pengembangan lembar kerja siswa (lks) ipa terpadu dengan model project based learning (pbl) pada...
DESCRIPTION
PendidikanTRANSCRIPT
-
Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)
1
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA TERPADU DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PBL) PADA TEMA PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VII
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
1)Purwani Febriyanti 2)Dr. Yosaphat Sumardi 3)Purwanti Widhy. H, M.PdFMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
ABSTRAKTujuan penelitian ini ada dua yakni, untuk mengetahui kelayakan LKS IPA dengan model Project
Based Learning yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif; dan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII setelah menggunakan LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah dalam pembelajaran. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model 4D menurut Thiagarajan, et al. Model 4D meliputi tahap Define (pendefinisian), Design (perancangan), Develop (pengembangan), dan Disseminate (penyebaran). Penelitian ini dirancang sampai pada tahap Develop (pengembangan). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi angket validasi LKS, soal penguasaan keterampilan berpikir kreatif dalam LKS, dan soal pretest maupun posttest keterampilan berpikir kreatif. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif hasil validasi, persentase penguasaan keterampilan berpikir kreatif, dan gain score. Hasil penelitian ini adalah LKS IPA Terpadu dengan tema Pengelolaan Sampah yang dapat dikaji dari aspek Biologi,Kimia dan Fisika. LKS ini menerapkan model Project Based Learning yang menekankan keterampilan berpikir kreatif siswa. LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah layak digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan penilaian ahli secara keseluruhan meliputi komponen kelayakan isi, komponen penyajian, komponen bahasa dan gambar, serta komponen kegrafisan masing-masing komponen memperoleh nilai A dengan kategori sangat baik. LKS ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa yang dibuktikan dengan perolehan gain score sebesar 0,72 dengan kategori peningkatan tinggi.
Kata kunci: LKS IPA Terpadu, Project Based Learning, peningkatan keterampilan berpikir kreatif
ABSTRACT
This research had two objectives, it was to determine feasibility of science worksheet with the project based learning model to increase creative thinking skils; and it was to determine the achievement of 7th grade students creative thinking skills after using the science worksheet with the project based learning model on the theme waste management in class. The research model in this study is the 4D models by Thiagarajan, et al. It consist of defining, designing, developing, and disseminating phases. This study was designed to develop phases. Instrument of this research include questionnaire of worksheets validation, the mastery test of creative thinking skills, and pretest and posttest about creative thinking skills. The technique of data analysis was the descriptive analysis, percentage of creative thinking skills, and gain scores. The result of the study was an integrated science worksheet on the theme waste management that can be studied from the biology and chemistry point of view. This worksheet implemented project based learning model to increase the creative thinking skill. Based on the validators assessments of components, the worksheet was very good. They gave A score for all components, that are content, presentation, language and image, and graphical component. This worksheet can increase students creative thinking skills with the high gain score that is 0,72 which is based on the test data.
-
Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)
2
Keyword: Integrated Science Worksheet, Project Based learning, achievement of creative thinking skills
PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk dapat mempelajari dan
memahami diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran IPA menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajah
dan memahami alam sekitar secara ilmiah
(Depdiknas,2007 :4).
Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi
salah satu ilmu terintegrasi yang memberikan
pengalaman kepada peserta didik untuk menghadapi
kehidupannya di masa mendatang dan turut serta
dalam mengatasi permasalahan global. Seperti yang
diungkap dalam International Science Fair 2013
dalam web resminya, Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) menjadi subjek ilmu yang mampu
mengeksplorasi bakat dan kecakapan ilmiah siswa
melalui curiosity yang dibangun sehingga mereka
memiliki peran dalam memecahkan permasalahan
global. Akan tetapi pembelajaran IPA pada
praktiknya masih menekankan aspek kognitif saja
tanpa disertai penerapan konsep IPA yang baik,
sehingga pembelajaran IPA belum memiliki
kontribusi yang nyata terhadap isu-isu global.
Kurikulum Pendidikan IPA saat ini, tengah
berada dalam masa transisi dari Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) menuju persiapan
Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 berada pada
tahap uji coba pada sekolah-sekolah yang ditunjuk
oleh pemerintah. Masa transisi menjadi momentum
yang sangat penting bagi tenaga pendidik untuk
menyesuaikan diri dan melakukan persiapan
menghadapi kurikulum baru. Salah satu hal yang
dilakukan ialah memaksimalkan kurikulum yang
sedang berlaku agar pelaksanaan kurikulum
selanjutnya dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pembelajaran IPA untuk SMP
adalah IPA Terpadu. Guru IPA SMP dituntut untuk
mengajarkan IPA secara terpadu, tidak terpisah-
pisah antara Biologi, Fisika, dan Kimia.
Keterpaduan di sini yang dimaksud adalah dalam
satu kesatuan utuh. Salah satu langkah yang dapat
digunakan untuk memadukan IPA adalah dengan
mengemas pembelajaran secara tematik. Sebuah
tema ditentukan, kemudian dianalisis keterkaitan
antara aspek Biologi, Fisika dan Kimia.
Keterpaduan tidaklah harus ketiga bagian tersebut,
dua bagian diantaranya sudah merupakan
keterpaduan (E. Mulyasa, 2007: 53).
Melalui pembelajaran IPA terpadu, siswa
dapat memperoleh pengalaman secara langsung,
sehingga siswa lebih mudah dalam menerima,
menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah
dipelajarinya. Dengan demikian, siswa terlatih
untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep
-
Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)
iii
yang dipelajari secara menyeluruh (holistik),
bermakna, otentik, dan aktif. Cara pengemasan
pengalaman belajar yang dirancang guru sangat
berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman
bagi para siswa. Pengalaman belajar yang lebih
menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan
menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan
konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan
membentuk skema kognitif, sehingga siswa
memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.
Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan
pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan
fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui
pembelajaran terpadu (Depdiknas, 2007: 1).
Menghadapi perubahan kurikulum tersebut,
pendidik harus memiliki persiapan guna
menghadapi tuntutan kurikulum yang akan datang
sehingga harapannya pembelajaran IPA pada KTSP
dapat dilaksanakan secara maksimal dan
menyeluruh. Namun kenyataan di lapangan
pendidik belum memiliki persiapan dalam
menghadapi kurikulum yang akan datang. Hal itu
disebabkan karena KTSP belum dilaksanakan
secara maksimal sesuai dengan rumusan dan tujuan
pendidikan.
Salah satu masalah yang masih dihadapi
dalam pembelajaran IPA ialah pembelajaran yang
berlangsung masih bersifat teacher centered
sehingga aktivitas pembelajaran yang memiliki
esensi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi belum
berjalan sebagaimana mestinya. Hal itu harus segera
diakhiri sehingga pembelajaran IPA dapat
berlangsung secara student centered dan
memaksimalkan peran guru sebagai fasilitator
murni yang mendukung daya kembang anak.
Peneliti melaksanakan kegiatan Kuliah
Kerja Nyata dan Praktik Pengalaman Lapangan
(KKN-PPL) tahun 2013 di SMPN 9 Yogyakarta.
Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat kegiatan
KKN-PPL, pembelajaran IPA di SMPN 9
Yogyakarta masih dilaksanakan secara terpisah ke
dalam aspek Biologi, Fisika, dan Kimia. Walaupun,
terkadang setiap aspek kajian IPA sudah dikaitkan
dengan aspek kajian IPA yang lainnya, namun
dalam setiap aspek tersebut kurang menunjukkan
keterpaduan yang jelas karena pembelajaran IPA
tidak dilaksanakan secara tematik.
Tak hanya itu, Pembelajaran IPA saat ini
juga masih berkonsentrasi pada tes dan ujian
sehingga siswa mempelajari IPA sebagai produk
dan hafalan saja. Oleh karena itu, pembelajaran di
kelas akan menimbulkan dampak pada aspek
kognitif siswa. Siswa akan memiliki pengalaman
belajar yang sedikit dan kurang mendalam sehingga
kurang memahami materi secara mendalam. Selain
itu, pembelajaran IPA di SMPN 9 Yogyakarta
belum mengembangkan keterampilan berpikir
kreatif seperti mencetuskan ide, mengklasifikasikan
objek dan membuat hipotesisi. Berdasarkan
wawancara dengan guru yang dilakukan oleh
peneliti, bahan ajar yang digunakan masih terbatas
pada buku BSE dan LKS yang disediakan di
sekolah. Guru belum melakukan pengembangan
-
Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)
iv
LKS yang digunakan sebagai bahan ajar dalam
pembelajaran, sehingga LKS tersebut belum
mendukung siswa untuk mendukung
pengembangan keterampilan berpikir kreatif seperti
mengarahkan siswa pada kegiatan membuat
prediksi, mencetuskan ide dan memvisualisasi.
Selain itu siswa di SMPN 9 Yogyakarta masih
memiliki kemampuan yang kurang dalam membuat
kesimpulan dan hipotesis karena harus dibimbing
oleh guru. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan tersebut.
Pembelajaran IPA seharusnya telah
menekankan pada model pembelajaran student
centered yang berarti mengembangkan seluruh
kemampuan siswa seoptimal mungkin karena
permasalahan yang dihadapi di masa sekarang jauh
berbeda dengan permasalahan yang akan dihadapi
di masa yang akan datang. Perkembangan teknologi
dan informasi dalam berbagai bidang di masyarakat
sangatlah pesat. Oleh karena itu, diperlukan cara
pembelajaran yang dapat menyiapkan siswa untuk
melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis,
kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara
benar. Seorang guru perlu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menerapkan kemampuan
berpikir dalam pembentukan konsep, pemecahan
masalah, dan membuat keputusan. Salah satu
keterampilan berpikir adalah keterampilan berpikir
kreatif (creative thinking skill) (Heng, et all., 2002:
4-5).
Menurut Heng, et al. (2002: 5) seseorang
yang menerapkan keterampilan berpikir kreatif
yaitu seseorang yang mempunyai imajinasi yang
tinggi, dapat menyumbangkan ide-ide inovatif dan
original, dapat memodifikasi ide dan produk. Oleh
sebab itu, keterampilan berpikir kreatif sangat
penting dikembangkan mengingat tantangan hidup
yang dihadapi siswa semakin kompleks. Tantangan
hidup yang semakin kompleks menuntut
keterampilan yang lebih tinggi supaya siswa
mampu memecahkan permasalahan secara kreatif.
Oleh karena itu diperlukan pengembangan lembar
kerja siswa yang dapat membantu meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif yang
diimplementasikan dengan strategi dan model
pembelajaran yang dapat mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan siswa yakni model
Project Based Learning.
Model Project Based Learning (PBL)
merupakan model belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan
baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas
secara nyata. PBL yang terdiri 6 tahapan
pembelajaran diyakini dapat meningkatkan
keterampilan berpikir siswa. Enam tahapan tersebut
ialah penentuan pertanyaan mendasar, menyusun
perencanaan proyek, menyusun jadwal, monitoring,
menguji hasil, dan evaluasi pengalaman yang akan
mengarahkan peserta didik untuk melakukan
investigasi dan memahaminya. PBL akan
mengarahkan siswa pada proses penemuan
mendalam mengenai topik di dunia nyata, hal ini
akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
-
Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)
v
Model PBL akan sangat terkait dengan
keterampilan berpikir siswa dalam melakukan
pencetusan ide dan pemecahan masalah global
secara kolaboratif.
Perpaduan tersebut sangat sejalan dengan
cita-cita pembelajaran IPA dalam kehidupan.
