pengembangan sumber pembiayaan...
TRANSCRIPT
JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG ILMU EKONOMI STUDI
PEMBANGUNAN & ILMU MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA
JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410
Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id
Judul Penelitian
PENGEMBANGAN SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
YANG MAKIN BERTUMPU PADA KEMAMPUAN SENDIRI
O
l
e
h
AMRIZAL
Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti
Jakarta, February 2004
2
KATA PENGANTAR
Membuat Karya Ilmiah atau melakukan penelitian sudah merupakan tugas pokok
yang harus dilakukan oleh staf pengajar suatu perguruan tinggi. Tugas ini dibuat dalam
rangka penyesuaian/persyaratan pengusulan Akreditasi Dosen atau jenjang kepangkatan
pada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN TRANSPOR TRISAKTI (STMT TRISAKTI)
Jakarta. Meskipun tugas ini sepertinya tidak lebih dari hanya sekedar suatu persyaratan
saja, namun penulis telah berfikir berkali-kali tentang isi tulisan singkat “Jurnal” yang
dibuat ini harus benar-benar dikaji secara ilmiah pula sesuai dengan namanya, dan inipun
sebatas kemampuan yang penulis miliki hingga saat ini.
Alasan lain kenapa karya ilmiah ini harus dibuat demikian adalah
berkemungkinan kalau sekarang batas kemampuan penulis hanya sebatas yang mampu
penulis buat seperti ini, maka mungkin suatu saat tulisan singkat “Jurnal” ini bisa lebih
disempurnakan kearah pendewasaan secara “up to data” untuk disajikan secara umum
melalui Jurnal-jurnal ekonomi, mediamasa dan lain sebagainya. Agaknya tidaklah terlalu
berkelebihan kalau penulis katakan bahwa data yang digunakan bukanlah data main-
mainan, akan tetapi merupakan data resmi publikasi pemerintah sesungguhnya serta
badan-badan resmi pemerintah dan lainnya, yang telah menghimpun: Data-data Makro
Ekonomi dan Pembangunan Indonesia dari masa kemasa dengan rentang waktu tahun
1960-2006 seperti: Pendapatan Nasional Indonesia, APBN, Neraca Pembayaran,
Kependudukan dan Tenaga Kerja dan lain sebagainya.
Kemudian sebagai upaya menjaga keilmiahan sajian tulisan singkat “Jurnal” yang
penulis buat ini diperlukan wadah akurasi “Ilmu Ekonomi Terapan” sebagai
penuntun/pembanding, yaitu suatu wadah yang mencontohkan berbagai corak maupun
topik bahasan tulisan para ahli ekonomi papan atas menampilkan karya ilmiahnya
melalui berbagai Jurnal ekonomi domestik maupun asing. Tulisan singkat “Jurnal” ini
belum pernah diterbitkan dan hanya digunakan sebagai publikasi kepustakaan STMT
TRISAKTI agar dapat dibaca oleh mahasiswa atau pembaca ilmiah lainya yang
barangkali punya kepentingan sama dengan penulis.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ketua STMT
TRISAKTI Husni Hasan, A.MTrU, S.Sos, MM, bapak Puket I STMT TRISAKTI
H. Andri Warman, BSc, S.Sos.,MM dan Civitas Akademika lainnya STMT Trisakti
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam kesempatan ini. Tidak terlupa salam
yang istimewa terhadap fihak DIKTI/Kopertis Wilayah III Jakarta tempat tujuan
penyesuaian/pengusulan Akreditasi Penulis untuk kedua kalinya, dan berbagai fihak yang
telah disibukkan atas penyesuaian/pengusulan akreditasi ini, demikian dan terima kasih.
Jakarta, February 2004
( Amrizal )
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1. PENDAHULUAN
2. KERANGKA ANALISIS DAN POLA NORMAL CHENERY-SYRQUIN
3. PRESTASI ( PERFORMANCE ) MAKRO EKONOMI INDONESIA
4. KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN TABUNGAN MASYARAKAT
5. KESIMPULAN
DAFTAR KEPUSTAKAAN
4
1. PENDAHULUAN
Setiap proses pembangunan ekonomi yang semakin meningkat akan meminta
tambahan investasi yang semakin besar pula jumlahnya. Investasi dan kemajuan ekonomi
yang telah dicapai di masa lalu, menimbulkan proses yang dinamakan capital widening;
perekonomian sering membutuhkan investasi-investasi baru yang lebih banyak di
berbagai bidang, seperti: investasi di bidang prasarana dan sarana baru harus diperluas,
pabrik-pabrik baru perlu didirikan; pendidikan dan usaha-usaha yang bersifat human
investment lainnya hendaknya senantiasa ditingkatkan.
Begitu pula upaya untuk berpacu dengan perkembangan teknologi yang sangat
cepat perlu perhatian secara terus menerus agar tidak ketinggalan dengan rupa-rupa
persaingan yang semakin tajam, di arena pasaran yang semakin luas. Disamping itu
diperlukan pula dana investasi yang bertujuan memelihara investasi-investasi yang sudah
dilakukan di masa lalu itu.
Besarnya kebutuhan untuk investasi itu akan tergantung pada banyak faktor,
seperti (1) pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang hendak dicapai; (2) pada besarnya
perbandingan antara modal yang dibutuhkan dengan hasil atau COR atau ICOR; (3) pada
tingkat pemanfaata kapasitas dari proyek-proyek investasi; (4) struktur perekonomian,
dan lain-lain sebagainya.
Untuk melaksanakan investasi-investasi tersebut diperlukan adanya akumulasi
dana. Dalam GBHN telah digariskan agar dana yang dibutuhkan itu haruslah semakin
lama semakin dapat bertumpu di atas kemampuan diri sendiri. Ini berarti, bahwa dana
tersebut harus dapat digali dari tabungan dalam negeri, baik berupa tabungan rumah
tangga, tabungan perusahaan maupun tabungan pemerintah.
Peranan dana dalam negeri, selama lima Pelita yang lalu memang tampak sudah
semakin besar; namun sekaligus, keperluan akan dana luar negeri, juga masih tetap
tinggi. Kebutuhan akan dana luar negeri malahan semakin meningkat, sebagai akibat dari
keadaan perekonomian dunia yang kurang menguntungkan akhir-akhir ini.
Resesi ekonomi dunia sekitar 15 tahun yang lalu, diikuti oleh kebangkitan
kembali dari ekonomi negara-negara maju yang tidak begitu cepat, perkembangan harga
beberapa komoditi-ekspor Indonesia - terutama harga minyak bumi - di pasaran dunia
yang kurang menguntungkan, perkembangan kurs mata-mata uang luar negeri yang
kurang berimbang, kesemuanya telah ikut mempersulit keuangan dan penerimaan devisa
negara; sehingga pada gilirannya, menyebabkan pemerintah harus berbalik pada sumber
dana pinjaman dari luar negeri, setidak-tidaknya untuk sementara waktu.
Justeru di sinilah kita ingin memperlihatkan bahwa upaya untuk menggerakkan
potensi tabungan masyarakat, yaitu yang berupa tabungan rumah tangga dan tabungan
perusahaan, agar tersalur menjadi investasi-investasi yang produktif, merupakan suatu
upaya yang sangat penting, dan bahwa tabungan masyarakat itu sendiri adalah potensi
5
yang cukup besar yang perlu digarap lebih lanjut untuk mendukung proses pembangunan
selanjutnya. Hal inilah yang merupakan aspek pokok yang ingin diuraikan berikut ini.
2. KERANGKA ANALISIS DAN POLA NORMAL CHENERY-SYRQUIN
Sebelum melanjutkan uraian ini, terlebih dahulu akan dijelaskan tentang beberapa
pengertian mengenai tabungan pada umumnya, serta hubungannya dengan teori ekonomi
pembangunan. Dalam literatur ekonomi modern, tabungan didefinisikan sebagai bahagian
dari pendapatan suatu periode tertentu yang tidak habis dikonsumsi pada periode yang
bersangkutan. Teori ini dikenal juga sebagai Keynes yang pertama menghubungkan
tabungan dengan pendapatan (Keynes J.M. 1935).
Oleh Keynes konsep tabungan ini dianggap sebagai koreksi terhadap konsep
klasik sebelumnya, yang melihat tabungan sebagai bahagian dari teori kapital modal dan
menghubungkan tabungan bukan dengan pendapatan tetapi dengan tingkat bunga uang.
Oleh Keynesian konsep tabungan sebagai fungsi dari pendapatan itu dianggap sebagai
salah satu sumbangan Keynes yang terpenting terhadap perkembangan ilmu dan analisa
ekonomi yang tidak seperti pandangan klasik sebelum dia, dianggap: (1) dapat
mengaitkan (coupling) sektor moneter dengan sektor produksi dari perekonomian secara
makro, dan (2) menganggap bahwa kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan moneter
dapat sama-sama efisien dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Para ahli ekonomi pembangunan (development economists) yang banyak
bermunculan terutama sejak permulaan tahun 50-an (lihat Meiers, G.M. 1976; Lewis, A.
1983), tidak begitu ingin untuk mempertajam perbedaan kedua konsep tabungan di atas.
Bagi development economists, yang dianggap lebih relevan dalam upaya mereka
memahami proses pembangunan ekonomi dari negara-negara berkembang adalah melihat
tabungan sebagai sumber dana untuk pembentukan modal.
Paling jauh, mereka hanya menilai perbedaan konsep Keynes dan klasik
mengenai tabungan itu dalam konteks perbedaan antara apa yang disebut kemampuan
menabung (the ability to save) dan kemauan menabung (the willingnes to save)
(Thirwall, A.P. 1972). Development economists menyadari bahwa "bahagian pendapatan
yang tidak digunakan untuk konsumsi pada periode tertentu", seringkali tidak seluruhnya
dapat digerakkan menjadi sumber dana untuk investasi (pembentukan modal) pada
periode yang sama.
Dikebanyakan negara berkembang, terutama, sebahagian terbesar dari tabungan,
terbentuk dalam unit-unit yang sangat kecil. Lembaga-lembaga perbankan, simpan
pinjam dan lembaga-lembaga keuangan bukan bank lainnya, yang bisa menjadi saluran
bagi tabungan tersebut agar menjadi investasi, belum tersedia secara memadai. Sehingga
tabungan yang terjadi, sebahagian besar tetap tinggal sebagai tabungan saja ( berbentuk
hoarding dan semacamnya ) dan tidak termanfaatkan untuk pembentukan modal. Dengan
perkataan lain, juga terdapat perbedaan antara dana yang tersedia ( loanable funds )
dengan apa yang dikatakan Hirschman (1961) dengan the ability to invest.
6
Dengan demikian, maka lembaga-lembaga keuangan seperti bank-bank, pasar
uang dan modal, asuransi dan lembaga-lembaga keuangan bukan bank lainnya menjadi
lebih penting peranannya bagi development economists, sebagai salah satu unsur
penggerak, menggerakkan keinginan untuk menabung ( the willingness to save ) dan
menyalurkan tabungan sebagai sumber yang effektif bagi pembentukan modal.
Kemampuan menabung tidak selalu sama dengan kemauan menabung, namun keduanya
sama-sama menentukan besarnya, apa yang dinamakan tabungan sukarela ( voluntary
saving ) dari masyarakat.
Perbedaan antara kemampuan menabung dan kemauan menabung itu perlu
dipahami mengingat masing-masing ditentukan oleh faktor-faktor yang berbeda.
Kemampuan menabung masyarakat, pada umumnya ditentukan oleh faktor-faktor yang
bersifat lebih ekonomikal, seperti: (1) oleh tingkat pendapatan bersih perkapita (teori
absolute income a'la Keynes). Dalam hal ini, maka semakin tinggi pendapatan per kapita,
semakin tinggi kemampuan menabung; (2) oleh distribusi-pendapatan bersih perkapita
(teori relative income a'la Duesenberry, J.S. 1949 ).
Disini kemampuan menabung seseorang di samping ditentukan oleh tingkat
pendapatannya sendiri, juga ditentukan oleh tingkat pendapatan serta gaya
hidup/konsumsi dari orang -orang di sekitarnya; sehingga tingkat tabungan rata-rata dari
masyarakat bisa lebih rendah daripada yang seharusnya jika distribusi-pendapatan
semakin timpang (Nurkse R. 1953, 1967); dan (3) oleh tingkat laba bersih dari pemilik
modal (teori Wealth atau Life Cycle a'la Ando-Modigliani. Semakin besar pendapatan
dalam bentuk surplus usaha, semakin tinggi kemampuan menabung.
Sebaliknya, "kemauan" menabung masyarakat, di samping ditentukan oleh faktor-
faktor di atas, lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor non ekonomi seperti: (i) tersedia
atau tidaknya lembaga-lembaga yang memadai yang memudahkan masyarakat untuk
menabung; (ii) tinggi rendahnya tingkat bunga yang ditawarkan; serta (iii) persepsi
masyarakat terhadap kegiatan menabung, rasa kepastian dan lain-lain. Dalam hal ini,
semakin berkembang lembaga-lembaga keuangan seperti bank, kredit, simpan pinjam,
pasar uang dan modal semakin terangsang masyarakat untuk menabung; apalagi jika
masing-masing lembaga keuangan dapat menawarkan bals jasa yang bersaing dan
menjamin rasa kepastian.
Dilihat dari kerangka pemikiran ini, maka langkah-langkah dan kebijaksanan
yang telah diambil pemerintah dalam mengembangkan dan lebih menyebarluaskan
lembaga-lembaga perbankan, pasar uang dan modal, deregulasi perbankan, simpanan
pedesaan (Simpedes) dapat dikatakan sudah tepat, walaupun masih perlu
penyempurnaan-penyempurnaan. Kesemuanya ini akan dapat meningkatkan kemauan
menabung serta tabungan sukarela dari masyarakat itu.
Tabel 1. POLA NORMAL BESARAN TABUNGAN, INVESTASI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH
PADA BERBAGAI-BAGAI TINGKAT PENDAPATAN PER KAPITA
[ Dinyatakan Sebagai % dari Produk Nasional Bruto ( PNB ) ]
Tingkat Pendapatan ( PNB ) per kapita ( dalam US $ )
Rata-rata Rata-rata
Presentase ( % ) < 100 100 200 300 400 500 800 1000 > 1000
Investasi 13.6 15.8 18.8 20.3 21.3 22.1 23.4 24.0 23.4
Tabungan 10.3 13.5 17.1 19.0 20.2 21.0 22.6 23.3 23.3
Pengeluaran Pemerintah 12.5 15.3 18.1 20.2 21.9 23.4 26.8 28.7 30.7
Sumber: H. Chenery dan M. Syrquin, Paterns of Development 1950-1970,
Oxford University Press 1975, hal. 21.
