penggunaan layanan bimbingan kelompok teknik …digilib.unila.ac.id/54406/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK
PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REGULASI
EMOSI PADA SISWA KELAS X MIA SMA MUHAMMADIYAH 1 WAY
JEPARA LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2017/2018
(Skripsi)
Oleh
EVRIYEN TRI UTOMO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK
PERMAINAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REGULASI
EMOSI PADA SISWA KELAS X MIA SMA MUHAMMADIYAH 1 WAY
JEPARA LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh
EVRIYEN TRI UTOMO
Permasalahan penelitian adalah Apakah layanan bimbingan kelompok teknik
permainan dapat dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan regulasi emosi
siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penggunaan layanan bimbingan
kelompok teknik permainan dapat dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan
regulasi emosi siswa pada kelas X MIA SMA Muhammadiyah 1Way Jepara
Lampung Timur tahun pelajaran 2017/2018. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode quasi eksperiment dengan time series design. Subjek
penelitian ini sebanyak 8 siswa yang memiliki kemampuan regulasi emosi rendah.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala regulasi
emosi. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan regulasi emosi siswa
setelah melakukan layanan bimbingan kelompok teknik permainan, analisis data
pretest dan posttets menggunakan uji Wilcoxon Matched Pairs Test, diperoleh zhitung=
-2,527<ztabel = 1,645 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan penelitian adalah
layanan bimbingan kelompok teknik permainan dapat dipergunakan untuk
meningkatkan kemampuan regulasi emosi pada siswa kelas X MIA SMA
Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung Timur tahun pelajaran 2017/2018.
Kata Kunci : bimbingan konseling, teknik permainan, regulasi emosi.
PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PERMAINAN
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REGULASI EMOSI PADA SISWA
KELAS X MIA SMA MUHAMMADIYAH 1 WAY JEPARA LAMPUNG TIMUR
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh
EVRIYEN TRI UTOMO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Bimbingan Konseling
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis Evriyen Tri Utomo lahir di Way Jepara, 29 Maret
1996 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara,dari
pasangan Bapak Jayusman dan Ibu Sriani.
Pendidikan yang pernah di tempuh :
1. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi Way Jepara diselesaikan
tahun 2002
2. Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Labuhan Ratu Lampung Timur diselesaikan
tahun 2008
3. Sekolah Menengah pertama (SMP) Negeri 1 Way Jepara Lampung Timur
diselesaikan tahun 2011
4. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Way Jepara Lampung Timur
diselesaikan tahun 2014
Kemudian tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi
Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selanjutnya, pada bulan Juli- Agustus 2017
penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Layanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMA N 1 Pakuan Ratu,
Kecamatan Pakuan Ratu, Way Kanan, kedua kegiatan tersebut dilaksanakan di
Desa Pakuan Ratu, Kecamatan Pakuan Ratu, Kabupaten Way Kanan.
Persembahan
Dengan penuh rasa syukur pada Allah SWT atas nikmat sehat, nikmat
kesempatan untuk menuntut ilmu yang kudapatkan hingga detik ini.
Kupersembahkan sebuah karya sederhana ini untuk:
Kepada kedua orang tuaku, saudara-saudaraku dan keluarga besar.
Terimakasih atas dukungan, do’a dan pengorbanan yang tiada habisnya
yang telah kalian curahkan kepadaku selama ini.
Kalian adalah yang terbaik dalam hidupku.
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain”.
(QS. Al Insyirah, Ayat 5-7)
”Kebahagiaan hadir dari hati yang ikhlas,
fokus pada berbuat baik, yakin bahwa balasan Allah SWT
adalah sebaik-baik balasan”
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Penggunaan Layanan Bimbingan
Kelompok Teknik Permainan untuk Meningkatkan Kemampuan Regulasi Emosi
Pada Siswa Kelas X MIA SMA Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung Timur
Tahun Pelajaran 2017/2018”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. DR. Patuan Raja, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
sekaligus pembimbing utama terima kasih atas kesediaannya memberikan
bimbingan, saran dan kritik yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Moch. Johan Pratama., S.Psi., M.Psi, selaku dosen pembahas yang
telah menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada penulis selama kuliah.
5. Ibu Ratna Widiastuti, S.Psi., M.A., Psi.,selaku Pembimbing Pembantu
dan yang telah memberikan motivasi, bantuan, semangat dan bimbingan
serta arahan kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling Unila. Terima kasih
atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini.
7. Bapak dan Ibu staf dan karyawan FKIP Unila, terima kasih atas
bantuannya selama ini dalam membantu menyelesaikan segala
keperluan administrasi.
8. Bapak Muhamad Nawawi S.E, selaku Kepala SMA Muhammadiyah 1
Way Jepara Lampung Timur dan Bapak Boimen S.Pd.I., selaku guru
bimbingan dan konseling, terima kasih telah berkenan memberikan izin
dan kesediaannya membantu penulis untuk melaksanakan penelitian.
9. Kedua orang tuaku tercinta, terimakasih atas semua yang telah
diberikan untukku, do’a, kasih sayang, senyuman, serta segala
pengorbanan kalian untukku yang tiada pernah bisa dinilai dari segi
apapun.
10. Terimakasih kepada Dini Widiastuti yang selalu mendoakan, membantu
dan mendukung disaat penuyusunan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku bimbingan dan konseling angkatan 2014, yakni
Vetriana, Refiyana, Fitriani, Ade, Ridia, Agus, Aldi, Adit, dan sahabat-
sahabatku semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan semangat dan dukungannya.
12. Untuk keluarga besar Wisma Sri Sedono, yang banyak sekali
memberikan pengalaman, pelajaran, yang selalu seru dalam setiap
kondisi, yang memberikan hiburan dikala jenuh serta masih banyak lagi
kenangan-kenangan yang tak bisa diungkapkan.
13. Sahabat-sahabat seperjuanganku bimbingan dan konseling angkatan
2014 dan semua teman-teman PA. Terimakasih untuk kebersamaannya
selama ini. Suka dan duka kita bersama saat mencari ilmu untuk masa
depan kita kelak dan tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT.
14. Semua teman-teman KKN dan PPL desa Pakuan Ratu, Way Kanan.
15. Semua siswa SMA Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung Timur
khususnya kelas X MIA, Terimakasih atas perhatian, kerjasama, dan
dukungannya.
16. Almamaterku tercinta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Oktober 2018
Penulis,
Evriyen Tri Utomo
j iguy fu
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ..............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ................................................... 1
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5
C. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 6
D. Kerangka Pikir ................................................................................... 6
E. Hipotesis Penelitian ...........................................................................10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Regulasi Emosi dalam Bimbingan Pribadi
1. Bidang Bimbingan Pribadi ............................................................. 11
2. Pengertian Regulasi Emosi ............................................................. 15
3. Strategi Regulasi Emosi ................................................................. 16
4. Tahapan Regulasi Emosi ................................................................ 18
5. Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Emosi ................................. 19
B. Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Permainan
1. Pengertian Bimbingan Kelompok ................................................ 21
2. Tujuan Bimbingan Kelompok ........................................................ 22
3. Komponen Bimbingan Kelompok .................................................. 23
4. Dinamika Kelompok ...................................................................... 25
5. Asas-Asas Bimbingan Kelompok ................................................... 27
6. Tahap-Tahap Bimbingan Kelompok .............................................. 29
7. Teknik Permainan ........................................................................... 31
C. Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Permainan
untuk Meningkatkan Kemampuan Regulasi Emosi ........................... 34
III. METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 39
B. Metode Penelitian ............................................................................... 39
C. Subjek Penelitian ................................................................................ 40
D. Variabel dan Definisi Oprasional ........................................................ 42
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 43
F. Pengujian Instrumen Penelitian........................................................... 46
G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 48
j iguy fu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................... 50
1. Gambaran Hasil Pra Konseling Kelompok .................................... 50
2. Deskripsi Data ................................................................................ 51
B. Data Skor Subjek Sebelum (Pretest) Dan Sesudah (Posttest)
Mengikuti Layanan Bimbingan Kelompok ....................................... 52
1. Pelaksanaan Kegiatan Layanan Bimbingan Kelompok ................. 54
2. Deskripsi Hasil dari Setiap Pertemuan Layanan
Bimbingan Kelompok .................................................................... 59
C. Analisis Data Hasil Penelitian ............................................................ 79
D. Uji Hipotesis ....................................................................................... 81
E. Pembahasan ........................................................................................ 82
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 89 B. Saran ................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
j iguy fu
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.2 Kriteria Bobot Nilai pada Skala Psikologi ................................... 44
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Skala Regulasi Emosi ....................................................... 45
Tabel 3.4 Kriteria Regulasi Emosi ............................................................... 46
Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ...................................................................... 47
Tabel 4.1 Kriteria Regulasi Emosi ............................................................... 51
Tabel 4.2 Data Hasil Pretest Sebelum Pemberian Layanan
Bimbingan Kelompok .................................................................. 52
Tabel 4.3 Skor posttest Setelah Layanan
Bimbingan Kelompok .................................................................. 53
Tabel 4.4 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Layanan
Bimbingan Kelompok .................................................................. 55
j iguy fu
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian ........................................................ 10
Gambar 3.1 Time Series Design ................................................................... 40
Gambar 4.1 Grafik perubahan kemampuan Regulasi Emosi AF ................. 61
Gambar 4.2 Grafik perubahan kemampuan Regulasi Emosi AS ................. 64
Gambar 4.3 Grafik perubahan kemampuan Regulasi Emosi FI .................. 66
Gambar 4.4 Grafik perubahan kemampuan Regulasi Emosi ML ................ 68
Gambar 4.5 Grafik perubahan kemampuan Regulasi Emosi R ................... 71
Gambar 4.6 Grafik perubahan kemampuan Regulasi Emosi SH ................. 73
Gambar 4.7 Grafik perubahan kemampuan Regulasi Emosi T ................... 75
Gambar 4.8 Grafik perubahan kemampuan Regulasi Emosi WG ............... 78
Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Regulasi Emosi Siswa Sebelum dan Sesudah Mengikuti Layanan Bimbingan Kelompok ................ 80
j iguy fu
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kisi-kisi Skala Regulasi Emosi .............................................. 94
Lampiran 2. Skala Regulasi Emosi ............................................................. 96
Lampiran 3. Penjaringan Subjek ................................................................. 98
Lampiran 4. Tahap Pelaksanaan Penelitian ................................................ 100
Lampiran 5. Hasil Pretest ........................................................................... 101
Lampiran 6. Hasil Posttest .......................................................................... 102
Lampiran 7. Data Pretest dan Posttest Perindividu .................................... 103
Lampiran 8. Tabel Perbandingan antara Pretest dan Posttest .................... 104
Lampiran 9. Hasil Analisis Data Dengan Uji Wilcoxon ............................ 105
Lampiran 10. Tabel Distribusi Z .................................................................. 106
Lampiran 11. Modul .................................................................................... 108
Lampiran 12. Foto Penelitian ....................................................................... 137 Lampiran 13. Balasan Surat Penelitian ........................................................ 138
Lampiran 14. Surat Izin Penggunaan Dokumen
Skala Regulasi Emosi............................................................ 139
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
1. Latar Belakang
Setiap manusia pasti memiliki kemampuan dalam dirinya, baik itu kempuan yang
menyangkut fisik maupun psikis. Kemampuan yang ada tersebut merupakan
sebuah anugerah yang sepatutnya disyukuri dengan cara memaksimalkan potensi
yang ada pada dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu,
dengan kemampuan yang dimilikinya, sudah seharusnya manusia tersebut dapat
tumbuh dan berkembang dengan memaksimalkan kelebihan yang ada pada
dirinya dan meminimalisir kekurangan- kekurangannya. Hal ini berkaitan erat
dengan pengaturan diri yang ada pada diri individu. Seseorang dapat
mengembangkan kemampuannya tersebut dengan cara memiliki tujuan yang akan
dituju sehingga ia akan termotivasi untuk melakukan kegiatan dalam mewujudkan
tujuannya.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan peserta didik, pendidik,
administrator, serta orang tua peserta didik memiliki tujuan untuk
mengembangkan potensi tersebut. Untuk itu, dibutuhkan pula Bimbingan dan
Konseling dalam pelaksanaan pendidikan tersebut untuk membantu siswa dalam
menyelesaikan masalahnya.
