pengenalan alat laboratorium
DESCRIPTION
PENGENALAN ALAT LABORATORIUMTRANSCRIPT
PENGGUNAAN PERALATAN GELAS SEBAGAI ALAT UKUR
(Makalah PAL)
Oleh
Eka Nurhasanah
1317021021
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai macam alat gelas, yang memiliki fungsi beragam, sebagai tempat
penyimpanan, sarana pemindah, alat proses dan analisis dan sebagai alat pengukur
atau menakar volume. Mengukur atau menakar benda cair dengan akurasi tinggi
menggunakan peralatan gelas bukanlah perkara yang mudah. Adapun aspek yang
harus dipertimbangkan anatara lain:
a. Sifat zat cair yang akan diukur
b. Jumlah zat yang dibutuhkan
c. Jenis alat gelas yang digunakan
d. Teknik membaca skala peralatan yang digunakan
Peralatan gelas merupakan alat ukur yang rata-rata digunakan untuk mengukur
volume. Peralatan gelas tersebut anatara lain gelas beaker, gelas ukur, labu ukur, labu
Erlenmeyer, pipet volume dan lainnya.
Dalam percobaan ini akan dilakukan percbaan mengenai penggunaan peralatan gelas
sebagai alat ukur untuk mengetahui alat gelas yang cocok dalam mengukur zat cair
dalam jumlah tertentu, dan untuk membandingkan ketelitian beberapa alat gelas.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Memilih alat gelas yang tepat untuk mengukurzat cair dalam jumlah tertentu
2. Menentukan volume suatu cairan secara akurat
3. Membandingkan ketelitian beberpa alat ukur gelas khususnya labu ukur dan
gelas beker.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Macam-macam Alat Ukur
a. Labu ukur
Tersedia dalam berbagai ukuran : 25ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml, 2000
ml. Dimana alat ini mempunyai ketelitian lebih tinggi dari pada gelas ukur dan gelas
beker.
Fungsi : Untuk mendapatkan larutan zat tertentu yang nantinya
hanya digunakan dalam ukuran yang terbatas hanya sebagai
sampel dengan penggunaan pipet.
Cara penyimpanan :Disimpan dalam lemari kaca dengan
keadaan kering dan tertutup.
Cara kerja :Sebelum digunakan labu ukur terlebih dahulu
dicuci menggunakan sabun agar zat-zat yang tidak dibutuhkan
dapat terlarut dan akhirnya terbuang, labu ukur harus dalam
keadaan kering.
Cara Penggunaan:
Ada beberapa langkah dalam mempersiapkan suatu larutan dengan molaritas tertentu:
Zat terlarut ditimbang teliti ke dalam sebuah labu volumetri ( labu ukur ).
Ditambahka air suling.
Campuran digoyang melingkar ( diolek ) untuk melarutkan zat terlarut
Setelah ditambahkan air lagi, digunakan pipet tetes untuk menambahkan air
dengan hati – hati sampai volume permukaan cairan tepat berimpit dengan tanda
lingkaran pada leher labu.
Labu disumbat dan kemudian dikocok agar larutan seragam.
b. Gelas Kimia/ Gelas beaker
Tersedia berbagai ukuran gelas beker diantaranya: 50 ml, 100 ml, 250 ml, 500 ml,
1000 ml, dan 2000 ml.
Fungsi : Digunakan untuk menggaduk,mencampur dan
memanaskan cairan yang biasanya digunakan dalam
laboratorium. Sebagai tempat mereaksikan bahan kimia,
membuat larutan, untuk menempatkan larutan, menampung
bahan kimia berupa larutan, padatan, pasta ataupun tepung,
melarutkan bahan dan memanaskan bahan
Cara penyimpanan :Ditempatkan dalam lemari kaca yang tertutup.
Cara kerja :Beaker glass biasa digunakan untuk membuat
larutan-larutan seperti larutan HCl, NaOH, asam sulfat dan
sebagainya. Dalam membuat larutan dengan beaker glass harus
diperhatikan K3nya, yaitu apabila membuat larutan asam encer
maka didalam beaker glass diletakkan sejumlah aquades
tterlebih dahulu kemudian dimasukkan sejumlah asam sesuai
dengan perhitungan takaran. Yang dimaksud dengan takaran
disini adalah seberapa banyak asam yang akan di pipet untuk
membuat suatu larutan dengan konsentrasi tertentu. Beaker
glass yang berfungsi sebagai pemanas, maksudnya adalah
beaker glass digunakan untuk memeanaskan bahan atau larutan,
misalnya memanaskan aquades untuk membuat larutan NaOH.
c. Labu Erlenmeyer (Erlenmeyer Flask)
Terdapat beberapa pilihan berdasarkan volume cairan yang dapat ditampungnya
yaitu 25 ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 300 ml, 500 ml, 1000 ml, dsb.
Fungsi : untuk menampung larutan, bahan atau cairan
yang. Labu Erlenmeyer dapat digunakan untuk meracik dan
menghomogenkan bahan-bahan komposisi media, menampung
akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, sebagai tempat
mereaksikan bahan kimia, untuk menempatkan larutan yang
akan dititrasi, sebagai wadah media untuk pertumbuhan
mikroba.
d. Gelas ukur (Graduated Cylinder)
Pada saat mengukur volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan
berdasarkan meniskus cekung larutan. Gelas ukur mempunyai bentuk seperti pipa
yang mempunyai kaki / dudukan sehingga dapat ditegakkan. Pada bibir atas
terdapat bibir tuang untuk memudahkan dalam menuang larutan atau cairan. Gelas
ukur terbuat dari gelas, tetapi tersedia juga yang terbuat dari plastik tahan bahan
kimia. Pada badannya terdapat skala dan di bagian atas terdapat tulisan yang
menyatakan kapasitas gelas ukur tersebut.
