pengetahuan ibu nifas tentang bendungan asi di...
TRANSCRIPT
PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DIRUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA KOTA KENDARI
TAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan PendidikanProgram Studi Diploma III Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH
DESI MARSALIANAP00324014009
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANANKENDARI
2017
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI RUMAHSAKIT UMUM DEWI SARTIKA KOTA KENDARI
TAHUN 2017
Diajukan Oleh:
DESI MARSALIANAP00324014009
Telah disetujui untuk dipertahankan dalam ujian Karya Tulis Ilmiah
dihadapan Tim Penguji Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Kendari Jurusan Kebidanan.
Kendari, 30 Juli 2017
Pembimbing I Pembimbing II
Hj. Nurnasari P, SKM, M.Kes Hj. Siti Zaenab, SKM, SST, M.KebNip. 195703101977102001 Nip. 196903041989032001
MengetahuiKetua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
Halijah, SKM, M.KesNip. 196209201987022002
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI RUMAHSAKIT UMUM DEWI SARTIKA KENDARI
Diajukan Oleh:
DESI MARSALIANAP00324014009
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Karya Tulis Ilmiah
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan
yang diujikan pada tanggal 30 Juli 2017.
1. Dr. Kartini, S.Si.T, M.Kes .....................................................
2. Dr. Nurmiaty, S.Si.T, MPH .....................................................
3. Hj. Syahrianti, S.Si.T, M.Kes ......................................................
4. Hj. Nurnasari P, SKM, M.Kes ......................................................
5. Hj. Siti Zaenab, SKM, SST, M.Keb ......................................................
MengetahuiKetua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
Halijah, SKM, M.KesNip. 196209201987022002
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Desi Marsaliana
Nim : P00324014009
Tempat Tanggal Lahir : Kolaka, 03 Desember 1996
Suku : Tolaki Mekongga
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : BTN Kendari Permai
Block V3 Nomor 1
B. Pendidikan
1. SD Negeri 2 Sabilambo Kab. Kolaka Sulawesi Tenggara, tamat
tahun 2008.
2. SMP Negeri 1 Kolaka Kab. Kolaka Sulawesi Tenggara, tamat
tahun 2011.
3. SMK Kesehatan Yaniar Kolaka Kab. Kolaka Sulawesi Tenggara,
tamat tahun 2014.
4. Diploma III Kebidanan Poltekkes Kendari dari tahun 2014-hingga
sekarang.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “pengetahuan
ibu nifas tentang bendungan ASI di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota
Kendari tahun 2017”.
Dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini ada banyak pihak
yang membantu, oleh karena itu sudah sepantasnya penulis dengan
segala kerendahan dan keikhlasan hati mengucapkan banyak terima
kasih sebesar-besarnya terutama kepada Ibu Hj. Nurnasari P, SKM,
M.Kes selaku Pembimbing I dan Ibu Hj. Siti Zaenab, SKM, SST, M.Keb
selaku Pembimbing II yang telah banyak membimbing sehingga karya tulis
ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini
pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Petrus, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.
2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kendari.
3. Bapak dr. H. M. Rivil Amiruddin, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit
Umum Dewi Sartika Kendari.
4. Ibu Dr. Kartini, S.Si.T, M.Kes, Ibu Dr. Nurmiaty, S.Si.T, MPH, Ibu Hj.
Syahrianti, S.Si.T, M.Kes selaku penguji dalam karya tulis ilmiah ini.
5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu
v
pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan.
6. Kedua orang tua yaitu bapak Drs. Marwan dan ibu Salma, S.Pd dan
saudara-saudaraku yaitu Yayudia Setriawati, SKM dan Tri Alif
Pratama.
7. Seluruh teman-teman D-III Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,
pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas
selama penulis menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini serta
sebagai bahan pembelajaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah
selanjutnya.
Kendari, Juli 2017
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii
BIODATA.......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR......................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ ix
Abstrak............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 7
A. Telaah Pustaka.......................................................................... 7
B. Landasan Teori.......................................................................... 23
C. Kerangka Teori.......................................................................... 24
D. Kerangka Konsep...................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 26
A. Jenis Penelitian......................................................................... 26
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 26
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 26
D. Variabel Penelitian..................................................................... 26
E. Definisi Operasional.................................................................. 27
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 28
G. Instrumen Penelitian.................................................................. 29
H. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 29
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 31
A. Hasil Penelitian.......................................................................... 31
B. Pembahasan............................................................................. 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 53
A. Kesimpulan................................................................................ 53
B. Saran......................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 55
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun
2016.................................................................................... 36
Tabel 2. Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016........ 37
Tabel 3. Karakteristik Responden..................................................... 38
Tabel 4. Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang BendunganASI di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017...........
39
Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan
ASI Berdasarkan Umur Ibu di RSU Dewi Sartika Kota
Kendari Tahun 2017........................................................... 40
Tabel 6. Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan
ASI Berdasarkan Pendidikan Ibu di RSU Dewi Sartika
Kota Kendari Tahun 2017................................................... 41
Tabel 7. Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan
ASI Berdasarkan Paritas Ibu di RSU Dewi Sartika Kota
Kendari Tahun 2017........................................................... 42
Tabel 8. Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan
ASI Berdasarkan Sumber Informasi di RSU Dewi Sartika
Kota Kendari Tahun 2017................................................... 43
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir persetujuan menjadi responden penelitian
Lampiran 2. Kuesioner
Lampiran 3. Surat izin penelitian dari Badan Riset Propinsi Sultra
Lampiran 4. Surat keterangan melakukan penelitian dari RSU Dewi
Sartika Kota Kendari
Lampiran 5. Master tabel
Lampiran 6. Output analisis data
x
ABSTRAK
PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI RUMAH SAKITUMUM DEWI SARTIKA KOTA KENDARI TAHUN 2017
Desi Marsaliana1 Nurnasari2 Siti Zaenab2
Latar belakang: Masa laktasi bertujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusifdan meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik danbenar. Salah satu masalah yang menyebabkan gagalnya pemberian ASI karenaadanya bendungan ASI. Bendungan ASI biasanya terjadi pada hari kedua hinggahari keempat masa nifas.Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan pengetahuan ibu nifas tentangbendungan ASI di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan ialah deskriptif. Sampelpenelitian adalah ibu nifas bulan Juni tahun 2017 yang berjumlah 75 orang.Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner mengenai pengetahuan tentangbendungan ASI. Data dianalisis dengan uji deskriptif.Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu nifas tentangbendungan ASI dalam kategori kurang. Ibu nifas dengan pengetahuan baikberada pada umur 20-35 tahun, berpendidikan tinggi, multipara, memperolehinformasi tentang bendungan ASI yang bersumber dari tenaga kesehatan. Ibunifas dengan pengetahuan cukup berada pada umur 20-35 tahun, berpendidikantinggi, multipara, memperoleh informasi tentang bendungan ASI yang bersumberdari media sosial dan cetak. Ibu nifas dengan pengetahuan kurang berada padaumur 20-35 tahun, berpendidikan menengah dan dasar, multipara, memperolehinformasi tentang bendungan ASI yang bersumber dari media sosial dan cetaknamun ada juga ibu yang belum pernah mendengar tentang bendungan ASI.
Kata kunci : pengetahuan, bendungan ASI
1 Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Poltekkes Kendari2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) sangat bermanfaat bagi bayi dan ibu khususnya
pemberian ASI hingga usia 6 bulan (ASI Eksklusif). Manfaat pemberian
ASI bagi bayi yaitu bayi akan tumbuh sehat, bersifat lemah lembut dan
mempunyai IQ yang tinggi (Suradi, 2015). Kandungan nutrisi yang
terdapat dalam ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga
dapat mencegah terjadinya penyakit dan kematian pada bayi (Roesli,
2014). Penelitian yang dilakukan di Belanda menyatakan bahwa
pemberian ASI Eksklusif berhubungan dengan penurunan risiko kematian
bayi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan dan gangguan
gastrointestinal (Duijts et al, 2014). Demikian pula hasil penelitian Edmond
(2016) menyatakan bahwa pemberian ASI sejak hari pertama kelahiran
bayi dapat menurunkan 16% kematian neonatal dan menurunkan 22%
kematian neonatal jika bayi disusui dalam satu jam pertama kelahiran.
Pemberian ASI Eksklusif telah direkomendasikan oleh badan
kesehatan dunia World Health Organization (WHO) sejak tahun 2001.
Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia telah diatur dalam undang-undang
diantaranya UU No. 36 tahun 2009 pasal 128 ayat 2 dan 3. Pemberian
ASI Eksklusif wajib dilaksanakan baik pada ibu bersalin. Cakupan
pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan berfluktuatif. Hasil Survey
1
2
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan cakupan
ASI eksklusif bayi 0-6 bulan sebesar 32 % naik menjadi 42% pada tahun
2012 (BKKBN, 2013). Walaupun mengalami peningkatan, namun
peningkatannya masih cukup sedikit. Cakupan pemberian ASI Eksklusif di
Sulawesi Tenggara tahun 2013 adalah sebesar 56 % (Dinkes Sultra,
2014).
