pengembangan pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain  untuk kelas v sekolah...

21
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR LOMPAT MELALUI AKTIVITAS BERMAIN UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR. Vega Candra Dinata Abstrak Tujuan penjasorkes dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 poin ke tiga menyebutkan ”meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar”, dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006, kelas I sampai kelas V semester satu di sekolah dasar (SD) menekan pembelajaran gerak dasar bukan teknik dasar. Permendiknas no 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, secara garis besar kelulusan mata pelajaran penjasorkes pada sekolah dasar menekankan pembelajaran gerak dasar. Hasil survey pelaksanaan pembelajaran gerak dasar di kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik jarang dilaksanakan atau dikembangkan, meskipun pernah, pelaksanaannya sederhana. Metode pengembangan yang dirujuk dan digunakan dalam pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain di sekolah dasar adalah menggunakan model Dick & Carey. Model Dick & Carey dimulai dengan (1) mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran; (2) melaksanakan analisis pembelajaran; (3) mengenal tingkah laku awal dan karakteristik siswa; (4) merumuskan tujuan khusus; (5) mengembangkan butir tes acuan; (6) mengembangkan strategi pembelajaran;(7) memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran; (8) merancang dan melaksanakan evaluasi formatif; (9) merevisi bahan pembelajaran; dan (10) merancang dan melaksanakan evaluasi sumatif. Pada model Dick & Carey terdapat 10 tahapan desain pembelajaran, tetapi pada model pengembangan penelitian ini hanya digunakan 9 tahapan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pengembangan pembelajaran yang dilakukan hanya sebatas merevisi bahan pembelajaran atau menguji coba produk. Hasil uji coba pengembangan pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain untuk kelas V SD menghasilkan 2

Upload: alim-sumarno

Post on 26-Nov-2015

318 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : Vega Dinata,

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR LOMPAT MELALUI AKTIVITAS BERMAIN UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR.

Vega Candra Dinata

Abstrak

Tujuan penjasorkes dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 poin ke tiga menyebutkan meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006, kelas I sampai kelas V semester satu di sekolah dasar (SD) menekan pembelajaran gerak dasar bukan teknik dasar. Permendiknas no 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, secara garis besar kelulusan mata pelajaran penjasorkes pada sekolah dasar menekankan pembelajaran gerak dasar. Hasil survey pelaksanaan pembelajaran gerak dasar di kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik jarang dilaksanakan atau dikembangkan, meskipun pernah, pelaksanaannya sederhana.Metode pengembangan yang dirujuk dan digunakan dalam pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain di sekolah dasar adalah menggunakan model Dick & Carey. Model Dick & Carey dimulai dengan (1) mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran; (2) melaksanakan analisis pembelajaran; (3) mengenal tingkah laku awal dan karakteristik siswa; (4) merumuskan tujuan khusus; (5) mengembangkan butir tes acuan; (6) mengembangkan strategi pembelajaran;(7) memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran; (8) merancang dan melaksanakan evaluasi formatif; (9) merevisi bahan pembelajaran; dan (10) merancang dan melaksanakan evaluasi sumatif. Pada model Dick & Carey terdapat 10 tahapan desain pembelajaran, tetapi pada model pengembangan penelitian ini hanya digunakan 9 tahapan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pengembangan pembelajaran yang dilakukan hanya sebatas merevisi bahan pembelajaran atau menguji coba produk.Hasil uji coba pengembangan pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain untuk kelas V SD menghasilkan 26 tugas gerak.Dengan rincian pembelajaran gerak dasar tanpa alat berjumlah enam tugas gerak, pembelajaran gerak dasar menggunakan alat berjumlah dua puluh tugas gerak.Uji efektifitas pengembangan pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain untuk kelas V SD dari analisis FCE dan Lembar Observasi Kelas Dikjasor terbukti efektif. (a) Uji efektivitas menggunakan analisis Mann-Whitney Test hasilnya signifikan karena nilai Asymp. Sig. menunjukkan 0.0001; (b) Uji efektivitas pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain untuk kelas V SD dari Lembar Observasi Kelas Dikjasor kelompok eksperimen mendapatkan nilai 77.48% mendapat kategori baik, kelompok kontrol mendapatkan nilai 66.49% masuk dalam kategori baik. Nilai efektivitas kelompok eksperimen lebih tinggi 10.99% dari kelompok kontrol.

