pengendalian intern piutang dalam ...prosedur penilaian calon debitur, 2) penjadwalan kembali, 3)...
TRANSCRIPT
1
PENGENDALIAN INTERN PIUTANG DALAM PENGELOLAAN PIUTANG MACET (STUDI KASUS PADA BANK BRI
CABANG BULUKUMBA UNIT TANAH LEMO)
SKRIPSI
A R J U N A
105730524615
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR 2020
2
PENGENDALIAN INTERN PIUTANG DALAM PENGELOLAAN PIUTANG MACET (STUDI KASUS PADA BANK BRI
CABANG BULUKUMBA UNIT TANAH LEMO)
A R J U N A
105730524615
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata 1 (S1) Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR 2020
ii
3
4
HALAMAN PENGESAHAN
SkripsiatasnamaArjuna, NIM 105730524615,
diterimadandisahkanolehpanitiaUjianSkripsiberdasarkanSuratKeputusanRektorU
niversitasMuhammadiyah Makassar, Tanggal 2020 M,
sebagaisalahsatusyaratgunamemperolehgelarSarjanaEkonomipada Program
StudiAkuntansiFakultasekonomidanBisnisUniversitasMuhammadiyah Makassar.
H Makassar,
2020 M PANITIA UJIAN
1. Pengawas Umum : Prof Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM (.........................) (Rektor Unismuh Makassar)
2. Ketua : Ismail Rasulong, SE., MM (.........................) (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
3. Sekretaris : Dr. Agus Salim HR, SE., MM (.........................) (WD 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
4. Penguji : 1. (.........................)
2. (.........................)
3
(.........................)
4.
(.........................)
5
6
MOTTO
“Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan,
mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian,
mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah
penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa
perubahan-perubahan bagi siang dan malam.”
_JALALUDIN RUMI_
vi
7
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis dedikasikan untuk ayah dan ibu;
H. Aha Muddin dan Hj. Juara Samuda
Spesial untuk kakak tercinta; Sri Hartati
dan adik-adikku; Raju Adrian dan Tri Fauziiah Astari
Teruntuk almamater Universitas Muhammadiyah Makassar,
khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis karya ini
penulis persembahkan.
vii
8
KATA PENGANTAR
SyukurAlhamdulillah, puji syukur panjatkan kepada AllahSWTyang telah
memberikankesehatan dan kekuasaan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skiripsi yang berjudul;“Pengendalian Internal Piutangdalam
Pengelolaan Piutang Macet (Studi Kasus Pada Bank BRI CabangBulukumba
Unit Tanah Lemo)”Penulis juga haturkan salam dan shalawat kepada Nabi
junjungan, pemberi rahmat bagi alam semesta yaitu baginda Rasulullah
Muhammad SAW yang telah membawa ummat keluar dari alam gelap gulita
menuju kealam yang terang benderang.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik
guna memperoleh gelar sarjana (S1)Akuntansi pada Fakultas Ekonomidan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dari awal penyusunan skripsi, faktor luar sangat membakar api semangat
penulis untuk selalu bertindak sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Penulis
hanya bisa membalas mereka dengan doa dan menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada mereka yang turut andil dalam momen skripsi ini.
Bukan berarti tanpa hambatan, karena perhatian, pengertian, dukungan
moril dan materil dari orang tua sangat menunjang penulis.Terima kasih kepada
Ayahanda H. Aha Muddin yang membesarkan dengan bingkai pendidikan.
Kepada ibunda Hj. Juar Samuda terkasih yang dari dulu hingga sekarang tak
sedikit pun mengurangi jatah kasih sayang dan motivasi kepada penulis.Harapan
viii
9
yang mereka alamatkan yang tak lekang disertai doa dan dorongan adalah
nyawa lain yang membuat penulis berambisi mewujudkan harapan mereka.
Demikian pula buat pihak yang berkontribusi selama penyusunan skripsi ini. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak.
1. Bapak Prof. Dr. Ambo Asse, M.Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar, atas segala kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menimbah ilmu di Universitas Muhammadiyah Makassar, Khususnya Jurusan
Akuntansi Falultas Ekonomi dan Bisnis.
2. Bapak Ismail Rosulong, SE., MM,Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar, atas segala kebijakan-kebijakannya
sebagai pimpinan Fakultas tempat penulis menimbah ilmu selamaini.
3. Bapak Dr.Ismail Badollahi, SE., M.Si.Ak.CA, CSP Ketua Jurusan Akuntansi,
atas segala bantuannya dalam perkuliahan dan memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis.
4. Bapak Moch. Aris Pasigai, SE., MM, Pembimbing I dan Ibu Linda Arisanti
Razak, SE., M.Si., Ak.CA, Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan
waktu dan pikiran dalam memberikan arahan, petunjuk dan motivasi kepada
penulis sejak penulisan proposal hingga penyelesaian penulisanskripsi ini.
5. Bapak, Ibu Dosen, dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Khususnya
Jurusan Akuntansi yang telah banyak membantu penulis selama melanjutkan
studi.
6. Bapak Muh. Syuaib, Kepala Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo
dan seluruh staf yang telah membantu penulis selama melakukan observasi
ix
10
penelitian, serta memberikan informasi dan pengetahuan yang berharga
kepada penulis.
7. Ucapan terima kasih atas segalah motivasi dar ikak Tuti, Kak Sri hartati,
kakak Talisman, Kakak Daeng Rewa, maupunsetiapdukungandariadik-adik
terbaik; Raju Adrian, Riandan Tri Fauziah Astari.
8. Teman- teman Jurusan Akuntansi, terima kasih atas kebersamaannya
selama kurang lebih 4 tahun dimana suka dan duka telah di lalui bersama-
sama yang tidak pernah akan terlupakan.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para peneliti selanjutnya
serta dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga kebaikan dan keikhlasan
serta bantuan dari semua pihak bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Amin.
Makassar, Oktober 2020
Penulis
x
11
ASBTRAK
ARJUNA. 2020.Pengendalian Internal Piutang dalam Pengelolaan Piutang Macet (Studi Kasus Pada Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo)di bawah arahan Pembimbing I Moch.Aris Pasigai dan Pembimbing II Linda Arisanti Razak.
Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengendalian intern piutang dalam mengelola piutang macet pada Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo.Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data penelitian menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal piutang dalam pengelolaan piutang macet yang dilakukan pada bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo meliputi; 1) penerapan prosedur penilaian calon debitur, 2) penjadwalan kembali, 3) persyaratan kembali, dan 4) penataan kembali. Upaya pengendalian piutang merupakan upaya memaksimalkan penjagaan kekayaan BRI, khususnya pada BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo.Pengendalian internal ini dilakukan melalui manajemen dan personal lainnya untuk mencapai suatau keyakinan terhadap keandalan pelaporan keuangan bank, aspek kepatuhan hukum dan mekanisme yang berlaku, dan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi operasi bank.
Kata Kunci: Pengendalian Intern, PiutangMacet
xi
12
DAFTAR TABEL
Tabel Uraian Halaman
1.1
2.1
Data KreditMacet...................................................... 5
PenelitianTerdahulu …………………………….........
5
17
4.1 Data KreditMacet ……………………………………... 35
4.2 Pejabat Pemutus Plafond Kredit Ekonomi
MakroBank BRI Cabang Bulukumba
Unit Tanah Lemo ………………………………………
40
xii
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar Uraian Halaman
2.1 Kerangka Pikir ……………………………………….. 22
4.1 Bagan Struktur Organisasi ……………………….... 30
4.2 Flowchart Piutang................................................. 42
xiii
14
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv
SURAT PERNYATAAN.................................................................... v
MOTTO ............................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiii
DAFTAR ISI ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 6
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 8
A. Pengertian Piutang ......................................................... ... 8
B. Piutang Macet................................................................... 9
C. Latar Belakang Terjadinya Piutang Macet........................ 10
D. Faktor-Faktor Penyebab Piutang Macet ..................... ..... 11
E. Penilaian Kerugian ............................................................ 14
F. Pengertian Pengendalian Internal ..................................... 15
G. Unsur-Unsur Pengendalian Internal ............................. ..... 16
H. Tujuan Pengendalian Internal atas Piutang ...................... 20
I. Landasan Empiris ............................................................. 21
J. Kerangka Pikir ................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 26
A. Jenis Penelitian .................................................................. 26
xiv
15
B. Fokus Penelitian ................................................................ 26
C. Batasan Istilah ................................................................... 26
D. Sumber Data ..................................................................... 27
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 29
A. Sejarah Singkat Perusahaan ............................................. 29
B. Hasil Analisis Data ........................................................... 38
C. Pembahasan ..................................................................... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 55
A. Kesimpulan ....................................................................... 55
B. Saran ................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 57
LAMPIRAN
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan suatu perusahaan ditinjau dari sudut pandang ekonomi adalah
untuk memporoleh keuntungan (profit oriented), untuk menjaga kelangsungan
hidup, dan kesinambungan operasi perusahaan, sehingga mampu
berkembang menjadi perusahaan yang besar dan tangguh.Kesuksesan
perusahaan dalam bisnis hanya bisa dicapai melalui pengelolaan yang baik,
khususnya pengelolaan manajemen keuangan sehingga modal yang dimiliki
bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Banksebagai salah satu lembaga ekonomi berperan penting dalam
mengembangkan perekonomian suatu negara sekarang ini sangatlah
penting.Hampir semua pihak atau sektor yang berhubungan dengan beragam
kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa perbankan.Dalam aktivitas
perbankan, adanya kegiatan pinjam meminjam sejumlah uang merupakan
suatu kegiatan yang selalu saja dilakukan.Praktek pinjam meminjam dalam
sistem perbankan mengakibatkan timbulnya pihak yang memberi pinjaman
(kreditor), yaitu bank dan pihak yang menerima pinjaman (debitor), yaitu
nasabah.
Pemberian kredit kepada nasabah, bank juga harus siap menghadapi
berbagai resiko yang akan terjadi. Sebelum pihak bank mengadakan
penyaluran kredit terhadapnasabah, ada beberapa prinsip kehati-hatian yang
harus dilakukan pihak bank melalui analisa yang akurat dan mendalam,
adanya pengawasan dan pemantauan, adanya perjanjian yang sah antara
pihak pemberi pinjaman dan yang menerima pinjaman, harus memenuhi
1
2
syarat hukum, adanya jaminan yang kuat dan dokumentasi perkreditan. Hal ini
bertujuan untuk menghindari berbagai resiko yang mungkin dapat terjadi
dalam proses pinjam meminjam. Akan tetapi secara teknis, banyak faktor tak
diduga yang menyababkan pembayaran kredit dari pihak peminjam jadi
terhambat atau macet, seperti karena kebangkrutan, kebijakan pemerintah
dan beberapa faktor lainnya yang tidak dapat dikendalikan baik dari pihak
bank ataupun dari pihak debitur seperti bencana alam.
Secara umum piutang timbul karna adanya transaksi penjualan barang
atau jasa secara kredit.Ditengah persaingan bisnis yang ketat perusahaan
dituntut untuk mampu meraih posisi pasar, sehingga perusahaan perlu
melakukan strategi penjualan secara kredit, agar jumlah penjualan meningkat.
Namun, konsekuensi dari kebijakan tersebut dapat menimbulkan
peningkatan jumlah piutang, piutang tak tertagih dan biaya-biaya lainnya yang
muncul seiring dengan peningkatan jumlah piutang.Penjualan barang ataupun
jasa merupakan sumber pendapatan perusahaan.
