penggunaan kendaraan bermotor oleh anak dibawah umur

34
PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR OLEH ANAK DIBAWAH UMUR MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya dan Teknologi (PLSBT) oleh : SANDRA MIHARJA 1100860 FEBRIANDARI AYU SAPUTRI 1101949 SOPYAN 1102110 SHANDY ADITYA PUTRA 1104907 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

Upload: miharja-sandra

Post on 02-Jan-2016

4.657 views

Category:

Documents


35 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya dan

Teknologi (PLSBT)

oleh :

SANDRA MIHARJA 1100860

FEBRIANDARI AYU SAPUTRI 1101949

SOPYAN 1102110

SHANDY ADITYA PUTRA 1104907

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

Page 2: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan makalah yang bertema masalah sosial yang belakangan ini sedang marak

dibicarakan di media informasi atau media massa dan tema tersebut adalah Penggunaan

Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur.

Makalah ini membahas mengenai permasalahan sosial yaitu tentang penggunaan

kendaraan bermotor oleh anak dibawah umur beserta pemecahan masalah berdasarkan

pendekatan pemecahan masalah multidisipliner.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang terlibat dalam penyelesaian

makalah ini yaitu, orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian

makalah, Hj. Siti Komariah, M.Si. , PH.D. selaku pemberi tugas dan pembimbing pengerjaan

makalah, dan teman-teman seperjuangan.

Dengan selesainya makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan bagi pembaca agar mencegah terjadinya masalah tersebut terulang kembali.

Selain itu penulis berharap bisa membuat kembali makalah yang lebih sempurna.

Bandung, September 2013

Penulis

ii

Page 3: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

Daftar Isi

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

Daftar Isi.........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah..........................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan Makalah................................................................................................2

1.4 Manfaat.............................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................................................3

2.1 Pendekatan Pemecahan Masalah......................................................................................3

2.2 Sosiologi............................................................................................................................4

2.2.1 Sejarah Lahirnya Sosiologi........................................................................................4

2.2.2 Pengertian Sosiologi..................................................................................................6

2.2.3 Ciri-ciri dan sifat hakikat sosiologi............................................................................7

2.2.4 Kegunaan dan tujuan mempelajari sosiologi.............................................................8

2.3 Psikologi Sosial.................................................................................................................8

2.4 Hukum...............................................................................................................................9

BAB III PEMECAHAN MASALAH...........................................................................................11

3.1 Sosiologi..........................................................................................................................11

3.2 Psikologi Sosial...............................................................................................................14

3.2.1 Penyebab Terjadinya Kasus Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur………………………………………………………………………………14

3.2.2 Tindakan Pencegahan Atau Pengurangan Kasus.....................................................15

3.3 Hukum.............................................................................................................................15

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................17

4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................17

4.2 Saran...................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

iii

Page 4: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

iv

Page 5: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini perkembangan teknologi komunikasi, transportasi dan teknologi lainnya

berkembang dengan sangat cepat. Kemajuan ini tentunya mempermudah kita sebagai

manusia untuk berkomunikasi baik itu komunikasi jarak jauh seperti menggunakan telepon

rumah ataupun telepon selular. Selain kemajuan teknologi komunikasi, teknologi transportasi

juga menjadi semakin maju dengan adanya kendaraan bermotor yang bisa kita kendarai

sendiri sehingga kita bisa mencapai tujuan dengan cepat. Adanya teknologi transportasi ini

bisa membuat kita berpindah tempat dengan cepat sehingga banyak orang yang membeli

kendaraan bermotor untuk mengefektif dan mengefisiensikan pekerjaan sehari-harinya.

Dampak positif dari kemajuan teknologi transportasi memang sangat menguntungkan

bagi manusia, tetapi selain memiliki dampak positif kemajuan teknologi transportasi pun

memiliki dampak negatif yaitu terjadi kemacetan dan kecelakaan. Dampak negatif ini

menjadi sangat negatif ketika mengetahui bahwa orang yang mengendarai teknologi

transportasi khususnya kendaraan bermotor milik pribadi tersebut adalah anak yang masih

dibawah umur atau orang yang seharusnya belum diperbolehkan mengendarai kendaraan

tersebut sendirian seperti kasus yang saat ini sedang dibicarakan yaitu mengenai kasus

kecelakaan kendaraan bermotor yang melibatkan artis terkenal sekaligus putra dari seorang

musisi terkenal di Indonesia.

Kasus tersebut menjadi pembicaraan di media massa dikarenakan pelakunya adalah

seorang artis terkenal sekaligus putra seorang musisi terkenal. Sebenarnya kasus mengenai

penggunaan kendaraan bermotor oleh anak dibawah umur banyak terjadi tetapi kasus

tersebut tidak terpublikasikan seperti kami penulis yang sering melihat seseorang yang

sedang mengendarai sepeda motor dengan menggunakan pakaian seragam Sekolah

Menengah Pertama (SMP) padahal siswa SMP belum diperbolehkan mengendarai kendaraan

bermotor baik itu sepeda motor maupun kendaraan beroda empat atau sering disebut mobil.

