pengembangan,pengelolaan,dan perbaikan wilayah pesisir nusa penida

28
PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Kecamatan Nusa Penida terdiri dari tiga kepulauan yaitu pulau Nusa Penida, Pulau Lembongan dan Pulau Ceningan, terdiri dari 16 Desa Dinas, dengan Jumlah Penduduk 46,749 Jiwa (8.543 KK). Pulau Nusa Penida bisa ditempuh dari empat tempat yaitu lewat Benoa dengan menumpang Quiksilver/Balihai ditempuh +1 jam perjalanan, lewat Sanur dengan menumpang perahu jarak tempuh + 1,5 jam perjalanan. Lewat Kusamba dengan menumpang jukung jarak tempuh +1,5 jam perjalanan. Sedangkan kalau lewat Padangbai dengan menumpang Kapal Boat yang jarak tempuh + 1 jam perjalanan.Secara umum kondisi Topografi Nusa Penida tergolong landai sampai berbukit. Desa – desa pesisir di sepanjang pantai bagian utara berupa lahan datar dengan kemiringan 0 – 3 % dari ketinggian lahan 0 – 268 m dpl. Semakin ke selatan kemiringan lerengnya semakin bergelombang. Demikian juga pulau Lembongan bagian Utara merupakan lahan datar dengan kemiringan 0- 3% dan dibagian Selatan kemiringannya 3-8 %. Sedangkan Pulau Ceningan mempunyai kemiringan lereng bervariasi antara 8-15% dan 15-30% dengan kondisi tanah bergelombang dan berbukit.Mata pencaharian penduduk adalah pertanian dan sektor perikanan merupakan mata pencaharian utama oleh 6,68%

Upload: helmi-mukti-wijaya

Post on 05-Dec-2014

215 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Wilayah Pesisir Nusa Penida

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

PENDAHULUAN

Latar Belakang Wilayah

Kecamatan Nusa Penida terdiri dari tiga kepulauan yaitu pulau Nusa

Penida, Pulau Lembongan dan Pulau Ceningan, terdiri dari 16 Desa Dinas, dengan

Jumlah Penduduk 46,749 Jiwa (8.543 KK). Pulau Nusa Penida bisa ditempuh dari

empat tempat yaitu lewat Benoa dengan menumpang Quiksilver/Balihai ditempuh

+1 jam perjalanan, lewat Sanur dengan menumpang perahu jarak tempuh + 1,5

jam perjalanan. Lewat Kusamba dengan menumpang jukung jarak tempuh +1,5

jam perjalanan. Sedangkan kalau lewat Padangbai dengan menumpang Kapal

Boat yang jarak tempuh + 1 jam perjalanan.Secara umum kondisi Topografi Nusa

Penida tergolong landai sampai berbukit.

Desa – desa pesisir di sepanjang pantai bagian utara berupa lahan datar

dengan kemiringan 0 – 3 % dari ketinggian lahan 0 – 268 m dpl. Semakin ke

selatan kemiringan lerengnya semakin bergelombang. Demikian juga pulau

Lembongan bagian Utara merupakan lahan datar dengan kemiringan 0- 3% dan

dibagian Selatan kemiringannya 3-8 %. Sedangkan Pulau Ceningan mempunyai

kemiringan lereng bervariasi antara 8-15% dan 15-30% dengan kondisi tanah

bergelombang dan berbukit.Mata pencaharian penduduk adalah pertanian dan

sektor perikanan merupakan mata pencaharian utama oleh 6,68% tersebar pada

desa-desa pesisir yaitu Suana, Batununggul, Kutampi Kaler, Ped dan Desa

Toyapakeh. Di Pulau Lembongan 16,80% penduduk bergerak dibidang perikanan,

dan Ceningan 12,88% mengingat kondisi dan topografi daerah maka yang cocok

dikembangkan adalah Sektor Pertanian, dan Sektor Pariwisata.

Potensi Wilayah

Nusa Penida yang terletak di sebelah timur Pulau Bali merupakan kawasan

pariwisata yang memiliki daya tarik yang sangat potensial untuk dikunjungi. Nusa

Penida merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Klungkung yang telah

ditetapkan sebagai salah satu dari 15 kawasan pariwisata di Bali Ketiga pulau ini

dapat dicapai dengan boat/perahu motor/kapal pesiar sekitar 1,5 jam dari

Pelabuhan Benoa atau Sanur, atau dengan menggunakan ferry dari Pelabuhan

Page 2: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

Padang Bai menuju ke Pelabuhan Mentigi di Nusa Besar. Perjalanan pagi hari

sangat dianjurkan, sebelum ombak besar yang biasanya mulai menerpa di siang

dan sore hari.