Tabel 2: IKHTISAR REALISASI ANGGARAN NEGARA SERTA PEMBENTUKAN MO DAL DO MESTIK, TAHUN 1969/1970 - 1997/1998
( Diperhitungkan Berdasarkan Harga Berlaku )
No. Ke te r a nga n 1969/ 70 1970/ 71 1971/ 72 1972/ 73 1973/ 74 1974/ 75 1975/ 76 1976/ 77 1977/ 78 1978/ 79 1979/ 80 1980/ 81 1981/ 82 1982/ 83 1983/ 84 1984/ 85 1985/ 86 1986/ 87 1987/ 88 1988/ 89 1989/ 90 1990/ 91 1991/ 92 1992/ 93 1993/ 94 1994/ 95 1995/ 96 1996/ 97 1997/ 98
1 . P en er imaan Dalam Neger i 2 4 4 3 4 5 4 2 8 5 9 1 9 6 8 17 5 4 2 2 4 1 2 9 0 6 3 5 3 5 4 2 6 6 6 6 9 7 10 2 2 7 12 2 13 12 4 18 14 4 3 3 15 9 0 6 18 6 7 8 17 8 3 3 2 17 3 1 2 3 4 14 3 15 0 4 4 2 19 3 4 2 5 8 2 4 8 8 6 3 5 6 113 6 6 4 18 7 15 5 8 8 4 7 9 2 8 8 0 6 1
1. 1. P ajak Lan gsun g 9 1 12 2 18 2 3 0 2 5 0 5 12 2 9 15 9 2 2 0 4 6 2 5 12 2 9 9 7 5 13 0 8 2 3 1 10 10 1 10 0 10 116 0 5 12 7 0 8 14 2 3 4 12 6 19 13 19 1 12 8 9 0 17 0 0 0 2 16 4 4 19 2 8 2 19 8 7 6 17 4 0 7 18 8 2 8 2 0 5 5 7 2 6 0 3 1 2 15 16
1. 1. 1. Migas 4 8 6 9 113 19 9 3 4 5 9 7 3 12 4 9 16 19 19 4 9 2 3 0 9 4 2 6 0 7 0 2 0 8 6 2 8 8 17 0 9 5 2 0 10 4 3 0 1116 0 9 7 3 8 10 0 8 3 9 5 3 6 13 3 8 1 17 7 4 0 15 0 7 0 15 3 3 1 12 5 0 3 13 5 3 7 14 8 4 9 19 8 7 2 14 8 7 1
1. 1. 2 . Non - Migas 4 3 5 3 6 9 10 3 16 0 2 5 6 3 4 3 4 2 7 5 6 3 6 8 8 8 7 0 12 11 14 7 3 18 4 0 2 0 8 5 2 2 7 8 3 0 7 4 2 8 8 1 3 10 8 3 3 5 4 3 6 19 3 9 0 4 4 2 12 4 5 4 5 4 9 0 4 5 2 9 1 5 7 0 8 6 15 9 6 6 4 5
1. 2 . P ajak T idak Lan gsun g 15 0 2 10 2 18 2 5 4 4 13 4 5 8 5 3 9 7 4 1 8 7 9 10 7 8 13 8 0 16 8 0 17 7 6 19 7 2 2 3 0 9 2 5 11 3 7 12 4 2 6 0 6 8 2 3 8 9 9 1 12 4 6 5 18 10 7 2 0 7 0 7 2 5 5 4 7 3 2 8 0 2 4 115 7 4 3 2 0 0 4 9 6 7 4 5 8 3 19
1. 3 . P en er imaan Bukan P ajak 3 13 2 8 3 5 5 0 6 7 110 119 14 4 19 1 18 7 3 16 3 3 6 4 3 6 5 19 6 8 7 7 3 2 9 5 4 17 17 15 3 3 2 0 3 9 2 4 4 2 2 5 9 3 3 4 4 0 5 9 0 4 6 4 3 3 7 8 0 1 9 0 8 7 8 2 2 6
2 . P en geluar an Rut in 2 17 2 8 8 3 4 9 4 3 8 7 13 10 16 13 3 3 16 3 0 2 14 9 2 7 4 4 4 0 6 2 5 8 0 0 6 9 7 8 6 9 9 6 8 4 12 9 4 2 9 12 3 9 9 13 12 6 17 3 4 0 2 0 9 3 5 2 4 3 3 5 2 9 12 1 2 9 0 5 3 3 3 6 0 5 4 0 2 9 0 4 4 0 6 9 5 2 5 4 1 6 15 6 8 6 2 15 9
3 . T abun gan P emer in t ah { ( 1) - ( 2 ) } 2 7 5 7 7 9 15 3 2 5 5 7 3 8 9 0 8 12 7 6 13 8 6 15 2 2 2 6 3 5 4 4 2 7 5 2 3 5 5 4 2 2 6 0 2 1 6 4 7 7 6 2 7 9 4 7 0 7 4 3 9 1 2 4 7 9 7 16 9 13 0 7 2 13 5 2 9 15 2 5 8 15 8 2 3 2 2 3 4 9 19 0 17 2 3 2 2 4 2 5 9 0 2
4 . P en er imaan P emban gun an 9 1 12 0 13 5 15 8 2 0 4 2 3 2 4 9 2 7 8 4 7 7 3 10 3 5 13 8 1 14 9 4 17 0 9 19 4 0 3 8 8 2 3 4 7 8 4 3 6 8 3 5 8 9 5 5 5 6 10 12 4 8 3 3 0 8 3 8 2 9 9 7 5 110 9 8 10 7 5 3 9 8 3 8 1117 0 110 4 8 13 0 2 6
5 . Dan a P emban gun an { ( 3 ) +( 4 ) } 118 17 7 2 14 3 11 4 5 9 9 7 0 14 0 0 2 0 6 0 2 15 9 2 5 5 7 4 0 16 5 9 2 1 6 9 4 4 7 3 6 2 9 9 0 3 9 9 5 5 10 6 4 7 8 2 9 6 9 9 4 7 12 6 0 3 15 4 9 9 2 14 5 4 2 3 5 0 4 2 6 3 5 6 2 6 5 7 6 3 2 18 7 3 0 18 7 3 4 2 7 2 3 8 9 2 8
6 . P en geluar an P emban gun an 118 17 0 19 6 2 9 8 4 5 1 9 6 2 13 9 8 2 0 5 5 2 15 7 2 5 5 6 4 0 14 5 9 16 6 9 4 0 7 3 6 0 9 8 9 9 9 9 5 2 10 6 4 7 8 2 9 6 9 7 7 0 12 3 17 15 3 9 4 18 2 5 1 2 3 0 7 5 2 6 9 0 6 2 8 4 2 8 3 0 6 9 2 2 9 8 12 3 3 4 5 4 3 8 9 2 8
7 . An ggar an Negar a { ( 1) +( 4 ) = ( 2 ) +( 6 ) } 3 3 5 4 5 8 5 4 5 7 3 6 116 4 19 7 8 2 7 3 1 3 6 8 5 4 3 0 6 5 3 0 0 8 0 7 6 117 16 13 9 18 14 3 5 6 18 3 11 19 3 8 1 2 3 0 4 6 2 14 2 2 2 7 110 3 3 2 5 2 3 9 7 2 9 4 7 3 7 2 5 2 12 8 6 0 5 11 6 8 7 18 7 4 7 6 1 8 2 3 5 3 9 5 0 2 2 10 10 8 7
7 . 1. Def is it An ggar an Negar a { ( 1) - ( 7 ) } - 9 1 - 113 - 117 - 14 5 - 19 6 - 2 2 4 - 4 9 0 - 7 7 9 - 7 7 1 - 10 3 4 - 13 7 9 - 14 8 9 - 17 0 5 - 19 3 8 - 3 8 7 8 - 3 4 7 5 - 4 3 6 8 - 3 5 8 9 - 5 3 7 9 - 9 8 3 8 - 8 2 2 5 - 5 17 9 - 9 5 4 6 - 116 4 8 - 12 6 0 5 - 8 3 4 3 - 10 7 9 5 - 10 2 3 0 - 13 0 2 6
7 . 2 . Def is it P emben t ukan Modal P emer in t ah - 2 7 - 5 0 - 6 1 - 14 0 - 2 4 7 - 7 3 0 - 9 0 6 - 12 7 1 - 13 8 4 - 15 2 1 - 2 6 3 3 - 4 4 2 2 - 5 2 3 1 - 5 4 2 0 - 6 0 17 - 6 4 7 4 - 6 2 7 9 - 4 7 0 7 - 4 2 14 - 2 19 3 - 7 0 6 4 - 9 8 6 9 - 13 10 0 - 15 8 0 8 - 17 6 7 5 - 2 0 8 5 4 - 18 6 4 2 - 2 2 4 0 6 - 2 5 9 0 2
8 . P en geluar an Kon sumsi Rumah T an gga 2 2 9 7 . 8 2 5 7 8 . 7 2 8 17 . 7 3 3 0 8 . 7 4 8 0 4 . 1 7 3 4 3 . 8 8 7 3 1. 5 10 5 7 2 . 3 12 4 8 1. 0 15 18 4 . 5 19 5 13 . 7 2 7 5 0 2 . 9 3 5 5 6 0 . 0 4 16 7 0 . 3 4 7 0 6 3 . 0 5 4 0 6 6 . 5 5 7 2 0 1. 4 6 3 3 5 5 . 3 7 19 8 8 . 9 8 10 4 5 . 3 8 8 7 5 2 . 3 # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
9 . P en geluar an Kon sumsi P emer in t ah 19 9 . 0 2 9 3 . 0 3 4 1. 0 4 14 . 0 7 16 . 0 8 4 1. 0 12 5 3 . 7 15 5 0 . 5 2 0 7 7 . 3 2 6 5 8 . 9 3 7 3 3 . 4 4 6 8 8 . 2 5 7 8 7 . 9 6 8 3 1. 7 8 0 7 7 . 3 9 12 1. 5 10 8 9 3 . 1 113 2 8 . 7 117 6 3 . 5 12 7 5 5 . 8 15 6 9 7 . 6 17 5 7 2 . 6 2 0 7 8 4 . 6 2 4 7 3 1. 3 2 9 7 5 6 . 7 3 10 14 . 0 3 5 5 8 4 . 2 4 0 2 9 9 . 2 4 2 2 9 3 . 3
1 0. P emben t ukan Modal Domest ik Br ut o 3 17 . 0 4 5 5 . 0 5 8 0 . 0 8 5 7 . 0 12 0 8 . 0 17 9 7 . 0 2 5 7 1. 7 3 2 0 4 . 9 3 8 2 6 . 4 4 6 7 0 . 7 6 7 0 4 . 3 9 4 8 5 . 2 115 5 3 . 4 13 4 6 7 . 1 19 4 6 7 . 9 2 0 13 6 . 1 2 2 3 6 6 . 9 2 4 7 8 1. 9 3 0 9 8 0 . 2 3 6 8 0 2 . 6 4 5 6 5 9 . 8 5 5 6 3 3 . 4 6 3 8 9 3 . 9 7 0 8 2 0 . 2 8 6 6 6 7 . 3 # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
1 1 . P er ubahan S t ock - - - - - - - - - - - - - - 2 8 4 7 3 2 7 1. 6 4 6 9 0 . 1 4 10 6 . 3 7 8 5 0 . 9 8 0 0 6 . 9 13 17 1 15 0 7 2 16 8 4 8 2 2 4 0 5 10 5 4 6 13 3 2 7 15 9 0 0 6 3 7 1. 5 17 9 9 4
1 2 . E kspor Bar an g dan Jasa 3 2 8 . 2 4 3 4 5 2 6 . 8 7 6 2 . 4 13 5 6 . 1 3 0 4 4 . 5 2 8 9 7 . 2 3 6 2 1. 3 4 5 12 . 8 4 9 7 3 . 9 9 6 2 8 . 7 13 8 4 9 14 9 2 8 13 3 4 5 19 8 4 6 2 2 9 9 9 2 15 3 4 2 0 0 10 2 9 8 9 5 3 4 6 6 6 4 2 5 0 5 5 19 5 3 6 2 2 6 4 7 6 3 8 4 8 8 2 3 1 10 13 3 2 119 5 9 3 13 7 5 3 3 17 4 4 2 3
1 3 . Dikur an gi: I mpor t Bar an g dan Jasa 4 2 4 5 2 2 . 7 6 2 3 . 5 7 7 8 . 1 13 3 0 . 8 2 3 18 . 3 2 8 11. 6 3 5 2 2 . 3 3 8 6 4 . 5 4 7 4 2 7 5 5 4 . 7 10 0 8 0 13 8 0 2 15 6 8 2 19 6 2 5 19 8 4 5 19 8 3 5 2 10 3 6 2 7 9 3 9 3 117 1 3 8 6 0 1 5 0 9 4 6 6 13 7 6 7 0 3 3 7 7 8 3 8 3 9 6 9 5 3 12 5 6 5 7 14 0 8 12 17 7 8 9 8
1 4 . P r oduk Domest ik Br ut o 2 7 18 3 2 3 8 3 6 7 2 4 5 6 4 6 7 5 3 . 4 10 7 0 8 12 6 4 3 15 4 6 7 19 0 3 3 2 2 7 4 6 3 2 0 2 5 4 5 4 4 6 5 4 0 2 7 5 9 6 3 3 7 7 6 7 6 8 9 7 5 0 9 6 8 5 0 10 2 5 4 6 12 4 5 3 9 14 2 10 5 16 7 18 5 19 5 5 9 7 2 2 7 4 5 0 2 5 9 8 8 5 3 2 9 7 7 6 3 8 2 2 2 0 4 5 4 5 14 5 3 2 6 3 1 6 2 4 3 3 7
1 5 . P en dapat an Net o t er hadap Luar Neger i - 3 4 . 9 - 4 8 . 5 - 6 7 . 9 - 14 4 . 2 - 2 4 5 . 3 - 4 9 8 . 6 - 5 5 6 . 8 - 4 8 2 . 5 - 6 7 7 . 8 - 8 6 6 . 7 - 14 8 4 . 4 - 2 0 10 . 7 - 19 2 4 . 9 - 19 5 7 . 5 - 3 2 8 3 . 1 - 4 18 2 . 7 - 3 9 4 0 . 9 - 4 19 2 . 5 - 6 0 17 . 3 - 6 9 2 1. 7 - 8 0 7 4 . 1 - 9 6 15 . 5 - 10 8 9 9 - 12 4 4 7 - 12 5 5 3 - 10 2 4 8 - 13 3 6 6 - 14 2 7 2 - 19 118
dar i f akt or P r oduks i
1 6 . P r oduk Nas ion al Br ut o 2 6 8 3 . 1 3 18 9 . 5 3 6 0 4 . 1 4 4 19 . 8 6 5 0 8 . 1 10 2 0 9 12 0 8 6 14 9 8 4 18 3 5 5 2 18 7 9 3 0 5 4 1 4 3 4 3 5 5 2 10 2 5 7 6 7 5 7 4 3 9 3 8 5 5 6 8 9 2 9 0 9 9 8 3 5 3 118 5 2 2 13 5 18 3 15 9 111 18 5 9 8 2 2 16 5 5 1 2 4 7 4 3 8 3 17 2 2 3 3 7 19 7 1 4 4 114 8 5 18 3 5 9 6 0 5 2 2 0
1 7 . Dikur an gi : P ajak t ak lan gsun g Net t o 13 5 18 8 2 2 9 2 3 6 3 2 8 4 4 7 5 19 . 2 6 9 0 . 5 8 4 5 . 6 10 2 8 . 9 13 0 4 . 8 16 3 4 . 6 17 5 2 . 2 2 13 2 . 5 2 4 5 0 . 8 2 7 2 3 . 4 3 5 9 6 . 5 6 2 2 8 . 7 7 18 3 . 2 9 0 3 2 . 7 12 4 4 5 13 4 2 0 15 0 0 4 17 7 9 5 2 117 1 2 4 7 2 1 2 7 4 8 7 2 8 4 9 8 3 0 2 3 3