1

Page 6: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya yang kami dapatkan dari

majalah Femina edisi 10 September 2013 telah menyebutkan fakta mencengangkan. Jika

tahun 2011 terjadi 40 kasus kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh anak-anak di bawah

usia 16 tahun, dan tahun 2012 lalu melonjak hingga 104 kasus.

Kasus-kasus tersebut merupakan masalah sosial yang harus dipecahkan agar tidak ada

lagi kecelakaan yang akan menimpa seseorang karena seorang anak dibawah umur dan

karena kelalaian orang tuanya. Oleh karena itu penulis mengangkat masalah sosial tersebut

menjadi tema dari makalah ini yaitu “Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah

Umur”.

1.2 Identifikasi Masalah

Kasus penggunaan kendaraan bermotor oleh anak dibawah umur baik sepeda motor

maupun kendaraan beroda empat atau mobil harus dipecahkan agar tidak ada lagi kecelakaan

yang terjadi akibat kelalaian orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Untuk memecahkan

masalah akan ditinjau dari beberapa ilmu yang berhubungan dengan masalah sosial tersebut

dan penulis mengambil beberapa tinjauan ilmu yang berhubungan dengan kasus ini yaitu

ditinjau dari ilmu sosiologi, hukum dan psikologi sosial yang akan dipecahkan melalui

pendekatan multidisipliner.

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan dari penulisan masalah ini adalah untuk memaparkan tinjauan masalah dan

pemecahan masalah melalui cabang ilmu Sosiologi, cabang ilmu Hukum dan cabang ilmu

Psikologi Sosial melalui pendekatan pemecahan masalah multidisipliner.

1.4 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk memecahkan masalah sosial mengenai

penggunaan kendaraan bermotor oleh anak dibawah umur sehingga bisa memperkecil bahkan

menghilangkan angka kecelakaan lalu lintas yang melibatkan anak dibawah umur sebagai

tersangka.

2

Page 7: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pendekatan Pemecahan Masalah

Dari perkuliahan Ibu Siti Komariah yang penulis ikuti, pemecahan masalah memiliki

beberapa pendekatan yaitu Interdisipliner, Multidisipliner, Crossdisipliner dan

Transdisipliner. Interdisipliner adalah pendekatan pemecahan masalah melalui beberapa

cabang ilmu dalam satu rumpun ilmu misalnya masalah sosial yang dipecahkan oleh cabang-

cabang ilmu dari rumpun ilmu-ilmu sosial seperti cabang ilmu sosiologi, cabang ilmu

psikologi sosial, cabang ilmu hukum dan lain sebagainya. Pendekatan interdisipliner bersifat

implicit dan terselubung.

‘Pendekatan multidisipliner adalah usaha pembahasan tentang tema yang sama oleh

pelbagai ilmu, sehingga semua ilmu itu memberikan sumbangannya yang satu disamping

yang lain. Setiap ilmuwan dari satu disiplin ilmu akan berusaha memberikan penjelasan yang

dapat dipahami juga oleh ilmuwan di bidang lain. Multidisipliner merupakan usaha

menyoroti suatu masalah tertentu dari berbagai seginya. Dalam melakukan hal ini, perspektif

setiap ilmu tetap dipertahankan dan tidak harus melebur dengan perspektif-perspektif ilmiah

yang lainnya. Disini tidak tercapai suatu pandangan terpadu, yang memang tidak

dimaksudkan disini. Yang dihasilkan hanyalah pendekatan dari berbagai arah yang

dipusatkan pada tema yang sama.’ (Gea, 2005, pp. 24-25)

Pendapat dari Gea sependapat atau sama dengan pengetahuan penulis mengenai

multidisipliner yang diajarkan ibu Siti Komariah yaitu multidisipliner adalah pendekatan

pemecahan masalah melalui beberapa cabang ilmu dalam satu rumpun ilmu misalnya

masalah sosial yang dipecahkan oleh cabang-cabang ilmu dari rumpun ilmu-ilmu sosial

seperti cabang ilmu sosiologi, cabang ilmu psikologi sosial, cabang ilmu hukum dan lain

sebagainya. Pendekatan interdisipliner bersifat eksplisit atau terang-terangan. Upaya-upaya

memecahkan permasalahannya dijelaskan secara rinci dan biasanya diuraikan cara

pemecahan tersebut dengan cara ditulis dalam sebuah makalah seperti yang penulis lakukan

3

Page 8: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

yaitu memecahkan masalah sosial yaitu penggunaan kendaraan bermotor oleh anak dibawah

umur melalui pendekatan multidisipliner atau dibuat dalam bentuk makalah.

Crossdisipliner adalah pendekatan pemecahan masalah melalui perpaduan dua atau lebih

rumpun ilmu secara silang contohnya memcahkan masalah sosial seperti tabrakan maut

melalui cabang ilmu-ilmu alam seperti cabang ilmu kesehatan dan cabang ilmu fisika).

Pemecahan tersebut dipadukan atau disilangkan dengan cabang Ilmu-ilmu Sosial seperti

cabang ilmu hukum, cabang ilmu politik dan cabang ilmu sosial. Rumpun ilmu ada tiga yaitu

ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu budaya. Persilangan yang dilakukan

crossdisipliner bisa menghasilkan empat macam pendekatan yaitu perpaduan atau

persilangan antara :

1. Ilmu-Ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial

2. Ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu budaya

3. Ilmu-ilmu sosial dengan ilmu-ilmu budaya

4. Ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu budaya

Transdisipliner adalah pendekatan pemecahan masalah dengan lintas ilmu, misalkan

memecahkan masalah kemiskinan yang dipecahkan oleh cabang ilmu politik dan ditinjau

melalui cabang ilmu sosiologi.

2.2 Sosiologi

2.2.1 Sejarah Lahirnya Sosiologi

Suatu tatanan masyarakat akan membutuhkan suatu konsep atau nilai yang

dijunjung atau dilaksanakan sehingga tercipta keadaan masyarakat yang harmonis,

damai dan sejahtera. Bayangkan saja jika kita hidup dalam masyarakat yang penuh

dengan konflik, tentunya kehidupan kita tidakakan tenang dan nyaman. Hal diatas

menjadi salah satu alasan untuk menghadirkan suatu ilmu yang dinamakan dengan

ilmu sosiologi. Sosiologi lahir karena keinginan dalam diri masyarakat untuk

memahami kehidupan sosial dan cara orang bertindakdidalamnya. Dalam sejarahnya,

sosiologi berusaha untuk menjawab berbagai pertanyaan, yaitu:

1. Pengetahuan tentang fenomena-fenomena kolektif. Sosiologi dianggap dapat

menjawab perilaku patologis manusia sehingga dapat mewujudkan harmonisasi

dalam masyarakat.

4

Page 9: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

2. Sosiologi bertujuan mendeskripsikan masyarakat dan fungsinya. Hal ini berangkat

dari prinsip bahwa materi dasar kehidupan manusia adalah tindakan manusia

sebagai individu (aktor).

3. Kepedulian manusia untuk memahami kehidupan sosial secara ilmiah dan rasional

sehingga sosiologi mampu membuktikan hukum-hukum fungsional dalam

masyarakat.

4. Munculnya kritik dalam masyarakat untuk mengungkapkan suatu tatanan sosial

yang tersembunyi.

Berbagai pertanyaan diatas merupakan penggagas lahirnya sosiologi sebagai ilmu

pengetahuan. Sosiologi lahir sebagai ilmu yang paling muda dari ilmu sosial lainnya.

Sosiologi lahir dari kekacauan masyarakat yaitu pada masa transisi kearah masyarakat

baru yang merupkan titik pertemuan antara tiga peristiwa yaitu :

1. Revolusi Politik (Revolusi Prancis)

Selama revolusi politik terjadi perubahan masyarakat yang cukup luar biasa

baik dari segi ekonomi, politik , dan sosial. Hal ini memunculkan semangat

liberalisme yang diterapkan dalam hukum dan undang – undang.

2. Revolusi Ekonomi ( Revolusi Industri )

Revolusi industri terjadi pada abad 19. Berkembangnya perdagangan,

kegiatan ekonomi, dan terjadinya urbanisasi. Hal tersebut menyebabkan perubahan

struktur dalam masyarakat sehingga terdapat berbagai kelas dalam masyarakat ,

yaitu kelas buruh dan kelas majikan. Kelas majikan yang menguasai perekonomian

mengakibatkan melemahnya kelas buruh sehingga timbullah perserikatan para

buruh sebagai penyatu kekuatan diantara buruh.

3. Revolusi Intelektual (Kemenangan rasionalisme, ilmu pengetahuan, dan

positvisme)

Auguste Comte yang mengumumkan datangnya zaman positivisme yaitu

sebuah dunia yang didasarkan pada penjelasan ilmiah, yang tunduk pada

pengetahuan tentang tindakan dan percobaan (eksperimental). Bahwa sebuah ilmu

harus berdasarkan observasi empiris dan eksak tentang fenomena-fenomena sosial.

5

Page 10: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

Dari ketiga peristiwa tersebut semua berawal dari kondisi yang memprihatinkan.

Terjadinya perubahan besar-besaran di tengah-tengah masyarakat yang mempengaruhi

kehidupan ekonomi, sosial dan politik melahirkan suatu pemikiran bagaimana

mengatur masyarakat sehingga tercipta keharmonisan dan keseimbangan masyarakat.

Istilah sosiologi muncul pertama kali pada tahun 1839 pada keterangan sebuah

paragraf dalam pelajaran ke 47 Cours de la Philosophie (Kuliah Filsafat) karya

Auguste Comte. Sedangkan Ilmu sosial lahir pada tahun 1842 yang dirintis oleh

“Auguste Comte” dari Prancis melalui bukunya “Positive Philosophy”. Fokus

kajiannya adalah segala bentuk kehidupan masyarakat. Oleh karena jasanya yang

besar, ia disebut sebagai Bapak Sosiologi. Tokoh-tokoh sosiologi berikutnya adalah :

Herbert Spencer (Inggris). Karl Marx dan Max Weber (Jerman), Pitirim A. Sorokin

(Rusia), Vilfredo Pareto (Italia), C.H. Cooley dan Lester F. Ward (USA), Emile

Durkheim (Prancis).