Pembelajaran IPA berbasis proyek dikembangkan
untuk memecahkan permasalahan global seperti
misalnya penanganan dan pengelolaan sampah.
Masalah tersebut merupakan masalah keseharian
yang dekat dengan masyarakat. Proyek pengelolaan
sampah akan membawa peserta didik pada
pembelajaran IPA yang kontekstual dan
mengoptimalkan kemampuan anak, sehingga siswa
dilibatkan dalam pemecahan masalah global secara
bersama-sama.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut,
maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul
Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA
Terpadu dengan Model Project Based Learning
pada Tema Pengelolaan Sampah untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif pada
Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama.
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan
untuk untuk mengetahui (1) kelayakan LKS IPA
dengan model Project Based Learning yang
digunakan untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kreatif pada siswa kelas VII Sekolah
Menengah Pertama; dan (2) peningkatan
keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII setelah
penggunaan LKS IPA dengan model Project Based
Learning pada tema Pengelolaan Sampah.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
jenis penelitian pengembangan Research and
Development (R&D).
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas
Negeri Yogyakarta dan SMP Negeri 9
Yogyakarta pada bulan Februari sampai April
2014.
Target/Subjek Penelitian
Target atau subjek penelitian adalah LKS
IPA terpadu dengan model Project Based
Learning pada tema Pengelolaan Sampah.
Penilaian LKS IPA terpadu dilakukan oleh
Dosen Ahli yang berjumlah 2 orang, Guru SMP
mata pelajaran IPA yang berjumlah 2, dan teman
sejawat yang berjumlah 2. Sedangkan LKS ini
diujikan terhadap 33 responden.
Prosedur
Prosedur pengembangan dalam penelitian
ini mengacu pada pengembangan four-D Model,
sebagai berikut: (1) Define (pendefinisian),
-
Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)
vi
peneliti melakukan identifikasi masalah melalui
observasi di SMPN 9 Yogyakarta selanjutnya
menentukan tema dan pembatasan materi sesuai
dengan kebutuhan siswa dan kurikulum yang
berlaku; (2) Design (perancangan) menyusun
draft awal LKS IPA; (3) Develop
(pengembangan) tahap ini untuk memodifikasi
draft setelah LKS IPA divalidasi oleh ahli dan
guru kemudian dilakukan evaluasi dan revisi; (4)
Disseminate (penyebaran), menyebarluaskan
produk agar dapat diterima dan dipakai oleh
penggunanya yang dilakukan di sekolah secara
terbatas.
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan
Data
Data dalam penelitian ini berupa data
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
diperoleh dari tanggapan dosen ahli, guru IPA,
teman sejawat tentang kualitas produk yang
dihasilkan.
Data kuantitatif diperoleh dari skor hasil
penilaian oleh dosen ahli, guru IPA, teman
sejawat, dan hasil observasi keterampilan peserta
didik pada saat pengambilan data.
Instrument yang digunakan berupa
instrumen validasi produk dan instrument uji
coba yang terdiri dari soal prepost dan soal
penguasaan keterampilan berpikir kreatif pada
LKS.
Teknik Analisis Data
Teknik analisi data dilakukan dengan
analisis deskriptif secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis data kualitatif berupa
masukan, koreksi, dan saran yang diberikan oleh
validator meliputi: dosen, guru IPA, dan teman
sejawat. Analisis data secara kuantitatif meliputi:
Analisis Kelayakan Modul
Teknik analisis data untuk kelayakan
modul dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) tabulasi semua data yang diperoleh untuk
setiap aspek penilaian modul dari setiap
penilai.
2) Menghitung rata-rata skor dari setiap
komponen aspek penilaian dengan
menggunakan rumus :
X = ............................. (1)
Keterangan :
X = skor rata-rata
n = jumlah penilai
3) Mengubah skor rata-rata menjadi nilai
dengan kategori yang ditunjukkan pada
tabel 1
Tabel 1. Konversi Skor menjadi Nilai
No. Rentang skor Nilai Kategori
1 X > x + 1,80 Sbi A Sangat Baik
2x + 0,60 SBi < X x + 1,80 Sbi
B Baik
3 x 0,60 SBi < X x + C Cukup
-
Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)
vii
0,60 Sbi
4x 1,80 SBi < X x 0,60 Sbi
D Kurang
5 X x 1,80 Sbi ESangat
Kurang
(Sumber : Eko Putro W., 2009: 238)
Keterangan:
X = skor aktual (skor yang dicapai)
xi = rerata skor ideal
xi = (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
SBi = simpangan baku skor ideal
SBi = (skor maksimal ideal skor minimal
ideal)
skor maksimal ideal = butir kriteria skor tertinggi
skor minimal ideal = butir kriteria skor terendah
Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran PBL
Penilaian terhadap keterlaksanaan fase-
fase sintaks pembelajaran dengan model
pembelajaran PBL menggunakan LKS
dilakukan oleh observer. Kriteria setiap fase
dalam sintaks yang dimaksud adalah
terlaksana dan tidak terlaksana. Adapun skala
persentase untuk menentukan keterlaksanaan
sintaks model pembelajaran PBL
menggunakan rumus sebagai berikut :%Keterlaksanaan= jumlah kriteria yang terlaksanajumlah semua kriteria keterlaksaan x100%Persen keterlaksanaan selanjutnya diubah
menjadi data kualitatif dengan menggunakan
kriteria dari Eko Putro Widoyoko dapat
dilihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Persentase
Keterlaksanaan Pembelajaran
No Persentase (%) Kategori
1 >80 Sangat baik
2 >60-80 Baik
3 >40-60 Cukup
4 >20-40 Kurang
5 20 Sangat kurang(Sumber: Eko Putro Widoyoko, 2009: 242)
Persen Penguasaan Keterampilan Berpikir
Kreatif Tiap Pertemuan
Penguasaan keterampilan berpikir kreatif
tiap pertemuan dianalisis melalui soal-soal
keterampilan berpikir kreatif yang tercantum
dalam LKS 1, LKS 2, dan LKS 3. Persen
penguasaan dapat dianalisis menggunakan
rumus persen penguasaan atau yang disebut
percentages coreection (Ngalim Purwanto,
2002: 102). NP= RSM x 100%dengan NP ialah Nilai Persen yang dicari atau
diharapkan, R ialah skor mentah yang diperoleh
siswa, SM ialah Skor Maksimal ideal dari tes
yang bersangkutan. Selanjutnya, hasil persen
penguasaan yang diperoleh berupa data
kuantitatif diubah menjadi data kualitatif dengan
menggunakan pedoman pada Tabel 3.