Kata kunci: pembelajaran gerak dasar lompat, aktivitas bermain

PendahuluanMata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (penjasorkes) merupakan salah satu mata pelajaran yang diselenggarakan di jenjang pendidikan dasar atau Sekolah Dasar (SD). Penjasorkes merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Permendiknas No 22 Tahun 2006).Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman.Tujuan penjasorkes dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 point ke tiga menyebutkan meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar, dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006, kelas I sampai kelas V semester satu di Sekolah Dasar menekankan pembelajaran gerak dasar bukan teknik dasar. Permendiknas no 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, secara garis besar kelulusan mata pelajaran penjasorkes menekankan pembelajaran gerak dasar. Akan tetapi hasil survey pelaksanaan pembelajaran gerak dasar di kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik jarang dilakasanakan atau dikembangkan, meskipun pernah tetapi pelaksanaannya sederhana dan pembelajarannya jarang disesuaikan kebutuhan perkembangan siswa.PASI (1993: 7) di dalam buku tersebut dituliskan bahwa umur 8 sampai 15 tahun adalah merupakan tahun-tahun keemasan bagi belajar ketangkasan (skill learning). Ini menunjukkan bahwa pada usia sekolah dasar merupakan kesempatan emas bagi guru untuk mengembangkan potensi gerak dasar yang dimiliki siswa untuk meningkatkan kualitas hidup. Dengan penguasaan keterampilan gerak dasar memudahkan seseorang untuk menguasai gerak selanjutnya (Mutohir & Gusril, 2004: 01).Pembelajaran yang diajarkan kepada siswa hendaknya memperhatikan juga bentuk penyajiannya. Seorang guru dituntut memahami bentuk materi yang akan disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Yang dimaksudkan dengan bentuk penyajian adalah kegiatan dalam metode pembelajaran pendidikan jasmani yang telah difikirkan dan disesuaikan dengan karakteristik tiap tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.Yudanto (2005: 1) mengatakan stimulasi gerak dasar siswa sekolah dasar harus diperhatikan oleh guru Penjas. Menguasai gerak dasar lokomotor, non lokomotor dan manipulatif dapat mengembangkan gerak-gerak yang lebih komplek apabila dikuasai oleh siswa sekolah dasar. Stimulasi gerak dasar pada siswa sekolah dasar dapat dilakukan dengan pendekatan bermain. Peran guru Penjas harus dapat menciptakan dan mempraktekkan berbagai macam stimulasi gerak dasar bagi siswa kelas bawah sekolah dasarDengan demikian, jalan terbaik untuk mengatasi permasalahan adalah bagaimana upaya kita untuk memperbaiki permasalahan yang ada melalui bidangnya masing-masing khususnya melalui pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah.Untuk memperbaiki diperlukan inovasi tertentu, salah satunya melalui pengembangan pembelajaran sebagai upaya menyajikan materi yang lebih menarik, manusiawi dan mempercepat penguasaan kompetensi merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar.