1 8 . Dikur an gi : P en yusut an 17 6 2 19 2 3 8 . 7 2 9 6 . 7 4 3 9 6 9 6 8 2 0 . 7 10 0 6 . 3 12 3 5 . 7 14 8 2 . 8 2 0 8 9 . 4 2 9 6 2 . 1 3 5 11. 8 3 8 7 7 . 1 3 8 8 3 . 8 4 4 8 7 . 5 4 8 4 2 . 5 5 12 7 . 3 6 2 2 6 . 9 7 10 5 . 4 8 3 6 4 . 5 9 7 8 3 . 9 113 8 0 13 0 4 5 16 4 8 9 19 111 2 2 7 2 6 2 6 6 3 2 3 12 17
1 9 . P r oduk Nas ion al Net t o at as dasar biaya 2 3 7 2 . 1 2 7 8 2 . 5 3 13 6 . 4 3 8 8 7 . 1 5 7 4 1. 1 9 0 6 6 . 4 10 7 4 6 13 2 8 7 16 2 7 4 19 3 6 8 2 7 14 7 3 8 8 3 8 4 6 8 3 8 5 16 6 6 6 8 0 5 9 7 8 3 5 7 8 4 4 7 0 8 6 6 9 7 10 5 112 119 0 4 5 13 8 3 0 2 16 2 7 7 8 19 0 16 8 2 16 5 9 8 2 7 9 5 6 3 3 2 8 14 0 3 9 0 9 3 6 4 6 3 2 2 9 5 4 3 7 7 0
f akt or pr oduks i
2 0. Cur r en t Accoun t ( Net t o ) { ( 2 1) +( 2 2 ) } - 5 0 1 - 3 8 8 - 4 4 8 - 5 5 7 - 7 5 6 - 13 8 - 8 5 4 - 8 0 2 - 7 9 0 - 115 5 2 19 8 2 13 1 - 2 7 9 0 - 7 0 3 9 - 4 15 1 - 19 6 8 - 2 10 4 - 2 2 14 - 2 5 3 4 - 2 9 0 2 - 3 3 2 1 - 3 8 0 2 - 4 3 5 2 - 2 5 6 1 - 2 9 4 0 - 3 4 8 8 - 7 0 4 1 - 8 0 6 9 - 2 10 3
2 1 . Mer chan dise - 5 3 10 2 12 6 2 8 8 5 3 9 2 0 8 9 17 3 7 2 0 4 0 2 9 9 4 2 9 10 7 7 8 9 8 6 13 5 0 8 3 17 6 3 5 12 5 4 7 4 5 6 4 8 5 9 0 3 5 8 9 9 5 8 17 5 6 3 8 5 3 4 6 4 9 11 7 9 8 6 7 3 7 7 8 0 3 9 6 2 5 2 6 2 19 12 9 6 4
2 1. 1. E xpor t f . o. b 10 4 4 12 0 4 13 7 4 19 3 9 3 6 13 7 18 6 7 14 6 9 2 13 10 8 6 0 113 5 3 18 5 11 2 2 8 5 5 2 2 9 9 4 18 6 7 2 19 8 16 19 9 0 1 19 2 2 1 18 9 4 3 2 0 7 2 8 2 2 6 8 1 2 4 8 17 2 7 15 6 2 9 7 14 3 5 3 0 3 3 6 5 0 4 4 2 16 1 4 7 7 5 4 5 2 0 3 8 5 6 3 16
2 1. 1. 1. Oil an d Gas 3 8 4 4 4 3 5 9 0 9 6 5 17 0 8 5 15 3 5 2 7 3 6 3 5 0 7 3 5 3 7 3 7 4 12 3 4 0 17 2 9 8 18 8 2 4 14 7 4 4 14 4 4 9 13 9 9 4 13 115 12 5 4 5 12 7 6 7 12 7 7 4 12 4 8 9 118 16 10 6 2 6 10 4 4 8 0 9 3 3 4 10 4 4 5 10 6 16 12 7 7 1 10 3 4 6
2 1. 1. 2 . Non - Oil an d Gas 6 6 0 7 6 1 7 8 4 9 7 4 19 0 5 2 0 3 3 18 7 3 2 8 6 3 3 5 0 7 3 9 7 9 6 17 1 5 5 5 7 4 17 0 3 9 2 8 5 3 6 7 5 9 0 7 6 10 6 6 3 9 8 7 9 6 1 9 9 0 7 12 3 2 8 15 3 4 0 19 0 8 8 - 6 9 17 7 2 7 17 0 3 17 16 3 7 13 8 3 9 2 6 7 4 5 9 7 0
2 1. 2 . I mpor t f . o. b - 10 9 7 - 110 2 - 12 4 8 - 16 5 1 - 3 0 7 4 - 5 0 9 7 - 5 4 0 9 - 7 17 3 - 7 8 6 6 - 8 4 4 3 - 10 7 2 2 - 14 2 4 2 - 17 9 11 - 18 4 9 6 - 16 3 0 4 - 14 4 2 7 - 13 5 7 3 - 13 0 4 0 - 14 8 2 9 - 16 8 6 4 - 19 17 9 - 2 18 10 - 2 4 8 0 3 - 2 7 3 17 - 2 9 12 7 - 3 4 12 2 - 4 15 0 2 - 4 5 8 19 - 4 3 3 5 2
2 2 . S er vices ( Net t o ) - 4 4 8 - 4 9 0 - 5 7 4 - 8 4 5 - 12 9 5 - 2 2 2 7 - 2 5 9 1 - 2 8 4 2 - 3 7 8 4 - 4 0 6 5 - 5 5 9 1 - 6 4 8 2 - 7 8 7 3 - 7 2 15 - 7 6 6 3 - 7 4 4 2 - 7 7 5 2 - 8 117 - 8 4 3 3 - 8 7 19 - 8 9 5 9 - 9 14 8 - 9 2 6 3 - 10 5 4 7 - 10 3 17 - 115 2 7 - 13 2 9 3 - 14 2 8 8 - 15 0 6 7
2 3 . Capit al T r an sact ion 4 0 2 4 6 5 5 4 2 8 9 5 1111 4 4 0 8 4 3 16 9 5 15 2 1 2 0 3 2 7 4 5 17 7 0 3 8 5 2 5 8 8 0 5 9 7 4 2 7 2 6 2 9 15 2 2 6 6 2 7 11 3 2 4 3 3 8 7 9 4 6 4 0 5 5 5 1 5 19 9 5 7 11 4 7 5 0 114 6 3 12 6 6 8 - 4 8 4 5
2 3 . 1. S DR 3 5 2 8 3 0 - - - - - - 6 4 6 5 6 2 - - - - - - 3 0 8 6 0 1 7 9 5 7 0 9 - - - - - - -
2 3 . 2 . Of f icial Capit al 3 7 1 3 6 9 4 0 0 4 8 1 6 4 3 6 6 0 19 9 5 18 2 3 2 10 6 2 2 0 8 2 6 9 0 2 6 8 4 3 5 2 1 5 0 11 5 7 9 3 3 5 19 3 6 5 8 3 8 4 0 4 14 1 4 4 6 6 4 8 16 5 19 3 5 6 0 0 5 7 5 5 6 19 5 5 6 5 1 5 7 3 0 5 2 9 8 8 2 2 0
2 3 . 3 . P r ivat e Capit al 2 7 115 19 0 4 8 8 5 9 4 - 13 1 - 10 7 5 3 8 17 6 3 9 2 - 13 18 - 3 6 1 114 0 17 9 5 119 1 4 9 9 5 9 9 2 0 3 3 7 1 6 7 8 12 3 8 2 2 6 2 4 13 3 4 2 8 4 4 6 4 8 4 6 4 5 116 7 2 13 4 8 8 - 8 9 4 7
2 3 . 4 . Debt Repaymen t - 3 1 - 4 7 - 7 8 - 6 6 - 8 1 - 8 9 - 7 7 - 16 8 - 7 6 1 - 6 3 2 - 6 9 2 - 6 15 - 8 0 9 - 9 2 6 - 10 10 - 12 9 2 - 13 4 2 17 7 7 - 2 10 9 - 2 5 0 2 - 2 9 7 0 - 3 5 2 4 - 4 18 2 - 4 8 4 0 - 5 13 2 - 5 5 4 6 - 4 9 3 9 - 6 118 - 4 118
2 4 . E r r or s An d Omiss ion s 5 6 - 9 5 6 8 7 5 - 3 11 - 3 5 3 10 8 - 8 0 - 16 9 - 12 5 3 - 116 5 - 2 0 5 0 - 2 12 1 2 4 7 - 9 1 - 7 5 0 0 - 8 3 - 17 3 - 2 5 5 - 2 9 3 - 2 18 - 119 9 - 2 0 4 4 - 6 4 6 - 17 7 1 - 7 0 1 - 3 0 7 3
2 5 . Mon et ar y Movemen t 4 3 18 - 10 0 - 4 2 5 - 3 6 0 9 3 6 4 - 10 0 1 - 6 5 1 - 7 0 8 - 16 9 0 - 2 7 3 6 9 8 8 3 2 8 0 - 2 0 7 0 - 6 6 7 - 6 1 - 5 2 - 9 4 - 16 8 - 3 0 3 - 5 4 5 - 9 8 1 - 14 3 9 - 7 2 7 - 6 16 - 2 6 5 1 - 3 8 9 8 10 0 2 1
2 6 . Reser ves Out f lows { ( 2 0 ) +( 2 3 . 4 ) } - 5 3 2 - 4 3 5 - 5 2 6 - 6 2 3 - 8 3 7 - 2 2 7 - 9 3 1 - 9 7 0 - 15 5 1 - 17 8 7 15 0 6 15 16 - 3 5 9 9 - 7 9 6 5 - 5 16 1 - 3 2 6 0 - 3 4 4 6 - 4 3 7 - 4 6 4 3 - 5 4 0 4 - 6 2 9 1 - 7 3 2 6 - 8 5 3 4 - 7 4 0 1 - 8 0 7 2 - 9 0 3 4 - 119 8 0 - 14 18 7 - 6 2 2 1
2 7 . T ot als Balan ce of P aymen t { ( 2 0 ) +( 2 3 ) } - 9 9 7 7 9 4 3 3 8 3 5 5 3 0 2 - 11 8 9 3 7 3 1 8 7 7 2 9 4 3 3 9 0 1 10 6 2 - 115 9 18 2 3 7 5 8 8 11 5 2 17 7 3 4 1 5 5 8 8 3 8 119 9 2 6 3 8 2 7 7 1 12 6 2 4 4 2 2 4 5 9 9 - 6 9 4 8
2 8 . I n deks I mplis it P DB 3 . 9 5 4 . 3 8 4 . 6 4 5 . 2 7 7 10 . 3 2 11. 6 13 . 2 8 15 . 0 1 18 . 12 2 2 . 0 7 2 8 . 5 3 1. 4 4 3 3 . 8 9 4 2 . 3 6 4 5 . 8 6 4 8 . 2 9 4 8 . 2 6 5 5 . 9 5 6 0 . 2 1 6 5 . 9 2 7 1. 9 2 7 8 . 2 8 3 . 9 3 10 0 10 7 . 7 8 118 . 4 3 12 8 . 5 3 14 0 . 7 2
2 9 . Kur s Dollar 3 8 5 3 8 1 4 18 4 14 4 18 4 3 2 4 2 1 4 2 1 4 2 1 6 3 4 6 3 2 6 3 4 6 4 3 6 9 2 9 9 5 10 7 5 113 0 16 4 9 16 5 5 17 3 7 18 0 5 19 0 5 19 9 7 2 0 7 4 2 118 2 2 0 5 2 3 0 5 2 3 8 5 5 7 0 0
3 0. P en duduk 115 118 12 0 12 3 12 6 12 9 13 2 13 5 13 8 14 2 14 4 14 8 15 1 15 5 15 8 16 1 16 4 16 7 17 1 17 3 17 5 17 8 18 1 18 5 18 8 19 1 19 4 19 7 2 0 0
3 1 . S t ok Modal 0 2 8 3 3 . 3 4 9 0 7 . 3 4 3 8 4 . 9 3 7 2 6 . 2 4 8 6 5 . 8 16 8 0 6 . 8 17 5 5 1. 6 2 0 4 2 1. 1 2 8 6 12 . 9 2 3 13 8 . 1 3 2 12 0 . 1 7 2 7 3 9 . 0 # # # # # # 8 3 8 0 7 . 3 # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
3 2 . An gkat an Ker ja 3 8 . 3 3 9 . 8 4 1. 3 4 2 . 6 4 4 4 5 . 4 4 6 . 9 4 8 . 4 4 9 . 4 5 0 . 4 5 1. 4 5 2 . 4 5 4 . 5 5 6 . 7 5 9 6 1. 4 6 3 . 8 7 0 . 2 7 2 . 3 7 4 . 4 7 6 . 7 7 8 . 9 8 1. 3 8 3 . 7 8 6 . 2 8 8 . 8 9 1. 4 9 4 . 1 9 6 . 9
3 3 . P eker ja 3 4 . 6 3 6 . 1 3 7 . 6 3 9 . 4 4 1. 2 4 3 . 2 4 5 . 2 4 7 . 3 4 8 . 3 4 9 . 4 5 0 . 5 5 1. 6 5 3 . 6 5 5 . 7 5 7 . 8 5 9 . 4 6 2 . 5 6 8 . 3 7 0 . 2 7 2 . 1 7 4 . 1 7 6 . 1 7 8 . 2 8 0 . 4 8 2 . 5 8 4 . 8 8 7 . 1 8 9 . 5 9 1. 9
3 4 . I mpor Bar an g Modal 12 6 . 4 18 8 . 7 2 4 2 . 2 3 3 8 . 9 6 3 4 . 1 8 8 4 . 2 115 2 . 2 14 4 1. 0 16 4 5 . 9 2 0 4 3 . 8 2 6 7 7 . 4 3 15 9 . 0 3 9 3 5 . 0 4 7 7 5 . 1 6 15 0 . 5 7 0 13 . 1 6 9 4 8 . 3 7 3 7 9 . 5 10 0 2 7 . 4 14 3 5 4 . 4 16 3 0 8 . 9 18 2 7 9 . 3 19 6 6 4 . 8 2 2 0 6 4 . 6 2 4 5 6 5 . 2 2 6 3 5 1. 7 2 9 4 5 4 . 0 3 2 2 17 . 8 3 9 8 4 9 . 1
3 5 . P en dapat an Dispos ibel 2 5 8 3 . 0 3 0 5 0 . 0 3 4 4 3 . 0 4 3 2 8 . 0 6 4 2 5 . 4 10 2 6 1. 0 12 12 3 . 3 14 7 7 6 . 2 18 18 7 . 4 2 17 17 . 1 3 0 7 2 0 . 6 4 3 8 11. 1 5 2 2 7 4 . 8 5 7 5 0 0 . 1 7 5 2 2 5 . 5 8 7 0 2 6 . 9 9 3 2 5 3 . 7 9 6 3 17 . 2 # # # # # # # # # # # # # # # # # # 18 2 17 7 . 1 # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # #
Pe rse n ta se te rh a d a p PDB
3 6 . Pe mb e n tu k a n Mo d a l Do me stik Bru to 1 1 .7 1 4 .1 1 5 .8 1 8 .8 1 7 .9 1 6 .8 2 0.3 2 0.7 2 0.1 2 0.5 2 0.9 2 0.9 2 1 .4 2 2 .6 2 5 .1 2 2 .4 2 3 .1 2 4 .2 2 4 .9 2 5 .9 2 7 .3 2 8 .4 2 8 .1 2 7 .3 2 6 .3 2 7 .6 2 8 .4 2 9 .6 2 8 .7
3 7 . Pe n g e lu a ra n Pe mb a n g u n a n 4 .3 5 .3 5 .3 6 .5 6 .7 9 .0 1 1 .1 1 3 .3 1 1 .3 1 1 .2 1 2 .5 1 3 .0 1 2 .8 1 2 .3 1 2 .7 1 1 .1 1 1 .0 8 .1 7 .8 8 .7 9 .2 9 .3 1 0.1 1 0.4 8 .6 8 .0 6 .6 6 .3 6 .2
3 8 . Ta b u n g a n Pe me rin ta h 1 .0 1 .8 2 .2 3 .4 3 .8 6 .9 7 .2 8 .2 7 .3 6 .7 8 .2 9 .7 9 .7 9 .1 7 .8 7 .2 6 .5 4 .6 3 .5 1 .7 4 .3 6 .7 5 .9 5 .9 4 .8 5 .8 4 .2 4 .4 4 .1