Fungsi :Berguna untuk mengukur volume suatu cairan,
seperti labu erlenmeyer, gelas ukur memiliki beberapa
pilihan berdasarkan skala volumenya.
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diambil dari hasil percobaan ini adalah beaker glass, labu ukur,
labu Erlenmeyer dan gelas ukur dapat digunakan dalam mengukur zat cair dalam jumlah
tertentu. Namun alat ukur yang memiliki ketelitian yang tinggi dan lebih akurat untuk
mengukur zat cair adalah dengan menggunakan labu ukur. Tingkat kesalahan alat gelas
antara labu ukur dan gelas beker adalah 6,25%.
DAFTAR PUSTAKA
http://rifqisalafuddin.wordpress.com/2012/03/01/data-inventaris-laboratorium-biologi/ .
Diakses pada tanggal 13 Oktober 2014 pada pukul 15.00 WIB
MENGENAL PERALATAN PENGOLAHAN
(Makalah PAL)
Oleh
Eka Nurhasanah
1317021021
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
PEMBAHASAN
Macam-macam Peralatan Pengolahan
a. Hot plate stirrer dan Stirre bar
Hotplate merupakan piringan panas yang di gunakan untuk menghomogenkan suatu
larutan secara lebih cepat dengan suhu dan stirrer adalah magnet pengaduk yang
mengaduk pada hotplate.
Hot plate stirrer stirrer
Fungsi :untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan.
Cara Kerja :Pelat (plate) yang terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan
sehingga mampu mempercepat proses homogenisasi. Pengadukan dengan bantuan
batang magnet. Hot plate dan magnetic stirrer seri SBS-100 dari SBS® misalnya
mampu menghomogenkan sampai 10 L, dengan kecepatan sangat lambat sampai 1600
rpm dan dapat dipanaskan sampai 425oC. Alat ini di gunakan untuk membuat larutan
stok, dan sebelum bekerja perlu di hitung dahulu jumlah padatan atau larutan pekat
yang diperlukan, sehingga perlu di timbang. Jumlah mol zat dalam larutan bergantung
pada konsentrasi dan volumenya. Satuan konsentrasi yang umum di pakai adalah
molar (m). kemolaran suatu zat adalah jumlah mol zat dalam tiap liter larutan
(Syukri,1999).
Cara kerja :
Siapkan hot plate magnitik stirrer
Siapkan bahan nutrisi yang akan dicampur/ diramu sesuai dengan kebutuhan
Masukkan nutrisi kedalam Erlenmeyer
Letakkan Erlenmeyer dan kapsul pengaduk di atas hot plate magnetic stirrer
Nyalakan dengan menekan tombol “on”
Putar tombol untuk mengatur kecepatan putaran kapsul pengaduk pada
Erlenmeyer
Biarkan ramuan tersebut bercampur sampai homogen dan mendidih
Putar panel pengatur kecepatan putar kearah kiri sehingga kapsul magnetic
berhenti
Matikan alat dengan menekan tombol “off”:
Angkat Erlenmeyer dengan menggunakan lap
Bersihkan alat, sehingga dalam keadaan siap pakai.
Prinsip kerja :
Pengadukan dan pemanas yang dihasilkan oleh alat ini bersumber pada energi
listrik.
Besarnya kecepatan pengaduk dan pemanasan dapat diatur berdasarkan
keperluan.
b. Shaker
Fungsi :untuk mengaduk larutan zat sehingga terbentuk
larutan yang homogen.
Prinsip kerja :prinsip kerja alat ini ialah dengan
meletakkan tabung erlenmeyer di atas wadah shaker,
kemudian menyalakan shaker untuk mengocok larutan yang
ada di dalam tabung erlenmeyer.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yan dapat diambil dari percobaan ini adalah untuk
menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan dan dengan prinsip
pengadukan dan pemanas yang dihasilkan oleh alat ini bersumber pada energi
listrik serta besarnya kecepatan pengaduk dan pemanasan dapat diatur
berdasarkan keperluan. Pada sampel menggunakan permen yang dimasukkan
dalam hot plate sterer dengan suhu 50 derajat celcius dengan skala pengadukan 2
memerlukan waktu selama 14 menit untuk menghomogenkannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/19/teknik-pengenalanpenyiapan-dan-
penggunaan-alat-laboratorium-mikrobiologi/ . Diakses pada tanggal 10 Oktober 2014 pada
pukul 13.00 WIB
MENGENAL PERALATAN ANALITIK
(Makalah PAL)
Oleh
Eka Nurhasanah
1317021021
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
PEMBAHASAN
2.1 Macam-macam Peralatan Analitik
a. Luxmeter
Fungsi :Luxmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengukur kuat penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau
daerah tertentu.
Prinsip Kerja :
Alat ini didalam memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format
digital. Alat ini terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel.
Sensor tersebut diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur intenstasnya.
Cahaya akan menyinari sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto
menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang
dihasilkan pun semakin besar.
Sensor yang digunakan pada alat ini adalah photo diode. Sensor ini termasuk
kedalam jenis sensor cahaya atau optic. Sensor cahaya atau optic adalah sensor yang
mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya, pantulan cahaya ataupun bias
cahaya yang mengenai suatu daerah tertentu. Kemudian dari hasil dari pengukuran
yang dilakukan akan ditampilkan pada layar panel.
Berbagai jenis cahaya yang masuk pada luxmeter baik itu cahaya alami atapun
buatan akan mendapatkan respon yang berbeda dari sensor. Berbagai warna yang
diukur akan menghasilkan suhu warna yang berbeda,dan panjang gelombang yang
berbeda pula. Oleh karena itu pembacaan yang ditampilkan hasil yang ditampilkan
oleh layar panel adalah kombinasi dari efek panjang gelombang yang ditangkap
oleh sensor photo diode.
Pembacaan hasil pada Luxmeter dibaca pada layar panel LCD (liquid Crystal
digital) yang format pembacaannya pun memakai format digital. Format digital
sendiri didalam penampilannya menyerupai angka 8 yang terputus-putus. LCD pun
mempunyai karakteristik yaitu Menggunakan molekul asimetrik dalam cairan
organic transparan dan orientasi molekul diatur dengan medan listrik eksternal.
Adapun bagian- bagian dari alat lux meter adalah sebagai berikut :
Gambar Lux Meter
Fungsi bagian- bagian alat ukur :
Layar panel : Menampilkan hasil pengukuran
Tombol Off/On : Sebagai tombol untuk menyalakan atau mematikan alat
Tombol Range : Tombol kisaran ukuran
Zero Adjust VR : Sebagai pengkalibrasi alat (bila terjadi error)
Sensor cahaya : Alat untuk mengkoreksi/mengukur cahaya.
Cara Kerja :
Bila intensitas cahaya di tempat tersebut cukup menekan x1 atau x10. Namun bila tidak
bereaksi dilakukan alternatif lain dengan menutup ½ atau ¼ bagian dari alat
tersebut.Menghitung intensitas dengan melihat skala x2 (bila ½).
Cara Penggunaan :
Dalam mengoperasikan atau menjalankan lux meter amat sederhana. Tidak serumit alat
ukur lainnya, dalam penggunaannya yang harus benar- benar diperhatikan adalah alat
sensornya, karena sensornyalah yang kan mengukur kekuatan penerangan suatu cahaya.
Oleh karena itu sensor harus ditempatkan pada daerah yang akan diukur tingkat
kekuatan cahayanya (iluminasi) secara tepat agar hasil yang ditampilkan pun akuarat.
Adapun prosedur penggunaan alat ini adalah sebagai berikut :
1. Geser tombol ”off/on” kearah On.
2. Pilih kisaran range yang akan diukur ( 2.000 lux, 20.000 lux atau 50.000 lux)
pada tombol Range.
3. Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan daerah
yang akan diukur kuat penerangannya.
4. Lihat hasil pengukuran pada layar panel.
Cara Penyimpanan :
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam perawatan alat ini adalah sensor cahaya yang
bersifat amat sensitif. Dalam perawatannya sensor ini harus diamankan pada temapat
yang aman sehingga sensor ini dapat terus berfungsi dengan baik karena sensor ini
merupakan komponen paling vital pada alat ini.
Selain dari sensor, yang harus diperhatikan pada alat ini pun adalah baterainya. Jikalau
pada layar panel menunjukan kata ” LO BAT” berarti baterai yang digunakan harus
diganti dengan yang baru. Untuk mengganti baterai dapat dilakukan dengan membuka
bagian belakang alat ini (lux meer) kemudian mencopot baterai yang habis ini, lalu
menggantinya dengan yang dapat digunakan. Baterai yang digunakan pada alat ini
adalah baterai dengan tegangan 9 volt, tetapi untuk tegangan beterai ini tergantung pada
spesifikasi alatnya. Apabila hasil pengukuran tidak seharusnya terjadi, sebagai contoh
diruangan yang dengan kekuatan cahaya normal setelah dilakukan pengukuran ternyata
hasilnya tidak normal maka dapat dilakukan pengkalibrasian ulang dengan
menggunakan tombol ”Zero Adjust”.
Cara Pembacaan :
Pada tombol range ada yang dinamakan kisaran pengukuran. Terdapat 3 kisaran
pengukauran yaitu 2000, 20.000, 50.000 (lux). Hal tersebut menunjukan kisaran angka
(batasan pengukuran) yang digunakan pada pengukuran. Memilih 2000 lux, hanya
dapat dilakukan pengukuran pada kisaran cahaya kurang dari 2000 lux. Memilih 20.000
lux, berarti pengukuran hanya dapat dilakukan pada kisaran 2000 sampai 19990 (lux).
Memilih 50.000 lux, berarti pengukuran dapat dilakukan pada kisaran 20.000 sampai
dengan 50.000 lux. Jika Ingin mengukur tingkat kekuatan cahaya alami lebih baik baik
menggunakan pilihan 2000 lux agar hasil pengukuran yang terbaca lebih akurat.
Spesifikasi ini, tergantung kecangihan alat.
Apabila dalam pengukuran menggunakan range 0-1999 maka dalam pembacaan pada
layar panel di kalikan 1 lux. Bila menggunakan range 2000-19990 dalam membaca
hasil pada layar panel dikalikan 10 lux. Bila menggunakan range 20.000 sampai 50.000
dalam membaca hasil dikalikan 100 lux.
b. Soil tester
Fungsi : Mengukur pH kelembaban tanah
Cara Penyimpanan : Lemari Kaca yang tertutup
Cara Kerja :
1) Menancapkan ujung alat runcing ke dalam tanah hingga sel-selnya terbenam
dalam tanah dan membiarkan beberapa saat.
2) Melihat skala besar/atas untuk penentuan pH tanah.
3) Menekan tombol yang berada di samping alat untuk menentukan
kelembaban tanah setelah dibiarkan beberapa saat dan melihat skala kecil/bawah
sebagai penunjuk kelembaban tanah.
Prinsip kerja :Masukan ujung tester ke dalam tanah,kemudian muncul hasil ph pada
kelembaban.
c. DO Meter
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan
kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam
analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini
menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar
nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus.
Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar.
Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota
air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan
pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran
parameter ini sangat dianjurkan disamping parameter lain seperti kob dan kod.
Mekanisme
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen
kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan
untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat
pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh
mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme.
Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan
kandungan dalam air. Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus
berlaku, maka kadar oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang
tersedia tidak cukup untuk menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan yang
demikian merupakan pencemaran berat pada air.
Analisis dan Pengukuran
Untuk mengukur kadar DO dalam air, ada 2 metode yang sering dilakukan:
• Metode titrasi
• Metode elektrokimia atau lebih dikenal pengukuran dengan DO-meter
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme ataupertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan
untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber
utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan
hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen
terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik.
Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme
aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk
mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang
pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen
yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana
dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan
oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada
perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk
memurnikan air buangan industri dan rumah tangga.
Sebagaimana diketahui bahwa oksigen berperan sebagai pengoksidasi dan pereduksi
bahan kimia beracun menjadi senyawa lain yang lebih sederhana dan tidak beracun.
Disamping itu, oksigen juga sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pernapasan.
Organisme tertentu, seperti mikroorganisme, sangat berperan dalam menguraikan
senyawa kimia beracun rnenjadi senyawa lain yang Iebih sederhana dan tidak beracun.
Karena peranannya yang penting ini, air buangan industri dan limbah sebelum dibuang
ke lingkungan umum terlebih dahulu diperkaya kadar oksigennya.
Komponen DO Meter
DO meter tersusun atas beberapa komponen utama yang disketsakan pada gambar di
bawah ini. Terdapat dua elektrode utama yang masing-masing berfungsi sebagai
katode dan anode. Batang katode terbuat dari logam mulia seperti emas atau platina.
Sedangkan batang anode terbuat dari bahan perak. Kedua elektrode ini terselimuti
cairan elektrolit KCl yang memiliki pH netral. Permukaan elektrode perak akan
membentuk senyawa AgCl yang sifatnya stabil, dan membuat elektrode ini memiliki
beda potensial yang tetap. Oleh karena itu anode pada DO meter ini berfungsi
sebagai elektrode referensi.
Ag + Cl- → AgCl + e-
Prinsip Kerja DO meter
Kedua elektrode DO meter yang diselimuti larutan KCl tersebut, dibungkus oleh
sebuah wadah kedap yang pada bagian ujung adalah berupa komponen penting
lainnya yaitu membran teflon. Membran ini hanya bisa dilewati oleh gas terlarut
yang ada di dalam cairan terukur. Ia tidak akan bisa dilewati oleh material lain
termasuk ion, senyawa lain, dan tentu saja padatan pengotor.
Prinsip kerja DO meter
Berdasarkan fenomena polarografi yang terjadi di antara dua elektrode katode dan
anode. Tegangan listrik negatif diberikan kepada elektrode katode. Adanya
tegangan negatif ini akan mengakibatkan reaksi kimia terjadi secara cepat antara air
dengan oksigen terlarut pada permukaan katode. Berikut adalah reaksi kimia yang
terjadi pada elektrode katode:
O2 + 2H2O + 2e- → H2O2 + OH-
H2O2 + 2e- → 2OH-
Tegangan listrik akan terus naik sampai mencapai nilai jenuhnya, yang setara dengan
sudah bereaksinya seluruh oksigen terlarut pada permukaan elektrode katode.
Tegangan listrik jenuh ini ditandai dengan hampir naiknya pembacaan arus listrik,
setelah beberapa saat diam di satu nilai meskipun nilai tegangan dinaikkan. Setelah
melewati nilai tegangan jenuh ini, arus listrik terus naik jika tegangan terus
ditambah. Naiknya nilai arus ini terjadi karena reaksi kimia lain telah terjadi,
terutama adalah reaksi pecahnya molekul air H2O menjadi ion H+ dan OH-.
Kurva Kalibrasi Pembacaan DO Meter
Pembacaan nilai oksigen terlarut didapatkan dari nilai arus listrik pada saat semua
oksigen terdifusi pada permukaan elektrode katode. Dengan kata lain, arus listrik
yang terbaca pada saat sistem mencapai tegangan jenuh, setara dengan besaran
oksigen terlarut. Dengan menggunakan metode kalibrasi linier seperti kurva di atas,
didapatkan nilai oksigen terlarut yang dicari.
Arus listrik yang kita bahas di atas tidak secara langsung merepresentasikan besarnya
kandungan oksigen terlarut yang kita ukur. Sebab, oksigen yang bereaksi pada
permukaan elektrode katode adalah oksigen yang telah menembus membran teflon
pada ujung sensor DO meter. Masuknya oksigen terlarut menembus membran ini
adalah karena adanya tekanan parsial yang dimiliki oksigen terlarut, didukung
dengan tegangan listrik negatif pada elektrode katode. Sehingga DO meter
sebenarnya adalah mengukur tekanan oksigen yang mengalir ke dalam membran.
Semakin banyak kandungan oksigen di dalam larutan, akan semakin besar tegangan
parsial oksigen, sehingga akan semakin banyak jumlah oksigen yang akan
menembus membran teflon sensor DO meter. Semakin banyaknya oksigen yang
masuk ke dalam membran, maka pembacaan arus listrik pada rangkaian sistem DO
meter menjadi semakin tinggi.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan mengenai alat ukur lux meter adalah :
1. Lux meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat penerangan (tingkat
iluminitas).
2. Alat ini bagian- bagiannya terdiri dari sebuah sensor dengan sel foto (photo diode),
dan layar panel.
3. Soil tester berfungsi untuk mengukur pH kelembaban tanah.
4. Lux meter biasa digunakan pada bidang arsitektur, industri, fotografi, biologi dan
lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://semutitempro.blogspot.com/2011/03/luxmeter.html. Diakses pada tanggal 13 Oktober
2014 pada pukul 16.13 WIB
artikel-teknologi.com/prinsip-kerja-do-meter/ Diakses pada tanggal 13 Oktober 2014 pada
pukul 16.10 WIB
http://mahendrawhephe.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-do-meter.html. Diakses
pada tanggal 13 Oktober 2014 pada pukul 15.45 WIB
PEMISAHAN BAHAN TEKNIK KROMATOGRAFI
(Makalah PAL)
Oleh
Eka Nurhasanah
1317021021
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan interaksi komponen dengan fase diam dan fase gerak, kromatografi
dibedakan menjadi kromatografi adsorpsi (kromatografi dengan teknik penyerapan
komponen oleh adsorben tertentu), kromatografi partisi (kromatografi dengan partisi
terjadi antara fase gerak dan fase diam), kromatografi pertukaran ion (kromatografi
yang dapat memisahkan senyawa dengan afinitas ion yang berbeda dengan resin
penukar ion), dan kromatografi permeasi atau filtrasi (kromatografi berdasarkan
perbedaan bobot molekul). Makalah ini hanya akan membahas tertang kromatografi
kertas yang termasuk pada jenis kromatografi cair-cair dan kromatografi partisi.
Prinsip dari kromatografi ini adalah dengan meneteskan sampel pada kertas di garis
startnya, yang kemudian kertas dimasukkan dalam pelerut jenuh dan dibiarkan
bergerak menuju garis finish. Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar
bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan. Pada bab selanjutnya
kromatografi ini akan dibahas lebih lanjut.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah mengenal teknik pemisahan pigmen
tumbuhan dengan teknik kromatografi kertas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas adalah suatu metode pemisahan campuran dari substansinya menjadi
komponen- komponennya berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fase, yaitu fase
diam dan fase gerak. Fasa diam dalam kromatografi berupa air yang terikat pada selulosa
kertas sedangkan fasa geraknya berupa pelarut organik non polar (pelarut yang sesuai).
Selulosa merupakan polimer dari gula sedehana yaitu glukosa. Rantai polimer dari
selulosa memiliki gugus hidroksil (-OH) disekeliling strukturnya. Karena memiliki gugus
-OH maka selulosa dapat berinteraksi dengan air oleh karena itu pada fase diam bersifat
sedikit polar. Didalam kertas selulosa mengandung air yang berasal dari pembuatan kertas
dan dari atmosfer. Dibawah ini adalah struktur dari selulosa. Bila digunakan fasa diam
yang lain, maka biasanya kertas akan dikeringkan, kemudian menggunakan fasa diam
seperti glikol, formamide, dan alkohol. Pelarut (eluen) yang digunakan bisa berupa
pelarut murni, atau campuran pelarut antara alkohol, asam-asam, ester, fenol dan amina.
Pemisahan pada kromatografi kertas terjadi kerena perbedaan kelarutan zat-zat dalam
pelarut serta perbedaan penyerapan (adsorbsi) kertas terhadap zat-zat yang akan
dipisahkan. Zat yang lebih larut dalam pelarut dan kurang teradsorbsi pada kertas akan
bergerak lebih cepat. Sedangkan zat yang kurang larut dalam pelarut dan lebih teradsorbsi
pada kertas akan tertinggal atau bergerak lebih lama.
2.2. Teknik Kromatografi Kertas
1. Teknik menaik (ascending), pada teknik menaik ini rembesan fasa gerak
bergerak ke atas karena efek kapiler.
2. Teknik menurun (descending), pada teknik menurun ini rembesan fasa
bergerak ke bawah yang dikarenakan efek kapiler yang juga dibantu oleh efek
gravitasi sehingga rembesan berjalan lebih cepat.
2.3. Metode Kromatografi Kertas
a. Tahap Penotolan Cuplikan
Mula-mula menyiapkan kertas kromatografi dengan ukuran tertentu. Kertas yang
digunakan memiliki susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak
sebagai tempat untuk mengalirnya fase bergerak. Lalu membuat garis awal dengan
jarak 2-3 cm dengan salah satu ujung kertas dengan menggunakan pensil. Selanjutnya
totolkan larutan cuplikan dengan menggunakan mikropipet atau pipa kapiler pada
garis awal tadi, kemudian keringkan. Misalkan Kita ingin mengetahui tinta mana yang
digunakan untuk menulis pesan. Dalam diagram pena diberi label 1, 2 dan 3 dan tinta
pesan sebagai M.
2. Tahap Pengembangan
Pada tahap ini ujung kertas kromatografi dekat garis awal yang telah berisi totolan
cuplikan dicelupkan ke dalam pelarut (pelarut untuk contoh ini misalnya etanol) yang
terdapat di dalam bejana kromatografi. Pencelupan diusahakan tidak merendam
totolan cuplikan atau garis awal. Kemudian bejananya ditutup.
Biarkan pelarut merembes melewati totolan cuplikan. Komponen-komponen cuplikan
akan terbawa oleh rembesan cuplikan. Perbedaan kelarutan komponen-komponen
cuplikan dalam pelarut akan mengakibatkan kecepatan bergerak komponen-
komponen dalam kertas juga berbeda. Perbedaan kecepatan bergerak komponen-
komponen ini lebih umum disebut migrasi deferensial. Pemisahan komponen-
komponen ini terjadi karena migrasi deferensial. Hasil pemisahan akan nampak
sebagai noda-noda berwarna pada kertas dengan jarak yang berbeda-beda dari garis
awal. Noda-noda ini selanjutnya disebut sebagai kromatogram. Perembesan pelarut
dihentikan setelah pelarut hampir mencapai ujung kertas. Pekerjaan selanjutnya
adalah memberi tanda batas gerakan pelarut, dan kemudian kertas diangkat dari cairan
pengelusi untuk seterusnya dikeringkan.
3. Tahap Identifikasi Atau Penampakan Noda
Dari contoh kromatogram yang dihasilkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
yang mengandung pewarna yang sama dengan pena yang digunakan untuk membuat
pesan adalah nomor 2. Pada kasus ini, tidak dibutuhkan pengukuran nilai , karena kita
dapat melihat secara langsung perbandingan warnanya pada kertas kromatogram.
Tetapi, bila kita menguji sampel dengan menggunakan satu kertas untuk satu sampel,
maka kita harus menghitung nilainya.
2.4. Kromatografi Kertas Dua Arah
Kromatografi kertas dua arah digunakan dalam menyelesaikan masalah pemisahan
substansi yang memiliki nilai yang sangat serupa. Pada prosesnya menggunakan dua pelarut
yang berbeda.
Misalnya kita menggunakan zat warna sebagai sampel. Prosedur yang harus
dilakukan adalah:
1. Tahap pertama
Mula-mula titik tunggal campuran ditempatkan pada salah satu ujung garis dasar. Kemudian
masukkan kedalam pelarut seperti yang sebelumnya hingga pelarut mendekati ke atas kertas.
2. Tahap kedua
Pada kromatogram, posisi depan pelarut ditandai dengan pensil sebelum kertas
mengering, diberi lebel sebagai SF1. Kemudian masukkan kedalam pelarut yang pertama,
dihasilkan titik sentral besar dalam kromatogram yaitu sebagian biru dan sebagian hijau. Dua
pewarna dalam campuran memiliki nilai yang sudah hampir sama.
3. Tahap ketiga
Menunggu kertas kering sepenuhnya, dan kemudian memutar kertas sampai 900 dan
kemudian mengembangkan kromatografi lagi di dalam suatu pelarut yang berbeda. Bintik-
bintik akan bergerak dengan jumlah yang berbeda, hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan
nilai . Jika kita ingin mengidentifikasi titik-titik dalam campuran maka kita harus menghitung
nilai nya untuk disetiap tempat, dan kemudian membandingkannya dengan nilai-nilai yang
telah diukur untuk senyawa yang dikenal dengan kondisi yang sama persis. Apabila kita
mengidentifikasinya dengan zat pembanding pada kromatogram yang sama seperti yang
dilakukan diawal dengan pena, maka kita tidak bisa mengidentifikasinya. Karena campuran
yang dipisahkan pada contoh ini terpisah menjadi empat tempat yang berbeda.
2.5. Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Aplikasi teknik pemisahan kromatografi kertas dalam kehidupan sehari-hari adalah:
a. Menentukan komponen yang terkandung dalam uang logam.
Cara kerjanya adalah pertama-tama uang logam warna kuning dan putih dicuci dan
disikat, kemudian ditambahkan dengan HCl pekat sebagai pelarut pemisah
komponen uang logam. Selanjutnya cuplikan dari tetesan tersebut ditotolkan di
kertas kromatografi bersama dengan cuplikan HCl pekat, cuplikan CuSO4, dan
cuplikan NiSO4. Fase diam pada percobaan ini adalah lapisan pelarut yang
teradsorbsi pada permukaan kertas berupa kertas kromatografi dan fase geraknya
adalah bagian dari pelarut yang berfungsi menggerakkan eluen berupa campuran n-
butanol, asam asetat glasial, dan air (untuk uang logam putih) dan campuran n-
butanol, etanol, dan amoniak 2M (untuk uang logam kuning). Pada percobaan ini,
kromatografi kertas dilakukan secara ascending diamana pelarut yang terdapat
dibawah akan bergerak keatas pada kertas yang tercelup di dalamnya. Penjenuhan
dengan uap pelarut bertujuan untuk mempercepat terjadinya elusi atau pergerakan
komponen-komponen sampel pada media kertas kromatografi.
Maka hasil akhirnya adalah untuk uang logam warna kuning cuplikan dari uang
logam tersebut memiliki nilai Rf yang hampir sama dengan cuplikan CuSO4 sehingga
dapat disimpulkan bahwa logam tersebut bahan penyusunnya adalah tembaga.
Sedangkan untuk uang logam putih tidak memiliki nilai Rf yang sama dengan CuSO4
maupun dengan NiSO4. Karena memang logam putih ini terbuat dari aluminium
maka tidak terdeteksi pada percobaan ini.
1. Menguji apakah bahan pewarna yang digunakan dalam makanan aman atu
tidak untuk dikonsumsi.
2. Menguji tinta yang digunakan pada pemalsuan dokumen, seperti surat
perjanjian, cek dan giro.
3. Menguji apakah terdapat obat terlarang dalam urin manusia.
4. Memeriksa apakah pestisida yang terdapat dalam sayuran atau bahan-bahan
masih dalam batas aman atau tidak.
5. Mengetahui kandungan asam amino tertentu dari campuran asam amino.
6. Dapat mengidentifikasikan keberadaan suatu unsur.
b. Misalnya ingin mengidentifikasi logam Ag, Pb dalam larutan pengembang
asam asetat. Caranya yaitu:
Mula-mula kertas kromatografi disiapkan, dan ditarik batas pensil kira-kira 2 cm dari
pinggir kertas. Lalu kertas dibagi menjadi empat kolom dan di beri nomor pada tiap
kolomnya. Pada kolom 1 dan 3 ditetesi dengan larutan cuplikan A dan B, kolom 2 dan
4 dengan larutan baku Ag dan Pb (II). Sementara itu larutan pengembang disiapkan
yang berisi 12,5 ml larutan asam asetat dan air. Masukkan kertas kromatografi
kedalam larutan pengembang kemudian ditutup. Selanjutnya kertas diambil dari dalam
larutan bila kertas mencapai ¾ larutan pengembang. Kemudian pada kertas diberi
tanda batas dengan menggunakan pensil dan kemudian kertas dikeringkan. Kemudian
setiap kolom digunting dan disemprotkan dengan pereaksi pengenal. Larutan Ag
dengan dikromat menghasilkan warna merah dan Pb (II) dengan KI menghasilkan
warna kuning. Setelah warna tampak, jarak perpindahan dari tiap komponen diukur
dan dihitung nilai Rf. Dari data yang telah diperoleh kita gunakan asam oksalat sebagai
pelarut. Dan diperoleh masing- masing untuk kelarutan cuplikan A dan B, serta logam
Ag dan Pb.