Tinjauan PustakaPenjasorkes merupakan satu-satunya mapel di sekolah yang menggunakan gerak sebagai media pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Wuest dan Bucher dalam Tim Mapel Penjasorkes(2007) menyebutkan,Movement is the Keystone of Physical Education and Sport. Jelas dikatakan bahwa gerak merupakan kunci dari pendidikan jasmani dan olahraga. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:1. mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih2. meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik3. meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar4. meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan5. mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis6. mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan7. memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yangbersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yangsempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, dan memiliki sikap yang sportif.Kesemua tujuan tadi tidak akan bisa terwujud tanpa tangan guru penjas yang efektif, Siedentop & Tannehill (dalam Suroto, 2008). Dengan kata lain, hanya guru penjas yang efektif yang mampu menghasilkan pembelajaran penjas yang menarik dan produktif, yang menjamin berbagai tujuan pendidikan jasmani dapat tercapai.Ciri siswa usia sekolah dasar adalah bergerak. Setiap anak menggunakan seluruh waktunya untuk bergerak, yaitu gerakan kasar yang menggunakan sebagian besar tubuhnya, seperti berlari, melompat, dan melempar.Ia juga melakukan gerakan tubuh yang bersifat keterampilan terbatas, seperti menggunting, menempel, dan mendorong. Perkembangan gerak dasar dan penyempurnaannya merupakan hal penting di masa usia sekolah dasar. Semua anak normal mampu mengembangkan dan mempelajari berbagai macam gerak dan yang lebih rumit.Gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup (Mamun & Saputra, 2000: 20).Sedangkan Mutohir & Gusril (2004: 26) mengatakan gerak dasar utama adalah pola-pola motorik yang inherent dan didasarkan pada gerak-gerak reflek anak dan timbul bukan karena latihan.Menurut Mutohir & Gusril (2004: 27) gerak-gerak dasar utama merupakan pola gerak yang inherent (sudah menjadi sifatnya) yang membentuk dasar untuk gerak-gerak terampil yang kompleks dan khas meliputi:1. Gerak-gerak lokomotor meliputi: perilaku-perilaku yang mengubah dari satu tempat ke tempat lain. Termasuk di dalamnya perilaku gerak yang inherentseperti merayap, merangkak, meluncur, berjalan, lari, melompat, meloncat, roll dan memanjat.2. Gerak non lokomotor meliputi: perilaku gerak yang melibatkan anggota badan atau bagian togok di dalam gerak yang mengitari sendi atau poros. Anak-anak tetap berada pada satu tempat dan melakukan pola gerak yang dinamis dalam tempat itu. Hal yang termasuk dalam perilaku ini adalah menarik, mendorong, mengayun, menghentikan, mengulur, menekuk dan memutar.3. Gerak manipulatif, yaitu: perilaku-perilaku yang biasanya digambarkan sebagai gerak-gerak kaki dan tangan yang terkoordinir. Kemapuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan. Manipulasi obyek jauh lebih unggul daripada koordinasi mata-kaki dan tangan-mata, yang mana cukup penting untuk item; berjalan (gerakan langkah) dalam ruang. Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif terdiri dari:a. Gerakan mendorong (melempar, memukul, menendang)b. Gerakan menerima (menengkap) obyek adalah kemempuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola yang terbuat bantalan karet (bola medisin) atau macam bola yang lainc. Gerakan memantul-mantulkan bola atau menggiring bola.Dalam penjasorkes pengembangan pembelajaran gerak dasar sering diajarkan pada tingkat sekolah dasar.Tingkat sekolah menengah, gerak dasar biasanya dipakai dalam kegiatan pemanasan dalam bentuk gerakan koordinasi.Gerak dasar dapat diperhalus atau diperbaiki melalui latihan pengembangan gerak dasar.Kemampuan gerak dasar yang dikembangakan dan diperhalus, dapat diterapkan dalam situasi bermain dan situasi olahraga kecabangan.Keterampilan berolahraga pada masa transisi merupakan suatu penerapan sederhana dari gerak dasar, menuju bentuk-bentuk gerakan yang lebih komplek dan sepesifik.Akan tetapi pengembangan gerak dasar khususnya dalam pembelajaran gerak dasar untuk kelas V SD, isi pembelajarannya harus sesuai dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak kelas V SD.Secara khusus karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak kelas V SD kirakira berumur antara 11 sampai 12 tahun, penulis mensarikan ciri-ciri dalam segi jasmani, mental, emosi, dan sosial anak, dalam Sukintaka (1992: 41) sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik Anak Kelas V sampai VI SDJasmaniPsikis/ mentalSosial dan emosional

a) pertumbuhan otot lengan dan tungkai makin bertambahb) waktu reaksi makin baikc) koordinasi makin baikd) tungkai mengalami masa pertumbuhan yang lebih kuat bila dibandingkan dengan bagian anggota atasa) menaruh perhatian kepada permainan yang terorganisasib) perhatian kepada teman sekelompok makin kuatc) beberapa anak mudah menjadi putus asa dan akan berusaha bangkit bila tidak suksesd) mempunyai rasa tanggung jawab untuk menjadi dewasaa) rasa bangga berkembangb) ingin mengetahui segalanyac) merasa sangat puas bila dapat menyelesaikan, mengatasi dan mempertahankan sesuatu, atau tidak berbuat kesalahand) kerjasama meningkat, terutama sesama anak laki-laki.e) Kualitas kepemimpinannya mulai nampakf) senang pada kelompok, melebihi kegiatan individu.g) loyal terhadap kelompok atau gang-nyah) perhatian terhadap kelompok yang sejenis sangat kuat.