Tabel 3. Persen Penguasaan Keterampilan
Berpikir Kreatif
-
Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)
viii
(Ngalim Purwanto, 2002: 103)
Soal pretest-posttest
Data yang diperoleh melalui lembar
pretest dan posttest untuk mengukur
keterampilan berpikir kreatif siswa yang
dianalisis dengan menggunakan gainscore.
Gain score merupakan metode yang baik
untuk menganalisis hasil pretest dan posttest.
Gain score digunakan untuk mengetahui
peningkatan hasil tes siswa dari pretest ke
posttest. Menurut Hake (Hake, 1999:4), gain
score dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
G =
................ (2)
Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan
menggunakan indeks gain (g) menurut
klasifikasi Hake (1999: 1) ditunjukkan pada tabel
4.
Tabel 4. Kriteria Gain
Indeks Gain Interpretasi
g > 0,70 Tinggi
0,30 < g 0,70 Sedang
g 0,30 Rendah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelayakan LKS IPA Terpadu
Penilaian LKS IPA terpadu dilihat
dari aspek kelayakan isi, kebahasaan, sajian
dan kegrafikan. Berdasarkan hasil penilaian
validator baik dari ahli maupun guru IPA
dapat diketahui nilai akhir kelayakan LKS
dari rerata penilaian ahli dan guru yaitu
semua komponen penilaian LKS yang
meliputi komponen kelayakan isi (rerata
skor 41,3), komponen penyajian (rerata skor
46), komponen bahasa dan gambar (rerata
skor 17,67), serta komponen kegrafisan
(rerata skor 18,16) memperoleh nilai A
dengan kategori sangat baik. Kesimpulan
dari ahli menyatakan bahwa LKS ini layak
diuji coba lapangan dengan revisi sesuai
saran, sedangkan kesimpulan dari guru IPA
menyatakan bahwa LKS ini layak diuji coba
lapangan dengan revisi. Oleh sebab itu,
LKS ini sudah direvisi sesuai dengan saran
dari validator sebelum diujicobakan
No Tingkat
Penguasaan
Nilai
huruf
Kategori
1 86-100% A Sangat baik
2 76-85% B Baik
3 60-75% C Cukup
4 55-59% D Kurang
5 54% E Sangat kurang
-
Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)
ix
lapangan sehingga layak untuk digunakan
dalam pembelajaran.
Data Hasil Penguasaan Keterampilan
Berpikir Kreatif Siswa
Penguasaan keterampilan berpikit kreatif
siswa dianalisis melalui tiga pertemuan pada
LKS. Pada pertemuan pertama tingkat
penguasaan keterampilan berpikir kreatif
sebesar 86,48% (30 siswa) dengan kategori
sangat baik. Pada pertemuan kedua terjadi
penurunan keterampilan berpikir kreatif
2,92% dari pertemuan pertama, sehingga
pada pertemuan dua hanya memperoleh
persen penguasaan keterampilan berpikir
kreatif sebesar 83,56% (29 siswa) dengan
kategori baik. Pada pertemuan ketiga tingkat
penguasaan keterampilan berpikir keatif
mengalami peningkatan yang cukup baik
yakni sebesar 11,28% sehingga pada
pertemuan ketiga persen penguasaan
keterampilannya mencapai sebesar 94,81%
(33 siswa) dengan kategori sangat baik,
yang ditunjukkan dengan tabel 5.
Tabel. 5 Penguasaan Keterampilan Berpikir
Kreatif
No Pertemuan
ke-
Jumlah
Skor
Rata-
Rata
Kategori
1. 1 518,87 86,48 Sangat
Baik
2. 2 501,33 83,56 Baik
3. 3 568,89 94,81 Sangat
Baik
Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif
Peningkatan keterampilan berpikir kreatif
dianalisis melalui tes tertulis. Rerata skor
hasil tes tertulis berupa pretest dan posttest
dapat dilihat pada tabel 6. Rerata skor
pretest dan posttest selanjutnya dianalisis
peningkatannya melalui gain score.
Tabel. 6 Peningkatan Keterampilan Berpikir
Kreatif
Tes Rerata Skor
Gain Score
Kategori
Pretes 10,35 0,72 Tinggi
Postes 20,59
Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa
terjadi peningkatan antara rerata skor pretest
dengan rerata skor posttest sebanyak 10,24.
Melalui analisis dengan gain score diperoleh
nilai gain score sebanyak 0,72 yang
termasuk dalam kategori tinggi. Peningkatan
hasil keterampilan berpikir kreatif
dikarenakan pada saat dilakukan pretest
siswa belum mempunyai pengetahuan dan
pengalaman terhadap soal pretest. Setelah
pembelajaran dilaksanakan maka siswa
mendapat pengetahuan berupa materi yang
disampaikan guru dan pengalaman melalui
kegiatan praktikum.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut.