Salah satu masalah yang menyebabkan gagalnya pemberian ASI
karena adanya bendungan ASI. Bendungan ASI biasanya terjadi pada
hari kedua hingga hari keempat masa nifas. Pada payudara terjadi
pembengkakan dan teraba keras, nyeri dan disertai peningkatan suhu
badan, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam.
Gangguan ini menjadi lebih parah bila ibu jarang menyusukan bayinya,
sehingga bayi tidak bisa menyusu (Saifuddin dkk, 2012). Bendungan ASI
dapat menyebabkan terjadinya rasa nyeri yang cukup hebat disertai
kenaikan suhu (Suherni, 2015).
Berdasarkan data WHO (2012) bahwa lebih dari 1,4 juta orang ibu
mengalami bendungan ASI, sedangkan di Indonesia ibu nifas yang
mengalamai bendungan ASI sebesar 15,3%. Hal ini disebabkan karena
kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI
masih rendah (Depkes, 2015). Hasil penelitian Wijayanti (2015)
menyatakan bahwa dari 32 ibu yang mengalami bendungan ASI, 12 ibu
(37,5%) menyatakan bahwa penyebabnya karena terlambatnya
memberikan ASI, 19 ibu (59,37%) karena infeksi payudara.
3
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bendungan ASI
diantaranya adalah faktor ibu dan bayi. Faktor ibu yaitu kurangnya
pengetahuan, psikologis, nutrisi, teknik menyusu, perawatan payudara,
sedangkan faktor bayi yaitu daya hisap bayi yang lemah (Wawan dan
Dewi, 2015). Kesalahan dalam perilaku menyusu, meliputi pengeluaran
susu yang tidak lancar, bayi tidak cukup sering menyusu, produksi ASI
meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi kurang baik,
pembatasan waktu menyusu.
Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan
penginderaan melalui panca indera. Sebagian pengetahuan diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Seorang ibu yang mampu
mengetahui hingga mengevaluasi informasi yang diperoleh maka
pengetahuannya akan baik sehingga dapat meningkatkan kesadaran ibu
untuk mengatasi bendungan ASI. Menurut Wawan & Dewi (2015),
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu faktor Internal
terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, graviditas. Faktor eksternal terdiri
dari lingkungan, sosial budaya, sumber informasi (Notoadmojo, 2012).
Hasil penelitian Hastuti (2013) menyatakan bahwa sebagian besar
pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI dalam kategori cukup,
dimana pengetahuan ini dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pekerjaan,
pengalaman. Hasil penelitian Murniati dkk (2012) menyatakan bahwa ada
hubungan pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI dengan praktik
pencegahan bendungan ASI.
4
Berdasarkan studi awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit
Umum Dewi Sartika pada bulan Oktober 2016 bahwa jumlah ibu nifas
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2014 jumlah ibu
nifas sebanyak 356 orang, tahun 2015 sebanyak 497 orang dan pada
tahun 2016 sebanyak 1288 orang, dimana terdapat 40% ibu mengalami
bendungan. Hasil wawancara dengan pada 10 ibu nifas, didapatkan hasil
bahwa dari 10 ibu nifas, 7 ibu nifas belum mengetahui tentang bendungan
ASI terutama penyebab bendungan ASI. Berdasarkan latar belakang
tersebut sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan ibu
nifas tentang bendungan ASI di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota
Kendari.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Rumah Sakit Umum
Dewi Sartika Kota Kendari ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI
di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang bendungan
ASI berdasarkan umur ibu di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kota Kendari.
5
b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang bendungan
ASI berdasarkan pendidikan ibu di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kota Kendari.
c. Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang bendungan
ASI berdasarkan paritas ibu di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Kota Kendari.
d. Mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang bendungan
ASI berdasarkan sumber informasi di Rumah Sakit Umum
Dewi Sartika Kota Kendari.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di
Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan.
2. Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga dalam
memperluas wawasan tentang pengetahuan mengenai
bendungan ASI.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Murniati dkk tahun 2012 yang
berjudul hubungan pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI dengan
praktik pencegahan bendungan ASI di RB Nur Hikmah Kwaron Gubug
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. Sampel penelitian adalah
ibu nifas. Hasil penelitian menyatakan ada hubungan pengetahuan ibu
nifas tentang bendungan ASI dengan praktik pencegahan bendungan ASI.
6
Perbedaan penelitian Murniati dkk dengan penelitian ini adalah
jenis penelitian. Jenis penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif,
variabel penelitian adalah umur, pendidikan, paritas, sumber informasi.
Jenis penelitian Murniati adalah cross sectional, variabel penelitian
adalah pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI dan praktik
pencegahan bendungan ASI, lokasi penelitian adalah RB Nur Hikmah
Kwaron Gubug.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
F. Tinjauan Pengetahuan Tentang Bendungan Air Susu Ibu (ASI)
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2012). Sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yaitu :
a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Internst (merasa tertarik) terhadap stimulus/objek tertentu di sini sikap
subjek sudah mulai timbul.
c. Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya terhadap
stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah
tidak baik lagi.
d. Trial, dimana subjek sudah mulai melakukan sesuatu dengan apa yang
dikehendaki.
e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai denagn
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
7
8
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2012), pengetahuan yang dicakup dalam
daerah kognitif mempunyai 6 tingkatan.
1) Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan.
2) Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk memehami
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lainnya.
5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
6) Evaluasi (evaluation) adalah kemempuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi objek.
9
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Wawan & Dewi (2015), beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, yaitu :
a. Faktor internal
1). Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menetukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotifasi
untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi.
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi,
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga
meningkatkan kualitas hidup khususnya bagi remaja dalam
memperoleh informasi tentang menstruasi. Oleh sebab itu,
makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah
menerima informasi dalam memperoleh informasi mengenai
menstruasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki
dan semakin mudah remaja menerima informasi.
10
2). Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas aktifitas utama yang dilakukan
manusia dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk
suatu kerja menghasilkan uang bagi seseorang dalam
pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim
dengan profesi.jadi dapat diartikan sebagai sesuatu yang
dikelurkan oleh seseorang sebagai profesi sengaja dilakukan
untuk mendapatkan penghasilan. Bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu. Seorang remaja yang
dalam masa pendidikannya juga harus bekerja untuk dapat
membiayai studinya sehingga para remaja mempunyai
kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan informasi
yang bermanfaat bagi derajat kesehatannya khususnya tentang
menstruasi. Hal ini dikarenakan waktu luang yang ada
dimanfaatkan untuk bekerja dan beristirahat.
3). Umur
Menurut Elizabeth yang dikutip Nursalam (2013), usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Menurut Hucklock (2015) semakin
cukup umur, tingkat kemantangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja jadi semakin
matangnya umur ibu. Semakin matang pula pemikirannya soal
kesehatan reproduksinya khususnya tentang bendungan ASI.
11
b. Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar, manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan
bisa membuat pola pikir remaja tentang menstruasi menjadi
sesuatu yang menakutkan, tergantung bagaimana lingkungan
memperlakukan remaja tersebut.
2) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima kelompok. Begitu
pula tentang menstruasi masih banyak masyarakat yang
menganggap bawah menstruasi itu sesuatu yang tabuh untuk
di bicarakan khususnya pada masyarakat yang adat istiadatnya
masih kental sehingga banyak mitos-mitos yang bermunculan
sehingga remaja merasa cemas ketika menghadapi menstruasi.
4. Perkembangan Pengetahuan
Ilmu pengetahuan manusia mengalami beberapa periode
perkembangan dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan manusia di
permukaan bumi ini. Proses yang terjadi mengikuti kemajuan
peradaban manusia dari zaman batu sampai zaman modern dan
sering disebut sebagai “The Ways Of Thinking”. Proses tahapan yaitu
12
a. Periode trial and error. Manusia melihat dan mendengar sesuatu,
lalu mulai berfikir dan timbul keinginan untuk mencoba, tetapi
gagal, kemudian mencoba lagi berkali-kali dan akhirnya berhasil.
b. Periode authority and tradition. Semua pemikiran dan pendapat
dijadikan norma-norma dan tradisi yang harus dilaksanakan oleh
setiap orang. Bila seseorang melanggarnya, akan dikenakan
sanksi hukuman, baik moral maupun fisik.
c. Periode speculation and argumentation. Setiap pemikiran dan
pendapat mulai dibahas kebenarannya melalui spekulasi dan adu
argumentasi.
d. Periode hyphothesis and experimentation. Semua pemikiran dan
pendapat harus dianalisis, diteliti, serta diuji kebenarannya secara
ilmiah (Chandra, 2008).
5. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Nursalam, 2013) :
Tingkat pengetahuan baik bila skor >75%-100%
Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56%-75%
Tingkat pengetahuan kurang bila skor <56%
13
6. Pengetahuan Tentang Bendungan ASI
a. Pengertian Pengetahuan Tentang Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga
menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri dan kadang-kadang
disertai dengan kenaikan suhu badan (Saifuddin dkk, 2012).
Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi
lakteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan
berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air
susu atau caked breast, sering menyebabkan rasa nyeri yang
hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut
menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan
penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan
prekusor regular untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan
merupakan overdistensi sistem lakteal oleh air susu (Suherni,
2015).
Pada permulaan nifas apabila bayi tidak menyusu
dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu.
Payudara terasa panas serta keras pada perabaan dan nyeri:
suhu badan tidak naik. Puting susu bisa mendatar dan hal ini
menyulitkan bayi untuk menyusu. Kadang-kadang pengeluaran
air susu juga terhalang oleh sebab duktuli menyempit karena
14
pembesaran vena serta pembuluh limfe (Saifuddin dkk, 2012).
Pembesaran payudara adalah kondisi penuh yang berlebihan
pada payudara. Payudara yang mengalami pembesaran
cenderung panas dan nyeri dengan kulit tegang dan mengkilat.
Pada periode postpartum awal, payudara yang membesar tidak
hanya penuh oleh air susu, payudara juga terdiri dari darah ekstra
dan limfe yang tertarik ke payudara karena perubahan hormon
yang mempresipitasi produksi air susu matur (Varney, et al. 2015).
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan
progesteron turun dalam dua sampai tiga hari. Dengan ini faktor
hipotalamus yang menghalangi keluarnya prolaktin waktu hamil
dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak diproduksi lagi, dan
terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan
alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi
juga mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan
kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan
duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul jika bayi
menyusu (Saifuddin dkk, 2012).
Pengetahuan tentang bendungan ASI adalah hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah ibu nifas melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu (bendungan ASI). Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2012).
15
b. Gejala
Gejala bendungan air susu adalah terjadinya
pembengkakan payudara dan secara palpasi teraba keras,
kadang terasa nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu
badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda- tanda kemerahan dan
demam (Sarwono, 2012).
c. Penyebab
Penyebab bendungan ASI adalah distensi alveoli yang
menekan duktus susu, mengakibatkan obstruksi pengiriman susu
dari duktus ke bayi. Obstruksi ini menimbulkan distensi lebih
lanjut, dan akhirnya terjadi statis vaskular dan limfatik sekunder.
Teori populer lain menyatakan bahwa peningkatan dalam
sirkulasi darah dan limfe ketika susu pertama kali disintesis
menyebabkan pembengkakan pada areola yang dapat
mempengaruhi cakupan mulut bayi. Hal ini mengakibatkan
pengosongan duktus penampung inkomplet, dengan distensi
dan obstruksi lebih lanjut. Peningkatan vaskularitas dapat
berlanjut ke tingkat ketika payudara keseluruhan menjadi padat
dan nyeri tekan (Walsh, 2012).
Beberapa faktor yang diperkirakan dapat meningkatkan
terjadinya keadaan ini yaitu jadwal menyusui yang dibatasi, dapat
juga karena terjadinya hambatan aliran susu karena tekanan
eksternal seperti pemakaian BH yang tidak menyokong dan
16
pakaian yang terlalu ketat, tekanan jari-jari ibu saat menyusui,
posisi bayi yang kurang tepat seperti terlalu tinggi atau terlalu
rendah pada lengan ibu. Menurut Saifuddin dkk (2012) bendungan
ASI disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar,
karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat,
terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang
baik, dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui.
Teori lain menyatakan bahwa penyebab bendungan ASI adalah
posisi mulut bayi dan puting ibu salah saat menyusui, produksi ASI
berlebihan, terlambat menyusui, pengeluaran ASI yang jarang,
waktu menyusui yang terbatas (Sunar, 2015).
d. Cara mencegah
Untuk mencegah diperlukan menyusui dini, perlekatan
yang baik, menyusui secara on demand. Bayi harus sering
disusui. Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu
sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.
Ketidakberhasilan saat menyusui dikarenakan sumbatan saluran
yang menyalurkan air susu, serta tekanan tinggi yang
membuat produksi ASI semakin menurun.
Oleh karena itu, hendaknya ibu memijat payudaranya sejak
enam minggu sebelum melahirkan. Pijatan dimulai dari pinggir
payudara menuju tengah payudara guna mengeluarkan sel-sel
yang mungkin dapat menyumbat pengeluaran ASI di masa
17
mendatang. Ibu harus merawat puting yang kering dan lecet
dengan menggunakan krim antiseptik.
Sebaiknya segera setelah melahirkan, ibu dapat membantu
membangun pasokan air susu dan menghindari beberapa
masalah yang mungkin akan timbul di awal pertama kali
menyusui dengan cara memeluk bayi sehingga mempunyai akses
yang penuh ke payudara atau menyusui bayi sesegera mungkin
atau membiarkan bayi menghisap payudara sesering mungkin.
Sebagian besar bayi yang baru lahir umumnya siap dan
berminat menyusu atau menghisap payudara selama satu jam
pertama sesudah dilahirkan.
Riset menunjukkan bahwa pemberian ASI yang sering dan
tidak dibatasi membantu mencegah pembesaran payudara yang
nyeri dan memungkinkan terbentuknya pasokan susu dalam
jumlah besar. Selain itu, ibu mesti membersihkan puting dengan
air hangat sebelum menyusui. Ibu tidak boleh memaksa bayi
untuk menghisap ASI jika menolak, karena bayi akan
memberontak ketika putung payudara ditempelkan pada
mulutnya. Sebaiknya bayi disusui sesegera mungkin. Pada
umumnya, sebelum 5 jam setelah melahirkan, ibu mesti mencoba
menyusui bayinya, walaupun ASI belum keluar. Pada dua hari
pertama kelahiran bayi, produksi ASI belum banyak. Oleh
karena itu, ibu jangan membiarkan bayinya menghisap terlalu
18
lama guna menghindarkan rasa sakit pada puting susu (Penny,
2015). Untuk merangsang reflek oksitosin maka dilakukan
kompres untuk mengurangi rasa sakit, ibu harus rileks, pijat dan
punggung belakang (sejajar daerah payudara), pijat ringan pada
payudara yang bengkak (pijat pelan–pelan kearah tengah),
stimulasi payudara dan putting, kompres dingin pasca menyusui,
untuk mengurangi oedema, pakailah BH yang sesuai, bila terlalu
sakit dapat dberikan obat analgetik (Sunar, 2015).
e. Cara mengatasi
1) Susui bayinya semau dia sesering mungkin tanpa jadwal
dan tanpa batas waktu.
2) Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan
tangan atau pompa ASI yang efektif.
3) Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat
dilakukan kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit,
masase payudara, masase leher dan punggung.
4) Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi
oedema (Sunar, 2015).
Menurut (Saifuddin dkk, 2012) penanganan bendungan air susu
dilakukan dengan pemakaian kutang untuk penyangga payudara
dan pemberian analgetika, dianjurkan menyusui segera dan lebih
sering, kompres hangat, air susu dikeluarkan dengan pompa
dan dilakukan pemijatan (masase) serta perawatan payudara.
19
Kalau perlu diberi supresi laktasi untuk sementara (2–3 hari) agar
bendungan terkurangi dan memungkinkan air susu dikeluarkan
dengan pijatan. Keadaan ini pada umumnya akan menurun
dalam berapa hari dan bayi dapat menyusu dengan normal.
G. Tinjauan Tentang Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan
secara normal, masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau
40 hari (Ambarwati, 2015). Nifas disebut juga post partum atau
puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi lahir dan plasenta
keluar sampai enam minggu disertai dengan pulihnya kembali
organ-organ kandungan (Suherni, Widyasih & Rahmawati, 2016).
Menurut (Saifuddin dkk, 2012) masa mulai setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat
genital baru pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu 3
bulan.
2. Tahapan Masa Nifas
Menurut (Ambarwati, 2015) masa nifas dibagi dalam 3 tahapan
diantaranya adalah :
a. Puerpurium dini
20
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan
jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
b. Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang lamanya 6
sampai 8 minggu.
c. Remote puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu ke waktu persalinan mempunyai
komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu minggu,
bulanan dan tahunan.
3. Perubahan Psikologi Pada Masa Nifas
Menurut (Saleha, 2015) perubahan emosi psikologi masa
nifas dibagi dalam beberapa fase :
a. Fase Taking in
Terjadi pada satu sampai dua hari setelah persalinan, ibu masih
pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian
terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan
dan persalinan yang dialami.
b. Fase Taking hold
Periode yang berlangsung antara 3 sampai 10 hari setelah
melahirkan, pada fase ini timbul rasa khawatir akan
ketidak kemampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
21
merawat bayi, ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga
mudah tersinggung dan gampang marah.
c. Fase Letting go
Periode menerima tanggung jawab akan peran barunya, fase ini
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan, ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, ibu mulai
mengerti bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk
memenuhi kebutuhan bayinya.
H. Tinjauan Tentang Variabel Yang Berhubungan Dengan
Pengetahuan Tentang Bendungan ASI
1. Umur Ibu
Menurut Elizabeth yang dikutip Nursalam (2013), usia adalah umur
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun. Menurut Hucklock (2015) semakin cukup umur, tingkat
kemantangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja jadi semakin matangnya umur ibu. Semakin
matang pula pemikirannya soal kesehatan reproduksinya
khususnya tentang bendungan ASI.
2. Pendidikan Ibu
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang
menetukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagian. Pendidikan dapat
22
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan
pola hidup terutama dalam memotifasi untuk sikap berperan serta
dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi. Pendidikan
diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan sehingga meningkatkan kualitas hidup.
Oleh sebab itu, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
makin mudah menerima informasi dalam memperoleh informasi
mengenai menstruasi sehingga makin banyak pengetahuan yang
dimiliki dan semakin mudah menerima informasi (Notoatmojo,
2012).
3. Paritas Ibu
Paritas dapat diartikan sebagai banyaknya anak yang dimiliki oleh
seorang ibu. Semakin banyak anak yang dimiliki seorang ibu,
maka semakin banyak pengetahuan ibu tentang bendungan ASI
(Wawan dan Dewi, 2015).
4. Sumber Informasi
Sumber informasi dapat diartikan sebagai tempat atau asal
informasi yang diterima oleh ibu nifas. Semakin banyak sumber
informasi yang dimiliki oleh seorang ibu nifas tentang bendungan
ASI, maka semakin baik pengetahuan ibu nifas (Notoatmojo,
2012).
23
I. Landasan Teori
Bendungan ASI (Engorgement) adalah penyempitan pada duktus
laktiferus, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang
mengakibatkan terjadinya pembekakan (Saifuddin dkk, 2012). Bendungan
ASI biasanya terjadi pada hari kedua hingga hari keempat masa nifas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bendungan ASI diantaranya
adalah faktor ibu dan bayi. Faktor ibu yaitu kurangnya pengetahuan,
psikologis, nutrisi, teknik menyusu, perawatan payudara, sedangkan faktor
bayi yaitu daya hisap bayi yang lemah (Wawan dan Dewi, 2010).
Kesalahan dalam perilaku menyusu, meliputi pengeluaran susu yang tidak
lancar, bayi tidak cukup sering menyusu, produksi ASI meningkat,
terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi kurang baik, pembatasan
waktu menyusu.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2012). Menurut Wawan & Dewi
(2015), beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu faktor
Internal terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, graviditas. Faktor
eksternal terdiri dari lingkungan, sosial budaya, sumber informasi
(Notoadmojo, 2012).
24
J. Kerangka Teori
Faktor Internala. Umurb. Pendidikanc. Pekerjaana. Paritas
Faktor Eksternal
a. Lingkunganb. Sosial Budayac. Sumber Informasi
Pengetahuan IbuNifas Tentang
Bendungan ASI
Gambar 1.Kerangka Teori dimodifikasi dari Notoadmojo (2012);Wawan dan Dewi (2015); Saifuddin dkk (2012)
25
K. Kerangka konsep
Keterangan
Variabel bebas: umur, pendidikan, paritas, sumber informasi
Variable terikat: pengetahuan tentang bendungan ASI
Pendidikan
Paritas
Sumber Informasi
Umur
Pengetahuan ibu nifastentang bendungan ASI
26
BAB III
METODE PENELITIAN
L. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang
pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI (Nursalam, 2013).
M. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Nifas Rumah Sakit
Umum Dewi Sartika Kota Kendari pada bulan Juni tahun 2017.
N. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di ruang nifas
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari bulan Juni tahun
2017 yang berjumlah 75 orang ibu nifas.
2. Sampel dalam penelitian adalah ibu nifas di ruang nifas Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kendari pada bulan Juni 2017 yang
berjumlah 75 orang ibu nifas. Pengambilan sampel menggunakan
tehnik consencutive sampling yaitu setiap ibu nifas yang di ruang
nifas RSU Dewi Sartika Kota Kendari pada bulan Juni dijadikan
sebagai sampel penelitian.
O. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat (dependent) yaitu pengetahuan tentang
bendungan ASI.
26
27
2. Variabel bebas (independent) yaitu umur, pendidikan, paritas,
sumber informasi.
P. Definisi Operasional
1. Pengetahuan tentang bendungan ASI adalah kemampuan
responden untuk mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan
yang berkaitan dengan bendungan ASI. Skala ukur adalah
nominal.
Kriteria objektif
a. Pengetahuan baik : jika skor jawaban benar 76–100%
b. Pengetahuan cukup: jika skor jawaban benar 56-75%
c. Pengetahuan kurang : jika skor jawaban benar <56%
(Nursalam, 2013)
2. Umur adalah lamanya seseorang hidup, yang dihitung dari lahir
hingga saat penelitian. Skala ukur adalah nominal.
Kriteria objektif
a. Berisiko: umur <20 tahun dan >35 tahun
b. Tidak berisiko: umur 20-35 tahun
(Nursalam, 2013)
3. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang ditamatkan oleh
responden. Skala ukur adalah nominal.
Kriteria objektif
a. Pendidikan dasar: SD, SMP
b. Pendidikan menengah: SMA dan Sederajat
28
c. Pendidikan tinggi: Diploma, S1,S2,S3
(Diknas, 2003)
4. Paritas adalah jumlah anak yang dimiliki responden. Skala ukur
adalah nominal.
Kriteria objektif
a. Primipara: paritas 1
b. Multipara: paritas 2-4
c. Grande Multipara: paritas ≥5
(Saifuddin, 2012)
5. Sumber informasi adalah sumber informasi yang diperoleh
responden tentang bendungan ASI. Skala ukur adalah nominal.
Kriteria objektif
a. Media sosial dan cetak
b. Keluarga
c. Tenaga kesehatan
d. Belum pernah mendengar
(Notoatmojo, 2012)
Q. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis data adalah data primer. Data diperoleh dari kuesioner yang
dibagikan pada pada ibu nifas di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota
Kendari pada bulan Juni tahun 2017.
29
R. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
mengenai pengetahuan tentang bendungan ASI, umur, pendidikan,
paritas, sumber informasi. Kuesioner pengetahuan terdiri dari 20
pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban benar atau salah. Pertanyaan
pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan favorable dan 10 pertanyaan
unfavorable tentang pemberian kolostrum. Total skor tertinggi adalah 20.
Skor jawaban benar untuk pertanyaan favorable adalah 1 dan jawaban
salah adalah 0. Skor jawaban benar untuk pertanyaan unfavorable adalah
0 dan jawaban salah adalah 1.
S. Pengolahan dan Analisis Data
a. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang
telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam
pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.
2. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai
dengan petunjuk.
30
3. Tabulating
Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk
tabel distribusi.
b. Analisis data
Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan uraikan
dalam bentuk table dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
f : variabel yang diteliti
n : jumlah sampel penelitian
K: konstanta (100%)
X : Persentase hasil yang dicapai
Kxn
fX
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari telah dilaksanakan pada bulan
Juni tahun 2017. Sampel penelitian adalah ibu nifas di ruang nifas Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari yang berjumlah 75 ibu. Data yang
telah terkumpul diolah, dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel yang
disertai penjelasan. Hasil penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi
penelitian, karakteristik responden, pengetahuan ibu nifas tentang
bendungan ASI berdasarkan umur, pendidikan, paritas, sumber informasi.
Hasil penelitian akan ditampilkan sebagai berikut:
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
RSU Dewi Sartika Kendari terletak di Jalan Kapten Piere
Tendean No.118 Kecamatan Baruga Kota Kendari Ibu Kota
Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat strategis karena
berada ditengah-tengah lingkungan pemukiman penduduk dan
mudah dijangkau dengan kendaraan umum karena berada disisi
jalan raya dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Perumahan penduduk
b. Sebelah selatan : Jalan raya Kapten Piere Tendean
31
32
c. Sebelah timur : Perumahan penduduk
d. Sebelah barat : Perumahan penduduk
2. Lingkungan fisik
RSU Dewi Sartika Kendari berdiri diatas tanah seluas 1.624
m² dengan luas bangunan 957,90 m². RSU Dewi Sartika Kendari
selama kurun waktu 7 tahun sejak berdirinya tahun 2009 sampai
dengan tahun 2016 telah melakukan pengembangan fisik
bangunan sebagai bukti keseriusan untuk berbenah dan
memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat khususnya
masyarakat Kota Kendari.
3. Status
RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun /didirikan
tahun 2009 dengan izin operasional sementara dari walikota
Kendari No.56/IZN/XI/2010/001 tanggal 5 november 2010, maka
rumah sakit ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat pencari jasa kesehatan
dibawah naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang
sekaligus sebagai pemilik rumah sakit. RSU Dewi Sartika Kendari
telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi Rumah
sakit type D.
4. Organisasi dan Manajemen
Pemimpin RSU Dewi Sartika Kendari disebut Direktur.
Direktur dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab penuh
33
kepada pemilik rumah sakit dalam hal ini ketua Yayasan Widya
Ananda Nugraha dan dibantu oleh Kepala Tata Usaha dan 4
(empat) orang Kepala Bidang yakni ; Kepala Bidang Keuangan dan
Klaim, Kepala Bidang Pelayanan Medik, Kepala Bidang Penunjang
Medik, dan Kepala Bidang Perlengkapan dan sanitasi.
a. Kepala Bidang Keuangan dan Klaim
1) Kasir/Juru Bayar
2) Administrasi Klaim
b. Kepala Bidang Pelayanan Medik
1) Instalasi Gawat Darurat
2) Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
3) Instalasi Rawat Inap (IRNA)
4) Instalasi Gizi
5) Instalasi Farmasi
6) Kamar Operasi
7) Rekam Medik
8) HCU
9) Ruang Sterilisasi, dll
c. Kepala Bidang Penunjang Medis
1) Laboratorium
2) Radiologi
d. Kepala Bidang Perlengkapan dan Sanitasi
1) Perlengkapan
34
2) Keamanan
3) Kebersihan
Selain pengorganisasian tersebut diatas terdapat 2 (dua) kelompok yang
sifatnya kemitraan yakni :
a. Komite Medik, dan
b. Satuan Pengawasan Intern
5. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kendari
Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan
upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihanyang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut
diatas RSU Dewi Sartika Kendari mempunyai fungsi :
a. Menyelenggarakan pelayanan medik
b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
f. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
35
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah sebagai
berikut :
a. IGD, Poliklinik Spesialis, Ruangan perawatan Kelas I, Kelas II,
Kelas 3 dengan fasilitasnya
b. Listrik dari PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit genset
sebagai cadangan
c. Air yang digunakan di RSU Dewi Sartika adalah air dari sumur
bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi 24 jam.
d. Sarana komunikasi berupa telepon, fax dan dilengkapi dengan
fasilitas Internet (Wi Fi)
e. Alat Pemadam kebakaran
f. Pembuangan limbah
g. Untuk sampah disediakan tempat sampah disetiap ruangan dan
juga diluar ruangan, sampah akhirnya dibuang ketempat
pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh
mobil pengangkut sampah.
h. Untuk limbah cair ditiap-tiap ruangan disediakan kamar mandi
dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah.
i. Pagar seluruh area rumah sakit terbuat dari tembok.
7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika
Kendari adalah sebagai berikut :
36
a. Pelayanan medis
1) Instalasi Gawat Darurat
2) Instalasi Rawat Jalan, yaitu Poliklinik Obsgyn, Poliklinik
Umum, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Mata, Poliklinik
Bedah, Poliklinik Anak, Poliklinik THT, Poliklinik Radiologi,
Poliklinik Jantung, Poliklinik Gigi Anak.
3) Instalasi Rawat Inap: Dewasa/Anak/Umum dan Persalinan
4) Kamar Operasi: Operasi Obsgyn, Bedah umum
5) HCU
b. Pelayanan penunjang medis, yaitu instalasi farmasi, radiologi,
laboratorium, instalasi gizi, ambulance
c. Pelayanan Non Medis, yaitu sterilisasi dan laundry
8. Fasilitas Tempat Tidur
Jumlah Tempat Tidur yang ada di RSU Dewi Sartika Kendari
adalah sebanyak 91 buah tempat tidur yang terbagi dalam
beberapa kelas perawatan yakni sebagai berikut
Tabel 1.Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016
Jenis Ruangan JumlahVIPKelas IKelas IIKelas III/Bangsal/IntenalUGDRuang Bersalin
14101237117
Jumlah 91Sumber : Data Primer
37
9. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia di RSU Dewi Sartika Kendari berjumlah 160
terdiri dari (17: Part Time, 143: Full Time) dengan spesifikasi pendidikan
sebagai berikut
Tabel 2Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016
Jenis Tenaga Status Ketenagaan Jenis KelaminTetap Tidak Tetap L P
Tenaga MedisDokter Spesialis Obgyn 1 1 2 -Dokter Spesialis Bedah - 1 1 -Dokter Spesialis Interna - 1 1 -Dokter Spesialis Anastesi - 1 1 -Dokter Spesialis PK - 1 - 1Dokter Spesialis Anak - 1 - 1Dokter Spesialis Radiologi - 1 1 -Dokter Spesialis THT - 1 - 1Dokter Spesialis Mata - 1 1 -Dokter Spesialis Jantung - 1 1 -Dokter Gigi Anak - 1 - 1Dokter Umum - 3 3 -Paramedis1. S1 Keperawatan/Nurse2. D IV Kebidanan3. D III Bidan4. D III Keperawatan
2654356
-2--
10--11
1674345
Tenaga Kesehatan Lainnya1. Master Kesehatan2. SKM3. Apoteker4. D III Farmasi5. S 1 Gizi6. D III Analis Kesehatan
-11113
-121--
-11--1
-11212
Non Medis1. DII/Keuangan2. Diploma Komputer3. SLTA/SMA/SMU
1111
---
--2
119
Jumlah 67 19 24 60Sumber : Data Primer
38
10. Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan RSU Dewi Sartika Kendari berasal dari
pengelolaan Rumah Sakit dan yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari.
2. Karakteristik Responden
Karakteristik merupakan ciri atau tanda khas yang melekat pada diri
responden yang membedakan antara responden yang satu dengan yang
lainnya. Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari umur,
pendidikan, paritas. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3Karakteristik Responden
KarakteristikJumlah
n %
Umur
Berisiko
Tidak Berisiko
5
70
6,7
93,3
Pendidikan
Dasar
Menengah
Tinggi
14
39
22
1,9
52,0
29,3
Paritas
Primipara
Multipara
Grande Multipara
21
49
5
28,0
65,3
6,7
Sumber informasi
Media sosial dan cetak
Keluarga
Tenaga kesehatan
Belum mendengar
32
16
15
12
42,7
21,3
20,0
16,0Sumber: Data Primer
39
Setelah dilakukan analisis data, dapat dilihat bahwa karakteristik
terbanyak pada umur tidak berisiko (20-35 tahun) sebanyak 70 ibu
(93,3%), pendidikan menengah sebanyak 39 ibu (52,0%), multipara
sebanyak 49 ibu (65,3%), sumber informasi tentang bendungan ASI dari
media sosial dan cetak sebanyak 32 ibu (42,7%). Kesimpulan dari
karakteristik responden adalah sebagian besar ibu nifas berada pada
umur reproduksi sehat (umur 20-35 tahun), berpendidikan menengah
(SMU dan sederajatnya) dan multipara (pernah melahirkan anak sebanyak
2-4 orang), sudah pernah mendengar tentang bendungan ASI.
3. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI di RSU Dewi
Sartika Kota Kendari
Pengetahuan tentang bendungan ASI adalah kemampuan
responden untuk mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang
berkaitan dengan bendungan ASI. Pengetahuan dikategorikan menjadi 3,
yaitu pengetahuan baik (jika skor 76–100%), pengetahuan cukup (jika
skor 56-75%), pengetahuan kurang (jika skor <56%). Hasil penelitian
tentang sikap dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI
di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017
Pengetahuan Jumlahn %
BaikCukupKurang
142140
18,728,053,3
Total 75 100Sumber: Data Primer
40
Pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI terbanyak dalam
kategori pengetahuan kurang sebanyak 40 orang (53,3%). Hal ini berarti
ibu nifas di RSU Dewi Sartika Kota Kendari memiliki pengetahuan yang
kurang tentang bendungan ASI.
4. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI Berdasarkan
Umur Ibu di RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Pengetahuan tentang bendungan ASI berdasarkan umur adalah
kemampuan responden untuk mengetahui dan memahami sejumlah
pertanyaan yang berkaitan dengan bendungan ASI berdasarkan umur ibu.
Umur ibu dikategorikan menjadi berisiko (umur <20 dan >35 tahun) dan
tidak berisiko (umur 20-35 tahun). Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel
5.
Tabel 5Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI Berdasarkan
Umur Ibu di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017
Umur Ibu
Pengetahuan Tentang BendunganASI TotalBaik Cukup Kurang
n % n % n % n %
Berisiko 0 0 1 1,3 4 5,3 5 6,6
Tidak Berisiko 14 18,7 20 26,7 36 48,0 70 93,4
Total 14 18,7 21 28,0 40 53,3 75 100Sumber: Data Primer
Tabel 5 menyatakan bahwa responden yang memiliki pengetahuan
baik terbanyak pada umur tidak berisiko sebanyak 10 ibu (18,7%),
pengetahuan cukup terbanyak pada umur tidak berisiko sebanyak 20 ibu
41
(26,7%) dan pengetahuan kurang terbanyak pada umur tidak berisiko
sebanyak 36 ibu (48,0%). Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagian
besar ibu nifas yang memiliki pengetahuan baik, cukup, kurang berada
pada usia tidak berisiko.
5. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI Berdasarkan
Pendidikan Ibu di RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Pengetahuan tentang bendungan ASI berdasarkan pendidikan ibu
adalah kemampuan responden untuk mengetahui dan memahami
sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan bendungan ASI berdasarkan
pendidikan ibu. Pendidikan ibu dikategorikan menjadi dasar (SD, SMP),
menengah (SMU sederajat) dan tinggi (Diploma, S1, S2, S3). Hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI Berdasarkan
Pendidikan Ibu di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017
[Pendidikan
Pengetahuan Tentang BendunganASI TotalBaik Cukup Kurang
n % n % n % n %
Dasar 0 0 3 4,0 11 14,7 14 18,7
Menengah 3 4,0 8 10,7 28 37,3 39 52,0
Tinggi 11 14,7 10 13,3 1 1,3 22 29,3
Total 14 18,7 21 28,0 40 53,3 75 100Sumber: Data Primer
Tabel 6 menyatakan bahwa responden yang memiliki pengetahuan
baik terbanyak pada pendidikan tinggi sebanyak 11 ibu (14,7%),
pengetahuan cukup terbanyak pada pendidikan tinggi sebanyak 10 ibu
42
(13,3%) dan pengetahuan kurang terbanyak pada pendidikan menengah
sebanyak 28 ibu (37,3%). Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagian
besar ibu nifas yang memiliki pengetahuan baik dan cukup berpendidikan
tinggi sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang berada
berpendidikan menengah dan dasar.
6. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI Berdasarkan
Paritas Ibu di RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Pengetahuan tentang bendungan ASI berdasarkan paritas ibu
adalah kemampuan responden untuk mengetahui dan memahami
sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan bendungan ASI berdasarkan
paritas ibu. Paritas ibu dikategorikan menjadi primipara, multipara, grande
multipara. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI Berdasarkan
Paritas Ibu di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017
Paritas
Pengetahuan Tentang Bendungan
ASI Total
Baik Cukup Kurang
n % n % n % n %
Primipara 0 0 2 2,7 19 25,3 21 28,0
Multipara 13 17,4 15 20,0 21 28,0 49 65,4
Grande
Multipara
1 1,3 4 5,3 0 0 5 6,6
Total 14 18,7 21 28,0 40 53,3 75 100Sumber: Data Primer
Tabel 7 menyatakan bahwa responden yang memiliki pengetahuan
baik terbanyak pada multipara sebanyak 13 ibu (17,4%), pengetahuan
43
cukup terbanyak pada multipara sebanyak 15 ibu (20,0%) dan
pengetahuan kurang terbanyak pada multipara sebanyak 21 ibu (28,0%).
Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagian besar ibu nifas yang memiliki
pengetahuan baik, cukup, kurang memiliki paritas dalam kategori
multipara.
7. Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI Berdasarkan
Sumber Informasi di RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Pengetahuan tentang bendungan ASI berdasarkan sumber
informasi adalah kemampuan responden untuk mengetahui dan
memahami sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan bendungan ASI
berdasarkan sumber informasi. Sumber informasi dikategorikan menjadi
Media sosial dan cetak, keluarga, tenaga kesehatan, belum mendengar.
Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8Distribusi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI Berdasarkan
Sumber Informasi di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017
Sumber Informasi
Pengetahuan Tentang BendunganASI TotalBaik Cukup Kurangn % n % n % n %
Media sosialdan cetak
2 2,7 12 16,0 18 24,0 32 42,7
Keluarga 1 1,3 5 6,7 10 13,3 16 21,3Tenagakesehatan
11 14,7 4 5,3 0 0 15 20,0
Belummendengar
0 0 0 0 12 16,0 12 16,0
Total 14 18,7 21 28,0 40 53,3 75 100Sumber: Data Primer
44
Tabel 8 menyatakan bahwa responden yang memiliki pengetahuan
baik terbanyak pada sumber informasi dari tenaga kesehatan sebanyak
11 ibu (14,7%), pengetahuan cukup terbanyak pada pada sumber
informasi dari media sosial dan cetak sebanyak 12 ibu (16,0%) dan
pengetahuan kurang terbanyak pada sumber informasi dari media sosial
dan cetak sebanyak 18 ibu (24,0%) dan belumpernah mendengar
sebanyak 12 ibu (16,0%). Kesimpulan yang diperoleh adalah sebagian
besar ibu nifas yang memiliki pengetahuan baik telah mendapatkan
informasi tentang bendungan ASI dari tenaga kesehatan, ibu nifas yang
pengetahuannya cukup telah mendapatkan informasi tentang bendungan
ASI dari media sosial dan cetak, ibu nifas yang pengetahuannya kurang
telah mendapatkan informasi tentang bendungan ASI dari media sosial
dan cetak dan ada juga ibu nifas yang belum pernah mendengar tentang
bendungan ASI.
B. Pembahasan
Penelitian pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari telah dilaksanakan pada bulan
Juni tahun 2017. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar
pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Rumah Sakit Umum
Dewi Sartika Kota Kendari dalam kategori kurang. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian Penty (2017) yang berjudul pengetahuan,
sikap dengan bendungan ASI di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru yang
menyatakan bahwa terdapat 62,4% ibu nifas yang memiliki pengetahuan
45
yang kurang tentang bendungan ASI. Penelitian Eny (2012) tentang tingat
pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di RB AN NUUR Surakarta
juga menyatakan hal yang sama bahwa pengetahuan ibu nifas tentang
bendungan ASI dalam kategori cukup dan kurang.
Pengetahuan merupakan “hasil tahu” dari manusia dan ini terjadi
setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera
pengihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan yang
ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah
kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk
menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini
pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia
dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan merupakan faktor predisposisi, yaitu faktor yang
mempermudah atau mempredisposisikan terjadinya perilaku sesorang.
Pengetahuan seseorang akan suatu program kesehatan akan mendorong
orang tersebut mau berpartisipasi didalamnya. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2012).
Pada penelitian ini responden hanya bisa menjawab benar dan
salah dari pertanyaan melalui kuesioner tentang bendungan ASI. Tingkat
pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu tahu dan
memahami, sehingga hasil penelitian menyatakan bahwa pengetahuan
46
ibu nifas tentang bendungan ASI di RSU Dewi Sartika Kota Kendari
dalam kategori pengetahuan kurang. Hasil penelitian ini menggambarkan
bahwa mayoritas responden belum mengetahui informasi dengan benar
tentang bendungan ASI.
Kurangnya informasi yang diperoleh responden dapat disebabkan
karena keterbatasan kemampuan seseorang dalam menangkap dan
mengingat materi yang telah disampaikan oleh bidan ataupun kurangnya
informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang bendungan ASI.
Notoadmodjo (2012) menyatakan bahwa tahu diartikan sebagai
kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari/diterima
sebelumnya, termaksud diantaranya adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu ibu nifas perlu diberikan
informasi dasar mengenai bendungan ASI dengan menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti.
Pengetahuan ibu hamil dipengaruhi beberapa faktor diantaranya
umur, pekerjaan, pendidikan, paritas dan sumber informasi.(Notoatmodjo,
2012). Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar ibu nifas yang
memiliki pengetahuan baik, cukup, kurang berada pada umur tidak
berisiko (umur 20-35 tahun). Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa
ibu nifas di RSU Dewi Sartika dalam usia reproduksi sehat. Hal ini sesuai
dengan teori Saifuddin (2012) bahwa ibu hamil sebaiknya hamil dalam
usia reproduksi sehat agar kehamilannya bisa berjalan dengan baik.
47
Fakta yang ada pada data tersebut bahwa ibu sudah mengetahui
tentang bendungan ASI. Hal ini disebabkan karena usia yang semakin
matang akan membuat ibu memiliki kemauan yang lebih untuk belajar.
Semakin bertambah usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan jiwanya. Sebaliknya pada ibu nifas usia
muda akan cenderung tidak tanggap dan kurang menyadari pentingnya
mengenali bendungan ASI masa nifas.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada ibu dengan umur
20–35 tahun mempunyai pengetahuan yang kurang paling banyak. Hal ini
terjadi karena walaupun pada usia tersebut sudah merupakan usia
dewasa, penuh kreatifitas dan sudah banyak tahu tentang bendungan
ASI, namun kedewasaan dan kreatifitas tergantung pada minat dan
kemampuan individual masing-masing. Selain itu kurangnya pengetahuan
dapat disebabkan karena ibu nifas belum dapat memahami dengan benar
pentingnya mengetahui bendungan ASI dan dampaknya bagi ibu dan
bayi.
Selain umur, faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu nifas
tentang bendungan ASI adalah pendidikan. Hasil penelitian
menggambarkan bahwa sebagian besar ibu nifas yang memiliki
pengetahuan baik dan cukup berpendidikan tinggi sedangkan responden
yang memiliki pengetahuan kurang berada berpendidikan menengah dan
dasar. Hal ini menyatakan bahwa ibu nifas yang berpengetahuan kurang
48
terbanyak pada ibu dengan jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) dan
menengah. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung
seumur hidup, serta perlu ditekankan bahwa seseorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal
akan tetapi dapat juga diperoleh pada pendidikan non formal.
Hal ini sesuai dengan teori Sulistina (2014) bahwa pendidikan
mempengaruhi proses belajar. Semakin tinggi pendidikan seseorang,
semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Demikian pula menurut
Notoatmodjo (2012) bahwa pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Ibu nifas yang tingkat pendidikan formalnya lebih tinggi cenderung
akan mempunyai pengetahuan yang lebih dibandingkan orang dengan
tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu
dan mudah memahami arti kesehatan serta pentingnya kesehatan
(Mutalazimah, 2014). Teori lain yang juga mendukung adalah menurut
Pusdinakes (2013), bahwa tingkat pendidikan juga mempengaruhi
seseorang dalam pengembangan nalar dan analisa. Daya nalar yang baik
akan memudahkan untuk meningkatkan pengetahuan.
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan
rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
49
pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga
dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Informasi yang diperoleh
baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (Immediate Impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mendorong ibu untuk
berpikiran maju dan mencoba hal-hal baru. Sikap yang demikian ini akan
mendorong ibu untuk selalu mencoba mancari tahu ilmu baru. Tingkat
pendidikan merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, makin mudah menafsirkan informasi sehingga
menciptakan suatu hal yang baik, sebaliknya pendidikan yang kurang
akan menghambat penafsiran informasi seseorang terhadap obyek-obyek
baru yang diperkenalkan (Notoatmodjo, 2012).
Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar ibu nifas yang
memiliki pengetahuan baik dan cukup memiliki paritas dalam kategori
multipara, sedangkan ibu nifas yang berpengetahuan kurang memiliki
paritas dalam kategori multipara dan primipara. Paritas dapat diartikan
sebagai banyaknya anak yang dimiliki oleh seorang ibu (Saifuddin, 2012).
Semakin banyak anak yang dimiliki seorang ibu, maka semakin banyak
pengetahuan ibu tentang bendungan ASI (Wawan dan Dewi, 2015).
50
Hasil penelitian ini sudah sesuai dengan teori Wawan dan Dewi
(2015) bahwa ibu nifas yang memiliki anak lebih dari satu,
pengetahuannya lebih baik dari ibu yang baru memiliki anak satu.
Semakin banyak anak yang dimiliki, ibu nifas akan memiliki banyak
pengalaman tentang menyusui sehingga ibu nifas telah memiliki informasi
tentang bendungan ASI.
Pada hasil penelitian dapat dilihat bahwa ibu nifas yang
pengetahuannya kurang paritasnya dalam kategori multipara dan
primipara. Kurangnya pengetahuan pada primipara dapat disebabkan
karena kurangnya pengalaman yang diperoleh ibu nifas. Menyusui
merupakan pengalaman pertama untuk ibu nifas, sehingga ibu nifas
belum berpengalaman untuk mengatasi bendungan ASI. Ibu nifas
multipara yang memiliki pengetahuan kurang dapat disebabkan karena
kurangnya kemauan ibu untuk terus belajar. Walaupun ibu sudah memiliki
pengalaman menyusui dari persalinan sebelumnya, namun tergantung
dari kemauan ibu untuk lebih belajar dalam menangani bendungan ASI.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian besar ibu nifas
telah memiliki informasi tentang bendungan ASI. Ibu nifas yang
berpengetahuan baik memperoleh informasi tentang bendungan ASI
terbanyak dari petugas kesehatan lalu media sosial dan cetak, keluarga.
Ibu nifas yang berpengetahuan cukup memperoleh informasi tentang
bendungan ASI terbanyak dari media sosial dan cetak, lalu dari petugas
kesehatan dan keluarga. Ibu nifas yang berpengetahuan kurang
51
memperoleh informasi tentang bendungan ASI terbanyak dari media
sosial dan cetak, lalu dan keluarga.
Ibu nifas yang belum pernah mendengar tentang bendungan ASI
memiliki pengetahuan dalam kategori kurang, sehingga dapat dikatakan
bahwa belum semua ibu nifas memahami dengan benar informasi tentang
bendungan ASI baik dari bidan ataupun petugas kesehatan melalui
penyuluhan kesehatan yang diberikan pada waktu posyandu, rawat inap
saat persalinan, maupun media massa. Adanya hal tersebut mungkin
disebabkan karena daya serap dan pemahaman tiap individu dalam
menerima informasi berbeda-beda, dimana menurut Notoatmodjo (2012)
memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar. Untuk itu, informasi/pendidikan kesehatan
yang lebih jelas dari tenaga kesehatan khususnya bidan sangat diperlukan
pada setiap kunjungan ANC.
Selain dari petugas kesehatan, sumber informasi tentang
bendungan ASI dapat diperoleh dari madia sosial dan cetak. Majunya
teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan orang.
52
Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Sumber informasi dapat menstimulus otak seseorang. sumber informasi
dapat diperoleh dari media cetak (surat kabar, leaflet, poster), media
elektronik (televisi, radio, video), keluarga, dan sumber informasi lainnya
(Sariyati, 2015). Setelah seseorang memperoleh pengetahuan dari
berbagai sumber informasi maka akan menimbulkan sikap dan perilaku
(Notoatmodjo, 2012).
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Rumah Sakit
Umum Dewi Sartika Kota Kendari terbanyak pada kategori kurang.
2. Ibu nifas di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari yang
mempunyai pengetahuan tentang bendungan ASI kategori baik,
cukup dan kurang terbanyak ditemukan pada umur 20 –35 tahun.
3. Ibu nifas di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari yang
mempunyai pengetahuan tentang bendungan ASI kategori baik dan
cukup terbanyak pada pendidikan tinggi, sedangkan yang
pengetahuan kurang terbanyak pada pendidikan menengah dan
dasar.
4. Ibu nifas di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari yang
mempunyai pengetahuan tentang bendungan ASI kategori baik,
cukup dan kurang terbanyak ditemukan pada multipara.
5. Ibu nifas yang mempunyai pengetahuan baik terbanyak pada ibu
yang memperoleh informasi tentang bendungan ASI yang
bersumber dari tenaga kesehatan, yang berpengetahuan cukup
terbanyak bersumber dari media sosial dan cetak sedangkan yang
berpengetahuan kurang sumber informasi terbanyak pada media
53
54
sosial dan cetak namun ada juga ibu yang belum pernah
mendengar tentang bendungan ASI.
B. Saran
1. Bagi tenaga medis (bidan atau perawat) khususnya di ruang nifas
rumah sakit, klinik maupun puskesmas, agar dapat meningkatkan
kualitas informasi mengenai bendungan ASI untuk mencegah
kemungkinan komplikasi yang akan terjadi.
2. Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai bendungan ASI perlu
dilakukan penyuluhan secara terarah dan terencana kepada ibu
nifas oleh bidan mulai tingkat posyandu sampai rumah sakit dalam
bentuk kelas ibu hamil dan kunjungan nifas.
3. Diharapkan kepada ibu nifas untuk aktif mencari informasi tentang
kesehatan khususnya bendungan ASI.
55
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E. ( 2015) Asuhan Kebidanan Nifas. Yogjakarta: MitraCendikia.
Badan Pusat Statistik, Kantor Menteri Negara Kependudukan/BadanKoordinasi Keluarga Berencana Nasional, DepartemenKesehatan, & Macro International Inc. (2013). Survei Demografidan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta.
Eny, C.I. (2012) Tingat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bendungan ASI diRB AN NUUR Surakarta. Naskah Publikasi.
Fikawati, Syafiq, (2013) Hubungan antara menyusui segera (immediatebreastfeeding) dan pemberian ASI eksklusif sampai dengan empatbulan. J Kedokter Trisakti: Vol.22 No.2.
Kemenkes RI. ( 2015) Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: PerkumpulanObstetrik dan Ginekologi Indonesia.
Kristiyansari, W., (2009) ASI:Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: NuhaMedika.
Kusumawardani (2010). ASI Bikin Anak Cerdas. Jakarta:PenerbitDjambatan.
Labbok, M., Cooney, K. dan Coly, S. (2013) Guidelines: Breastfeeding,Family Planning And The Lactational Amenorrhea Methods-LAM.Washington, DC: Institute for Reproductive Health.
Notoatmodjo, S., (2012) Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta
Nursalam, (2013) Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan.Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Penty, K. (2017) Pengetahuan, Sikap dengan Bendungan ASI diPuskesmas Sidomulyo Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Riordan, J., Wambach, K. (2015) Breastfeeding and HumanLactation 4th. Edition. Massachusetts : Jones and Bartlett Publisher.
56
Roesli U. (2014) Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Ekslusif. Jakarta:Pustaka Bunda.
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika, (2016) Laporan Tahunan Rumah Sakittahun 2014 s/d periode Januari sd. September 2016. Kendari:RSU Dewi Sartika.
Saifuddin, A.B. (2012) Buku Panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjdo.
Saleha, S. (2015) Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: SalembaMedika.
Sugiono (2012) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet.
Suherni, (2015) Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Wahyuningsih, Heni, P. (2009) Dasar-dasar Ilmu Kesehatan Masyarakatdalam Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
Wawan, Dewi, ( 2015) Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap danPerilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
World Health Organization. (2015) Promoting Proper Feeding For Infantsand Young Children. Geneva: WHO.
Zaenal, E., Suteja, E., Madjid, T.H., (2014) Hubungan Pengetahuan,Sikap Ibu Menyusui, Imd Dan Peran Bidan Dengan PelaksanaanAsi Eksklusif Dan Untuk Mengetahui Faktor Apa YangMemengaruhi Peran Bidan Dalam Pelaksanaan IMD dan ASIEkskusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu.Tesis. Unpad.