Di Indonesia, sosiologi baru diperkenalkan tahun 1948 oleh Prof. Sunario

Kolopaking di UGM. Kemudian disusul oleh tokoh-tokoh lainnya, yaitu Mr. Djoko

Gondokusumo, Hassan Shadily, Ma, Mayor Polak, Satjipto Raharjo, Soerjono

Soekanto, Selo Soemardjan, dan sebagainya.

2.2.2 Pengertian Sosiologi

Istilah sosiologi berasal dari kata “socius” yang berarti kawan (termasuk lawan)

dan “logos” yang berarti berbicara (ilmu). Jadi, sosiologi adalah ilmu yang membahas

pergaulan manusia di masyarakat. Pergaulan (interaksi) bisa terjadi antar individu,

antar kelompok, atau antara individu dengan kelompok. Oleh karena objek studinya

adalah masyarakat, maka sosiologi disebut juga Ilmu Kemasyarakatan. Fokusnya

adalah hubungan timbal balik antar manusia dalam kehidupan bersama

(bermasyarakat).

Beberapa konsep dasar sosiologi menurut Para Sosiolog adalah :

1. Auguste Comte

Sosiologi adalah studi tentang statika sosial (social statics) dan dinamika sosial

(social dynamics). Dalam hal ini statika sosial mewakili stabilitas sedangkan

dinamika mewakili perubahan.

2. Emile Durkheim

6

Page 11: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta sosial adalah cara

bertindak, berpikir, dan mampu melakukan pemaksaan dari luar terhadap individu.

3. Max Weber

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang tindakan sosial. Masyarakat adalah

produk dari tindakan individu-individu yang berbuat dalam kerangka fungsi nilai,

motif, dan kalkulasi rasional. Lebih lanjut, Weber menjelaskan sosiologi adalah

ilmu pengetahuan yang berusaha memahami dengan cara melakukan interprestasi

atas tindakan sosial.

2.2.3 Ciri-ciri dan sifat hakikat sosiologi

Ciri-ciri pokok sosiologi adalah sebagai berikut :

1. Sosiologi bersifat empiris, artinya didasarkan pada observasi-observasi terhadap

segala kenyataan di masyarakat.

2. Sosiologi bersifat teoritis, artinya merupakan abstraksi dari hasil-hasil observasi

yang menjelaskan hubungan kausalitas.

3. Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori

lama yang kemudian disempurnakan.

4. Sosiologi bersifat nonetis, artinya yang dipersoalkan bukan baik buruknya fakta,

tetapi bertujuan untuk menjelaskan fakta-fakta secara analistis.

Adapun sifat-hakikat sosiologi sebagai berikut :

1. Sosiologi termasuk kelompok ilmu-ilmu sosial yang objek studinya adalah

masyarakat.

2. Sosiologi bukan disiplin ilmu yang normatif, tetapi kategoris. Artinya sosiologi

hanya membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan yang seharusnya

terjadi.

3. Sosiologi merupakan ilmu murni dan bukan ilmu terapan, artinya sosiologi

bertujuan untuk mengembangkan ilmu secara teoritis.

4. Sosiologi bersifat abstrak, artinya yang diperhatikan adalah bentuk dan pola-pola

peristiwa dalam masyarakat.

5. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola

umum, sehingga berupa ilmu umum.

7

Page 12: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

2.2.4 Kegunaan dan tujuan mempelajari sosiologi

Berikut merupakan beberapa kegunaan dan tujuan dari mempelajari sosiologi:

1. Dapat dijadikan alat dan sarana untuk memahami masyarakat tertentu (petani,

pedagang, buruh, pegawai, komunitas keagamaan, militer dan sebagainya).

2. Sebagai alat untuk memahami struktur masyarakat, pola-pola interaksi, serta

stratifikasi sosial.

3. Hasil studi sosiologi terhadap kondisi masyarakat dapat digunakan sebagai dasar

untuk menetapkan suatu kebijakan (dari pemerintah, perusahaan, badan dunia,

dan sebagainya).

4. Hasil kajian sosiologis dapat dijadikan pertimbangan untuk memecahkan

masalah-masalah sosial.

5. Data-data masyarakat dapat membantu kegiatan pembangunan, mulai dari

perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi hasil-hasilnya.

2.3 Psikologi Sosial

Apabila melihat sub bab ini, mungkin akan timbul pertanyaan mengapa kasus anak di

bawah umur dikaitkan dengan psikologi sosial. Melihat arti katanya, psikologi berasal dari

kata psyche yakni jiwa dan logos berarti ilmu pengetahuan.(Singgih D. Gunarsa, 2004)

Mengingat jiwa seseorang dapat dipelajari, diselidiki melalui perilakunya, maka

psikologi sering dikatakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia. Karena perilaku

seseorang adalah hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungan, maka perilaku harus

dipelajari dalam hubungan dengan lingkungannya.

Pada kasus dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa psikologi meliputi 2 macam

pengetahuan yang mempelajari bagaimana manusia member reaksi, yakni jawaban terhadap

rangsang dari lingkungan yang berbeda dan rangsangan dari lingkungan yang sama.

Rangsangan reaksi atau jawaban terhadap rangsangan-rangsangan ini, diperlihatkan dalam

bentuk perilaku. Maka psikologi bias dirumuskan sebagai ilmu pengetahuan yang

mempelajari perilaku manusia dalam hubungan timbal balik.

Interaksi Sosial merupakan hubungan-hubungan yang menyangkut hubungan antar

individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya

interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.

8

Page 13: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

Berdasarkan pengertian tentang interaksi sosial, maka apabila seseorang misalnya bergaul

dengan orang lain maka seseorang tersebut akan memiliki pengaruh kejiwaan terhadap orang

yang berinteraksi dengannya dan juga sebaliknya. Dikaitkan dengan kasus dalam makalah

ini, tindakan yang dilakukan anak tentunya adalah hasil daripada interaksi sosial baik itu

dalam keluarga maupun dari lingkungan sekitarnya.

Apabila kita menggabungkan antara psikologi dengan interaksi sosial maka akan muncul

suatu disiplin ilmu yang disebut psikologi sosial. Definisi psikologi sosial yang paling umum

diterima menggambarkan disiplinini sebagai satu upaya untuk memahami dan menjelaskan

bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku individu yang dipengaruhi oleh kehadiran orang

lain secara actual, dibayangkan, atau hadir secara tidak langsung.(Fox & Prilleltensky, 2005)

2.4 Hukum

Menurut Austin dalam (Kanisius, 1995) menyatakan bahwa hukum adalah tiap-tiap

undang-undang positif yang ditentukan secara langsung atau tidak langsung oleh seorang

pribadi atau sekelompok orang yang berwibawa bagi seorang anggota atau anggota-anggota

suatu masyarakat politik yang berdaulat, dimana yang membentuk hukum adalah yang

tertinggi. Sedangkan menurut Budiono dalam (Kasinius, 2009) menyatakan bahwa tentu saja,

hukum harus dibentuk sesuai dengan prosedur atau memenuhi tuntutan formal tertentu agar

diakui sebagai hukum (legitimasi yuridis).

Peraturan yang mengatur pengendara kendaraan bermotor :

1. Pasal 281 Nomor 22 Tahun 2009 mengenai batas usia minimum pengendara kendaraan

bermotor. Untuk pasal 281 ini, hukuman maksimal bagi pelanggarnya adalah pidana

kurungan selama 4 bulan atau denda paling banyak Rp 1 Juta.

2. Pasal 77 ayat (1) mengenai Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di

Jalan yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi dipidana dengan pidana kurungan

paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp1.000.000, 00 (satu juta rupiah).

3. Apabila terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan anak dibawah umur yang harus

bertanggung jawab bukanlah anak itu sendiri tetapi harus melibatkan orang tua.

4. Hukuman harus tetap diberlakukan meskipun melibatkan anak dibawah umur.

5. Orang tua bisa juga terkena hukuman apabila melibatkan kecelakaan anak dibawah umur.

6. Apabila anak telah ditetapkan sebagai tersangka maka anak harus mendapatkan perlakuan

yang berbeda dengan orang dewasa.

9

Page 14: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

Penyebab pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak dibawah umur tidak terlepas

dari faktor-faktor pendorong, motifasi atau gengsi sehingga seorang anak melakukan

pelanggaran/kenakalan.

Adapun motifasi terbagi atas 2 (dua) yaitu:

1. Motifasi intrinsik. Faktor yang mempengaruhi anak melakukan pelanggaran/kenakalan

lalu lintas yaitu perilaku tidak disiplin berlalu lintas. Emosional anak dalam hal ini

pengaruh usia dan pengetahuan.

2. Motifasi ekstrinsik. Faktor Yang mempengaruhi anak melaukan kenakalan/pelanggaran

lalu lintas yaitu keluarga, karena keluarga mempunyai peranan besar terhadap

perkembangan anak, disamping itu sekolah juga memiliki peran yang penting sehingga

sekolah seharusnya bisa lebih memberikan batasan kepada anak bahwa dilarang

membawa kendaraan ke sekolah. Selain itu juga pengaruh lingkungan dalam hal ini

faktor pergaulan.

10

Page 15: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

BAB III

PEMECAHAN MASALAH

3.1 Sosiologi

Dalam masyarakat kita terutama yang berasal dari kalangan menengah ke atas sepertinya

sudah menjadi hal yang biasa apabila orang tua menghadiahkan atau memberikan kendaraan

bermotor kepada anak mereka. Tentunya hal ini tidak dilarang jika orangtua memberi hadiah

kepada anaknya asalkan hadiah tersebut bukanlah barang yang dilarang seperti senjata api

atau narkoba.