2
Berdasarkan wawancara dengan guru dan wali kelas di SMA Muhammadiyah
1 Way Jepara Lampung Timur, masih banyak siswa di sekolah tersebut yang
memiliki pengaturan diri yang rendah. Guru mata pelajaran dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas telah menggunakan media pembelajaran yang interaktif
dan siswa cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan dan sibuk dengan aktivitasnya
sendiri, seperti menggambar atau mengganggu teman di sekitarnya. Selain itu,
regulasi emosi yang rendah juga tampak pada siswa yang sering tidak
mengerjakan tugas yang telah diberikan, siswa yang melanggar tata tertib
sekolah, siswa sering berkelahi dengan temannya, siswa kurang sopan santun
kepada guru , siswa berani melawan guru, lebih banyak bermain daripada belajar,
siswa mudah tersinggung dan mudah marah. Sehingga dari gejala tersebut, siswa-
siswa tersebut belum memahami dirinya sendiri dan kurang dapat mengatur
dirinya serta menunjukkan bahwa regulasi emosi yang ada pada dirinya rendah.
Gross (2007) menyatakan bahwa regulasi emosi ialah strategi yang dilakukan
secara sadar ataupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat atau
mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi dan
perilaku. Seseorang yang memiliki regulasi emosi dapat mempertahankan atau
meningkatkan emosi yang dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain itu,
seseorang juga dapat mengurangi emosinya baik positif maupun negatif.
Permasalahan yang ada tersebut dianggap tidak begitu mencolok oleh para
pendidik dikarenakan banyaknya anggapan bahwa mereka hanya sekedar malas
dan bandel sehingga muncul gejala seperti yang tersebut di atas.
3
Jika ditelaah lebih dalam, hal tersebut dapat mengganggu perkembangan siswa
dikarenakan regulasi emosi yang rendah akan berakibat pada motivasi
perkembangannya, terlebih nanti di saat ia beranjak dewasa dan akan menghadapi
tingkat kehidupan yang lebih tinggi. Untuk itu, diperlukan penanganan yang
menyeluruh baik dari pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat, terutama pada
dirinya sendiri.Sesuai dengan fungsi bimbingan dan konseling itu sendiri, yaitu
pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan, dan pengembangan maka
layanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah memiliki peranan yang
penting dalam pengembangan diri siswa, termasuk membantu siswa dalam
mengatur dirinya sendiri.
Hal ini juga berkaitan dengan bidang bimbingan yang terdapat dalam bimbingan
dan konseling, yaitu pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan memanfaatkan
layanan yang ada di bimbingan dan konseling (layanan orientasi, informasi,
penyaluran dan penempatan, penguasaan konten, konseling perorangan, konseling
kelompok, dan bimbingan kelompok). Semua unsur yang ada dalam bimbingan
dan konseling tersebut dipadukan untuk membantu siswa dalam mengembangkan
karakter pribadi siswa secara optimal, terutama dalam memahami dirinya
sehingga ia bisa mengatur dirinya sendiri baik itu dalam belajar, sosial, maupun
karirnya di masa yang akan datang.
Layanan-layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling, bimbingan kelompok
merupakan salah satu kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang banyak
dipakai karena lebih efektif dalam pelaksanaannya. Bimbingan kelompok dengan
teknik permainan dapat dilaksanakan dengan beberapa orang siswa yang
4
tergabung dalam kelompok sehingga dapat lebih mengefisienkan waktu. Selain
itu, layanan ini juga mengandung aspek sosial untuk dapat berinteraksi satu
dengan yang lainnya dan bisa saling belajar bersama.
Dengan interaksi yang terjadi ketika pelaksanaan bimbingan kelompok antar
anggota kelompok, diharapkan siswa dapat lebih mengetahui dirinya, menerima
dan menilai diri sendiri, serta memiliki harapan-harapan untuk dirinya. Dalam
rangka meningkatkan regulasi emosi, siswa dapat saling berbagi ide, pengalaman,
serta saling memotivasi untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya di dalam
layanan bimbingan kelompok teknik permianan tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti berupaya untuk melakukan
penelitian mengenai “ Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik
Permainan untuk Meningkatkan Kemampuan Regulasi Emosi Pada Siswa Kelas
X MIA SMA Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung Timur Tahun Pelajaran
2017/2018”
2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu:
a. Terdapat siswa tidak mengerjakan tugas mata pelajaran yang diberikan
b. Terdapat siswa yang berkelahi dengan temannya
c. Terdapat siswa yang berani melawan guru
d. Terdapat siswa yang mudah tersinggung dan mudah marah
e. Terdapat siswa yang melanggar tata tertib sekolah
3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka batasan
masalah dalam penelitian ini adalah “Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok
5
Teknik Permainan untuk Meningkatkan Kemampuan Regulasi Emosi Pada Siswa
Kelas X MIA SMA Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung Timur Tahun
Pelajaran 2017/2018”.
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah di atas maka dalam penelitian ini masalah sebagai berikut: “Regulasi
Emosi siswa rendah”. Dan permasalahannya yaitu “Apakah layanan bimbingan
kelompok teknik permainan dapat dipergunakan untuk meningkatkan Regulasi
Emosi siswa pada kelas X MIA di SMA Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung
Timur?”.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah layanan bimbingan
kelompok teknik permainan dapat dipergunakan untuk meningkatkan regulasi
emosi pada siswa kelas X MIA di SMA Muhammadiyah 1 Way Jepara
Lampung Timur.
2. Manfaat Penelitian
Adapun maanfat penelitian sebagai berikut :
Manfaat teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep-
konsep bimbingan, khususnya kajian bimbingan kelompok mengenai
meningkatkan regulasi emosi pada siswa. Manfaat praktis penelitian ini dapat
dijadikan sebagai suatu sumbangan informasi, pemikiran bagi siswa, orang tua,
guru pembimbing dan tenaga kependidikan lainnya.
6
C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang Lingkup Objek Penelitian
Ruang lingkup objek penelitian ini adalah bagaimana layanan bimbingan
kelompok teknik permainan dapat dipergunakan untuk meningkatkan regulasi
emosi pada siswa kelas X MIA di SMA Muhammadiyah 1 Way Jepara
Lampung Timur.
2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA di SMA
Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung Timur.
3. Ruang Lingkup Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah SMA Muhammadiyah . Waktu penelitian tahun
pelajaran 2017/2018.
D. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam
suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran melalui kerangka logis. Dalam
penelitian diperlukan teori-teori, dalil, ataupun konsep-konsep yang tertuang
dalam kerangka pikir yang akan dijadikan dasar sebuah penelitian. Sekolah
merupakan penyelenggara pendidikan yang penting bagi masyarakat untuk
membantu individu dalam mengembangkan dirinya.
Pengembangan diri yang dapat dilakukan di sekolah tidak terlepas dari peserta
didik, pendidik, administrator sekolah, orang tua peserta didik, dan juga
masyarakat. Perkembangan diri yang ada di sekolah lebih tertuju pada
perkembangan dirinya dalam belajar yang dapat dilihat dari hasil belajar berupa
prestasi belajar yang diperolehnya. Selain itu, perkembangan yang lainnya lebih
7
kepada karakter yang akan terbentuk pada diri siswa berupa sikap belajar yang
baik yang dibuktikan dengan sikapnya baik ketika saat pembelajaran berlangsung
maupun sikap dalam pengerjaan tugas-tugas yang diembannya.
Regulasi emosi yang ada pada diri siswa juga berperan penting dalam
pembentukan karakter siswa tersebut serta akan mempengaruhi prestasi belajar
yang diraihnya. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada banyak jenisnya,
namun dapat digolongkan menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Salah satu
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut adalah faktor internal. Hal ini
mengemukakan pentingnya faktor internal pada diri siswa untuk meningkatkan
prestasi belajarnya. Selain itu, dengan adanya faktor internal dalam diri siswa juga
akan berpengaruh pada sikap belajarnya yang akan menjadikan karakter positif
dalam kegiatan pembelajaran. Faktor internal tersebut salah satunya dapat dilihat
dari regulasi emosi yang ada pada diri siswa. Menurut Gottman dan Katz (dalam
Anggreiny, 2014) regulasi emosi atau sering pula disebut sebagai pengendalian
emosi berasal dari dalam diri individu yang mengatur emosinya dalam melakukan
suatu aktivitas tertentu dalam rangka mencapai tujuannya dengan melibatkan
kognisi, perilaku, dan afektifnya. Semakin tinggi regulasi emosi pada diri siswa
tersebut, maka akan semakin baik pula sikapnya dalam kegiatan belajarnya. Hal
ini terjadi karena dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung diperlukan
aktivitas kognisi yang akan berpengaruh pada proses penerimaan informasi yang
disampaikan baik dari guru, teman, maupun buku yang dibacanya.
Sehingga dalam kegiatan pembelajaran pun akan berlangsung lebih efektif karena
siswa dengan lebih kreatif dalam mengembangkan pengaturan dirinya. Walden
dan Smith (dalam Anggreiny, 2014) menjelaskan bahwa regulasi emosi
8
merupakan proses menerima, mempertahankan dan mengendalikan suatu
kejadian, intensitas dan lamanya emosi dirasakan, proses fisiologis yang
berhubungan dengan emosi, ekspresi wajah serta perilaku yang dapat diobservasi.