Meskipun jaraknya yang tidak jauh dari Bali dan ketersediaan transportasi

laut yang semakin baik, namun nampaknya pulau-pulau ini belum banyak dikenal

oleh wisatawan sebagai tempat wisata seperti halnya Bali. Wisatawan dari Bali

yang berkunjung ke Nusa Penida umumnya hanya untuk day trip saja di “ponton”

(kapal pesiar besar yang menyediakan tempat untuk berekreasi -semacam

waterboom mini), padahal begitu banyak keindahan yang ditawarkan oleh pulau-

pulau ini.

Deretan pantai berpasir maupun berkarang dengan berbagai kegiatan

wisata bahari dan budaya menjadi andalan daya tarik wisata Nusa Penida. Pantai

Teluk Sanghyang dan Pantai Jungutbatu di Lembongan merupakan pantai yang

paling banyak dikunjungi wisatawan. Kapal pembawa wisatawan dari Sanur

biasanya mendarat di teluk ini.

Wisatawan dapat berenang dan bermain pasir di pantainya yang putih.

Kayaking, jet ski, banana boat juga dapat dilakukan di Pantai Teluk Sanghyang

memiliki pasir putih dengan karang-karangnya yang indah. Berbagai fasilitas

penginapan seperti Mushroom Cottage, Nusa Lembongan Resort, Bali Hai,

restoran dan rumah makan, kios-kios dan toko cenderamata juga tersedia di

tempat ini, dengan harga yang sangat bervariasi. Resort mewah bisa menawarkan

sampai 1 juta rupiah/malam. Alam bawah laut Nusa Penida juga sangat terkenal

keindahannya. Kawasan taman laut yang tersebar di hampir seluruh peraian pulau,

didukung oleh airnya yang jernih dan bersih. Kegiatan diving dan snorkling sudah

dilakukan oleh wisatawan di Nusa Penida meskipun belum optimal. Beberapa

spesies khas Nusa Penida misalnya ikan dugong, hiu sirip putih, kima, manta ray

dan napoleon.

Saat cerah, dari Pantai Teluk Sanghyang dapat dilihat panorama Pulau

Bali dengan Gunung Agungnya. Sangat direkomendasikan untuk bermalam di

Tanjung Sanghyang atau Jungutbatu, selain karena fasilitas yang cukup lengkap

dan beragam, juga panorama sunset dari Teluk Sanghyang yang menawan. Di

Page 3: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

tempat inipun wisatawan yang melakukan rekreasi bahari seperti berenang,

kayaking, banana boat dan lain-lain.

Rekreasi bahari di”ponton” juga menjadi trend baru yang banyak

dilakukan oleh wisatawan yang berkunjung ke Nusa Penida. Kapal pesiar Bali

Hai, Bounty Cruise, Quick Silver yang berangkat dari Pelabuhan Benoa biasanya

bersandar di sekitar perairan di utara Lembongan. Secara rutin kapal-kapal ini

menawarkan paket wisata one day tour ke Nusa Penida, termasuk untuk

menggunakan fasilitas kapal pesiar mereka, makan siang dan berbagai aktivitas

wisata bahari. Kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan umumnya adalah

berseluncur dan berenang, snorkling, banana boat, jet ski, dan kayaking. Atau

mereka bisa juga mengambil paket berkunjung ke daratan untuk sekedar berjalan-

jalan dan berjemur di pinggir pantai sambil melihat-lihat aktivitas nelayan.

Bagi yang memiliki waktu cukup banyak dan berniat bermalam di pulau-

pulau ini, wisatawan dapat berkeliling pulau dengan menyewa motor/ojek sebesar

Rp. 100 ribu permotor/hari. Baik di Nusa Lembongan, Ceningan, dan juga Nusa

Besar, banyak sekali tempat-tempat dan pemandangan yang menarik untuk dilihat.

Dari Puncak Bukit Mundi di Nusa Besar kita bisa menikmati keindahan panorama

Nusa Penida. Selain di darat, berperahu keliling pulau atau sambil menyeberang

dari Nusa Lembongan ke Nusa Besar juga memberikan pengalaman lain sekaligus

melihat pantai bertebing dan berhutan bakau yang menakjubkan.

Hutan bakau (mangrove) yang masih terpelihara di Lembongan dan

Ceningan merupakan salah satu day tarik wisata yang menarik untuk dinikmati.

Wisatawan dapat menyewa perahu untuk menyusuri sungai ke arah hulu yang

masih asri dengan pepohonan bakau, sambil mengamati dan memotret burung-

burung yang hidup bebas di hutan bakau ini.

Beberapa lokasi lainnya seperti Crystal Beach, Sunset Beach, Pantai Sakti

juga menjadi tempat yang potensial untuk dikunjungi. Di Crystal Beach sudah

terdapat resor yang memiliki private beach tersendiri. Pembangunan fasilitas di

Sunset Beach dan Pantai Sakti masih sedang ditingkatkan. Beberapa lokasi wisata

memang masih terbatas pencapaiannya, seperti Pantai Pasir Hug di Desa Sakti,

dan Pantai Atuh di Desa Pejukutan.