Setelah mengetahui karakteristiknya, selanjutnya harus memilih secara khusus pengembangan gerak dasar apa yang akan dipilih. Dalam penelitian ini menggunakan gerak dasar lokomotor khususnya gerak dasar lompat mempunyai tujuan dapat memberi pengenalan gerakan dasar yang diharapkan memiliki keterampilan dasar yang kelak dikembangkan lebih lanjut.Selain itu bertujuan untuk memperkaya perbendaharaan gerak anak.Maksud dari lompat disini juga loncat.Melompat berarti menolak dengan satu kaki, sedangkan loncat menolak dengan dua kaki.Aktivitas lompat dan loncat adalah membawa badan ke atas.Lompatan itu merupakan suatu bagian yang penting dalam dunia gerak manusia.Anak-anak pada umumnya suka melompat-lompat untuk menyatakan kegembiraannya dan kesukaannya untuk bergerak (Adisasmita, 1992: 63).Lompat bagi siswa sekolah dasar, merupakan salah satu aktivitas pengembangan kemampuan daya gerak yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya (Saputra, 2001: 63).Gerakan melompat merupakan salah satu bentuk gerakan lokomotor. Menurut Widya (2004: 65) lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu kaki dan mendarat dengan kaki/ anggota tubuh yang lainnya dengan keseimbangan yang baik.Setelah kita membahas pengembangan pembelajaran gerak dasar lompat, selanjutnya pengembangan pembelajaran tersebut harus dikemas lebih baik lagi agar hasrat untuk memenuhi kecukupan dan pengalaman gerak.Salah satunya metode pembelajaran menggunkan pendekatan bermain.Kegiatan bermain sangat disukai oleh anak-anak.Bermain yang dilakukan secara tertata sangat bermanfaat untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak.Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk anak.Pengalaman itu bisa berupa jalinan hubungan sosial untuk mengungkapkan perasaannya dengan sesama temannya dan menyalurkan hasrat.Manfaat bermain bagi anak menurut Saputra (2001: 7) ada enam manfaat yaitu untuk:1. perkembangan fisik2. perkembangan keterampilan3. perkembangan intelektual4. perkembangan sosial5. perkembangan emosi6. pengembangan olahraga.

Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan. Menurut Maksum (2012: 19), penelitian pengembangan adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada. Pengembangan ini ditujukan untuk pengembangan model pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain untuk kelas V sekolah dasar.Model pengembangan yang dirujuk dan digunakan dalam pengembangan model pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain di sekolah dasar adalah model pengembangan Dick & Carey yang dikutip dalam bukunya The Systematic Design of Intruction dibagankan dan dijelaskan sebagai berikut:

1. Identifying Intructional Goal (mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran)2. Conducting Intructional Analysis (melaksanakan analisis pembelajaran)3. Identyfying Entry Behaviors, Characteristics (mengenal tingkah laku awal dan karakteristik siswa)4. Writing Performance Objectives (merumuskan tujuan khusus)5. Developing Criterion-Referenced Test (mengembangkan butir tes acuan)6. Developing Intructional Strategy (mengembangkan strategi pembelajaran)7. Developing and Selecting Intruction (memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran)8. Designing and Conducting Formative Evaluation (merancang dan melaksanakan evaluasi formatif)9. Revising Intruction (merevisi bahan pembelajaran)10. Designing and Conducting Formative Summative (merancang dan melaksanakan evaluasi sumatif)Pada model Dick & Carey terdapat sepuluh tahapan desain pembelajaran, tetapi pada model pengembangan ini hanya digunakan sembilan tahapan.Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Tambakrejo sebagai kelompok eksperimen dan SDN Sumengko sebagai kelompok kontrol yang berada di kecamatan Duduksampeyan kabupaten Gresik Jawa Timur.

Proses Pengumpulan DataData yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi beberapa data sebagai berikut:1. WawancaraWawancara kepada guru penjasorkes di kecamatan Duduksampeyan kabupaten Gresik dilakukan survei langsung ke sembilan guru penjasorkes dengan memberikan pertanyaan terkait lembar jawaban pembelajaran gerak dasar untuk mendalami atau melengkapi data-data informasi mengenai kondisi pembelajaran gerak dasar lompat yang pernah dilakukan.2. Lembar PenilaianPenilaian yang digunakan untuk uji coba pengembangan pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain untuk kelas V SD dilakukan dua kali tatap muka pembelajaran uji coba model menggunakan form penilaian gerak dasar yang sudah dikembangkan oleh peneliti. 3. Formative Class Evaluation (FCE)Formative Class Evaluation merupakan lembar untuk mengetahui efektifitas sekaligus kemenarikan siswa pembelajaran penjasorkes menurut pendapat siswa. Menurut Takahashi (dalam Suroto, 2005: 24) FCEmemuat empat komponen yaitu: (1) Hasil, (2) Kemauan, (3) Metode, dan (4) Kerja sama, yang dijabarkan ke dalam sembilan butir pertanyaan.4. Lembar Observasi Kelas DikjasorLembar observasi kelas dikjasor berisi tentang persiapan dan pelaksanaan pembelajaran serta aktivitas siswa.