57
LAMPIRAN
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Bapak / ibu / saudara responden
di Rumah Sakit UmumDewi Sartika
Nama saya DESI MARSALIANA , mahasiswa Program D-III
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan. Saat
ini saya sedang melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui
pengetahuan ibu nifas tentang bendungan ASI di Rumah Sakit Umum
Dewi Sartika, yang mana penelitian ini merupakan salah satu kegiatan
dalam menyelesaikan tugas akhir di Poltekkes Kemenkes Kendari
Jurusan Kebidanan.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk
berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini, partisipasi ibu
dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak akan memberi dampak
yang membahayakan. Jika ibu bersedia, saya akan memberikan
lembar kuesioner (lembar pertanyaan) yang telah disediakan untuk
diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Peneliti menjamin
kerahasiaan Jawaban dan identitas ibu. Jawaban yang ibu berikan
digunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.
Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan
partisipasinya disampaikan terima kasih.
Kendari, 2017
Responden Peneliti
..................... (Desi Marsaliana)
2
KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DI RUMAHSAKIT UMUM DEWI SARTIKA KENDARI
TAHUN 2017
No. Responden :…………… Diisi oleh peneliti
Petunjuk:Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan saudara saat
ini, serta beri tanda (√) pada jawaban yang telah disediakan!
Karakteristik Responden
1. Umur :
2. Pendidikan Terakhir :
a. SD
b. SMP
c. SMU
d. PERGURUAN TINGGI
3. Jumlah Anak :
4. Sumber Informasi :
a. Belum pernah mendengar sebelumnya
b. Televisi/radio
c. Media sosial
d. Keluarga
e. Petugas kesehatan
3
Pilihlah Salah Satu Jawaban Dengan Memberikan Tanda (√)
NO PERTANYAAN BENAR SALAH1 Bendungan ASI adalah pembendungan Air
Susu Ibu karena penyempitan aliran susukarena payudara yang tidak dikosongkandengan sempurna
2 Ibu yang memiliki kelainan pada puting susutidak dapat mengalami bendungan ASI
3 Bendungan ASI biasanya terjadi pada haripertama sesudah melahirkan
4 Payudara yang memiliki produksi ASI banyaknamun tidak disusui kepada bayinya dapatmenyebabkan terjadinya bendungan ASI
5 Payudara yang mengalami bendungan ASIakan teraba terasa keras, nyeri dan disertaipeningkatan suhu badan ibu, tetapi tidakterdapat tanda–tanda kemerahan di payudaradan demam
6 Bendungan ASI dapat disebabkan oleh posisimulut bayi dan payudara ibu yang tepat tepatsaat menyusui yaitu seluruh aerola payudaramasuk ke mulut bayi
7 Produksi ASI berlebihan tidak dapatmenyebabkan terjadinya bendungan ASI
8 Terlambat menyusui tidak dapatmenyebabkan terjadinya bendungan ASI
9 Waktu menyusui yang terjadwal atau dibatasidapat menyebabkan terjadinya bendunganASI
10 Ibu yang tiba–tiba berhenti menyusui tidakdapat menyebabkan terjadinya bendunganASI
11 Cara untuk mencegah bendungan ASI adalahdengan tidak segera menyusui setelahmelahirkan
12 Memastikan posisi dan perlekatan menyusuibenar merupakan salah satu cara mencegahbendungan ASI
13 Apabila bayi tidak dapat menyusu atau kurangmelekat dengan sempurna dikarenakanpayudara yang tegang atau kurang elastis,sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahuludengan cara di perah menggunakan tanganatau alat pompa yang banyak beredar di
4
pasaran14 Cara untuk menangani bendungan ASI adalah
dengan menyusui bayi semau dan seseringmungkin tanpa jadwal dan tanpa batas waktu
15 Cara mengatasi bendungan ASI denganmelakukan kompres dingin untuk mengurangirasa sakit
16 Setelah menyusui, kompres payudara denganair dingin untuk mengurangi bengkak
17 Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASIdengan bantuan tangan
18 Salah satu cara mengatasi bengkak payudaradengan cara bayi tidak mengisap payudara
19 Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASIdengan bantuan pompa ASI yang efektif.
20 Cara mengatasi bendungan ASI denganmelakukan pijatan yang keras pada payudara,leher dan punggung
5
JAWABAN
1. B
2. B
3. S
4. B
5. B
6. B
7. S
8. S
9. B
10. S
11. S
12. B
13. B
14. B
15. S
16. S
17. B
18. S
19. B
20. S
6
MASTER TABEL PENELITIAN
PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DIRUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA KOTA KENDARI
TAHUN 2017
NO NAMA UMUR(Tahun) PENDIDIKAN PARITAS SUMBER
INFORMASI PENGETAHUAN
1 Ny.C 25 SMU 2 MEDIA 802 Ny.I 24 PT 2 MEDIA 753 Ny.R 30 PT 3 Tenaga
Kesehatan80
4 Ny.E 23 SMU 1 MEDIA 655 Ny.E 31 SMU 4 MEDIA 656 Ny.Y 32 PT 2 Tenaga
Kesehatan85
7 Ny.L 34 SMU 3 MEDIA 658 Ny.A 34 SMU 3 Belum 459 Ny.S 34 SMU 3 Tenaga
Kesehatan70
10 Ny.H 23 SMU 2 Belum 4511 Ny.N 23 SMU 2 MEDIA 8512 Ny.S 19 PT 1 Keluarga 7013 Ny.H 26 PT 2 Keluarga 7514 Ny.A 33 PT 5 Keluarga 9015 Ny.D 32 SMU 3 MEDIA 5016 Ny.I 24 SMU 2 Tenaga
Kesehatan80
17 Ny.Y 31 SMU 2 MEDIA 7018 Ny. A 23 SMU 2 MEDIA 6519 Ny.R 32 PT 3 Tenaga
Kesehatan80
20 Ny.S 34 SMU 2 MEDIA 5521 Ny. A 27 PT 3 Tenaga
Kesehatan75
22 Ny.A 24 PT 2 TenagaKesehatan
85
23 Ny.I 34 SMU 2 MEDIA 6524 Ny.S 23 SMP 2 MEDIA 6025 Ny.S 26 PT 2 Tenaga
Kesehatan90
26 Ny.D 26 SMU 2 Keluarga 4527 Ny.S 23 SMU 2 MEDIA 6528 Ny.A 24 PT 2 MEDIA 70
7
29 Ny.H 30 PT 3 TenagaKesehatan
85
30 Ny.D 34 PT 5 Keluarga 7531 Ny.Y 28 SMU 3 MEDIA 5532 Ny.R 27 PT 3 MEDIA 7033 Ny.A 30 PT 3 Tenaga
Kesehatan85
34 Ny.I 28 SMU 3 MEDIA 4535 Ny.F 32 PT 2 Tenaga
Kesehatan75
36 Ny.F 31 PT 2 TenagaKesehatan
80
37 Ny.S 26 SMU 1 Keluarga 5538 Ny.F 27 SMU 1 Keluarga 4539 Ny.R 32 PT 5 Tenaga
Kesehatan75
40 Ny.I 27 PT 2 TenagaKesehatan
90
41 Ny.A 31 SMU 3 Keluarga 4042 Ny.D 32 PT 3 Keluarga 4543 Ny.U 32 PT 3 Tenaga
Kesehatan85
44 Ny.H 24 PT 2 Keluarga 7545 Ny.V 29 SMU 1 MEDIA 5546 Ny.L 28 SMU 1 Keluarga 5047 Ny.V 35 SMP 5 MEDIA 6048 Ny.H 26 SMU 1 MEDIA 3549 Ny.L 27 SMU 1 MEDIA 3550 Ny.I 35 SMP 5 Keluarga 6551 Ny.I 29 SMU 1 MEDIA 4552 Ny.T 33 SMU 3 Keluarga 4553 Ny.S 34 SMP 4 Belum 5054 Anita 32 SMU 3 Keluarga 5055 Ny.H 27 SMU 1 MEDIA 4556 Ny.M 26 SMU 1 MEDIA 4557 Ny.E 28 SMP 1 Belum 5558 Ny.A 26 SMP 1 Belum 5059 Ny.P 30 SMU 2 Keluarga 5060 Ny.N 31 SMU 3 MEDIA 4561 Ny.H 31 SMP 3 Belum 3562 Ny.A 25 SMU 1 MEDIA 5063 Ny.K 30 SMU 1 MEDIA 5064 Ny.M 32 SMP 1 Belum 4565 Ny.A 38 SMU 1 MEDIA 5066 Ny.T 31 SMU 3 MEDIA 50
8
67 Ny.Y 32 SMP 3 Belum 4568 Ny.H 19 SMP 1 Belum 5569 Ny.T 27 SMU 1 Keluarga 5070 Ny.H 20 SMP 1 Belum 3571 NY.A 37 SMP 4 MEDIA 4572 NY.R 35 SMU 3 MEDIA 5073 NY. A 34 SMP 3 Belum 4574 NY. H 32 SMU 2 MEDIA 4575 NY. T 19 SMP 1 Belum 35
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19