,
apabila belum dipangkas masih terdapat pucuk muda maka dilakukan pemetikan
rampasan.
Hanca petik dan gilir petik. Hanca petik adalah luas areal yang harus
selesai dipetik dalam satu hari. Hanca petik tiap blok berbeda karena dipengaruhi
oleh kapasitas rata-rata pemetik, daur petik, musim dan kondisi pucuk. Makin
pendek daur petik maka makin luas hanca petik, sebagai contoh untuk salah satu
kemandoran di Perkebunan Medini dengan luas 59.66 ha dan gilir petik 10 hari,
hanca petiknya dapat dihitung sebagai berikut :
Hanca petik = luas areal yang di petik
gilir petik
= 59.66
10 = 5.96 ha/hari
Pengaturan dan penyelesaian hanca petik tiap tiap blok tidak selalu sama
bergantung pada kondisi kebun yang diatur oleh mandor panen.
Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan
berikutnya, dalam satu hanca petik. Lama gilir petik dipengaruhi oleh kecepatan
pertumbuhan pucuk. Gilir petik yang ditetapkan oleh Kebun Medini adalah 10
hari, tapi kondisi di lapangan para mandor menetapkan gilir petik 10–15 hari.
Sistem pemetikan. Sistem pemetikan yang dilakukan di Perkebunan
Medini adalah sistem giring sisir, dimana dua baris tanaman dipetik oleh seorang
pemetik. Arah pemetikan dari arah paling jauh menuju jalan utama untuk
mengumpulkan pucuk dan memudahkan penimbangan. Mandor petik harus
berada di belakang pemetik supaya dapat mengawasi hasil petikan dan menegur
pemetik apabila ada kesalahan pemetikan dan kalau ada pucuk terlewat. Sistem
giring sisir tersebut memiliki keuntungan, mempermudah pengawasan oleh
mandor. Sistem berjajar akan kelihatan lebih teratur sehingga kerataan bidang
petik lebih terlihat.
37
Pelaksanaan pemetikan. Pelaksanaan pemetikan di Perkebunan Medini
dimulai sekitar pukul 06.00–14.00 WIB, waktu pelaksanaan biasanya lebih lama
ataupun lebih cepat disesuaikan dengan kondisi pucuk yang tersedia di lapang.
Semakin banyak pucuk yang tersedia di lapang maka pemetikan lebih lama untuk
mencegah pucuk kaboler (pucuk melewati masa petik). Pemetikan dilaksanakan
mulai dari tempat terjauh menuju tempat terdekat dengan jalan, hal ini
dilaksanakan untuk mencegah adanya areal yang tidak terpanen terutama di areal
jauh dari jangkauan.
Pelaksanaan pemetikan, pemetik dilengkapi dengan peralatan berupa jidar,
waring yang terbuat dari jala dengan kapasitas 20-35 kg, etem, mantel plastik, dan
caping. Mandor menentukan prinsip 3 M yaitu mana yang diambil (pucuk peko
dan burung), mana yang ditinggal (pucuk yang di pinggir dan pucuk yang di
bawah bidang petik ), mana yang dibuang (cakar ayam, jambulan, dan tunas yang
tumbuh lebih dari satu). Pucuk-pucuk hasil petikan dimasukkan dalam gembolan
(waring yang digendong), setelah gembolan penuh pucuk dimasukkan kedalam
waring yang diletakkan pada los pucuk supaya mudah untuk penimbangan dan
pengangkutan.
Beberapa peraturan harus diperhatikan oleh pemetik adalah kelengkapan
alat-alat pemetikan dan tatacara pemetikan. Perkebunan Medini menetapkan cara
pemetikan di atas bidang petik, memetik dengan menggunakan dua tangan dan
pucuk yang dipetik sudah memenuhi syarat pemetikan. Selain itu, pucuk yang
berada dibawah bidang petik dan aer (pucuk yang masih muda) tidak boleh
dipetik, pemetikan pucuk burung harus bersih, pucuk dalam genggaman tidak
boleh terlalu banyak, serta menaruh pucuk dalam waring tidak boleh melebihi
kapasitas waring.
Dalam pelaksanaan di lapang ada beberapa pemetik yang mengabaikan
peraturan, karena orientasi untuk mendapatkan hasil setinggi-tingginya tanpa
melaksanakan aturan-aturan tersebut. Akibat dari tidak memenuhi peraturan
pucuk yang didapat dalam keadaan rusak dan tidak menjadi bahan baku yang
bagus dalam pengolahan teh.
38
Kapasitas pemetikan. Kapasitas pemetik adalah kemampuan seorang
pemetik untuk memetik pucuk dalam satu hari kerja. Kapasitas petik antara
pemetik sangat bervariasi dan bahkan berubah-ubah dari hari ke hari. Kapasitas
pemetik dipengaruhi oleh kondisi iklim, populasi tanaman, keterampilan pemetik,
perbedaan cara pemetikan, dan banyaknya pucuk yang dipetik. Standar kapasitas
pemetikan di Perkebunan Medini adalah 40 kg/hari.
Penulis melakukan kegiatan pemetikan selama lima hari di blok 2 dan blok
14. Kapasitas petik rata-rata yang diperoleh pemetik selama kegiatan pemetikan
adalah 6-7 kg/HK ini sangat kecil dibandingkan dengan standar kapasitas petik
yang berlaku. Kecilnya kapasitas petik penulis disebabkan oleh kurangnya
pengalaman kerja dan keterampilan.
Penimbangan dan pengangkutan. Penimbangan pucuk di Perkebunan
Medini dilakukan dua kali yaitu penimbangan di kebun dan penimbangan di
pabrik. Penimbangan di kebun dilakukan satu sampai dua kali tergantung pada
jumlah pucuk di lapang. Penimbangan pucuk sekali maka penimbangan dilakukan
pada pukul 12.00–13.00, sedangkan penimbangan pucuk 2 kali maka
penimbangan pertama dilakukan pada pukul 11.00-12.00 dan penimbangan kedua
pada pukul 14.00-15.00.
Penimbangan dilakukan oleh krani timbang dengan menggunakan
timbangan gantung dan masing-masing mandor mencatat hasil pucuk yang
diperoleh pemetik. Perkebunan Medini mempunyai dua krani timbang. Data
penimbangan dicatat dalam buku harian mandor untuk dilaporkan kepada asisten
tanaman. Pucuk-pucuk yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam truk
pengangkut dan siap diantar ke pabrik.
Penanganan pucuk yang baik sangat menentukan kualitas teh yang
dihasilkan. Pengangkutan pucuk termasuk hal yang menentukan dalam
menghasilkan kualitas teh yang baik. Kondisi pucuk pada saat pucuk sampai di
pabrik harus dalam keadaan utuh dan segar agar dihasilkan kualitas yang tinggi.
Penanganan pucuk teh yang dilakukan untuk menjaga kualitas teh. Penanganan
yang dilakukan adalah truk pengangkut pucuk harus bersih, saat pengangkutan
pucuk dilarang ada barang angkutan lain atau orang di atas pucuk selain petugas
39
yang diperkenankan, pucuk diangkut dengan waring ukurannya harus relatif sama
disusun dalam posisi rapi.
Pengangkutan pucuk di Perkebunan Medini dari kebun sampai pabrik
menggunakan truk dan mobil Hi line. Pucuk-pucuk ditumpuk dalam truk sampai
penuh tanpa ada rak, hal ini disebabkan oleh terbatasnya alat transportasi untuk
mengangkut pucuk. Truk yang digunakan juga tidak dilengkapi dengan penutup
bak yang berfungsi melindungi pucuk dari sengatan panas matahari menyebabkan
pucuk longsong (busuk atau kepanasan). Penggangkutan pucuk melebihi kapasitas
truk pada saat produksi melimpah. Proses penimbangan teh dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9. Proses Penimbangan Pucuk di Kebun
Analisa petik dan analisa pucuk. Perkebunan Medini untuk mengetahui
hasil pelaksanaan pemetikan di lapang dilakukan pemeriksaan pucuk melalui
analisa petik dan analisa pucuk.
Analisa petik merupakan pemisahan pucuk berdasarkan rumus petik yang
telah ditentukan di perkebunan. Analisa tersebut bertujuan untuk menilai
ketepatan pelaksanaan pemetikan. Sampel diambil dari masing-masing
kemandoran. Teh diambil dari masing-masing waring perkemandoran lalu
dicampur sampai rata dan diambil 300 gram untuk dianalisa. Pucuk dipisahkan
berdasarkan rumus petiknya lalu di timbang dan didapat persentasenya. Hasil
analisa petik pada tanggal 4 Juni 2011 didapatkan rata-rata 91% merupakan
petikan kasar. Hasil analisa petik pada tanggal 4 Juni 2011 dapat dilihat pada
Tabel 9.
40
Tabel 9. Komposisi Pucuk Hasil Analisa Petik di Perkebunan Medini
Blok Analisa Petik
Petik Halus Petik Medium Petik Kasar
……………………………(%)..............................................
5 1 7 92
11 1 13 86
14 1 4 95
16 0 10 90
Rata-rata 1 8 91 Sumber : Hasil Pengamatan.
Analisa pucuk merupakan pemisahan pucuk berdasarkan bagian tua dan
muda yang dinyatakan dalam persen yang bertujuan untuk menilai pucuk yang
akan diolah, menentukan harga pucuk, dan memperkirakan presentasi mutu teh
yang akan diolah. Analisa pucuk dilaksanakan berdasarkan hasil panen dari blok
yang dipanen. Rumus pucuk yang digunakan adalah petikan mediun yaitu
memisahkan menurut rumus petik peko muda (p+1, p+2, p+3, p+4), burung muda
(b+1m, b+2m, b+3m, b+4m, b+5m), burung tua (b+1t, b+2t, b+3t, b+4t, b+5t),
rusak (terlipat dan robek), lembaran tua, lembaran muda. Cara mencari pucuk
halus adalah mematahkan batang pucuk sampai terlepas. Pucuk yang patah
ditimbang dan didapat analisa pucuk dari tiap kemandoran. Analisa pucuk yang
diharapkan untuk bahan baku yang baik adalah analisa di atas 35 % dan rusak di
bawah 5 %. Pada Tabel 9 didapat bahwa analisa pucuk Perkebunan Medini di
bawah analisa standar. Data analisa pucuk di Perkebunan Medini dari Bulan
Januari sampai Mei dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Analisa Pucuk di Perkebunan Medini Bulan Januari-Mei 2011
Bulan Produksi Analisa pucuk
Halus Rusak Kasar
…….(kg)……… ………………………(%)..................................
Januari 150 085 15 4 81
Februari 105 032 22 6 72
Maret 262 196 21 4 75
April 261 307 16 4 80
Mei 241 502 20 5 75
Rata-rata 204 024 19 5 76 Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011
41
Tabel 11. Produksi Teh Perkebunan Medini Berdasarkan Analisa Kering dan Basah Tahun 2006-2010.
Tahun Produksi
(kg)
Analisa Basah
(pucuk halus)
Rendemen
Analisa kering
Grade I Grade II
……………………………..(%)……………………………
2006 2 526 209 33 22.48 38 62 2007 3 223 316 31 22.51 34 66
2008 3 034 394 31 22.51 32 68
2009 2 865 524 23 22.48 35 65 2010 3 022 332 20 22.47 33 67 Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011
Produksi teh pada Perkebunan Medini pada lima tahun terakhir mengalami
penurunan pada grade I ini disebabkan kualitas bahan baku yang didapat dari
kebun juga menurun, ini ditunjukkan dari analisa pucuk halus yang semakin
menurun dari tahun 2006. Produksi teh Perkebunan Medini berdasarkan analisa
kering dan basah selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 11.
Proses Pengolahan Teh Hijau
Proses pengolahan teh yang dilakukan di Pabrik Medini adalah
pengolahan teh hijau. Pengolahan teh hijau yaitu pengolahan teh melalui proses
fisik dan mekanis tanpa melalui proses Oksidase enzimatis (fermentasi).
Pengolahan teh hijau merupakan pengolahan teh yang sederhana karena hasilnya
merupakan bahan baku teh olahan. Pengolahan dilakukan setiap hari setiap pucuk
basah sampai di pabrik. Pengolahan teh hijau dimulai dari timbang ke 2, rawat
pucuk, pelayuan, pengulungan, pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi dan
pengepakan. Produk yang dihasilkan dari pabrik Medini adalah teh hijau kering
dengan berbagai grade.
Pucuk diterima dari kebun dalam keadaan segar, lalu ditimbang ulang oleh
krani timbang pabrik. Pada saat pelaksanaan penimbangan dilakukan pemotongan
berat basah. Pemotongan ini berdasarkan SOP yang ditetapkan pabrik.
Pemotongan dilakukan sebesar 2.5% saat cuaca panas, 5% saat cuaca gerimis, dan
7.5 % saat cuaca hujan lebat. Tujuan pemotongan bobot saat penimbangan adalah
untuk mengurangi berat air pada pucuk dan mengurangi bobot waring maupun
42
serasah yang ikut terpotong pada saat panen sehingga rendemen kering dapat
dipertahankan 22-23 %. Rendemen ini digunakan untuk menentukan bahan bakar
yang akan digunakan untuk proses pengolahan.
Rawat pucuk. Pucuk yang telah ditimbang kemudian dihamparkan ke
lantai pabrik. Jika jumlah pucuk teh yang diterima banyak maka pengolahan tidak
bisa dilakukan secara serentak karena pucuk tidak tertampung dalam mesin
pengolahan. Pucuk yang tidak tertampung tersebut dihamparkan di lantai pabrik
yang terlindung dari sinar matahari. Pucuk dihampar dengan tujuan agar pucuk
tidak panas dan longsong (busuk atau kepanasan) yang dapat menyebabkan
fermentasi awal. Ketebalan hamparan pucuk maksimal 40 cm, kondisi pucuk
harus dipelihara dengan baik agar tetap terjaga kesegaranya. Setiap 2 jam sekali
hamparan pucuk dibalik agar pucuk memiliki sirkulasi udara yang baik dan tidak
longsong. Pucuk yang longsong sudah tidak bisa diproses karena akan
menghasilkan teh dengan kualitas jelek. Petugas rawat pucuk ada 2 orang dengan
jam kerja 8 jam, dengan 2 shift kerja yaitu pukul 11.00–19.00 dan 19.00–03.00.
Kegiatan rawat pucuk dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Kegiatan Rawat Pucuk
Pelayuan. Pelayuan berfungsi untuk menurunkan kadar air dalam pucuk
dari 100 % menjadi 60–70 % agar pucuk menjadi lentur dan mudah tergulung,
melemaskan pucuk teh yang akan diproses selanjutnya sehingga pucuk teh tidak
mudah patah. Proses pelayuan pucuk dengan menggunakan mesin Rotary Panner
tipe double action yang berupa tabung silinder yang berputar 17 rpm dan
dipanaskan dengan suhu 90–1000C. Pelayuan dilakukan selama kurang lebih 5
43
menit. Bahan bakar yang digunakan untuk proses pelayuan adalah kayu bakar, ada
enan tungku pada proses pelayuan. Kayu bakar diisi 5–10 menit sekali sampai
tungku penuh. Pucuk yang keluar dari mesin pelayuan harus dalam keadaan layu
sempurna. Ciri pucuk yang layu sempurna adalah, diremas tidak patah, warna
pucuk pucat (tidak segar atau kering), aroma sedap, digenggam masih ada bekas
air ditangan, kadar air 65–70 %. Pucuk yang dihasilkan dalam proses pelayuan
tidak boleh terlalu kering atau basah.
Pucuk hasil pelayuan apabila kandungan air terlalu tinggi atau rendah
akan mempengaruhi kualitas teh. Kandungan air yang tinggi dalam pucuk akan
mengakibatkan banyaknya air yang keluar pada proses penggulungan sedangkan
jika terlalu kering, pucuk akan patah sehingga menyulitkan proses penggulungan.
Perkebunan Medini tedapat 2 Unit Rotary Panner dengan kapasitas rata-rata
350-400 kg. Tenaga kerja untuk proses pelayuan sebanyak 2 orang per shift
dengan 8 jam kerja. Jam kerja mulai pukul 12.00–20.00 WIB dan pukul 20.00–
04.00 WIB. Pergantian shift dilakukan seminggu sekali. Mesin pelayuan dapat
dilihat pada Gambar 11.
(A) (B)
Gambar 11. Alat Pelayuan Rotary Panner Tampak Depan (A),
Tampak Belakang (B)
Penggulungan. Proses penggulungan bertujuan untuk membentuk daun
teh menjadi gulungan–gulungan kecil, dan mengeluarkan cairan sel agar
menempel di permukaan daun. Alat yang digunakan di Perkebunan Medini adalah
Ortodox Roller (yang popular disebut Jakson Roller). Pucuk hasil pelayuan
dengan kadar air 65-70 % dimasukkan kedalam mesin Jakson Roller, dengan
44
kapasitas 150 kg pucuk layu. Waktu yang digunakan untuk penggulungan adalah
15 menit untuk pucuk standar dan 10 menit untuk pucuk jendangan.
Perkebunan Medini memiliki 3 unit mesin Jackson Roller yaitu satu unit
double action dan dua unit tipe single action, masing yang digunakan hanya dua
unit yaitu satu unit double action dan satu unit single action . Sistem gulungan
dengan tipe single action, yaitu mesin roller yang berputar hanya mejanya
sementara jacketnya (silinder tegak tempat pucuk yang digulung) tidak ikut
berputar/diam. Tipe double action yaitu meja dan jacket berputar berlawanan
arah. Mesin Jackson Roller yang sering digunakan berukuran 36 inch dengan
kapasitas 150 kg dalam setiap gulungan.
Fermentasi dapat terjadi pada saat pengolahan, fermentasi ini dapat
diminimalisasi ketika proses pelayuan yaitu setelah pelayuan sebaiknya pucuk
didinginkan terlebih dahulu. Hasil proses pengulungan berupa pucuk yang
menggulung berwarna hijau untuk pucuk muda dan hijau zaitun untuk warna
pucuk tua. Pucuk yang telah digulung sel-sel daunya telah pecah dan bercampur
dengan oksigen sehingga kemungkinan terjadi fermentasi lebih besar, oleh karena
itu pucuk yang telah digulung harus segera dimasukan kedalam proses
pengeringan awal, waktu maksimal satu jam setelah pucuk keluar dari mesin
Jackson Roller. Tenaga kerja untuk proses penggulungan sebanyak 3 orang per
shift. Jam kerja yang digunakan adalah 8 jam kerja dengan 2 shift yaitu shift siang
pukul 12.00–20.00 dan shift malam 20.00–04.00 WIB. Setiap memasukkan pucuk
ke mesin dicatat oleh operator untuk memantau lama penggulungan. Mesin
penggulungan dapat dilihat pada Gambar 12.
Pengeringan awal. Proses fermentasi teh dapat dicegah dengan segera
mengeringkan teh dengan Endless Chain Pressure (ECP) atau belong. ECP adalah
mesin pengering dengan rantai yang tidak putus dan terdiri atas 8-10 stage.
Perkebunan Medini mempunyai 2 unit mesin ECP dengan kapasitas 240-350
kg/jam. Bahan bakar yang digunakan untuk mesin ECP adalah kayu bakar. Suhu
yang digunakan dalam proses pengeringan awal adalah 1500C. Pengeringan awal
teh menggunakan panas induksi murni yang berasal dari pembakaran kayu.
45
Kekurangan dari pembakaran menggunakan kayu adalah panas yang dihasilkan
kurang merata sehingga perlu dilakukan pengecekan secara teratur.
Gambar 12. Proses Penggulungan dengan Mesin Jackson Roller
Tujuan pengeringan awal ini untuk mengeluarkan aroma yang terkandung
dalam teh dan mengurangi kadar menjadi 30–35 %. Teh yang dihasilkan oleh
mesin ECP berupa teh yang agak kering. Waktu yang digunakan 15–30 menit
untuk proses pengeringan awal. Pekerja ada dua orang per shift dengan jam kerja
8 jam. Jam kerja dimulai pada pukul 12.00–20.00 WIB untuk shift pertama dan
20.00 – 04.00 WIB untuk shift kedua. Mesin penggeringan awal dapat dilihat pada
Gambar 13.
(A) (B)
Gambar 13. Mesin Pengeringan Awal yaitu Belong Tampak Samping (A)
Tampak Depan (B)
46
Pengeringan akhir. Pengeringan akhir merupakan tahap akhir dari
pengolahan teh. Mesin yang digunakan dalam pengeringan akhir terdiri dari dua
bagian yaitu mesin Repeat Dryer (RD) dan ball tea.
Perkebunan Medini mempunyai 5 unit RD dengan kapasitas masing
120 kg. Lama proses pengeringan kurang lebih 1 jam tergantung dari kandungan
air daun, perapian 30–45 menit dan pendinginan 30–45 menit. RD menggunakan
bahan bakar gas elpji. Teh yang dihasilkan dari proses ini adalah teh setengah
kering dengan kadar air 20 %. Teh yang dihasilkan dari RD belum menggulung
sempurna maka perlu dilanjutkan dengan proses pengeringan dengan alat ball tea.
Ball tea berfungsi sebagai pengering akhir, untuk membentuk partikel teh
menjadi bulatan padat. Ball tea merupakan mesin terakhir dalam proses
pengolahan teh hijau. Perkebunan Medini mempunyai 5 unit ball tea dengan
masing-masing kapasitas 1 250–2 500 kg/ball tea. Suhu yang digunakan untuk
pengeringan akhir adalah 1500C dan waktu yang digunakan 16–18 jam. Bahan
yang masuk ke pengeringan akhir/ball tea ada dua macam yaitu bahan yang
melalui RD dan tanpa melalui RD dikarenakan keterbatasan bahan bakar RD.
Tahapan pengeringan teh di ball tea yaitu teh dari RD dimasukkan sampai
penuh ke dalam ball tea. Setiap ball tea mempunyai kapasitas 10-12 RD. Ball tea
yang telah penuh kemudian dilakukan perapian selama 14–16 jam sampai teh
matang. Ciri pucuk teh yang sudah kering dan matang adalah terdapat debu (Dust)
di sekitar ball tea, teh berwarna agak hitam keabuabuan, dan tulang daun dapat
dipatahkan. Teh matang tidak langsung dimasukkan dalam karung, karena masih
dipoles selama 1–1.5 jam. Teh yang telah matang diambil sampelnya sebanyak
satu nampan dari setiap ball tea untuk dianalisa. Bahan bakar yang digunakan
untuk ball tea adalah kayu. Tenaga kerja untuk proses pengeringan adalah 2 orang
dan 1 orang HE. Proses pengeringan akhir membutuhkan waktu 24 jam sehingga
dibagi menjadi 3 shift yaitu shift pertama pukul 07.00-15.00, shift kedua pukul
15.00–23.00, dan shif ketiga pukul 23.00 – 07.00. Pergantian shift dilakukan
seminggu sekali. Mesin pengeringan akhir dapat dilihat pada Gambar 14.
47
(A) (B)
Gambar 14. Mesin Pengeringan Akhir Rotary Dryer (A), dan Ball Tea (B)
Sortasi. Proses sortasi bertujuan untuk memisahkan teh kering menjadi
beberapa grade berdasarkan ukuran fraksi. Sortasi teh pada dasarnya merupakan
upaya untuk memperoleh teh yang seragam baik ukuran, bentuk, dan berat selain
itu teh juga bersih dari kotoran. Jenis mutu teh hijau di Indonesia terdiri dari peko,
jikeng, bubuk, dan tulang. Proses sortasi untuk standar teh hijau Indonesia sangat
sederhana karena biasanya teh hijau Indonesia hanya dipakai sebagai bahan baku
pembuatan teh wangi. Bahkan umumnya penjualan teh hijau dilakukan tanpa
proses sortasi disebut jual keringan (murni).
Sortasi di Perkebunan Medini dilakukan dengan menggunakan dua cara
yaitu sortasi mesin dan sortasi manual. Sortasi mesin digunakan untuk melakukan
pemisahan teh kering berdasarkan bentuk dan berat jenis dengan menggunakan
mesin. Alat yang digunakan proses sortasi dengan mesin ada empat macam yaitu :
satu unit Leaf Sifter ( Layer 4), dua unit Stalk Extractor ( Layer 3 ), satu unit
Suction Winower, dan satu unit Stalk Separator. Teh kering hasil dari proses ball
tea di proses menggunakan layer 4 yang berfungsi untuk memisahkan teh kering
berdasarkan grade. Grade yang dihasilkan adalah PSB campur (bahan manual),
Peko Super Besar (PSB), Peko Super Kecil (PSK), Chun Mee (CM), Lokal, dan
Dust.
Leaf Sifter terdiri dari 4 susun ayakan datar bertingkat sehingga disebut
layer 4. Leaf Sifter di Perkebunan Medini memiliki enam sususan ayakan,
merupakan hasil modifikasi kebun karena dengan menggunakan ayakan empat
pengerjaannya cukup lama. Tujuan penambahan susunan ayakan untuk
meningkatkan keefektifitasan dan efisiensi proses sortasi terutama dalam
48
memisahkan pertikel. Susunan mesh (ayakan) dari atas ke bawah yaitu : mesh 10,
8, 6, 4, 3,dan 2. Partikel yang tertahan di mesh 10 adalah jikeng (lokal 2), lolos
mesh 10 tertahan mesh 8 adalah PSB campur, lolos mesh 8 tertahan mesh 6 adalah
PSB, lolos mesh 6 tertahan mesh 4 adalah PSK, lolos mesh 4 tertahan mesh 3
adalah PSK, lolos mesh 3 tertahan mesh 2 adalah CM, dan lolos mesh 2 adalah
dust. Kapasitas mesin adalah 300 kg/jam. Mesin Leaf Sifter yang ada di
Perkebunan Medini dapat dilihat pada Gambar 15.
Mesin Stalk Extractor digunakan untuk memisahkan tulang daun yang
berukuran besar. Mesin Stalk Extractor mempunyai kapasitas 140 kg/jam. Stalk
Extractor sering disebut Layer 3 dengan struktur ayakan yang timbul, struktur ini
berfungsi untuk jalur tulang sehingga tulang tidak lolos dari lubang ayakan. Hasil
sortasi dari Layer 4 akan masuk ke Layer 3.
Gambar 15. Mesin Sortasi Awal Leaf Sifter (Layer 4)
Pengklasifikasian hasil dari Layer 4 masuk kedalam ukuran ayakan
masing-masing. Mesin Stalk Extractor tidak menggunakan ayakan paten
tergantung dari produk sortasi. PSB menggunakan ayakan dengan diameter
lubang 10, 10, 8, 8 dan 6 mm dan dihasilkan kelas mutu tulang, lokal, PSK,
danPSB. Bahan PSK menggunakan ayakan dengan diameter lubang 10, 8, 6, 8,
dan 6 mm dan kelas mutu CM menggunakan ayakan dengan diameter lubang 10,
8, 4, 8, dan 4 mm. Mesin Stalk Extractor dapat dilihat pada Gambar 16.
49
Gambar 16. Mesin Sortasi Stalk Extractor (Layer 3)
Mesin Stalk Separator (Gambar 17) digunakan untuk memisahkan tulang
yang berukuran kecil. Mesin ini berbentuk undakan tangga susus empat. Bahan
yang masuk ke dalam Stalk Separator merupakan partikel yang lolos mesh 6 dan
tertahan di mesh 4. produk yang dihasilkan mesin ini adalah tulang dan PSK.
Gambar 17. Mesin Sortasi Stalk Separator
Mesin Suction Winower digunakan untuk memisahkan bahan baku teh
kering berdasarkan berat jenisnya. Bahan yang masuk ke Suction Winower berasal
dari Stalk Separator dan Stalk Extarator. Mesin ini bekerja dengan sistem
hembusan angin dengan tiga kipas bersususn yang berfungsi penghembus dan satu
kipas sebagai penyedot debu. Mesin Suction Winower memiliki empat cerobong
yaitu cerobong 1 untuk produk jadi, cerobong 2 adalah bahan ulang untuk
diproses dengan winower, cerobong 3 kempring, dan cerobong 4 dust. Produk
akhir dari mesin Suction Winower yaitu PSK, PSB, CM, kempring dan dust.
50
Hasil akhir dari proses sortasi mesin adalah grade 1 dan grade 2. Tenaga
kerja yang diperlukan untuk proses sortasi adalah empat orang wanita. Proses
sortasi ada 3 shift dengan waktu 8 jam kerja. Jam kerja untuk pegawai sortasi
adalah Shift pukul 07.00-15.00, 15.00-23.00, 23.00-07.00 termasuk lembur.
Sortasi manual Perkebunan Medini bertujuan untuk memaksimalkan hasil
yang didapat dari sortasi mesin. Sortasi manual adalah memisahkan daun
tua/jikeng, dan tulang berdasarkan bentuk dan warna. Selain itu proses sortasi
manual dilakukan untuk memisahkan kotoran yang tercampur dalam teh yang
tidak dapat dipisahkan dengan sortasi mesin. Pekerja sortasi manual adalah
pekerja borong dengan 5 jam kerja pukul 07.00–12.00. Kegiatan sortasi manual
dilakukan oleh empat pekerja perempuan. Mempengaruhi hasil yang diperoleh
adalah keterampilan pekerja. Rata–rata setiap pekerja menghasilkan 10–20 kg teh
kering. Alat yang digunakan untuk sortasi manual adalah tampah dan sak plastik.
Hasil akhir dari sortasi manual adalah PSB, PSK dan Jikeng. Proses sortasi
manual dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Proses Sortasi Manual
Pengepakan. Pengepakan bertujuan untuk melindungi produk dari
kerusakan, serta memudahkan dalam penyimpanan di gudang dan pengangkutan.
Proses pengepakan di perkebunan bermacam–macam tergantung pada permintaan
pembeli. Bahan yang digunakan untuk pengepakan adalah plastik iner, karung
plastik dan karung goni. Grade 1 menggunakan plastik iner, karung plastik dua
lapis dan karung goni, sedangkan untuk lokal menggunkan plastik iner dan karung
plastik saja. Pengepakan untuk murni hanya menggunakan karung plastik saja.
51
Bobot pengepakan tidak selalu sama tergantung dari produk yang di kemas. Bobot
pengepakan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Bobot Pengepakan Teh di Perkebunan Medini Berdasarkan Mutu
Teh
Mutu teh Grade Kemasan (kg)
CM 1 30
PSK 1 30
PSB 1 30
Tulang 2 25
Dust 2 30
Lokal 1 2 25
Lokal 2 2 20
Kempring 2 25
Kering Murni 2 25 Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011.
Aspek Manajerial
Aspek manajerial yang dilakukan penulis selama tiga bulan, yaitu satu
bulan sebagai pendamping mandor dan dua bulan sebagai pendamping asisten
tanaman. Mandor merupakan bawahan langsung dari asisten tanaman. Pembagian
tugas mandor di Perkebunan Medini dibagi menjadi Mandor Rawat (pengendalian
gulma, pemupukan, dan pemangkasan), Mandor Pengendalian Hama dan
Penyakit, dan Mandor Panen.
Kegiatan penulis selama menjadi pendamping mandor yaitu sebagai
pendamping mandor pengendalian gulma kimiawi, pengendalian gulma manual,
pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan
pengolahan pasca panen. Selama menjadi pendamping asisten penulis
mendapatkan tugas sebagai pendamping asisten tanaman, dan asisten pabrik.
Pendamping mandor
Mandor secara umum memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
mengawasi para pekerja di lapangan sesuai dengan jenis pekerjaannya,
memberikan pengarahan teknis budidaya, mengabsen pekerja sebelum dan
52
sesudah bekerja, menghitung prestasi kerja, dan membuat laporan harian yang
terdiri blok yang dikerjakan, luas areal, jumlah pekerja.
Pendamping mandor pengendalian gulma. Penulis menjadi pendamping
mandor pengendalian gulma manual dan kimia. Mandor pengendalain gulma
bertugas menjadi mandor pengendalian gulma kimiawi dan mandor pengendalian
gulma manual. Pembagian tugas tersebut dilakukan karena program pengendalian
gulma manual dan kimiawi tidak bersamaan. Mandor pengendalian gulma
membawahi 6-8 KHL.
Mandor pengendalian gulma kimiawi bertugas mengawasi dan
mengarahkan pekerja dalam melaksanakan kegiatan pengendalian gulma secara
kimia di kebun, membuat rencana kerja yang meliputi areal yang akan disemprot
dan membuat bon permintaan herbisida, melakukan pengambilan herbisida dan
membuat laporan harian mandor. Mandor juga harus mengetahui dosis, jumlah
material dan biaya dari rencana kerja rawat. Pengajuan bon material dilakukan
satu hari sebelum pelaksanaan pengendalian dengan persetujuan asisten tanaman,
kepala administrasi, dan kepala gudang. Material yang telah disetujui untuk
digunakan dalam pengendalian gulma diambil pada hari itu juga.
Mandor bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan kebersihan
penyemprotan di kebun, jika aplikasi tidak berhasil maka mandor harus
mengulangi penyemprotan. Mandor juga bertanggung jawab terhadap keutuhan
peralatan sehingga pemeliharaan alat harus dilakukan secara rutin. Penulis sebagai
pendamping mandor pengendalian gulma kimiawi membantu mandor dalam
pengisian buku laporan harian mandor, mengawasi pekerja dan menghitung luas
areal yang disemprot.
Tugas mandor pengendalian gulma manual tidak jauh berbeda dengan
mandor pengendalain kimiawi yaitu melakukan pengawasan, membuat laporan
harian mandor dan mengarahkan pekerja.
Pendamping mandor pemupukan. Mandor pemupukan bertugas
megawasi pelaksanaan pemupukan, membuat rencana keja yang meliputi luas
areal yang akan dipupuk dan kebutuhan pupuk, dan membuat bon permintaan,
53
melakukan pengambilan pupuk dari gudang, mengabsen pekerja yang hadir,
mengawasi pencampuran pupuk dan mengatur petugas lansir dan penabur pupuk.
Pengawasan mandor dalam kegiatan pemupukan, dimulai dari saat pupuk
keluar gudang, cara pengangkutan, pengeceran pupuk di jalan-jalan utama yang
strategis, pelangsiran pupuk ke areal tempat penaburan pupuk dan pengumpulan
karung setelah pemupukan. Karung-karung pupuk yang telah digunakan
dikembalikan ke gudang sebagai bukti kegiatan pemupukan telah selesai dan tidak
ada pupuk yang tersisa.
Mandor pupuk membawahi pekerja sebanyak 15–20 orang KHL. Pekerja
pemupukan didapatkan dari tenaga pangendalian gulma dan tenaga pengendalian
HPT. Pengalihan kegiatan tenaga kerja dapat dilakukan jika tenaga kerja tidak
sedang melaksanakan kegiatan pokoknya. Mandor pemupukan dibantu oleh
mandor pengendalian HPT, mandor pengendalian gulma.
Kegiatan penulis saat menjadi pendamping mandor pupuk adalah
membantu dalam mengarahkan dan mengawasi tenaga selama proses pemupukan,
mengawasi proses pengangkutan pupuk, dan membuat laporan harian mandor.
Pendamping mandor pengendalian hama dan penyakit (HPT).
Mandor HPT bertugas mengawasi dan mengarahkan pekerja dalam melaksanakan
kegiatan pengendalian hama dan penyakit, membuat rencana kerja yang meliputi
penentuan semprot, menentukan kebutuhan material, membuat bon permintaan
insektisida/fungisida dan bahan bakar, melakukan pengambilan material yang
telah dibon ke gudang, melakukan Early Warning Sistem (EWS), dan membuat
laporan harian mandor. Laporan harian mandor berupa pencatatan luas areal dan
penggunaan fungisida /insektisida, tenaga kerja, upah dan lokasi aplikasi.
Mandor HPT juga bertugas mengabsen pekerja, memeriksa kelengkapan
peralatan semprot, mengatur arah pekerja yang akan menyemprot, mengawasi
penuangan dan penggunaan dosis insektisida/fungisida saat aplikasi, mandor HPT
melaksanakan Deteksi Ulang (DU) setelah melakukan pengendalian.
Mandor pupuk membawahi empat KHL, dan dua PHT. Jam kerja dari
masing-masing stutus berbeda yaitu : 5 jam/HK untuk KHL dan 7 jam/HK untuk
PHT. Mandor HPT juga bertanggungjawab atas kerusakan alat yang digunakan.
54
Pada saat menjadi pendamping mandor HPT penulis membantu mandor dalam
mengawasi pelaksanaan pengendalain HPT, dan membuat laporan harian mandor.
Pendamping mandor pemangkasan. Mandor pemangkasan bertugas
untuk mencari dan merekrut tenaga pangkas yang ahli dari desa atau dusun
terdekat, memberi pengarahan tentang pemangkasan yang benar sesuai SOP,
mengabsen dan mengawasi tenaga pangkas, membagi hanca pemangkas,
membuat laporan hasil kerja di buku harian mandor. Pada buku mandor yang
dilaporkan adalah luas areal yang dipangkas per hari, dan jumlah tenaga kerja per
hari.
Mandor pangkas membawahi 12-15 KHL dengan sistem borong. Jam
kerja untuk tenaga pangkas tidak dibatasi karena diupah berdasarkan luas areal
yang dipangkas. Penulis saat menjadi pendamping mandor bertugas mengawasi
pekerja pangkas dan membuat buku harian mandor. Mandor pangkas diambil dari
mandor rawat karena tidak setiap waktu ada pemangkasan.
Pendamping mandor panen. Kegiatan pemetikan diatur dan diawasi oleh
seorang mandor panen yang melakukan pengawasan langsung terhadap
pelaksanaan pemetikan. Seorang mandor panen bertugas membuat rencana
pengaturan blok yang akan dipetik, menentukan jenis pemetikan, rotasi
pemetikan, menentukan alat dan sarana pemetikan. Mandor panen harus memberi
pengarahan tentang pemetikan yang baik dan benar kepada pemetik, menghitung
luas areal, kemampuan pemetik, jumlah tenaga kerja, produksi yang dikerjakan,
mengawasi dan mengelola pekerja, membuat estimasi panen, mencari tenaga
pemetik saat kekurangan dan membuat laporan harian mandor.
Mandor panen bertanggung jawab terhadap luas areal yang dimilikinya,
sehingga mandor panen harus memeriksa pucuk yang telah dipetik untuk
mengetahui potensi pucuk dipetik berikutnya dan mengatur lama rotasi
pemetikan. Kondisi pucuk di lapangan sangat mempengaruhi estimasi produksi
perkemandoran. Penentuan estimasi petik dilakukan dengan perhitungan sebagai
berikut:
Estimasi = Standar Petik (kg) x jumlah HK per hari.
55
Proses penimbangan dilakukan oleh krani timbang yang diketahui oleh
mandor panen. Pencatatan hasil pucuk pemetikan dilakukan oleh mandor panen
dan krani timbang untuk menghindari kekeliruan. Penulis membantu membuat
estimasi produksi harian, mengawasi pemetikan, dan membuat laporan harian
mandor. Laporan yang dikerjakan dalam buku harian mandor panen adalah jumlah
pemanen, absen pemanen, luas areal pemetikan, dan pucuk basah yang didapat
pemanen per hari. Mandor panen membawahi 40-50 pekerja pemetik KHL dengan
sistem borongan.
Pendamping Asisten Tanaman
Perkebunan Medini bagian tanaman dipimpin langsung oleh asisten
tanaman. Asisten tanaman langsung membawahi semua mandor yang ada di
perkebunan. Peran asisten tanaman adalah mengelolaan kebun agar berjalan
dengan baik secara teknis dan administrasi, perlu dedikasi yang tinggi dan
tanggung jawab besar untuk kelancaran kegiatan kebun. Tugas dan tanggung
jawab asisten tanaman sangat banyak dan besar dikarenakan di perkebunan
Medini tidak ada asisten afdeling maka tugas asisten afdeling dan asisten tanaman
dikerjakan oleh satu orang asisten.
Asisten tanaman secara umum bertugas membuat rencana kerja untuk
pelaksanaan di kebun. Rencana kerja yaitu, rencana kerja bulanan (panen dan
rawat) yang mengacu atau didasarkan pada rencana tahunan (master budget).
Selain itu, kepala kebun juga bertugas menjamin dan mengatur pelaksanaan
kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah dibuat, serta
mengevaluasi pekerja kebun secara kualitas, kuantitas dan biaya.
Asisten tanaman juga bertugas memberikan instruksi dan pengarahan
kerja, serta motivasi kepada mandor untuk meningkatkan prestasi kerja,
melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap blok-blok yang sedang
dilakukan kegiatan rawat maupun panen, mengevaluasi hasil kegiatan panen dan
rawat menyangkut ketersediaan tenaga kerja, serta memonitor pencapaian target
kerja dan produksi. Setiap bulan asisten tanaman membuat rencana kerja untuk
rawat dan panen dalam Buku Kerja Afdeling (BKA). Buku kerja afdeling untuk
56
panen meliputi luas blok, jumlah produksi pucuk basah per hari untuk setiap blok
dan perencanaan gilir petik, sedangkan BKA rawat meliputi item kegiatan, waktu
pelaksanaan , blok pelaksanaan, luas pelaksanaan, norma HK dan total HK dalam
satu bulan. Kegiatan pembuatan rencana kerja bulanan tersebut, asisten biasanya
mengadakan rapat bulanan dengan mandor, seperti target produksi pucuk basah
dan jumlah tenaga keja yang digunakan.
Asisten tanaman melakukan pengawasan dan evaluasi dengan cara
mengelilingi (controlling) yang menitikberatkan pada kebun-kebun yang
mempunyai masalah. Selain itu, asisten tanaman membuat Permohonan Modal
Kerja (PMK) untuk kegiatan kebun yang meliputi direct dan indirect cost. Asisten
tanaman melakukan koordinasi kerja dengan mandor, KTU, kepala pabrik dan
teknik, administratur untuk kelancaran proses produksi. Penulis selama menjadi
pendamping asisten tanaman melakukan pengawasan pekerjaan di kebun,
mengikuti rapat bulanan mandor, dan membantu membuat BKA.
Pendamping Asisten Pabrik.
Asisten pengolahan bertanggung jawab terhadap semua kegiatan pada proses
pengolahan teh di pabrik. Pengolahan teh meliputi beberapa stasiun pengolahan
yaitu, stasiun pelayuan, stasiun pengilingan, stasiun pengeringan awal, stasiun
pengeringan akhir, dan stasiun sortasi. Tugas asisten pabrik pengolahan
mempertanggung jawabkan segala bentuk tanggung jawab yang diberikan
berdasarkan SOP, berkoordinasi dengan pihak kebun dan manager, Menciptakan
atau pengendalian hal-hal yang dapat membuat efisiensi biaya yang berhubungan
dengan cost, dan manegur karyawan apabila melakukan kesalahan.
PEMBAHASAN
Pemangkasan adalah suatu kultur teknis tanaman teh untuk mencapai
produksi pucuk yang tinggi sehingga dalam memilih tipe pangkasan harus tepat.
Kegiatan pemangkasan merupakan salah satu kegiatan yang penting bagi
pengolahan perkebunan. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) tanaman
teh yang tidak dipangkas akan tumbuh menjadi pohon yang tinggi dan dapat
mencapai ketinggian 15 m, tanaman teh tersebut tidak akan menghasilkan pucuk
yang banyak dan pemetikannya akan sulit.
Jenis/Tipe Pangkasan
Jenis tipe pangkasan adalah bentuk-bentuk pangkasan yang dilakukan
pada tanaman teh. Pemangkasan yang dilakukan di Perkebunan Medini adalah
pangkasan bersih. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) pangkasan
bersih adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata tetapi bagian tengahnya agak
rendah (memangkok), dengan membuang semua ranting kecil yang berukuran
kurang 1 cm (sebesar pensil), dengan maksud memeperbaiki percabangan.
Pangkasan ini dilakukan pada tinggi 45-60 cm pada kondisi tanaman sehat dan
pada pertanaman tinggi.
Pada pelaksanaan pemangkasan di Perkebunan Medini para pekerja
dominan menggunakan pangkasan setengah bersih. Pangkasan rata yang bagian
tengah agak rendah (memangkok) dengan sisa cabang yang ditinggalkan
berdiameter < 2 cm. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) pangkasan
setengah bersih adalah pangkasan membuang ranting-ranting kecil berukuran
kurang dari 1 cm (sebesar pensil) yang berada di bagian tengah perdu, sedangkan
yang berada disisi perdu dibiarkan. Tinggi pangkasan pada pangkasan setengah
bersih 45-60 cm. Sistem upah borongan yang ditetapkan di Perkebunan Medini
dan minimnya pengawasan oleh mandor maka sebagian besar pemangkas bekerja
hanya mementingkan kuantitas dari pada kualitas hasil pangkasan. Jenis
pangkasan yang dikerjakan di kebun secara nyata tidak sesuai dengan yang
diharapkan oleh kebun.
Menurut Sukasman (1988) pada pemangkasan bersih jumlah tunas yang
tumbuh sedikit tetapi lebih subur sehingga hampir seluruh tunas dapat mencapai
58
bidang pangkasan selain itu, pangkasan bersih akan mengakibatkan sinar matahari
dapat menembus bagian bawah tanaman sehingga dapat mestimulur tumbuhnya
tunas bagian bawah yang biasanya memiliki dormansi lebih kuat.
Kriteria Pangkas
Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan saat pemangkasan
antara lain tinggi bidang petik, persentase pucuk burung, tingkat produksi, kadar
pati, alasan ekonomis dan kebijakan kebun.
Tinggi bidang petik. Hasil pengamatan secara langsung yang
dilaksanakan di Blok 4 didapat tinggi bidang petik 109 cm dan diameter 123 cm.
Pemangkasan akan segera dilaksanakan apabila bidang petik sudah sulit dijangkau
oleh pemetik, biasanya setelah mencapai ketinggian 120 cm. Menurut Sukasman
(1988), tinggi tanaman 120 cm merupakan tinggi maksimal untuk ukuran badan
pemetik di Indonesia (155-165 cm), hal tersebut dikarenakan semakin tinggi
bidang petik dan diameter kerapatan yang semakin tinggi pula maka akan
menimbulkan kesulitan pada saat pemetikan. Akibatnya biaya pemetikan tinggi
dan kapasitas rendah. Hasil pengamatan kondisi di lapangan menurut kriteria
tinggi tanaman yang akan dipangkas belum menyulitkan pemetikan akan tetapi
pemangkasan tetap dilaksanakan karena produktisivitas basah sudah menurun dari
tahun sebelumnya.
Persentase pucuk burung. Persentase pucuk burung berdasarkan
pengamatan secara langsung di Blok 4 mencapai 91 %, hal tersebut
menunjukkkan bahwa tanaman sudah saatnya dipangkas. Apabila pemangkasan
terlambat dilakukan maka jumlah pucuk burung akan semakin banyak. Pucuk
burung merupakan pucuk yang dalam kedaan dorman. Semakin tua umur pangkas
tanaman teh maka periode pekonya akan semakin singkat sebaliknya periode
burungnya menjadi panjang. Secara teoritis dikatakan bahwa apabila pucuk
burung mencapai 70 %, maka hal tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu
kriteria waktu pemangkasan. Pada kondisi menjelang pemangkasan jumlah pucuk
burung akan semakin banyak dengan ukuran pucuk kecil dan bobot pucuk ringan
(Sukasman, 1988).
59
Tingginya jumlah pucuk burung juga mengindikasi tingginya zat pati hasil
fotosintesis yang terakumulasi dalam akar tanaman teh. Makin aktif pertumbuhan
pucuk tanaman atau makin banyak pertumbuhan pucuk, makin banyak pula zat
pati yang dipakai, sehingga persediaan zat pati makin berkurang (Pusat Penelitian
Teh dan Kina, 2006).
Tingkat produktivitas. Berdasarkan data yang didapat di kantor kebun.
Pada Gambar 3, mempunyai pola grafik terjadi peningkatan produksi pada tahun
kedua setelah pemangkasan dan mengalami penurunan pada tahun ketiga, akan
tetapi penurunan pada tahun ketiga tidak terlalu signifikan. Data produksi pada
tahun keempat penurunanya signifikan. Data ini sudah sesuai dengan teori yang di
ungkapkan oleh Sanusi.
Produktivitas tertinggi tanaman teh dicapai pada tahun ke dua atau ke tiga.
Pada tahun ketiga atau keeempat setelah pemangkasan produksi tanaman teh
biasanya mulai menurun. Hal ini dikarenakan dengan bertambahnya umur
tanaman maka bagian-bagian tanaman yang membutuhkan hasil fotosintesis
semakin banyak. Menurut Sanusi (1988) semakin tua tanaman teh, akan semakin
banyak bagian tanaman yang tidak produktif berupa batang atau cabang serta
bagian akar.
Kadar pati. Kadar pati akar merupakan salah satu penentu saat pangkas
yang baik. Menurut Sukasman (1988), batas kritis kadar pati akar tanaman teh
yang baik pada saat dilakukan pemangkasan adalah 12 %. Apabila kurang dari 12
% maka dapat mengakibatkan kematian pada tanaman yang akan dipangkas.
Kandungan zat pati pada tanaman teh selalu berubah-ubah dan dipengaruhi
oleh pertumbuhan tanaman, ketinggian tempat serta iklim (Pusat Penelitian Teh
dan Kina, 2006). Menurunnya hasil pucuk bersamaan dengan semakin
meningkatnya kandungan pati dalam akar secara nyata. Proses pengisian
cadangan pati dalam akar secara berangsur-angsur selama 3-4 bulan, yaitu pada
saat pucuk rendah atau periode pucuk burung (Sukasman, 1988).
Perkebunan Medini tidak melakukan uji kandungan pati akar dalam
menentukan saat pangkas tanaman karena biaya cukup mahal dan belum
tersedianya sarana yang memadai.
60
Gilir Pangkas
Gilir pangkasan adalah jangka waktu antara pemangkasan yang terdahulu
dengan pemangkasan berikutnya dan bisa dinyatakan dalam tahun pada blok yang
sama. Panjang pendeknya daur pangkasan dipengaruhi oleh ketinggian kebun dari
permukaan laut dan tinggi pangkasan sebelumnya.
Perkebunan Medini terletak pada ketinggian 950-1 775 m dpl termasuk
dataran tinggi sehingga menggunakan gilir pangkas empat tahun. Pada kenyataan
pelaksanaan pemangkasan di lapangan tidak selalu sesuai dengan gilir pangkas
yang telah direncanakan. Pada Tabel 4 didapat gilir pangkas pada tahun 2010-
2011 antara kurang dari tiga tahun sampai enam tahun. Pada Blok 4 daur pangkas
yang dipangkas terakhir gilir pangkas kurang dari tiga tahun, ini lebih cepat
daripada daur pangkas minimal yang telah direncanakan. Keputusan untuk
mempercepat pemangkasan karena di blok ini keadaan tanaman dinilai sudah
tidak produktif. Pada Blok 1 gilir pangkas mencapai enam tahun ini disebabkan
oleh kebijakan kebun dan pada Blok 1 produktivitasnya masih stabil.
Makin tinggi letak kebun dari permukaan laut, makin lambat
pertumbuhan tanaman teh, sehingga makin lama bidang petik menjadi tinggi,
berarti daur pangkasan makin panjang. Berdasarkan tinggi tempat daerah
pertumbuhan teh, pedoman umum panjang daur pangkasan adalah daerah rendah
(< 800 m) daur pangkasan berkisar antara 2-3 tahun, daerah sedang (800-1200 m)
daur pangkasan 3-4 tahun, daerah tinggi (> 1 200 m) daur pangkas antara 4-5
tahun. Makin tinggi pangkasan yang dilakukan sebelumya, makin pendek daur
pangkasannya berikutnya (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).
Berdasarkan pedoman umum masa gilir pangkas tersebut dapat dilihat
bahwa semakin tinggi letak kebun maka semakin lama gilir pangkasnya. Letak
kebun yang tinggi menyebabkan suhu dan intensitas penyinaran matahari semakin
rendah sehingga pertumbuhan tanaman akan semakin lambat akibat gilir pangkas
semakin panjang (Setyamidjaja, 2000).
61
Waktu Pemangkasan
Waktu pangkasan adalah waktu yang tepat untuk pelaksanaan pangkasan
sehingga diperoleh hasil pangkasan yang optimal. Menentukan waktu pangkasan
perlu memperhatikan beberapa faktor, antara lain kondisi tanaman, iklim, dan
tinggi tempat permukaan laut. Kondisi tanaman atau kesehatan tanaman sangat
dipengaruhi olah kandungan zat pati dalam akar tanaman. Tanaman teh yang
kadar patinya kurang dari 12 % akan merana bahkan dapat mati apabila dilakukan
pemangkasan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006)
Pemangkasan terbaik menurut Sukasman (1988) adalah antar Bulan Mei
dan Juni (akhir musim hujan) dan antara pertengahan Bulan Oktober sampai
November (menjelang musim hujan). Waktu pemangkasan ternyata memberikan
pengaruh yang nyata terhadap hasil pucuk dan pertumbuhan tanaman.
Pemangkasan pada Bulan Juni, Juli, Agustus dan September menghasilkan pucuk
lebih tinggi. Sedangkan pemangkasan pada periode bulan Oktober, November,
Desember, Januari, dan Maret pertumbuhan pucuk sangat lambat.
Realisasi pemangkasan di Perkebunan Medini pada tahun 2010
dilaksanakan dalam dua semester yaitu semester I (Januari-Juni) dan semester II
(September-Oktober). Pemangkasan pada semester I dilakukan enam bulan
sementara pada semester II sekitar tiga bulan. Pelaksanaan pemangkasan
dilaksankan dalam dua semester dimana 66.93 % luas pangkasan pada semester I
dan 13.19 % pada semester II. Pertimbangan melakukan pemangkasan yang lebih
luas pada semester I adalah untuk menstabilkan produksi. Menurut Pusat
Penelitian Teh dan Kina (2006) semester 1 dilakukan pemangkasan dengan areal
yang lebih besar (60-70 %) daripada pemangkasan semester II (30-40 %). Luas
areal pemangkasan pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 5. Secara umum
pemangkasan di Perkebuan Medini telah sesuai dengan waktu yang telah
direkomendasikan, tetapi ada beberapa pelaksanaan pangkas yang tidak sesuai
pada waktu yang telah direkomendasikan. Hal tersebut dalaksanakan sesuai
dengan keputusan yang telah di tentukan oleh kebun.
62
Luas Areal Pemangkasan
Penentuan areal pangkasan bertujuan untuk menjaga kontinyuitas produksi
dan menghindari fluktuasi produksi tanaman yang terlalu tajam. Perkebunan
Medini menetapkan luas areal pangkasan sebesar 25 % dari luas total areal
Tanaman Menghasilkan (TM) dalam satu tahun. Pemangkasan dilaksanakan
dalam dua semester dimana 60 % pemangkasan dilaksanakan pada semester
pertaman dan sisanya pada semester kedua. Pembagian luas pangkasan bertujuan
menjaga stabilitas produksi pucuk agar tidak terjadi fluktuasi flush dan minus
(kemarau) serta menghindari serangan cacar daun teh. Pertimbangan melakukan
pemangkasan yang lebih luas pada semester pertama adalah untuk stabilisasi
produksi.
Realisasi luas areal yang dipangkas dalam satu tahun tidak selalu sama
dengan rencana yang telah ditetapkan. Beberapa faktor yang memepengaruhi
anatara lain kondisi kebun, iklim, ketersediaan tenaga kerja dan dana. Rata-rata
luas areal pemangkasan pada lima tahun terakhir adalah 26.03 % dari luas total
areal tanaman menghasilkan. Rencana dan realisasi pemangkasan di Kebun
Medini dapat dilihat pada Tabel 6. Realisasi luas pemangkasan pada lima tahun
terakhir sudah sesuai dengan standar luas area pemangkasan menurut teori.
Tenaga Pemangkas
Kegiatan pemangkasan menggunakan karyawan harian lepas dengan
sistem upah borong. Besarnya upah yang dibayarkan yaitu Rp 19 300/patok
(400m2). Dari Tabel 7 didapat rata-rata kapasitas pemangkas lebih tinggi dari
pada kapasitas standar yang telah ditentukan oleh kebun. Hal ini disebabkan oleh
kondisi tanaman yang relatif muda serta kecenderungan pemangkas untuk
mengejar kuantitas hasil.
Pemangkasan pada Blok 4 jumlah pekerja pemangkas yang dibutuhkan
menurut teori 18 tenaga, akan tetapi pekerja yang tersedia di kebun ada 15 orang,
maka tenaga kurang dari kebutuhan standar yang di perlukan. Kekurangan tenaga
pemangkas ini dikarenakan tenaga pemangkas hanya dilakukan oleh pekerja yang
63
usianya di atas 50 tahun. Tenaga pemangkas yang dipilih adalah pekerja yang
mempunyai keterampilan khusus.
Keterampilan Pemangkas
Pemangkasan merupakan kegiatan yang memerlukan tenaga, kecekatan,
dan keterampilan. Kerusakan cabang berdasarkan umur pemangkas pada Tabel 8
didapat lebih besar untuk usia yang kurang dari 60 tahun akan tetapi perbedaan ini
tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan pada pemangkas yang usia diatas 60
tahun memiliki ketelitian lebih tinggi dibandingkan yang kurang dari 60 tahun.
Hasil yang didapat tidak berbeda nyata maka umur pemangkas tidak
mempengaruhi tingkat kerusakan yang dipangkas atau keterampilan antar
pemangkas dianggap sama.
Alat Pangkas
Alat pangkas yang biasa digunakan untuk pemangkasan tanaman teh
berupa sabit/gaet dan gergaji pangkas. Menurut Setyamidjaja (2000) pemotongan
cabang atau ranting dengan diameter lebih kecil dari ibu jari (Ø < 2 cm) sebaiknya
menggunakan sabit/gaet pangkas sedangkan untuk cabang/ranting dengan
diameter lebih besar (Ø>2 cm) menggunakan gergaji pangkas.
Perkebunan Medini menggunakan alat pangkas berupa sabit.
Pertimbangan memangkas menggunakan sabit pangkas adalah sabit pangkas dapat
lebih cepat dalam penyelesaiannya dan batang yang ada masih kecil (Ø < 2 cm).
penulis melakukan pengamatan pada tanaman yang dipangkas pada Blok 4 dan di
dapat 97.48% cabang tanaman masih kecil (Ø < 2 cm). Sabit yang digunakan
pemangkasan harus dalam kondisi tajam, hal ini untuk meminimalisasi
kemungkinan cabang rusak/pecah akibat pemangkasan. Alat pemangkasan dibawa
sendiri oleh pekerja karena kebun tidak menyediakan sabit pangkas. Pengukuran
tinggi pangkasan menggunakn jidar pangkas yang telah disediakan oleh mandor
pangkas.
64
Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan
Petumbuhan pucuk hasil pangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya umur cabang , jumlah hara, dan ketinggian tempat. Pertumbuha tunas-
tunas baru dipengaruhi oleh umur cabang. Makin tua umur cabang tingkat
dormansi tunas semakin kuat sehingga semakin lama pertumbuhan tunasnya.
Grafik pertumbuhan tunas dapat dilihat dari Gambar 6. Pada pengamatan yang
dilaksankan pertumbuhan tunas pada 8 MSP sudah mencapai 13.05 cm. kenaikan
tunas setiap minggu tidak sama pada minggu ke 2 sampai minggu ke 4 kenaikan
rata-rata 0.35 cm sedangkan pada minggu ke 7 ke minggu 8 kenaikan tunas dalam
satu minggu mencapai 5.35 cm.
Pemetikan jendangan dilaksanakan 3 bulan setelah pangkas atau 12
minggu setelah pangkas. Ketentuan tinggi tunas pada saat dilakukakn pemetikan
jendangan lebih dari 20 cm dari luka pangkas, karena untuk membentuk bidang
petik pada tanaman teh. Bidang petik yang diharapkan oleh perkebunan adalah 20
cm dari luka pangkas. Menurut Setyamidjaja (2000) tinggi petikan jendangan
berkisar antara 10 cm–25 cm di atas bidang pangkas dengan membentuk bidang
petik yang rata. Ketinggian tunas dan pelaksanakan pemetikan jendangan sudah
sesuai dengan yang diharapkan kebun.
Menurut Sukasman (1988) selain dipengaruhi oleh jumlah hara dan cabang
pertumbuhan tunas-tubas baru dipengaruhi oleh umur cabang. Makin tua cabang
tingkat dormansi tunas semakin kuat sehingga semakin lama pertumbuhan
tunasnya. Pada pangkasan bersih jumlah tunas yang tumbuh sedikit tetapi lebih
subur sehingga hampir seluruh tunas dapat mencapai bidang pangkas, hal tersebut
dikarenakan cadangan hara yang terdapat ada tanaman terpenuhi.
Pengelolaan Sisa Pangkas
Hasil pengamatan secara langsung brangkasan yang dihasilkan adalah 1.9
kg/perdu. Perkebunan Medini tidak ada pemangganan khusus untuk pengolahan
sisa pangkasan jadi sisa pangkasan diletakkan saja diantara tanaman. Perkebunan
Medini tidak meletakkan sisa pangkasan di atas luka pangkasan dikarenakan akan
menghambat pertumbuahan tunas karena tidak ada tenaga khusus untuk
65
menurunkan brangkasan dari atas bidang pangkasan setelah mengering. Sebagian
dari penduduk sekitar mencari kayu bakar dari sisa pangkasan.
Cabang atau ranting sisa pangkasan diletakkan di samping tanaman dan
tidak menutupi tanaman. Menurut Pusat Penelitian Teh dan Kina (2006) sisa
pangkasan sebaiknya ditinggalkan di lahan tersebut untuk menambah bahan
organik tanah. Banyaknya sampah pangkasan teh adalah 23.75 kg/ha, terdiri dari
cabang/ranting 77 % dan sisanya adalah daun. Brangkasan yang ditinggalkan
setara dengan 235 kg Urea, 48 kg TSP, dan 100 kg ZA/ha.
Tinggi Pangkasan
Tinggi pangkasan adalah tinggi pangkasan dari permukaan tanah. Tinggi
pangkasan yang dilaksanakan. Pada pelaksanaan pemangkasan Perkebunan
Medini dari hasil pengamatan langsung didapat rata-rata tinggi pangkasan 62 cm
dengan diameter pangkasan 74 cm. Tinggi pangkasan yang ada di lapangan lebih
besar daripada tinggi standar yang ditetapkan yaitu 55 cm. Perbedaan ketinggian
tersebut diduga karena tenaga pangkas bekerja berdasarkan sistem upah borong
sehingga lebih mementingkan kualitas hasil, akibatnya hasil yang didapat tidak
seperti yang diharapkan kebun. Pelaksanaan pemangkasan pekerja tidak selalu
mengunakan jidar pangkas untuk mengukur ketinggian karena mereka merasa
sangat merepotkan, maka pekerja mengukur tinggi pangkasan hanya
menggunakan lutut .
Perkebunan Medini antara 55-65 cm dari permukaan tanah. Menurut Pusat
Penelitian Teh dan Kina (2006), tinggi pemangkasan mempengaruhi pertumbuhan
pucuk, makin tinggi pemangkasan makin cepat pertumbuhan tunasnya, sejalan
dengan keterangan tersebut maka cabang/ranting yang berukuran 1-2 cm
mempunyai potensi yang tinggi, baik banyaknya pertunasan baru maupun
kecepatan pertumbuhanya. Untuk memperolah ketinggian pangkasan yang tepat
pada ukuran 1-2 cm, maka ketinggian pangkasan 55-65 cm. Menurut Sukasman
(1988), daerah medium (600-1200 m dpl) dengan tinggi pangkasan 45-50 cm laju
kenaikan tinggi bidang petik 12 cm maka untuk mencapai tinggi bidang petik
120 cm akan diperlukan daur pangkas kira-kira empat tahun. Pangkasan pertama
66
dilakukan pada ketingian 55 cm dari permukaan tanah dan tiap pangkasan
berikutnya naik 5 cm dari luka pangkasan sebelumnya. Saat tinggi pangkasan
telah mencapai 65 cm, maka pemangkasan akan diturunkan pada ketinggian awal
55 cm. Sistem pangkasan tersebut adalah sistem pangkasan naik turun.
67
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemangkasan adalah salah satu pemeliharan tanaman teh yang sangat
penting, karena pemangkasan merupakan awal dari proses produksi tanaman teh.
Pemangkasan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah waktu
pangkas, gilir pangkas, jenis pemangkasan, luas areal pemangkasan , keterampilan
pemangkas dan alat pangkas.
Pangkasan yang dilaksanakan Perkebunan Medini adalah pangkasan
setengah bersih dengan tinggi pangkasan 62 cm dari tanah. Realisasi gilir pangkas
pada tahun 2010 antara 3 sampai 6 tahun, sedangkan realisasi rata-rata luas
pemangkasan pada lima tahun terakhir sebesar 26.03 %. Realisasi pemangkasan
di Perkebunan Medini pada tahun 2010 dilaksanakan dalam dua semester yaitu
semester I (Januari-Juni) dan semester II (September-Oktober), pemangkasan
dilaksanakan dengan luas 66.93 % pada semester I dan 13,19 % pada semester II.
Realisasi gilir pangkas dan waktu pemangkasan kadang terjadi pergeseran di
kebun.
Alat dan keterampilan pemangkas sangat mempengaruhi dari keberhasilan
pangkasan. Alat pemangkasan yang digunakan adalah sabit pangkas. Pengawasan
pemangkasan dari mandor sangat diperlukan secara intensif. Tenaga pemangkas
didominasi oleh pekerja yang telah lanjut usia dengan pengalaman kerja antara
10-20 tahun dan usia diatas 50 tahun. Umur pemangkas tidak berpengaruh
terhadap keterampilan pemangkas. Kapasitas tenaga pemangkasan di Perkebunan
Medini 0.05 ha/HK, lebih besar dari kapasitas standar yang ditentukan kebun
adalah 0.04 ha/HK.
Melalui kegiatan magang ini penulis dapat memahami dan mempelajari
proses kerja secara nyata di lapangan dan dapat meningkatkan kemampuan dalam
hal pengelolaan tanaman dan tenaga kerja di perkebunan. Penulis lebih
mengetahui secara nyata aspek teknis dan aspek manajerial di dunia kerja.
68
Saran
Dalam proses pemangkasan perlu dilakukan perencanaan yang matang
dalam menentukan proses pemangkasan. Perencanaan pemangkasan sangat
dipengaruhi oleh kondisi tanaman, iklim, kesediaan dana, dan kesediaan tenaga
kerja. Perkebunan Medini perlu diadakan pelatihan khusus pemangkasan untuk
pekerja pemangkas dikarenakan tenaga pemangkas yang tesedia saat ini adalah
tenaga yang telah lanjut usia. Pelatihan tenaga pangkas untuk para pekerja baru
perlu dilaksanakan untuk mempersiapkan tenaga pemangkas yang akan datang.
Proses pemangkasan memerlukan keterampilan dan keahlian pemangkas.
Pengawasan dari mandor untuk pelaksanaan pemangkasan juga perlu
diperhatikan. Perkebunan Medini seharusnya lebih memperhatikan gilir pangkas
supaya tidak ada keterlambatan maupun kecepatan gilir pangkas.
DAFTAR PUSTAKA
Asrimelwati. 2008. Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia sinensis (L.)O.
Kuntze) di Kebun Tambak Sari PT Perkebunan Nusantara, Subang, Jawa
Barat. Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Bogor Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 73 hal.
Dalimoenthe, S. L. dan M. E. Johan. 2009. Pemangkasan pada Tanaman Teh.
Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung.15 hal.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Statistik Perkebunan Indonesia : Teh
(Camellia sinensis) 2008 – 2010. Direktorat Jenderal Perkebunan.
Departemen Pertanian. Jakarta. 32 hal.
. 2010. Luas Areal dan Produksi Perkebunan
Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan. www.ditjenbun.deptan.go.id.
(1 Juli 2011)
Hartopo, M. 2005. Pengelolaan Tenaga Kerja pada Pemeliharaan dan Pemetikan
Teh (Camellia sinensis (L.)O. Kuntze) di PT Tambi Unit Perkebunan
Bedakah Wonosobo, Jawa Tengah, Skripsi. Program Studi Agronomi
Fakultas Pertanian Institut pertanian Bogor. Bogor. 72 hal
Food and Agricultural Organization. 2011. Tea. http:// Faosfat.fao.org. [5 Agustus
2011]
Johan, M. E. 2006. Pengaruh istirahat petik pada pangkasan dalam terhadap
pertumbuhan tanaman dan produksivitas jendangan. Jurnal Penelitian
Teh dan Kina 9:63-68.
Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh.
Lembaga Riset Perkebunan Teh dan Kina. Bandung. 191 hal.
. 2011. Pertumbuhan Ekspor Teh Indonesia Jauh di
Bawah Ekspor Dunia. http/www.rict.or.id. [1 Agustus 2011].
Setiawati, I dan Nasikun. 1991. Kajian Sosial Ekonomi Teh. Aditya Media.
Yogyakarta. 209 . hal.
Setyamidjaja. D. 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius.
Yogyakarta. 153 hal.
Sukasman. 1988. Pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan. Prosiding
Seminar Pemangkasan Teh, 12 Desember 1988. Gambung, hal 49-63
Suwardi, E. 1991. Penentuaan saat pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan
(TM). Warta Teh dan Kina. 2:31.
70
Wachjar, D. A. 2004. Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis
(L.) O. Kuntze) di Perkebunan Patuahwattee, Ciwedey, Bandung, Jawa
Barat. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut
pertanian Bogor. Bogor. 62 hal.
LAMPIRAN
72
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas
Tanggal Uraian kegiatan prestasi kerja (satuan / HK)
Lokasi Penulis Karyawan Standart
14/2/2011 Observasi kebun
15/2/2011 Libur -
16/2/2011 Ke kantor 17/2/2011 Pemupukan - 112,5 kg 110 kg Blok 10
18/2/2011 Pemupukan - 108 kg 110 kg Blok 10
19/2/2011 Pemupukan - 110 kg 110 kg Blok 5, 10
20/2/2011 Libur -
21/2/2011 Pemupukan - 111 kg 110 kg Blok 5
22/2/2011 Wedding Chemish - 0.4 ha 0.6 ha Blok 6
23/2/2011 Wedding Chemish 0.16 ha 0.4 ha 0.6 ha Blok 15
24/2/2011 EWS - - - Blok 9
25/2/2011 EWS - - - Blok 6
26/2/2011 Pengendalian HPT 0.6 ha 1.8 ha 2.8 ha Blok 5
27/2/2011 Libur -
28/2/2011 Pengendalian HPT - 1.8 ha 2.8 ha Blok 7 1/3/2011 DAK 1patok 3 patok 5 patok Blok 1
2/3/2011 DAK 0.5 patok 2 patok 5 patok Blok 4
3/3/2011 Pemetikan 5 kg 30kg 40kg Blok 2
4/3/2011 Pemetikan - 50 kg 40 kg Blok 8
5/3/2011 Libur - - - -
6/3/2011 Libur - - - -
7/3/2011 Pemetikan - 35 kg 40 kg Blok 11
8/3/2011 Pemetikan 5 kg 36 kg 40 kg Blok 14
9/3/2011 Pemetikan - 42 kg 40 kg Blok 15
25/4/2011 Pemangkasan - 1 patok 1 patok Blok 4 26/4/2011 Pemangkasan - 1 patok 1 patok Blok 4
27/4/2011 Pemangkasan - 1 patok 1 patok Blok 4
72
73
Lampiran 2. Jurnal Kegiatan Magang Sebagai Pedamping Mandor
Tanggal
Uraian kegiatan Prestasi kerja (satuan /HK)
Lokasi Jml KHL yamg
diawasi
Luas Areal yang
Diawasi
Lama kegiatan
(jam )
10/03/2011 Wedding Chemish 4 1,8 3,5 Blok 12
11/03/2011 Wedding Chemis 6 2,5 4,5 Blok 9 12/03/2011 Pemupukan 11 9,48 3 Blok 13
13/03/2011 Libur - - - -
14/03/2011 Pemupukan 12 9,48 4 Blok 13
15/03/2011 Pemupukan 14 10,76 3 Blok 9
16/03/2011 EWS 6 2,5 6,5 Blok 16
17/03/2011 EWS 4 1 4,5 Blok 5
18/03/2011 Pemupukan 20 14,84 4 Blok 12
19/03/2011 Pengendalian HPT 4 1 4,5 Blok 5
20/03/2011 Libur - - - --
21/03/2011 Pengendalian HPT 5 1 4 Blok 11
22/03/2011 DAK 5 0,5 5 Blok 9
23/03/2011 DAK 2 0,2 5 Blok 6 24/03/2011 Pemetikan 37 3 7 Blok 10
25/03/2011 Pemetikan 38 2,5 4 Blok 10
26/03/2011 Pemetikan 43 5 4 Blok 4
27/03/2011 Libur - - - -
28/03/2011 Pemetikan 27 3 7 Blok 1
29/03/2011 Pemetikan 43 0,24 4 Blok 5
30/03/2011 Pemetikan 41 0,32 4 Blok 6
31/03/2011 Pemetikan 20 0,24 4 Blok 14
1/04/2011 Pemetikan 20 0,24 4 Blok 14
2/04/2011 Pemetikan 49 0,4 4 Blok 18
3/04/2011 Libur - - - - 4/04/2011 Perbaikan jalan 30 0,04 4,5
5/04/2011 Pemetikan 42 0,48 4 Blok 18
19/04/2011 Pemangkasan 1 0,04 4 Blok 4
20/04/2011 Pemangkasan 1 0,04 4 Blok 4
73
74
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tanggal Uraian kegiatan Prestasi kerja (satuan /HK)
Lokasi Jml KHL yamg
diawasi Luas Areal yang
Diawasi Lama kegiatan
(jam )
21/04/2011 Pemangkasan 1 0,02 4 Blok 4
22/04/2011 Libur - - - -
23/04/2011 Pemangkasan 1 0,04 4 Blok 4
74
75
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten
Tanggal Uraian kegiatan
Prestasi kerja penulis
Lokasi Jumlah mandor yang
diawasi (orang) Luas areal yang diawasi (ha) Lama kegiatan (jam)
6/04/2011 Pemeliharan rawat 2 1.2 dan 4 5 Blok 2 dan blok 3
7/04/2011 Pemetikan rampasan 1 3 4 Blok 4 8/04/2011 Libur - - - -
9/04/2011 Pemanenan 1 4 4 Blok 6
10/04/2011 Libur - - - -
11/04/2011 Pemangkasan 1 0,4 4 Blok 4
15/04/2011 Pemangkasan 1 0,3 4 Blok 4
16/04/2011 Pemangkasan 1 0,4 4 Blok 4
17/04/2011 Pemangkasan 1 0,4 4 Blok 4
18/04/2011 Pemangkasan 1 0,4 4 Blok 4
29/04/2011 Pemanenan 1 4 4 Blok 3
30/04/2011 Pemupukan 3 7,79 5 Blok 7
1/05/2011 Libur - - - -
2/05/2011 Survey kebun kaligintung 1 - 1 Kebun kaligintung 3/05/2011 Survey kebun kaligintung 1 - 1 Kebun kaligintung
4/05/2011 Survey kebun kaligintung 1 - 1 Kebun kaligintung
5/05/2011 Pemupukan 4 7.01 dan 4,30 3,5 Blok 5 dan blok 6
6/05/2011 Pemupukan 4 10,54 5 Blok 5
7/05/2011 Pemetikan 1 3 3 Blok 11
8/05/2011 Libur - - - -
9/05/2011 Pemangkasan 1 0,06 3 Blok 4
10 /05/2011 Pemangkasan - - - Blok 4
11/05/2011 Pemangkasan 1 0,08 1 Blok 4
12/05/2011 Pemetikan 1 4 4 Blok 18
13/05/2011 Pemetikan 1 2 4 Blok 13 14/05/2011 DAK 1 0,4 5 Blok 2
15/05/2011 Libur - - - -
16/05/2011 Survey kebun Kaligintung - - 1 Kebun kaligintung
17/05/2011 Libur - - - -
75
76
Tanggal Uraian kegiatan Prestasi kerja penulis
Lokasi
Jumlah mandor yang diawasi (orang)
Luas areal yang diawasi (ha) Lama kegiatan (jam)
18/05/2011 Pemupukan 3 6,20 4 Blok 3
19/05/2011 Pengendalian HPT 1 - 2 Blok 10
22/05/2011 Libur - - - -
23/05/2011 Sortasi dan analisa pucuk - - 8 Pabrik
24/05/2011 Pelayuan dan pengilingan - - 8 Pabrik
25/05/2011 Pengeringan awal - - 8 Pabrik
26/05/2011 Analisa kering dan sortasi - - 8 Pabrik
27/05/2011 Pengolahan teh dan packing - - 8 Pabrik
28/05/2011 Pengolahan dan sortasi - - 8 Pabrik
29/05/2011 Libur - - - -
30/05/2011 Administrasi - - 8 Pabrik
31/05/2011 Administrati - - 8 Pabrik
1/06/2011 Administrasi - - 8 Kantor
2/06/2011 Libur - - - -
3/06/2011 Administrasi - - 8 Kantor
4/06/2011 Administrasi - - 8 Kantor
5/06/2011 Libur - - -
6/06/2011 Administrasi - - 8 Kantor
7/06/2011 Administrasi - - 8 Kantor
8/06/2011 Administrasi - - 8 Kantor
9/06/2011 Administrasi - - 8 Kantor
10/06/2011 Administrasi - - 8 Kantor
11/06/2011 Administrasi - - 8 Kantor
12/06/2011 Libur - - -
13/06/2011 Administrasi - - 8 Kantor
14/06/2011 Administrasi - - 8 Kantor
Lampiran 3. (lanjutan ) 7
6
77
Lampiran 4. Peta lokasi Perkebunan Medini
77
78
Lampiran 5. Peta Lokasi Kebun Kaligintung
78
79
Sumber : Arsip Kantor Perkebunan Medini, 2011
Ket : HH = Hari Hujan (hari) Q = 2.8
8.8 X 100 % = 31.81 %
CH = Curah hujan (mm)
BB = Bulan Basah ( CH > 100 mm)
BK = Bulan kering ( CH < 60 mm )
Rata – rata BB = 8,8
Rata – rata BK = 2.8
Bulan
Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata – rata
HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH
Jan 26 894 24 457 27 589 29 1020 24 480 29 678 18 502 19 608 21 918 23 520 24 666
Feb 25 444 26 566 24 636 29 633 24 680 28 534 20 667 19 363 24 818 23 722 24.2 606
Mar 28 1016 25 632 26 453 28 851 29 829 25 382 25 648 21 807 18 193 23 803 24.8 661
Apr 23 715 20 309 18 249 22 417 21 438 25 481 21 498 12 265 18 359 15 458 19.5 419
Mei 20 123 10 175 15 241 21 371 9 107 13 293 8 125 8 165 19 359 19 431 14.2 239
Jun 18 370 6 32 6 95 5 36 23 333 4 34 8 146 4 15 8 111 9 241 9.1 141
Jul 12 58 9 116 - - 13 144 9 110 - - 3 22 - - 3 80 8 158 8.1 69
Agts 4 13 3 8 6 9 2 0 11 83 1 5 3 25 7 117 2 18 13 181 5.2 46
Sept 13 94 4 5 13 61 9 58 15 183 - - - - 4 25 3 19 18 466 9.8 91
Okt 24 417 5 87 17 259 8 34 23 287 5 24 8 182 17 399 8 73,9 18 426 13.3 219
Nov 26 325 22 253 22 622 20 333 15 138 16 91 17 259 19 473 18 335 21 415 19.6 324
Des 26 595 23 524 28 698 26 407 28 787 23 395 22 478 25 695 16 354 22 844 23.9 578
Total 245 5060 177 3162 202 3912 212 4305 231 4454 169 2918 153 3550 155 3933 157 3639 212 5665 191,3 4060
Rata2 20 422 15 264 18 356 21 431 19 371 28 486 13 296 13 328 13 303 19 515 17.9 377
BK 3 3 3 4 - 5 3 3 2 - 2.8
BB 9 8 8 8 11 6 9 9 8 12 8.8
Lampiran 6. Data Curah Hujan Perkebunan Medini Tahun 2001-2010 79
80
Lampiran 7. Struktur Organisasi Perkebunan Medini
Sumber : Kantor Perkebunan RSM Tahun 2011
Manager
Ass. Manager
Pabrik
Ass. Manager
Tanaman
Ass. Manager Tata
Usaha
Spv.
Pabrik
Krani
Pabrik
Spv.
Rawat
Spv.
Panen
Spv.
Teknik
Kerani
Tanaman
Krani
Umum
Krani
Gudang
Krani
Keuangan
Satpam Office Boy Pekerja Pabrik/Teknik Pekerja Panen/Rawat
80