3 9 . Pe mb e n tu k a n Mo d a l Ma sya ra k a t { (3 6 )-(3 7 ) } 7 .3 8 .8 1 0.5 1 2 .2 1 1 .2 7 .8 9 .3 7 .4 8 .8 9 .3 8 .4 7 .9 8 .5 1 0.2 1 2 .3 1 1 .3 1 2 .1 1 6 .1 1 7 .0 1 7 .2 1 8 .1 1 9 .1 1 7 .9 1 6 .9 1 7 .7 1 9 .5 2 1 .9 2 3 .3 2 2 .5
4 0. Re a lisa si PMA ( Ju ta US $ ) 3 8 .7 1 3 7 .4 2 2 0.4 4 5 7 .1 3 8 1 .5 -5 5 .4 -3 7 4 .5 1 0.7 4 0.4 1 1 3 .6 -2 7 2 .7 -5 2 .7 1 4 0.7 2 1 5 .4 1 5 9 .3 6 2 .7 7 2 .9 3 4 .0 5 1 .8 8 7 .1 1 4 0.4 2 3 1 .7 3 8 1 .1 3 5 9 .1 3 1 0.3 2 7 5 .3 6 09 .9 6 2 0.6 -8 4 2 .6
4 1 . Ta b u n g a n Do me stik Bru to 8 .1 1 1 .3 1 4 .0 1 8 .4 1 8 .3 2 3 .6 2 1 .0 2 1 .6 2 3 .5 2 1 .6 2 7 .4 2 9 .2 2 3 .5 1 8 .7 2 9 .0 2 9 .6 2 9 .7 2 7 .2 3 2 .8 3 4 .0 3 7 .5 3 6 .7 3 5 .9 3 8 .2 3 2 .5 3 2 .2 3 0.6 3 0.2 3 1 .0
Pe rfo rma n c e In d o n e sia "Po la Ch e n e ry-Syrq u in "
4 2 . GNP Pe r Ca p ita ( d a la m US $ ) 6 0.6 7 0.9 7 1 .9 8 6 .8 1 2 3 .6 1 8 3 .2 2 1 7 .5 2 6 3 .6 3 1 5 .9 2 4 3 .0 3 3 5 .6 4 6 2 .9 5 3 6 .6 5 3 7 .7 4 7 3 .2 4 9 4 .4 5 01 .3 3 5 7 .2 4 1 8 .8 4 4 9 .9 5 03 .7 5 4 8 .5 5 9 9 .1 6 4 4 .9 7 9 6 .7 8 8 3 .2 9 8 6 .5 1 1 03 .3 5 3 0.9
4 3 . In v e sta si 1 1 .8 1 4 .3 1 6 .1 1 9 .4 1 8 .6 1 7 .6 2 1 .3 2 1 .4 2 0.8 2 1 .3 2 2 .0 2 1 .8 2 2 .2 2 3 .3 2 6 .2 2 3 .5 2 4 .1 2 5 .2 2 6 .1 2 7 .2 2 8 .7 2 9 .9 2 9 .5 2 8 .6 2 7 .3 2 8 .3 2 9 .3 3 0.4 2 9 .6
4 4 . Ta b u n g a n 8 .2 1 1 .5 1 4 .2 1 9 .0 1 9 .0 2 4 .7 2 2 .0 2 2 .3 2 4 .4 2 2 .4 2 8 .7 3 0.5 2 4 .3 1 9 .3 3 0.3 3 1 .0 3 1 .0 2 8 .3 3 4 .4 3 5 .7 3 9 .4 3 8 .6 3 7 .7 4 0.1 3 3 .7 3 3 .1 3 1 .5 3 1 .0 3 2 .0
4 5 . Pe n g e lu a ra n Pe me rin ta h 1 2 .5 1 4 .4 1 5 .1 1 6 .7 1 7 .9 1 9 .4 2 2 .6 2 4 .6 2 3 .5 2 4 .2 2 6 .4 2 7 .0 2 6 .7 2 4 .9 2 4 .6 2 2 .6 2 4 .8 2 1 .8 2 2 .9 2 4 .6 2 5 .0 2 5 .5 2 4 .1 2 4 .5 2 1 .7 2 0.1 1 8 .7 1 8 .3 1 6 .7
Cat at an : - 1 s / d 7 . 2 adalah R ealisas i A n ggaran P en dapat an Dan B elan ja Negara ( Dalam M ilyar R upiah, B erdasarkan Harga B er laku ) - - t ahun f iskal. Ket eran gan : - S in ce 19 9 1/ 19 9 2 - 19 9 7 / 19 9 8 , B alan ce of P aymen t are showed as A n alit ical P resen t at ion ; an d s in ce 19 9 7 / 19 9 8 , M on et ary M ovemen t is based on Gross Foreign A sset s , R eplacin g Of f icial R eserves .
- 8 s / d 19 adalah R ealisas i Jen is P en ggun aan P roduk Domest ik B rut o ( Dalam M ilyar R upiah, berdasarkan Harga B er laku ) - - t ahun t akwim. - I n ves t as i adalah Gross Domest ic I n ves t men t ( GDI ) , T abun gan adalah Gross Domest ic S avin g at au [ GDI - Capit al I n f low ( X t - M t ) ] at au [ GDI + Net E xpor t ( X t - M t ) ] , dan P en geluaran
- 2 0 s / d 2 7 adalah R ealisas i B alan ce of P aymen t an d I n t ern at ion al T rade ( I n B illion Dollar A t Curren t P r ices ) - - Fiscal years . P emer in t ah adalah P en geluaran R ut in + P en geluaran P emban gun an at au merupakan jumlah A n ggaran B elan ja Negara pada A P B N.
S umber : Diolah oleh pen ulis dar i: R epublik I n don es ia, Not a Keuan gan dan R an can gan A n ggaran P en dapat an dan B elan ja Negara t ahun 19 8 8 / 19 8 9 ; Cen t ral B ureau Of S t at is t ics , Nat ion al I n come of I n don es ia: M ain T ables , several years
P ublishin g; an d E con omic I n dicat ors , M on t hly S t at is t ical B ullet in Un t il t o July 19 8 8 ; dan B an k I n don es ia, S t at is t ik E kon omi- Keuan gan I n don es ia, berbagai t ahun pen erbit an .
Macam tabungan dalam negeri yang lain, selain dari tabungan sukarela adalah
tabungan yang dilakukan oleh Pemerintah atas nama masyarakat melalui sistem
perpajakan ataupun praktek anggaran lainnya (inflasi). Logikanya, pungutan pajak oleh
Pemerintah akan mengurangi pendapatan netto (disposable income) dari masyarakat,
yang kemudian akan menurunkan tingkat konsumsi serta tabungan rata-ratanya; tetapi
sebaliknya akan meningkatkan potensi tabungan Pemerintah.
Jelasnya yang terjadi adalah, mengambil dari kantong kiri masuk ke kantong
kanan. Seringkali tabungan ini dianggap sebagai tabungan non-sukarela
(invonuntary saving ); bahkan kalau penarikan tabungan itu dilakukan melalui cara-cara
kebijaksanaan anggaran defisit dan inflatoir, oleh masyarakat dinamakan tabungan
paksaan ( forced saving ).
Pemupukan tabungan oleh Pemerintah ini mempunyai peranan yang sangat
penting untuk pembentukan modal dalam negeri, terutama di negara-negara yang sedang
berkembang di mana mobilisasi dana serta proses allokasinya melalui mekanisme pasar,
dianggap kurang effektif. Sampai berapa jauh tabungan via perpajakan ini dapat lebih
effektif dalam meningkatkan tabungan nasional akan tergantung antara lain pada bentuk
perpajakan yang dibebankan dan kepada siapa pajak itu dibebankan.
Di samping itu ia tergantung pula pada batas kemampuan maksimum kena pajak
"taxation potential" (N. Kaldor 1963; G.M. Meier 1976) yang antara lain ditentukan oleh:
(1) pendapatan riil per kapita,
(2) tingkat kemencengan dalam pembagian pendapatan dan
(3) peranan relatif dari berbagai sektor kegiatan ekonomi.
Betapapun pentingnya peranan Pemerintah dalam meningkatkan serta
memobilisasikan tabungan dalam negeri melalui perpajakan ini, pelaksanaannya sendiri
tidaklah selamanya mudah. Yang paling sulit adalah menyusun suatu sistem perpajakan
yang cukup ideal, yaitu sistem yang effisien, adil dan sekaligus effektif secara serasi.
Artinya sistem perpajakan itu harus dapat menghasilkan tabungan dalam akumulasi
modal setinggi mungkin, harus adil bagi setiap golongan dan harus effektif sebagai
golongan dan harus effektif sebagai pendorong kegiatan ekonomi. Sudah barang tentu
bahwa selain bersumber dari tabungan sukarela dan tabungan pemerintah di atas,
pembentukan modal dalam negeri juga bersumber dari capital inflows dari luar negeri
akibat dari hubungan ekspor dan impor.
Setelah menguraikan berbagai konsep/bentuk tabungan sebagai sumber dana
untuk pembentukan modal atau investasi itu, kini marilah kita melihat hubungan antara
investasi dan pembangunan ekonomi. Sebagaimana telah disinggung di muka, bahwa
pembangunan ekonomi yang lebih tinggi akan membutuhkan jumlah investasi yang
semakin besar pula.
10
Besarnya investasi yang diperlukan tidaklah sama di antara perbagai
perekonomian karena ia tergantung pada: (i) sasaran tingkat pertumbuhan ekonomi yang
hendak dicapai, (ii) besarnya COR dan/atau ICOR, akibat dari jenis teknologi yang
dipakai dan tingkat pemanfaatan faktor-faktor produksi yang ada, (iii) struktur
perekonomian, serta (iv) tingkat perekonomian itu sendiri. Prof. Rostow [1960]
umpamanya, mengatakan bahwa untuk membangun perekonomian dari tingkat yang
relatif rendah sampai ke tahap mencapai tinggal landas ( take-off ), suatu negara harus
meningkatkan investasi-produktif dari 5 % samapi ke tingkat kira-kira sedikit di atas 10%
( yaitu 12% ) dari pendapatan nasional negara itu.
Sejarah, dikatakannya membuktikan bahwa tingkat investasi setinggi itu cukup
untuk take-off, jika prakondisi di bidang-bidang lain yang sifatnya struktural dan non-
ekonomikal sudah dipersiapkan secara mamadai. Bagi Arthur Lewis [1954], angka
investasi adalah antara 12-15 persen dari pendapatan nasional atau malahan mungkin
lebih tinggi tergantung pada kemampuan memanfaatkan kelebihan tenaga kerja dari
sektor pertanian [ lihat juga Hla Myint 1965 ]. Sebaliknya Argentina, dalam kurun waktu
1900-1915 memperuntukkan rata-rata 20 % dari pendapatan nasionalnya setiap tahun
untuk memperoleh tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 3 % setahunnya
[Kuznets1961].
Walaupun perkiraan tentang besarnya tabungan dan investasi yang diperlukan itu
berbeda-beda, namun Chenery dan Syrquin [ 1975 ] memperlihatkan adanya hubungan
erat dan positif antara keduanya dengan tingkat perekonomian negara yang dicapai.