-
Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)
x
1. LKS IPA dengan model Project Based
Learning pada tema Pengelolaan Sampah
layak digunakan untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif siswa setelah
dilaksanakan penilaian ahli (expert appraisal)
dan uji coba pengembangan (developmental
testing). Berdasarkan penilaian ahli secara
keseluruhan meliputi komponen kelayakan
isi, komponen penyajian, komponen bahasa
dan gambar, serta komponen kegrafisan
masing-masing komponen memperoleh nilai
A dengan kategori sangat baik.
2. Pembelajaran menggunakan LKS IPA dengan
model Project Based Learning pada tema
Pengelolaan Sampah dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif siswa dibuktikan
dengan perolehan gain score sebesar 0,72
dengan kategori peningkatan tinggi.
Peningkatan tersebut didukung dengan
penguasaan keterampilan berpikir kreatif
siswa tiap pertemuan dalam 3 pertemuan.
Persen penguasaan pada pertemuan pertama
sebesar 86,48% termasuk ke dalam kategori
sangat baik, pertemuan kedua sebesar 83,56%
dengan kategori baik, dan pertemuan ketiga
sebesar 94,81% dengan kategori sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2007). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas
Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
E. Mulyasa, (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hake, Richard R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Diakses pada tanggal 31 Okober 2013, dari: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange -Gain.pdf
Heng, Yeap Chin, et al. (2002). Integrated Curriculum for Secondary Schools. Kuala Lumpur: Ministry of Education Malaysia
Ngalim Purwanto. (2002). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Thiagarajan, Sivasailam, Semmel, Dorothy S., Semmel, Melvyn I. (1974). Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Bloomington, Indiana: Indiana University.
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA TERPADU DENGAN MODEL PROJECT BASED LEARNING (PBL) PADA TEMA PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
1)Purwani Febriyanti 2)Dr. Yosaphat Sumardi 3)Purwanti Widhy. H, M.Pd
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini ada dua yakni, untuk mengetahui kelayakan LKS IPA dengan model Project Based Learning yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif; dan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII setelah menggunakan LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah dalam pembelajaran. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model 4D menurut Thiagarajan, et al. Model 4D meliputi tahap Define (pendefinisian), Design (perancangan), Develop (pengembangan), dan Disseminate (penyebaran). Penelitian ini dirancang sampai pada tahap Develop (pengembangan). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi angket validasi LKS, soal penguasaan keterampilan berpikir kreatif dalam LKS, dan soal pretest maupun posttest keterampilan berpikir kreatif. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif hasil validasi, persentase penguasaan keterampilan berpikir kreatif, dan gain score. Hasil penelitian ini adalah LKS IPA Terpadu dengan tema Pengelolaan Sampah yang dapat dikaji dari aspek Biologi,Kimia dan Fisika. LKS ini menerapkan model Project Based Learning yang menekankan keterampilan berpikir kreatif siswa. LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah layak digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan penilaian ahli secara keseluruhan meliputi komponen kelayakan isi, komponen penyajian, komponen bahasa dan gambar, serta komponen kegrafisan masing-masing komponen memperoleh nilai A dengan kategori sangat baik. LKS ini dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa yang dibuktikan dengan perolehan gain score sebesar 0,72 dengan kategori peningkatan tinggi.
Kata kunci: LKS IPA Terpadu, Project Based Learning, peningkatan keterampilan berpikir kreatif
ABSTRACT
This research had two objectives, it was to determine feasibility of science worksheet with the project based learning model to increase creative thinking skils; and it was to determine the achievement of 7th grade students creative thinking skills after using the science worksheet with the project based learning model on the theme waste management in class. The research model in this study is the 4D models by Thiagarajan, et al. It consist of defining, designing, developing, and disseminating phases. This study was designed to develop phases. Instrument of this research include questionnaire of worksheets validation, the mastery test of creative thinking skills, and pretest and posttest about creative thinking skills. The technique of data analysis was the descriptive analysis, percentage of creative thinking skills, and gain scores. The result of the study was an integrated science worksheet on the theme waste management that can be studied from the biology and chemistry point of view. This worksheet implemented project based learning model to increase the creative thinking skill. Based on the validators assessments of components, the worksheet was very good. They gave A score for all components, that are content, presentation, language and image, and graphical component. This worksheet can increase students creative thinking skills with the high gain score that is 0,72 which is based on the test data.
Keyword: Integrated Science Worksheet, Project Based learning, achievement of creative thinking skills
Pengembangan Lembar Kerja.... (Purwani Febriyanti)
x
PENDAHULUAN
Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk dapat mempelajari dan memahami diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar dapat menjelajah dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Depdiknas,2007 :4).
Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi salah satu ilmu terintegrasi yang memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk menghadapi kehidupannya di masa mendatang dan turut serta dalam mengatasi permasalahan global. Seperti yang diungkap dalam International Science Fair 2013 dalam web resminya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menjadi subjek ilmu yang mampu mengeksplorasi bakat dan kecakapan ilmiah siswa melalui curiosity yang dibangun sehingga mereka memiliki peran dalam memecahkan permasalahan global. Akan tetapi pembelajaran IPA pada praktiknya masih menekankan aspek kognitif saja tanpa disertai penerapan konsep IPA yang baik, sehingga pembelajaran IPA belum memiliki kontribusi yang nyata terhadap isu-isu global.
Kurikulum Pendidikan IPA saat ini, tengah berada dalam masa transisi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuju persiapan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 berada pada tahap uji coba pada sekolah-sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah. Masa transisi menjadi momentum yang sangat penting bagi tenaga pendidik untuk menyesuaikan diri dan melakukan persiapan menghadapi kurikulum baru. Salah satu hal yang dilakukan ialah memaksimalkan kurikulum yang sedang berlaku agar pelaksanaan kurikulum selanjutnya dapat mencapai hasil yang diharapkan. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran IPA untuk SMP adalah IPA Terpadu. Guru IPA SMP dituntut untuk mengajarkan IPA secara terpadu, tidak terpisah-pisah antara Biologi, Fisika, dan Kimia. Keterpaduan di sini yang dimaksud adalah dalam satu kesatuan utuh. Salah satu langkah yang dapat digunakan untuk memadukan IPA adalah dengan mengemas pembelajaran secara tematik. Sebuah tema ditentukan, kemudian dianalisis keterkaitan antara aspek Biologi, Fisika dan Kimia. Keterpaduan tidaklah harus ketiga bagian tersebut, dua bagian diantaranya sudah merupakan keterpaduan (E. Mulyasa, 2007: 53).
