pengembangan profesionalisasi guru
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang guru adalah ujung tombak kesuksesan pendidikan, karena maju
mundurnya pendidikan terletak di tangan seorang guru. Dalam kondisi
bagaimanapun guru tetap memegang posisi yang sangat vital dan penting,
demikian halnya dalam pengembangan IPTEK dan perkembangan global.
Eksistensi guru tetap penting, karena peran guru tidak seluruhnya dapat
digantikan dengan teknologi. Bagaimanapun canggihnya sebuah teknologi, tetap
saja bodoh dibandingkan guru, karena IPTEK seperti komputer tidak akan dapat
diteladani, bahkan bisa menyesatkan jika penggunaannya tanpa ada kontrol.
Fungsi kontrol ini terletak ditangan guru dan membuat posisi guru tetap penting,
oleh karena itu seorang guru dituntut untuk profesional dalam melaksanakan
tugasnya.
Dalam hal ini profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti
peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal
layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Oleh karena itu untuk meningkat
mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi guru (pendidik) merupakan suatu
keharusan, terlebih lagi apabila kita melihat kondisi objektif saat ini berkaitan
dengan berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan, yaitu:
Perkembangan Iptek, persaingan global bagi lulusan pendidikan, otonomi daerah,
dan implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara pengembangan profesionalisasi guru?
2. Bagaimana model pengembangan profesionalisasi guru?
1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
bagaimana cara pengembangan profesionalisasi guru, dan bagaimana model
pengembangan profesionalisasi guru.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengembangan Profesionalisasi Guru
Pengembangan profesionalisasi guru dilakukan berdasarkan kebutuhan
institusi, kelompok guru, maupun individu guru sendiri. Menurut damin dari
perspektif institusi, pengembangan guru dimaksudkan untuk merangsang,
memelihara, dan meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah
koorganisasian. Selanjutnya dikatakan juga bahwa pengembangan guru
berdasarkan kebutuhan institusi adalah sangat penting, namun hal yang lebih
penting adalah berdasarkan kebutuhan individu guru untuk menjalani proses
profesionalisasi. Karena substansi kajian dan konteks pembelajaran selalu
berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan waktu, guru dituntut untuk
selalu meningkatkan kompetensinya.
Profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan
segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan
diberikan kepada masyarakat. Oleh karena itu untuk meningkat mutu pendidikan
saat ini, maka profesionalisasi guru (pendidik) merupakan suatu keharusan,
terlebih lagi apabila kita melihat kondisi objektif saat ini berkaitan dengan
berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan, yaitu:
1. Perkembangan Iptek
Perkembangan IPTEK yang cepat, menuntut setiap guru dihadapkan pada
penguasaan hal-hal baru berkaitan dengan materi pembelajaran atau pendukung
pelaksanaan pembelajaran seperti penggunaan internet untuk pemelajaran,
program multimedia dan sebagainya.
2. Persaingan global bagi lulusan pendidikan
Setiap lulusan pendidikan di Indonesia akan dipersaingkan dengan lulusan
dari sekolah-sekolah yang berada di Asia. Kondisi ini semakin memaksa guru
untuk segara dan dengan cepat memiliki kualifikasi dan meningkatkannya untuk
nantinya bisa menghasilkan lulusan yang kompeten.
3
3. Otonomi Daerah
Kebijakan otonomi daerah ini telah memberikan perubahan yang mendasar
terhadap berbagai sektor pemerintahan, termasuk dalam pendidikan. Pengelolaan
pendidikan secara terdesentralisasi akan semakin mendekatkan pendidikan kepada
stakeholders pendidikan di daerah. Oleh karena itu guru semakin dituntut untuk
menjabarkan keinginan dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat terhadap
pendidikan melalui kompetensi yang dimilikinya.
4. Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
Pencanangan implementasi KTSP ini menunjukkan bahwa profesionalisme
harus benar-benar dimiliki oleh setiap guru apabila menginginkan lulusan yang
memiliki kompetensi sebagaimana diharapkan.