Page 4: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

Ke Nusa Ceningan dari Nusa Lembongan saat ini baru bisa dicapai dengan

kendaraan roda 2 karena ukuran jembatan antara Lembongan dan Ceningan

memang baru bisa dilalui oleh kendaraan motor. Alam Nusa Ceningan yang masih

asli sangat menarik untuk dijelajahi. Panorama dari Ceningan ke arah selat dan

Pulau Lembongan sangat menarik, apalagi saat matahari terbenam.

Di puncak perbukitan di Nusa Besar juga didirikan beberapa kincir angin

sebagai sumber energi alternatif yang diharapkan juga nantinya menjadi daya tarik

di Pulau Nusa Penida. Hanya sayang kondisinya pada saat dikunjungi hanya 1

yang berjalan normal dari 9 kincir yang ada. Di lokasi ini juga dibuat energi solar

cell yang sayangnya -juga tidak terpelihara. Tempat dengan view yang indah ini

sebetulnya sangat menarik. Dari tempat ini bisa dilihat panorama ke arah laut

lepas.

Hal lain yang menarik untuk dilihat di Nusa Penida adalah kegiatan

budidaya rumput laut yang dilakukan penduduk nelayan di Lembongan dan Nusa

Besar. Kawasan budidaya rumput laut memang berkembang pesat terutama di

pantai utara Nusa Penida, dan bahkan menjadi basis kegiatan ekonomi masyarakat

lokal. Sangat menarik melihat kegiatan masyarakat menjemur dan mengeringkan

rumput laut di halaman rumahnya.

Permukiman nelayan yang memanjang di pesisir pantai utara dan timur

Nusa Penida serta di Nusa Lembongan dan Ceningan memperlihatkan kehidupan

sehari-hari nelayan seperti membuat jaring, menangkap ikan, maupun kehidupan

sosial budaya mereka, termasuk dalam melakukan upacara-upacara keagamaan

yang rutin diadakan di Nusa Penida, dan bahkan juga didatangi oleh penduduk

dari daratan Pulau Bali.

Pura di Nusa Penida memiliki hubungan religious dengan Pura Besakih di

Bali daratan. Saat ini pura yang banyak dikunjungi wisatawan di Nusa Penida

adalah Pura Penataran Ped  dan Pura Puncak Bukit Mundi. Pura-pura lainnya

misalnya Pura Batu Medau, Pura Sahab, Pura Segara dan Pura Pelawang.

Nusa Penida - tepat kiranya jika disebut sebagai “a hidden paradise“,

keindahan yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Page 5: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

DATA-DATA POTENSI

Sunfish / Mola-mola

Gambar 1 Sunfish (Mola-mola)

Pernah membayangkan, makhluk bak banteng dengan body bongsor, kulit

tebal dan tanduk sekeras baja, tapi kelakuannya lemah gemulai dan pemalu kayak

kucing rumahan? Menggemaskan? Bikin deg-degan karena takut? Atau justru

memancing penasaran? Makhluk ajaib itu bernama Sunfish alias Mola-Mola.

Fisiknya sama sekali tidak indah. Tapi begitu makhluk ini muncul, tampang

bodoh dan tubuh masifnya langsung memicu emosi dan adrenalin. Hantaman air

dingin dan arus kencang seketika tak lagi dirasa.

Bentuknya aneh, lonjong dengan mulut di satu sisi dan sisi lainnya

membulat dengan ekor seperti kipas. Siripnya cuma 2, mencuat ke atas dan

bawah. Yang paling dahsyat, lebar tubuhnya bisa mencapai 1,5 meter sampai 3

meter lebih. Beratnya, antara 1000 sampai 2000 kg lebih.

Meskipun besar dan berkulit tebal (7 cm lebih), ikan raksasa ini tidak

tahan dingin. Ia bisa mati kalau kelamaan terendam suhu kurang dari 12 derajat

Celcius. Secara berkala, mereka mesti mencari perairan hangat. Jadi seperti turis-

turis dari negeri 4 musim, tiap tahun antara Juli sampai Oktober, Mola

berbondong-bondong berjemur di Crystal Bay, Nusa Penida, Bali.

Teluk kecil berair bening di pantai barat Nusa Penida itu merupakan satu-

satunya tempat di dunia, di mana Mola muncul di perairan dangkal. Mola

biasanya ditemui laut lepas, beredar di kedalaman sekitar 200 meter. Di Crystal

Page 6: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

Bay, Mola sudah terlihat di kedalaman antara 20-30 meter (kadang malah 16

meter), cuma sekitar 100 meter dari garis pantainya yang berpasir putih.

Pelilit - Pejukutan

Perjalanan ke Pelilit perlu kesabaran, karena jalannya sempit dan naik

turun laut disebelah kiri tampak jauh dibawah.