Dengan mempergunakan data makro dari tidak kurang 101 negara yang mempunyai
tingkat perkembangan perekonomian yang berbeda-beda, Chenery dan Syrquin
mengidentifikasikan berbagai-bagai pola normal antara bermacam-macam variabel
ekonomi, termasuk hubungan antara tabungan domestik, pembentukan modal dalam
negeri (investasi) dan anggaran belanja Pemerintah dengan tingkat perekonomian ( lihat
tabel 1 ). Beberapa hasil pokok yang dapat diangkat dari hasil studi Chenery-Syrquin itu
adalah sebagai berikut; bahwa :
(1) Tingkat pembangunan ekonomi, mempengaruhi pola akumulasi modal dalam
negeri (termasuk peningkatan keahlian tenaga kerja) serta pola alikasi
ekonomi lainnya seperti konsumsi, tabungan dalam negeri, pengeluaran
Pemerintah, impor, ekspor dan lain-lain.
(2) Semakin tinggi tingkat perkembangan ekonomi ( diukur dengan tingkat
pendapatan nasional per kapita ), semakin besar persentasi jumlah tabungan,
pembentukan modal dalam negeri serta anggaran pengeluaran Pemerintah
terhadap PNB ( Produk Nasional Bruto ). Angka persentasi tersebut
cenderung meningkat terus dengan berkembangnya PNB , sampai pada batas
tingkat pendapatan per kapita kira-kira US$ 1000 ( dalam nilai dollar tahun
1964 ); kecuali persentasi anggaran Pemerintah yang tampaknya cenderung
untuk meningkat terus walaupun pendapatan per kapita di atas dari US $
1000.
11
(3) Besarnya tabungan domestik berkisar antara kira-kira 10% pada ekonomi
berpendapatan perkapita < $ 10 sampai 23 % pada ekonomi maju ( dengan
pendapatan % 1000 atau lebih ). Sebaliknya, rata-rata pembentukan modal
dalam negeri, besarnya berkisar antara 13,6 % pada ekonomi berpendapatan
rendah dan 23,4 % pada ekonomi dengan pendapatan di atas $ 1000.
3. PRESTASI ( PERFORMANCE ) MAKRO EKONOMI INDONESIA
Selama 5 Pelita yang lalu perekonomian Indonesia berkembang dengan cukup
pesat dengan rata-rata pertumbuhan riil tidak kurang dari 7,1 % setiap tahunnya. Ada
banyak faktor yang mendukung hal itu; didalam negeri ada faktor kestabilan yang mantap
di bidang sosial, politik dan juga ekonomi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan-
kegiatan investasi yang penting; di luar negeri setidak-tidaknya ada faktor perkembangan
harga minyak dan beberapa komoditi ekspor Indonesia yang menguntungkan di pasaran
dunia, terutama dalam kurun waktu Pelita ke II dan III. Akibatnya PDB Indonesia telah
berlipat ganda dari hanya Rp 2,7 trilyun ( harga berlaku ) pada permulaan Pelita I
menjadi Rp 84,5 trilyun pada tahun 1984 ( berdasarkan perhitungan baru yang
disesuaikan ), yang berarti suatu peningkatan dengan rata-rata 27,7 % setiap tahunnya,
dengan harga berlaku, atau 7,1 % dengan harga konstan 1993.
Kemajuan ekonomi yang pesat itu, telah meningkatkan kemampuan menabung di
dalam negeri, dan pada gilirannya ikut menaikkan pembentukan modal domestik
(investasi). Peranan tabungan dalam negeri telah meningkat dari hanya 8,3 % x PNB
pada permulaan Pelita I menjadi 22,9 % pada permulaan Pelita IV, atau meningkat dari
Rp 221 milyar pada tahun 1969 menjadi Rp 18,6 trilyun ( berdasarkan harga berlaku )
pada tahun 1984, atau naik dengan rata-rata 34,3 % per tahun.
Peranannya terhadap PDB bertambah dari 8,1 % pada tahun 1969 menjadi 20,0 %
pada tahun 1984 ( Lihat Tabel 2 ). Sementara itu, pembentukan modal domestik ( atas
dasar harga berlaku ) juga meningkat dari hanya Rp 317 milyar pada permulaan Pelita I
menjadi lebih dari Rp 17,9 trilyun pada permulaan Pelita IV, yang berarti suatu kenaikan
rata-rata 30,9 % setiap tahun selama 1969-1984. Peningkatan tersebut, walau lebih
rendah dari laju peningkatan tabungan dalam negeri yang 34,3 % per tahun, telah
menaikkan peranan pembentukan modal dalam negeri dari hanya 1,7 % x PDB pada
tahun 1969 menjadi 21,2 % pada tahun 1984. Atau jika dihitung terhadap PNB, perannya
naik dari 11,8 % pada permulaan Pelita I menjadi 22,1 pada permulaan Pelita IV. Pelita
V dan VI sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 2 menunjukan kondisi yang
moderat.
Perbedaan dalam tingkat pertumbuhan rata-rata tabungan dalam negeri dan
pembentukan modal domestik selama 5 Pelita di atas setidak-tidaknya mengisyaratkan
dua hal:
12
(1) adanya net capital inflows yang positif dan cukup besar terutama pada Pelita
II dan III (karena ekspor yang membaik );
(2) bahwa selama periode ini, keinginan/kesempatan untuk memanfaatkan
tabungan menjadi investasi produktif adalah lebih rendah dari "kemampuan
menabung" yang ada. Dengan perkataan lain "the willingness to save" belum
lagi tergali secara optimal.
Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja suatu Negara (APBN), sekaligus
menggambarkan pola peranan Pemerintah, baik dalam mobilisasi dana tabungan maupun
dalam pembentukan modal dalam negeri. Di negara-negara sedang berkembang,
termasuk Indonesia, pola peranan pemerintah tersebut sering diwarnai oleh keinginan
menjadikan pemerintah sebagai soko guru pembangunan ekonomi (agent of
development).
Anggaran Negara Indonesia meningkat terus dengan tingkat kenaikan rata-rata
31,1 % setiap tahnnya selama 5 Pelita, dari Rp 335 milyar pada tahun 1969/70 mencapai
hampir Rp 19,4 trilyun pada tahun 1984/85, sehingga peranannya terhadap PNB naik dari
12,5% pada tahun 1969/70 menjadi 23,8% pada tahun 1984/85. Sebagian besar dari
Pengeluaran Pemerintah memang diarahkan untuk pembiayaan rutin Pemerintah; namun
sebagian lainnya, berupa tabungan pemerintah, yang berfungsi untuk mendukung
sebagian pembentukan modal oleh pemerintah ( yaitu berupa pengeluaran pembangunan )
juga telah meningkat perannya dari hanya 1 % dari PNB pada permulaan Pelita I,
melonjak menjadi 7,2 % pada tahun pertama Pelita II dan 8,6 % pada tahun pertama
Pelita III.
Peranan tabungan pemerintah mencapai yang tertinggi 10,6 % pada tahun
1981/82, untuk kemudian turun kembali ke 8,0 % pada tahun 1984/85, yaitu kira-kira 2/3
dari total Pengeluaran Pembangunan ( atau pembentukan modal domestik ) oleh
pemerintah. Pada tahun 1984/85 itu, pembentukan modal domestik oleh Pemerintah
adalah 12,2 % x PNB dibandingkan dengan total Pembentukan Modal Domestik sebesar
22,1 % x PNB. Ini menunjukkan bahwa peranan pemerintah dalam pembentukan modal
domestik adalah sangat besar dan bahwa peranan tabungan pemerintah, sebagai
pendukung untuk pembentukan modal domestik oleh pemerintah, juga sangat besar.
Apabila data-data prestasi ekonomi makro (Indonesia) tentang tabungan
domestik, pembentukan modal dan pengeluaran pemerintah di atas kita ikuti
perkembangan peranannya terhadap PNB Indonesia, kemudian dihubungkan dengan
tingkat PNB per kapita dalam dollar yang semakin meningkat karena adanya
pembangunan ekonomi ( lihat Tabel 2 ), maka terlihat bahwa pola tingkah laku alokasi
ekonomi Indonesia selama 5 Pelita yang lalu, pada umumnya adalah konsisten dengan
pola normal hasil studi Chenery-Syrquin yang diuraikan di muka yaitu :
13
(1) Tingkat perkembangan ekonomi yang semakin tinggi (diukur dengan PNB-
dollar per kapita) mempengaruhi pola pembentukan modal domestik serta
pola alokasi ekonomi dalam bentuk tabungan domestik dan pengeluaran
Pemerintah;
(2) Semakin tinggi perkembangan ekonomi, semakin besar persentase tabungan,
pembentukan modal dan Anggaran/Pengeluaran Pemerintah terhadap PNB.
Namun usaha untuk memperbandingkan secara langsung pola tingkah laku
alokasi ekonomi Indonesia dengan pola normal a'la hasil studi Chenery-Syrquin seperti
yang dilakukan, harus diberi catatan tambahan mengingat cara demikian, mempunyai
kelemahan analitikal yang perlu diperhatikan. Ada dua faktor penyebab: pertama, data
Indonesia adalah data time series sedangkan data yang dipakai dalam studi Chenery-
Syrquin adalah data cross section; kedua, PNB dollar per kapita Indonesia dihitung
berdasarkan dollar harga berlaku, sedangkan pada studi Chenery-Syrquin dinyatakan
dalam dollar harga 1964. Dari hasil perbandingan lebih lanjut, juga dapat dilihat beberapa
hal sebagai berikut :
(1) Selama 4 tahun pertama Pelita I (1969/70-1972/73), pola alokasi Indonesia,
baik untuk tabungan, pembentukan modal maupun pengeluaran Pemerintah,
berada di bawah pola normal Chenery-Syrquin; dengan catatan pola tabungan
paling jauh deviasinya; padahal, periode ini kita ingat sebagai periode dimana
pembentukan modal masyarakat memainkan peranan lebih besar dari
Pemerintah dan periode di mana tingkat bunga deposito berjangka masih
cukup tinggi untuk menarik tabungan masyarakat ke lembaga bank-bank.
Ini menunjukkan, bahwa kemauan menabung ( the willingness to save ) dapat
ditngkatkan bahkan lebih tinggi dari kemampuan menabung pada periode
tertentu yang sama, asal saja terdapat daya penarik, kemudahan dan kepastian
yang memadai.
(2) Sejak Pelita II, peranan pengeluaran Pemerintah selalu berada sedikit di atas
pola normal; begitu juga dengan peranan tabungan, terus berada di atas pola
normal, kecuali tahun-tahun 1982 dan 1983, tetapi dengan deviasi jauh lebih
tinggi ( diukur dengan persentasi deviasi dari pola normal ).
(3) Sementara itu, sejak awal Pelita II, pola pembentukan modal selalu dekat pada
pola normal tanpa deviasi yang berarti. Dengan perkataan lain pola
pembentukan modal adalah yang paling mendekati pola normal.
14
Kesimpulan apa yang bisa ditarik dari hasil perbandingan ini? dengan
memperhitungkan adanya koreksi/penyesuaian yang harus dilakukan, maka hasil
perbandingan ini:
a. memperkuat kesimpulan terdahulu yang mengisyaratkan bahwa terutam
selama Pelita II dan III yang lalu, dalam ekonomi makro terdapat tabungan
potensial yang belum tersalurkan menjadi investasi yang produktif (dalam arti
pembentukan modal domestik) yang disebabkan oleh "kemauan menabung"
yang belum lagi berkembang secara optimal.
b. tabungan potensial tersebut terutama terdapat pada sektor masyarakat, baik
pada perusahaan maupun rumah tangga secara luas. Pengalaman pada periode
Pelita I telah menunjukkan bahwa tabungan masyarakat dapat memainkan
peranan sangat penting bagi pembentukan modal domestik asal saja kemauan
menabung dapat ditingkatkan dengan daya penarik yang cukup, srta
kemudahan dan kepastian yang memadai bagi si penabung. Tentu saja dengan
cara-cara yang disesuaikan dengan keadaan, serta behavior menabung yang
sudah berubah pula.
4. KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN TABUNGAN MASYARAKAT
Kesulitan utama yang dihadapi dalam upaya memanfaatkan tabungan masyarakat
sebagai sumber dana potensiil untuk pembentukan modal tampaknya masih terletak pada
kurang sempurnanya pasar uang yang ada serta belum berkembangnya pasar modal
dengan segala peralatan yang diperlukan. Di samping itu pasar uang dan pasar modal
masih tampak terpisah-pisah dan terdiri dari berbagai segmen.
Perkembangan ini tidak terlepas dari dampak kebijaksanaan moneter maupun
fiskal Pemerintah di masa lalu, yang karena situasi dan kondisi ekonomi yang dihadapi
terpaksa memberikan prioritas utama pada tujuan-tujuan kebijaksanaan yang lain
daripada usaha pembinaan pasar uang dan pasr modal. Sebagai contoh, pada masa
permulaan Orde Baru sampai kepada akhir Pelita I, di mana bahaya yang utama adalah
inflasi dan ketidakstabilan ekonomi, maka tingkat bunga deposito ditetapkan sangat
tinggi ( dari 2,5-5% per bulan ) untuk menarik uang dari peredaran; sementara itu subsidi
bunga yang sangat besar harus diberikan untuk memperlancar investasi gunan
mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kemudian memasuki Pelita II pada tahun 1974, walau urutan prioritas
pembangunan telah bergeser dengan mengutamakan pertumbuhan ekonomi di atas
stabilitas dan pemerataan, namun ancaman akan timbulnya kembali inflasi yang tinggi,
telah menyebabkan Pemerintah mengambil kebijaksanaan moneter baru yang antara lain
menetapkan membatasi pagu (ceiling) atas bunga maupun jumlah kredit yang diberikan.
15
Biaya modal pada bank-bank Pemerintah memang relatif menjadi rendah, dan
pinjaman-pinjaman investasi yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan dapat
berjalan lancar berkat bantuan likuiditas dari Pemerintah ( c.q. Bank Indonesia) terutama
memalui Bank-bank komersial Pemerintah, dalam rangka mulai memperioritaskan
pemerataan di atas pertumbuhan dan stabilitas. Kebijaksanaan moneter perbankan pada
permulaan Orde Baru, yang kemudian disempurnakan dengan kebijaksanaan pagu bunga
dan jumlah kredit pada tahun 1974 itu merupakan langkah-langkah pemerintah yang
cukup berhasil dalam mencapai tujuan kebijaksanaan pada periode itu.