Nah, secara formal untuk menjadi profesional maka guru diisyaratkan
memenuhi kualifikasi akademik minimum dan besertifikat pendidik. Guru-guru
yang memenuhi kriteria professional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi
utamanya secara efektif dan efisien untuk mewujudkan proses pendidik dan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yakni berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga
Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Untuk memenuhi kriteria professional itu, guru harus menjalani
profesionalisasi atau proses menuju derajat professional yang sesungguhnya
secara terus-menerus, termasuk kompetensi mengelola kelas. Di dalam UU
Nomor 74 Tahun 2008 dibedakan antara pembinaan dan pengembangan
kompetensi guru yang sudah atau yang belum berkualifikasi S-1 atau D-IV. Jadi
pembinaan dan pengembangan profesi guru (PPPG) meliputi aspek sebagai
berikut:
1. Kompetensi pedagogik
a. Memahami peserta didik secara mendalam dengan memahami peserta
didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembanngan kognitif serta
kepribadiannya.
4
b. Memahami landasan kependidikan dengan menerapkan teori belajar dan
pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik
peserta didik, kompetensi dan materi ajar yang ingin dicapai, serta
menyusun rancanagn pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c. Melaksanakan pembelajaran dengan menata latar (setting) pembelajaran,
dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan menganalisis
hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode untuk
menentukan tingkat ketuntasan belajar dan memanfaatkan hasil penilaian
pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara
umum.
e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensialnya baik potensial akademik maupun potensial nonakademik.
2. Kompetensi kepribadian
a. Kepribadian yang mantap dan stabil, yakni bertindak sesuai dengan norma
hukum yang telah ditetapkan.
b. Kepribadian yang dewasa dengan menampilkan kemandirian dalam
bertindak sebagai pendidik dan meniliki etos kerja sebagai guru.
c. Kepribadian yang arif dengan menampilkan tindakan yang didasarkan
pada pemanfaatan peserta didik, sekolah, masyarakat serta menunjukan
keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.
d. Kepribadian yang berwibawa yakni memiliki prilaku yang berpengaruh
positif terhadap peserta didik dan memiliki prilaku yang disegani.
e. Kepribadian akhlak mulia, menjadi teladan yang diteladani peserta didik
dengan bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur,
ikhlas, dan suka menolong).
3. Kompetensi sosial
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan.
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar.
5
4. Kompetensi professional
a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi.
b. Menguasai struktur dan metode keilmuan untuk memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.
Keempat kompetensi diatas dalam paktiknya merupakan suatu kesatuan
yang utuh. Pemilahan menjadi empat ini, semata-mata untuk kemudahan
memahaminya.
B. MODEL PENGEMBANGAN GURU
Banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan
perubahan, baik itu secara perorangan, kelompok, atau dalam satu sistem yang
diatur oleh lembaga. Mulyasa (2003:43) menyebutkan bahwa pengembangan guru
dapat dilakukan dengan cara on the job training dan in sevice training. Sementara
Castetter menyampaikan lima model pengembangan untuk guru seperti pada tabel
berikut.
Model Pengembangan Guru
n
o
Model Pengembangan
Guru
Keterangan
1
.
Individual Guided
Staff Development
(Pengembangan Guru yang
dipadu secara Individual)
Para guru dapat menilai kebutuhan
belajar mereka dan mampu belajar aktif
serta mengarahkan diri sendiri. Para guru
harus dimotivasi saat menyeleksi tujuan
belajar berdasarkan penilaian personil
dari kebutuhan mereka.
2
.
Observation/
Assessment (Observasi atau
Penilaian)
Observasi dan penilaian dari
instruksi menyediakan guru dengan data
yang dapat direfleksikan dan dianalisi
untuk tujuan peningkatan belajar siswa.
Refleksi oleh guru pada prakteknya dapat
ditingkatkan oleh observasi lainnya.
3 Involvenment in a Pembelajaran orang dewasa lebih
6
. development/Improvenment
Process (Keterlibatan dalam
suatu Proses Pengembangan
atau Peningkatan)
efektif ketika mereka perlu untuk
mengetahui atau perlu memecahkan suatu
masalah. Guru perlu untuk memperoleh
pengetahuan atau keterampilan melalui
keterlibatan pada proses peningkatan
sekolah atau pengembangan kurikulum.
4
.
Training (Pelatihan) Ada teknik-teknik dan prilaku-
prulaku yang pantas untuk ditiru guru
dalam kelas. Guru-guru dapat merubah
prilaku mereka dan belajar meniru prilaku
dalam kelas mereka.
5
.
Inquiry (Pemeriksaan) Pengembangan professional adalah
studi kerjasama oleh para guru sendiri
untuk permasalahan dan isu yang timbul
dari usaha untuk membuat praktek mereka
konsisten dengan nilai-nilai bidang
pendidikan.