Perusahaan dapat melakukannya secara tunai ataupun secara kredit.
Sudah barang tentu perusahaan akan lebih menyukai transaksi penjualan
yang dapat dilakukan secara tunai, karena perusahaan akan segera
menerima kas dan kas tersebut dapat segera digunakan kembali untuk
mendapatkan pendapatan selanjutnya. Di sisilain, para konsumen umumnya
lebih menyukai bila perusahaan dapat melakukan penjualaan secara kredit,
karena pembayaran dapat ditunda. Dalam kenyataannya, penjualan kredit
pada kebanyakan perusahaan biasanya jauh lebih besar dari penjualan tunai.
Dari penjualan kredit tersebut maka akan timbul akun piutang.
3
Piutang merupakan salah satu jenis aset lancar yang tercantum dalam
neraca.Didalam piutang tertanam sejumlah ivestasi perusahaan yang tidak
terdapat pada aktiva lancar lainnya.Untuk itu pengelolaan piutang
memerlukan perencanaan yang matang, mulai dari penjualan kredit yang
menimbulkan piutang sampai menjadi kas.Investasi yang terlalu besar dalam
piutang bisa menimbulkan kecil atau lambatnya perputar modal kerja,
sehingga semakin kecil pula kemampuan perusahaan dalam meningkatkan
volume penjualan.Akibatnya semakin kecilnya kesempatan yang dimiliki
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau laba.
Peningkatan piutang yang diiringi oleh meningkatnya piutang tak
tertagih perlu mendapat perhatian. Untuk itu sebelum suatu perusahaan
memutuskan melakukan penjualan kredit, maka terlebih dahulu
diperhitungkan mengenai jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang,
syarat penjualan dan pembayaran yang diinginkan, kemungkinan kerugian
piutang dalam (piutang tak tertagih) dan biaya- biaya yang akan timbul dalam
menangani piutang.Oleh karna itu, pengendalian terhadap piutang merupakan
sesuatu yang mutlak dilakukan oleh perusahaan.
Sistem pengendalian piutang yang baik akan mempengaruhi
keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kebijakan penjualan secara
kredit. Demikian pula, kelalaian dalam pengendalian piutang bisa berakibat
fatal bagi perusahaan, misalnya banyak piutang yang tak tertagih karna
lemahnya kebijakan pengumpulan dan penagihan piutang.
Nurazizah (2018), tentang “Pengendalian Intern Piutang Dalam
Mengelola Piutang Macet (Studi Kasus pada PNPM Mandiri Kecamatan
Medang deras Kabupaten Batu Bara). Pengendalian intern piutang yang di
4
terapkan di kantor PNPM Mandiri bagian SPP Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batubara adalah tanggung ranteng dengan sanksi local dan sanksi
kekeluargaan. Kolektibilitas piutang selama tiga tahun terakhir berada pada
persentase kolektibilitas untuk kategori lancar sebesar 61,34%, kredit dalam
perhatian khusus sebesar 6,88%, kurang lancar sebesar 11,99% sedangkan
diragukan sebesar 11,7% dan yang terakhir kategori kredit macet sebesar
8,04%, dengan rata-rata nonperforming loan sebesar 32%. Persentase ini
menunjukkan bahwa piutang selama tiga tahun terakhir kurang baik dengan
kolektibilitas kredit lancarnya 61,34% dengan NPL nya berada pada kategori
risiko tinggi (high). Dengan angka persentase sebesar 32%. Dari kesimpulan
angka persentase diatas Keefektivitasan pengendalian piutangnya
berdasarkan hasil rasio kolektibilitas NPL kurang baik namun perguliran
piutangnya masih berlanjut sampai sekarang karena program SPP ini
merupakan program pemerintah yang bersifat bantuan sosial dengan visi misi
yang positif demi meningkatkan taraf hidup dengan memberikan pembiayaan
usaha untuk ibu-ibuRTM agar menjadi lebih mandiri dan produktif dalam
mengembangkan usaha dan membuka lapangan pekerjaan walaupun
kecilkecilan.
Sejalan dengan penelitian tersebut di atas, piutang juga dapat terjadi
dalam pelayanan Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo.Bank BRI
Cabang Bulukumba. Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo.Bank
BRI Cabang Bulukumba merupakan salah satu perusahaan jasa keuangan
yang beorientasi pada pemberian pelayanan keuangan kepada masyarakat.
Kegiatan usaha pada Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah
Lemosecara terarah pada aspek usaha simpan pinjam keuangan dan
5
penyaluran kredit kepada masyarakat khususnya di Kabupaten
Bulukumba.Tentunya pelayanan keuangan melalui kredit pada Bank BRI
Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo dapat menimbulkan piutang yang
memungkinkan banyak resiko, termasuk piutang macet.Piutang yang macet
membutuhkan perhatian khusus perusahaan sehingga dapat dikelola secara
baik.Hal ini terjadi terutama melalui pemberian kredit keuangan.
Proses kredit ini melibatkan dua pihak yakni yang menerima kredit dan
yang memberikan kredit, dengan demikian hutang debitur akan menimbulkan
piutang bagi pihak debitur.Berikut data pengendalian intern piutang dalam
pengelolaan piutang macet pada Bank BRI Cabang Bulukumba dilakukan
melalui usaha pencegahan maupun penanganan kredit macet sebagaimana
dapat dilihat pada data kredit macet, berikut:
Tabel 1.1 Data Kredit Macet
Tahun 2017-2019
Tahun Jumlah (Rp) Jumlah Kredit Macet
(Rp)
2017 5.399.581.489 244.000.000
2018 5.898.193.177 433.764.872
Sumber: Data Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo
Berdasarkan data diatas menunjukkan terjadinya peningkatan kredit
macet pada periode tahun 2017 dan 2018. Proses pemberian kredit ini juga
menimbulkan hak penagihan piutang. Permasalahan yang lahir dari situasi ini
dapat diperhadapkan pada resiko piutang macet.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian lebih
lanjut dengan judul “Pengendalian Intern Piutang dalam Mengelola Piutang
Macetpada Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo”.
6
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah“Apakah pengendalian intern piutang dalam
mengelola piutang macet padaBank BRI Cabang BulukumbaUnit Tanah Lemo
sudah efektif?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui keefektifan pengendalian intern piutang dalam mengelola piutang
macet pada Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan asas manfaat, sebagaimana diuraikan
berikut.
a. Manfaat Teoritis
Hasil penilitian ini di harapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan tentang faktor-faktor penyebab timbulnya piutang tak tertagih pada
perusahaan.
b. Manfaat Praktis
Sebagai salah satu persyaratan akademis untuk menyelesaikan studi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Piutang
Piutang merupakan salah satu instrumen penting dalam
pengelolaan perusahaan, piutang menunjukkan adanya klaim perusahaan
kepada pihak (perusahaan) lain akibat kejadian di waktu sebelumnya
dalam bentuk uang, barang, jasa atau dalam bentuk aktiva non kas lainnya
yang harus dilakukan penagih (collect) pada tanggal jatuh temponya.
Piutang dagang merupakan adanya janji lisan dari pembeli untuk
membayar barang atau jasa yang dijual yang penagihannya tidak lebih dari
satu periode akuntansi dan pada umumnya penjualan secara kredit
biasanya dengan syarat pembayaran (2/10, n/30), seperti piutang yang
timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Sedangkan piutang di
luar dagang merupakan adanya transaksi di luar dagang yang
mengakibatkan timbulnya tagihan pada masa yang akan datang kepada
konsumen, seperti: piutang dividen, piutang bunga, piutang sewa.
Besar kecilnya piutang sangat berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Piutang yang terlalu besar dapat membahayakan
kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini adanya resiko yang dihadapi
perusahaan yaitu adanya kemungkinan kegagalan perusahaan (Munandar,
A., Huda, N,.dan Muhajirin. 2018).
Perusahaan juga memiliki kendala dalam melakukan penagihan.
Keterlambatan pembayaran (jatuh tempo), barang yang telah dibeli
7
8
konsumen tidak ada ataupun hilang. Kendala seperti inilah yang
menyebabkan kerugian pada piutang tak tertagih.
Dengan kata lain manajemen perusahaan juga harus
mempertimbangkan resiko dari penjualan kredit yaitu adanya kemungkinan
penunggakan pembayaran hingga resiko terjadinya penumpukan piutang.
Kurangnya pengelolaan atas piutang mengakibatkan kerugian yang cukup
besar. Piutang pada dasarnya merupakan sumber pendapatan
perusahaan yang harus dikendalikan dengan sebaik-baiknya, bagi
beberapa perusahaan.
Penerapan sistem penjualan secara kredit yang dilakukan
perusahaan merupakan salah satu usaha perusahaan dalam rangka
meningkatkan volume penjualan.Undang-undang Perbankan Nomor 10
Tahun 1998 (Kasmir, 2015:115) mengungkapkan bahwa kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersembahkan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak pijaman melunasi utangnya
setelah jangka waktu dengan pemberian bunga.
B. piutang Macet
Kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang
nilainya diukur dengan uang, kemudian adanya kesepakatan antara bank
(kreditor) dengan nasabah penerima kredit (debitor), bahwa mereka
sepakat sesuai perjanjian yang telah dibuatnya (Rompa, et, al. 2018 dalam
Kasmir, 2015). Dapat disimpukan bahwa kredit adalah kesepakatan
9
pinjaman miminjan antara kedua belah pihak, berupa uang atau tagihan
yang nilainya diukur dengan nilai uang.
Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi
menimbulkan apa yang disebut dengan piutang, sehingga dengan kata lain
piutang timbul karna perusahaan menerapkan sistem penjualan secara
kredit.Setiap pemberian kredit, pasti dihadapkan kepada resiko
macet.Artinya munculnya kredit macet bukanlah hal yang mustahil.Kredit
macet merupakan permasalahan yang sering muncul baik di negara-
negara berkembang maupun di negara maju. Perusahaan besar pun risiko
macetnya kredit tetap akanada.
Menurut Martani (2012)menjelaskan piutang sebagai klaim suatu
perusahaan pada pihak lain. Hampir semua entitas memiliki piutang
kepada pihak lain baik terkait dengan transaksi penjualan. Dengan
demikian, piutang merupakan sejumlah uang hutang dari konsumen pada
perusahaan yang membeli barang dan jasa secara kredit kepada
perusahaan.
C. Latar Belakang Terjadinya Utang Piutang
Menurut Supramono (2013 : 10), perjanjian utang piutang dapat
terjadi karna dilatarbelakangi sejarah. Pada pokoknya, terjadinya perjanjian
utang piutang ada dua macam, yaitu karena murni perjanjian utang piutang
dan arena dilatarbelakangi perjanjian lain.
a. Karena murni perjanjian utang piutang
Perjanjian utang piutang yang dimaksud disini, tidak ada latar
belakang persoalan lain, dan perjanjian itu dibuat hanya semata-mata
untuk melakukan utang piutang.
10
b. Karena dilatarbelakangi perjanjian lain
Lain halnya dengan perjanjian piutang yang satu ini, terjadinya
perjanjian tersebut karena sebelumnya telah terjadi perjanjian lain.
Perjanjian sebelumnya dengan perjanjian berikutnya yaitu perjanjian
utang piutang yang kedudukannya berdiri sendiri.