Teknik Analisis DataPenelitian ini menggunakan pendekatan analisis kualitatif dan kuantitatif, karena pada dasarnya data-data yang diperoleh juga berupa data kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: analisis data pada tahap studi pendahuluan dan analisis data tahap pengembangan model.Teknik Analisis Data Tahap Studi PendahuluanPada tahap studi pendahuluan atau analisis kebutuhan, teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif.Analisis deskriptif digunakan untuk mengolah data-data yang dikumpulkan melalui lembar jawaban pelaksanaan pembelajaran gerak dasar lompat yang diisi oleh sembilan guru penjasorkes.Dari sepuluh pertanyaan yang diajukan peneliti untuk analisis kebutuhan, hanya tujuh pertanyaan terkait gerak dasar lompat yang digunakan untuk menganalisis.Dengan demikian hasil analisis deskpiptif tersebut digunakan sebagai salah satu bahan utama untuk menentukan pengembangan pembelajaran.Teknik Analisis Data Tahap Pengembangan ModelTeknik analisis data kuantitatif yang digunakan dalam pengembangan pembelajaran variasi gerak dasar lompat yaitu menggunakan score sheet FCE, setelah mengetahui hasil FCE diambil rata-rata pertanyaan tiap siswa dan di uji menggunakan analisis Mann-Whitney U dengan batuan komputer memakai program PASW Statistics (Predictive Analytics SoftWare) 18

Keterangan:U = Nilai uji Mann-WhitneyN1= sampel 1N2= sampel 2Ri= Ranking ukuran sampel(http://statistik4life.blogspot.com/2009/12/uji-mann-whitney-u.html).Desain penelitian yang digunakan untuk menguji keefektivan dari data FCE adalah static group comparison design yang terdapat dalam desain eksperimen. Berdasarkan hasil analisis data kualitatif dan kuantitatif, hasil uji coba inilah yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan dan menentukan hasil pengembangan pembelajaran.

HASILAnalisis KebutuhanAnalisis kebutuhan dari lembar jawaban pelaksanaan pembelajaran gerak dasar lompat, peneliti memutuskan bahwa yang digunakan dalam pengembangan gerak dasar lompat: (1) sarana dan prasarana: lapangan datar dan aman, bak pasir, matras, kardus, tali, ban sepeda/ simpai; (2) langkah-langkah yang dalam pembelajaran tidak berdasar pada lembar jawaban guru penjasorkes dikarenakan jawaban dari sembilan guru penjasorkes tidak ada yang sesuai, dan peneliti menggunakan referensi buku Pedoman Lomba Atletik Seri: 2 Nomor Lompat karangan Katzenbogner, H. & Medler, M. yaitu tahapan pembelajarannya mulai dari gerakan yang mudah sampai ke sulit, dari yang sederhana sampai ke komplek; (3) variasi pembelajaran gerak dasar secara umum menggunakan variasi pembelajaran gerak dasar lompat tanpa alat dan menggunakan alat, individu atau kelompok, satu kaki dan dua kaki. Variasi arah gerak dasar lompat: arah depan, samping, ke belakang, silang, berputar; (4) keinginan yang diharapkan guru penjasorkes dalam pembelajaran gerak dasar lompat: siswa tidak cidera, siswa bergerak sesuai dengan keinginannya, lompat dengan sebenarnya, pembelajaran sesuai dengan kurikulum, dan lebih inovatif dan menyenangkan.

Hasil Pengembangan Pembelajaran Gerak Dasar Lompat melalui Aktivitas Bermain untuk Kelas V SDHasil pengembangan pembelajaran gerak dasar lompat yang di ujicobakan selama dua kali tatap muka pada pertemuan pertama dilaksanakan limabelas tugas gerak (psikomotor) dan dari penilaian guru penjasorkes yang dilakukan dapat dilihat tabel di bawah ini:

Tabel 2. Hasil Penilaian Gerak Dasar Lompat melalui Aktivitas Bermain pada Pertemuan Pertama

RanahMacam tugas gerakJumlah siswa tuntasProsen- tase

PsikomotorDua kakiBerputar poros2888 %

Poros zig-zag32100 %

Samping (tali)3197 %

Silang (tali)3094 %

Buka tutup32100 %

Satu kakiKijang2372 %

Samping (tali)3197 %

Samping (tali bentuk ular)32100 %

Antrian jingkatVampir32100 %

Buka tutup32100 %

Satu kaki1238%

Vampir kelompok besar32100 %

Lompat teman/ taliArah melingkar32100 %

Arah lurus (bergantian)32100 %

Arah lurus 1 atau 2 tali32100 %

Dari hasil penilaian di atas menunjukkan tugas gerak yang gagal dilaksanakan dari lima belas tugas gerak (psikomotor), yang tidak berhasil dilihat dari jumlah ketuntasan siswa paling rendah dua belas dari 32 siswa dengan jumlah prosentase 38% yaitu tugas gerak antrian jingkat satu kaki. Selain didukung dalam pelaksanaan yang bisa diamati dalam video, antrian jingkat satu kaki ini memiliki kesukaran koordinasi kelompok yang tinggi dan beresiko akan terjadinya cidera. Selain itu dalam salah satu karakteristik umum pada masa anak-anak yang dikemukakan Mutohir & Gusril (2004) menyebutkan pola gerak dasar lebih diperbaiki dan disesuaikan, ini menunjukkan koordinasi individu anak pada tersebut masih belum sempurna, sedangkan tugas gerak antrian jingkat satu kaki menggunakan koordinasi kelompok yang tingkat kesukarannya lebih tinggi daripada koordinasi individu.

Tabel 3. Hasil Penilaian Gerak Dasar Lompat melalui Aktivitas Bermain pada Pertemuan Kedua

RanahMacam Tugas GerakJumlah siswa tuntasProsen- tase

PsikomotorLompat kardusLompat bebas32100 %

Satu langkah32100 %

Lompat berpasangan32100 %

Lompat simpaiSatu kaki dan dua kaki32100 %

Berpasangan32100 %

Lari dan lompatEstafet berpasangan3197 %

Estafet sirkuit32100 %

Lompat jauhRintangan kardus3094 %

Rintangan dua tali3197 %

Lompat tinggiLompat ke depan3197 %

Ke depan berpasangan3094 %

Gunting3197 %

Dari hasil penilaian di atas menunjukkan prosentase ketuntasan minimal 94% dari jumlah dua belas tugas gerak tugas gerak yang di ujicobakan. Ini menunjukkan uji coba pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain untuk kelas V SD pada pertemuan kedua pelaksanaannya berhasil dan bisa disimpulkan pula bahwa pengembangan pembelajaran gerak dasar lompat yang sudah diujicobakan bisa dijadikan produk pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain untuk kelas V SD.Dari 27 tugas gerak pada kelompok eksperimen mampu melaksanakan tugas gerak dengan tuntas dan satu tugas gerak tidak berhasil dilakukan. Ini menunjukkan bahwa secara umum pembelajaran gerak dasar yang tercantum dalam SK-KD untuk kelas V dalam Permendiknas no. 22 Tahun 2006 memang layak dan bisa dilakukan oleh anak kelas V SD. Akan tetapi pelaksanaan dan pengembangan yang dilakukan guru penjasorkes SD jarang dilakukan.Hal tersebut yang menjadi salah satu penyebab tujuan jangka pendek dan jangka panjang mata pelajaran penjasorkes tidak tercapai.

Hasil Olah Data Angket FCE

Tabel 4. Nilai Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Angket FCE

KomponenSDN 1 TambakrejoSDN Sumengko

Rata-rataNilaiKategoriRata-rataNilaiKategori

Hasil2.975Sangat baik2,213Sedang

Kemauan2.994Baik2,854Baik

Metode2,744Baik2,282Kurang

Kerjasama3.005Sangat baik2,282Kurang

Nilai Akhir2,935Sangat baik2,383Sedang

Tabel di atas merupakan hasil analisis nilai efektivitas pembelajaran gerak dasar lompat dari SDN 1 Tambakrejo dan SDN Sumengko selama dua kali pertemuan berdasarkan empat komponen menjadi nilai akhir. Dari tabel di atas diperoleh pengertian bahwa efektivitas pembelajaran gerak dasar lompat dari SDN 1 Tambakrejo dari komponen hasil memperoleh nilai rata-rata 2,97 mendapatkan nilai 5 masuk dalam kategori sangat baik, komponen kemauan memperoleh nilai rata-rata 2,99 mendapatkan nilai 5 masuk dalam kategori sangat baik, komponenmetode memperoleh nilai rata-rata 2,74 mendapatkan nilai 4 masuk dalam kategori baik, komponenkerjasama memperoleh nilai rata-rata 3.00 mendapatkan nilai 5 masuk dalam kategori sangat baik. Selanjutnya dari hasil analisis setiap komponen tersebut ditarik kesimpulan dengan mengambil nilai rata-rata dari nilai keempat komponen di atas. Sehingga mendapatkan rata-rata akhir sebesar 2,93 mendapatkan nilai 5 masuk dalam kategori sangat baik.Sedangkan efektivitas pembelajaran gerak dasar lompat dari SDN Sumengko dari komponen hasil memperoleh nilai rata-rata 2,21 mendapatkan nilai 3 masuk dalam kategori sedang, komponen kemauan memperoleh nilai rata-rata 2,85 mendapatkan nilai 4 masuk dalam kategori baik, komponenmetode memperoleh nilai rata-rata 2,28 mendapatkan nilai 2 masuk dalam kategori kurang, komponenkerjasama memperoleh nilai rata-rata 2.28 mendapatkan nilai 2 masuk dalam kategori kurang. Selanjutnya dari hasil analisis setiap komponen tersebut ditarik kesimpulan dengan mengambil nilai rata-rata dari nilai keempat komponen di atas. Sehingga mendapatkan rata-rata akhir sebesar 2,38 mendapatkan nilai 3 masuk dalam kategori sedang.

Hasil Olah Data Efektivitas Menggunakan Analisis StatistikTabel 5. Hasil Analisis Maan-Whitney Test

VariabelNMean RankZA.Sig.

Efektivitas Eksperimen Kontrol333249.0016.50-7.0260.0001

Sumber : out put PASW Statistics 18Berdasarkan hasil analisis tabel di atas maka telah tercantum hasil data efektivitas pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain untuk kelas V SD yang diperoleh dari analisis FCE.Hasil yang diperoleh kelompok eksperimen memiliki rata-ratarangking 49.00 sedangkan hasil rata-rata rangking kelompok kontrol 16.50. Nilai Z dari hasil analisis Mann-Whitney Test -7.026 dan nilai Asymp. Sig. 0.0001 menunjukkan bahwa efektivitas yang dihasilkan dalam pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain untuk kelas V SD pada kelompok eksperimen adalah signifikan karena Asymp. Sig. menunjukkan 0.0001.

Hasil Olah Data Lembar Observasi Kelas DikjasorTabel 6. Nilai Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Hasil Observasi Kelas Dikjasorkes

Acara PembelajaranSDN 1 TambakrejoSDN Sumengko

Nilai (%)KategoriNilai (%)Kategori

Awal77.81%Baik70.91%Baik

Inti77.49%Baik60.43%Baik

Penutup62.50%Baik72.92%Baik

Nilai Akhir77.48%Baik66.49%Baik

Tabel di atas menunjukkan rata-rata nilai efektivitas pembelajaran oleh SDN 1 Tambakrejo dan SDN Sumengko berdasarkan hasil observasi oleh tiga observer selama dua kali tatap muka. Dari tabel di atas dapat dijelaskan hasil penelitian sebagai berikut:Awal PembelajaranPada kegiatan awal pembelajaran SDN 1 Tambakrejo mendapatkan nilai sebesar 77.81% masuk dalam kategori baik.Sedangkan dari SDN Sumengko mendapatkan nilai sebesar 70.91% masuk dalam kategori baik.Inti PembelajaranPada kegiatan inti pembelajaran SDN 1 Tambakrejo mendapatkan nilai sebesar 77.49% masuk dalam kategori baik.Sedangkan dari SDN Sumengko mendapatkan nilai sebesar 60.43% masuk dalam kategori baik.Penutup PembelajaranPada kegiatan penutup pembelajaran SDN 1 Tambakrejo mendapatkan nilai sebesar 62.50% masuk dalam kategori baik.Sedangkan dari SDN Sumengko mendapatkan nilai sebesar 72.92% masuk dalam kategori baik.Nilai AkhirDari ketiga kegiatan pembelajaran tersebut ditarik kesimpulan berupa nilai akhir yaitu SDN 1 Tambakrejo mendapatkan nilai sebesar 77.48% masuk dalam kategori baik.Sedangkan dari SDN Sumengko mendapatkan nilai sebesar 66.49% masuk dalam kategori baik. Perbedaan hasil nilai akhir analisis lembar observasi kelas penjasorkes SDN 1 Tambakrejo dan SDN Sumengko sebesar 10.99%, menunjukkan dari data di atas nilai efektivitas SDN 1 Tambakrejo lebih tinggi 10.99% dari SDN Sumengko.Dari data lembar obervasi kelas dikajasor yang sekala penilian analisis ini menggunakan sekala kelas dan berfungsi sebagai penguat analisis data keefektivan pembelajaran dari analisis FCE dan analisis statistik (trianggulasi data).Kesimpulan hasil analisis data lembar obesrvasi kelas dikjasor menunjukkan lebih tinggi 10.99% menunjukkan kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol, dapat disumpulkan pula hasil kelompok eksperimen tersebut lebih efektif hasil belajarnya.