Semakin banyak siswa diberikan keluasan untuk berkreasi, semakin besar pula
kemungkinan pengendalian emosi yang timbul pada kegiatan tersebut. Adanya
regulasi emosi yang tinggi, siswa akan lebih efektif dalam mengembangkan
dirinya dan memiliki tujuan yang jelas dalam kehidupannya.
Regulasi emosi diharapkan ada pada diri setiap siswa di sekolah, sehingga dapat
menyebabkan pembelajaran berlangsung dengan baik. Namun, dalam
kenyataannya, seringkali ditemukan masih banyak siswa yang tidak
memperhatikan gurunya ketika jam pelajaran berlangsung, tidak mengerjakan
tugas mata pelajaran yang diberikan oleh gurunya, terlambat datang ke sekolah
maupun ketika memasuki kelas di saat jam pelajaran, melanggar tata tertib
sekolah, berkelahi dengan teman, dan mudah tersinggung atau tidak terima ketika
di tegur guru.
Gross (2007) menyatakan bahwa regulasi emosi ialah strategi yang dilakukan
secara sadar ataupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat atau
mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman emosi dan
perilaku. Seseorang yang memiliki regulasi emosi dapat mempertahankan atau
meningkatkan emosi yang dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain itu,
seseorang juga dapat mengurangi emosinya baik positif maupun negatif. Faktor
yang paling berpengaruh pada regulasi emosi siswa yang rendah adalah karena
siswa kurang bisa mengendalikan emosi yang ada pada dirinya baik itu emosi
positif mau emosi negatif. Misalkan ada siswa yang senantiasa melakukan
9
kegiatan- kegiatan yang menyenangkan baginya namun meninggalkan tugas-tugas
sekolah yang ada. Observasi diri pada siswa menjadi sesuatu yang penting untuk
dilakukan agar siswa lebih mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.
Siswa dapat mengamati kegiatan yang dilakukan olehnya, sehingga ia bisa
menuliskan hal-hal yang telah dilakukannya dan menemukan kegiatan yang paling
menyita waktunya serta ia dapat mengetahui potensi yang ada pada dirinya.
Dengan hasil observasi ini, diharapkan siswa dapat menilai dirinya dan
menentukan tujuan yang bisa dicapainya dengan kemampuan yang dimiliki.
Setelah ia memiliki tujuan, maka akan timbul reaksi diri. Reaksi diri merupakan
respons-respons perilaku, kognitif, dan afektif terhadap penilaian diri (Schunk,
2012: 234). Reaksi diri yang diharapkan muncul adalah memunculkan motivasi
yang tinggi untuk mencapai tujuannya dengan memaksimalkan kemampuan
mengendalikan emosinya. Berhubungan dengan hal tersebut, peran guru
bimbingan dan konseling amat dibutuhkan untuk memberikan layanan dalam
rangka membantu siswa yang membutuhkan dalam menjalani proses yang akan
dilaksanakan. Guru bimbingan dan konseling dapat membantu siswa dengan
menuntunnya untuk dapat mengendalikan emosinya baik emosi negatif maupun
emosi positif , baik dengan layanan individu maupun kelompok. Untuk itu,
peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik permainan agar dapat
dilaksanakan oleh beberapa orang siswa. Layanan bimbingan kelompok teknik
permainan ini juga dilaksanakan agar siswa memperoleh berbagai bahan atau
informasi yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, dimana informasi
tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk mengambil keputusan.
10
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti menggunakan layanan bimbingan
kelompok dengan memberikan bimbingan kepada para siswa untuk dapat
berinteraksi dan melaksanakan permainan secara bersama-sama, sehingga
diharapkan siswa dapat memiliki regulasi emosi yang baik, sehingga regulasi
emosi yang semula rendah dapat meningkat.
Gambar 1.1 Kerangka Pikir regulasi emosi dengan layanan
bimbingan kelompok teknik permainan
Layanan bimbingan kelompok teknik permainan akan diberikan kepada siswa
yang memiliki regulasi emosi rendah sehingga regulasi emosi siswa tersebut akan
mengalami peningkatan menjadi tinggi.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang
diajukan adalah :
Ha : Layanan bimbingan kelompok teknik permainan dapat dipergunakan
meningkatkan regulasi emosi pada siswa kelas X MIA di SMA
Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung Timur.
Ho : Layanan bimbingan kelompok teknik permainan tidak dapat dipergunakan
untuk meningkatkan regulasi emosi pada siswa kelas X MIA di SMA
Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung Timur.
Layanan bimbingan
kelompok teknik
permainan
Kemampuan regulasi
emosi tinggi
Kemampuan regulasi
emosi yang rendah
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka adalah teori-teori relevan yang dapat digunakan untuk
menjelaskan tentang objek yang akan diteliti. Penelitian ini berjudul “ Penggunaan
Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Permainan untuk Meningkatkan Regulasi
Emosi Pada Siswa Kelas X MIA SMA Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung
Timur” maka peneliti menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan
Regulasi Emosi dan Bimbingan Kelompok Teknik Permainan.
A. Regulasi Emosi dalam Bimbingan Pribadi
1. Bidang Bimbingan Pribadi
Prayitno (Sukardi, 2008: 35) menyatakan bimbingan merupakan bantuan
yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar
mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi mandiri. Kemandirian ini
mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi
mandiri yaitu; (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya, (b) menerima
diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis (c) mengambil
keputusan, (d) mengarahkan diri dan (e) mewujudkan diri. Pakar bimbingan
lain, Surya (Sukardi, 2008: 35) mengungkapkan bahwa:
“Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus
menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang
dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan
perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan, yang
optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.”
12
Bimbingan dan konseling terdapat empat bidang bimbingan, yaitu bidang
bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Yusuf (2009: 53) menyatakan
bahwa bimbingan dan konseling pribadi merupakan proses bantuan untuk
memfasilitasi siswa agar memiliki pemahaman tentang karakteristik dirinya,
kemampuan mengembangkan potensi dirinya, dan memecahkan masalah-
masalah yang dialaminya.
Bidang bimbingan pribadi merupakan salah satu bidang layanan bimbingan
yang ada di sekolah yang erat hubungannya dengan bidang-bidang yang
lainnya, dan sering dihubungkan dengan bidang sosial. Bimbingan pribadi-
sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan
mengatasi pergumulan-pergumulan dalam hatinya sendiri dalam mengatur
diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu
luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta bimbingan dalam
membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan
(pergaulan sosial) (Winkel, 2005: 118).
Yusuf (2009: 53) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling pribadi
untuk mengembangkan komitmen dalam hidup beragama, memahami sifat
dan kemampuan yang ada dalam dirinya, termasuk bakat dan minat yang
dimiliki individu tersebut, konsep diri serta mengembangkan kemampuan
dalam mengatasi masalah-masalah pribadinya seperti stress, frustasi, dan
konflik pribadi.
13
Bimbingan yang dilakukan lebih menyoroti pada pribadi individu sehingga
layanan yang diberikan mengarah pada pencapaian pribadi yang mantap
dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi pada individu
tersebut serta ragam permasalahan yang dialami oleh siswa, dapat diambil
kesimpulan bahwa bimbingan pribadi merupakan suatu bimbingan yang
diberikan oleh seorang ahli (guru pembimbing) kepada individu atau
sekumpulan individu (siswa), dalam membantu individu mencegah,
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi, seperti
mengendalikan emosinya, memahami akan bakat maupun kemampuan yang
dimilikinya, dan penyelesaian konflik serta pergaulan.
Orang dewasa menghendaki remaja sudah mampu melatih diri untuk
mengembangkan pola-pola tingkah laku yang aseptabel di dalam
masyarakat. Hal ini mengungkap sekolah sebagai lembaga formal memiliki
peran penting untuk membantu para remaja tersebut untuk dapat
mengembangkan kepribadiannya menjadi sesosok orang yang dapat
menjalani tugas-tugas perkembangannya dengan baik.
Fudyartanta (2012: 212) menyebutkan tugas perkembangan masa remaja
adalah sebagai berikut.
a. Mencapai hubungan pergaulan sosial baru yang lebih masak
dalam peergroup dan orang-orang dewasa lainnya dalam masyarakat.
b. Mencapai status dan peranan sosiokultural sebagai pria atau wanita dalam
masyarakat.
c. Pemeliharaan dan penggunaan energi fisik dan rohani secara efektif.
14
d. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
dengan menghilangkan sifat ambivalent, yaitu di satu pihak masih
tergantung pada orang tua, di lain pihak mau berdiri sendiri, tetapi
belum mampu berusaha sendiri.
e. Memperoleh jaminan kebebasan ekonomi dengan cita-cita jabatan
dan karir yang sesuai dengan bakat keahliannya.
f. Mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi dengan spesialisasi
menurut bakat dan minatnya.
g. Mempersiapkan diri untuk menjadi warga negara yang baik.
h. Memilah rencana dan penyelenggaraan hidup berkeluarga sesuai
dengan filsafat hidup bangsanya.
i. Memilih calon suami atau istri secara tepat dan serasi satu sama
lain.
j. Menyumbangkan darma baktinya dalam memajukan, menemukan
bentuk kebudayaan baru untuk umat manusia.
Proses pengembangan kemampuannya tersebut, siswa memiliki peran untuk
dapat melakukannya secara mandiri dengan mengembangkan regulasi emosi
pada dirinya secara efektif. Regulasi emosi adalah salah satu yang perlu
dikembangkan dalam pribadi- pribadi siswa. Sehingga siswa dapat
mengendalikan emosinya baik emosi negatif maupun emosi positif.
15
2. Pengertian Regulasi Emosi
Regulasi emosi ialah kapasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan emosi
yang timbul pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.
Regulasi emosi yang tepat meliputi kemampuan untuk mengatur perasaan,
reaksi fisiologis, kognisi yang berhubungan dengan emosi, dan reaksi yang
berhubungan dengan emosi (Shaffer, dalam Anggraeny, 2014). Sementara
itu, Gross (2007) menyatakan bahwa regulasi emosi ialah strategi yang
dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk mempertahankan,
memperkuat atau mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu
pengalaman emosi dan perilaku.
Seseorang yang memiliki regulasi emosi dapat mempertahankan atau
meningkatkan emosi yang dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain
itu, seseorang juga dapat mengurangi emosinya baik positif maupun negatif.