Melalui pembelajaran IPA terpadu, siswa dapat memperoleh pengalaman secara langsung, sehingga siswa lebih mudah dalam menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik, dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para siswa. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga siswa memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu (Depdiknas, 2007: 1).
Menghadapi perubahan kurikulum tersebut, pendidik harus memiliki persiapan guna menghadapi tuntutan kurikulum yang akan datang sehingga harapannya pembelajaran IPA pada KTSP dapat dilaksanakan secara maksimal dan menyeluruh. Namun kenyataan di lapangan pendidik belum memiliki persiapan dalam menghadapi kurikulum yang akan datang. Hal itu disebabkan karena KTSP belum dilaksanakan secara maksimal sesuai dengan rumusan dan tujuan pendidikan.
Salah satu masalah yang masih dihadapi dalam pembelajaran IPA ialah pembelajaran yang berlangsung masih bersifat teacher centered sehingga aktivitas pembelajaran yang memiliki esensi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal itu harus segera diakhiri sehingga pembelajaran IPA dapat berlangsung secara student centered dan memaksimalkan peran guru sebagai fasilitator murni yang mendukung daya kembang anak.
Peneliti melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata dan Praktik Pengalaman Lapangan (KKN-PPL) tahun 2013 di SMPN 9 Yogyakarta. Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat kegiatan KKN-PPL, pembelajaran IPA di SMPN 9 Yogyakarta masih dilaksanakan secara terpisah ke dalam aspek Biologi, Fisika, dan Kimia. Walaupun, terkadang setiap aspek kajian IPA sudah dikaitkan dengan aspek kajian IPA yang lainnya, namun dalam setiap aspek tersebut kurang menunjukkan keterpaduan yang jelas karena pembelajaran IPA tidak dilaksanakan secara tematik.
Tak hanya itu, Pembelajaran IPA saat ini juga masih berkonsentrasi pada tes dan ujian sehingga siswa mempelajari IPA sebagai produk dan hafalan saja. Oleh karena itu, pembelajaran di kelas akan menimbulkan dampak pada aspek kognitif siswa. Siswa akan memiliki pengalaman belajar yang sedikit dan kurang mendalam sehingga kurang memahami materi secara mendalam. Selain itu, pembelajaran IPA di SMPN 9 Yogyakarta belum mengembangkan keterampilan berpikir kreatif seperti mencetuskan ide, mengklasifikasikan objek dan membuat hipotesisi. Berdasarkan wawancara dengan guru yang dilakukan oleh peneliti, bahan ajar yang digunakan masih terbatas pada buku BSE dan LKS yang disediakan di sekolah. Guru belum melakukan pengembangan LKS yang digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran, sehingga LKS tersebut belum mendukung siswa untuk mendukung pengembangan keterampilan berpikir kreatif seperti mengarahkan siswa pada kegiatan membuat prediksi, mencetuskan ide dan memvisualisasi. Selain itu siswa di SMPN 9 Yogyakarta masih memiliki kemampuan yang kurang dalam membuat kesimpulan dan hipotesis karena harus dibimbing oleh guru. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan tersebut.
Pembelajaran IPA seharusnya telah menekankan pada model pembelajaran student centered yang berarti mengembangkan seluruh kemampuan siswa seoptimal mungkin karena permasalahan yang dihadapi di masa sekarang jauh berbeda dengan permasalahan yang akan dihadapi di masa yang akan datang. Perkembangan teknologi dan informasi dalam berbagai bidang di masyarakat sangatlah pesat. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan siswa untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Seorang guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan kemampuan berpikir dalam pembentukan konsep, pemecahan masalah, dan membuat keputusan. Salah satu keterampilan berpikir adalah keterampilan berpikir kreatif (creative thinking skill) (Heng, et all., 2002: 4-5).
Menurut Heng, et al. (2002: 5) seseorang yang menerapkan keterampilan berpikir kreatif yaitu seseorang yang mempunyai imajinasi yang tinggi, dapat menyumbangkan ide-ide inovatif dan original, dapat memodifikasi ide dan produk. Oleh sebab itu, keterampilan berpikir kreatif sangat penting dikembangkan mengingat tantangan hidup yang dihadapi siswa semakin kompleks. Tantangan hidup yang semakin kompleks menuntut keterampilan yang lebih tinggi supaya siswa mampu memecahkan permasalahan secara kreatif. Oleh karena itu diperlukan pengembangan lembar kerja siswa yang dapat membantu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif yang diimplementasikan dengan strategi dan model pembelajaran yang dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa yakni model Project Based Learning.
Model Project Based Learning (PBL) merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. PBL yang terdiri 6 tahapan pembelajaran diyakini dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Enam tahapan tersebut ialah penentuan pertanyaan mendasar, menyusun perencanaan proyek, menyusun jadwal, monitoring, menguji hasil, dan evaluasi pengalaman yang akan mengarahkan peserta didik untuk melakukan investigasi dan memahaminya. PBL akan mengarahkan siswa pada proses penemuan mendalam mengenai topik di dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Model PBL akan sangat terkait dengan keterampilan berpikir siswa dalam melakukan pencetusan ide dan pemecahan masalah global secara kolaboratif.