Tetapi di lain pihak langkah-langkah tersebut menimbulkan permasalahan bagi
perkembangan pasar uang dan pasar modal. Pasar uang kurang berkembang, segmentasi
pasar uang menjadi lebih besar, persaingan di antara bank-bank semakin tidak imbang
dan pasar modal pun tidak bertambah maju. Di samping itu masalah efisiensi dan
efektifitas perbankan memerlukan penanganan lebih lanjut. Pemasukan deposito
masyarakat via perbankan, meskipun secara absolut cukup besar, namun masih perlu
ditingkatkan.
Keadaan yang sudah lebih sempurna. Kebijaksanaan moneter berupa deregulasi
perbankan 1 Juni 1983, betul-betul merupakan suatu terobosan penting yang mempunyai
dampak yang sangat positif, tidak saja dalam hubungannya untuk meningkatkan
pengerahan dana masyarakat, tetapi terlebih-lebih lagi dalam usaha membina dan
menyempurnakan kelembagaan pasar uang dan pasar modal yang selalu kalah prioritas
selama hampir lima Pelita yang lalu. Bank-bank Pemerintah tampak mulai berusaha keras
membenahi administrasi dan effisiensi mereka masing-masing.
Bank-bank swasta mulai merasa, ketimpangan pelayanan yang ada antara mereka
dengan Bank-bank Pemerintah selama ini hampir hilang, persainganpun semakin bersih.
Semuanya ini secara otomatis akan dapat mendorong effisiensi penggunaan dana dalam
ekonomi serta meningkatkan effektivitas perbankan/pasar uang. Begitu pula
kebijaksanaan-kebijaksanaan lain yang dimaksudkan untuk melengkapi kebijaksanaan 1
Juni 1983 tersebut seperti: pengeluaran Sertifikat Bank Indonesia ( SBI ) dan fasilitas
diskonto sejak Februari 1984; ketentuan mengenai perdagangan Surat Berharga Pasar
Uang ( SBPU ) sejak februari 1985 dan lain-lain, merupakan langkah-langkah positif
yang tepat dalam upaya mengembangkan pasar uang yang lebih sempurna dan peralatan
pasar modal yang lebih baik.
Dampak positif dari rentetan kebijaksanaan di atas dalam meningkatkan
pengerahan tabungan masyarakat tidak perlu diragukan lagi, jika dilihat dari tingkat
perkembangan rata-rata dana deposito dan kredit perbankan sejak dikeluarkannya
rangkaian peraturan tersebut. Perkembangan yang pesat itu ditambah lagi oleh usaha
pemerintah dalam menggalakkan Simpanan Pedesaan ( Simpedes ) serta usaha-usaha lain
yang ditujukan untuk memperbaiki iklim menabung dan kemauan menabung secara
produktif.
16
Namun demikian kesemuanya itu, masih ada yang perlu disempurnakan lagi.
Segmentasi/pengotakan antara pasar uang dan pasar modal secara umum masih terasa;
ketentuan perpajakan yang semula bertujuan memberi perangsang tambahan bagi
penabung deposito mungkin masih perlu ditinjau lagi, agar tidak menimbulkan dis-
incentive bagi investor dalam surat-surat berharga jangka pendek serta bagi investor di
pasar modal; begitu juga unsur-unsur persaingan kurang sempurna yang telah ikut
mewarnai pertumbuhan pasar uang dan pasar modal/perusahaan-perusahaan investasi di
Indonesia, hendaknya dijaga jangan sampai mengganggu effisiensi dari alokasi dana.
Adanya pengotakan (segmentasi ) pasar yang terlalu tajam, apalagi bila diwarnai oleh
praktek-prakterk kolusif, bisa mengurangi kemauan menabung dari masyarakat yang
telah semakin berpengalaman ( well informed )
5. KESIMPULAN
Hasil perbandingan yang dapat ditarik secara umum adalah, bahwa pembentukan
modal maupun pengeluaran pemerintah selama Pelita pertama berada dibawah pola
normal "Chenery-Syrquin". Pola tabungan dalam negeri mempunyai deviasi paling jauh,
yaitu disebabkan karena tingkat deposito berjangka waktu itu cukup tinggi untuk menarik
tabungan masyarakat ke lembaga perbankan. Ini berarti bahwa kemauan menabung ( the
willingness to save ) dapat ditingkatkan dari kemampuan menabung (the ability to save ),
asalkan terdapatnya daya penarik, kemudahan dan kepastian yang memadai.
Selama Pelita kedua sanpai keempat, peranan pengeluaran pemerintah selalu
berada sedikit diatas pola normal. Begitu juga halnya dengan peranan tabungan dalam
negeri yang terus berada diatas pola normal dengan deviasi jauh lebih tinggi. Semenjak
Pelita kelima sampai sekarang, pola pembentukan modal selalu dekat pada pola normal
tanpa mengalami deviasi yang menjolok.
Dari hasil perbandingan alokasi ekonomi Indonesia dengan pola normal Chenery-
Syrquin, maka pada perekonomian Indonesia telah terdapatnya "net capital inflow" yang
bernilai positif dan cukup besar terutama sekali pada Pelita pertama dan Pelita kedua
(kecuali untuk tahun 1982 dan tahun 1983) karena ekspor yang membaik, sehingga
terdapatnya "tabungan potensial" yang belum tersalurkan menjadi investasi produktif,
dan dapat dikatakan bahwa the willingness to save belum tersalur secara optimal.
Tabungan potensial tersebut, terutama sekali terdapat pada sektor masyarakat
(baik berupa tabungan rumah tangga, tabungan perusahaan maupun tabungan
perorangan), sedangkan potensi tabungan pemerintah yang berasal dari penerimaan pajak
boleh dikatakan telah tersalur sebagaimana mestinya, karena disebabkan bahwa
penarikan pajak mengandung unsur paksaan dan tidak seperti tabungan masyarakat yang
mengandung unsur sukarela dari segi penarikannya.
Dalam jangka panjang, nampaknya tidak terdapat alternatif lain untuk
meningkatkan tabungan dalam negeri selaku sumber pembiayaan, terkecuali bila
dilakukan penekanan konsumsi secara umum. Peningkatan tabungan dalam negeri
17
melalui pemupukan tabungan masyarakat dan pemungutan pajak hanya akan dapat terjadi
masing-masing dengan melakukan ekspansi kebijaksanaan moneter melalui
pengembangan pasar uang serta pasar modal, dan dengan melakukan kebijaksanaan fiskal
yang progressif berdasarkan the ability to pay.
Bagaimanapun juga, peningkatan pajak akan selalu membuat trade-off terhadap
kemungkinan kenaikan tabungan dalam negeri, yaitu karena dapat merugikan atau
mengurangi tabungan masyarakat. Namun demikian, analisis ini juga menunjukkan
bahwa potensi tabungan masyarakat jauh lebih besar dibandingkan dengan potensi
tabungan pemerintah terhadap ability and willingness to save dikalangan masyarakat
selaku sumber pembiayaan pembangunan.
Mengingat akan pesan GBHN, yaitu bahwa bantuan luar negeri hanya berperan
sebagai pelengkap dan bersifat sementara, maka upaya mobilisasi dana dari dalam negeri
berupa tabungan dalam negeri merupakan pilihan yang tidak dapat ditawar lagi.
Mobilisasi tabungan dalam negeri setidak-tidaknya mempunyai dua manfaat : (1) Dapat
membiayai usaha-usaha pembangunan dengan dana sendiri. (2) Mengurangi
ketergantungan terhadap luar negeri.
Untuk tujuan demikian, diperlukan upaya intensifikasi tabungan dalam negeri
melalui: Penggalakkan pemungutan pajak yang bersifat progressif berdasarkan ability to
pay. Tak dapat dipungkiri, tindakan ini tidak populer dalam jangka pendek, namun perlu
dilakukan kalau benar-benar ingin membebaskan diri dari ketergantungan terhadap modal
asing. Dan perlunya pendewasaan fungsi perbankan maupun lembaga keuangan bukan
bank agar mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi.
Upaya penarikan investasi asing, agaknya merupakan pilihan terbaik kedua
setelah peningkatan tabungan dalam negeri. Praktek-praktek negatif investasi asing
seperti transfer pricing, dummy-shareholder dan repatrisi keuntungan bukannya tidak
mungkin terjadi. Namun, yang jelas masih menguntungkan memilih investasi asing
dibandingkan memilih bantuan luar negeri. Pemikiran untuk mengubah debt into equity
nampaknya patut diperhitungkan ditengah situasi langka devisa dan beratnya membayar
cicilan utang luar negeri.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Adelman, Irma dan Erick Thorbecke, The Theory and Design of Economic Development,
The John Hopkins Press, 1966.
Allan, Charles M., The Theory of Taxation, Penguin Books, 1971.
Audio A. dan F. Modigliani "The Life Cycle" Hypothesis of Saving: Agregate Impliction
and tests", AER,Vol. 53, No. 1, pp. 55-84.
Caves, Richard E. dan Ronard W. Jones, World Trade and Payments, an Introduction,
Little Brown Co, 1975. Chacholiades, Miltiades, International Monetary Theory and Policy, McGraw-Hill Inc., 1978.
Celliah, Raja J., "Trends in Taxation in Developing Countries, IMF Staff Papers, July
1971, pp. 162-164.
18
Chenery, Kollis dan Moises Syrquin, Patterns of Development 1950-1970, Oxford
University Press, 1975.
Chenery, Hollis B dan Lance Taylaor, "Development Patterns: Among Countris and Over
Time", Review of Economies and Statistics, Vol. 50, Nov. 1968,pp 391-416.
Domar E., "Capital Expandion, Rate of Growth and Emploment", Econometrich, Vol. 14,
1946, pp. 137-147
Duesemberry, James S., Money and Credit: Impact and Control, Prentice-Hall Inc., 1972.
Duesenberry, James S., "Income, Saving and the Theory of Consumer Behavior"
(Cambridge, Mass. Harvard University Press, 1949).
ECAFE, Programming Techniques for Economic Development, UN ECAFE , Bangkok
1960, pp. 8-13.
Goldsmith, Raymond W., Financial Structure and Development, Yale University Press,
1969.
Gurley, John dan Edwad S. Shaw, "Financial ?Development and Economic
Development", Economic Development and Cultural Change, Vol. 15, No. 3,
April 1967, pp 257-65.
Hamberg, Daniel, Models of Economic Growth, Harper & Row, 1971.
Harrod, R.R., "An Essay in Dynamic Theory", Economic Journal, Vol. 49, 1939. pp. 14-
33.
Hirschman, Albert O., The Strategy of Economic Development, Yale University Press,
1968.
Hla Mynt, The Economics of Developing Countries, Frederick A. Praeger, 1968.
Jones, Hywel G., An Introduction to Modern Theories of Economic Growth, McGraw -
Hill, 1976.
Kaldor, Nicholas, "Taxation for Economic Development", Journal of Modern African
Studies, 1963, pp. 77-11.
Kindleberger, Charles P, dan Bruce Herrick, Economic Development, McGraw-Hill, 3rd
ed., 1977.
Kreinin, Mordechai, International Economics, A Policy Approach, 2nd ed., 1975.
Lewis, W. Arthur, " The State of Development Theory", American Economic Review,
March 1984.
_______________, "Economic Development with Unlimited Supplies of Labour", The
Manchester School, May 1954.
Leibenstein, Harvey, Economic Backwardness and Economic Growth, John Wiley &
Sons Inc., 1967.
Living I. Economic Policy for Development, Penguin Books, 1971.
Mckinnon, Ronald I., Money & Capital in Economic Development, The Brookings
Institution, 1973.
Meier, Gerald M., Leading Issues in Economic Development, Oxford University Press,
3rd ed., 1976.
Lampiran 1: BALANCE OF PAYMENT AND INTERNATIONAL TRADE, YEARS 1969/70-1995/96
( US Dollars. Billion, At Current Prices )
Expo rt f.o .b Impo rt Current Account Capital Transaction Erro rs Mo netary Res erves To ta ls
f.o .b and Mo vement Outflo w
Years Oil No n-Oil To ta l Merchan Services To ta l SDR Offic ia l P riva te Debt To ta l Omis
and Gas and Gas dis e (Netto ) Capita l Capita l Repay s io ns
ment
1969/70 384 660 1044 -1097 -53 -448 -501 35 371 27 -31 402 56 43 -532 -99
1970/71 443 761 1204 -1102 102 -490 -388 28 369 115 -47 465 -95 18 -435 77
1971/72 590 784 1374 -1248 126 -574 -448 30 400 190 -78 542 6 -100 -526 94
1972/73 965 974 1939 -1651 288 -845 -557 - 481 488 -66 895 87 -425 -623 338
1973/74 1708 1905 3613 -3074 539 -1295 -756 - 643 594 -81 1111 5 -360 -837 355
1974/75 5153 2033 7186 -5097 2089 -2227 -138 - 660 -131 -89 440 -311 9 -227 302
1975/76 5273 1873 7146 -5409 1737 -2591 -854 - 1995 -1075 -77 843 -353 364 -931 -11
1976/77 6350 2863 9213 -7173 2040 -2842 -802 - 1823 38 -168 1695 108 -1001 -970 893
1977/78 7353 3507 10860 -7866 2994 -3784 -790 - 2106 176 -761 1521 -80 -651 -1551 731
1978/79 7374 3979 11353 -8443 2910 -4065 -1155 64 2208 392 -632 2032 -169 -708 -1787 877
1979/80 12340 6171 18511 -10722 7789 -5591 2198 65 2690 -1318 -692 745 -1253 -1690 1506 2943
1980/81 17298 5557 22855 -14242 8613 -6482 2131 62 2684 -361 -615 1770 -1165 -2736 1516 3901
1981/82 18824 4170 22994 -17911 5083 -7873 -2790 - 3521 1140 -809 3852 -2050 988 -3599 1062
1982/83 14744 3928 18672 -18496 176 -7215 -7039 - 5011 1795 -926 5880 -2121 3280 -7965 -1159
1983/84 14449 5367 19816 -16304 3512 -7663 -4151 - 5793 1191 -1010 5974 247 -2070 -5161 1823
1984/85 13994 5907 19901 -14427 5474 -7442 -1968 - 3519 499 -1292 2726 -91 -667 -3260 758
1985/86 13115 6106 19221 -13573 5648 -7752 -2104 - 3658 599 -1342 2915 -750 -61 -3446 811
1986/87 12545 6398 18943 -13040 5903 -8117 -2214 - 3840 203 1777 2266 0 -52 -437 52
1987/88 12767 7961 20728 -14829 5899 -8433 -2534 - 4141 371 -2109 2711 -83 -94 -4643 177
1988/89 12774 9907 22681 -16864 5817 -8719 -2902 - 4466 678 -2502 3243 -173 -168 -5404 341
1989/90 12489 12328 24817 -19179 5638 -8959 -3321 - 4816 1238 -2970 3879 -255 -303 -6291 558
1990/91 11816 15340 27156 -21810 5346 -9148 -3802 - 5193 2262 -3524 4640 -293 -545 -7326 838
1991/92 10626 19088 29714 -24803 4911 -9263 -4352 - 5600 4133 -4182 5551 -218 -981 -8534 1199
1992/93 104480 24823 35303 -27317 7986 -10547 -2561 - 5755 4284 -4840 5199 -1199 -1439 -7401 2638
1993/94 9334 27170 36504 -29127 7377 -10317 -2940 - 6195 4648 -5132 5711 -2044 -727 -8072 2771
1994/95 10445 31716 42161 -34122 8039 -11527 -3488 - 5651 4645 -5546 4750 -646 -616 -9034 1262
1995/96 10616 37138 47754 -41502 6252 -13293 -7041 - 5730 11672 -4939 11463 -1771 -2651 -11980 4422
Source : Central Bureau Of Statis tics , National Income Of Indones ia: Main Tables , Several Years P ublishing, and Economic Indicators , Monthly Statis tical Bulletin until to1996.