Sedangkan menurut Gottman dan Katz (dalam Anggreiny, 2014) regulasi
emosi merujuk pada kemampuan untuk menghalangi perilaku tidak tepat
akibat kuatnya intensitas emosi positif atau negatif yang dirasakan, dapat
menenangkan diri dari pengaruh psikologis yang timbul akibat intensitas
yang kuat dari emosi, dapat memusatkan perhatian kembali dan
mengorganisir diri sendiri untuk mengatur perilaku yang tepat untuk
mencapai suatu tujuan. Walden dan Smith (dalam Anggreiny, 2014)
menjelaskan bahwa regulasi emosi merupakan proses menerima,
mempertahankan dan mengendalikan suatu kejadian, intensitas dan lamanya
emosi dirasakan, proses fisiologis yang berhubungan dengan emosi,
ekspresi wajah serta perilaku yang dapat diobservasi.
16
Berdasarkan teori diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa regulasi
emosi ialah suatu proses intrinsik dan ekstrinsik yang dapat mengontrol
serta menyesuaikan emosi yang muncul pada tingkat intensitas yang tepat
untuk mencapai suatu tujuan yang meliputi kemampuan mengatur perasaan,
reaksi fisiologis, cara berpikir seseorang, dan respon emosi (ekspresi wajah,
tingkah laku dan nada suara) serta dapat dengan cepat menenangkan diri
setelah kehilangan kontrol atas emosi yang dirasakan.
3. Strategi Regulasi Emosi
Terdapat dua bentuk strategi regulasi emosi yaitu cognitive reappraisal dan
expressive suppression (Gross & John, 2003:349). Cognitive reappraisal
merupakan bentuk perubahan kognitif (Gross & John, 2003:349) yang
melibatkan individu untuk mengubah cara berpikir tentang situasi yang
dapat berpotensi akan memunculkan emosi sehingga mampu mengubah
pengaruh emosionalnya (Gross & John, 2004:1302). Cognitif reappraisal
merupakan antecedent-focused strategy yang terjadi lebih awal sebelum
kecenderungan respon emosi diaktifkan secara penuh dan mengubah
perilaku (Gross & John, 2003:349). Supression dapat efektif dalam
mengurangi ekspresi perilaku oleh emosi negatif, akan tetapi juga memiliki
efek samping yang tidak diharapkan yaitu mengawasi ekspresi emosi positif
yang ketat (Gross & John, 2003:349).
17
Dalam hal ini ketika individu dihadapkan dalam kondisi tertekan,
diharapkan individu tersebut mampu dalam melibatkan perubahan penilaian
situasi tertekan sehingga mampu memberikan dampak positif. Sedangkan
Expressive suprression lebih berfokus kepada bagaimana individu mampu
merubah ekspresi emosi yang keluar ketika individu tersebut sudah dalam
keadaan emosional.
Menurut Gross (2007) ada empat aspek yang digunakan untuk menentukan
kemampuan regulasi emosi seseorang yaitu :
a. Strategies to emotion regulation (strategies) ialah keyakinan individu
untuk dapat mengatasi suatu masalah, memiliki kemampuan untuk
menemukan suatu cara yang dapat mengurangi emosi negatif dan
dapat dengan cepat menenangkan diri kembali setelah merasakan
emosi yang berlebihan.
b. Engaging in goal directed behavior (goals) ialah kemampuan individu
untuk tidak terpengaruh oleh emosi negatif yang dirasakannya
sehingga dapat tetap berpikir dan melakukan sesuatu dengan baik.
c. Control emotional responses (impulse) ialah kemampuan individu
untuk dapat mengontrol emosi yang dirasakannya dan respon emosi
yang ditampilkan (respon fisiologis, tingkah laku dan nada suara),
sehingga individu tidak akan merasakan emosi yang berlebihan dan
menunjukkan respon emosi yang tepat.
d. Acceptance of emotional response (acceptance) ialah kemampuan
individu untuk menerima suatu peristiwa yang menimbulkan emosi
negatif dan tidak merasa malu merasakan emosi tersebut.
18
4. Tahapan Regulasi Emosi
James J. Gross dan O.P Jhon mengemukakan bahwa ada lima tahapan
regulasi emsoi pada individu diantaranya:
a. Pemilihan Situasi (Selection of The Situation)
Pemilihan situasi digunakan individu untuk mempertimbangkan
manfaat jangka panjang ketika memilih situasi tersebut. Pemilihan
situasi melibatkan pemilihan emosi yang meningkat atau menurun
tergantung situasi yang diharapkan.
b. Modifikasi situasi (Modification of The Situation)
Modifikasi situasi membantu individu untuk membentuk sebuah
situasi yang diinginkan dan merupakan usaha yang secara langsung
dilakukan untuk memodifikasi situasi agar efek emosinya
teralihkan.
c. Terbukanya perhatian (Deployment of Attention)
Situasi di mana individu mengetahui pengaruhnya terhadap emosi.
d. Perubahan kognitif (Change Of Cognitions)
Perubahan kognitif adalah bagaimana individu dapat menilai
situasi yang terjadi pada individu dengan mengubah emosi secara
signifikan.
e. Penyesuaian respon (Modulation Of Respon)
Penyesuaian respon terjadi di ujung proses bangkitnya emosi.
Dalam tahapan ini individu dapat menyembunyikan perasaannya
yang sesungguhnya kepada orang lain.
19
5. Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Emosi
Hendrikson mengemukakan jika emosi pada setiap individu dipengaruhi
oleh berbagai faktor, begitu juga ketika individu harus mengatur kondisi
emosinya. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan tempat
individu berada termasuk lingkungan keluarga, sekolah dan
lingkungan masyarakat. Keharmonisan keluarga, kenyamanan di
sekolah dan kondisi masyarakat yang kondusif akan sangat
mempengaruhi perkembangan emosi.
b. Faktor Pengalaman
Pengalaman yang diperoleh individu selama hidupnya akan
mempengaruhi perkembangan emosinya. Pengalaman selama
hidup dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan akan
menjadi referensi bagi individu dalam menampilkan emosinya.
c. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua sangat bervariasi, ada pola asuh yang otoriter,
memanjakan, acuh tak acuh dan ada juga yang penuh kasih sayang.
Bentuk pola asuh itu akan mempengaruhi pola emosi yang
dikembangkan individu.
d. Pengalaman Traumatik
Kejadian masa lalu yang memberikan kesan traumatis akan
mempengaruhi perkembangan emosi seseorang.
20
Akibatnya rasa takut dan juga sikap terlalu waspada yang
berlebihan akan mempengaruhi kondisi emosionalnya.
e. Jenis Kelamin
Keadaan hormonal dan kondisi fisiologis pada laki-laki dan
perempuan menyebabkan perbedaan karakteristik emosi antara
keduanya. Laki-laki lebih tinggi emosinya daripada wanita, dan
wanita lebih bersifat emosionalitas daripada laki-laki karena wanita
memiliki kondisi emosi didasarkan peran sosial yang diberikan
oleh masyarakat sesuai jenis kelaminnya.Wanita harus mengontrol
perilaku agresif dan asertifnya, tidak seperti peran sosial laki-laki.
Hal ini menyebabkan timbulnya kecemasan- kecemasan dalam
dirinya.Secara otomatis perbedaan emosional anatara pria dan
wanita berbeda.
f. Usia
Kematangan emosi dipengruhi oleh tingkat pertumbuhan dan
kematangan fisiologis seseorang. Semakin bertambah usia, kadar
hormonal seseorang menurun sehingga mengakibatkan penurunan
pengaruh emosional seseorang.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi emosi individu yaitu jenis kelamin, usia,
lingkungan, pengalaman, pola asuh orang tua, dan pengalaman
traumatik dan dari masing-masing faktor memiliki peran dalam
mempengaruhi regulasi emosi individu.
21
B. Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Permainan
Salah satu layanan dalam bimbingan konseling yang diselenggarakan dalam
konteks kelompok adalah layanan bimbingan kelompok. Berikut ini akan
dibahas mengenai pengertian bimbingan kelompok, tujuan layanan
bimbingan kelompok, jenis-jenis bimbingan kelompok, asas-asas layanan
bimbingan kelompok, fungsi bimbingan kelompok, komponen-komponen
layanan bimbingan kelompok, tahap- tahap bimbingan kelompok, dan
operasionalisasi layanan bimbingan kelompok.
1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Sukardi dan Kusmawati (2008:78) menyatakan bahwa bimbingan
kelompok merupakan layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan siswa secara bersama-sama melalui dinamika
kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu
(terutama guru pembimbing) dan membahas secara bersama-sama
pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang
pemahaman dalam kehidupan sehari-hari dan untuk perkembangan
dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Sedangkan menurut Prayitno (2004:309) menjelaskan bahwa
bimbingan kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi
kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun
rencana dan keputusan yang tepat. Beliau mengatakan syarat-syarat
pembentukan kelompok terdiri atas 8-10 orang, sehingga secara aktif
mengembangkan dinamika kelompok. Maksud pernyataan di atas
22
bahwa bimbingan kelompok dapat diartikan suatu proses untuk
mencegah timbulnya suatu masalah dan bertukar informasi serta
membantu indifidu dalam mengambil keputusan yang tepat, yang di
laksanakan dalam kegiatan kelompok.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan
kelompok adalah upaya pemberian bantuan kepada siswa melalui
kelompok dengan bertukar informasi serta membantu individu dalam
mengambil keputusan yang tepat, dan juga membatu siswa untuk
mengoptinalkan kemampuan yang dimilikinya , Bimbingan kelompok
di lakukan dengan anggota yang terdiri dari 8 – 10 orang.
2. Tujuan Bimbingan Kelompok
Tujuan bimbingan kelompok tentunya untuk melatih siswa dalam
mengembangkan kemampuan bersoialisasi, dan dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan.
Prayitno (2004:2-3) menjelaskan ada dua tujuan bimbingan
kelompok, adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum kegiatan bimbingan kelompok adalah
berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya
kemampuan komunikasi peserta layanan.
Dalam kaitan ini, sering menjadi kenyataan bahwa kemampuan
bersosialisasi seseorang sering terganggu perasaan, pikiran,
persepsi, wawasan, dan sikap yang tidak objektif, sempit dan
terkungkung secara tidak efektif. Dapat disimpulkan bahwa
tujuan umum bimbingan kelompok adalah membatu
23
mengembangankan kemampuan sosialisasi dalam diri anggota
melalui suasana yang ada didalam kelompok .
b. Tujuan Khusus
Secara khusus, bimbingan kelompok bertujuan untuk membahas
topik- topik tertentu yang mengandung permasalahan aktual
(hangat) dan menjadi perhatian peserta.
Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik
itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan
dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih
efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi, verbal maupun
nonverbal.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan khusus bimbingan kelompok adalah
menbantu mengembangkan siswa agar memiliki sikap yang positif
dan membantu mengembangkan keterampilan dalam hal mengharagai
orang lain. Seperti, menahan dan mengendalikan diri, menghargai
pendapat orang lain, dan sebagainya.
3. Komponen Bimbingan Kelompok
Prayitno (2004: 4) menjelaskan bahwa dalam bimbingan kelompok
terdapat dua pihak yang berperan, yaitu:
a. Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan berwenang
menyelenggarakan praktik konseling profesional (Prayitno, 2004: 4).
Peranan pemimpin kelompok dalam kegiatan bimbingan kelompok
adalah untuk memberikan bantuan melalui pengarahan kepada
anggota kelompok sehingga kegiatan bimbingan kelompok dapat
mencapai tujuan yang telah disepakati. Selain itu, pemimpin
24
kelompok perlu membuat dan menjelaskan aturan yang diperlukan
dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
Peran pemimpin kelompok (Prayitno, 1995: 35) sebagai berikut:
2. Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan
ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok,
baik hal-hal yang bersifat isi dari yang dibicarakan maupun yang
mengenai proses kegiatan itu sendiri.
3. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana yang
berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-
anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok.
4. Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus kearah yang
dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah
yang dimaksudkan itu.
5. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan
balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok.
6. Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu
mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok, pemegang aturan
permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerja sama
serta suasana kebersamaan.
7. Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi
dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi
tanggung jawab pemimpin kelompok.
b. Anggota Kelompok
Pemimpin kelompok perlu membentuk kumpulan individu menjadi
sebuah kelompok yang memiliki tujuan bersama. Sebaiknya jumlah
anggota kelompok tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil.
Kekurang efektifan kelompok akan terasa jika jumlah anggota
kelompok melebihi 10 orang. Karena jumlah peserta yang terlalu
banyak akan mengakibatkan tidak seluruh anggota kelompok dapat
berpartisipasi aktif dalam kelompok tersebut. Selain itu, dengan
jumlah kelompok hanya 2 – 3 orang juga kurang efektif. Hal ini
dikarenakan dengan jumlah anggota yang sedikit, maka keefektifan
pembahasan menjadi terbatas dengan variasi pembahasan yang
25
bersumber hanya dari sedikit orang. Kegiatan layanan bimbingan
kelompok sebagian besar juga didasarkan atas peranan para
anggotanya, adapun peranan para anggota kelompok dalam
bimbingan kelompok adalah:
a. membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar
anggota kelompok.
b. mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam
kegiatan kelompok.
c. berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya
tujuan bersama
d. membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha
mematuhinya dengan baik.
e. benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh
kegiatan kelompok.
f. mampu berkomunikasi secara terbuka
g. berusaha membantu anggota lain
h. memberi kesempatan anggota lain untuk juga menjalankan
peranannya.
i. menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu. (Prayitno, 1995:
32).
Peran anggota kelompok sangat penting untuk menghidupkan
suasana kelompok. Peranan anggota dapat diwujudkan dengan
keikutsertaan secara aktif dalam mengungkapkan perasaan, pikiran,
pendapat, memberikan tanggapan, memberi kesempatan orang lain
untuk berbicara, dan mengikuti kegiatan sesuai dengan ketentuan
dan kesepakatan bersama.
4. Dinamika Kelompok
Dinamika merupakan tingkah laku seorang individu yang secara
langsung mempengaruhi individu yang lain secara timbal balik.
Untuk itu, dinamika kelompok menjadi suatu hal yang penting dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok. Karena dengan adanya dinamika
dalam sebuah kelompok, kelompok akan menjadi hidup dengan
26
interaksi satu individu yang akan saling menimpali antar anggota dan
menyeluruh pada setiap anggota kelompok. Prayitno (2004: 1)
mengemukakan bahwa pelayanan bimbingan kelompok
memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan
pelayanan bimbingan. Dinamika kelompok yang berlangsung dalam
kelompok tersebut dapat secara efektif bermanfaat bagi pembinaan
para anggota kelompok, maka jumlah anggota sebuah kelompok
tidak boleh terlalu besar.
Dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua
faktor yang ada dalam suatu kelompok; artinya
merupakan pengerahan secara serentak semua faktor
yang dapat digerakkan dalam kelompok itu. Dengan
demikian dinamika kelompok merupakan jiwa yang
menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok
(Prayitno, 1995: 23).
Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok yang
terjadi pada suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang memiliki hubungan personal antara anggota kelompok satu
dengan yang lainnya melalui ikatan psikologis yang berlangsung
dalam waktu bersamaan.
Kedinamisan dalam sebuah kelompok dalam layanan bimbingan
kelompok dapat diarahkan oleh fasilitator, yang dalam hal ini ialah
pemimpin kelompok, dengan menerapkan teknik-teknik bimbingan
kelompok melalui strategi- strategi menarik yang dapat
membangkitkan antusias para anggota kelompok.
Sukardi (2008: 67) menyatakan, melalui dinamika kelompok di
bawah bimbingan guru pembimbing, terdapat lima manfaat
yang di dapat siswa, yaitu:
a) Diberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan
membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya.
27
b) Memiliki pemahaman yang objektif, tepat, dan cukup luas
tentang berbagai hal yang mereka bicarakan itu.
c) Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan
lingkungan mereka yang bersangkut-paut dengan hal-hal
yang mereka bicarakan dalam kelompok.
d) Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan
“penolakan terhadap yang buruk dan sokongan terhadap
yang baik” itu.
e) Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk
membuahkan hasil sebagaimana mereka programkan
semula.
Dinamika kelompok akan terwujud dengan baik apabila kelompok
tersebut, benar-benar hidup, mengarah kepada tujuan yang ingin
dicapai, dan memberikan manfaat bagi masing-masing anggota
kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok yang hidup
adalah kelompok yang dinamis, bergerak dan aktif berfungsi untuk
memenuhi suatu kebutuhan dan mencapai suatu tujuan.
5. Asas-Asas Bimbingan Kelompok
Kegiatan bimbingan kelompok tidak terlepas dari asas-asas yang
harus dipatuhi agar tujuan bimbingan kelompok dapat tercapai.
Menuru Prayitno (2004:14) asas- asas yang harus dipatuhi dalam
bimbingan kelompok meliputi:
a. Kesukarelaan
Sikap sukarela harus ada dalam diri konselor maupun klien.
Klien secara sukarela mengikuti kegiatan bimbingan kelompok
tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Sedangkan pihak
konselor hendaknya member bantuan secara sukarela tanpa ada
unsur keterpaksaan.
28
b. Keterbukaan
Asas keterbukaan merupakan asas untuk mempermudah
pencapaian tujuan bimbingan yang diharapkan. Anggota
kelompok harus terbuka tentang pengalaman yang dimilikinya
dan mampu menceritakannya kepada anggota kelompok
lainnya.
c. Kegiatan
Proses bimbingan kelompok dapat dikatakan berhasil apabila
klien dapat menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam
menyelesaikan topik yang dibahas. Asas kegiatan ini
menghendaki agar setiap anggota kelompok aktif dalam
mengemukakan pendapat, menyangga, dan aktif berbicara
dalam kegiatan kelompok.
d. Kenormatifan
Pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok harus berkembang
sejalan dengan norma-norma yang berlaku.
e. Kerahasiaan
Asas kerahasiaan merupakan asas yan penting dalam layanan
bimbingan kelompok. Apa yang dibicarakan dan terjadi dalam
kelompokharus dijaga kerahasiaannya oleh semua anggota
kelompok dan tidak boleh disebarluaskan pada pihak-pihak lain.
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
bimbingan kelompok terdapat asas-asas yang diperlukan untuk
memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan
29
kegiatan bimbingan kelompok sehingga mencapai tujuan yang
diharapkan. Dimana dinamika kelompok yang intensif dan efektif
apabila semua anggota kelompok secara penuh menerapkan asas
kegiatan dan keterbuaan. Dimana setiap anggota kelompok
berpartisipasi aktif dan terbuka dalam kegiatan, menampilkan diri
tanpa rasa takut, malu ataupun ragu, dan sukarela dalam
mengemukakan pendapat, menjunjung tinggi kerahasiaan tentang
yang dibicarakan dalam kelompok, dan bertindak sesuai dengan
aturan yang telah disepakati.
6. Tahap-tahap Bimbingan Kelompok
Prayitno (2004: 20) mengemukakan ada beberapa tahap-tahap yang
perlu dilalui dalam pelaksanaan bimbingan kelompok yaitu tahap
pembentukan, peralihan, kegiatan, dan pengakhiran. Tahap-tahap ini
merupakan satu kesatuan dalam keseluruhan kegiatan kelompok.
Bimbingan kelompok dilakukan bertahap agar anggota kelompok
benar-benar siap sebelum memulai pembahasan tema kegiatan dalam
bimbingan kelompok.
Tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Tahap pembentukan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah: mengungkapkan
pengertian dan tujuan kegiatan kelompok dalam rangka pelayanan
bimbingan dan konseling; menjelaskan (1) cara- cara, dan (2) asas-
asas kegiatan kelompok saling memperkenalkan dan
mengungkapkan diri masing-masing anggota; serta permainan dan
penghangatan atau keakraban.
30
c) Tahap peralihan
Kegiatan yang dilakukan tahap ini adalah: menjelaskan kegiatan
yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; menawarkan atau
mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan
selanjutnya; membahas suasana yang terjadi meningkatkan
kemampuan keikutsertaan anggota.
d) Tahap kegiatan
Kegiatan yang dilakukan tahap ini adalah: (1) Masing-masing
anggota secara bebas mengungkapkan masalah atau topik bahasan
(pada kelompok bebas). Sedangkan pada kelompok tugas,
pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topic, (2)
Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu
(pada kelompok bebas). Sedangkan pada kelompok tugas
melakukan tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok
tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau
topik yang dikemukakan pemimpin kelompok.
e) Tahap pengakhiran
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pemimpin
kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri
pemimpin dan aggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-
hasil kegiatan; membahas kegiatan lanjutan dan mengemukakan
kesan dan harapan.
31
7. Teknik Permainan
Permainan adalah perpaduan yang harmoni antara bimbingan
kelompok, karena dengan kegiatan bermain dapat melatih siswa baik
secara kognitif, afektif, dan psikomotornya, sehingga mampu untuk
menumbuhkan siswa dalam melakukan eksplorasi, melatih imajinasi,
dan memberikan peluang untuk berhubungan dengan orang lain,
serta merasa tidak jenuh ketika berada dalam proses mempelajari
keterampilan dan pengetahuan baru (Lancy, Russ, dalam Rusmana
2009). Sedangkan menurut Afifah (2010:14) permainan adalah suatu
latihan yang mana pesertanya terlibat dalam sebuah kontes dengan
peserta lain dan dikenai sejumlah peraturan. Adapun menurut
Munandar (Ismail, 2009) permainan adalah suatu aktivitas yang
membantu siswa dalam mencapai perkembangan yang utuh baik
fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional.
Berdasarakan Teori di atas maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa permainan adalah suatu kegiatan atau aktivitas untuk melatih
kognitif , afektif dan psikomotor yang dikenai sejumlah peraturan
guna mencapai perkembangan yang utuh baik fisik,
intelektual,sosial,moral dan emosional.
Permainan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menumbuh kembangkan daya kognitif, afektif, dan psikomotorik
bagi siswa. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh penelitian
Rusmana (2009) bahwa teknik permainan dapat dijadikan wahana
32
konseling dan psikoterapi, juga dapat menumbuhkan rasa empati
kepada kedua belah pihak, sehingga akan memudahkan dalam
penyesuaian diri dengan kondisi yang ada,karena fungsi dari
permainan adalah mengeluarkan masalah dalam diri seseorang.
a. Langkah-langkah Teknik Permainan
Tatiek Romlah (2006: 121) menjelaskan langka-langkah
pelaksanaan permainan simulasi. Permainan dapat dilaksanakan
dengan memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menyediakan alat permainan berserta kelengkapannya.
b. Fasilitator menjelaskan tujuan permainan.
c. Menentukan pemain, pemegang peran, dan penulis.
d. Menjelaskan aturan permainan.
e. Bermaian dan berdiskusi.
f. Menyimpulkan hasil diskusi setelah seluruh permainan selesai.
g. Menutup permainan dan menentukan waktu dan tempat
bermain berikutnya.
b. Bentuk permainan yang akan dilakukan
Adapun bentuk permainan yang dilakukan adalah Permainan Bank
Balon Widiastuti (2008). Bertikut adalah bentuk pelaksanaan dari
beberapa permainan diatas :
a. Tangkap Balon, Siswa diminta untuk menangkap balon dan
mengumpulkan balon sebanyak-banyaknya, balon akan di
lempar satu persatu kedalam kelompok. Permainan ini
bertujuan agar siswa mampu mengenali emosi yang ia
33
rasakan ketika berebut balon, serta siswa dapat
mengidentifikasikannya.
b. Ballon Race , Siswa diminta untuk melakukan balapan
dengan temannya didalam lintasan yang sudah disedikan,
pelaksanaannya yakni siswa merangkak dan meniup balon
yang sudah dibentuk menyerupai bola sampai ke garis
Finish. Permainan ini bertujuan untuk mengurangi emosi
negatif pada siswa karena permainan ini harus dilakukan
dengan penuh kesabaran, strategi dan konsentrasi tinggi, jika
siswa tidak bisa mengendalikan emosinya maka balon akan
keluar dari lintasan dan tidak akan sampai ke garis finish.
Siswa juga mulai berlatih untuk dapat menerima kekalahan
dan tidak hanya menuruti emosi negatif saja ketika kalah
dalam suatu permainan.
c. Menyeimbangkan Balon , Siswa diminta untuk mengambil
balon dan meletakkannya di ujung jari telunjuknya. Balon
tidak boleh di pegang oleh tangan lain dan juga balon tidak
boleh terjatuh, balon yang paling lama terjatuh dan
memenuhi syarat itulah yang menjadi pemenang. Permainan
ini bertujuan melatih kemampuan untuk tidak terpengaruh
dengan emosi negatif yang dirasakan, karena jika siswa tidak
bisa mengendalikan emosinya maka balon tersebut tidak
akan bertahan lama diatas tangannya, bisa saja balon itu
terjatuh,diremas,atau bahkan dipukul jika siswa terpengaruh
34
oleh emosi negatifnya.
d. Balon Air, siswa diminta untuk meniup balon diatas gelas
yang disusun rapi berisi air sampai bola masuk kedalam
ember. Balon tidak boleh dipegang oleh tangan apalagi
terjatuh. Permainan ini bertujuan melatih kemampuan untuk
mengontrol emosi yang dirasakan serta menampilkan
ekspresi emosi yang tepat, karena permainan ini harus
dilakukan dengan penuh kesabaran tidak bisa dilakukan
dengan tergesa-gesa, sehingga walaupun didalam dirinya
terdapat emosi yang menggebu-gebu dan merasa ingin cepat
sampai tujuan tetap saja tidak bisa dan peserta harus tetap
bersabar dalam melakukan permainan ini.
Permainan tersebut diharapkan sangat efektif digunakan untuk meningkatkan
regulasi emosi pada siswa yang memiliki regulasi emosi rendah, karena jika
dilihat dari bentuk permainan dan peraturannya cukup baik dan sesuai dengan
kebutuhan. Sebagaimana diperkuat dengan sudah dilakukannya uji coba
terhadap permainan tersebut oleh Widiastuti (2008).
C. Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Permainan untuk
Meningkatkan Kemampuan Regulasi Emosi
Prayitno dan Amti (2004: 99) mengatakan bahwa, bimbingan dan konseling
merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang yang ahli
kepada individu agar individu tersebut dapat mengembangkan kemampuan
dirinya dan mencapai kemandirian yang bermuara pada teratasinya masalah
tersebut. Myers (Prayitno, 2004: 113) mengemukakan bahwa pengembangan
yang mengacu pada perubahan positif pada diri sendiri individu merupakan
35
tujuan dari semua upaya bimbingan dan konseling. Masalah-masalah yang
dapat diselesaikan dalam bimbingan konseling meliputi empat bidang, yaitu
bidang pribadi, sosial, belajar dan karir. Kemampuan Regulasi Emosi siswa
yang rendah merupakan masalah pribadi yang dialami oleh siswa yang juga
akan berpengaruh pada masalah sosial, belajar dan karirnya. Hal ini tampak
jelas dengan permasalahan dalam belajarnya yang juga akan berpengaruh
pada karirnya. Untuk itu, sebagai bagian dari tujuan bimbingan dan konseling
yaitu membantu siswa melakukan perubahan positif, dengan cara
membantunya meningkatkan kemampuan regulasi emosinya agar siswa dapat
memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling terbagi menjadi layanan bimbingan
dan konseling. Bimbingan terdiri dari bimbingan kelompok dan klasikal.
Sedangkan konseling dapat dilakukan melalui konseling individual ataupun
konseling kelompok. Penyelenggaraan layanan tersebut, terdapat bimbingan
kelompok yang di dukung dengan teknik permainan dimana dengan layanan
bimbingan kelompok teknik permainan ini, siswa akan mendapatkan berbagai
permainan yang berfungsi untuk meningkatkan regulasi emosi.
Bimbingan kelompok teknik permainan merupakan salah satu layanan
bimbingan dan konseling yang dilakukan secara berkelompok. Bimbingan
kelompok yang memanfaatkan kedinamisan antar anggota kelompok yang
aktif dapat membantu seorang anggota yang pasif untuk dapat ikut aktif
dalam pelaksanaan bimbingan kelompok. Kurniasih (2012) mengemukakan
bahwa, dengan bermain dapat menjadi pelepasan emosi negatif seperti
marah, cemas, takut. Adapun kelebihan dari bimbingan kelompok dengan
36
teknik permainan adalah: (1) mampu menguasai kepedulian-kepedulian
kultural dan kebutuhan-kebutuhan psikologis yang umum; (2) dapat
mengembangkan instingtif dan instrumental pada pola perilaku untuk di
kemudian hari dalam kehidupan; (3) memfokuskan pada kesamaan antara
perilaku bermain dengan aktivitas kehidupan nyata; (4) bersifat sosial dan
melibatkan belajar dan mematuhi peraturan, pemecahan masalah, disiplin
diri, dan kontrol emosional; (5) memberikan kesempatan untuk
mengekspresikan agresi dalam cara-cara yang dapat diterima secara sosial;
(6) sebagai alat untuk belajar dalam mengungguli yang lain dengan cara-cara
yang dapat diterima secara sosial; (7) menekankan pada konsep katarsis yang
melibatkan pelepasan energi emosional dan psikis yang tertahan; (8) sebagai
suatu kendaraan untuk sublimasi impuls- impuls dasar; (9) merupakan suatu
kekuatan pendorong dalam perkembangan manusia; dan (10) sebagai
pengganti bagi verbalisasi ekspresi fantasi atau asosiasi bebas (Rusmana,
2009). Permainan adalah perpaduan yang harmoni antara bimbingan
kelompok, karena dengan kegiatan bermain dapat melatih siswa baik secara
kognitif, afektif, dan psikomotornya, sehingga mampu untuk menumbuhkan
siswa dalam melakukan eksplorasi, melatih imajinasi, dan memberikan
peluang untuk berhubungan dengan orang lain, serta merasa tidak jenuh
ketika berada dalam proses mempelajari keterampilan dan pengetahuan baru
(Lancy, Russ 2004, dalam Rusmana 2009). Teknik permainan dalam
bimbingan dan konseling kelompok sebagai sebuah wahana dalam pemberian
bimbingan maupun psikoterapi dalam memecahkan masalah melalui
peragaan, serta langkah- langkah identifikasi masalah , analisis, dan diskusi
37
untuk kepentingan tersebut, serta mampu menumbuhkan rasa empati kepada
yang lain serta memudahkan dalam penyesuaian diri dengan kondisi yang
ada karena fungsi dari permainan adalah mengeluarkan masalah dalam diri
seseorang (Rusmana, 2008). Selain itu bermain juga memberikan kesempatan
untuk menyalurkan agresifitasnya secara aman dan dengan demikin dapat
mengekspresikan emosinya tanpa merugikan siapapun (Kurniasih ,2012).
Regulasi emosi atau pengendalian emosi merupakan sesuatu yang seharusnya
tertanam dalam diri siswa, sehingga ia akan bisa memaksimalkan potensi
yang dimilikinya. Sebagaiman yang dikemukakan oleh Majlani (2015)
menyimpulkan bahwa upaya yang dilakukan dalam mengendalikan emosi
siswa dengan melakukan layanan bimbingan kelompok teknik simulasi
games dan memberikan beberapa materi yang berkaitan. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan kelompok simulasi
games berjalan dengan baik, dimana siswa dapat mengendalikan emosi dan
mengelola dorongan-dorongan dalam dirinya terutama dorongan emosinya.
Melinasari (2012) menyimpulkan bahwa siswa lebih bisa mengenali
emosinya sendiri sehingga mereka lebih mudah untuk mengelola emosi yang
mereka alami. Penerapan layanan bimbingan kelompok melalui teknik
permainan simulasi efektif untuk kecerdasan emosi siswa.
Nasution (2017) menyimpulkan setelah melakukan penelitian hasilnya
menunjukan bahwa bimbingan kelompok teknik permainan sangat efektif
untuk meningkatkan pengendalian emosi. Burhanudin (2012) menyimpulkan
berdasarkan penelitian bahwa peningkatkan pengendalian emosi siswa dapat
meningkat setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok secara berkala,
38
artinya layanan bimbingan kelompok efektif untuk meningkatkan
pengendalian emosi siswa. Fitria (2017) menyimpulkan berdasarkan
penelitian bahwa sebagian besar anggota kelompok mengalami peningkatan
pengendalian emosi dalam aspek kontrol emosi.
Berdasarkan pemaparan diatas, bimbingan kelompok teknik permainan
diharapkan sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan regulasi emosi
mengingat kelebihan dan kegunaan teknik permainan yang sangat menunjang
untuk meningkatkan kemampuan regulasi emosi siswa, maka peneliti ingin
menggunakan layanan bimbingan kelompok teknik permainan untuk
meningkatkan regulasi emosi pada siswa.
39
III. METODELOGI PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang di gunakan untuk mengumpulkan
data dengan tujuan tertentu Sugiyono (2014:2). Penggunaan metode dimaksudkan
agar kebenaran yang diungkap benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan
memiliki bukti ilmiah yang akurat dan dapat dipercaya.
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung Timur
dengan waktu pelaksanaan penelitiannya pada tahun ajaran 2017/2018
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experimental. Suryabrata
(2012) menyatakan bahwa penelitian eksperimental semu secara khas
mengenai keadaanya tidak memungkinkan untuk mengkontrol semua variabel
yang relevan kecuali beberapa dari variabel tersebut. Hal ini dimaksud bahwa
dalam penelitian yang menggunakan metode ini tidak bisa mengkontrol
variabel lain yang mempengaruhi variabel yang diteliti.
Sebagaimana dikemukakan oleh Seniati (2011) yang menjelaskan bahwa
penelitian eksperimen mengukur hubungan sebab-akibat. Peneliti
menggunakan metode quasi eksperiment ini dikarenakan metode ini tidak
menggunakan variabel kontrol, subjek tidak dipilih secara random, serta dalam
menentukan jumlah subjek yang akan menjadi bahan penelitian jumlah
40
subjeknya dibatasi. Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah time
series design, yaitu penelitian antar waktu dengan melakukan penelitian
berulang pada satu kelompok eksperimen. Menurut Mulyatiningsih (2013)
penelitian eksperimen ini hanya di terapkan pada satu kelompok, namun
pengukuran dilakukan beberapa kali secara periodik. Menurut Furchan (401:
2007) time series design merupakan pengukuran secara berkala terhadap satu
kelompok dan pemberian perlakuan eksperimental ke dalam rangkaian
pengukuran berkala itu.
Desain penelitian yang digunakan peneliti digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 : Pola time series design
Keterangan :
O : Pengukuran kemampuan regulasi emosi siswa (dalam desain,
pengukuran di berikan sampai 5 kali dengan menggunakan skala
regulasi emosi)
X : Perlakuan (treatment). Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
teknik permainan sebanyak 4 kali.
C. Subyek Penelitian
Menurut Arikunto (2006:145) subyek penelitian merupakan subyek yang
digunakan untuk diteliti oleh peneliti atau sasaran peneliti. Subyek penelitian
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA SMA Muhammadiyah 1 Way
Jepara Lampung Timur Tahun Pelajaran 2017/2018 yang memiliki
kemampuan regulasi emosi rendah.
O1 X O2 X O3 X O4 X O5
41
Untuk mendapatkan subjek penelitian, peneliti menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu pengumpulan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2009). Purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel yang dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul
oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu
(Nasution, 2009). Menurut Gross (2007) ciri-ciri regulasi emosi yang rendah
adalah sebagai berikut :
a. Tidak menemukan suatu cara yang dapat mengurangi emosi negatif
b. Tidak dapat dengan cepat menenangkan diri kembali setelah
merasakan emosi yang berlebihan.
c. Tidak dapat mengontrol emosi yang dirasakannya
d. Tidak dapat menampilkan respon emosi yang tepat
e. Tidak dapat menerima suatu peristiwa yang menimbulkan emosi
negatif
f. Berindak berlebihan baik ketika merasakan emosi negatif maupun
positif
Peneliti mendapatkan subjek berdasarkan pertimbangan dari kriteria tertentu
yang telah diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Selanjutnya, konselor
SMA Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung Timur merekomendasikan
siswa kelas X MIA yang nantinya akan diberikan skala yang dibuat oleh
peneliti.
42
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2011) variabel adalah objek penelitian, atau
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Menurut Hatch dan Fardhy
(Sugiyono, 2012:38) secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai
atribut seseorang, atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang
dengan yang lainnya atau satu objek dengan objek lainnya.
Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen), yaitu :
a. Variabel bebas (independen) (X) Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah layanan bimbingan kelompok teknik permainan.
b. Variabel terikat (dependen) (Y) Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah regulasi emosi.
2. Definisi Operasional
Definisi oprasional merupakan uraian yang berisi perincian sejumlah
indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasi variabel
atau konsep yang digunakan.
a) Regulasi Emosi
Regulasi emosi ialah kemampuan individu untuk mengeluarkan emosi
sesuai responnya dengan tepat yang sesuai dengan keadaan yang terjadi
serta dapat dengan cepat menenangkan diri setelah kehilangan kontrol
atas emosi yang dirasakan.
b) Bimbingan kelompok dapat diartikan suatu proses untuk mencegah
timbulnya suatu masalah dan bertukar informasi serta membantu
43
individu dalam mengambil keputusan yang tepat, yang di laksanakan
dalam kegiatan kelompok. Adapun tahapan – tahapan dalam
pelaksanaan bimbingan kelompok, yaitu : tahap pembukaan, tahap
peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran.Pelaksanaan layanan
bimbingan kelompok teknik permainan ditujukan untuk membantu dan
memecahkan masalah anggota kelompok (siswa) yang memiliki
regulasi emosi rendah, sehingga dengan bimbingan kelompok teknik
permainan diharapkan dapat meningkatkan regulasi emosi siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data untuk
memperoleh data yang sejelas-jelasnya. Menurut Arikunto (2002), metode
pengumpulan data ialah “cara memperoleh data”. Peneliti akan menggunakan
beberapa metode atau cara untuk memperoleh data-data yang diperlukan.
Berdasarkan uraian tersebut maka dalam penelitian ini penulis menggunakan
cara-cara sebagai berikut dalam mengumpulkan data:
1. Skala Regulasi Emosi
Skala yang digunakan untuk melihat kemampuan regulasi emosi siswa
adalah skala regulasi emosi yang dikembangkan dari jenis skala Likert.
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Instrumen penelitian menggunakan skala model likert dapat dibuat dalam
bentuk check list. Sugiyono (2014:94) mengatakan bahwa “check list”,
sebuah daftar, responden tinggal menbubuhkan tanda (√) pada kolom
44
yang sesuai. Dimana dalam skala likert, responden akan diberikan
pernyataan-pernyataan dengan alternatif, yaitu: sangat setuju (SS), setuju
(S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Dalam penelitian ini
menggunakan skala milik Saloka (2014), yang sudah di uji kevalidannya.
Skala regulasi emosi ini digunakan dalam rentan remaja sehingga bisa
digunakan untuk siswa SMP, SMA, maupun remaja pada umummnya.
Peneliti dalam penelitian ini, menggunakan empat alternatif jawaban yaitu
sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai.
Tabel 3.2. Kriteria bobot nilai pada skala psikologi
No. Pernyataan
Sangat
Setuju
(SS)
Setuju
(S)
Tidak
Setuju
(TS)
Sangat Tidak
Setuju (STS)
1. Pernyataan
favorable 4 3 2 1
2. Pernyataan
unfavorable 1 2 3 4
Berdasarakan tabel 3.2 bahwa responden diberikan pernyataan sebagai
berikut : (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak Setuju, (STS) Sangat
Tidak Setuju. Setiap item pertanyaan memiliki skor yang berbeda
tergantung pada jenis pernyataan yang dipaparkan yakni termasuk
pernyataan favorable atau unfavorable, penjelasannya adalah sebagai
berikut Jika Responden menjawab (SS) pada pernyataan favorable maka
mendapat skor 4 dan jika menjawab pernyataan unfavorable maka
mendapat skor 1. Jika Responden menjawab (S) pada pernyataan favorable
maka mendapat skor 3 dan jika menjawab pernyataan unfavorable maka
mendapat skor 2. Jika Responden menjawab (TS) pada pernyataan
favorable maka mendapat skor 2 dan jika menjawab pernyataan
45
unfavorable maka mendapat skor 3. Jika Responden menjawab (STS) pada
pernyataan favorable maka mendapat skor 1 dan jika menjawab
pernyataan unfavorable maka mendapat skor 4. Untuk lebih jelasnya akan
disajikan kisi - kisi instrumen penelitian skala Regulasi Emosi adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.3. kisi-kisi instrumen skala regulasi emosi
Variabel Indikator Deskriptor Item
Favorable Unfavorable
Regulasi
Emosi
1. Reappraisal
( bentuk
perubahan
kognitif yang
mampu
mengubah
pengaruh
emosinya)
1.1. Situasi
Seleksi
1,2 3,4
1.2. Situasi
Modifikasi
5,6
7,8
1.3. Perubahan
Perhatian
9,10
11,12
1.4. Perubahan
Kognitif 13,14 15,16
3q
2. Suppression
( kemampuan
merubah
ekspresi
emosi
yang
keluar)
2.1 Respon
Modulasi
17,18
19,20
Jumlah 10 10
46
Berdasarkan tabel 3.3 bahwa kisi-kisi tersebut diperoleh dari pemilik skala
regulasi emosi yakni Saloka (2014). Dalam kisi-kisi tersbut dijelaskan ada
dua item yakni item favorable dan unfavorable yang sudah diuji dan
diletakkan dalam nomer yang sudah ditentukan. Kriteria skala regulasi
emosi siswa dikategorikan menjadi 3 yaitu: tinggi, sedang, dan rendah.
Semakin besar skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi pula
tingkat kemampuan regulasi emosi dan sebaliknya, semakin rendah skor
yang diperoleh menunjukkan tingkat kemampuan regulasi emosi yang
rendah pada siswa. Berdasarkan keterangan diatas maka diperoleh kriteria
regulasi emosi siswa yang terdapat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.4 Kriteria Regulasi Emosi
Interval Kriteria
61- 80 Tinggi
41- 60 Sedang
20- 40 Rendah
F. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Validitas adalah sejauh mana alat ukur mampu mengukur atribut yang
seharusnya diukur (Azwar, 2012). Uji validitas digunakan untuk
mengetahui apakah instrumen yang dibuat dapat mengukur apa yang
diinginkan. Untuk itu sebelum intrumen tersebut dipakai, terlebih dahulu
perlu di uji cobakan. Tujuannya agar dapat diketahui apakah instrument
yang digunakan tersebut memiliki validitas yang tinggi atau rendah. Suatu
tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut
menjalankan fungsi ukurannya, atau memberikan hasil ukuran yang tepat
47
dan akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut. Tes yang
menghasilakan yang tidak relevan dengan tujuan diadakannya pengukuran
dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala yang sudah di uji
validitasnya. Uji validitas tersebut dihitung menggunakan Statistical
Product and Service Solutional (SPSS),dengan n= 20, dan itemnya
sebanyak 42. Diketahui bahwa 22 item dinyatakan tidak valid atau gugur
(Saloka, 2014).
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil
skala pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah
akurasi pengukuran dan hasilnya (Sarwono,2006:100). Sedangkan
menurut Arikunto (2002 : 154) menyatakan reliabilitas menunjuk pada
suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya sebagai alat
pengumpul data karena instrumental tersebut dianggap sudah baik. Oleh
sebab itu instrument yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya pula.
Untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas menggunakan kriteria
reliabilitas ( Sugiyono 2014:184) sebagai berikut :
Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas
Koefisien r Kategori
0,8 – 1,000 Sangat tinggi
0,6 – 0,799 Tinggi
0,4 – 0,599 Cukup
0,2 – 0,399 Rendah
0,0 – 0,199 Sangat rendah
48
Hasil perhitungan skala regulasi emosi menunjukan bahwa skala yang
digunakan memiliki reliabilitas sebesar 0,784 (Saloka, 2014). Berdasarkan
kriteria reliabilitas pada tabel 3.5 diatas, maka reabilitas termasuk kriteria
tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa instrumen dalam
penelitian ini dapat digunakan dalam penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan
hipotesis dan menarik tentang masalah yang akan diteliti. Sugiyono (2014)
menyatakan bahwa penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui
dampak dari suatu perlakuan, yaitu mencoba sesuatu lalu dicermati akibat dari
perlakuan tersebut. Arikunto (2006) menyatakan bahwa penelitian eksperimen
bertujuan untuk mengetahui dampak dari suatu perlakuan, yaitu mencoba
sesuatu, lalu dicermati akibat dari perlakuan tersebut. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis data dengan uji Wilcoxon Matched Pairs Test
yaitu dengan mencari perbedaan mean Pretest dan Posttest. Uji Wilcoxon
merupakan perbaikan dari uji tanda.
Karena subjek penelitian kurang dari 25, maka distribusi datanya dianggap
tidak normal (Sudjana, 2002) dan data yang diperoleh merupakan data
ordinal, maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik (Sugiono, 2012)
dengan menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test. Penelitian ini akan
menguji Prstest dan posttest. Dengan demikian peneliti dapat melihat
perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui uji Wilcoxon ini. Dalam
49
pelaksanaan uji Wilcoxon Matched Pairs Test untuk menganalisis kedua data
yang berpasangan tersebut, dilakukan dengan menggunakan analisis uji
melalui program SPSS (Statistical Package For Social Science) 22.
(Lampiran 9 halaman 108).
Kaidah keputusan:
Jika statistik hitung (angka z output) > statistik tabel (tabel z), maka H0
diterima (dengan taraf signifikansi 5%).
Jika statistik hitung (angka z output) < statsitik tabel (tabel z), maka H0
ditolak (dengan taraf signifikansi 5%).
berdasarkan nilai Z hitung pada uji Wilcoxon yang telah dianalisis diatas
diperoleh angka Z hitung sebesar -2.527 pada kelompok. Kemudian
dibandingkan dengan Z tabel, dengan nilai α = 5% adalah 0.05 = 1,645. Oleh
karena Zhitung= -2.527<Ztabel=1.645 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
89
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas X MIA SMA Muhammadiyah 1
Way Jepara Lampung Timur tahun pelajaran 2017/2018 , maka dapat diambil
kesimpulan, yaitu:
1. Kesimpulan Statistik
Regulasi emosi dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok
teknik permainan pada siswa kelas X MIA SMA Muhammadiyah 1 Way
Jepara Lampung Timur tahun pelajaran 2017/2018. Uji hipotesis
dilakukan dengan menggunakan kaidah keputusan berdasarkan nilai Z
hitung sebesar -2.527 pada kelompok. Kemudian dibandingkan dengan Z
tabel, dengan nilai α = 5% adalah 0.05 = 1,645. Oleh karena Zhitung=
-2.527<Ztabel=1.645 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
2. Kesimpulan Penelitian
Layanan bimbingan kelompok teknik permainan dapat dipergunakan
untuk meningkatkan regulasi emosi pada 8 siswa kelas X MIA di SMA
Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung Timur. Hal ini ditunjukkan
adanya peningkatan dari kedelapan subjek penelitian setelah diberi
layanan bimbingan kelompok teknik permainan.
90
B. Saran
Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil
kesimpulan dari penelitian ini, maka dengan ini penulis mengajukan saran
sebagai berikut:
1. Kepada siswa SMA Muhammadiyah 1 Way Jepara Lampung Timur
hendaknya mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok untuk
meningkatkan kemampuan regulasi emosi yang penting dan bermanfaat
bagi kehidupan sehari-hari.
2. Kepada guru bimbingan dan konseling hendaknya mengadakan kegiatan
layanan bimbingan kelompok secara rutin dan untuk memecahkan
berbagai permasalahan lain yang dialami oleh siswa.
3. Kepada peneliti selanjutnya hendaknya dapat mengambil sampel lebih
luas lagi atau latar belakang yang berbeda seperti jenjang pendidikannya,
serta mencari faktor lain yang memiliki kekuatan pengaruh yang tinggi
terhadap kemampuan regulasi emosi selain pola asuh, jenis kelamin,
pendidikan, ataupun lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyanti, M. M. 2014. Regulasi Emosi dan Kelompok Teman Sebaya Pelaku
Cyberbullying SMP Negeri “S”. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada
Anggreiny, N. 2014. Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) untuk
Meningkatkan Kemampuan Regulasi Emosi Remaja Korban
Kekerasan Seksual. Tesis. Medan: Universitas Sumatra Utara
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta.
Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Damayanti. 2006. Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Penerbit Araska.
Eisenberg, N. 2006. Emotion-Related Regulation. In H.E. Fitzgerald, B.M. Lester,
& Zuckerman (eds), The Crisis in Youth Mental Health: Critical
Issues & Effective Programs. Vol. 1, p. 133-135.
Fathoni. 2011. Metodologi Penelitian Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: Renika
Cipta
Fitriani. 2015. Relaksasi Autogenik untuk Meningkatkan Regulasi Emosi Pada
Siswa SMP. Jurnal Psikologi Univeristas Gajah Mada Vol. 1, No. 3,
Hal 149-162.
Garnefski, N. 2005. Specificity of relations between adolescents’ cognitive
emotion regulation strategies and Internalizing and Externalizing
psychopathology. Journal of Adoulesence. Volume 28 pages 619–631.
Netherland: University of Leiden.
Ghufron, M. 2011. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta : Arr-Ruzz Media.
Gibson, R.L. 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gross, J.J. & Jonathan R. (2007). Emotion and Emotion Regulation: A Map for
Psychotherapy Researchers. Clinical Psychology: Science and
Practice . V14 N4, December 2007. New York : Blackwell
Publishing on behalf of the American Psychological Association.
Gross, J.J & John, O. P. 2003. Individual Differences in Two Emotion
Regulation Processes: Implications for Affect, Relationships, and
Well- Being. Journal of Personality and Social Psychology. 2003,
Vol. 85, No. 2, hal 348–362.
Husairi, A. 2008. Manajemen Pelayanan Bimbingan & Konseling di Sekolah.
Depok: Arya Duta.
Hidayati. 2017. Peningkatan Regulasi Emosi Melalui Bimbingan Kelompok
Dengan Teknik Sosiodarama SMK Negeri 1 Semarang: Jurnal
Universitas Negeri Semarang Vol.6, No.4, hal 25-30.
Irawan. 2015. Pengembangan Teknik Permainan dalam Layanan Bimbingan
Kelompok untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa SMP Negeri 2
Pringsewu. Jurnal STKIP Muhammadiyah Pringsewu Vol.1, No.1, hal
13-22.
Jacobs, E.E. 1994. Group Counseling Strategies And Skill Second Edition.
California : Pacific Grove.
Juntika. 2007. Strategi Layanan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT. Revika
Aditama.
Lestari. 2012. Pengembangan Model Bimbingan Kelompok Dengan Teknik
Permainan Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Siswa, Semarang:
Jurnal Universitas Negeri Semarang Vol.1, No.2, hal 94.
Lubis . 2017. Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama Meningkatkan
Kemampuan Regulasi Emosi Pada Siswa SMA Di Kota Bengkulu.
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling Universitas Bengkulu Vol.1,
No. 1, hal 44.
Melinasari. 2011. Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok Melalui Teknik
Permainan dan Untuk Kecerdasan Emosi Siswa, Bandung: Jurnal
Universitas Pendidikan Indonesia , Vol.1, No.2, hal 32.
Nasution. 2009. Metode Research (penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Kasara.
Panuju, P. 2005. Psikologi Remaja. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya.
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Priyatmoko. 2010. Upaya Mengendalikan Emosi Melalui Layanan Bimbingan
Kelompok Pada Reamaja Di Panti Asuhan Yayasan Al-Hidayah Desa
Desel Sadeng Kecamatan Gunung Pati Semarang Tahun 2010.
Skripsi.Universitas Negeri Semarang.
Putri . 2016. Pengaruh Bimbingan Kelompok Teknik Permainan
Terhadap Pengendalian Emosi Siswa di MAS Al-Ittihadiyah
Mamiya. Medan: Jurnal Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,
Vol.1 No.2 hal. 15-25.
Rahmawati. 2015. Peningkatan Kemampuan Regulasi Emosi dengan
Menggunakan Catatan Harian Pada Mahasiswa Psikologi UNS yang
sedang Mengerjakan Skripsi. Jurnal Ilmiah Psikologi Universitas
Surakarta, Vol.3, No.4 hal 52.
Romlah, T. 2001. Teori dan praktik. Malang :Universitas Negeri Malang.
Rusmana. 2009. Bimbingan dan konseling Kelompok di sekolah (Metode, Teknik
dan aplikasi). Bandung : Rizqi Press
Safaria, T. 2004. Terapi Kognitif-Perilaku untuk Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Saloka A. 2014. Hubungan antara Regulasi Emosi dan Dukungan Teman Sebaya
dengan Kesehatan Mental Remaja SMA Negeri 6 Yogyakarta. Tesis.
Universitas Gajah Mada.
Santosa, S. 2006. Dinamika Kelompok. Jakarta : PT . Bumi Aksara.
Santrock, J.W.2007. Remaja Edisi Kesebelas. Jakarta: PT Glora Aksara Pratama
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014.Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,dan R & D)
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan
Madrasah (BerbasisIntegrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Walgito, B. 2007. Psikologi Kelompok. Yogyakarta: Andi OFFSET.
Wibowo, M.E. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang : UNNES
Press.
Winkel, W.S. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan.Yogyakarta: Media Abadi.