D. Faktor-Faktor Penyebab Piutang Macet
Menurut Rivai (2012), faktor intern penyebab timbulnya piutang
macet adalah penyimpangan dalam melaksanakan prosedur pengkreditan,
itikad kurang baik dari pemilik, pengurus, atau pegawai bank, lemahnya
sistem administrasi dan pengawasan kredit serta lemahnya informasi
piutang macet.
Sedangkan faktor eksternal penyebab timbulnya piutang macet
adalah kegagalan usaha debitur, serta menurunnya kegiatan ekonomi dan
tingginya suku bunga kredit. Selain faktor internal dan eksternal gejala
piutang macet antara lain di sebabkan oleh:
a. Menurunnya pendapatan bersih
Turunnya pendapatan bersih dapat disebabkan oleh adanya
kenaikan biaya yang tak diimbangi dengan pendapatan yang tinggi.
b. Menurunnya penjualan secara tajam
Penjualan yang menurun adalah hal yang wajar dalam siklus hidup
perusahaan, tetapi jika penjualan tersebut mengalami penurunan yang
sangat tajam, maka hal ini menandakan bahwa pendapatan akan
menemui titik kritis.
11
c. Menurunnya perputaran persediaan
Perputaran persediaan yang cepat akan memberikan kelancaran
bagi perusahaan. Tetapi jika perputaran tersebut kecepatannya
menurun berarti banyak barang yang tidak laku, seperti perusahaan
diambang kesulitan dalam melakukan pemasaran produk.
d. Meningkatnya penjualan secara tajam
Naiknya penjualan secara tajam disebabkan perusahaan ingin
mempunyai uang secara cepat sehingga perusahaan melakukan
penjualan produknya dengan harga jual dibawah harga pokok
e. Menurunnya perputaran piutang
Lambannya proses pelunasan pelanggan dan sulitnya penagihan
akan menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan sehingga
perusahaan akan mengalami kesulitan dalam melanjutkan kegiatan
operasionalnya.
f. Menurunnya modal lancar
Turunnya modal lancar dapat di sebabkan oleh pembelian kredit,
membengkaknya hutang kepada pihak ketiga atau mungkin disebabkan
adanya pemborosan.
g. Nasabah mulai ingkar janji
h. Nasabah membuat laporan fiktif
i. Nasabah tidak terbuka
j. Nasabah menolak wawancara
Dasar pemberian kredit oleh suatu bank atau lembaga
pembiayaankepada seorang debitur adalah kepercayaan.Menurut pasal
1 ayat 11 UU No.10/1998 tentang Perubahan UU No.10/1992 tentang
12
perbankan“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga, imbalan atau pengembalian
hasilkeuntungan”.
Menurut Widiasmara, Anny. 2014 dalam I Made Sudana (2011)
Jika perusahaan memutuskan untuk memberikan kredit kepada
pelanggannya, perusahaan harus menentukan prosedur untuk
memperoleh kredit dan pelunasannya yang dituangkan dalam kebijakan
kredit , yang meliputi hal berikut:
a. Syarat penjualan
b. Analisis kredit
c. Kebijakan penagihan piutang
Kredit bermasalah atau problem loan dapat diartikan sebagai
pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor
kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali
debitur.Kredit bermasalah sering juga disebut non performing loan yang
dapat diukur dari kolektibilitasnya (Suci Andiani dalam Siamat).
Perputaran piutang mempunyai hubungan yang erat dengan kredit
yang diberikan kepada debitur.Menurut Suci Andiani dalam Riyanto
(2001:90) Perputaran piutang adalah periode terikatnya modal dalam
piutang yang tergantung kepada syarat pembayarannya.Makin lunak atau
makin lama syarat pembayarannya, berarti makin lama modal terikat pada
13
piutang, yang berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu
adalah makin rendah.
Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai
dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut (turn over
receivable), yaitu dengan membagi total penjualan kredit (netto) dengan
piutang rata-rata (Suci Andiani dalam Munawir, 2002).
E.Penilaian Kerugian
Penjualan produk secara kredit atau piutang dagang dilakukan
dengan maksud untuk menggenjot penjualan agar tercapai sesuai dengan
target yang diinginkan. Namun persoalan sering terjadi pada saat angka
penjualan kredit diperbesar menjadi seiring dengan meningkatnya piutang
ragu-ragu dan semakin besar piutang ragu-ragu maka semakin besar
permasalahan yang harus ditanggung oleh perusahaan di kemudian hari,
dan ini lebih jauh berakibat pada mengecilnya perolehan keuntungan yang
akan diterima (Fahmi, 2012 : 63)
Menurut Ariefiansyah (2013:26) mengatakan besar kecilnya piutang
dagang dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut:
a. Jumlah penjualan kredit
Semakin besar persentase penjualan kredit maka jumlah piutang
dagang juga semakin besar, begitu juga sebaliknya.Biasanya semakin
besar skala perusahaan, piutang dagang juga semakin besar, juga
sebaliknya.Perusahaan kecil biasanya belum memiliki akun piutang
usaha atau meskipun memiliki maka porsinya tidak terlalu besar.
14
b. Kebijakan perusahaan
1) Pembatasan piutang pada nilai tertentu
Perusahaan bisa saja membuat kebijakan untuk membatasi piutang
pada nominal tertentu. Kebijakan ini tentu saja akan memengaruhi
jumlah piutang dagang.
2) Pengetatan syarat piutang
Semakin longgar persyaratan piutang dagang maka pembeli atau
pelanggan akan semakin mudah berutang pada perusahaan, juga
sebaliknya.
c. Proses pengumpulan piutang dagang oleh perusahaan
Ternyata kebiasaan pelanggan juga bisa memengaruhi jumlah
piutang dagang.Ada pelanggan yang membayar sebelum deadline, ada
yang tepat saat waktu yang sudah ditentukan dan disepakati bersama,
serta ada juga pelanggan yang membayar telat melebihi waktu yang
sudah disepakati. Ketiga jenis kebisaan pelanggan tersebut akan
memengaruhi jumlah piutang dagang perusahaan
F. Pengertian Pengendalian Intern
Menurut Hery (2016), pengendalian internal adalah seperangkat
kebijakan dan prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan
dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya
informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa
semua ketentuan (peraturan) hukum/undang-undang serta kebijakan
manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh
seluruh karyawan perusahaan.
15
Pengendalian intern terhadap piutang usaha sebagai tindakan
preventif atas keselamatan piutang usaha dari adanya kemungkinan
piutangtak tertagih, keterlambatan penagihan dan penyalahgunaan
piutang oleh karyawan. Ditinjau dari cara pendekatan manajemen preventif
, makaada tiga bidang pengendalian yang umum pada titik mana
dapat diambil tindakan untuk mewujudkan pengendalian piutang. Ketiga
bidang itu adalah :
1) Pemberian kredit dagang
2) Penagihan (Collections)
3) Penetapan dan penyelenggaraan pengendalian intern yang layak
Menurut Mulyadi (2016), sistem pengendalian internal meliputi
struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikordinasikan untuk
menjaga aset organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen. Dalam buku Sistem Akuntansi menyatakan bahwa
pengendalian dibutuhkan untuk mengurangi eksposur (ancaman) terhadap
resiko. Oleh sebab itu, pengendalian yang efektif untuk mengurangi
eksposur mencakup hal-hal diantaranya pemisahan tugas dankebijakan
serta prosedur(Mulyadi 2016)
G. Unsur-unsur Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2016: 394-396), unsur pengendalian internal yang
ada dalam sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan tunai adalah
sebagai berikut:
16
a. Organisasi
Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas.Fungsi penjualan
yang merupakan fungsi operasional harus di pisahkan dari fungsi kas
yang merupakaan fungsi penyimpanan.Fungsi kas harus terpisah dari
fungsi akuntansi.
Berdasarkan unsur sistem pengendalian intern yang baik, fungsi
akuntansi harus dipisahkan dari kedua fungsi pokok yang lain : fungsi
operasi dan fungsi penyimpanan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga
kekayaan perusahaan dan menjamin ketelitian dan keandalan data
akuntansi, dengan kata lain menutup celah untuk melakukan
kecurangan oleh karyawan perusahaan yaitu dengan mengubah catatan
akuntansi, mencegah terjadinya penggunaan dana dari penjualan tunai
oleh bagian kassa untuk kepentingan pribadinya.
Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi
penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi.Tidak
ada transaksi penjualan tunai yang dilaksanakan secara lengkap hanya
oleh satu fungsi tersebut. Dengan dilaksanakannya setiap transaksi
penjualan tunai oleh berbagai fungsi tersebut akan tercipta adanya
pengecekan intern pekerjaan setiap fungsi tersebut oleh fungsi lainnya.
b. Sistem Otorisasi Dan Prosedur Pencatatan
Penerimaan order dari pembeli di otorisasi oleh faktur penjualan
dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai. Transaksi
penjualan tunai dimulai dengan diterbitkannya faktur penjualan tunai
oleh fungsi penjualan, formulir ini akan digunakan oleh fungsi
17
penerimaan kas untuk menerima pembayaran kas dan dengan formulir
ini pula fungsi pengiriman akan menyerahkan barang kepada pembeli.
Penerimaan kas di otorisasi oleh fungsi penerimaan kas
dengan cara membubuhkan cap “lunas” dan penempelan pita register
kas pada faktur tersebut. Sebagai bukti bahwa fungsi penerimaan kas
telah menerimakas dari pembeli, fungsi tersebut harus membubuhkan
cap “lunas” dan menempelkan pita register kas pada faktur penjualan
tunai.
Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan
permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit.Masalah yang
dihadapi oleh merchant dalam penjualan dengan kartu kredit dari bank
adalah penentuan bonafiditas pemegang kartu kredit.
Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan
cara membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada faktur penjualan
tunai. Cap “sudah diserahkan” yang dibubuhkan oleh fungsi
pengiriman pada faktur penjualan tunai membuktikan telah
diserahkannya barang kepada pembeli yang berhak. Dengan bukti ini
fungsi akuntasi telah memperoleh bukti yang sahih untuk mencatat
adanya transaksi penjualan tunai dengan mendebit akun kas dan
mengkredit akun hasil penjualan.
Pencatatan kedalam catatan akuntansi harus di dasarkan atas
dokumen sumber yang di lampiri dengan dokumen pendukung yang
lengkap.Catatan akuntansi harus diisi informasi yang berasal dari
dokumen sumber yang sahih (valid).
18
Pencatatan kedalam catatan akuntansi harus dilakukan oleh
karyawan yang diberi wewenang.Setiap pencatatan kedalam catatan
akuntansi harus dilakukan oleh karyawan yang diberi wewenang untuk
mengubah catatan akuntansi tersebut. Sehabis karyawan tersebut
memutakhirkan catatan akuntansi berdasarkan dokumen sumber, ia
harus mengotorisasi atau membubuhkan tanda tangan dan tanggal
pada dokumen sumber sebagai bukti telah dilakukannya pengubahan
yang dicatat dalam catatan akuntansi pada tanggal tersebut. Dengan
cara ini maka tanggung jawab atas pengubahan catatan akuntansi
dapat dibebankan kepada karyawan tertentu sehingga tidak ada
satupun perubahan data yang dicantumkan dalam catatan akuntansi
yang tidak dipertanggung jawabkan.
c. Praktik Yang Sehat
1) Faktur penjualan tunai yang tidak bernomor urut tercetak dan
pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan. Dalam
organisasi, setiap transaksi keuangan hanya akan terjadi jika telah
mendapat otorisasi dari yang berwenang.
2) Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke
bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari
kerja berikutnya. Penyetoran segera sejumlah kas yang diterima dari
penjualan tunai ke bank akan menjadikan jurnal kas perusahaan
dapat diuji ketelitian dan keandalannya dengan menggunakan
informasi dari bank yang tercantum dalam rekening Koran bank (bank
statement).
19
3) Perhitungan saldo kas yang ada ditangan fungsi kas secara periode
dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksaan intern. Penghitungan
kas secara periodik dan secara mendadak mengurangi resiko
penggelapan kas yang diterima kasir. Dalam penghitungan fisik kas
ini dilakukan pencocokan antara jumlah kas hasil hitungan dengan
jumlah yang seharusnya ada menurut faktur penjualan tunai dan bukti
penerimaan kas yang lain (misalnya bukti kas masuk).
H. Tujuan Pengendalian Internalatas Piutang
Tujuan pengendalian intern menurut COSO (committee of
Sponsoring Organizations) (Sanyoto 2007 dikuip oleh Hamel,Gary, 2013),
untuk menyediakan data yang dapat diandalkan, untuk mendorong
kepatuhan terhadap kebijakan akuntansi, untuk melindungi aset dan
catatan.
Sedangkan menurut Hery (2016), tujuan dari pengendalian internal
adalah untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa :
a. Aset yang dimiliki oleh perusahaan telah diamankan sebagaimana
mestinya dan hanya digunakan untuk kepentingan perusahaan
semata, bukan untuk kepentingan individu (perorangan) oknum
karyawan tertentu.Dengan demikian, pengendalian internal diterapkan
agar supaya seluruh aset perusahaan dapat terlindungi dengan baik
dari tindakan penyelewengan, pencurian, dan penyalahgunaan yang
tidak sesuai dengan wewenangnya dan kepentingan perusahaan.
20
b. Informasi akuntansi perusahaan tersedia secara akurat dan dapat
diandalkan.
c. Karyawan telah menaati hukum dan peraturan.
Nurazizah (2018), suatu pengendalian intern yang baik dalam
perusahaan akan memberikan keuntungan yang sangat berarti bagi
perusahaan itu sendiri, karena:
1) Dapat memperkecil kesalahan-kesalahan dalam penyajian data
akuntansi sehingga akan menghasilkan laporan yang benar.
2) Melindungi atau membatasi kemungkinan terjadinya kecurangan
dan penggelapan-penggelapan.
3) Kegiatan organisasi akan dapat dilaksanakan dengan efisien.
4) Mendorong dipatuhinya kebijakan pimpinan.
5) Tidak memerlukan detail audit dalam bentuk pengujian subtantif
atas bahan bukti atau data perusahaan yang cukup besar oleh
akuntan publik.
I. Landasan Empiris
Penelitian terdahulu merupakan acuan untuk penelitian selanjutnya,
digunakan untuk membandingkan hasil penelitian. Adapun beberapa
penelitian terdahulu yang menjadi landasan dalam melakukan penelitian ini di
antaranya disajikan dalam tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
Penelitian Judul
Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1 Wisnu Adi Hidayat (2007) (Jurnal
Faktor-faktor Kredit Macet Usaha Kecil
Perencanaan penggunaan modal,
Faktor yang berpengaruh terhadap kredit macet adalah faktor perencanaan
21
Manajemen dan Keuangan)
dan Menengah di Sentra Konveksi Ulujami Pemalang
pendapatan, pemasaran, manajemen, kebijakan pemerintah, tingkat persaingan
penggunaan modal, faktor pemasaran dan tingkat persaingan.
2 Hermanto (2006) (Jurnal Manajemen dan Keuangan)
Analisis Kredit Macet Pada PD. BPR BKK Ungaran Kab.Semarang
Itikad nasabah, penggunaan kredit, pendapatan nasabah, administrasi, ketentuan pemerintah, musibah
Faktor yang menyebabkan kredit macet yaitu salah penggunaan kredit, pengelola administrasi pembukuan nasabah (debitur), pendapatan debitur.
3 Dian Hartati (2009) (Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan)
Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha Pada PT. SFI Medan
Kualitatif deskriptif yang mengunakan pendekatan studi kasus macet
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis terhadap prosedur kerja, mulai dari mendapatkan calon debitur sampai pelunasan piutang usaha pada PT. SFI Medan diketahui bahwa manajemen perusahaan memberikan perhatian yang baik.
4 Sri Riwayati (2013) (jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan)
Analisis Pengendalian Piutang Terhadap Resiko Piutang Tak Tertagih Pada PT. Bintang Colombia
Kualitatif deskriptif yang menggunakan pendekatan studi kasus
Pengendalian piutang pada PT. Bintang Colombia telah berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan jumlah piutang tak tertagih sebesar 2,58 % pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 2,66 % dari jumlah piutangnya.
5 Rahmat Mulyana Dali dan Reza Ramdhani (2013) (Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan)
Analisis Sistem Pengendalian Intern Atas Piutang Dalam Meningkatkan Efektivitas Penerimaan Kas Pada PT. Bentara Sinergies Multifinance
Deskriptif dengan cara menguraikan secara terperinci suatu masalah dan kemudian dilakukan penelitian melalui pengumpulan data, analisis dan evaluasi data-data
Perubahaan sudah melaksanakan sistem pengendalian intern atas piutang dengan baik hal itu dapat dibuktikan dengan adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab secara tepat, adanya sistenotorisasi dan pencatatan yang tepat, adanya praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi, dan juga karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab. Maka sistem pengendalian intern yang diterapkan pada PT.
22
Bentara Sinergies Multifinance (Bess Finance) sudah cukup efektif.
6 Aris Munandar, Nurul Huda, dan Muhajirin (2018) (Jurnal Manajemen Dan Keuangan)
Analisis Piutang Tak Tertagih pada PT. Astra International Tbk
Deskriptif, dimana penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri
Berdasarkan hasil peneliitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan piutang tak tertagih rata-rata selama 5 tahun terakhir sebesar 3,36% yang berarti masuk dalam kategori besar.
7 Andi Maujung Tjodi, David Paul Elia Saerang, Meily yoke Betsy Kalalo (2017) (Jurnal EMBA)
Analisis Sistem Pengendalian Internal Piutang Usaha pada PT. Bank Sulutgo KCP Ronotana
Kualitatif dan Analisis Deskriptif
Berdasarkan analisis sistem pengendalian internal atas piutang usaha pada PT. Bank Sulutgo KCP Ranotana diperoleh bahwa sistem pengendalian internal atas piutang usaha telah berjalan dengan baik. Manajemen perusahaan telah menerapkan konsep dasar dan prinsip-prinsip pengendalian intern menurut COSO.
8 Nur Rositah, Siti Ragil Handayani (2018) (Jurnal Administrasi)
Pengaruh Beban Piutang Tak Tertagih Terhadap Return On Assets (Studi pada PT. PLN (Persero) Ditribusi Jawa Timur Area Malang pada Periode Tahun 2009-2016)
Penelitian assosiatif (hubungan) dengan pendekatan survey
Hasil penelitian menujukkan bahwa hasil uji statistik menunjukkan bahwa piutang tak tertagih berpengaruh negatif dan signifikat terhadap Return On Assets (ROA), hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji regresi linear sederhana dengan nilai koefisien -0.036, nilai negatif yang berarti ada hubungan yang berlawanan antara variabel piutang tak tertagih dengan variabel Return ON Assets (ROA).
9 Junita Stevani Wuisan (2013) (Jurnal EMBA)
Analisis Efektifitas Pengendalian Intern Piutang Lease pada PT. Finance Multi Finance Tomohon
Analisis Deskriptif
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa unsur-unsur pengendalian internal berdasarkan kerangka kerja COSO yaitu unsur lingkungan pengendalian kurang efektif karena tidak adanya komite audit yang mengwasi kinerja semua personil. Unsur penilaian resiko sudah berjalan efektif dengan adanya
23
kelayakan pemberian kredit bagi calon konsumen. Unsur aktivitas pengendalian belum berjalan efektif dimana pemisahan tugas belum dilakukan dengan baik. Pemantauan terhadap piutang tidak berjalan efektif karena tidak adanya komite audit.
10 Jeffry Rolando Taroreh, Jessy D.L Warongan, dan Treesje Runtu (2016) (Jurnal EMBA)
Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Intern Piutang pada PT. Mandiri Tunas Finance Cabang Manado
Data kualitatif yang menekankan pada segi pengamatan langsung
Berdasarkan evaluasi hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa sistem pengendalian internal terhadap piutang usaha pada PT. Mandiri Tunas Finance Cabang Manado sudah berjalan dengan cukup baik. Manajemen perudahaan telah menerapkan konsep dasar dan prinsip-prinsip pengendalian internal menurut kerangka Committee Of Sponsoring Organizations (COSO) namun masih perlu beberapa perbaikan.
24
J. Kerangka Pikir
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengendalian intern
piutang macet pada Bank BRI Cabang Bulukumba. Penjelasan tersebut dapat
digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
PT Bank BRI
Cabang Bulukumba
Pengendalian Intern Piutang
Piutang Macet
Analisis
HasilBank BRI Cabang
Bulukumba
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptifkualitatif, yaitu suatu
penelitian yang mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena,
peristiwa, gejala, dan kejadian yang terjadi secara faktual, sistematis dan
akurat.Penelitian ini bertujuan menjelaskan makna di balik realita sosial yang
terjadi.
Fenomena tersebut berupa aktivitas, hubungan, karakteristik, serta
persamaan maupun perbedaan antar fenomena. Dengan demikian, metode
penelitian ini akan digunakan untuk mengkaji fenomena gejala piutang macet
pada Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo.
B. Fokus Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, maka memilih
perusahaan sebagai obyek penelitian yaitu pada Bank BRI Cabang
Bulukumba Unit Tanah Lemo.Adapun waktu penelitian dari Januari 2020
sampai pada perampungan hasil.
C. Batasan Istilah
Batasan istilah merupakan definisi variabel-variabel dalam penelitian ini
diuraikan sebagai berikut.
1. Piutang
Piutang merupakan bentuk penjualan yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dimana pembayarannya tidak dilakukan secara tunai, namun
25
26
bersifat bertahap. Penjualan piutang artinya lebih jauh menerapkan
manajemen kredit (Fahmi, 2012 : 62)
2. Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (2016), sistem pengendalian internal meliputi struktur
organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikordinasikan untuk menjaga
aset organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendororng efesiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
D. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, sebagaimana diuraikam sebagai berikut.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian, dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung
dengan menggunakan instrumen-instrumen yang telah ditetapkan. Data
primer dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian. Dengan demikian, data primer penelitian ini diperoleh dari hasil
wawancara dengan kepala Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo.
2. Data Sekunder
Data sekunder penelitian umumnya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.Dalam penelitian ini data
sekunder didapat dari lembaga maupun perusahaan atau pihak-pihak yang
berkaitan dengan penelitian ini.
27
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Menurut Sugiyono (2015), wawancara merupakan teknik pengumpulan
data dimana pewawancara (peneliti atau yang bertugas melakukan
pengumpulan data) dalam mengumpulkan data mengajukan suatu
pertanyaan kepada yang di wawancara mengenai data yang ada sangkut
pautnya dengan masalah yang akan dibahas.
2. Dokumentasi
Menurut sugiyono (2015) dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu.Dokumen biasa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.