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Kromatografi kertas merupakan metode pemisahan berdasarkan prinsip zat terlarut
yang terdistribusi antara dua fase yang digunakan, yaitu fase diam (air yang terikat
pada selulosa kertas) dan fase gerak (pelarut yang sesuai).
2. Pemisahan pada kromatografi kertas terjadi kerena perbedaan kelarutan zat-zat
dalam pelarut serta perbedaan penyerapan (adsorbsi) kertas terhadap zat-zat yang akan
dipisahkan. Zat yang lebih larut dalam pelarut dan kurang teradsorbsi pada kertas akan
bergerak lebih cepat. Sedangkan zat yang kurang larut dalam pelarut dan lebih
teradsorbsi pada kertas akan tertinggal atau bergerak lebih lama.
3. Teknik Kromatografi Kertas ada dua macam, yaitu teknik menaik (ascending), pada
teknik menaik ini rembesan fasa gerak bergerak ke atas karena efek kapiler, dan teknik
menurun (descending), pada teknik menurun ini rembesan fasa bergerak ke bawah
yang dikarenakan efek kapiler yang juga dibantu oleh efek gravitasi sehingga
rembesan berjalan lebih cepat.
4. Metode/cara kerja dari kromatografi kertas adalah tahap pertama tahap pentotolan
cuplikan, tahap kedua tahap pengembangan dan ketiga tahap identifikasi atau
penampakan noda.
DAFTAR PUSTAKA
http://amallia-rahma.blogspot.com/2013/12/makalah-kromatografi-kertas.html. Diakses pada
tanggal 15 Oktober 2014 pada pukul13.41 WIB
TEKNIK MENGUKUR KELEMBABAN RELATIF UDARA MENGGUNAKAN
TERMOMETER
(Makalah PAL)
Oleh
Eka Nurhasanah
1317021021
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
BAB II
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelembaban udara relatif (atau RH, Relative Humidity), adalah rasio antara tekanan
uap air aktual pada temperatur tertentu dengan tekanan uap air jenuh pada temperatur
tersebut. Pengertian lain dari RH adalah perbandingan antara jumlah uap air yang
terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal
yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.
Kelembaban adalah faktor ekologis yang penting, mempengaruhi aktifitas organisme
dan membatasi penyebarannya dengan keragaman harian, serta keragaman tegak dan
mendatar. Kandungan uap air itu sendiri atau bersama-sama dengan suhu merupakan
faktor yang sangat penting yang mempengaruhi ekologi mahluk-mahluk hidup
daratan. Untuk mahluk-mahluk hidup darat, kandungan uap air harus di anggap
sebagai kelembaban dalam atmosfer, air tanah untuk tanaman sedangkan air minum
untuk hewan-hewan. Banyak hewan-hewan darat seperti moluska, amfibia, isopoda
nematoda, sejumlah serangga dan antropoda lainnya ditemukan hanya pada habitat-
habitat atmosfernya jenuh dengan air (Michael, 1994). Oleh karena itu dalam
percobaan ini akan dilakukan cara penggunaan termometer dalam menaksir
kelembaban relative udara, untuk lebih memahaminya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adlah menaksir kelembaban relatif udara pada suatu
ruangan dengan menggunakan thermometer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelembaban relatif adalah rasio yang digambarkan sebagai persentase antara tekanan
uap air aktual es terhadap tekanan uap jenuh es, pada suhu udara T tertentu.
Sedangkan suhu udara adalah jumlah panas yang terkandung di udara (Lakitan, 1994).
Kelembaban udara relatif (atau RH, Relative Humidity), adalah rasio antara tekanan
uap air aktual pada temperatur tertentu dengan tekanan uap air jenuh pada temperatur
tersebut. Pengertian lain dari RH adalah perbandingan antara jumlah uap air yang
terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal
yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama
(Kartasapoetra, 1990).
Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban
relatif. Alat untuk mengukur kelembaban disebut higrometer. Sebuah humidistat
digunakan untuk mengatur tingkat kelembaban udara dalam sebuah bangunan dengan
sebuah alat pengawalembap (dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah
termometer dan termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di
udara berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat
permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30o C (86o F), dan tidak melebihi 0,5%
pada 0o C (32o F). Kelembaban absolut mendefenisikan massa uap air pada volume
tertentu campuran udara atau gas, dan umumya dilaporka dalam gram per meter
kubik.
Kelembaban relatif (RH) dan suhu udara merupakan salah satu parameter yang
penting dalam pengukuran meteorologi. Pengukuran kelembaban relatif (RH) secara
kontinyu dan kemudahan dalam perawatan diperlukan dalam bidang perikanan dan
kelautan, antara lain: perekam data RH lingkungan pantai dan lepas pantai secara in
situ, manajemen cold storage untuk hasil perikanan tangkap, pengukuran dalam
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), analisis penyimpanan dalam
kontainer, dan dengan kandungan air di dalam udara. Udara dikatakan mempunyai
kelembaban yang tinggi apabila uap air yang diakandungnya tinggi, begitu juga
sebaliknya. Secara matematis, kelembaban dihubungkan sebagai rasio berat uap air di
dalam suatu volume udara dibandingkan dengan berat udara kering (udara tanpa uap
air) di dalam volume yang sama (Odum, 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah termometer (air
raksa/alkohol). Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah air
dan kapas.
3.2 Cara kerja
Cara kerja dalam percobaan tersebut adalah:
1. Diambil Sling psychrometer, kemudian ditarik keluar thermometer kering dan
basah dari kotak skala pada alat tersebut.
2. Dibalut salah satu ujung thermometer tersebut dengan kapas yang kering dan
dibalutkan pada pangkal thermometer.
3. Dilakukan pengamatan atau pembacaan setelah 1 menit.
4. Catat hasil pengamatan yang ditunjuk oleh thermometer. (Lakukan hal yang
sama dengan kapas yang sudah dibasahi).
5. Dilihat kelembaban relatifnya dengan melihat hasil pembacaan pada skala
yang sudah ada.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Penggunan Termometer
a. Termometer
Fungsi :Untuk mengukur suhu
Cara penyimpanan :Diletakan pada ruangan dan tempat kering.
Cara kerja :Menggantung thermometer pada suatu tempat, kemudian
melihat skalanya.
Perlakuan Suhu ( C)
Termometer dengan kapas kering 32
Termometer dengan kapas basah 30
Kelembaban relatif udara 86
Prisip kerja :Zat untuk termometer haruslah zat cair dengan sifat
termometrik artinya mengalami perubahan fisis pada saat dipanaskan atau
didinginkan ,misalnya raksa dan alkohol.
b. Pengertian Kelembaban
Kelembaban adalah faktor ekologis yang penting, mempengaruhi aktifitas organisme
dan membatasi penyebarannya dengan keragaman harian, serta keragaman tegak dan
mendatar. Kandungan uap air itu sendiri atau bersama-sama dengan suhu merupakan
faktor yang sangat penting yang mempengaruhi ekologi mahluk-mahluk hidup
daratan. Untuk mahluk-mahluk hidup darat, kandungan uap air harus di anggap
sebagai kelembaban dalam atmosfer, air tanah untuk tanaman sedangkan air minum
untuk hewan-hewan. Banyak hewan-hewan darat seperti moluska, amfibia, isopoda
nematoda, sejumlah serangga dan antropoda lainnya ditemukan hanya pada habitat-
habitat atmosfernya jenuh dengan air (Michael, 1994).
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara. Kandungan uap air
di udara (atmosfer) dapat di ukur berdasarkan beberapa cara (Planthospital, 2012):
1. Kelembaban mutlak
Menggambarkan kandungan uap air dalam satu satuan massa udara. Contoh:
kelembaban mutlak wilayah tropika umumnya lebih tinggi dari wilayah temperate.
2. Kelembaban spesifik
Menggambarkan perbandingan massa uap air yang ada di udara dengan satu satuan
massa udara. Contoh: kelembaban spesifik udara = 12 g/kg.
3. Tekanan uap air
Menggambarkan tekanan vertikal uap air dalam udara. Bila kandungan uap air terus
meningkat maka udara akan jenuh uap air dan disebut tekanan uap jenuh.
4. Kelembaban relatif/nisbi
Menggambarkan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah uap air
maksimum di udara.
Sebaran Kelembaban Udara
Sebaran-sebaran kelembaban udara dapat dibedakan menjadi (shvoong, 2012) :
a) Sebaran menurut waktu
Bila dikaitkan dengan penerimaan radiasi matahari di muka bumi maka akan ada pola
sebaran kelembaban udara yang berbeda antara siang dan malam hari. Pada siang hari
energi radiasi matahari yang cenderung kuat, akan meningkatkan suhu udara. Pada
kondisi tersebut bila tekanan uap aktual di udara tetap maka kelembaban relatif udara
akan berkurang dan begitu pula sebaliknya.
b) Sebaran menurut tempat
Kelembaban nisbi menurut tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas
udara untuk menampung uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air aktual
di suatu tempat ditentukan oleh ketersediaan air dan energi untuk menguapkannya.
Ada enam faktor yang mempengaruhi kelembaban udara di suatu tempat
(Umar, 2013) yaitu :
a) Suhu
Daerah yang memiliki suhu udara yang tinggi memiliki kelembaban rendah karena
suhu udara yang tinggi dapat mempercepat penguapan air di suatu tempat sehingga
uap air yang terkandung di tempat tersebut sangat sedikit, begitu pula pada daerah
yang memiliki suhu rendah pasti memiliki kelembaban yang tinggi.
b) Kuantitas dan kualitas penyinaran kualitas intensitas
Lamanya radiasi yang mengenai tumbuhan mempunyai pengaruh yang besar terhadap
berbagai proses fisiologi tumbuhan. Cahaya mempengaruhi pembentukan klorofil,
fotosintesis, fototropisme, dan fotoperiodisme.
c) Pergerakan angin
Semakin tinggi kecepatan pergerakan angin akan lebih mempercepat pegangkatan uap
air menggempul di udara.
d) Tekanan udara
Tekanan udara erat kaitannya dengan pergerakaan angin.
e) Vegetasi
Semakin banyak vegetasi suatu daerah semakin mempengaruhi tingkat kelembaban
suatu daerah, mengingat tanaman termasuk salah satu penghasil uap air melalaui
proses transpirasi.
f) Ketersediaan air di suatu tempat (air tanah)
Ketersedian air yang banyak pada suatu tempat menyebabkan tingkat penguapan air
ke udara meningkat.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan ini dapat diambil kesimpulan bahwa kelembaban relatif pada
laboratorium 86 derajat celcius. Ada 6 faktor yang mempengaruhi kelembaban udara di suatu
tempat yaitu suhu, kuantitas dan kulitas penyinaran, pergerakan angin, teknan udara,
vegetasi,ketersediaan air di suatu tempat. Kelembaban udara relative adalah perbandingan
antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah
uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur
yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Kartaspoetra, G. A., 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta.
Lakitan, B., 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Odum, Eugene. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Umar, M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
http://anurfadlilah.tumblr.com/post/22955101530/kelembaban-udara-relatif-di-
beberapa-tempat-berbeda. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2014 pada pukul 15.10
WIB
Planthospital. Kelembaban udara. 2012. http://planthospital.blogspot.com. Di akses
pada tanggal 13 Oktober 2014 pada pukul 15.30 WIB
Shvoong. Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Mahluk Hidup. 2012.
http://id.shvoong.com.Diakses pada tanggal 13 Oktober pada pukul 16.00 WIB
http://nartoksarif.blogspot.com/2013/05/kelembaban-relatif-udara-pada-tempat.html.
Pada tanggal 13 Oktober 2014 pukul 15.55 WIB