Tapi jika orang tua memberikan sebuah motor apalagi mobil kepada anak yang masih

dibawah umur, tentunya ini merupakan hal yang tidak bijak meskipun si anak tersebut sudah

bisa mengendarai sebuah kendaraan bermotor. Selain itu, memberikan hadiah yang

berlebihan kepada anak merupakan sikap yang tidak pada tempatnya, berlebihan, bahkan

tidak mendidik. Orang tua terkadang lupa kapan anak sudah bisa disebut dewasa. Jangan

hanya karena orang tua mampu, lantas mereka menganggap perlu memberikan hal yang anak

mereka inginkan.

Terkadang orang tua sering melupakan kapankah saatnya anak sudah cukup usia untuk

mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya. Seorang anak yang masih berusia di bawah

umur ( dibawah 17 tahun ) jiwa dan emosinya masih labil. Pasalnya, emosi seseorang akan

mempengaruhi bagaimana seorang pengendara mengemudikan kendaraannya. Bahkan seorag

yang sudah berusia diatas 17 tahun pun harus melewati serangkaian tes terlebih dahulu

sebelum diijinkan untuk membawa kendaraan motor di jalan raya.

Ada beragam alasan mengapa Banyak orang tua yang mengijinkan anak mereka yang

dibawah umur untuk mengendarai kendaraan bermotor menurut Notonegoro dalam modul

buatannya, yaitu diantaranya:

1. Timbulnya rasa bangga dalam diri orang tua saat orang lain mengetahui bahwa anak

mereka telah bisa mengendarai kendaraan bermotor.

2. Minimnya pengetahuan orang tua tentang safety riding.

3. Transportasi umum yang kurang layak dan tidak nyaman.

4. Transportasi umum di negara kita yang masih diragukan keamanannya.

11

Page 16: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

5. Kondisi jalan yang rawan macet sehingga lebih baik membawa kendaraan bermotor

sendiri ( sepeda motor ) untuk bepergian terutama ke sekolah, dibandingkan menaiki

angkutan umum.

Kasus anak di bawah umur yang mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya tidak

hanya terjadi di kalangan atas saja. Tapi juga di masyarakat umum sudah tidak asing lagi kita

melihat anak di bawah umur dengan bebas melenggang mengendarai kendaraan bermotor di

jalan raya. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang telah dilarang oleh orang tuanya

namun tetap melakukan pelanggaran tersebut diatas. Hal ini tentunya menimbulkan

kekhawatiran dan perhatian yang khusus dari semua elemen masyarakat.

Menurut data Divisi Humas National Traffic Management Centre (NTMC), setidaknya

ada 117.949 kasus kecelakaan kendaraan bermotor sepanjang tahun 2012 lalu. Dari angka

kecelakaan itu, sebanyak 111.015 dialami oleh pengendara motor. “Tingginya angka

kecelakaan motor ini disebabkan karena perilaku kurang disiplin dan rendahnya kepedulian

pengendara terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain.

Selama ini, korban laka lantas, didominasi usia muda antara umur 10 hingga 25 tahun.

Adapun tahun 2012 korban lakalantas umur 10 hingga 15 tahun sebanyak 376 orang.

Sedangkan untuk umur 16 hingga 25 tahun korban sebanyak 358 orang. belum lagi , tahun

2013 ini mulai dari Januari hingga Juni untuk umur 10 hingga 15 tahun sebanyak 61 orang

dan umur 16 hingga 25 tahun sebanyak 220 orang.

Tingginya angka dan korban kecelakaan lalulintas menuntut kita agar lebih berhati – hati

dan bijak dalam mnggunakan kendaraan bermotor. Hal yang lebih menghhawatirkan ialah

tidak sedikit korban kecelakaan tersebut merupakan anak yang masih di bawah umur.

Perilaku anak – anak yang menyimpan diatas merupakan salah satu contoh kenakalan

remaja saat ini. Gejala tingkah laku anak yang memperlihatkan atau menjurus pada

perbuatan kenakalan harus dapat dideteksi sedini mungkin sebab bila tingkah lakunya lebih

bervariasi maka akhirnya anak tidak mampu lagi menghadapi dirinya sendiri dalam hidup

bermasyarakat yang sehat. Anak – anak harus disadarkan bahwa mengendarai kendaraan

bermotor saat usia mereka masih dibawah umur merupakan hal yang beresiko dan berbahaya.

12

Page 17: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

Karena saat mereka berada di jalan raya mereka bukan hanya bertanggung jawab atas

keselamatan diri mereka tapi juga atas keselamatan pengendara yang lain.

Untuk mencegah dan menghentikan gejala ini, semua elemen masyarakat baik itu

keluarga, sekolah maupun masyarakat harus bekerjasama dan bahu membahu agar bisa

menangkal kenakalan anak atau remaja dan akibat yang dapat ditimbulkannya.

1. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak, karena keluarga

merupakan lingkungan keluarga yang bersifat primer dan fundamental. Pembentukan

karakter seseorang akan dipengaruhi oleh keluarga mereka. Oleh karena itu, para

orang tua harus menjauhkan anak apabila terjadi pertentangan diantara orang tua, para

orang tua pun harus bersifat terbuka dan mau mendengarkan serta memperhatikan hal

– hal yang kecil dari anak mereka. Orang tua harus menjadi yang terdepan dalam

mengawasi dan menasihati anak mereka. Apabila anak mereka melanggar aturan

yang ada maka orang tua harus menyadarkan diri si anak bahwa perbuatannya tidak

baik.

2. Sekolah

Sekolah merupakan rumah kedua bagi seorang anak. Karena hampir sebagian

besar waktu seorang anak mereka habiskan disekolah. Untuk mencegah kenakalan

anak sekolah harus bertindak tegas dalam menjalankan aturan tanpa melihat status

dan kedudukan orang tua anak. Dalam hal ini, sekolah harus tegas menjalankan

aturan bahwa anak yang belum memiliki SIM dilarang membawa kendaraan ke

sekolah. atau juga bisa melarang siswanya agar tidak berlebihan seperti membawa

kendaraan mewah ke sekolah, karena sekolah merupakan tempat belajar bukan ajang

pamer selain itu hal tersebut dapat menimbulkan kecemburuan sosial.

3. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang luas dan kompleks.

Partisipasi seluruh unsur sangat diharapkan, yaitu para pemuka agama, pemerintah

daerah, penguasa setempat, dan penegak hukum, agar secara terpadu dan secara

individual tanpa membedakan suku, golongan, agama, kedudukan, strata dan

sebagainya memikul tanggung jawab dan secara otomatis harus merasa terpanggil

13

Page 18: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

memikul dan memiliki tanggung jawab secara proposional untuk melakukan tindak

penangkalan secara bijak dan bertanggung jawab, tanpa pamrih pribadi/golongan, dan

nonbisnis. dalam mengatasi gejala anak yang menyimpang.

Demi tercapainya resiko yang sekecil – kecilnya maka semua elemen tersebut harus mau

bertindak menyelesaikan masalah ini. Karena kenakalan anak dibawah umur seperti ini

bukan hanya kesalahan anak atau orang tua saja, kondisi masyarakat yang sudah

menganggap hal ini wajar juga harus bertanggung jawab. Para penegak hukumpun bukan

hanya sekedar memberi tilang kepada yang melanggar tapi juga menyadarkan bahwa

perbuatan yang melanggar aturan itu salah.

3.2 Psikologi Sosial

3.2.1 Penyebab Terjadinya Kasus Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak

Dibawah Umur

Pada dasarnya kasus penggunaan kendaraan bermotor oleh anak dibawah umur

dapat dikategorikan sebagai kenakalan remaja. Kenapa demikian karena perilaku

yang dilakukan oleh anak tersebut dapat merugikan orang lain dan diri sendiri dan

anak tersebut tidak mematuhi aturan bahwahanya yang memiliki surat izin

mengemudi sajalah yang boleh menggunakan kendaraan bermotor.

Kenakalan remaja merupakan disintegrasi dari keutuhan suatu masyarakat. Hal itu

karena tindakan yang mereka lakukan dapat meresahkan masyarakat. Oleh karena itu

kenakalan remaja dapat disebut sebagai masalah sosial. (Fakhrudin, 2007)

Munculnya kenakalan remaja seperti misalnya dalam kasus pada makalah ini

merupakan gejolak kehidupan yang disebabkan adanya perubahan-perubahan sosial

di masyarakat. Seperti pergeseran fungsi keluarga karena kedua orang tua bekerja

sehingga peranan pendidikan keluarga berkurang. Selain itu, pergeseran nilai dan

norma masyarakat mengakibatkan berkembangnya sifat individualism. Juga

pergeseran struktur masyarakat mengakibatkan masyarakat lebih menyerahkan

permasalahan kepada yang berwenang. Pada dasarnya, banyak factor lain juga yang

dapat menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja. Misalnya, factor teman sebaya

yang kurang mendukung kearah yang baik atau lingkungan sekolah yang kurang

disiplin.

14

Page 19: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

3.2.2 Tindakan Pencegahan Atau Pengurangan Kasus

Ada beberapa usaha berdasarkan psikologi sosial yang dapat dilakukan untuk

mencegah atau mengurangi tingkat penggunaan kendaraan bermotor oleh anak

dibawah umur, antara lain sebagai berikut :

a. Usaha yang dilakukan pemerintah

1) Penerangan tentang masalah generasi muda

2) Memberikan sanksi yang tegas

3) Mendirikan pusat-pusat pelatihan dan rehabilitasi

4) Mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal

b. Usaha yang dilakukan pihak swasta

1) Mengadakan kegiatan-kegiatan sosial melalui organisasi kemasyarakatan

2) Mendirikan lembaga-lembaga pendidikan swasta

3) Mendirikan lembaga-lembaga sosial masyarakat tingkat RT dan RW

c. Usaha yang sifatnya bimbingan

1) Berusaha untuk mengerti pribadi individu dan minatnya. Anak terus

dibimbing agar dapat lebih memahami cirri pribadi dan minatnya dalam

menghadapi masa depannya.

2) Menanamkam kesadaran diri akan tanggung jawab pada anak

3) Memberikan kasih sayang dan simpati secukupnya dan tidak berlebihan.

4) Menanamkan nilai-nilai spiritual / agama sebaik mungkin

5) Menimbulkan sikap mental suka membantu orang lain atau kepedulian sosial

yang tinggi

3.3 Hukum

Pemecahan masalahnya seperti berikut :

a. Diberikan pemahaman kepada anak tentang perlunya surat izin mengemudi untuk

mengendarai kendaraan bermotor.

b. Diadakannya sosialisasi di sekolah- sekolah, melalui ceramah, penyuluhan, maupun

upacara dan melakukan sosialisasi di TK guna memberikan pemahaman etika berlalu

lintas di usia dini. Selain itu juga dilakukan pengawasan dengan cara swiping dalam

waktu-waktu tertentu.

15

Page 20: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

c. Dalam memberikan pemahaman berlalu lintas sejak dini lebih ditingkatkan agar

pengetahuan dari si remaja lebih cepat dicerna dengan baik karena sudah tertanam dari

usia dini

d. Faktor keluarga dan sekolah sebaiknya lebih berperan aktif agar anak memahami betul

akan pengetahuan berlalu lintas sejak dini tanpa ada pendorong dari luar karena salah

pergaulan.

e. Melakukan kerja sama antara polisi, orang tua dan sekolah.

f. Adapun upaya yang dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana atau kejahatan

adalah tindakan berupa penegakan hukum dengan menjatuhi hukuman.

16

Page 21: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa masalah sosial seperti anak dibawah umur

yang sudah mengendarai kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan kendaraan beroda

empat atau mobil merupakan masalah yang serius karena telah terjadi peristiwa yang

menggemparkan Indonesia mengenai artis terkenal sekaligus putra dari musisi terkenal

Indonesia yang menjadi tersangkan kecelakaan maut yang merupakan anak masih dibawah

umur. Beberapa cabang ilmu yang dijadikan titik tolak pemecahan adalah cabang ilmu yang

merupakan bagian dari rumpun ilmu sosial. Beberapa pemecahan tersebut diantaranya yang

pertama pada lingkungan keluarga menerapkan batasan kepada anak-anak yang masih

dibawah umur agar tidak mengendarai kendaraan bermotor. Kedua, lingkungan sosial atau

sekolah memberikan pengarahan agar siswa dibawah umur tidak mengendarai kendaraan

bermotor kalau perlu membuat aturan atau larangan mengendarai kendaraan bermotor bagi

siswa dibawah umur dan bagi yang melanggar akan diberikan sanksi. Ketiga diberikan

pemahaman kepada anak tentang perlunya surat izin mengemudi untuk mengendarai

kendaraan bermotor. Keempat adalah yang terpenting yaitu melakukan kerja sama antara

polisi, orang tua dan sekolah.

4.2 Saran

Saran dari penulis adalah bagi para orang tua, keluarga, sekolah, masyarakat, penegak

hukum dan pemerintah agar lebih bijaksana dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anak-

anak yang akan menjadi penerus bangsa, mari kita laksanakan peraturan-peraturan yang telah

dibuat untuk keamanan anak-anak agar tahun ini kecelakaan kendaraan bermotor yang

melibatkan anak-anak sebagai pengendara bisa menurun bahkan hilang dan jangan seperti

tahun lalu yang mencatat total kecelakaan sebanyak 104 kecelakaan yang melibatkan anak

dibawah umur sebagai pengendara.

17

Page 22: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

18

Page 23: Penggunaan Kendaraan Bermotor Oleh Anak Dibawah Umur

DAFTAR PUSTAKA

Asdar, D. A. (2008, Maret 08). Tinjauan Kriminologis Pelanggaran Lalu lintas yang Dilakukan Oleh Remaja di Wilayah Hukum Polres Parepare (studi kasus 2006 - 2011). Retrieved September 26, 2013, from Hasanuddin University: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/4130

Fakhrudin. (2007). Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk SMA/MA kelas XII Program Ilmu Pengetahuan Sosial / Bagja Waluya. Bandung: Setia Purna Inves.

Fox, D., & Prilleltensky, I. (2005). Psikologi Kritis, Metaanalisis Psikologi Modern. Jakarta: Teraju.

Gea, A. A. (2005). Character Building IV Relasi dengan dunia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Haryono Basuki, dkk. (2012). Sosiologi Jenjang SMA. Jakarta.

Kanisius. (1995). Filsafat Hukum. Yogyakarta: Kasinius.

Kasinius. (2009). Filsafat Hukum. Yogyakarta: Kasinius.

Kusumaningrum, S. (2001, September 26). Hukum Bagi Anak Dibawah Umur. Retrieved September 26, 2013, from Hukum online.com: http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl112/hukum-bagi-anak-bawah-umur

Majalah Femina Edisi 10 September 2013

Notonegoro, A. (2007). Modul Sosiologi 1. Pekalongan.

Saraswati, M., & Widaningsih, I. (2008). Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi) untuk kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Grafindo.

Singgih D. Gunarsa, Y. S. (2004). Psikologi praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

19