3. Teknik Analisis
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif
analisis dengan pendekatan studi kasus. Dalam metode ini akan diamati
secara seksama aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
yaitu bagaimanakah pengendalian intern piutang dalam mengelola piutang
macet yang di terapkan di Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo.
Data tersebut dapat berupa data primer maupun data sekunder.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
Bank Rakyat Indonesia adalah salah satu Bank yang tertua di Indonesia
yang merupakan milik negara yang memiliki sejarah yang cukup panjang.
Pada tanggal 16 Desember 1895 Raden Wiriaatmadja dan kawan kawan
mendirikan Depoerweketose Hu-en Spaarbank der Indelansche Hofden
(Bank Priyayi Purwokerto). Kemudian tahun 1896 seorang asisten Residen
Poerwokerto mendirikan Depoerwoketose Hulp Spaaren Lanbouwcrediet-
bank sebagai kelanjutan dari Depoerweketose Hu-en Spaarenbank der
Indlansche Hoofden (Suyatno, 2001)
Pada zaman tersebut dunia perbankan sudah bersaing satu sama lain
untuk mencari nasabah. Selain Bank Priyayi Purwokerto juga terdapat De
Javasche Bank yang beroperasi sebagai Bank Komersil. Pada tahun 1898
didirikan Volksbanken atau yang lebih dikenal dengan Bank Rakyat yang
didirikan atas bantuan Hindia Belanda, ketika Bank Rakyat mengalami
kesulitan, pemerintah Hindia Belanda turut campur dalam menanganinya
yaitu dengan didirikan Dienst der Volkscredietewesen (Dinas Perkreditan
Rakyat).
Selanjutnya dalam rangka mengendalikan dan mengembangkan usaha
perbankan, pada tahun 1912 pemerintahan Hindia Belanda mendirikan
Centrale Kas dibawah naungan Dapartemen Dalam Negeri yang berfungsi
sebagai Bank sentral bagi Dienst der Volkscredietewesen. Pendirian Centrale
Kas ini tidak juga membawa perubahan pada usaha perbankan, hal ini
28
29
kerena terjadi resesi dunia pada tahun 1929 sampai 1939 dan akibatnya
Volkscredietewesen tidak dapat berjalan dengan baik. Akhirnya Centrale Kas
dibubarkan. Bersamaan dengan itu didirikanlah Algemene Volkscrediet Bank
pada tahun 1934.
Algemene Volkscrediet Bank berganti nama menjadi Syoomin Ginko
(Bank Rakyat) setelah Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942.
Pergantian nama ini berlangsung pada tanggal 22 Maret 1946 melalui
peraturan pemerintah No.1 tahun 1946 Bank Rakyat tidak mau berkerja sama
dengan Belanda. Setelah perjanjian Royem Royen Bank Rakyat diaktifkan
kembali. Pada tanggal 21 April 1951 Bank Rakyat ditetapkan menjadi Bank
Menengah (ibit).
Setelah Indonesia lepas dari seluruh kolonialisme, pada bulan Agustus
1965 semua Bank milik pemerintahan dilebur menjadi satu dan diberi nama
Bank Indonesia. Dimana Bank Rakyat Indonesia masuk kedalam Bank
Indonesia Unit 2. Pada tahun 1982 Dewan direksi membentuk tim tentang
sejarah Bank Rakyat Indonesia dan menetapkan melalui surat keputusan
Direksi BRI NOKED; 67/DIR/12/1982 tentang berdirinya Bank Rakyat
Indonesia dan menetapkan bahwa pada tanggal 16 Desember 1985 sebagai
hari lahirnya.
Bank Rakyat Indonesia berkembang menjadi Bank devisa sejak tahun
1957 dan berubah status menjadi perseroan sejak tanggal 1 Juli 1992
dengan nama PT.Bank Rakyat Indonesia (persero). Sejak tahun 2003 Bank
BRI melakukan penawaran dan penjualan sahamnya kepada masyarakat dan
telah berubah statusnya menjadi PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
30
1. Visi dan Misi Organisasi
Visi dan misi Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo sesuai
visi dan misi Bank BRI (Persero) Tbk secara nasional sebagai berikut.
a. Visi
Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan
kepuasan nasabah (Customer Is a King).
b. Misi
1) Melakukan kegiatan perbankan terbaik dengan mengutamakan
pelayanan pada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang
perkembangan ekonomi masyarakat.
2) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja
yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang
propesional dengan semangat kerja BRI yaitu integritas,
propesionalisme, kepuasan nasabah, keteladanan dan penghargaan
terhadap SDM.
3) Melaksanakan praktek Good Corporate Governance secara
berkesenambungan.
4) Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
2. Jati Diri Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo
Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo dikembangkan
berdasarkan jati diri Bank BRI (Persero) Tbk. Jati diri ini merupakan
seperangkat nilai karakter yang diharapkan dapat dipedomani oleh kepala
Bank dan seluruh staf dan pegawai di lingkungan Bank BRI Secara
31
umum. Adapun jati diri Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo
diuraikan sebagai berikut.
a. Semboyan
“Swadharma Bhakti Nagara” artinya berbakti kepada negara
sesuai dengan kewajiban yang dipikul, Bank BRI memiliki tanggung
jawab kepercayaan masyarakat.
b. Motto
“Terpecaya, Kokoh dan Bersahabat”. Motto ini dapat dimaknai
sebagai usaha menjadi yang terpecaya ditengah-tengah riak
gelombang dan kemajuan zaman. Bank BRI senantiasa fitrah
perjuangannya yang diwariskan sejak masa Revolusi.
c. Pilar Budaya Kerja
Selain semboyan dan motto di atas, kinerja Bank BRI Cabang
Bulukumba Unit Tanah Lemo juga didukung dengan rumusan Pilar
Budaya Kerja, sebagai berikut.
1) Bank BRI adalah Bank umum Milik negara berstatus Perusahaan
Perseroan (Persero).
2) Bank BRI Berorientasi kepada pasar dan perkembangan
masyarakat.
3. Struktur Organisasi
Struktur orgnasasi merupakan tingkatan operasionalisasi bagian-
bagian dalam tubuh lembaga Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah
Lemo untuk memaksimalkan kinerja pelayanan yang sesuai dengan visi
dan misi Bank BRI. Hasil observasi menunjukkan bahwa Bank BRI
32
Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo sesuai dengan struktur yang
berlaku secara internal.
Struktur organisasi Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo
berbentuk garis lurus komando dari pimpinan cabang ke bawah. Masing-
masing bawahan bertanggung jawab langsung kepada pimpinan Unit
Cabang karena tidak dihubungkan dengan garis putus-putus koordinasi.
Lebih detail struktur Bank BRI Cabang Bulukumba diuraikan sebagai
berikut.
Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi
Bagan struktur organisasi Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah
Lemo tersebut di atas menjalankan tugas dan fungsi masing-masing.
Lebih detail, tugas dan fungsinya diuarikan sebagai berikut.
a. Kepala Unit Cabang
1) Memimpin kantor cabang sesuai tugas pokoknya yang diterima
dan ditetapkan serta membina kantor dalam meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat.
2) Mewakili dan menandatangani untuk masing-masing dan atas
nama bank guna menyelenggarakan urusan kantor cabang
KEPALA UNIT
MANTRI CS TELLER SATPAM ACCOUNT OFFICER
CLEANING SERVICE
33
dengan melakukan tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam
surat direksi.
3) Mengambil keputusan dalam batas wewenangnya serta
menentukan dan mengatur operasional kantor cabang sesuai
dengan kebijaksanaan pelaksanaan kantor wilayah.
4) Memelihara hubungan kerja baik dengan nama sub unit
organisasi Bank dan Instansi lainya sesuai dengan tugas pokok
cabang dalam batas-batas wewenang yang dimiliki.
5) Melaksanakan internal kontrol terhadap seluruh kegiatan
operasional pada kantor cabang BRI unit.
b. Mantri
1) Melaksanakan prosedur kredit di unit kerjanya
2) Mempelajari dan melakukan analisis terhadap potensi ekonomi di
wilayah kerjanya.
3) Mempersiapkan dan melaksanakan rencana bisnis prioritas
terhadap debitur dan mentapkan prioritas pembinaan atas debitur
yang dikelolanya.
4) Bertindak sebagai pemrakarsa atau penganalisa dan atau
perekomendasi untuk setiap permohonan kredit.
5) Melaporkan situasi dan kondisi bisnis debitur baik yang masih
lancar maupun memburuk serta memberikan usul, saran
pemecahan atau penanggulangannya (RTL) dan menindak lanjuti
RTL yang sudah di putus Kaunit.
34
c. Customer Servis
1) Memberikan penjelasan kepada nasabah atau calon nasabah
mengenai produk-produk maupun syarat-syarat serta tata cara
prosedurnya.
2) Melayani pembukaan rekening giro dan tabungan sesuai dengan
permohonan nasabah serta memberikan pelayanan percetakan
cek atau bliyet Giro dan melakukan permintaan nasabah untuk
pemblokiran, baik rekening giro maupun tabungan.
3) Melayani penutupan rekening giro atas permintaan nasabah
sendiri karena ketentuan Bank (yang telah disepakati nasabah)
maupun karena peraturan Bank Indonesia.
4) Melayani permohonan penerbitan dan pencairan deposito
berjangka dari nasabah.
5) Melayani nasabah yang butuh informasi tentang saldo dan
mutasi rekening maupun melayani nasabah yang ingin pindah ke
cabang lain.
6) Melayani nasabah dalam hal ada permintaan tembusan rekening
giro.
7) Melayani nasabah dalam hal pelayanan jasa-jasa bank seperti
transfer, inkaso, pemindahan-bukuan rekening antar nasabah,
auto save, surat refrensi Bank, dan sebagainya.
8) Melayani transaksi transfer masuk berikut melakukan
pemeriksaan kebutuhan tanda bukti dari nasabah dengan data-
data yang ada pada surat pemberitahuan kiriman uang (SPUK)
dan membubuhkan paraf pada SPUK.
35
9) Menyiapkan administrasi berupa kartu-kartu yang diperlukan
untuk pelayanan kepada nasabah, dan input data Customer
facility.
d. Teller
1) Membuat aplikasi tambahan kas awal dan menerima uang dari
supervisor.
2) Menerima uang setoran dari nasabah dan mencocokan dengan
tanda setoran.
3) Meneliti keabsahan bukti yang diterima masuk kelengkapan MCS
sebesar dibayarkan kepada yang berhak.
4) Mengesahkan dalam OLSIB dan menandatangani bukti kas atas
transaksi yang melebihi batas wewenangnya.
5) Meminta pengesahan atau flat bayar kepada pejabat yang
berwenang atas transaksi yang melebihi batas wewenangnya.
6) Mengelola dan menyetorkan uang fisik kas kepada supervisor baik
selama pelayanan kas maupun akhir hari.
7) Memelihara kerjakan register perincian sisa kas dan membayar
biaya-biaya hutang, realisasi kredit dan transaksi lainnya yang
kwitansinya telah disahkan oleh pejabat yang berwenang.
e. Satpam
1) Mengawasi seluruh wilayah Bank BRI Cabang Bulukumba Unit
Tanah Lemo mulai dari radius lokasi bank sampai dengan pintu
masuk dan ruangan dalam bank.
2) Membuka pintu, menyambut dan memberi salam dengan ramah
kepada setiap nasabah yang akan masuk dan keluar.
36
3) Memeriksa bawaan nasabah jika mencurigakan atau sikap dan
tindak-tanduk nasabah mencurigakan.