Dari kelima model pengembangan guru di atas, model “training”
merupakan model pengembangan yang banyak dilakukan oleh lembaga
pendidikan swasta. Pada lembaga pendidikan, cara yang popular untuk
pengembangan kemampuan professional guru adalah dengan melakukan
penataran (in service training) baik dalam rangka penyegaran (refreshing)
maupun peningkatan (up-grading). Cara lain baik dilakukan sendiri-sendiri
(informal) atau bersama-sama seperti: on the job training, workshop, seminar,
diskusi panel, rapat-rapat, simposium, konferensi, dan sebagainya.
Inovasi dalam pendidikan juga berdampak pada pengembangan guru.
Beberapa model pengembangan guru sengaja dirancang untuk menghadapi
pembaharuan pendidikan. Candall mengemukakan model-model efektif
pengembangan kemampuan professional guru, yaitu: model mentoring, model
ilmu terapan atau model “dari teori ke praktik”, dan model inquiry atau model
reflektif. Model mentoring adalah model dimana berpengalaman merilis
7
pengetahuannya atau melakukan aktivitas mentor pada guru yang kurang
berpengalaman. Model ilmu terapan berupa perpaduan antara hasil-hasil riset
yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan praktis. Model inquiry yaitu
pendekatan yang berbasis pada guru-guru, para guru harus aktif menjadi peneliti,
seperti membaca, bertukar pendapat, melakukan observasi, melakukan analisis
kritis, dan merefleksikan pengalaman praktis mereka sekaligus meningkatkannya,
sedangkan menurut Soetjipto dan Kosasi (2004:54), pengembangan sikap
professional ini dapat dilakukan selama dalam pendidikan prajabatan maupun
setelah bertugas (dalam jabatan).
Pengembangan professional selama pendidikan prajabatan
Dalam pendidikan prajabatan, calon guru didik dalam berbagai
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti.
Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu jadi panutan bagi siswanya, dan
bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap
terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan
masyarakat.
Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi
harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan
guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu,
keterampilan dan bahkan sikap professional dirancang dan dilaksanakan selama
calon guru berada dalam pendidikan prajabatan. Sering juga pembentukan sikap
tertentu terjadi sebagai hasil sampingan (by product) dari pengetahuan yang
diperoleh calon guru. Sikap teliti dan disiplin, misalnya dapat terbentuk sebagai
hasil dampingan dari hasil belajar matematika yang benar, karena belajar
matematika selalu menuntut ketelitian dan kedisiplinan penggunaan aturan dan
prosedur yang telah ditentukan. Sementara itu tentu saja pembentukan sikap dapat
diberikan dengan menggunakan pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan
khusus yang direncanakan, sebagaimana halnya mempelajari Pedoman
Pengahayatan dan Pengalaman Pancasila (P4) atau sekarang Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang diberikan kepada seluruh siswa sejak dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi.
a. Pengembangan professional selama dalam jabatan
8
Pengembangan sikap professional tidak terhenti apabila calon guru selesai
mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam
rangka peningkatan sikap professional keguruan dalam masa pengabdiannya
sebagai guru. Seperti telah disebutkan, peningkatan ini dapat dilakukan dengan
cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau
kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal melalui media massa televise,
radio, Koran, dan majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan
seikap professional keguruan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional (2005) menyebutkan beberapa alternative Program
Pengembangan Profesionalisme Guru, sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru
Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa kualifikasi pendidikan guru
adalah minimal S1 dari program keguruan, maka masih ada guru-guru yang belum
memenuhi ketentuan tersebut. Oleh karenanya, program ini diperuntukkan bagi
guru yang belum memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1 untuk mengikuti
pendidikan S1 atau S2 pendidikan keguruan. Program ini berupa program
kelanjutan studi dalam bentuk tugas belajar.
2. Program Penyetaraan dan Sertifikasi
Program ini diperuntukkan bagi guru yang mengajar tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikannya atau bukan berasal dari program pendidikan
keguruan. Keadaan ini terjadi karena sekolah mengalami keterbatasan atau
kelebihan guru mata pelajaran tertentu. Sering terjadi kualifikasi pendidikan
mereka lebih tinggi dari kualifikasi yang dituntut namun tidak sesuai, misalnya
berijazah S1 tetapi bukan kependidikan. Mereka bias mengikuti program
penyetaraan atau sertifikasi.
3. Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi
Guru yang memenuhi kualifikasi pendidikan saja belum cukup, diperlukan
pelatihan guna meningkatkan profesionalismenya. Program pelatihan yang
diusulkan adalah pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru, yaitu mengacu
kepada tuntutan kompetensi. Selama ini pelaksanaan pelatihan bersifat parsial dan
9
pengembangan materi sering kali tumpang tindih, menghabiskan banyak waktu,
tenaga, dan biaya serta kurang efesien. Tidak jarang dalam satu tahun seorang
guru mengikuti tiga jenis pelatihan sehingga mengganggu kegiatan PBM,
sebaliknya tidak sedikit guru yang pernah mengikuti pelatihan sekalipun dalam
satu tahun. Oleh karenanya pelatihan yang diusulkan adalah Pelatihan Terintegrasi
Berbasis Kompetensi (PTBK) yaitu pelatihan yang mengacu pada kompetensi
yang akan dicapai dan diperlukan oleh peserta didik, sehingga isi/ materi pelatihan
yang akan dilatihkan merupakan gabungan atau integrasi bidang-bidang ilmu
sumber bahan pelatihan yang secara utuh diperlukan untuk mencapai kompetensi
(Depdiknas, 2002:4). Kompetensi yang diharapkan oleh guru mencakup:
Memiliki pemahaman landasan dan wawasan pendidikan, terutama yang
terkait denga bidang tugasnya.
Menguasai materi pelajaran, minimal sesuai dengan cakupan materi yang
tercantum dalam profil kompetensi.
Menguasai pengelolaan pembelajaran sesuai karakteristik pelajaran.
Menguasai evaluasi hasil belajar dan pembelajaran sesuai dengan
karakteristik pelajaran.
Memiliki wawasan profesi serta kepribadian sebagai guru.
4. Program Supervisi Pendidikan
Dalam praktik pembelajaran di kelas masih sering ditemui guru-guru yang
ditingkatkan profesionalismenya dalam proses belajar mengajarnya, sering ada
persepsi yang salah atau kurang tepat di mana tugas supervisor sering dimaknai
sebagai tugas untuk mencari kesalahan atau untuk mengadili guru, padahal
tujuannya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
Cirri utama supervise adalah perubahan dalam kea rah yang lebih baik, positif
proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Di lingkungan sekolah, supervise
mempunyai peranan cukup strategis dalam meningkatkan prestasi kerja guru,
yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi sekolah. Dengan demikian
kualitas peranan supervise di lingkungan sekolah akan dapat meningkatkan
profesionalisme guru yang selanjutnya dampak berdampak positif terhadap
prestasi sekolah.
10
5. Program Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru mata
pelajaran sejenis di sanggar maupun di masing-masing sekolah yang terdiri dari
dua unsur yaitu musyawarah dan guru mata pelajaran. Guru mata pelajaran adalah
guru SMP dan SMA Negeri dan Swasta yang mengasuh dan bertanggung jawab
dalam mengelola mata pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
Guru bertugas mengimplementasikan kurikulum di kelas. Dalam hal itu
dituntut kerja sama yang optimal diantara para guru. Dengan MGMP diharapkan
akan meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran yang
bermutu sesuai kebutuhan peserta didik. Wadah profesi ini sangat diperlukan
dalam memberikan kontribusi pada peningkatan keprofesionalan para anggotanya.
6. Simposium Guru
Selain MGMP ada forum lain yang dapat digunakan sebagai wadah untuk
saling berbagi pengalaman dalam pemecahan masalah yang terjadi dalam proses
pembelajaran yaitu simposium. Melalui forum simposium guru ini diharapkan
para guru menyebarluaskan upaya-upaya kreatif dalam pemecahan masalah.
Forum ini selain sebagai media untuk sharing pengalaman juga berfungsi untuk
kompetisi antar guru, dengan menampilkan guru-guru yang berprestasi dalam
berbagai bidang, misalnya dalam penggunaan metode pembelajaran, hasil
penelitian tindakan kelas atau penulisan karya ilmiah.
7. Program Pelatihan Tradisional Lainnya
Berbagai program pelatihan sampai saat ini banyak dilakukan. Bentuk-
bentuk pelatihan ini sudah lama ada dan diakui cukup bernilai. Walaupun disadari
bahwa sering kali berbagai bentuk kursus/ pelatihan tradisional ini sering kali
tidak dapat memenuhi kebutuhan praktis dari pekerjaan guru. Oleh karena itu,
suatu kombinasi antara materi akademis dengan pengalaman lapangan akan sangat
efektif untuk pengembangan kursus/ pelatihan tradisional. Pelatihan ini pada
umumnya mengacu pada satu aspek khusus yang sifatnya aktual dan penting
untuk diketahui oleh para guru, misalnya: CTL, KTSP, Penelitian Tindakan Kelas,
Penulisan Karya Ilmiah dan sebagainya.
11
8. Membaca dan Menulis Jurnal atau Karya Ilmiah
Sebagaimana diketahui bahwa jurnal atau bentuk makalah ilmiah lainnya
secara berkesinambungan diproduksi oleh indiviual pengarang, lembaga
pendidikan maupun lembaga-lembaga lain. Jurnal atau bentuk karya ilmiah
lainnya tersebut tersebar dan dapat ditemui diberbagai pusat sumber belajar
(perpustakaan, internet, dan sebagainya). Walaupun artikel dalam jurnal
cenderung singkat, tetapi dapat mengarahkan pembacanya kepada konsep-konsep
baru dan pandangan untuk menuju kepada perencanaan dan penelitian baru. Ia
juga memiliki kolom berita yang berkaitan dengan pertemuan, pameran, seminar,
program pendidikan, dan sebagainya yang mungkin menarik bagi guru.
Dengan membaca dan memahami isi jurnal atau makalah ilmiah lainnya
dalam bidang pendidikan guru dapat mengembangkan profesionalismenya.
Selanjutnya dengan meningkatnya pengetahuan seiring dengan bertambahnya
pengalaman, guru diharapkan dapat membangun konsep guru, keterampilan
khusus dan alat/ media belajar yang dapat memberikan kontribusi dalam
melaksanakan tugasnya.
9. Berpartisipasi dalam Pertemuan Ilmiah
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh masing-masing guru secara mandiri.
Yang diperlukan adalah bagaimana memotivasi dirinya sendiri untuk
berpartisipasi dalam berbagai pertemuan ilmiah. Konverensi atau pertemuan
ilmiah memberikan makna penting untuk menjaga kemutakhiran hal-hal yang
berkaitan dengan profesi guru. Tujuan utama kebanyakan konverensi atau
pertemuan ilmiah adalah menyajikan berbagai informasi dan inovasi terbaru di
dalam suatu bidang tertentu.
Partisipasi guru minimal pada kegiatan konverensi atau pertemuan ilmiah
setiap tahun akan memberikan kontribusi yang berharga dalam membangun
profesionalisme guru dalam melaksanakan tanggungjawabnya. Penyampain
makalah utama, kegiatan diskusi kelompok kecil, pameran ilmiah, pertemuan
informal untuk bertukar pikiran atau ide-ide baru, dan sebagainya saling
berintegrasi untuk memberika kesempatan pada guru untuk tumbuh sebagai
seorang profesional.
12
10. Melakukan Penelitian (khususnya Penelitian Tindakan Kelas)
Penelitian tindakan kelas (PTK) yang merupakan studi sistematik yang
dilakukan guru melalui kerja sama tau tidak dengan ahli pendidikan dalam rangka
merefleksikan dan sekaligus meningkatkan praktik pembelajaran secara terus
menerus juga merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme
guru. Berbagai kajian yang bersifat reflektif oleh guru yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional, memperdalam pemahaman terhadap tindakan
yang dilakukan dalam melaksanakan tugasnya, dan memperbaiki kondisi dimana
praktik pembelajaran berlangsung akan bermanfaat sebagai inovasi pendidikan.
11. Magang
Magang ini dilakukan bagi para guru pemula. Bentuk pelatihan pre-service
atau in-service bagi guru junior untuk secara gradual menjadi guru profesional
melalui proses magang di kelas tertentu dengan bimbingan guru bidang studi
tertentu. Berbeda dengan pendekatan pelatihan yang konvensional, fokus
pelatihan magang ini adalah kombinasi antara materi akademis dengan suatu
pengalaman lapangan di bawah supervisi guru yang senior dan berpengalaman
(guru yang lebih profesional).
12. Mengikuti Berita Aktual dari Media Pemberitaan
Pemilihan yang hati-hati program radio dan televisi, dan sering membaca
surat kabar juga akan meningkatkan pengertahuan guru mengenai pengembangan
mutakhir dari proses pendidikan. Berbagai bentuk media tersebut sering kali
membuat artikel-artikel maupun program-program yang berkaitan dengan
berbagai isu atau penemuan terkini mengenai pendidikan yang disampaikan dan
dibahas secara mendalam oleh para ahli pendidikan. Oleh karena itu, penggunaan
media pemberitaan secara selektif yang terkait dengan bidang yang ditekuni guru
akan dapat membantu proses peningkatan profesionalisme guru.
13. Berpartisipasi dan Aktif dalam Organisasi Profesi
Ikut serta menjadi anggota organisasi/ komunitas profesional juga akan
meningkatkan profesionalisme seorang guru. Organisasi/ komunitas profesional
biasanya akan melayani anggotanya untuk selalu mengembangkan dan
memelihara profesionalismenya dengan membangun hubungan yang erat dengan
masyarakat (swasta, industri, dan sebagainya). Dalam hal ini yang terpenting
13
adalah guru harus pandai memilih suatu bentuk organisasi profesional yang dapat
memberi manfaat utuh bagi dirinya melalui bentuk investasi waktu dan tenaga.
14. Menggalang Kerjasama dengan Teman Sejawat
Kerjasam dengan teman seprofesi sangat menguntungkan bagi
pengembangan profesionalisme guru. Banyak hal dapat dipecahkan dan dilakukan
berkat kerjasama, seperti: penelitian tindakan kelas, berpartisipasi dalam kegiatan
ilmiah, dan kegiatan-kegiatan profesional lainnya.
Pertemuan secara formal maupun informal untuk mendiskusikan berbagai
isu atau permasalahan pendidikan termasuk kerjasama dalam berbagai kegiatan
lain (misalnya merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program
sekolah) dengan kepala sekolah, orang tua dengan kepala sekolah, orang tua
peserta didik (komite sekolah), guru dan staf lain yang profesional dapat
membantu guru dalam memutakhirkan pengetahuannya. Berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan tersebut dapat menjaga keaktifan pikiran dan membuka
wawasan yang memungkinkan guru untuk terus mendapatkannya. Semakin guru
terlibat dalam perolehan informasi, maka guru semakin merasa akuntabel, dan
semakin guru merasakan akuntabel maka ia semakin termotivasi untuk
mengembangkan dirinya. Di samping itu mengunjungi profesional lainnya di luar
sekolah merupakan metode yang sangat berharga untuk memperoleh informasi
terkini dalam rangka proses pengembangan profesional guru.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah:
Pengembangan profesionalisasi guru dilakukan berdasarkan kebutuhan
institusi, kelompok guru, maupun individu guru sendiri.
Profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan
segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan
yang akan diberikan kepada masyarakat.
Cara yang popular untuk pengembangan kemampuan professional guru
adalah dengan melakukan penataran (in service training) baik dalam
rangka penyegaran (refreshing) maupun peningkatan (up-grading).
Beberapa alternative Program Pengembangan Profesionalisme Guru
(PPPG) adalah sebagai berikut:
a. Program Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru
b. Program Penyetaraan dan Sertifikasi
c. Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi
d. Program Supervisi Pendidikan
e. Program Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
f. Simposiom Guru
g. Program Pelatihan Tradisional
h. Membaca dan Menulis Jurnal atau Karya Ilmiah
i. Berpartisipasi dalam Pertemuan Ilmiah
j. Melakukan Penelitian (khususnya Penelitian Tindakan Kelas)
k. Magang dan Mengikuti Berita Aktual dari Media Pemberitaan
l. Berpartisipasi dan Aktif dalam Organisasi Profesi
m. Menggalang Kerjasama dengan Teman Sejawat
15
B. Saran
Setelah kita mengetahui betapa besarnya pengaruh seorang guru terhadap
perkembangan peserta didiknya. Oleh karena itu seorang guru haruslah menjadi
seorang guru yang profesionalisme dan mampu menciptakan pembelajaran kreatif
dan menyenangkan. Untuk itu kita mengharapkan supaya seorang pendidik yaitu
guru dapat mengembangkan model pengembangan guru demi terciptanya
pendidikan yang berkualitas dalam mewujudkan masyarakat madani dengan
sumber daya manusia yang bermutu. Amin....
16
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarman. 2010. Profesionalisme dan Etika Profesi Guru.
Bandung: Alfabeta
Kunandar. 2010. Guru Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2009. Profesi Guru. Jakarta: Rineka Cipta
Udin Syaefudin Saud. 2009. Pengembangan Profesi Guru.
Bandung: Alfabeta
Uno, Hamzah B. 2010. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Jurnal-etika/peningkatan-profesionalisasi-guru.Desyandri’sweblog.htm (5
Maret 2012)
Jurnal-etika/makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-
profesionalisme -guru.htm (5 Maret 2012)
17