Gambar 2 Tebing di Pelilit - Pejukutan

Beberapa buah batu tampak menonjol ke laut. Ombak memecah karang

pantai. Batu-batu di tepi pantai yang curam dan terjal itu dinamakan seperti nama

bagian rumah Bali, antara lain : Batu Gineng, Batu Pawon, Batu Sanggah, Batu

Dua dan tebingnya yang curam namanya Molenteng.

Sompang – Pasih Uwag

Gambar 3 Pasih Uwig – The Monta Point

Page 7: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

Ditempat ini ikan manta sering berkumpul dan bergerombol, oleh

karenanya di sebut sebagai Manta Point. Dan benar, saja ada seekor Manta yang

berenang dan di bawah tempat ini.

Pantai di Pasih Uwig

Gambar 4 Pantai di Pasih Uwig

Pantai ini terletak di Nusa Lembongan di kawasan Nusa Penida. Ombak di

kawasan ini ombaknya cukup besar.Keindahan airnya pun sangat indah untuk

dilihat dan dinikmati.

Ekosistem Terumbu Karang

Gambar 5 Ekosistem Terumbu Karang

Keindahan alam bawah laut kepulauan Nusa Penida ini memiliki pesona

alam tersendiri. Yaitu Ekosistem terumbu karang yang masih alami. Hal ini

membuktikan kawasan ini belum tercemari oleh aktivitas manusia.

Page 8: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

Butterfly Fish

Gambar 6 Butterfly Fish

Gambar 7 Coral Fish

Gambar 8 Mooray Eel

Page 9: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

Keragaman ekosistem bawah laut ini tidak kalah dengan keindahan

ekosistem bawah laut di daerah laennya.Hal ini dibuktikan dengan banyaknya

populasi ikan yang terdapat di wilayah Nusa Penida ini.

Page 10: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

BAHASAN

Pembangunan Wilayah Pesisir Nusa Penida

Definisi pembangunan terakhir ini mengantar kerangka pikir tentang

pembangunan ke suatu ruang tertentu, bahkan ke berbagai sektor yang sifatnya

lebih operasional. Kalau pembangunan didefinisikan sebagai proses, realisasinya

bisa terjadi pada upaya membangun sesuatu, berbeda dengan apa dan di mana

membangun. Salah satu penentu sukses-tidaknya pembangunan yang bisa

dilakukan kapan saja, di mana, dan apa pun yang akan dibangun, adalah

kreativitas.

Dengan membawa kerangka pikir definisi pembangunan tadi, kita harus

melakukan tahapan-tahapan kreativitas. Pertama, mengamati apakah ada peluang

untuk melakukan perubahan. Jika tidak ada, berarti sama dengan fenomena

positif. Jika ada, berarti sama dengan fenomena negatif. Fenomena positif berarti

suatu keadaan sesuai atau searah dengan tujuan manusia umumnya. Fenomena

negatif, berarti sebaliknya. Fenomena positif maupun negatif, memerlukan

perubahan dan pasti akan mengalami perubahan, karena faktor dimensi waktu,

ruang, perilaku atau sifat manusia.

Kedua, memikirkan apa yang harus dilakukan untuk perubahan, bagi

fenomena positif maupun negatif. Di sini akan tampak, jenis dan kualitas

kreativitas manusia, sebagai pejabat daerah maupun sebagai warga masyarakat

yang hidup dalam ruang tersebut. Jika pimpinan daerah tidak memiliki visi dan

misi pembangunan, daerah yang dipimpinnya tidak akan menampakkan

perubahan, karena tidak akan mungkin dapat mengoperasionalkan aktivitas yang

bermuatan kreativitas. Pimpinan daerah yang memiliki paham pembangunan yang

kreatif, akan terjadi perubahan yang terukur dengan nilai kreativitas. Nilai

kreativitas tersebut dapat diukur dari satuan nilai efisiensi dan efektivitas.

 Ketiga, melakukan aksi yang diawali pembentukan kerangka operasional.

Di sini tampak jelas, jenis dan bentuk perubahan yang akan terjadi, bahkan

dimensi waktu pun sudah pasti. Mari kita ke Nusa Penida untuk melihat peluang

perubahan. Peluang perubahan sebagai suatu fenomena negatif adalah: 1. Gugusan

pulau ini merupakan daerah kritis dengan penduduk 46.749 jiwa hidup dalam

Page 11: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

ruang yang luasnya 192,72 km2. 2. Penduduknya berada dalam kategori miskin,

karena sumber kegiatan ekonominya sangat terbatas.

Hanya ada pertanian rumput laut yang paling potensial di antara potensi

lainnya, namun tidak mampu menyerap sumber daya manusia yang tersedia. 3.

Pulau ini terisolir yang menyebabkan terbatasnya ruang gerak produktivitas

masyarakat. Sarana perhubungan laut seperti kapal Roro yang ada sekarang ini

sebenarnya dapat mengatasi masalah sosial masyarakat, namun masih belum

dapat memecahakan permasalahan. 4. Kekuatan daya beli masyarakat sangat

lemah, karena harga menjadi lebih tinggi dibandingkan harga kebutuhan pokok di

daratan Bali. Hal ini akibat  ketidaksempurnaan sarana perhubungan laut. Akan

tetapi, harga produk yang menjadi andalan sumber pendapatan masyarakat seperti

rumput laut tidak menentu, harganya sering turun drastis. 5. Isu negatif yang ada

membuat kekuatan pasar internasional ikut memporak-porandakan Nusa Penida.

Misalnya, ada isu akan dibangun industri kepariwisataan besar-besaran,

sehingga banyak spekulan tanah membeli dan menguasai sebagian besar tanah di

situ. Masyarakat menjualnya, tetapi hingga saat ini isu itu belum terwujud.

Masyarakat selalu menantinya dengan gelisah. Spekulan tanah ikut kebakaran

jenggot, investasinya tenggelam terlalu lama, akhirnya sekarang terjadi transaksi

jual beli antarspekulan. Isu itu terhembus sejak tahun 1980-an. Sekarang sudah 30

tahun informasi negatif itu menerpa Nusa Penida.

Ada lima fenomena negatif yang merupakan tahapan kreativitas yang

pertama. Kedua, kita masuki tahap berpikir, artinya ide apa yang kita siapkan

untuk memasuki implementasi proses pembangunan. Dengan menyintesakan

kelima fenomena itu, ide yang bisa kita miliki sbb:

1. Membangun Nusa Penida. Dalam hal ini, kita berpikir tentang pembangunan

dimensi geografis. Implementasinya diawali dengan mewujudnyatakan

pembangunan transportasi yang memadai.

Transportasi yang dimaksudkan, transportasi laut. Perlu dibangun

pelabuhan kapal barang di pantai Klungkung maupun di Nusa Penida. Pelabuhan

ini sebagai prasarana untuk meningkatkan frekuensi perjalanan kapal dari

Klungkung ke Nusa Penida dan sebaliknya. Disusul mengoperasikan kapal

sebagai sarana transportasi laut. Setelah transportasi laut memadai untuk

Page 12: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

kebutuhan Nusa Penida dalam arti kompleks, dilanjutkan dengan melakukan

pembangunan Nusa Penida.

Membangun Nusa Penida, berarti dalam konteks geografis seperti:

Pembangunan pantai untuk menghindari abrasi sekaligus memelihara keindahan

alam; pembangunan tata ruang dalam kaitannya dengan pembangunan jalan di

daratan dengan konsep pemikiran jangka panjang; pembangunan alam dalam

konteks religius, artinya menentukan secara pasti dan tegas tempat-tempat suci

yang harus dilestarikan, karena hal ini akan terkait dengan kebutuhan sektor

kepariwisataan.

2. Usaha pembangunan pertanian laut (rumput laut) dapat diekspansi dengan

menggunakan teknologi baru, sehingga petani tidak hanya menanam rumput laut

di pinggir pantai, tetapi bisa di air yang lebih dalam lagi, seperti di Kepulauan

Seribu. Diperlukan investasi sangat besar seperti untuk penyiapan  perahu besar

dan rakit-rakit yang termodifikasi dengan teknologi baru.

Di sektor industri di Nusa Penida bisa ditumbuh-kembangkan industri

pengolahan rumput laut, dan pengolahan pabrik ikan laut. Dengan adanya industri

pabrik ikan laut, berarti ada pelung untuk melakukan ekspansi penangkapan ikan

ke laut yang lebih jauh dalam batas wilayah Indonesia yang sangat kaya akan

ikan-ikan tuna dan sebagai peluang besar untuk merebut pasar internasional.

Diperlukan investasi besar seperti kapal penangkapan ikan sebagaimana

kapal penangkap ikan yang banyak bersandar di Pelabuhan Benoa. Disektor jasa ,

persiapan untuk menopang pembangunan kepariwisataan. Kami memperkirakan,

kepariwisataan akan dapat dibangun hanya oleh masyarakat setempat, tetapi

prosesnya perlahan-lahan. Jika sarana transportasi laut tuntas dibangun, dapat

diduga pembangunan kepariwisataan menjadi terwujud lebih cepat lagi.

Dengan ide seperti itu berarti tahap kreativitas kedua sudah terlampaui

untuk sementara. Kreativitas ketiga, realisai atau pelaksanaan ide. Tidak mungkin

kreativitas pembangunan dapat terealisir, jika hanya dilakukan pemerintah atau

hanya oleh masyarakat. Bentuk kerja sama ini diawali dengan kesepakatan

bersama antara pemerintah dan masyarakat. Kemudian, pemerintah dapat

membentuk kerja sama dengan investor dalam dan luar negeri dengan harus

memiliki keteguhan prinsip. Keteguhan prinsip berarti memiliki niat atau

Page 13: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

kemauan yang kuat untuk melaksanakan pembangunan Nusa Penida dan

bermanfaat bagi daerah itu dan seisi alam di sana.

Pengembangan Wisata Wilayah Pesisir Nusa Penida

Gambar 9 Nusa Penida

Seperti gambar peta yang kita lihat diatas potensi wilayah pesisir nusa

penida sangatlah besar.Adapun langkah – langkah pengembangan wisata yang

kami anggap tepat di wilayah pesisir Nusa Penida ini agar tidak hanya disebut “a

hidden paradise” adalah sebagai berikut.

1. Membangun infrastruktur yang mendukung di kawasan pesisir Nusa

Penida, seperti: pembangunan tempat - tempat peristirahatan sehingga para

wisatawan bisa menikmat liburannya , tidak seperti keadaan yang kita

temui sekarang, para wisatawan hanya berdiam di “ponton” saja,

2. Menyediakan tempat-tempat hiburan seperti yang terdapat di kawasan

wisata lainnya.Adapun tempat-tempat hiburan yang dapat dibangun adalah

Hardrock Cafe,Planet Surf,serta tempat-tempat yang menyediakan pernak-

pernik khas wilayah pesisir Nusa Penida,

3. Menyediakan Guide (Pemandu Wisata) yang menguasai multi bahasa

serta mengenal wilayah Nusa Penida,sehingga wisatawan dapat mengenal

wilayah pesisir Nusa Penida secara menyeluruh,

4. Menambah sarana wisata air seperti : speedboat,snorkling,diving,dst.

Page 14: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

Pengelolaan Sumber Daya Laut

Menurut pandangan kami di dalam pengelolaan sumber daya laut

diperlukan adanya KKL (Kawasan Konservasi Laut). Kawasan Konservasi Laut

(KKL) telah terbukti menjadi alat yang efektif untuk perlindungan keragaman

hayati laut dan pengelolaan pemanfaatan sumber daya yang lestari, khususnya

untuk perikanan dan pariwisata. Keberhasilan pengelolaan KKL juga berdampak

nyata pada peningkatan kunjungan wisata yang berdampak langsung pada

perekonomian lokal.

KKL tersusun dari beberapa zona peruntukkan dalam usaha

mengakomodasi berbagai tingkatan pemanfaatan sumber daya di setiap zona.

Zona larang-ambil (no-take zone), yang masih bisa dimanfaatkan untuk kegiatan

pariwisata, memberikan perlindungan yang baik bagi sumbe daya ikan dan sangat

diperlukan sebagai penyedia sumber ikan bagi daerah penangkapan di sekitarnya.

Zona ini juga memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman

sumberdaya hayati. Zona lainnya dalam KKL memungkinkan,memperbolehkan

pengambilan sumberdaya dengan alat yang tidak merusak habitat organisme laut

dan melalui perijinan yang diatur dengan prinsip daya dukung sumberdaya.

Perairan Nusa Penida dinilai salah satu contoh lokasi yang sangat unik dan

tepat untuk dijadikan Kawasan Konservasi Laut. Nusa Penida terletak pada batas

barat-selatan segi-tiga karang dunia (Coral Triangle) yang sering diartikan sebagai

pusat keanekaragaman sumber daya hayati laut di bumi.

Keberadaan ikan mola-mola dan manta merupakan dua jenis

keanekaragaman sumber daya hayati unik dan langka yang perlu mendapat

penanganan serius. Ikan ini menjadi favorit para penyelam dunia dan sangat sulit

dijumpai di perairan lain.Pengelolaannyapun perlu diperhatikan untuk tetap

melestarikan keberadaan ikan yang sangat langka ini.Menurut pandangan kami

adapun langkah-langkah untuk pengelolaan ekosistem laut ikan mola-mola dan

manta ini adalah :

1. Larangan perburuan secara liar seperti menggunakan racun,dan bahan

peledak ataupun bahan – bahan lain yang dapat merusak ekosistem ini.

Page 15: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

2. Larangan pembuangan sampah sembarangan di kawasan pesisir wilayah

ini karena dapat mencemari perairan dimana ikan tersebut berkembang

biak.

3. Menjaga,memellihara,melindungi,serta membuat suatu peraturan yang

mengikat kepada masyarakat dan para pengunjung agar wilayah ini dapat

terlindungi dari suatu pencemaran.

Sebagian besar pantai Nusa Penida dimanfaatkan sebagai ladang budi daya

rumput laut yang pernah menjadi sumber utama mata pencaharian masyarakat

setempat. Selain itu, kini Nusa Penida juga berkembang sebagai pusat kegiatan

pariwisata pantai dan laut di Bali. Akomodasi dari berbagai kepentingan ini sangat

sesuai untuk disatukan dalam bentuk perencanaan Kawasan Konservasi Laut

untuk melindungi sumber mata pencaharian masyarakat.

Ancaman kerusakan lingkungan perairan Nusa Penida harus diselamatkan.

Salah seorang tokoh masyarakat setempat mengatakan saat ini banyak kapal besar

semacam pukat harimau yang menangkap ikan di perairan Nusa Penida.

Akibatnya, sebagian besar nelayan di lima desa daerah pesisir Nusa Penida yang

berprofesi sebagai nelayan banyak terlilit hutang pada rentenir. Para rentenir kini

mengikat nelayan kecil dengan menyediakan perahu, jaring, sampai bahan bakar

perahu.

Nusa Penida berdekatan dengan dua pulau kecil yakni Nusa Lembongan

dan Nusa Ceningan yang juga ramai dikunjungi turis. Banyak kapal pesiar kecil

yang memanfaatkan potensi bahari perairan ini seperti Quick Silver, Bali Hai, dan

Bounty Cruise. Ironisnya, Nusa Penida masih dianggap daerah miskin dan banyak

warganya yang bekerja di luar daerah.

Dengan dasar hukum UU No. 5/1990, pemerintah Indonesia telah

menetapkan dan mengelola luas total KKL mencapai sekitar 5,6 juta ha.

Pemerintah melalui Departemen Kelautan dan Perikanan bahkan menyatakan

keinginan untuk menambah luas KKL di Indonesia mencapai 10 juta ha pada

tahun 2010 dan 20 juta ha pada tahun 2020.

Strategi Perbaikan Kawasan Pesisir Nusa Penida

1. Empowerment versus Planning Wilayah Pesisir (Coastal Zone)

Page 16: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

Pulau Nusa Penida sebagai wilayah pesisir (Coastal Zone) merupakan

kawasan yang mempunyai karakteristik serta problema yang unik dan kompleks.

Kompleksitas di wilayah pesisir ini ditandai pula dengan keberadaan berbagai

pengguna serta berbagai entitas pengelola wilayah pesisir yang mempunyai

kepentingan dan cara pandang yang berbeda mengenai pemanfaatan sumber daya

alam di wilayah Nusa Penida. Dengan memahami karakteristik wilayah pesisir

yang sarat dan rentan dengan problema yang unik serta kompleks, maka strategi

pengembangan kawasan pesisir Nusa Penida harus mengikuti model perencanaan

pengembangan kawasan terkini yang selalu berorientasi pada perencanaan

berbasis masyarakat. Tetapi, bagaimana peran masyarakat itu diterjemahklan

selalu menjadi persoalan yang sangat rumit. Masyarakat lokal sebagai penghuni

kawasan pesisir memang sangat unik. Introduksi model-model perencanaan harus

dilaksanakan secara hati-hati.

Untuk itu perlu diperhatikan tiga tingkatan peran masyarakat yaitu:

1. Peran Filosofis

2. Peran Konseptual

3. Peran Teknis

Pada kebanyakan model perencanaan yang mengusung perencanaan

partisipatif, peran-peran tersebut telah dimanipulasi dan diisolasi hanya pada

tingkatan yang ketiga saja yaitu pada peran teknis. Coba kita pahami ketiga

tingkatan peran masyarakat tersebut:

1. Peran Filosofis

Pada tingkatan ini, pengakuan dan penghormatan terhadap cara

pandang masyarakat lokal terhadap ruang kelautan harus dilakukan

dalam rangka perumusan konsep-konsep perencanaan yang kelak akan

merubah tatanan dan wajah fisik tata ruang dimana saat ini mereka

hidup. Perubahan-perubahan fisik hendaknya tidak berubah apalagi

mencabut akar makna ruang kelautan bagi masyarakat lokal kawasan

pesisir. Cara pandang mistisisme dan naturalisme hendaknya tidak

dinegasi atau ditenggelamkan atas nama cara pandang fungsionalisme

yang sangat rentan pada intervensi atau pemaksaan cara pandang

eksternal terhadap cara pandang masyarakat local. Sering terjadi

Page 17: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

manipulasi atau pembelokan kepentingan-kepentingan luar atas nama

kepentingan masyarakat lokal.

2. Peran Konseptual

Pada tingkatan ini para planner yang diterjunkan ke tengah-tengah

masyarakat lokal kawasan pesisir harus mampu membaca dan

mengkonstruksikan konsep-konsep hubungan antar kelompok (kluster)

masyarakat, kepentingan-kepentingan, tabu-tabu dan keberatan-

keberatan, serta seting naturalis hubungan antar penghuni lokal dengan

ruang natularnya. Dalam konteks dan tingkatan ini konsep-konsep

perencanaan yang muncul harus mengarah pada misi untuk

menganyam dan memperkuat jaringan-jaringan kluster sistem nilai

(sosial, ekonomi, budaya dan keruangan) yang telah hidup dan eksis

dalam waktu yang panjang. Konsep-konsep perencanaan hendaknya

tidak membuat perubahan ruang kelautan menjadi asing bagi

masyarakat local penghuni kawasan pesisisr.

3. Peran Teknis

Peran teknis yang dimaksud adalah peran kasat mata masyarakat lokal

dalam proses pembuatan rencana pembangunan kawasan pesisir

dimana mereka hidup. Peran ini sangat penting dalam rangka

mengajak masyarakat lokal dapat mengetahui, merasakan dan

membayangkan perubahan-perubahan ruang hidupnya di masa

mendatang.

Pemanfaatan dan peruntukan kawasan pesisir Kecamatan Nusa Penida saat

ini hanya sebatas untuk Kawasan Pariwisata, berdasarkan Peraturan daerah

Provinsi bali Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi bali ditetapkan nama-nama Kawasan Pariwisata serta Obyek dan daya

Tarik Wisata Khusus (ODTWK) di Provinsi Bali, yang mana kawasan pariwisata

Kabupaten Klungkung ditetapkan 7 (tujuh) kawasan pariwisata yang semuanya

terdapat di Kepulauan Nusa Penida yaitu meliputi : Desa Suana, Batununggal,

Ped, Toyapakeh, Sakti, Lembongan dan Desa Jungutbatu. Dari 7 (tujuh) desa

yang ditetapkan sebagai kawasan pariwisata tersebut, hanya 1 (satu) desa sebagai

kawasan pariwisata yang bukan kawasan pesisir yaitu Desa Sakti.

Page 18: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

Untuk meminimize permasalahan yang muncul akibat Pemanfaatan dan

peruntukan kawasan pesisir yang tidak berpihak pada kepentingan dan

empowerment masyarakat lokal, maka pentingnya sikap dan tindakan yang

diperlukan bagi aktor dalam kegiatan managemen sumber daya alam dan

lingkungan yang terintergrasi (Born dan Margerum, 1995). Born dan Margerum

menekankan diperlukannya tiga pendekatan pokok dalam proses pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan yang terintegrasi, yaitu inclusiveness,

interaction dan strategic. Inclusiveness, merupakan pendekatan proses

perencanaan dan pengelolaan yang berpandangan secara menyeluruh dan luas

yang melihat fungsi, peran dan tindakan serta kaitan antar faktor-faktor internal

pokok (di dalam wilayah pesisir), maupun keterkaitan antara faktor internal

dengan faktor eksternal di dalam ekosistem yang lebih luas di luar wilayah

kendali (kontrol) pengelolaan. Walupun demikian, pendekatan ini tidak

mensyaratkan untuk memasukkan seluruh faktor perencanaan, namun lebih

dibatasi pada faktor pokok/kunci yang terkait.

Disamping itu perencanaan dan pengelolaan yang terintegrasi,

mensyaratkan adanya interaksi yang terus menerus diantara berbagai stakeholders

(aktor-aktor yang dapat mempengaruhi proses maupun hasil

perencanaan/pengelolaan secara berarti) di dalam proses pengelolaan. Interaksi

tersebut dilakukan melalui proses pertukaran informasi, konsultasi, maupun

negosiasi dan tawar menawar. Untuk dapat mencapai proses negosiasi serta tawar

menawar pihak-pihak yang saling berselisih (konflik) harus mempunyai kekuatan

politik (political power dan support) yang secara relatif berimbang. Oleh

karenanya, secara implisit pendekatan yang secara interaktif ini menyarankan

proses pemberdayaan bagi golongan-golongan marginal yang dapat dengan

mudah tergusur dari wilayah pesisir oleh rekyasa pihak-pihak yang mempunyai

kekuatan yang lebih besar.

Pendekatan yang bersifat strategis di dalam perencanaan dan pengelolaan

yang terintegrasi menekankan pada 2 (dua) hal pokok yaitu:

1. Secepatnya mengarah atau berfokus pada isu-isu pokok atau kunci

2. Berorientasi pada program-program aksi.

Page 19: Pengembangan,Pengelolaan,Dan Perbaikan Wilayah Pesisir Nusa Penida

Secara tidak langsung, pendekatan ini menekankan pada proses reduksi

(reduction process) yang tertuju pada isu-isu kunci dan tidak secara panjang lebar

membahas isu dan masalah bukan pokok. Pendekatan strategis mengarah pada

program-program aksi, artinya proses perencanaan pengembangan wisata wilayah

pesisir (coastal zone) haruslah berorientasi pada pelaksanaan (implementasi).

Perencanaan yang berorientasi pada implementasi adalah merupakan suatu proses

perencanaan dimana setiap pada tahapnya selalu mempertimbangkan

kemungkinan-kemungkinan dapat atau tidaknya usulan-usulan yang disajikan

untuk dapat dilaksanakan berdasar kondisi teknis, ekonomis, sosial, fisik

lingkungan, administratif dan politik yang melingkupinya.