4) Menanyakan keperluan nasabah dan memberikan nomor antrian
kepada nasabah sesuai dengan keperluan nasabah.
5) Memberikan petunjuk dan arahan dengan baik pada nasabah
yang memerlukan pertanyaan dan informasi.
6) Memperhatikan seluruh kegiatan di dalam dan di luar bank dan
sigap bertindak pada pengunjung yang mencurigakan.
7) Melakukan tindakan cepat tanggap dengan mengedepankan
keamanan dan keselamatan nasabah dan pegawai bank bila ada
kejadian yang menjurus ke arah kriminal.
f. Account Officer
1) Account Officer berperan penting dalam proses pemasaran produk
kredit.
2) Bertugas mencari nasabah yang mempunyai usaha dan
memerlukan dana untuk memajukan usahanya seperti untuk
modal kerja atau stok barang dagangannya.
3) Mencari informasi nasabah yang dibutuhkan dengan cara
melakukan survei kepada nasabah yang selanjutnya menganalisis
dan mengevaluasi calon nasabah dan perkembangan usaha
nasabah
4) Melayani kebutuhan dan keluhan nasabah dalam perkembangan
usaha nasabah yang terkait dengan bank.
37
g. Cleaning Service
1) Datang lebih awal untuk malakukan pengelapan pada inventari
kantor atau benda yang ada dalam ruang lingkup kerja cleaning
service meliputi meja kursi dan semua peralatan kantor.
2) Penyapuan kantor baik di dalam maupun di luar tergantung dari
dimana Cleaning Service di tugaskan.
3) Pengepelan yaitu mengepel lantai kantor yang dianggap kotor dan
tidak higenis untuk memberikan kenyamanan.
4) Memeriksa persedian kelengkapan di toilet untuk kemudian
membersihkan dan melengkapi kembali semuanya.
5) Pembuangan sampah ketempat sampah yang diangkut oleh
petugas kebersihan atau ada tindakan lain dari Cleaning Service.
B. Hasil Analisis Data
Hasil penelitian ini mencakup data wawancara yang dilakukan dengan
informan kunci dalam penelitian. Wawancara yang dilakukan menggunakan
pedoman wawancara yang telah disediakan. Pedoman wawancara berfungsi
untuk menggali informasi berkaitan dengan tujuan penelitian. Hasil analisis
data pengendalian intern piutang dalam pengelolaan piutang macet pada
Bank BRI Cabang Bulukumba dilakukan melalui usaha pencegahan maupun
penanganann kredit macet sebagaimana dapat dilihat pada data, berikut.
Tabel 4.1 Data Kredit Macet
Tahun 2017-2019
Tahun Jumlah (Rp) Jumlah Kredit Macet
(Rp)
2017 5.399.581.489 244.000.000
2018 5.898.193.177 433.764.872
38
2019 1.130.000.000 0
Sumber: Data Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo
Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kredit macet pada
periode tahun 2017 dan 2018. Meskipun demikian, BRI Cabang Bulukumba
Unit Tanah Lemo menekan tingkat kredit macet tersebut pada tahun 2019.
Penerapan pengendalian internal dilakukan dengan memerhatikan berbagai
resiko yang akan dihadapi oleh Bank BRI Cabang Bulukumba. Pengendalian
yang telah dilakukan, diantaranya melalui tahapan sebagai berikut.
1. Prosedur Penilaian Calon Debitur
Prosedur penilaian merupakan mekanisme yang harus dipenuhi oleh
calon debitur. Hal ini menjadi salah satu mekanisme penting dan paling
mendasar dalam pemberian kredit pada Bank BRI Cabang Bulukumba
Unit Tanah Lemo. Setiap calon debitur diharuskan memenuhi tahapan
penilaian dan pengajuan proposal kreditnya serta menyiapkan segala
dokumen yang dibutuhkan, termasuk pemeriksaan keaslian dokumen
hingga kredit dikucurkan kepada debitur yang layak menerima. Kepala
Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo menjelaskan hal ini
sebagaimana kutipan wawancara sebagai berikut.
“Pemberian piutang melalui kredit di sini harus memenuhi sejumlah prosedur sebagai mekanisme dasar, karena syarat ini harus terpenuhi sehingga calon debitur dapat diketahui latar belakang dan kemampuannya. Sejumlah prosedur yang mengikat debitur berupa syarat administrasi dan pemberkasan lainnya dapad siasumsikan sebagai upaya pengendalian piutang secara internal. Oleh karena itu, proses ini sangatlah menentukan ke tahapan pengendalian lainnya” (Muh. Syuaib, 2020)
39
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa prosedur penilaian
calon debitur merupakan langkah penting yang bertujuan mengendalikan
setiap kemungkinan piutang kredit macet. Proses tersebut merupakan
serangkaian pemenuhan syarat-syarat administratif yang bertujuan
untuk memastikan kelayakan suatu kredit, diterima atau di tolak.
Dalam menentukan kelayakan suatu kredit maka dalam setiap tahap
selalu dilakukan penilaian yang mendalam. Apabila dalam penilaian ada
kekurangan maka pihak Bank dapat meminta kembali ke nasabah atau
bahkan langsung ditolak jika tidak memenuhi prosedur yang berlaku
secara internal. Kepala Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo
menjelaskan teknis pelaksanaan prosedurnya sebagai berikut.
“Teknisnya, debitur harus menyampaikan permohonan kredit dilampirkan seluruh kelengkapan administrasi yang disyaratkan. Selanjutnya akan dilakukan penyelidikan berkas pinjaman, penilaian kelayakan kredit, wawancara pertama, kemudian dilanjutkan peninjauan ke lokasi. Setelah itu akan dilakukan wawancara kedua, keputusan kredit, penandatanganan akad, dan realisasi kredit.” (Muh. Syuaib, 2020) Hasil observasi terhadap dokumen prosedur pemberian piutang pada
Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo selanjutnya dapat
diuraikan sebagai berikut.
a. Tahap Permohonan Kredit
Permohonan ini merupakan tahap pertama yakni pemohon kredit
mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam suatu proposal.
Proposal kredit harus dilampiri dengan dokumen lainnya sebagai
persyaratan. Yang perlu diperhatikan dalam setiap pengajuan proposal
40
suatu kredit hendaknya berisi keterangan tertentu. Untuk debitur
perorangan harus memenuhi sejumlah keterangan sebagai berikut.
1) Riwayat hidup calon debitur
2) Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan
pengambilan kredit
3) Besarnya kredit dan jangka waktu
4) Cara pemohon mengembalikan kredit, perlu dijelaskan secara
rinci apakah dari penghasilannya atau dengan cara lainnya.
5) Jaminan kredit, yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat
haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa palsu dan sebagainya,
biasanya setiap jaminan diikat dengan asuransi tertentu, selanjutnya
proposal dilampiri dengan berkas dan persyaratan yaitu: (a) Kartu
tanda penduduk, surat nikah dan kartu keluarga calon debitur,
KTP suami/istri calon debitur. (b) Nomor pokok wajib pajak. (c)
Keterangan penghasilan calon debitur. Dan (d) Foto copy sertifikat
yang dijadikan jaminan (apabila jaminan berupa tanah), Foto copy
bukti kepemilikan kendaraan bermotor), faktur/ kuitansi pembelian
mesin (apabila jaminan berupa mesin atau alat-alat berat)
b. Tahap Penyelidikan Berkas Pinjaman
Tahap penyelidikan berkas pinjaman dilakukan dengan tujuan
mengetahui kelengkapan berkas sesuai syarat yang ada. Jika berkas
belum lengkap sesuia syarat, maka nasabah akan diminta melengkapi
berkas yang kurang dalam batas waktu tertentu. Dalam proses
penyelidikan berkas ini juga untuk memastikan keaslian seluruh berkas
yang digunakan pemohon, kemudian bank melakukan kalkulasi jumlah
41
kredit yang diajukan pemohon relevan atau tidak dengan kemampuan
nasabah melakukan pembayaran nantinya.
c. Tahap Penilaian Kelayakan Kredit
Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo melakukan penilaian
kelayakan kredit menggunakan analisis dan studi kelayakan yang meliputi
karakter (watak), kemampuan, modal, jaminan, dan keadaan ekonomi
dari nasabah yang mengajukan permohonan kredit.
d. Tahap Wawancara Pertama
Dalam wawancara yang dilakukan kepada calon debitur dengan cara
berhadapan langsung dengan calon debitur. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan
lengkap seperti yang bank inginkan. Wawancara ini juga dimaksudkan
untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya.
Dalam wawancara ini akan dipertanyakan beberapa hal yang dilakukan
dengan serileks mungkin sehingga mendapatkan hasil wawancara yang
sesuai dengan tujuan yang diharapkan Bank. Pertanyaan yang
diajukan dilakukan dengan wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
e. Tahap Peninjauan Ke Lokasi
Setelah memperoleh keyakinan atas keabsahan dokumen dari hasil
penyelidikan dan wawancara maka langkah selanjutnya adalah
melakukan peninjauan kelokasi yang menjadi objek kredit. Kemudian
hasil peninjauan kelapangan dicocokkan dengan hasil wawancara
pertama, pada saat melakukan peninjauan ke lapangan tidak dilakukan
pemberitahuan terlebih dahulu kepada calon debitur agar apa yang dilihat
42
dilapangan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Dilakukannya
peninjauan kelapangan adalah untuk memastikan bahwa objek yang
dibiayai benar-benar ada dan sesuai dengan apa yang tertulis dalam
proposal.
f. Wawancara Kedua
Hasil peninjauan kelapangan akan dicocokkan dengan dokumen
yang ada serta hasil wawancara pertama dengan wawancara kedua.
Wawancara kedua ini merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika ada
kekurangan-kekurangan pada saat peninjauan ke lokasi. Catatan yang
ada pada permohonan saat wawancara pertama, dicocokkan pada saat
peninjauan kelokasi apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu
kebenaran atau tidak.
g. Tahap Keputusan Kredit
Setelah melalui berbagai penilaian mulai dari kelengkapan,
keabsahan dan keaslian dokumen, serta penilaian yang meliputi seluruh
aspek studi kelayakan kredit maka langkah selanjutnya adalah keputusan
kredit. Keputusan kredit pada Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah
Lemo dibuat untuk menentukan apakah kredit layak untuk diberikan atau
ditolak, jika layak, maka setiap administrasinya harus dilengkapi. Ada
beberapa hal yang mencakup dalam keputusan kredit:
(1) Akad kredit yang ditandatangani,
(2) Jumlah uang yang diterima,
(3) Jangka waktu kredit, dan
(4) Biaya lain yang harus dibayar.
43
Keputusan kredit ini dibuat berdasarkan jumlah tertentu sepenuhnya
dibuat oleh pejabat bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo yang
berwenang sebagai pejabat pemutus. Pejabat pemutus inilah yang berhak
memutuskan debitur mana yang bisa mendapatkan kredit. Adapun
pejabat-pejabat pemutus ini dapat memutuskan besaran kredit,
khususnya ekonomi mikro sesuai tabel berikut.
Tabel 4.2 Pejabat Pemutus Plafond Kredit Ekonomi Makro
Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo
No Pemutus Plafond
1 Kaunit s/d 50 Juta
2 AMBM 50 -75 Juta
3 Pimpinan Cabang 75 -100 Juta
Sumber: Wawancara dengan Kepala BRI Unit Tanah Lemo
h. Tahap Penandatanganan Akad Kredit
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit.