Perpaduan tersebut sangat sejalan dengan cita-cita pembelajaran IPA dalam kehidupan. Pembelajaran IPA berbasis proyek dikembangkan untuk memecahkan permasalahan global seperti misalnya penanganan dan pengelolaan sampah. Masalah tersebut merupakan masalah keseharian yang dekat dengan masyarakat. Proyek pengelolaan sampah akan membawa peserta didik pada pembelajaran IPA yang kontekstual dan mengoptimalkan kemampuan anak, sehingga siswa dilibatkan dalam pemecahan masalah global secara bersama-sama.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA Terpadu dengan Model Project Based Learning pada Tema Pengelolaan Sampah untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif pada Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama.
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui (1) kelayakan LKS IPA dengan model Project Based Learning yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif pada siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama; dan (2) peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas VII setelah penggunaan LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitian pengembangan Research and Development (R&D).
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Negeri Yogyakarta dan SMP Negeri 9 Yogyakarta pada bulan Februari sampai April 2014.
Target/Subjek Penelitian
Target atau subjek penelitian adalah LKS IPA terpadu dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah. Penilaian LKS IPA terpadu dilakukan oleh Dosen Ahli yang berjumlah 2 orang, Guru SMP mata pelajaran IPA yang berjumlah 2, dan teman sejawat yang berjumlah 2. Sedangkan LKS ini diujikan terhadap 33 responden.
Prosedur
Prosedur pengembangan dalam penelitian ini mengacu pada pengembangan four-D Model, sebagai berikut: (1) Define (pendefinisian), peneliti melakukan identifikasi masalah melalui observasi di SMPN 9 Yogyakarta selanjutnya menentukan tema dan pembatasan materi sesuai dengan kebutuhan siswa dan kurikulum yang berlaku; (2) Design (perancangan) menyusun draft awal LKS IPA; (3) Develop (pengembangan) tahap ini untuk memodifikasi draft setelah LKS IPA divalidasi oleh ahli dan guru kemudian dilakukan evaluasi dan revisi; (4) Disseminate (penyebaran), menyebarluaskan produk agar dapat diterima dan dipakai oleh penggunanya yang dilakukan di sekolah secara terbatas.
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari tanggapan dosen ahli, guru IPA, teman sejawat tentang kualitas produk yang dihasilkan.
Data kuantitatif diperoleh dari skor hasil penilaian oleh dosen ahli, guru IPA, teman sejawat, dan hasil observasi keterampilan peserta didik pada saat pengambilan data.
Instrument yang digunakan berupa instrumen validasi produk dan instrument uji coba yang terdiri dari soal prepost dan soal penguasaan keterampilan berpikir kreatif pada LKS.
Teknik Analisis Data
Teknik analisi data dilakukan dengan analisis deskriptif secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif berupa masukan, koreksi, dan saran yang diberikan oleh validator meliputi: dosen, guru IPA, dan teman sejawat. Analisis data secara kuantitatif meliputi:
Analisis Kelayakan Modul
Teknik analisis data untuk kelayakan modul dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) tabulasi semua data yang diperoleh untuk setiap aspek penilaian modul dari setiap penilai.
2) Menghitung rata-rata skor dari setiap komponen aspek penilaian dengan menggunakan rumus :
X = ............................. (1)
Keterangan :
X = skor rata-rata
n = jumlah penilai
3) Mengubah skor rata-rata menjadi nilai dengan kategori yang ditunjukkan pada tabel 1
Tabel 1. Konversi Skor menjadi Nilai
No.
Rentang skor
Nilai
Kategori
1
X > x + 1,80 Sbi
A
Sangat Baik
2
x + 0,60 SBi < X x + 1,80 Sbi
B
Baik
3
x 0,60 SBi < X x + 0,60 Sbi
C
Cukup
4
x 1,80 SBi < X x 0,60 Sbi
D
Kurang
5
X x 1,80 Sbi
E
Sangat Kurang
(Sumber : Eko Putro W., 2009: 238)
Keterangan:
X = skor aktual (skor yang dicapai)
xi = rerata skor ideal
xi = (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)
SBi = simpangan baku skor ideal
SBi = (skor maksimal ideal skor minimal ideal)
skor maksimal ideal = butir kriteria skor tertinggi
skor minimal ideal = butir kriteria skor terendah
Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran PBL
Penilaian terhadap keterlaksanaan fase-fase sintaks pembelajaran dengan model pembelajaran PBL menggunakan LKS dilakukan oleh observer. Kriteria setiap fase dalam sintaks yang dimaksud adalah terlaksana dan tidak terlaksana. Adapun skala persentase untuk menentukan keterlaksanaan sintaks model pembelajaran PBL menggunakan rumus sebagai berikut :
Persen keterlaksanaan selanjutnya diubah menjadi data kualitatif dengan menggunakan kriteria dari Eko Putro Widoyoko dapat dilihat pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran
No
Persentase (%)
Kategori
1
>80
Sangat baik
2
>60-80
Baik
3
>40-60
Cukup
4
>20-40
Kurang
5
20
Sangat kurang
(Sumber: Eko Putro Widoyoko, 2009: 242)
Persen Penguasaan Keterampilan Berpikir Kreatif Tiap Pertemuan
Penguasaan keterampilan berpikir kreatif tiap pertemuan dianalisis melalui soal-soal keterampilan berpikir kreatif yang tercantum dalam LKS 1, LKS 2, dan LKS 3. Persen penguasaan dapat dianalisis menggunakan rumus persen penguasaan atau yang disebut percentages coreection (Ngalim Purwanto, 2002: 102).
dengan NP ialah Nilai Persen yang dicari atau diharapkan, R ialah skor mentah yang diperoleh siswa, SM ialah Skor Maksimal ideal dari tes yang bersangkutan. Selanjutnya, hasil persen penguasaan yang diperoleh berupa data kuantitatif diubah menjadi data kualitatif dengan menggunakan pedoman pada Tabel 3.
Tabel 3. Persen Penguasaan Keterampilan Berpikir Kreatif
No
Tingkat Penguasaan
Nilai huruf
Kategori
1
86-100%
A
Sangat baik
2
76-85%
B
Baik
3
60-75%
C
Cukup
4
55-59%
D
Kurang
5
54%
E
Sangat kurang
(Ngalim Purwanto, 2002: 103)
Soal pretest-posttest
Data yang diperoleh melalui lembar pretest dan posttest untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa yang dianalisis dengan menggunakan gainscore. Gain score merupakan metode yang baik untuk menganalisis hasil pretest dan posttest. Gain score digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil tes siswa dari pretest ke posttest. Menurut Hake (Hake, 1999:4), gain score dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
G = ................ (2)
Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan indeks gain (g) menurut klasifikasi Hake (1999: 1) ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4. Kriteria Gain
Indeks Gain
Interpretasi
g > 0,70
Tinggi
0,30 < g 0,70
Sedang
g 0,30
Rendah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelayakan LKS IPA Terpadu
Penilaian LKS IPA terpadu dilihat dari aspek kelayakan isi, kebahasaan, sajian dan kegrafikan. Berdasarkan hasil penilaian validator baik dari ahli maupun guru IPA dapat diketahui nilai akhir kelayakan LKS dari rerata penilaian ahli dan guru yaitu semua komponen penilaian LKS yang meliputi komponen kelayakan isi (rerata skor 41,3), komponen penyajian (rerata skor 46), komponen bahasa dan gambar (rerata skor 17,67), serta komponen kegrafisan (rerata skor 18,16) memperoleh nilai A dengan kategori sangat baik. Kesimpulan dari ahli menyatakan bahwa LKS ini layak diuji coba lapangan dengan revisi sesuai saran, sedangkan kesimpulan dari guru IPA menyatakan bahwa LKS ini layak diuji coba lapangan dengan revisi. Oleh sebab itu, LKS ini sudah direvisi sesuai dengan saran dari validator sebelum diujicobakan lapangan sehingga layak untuk digunakan dalam pembelajaran.
Data Hasil Penguasaan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
Penguasaan keterampilan berpikit kreatif siswa dianalisis melalui tiga pertemuan pada LKS. Pada pertemuan pertama tingkat penguasaan keterampilan berpikir kreatif sebesar 86,48% (30 siswa) dengan kategori sangat baik. Pada pertemuan kedua terjadi penurunan keterampilan berpikir kreatif 2,92% dari pertemuan pertama, sehingga pada pertemuan dua hanya memperoleh persen penguasaan keterampilan berpikir kreatif sebesar 83,56% (29 siswa) dengan kategori baik. Pada pertemuan ketiga tingkat penguasaan keterampilan berpikir keatif mengalami peningkatan yang cukup baik yakni sebesar 11,28% sehingga pada pertemuan ketiga persen penguasaan keterampilannya mencapai sebesar 94,81% (33 siswa) dengan kategori sangat baik, yang ditunjukkan dengan tabel 5.
Tabel. 5 Penguasaan Keterampilan Berpikir Kreatif
No
Pertemuan ke-
Jumlah Skor
Rata-Rata
Kategori
1.
1
518,87
86,48
Sangat Baik
2.
2
501,33
83,56
Baik
3.
3
568,89
94,81
Sangat Baik
Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif
Peningkatan keterampilan berpikir kreatif dianalisis melalui tes tertulis. Rerata skor hasil tes tertulis berupa pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel 6. Rerata skor pretest dan posttest selanjutnya dianalisis peningkatannya melalui gain score.
Tabel. 6 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif
Tes
Rerata Skor
Gain Score
Kategori
Pretes
10,35
0,72
Tinggi
Postes
20,59
Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan antara rerata skor pretest dengan rerata skor posttest sebanyak 10,24. Melalui analisis dengan gain score diperoleh nilai gain score sebanyak 0,72 yang termasuk dalam kategori tinggi. Peningkatan hasil keterampilan berpikir kreatif dikarenakan pada saat dilakukan pretest siswa belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman terhadap soal pretest. Setelah pembelajaran dilaksanakan maka siswa mendapat pengetahuan berupa materi yang disampaikan guru dan pengalaman melalui kegiatan praktikum.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
0. LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah layak digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah dilaksanakan penilaian ahli (expert appraisal) dan uji coba pengembangan (developmental testing). Berdasarkan penilaian ahli secara keseluruhan meliputi komponen kelayakan isi, komponen penyajian, komponen bahasa dan gambar, serta komponen kegrafisan masing-masing komponen memperoleh nilai A dengan kategori sangat baik.
0. Pembelajaran menggunakan LKS IPA dengan model Project Based Learning pada tema Pengelolaan Sampah dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dibuktikan dengan perolehan gain score sebesar 0,72 dengan kategori peningkatan tinggi. Peningkatan tersebut didukung dengan penguasaan keterampilan berpikir kreatif siswa tiap pertemuan dalam 3 pertemuan. Persen penguasaan pada pertemuan pertama sebesar 86,48% termasuk ke dalam kategori sangat baik, pertemuan kedua sebesar 83,56% dengan kategori baik, dan pertemuan ketiga sebesar 94,81% dengan kategori sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2007). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas
Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
E. Mulyasa, (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hake, Richard R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. Diakses pada tanggal 31 Okober 2013, dari: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange -Gain.pdf
Heng, Yeap Chin, et al. (2002). Integrated Curriculum for Secondary Schools. Kuala Lumpur: Ministry of Education Malaysia
Ngalim Purwanto. (2002). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Thiagarajan, Sivasailam, Semmel, Dorothy S., Semmel, Melvyn I. (1974). Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Bloomington, Indiana: Indiana University.