Note : Since 1991/92-1995/96, Balance of P ayment are showed as Analytical P resentation.
20
Lampiran 2 : REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA, 1969/70-1995/96
( Dalam Milyar Rupiah, Berdasarkan Harga berlaku )
Penerimaan Dalam Negeri Pengeluaran Defisit Bantuan Defisit Tabungan
Anggaran Luar Pemerintah
Tahun Pajak Langsung Pajak Pene- Jumlah Rutin Pemba- Jumlah Negara Negeri
T idak rimaan ngunan
Migas Non Jumlah Lang- Bukan
Migas sung Pajak
1969/70 48 43 91 150 3 244 217 118 335 -91 91 -27 27
1970/71 69 53 122 210 13 345 288 170 458 -113 120 -50 57
1971/72 113 69 182 218 28 428 349 196 545 -117 135 -61 79
1972/73 199 103 302 254 35 591 438 298 736 -145 158 -140 153
1973/74 345 160 505 413 50 968 713 451 1164 -196 204 -247 255
1974/75 973 256 1229 458 67 1754 1016 962 1978 -224 232 -730 738
1975/76 1249 343 1592 539 110 2241 1333 1398 2731 -490 492 -906 908
1976/77 1619 427 2046 741 119 2906 1630 2055 3685 -779 784 -1271 1276
1977/78 1949 563 2512 879 144 3535 2149 2157 4306 -771 773 -1384 1386
1978/79 2309 688 2997 1078 191 4266 2744 2556 5300 -1034 1035 -1521 1522
1979/80 4260 870 5130 1380 187 6697 4062 4014 8076 -1379 1381 -2633 2635
1980/81 7020 1211 8231 1680 316 10227 5800 5916 11716 -1489 1494 -4422 4427
1981/82 8628 1473 10101 1776 336 12213 6978 6940 13918 -1705 1709 -5231 5235
1982/83 8170 1840 10010 1972 436 12418 6996 7360 14356 -1938 1940 -5420 5422
1983/84 9520 2085 11605 2309 519 14433 8412 9899 18311 -3878 3882 -6017 6021
1984/85 10430 2278 12708 2511 687 15906 9429 9952 19381 -3475 3478 -6474 6477
1985/86 11160 3074 14234 3712 732 18678 12399 10647 23046 -4368 4368 -6279 6279
1986/87 9738 2881 12619 4260 954 17833 13126 8296 21422 -3589 3589 -4707 4707
1987/88 10083 3108 13191 6823 1717 21731 17340 9770 27110 -5379 5556 -4214 4391
1988/89 9536 3354 12890 8991 1533 23414 20935 12317 33252 -9838 10124 -2193 2479
1989/90 13381 3619 17000 12465 2039 31504 24335 15394 39729 -8225 8330 -7064 7169
1990/91 17740 3904 21644 18107 2442 42193 29121 18251 47372 -5179 8382 -9869 13072
1991/92 15070 4212 19282 20707 2593 42582 29053 23075 52128 -9546 9975 -13100 13529
1992/93 15331 4545 19876 25547 3440 48863 33605 26906 60511 -11648 11098 -15808 15258
1993/94 12503 4904 17407 32802 5904 56113 40290 28428 68718 -12605 10753 -17675 15823
1994/95 13537 5291 18828 41157 6433 66418 44069 30692 74761 -8343 9838 -20854 22349
1995/96 14849 5708 20557 43200 7801 71558 52541 29812 82353 -10795 11170 -18642 19017
Sumber : Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, beberapa tahun penerbitan;
Biro Pusat Statistik, Indikator Ekonomi, edisi April1996.
21
Lampiran 3 : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1995
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan 1993 )
Konsumsi Investasi Tabungan Luar Negeri PDB^* PDB PNB Pajak Penyu- PNN
Tahun Kons- Kons- T idak sutan
Rumah Peme- Jumlah Masya- Peme- Jumlah Masya- Peme- Jumlah Ekspor Impor Xt-Mt Penda- tan tan Lang-
Tangga rintah rakat rintah rakat rintah patan 93=100 93=100 sung
Neto Neto
1969 44154.9 4409.6 48564.5 2996.7 2987.3 5984 19576.2 683.5 20259.7 20119.6 5843.9 14275.7 1309.1 68824.2 68824.2 70133.3 1616.7 3431 65085.6
1970 44983.5 5154.1 50137.6 4077.7 3881.3 7959 22546.5 1301.4 23847.9 22493 6604.1 15888.9 1242.7 73985.5 73985.5 75228.2 1714.1 3688.4 69825.7
1971 46191.4 5520.5 51711.9 5421.7 4224.1 9645.8 25755.4 1702.6 27458 25424.6 7612.4 17812.2 1033.9 79169.9 79169.9 80203.8 1920.6 3945.8 74337.4
1972 47002.6 5974.2 52976.8 5828.1 5654.7 11482.8 30743.9 2903.2 33647.1 30837.5 8673.2 22164.3 -41.9 86623.9 86623.9 86582 2112 4317 80153
1973 50408 7626.2 58034.2 6998.2 6442.9 13441.1 34743.9 3642.9 38386.8 36574 11628.3 24945.7 -645.6 96421 96421 95775.4 2383.8 4807.6 88584
1974 57331.7 6827.4 64159.1 6700.8 9321.7 16022.5 32472.2 7151.2 39623.4 38971.6 15370.7 23600.9 -2375 103783 103783 101408 2317.9 5174.5 93915.1
1975 60821.2 8899 69720.2 6308.5 12051.7 18360.2 31400.2 7827.6 39227.8 38030.4 17162.8 20867.6 -2373.6 108948 108948 106574 3210.8 4993.8 98369.8
1976 62969.8 9550.8 72520.6 3988.5 15474.4 19462.9 34321.8 9608.4 43930.2 44505.8 20038.5 24467.3 -1040.5 116451 116451 115410 2841.5 5911.5 106657
1977 65335.7 11144 76479.7 8189.1 14370.4 22559.5 41098.4 9233.8 50332.2 48702.4 20929.7 27772.7 -2281.8 126812 126812 124530 5382.4 4124.3 115023
1978 71922.4 13081.7 85004.1 11851.6 14106 25957.6 43181.1 8399.6 51580.7 49201.3 23578.2 25623.1 -3057 136585 136585 133528 3483.6 6833.6 123211
1979 83423.5 14325.7 97749.2 8917.2 18187.6 27104.8 35435.9 11939.3 47375.2 49139.3 28868.9 20270.4 -5086 145124 145124 140038 4120.6 7288.1 128630
1980 101438 12670.5 114108 11465.2 20757.9 32223.1 29825.8 15533.3 45359.1 46369.5 33233.5 13136 -5966 159467 159467 153501 4527.9 7978 140995
1981 115499 17478.4 132977 13737.6 22073.8 35811.4 22195.2 16650.8 38846 45261 42226.4 3034.6 -4629.4 171823 171823 167194 4170.3 8609.9 154413
1982 127303 18917.4 146221 18747.3 21717.3 40464.6 17726.6 15998.8 33725.4 38952.7 45691.9 -6739.2 -7899.2 179946 179946 172047 4542 8803.7 158701
1983 122095 18734.2 140830 20261.5 23368.7 43630.2 28309.9 14213.9 42523.8 41398.9 51326 -9927.1 -6650 174533 183353 176703 4840.5 9172.8 162690
1984 125293 19373.6 144667 19304.1 21700.8 41004.9 36918.9 14123.4 51042.3 44108.1 47471.5 -3363.4 -7852 182308 195709 187857 5260 9790.9 172806
1985 124844 20853.8 145698 21913.6 22048 43961.6 41843.4 13002.7 54846.1 40665.8 49976.8 -9311 -7879.8 180349 200544 192665 6119.8 10033 176512
1986 128827 21433.9 150261 30818.7 17190.2 48008.9 52461 9753.4 62214.4 46852.1 52059.9 -5207.8 -7700.7 193062 212475 204775 7056.4 10629.8 187088
1987 134966 21397.7 156364 33180.4 17462 50642.4 58386.8 7848.1 66234.9 53698.5 53088.2 610.3 -8695.8 207616 222599 213903 9644.8 11136.2 193122
1988 141934 23018 164952 36021.9 20456.7 56478.6 66935.1 4117.3 71052.4 54268.2 43164.1 11104.1 -6792.1 232534 236004 229212 13870.1 11800.1 203542
1989 148783 25432.5 174216 40672.4 23352.5 64024.9 68511 10875.3 79386.3 59937.3 48966.7 10970.6 -7225.6 249211 253602 246376 17695.6 12665.5 216015
1990 162207 26248.9 188456 47978.8 25376.8 73355.6 65336.1 18175.8 83511.9 60207.7 60284.3 -76.6 -8346.7 261735 271968 263621 17869.3 13327.5 232425
1991 176722 28093.7 204816 48634.3 29507.7 78142 68754.2 17300.5 86054.7 72177.1 70428.7 1748.4 -8714.3 284706 290871 282156 17792.3 14552.6 249811
1992 183047 29731.9 212779 49943.8 32057.7 82001.5 78701.1 18179.4 96880.5 82761.4 75052.4 7709 -79832 302489 309659 229827 19655.6 -54512 264683
1993 192958 29756.7 222715 58239.3 28428 86667.3 91237.7 15823 107061 88230.9 78383 9847.9 -12553 319230 329776 317223 21171.1 16488.8 279563
1994 208062 30442.6 238505 70112.5 28476.5 98589 95400.3 20735.8 116136 97002.1 94291 2711.1 -39730 339805 354641 314911 -6894.1 17732 304073
1995 234245 30850.6 265096 87213.7 25172.7 112386 102639 16057.6 118696 104492 114035 -9542.8 -11924 367940 383792 371869 23209.7 19189.6 329469
Sumber : Republik Indones ia, Nota Keuangan Dan Rancangan Anggara Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989; Bank Indones ia, Statis tik Ekonomi
Keuangan Indones ia. beberapa tahun penerbitan;Biro Pusat Statis tik, Pendapatan Nasional indones ia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983 s /d 1995.
------+++++------
Cara paling Mudah Meng-unduh (Downloads) secara GRATIS sejumlah TULISAN ILMIAH Dalam bentuk Files PDF sebagai berikut:
12
Daftar TULISAN ILMIAH Untuk PERGURUAN TINGGI, Terdiri:
Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN
JURNAL PENELITIAN Kuantitatif, BUKU AJAR MODUL SOAL DAN
PEMECAHAN SOAL, BUKU TEKS, Laporan Hasil & Jurnal Hasil
Penelitian Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, LAPORAN HASIL
& Jurnal Hasil Penelitian SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi
10 Macam Hasil Pegembangan KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Penelitian Survey dari 5 Hasil Penelitian SURVEY.
Dan Didapatkan 10 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF
Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, termasuk 5 Proposal (Draft Hibah
DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 s/d 2016
12 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN
TRANSPORTASI 2014 s/d 2017
I. Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN, Serta
Jurusan Terkait Bidang EKONOMI:
02 27 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP I to KOPTIS Wilayah III Jakarta Files: 003 01 Perspektif Ekonomi Indonesia Dalam satu tahap pembangunan Jangka Panjang
004 02 Analisis Fungsi Tabungan Indonesia: Pengujian Model Hipotesa Pendapatan Permanen
005 03 Expor Kommoditi Primer Pulau Sumatera Lamam Perdagangan Luar Negeri Indonesia
006 04 Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 1969-1994
007 05 Pekiraan Pembentukan Modal Di Indonesia
008 06 Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
009 07 Instabilitas Perdagangan Luar Negeri Indonesia
010 08 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dan Ketergantungan Terhadap Dana Luar Negeri
011 09 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Diantara Modal Dan Tabungan 012 10 Pengukuran Kondisi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Stedy-State Growth
013 11 Modal Asing Swasta Dan Pembentukan Investasi Produktif Dalam Pembiayaan Pembangunan
014 12 Trade-Off Antara Penerimaan Pajak Dan Kemampuan Menabung Masyarakat
015 13 Mobilisasi Tabungan Dan Investasi suatu Ekonomi Terbuka: Studi Kasus Indonesia 1969-1995
016 14 Pengaruh Pendapatan Permanen Dalam Pembentukan Tabungan
017 15 Peranan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
018 16 Analisis Fungsi Konsumsi Indonesia Dengan Pendapatan Permanen
019 17 Pembiayaan Ekonomi Dalam Negeri Diantara Keinginan Dan Kenyataan
020 18 Sektor Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Ekonomi
021 19 Reformasi Kebijaksanaan Makro Dan Pengaruh Ekonomi Sektor Terbuka
022 20 Keseimbangan Pendapatan Nasional: Investasi Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi 023 21 Analisis Pengaruh Pembentukan Tabungan Suatu Ekonomi Terbuka
024 22 Pengaruh Aliran Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
025 23 Perkiraan Kebutuhan Investasi Dan Pengukuran Tinggal Landas
026 24 Kemampuan Pembentukan Modal Domestik: Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
027 25 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Akumulasi Sumber Pembiayaan Pembangunan
028 26 Kualitas Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Dilema Ketergantungan Sumber Dana
029 27 Investasi Dan Pembiayaan Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
13
004 34 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP II to STMT Trisakti Files: 030 01 Standar Ukuran Tinggal Landas Perekonomian Suatu Negara
031 02 Pembentukan Modal Domestik Bruto Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
032 03 Pembentukan Tabungan Dan Pembiayaa Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
033 04 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Steady-State Growth
034 05 Aliran Modal Asing Swasta Dalam Pembentukan Investasi Produktif 035 06 Fungsi Konsumsi Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Permanen
036 07 Pendapatan Permanen Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Tabungan
037 08 Pengujian Model Tabungan Indonesia Dengan Hipotesa Pendapatan Permanen
038 09 Kebutuhan Tabungan Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi Indonesia
039 10 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi: Trade-Off Antara Pajak Dan Tabungan
040 11 Aggregate Expenditre Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 3 Sektor)
041 12 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Terbuka
042 13 Aggregate Expendiure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 4 Sektor)
043 14 Pengaruh Sektor Perdagangan Luar Negeri Terhadap Aktivitas Ekonomi Indonesia
044 15 Aliran Modal Asing Dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
045 16 Penafsiran Tingkat effisiensi Marginal Ekonomi Indonesia Dan Prakiraan Pembentukan Modal
046 17 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Sederhana 047 18 Aggregate Expenditure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 2 Sektor)
048 19 Pembentukan Modal Domestik Bruto Dan Ketergantungan Terhadap Sumber Dana
049 20 Prestasi Ekonomi Dan Indeks Instabilitas Sektor Perdangan Luar Negeri Indonesia
050 21 Model Makro Keseimbangan Agregatif Pembentukan Tabungan Dan Investasi
051 22 Expor Kommoditi Primer Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Pulau Sumatera
052 23 Konstribusi Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
053 24 Pengaruh Variabel-variabel Agregatif Terhadap Pembentukan Tabungan Dan Pendapatan
054 25 Pengembangan Sumber Pembiayaan Pembangunan Yang Semakin Bertumpu Pada
Kemampuan Sendiri
055 26 Pengembangan Instrumen Kebijaksanaan makro Terhadap Pembentukan Investasi Dan Pendapatan
056 27 Kebutuhan Tabungan Dan Pembentukan Investasi Produktif Bagi Pembiayaan Pembangunan
057 28 Pengaruh Ekspor Terhadap Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi
058 29 Pengaruh Deregulasi Perbankan Bidang Ekspor Terhadap Devisa Pendapatan Nasional
059 30 Aliran Dana Luar Negeri Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
060 31 Strategi Indonesia Dan Manajemen Pembentukan Modal Bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat
061 32 Manajemen Perdagangan Internasional Pengurangan Distorsi Ekonomi Pasca Seleksi
Aliran Dana Luar Negeri
062 33 Manajemen Perbankan Pasca Deregulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
063 34 Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan
005 10 BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Files: 064 01 BUKU AJAR Pengantar Teori Ekonomi
065 02 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Pengantar Teori Ekonomi 066 03 BUKU AJAR Teori Ekonomi
067 04 BUKU AJAR Ekonomi Pembangunan
068 05 BUKU AJAR Pengantar Ekonomi Mikro
069 06 BUKU AJAR Ekonomi Makro Perthitungan Pend Nasional
070 07 BUKU AJAR Teori Ekonomi Mikro
071 08 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Teori Ekonomi Mikro
073 09 BUKU AJAR Ekonomi Manajerial
074 10 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Ekonomi Manajerial
14
II. PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 006 3 VERSI Teks Book EKO MANAJERIALPernah Disumbang ke DIKTI Dan Dikirim Ke USA File 075 01 Buku Teks 681h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Hasil Estimasi
Atau 075 01 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Hasil Estimasi
File 076 02 Buku Teks 301h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 076 02 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Non-Estimasi
File 077 03 Buku Teks 509h EKO MANAJERIAL TRANSPORTASI Dengan Fungsi Non-Estimasi Atau 077 03 EKONOMI MANAJERIALTRANSPORTASI Penerapan Konsep Mikro Ekonomi
Dalam Bisnis Transportasi Dengan Fungsi Non-Estimasi
File 078 Ringkasan Isi Dan Surat Menyurat Pengiriman 3 Teks Book EKO MANAJERIAL Ke USA
Atau 078 Request for Coop in Publishing 3 Text Books in MANAGERIAL ECONOMICS to The USA
Subject: Request for Cooperation in Publishing Text Books in MANAGERIAL
ECONOMICS: Application of Microeconomic Concepts Using Estimation
Result Function (242 halaman)
008 3 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2010 Files: 079 01 Evaluasi Ekonomi Indonesia di Era Pembangunan Berkelanjutan
080 02 Evaluasi Ekonomi 50 Tahun Indonesia Membangaun
081 03 Kebutuhan Tabungan Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia
009 4 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2012 Files: 082 01 Pengembangan Ekonomi Dan Pengaruh POLIIK Di Era Kepemimpinan INDONESIA
083 02 Prestasi Ekonomi INDONESIA Jangka Panjang Dan Pencapaian Kondisi STEADY-
STATE GROWTH
084 03 Perkiraan Kebutuhan Tabungan Bagi Target Pertumbuhan Ekonomi Yang Hendak Dicapai
085 04 Pengendalian Ekonomi Ditengah Ancaman Krisis Dan Dilema Keterbatasan Sumber
Pembiayaan Yang Salaing Trade-Off
010 4 Laporan Penelitian Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI 2010 File 086 01 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 72h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010
Atau 086 01 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 087 02 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010
Atau 087 02 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 088 03 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 77h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010
Atau 088 03 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
File 089 04 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010
Atau 089 04 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
15
011 3 Proposal P3M PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2010 File 090 01 Draft Proposal 21h Penelitian P3M MTD STMT Angkutan Jalan Raya DKI 2010
Atau 090 01 Kepadatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta: Trade off Antara Penguna
Kendaraan Pribadi Dan Umum
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Slutsky’s Theorem, TE = SE + IE)
File 091 02 Draft Proposal 26h Penelitian P3M MTL STMT Faktor Produksi PT PELNI 2010 atau 091 02 Pengaruh Beberapa Faktor Produksi Terhadap Produksi PT PELNI
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Production Isoquant, TO = SE + OE)
File 092 03 Draft Proposal 25h Penelitian P3M MTU STMT Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan 2010
atau 092 03 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang Jakarta-Ujung
Pandang
012 14 Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI, Tahun 2011 File 093 01 Proposal 11h Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia 2011
Atau 093 01 Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia Dan Investasi Produktif Yang Diperlukan
File 094 02 Proposal 10h Jasa Angkutan Rel 2011
Atau 094 02 Menasionalisasikan Jasa Angkutan Rel Dan Investasi Yang Dibutuhkan
File 095 03 Proposal 11h Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 095 03 Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 096 04 Proposal 11h Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia 2011
Atau 096 04 Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dalam Wililayah Teritorial Indonesia
File 097 05 Proposal 12h Produksi Jasa Angkutan Udara Penerbangan Domestik 2011
Atau 097 05 Produksi Jasa Angk Udara Komersial Penerbangan Domestik
File 098 06 Proposal 12h Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 098 06 Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia
File 099 07 Proposal 14h Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 099 07 Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik
File 100 08 Proposal 11h Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 100 08 Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau
File 101 09 Proposal 13h Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 101 09 Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik
File 102 10 Proposal 15h Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara 2011
Atau 102 10 Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara
File 103 11 Proposal 14h Kebutuhan Modal Pert Produksi Angkutan Udara Luar Negeri 2011
Atau 103 11 Kebutuhan Modal Pertumbuhan Produksi Angkutan Udara Luar Negeri
File 104 12 Proposal 12h Pengembangan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 104 12 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 105 13 Proposal 15h Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Dom 2011
Atau 105 13 Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Domestik
File 106 14 Proposal 12h Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional 2011 Atau 106 14 Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional
16
10 Contoh PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI
013 5 CONTOH Hibah (Proposal DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 -2016 File 107 01 Draf Hibah Kompetensi TAHAP 1 44h dgn Ir PRASAD TITA MM to DIKTI 2009
Atau 107 01 Analisis Pertambahan Pengguna Kendaraan Bermotor Roda Dua Dan Kepemilikan Mobil
Pribadi Di Jakarta
File 108 02 Draft Hibah Kompetensi 47h dgn PROF ERYUS To DIKTI 2010
Atau 108 02 Kepadatan Lalin Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta Trade off Antara Peng Kend Pribadi
Dan Umum
File 109 03 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF HANANTO to DIKTI 2010
Atau 109 03 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PT PELNI
File 110 04 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF DIRK KOLEANGAN to DIKTI 2010
Atau 110 04 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang JAKARTA-
UJUNG PANDANG
File 111 05 Draft Hibah PRODUK TERAPAN 67h dgn Dr HUSNI HASAN to DIKTI 2016
Atau 111 05 Analisis Penentuan Tarif Angkut Dua Jasa Angk Penumpang Udara Dan Laut Rute
JAKARTA-UJUNG PANDANG
014 3 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2014 File 112 01 Proposal Penelitian P3M MTL 13h Angk Pelayaran Antar Pulau PT PELNI 2014
Atau 112 01 PENGEMBANGAN PRODUKSI ANGKUTAN PELAYARAN DI INDONESIA
File 113 02 Proposal Penelitian P3M MTD 15h Effisiensi Produktivitas Jasa Angk PT KAI 2014
Atau 113 02 TINGKAT EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS JASA ANGKUTAN KERETA API
INDONESIA
File 114 03 Proposal Penelitian P3M MTU 21h Kebutuhan Modal Angk Penerb Domestik 2014
Atau 114 03 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN
PENERBANGAN DOMESTIK
015 2 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,
Tahun 2017, Sedang Digarap File 115 01 Proposal Terpadu P3M 28h atau Analisis Trade-Off Antara MTL Dengan MTU 2017
Atau 115 01 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan
Domestik Indonesia: Trade-off Antara Angkutan Laut Dan Udara
File 116 02 Proposal Penelitian P3M 22h Dibidang TRANPORTASI UDARA Luar Negeri 2017
Atau 116 02 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN UDARA
LUAR NEGERI
17
III. PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 016 5 LAPORAN HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017
File 117 01 Laporan HASIL PENELITIAN 375h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 117 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 118 02 Laporan HASIL PENELITIAN 147h PERUM DAMRI 2015 Atau 118 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 120 03 Laporan HASIL PENELITIAN 172h PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 120 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 122 04 Laporan HASIL PENELITIAN 165h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 122 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 124 05 Laporan HASIL PENELITIAN 353h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017 Atau 124 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
017 5 Jurnal HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017 File 125 01 Jurnal HASIL PENELITIAN 41h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 125 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 126 02 Jurnal HASIL PENELITIAN 35h PERUM DAMRI 2015
Atau 126 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 128 03 Jurnal HASIL PENELITIAN 38h PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 128 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 130 04 Jurnal HASIL PENELITIAN 36h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 130 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 132 05 Jurnal HASIL PENELITIAN 40h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017
Atau 132 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
018 10 Macam Prediksi Pengembangan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian Survey
Files: 133 01 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 20h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt 134 02 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 23h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Panjang Alt
135 03 PERUM DAMRI 2015 15h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
136 04 Jurnal HASIL PENELITIAN PERUM DAMRI 2015 24h
137 05 Jurnal HASIL PENELITIAN Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014 30h
138 06 Jurnal HASIL PENELITIAN PT MAYASARI BAKTI 2016 31h
139 07 PT MAYASARI BAKTI 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
140 08 Jurnal HASIL PENELITIAN GARUDA INDONESIA 2016 31h
141 09 PT GARUDA INDONESIA 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
142 10 Jurnal HASIL PENELITIAN KA PATAS Purwakarta 2017 30h
18
12 BUAH BENTUK PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI
019 6 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2014-2017 File 143 01 Proposal 21h KERETA API EKONOMI LOKAL PURWAKARTA 2014
Atau 143 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 144 02 Proposal 18h PERUM DAMRI 2015
Atau 144 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 145 03 Proposal 17h PERUM DAMRI Dgn KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 145 03 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 146 04 Proposal 28h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 146 04 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
File 148 05 Proposal 28h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016
Atau 148 05 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 150 06 Proposal 27h KERETA API PATAS PURWAKARTA 2017
Atau 150 06 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
020 2 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Hasil Pengembangan Model 2016 File 151 01 Proposal 33h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 151 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 152 02 Proposal 26h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 152 02 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
021 2 Contoh Proposal Baru PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2017 File 153 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017
Atau 153 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 154 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017
Atau 154 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
File 155 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 155 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 156 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 156 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
19
Biasanya untuk mendapatkan sebuah TULISAN ILMIAH adalah secara kebetulan
didalam DOMAIN Google atau Bilamana sudah mengetahui judul TULISAN
ILMIAH tersebut cukup dengan menulis judul tersebut ke dalam Google dan akan
keluar TULISAN ILMIAH yang dimaksud.
KIAT CERDIK MEMBUAT TULISAN ILMIAH, dan sebagai langkah utama adalah
dengan cara Mengkoleksi sejumlah TULISAN ILMIAH yang akan berperan sebagai
MATERI PEMBANDING dengan MATERI YANG DIBUAT. Paling tidak agar
mengatahui bagaimana penyusunan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN
TEORITIS yang dibuat penulis lain. Selain bisa memperkuat “pondasi ilmiah” bahkan
juga memperkokoh “Kemampuan ilmiah” agar lebih mudah menyelesaikan berbagai
bentuk/beranekaragam Persoalan Ilmiah pada PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI maupun PENELITIAN SURVEY Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI. Tentunya sebagai langkah berikutnya adalah
Meng-unduh (Downloads) sebanyak mungkin TULISAN ILMIAH dari penulis lain atau Meng-unduh secara keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File PDF
(pada posisi jumlah sekarang) sebagaimana tercantum dalam Lembaran Informasi, terkecuali TULISAN ILMIAH yang terdapat dalam kurung sebanyak 22 Files (hanya
bisa didapatkan melalui Email langsung dengan sejumlah harga tertentu yang disajikan
dalam sebuah Daftar Harga).
Ketentuan: Gantilah Lembaran Informasi (Daftar TULISAN ILMIAH yang disisipkan dalam wujud File PDF) menjadi (Daftar TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File DOCUMENTS),
sehingga didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisikan Daftar dari semua tulisan
ilmiah yang disusun oleh Amrizal.
Selanjutnya, dengan cara memasukan/menuliskan 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal
ke dalam Google, maka akan didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisi Daftar
TULISAN ILMIAH tersebut, dengan contoh berikut:
Google 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal Cari
Adapun tujuan selanjutnya agar lebih leluasa/Mudah meng-unduh (Downloads)
keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam PDF (pada posisi jumlah sekarang),
cukup dengan cara meng-Copy masing-masing Nomor urut beserta nama file tersebut
ke dalam Google.
Diistilahkan dalam tanda petik “pada posisi jumlah sekarang” oleh karena posisi/jumlah
files PDF yang disajikan dalam Daftar TULISAN ILMIAH dapat berubah pada saat-saat
tertentu seiring dengan perjalanan waktu.......
-------- Jakarta, 14 September 2017--------