Sebelum kredit dicairkan, maka terlebih dahulu calon debitur
menandatangani akad kredit, kemudian mengikat jaminan kredit dengan
hak tanggungan atau Fidusia tergantung dari jenis jaminan yang
dijaminkan. Penandatanganan akad kredit dilakukan antara bank dengan
debitur secara langsung dan memalui Notaris.
i. Tahap Realisasi Kredit
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan segala surat yang
diperlukan kemudian debitur akan diarahkan untuk membuka rekening
giro atau tabungan di Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo
yang bertujuan untuk penarikan dana kredit yang dilakukan melalui
rekening tersebut. Pencairan atau pengambilan uang dari rekening
sebagai realisasi dari pemberian kredit dapat diambil sesuai dengan
44
tujuan kredit. Pencairan dana kredit tergantung dari kesepakatan bank
dengan calon debitur, apakah dana yang dicairkan diambil secara
sekaligus atau bertahap.
Saat terjadi penjualan kredit umumnya perusahaan
mengharuskan konsumen untuk membayar uang muka dahulu.
pembayaran sebagian dari harga yang telah disepakati oleh
pembeli kepada penjual. Piutang merupakan klaim kepada pihak
lain atas uang, barang, jasa yang dapat diterima dalam jangka satu
tahun atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan.
Berikut ini flowchart Penerimaan Kas dari Piutang yang
menggambarkan proses dari penerimaan piutang yang telah jatuh
tempo sampai pencatatan kas tersebut.
45
Gambar 4.2 Flowchart Piutang
Penerimaan Kas dari Piutang:
1) Kasir mengirimkan faktur ke Bagian Piutang. Bagian Piutang
melakukan pengecekan jatuh tempo piutang berdasarkan faktur
yang sudah diterimanya.
2) Apabila jatuh tempo sudah dicek, maka Bagian piutang mencatat
waktu jatuh tempo tersebut pada Schedule Umur Piutang (SUP).
3) Berdasarkan SUP tersebut, Bagian Piutang membuat Surat
Tagihan Piutang (STP) dan STP dikirimkan ke Pelanggan.
46
4) Pelanggan menerima STP, dan melakukan pembayaran pada
saat jatuh tempo. Pembayaran dikirimkan ke Bagian Piutang.
5) Bagian Piutang menerima pembayaran dari pelanggan dan
membuat faktur lunas rangkap 2. Lembar 1 dikimkan ke
Pelanggan. Lembar 2 disimpan sebagai arsip.
6) Bagian Piutang membuat Laporan Penerimaan Kas dari Piutang
rangkap 2. Lembar 1 dikirimkan ke Bagian Keuangan. Lembar 2
disimpan sebagai arsip.
Jobdesc atau Uraian Kegiatan (Operating List):
1. Pelanggan
Menerima SPT dari bagian piutang
Melakukan pembayaran ke bagian piutang
Menerima faktur lunas lembar 1 dari bagian piutan
2. Kasir
Mengirimkan faktur ke bagian piutang
3. Bagian piutang
Menerima faktur dari kasir
Melakukan pengecekan jatuh tempo dan dicatat pada
Schedule Umur Piutang (SUP)
Membuat surat tagihan piutang (STP) yang dikirimkan ke
pelanggan
Menerima pembayaran (uang) dari pelanggan
Membuat faktur lunas rangkap 2
Lembar ke-1 : dikirimkan ke pelanggan karena pelanggan
sudah membayar sejumlah utangnya pada perusahaan saat
jatuh tempo.
Lembar ke-2 : disimpan sebagai arsip untuk kepentingan
perusahaan pada bagian piutang.
Membuat laporan penerimaan kas dari piutang (LPKP)
rangkap 2:
47
Lembar ke-1 : LPKP lembar 1 dikirimkan ke bagian
keuangan
Lembar ke-2 : disimpan sebagai arsip untuk dokumen
perusahaan.
4. Bagian Keuangan
Menerima Laporan Penerimaan Kas dari Piutang (LPKP)
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa prosedur
penilaian calon debitur merupakan komponen dasar dalam pengendalian
piutang secara internal pada Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah
Lemo. Prosedur ini merupakan unsur terpenting yang dapat menjadi
mekanisme preventif terhadap resiko piutang macet. Meskipun demikia,
faktor lain dapat menjadi penyebab terjadinya piutang macet sewaktu-
waktu sehingga membutuhkan mekanisme pengendalian lainnya secara
internal.
2. Penjadwalan Kembali (Rescheduling)
Pengendalian dengan cara penjadwalan kembali dilakukan dengan
upaya penyesuaian pinjaman. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
debitur kembali mencicil pembayaran kreditnya. Dapat dijelaskan bahwa
pihak Bank BRI cabang Bulukumba memberikan perpanjangan pinjaman
dari debitur yang sedang macet, sehingga beban angsuran yang harus
dibayarkan lebih ringan berdasarkan kemampuan pembayaran yang akan
dilakukan oleh debitur. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh kepala Bank
BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo, sebagai berikut.
“Pengendalian internal yang dilakukan Bank BRI Cabang Bulukumba terhadap piutang macet atau kredit macet dilakukan sesuai prosedur yang ada. Salah satu prosedurnya yaitu dilakukan penjadwalan ulang,
48
ini merupakan evaluasi terhadap debitur yang diketahui kreditnya macet, sehingga untuk membantu dilakukanlah penyesuaian pinjaman melalui penjadwalan ulang ini. Sehingga diharapkan angsuran dari debitur lebih ringan berdasarkan kemampuan pembayarannya.” (Muh. Syuaib, 2020)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengendalian piutang macet melalui penjadwalan ulang dilakukan untuk
memastikan piutang debitur dapat diangsur kembali sehingga resiko
piutang macet dapat dikendalikan secara maksimal melalui pemberian
angsuran sesuai kemampuan peminjam. Sehingga dapat dikemukakan
bahwa pengendalian melalui penjadwalan ini merupakan evaluasi
tersendiri untuk membuat beberapa kebijakan dasar seperti perpanjangan
jangka waktu kredit, perpanjangan jangka waktu pinjaman, serta
menurunkan besaran angsuran dari besaran angsuran sebelumnya.
Kepala Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo, lebih lanjut
menjelaskan bahwa proses pelaksanaan pada tahap pertama ini
dilakukan secara persuasi kekeluargaan yaitu petugas mendatangi
debitur, menyampaikan perihal tunggakan yang macet, kemudian debitur
diberikan kesempatan beberapa hari untuk melanjutkan angsurannya
yang macet tersebut. Persuasi semacam ini merupakan bentuk dikungan
Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo untuk memaksimalkan
potensi yang dimiliki oleh masyarakat Bulukumba.
3. Persyaratan Kembali (Reconditioning)
Cara pengendalian piutang macet selanjutnya dilakukan melalui
proses pesyaratan kembali. Hal ini dilakukan untuk mengubah syarat
peminjaman termasuk dilakukannya perubahan mekanisme jadwal
49
pembayaran serta jangka waktu dan persyaratan lain yang dibutuhkan
tanpa harus menguba plafin kredit yang telah dilakukan oleh debitur Bank
BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo. Proses pesyaratan kembali ini
dijelaskan oleh Kepala Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo
sebagai berikut.
“…Persyaratan kembali dilakukan sebagai upaya pengendalian piutang macet. Selain pendekatan pertama di atas yang dilakukan secara persuasi, diterapkan pula persyaratan kembali untuk lebih melonggarkan syarat-syarat pinjaman. Jangka waktu pembayaran juga kembali ditinjau untuk kemudahan angsuran debitur melunasi pinjamannya.” (Muh. Syuaib, 2020)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa
dilakukannya persyaratan kembali dimaksudkan untuk memudahkan
debitur melunasi pinjamannya. Salah satu unsur jangka waktu juga lebih
dilonggarkan untuk memaksimalkan pembayaran. Bank BRI Cabang
Bulukumba Unit Tanah Lemo juga melakukan kapitalisasi bunga menjadi
piutang pokok serta melakukan penundaan pembayaran bunga.
“Beberapa langkah khusus pada aspek persyaratan kembali pada Bank BRI Cabang Bulukumba ini mencakup dilakukannya perpanjangan jangka waktu pelunasan secara bersyarat, termasuk penurunan suku bunga. Penagihan berkelanjutan juga akan dilakukan pada akhir pelunasan.” (Muh. Syuaib, 2020)
Pengendalian melalui langkah tersebut di atas merupakan upaya
penyelamatan piutang. Upaya ini menjadi penyelesaian hutang yang
bermasalah dengan cara mengubah sebagian atau seluruh persyaratan
pembiayaan, seperti jadwal pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu
pembayaran yang diubah agar tidak memberatkan nasabah serta
50
pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban yang
harus dibayarkan kepada bank.
4. Penataan Kembali (Restructuring)
Cara pengendalian piutang macet selanjutnya yaitu melalui upaya
penataan kembali. Melalui penataan kembali ini Bank BRI Cabang
Bulukumba melakukan rekondisi kredit. Hal ini dimaksudkan untuk lebih
meringankan tanggung jawab debitur yang mengalami kredit macet
dengan cara penambahan fasilitas kredit serta melakukan konversi
tunggakan hingga penjadwalan dan persyaratan kembali dilakukan.
Kepala Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo menjelaskan hal
ini, sebagai berikut.
“Penataan kembali dilakukan sebagai cara terakhir pengendalian secara internal. Proses ini dilakukan dengan melakukan penambahan pokok kredit debitur sehingga berjalan dengan baik. Dilakukan pula penghapusan buku dalam arti penghilangan nama debitur yang macet pada daftar debitur.” (Muh. Syuaib, 2020)
Kepala Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo lebih lanjut
menjelaskan hal ini sebagai berikut.
“Dalam melakukan penataan kembali secara teknis dengan cara bank akan melayangkan surat pemanggilan kepada debitur macet yang lebih dari tiga kali angsuran. Jika debitur tidak memenuhi pemanggilan, maka akan dilakukan pemberian surat peringatan. Kemudian dilakukan penyishan hutan dari neraca dan dilakukannya lelang aset yang dijaminkan debitur kepada bank.” (Muh. Syuaib, 2020) Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses
penataan kembali merupakan tindaklanjut dua proses pengendalian
piutang macet yang telah diuraikan sebelumnya. Secara teknis, langkah
penataan kembali merupakan cara yang lebih tegas setelah diberikannya
berbagai kelonggaran penyelesaian piutang macet kepada debitur.
51
Prosedur penerapan penataan kembali (restructuring) secara bertahap
yang dilakukan oleh Bank BRI Cabang Bulukumba ini guna memberikan
kesempatan kepada debitur untuk menyelesaikan kredit macetnya
sebelum terjadinya pelelangan Asset.
C. Pembahasan
Piutang macet merupakan salah satu masalah serius yang dihindari oleh
perbankan pada umumnya, khususnya Bank BRI Cabang Bulukumba Unit
Tanah Lemo. Jenis piutang ini dapat ditelusuri pada pemberian kredit sebagai
salah satu sumber utama bagi bank. Banyak Bank yang menyediakan
pinjaman modal usaha, salah satunya adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo.
Sebagai salah satu bank yang mengusung visi dan misi yaitu Menjadi
Bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah,
Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan
pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah untuk menunjang
peningkatan ekonomi masyarakat dan memberikan keuntungan serta
manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dari visi dan
misi tersebut terbukti bahwa sampai saat ini debitur di Bank BRI semakin
bertambah dan menyebar luas diseluruh wilayah Indonesia.