Simpulan dan SaranSimpulana. Hasil uji coba pengembangan pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain untuk kelas V SD menghasilkan 26 tugas gerak. Dengan rincian pembelajaran gerak dasar tanpa alat berjumlah enam tugas gerak, pembelajaran gerak dasar menggunakan alat berjumlah dua puluh tugas gerakb. Uji efektivitas pengembangan pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain untuk kelas V SD dari analisis FCE dan Lembar Observasi Kelas Dikjasor terbukti efektif.c. Uji efektivitas menggunakan analisis Mann-Whitney Test hasilnya signifikan karena nilai Asymp. Sig. menunjukkan 0.0001.d. Uji efektivitas pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain untuk kelas V SD dari Lembar Obervasi Kelas Dikjasor kelompok eksperimen memperoleh nilai 77.48% dengan kategori baik, kelompok kontrol memperoleh nilai 66.49% dengan kategori baik. Nilai efektivitas kelompok eksperimen lebih tinggi 10.99% dari kelompok kontrol.

SaranBerdasarkan hasil penelitian, penarikan kesimpulan dan temuan selama pelaksanaan penelitian ini, penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:0. Pembelajaran gerak dasar lompat melalui aktivitas bermain untuk kelas V SD bisa dijadikan suatu model pembelajaran yang wajib dimasukkan dalam kurikulum SD pembelajaran penjasorkes. Karena memperhatikan tumbuh kembangnya anak usia anak SD adalah usia keemasan untuk mendapatkan pengalaman dan pengayaan gerak yang berdampak pada perkembangan jangka pendek dan jangka panjang tiap individu siswa.0. Dalam pembelajaran penjasorkes, guru penjasorkes SD diharapkan dapat lebih mengembangkan pembelajaran gerak dasar pada kelas I sampai kelas V semester 1 dan bukan teknik dasar yang diberikan atau pelaksanakan pembelajaran gerak dasar dilaksanakan dengan sangat sederhana dan variasi pengalaman gerak yang sedikit.0. Untuk penelitian selanjutnya, mungkin bisa dikembangkan pada sampel yang lain dan lebih besar, sehingga data yang dihasilkan lebih terpercaya dan teruji. Dan masih banyak pembelajaran gerak dasar pada umumnya dan gerak dasar lompat pada khususnya yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan.

Daftar Rujukan Adisasmita, Y., 1992. Olahraga Pilihan Atletik. Depdikbud.Dick & Carey 2001.The Systematic Design ofInstruction. New York: Harper Collin Publishers.Katzenbogner, H. & Medler, M., 1996.Buku Pedoman Lomba Atletik Seri: 2 Nomor Lompat. PASI.Kasim, A., Sosroprojo, H. & Soepartono.1998. Pendidikan Jasmani dan Olahraga. IKIP Surabaya: Depdikbud.Mamun, A. dan Saputra, Y.M. 2000. Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Depdikbud.Maksum, A. 2012.Metodologi Penelitian dalam Olahraga. Universitas Negeri Surabaya: Fakulatas Ilmu Keolahragaan.Mutohir, T.C. & Gusril.2004. Perkembangan Motorik pada Masa Anak-Anak. Depdiknas: Direktorat Jenderal Olahraga.PASI, 1993.Pedoman Melatih Atletik. Program Pendidikan & Sistim Sertifikasi Pelatih Atletik PASI.Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Permendiknas no 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusanuntuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Saputra, Y.M., 2001. Pembelajaran Atletik di Sekolah Dasar.Jakarta: Depdiknas.Statistik 4 Life - eta.http://statistik4life.blogspot.com/2009/12/uji-mann-whitney-u.html. diakses tanggal 18 Pebruari 2013.Sukintaka, 1992.Teori Bermain untuk D2 PGSD Penjaskes.Depdikbud.Suroto. 2008. Tiga Belas Jurus Mengelola Pembelajaran Penjasorkes sehingga Menarik dan Produktif. Surabaya: Materi Seminar Nasional di Gedung Wanita Candra Kirana Jl. Kalibokor Selatan.Tim Mapel Penjasorkes. 2007. Buku Model Pembelajaran Penjasorkes Inovatif untuk Pendidikan Dasar IU-07-1. Balitbang: Depdiknas.Widya, M.D.A., 2004. Belajar Berlatih Gerak-Gerak Dasar Atletik dalam Bermain. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Yudanto, 2005.Pengembangan Gerak Dasar Lari dan Lompat Melalui Pendekatan Bermain di Sekolah Dasar.Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, Volume 3, No. 1, 2005.

2