BRI adalah Bank yang banyak memberikan berbagai macam jenis kredit
seperti, kredit modal kerja, kredit program, kredit konsumtif, kredit briguna,
kredit investasi dan juga kartu kredit, yang diberikan kepada nasabah dengan
persyaratan yang lebih mudah. Kunci sukses pemberian kredit pada Bank
BRI ialah cepat, sederhana dan kualitas pelayanan yang baik. Maksud dari
cepat disini ialah cepat dalam pencairan dana guna memenuhi tuntutan bisnis
52
dengan putaran dana yang tinggi. Sederhana diartikan sebagai administrasi
dan persyaratan mudah di penuhi, namun harus tetap memenuhi standard
yang ditentukan dan pelayanan yang baik maksudnya setiap debitur akan
dilayani dengan baik dan secara merata sesuai dengan permintaan yang
diajukan.
Fenomena kemudahan pemberian kredit pada Bank BRI dapat
menimbulkan sebuah masalah, yaitu apakah Bank BRI telah melaksanakan
kehati-hatian sesuai standard atau kebijakan perkreditan Bank Indonesia.
Untuk mengetahui apakah proses pemberian kredit kepada calon debitur pada
Bank BRI telah sesuai dengan sistem pengendalian internal yang ada pada
Bank Indonesia, sehingga perlu dilakukan evaluasi pada proses pemberian
kredit tersebut. Menurut COSO (1997) strategi pemberian kredit yang
diterapkan yang ada pada Bank BRI bertujuan untuk: Pertama, Penjagaan
dan pengawasan terhadap kekayaan BRI, khususnya dibidang perkreditan
dapat berjalan dengan baik untuk menghindari penyelewengan baik dari
internal maupun eksternal. Kedua, Kebenaran data administratif di bidang
perkreditan serta penyusunan dokumen-dokumen perkreditan yang baik.
Ketiga, Peningkatan efesiensi di dalam pengelolaan operasioanal sesuai
rencana. Dan Keempat, Menjaga dan memastikan pelaksanaan
peraturan dan perundangan serta kebijakan yang telah ditetapkan dalam
buku pedoman, atau surat edaran telah dilaksanakan dengan baik.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya
pengendalian piutang sudah berjalan secara efektif, khususnya pada BRI
Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo. Pengendalian internal ini dilakukan
melalui manajemen dan personal lainnya untuk mencapai suatau keyakinan
53
terhadap keandalan pelaporan keuangan bank, aspek kepatuhan hukum dan
mekanisme yang berlaku, dan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi operasi
bank. Dengan demikian, sistem pengendalian internal terdiri dari beberapa
kebijaksanaan dan prosedur spesifikasi yang dirancang untuk memberikan
manajemen kepastian yang wajar bahwa sasaran dan tujuan penting bagi
perusahaan untuk dipenuhi. Kebijaksanaan dan prosedur ini sering kali
disebut pengendalian dan secara kolektif disebut pengendalian internal
perusahaan.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan
bahwa pengendalian intern dalam pengelolaan piutang macet pada bank BRI
Cabang Bulukumba sudah efektif sebagai pencegahan terhadap kredit macet
dengan memerhatikan berbagai resiko yang akan dihadapi oleh perbankan.
Pengendalian internal piutang dalam pengelolaan piutang macet pada
bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo yang sudah efektif tersebut
dilakukan meliputi; 1) penerapan prosedur penilaian calon debitur, 2)
penjadwalan kembali, 3) persyaratan kembali, dan 4) penataan kembali.
Pengendalian piutang merupakan upaya memaksimalkan penjagaan
kekayaan BRI, khususnya pada BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo.
Pengendalian internal ini dilakukan melalui manajemen dan personal lainnya
untuk mencapai suatau keyakinan terhadap keandalan pelaporan keuangan
bank, aspek kepatuhan hukum dan mekanisme yang berlaku, dan untuk
mencapai efektifitas dan efisiensi operasi bank.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, dapat dirumuskan beberapa
saran penelitian, sebagai berikut.
1. Pihak Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah Lemo sangat penting
untuk membuka informasi data kepada setiap peneliti dan memberikan
akses data dan informasi secara wajar selama tidak membahayakan
kerahasiaan informasi yang dimiliki oleh bank.
54
55
2. Bagi penelitian selanjutnya untuk lebih memperbanyak variabel penelitian
khususnya penelitian yang berkaitan dengan pengendalian internal
piutang macet.
3. Penelitian ini tidak terlepas dari segala kekurangan yang menyertainya.
Untuk itu, kritik dan saran sangat diharapkan sebagai bekal penelitian-
penelitian yanag akan penulis lakukan selanjutnya.
56
DAFTAR PUSTAKA
Ariefiansyah, R. Dan Miyosi M.U. 2013. 205 Tanya Jawab Tentang Utang
Piutang. Jakarta Timur : Laskar Aksara
Aminah dan Darmawijaya, A. 2015. Analysis Procedure For Credit In Efforts To Minimize Non Performing Loans On Pt. Bank Lampung. Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol.6 No. 2
Dali, R.M., dan Ramdhani, R. 2013. Analisis Sistem Pengendalian Intern Atas Piutang Dalam Meningkatkan Efektivitas Penerimaan Kas Pada PT. Bentara Sinergies Multifinance. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. No.1
Fahmi, Irfan. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Bandung : Alfabeta
Hamel, Gary. 2013. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Terhadap Piutang Pada PT Nusantara Surya Sakti. Jurnal Emba. Vo. 1, No. 3.
Hartati, Dian. 2009. Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha Pada PT. SFI Medan. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan. Vol.1 No.1
Hermanto. 2006. Analisis Kredit Macet Pada PD. BPR BKK Ungaran Kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen Dan Keuangan. Vol. No.1
Hery. 2016. Akuntansi Dasar 1 Dan 2. Jakarta : PT. Grasindo
Hidayat, W.A. 2007. Faktor-faktor Kredit Macet Usaha Kecil Dan Menengah Di Sentra Konveksi Ulujami Pemalang. Jurnal Manajemen Dan Keuangan. Vol. No.1
Martani, Dwi. dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Buku 1. Jakarta : Salemba Empat
Mulyadi. 2016. Sistem Akuntansi. Jakarta Selatan: Salemba Empat
Munandar, A., Huda, N,. dan Muhajirin. 2018. Analisis Piutang Tak Tertagih Pada PT. Astra International Tbk. Jurnal Manajemen dan Keuangan. Vol.7. No.2
Nurazizah. 2018. Pengendalian Intern Piutang Dalam Mengelola Piutang Macet (Studi Kasus Pada PNPM Mandiri Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara). Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Rivai, Veithzal, dkk. 2012. Manajemen Perbankan Dari Teori Ke Praktik. Jakarta : Rajawali Pers
Riwayati, Sri. 2013. Analisis Pengendalian Piutang terhadap Resiko Piutang Tak Tertagih Pada PT. Bintang Colombia. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan. Vol. No.1
Rompa, et, al. 2018. Analisis Pengelolaan Piutang dan Kerugian Piutang tak Tertagih pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Jurnal Riset Akuntansi Going Concern. vol. 13 No. 3.
Rosita, N., dan Handayani, S.R. 2018. Pengaruh Beban Piutang Tak Tertagih Terhadap Return On Assets (Studi Pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa
56
57
Timur Area Malang Pada Periode Tahun 2009-2016. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.60. No.1
Suci Andiani, “Analisis Tingkat Perputaran Piutang Berdasarkan Kolektibilitas Kredit
Sugiyono 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.Bandung.
Supramono. 2013. Perjanjian Utang Piutang. Jakarta : Kencana Pramedia Grup
Taroreh, J.R., Warongan, J.D.L., dan Runtu, T. 2016. Evaluasi penerapan Sistem Pengendalian Intern Piutang Pada PT. Mandiri Tunas Finance Cabang Manado. Jurnal Emba. Vol.4. No.3
Tandiyo, M.A. 2012. Annual Report Award Bermanfaat ataukah tidak bagi
investor
Tjodi, A.M., Saerang, D.P.E., dan Kalalo, M.Y.B. 2017. Analisis Sistem Pengendalian Internal Piutang Usaha Pada PT. Bank Sulutgo KCP Ranotana. Jurnal emba. Vol.5. No.2
Veralita, M. Dan Siti K. 2014. Faktor-Faktor Mempengaruhi Penyebab Piutang Tak tertagih Pada Koperasi Baitul Malwat Tamwil (BMT) Tarbiyah Palembang. STIE MDP
Widiasmara, Anny. 2014. Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha Untuk Meminimalkan Piutang Tak Tertagih (Bad Debt) Pada PT. Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk Cabang Madiun. Vol.1
Wuisan, J.S. 2013. Analisis Efektivitas Pengendalian Intern Piutang Lease Pada PT. Finance Multifinance Tomohon. Jurnal Emba. Vol.1. No.4
50
58
lampiran
59
PANDUAN WAWANCARA
PENGENDALIAN INTERN PIUTANG DALAM PENGELOLAAN PIUTANG
MACET (STUDI KASUS PADA BRI
CABANG BULUKUMBA UNIT TANAH LEMO)
A. Identitas Indorman
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan Tetap :
Jabatan :
B. Pertanyaan
1. Bagaimana gambaran pemberian piutang pada Bank BRI Cabang
Bulukumba Unit Tanah lemo?
2. Bagaimana latar belakang calon debitor yang menjadi prioritas Bank BRI
Cabang Bulukumba Unit Tanah lemo?
3. Berapa banyak jumlah debitor pada Bank BRI Cabang Bulukumba Unit
Tanah lemo saat ini?
4. Apa saja yang termasuk dalam jenis piutang macet pada Bank BRI
Cabang Bulukumba Unit Tanah lemo?
5. Apa saja jenis dan syarat pinjaman kredit pada Bank BRI Cabang
Buluumba Unit Tanah lemo?
6. Bagaimana prosedur pemberian kredit pada Bank BRI Cabang
Bulukumba Unit Tanah lemo?
7. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet pada
Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia Cabang Bulukumba Unit
Tanah lemo?
8. Upaya apa saja yang dilakukan dalam penyelesaian kredit macet pada
pada Bank BRI Cabang Bulukumba Unit Tanah lemo?
9. Berapa banyak kasus piutang macet yang belum terselesaikan hingga
saat ini?
10. Efek apa saja yang diakibatkan piutang macet pada Bank BRI Cabang
Bulukumba Unit Tanah lemo?
60
61
62
BIOGRAFI PENULIS
Arjuna, lahir di Tanah Beru tanggal 30 mei 1996 dari
pasangan Bapak H. Aha muddin dan Ibu H. Jaura
Samuda. Peneliti adalah ana dari 4 bersaudara. Peneliti
sekarang bertempat tinggal di jalan Alauddin 2
Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Pendidikan yang
telah di tempuh oleh peneliti yaitu SDN 179 Tanah Lemo lulus pada tahun
2008, SMP NEGERI 1 Bonto Bahari lulus pada tahun 2011, PKBM Panrita
Lopi Lembanna Bonto Bahari lulus pada tahun 2014. Dan mulai tahun
2015 mengikuti program S1 Akuntansi UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR sampai sekarang. Sampai dengan penulisan skripsi ini
peneliti masih terdaftar sebagai mahasiswa Program S1 Akuntansi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR.